View
264
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
pencernaan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama diIndonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan masyarakat. Menurut Survai Kesehatan tahun 1986 angka kejadian gizi buruk pada anak balita 1,72% dan gizi kurang sebanyak 11,4.
Berbeda dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. Rani di RSU Dr. Pirngadi Medan mendapat 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%.
Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia. Tulisan ini bertujuan untuk membahas sebab-sebab terjadinya marasmus, patofisiologi, diagnosis, pencegahan dan pengobatannya pada anak balita.
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan konsep dasar tentang Marasmus !
2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan dengan klien yang mengalami penyakit
Marasmus ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar tentang marasmus, diantaranya dari pengertian,
penyebap, tanda dan gejala, penangananya dan komplikasinya.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Marasmus.
3. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah gizi.
BAB II
A. Pengertian
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala
pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000)
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein (KEP) yang terutama akibat
kekurangan kalori yang hebat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot (Dorlan, 1998 : 649)
Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energy karena kelaparan, semua unsure
diet kurang. Marasmus terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, penyekit usus
menahun, kelainan metabilok atau infeksi menahun seperti tuberculosis (Arisman, 2004)
Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diet yang berlangsung lama yang akan
menimbulkan gejala under nutrition yaitu pertumbuhan kurang atau terhenti, anak sering
menangis walaupun telah mendapat minum atau susu, sering bangun malam, konstipasi atau
diare, jaringan bawah kulit menghilang, kulit keriput, lemak pipi menghilang sehingga seperti
wajah orang tua (Mansjoer 2000)
B. Klasifikasi
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut :
a. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
b. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
c. Berat badan kurang dari 60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
d. Berat badan kurang dari 60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor ( MEP
berat), Ngastiah, 1997.
C. Etiologi
a. Kurang energy protein karena diet yang tidak cukup
b. Infeksi dan kelainan bawaan system pencernaan
c. Sering dijumpai pada bayi yang tidak cukup ASI dan tidak mendapat makanan
pengganti
d. Zat gizi tidak adekuat
e. Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
a) Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi,
menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak
yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya
menderita kurang gizi.
b) Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan
kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga
merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi
buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik maupun gizinya (Dinkes SU, 2006).
D. Anatomi Fisiologi
a. Cavum Oris
Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:
a) Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
b) Untuk berbicara
c) Bila perlu. Digunakan untuk bernafas
d) Memberi makan
Rongga mulut (cavum oris) dibantu oleh:
a) Sebelah atas: Oleh pallantum durum dan pallantum mole
b) Sebelah bawah: Oleh otot-otot yang membentuk lidah, kecuali itu juga mandibula
c) Sebelah depan dan samping: Oleh gigi, bibir dan juga pipi
d) Sebelah belakang: Oleh isthmus faucium
Didalam rongga mulut tersebut terdapat:
a) Pipi dan Bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara
disebelah luar, pipi, dan bibir diselimuti oleh kulit
b) Lidah
Lidah mengandung 2 jenis otot, yaitu:
Otot ekstrinsik yang berorigo diluar lidah, insersi dilidah
Otot instrinsik yang berorigo dan insersi didalam lidah
c) Gigi
Gigi dibedakan menjadi 4 macam:
Gigi seri (Dens Incisivus) terdapat 8 buah
Gigi seri (Dens Caninus) terdapat 4 buah
Gigi geraham depan (Dens Premolaris)
Gigi geraham belakang (Dens Molaris)
d) Kelenjar Ludah
Terdapat tiga kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah, yaitu:
Kelenjar Parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot
pengunyah dengan kulit pipih. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan
melalui duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang
dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-
35 %.
Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai
rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari
kelenjar subinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi
seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %.
Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
a) Pencernaan mekanik, yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah,
dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sehingga terbentuklah suatu
bolus yang bulat untuk ditelan
b) Pencernaan kimiawi yaitu pemecahan zat pati (amilum) oleh pthialin (suatu
amylase) menjadi maltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi (zat pati),
lama-kelamaan akan sedikit terasa manis. Pthialin bekerja didalam rongga mulut
(pH 6,3-6,8) dan masih bekerja didalam lambung untuk mencernakan zat pati kira-
kira 15 menit sampai asam lambung menurunan pH sehingga pthialin tidak bekerja
lagi
b. Faring
Faring menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan dan melakukan
gerakan mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan menutup sementara
hanya beberapa detik dan mendorong makanan masuk ke dalam esofagus agar tidak
membahayakan pernapasan
c. Esofagus
Esophagus adalah yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung, yg
letaknya dibelakang trakea yg berukuran panjang ± 20-25 cm dan lebar 2 cm. Fungsi dari
esophagus adalah:
a) Menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung
b) Tiap-tiap ujung esophagus dilindungi oleh suatu sphingter yang berperan sebagai
barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus.
Dinding esophagus terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
a) Lapisan Mukosa, terletak dibagian dalam yang dibentuk oleh epitel berlapis gepeng
dan diteruskan kefaring dibagian atas serta mengalami perubahan yang mencolok
pada perbatasan esophagus lambung menjadi epitel selapis toraks pada lambung.
b) Lapisan Submukusa, mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus
untuk mempermudah jalannya makanan waktu menelan dan melindungi mukosa
dari cedera pencernaan kimiawi.
c) Lapisan otot, terdiri dari dua lapisan serabut otot yang satu berjalan longitudinal,
dan lainnya sirkulasi.
Mekanisme menelan dilakukan setelah mengunyah:
a) Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipu
dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam faring.
b) Setelah makanan masuk kedalam faring maka fallantum lunak naik untuk menutup
nares posterior, glottis menutup oleh kontraksi otot-otot dan otot kontrikstor faring
menangkap makanan dan pada saat ini pernapasan berhenti. Gerakan menelan pada
bagian ini merupakan gerakan refleks.
c) Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja peristaltik yang menghantarkan
bolus makanan ke lambung.
d. Gaster
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esofagus, mengahancurkan
makanan, dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah
lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mekanis dan
kimiawi:
a) Mekanis, menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan
kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik
setiap 20 detik
b) Kimiawi, bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-
enzim
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kmiawi. Dinding lambung tersusun
dari tiga lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang dan menyerong. Kontraksi dan
ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak
menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-
aduk.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara
refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam
lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh
mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan
enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan
mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya
terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein
digumpalkan oleh Ca²+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya
reninm sus yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usu tanpa
sempat dicerna.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi
lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian
pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot
pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang
bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi
(mengerut) jika tersentu kim.
Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan
membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus
belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun.
Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk
membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian
seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal
agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong
kembali.
e. Intestinum
Intestinum adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah ini lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan
walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Dengan panjang
sekitar 6,3 m (21 kaki), diameternya kecil yaitu 2,5 cm/1 inci. Bergulung didalam rongga
abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus terdiri dari 3 bagian
yaitu:
a) Duodenum
Duodenum disebut jga usus dua belas jari
Bagian pertama usus halus yang terbentuk sepatu kuda
Bermuara dua saluran: saluran getah pancreas dan saluran empedu
b) Jejenum
Disebut juga usus kosong
Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus yang selebihnya
Terjadi pencernaan secara kimiawi
Pencernaan diselesaikan
Menghasilkan enzim pencernaan
c) Ileum
Ileum disebut juga usus penyerapan
Menempati 3/5 akhir
Penyerapan sari-sari makanan
f. Colon
Colon terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a) Asenden
b) Transversum
c) Desenden
Fungsi utama usus besar antara lain:
a) Untuk menyimpan bahan sebelum defekasi
b) Selulosa dan bahan2 lain dalam makanan yg tidak dapat dicerna membentuk
sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara
teratur karena berperan menentukan volume isis colon
g. Rektum dan Anus
Rektum, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
(usus besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan osakrum dan askoksigis.
Panjang 10 cm terbawah dari usus tebal.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan
dunia luar (udara luar). Anus ini terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh tiga
spinter, yaitu
a) Spinter Ani Internus yang bekerja tidak menurut kehendak
b) Spinter Levator Ani yang bekerja tidak menurut kehendak
c) Spinter Ani Eksternus yang bekerja bekerja menurut kehendak
h. Pankreas
Pankreas memiliki panjang 15 cm, campuran jaringan eksokrin dan endokrin,
elenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah, diatas lengkung pertama
duodenum.
a) Eksokrin: sel sekretorik seperti anggur yg membentuk kantung-kantung atau
asinus, berhubungan yg akhirnya bermuara ke duodenum
b) Endokrin: pulau2 jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhands
(insulin dan glukosa)
Enzim yg ada pada pancreas adalah:
a) Proteolitik: untuk pemcernaan protein
b) Amilase : untuk pencernaan karbohidrat
c) Lipase: untuk pencernaan lemak
i. Hepar
Hati merupakan organ terbesar dari sistem pencernaan yg ada dalam tubuh
manusia. Berwarna coklat, sangat vaskuler lunak. Beratnya sekitar 1300-1500 gram.
Didalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar 50.000-100.000 buah.
Lobulus yang berbentuk segienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati (hematosit)
seperti jari-jari roda melingkari suatu vena sentralis diantara sel hati terdapat sinusinoid
yang pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut sel kuffer yang dapat memfagosit
sel-sel darah yg rusak dan bekteri. Hematosit menyerap nutrient, oksigen dan racun dari
darah sinusoid.
Didalam hematosit zat racun akan didektosifikasi. Diantaranya hematosit terdapat
saluran empedu. Kanalikuli-kanalikuli akan bergabung menjadi duktus hepatikus, yang
bercabang menjadi dua, satu menuju kandung empedu yang disebut duktus sitikus, yang
kedua duktus koleodokus akan bergabung dengan duktus wirsungi dari pancreas menuju
duodenum. Fungsi Hati antara lain:
a) Metabolisme Karbohidrat
Glikolisis: Pembentukan glukosa menjadi glikogen
Glikogenolisis: Pembentukan glikogen menjadi glukosa
Glukoneogenesis: Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat, tetapi dari
protein dan lemak
b) Metabolisme Protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yg tidak
dibutuhkan menjadi urea yang dikeluarkan dari sel hati kdalam darah dan
disekresikan oleh ginjal
c) Metabolisme Lemak
Lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol selain itu asam lemak dibawa
menuju hati dalam darah porta dari usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel
kecil yg dapat digunakan dalam proses metabolik
E. Patofisiologi
Status Social Ekonomi
(Pendidikan, Pekerjaan, Tekhnologi, Budaya)
Tanah Pendapatan Praktik pemberian Praktik Sanitasi Makanan Bayi Kesehatan Lingkungan
SumberPangan
LANGSUNGMasukan InfeksiZat Gizi
Ketersediaan Zat Gizi Pada tingkat Seluler
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi protein dan kalori
Hilangnya Lemak Daya Tahan Tubuh Asam amino Kurang Dibantalan kulit esensial me Pengetahuan Keadaan lemah dan produksi Turgor kulit me albumen dan kulit keriput Infeksi Atrofi atauKerusan Integritas Resiko Infeksi pengecilan otot kulit Saluran pencernaan Keterlambatan
Anoreksia,Diare pertumbuhan dan perkembangan
Nutrisi kurang dari kebutuhan
F. Manifestari Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal,
nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu
makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. Selain itu manifestasi
marasmus adalah sebagai berikut:
a. pertumbuhan kurang atau terhenti
b. konstipasi atau diare
c. jaringan bawah kulit menghilang
d. kulit keriput
e. lemak pipi menghilang sehingga seperti wajah orang tua
f. rambut mudah patah dan kemerahan
g. pembesaran hati dan sebagainya
G. Penatalaksanaan medis
a. Terapi cairan dan elektrolit
b. Diet TKTP, mineral dan vitamin
c. Pemberian antibiotic
d. Pemberian cairan IV
e. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas
f. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan
g. Pemberian imunisasi
h. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
i. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang
j. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan
H. Komplikasi
a. Infeksi
b. TB
c. Dehidrasi
d. Hipoglikemi
e. Hipotermi
f. Bronchopneumoni
g. Sepsis
h. Asklariasis
I. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan darah, albumin, kreatinin, Hb, Ht, Leukosit
b. Pemeriksaan tes sputum BTA (Basal Tahan Asam)
c. Tes AGD (Analisa Gas Darah)
d. Pemeriksaan Antropometri memeriksa :
Mengukur tinggi badan dan berat badan
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep).
e. Biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan
f. Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot.
g. Analisis Penentuan Status Gizi Secara Tidak Langsung :
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
Statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi
h .Pemeriksaan BMI umur X 7 -5/2 (Soetjiningsih, 1998 : 20)
i. Pemeriksaan BMI= BB(TB)2 m
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus I
Kami adalah kumpulan anak pemuda yang biasa melakukan bakti sosial ke daerah-daerah yang terpencil. Kali ini kami mendapatkan rekomendasi tempat dari anggota kami yang berada di daerah pinggir. Di sana kami menemukan An. Y tinggal bersama nene (Ny.R) dan kakeknya (Tn.E). keduanya sudah rentan. Masing-masing berumur 70 tahun. Ny. R adalah buruh serabutan kuli tanam padi dan Tn.E menjadi buruh serabutan semenjak kebutaan menderanya. Keluarga yang sangat sederhana ini tinggal di rumah bilik berlantai tanah. An. Y ini sudah 9 tahun namun BB nya hanya 5,2 kg. Lengannya nyaris hanya kulit dan tulang saja. Badannya kurus kering. Gigi caries hampir di semua bagian pergelangan tangan nyaris sebesar jari orang dewasa. Setelah kami mensurfai ke rumahnya, kami bawa An. Y ke RSHS. Disitu didapatkan hasil ada pembesaran kelenjar getah bening, penurunan nafsu makan, cenderung apatis, belum dapat bicara, belum dapat berjalan. Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang ada peningkatan leukosit, tes sputum BTA (+), kadar serum kolesterol rendah. Selain itu An.Y mempunyai riwayat batuk berdarah.
Pegkajian
a.Idetitas Klien -Nama : An.Y-Umur : 9 Tahun
-Jenis Kelamin : - -Agama :-
-Status : Belum Menikah-Alamat : Tanggerang
-Tanggal Pengkajian:- -Diagnosa Medis : Marasmus
b.Identitas Penanggung jawab --Nama :Tn.E
-Umur :70 tahun -Jenis Kelamin : laki-laki -Agama :-
-Status :Menikah-Alamat :Tanggerang
-Hubungan dengan Klien: cucu
Keluhan Utama-Anorekxia
Riwayat Penyakit Sekarang-Marasmus : badan kurus kering, penurunan nafsu makan, cenderung apatis, belum dapat bicara, belum dapat berjalan.
Riwayat Penyakit Dahulu-Batuk Berdarah
Riwayat Kesehatan Keluarga : -
Genogram : -
Riwayat Persalinan :-
Riwayat Imunisasi : -
Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan :
Belum dapat bicara dan belum dapat berjalan
Pola Aktifitas : -
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : cenderung apatis
Kepala:
Wajah : Gigi caries hampir disemua bagian.
Kulit : Nyaris hanya kulit dan tulang saja.
Ekstremitas atas : pergelangan tangan nyaris sebesar jari orang dewasa.
Pengkajian Psiko-Sosial-Spiritual
Pemeriksaan Penunjang
Laboraturium :
Leukosit meningkat
Sputum BTA (+)
Serum kolesterol rendah
Terapi Medis
Makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
Pemberian antibiotik untuk penanganan infeksi
Pemberian cairan elektrolit melalui intravena
Analisa data
No. Data Etiologi Masalah 1. DS : -
DO : BB 5,2 kgAnoreksiaGigi cariesBadannya kurus kering
Sosial ekonomi rendah
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi protein dan kalori
Daya tahan tubuh menurun
Keadaan lemah
Adanya infeksi
Resiko in feksi saluran cerna
Anoreksia
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
2. DS : -DO :Lengan nyaris hanya kulit dan tulang sajaBadannya kurus kering
Sosial ekonomi rendah
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi protein dan kalori
Hilangnya lemak di
Kerusakan integritas kulit
bantalan kulit
Turgor kulit menurun dan kulit keriput
Kerusakan integritas kulit3. DS : -
DO : Pembesaran KGBPeningkatan leukositSputum BTA (+)
Sosial ekonomi rendah
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi protein dan kalori
Daya tahan tubuh menurun
Keadaan lemah
Infeksi
Infeksi
4. DS : -DO :Belum dapat bicaraBelum dapat berjalan
Sosial ekonomi rendah
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi protein dan kalori
Asam amino esensial menurun dan produksi albumin menurun
Atropi
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
Keterlambatan tumbuh kembang
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit buruk
c. Infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
d. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan motorik halus dan kasar.
PERENCANAAN
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malnutrisi energi protein ditandai dengan:
Penerunan nafsu makan
BB hanya 5,2 kg
Tujuan: Pemenuhan nutrisi adekuat dan Berat badan meningkat
Kriteria Hasil: Peningkatan pemenuhan nutrisi secara oral
No. Intervensi Rasional Intervensi
1
2
Kaji riwayat diit pasien
Anjurkan orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
Untuk mengetahui riwayat diit pasien sebelumnya yang menyebabkan pasien menderita marasmus
Menyuapi anak atau ada disaat anak makan dapat membantu anak untuk makan lebih banyak
Kaji riwayat diit pasien
2)Anjurkan orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3)Minta anak makan
3
4
5
6
Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
Gunakan alat makan yang menarik (lucu, bergambar)
Sajikan makan sedikit tapi sering
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit pasien
Waktu makan yang menyenangkan dapat meningkatkan nafsu makan anak
Alat makan yang menarik (lucu, bergambar) dapat meningkatkan nafsu makan anak
Untuk mengurangi rasa mual dan muntah
Kolaborasi dengan ahli gizi dapat membantu mengetahui jenis makan apa yang baik untuk pasien
dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4)Gunakan alat makan yang menarik (lucu, bergambar)
5)Sajikan makan sedikit tapi sering
6)Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit pasien
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit buruk ditandai dengan :
Badannya kurus kering.
Lengannya hanya kulit dan tulang saja
Tujuan: Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil: Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal
No. Intervensi Rasional Intervensi
1 Monitor adanya kemerahan, pucat, dan ikterik
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda gangguan integritas kulit pada pasien
Untuk menjaga kebersihan
1)Monitor adanya kemerahan, pucat, dan ikterik
2)Anjurkan pasien untuk
2
3
4
Anjurkan pasien untuk mandi 2 x sehari dan gunakan lotion setelah mandi
Massage kulit pada tempat-tempat penonjolan tulang
Anjurkan keluarga pasien untuk sering mengganti posisi pasien ketika berbaring
tubuh pasien dan kelembaban kulit pasien
Untuk meminimalkan terjadinya luka dekubitus pada pasien
Untuk meminimalkan terjadinya luka dekubitus pada pasien
mandi 2 x sehari dan gunakan lotion setelah mandi
3)Massage kulit pada tempat-tempat penonjolan tulang
4)Anjurkan keluarga pasien untuk sering mengganti posisi pasien ketika berbaring
Infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun ditandai dengan :
Peningkatan Leukosit
Pembesaran kelenjar getah bening
Tes sputum BTA(+)
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal
No. Intervensi Rasional Intervensi
1
2
Monitor tanda-tanda vital pasien
Monitor adanya tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda vital pasien dapat meningkat apabila terjadi infeksi pada pasien
Memonitor adanya tanda-tanda infeksi dapat memberikan tindakan lebih cepat untuk menangani nya
Untuk mengurangi
1)Monitor tanda-tanda vital pasien
2)Monitor adanya tanda-tanda infeksi
3
4
5
Anjarkan dan anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Gunakan alat-alat yang bersih atau steril
Kolaborasi pemberian antibiotika
kontaminasi silang dan infeksi
Untuk mengurangi kontaminasi silang dan infeksi
Untuk menghambat atau mematikan kuman dalam tubuh pasien
3)Anjarkan dan anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
4)Gunakan alat-alat yang bersih atau steril
5)Kolaborasi pemberian antibiotika
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan motorik halus dan kasar ditandai dengan :
Belum bisa bicara
Belum bisa berjalan
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil: Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau
aktifitas motorik sesuai dengan usianya
No. Intervensi Rasional Intervensi
1
2
3
4
Ajarkan pada orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia
Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
Berikan mainan sesuai usia anak
Untuk menstimulasi anak sesuai dengan kelompok usianya
Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak
Untuk menstimulasi dan mempertahankan aktifitas anak
Untuk menimalkan dampak hospitalisasi anak
1)Ajarkan pada orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia
2)Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
3)Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
4)Berikan mainan sesuai usia anak
EVALUASI
Pemenuhan nutrisi terpenuhi
Berat badan meningkat
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal
Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal
Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Marasmus adalah suatu penyakit atau gangguan gizi dikarenakan kekurangan zat energy pada makanan menyebabkan cadangan protein tubuh sehingga hingga anak menjadi kurus kering. Kekurangan energy pada makanan dapat terjadi karena intake atau konsumsi makanan yang tidak adekuat., pengetahuan gizi kurang, kebiasaan yang tidak biasa.
Pada kasus marasmus ini klien mengalami komplikasi TBC yang di mana marasmus merupakan kekurangan kalori protein sehingga menyebabkan komplikasi infeksi akibat penurunan system imun yang disebabkan jumlah atau kadar protein yang berkurang. Sehingga penanganan yang harus di berikan berupa makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein ), pemberian antibiotic jika ada infeksi bakteri, pemberian cairan elektrolit melalui intravena.
Recommended