View
215
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
LBH Masyarakat berinisiatif menyusun dokumen “Mengenal UNGASS 2016” yang berisikan informasi singkat mengenai apa itu UNGASS 2016 dan apa relevansinya bagi pergerakan pembaharuan kebijakan narkotika, khususnya di Indonesia. Dokumen ini ditujukan utamanya kepada para kawan-kawan komunitas pemakai narkotika Indonesia dan organisasi masyarakat sipil yang mendukung adanya perubahan kebijakan narkotika Indonesia agar menjadi kebijakan yang humanis dan berpijak pada bukti medis-ilmiah.
Citation preview
L e m b a g a B a n t u a n H u k u m M a s y a r a k a t | 1
MENGENAL
UNGASS 2016
Menyongsong UNGASS 2016, LBH Masyarakat berinisiatif menyusun dokumen “Mengenal UNGASS
2016” yang berisikan informasi singkat mengenai apa itu UNGASS 2016 dan apa relevansinya bagi
pergerakan pembaharuan kebijakan narkotika, khususnya di Indonesia. Informasi yang terkandung di
dalam dokumen ini LBH Masyarakat terjemahkan dan adaptasi dari dokumen serupa yang sudah
dibuat oleh Open Society Foundations (OSF) dan International Drug Policy Consortium (IDPC).
Dokumen ini ditujukan utamanya kepada para kawan-kawan komunitas pemakai narkotika Indonesia
dan organisasi masyarakat sipil yang mendukung adanya perubahan kebijakan narkotika Indonesia
agar menjadi kebijakan yang humanis dan berpijak pada bukti medis-ilmiah. Namun demikian,
dokumen ini juga bisa dibaca oleh masyarakat umum untuk mengetahui mengenai UNGASS 2016.
Apa itu UNGASS?
United Nations General Assembly (UNGA), atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
istilah Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), adalah organ perwakilan,
pengambilan kebijakan, dan musyawarah utama PBB. Seluruh 193 negara anggota PBB
terwakili di Sidang Majelis Umum, yang menjadikannya sebagai satu-satunya organ PBB
dengan representasi universal.
Sementara itu, United Nations General Assembly Special Session (UNGASS) adalah
Sidang Khusus Majelis Umum yang membahas topik tertentu. Pada tahun 2016, PBB akan
mengadakan UNGASS/Sidang Khusus Majelis Umum yang membahas topik “persoalan
narkotika dunia”. Terakhir kali PBB mengadakan Sidang Khusus Majelis Umum adalah pada
tahun 1998 dengan fokus pelarangan total narkotika di dunia, sebagaimana tercermin dari
slogannya yaitu: “Sebuah dunia yang bebas narkotika – kita bisa!” (A drug free world – we can
do it!). Saat ini, para pemimpin dan warga dunia tengah mendorong upaya untuk memikirkan
ulang kebijakan narkotika yang tidak efektif dan berdampak pada pelanggaran hak asasi
manusia (HAM).
UNGASS tentang narkotika yang awalnya dijadwalkan diadakan pada tahun 2019 akhirnya
dimajukan menjadi tahun 2016, setelah adanya dorongan dari para pemimpin negara di
Amerika Latin, dalam hal ini Kolumbia, Meksiko dan Guatemala. UNGASS 2016 akan
diadakan pada tanggal 19-21 April 2016, di New York, Amerika Serikat.
Mengapa UNGASS 2016 adalah forum yang penting?
Perdebatan baik di skala nasional maupun internasional mengenai narkotika ataupun
kebijakan narkotika jarang sekali membahas upaya pembaharuan kebijakan narkotika. Lebih
seringnya forum-forum yang ada hanya mengafirmasi sistem dan kebijakan yang sudah
berjalan. Tetapi UNGASS 2016 akan berbeda.
L e m b a g a B a n t u a n H u k u m M a s y a r a k a t | 2
Belum pernah sebelumnya begitu banyak pemerintah di dunia menyuarakan kekecewaannya
akan rezim internasional pengendalian narkotika. Belum pernah juga sebelumnya begitu
banyak organisasi masyarakat sipil mendorong agenda pembaharuan kebijakan narkotika
dan bahkan di banyak tempat di dunia telah mencapai perubahan kebijakan narkotika yang
lebih mengedepankan prinsip kesehatan dan HAM. Belum pernah juga sebelumnya manfaat
kesehatan dari pendekatan seperti pengurangan dampak buruk narkotika (harm reduction) –
yang terbukti berhasil dan teruji secara ilmiah mencegah kejadian overdosis dan penularan
HIV – muncul begitu jelas. Untuk pertama kalinya, inilah momen signifikan untuk mendorong
pembaharuan kebijakan narkotika di level nasional dan internasional.
UNGASS 2016 adalah momentum penting untuk mengakhiri konsekuensi negatif dari
perang terhadap narkotika dan memajukan agenda kebijakan narkotika yang
memprioritaskan kesehatan dan hak asasi manusia.
Lantas, apa hubungannya UNGASS 2016 dengan saya yang hanya warga biasa?
Seperti yang kita ketahui bersama, kebijakan narkotika Indonesia hari ini amatlah
problematik. Klaim pemerintah Indonesia bahwa kita sudah dekriminalisasi pemakaian
narkotika adalah tidak benar. Sebab, Undang-Undang Narkotika masih mengkriminalisasi
pemakaian narkotika. Kondisi rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan sudah
melampaui kapasitasnya karena penuh dengan pemakai narkotika dan para pelaku tindak
pidana narkotika kelas teri. Prinsip dan teknis rehabilitasi bagi pemakai narkotika pun secara
normatif belum jelas dan pada praktiknya kerap berantakan. Belum lagi masih maraknya
penggunaan hukuman mati dan eksekusi terhadap pelaku tindak pidana narkotika yang
terbukti tidak berhasil menurunkan angka peredaran gelap narkotika. Apabila negara kita
ingin memperkenalkan pembaharuan atau reformasi kebijakan narkotika bisa saja negara
kita akan berhadapan dengan rezim hukum narkotika internasional yang konservatif yang
saat ini banyak diadopsi oleh negara-negara di level nasional.
Ambil contoh Swiss. Pada tahun 1998, Swiss menghadapi persoalan narkotika yang serius.
Ketika itu Swiss adalah salah satu negara dengan prevalensi HIV tertinggi di Eropa Barat.
Ketimbang mengambil langkah yang tradisional dan pendekatan sistem peradilan pidana
yang tidak berhasil, pemerintah Swiss justru merintis layanan kesehatan seperti preskripsi
heroin, ruangan konsumsi narkotika yang disupervisi, dan layanan kesehatan berbasi
komunitas. Rakyat Swiss pun mendukung kebijakan ini setelah melalui serangkaian
referendum. Hasil dari kebijakan tersebut mencengangkan. Jumlah pemakai heroin justru
menurun tajam dari 850 pada tahun 1990, menjadi 150 pada tahun 2002; angka kematian
terkait narkotika turun lebih dari 50% antara 1991 sampai 2004; angka infeksi HIV baru juga
turun 87% dalam kurun waktu 10 tahun; dan adanya penurunan angka kejahatan harta benda
yang dilakukan oleh pemakai narkotika sebesar 90%. Namun demikian, bukannya
mengapresiasi langkah tersebut, International Narcotics Control Board/INCB (Dewan Kontrol
Narkotika Internasional) justru menuduh Swiss “membantu dan/atau menganjurkan
terjadinya kejahatan yang berkaitan dengan penguasaan dan pemakaian narkotika ilegal,
serta kejahatan lainnya, termasuk jual beli narkotika.”
Ketika Uruguay bereksperimen dengan kebijakan ganja-nya, INCB justru menuduh Uruguay
memperagakan “perilaku bajak laut”. Penghinaan semacam ini dari sebuah badan
internasional sesungguhnya sangatlah jarang terjadi.
L e m b a g a B a n t u a n H u k u m M a s y a r a k a t | 3
Mengingat UNGASS diadakan pada April 2016, mengapa kita perlu membicarakannya
sejak sekarang?
Seperti halnya dengan kebanyakan sidang-sidang PBB, kerja-kerja persiapan UNGASS sudah
dilakukan dari jauh-jauh hari. Materi, prioritas, dan strategi pembahasan sudah ditentukan
berbulan-bulan, bahkan beberapa tahun sebelumnya. Oleh karena itu, adalah sangat penting
bagi para individu yang berkepentingan untuk bersuara dan menyampaikan pendapat
kepada pemerintah mereka bahwa kebijakan represif narkotika yang sekarang dijalankan
adalah kebijakan yang tidak efektif dan terbukti gagal menurunkan angka pemakaian
narkotika maupun peredaran gelap narkotika.
Apa yang masyarakat sipil Indonesia dapat lakukan untuk terlibat dalam advokasi
UNGASS 2016?
Ada beberapa cara, misalnya:
Mendukung upaya advokasi yang dilakukan oleh organisasi internasional yang juga
mendorong adanya perubahan kebijakan narkotika internasional, untuk memengaruhi
komunitas internasional dan PBB, dan tetap terinformasi dengan proses yang berjalan;
Bergabung dengan New York NGO Committee on Drugs (NYNGOC) dan/atau Vienna
NGO Committee on Drugs (VNGOC), mengingat komite ini yang kemungkinan besar
menjadi mekanisme formal keterlibatan masyarakat sipil di dalam proses UNGASS 2016;
Turut terlibat dalam upaya memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai
dampak buruk kebijakan “perang terhadap narkotika”, dan menyediakan adanya
alternatif-alternatif;
Melobi pemerintah untuk mempromosikan kebijakan narkotika yang didasarkan pada
kesehatan dan HAM, di level internasional;
Mengajukan laporan (submission) kepada UNODC yang akan ditampilkan di halaman
khusus bagi masyarakat sipil di website resmi UNGASS.
Turut terlibat dalam kampanye global “Stop the Harm” di media sosial, sebuah kampanye
khusus dalam rangka UNGASS 2016 untuk mendesak PBB dan negara anggota untuk
mereformasi kebijakan global narkotika dengan memasukkan nilai-nilai hak asasi
manusia, kesehatan publik, pembangunan berkelanjutan dan pengurangan dampak
buruk narkotika.
Perwakilan masyarakat sipil di Civil Society Task Force (CSTF) untuk UNGASS 2016 yang
dibentuk oleh NYNGOC dan VNGOC:
Untuk kelompok pemakai narkotika: International Network of People Who Use Drugs
(INPUD)
Untuk sektor harm reduction: Harm Reduction International
Untuk wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur: Center for Supporting Community
Development Initiatives (SCDI), Vietnam; dan, Mae Fah Luang Foundation/Doi Tung
Development Project
Apa saja lima tema diskusi UNGASS 2016, dan apa saja contoh rekomendasi yang
masyarakat sipil bisa ajukan?
1. Narkotika dan kesehatan
Contoh rekomendasi: dekriminalisasi pemakaian narkotika, memperbaiki akses obat-obatan
esensial, mempromosikan pengurangan dampak buruk narkotika (harm reduction) –
termasuk memperkuat pendanaan pada program-program harm reduction, dan pemulihan
ketergantungan narkotika yang berbasiskan pada bukti medis-ilmiah.
L e m b a g a B a n t u a n H u k u m M a s y a r a k a t | 4
2. Narkotika dan kejahatan
Contoh rekomendasi: mengkaji ulang pendekatan penyelesaian masalah narkotika yang
menyandarkan pada kebijakan yang punitif/menghukum, reorientasi penegakan hukum
narkotika, mengakhiri penggunaan hukuman mati pada tindak pidana narkotika, mendorong
penghukuman yang proporsional.
3. Narkotika dan hak asasi manusia, anak muda, perempuan, anak-anak, dan
komunitas
Contoh rekomendasi: mempromosikan layanan kesehatan yang berbasis hak asasi manusia
dan ramah anak muda/anak-anak serta sensitif jender, mengakhiri pelanggaran HAM yang
sering dialami oleh para pemakai narkotika, mendorong upaya untuk menurunkan angka
over-kapasitas lembaga pemasyarakatan yang disebabkan oleh tindak pidana narkotika.
4. Tantangan baru
Contoh rekomendasi: mengkaji ulang pengklasifikasian narkotika.
5. Narkotika dan pembangunan
Contoh rekomendasi: mendukung masyarakat adat seperti di Amerika Latin yang masih
menggunakan narkotika untuk kebutuhan ritual dan tradisional.
REFERENSI
http://www.unodc.org/ungass2016/index.html
https://www.opensocietyfoundations.org/explainers/what-ungass-2016
https://www.opensocietyfoundations.org/explainers/why-we-need-drug-policy-reform
http://idpc.net/policy-advocacy/the-un-general-assembly-special-session-on-drugs-
ungass-2016
http://vngoc.org/details.php?id_cat=28&id_cnt=108
http://www.stoptheharm.org
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBH Masyarakat) adalah organisasi non-pemerintah nirlaba yang
menyediakan bantuan hukum gratis kepada masyarakat miskin dan korban pelanggaran hak asasi
manusia; menyelenggarakan pemberdayaan hukum masyarakat bagi kelompok masyarakat yang
terpinggirkan; dan mendorong reformasi hukum dan perlindungan hak asasi manusia melalui riset,
analisis dan advokasi kebijakan.
Salah satu fokus kerja LBH Masyarakat adalah mendorong adanya kebijakan narkotika yang lebih objektif
dan terbuka, serta didasarkan pada hak asasi manusia dan prinsip kesehatan yang berpijak pada bukti
medis-ilmiah.
Recommended