View
256
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI
SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS
DI ZAMAN SEKARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Patrick Marius
NIM: 121124047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk Keuskupan Keningau Sabah, Pusat
Pembangunan Pastoral Keuskupan Keningan (PPPKK), seluruh umat Paroki St.
Francis Xaverius terutama Komunitas Umat Kristiani (KUK) stasi St. Maicheal
Kindasan, St. Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo, untuk kedua
orang tua, kakak, adik dan sesama keluargaku serta sahabat-sahabat yang telah
memberikan dukungan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah
untuk sehari”
(Mat 6:33-34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO
YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI
PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG” . Judul skripsi ini dipilih
berdasarkan pengalaman pribadi penulis terhadap keprihatinan menurunnya
semangat pelayanan katekis akibat adanya tantangan-tantangan pelayanan yakni
arus besar perubahan zaman yang terjadi dewasa ini. Realitas pelayanan katekis
menunjukkan adanya tantangan pelayanan yang menghambat dan mempersulit
penghayatan spiritualitas pelayanan sehingga semangat melayani menurun. Hal
ini tidak dapat dibiarkan sebaliknya harus disikapi dan ditanggapi secara bijaksana
oleh para katekis. Bertitik tolak dari kenyataan itu, skripsi ini dimaksudkan untuk
memberi inspirasi kepada para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani
kebutuhan umat.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat
digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II untuk meningkatkan semangat
pelayanan katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut diolah dengan
menggunakan studi pustaka terhadap kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II guna
memperoleh inspirasi-inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II.
Inspirasi-inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk
meneguhkan dan meningkatkan semangat pelayanan mereka.
St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang sangat menginspirasi
banyak orang. Beliau adalah pribadi yang sangat kuat dalam iman, harapan dan
kasih yang didukung oleh semangat doa mistis. Beliau pribadi yang penuh kasih
sehingga disebut promotor kasih. Beliau pribadi yang tenang, lemah lembut dan
murah senyum namun tegas pada keyakinannya. Beliau pribadi yang teguh,
tangguh dan tanggap terhadap tantangan arus zaman, berani menghadapi
penderitaan dan kematian. Semangat pelayanannya tidak pernah pudar meskipun
menghadapi banyak tantangan dan ancaman pembunuhan. Beliau tidak kunjung
lelah menyuarakan kasih Allah kepada dunia seperti seorang ibu yang
mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya. Beliau telah menjadi
garam dan terang dunia. Oleh karena itu pantaslah beliau menjadi teladan dan
inspirasi bagi para katekis sebagai pelayan.
Dalam sejarah Gereja, tugas dan peran katekis sangatlah penting bagi
perkembangan dan penyebarluasan iman. Katekis menjadi tulang punggung bagi
perkembangan Gereja. Maka, pembinaan dan pendampingan terhadap katekis dan
calon katekis perlu terus diupayakan oleh keuskupan maupun paroki. Mengingat
begitu penting kehadiran para katekis dan banyaknya tantangan pelayanan, maka
sangat mendesaklah upaya pendampingan dan pembinaan para katekis agar tetap
bersemangat dalam melayani umat. Oleh karena itu, penulis juga menawarkan
suatu program retret sebagai upaya untuk membantu meningkatkan semangat dan
penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis entitles "EXPLORING THE
SPIRITUALITY OF SAINT JOHN PAUL II AS A SOURCE OF
INSPIRATION FOR THE MINISTRY OF CATECHISTS TODAY". This
title was selected based on the author’s personal concern about the declining of
the catechists of the ministry of catechists due to the challenges of the ministry
that is the large current of the change of time today. The reality shows there are
challenges which impede the appreciation of the spirituality of ministry so that the
spirit of ministry declined. This situation cannot be allowed and have to be
addressed and responded wisely by catechists. Based on this fact, this
undergraduate thesis was intended to keep inspiration of catechist in order to
remain energetic in servicing the needs of the people.
The main issue in this undergraduate thesis is what kind of inspiration
based on the spirituality of St. John Paul II can be explore to enhance the ministry
catechists today. This issue was elaborated by using literature on the ministerial
story of St. John Paul II in order to get inspiration from his ministerial spirituality.
Thus inspiration presented would be useful to strengthen and intensify the spirit of
ministry of catechists.
St. John Paul II is a very inspired person to many people. He was the one
who is very strong personal in faith, hope and love that supported by the mystical
spirit of prayer. He was called promoter of love because he was a person full in
love. He was a quiet, gentle, full of smile person as well as and firmly in his
belief. He was a tenacious and resilient as well as ready to response to the today’s
challenges. He dared to face suffering and death. His ministerial spirit never faded
in spite of confronting challenges and threats of murder. He never exhausted
expressing God love to the world as a mother who entirely devoted her affection
to her children. Therefore, he was worth to become example and to give
inspiration for catechists as a servent.
In the history of the Church, the task and the role of catechists have been
development and dissemination of the faith. Catechists have become the backbone
for the Church development. Thus the formation and assistance of the catechists
need to keep on pursued by dioceses and parishes. Relying on the important of
catechists and many challenges of ministry, the formation and assistance of
catechists are very urgent so that the catechists keep on their spirit of ministry.
Therefore, the author offers a retreat program as an attempt to enhance the spirit
and the appreciation of the vocation of catechists as servants.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI
SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER
INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG.
Skripsi ini disusun berdasarkan pengalaman peserta terhadap keprihatinan
realitas pelayanan katekis dan realitas kehidupan beriman yang mengalami banyak
hambatan dan kesulitan. Contohnya, sekularisme dan sekularisasi, globalisasi,
budaya instan, relativisme, dampak perkembangan teknologi digital,
fundamentalisme dan radikalisme, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan
hidup, serta merebaknya kemiskinan. Menurunnya semangat pelayanan para
katekis memicu pada usaha untuk memberi sumbangan pemikiran berupa inspirasi
untuk meneguhkan dan menyemangat mereka agar tetap bersemangat melayani
umat meskipun mengalami banyak tantangan pelayanan.
Gereja selalu mengharapkan kehadiran para katekis yang siap melayani
dengan sepenuh hati. Pada masa yang bersamaan, katekis mengalami banyak
tantangan dalam menghayati panggilannya sebagai pelayan. Oleh karena itu,
penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mencari dan menemukan spiritualitas
pelayanan St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis
agar semakin bersemangat melayani umat. Skripsi ini juga menawarkan program
retret untuk membantu meningkatkan semangat pelayanan para katekis. Selain itu,
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati
penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Program Studi
Pendidikan Agama Katolik dan sekaligus dosen pembimbing utama yang
selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu untuk mendampingi dan
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan
dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah bersedia
membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji III yang telah bersedia
membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
dengan baik.
5. Seluruh staf pelayan Keuskupan Keningau Sabah terutama Bapa Uskup
Cornelius Piong,. Romo Drs, Charles Chiew SJ., Romo Justin Joanes, SJ. dan
semua pastor paroki, serta Bapak John Liansin selaku ketua Pusat Pelatihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Katekis (PPK) Keuskupan Keningau, seluruh staf Pusat Pembangunan
Pastoral Keuskupan Keningau yang telah memberi dukungan penuh kepada
penulis baik secara materi maupun non-materi selama kuliah sehingga
penulisan skripsi ini selesai dengan baik.
6. Orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu memberi semangat,
dukungan moral, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan
perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
7. Umat Paroki St. Francis Xaverius khususnya di stasi St. Micheal Kindasan, St.
Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo yang telah memberi
dukungan moral dan doa kepada penulis selama kuliah.
8. Seluruh staf perpustakaan Kolese St. Ignatius Kotabaru dan Perpustakaan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang begitu bermurah hati untuk
meminjamkan buku-buku yang penulis perlukan baik selama kuliah maupun
selama penulisan skripsi ini sampai selesai.
9. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberi semangat, motivasi,
dorongan dan bantuan bagi penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi
ini.
10. Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah
menemani, memberi semangat serta dukungan doa hingga dari awal
perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
11. Umat di Paroki Ratu Pencinta Damai Pogot Surabaya yang selalu memberi
dukungan motivasi, doa dan semangat kepada penulis hingga penyelesaian
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PENYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Permasalahan................................................................... 7
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 7
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 7
E. Metode Penulisan ............................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 8
BAB II. PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP................ 11
A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II .......... 12
1. Kisah Hidup sebelum Menjadi Imam ......................................... 12
2. Panggilan Menjadi Imam ........................................................... 14
3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta ...................... 16
4. Kisah Hidup dan Pelayanan selama Menjabat Takhta Suci ......... 18
a. Karya dan Kunjungan Pastoral ............................................. 18
b. Serangan Percobaan Pembunuhan ........................................ 21
c. Penderitaan yang Dialami ..................................................... 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa
di Surga................................................................................ 24
5. Penghargaan dan Gelar ............................................................... 26
a. Tokoh Dialog .......................................................................... 26
b. Paus Orang Sakit dan Menderita ............................................. 29
c. Santo yang Hidup .................................................................... 31
d. Yang Agung dan Yang Mulia .................................................. 33
e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar .......................... 34
B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II .............................................. 37
1. “Hidup, Bergerak dan Berada” dalam Yesus Kristus
(Kis 17:28) ................................................................................. 40
2. Teguh Berharap Walau dalam Situasi Tanpa Harapan ................ 45
3. Cintakasih hingga Tuntas ........................................................... 48
4. Berdoa dalam Roh ..................................................................... 59
BAB III. TANTANGAN DAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN INI .... 70
A. Tantangan Pelayanan Katekis Zaman Ini ...................................... 71
1. Sekularisasi dan Sekularisme .................................................. 72
2. Pandangan Hidup dan Budaya Instan ..................................... 73
3. Ateisme dan Relativisme yang melahirkan Krisis Iman dan
Moral ...................................................................................... 75
4. Dampak Perkembangan Teknologi Digital .............................. 75
5. Pluralitas yang diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme
serta Globalisasi ..................................................................... 76
6. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup ............... 78
7. Merebaknya Kemiskinan ........................................................ 79
B. Tugas dan Peranan Katekis sebagai Pelayan Umat pada Zaman Ini 81
1. Pelayanan ................................................................................ 82
a. Pelayanan menurut Kitab Suci ............................................ 82
b. Pelayanan menurut Dokumen Gereja .................................. 84
c. Pelayanan menurut Para Tokoh ........................................... 87
1). Paus Fransiskus ............................................................. 87
2). Mother Teresa ............................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3). St. Yohanes Paulus II ..................................................... 90
2. Sosok Katekis ......................................................................... 93
3. Kategori Katekis ..................................................................... 96
4. Tugas dan Peran Katekis ......................................................... 98
5. Cakupan Pelayanan Katekis .................................................... 104
a. Cakupan teritorial ............................................................... 104
b. Cakupan Bidang ................................................................. 105
6. Perkembangan Pelayanan Katekis ........................................... 107
BAB IV. MENIMBA INSPIRASI DARI SANTO YOHANES PAULUS II
BAGI PELAYANAN PARA KATEKIS ..................................... 112
A. Katekis Menimba Inspirasi dari St. Yohanes Paulus II ................. 113
1. Saksi Iman yang Sejati ............................................................ 114
2. Tanpa Doa Iman dan Kasih adalah Mati .................................. 117
3. Kesetiaan pada Tugas Pengutusan ........................................... 120
4. Hati Penuh Pengharapan ......................................................... 122
5. Pemberani di waktu Penuh Ketakutan dan Penderitaan ............ 124
6. Sang Kelana dan Misionaris Agung......................................... 126
7. Pribadi yang Rendah Hati ........................................................ 128
8. Pribadi yang Utuh ................................................................... 130
9. Pribadi Penuh Kasih ................................................................ 132
10. Pribadi Multi-Talenta ........................................................... 135
B. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan
para Katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau 141
1. Latar Belakang Program.......................................................... 141
2. Pengertian Retret..................................................................... 145
3. Alasan Diadakan Program Retret ............................................ 146
4. Tujuan Diadakan Retret .......................................................... 147
5. Gambaran Pelaksanaan Program Retret ................................... 149
6. Pemilihan Materi..................................................................... 149
7. Matriks Usulan Materi Program Retret .................................... 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
8. Contoh Persiapan Program Retret untuk meningkatkan
Semangat Pelayanan para Katekis di Paroki Santo Francis
Xaverius Keuskupan Keningau .............................................. 157
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 173
A. Kesimpulan ............................................................................. 173
B. Saran ....................................................................................... 176
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 178
LAMPIRAN ................................................................................................ 181
Lampiran 1: Data Diri Santo Yohanes Paulus II ................................. (1)
Lampiran 2: Beberapa Foto Kenangan Santo Yohanes Paulus II ........ (3)
Lampiran 3: Beberapa Gambar Monumen Tanda Penghargaan Santo
Yohanes Paulus II.......................................................... (8)
Lampiran 4: Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II ...................... (9)
Lampiran 5: Ensiklik yang dikeluarkan oleh Santo Yohanes Paulus II (13)
Lampiran 6: Doa dengan perantaraan Santo Yohanes Paulus II .......... (14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab
Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika
yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan
diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI,
2001, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 18 November 1965.
AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misionaris
Gereja, 7 Desember 1965.
ASG : Ajaran Sosial Gereja, Seri Dokumen Gerejawi Edisi Khusus
(Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial gereja Tahun 1891-1991 dari
Rerum Novarum sampai Centesimus Annus, diterjemahkan dari
naskah resmi bahasa Latin oleh R. Hardawiryana, SJ), Agustus
1999.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes
Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Wahyu Ilahi, 18 November 1965.
EG : Evangelii Gaudium. Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang
Sukacita Injil, 24 November 2013.
EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.
GE : Gravissimum Educationis, Penyataan Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristiani, 28 Oktober 1965.
GS : Gaudium Et Spes, Kontitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai
Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral
Gereja Katolik, 22 Juni 1992.
KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik
dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.
LG : Lumen Gentium, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964.
PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Pelayanan Dan Kehidupan Para Imam, 7 Desember 1965.
RM : Redemptoris Missio, Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II
tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
AS : Amerika Serikat
Bdk : Berdasarkan
CEP : Congregation for Evangelization of Peoples, Kongregasi
Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, menerbitkan buku Pedoman
Untuk Katekis, 3 Desember 1993.
CM : Congregation Missionis, Kongregasi Misi
FI : Formatio Iman
Hal : Halaman
KAJ : Keuskupan Agung Jakarta
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Pdt : Pendeta
PIA : Pendampingan Iman Anak
PIOD : Pendampingan Iman Orang Dewasa
PIR : Pendampingan Iman Remaja
PIUL : Pendampingan Iman Lanjut Usia
PPK : Pusat Pelatihan Katekis
PUK : Petunjuk Umum Katekese
PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia
Prodi : Program Studi
SJ : Serikat Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengawali Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, Bapa Suci Fransiskus
menyampaikan dorongan untuk melaksanakan seluruh kegiatan pewartaan atau
yang sering disebut evangelisasi dengan penuh sukacita. Seruan tersebut
mengajak seluruh keluarga besar Umat Allah untuk melakukan suatu
pembaharuan atau suatu cara baru dalam melaksanakan visi dan misi bersama,
yakni mewartakan kabar sukacita dengan penuh kegembiraan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa, sukacita itu dapat dibagikan kepada orang lain jika seorang
lebih dulu mengalami sukacita tersebut. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi
seorang yang telah menerima kasih Allah untuk tidak mampu membagikan kasih
kepada sesama (EG 8).
Mengutip dari Ensiklik Deus Caritas Est, Bapa Suci mengungkapkan,
“Menjadi seorang Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan mulia,
melainkan perjumpaan dengan suatu kejadian atau seseorang, yang memberikan
cakrawala baru dan arah yang menentukan dalam hidup” (EG 7). Dengan kutipan
tersebut menjadi jelas bahwa pengalaman perjumpaan kasih merupakan unsur
penting menjadi Kristiani. Oleh karena itu, Gereja perlu memberi tempat pada
pengalaman perjumpaan akan Allah yang adalah kasih dan sumber sukacita sejati
dalam kegiatan evangelisasi. Pengalaman perjumpaan atau pengalaman kasih
tersebut bukanlah dalam hal-hal yang besar atau luar biasa tetapi “Inilah sukacita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup,...”.(EG 4).
Hal-hal kecil tersebut tidak sama dengan hal biasa yang dilakukan dan yang ada di
dalam Gereja, tetapi ada di mana kemungkinan sukacita atau kasih Allah boleh
diterima dan dialami oleh orang lain. Bapa Suci dengan penuh semangat juga
mengatakan bahwa “Gereja harus keluar” untuk mencari dan menemukan tempat
di mana benih kasih Allah dapat disemai.
Persoalan untuk masa sekarang adalah siapakah pelaku pewarta sukacita
Injil tersebut? Pada dasarnya seruan Bapa Suci Fransickus tersebut ditujukan
kepada semua umat sebagai anggota Gereja, namun secara khusus kepada mereka
yang bergiat dalam pewartaan terutama para katekis. Para katekis yang secara
khusus menempuh studi kateketik maupun katekis sukarela kiranya menanggapi
dengan penuh keterbukaan seruan Bapa Suci Fransiskus serta siap
melaksanakannya.
Dalam perjalanan waktu, jumlah umat semakin bertambah dan tentunya
membutuhkan tenaga pelayan yang mencukupi. Seperti yang pernah Yesus
katakan kepada murid-Nya “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (Mat
9:37). Sementara itu, umat juga dihadapkan dengan pelbagai tantangan arus besar
zaman yang semakin menggerogoti kehidupan rohani. Dewan Karya Pastoral
Keuskupan Agung Semarang dalam Direktorium Formatio Iman – Menjadi
Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati – mengarisbawahi
tujuh tantangan arus-arus besar zaman sekarang (2014:11-17). Tantangan-
tantangan tersebut adalah Sekularisasi dan Sekularisme (art. 15), pandangan hidup
dan budaya instan (art. 16), krisis iman dan krisis moral yang ditandai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
munculnya Ateisme dan Relativisme (art. 17), Generasi Digital dan kecepatan-
keluasan jejaring sosial (art. 18), pluralitas agama yang diwarnai gerakan
Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi (art. 19,20), rusaknya
keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup (art. 21), dan merebaknya kemiskinan
(art. 22).
Demikian situasi dunia banyak memberi kenikmatan duniawi yang sangat
beragam dan sangat realistis pula. Dalam situasi seperti itu, baik pewartaan
maupun pelayanan katekis menghadapi tantangan berat dan sulit dihadapi.
Sementara itu, katekis juga mengalami banyak tantangan dan godaan yang
membuat semangat pelayanan mereka semakin menurun. Akibatnya, pelayanan
dilaksanakan hanya sebagai kewajiban atau formalitas belaka, atau hanya
pemenuhan kebutuhan pelayanan semata-mata demi mendapatkan kebahagiaan
semu. Dalam situasi seperti itu, sukacita Injil atau kasih Allah menjadi semakin
sulit untuk diwartakan. Sementara itu juga, berhadapan dengan pelbagai tantangan
arus besar zaman, umat mengalami krisis iman dan krisis moral. Oleh hal
demikian, sangat mendesaklah bagi Gereja untuk lebih giat dan aktif hadir di
tengah hidup umat, melayani dan memperhatikan umat agar iman tetap terpelihara
serta semakin berkembang. Karena itu, dibutuhkan tenaga pewarta terutama
katekis untuk berperan mendampingi umat agar mengalami kasih Allah dalam
hidupnya.
Menyadari akan tantangan tersebut, keuskupan maupun paroki mencoba
untuk memberi bekal serta pembinaan kepada para katekis agar semakin
bersemangat dalam melayani umat. Pelbagai usaha yang dilakukan, mulai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
membiayai para calon katekis khusus studi teologi maupun ilmu kateketik, dan
membina para katekis sukarela dengan harapan akan menjadi seorang katekis
yang profesional serta berspiritualitas mendalam. Para katekis yang sudah
melayani juga terus didampingi dan diberi pembinaan, kursus penyegaran
pelayanan, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Semua usaha tersebut dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan umat dan juga dalam usaha menanggapi seruan
Bapa Suci Paus Fransiskus. Namun segala usaha tersebut tidaklah cukup untuk
membina katekis yang sungguh berspiritual tangguh dan mendalam. Tidaklah
cukup para katekis studi dan mengikuti banyak pelatihan dan pembinaan, tetapi
membutuhkan pengolahan diri sendiri. Pengolahan diri sendiri pun harus ada
dasar dan arahnya yang jelas pula. Maka dari itu, dalam skripsi ini penulis
mengusulkan agar para katekis belajar dan menimba inspirasi dari spiritualitas
pelayanan St. Yohanes Paulus II.
St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki semangat
pelayanan tidak pernah pudar meskipun mengalami dan menghadapi banyak
tantangan. Sosok yang memiliki kedalaman spiritualitas, menjadikan ia senantiasa
bersemangat dalam menghayati panggilannya sebagai gembala sampai pada titik
akhir hidupnya. Seperti yang sudah diketahui, St. Yohanes Paulus II, selama
pelayanannya, menghadapi banyak tantangan bahkan menghadapi percobaan
pembunuhan. Akibat dari luka serangan pencobaan pembunuhan inilah yang
menjadi titik awal penderitaan beliau terhadap pelbagai jenis penyakit kronis yang
sulit disembuhkan. Meskipun demikian, semangat pelayanan St. Yohanes Paulus
II tidak pernah luntur, tidak jarang pula beliau bersikeras melakukan pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
maupun kunjungan pastoral di masa kondisinya tidak mendukung. St. Yohanes
Paulus II juga memiliki relasi yang sangat intim dengan Sang Sabda sumber
kehidupan yakni Yesus Kristus, dan sangat dekat dengan Bunda Gereja Bunda
Maria. Kedalaman hubungan dengan Yesus dan Bunda Maria inilah yang menjadi
sumber kekuatan St. Yohanes Paulus II dalam melaksanakan pelayanannya dan
dalam menghadapi serta menanggung segala penderitaan yang beliau alami
selama masa hidupnya.
St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang suka mengampuni dan senang
menghibur orang lain. Setelah luka dalam akibat peluru serangan percobaan
pembunuhan sembuh, St. Yohanes Paulus II dengan hati yang terbuka dan penuh
kasih mendekati pelaku serangan dan mengampuninya. St. Yohanes Paulus II
tidak hanya mengampuni tetapi beliau juga menganggap pelaku serangan sebagai
saudaranya. Tindakan St. Yohanes Paulus II mengampuni dan menganggap
pelaku serangan sebagai saudara merupakan tindakan kasih yang memancarkan
sukacita. Tindakan ini sungguh menggugah hati banyak orang. Selain itu, di masa-
masa sakitnya menjadi parah dan ditempatkan di rumah sakit, beliau bahkan
selalu memberi penghiburan kepada para pesakit yang lain.
Selama menjabat takhta suci, St. Yohanes Paulus II sering kembali ke
ruang operasi untuk melaksanakan tindakan prosedur atas sakit yang dideritanya.
Betapa berat penderitaan yang beliau alami namun tidak menjadi penghalang
baginya untuk melaksanakan pelayanan. St. Yohanes Paulus II bahkan sering
menunda waktu perawatannya demi melaksanakan tanggung jawab sebagai Paus.
Tidak hanya pada masa pelayanannya sebagai pemimpin tertinggi Gereja, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sudah sejak kecil beliau telah mengalami banyak penderitaan. Beliau kehilangan
semua orang tersayangnya yakni kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Beliau
mengalami kekejaman dan kekerasan pemerintahan tentara Nazi Jerman yang
memaksa beliau berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Namun sampai pada
titik akhir hidup, semangatnya tetap bernyala dan sangat menginspirasi serta
mengagumkan banyak orang di seluruh dunia.
Oleh hal yang demikian para katekis sebagai pelayan perlulah menimba
inspirasi dari St. Yohanes Paulus II misalnya kesetiaan pada tugas perutusan,
ketekunan dalam doa, lemah lembut dan murah senyum, pemberani di waktu
penuh ketakutan, hati penuh harapan meskipun dalam situasi tanpa harapan,
pembela nilai luhur manusia, berani menghadapi sakit dan kematian, dan totalitas
dalam pelayanan. Para ketekis perlu menggali spiritualitas pelayanan St. Yohanes
Paulus II sebagai inspirasi pelayanan mereka dalam mewartakan Kabar Sukacita.
Sukacita itu dapat dibagikan atau disebarkan kepada orang lain jika katekis lebih
dulu memiliki sukacita tersebut. Itulah yang dilakukan oleh St. Yohanes Paulus II.
Seperti yang dihadapi St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya, para katekis
juga menghadapi tantangan besar yakni arus-arus perkembangan zaman yang
dapat menghambat penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan. Maka dari itu,
penulis memberi judul skripsi ini, “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO
YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI
PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Tujuannya adalah,
supaya para katekis zaman sekarang semakin dapat menghayati panggilannya
sebagai pelayan yang mewartakan Kabar Sukacita yakni kasih Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :
1. Seperti apa sosok dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II?
2. Seperti apa sosok katekis dan pelayanan mereka kepada umat?
3. Inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus
II bagi pelayanan katekis zaman sekarang?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini
sebagai berikut :
1. Menggambarkan spiritualitas dari St. Yohanes Paulus II sebagai sumber
inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.
2. Menggambarkan sosok katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan
mereka kepada umat.
3. Menyampaikan dan menguraikan inspirasi spiritualitas St. Yohanes Paulus
II bagi pelayanan para katekis zaman sekarang.
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru kepada para katekis tentang
kisah hidup dan pelayanan St. Yohanes Paulus II agar dapat mengenali lebih
dalam sosok pribadi dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Memberi pengetahuan dan pemahaman kepada umat kristiani tentang sosok
katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan mereka kepada umat, agar
katekis sendiri semakin disadarkan akan tugas dan perannya dalam Gereja.
3. Memberi inspirasi bagi para katekis dalam usaha menghayati dan mencintai
panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus sehingga semakin
bersemangat melayani umat.
E. Metode Penulisan
Skripsi ini adalah studi pustaka dengan menggunakan metode penulisan
deskripsi intepretatif. Dengan metode deskripsi intepretatif cara penulisan yang
dilakukan adalah penulisan yang dilandaskan dengan cara mengemukakan,
menyampaikan atau menggambarkan apa yang sudah didapat melalui studi
pustaka kemudian menjelaskan dan memaknainya. Berdasarkan judul yang
dipilih, penulis akan menggambarkan kembali inspirasi dari spiritualitas St.
Yohanes Paulus II kemudian memaknainya sebagai inspirasi bagi pelayanan
katekis di zaman sekarang.
F. Sistematika Penulisan
Judul skripsi adalah “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO
YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI
PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Dengan judul tersebut,
penulis ingin mengali spiritualitas St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi
bagi pelayanan para katekis zaman sekarang. Untuk mencapai maksud tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari lima bab yang isinya adalah seperti
berikut:
Bab I menguraikan pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas sosok pribadi dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II
yang mencakup pembahasan kisah St. Yohanes Paulus II dari masa kecil, kisah
pelayanan sampai pada titik akhir hidupnya, pengertian spiritualitas secara umum
dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II.
Bab III membahas tantangan dan pelayanan katekis zaman sekarang.
Pembahasan dalam bab ini memberi gambaran tentang tantangan-tantangan
pelayanan katekis dan pelayanan katekis kepada umat. Bab ini dimulai dengan
pemaparan tujuh tantangan pelayanan zaman dewasa ini. Sebelum membahas
pelayanan katekis, secara cermat akan dipaparkan arti pelayanan yang ditinjau
dari 3 perspektif yaitu pelayanan menurut Kitab Suci, menurut Dokumen Gereja,
dan pelayanan menurut beberapa tokoh. Pembahasan tentang pelayanan katekis
zaman sekarang mencakup sosok, tugas dan peran katekis dalam Gereja. Selain
itu, bab ini juga memberi gambaran tentang kategori katekis, cakupan pelayanan
katekis dan perkembangan pelayanan katekis.
Bab IV membahas inspirasi-inspirasi yang didapat dari kisah pelayanan St.
Yohanes Paulus II. Penulis akan mengemukakan beberapa inspirasi yang menarik
dari kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II dan memaknainya sebagai inspirasi
bagi pelayanan katekis zaman sekarang. Bab ini ditutup dengan pembahasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tentang usulan program retret sebagai usaha meningkatkan semangat pelayanan
katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau Sabah.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan, penulis akan
mengungkapkan beberapa hal penting berkenaan dengan pokok permasalahan
penulisan skripsi ini. Penulis memberikan saran guna memanfaatkan hasil karya
ini untuk meningkatkan semangat pelayanan para katekis dengan belajar dan
menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP
Paus Yohanes Paulus II adalah tokoh yang sangat menginspirasikan,
banyak hal yang dapat dipelajari darinya, baik itu sejarah hidupnya sebagai
pelayan Gereja dan dunia maupun dokumen-dokumen yang telah diterbitkannya.
Selama masa pelayanan Paus Yohanes Paulus II, banyak tantangan dan persoalan
dunia yang telah dihadapi oleh Paus Yohanes Paulus II dengan penuh keberanian
dan keyakinan serta harapan yang tak kunjung padam. Begitu unggul dan
menginspirasikan kisah hidup dan pelayanannya sehingga sangat menarik dan
berguna untuk dipelajari oleh para katekis sebagai sumber inspirasi bagi
pelayanan mereka.
Oleh hal yang demikian, pembahasan dalam bab II ini menjadi bagian
yang penting dalam keseluruhan tulisan ini, dimana menjadi sumber belajar
utama untuk mencapai maksud dan tujuan utama penulisan skripsi. Adapun isi
dari bab II ini adalah mengenai kisah hidup St. Yohanes Paulus II dari kecil
sampai wafatnya, kisah pelayanan dan tantangan-tantangan yang dihadapinya baik
sebelum terpilih menjadi Paus maupun setelah menjadi Paus, termasuk juga
beberapa hal menarik tentang penghargaan dan gelar, dan yang paling penting
adalah pembahasan tentang spiritualitas St. Yohanes Paulus II.
Pembahasan bab II ini terdiri dari 2 bagian utama yaitu bagian pertama
mengenai kisah hidup dan pelayanan, dan bagian kedua tentang spiritualitas St.
Yohanes Paulus II. Bagian pertama dibagi menjadi 5 topik. Topik 1 sampai 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
lebih menyoroti kisah hidup dan pelayanan sebelum terpilih menjadi Paus. Topik
4 lebih menyoroti kisah hidup, pelayanan dan perjuangan selama menjabat takhta
suci, terutama penderitaan yang dialaminya karena justru itulah yang menjadi
kekhasan dari keunggulan pelayanan St. Yohanes Paulus II. Topik 5 menyoroti
hal-hal yang menarik dari pribadi St. Yohanes Paulus II yang mengungkapkan
kebesaran dan keunggulan beliau. Sedangkan bagian kedua terdiri dari 4 topik
yang menjadi sumber belajar utama dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.
A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II
1. Kisah Hidup Sebelum Menjadi Imam
Leonora Wilson dalam buku kecil tulisannya yang berjudul Karol dari
Polandia mengisahkan kehidupan masa kecil St. Yohanes Paulus II. Karol
Wojtyla adalah nama lahir St. Yohanes Paulus II. Dalam bahasa Inggris Karol
berarti Charles. Nama keluarga Karol adalah Wojtyla. St. Yohanes Paulus II lahir
pada tanggal 18 Mei 1920 di sebuah kota kecil bernama Wadowice di Negara
Polandia. Rumah Wojtyla terletak di Church Street No. 7. Keluarga Wojtyla
bukanlah keluarga yang kaya. Rumah yang mereka tempati adalah sebuah rumah
yang biasa-biasa saja (Wilson, 2004: 6-7).
Berdasarkan tulisan Leonera Wilson (2004:8-9) ayah Wojtyla adalah
seorang tentara. Dalam benak Wojtyla, nantinya dia juga akan menjadi seorang
tentara yang baik seperti ayahnya. Wojtyla mempunyai seorang saudara yang
bernama Edmund berusia dua belas tahun lebih tua daripadanya. Setiap hari ayah
Wojtyla akan berangkat kerja, Edmund berangkat ke sekolah, manakala Wojtyla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tinggal di rumah bersama ibunya. Ibu Wojtyla, nyonya Wojtyla tidak memiliki
pekerjaan tetap. Wojtyla sejak usia dini sudah mendapat didikan yang sangat
bagus dari ibunya dan belajar berdoa secara mandiri. Wojtyla sangat menyukai
ketika ibunya bercerita tentang Allah, Yesus, Bunda Maria, dan tentang Gereja.
Memasuki usia Sekolah Dasar yaitu tujuh tahun, Wojtyla bersekolah di
sekolah militer yaitu sekolah khusus putra (Wilson, 2004:14). Semenjak
memasuki usia sekolah, Wojtyla semakin aktif dan semakin berkembang dalam
banyak hal terutama bidang olahraga. Wojtyla dipanggil Lolek oleh teman-
temannya. Tidak lama setelah ulang tahun yang kesembilan, Wojtyla mengalami
kesedihan karena ibunya telah meninggal (Wilson, 2004:16).
Setelah selesai di sekolah militer, Wojtyla melanjutkan belajarnya di
sekolah lain dan belajar lebih banyak tentang matematika, menulis dan ilmu
pengetahuan yang lainnya (Wilson, 2004:18). Wojtyla pun semakin pintar dan
semakin aktif melaksanakan banyak kegiatan bersama teman-temannya. Namun
baru saja setahun di sekolah baru ini, saudaranya Edmund mengalami sakit dan
tidak kunjung sembuh. Saudaranya Edmund akhirnya meninggal (Wilson,
2004:19).
Leonora Wilson (2004:20-21) selanjutnya mengisahkan kebingungan
Wojtyla dalam menentukan masa depannya. Setelah tamat dari sekolah menengah
atas, Wojtyla masih belum jelas tentang masa depannya. Keinginannya untuk
menjadi tentara sudah hilang. Selama masa ini Wojtyla sangat aktif datang ke
Gereja untuk berdoa dengan harapan mendapat petunjuk akan mau jadi apa
nantinya. Dalam hati Wojtyla terjadi pergulatan pilihan antara jadi bintang film
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
atau imam. Belum sempat membuat pilihan, pada tahun 1938, Wojtyla dan
ayahnya berpindah ke sebuah kota yang lebih besar yaitu Krakow. Di kota ini
Wojtyla masuk universitas. Tono Suratman (2014:116) dalam tulisannya Santo
Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia menuliskan, di Krakow Wojtyla
masuk Universitas Jaggiellonian. Di Universitas ini, sambil belajar filologi dan
berbagai bahasa, Wojtyla juga tampil di beberapa grup teater dan menjadi penulis
naskah drama. Kemampuan berbahasa Wojtyla berkembang dengan cepat
sehingga beliau menguasai 12 bahasa asing, 9 daripadanya digunakan selama
menjadi Paus.
Anthony Christie (2014: 56) dalam tulisannya mengisahkan tidak lama
Wojtyla menetap di Krakow, perang pecah di Polandia akibat dari pendudukan
Nazi pada tahun 1939. Orang-orang saling bertempur, pengeboman terjadi
dimana-mana dan tank-tank tentara memenuhi kota. Banyak orang yang terbunuh
dan dipenjarakan. Saat itu di Polandia tidak ada kebebasan dan keadaan sangatlah
menyedihkan. Selama pendudukan Nazi, Wojtyla tidak dapat masuk ke sekolah
karena semua sekolah ditutup (Wilson, 2004:22).
2. Panggilan Menjadi Imam
Wilson (2004:22-23) dalam buku kecilnya mengisahkan Wojtyla yang
berani mengalami pergulatan panggilan hidupnya. Setelah pendudukan Nazi,
bahkan Wojtyla belum merasa kalau ia nantinya akan menjadi imam. Karena tidak
sekolah, ia bekerja di beberapa tempat. Wojtyla juga sering berkumpul dengan
teman-temannya dan biasanya mengadakan acara seperti pementasan drama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pertunjukkan lainnya. Ketika itu, dalam hati Wojtyla bertanya pada diri sendiri
bahwa dia akan menjadi pemain film yang terkenal. Sementara ayah Wojtyla
semakin menderita sakit keras dan akhirnya dipanggil oleh Allah Bapa. Saat inilah
Wojtyla mengalami pergulatan, ia berdoa dan berdoa terus agar ada jawaban yang
ia dapatkan. Akhirnya Wojtyla menyadari bahwa Allah menghendakinya untuk
menjadi seorang imam. Sejak kesadaran ini, Wojtyla semakin rajin belajar
meskipun masih bingung mau pergi ke mana. Saat ini hati Wojtyla sudah bulat
dan sangat yakin akan menjadi imam (Christie, 2014:57), hanya saja dia belum
tahu bagaimana caranya karena masih terjadi penindasan dari tentara Nazi.
Selama ini Wojtyla tidak pernah putus asa, sepulang dari bekerja Wojtyla
semakin giat belajar. Perang semakin memburuk, keadaan dan situasi Polandia
semakin memprihatinkan. Pada suatu hari minggu, terdengar suara tembakan dari
luar rumahnya. Ternyata tentara Nazi sedang mencari dan menangkap semua laki-
laki. Wojtyla segera bersembunyi sampai tentara pergi meninggalkan rumahnya
(Wilson, 2004:24). Tono Suratman (2014:118) dalam tulisannya mencatat
peristiwa yang terjadi pada tanggal 6 Agustus 1944 ini sebagai insiden kelam
“Minggu Hitam”, karena Gestapo mengumpulkan para pria muda di Krakow
untuk mencegah meluasnya demonstrasi yang sedang terjadi di Warsawa. Rumah-
rumah digeledah untuk mencari anak-anak muda. Wojtyla lolos dari penangkapan
karena selama penggeledahan Wojtyla bersembunyi di ruang bawah tanah rumah
pamannya.
Di saat yang genting ini Wojtyla semakin giat berdoa. Keesokan hari
setelah tentara Nazi meninggalkan rumahnya, datanglah seorang wanita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
merupakan seorang pemandu. Wojtyla mengikuti wanita tersebut. Mereka
melewati banyak bahaya ditembak dan ditangkap oleh tentara tetapi itu tidak
pernah terjadi sampai mereka tiba di rumah tempat Uskup Krakow tinggal. Sejak
saat inilah perjalanan Wojtyla menjadi imam dimulai. Di rumah uskup ini Wojtyla
melaksanakan studinya untuk menjadi seorang imam (Wilson, 2004:24-25).
Pada tahun 1945 perang berhenti. Tentara-tentara meninggalkan Polandia.
Sekolah-sekolah dan universitas pun mulai dibuka kembali (Wilson, 2004:26).
Para pelajar keluar dari persembunyian dan bergotong-royong membersihkan
seminari. Tono Suratman (2014:118) mengisahkan, pada waktu itu Wojtyla telah
menolong seorang gadis Yahudi bernama Edith Zierer 14 tahun, yang sedang
melarikan diri dari perkampungan buruh di Czestochow. Selain gadis malang
tersebut, menurut beberapa organisasi Yahudi, Wojtyla telah banyak menolong
orang Yahudi selama pendudukan Nazi. Pada tahun 1946 Wojtyla telah
menyelesaikan studinya dan ditahbiskan sebagai imam pada Pesta Hari Raya
Orang Kudus, 1 November 1946, oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam
Stefan Sapieha dan melaksanakan Misa pertamanya di kota tempat ia dilahirkan
(Tono Suratman, 2014:119).
3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta
Selama menjadi Pastor Wojtyla tidak pernah melupakan kebiasaan-
kebiasaan bersama dengan teman-temannya. Ia telah berusaha keras untuk
mengajari orang tentang kebaikan Allah. Pastor Wojtyla memperjuangkan
pelayanan yang memperkenalkan Allah kepada anak-anak. Ia sangat mencintai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
anak-anak dan ia pun dicintai oleh banyak umat (Wilson, 2004:27). Tono
Suratman (2014:119) menuliskan, tidak lama setelah ditahbiskan, Pastor Wojtyla
dikirim oleh Kardinal Sapieha ke Roma untuk belajar di Universitas Angelicum,
di bawah bimbingan seorang teolog kenamaan, Garrigou-Lagrange seorang imam
dari ordo Dominikan Perancis. Pada tahun 1948, Pastor Wojtyla menyelesaikan
studi doktoralnya dengan tesis yang mengangkat tema iman dalam kesaksian
Santo Yohanes dari Salib.
Tono Suratman (2014:119-120) kemudian mengisahkan Pastor Wojtyla
selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan pelayanan, terutama di
waktu liburnya, Pastor Wojtyla menghabiskan waktunya untuk melaksanakan
pelayanan pastoral kepada para imigran Polandia yang datang dari Perancis,
Belgia dan Belanda. Setelah sekian lama belajar di Roma, pada tahun 1954
akhirnya Pastor Wojtyla memperoleh gelar doktor kedua untuk bidang filsafat di
Universitas Angelicum. Pastor Wojtyla kemudian melanjutkan belajar di
Universitas Katolik Lublin. Di universitas ini Ia mengambil kuliah di bidang
filsafat dan teologi. Sementara ia juga aktif memberikan pelayanan iman kepada
para mahasiswa. Selanjutnya ia menjadi pengajar mata kuliah teologi moral dan
etika sosial di Seminari Tinggi Krakow dan di Fakultas Teologi Lublin. Selama
periode ini Pastor Wojtyla menulis seri artikel di Koran Katolik Krakow,
membuat karya sastra seperti puisi dan naskah drama.
Pada 4 Juli 1958 Pastor Wojtyla diangkat menjadi Uskup tituler Ombi dan
Uskup Bantu Krakow oleh Paus Pius XII, dan ditahbiskan pada 28 September
1958, di Katedral Wawel, Krakow, oleh Uskup Agung Eugeniusz Baziak. Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menjadi Uskup, hidupnya menjadi lebih sibuk lagi. Meskipun demikian, ia tetap
masih meluangkan waktu untuk anak-anak dan orang muda. Sekitar sembilan
tahun kemudian Uskup Wojtyla dipanggil ke Roma. Ketika itu Bapa Suci Paus
Paulus VI sangat tertarik dengan pekerjaan Uskup Wojtyla. Pada 13 Januari 1963
Uskup Wojtyla diangkat menjadi Uskup Agung Krakow oleh Paus Paulus VI,
yang menjadikannya Kardinal pada 26 Juni 1967 (Tono Suratman, 2014:121-
122).
Tono Suratman (2014:122-124) kemudian mengisahkan terpilihnya
Kardinal Wojtyla menjadi paus. Pada tanggal 6 Agustus 1978, Paus Paulus VI
meninggal dunia. Sebagai seorang Kardinal, Wojtyla datang kembali ke Roma
untuk proses pemilihan paus. Paus baru yaitu Paus Yohanes Paulus I pun terpilih.
Namun masa jabatannya berakhir terlalu cepat setelah 33 hari menjabat, Paus
Yohanes Paulus I meninggal. Para Kardinal pun berkumpul kembali ke Roma
untuk memilih paus baru. Tidak disangka dalam konklaf kali ini Kardinal Wojtyla
terpilih menjadi Paus dan ia pun mengambil nama Paus Yohanes Paulus II untuk
menghormati pendahulunya. Anthony Christie (2014:60) membuat catatan, pada
pelantikannya, ia memilih untuk melakukan upacara yang sederhana seperti
pendahulunya dan bukanlah sebuah koronisasi Paus besar-besaran.
4. Kisah Hidup dan Pelayanan Selama Menjabat Takhta Suci
a. Karya dan Kunjungan Pastoral
Didorong oleh keprihatinan pastoralnya bagi seluruh Gereja dan juga
didorong oleh rasa keterbukaan, solider, dan amal kasih terhadap seluruh umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
manusia, St. Yohanes Paulus II melaksanakan tugas pelayanannya dengan
semangat misioner yang tidak pernah mengenal lelah, penuh dedikasi dan dengan
segenap tenaganya. St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah mengadakan
104 kunjungan pastoral di luar Itali dan 146 di dalam Itali. Sementara itu, sebagai
Uskup Roma, St. Yohanes Paulus II mengunjungi 317 dari 333 paroki kota. St.
Yohanes Paulus II juga telah mengadakan pertemuan lebih banyak dari
pendahulunya. Pertemuan yang diadakannya tidak hanya kepada Umat Allah atau
anggota Gereja tetapi juga kepada para pemimpin bangsa-bangsa. Banyak tokoh
pemerintah yang dijumpainya dalam 38 kunjungan resmi, 738 audiensi dan
pertemuan dengan Kepala Negara, dan 246 audiensi dan pertemuan dengan
Perdana Menteri dari seluruh dunia.
Pelayanan beliau juga banyak memberi perhatian kepada kaum muda.
Kasihnya bagi orang-orang muda membawa pada penetapan Hari Pemuda
Sedunia. Dengan adanya Hari Pemuda Dunia St. Yohanes Paulus II telah berjaya
menyatukan jutaan orang muda dari seluruh dunia (Christie, 2014:73). Pada saat
yang sama keluarga juga mendapat perhatian dari St. Yohanes Paulus II, secara
khusus perawatannya untuk keluarga terungkap dalam Rapat Dunia Keluarga,
yang dimulai pada tahun 1994. Selain itu, St. Yohanes Paulus II juga telah
berhasil menjalin dialog dengan orang Yahudi dan dengan perwakilan-perwakilan
masing-masing dari agama lain. Mereka juga yang diundang ke pertemuan dan
doa untuk perdamaian, khususnya di Asisi. Tidak hanya menjalin dialog dengan
orang Yahudi namun St. Yohanes Paulus II juga telah menjalin hubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
agama-agama lain seperti Anglikan, Lutheran, Yahuni, Gereja Ortodoks Oriental,
Budha, dan Islam (Christi, 2014:74-83).
St. Yohanes Paulus II memiliki peran penting dalam runtuhnya
komunisme. Beliau menjadi katalisator untuk “revolusi damai” yang meruntuhkan
komunisme di Polandia (Christi, 2014:83). Runtuhnya komunisme di Polandia
disusuli dengan runtuhnya Tembok Berlin di Jerman Timur, kemudian
kehancuran komunisme Uni Soviet pada tahun 1990 (Tono Suratam, 2014:130).
Dalam persiapan memasuki milenium ketiga dan persiapan merayakan Jubileum
Agung tahun 2000, St. Yohanes Paulus II telah mengedarkan surat Apostolik
Novo Ineunte Millennio, di mana, melalui surat tersebut, ia menunjukkan jalan
menuju masa depan kepada umat.
St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah melakukan banyak usaha
dan dorongan luar biasa untuk kanonisasi dan beatifikasi. Beliau merayakan
upacara beatifikasi 147 di mana ia menyatakan 1.338 orang kudus; dan 51
kanonisasi dengan jumlah 482 orang kudus. Beliau juga telah mengangkat
Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menjadi seorang Doktor Gereja. St. Yohanes
Paulus II juga telah memperluas Kardinal, menjadikannya 231 Kardinal dalam 9
consistories. Beliau mengatur 15 Sidang Sinode para Uskup – enam Sinode
Biasa. Satu Sinode Luar Biasa, dan delapan Sidang Khusus.
St. Yohanes Paulus II telah menerbitkan 85 dokumen penting yang terdiri
dari 14 Ensiklik, 15 amanat Apostolik, 11 Konstitusi Apostolik, dan 45 Surat
Apostolik. St. Yohanes Paulus II juga telah mengeluarkan Katekismus Gereja
Katolik. St. Yohanes Paulus II juga mengadakan reformasi terhadap Kitab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Hukum Kanonik Timur dan Barat, dan menciptakan lembaga baru dalam dan
mereorganisasi Kuria Romawi. Selain menghasilkan banyak karya yang bersifat
dokumen, St. Yohanes Paulus II juga menerbitkan lima buku sendiri.
Pada tanggal 9-14 Oktober 1980 St. Yohanes Paulus II datang ke
Indonesia. Saat di Indonesia, Beliau telah mengunjungi Jakarta, Yogyakarta,
Maumere, Medan, dan Dili yang saat itu masih bagian dari Indonesia. Beliaulah
Paus yang kedua berkunjung ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI di tahun 1970.
Pada tahun 1993, Vatikan menetapkan hubungan diplomatik formal dengan Israel.
Dan pada bulan Maret 2000, Ia mengunjungi Israel dan berdiri di atas tanah
Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia juga berdiri pada suatu tempat yang
memperlihatkan Danau Galilea yang dikatakan tempat Yesus mengajarkan kotbah
di atas bukit.
b. Serangan Percobaan Pembunuhan
Seperti yang dituliskan oleh Anthony Christie (2014:85) selama waktu
jabatannya, St. Yohanes Paulus II mendapatkan tiga pencobaan pembunuhan.
Pencobaan pembunuhan yang pertama terjadi pada tanggal 13 Mei 1981, ketika
memasuki Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat St. Yohanes Paulus II
hampir tewas oleh tembakan percobaan pembunuhan Mehmet Ali Agca, seorang
ekstrimis Turki. Dengan peristiwa ini, Agca akhirnya dihukum penjara seumur
hidup. Dua tahun kemudian, St. Yohanes Paulus II telah menjenguk Mehmet Ali
Agca pelaku serangan percobaan pembunuhannya di penjara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada tanggal 12 Mei 1982,
di Fatimah, Portugal (Christie, 2014:86). Seorang pria berusaha menikam Paus
dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Pelakunya adalah
seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol, bernama
Juan Maria Fernandezy Krohn yang menentang reformasi Konsili Vatikan II dan
memanggil St. Yohanes Paulus II sebagai seorang “agen dari Moskwa.” Juan
Maria Fernandezy Krohn kemudian divonis hukuman penjara enam tahun.
Percobaan pembunuhan yang ketiga kalinya terjadi ketika St. Yohanes
Paulus II berada di Manila, pada bulan Januari 1995 (Christie, 2014:87).
Percobaan pembunuhan kali ini merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah
serangan terorisme massal yang dikembangkan oleh anggota kaum ekstrimis,
Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammad. Seorang pelaku bom bunuh diri
yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade paus dan
meledakkan diri namun gagal karena rencana pembunuhan telah diketahui.
c. Penderitaan yang Dialami
Stanislaw Dziwisz, Czeslaw Drazek, Renato Buzzonetti, dan Angelo
Comastri dalam buku Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa (2010), banyak
mengisahkan penderitaan yang dialami oleh St. Yohanes Paulus II selama
pelayanannya. Penulis memilih tulisan Renato Buzzonetti (2010:59-90) yang
berjudul “Hari-hari penuh Penderitaan dan Harapan” karena beliau adalah dokter
pribadi St. Yohanes Paulus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Menurut Renato Buzzonetti, semenjak serangan percobaan pembunuhan
pada tahun 1981, St. Yohanes Paulus II sering mendapat penyakit yang tidak
mudah ditangani. Serangan itu sendiri paling tidak membuat St. Yohanes Paulus
II harus dioperasi karena terjadi luka dalam akibat terkena peluru yang menembus
bagian perut dan hampir mengenai tulang belakang, dan menyebabkan kerusakan
pada bagian usus kecil dan usus besar, membran selaput perut, dan terjadi banyak
pendarahan dalam. Tiga bulan kemudian dari peristiwa serangan, Paus sekali lagi
menjalani operasi untuk mengangkat saluran pembuangan buatan yang
dipasangkan ketika operasi pertama. Beberapa tahun berlalu, Paus menunjukkan
gejala-gejala umumnya yang terjadi mengikut usia tua yang cepat karena
terbebani oleh banyak kesulitan, keadaan tidak nyaman, dan pelbagai tantangan
pelayanan yang dialaminya.
Tahun 1992, Paus kembali menjalani operasi medis serius karena
mengalami tumor berbahaya dari usus besarnya. Di masa-masa sulitnya ini, St.
Yohanes Paulus II tetap bersemangat melakukan kunjungan internasionalnya
sampai yang terakhir kalinya yaitu pada 5 September 2004. Perjalanan-perjalanan
yang beliau lakukan memang sangat melelahkan sehingga akhirnya mengharuskan
beliau sendiri untuk berjalan menggunakan kursi roda. Suaranya melemah,
ungkapan wajahnya menunjukkan penderitaan yang dialami, dan tatapan
wajahnya juga merawang jauh. Ini menunjukkan beliau memang mengalami
masa-masa sulit terutama karena derita sakit. Tahun 1993, beliau terjatuh
tersandung karena terinjak jubahnya sendiri. Insiden ini menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pendarahan. Pada 28 April 1994, sekali lagi beliau jatuh di apartemen yang
menyebabkan pinggul kanan beliau retak dan keseleo.
Pada 14 Agustus 1996, St. Yohanes Paulus II mengalami radang usus
buntu yang akut. Namun karena kesibukan tugas beliau, masalah kesehatan
semakin menimbulkan keprihatinan umum. Pada 8 Oktober St. Yohanes Paulus II
menjalani operasi yang keenam kalinya. Kehidupan publiknya semakin rumit
karena komplikasi yang sering terjadi terutama pada tahun 2002 hingga tahun
2003 beliau mengalami penderitaan yang berulang kali kambuh pada lutut sebelah
kanan karena osteoarthritis yang semakin parah. Di tahun 2004, St. Yohanes
Paulus II menunjukkan kekecewaannya karena mengalami keharusan untuk tidak
aktif dari tangan Tuhan sendiri. Memasuki tahun 2005, kondisi kesehatan St.
Yohanes Paulus II mulai menurun secara drastis.
d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa di Surga
Berdasarkan tulisan Renanto Buzzonetti (2010 :79-90) dokter pribadi St.
Yohanes Paulus II yang berjudul “Hari-hari penuh dengan penderitaan” berikut
adalah tahap-tahap penurunan kesehatannya secara kronologis, pada perjuangan
akhir hidupnya sampai wafat.
31 Januari 2015: beberapa audiensi dibatalkan karena Paus menderita flu.
1 Februari 2005: St. Yohanes Paulus II dilarikan ke Poliklinik Gemelli Roma pada
malam hari untuk dirawat dan diagnosis. 5 Februari 2005: kesehatan beliau mulai
membaik dan tinggal beberapa hari di rumah sakit. 10 Februari
2005: kesehatannya St. Yohanes Paulus II membaik sehingga diperkenankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kembali ke apartemennya di Vatikan dengan mobil, namun beberapa hari
kemudian mengalami kesulitan bernafas. 21 Februari 2005: beliau menerima
sakramen pengurapan orang sakit yang kedua kali dan dibawa ke rumah sakit.
Selama berada di rumah sakit beliau berusaha sedapat mungkin melaksanakan
tugas kewajibannya. 6 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II sempat merayakan misa
di kapel rumah sakit.
Pada 13 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II kembali ke apartemennya di
Vatikan dan sempat mengikuti nyanyian ratapan Yeremia. 20 dan 23 Maret 2005:
Paus muncul di jendela kamarnya untuk melakukan berkat tetapi tak sanggup
berbicara. 27 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II muncul di jendela apartemennya
tanpa suara memberi berkat “Urbi et Orbi” dengan tanda salib besar yang terakhir
kalinya. 30 Maret 2005: beliau sempat memberkati kerumunan umat. Pipa
pembantu dipasang demi lancarnya proses pemasukan makanan ke dalam
tubuhnya. 31 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II diserang komplikasi demam
tinggi, dan tekanan darah turun akibat infeksi pada saluran urine, dan menerima
sakramen pengurapan orang sakit yang ke tiga kali. Pada 1 April 2005: kondisi
St. Yohanes Paulus II sangat serius, namun masih sempat merayakan misa
konselebrasi, mengikuti meditasi dan ibadat harian. 2 April 2005: pada pukul
07.30 kesadaran St. Yohanes Paulus II mulai menghilang dan kembali. Pada pukul
15.30 St. Yohanes Paulus II mengucapkan kata “perkenankanlah aku pulang ke
rumah Tuhan”, kemudian pada pukul 19.00 memasuki situasi koma. Pada pukul
20.00 Misa pesta Kerahiman Ilahi diselenggarakan di kaki tempat tidurnya, dan
pada pukul 21.37 St. Yohanes Paulus II menghembuskan nafasnya yang terakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
5. Penghargaan dan Gelar
Salah satu tokoh populer yang dimuatkan oleh Anthony Christie (2014:
53-104) dalam buku tulisannya adalah St. Yohanes Paulus II. Tentu saja St.
Yohanes Paulus II merupakan tokoh yang populer karena kontribusinya pada
Gereja dan dunia. Bagi penulis tokoh St. Yohanes Paulus II adalah tokoh yang
sangat menginspirasikan. Selain dari hasil karya dan pelayanan beliau seperti
yang sudah dipaparkan sebelumnya, beberapa hal berikut juga sangat menarik dari
tokoh St, Yohanes Paulus II.
a. Tokoh Dialog
Prof. Dr. E. Armada Riyanto CM (2010:307-330) dalam buku tulisannya
Dialog Interreligius menyebut dan memuat tokoh St. Yohanes Paulus II sebagai
tokoh dialog. St. Yohanes Paulus II lah yang meneruskan semangat Enseklik
Ecclesium Suam yang meletakkan perdamaian di atas segala-galanya, dan
beliaulah yang menerjemahkan semangat Konsili Vatikan II dalam tatanan dialog
interreligius karena menurut beliau perdamaian tidak mungkin akan terwujud
tanpa dialog. Kebesaran St. Yohanes Paulus II justru menjadi jelas saat
kematianya ketika banyak politisi, pemimpin-pemimpin negara dunia dan
pemimpin agama-agama ikut dalam prosesi pemakamannya (Krispurwana
Cahyadi 2011:1). Hal ini terjadi karena beliau telah memberi sumbangan besar
dalam menjalin kerja sama internasional, dialog antaragama dan antarbudaya,
serta ajaran-ajarannya tentang keadilan dan perdamaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Kehadiran sosok tokoh dialog ini telah memberi kontribusi luar biasa
bukan saja pada Gereja tetapi juga di luar lingkup Gereja. Pokok dialog yang
diperjuangkan oleh St. Yohanes Paulus II adalah keluhuran martabat manusia.
Dalam banyak kesempatan beliau telah menyuarakan bahwa pentingnya
menerima, menghargai, menghormati, dan menjunjung martabat keluhuran
manusia. St. Yohanes Paulus II adalah seorang paus yang tidak kenal kata takut
atau gentar. Beliau berani berkelana ke seluruh dunia untuk membawa pesan
dialog, beliau juga berani menentang ideologi-ideologi yang tidak menghargai
martabat manusia, beliau berani menentang dan mengkritik praktek kekerasan
terutama perang. Contohnya, beliau berani mengkritik keputusan Presiden AS,
George Bush Jr. karena menyerang Irak.
Sebagai tokoh dialog, St. Yohanes Paulus II tidak hanya pintar dalam
berdialog tetapi lebih kepada “keindahan hati yang terbuka, menyambut dan
merangkul, mendengarkan dan menghargai kehadiran siapa saja” (Armada
Riyanto, 2010: 308). Beliau berani menemui para tokoh agama lain seperti Islam,
Yahudi, Anglikan, Lutheran, Gereja Ortodoks, dan Buddha. Beliau juga berani
bertemu dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti orang sakit, orang
miskin, orang muda, kaum remaja dan pemimpin negara. Menurut St. Yohanes
Paulus II, kultur dialog sangat penting ditumbuhkan di tengah perbedaan-
perbedaan yang ada, dan juga dalam situasi sosial yang terjadi demi terwujudnya
keadilan dan perdamaian bagi semua (Krispurwana Cahyadi 2011:69).
Armada Riyanto (2010: 309) membuat catatan “saking luasnya pengaruh
dialogal Yohanes Paulus II sampai-sampai pada saat dunia berkabung atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
wafatnya, pemerintah Sri Lanka yang mayoritas penduduknya beragama Budha
dan Hindu pun menghormatinya secara khusus”. Suatu penghargaan dan
pengakuan yang sangat membanggakan, ketika seorang pendeta protestan di kota
Chicago, Amerika Serikat, mengatakan Paus Yohanes Paulus II bukan milik
Katolik saja tetapi milik dunia (Armada Riyanto, 2010: 309).
St. Yohanes Paulus II juga memiliki peran yang penting dalam runtuhnya
ideologi Komunisme dan simbol keangkuhan peradaban yakni Tembok Berlin.
Dunia sendiri menyaksikan ketegaran dan keberaniannya. Dimulai dari runtuhnya
Komunisme di Polandia disusuli oleh negara-negara Komunisme yang beralih
kepada demokrasi. Banyak peristiwa spektakuler yang mengagumkan sekaligus
menginspirasikan seluruh dunia, antaranya adalah kunjungan St. Yohanes Paulus
II ke Negara Kuba yang masih Negara Komunis dan sangat tertutup. Peristiwa
Doa bersama di Asisi pada tahun 1986, di mana dalam acara yang belum pernah
terjadi sebelumnya, para pemimpin agama berhimpun dan berdoa bersama-sama
bagi perdamaian dunia. Inilah ciri khas dialogal St. Yohanes Paulus II yang
didukung dan didasari oleh doa. Selain itu peristiwa yang tidak kalah
mengagumkan adalah kebersamaannya dengan puluhan ribu pemuda-pemudi
Muslim di Casablance, Maroco pada 19 Agustus 1985.
Armada Riyanto (2010: 316) selanjutnya dengan tegas mengungkapkan
bahwa St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang memiliki jiwa sang pemeluk dan
pencari Kebenaran Sejati. Seorang pencinta dan pencari kebenaran yang tidak
pernah menyisihkan siapa pun, tidak mengisolasikan dirinya dari kehadiran orang
lain. Tidak memecah belah namun merangkul dan menyatukan seraya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menawarkan rekonsiliasi. Beliau memohon maaf kepada umat Yahudi dan umat
Muslim dan juga kepada dunia atas kekeliruan yang pernah dilakukan oleh Gereja
namun juga sekaligus mengampuni. Beliau telah menghadirkan solidaritas yang
penuh dengan cintakasih tanpa batas terhadap siapa pun terutama yang menderita.
b. Paus Orang Sakit dan Menderita
Stanislaw Dziwisz (2010: 21-34), sekretaris pribadi St. Yohanes Paulus II,
menuliskan catatan yang menjelaskan betapa perhatiannya Paus Yohanes Paulus
II kepada para orang menderita terutama orang sakit. Pengalaman penderitaan
yang dialami selama sebelum menjadi Paus sungguh membekas sehingga pada
pidato pertamanya sebagai Paus beliau menyampaikan keberpihakannya kepada
para penderita. Sri Paus mengatakan bahwa para penderita memiliki kesamaan
dengan Kristus yang telah menderita.
St. Yohanes Paulus II memiliki kasih yang tidak terhingga terhadap para
penderita. Selama melakukan audiensi atau kunjungan ke paroki-paroki di Roma,
beliau selalu memberi perhatian yang penuh kepada kelompok yang cacat, yang
tua dan sakit, dan juga mereka yang duduk di kursi roda. Beliau dengan penuh
kasih mendatangi mereka, berbicara dengan mereka, memberkati mereka, dan
memberi dukungan rohani. Bagi St. Yohanes Paulus II, Kristus hadir dalam diri
para penyandang dan penderita sakit maka sebagai wakil Kristus di dunia, para
orang sakit selalu mendapat tempat di hati dan doanya. Dalam setiap kunjungan
apostoliknya, St. Yohanes Paulus II selalu berkeinginan untuk bertemu dengan
para orang sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Bagi St. Yohanes Paulus II para penyandang cacat dan orang sakit
memiliki martabat yang sama dengan yang lain yakni martabat citra Allah. Karena
itu, mereka adalah saudara yang patut diperlakukan sebagaimana terhadap yang
tidak sakit. Mengabaikan mereka berarti menolak kecitraan mereka dan berarti
juga menolak Wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka. Stanislaw Dziwisz
(2010: 28-31) menuliskan pandangan St. Yohanes Paulus II terhadap penderitaan.
Menurut beliau mereka yang menderita merupakan model Kristus yang
menyatakan suatu perintah kasih, karena itu menurutnya penderitaan adalah
panggilan untuk mengasihi sesama, dan beliau juga memandang penderitaan
sebagai “kunjungan dari Tuhan”.
Tanda konkret keprihatinan dan keberpihakan St. Yohanes Paulus II
terhadap orang sakit dan menderita adalah berdirinya Komisi Bantuan Pastoral
untuk Pekerja Kesehatan dengan tujuan untuk lebih memberdayakan lagi
pelayanan kepada para penderita sakit, ditetapkannya Hari Orang Sakit Sedunia
pada 13 Mei 1992 yang dirayakan setiap tahun (Dziwisz 2010: 32), dan dengan
terbitnya dua dokumen yang menyerukan penghargaan terhadap para penderita
sakit yakni seruan apostolik Salvific Doloris dan enseklik Redemptoris Hominis.
Kedua-duanya memberi penekanan pada manusia (yang sakit, cacat, miskin, kaya,
dan sehat) sebagai jalan utama dan fundamental untuk sampai pada misteri
inkranasi dan penebusan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
c. Santo yang Hidup
Tentu saja tidak ada yang mendapat penghormatan santo atau santa selagi
masih hidup tetapi bagian ini sangat menarik untuk ditelusuri. Setelah wafatnya,
seluruh dunia berkabung untuk menghormati perginya sang pemberani, sang
pencari kebenaran sejati, sang pencinta, dan sang pembela iman. Kekudusan dan
kesucian serta keluhuran hidupnya menginspirasi banyak orang dan menginginkan
beliau dijadikan santo dengan segera. Permintaan yang menginginkan agar Paus
Yohanes Paulus II dinyatakan sebagai orang kudus, telah dikumpulkan oleh
Angelo Comastri (2010:94-126) dalam tulisannya. Dengan adanya permintaan
untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus jelas
menunjukkan bahwa beliau layak dijadikan orang kudus. Permintaan-permintaan
itu pun ditanggapi oleh Vatikan dengan memulai penyelidikan dan pengamatan
untuk memenuhi syarat-syarat seorang dapat dijadikan orang kudus.
Angelo Comastri (2010:115-126), yang ikut serta dalam penyelidikan dan
pengamatan, membuat beberapa catatan penting yang dapat dijadikan dasar untuk
menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus. Garis besar yang dibuat
olehnya adalah, mengatakan bahwa St, Yohanes Paulus II seorang yang sangat
berani dalam situasi yang penuh dengan ketakutan, sangat berani membela
keadilan dan perdamaian sementara di mana-mana terjadi perang, berani
menghadapi musuh dan kematian, sangat gigih membela keluarga, sangat berani
membela keluhuran martabat manusia tanpa ada yang terkecuali, sangat berani
menemui dan berbicara dengan semua kelompok dan komunitas orang di seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dunia, dan beliau tidak pernah takut dan lelah melayani dan merangkul umat
manusia dengan kasih yang mendalam.
Salah satu syarat penting dalam menentukan pengangkatan seorang
menjadi orang kudus adalah mukjizat yang terjadi lewat doa perantaraan bagi
nama yang bersangkutan. Paus Yohanes Paulus II, selain mukjizat yang terjadi
setelah wafatnya, beberapa mukjizat telah terjadi selama kepausannya (saat masih
hidup). Mukjizat-mukjizat tersebut telah dituliskan oleh Tono Suratman
(2014:161-163) ketika membahas proses beatifikasi St. Yohanes Paulus II.
Antaranya adalah, pada Januari 1980, di Castel Gondolfo, seorang anak
perempuan 10 tahun, Stefani Mosco, yang cacat tubuh mengalami kesembuhan
selang beberapa waktu setelah dihibur dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II.
Pada tahun 1981, ketika berkunjung ke Manila, Filipina, seorang biarawati, Suster
Madre Vangie, mengalami kesembuhan dari cacat tubuhnya selang beberapa
menit setelah Paus berdoa dan meletakkan tangan di atas kepalanya. Pada tahun
1990, seketika setelah diberkati dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II, Helano
Mireles seorang bocah Meksiko 10 tahun mengalami kesembuhan dari sakit
leukemia.
Semua hal di atas menunjukkan bahwa Paus Yohanes Paulus II telah hidup
dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Kontribusi atau
sumbangan beliau dalam banyak hal sungguh memberi pengaruh yang besar
kepada kehidupan Gereja dan juga mempengaruhi sejarah peradaban dunia.
Beliau telah memberikan keteladanan hidup yang sungguh luar biasa. Ketulusan
kasih yang diberikan dan ditunjukkannya mengantar manusia mengalami kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Kristus. Paus Yohanes Paulus II juga telah dan senantiasa hidup dalam kekudusan
dan kesucian. Beliau sangat mistis dalam doa sehingga melalui dia kasih Kristus
dapat dihadirkan dalam dunia. Beliau tidak pernah berbicara buruk tentang orang
lain melainkan beliau mencurahkan kasih yang begitu dalam dan tulus kepada
semua orang. Sementara beliau mencari kebenaran sejati, pada masa yang sama
beliau memperjuangkan kebenaran sejati yang dihayatinya. Demikianlah banyak
hal yang menjadi alasan untuk mengatakan Paus Yohanes Paulus II adalah “santo
yang hidup”.
d. Yang Agung dan Yang Mulia
Tono Suratman (2014: 158-159, 164) memberi gambaran pemberian gelar
“yang agung” dan “yang mulia” kepada Paus Yohanes Paulus II. Gelar “yang
agung” adalah gelar yang tidak mudah diperoleh. Tidak banyak orang yang
mendapat gelar “yang agung”. Pemberian gelar yang agung juga tidak ada
ketentuannya yang resmi. Setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, Gereja
Katolik sangat terkesan sehingga memberi gelar “yang agung” untuk
menghormati dan memuliakannya. Sepanjang sejarah Gereja, hanya empat paus
yang mendapat gelar “yang agung”, Paus Leo I (440-461), Paus Gregorius I (590-
604), dan Paus Nikolas (858-867). Paus Yohanes Paulus II adalah paus pertama
yang mendapat gelar “yang agung” selama 10 abad terakhir.
Sedangkan sebutan dan gelar “yang mulia” atau “Venerabilis” adalah
pengakuan resmi Gereja bahwa seorang telah hidup dalam kegagahan dan
kebijakan. Pada 19 Desember 2009, Paus Benediktus XVI menandatangani dekrit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang mengumumkan sebutan “Venerabilis” terhadap Paus Yohanes Paulus II.
Dengan sebutan “Venerabilis” Gereja secara resmi mengakui bahwa Paus
Yohanes Paulus II telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar
biasa. Paus Yohanes Paulus II telah memberikan keteladanan hidup sebagai
seorang Kristiani sejati yang sungguh luar biasa.
Sementara Anthony Christie (2014:102-103) dalam tulisannya menuliskan
tempat-tempat yang telah diberi nama dengan memakai nama Paus Yohanes
Paulus II. Semua penamaan tersebut adalah tanda pengakuan dan penghargaan
atas kontribusi Paus Yohanes Paulus II yang begitu besar terutama perdamaian
dunia dan penghargaannya terhadap keluhuran martabat manusia. Contohnya,
Stasiun Roma Termini didedikasikan untuk Paus Yohanes Paulus II; di Polandia,
salah satu dari bandara utama dinamakan Bandar Udara Internasional Yohanes
Paulus II Krakow; di Portugal, Bandar Udara Yohanes Paulus II di Azores; di
Brasil, stadion bola sepak di Moji-Mirim diberi nama Stadion Yohanes Paulus II;
di Boston sebuah taman diberi nama Pope John Paul II Park Reservation; di
Bacold City, sebuah menara diberi nama Menara Paus Yohanes Paulus II; dan di
Kepulauan Shetland Selatan yakni di Pulau Livingston, patung Yohanes Paulus II
pun didirikan.
e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar
Paus Yohanes Paulus II bukan manusia yang sempurna tetapi dalam
ketegangan dan pertentangan serta dalam kesulitan besar yang dihadapinya beliau
selalu bersikap tenang. Dalam ketenangan, beliau adalah seorang yang reflektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Seluruh peristiwa dalam hidupnya dimaknai secara reflektif dan profetis.
Stanislaw Dziwisz (2010: 36-37) mengisahkan tantangan dan kesulitan yang
dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II saat menjadi uskup dan kardinal.
Setelah menjadi Uskup Agung Krakow tantangan yang beliau alami
semakin kuat sampai pada permusuhan terhadap beliau. Demikian juga setelah
menjadi kardinal tantangan yang dihadapi semakin sulit. St. Yohanes Paulus II
dituduh sebagai musuh negara oleh rezim yang berkuasa. Media yang ada
dimanfaatkan untuk menyebarkan fitnah terhadap beliau. Pertentangan terus
dilaksanakan oleh rezim pemerintah dengan pelbagai cara sampai pada usaha
memecah belah para pemimpin Gereja. Semua tantangan dihadapinya dengan
bijaksana. Pertentangan terus diusahakan oleh Rezim dengan pelbagai cara namun
semuanya menemui kegagalan karena beliau saat itu sebagai kardinal senantiasa
menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan loyalitas kepada primatnya.
Setelah menjadi Paus, persoalan yang dihadapinya lebih rumit dan lebih
luas lagi yakni persoalan Gereja dan dunia secara universal. Tantangan besar
baginya adalah memudarnya nilai kemanusiaan dan situasi dunia yang sangat
memprihatinkan karena keadilan dan perdamaian menjadi suatu yang mustahil
untuk diwujudkan. Dalam situasi tanpa harapan beliau tetap tenang dan
membawanya dalam doa. Beliau menghadapi pergulatan dunia dengan semangat
karismatik, profetis, dan misioner. Semuanya dihadapi dengan penuh bijaksana
dengan semangat anti kompromi yang sopan dan alami sehingga tidak
menimbulkan pertentangan atau ancaman dalam lingkup Gereja. Kritik dan
pertentangan tetap ada tetapi dihadapinya dengan bijaksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sementara Paus Yohanes Paulus II adalah pribadi yang rendah hati.
Menerima siapa pun yang datang dan belajar dari siapa pun. Beliau adalah
pendengar yang baik. Beliau seorang yang memiliki loyalitas yang tinggi
sementara teguh dalam pendirian. Beliau menentang segala bentuk kejahatan dan
kekerasan sementara beliau merangkul dengan kasih setiap manusia dari latar
belakang derajat sosial apa pun. Beliau adalah misionaris yang mewartakan Injil
ke seluruh dunia. Beliau sanggup melupakan dirinya demi pelayanan
apostoliknya. Beliau adalah pribadi yang autentik, sungguh menyelami dirinya
dalam kedalaman jiwanya. Dalam kalimat lain Paus Yohanes Paulus II menyatu
dengan hati nuraninya. Sungguh Paus Yohanes Paulus II menjadi dirinya sendiri,
yang telah ditebus oleh Kristus dan yang telah dipanggil untuk mewartakan
Kerajaan Allah, untuk menabur kasih dan menebar harapan ke seluruh benua.
Itulah Paus Yohanes Paulus II sebagai “komunikator besar” (Dziwisz, 2010:120)
yang berkeliling ke seluruh dunia sebagai misionaris untuk mewartakan Injil.
Perjuangan hidup maupun pelayanan St. Yohanes Paulus II telah
mengalami banyak kesulitan dan hambatan. Beliau telah banyak mengalami
penderitaan sejak usia masih mudah. Penderitaan yang dialaminya bahkan
semakin berat setelah terpilih menjadi Paus yang ke-264. Di kala menghadapi
kebingungan akan arah hidupnya dan mengalami banyak penderitaan, St. Yohanes
Paulus II berserah total kepada Allah Bapa sehingga beliau akhirnya menyadari
bahwa Allah memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya sebagai imam. Beliau
adalah seorang pelayan yang sangat dicintai oleh umat, bertanggungjawab,
memiliki loyalitas yang tinggi, berkomitmen dan sangat setia pada tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pelayanan. Beliau senantiasa bersemangat untuk melayani. Beliau sangat
dipercayai dalam pelayanan oleh primatnya, karena itu dapat dikatakan beliau
begitu cepat diangkat menjadi uskup, kardinal dan kemudi terpilih menjadi paus.
Selama menjabat kursi paus, beliau telah melaksanakan tugas perutusan
dengan semangat yang sangat menginspirasikan banyak orang. Meskipun
menghadapi dan mengalami situasi dunia yang tanpa harapan, beliau telah
memberikan kontribusi besar kepada peradaban dunia terutama keadilan dan
perdamaian dunia. Beliau adalah sosok pribadi yang sangat berkarisma.
Keteguhan dan kelemahlembutannya telah menyentuh hati banyak orang.
Ketabahan dan keberanian beliau berhadapan dengan situasi dunia sangat
mengkagumkan sehingga banyak orang di seluruh dunia merasa kehilangan
setelah kematiannya. Hal yang membuat St. Yohanes Paulus II dapat
melaksanakan tugasnya dengan sangat baik meskipun mengalami banyak
tantangan dan penderitaan adalah, beliau memiliki kedalaman spiritualitas yang
sangat kaya seperti yang dibahas pada bagian berikut.
B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II
Spiritualitas jika dilihat dalam rentang waktu yang panjang telah
mengalami banyak perkembangan dan interpretasi dalam banyak sisi kehidupan
manusia. Khusus dalam tulisan ini spiritualitas yang dimaksudkan adalah
spiritualitas yang lazimnya dipakai oleh umat Kristiani dalam pelayanan dan
pengabdian sebagai anggota Gereja. Maka sebelum memaparkan spiritualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang dapat dipelajari dari tokoh St. Yohanes Paulus II, penulis akan memaparkan
beberapa gagasan yang kurang lebih dapat memperjelas pengertian tentang
spiritualitas yang dimaksudkan.
Kevin Treston (1991:10) dalam tulisannya tentang spiritualitas guru dan
katekis “Paths and Stories” menjelaskan spiritualitas adalah semangat mencari
Tuhan dalam peristiwa kehidupan sehari-hari sehingga dibawa kepada keutuhan
baru dari keberadaan manusia. Spiritualitas adalah usaha pria dan wanita
memperoleh kepenuhan dalam Yesus. “Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Dari
penjelasan Kevin Treston tersebut dapat dijelaskan bahwa spiritualitas adalah
keterarahan hidup kepada Tuhan Yesus Kristus.
Spiritualitas berasal dari bahasa Latin: “Spirare” yang berarti “bernafas”.
Dalam bahasa Inggris Spirituality, berasal dari kata dasar spirit yang berarti roh
atau jiwa. Kata “inti sebagai manusia” berarti merupakan unsur hakiki pada
manusia (Kevin Treston, 1991:10). Berdasarkan kisah penciptaan (Kej 1:3)
hembusan nafas kehidupan, yakni “roh” dari Allah menjadikan manusia makhluk
rohani, namun meskipun sebagai makhluk rohani yang memiliki kemampuan
untuk menjadi spiritual, “tidak ada yang dapat memaksa seseorang menjadi
spiritual. Spiritualitas adalah pilihan untuk ambil bagian dalam anugerah
keagungan Allah”. Berdasarkan tulisan Kevin Treston (1991:14-15) dapat
dirumuskan bahwa sebagai suatu pilihan, spiritualitas adalah suatu cara dan
perjuangan hidup untuk menemukan dan melaksanakan kehendak Allah, melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
relasi dengan Allah dan sesama dalam keterbukaan akan bimbingan Roh Kudus,
menuju kepenuhan hidup dan kekudusan.
Pdt. Em. Widi Artanto dalam tulisannya yang berjudul “Spiritualitas
Pelayanan: Perjumpaan Dengan Allah dan Sesama”, dalam buku yang diedit oleh
Pdt. Dr. Asnath N. Natar (2002) dengan judul “Pelayan, Spiritualitas dan
Pelayanan, memaparkan pengertian spiritualitas berdasarkan teks asli Alkitab.
“Spirit ditulis dalam bahasa asli: ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani)….yang
berarti “nafas atau angin yang mengarahkan dan menghidupkan (Asnath N. Natar,
2002:7). Berdasarkan pengertian tersebut spiritualitas adalah sumber semangat
untuk hidup, yang memberi daya untuk terus hidup dan bertumbuh serta
berkembang, memberi kemampuan untuk menghadapi dan melaksanakan banyak
karya dalam hidup sehari-hari, yang diperoleh melalui hubungan atau relasi intim
dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam ciptaan dan dengan Sang
Pencipta.
Buku Pedoman Untuk Katekis (1997) merumuskan dengan sangat singkat
makna dari spiritualitas yakni hidup dalam Roh (Kongregasi Evangelisasi untuk
Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:22). Pengertian ini memberi penegasan bahwa Roh itu
merupakan suatu daya yang memberi dorongan kepada seseorang untuk
memperbaharui dirinya. Pengertian ini selanjutnya, membawa asumsi bahwa
pembaharuan diri secara otentik hanya terjadi apabila melibatkan Roh. Ditegaskan
juga bahwa spiritualitas yang benar bersumberkan pada semangat panggilan dan
tugas perutusan, maka spiritualitas itu juga mencakup sebagai suatu motivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
seorang dalam melaksanakan tugas perutusannya (Kongregasi Evangelisasi untuk
Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:22).
St. Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemptoris Missio (1990:99)
mengatakan “Spiritualitas ini pertama-tama sekali diungkapkan dengan suatu
hidup yang benar-benar taat setia kepada Roh”. Taat berarti hormat dan patuh
kepada Roh sedangkan setia berarti komitmen yang terus-menerus kepada Roh.
Spiritualitas ini jugalah yang menyiapkan hati untuk selalu terbuka pada
pembentukan dari dalam oleh Roh. Spiritualitas merupakan upaya terus menerus
dengan bantuan Roh untuk hidup serupa dengan Kristus (RM 87). Serupa dengan
Kristus berarti, arah dan tujuan spiritualitas adalah kemuliaan Allah itu sendiri.
Seperti Yesus yang selama hidupnya selalu terarah kepada Bapa di surga,
demikian spiritualitas adalah hidup yang selalu terarah kepada Allah Bapa di
surga (RM 87).
St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki kedalaman
spiritualitas yang sangat kaya. Secara garis besar, spiritualitas St. Yohanes Paulus
II dapat ditelusuri dalam empat pokok yaitu iman (Hidup, bergerak dan berada”
dalam Yesus Kristus), harapan (Teguh Berharap Walau Dalam Situasi Tanpa
Harapan), kasih (Cintakasih Hingga Tuntas), dan doa (Berdoa dalam Roh),
sebagai yang dijelaskan berikut.
1. “Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28).
Perjuangan St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya tidaklah mudah,
dan tidak jarang mendapat tantangan bahaya. Atas dasar iman yang luar biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
akan Yesus Kristus St. Yohanes Paulus II melaksanakan dan menyelesaikan misi
hidupnya sebagai gembala. Gembala yang berkelana ke seluruh dunia untuk
membela keadilan, kebenaran dan perdamaian. Bagi beliau inilah panggilannya
yang diterima dari iman akan Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus II melaksanakan
panggilannya sebagai pengganti Petrus untuk memenuhi bukan saja apa yang
menjadi tanggung jawabnya sebagai Paus tetapi lebih-lebih melaksanakan
perintah Yesus untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa (Mrk 13:10). Itulah
yang dikerjakan oleh St. Yohanes Paulus II.
Sejak usia dini St. Yohanes Paulus II rajin berdoa bersama ibunya dan
mendengarkan kisah-kisah tentang Yesus. Imannya pun bertumbuh dan terus
berkembang sehingga menghasilkan buah yang banyak ketika menjadi Paus.
Imannya akan Yesus Kristus terus-menerus disirami dengan penghayatan Injil dan
semangat doa yang mendalam, dan menjadi konkret dalam tindakan kasih kepada
orang lain. Penderitaan yang dialaminya sejak usai remaja semakin meneguhkan
imannya. Demikian juga setelah menjadi Paus, keteguhan beliau dalam
menghadapi penderitaan semakin meneguhkan imannya.
St. Yohanes Paulus II mendapatkan kekuatan dan keberanian dalam iman
yang diperkaya dengan doa berkelanjutan. Berdasarkan kesaksian Angelo
Comastri (2010:125) jelaslah iman merupakan suatu yang fundamental dan
menjadi fondasi dalam hidup pelayanan St. Yohanes Paulus II. Hidup St.
Yohanes Paulus II lebih dari cukup untuk mengungkapkan arti dari iman yang
dihayatinya, kendati penghayatan imannya banyak juga dituangkan dalam buku-
buku tulisannya juga dalam seruan dan anjuran Apostoliknya. Dalam buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tulisannya sendiri Melintas Ambang Pintu Harapan (1995:241) secara sederhana
St. Yohanes Paulus II mengungkapkan iman merupakan jawaban atas panggilan
Allah untuk mempercayai-Nya.
St. Yohanes Paulus II sangat yakin kalau hanya Allah yang dapat
menyelamatkan tetapi beliau juga sangat yakin kalau Allah membutuhkan kerja
sama dari pihak dirinya (Yohanes Paulus II, 1995:242). Kisah perjuangan St.
Yohanes Paulus II memberi kesaksian tentang iman yang aktif dan bukannya
iman yang pasif. Iman yang aktif inilah yang sungguh menyelamatkan. Inilah
dasarnya St. Yohanes Paulus II selalu punya alasan untuk mengatakan “jangan
takut”.
Di tengah padang pasir ketidakpedulian yang juga penuh bahaya serta
jalan yang terjal, St. Yohanes Paulus II tidak pernah mundur karena beliau yakin
dengan iman akan Yesus Kristus. Beliau menghayati dengan sangat baik kata-kata
Yesus “Imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mrk 10:52). Tidak jarang pula St.
Yohanes Paulus II mendapat tantangan dan kritikan dari banyak pihak namun
beliau tetap berkomitmen dan setia pada keyakinannya. Tindakan St. Yohanes
Paulus II ini sangat menyentuh hati seperti seorang perempuan di Kanaan yang
percaya kepada Yesus (Mat 15:21-28).
Ketika usia remaja beliau telah kehilangan orang tersayang yaitu
keluarganya dan menghadapi masalah pendudukan tentara Nazi, dikala beliau
menghadapi kebingungan tentang masa depan, beliau berpasrah kepada Tuhan
Yesus sehingga beliau sangat meyakini bahwa Allah memanggilnya menjadi
seorang imam (Wilson 2004:23). Di sinilah letak gunanya iman yang ditunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
oleh St. Yohanes Paulus II, yang dituangkan olehnya dalam seruan Apostolik
pada awal milenium baru, Novo Millennio Ineunte (2001:25). “hanya imanlah
yang dapat memasuki sepenuhnya misteri wajah itu….seorang tidak akan pernah
sungguh mencapai Yesus kecuali melalui jalan iman”. Krispurwarna Cahyadi
(2012:162) dalam mempelajari dokumen Fides et Ratio yang diterbitkan oleh St.
Yohanes Paulus II, dalam buku yang berjudul Yohanes Paulus II Gereja, Teolog,
dan Kehidupan menuliskan inti gagasan St. Yohanes Paulus II tentang iman dan
akal budi bahwa “dengan iman dan akal budi Allah dikenal dan dicintai, serta
kepenuhan kebenaran didapatkan”.
St. Yohanes Paulus II tidak hanya berbicara dalam dokumennya atau
dalam gagasannya tetapi jauh dari itu tampak nyata dalam hidupnya sebagai
seorang pengikut Yesus Kristus. Seluruh perjuangan dan karya St. Yohanes
Paulus II menggambarkan bahwa melalui iman akan Yesus Kristus, beliau
mengenal dan mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya, dalam iman yang
sama pula melaksanakan kehendak Allah tersebut, dan dalam iman
melaksanakannya dalam dan demi Kemuliaan Allah. Inilah alasan penulis
memberi judul pada bagian ini bahwa St. Yohanes Paulus II “Hidup, bergerak dan
berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28).
Jalan hidup inilah yang dipilihnya sebagai pengganti Petrus yaitu hidup
dalam Yesus Kristus. Allah yang menciptakan dan menopang, dan pada-Nya
semua orang bergantung untuk keberlangsungan kehidupan fisik maupun rohani.
Dalam iman, St. Yohanes Paulus II berserah sepenuhnya kepada Tuhan,
bergantung sepenuhnya kepada Allah karena ia percaya, “tanpa iman kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Allah, tidak ada pengharapan…berhenti percaya kepada Allah sama dengan mulai
menapaki lorong menuju kekosongan dan keputusasaan” (Chiffolo, 2001:19).
St. Yohanes Paulus II tidak bekerja sendiri tapi beliau percaya Yesus
Kristus yang memanggil dan mengutusnya selalu ada bersamanya. St. Yohanes
Paulus II bertindak bersama Yesus, ia tidak bertindak sendiri tetapi St. Yohanes
Paulus II meminta bantuan dari Yesus yang dimohonnya melalui doa dan devosi.
Dari-Nya ia mendapat kekuatan dan keberanian melakukan banyak hal. Karena
bergerak dan bertindak bersama Yesus maka St. Yohanes Paulus II menghasilkan
banyak buah antaranya adalah perdamaian, keadilan, dan penghiburan terutama
para penderita sakit. St. Yohanes Paulus II berani melakukan apa yang diyakini
benar karena beliau yakin siapa pun yang melakukan tindakan benar Allah ada di
pihaknya. Seperti yang dikatakan Yesus dalam Injili Yohanes “tetapi barang siapa
melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa
perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:21).
St. Yohanes Paulus II sungguh telah menjadi “terang dan garam bagi
dunia” (Mat 5:13-14). Inilah disposisi yang diambil oleh St. Yohanes Paulus II
yaitu selalu berpihak pada keadilan dan perdamaian. Sumbangan beliau pada
dunia sungguh menginspirasikan banyak orang, maka tidak heran kalau majalah
internasional TIME memuat liputan tentang St. Yohanes Paulus lebih dari 10 kali
terbitan (Kelly. A Pope for All Seasons, 11 April 2015: 6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Teguh Berharap Walau Dalam Situasi Tanpa Harapan
Masa kepausan St. Yohanes Paulus II dimulai dengan satu kata yang
seraya memberi harapan pasti kepada dunia yaitu “jangan takut”. Kata yang penuh
makna dan harapan ini terus diserukannya selama masa kepausannya, juga pada
saat detik terakhir hidupnya, “jangan takut! Bukalah! Ya bukalah lebar-lebar
pintumu bagi Kristus” (Comastri, 2010:102). Tentu St. Yohanes Paulus II
memiliki banyak alasan untuk mengatakan “jangan takut”. Bagian ini akan
membahasnya sejauh yang ditemukan.
Menelusuri jawaban St. Yohanes Paulus II terhadap pertanyaan tentang
kata “jangan takut” dalam buku tulisannya Melintasi Ambang Pintu Harapan
(1995:273-280), beliau sangat sadar bahwa gejolak yang sedang terjadi di
panggung dunia inilah yang memunculkan keresahan setiap pribadi manusia. Di
seluruh penjuru dunia dipenuhi dengan suatu ketakutan yang seolah-olah sudah
tidak ada harapannya. Maka kata “Jangan Takut” menjadi suatu dorongan St.
Yohanes Paulus II kepada semua orang untuk mengalahkan ketakutan-ketakutan
yang dimunculkan oleh situasi dunia. Orang menjadi takut namun sangat sedikit
yang menyadari kalau ketakutan itu muncul karena manusia sendiri.
Situasi dunia yang penuh dengan ketakutan memunculkan pula banyak
pertanyaan tentang harapan akan masa depan yang lebih baik. St. Yohanes Paulus
II memberi harapan dengan mengatakan “jangan takut dengan apa yang kamu
ciptakan sendiri. Jangan takut dengan semua yang dihasilkan manusia. Jangan
takut bahwa setiap hari menjadi semakin membahayakan. Akhirnya jangan takut
dengan dirimu sendiri” (Yohanes Paulus II, 1995: 274). Kata-kata beliau ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mengungkapkan bahwa ketakutan itu muncul karena manusia, maka sangat masuk
akal jika beliau mendorong semua orang supaya “jangan takut”. Mengapa, sebab
harapan untuk melawan ketakutan bukan omong kosong karena jika ketakutan
diciptakan manusia maka manusia sendiri juga dapat mengatasinya.
Jauh dari alasan di atas, St. Yohanes Paulus II memiliki alasan yang lebih
esensial dan lebih luhur yakni tentang penebusan. Jangan takut “karena manusia
telah ditebus oleh Allah” (Yohanes Paulus II, 1995: 274). Dalam hal ini selalu ada
harapan untuk menggapai hal yang lebih baik kendati dalam situasi dunia yang
sangat tidak mungkin. St. Yohanes Paulus II mengatakan jangan takut karena
Kasih Allah pada dunia (Yoh 3:16) itu tidak pernah surut sampai sekarang, Yesus
Kristus tetap menyertai dan hadir di tengah kehidupan manusia sampai saat ini
dan sampai pada akhir zaman. Penebusan itu seperti cahaya yang “bersinar di
dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya” (Yoh 1: 5).
Tidak dapat diragukan lagi kalau dari imannyalah muncul dan bertumbuh
harapan. Seperti yang dikatakannya sendiri dalam Telekonferen Remaja di Los
Angeles pada tahun 1987, “tanpa iman kepada Allah tidak ada pengharapan”
(Chiffolo. 2001:19). St. Yohanes Paulus II sangat percaya “Putra selalu hadir
dalam sejarah umat manusia sebagai penebus, penebusan meresap dalam seluruh
sejarah manusia…,dan menyiapkan masa depannya yang eskatologis” (Yohanes
Paulus II, 1995:275). Inilah keyakinan yang mendasari perjuangan St. Yohanes
Paulus II dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian dunia. Kendati dalam
situasi dunia yang menakutkan dan sementara beliau sendiri mengalami banyak
penderitaan sakit kronis namun pengharapannya tetap teguh dan menyala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Menurut beliau tidak ada kejahatan atau ketakutan yang melebih kekuatan Salib
Kristus dan kebangkitan-Nya (Yohanes Paulus II, 1995:275). Dalam hal iman St.
Yohanes Paulus II sungguh meneladani Maria sebagai model beriman. Karena
iman yang kuat, St. Yohanes Paulus II tidak pernah takut sementara devosinya
semakin berkembang.
Beliau sangat yakin, lewat Maria kemenangan Kristus dihadirkan. Ketika
menjadi Paus, beliau sangat sadar akan persoalan-persoalan yang terjadi di
seluruh dunia. Persoalan-persoalan tersebut jelaslah menakutkan namun dengan
keyakinan yang sama St. Yohanes Paulus II mengatakan dalam tulisannya
Melintasi Ambang Pintu Harapan (1995:276), “Kristus akan mengalahkan lewat
Maria”. Pada 13 Mei 1981 bertepatan dengan hari Maria menampakkan diri
kepada tiga anak di Fatimah, sekali lagi keyakinan St. Yohanes Paulus II ini
menjadi nyata ketika percobaan pembunuhannya gagal. Menurut St. Yohanes
Paulus II dalam buku yang sama, Kristus yang ia imani sekali lagi meneguhkan
hatinya supaya “jangan takut”. “Dengan peristiwa ini bukankah Kristus mungkin
berkata sekali lagi, “Jangan takut!”?” (Yohanes Paulus II, 1995: 277).
Kata “jangan takut” tidak tinggal hanya sebagai gagasan tetapi St.
Yohanes Paulus II telah mencoba dengan sepenuh tenaganya setia pada
anjurannya tersebut dengan selalu siap sedia melayani manusia, bangsa-bangsa
dan kemanusiaan dalam semangat Injil. Bagaimana St. Yohanes Paulus II
memulai mewujudkan anjurannya supaya “jangan takut”?. Pertama-tama beliau
mengajak semua orang supaya mengalihkan ketakutan tersebut kepada Allah
karena takut akan Allah merupakan awal dari kebijaksanaan. Melihat situasi dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
yang tidak mungkin bagi orang memikirkan untuk “takut akan Allah”, beliau
kemudian menganjurkan kepada semua orang untuk sungguh-sungguh bertekun
dalam doa agar semakin banyak orang yang “takut akan Allah” (Yohanes Paulus
II, 1995: 281-286).
Mengapa takut akan Allah? Karena menurut St. Yohanes Paulus II, takut
akan Allah adalah “kekuatan Injili yang menyelamatkan”. Takut akan Allah
berarti juga, dengan penuh iman membiarkan dirinya dibimbing oleh Roh Kudus
kepada tanggung jawab. Dengan takut akan Allah seorang dibentuk sebagai
pribadi yang memiliki kasih. Kasih untuk semua manusia dan bangsa-bangsa.
Kasih itulah yang menggerakkan St. Yohanes Paulus II melaksanakan tanggung
jawab untuk memenuhi kehendak Allah dalam hidupnya. Inilah pribadi St.
Yohanes Paulus II yang teguh dalam iman dan pengharapan, melaksanakan
pelayanan kasih kepada semua bangsa manusia di dunia.
3. Cintakasih Hingga Tuntas
St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang penuh dengan kasih.
Setiap karya pelayanan yang beliau laksanakan didasari oleh kasih. Baik
kehidupannya sebagai seorang pelayan maupun dalam karya-karyanya banyak
mengungkapkan kedalaman kasihnya kepada Allah dan kepada manusia. Khusus
kasihnya kepada kehidupan manusia sangat luar biasa dan sangat menggugah hati
banyak orang karena membuat beliau tidak memikirkan dirinya sendiri. Tentu saja
kasihnya kepada manusia adalah hasil refleksi mendalam atas kasih Allah yang
begitu besar kepada manusia. Kasih yang beliau ungkapkan membuka mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
banyak pihak, memberi sapaan yang penuh harapan dan memberi daya hidup
kepada banyak orang.
St. Yohanes Paulus II sebagai pemimpin tertinggi Gereja Universal sangat
teguh memegang dan melaksanakan tanggung jawab Gereja untuk mewartakan
Kerajaan Allah. Untuk merealisasikan pewartaan Kerajaan Allah di tengah-tengah
dunia yang penuh dengan kekacauan dan justru karena situasi dunia tersebut,
Gereja dipanggil untuk melaksanakan pelayanan kasih. Hal ini diungkapkan oleh
St. Yohanes Paulus II dalam dokumen Centesimus Annus sebagaimana yang
diulas oleh Krispurwana Cahyadi (2011:25) melalui tulisannya Yohanes Paulus II
tentang Keadilan dan Perdamaian. Pelayanan kasih tersebut lebih diarahkan
kepada mereka yang miskin, yang tersingkirkan dan yang menjadi korban.
St. Yohanes Paulus II senantiasa mengenakan kasih ketika berhadapan
dengan orang lain. Siapa pun mereka bahkan musuhnya disikapi oleh St. Yohanes
Paulus II dengan kasih. Contohnya saja, terhadap Mehmet Ali Agca pelaku
serangan percobaan pembunuhan telah diampuninya dengan tulus ikhlas bahkan
dianggapnya sebagai saudara yang dikasihinya (Christie 2014: 86). Stanislaw
Dziwisz (2010: 25) menuliskan, kasih yang begitu mendalam menjadikan St.
Yohanes Paulus II berani mengunjungi dan bertemu dengan para penderita sakit.
Para penderita pecandu alkohol, para korban narkoba, para cacat mental dan
mereka yang tersingkir dalam masyarakat, orang miskin, orang muda dan kaum
wanita, dari latar belakang agama dan budaya manapun semuanya dirangkul oleh
St. Yohanes Paulus II dalam kasih. Menurut beliau, siapa pun mereka dan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
keadaan apa pun, mereka adalah pribadi yang secitra dan serupa dengan gambar
Allah.
Tindakan melayani sesama dengan kasih didasarkan oleh refleksi St.
Yohanes Paulus II tentang pribadi dan sesama. St. Yohanes Paulus II menekankan
pribadi tidak dapat hidup sendiri (bdk. Kej 2:18). Inilah hakikat manusia sebagai
makhluk sosial. Pribadi selalu akan berhubungan dengan orang lain. Karena itu,
dalam berhadapan atau berhubungan dengan sesama (pribadi lain) St. Yohanes
Paulus II memberi penekanan pada relasi unitaris. Relasi Unitaris adalah “relasi
yang saling meneguhkan dan melengkapi, bukan relasi dalam pola keterpusatan
diri atau pengukuhan diri belaka. Dari realitas relasi unitaris ini akan terbangunlah
suatu relasi kasih dan solidaritas” (Krispurwana Cahyadi, 2012: 32)
Menurut St. Yohanes Paulus II kasih sangatlah penting dalam berelasi
dengan orang lain. “Kasih membangun suatu relasi antar pribadi dan memulihkan
kehidupan umat manusia….maka tidak ada sistem, hukum, atau negosiasi apapun
yang dapat membangun kesatuan umat manusia jika di dalamnya kasih tidak
tumbuh” (Krispurwana Cahyadi, 2012:32). Menurut St. Yohanes Paulus II kasih
menjadi sangat penting karena, relasi antar pribadi yang dibangun atas dasar kasih
akan dapat menciptakan suatu kesatuan kehidupan yang jauh lebih baik dan
apapun bentuk hubungan atau negosiasi yang tidak didasari oleh kasih tidak
pernah dapat membangun kesatuan yang baik.
St. Yohanes Paulus II menegaskan kasih itu harus wujud dalam tindakan
kasih atau pelayanan kasih. “Tindakan kasih tersebut semakin nyata sebagai
keterarahan kepada sesama, terlebih dalam tindakan bagi mereka yang menderita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tindakan ini adalah tindakan korban, keluar dari kondisi dan situasi kenyamanan
diri, namun rela berbagi dengan mereka yang membutuhkan” (Krispurwana
Cahyadi, 2012:33). Menurut St. Yohanes Paulus II tindakan keterarahan kepada
sesama adalah tindakan korban. Hal ini sangat nyata dalam kehidupannya ketika
ia memberikan dirinya untuk mengabdi manusia terutama kepada kelompok
manusia yang menjadi korban ketidakadilan, kekerasan, dan penindasan oleh
sekelompok manusia. Tindakan kasih nyata yang dilaksanakan oleh St. Yohanes
Paulus II adalah, tanpa lelah menyuarakan dan membela keadilan dan perdamaian
meskipun dalam situasi dunia yang tanpa harapan.
Dalam konteks ekonomi, politik, sosial, budaya dan agama yang plural St.
Yohanes Paulus II menyerukan tindakan solidaritas sebagai sebuah tindakan
kasih. Menurutnya “solidaritas adalah kebenaran moral dan tindakan sosial yang
semakin dibutuhkan dewasa ini” (Krispurwana Cahyadi, 2012:35). Melalui
dokumen ASG Sollicitudo Rei Socialis beliau mengharapkan agar tindakan
solidaritas kasih semakin menjadi sistem penilaian dan kategori moral dalam
membangun relasi ekonomi, politik, budaya, sosial dan dalam relasi antar agama.
Tindakan solidaritas kasih ini adalah tanda kebenaran serta kebijakan Kristiani
yang bersumber pada tindakan Allah yang menunjukkan solidaritas kasih-Nya
untuk memulihkan martabat manusia sebagai citra Allah. Tindakan solidaritas
adalah partisipasi atau keikutsertaan atau wujud nyata keterlibatan manusia pada
hidup dan karya Allah. Inilah yang dihayati oleh St. Yohanes Paulus II, dan yang
mendasari serta mendorong beliau untuk bertindak melawan segala ideologi
maupun praktek yang berlawanan dengan kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Bagi St. Yohanes Paulus II solidaritas merupakan tindakan profetis yang
semakin dibutuhkan dalam situasi dunia yang penuh dengan keresahan dan
ketakutan akibat cinta diri dalam diri manusia (Krispurwana Cahyadi, 2012:36).
Merebaknya individualisme menyebabkan manusia hanya berpikir pada diri
sendiri atau kelompoknya sehingga banyak orang lain terutama mereka yang
lemah tersingkirkan dan bahkan terasingkan. Situasi ini sangat bertentangan
dengan semangat Injil di mana solidaritas Allah merangkul semuanya tanpa ada
yang terabaikan. Maka St. Yohanes Paulus II dalam usaha merangkul semua umat
manusia, beliau menegaskan bahwa solidaritas adalah usaha mengembalikan
kasih dalam kehidupan manusia. Dari sebab itu juga St. Yohanes Paulus II sangat
menentang segala ideologi dan tindakan yang berbau kekerasan dan kejahatan
terutama perang.
St. Yohanes Paulus II secara pribadi sebagai pelayan Gereja universal
melayani pula umat manusia dari segala penjuru dunia. Selama masa
kepausannya, Gereja telah mendapat peran yang sangat nyata dan memberi
sumbangan besar kepada upaya penegakan keadilan dan perdamaian. Gereja
menjadi satu-satunya tempat di mana orang dibela dan diberi kebebasan, serta
tempat di mana orang tidak kehilangan harapan. Itulah Gereja yang digembalakan
oleh St. Yohanes Paulus II yakni Gereja yang mewartakan Kerajaan Allah dengan
upaya membebaskan umat manusia dari segala bentuk kejahatan yang
menakutkan melalui pelayanan kasih.
Dalam upayanya untuk membebaskan manusia dari kejahatan, St. Yohanes
Paulus II menolak segara upaya yang berbau “kekerasan” sebaliknya beliau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menyerukan agar setiap orang dari kelompok mana pun menghargai, mengasihi,
menghormati dan merangkul satu sama lain, dengan meletakkan kasih sebagai
dasar dalam apa pun upaya untuk membangun kehidupan dan persatuan manusia.
Beliau sangat yakin bahwa hanya pelayanan dan tindakan kasihlah yang dapat
membebaskan umat manusia dari segala bentuk ketakutan, seperti yang dituliskan
oleh Krispurwana Cahyadi (2012:32) “kasih membangun suatu relasi antarpribadi
dan memulihkan kehidupan manusia”.
Membebaskan umat manusia dari ketakutan berarti membangun kembali
atau memulihkan kehidupan umat manusia. Inilah panggilan Gereja universal
yang tidak lain adalah pewartaan Kerajaan Allah melalui pelayanan kasih atau
tindakan kasih. Sementara itu, St. Yohanes Paulus II menyadari Gereja sendiri
belumlah cukup signifikan untuk membangun dan memulihkan kehidupan umat
manusia maka beliau menyerukan dan mengajak semua kelompok manusia agar
bekerja sama memperjuangkan keadilan dan perdamaian atas dasar kasih kepada
sesama. Kasih kepada sesama berarti menjadikan manusia sebagai yang “utama
dan pertama”, menjadikan manusia sebagai tujuan dan bukan sarana.
St. Yohanes Paulus II sangat kuat dalam iman kepada Yesus Kristus. Iman
akan Yesus Kristus ini diwujudnyatakannya dalam tindakan kasih karena menurut
beliau “siapa pun yang percaya dan mengikuti Kristus akan senantiasa
menyatakan kasih, sebab Allah adalah kasih, dan mengasihi adalah tanda nyata
sebagai anak-anak Allah”, yang dinyatakan di tengah keprihatinan situasi dunia
(Krispurwana Cahyadi, 2012:103). Kasihnya kepada Yesus Kristus menjadi
konkret dalam kasihnya kepada manusia lewat pelayanan kasih. Menurut St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Yohanes Paulus II itulah panggilan kasih di tengah situasi dunia yang tanpa
harapan, yang penuh dengan ketakutan akibat kemiskinan dan penderitaan yang
semakin parah. St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang reflektif profetis.
Melalui kebiasaan refleksi ini juga St. Yohanes Paulus II memperoleh kekuatan
untuk melaksanakan panggilan tersebut.
Paus Yohanes Paulus II (2007:200-210) dalam merefleksikan serangan
percobaan pembunuhannya dalam buku Memory And Identity, mengatakan “Agca
menguasai cara-cara menembak, dan sudah barang tentu ia menembak dengan
tujuan membunuh. Walau demikian, seolah-olah seorang mengarahkan dan
membelokkan peluruh tersebut”. Selanjutnya beliau merefleksikan bahwa seperti
Kristus, ia diizinkan untuk menderita agar menjadi nyata melalui penderitaan
suatu dimensi baru terbuka, suatu perintah baru yakni perintah cinta kasih. Beliau
sangat yakin akan panggilan cinta kasih ini, dan selama hidupnya, ia telah
memberikan diri untuk mengabdi umat manusia dan bersama-Nya ia membawa
Gereja agar lebih berfokus pada pelayanan kasih, seraya berseru kepada segenap
umat manusia agar memperlakukan orang lain atas dasar kasih.
Kasih St. Yohanes Paulus II adalah cerminan kasih Ilahi yang telah
memberikan Diri-Nya, mengosongkan Diri-Nya dan menjadi sama dengan
manusia, dan memberikan Diri-Nya (sebagai korban) demi keselamatan umat
manusia. St. Yohanes Paulus II sendiri merefleksikannya seperti yang dikutip oleh
Anthony F. Chiffolo (2001:22) dalam buku yang berjudul St. Paus Yohanes
Paulus II, Dalam Kata-Kataku Sendiri, “Kasih adalah pemberian diri, ini berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mengosongkan diri untuk menggapai orang lain. Dalam arti tertentu, kasih berarti
melupakan diri sendiri bagi kebaikan orang lain”.
Cintakasih St. Yohanes Paulus II perlu diberi penekanan bahwa
cintakasihnya kepada umat manusia sungguh luar biasa. St. Yohanes Paulus II
bukannya tidak tahu bahwa situasi dunia tidak memungkinkan wujudnya kasih
namun beliau sangat yakin bahwa dengan kasih tantangan-tantangan dapat diatasi
dan hanya dengan kasih dunia dapat diubah. Hal ini diungkapkannya ketika
mengadakan pertemuan dengan Kelompok Caritas di San Antonio pada tahun
1987, “kasih dapat mengatasi halangan-halangan yang besar, dan kasih Allah
dapat mengubah dunia sepenuhnya”(Chiffolo, 2001:21). Dari keyakinan ini St.
Yohanes Paulus II dengan suara yang lantang menyerukan kepada seluruh
kelompok manusia agar membangun suatu tatanan dunia yang didasari oleh kasih.
Di kala menjabat sebagai Paus, beliau dihadapkan dengan masalah Gereja
universal, lebih tepatnya adalah masalah-masalah dunia, harapan dan kasihnya
tidak pernah surut sebaliknya menambah kekuatan dan keyakinannya. St.
Yohanes Paulus II dalam refleksinya mengutip kata St. Paulus kepada jemaat di
Roma “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan
dengan kebaikan” (RM 12:21). Dalam dirinya, St. Yohanes Paulus II yakin
betapapun dunia penuh dengan kejahatan, pasti ada batasnya, dan pasti ada
kekuatan lain yang dapat mengatasinya yakni kebaikan yang bersumber pada
kebaikan Ilahi (Paus Yohanes Paulus II, 2007:22-23). Dalam homilinya di Grant
Park, Chicago pada tahun 1979, St. Yohanes Paulus II menyampaikan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kasih adalah kekuatan yang membuka hati terhadap sabda Yesus dan
terhadap Penebusan-Nya. Kasih adalah satu-satunya landasan bagi
persahabatan manusia yang menghormati dalam diri satu sama lain
martabat anak-anak Allah, yang diciptakan menurut citra-Nya dan
diselamatkan oleh kematian dan Kebangkitan Yesus. Kasih merupakan
satu-satunya kekuatan penggerak, yang memaksa kita untuk membagikan
seluruh diri kita dan semua yang kita miliki dengan saudara-saudari kita
(Chiffolo, 2001:22).
Kasih adalah kekuatan dari dalam diri St. Yohanes Paulus II yang
memberinya kekuatan untuk memberikan diri demi kasihnya terhadap umat
manusia. Kasih ini juga yang telah membuka hatinya untuk memahami misteri
Penebusan manusia oleh Allah. Melalui refleksi Karya Agung Allah (penebusan)
selalu mendapat dimensi baru dalam hidup St. Yohanes Paulus II yakni suatu
panggilan untuk melakukan kebaikan atau yang diistilahkan oleh beliau sendiri
sebagai panggilan cintakasih. St. Yohanes Paulus II sangat yakin akan kebaikan
Allah ini masih tetap berlangsung dalam sejarah manusia, dulu, sekarang dan
selama-lamanya.
St. Yohanes Paulus II hidup semata-mata karena kasih. Kasih yang
ditemukan dan dialaminya dari Allah sendiri melalui pengalaman pergulatan
hidupnya, dan karena itu kasih tersebut ada dalam dirinya dan menjadi miliknya.
Kasih yang memberikan kekuatan dan daya penggerak untuk terus berjuang untuk
melayani meskipun mengalami banyak tantangan. St. Yohanes Paulus II yang
telah menyambut dengan hati terbuka panggilan cintakasih, ambil bagian pula di
dalamnya. Beliau telah menyerahkan diri untuk menjadi sarana dan perantara
untuk menciptakan peradaban kasih di dalam kehidupan manusia. Kedalaman
kasihnya kepada Allah dan umat manusia menjadikan beliau seorang yang selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
memahami dirinya sebagai pribadi manusia yang dikasihi Allah dan yang sudah
ditebus-Nya. Pemahaman akan dirinya yang sama memiliki keluhuran martabat
sebagai gambar dan rupa Allah, memperdalam kasihnya kepada pribadi-pribadi
yang lain (Chiffolo, 2001:23).
Dalam pesan untuk hari remaja sedunia yang ke-11 tahun 1996, St.
Yohanes Paulus II dengan tegas menyampaikan, “cinta diri menyebabkan orang
tuli dan bisu. Kasih membuka mata dan hati, serta memampukan manusia
memberikan sumbangan yang unik dan tidak tergantikan….yang dapat mengubah
pasang surutnya sejarah” (Chiffolo, 2001:23). Pesan beliau ini sekaligus
merupakan suatu kesaksian tentang dirinya yang penuh dengan kasih. Pengalaman
kasih dari Allah sungguh membuka mata dan hatinya akan keprihatinan-
keprihatinan atau ketakutan-ketakutan dunia. Kasih yang sama, meneguhkan
harapan dan memampukan beliau untuk memberikan diri sepenuhnya untuk
bersaksi dan mewartakan Kerajaan Allah.
Cintakasih hingga tuntas adalah cintakasih penuh St. Yohanes Paulus II
yang mendapat ilham dari cintakasih Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus II tidak
hidup untuk dirinya sendiri tetapi beliau hidup dalam cintakasih dan memberikan
dirinya demi pengabdian kepada umat manusia. Beliau sangat berkomitmen
mengikuti teladan Yesus Kristus yang “datang bukan untuk dilayani melainkan
untuk melayani” (Mat 20:28). Dalam Vita Consecrata (Art.75) St. Yohanes
Paulus II mengungkapkan bahwa Yesus kristus tidak pernah berhenti memanggil
murid baru, untuk menyatakan cintakasih Ilahi dengan melayani sesama melalui
penyerahan diri dengan rendah hati dan tanpa pamrih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Dalam kebanyakan ajaran St. Yohanes Paulus II, beliau meletakkan
manusia sebagai yang pertama dan utama dari tujuan Gereja. Dengan
berteladankan Yesus Kristus (teladan tindakan sempurna dalam penghargaan
manusia), St. Yohanes Paulus II mengasihi semua orang, merangkul dengan
penuh kasih terutama mereka yang sedih dan menderita. Demikian juga yang
dituliskan oleh St. Yohanes Paulus II dalam salah satu dokumennya yakni
Evangelium Vitae, “Orang-orang lain bukanlah saingan yang terhadapnya kamu
harus mempertahankan diri, melainkan saudara-saudari yang harus didukung.
Mereka harus dikasihi demi mereka sendiri, dan mereka memperkaya kita dengan
kehadiran mereka” (Chiffolo, 2001:72). Pelayanan pastoralnya ditandai dengan
sikap kasih yang sungguh mendalam kepada semua kelompok tanpa ada yang
terkecuali. Hal ini diungkapkan oleh Kardinal Yosef Ratzinger pada 16 Oktober
2003 pada peringatan pesta perak masa kepausan St. Yohanes Paulus II.
Anda, sebagai wakil Yesus Kristus….tanpa kenal lelah telah menjelajah
dunia, bukan hanya mewartakan Kabar Gembira kasih Allah….Anda juga
telah melintas batas-batas semangat dari mereka yang sering kali
berjauhan satu dari yang lain dan bertentangan satu sama lain, merengkuh
yang berseteruh, menjalin tali persahabatan di antara mereka yang
terpisah, dan menyediakan tempat di dunia bagi damai Kristus (lih. Ef
2:17). Anda telah menjumpai kaum muda, orang-orang tua, orang kaya
dan orang miskin, para pengusaha dan rakyat sederhana….Anda telah
mewartakan kehendak Allah tanpa takut, sekalipun bertentangan dengan
pikiran dan kemauan orang….Anda tidak mencari penghargaan dari
manusia, tetapi Anda memerhatikan putra-putra Anda seperti seorang ibu.
Seperti Paulus Anda juga begitu mencintai manusia dan sangat berhasrat
menyampaikan kepada mereka bukan hanya Kabar Gembira, melainkan
bahkan memerikan hidup Anda sendiri (bdk. 1 Tes 2:5-8), (Dziwisz,
2010:14-15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Betapapun ia mengalami penderitaan tetapi kasihnya tetap menyala bagai
lilin yang menerangi kegelapan di suatu ruang kosong, tak kunjung padam
meskipun ribut taufan datang melanda. Sebaliknya penderitaan yang dialami
diubah menjadi stigma penderitaan yang mewarnai pelayanan apostoliknya. Ia
telah taat dan setia, seperti Yesus yang telah taat dan setia memanggul salib-Nya,
meskipun selalu mengalami penderitaan yang sungguh membekas. Penderitaan
manusia akibat kemiskinan, peperangan, terorisme, penindasan, dan penyakit
semua menjadi penderitaan St. Yohanes Paulus II. Bahkan dirinya sendiri
diancam mati sebanyak tiga kali. Semua penderitaan yang dialaminya sama sekali
tidak dianggapnya sebagai beban meskipun beliau pernah mengeluh karena harus
membatalkan beberapa pelayanan. Justru dari penderitaannyalah tumbuh kasih
yang mendalam, kasih yang memberi harapan kepada para penderita yang lain.
Inilah keunggulan St. Yohanes Paulus II yang penuh dengan kasih, mengasihi
sampai tuntas.
4. Berdoa dalam Roh
St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang sangat mencintai hidup doa. Ia
adalah seorang devosional. Setiap hari dibuka dan ditutupnya dengan doa. Beliau
memiliki hubungan yang sangat intim dengan Allah. Melalui doa-doanya ia
menimba kekuatan untuk melaksanakan seluruh pelayanannya, dan dari doanya
juga ia mendapat ilham untuk melaksanakan tugas apostoliknya sebagai Paus
(Dziwisz, 2010:103-114). Tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Paus
memang berat dan menguras banyak tenaga. Beliau juga merupakan pribadi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
perfeksionis dalam artian sangat menghargai waktu yang ada. Ia telah mengatur
dengan sangat baik segala kegiatan sehari-hainya sehingga waktu doa adalah salah
satu prioritasnya. Beliau sangat menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa
umpama “mesin” yang setelah bekerja keras akan kehabisan tenaga. Setelah
kehabisan tenaga St. Yohanes Paulus II akan meluangkan waktu untuk
memulihkan kembali tenaganya dengan bersyukur dan berdoa kepada Allah Bapa.
Sementara St. Yohanes Paulus II sangat memperhatikan hidup rohaninya, ia juga
hidup sebagai seorang yang sangat manusiawi. Beliau menikmati dan
menggunakan kemampuan manusiawinya untuk memuliakan Tuhan. Secara lebih
jelas akan dipaparkan kehidupan sehari-hari St. Yohanes Paulus II yang sarat
dengan kegiatan namun sangat khusuk pula dalam doa.
Stanislaw Dziwisz (2010:103-114) dalam tulisannya mengisahkan
keseharian Sri Paus yang padat dengan kegiatan namun penuh dengan semangat
doa. Setiap pagi Paus Yohanes Paulus II memulai harinya dengan bangun pada
pukul 05.30. Setelah membersihkan dan mempersiapkan dirinya, beliau akan ke
kapel untuk mengucap syukur dan berbicara dengan Allah. Pada kebiasaannya,
beliau akan mengadakan adorasi, puji-pujian, dan meditasi. Pukul 07.00 beliau
akan merayakan misa bersama imam-imam, para uskup, dan para undangan. Umat
yang datang sering melihat betapa khusuknya Paus Yohanes Paulus II berdoa.
Beliau berdoa dengan mata tertutup penuh penghayatan sambil berlutut dalam
sikap kepasrahan yang total. Dalam penghayatan dan kepasrahan beliau
mengalami sukacita yang luar biasa. Karena kekhusukan dalam doa, beliau sering
tidak menyadari kalau ada orang lain yang masuk ke dalam kapel. Mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sering melihat kekhusukan beliau berdoa mengatakan “Dia sedang berbicara
dengan Yang Tak Kelihatan” (Dziwisz, 2010:109). Kegiatan doa dan misa pagi
ini merupakan santapan rohani yang menghidupkan beliau. Selesai kegiatan
rohani, beliau akan beralih ke meja makan untuk menikmati santapan tubuh
jasmani yang sudah disiapkan.
Setelah makan pagi, kegiatan selanjutnya adalah lebih bersifat pribadi.
Beliau akan ke kamar kerjanya dan mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan
dalam pelayanan seperti menulis konsep-konsep, menyiapkan homili atau
menyiapkan garis besar pidatonya, kecuali setelah pundaknya cedera beliau
mendiktekannya kepada imam yang lain. Beliau selalu mengambil kesempatan
pagi mempersiapkan dirinya untuk pelayanan sepanjang hari. Selama masa
kerjanya pun beliau menyisihkan waktu untuk berdoa. Tak jarang jika ada yang
mencarinya “selalu menemukannya di kapel sedang khusuk berdoa, kadang
bertiarap di lantai, tenggelam sepenuhnya dalam doa, dan kadang dengan
khusuknya ia bernyanyi dalam adorasi pagi” (Dziwisz, 2010:110). Tidak hanya di
waktu pagi tetapi selama waktu kerjanya ia selalu menyempatkan dirinya untuk
berdoa.
St. Yohanes Paulus II biasanya akan memulai kunjungan setiap pagi pada
pukul 11.00. Ketika makan siang biasanya dimanfaatkan oleh beliau untuk
mendengar informasi dari tamu undangan atau meminta masukan dari pejabat-
pejabat kantor tentang hasil kerja mereka. Setelah makan siang, St. Yohanes
Paulus II akan beristirahat untuk memulihkan stamina badannya, kemudian
dilanjutkan dengan berdoa. Setiap hari St. Yohanes Paulus memiliki kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
untuk pergi ke balkon setelah istirahat dan berdoa. Beliau juga memiliki kebiasaan
untuk berhenti di depan patung-patung kudus terutama patung Bunda Maria dari
Fatimah untuk berdoa. Doa favorit St. Yohanes Paulus II adalah doa Rosario,
beliau sering mendaraskan doa tersebut secara lengkap. Setiap hari Kamis St.
Yohanes Paulus II akan berdevosi Jam Kudus dan setiap hari Jumat beliau akan
melakukan Jalan Salib di manapun dia berada, bahkan ketika dalam pesawat atau
dalam helikopter seperti yang dilakukannya ketika sedang melakukan perjalanan
ke Galilea (Dziwisz, 2010:112).
St. Yohanes Paulus II tidak pernah kehabisan kata-kata baru untuk berdoa.
Demikian yang dituliskan oleh sekretaris pribadi Paus Yohanes Paulus II yakni
Stanislaw Dziwisz (2010:113) dalam catatannya tentang hidup keseharian St.
Yohanes Paulus II di Vatikan. “Ia selalu menemukan kata-kata baru untuk berdoa,
untuk berbicara dengan Tuhan”. St. Yohanes Paulus II sangat memperhatikan
hidup rohaninya. Baginya, hidup doa seperti Misa, ibadat harian, sujud di depan
Sakramen Mahakudus, pemeriksaan batin dan pengakuan dosa, dan praktek-
praktek kesalehan merupakan bagian penting dari kehidupan rohaninya. St.
Yohanes Paulus II secara rutin melakukan pengakuan dosa sekali dalam
seminggu. Praktek kesalehan yang secara terus-menerus dilakukannya adalah
puasa. Semua itu menunjukkan betapa beliau memiliki hubungan yang sangat
intim dengan Allah. Tidak bisa tidak dapat dikatakan bahwa St. Yohanes Paulus
II selalu hidup dengan Allah, beliau selalu dan senantiasa jatuh cinta kepada
Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Di waktu sore St. Yohanes Paulus II akan melaksanakan audiensi sore
dengan pelbagai pihak yang sudah dijadwalkan. Waktu makan malam ia tidak
makan sendirian tetapi selalu makan bersama orang lain. Beliau selalu mengambil
kesempatan waktu makan untuk mendengar informasi dari teman makan
malamnya. Setelah selasai makan malam, St. Yohanes Paulus II akan
menyibukkan diri untuk membaca. Setelah merasa cukup untuk membaca, St.
Yohanes Paulus II akan pergi ke kapel untuk memanjatkan syukur, pujian, dan
berbicara kepada Tuhan. Sebelum tidur, St Yohanes Paulus II memiliki kebiasaan
untuk melihat kota Roma dan memberkatinya dengan tanda salib.
Demikianlah kehidupan sehari-hari St. Yohanes Paulus II yang penuh
dengan pelbagai kesibukan yang sangat melelahkan namun penuh dengan
semangat doa. Hidup doa menjadi bagian yang sangat menentukan hidupnya.
Dengan doanya yang khusuk, ia selalu berada dalam naungan kuasa Roh Kudus.
Banyak ungkapan St. Yohanes Paulus II tentang doa yang secara langsung
mencerminkan kedalaman hidup doanya, yang akan dipaparkan dan dibahas
sebagai berikut.
Bagi St. Yohanes Paulus II doa adalah suatu percakapan dengan Tuhan. Di
dalam percakapan tersebut ada dua subjek yang bekerja yakni “dia” yang berdoa
dan “Dia” yang memanggil untuk berdoa. Dalam doa “Dia” yang memanggil
untuk berdoa jauh lebih penting karena dari Dia-lah dan untuk Dia-lah beliau
berdoa (Yohanes Paulus II, 1995:18). Karena itu dalam berdoa, kerendahan hati
merupakan jalan terbaik untuk mencapai kepenuhan doa. Hal ini sesuai dengan
semangat Injil yang dihidupinya tentang hal berdoa seperti pada Injil Lukas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
mengenai perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Luk 18:9-
14).
St. Yohanes Paulus II mengungkapkan “doa merupakan suatu usaha
mencari Allah, tetapi juga suatu pewahyuan dari Allah….melalui doa Allah
mewahyukan Diri-Nya lebih-lebih sebagai Belas Kasihan” (Yohanes Paulus II,
1995:31-32). Selama hidup, St. Yohanes Paulus II tidak pernah berhenti mencari
Allah. Di manapun beliau berada ia selalu mencari kesempatan untuk berbicara
dengan Allah dan mengalami kasih-Nya. Dari kekhusukan doa inilah beliau
mendapat banyak kekuatan untuk melaksanakan seluruh pelayanan apostoliknya,
dan sekaligus meneguhkan keyakinan dan pengharapannya. Sementara itu beliau
juga menyerukan kepada semua anggota Gereja dan semua kelompok agama agar
terus-menerus berdoa, karena doa “mengungkapkan kebenaran kasih Allah dan
sekaligus menghadirkan di dunia ini Allah yang adalah Kasih yang penuh
kerahiman” (Yohanes Paulus II, 1995:32).
Dalam doa St. Yohanes Paulus II pertama-tama menghadirkan Roh Kudus
yakni Roh yang memberikan kekuatan kepadanya untuk berdoa. Beliau sadar
akan kelemahannya sebagai manusia, namun beliau bukan tidak tahu bagaimana
seharusnya berdoa tetapi ketika berdoa bukan berarti ia berdoa untuk
kepentingannya sendiri tetapi beliau selalu mempunyai kerinduan untuk berbicara
kepada Allah, menimba kekuatan dari Roh Kudus dan berdoa bagi Gereja dan
dunia. St. Yohanes Paulus II sendiri tidak tahu sejauh mana doanya terkabul tetapi
beliau berdoa secara terus menerus. Inilah anugerah kekuatan yang diberikan Roh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kudus kepadanya untuk berdoa, yakni selalu memiliki kerinduan untuk berbicara
dengan Allah.
Doa menjadi sumber kekuatan dan inspirasi baginya untuk memulai hidup
baru, terutama dalam pengambilan keputusan-keputusan dan kebijakan pelayanan
apostoliknya (Chiffolo, 2001:13). Sebagai seorang saksi dan pewarta beliau
memberikan sikap dan teladan yang menginspirasikan banyak orang. Tidak hanya
iman tetapi kasih dan pengharapannya terus bertumbuh karena doa-doanya.
Ketika menyampaikan pesan kepada para seminaris di Chicago, tahun 1979,
beliau mengatakan “hendaknya kamu setia pada doa-doa harianmu; doa-doa itu
akan merawat iman kamu sehingga tetap hidup dan bersemangat” (Chiffolo,
2001:14). Bagi St. Yohanes Paulus II doa umpama vitamin yang dapat menjaga
kesehatan tubuh. Doa adalah makanan rohani yang dapat menyembuhkan dan
sekaligus menyuburkan iman, harapan dan kasih.
Di dalam hidup sehari-hari dan dalam doanya Kristuslah yang menjadi
teladan dan menjadi isi doanya, dan dengan berdoa ia terus-menerus
mempersatukan dirinya dengan Kristus. Baginya, “tanpa doa, tidak ada
kegembiraan, pengharapan, kedamaian, karena doa mempersatukan kita dengan
Kristus” (Chiffolo, 2001:14). Di lain kesempatan St. Yohanes Paulus II juga
memberikan kesaksian tentang hidup doanya:
Jika kamu sungguh ingin mengikuti Kristus, dan bila kamu menginginkan
kasihmu kepada-Nya tumbuh dan hidup, kamu harus setia berdoa. Itulah
kunci menuju kekuatan hidup kamu dalam Kristus. Tanpa doa, iman dan
kasihmu akan mati. Jika kamu setia dalam doa harian dan dalam mengikuti
misa mingguan, kasihmu kepada Yesus akan bertambah dan hatimu akan
mengalami kegembiraan dan kedamaian mendalam, yang tidak dapat
diberikan oleh dunia (Chiffolo, 2001:15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Baginya doa adalah kunci untuk hidup bersatu dengan Kristus. Kekuatan
yang ditawarkan dalam doa adalah pengalihan pikiran dan hati kepada Tuhan,
kepada Yesus Kristus sumber iman, harapan dan kasih, sebab itu tanpa doa iman
dan kasih akan mati. Jika iman dan kasih mati, harapan akan musnah. Yesus
Kristus yang hadir dalam doa akan memberikan suatu dimensi ilahi yang dapat
mengubah hidup. Suatu dimensi ilahi yang membuka mata dan hati untuk
menghadapi situasi sekarang dan melihat masa depan dengan penuh harapan, serta
memberikan kegembiraan dan kedamaian mendalam, betapapun mengalami
penderitaan yang berat.
Dalam doa bersama antarumat beragama di Asisi pada 27 Oktober 1996,
St. Yohanes Paulus II menyampaikan bahwa, “doa itu sangat penting sebagai cara
dan langkah untuk membangun perdamaian….karena perdamaian sejati adalah
buah dari relasi dengan kuasa Ilahi” (Krispurwana Cahyadi, 2011:114). Bagi St.
Yohanes Paulus II, doa sebagai jembatan yang menjadi sarana untuk menapaki
jalan perdamaian. Di sinilah St. Yohanes Paulus II meletakkan peran doa bagi
perdamaian yakni, menimba kekuatan dari Allah, sebab daya untuk membangun
perdamaian sejati bukan dari manusia, melainkan hanya berkat rahmat Allah
(Krispurwana Cahyadi, 2012:325). Doa adalah sarana untuk berharap dan
menyampaikan permohonan. Beliau terus-menerus berdoa dan mengembalikan
semuanya kepada Allah, karena beliau percaya akhirnya yang bekerja untuknya
adalah Allah sendiri.
Lalu bagaimana caranya St. Yohanes Paulus II berdoa? Beliau berdoa
dengan bermacam-macam cara. Beliau berdoa dalam Roh, penuh dengan iman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
harapan dan kasih, bersatu dengan Kristus, dan dengan penuh kerendahan hati dan
sikap pasrah diri menyerahkan semuanya kepada Allah. Menurut St. Yohanes
Paulus II, manusia adalah umat yang tugas pokoknya adalah memuji, menyembah
dan memuliakan Tuhan dalam pelbagai cara. Seperti yang diungkapkannya,
“Manusia adalah imam dari seluruh ciptaan. Kristus menyerahkan kepada
manusia martabat panggilan tersebut….seluruh ciptaan melaksanakan opus
gloriae” (Yohanes Paulus II, 1995:21).
Dalam doa St. Yohanes Paulus II tidak mengungkapkan dirinya tetapi
beliau membuka dirinya dan membiarkan Allah hadir dan berkarya dalam diri dan
hidupnya. “Manusia mendapat kepenuhan doa bukan kalau dia mengungkapkan
dirinya sendiri, tetapi kalau dia membiarkan Allah hadir sepenuh-penuhnya dalam
doa” (Yohanes Paulus II, 1995:21-22). Begitu mistisnya hidup doa St. Yohanes
Paulus II sehingga dengan memperdalam misteri yang diwahyukan dalam Kristus,
dia dapat semakin lebih baik melakukan tugas pelayanan.
Yang terkandung dalam doa St. Yohanes Paulus II adalah kegembiraan
dan harapan, kedukaan dan kecemasan manusia zaman sekarang. Sebagai saksi
Kabar Gembira, St. Yohanes Paulus II adalah seorang yang selalu penuh dengan
kegembiraan dan seorang yang tangguh dalam berpengharapan. Dalam doa beliau
menjadi pengantara antara persoalan Gereja dan persoalan dunia universal kepada
Allah. Kepada Allah, St. Yohanes Paulus II mengemukakan segala kegembiraan
dan harapan, maupun dukacita dan kecemasan yang dirasakan oleh Gereja dan
dunia (Yohanes Paulus II, 1995:29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dalam situasi dunia yang penuh dengan kejahatan dan ketakutan, St.
Yohanes Paulus II tidak pernah kehilangan keyakinan, ia berdoa terus-menerus
karena baginya, “betapa pentingnya doa itu bagi dunia dan bagi Gereja, karena
pada akhirnya doa itu merupakan jalan yang termudah untuk menghadirkan di
dunia ini Allah dan kasih-Nya yang menyelamatkan”, demikian yang ditulisnya
dalam buku Melintasi Ambang Pintu Harapan (1995:29). Sementara berdoa terus-
menerus, St. Yohanes Paulus II juga mendorong segenap Gereja yakni “anak-anak
terjanji” (Gal 4:28) untuk berdoa agar “karya keselamatan terlaksana melalui
Kristus”,“agar dapat menghayati perutusan dengan penuh dedikasi”, “berdoa
untuk panggilan-panggilan untuk menjadi kudus entah dengan menjadi religius
atau awam”, berdoa “bagi orang-orang yang menderita”, dan “berdoa bagi
mereka yang meninggal” (Yohanes Paulus II, 1995:30-31).
Demikianlah semua persoalan Gereja dan dunia serta semua kelompok
manusia dengan segala permasalahannya dirangkulnya dalam doa seperti Yesus
yang berdoa kepada para murid-Nya dan kepada dunia. Hidup doa St. Yohanes
Paulus II sungguh mistis sehingga seluruh hidupnya diresapi dan dinaungi oleh
Kuasa Ilahi, yang menguatkan dan meneguhkan hatinya untuk memberikan diri
demi pelayanan kepada Gereja dan umat manusia dan demi Totus tuss, Maria!
(sepenuhnya untukmu, Maria!).
Dari pembahasan empat pokok spiritualitas St. Yohanes Paulus II tersebut
dapat disimpulkan bahwa, beliau adalah pribadi yang sungguh menghayati
pelayanannya sebagai panggilan dari Allah untuk melayani-Nya dan umat
manusia. Empat hal tersebut yakni iman, harapan, kasih dan doa juga merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
keutamaan kristiani yang sungguh dihayati dan dilaksanakan oleh St. Yohanes
Paulus II. Beliau telah menunjukkan kepada dunia kekatolikan dan
kekristianannya yang sejati. Spiritualitas yang dihayatinya sungguh menjadi
kekuatan, semangat, dan roh baginya untuk tetap setia dan teguh melaksanakan
tugas pengutusannya sampai tuntas meskipun telah mengalami banyak tantangan
dan penderitaan. Beliau sungguh telah menjadi seperti Yesus yang telah taat dan
setia pada salib-Nya sampai wafat. Karena itu pantaslah beliau menjadi teladan
para pelayan terutama katekis di zaman sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB III
TANTANGAN DAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN INI
Gereja selalu mengharapkan kehadiran para katekis sejati yang siap
melayani tanpa lelah. Dalam perkembangan sejarah Gereja, kehadiran para
katekis telah memberi dampak positif bagi terlaksananya visi dan misi Gereja.
Melihat kontribusi begitu penting dari para katekis, Gereja dengan tegas
mengakui dan mengapresiasi keberhasilan pelayanan mereka. Terutama pada
waktu awal evangelisasi, kehadiran para katekis mempercepat perkembangan
Gereja baik dari segi teritorial maupun dari segi jumlah umat. Sampai pada masa
sekarang Gereja terus berkembang karena keterlibatan para katekis. Karena
pelayanan sangat vital bagi Gereja maka para katekis pun perlu dipersiapkan
melalui pelbagai usaha terus menerus agar mampu melaksanakan pelayanan
dalam situasi zaman yang sedang dihadapi.
Bertolak dari kesadaran tersebut, pembahasan bab III ini bermaksud
memberi gambaran keseluruhan namun secara singkat mengenai katekis dan
pelayanannya. Bab III ini akan menjadi titik tolak atau latar belakang pencapaian
maksud dan tujuan penulisan skripsi. Bahwasanya katekis masih membutuhkan
pembinaan dan pendidikan lebih agar semakin dapat menghayati dan
meningkatkan pelayanannya. Adapun isi dari bab III ini adalah mengenai sosok
katekis, tugas katekis, tentang pelayanan, realitas pelayanan katekis dan
tantangan-tantangan pelayanan yang dihadapi oleh katekis pada zaman ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pembahasan dalam bab III ini dibagi menjadi dua bagian utama yaitu
bagian pertama tentang tantangan pelayanan katekis yakni tujuh arus besar
perubahan zaman. Bagian kedua membahas tugas dan peranan katekis sebagai
pelayan umat pada zaman Ini. Bagian kedua membahas enam topik utama. Topik
pertama membahas arti pelayanan yang ditinjau dalam tiga perspektif yaitu
menurut Kitab Suci, dokumen Gereja dan menurut para tokoh. Topik kedua
membahas sosok katekis, topik ketiga tentang kategori katekis, topik keempat
tentang tugas dan peran katekis, topik kelima tentang cakupan pelayanan katekis
dan yang terakhir tentang perkembangan pelayanan katekis.
A. Tantangan Pelayanan Katekis Zaman Ini
Gereja dalam melaksanakan tugas perutusan menghadapi banyak
tantangan, demikian juga pelayanan para katekis. Perubahan arus zaman
menyebabkan tantangan pelayanan semakin rumit dan kompleks. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya kualitas kehidupan rohani umat.
Pada artikel 28, Direktorium Formatio Iman secara tidak langsung
menyampaikan bahwa pelayanan katekis yang dilaksanakan belum relevan
dengan situasi umat yang sedang menghadapi tantangan arus-arus besar zaman.
Arus-arus besar zaman yang dimaksud adalah sekularisasi dan sekularisme,
pandangan hidup dan budaya instan, ateisme dan relativisme, dampak
perkembangan teknologi digital, pluralitas yang diwarnai fundamentalisme dan
radikalisme serta globalisasi budaya, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan
hidup, dan merebaknya kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Dengan kata lain, pelayanan katekis belum menjawab situasi dan
kebutuhan umat secara konkrit, atau yang diistilahkan dengan belum kontekstual.
Hal ini bukan berarti katekis tidak melaksanakan pelayanan tetapi inilah
kenyataan yang terjadi bahwa tantangan-tantangan arus zaman hampir tidak
pernah disinggung ketika melayani. Kecenderungan pelayanan yang dilaksanakan
adalah kembali kepada metode doktriner dengan menawarkan suatu yang abstrak
(jauh dari kenyataan) dan menawarkan jalan penyelesaian yang bersifat semu.
Direktorium Formatio Iman (2014:11-17) kemudian membahas tujuh tantangan
arus besar zaman yang tidak mudah untuk disikapi secara bijaksana dan kritis oleh
katekis.
1. Sekularisasi dan Sekularisme
Sekularisasi adalah arus zaman yang secara mendasar mempengaruhi
kehidupan manusia dalam pelbagai bidang baik itu rohani maupun duniawi
(Direktorium Formatio Iman, 2014:15). Sekularisasi adalah proses penemuan jati
diri dunia menuju otonomi. Otonom berarti dunia (terutama manusia) memiliki
hukum dan nilainya sendiri. Hukum dan nilai inilah yang coba diatur oleh
manusia sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Sekularisasi membawa paham
bahwa dunia dapat diatur sendiri oleh manusia tanpa ketergantungan penuh
terhadap kekuatan supra-empiris. Sekularisasi turut memberi sumbangan positif
kepada agama yakni pemurnian hakikat dan refungsionalisasi agama.
Sekularisasi tidak selamanya berdampak baik terhadap kehidupan rohani.
Sekularisasi akhirnya melahirkan suatu paham atau ideologi tertutup yakni paham
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
yang memutlakkan otonomi duniawi tanpa keterbukaan terhadap Yang Ilahi
(Direktorium Formatio Iman, 2014:15). Inilah yang disebut dengan sekularisme
yang berarti proses pemisahan dunia dari Allah karena manusia beranggapan
bahwa kehidupan tidak tergantung pada Allah dan manusia dapat menggunakan
serta memanfaatkan segala ciptaan tanpa relasi dengan Sang Pencipta. Akibatnya
adalah, manusia bertindak semaunya sendiri tanpa melibatkan atau mengandalkan
Tuhan karena dianggap tidak dapat memberi jawaban atas persoalan manusia.
Berhadapan dengan arus sekularisasi dan sekularisme, pelayanan yang
bersifat sakral tampaknya tidak dibutuhkan lagi. Kehidupan rohani dianggap tidak
penting dan tidak menentukan dalam kehidupan. Akibatnya kehidupan beragama
semakin diabaikan. Sekularisme dapat melahirkan pandangan intoleransi terhadap
agama seperti ateisme. Sekularisasi memberi dampak yang sangat mendalam pada
pelbagai bidang kehidupan manusia sehingga hidup manusia justru mengalami
kedangkalan dan tidak berakar. Hidup manusia diarahkan semata-mata untuk
kepentingan duniawi dan anugerah Allah sama-sekali tidak dihargai (Direktorium
Formatio Iman, 2014:17).
2. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan.
Dampak negatif sekularisme diperparah dengan budaya instan. Budaya
instan adalah budaya hidup yang tidak dapat menerima dan menghargai proses.
Semua tindakan dalam hidup berorientasikan pada hasil semata-mata namun
dengan cara cepat sehingga menghalalkan segala cara. Dalam budaya instan
manusia justru kehilangan keluhuran martabatnya sebagai “citra Allah”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
sebaliknya manusia dihargai atas dasar produktivitasnya (Direktorium Formatio
Iman, 2014:16). Akibatnya manusia yang tidak berdaya atau yang tidak produktif
sering ditindas dan terisolasi dari masyarakat.
Kedangkalan hidup yang dihasilkan oleh budaya instan melahirkan pula
manusia atau masyarakat yang tanpa nilai dan akar sehingga memunculkan
budaya kematian. Dengan budaya kematian, kultur dan sistem yang tercipta sama
sekali tidak menghargai bahkan menyingkirkan nilai solidaritas dan kepentingan
umum. Individualisme kemudian berkembang sehingga tidak ada tempat bagi
orang lain. Semuanya diarahkan pada kepentingan diri sendiri atau kelompok
tertentu yang berorientasikan pada efisiensi dan efektivitas (Direktorium Formatio
Iman, 2014:16). Karena sikap egosentris tersebut yang mengandalkan diri sendiri
maka Allah sama sekali tidak mendapat tempat dalam kehidupan.
Budaya instan melahirkan budaya konsumerisme dimana setiap individu
memiliki kebutuhan atau keinginan yang tidak pernah terpenuhi. Manusia
semakin mengejar kebutuhannya sehingga ego, ambisi serta optimisme pada diri
sendiri meningkat. Yang ada dalam hati adalah mengejar pemenuhan dan
keinginan egoismenya. Akibatnya, segala hal yang tidak menjanjikan hasil
diabaikan. Allah dan orang lain terutama kaum kecil, lemah, miskin, dan
tersingkir tidak mendapat tempat dalam hati (Direktorium Formatio Iman,
2014:16). Masalah ini kemudian melahirkan pula ateisme dan relativisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3. Ateisme dan Relativisme yang Melahirkan Krisis Iman dan Moral
Tidak dapat dinafikan lagi kalau modernitas dan sekularisme melahirkan
ateisme yaitu pengabaian atau penolakan akan Allah (Direktorium Formatio Iman,
2014:17). Otonomi manusia dan dunia justru mendatangkan masalah atau lebih
tepatnya adalah krisis iman. Pengabaian atau penolakan terhadap Allah
mengambil banyak rupa bahkan rupa yang menipu diri sendiri seperti praktek
agama yang sebatas ritualisme dan formalisme. Otonomi manusia mempengaruhi
dan membentuk pola hidup manusia yang tidak peduli bahkan mengabaikan Allah
sehingga kehilangan hidup mistik.
Hidup mistik adalah hidup yang akrab dengan Allah. Ketumpulan hati
nurani mengakibatkan manusia kehilangan “getar religiositas batin” yang
kemudian mendorong manusia mengambil sikap relativisme yakni sikap
merelatifkan segalanya (Direktorium Formatio Iman, 2014:17). Sikap inilah yang
merusak dan menghilangkan tatanan moralitas dalam masyarakat. Dengan
relativisme tidak ada lagi yang absolut, tidak ada kebenaran yang pasti dan hakiki
karena semua orang berpegang pada kebenaran sendiri-sendiri. Dari sinilah
manusia menghadapi krisis moral dimana semua orang bertindak semaunya
sendiri tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan akibat terhadap orang lain.
4. Dampak Perkembangan Teknologi Digital
Dewasa ini siapa pun tidak dapat menutup mata terhadap kemajuan
teknologi digital. Dimana-mana tersedia alat-alat canggih teknologi komunikasi
dengan harga murah dan terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat. Aplikasi-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
aplikasi canggih yang disediakan memudahkan dan mempercepat proses
mengakses pelbagai informasi. Jejaring yang ada memudahkan interaksi dan
komunikasi dengan siapa pun, kapan pun, dan dari mana pun dengan cepat,
mudah serta murah bahkan banyak yang gratis. Melalui media, siapa pun dapat
mengekspresikan pikiran serta perasaan sepuasnya tanpa batas dan secara spontan.
Teknologi digital mempermudah urusan sehingga banyak aktivitas yang dapat
dikerjakan dalam waktu yang bersamaan (Direktorium Formatio Iman, 2014:18).
Perkembangan teknologi digital melahirkan generasi yang memiliki akses
jejaring informasi tanpa batas, cepat dan tinggi. Selain kegunaan di atas, teknologi
digital juga dapat dimanfaatkan untuk pelbagai kegunaan seperti belajar, rekreasi,
dan bisnis. Meskipun teknologi digital mendatangkan banyak manfaat, namun
secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan karakter kepribadian (Direktorium Formatio Iman, 2014:18) yang
egosentris dan individualis serta budaya instan. Akibatnya, orang cenderung
mengabaikan kehidupan yang dianggap membosankan dan tanpa hasil terutama
kehidupan beragama.
5. Pluralitas yang Diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme Serta
Globalisasi
Keragaman atau pluralitas adalah suatu kenyataan yang seharusnya dilihat
sebagai suatu keunggulan dan kekayaan, yang patut dihargai dan disyukuri oleh
setiap orang. Namun dalam kenyataan, keragaman seolah-olah dianggap sebagai
suatu yang mengganggu sehingga muncullah fundamentalisme dan radikalisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
(Direktorium Formatio Iman, 2014:19). Baik fundamentalisme maupun
radikalisme sama-sama merusak dan mencemari keragaman, yang akhirnya
menimbulkan kekacauan dan kerusakan kesejahteraan hidup bersama. Sementara
globalisasi memunculkan budaya baru yang juga mempengaruhi kehidupan
beragama umat.
Fundamentalisme adalah sikap yang menganggap kelompok atau
agamanya sendiri yang benar, karena itu tidak dapat bertoleransi dan berdialog
dengan yang lain. Fundamentalisme agama memusatkan diri pada agamanya dan
menutup diri terhadap keberadaan agama lain. Gerakan fundamentalisme agama
adalah untuk menjadikan hukum agamanya sebagai hukum positif bagi semua
orang (Direktorium Formatio Iman, 2014:19). Radikalisme merupakan suatu
gerakan untuk kembali kepada akar kepercayaan tetapi selalu berkecenderungan
kemudian beralih kepada ideologi yang fanatik (Direktorium Formatio Iman,
2014:19). Sikap dan tindakan fanatik dalam kenyataan tidak pernah memperbaiki
agamanya sebaliknya mencemari agama yang bersangkutan.
Dalam kehidupan berbudaya lokal muncul dan berkembang pula suatu
budaya lain akibat globalisasi dan sekularisasi. Proses globalisasi dan sekularisasi
menghapus batas-batas pemisah sehingga terjadilah pertemuan antara budaya
populer dan budaya lokal atau tradisional (Direktorium Formatio Iman, 2014:20).
Budaya populer ini akhirnya masuk dalam kehidupan dan praktek-praktek
kerohanian umat. Budaya baru ini menjadi tantangan baru bagi pelayanan karena
jika tidak disikapi secara serius dan bijaksana akan menghapus nilai Injil yang
sudah tertanam dalam kehidupan umat. Menghadapi globalisasi budaya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
semakin masuk dalam kehidupan umat, Gereja kini dipanggil untuk melakukan
evangelisasi kebudayaan (Direktorium Formatio Iman, 2014:20).
6. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup
Rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup dapat dinilai sebagai
kegagalan manusia dalam melaksanakan tugas untuk menjaga, memelihara dan
melestarikan alam ciptaan (Direktorium Formatio Iman, 2014:21). Akibat dari
sekularisme (yang melahirkan isme-isme lainnya seperti materialisme,
konsumerisme dan egosentrisme) alam menjadi objek untuk dikeruk kekayaannya
demi memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga terjadilah
pencemaran dan kerusakan alam ciptaan. Rusaknya lingkungan hidup
mengakibatkan terjadinya bencana-bencana yang memperparah kerusakan alam
ciptaan itu sendiri.
Kesalahan fatal manusia adalah eksploitasi secara terus menerus namun
tidak diimbangi dengan usaha penjagaan dan pelestarian alam. Gereja
sesungguhnya sadar perlunya menumbuhkan sikap yang benar terhadap
lingkungan hidup (Direktorium Formatio Iman, 2014:21). Penjagaan dan
pelestarian keutuhan lingkungan hidup tidak hanya semata-mata melaksanakan
tugas dasar manusia tetapi demi kelangsungan alam dan kehidupan generasi
penerus atau Gereja masa depan. Oleh sebab itu sangat mendesak bahwa alam
yang tercemar dan rusak harus dipulihkan dan diselamatkan. Direktorium
Formatio Iman (2014:16) menyebutkan “manusia harus menjalani pertobatan
ekologis”. Hal ini tidak mudah karena perlu mengubah paradigma antroposentris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
menuju biosentris. Kesadaran akan tugas dasar manusia dan pentingnya menjaga
keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup perlu ditanamkan dalam hati dan hidup
manusia secara terus menerus.
7. Merebaknya Kemiskinan
Masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak kunjung selesai malah
semakin parah dan memprihatinkan. Perubahan dan perkembangan zaman tidak
pernah berhasil menghapus kemiskinan sebaliknya meningkatkan angka dan
persentasenya, bahkan lebih dari itu yakni menyangkut kedalaman dan keparahan
kemiskinan itu sendiri (Direktorium Formatio Iman, 2014:22). Banyak sistem dan
struktur birokrasi dinilai tidak adil karena meningkatkan dan memperparah
kemiskinan. Tingkat ketidakadilan sosial pun semakin meningkat.
Tingkat kemiskinan semakin diperparah dengan adanya budaya
materialisme dan konsumerisme (Direktorium Formatio Iman, 2014:22). Budaya
ini mengakibatkan merebaknya ketidakadilan sosial sehingga rakyat kecil semakin
tersingkirkan. Kecenderungan materialisme dan konsumerisme turut masuk dan
mempengaruhi kehidupan orang kecil, konsumsi mereka pun meningkat
sementara situasi ekonomi tidak mendukung, sehingga mereka juga melakukan
segala cara semata-mata memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Akibatnya
orang kecil, lemah dan miskin semakin dipermiskin dan tersingkirkan.
Gereja dalam melayani orang kecil, lemah dan miskin, tidak selamanya
dapat memberi jalan keluar dari kemiskinan karena mereka sendiri dipengaruhi
oleh budaya dan paradigma materialisme serta konsumerisme (Direktorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Formatio Iman, 2014:22). Kemiskinan menyebabkan penderitaan semakin
menggerogoti sisi kehidupan baik secara jasmani maupun rohani. Dalam situasi
seperti ini keberadaan Allah yang Mahaadil dan Mahakasih sering dipertanyakan.
Maka menjadi tantangan besar bagi pelayanan katekis untuk menghadirkan kasih
Allah di tengah maraknya kemiskinan.
Ketujuh arus besar zaman tersebut menjadi tantangan besar bagi pelayanan
para katekis. Tantangan tersebut harus disikapi secara kritis dan bijaksana.
Katekis mau tidak mau harus menghadapi tantangan-tantangan tersebut karena
umat yang dilayani hidup dalam pengaruh tantangan arus zaman. Di tengah
maraknya dampak arus perkembangan zaman, Gereja mengharapkan para pelayan
khususnya katekis dapat menghayati dan melaksanakan tugas perutusan dengan
baik. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan
umat pada konteksnya.
Hal ini sudah disinggung oleh Konsili Vatikan II dalam Kontitusi
Dogmatis Tentang Gereja (LG 1) bahwa “keadaan zaman sekarang mendesak
Gereja untuk menunaikan tugas secara erat”. Konsili bermaksud agar tantangan
zaman disikapi secara kritis dan bijaksana. Tantangan arus besar zaman tersebut
harus menjadi bagian utuh dari pelayanan katekis (Kongregasi Evangelisasi untuk
Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:30), bahkan menjadi salah satu sumber dan bahan
penting bagi pelayanan (Direktorium Formatio Iman, 2014:61). Demikian juga
Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia IX (PKKI IX) mengharapkan agar
keprihatinan umat akibat perubahan zaman menjadi bagian utuh karya pelayanan
katekese. Sementara itu, Seri Pastoral 429 Pelayanan Pastoral Berbasis Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
(2016:9-10) juga menegaskan bahwa pelayanan untuk pengembangan jemaat
harus memperhatikan situasi dan keadaan umat termasuklah terutama
keprihatinan-keprihatinan yang mempengaruhi kehidupan beragama.
Oleh yang demikian, diharapkan katekis dapat mengambil sikap yang tepat
dan benar terhadap tantangan-tantangan pelayanan dewasa ini. Tantangan yang
ada harus disikapi dan ditanggapi secara kritis serta bijaksana oleh para katekis
agar kasih Allah dapat disalurkan kepada banyak orang. Sementara itu, pembinaan
dan pendampingan terhadap katekis dan calon katekis juga harus terus diupayakan
dalam rangka membekali dan menyiapkan para katekis yang siap melayani,
berspiritualitas mendalam, selalu bersemangat untuk melayani, serta teguh,
tangguh dan tanggap terhadap situasi zaman. Maka pembahasan bab selanjutnya
merupakan upaya memberi inspirasi kepada para katekis agar dapat menghayati
panggilannya sebagai pelayan sehingga mereka pun tetap bersemangat dalam
melayani umat meskipun menghadapi banyak tantangan dan kesulitan.
B. Tugas dan Peranan Katekis sebagai Pelayan Umat pada Zaman Ini
Dalam Gereja katekis memiliki tugas dan peranan yang sangat vital.
Katekis adalah seorang pelayan yang dengan cara khusus melaksanakan
pelayanan kepada umat. Bagian ini akan memaparkan tugas dan peran katekis
sebagai pelayan umat. Namun sebelumnya penulis akan memaparkan arti dan
makna pelayanan agar lebih dipermudah dalam membahas tugas dan peranan
katekis sebagai pelayan umat pada zaman ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
1. Pelayanan
Dalam konteks dunia pada umumnya pelayanan sering disebut sebagai
service. Meskipun kata ini sering juga dipakai dalam konteks rohani namun lebih
cenderung kepada hukum memberi dan menerima terutama sekali dalam dunia
bisnis. Melayani dalam hal ini selalu disertai dengan motivasi sebagai pamrih.
Motivasinya adalah untuk mendapatkan sesuatu. Dalam konteks Gereja kata yang
dipakai untuk pelayanan adalah diakonia yang berarti aktivitas atau kegiatan
Gereja untuk membangun Gereja itu sendiri. Diakonia ini dilaksanakan dengan
semangat pengabdian tanpa pamrih berbeda dengan pelayanan yang disebut
service. Diakonia atau pelayanan memiliki cakupan makna yang sangat luas,
maka pembahasan berikut akan mengungkapkan makna pelayanan dari tiga
perspektif.
a. Pelayanan menurut Kitab Suci
Didik Bagiyowinadi (2015: 13-21) dalam buku yang dieditnya dengan
judul Kasih tanpa Pamrih,Tulus tiada Modus, menggali makna pelayanan dalam
perspektif Kitab Suci. Penulis dalam bagian ini sepenuhnya mempelajari tulisan
Didik Bagiyowinadi dalam rangka mencari makna pelayanan dalam perspektif
Kitab Suci.
Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberi gambaran tentang
pelayanan dalam konteks yang berbeda. Dalam Perjanjian Lama, dalam bahasa
Latin “melayani” sering disebut “abad” yang sering dimaksudkan sebagai
pelayanan seorang bawahan kepada atasannya misalnya seorang hamba melayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
tuannya. Dalam bahasa Yunani “diakoneo” tidak terdapat dalam Perjanjian Lama,
kecuali “diakonos” yang ditunjukkan kepada para pelayan istana (Est 1:10) dan
penjaga (1 Mak 5:18).
Dalam Perjanjian Baru kata “diakoneo” banyak dipakai terutama dalam
Injil. Kata diakoneo juga memiliki beberapa makna yang dapat ditelusuri dalam
lima hal. Pertama adalah diakoneo dalam arti dasarnya siap melayani di meja.
Misalnya hamba melayani tuannya (Luk 17:8) dan Marta melayani Yesus (Yoh
12:2). Kedua, adalah melayani Yesus itu sendiri misalnya para wanita yang
mengikuti dan melayani rombongan Yesus (Mat 25:42-44). Ketiga, pelayanan
jemaat sesuai karunia masing-masing seperti yang dinyatakan dalam 1 Ptr 4:10.
Pelayanan jemaat ini dapat berupa pelayanan sabda dan pelayanan melalui
tindakan (Kis 6:2-4). Arti yang keempat adalah perwujudan kasih bagi saudara
seiman yang membutuhkan. Tindakan ini juga merupakan aksi solidaritas bagi
saudara seiman seperti tindakan Paulus mengumpulkan kolekte untuk membantu
jemaat di Yerusalem (2 Kor 8:19, RM 15:25). Yang kelima adalah secara
langsung merujuk kepada tugas seorang sebagai diakon sebagaimana dalam surat-
surat pastoral seperti 1 Tim 3:10-13.
Cakupan tugas seorang sebagai diakon menurut Perjanjian Baru adalah
Pewartaan Sabda seperti yang dilakukan oleh para rasul (Kis 1:17, 25), oleh
Paulus (Kis 20:24), dan oleh pewarta lainnya (Kis 19:22). Tindakan yang
dilakukan untuk membangun jemaat juga merupakan cakupan tugas seorang
diakon yang digambarkan dalam Ef 4: 11-12. Tugas pelayanan tersebut semuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
bersumber dan berteladankan dari pelayanan Yesus yang telah mengorbankan
diri-Nya (Mrk 10:45).
Berdasarkan pengertian diakoneo di atas dapat dirumuskan tiga hal tentang
pelayanan. Pertama, semua tindakan yang bertujuan untuk membangun jemaat
merupakan pelayanan. Kedua, sesuai teladan Yesus Kristus, seorang pelayan
harus siap berkorban memberikan dirinya demi pelayanan. Yang ketiga adalah,
pelayanan merupakan pewujudan kasih kepada Tuhan melalui tindakan kasih
kepada sesama. Pelayanan ini akhirnya tidak hanya dilaksanakan oleh para diakon
dan pemimpin jemaat tetapi dilaksanakan juga oleh seluruh anggota Gereja.
b. Pelayanan menurut Dokumen Gereja
Dokumen-dokumen Gereja membicarakan secara terperinci pelayanan
baik secara eksplisit (penjelasan secara umum), maupun secara implisit
(penjelasan secara sempit) berdasarkan konteks tertentu. Bagian ini akan
memaparkan beberapa maksud pelayanan berdasarkan beberapa dokumen Gereja.
Kitab Hukum Kanonik membicarakan pelayanan sebagai pengabdian terhadap
Gereja. Misalnya kanon 618 membicarakan pelayanan para pemimpin Gereja
sebagai pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin jemaat.
Dalam semangat pengabdian, para pemimpin jemaat melaksanakan tugas sesuai
dengan otoritas sebagai pemimpin, dengan peka terhadap kehendak Allah
memimpin umat agar setia kepada Gereja. Mereka juga menghargai,
mendengarkan, dan mengusahakan kemajuan umat terutama partisipasi umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dalam Gereja. Berdasarkan kanon ini pelayanan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan Gereja.
Kitab Hukum Kanonik juga menjelaskan bahwa tugas tersebut tidak hanya
dilaksanakan oleh para pemimpin Gereja tetapi kaum awam sebagai anggota
Gereja juga melaksanakan pengabdian terhadap Gereja. Baik para pemimpin dan
kaum awam sama-sama melayani Sabda Allah. Melayani Sabda Allah berarti
menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda Allah. Misalnya kanon 776
dan kanon 231 menekankan bahwa kaum awam juga secara aktif terlibat
membangun Gereja. Sementara itu, Kontitusi Pastoral mengenai Gereja di Dunia
Dewasa Ini (GS 3) menyatakan pengabdian kepada manusia adalah pelayanan.
Pengabdian yang terbuka kepada bimbingan Roh Penghibur, melaksanakan dan
melangsungkan karya Kristus dengan cara melayani serta membawa manusia
kepada keselamatan.
Katekismus Gereja Katolik (KGK 784-786) dan Kontitusi Dogmatis
tentang Gereja (LG 34-36) membicarakan keikutsertaan anggota Gereja dalam
tritugas Kristus yaitu sebagai “imam, nabi, dan raja”. Semua yang dibaptis secara
khusus dipanggil dan diutus ke tengah dunia untuk melaksanakan tugas perutusan
dan pelayanan. Berdasarkan dokumen ini, pelayanan mendapat arti sebagai
keikutsertaan dalam tritugas Kristus. Keikutsertaan dalam tritugas Kristus berarti
menjadi seperti Kristus, melayani Kristus, dan bersama Kristus melayani sesama.
Sementara dokumen Pernyataan tentang Pendidikan Kristiani (GE 8c)
menyatakan bahwa pelayanan merupakan kerasulan dan pengabdian, “pelayanan
para guru itu sungguh-sungguh merupakan kerasulan, yang memang perlu benar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
benar menanggapi kebutuhan zaman sekarang, sekaligus pengabdian yang sejati
kepada masyarakat”. Berdasarkan pernyataan tersebut, kerasulan merupakan salah
satu bentuk dari pelayanan. Secara khusus, guru melaksanakan pelayanannya
dengan cara merasul. Melalui kerasulan, seorang pelayan ikut serta dalam
perutusan keselamatan Gereja (LG 33), menjadi saksi Kristus melalui kata-kata
dan tindakan, menyalurkan rahmat-Nya, menarik mereka yang belum beriman
kepada iman, meneguhkan iman mereka yang sudah beriman, dan memberi
semangat untuk hidup (AA 6).
Dokumen Gereja juga membicarakan pelayanan sebagai penggembalaan
dengan teladan Sang Gembala Baik yakni Yesus Kristus sendiri. Misalnya Dekrit
Tentang Pelayanan Dan Kehidupan Para Imam (PO 14), dalam konteks keutuhan
dan keselarasan kehidupan para imam, mereka (para imam) tidak henti-hentinya
melaksanakan kehendak Bapa dengan cara hidup bersatu dengan Kristus,
mengenal kehendak Bapa, dan menyerahkan diri bagi kawanan domba (umat)
yang menjadi tanggung jawab mereka. Tugas kegembalaan ini merupakan upaya
terus-menerus untuk membangun dunia menjadi satu kawanan atau himpunan
umat Allah, Tubuh Kristus dan Kenisah Roh Kudus (PO 1). Kontitusi Dogmatis
Tentang Gereja (LG 32) memberi penekanan bahwa kaum awam juga terlibat
dalam tugas penggembalaan keluarga Allah tersebut dengan semangat yang sama
yakni penyerahan diri akan Kehendak Bapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
c. Pelayanan menurut Para Tokoh
1) Paus Fransiskus
Bagi Paus Fransiskus pelayanan adalah suatu panggilan keluar dari diri
sendiri untuk menemui dan mendekat pada umat dan juga kepada masyarakat
pada umumnya. Hal ini pertama-tama diungkapkan oleh Paus Fransiskus melalui
Seruan Apostolik yang pertama yakni Evangelii Gaudium (Sukacita Injil)
“marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar menawarkan bagi
setiap orang hidup Yesus Kristus” (EG 49). Dengan “bergerak keluar”, Paus
Fransiskus lebih menekankan suatu tindakan aktif untuk mewartakan Yesus
Kristus, yaitu keluar dari zona nyaman menemui dan ikut terlibat dalam
pergulatan hidup manusia.
Menurut Paus Fransiskus, Gereja sebagai pelayan umat manusia tidak
cukup hanya melihat pergulatan hidup manusia layaknya menonton dari layar
kaca televisi tetapi Gereja harus ikut terlibat di dalamnya. Ikut merasakan apa
yang dirasakan oleh umat, masuk dalam kenyataan hidup umat, dan menawarkan
hidup Yesus Kristus yang penuh dengan harapan akan masa depan yang lebih
baik. Krispurwana Cahyadi dalam mempelajari Evangelii Gaudium merumuskan
dengan sangat bagus gagasan Paus Fransiskus sebagai berikut:
Gereja dipanggil untuk keluar dari diri sendiri dan pergi ke wilayah ujung-
ujung batas, ujung batas geografis, atau eksistensial: mendatangi mereka
yang sedang menderita luka, dosa, ketidakadilan, ketidaktahuan, sikap
acuh atau tidak peduli pada agama, menyapa mereka yang bergulat dengan
pemikiran atau kecemasan dan derita (Seri Pastoral 427. 2014: 27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Rumusan tersebut mengindikasikan bahwa banyak orang yang mengalami
pergulatan dalam hidup mereka dan tersebar di seluruh pelosok dunia. Bagi Paus
Fransiskus mereka itulah yang harus dicari, didatangi dan disapa dengan penuh
kerendahan hati. Menurut Paus Fransiskus, kunci utama pelayanan adalah
kerendahan hati yang siap pergi mencari, menemui atau mendatangi, dan menyapa
mereka terutama yang sedang mengalami banyak persoalan dan penderitaan.
Karena itu, Paus Fransiskus juga tidak setuju kalau Gereja hanya menjadi
penonton dan hanya mengurus diri sendiri.
Dari gagasan di atas dapat dirumuskan bahwa, pelayanan menurut Paus
Fransiskus adalah suatu usaha konkrit untuk membangun kehidupan yang penuh
dengan harapan iman akan penyertaan dan penyelenggaraan Ilahi. Hal ini berarti
tidak lain adalah menawarkan Kabar Gembira Yesus Kristus. Oleh hal yang
demikian, pelayanan sebagai panggilan, bagi Paus Fransiskus adalah kembali
kepada panggilan dasar umat Kristiani yakni panggilan untuk mewartakan
Sukacita Injil, Kabar Gembira yakni keselamatan Kasih, melalui keterlibatan
dalam pergulatan hidup umat manusia.
2) Mother Teresa
Mother Teresa menghayati pelayanannya sebagai panggilan untuk
melayani Yesus Kristus dalam diri mereka yang miskin. Menurutnya pelayanan
adalah memberikan diri, menyediakan diri bagi-Nya, untuk dipakai-Nya, untuk
melayani-Nya dalam diri mereka yang miskin dan lemah. Mother Teresa melihat
kehadiran Yesus dalam diri mereka yang miskin dan lemah, dan menurutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Yesus yang menyamar dalam diri mereka memanggilnya untuk melayani-Nya
lewat mereka (Krispurwana Cahyadi, 2003:60-61).
Mother Teresa sesungguhnya datang dari keluarga yang kaya, hidupnya
dapat dikatakan lebih dari cukup. Namun semua itu tidak membuat ia merasa
bahagia, terutama ketika melihat kehidupan orang miskin dan lemah. Situasi
hidup dalam biara yang serba berkecukupan mendorong Mother Teresa untuk
membagikan hidup kepada orang lain terutama mereka yang hidupnya mengalami
kesusahan. Akhirnya Mother Teresa memutuskan keluar dari biara untuk
menemui dan melayani mereka yang menderita, miskin dan lemah. Baginya,
hidup yang dimiliki perlu dibagikan kepada orang lain agar mereka juga
memperoleh kehidupan yang layak (Krispurwana Cahyadi, 2003:33-34). Menurut
Mother Teresa berbagi hidup adalah persembahan sejati kepada Allah dengan
cara memberikan diri untuk Dia. Memberikan diri kepada Allah berarti
menghayati perintah kasih. Kasih kepada Allah yang nyata dalam kasih kepada
sesama terutama mereka yang miskin dan lemah.
Krispurwana Cahyadi (2003:45), yang mempelajari kisah pelayanan
Mother Teresa dalam tulisannya yang berjudul Jalan Pelayanan Mothere Teresa,
menuliskan bahwa pelayanan Mother Teresa adalah tindakan mengabdi Allah
dalam diri mereka yang miskin, terlantar, sakit dan tersingkir. Bagi Mother Teresa
pelayanan bukan tawaran melainkan perintah yang tidak lain adalah perintah
kasih. Perintah kasih merupakan panggilan untuk melayani mereka yang miskin,
kesepian, kelaparan, terlantar dan menderita, bahkan yang paling miskin dan
menderita dari mereka yang miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Mempelajari lebih lanjut tulisan Krispurwana Cahyadi (2003: 86, 139)
dapat dirumuskan bahwa pelayanan Mother Teresa adalah panggilan untuk
menghadirkan Allah di tengah dunia. Menghadirkan Allah berarti menghadirkan
kehidupan. Menghadirkan kehidupan tidak lain merupakan sikap hati untuk
memberikan diri terhadap sesama. Maka dari itu, dapat dirumuskan juga bahwa
pelayanan adalah suatu tindakan pernyataan kerelaan diri untuk membagikan
hidup Yesus Kristus kepada siapa pun yang dijumpai terutama mereka yang
miskin, lemah, terlantar, tersingkirkan, melarat dan yang menderita sakit. Secara
sederhananya dapat dirumuskan pelayanan Mother Teresa adalah tindakan untuk
berbagi kasih yakni kasih Yesus.
3) St. Yohanes Paulus II
St. Yohanes Paulus II selama menjabat kursi Paus telah memberikan suatu
dimensi universal tentang pelayanan. Tugas kegembalaan yang dilaksanakannya
tidak berpusat pada Gereja dan persoalan-persoalannya tetapi, kegembalaannya
mencakup seluruh dunia dan semua persoalan yang ada di dalamnya.
Pelayanan menurut St. Yohanes Paulus II adalah pengabdian kepada
Gereja dan dunia. Pengabdian kepada Gereja yakni melayani Gereja dengan
melaksanakan dan merealisasikan visi misinya yakni mewartakan Kerajaan Allah.
Mewartakan Kerajaan Allah pada dasarnya adalah mewartakan Yesus Kristus, dan
ini adalah pengabdian kepada Allah sendiri. Pengabdian kepada dunia terutama
kepada umat manusia, dengan memperhatikan segala persoalan kehidupan
manusia yang sedang terjadi. Dalam konteks ini St. Yohanes Paulus II dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
semangat misioner membela keluhuran martabat manusia. Hal ini digambarkan
oleh Krispurwana Cahyadi (2011:25) sebagai, Gereja dipanggil dan diutus ke
tengah situasi dunia untuk mewartakan dan membela keluhuran martabat manusia.
Panggilan dan perutusan Gereja inilah yang diemban oleh St. Yohanes Paulus II
selama masa kepausannya dengan tindakan melayani dan membebaskan manusia
dari segala bentuk kejahatan serta penindasan.
Pelayanan St. Yohanes Paulus II adalah pelayanan yang sangat
mengesankan karena, ia sampai melupakan dirinya dan tidak peduli pada kondisi
badannya karena beliau ingin melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
Paus. St. Yohanes Paulus II telah berkeliling ke seluruh dunia untuk mewartakan
Injil melalui pernyataan dan tindakan kasih. Sementara beliau sendiri mengalami
banyak tantangan bahaya dan juga derita sakit, tetapi ia tetap percaya pada
panggilan untuk melayani umat manusia. Pelayanan yang ditunjukkan oleh St.
Yohanes Paulus II adalah pelayanan kasih. Beliau telah menentang segala praktek
dan ideologi yang bertentangan dengan kasih demi membela keluhuran martabat
manusia. Dalam usaha membela keadilan dan perdamaian, St. Yohanes Paulus II
telah memberikan diri seluruhnya, melupakan dirinya dan tanpa rasa takut dan
gentar menyerukan keadilan dan perdamaian.
Stainslaw Dziwisz (2010:124) menggambarkan pelayanan St. Yohanes
Paulus II sebagai aktivitas kerasulan. St. Yohanes Paulus II sungguh menjadi
gambaran Kristus yang telah datang ke dunia dan menemui banyak orang. St.
Yohanes Paulus II tidak menunggu orang datang kepadanya tetapi ia berkeliling
ke seluruh dunia untuk bertemu dengan kelompok dan komunitas masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
terutama mereka yang mengalami ketakutan dan pergulatan hidup karena
kemiskinan, sakit, tersingkirkan, ditindas, dan yang terasing dari kelompoknya.
Kepada mereka, St. Yohanes Paulus II memberi sapaan yang membangkitkan
semangat dan menumbuhkan harapan.
Sementara menjadi guru keliling, St. Yohanes Paulus II juga menjadi
komunikator kasih Allah. Beliau adalah pelayan kebenaran sejati. Lewat
pelayanan kasih beliau menyatakan kepada dunia bahwa manusia siapa pun, dari
mana pun, dan derajat sosial apa pun adalah saudara yang patut dihargai,
dihormati, serta diterima dalam kasih. Inilah pelayanan yang dilaksanakan oleh St.
Yohanes Paulus II, dengan iman, harapan dan kasih yang mendalam. Beliau
mewartakan apa yang diyakini sekaligus memberi kesaksian dengan tindakan
nyata. Singkatnya dapat dirumuskan, bagi St. Yohanes Paulus II pelayanan adalah
pemberian diri secara total untuk mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah di
tengah-tengah dunia.
Berdasarkan pembahasan tentang pelayanan di atas, rumusan umum yang
dapat disimpulkan untuk mengartikan pelayanan adalah panggilan memberikan
diri menjadi rekan kerja atau patner Allah dalam melaksanakan dan mewujudkan
Kerajaan Allah melalui tindakan kasih. Dewasa ini pelayanan yang dimaksudkan
tidaklah mudah untuk dilaksanakan karena adanya tantangan-tantangan yang
dapat menghambat dan mempersulit pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Sosok Katekis
Kata Katekis berasal dari kata dasar Katechein yang berarti
mengkomunikasikan, membagikan informasi, atau mengajarkan hal-hal yang
berkaitan dengan iman (Didik Bagiyowinadi, 2012:14). Berdasarkan Kitab Hukum
Kanonik (KHK 776) katekis utama adalah Pastor Paroki, yang dibantu oleh para
klerus, tarekat hidup bakti dan serikat hidup kerasulan, dan orang beriman awam
Kristiani. Ensiklik Redemptoris Missio (RM 73), dekrit tentang tugas misioner
Gereja menyebut para katekis memiliki kedudukan yang terhormat dalam Gereja.
Di antara kaum awam yang menjadi penginjil, para katekis menduduki
tempat yang terhormat….barisan yang pantas dipuji, yang berjasa begitu besar
dalam karya misioner di antara para bangsa, yakni barisan para katekis baik pria
maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah
memberi bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi
penyebarluasan iman dan Gereja (RM 73).
Di dalam rangka menjalankan tugas misioner Gereja, para katekis adalah
kaum awam yang menjadi penginjil dan layak mendapat pujian karena
memberikan kontribusi yang besar. Baik katekis pria dan wanita sangat
diperlukan oleh Gereja dalam melaksanakan karya penyebarluasan iman dan
Gereja. Dalam nomor yang sama, Redemptoris Missio lebih mempertegas lagi
kedudukan yang terhormat bagi katekis bahwa mereka adalah “kaum spesialis”,
pemberi kesaksian langsung dan penginjil yang tidak tergantikan, dan katekis
menjadi kekuatan dasariah bagi komunitas-komunitas Kristiani, terutama Gereja-
Gereja yang masih muda (RM 73b). St. Yohanes Paulus II dalam Anjuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Apostolik Catechesi Tradendae mengurutkan siapa katekis yaitu para uskup (CT
63), para imam (CT 64), para religius pria dan wanita (CT 65), dan para katekis
awam (CT 66). Berdasarkan anjuran apostolik ini para katekis adalah seorang
pendidik yang memberikan dan melaksanakan “pendidikan keagamaan dan
latihan bagi kehidupan seturut Injil” (CT 62).
Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP, 1997:15) dalam
buku kecil Pedoman Untuk Katekis, memberi penekanan secara mendasar tentang
identitas katekis. Pada dasarnya semua orang beriman yang sudah dibaptis secara
pribadi dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya pewujudan Kerajaan Allah.
Panggilan menjadi katekis tidak terlepas dari rahmat yang diterima saat menerima
Sakramen Pembaptisan yang kemudian diperteguhkan dalam Sakramen Krisma.
Katekis adalah orang beriman yang telah menerima Baptis yang sama, dipanggil
secara khusus untuk ikut serta dalam usaha-usaha membangun Gereja.
Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik tentang katekis (KHK 785), Pedoman
Untuk Katekis kembali menekankan, katekis adalah “kaum awam pengikut
Kristus yang mendapatkan pendidikan secara khusus, di bawah bimbingan para
misionaris, dituntut untuk menghadirkan ajaran Injil, dan terlibat secara aktif
dalam pelayanan liturgi dan pelayanan karitatif atau karya amal kasih” (CEP,
1997:16). Berdasarkan kutipan tersebut, katekis adalah kaum awam yang
mendapat pendidikan khusus. Melalui pendidikan, mereka dibina dan dibekali
dengan pelbagai wawasan yang menjadikan katekis memiliki tugas untuk
mewartakan Injil dan ikut terlibat aktif dalam perayaan liturgi dan kegiatan amal
kasih Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Sementara dalam buku edisi khusus SPEKTRUM, Petunjuk Umum
Katekese, Congregation For The Clergy memberi penjelasan, “katekis adalah
seorang pendidik yang memperlancar kematangan iman” (PUK 244). Berdasarkan
kutipan tersebut, katekis adalah pribadi yang beriman dan membantu orang lain
untuk mengembangkan dan memperdalam iman mereka. Meskipun sebagai
pendidik, katekis bukanlah seorang “guru” yang serba tahu melainkan sebagai
fasilitator yang mempermudah, membantu, dan menuntun serta mengarahkan
umat agar imannya semakin bertumbuh dan berkembang (Supama, 2012: 47).
Menurut Supama (2012: 28), “seorang katekis adalah petugas resmi Gereja yang
bertugas dalam pewartaan iman”.
Budi Subanar (2003:114) dalam bukunya yang berjudul Soegija Si Anak
Betlehem Van Java menyampaikan pandangan Romo Soegijapranata tentang
katekis. “Katekis adalah tulang punggung karya pewartaan….layaknya sebagai
seorang jurubicara atau penerang. Mereka adalah ujung tombak Gereja yang
terjun langsung ke masyarakat, bergaul dengan masyarakat luas”. Pandangan
Romo Soegijapranata ini mempertegas bahwa sosok katekis adalah sosok yang
sangat penting bagi karya pewartaan Gereja. Menjadi sangat penting karena
katekislah yang lebih dekat dengan situasi dan keadaan umat, makan lebih
mengetahui persoalan dan kebutuhan umat.
Berdasarkan penjelasan sosok katekis di atas dapat disimpulkan bahwa
sosok katekis sebagai pelayan dan pewarta dikenal dari tindakan pelayanannya
dan oleh kebutuhan umat. Sosok Katekis akan dikenal lewat tindakan konkrit
yang dilaksanakannya. Ini berarti status sebagai katekis belum menggambarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
sosoknya, sebaliknya tindakan pelayanannyalah yang mengungkapkan sosoknya
sebagai seorang katekis. Katekis adalah sosok yang hidup bersama dan di tengah
umat, yang bergulat bersama umat dalam menghadapi persoalan hidup. Ini berarti
katekis mengetahui kebutuhan umat. Oleh karena itu katekis diharapkan agar
dapat melayani sesuai situasi dan kondisi umat.
3. Kategori Katekis
Saat ini para katekis dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori mengikut
tugasnya. Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, (CEP, 1997: 17)
menyebutkan dua kategori katekis. Kategori pertama adalah katekis purna waktu
atau penuh waktu. Katekis purna waktu adalah mereka yang mengabdikan seluruh
hidupnya untuk pelayanan katekese di paroki-paroki, yang secara resmi diakui
oleh Gereja sebagai katekis. Biasanya katekis purna waktu memiliki latar
belakang pendidikan ilmu kateketik yang cukup memadai misalnya telah studi
khusus ilmu kateketik di sebuah institusi atau lembaga ilmu teologi atau kateketik.
Mereka biasanya mendapat perhatian yang baik dari keuskupan atau paroki yang
bersangkutan dengan diberi gaji dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan demi
kualitas pelayanan. Tugas katekis purna waktu biasanya mencakup
penyelenggaraan pelayanan katekese dan pembinaan para katekis paruh waktu
dan katekis sukarela.
Kategori kedua adalah katekis paruh waktu yakni mereka yang secara
tulus, ikhlas dan serius melibatkan diri dalam pelayanan katekese namun terbatas
(CEP, 1997:17). Perhatian terhadap katekis paruh waktu berbeda-beda mengikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
paroki atau keuskupan yang bersangkutan. Katekis paruh waktu memiliki latar
belakang pendidikan yang tidak menentu, dan biasanya memiliki profesi yang lain
misalnya sebagai guru agama di sekolah namun mengabdikan dirinya juga di
paroki, sebagai wirausaha atau dalam profesi yang lain namun dengan tulus ikhlas
melibatkan diri secara serius dalam pelayanan katekese. Walaupun secara resmi
tidak diakui sebagai katekis profesional namun diangkat oleh paroki menjadi
katekis.
Daniel Boli Kotan, S.Pd., M.M dalam tulisannya yang berjudal “Identitas,
Panggilan dan Spiritualitas Katekis” di majalah Praedicamus keluaran Juli-
September 2011 (hal. 18) menambahkan kategori katekis menjadi tiga yakni
katekis sukarela atau katekis volunter. Katekis sukarela berasal dari kalangan
kaum awam yang memiliki jiwa dan keprihatinan terhadap pelayanan katekese
dan melibatkan diri dalam pelbagai usaha dan pelayanan demi pembinaan iman
umat. Di suatu paroki biasanya katekis sukarela tersebar di stasi, wilayah maupun
di lingkungan. Peran mereka adalah lebih kepada pelaksanaan karya dan
pelayanan katekese langsung bersama dengan umat.
Ketiga kategori katekis di atas umumnya melaksanakan tugas kateketisnya
sebagai pelayan Sabda Allah. Dalam kenyataan jumlah katekis purna waktu jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan katekis paruh waktu dan katekis sukarela.
Meskipun demikian, peran mereka (para katekis) sangatlah membantu pelayanan
di suatu paroki, terutama di paroki yang masih baru dan tenaga pelayan kurang.
Berdasarkan status, katekis dapat digolongkan kepada dua yakni katekis
profesional dan katekis amatir (Direktorium Formatio Iman, 2014:151). Katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
profesional adalah katekis yang bergaji dan membaktikan dirinya untuk melayani
sebagai pelayan di keuskupan atau paroki. Katekis profesional memiliki latar
belakang pendidikan ilmu kateketik dan bekerja sepenuh masa khusus di bidang
kateketik. Keberadaan katekis profesional diakui oleh Gereja secara resmi.
Sedangkan katekis amatir adalah katekis yang secara terbatas melaksanakan
pelayanan katekese. Kebanyakan dari katekis amatir adalah katekis sukarela yang
dengan tulus dan ikhlas membaktikan diri demi pelayanan umat.
4. Tugas dan Peran Katekis
Berdasarkan sosok dan identitas katekis di atas, maka menjadi jelaslah
bahwa katekis memiliki tugas dan peran yang sangat vital dalam Gereja. Gereja
sendiri mengakui keberadaan dan keberhasilan katekis dalam pelbagai bentuk
pelayanan. Banyak dokumen resmi Gereja yang membicarakan tugas dan peran
katekis begitu juga banyak tokoh Gereja yang mengapresiasi tugas dan pelayanan
katekis. Semua umat juga mengetahui dan mengakui pelayanan katekis di tengah
kehidupan jemaat. Berikut ini akan dipaparkan tugas-tugas katekis berdasarkan
beberapa dokumen dan tokoh gereja.
Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi (DV 25) membuat catatan
bahwa tugas katekis adalah menunaikan pelayanan sabda. Tugas ini mencakup
sikap berpegang teguh pada Alkitab dengan membaca dan mempelajarinya
dengan penuh saksama dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari
sebagai bentuk pewartaan dan kesaksian. Melayani sabda Allah berarti melayani
Yesus Kristus. Hal ini berarti pada dasarnya tugas katekis adalah melayani Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Kristus. Melayani Yesus Kristus tidak lain adalah menjadi murid Kristus bahkan
lebih dalam lagi yakni menjadi seperti Yesus Kristus.
Berdasarkan Dekrit tantang Kerasulan Awam (AA 10) katekis bertugas
sebagai pewarta sabda Allah terutama melalui karya katekese. Sebagai penyampai
sabda Allah, katekis berperan sebagai pewarta sekaligus memberi kesaksian
tentang sabda Allah, terutama sekali lewat kegiatan dan karya katekese. Katekese
menurut St. Yohanes Paulus II adalah pembinaan dalam iman (CT 18),
pemakluman Injil (CT 19) dengan tujuan mematangkan iman (CT 20) menuju
kepenuhan hidup dalam Yesus Kristus. Tugas penyampai atau pewarta sabda
Allah ini juga ditegaskan dalam Evangelii Nuntiandi (EN 60) bahwa bersama
Gereja katekis diutus untuk mewartakan Injil.
Pada nomor yang sama Dekrit tantang Kerasulan Awam (AA 10) juga
menjelaskan bahwa katekis dengan berbekal semangat “kerasulan sejati,
melengkapi apa yang kurang pada saudara-saudara mereka, dan menyegarkan
semangat para gembala maupun umat beriman lainnya”. Dekrit tantang Kerasulan
Awam dalam kutipan ini bermaksud menyatakan tugas katekis adalah membantu
tugas kerasulan para klerus.
Dekrit tentang Kegiatan Misionaris Gereja (AG 17) mengapresiasi tugas
dan peran katekis dalam penyebaran iman dan pengembangan Gereja. Menyadari
kurangnya jumlah para klerus, dekrit AG melihat tugas katekis sangatlah penting
di tengah kehidupan jemaat. Tugas penting yang dilaksanakan oleh katekis adalah
memimpin doa-doa dan memberi pengajaran tentang iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Demikian juga Ensiklik tentang Tugas Perutusan Sang Penebus (RM 73)
menyebutkan tugas katekis sebagai penyebarluas iman dan Gereja. “Barisan yang
pantas dipuji….yang berjasa begitu besar dalam karya misioner….yang dijiwai
semangat merasul….dengan jerih payah memberi bantuan yang istimewa dan
sungguh-sungguh perlu demi penyebarluasan iman dan gereja”. Ensiklik ini
melihat tugas dan peran katekis sangatlah penting dalam menyebarluaskan iman
dan mengembangkan Gereja terutama Gereja muda. “Katekis adalah kaum
spesialis, orang-orang yang memberikan kesaksian langsung dan para penginjil
yang tiada tergantikan….merupakan kekuatan dasariah komunitas-komunitas
kristiani terutama Gereja muda”. Bagi Gereja, katekis merupakan kekuatan
bahkan menjadi tangan kanan bagi karya penginjilan dan pengembangan Gereja.
Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK 427) katekis memiliki tugas
“menyampaikan ajaran dan kehidupan Yesus” melalui pengajaran, kesaksian
hidup serta tingkah laku. Tugas pengajaran ini tidak berarti menggurui tetapi lebih
kepada memberi teladan dan penyampai ajaran Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus
II dalam anjuran apostoliknya juga menegaskan bahwa “bukan untuk
menyampaikan ajarannya sendiri, atau entah ajaran seorang guru lain, melainkan
ajaran Yesus Kristus, kebenaran yang diajarkan-Nya, atau lebih cermat lagi:
kebenaran yang tidak lain adalah diri-Nya sendiri” (CT 6).
Kitab Hukum Kanonik (KHK 785) juga menyebutkan bahwa para katekis
bertugas sebagai pewarta dan pengajar Injil terutama kepada mereka yang baru
dibaptis agar mereka mengenali kebenaran Injil dan melaksanakan kewajiban
yang diterima dari baptis (KHK 789), kepada anak-anak untuk mempersiapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
mereka menyambut Komuni Pertama dan Sakramen Tobat, serta Sakramen
Krisma, memberi pengajaran kateketik kepada mereka yang sudah menyambut
komuni, kepada mereka yang cacat fisik dan mental, dan kepada orang muda dan
orang dewasa (KHK 777). St. Yohanes Paulus II memakai istilah tugas katekis
sebagai “pendidik keagamaan” (CT 66) terutama kepada anak-anak dan kaum
muda.
Menurut Supama (2012: 28) tugas katekis adalah mewartakan Kerajaan
Allah. Sementara Direktorium Formatio Iman (2014:23) lebih mempertegaskan
lagi bahwa anggota Gereja semuanya adalah murid Kristus yang menerima wasiat
perutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Katekis sebagai anggota Gereja
secara khusus menerima wasiat perutusan ini untuk mewartakan Kerajaan Allah
melalui perkataan dan tindakan.
Romo Soegijapranata sebagai tokoh Katolik sekaligus nasionalis
mengungkapkan tugas katekis adalah “memadukan antara pergulatan hidup
konkrit anggota masyarakat sehari-hari dengan ajaran iman dan nilai-nilai
Kristiani” (Budi Subanar, 2003:114). Menurut Romo Soegijapranata tugas katekis
tidak hanya pewarta, pelaksana dan saksi Injil tetapi lebih dari itu yakni
mengadakan dialog dengan situasi hidup konkrit umat. Dengan dialog nilai Injil
dipertemukan dengan nilai budaya lokal dan diintepretasikan menurut situasi
hidup konkrit umat.
Sementara itu, Paus Fransiskus dalam homilinya kepada para katekis pada
29 September 2013 di Lapangan Santo Petrus mengatakan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Katekis adalah seorang Kristen yang menempatkan kenangan ini pada
pelayanan pewartaan, bukan untuk terlihat penting, bukan untuk berbicara
tentang dirinya sendiri, tapi untuk berbicara tentang Allah, tentang kasih-
Nya dan kesetiaan-Nya. Untuk berbicara tentang dan untuk mewariskan
semua yang Allah telah ungkapkan, ajaran-Nya dalam totalitasnya, bukan
memangkas kurang atau juga bukan menambahkannya pada itu (Stefanus,
2014).
Menurut Paus Fransiskus, katekis bertugas sebagai pelayan pewartaan
yaitu mewartakan kasih dan kesetiaan Allah. Katekis juga bertugas untuk
mewariskan ajaran-ajaran-Nya kepada orang lain. Berdasarkan homili Paus
Fransiskus dapat dirumuskan bahwa tugas katekis adalah pengabdian kepada
Allah. Tugas pengabdian ini mencakup tiga hal yakni menyimpan, menjaga serta
memelihara, dan mewariskan ajaran-ajaran-Nya.
Paus Fransiskus mengistilahkan sebagai “menyimpan memori akan Allah
yang hidup” (Stefanus, 2014). Perlu dijelaskan bahwa memori yang dimaksudkan
adalah pengalaman akan Allah yang hidup yakni kasih dan kesetiaan-Nya, yang
memuat ajaran serta perintah-Nya. Pengalaman inilah yang kemudian
disampaikan kepada orang lain agar mereka pun mengalami kasih dan kesetiaan-
Nya. Menurut Paus Fransiskus, memori akan Allah ini perlu dijaga dan dipelihara
dalam keutuhan serta totalitasnya. Yang dimaksudkan oleh Paus Fransiskus
dengan menjaga dan memelihara dalam keutuhan serta totalitas adalah
melaksanakan dan mewartakan ajaran serta perintah-Nya secara utuh tanpa
mengurangi atau menambah-nambah. Inilah perutusan katekis yang juga
merupakan perutusan murid-murid Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Hendro Budiyanto (2011:29-30) menggambarkan secara singkat tiga tugas
atau peran yang umumnya dilaksanakan oleh para katekis. Tugas pertama adalah
untuk memberitakan Sabda Allah atau mewartakan Yesus Kristus. Tugas mereka
juga diistilahkan sebagai pelayan Sabda Allah. Sebagai pelayan Sabda Allah,
pelayanan para katekis bersifat kristosentris. Bersifat kristosentris artinya pusat
pelayanan adalah Kristus dan Kristuslah yang dilayani dan diwartakan. Dalam
tugas ini, katekis berperan sebagai fasilitator umat agar mengalami pertemuan
secara pribadi dengan Kristus.
Tugas kedua adalah sebagai pendidik atau pembina iman. Katekis dalam
tugas ini berperan sebagai penggerak yang mendorong umat supaya lebih beriman
agar melaksanakan kehendak Allah. Para katekis membantu umat agar dapat
mempertanggungjawabkan iman dan semakin mencintai Allah serta agamanya.
Katekis juga mendorong umat supaya lebih menghayati dan mengungkapkan
iman secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas yang ketiga adalah mengembangkan Gereja. Peran katekis dalam
tugas mengembangkan Gereja sangat vital. Peran dan tugas yang dilaksanakan
oleh para ketekis memberi kontribusi terhadap perkembangan Gereja. Adapun
peran yang dilaksanakan oleh katekis dalam rangka tugas mengembangkan Gereja
adalah menumbuhkan serta meningkatkan semangat persatuan dan persaudaraan
anggota Gereja, terutama melalui karya atau kegiatan katekese.
Sementara itu, Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP,
1997:30) memberi ulasan bahwa katekis mengenakan sikap yang tepat dan benar
terhadap masalah-masalah mutakhir. Katekis berperan sebagai pelayan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
memenuhi kebutuhan umat. Salah satu kebutuhan umat adalah kekuatan dan
kebijakan dalam menghadapi dan menyikapi masalah-masalah mutakhir.
Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia IX (Komisi Kateketik KWI,
2012:3) memberi ulasan bahwa karya terbesar katekis yakni katekese melayani
masalah ketertekanan dalam masyarakat dewasa ini yakni masalah-masalah
mutakhir yang oleh Direktorium Formatio Iman (2014:14) disebut sebagai tanda-
tanda zaman. Maka dari itu pelayanan katekis dewasa ini adalah pelayanan yang
menanggapi tantangan arus besar zaman. Hal ini dipertegas oleh Direktorium
Formatio Iman (2014:61) ketika menyebutkan salah satu sumber pelayanan
formatio iman adalah tanda-tanda zaman.
5. Cakupan Pelayanan Katekis
a. Cakupan Teritorial
Tugas dan peran katekis diakui penting baik di tingkat keuskupan maupun
di paroki. Katekis pun cukup banyak diberi perhatian dalam reksa-reksa pastoral
Gereja. Hal ini berarti keberadaan katekis memiliki peran penting terutama dalam
tugas pewartaan, menghadirkan dan mengembangkan Gereja di tengah kehidupan
masyarakat.
Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP, 1997:18) memberi
gambaran realitas pelayanan katekis yang tersebar di wilayah-wilayah paroki.
Permasalahan utama yang dihadapi di hampir semua paroki adalah kurangnya
sumber daya manusia baik religius maupun bukan religius. Menanggapi
permasalahan ini, paroki mengambil kebijakan untuk memilih dan melantik dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
kalangan umat awam untuk membantu pelaksanaan reksa pastoral. Mereka adalah
para katekis yang siap melayani umat melalui pelbagai bentuk pelayanan. Para
katekis ini tersebar di stasi, wilayah dan lingkungan-lingkungan yang jauh dari
pusat paroki.
Katekis hidup di tengah dan bersama dengan umat, karena itu paroki
mempercayakan tugas pelayanan kepada katekis sebab merekalah yang lebih
dekat dan lebih mengenali situasi umat kecuali dalam pelayanan yang
membutuhkan wibawa tahbisan. Dalam hal ini, seorang katekis pada umumnya
melayani di daerah tempat tinggalnya.
b. Cakupan Bidang
Dalam reksa pastoral paroki, salah satu bidang atau seksi yang banyak
ditangani oleh katekis adalah seksi katekese atau bidang pewartaan dan
pembinaan. Hendro Budiyanto (2011:9) menuliskan bahwa katekis di paroki
menjalankan tugasnya di bidang pewartaan dan pembinaan. Di bawah bidang
pewartaan dan pembinaan atau seksi katekese, para katekis menjadi fasilitator
dalam melaksanakan tugas pembinaan dan pendampingan. Katekis menjadi
pendamping sekaligus mendampingi para pendamping yang lain, melaksanakan
pembinaan iman.
Di bawah bidang pewartaan dan pembinaan, katekis melaksanakan
pastoral sakramental yakni mempersiapkan calon-calon penerima Sakramen
Inisiasi yakni Baptis, Komuni Pertama, dan Krisma, serta persiapan perkawinan.
Selain pastoral sakramental, katekis juga melaksanakan pastoral non-sakramental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
yakni mempersiapkan bahan-bahan pendampingan dan pembinaan iman untuk
anak-anak (PIA), remaja (PIR), dewasa (PIOD), lansia (PIUL), keluarga, dan
kelompok-kelompok seperti misdinar dan Orang Muda Katolik. Bahan-bahan
pendampingan dan pembinaan biasanya dibuat berdasarkan masa liturgi, kecuali
bahan yang sudah disiapkan dari keuskupan. Tugas pendampingan dan pembinaan
dilaksanakan di tingkat paroki, stasi dan wilayah. Pelayanan katekese pada
umumnya banyak dilaksanakan di lingkungan-lingkungan.
Sementara Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP, 1997:18)
menuliskan tugas khusus katekis adalah mengajarkan katekese. Tugas ini
mencakup pendidikan dalam hal iman, menyiapkan para penerima sakramen
inisiasi, dan memberikan retret serta pertemuan-pertemuan pembinaan iman.
Dalam halaman yang sama dijelaskan pula bahwa katekis juga melaksanakan
bermacam ragam tugas seperti mengajar orang-orang non-Kristen, memberi
katekese kepada para katekumen dan mereka yang sudah dibaptis, memimpin
ibadat terutama hari minggu ketika tidak ada imam, memimpin aneka ibadat dan
doa lingkungan, dan bertanggungjawab mengorganisir tugas-tugas paroki di
tingkat wilayah dan lingkungan.
Selain bidang pewartaan dan pembinaan iman, katekis juga bergerak
dalam bidang kerasulan. Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP,
1997:18-19) memberi gambaran bahwa katekis juga melaksanakan tugas
kerasulan. Contohnya menjadi guru agama di sekolah yang dikelola oleh
keuskupan dan di sekolah-sekolah negeri sebagaimana di sekolah-sekolah
Katolik. Katekis juga mengajar di sekolah minggu terutama di negara yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
mengizinkan pelajaran agama di sekolah. Selain itu, di kota besar khususnya di
kawasan miskin, para ketekis juga melaksanakan karya kerasulan terhadap kaum
papa, para pengungsi, tahanan, dan kepada orang yang berkekurangan. Dalam hal
ini ketekis sebagai kaum awam melaksanakan pelayanan terhadap Gereja dan
misinya.
Perlu ditegaskan bahwa dalam kenyataan jumlah katekis profesional masih
terlalu sedikit dan tidak cukup melaksanakan reksa-reksa pastoral yang sudah
dijelaskan di atas. Menanggapi permasalahan ini, katekis bekerjasama dengan
pihak paroki melaksanakan pembinaan para pendamping dan pelaksana ketekese
atau pembinaan iman. Mereka dibina dan didampingi agar dapat melaksanakan
tugas pendampingan dan pembinaan iman umat. Karena kata “katekis dan
katekese” masih asing bagi kebanyakan umat maka mereka sering dipanggil
sebagai pendamping atau pemandu pembinaan iman. Berdasarkan tugas yang
mereka laksanakan, para pendamping dan pemandu pembinaan iman merupakan
katekis sukarela atau volunter. Merekalah yang justru tersebar di lingkungan-
lingkungan dan melayani umat secara lebih dekat.
6. Perkembangan Pelayanan Katekis
Pelayanan katekis di masa sekarang telah mengalami banyak
perkembangan. Hal ini menandakan bahwa pelayanan katekis sangat penting dan
semakin dibutuhkan oleh Gereja di zaman yang semakin kompleks ini.
Perkembangan yang dimaksudkan adalah metode dan juga sumber-sumber
pelayanan katekis. Supama (2012:39-43) memberi gambaran bahwa pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PKKI yang pertama telah memberi perubahan besar terutama kepada karya
katekese. Perubahan yang terjadi adalah perubahan metodenya dari metode
doktriner kepada metode yang berangkat dari situasi dan keadaan umat. PKKI
melihat bahwa umat semakin berkembang namun sumber daya manusia (para
pelayan) tidak mencukupi untuk melayani kebutuhan umat. Katekese adalah karya
terbesar para katekis, maka gagasan yang dimunculkan oleh PKKI membaharui
metode pendampingan dan pembinaan iman umat. Metode yang kini banyak
dilaksanakan adalah metode bersifat apresiatif dan partisipatif yang oleh PKKI I
diistilahkan sebagai “oleh umat, dari umat, dan untuk umat” (Yosef Lalu,
2007:10).
Di mana pun katekis berada selalu dipercayai agar dapat memberikan dan
melaksanakan katekese. Namun perlu disebutkan juga bahwa perubahan metode
juga membawa perubahan kepada peran katekis. PKKI II memberi penekanan
bahwa katekis sebagai pelaksana katekese adalah “pemudah atau fasilitator”
(Yosef Lalu, 2007:13). Maka dari itu banyak usaha pendampingan dan pembinaan
katekis yang telah dilaksanakan. Baik di tingkat keuskupan maupun paroki
banyak mengadakan pembinaan khusus kepada para katekis, sementara beberapa
diutus untuk belajar khusus di bidang ilmu kateketik atau teologi. PKKI IX
memperlihatkan perkembangan baru dalam pelayanan katekis terutama karya
katekese yakni, adanya perhatian pada situasi ketertekanan umat akibat
perkembangan zaman.
Sampai sekarang telah banyak diterbitkan sumber-sumber pelayanan
sebagai panduan dan acuan para ketekis dalam melaksanakan tugas dan perannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Para katekis juga dituntut untuk terus-menerus belajar agar dapat semakin
memenuhi kebutuhan umat. Sumber-sumber pelayanan yang ada dapat menjadi
sumber belajar sekaligus menjadi panduan para katekis dalam melaksanakan
pelayanannya. Supama (2012:86-93) menuliskan beberapa sumber pelayanan
yang banyak tersedia di masa sekarang.
Sumber yang pertama dan utama adalah Kitab Suci. Katekis dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang memadai tentang Kitab Suci. Katekismus Gereja
Katolik sebagai sumber penjelasan mengenai pokok-pokok iman menjadi acuan
yang tepat dan autentik bagi katekis dalam belajar dan melaksanakan pelayanan.
Di samping Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik, terdapat pula tafsir Kitab
Suci yang membantu para katekis agar terhindar dari fundamentalistik dan bidaah.
Dokumen-dokumen resmi Gereja juga menjadi sumber yang penting karena
memuat ajaran yang kontekstual dengan zamannya. Di samping itu terdapat
banyak buku berisikan bahan-bahan yang dapat dipelajari dan digunakan dalam
pelayanan. Buku-buku tersebut adalah buku-buku tentang sakramen, liturgi,
teologi, psikologi perkembangan, kisah santo-santa, buku-buku nyanyian, dan
katekese atau ilmu kateketik. Sementara itu masih terdapat banyak tulisan seperti
artikel yang terdapat di pelbagai majalah rohani. Selain sumber-sumber di atas,
masih ada sumber yang tidak kalah pentingnya yaitu pengalaman hidup umat dan
data konkrit tentang situasi umat.
Pemaparan secara singkat perkembangan pelayanan katekis di atas
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pelayanan katekis zaman sekarang
cukup mendapat perhatian dari Gereja sendiri dan tersedia fasilitas yang lebih dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
cukup. Di balik semua itu, Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang
dalam Direktorium Formatio Iman (2014:20-21) melihat bahwa ada kekurangan
dan kelemahan dari pelayanan katekis terutama pembinaan iman, yakni belum
terlaksana secara terpadu, sinergi, dan juga belum terlaksana secara berkelanjutan.
Direktorium Formatio Iman dalam halaman yang sama menyebutkan
penyebab adanya kelemahan dan kekurangan pelayanan katekis adalah “belum
adanya kurikulum dan pedoman” yang menjadi tolak ukur dan acuan dalam
pelayanan pembinaan iman. Hal ini berarti pelayanan yang dilaksanakan tidak
terorganisir secara terpadu dan berkesinambungan. Usaha-usaha kateketis dan
katekisasi yang sering dilaksanakan oleh katekis sama-sekali belum ada
sinergisnya. Kekurangan lain yang dimunculkan oleh Direktorium Formatio Iman
adalah keterjangkauan pelayanan yang belum mencakup semua kelompok usia
umat. Hal ini berarti pelayanan belum terlaksana secara optimal, masih banyak
tertumpu pada kegiatan mempersiapkan Sakramen Inisiasi, di samping itu
Direktorium Formatio Iman juga menyebutkan bahwa keterbatasan cara dan
metode menjadi kendala utama dalam usaha mengoptimalkan pelayanan.
Sementara itu tantangan-tantangan pelayanan yang ada (seperti yang
dijelaskan di bagian awal bab III) belum disikapi secara serius dan bijaksana oleh
katekis. Dengan kata lain, tantangan tersebut belum menjadi bagian utuh dari
pelayanan katekis. Katekis juga sering mengalami kesulitan dan hambatan dalam
menghayati panggilan hidup mereka sebagai pelayan. Karena itu, para katekis
harus disiapkan agar dapat menghayati dan melaksanakan panggilannya sebagai
pelayan umat. Maka dari itu, penulis bermaksud untuk menimba inspirasi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
pelayanan St. Yohanes Paulus II bagi meningkatkan penghayatan panggilan para
ketekis sebagai pelayan yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
BAB IV
MENIMBA INSPIRASI DARI SANTO YOHANES PAULUS II
BAGI PELAYANAN PARA KATEKIS
Dewasa ini pelayanan katekis mengalami banyak tantangan terutama
tantangan arus besar zaman. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab keuskupan
dan paroki untuk selalu melahirkan para katekis yang siap melayani. Katekis yang
sudah lama melayani pun perlu diberi pendampingan khusus agar semangat untuk
melayani tetap berkobar dalam hati mereka. Mengingat betapa besar dan penting
peranan katekis dalam karya-karya Gereja, katekis pun perlu diberi perhatian yang
mendukung dan menginspirasi mereka untuk tetap setia pada panggilan sebagai
pelayan. Terdapat banyak kesan bahwa, realitas pelayanan katekis zaman
sekarang masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, begitu juga dengan
penghayatan mereka terhadap panggilan menjadi katekis mengalami banyak
tantangan.
Berdasarkan keprihatinan tersebut, pembahasan dalam bab IV ini
bermaksud untuk memberi inspirasi kepada para katekis supaya lebih menghayati
dan mencintai panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus. Secara khusus,
bab IV ini menyampaikan inspirasi-inspirasi dari spiritualitas St. Yohanes Paulus
II bagi pelayanan para katekis zaman sekarang. Isi bab IV ini adalah pemaparan
serta pembahasan inspirasi-inspirasi dari St. Yohanes Paulus II dan usulan
program retret untuk meningkatkan semangat pelayanan para katekis khususnya
di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pembahasan bab IV ini terdiri dari dua bagian utama yakni, bagian
pertama membahas tentang inspirasi dari St. Yohanes Paulus II dan bagian kedua
tentang usulan program. Pembahasan bagian pertama masih dibagi menjadi
sepuluh topik yakni inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II.
Bagian kedua membahas usulan program retret, diawali dengan pembahasan
pengertian retret dan diakhiri dengan contoh naskah persiapan usulan program
retret.
A. Katekis Menimba Inspirasi dari St. Yohanes Paulus II
Para katekis zaman sekarang menghadapi banyak tantangan pelayanan
yang berasal dari arus besar perubahan zaman. Tantangan pelayanan zaman
sekarang memang jauh lebih kompleks ketimbang tantangan pelayanan yang
pernah dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II. Namun perlu diketahui bahwa
tantangan yang dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II jauh lebih berbahaya,
dramatis, menyakitkan dan serasa tanpa harapan. Betapapun berat tantangan yang
dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II, justru semakin meneguhkan dan
memperdalam penghayatan panggilannya sebagai pelayan umat manusia. Maka
dari itu, di tengah maraknya tantangan pelayanan dewasa ini, para ketekis perlu
menggali spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi
pelayanan mereka untuk mewartakan Kabar Sukacita. Berikut akan dipaparkan
sepuluh inspirasi dari St. Yohanes Paulus II yang kiranya dapat membantu para
katekis dalam menghayati panggilannya sebagai pelayan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
1. Saksi Iman yang Sejati
Dewasa ini hidup seorang katekis sangat dipengaruhi oleh pelbagai macam
hal-hal duniawi. Kita melihat semua itu sebagai tantangan pelayanan. Dalam
kenyataan katekis sering menghadapi kesulitan untuk mengaplikasikan semangat
melayaninya di tengah-tengah keadaan umat yang sangat kompleks. Katekis
adalah seorang yang beriman sama seperti umat beriman yang lain. Karena
sebagai katekis mau tidak mau dituntut untuk memiliki kualitas iman yang lebih
dari umat biasa, atau kualitas hidup rohani yang jauh lebih mistik dari umat biasa.
Hal ini bukan hanya tuntutan dan bukan sebuah tawaran tetapi merupakan sebuah
panggilan khusus untuk katekis. Semua umat berkat Sakramen Pembaptisan
dipanggil untuk menjadi saksi iman, tetapi dalam konteks pelayanan katekis,
harus diakui bahwa katekis secara khusus pula dipanggil untuk menjadi saksi
iman yang sejati.
Supaya kata “khusus” dapat dipahami lebih jelas maka perlu mengingat
kembali arti dasar dari katekis. Kata katekis berasal dari kata dasar Katechein
yang berarti mengkomunikasikan, membagikan informasi, atau mengajarkan hal-
hal yang berkaitan dengan iman (Didik Bagiyowinadi, 2012:14). Katekis adalah
komunikator, penyampai, penerang, dan sekaligus pengajar segala hal yang
berkaitan dengan iman. St. Yohanes Paulus II sudah melakukan hal ini selama
masa pelayanannya. Beliau adalah “komunikator besar” yang berkelana ke
seluruh dunia untuk mengkomunikasikan kasih Allah kepada segenap manusia.
St. Yohanes Paulus II adalah saksi iman yang sejati. Dalam Injil Yohanes
Yesus berkata “Mengenai orang yang percaya kepada-Ku, tertulis dalam Alkitab:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
‘Dari dalam hatinya mengalirlah aliran-aliran air yang memberi hidup” (Yoh
7:38). Iman St. Yohanes Paulus II kepada Yesus Kristus sungguh memberi hidup
kepadanya. Iman St. Yohanes Paulus II adalah iman yang hidup dan yang aktif.
Dalam kalimat lain dapat dikatakan, beliau hidup oleh iman dan oleh iman ia
melayani umat manusia. Iman yang hidup dan aktif tersebut juga digambarkan
dalam surat Yakabus, “Nah, sebagaimana tubuh tanpa roh adalah tubuh yang mati,
begitu juga iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati.” (Yak 2:26).
Imannya terwujud dalam tindakan nyata. Ia hidup oleh iman dan kasih,
iman yang memberi hidup dan pengharapan, iman yang selalu menyala umpama
cahaya untuk memberi hidup kepada orang lain. Ia mencari, menemukan dan
menyapa segenap manusia terutama orang kecil, miskin, dan menderita dan
memotivasi, menghibur, memberkati, dan mengasihi mereka. Tindakan ini
sungguh membangkit semangat hidup kepada mereka. Beliau tidak hanya menjadi
penonton tetapi dengan keberanian datang ke lapangan untuk melihat sendiri
situasi yang terjadi. Ia mengampuni dan mengasihi tidak hanya kata-kata tetapi
dengan tindakan nyata. Iman yang sejati adalah iman yang sungguh dihidupi.
Iman kepada Allah yang adalah kasih maka ia hidup oleh kasih dan untuk
mengasihi seraya menyerukan kasih kepada segenap manusia. Iman sejati adalah
“Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28).
Katekis yang hidup di tengah umat memiliki kedudukan sangat strategis
sebagai saksi iman yang sejati. Petama-tama, katekis perlu memiliki keyakinan
total bahwa Allah memanggilnya untuk melayani-Nya, percaya bahwa Allah yang
memanggilnya selalu ada mendampingi dan menyertainya. Panggilan Allah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
utama adalah panggilan untuk mengimani-Nya. Panggilan ini harus ditanggapi
dengan hati yang terbuka. Dalam hal ini katekis sebagai pelayan harus memiliki
iman yang sejati. Iman yang aktif adalah, Iman yang selalu disirami dengan
penghayatan Injil dan semangat doa mistis. Iman harus selalu dijaga dan
dikembangkan karena tanpa iman kepada Allah, tidak ada pengharapan, berhenti
percaya kepada Allah sama dengan menapaki lorong menuju kekosongan dan
keputusasaan. Iman yang sejati adalah iman yang nyata dalam tindakan kasih yang
bersumber pada tindakan kasih Allah.
Berhadapan dengan tantangan pelayanan seperti sekularisasi dan
sekularisme katekis perlu memiliki iman yang aktif dan hidup. Menjadi orang
beriman bukan berarti memisahkan antara yang Ilahi dan duniawi tetapi justru
menyatukannya. Berhadapan dengan pluralitas, iman yang sejati mendapat makna
sebagai menyatukan perbedaan dan keragaman, dengan demikian
fundamentalisme dan radikalisme dapat dihindari. Iman yang sungguh dihidupi
akan membangkitkan harapan terutama ketika berhadapan dengan kemiskinan dan
kerusakan lingkungan hidup. Iman yang sejati tidak melihat tantangan pelayanan
sebagai hambatan, sebaliknya melihat tantangan sebagai peluang untuk
mewartakan Sukacita Injil. Tanpa iman yang kuat, katekis akan mudah
terpengaruh oleh arus perubahan zaman, karena itu katekis perlu selalu
menumbuhkembangkan imannya menuju kedewasaan sejati sebagai orang
beriman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
2. Tanpa Doa Iman dan Kasih adalah Mati
St. Yohanes Paulus II sangat memperhatikan hidup rohaninya terutama
hidup doanya. Doa menjadi bagian yang penting dan sangat menentukan bagi
hidup dan pelayanannya. Karena itu, beliau selalu menyempatkan diri untuk
berbicara kepada Tuhan, juga di sela-sela kesibukannya beliau meluangkan waktu
untuk berdoa. Perhatian yang tinggi terhadap kehidupan rohani menggambarkan
kerendahan hatinya di hadapan Allah sebagai seorang hamba. Beliau tidak pernah
lupa memohon dan meminta bantuan dari Allah agar ia dapat melaksanakan
pelayanan pastoralnya dengan baik. Beliau selalu menempatkan Yesus Kristus
sebagai pusat pelayanannya. Ia berjalan dan melayani bersama Yesus Kristus.
Inilah keyakinan St. Yohanes Paulus II yang diterima lewat doa mistisnya, bahwa
Yesus Kristus selalu ada dan senantiasa menyertainya.
St. Yohanes Paulus II adalah salah satu sosok teladan iman dewasa ini.
Jika surat Yakabus mengatakan iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2: 26), St.
Yohanes Paulus II mengatakan tanpa doa iman dan kasih adalah mati (Chiffolo,
2001:15). Bagi St. Yohanes Paulus II iman yang diwujudkan dalam tindakan
kasih belumlah cukup jika tidak disertai dengan doa. Karena itu, bagi St. Yohanes
Paulus II, doa adalah sumber kekuatan dan inspirasi untuk melaksanakan banyak
hal (Dziwisz, 2010:35). Oleh sebab itu, St. Yohanes Paulus II senantiasa
menyatukan dirinya dengan Yesus Kristus dalam doa. Beliau adalah sosok
pelayan yang sangat tekun dalam doa. Anugerah yang diperoleh beliau melalui
doa mistiknya adalah ia dapat semakin lebih baik melaksanakan pelayanan.
Betapa pentingnya doa bagi St. Yohanes Paulus II, demikianlah juga seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
para katekis menganggap doa adalah penting bagi peningkatan penghayatan
pelayanan.
Katekis adalah sosok yang diakui memiliki relasi intim yang mendalam
dengan Allah. Dalam hal ini katekis menjadi inspirasi bagi umat untuk
membangun dan memelihara hidup doa mereka. Maka katekis perlulah memiliki
kebiasaan untuk berdoa, namun doa yang sungguh dihayati baik secara internal
maupun eksternal. Dihayati secara internal artinya membangun kerinduan untuk
selalu bertemu dan berbicara dengan Allah dan terbuka pada bimbingan Roh
Kudus. Namun harus disadari bahwa kunci untuk berdoa adalah kerendahan hati.
Rendah hati menurut St. Yohanes Paulus II adalah menyadari bahwa dalam doa
Allah adalah subjek yang memanggil untuk berdoa dan Dia sendirilah yang
berdoa untuk kita (Paus Yohanes Paulus II, 1995:32). Dalam hal ini, katekis tidak
menuntut Allah agar mengabulkan doanya tetapi sikap pasrah yang penuh
pengharapan harus dibangun.
Persoalan yang sering dihadapi oleh katekis adalah tidak ada perubahan
meskipun berdoa terus-menerus, terkadang juga malah tantangan pelayanan yang
dihadapi semakin sulit. Katekis juga sering mengalami perasaan tidak dihargai
oleh umat, merasa pelayanan tidak memberi manfaat kepada umat yang
dipengaruhi arus besar zaman (bab III, B:2), bahkan terkadang dimusuhi atau
dibenci oleh umat. Dalam situasi tersebut muncul pertanyaan bagaimana doa
menjadi relevan dan bermanfaat?. Katekis pertama-tama harus menyadari situasi
dirinya, memohon bantuan Roh Kudus. Satu kesalahan yang sering dilakukan
ketika berdoa adalah berdoa dengan prakarsa diri sendiri tanpa melibatkan peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Roh Kudus. Dalam berdoa, katekis harus terbuka untuk dibimbing oleh Roh
Kudus karena, Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk berdoa dan Roh
Kudus sendiri yang berdoa untuk kita.
Berdoa harus dengan penuh iman dan harapan. Meskipun dalam situasi
tanpa harapan, justru saat inilah belaskasih Allah terbuka luas. Karena itu dalam
doa perlu ada kepercayaan penuh akan kebaikan Allah. Berdasarkan kebaikan-
Nya, semua doa ada jawabannya. Inilah keyakinan St. Yohanes Paulus II. Beliau
tidak mengharapkan doanya dikabulkan tetapi beliau percaya kepada kebaikan-
Nya. Dalam bimbingan Roh Kudus dan dengan kerendahan hati membiarkan
Allah hadir sepenuhnya, beliau berdoa terus-menerus. Tantangan yang
dihadapinya tidak kunjung selesai serta penderitaan yang dialaminya juga tidak
berakhir, namun beliau begitu berani dan tangguh menghadapi semuanya.
Sisi eksternal dari doa adalah hidup seorang katekis. Hidup yang selalu
terarah kepada Yesus Kristus karena pada dasarnya katekis melayani Yesus
Kristus. Yesus Kristus yang hadir dalam diri orang lain dan dalam segala
pengalaman hidup. Hidup yang selalu terarah kepada Yesus Kristus adalah hidup
yang penuh dengan syukur, menjadikan hidup doa sebagai prioritas,
memanfaatkan waktu luang untuk berdoa, rajin berdoa serta mengikuti kegiatan
atau pertemuan ibadat, dan senantiasa jatuh cinta kepada Allah di manapun dan
kapan pun.
Doa sangat penting demi peningkatan penghayatan pelayanan seorang
katekis. Karena doa adalah pengalihan pikiran dan hati kepada Tuhan. Ketika
katekis menghadapi banyak tantangan seperti yang sudah disebut di atas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
berdoalah karena melalui doa suatu dimensi baru (yakni perintah baru atau
panggilan) dan kekuatan serta kebijaksanaan akan disalurkan dalam diri dan
kekuatan untuk menghadapi tantangan serta kebijaksanaan untuk melayani. Doa
umpama vitamin yang dapat menjaga, memelihara dan menguatkan serta
menyuburkan iman, harapan, dan kasih. Maka, dengan dan melalui doa, seorang
katekis dapat semakin lebih baik melaksanakan pelayanan.
3. Kesetiaan pada Tugas Pengutusan
Selama masa pelayanan baik sebelum terpilih menjadi paus dan selama
menjabat kursi takhta suci, begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh St.
Yohanes Paulus II. Meskipun menghadapi banyak tantangan bahkan ancaman
pembunuhan, beliau tetap setia pada tugas perutusannya sebagai pelayan sampai
wafat. Meskipun dalam situasi tanpa harapan beliau tetap berkomitmen
menuntaskan pelayanannya. Walaupun beliau sendiri mengalami penderitaan
akibat sakit kronis namun St. Yohanes Paulus II tidak pernah putus asa
sebaliknya selalu bersemangat untuk melayani.
St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang tenang dan reflektif. Dunia yang
dihadapinya ada dalam situasi tidak memungkinkan untuk keberhasilan pelayanan
dan perjuangannya. Tidak jarang juga pertentangan dan kritikan yang
diterimanya. Semua itu dihadapinya dengan tenang dan bijaksana, supaya
semakin meneguhkan hatinya untuk melakukan lebih banyak hal dalam
pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Pelayanan katekis zaman sekarang juga menghadapi banyak tantangan
yang tidak mudah untuk disikapi. Satu hal yang harus disadari dan diakui adalah,
katekis tidak pernah lepas dari pelbagai macam tantangan pelayanan, terutama
tantangan arus besar zaman. Betapa sulit dan beratnya tantangan pelayanan harus
disikapi secara kritis dan bijaksana oleh katekis. Putus asa dan berhenti menjadi
katekis adalah pilihan yang tidak bijak.
Belajar dari St. Yohanes Paulus II, katekis perlu tenang dan terbuka.
Kembali kepada keyakinan bahwa Allah sendiri yang memilih dan memanggil
para katekis agar menjadi pelayan-Nya. Goyahnya katekis ketika menghadapi
tantangan pelayanan merupakan tanda bahwa fondasi imannya kurang kokoh.
Oleh karena itu, katekis membutuhkan waktu hening (bersama Tuhan) dan hidup
doa agar imannya disirami dan diteguhkan kembali. Dari itu, katekis perlu
memiliki kebiasaan untuk berefleksi dan berdoa. Dengan refleksi, tantangan dapat
ditanggapi dan dimaknai dalam terang ilham Roh Kudus. Dengan demikian
katekis akan semakin diteguhkan dalam pelayanan. Dengan berdoa, iman dirawat,
dipelihara dan dikembangkan sehingga tetap bersemangat melayani meskipun
menghadapi banyak hambatan dan kesulitan. Karena melalui doa rahmat kekuatan
akan disalurkan. Namun doa yang penuh iman, harapan dan kasih.
Perlu disadari bahwa menjadi katekis adalah panggilan dari Allah, yakni
panggilan untuk mewartakan kasih-Nya di tengah situasi dunia yang dipengaruhi
oleh arus perubahan zaman. Dipanggil untuk menjadi pelayan berarti menjadi
patner-Nya dalam menciptakan dan membangun dunia dalam tatanan Kerajaan
Allah. Panggilan ini dihayati bersama Yesus Kristus yang telah taat dan setia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
melaksanakan perutusan sampai wafat di salib. Supaya semakin dapat menghayati
panggilan tersebut, katekis perlu hidup bersatu dengan Allah yang dibangun
melalui hidup doa dan relasi dengan sesama serta akrab dengan Kitab Suci.
Dengan demikian, katekis dapat semakin teguh dan tangguh dalam menghadapi
tantangan pelayanan.
4. Hati Penuh Pengharapan
St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang senantiasa bersemangat dalam
melaksanakan pelayanannya. Beliau tidak takut berhadapan dengan realitas dunia
yang tanpa harapan, tidak takut menghadapi penderitaan dan kematian. Meskipun
situasi dunia pada saat itu tidak mungkin bagi tumbuhnya kasih di tengah
kehidupan manusia dan meskipun beliau sendiri menghadapi kesulitan dan
hambatan namun beliau tetap melaksanakan tugas perutusannya dengan penuh
pengharapan. Beliau sangat teguh dalam iman karena beliau yakin “tanpa iman
kepada Allah tidak ada pengharapan” (Chiffolo. 2001:19).
Beliau percaya karya penebusan umpama “Terang yang bersinar di tengah
kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya” (Yoh 1:5). Inilah keyakinan dan
pengharapan St, Yohanes Paulus II bahwa Putra selalu hadir dalam sejarah
kehidupan manusia, melaksanakan penyelamatan sekarang dan menyiapkan masa
depan yang lebih baik. Karena itu apapun bentuk tantangan pelayanan yang
dialami diterimanya dan dihadapinya dengan penuh pengharapan. St. Yohanes
Paulus II sangat percaya “Putra selalu hadir dalam sejarah umat manusia sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
penebus, penebusan meresap dalam seluruh sejarah manusia…,dan menyiapkan
masa depannya yang eskatologis” (Yohanes Paulus II, 1995:275).
St. Yohanes Paulus II berharap agar peradaban kasih tumbuh dalam
kehidupan manusia, agar semua orang melaksanakan tindakan solidaritas terhadap
orang lain, agar tumbuh budaya dialog antar agama, dan agar kelompok orang
kecil diberi perhatian khusus. Harapan beliau tidak hanya dalam kata-kata atau
gagasan namun beliau sendiri berjuang untuk mencapai harapan tersebut. Maka
beliau tidak takut berhadapan dengan situasi dunia demi keadilan dan perdamaian
dunia. Sementara itu beliau sangat kuat dalam pengharapan akan belas kasih
Allah. Allah sendirilah yang berkarya dalam kehidupan manusia karena belas
kasih Allah tidak pernah surut. Dari keyakinan inilah beliau berani, setia, dan
sangat berkomitmen pada pelayanannya.
Hati yang penuh pengharapan menumbuhkan semangat untuk melayani,
maka katekis sebagai pelayan perlu memiliki pengharapan yang kuat akan belas
kasih Allah. Tanpa pengharapan pelayanan seumpama menuju kekosongan. Tanpa
pengharapan katekis mudah terpengaruh oleh budaya instan dan karena itu akan
mengalami pendangkalan hidup. Pengharapan yang tumbuh dari iman merupakan
fondasi hidup sebagai orang beriman. Jika fondasi tersebut runtuh makan katekis
akan cenderung pada ateisme dan relativisme dan karena itu akan mengalami
krisis moral dan krisis iman dalam diri. Pengharapan menjadi titik tolak arah dan
fokus pelayanan. Berhadapan dengan tantangan-tantangan pelayanan, katekis
perlu memiliki hati yang penuh pengharapan akan belas kasih Allah, karena tanpa
pengharapan katekis mudah goyah dan terpengaruh olah arus perubahan zaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Dalam situasi apapun tetaplah berpegang teguh pada kebaikan Allah.
Seperti St. Yohanes Paulus II, dalam situasi apapun tetap berharap kepada
kebaikan Allah. Berharap kepada kebaikan Allah berarti mengandalkan dan
berserah kepada Allah. Hal ini bukan berarti katekis tidak melakukan apa-apa
tetapi melaksanakan apapun bentuk pelayanan, di manapun dan kapan pun dengan
harapan Allah sendiri yang menyempurnakannya dan Allah sendiri yang berkarya
lewat katekis. Dengan demikian katekis semakin dapat menghayati panggilannya
sebagai pelayan.
5. Pemberani di waktu Penuh Ketakutan dan Penderitaan
Situasi dunia pada waktu St. Yohanes Paulus menjadi Paus adalah sangat
menakutkan karena manusia masih dihantui oleh keadaan akibat perang dunia
kedua. Setelah berakhirnya perang dunia kedua, manusia seakan-akan hidup
dalam ketegangan yang sangat tinggi. Ketegangan inilah yang justru membuat
hidup manusia tidak nyaman dan sangat sensitif dengan namanya perang. Semua
orang sangat berhati-hati dan saling mempersiapkan diri seolah-olah perang akan
terjadi lagi. Di seluruh dunia muncul perlombaan membuat senjata nuklir yang
justru menimbulkan keresahan dan kecemasan. Sementara itu kemiskinan
semakin merebak dan memprihatinkan. Seiring dengan itu nilai kemanusiaan pun
menurun drastis akibat munculnya ideologi-ideologi yang berhaluan keras dan
intoleran terhadap hak asasi manusia.
St. Yohanes Paulus II sendiri mengalami penderitaan akibat kerasnya
campur tangan tentara Nazi Jerman di Polandia, menghadapi krisis kemanusiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
selama kepausannya, dan mengalami derita sakit kronis. Satu kunci keberhasilan
pelayanan beliau adalah keberanian yang sangat tinggi, bahkan beliau tidak takut
mati demi melayani umat manusia. Dengan keberanian yang didorong oleh cinta
kasih, beliau telah berkeliling ke seluruh dunia dan dengan suara lantang
menyerukan kepada dunia agar menghentikan perang dan beralih kepada
solidaritas. Untuk zaman sekarang, mampukah para pelayan terutama katekis
bertindak seperti demikian? Berhadapan dengan kompleksnya tantangan apakah
katekis masih mau berkorban demi pelayanan?
Dewasa ini, di tengah maraknya arus perkembangan zaman, keberanian
adalah modal penting untuk melayani. Betapapun seorang memiliki keterampilan
berkomunikasi, berwawasan luas, dan berpendidikan tinggi, namun tanpa
keberanian untuk menegakkan kebenaran, akan sulit menghayati pelayanan.
Katekis adalah sosok yang senantiasa ditantang untuk bertindak demi kebenaran,
maka dalam situasi Kerajaan Allah tidak mungkin diperjuangkan, katekis harus
berani bertindak melawan situasi demi kebenaran. Hal ini memang tidak mudah
jika tidak memiliki fondasi yang benar dan kokoh.
Berhadapan dengan tantangan arus perubahan zaman, katekis harus berani
memiliki dan melaksanakan budaya kontras yakni budaya kasih. Budaya kasih
yang diterapkan dalam sengal segi kehidupan. Menjadikan kasih sebagai dasar,
ukuran dan hukum nilai atas sengal tindakan. Dengan budaya kasih, orientasi
pelayanan tidak hanya apa yang diperoleh dan siapa yang dilayani tetapi terbuka
serta merangkul semua tanpa ada yang terkecuali dan tersingkirkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis perlu memegang dengan penuh
keyakinan kata “jangan takut”, karena betapapun besar tantangan yang dihadapi,
kasih Allah selalu jauh lebih besar. Hal yang perlu diusahakan oleh katekis adalah
berusaha mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kejahatan yang dimaksudkan
adalah situasi tidak ada kasih. Dalam situasi apapun katekis adalah pelayan yang
melayani Kerajaan Allah. Terwujudnya Kerajaan Allah-lah menjadi tujuan
pelayanan katekis. Akhirnya, katekis perlu memiliki sikap berani untuk bersyukur
dan memohon kepada Allah. Dalam situasi apapun, baik suka maupun duka,
katekis perlu memiliki sikap berani untuk berserah total, mengembalikan dan
menyerahkan semuanya kepada Allah.
6. Sang Kelana dan Misionaris Agung
Belajar dari St. Yohanes Paulus II, katekis sebaiknya memiliki inisiatif
untuk melayani umat. Bukan hanya mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan atau
pada hari-hari tertentu saja, tetapi perlu disadari bahwa perutusan sebagai pelayan
bukan perutusan part time tetapi full time di manapun dan kapanpun melayani
semasa dengan pelbagai cara. Sang kelana bermaksud aktif melayani, keluar dari
zona nyaman, dalam bimbingan Roh Kudus pergi melaksanakan tugas perutusan
di tengah kehidupan konkrit umat.
Situasi kehidupan umat sangat dipengaruhi oleh budaya instan,
materialisme, hedonisme, dan konsumerisme. Dapat dikatakan bahwa semua segi
kehidupan dipengaruhi oleh paradigma budaya materialisme dan instan.
Termasuk juga segala sesuatu yang dilakukan membutuhkan modal, demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
juga dengan pelayanan membutuhkan modal. Bahayanya adalah katekis juga
sering cenderung jatuh pada pengaruh budaya tersebut sehingga pelayanan
dilaksanakan hanya ingin mendapatkan popularitas, imbalan, dan kesenangan diri.
Dua hal di atas menjadi hambatan bagi para katekis dalam menghayati
panggilannya sebagai pelayan. Katekis bukan melayani diri sendiri dan bukan
untuk dilayani melainkan melayani Tuhan Yesus Kristus. Seperti St. Yohanes
Paulus II, katekis perlu memiliki jiwa sang pemeluk dan pencari kebenaran sejati
yang kian tenggelam dalam arus perkembangan zaman. Memiliki kepribadian
yang teguh, tangguh, dan tanggap terhadap tanda-tanda zaman, dan dari sini
Kerajaan Allah diwartakan sesuai situasi dan kebutuhan umat. St. Yohanes Paulus
II berkelana menemui banyak orang, dan melalui perjumpaan dengan banyak
orang beliau menjadi tahu situasi dan keadaan mereka. Demikian juga dengan
para katekis, harus menemui umat yang akan dilayani agar pelayanan menjadi
kontekstual.
Dewasa ini, karakter umat sangat bervariasi. Akibat pengaruh arus
perkembangan zaman, umat memiliki kecenderungan untuk tidak peduli pada
kehidupan rohaninya. Jika hal ini terus dibiarkan umat akan jatuh dalam krisis
moral dan iman yang fatal. Maka katekis sebagai pelayan yang membawa
kebenaran Injil harus berani berkorban mengosongkan diri untuk melayani umat.
St. Yohanes Paulus II sudah memberi teladan. Beliau adalah sosok yang sangat
mengetahui keadaan umat maka beliau sendiri mendatangi mereka untuk memberi
penghiburan, peneguhan dan motivasi serta menyentuh mereka dengan kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Katekis dalam melayani sebaiknya tidak berpikir atau berharap akan
mendapatkan sesuatu dari umat. Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis haruslah
menanamkan dalam diri suatu konsep pelayanan yakni melayani untuk kasih, oleh
kasih dan demi kasih. Dengan semangat Injil “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya maka segala sesuatu yang lain akan ditambahkan bagimu” (Mat
6:33). Katekis melayani umat dengan berusaha memenuhi kebutuhan mereka
tanpa pamrih, karena segala sesuatu yang dilakukan terhadap orang lain berarti
itulah yang dilakukan terhadap Tuhan. Apa yang diberikan kepada orang lain akan
diberikan kembali dengan lipat ganda oleh Allah.
7. Pribadi yang Rendah Hati
Jabatan sebagi Paus adalah jabatan tertinggi dalam hirarki Gereja. Sebagai
jabatan yang berstatus takhta suci maka layak diberi dan menerima penghormatan
dari bawahannya. St. Yohanes Paulus II selama masa jabatannya senantiasa sadar
kalau dia seorang pelayan. Maka dari itu beliau tidak pernah memperlakukan
orang lain sebagai bawahannya. Ia bahkan menganggap orang miskin, orang sakit,
orang berdosa maupun orang biasa, sebagai saudaranya. St. Yohanes Paulus II
tidak pernah bermegah atas pencapaian atau keberhasilannya. Semua perjuangan
dan keberhasilan ia kembalikan kepada Allah karena beliau sadar bahwa Allah
sendirilah yang bekerja dan berkarya untuknya.
Melalui kerendahan hati St. Yohanes Paulus II pun sangat dihormati juga
dikasihi oleh banyak orang (bdk. Ams 18:12). St. Yohanes Paulus II adalah orang
yang sangat sederhana tetapi, karena kerendahan hati beliau telah memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
ganjaran dari Tuhan yaitu kekayaan, kehormatan dan kehidupan (Ams 22:4). St.
Yohanes Paulus II memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, oleh karenanya, ia
selalu dapat mengambil putusan kebijakan yang tepat.
Belajar dari St. Yohanes Paulus II katekis sebagai pelayan perlulah
memiliki kerendahan hati dan kesadaran diri karena dua hal tersebut merupakan
kunci keberhasilan pelayanan di tengah maraknya tantangan arus besar zaman.
Tanpa kerendahan hati, hati nurani buta dan menjadi tumpul dan oleh karena itu
akan mengalami kekeliruan dalam pengambilan kebijakan dan putusan. Hal ini
sangat berbahaya jika jatuh pada pengaruh arus perubahan zaman karena dapat
menjadi sesat, ateis, dan fanatik. Tanpa kesadaran diri seorang katekis bisa
cenderung pada egosentris yang hedonitif. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan
hanya sebatas formalisme dan hanya memenuhi kebutuhan diri sendiri seperti
popularitas dan upah.
Kerendahan hati adalah sikap yang terbuka pada bimbingan Roh Kudus
dan karya Allah dalam segala segi kehidupan. Kesadaran diri bahwa menjadi
katekis adalah panggilan untuk melayani Yesus Kristus Sang Katekis utama.
Bukan untuk dilayani dan bukan melayani diri sendiri melainkan melayani umat.
Kerendahan hati dan kesadaran diri akan mendorong katekis menyerahkan diri
serta membiarkan Allah berkarya dalam dan lewat mereka. Menjadi katekis
berarti menjadi pewarta seperti Yesus Kristus. Dengan kalimat lain, menjadi
katekis berarti menjadi seperti Yesus Kristus. Yesus yang dalam kerendahan hati,
taat dan setia pada perutusan sampai wafat. St. Yohanes Paulus II sudah memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
teladan dalam hal menjadi seperti Yesus Kristus. Beliau telah taat dan setia pada
tugas perutusannya sampai wafat.
8. Pribadi yang Utuh
Menjadi pelayan bukan berarti ada tuntutan untuk mengubah diri atau
menjadi seperti orang lain. Pelayan yang sejati adalah menjadi diri sendiri sebagai
pribadi yang utuh. Menjadi pribadi yang utuh mengandaikan adanya kesadaran
diri yang otentik. Kesadaran siapakah diri saya di hadapan Allah. Inilah inti dari
menjadi pribadi yang utuh dalam pelayanan. Katekis menyadari dirinya sebagai
pribadi yang dipanggil oleh Allah untuk mewartakan belaskasih-Nya. Inilah
kebenaran yang harusnya dihayati oleh katekis yaitu, bahwa Allah mau berkarya
dalam dan melalui dirinya.
Belajar dari St. Yohanes Paulus II, beliau sungguh menyelami kedalaman
jiwanya. Beliau menyatu dengan hati nuraninya. St. Yohanes Paulus II memiliki
prinsip dan pegangan hidup yang sangat kuat. Beliau hidup semata-mata untuk
melayani Allah melalui pelayanan kasih, dan beliau mengasihi sampai tuntas.
Beliau memiliki sikap kepasrahan total kepada Allah. St. Yohanes Paulus II
menggunakan seluruh kemanusiawiannya serta seluruh kelebihan dan
kelemahannya untuk memuji dan memuliakan Allah melalui doa dan tindakan
pelayanannya. Beliau pun memperjuangkan dengan sepenuh hati apa yang
diyakininya benar.
Katekis sebagai pelayan dituntut untuk menjadi pribadi yang utuh. Utuh
pertama-tama bermaksud adanya integrasi atau perpaduan antara tubuh dan roh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Roh yang bersatu dengan Roh Allah sendiri dalam hati nurani, tubuh hidup dalam
Roh berarti hidup dalam bimbingan Roh Kudus untuk melaksanakan kehendak
Allah. Yang kedua adalah berkaitan dengan orientasi hidup yakni bagaimana
Allah membimbing dan mencintai dalam segala apa adanya seorang katekis.
Artinya, katekis yang utuh adalah dia (tubuh dan jiwanya) hidup bersatu dengan
Roh Kudus serta menyelami diri (tubuh) dan kedalaman jiwanya (roh). Ini berarti
katekis yang utuh dalam pelayanan adalah katekis yang dalam terang dan
bimbingan Roh Kudus melaksanakan kehendak Allah, melayani pribadi-pribadi
lain yang sesungguhnya sama dengan dirinya.
Dalam pengertian lain, utuh atau holistik berarti keseluruhan dalam
keutuhan diri yakni perpaduan antara aspek kognitif, afeksi, dan psikis. Apa yang
dipercayai (kognitif), diyakini dengan sungguh (afeksi), dan diperjuangkan dalam
hidup (psikis). St. Yohanes Paulus II melakukan hal ini, beliau memperjuangkan
apa yang diyakininya. Katekis sejati adalah katekis yang melaksanakan dalam diri
sendiri apa yang diyakini dan apa yang diwartakannya.
Berhadapan dengan tentangan arus besar perkembangan zaman, terutama
sekularisasi dan sekularisme serta pluralitas dan globalisasi, katekis dituntut agar
dapat menjadi pribadi yang utuh. Katekis harus sadar bahwa otonomi dirinya tidak
mampu melaksanakan pelayanan tanpa campur tangan dari Allah. Dalam hal ini
katekis perlu memiliki semangat pengabdian yang berserah diri kepada prakarsa
Allah karena Dia yang telah memanggil Dia jugalah yang berkarya dalam diri
katekis. Sementara itu keotentikan diri katekis sangat perlu ketik berhadapan
dengan pluralitas dan globalisasi. Menjadi katekis tidak perlu menjadi seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
orang lain namun sebaliknya harus menjadi diri sendiri yang sejati. Katekis yang
otentik adalah katekis yang terbuka kepada keragaman namun tidak mudah
terpengaruh oleh budaya luar.
Dari penjelasan tersebut, pribadi katekis yang utuh adalah, seluruh aspek
dirinya diarahkan untuk dan demi pelayanan atau melayan dengan sepenuh hati,
dan keterarahan hidup secara keseluruhan kepada Yesus Kristus. Ini berarti
katekis menyerahkan dan mempercayakan seluruh diri dan hidupnya kepada
Allah. Dia yang memanggilnya, Dia sendiri yang membimbing, menyertai dan
menyempurnakan pelayanan katekis. Keyakinan ini membawa kepada sikap
kepasrahan total kepada Allah. Katekis dalam segala kemanusiawianya, segala
kelebihan dan kekurangan serta segala miliknya digunakan untuk memuji dan
memuliakan Tuhan. Kesaksian katekis bukan hanya lewat kata-kata tetapi wujud
nyata dalam tindakan kasih kepada siapa pun tanpa ada yang terkecuali.
9. Pribadi Penuh Kasih
St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang penuh kasih. Beliau adalah
pembela nilai luhur martabat pribadi manusia. Pokok perjuangan dan dialog
beliau adalah keadilan dan kebenaran atas keluhuran martabat pribadi manusia.
Dalam berhubungan dengan orang lain, beliau menekankan relasi unitaris yaitu
relasi yang saling meneguhkan dan melengkapi. St. Yohanes Paulus II
menganggap orang lain sebagai saudara yang patut dicintai dan dikasihi. Karena
itu St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya berusaha membangun relasi yang
aktif dengan siapa pun, terutama beliau membangun relasi intim dengan Allah. St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Yohanes Paulus II sangat meyakini bahwa tindakan kasih adalah partisipasi pada
hidup dan karya Allah dan merupakan kebenaran dan kebijakan Kristiani yang
bersumber pada tindakan kasih Allah sendiri. Inilah tanda nyata sebagai anak-
anak Alllah yakni melakukan tindakan kasih yang dapat membangun dan
memulihkan kehidupan.
Hidup oleh kasih berarti hidup untuk Allah, karena Allah adalah kasih.
Itulah yang dilakukan oleh St. Yohanes Paulus II selama hidupnya yakni hidup
oleh, demi dan untuk kasih. Beliau menghayati pelayanannya sebagai panggilan
untuk melayani umat manusia, untuk membangkitkan pengharapan dan
menyalurkan kasih di tengah maraknya ketakutan dan kejahatan dunia. Katekis di
zaman sekarang juga sesungguhnya dipanggil untuk mewartakan serta
menghadirkan kasih Allah di tengah maraknya dampak negatif arus
perkembangan zaman.
Katekis sebagai anak-anak Allah merupakan garam dan terang dunia. Jika
katekis tenggelam dalam pengaruh tantangan arus besar zaman, kasih Allah tidak
pernah akan tersampaikan kepada umat. Katekis harus berani menantang arus
perkembangan zaman dengan mengenakan dan melaksanakan tanda sebagai anak-
anak Allah yakni tindakan kasih. Pelayanan yang tanpa kasih umpama makan
tanpa garam. Terasa berat dan sulit, mudah terpengaruh, mudah marah, dengan
pamrih dan pilih kasih.
Pelayanan di tengah maraknya tantangan arus perkembangan zaman
memang tidak mudah. Karena itu katekis haruslah mengenakan kasih yang total
dan otentik. Alasannya ada pada keyakinan akan kasih Allah itu sendiri. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
pelayanan dilaksanakan dengan kasih, maka kasih Allah akan menyempurnakan
pelayanan katekis. Bagaimana semua hal ini terjadi adalah cara kerja Allah yang
misteri, yang perlu diyakini oleh katekis. Mengapa? karena, Allah yang
memanggil dan Dia sendirilah yang bekerja dan berkarya dalam diri katekis. Perlu
disadari oleh katekis bahwa Allah yang bekerja dalam dan melaluinya adalah
kasih, maka dalam pelayanan katekis harus memiliki kasih. Kasih kepada Allah
dan kasih kepada yang dilayani.
Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis bukan makhluk yang sempurna,
tetapi sebagai pelayan, harus menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh
kasih, sehingga dalam segala hal makin lama makin menjadi sempurna seperti
Kristus (bdk. Ef 4:15). Sebagai garam dan terang dunia, tugas katekis sebagai
pelayan adalah melakukan hal-hal benar dengan penuh kasih pada Allah dan
sesama.
Seluruh pelayanan St. Yohanes Paulus diwarnai oleh sapaan kasih. Bagi
St. Yohanes Paulus II orang kecil adalah kawanan domba yang perlu dituntun,
dibimbing, dan diberdayakan agar dapat memperoleh kehidupan yang layak serta
agar mereka mendapatkan hak asasinya. Dengan penuh cinta St. Yohanes Paulus
II mendatangi kelompok masyarakat tersebut, menghibur mereka, membangkitkan
harapan dan memberi inspirasi serta dorongan agar mereka dengan hati yang
tabah berusaha memperbaiki hidup.
Apakah mungkin hal yang sama dapat dilaksanakan oleh katekis di zaman
sekarang?. Sangat mungkin karena sesungguhnya itulah bentuk pelayanan yang
sejati yakni memberi semangat hidup kepada orang lain terutama orang-orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
kecil. Hal ini tidak dapat dilaksanakan dan diwujudkan tanpa kelemah-lembutan.
Katekis sebagai pelayan adalah pelayan keluhuran martabat manusia. Di dalam
diri manusia terselubung sosok pribadi citranya yakni Allah. Maka melayani
manusia berarti juga melayani Allah. Lebih eksplisit lagi, seperti yang dikatakan
Yesus sendiri, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu
lakukan terhadap salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Oleh karena itu, sebagai pelayan katekis perlu memiliki hati yang
senantiasa terbuka untuk menyambut dan merangkul, mendengarkan serta
menghargai orang lain, lemah lembut, suka memaafkan dan senang meminta
maaf, bersikap murah senyum dan murah hati. Di tengah kehidupan umat, katekis
harus menjadi promotor kasih, selalu berpihak kepada keadilan dan perdamaian,
mencurahkan kasih sayang kepada umat layaknya seorang ibu yang mencurahkan
kasih sayang kepada anaknya. Katekis adalah panutan dan teladan umat maka
sebaiknya hadir sebagai pribadi yang inspiratif, yang membagikan hidupnya
supaya orang lain terutama orang kecil memperoleh hidup yang layak, memberi
penghiburan serta membangkitkan semangat dan juga pengharapan umat yang
dilayani. Meskipun menghadapi banyak tantangan dan kesulitan, jika
dilaksanakan dalam kasih, Kasih itu sendirilah yang menyempurnakannya.
10. Pribadi Multi-Talenta
St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang multitalenta. Beliau seorang
olahragawan, sastrawan, menguasai banyak bahasa, memiliki rasa ingin tahu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
tinggi atau semangat untuk terus belajar. Beliau sangat pintar dalam menjalin
komunikasi dengan orang lain. Beliau pribadi yang berkarisma tinggi terutama
dalam pelayanan. Beliau juga seorang yang penuh kasih, mampu menghibur dan
menumbuhkan pengharapan kepada orang lain. Selain itu, beliau juga adalah
rohaniwan, pemberani, promotor dan komunikator kasih Allah. St. Yohanes
Paulus II adalah pribadi yang senantiasa memiliki semangat untuk melayani,
beliau sangat mampu merefleksikan dan memaknai pengalaman hidupnya dan
mengubah penderitaan menjadi stigma penderitaan yang semakin meneguhkan
pelayanannya. Beliau juga seorang penyabar, tegas, tenang, sederhana dan rendah
hati, serta sangat kuat dalam iman harapan dan kasih. Begitu cepat proses
kanonisasi terhadap beliau menandakan pengakuan bahwa St. Yohanes Paulus II
adalah pribadi yang luar biasa dan pantas menjadi teladan.
Semua talenta yang dimiliki oleh St. Yohanes Paulus II menjadi
pendukung bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanannya. Singkatnya St.
Yohanes Paulus II adalah pribadi yang sangat dewasa baik secara manusiawi
maupun secara rohani. Memiliki pengetahuan yang sangat memadai untuk
mendukung dan memperteguh pelayanannya. Memiliki keterampilan-
keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan seperti kemampuan
berefleksi dan berkomunikasi. Beliau juga mampu menjalin relasi yang aktif
kepada Allah, dirinya, sesama, lingkungan hidup dan terhadap tugasnya. Semua
ini mendukung dan melancarkan serta meneguhkan pelayanan St. Yohanes Paulus
II. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki St. Yohanes Paulus II pun terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
dikembangkannya, sebab melalui inilah beliau dapat semakin lebih baik dalam
melaksanakan pelayanan.
Dewasa ini, seiring dengan maraknya dampak positif maupun negatif arus
perkembangan zaman, katekis perlu memperhatikan aspek-aspek yang dibutuhkan
sebagai seorang pelayan. Belajar dari St. Yohanes Paulus II, katekis perlu
memiliki kedewasaan manusia maupun kedewasaan rohani, perlu memiliki
wawasan luas atau pengetahuan tentang banyak hal, perlu memiliki keterampilan
paling tidak kemampuan untuk berefleksi dan berkomunikasi, dan perlu menjalin
relasi yang sportif terhadap Allah, sesama, diri sendiri, dengan lingkungan hidup
dan dengan tugasnya.
Kedewasaan manusiawi adalah kematangan sebagai manusia sesuai
perannya yang penuh tanggung jawab dalam komunitas gerejawi. Katekis adalah
seorang pribadi manusia maka perlu memiliki keseimbangan psikologis,
kesehatan yang baik, rasa tanggung jawab, jujur, dinamis, memiliki semangat
bekerja, semangat untuk berkorban, tekun, dan berkomitmen. Katekis perlu
memiliki relasi yang baik dengan orang lain yang sesama agama maupun beda
agama serta mampu berdialog dengan kelompok masyarakat yang lain. Katekis
juga perlu mengerti dan memahami budaya sendiri, menghargai budaya orang
lain, dan memiliki semangat berkerjasama dengan orang lain. Selain itu katekis
juga perlu memiliki wibawa kepemimpinan, bersikap terbuka, realistis, dan ikut
serta dalam usaha pembangunan, penciptaan keadilan, perdamaian dan
kesejahteraan hidup bersama maupun secara universal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Katekis adalah pewarta yang memberikan kesaksian tentang iman yang
sejati dan dewasa. Maka penting bagi katekis memiliki kedewasaan rohani seperti
hidup rohani yang mendalam, kehidupan rohani yang didasarkan pada persatuan
iman, harapan, dan kasih. Selain itu katekis juga perlu memiliki habitus kehidupan
sakramen dan hidup doa yang tekun. Sangat disarankan agar katekis memiliki
pembimbing rohani.
Agar dapat menjalankan pelayanan dengan baik katekis perlu memiliki
pengetahuan-pengetahuan terutama ilmu-ilmu gerejawi seperti ilmu kateketik,
teologi (Kitab Suci, Moral, sakramen, eklesiologi), dan lain-lain. Katekis juga
perlu memiliki pengetahuan tentang ilmu manusia seperti psikologi, sosiologi,
ilmu budaya, antropologi dan lain-lain. Tidak hanya dalam dua bidang ilmu
tersebut tetapi katekis juga perlu memiliki pengetahuan yang memadai dalam
pelbagai bidang ilmu yang lain. Oleh karena itu, katekis harus memiliki inisiatif
untuk belajar sendiri.
Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh katekis karena dalam melayani katekis selalu dan senantiasa melaksanakan
komunikasi. Antara lain kemampuan berkomunikasi yang harus dimiliki oleh
katekis adalah mampu menyatukan dan menggerakkan umat untuk sampai pada
visi dan misi Gereja, terampil mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan.
Katekis juga perlu memiliki keterampilan menciptakan suasana yang kondusif
untuk perkembangan iman umat, menyampaikan suatu pendapat dengan
menyenangkan, menyemangati dan memotivasikan umat agar tetap bersemangat
serta berpengharapan. Selain itu katekis juga perlu memiliki keterampilan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
menjalin relasi yang nyaman, penuh cintakasih, saling menghargai dan
menghormati. Keterampilan berkomunikasi mencakup juga keterampilan katekis
dalam menanggapi tantangan-tantangan arus zaman secara kritis dan bijaksana.
Kebiasaan melaksanakan refleksi juga merupakan keterampilan dasar yang
harus dimiliki oleh seorang katekis di zaman sekarang. Kebiasaan berfleksi akan
mengantar katekis untuk merasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam
pengalaman hidupnya. Kegiatan refleksi adalah sarana terbaik untuk mengantar
katekis memaknai suatu pengalaman sulit maupun duka dalam terang Kitab Suci.
Tanpa refleksi iman akan menjadi tumpul tetapi dengan refleksi (iman dikritisi)
maka iman semakin teguh dan dewasa. Melalui refleksi apa yang dipercayai
mendapat konfirmasi sehingga katekis benar-benar bisa yakin dengan apa yang
akan dibagikan kepada umat. Keterampilan berefleksi mencakup kemampuan
untuk menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari,
menemukan nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran dan Tradisi Gereja,
menggumuli atau melaksanakan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan konkrit.
Seorang pelayan yakni katekis dituntut untuk memiliki relasi yang dewasa,
aktif dan membangun dengan semua hal yang bersangkutan dengan dirinya.
Dalam berelasi dengan diri sendiri, seorang katekis sebaiknya bersikap jujur,
menerima diri seadanya, tidak angkuh namun juga tidak rendah diri, tahu
menahan diri, dan yang penting adalah berusaha memperbaiki diri menjadi
seorang yang kreatif, inovatif, inspiratif dan mandiri.
Dalam berelasi dengan Tuhan, katekis harus memiliki iman, harapan dan
kasih yang sejati. Artinya percaya dan berharap kepada Tuhan secara total.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Percaya dan berharap total kepada Allah adalah sikap iman yang menyerahkan
semuanya kepada Tuhan namun berusaha dengan sungguh untuk mencapainya
dengan diiringi hidup doa. Percaya dan berharap total juga mengandaikan adanya
keterbukaan hati untuk senantiasa bersyukur pada Tuhan dalam untung dan
malang, serta senantiasa berharap pada Tuhan dengan semangat optimisme.
Dalam berelasi terhadap sesama dan masyarakat katekis harus terbuka,
jujur dan rendah hati. Memiliki kepekaan dan komitmen dalam tugas yang
dipercayakan serta suka membantu, suka mendengarkan, lemah lembut dan murah
senyum, penuh pengertian serta ramah terhadap siapa saja. Katekis harus bisa
memasyarakat, tahu membawa diri dan komunikatif. Ikut serta dalam pergulatan
umat dan berusaha bersama mencari solusi.
Terhadap situasi, konteks dan lingkungan hidup katekis perlu kritis, tidak
terbawa arus, namun terbuka dan bisa menyesuaikan diri. Katekis harus teguh,
tangguh, dan tanggap dalam menghadapi dan menanggapi tanda-tanda zaman..
Katekis juga harus menjadi pelopor dalam melestarikan lingkungan hidup dengan
mencintai dan menganggap lingkungan sebagai saudara sekehidupan.
Terhadap tugas katekis hendaknya mencintai kerja dan tugasnya. Yang
paling penting dalam menghayati pelayanan adalah meyakininya sebagai
panggilan dari Tuhan. Katekis perlu mandiri, kreatif, inovatif, dan penuh prakarsa
dalam melayani. Dalam diri katekis harus ada rasa loyalitas yang tinggi terhadap
tugas serta melibatkan seluruh dirinya dalam pelayanan. Hal yang dituntut agar
senantiasa dilakukan oleh katekis adalah berusaha terus-menerus untuk menjadi
lebih profesional dalam pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
B. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan Para
Katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau.
1. Latar Belakang Program
Dewasa ini, jika melihat pada pelayanan katekis kepada umat tampaknya
masih banyak kekurangan dan kelemahan terutama pada penghayatan pelayanan.
Di samping itu terdapat banyak tantangan akibat arus besar zaman yang
menghambat dan mempersulit pelayanan katekis. Kekurangan dan kelemahan
yang ada harus diperbaiki dan ditingkatkan, sementara tantangan pelayanan harus
disikapi secara kritis dan bijaksana. Malangnya tantangan pelayanan belum
menjadi bagian dari pelayanan. Tantangan tersebut memperjelas kekurangan dan
kelemahan pelayanan para katekis. Maka menjadi jelaslah bahwa para katekis
perlu mendapatkan pembinaan khusus agar semakin lebih baik melaksanakan
pelayanan atau supaya para katekis semakin dapat menghayati panggilan mereka
sebagai pelayan.
Dalam hal ini, fokus pembinaan adalah mengembangkan dan
meningkatkan semangat pelayanan katekis. Di pelbagai bidang kerja, niat dan
semangat adalah modal utama dalam kelancaran suatu kerja. Demikian juga
dengan pelayanan membutuhkan kerelaan dari dalam hati agar dapat menghayati
dan melaksanakannya dengan baik pula. Keterbukaan hati para katekis harus
dibangun terlebih dahulu karena itu merupakan pintu masuk pada bimbingan Roh
Kudus. Persoalannya, di tengah maraknya arus perkembangan zaman, katekis
mengalami tantangan untuk menghayati panggilan sebagai pelayan. Kehidupan
dunia profan dirasakan lebih menguntungkan dibandingkan dengan kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
rohani, maka semangat pelayanan katekis pun ditantang, bahkan tidak jarang yang
melaksanakan pelayanan hanya sebatas memenuhi tuntutan tugas sebagai katekis
tanpa penghayatan.
Gereja sangat mengharapkan kehadiran para katekis yang unggul dalam
melayani. Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa (CEP, 1997:43) dengan
tegas mengatakan bahwa para katekis perlu mendapatkan pembinaan dan
pendidikan yang tepat. Memandangkan katekis memiliki peran yang sangat vital
dalam perkembangan Gereja, maka katekis perlu dibina terutama diberi
penekanan pada kualitas pelayanan. Secara umum seluruh kepribadian seorang
katekis perlu dikembangkan, namun mengingat tugas khusus mereka yakni
sebagai pelayan Sabda, maka para katekis juga perlu dibina secara khusus pula.
Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa (CEP, 1997:43) dengan mengutip
kata-kata St. Yohanes Paulus II menegaskan bahwa pembinaan katekis harus
sesuai dengan kebutuhan zaman, dan sudah menjadi keharusan untuk memberi
didikan dan pembinaan kepada para katekis agar mereka dapat menjadi tenaga
pelayan yang berkualitas dan visioner.
Pada bagian ini penulis memberi perhatian khusus di Paroki St. Francis
Xavirius Keuskupan Keningau karena, merupakan paroki asal penulis dan sebagai
upaya mendampingi dan membina para katekis yang mengalami hambatan
menghayati panggilan mereka disebabkan adanya banyak tantangan pelayanan
terutama arus perubahan zaman.
Pentingnya pembinaan dan pendidikan bagi katekis merupakan
keprihatinan Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau. Jumlah umat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
semakin bertambah tidak diiringi dengan pertambahan tenaga pelayan tertahbis
sehingga tenaga katekis sangat dibutuhkan. Situasi paroki yang memiliki banyak
stasi dan jarak yang jauh menjadi kendala bagi pelayanan para Romo. Pastor
yang ada tidak mencukupi kebutuhan pelayanan. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan, Paroki St. Francis Xaverius telah berkomitmen
dalam mendidik dan membina para katekis dengan ditubuhkannya Pusat Pelatihan
Katekis (PPK).
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, banyak hal berkaitan dengan
katekis di zaman sekarang perlu diperhatikan oleh Paroki St. Francis Xaverius.
Pertama, semakin hari semakin banyak yang tertarik untuk menjadi katekis. Hal
ini merupakan peluang terbaik bagi paroki untuk menyiapkan para pelayan umat
yang berkompeten dalam melayani serta menanggapi persoalan hidup umat.
Kedua, jumlah umat yang semakin banyak diiringi semakin banyak pula
kebutuhan terutama kebutuhan pelayanan rohani sedangkan jumlah pelayan tidak
mencukupi. Ketiga, pengetahuan iman umat secara umum masih minim.
Kurangnya pengetahuan iman umat menyebabkan mereka mudah terpengaruh
oleh dalil-dalil yang menentang iman Kristiani. Keempat, adanya tantangan arus
besar perkembangan zaman. Tantangan ini jelas dapat mempengaruhi
perkembangan iman umat. Karena itu, paroki tidak bisa mengabaikan atau melihat
sebelah mata terhadap tanda-tanda zaman. Seiring dengan banyaknya tantangan
pelayanan yang dihadapi, semangat pelayanan para katekis pun mengalami
kemunduran, kualitas pelayanan turut berkurang sehingga pelayanan cenderung
hanya sebatas pelaksanaan tugas tanpa ada penghayatan. Hal ini sangat perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
ditanggapi secara serius dan bijaksana oleh paroki dalam mendampingi dan
membina katekis.
Persoalan lain yang harus diperhatikan adalah, pergulatan katekis tentang
identitas, sosok, tugas dan peran mereka. Maka menjadi sangat penting dan
mendesak diadakan usaha-usaha pembinaan dan pendampingan para katekis agar
tetap bersemangat dalam melaksanakan pelayanan di tengah sulit dan rumitnya
tantangan yang dihadapi. Pusat Pelatihan Katekis (PPK) Paroki St. Francis
Xaverius Keuskupan Keningau dalam usaha membekali dan membina para
katekis melaksanakan tiga tahap pembinaan para katekis. Tahap pertama lebih
kepada pengenalan dan penggalian spiritualitas katekis, tahap kedua lebih kepada
pendalaman teori atau materi serta praksisnya, dan tahap ketiga lebih kepada
memotivasi dan menyemangati serta menyegarkan dan meningkatkan semangat
pelayanan para katekis.
Pembinaan tahap ketiga tersebut sebaiknya mendapat perhatian yang
khusus demi perkembangan pelayanan katekis. Setelah mendapat pendidikan dan
pembinaan dalam hal teori dan praksisnya di tahap sebelumnya, tahap ketiga ini
dinilai penting bagi peningkatan dan pengembangan penghayatan pelayanan.
Salah satu kepentingannya adalah untuk mengkontekstualisasikan semangat
pelayanan katekis dalam situasi dan keadaan umat dari masa ke masa, terutama
dalam kancah menghadapi dan menanggapi dampak arus perkembangan zaman.
Tahap ketiga ini juga mencakup semacam evaluasi bagi pelayanan katekis. Segala
kelemahan dan kekurangan diharapkan dapat diatasi. Ini berarti dibutuhkan suatu
program yang dapat membantu katekis dalam melihat secara keseluruhan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
mendalam ke dalam diri dan pelayanannya. Maka dari itu, penulis mengupayakan
program retret bagi pengembangan dan peningkatan semangat pelayanan katekis.
2. Pengertian Retret
Retret dalam praktek mendapat interpretasi banyak makna. Dari katanya
sendiri berarti mengundurkan diri untuk meninjau hidup rohaninya, menata
manakah yang perlu ditata, menemukan diri sendiri dalam hubungan dengan
Allah, Yesus Kristus dan Gereja-Nya. Retret juga disebut kesempatan untuk
“mesra” dengan sumber kehidupan, dengan lingkungan hidup iman dan dengan
sesama. Tujuannya adalah, agar peserta berani berhadapan dengan diri dengan
Allah, Yesus Kristus dan gereja-Nya yang konkrit; itu berarti bahwa peserta retret
diajak mengenangkan kembali masa lampaunya dalam iman, tetapi sekaligus juga
masa depannya sebagai orang beriman (Darminta, 1982: 175).
Berdasarkan pengertian tersebut, retret juga dipahami sebagai kesempatan
penyegaran rohani untuk hidup lebih dekat dengan Kristus. Sebagai kesempatan
penyegaran rohani katekis dilatih agar lebih mawas diri serta meneliti dan
memperbaiki hubungan dengan Kristus. Dalam pengertian khusus retret adalah
kesempatan untuk merenungkan dan membahas kembali panggilan hidup dengan
tujuan mengarahkan dan mengatur kembali agar semakin mampu menghayatinya.
Karena itu retret juga dapat disebut sebagai kesempatan memperdalam dan
mempererat persahabatan dengan Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
3. Alasan Diadakan Program Retret
Katekis adalah seorang pelayan yang selalu berkomunikasi dengan Yesus
Kristus, dengan Gereja, dengan alam ciptaan, dengan sesama dan dengan diri
sendiri. Dalam usaha melayani umat, katekis mengalami banyak pengalaman suka
dan duka, mengalami banyak tantangan yang menghambat dan mempersulit
pelayanan. Tidak jarang pula katekis mengalami keputusasaan akibat dari sulit
dan beratnya konsekuensi menjadi pelayan. Selain itu katekis juga melayani umat
yang hidup dengan pelbagai macam budaya, kebiasaan, pekerjaan, masalah sosial
dan ekonomi, serta melayani umat yang hidup dalam pengaruh arus
perkembangan zaman.
Di tengah banyaknya persoalan tersebut, menjadi pertanyaan apakah
katekis masih bersemangat untuk menjadi seorang pelayan? Sementara Gereja
mengharapkan adanya para katekis yang unggul dan profesional dalam melayani
umat. Sebagai seorang pelayan, katekis bukanlah pribadi biasa tetapi ada tuntutan-
tuntutan yang harus dipenuhi atau dimiliki. Katekis sejati adalah katekis yang
melayani dengan sepenuh hati dalam kedewasaan manusia dan rohani.
Paroki dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan semangat
pelayanan para katekis harus sadar bahwa dinamika pengembangan diri sebagai
katekis itu terjadi dari dalam diri para katekis sendiri. Maka paroki tidak lebih dari
sebagai fasilitator yang mengarahkan dan mendampingi katekis agar semakin
lebih baik dalam melayani. Maka waktu retret adalah kesempatan terbaik bagi
para katekis untuk melihat dan menata kembali perjalanan hidupnya sebagai
pelayan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Melalui kegiatan retret, katekis dapat mendalami dan menyelami dirinya
sehingga segala kelemahan dan kekurangan diketahui. Kesadaran akan
kekurangan dan kelemahan diri akan mengarahkan katekis kepada usaha
memperbaiki diri agar dapat melayani lebih baik lagi. Retret juga membuka
peluang terbaik bagi katekis untuk memperdalam penghayatan panggilan
hidupnya sebagai katekis. Selain itu retret juga menjadi kesempatan bagi katekis
untuk menata kepribadiannya dalam berelasi dengan Allah (Sang Pencipta),
dengan Putera-Nya Yesus Kristus, dengan sesama dan masyarakat, dengan alam
ciptaan, dan dengan dirinya serta tugasnya sebagai pelayan. Melalui retret katekis
akan mengalami penyegaran rohani sehingga semakin bersemangat untuk
melayani. Selain itu, melalui retret katekis juga akan mendapat kekuatan dan
inspirasi baru untuk menghadapi dan menanggapi tantangan pelayanan dengan
harapan para katekis semakin dapat menghayat panggilannya sebagai pelayan.
4. Tujuan diadakan Retret
Berdasarkan latar belakang situasi dan alasan pemilihan program, tujuan
diadakannya program retret ini adalah seperti berikut:
a. Memberi ruang khusus secara terbimbing kepada para katekis untuk
merenungkan dan membahas panggilan hidupnya sebagai katekis, dengan
harapan agar peserta semakin bersemangat untuk melayani umat.
b. Memberi kesempatan kepada para katekis untuk memperdalam dan
mempererat relasinya dengan Kristus Sang Katekis Utama dan relasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
dirinya sendiri sebagai katekis agar semakin diteguhkan dalam iman, harapan
dan kasih.
c. Memberi kesempatan kepada para katekis untuk memahami dan mendalami
arti dan makna pelayanan agar semakin dapat menghayati panggilan sebagai
pelayan.
d. Memberi ruang kepada katekis untuk melihat dan menelusuri kelebihan diri
yang belum dikembangkan dan mencari jalan penyelesaian dengan menimba
inspirasi dari tokoh St. Yohanes Paulus II agar semakin dapat menghayati
panggilannya.
e. Memberi ruang kepada katekis untuk menata masa depan pelayanannya agar
semakin teguh, tangguh, dan tanggap terhadap tantangan-tantangan pelayanan,
dengan harapan katekis semakin berani berhadapan dengan kenyataan dunia
serta semakin bersemangat dalam melayani umat.
Kecuali tujuan tersebut, pengadaan program ini juga bertujuan untuk
memenuhi dan menindaklanjuti program yang sudah direncanakan oleh Pusat
Pelatihan Katekis (PPK) dalam usaha meningkatkan pelayanan para katekis.
Program ini menjadi usulan yang perlu dipertimbangkan untuk digunakan dalam
usaha membina dan mendidik para katekis di tahap ketiga. Tujuan yang terakhir
adalah untuk menambah variasi metode pembinaan dan pendampingan para
katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
5. Gambaran Pelaksanaan Program Retret
Program retret ini akan dilaksanakan di Rumah Retret Keuskupan
Keningau Tuarid Tatal (RRKKT), yang beralamat P.O. Box 256, 89008
Keningau, Sabah. Program retret direncanakan akan dilaksanakan pada 25 – 27
November 2016 dengan jumlah peserta 40 orang yakni para katekis Paroki St.
Francis Xaverius. Kontribusi mengikuti retret ditetapkan Rp100,000.00 setiap
peserta. Peserta akan dibagi menjadi delapan kelompok yaitu masing-masing
kelompok terdiri dari lima orang. Selama retret para peserta akan didampingi
oleh ketua Pusat Pelatihan Katekis (PPK) Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan
Keningau. Program retret ini akan diorganisasikan oleh staf Pusat Pelatihan
Katekis (PPK) dan persatuan katekis Paroki St. Francis Xaverius dengan
kerjasama staf Rumah Retret Keuskupan Keningau Tuarid Tatal.
6. Pemilihan Materi
Dalam mempersiapkan suatu kegiatan retret, perlu diketahui siapa
pesertanya, latar belakang peserta, kebutuhan serta permasalahan peserta. Dalam
program retret yang diusulkan oleh penulis, pesertanya adalah katekis yang sudah
berkecimpung dalam dunia pelayanan sebagai katekis. Namun menghadapi
kesulitan dalam menghayati panggilannya sebagai katekis karena berhadapan
dengan pelbagai tantangan pelayanan baik itu dari dirinya sendiri, dari umat,
maupun dari situasi zaman. Maka berikut adalah materi sebagai usulan program
retret:
Tema : St. Yohanes Paulus II sumber inspirasi dan teladan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
katekis dalam melayani.
Tujuan umum : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat menghayati
panggilannya sebagai pelayan dengan menimba inspirasi dari St.
Yohanes Paulus II sehingga semakin bersemangat untuk melayani
umat.
Untuk mencapai tujuan program di atas, berikut adalah usulan materi
selama pelaksanaan program retret.
Materi 1 : Sosok St. Yohanes Paulus II
Tujuan khusus 1 : Mengenal sosok St. Yohanes Paulus II sebagai sumber
inspirasi dan teladan dalam melayani agar katekis semakin
menyadari identitas dan tugasnya sebagai pelayan.
Materi 2 : Kisah panggilan St. Yohanes Paulus II menjadi pelayan
Tujuan Khusus 2 : Membantu peserta melihat kembali sejauh mana sudah
menghayati panggilannya sebagai seorang pelayan supaya
semakin terinspirasi untuk lebih menghayati lagi
panggilannya.
Materi 3 : Arti dan makna pelayanan bagi St. Yohanes Paulus II
Tujuan khusus 3 : Membantu peserta memahami serta mendalami arti dan
makna pelayanan agar semakin dapat menghayati
panggilan sebagai pelayan.
Materi 4 : Keunggulan St. Yohanes Paulus II
Tujuan khusus 4 : Membantu peserta menemukan kelebihan diri yang belum
dikembangkan dan menimba inspirasi dari keunggulan St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Yohanes Paulus II untuk mengembangkannya agar
semakin unggul dan bersemangat dalam melayani.
Materi 5 : Tantangan pelayanan zaman sekarang
Tujuan khusus 5 : Membantu katekis menyadari dan memahami tantangan
pelayanan dewasa ini serta menyemangati katekis agar
semakin teguh, tangguh dan tanggap terhadap arus
perubahan zaman sehingga semakin mampu menghayati
panggilannya sebagai pelayan.
Materi 6 : Spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II
Tujuan khusus 6 : Menyemangati dan meningkatkan optimisme katekis
dalam pelayanan dengan menimba inspirasi dari St.
Yohanes Paulus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
7. Matriks Usulan Materi Program Retret
USULAN PROGRAM RETRET
Tema : St. Yohanes Paulus II sumber inspirasi dan teladan para katekis dalam melayani.
Tujuan : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat menghayati panggilannya sebagai pelayan dengan menimba
inspirasi dari St. Yohanes Paulus II sehingga semakin bersemangat untuk melayani umat.
No. Waktu
(Menit)
Judul
Pertemuan
Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
HARI PERTAMA
1 60 SESI I
Pengantar
dan
perkenalan
Agar peserta mengenal
pendamping retret dan
sesama peserta.
Membantu peserta
memahami tujuan retret
dan aturan selama retret.
Mengatur pembagian
Perkenalan antar
peserta dan
pendamping.
Tujuan retret.
Aturan selama
retret. Tugas
ibadat kelompok
Dialog
interaktif,
Ceramah,
Tanya
Jawab
lcd, laptop,
viewer,
meja, sound
system,
kamera
Naskah persiapan retret
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
tugas ibadat
2 90 SESI II
Sosok St.
Yohanes
Paulus II
Mengenal sosok St.
Yohanes Paulus II
sebagai sumber inspirasi
dan teladan dalam
melayani agar katekis
semakin menyadari
identitas dan tugasnya
sebagai katekis.
1. Sosok St.
Yohanes Paulus
II
2. Identitas dan
sosok katekis.
3. Tugas dan peran
katekis.
Nonton,
membaca
, refleksi,
tanya
jawab,
sharing
laptop, lcd,
meja,
lembaran
materi,
sound
system,
kamera
1. https://www.Youtube.com/watch?v=
ktBODoG-Hsg.
2. CEP.(1997). PUK Yogyakarta:
Kanisius
3. Anthony Christie. (2014). 9 Paus
Tersohor Sepanjang Masa.
Yogyakarta: Charissa Publisher.
4. Dziwisz Stanislaw. (2010).
Lebih Jauh Bersama Karol
Wojtyla. Malang: Dioma
HARI KEDUA
3 90 SESI III
Kisah
panggilan
St.
Yohanes
Paulus II
Membantu peserta
melihat kembali sejauh
mana sudah menghayati
panggilannya sebagai
seorang pelayan supaya
semakin terinspirasi
1. Kisah panggilan
St. Yohanes
Paulus II
2. Kisah Pelayanan
St. Yohanes
Paulus II
Membaca
,Refleksi,
sharing,
dialog,
meditasi
Alat tulis,
kertas hvs,
lcd, laptop,
viewer,
meja, sound
system,
1. Anthony Christie. (2014). 9 Paus
Tersohor Sepanjang Masa.
Yogyakarta: Charissa Publisher.
2. Dziwisz Stanislaw. (2010).
Lebih Jauh Bersama Karol
Wojtyla. Malang: Dioma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
menjadi
pelayan
untuk lebih menghayati
lagi panggilannya.
kamera
4 120 SESI IV
Arti dan
makna
pelayanan
bagi St.
Yohanes
Paulus II
Membantu peserta
memahami serta
mendalami arti dan
makna pelayanan agar
semakin dapat
menghayati panggilan
sebagai pelayan.
1. Arti dan makna
pelayanan
menurut St.
Yohanes Paulus
II
2. Pengalaman
peserta dalam
melayani.
Membaca
,refleksi,
sharing,
Kontempl
asi
Laptop,
meja, kursi,
sound
system,
kamera,
naskah
lembar
materi.
1. Pengalaman peserta
2. Dziwisz Stanislaw, Drazek Czeslaw,
Buzzonetti Renato, Comastri
Angelo. (2010). Izinkan Aku Pulang
Ke Rumah Bapa. Malang : Dioma.
3. Dziwisz Stanislaw. (2010).
Lebih Jauh Bersama Karol
Wojtyla. Malang: Dioma
5 120 SESI V
Keunggulan
St. Yohanes
Paulus II
Membantu peserta
menemukan kelebihan
diri yang belum
dikembangkan dan
menimba inspirasi dari
keunggulan St. Yohanes
Paulus II untuk
mengembangkannya
1. Keunggulan St.
Yohanes Paulus
II
2. Keunggulan
peserta yang
belum
dikembangkan
Refleksi,
sharing,
presentasi
, diskusi,
refleksi
bersama
Alat dan
buku tulis,
kursi, meja,
kamera
1. Anthony Christie. (2014). 9 Paus
Tersohor Sepanjang Masa.
Yogyakarta: Charissa Publisher.
2. Dziwisz Stanislaw, Drazek Czeslaw,
Buzzonetti Renato, Comastri
Angelo. (2010). Izinkan Aku Pulang
Ke Rumah Bapa. Malang : Dioma.
3. Dziwisz Stanislaw. (2010). Lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
agar semakin unggul dan
bersemangat dalam
melayani.
Jauh Bersama Karol Wojtyla.
Malang: Dioma
4. Tono Suratman. (2014). Santo
Yohanes Paulus II Mencium Bumi
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
6 90 SESI VII
Tantangan
pelayanan
zaman
sekarang
Membantu katekis
menyadari dan
memahami tantangan
pelayanan dewasa ini
serta menyemangati
mereka agar semakin
teguh, tangguh dan
tanggap terhadap arus
perubahan zaman
sehingga semakin mampu
menghayati panggilannya
sebagai pelayan.
Tantangan-
tantangan
pelayanan dewasa
ini yakni arus
perubahan zaman.
Inkuiri,
dialog,
refleksi,
haring
Laptop, lcd,
viewer, alat
dan buku
tulis
Dewan Karya Pastoral KAS. (2014).
Direktorium Formatio Iman,
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh
dan Misioner Sejak Dini Sampai
Mati. Semarang: Keuskupan Agung
Semarang.
7 90 SESI VII Menyemangati dan Spiritualitas Nonton, Laptop, 1. Dziwisz Stanislaw. (2010). Lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Spiritualitas
pelayanan
St. Yohanes
Paulus II
meningkatkan optimisme
katekis dalam pelayanan
dengan menimba
inspirasi dari sang
misionaris agung
pelayanan St.
Yohanes Paulus II
Film Bapa Suci
Yohanes Paulus II
membaca
, refleksi,
sharing
film, lcd,
viewer, alat
dan buku
tulis,
Jauh Bersama Karol Wojtyla.
Malang: Dioma
2. Dziwisz Stanislaw, Drazek Czeslaw,
Buzzonetti Renato, Comastri Angelo.
(2010). Izinkan Aku Pulang Ke
Rumah Bapa. Malang : Dioma.
3. Komisi Komkas KAJ. Film Bapa
Suci Yohanes Paulus II
HARI KETIGA
8 90 SESI VIII
Aku diutus
untuk
melayani
dengan
sepenuh
hati
Membantu katekis
merancang dan menata
peningkatan penghayatan
pelayanan ke depannya
(Aksi dan tindak lanjut)
1. Harapan Gereja
dari Katekis.
2. Impian katekis
sebagai pelayan.
Refleksi,
sharing,
mengisi
lembaran
evaluasi
Alat dan
buku tulis,
lembar
evaluasi
1. Dewan Karya Pastoral KAS. (2014).
FI.
2. CEP.(1997). PUK. Yogyakarta:
Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
8. Contoh Persiapan Program Retret untuk Meningkatan Semangat
Pelayanan Para Katekis di Paroki Santo Francis Xaverius
Keuskupan Keningau
RETRET KATEKIS
Rumah Retret : Rumah Retret Keuskupan Keningau Tuarid Tatal
Tanggal/Bulan/Tahun : 25 – 27 /11/ 2016
A. Konsep Dasar
Tema : St. Yohanes Paulus II sumber inspirasi dan
teladan para katekis dalam melayani.
Tujuan : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat
menghayati panggilannya sebagai pelayan dengan
menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II sehingga
semakin bersemangat untuk melayani umat.
B. Dinamika (Jadwal kegiatan )
Hari Pertama (25 November 2016)
14.00 – 14.15 : Peserta tiba di rumah retret
14.15 – 15.00 : Pembagian kamar oleh petugas rumah retret
15.00 – 16.00 : Persiapan pribadi
16.00 – 16.30 : Minum dan snack
16.30 – 17.30 : Sesi I : Pengantar dan perkenalan
17.30 – 18.30 : Ibadat pembukaan retret
18.30 – 19.30 : Makan Malam
19.30 – 21.00 : Sesi II : Sosok St. Yohanes Paulus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
21.00 – 21.30 : Refleksi pribadi
21.30 – 22.00 : Ibadat malam
22.00 : Istirahat (Silentium Magnum)
Hari Kedua (26 November 2016)
06.00 – 06.30 : Ibadat Pagi
06.30 – 07.30 : Persiapan pribadi
07.30 – 08.00 : Sarapan
08.00 – 09.00 : Sesi III : Kisah panggilan St. Yohanes Paulus II
menjadi pelayan
09.00 – 10.00 : Waktu pribadi (meditasi memperdalam makna
panggilan menjadi katekis)
10.00 – 10.30 : Minum dan snack
10.30 – 12.00 : Sesi IV: Arti dan makna pelayanan bagi St.
Yohanes Paulus II
12.00 – 13.00 : Makan Siang
13.00 – 14.00 : Kontemplasi (Silentium Magnum)
14.00 – 15.30 : Sesi V: Keunggulan St. Yohanes Paulus II
15.30 – 16.00 : Refleksi bersama
16.00 – 16.30 : Minum dan snack
16.30 – 18.00 : Sesi VI : Tantangan pelayanan zaman sekarang
18.00 – 19.00 : Waktu pribadi (Silentium Magnum)
19.00 – 19.30 : Makan malam
19.30 – 21.00 : Sesi VII : Spiritualitas pelayanan St. Yohanes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Paulus II
21.00 – 22.00 : Sharing
22.00 – 22.30 : Ibadat malam
22.30 : Istirahat malam
Hari Ketiga (27 November 2016)
06.00 – 06.30 : Doa pagi menikmati alam
06.30 – 07.30 : Persiapan pribadi
07.30 – 08.00 : Sarapan
08.00 – 09.30 : Sesi VIII : Aku diutus untuk melayani dengan
sepenuh hati
09.30 – 10.00 : Minum dan snack
10.00 – 11.00 : Evaluasi dan refleksi bersama
11.00 – 11.15 : Persiapan Misa penutup retret
11.15 – 13.00 : Misa penutup
13.00 – 13.30 : Makan siang
13.30 – 14.00 : Persiapan dan pulang
C. LANGKAH-LANGKAH DINAMIKA RETRET
I. Hari Pertama (25.11.2016)
14.00 – 14.15 : Peserta tiba di rumah retret
Peserta retret tiba di rumah retret dan disambut oleh pendamping retret.
14.15 – 15.00 : Pembagian kamar oleh petugas rumah retret
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Petugas rumah retret mengarahkan peserta untuk mengambil kunci kamar
sesuai pembagian kamar.
15.00 – 16.00 : Persiapan pribadi
Peserta menyiapkan diri.
16.00 – 16.30 : Minum dan snack
Peserta dan pendamping bersama-sama menuju ruang makan untuk.
menikmati snack dan minum yang telah disediakan.
16.30 – 17.30 : Sesi I : Pengantar dan Perkenalan
a. Tujuan :
Peserta mengerti maksud, tema, tujuan, kegiatan dan tata tertib retret.
Peserta menjadi akrab satu sama lain.
Peserta dapat membentuk kelompok untuk sharing.
Peserta siap untuk menghadap Tuhan, dan mampu membuka diri
mengalami kehadiran Allah selama retret.
b. Langkah I :
- Pendamping menyapa peserta dan memperkenalkan diri kemudian
pendamping mengajak peserta untuk memperkenalkan diri secara
bebas.
- Pendamping dan peserta saling memberi salam hangat dan
persaudaraan antara satu sama lain.
- Pendamping mengajak peserta untuk menentukan koordinator umum
peserta retret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
c. Langkah II :
- Pendamping mengajak peserta untuk memahami maksud, tema, tujuan,
kegiatan dan tata tertib retret.
- Pendamping mempersilakan peserta yang ingin bertanya, dan bersama
peserta membuat kesepakatan untuk beberapa hal praksis sesuai situasi
dan kebutuhan peserta.
d. Langkah III :
- Pendamping mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok
diskusi, refleksi dan sharing yang permanen selama retret, masing-
masing kelompok ditentukan ketuanya.
- Pendamping mengajak peserta untuk membagikan tugas ibadat dan
tugas-tugas lainnya selama retret.
- pendamping bersama kelompok yang bertugas ibadat pembukaan retret
menyiapkan tempat dan acara ibadat sesuai tema dan tujuan retret.
17.30 – 18.30 : Ibadat Pembukaan Retret
Semua peserta dan pendamping bersama-sama mengikuti ibadat
pembukaan retret sesuai persiapan kelompok yang bertugas.
18.30 – 19.30 : Makan Malam
Peserta diarahkan untuk menuju ke ruang makan sesuai aturan dan
kesepakatan.
Kelompok yang sudah ditunjuk memimpin doa makan.
19.30 – 21.00 : Sesi II : Sosok St. Yohanes Paulus II
a. Tujuan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Mengenal sosok St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi dan
teladan dalam melayani agar katekis semakin menyadari identitas dan
tugasnya sebagai katekis.
b. Langkah I :
- Pendamping memberikan pengantar rangkaian sesi II sambil menyiapkan
video singkat tenteng St. Yohanes Paulus II.
- Peserta diajak untuk mencermati video singkat tentang St. Yohanes Paulus
II.
c. Langkah II :
- Peserta melaksanakan permenungan mengenai sosok St. Yohanes Paulus
II berdasarkan video yang sudah ditonton.
- Pendamping mempersilakan peserta yang ingin bertanya.
d. Langkah III :
- Pendamping mengajak dan mengarahkan peserta untuk merefleksikan
tentang identitas, sosok, tugas dan peran yang selama ini dihayatinya
sebagai katekis.
- Sharing hasil refleksi antar peserta.
21.00 – 21.30 : Refleksi pribadi
Peserta dalam suasana hening melakukan refleksi pribadi dengan bebas
memilih tempat.
21.30 – 22.00 : Ibadat malam
Semua peserta bersama pendamping mengikuti ibadat malam sesuai
persiapan kelompok yang bertugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
22.00 : Istirahat (Silentium Magnum)
Kelompok boleh melakukan persiapan tugas namun harus menjaga
keheningan.
Semua peserta harus saling menghormati dan menghargai terutama
terhadap peserta yang ingin berkonsentrasi bersama Tuhan dalam
keheningan.
II. Hari Kedua (26.11.2016)
06.00 – 06.30 : Ibadat Pagi
Semua peserta dan pendamping mengikuti ibadat pagi sesuai persiapan
kelompok yang bertugas.
Koordinator umum memastikan agar semua peserta mengikuti ibadat pagi.
06.30 – 07.30 : Persiapan pribadi
Peserta dan pendamping mempersiapkan diri.
07.30 – 08.00 : Sarapan
Pendamping dan peserta menikmati sarapan bersama-sama.
Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.
08.00 – 09.00 : Sesi III : Kisah panggilan St. Yohanes Paulus II menjadi
pelayan
a. Tujuan :
Membantu peserta melihat kembali sejauh mana sudah menghayati
panggilannya sebagai seorang pelayan supaya semakin terinspirasi untuk
lebih menghayati lagi panggilannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
b. Langkah I :
- Pendamping membagikan lembar bahan permenungkan kepada peserta
- Pendamping mengajak peserta untuk melakukan refleksi kisah panggilan
St. Yohanes Paulus II menjadi pelayan.
c. Langkah II :
- Dalam kelompok kecil yang sudah ditentukan, peserta saling berbagi hasil
refleksi terhadap kisah panggilan St. Yohanes Paulus II.
d. Langkah III :
- Pendamping meminta perwakilan dari setiap kelompok kecil untuk
menyampaikan hasil sharing dalam kelompok besar.
- pendamping memberi pengantar dan mengarahkan peserta untuk
memperdalam arti dan makna panggilan dengan bermeditasi.
09.00 – 10.00 : Waktu pribadi (meditasi memperdalam makna pelayanan)
Peserta melakukan meditasi dengan model focusing dan centering untuk
memperdalam arti dan makna panggilannya sebagai pelayan.
10.00 – 10.30 : Minum dan snack
Pendamping dan peserta menikmati bersama minum dan snack dalam
suasana hening.
Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.
10.30 – 12.00 : Sesi IV: Arti dan makna pelayanan bagi St. Yohanes Paulus II
a. Tujuan :
Membantu peserta memahami serta mendalami arti dan makna pelayanan
agar semakin dapat menghayati panggilan sebagai pelayan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
b. Langkah I :
- Pendamping membagikan kepada peserta lebar bahan permenungan.
- Pendamping memberi pengantar kepada peserta untuk melihat dan
merenungkan kembali pengalaman melayani sebagai katekis.
c. Langkah II :
- Berdasarkan bahan permenungan yang sudah dibagikan (arti dan makna
pelayanan bagi St. Yohanes Paulus II) peserta secara pribadi merenungkan
dan merefleksikan pengalaman melayani berdasarkan pertanyaan yang
sudah disiapkan.
d. Langkah III :
- Setelah merenung dan merefleksikan arti dan makna pelayanan, peserta
berkumpul dalam kelompok kecil dan untuk saling berbagi pengalaman
dan hasil refleksinya.
- Setiap anggota kelompok mengambil buah-buah refleksi dari anggota lain
untuk memperkaya dan meneguhkan diri masing-masing.
- Setiap kelompok menyiapkan perwakilan untuk sharing pleno.
e. Langkah IV :
- Pendamping mempersilahkan perwakilan dari setiap kelompok untuk
sharing pengalaman pelayanannya dan buah-buah dari refleksi pribadi dan
shraing kelompok untuk saling memperkaya antar peserta.
- pendamping memberi pengarahan kepada peserta tentang waktu pribadi
bersama Tuhan setelah makan siang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
12.00 – 13.00 : Makan Siang
Pendamping dan peserta menuju ke ruang makan dan menikmati hidangan
siang bersama-sama.
Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.
13.00 – 14.00 : Kontemplasi memperolehi kekuatan untuk melayani
Masing-masing peserta mencari tempat yang nyaman dan kondusif untuk
hening bersama Tuhan.
Fokus kontemplasi adalah pribadi peserta sebagai katekis yang melayani
Yesus Kristus berdasarkan teks Injil Matius 15:32-39 tentang “Yesus
memberi makan empat ribu orang”.
14.00 – 15.30 : Sesi V: Keunggulan St. Yohanes Paulus II
a. Tujuan :
Membantu peserta menemukan kelebihan diri yang belum dikembangkan
dan menimba inspirasi dari keunggulan St. Yohanes Paulus II untuk
mengembangkannya agar semakin unggul dan bersemangat dalam melayani.
b. Langkah I :
- Pendamping memberi pengantar kepada peserta untuk menemukan
kelebihan diri yang belum dikembangkan.
c. Langkah II :
- Di dalam kelompok kecil yang sudah ditentukan peserta berdiskusi untuk
menemukan keunggulan St. Yohanes Paulus II secara bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
- Dalam kelompok kecil, peserta kemudian mendiskusikan mendiskusikan
usaha-usaha untuk mengembangkan kelebihan yang dimiliki dengan cara
belajar dari St. Yohanes Paulus II.
- Hasil diskusi ditulis dengan jelas atas kertas untuk dipresentasikan dalam
kelompok besar.
d. Langkah III :
- Pendamping mengajak semua peserta untuk sama-sama mendengarkan
dengan saksama presentasi dari setiap kelompok.
- Pendamping mempersilakan kelompok yang sukarela maju pertama dan
kemudian kelompok yang maju menunjuk kelompok lain yang akan maju
selanjutnya.
15.30 – 16.00 : Refleksi bersama
Pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan secara bersama
usaha-usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan serta
kemampuan katekis dalam melayani.
Pendamping menayangkan pertanyaan refleksi bersama dan mengetikkan
hasil refleksi.
16.00 – 16.30 : Minum dan snack
Pendamping dan peserta menikmati minum dan snack bersama-sama di
ruang makan.
Kelompok yang bertugas memimpin doa.
16.30 – 18.00 : Sesi VI : Tantangan pelayanan zaman sekarang
a. Tujuan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Menyadari dan memahami tantangan pelayanan dewasa ini.
Menyemangati katekis agar semakin teguh, tangguh dan tanggap
terhadap arus perubahan zaman sehingga semakin mampu menghayati
panggilan sebagai pelayan.
b. Langkah I :
- Pendamping mengajak peserta mencari dan menemukan tantangan-
tantangan pelayanan zaman sekarang.
- Peserta bebas menggunakan metode apapun namun tetap menjaga
keheningan.
c. Langkah II :
- Pendamping mempersilakan peserta untuk mengungkapkan tantangan-
tantangan pelayanan zaman sekarang yang sudah ditemukan.
- Tantangan pelayanan yang sudah ditemukan oleh peserta diketikan dan
ditayangkan agar semua peserta dapat mencermatinya.
d. Langkah III :
- Setelah tantangan-tantangan pelayanan dirumuskan pendamping mengajak
peserta untuk mendiskusikan secara cermat setiap tantangan pelayanan
yang ada.
- Dari hasil diskusi, peserta bersama pendamping merumuskan cara-cara
menghadapi tantangan-tantangan pelayanan yang ada.
18.00 – 19.00 : Waktu Pribadi (Silentium Magnum)
Fokus peserta adalah menimba kekuatan agar semakin teguh, tangguh dan
tanggap terhadap tantangan-tantangan pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Peserta yang membutuhkan bimbingan pribadi boleh bertemu dengan
pendamping.
19.00 – 19.30 : Makan Malam
Koordinator umum mengingatkan peserta untuk menikmati hidangan
malam.
Tidak harus bersama namun tetap menjaga keheningan.
19.30 – 21.00 : Sesi VI : Spiritualitas St. Yohanes Paulus II
a. Tujuan :
Menyemangati dan meneguhkan hati peserta dalam pelayanan dengan
menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II.
b. Langkah I :
- Pendamping membagikan lembaran kertas yang berisi spiritualitas
pelayanan St. Yohanes Paulus II.
- Pendamping mengajak peserta untuk mencermati cuplikan film tentang St.
Yohanes Paulus II.
c. Langkah II :
- Pendamping mengarahkan seluruh peserta untuk menemukan inspirasi
pelayanan bagi dirinya berdasarkan cuplikan film yang sudah ditonton,
dengan membaca dan merefleksikan spiritualitas pelayanan St. Yohanes
Paulus II.
d. Langkah III :
- Pendamping mempersilakan beberapa peserta untuk membagikan inspirasi
pelayanan yang diperolehnya dari St. Yohanes Paulus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
21.00 – 22.00 : Sharing
Pendamping mengajak seluruh peserta untuk melihat kembali perjalanan
retret dari kemarin dan menuliskan buah-buah rohani yang telah diperoleh.
Peserta saling berbagi buah-buah rohani dan inspirasi pelayanan yang
diperoleh selama retret agar semakin diperkaya dan diteguhkan sehingga
semakin bersemangat untuk melayani.
22.00 – 22.30 : Ibadat Malam
Kelompok yang bertugas mengajak seluruh peserta untuk mengikuti ibadat
malam sesuai persiapan kelompok yang bersangkutan.
22.30 : Istirahat Malam
Pendamping dan peserta istirahat malam.
Koordinator umum memastikan agar tidak ada yang berbuat bising.
III. Hari Ketiga (27.11.2016)
06.00 – 06.30 : Doa pagi
Koordinator umum mengajak semua peserta dan pendamping agar
mengikuti doa pagi yang dipimpin oleh kelompok yang bertugas.
06.30 – 07.30 : Persiapan Pribadi
Koordinator umum mempersilakan semua peserta untuk mempersiapkan
dirinya.
07.30 – 08.00 : Sarapan
Pendamping dan peserta menikmati sarapan bersama-sama.
Kelompok yang bertugas memimpin doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
08.00 – 09.30 : Sesi VII : Aku diutus untuk melayani dengan sepenuh hati
a. Tujuan :
Peserta merancang atau membuat suatu aksi konkrit untuk meningkatkan
semangat dan penghayatan panggilannya sebagai pelayan.
b. Langkah I :
- Pendamping mengajak dan mendampingi peserta agar dapat membuat aksi
nyata yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan semangat dan
penghayatan panggilan sebagai pelayan.
c. Langkah II :
- Pendamping memberi waktu kepada peserta untuk memikirkan dan
merenungkan aksi nyata yang akan dilaksanakan.
d. Langkah III :
- Dalam kelompok kecil peserta saling berbagi niat konkritnya agar semakin
diteguhkan dan diperkaya antara satu sama lain.
- Setiap peserta menuliskan dengan jelas niat konkritnya pada lembaran
kertas dengan ukuran kecil yang akan didoakan saat doa umat pada misa
penutupan retret.
09.30 – 10.00 : Minum dan snack
Pendamping dan peserta menuju ruang makan untuk minum dan snack.
10.00 – 11.00 : Evaluasi dan Refleksi Bersama
Pendamping memberi pengantar untuk evaluasi dan refleksi bersama
tentang keseluruhan program retret sambil membagikan lembar evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Selesai evaluasi, pendamping mengajak peserta yang terbuka hati untuk
berbagi hal-hal yang paling menarik dan kurang menarik selama retret
serta usulan untuk program retret selanjutnya.
Kelompok yang bertugas menyiapkan perayaan Ekaristi penutupan retret.
11.00 – 11.15 : Persiapan Misa Penutup Retret
Semua peserta menyiapkan diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi.
Koordinator umum memastikan semua sudah siap untuk perayaan Ekaristi.
11.15 – 13.00 : Misa Penutup
Peserta dan pendamping bersama-sama mengikuti Misa penutup retret.
13.00 – 13.30 : Makan siang
Peserta dan pendamping bersama-sama menikmati hidangan siang.
Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.
13.30 – 14.00 : Persiapan dan Pulang
Peserta dan pendamping bersiap untuk pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
BAB V
PENUTUP
Hasil karya tulis ini dirasakan penting untuk dipelajari oleh para katekis
bagi meningkatkan dan meneguhkan semangat pelayanan. Dalam usaha mencapai
maksud tujuan penulisan skripsi ini, maka pembahasan dari bab II sampai bab IV
berisikan hal-hal yang sangat menarik untuk dipelajari dan direnungkan oleh
katekis. Telah dipaparkan banyak hal tentang katekis dan pribadi St. Yohanes
Paulus II. Inspirasi-inspirasi dari St. Yohanes Paulus II juga telah dipaparkan
secara sederhana agar mudah dipahami dan diresapkan dalam diri para katekis.
Maka dari itu, pada bab V ini penulis akan menarik kesimpulan yang dapat
memudahkan pemahaman terhadap seluruh karya tulis ini. Bagian ini juga
memuat beberapa saran untuk memanfaatkan hasil karya ini dan untuk
meningkatkan semangat pelayanan katekis zaman sekarang.
A. Kesimpulan
Dewasa ini sering dengan munculnya tantangan arus besar perubahan
zaman, tantangan pelayanan yang dihadapi oleh katekis semakin kompleks dan
sulit untuk disikapi. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya semangat pelayanan
para katekis. Situasi ini perlulah disikapi secara bijaksana oleh keuskupan maupun
paroki karena kehadiran katekis dalam Gereja sangatlah vital bagi perkembangan
iman dan Gereja. Katekis perlu terus dibimbing dan dibina agar tetap bersemangat
dalam melayani umat. Sementara itu, katekis juga perlu terus berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
menghayati panggilannya sebagai pelayan. Salah satu caranya adalah belajar dari
tokoh Gereja seperti St. Yohanes Paulus II.
St. Yohanes Paulus II adalah sosok pelayan yang memiliki kedalaman
spiritualitas yang sangat mengagumkan. Secara garis besar, kekayaan spiritualitas
St. Yohanes Paulus II dapat dirumuskan dalam empat kategori. Pertama, “Hidup,
bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28). Beliau selama hidupnya
telah menunjukkan iman yang sejati kepada seluruh dunia. Beliau sungguh telah
menjadi garam dan terang dunia. Kedua, St. Yohanes Paulus II adalah sosok yang
sangat teguh dalam pengharapan terhadap belaskasih Allah meskipun dalam
situasi tanpa harapan. Semua tantangan pelayanan dan penderitaan yang dialami
selama hidupnya, telah dihadapinya dengan penuh harapan akan kebaikan Allah.
Sikap hati yang teguh dalam pengharapan akan kebaikan Allah menjadikan beliau
teguh dan tangguh serta senantiasa bersemangat melaksanakan tugas
pelayanannya.
Ketiga, St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang penuh cinta. Beliau
hidup karena kasihnya semata-mata kepada seluruh umat manusia. Seluruh hidup
diabdikannya untuk mengasihi umat manusia sampai tuntas. Cintanya kepada
Allah dan terhadap keluhuran martabat pribadi manusia merupakan dorongan
serta motivasinya untuk terus melayani tanpa lelah. Keempat, St. Yohanes Paulus
II sangat mementingkan hidup doanya. Beliau adalah pribadi yang sangat terbuka
pada bimbingan Roh Kudus. Beliau adalah seorang pendoa yang senantiasa
memiliki kerinduan untuk berbicara kepada Allah Bapa dan beliau pun berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
dalam Roh. Singkatnya, St. Yohanes Paulus II adalah seorang pelayan yang teguh
dalam iman, harapan dan kasih, ditambah dengan habitus doa mistis.
Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis adalah seorang pelayan. Bahkan
menjadi tulang punggung bagi perkembangan serta penyebarluasan iman dan
Gereja. Katekis sebagai pelayan adalah komunikator atau jurubicara yang
membawa dan menyampaikan kasih Allah kepada seluruh umat manusia bahkan
kepada seluruh alam ciptaan. Di tengah maraknya dampak arus perubahan zaman
katekis adalah promotor kasih, yang membawa kabar sukacita, melayani dan
memenuhi kebutuhan umat. Karena itu sosok katekis zaman sekarang tidak
dikenal dari identitasnya sebagai katekis namun dikenal dari tindakan
pelayanannya dan oleh pemenuhan kebutuhan umat.
Dalam kenyataan pelayanan katekis, terdapat kesan bahwa adanya
kelemahan dan kekurangan pelayanan para katekis. Sementara itu, terdapat pula
tantangan-tantangan pelayanan yang harus disikapi secara kritis dan bijaksana
oleh katekis. Oleh hal yang demikian, sangat tepatlah katekis menimba inspirasi
dari St. Yohanes Paulus II agar dapat semakin lebih baik dalam melayani, agar
dapat menghadapi serta menanggapi tantangan pelayanan secara kritis dan
bijaksana, dan agar semakin bersemangat dalam melayani umat.
Inspirasi yang dapat dipelajari oleh katekis dari sosok St. Yohanes Paulus
II adalah menjadi saksi iman yang sejati, tanpa doa iman dan kasih adalah mati,
kesetiaan pada tugas pengutusan, membangun hati yang penuh pengharapan akan
kebaikan Allah, berani bertindak meskipun dalam situasi penuh ketakutan dan
penderitaan, memiliki inisiatif dan tekad yang kuat dalam melayani umat siapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
pun, di mana pun dan kapan pun. Selain itu, St. Yohanes Paulus II adalah pribadi
yang rendah hati. Beliau tidak pernah bermegah diri atas keberhasilannya
sebaliknya ia mengembalikan semuanya kepada Allah. Beliau adalah pribadi yang
utuh dan penuh kasih. Beliau melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan
dengan segenap tenaganya sampai akhir hidupnya. Beliau juga merupakan
pribadi yang memiliki semangat tinggi untuk belajar terus-menerus. St. Yohanes
Paulus II sangat senang belajar banyak hal karena itu beliau adalah pribadi yang
multi-talenta.
B. Saran
Hasil karya tulis ini tentu saja bukan hasil karya yang sudah sempurna,
sebaliknya masih memiliki kekurangan dan keterbatasannya. Misalnya,
pembahasan tentang kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II pada bab II bukanlah
suatu pemaparan yang lengkap tentang St. Yohanes Paulus II. Maka penulis
menyarankan kepada para pembaca terutama para katekis untuk membaca buku-
buku tentang St. Yohanes Paulus II agar memperoleh pengetahuan sempurna
tentang beliau. Begitu juga dengan inspirasi St. Yohanes Paulus II tidak terbatas
hanya seperti yang sudah dipaparkan namun masih terdapat banyak inspirasi lain
yang dapat digali sesuai kebutuhan, maka disarankan juga kepada para pembaca
agar mengali inspirasi pelayanan St. Yohanes Paulus II dari sumber yang lain.
Program retret dengan materi yang penulis usulkan diharapkan dapat
digunakan dan dimanfaatkan dalam pendampingan dan pembinaan para katekis
maupun calon katekis di tingkat keuskupan maupun paroki demi meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
semangat pelayanan para katekis. Mengingat sosok katekis dikenal dari tindakan
pelayanannya dan oleh pemenuhan kebutuhan umat, maka disarankan kepada
pendamping retret agar menyesuaikan materi retret dengan kebutuhan dan situasi
umat di mana katekis melayani, agar pelayanan katekis sungguh menjadi
kontekstual pada situasi dan kebutuhan umat di masa sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
DAFTAR PUSTAKA
Armada Riyanto, F. X. E. (2010). Dialog Interreligius. Yogyakarta: Kanisius
Budi Subanar, G. (2003). Soegija Si Anak Betlehem Van Java. Yogyakarta:
Kanisius.
Chiffolo, Anthony F. (2001). St. Paus Yohanes Paulus II, Dalam Kata-Kataku
Sendiri. Jakarta: Obor.
Christie, Anthony. (2014). 9 Paus Tersohor Sepanjang Masa. Yogyakarta:
Charissa Publisher.
Comastri, Angelo., Dziwisz, Stanislaw., Drazek, Czeslaw., Buzzonetti, Renato.
(2010). Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa. Malang : Dioma.
Darminta, J. (1982, Juni, No 6). Retret Berdasarkan Kitab Suci. Majalah Rohani
h. 174-175.
Dewan Karya Pastoral KAS. (2014). Direktorium Formatio Iman, Menjadi
Katolik Cerdas-Tangguh dan Misioner Sejak Dini Sampai Mati.
Semarang: Keuskupan Agung Semarang.
Didik Bagiyowinadi, F .X. (2012). Identitas dan Spiritualitas Katekis.Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusata.
______. (2015). Kasih tanpa Pamrih, Tulus tiada Modus, Mengali Makna
Pelayanan dalam Perspektif Alkitab. Yogyakarta: Kanisius.
Dziwisz, Stanislaw. (2010). Lebih Jauh Bersama Karol Wojtyla. Malang: Dioma.
Ensiklopedia bebas. Paus Yohanes Paulus II. https://id.wikipedia.org/wiki/.
Diakses pada November 17, 2015.
Fransiskus. (2014). Evangelii Gaudium, Seri Dokumen Gerejawi No. 94 (F.X.
Adisusanto & Bernadeta Harini Tri Prasasti, Penerjemah). Jakarta:
Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja
Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013).
Hendro Budiyanto, St. (2011). Menjadi Katekis Volunter. Yogyakarta: Kanisius.
John Paul II Foundation. http://www.fjp2.com/id/yohanes-Paulus-ii/biografi/75-
biography-of-john-paul-ii. Diakses pada November 17, 2015.
Joomla. (2015). Yohanes Paulus II. http://www.katakombe.net/para-kudus.
Diakses pada November 17, 2015.
Kelly, James. (2005, April, 11). A Pope for All Seasons. Majalah TIME, h. 06.
Komisi Kateketik KWI. (2012). Panduan Katekese Umat dalam Masyarakat yang
Tertekan. Yogyakarta: Kanisius
Kongregasi Untuk Imam. (2000). SPEKTRUM, Petunjuk Umum Katekese
(Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi
dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli
diterbitkan tahun 1997).
Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa. CEP. (1997). Pedoman untuk
Katekis (Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Kotan, Daniel Boli. (2011, Juli-September). Identitas, Panggilan dan Spiritualitas
Katekis. Majalah Praedicamus, h. 19.
Krispurwana Cahyadi, T. (2003). Jalan Pelayanan Ibu Teresa. Jakarta: Obor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
______. (2011). Yohanes Paulus II tentang Keadilan dan Perdamaian.
Yogyakarta: Kanisius.
______. (2012). Yohanes Paulus II, Gereja, Teologi, dan Kehidupan. Yogyakarta:
Obor.
______. (2014). Paus Fransiskus, Gereja yang Rendah Hati dan Melayani (Seri
Pastoral 427). Yogyakarta: Kanisius.
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2001). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LAI
Leonhard Supama, Marcus. (2012). Panduan Katekis Volunter Berkatekese Umat.
Yogyakarta: Kanisius.
Mardikartono, J. B., Sigit Hutomo, Y. B., Hendro Cahyono, St. Betara. (2016).
Pelayanan Pastoral Berbasis Data (Seri Pastoral 429). Yogyakarta:
Kanisius.
Natar, Asnath N. (2002). Pelayan, Spiritualitas dan Pelayanan. Yogyakarta:
Taman Pustaka Kristen dengan kerjasama Fakultas Teologi Universitas
Kristen Duta Wacana.
Obert. https://bungagereja.wordpress.com/2010/08/19/paus-yohanes-Paulus-ii/.
Diakses pada November 17, 2015.
Provinsi Gerejani Ende. (1995). Katekismus Gereja Katolik.(P. Herman Embuiru.
Penerjemah). Indonesia: Keuskupan Agung Ende. (Dokumen asli
diterbitkan tahun 1993).
Paulus VI. (1975). Evangelii Nuntiandi (Seri Dokumen Gerejawi No. 6). Jakarta:
Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja
Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975).
Stefanus. (2014). Siapakah Katekis Itu?. http://www. katolisitas. org. Diakses
pada April 16, 2016. (diterjemahkan dari www.vatican.va oleh editor
Katolisitas.org)
Tim Temu Kanonis Regio Jawa. (2006). Kitab Hukum Kanonik, edisi resmi
bahasa Indonesia (R. D. R. Rubiyatmoko, Editor). Jakarta: Konferensi
Waligereja Indonesia.
Tono Suratman. (2014). Santo Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Treston, Kevin. (1991). Paths And Stories, Spirituality For Teachers and
Catechists. Australia: Creations Enterprises.
Wilson, Leonora, M. (2004). Karol dari Polandia, Kehidupan Masa Kecil Paus
Yohanes Paulus II. Jakarta: Obor.
Yohanes Paulus II. (1991). Redemptoris Missio (Seri Dokumen Gerejawi No. 4.
Frans Borgias & Alfons S. Suhardi, Penerjemah). Jakarta: Departmen
Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia.
(Dokumen asli diterbitkan tahun 1990)
______. (1992). Catechesi Tradendae (Seri Dokumen Gerejawi No. 28. R.
Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan
Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1979).
______. (1995). Melintasi Ambang Pintu Harapan (Obor, Penerjemah). Jakarta:
Obor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
______. (2007). Novo Millennio Ineunte (Seri Dokumen Gerejawi No. 62. R.
Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan
Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 2001)
______. (2007). Memory And Identity, Sebuah Refleksi Pribadi (Claudia Novita
Dewi, penerjemah). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular Kelompok
Gramedia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2005)
______. (2011). Vita Consecrata (Seri Dokumen Gerejawi No. 51. R.
Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan
Penerangan Konferensi Waligereja Indsonesia. (Dokumen asli
diterbitkan tahun 1996)
Zeptiano. (2013). Paus Johanes Paulus II Sang Burung Kelana.
http://zeptiano79.blogspot.co.id/2013/02/. Diakses pada November 17.
2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Data Diri Santo Yohanes Paulus II
SANTA YOHANES PAULUS II
Nama Lahir : Karol Wojtyla
Tanggal dan Tempat Lahir : 18 Mei 1920, Wadowice, Polandia
Tanggal dan Tempat Meninggal Dunia : 02 April 2015, Istana Aspotolik,
Vatikan
Kepausa Dimulai : 16 Oktober 1978, Paus Ke-264
Kepausan Berakhir : 02 April 2015
Pendahulu : Yohanes Paulus I
Penerus : Benediktus XVI
Motto : Totus Tuus (Sepenuhnya milik-Mu)
Beatifikasi : 01 Mei 2011 oleh Paus Benidektus
XVI
Kanonisasi : 27 April 2014 Oleh Paus Fransiskus
Peringatan : 22 Oktober
Sumber foto: https://id.wikipedia.org
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Tanda Tangan :
Lambang Kerasulan:
Logo Kerasulan dengan mahkota tradisional
melambangkan kesederhanaan dan Salib Maria
melambangkan devosinya yang sangat kuat pada
Bunda Maria.
Sumber: https://id.wikipedia.org
Sumber: https://id.wikipedia.org
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 2: Beberapa Foto Kenangan Santo Yohanes Paulus II
Karol Jozef Wojtyla, dalam pelukan
ibunya. Sumber : http://www.logifranchi.it
Karol Józef Wojtyla waktu masih kecil Sumber : http://www.logifranchi.it
Ibu dan Ayah Karol Józef Wojtyla Sumber: https://id.wikipedia.org
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
“Masa depan dimulai hari ini, bukan
besok”.
Paus Yohanes Paulus II di Lapangan
Santo Petrus (1985) Sumber: https://id.wikipedia.org
Karol Wojtyła sebagai pastor di Niegowić, Polandia, 1948
Sumber: https://id.wikipedia.org
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Presiden AS George W.
Bush menunjukkan
Medali Kebebasan pada
Paus Yohanes Paulus II,
Juni 2004
“Warsawa, Moskow, Budapest, Berlin, Praha, Sofia dan Bukares telah menjadi
panggung pada perjalanan ziarah panjang menuju kebebasan. Hal yang
mengagumkan bahwa dalam peristiwa ini, seluruh masyarakat bebas
mengungkapkan diri - wanita, kaum muda, pria, mengatasi rasa takut, mengatasi
rasa haus tak tertahankan untuk mempercepat perkembangan kebebasan, membuat
tembok runtuh dan gerbang terbuka.”_Paus Yohanes Paulus II_
“Dengan berlutut, saya mohon Anda berpaling dari jalan kekerasan dan kembali
ke jalan damai ... Mereka yang menggunakan jalan kekerasan selalu mengatakan
bahwa perubahan bisa terjadi dengan kekerasan. Anda harus tahu bahwa ada cara
politis, cara damai untuk memperoleh keadilan.” _Paus Yohanes Paulus II_
“Perang tidak menyelesaikan masalah atas sebab apa mereka berperang, oleh
karena itu ... terbukti berakhir sia-sia.” _Paus Yohanes Paulus II_
Sumber: https://id.wikipedia.org
“Dengan Yudaisme, karena itu, kami
memiliki hubungan yang tidak dimiliki
dengan agama lainnya. Anda adalah
saudara kami terkasih, dan dengan cara
tertentu, dapat dikatakan bahwa Anda
adalah saudara tua kita.”
_ Paus Yohanes Paulus II (13 April 1986)_
Sumber: https://id.wikipedia.org
Paus Yohanes Paulus II Berdoa di
Tembok Ratapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
Hari Pemuda Dunia adalah kegiatan pemuda Katolik internasional yang populer
dan digagas oleh Paus Yohanes Paulus II.. digagas pada 1984
“Kaum muda terancam... dengan teknik jahat iklan yang membuat mereka
menghindari kerja keras dan berharap mendapat kepuasan cepat atas setiap segala
sesuatu yang mereka inginkan.” _Paus Yohanes Paulus II_
Sumber: Dunia News.viva.co.id
Paus Yonahes Paulus II saat
ditembak oleh Mehmet Ali Agca
pada 13 Mei 1981
Paus Yohanes Paulus II
mengunjungi penjara Rebibbia
Roma untuk memberi
pengampunan kepada Mehmet Ali
Agca. Tahun 1983
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
(kiri-kanan) Mantan Presiden
George W. Bush, First Lady Laura
Bush, mantan Presiden Bush dan
Clinton, dan mantan Sekretaris
Negara Condoleezza Rice, memberi
penghormatan disamping jenazah
Yohanes Paulus II di Basilika Santo
Petrus, 6 April 2005. Zenazah
Disemayamkan pada 8 April 2005
Sumber: https://id.wikipedia.org
Pasu Benidiktus XVI melakukan
beatifikasi terhadap Paus Yohanes
Paulus II 22 Oktober 2011
“Akan menjadi kegembiraan luar
biasa bagi kami ketika resmi
dibeatifikasi, namun sejauh
pengamatan kami dia sudah
menjadi Santo.” — Kardinal
Stanisław Dziwisz, Uskup Agung
Kraków
Sumber: https://id.wikipedia.org
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
Lampiran 3: Beberapa Gambar Monumen Tanda Penghargaan Kepada
Santo Yohanes Paulus II
Monumen untuk Paus Yoahanes
Paulus II di Poznań
Patung Paus Yohanes Paulus II
(1984) dipahat oleh seniman
setempat First Nations di Martyrs'
Shrine, Midland, Ontario
Patung Paus Yohanes Paulus II di
luar Katedral Almudena (Madrid,
Spanyol)
Patung Yohanes Paulus II di
Częstochowa, selatan Polandia
Sumber: https://id.wikipedia.org
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Lampiran 4: Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II
Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II: 104 Kunjungan Kenegaraan
1. Tahun 1979
a. 25 Januari – 1 Februari: Republik Dominika dan Meksiko
b. 2-10 Juni: Polandia
c. 29 September – 07 Oktober: Irlandia dan Amerika Serikat
d. 28-10 November: Turki
2. Tahun 1980
a. 2-12 Mei: Zaire, Republik Kongo, Kenya, Ghana, Burkina Faso, dan
Pantai Gading
b. 30 Mei – 2 Juni: Prancis
c. 30 Juni – 12 Juli: Brasil
d. 15-19 November: Jerman Barat
3. Tahun 1981
a. 16-27 Februari: Filipina, Guam, dan Jepang
4. Tahun 1982
a. 12-19 Februari: Nigeria, Benin, Gabon, dan Guniea Khatulistiwa
b. 12-15 Mei: Portugal, Fatima
c. 28 Mei – 02 Juni: Britania Raya
d. 10-13 Juni: Argentina
e. 15 Juni: Swiss
f. 28 Agustus: San Marino
g. 31 Oktober – 09 November: Spanyol
5. Tahun 1983
a. 02-10 Maret: Kosta Rika, Nikaragua, Panama, EI Salvador, Guatemala,
Belize, Honduras dan Haiti
b. 16-23 Juni: Polandia
c. 14-15 Agustus: Lourdes di Prancis
d. 10-13 September: Austria
6. Tahun 1984
a. 2-12 Mei: Korea Selatan, Papua Nugini, Kepulawan Solomon, Thailand
b. 12-17 Juni: Swiss
c. 09-20 September: Kanada
d. 10-12 Oktober: Spanyol, Republik Dominika, Puerto Rico
7. Tahun 1985
a. 26 Januari – 06 Februari: Venezuala, Ekuador, Peru, Trinidad dan Tobago
b. 11-12 Mei: Belgia, Belanda, Luxembourg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
c. 08-19 Agustus: Togo, Pantai Gading, Kamerun, Republik Afrika Tengah,
Zaire, Kenya, Maroko
d. 08 September: Liecthtenstin
8. Tahun 1986
a. 01 – 10 Februari: India
b. 01-08 Juli: Kolombia, St Lucia
c. 04-07 Oktober: Prancis
d. 19 November – 01 Desember: Australia, Selandia Baru, Bangladesh, Fiji,
Singapura, Seychelles
9. Tahun 1987
a. 31 Maret – 13 April: Uruguay, Chili, Argentina
b. 30 April – 04 Mei: Jerman Barat
c. 08-14 Juni: Polandia
d. 10-20 September: Amerika Serikat dan Kanada
10. Tahun 1988
a. 07-18 Mei: Uruguay, Bolivia, Peru, Paraguay
b. 23-27 Juni: Austria
c. 10-19 September: Zimbawe, Botswana, Lesotho, Swaziland, Mozambique,
memutar melalui Afrika Selatan
d. 08-10 Oktober: Prancis
11. Tahun 1989
a. 28 April - 06 Mei: Madagaskar, Reunion, Zambia, dan Malawi
b. 01-10 Juni: Norwegia, Islandia, Finlandia, Denmark, Swedia
c. 19-21 Agustus: Spanyol
d. 06-16 Oktober: Korea Selatan, Indonesia, Timor Timur, Mauritius
12. Tahun 1990
a. 25 Januari – 01 Februari: Cape Veda, Guinea-Bissau, Mali, Burkina Faso,
Chad
b. 21-22 April: Cekoslowakia
c. 06-13 Mei: Meksiko, Curacao
d. 25-27 Mei: Malta
e. 01-10 September: Tanzania, Rwanda, Burundi, Pantai Gading
13. Tahun 1991
a. 10-13 Mei: Portugal
b. 01-09 Juni: Polandia
c. 13-20 Agustus: Polandia, Hungaria
d. 12-21 Oktober: Brasil
14. Tahun 1992
a. 19-26 Februari: Senegal, Gambia, Guinea
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
b. 04-10 Juni: Angola, Sao Tome dan Principe
c. 09-14 Oktober: Republik Dominika
15. Tahun 1993
a. 03-10 Februari: Benin, Ugada, Sudan
b. 25 April: Albania
c. 12-17 Juni: Spanyol
d. 06-19 Agustus: Jamaika, Meksiko, Amerika Serikat
e. 04-10 September: Lituania, Latvia, Estonia
16. Tahun 1994
a. 10-11 September: Kroasia
17. Tahun 1995
a. 12-21 Januari: Filipina, Australia, Papua Nugini, Sri Lanka
b. 20-22 Mei: Ceko dan Polandia
c. 03-04 Juni: Belgia
d. 30 Juni: Slowakia
e. 14-20 September: Kamerun, Kenya, Afrika Selatan
f. 04-08 Oktober: Amerika Serikat
18. Tahun 1996
a. 05-12 Februari: Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Venezuela
b. 14 April: Tunisia
c. 17-19 Mei: Slovenia
d. 21-23 Juni: Jerman
e. 06-07 September: Hungaria
f. 19-22 September: Prancis
19. Tahun 1997
a. 12-12 April: Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina
b. 25-27 April: Ceko
c. 10-11 Mei: Lebanon
d. 31 Mei – 10 Juni: Polandia
e. 21-24 Agustus: Prancis
f. 02-05 Oktober: Brasil
20. Tahun 1998
a. 21-25 Januari: Kuba
b. 21-23 Maret: Nigeria
c. 19-21 Juni: Austria
d. 02-04 Oktober: Kroasia
21. Tahun 1999
a. 22-25 Januari: Mexico City di Meksiko
b. 26-27 Januari: St. Louis, Missouri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
c. 07-09 Mei: Rumania
d. 05-17 Juni: Polandia
e. 19 September: Slovenia
f. 05-09 November: New Delhi, India, dan Tbilisi di Geogia
22. Tahun 2000
a. 24-26 Februari: Mesir
b. 20-26 Maret: Jordan, Israel, Wilayah Otonomi Palestina
c. 12-13 Mei: Fatima di Portugal
23. Tahun 2001
a. 04-09 Mei: Athena di Yunani, Suriah, Malta
b. 23-27 Juni: Ukraina
c. 22-27 September: Armenia dan Kazakhstan
24. Tahun 2002
a. 22-26 Mei: Azerbaijan dan Bulgaria
b. 23 Juli – 01 Agustus: Kanada, Guatemala, Meksiko
c. 16-19 Agustus: Polandia
25. Tahun 2003
a. 03-04 Mei: Spanyol
b. 05-09 Juni: Kroasia
c. 22 Juni: Bosnia dan Herzegovina
d. 11-14 September: Slowokia
26. Tahun 2004
a. 05-06 Juni: Swiss
b. 14-15 Agustus: Lourdes di Perancis
Sumber: Anthony Christie. (2014: 65-72). 9 Paus terpopular sepanjang masa. Yogyakarta:
Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 5: Ensiklik yang dikeluarkan oleh Santo Yohanes Paulus II
Ensiklik yang dikeluarkan oleh St. Yohanes Paulus II
1. 1979: Redemptor Hominis
2. 1980: Divisi n Misericordia
3. 1981: Laborem Exercens
4. 1985: Slavorum Apostoli
5. 1986: Dominum Te Vivificantem
6. 1987: Redemptoris Mater
7. 1987: Sollicitudo reli Socialis
8. 1990: Redemptoris Missio
9. 1991: Centesimus Annus
10. 1993: Veritatis Splendor
11. 1995: Evangelium Vitae
12. 1995: Ut Unum Sint
13. 1998: Fides Te Ratio
14. 2003: Ecclesia Ed Eucharistia
Sumber: Anthony Christie. (2014: 103-104). 9 Paus terpopular sepanjang masa. Yogyakarta:
Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Lampiran 6: Doa dengan Perantaraan Santo Yohanes Paulus II
DOA PERANTARAAN SANTO YOHANES PAULUS II
Ya St. Yohanes Paulus II, dari jendela surga, anugerahilah kami berkatmu!
Berkatilah Gereja yang engkau kasihi dan layani serta bimbing, dengan gagah
berani memimpinnya sepanjang perjalanan dunia demi membawa Yesus kepada
semua orang dan semua orang kepada Yesus. Berkatilah kaum muda, yang adalah
kekasih terbesarmu. Bantulah mereka untuk bermimpi kembali, bantulah mereka
untuk menatap tinggi ke atas kembali demi menemukan terang yang menerangi
jalan kehidupan di sini di dunia.
Kiranya engkau memberkati keluarga-keluarga, berkatilah setiap keluarga!
Engkau memperingatkan kami akan serangan setan terhadap nyala ilahi ini, yang
amat berharga dan sangat dibutuhkan, yang Allah nyalakan di bumi. St Yohanes
Paulus II, dengan doamu, kiranya engkau melindungi keluarga dan setiap
kehidupan yang berkembang dari keluarga.
Berdoalah bagi seluruh dunia, yang masih ditandai dengan ketegangan-
ketegangan, peperangan dan ketidakadilan. Engkau mengatasi peperangan dengan
menyerukan dialog dan menanamkan benih-benih kasih: berdoalah bagi kami agar
kami menjadi penabur damai yang tak kenal lelah.
Ya St. Yohanes Paulus, dari jendela surga, di mana kami melihatmu di samping
Maria, kirimkanlah berkat Allah ke atas kami semua. Amin.
Sumber: http://www.indocell.net/yesaya/pustaka4/id206.htm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended