View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[2]
MENJADI
PEMIMPIN INOVATIF
Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd.
Dr. Risnita, M.Pd. Dr. Mohamad Muspawi, S.Pd.I., M.Pd..I
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[3]
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd. Dr. Risnita, M.Pd. Dr. Mohamad Muspawi, S.Pd., M.Pd.I © Kelompok Studi Penulisan x+ 180 halaman; 15.75x23 cm ISBN 978-602-71394-2-8 Cetakan I November 2016 Editor : Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd, Ansori Barata Tim Editor : Akbar Mubaroq Rahman, Novia Andriyani Design Grafis : Joehary S.E, Riky Quattro, S.Pd Penerbit : Kelompok Studi Penulisan Perum Garuda III, Rt. 12 No. 22 Jalan Kebun Daging Kelurahan. Baga nPete - Alam Barajo Kota Jambi 36129. Tlf. 085268224712
Percetakan CV. Timur Laut Aksara (isi diluar tanggung jawab percetakan)
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[4]
Pengantar Penerbit Bismillahirrahmanirrahiim.
Ilmu kepemimpinan bukanlah hal yang baru dikembangkan. Ia menjadi persoalan alamiah yang ditemui hampir di seluruh ranah kehidupan. Dalam organisasi bisnis, kenegaraan, organisasi keagamaan, perdagangan, pendidikan hingga tata kehidupan sosial lingkup terkecil pun tidak luput dari masalah kepemimpinan dan kebutuhan akan pemimpin. Sebagian menyebutnya sebagai pemimpin yang adil.
Dalam perspektif Islam, kepemimpinan adalah fitrah yang harus ditanggung secara rela dengan kepatuhan menyeluruh seorang Hamba kepada Khaliknya. Seorang Muslim tidak terlahir sebagai budak, ia terlahir sebagai pemimpin dan harus mempertanggung jawabkan apa yang dipimpin. Maka, bagaimanakah cara meningkatkan kapasitas seorang pemimpin demi menjawab pertanyaan-pertanyaan sang khalik kelak adalah PR besar dan PR bersama ummat Islam yang harus diserahkan sebelum hari pertanggungjawaban tiba.
Menjadi pemimpin akan selalu diikuti dengan meningkatnya tanggung jawab moral dan materil. Menjadi pemimpin bukan saja melepaskan status dari bawahan menjadi atasan, tetapi sekaligus akan bermakna -menjadi pemimpin adalah - memakai jubah tanggung jawab sembari melepas niat-niat kerdil penghianatan berupa pemanfaatan jabatan sebagai jalan pintas kekayaan. Seorang pemimpin adalah jiwa amanah yang melupakan kebutuhan dan ambisi pribadinya demi menegakkan cita-cita bersama ; yakni visi dan misi bersama dari orang-orang yang dipimpinnya.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[5]
Hampir 15 Abad berlalu sepeninggal Rasulullah Muhammad S.A.W, belum ditemukan karakter pemimpin yang menyerupai beliau. Muhammad S.A.W digambarkan sebagai seorang pemimpin kharismatik yang selalu berbuat demi kepentingan agama dan Ummatnya. Beliau luput dari hal-hal yang melemahkan kekuatan kepemimpinannya, bersih dari fitnah yang menciderai ketegasannya dalam memimpin, dan penuh pujian dalam hal keteladanan sikap dan perbuatan.
Demikianlah, menjadi pemimpin ideal sepeninggal Rasulullah memang bukan pekerjaan mudah, namun berikhtiar agar dekat dengan apa yang diinginkannya adalah keniscayaan bagi setiap calon pemimpin Islam. Dalam buku ini, penulis telah merangkum berbagai pengetahuan tentang kepemimpinan, Penulis mencoba mendekatkan berbagai persepsi tentang kepemimpinan dan menarik simpulan ideal serta melihat berbagai fenomena kepemimpinan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu kemudian mencari celah agar semua pemimpin bisa belajar bahwa banyak hal yang mesti dicermati dan diketahui untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.
Menjadi Pemimpin Inovatif adalah sebuah pilihan ditengah kemarau kepemimpinan yang kini melanda kita. Penulis mencoba menelanjangi ketidaktahuan kita tentang hal yang harus difahami seorang pemimpin dan memberikan solusi bagaimana menjadi pemimpin inovatif. Ia melakukan pendekatan budaya organisasi dan motivasi untuk menghadirkan cakrawala yang kita butuhkan. Buku ini ditulis lewat penelitian ilmiah dan dengan bahasa ilmiah yang tidak terlalu berat. Sesekali juga menyampaikan dengan bahasa sukar yang membutuhkan nalar, hanya untuk melatih kita bahwa Menjadi Pemimpin Inovatif mesti melalui belukar pemahaman yang membutuhkan Inovasi dan kemauan yang tegar.
Selamat Membaca Jambi, 29 Oktober 2016 Kelompok Studi Penulisan
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[6]
Sambutan Penulis
Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T atas selesainya buku ini, dan shalawat, serta salam bagi Rasulullah Muhammad S.A.W, sosok mulia yang menjadi inspirasi seluruh pemimpin di muka bumi.
Buku ini ditulis setelah serangkaian penelitian yang sungguh-sungguh, menyita waktu dan kesempatan untuk mengerjakan hal lain. Tetapi penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis. Penelitian yang penulis lakukan dilandasi dengan beberapa kajian literatur yang berhubungan dengan Keinovatifan Ketua STAI, Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, dan Motivasi Kerja. Ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan dalam kurun waktu 6 bulan, yang dilaksanakan di beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Provinsi Jambi.
Sebagai karya ilmiah, penulis mencoba menyajikan hasil penelitian ini dalam format buku dengan judul “Menjadi Pemimpin Inovatif”, dilengkapi dengan penelitian yang penulis lakukan. Pemilihan tema ini bukan saja disebabkan oleh data penelitian yang banyak menyentuh wilayah kepemimpinan, tetapi memang telah sejak lama penulis ingin memberikan satu kontribusi berupa sumbangan pengetahuan mengenai kepemimpinan khususnya untuk para pimpinan lembaga pendidikan yang dalam buku ini merujuk pada Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Provinsi Jambi.
Masalah kepemimpinan adalah fenomena yang tidak pernah habis dibahas. Berbagai skenario, strategi, dan pelatihan kepemimpinan menjadi agenda rutin banyak pihak untuk
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[7]
menghasilkan model kepemimpinan berkualitas. Penulis menawarkan sesuatu yang mungkin tidak baru, tetapi jarang disentuh, pemimpin inovatif. Dalam buku ini penulis mencoba menghadirkan literatur dan pemikiran penting mengenai kepemimpinan dan segala problematikanya.
Selama proses penyelesaian buku ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd sebagai Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi, Bapak Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan STAI yang saya jadikan Lokasi penelitian, Bapak dan Ibu Dosen serta staf Pascasarjana IAIN STS Jambi, Teman-teman seperjuangan Pascasarjana IAIN STS Jambi dan Penerbit yang telah merancangbangun penelitian ini sehingga menjadi satu buku yang menarik di tengah waktu yang sempit, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu, segala saran dan tanggapan penulis terima demi kesempurnaannya. Akhirnya, penulis berdo’a semoga buku ini berguna bagi para pembaca, dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Amin.
Jambi, 29 Oktober 2016 PENULIS
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[8]
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[9]
DAFTAR ISI
Pengantar Penerbit …………………………………………. iii
Sambutan Penulis …………………………………………… iv
Sambutan Direktur Pasca Sarjana IAIN STS Jambi……… v
BAB I
Sekolah dan Penerapan Model Kepemimpinan Inovatif
A. Memaknai Perubahan dalam Konteks Islam ……………………… 1
B. Sekolah dalam Kerangka Pendidikan Nasional.………………...... 2
C. Sekolah inovatif dan Kepala Sekolah Inovatif……...……………. 4
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekolah inovatif………………. 7
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah… ..……………………………. 7
2. Bentuk Inovasi Sekolah di Provinsi Jambi …………………….. 11
E. Rancangan Penelitian ……………………………………………… 16
BAB II
Penelitian tentang Keinovatifan Kepala Sekolah dan
berbagai Studi lain yang relevan.
A. Landasan teoritis ………………………………………….……… 21 1. Keinovatifan kepala sekolah ………………………….……... 21 2. Kecerdasan emosional ………………………….………….… 28 3. Motivasi kerja ………………………….…………………….. 37 4. Gaya kepemimpinan ………………………….……………… 43
B. Kerangka berpikir penelitian………………………….………….. 51 C. Hipotesis penelitian ………………………….…………………... 58 D. Penelitian yang relevan 59
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[10]
BAB III
Profil Lokasi Penelitian dan Upaya Kepala Sekolah dalam
Mewujudkan Sekolah Inovatif.
A. SMP Negeri di Tanjung Jabung Timur ………………………. 53 B. SMP Negeri di Kota jambi ……………….…………………... 72 C. SMP Negeri dI Kabupaten Merangin ……………………….... 78
BAB IV
Hasil dan Pembahasan Penelitian
A. Hasil penelitian ………………………………………..…………. 83 B. Analisis Hasil Penelitian…………..………………………………. 93
BAB V
Penutup ; Kesimpulan, Implikasi dan Saran Pengembangan
A. Kesimpulan Penelitian ………………………………………….… 161 B. Implikasi Penelitian …………………………………………….… 163 C. Rekomendasi ……………………………………………………... 164 D. Saran Pengembangan………………………….………………..… 165
BAB VI
Catatan Penutup …………………..…………………..…….. 163
Daftar Pustaka ………………..…………………..…………… 169
Biodata Penulis …………………..…………………..………… 179
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[11]
BAB I
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[12]
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[13]
BAB I Pendahuluan
Pendidikan dan Kepemimpinan
A. Latar Belakang Penulisan
1. Pendidikan dalam Perspektif Islam
SEJARAH telah mencatat dengan tinta emasnya bahwa negara-
negara maju di dunia, hampir semuanya berawal dari perhatian besar
dan upaya serius dalam membangun pendidikan. Boleh dikatakan
bahwa tidak ada negara yang memiliki peradaban maju tetapi
mengesampingkan pembangunan pendidikan, karena pada hakekatnya,
pendidikan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan
dinamisator masyarakat itu sendiri2. Semakin baik pendidikan suatu
bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu, itulah asumsi secara
umum terhadap program pendidikan suatu bangsa.3
Realita hidup juga telah membuktikan bahwa kualitas pendidikan
ikut memberikan pengaruh terhadap kualitas kehidupan. Allah SWT
akan mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa yang memiliki
pendidikan yang maju, hal ini tersirat di dalam firman Allah SWT Surat
Al-Mujadalah Ayat 11:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
2Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan:
“Menjual” Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku
Lembaga Pendidikan (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), hal. 112. 3Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2008),
hal. 3.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[14]
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadalah: 11)4
Ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT
memberikan jaminan kepada orang-orang yang memiliki iman yang
benar dan ilmu pengetahuan. Derajat hidup mereka akan diangkat,
yakni akan ada perubahan positif yang dialami, perubahan yang
menjadikan mereka berada pada posisi lebih baik dan lebih maju dari
kondisi sebelumnya, perubahan ke arah kebaikan, baik secara lahir
maupun batin. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya juga menjelaskan
penggalan ayat berikut:
)يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين
اوتوا العلم درجات. وهللا بما تعملون خبير(
yang ditafsirkan Ibnu Katsir sebagai:
قوله: )يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات. وهللا بما و
ذا تعملون خبير( اى: التعتقدوا انه اذا فسح احدمنكم الخيه اذا اقبل, او ا
امر بالخروج فخرج, ان يكون ذالك نقصا فى حقه, بل هو رفعة ومزية
عندهللا, وهللا تعالى ال يضيع ذالك له, بل يجزيه بها فى الدنيا واالخرة,
فان من تواضع المر هللا رفع هللا قدره, ونشر ذكره, ولهذا قال: )يرفع
ا تعملون خبير(, هللا الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات. وهللا بم
اى: خبير بمن يستحق ذالكو بمن ال يستحقه.
Artinya: Dan firman-Nya: (Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman dan berilmu di antara kamu beberapa derajat, dan Allah maha
mengabarkan terhadap segala yang kamu kerjakan). Maksudnya:
jangan dikira bahwa apabila salah seorang di antara kamu
4Anonim, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Semarang: Asy-Syifa', 2006), hal. 341.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[15]
melapangkan untuk saudaranya lalu ia menerimanya, atau apabila
disuruh keluar lalu ia keluar, hal itu akan mengurangi haknya, bahkan
hal itu akan terangkat dan bertambah di sisi Allah, dan Allah SWT
tidak akan menyia-nyiakan hal itu baginya, tetapi ia memberikan
ganjaran baginya di dunia dan akherat. Maka sesungguhnya barang
siapa yang ta’at menjalankan perintah Allah tentu Allah akan
mengangkat derajatnya. Dan penjelasan untuk firman Allah yang
berikut ini: (Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan
berilmu di antara kamu beberapa derajat, dan Allah maha
mengabarkan terhadap segala yang kamu kerjakan) maksudnya: kabar
untuk orang yang berhak dan yang tidak berhak5.
Secara eksplisit Ibnu katsir memberikan penafsiran bahwa
Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan, baik di dunia maupun di akhirat. Allah akan
mengangkat derajat kehidupan mereka dengan diberikannya
berbagai kelebihan dan kenyamanan hidup, serta menyiapkan untuk
mereka surga di akhirat nanti. Demikian, tafsir Ibnur Katsir,
sedangkan Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat:
)يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين
اوتوا العلم درجات. وهللا بما تعملون خبير(
dengan penafsiran sebagai berikut:
هللا المؤمنين بامتثال اوامره واوامر رسوله, والعالميناي يرفع
منهم خاصة درجات كثيرة فى الثواب ومراتب الرضوان.
Artinya: maksudnya, Allah akan mengangkat orang-orang beriman
dengan menjunjung perintahnya dan perintah rasulnya, dan orang-
orang yang memiliki ilmu pengetahuan di antara mereka kepada
5Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim (Kairo Mesir: Darul Kutub, 2000), hal. 461.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[16]
derajat yang khusus dalam hal mendapatkan pahala dan keridhaan6.
Al-Maraghi meyakini, orang yang beriman dan
berpengetahuan akan mendapatkan tempat yang khusus di sisi Allah
SWT, mereka akan mendapatkan ganjaran pahala dan ridha yang
berlipat ganda. Orang yang berilmu akan diberi kemampuan berpikir
dan bertindak untuk menyikapi perikehidupan di dunia dengan
berbagai kemudahan dan solusi terhadap permasalahan hidup.
Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan
dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa7.
Sardiman sebagaimana yang dikutip oleh Hasbullah mengatakan
bahwa pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental8.
Sedangkan Jhon Dewey sebagaimana dikutip oleh Abu
Ahmadi mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
ke arah alam dan sesama manusia.9 Pendidikan merupakan sarana
untuk menyiapkan generasi masa kini dan sekaligus masa depan.10
2. Kepemimpinan dan Pentingnya Inovasi
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
6Ahmad Mushtofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Marahgi (Mesir: Musthofa Al-Babi Al-
Halbi Wa Auladuh, 1946), Juz: 28, hal. 17. 7Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
hal. 1. 8Ibid. 9Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.
69. 10E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2013), hal. 17.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[17]
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.11
Pendidikan nasional juga bertujuan mengembangkan pribadi-
pribadi yang kreatif, kritis, dan produktif.12 Jadi, tujuan pendidikan
tidak hanya untuk mencetak generasi yang memiliki kognitif yang
tinggi, juga memiliki afektif dan psikomotrik yang baik. Tidak
hanya pintar tetapi juga santun.
Pendidikan tidak hanya untuk kebutuhan hari ini, tetapi
pendidikan lebih menatap ke depan. Hasil dari proses pendidikan
relatif dirasakan pada masa-masa setelah proses itu dilaksanakan.
Oleh karena itu, investasi terbaik bagi suatu bangsa adalah investasi
pendidikan atau membangun sumber daya manusia untuk kemajuan
generasi bangsa pada masa yang akan datang.
Menurut jenjangnya, setelah pendidikan dasar dan menengah
selanjutnya ada pendidikan tinggi atau sering disebut perguruan tinggi.
Tugasnya memberikan layanan pendidikan lanjutan pada jenjang yang
lebih tinggi dan mengarah ke yang lebih khusus. Eksistensi perguruan
tinggi merupakan sebuah kebutuhan, sebab pendidikan tinggi
merupakan salah satu aspek yang sangat penting (paramount
importance) dalam pembangunan ekonomi dan sosial.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS pada BAB VI Pasal 19 Ayat 1 menjelaskan bahwa
pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.13 Eko Indrajit mengatakan bahwa perguruan tinggi merupakan
satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.14
11Anonim, UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), hal. 5. 12H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
hal. 12. 13Anonim, Op.Cit., hal. 11. 14R. Eko Indrajit & R,. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern
(Yogyakarta: Andi, 2006), hal. 3.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[18]
Selanjutnya pada pasal 20 ayat 1 dijelaskan bahwa perguruan
tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut,
atau universitas.15 Dikotomi itu berdasarkan pada perbedaan ruang
lingkup yang dimiliki oleh tiap-tiap perguruan tinggi. Ruang lingkup
universitas tentunya menempati posisi teratas bila dibandingkan dengan
yang lainnya.
Salah satu sisi penting dari pengelolaan perguruan tinggi adalah
keberadaan pimpinan perguruan tinggi tersebut. Pimpinan perguruan
tinggi merupakan sosok penting dalam hal menentukan maju
mundurnya perguruan tinggi yang dipimpinnya. Keberadaannya ikut
mewarnai keberadaan lembaganya. Arah kebijakannya akan
mempengaruhi segala sesuatu yang terkait dengan lembaganya.
Pimpinan perguruan tinggi menempati posisi sentral dalam upaya
memajukan lembaganya. Ia laksana nahkoda bagi sebuah kapal. Oleh
karenanya, salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan
adalah melakukan inovasi terhadap lembaganya, yakni sebuah upaya
melakukan terobosan-terobosan baru yang positif yang menjadikan
lembaganya lebih baik dan lebih maju. Inovasi dapat diartikan sebagai
suatu proses di mana suatu objek atau praktik baru dimunculkan ke
permukaan dan diadopsi oleh individu atau kelompok. Proses ini
berawal dari adanya temuan (invention) diikuti oleh proses
pengembangan (development), dan proses adopsi (adoption)dan
pelembagaan (institutionalization).16
Sagala mengemukakan “Inovasi adalah kemampuan untuk
merubah ide menjadi barang, jasa atau proses untuk memecahkan
problem dan memanfaatkan peluang yang dihadapi”.17 “Inovasi
merupakan suatu proses di mana organisasi-organisasi memanfaatkan
keterampilan-keterampilan dan sumber-sumber daya mereka untuk
mengembangkan produk baru dan sistem pengoperasian baru sehingga
15Ibid. 16Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010), hal. 64. 17Syaiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung. Alfabeta. 2009)
hal. 180
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[19]
mereka menjadi lebih baik.”18 Sementara itu, Sudarwan Danim
mengemukakan “Inovasi berupa kesediaan mengambil risiko dan
belajar bersama pada kalangan anggota komunitas organisasi
pembelajaran.”19 Bolam sebagaimana dikutip oleh Hasibuan melihat
proses inovasi mengandung empat macam faktor, yaitu:
(1). Sebagai agen perubahan (the change agent).
(2). Inovasi (the inovation).
(3). Sistem pengguna inovasi (the user system). dan
(4). Waktu yang banyak (the process of innovation over time).20
3. Faktor-Faktor Pendukung Keinovatifan Pemimpin
Menjadi pemimpin inovatif dalam era sekarang ini jadi kebutuhan
mendesak bagi setiap pimpinan perguruan tinggi agar lembaga yang
dipimpin mampu berkompetisi dengan lembaga lain yang kini tumbuh
dengan kecepatan kompetisi yang berdaya saing tinggi.
Untuk mendukung keinovatifan seorang pemimpin, beberapa
faktor penting yang memiliki pegaruh kuat adalah :
Faktor Pertama: Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan di sini diartikan sebagai sebuah proses yang
mengarahkan pimpinan dan bawahan berusaha untuk mencapai tingkat
moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.21 Kepemimpinan
transformasional dipahami oleh Bernard M. Bass dan Ronald E. Riggio
sebagai berikut: “Kepemimpinan transformasional menyajikan peluang
untuk meningkatkan citra organisasi, rekrutmen, seleksi, promosi,
18Winardi. Manajemen Perubahan (The Management to Change) (Jakarta.Kencana
Prenada Media Group. 2008,) hal.9 19Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar ( Jakarta. PT Bumi
Aksara.2006), hal. 251 20Lias Hasibuan, Pengembangan Inovasi dan Koherensi Nilai dalam Kurikulum
Pendidikan Islam, (Jakarta: Referensi, 2014), hal. 194. 21Bahar Agus Setiawan & Abd. Muhith, Transformational Leadership: Ilustrasi di
Bidang Organisasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 24.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[20]
pengelolaan keragaman, kerja sama tim, pelatihan, pengembangan, dan
kemampuan untuk berinovasi”.22
Mereka menambahkan bahwa motif kepemimpinan
transformasional menetapkan harapan yang lebih menantang dan
biasanya mencapai kinerja yang lebih tinggi. Pemimpin
transformasional juga cenderung memiliki pengikut lebih berkomitmen
dan puas. Selain itu, pemimpin transformasional memberdayakan
pengikut dan memperhatikan kebutuhan masing-masing mereka serta
pengembangan pribadi, membantu pengikut mengembangkan kapasitas
mereka sendiri. Potensi kepemimpinan melalui pembinaan,
pendampingan, dan penyediaan tantangan serta dukungan.
Koehler dan Pankowski sebagaimana dikutip oleh Ali
mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional didefinisikan
sebagai proses menginspirasi perubahan dan memberdayakan pengikut
untuk mencapai ketinggian yang lebih besar, untuk memperbaiki diri
dan untuk meningkatkan proses organisasi. Hal ini dapat
memungkinkan proses menyebabkan pengikut untuk menerima
tanggung jawab dan akuntabilitas untuk diri mereka sendiri dan proses
yang mana mereka ditugaskan.23
Danim sebagaimana dikutip oleh El Widdah mendefinisikan
kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan seorang
pemimpin dalam bekerja, dengan dan atau melalui orang lain untuk
mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi yang
langka dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capaian yang telah ditetapkan.24
Menurut Rahmi, kepemimpinan transformasional adalah sebuah
proses di mana pemimpin mengambil tindakan-tindakan untuk
meningkatkan kesadaran rekan kerja mereka tentang apa yang benar
dan apa yang penting, dan untuk meningkatkan kematangan motivasi
22Bernard M. Bass and Ronald E. Riggio, Transformational Leadership (New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates Publisher, 2006), p. 128. 23Eko Maulana Ali, Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi Pemerintahan
(Jakarta: Multicerdas Publishing, 2012), hal. 97. 24Minnah El Widdah, dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu
Madrasah (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 86.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[21]
rekan kerja mereka serta mendorong mereka untuk melampaui minat
pribadi mereka demi mencapai kemaslahatan kelompok, organisasi,
atau masyarakat.25 Selanjutnya Rahmi mengatakan bahwa dalam
organisasi pendidikan terdapat 7 prinsip utama yang penting dimiliki
oleh pemimpin transformasional sebagai pola dasar untuk menciptakan
tatanan sinergis organisasi, antara lain:
1. Simplikasi.
Keberhasilan dari kepemimpinan pendidikan di awali dengan visi
yang akan menjadi cermin dan tujuan pendidikan. Kemampuan
serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis
dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab “kemana kita
akan melangkah?” menjadi hal yang penting untuk
diimplementasikan.
2. Motivasi.
Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap anggota
organisasi pendidikan yang terlibat tehadap visi yang sudah
dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Pada saat
pemimpin transformasional menciptakan kondisi sinergis di dalam
organisasi, seharusnya pemimpin transformasional dapat pula
mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada
pengikutnya.
3. Fasilitas.
Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi
“pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi pendidikan secara
kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini akan
berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari
setiap anggota organisasi yang terlibat di dalamnya.
(4). Inovasi.
Yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab
melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu
tuntutan dengan perubahan yang terjadi.
(5). Mobilitas.
25Sri Rahmi, Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi: Ilustrasi di
Bidang Pendidikan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hal. 60.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[22]
Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi
dan memperkuat setiap anggota organisasi yang terlibat di
dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan.
(6). Siap siaga.
(7). Tekad.
Yaitu tekad bulat untuk terus sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.26
Faktor Kedua: Budaya Organisasi.
Budaya organisasi bermakna suatu sistem makna bersama yang
dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dengan
organisasi lainnya.27 Schermerhorn memberikan definisi budaya
organisasi sebagai berikut: Budaya organisasi adalah sistem keyakinan
dan nilai-nilai bersama yang memandu perilaku dalam organisasi.28
Alvesson sebagaimana yang dikutip oleh Lunenburg
mengemukakan definisi budaya organisasi sebagai berikut: Budaya
organisasi adalah semua keyakinan, perasaan, perilaku, dan simbol
yang merupakan ciri khas dari suatu organisasi. Lebih khusus lagi,
budaya organisasi didefinisikan sebagai filsafat bersama, ideologi,
kepercayaan, perasaan, asumsi, harapan, sikap, norma, dan nilai-nilai.29
Menurut Hellriegel & Slocum budaya organisasi diartikan
sebagai nilai, keyakinan, dan sikap yang dipelajari dan dibagi bersama
yang berlaku untuk semua anggota.30 Torrington dan Weightmen
sebagaimana dikutip oleh Tony Bush menjelaskan bahwa budaya
organisasi adalah suatu karakteristik semangat dan keyakinan sebuah
organisasi, yang ditunjukkan, misalnya dalam norma-norma dan nilai-
nilai yang secara umum berbicara tentang bagaimana seharusnya orang
26Ibid., hal. 61. 27Robbins, Stephen P. dan Tomithy A. Judge, Perilaku Organisasi, Terj. Diana
Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid(Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal. 256. 28Schermerhorn, John R, Introduction to Management (Asia: John Wiley & Sons Pte
Ltd, 2010), P. 69. 29Lunenburg Fred. C and Allan C. Arnstein, Educational Administration: Concepts
ang Practices. 4th ed (USA: Wadsworth, 2006), p. 82. 30Hellriegel, Don & Slocum, W. John, Organizational Behavior (USA: South-Western
Cengage Learning, 2011), p. 478.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[23]
bersikap terhadap orang lain, suatu sifat pola hubungan kerja yang
harus dikembangkan dan diubah. Norma-norma ini sangat dalam,
asumsi-asumsi kaku yang tidak selalu diekspresikan, dan selalu
diketahui tanpa bisa dipahami.31
Faktor Ketiga: Motivasi Kerja.
Pengertian Motivasi kerja di sini merujuk pada faktor yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karena
itu motivasi sering diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku
seseorang.”32 Schunk menjelaskan motivasi adalah proses dimana
kegiatan yang diarahkan pada tujuan yang menghasut dan
berkelanjutan.
Miner sebagaimana dikutip oleh Lunenburg mendefinisikan
motivasi sebagai berikut: Proses-proses dalam individu yang
merangsang perilaku dan menyalurkannya dengan cara yang
seharusnya menguntungkan organisasi secara keseluruhan.33 Donald
sebagaimana dikutip Martinis Yamin mendefinisikan motivasi
sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feelling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.34
Sementara itu ada ahli yang berpendapat bahwa motivasi
membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat,
karena orang itu ingin melakukannya.35 Pendapat ahli yang lain
mengatakan motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses
perilaku manusia pada pencapaian tujuan.36
31Bush, Tony dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan
Pendidikan.Terj: Fahrurrozi(Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), hal. 134. 32Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta. Kencana Predana Media
Group . 2011) hal. 109 33Lunenburg Fred. C and Allan C. Arnstein, Op.Cit., p. 110. 34Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Referensi, 2013), hal.
196. 35George R.Terry Leslie W.Rue. Dasar-dasar Manajemen. Judul Asli: Prinsiple of
Management diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu (Jakarta PT. Bumi Aksara. 2010)
.hal.168 36Wibowo. Manajemen Kinerja (Jakarta. Rajawali Pers.2010), hal.379.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[24]
Menurut Woodworth dan Marques sebagaimana yang dikutip oleh
Mustaqim dan Wahab bahwa motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang
mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-
tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya.37
Mengiringi pendapat di atas, Siagian mengemukakan pengertian
motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan
kontribusi sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi. Menurut
jenisnya motivasi terbagi atas :
1. Motivasi Intrinsik.
Maksud dari motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi Ekstrinsik.
Maksud dari motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya karena ada perangsang dari luar.38
Sardiman menjelaskan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap
orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1). Tekun menghadapi tugas.
(2). Ulet menghadapi kesulitan. (3). Lebih senang bekerja mandiri. (4).
Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin. (5). Dapat mempertahankan
pendapatnya. (6). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, dan (7).
Senang mencari dan memecahkan masalah39.
Usman mengemukakan teknik memotivasi dapat dilakukan
dengan cara.” (1) Berpikiran positif; yakni berpikiran bahwa apa yang
dikerjakan akan mencapai kesuksesan. (2) Menciptakan perubahan yang
kuat; perubahan dari keadaan yang buruk ke arah yang lebih baik. (3)
Membangun harga diri; harga diri merupakan suatu prinsip hidup yang
diperjuangkan dan dipertahankan. (4) Memantapkan pelaksanaan;
konsisten dengan prosedur dan proses untuk mencapai kesuksesan. (5)
37Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hal. 72. 38Ibid, hal. 89 39Sardiman, Op.Cit., hal. 83
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[25]
Membangkitkan orang lemah menjadi kuat; dan (6) Membasmi sikap
suka menunda-nunda.”40
B. Studi Awal Potensi Pemimpin Inovatif di STAI Provinsi Jambi.
Seluruh teori dari berbagai pendapat ahli dan pakar di atas yang
terkait dengan keinovatifan pimpinan merupakan kondisi ideal dari
keinovatifan pimpinan pada perguruan tinggi. Guna menunjang
penulisan buku ini dengan fakta empiris, maka penulis terlebih dahulu
mengadakan penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
keinofativan seorang pemimpin, mendeteksi pengaruhnya, untuk
dijadikan sebagai temuan keilmuan dalam upaya menjadi pemimpin
inovatif.
Studi awal telah dilakukan dalam rentang bulan April hingga
Agustus 2016 ke beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta yang
tersebar di dalam Provinsi Jambi, yaitu STAI An-Nadwah Kuala
Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat mewakili Jambi wilayah
Timur, STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari mewakili Jambi
wilayah Tengah, dan STAI Syekh Maulana Qori Bangko Kabupaten
Merangin mewakili Jambi wilayah Barat.
Data yang dihimpun berkenaan dengan jumlah program studi
(Prodi) yang ada, jumlah mahasiswa yang dimiliki, jumlah dosen, serta
jumlah sarana dan prasarana dalam rentang waktu lima (5) tahun, yaitu
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Secara umum data yang
didapat pada studi awal tergambar pada tabel 1.1 yang menunjukkan
STAI An-Nadwah Kuala Tungkal mengalami perkembangan positif. Ini
menunjukkan bahwa keinovatifan ketua STAI An-Nadwah cukup baik,
dimana dalam 5 tahun terakhir telah menunjukkan perubahan yang
membanggakan.
Tabel 1.1.
Data Penelitian Profil STAI An-Nadwah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.41
40Husaini Usman, Op.Cit., hal. 272. 41Sumber: Dokumentasi STAI An-Nadwah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[26]
Ta
hun
ITEM
Jmlah
Prodi
Jmlh
Mhsw
Jmlah
Dosen Sarpras
2011 2 buah 950
Orang
35
orang
8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab
komputer dengan 11 unit computer,
dll
2012 2 buah 1.068
orang
37
orang
8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab
komputer dengan 16 unit komputer.
1 ruang micro teaching, dll
2013 3 buah 1.137
orang
48
orang
8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang
pustaka, 1 lab komputer dengan 20
unit komputer. 1 ruang micro
teaching, dll
2014 4 buah 1.256
orang
59
orang
12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab
komputer dengan 20 unit komputer.
1 ruang micro teaching, dll
2015 4 buah 1.288
orang
65
orang
12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab
komputer dengan 22 unit komputer.
1 ruang micro teaching,
dll
Sejumlah program pengembangan juga telah dilakukan oleh
pimpinan STAI An-Nadwah dalam rangka membawa STAI An-
Nadwah menjadi semakin maju, diantaranya melakukan kerjasama
dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanjung Jabung
Barat dalam hal melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (kukerta)
mahasiswa.
Selanjutnya dapat diperhatikan data profil Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Muara Bulian Kabupaten Batanghari, sebagaimana yang
tersaji pada tabel sebagai berikut:
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[27]
Tabel 1.2.
Data Penelitian Profil STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari.42
Memperhatikan data yang terdapat pada tabel di atas,
terlihat bahwa STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari juga
mengalami perkembangan positif yang menunjukkan bahwa
keinovatifan pimpinan STAI Muara Bulian cukup baik dan
membanggakan, dimana dalam 5 tahun terakhir telah
menunjukkan perubahan yang membawa STAI Muara Bulian
terlihat maju di mata masyararakat.
42Sumber: Dokumentasi STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
Ta
hun
ITEM
Jmlah
Prodi
Jmlh
Mhsw
Jmlah
Dosen Sarpras
2011 2 buah 765
orang
21
orang
9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan
lab komputer dengan 10 unit
computer, dll
2012 3 buah 987
orang
27
orang
8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang
micro teaching, 1 lab komputer
dengan 17 unit computer, dll
2013 3 buah 1.026
orang
28
orang
8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang
micro teaching, 1 lab komputer
dengan 17 unit computer, dll
2014 3 buah 1.173
orang
33
orang
12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang
micro teaching, 1 lab komputer
dengan 19 unit komputer, 1 ruang
BEM, 1 ruang MAPALA, dll
2015 3 buah 1.185
orang
35
orang
13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang
micro teaching, 1 lab komputer
dengan 21 unit komputer, 1 ruang
BEM, 1 ruang MAPALA, dll
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[28]
Pada tahun 2015, pihak STAI Muara Bulian telah
melakukan kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi yang
ada di Malaysia yang bernama College Ash-Shofa, yakni dalam
hal berbagi informasi-informasi akademik yang saling
menguntungkan bagi kedua perguruan tinggi.
Kemudian semenjak 2012 STAI Muara Bulian juga telah
melakukan kerjasama dengan UI (Universitas Indonesia) dalam
hal layanan perpustakaan secara digital, yakni berupa suatu
aplikasi layanan perpustakan berbasis online yang tentunya
memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para pengguna
terutama para mahasiswa STAI Muara Bulian.43
Selanjutnya kami sajikan data Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko Kabupaten
Merangin, dimana dari data ini mampu memberikan gambaran
awal mengenai keinovatifan ketua STAI. Berdasarkan data yang
terdapat pada tabel 1.3, dapat dipahami bahwa keinovatifan
pimpinan STAI Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko cukup baik.
Hal ini terlihat dari perkembangan yang dialami oleh
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Maulana Qori
(SMQ) Bangko Kabupaten Merangin yang tergolong positif,
dimana dalam lima tahun terakhir STAI Syekh Maulana Qori
telah menunjukkan perubahan-perubahan dan kemajuan yang
membanggakan dari tahun ke tahun. Mengenai tingkat
perkembangan tersebut selengkapnya dapat kita pelajari pada
tabel 1.3. berikut ini:
43Hasil wawancara dengan salah seorang piminan STAI Muara Bulian, 25 Agustus
2015.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[29]
Tabel 1.3. Data Penelitian Profil STAI Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko
Kabupaten Merangin.44
Ta
Hun
ITEM
Jumlah
Prodi
Jmlh
Maha
siswa
Jmlh
Dosen Sarpras
2011 3 buah 577
orang
26
orang
9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan
lab komputer dengan 10 unit
computer, dll
2012 3 buah 602
orang
28
orang
9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan
lab komputer dengan 10 unit
computer, dll
2013 3 buah 674
orang
30
orang
13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan
mikro teaching, 1 ruangan lab
kopumter dengan 13 unit computer,
dll
2014 4 buah 845
orang
34
orang
13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan
mikro teaching, 1 ruang peradilan
semu, 1 ruangan lab kopumter
dengan 17 unit komputer, 1
ruangan audio visual, dd
2015 4 buah 978
orang
34
orang
13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang
kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan
mikro teaching, 1 ruang peradilan
semu, 1 ruangan lab kopumter
dengan 17 unit komputer, 1
ruangan audio visual, dll
Hasil analisis peneliti terhadap dokumen-dokumen dari ketiga
STAI di atas, dapat diuraikan bahwa terlihat adanya upaya inovatif
yang telah dilakukan oleh para ketua untuk membawa instansinya
44Sumber: Dokumentasi STAI Syekh Maulana Qori Bangko Kabupaten Merangin.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[30]
masing-masing semakin lebih baik dari waktu ke waktu. Ini dapat
diketahui dari terjadinya peningkatan kuantitas dalam berbagai hal
sebagaimana yang telah tercantum pada tabel-tabel diatas.
Serangkaian tindakan inovatif yang telah dilakukan oleh para
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tersebut peneliti duga
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menurut dugaan penulis
memiliki pengaruh kuat terhadap daya inovatif para Ketua STAI.
Faktor dimaksud antara lain tipe kepemimpinan para ketua yang
menurut dugaan penulis para Ketua STAI telah menunjukan ciri
kepemimpinan transformasional, kemudian dipengaruhi pula olah
budaya organisasi STAI, dan motivasi kerja pengelola dan karyawan
STAI.
Beberapa penelitian penting telah dilakukan oleh Sarros, et.
all, mengenai faktor ini. Salah satunya berjudul: Building a Climate
for Innovation Through Transformational Leadership and
Organizational Culture.45 Penelitian ini membuktikan adanya
hubungan kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi
dalam membentuk iklim untuk keinovatifan organisasi dalam
organisasi sektor swasta di Australia. Pemodelan persamaan
struktural berdasarkan tanggapan survei dari 1.158 manajer
mengeksplorasi hubungan antara kepemimpinan transformasional
dan iklim untuk keinovatifan organisasi, dan melihat sejauh mana
kompetisi kinerja berorientasi pada budaya organisasi memediasi
hubungan ini. Dengan kata lain, penelitian ini telah membuktikan
bahwa kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinovatifan
pimpinan.
Berangkat dari berbagai pemaparan tersebut, maka penulis ingin
menelusuri permasalahan ini secara ilmiah, dan membuktikan apakah
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja
memberikan pengaruh terhadap keinovatifan ketua Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) tersebut?
45Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational
Leadership and Organizational Culture, International Journal of Leadership &
Organizational Studies, Volume 15, Number 2, Baker College, 2008.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[31]
Sesuai dengan judul pada buku ini yakni “Menjadi Pemimpin
Inovatif” maka, penelitian penulis diarahkan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi Keinovatifan Pemimpin di STAI yang ada di Provinsi
Jambi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi yakni: Kepemimpinan
transformasional, budaya organisasi dan motivasi kerja.
Pada dasarnya, masih terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi namun dalam penelitian ini penulis hanya membatasi
tiga faktor tersebut dengan anggapan bahwa faktor-faktor
kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja memiliki
pengaruh yang cukup kuat terhadap keinovatifan seorang pemimpin
*****
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[32]
BAB II
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[33]
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[34]
BAB II Konstruksi Sederhana
Model Kepemimpinan Inovatif
dan Berbagai Penelitian yang Relevan
A. Praktik Inovasi dalam Kepemimpinan
Istilah inovasi dapat dipahami dalam arti ganda. Pertama,
maknanya dilihat dalam bentuk kata benda umum (common noun)
yaitu: “a new object, idea or practice”. Kedua, sebagai kata benda
abstrak (abstract noun) yaitu: suatu proses di mana suatu obyek
atau praktek baru dimunculkan ke permukaan dan diadopsi oleh
individu atau kelompok. Proses ini berawal dari adanya temuan
(invention) diikuti oleh proses pengembangan (development), dan
proses adopsi (adoption) dan pelembagaan (institutionalization).46
Secara etimologi inovasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata
kerjanya innovo, yang berarti memperbaharui dan mengubah. Jadi,
inovasi adalah perubahan baru menuju arah perbaikan dan
berencana (tidak secara kebetulan)47.
46Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010), hal. 64. 47Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal. 44.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[35]
“Inovasi merupakan suatu proses di mana organisasi-
organisasi memanfaatkan keterampilan-keterampilan dan sumber-
sumber daya mereka untuk mengembangkan produk baru dan
sistem pengoperasian baru sehingga mereka menjadi lebih baik”48.
Sementara itu, kata inovatif dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan “Bersifat pembaharuan; bersifat pengenalan
terhadap hal-hal yang baru. Kata inovatif ditambah imbuhan ke-
an menjadi keinovatifan mengandung makna hal yang baru.”49
Inovasi menurut Adair adalah pengenalan yang disengaja
dan spesifik dari apa yang baru, yang bertujuan mencapai tujuan
organisasi yang lebih efektif.50 Adair juga mengatakan bahwa
semua inovasi itu adalah perubahan tetapi tidak semua perubahan
adalah inovasi.51 Inovasi adalah perubahan dan perbaikan yang
memiliki hasil positif sehubungan dengan pelanggan, stakeholder,
organisasi, dan konstituen lainnya52. Inovasi adalah proses
kreativitas, pengorganisasian, dan pengembangan bagi kecakapan
baru.53
Sementara itu, Sa’ud mengemukakan “Inovasi adalah suatu
ide, hal-hal praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia,
yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi
seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu
dapat berupa hasil invensi atau diskoveri, yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah”.54
Sedangkan inovasi pendidikan menurut Sa’ud adalah suatu
perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada
48Winardi. Manajemen Perubahan(The Management to Change). (Jakarta.Kencana
Prenada Media Group. 2008) hal.9 49Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008) hal. 435. 50Adair, Jhon, Leadership For Innovation, (London: Kogan Page, 2007), p. 11 51Ibid. 52Rainey, David. L, Sustainable Business Development: Inventing the Future through
Strategy, Innovation, and Leadership, (New York, Cambridge University Press,
2006), p. 17. 53Salim, Hadi Mahmud, At-Tarbiyatul Maidaniyah wa Asasiyatut Tadris,(Ar-Riyadh:
Maktabatul ‘Abikal, 1998), hal. 279 54Udin Saefudin Sa'ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal.5
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[36]
sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.55
Roger seorang pakar inovasi sebagaimana dikutip oleh
Hasibuan mengatakan: Inovasi adalah suatu ide, praktek atau obyek
yang dianggap sebagai sesuatu yang baru dengan unit adopsi
individu atau lainnya. Dalam hal kecil sekecil apapun, sejauh
perilaku manusia yang bersangkutan, sebuah ide merupakan obyektif
baru yang diukur dengan selang waktu sejak penggunaan atau
penemuan pertama. Kebaruan dirasakan dari ide individu
menentukan reaksinya. Jika hal tersebut dirasakan baru oleh individu
maka itulah arti sebuah inovasi.56
Keinovatifan seorang pemimpin merupakan sebuah keniscayaan,
melakukan inovasi berarti melakukan langkah-langkah sebagai upaya
mencapai kemajuan. Allah SWT mengisyaratkan bahwa perubahan
untuk kemajuan itu harus diupayakan oleh manusia itu sendiri,
sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an:
Artinya:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Ra’d: 11)57.
55Ibid., hal. 6. 56Lias Hasibuan, Loc.Cit. 57Anonim, Al-Qur'an...Op.Cit, hal. 166.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[37]
Lebih jauh Islam mengajarkan bahwa upaya menegakkan
kebenaran, memperjuangkan cita-cita atau visi lembaga hendaknya
dilakukan dengan organisasi yang rapi, sebab Allah SWT mencintai
mereka yang melakukannya dengan organisasi yang rapi. Sesuai dengan
Firman Allah SWT yang berbunyi.
Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-
Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.(Q.S. Ash-Shaft: 4)58.
Danim mengemukakan bahwa “Pemimpin yang inovatif adalah
pemimpin yang bertindak tepat waktu dan sesuai dengan perubahan
rencana dan metode yang ada dalam pemikiran serta memikirkan
tujuan, ide, dan pemecahan masalah baru yang lebih baik.”59 Harris
mengatakan bahwa perencanaan yang buruk dan tidak efektif bisa
diganti dengan perencanaan yang berorientasi inovatif dan
pembelajaran dapat membantu organisasi berhasil.60
Sehubungan dengan itu, selayaknya pimpinan perguruan tinggi
merasa ditantang untuk lebih cepat dan tanggap dalam mengambil
inisiatif, kreatifitas, bahkan harus inovatif sehingga memudahkan dalam
mempengaruhi personil lembaganya untuk sama-sama mencapai tujuan
institusi sejalan dengan perencanaan yang telah ditetapkan secara
bersama.
Inovasi di bidang pendidikan merupakan usaha mengadakan
perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik
dalam bidang pendidikan.61 Jadi sebagai pimpinan tertinggi
diperguruan tinggi, maka seorang Rektor/Ketua dituntut untuk aktif
melakukan serangkaian perubahan agar terjadi kemajuan yang
lebih baik bagi perguruan tinggi yang dipimpinnya.
58Ibid., hal. 278. 59Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan. (Bandung. Alpabeta. 2010) hal. 39 60Harris, Gerald, The Art Of Quantum Planning: Lesson from Quantum Physics for
Breakthrough Strategy, Innovation, and Leadership, (California: Berret-Hoehler
Publishers, 2009), p. 10. 61Sa'ud, Op.Cit., hal. 8.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[38]
Rusdiana mengatakan bahwa Inovasi pendidikan adalah suatu
ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik
berupa hasil invensi (penemuan baru) atau discovery (baru
ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi62.
Lebih lanjut Rusdiana mengatakan bahwa inovasi dalam dunia
pendidikan dapat berupa apa saja, produk ataupun sistem. Inovasi
dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya, yang menciptakan hal
baru, memudahkan dalam dunia pendidikan, serta mengarah pada
kemajuan.
Sagala mengemukakan “Inovasi adalah kemampuan untuk
merubah ide menjadi barang, jasa atau proses untuk memecahkan
problem dan memanfaatkan peluang yang dihadapi”.63 Lebih lanjut
Sagala mengatakan bahwa sering dijumpai sehari-hari banyak
pimpinan lembaga pendidikan kreatif tetapi tidak inovatif.
Pimpinan semacam ini hanya kaya akan ide tetapi tidak mampu
berinovasi dengan merubah idenya menjadi berbentuk barang atau
jasa untuk memecahkan problem yang dihadapinya.
Untuk memecahkan problem yang dihadapi seseorang perlu
mempunyai kreatifitas yang diwujudkan dalam bentuk inovasi dan siap
menghadapi resiko khususnya dalam mengelola lembaga pendidikan
yang dipimpinnya, karena sebuah organisasi yang inovatif harus belajar
untuk hidup dengan risiko.64
Gatto menjelaskan proses dari sebuah inovasi sebagaimana yang
tertera dalam gambar berikut ini:
62Rusdiana, Op.Cit., hal. 46. 63Syaiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung. Alfabeta. 2009)
hal. 180 64Adair, Op.Cit., p. 132.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[39]
Gambar 2.1. Program Flow65
Pimpinan memegang fungsi sentral bagi sebuah organisasi, oleh
karenanya secara umum fungsi kepemimpinan adalah:
(1). Menciptakan visi. Perbedaan seorang pemimpin dan manajer
terletak pada visinya. Kalau pemimpin selalu mempunyai visi
sedangkan seorang manajer tidak perlu mempunyai visi.
(2). Mengembangkan budaya organisasi. Dalam menjabarkan dan
merealisasikan visi, para anggota organisasi dan pemimpinnya harus
berpikir, bersikap dan berperilaku tertentu dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan berperilaku tertentu yang sesuai dengan visi
kepastian dapat merealisasi visi lebih tinggi. Agar para pengikutnya
berpikir, bersikap, dan berperilaku tertentu, pemimpin harus
menetapkan pedoman perilaku dalam bentuk norma-norma.
(3). Menciptakan sinergi. Konflik dalam batas tertentu memang
bermanfaat untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tanpa perbedaan
pendapat organisasi akan terjebak pada aktivitas rutin. Jika konflik tidak
bermanfaat dan menghabiskan energi organisasi bahkan dapat
menghancurkannya apabila berkembang menjadi konflik destruktif,
disana pemimpin berperan untuk mempersatukan para pengikutnya agar
mampu menciptakan sinergi yang positif di masa mendatang.
65Gatto, Keith P. Innovation, Leadership, and Positive Psychology. (California:
Berkeley Engineering, 2015). P. 8.
Innovation -Idea Generation -Idea Promotion -idea Realization
Antecedents of Innovation
-Cerativity -Engagement -Positive Work Culture -Positive Emotions
Positive Psychology (Character Strengths)
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[40]
(4). Memberdayakan (Empowerment) anggota. Pemberdayaan berarti
kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tindakan, juga merupakan
salah satu aspek pengembangan organisasi yang menyangkut
pengembangan organisasi dan sumberdaya organisasi.
(5). Menciptakan perubahan. Kepemimpinan berkaitan untuk
menciptakan perubahan dan selalu disebut agen perubahan.
(6). Memotivasi pengikut. Motivasi para pengikut mempunyai korelasi
dengan kinerja seseorang. Kinerja adalah fungsi dari kemampuan dan
motivasi.
(7). Mewakili sistem sosial.
(8). Membelajarkan organisasi.66 Sarros,et.all, mengatakan bahwa suatu
inovasi terbentuk dari serangkaian perihal lain sebagaimana yang tertera
di dalam gambar berikut:
Gambar 2.2.
Structureal Model of the Relationships Among Tranformational Leadership,
Organizational Culture, and Climate for Organizational Innovation67.
66Deddy Mulyadi, Perilaku Organisasi & Kepemimpinan Pelayanan: Konsep dan
Aplikasi Administrasi, Manajemen, dan Organisasi Modern, (Bandung: Alfabeta,
2015), hal. 171.
Climate for organizational
innovation
High performance expectations
Provides individual support
Intellectual Stimulation
Fosters acceptance of
goal
Articulates Vision
organizational culture
Provides appropriate role
model
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[41]
Salim menjelaskan bahwa hal mendasar yang harus dimiliki oleh
pemimpin, terutama pemimpin sebuah lembaga pendidikan, adalah lima
hal berikut ini: (1). kemampuan melakukan musyawarah. (2).
kemampuan menjadi teladan yang baik. (3). berpikiran cerdas dan
sopan santun. 4). memahami teknis administrasi, dan (5). mampu
melakukan pengawasan administratif.68
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka yang dimaksud
dengan keinovatifan ketua STAI adalah: Kesiapan seorang ketua STAI
dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan
serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan
sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau
organisasi yang dipimpinnya.
Adapun indikator keinovatifan ketua STAI dalam penelitian ini
adalah: (1). Aspek ide: yaitu berpikiran membangun dan berorientasi
pada kemajuan. (2). Aspek tindakan: yaitu melakukan berbagai
perubahan dan memanfaatkan sumber daya yang ada.
B. Konstruksi Sederhana Penelitian Kepemimpinan Inovatif.
Berdasarkan fakta yang terdapat pada latar belakang penulisan,
maka ada kemungkinan beberapa faktor dapat memberi pengaruh luas
terhadap keinovatifan ketua STAI, oleh karenanya penulis
mengidentifikasi beberapa hal yang diduga dapat memberi pengaruh
terhadap variabel keinovatifan Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) tersebut, adalah : komitmen kerja, kecerdasan emosional,
pengetahuan organisasi, gaya kepemimpinan, kecerdasan spiritual, dan
berpestasi. Menyikapi agar pembahasan tidak meluas, peneliti
membatasi permasalahan penelitian ini pada aspek yang diduga
memberi pengaruh kuat yaitu: Kepemimpinan transformasional (X1),
Budaya Organisasi (X2), dan Motivasi kerja (X3).
Lokasi penelitian penulis batasi hanya pada Sekolah Tinggi
Agama Islam Swasta yang berada di Provinsi Jambi, lebih tepatnya
67Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational
Leadership and Organizational Culture, Journal International of Leadership &
Organizational Studies, Volume 15, Number 2, (Baker College, 2008), p. 153. 68Salim, Op.Cit., hal. 136-137.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[42]
terfokus pada 3 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) sebagaimana yang
telah penulis bahas pada bagian studi awal.
1. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
Tujuan dari penelitian dan penulisan buku ini adalah untuk
mengetahui :
1. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam
Swasta di Provinsi Jambi.
2. Pengaruh langsung budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di
Provinsi Jambi.
3. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) terhadap motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di
Provinsi Jambi.
4. Pengaruh langsung budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.
5. Pengaruh langsung motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi
Jambi.
6. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.
7. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3) pada Perguruan
Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.
8. Pengaruh kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3) pada
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.
9. Pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama
Islam Swasta di Provinsi Jambi.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[43]
10. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1), budaya organisasi (X2) dan motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua
STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi
Jambi.
Setelah menetapkan tujuan diadakannya penelitian dan penulisan
buku ini, maka penulis berharap agar buku yang berisi hasil penelitian
ini berguna untuk:
1. Memberikan kontribusi informasi terhadap Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (STAIS) di Provinsi Jambi, melalui pembuktian secara
ilmiah ada atau tidak adanya pengaruh kepemimpinan
transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap
keinovatifan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) pada
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi. Dengan
harapan, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan oleh
lembaga bersangkutan maupun pemerintah dalam mengambil
kebijakan di masa mendatang.
2. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama tentang pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi
kerja terhadap keinovatifan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi
Jambi.
2. Kerangka Berpikir dan Hipotesis.
Keinovatifan ketua STAI adalah kesiapan seorang ketua STAI
dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan
serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan
sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau
organisasi yang dipimpinnya.
Aspek keinovatifan dapat ditinjau dari indikator sebagai berikut:
(1) Aspek ide: berpikiran membangun dan beroreintasi pada kemajuan.
(2) Aspek tindakan: melakukan berbagai perubahan dan memanfaatkan
sumber daya yang ada.
Berdasarkan hal ini, ditunjang berbagai uraian mengenai variabel
penelitian yang telah dijelaskan di awal, maka penulis menyusun
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[44]
kerangka kerangka berpikir dan hipotesis dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).
Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan seorang
pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan kemudian
menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan berbagai
perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
indikator sebagai berikut: (1). Aspek kecakapan: mampu beradaptasi,
dan memberdayakan bawahan. (2). Aspek kepribadian: menjadi
tauladan serta menghargai bawahan. Berdasarkan hal ini, maka penulis
menduga bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan
transformasional terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana ide-ide
baru, keteladanan, dan perlakuan pimpinan mampu menginspirasi
pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga
yang dipimpinnya.
2. Budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).
Budaya organisasi merupakan suatu norma, nilai, kebiasaan,
semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung
tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam suatu organisasi, dengan
indikator: kode etik, toleransi, teliti, kerjasama, dan agresif. Penulis
menduga, “terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi
terhadap keinovatifan pimpinan”, dimana nilai-nilai etis, toleransi,
ketelitian, kerjasama, dan agresifitas mampu menginspirasi pimpinan
untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang
dipimpinnya.
3. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap motivasi kerja (X3).
Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan seorang
pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan kemudian
menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan berbagai
perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan organisasi.
Indikatornya adalah : (1) . Aspek kecakapan: mampu beradaptasi dan
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[45]
memberdayakan bawahan. (2). Aspek kepribadian: menjadi tauladan
serta menghargai bawahan.
Motivasi kerja adalah suatu dorongan secara intrinsik dan
ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan indikator sebagai
berikut: (1). Secara Intrinsik: tekun bertugas, ulet dalam kesulitan.
keyakinan yang tinggi, dan bosan dengan kerutinan. (1). Secara
Ekstrinsik: mandiri dan mampu memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka ada dugaan bahwa “terdapat
pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional terhadap
motivasi kerja”, dimana kemampuan beradaptasi, memberdayakan
bawahan, menjadi tauladan, menghargai bawahan mampu memotivasi
pimpinan dalam bekerja demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.
4. Budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3).
Budaya organisasi merupakan suatu norma, nilai, kebiasaan,
semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung
tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam sebuah organisasi dengan
indikator sebagai berikut: kode etik, toleransi, teliti, kerjasama dan
agresif. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu dorongan secara
intrinsik dan ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan indikator
sebagai berikut: (1). secara intrinsik: tekun bertugas, ulet dalam
kesulitan, keyakinan yang tinggi, bosan dengan kerutinan, (2). secara
ekstrinsik: mandiri dan mampu memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa “terdapat
pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap motivasi kerja”,
dimana kode etik, toleransi, teliti, kerjasama,dan agresif mampu
memotivasi pimpinan dalam bekerja demi kemajuan lembaga yang
dipimpinnya.
5. Motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).
Motivasi kerja adalah suatu dorongan secara intrinsik dan
ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang diinginkan. Keinovatifan ketua STAI
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[46]
adalah kesiapan seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau
gagasan dan keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan
dengan memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi
mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya.
Berdasarkan ini, maka ada dugaan bahwa “terdapat pengaruh yang
signifikan motivasi kerja terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana
faktor-faktor ketekunan dalam bertugas, ulet dalam kesulitan,
keyakinan yang tinggi, bosan dengan kerutinan, mandiri, dan
memecahkan masalah mampu menginspirasi pimpinan untuk
melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang
dipimpinnya.
6. Kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).
Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan
seorang pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan
kemudian menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan
berbagai perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan Budaya organisasi merupakan suatu
norma, nilai, kebiasaan, semangat dan keyakinan bersama yang
dipegang pakai dan dijunjung tinggi oleh orang-orang yang hidup
dalam sebuah organisasi.
Sedangkan keinofativan ketua STAI adalah: kesiapan
seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau gagasan dan
keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan dengan
memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi
mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa “terdapat
pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional dan
budaya organisasi terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana
kemampuan beradaptasi, memberdayakan bawahan. menjadi
tauladan, menghargai bawahan, serta kode etik, toleransi, teliti,
kerjasama, dan agresifitas mampu menginspirasi pimpinan
melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang
dipimpinnya.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[47]
7. Kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3).
Dengan definisi yang sama dari penjelasan sebelumnya yakni
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi
kerja, maka hipotesis yang bisa penulis sampaikan adalah diduga
bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan
transformasional dan budaya organisasi terhadap keinovatifan ketua
STAI”, dimana kemampuan beradaptasi, memberdayakan bawahan.
menjadi tauladan, menghargai bawahan, serta kode etik, toleransi,
teliti, kerjasama, dan agresif mampu menginspirasi pimpinan untuk
memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja.
8. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3)
Dengan definisi variabel yang sama, maka penulis
menyampaikan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan
kepemimpinan tranformasional terhadap keinovatifan pimpinan
melalui motivasi kerja”, dimana kemampuan beradaptasi,
memberdayakan bawahan, menjadi tauladan, menghargai bawahan,
mampu menginspirasi pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi
demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya melalui motivasi kerja.
9. Budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3).
Dengan definisi yang sama pada penjelasan sebelumnya, maka
dari variable di atas dapat disampaikan hipotesis penulis bahwa
“terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap
keinovatifan pimpinan melalui motivasi kerja”, dimana kode etik,
toleransi, teliti, kerjasama,dan agresif, mampu menginspirasi
pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga
yang dipimpinnya melalui motivasi kerja.
10. Kepemimpinan transformasional (X1), budaya organisasi (X2) dan motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua
STAI (X4).
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[48]
Berdasarkan definisi variable yang telah disampaikan pada point
sebelumnya, maka diduga “terdapat pengaruh yang signifikan
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi dan motivasi kerja
secara simultan terhadap keinovatifan pimpinan”, dimana kemampuan
beradaptasi, memberdayakan bawahan. menjadi tauladan, menghargai
bawahan, serta budaya organisasi dan motivasi kerja mampu
menginspirasi pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi
kemajuan lembaga yang dipimpinnya.
Untuk memudahkan pemahaman, beberapa data-data penelitian
yang berbentuk analisa dengan perhitungan matematis yang panjang
memang tidak penulis sajikan sepenuhnya demi efensiesinya buku ini.
Namun seluruh kebenaran data dan ketelitian perhitungan dapat penulis
pertanggung jawabkan secara ilmiah.
3. Beberapa Penelitian Lain yang Relevan.
Untuk menunjang kualitas hasil penulisan, berikut disajikan
beberapa pendukung penelitian berupa penelitian lain yang relevan
dengan penelitian penulis yaitu sebagai berikut:
Alsolami, et.all. International Journal, 2016. Berjudul: Revisiting
Innovation Leadership.69
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa perilaku pemimpin inovatif
berbeda dari perilaku kepemimpinan yang dianggap cukup dalam situasi
kepemimpinan konvensional. Namun, literature tentang kepemimpinan
menunjukkan bahwa masih ada celah atribut yang diperlukan dari para
pemimpin inovasi yang sukses. Sebuah tinjauan literature saat
menunjukkan inovasi kepemimpinan adalah fenomena multi-
kepemimpinan yang terdiri antara lain: kepemimpinan karismatik,
kepemimpinan transformasional dan inovasi atribut kepemimpinan dan
kompetensi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah
sama-sama meneliti tentang keinovatifan pimpinan. Perbedaannya,
penelitian ini hanya berfokus pada masalah keinovatifan sedangkan
penelitian penulis lebih melihat kepada pengaruh kepemimpinan
69Alsalomi, Hazaz Abdullah, et.all. Revisiting Innovation Leadership. International
Journal, Open Journal of Leadership, 2016.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[49]
transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap
keinovatifan ketua STAI.
Sarros. Et.all. International Journal, 2016. Berjudul: Building a
Climate for Innovation Through Transformational Leadership and
Organizational Culture.70
Penelitian ini membuktikan adanya hubungan kepemimpinan
transformasional dan budaya organisasi dalam membentuk iklim untuk
keinovatifan organisasi dalam organisasi sektor swasta di Australia.
pemodelan persamaan struktural berdasarkan tanggapan survei dari
1.158 manajer mengeksplorasi hubungan antara kepemimpinan
transformasional dan iklim untuk keinovatifan organisasi, dan melihat
sejauh mana kompetitif kinerja berorientasi pada budaya organisasi
memediasi hubungan ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
penulis adalah sama-sama meneliti tentang keinovatifan. Perbedaannya,
penelitian ini berfokus pada melihat hubungan kepemimpinan
transformasional dan budaya organisasi dalam membentuk iklim untuk
keinovatifan organisasi, sedangkan penelitian penulis melihat pengaruh
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja
terhadap keinovatifan ketua STAI.
Sukoco. 2008. Penelitian: Pengaruh Strategi Perubahan Dan Kecakapan
Diri (Self Efficacy) Terhadap Keinovatifan Guru Sekolah Menengah
Kejuruan. Studi Eksperimen Pada Guru Sekolah Menengah Kejuruan
Yogyakarta.71.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (a). Strategi perubahan berpengaruh
kuat terhadap keinovatifan guru Sekolah Menengah Kejuruan. (b). Kecakapan
diri (self efficacy) berpengaruh kuat terhadap keinovatifan guru Sekolah
Menengah Kejuruan. (c). Strategi perubahan dan kecakapan diri (self efficacy)
secara bersama-sama berpengaruh kuat terhadap keinovatifan guru Sekolah
Menengah Kejuruan. (d). Strategi perubahan berpengaruh kuat terhadap
70Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational
Leadership and Organizational Culture, International Journal of Leadership &
Organizational Studies, Volume 15, Number 2, Baker College, 2008. 71Sukoco. Penelitian: Pengaruh Strategi Perubahan Dan Kecakapan Diri (Self Efficacy)
Terhadap Keinovatifan Guru Sekolah Menengah Kejuruan. Studi Eksperimen Pada
Guru Sekolah Menengah Kejuruan Yogyakarta. 2008.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[50]
kecakapan diri (self efficacy). Penelitian ini memiliki kesamaan dengan
penelitian penulis yaitu sama-sama meneliti keinovatifan.
Perbedaannya, penelitian ini melihat keinovatifan guru dipengaruhi oleh
strategi perubahan dan kecakapan diri, sedangkan penelitian penulis
melihat keinovatifan ketua STAI dipengaruhi oleh kepemimpinan
transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja.
Hendrik Kawengian. Universitas Negeri Jakarta. 2010. Disertasi dengan
Judul: Pengaruh Kecerdasan Emosional, Keinovatifan, Dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah SMA Di Sulawesi Utara
(Studi Kausal Pada Kepala Sekolah SMA Di Sulawesi Utara).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (a). Kecerdasan emosional memiliki
pengaruh kuat dan signifikan terhadap kinerja kepala sekolah. (b).
Keinovatifan memiliki pengaruh kuat dan signifikan terhadap kinerja kepala
sekolah. (c). Komitmen organisasi memiliki pengaruh kuat dan signifikan
terhadap kinerja kepala sekolah. (d). Secara simultan kecerdasan emosional,
keinovatifan, dan komitmen organisasi memiliki pengaruh kuat dan signifikan
terhadap kinerja kepala sekolah. (e). Kecerdasan emosional memiliki pengaruh
kuat dan signifikan terhadap komitmen organisasi. (f). Keinovatifan memiliki
pengaruh kuat dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Disertasi ini
memiliki sisi kesamaan dengan buku ini yaitu sama-sama meneliti variabel
keinovatifan. Perbedaannya, disertasi ini menempatkan variabel keinovatifan
pada variabel bebas sedangkan buku ini menempatkannya pada variabel terikat.
Khan Rabia, et.al. International Journal. 2009. “Transformational
leadership and organizational innovation: Moderated by
organizational size”72.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran moderat ukuran
organisasi dalam hubungan antara kepemimpinan transformasional dan
inovasi organisasi. Penelitian ini juga meneliti dampak dari
kepemimpinan transformasional terhadap inovasi organisasi. Sebuah
sampel dari 296 manajer dari sektor telekomunikasi Pakistan
berpartisipasi dalam studi. Rentang usia manajer adalah 25-60 tahun
72Khan Rabia, et.al. Jurnal Internasional. 2009. “Transformational leadership and
organizational innovation: Moderated by organizational size” African Journal Of
Business Management Vol.3, November 2009.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[51]
dengan usia rata-rata 42,5 tahun. model regresi hirarkis menunjukkan
ukuran organisasi secara signifikan memoderasi hubungan antara
kepemimpinan transformasional. Hasil lebih lanjut mengungkapkan
bahwa ukuran organisasi secara signifikan memoderasi hubungan
antara semua aspek kepemimpinan transformasional (Dikaitkan
Charisma, Motivasi Inspirasional, Intelektual Stimulasi dan
Pertimbangan individual) dan inovasi organisasi kecuali pengaruh ideal.
Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh positif dan signifikan
kepemimpinan transformasional terhadap inovasi organisasi. Penelitian
ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama
meneliti kepemimpinan transformasional dan keinovatifan.
Perbedaannya, penelitian ini melihat pengaruh kepemimpinan
transformasional terhadap keinovatifan organisasi yang dimoderasi oleh
ukuran organisasi, sedangkan penelitian penulis melihat pengaruh
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja
terhadap keinovatifan ketua STAI.
Thamrin, International Journal. 2012. “The Influence of
Transformational Leadership and Organizational Commitment on
Job Satisfaction and Employee Performance”73
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpinan
transformasional memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
komitmen organisasi, (2) kepemimpinan transformasional memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan, (3)
kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap kepuasan kerja, (4) komitmen organisasi memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan,
dan (5) kepuasan kerja memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
kinerja karyawan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
adalah sama-sama meneliti tentang kepemimpinan transformasional.
Perbedaannya, penelitian ini melihat pengaruh kepemimpinan
transformasional dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja
dan kinerja karyawan, sedangkan penelitian penulis melihat
73Tahmrin. “The Influence of Transformational Leadership and Organizational
Commitment on Job Satisfaction and Employee Performance” International Journal
Of Innovation, Management and Technology Vol.3, No.5 Oktober 2012.
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[52]
pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan
motivasi kerja terhadap keinovatifan ketua STAI.
Karaca, Hasan. University of Central Florida USA2007.
Disertasi yang berjudul: The Effects Of Transformational
Leadership On Employees‘ Perceived Leadership Effectiveness
In Public Organizations: Federal Emergency Management
Agency Case.74
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh
kepemimpinan transformasional terhadap efektivitas kepemimpinan
yang dirasakan karyawan pada organisasi publik. Studi ini juga
menunjukkan pentingnya komunikasi dan berbagi informasi, serta
memberikan kesempatan yang cukup kepada karyawan untuk
melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam organisasi publik.
Temuan ini juga mengkonfirmasi bahwa pemimpin diharuskan
memiliki perilaku motivasi inspirasional dan menggunakannya
untuk memberikan rasa pemberdayaan pribadi kepada karyawan.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis
mengenai variabel kepemimpinan transformasional, akan tetapi
memiliki perbedaan yang cukup jelas, penelitian ini melihat
pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap efektivitas
kepemimpinan yang dirasakan karyawan pada organisasi publik,
sedangkan penelitian penulis melihat pengaruh kepemimpinan
transformasional terhadap keinovatifan ketua STAI .
Kosasih, Ahmad. Universitas Pasundan Bandung, 2016.
Disertasi yang berjudul: Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional, Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja
Pegawai Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Serta Implikasinya
Pada Kinerja Pegawai PDAM Di Provinsi Banten.75
74Disertasi. Karaca, Hasan. University of Central Florida USA. The Effects Of
Transformational Leadership On Employees‘ Perceived Leadership Effectiveness In
Public Organizations: Federal Emergency Management Agency Case . 2007. 75Disertasi. Kosasih, Ahmad. Universitas Pasundan Bandung. Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja Pegawai
MENJADI PEMIMPIN INOVATIF
[53]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung
kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja
Recommended