View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 / HUK / 2011
TENTANG
PANDUAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : Mengingat :
a. bahwa pengaduan masyarakat sebagai wujud dari pengawasan masyarakat perlu dikelola secara baik dan efektif, guna mencegah terjadinya penyimpangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial;
b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Pemerintah Nomor PER/05/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 01/HUK/2006 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat/LSM/ Organisasi Profesi di lingkungan Departemen Sosial RI;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia tentang Panduan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia;
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
SALINAN
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
2
3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Nomor 4150);
4. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);
5. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor. 53 tahun 2010 tentang Displin
SALINAN
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
3
Memperhatikan :
Pengawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
12. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2011;
13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
14. Keputusan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Fungsional Pembangunan Kesejahteraan Sosial;
15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Nomor PER/05/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat;
16. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial;
17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 41/HUK/2011 tentang Tim Pemeriksa Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Sosial RI;
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL TENTANG PANDUAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA.
KESATU : Panduan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan
Kementerian Sosial Republik Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
SALINAN
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
4
KEDUA : Panduan Penanganan Pengaduan Masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KESATU, sebagai acuan bagi aparatur pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial dalam melaksanakan penanganan pengaduan masyarakat guna terciptanya pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
KETIGA
:
Panduan Penanganan Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU di susun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN BAB II ETIKA DAN PRINSIP DALAM PENANGANAN
PENGADUAN MASYARAKAT. BAB III PENATAUSAHAAN PENGADUAN MASYARAKAT BAB IV MEKANISME PENGADUAN MASYARAKAT BAB V KOORDINASI DAN SANKSI BAB VI PENUTUP
KEEMPAT : Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 01/HUK/2006 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat/LSM Organisasi Profesi di Lingkungan Kementerian Sosial dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KELIMA : Keputusan Menteri Sosial ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2011
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI
SALINAN
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
5
Salinan, Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Para Gubernur di seluruh Indonesia.
2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal, dan Kepala Badan
Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial di lingkungan Kementerian Sosial.
3. Para Kepala Dinas/Intansi Sosial Provinsi di seluruh Indonesia.
4. Para Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Sosial.
SALINAN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 191 / HUK / 2011
TENTANG
PANDUAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
6
PANDUAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, setiap
penyelenggara negara dituntut dapat mempertanggungjawabankan atas penggunaan
sumber daya kepada stakeholder secara transparan dan akuntabel. Untuk
mewujudkan kondisi tersebut, peran serta masyarakat menjadi penting dalam
melakukan check dan balance atas penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan
sosial.
Keterlibatan masyarakat sebagai bentuk pengawasan atau pengaduan masyarakat,
baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung, berupa keluhan,
saran atau kritik terkait dengan pembangunan kesejahteraan sosial di masyarakat,
perlu penanganan secara profesional.
Salah satu indikator sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan kesejahteraan
sosial dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan penurunan angka kemiskinan
adalah berkurangnya jumlah pengaduan masyarakat.
Dengan maksud tersebut diatas maka perlu ditetapkan Peraturan Menteri Sosial RI
tentang Panduan Penanganan Pengaduan Masyarakat dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Pemerintah dan Reformasi Birokrasi No
PER/05/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan
Masyarakat.
SALINAN
7
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Sebagai panduan Aparatur Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial RI
dalam menangani pengaduan masyarakat baik yang berkadar pengawasan
maupun yang tidak berkadar pengawasan dalam pelaksanaan
program/kegiatan Pembangunan Kesejahteraan Sosial.
2. Tujuan :
a. terwujudnya pemahaman yang sama terhadap mekanisme penanganan
pengaduan masyarakat;
b. terwujudnya penanganan pengaduan masyarakat dengan baik, efektif dan.
Efisien; dan
c. mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih (Good and Clean Governance) khususnya dalam penyelenggaraan
pembangunan kesejahteraan sosial.
C. Sasaran
a. untuk memberikan pelayanan yang baik atas penanganan pengaduan
masyarakat;
b. tertibnya penata kelolaan penanganan pengaduan masyarakat; dan
c. adanya koordinasi yang baik antar satuan kerja di lingkungan Kementerian
Sosial RI dalam penanganan pengaduan masyarakat.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penanganan pengaduan masyarakat yaitu pengaduan yang
disampaikan kepada Kementerian Sosial RI baik langsung maupun tidak langsung
dalam bentuk lisan, tertulis (surat, sms, email) dan atau disampaikan oleh
SALINAN
8
Lembaga Tertinggi Negara, Kementerian/Lembaga Non Kementerian, Badan/
Lembaga/ Instansi di daerah, Badan Hukum, Media Massa, Organisasi
Masyarakat, Partai Politik, Perorangan, dan lain-lain terhadap program/kegiatan
pembangunan kesejahteraan sosial.
E. Pengertian
1. Panduan adalah acuan yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan
program/kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Aparatur pemerintah adalah perangkat pemerintah untuk menjalankan tugas-
tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat, baik di pusat maupun
daerah.
3. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi
eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota Lembaga Negara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pejabat negara lainnya
yang ditentukan oleh Undang-Undang.
5. Aparatur Pengawasan Intern Pemerintah yang selanjutnya di sebut APIP
adalah lembaga/unit kerja (Inspektorat Jenderal, Inspektorat Wilayah
Provinsi/Kabupaten/Kota, dan BPKP) atau aparat di lingkungan instansi
pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan
fungsional terhadap suatu entitas/unit kerja yang menjadi lingkup wilayah
kerjanya.
SALINAN
9
6. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat
pengawasan fungsional baik ekstern dan intern pemerintah agar pelaksanaan
tugas pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Obyek Pemeriksaan (Obrik) adalah entitas/unit kerja, dan atau perorangan
yang diperiksa dalam rangka pelaksanaan kegiatan/program pembangunan
kesejahteraan sosial yang pembiayaannya bersumber melalui dana APBN
pada Kantor Pusat, UPT dan Dinas Sosial/Kesos Provinsi/Kabupaten.
8. Aparat Pengawasan Ekstern Pemerintah (BPK RI) adalah lembaga tinggi
negara dan KPK yang mempunyai kewenangan melaksanakan pengawasan
terhadap Kementerian/ Lembaga/Badan/BUMN/BUMD yang secara hirarki
melaporkan hasil pengawasannya kepada DPR RI.
9. Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan pengamatan dan penilaian
terhadap semua kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta tugas
penunjang yang meliputi segi teknis, administrasi dan manajemen dari Obrik,
dalam rangka pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan umum
pemerintahan maupun pembangunan.
10. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh warga
masyarakat baik disampaikan secara lisan maupun tertulis kepada pejabat
aparatur pemerintah yang berwenang/berkepentingan berupa sumbangan
pikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang bersifat membangun.
11. Pengaduan masyarakat adalah informasi atau keterangan yang disampaikan
bersumber dari masyarakat terhadap suatu penyimpangan/penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh aparatur pemerintah dan atau organisasi
sosial serta masyarakat.
12. Pengaduan berkadar pengawasan adalah pengaduan masyarakat yang isinya
mengandung informasi atau indikasi terjadinya penyimpangan atau
SALINAN
10
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh aparatur negara/pegawai
dilingkungan Kementerian Sosial, yang mengakibatkan kerugian
masyarakat/negara.
13. Pengaduan tidak berkadar pengawasan adalah pengaduan masyarakat yang
isinya mengandung informasi berupa sumbang saran, kritik yang konstruktif
dan lain sebagainya yang bermanfaat bagi perbaikan penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
14. Penanganan pengaduan masyarakat adalah proses kegiatan yang meliputi
penerimaan, pencatatan, penelaahan, konfirmasi, klarifikasi, pemeriksaan,
pelaporan, tindak lanjut dan pengarsipan.
15. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan
kehandalan informasi atas pengaduan masyarakat.
16. Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil
pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang
berwenang untuk melakukan tindakan dan atau perbaikan.
17. Tindak lanjut adalah semua langkah perbaikan/penyempurnaan yang wajib
dilakukan oleh Pimpinan Instansi/Unit kerja dan Obrik yang bersangkutan
sesuai rekomendasi atau saran atas temuan hasil pemeriksaan.
18. Penyaluran adalah suatu kegiatan Unit kerja penerima pengaduan masyarakat
untuk meneruskan pengaduan tersebut kepada unit kerja terkait lainnya yang
berwenang melakukan penanganan, tindakan korektif dan tindakan hukum
lainnya sesuai dengan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan kewenangannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
19. Pemantauan Tindak Lanjut adalah kegiatan untuk memantau upaya
pelaksanaan dan penyelesaian atas rekomendasi hasil pemeriksaan.
SALINAN
11
20. Pemantauan penanganan pengaduan masyarakat adalah proses kegiatan
untuk mengetahui perkembangan penanganan pengaduan sejak dari
penerimaan sampai dengan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
21. Pengujian adalah suatu kegiatan untuk meyakinkan bahwa bukti-bukti fisik dan
administratif pelaksanaan tindak lanjut telah memenuhi kaidah, relevan,
kompeten, material dan cukup.
22. Penetapan Status Tindak Lanjut adalah suatu kegiatan untuk menentukan
tingkat penyelesaian hasil tindak lanjut ke dalam status pending, proses dan
tuntas.
23. Tim Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat adalah
tim yang dibentuk dan ditugaskan oleh Inspektur Jenderal untuk melakukan
pemantauan dan pemutakhiran data tindak lanjut di lingkup Eselon I
Kementerian Sosial/UPT dan Kantor Dinas Sosial/Kesejahteraan Sosial
Provinsi.
24. Klarifikasi adalah proses penjernihan atau kegiatan berupa penjelasan
mengenai permasalahan yang diadukan oleh pejabat yang berwenang terkait
kepada sumber pengaduan dan instansi penerima pengaduan.
25. Konfirmasi adalah proses kegiatan untuk mendapatkan penegasan atau
pengesahan atas materi pengaduan terutama mengenai keberadaan terlapor
yang teridentifikasi, baik bersifat perorangan, kelompok maupun institusional,
termasuk materi pengaduan yang dilaporkan.
26. Pengkajian adalah proses mempelajari secara mendalam atas materi surat
pengaduan yang diterima dari instansi dan atau masyarakat oleh Pejabat yang
ditugaskan menangani pengaduan masyarakat.
27. Pimpinan Satker yang dimaksud dalam hal ini adalah Pejabat yang
mempunyai tugas melakukan pembinaan kepegawaian baik pusat maupun
daerah.
SALINAN
12
28. Pelapor adalah individu atau kelompok masyarakat yang menyampaikan
pengaduan kepada instansi pemerintah tertentu.
29. Terlapor adalah pegawai di lingkungan Kementerian Sosial atau lembaga
tertentu yang diduga melakukan penyimpangan atau pelanggaran.
30. Partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat untuk ikut serta
mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
F. Fungsi Penanganan Pengaduan Masyarakat
a. menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam membangun kontrol
sosial yang sehat terhadap keberhasilan pembangunan Kesejahteraan Sosial ;
b. menjadi salah satu tolok ukur (barometer) kepercayaan masyarakat terhadap
keberhasilan pembangunan Kesejahteraan Sosial di Lingkungan Kementerian
Sosial ;
c. membangun citra aparatur pemerintah di Lingkungan Kementerian Sosial yang
beretika, bermoral, profesional, transparan dan bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat;
d. memperbaiki dan mengefektifkan sistem pengendalian intern termasuk
pengawasan fungsional, khususnya bidang pelayanan masyarakat dan
pencegahan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme;
e. menumbuhkan kepekaan dan mengefektifkan fungsi manajerial terutama
dalam memperbaiki perumusan kebijakan, perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan laporan pertanggungjawaban pembangunan Kesejahteraan
Sosial; dan
f. menegakkan hukum dan keadilan secara tertib, proporsional dan demokratis.
SALINAN
13
G. Asas – Asas Penanganan Pengaduan Masyarakat
a. Kepastian Hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam menangani pengaduan masyarakat;
b. Tranparansi, yaitu membuka diri dan memberi kesempatan kepada
masyarakat dalam melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif terhadap penanganan pengaduan
masyarakat berdasarkan meknisme dan prosedur yang jelas;
c. Koordinasi, yaitu melaksanakan kerjasama yang baik antar pejabat yang
berwenang dan aparatur terkait berdasarkan mekanisme, tata kerja dan
prosedur yang berlaku;
d. Efektifitas, dan efisiensi yaitu tepat sasaran, hemat tenaga, waktu dan biaya;
e. Akuntabilitas, yaitu harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat,
baik proses maupun tindak lanjutnya;
f. Obyektivitas, yaitu berdasarkan fakta atau bukti tanpa dipengaruhi prasangka,
interpretasi, kepentingan pribadi, golongan ataupun kepentingan pihak
tertentu;
g. Proporsional, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan
kewenangan dengan tetap memperhatikan adanya kepentingan yang sah
lainnya secara seimbang; dan
h. Kerahasiaan, yaitu menjaga kerahasiaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkan.
SALINAN
14
BAB II
ETIKA DAN PRINSIP DALAM PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
Mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
No.PER/05/M.PAN/4/2009, Etika dalam Penanganan Pengaduan Masyarakat merupakan
pedoman dalam bersikap, bertindak, berucap, dan berperilaku agar memiliki moral dan
kepribadian yang baik, serta menumbuhkembangkan dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat dalam penanganan pengaduan masyarakat.
Adapun etika yang harus dimiliki oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)
yang menangani pengaduan masyarakat adalah sebagai berikut :
A. Nilai-Nilai Dasar Aparatur Pemerintah
Wajib menjunjung nilai-nilai dasar, sebagai berikut:
1. Berani, mengambil sikap tegas dan rasional dalam membuat keputusan yang
berkaitan dengan penanganan pengaduan masyarakat;
2. Integritas, mewujudkan perilaku yang jujur dan bermartabat;
3. Tangguh, tegar dalam menghadapi berbagai godaan, hambatan, tantangan,
ancaman dan intimidasi dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun;
4. Inovatif, selalu meningkatkan pengetahuan dan kapasitas pribadi.
B. Kewajiban dan Larangan bagi Aparatur Pemerintah
1. Kewajiban :
a. melaksanakan tugas dan wewenang secara proporsional dan profesional;
b. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
c. membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja;
d. mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja;
SALINAN
15
e. menjaga informasi yang bersifat rahasia terkait dengan jabatan, pelapor, dan
terlapor;
f. menyerahkan seluruh dokumen atau bahan-bahan yang berkaitan dengan
pengaduan masyarakat kepada atasannya, apabila sudah tidak menangani
pengaduan masyarakat atau berhenti/alih tugas; dan
g. menjaga kerahasiaan, baik informasi maupun dalam bentuk dokumen kepada
pihak lain, yang diperoleh sebagai konsekuensi pelaksanaan tugas selama
menangani pengaduan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung, apabila sudah tidak menangani pengaduan masyarakat atau
berhenti/alih tugas.
2. Larangan:
a. menggunakan sumber daya publik untuk kepentingan pribadi atau golongan;
b. menerima imbalan dalam bentuk apapun untuk kegiatan yang berkaitan
dengan penanganan pengaduan masyarakat;
c. meminta atau menerima bantuan dari pihak manapun untuk kepentingan
proses penanganan pengaduan masyarakat;
d. menyampaikan informasi/dokumen kepada pihak manapun selain pejabat
yang diberi kewenangan; dan
e. menangani kasus yang menimbulkan terjadinya konflik kepentingan pribadi,
kelompok maupun golongan.
C. Etika Aparatur Pemerintah
1. Etika terhadap pelapor
a. memberikan pelayanan dan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih dan
tanpa ada unsur pemaksaan;
SALINAN
16
b. memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka dan adil serta tidak
diskriminatif;
c. menjamin kerahasiaan identitas pelapor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
d. menciptakan kenyamanan dan keamanan kepada pelapor; dan
e. memberikan penjelasan secara proporsional tentang perkembangan proses
pengaduan masyarakat yang ditangani.
2. Etika terhadap terlapor :
a. menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah;
b. menghormati hak-hak terlapor;
c. diberikan perlakuan secara adil, dan tidak diskriminatif; dan
d. memberikan penjelasan secara proporsional atas penanganan pengaduan
masyarakat.
3. Etika terhadap sesama Aparatur Pemerintah:
a. menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait
dalam rangka pencapaian tujuan;
b. menggalang rasa kebersamaan;
c. menghargai perbedaan pendapat; dan
d. saling membimbing,mengingatkan, dan mengoreksi.
D. Prinsip- Prinsip Perlindungan Terhadap Pelapor dan Terlapor
Selama proses pembuktian pengaduan, Satuan Kerja yang berwenang menangani
pengaduan masyarakat wajib memberikan perlakuan yang wajar baik kepada pelapor
maupun terlapor.
1. Perlindungan Terhadap Pelapor
a. pelapor yang memberikan informasi adanya indikasi peyimpangan yang
dilakukan oleh aparatur pemerintah/negara selama proses pembuktian
SALINAN
17
pengaduan masyarakat (tidak dapat dituntut secara hukum) baik pidana
maupun perdata atas laporan yang akan, sedang, atau telah diberikannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. pelapor yang memberikan informasi adanya indikasi penyimpangan yang
dilakukan oleh aparatur pemerintah/negara yang pengaduannya belum
ditangani oleh Aparat Penegak Hukum, pelapor diberikan perlindungan bersifat
administratif dengan menjaga kerahasiaan identitas pelapor; dan
c. apabila pengaduan tersebut sudah ditangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
pelapor dijadikan saksi, maka pelapor berhak mendapatkan perlindungan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Perlindungan Terhadap Terlapor
a. Pimpinan Instansi Pemerintah atau Pejabat yang berwenang wajib
memperlakukan terlapor sebagai pihak yang tidak bersalah sampai hasil
telaahan, konfirmasi, klarifikasi dan pemeriksaan dapat membuktikan benar
atau tidaknya pengaduan masyarakat.
b. Pimpinan Instansi Pemerintah atau pejabat yang berwenang wajib
memberikan perlindungan kepada terlapor dengan tidak memberikan sanksi
dalam bentuk apapun tanpa didukung bukti yang sah dari hasil telaahan,
konfirmasi, klarifikasi dan pemeriksaan.
SALINAN
18
BAB III
PENATAUSAHAAN PENGADUAN MASYARAKAT
Pengaduan masyarakat yang diterima secara langsung, tertulis, maupun melalui media
elektronik dan media cetak, dilakukan penatausahaan secara cepat, tepat, dan tertib,
dengan prinsip merahasiakan kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor, seperti
tidak mencantumkan identitas pelapor dalam surat penyaluran dan menutup identitas
pelapor yang terdapat dalam surat pengaduan yang dilampirkan bersama surat
penyaluran.
Tahapan penatausahaan pengaduan masyarakat, meliputi
1. Penerimaan Surat
Surat pengaduan diagendakan oleh Bagian Umum Unit Kerja Eselon I (UKE I) untuk
segera diteruskan kepada pimpinan unit, dengan kartu kendali sebagai alat kontrol.
Surat pengaduan dimaksud meliputi :
a. Pengaduan Masyarakat /Lembaga/Instansi yang disampaikan langsung melalui
baik dalam bentuk surat maupun Short Massage Service (SMS)/Pesan Singkat
kepada Presiden RI dan atau Menteri Sekretariat Negara tentang adanya
penyimpangan dan tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh Pejabat/Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Sosial/Dinas Sosial/Kesos Provinsi
terhadap pelaksanaan program/ kegiatan yang tidak sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
b. Surat Pengaduan Masyarakat/Lembaga/Instansi yang disampaikan langsung
kepada Kementerian Sosial RI melalui Tromol Pos 1001 dan SMS yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan memuat identitas pelapor dan terlapor serta
informasi adanya penyimpangan dan atau tindakan tidak terpuji yang dilakukan
SALINAN
19
oleh Pejabat/Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kementerian Sosial dan
Pemerintah Daerah.
c. Surat Penyaluran Pengaduan dari Kantor MENPAN atau Tromol Pos 5000 dan
pelimpahan dari Lembaga Pemerintah lainnya yang oleh instansi tersebut ditujukan
kepada Menteri Sosial dan atau Pejabat Eselon I (satu) dilingkungan Kementerian
Sosial RI.
d. Pengaduan yang disampaikan secara langsung oleh pelapor melalui media
cetak/elektronik dan atau opini yang menjadi perhatian publik.
2. Pencatatan dan Identifikasi Pengaduan Masyarakat
Jika surat pengaduan masyarakat disampaikan langsung kepada UKE I selain
Inspektorat Jenderal, maka pimpinan UKE I, wajib menyampaikan surat pengaduan
masyarakat tersebut kepada Inspektur Jenderal Kementerian Sosial dan pejabat unit
kerja dibawahnya. Untuk lingkup Inspektorat Jenderal, surat pengaduan yang masuk
dihimpun oleh Sekretariat Inspektorat Jenderal melalui Bagian Analisis dan
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) untuk dilakukan proses lebih
lanjut, meliputi :
a. Pencatatan Surat Pengaduan
Pencatatan surat pengaduan dilakukan dalam form dan map file pengaduan secara
tersendiri yang di atur oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI mencakup
data :
1) Sumber Pengaduan, meliputi :
a) Lembaga Tertinggi Negara;
b) Kementerian/Lembaga Non Kementerian;
c) Badan/Lembaga/Instansi di daerah;
d) Badan Hukum;
e) Mass Media;
f) Organisasi Masyarakat;
SALINAN
20
g) Partai Politik; dan/atau
h) Perorangan
2) Data Surat Pengaduan, meliputi:
a) nomor dan tanggal agenda;
b) tanggal surat pengaduan;
c) kategori; dan
d) perihal.
3) Identitas Pelapor, meliputi:
a) nama;
b) alamat;
c) pekerjaan;
d) kabupaten/Kota;
e) provinsi; dan
f) kategori pelapor.
4) Identitas Terlapor, meliputi:
a) nama;
b) NIP/NRP;
c) alamat;
d) jabatan;
e) instansi terlapor; dan
f) kategori instansi.
5) Lokasi Kasus, meliputi:
a) kabupaten/Kota;
b) provinsi; dan/atau
c) Negara.
SALINAN
21
b. Identifikasi Pengaduan Masyarakat
Pengaduan yang telah dicatat kemudian dilakukan pengkajian dan pengkategorian
berdasarkan kaidah dan standar yang telah ditetapkan, sebagai berikut :
1) Pengkajian, berdasarkan materi pengaduan, meliputi :
a) merumuskan inti masalah yang diadukan;
b) menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang relevan;
c) meneliti dokumen dan/atau informasi yang pernah ada dalam kaitannya
dengan materi pengaduan yang baru diterima; dan
d) menetapkan hasil pengkajian pengaduan masyarakat untuk proses
penanganan selanjutnya.
2) Pengkategorian, berdasarkan kadar pengawasan, meliputi :
a) pengaduan berkadar pengawasan :
1. apabila substansi/materi pengaduan logis dan memadai dengan
identitas pelapor jelas serta didukung bukti awal, harus dilakukan
pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran informasinya;
2. apabila substansi/materi pengaduan logis dan memadai serta didukung
bukti awal, namun identitas pelapor tidak jelas, perlu dilakukan
pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran informasinya;
3. apabila substansi/materi pengaduan tidak memadai dan identitas
pelapor jelas, perlu dilakukan klarifikasi dan konfirmasi sebelum
dilakukan pemeriksaan;
4. apabila substansi permasalahannya sama, sedang atau telah dilakukan
pemeriksaan, dijadikan tambahan informasi bagi proses pembuktian.
b) tidak berkadar pengawasan :
1. apabila substansi/materi pengaduan berupa sumbang saran, kritik yang
konstruktif dan lain sebagainya yang bermanfaat bagi perbaikan
SALINAN
22
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, sebagai
bahan informasi atau bahan pengambilan keputusan/kebijakan;
2. apabila substansi/materi pengaduan tidak logis, berupa keinginan
pelapor secara normatif tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan pemerintah tidak mungkin
memenuhinya, tidak perlu diproses lebih lanjut. Hal tersebut
disampaikan kepada pelapor atau yang bersangkutan.
3. Penyaluran
Berkas pengaduan yang telah dilakukan pencatatan dan identifikasi, selanjutnya
disampaikan/diteruskan kepada Inspektorat Bidang untuk menyelesaikan sesuai
dengan Tugas dan Kewenangannya.
Mekanisme penyaluran penanganan pengaduan masyarakat didasarkan atas
jenjang/hirarki kewenangan serta tanggung jawab, sebagai berikut :
1) penyaluran berdasarkan obyek terlapor
a) Pegawai Negeri Sipil
Apabila permasalahan yang disampaikan mengenai penyimpangan dan
pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil, penyalurannya
ditujukan kepada Inspektorat Bidang dengan tembusan kepada pimpinan
unit kerja terkait atau sebaliknya untuk diproses sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pengawai Negeri Sipil serta
peraturan lainnya.
b) bukan Pegawai Negeri Sipil
Apabila permasalahan yang disampaikan mengenai penyimpangan dan
pelanggaran yang dilakukan oleh bukan Pegawai Negeri Sipil,
penyalurannya ditujukan kepada Inspektur Bidang, pimpinan unit teknis
yang berwenang menangani, dengan tembusan kepada pimpinan yang
bersangkutan.
SALINAN
23
2) apabila permasalahan ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara, mendapat
perhatian serta meresahkan masyarakat dan/atau menyangkut kerugian negara
paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), penyalurannya
disampaikan kepada APIP instansi terlapor agar dapat segera ditindaklanjuti,
dengan tembusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dan Instansi
Pemerintah terkait.
3) apabila terjadi kesalahan alamat penyaluran dan atau lampiran surat penyaluran
yang tidak sesuai, maka unit kerja penerima wajib segera menyampaikan
berkas tersebut kepada Kementerian PAN dan RB untuk diteruskan kepada
instansi terlapor.
4. Pengarsipan
Penyimpanan dokumen diatur dengan sistem TAKAH berdasarkan klasifikasi jenis
masalah, unit kerja terlapor serta urutan waktu pengaduan, baik pengaduan yang
tidak berkadar pengawasan maupun pengaduan yang berkadar pengawasan dengan
sifat rahasia harus disimpan dengan baik.
Permintaan informasi dari pihak lain (masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat,
media massa, dan lain-lain) terhadap dokumen tersebut dapat diberikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
SALINAN
24
BAB IV
MEKANISME PENGADUAN MASYARAKAT
Pengaduan masyarakat yang berkadar pengawasan wajib dilakukan pembuktian oleh
Inspektorat Jenderal melalui Inspektorat Bidang yang mempunyai kewenangan dan
tanggungjawab sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pembuktian ini dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
A. Telaahan Lanjutan, ini dilakukan sebagai rangkaian proses penatausahaan yang
telah dilakukan dengan berdasar atas rumusan permasalahan yang telah dibuat,
yaitu :
1. mempelajari dan memperdalam rumusan permasalahan hasil kajian; dan
2. mempertajam rumusan pengaduan dan jenis pelanggaran yang terjadi dikaitkan
dengan peraturan yang berlaku
Apabila dalam pelaksanaan telaahan lanjutan ini, terdapat informasi yang meragukan
dan atau tidak lengkap, maka Inspektur Bidang dapat memerintahkan untuk
melakukan konfirmasi dan klarifikasi, sebagai berikut :
1. Konfirmasi, apabila materi yang diadukan atau permasalahan yang diadukan
diragukan kebenarannya sehingga perlu penjelasan kepada instansi terkait,
dengan cara :
a. melakukan komunikasi kepada pimpinan instansi terlapor (mengidentifikasi
terlapor); dan
b. mencari informasi tambahan dari sumber lain yang berkaitan dengan
permasalahan yang diadukan sebagai bahan pendukung.
2. Klarifikasi, apabila hasil telaahan lanjutan terdapat hal yang meragukan, atau
tidak jelas sehingga diperlukan tambahan informasi dengan cara :
a. meminta penjelasan baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak-pihak yang
terkait dengan permasalahan yang diadukan;
SALINAN
25
b. melakukan penilaian terhadap permasalahan yang diadukan dengan mengacu
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku; dandan/atau
c. meminta dokumen pendukung atas penjelasan yang telah disampaikan oleh
pihak-pihak yang telah dimintakan.
Simpulan hasil telaahan ini, selanjutnya disampaikan atau dipaparkan kepada
Inspektur Jenderal Kementerian Sosial RI, dengan rekomendasi sebagai berikut :
1. Diteruskan :
Apabila materi pengaduan merupakan kewenangan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah Kementerian/Lembaga lain, sehingga perlu diteruskan kepada Instansi
terkait
2. Bahan Pemantauan :
Apabila hasil telaahan lanjutan, menyimpulkan bahwa sesuai dengan ketentuan
yang berlaku penanganannya merupakan kewenangan Gubernur, Bupati/Walikota
atau instansi lain di lokasi kejadian, unit kerja terkait dan atau Inspektorat Bidang
bersama-sama dengan Aparat Pengawasan Fungsional setempat melaksanakan
pemantauan secara sinergi ke lokasi kejadian.
3. Pemeriksaan Khusus/Investigasi
Apabila hasil telaahan lanjutan menyimpulkan perlu dilakukan pemeriksaan yang
lebih mendalam agar kebenaran permasalahan dapat dinyakini dengan dukungan
bukti-bukti yang cukup, dan relevan. Pengusulan pemeriksaan khusus/investigasi
ini dilanjutkan dengan :
a. mengusulkan tim pemeriksa untuk ditetapkan oleh pimpinan
b. menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), meliputi:
1) penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
permasalahan yang diadukan;
2) menentukan metode atau prosedur pemeriksaan;
SALINAN
26
3) menentukan waktu dan lokasi yang diperlukan;
4) menentukan para pihak yang perlu diminta keterangan;
5) menentukan keabsahan dan kecukupan bukti-bukti yang telah diperoleh;
Pemeriksaan khusus atas pengaduan masyarakat dapat dilakukan :
a. Oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI
b. Oleh tim gabungan antar Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah Lainnya
c. Khusus pengaduan yang dinilai penting dan strategis serta berdampak nasional,
dilakukan penanganan lintas instansi dengan membentuk Tim Gabungan yang
terdiri dari unsur instansi pemerintah terkait atau antar Kementerian/Lembaga.
d. Dilimpahkan kepada Aparat Penegak Hukum.
B. Waktu Penyelesaian
Penanganan pengaduan masyarakat harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu
paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah surat pengaduan diterima oleh instansi
yang menangani, dan dilaporkan kepada Pimpinan Instansi/Pelapor paling lambat 7
(tujuh) hari kerja setelah pelaksanaan pemeriksaan selesai kecuali ada alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
C. Pelaporan
Pelaporan hasil pemeriksaan khusus penyimpangan yang berindikasi Tindak Pidana
Korupsi (TPK) maupun perdata harus diarahkan kepada dua tujuan, yaitu:
1. memudahkan Menteri Sosial dalam mengambil langkah tindaklanjut yang
diperlukan; dan
2. menunjang pelaksanaan kerjasama antara APFP dengan kejaksaan.
Hasil pelaksanaan pemeriksaan khusus dapat segera dilaporkan kepada Menteri
Sosial RI melalui Inspektur Jenderal Kementerian Sosial RI setelah terlebih dahulu
dilakukan ekspos oleh Inspektur Bidang dan Tim Pemeriksa di depan Tim Quality
Assurance (QA), selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah Tim selesai
melaksanakan tugas.
SALINAN
27
Selanjutnya ditindak lanjuti dengan Laporan Hasil Pemeriksaan serta pemberkasan
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah berakhir Surat Tugas.
Laporan Hasil Pemeriksaan minimal memuat:
a. sumber pengaduan;
b. materi pengaduan;
c. analisa;
d. kesimpulan; dan
e. saran/rekomendasi;
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) disusun secara sistematis, dan menjawab
kebenaran materi pengaduan secara singkat, jelas dan dapat dipertanggungjawabkan
dengan dilampiri dokumen dan bukti-bukti material, laporan, serta ditanda tangani
seluruh anggota Tim Pemeriksaan.
Laporan disusun dalam 2 (dua) bentuk yaitu:
a. Laporan berupa Surat/Nota Dinas berisi pokok-pokok hasil pemeriksaan dan
rekomendasi tindakan yang perlu diambil oleh Menteri Sosial, Inspektur Jenderal
dan Pimpinan instansi terkait.
Laporan ini dibuat sebagai laporan hasil pemeriksaan atas pengaduan masyarakat
atau laporan atas pengaduan masyarakat yang tidak perlu dilakukan pemeriksaan
karena tidak cukup bukti, dari Inspektur Bidang kepada Inspektur Jenderal dengan
memuat hasil klarifikasi/konfirmasi sebagai bahan informasi kepada pimpinan,
pelapor, terlapor dan instansi terkait.
Apabila dari hasil pemeriksaan dijumpai adanya kasus pelanggaran disiplin
pegawai negeri sipil menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010, laporan dibuat dalam bentuk surat cukup dilampiri Berita Acara Pemeriksaan
Kasus.
SALINAN
28
b. Laporan dalam bentuk Bab, berupa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
disampaikan kepada Inspektur Jenderal melalui Sekretaris Inspektorat Jenderal
sebagai dokumen rahasia. Laporan Hasil Pemeriksaan diterbitkan apabila dari
hasil pemeriksaan dijumpai adanya penyimpangan-penyimpangan yang
memerlukan tindak lanjut, seperti kasus yang berindikasi Tipikor atau kasus
pelanggaran hukum Perdata yang merugikan keuangan/kekayaan negara.
Laporan Hasil Pemeriksaan Penanganan Pengaduan Masyarakat yang telah
menjadi Dokumen Rahasia tersebut, tidak diperkenankan untuk disampaikan
kepada pihak lain (dipinjam/difoto copy) tanpa persetujuan Menteri Sosial/Inspektur
Jenderal.
Secara berkala, Bagian Analisis dan Pemantauan Tindaklanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP) Inspektorat Jenderal menyusun laporan penanganan pengaduan
masyarakat sebagai bahan laporan Inspektur Jenderal kepada Menteri Sosial dan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara/Tromol Pos 5000 serta Instansi
Pengawasan terkait lainnya.
D. Pemberkasan
1. Selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah berakhirnya Surat Perintah Tugas, Ketua
Tim Pemeriksaan Khusus wajib menyampaikan berkas hasil penanganan kasus
yang sudah dijilid kepada Inspektur Jenderal melalui Inspektur Bidang Inspektorat
Jenderal Kementerian Sosial RI.
2. Berkas yang sudah dijilid sebagaimana dimaksud terdiri dari:
Nota Dinas Ketua Tim kepada Inspektur Jenderal Kementerian Sosial RI
Nota Dinas Inspektur Jenderal kepada Menteri Sosial
Petunjuk Menteri
Laporan Hasil Pemeriksaan
SALINAN
29
Surat Perintah Tugas
Bukti-bukti material hasil pemeriksaan yang diperoleh Tim
E. Pengiriman dan Penyimpanan Hasil Pemeriksaan
1. Pengiriman Laporan Hasil Pemeriksaan
Laporan hasil pemeriksaan dalam bentuk surat/nota dinas disampaikan kepada :
a. Inspektur Jenderal Kementerian Sosial RI
b. Menteri Sosial RI untuk mendapatkan arahan/petunjuk selanjutnya.
c. Pimpinan unit/instansi pemerintah yang menyalurkan pengaduan.
d. Pimpinan Komisi Pemberantasan korupsi (KPK), apabila menyangkut kerugian
negara/daerah paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
e. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara/Tromol Pos 5000.
2. Pengiriman Hasil Pemeriksaan Kasus (Nota Dinas dan Surat Petunjuk Menteri
Sosial dan LHP) dilaksanakan Bagian Umum Inspektorat Jenderal Kementerian
Sosial RI.
3. Pengiriman dan Penyimpanan Hasil Pemeriksaan Pengaduan Masyarakat
dilakukan oleh Bagian Analisis dan Pemantauan TLHP Inspektorat Jenderal
Kementerian Sosial RI.
F. Pemantauan Penanganan Pengaduan Masyarakat
1. Pemantauan penanganan pengaduan masyarakat untuk lingkup Sekretariat
Jenderal/Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial dan Direktorat
Jenderal, dilakukan oleh Tim Pemantauan Penanganan Pengaduan/Penyelesaian
Tindaklanjut Hasil Pengawasan yang ditunjuk/diangkat berdasarkan Surat
keputusan Pimpinan unit kerja Eselon I masing-masing dan pada Inspektorat
Jenderal dilakukan oleh Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat dan Bagian
SALINAN
30
Analisis dan Pemantauan Tindaklanjut Hasil Pengawasan, selanjutnya dilaporkan
secara berkala kepada Menteri Sosial.
2. Hasil Pemantauan terhadap perkembangan kasus/permasalahan yang terjadi
dilaporkan kepada unit kerja Eselon I masing-masing, untuk selanjutnya diadakan
rapat koordinasi dan rekonsiliasi antara unit kerja terkait (unit tehnis dengan
APIP/APF) guna penyelesaian lebih lanjut, dan hasilnya dilaporkan kepada Menteri
Sosial RI.
G. Penyelesaian Hasil Penanganan
1. Laporan hasil penanganan pengaduan masyarakat agar ditindaklanjuti sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berupa tindakan:
a. administratif;
b. tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi;
c. gugatan perdata;
d. pengaduan perbuatan pidana; dan/atau
e. penyempurnaan manajemen instansi yang bersangkutan.
2. Informasi terhadap pelapor
Pimpinan instansi atau pejabat yang diberi wewenang dapat menyampaikan
informasi hasil pemeriksaan pengaduan masyarakat kepada pelapor;
3. Tindakan terhadap terlapor
a. apabila hasil pemeriksaan tidak terbukti kebenarannya, pimpinan instansi atau
pejabat yang diberi wewenang segera mengembalikan nama baik terlapor;
b. apabila hasil pemeriksaan mengandung kebenaran, pimpinan instansi atau
pejabat yang diberi wewenang segera mengambil tindakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
SALINAN
31
4. Tindakan pelapor terhadap hasil pemeriksaan
Apabila pelapor merasa tidak puas atas hasil pemeriksaan dan menyampaikan
pengaduan masyarakat kembali disertai dengan bukti pendukung yang memadai,
pimpinan instansi atau pejabat yang diberi wewenang perlu melakukan
pengkajian ulang terhadap hasil pemeriksaan;
H. Pemantauan Tindak Lanjut
Hasil pemeriksaan atas pengaduan yang terbukti kebenarannya dan surat-surat
pengaduan yang dilimpahkan pemeriksaannya kepada Gubernur, dilakukan
pemantauan tindak lanjut dengan cara sebagai berikut:
1. Pemantauan langsung yaitu melalui kunjungan ke obyek pemeriksaan, baik di
Pusat maupun di Daerah, dan rapat koordinasi antar satker/instansi untuk
mengetahui sampai sejauhmana pelaksanaan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan
terhadap surat pengaduan oleh pejabat yang berwenang pada instansi
bersangkutan.
2. Pemantauan tidak langsung yaitu melalui surat pemberitahuan dan atau surat
teguran, ditujukan kepada obyek yang diperiksa dengan tembusan disampaikan
APIP/APF yang melaksanakan pemeriksaan (BPKP/BPK/KPK atau Inspektorat
Provinsi).
3. Secara periodik dilakukan Rapat Pemuktahiran Data Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan dengan unit kerja terkait di lingkungan Kementerian Sosial RI
maupun dengan Instansi Sosial; dan Aparat Pengawasan Fungsional lainnya
(BPK, BPKP dan Bawasda).
4. Penyiapan bahan dan berkas Pemantauan Tindak Lanjut dan pelaksanan
pemutahiran data surat-surat pengaduan dilaksanakan oleh Sekretaris Inspektorat
Jenderal Cq. Bagian Analisis dan Pemantauan Tindak lanjut Hasil Pemeriksaan
SALINAN
32
yang dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara sinergi dengan unit kerja
terkait di lingkungan Kementerian Sosial RI.
I. Status Penanganan
1. Status Dalam Proses
Apabila permasalahan yang diadukan sedang dalam proses penanganan oleh
instansi pemerintah yang menerima pengaduan masyarakat.
2. Status Selesai
a. Instansi/unit kerja yang menerima penyaluran pengaduan masyarakat telah
melakukan penanganan dengan bukti yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan; atau
b. Instansi/unit kerja yang menerima penyaluran pengaduan masyarakat tidak
dapat melakukan proses pemeriksaan kebenaran pengaduan masyarakat
karena:
1) telah dilimpahkan atau ditangani oleh Aparat Penegak Hukum; atau
2) diluar kewenangan instansi yang bersangkutan dan disalurkan ke instansi
yang berwenang menangani; atau
3) berdasarkan pertimbangan teknis pemeriksaan, terhadap kasus pengaduan
masyarakat sudah tidak dapat dilakukan pemeriksaan/ ditindaklanjuti.
J. Format Surat/ Laporan
Contoh format surat telaahan/laporan/pemantauan/evaluasi/pemeriksaan hasil
penanganan pengaduan masyarakat/LSM/Organisasi Profesi sebagaimana terlampir.
SALINAN
33
BAB V
KOORDINASI DAN SANKSI
A. Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat
Untuk menghindari tumpang tindih dan mengefektifkan penanganan pengaduan
masyarakat, perlu dilakukan koordinasi dalam penanganan pengaduan masyarakat
disesuaikan dengan spesifikasi permasalahan, antara lain :
1. Koordinasi Intern Kementerian/Lembaga, antara :
a. pejabat/unit kerja di lingkungan Kementerian Sosial RI; atau
b. pejabat/unit kerja yang menangani pengaduan masyarakat dengan
pejabat/unit kerja lain di lingkungan Kementerian Sosial RI
2. Koordinasi Antar Kementerian/Lembaga, antara
a. APIP dan atau yang menangani pengaduan masyarakat; atau
b. APIP dengan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan atau
Sekretariat Negara; atau
c. APIP dengan Aparat Penegak Hukum
3. Koordinasi Antar APIP dengan Masyarakat/Organisasi Kemasyarakatan, antara :
a. APIP dengan pelapor/masyarakat; atau
b. APIP dengan organisasi kemasyarakatan.
B. Sanksi
Sanksi dapat diberikan apabila :
1. Pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menolak pemeriksaan oleh aparat
pengawasan fungsional yang berwenang dan atau tidak menindak lanjuti
rekomendasi laporan hasil pemeriksaan atas pengaduan masyarakat
sebagaimana mestinya dan atau melindungi aparatur yang melanggar aturan,
SALINAN
34
dikenakan sanksi administratif dan atau sanksi lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Pimpinan instansi pemerintah atau aparatur pemerintah yang bertanggung jawab
menangani pengaduan masyarakat yang tidak melakukan penanganan
pengaduan masyarakat dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah surat
pengaduan diterima tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, dikenakan
sanksi administratif dan atau sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3. Instansi pemerintah dapat memberikan sanksi administratif dan atau sanksi lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada
aparatur pemerintah yang menangani pengaduan masyarakat yang melanggar
etika dan standar dalam menangani pengaduan masyarakat;
4. Intansi pemerintah dapat memberikan sanksi administratif dan atau sanksi lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada
APIP yang tidak benar dalam memberikan laporan hasil pemeriksaan atas
pengaduan masyarakat.
SALINAN
35
BAB VI
PENUTUP
Pedoman ini merupakan pola bagi APIP Kementerian Sosial RI dalam menangani
pengaduan masyarakat, sehingga diharapkan aparat/pejabat yang menangani pengaduan
masyarakat dapat meningkatkan intensitas dan kualitas pelayanan pengaduan
masyarakat demi terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean
Government) dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Jakarta,
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
SALIM SEGAF AL JUFRI
SALINAN
36
SUB LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Nomor :
Tanggal :
Tentang : PANDUAN PENANGANAN PENGADUAN
MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
1. Lampiran I.a : contoh nota dinas tentang Telaahan Pengaduan Masyarakat/LSM/Organisasi
Profesi yang dibuat oleh Inspektur IV Bidang Penunjang dan Investigasi kepada Inspektur Jenderal Depsos RI.
2. Lampiran I.b : contoh format Laporan Hasil Pemeriksaan Pengaduan Masyarakat yang dibuat oleh Tim Pemeriksa Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI apabila dalam temuan terdapat indikasi Kerugian Negara/Tindak Pidana Korupsi (TPK)
3. Lampiran I.c : contoh Berita Acara Pemeriksaan terhadap pegawai dan atau pihak-pihak yang dianggap melanggar berdasarkan informasi atau pengaduan masyarakat/LSM/Organisasi Profesi.
4. Lampiran I.d : contoh nota dinas surat dari Sekretaris Ditjen/Badiklit Kesios/Kepala Pusat/Kepala Biro kepada Pejabat Eselon I masing-masing tentang rencana pemantauan/evaluasi terhadap pengaduan dari masyarakat/LSM/Organisasi Profesi yang ditujukan kepada Kantor Menpan (Tromol Pos 5000)/Lembaga Pemerintah yang oleh Instansi tersebut diteruskan kepada Menteri Sosial/Inspektur Jenderal.
5. Lampiran I.e : contoh nota dinas dari Tim Penyelesaian Pengaduan Masyarakat kepada Pejabat Eselon I masing-masing unit kerja tentang Laporan Telaahan Pengaduan Masyarakat dari hasil penanganan surat pengaduan yang dilakukan oleh Unit kerja Eselon I Kementerian Sosial RI, baik surat pengaduan masyarakat langsung maupun penyaluran dari Kantor Sekretariat Negara/Menpan/Tromol Pos 5000 atau Lembaga Pemerintah lainnya.
6. Lampiran I.f : contoh Formulir Data Pribadi Pihak yang Melanggar. 7. Lampiran I.g : contoh laporan bentuk surat kepada Menteri Sosial RI terhadap penanganan surat
pengaduan yang dilakukan oleh Unit kerja eselon I Kementerian Sosial RI, baik surat pengaduan masyarakat langsung maupun penyaluran dari Kantor Sekretariat Negara/Menpan/Tromol Pos 5000 atau Lembaga Pemerintah lainnya.
8. Lampiran I.h : contoh surat dari Menteri Sosial RI kepada Pimpinan Komponen/Gubernur terhadap penanganan surat pengaduan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI, baik surat pengaduan masyarakat langsung maupun penyaluran dari Kantor Sekretariat Negar/Menpan/Tromol Pos 5000 atau Lembaga Pemerintah lainnya.
9. Lampiran I. i : Pengelompokan jenis masalah/pelanggaran/penyimpangan.
SALINAN
37
LAMPIRAN I.a : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL :
KEMENTERIAN SOSIAL RI
INSPEKTORAT JENDERAL
Jakarta, ....................20..
NOTA DINAS
Kepada : Inspektur Jenderal Kementerian Sosial RI
Dari : Inspektur Bidang ………..
Nomor :
Sifat : Rahasia
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Telaahan Pengaduan ........
Sesuai dengan pengaduan ................ perihal ................, maka bersama ini kami laporkan kepada Bapak Inspektur Jenderal, sebagai berikut :
1. Sumber Pengaduan
2. Materi Pengaduan
3. Analisa
4. Kesimpulan
5. Saran
Demikian untuk mejadi periksa, mohon arahan dan petunjuk lebih lanjut, atas perhatian Bapak disampaikan terima kasih.
INSPEKTUR
BIDANG ……………………..
( ............................... )
SALINAN
38
LAMPIRAN I.b : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL :
KOP SURAT
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PENGADUAN MASYARAKAT .............................
Resume Hasil Pemeriksaan
Daftar Isi
BAB I : Gambaran Umum
A. Dasar Pemeriksaan
B. Waktu Pemeriksaan
C. Tujuan Pemeriksaan
D. Ruang Lingkup Pemeriksaan
E. Sasaran Pemeriksaan
F. Susunan Tim Pemeriksa
BAB II : Hasil Pemeriksaan
A. Sumber Pengaduan
B. Materi Pengaduan
C. Hasil Konfirmasi Dengan Pihak terkait (dimuat pihak-pihak yang terlibat dalam
penyimpangan yang terjadi)
D. Hasil Pemeriksaan (Disesuaikan dengan fokus/lokus)
BAB III : Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
B. Saran/Rekomendasi
Lampiran-Lampiran
Catatan:
Pada akhir laporan hasil pemeriksaan ditanda tangani oleh Ketua Tim/Pengendali Teknis/Pembantu
Penanggung Jawab.
SALINAN
39
LAMPIRAN I.c : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL : .
RAHASIA
BERITA ACARA PERMINTAAN KETERANGAN
............... Pada hari ini ............ tanggal ..... bulan ...... tahun dua ribu ....................... Bertempat di
....................... pada jam ..................... kami :
........ 1 .................. pangkat/golongan ................................................................................ NIP .............,
jabatan ..................................................................................................................
........ 2 ................... pangkat/golongan ................................................................................ NIP .............,
jabatan ..................................................................................................................
........ 3 ................... pangkat/golongan ................................................................................ NIP .............,
jabatan .................................................................................................................
Berdasarkan Surat Perintah Menteri Sosial/Inspektur Jenderal Kementerian Sosial RI Nomor
........................................... tanggal ............., telah dilakukan permintaan keterangan terhadap seseorang yang
mengaku bernama : .......................................................................... jenis
kelamin....................umur..........tahun, tempat lahir .........................................................
Tanggal lahir.............., agama ............, pangkat/golongan …………………………………….
Pekerjaan/Jabatan......................................................................................................................
Alamat Kantor ...................................................., Telp ............................................................. Alamat Rumah
....................................................., Telp .............................................................
Yang bersangkutan dimintai keterangan sebagai saksi/pelapor/terlapor dalam permasalahan
....................................................................................................................................................
........... Atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Tim Pemeriksa ia memberikan keterangan/jawaban
sebagai berikut :
PERTANYAAN: (contoh)
1. Apakah Saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani?
JAWAB : Sehat/Tidak sehat.
SALINAN
40
2. Apakah Saudara bersedia dimintai keterangan sehubungan dengan permasalahan .......?
JAWAB : Bersedia/Tidak Bersedia
3. Pertanyaan selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
4. Apakah masih terdapat keterangan lain yang akan Saudara sampaikan?
JAWAB :
5. Apakah semua keterangan yang saudara berikan berada dalam paksaan dan berani mengangkat
sumpah akan kebenaran keterangan Saudara?
JAWAB :
Apakah Saudara bersedia dimintai keterangan kembali, jika dikemudian hari diperlukan?
JAWAB :
………….Demikian Berita Acara Permintaan Keterangan ini kami buat dengan sebenarnya tanpa adanya
unsur paksaan dari pihak manapun dan apabila keterangan yang saya berikan tidak benar maka saya siap
untuk dituntut sesuai dengan peraturan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Yang Memberikan Keterangan
(..............................)
Tim Pemeriksa,
1. (Nama)
NIP
2. (Nama)
NIP
3. (Nama)
NIP
SALINAN
41
LAMPIRAN I.d : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL :
KOP SURAT
Jakarta, ....................20..
NOTA DINAS
Nomor : .....................................
Kepada :
Dari :
Nomor :
Sifat : Rahasia
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Rencana Pemantauan Penyelesaian Pengaduan Masyarakat
Menindak lanjuti Nota Dinas Nomor : .............. Tanggal .......................................dan, disposisi Bapak Sekjen/Dirjen/Ka. Badiklit Kesos, maka bersama ini disampaikan Program Kerja Pemantauan dalam rangka Penyelesaian Pengaduan Masyarakat/LSM/Organisasi Profesi sebagai berikut :
1. Materi Pengaduan
2. Obyek Pemantauan
3. Susunan Tim
4. Pelaksanaan Pemantauan
Demikian untuk menjadi periksa, dan mohon persetujuan Bapak.
SEKRETARIS
DITJEN/BADIKLIT KESOS
( ............................... )
SALINAN
42
LAMPIRAN I.e : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL :
KOP SURAT
Jakarta, ....................20..
NOTA DINAS
Nomor :...........................
Kepada : Bapak Sekjen/Dirjen/KaBadiklit Kesos Dari : Tim Penyelesaian Pengaduan Masyarakat Nomor : Sifat : Rahasia Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Laporan Telaahan Pengaduan Masyarakat ........
Berdasarkan Surat Perintah Sekretaris Jenderal/Dirjen/Kepala Badiklit Kesos telah dilakukan
pemantauan/evaluasi terhadap pengaduan masyarakat/LSM/Organisasi Profesi dengan surat Nomor ................/tertanggal ..................................................................... perihal ..................., maka bersama ini kami sampaikan laporan hasil kegiatan pemantauan sebagai berikut :
1. Sumber Pengaduan 2. Materi Pengaduan
a. b.
3. Analisa Terhadap Terjadinya Penyimpangan a. b.
4. Pihak-pihak yang Terlibat/Melanggar 5. Kesimpulan 6. Saran/Rekomendasi
Demikian untuk mejadi periksa, mohon petunjuk lebih lanjut.
TIM PENYELESAIAN PENGADUAN
MASYARAKAT
( ............................... )
SALINAN
43
LAMPIRAN I.f : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL :
KOP SURAT
Rahasia
DATA PRIBADI PIHAK YANG MELANGGAR/TERLAPOR
IDENTITAS
1. NAMA :
2. TEMPAT/TGL LAHIR :
3. PANGKAT/GOLONGAN :
4. JABATAN LAMA :
5. JABATAN SEKARANG :
6. STATUS KEPEGAWAIAN :
7. ALAMAT :
A. KETENTUAN YANG DILANGGAR
B. KLASIFIKASI PERBUATAN
C. UNSUR YANG MEMBERATKAN
D. UNSUR YANG MERINGANKAN
E. SARAN TINDAK
Jakarta ............................ 20..
TIM PEMERIKSA
Nama/NIP dan Jabatan
SALINAN
44
LAMPIRAN I.g : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL :
KOP SURAT
Nomor : Sifat : Rahasia Lampiran : Perihal :
Kepada Yth.
Bapak Menteri Sosial RI
Di
Jakarta
Sehubungan dengan adanya surat pengaduan dari ................. Tanggal .......... Nomor ............ seperti tersebut pada pokok surat, .........., maka berdasarkan Surat Perintah Irjen...................................................................telah dilakukan Pemantauan/ Pemeriksaanoleh Tim ................ Kementerian Sosial RI dari tanggal ............. s/d ............ Pada Kantor ..........., maka bersama ini kami laporkan kepada Bapak Menteri hasil pemantauan/ pemeriksaan terhadap permasalahan pengaduan masyarakat tersebut, sebagai berikut :
1. Sumber Pengaduan 2. Materi Pengaduan 3. Hasil Pemantauan/Evaluasi/Pemeriksaan 4. Saran Tindak
Terhadap permasalahan yang terjadi kami telah memberikan saran/rekomendasi, sebagai berikut : Terlampir kami sampaikan data dan pihak-pihak yang terlibat terhadap kasus/permasalahan tersebut.
Demikian, mohon arahan selanjutnya. Atas perhatian Bapak Menteri Sosial kami ucapkan terima kasih.
Inspektur Jenderal
( ............................... )
Tembusan kepada Yth: 1. Gubernur Provinsi ......... 2. Kepala Dinas Sosial/Kesos Provinsi .......... 3. Kepala Bawasda Provinsi .................. 4. Para Pihak/Instansi Terkait
SALINAN
45
LAMPIRAN I.h : PERMENSOS RI NOMOR : TANGGAL :
KOP SURAT
Nomor : Sifat : Lampiran : Perihal : Kepada Yth. Sdr. Pimpinan Satker/Gubernur ........ Di .........................
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas pengaduan masyarakat yang dilaksanakan oleh Tim
Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI dari tanggal ............ s/d tanggal ................................. 20.. terhadap surat pengaduan masyarakat /LSM/Organisasi Profesi pada unit kerja Dinas Sosial/Kesos Provinsi .......... dalam pelaksanaan program pembangunan bidang kesejahteraan sosial, maka dengan ini kami sampaikan laporan hasil pemeriksaan dimaksud sebagai berikut : 1. Sumber Pengaduan 2. Materi Pengaduan 3. Hasil Pemeriksaan 4. Kesimpulan 5. Saran
Demikian untuk menjadi perhatian dan tindaklanjutnya segera dilaporkan kepada Menteri Sosial RI
Cq. Inspektur Jenderal Kementerian Sosial RI.
MENTERI SOSIAL RI/INSPEKTUR JENDERAL
( ............................... )
Tembusan kepada Yth : 1. 2. 3. Dst.
SALINAN
46
LAMPIRAN I.j : PERMENSOS RI
NOMOR :
TANGGAL :
PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN JENIS PENYIMPANGAN
NO. Jenis Masalah/Pelanggaran/Penyimpangan Kode
01. Penyalahgunaan wewenang, meliputi :
- Perbuatan aparatur yang merugikan masyarakat - Pemaksaan kehendak - Tindakan sewenang-wenang - Salah kelola - Penggunaan fasilitas/barang milik negara - Penyalahgunaan wewenang
0100 0101 0102 0103 0104 0105 0106
02. Pelayanan masyarakat, meliputi :
- Pelayanan pengurusan dokumen/identitas diri - Pengurusan perijinan - Pelayanan pembayaran gaji/pensiun - Pelayanan pajak dan cukai - Pelayanan perindustrian, perdagangan dan koperasi. - Pelayanan perhubungan - Pelayanan transmigrasi - Pelayanan pendidikan - Pelayanan kesehatan - Pelayanan sosial - Pelayanan imigrasi - Pelayanan perbankan/asuransi - Pelayanan kelistrikan - Pelayanan telekomunikasi - Pelayanan air minum - Pelayanan Polri - Pelayanan lainnya
0200 0201 0202 0203 0204 0205 0206 0207 0208 0209 0210 0211 0212 0213 0214 0215 0216 0217
03. Korupsi/Pungli, meliputi :
- Penguasaan tanpa hak atas uang/kekayaan negara - Pemalsuan/pengeluaran fiktif/pembelian barang tidak sesuai dengan
sfesifikasi. - Pembelian dengan harga dimahalkan (mark up) - Penyelewengan atau manipulasi penjualan milik negara - Pemotongan anggaran, dana bantuan dan kredit bank - Penyalahgunaan anggaran/dana - Manipulasi perpajakan dan retribusi - Penyimpangan proses pelelangan - Pemerasan, penyitaan, komisi, hasil penjualan tidak setor
0300 0301 0302 0303 0304 0305 0306 0307 0308 0309 0310
SALINAN
47
- Penyimpangan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat - Pengutan liar - Gratifikasi - Korupsi/pungl lainnya
0311 0312 0312 0314
04. Kepegawaian/Ketenagakerjaan, meliputi :
- Kepangkatan - Jabatan/mutasi - Gaji/rapel gaji - Pensiun/tunjangan - Kesejahteraan pegawai - SK pegawai - Pemalsuan berkas kepegawaian - Pelanggaran PP No. 10/1983 jo PP No. 45/90 - Disiplin Pegawai Negeri PP No. 53/2010 - Hubungan Kerja Kepegawaian (PHK) - Penerimaan pegawai baru/tenaga honorer - Tanda jasa dan sejenisnya - Ketidakjelasan pekerjaan/non job - Permasalahan TKI/TKW - Jabatan/Kesempatan kerja - Masa Kerja - Norma kerja dan persyaratan kerja - Pelanggaran kepegawaian/ketenagakerjaan lainnya
0400 0401 0402 0403 0404 0405 0406 0407 0408 0409 0410 0411 0412 0413 0414 0415 0416 0417 0418
05. Pertanahan/perumahan, meliputi :
- Ganti rugi tanah/tanaman - Hak atas tanah - Manipulasi tanah - Peruntukan tanah/tata ruang - Sertifikat tanah - Pembebasan tanah - Tanah warisan - Penggalian tanah/penebangan pohon - Tanah yang dijadikan agunan kredit - Pembongkaran rumah - Pemilikan rumah - Hak penghunian rumah - Ganti rugi rumah - Ijin bangunan rumah (IMB) - Sewa menyewa rumah - Peruntukan rumah - Permasalahan pertanahan/perumahan lainnya
0500 0501 0502 0503 0504 0505 0506 0507 0508 0509 0510 0511 0512 0513 0514 0515 0516 0517
06. Pertanahan/perumahan, meliputi :
- Persengketaan - Pelanggaran hukum - Pencurian/penadahan - Pemalsuan
0600 0601 0602 0603 0604
SALINAN
48
- Penipuan - Penggelapan - Kontrak/perjanjian/akd nikah/cerai - Grasi, amnesti, rehabilitasi - Peninjauan kembali - Kasasi - Banding - Eksekusi - Barang bukti/lelang - Proses hukum (lama, tidak adil) - Pelanggaran HAM - Permasalahan hukum/peradilan lainnya.
0605 0606 0607 0608 0609 0610 0611 0612 0613 0614 0615 0616
07. Kewaspadaan Nasional, meliputi :
- Separatisme - SARA - Gangguan Kantibmas - Penyelundupan/perdagangan gelap - Perjudian/pelacuran - Uang palsu - Narkoba - Kenakalan remaja - Perbatasan wilayah - Kewaspadaan nasional lainnya
0700 0701 0702 0703 0704 0705 0706 0707 0708 0709 0710
08. Tatalaksana/regulasi, meliputi :
- Pengaturan perdagangan/tata niaga - Prosedur dan persyaratan pemilihan kepala daerah, kades - Penentuan tarif, harga dan sumbangan - Pengaturan angkutan darat, laut dan udara - Kepemimpinan/pemerintahan dan pengelolaan unit kerja/ badan usaha - Prosedur dan persyaratan keimigrasian - Pengalihan/pengembangan status wilayah - Prosedur pencairan uang perjalanan/lumpsum pindah kerja - Penentuan kepanitiaan - Prosedur pengiriman sekolah ke luar negeri - Pengaturan/tatalaksana/regulasi lainnya
0800 0801 0802 0803 0804 0805 0806 0807 0808 0809 0810 0811 0812
09. Lingkungan Hidup, meliputi :
- Pengrusakan tanah/lingkungan - Pencemaran udara dan air - Kebisingan - Perlindungan satwa/hewan langka - Perlindungan tanaman - Amdal - Illegal logging/illegal fishing
0900 0901 0902 0903 0904 0905 0906 0907
SALINAN
49
10. Umum
- Permohonan bantuan, sumbangan - Penyampaian usul/sumbang saran - Pelanggaran media massa/elektronik - Surat-surat yang tidak memiliki kadar pengawasan lainnya
1000 1001 1002 1003 1004
(Pengelompokkan ini dimasukkan oleh auditor kedalam LHP) Apabila terdapat jenis masalah yang belum tercantum dalam kode jenis masalah tersebut, dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan instansi masing-masing.
Jakarta, 30 Desember 2011
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SALIM SEGAF AL JUFRI
SALINAN
Recommended