View
684
Download
59
Category
Preview:
DESCRIPTION
JURNAL
Citation preview
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 1/85
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hutan alam dikenal sebagai suatu ekosistem yang stabil, dimana di dalamnya terjadi harmonisasi
interaksi baik antar komponen biotik yang ada maupun antara komponen biotik dan abiotik. Dengan
sendirinya, keberadaan komponen yang satu akan saling mempengaruhi keberadaan komponen yang lain.
Keharmonisan proses ekologi yang demikian akan dengan cepat berubah ketika salah satu komponennya
terganggu.
Sejarah mencatat bahwa proses pengubahan hutan alam ke bentuk vegetasi lain oleh aktivitas
manusia yang dimulai sejak ribuan tahun yang lalu merupakan sebuah contoh klasik tentang perubahan
bentuk-bentuk ekosistem. Perubahan bentuk ekosistem ini meningkat dengan cepat sejak dekade tahun
1970an, ketika mulai diijinkannya penebangan pohon secara komersial, pelaksanaan program
transmigrasi dan menjamurnya proyek-proyek hutan tanaman dan perkebunan. Sebagai akibat dari
perubahan itu tidak mengherankan jika beberapa jenis sumberdaya biologinya mengalami kelangkaan,
erosi genetika, karena tidak mengindahkan dan memperhatikan kaidah pelestariannya.
Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Oleh karena itu keberadaan Taman Nasional tidak bisa
dipungkiri tidak saja sekadar memenuhi fungsi-fungsi tersebut di atas, akan tetapi juga sebuah kawasan
yang menyimpan keanekaragaman hayati dan merupakan daerah tangkapan air.
Gunung Salak merupakan kawasan yang masih menyimpan banyak misteri tentang kekayaan hayati
beserta ragam pemanfaatannya. Sayangnya potensi ini telah banyak mengalami penyusutan seiring
dengan laju kerusakan hutan yang diakibatkan berbagai kegiatan manusia atau bahkan berbagai kebijakan
yang kurang mempertimbangkan kelestariannya. Untuk mengantisipasi kerusakan yang lebih parah, maka
pada tahun 2003 kawasan Salak ditunjuk sebagai bagian dari kawasan taman nasional.
Penjelajahan untuk mengungkap flora yang terdapat di kawasan Gunung Salak dianggap penting
karena beberapa penelitian tentang flora fauna yang pernah dilakukan di kawasan hutan gunung Salak
diantaranya, di daerah Awibengkok (Kartawinata et al.,1985), Cianten (Mirmanto, 1991) dan koridor antara G. Salak dan G. Halimun (Wiriadinata, 1997). Bahkan jauh sebelumnya, gunung Salak merupakan
magnet bagi para ilmuwan botani, tercatat diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang
botanis berkebangsaan Swedia Claes Frederic Hornstedt (1758-1809), murid dari Thunberg, kemudian
disusul Hornstedt pada tahun 1783, Reinwardt pada tahun 1817 (Steenis 2006). Sejauh ini data dan
informasi yang dikumpulkan masih juga belum memadai jika dibandingkan dengan data dan informasi
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 2/85
2
yang terkumpul dari kawasan hutan gunung Halimun. Itulah sebabnya penelitian dirasa masih diperlukan
untuk melengkapi data dan informasi flora dan fauna dari kawasan hutan gunung Salak.
Penelitian mendasar dari aspek ekologi vegetasi, etnobotani, eksplorasi dan inventarisasi
keanekaragaman jenis tumbuhan dan keterkaitannya dengan kondisi habitat diharapkan dapat dijadikan
sebagai dasar dalam upaya pengelolaan Taman Nasional Halimun Salak. Penelitian ekologi vegetasi
dilakukan dengan menggunakan metode petak, sedangkan penelitian etnobotani dilaksanakan dengan
menggali informasi dari masyarakat di sekitar lokasi penelitian. Untuk melengkapi data dan informasi
keanekaragaman jenis tumbuhan dilakukan eksplorasi dan inventarisasi.
Penelitian kali ini merupakan kegiatan bersama antara Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan JICA-
Gunung Halimun Salak National Park Management Project (GHSNPMP). Hasilnya diharapkan dapat
disumbangkan dalam rangka membuat “guiden book ” untuk menentukan arah dan kebijakan pengelolaan
kawasan konservasi Halimun – Salak yang melibatkan masyarakat.
TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu kawasan konservasi
Indonesia yang berfungsi selain melindungi flora dan fauna unik yang ada di dalamnya juga mempungai
fungsi lain yang tak kalah pentingnya yaitu sebagai pengatur tata air, pendidikan, penelitian, sumber
plasma nutfah, pengembangan budidaya, rekreasi dan pariwisata. Dari pengertian tersebut tergambar
bahwa betapa besar manfaat Taman Nasional sebagai pelayanan jasa. Awalnya kawasan ini merupakan
Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) yang ditetapkan melalui SK Menhut No. SK 282/Kpts-
II/Menhut/1992 tanggal 28 Februari 1992 dengan luas 40.000 hektar dan pada tanggal 23 Maret 1997
ditetapkan sebagai salah satu unit pelaksana teknis di Departemen Kehutanan. Seiring dengan tingginya
proses degradasi hutan di Indonesia dan dengan adanya desakan parapihak yang peduli terhadap
konservasi hutan, maka pada tahun 2003 kawasan hutan Gunung Salak, Gunung Endut, dan kawasan
sekitarnya yang sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan
lindung yang dikelola oleh perum Perhutani selanjutnya dialih fungsikan menjadi kawasan konservasi
melalui SK Menhut No. SK 175/Kpts-II/Menhut/2003 tanggal 10 Juni 2003 menjadi Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan luas 113.357 ha. Kawasan TNGHS secara administratif
terletak di 2 (dua) propinsi yaitu Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten serta 3 kabupaten yaitu
Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak.
Kawasan TNGHS mempunyai ketinggian berkisar antara 500 – 2.211 mdpl. Topografinya
bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung. Di sekitar kawasan TNGHS terdapat bukit memanjang
mulai dari gunung Endut (di sebelah Barat) melintas gunung Kendeng (di kawasan Baduy) kemudian
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 3/85
3
perlahan menurun sampai ke gunung Honje dan semenanjung Ujung Kulon. Sedangkan di sebelah Timur
berhubungan dengan gunung Gede Pangrango yang dipisahkan oleh sungai Citatih, sungai Cisadane dan
jalan propinsi Ciawi – Sukabumi. Beberapa gunung yang ada di sebelah barat kawasan ini yaitu gunung
Endut Barat (1.297 mdpl), gunung Pameungpeuk (1.455 mdpl), gunung Ciawitali (1.530 mdpl), gunung
Kencana (1.831 mdpl), gunung Halimun Utara (1.929 mdpl), gunung Sanggabuana (1.920 mdpl), dan
gunung Botol (1.850 mdpl). Sedangkan gunung-gunung yang terdapat di sebelah Timur Laut adalah
gunung Kendeng Utara (1.377 mdpl), gunung Salak 1 (2.211 mdpl), gunung Salak 2 (2.180 mdpl),
gunung Endut Timur (1.471 mdpl) dan gunung Sumbul (1.926 mdpl). Di bagian tenggara terdapat
gunung kendeng Selatan (1.680 mdpl), gunung Panenjoan (1.350 mdpl), gunung Halimun Selatan (1.758
mdpl),
Geologi kawasan TNGHS merupakan bagian dari deretan pegunungan Sumatra. Sebagian besar
kawasan tersusun atas batuan vulkanik breksi, basaltik dan lava andesit dari periode Pleistosin dan
beberapa strata dictic dari periode Prepleiosin (sekitar 10 – 20 juta tahun yang lalu). Berdasarkan peta
tanah tinjau Jawa Barat, jenis tanah di daerah ini terdiri atas asosiasi andosol coklat dan regosol coklat,
asosiasi latosol coklat dan latosol coklat kekuningan, latosol coklat kemerahan dan latosol coklat, asosiasi
latosol coklat kemerahan dan laterit, komplek latosol coklat kemerahan dan lithosol, asosiasi latosol
coklat dan regosol kelabu (LP Tanah, 1966). Bahkan Gunung Salak sampai saat ini masih berstatus
gunung berapi strato type A dan tercatat terakhir meletus tahun 1938. Gunung Salak memiliki kawah
yang masih aktif dan dikenal dengan nama Kawah Ratu.
Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson (1951) iklim di daerah kawasan TNGHS termasuk tipe A,
dengan curah hujan tahunan sebesar 4.000 – 6.000 mm. Rata-rata curah hujan bulanan selalu > 100 mm,
dengan bulan terkering (+ 200 mm) pada Juni sampai September dan terbasah (+ 550 mm) antara Oktober
dan Maret, sehingga dapat digolongkan beriklim selalu basah (Kartawinata, 1975) dengan kelembaban
udara rata-rata 88 %. Suhu rata-rata bulanan 31,5oC dengan suhu terendah 19,7oC dan suhu tertinggi
31,8oC.
Vegetasi hutan di dalam kawasan TNGHS sangat bervariasi, baik berdasarkan ketinggian tempat
maupun kondisi habitat setempat. Namun secara umum, berdasarkan permintakatan Steenis (1972) dapat
dikelompokkan menjadi 3 mintakat, yaitu mintakat kaki pegunungan (collin), dengan ketinggian antara
500 dan 1000 m dpl, mintakat sub-pegunungan (1.000 - 1.500 m) dan mintakat pegunungan (1500 – 2400
mdpl).
Sejauh ini data dan informasi flora dan fauna hutan gunung Halimun telah banyak diungkapkan
melalui berbagai survei dan penelitian. Sayangnya hasilnya terserak dan tersebar di berbagai tempat dan
besar kemungkinan belum terdokumentasi secara lengkap.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 4/85
4
TNGHS merupakan salah satu Taman Nasional yang memiliki hutan pegunungan alami di Jawa
yang sangat menarik. Kekayaan flora kawasan Gunung Halimun pernah dilakukan beberapa tahun lalu,
diantaranya oleh Wiriadinata (1992). Ditinjau dari segi botani terutama taksonomi, kekayaan Flora Gn
Salak sangat menarik karena merupakan salah satu ekotipe jenis-jenis tumbuhan yang pertama kali
dipertelakan oleh Blume sekitar tahun 1825. Flora pegunungan yang masih tersisa umumnya berada pada
ketinggian di atas sekitar 1500 -2000 m di atas permukaan laut, sedang bagian bawah umumnya telah
berubah terbuka dan menjadi perladangan. Pengambilan kayu merupakan salah satu faktor yang cukup
serius.
Wilayah TNGHS terbagi ke dalam 26 kecamatan dan terdiri dari 106 desa. Jumlah penduduk di
dalam dan sekitar kawasan lebih dari 250.000 jiwa. Pada umumnya masyarakat yang ada adalah
masyarakat Sunda yang terbagi menjadi masyarakat kasepuhan dan bukan kasepuhan.Masyarakat
kasepuhan secara historis penyebarannya berada di kampung Urug, Citorek, Bayah, Ciptamulya,
Cicarucub, Cisungsang, Sirnaresmi, Ciptagelar dan Cisitu. Masyarakat kasepuhan ini memiliki struktur
kehidupan yang berbeda dengan masyarakat biasa.
Bahasa yang umum digunakan adalah bahasa Sunda. Sedangkan agama pada umumnya adalah
beragama Islam kecuali di beberapa wilayah kasepuhan masih menganut kepercayaan Sunda Wiwitan.
Kehidupan sehari-hari masyarakat di dalam dan sekitar TNGHS pada umumnya adalah di bidang
pertanian seperti sawah, ladang, kebun, kebun talun dan talun. Beberapa ada juga yang berdagang baik di
dalam masyarakatnya maupun keluar kampung dan desanya, bahkan ada yang keluar pulau Jawa. Pada
masyarakat kasepuhan, pertanian dilakukan atas arahan pimpinannya baik tatacara tanam, jenis padi,
maupun ritual ketika sebelum, saat menanam, hingga panen. Pesta panen dalam masyarakat kasepuhan
terkenal dengan istilah Seren Taun yang sering dihadiri turis baik lokal maupun mancanegara karena
keunikannya. Dalam hubungannya dengan hutan, masyarakat kasepuhan memiliki sistim yang bila dikaji
memiliki kearifan tersendiri. Mereka memiliki konsep turun temurun untuk mengelompokkan hutan
sesuai fungsinya yaitu leuweung titipan (hutan titipan), leuweung tutupan (hutan tutupan), leuweung
sampalan (hutan bukaan). Interaksi mereka terhadap hutan sangat kuat. Mereka mengenal hampir 400
jenis tumbuhan dan satwa yang dipergunakan sehari-hari baik untuk bangunan, kayu bakar, makanan,
obat-obatan maupun untuk keperluan ritual.
Di salah satu bagian dari TNGHS, yakni sekitar Gunung Salak, telah hidup selama ratusan tahun
masyarakat lokal. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan arkeologis di sekitar Gunung Salak,
seperti di kampung Cibalay, Bogor, terdapat situs arkeologis berupa punden berundak peninggalan masa
lalu. Diantara jejak-jejak kehidupan masa lalu yang masih dapat kita saksikan adalah yang terdapat di
desa Cibalai, Bogor, dan di desa Girijaya. Di desa Girijaya ini terdapat tiga buah batu megalitikum yang
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 5/85
5
dianggap oleh masyarakat sebagai petilasan dari Eyang Santri, tokoh penyebar Islam dan juga pejuang
dari Solo pada abad ke 19 yang menetap dan tinggal di desa ini. Tempat ini lebih dikenal dengan sebutan
Pondok Gusti.
Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung Salak masih memiliki kearifan tradisional dalam
interaksinya dengan lingkungan. Hasil interaksi tersebut membangun konstruksi pemikiran masyarakat
tentang Gunung Salak, sehingga Gunung ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat, hal ini bukan
karena posisinya sebagai Taman Nasional melainkan juga karena memiliki keterkaitan yang erat dengan
budaya dan tradisi setempat. Tradisi tersebut didapat oleh masyarakat secara turun temurun.
Bagi para ilmuwanpun, Gunung Salak adalah salah satu magnet yang ada di Jawa. Dalam catatan
sejarah, ilmuwan yang tercatat pernah melakukan penelitian diantaranya adalah seorang botanis
berkebangsaan Swedia Claes Frederic Hornstedt (1758-1809), murid dari Thunberg. Hornstedt
mengunjungi Gunung Salak pada tahun 1783. Setelah itu disusul oleh Reinwardt yang mendaki dan
melakukan ekplorasi botani di gunung Salak pada tahun 1817 (Steenis 2006).
Lokasi Jelajah
Daerah-daerah yang dijelajah meliputi 3 jalur, yaitu jalur/rute Cimalati, Pasir Reungit dan Cangkuang
(Gambar I.1; peta diperoleh dari image landsat 2004 dan IKONOS tahun 2004). Penjelajahan jalur
Cimalati dan Pasir Reungit dilakukan oleh short-term expert dari JICA, sedangkan jalur Cangkuang
dilakukan bersama team gabungan short-term expert dari JICA dan tim dari Pusat Penelitian Biologi -
LIPI. Tim short-term expert dari JICA melakukan penjelajahan dalam waktu singkat, sehingga
pengungkapan vegetasi dilakukan secara fisiognomi pada setiap perubahan ketinggian 50 - 100 m; yaitu
dengan mencatat ketinggian tempat (m dpl.), tipe hutan, jenis dominant, jenis pohon menonjol disetiap
titik pengamatan. Rute Cimalati dilakukan untuk mengetahui batas pegunungan rendah dan pegunungan
atas. Dilain pihak, tim Pusat Penelitian Biologi melakukan koleksi dan inventarisasi serta studi ekologi
pada jalur Cangkuang yang dibagi menjadi 4 sub-jalur, yaitu (1) ke arah puncak Salak-1; (2) ke arah
Kawah Ratu; (3) daerah sekitar Pondok Bajuri; dan (4) daerah sekitar Pos Kancil (Gambar I.1). Di setiap
sub-jalur dibuat petak-petak pencuplikan data berukuran 30 x 30 m2. Pemilihan tempat pembuatan petak
dengan pertimbangan perbedaan ketinggian, fisiognomi dan kondisi habitat. Sebanyak 6 petak dibuat di
sepanjang sub-jalur ke arah puncak Salak-1; 2 petak disekitar pondok Bajuri; 3 petak di sepanjang sub-
jalur menuju Kawah Ratu; dan 1 petak di sekitar Pos Kancil. Pada daerah yang sama juga telah dilakukan
inventarisasi dan eksplorasi tumbuhan.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 6/85
6
87
1011
1
29
12
65
43
Rute Pasir Reungit
Rute Cimelati
Rute Cangkuang
Gambar I.1. Peta jalur penelitian beserta petak-petak pencuplikan data vegetasi (1 s/d 12).
Adapun untuk penelitian etnobotani dilaksanakan di dua desa, yakni Desa Cidahu, Kecamatan
Cidahu, Kabupaten Sukabumi, dan Desa Girijaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Kedua desa
ini dipilih dengan pertimbangan merupakan desa yang paling dekat dengan Gunung Salak dan memiliki
tipikal yang berbeda. Desa Cidahu, lebih bernuansa agama, terdapat pesantren al-Qodiriyah yang
dipimpinan KH Romli dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat dan
membentuk pemahaman yang ada di masyarakat.
Sedangkan desa Girijaya lebih pada pencarian dan penguatan akar tradisi Sunda. Di desa ini terdapat
Padepokan Girijaya pimpinan Abah Ru’yat. Padepokan ini juga memiliki pengaruh di masyarakat. Tradisi
dan kebudayaan klasik Sunda sering digelar di desa ini. Walaupun bernuansa tradisi, namun masyarakat
yang tinggal di desa ini masih menjalankan ajaran normatif agama (Islam) seperti shalat, puasa, dan zakat.
Di desa ini juga terdapat dua makam yang dianggap keramat oleh masyarakat, yaitu makam dari Eyang
Abu Shomad (Eyang Abu) dan makam Eyang Muhammad Santri (Eyang Santri). Kedua tokoh ini olehmasyarakat dianggap sebagai penyebar agama Islam.
Kedua makam ini setiap harinya ramai dikunjungi oleh peziarah. Kunjungan para peziarah makin
ramai terutama pada hari-hari tertentu, seperti hari kamis dan jum’at, atau bulan Robiul awwal atau
maulid dan bulan Muharram dalam sistem penanggalan Islam. Pada bulan Maulid masyarakat ziarah
bersama ke makan Eyang Abu sekaligus juga diisi dengan tradisi-tradisi Sunda, penampilan wayang
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 7/85
7
Golek, jaipong, dan ritual ngramat yakni mendoakan hasil bumi. Sedangkan di bulan Muharram,
masyarakat menggelar upacara tradisi Seren taun, yakni upacara selamatan dan ungkapan rasa syukur atas
karunia Tuhan.
KEGIATAN di LAPANGAN
Penjelajahan di Gunung Salak ini melibatkan para ahli dalam bidang taksonomi dan ekologi
tumbuhan serta pakar etnobotani. Keterpaduan penelitian dengan melibatkan berbagai bidang keilmuan
ini diharapkan mampu untuk mengungkapkan keanekaragaman hayati di daerah penelitian, tanpa harus
meninggalkan kaidah keilmuan di bidangnya masing-masing. Adapun cara kerja untuk masing-masing
kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
Inventarisasi dan eksplorasi tumbuhan
Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan koleksi secara umum seluruh jenis tumbuhan yang sedang
berbunga dan berbuah untuk kemudian diambil contohnya dan dijadikan spesimen herbarium. Setiap
contoh tumbuhan yang terkumpul akan dilengkapi dengan label gantung untuk mencatat nama dan nomor
kolektor serta tanggal dan lokasi pengambilan. Informasi lain seperti nama lokal, habitat, habitus,
kegunaan dan data lingkungan lainnya dicatat di dalam buku koleksi. Meskipun ada jenis-jenis tumbuhan
yang tidak lengkap memiliki bunga atau buah, yang sekiranya menarik dan unik juga akan dikumpulkan
sebagai koleksi atau spesimen acuan. Jenis-jenis tumbuhan yang tidak dapat dikoleksi untuk sementara
akan dicatat dalam buku lapangan guna melengkapi data kekayaan jenis.
Semua contoh tumbuhan yang terkumpul disimpan dalam lipatan-lipatan kertas koran, dimasukkan
ke dalam kantung plastik besar dan diawetkan dalam alkohol 70%, yang selanjutnya dikirim ke
Herbarium Bogoriense untuk diproses dan kemudian diidentifikasi.
Analisis vegetasi
Kegiatan penelitian ini meliputi pencuplikan data vegetasi dengan menggunakan metode petak.
Sejumlah petak dengan ukuran 30m x 30m dibuat pada lokasi-lokasi dengan gradasi perubahan
lingkungan seperti kondisi habitat dan ketinggian, ataupun fisiognomi yang berbeda. Jumlah dan interval
antar petak ditentukan berdasarkan kondisi medan dan ketersediaan fasilitas pendukung. Pengumpulan
data pohon meliputi diameter, tinggi, kegunaan, spesimen bukti, serta pengumpulan data lingkungan
diantaranya posisi geografi, pH dan kelembaban tanah, dan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis
kandungannya. Selain itu data sekunder diantaranya data lokasi, data iklim serta data lingkungan lainnya
juga dikumpulkan.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 8/85
8
Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis menurut cara yang umum dilakukan dalam kajian
ekologi hutan (Cox, 1967; Greigh-Smith, 1964; Muller-Dombois & Ellenberg, 1974), sehingga diperoleh
parameter-parameter frekuensi, dominansi, kerapatan, indeks keanekaragaman, kekayaan jenis,
kemerataan jenis dan dominasi jenis. Dengan parameter tersebut dilakukan analisis ordinansi dan analisis
stratifikasi hutan untuk mengetahui lapisan kanopi hutan.
Penelitian etnobotani
Penelitian etnobotani dengan menerapkan metode wawancara semi struktural dan "open ended "
terhadap masyarakat setempat, mengikuti sebagian aktifitas sehari-hari penduduk dan pengamatan
langsung di lapangan. Penentuan jumlah responden dengan menggunakan metode "stratified random
sampling". Responden di setiap lokasi diambil 30% dari jumlah Kepala Keluarga.
Selain itu dilakukan pula wawancara secara mendalam terhadap ahli lokal. Setiap jenis sumber daya
hayati yang berguna dicatat nama lokalnya dan diamati habitat, kegunaannya, bagian yang digunakan,
cara penggunaan, nilai penting, nilai kegunaan dan nilai kepentingan budayanya. Penelitian etnoekologi
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini
diamati pengetahuan lokal tentang pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan oleh masyarakat (corpus)
serta pengaruh yang ditimbulkannya (praxis). Untuk kepentingan identifikasi, sumber daya hayati
berguna tersebut diambil contohnya dan dibuat koleksinya guna mengetahui nama ilmiahnya.
Pengungkapan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan gunung Salak terlebih
dulu menentukan informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang yang memiliki
pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau kegunaan dari tumbuhan tersebut.
Wawancara secara open-ended dan secara mendalam dengan informan merupakan teknik yang
mendasar guna mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang kegunaan dari suatu jenis tumbuhan
dan makna kulturalnya dalam kehidupan mereka. Proses pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini
menggunakan tiga langkah. Langkah pertama adalah dengan mengajak informan ke petak ekologi yang
dibuat. Setelah berada dalam petak, informan ditanyakan mengenai kegunaan berbagai tumbuhan yang
ada di dalam petak secara open-ended . Langkah kedua adalah dengan wawancara langsung dengan
masyarakat di desa mengenai kegunaan berbagai tumbuhan. Setelah kegunaan dari tumbuhan diketahui,
maka dilakukan wawancara secara mendalam untuk mengetahui makna kultural dari tumbuhan tersebut.
Langkah ketiga adalah mencatat nama lokal setiap jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
dan membuat voucer specimen untuk diidentifikasi lebih lanjut di Herbarium Bogoriense supaya dapat
diketahui nama ilmiah dari tumbuhan yang dimanfaatkan.
Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi, pertama di dalam petak sementara yang dibuat oleh tim
ekologi. Petak ini berada pada ketinggian 1700 dpl dan di HM 18 (jarak 1800 meter dari persimpangan
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 9/85
9
atau sama dengan 4300 meter dari pos pertama pendakian dari arah Cidahu). Petak yang dibuat berukuran
30 X 30 meter. Kedua dilakukan di desa Cidahu, dan tempat ketiga di desa Girijaya.
Sedangkan penelitian yang dilakukan di desa, proses pengumpulan data lapangan dengan tiga
langkah. Langkah pertama adalah menentukan informan kunci dan informan biasa. Langkah kedua adalah
dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan para informan. Langkah
ketiga adalah dengan melakukan pengamatan terlibat ( partisipatory observasion) dalam ritual keagamaan
dan ritual tradisi yang dilakukan oleh mereka. Pada tanggal 20 Maret masyarakat di desa Giri Jaya
menggelar ritual mauludan, satu ritual yang menggabungkan norma agama dan tradisi setempat.
Dalam penelitian perspektif masyarakat mengenai Gunung Salak, terlebih dulu menentukan informan
kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang yang memiliki pengetahuan luas tentang tradisi
masyarakat, petuah dari leluhur, maupun ajaran-ajaran normatif dari agama. Informan tersebut dapat
membantu peneliti untuk memilih informan lain yang juga memiliki pengetahuan luas.
Oleh karena orang yang memiliki kompetensi di masyarakat yang tinggal di kawasan gunung Salak
adalah orang-orang tua dan di-tua-kan oleh masyarakat, seperti Kyai, Dukun, Guru, serta Kuncen yang
memiliki “kewajiban” menjaga suatu kawasan, maka peneliti memilih mereka sebagai informan kunci.
Selain itu peneliti juga mewawancarai anggota masyarakat kebanyakan baik yang tinggal di dua desa,
yaitu desa Cidahu kecamatan Cidahu dan desa Girijaya di kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi.
Selain dari informan kunci yang ada di Desa Cidahu dan Desa Girijaya, wawancara juga dilakukan
dengan para sesepuh atau orang yang di-tua-kan yang ada di wilayah Bogor. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan memiliki kesamaan persepsi sekaligus juga untuk konfirmasi data. Wawancara mendalam
(indepth interview) dengan informan kunci merupakan teknik yang mendasar guna mendapatkan
pengetahuan yang mendalam tentang perspektif masyarakat, nilai kultural dan makna kehadiran gunung
Salak dalam kehidupan mereka.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 10/85
10
BAB II
MENYELAMI PEMIKIRAN MASYARAKAT
Setiap masyarakat, atau bahkan individu, memiliki cara pandang tersendiri tentang keberadaan
Gunung atau Hutan. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman interaksi mereka terhadap kawasan gunung
atau hutan. Di samping itu juga, persepsi juga terbentuk karena adanya “kepentingan”. Makin beragam
kepentingan maka makin beragam juga persepsinya.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa gunung atau pun hutan, bagi masyarakat Indonesia,
terutama daerah Jawa dan Sunda memiliki cerita tersendiri. Bila kita merunut sejarah dan juga melacak
cerita-cerita rakyat, gunung atau hutan adalah tempat yang strategis. Gunung misalnya, sempat diyakini
sebagai daerah turunnya para Batara yang hidup di Kahyangan ketika turun ke Bumi. Sebagai “landasan”
para Batara di Bumi, maka Gunung kemudian disakralkan oleh masyarakat.
Sedangkan hutan, pada masa lalu lebih dikonotasikan sebagai tempat penempaan kesaktian dan
keberanian seseorang. Ada anggapan di masyarakat bahwa hutan adalah tempat bersemayamnya roh-roh
jahat, tempat persembunyian para penyamun, dan lain-lain, sehingga ketika seseorang telah berhasil
melewati hutan dengan selamat, maka hampir dapat dipastikan bahwa orang tersebut memiliki tingkat
keberanian dan juga kesaktian yang tinggi di atas rata-rata orang kebanyakan. Selain itu, hutan juga,
karena memiliki atmosfir yang teduh, menjadikan pilihan bagi orang-orang yang hendak kontemplasi,
baik untuk mendekatkan diri pada Pencipta, menggembleng ilmu, maupun karena pelarian dari kehidupan
masyarakat yang sudah tidak nyaman menurut anggapannya.
Hutan dan Masyarakat Girijaya
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di desa Girijaya diketahui bahwa masyarakat
menyebut hutan yang terdapat di Gunung Salak sebagai leuweung tutupan (hutan terlarang). Bagi mereka,
hutan dan apa yang terdapat di dalamnya adalah terlarang untuk diekploitasi, baik melalui penebangan
maupun perburuan. Pelarangan penebangan hutan merupakan wasiat dari para leluhur. Pelarangan ini
sifatnya mendasar, tanpa kecuali, namun karena kebutuhan manusia kemudian terdapat beberapa bagian
dari hutan yang boleh dimanfaatkan, seperti ranting yang jatuh untuk keperluan kayu bakar atau buah
yang jatuh untuk konsumsi pribadi bukan untuk mengambil keuntungan ekonomi dari buah yang terdapat
di hutan. Menurut pak Asori salah satu sesepuh, dengan pertimbangan keselamatan kehidupan itulah
maka para leluhur menganggap semua hutan pada dasarnya adalah leuweung tutupan.
Bagian dari hutan yang sangat dilarang keras untuk ditebang, menurut masyarakat, adalah bagian
lamping atau tebing. Larangan penebangan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Girijaya pada masa
lalu terkait dengan keselamatan kehidupan manusia, karena bila pohon yang terdapat dalam hutan habis
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 11/85
11
ditebang, apalagi yang ada di lamping-nya maka tidak saja persediaan air akan habis melainkan juga
dapat menimbulkan bencana longsor.
Hutan dan Masyarakat Cidahu
Bagi masyarakat desa Cidahu, hutan yang ada di Gunung Salak dianggap sebagai “amanah” atau
kepercayaan dari Tuhan untuk diolah dan dijaga kelestariannya. Terdapatnya hutan di sekitar desanya
merupakan anugerah dari Tuhan, karena itu dengan adanya hutan maka keberlangsungan kehidupan
masyarakat akan terus terjamin.
AA Lili, sapaan akrab KH Romli, menegaskan bahwa menjaga amanah berupa hutan sama nilainya
dengan menjaga dan mengamalkan ajaran agama, seperti shalat, puasa, dan lain-lain. Menurutnya,
bukanlah seorang muslim yang baik apabila dia menjalankan kewajiban agama namun masih melakukan
kerusakan di hutan. Hal ini dikarenakan, menurut AA Lili, salah satu peran manusia adalah sebagai
khalifah, atau wakil dari Tuhan yang ada di bumi. Dengan merusak hutan, maka tidak saja dia melanggar
amanah melainkan juga telah mengabaikan perannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
Terdapat banyak teks dalam kitab suci ummat Islam yang berbicara tentang lingkungan dan tanggung
jawab manusia untuk mengelolanya dengan bijak. Sehingga pada dasarnya menjaga pelestarian hutan
sama pentingnya dengan menjalankan kewajiban yang lain. Bagi KH Romli, mengambil apapun dari
hutan hukum dasarnya adalah terlarang, bahkan rumput sekalipun, hal ini dikarenakan hutan sudah ada
yang mengelolanya. Mengambil manfaat dari hutan baru boleh dilakukan kalau sudah ada izin, dan itupun
kalau tidak sampai merusak hutan, seperti mengambil rumput untuk ternak atau ranting-ranting pohon
yang jatuh.
Komitmen dan kesadaran sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga hutan ditunjukkan oleh
masyarakat Cidahu ketika Balai Taman Nasional berencana membangun resort di kawasan Bumi
Perkemahan Cangkuang, dimana pembangunan saat itu terhenti karena sesepuh dan masyarakat
mencegah pembangunan yang menurut mereka merusak lahan hutan. Selain itu asal material bangunan
berupa kayu juga diambil dari hutan. Setelah dijelaskan maksud pembangunan resort dan asal dari kayu
yang digunakan tidak dari Taman Nasional maka pembangunan dilanjutkan dan masyarakat sangat
mendukung keberadaan Taman Nasional.
Gunung dalam Persepsi Masyarakat
Gunung Salak dengan hutan yang ada di dalamnya memiliki makna tersendiri bagi masyarakat. Di
gunung salak tidak saja tersimpan berbagai mitos atau legenda tentang asa-usul suatu daerah, melainkan
juga tersimpan berbagai “tanda” bagi kehidupan. Bagi masyarakat, kata “Salak” yang menjadi nama dari
Gunung Salak memiliki makna sendiri. Terdapat satu pendapat yang mengatakan kata Salak berasal dari
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 12/85
12
kata “siloka” yang berarti simbol dari sesuatu yang perlu diurai dan ditemukan rahasianya. Pendapat yang
lain mengatakan bahwa kata Salak berasal dari kata “Salaka” yang berarti asal-usul dari suatu masyarakat.
Sedangkan pendapat ketiga mengatakan kata Salak memang berasal dari kata “Salak” dari buah salak.
Ketiga perbedaan penafsiran tentang salak ini memiliki implikasi persepsi yang berbeda. Bagi orang
yang percaya pada pendapat yang pertama, mereka akan yakin bahwa rahasia kehidupan yang disimpan
Tuhan terdapat di Gunung Salak, untuk itu mereka terus mencari dan berusaha menemukannya di Gunung
Salak. Sedangkan bagi masyarakat yang percaya pada pendapat yang kedua, mereka menganggap bahwa
tidak hanya asal-usul kehidupan melainkan juga masyarakat Sunda ada di gunung Salak. Pendapat ketiga
percaya bahwa di puncak Salak terdapat buah salak raksasa yang terbuat dari emas, buah ini akan muncul
dan memperlihatkan dirinya bagi orang-orang yang telah suci.
Di Girijaya, walaupun sudah tersentuh dengan modernisasi namun unsur-unsur tradisionalnya masih
kental terlihat. Diantaranya adalah masih digelarnya upacara tradisi seren taun, muludan,dan rabu
wekasan. Upacara tersebut sarat dengan muatan pesan untuk menjaga hubungan baik manusia dan alam.
Kekeramatan gunung Salak termaktub dalam pantun Bogor yang berjudul Paku Jajar Beukah Kembang,
Pajajaran Seren Papan, dan Dadap Malang Sisi Cimandiri. Gugung salak dijuluki juga Giri Dwi Munda
Mandala. Di gunung salak terdapat dua puncak yang bergerigi yang dinamakan Puncak Gajah dan
Puncak Karamat.
Gambar II.1. Pembacaan Doa disertai bakar Kemenyan yang dilakukan pada acara Mauludan.
Bagi masyarakat yang berpegang pada tradisi dan masih terpengaruh oleh ajaran Hindu, kedua
puncak yang terdapat di gunung Salak memiliki makna yang berbeda. Menurut Munandar (2007a) yang
melakukan penelitian pada masyarakat ada di Sindang Barang, Puncak Gajah ditafsirkan sebagai tempat
bersemayamnya arwah raja-raja Sunda Kuno yang telah ngahyang. Sedangkan puncak Keramat
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 13/85
13
ditafsirkan sebagai tempat persemayaman para Hyang, dewata Sunda Kuno, serta Raja-raja kerajaan
Sunda. Diantara nilai penting yang lain dari gunung Salak adalah adanya anggapan bahwa gunung Salak
tersebut sebagai Paku Jagat atau Paku Tetenger bagi Pakuan Pajajaran (Munandar 2007). Bahkan
menurut abah Ru’yat (pemimpin Padepokan Girijaya, yang giat menghidupkan tradisi Sunda), di gunung
Salak terdapat 12 tempat yang dihuni oleh Sang Hyang.
Sedangkan bagi masyarakat Islam, di puncak keramat terdapat makam dari tokoh penyebar agama
Islam yang berasal dari Cirebon, yaitu KH Hasan Basri yang bertugas menyebarkan agama Islam ke
daerah Sunda seperti di Bogor, Sukabumi, Pelabuhan Ratu, dan Cianjur. Puncak Salak juga dianggap
sebagai temapt berkumpulnya ghaib-ghaib Suci, seperti wali songo.
Selain itu, masyarakat juga meyakini bahwa terdapat tiga pilar utama penopang kehidupan di daerah
Sunda. Ketiga pilar itu berupa gunung, yaitu Gunung Salak, Gunung Gede, dan Gunung Pangrango.
Ketiga gunung ini sebagai perlambang dari huruf alif, lam, ha, ketiga kata ini yang kalau dibaca menjadi
satu kata ilah yang berarti Allah atau Tuhan. Oleh masyarakat, ketiga gunung tersebut ditafsirkan sebagai
simbol dari ajaran kebaikan. Gunung Salak adalah simbol dari alif (huruf pertama dalam abjad Arab)
yang berarti hubungan vertikal. Sedangkan Gunung Pangrango adalah simbol dari lam dan Gunung Gede
simbol dari ha. Munculnya anggapan yang demikian dari masyarakat menunjukkan adanya akulturasi
budaya dan juga sinkretisme dalam sistem religi mereka. Anggapan ini juga menunjukkan proses
islamisasi dan adanya “negosiasi” tradisi di masyarakat.
Terlepas dari anggapan masyarakat mengenai gunung Salak, kawasan ini memang sejak dulu
menyimpan misteri dan memiliki eksotisme sendiri, seperti apa yang disampaikan oleh seorang ilmuwan,
A.R. Wallace, ia mengatakan; “Buitenzorg adalah tempat tinggal yang sangat menyenangkan. Daerah ini
cukup tinggi sehingga terasa nyaman bagi orang yang tinggal di dataran rendah. Pemandangan alam di
sini sangat indah dan tanahnya subur. Gunung Salak, sebuah gunung berapi yang puncaknya terpotong
dan bergerigi, menjadi latar belakang yang khas bagi bentangan alam di sekitarnya (Wallace 2000).
Agama dan Pelestarian Lingkungan
Persepsi masyarakat tentang hutan dan Gunung Salak memunculkan tradisi atau prilaku yang berbeda
dengan daerah lainnya. Hal ini terjadi karena pola interaksi yang berbeda, keragaman hayati yang
dimiliki, iklim dan cuaca yang berbeda, serta perbedaan lainnya. Walaupun terdapat perbedaan, namun
memiliki tujuan yang sama, yakni menjaga kelestarian hutan sehingga tidak mengganggu kehidupan
manusia.
Dari hasil penelitian ini, terdapat dua “model” pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh
masyarakat. Pertama adalah melakukannya dengan melalui pendekatan agama. Bagi mereka melestarikan
hutan merupakan satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh manusia. Model kedua adalah dengan melalui
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 14/85
14
tradisi, mereka menggiatkan tradisi lama yang memang pada dasarnya adalah suatu ajaran “normatif”
pada manusia untuk berlaku arif terhadap alam.
Agama, dalam hal ini Islam, karena agama ini adalah agama yang dipeluk oleh semua penduduk desa
Cidahu, telah meresap menjadi tuntunan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Peran agama di desa
ini dipengaruhi oleh kharisma yang dimiliki oleh sosok pemimpin pesantren sebagai informal leader. Di
desa ini terdapat satu pesantren dengan Kyai yang cukup berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Ke-
tokoh-an yang dimilikinya, di samping karena dianggap memiliki derajat keilmuan agama yang lebih
tinggi dari masyarakat kebanyakan juga karena beliau mengasuh santri yang menetap sebanyak kurang
lebih 270 orang, ada juga santri yang tidak menetap.
Dalam melestarikan keberadaan keanekaragaman hayati yang terdapat di gunung Salak, beliau
melakukannya dengan pendekatan agama. Menurutnya, alam adalah ciptaan Allah, dan kita wajib
mengolah dengan bijaksana dan melindunginya. Untuk dapat mengolah alam secara bijak, manusia
terlebih dulu harus memiliki rasa keimanan yang kuat, lalu kesadaran menjalankan agama dengan benar.
Tanpa itu alam hanya akan di rusaknya. Bagi orang yang memiliki kesadaran keimanan dan ketaatan
terhadap aturan agama, maka orang tersebut tidak akan berani merusak dan mengambil, apa yang bukan
miliknya. Hutan dan gunung itu jelas bukan milik kita dan sudah ada yang mengaturnya (pemerintah)
maka rakyat tidak berhak mengambil apa yang ada dalam hutan.
Kesadaran keagamaan yang dimilikinya menjadikan pesantren yang diasuhnya cukup berperan dalam
menjaga hutan tetap lestari, ia bersama dengan masyarakat desa Cidahu berkali-kali melakukan sweeping
terhadap orang yang mengambil pohon dari hutan. Dalam pandangannya, menebang pohon atau
membunuh satu hewan pada hakekatnya membunuh banyak makhluk hidup, hal ini dikarenakan banyak
dari makhluk hidup yang hidupnya sangat tergantung pada pohon yang ditebang atau hewan yang
dibunuh.
Islam, sebagai sebuah agama, banyak memiliki aturan dan anjuran untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Dalam, al-Qur’an, terdapat beberapa teks yang menunjukkan tentang hubungan manusia dan
alam. Dalam membahas Islam dan pelestarian Lingkungan, Abdillah (2005) membahasnya melalui
pembangunan teologi lingkungan (eco-theology). Dalam Islam, menurut (Abdillah 2005) manusia
memiliki derajat kesamaan dengan kehidupan makhluk yang lainnya, karena pada hakekatnya manusia
dan lingkungan sama-sama berposisi sebagai karya cipta Ilahi yang tergabung dalam kesatuan ekosistem.
Namun walaupun memiliki kesamaan, manusia diberi wewenang oleh Allah untuk mendayagunakan
sumberdaya alam dalam batas-batas yang kewajaran ekologis (Abdillah 2005).
Sedangkan Mangunjaya (2005) melihat persoalan Islam dan lingkungan dari aspek Tauhid, khilafh,
sistim hukum al-Istishlah atau kemaslahatn umum , dan konsep halal-haram. Keempat konsep ini menjadi
landasan normatif peran agama dalam pelestarian lingkungan. Di samping itu, ada konsep hima’ yakni
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 15/85
15
upaya melindungi spesies hidupan liar dengan menyediakan lahan untuk habitat asli mereka secara utuh.
Sistem perlindungan kawasan seperti ini tercatat dalam sejarah pernah dilakukan oleh Nabi dan pemimpin
setelahnya (Mangunjaya 2005, 2007). Selain hima’ menurut Mangunjaya juga terdapat konsep ihya al-
mawat atau menghidupkan lahan, tanah, atau kawasan yang tidak produktif menjadi produktif merupakan
anjuran syariah (Mangunjaya 2005).
Ritual tradisi dan Pelestarian Lingkungan
Masyarakat Indonesia, secara garis besar terbagi dalam dua corak tradisi, yaitu masyarakat dengan
corak tradisi maritim dan masyarakat dengan corak tradisi agraris. Setiap corak tradisi memiliki upacara
tradisi sebagai bentuk penghargaan dan upaya revitalisasi hubungan manusia dan alam. Terdapat berbagai
macam bentuk tradisi dalam pelestarian lingkungan, salah satunya adalah dengan ritual tradisi. Seperti
yang dilakukan oleh masyarakat Padepokan Girijaya yang tinggal di desa Girijaya. Setiap tahunnya
mereka melakukan tiga upacara adat. Pertama adalah upacara seren taun yang dilakukan setiap tangal 10
muharrom setiap tahunnya. Kedua, upacara muludan yang dilakukan setiap tanggal 12 bulan rabiul awwal
dalam penanggalan Islam. Ketiga, adalah upacara rabu wekasan yang dilakukan pada hari rabu terakhir di
bulan safar .
Setiap upacara adat yang dilakukan selalu ada sedekah bumi yang dimaksudkan supaya manusia lebih
menghargai bumi yang telah memberkan kehidupan bagi manusia. Selain itu juga ada ngancak (sesajen)
yang diletakkan di empat manahab atau penjuru angin. Peletakan sesajen dan sedekah bumi merupakan
bentuk penghargaan masyarakat terhadap adanya kehidupan selain di jagat manusia ini.
Gambar II.2. Ritual ngramat sebagai bagian dari tradisi muludan yang dilakukan oleh masyarakat desa
Girijaya. Ritual ini sebagai ungkapan rasa syukur atas pemberian Tuhan kepada manusia berupa
hasil bumi.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 16/85
16
Terdapat rangkaian upacara dalam setiap pelaksanaan upacara tradisi. Rangkaian yang terdapat pada
upacara seren taun yang dilakukan oleh masyarakat Padepokan Girijaya terdiri dari; ruwatan bumi, yaitu
aneka makanan dikumpulkan dalam satu tempat kemudian di kubur, dalam penguburannya disertai
mantra-mantra untuk keselamatan dan kesejahteraan. Kemudian sedekah bumi, yaitu masyarakat
membawa dongdang/nampan yang berisi hasil bumi ke padepokan untuk dimakan secara bersama-sama,
hal ini dilakukan sebagai bentuk syukur manusia atas apa yang telah diberikan bumi. Kemudian ada
ngramat, yaitu pembacaan mantera-mantera dan juga tawasulan pada para leluhur, wali, dengan harapan
hasil panen yang telah dan akan diperoleh mendapatkan berkah. Dalam ngramat ini selain sebagian dari
hasil bumi juga masyarakat membawa air. Biasanya makanan yang telah di kramat dibawa pulang
kembali, sedangkan air selain campuran untuk kebutuhan hidup seperti minum dan mandi juga untuk
ditaburkan pada sawah mereka.
Sebagai tradisi, upacara yang dilakukan oleh masyarakat Girijaya, mengandung muatan pesan
simbolik tentang keakraban hubungan manusia dan alam. Sebagai bagian dari sistem religi, ritual seperti
itu adalah bagian dari pola budaya yang dapat menjadi penuntun prilaku manusia. Menurut Geertz (1966)
dengan melakukan pendekatan kebudayaan dari model bagi, menunjukkan bahwa ritual bisa menjadi
pedoman dari perilaku budaya suatu masyarakat.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 17/85
17
BAB III
KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN
Sebagai negara yang dikenal dengan julukan mega-biodiversitas country, maka hampir dapat
dipastikan bahwa setiap wilayah atau kawasan di Indonesia memiliki keanekaragaman yang antar satu
dengan lainnya berbeda. Untuk membuktikan bahwa di Gunung Salak terdapat keanekaragaman yang
tinggi maka dilakukan jelajah terhadap kawasan ini dan mencatat flora yang terdapat di dalamnya.
Tentunya, flora yang tercatat atau pun yang dibuat herbariumnya adalah flora yang dilewati ketika jelajah
dilakukan. Sangat mungkin terjadi bahwa tingkat keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan ini
jauh lebih tinggi dari apa yang telah di hasilkan. Ini terjadi karena tidak semua bagian dari kawasan ini
bisa dijelajahi. Hasil pengamatan dan pengumpulan specimen herbarium di kawasan ini tercatat sekitar
100 jenis (Lampiran 5), dan beberapa diantaranya disajikan pada Gambar III. 1; 2; 3.
Flora di jalur Cangkuang dan TNGHS Resort Cidahu
Hasil pengamatan yang telah dilakukan disuguhkan untuk memberikan gambaran Kekayaan flora
resort Cidahu ini. Yang dimaksud flora disini adalah jenis tumbuhan yang dijumpai mulai dari perbatasan
wilayah Perum Perhutani dan Kebun Javana Spa serta hutan melalui jalur setapak. Dilokasi ini dapat
dilihat daerah hutan yang terganggu dari Javana Spa mulai dari ketinggian 1400 m, dibagian selatan
gunung Salak. Weinmannia blumei, Quercus lineata, Castanopsis argentea, Schima wallichii dijumpai
dengan tinggi pohon 5-10 m, yang didominasi oleh jenis pionir Macaranga, Mallotus, Ficus, Symplocos
fasciculate dan lain-lain. Salah satu jenis yang masuk dalam RDB yaitu Pinanga javana dijumpai
disepanjang sungai.
Kekayaan flora alami pada tepi hutan nampak lebih banyak dihuni oleh jenis pendatang seperti
Agathis dammara dan Calliandra calothyrsus. Vegetasi pada tepian hutan nampak terbuka, bagian bawah
banyak ditumbuhi oleh Chlomolaena odoratum (kirinyu). Jenis tumbuhan yang menarik untuk
dikemukakan pada tepi hutan yang terbuka antara lain adalah Cyathea contaminans (paku tiang) yang
banyak dijumpai dan juga dipelihara di Kebun Javana Spa. Paku ini sebenarnya telah masuk dalam status
perlu dilindungi karena bagian bawah batangnya yang merupakan kumpulan akar berwarna hitam banyak
diambil untuk media anggrek dan media tanaman hias lainnya serta diperdagangkan ke luar negeri,
menyebabkan populasi alami menurun dan mengalami erosi yang sangat mengkawatirkan. Jenis ini
termasuk dalam daftar CITES appendiks 2. Pohon yang umum dan banyak tumbuh di sini didominasi
oleh Schima wallichii (puspa) , yang perawakannya berupa pohon besar dengan kanopi berupa kerucut,
rapat, daun tunggal berupa elips, mahkota bunga putih dan benangsari kuning tampak sangat menyolok.
Pohon tersebut dapat dijumpai sepanjang jalan hingga bagian tepi kawah Ratu, beberapa pohon besar
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 18/85
18
yang sedang berbuah, Castanopsis tungurut banyak dijumpai di kanan kiri jalan, buahnya berduri dan biji
berwarna coklat. Dijumpai juga beberapa pohon Weinmania blumei, dengan daun majemuknya dan daun
penumpu yang besar, daun muda berwarna merah kecoklatan, tumbuh pada tempat terbuka ditepi hutan.
Caryota rumphiana yang merupakan pohon palm soliter, mudah dikenal karena bentuk daunnya yang
menyirip. Pohon Albizia lophanta dengan daun halusnya yang tersusun menyirip terdapat di beberapa
tempat terbuka. Pada bagian kiri jalan setapak dijumpai satu pohon Fagraea blumei yang mempunyai
kanopi memayung, bunga berupa terompet dan buah berupa gelendong ukuran kepalan tangan tumbuh
tegak.
Gambar III. 1. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan gunung Salak
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 19/85
19
Tumbuhan liana yang dapat dijumpai disini antara lain Smilax macrocarpa (canar) , sedang
berbuah mirip anggur dan buah tersebut dapat dimakan walaupun rasanya asam dan segar. Jenis yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman hias karena mempunyai bunga berupa
terompet warna merah sangat mencolok dan mudah dikembangkan melalui stek batang adalah
Aeschynanthus radicans, A.horsfieldii dan Agalmyla parasitica, sangat umum dan mudah dikenal.
Dijumpai bambu merambat Dinochloa scandens dan 2 jenis rubus yaitu Rubus moluccanus dan Rubus
chrysophyllus merupakan tumbuhan berduri dengan mahkota bunga putih dan buah majemuk berwarna
merah, kemudian dijumpai satu jenis Uncaria sp., dengan daun berhadapan, mempunyai kait untuk
memanjat. Tumbuhan bawah lantai hutan cukup rapat terdiri dari berbagai jenis tumbuhan antara lain
Melastoma malabatricum, Clidemia hirta, Impatiens platypetala, Begonia multangula, B. robusta dan B.
muricata, Psychotria, Etlingera coccinea, Argostemma montana dan Elatostema sp.
Gambar III. 2. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan gunung Salak
Flora sekitar camp Bajuri
Jenis pohon yang paling banyak dijumpai di daerah ini adalah Schima wallichii (puspa), sedangkan
jenis-jenis lainnya adalah Vernonia arborea, Cinnamomum sintok, Glochidion arboretum, Castanopsis
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 20/85
20
acuminatissima, Dysoxylum densiflorum, Symplocos fasciculata, Ginotroches axilaris, Saurauia
nodiflora dan Mallotus rhizinoides. Pada bagian bawah dapat dijumpai Melastoma malabatricum, M.
trachyphyllum, Lasianthus viridis, Eurya acuminata dan lantai dasar banyak dijumpai Etlingera coccinea,
Argostemma montanum, Begonia multangula, Geophila repens. Jenis tumbuhan liana yang nampak
menonjol diantaranya adalah Uncaria, Plectocomia elongata (bubuai), Frecynetia javanica yang sedang
berbunga dengan daun pelindung berwarna merah keunguan, Aeschynanthus radicans dan Agalmyla
parasitica dengan bunga merah berupa corong yang mencolok, kemudian Medinilla speciosa yang juga
sangat menarik dan berpotensi sebagai tanaman hias. Pada daerah ini dapat juga dijumpai Nepenthes
gymnamphora yang populasinya sudah menurun.
Gambar III.3. Beberapa jenis tumbuhan di kawasan hutan gunung Salak, TNGHS
Ardisia crispaLasianthus laevigatus Bl.
Omalanthus populneusZoll. & Mor.
Ardisia sanginolenta DC
Leea indica Burm.f Pavetta Montana Reinw.
Ex Bl.
Ficus deltoidea Jack
Tarena sp.
Rhododendron javanicum(Bl.) Benn. Datura metel
Rhodamnia cinerea
Arthrophyllum javanicum
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 21/85
21
Flora di jalur Pasir Reungit dan sekitar kawah Ratu
Pada ketinggian 1.200 m banyak dijumpai jenis-jenis pioneer seperti Macropanax dispermus,
Mallotus paniculatus dan Ficus padana dengan ketinggian pohon sekitar 10m. Pada ketinggian 1.250m,
dijumpai jenis-jenis primer diantaranya Altingia excelsa, Schima wallichii, Castanopsis javanica. Jenis
dominan di daerah ini yaitu Schima wallichii (puspa) yang berupa pohon tegak dengan tinggi sekitar 25
m, diameter batang diatas 50 cm, dengan kulit batang berwarna gelap karena pengaruh uap belerang.
Tumbuhan lain yang melimpah adalah Pandanus nitidus, mempunyai daun berupa pedang memita,
buah mencapai panjang 50 cm, berdiameter sekitar 15 cm, paku tiang Cyathea contaminans dan Musa
acuminata (pisang). Pada bagian lantai hutan dijumpai Schefflera spp., Aralia dasyphylla, Strobilanthes,
Hedychium roxburghii, Hornstedtia pininga dan Melastoma sp. Jenis liana yang banyak adalah
Polygonum sp, Dissochaeta, Ficus deltoidea, Smilax ceylanica, Medinilla speciosa dan beberapa
tumbuhan paku. Beberapa jenis diantaranya disajikan pada Gambar III. 4. Dan pada ketinggian 1.360 m,
yaitu sekitar fumarol tercium bau belerang yang kuat dan tidak ditemukan adanya tumbuhan yang
tumbuh.
Gambar III. 4. Vegetasi disekitar kawah ratu, dan beberapa jenis yang dijumpai
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 22/85
22
Dibagian lebih bawah yaitu disekitar helipad vegetasi nampak terbuka (Gambar III. 5), pada bagian
tepi dijumpai banyak tumbuh Begonia multangula yang sangat melimpah, dijumpai juga Centela asiatica,
Plantago major dan pada bagian lereng yang masih berhutan nampak Cyathea contaminans, Ficus
padana dan tumbuhan pendatang dari luar yang merupakan invasive species seperti Piper aduncum dan
Calliandra calothyrsus.
Gambar III. 5. Helipad dan beberapa jenis rumput dan paku-pakuan di sekitarnya
Flora di jalur Cimalati
Pada jalur Cimalati, pada ketinggian antara 1.100 dan 1.400 m dpl banyak dijumpai pohon jenis
Schima wallichii, Lithocarpus sundaicus, Castanopsis javanica, Prunus arborea yang tumbuh sebagai
jenis dominan atau pohon mencuat, dan pada ketinggian 1400 m banyak tumbuhan epifit. Pada ketinggian
1700 m, genus Vaccinium dan Rhododendron mulai terlihat sebagai vegetasi lapisan bawah. Jenis pohon
dominan Schima wallichii dan Lithocarpus beralih ke Podocarpus pada ketinggian 1800 m. Jenis
tumbuhan yang dijumpai sekitar jalur Cimalati disajikan dalam Lampiran 1.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 23/85
23
BAB IV
FISIOGNOMI KAWASAN GUNUNG SALAK DAN DAERAH KORIDOR
Fisiognomi dapat diartikan sebagai kenampakan luar dari suatu vegetasi, dan dengan memetakannya
ke dalam suatu wilayah, dapat memberikan gambaran umum tentang kondisi lingkungan alami wilayah
tersebut. Selanjutnya peta fisiognomi tersebut dapat digunakan untuk mengelola komunitas lokal dengan
memadukan pengetahuan di habitat alam pada setiap kategori dan lingkungannya. Pembagian kategori
disesuaikan dengan kondisi wilayah dan tujuannya, untuk tujuan penelitian di gunung Salak kali ini
ditentukan 6 kategori (Tabel V.1); dengan kriteria berdasarkan pada ketinggian pohon dan keadaan
struktur hutan.
Hutan primer, merupakan hutan dengan pepohonan yang tinggi, struktur dan diversitas tumbuhannya
komplek. Hutan primer di gunung Salak digolongkan pada hutan tropis pegunungan yang dibagi menjadi
hutan pegunungan bawah dan penungan atas tergantung pada ketinggiannya. Meskipun pembagian secara
fisiognomi, hutan pegunungan atas dan bawah tidak berbeda, tetapi ketinggian tempat menjadi faktor
penghambat untuk kehidupan tumbuhan dan hewan liar, sehingga pembagiannya perlu dibedakan untuk
pengelolaan kawasan Taman Nasional.
Tabel IV.1. Kategori fisiognomi dan penutupan lahan
Fisiognomi Penutupan lahan Struktur
Pegunungan atasHutan
primer Pegunungan bawah
Hutan Tinggi (20-40 m) dan
komplek
Hutan tanaman Perkebunan; Hutan tanaman Tinggi (20-40 m) tetapi
sederhana
Hutan sekunder Semak Rendah (5-10 m) tetapi
komplek
Lahan garapan Kebun campuran, perkebunan teh,
sawah, ladang
Rendah (1-5 m) dan
sederhana
Daerah terbuka Daerah terbuka, padang rumput,
bangunan
Hutan Tanaman disekitar Gunung Salak merupakan tegakan dengan struktur sederhana tetapi
pepohonannya tinggi, sehingga dikatagorikan tersendiri, hutan ini antara lain adalah hutan Agatis,
Altingia excelsa dan kebun karet.
Hutan sekunder merupakan hutan yang ditumbuhi semak dengan struktur hutan yang komplek,
ketinggian pohon tidak terlalu tinggi tetapi mempunyai jumlah jenis yang banyak. Dalam pembagian
fisiognomi pada table diatas, ada daerah yang digunakan untuk aktivitas manusia seperti kebun teh,
persawahan atau ladang, serta dikatagorikan juga daerah yang tidak terdapat vegetasi yaitu daerah
fumarol.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 24/85
24
Berdasarkan hasil penelitian di tiga jalur (Cimalati, Pasir Reungit dan Cangkuang) serta di daerah
kawasan koridor dan tempat lain, dapat ditentukan adanya beberapa tipe vegetasi secara fisiognomi, serta
peruntukan lain. Adapun peta penutupan lahan dan peta fisiognomi kawasan gunung Salak dapat dilihat
pada Gambar IV. 11 dan IV. 12. Berikut ini adalah tipe-tipe vegetasi dan peruntukan lain yang diperoleh
dari pengamatan secara fisiognomi.
Hutan pegunungan atas
Hutan pegunungan atas pada umumnya merupakan hutan primer dan hanya ditemukan disekitar
puncak gunung Salak, dengan ketinggian di atas 1.800 m dpl. Pengamatan yang dilakukan pada jalur
Cimalati pada ketinggian 1825 m dpl., dijumpai suku Podocarpaceae, yang terdiri atas jenis-jenis
Podocarpus imbricatus dan P. neriifolius, nampak mendominasi lapisan kanopi atas dengan tinggi lebih
dari 20 m (Gambar IV.1). Di daerah ini banyak epipit seperti paku-pakuan, anggrek, Rododendron dan
Vaccinium yang hidup di batang pohon. Adapun jenis-jenis yang terdapat pada hutan pegunungan atas
terdapat pada Tabel IV. 2a, 2b.
Hutan pegunungan bawah
Hutan pegunungan bawah (Gambar IV. 2) di gunung Salak yang terdapat dalam kawasan taman
nasional merupakan hutan primer yang tersebar pada ketinggian di bawah 1.800 m dpl. Tegakan hutan
umumnya berkanopi rapat dengan tinggi 30-40 m, dengan beberapa pohon mencuat yang mencapai
ketinggian hampir 50 m. Jenis-jenis utama pada tipe vegetasi ini antara lain Schima wallichii (Theaceae),
Gambar IV. 1. Hutan Pegunungan atas
Jalur Cimalati (1.825 m dpl)
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 25/85
25
Castanopsis javanica, Lithocarpus elegans (Fagaceae), Altingia excelsa (Hamamelidaceae), Acer
laurinum (Aceraceae), Engelhardia spicata (Juglandaceae), Polyosma ilicifolia (Saxifagraceae) dan
Prunus arborea (Rosaceae). Jenis-jenis lainnya secara lengkap disajikan dalam Tabel IV. 2a, 2b.
Hutan berkategori hutan pegunungan bawah meluas kearah lereng Selatan dan Timur gunung
Salak. Hutan yang meluas kearah Barat tersebar di antara gunung Berbakti dan Javana Spa, tetapi menjadi
menyempit tak teratur karena adanya hutan sekunder yang berpusat di kawasan perusahaan listrik serta
tidak berlanjut ke arah koridor pada bagian yang semakin kearah Barat.
Hutan tanaman
Hutan tanaman seperti Agatis sp., Altingia excelsa, Pinus merkusii dijumpai dibagian batas tepi
kawasan taman nasional; yang umumnya berumur sama dengan struktur hutan yang sederhana. Akan
tetapi pada hutan tanaman Altingia excelsa yang sudah tua tinggi pohon dapat mencapai 40 m, seperti
yang terlihat di gunung Bunder salah satu jalan masuk ke dalam kawasan taman nasional (Gambar IV.3).
Kanopi hutan nampak sudah rapat ketika pepohonan ( Altingia excelsa) mencapai tinggi di atas 5 m.
Gambar IV. 2. Hutan pegunungan bawah
(Jalur Cimalati (1.500 m dpl)
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 26/85
26
Hutan sekunder
Hutan sekunder umumnya dengan tinggi pohon rata-rata hanya mencapai 5-10 m, dan terdiri atas
jenis-jenis pioner yang dijumpai di jalur Cangkuang maupun Pasir Reungit (Gambar IV. 4; 5). Jenis-jenis
pioneer seperti Macropanax dispermus (Araliaceae), Mallotus paniculatus (Euphorbiaceae), Symplocos
fasciculata (Symplocaceae), dan Ficus deltoidea (Moraceae) merupakan komponen utama hutan
sekunder. Beberapa pohon jenis Weinmannia blumei (Theaseae) dengan tinggi 20-30 m nampak tersebar
di beberapa tempat. Jenis-jenis lain yang tercatat dalam tipe vegetasi ini disajikan pada Tabel IV. 3; 4).
Dalam peta penutupan lahan, tipe hutan ini termasuk dalam kriteria semak, dan tersebar sekitar bagian
utara gunung Salak dan termasuk di dalamnya kawasan koridor. Komponen penyusun tipe hutan ini tidak
saja jenis pioner tetapi juga terdapat beberapa jenis primer dalam fase suksesi seperti Castanopsis
argentea and Lithocarpus elegans (Fagaceae). Hal ini menunjukkan adanya proses pemulihan atau
suksesi, sehingga memungkinkan hutan sekunder akan mencapai pemulihan menjadi hutan primer jika
gangguan tidak terjadi lagi. Kerusakan hutan dapat terjadi karena dua hal yaitu karena aktivitas manusia
seperti pengaruh penggunaan lahan dimasa lalu dan illegal logging, serta secara alami yaitu letusan
gunung, terutama sekitar daerah belerang di gunung Salak. Hal ini perlu mendapat perhatian dalam
kaitannya dengan pengelolaan hutan pada masa datang, karena saat ini hutan sekundernya mencakup areal
yang luas. Dengan demikian proses pemulihan hutan sekunder menjadi hutan primer merupakan suatu hal
yang perlu diwujudkan dalam rangka menyelamatkan habitat satwa liar.
Gambar IV. 3. Hutan tanaman(Rasamala ( Altingia excelsa) di Gn. Bunder)
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 27/85
27
Lahan garapan
Dalam peta penutupan lahan, hutan campuran, perkebunan teh, ladang, sawah dan padang rumput
digabungkan ke dalam 1 tipe fisiognomi yaitu dengan struktur rendah dan sederhana (Gambar IV. 6; 7; 8).
Kategori fisiognomi ini mencakup daerah yang cukup luas di daerah koridor, begitu juga pada lereng
utara gunung Salak pada ketinggian 1.600-1.700 m dpl. Kondisi semacam ini meluas sampai hutan
pegunungan bawah, karena itu setiap perubahan di daerah tersebut perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh.
Gambar IV. 5. Hutan sekunder
(Daerah koridor)
Gambar IV. 4. Hutan sekunder
(Jalur Cang Kuang 1300m dpl)
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 28/85
28
Daerah terbuka
Kategori fisiogomi ini ditandai dengan tidak adanya tumbuhan atau vegetasi yang dapat tumbuh, ini
termasuk “fumarole” di lereng Barat gunung Salak dan lokasi bangunan pembangkit tenaga listrik di
lereng bagian Barat gunung Salak (Gambar IV. 9; 10). Kedua lokasi tersebut mencakup areal yang cukup
luas.
Gambar IV. 6. Lahan garapan
Daerah koridor (Sawah)
Gambar IV. 8. Lahan garapan
Sisi Selatan Koridor (Ladang)
Gambar IV. 7. Lahan garapan
Sisi Utara koridor (Kebun teh)
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 29/85
29
Tabel IV. 2a. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Cimalati
plt plt plt df nf df nf nf nd nf nf nf nf nf nfw p5 - w p1 5 w p17 w p 19 w p 20 w p 21 w p 22 w p23 w p 24 w p 32 w p 33 w p34 w p35 w p36
890 1025 1058 1111 1171 1209 1252 1301 1354 1404 1450 1520 1615 1705 1825
Syzygium sp. M yrtaceae フトモモ科 ○
W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科 ○ ○
Ficus fistulosa Reinw . ex B l. M oraceae クワ科 ○
Ficus fulva Reinw. M oraceae クワ科 ○
M acaranga triloba (Reinw . ex Bl.) Muell. Arg. Lauraceae クスノキ科 ○
M allotus paniculatus (Lam k) Muell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○
Sym plocos cochinchinensis (Lour.) M oore Sym plocaceae ハイノキ科 ○
Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科 ○Lithocarpus sundaicus (Bl.) Rehd. Fagaceae ブナ科 ○ ○
Antidesm a tetrandrum Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○
Litsea resinosa Bl. Laulaceae クスノキ科 ○
Fagraea elliptica Roxb. Loganiaceae マチン科 ○
Urophyllum arboreum (Reinw . ex B l.) Korth. Rubiaceae アカネ科 ○
Lithocarpus daphnoides (Bl.) A. C am us Fagaceae ブナ科 ○
Beilschm iedia m adang (Bl.) Bl. Lauraceae クスノキ科 ○
Pternandra azurea (Bl.) Burck. M elastom ataceae ノボタン科 ○
G lochidion rubrum Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○
Helicia robusta (Roxb.) R.Br. ex W all. Proteaceae ヤマモガシ科 ○
Perrotteia alpestris Bl.) Loes C elastraceae ニシキギ科 ○
Piper aduncum L. Piperaceae コショウ科 ○
C alliandra callothyrsus M eissn. Fabaceae マメ科 ○ ○C yathea contam inans (Wall.) C opel. C yatheaceae ヘゴ科 ○
Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科 ○
Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . Rich. Araucariaceae ナンヨウスギ科 ○
Figure:GP S W P N um ber / A ltitude [m ]plt:Plantation areadf:Forest disturbed by hum an activitynd: Forest disturbed in natural, G apnf:Natural forest
Species Fam ily J-Fam ily
National Park AreaO ut of NP
Gambar IV. 9. Daerah terbuka
(“Fumarole”)
Gambar IV. 10. Daerah terbuka
(Pembangkit tenaga listrik)
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 30/85
30
Tabel IV. 2b. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Cimalati.
plt plt plt df nf df nf nf nd nf nf nf nf nf nf
w p5 - w p15 w p 17 w p 19 w p 20 w p 21 w p 22 w p 23 w p 24 w p 32 w p 33 w p34 w p35 w p3 6
890 1025 1058 1111 1171 1209 1252 1301 1354 1404 1450 1520 1615 1705 1825
Podocarpus im bricatus Bl. Podocarpaceae マキ科 ○ ○ ○
Podocarpus neriifolius D. Don Podocarpaceae マキ科 ○ ○
Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科 ○ ○ ○
Rhododendron sp. Ericaceae ツツジ科 ○ ○
Daphne com posita (L.f.) Gilg. Thym elaeaceae ジンチョウゲ科 ○
G ynotroches axillaris Bl. Rhizophoraceae ヒルギ科 ○
Lasianthus laevigatus Bl. Rubiaceae アカネ科 ○
Vaccinium bancanum M iq. Ericaceae ツツジ科 ○
M astixia pentandra Bl. C ornaceae ミズキ科 ○
Litsea noronhae Bl. Laulaceae クスノキ科 ○
O lea javanica (Bl.) Knobl. O leaceae モクセイ科 ○
Psychotria robusta Bl. Rubiaceae アカネ科 ○
Saurauia bracteosa DC . Actinidiaceae マタタビ科 ○
Schim a w allichii (DC .) Korth. Theaceae ツバキ科 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Platea excelsa Bl. Icacinaceae クロタキカズラ科 ○ ○ ○ ○
C astanopsis javanica (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科 ○ ○ ○ ○
Prunus arborea (Bl.) Kalkm an Rosaceae バラ科 ○ ○ ○ ○
Acer laurinum Hassk. Aceraceae カエデ科 ○ ○
M anglietia glauca Bl. M agnoliaceae モクレン科 ○ ○
Elaeocarpus sphaericus (G aertn.) K. Schum . Elaeocarpaceae ホルトノキ科 ○
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科 ○
Payena leerii (T. & B.) Kurz. Sapotaceae アカテツ科 ○
Syzygium rostratum (Bl.) DC .M yrtaceae フトモモ科 ○
Vaccinium sp. Ericaceae ツツジ科 ○
Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae ミカン科 ○ ○ ○ ○
Engelhardia spicata Lesch. ex B l. Juglandaceae クルミ科 ○ ○
Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科 ○ ○ ○ ○
Lindera bibracteata (Bl.) Boerl. Laulaceae クスノキ科 ○
Parkia interm edia Hassk. Fabaceae マメ科 ○
M elicope latifolia (DC .) T.G . Hartley Rutaceae ミカン科 ○
Prunus javanica (T. & B.) Miq. Rosaceae バラ科 ○
C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○
Eurya acum inata DC . Loganiaceae マチン科 ○ ○
Species Fam ily J-Fam ily
National Park AreaO ut of NP
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 31/85
31
Tabel IV. 3. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Pasir Reungit
O ut of N P
plt df df df nf nf fm
W P25 wp26 wp27 wp28 wp29 wp30 wp31
1045 1101 1150 1200 1247 1302 1360
Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科 ○Ficus deltoidea Jack M oraceae クワ科 ○
G lochidion rubrum Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○
Litsea cubeba (Lour.) Pers. Laulaceae クスノキ科 ○
M elastom a sylvaticum B l. M elastom ataceae ノボタン科 ○
Rapanea hasseltii (Bl. ex Scheff.) M ez M yrsinaceae ヤブコウジ科 ○
Schim a w allichii (DC .) Korth. T heaceae ツバキ科 ○ ○ ○ ○ ○
Altingia excelsa Norona Ham am elidaceae マンサク科 ○ ○
C astanopsis javanica (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○
M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科 ○ ○ ○
M elicope latifolia (DC .) T.G . Hartley Rutaceae ミカン科 ○
Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科 ○Antidesm a tetrandrum Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○ ○
C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○ ○
Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科 ○ ○
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科 ○ ○
M allotus paniculatus (Lam k) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○ ○
Persea rim osa (Bl.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科 ○
Plectocom ia elongata M art. ex Bl. Palm ae ヤシ科 ○ ○ ○
Saurauia bracteosa DC . Actinidiaceae マタタビ科 ○
G ynotroches axillaris Bl. Rhizophoraceae ヒルギ科 ○
Agalm yla parasitica (Lam k) O .K. G esneriaceae イワタバコ科 ○
Agiopteris evecta Hoffm . M arattiaceae ナンヨウスギ科 ○Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科 ○
M edinilla speciosa Reinw .ex B l. M elastom ataceae ノボタン科 ○
W einm annia blum ei Planch. Cunoniaceae クノニア科 ○
C yathea contam inans (W all.) Copel. Cyatheaceae ヘゴ科 ○
C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科 ○
Elaeocarpus stipularis Bl. Elaeocarpaceae ホルトノキ科 ○
Lithocarpus sundaicus (Bl.) Rehd. Fagaceae ブナ科 ○
Pinus m erkusii Jungh. & De V riese P inaceae マツ科 ○
Figure: G PS W P Num ber / A ltitude [m ]lt:Plantation areadf:Forest disturbed b hum an activit
nf:Natural forestfm : Near Fum arole
Species
National Park Area
J-Fam ilyFam ily
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 32/85
32
Tabel IV. 4. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat pada titik-titik pengamatan di jalur Cangkuang
opn opn df df df df
wp39 wp40 wp41 w p42 wp43 wp44
1221 1250 1304 1358 1382 1403
Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科 ○ ○ ○C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○ ○
Q uercus lineata Bl. Fagaceae ブナ科 ○ ○
Dysoxylum densiflorum (Bl.) M iq. M eliaceae センダン科 ○ ○
Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科 ○ ○
Ardisia fuliginosa Bl. M yrsinaceae ヤブコウジ科 ○
C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. C yatheaceae ヘゴ科 ○
M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科 ○
Schim a wallichii (DC .) Korth. Theaceae ツバキ科 ○ ○ ○
Acer laurinum Hassk. Aceraceae カエデ科 ○
C astanopsis tungurrut (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科 ○
G ynotroches axillaris Rhizophoraceae ヒルギ科 ○
O m alanthus populneus (G eisel) Pax Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○Sloanea sigun (Bl) K. Schum . Elaeocarpaceae トウダイグサ科 ○
Sym plocos odoratissim a (Bl.) Choisy Sym plocaceae ハイノキ科 ○
W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科 ○ ○ ○ ○
C aryota rum phiana Bl. ex M art. Arecaceae ヤシ科 ○
Ficus fistulosa Reinw . ex B l. M oraceae クワ科 ○ ○
Eurya acum inata DC . Theaceae ツバキ科 ○ ○ ○
M acaranga triloba (Reinw. ex B l.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○ ○
M usa acum inata C olla M usaceae バショウ科 ○ ○
Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科 ○
Saurauia bracteosa DC . Actinidiaceae マタタビ科 ○
Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科 ○
G lochidion arborescens Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○
M acaranga rhizinoides (Bl.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○
M allotus paniculatus (Lam k) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ科 ○
Parasarianthes falcataria (L.) Nielsen Fabaceae マメ科 ○
Pinanga javana Bl. Arecaceae ヤシ科 ○
C hrom olaena odorata (L.) R.M . King & H. Robinson C om positae キク科 ○
Etlingera coccinea (Bl.) S. Sakai & Nagam . Zingiberaceae ショウガ科 ○
Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科 ○
Ilex cym osa Bl. Aquifoliaceae モチノキ科 ○
Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . Rich. Araucariaceae ナンヨウスギ科 ○
Arthrophyllum diversifolium Bl. A raliaceae ウコギ科 ○
Figure: G PS W P N um ber/ A ltitude [m ]O n:O en areadf:Forest disturbed by hum an activity
National Park A rea
Species Fam ily J-Fam ily
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 33/85
33
Gb. IV. 12. Peta penutupan lahan kawasan G. Salak
Gb. IV. 11. Peta fisiognomi kawasan G. Salak
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 34/85
34
BAB V
ANALISIS VEGETASI
Studi ekologi hutan dilakukan dengan menggunakan metoda baku, dimana data vegetasi yang
terkumpul kemudian dianalisis menurut cara yang umum dilakukan dalam kajian ekologi hutan, sehingga
diperoleh parameter-parameter frekuensi, dominansi, kerapatan, indeks keanekaragaman, kekayaan jenis,
kemerataan jenis dan dominasi jenis. Parameter tersebut selanjutnya dilakukan analisis ordinansi dan
stratifikasi hutan untuk mengetahui lapisan kanopi hutan. Pencuplikan data vegetasi hanya dilakukan pada
1 dari 3 jalur pengamatan, sehingga hasil yang diperoleh belum dapat menggambarkan kondisi hutan
gunung Salak secara lengkap. Namun demikian dalam sekala kecil sudah terlihat adanya pengelompokan
vegetasi berdasarkan ketinggian tempat maupun kondisi medan. Dengan demikian diharapkan hasil ini
dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut.
Komposisi floristik
Dalam 12 petak pencuplikan data tercatat sebanyak 59 jenis pohon dengan diameter batang > 5 cm,
yang terdiri atas 44 marga dan 26 suku (Lampiran 3). Ini relatif sangat rendah dibandingkan dengan
dengan kekayaan jenis yang diperkirakan terdapat di kawasan gunung Salak. Namun demikian tingkat
heterogenetitas secara umum tercatat cukup tinggi, ditandai dengan banyaknya jenis dengan frekuensi <
25 % (Gambar V.1).
Gambar V.1. Persebaran kelas frekuensi jenis dalam 12 petak pencuplikan data (A= 0-20 %; B= 20-30 %;
C= 30-40 %; D= 40-50 %; E= 50-60 %)
0
10
20
30
40
50
A B C D E
Kelas frekuensi (%)
J u m l a h j e n i s ( % )
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 35/85
35
Hanya beberapa jenis diantaranya Cyathea contaminans, Ardisia javanica, Eurya acuminata dan
Dysoxylum densiflorum yang tersebar cukup merata. Dari 26 suku yang tercatat, Fagaceae, Cyatheaceae,
Theaceae dan Lauraceae merupakan suku-suku tumbuhan yang paling utama di daerah penelitian (Tabel
V.1). Suku-suku tersebut dengan jumlah jenis, jumlah individu dan luas bidang dasar yang relatif
tertinggi.
Tabel V.1. Luas bidang dasar (LBD= m2/ha), kerapatan (K= individu/ha), jumlah jenis (JJ) dan nilai
penting suku (NPS) suku-suku pohon yang tercatat di daerah penelitian.
Suku LBD K JJ NPS
Fagaceae 9.58 108 4 53.73
Cyatheaceae 0.86 192 2 25.90
Theaceae 2.26 100 4 25.33
Lauraceae 1.05 78 6 21.95
Meliaceae 1.83 75 2 17.82
Rutaceae 1.53 48 3 15.68Moraceae 0.48 19 7 15.58
Euphorbiaceae 0.93 25 5 14.48
Myrtaceae 1.11 50 3 14.28
Saxifagraceae 1.54 47 1 12.22
Myrsinaceae 0.36 65 2 11.28
Melastomataceae 1.74 22 1 10.46
Rubiaceae 0.28 39 3 10.07
Suku-Suku Lain (13) 2.98 128 16.00 51.20
Jumlah 26.52 996 59.00 300.00
Berdasarkan nilai penting rata-rata jenis pohon (NPR > 7,5) ditentukan jenis-jenis pohon yang palingutama di daerah penelitian (Tabel V.2). Jenis-jenis tersebut paling tidak tercatat sebagai jenis dominan di
satu petak pencuplikan data. Dilain pihak 19 jenis lainnya dengan NPR yang rendah dan hanya terdapat
pada 1 petak pencuplikan data. Tingginya nilai penting jenis Cyathea contaminans terutama karena
persebarannya yang luas, yaitu terdapat di semua petak pencuplikan data. Dengan kata lain bahwa di
setiap tempat dapat dijumpai adanya jenis Cyathea contaminans, yang merupakan salah satu ciri khas
hutan pegunungan.
Struktur hutan Kerapatan pohon secara umum tercatat tidak terlalu tinggi dan dengan luas bidang dasar yang rendah
pula. Dalam petak dengan luas luas total 1.08 ha (12 petak) hanya tercacah sebanyak 996 individu pohon
(diameter > 5 cm), dengan total luas bidang dasar 26,52 m2/ha. Rendahnya luas bidang dasar
menunjukkan bahwa banyak diantara pohon yang tercacah berukuran kecil (Gambar V. 2).
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 36/85
36
Tabel V. 2. Nilai penting jenis-jenis rata-rata (NPR) pohon dan di setiap petak pencuplikan data
Jenis / Petak P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 NPR
Cyathea
contaminans18.1 16.9 34.7 27.0 51.1 37.9 27.0 69.8 38.9 52.1 32.4 14.6 35.0
Lithocarpus
sundaicus 3.2 46.8 23.4 28.5 21.7 42.5 29.5 15.8 34.8 28.3 24.6 24.9Castanopsis
javanica68.1 25.0 48.8 5.6 73.9 13.4 29.9 22.0
Dysoxylum
densiflorum4.4 31.0 52.3 13.5 46.6 58.8 6.5 17.7
Polyosma
illicifolia22.9 9.0 22.0 43.3 22.8 29.1 7.4 6.9 3.7 9.5 12.4 15.7
Ardisia
javanica11.2 13.7 20.9 24.6 24.2 9.7 13.1 4.2 30.0 5.3 13.1
Astronia
spectabilis9.6 43.9 23.3 6.0 31.6 8.6 21.9 12.1
Eurya
acuminata5.9 3.6 3.0 51.1 76.0 3.8 12.0
Acronichyalaurifolia
22.7 61.5 5.6 6.9 18.3 9.8 9.0 11.2
Symplocos
fasciculata7.5 14.7 11.5 16.0 4.8 16.6 15.9 43.2 10.8
Syzygium
fascigiatum6.1 25.5 16.1 22.3 7.9 3.7 4.8 3.9 24.0 9.5
Schima
wallichii22.5 21.1 10.0 3.5 42.0 10.6 9.1
Cinamomum
sintoc41.1 35.4 3.5 4.0 9.7 7.8
Jenis-jenis
lain (45)68.6 62.7 85.8 111.8 88.8 104.0 78.0 103.2 132.1 116.9 80.7 154.5 98.9
Jumlah 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Dari seluruh individu yang tercacah, sebagian besar (81,4 %) berukuran kecil (diameter < 20 cm) dan
hanya sekitar 1.8 % diantaranya yang mencapai ukuran > 60 cm. Tiga pohon terbesar (diameter > 100
cm) yang tercuplik hanya diwakili oleh 1 jenis yaitu Castanopsis javanica, dan beberapa pohon lain yang
berukuran cukup besar (diameter 80-100 cm) diwakili oleh jenis-jenis Lithocarpus spicatus, Gynotroches
axillaries dan Lithocarpus sundaicus.
Berdasarkan nilai luas bidang dasar relatif, dapat dikatakan bahwa daerah penelitian didominasi oleh
Castanopsis javanica dan Lithocarpus sundaicus, diikuti oleh Astronia spectabilis, Schima wallichii dan
Dysoxylum densiflorum, Acronychia laurifolia dan Polyosma illicifolia (Tabel V. 3). Namun demikian
dominasi jenis-jenis tersebut nampak bervariasi di masing-masing petak, yang menunjukkan adanya
persebaran yang khas dari masing-masing jenis.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 37/85
37
Gambar V. 2. Persebaran diameter pohon yang tercacah dalam 12 petak pencuplikan data.
Tabel V. 3. Jenis-jenis dominant yang tercacah di daerah penelitian.
Jenis P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 DR
Castanopsis
javanica42.1 10.9 33.7 0.5 61.7 7.7 20.4 14.7
Lithocarpus
sundaicus0.5 27.4 14.3 18.2 13.0 23.0 12.2 9.9 20.7 8.3 10.4 13.2
Astronia
spectabilis4.1 28.0 15.1 3.5 17.2 2.2 14.8 7.1
Schima wallichii 12.6 13.0 5.7 0.3 30.4 4.6 5.6
Dysoxylum
densiflorum
1.8 7.9 13.2 3.0 13.7 18.1 1.8 5.0
Acronichya
laurifolia8.3 26.6 0.4 0.4 12.4 5.9 4.3 4.9
Polyosma
illicifolia21.0 10.5 9.6 0.9 2.4 0.3 2.5 5.5 4.4
Jenis-jenis lain 32.4 33.0 41.1 45.7 37.1 41.6 9.1 72.3 86.4 34.9 51.6 57.6 45.2
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0
10
20
30
40
50
60
< 10 < 20 < 30 < 40 < 50 < 60 < 70 < 80 > 80
Kelas diameter (cm)
J u m l a h i n d i v i d u ( % )
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 38/85
38
Pola komunitas
Hasil analisis ordinasi menunjukkan adanya pengelompokan petak menjadi 4 kelompok (Gambar V.
3), yaitu: Kelompok 1: terdiri atas petak-petak 1, 2, 3, 4 dan 5; kelompok 2: terdiri atas petak-petak 6, 7,
10 dan 11; kelompok 3: terdiri atas petak 8 dan 9; dan kelompok 4: petak 12. Nampak bahwa petak 12
terpisah dari yang lain karena terdapat pada kondisi habitat dan ketinggian yang sangat berbeda.
Gambar V. 3. Pengelompokan petak-petak pencuplikan data berdasarkan analisis ordinasi (PCA) dengan
parameter nilai dominansi jenis.
Kelompok 1 terdapat pada jalur ke arah puncak Salak-1, dengan ketinggian antara 1400 dan 1700 m
dpl. Secara keseluruhan dalam kelompok ini dapat ditentukan sebagai komunitas Castanopsis – Polyosma
dengan jenis-jenis dominan Castanopsis javanica, Polyosma illicifolia, Lithocarpus sundaicus, Astronia
spectabilis, Acronichya laurifolia dan Schima wallichii. Kondisi hutan dari komunitas ini disajikan dalam
Gambar V. 4.
Kelompok 2 terdapat pada daerah sekitar Pondok Bajuri ke arah Puncak Salak-1, Kawah Ratu dan
Cangkuang; pada ketinggian antara 1300 dan 1400 m dpl. Komunitas dalam kelompok-2 ini dapat
ditentukan sebagai komunitas Castanopsis – Lithocarpus, dengan Castanopsis javanica, Lithocarpus
sundaicus, Dysoxylum densiflorum, Schima wallichii, Astronia spectabilis dan Lithocarpus spicatus
merupakan jenis-jenis dominan. Gambar V. 5. menunjukkan kondisi hutan dari komunitas ini.
5
7
116
104
2
3
1
8
9
12
-0.5
0
0.5
-1 0 1
Axis -1
A
x i s -
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 39/85
39
Gambar V. 4. Contoh hutan yang termasuk tipe komunitas Castanopsis – Polyosma
Gambar V. 5. Contoh hutan yang termasuk tipe komunitas Castanopsis – Lithocarpus
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 40/85
40
Gambar V. 6. Contoh hutan yang termasuk tipe komunitas Eurya - Ficus
Kelompok-3 terdapat pada daerah jalur ke arah Kawah Ratu pada ketinggian antara 1.400 dan 1.450
m dpl. Kelompok-3 ini dapat ditentukan sebagai komunitas Eurya – Ficus (Gambar V. 6); dengan jenis-
jenis dominan diantaranya Eurya acuminate, Ficus padana, Evodia latifolia, Casearia velutina,
Lithocarpus sundaicus dan Vernonia arborea. Kelompok-4 terdapat di daerah sekitar Pos Kancil pada
ketinggian 1209 m dpl. Komunitas di daerah ini nampak berbeda dengan komunitas lainnya, yang
kemungkinan karena perbedaan ketinggian ataupun pengaruh gangguan. Komunitas di daerah ini
ditentukan sebagai komunitas Symplocos – Castanopsis, dengan Castanopsis javanica, Symplocos
fasciculate, Glochidion rubrum, Ilex cymosa dan Lithocarpus sundaicus merupakan jenis-jenis dominan.
Berdasarkan pengelompokan tersebut diatas dapat dikatakan ketinggian tempat merupakan faktor utama,
meskipun lokasi (posisi geografi) juga ikut berperan.
Struktur hutan diantara 3 komunitas tersebut nampak bervariasi, yang terlihat dari persebaran
horisontal dan persebaran vertikal. Gambar V.7., menunjukkan adanya perbedaan stratifikasi hutan
diantara ke 3 komunitas tersebut. Komunitas Castanopsis – Polyosma menunjukkan lapisan yang menerus
dengan tinggi total pohon mencapai > 35 m. Pohon-pohon tertinggi dalam komunitas ini antara lain
Schima wallichii, Castanopsis javanica dan Lithocarpus sundaicus. Begitu pula komunitas Castanopsis –
Lithocarpus menunjukkan lapisan kanopi yang cukup menerus, tetapi dengan tinggi pohon kurang dari 30
m. Castanopsis javanica, Gynotroches axillaris, Astronea spectabilis dan Lithocarpus sundaicus tercatat
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 41/85
41
sebagai jenis-jenis tertinggi dalam komunitas ini. Dilain pihak komunitas Eurya – Ficus pohon-pohon
tertinggi hanya mencapai 19,5 m yang terdiri atas jenis-jenis Ilex cymosa, Symplocos fasciculata,
Castanopsis javanica dan Polyosma illicifolia. Stratifikasi hutan dalam komunitas ini, dengan lapisan
kanopi yang tidak menerus, yang menunjukkan banyaknya rumpang (daerah terbuka).
Komunitas Castanopsis-Polyosma
0
10
20
30
40
0 10 20 30
T i n g g i t o t a l ( m )
Komunitas Castanopsis-Lithocarpus
0
10
20
0 10 20
Tinggi cabang (m)
Komunitas Eurya-Ficus
0
5
10
15
20
0 5 10 15
Gambar V. 7. Stratifikasi hutan pada setiap tipe komunitas
Gambar V. 8. Persebaran diameter pohon pada setiap tipe komunitas
0
20
40
60
80
<20 <30 <40 <50 <60 <70 <80 <90 >100
Kelas diameter (cm)
J u m l a h p o h o n ( % )
Kom-Castanopsis-Polyosma
Kom-Castanopsis-Lithocarpus
Kom-Eurya-Ficus
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 42/85
42
Perbedaan fase diantara ke 3 komunitas tersebut juga terlihat dari perbedaan ukuran diameter pohon
(Gambar V. 8). Pada komunitas Castanopsis-Polyosma dan komunitas Castanopsis-Lithocarpus tercatat
bahwa pohon dengan diameter > 50 cm mencapai lebih dari 5 % dari pohon yang tercacah, sedangkan
pada komunitas Eurya-Ficus tercatat kurang dari 2 %.
Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat dikatakan bahwa komunitas Eurya-Ficus masih dalam fase
suksesi setelah mengalami gangguan. Di lain pihak dua komunitas lainnya, khususnya komunitas
Castanopsis-Polyosma, sudah menuju ke arah fase klimaks ditandai dengan persebaran vertikal dan
horisontal yang nampak menerus. Akan tetapi hasil ini kemungkinan belum menunjukkan kondisi hutan
kawasan gunung Salak secara menyeluruh, karena pencuplikan data yang relatif sangat terbatas. Namun
demikian diharapkan hasil yang telah terkumpul dapat dipakai sebagai acuan penelitian lebih lanjut.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 43/85
43
BAB VI
PEMANFAATAN TUMBUHAN
Berdasarkan wawancara yang dilakukan di dalam petak, diketahui bahwa mereka mengenal 36
jenis dan 28 famili dari tumbuhan yang dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat (Tabel VI.1).
Sedangkan di desa Cidahu dan desa Girijaya, saat dikonfirmasi mengenai nama tumbuhan yang terdapat
dalam petak, pengetahuan mereka tentang tumbuhan yang dimanfaatkan tidak jauh berbeda. Berdasarkan
hasil wawancara terhadap masyarakat desa Cidahu dan desa Girijaya, diketahui terdapat penambahan 44
jenis yang tidak terdapat dalam petak. Jenis-jenis tersebut terbagi dalam 30 family dari tumbuhan yang
diketahui kegunaannya sebagai obat tradisional (Tabel VI.2).
Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang
terdapat di dalam petak, paling banyak digunakan sebagai bahan bangunan, kerajinan (furniture),
teknologi tradisional, makanan, pakan ternak, dan kayu bakar (Gambar VI.1). Berdasarkan grafik di
bawah dapat dilihat bahwa pemanfaatan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat terhadap
sumberdaya alam yang terdapat di dalam petak adalah sebagai bahan bangunan, hal ini dikarenakan
tumbuhan yang terdapat di dalam petak didominasi oleh pohon. Sedangkan tumbuhan bawah dan
merambat dimanfaatkan sebagai obat, makanan, atau pakan ternak. Namun demikian, terdapat juga pohon
yang dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. Seperti kulit batang dari kiteja ( Neolitsea javanica) yang
dimanfaatkan sebagai pengganti obat nyamuk.
Gambar V.1. Persentase pemanfatan jenis tumbuhan yang terdapat di dalam plot.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
P e r s e n t a s e
Kerajinan Obat Bahan
Bangunan
Makanan Pakan
Ternak
Kayu bakar Alat
tradisional
Jenis kegunaan
Kegunaan tumbuhan dalam petak
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 44/85
44
Berdasarkan wawancara yang dilakukan di desa Cidahu dan Girijaya, diketahui bahwa
masyarakat mengenal dan memanfaatkan tumbuhan dengan berbagai macam cara pemanfaatannya.
Jumlah jenis tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat Cidahu dan Girijaya sebagai
obat-obatan tradisional lebih banyak dari pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Kasepuhan yang
hanya mengetahui 40 jenis tumbuhan (Harada 2006).
Perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Cidahu dan Girijaya terkait dengan akses
informasi yang lebih terbuka. Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan di desa Cidahu dan Girijaya tidak
terpusat pada satu tokoh, melainkan menyebar pada individu-individu. Hal ini karena pengetahuan
tersebut yang ada tidak saja berasal dari pewarisan melainkan juga dari adanya interaksi dengan
masyarakat lain. Berbeda dengan masyarakat Kasepuhan yang masih “terpusat” pada satu tokoh.
Masyarakat memiliki beragam cara pemanfaatan, ada satu jenis tumbuhan yang memiliki ragam
pemanfaatan, atau yang hanya memiliki satu jenis pemanfaatan, ada yang digunakan sebagai bagian dari
campuran jamu atau dimanfaatkan secara tersendiri, serta ada juga ada juga yang dimanfaatkan sebagai
tindakan darurat. Namun umumnya, masyarakat mengenal berbagai macam kegunaan dari satu jenis
tumbuhan.
Dalam pemanfaatannya, masyarakat melakukannya dengan berbagai cara: (1) langsung dimakan
untuk keadaan darurat, seperti Begonia robusta yang digunakan sebagai pertolongan pertama bagi orang
yang keracunan (terasa pusing) akibat menghisap uap belerang terlalu banyak. (2) pemanfaatan tersendiri
yang tidak memiliki manfaat lain, seperti Kicantung bila akar dan buahnya direbus diyakini sebagai obat
kuat bagi laki-laki. Areuy (Ficania cordata) yang digunakan sebagai kerajinan tangan, untuk gelang.
Kirinyuh (Clibadium surinamense) yang digunakan sebagai obat cacar atau luka di telinga. (3) satu jenis
tumbuhan yang dapat digunakan dengan berbagai macam cara, seperti Harendong bulu (Clidermia hirta)
selain digunakan sebagai campuran dalam godogan, daunnya dapat juga digunakan sebagai obat sakit gigi
dengan cara daunnya diperes kemudian air yang keluar dari perasan diteteskan pada gigi yang sakit. Daun
harendong bulu dapat juga digunakan sebagai penghilang rasa pahit dalam makanan yang direbus,
penggunaannya dengan direbus secara bersama-sama.
Dalam pemanfaatan tumbuhan untuk jamu godogan, masyarakat mengenal berbagai macam
komposisi godogan, tergantung pada tujuan pemanfaatan godogan tersebut. Bila ingin menghilangkan
pegal linu, menambah tenaga dan nafsu makan, maka komposisi jenis godogan yang sering dilakukan
oleh masyarakat adalah cecenet (Physalis minima L.), akar eurih (Imperata cylindrica Pers.), kumis
kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq ), daun sembung (Blumea balsamifera (L.) Dc.), meniran
(Phyllanthus niruri L.), kulit jirak (Symplocos fasciculata Zoll.), harendong (Melastoma malabatrichum),
daun klewih (Artocarpus comunnis), iwung koneng (Bambusa vulgaris), kembang puspa (Schima
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 45/85
45
wallichii (DC) Korth.), kulit sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) dan akar tekokak (Solanum torvum
Swartz.).
Bila ingin menciptakan obat kuat, maka ramuan jenis tumbuhan yang digunakan adalah akar bambu,
kiurat, jukut bau, dan pinang. Ramuan ini diyakini dapat digunakan sebagai obat kuat. Bila hendak
mengobati sakit disekitar lutut, maka ramuan yang dibuat adalah jukut bau (Ageratum conyzoides). Untuk
mengobati kencing kurang lancar dan darah tinggi maka komposisi tumbuhannya adalah jumput bau
(Ageratum conyzoides), cecenet (Physalis minima), dan daun alpukat (Persea americana). Sedangkan
untuk penyakit liver (koneng) ramuan yang dibuat adalah rebusan daun alpukat dan daun sukun. (4) satu
jenis tumbuhan yang memiliki berbagai macam pemanfaatan. Seperti pakis (Cyatea contansminan). yang
memiliki ragam pemanfaatan, seperti, batang lapuk digunakan sebagai media tanaman hias, ruyung atau
batangnya dapat juga digunakan sebagai tiang bangunan pondok di sawah atau kebun, daunnya dapat juga
sebagai sayuran, daun dari pakis ini memiliki mitos tersendiri, namun bukan pada pemanfaatannya.
Masyarakat tidak berani menggunakan daun dari pakis ini sebagai alas tidur ketika berada di hutan,
karena menurut anggapan masyarakat pada masa lalu harimau bila menyimpan makanannya ditutupi
dengan daun ini, sehingga dengan menjadikan daun pakis sebagai alas ada keyakinan manusia
menyerahkan dirinya sebagai korban harimau.
Untuk pohon-pohon besar, masyarakat umumnya mengenal pemanfaatannya sebagai bahan
bangunan, bahan furniture, papan, atau kusen. Diantara jenis pohon yang memiliki pemanfaatan selain
jenis-jenis diatas adalah Saninten (Castanopsis argentea), merupakan jenis pohon besar yang banyak
manfaatnya, batangnya berkualitas terbaik untuk dibuat bahan bangunan Selain itu jirak (Simplocos
psticulata), dan sintok (Cinnamomum sintok) kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan campuran jamu
godogan. Beberapa contoh tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar taman nasional disajikan
pada Gambar VI. 2.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 46/85
46
Gambar VI. 2. Beberapa jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Cidahu dan desa
Girijaya.
Kipait (Paspalum conjugatum) sebagai obat luk a
Tempuyung (Sonchus arvensis)sebagai obat ginjal Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
sebagai obat sakit kencing batu dan ginjal
Cente (Lantana camara)sebagai obat bisul atau bengkak
Sntrong (Erectitus valerianifolia)sebagai obat darah tinggi dan
penawar racun
Antanan (Centella asiatica)sebagai obat kesemutan
Plantago major Sebagai obat batu ginjal
dan obat kuat Takokak (Solanum torvum)
Sebagai obat kuat dan darah
tinggi, l alapan Harendong (Melastoma malabatrichum)
sebagai obat sakit perut
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 47/85
47
Tabel V. 1. Tumbuhan Bermanfaat yang terdapat di dalam Petak Penelitian.
No. Nama
Lokal
Jenis Suku Kegunaan
1 Kirujug Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Bahan bangunan
2 Karag Acronychia pedunculata (L.)Miq
Rutaceae Furniture, Bahan Bangunan(kusen)
3 Kiajag Ardisia crispa (Thunb) DC. Myrsinaceae Kulit batang digerus lalu campur
dengan minyak kelapa buat obat
koreng
4 Kikeyep Ardisia lurida Bl. Myrsinaceae Furniture, Bahan Bangunan
(kusen)
5 Ramu kuya Argostema montanum Bl. Ex
DC.
Rubiaceae Buat pakan ternak
6 Pakis buah Blechnum orientale L. Blechnaceae Daun muda buat lalap.
7 Rotan lilin Calamus javanica Bl. Arecaceae Buat anyaman.
8 Kimerak Calliandra calothyrsus Meissn Fabaceae Bahan bangunan, furniture, kusen
9 Jara anak Castanopsis javanica (Bl.) DC. Fagaceae Bahan bangunan, furniture, kusen
10 Sintok Cinnamomum sintoc Bl. Lauraceae Kulit batang direbus, airnya
diminum obat sakit pinggang/obat
kuat.
11 Harendong
bulu
Clidemia hirta (L.) D. Don Melastomataceae Sebagai obat
12 Pakis
benyeur
Diplazium esculenta Sw. Athyriaceae Daun muda dimakan buat obat
diare.
13 Kiwates Eurya acuminata DC. Theaceae Tiang bangunan
14 Kisampang Evodia latifolia Dc. Rutaceae Buat kayu bakar.
15 Kigember Ficus sp. Moraceae Getahnya diminum buat obatdiare.
16 Tandang
tanah
Freycinetia angustifolia Bl. Pandanaceae Buat tali.
17 Kitiwu Gynotroches axillaris Bl. Rhizophoraceae Kayu buat bahan bangunan danfurniture.
18 Tenung Helicia robusta (Roxb.) R.Br.
Ex Wall
Proteaceae Bahan Bangunan, kusen, balok,
papan, dan kulitnya ditumbuk,
airnya diminum buat obatdiare/radang lambung.
19 Pining Horntedtia pininga (Bl.) Val. Zingiberaceae Akar direbus, airnya diminumuntuk obat kuat.
19 Kisaoh Ilex cymosa Blume Agnifoliaceae Bahan bangunan
20 Kibeusi Lindera bibracteata (Nees)
Boerl. Lauraceae Kayu bakar, alat tradisional,
balok
21 Pasang Lithocarpus sp. Fagaceae Kayu buat bahan bangunan dan
furniture.22 Manglit Manglietia glauca Bl. Magnoliaceae Kayu buat bahan bangunan dan
furniture.
23 Areuy Mikania cordata Asteraceae Bahan kerajinan (gelang)
24 Kiteja Neolitsea javanica Bl. Lauraceae Kulit kayu buat bahan obat
nyamuk, kayunya buat bahan
bangunan.
25 Karemi Omalanthus populneus (Geisl)
pax. Euphorbiaceae Kayu bakar, bahan bangunan
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 48/85
48
26 Kibonteng Platea latifolia Bl. Icacinaceae Furniture
27 Kihujan Poliosma ilicifolia Bl. Saxifragaceae Bahan bangunan
28 Kawoyang Prunus arborea (Bl.) Kalkm. Rosaceae Kayu buat bahan bangunan dan
furniture.
29 Kawoyang Prunus arborea (Bl.) Kalkm. Rosaceae Kayu buat bahan bangunan dan
furniture.
30 Ramu giling Schefflera lucida (Bl.) Frodin Araliaceae Kayu bakar, air dalam batang buat obat, bunganya sebagaihiasan
31 Puspa Schima Wallichii (DC) Korth. Theaceae Bahan bangunan, furniture, kusen
32 Canar Smilax zeylanica L. Smilacaceae Buah buat bahan manisan.
33 Jirak Symplocos fasciculata Zoll. Symplocaceae Kayu buat bahan bangunan dan
furniture.
34 Kisireum Syzygium lineatum (Dc.)
Merr.& Perry
Myrtaceae Obat luka, daun digerus lalu
ditempelkan pada tempat yang
luka. Bahan Bangunan
35 Hamirung Vernonia arborea Buch.Ham Asteraceae Bahan bangunan, dan furniture
36 Peris Weinmannia blumei Planch Cunnoniaceae Kayu buat bahan bangunan dan
furniture.
Tabel V. 2. Tumbuhan Bermanfaat yang Diketahui Masyarakat sebagai Obat.
No. Nama Lokal Jenis Familia Kegunaan
1. Harendong Melastoma malabatrichum Melastomataceae Daun muda di makan untuk obatsakit perut.
2. Cangkoreh Dinochloa scandens Poaceae Batangnya di potong, airnya
diteteskan pada mata buat obat
trachum / rabun.
3. Pacar Impatiens platypetala Lindl. Balsaminaceae Daun muda di gerus ditempelkan pada dahi buat obat demam /
kompres.
4. Alpukat Persea americana Lauraceae Daun di rebus, airnya di minum
buat obat darah tinggi.
5. Mahoni Swietenia mahagoni Meliaceae Daun di rebus, airnya di minum
buat obat diabet.
6. Salam Syzygium polyantha Myrtaceae Daun di rebus, airnya di minum,
buat obat darah tinggi.
7. Cangkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Buah masak di juss lalu di minum
buat obat darah tinggi, asam urat.
8. Jambu batu Psidium guajava L. Myrtaceae daun di gerus, perasan airnya diminum buat obat diare, buah yang
masak jambu merah buat obatdemam berdarah.
9. Urang aring Eclipta alba (L.) Hassk. Asteraceae Daun di gerus di pakai keramas,
buat menghitamkan danmenyuburkan rambut.
10. Cecenet Physalis minima L. Solanaceae Seluruh bagian tanaman direbus,
airnya diminum, buat obat darah
tinggi dan sakit pinggang.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 49/85
49
11. Tangkur Lopatherum gracile Poaceae Umbi akar di rebus, airnya
diminum buat obat kuat.
12. Sembung Blumea balsamifera (L.) Dc. Asteraceae Daun di rebus, airnya di minum
buat obat nafsu makan dan obat
perawatan sehabis melahirkan.
13. Jukut bau Ageratum conyzoides L. Asteraceae daun di gerus ditempelkan pada
yang luka buat obat luka, jikaairnya di saring lalu diminum buat
obat mah.
14. Harega Bidens biternata Asteraceae daun digerus ditempelkan di
uluhati / dada obat sesak napas,seluruh bagian tanaman direbus
airnya diminum buat obat pegal-
pegal.
15. Kumis kucing Orthosiphon grandiflorus Bold. Labiatae Daunnya di rebus, airnya diminum
buat obat sakit kencing.
16. Sidagori Sida rhombifolia L. Malvaceae Obat luka/bisul, daun digerus
kemudian ditempelkan padatempat yang sakit, seluruh bagian
tanaman direbus, airnya diminum buat obat memperlancar peredarandarah
17. Sintrong Erechtites valerianifolia Asteraceae daun dilalap buat obat darah tinggi
dan penawar racun.
18. Jotang Spilanthes iabadicensis Asteraceae Daun dan batang di rebus airnyadiminum buat obat darah tinggi
19. Pungpurutan Triumfetta rhomboidea Malvaceae daun direbus, airnya diminum obat
diare
20. Takokak Solanum torvum Swartz. Solanaceae Akar dan daun direbus, airnya
diminum untuk obat kuat, buah
dilalap buat obat darah tinggi.
21. Tempuyung Sonchus arvensis L. Asteraceae Daun dan batangnya direbus,
airnya diminum buat obat batuginjal.
22. Cente Lantana camara L. Verbenaceae Obat bisul/bengkak, daun digerus
ditempel kebagian yang sakit.
23. Randu Ceiba pentandra (L.) Gaerth. Bombacaceae Daun digerus, airnya diperas laludiminum buat obat tajam/berak
darah.
24. Kikumat Polygala paniculata Polygalaceae daun diremas
digosokkan/dibalurkan keperut
untuk obat masuk angin.
25. Kipait Paspalum conjugatum Berg. Poaceae Obat luka, daun digerus lalu
ditempelkan pada bagian yang
luka.
26. Eurih Imperata cylindrica Pers. Poaceae akar direbus, airnya diminum
untuk obat sakit pinggang.
27. Rane Selaginella plana Selaginellaceae Obat luka, daun digerus laluditempelkan kebagian yang luka,
daun dikeringkan lalu digodog
airnya, diminum buat obat setelahmelahirkan
28. Meniran Phyllanthus niruri L. Euphorbiaceae Seluruh bagian tanaman direbus,
airnya diminum buat obat pegal-
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 50/85
50
pegal.
29. Keji beling Sericocalyx crispus Acanthaceae Daun direbus, airnya diminum
buat obat batu ginjal.
30. Ki urat Plantago mayor L. Plantaginaceae Seluruh bagian tanaman direbus,
airnya diminum buat obat batu
ginjal dan obat kuat.31. Lampuyang Zingiber aromatica Val. Zingiberaceae Umbi akar digerus, airnya diperas
kemudian diminum buat obat nafsu
makan.
32. Suji Pleomele angustifolia Liliaceae Daun digerus, airnya diperas lalu
diminum obat panas dalam/muntah
darah.
33. Tapak dara Catharanthus roseus Apocynaceae Direbus bersama adas dan
pulosari, airnya diminum untuk obat kanker dan diabet.
34. Tapak liman Elephantopus scaber L. Asteraceae Seluruh bagian tanaman direbus,
airnya diminum obat tambah darah
dan diabet.
35. Katuk Sauropus androgynus (L.) Merr. Euphorbiaceae Daun disayur buat memperbanyak ASI (Air Susu Ibu)
36. Paria Momordica charantiaca L. Cucurbitaceae Buah disayur untuk obat diabet
dan darah tinggi.
37. Calincing Oxalis corniculata L. Oxalidaceae Daun muda dan buah dimakan buat obat sariawan.
38. Pacing Costus speciousus (Koen.) J.E. Smith Zingiberaceae Obat eksim, umbi akar
diparut/digerus lalu ditempelkan
ketempat yang luka.
39. Reunde Staurogyne elongata Acanthaceae daun direbus, airnya diminum obat
pegal-pegal/sakit pinggang.
40. Gedang
gandul
Carica papaya Caritaceae Daun dan akar digerus, kemudian
dicampur dengan air, lalu
dibiarkan sampai satu malam,diminum pada pagi hari ketika
baru bangun tidur. Sebagai obar
rematik
41 Begonia Begonia robusta Begoniaceae Batangnya sebagai obat keracunan
belerang
42 Limo Litsea cubeba (Lour) Pers Lauraceae Batang kayunya yang harussebagai penolak ular
43 Daun Saga Abrus precatorius L. Fabaceae Daun dikunyah, sarinya sebagaiobat sariawan
44 Antanam Centella asiatica Apiaceae Direbus seluruh bagian sebagai
obat kesemutan
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 51/85
51
BAB VII
PENUTUP
Pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan menunjukkan adanya saling keterkaitan yang
erat antara masyarakat dan lingkungan. Tumbuhan, disamping bernilai secara ekonomis, bermanfaat bagi
masyarakat untuk mengobati penyakit, juga memiliki nilai-nilai kultural. Dalam tumbuhan terkandung
mitos tentang masa lalu kehidupan masyarakat. Dengan demikian, ketidakterpisahkan masyarakat dengan
tumbuhan yang ada di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak patut menjadi pertimbangan kebijakan
pengelolaan Taman Nasional. Tanpa mempertimbangkan hal tersebut, menghilangkan kearifan lokal dan
tujuan dari keberadaan Taman Nasional tidak akan tercapai.
Bagi masyarakat desa Girijaya, gunung, terutama gunung Salak adalah tempat istimewa. Di tempat
ini legenda, sejarah, dan mitos yang ada di masyarakat membaur menjadi satu. Gunung Salak juga
menjadi saksi atas proses yang ada di masyarakat, proses islamisasi dan akulturasi budaya Islam dan
Hindu-Budha. Hal ini dilihat dari versi dan “perebutan” mitos yang ada di Gunung Salak. Bagi
masyarakat yang masih berpegang teguh pada tradisi, tempat-tempat yang ada di Gunung Salak di
asosiasikan dengan mitos Hindu, seperti tentang Dewa-dewa atau juga tokoh-tokoh dalam legenda Hindu.
Sedangkan bagi masyarakat Islam namun masih kuat tradisi “Sunda”nya tempat-tempat yang
diasosiasikan dengan legenda Hindu diganti dengan sosok atau pun juga tokoh penyebar agama Islam di
wilayah itu. Sedangkan bagi kelompok yang lain, Gunung Salak hanya dimaknai sebagai “titipan” dari
Tuhan yang harus dirawat dengan baik.
Perebutan dan negosisi kelompok yang ada di masyarakat juga ditunjukkan dari tafsiran mereka
tentang suatu tempat peninggalan sejarah. Seperti di petilasan Eyang santri, sebagian besar masyarakat
menganggap tempat ini sebagai tempat bersemedinya Eyang Santri, namun ada juga yang berpendapat
bahwa tempat ini merupakan petilasan dari Sanghyang Guru Resi (Kakek dari Guru Minda dalam
dongeng Lutung Kasarung).
Gunung salak memiliki nilai penting bagi masyarakat Sunda secara umum dan masyarakat yang
tinggal di sekitar gunung Salak. Bagi masyarakat, gunung Salak tidak saja sebagai daerah tangkapan air
yang menyimpan dan menyediakan kebutuhan masyarakat akan air bersih melainkan juga di gunung
Salak tersimpan sejarah, harapan, dan ketergantungan akan kehidupan.
Di samping itu, berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan dan kearifan dalam memanfaatkan keanekaragaman yang terdapat di gunung Salak. Di
samping pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan, masyarakat desa Cidahu dan desa Girijaya yang
tinggal di kaki gunung Salak mempunyai inisitif yang berbeda dalam menjaga kelestarian gunung Salak.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 52/85
52
Perbedaan ini menambah keragaman tradisi masyarakat. Perlu upaya yang lebih serius untuk mendorong
inisitif pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat dengan mengupayakan kesejahteraan bagi mereka.
Saran
Dari hasil survey diperoleh beberapa catatan penting yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan
TN selanjutnya. Dimana pembagian kawasan ini sangat penting, setiap kawasan memiliki peranan yang
cukup berarti sehingga masing-masing perlu dipertahankan atau dilestarikan. Pembagian ini antara lain:
(1) Kawasan hutan pegunungan bawah dan atas merupakan hutan primer dan harus dipertahankan untuk
menjadi area inti sebagai preservasi hewan dan tumbuhan liar. (2) Kawasan hutan pegunungan atas
(>1800 dpl) yang tidak terlalu luas di gunung Salak mempunyai vegetasi yang sangat spesifik sehingga
keberadaan kawasan ini menjadi sangat penting bagi T.N. Gunung Halimun-Salak. (3) Kawasan hutan
pegunungan rendah berfungsi sebagai habitat hidupan liar seperti leopard dan gibbon. (4) Hutan tanaman,
dapat digunakan sebagai buffer zone antara habitat yang essensial dan daerah luar.
Informasi di buku ini masih kurang dari sempurna, karena waktu penjelajahan relatif singkat,
sehingga perlu adanya studi ekologi lebih lanjut di beberapa lokasi terutama rute Cimalati dan Rute Pasir
Reungit untuk melengkapi data. Pembuatan plot permanen untuk monitoring berkurang dan hilangnya
keanekaragaman hayati juga diperlukan untuk mengetahui pengaruh pemanasan global.
Ucapan Terimakasih
Survey flora gunung Salak ini adalah atas dukungan dan kerjasama antara JICA, TNG Halimun –
Salak project dengan Pusat Penelitian Biologi – LIPI. Ucapan terimakasih kepada seluruh staff JICA dan
Staff TNG Halimun – Salak yang memberikan banyak informasi tentang kondisi Gn Salak, memberikan
dukungan dan kerjasama selama berlangsungnya survey ini. Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak
Kepala Pusat dan Kepala Bidang Botani di Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Kepala T. N.Gunung Halimun-
Salak, atas diperkenankannya mengadakan penelitian di Kawasan T. N. Gunung Halimun-Salak. Bpk.
Ismirza, Bpk. Undang, Bpk Iwan, Bpk Agus, Bpk Tatang, Bpk. Endang, Bpk. Madani dan Bpk. Emad
yang mendampingi selama dilapangan serta tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ika S.P. dan
Bpk. Anhar yang mendukung terlaksananya proyek kerjasama ini. Terimakasih juga kami ucapkan
kepada Bpk. Aden Muhidin, Bpk. Wardi, Bpk Hamzah dan Bpk. Nurdin atas kerjasamanya selama survey
dilapangan. Ucapan terimakasih ini juga kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu yang mendukung dan
membantu kami memberikan informasi tentang pemanfaatan flora dan informasi lainnya tentang Gn.
Salak di Desa Giri Jaya dan Desa Cidahu, tanpa mereka tidak lengkaplah buku ini.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 53/85
53
Bibliografi
Abdillah, M., 2001. Agama Ramah Lingkungan: Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Paramadina.
Adimiharja, K., 2007. Leuweung Titipan: Hutan Keramat Warga Kasepuhan di GunungHalimun. Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam
Konservasi Keanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB Indonesia.Anonim., 2006. Mengenal 21 Taman Naional Model di Indonesia. Jakarta: Sub Direktorat
Informasi Konservasi Alam.
Anonim., 2007. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Periode 2007-
2026. Bogor: JICA.
Anonim., 2007. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak: Menyingkap Kabut Gunung Halimun-
Salak. Bogor: Dephut dan JICA.
Anonim., 2007. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak: Menyingkap Kabut Gunung Halimun-Salak. Bogor: Backer, C.A. & Bakhuizen vd Brink Jr. 1963-68. Fl, Java (3 vols) . Noord.
Batavia.
Cox,G.W. 1967. Laboratory Manual of General Ecology. M.C. Crown, Iowa.
Geertz, C., 1966. Religion as a Cultural System, Dalam Michael Banton, Anthropological
Approaches to the Study of Religion. London: Tavistock.
Greigh-Smith, P. 1964. Quantitative Plant Ecology. Second Edition. Butterworths, London.
Harada, K, Mulyati Rahayu, Anwar Ibrahim., 2006. Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung
Halimun, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Halimun-Salak National Park Management
Project, Departemen Kehutanan dan JICA.
Imron, M. Henny Warsilah, Dede Wardiat, Ari Wahyono., 2005. Gerakan Sosial untuk Konservasi Daerah Resapan Air di Kawasan Daerah Aliran Sungai Cisadane di
JABOPUNJUR. Jakarta: LIPI Press.
Iskandar, J., 2007. Pelestarian Daerah Mandala dan Keanekaragaman Hayati oleh Orang Badui.
Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam KonservasiKeanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB Indonesia.
Kartawinata, K. 1975. The ecological zone of Indonesia. Paper presented in the Symposium of
Pasific Ecosystem, 13th Pasific Science Congress, Vancouver, August 1975.
Kartawinata, K,, S. Riswan, E, Mirmanto & S. Prawiroatmodo. 1985. Structure and composition
of montane rain forest in Awibengkok area, G. Salak. Unpublished report.
Kodiran., 1996. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mangunjaya, F.M., 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.
Mangunjaya, F.M., 2007. Keramat Alami dan Kontribusi Islam dalam Konservasi Alam.
Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami: Peran Budaya dalam KonservasiKeanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB Indonesia.
Mirmanto, E. 1991. Struktur dan komposisi hutan DAS Cisadane hulu. Dalam: Witjaksono, RM
Marwoto & EK Supardiyono (eds). Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH, Puslitbang
Biologi-LIPI. Bogor, 15 Mei 1991. hal. 33-41.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 54/85
54
Muller-Dombois, D & H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John
Wiley, New York.
Munandar, A.A., 2007a. Situs Sindang Barang Bukti Kegitan Keagamaan Masyarakat KerajaanSunda (Abad ke-13-15 M): Laporan Penelitian awal. Bogor: Padepokan Giri Sunda Pura.
Munandar, A.A., 2007b. Pemukiman Kuna di Bogor: Tinjauan Berdasarkan Data Tertulis dan
Tinggalam Arkeologis. Makalah dalam Seminar Kesejarahan Kota Bogor 6 September
2007. Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor.
Rais, S, Dkk., 2007. Kawasan Konservasi Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan DirektoratJenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Resosudarmo, I.A.P. dan Carol J Pierce Colfer (Peny)., 2003. Ke mana Harus Melangkah:
Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Schmidt & JHA Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesiawith WesternNew Guinea. Kementrian Perhubungan, Djawatan Meteorologi dan Geofisic,
Jakarta. Verhandelingen, No.42.H, Mohammad Fathi Royyani, Vera Budi Lestari, dan Asep Sadeli., 2007. Penelitian ke Cagar
Biosfer Cibodas, Propinsi Jawa Barat. Laporan Perjalanan. Bogor: Puslit-Biologi LIPI.
Steenis, C.G.G.J, van, 1972. Mountain Flora of Java. Brill,
Steenis, C.G.G.J van., 2006. Flora Pegunungan Jawa. Bogor; Puslit-Biologi LIPI.
Wallace, A.R., 2000. Menjelajah Nusantara: Ekspedisi Alfred Russel Wallace Abad ke-19.
(Diterjemahkan oleh A.S. Nasution dan Mahyuddin Mendim. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Wiriadinata, H. 1997. Floristic study of Gunung Halimun National Park. In: M. Yoneda, H.
Simbolon & J. Sugardjito (eds.). Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia,Vol. II. The Inventory of Ntural Resources in Gunung Halimun National Park. LIPI-PHPA-
JICA. Hal. 7-13.
Yogaswara, H., 2007. Situs Keramat Alami sebagai Alternatif Pengakuan Hak-Hak Masyarakat
Adat: Kasus Kasepuhan Cibedug, Banten. Makalah dalam Lokakarya, Situs Keramat Alami:Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman hayati. LIPI; Komite Nasional MAB
Indonesia.
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 55/85
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 56/85
Lampiran 1. Land data of Gunung Salak (Cimalati route) G nung S alak vegetationR oute
D ate 2008/3/6, 11M em b Ichikaw a, Ism ail, Iw an
W P A lt Forest type Forest HightSpecies Fam ily J-Fam ily
5 890 Plantation 5 Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . R ich. A raucariaceae ナンヨウスギ科
960 Plantation 5 Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . R ich. A raucariaceae ナンヨウスギ科
1025 Plantation 7 C alliandra callothyrsus M eissn. F abaceae マメ科
15 1058 Plantation 10 C alliandra callothyrsus M eissn. F abaceae マメ科
Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
C yathea contam inans (W all.) C opel. C yatheaceae ヘゴ科
Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科
17 1111 N atural disturbed 4 Perrotteia alpestris B l.) Loes C elastraceae ニシキギ科
Piper aduncum L. Piperaceae コショウ科
Helicia robusta (R oxb.) R.B r. ex W all. Proteaceae ヤマモガシ科
19 Prim ary 20 C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Lithocarpus sundaicus (B l.) R ehd. Fagaceae ブナ科
G lochidion rubrum B l. Euphorbiaceae トウダイグサ科
W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科
20 1209 N atural disturbed 20 Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科
Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Pternandra azurea (B l.) B urck. M elastom ataceae ノボタン科
Beilschm iedia m adang (Bl.) Bl. Lauraceae クスノキ科
21 1252 Prim ary 25-30 Fagraea elliptica Roxb. Loganiaceae マチン科
Lithocarpus daphnoides (B l.) A. C am us Fagaceae ブナ科Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科
C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
Urophyllum arboreum (R einw . ex B l.) Korth. Rubiaceae アカネ科
22 1301 Prim ary 25-30 C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
C im alati
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 57/85
Lampiran 1. (lanjutan)
W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily
Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Lithocarpus sundaicus (B l.) R ehd. Fagaceae ブナ科
Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ
Litsea resinosa B l. Laulaceae クスノキ科
Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科
Antidesm a tetrandrum B l. Euphorbiaceae トウダイグサ科
23 1354 N atural disturbed 20-25 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
M allotus paniculatus (Lam k) M uell. A rg. Euphorbiaceae トウダイグサ科
Sym plocos cochinchinensis (Lour.) M oore Sym plocaceae ハイノキ科
M anglietia glauca B l. M agnoliaceae モクレン科
Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科
Eurya acum inata D C . Loganiaceae マチン科
Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科Ficus fulva R einw . M oraceae クワ科
Ficus fistulosa R einw . ex B l. M oraceae クワ科
M acaranga triloba (R einw . ex B l.) M uell. A rg. Lauraceae クスノキ科
1404 Prim ary 35-40 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科
C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
24 Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科
W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科
Syzygium sp. M yrtaceae フトモモ科
C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
32 1450 Prim ary 20-25 Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科
Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 58/85
Lampiran 1. (lanjutan)
W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily
Prunus javanica (T. & B .) M iq. R osaceae バラ科Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科
Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ
Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科
M elicope latifolia (D C .) T.G . H artley Rutaceae ミカン科
C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
33 1520 Prim ary 25-35 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科
Acer laurinum H assk. Aceraceae カエデ科
Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科
Parkia interm edia H assk. F abaceae マメ科
Engelhardia spicata Lesch. ex B l. Juglandaceae クルミ科
C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
Lindera bibracteata (B l.) B oerl. Laulaceae クスノキ科34 1615 Prim ary 25-30 Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Acronychia laurifolia B l. Rutaceae ミカン科
Astronia spectabilis B l. M elastom ataceae ノボタン科
Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科
Syzygium rostratum (B l.) DC . M yrtaceae フトモモ科
Lithocarpus elegans (B l.) H atus. ex Soepadm Fagaceae ブナ科
Engelhardia spicata Lesch. ex B l. Juglandaceae クルミ科
Elaeocarpus sphaericus (G aertn.) K. Schum . Elaeocarpaceae ホルトノキ科
Podocarpus neriifolius D . D on Podocarpaceae マキ科
Podocarpus im bricatus B l. Podocarpaceae マキ科
Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科
Payena leerii (T. & B .) Kurz. Sapotaceae アカテツ科
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 59/85
Lampiran 1. (lanjutan)
W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily
C astanopsis javanica (B l.) DC .Fagaceae ブナ科
Vaccinium sp. Ericaceae ツツジ科
Rhododendron sp. Ericaceae ツツジ科
35 1705 Prim ary 20-30 Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ
Podocarpus im bricatus B l. Podocarpaceae マキ科
Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
Astronia spectabilis B l. M elastom ataceae ノボタン科
Acer laurinum H assk. Aceraceae カエデ科
Prunus arborea (B l.) Kalkm an R osaceae バラ科
O lea javanica (B l.) Knobl. O leaceae モクセイ科
M anglietia glauca B l. M agnoliaceae モクレン科
Litsea noronhae B l. Laulaceae クスノキ科
Saurauia bracteosa D C . A ctinidiaceae マタタビ科
Psychotria robusta B l. Rubiaceae アカネ科36 1825 Prim ary 20 Podocarpus im bricatus B l. Podocarpaceae マキ科
Podocarpus neriifolius D . D on Podocarpaceae マキ科
Astronia spectabilis B l. M elastom ataceae ノボタン科
Schim a w allichii (D C .) Korth. T heaceae ツバキ科
C astanopsis javanica (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
Platea excelsa B l. Icacinaceae クロタキカズラ
M astixia pentandra B l. Cornaceae ミズキ科
G ynotroches axillaris B l. R hizophoraceae ヒルギ科
Vaccinium bancanum M iq. Ericaceae ツツジ科
Neolitsea cassia (L.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科
Daphne com posita (L.f.) G ilg. Thym elaeaceae ジンチョウゲ科
Lasianthus laevigatus B l. Rubiaceae アカネ科
Rhododendron sp. Ericaceae ツツジ科
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 60/85
Lampiran 2. Land data of Gunung Salak (Pasir reungit route)
G nung Salak vegetationR outeD ate
M em b
W P A lt Forest type Forest H ightSpecies Fam ily J-Fam ily
25 Plantation 5-10 Pinus m erkusii Jungh. & D e V riese P inaceae マツ科
26 N atural disturbed 10-15 Lithocarpus sundaicus (B l.) R ehd. Fagaceae ブナ科
W einm annia blum ei P lanch. C unoniaceae クノニア科
Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科
M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科
M allotus paniculatus (Lam k) M uell. A rg. Euphorbiaceae トウダイグサ
Elaeocarpus stipularis B l. Elaeocarpaceae ホルトノキ科
Plectocom ia elongata M art. ex B l. Palm ae ヤシ科
C yathea contam inans (W all.) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科
C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科
27 1150 N atural disturbed 15 Polyosm a ilicifolia B l. Saxifragaceae ユキノシタ科
Lithocarpus elegans (B l.) H atus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科
Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科
Plectocom ia elongata M art. ex B l. Palm ae ヤシ科
C astanopsis javanica (B l.) D C . Fagaceae ブナ科
C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
M edinilla speciosa R einw .ex B l. M elastom ataceae ノボタン科
Agalm yla parasitica (Lam k) O .K. G esneriaceae イワタバコ科
Agiopteris evecta H offm . M arattiaceae ナンヨウス
28 1200 N atural disturbed 10-15 M allotus paniculatus (Lam k) M uell. A rg. Euphorbiaceae トウダイグサ
Antidesm a tetrandrum B l. Euphorbiaceae トウダイグサ
G ynotroches axillaris B l.R hizophoraceae ヒルギ科
C astanopsis argentea (B l.) DC . Fagaceae ブナ科
Plectocom ia elongata M art. ex B l. Palm ae ヤシ科
Persea rim osa (B l.) Kosterm . Lauraceae クスノキ科
Saurauia bracteosa D C . A ctinidiaceae マタタビ科
Ficus padana B urm .f. M oraceae クワ科
Pasir reungit2008/3/7
Ichikaw a, Ism ail, Iw an
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 61/85
Lampiran 2. (lanjutan)
W P Alt Forest type Forest HightSpecies Fam ily J-Fam ily
29 1250 Prim ary forest 20 Altingia excelsa Norona Ham am elidaceae マンサク科
Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadm o Fagaceae ブナ科
Antidesm a tetrandrum Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ
M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科
Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科
C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科
30 1300 Prim ary 20-25 C astanopsis javanica (Bl.) D C . Fagaceae ブナ科
G lochidion rubrum Bl. Euphorbiaceae トウダイグサ
M elicope latifolia (DC .) T.G . Hartley Rutaceae ミカン科
M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科
Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキ科
Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科
Altingia excelsa Norona Ham am elidaceae マンサク科31 1360 Natrural disturbed 10-15 Rapanea hasseltii (Bl. ex Scheff.) M ez M yrsinaceae ヤブコウジ科
Litsea cubeba (Lour.) Pers. Laulaceae クスノキ科
Schim a wallichii (D C .) Korth. Theaceae ツバキ科
Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科
Ficus deltoidea Jack M oraceae クワ科
M elastom a sylvaticum Bl. M elastom ataceae ノボタン科
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 62/85
Lampiran 3. Land data of Gunung Salak (Cang Kaung route) G nung Salak vegetationRoutDateM em Ichikawa, Ism ail, Iwan
W P Alt Forest type Forest Hight Species Fam ily J-Fam ily
37 1127 NP G ate
38 1165 Javana Spa
39 1221 G rassland 15-20 Agathis dam m ara (Lam b.) L. C . Rich. Araucariaceae ナンヨウスギ
Schim a wallichii (DC .) Korth. T heaceae ツバキ科
W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科
Arthrophyllum diversifolium Bl. Araliaceae ウコギ科
Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科
40 1250 G rassland W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科
Ficus padana Burm .f. M oraceae クワ科
Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科
Ficus padana Burm .f. Aquifoliaceae モチノキ科
M acaranga triloba (Reinw. ex B l.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ
Etlingera coccinea (Bl.) S. Sakai & Nagam . Zingiberaceae ショウガ科
M usa acum inata C olla M usaceae バショウ科
C hrom olaena odorata (L.) R.M . King & H. Robinso C om positae キク科
41 1304 Natural disturbed M acaranga rhizinoides (Bl.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ
M allotus paniculatus (Lam k) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグサ
W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科
Ficus fistulosa Reinw . ex Bl. M oraceae クワ科
Schim a wallichii (DC .) Korth. T heaceae ツバキ科
Parasarianthes falcataria (L.) Nielsen Fabaceae マメ科
G lochidion arborescens Euphorbiaceae トウダイグサ
Pinanga javana Bl. Arecaceae ヤシ科
42 1358 Natyral disturbed W einm annia blum ei Planch. C unoniaceae クノニア科
Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシタ科
Eurya acum inata D C . T heaceae ツバキ科
C ang Kuang2008/3/12
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 63/85
Lampiran 3. (lanjutan)
W P Alt Forest type Forest Hight Species Fam ily J-Fam ily
Sym plocos fasciculata Zoll. Sym plocaceae ハイノキAstronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科
Ficus fistulosa Reinw . ex Bl. M oraceae クワ科
Saurauia bracteosa D C . Actinidiaceae マタタビ科
C aryota rum phiana Bl. ex M art. Arecaceae ヤシ科
M acaranga triloba (Reinw. ex B l.) M uell. Arg. Euphorbiaceae トウダイグ
M usa acum inata C olla M usaceae バショウ科
Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae タコノキ科
43 1382 Prim ary 20-25 Q uercus lineata Bl. Fagaceae ブナ科
C astanopsis tungurrut (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科
C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科
Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科
Schim a wallichii (DC .) Korth. Theaceae ツバキ科
G ynotroches axillaris Rhizophoraceae ヒルギ科D ysoxylum densiflorum (Bl.) M iq. M eliaceae センダン
Sym plocos odoratissim a (Bl.) C hoisy Sym plocaceae ハイノキ
O m alanthus populneus (G eisel) Pax Euphorbiaceae トウダイグ
Acer laurinum Hassk. Aceraceae カエデ科
Sloanea sigun (Bl) K. Schum . Elaeocarpaceae トウダイグ
44 1403 Natural disturv 30-35 C astanopsis argentea (Bl.) DC . Fagaceae ブナ科
Q uercus lineata Bl. Fagaceae ブナ科
Polyosm a ilicifolia Bl. Saxifragaceae ユキノシ
Astronia spectabilis Bl. M elastom ataceae ノボタン科
D ysoxylum densiflorum (Bl.) M iq. M eliaceae センダン
M acropanax disperm us (Bl.) O .K. Araliaceae ウコギ科
Ardisia fuliginosa Bl. M yrsinaceae ヤブコウ
C yathea junghuhniana (Kuntze) C opel. Cyatheaceae ヘゴ科
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 64/85
64
Lampiran 4. The location of ground survey point
acc: The accuracy of GPS data were usually 10 15m. Since the satellite condition, Altitude data of WP 32-35 were
measured by barometer.
C im alati
AltDate tim e W P D M S D M S acc
2008/3/6 9:53 5 890 6 44 33.6 106 45 262008/3/6 10:35 15 1058 6 44 7.9 106 45 92008/3/6 10:46 17 1111 6 44 1.5 106 45 3.62008/3/6 11:09 19 1171 6 43 57.1 106 44 57.12008/3/6 11:23 20 1209 6 43 55 106 44 55.92008/3/6 11:38 21 1252 6 43 50.8 106 44 53.62008/3/6 12:00 22 1301 6 43 45.6 106 44 47.32008/3/6 12:52 23 1354 6 43 43.5 106 44 452008/3/6 13:11 24 1404 6 43 40.4 106 44 43.6
2008/3/11 9:23 32 1450 6 43 35.7 106 44 39.1 *2008/3/11 9:53 33 1519 6 43 30.6 106 44 35.7 *2008/3/11 10:29 34 1615 6 43 25.2 106 44 30.2 *
2008/3/11 11:09 35 1705 6 43 20.2 106 44 25.9 *2008/3/11 12:08 36 1825 6 43 16.8 106 44 19.7
Pasir reungit
AltDate tim e W P D M S D M S acc
2008/3/7 9:57 25 1045 6 41 6.9 106 41 34.52008/3/7 10:26 26 1101 6 41 48.3 106 41 39.22008/3/7 10:46 27 1150 6 42 1 106 41 47.22008/3/7 11:34 28 1200 6 42 13.1 106 42 10.42008/3/7 12:07 29 1247 6 42 27.1 106 42 20.12008/3/7 12:55 30 1302 6 42 32.3 106 42 24.6
C ang Kuang
AltDate tim e W P D M S D M S acc
2008/3/12 8:27 37 1127 6 44 46.1 106 42 52.12008/3/12 9:02 38 1165 6 44 40.3 106 42 54.82008/3/12 9:20 39 1221 6 44 25.4 106 42 48.52008/3/12 9:31 40 1250 6 44 17.8 106 42 40.82008/3/12 9:45 41 1304 6 44 11.8 106 42 35.82008/3/12 10:03 42 1358 6 44 0.7 106 42 292008/3/12 10:25 43 1382 6 43 49.9 106 42 23.9
2008/3/12 11:38 44 1403 6 43 50.7 106 42 30.5
Lat Lon
LonLat
Lat Lon
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 65/85
65
Lampiran 5. Daftar jenis tumbuhan yang tercatat di kawasan gunung Halimun dan
gunung Salak. Ket.: 1) Mirmanto, E. & H. Wiriadinata (19); 2) Tim JICA dan tim Puslit Biologi; 3)
Plot gunung Salak; 4)
SUKU Species Halimun 1 Salak2 Plot3 Dimanfaatkan 4
ACANTHACEAE Agrostema boragineum +
Dflugossa filiformis (Bl.) Bremek. +
Gendarussa vulgaris Nees +
Hemigraohis javana +
Pseudoranthenum acuminatissimum (Miq.) Radlk. +
Sericocalyx crispus (L.) Bremek. + +
Straurogyne bibracteata Bl. + +
Straurogyne elongata (Bl.) O.K
Strobilanthes blumei Bremek + +
Strobilanthes cernua Bl. +
Strobilanthes paniculata (Nees) Miq. +
Strobilanthes repanda Bl. + ACERACEAE Acer laurinum Hassk. + +
ACTINIDACEAE Saurauia bracteosa DC. +
Saurauia cauliflora DC +
Saurauia nudiflora DC + +
Saurauia pendula Bl. +
Saurauia reinwardtiana Bl. +
AGAVACEAE Cordyline fructicosa (L.) A. Chev. +
ALANGIACEAE Alangium chinense (Lour.) Rehder +
Alangium javanicum + Alangium rotundifolium (Hassk.) Bloem. +
AMARANTHACEAE Achyranthes aspera L. +
Cyathula prostrata (L.) Bl. +
ANACARDIACEAE Buchanania arborescens (Bl.) Bl. +
Gluta renghas L. +
Mangifera foetida Lour. +
Mangifera indica L. +
Semecarpus heterophylla Bl. + ANNONACEAE Goniothalamus macrophyllus (Bl.) Hook.f.&
Thoms. + +
Orophea hexandra Bl. +Polyalthia lateriflora (Bl.) King +
Polyalthia subcordata (Bl.) Bl. +
APIACEAE Centela asiatica (L.) Urb. + +
Alstonia scholaris (L.) R.Br. +
Alstonia spectabilis + +
APOCYNACEAE
Alyxia reinwardtii Bl. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 66/85
66
Chilocarpus suaveolens Bl. + APOCYNACEAE Kopsia arborea +
Melodinus orientalis Bl. +
Tylophora villosa Bl. +
Voacanga grandiflora +
Willubeia apiculata +
AQUIFOLIACEAE Ilex cymosa Bl. + + +
ARACEAE Alocasia longiloba Miq. +
Anadenrum microstachyum (Miq.) Back. +
Anthurium andreanum Linden +
Arisaema filiformis Bl. +
Arum sp. +
Caladium bicolor (W. Ait) Vent. +
Homalomena cordata Schott. +
Homalomena humilis (Jack) Hook.f +
Homalomena pendula +Pothos sp. +
Raphidophora korthalsii Schott. +
Raphidophora montana (Bl.) Schott. +
Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Mor. +
Scindapsus hederaceus (Zoll. & Mor.) Miq. +
Scindapsus pictus Hassk. +
Typonium sp. +
ARAL IACEAE Arthrophyllum diversifolium Bl. + + +
Macropanax concinnus Miq. +
Macropanax dispermum (Bl.) O.K. + +
Polyscias nodosa (Bl.) Seem.
Schefflera aromatica (Bl.) Harms. + + +
Schefflera fascigiata (Miq.) Miq. +
Schefflera lucida (Bl.) Frodin + + +
Trevesia sundaica Miq. +
ARAUCARIACEAE Agathis dammara (Lamb.) L.C. Rich + + ARECACEAE Calamus adspersus Bl. +
Calamus ciliaris Bl. +
Calamus heteroides Bl. +
Calamus javensis Bl. + + +
Calamus reinwardtii Bl. +Calamus rhomboideuss Bl. +
Caryota mitis Lour. +
Caryota rumphiana Bl. + + +
Daemonorops melanochaetes Bl. +
Licuala spinosa Thun. +
Nenga pumila (Mart.) Wendl. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 67/85
67
Pinanga coronata Bl. ex Mart) Bl. +
ARECACEAE Pinanga javana Bl. +
Plectocomia elongata Mart.ex Bl + +
ARISTOLOCHIACEAE Aristolochia sp. +
ASCLEPIADACEAE Discidia punctata (Bl.) Decne +
Discidia rumularifolia +
Discidia truncata Decne +
Hoya + +
Hoya macrophylla Bl. +
Hoya multiflora Bl. +
ASTERACEAE Ageratum conyzoides L. +
Bidens biternata +
Blumea balsamifera (L.) D.C. + +
Blumea lacera (Burm.f.) D.C. +
Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H.Robinson +
Clibadium surinamense L. + +
Crossocephalum crepidioides (Bth.) S. Moore +
Eclipta alba (L.) Hassk. +
Elephantopus scaber L. +Erechtites valerianifolia +
Erigeron sumatrensis Retz.
Eupatorium inulifolium H.B.K. +
Eupatorium odoratum + +
Eupatorium riparium Reg. +
Eupatorium triplinerve Vahl +
Mikania micranta + + +Sonchus arvensis L. +
Sphaeranthus indicus L. +
Spilanthes acmella +
Spilanthes iabadicensis +
Vernonia arborea Buch-Ham + + + +
ATHYRIACEAE Diplazium bantamense +
Diplazium cordifolium + +
BALANOPHORACEAE Balanophora globosa Jungh. +
BALSAMINACEAE Impatien chonoceras Hassk. + +
Impatien javensis (Bl.) Steud. +
Impatien platypetala Lindl. +
Impatien walleriana Hook.f. +
BEGONIACEAE Begonia bracteata Jack +
Begonia isoptera Dryand. +
Begonia longifolia Bl. +
Begonia multangula Bl. + +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 68/85
68
Begonia muricata +
BEGONIACEAE Begonia robusta Bl. + +
BLECHNACEAE Blechnum orientale L. + +
BOMBACACEAE Neesia altisima (Bl.) Bl. +
BURMANIACEAE Burmania lutescens Becc. +BURSERACEAE Canarium denticulatum +
CAMPANULACEAE Lobelia angulata Forst.f. +
CAPPARACEAE Capparis cantoniensis Lour. +CAPRIFOLIACEAE
Viburnum coriaceum Bl. +
Viburnum lutescens Bl. +
Viburnum sambucinum Bl. +CELASTRACEAE
Euonymus javanicus Bl. +
Perrottetia alpestris (Bl.) Loes. + +CHLORANTACEAE
Chloranthus elatior R.Br. ex Link +Sarcandra glabra +
CLUSIACEAECalophyllum soulattri +
Garcinia celebica L. +
Garcinia diodica Bl. +
Garcinia sp. +
COMBRETACEAE Terminalia microcarpa Decne +COMMELINACEAE
Commelina diffusa Burm.f. + +
Commelina paludosa Bl + +
Forrestia mollissima (Bl.) Kds. +Pollia hasskarlii Rolla Rao +
CONVOLVULACEAEIpomoea aquatica Forsk +
Merremia umbellata (L.) Hall.f. +CORNACEAE
Mastixia pentandra Bl. +
Mastixia trichotoma Bl. +
Nyssia javana (Bl.) Wang. +CUCURBITACEAE
Sechium edule (Jacq.) Swat +
Trichosantes ovigera Bl. +
Trichosantes quinquangulata A.Gray +Trichosantes sumatrana Cogn. +
Trichosantes tricuspidata Lour. +
Trichosantes villosa Bl. +
Zehneria indica +
CUNNONIACEAE Weinmania blumei Planch. + + +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 69/85
69
CYATHEACEAECyathea contaminans (Wall.) Copel. + +
Cyathea junghuhniana (Kuntze) Copel. + +
Cyathea rachiborskii +CYPERACEAE
Carex baccan Nees +
Cyperus kyllinga Endl. +Fimbristylis sp. +
Gahnia javanica Zoll ex Mor. +
Hypolytrum humile (Steud.) Burck. +
Hypolytrum nemorum (Vahl) Spreng. +
Kylinga monocephala Rottb. +
Scleria laevis Retz. +
Scleria melanostema +
Scleria pubescens +
Scleria pubescens + +DAPHNIPHYLLACEAE Daphniphyllum glaucescens Bl. + +DILLENIACEAE
Dillenia javanica +
Tetracera indica +DIOSCOREACEAE
Dioscorea alata L. +
Dioscorea numularia Lmk. +
DIPTEROCARPACEAE Dipterocarpus hasseltii +
EBENACEAE Diospyros buxifolia +
ELAEAGNACEAE Elaeagnus latifolia L. +ELAEOCARPACEAE
Elaeocarpus ascronodia Master +Elaeocarpus oxypyren K. & V. +
Elaeocarpus petiolatus (Jack) Wall. +
Elaeocarpus sphaericus (Gaertn.) K. Schum. + +
Elaeocarpus stipularis Bl. +
Sloanea sigun (Bl.) K.Schum + + +ERICACEAE
Rhododendron javanicum (Bl.) Benn. +
Rhododendron malayanum Jack + +
Rhododendron sp. +EUPHORBIACEAE
Antidesma minus Bl. + + + Antidesma montanum Bl. +
Antidesma tetandrum Bl. + + +
Aporusa frutescens +
Aporusa sphaeridophora Merr. +
Blumeodendron tokbrai (Bl.) Kurz. +
Breynia microphylla (T. & B.) M.A. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 70/85
70
EUPHORBIACEAEBridelia glauca Bl. +
Bridelia minutiflora Hook. f. +
Claoxylon glabrifolium Miq. +
Claoxylon polot (Burm.f.) Merr. +
Croton laevifolius Bl. +Glochidion arborescens Bl. + +
Glochidion molle Bl. + + +
Glochidion philippicum +
Glochidion rubrum
Glochidion rubrum Bl. + + +
Glochidion sericeum (Bl.) Hook.f. +
Macaranga rhizinoides
Macaranga rhizinoides (Bl.) MA + + +
Macaranga tanarius (L.) M.A. +Macaranga triloba (Reinw. ex Bl.) M.A. + + +
Mallotus paniculatus (Lamk) Muell. Arg. +
Omalanthus populneus Zoll. & Mor. + + + +
Ostodes panniculata Bl. + + +
Phyllanthus niruri L. +
Phyllanthus urinaria L. +
Pimeleodendron pavorioides +Sapium seliferum (L.0 Roxb. +Sauropus androgynus (L.) Merr.
+FABACEAE Abrus precatorius L. +
Albizia falcataria (L.) Fosberg + +
Archidendron clypearia (Jack) Niels. +
Archidendron fagifolium +
Calliandra calothyrsus Meissn + + +
Calliandra tetragona +
Dalbergia tamarindifolia +
Erythrina orientalis +
Milletia dehiscens +Milletia sericea +
Mimosa pigra +
Mimosa pudica +
Parasarianthes falcataria (L.) Nielsen +
Parkia intermedia Hassk. +
Pithecellobium ellipticum (Bl.) Hassk. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 71/85
71
FABACEAEPterocarpus indicus Willd. +
Sphatolobus ferruginensis Bth. +
Sphatolobus littoralis Hassk. +FAGACEAE
Castanopsis acuminatissima (Bl.) A.D.C. +
Castanopsis argentea (Bl.) DC + +Castanopsis javanica (Bl.) DC. + + + +
Castanopsis tungurrut (Bl.) DC. + +
Lithocarpus daphnoides (Bl.) A. Camus +
Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo +
Lithocarpus spicatus + +
Lithocarpus sundaicus (Bl.) Rehd. + + +
Lithocarpus teijsmanii (Bl.) Rehd. +
Quercus gemelliflora Bl. + + +
Quercus lineata + + +Quercus pyriformiv Steen. +
FERNSOleandra pistilaris +
Pteridium aquilinum +FLACOURTIACEAE
Casearia tuberculata Bl. +
Casearia velutina + +
Flacourtia rukam Zoll. & Mor. +
Pangium edule Reinw. +
GENTIANACEAE Gentiana quadrifaria Bl.
GESNERIACEAE Aesynanthus horsfieldii R.Br. + + Aesynanthus radicans Jack +
Agalmyla parasitica (Lamk) O.K. +
Cyrtandra coccinea +
Cyrtandra glabra +
Cyrtandra oblongifolia Bth. ex Hk. +
Cyrtandra pendula Bl. +
Cyrtandra picta Bl. +
Cyrtandra rostrata Bl. +
Cyrtandra sandei De Vr. +Cyrtandra sulcata Bl. +
Didymocarpus asperifolia (Bl.) Bakh.f. +
Didymocarpus zollingeri (Clarke) O.K. +
GNETACEAE Gnetum cuspidatum +
HAMAMELIDACEAE Altingia excelsa Noronha +
HYPERICACEAE Cratoxylum sumatranum
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 72/85
72
HYPOXIDACEAE Curculigo orchimoides Gaertn. + +ICACINACEAE
Gomphandra javanica (Bl.) Val. + + +
Platea excelsa Bl. + + + +
Platea latifolia Bl. +
Stemonurus secundiflorus Bl. +IRIDACEAE Trimeza martinicensis (L.) Herb.
JUGLANDACEAE Engelhardia spicata Lesch. ex Bl. +LAMIACEAE Anisomeles indica (L.) O.K. +
Orthosiphon grandiflorus Bold. +Plectranthus galeatus +Scutellaria discolor +
LAURACEAEBeilschmiedia madang (Bl.) Bl. +
Cinnanomum sintoc Bl. + + +
Lindera bibracteata (Nees) Boerl. + + + +Litsea accendens + +
Litsea cubeba (Lour.) Pers. + + +
Litsea diversifolia Bl. +
Litsea elliptica Bl. +
Litsea ferruginea Bl. +
Litsea grandis +
Litsea javanica Bl. +
Litsea mappacea (Bl.) Boerf. +
Litsea noronhae Bl. + +Litsea resinosa Bl. + +
Litsea tomentosa Bl. +
Litsea tuberculata (Bl.) Boerl. +
Neolitsea cassia (L.) Kosterm. + +
Neolitsea trilivervia (Bl.) Merr + + +
Nothaphoebe coriacea + +
Persea rimosa (Bl.) Kosterm. + +
LECYTHIDACEAE Planchonia valida (Bl.) Bl. +LEEACEAE
Leea indica Burm.f + +Leea rubra Bl. +
LILIACEAE Dianella javanica (Bl.) Kth. +Disporum cantoniense (Lour.) Merr. +Molineria capitulata (Lour.) Herb. +Molineria latifolia Herb. ex Kurz +Pleomele angustifolia +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 73/85
73
LILIACEAE Pleomele elliptica +LOBELIACEAE Lobelia sp. +
LOGANIACEAE Fagraea elliptica Roxb. +
Fagraea fragrans Bl. + +
Fagraea lanceolata Bl. +Geniostoma arborescens (Reinw.) O.K. +
MAGNOLIACEAEMagnolia candolii Bl. +
Manglietia glauca Bl. + + + +
Michelia montana Bl. +
MALPHIGIACEAE Hiptage benghalensis (L.) Kurz +MALVACEAE
Sida acuta +Sida rhombifolia L. +Triumfetta rhomboidea +Urena lobata
+MARANTHACEAE Donax cannaeformis (G.Forst.) K.Schum. +
Marantha arundinacea Tuss. +
Agiopteris evecta Hoffm. +MELASTOMATACEAE
Astronia spectabilis Bl. + + +
Clidemia hirta D. Don. + + +
Creochiton bibracteata (Bl.) Bl. +
Dissochaeta gracillis (Jack) Bakh.f. + +
Dissochaeta leprosula (Bl.) Bl. +
Dissochaeta reticulata Bl. +Marumia muscosa Bl. +
Medinella exima Bl. +
Medinella laurifolia Bl. + +
Medinella sp. +
Medinilla speciosa Reinw.ex Bl. + +
Melastoma affine D. Don +
Melastoma malabathricum L. + +
Melastoma normale D. Don +
Melastoma polyanthum +Melastoma sylvaticum Bl. + +
Memecylon excelsum Bl. +
Memecylon myrsinoides Bl. +
Memecylon oleaefolium Bl. +
Omphalopus fallax (Jack) Naud. +
Pachycentria sp. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 74/85
74
MELASTOMATACEAEPternandra azurea (Bl.) Burck. + +
Rhodamnia sp. +
Sonerilla heterophylla Jack +MELIACEAE
Aglaia sp. +
Dysoxylum alliaceum Bl. + + +Dysoxylum densiflorum (Bl.) Miq. + + +
Dysoxylum excelsum Bl. +
Melia azedarach +
Sandoricum koetjapi (Burm.f.) Merr. +
Toona sureni (Bl.) Merr. +MENISPERMACEAE
Fibraurea chloroleuca +
Perycampylus cauliflora (Miers) Diels +
Perycampylus glaucus (Lam.) Merr. +
Stephania capitata (Bl.) Spreng. +Stephania corymbosa (Bl.) Spreng. +
Stephania japonica var. discolor +
MONIMIACEAE Kibara coriacea +MORACEAE
Artocarpus elasticus Reinw. ex Bl. +
Artocarpus gemeziana Wall. ex Trec. +
Artocarpus integra +
Ficus alba Reinw. ex Bl. + + +
Ficus ampelas + +
Ficus aspericula +Ficus deltoidea Jack +
Ficus elastica Nois ex Bl. +
Ficus fistulosa Reinw. Ex Bl. + + +
Ficus fulva Reinw. +
Ficus fulva Reinw. ex Bl. +
Ficus globosa Bl. +
Ficus grosullarioides +
Ficus involucrata Bl. +
Ficus lepicarpa Bl. +Ficus montana Burm.f. +
Ficus padana Burm.f. + + +
Ficus pisocarpa +
Ficus ribes Reinw. Ex Bl. + + +
Ficus sagitata Vahl. +
Ficus sinuata Thunb. + + +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 75/85
75
MORACEAEFicus variegata Bl. + + +
Poikilospermum suaveolens (Bl.) Merr. + +MUSACEAE
Musa acuminata Colla + +
Musa salaccensis Zoll. +MYRISTICACEAE
Horsfieldia glabra (Bl.) Warb. +Horsfieldia irya +
Knema cinerea (Poir) Warb. +
Knema laurina (Bl.) Warb. +
Myristica guatteriifolia DC +MYRSINACEAE Ardisia crispa (Thunb) DC. + +
Ardisia fuliginosa Bl. +
Ardisia javanica +
Ardisia laevigata Bl. +
Ardisia odotophylla + Ardisia pendula Mez + + +
Ardisia sanguinolenta DC + + +
Labisia pumila (Bl.) F.Vill. +
Maesa latifolia (Bl.) D.C. +
Maesa ramentacea Wall. +
Myrsine avensis (Bl.) D.C. +
Myrsine hasseltii Bl. ex Scheff +
Rapanea hasseltii (Bl. ex Scheff.) Mez +MYRTACEAE
Cleistocalyx operculata Merr. & Perry +Decaspermum fruticosum J.R.& G.Forst +
Eugenia densiflora (Bl.) Duthie +
Eugenia fascigiata + +
Eugenia pycnantum + +
Syzygium antisepticum (Bl.) Merr & Perry +
Syzygium gracilis (Korth.) Amsh. +
Syzygium lineatum (Bl.) Merr & Perry + + + +Syzygium polyanthum +
Syzygium racemosum (Bl.) D.C. +Syzygium rostratum (Bl.) D.C. + +
Syzygium sp. +
Syzygium suringarianum (K.&V.) Amsh. +
Syzygium syzygioides (Miq.) Amrh. +Tristania sp. +
NEPENTHACEAE Nepenthes gymnophora Reinw. ex Nees + +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 76/85
76
OLEACEAEChionanthus montanus Bl. +
Chionanthus ramiflorus +
Jasminum multiflorum (Burm.f.) Andr. +
Olea javanica (Bl.) Knobl. +
ONAGRACEAE Ludwigia linifolia Vahl. +ORCHIDACEAE
Agrostophyllum bicuspidatum +
Agrostophyllum denbergii +
Agrostophyllum laxum J.J.Sm. +
Apostasia nuda +
Appendicula alba +
Appendicula buxifolia +
Appendicula congenera +
Appendicula cornata +
Appendicula cristata + Appendicula pendula +
Appendicula ramosa Bl. +
Appendicula reflexa +
Arundina graminifolia + +
Bulbophyllum
Bulbophyllum absonditum J.J.S +
Bulbophyllum aliifolium +
Bulbophyllum cernuum (Bl.) Lindl. +
Bulbophyllum elongatum +Bulbophyllum flavescens +
Bulbophyllum flavidiflorum +
Bulbophyllum lobbii Lindl. +
Bulbophyllum macranthum +
Bulbophyllum obtusipetalum +
Bulbophyllum odoratum +
Bulbophyllum ovalifolium +
Bulbophyllum pahudii +
Bulbophyllum petiolatum +Bulbophyllum scotifolium +
Bulbophyllum stelis +
Bulbophyllum unguiculatum +
Bulbophyllum violaceum +
Bulbophyllum xylocarpi +
Calanthe abbreviata +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 77/85
77
ORCHIDACEAE Calanthe orchimoides +
Ceratochilus biglandulosus Bl. +
Ceratostylis capitata +
Ceratostylis subulata +
Chelonistele sulphurea (Bl.) Pfitz. +Coelogyne fuliginosa +
Coelogyne longifolia Lindl. +
Coelogyne miniata +
Coelogyne simplex +
Coelogyne speciosa +
Corybas pictus (Bl.) O.K. +
Cryptostylis arachnites +
Cymbidium ensifolium +
Cymbidium lancifolium Hook. +Cymbidium pubescens Lindl. +
Dendrobium aloifolium +
Dendrobium crumenatum +
Dendrobium excavatum +
Dendrobium hymenophyllum Lindl. +
Dendrobium lobulatum +
Dendrobium mutabile +
Dendrobium pandaneti +
Dendrobium paniferum +Dendrobium reflexitepalum J.J.S. +
Dendrobium spathilingue +
Dendrobium tenellum (Bl.) Lindl. +
Dendrobium tetraede +
Dendrochilum aurantiacum Bl. +
Dendrochilum brachyotum +
Dendrochilum cornutum Bl. +
Dendrochilum exalatum +
Dendrochilum pallideflavens +Dilochia wallichii Lindl. +
Dipodium scandens +
Disperis javanica +
Eria biflora +
Eria erecta (Bl.) Lindl. +
Eria flavescens (Bl.) Lindl. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 78/85
78
ORCHIDACEAE Eria junghunii +
Eria lobata +
Eria oblitterata +
Eria robusta +
Eria tenuiflora +Erythrodes brevicalcar +
Eulophia nuda Lindl. +
Flickingeria fimbricata +
Goodyera reticulata (B.) Bl. +
Lecanorchis javanica +
Lecanorchis multiflora +
Lepidogyne longifolia +
Liparis bilobulata J.J.S. +
Liparis compressa +Liparis gibbosa +
Liparis pallida (Bl.) Lindl. +
Liparis rheedii +
Macodes petola (Bl.) Lindl. +
Malaxis koordersii +
Malaxis ridleyi +
Micropera callosa +
Microsaccus affinis +
Nephelaphyllum pulchrum +Nephelaphyllum tenuiflorum Bl. +
Oberonia imbricata +
Oberonia microphylla +
Oberonia similis +
Octarrhena parvula +
Phaius flavus (Bl.) Lindl. +
Phaius tankervillae (W. Ait.) Bl. +
Pholidota globosa (Bl.) Lindl. +
Pholidota imbricata +Pholidota pallida +
Plocoglottis javanica Bl. +
Podochilus muricatus +
Podochilus serpyllifolius (Bl.) Lindl. +
Podochilus tenuis +
Polystachya concreta +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 79/85
79
ORCHIDACEAE Pteroceras compressum +
Pteroceras fraternum +
Renanthera matutina +
Robiquetia spathulata +
Saccolobium rantii +Saccolobium sigmoideum +
Sarcostoma javanica +
Schoenorchis juncifolia Bl. +
Spathoglottis aurea +
Spathoglottis plicata Bl. +
Spiranthes sinensis +
Tainia elongata J.J.S. +
Thrixspermum anceps +
Thrixspermum conigerum +Thrixspermum pensile +
Thrixspermum purpurascens +
Thrixspermum squarrosum J.J.S. +
Trichotosia ferox +
Trichotosia pauciflora +
Vanda tricolor Lindl. +OXALIDACEAE Oxalis corniculata L. + +PANDANACEAE
Freycinetia angustifolia Bl. + + +
Freycinetia insignis Bl. +Freycinetia javanica Bl. + +
Freycinetia sp. + +
Pandanus furcatus Roxb. + +
Pandanus nitidus +
Pandanus tectorius Soland. ex Park. +PASSIFLORACEAE
Passiflora edulis Sims. +
Passiflora foetida L. +
Passiflora quadrangularis L. +
PINACEAE Pinus merkusii Jungh. & De Vriese + +PIPERACEAE
Peperomia laevifolia (Bl.) Miq. +
Peperomia tetraphylla (Forst.f.) Hook. ex Arn. + +
Piper aduncum L. + + +
Piper caninum Bl. +
Piper nigrescens +
Piper retrofaractum +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 80/85
80
PITTOSPORACEAEPittosporum moluccanum (Lmk.) Miq. +
Pittosporum ramiflorum (Z.&M.) Zoll. ex Miq. +PLANTAGINACEAE Plantago mayor L. +POACEAE
Axonophus compressus +
Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl. +Dendrocalamus asper (Schult.f.) Back. ex Heyne +
Digitaria sanguinalis Scov. +
Dinochloa scandens (Bl. ex Nees) O.K. + +
Eleusine indica (L.) Gaertn. +
Gigantochloa apus (Bl.ex Schult.f.) Kurz +
Gigantochloa atroviolacea Widjaja +Gigantochloa hasskarliana (Kurz) Backer exHeyne +
Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja +
Gigantochloa robusta Kurz +
Imperata cylindrica var major C.E. Hubb. +
Isachne alben +
Isachne pangerangensis Z. & M. +
Lopathorium gracile +
Oplismenus compositus +
Paspalum conjugatum Berg. + +
Paspalum longifolium Roxb. +
Pogonatherum paniceum (LamHack.k) +
Schizostachyum blumei Nees +
Schizostachyum brachycladum Kurz +
Schizostachyum ireten Steudel +
Setaria palmifolia (Willd.) Stapf. + +
Thysanolaena maxima (Roxb.) O.K. +PODOCARPACEAE
Dacrycarpus imbricatus (Bl.) de Laub. +
Podocarpus imbricatus Bl. +
Podocarpus neriifolius D.Don + +
Prumnopytis amara (Bl.) de Laub +
POLYGALACEAE Polygala paniculata L. + +Polygala venenosa Juss. ex Poir +
Xanthophyllum excelsum +POLYGONACEAE
Polygonum chinensis L. + +PROTEACEAE
Helicia robusta (Roxb.) R.Br. ex Wall + +
Helicia roxbughii (R.Br.) Bl. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 81/85
81
PROTEACEAE Helicia serrata (R.Br.) Bl. +
RANUNCULACEAE Thalictrum javanicum Bl. +RHAMNACEAE
Maesopsis enemii +
Ziziphus javanensis Bl. +
RHIZOPHORACEAE Gynotroches axillaris Bl. + + +ROSACEAE
Prunus arborea (Bl.) Kalkm. + + + +
Prunus gricea (C. Muell.) Kalkm. +
Prunus javanica (T. & B.) Miq. +
Pygeum latifolium Miq. +
Rubus elongatus Smith +
Rubus mollucanus L. + +
Rubus rosaefolius J.E. Smith +RUBIACEAE
Argostemma borragineum Bl. ex DC + +
Argostemma montanum Bl. ex DC + + + Argostemma uniflorum Bl. ex DC + +
Borreria laevis (Lamk) Griseb. +
Diodia ocymifolia Bremek +
Geophila repens +
Hedyotis rigida +
Hypobathrum frutescens Bl. +
Ixora javanica + +
Ixora salisifolia +
Lasianthus constrictus Wight. +Lasianthus inodorus Bl. +
Lasianthus laevigatus Bl. + +
Lasianthus lucidus Bl. +
Lasianthus oculuscati Bl. +
Lasianthus purpureus Bl. + +
Lasianthus reticulatus Bl. +
Lasianthus rhinocerotis Bl. +
Lasianthus stercorarius Bl. + + +
Maschalocorymbus corymbosus (Bl.) Brem. +Musaenda frondosa L. + +
Mycetia cauliflora +
Mycetia javanica (Bl.) Reinw. ex Korth. +
Neocauclea clycina (Bartl. ex DC.) Mrr. +
Neonauclea obtusa (Bl.) Merr. +
Nertera granadense +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 82/85
82
RUBIACEAE Ophiorrhiza junghunii +
Pavetta indica L. +
Pavetta montana Reinw.ex Bl. +
Psychotria curviflora Wall. +
Psychotria montana Bl. +Psychotria robusta Bl. +
Psychotria sarmentosa Bl. + +
Randia schoemannii (T. & B.) Bakh +
Randia wallichii Hook. f. +
Saprosoma arboretum Bl. +
Tarenna fragrans (Bl.) K. & V. + + +
Timonius seriaceus (Desf.) K. Sch. +
Timonius timon (Spreng) Merr. +
Uncaria gambir Roxb. + +Uncaria glabrata (Bl.) DC +
Uncaria pedicelata +
Urophyllum arboreum (Reinw. ex Bl. ) Korth + +
Urophyllum corymbosum +
Urophyllum glabrum Wall. + + +
Wendlandia glabrata DC + +RUTACEAE
Acronychia laurifolia Bl. + + + +
Acronychia pedunculata (L.) Miq + + +
Euodia glabra (Bl.) Bl. +Euodia latifolia DC + + + +
Melicope latifolia (DC.) T.G. Hartley +
Ruta oppositifolia +
SABIACEAE Meliosma lanceolata Bl. +SAPINDACEAE
Arytera Sp. +
Lepisanthes tetraphylla +
Mischocarpus frutescens Bl. +
Mischocarpus sundaicus Bl. +
Nephelium juglandifolium Bl. +Otophora alata Bl. +
Pometia pinnata formaglabra (Bl.) Jacobs +
Pometia pinnata forma tomentosa +SAPOTACEAE
Payena leerii (T. & B.) Kurz. +
Planchonella nitida + +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 83/85
83
SAXIFAGRACEAEPolyosma illicifolia Bl. + + + +
Polyosma integrifolia Bl. +SCROPHULARIACEAE Lindernia sp. +
Picria felterrae Lour. +Torenia asiatica
+SELAGINELLACEAE Selaginella plana +SMILACACEAE
Smilax leucophylla Bl. + +
Smilax macrocarpa Bl. + +
Smilax zeylanica L. + + +SOLANACEAE
Lysianthes laevis +
Lysianthes lysimachioides +Physalis minima L. + +
Solanum verbascifolium Bl.
STAPHYLIACEAETurpinia montana (Bl.) Kurz. +Turpinia sphaerocarpa Hassk. +
STEMONACEAE Stemona javanica (Kth.) Engl. +STERCULIACEAE
Commersonia bartramina +
Sterculia coccinea Jack +
Sterculia subpeltata +SYMPLOCACEAE
Symplocos cochichinensis (Lour.) S. Moore + + +
Symplocos fasciculata Zoll. + + + +
Symplocos odoratissima (Bl.) Chaisy + +THEACEAE
Eurya acuminata DC. + + + +Eurya glabra (Bl.) Korth. +
Gordonia excelsa (Bl.) Bl. +
Laplacea integerrima Miq. +
Pyrenaria serrata Bl. +
Schima wallichii (DC.) Korth. + + + +
Ternstroemia japonica (Thun.) Thun. + + +
Ternstroemia lanceolata + + +
Thea lanceolata (Bl.) Piere + + +THYMELAEACEAE
Daphne composita (L.f.) Gilg. +Gonystyllus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw +
ULMACEAECeltis timorensis Span. +
Gironniera subaequalis Planch. +
Trema orientalis (L.) Bl. + +URTICACEAE
Elattostema nigrescens Miq. + +
Elattostema sinuatum (Bl.) Hassk. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 84/85
84
URTICACEAE Laportea stimulans (L.f.) Gaud. Ex Miq. +
Pilea angulata (Bl.) Bl. +
Pilea melastomoides (Poir.) Bl. +
Pipturus sp. +
Procris frutescens Bl. +Procris pedunculata (Forst. f.) Wedd.. +
Villebrunea rubescens Bl. +VACCINIACEAE
Vaccinium bancanum Miq. +
Vaccinium laurifolium (Bl.) Miq. +
Vaccinium lucidum (Bl.) Miq. +
Vaccinium sp. +
Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq. +VERBENACEAE Callicarpa longifolia Lamk. +
Cayratia geniculata (Bl.) Gagn.+
Cayratia japonica +Clerodendrum laevifolium +
Lantana camara L. + +VITACEAE Ampelocissus thyrsiflora +
Cissus discolor Bl. +Pterisanthes cissoides Bl. +Tetrastigma glabratum (Bl.) Planch. +Tetrastigma lanceolarium (Roxb.) Planch. +Tetrastigma papilissum (Bl.) Planch.
+Vitex trifoliata L. +
ZINGIBERACEAE Achasma foetus Val. +
Alpinia galanga (L.) Swartz +
Alpinia javana Bl. +
Alpinia robusta +
Alpinia scabra Bl. +
Amomum compactum Soland. ex Maton +
Amomum pseudopoetens Val. +Brachychilum horsfieldii (R.Br. Ex Wall.) O.G.Peters. +Costus speciousus (Koen.) J.E. Smith + +
Etlingera coccinea (Bl.) S. Sakai & Nagam. +
Etlingera punicea (RSm.oxb.) R.M. +
Etlingera solaris +
Globba marantina L. +
7/16/2019 Merajut Pesona Gunung Salak
http://slidepdf.com/reader/full/merajut-pesona-gunung-salak 85/85
ZINGIBERACEAE Globba pendula +
Hedichyum conorarium + +
Hornstedtia paludoa (Bl.) Val. +
Hornstedtia pininga (Bl.) Val. + + +
Nicolaia solaris (Bl.) Horan. +Zingiber aromatica Val. +
Recommended