View
27
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
tugas metlit
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga
sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Anak-anak dengan DHF
umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai dengan
kemerahan wajah dan gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai DF,
seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi
(WHO, 1999).
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
Wabah demam dengue di Eropa meletus pertama kali pada tahun 1784, sedangkan
di Amerika Selatan wabah itu muncul diantara tahun 1830 – 1870. Di Afrika
wabah demam dengue hebat terjadi pada tahun 1871 – 1873 dan di Amerika
Serikat pada tahun 1922 terjadi wabah demam dengue dengan 2 juta penderita.
Dalam kurun waktu 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010, kasus DBD di Indonesia
meningkat tiap tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di tahun 2007 terdapat
158.115 kasus dan 2009 terdapat sekitar 158.912 kasus. Pada tahun 2008 terdapat
137.469 kasus (Insiden Rate = 59,02 per 100.000 penduduk) dan tahun 2010
mencapai sekitar 140.000 kasus. Ada beberapa cara penatalaksanaan dalam
mengobati Dengue Hemorrhagic Fever salah satunya yakni dengan menggunakan
sari kurma. Kurma (phoenix dactylifera) pohonnya semacam palm yang tumbuh
1
dan berbuah di negeri arab, irak dan sekitarnya. Banyak ditemukan di padang
pasir (kering) dan bisa mencapai tinggi 30-35 meter, mulai berbunga setelah umur
6-16 tahun, ada dua jenis jantan dan betina dengan bentuk bunga lebih besar untuk
yang berjenis jantan. Buah kurma berbentuk lonjong dengan ukuran 2-7.5 cm
dengan warna yang bermacam-macam antara coklat gelap, kemerahan, kuning
muda dan berbiji. Buah kurma memiliki zat-zat berikut Gula (campuran glukosa,
sukrosa, dan fruktosa), protein, lemak, serat, vitamin A, B1, B2, B12, C,
potasium, kalsium, besi, klorin, tembaga, magnesium, sulfur, fosfor, dan beberapa
enzim yang dapat berperan dalam penyembuhan berbagai penyakit (Rahmawan,
2006). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas pemberian jus kurma dalam
meningkatkan trombosit pasien DBD
1.2 Rumusan Masalah
Apakah mengkonsumsi sari kurma dapat bermanfaat terhadap peningkatan jumlah
trombosit pada pasien dengan penyakit DHF?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitiah ini adalah untuk mengetahui manfaat mengkonsumsi sari kurma
terhadap peningkatan jumlah trombosit pada pasien dengan penyakit DHF
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan farmakologi bahan alam, khususnya buah kurma dalam
meningkatkan jumlah trombosit pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever
(DBD).
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini untuk menjadikan buah kurma sebagai
obat alternatif dalam meningkatkan jumlah trombosit pada penderita DHF.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang
disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ).
Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut: Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).
Dari kesimpulan di atas dapat di simpulkan bahwa DHF ( dengue haemoragic
fever) suatu keadaan dimana seorang individu mengalami demam akibat dari di
tularnya melalui virus nyamuk yang dapat saja terjadi pada anak dan orang
dewasa dan Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun
secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
Faktor-faktor risiko pada DHF (WHO,2004): Status imun setiap individu
Strain/serotipe yang menginfeksi usia pasien.
2.2 Etiologi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Virus ini termasuk dalam kelompok arbovirus golongan B. Hingga
sekarang telah dapat diisolasi empat serotif virus dengue di Indonesia, yaitu DEN-
1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Namun yang paling banyak menyebebkan demam
berdarah adalah dengue tipe DEN-2 dan DEN-3. Di Indonesia dikenal dua jenis
nyamuk aedes, yaitu Aedes aegypti, dan Aedes Albopictus.
2.3 Manifestasi Klinis Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Tanda Dan Gejala :
3
Demam tinggi selama 5 – 7 hari
Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
2.4 Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Infeksi virus dengue
Kompleks virus – antibodi Depresi sumsun tulang ↓ ↓ Aktivasi komplemen Perdarahan trombositopenia ↓ Pelepasan antihistamin ↓ Permeabilitas membran meningkat ↓ Kebocoran plasma Hipokalemi ↓ Renjatan hipokalemia, hipotensi ↓ Asidosis metabolik
(Suriadi, S.Kp, 2001; 58)
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
4
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi ,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic
dan kematian.
2.5 Klasifikasi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Menurut WHO
Kriteria klinis DHF menurut WHO 1986:
· Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun
secara lisis. Demam disertai gejala yang tidak spesifik mis:
anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang persendian dan
kepala
· Manifestasi pendarahan mis: uji torniket (+), petekie, ekimosis,
epitaksis, pendarahan gusi, hematemesis, melena
· Pembesaran hati dan nyeri tekan pada ikterus
· Dengan / tanpa renjatanrenjatan yang terjadi pada saat demam
biasanya mempunyai prognosis yang buruk
· Kenaikan nilai hemotokrit (hemokosenirasi) sedicirnya 20%.
(Arief Mansjoer, dkk, 2001; 429)
Derajat beratnya DHF secara klinis dibagi sebagai berikut:
· Derajat I (ringan) terdapat demam mendadak selama 2 – 7 hari
disertai gejala klinis lain dengan manifestasi pendarahan
teringan yang uji turniket (+) (cara uji turniket ialah pasang
manset tensimeter pada elngan atas dan pompa sampai air raksa
mencapai pertengahan tekanan sistolik dan diastolik, biarkan
5
selama 5 menit. Bila setelah manset dibuka terdapat lebih dari
20 petekia pada daerah lengan bawah dengan diameter 2,8 cm
dinyatakan positif)
· Derejat II (sedang) ditemukan pendarahan akut dan manifestasi
pendarahan lain
· Derajat III ditemukan tanda-tanda renjatan
· Derajat IV terdapat dengue shock syndrome dengan nadi dan TD
yang tidak terukur
·
2.6 Buah Kurma (Phoenix dactylifera L)
2.6.1 Taksonomi
Klasifikasi ilmiah (sumber : Budka, 2008) :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Arecida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus: Phoenix
Spesies: Phoenix dactylifera L
2.6.2 Uraian TanamanKurma , (Arab: تمر, Tamr; nama latin Phoenix dactylifera) adalah tanaman
palma (Arecaceae) dalam genus Phoenix, buahnya dapat dimakan. Walaupun
tempat asalnya tidak diketahui karena telah sejak lama dibudidayakan,
kemungkinan tanaman ini berasal dari tanah sekitar Teluk Persia[1]. Pohonnya
6
berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15-25 m, tumbuh secara tunggal atau
membentuk rumpun pada sejumlah batang dari sebuah sistem akar tunggal.
Daunnya memiliki panjang 3-5 m, dengan duri pada tangkai daun, menyirip dan
mempunyai sekitar 150 pucuk daun muda; daun mudanya berukuran dengan
panjang 30 cm dan lebar 2 cm. Rentangan penuh mahkotanya berkisar dari 6-10
m. Kurma telah menjadi makanan pokok di Timur Tengah selama ribuan tahun
lamanya. Pohon Kurma diyakini berasal dari sekitar Teluk Persia dan telah
dibudidayakan sejak zaman kuno dari Mesopotamia ke prasejarah Mesir,
kemungkinan pada awal 4000 SM. Bangsa Mesir Kunomenggunakan buahnya
untuk dibuat menjadi anggur kurma dan memakannya pada saat panen. Ada bukti
arkeologi budidaya kurma di bagian Arabtimur pada tahun 6000 SM. (Alvarez-
Mon 2006). Pada zaman selanjutnya, orang Arab menyebarkanluaskan kurma di
sekitar Selatan dan Barat Daya Asia, bagian utara Afrika, Spanyol dan Italia.
Kurma diperkenalkan di Mexico dan California, disekitar Mission San Ignacio,
oleh bangsa Spanyol pada tahun 1765.
Buah yang dihasilkan oleh pohon kurma dikenal sebagai buah kurma. [4] Bentuk
buahnya lonjong-silinder dengan panjang 3-7 cm, berdiameter 2-3 cm dan ketika
masih muda warnanya merah cerah ke kuning terang, tergantung dari jenisnya.
Kurma memiliki biji tunggal yang ukuran panjangnya sekitar 2-2,5 cm dan
tebalnya 6-8 mm. Buah kurma dikelompokan menjadi tiga golongan utama yaitu:
lunak (contohnya 'Barhee', 'Halaw', 'Khadrawy', 'Medjool'), semi-kering
(contohnya 'Dayri', 'Deglet Noor', 'Zahidi') dan kering (contohnya 'Thoory'). Jenis
buah ini tergantung pada kandungan glukosa, fruktosa dan sukrosa.
Pohon kurma merupakan tanaman jenis dioecious, yaitu memiliki tanaman jantan
dan betina yang hidup secara terpisah. Mereka dapat tumbuh dengan mudah dari
bakal biji, tetapi hanya 50% tanaman betina yang ditanam secara pembibitan akan
berbuah, dan menghasilkan buah yang kecil serta berkualitas rendah. Sebagian
besar perkebunan menggunakan perkembangbiakan stek pada tanaman, terutama
pada kultivar 'Medjool' karena bisa menghasilkan panen yang banyak serta buah
yang manis dan besar. Tanaman yang tumbuh dari cara stek akan berbuah 2-3
tahun lebih awal daripada tanaman yang menggunakan bibit.
7
Pembuahan dengan serbuk sari pada pohon kurma dilakukan secara alami oleh
angin tetapi pada perkebunan oasis tradisional dan perkebunan modern,
penyerbukan dilakukan secara manual. Penyerbukan alami pada tanaman jantan
dan betina, dapat terjadi dengan jumlah yang sama antara kedua tanaman. Namun,
bila dilakukan dengan bantuan, satu tanaman jantan bisa menyerbuki hingga 100
tanaman betina. Tanaman jantan yang merupakan sebagai penyerbuk,
memungkinkan para petani menggunakan sumber daya mereka untuk
memproduksi lebih banyak buah pada tanaman betina.
Beberapa petani bahkan tidak memelihara tanaman jantan, yang mana sebagai
bunga jantan, untuk menyediakannya di pasar lokal pada saat waktu penyerbukan.
Penyerbukan manual dikerjakan oleh pekerja terampil dengan menggunakan
bantuan tangga untuk naik ke atas pohon. Di beberapa daerah seperti Irak, para
pekerja memanjat pohon dengan menggunakan alat pemanjat khusus, dimana alat
tersebut mengitari batang pohon dan pendaki membuatnya tetap melekat pada
bagasi saat mendaki. Jarang serbuk sari dapat diterbangkan ke bunga betina
dengan angin.
Kurma matang dibagi menjadi empat golongan, yang mana dikenal di seluruh
dunia dengan menggunakan penamaan Arab yaitu, kimri (muda), khalal
(berukuran penuh), rutab (matang, lembut), tamr (matang, dikeringkan dengan
bantuan matahari).
Setiap 100 gram kurma segar dapat mengandung sumber vitamin C [rujukan?] dan
energi sebesar 230 kcal (960 kJ). Air yang terkandung dalam kurma relatif sedikit
dan hal ini tidak menjadikannya jauh lebih pekat pada saat proses pengeringan
berlangsung, meskipun vitamin C-nya akan hilang.
Kurma merupakan tanaman tradisional yang penting di Turki, Iraq, Arab, Afrika
Utara sampai ke Maroko. Di negara-negara Islam, kurma danyogurt atau susu
adalah makanan tradisional yang utama untuk berbuka puasa pada saat
bulan Ramadan. Kurma (terutama Medjool dan Deglet Noor) juga dibudidayakan
di Amerika Serikat pada bagian selatan California, Arizona dan bagian
selatan Florida.
8
Pohon kurma dapat berbuah setelah ditanam selama 4 sampai 7 tahun dan bisa
dipanen ketika telah berusia 7 sampai 10 tahun. Pohon kurma yang telah dewasa
bisa menghasilkan 80-120 kg (176-264 lb) buah kurma pada setiap musim
panennya. Agar mendapatkan buah yang berkualitas untuk bisa dipasarkan, tandan
kurma harus ditipiskan dan dibungkus atau ditutup sebelum matang supaya
buahnya bisa tumbuh menjadi lebih besar dan terlindungi dari cuaca dan hama,
seperti burung.
2.6.3 Manfaat Kurma dan Pengaruh Konsumsi Kurma Terhadap
Peningkatan Jumlah Trombosit
Sejak abad ke-16 banyak laporan mengenai penyembuhan penyakit sariawan
dengan buah-buahan dan sayur-sayuran yang hingga kini telah diketahui
mengandung asam askorbat. Asam askorbat mempunyai fungsi dalam tenunan
pengikat yaitu sebagai pengangkut gugus sulfat yang diperlukan dalam
pembentukan kondroitin sulfat (glikosaminoglikan) yang merupakan gel substansi
dasar antara sel-sel organ. Selain itu juga mempunyai peranan dalam
pemeliharaan status reduksi Fe2+ dan Cu2+ dalam beberapa enzim yang
memperlancar polimerisasi dan ikatan silang kolagen dan serat-serat elastis dalam
tenunan pengikat (Linder 2006). Menurut Linder, terdapat hubungan yang jelas
antara kebutuhan askorbat dan tenunan metabolisme pengikat seperti gejala
sariawan, perdarahan kapiler, perdarahan gusi, dan penyembuhan luka. Buah
kurma (Gambar 4), kaya dengan protein, serat, glukosa, dan vitamin seperti
vitamn A (β-karoten), B1 (tiamin), B2 (Riboflavin), C (asam askorbat), biotin,
niasin, dan asam folat, juga terdapat zat mineral seperti besi, kalsium, sodium dan
potasium. Selain itu kadar protein pada buah kurma sekitar 1,8-2%, kadar glukosa
sekitar
50-57 %, dan kadar serat 2-4% (Jahromi et al 2007). Beberapa senyawa flavonoid
yang berhasil diidentifikasi dari kurma diantaranya senyawa flafone, flavanone,
dan flavonol glikosida (Mansouri et al 2003). Biji kurma juga mengandung
sejumlah senyawa fenolik seperti hidroksitirosol, dan tirosol, senyawa sterol
9
seperti kolesterol, stigmasterol, dan β-sitosterol, selain itu juga terdapat seyawa
tokoferol seperti α- tokoferol, δ-tokoferol, dan γ-tokoferol (Besbes et al 2004).
Selain asam askorbat, kurma juga mengandung sejumlah vitamin penting yang
dapat membantu meningkatkan metabolism tubuh. Vitamin tersebut berfungsi
sebagai koenzim yang berperan dalam metabolisme, seperti vitamin A (β-
karoten), B1 (tiamin), B2 (riboflavin), biotin, niasin, dan asam folat. Tiamin
berfungsi sebagai koenzim pada beberapa reaksi inti metabolisme seperti reaksi
dekarboksilasi dan reaksi transketolase. Defisiensi tiamin dapat menyebabkan
penyakit beri-beri. Sedangkan riboflavin berperan sebagai koenzim dalam reaksi
fosforilasi oksidatif (transport elektron). Vitamin A terlibat dalam proses
diferensiasi sel epitel, produksi lendir, fertilitas, dan pertumbuhan tulang. Vitamin
E (tokoferol) berperan sebagai antioksidan terhadap radikal bebas. Biotin berperan
pada fiksasi CO2 dalam sel hewan misalnya dekarboksilasi piruvat dalam
pembentukan oksaloasetat, dan sintesis asetil koA untuk menghasilkan malonil
koA pada sintesis asam lemak (Linder 2006). Kadar glukosa pada kurma sangat
tinggi, yaitu mencapai 50-57 %. Kadar glukosanya yang tinggi sangat baik bila
dijadikan sebagai sumber energi tubuh. Glukosa ini diperoleh dari penyerapan
makanan terutama karbohidrat oleh mukosa usus halus. Glukosa banyak terdapat
dalam plasma darah yang juga menjaga keseimbangan hematokrit darah. Pada
plasma darah glukosa berbentuk glukosa-6-fosfat dan glukosa-1-fosfat (Lehninger
1980).
10
2.7 Kerangka Teori
Skema kerangka teoriVariabel
bebas: Mengkonsumsi sari
kurma
Variabel luar :Status imunUsia
Lingkungan
Variabel Tergantu
ng :Jumlah
Trombosit
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Subjek Penelitian
3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian : Buah kurma (Phoenix dactylifera L) yang segar.
Alat penelitian : Blender, gelas, saringan, (Lab tes darah lengkap : pipet
thoma, kamar hitung (improved neubaure), dek glass/cover
glass, mikroskop)
3.1.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini terdiri dari 20 orang, yang akan dibagi kedalam ke
dua kelompok, kelompok pertama adalah kelompok perlakuan berjumlah 10 orang
yang diberikan sari buah kurma dan 10 orang lainnya sebagai kelompok control
yang tidak diberikan sari buah kurma yang memenuhi kriteria inklusi sebagai
berikut :
Kriteria inklusi :
Berusia 10 - 20 tahun
Jumlah Trombosit <150.000 mm3
Sehat secara fisik dan mental
Bersedia melakukan percobaan dari awal hingga akhir secara sukarela dan
bersedia menandatangani surat persetujuan “informed consent” menjadi
subjek penelitian
Kriteria eksklusi :
Selama perlakuan sampai sebelum tes, subjek penelitian perlu memenuhi
persyaratan :
Harus tidur cukup
Tidak boleh mengkonsusmsi obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan
trombosit
Tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan (satu jam sebelum
percobaan)
12
3.1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : Perumahan Ciputat Baru, Tangerang Selatan
Waktu : Januari 2014
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Rancangan Penelitian
Desain penelitian eksperimental semu dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Dengan desain pre test dan post test. Data yang diukur adalah jumlah
trombosit (mm3) sebelum dan sesudah minum sari buah kurma. Pengukuran
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan laboratorium tes darah lengkap
untuk menghitung jumlah trombosit dengan kamar hitung.
3.2.2 Variable Penelitian
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel
Variabel bebas : Sari buah kurma
Variabel tergantung : jumlah trombosit (mm3)
3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Bebas
Buah kurma sebanyak 165 gram di blender dan diekstrak dalam 100 ml
air kemudian diminum 3x sebanyak 2 sendok selama 5 hari
Variabel Tergantung
Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap untuk mengetahui jumlah
trombosit dalam mm3 dilakukan sebelum maupun sesudah percobaan pada
kelompok perlakuan dan kelompok control.
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Variabel
bebas:
Sari buah
kurma
Mengkonsumsi buah
delima dalam bentuk sari
dengan takaran 100ml
sebanyak 3 kali sehari
selama 5 hari
Observasi Gelas ukur 1. Minum sari
buah kurma
100ml/hari
selama 5 hari
2. Minum kurang
Nominal
13
100ml/hari
selama 5 hari
2 Variabel
Tergantung :
Jumlah
trombosit
pada pasien
Dengue
Hemorrhagic
Fever
Pemeriksaan laboratorium
berupa darah lengkap
untuk mengetahui jumlah
trombosit dalam mm3.
Observasi Kamar hitung
neubaure
1. Jumlah trombosit
meningkat setelah
diberikan perlakuan
2. Tidak ada
perubahan pada
jumlah trombosit
Rasio
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan Subjek Penelitian
Sehari sebelum penelitian, subjek penelitian:
Harus cukup tidur, minimal 7-8 jam
Tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan
Makan teratur
Pada hari tes :
Tidak boleh mengonsusmsi obat-obatan yang mempengaruhi
peningkatan jumlah trombosit
Tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan (satu jam
sebelum percobaan)
Data yang diukur :
Jumlah trombosit sebelum dan sesudah minum sari buah kurma
sebanyak 100ml
3.3.2 Persiapan bahan uji
Persiapan bahan uji untuk 1 orang subjek penelitian.
1. Disediakan buah kurma segar, kupas kulitnya.
14
2. Dikeluarkan biji kurma, ditimbang sebanyak 165gram.
3. Dimasukkan ke dalam blender.
4. Dimasukkan air 100ml.
5. Dituangkan kedalam gelas, sampai batas kalibrasi 100 ml.
3.3.3 Cara Pemeriksaan
Prosedur penelitian :
1. Subjek penelitian istirahat selama 10 menit.
2. Jumlah trombosit diukur pada laboratorium dengan cara hitung
darah lengkap
3. Kemudian subjek penelitian minum sari buah kurma 100ml
sebanyak 3 kali setiap hari selama 5 hari
4. Ukur jumlah trombosit setelah 5 hari dengan cara yang sama,
sampai didapatkan jumlah trombosit 2 kali berturut-turut sama.
Catat hasilnya.
5. Lalu bandingkan hasil percobaan sebelum dan sesudah minum sari
buah kurma.
3.3.4 Data Analisis
Analisis data menggunakan uji t yang berpasangan (paired t-test) dengan α
= 0,05 pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer. Kemaknaan
berdasarkan nilai p ≤ 0,05.
3.4 Hipotesis Statistik
Jumlah Trombosit
H0 : Tidak terdapat perbedaan jumlah trombosit sebelum dan sesudah minum sari
buah kurma.
H1: Jumlah trombosit sesudah minum sari buah kurma > dari pada sebelum
minum sari buah kurma.
15
Kriteria Uji
Berdasarkan perbandingan nilai p dengan α:
Jika p > 0,05 H0 gagal ditolak
Jika p ≤ 0,05 H0 ditolak
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian efek konsumsi jus buah delima sudah dilakukan terhadap 30 subjek
penelitian. Hasil penelitian untuk pengukuran tekanan darah sistol dan diastol
disajikan pada tabel 4.1 dan 4.3
Tabel 4.1 Tekanan Darah Sistol (mmHg) Sebelum dan Sesudah Minum Jus Buah Delima pada Subjek Perlakuan
Subjek Penelitian
Tekanan Darah SistolSebelum Sesudah Penurunan
1 130 120 102 125 115 103 125 113 124 120 110 105 125 117 86 122 114 8
16
7 129 116 138 135 125 89 126 118 1010 135 125 1011 129 119 1012 130 115 1513 125 116 914 125 118 715 130 120 10
Rerata 127,4 117,4 10
Tabel 4.2 Tekanan Darah Sistol (mmHg) Subjek KontrolSubjek
PenelitianTekanan Darah Sistol
Sebelum Sesudah Penurunan1 125 110 52 135 120 153 130 125 54 134 120 145 120 115 56 127 115 87 124 117 78 130 115 159 128 120 810 125 115 1011 134 120 1412 138 120 1813 133 115 1814 127 118 915 129 120 9
Rerata 129,9 117.6 10.6
Penurunan tekanan darah sistol sesudah dianalisis uji “t” berpasangan (Uji beda
dua mean dependen) hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji “t” Berpasangan Tekanan Darah Sistol Subjek Perlakuan
Variabel n Rerata thitung pTDS Sebelum 15 127,4
3,877 <0,005TDS Sesudah 15 117,4
Keterangan :TDS : Tekanan Darah SistolN : Jumlah Subjek Penelitian
17
Hasil uji “t” untuk tekanan darah sistol pada tabel 4.3 diperoleh nilai p <
0,005, hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah sistol sesudah minum jus buah
delima lebih rendah daripada tekanan darah sistol sebelum minum jus buah
delima.
Tabel 4.4 Tekanan Darah Diastol (mmHg) Sebelum dan Sesudah Minum Jus Buah Delima Subjek PerlakuanSubjek
PenelitianTekanan Darah Diastol
Sebelum Sesudah Penurunan1 85 80 52 80 77 33 85 77 84 89 70 195 80 75 56 88 80 87 80 75 58 80 80 09 89 80 910 80 77 311 80 75 512 89 80 913 80 75 514 80 77 315 84 80 4
Rerata 83,26 77,2 6,067
Tabel 4.5 Tekanan Darah Diastol (mmHg) Subjek KontrolSubjek
PenelitianTekanan Darah Diastol
Sebelum Sesudah Penurunan1 85 80 52 88 80 83 85 77 84 88 70 185 80 75 56 80 80 07 83 75 88 80 80 09 87 80 710 85 77 811 88 75 1312 89 80 9
18
13 80 75 514 84 77 715 88 80 8
Rerata 84,67 77,4 7,26
Penurunan tekanan darah Diastol sesudah dianalisis uji “t” berpasangan hasilnya
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji “t” Berpasangan Tekanan Darah Diastol Subjek
Perlakuan
Variabel n Rerata thitung PTDD
Sebelum15 83,26
5,87 <0,005TDD Sesudah 15 77,4
Keterangan :TDS : Tekanan Darah DiastolN : Jumlah Subjek Penelitian
Hasil uji “t” pada tabel 4.2 diperoleh nilai p < 0,005, hal ini menunjukkan
bahwa tekanan darah diastol sesudah minum jus buah delima lebih rendah
daripada tekanan darah diastol sebelum minum jus buah delima.
4.2 Simpulan Uji Statistik
Karena p<0,005 sehingga Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan pemberian jus
buah delima dapat menurunkan tekanan darah sistol dan diastol. Penurunan
tekanan darah ini disebabkan karena dalam buah delima mengandung flavonoid
yang berperan sebagai ACE inhibitor yang menghambat pembentukkan
angiotensin I menjadi angiotensin II dan peran antioksidan untuk menghambat
terjadinya plak aterosklerosis.
.
19
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jus buah delima berefek menurunkan tekanan darah sistol
2. Jus buah delima berefek menurunkan tekanan darah diastol
5.2 Saran
Penelitian efek jus buah delima terhadap penurunan tekanan darah perlu
dilanjutkan dengan :
20
Menggunakan bentuk sedian lain.
Menggunakan subjek penelitian pria.
21
Recommended