View
225
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
bi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam evolusi ketidakadilan, pembangunan ekonomi dengan orientasi pada
pertumbuhan dan keuntungan saja ternyata semakin memperparah kesenjangan yang
diakibatkan oleh ketidakadilan. Masih banyak dari masyarakat perkotaan, termasuk
sebagian dari kita yang bersikap acuh pada ketidakadilan yang terjadi di
sekelilingnya. Sebagian besar dari masyarakat perkotaan menganggap karena
ketidakadilan itu terjadi bukan pada diri mereka sendiri, maka mereka tidak perlu
terlalu peduli pada ketidakadilan yang terjadi di sekeliling mereka. Sikap acuh ini
banyak ditunjukkan oleh masyarakat yang hidup di daerah perkotaan karena
masyarakat di kota cenderung bersifat individualistis sehingga mereka tidak
memedulikan orang lain selama kebutuhan mereka terpenuhi. Padahal, banyak sekali
kasus ketidakadilan yang ada di sekeliling kita, baik dalam bidang ekonomi, agama,
ras, dan lain-lain.
Di antara sekian banyak bidang, salah satu bidang yang sangat rentan terhadap
ketidakadilan adalah bidang ekonomi karena bidang ekonomi pasti berpengaruh pada
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Di
dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa banyak ketidakadilan yang dilakukan dari
golongan penguasa atau pejabat daerah.
1
2
Golongan penguasa atau pejabat daerah merasa berhak untuk mengambil
kebijakan-kebijakan yang dapat memenuhi tujuan mereka tanpa mempertimbangkan
akibat bagi orang kecil yang menjalankan kebijakan tersebut. Mereka merampas
secara perlahan tapi pasti hak-hak yang dimiliki oleh warga desa.Oleh karena itu,
kami mengangkat kasus ketidakadilan dalam bidang ekonomi yang dialami oleh tiga
pedagang kaki lima di daerah Bandung, untuk menyadarkan akan tindak
ketidakadilan yang dialami pula oleh kaum menengah ke bawah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Siapa saja korban dari ketidakadilan?
2. Siapa yang melakukan ketidakadilan kepada pedagang kaki lima tersebut?
3. Di bidang apa ketidakadilan itu terjadi?
4. Dalam bentuk apa ketidakadilan itu terjadi?
5. Apa dampak dari ketidakadilan tersebut?
6. Apakah mereka berniat atau pernah melakukan tindakan kriminal untuk
mendapatkan uang?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun maksud dan tujuan penelitian
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Bahasa Indonesia Universitas
Kristen Maranatha.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan dari hasil
penelitian, studi lapangan dan studi kasus, diharapkan karangan ilmiah ini dapat
berguna bagi semua pihak, antara lain :
1.Bagi penulis,dapat belajar cara hidup yang mandiri dan lebih peka terhadap hidup
pedagang kaki lima.
2.Bagi pembaca, melalui penelitian ini pembaca diharapkan dapat lebih mengetahui
dan menyadari ketidakadilan yang dialami oleh pedagang kaki lima.
3. Bagi lingkungan pendidikan, melalui penelitian yang terbatas ini diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca dan dapat dijadikan bahan referensi atau masukan bagi para pelajar dalam
meneliti lebih lanjut mengenai masalah yang serupa di masa yang akan datang.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penulisan
karangan ilmiah ini adalah metode sumber data dan teknik pengumpulan data
4
1.6 Hipotesis
Setelah menentukan rumusan masalah dalam karya ilmiah, penulis
mempunyai beberapa pendapat yang diduga merupakan jawaban atas rumusan
masalah yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi, dugaan sementara itu belum
terbukti kebenarannya karena hal itu baru merupakan dugaan. Beberapa hipotesis
atau dugaan sementara menurut penulis adalah:
1. Korban dari ketidakadilan yang terjadi di daerah Bandung adalah beberapa
pedagang kaki lima.
2. Yang melakukan ketidakadilan terhadap mereka, adalah para penguasa dan
pejabat.
3. Ketidakadilan tersebut terjadi dalam bidang ekonomi.
4. Ketidakadilan ekonomi terjadi dalam bentuk pengambilan hak-hak warga
desa tersebut.
5. Dampak yang ditimbulkan dari ketidakadilan tersebut antara lain, korban
ketidakadilan merasa dirinya dirugikan atas tindakan ketidakadilan tersebut.
6. Karena merasa hidupnya di garis kemiskinan dan menjadi korban
ketidakadilan, mereka mau melakukan apa saja demi mendapatkan uang
termasuk melakukan tindakan kriminal.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Makna Ketidakadilan
Ketidakadilan berasal dari dua kata yakni tidak dan adil dan imbuhan ke-an.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak merupakan partikel untuk menyatakan
pengingkaran; penolakan; penyangkalan, dsb; tak; tiada. Sedangkan kata adil sendiri
berarti tidak memihak; tidak berat sebelah; berpihak kepada yang benar; berpegang
kepada kebenaran; sepatutnya; tidak sewenang-wenang. Imbuhan ke-an di sini
berfungsi untuk membentuk kata benda. Sehingga ketidakadilan dapat diartikan
sebagai suatu keadaan yang bertentangan dengan hal-hal adil.
Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan akan keutamaan :
1. Sebagai keadaan: keadilan menyatakan bahwa semua pihak memperoleh apa
yang menjadi hak mereka dan diperlakukan sama.
2. Sebagai tuntutan: keadilan menuntut agar keadaan adil itu diciptakan baik
dengan mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan menjauhkan diri
dari tindakan yang tidak adil.
3. Sebagai keutamaan: keadilan adalah sikap, tekad, niat untuk melakukan apa pun
yang adil.
6
Selain itu, penulis juga menyertakan beberapa landasan teori lainnya yang
mendukung tentang keadilan:
1. Pancasila sila ke-2 yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Sila ke-2 mengandung arti bahwa seluruh warga negara wajib diperlakukan adil
dan beradab hak asasi manusianya. Hak asasi manusia merupakan hak dasar
yang secara kodrati melekat pada diri manusia selama manusia hidup.
2. Pancasila sila ke-5 yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Sila ke-5 mengandung arti bahwa setiap warga negara wajib mendapatkan
perlakuan adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan keamanan.
Selain itu, prinsip ini mengandung pengertian adil dan makmur yang dapat
dinikmati oleh selutuh rakyat Indonesia. Itu berarti seluruh rakyat Indonesia
memiliki tanda kependudukan Indonesia. Oleh karena itu, seorang pedagang
kecil pun berhak untuk mendapatkan perlakuan yang adil seperti warga negara
yang lainnya.
7
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Deskripsi Data
3.1.1 Narasumber 1
Bapak Priyo yang berdomisili di Cimahi ini berprofesi sebagai tukang
batagor. Ia mengatakan bahwa ketidakadilan yang dialaminya hanya berupa
pembagian tempat berjualan. Ia tidak memiliki tempat yang pasti untuk berjualan.
Dari satu tempat ke tempat yang lain ia lalui demi mendapatkan keuntungan untuk
menghidupi dua orang anak beserta istrinya. Ia menginginkan satu tempat untuk
berjualan. Tetapi keadaan tidak mendukungnya. Ia tidak punya cukup modal untuk
menyewa tempat yang disediakan oleh pemerintah. Belum lagi harus memberi
pungutan berjualan kepada preman-preman setempat atau pun kepada pemilik gedung
setempat sebagai imbalan menggunakan tempatnya untuk berjualan
3.1.2 Narasumber 2
Pak Sampir berusia 30 tahun ini menceritakan tentang kehidupannya sebagai penjual
mainan anak-anak. Ia berjualan dari pagi hingga sore. Pekerjaannya ini menuntut
kesabaran. Karena dijaman yang sudah serba berteknologi tinggi ini,ia harus menjual
8
barang-barang yang mungkin tidak akan cepat terjual. Anak-anak sekarang lebih
memilih mainan yang berteknologi tinggi. Contohnya saja Play Station (PS).
Kemajuan jaman membuat anak-anak sudah lupa atau mulai meminimalisasikan
mainan sederhana yang mudah dibuat atau juga dapat menjadi pembelajaran anak. Ia
merasa dirugikan,merasa tidak adil dengan kemajuan jaman sekarang. Dagangannya
tidak selaris dulu sewaktu anak-anak belum mengenal mainan yang menggunakan
teknologi tinggi.
3.1.3 Narasumber 3
Menurut Pak Rusmin, laki-laki berusia 40 tahun, ketidakadilan yang ia alami sebagai
padagang kaki lima adalah dimana ia harus berjualan di sembarang tempat. Ia tidak
memiliki modal untuk menyewa tempat sebagai tempat berjualan. Kini pak rusmin
hanya menggantungkan dirinya pada gerobak keliling yang ia miliki. Ia berjualan
keliling rumah. Dulu ia pernah berniat mendirikan tempat yang tetap untuk berjualan.
Tetapi ia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan usaha tersebut. Alasannya adalah
pemerintah setempat merumitkan penjualannya. Pak Rusmin pernah digusur oleh
petugas karena menggunakan area yang tidak seharusnya. Persaingan antar pedagang
juga sering terjadi. Belum lagi bapak juga harus memberi biaya pungutan berjualan
kepada preman-preman setempat sebagai imbalan menggunakan tempatnya untuk
berjualan . Para pedagang memilih berjualan barang yang sama. Segala macam cara
digunakan agar jualannya laku dipasaran. Misalnya,para pedagang berlomba-lomba
menetapkan harga yang murah,rasa yang bervariasi, dan lain sebagainya.
9
3.2 Pembahasan
Dari hasil wawancara diatas, penulis dapat menemukan bahwa ketidakadilan yang
paling sering terjadi pada pedagang kaki lima adalah ketidakadilan dalam bidang
ekonomi. Walaupun bentuk ketidakadilan yang dialami oleh tiga pedagang tersebut
berbeda-beda, namun menyangkut bidang kehidupan yang sama yakni bidang
ekonomi karena ketidakadilan tersebut berhubungan dengan uang. Dari hasil
wawancara tersebut, penulis mendapatkan bahwa pelaku dari ketidakadilan tersebut
adalah pemerintah yang berkuasa dan mempunyai wewenang yang tinggi untuk
membuat suatu kebijakan. Korban dari ketidakadilan ini tidak lain adalah pedagang
sendiri.
Dari kasus yang dialami beberapa pedagang kaki lima yang berhubungan
dengan sewa tempat berjualan, dapat diketahui bahwa pemerintah mempunyai
rencana jangka panjang untuk menaikkan keuntungan sebesar-besarnya dengan
memberi harga sewa yang harus dibayar agar dapat menggunakan tempat untuk
berjualan. Pemerintah seharusnya tidak memberatkan para pedagang untuk
mengembangkan usahanya. Karena selain berusaha seperti itu, mereka tidak memiliki
lagi pegangan untuk meneruskan hidup. Dengan berjualan mereka mendapatkan
keuntungan yang tentu saja keuntungan tersebut juga akan menguntungkan
pemerintah.
10
BAB IV
TINJAUAN DARI SEGI SOSIOLOGI
4.1 Akibat dari Ketidakadilan
Ketidakadilan merupakan suatu keadaan di mana orang tidak diberikan apa
yang menjadi haknya. Ketidakadilan yang telah berkuasa sekian lama telah
menimbulkan berbagai derita dan kesengsaraan pada bangsa ini. Ketidakadilan
melahirkan kemiskinan, kebodohan, separatisme dan konflik yang berkepanjangan,
nepotisme, pengangguran, ketimpangan sosial ekonomi, pelanggaran hak-hak
manusia, kejahatan serta ketergantungan dan ketidakbebasan.
4.2 Hubungan Antara Kemiskinan (Akibat dari Ketidakadilan Ekonomi)
Dengan Kelas Sosial dan Perubahan Sosial
Persoalan ketidakadilan dalam bidang ekonomi yang terjadi pada pedagang
kaki lima di Cimahi, yakni suatu keadaan di mana masyarakat belum mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya, mau tidak mau terkait dengan adanya kelas-kelas
sosial dan perubahan sosial.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi”
menulis:
“Kelas sosial dapat didefinisikan sebagai suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial.”(Horton,1992:5)1)
11
Kebanyakan di antara kita bersikap hormat terhadap orang-orang yang kedudukan
sosialnya kita anggap lebih tinggi daripada kedudukan sosial kita; sebaliknya,
memandang rendah orang-orang yang secara sosial kita pandang berada di bawah
kedudukan kita.
4.3 Determinan Kelas Sosial
Beberapa determinan (faktor yang berpengaruh) dalam pembagian kelas-kelas
sosial, antara lain:
1. Pendapatan atau penghasilan seseorang.
Uang diperlukan pada kedudukan sosial atas maupun bawah, perbedaannyanya hanya
terletak pada kuantitas kebutuhan akan uang tersebut. Beberapa warga diambil hak-
haknya dalam menerima penghasilan yang layak. Hal itu terjadi karena tindakan
golongan penguasa, dalam hal ini adalah pemerintah yang bertindak sewenang-
wenang dalam meningkatkan keuntungan bagi dirinya tanpa memperhatikan nasib
rakyat sehingga mengakibatkan kemiskinan.
2. Pekerjaan.
Pekerjaan merupakan determinan kelas sosial yang lainnya. Segera setelah orang-
orang mengembangkan jenis-jenis pekerjaan, mereka pun menyadari bahwa beberapa
jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada jenis pekerjaan yang lainnya. Seperti
yang dialami pedagang kaki lima di Cimahi tersebut. Mereka hanya merupakan
pedagang yang tidak mempunyai modal untuk sewa tempat sehingga kelas sosialnya
lebih rendah daripada pemerintah yang menyewakan tempat. Padahal hal tersebut
12
tidak sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk
mendistribusikan barang-barang dagangannya.
3. Pendidikan.
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua
hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis
dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosial. Akan tetapi, hal
ini tidak berlaku pada kondisi masyarakat di daerah tersebut. Walaupun sebagian
pedagang tersebut hidup pas-pasan, mereka masih bisa menyekolahkan anak-anaknya
karena biaya sekolah relatif murah dan terjangkau.
4. Komunitas Desa
Kondisi fisik dan sosial desa berbeda dengan kondisi fisik dan sosial kota. Oleh
karena itu, terdapat perbedaan kepribadian dan perilaku antara orang desa dengan
orang kota. Hampir semua penduduk komunitas desa adalah petani atau pekerja
sewaan, bahkan guru dan penjaga toko pun ikut terlibat dalam kehidupan pertanian.
Semua menghadapi masalah dan tugas yang sama, serta sama-sama merasakan betapa
tidak berdayanya mereka dalam menghadapi kehebatan kekuatan alam yang berada di
luar kemampuan manusia. Dalam kasus ketidakadilan ekonomi yang dialami
pedagang dapat diketahui bahwa mereka pun tidak mempunyai kekuatan apapun
untuk melawan golongan penguasa, dalam hal ini adalah pemerintah yang bersikap
sewenang-wenang. Pemerintah seharusnya bertugas untuk menyejahterakan rakyat,
mempersulit proses penyewaan.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dengan metode studi pustaka dan studi
lapangan dengan teknik wawancara yang telah dikemukakan pada bab sebelummya,
penulis menarik kesimpulan ketidakadilan yang dialami oleh tiga pedagang kaki lima
di Cimahi terjadi dalam bidang ekonomi dan disebabkan oleh kebijakan yang dibuat
oleh penguasa setempat. Aspirasi warga melalui aksi protes tidak pernah ditanggapi
dan pemerintah terus menjalankan kebijakan yang merugikan warga tanpa
memikirkan kesejahteraan rakyat.
Di samping itu, melalui penelitian dan pembahasan masalah, penulis mendapatkan
jawaban atas hipotesis yang telah penulis buat yakni:
1. Hipotesis pertama terbukti benar, karena kami telah menemukan korban dari
ketidakadilan yang terjadi di Cimahi, yaitu beberapa pedagang kaki lima.
2. Hipotesis kedua terbukti benar. Yang melakukan ketidakadilan terhadap
pedagang kaki lima adalah para penguasa dan pejabat. Para penguasa dan
pejabat memanfaatkan kedudukan mereka untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya tanpa memedulikan nasib rakyat kecil. Bahkan aspirasi
warga melalui aksi protes tidak pernah ditanggapi dan pemerintah terus
14
menjalankan kebijakan yang merugikan warga tanpa memikirkan
kesejahteraan rakyat.
3. Hipotesis ketiga terbukti benar. Ketidakadilan tersebut terjadi dalam bidang
ekonomi karena menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan hidup warga.
4. Hipotesis keempat terbukti benar. Ketidakadilan ekonomi terjadi dalam
bentuk mempersulit sewa tempat.
5. Hipotesis kelima terbukti benar. Dampak yang ditimbulkan dari ketidakadilan
tersebut antara lain, korban ketidakadilan merasa dirinya dirugikan atas
tindakan ketidakadilan tersebut.
6. Hipotesis keenam tidak terbukti benar. Warga sama sekali tidak mempunyai
niat untuk melakukan tidakan kriminal, walaupun mereka hidup miskin
15
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan di atas, berikut adalah saran-saran
yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diperhatikan, yang dimaksudkan untuk
memberi masukan kepada:
1. Pemerintah daerah setempat
a. Sebaiknya pemerintah mencari kebijakan lain dalam hal penyewaan
tempat dagang sehingga tidak ada pedagang yang merasa dirugikan.
b. Sebaiknya pemerintah dan pedagang bermusyawarah untuk mencapai
kesepakatan tentang tempat yang diijinkan untuk berdagang dan agar
pemerintah dapat mendengar aspirasi rakyat kecil.
c. Sebaiknya pemerintah pusat bertindak tegas dan bijaksana dalam
ketidakadilan ekonomi.
d. Seharusnya pemerintah lebih adil dalam hal pembagian sembako dan
mengutamakan orang-orang miskin yang lebih memerlukan sembako.
2. Pedagang kaki lima yang menjadi korban ketidakadilan
Sebaiknya para pedagang jangan berputus asa dan terus menyuarakan hak
mereka sampai suara mereka didengar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt.1992. Sosiologi. Jakarta: Erlangga
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1999.Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cetakan kedua. Jakarta : Balai Pustaka
Recommended