View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................. iDeskripsi Singkat ...................................................................... 1
Tujuan Pembelajaran .............................................................. 2
A.Hasil belajar ........................................................................ 2
B.Indikator Hasil Belajar ..................................................... 2
Materi Pokok dan Submateri Pokok ................................... 3
Metode ........................................................................................ 4
Media dan Alat Bantu .............................................................. 5
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran ....................... 5
A.Pengondisian .................................................................... 5
B.Pemaparan Materi (45 menit) ...................................... 6
C.Pembahasan Tugas Refleksi Diri (15 menit) .............. 6
D.Diskusi dan Tanya Jawab (15 menit) ........................... 7
E.Role-Play (15 menit) ......................................................... 7
URAIAN MATERI PEMBELAJARAN ...................................... 7
A.Pengertian Bencana ....................................................... 7
B.Krisis Kesehatan dan Penanggulangannya............ 10C.Kesiapsiagaan Klaster Kesehatan dalam
Menghadapi Bencana dan Krisis Kesehatan ......... 16
D.Situasi Terkini COVID-19 di Indonesia ....................... 23
E.Definisi Operasional COVID-19.................................... 27
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | ii
F.Mengenali Gejala COVID-19 dan Menghadapi Pasien dengan Potensi COVID-19 ............................. 33
G.Edukasi Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19 ............................................................................................ 36
H.Vaksinasi COVID-19 ........................................................ 42
RANGKUMAN........................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 46
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 1
Pengetahuan Dasar Krisis Kesehatan pada Masa Pandemi COVID-19
Deskripsi Singkat Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang
peranan sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi. Menurut Pasal 46 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, tugas
bidan meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan Keluarga Berencana (KB). Sebagai
tenaga kesehatan yang berpraktik di garis depan, bidan
diharapkan dapat membantu proses mitigasi pandemi
COVID-19 dan terus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas.
Modul ini menjelaskan pengetahuan dasar krisis
kesehatan. Peserta akan mempelajari pengetahuan
dasar bencana, khususnya bencana non-alam, tahapan
penanggulangan bencana non-alam, dan situasi terkini
pandemi COVID-19 di Indonesia. Peserta juga akan
memperoleh pengetahuan dasar COVID-19 agar
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 2
setelahnya dapat melakukan skrining, memberikan
rujukan, serta menyampaikan edukasi yang berkualitas,
baik kepada pasien maupun masyarakat secara umum.
Tujuan Pembelajaran
A. Hasil belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta
mampu:
1. Memahami konsep dasar bencana non-alam.
2. Memahami penanggulangan bencana non-alam.
3. Memahami situasi terkini pandemi COVID-19 di
Indonesia.
4. Memahami pengetahuan dasar COVID-19.
B. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian bencana alam dan
bencana non-alam.
2. Menyebutkan tahapan penanggulangan krisis
kesehatan.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 3
3. Menjelaskan struktur, alur koordinasi, dan upaya
kesiapsiagaan yang perlu dilakukan oleh klaster
kesehatan dalam menghadapi bencana dan krisis
kesehatan.
4. Menjelaskan pengetahuan dasar COVID-19 di
Indonesia yang meliputi definisi COVID-19,
epidemiologi terkini, klasifikasi kasus COVID-19,
dan upaya yang perlu dilakukan oleh masyarakat
dalam melindungi diri dari COVID-19.
Materi Pokok dan Submateri Pokok Materi pokok dan submateri pokok pada mata pelatihan
ini adalah sebagai berikut:
A. Pengertian Bencana
B. Krisis Kesehatan dan Tahap Penanggulangannya
1. Prakrisis Kesehatan
2. Darurat Krisis Kesehatan
3. Pascakrisis Kesehatan
C. Kesiapsiagaan Klaster Menghadapi Bencana dan
Krisis Kesehatan
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 4
1. Struktur dan Alur Koordinasi Kesiapsiagaan Klaster
Kesehatan
2. Upaya Kesiapsiagaan Klaster Kesehatan
D. Situasi COVID-19 di Indonesia
1. Deskripsi Coronavirus disease
2. Definisi Kasus dan Tanda Tanpa Gejala
3. Kondisi/Epidemiologi COVID-19 di Indonesia Saat
Ini
4. Upaya Masyarakat Menghadapi Krisis Kesehatan
COVID-19
Metode A. Tugas Prawebinar
a. Melakukan refleksi diri atau membuat narasi
singkat mengenai pengalaman pribadi dalam
praktik sehari-hari pada masa pandemi COVID-19,
terutama hambatan yang dialami (250–500 kata).
b. Menonton video yang disediakan oleh panitia
sebelum sesi pelatihan dimulai.
B. Pemaparan Materi oleh Narasumber (Menggunakan
Aplikasi Zoom) (45 menit)
C. Pembahasan Tugas Refleksi Diri (15 menit)
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 5
D. Diskusi dan Tanya Jawab (15 menit)
E. Role-Play (15 menit)
Media dan Alat Bantu 1. Jaringan Internet
2. Laptop atau Komputer
3. Bahan Tayang (Slide PowerPoint)
4. Bahan Video Interaktif
5. Modul
6. Alat tulis
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3
jam pelajaran (T = 1 JPL; P: 2 PL: 0) @45 menit untuk
memudahkan proses pembelajaran, berikut
disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.
A. Pengondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan
hangat. Apabila fasilitator belum pernah
menyampaikan materi di kelas, mulailah dengan
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 6
perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, dan materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran modul ini dan
pokok bahasan yang akan disampaikan—
sebaiknya menggunakan bahan tayang.
3. Sampaikan tindakan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan selama proses pembelajaran.
B. Pemaparan Materi (45 menit)
1. Fasilitator menyampaikan materi sesuai urutan
pokok bahasan dan subpokok bahasan
menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan rangkuman materi.
C. Pembahasan Tugas Refleksi Diri (15 menit)
1. Fasilitator memilih 1–3 naskah refleksi diri dengan
topik bencana non-alam, penanggulangan
COVID-19, dan pengetahuan dasar COVID-19.
2. Fasilitator mendiskusikan setiap naskah selama
lima menit dan menjelaskan kegunaan
pengetahuan yang diperoleh di sesi ini jika
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 7
peserta menemui kesulitan serupa di masa
depan.
D. Diskusi dan Tanya Jawab (15 menit)
1. Fasilitator memandu proses diskusi dan tanya
jawab dengan peserta.
2. Fasilitator memberikan umpan balik secara
singkat.
E. Role-Play (15 menit)
1. Fasilitator menyampaikan tata cara pelaksanaan
role-play.
2. Role-play dilakukan menggunakan kasus yang
telah disediakan. Role-play berfokus pada
kemampuan bidan dalam memberikan edukasi
kepada pasien mengenai COVID-19.
URAIAN MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Bencana
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, definisi bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 8
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam, maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, non-
alam, dan manusia sehingga Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 juga memberikan definisi
bencana alam, bencana non-alam, dan bencana
sosial.
Bencana alamadalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh faktor alam. Contoh bencana alam:
tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor,
gempa bumi, angin topan, dan kekeringan. Ulasan
lebih lanjut mengenai bencana alam berada di luar
cakupan modul ini.
Bencana non-alamadalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non-alam. Contoh bencana non-alam: Kegagalan
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 9
teknologi (misalnya, pada kondisi padam listrik luas
yang menyebabkan kerugian dalam jumlah besar),
kegagalan modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit. Pandemi COVID-19 termasuk ke dalam
kategori bencana non-alam.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia. Contoh bencana sosial:
Konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
dan teror, seperti kerusuhan dan terorisme.
Kejadian bencanaadalah peristiwa bencana yang
terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian,
lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan.
Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan
melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung
sebagai satu kejadian. Misalnya, bencana gempa
bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah pada
2018. Meskipun terdapat beberapa wilayah yang
terkena dampak kedua bencana tersebut, tetapi
keduanya dianggap sebagai satu kejadian bencana.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 10
Sama halnya dengan pandemi COVID-19 yang
dianggap sebagai satu kejadian bencana.
Kejadian luar biasa (KLB)adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna dari segi epidemiologi di suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu. Contoh KLB:
meningkatnya insiden demam dengue pada suatu
kecamatan atau munculnya polio di daerah yang
sebelumnya tidak memiliki kasus polio. Status KLB
diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Republik Indonesia Nomor
949/MENKES/SK/VIII/2004.
B. Krisis Kesehatan dan Penanggulangannya
Setelah memahami pengertian bencana, bidan perlu
memahami pengertian krisis kesehatan. Krisis
kesehatan dan penanggulangannya diatur dalam
Permenkes Nomor 75 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Krisis Kesehatan.
Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 11
jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau
adanya potensi bahaya yang berdampak pada
kesehatan masyarakat sehingga membutuhkan
respons cepat di luar kebiasaan normal dan kapasitas
kesehatan tidak memadai.
Krisis kesehatan dapat disebabkan oleh bencana
alam maupun bencana non-alam. Pada 2016, terjadi
661 krisis kesehatan secara nasional; sebanyak 60%
disebabkan oleh bencana alam (misalnya, banjir dan
tanah longsor), 36% disebabkan oleh bencana non-
alam (misalnya, KLB keracunan dan kebakaran), dan
4% disebabkan oleh bencana sosial (misalnya, teror
dan sabotase).
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan
krisis kesehatan yang disebabkan oleh bencana non-
alam. COVID-19, dengan transmisinya yang sangat
cepat dan insidennya yang sangat tinggi, berpotensi
besar menghambat program kesehatan yang
sedang berlangsung. Misalnya, COVID-19
menurunkan jumlah kunjungan pasien tuberkulosis
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 12
ke puskesmas sehingga berpotensi mengganggu
upaya penanggulangan penyakit tersebut. COVID-19
juga menurunkan kunjungan antenatal dan
partisipasi imunisasi anak dan balita.
Pada kondisi krisis kesehatan, pelaksanaan program
kesehatan masyarakat tidak dapat dilaksanakan
seperti pada keadaan biasa. Dibutuhkan langkah dan
respons yang cepat di luar prosedur normal untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan krisis
kesehatan tersebut.
Upaya penanggulangan krisis kesehatan dimulai dari
sebelum munculnya krisis tersebut hingga setelah
krisis tersebut berakhir. Terdapat tiga tahapan
penanggulangan krisis kesehatan:
1. Prakrisis Kesehatan: Tahap ini dilakukan dalam
situasi tidak terjadi bencana atau dalam situasi
terdapat potensi bencana. Rangkaian kegiatan
kesiagaan krisis kesehatan perlu dilakukan untuk
mencegah dan memitigasi potensi bencana
tersebut serta memastikan tersedianya sumber
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 13
daya kesehatan yang memadai pada kondisi
krisis kesehatan di masa depan. Kegiatan yang
dapat dilakukan meliputi perencanaan
penanggulangan krisis kesehatan, pengurangan
risiko krisis kesehatan, pendidikan dan pelatihan,
penetapan persyaratan standar teknis dan
analisis penanggulangan krisis kesehatan,
kesiapsiagaan, dan mitigasi kesehatan. Contoh
kegiatan di tahap ini antara lain simulasi dan
geladi bidang kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, pengembangan sistem peringatan
dini, membentuk tim medis darurat, membuat
standar prosedur kaji cepat masalah kesehatan
(rapid health assessment), menyiapkan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan,
dan meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia dalam menghadapi krisis kesehatan.
2. Tanggap Darurat Krisis Kesehatan: Rangkaian
kegiatan yang segera dilakukan saat kejadian
bencana untuk menangani dampak kesehatan
yang ditimbulkan. Tanggap Darurat Krisis
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 14
Kesehatan meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar,
pelindungan dan pemulihan korban, dan
memastikan ketersediaan prasarana serta
fasilitas pelayanan kesehatan. Tahap ini
bertujuan merespons seluruh kondisi
kedaruratan secara cepat dan tepat guna
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan
lebih lanjut, dan memastikan program
kesehatan berjalan dengan terpenuhinya
standar minimal pelayanan kesehatan.
3. Pascakrisis Kesehatan: Tahap ini bertujuan
mengembalikan kondisi sistem kesehatan
seperti kondisi prakrisis kesehatan dan
membangun kembali lebih baik (build back
better) dan aman (safe).
Dalam menghadapi krisis kesehatan yang
disebabkan oleh penyakit menular, misalnya
COVID-19, penting diperhatikan mengenai
karantina kesehatan untuk mencegah laju
penyebaran penyakit. Perihal karantina
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 15
kesehatan diatur dalam Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Kekarantinaan kesehatan adalah upaya
mencegah dan menangkal keluar atau
masuknya penyakit dan/atau faktor risiko
kesehatan masyarakat yang berpotensi
menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat, yaitu kejadian kesehatan
masyarakat yang bersifat luar biasa dengan
ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau
kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir,
pencemaran biologi, kontaminasi kimia,
bioterorisme, dan pangan yang menimbulkan
bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar
lintas wilayah atau lintas negara.
Tindakan yang dimaksud pada kekarantinaan
kesehatan dapat berupa karantina, isolasi,
pemberian vaksinasi atau profilaksis, disinfeksi
terhadap alat angkut dan barang, serta
pembatasan sosial berskala besar. Pada
kekarantinaan kesehatan juga diberlakukan
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 16
pemantauan dan tindakan terhadap orang dan
alat transportasi yang datang dari wilayah yang
terjangkit, misalnya dengan pemeriksaan
kesehatan atau isolasi selama periode waktu
tertentu.
C. Kesiapsiagaan Klaster Kesehatan dalam
Menghadapi Bencana dan Krisis Kesehatan
Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2019, klaster
kesehatan adalah kelompok pelaku
penanggulangan krisis kesehatan yang mempunyai
kompetensi di bidang kesehatan yang berkoordinasi,
berkolaborasi, dan berintegrasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang berasal dari
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, lembaga
non-pemerintah, sektor swasta atau lembaga usaha,
dan kelompok masyarakat.
Krisis kesehatan merupakan kondisi luar biasa yang
membutuhkan koordinasi dan kerja sama berbagai
pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional,
dan dari pemerintah maupun swasta atau
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 17
masyarakat. Pendekatan klaster adalah salah satu
pendekatan koordinatif yang menyatukan semua
pihak terkait, baik pemerintah maupun non-
pemerintah, dalam upaya penanggulangan bencana
guna meminimalisasi kesenjangan dan tumpang-
tindih pemberian bantuan/pelayanan. Tujuan
pendekatan ini adalah memastikan sumber daya,
yang dalam kondisi krisis sering kali terbatas, dapat
digunakan secara efektif dan efisien.
Pendekatan klaster dalam menghadapi bencana
tertinggi berada di tingkat internasional. Klaster
internasional terdiri dari berbagai organisasi
kemanusiaan, baik di bawah Persatuan Bangsa-
Bangsa (PBB) maupun non-PBB, yang masing-
masing mempunyai peran pada sektor utama aksi
kemanusiaan. Semua organisasi ini ditunjuk oleh
Inter-Agency Standing Committee (Komite Tetap
Antar lembaga/IASC) dan masing-masing memiliki
peran yang jelas. Pada tingkat ini, klaster kesehatan
diketuai oleh United Nations Office for the
Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA).
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 18
Saat ini terdapat sebelas klaster di tingkat
internasional, yaitu:
1. Kesehatan (Health)
2. Logistik (Logistics)
3. Nutrisi (Nutrition)
4. Perlindungan (Protection)
5. Tempat Pengungsian (Shelter)
6. Air, Sanitasi, dan Kebersihan (Water, Sanitation,
and Hygiene)
7. Kamp, Koordinasi, dan Manajemen Kamp (Camp,
Coordination, and Camp Management)
8. Pemulihan Awal (Early Recovery)
9. Pendidikan (Education)
10. Telekomunikasi dan Keadaan Darurat
(Emergency Telecommunications)
11. Ketahanan Pangan (Food Security)
Klaster kesehatan dikoordinasi oleh World Health
Organization (WHO). Petugas kesehatan, termasuk di
dalamnya bidan, merupakan pemeran utama dalam
klaster kesehatan.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 19
Gambar 1. Klaster Bencana di Tingkat Internasional
Adanya berbagai klaster di samping klaster
kesehatan membuktikan bahwa pada kondisi krisis
kesehatan, tenaga kesehatan bukanlah satu-satunya
pemeran penting dalam penanganan bencana.
Dengan memahami adanya pendekatan klaster ini,
diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih mudah
bekerja sama dengan sektor lain dalam kondisi krisis
kesehatan.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 20
Selain pendekatan klaster di tingkat internasional,
terdapat pendekatan klaster di tingkat nasional yang
dikoordinasi oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB). Saat ini terdapat delapan klaster di
tingkat nasional, yaitu:
1. Kesehatan (dikoordinasi oleh Kementerian
Kesehatan)
2. Pencarian dan Penyelamatan
3. Logistik
4. Pengungsian dan Perlindungan
5. Pendidikan
6. Sarana dan Prasarana
7. Pemulihan Dini
8. Ekonomi
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 21
Gambar 2. Klaster Bencana di Tingkat Nasional
Klaster kesehatan dibagi lagi menjadi enam
subklaster, yaitu:
1. Subklaster pelayanan kesehatan yang bertugas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan, terutama pelayanan pertolongan
darurat prafasilitas pelayanan kesehatan dan
rujukan.
2. Subklaster pengendalian penyakit dan kesehatan
lingkungan yang bertugas melakukan
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 22
pengendalian penyakit dan upaya kesehatan
lingkungan.
3. Subklaster pelayanan gizi yang bertugas
menyelenggarakan pelayanan gizi.
4. Subklaster kesehatan reproduksi yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan reproduksi.
5. Subklaster kesehatan jiwa yang bertugas
menyelenggarakan upaya penanggulangan
masalah kesehatan jiwa dan psikososial secara
optimal.
6. Subklaster penatalaksanaan korban mati atau
disaster victim identification (DVI) yang bertugas
menyelenggarakan identifikasi korban meninggal
dan penatalaksanaannya.
Dengan adanya klaster dan subklaster yang memiliki
tanggung jawab terhadap bidang yang spesifik,
diharapkan setiap pihak mengetahui perannya
dengan jelas pada kondisi krisis kesehatan.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 23
D. Situasi Terkini COVID-19 di Indonesia
1. Gambaran Situasi Terkini
Pada Desember 2019, terjadi peningkatan kasus
pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina
yang penyebabnya belum dapat diidentifikasi.
Belakangan dikonfirmasi penyebab pneumonia
tersebut adalah virus jenis baru yang kemudian
dinamai SARS-CoV-2 (sebelumnya dikenal
dengan 2019-nCoV). Sementara, penyakit yang
disebabkan oleh virus tersebut belakangan diberi
nama Coronavirus disease 2019 (COVID-19). WHO
secara resmi menyatakan COVID-19 sebagai
pandemi pada 11 Maret 2020. Penyebaran COVID-
19 terjadi terutama melalui droplet (tetesan air
pernapasan), baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan angka replikasi yang tinggi,
yaitu antara 2–2,5. Per 8 Februari 2021, terdapat
lebih dari satu juta kasus terkonfirmasi COVID-19
di Indonesia dengan jumlah kematian total
mencapai lebih dari 30.000 jiwa.
Hal-hal penting yang perlu dipahami mengenai
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 24
COVID-19:
a. Definisi dan Penyebab Pandemi COVID-19
1) COVID-19 adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.
2) Virus SARS-CoV-2 masih serumpun dengan
virus penyebab penyakit flu burung atau flu
unta yang pernah menjadi epidemi SARS
dan MERS.
3) COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi
karena penyakit ini dalam waktu singkat
menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia
sejak dilaporkan pertama kali, yaitu pada
akhir 2019.
b. Gejala Umum, Risiko, dan Diagnosis COVID-19
1) Gejala COVID-19 dapat muncul dalam 2–14
hari setelah seseorang terpapar virus SARS-
CoV-2.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 25
2) Gejala COVID-19 sangat bervariasi dan
dapat berupa demam, batuk, pilek, hidung
tersumbat, sesak napas, kelelahan, nyeri
kepala, nyeri saat menelan, mual-muntah,
diare, atau hilangnya indera perasa dan
indera penciuman.
3) Gejala COVID-19 dapat bervariasi dari
ringan hingga berat yang membutuhkan
perawatan intensif.
4) Orang lanjut usia dan orang yang
menderita penyakit kronis seperti penyakit
jantung, paru kronis, dan diabetes memiliki
kemungkinan lebih besar untuk
mengalami gejala COVID-19 dan
komplikasi yang berat.
5) Baku emas diagnosis COVID-19
menggunakan uji real time polymerase
chain reaction (RT-PCR) melalui spesimen
swab test tenggorok.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 26
c. Penularan COVID-19 1) Penularan COVID-19 terutama melalui
droplet yang dilepaskan saat orang yang
sudah terinfeksi virus SARS-CoV-2 batuk
atau berbicara, dan aerosol yang diproduksi
terutama pada tindakan yang
menghasilkan aerosol, misalnya intubasi,
inhalasi, suction, dan tindakan kedokteran
gigi.
2) Penularan secara langsung terjadi bila
droplet dari orang yang sudah terinfeksi
virus SARS-CoV-2 langsung mengenai
lapisan mukosa, misalnya bagian dalam
mulut, hidung atau mata. Penularan ini
bisa terjadi saat orang yang sudah positif
menderita COVID-19 bercakap-cakap
dengan orang yang belum terinfeksi virus
SARS-CoV-2.
3) Penularan tidak langsung terjadi bila
tangan menyentuh benda-benda yang
sudah tercemar droplet terinfeksi virus
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 27
SARS-CoV-2 dan kemudian menyentuh
mulut, hidung, atau mata.
4) Penularan COVID-19 dari ibu hamil ke bayi
dalam kandungannya telah terbukti di
beberapa kasus secara global, meskipun
risikonya kecil (3.2%).
5) Penularan COVID-19 melalui kegiatan
menyusui sangat jarang dan dapat dicegah
dengan menjaga kebersihan.
Mengingat penularan COVID-19 yang sangat cepat,
tindakan pencegahan wajib dilakukan oleh semua
orang. Menjaga jarak (physical distancing),
kebersihan tangan (hand hygiene), dan
menggunakan masker secara universal (universal
masking) menjadi tiga upaya pencegahan utama
dalam membatasi transmisi COVID-19.
E. Definisi Operasional COVID-19
Dalam penanggulangan COVID-19, diperlukan
kesepakatan penggunaan istilah yang jelas dalam
menggolongkan pasien yang dicurigai menderita
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 28
COVID-19 untuk memudahkan komunikasi. Saat ini
tidak lagi digunakan istilah ODP (orang dalam
pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan), dan
OTG (orang tanpa gejala). Terdapat empat definisi
operasional yang digunakan untuk pasien yang
dicurigai menderita COVID-19, yaitu:
a. Kasus suspek
b. Kasus probable
c. Kasus konfirmasi
d. Kontak erat
Kasus suspek adalah orang yang memenuhi salah
satu kriteria berikut:
1. Memenuhi kriteria klinis DAN salah satu kriteria
epidemiologis.
2. Seseorang dengan infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) berat, yaitu demam akut (≥ 380
C)/riwayat demam, batuk, tidak lebih dari 10 hari
sejak onset, dan membutuhkan perawatan
rumah sakit.
3. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak
memenuhi kriteria epidemiologis dengan hasil
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 29
rapid antigen SARSCoV-2 positif.
Kriteria Klinis:
1. Demam akut (≥ 380 C)/riwayat demam* dan
batuk.
ATAU
2. Terdapat tiga atau lebih gejala/tanda akut
berikut: demam/riwayat demam*, batuk,
kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, coryza/pilek/hidung tersumbat*,
sesak napas, anoreksia/mual/muntah*, diare,
penurunan kesadaran.
*dihitung sebagai satu gejala
Kriteria Epidemiologis:
1. Dalam empat belas hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat tinggal atau
bekerja di tempat berisiko tinggi penularan.
ATAU
2. Dalam empat belas hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat tinggal atau
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 30
bepergian di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal.
ATAU
3. Dalam empat belas hari terakhir sebelum
timbul gejala bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan, baik melakukan pelayanan medis
dan non-medis, serta petugas yang
melaksanakan kegiatan investigasi,
pemantauan kasus dan kontak.
Kasus probable adalah kasus yang memenuhi
kriteria berikut:
1. Seseorang yang memenuhi kriteria klinis DAN
memiliki kontak erat dengan pasien kasus
probable/terkonfirmasi COVID-19 ATAU berkaitan
dengan klaster COVID-19.
2. Kasus suspek dengan gambaran radiologis
sugestif COVID-19.
3. Memiliki gejala anosmia atau ageusia tanpa
penyebab lain yang dapat diidentifikasi.
4. Orang dewasa yang meninggal dengan distres
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 31
pernapasan DAN memiliki kontak erat dengan
pasien kasus probable/terkonfirmasi COVID-19
ATAU berkaitan dengan klaster COVID-19.
Kasus konfirmasi adalah kasus yang dinyatakan
positif terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang dibuktikan
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki hasil RT-PCR positif
2. Memiliki hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif
DAN memenuhi kriteria suspek/probable
3. Asimtomatik dengan hasil rapid antigen SARS-
CoV-2 positif DAN memiliki kontak erat dengan
kasus probable/terkonfirmasi
Kasus konfirmasi dibagi menjadi dua:
1. Kasus konfirmasi dengan gejala (simtomatik)
2. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)
Kontak Erat adalah orang yang memiliki riwayat
kontak dengan kasus probable atau konfirmasi
COVID-19. Riwayat kontak yang digolongkan sebagai
kontak erat adalah:
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 32
1. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus
probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1
meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau
lebih.
2. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable
atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
3. Orang yang memberikan perawatan langsung
terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang
sesuai standar.
4. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya
kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang
ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi
setempat.
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala
(simtomatik), cara menemukan kontak erat adalah
periode kontak dihitung dari dua hari sebelum kasus
timbul gejala hingga empat belas hari setelah kasus
timbul gejala. Pada kasus konfirmasi yang tidak
bergejala (asimtomatik), periode kontak dihitung dari
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 33
dua hari sebelum kasus timbul gejala dan empat
belas hari setelah tanggal pengambilan spesimen.
F. Mengenali Gejala COVID-19 dan Menghadapi
Pasien dengan Potensi COVID-19
COVID-19 memiliki gejala yang sangat bervariasi.
Pasien dengan COVID-19 dapat memiliki gejala
ringan, gejala berat yang membutuhkan perawatan
intensif, atau tidak bergejala sama sekali. Meskipun
demikian, berdasarkan studi, dapat dikenali
beberapa gejala yang paling sering muncul pada
pasien COVID-19, yaitu:
1. Demam (88,5%)
2. Batuk (68,6%)
3. Anosmia/kehilangan indera penciuman (43%–
53%)
4. Nyeri otot, pegal-pegal, rasa letih (35,8%)
5. Produksi dahak (28,2%)
6. Sesak napas (21,9%)
7. Nyeri kepala atau pusing (12,1%)
8. Diare (4,8%)
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 34
9. Mual dan muntah (3,9%)
Jika pada praktik sehari-hari bidan menemukan
pasien dengan gejala tersebut, maka harus
dilaporkan kepada dokter atau petugas lain yang
berwenang untuk dilakukan pengkajian terhadap
COVID-19. Praktik Mandiri Bidan harus berkoordinasi
dengan puskesmas setempat mengenai tindakan
yang harus diambil jika menemukan pasien yang
dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19.
Untuk tindakan operasi yang bersifat elektif atau
dapat diprediksi, sebaiknya ibu hamil menjalani
pemeriksaan swab test COVID-19 terlebih dulu. Perlu
diingat bahwa rapid test antibodi negatif tidak dapat
menyingkirkan kemungkinan pasien memiliki
COVID-19. Hal lain yang perlu diingat juga adalah
pada pelayanan klinis, perlu diasumsikan bahwa
pasien memiliki COVID-19 meskipun tidak bergejala.
Dengan demikian, penggunaan APD oleh bidan
bersifat wajib.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 35
Jenis APD yang perlu digunakan bidan pada praktik
sehari-hari di ruang konsultasi umum biasa terdiri
dari masker bedah (digunakan oleh tenaga
kesehatan DAN pasien), baju kerja, pelindung mata
atau wajah (face shield), sarung tangan, dan
pelindung kepala.
Ventilasi ruang konsultasi harus baik, misalnya
jendela dibuka. Jika pasien memiliki gejala gangguan
saluran napas, maka bidan sebaiknya menggunakan
masker N95. Jika memungkinkan, sebaiknya bidan
selalu menggunakan masker N95 untuk
mengantisipasi pasien yang memiliki gejala
gangguan saluran napas.
Tidak ada data yang menunjukkan persalinan normal
memproduksi aerosol. Namun, pada proses
persalinan sebaiknya setiap tenaga kesehatan yang
terlibat menggunakan masker N95 karena terdapat
peningkatan risiko penularan COVID-19 yang
bersumber dari:
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 36
1. Pajanan terhadap pasien yang lama; persalinan
kala 1 dan 2 dapat berlangsung hingga berjam-jam
2. Pasien yang sedang dalam proses persalinan
yang biasanya tidak dapat menggunakan masker
dengan optimal
3. Manuver valsava yang dilakukan oleh pasien
4. Napas dalam dan cepat yang dilakukan oleh
pasien
5. Pasien yang berbicara keras, berteriak, batuk, atau
muntah selama proses persalinan
Jika bidan berpraktik di situasi yang melibatkan
prosedur yang memproduksi aerosol (misalnya,
terlibat pada prosedur sectio caesarea yang
menggunakan intubasi), maka APD yang digunakan
adalah masker N95, gaun, sarung tangan, pelindung
mata/wajah, pelindung kepala, apron, dan sepatu
pelindung.
G. Edukasi Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19
COVID-19 merupakan penyakit dengan laju
penularan yang tinggi. Partisipasi masyarakat dalam
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 37
upaya pencegahan COVID-19 sangat diperlukan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan di garis depan perlu
mengetahui cara pencegahan COVID-19 agar dapat
memberikan edukasi secara tepat kepada pasien.
Terdapat tiga langkah utama yang harus dilakukan
untuk mencegah penularan COVID-19, yaitu:
1. Physical distancing atau menjaga jarak
2. Menggunakan masker secara universal
3. Menjaga kebersihan tangan atau hand hygiene
Physical distancing. Semburan droplet memiliki
jarak jangkau 1–1,5 meter sehingga menjaga jarak dari
orang lain sejauh 1–2 meter merupakan tindakan
yang penting. Setiap orang harus secara sadar
menghindari terjebak dalam situasi 3C, yaitu closed
space (ruangan dengan sirkulasi udara tertutup),
crowded (kerumunan), dan close contact (situasi
yang memudahkan kontak erat). Contoh situasi 3C
misalnya, kafe yang ramai; restoran dengan air
conditioner yang tertutup; klub malam yang ramai
pengunjung; dan tempat ibadah yang ramai, namun
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 38
dengan sirkulasi udara yang kurang baik.
Keberhasilan pelaksanaan physical distancing turut
ditentukan oleh pelaku usaha dan pihak yang
memiliki wewenang dalam melakukan pengaturan
massa. Misalnya, pemilik restoran perlu mengubah
tata ruang restoran sehingga setiap meja memiliki
jarak yang cukup serta sirkulasi udara yang baik. Lalu,
takmir masjid perlu mengatur jamaah agar disiplin
menjaga jarak, menggunakan masker, dan
menghindari penggunaan air conditioner. Selain itu,
sekolah sebisa mungkin mengadakan pembelajaran
jarak jauh.
Menggunakan masker secara universal.
Penggunaan masker secara universal dapat
mengurangi laju transmisi COVID-19 dengan cara
menangkap droplet infeksius yang dibatukkan dan
mengurangi jarak jangkaunya. Penggunaan masker
ini lebih efektif jika dilakukan oleh semua orang,
terutama karena banyaknya jumlah pasien COVID-19
yang tidak bergejala. Oleh karena itu, penggunaan
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 39
masker secara universal perlu dijadikan budaya dan
diperkuat dengan aturan. Misalnya, pemilik toko
mewajibkan setiap orang yang datang ke toko
menggunakan masker.
Menjaga hand hygiene. Kebersihan tangan
merupakan upaya pencegahan yang tidak hanya
melindungi dari COVID-19, namun juga dari penyakit
lain. Mencuci tangan perlu dilakukan secara rutin.
Momen mencuci tangan yang dianjurkan untuk
mencegah penularan COVID-19 adalah:
1. Sebelum dan sesudah menyentuh masker
2. Sebelum dan sesudah menyentuh mata, hidung,
dan mulut
3. Sebelum dan sesudah memasuki ruang publik
4. Sebelum dan sesudah menyentuh permukaan
benda yang sering disentuh orang lain, misalnya
pegangan pintu, meja, keranjang belanja, tombol
lift, dan uang.
Menjaga kebersihan tangan dapat dilakukan dengan
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 40
selama 60 detik atau menggunakan hand rub
berbasis alkohol 60%–80% selama 20 detik. Enam
langkah menjaga kebersihan tangan dari WHO harus
dilakukan untuk memastikan setiap celah di tangan
terkena sabun atau hand rub.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 41
Gambar 3. Langkah Mencuci Tangan yang Baik
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 42
H. Vaksinasi COVID-19 Program vaksinasi merupakan salah satu cara paling
efektif dalam menghambat laju transmisi penyakit
infeksi. Program vaksinasi bertujuan menurunkan
angka kesakitan dan kematian di masyarakat dengan
mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
Vaksinasi untuk COVID-19 saat ini telah memasuki uji
klinis tahap 3 dan 4 dan telah diedarkan dengan izin
Emergency Use Authorization oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Terdapat beberapa pilihan vaksin
yang telah diberikan kepada penerima vaksin di
dunia, beberapa di antaranya dikembangkan oleh
Moderna, Sinovac, Johnson&Johnson, Pfizer, dan
AstraZeneca.
Di Indonesia, vaksin Sinovac paling banyak
digunakan dan disediakan oleh pemerintah.
Pemberian vaksin Sinovac saat ini diprioritaskan
untuk tenaga kesehatan. Vaksin Sinovac telah
terbukti aman dan memiliki efikasi sebesar 65%, di
atas standar minimal efikasi vaksin yang
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 43
direkomendasikan WHO sebesar 50%.
Saat ini, per tanggal 9 Februari 2021, ibu hamil dan
menyusui merupakan kontraindikasi untuk
pemberian vaksin Sinovac. Berdasarkan uji klinis yang
telah dilakukan di Universitas Padjajaran, Bandung,
ibu hamil dan menyusui termasuk dalam kriteria
eksklusi. Kriteria kontraindikasi bagi ibu hamil dan
menyusui dapat berubah di masa depan setelah lebih
banyak data mengenai keamanan pemberian
vaksinasi COVID-19 diperoleh.
RANGKUMAN 1. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 44
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi.
2. Bidan memegang peranan penting dalam
penanggulangan dampak akibat pandemi COVID-19.
3. COVID-19 adalah bencana non-alam yang dapat
menyebabkan krisis kesehatan.
4. Penanggulangan krisis kesehatan dilakukan sebelum,
selama, dan sesudah terjadi krisis kesehatan.
5. Penanggulangan krisis kesehatan dilakukan dengan
pendekatan klaster kesehatan yang melibatkan kerja
sama dari berbagai sektor.
6. COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 dan telah
menjadi pandemi.
7. Penularan COVID-19 terjadi terutama melalui percikan
droplet.
8. Gejala COVID-19 sangat bervariasi dan muncul 2–14
hari setelah pajanan COVID-19.
9. Saat ini dikenal istilah kasus suspek, kasus probable,
kasus konfirmasi, dan kontak erat.
10. Tiga hal utama yang perlu dilakukan untuk mencegah
penularan COVID-19 adalah physical distancing,
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 45
penggunaan masker secara universal, dan menjaga
kebersihan tangan/hand hygiene.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 46
DAFTAR PUSTAKA 1. Burhan, E., Susanto, A., Nasution, S., Ginanjar, E., Pitoyo,
C., Susilo, A., Firdaus, I., Santoso, A., Juzar, D., Arif, S., Wulung, N., Adityaningsih, D., Syam, A., Rasmin, M., Rengganis, I., Sukrisman, L., Damayanti, T., Wiyono, W., Prasenohadi, Isbania, F., Elhidsi, M., Aniwidyaningsih, W., Handayani, D., Soedarsono, Harsini, Sugiri, J., Afiatin, Wahyudi, E., Mulansari, N., Tarigan, T., Hidayat, R., Muchtar, F., Rumende, C., Soeroto, A., Triyono, E., Katu, S., Agustina, P., Puspitorini, D. dan Tim COVID-19 IDAI. (2020).Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi 2. [PDF] Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI. <https://www.papdi.or.id/pdfs/938/Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%20edisi%202.pdf>.
2. Humanitarian Response. (2020).What is the Cluster Approach?. [daring] Humanitarianresponse.info. <https://www.humanitarianresponse.info/en/coordination/clusters/what-cluster-approach> [Diakses 6 Desember 2020].
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020).Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. [PDF] Jakarta: <https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2020/Juli/REV-05_Pedoman_P2_COVID-
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 47
19_13_Juli_2020.pdf> [Diakses 25 Agustus 2020].
5. Kotlyar, A., Grechukhina, O., Chen, A., Popkhadze, S., Grimshaw, A., Tal, O., Taylor, H. dan Tal, R. (2021). Vertical Transmission of Coronavirus Disease 2019: A Systematic Review and Meta-Analysis.American Journal of Obstetrics and Gynecology, 224(1), pp.35-53.e3.
6. Li, L., Huang, T., Wang, Y., Wang, Z., Liang, Y., Huang, T., Zhang, H., Sun, W. dan Wang, Y. (2020). COVID-19 Patients' Clinical Characteristics, Discharge Rate, and Fatality Rate of Meta-Analysis.Journal of Medical Virology, 92(6), pp.577-583.
7. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan.
8. Pusat Krisis Kesehatan. (2018).Buku Tinjauan Penanggulanan Krisis Kesehatan Tahun 2017. [PDF] Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. <https://www.kemkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/buku_tinjauan_pkk_2017.pdf>.
9. Rolain, J., Colson, P. dan Raoult, D. (2007). Recycling of Chloroquine and Its Hydroxyl Analogue to Face Bacterial, Fungal and Viral Infections in the 21st Century.International Journal of Antimicrobial Agents, 30(4), pp.297-308.
10. Tong, J., Wong, A., Zhu, D., Fastenberg, J. dan Tham, T. (2020). The Prevalence of Olfactory and Gustatory Dysfunction in COVID-19 Patients: A Systematic Review and Meta-analysis.Otolaryngology–Head and
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 48
Neck Surgery, 163(1), pp.3-11.
11. World Health Organization. (2009).Hand Hygiene: Why, How & When?. [PDF] World Health Organization. <https://www.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Brochure.pdf>.
LAMPIRAN
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 49
1. Panduan Penugasan
Mata Pelatihan Dasar
Pengetahuan Dasar Krisis Kesehatan pada Masa
Pandemi COVID-19
Tujuan
Membantu peserta memiliki gambaran yang jelas
tentang masalah yang dihadapi dalam praktik sehari-
hari yang diakibatkan oleh COVID-19. Pengalaman ini
diharapkan dapat membantu menghubungkan
materi yang akan diterima dengan pengalaman
sehari-hari.
Petunjuk
Sampaikan kepada peserta bahwa terdapat tugas
yang harus dikerjakan sebelum dan saat webinar
berlangsung.
1. Tugas Prawebinar
1) Membuat naskah refleksi diri atau membuat
narasi singkat mengenai pengalaman pribadi
dalam praktik sehari-hari pada masa pandemi
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 50
COVID-19, terutama hambatan yang dialami
(250–500 kata). Tiga naskah refleksi yang dipilih
oleh fasilitator akan dibahas selama 15 menit
setelah sesi pemaparan materi dengan
mengkaitkan antara pengalaman peserta dan
krisis kesehatan yang sedang terjadi.
2) Menonton video yang disediakan oleh panitia
sebelum sesi pelatihan dimulai video dapat
diakses di
bit.ly/pengetahuandasarcovid19untukbidan
2. Tugas role-play (dilaksanakan saat webinar)
Waktu
1. Tugas prawebinar diberikan tujuh hari sebelum
waktu pelatihan. Tugas dikumpulkan ke email
fasilitator paling lambat satu hari sebelum sesi
webinar dilaksanakan.
2. Tugas role-play dilaksanakan selama 15 menit
setelah sesi tanya jawab.
Skenario Role-Play
Anda adalah seorang bidan praktik mandiri di
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 51
kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Seorang pasien
Anda adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 34
minggu. Pasien tersebut mengaku sehari-hari selalu
bepergian ditemani sopir dan asisten pribadi. Namun,
pasien tidak pernah menggunakan masker karena
merasa engap atau sesak. Pasien merasa aman
karena selalu bepergian dengan mobil pribadi dan
meminta setiap staf di rumahnya, termasuk sopir dan
asisten pribadi, melakukan rapid test setiap hari.
Berikan edukasi kepada pasien yang meliputi:
a. Cara penularan COVID-19
b. Baku emas diagnosis COVID-19
c. Cara pencegahan COVID-19
Tata Cara Role-Play
1. Fasilitator memilih satu orang dari peserta untuk
berperan menjadi bidan praktik. Peserta terpilih
mengaktifkan kamera dan mikrofon.
2. Fasilitator membacakan skenario role-play.
3. Fasilitator memainkan peran sebagai pasien di
skenario.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 52
4. Peserta yang berperan sebagai bidan diberikan
waktu untuk memberikan edukasi melalui tatap
muka virtual.
5. Jika waktu masih tersedia, sesi role-play dapat
diulang hingga beberapa kali.
6. Fasilitator dapat memainkan peran sebagai
pasien dengan sifat yang berbeda-beda, misalnya,
kritis, kurang atensi, atau keras kepala.
7. Fasilitator menyediakan waktu 5 menit untuk
memberikan umpan balik.
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Pandemi COVID-19 | 53
TIM KONTRIBUTOR
Tim Penyusun Modul Dr. dr. Erlina Burhan, dr., Sp.P(K)., M.Sc Sri Poerwaningsih, S.ST., S.K.M., M.Kes dr. Ibrahim Dharmawan
Tim Pelaksana Program dr. Nugroho Soeharno Fitriani, S.ST, MH.Kes Ns. Sharra Ati Kurnia Dewi, S.Kep Intan Wahyu Cahyani, S.Keb
Tim KH-KRI Prof. dr. Budi Utomo, MPH, PhD Robert Magnani, PhD Nohan Arum Romadlona, SKM, MKM Sukma Rahayu, SKM Muhammad Mustaghfiri Asror, SKL Dewi Nuryana, SKM Restu Adya Cahyani, SKM
Dwi Muliahani, S.E
Tim UNFPA Riznawaty Imma Aryanty, SKM, MSc. PhD Elisabeth A Sidabutar Spi. MMD dr. Elvira Liyanto Ns. Ria Ulina, S.Kep., MPH Tim Pendukung
Reviewer: dr. Irfan Riswan Eti Rohati, SKM, MKM Warsiti, S.Keb, Bd., MM Sudjarwo Rinahati, S.ST
Editor: Setiya Hartiningtiyaswati, S.ST., M.Keb Bayu Irianti, S.ST., M.Keb
Videographer: Kentara
Recommended