View
220
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MODUS KALIMAT DAN JENIS TINDAK TUTUR
UNTUK MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH”
EPISODE JULI S.D. SEPTEMBER 2014 DAN FEBRUARI 2015
DI STASIUN TELEVISI TRANS 7
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sastra Indonesia
Oleh
Bayang Kalbu
114114014
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
AGUSTUS
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
MODUS KALIMAT DAN JENIS TINDAK TUTUR UNTUK MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH”
EPISODE JULI S.D. SEPTEMBER 2014 DAN FEBRUARI 2015 DI STASIUN TELEVISI TRANS 7
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Oleh Bayang Kalbu
114114014
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA AGUSTUS
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Yang Mahatinggi atas berkat-Nya yang telah memberi dorongan
dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir. ini Tugas akhir
dengan judul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara
‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi
Trans 7” ditulis dalam rangka memenuhi syarat kelulusan dan perolehan gelar
akademik Sarjana Sastra Strata satu (S-1), diperguruan ilmu Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang terlibat dalam membantu menyusun
tugas akhir ini. Tanpa kehadiran, dukungan dan motivasi dari mereka, skripsi ini tidak
akan selesai. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar
membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
memberikan dorongan untuk terus maju kepada penulis.
3. Bapak dan Ibu dosen Prodi Sastra Indonesia, S.E Peni Adji, S.S. selaku dosen
pembimbing akademik; Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.; Drs. B.
Rahmanto M.Hum.; Dr Yoseph Yapi Taum, M.Hum.; Dra. F. Tjandrasih, M.Hum.;
Drs. F.X. Santosa, M.S. yang telah menuangkan ilmu serta pengalamannya pada
penulis selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu dan Bapak yang dengan penuh cinta dan kasih memberikan motivasi kepada
penulis.
5. Segenap karyawan Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, yang selalu membantu dalam proses lancarnya perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
6. Segenap karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang dengan murah
hati membantu menyediakan buku yang diperlukan dalam menyediakan
buku-buku referensi.
7. Kekasih penulis, Yulia, yang memberikan dukungan dengan cinta.
8. Teman-teman UKM Tarung Drajat, dan teman-teman Prodi Sastra Indonesia,
khususnya Ludgerdius Beldi dan Yohanes Esnawan yang memberikan
kegembiraan dan dukungan di saat penulis merasa penat.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu,
penulis menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang diberikan, demi
perbaikan tugas akhir ini.
Awal September
Penulis
Bayang Kalbu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
MOTTO
Hanya karena seseorang kehilangan arah, bukan berarti ia tersesat selamanya.
(Profesor dalam Film X-Men)
Nak, kamu akan menggeser gunung. (Sean Covey)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Ibu, tak ada bunga seindah dan secantik Ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
Kalbu, Bayang. 2016. “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun televisi Trans 7”. Skripsi. Program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian berjudul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi
pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun
televisi Trans 7. Kedua, Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7.
Objek penelitian ini adalah modus kalimat dan tindak tutur yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk memotivasi penonton. Data dari penelitian ini berupa tuturan
memotivasi yang bersumber dari acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Adapun penelitian ini dilakukan lewat tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil analisis data.
Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2014, serta bulan Februari 2015 dengan menggunakan metode simak. Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap dan beberapa teknik lanjutan berupa simak bebas libat cakap, rekam dan catat.
Tahap kedua, data dianalisis dengan menggunakan metode agih. Data yang telah terkumpul dianalisis lewat teknik baca markah, dan perluas. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal.
Hasil penelitian tentang modus kalimat dan jenis tindak tutur memotivasi pada acara “Hitam Putih” episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di stasiun televisi Trans7 adalah sebagai berikut. Pertama modus kalimat memotivasi yang digunakan meliputi modus (i) berita, (ii) suruh, dan (iii) tanya. Kedua, jenis tindak tutur memotivasi yang digunakan mencakup tindak tutur (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, dan (iv) tidak langsung tidak literal.
Kata kunci: Modus, Tindak Tutur, Memotivasi, “Hitam Putih”, Trans 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Kalbu, Bayang. 2016. Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event
of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.
The study entitled " Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7" has two goals. First, describe the mode used to motivate sentence in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. Second, describe the types of speech acts used to motivate in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7.
The object of this study is the mode sentences and speech acts used by "Hitam Putih" to motivate the audience. Data from this research is a motivating speech that comes from the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. The study was conducted in three stages, namely data collection, data analysis and presentation of data analysis.
The data collection phase conducted in July, August, and September 2014, and in February 2015 by using methods refer to. The basic technique used is the technique of tapping and some advanced techniques such as free refer capably involved, records and notes.
The second stage, the data were analyzed using methods agih. The collected data were analyzed through many reading techniques, and expand. The results of the data analysis are presented with formal and informal methods.
Results of research on “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” is as follows. The first mode is sentence mode motivate used include (i) berita, (ii) suruh, and (iii) tanya. Second, the type of speech acts motivating speech acts used include (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, and (iv) tidak langsung tidak literal.
Keywords: mode, Speech Acts, Motivating, "Hitam Putih", Trans 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... x
ABSTRACT ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoretis ....................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 5
1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 5
1.6 Landasan Teori .................................................................................... 13
1.6.1 Modus Kalimat .......................................................................... 14
1.6.1.1 Kalimat Berita .................................................................. 14
1.6.1.2 Kalimat Tanya .................................................................. 15
1.6.1.3 Kalimat Suruh .................................................................. 16
1.6.2 Jenis-jenis Tindak Tutur ............................................................. 18
1.6.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal ................................. 19
1.6.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ............................. 19
1.6.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ............................. 20
1.6.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ................... 21
1.7 Metode Penelitian ............................................................................... 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1.7.1 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 22
1.7.2 Metode Analisis Data ................................................................ 23
1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ................................................... 26
1.8 Sistematika Penyajian ......................................................................... 27
BAB II MODUS KALIMAT MEMOTIVASI PADA ACARA
“HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7 .................................. 29
2.1 Pengantar ............................................................................................ 29
2.2 Kalimat Berita (Deklaratif) ................................................................. 29
2.3 Kalimat Suruh (Imperatif) .................................................................. 31
2.4 Kalimat Tanya (Interogatif) ................................................................ 34
BAB III JENIS-JENIS TINDAK TUTUR MEMOTIVASI PADA ACARA
“HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7 .................................. 36
3.1 Pengantar ............................................................................................ 36
3.2 Tindak Tutur Langsung Literal ........................................................... 36
3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ................................................. 43
3.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................................. 45
3.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ....................................... 58
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 76
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 76
4.2 Saran ................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 78
LAMPIRAN .................................................................................................... 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Judul penelitian ini adalah “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk
Memotivasi dalam Acara ‘Hitam-Putih’ Episode Juli s.d. September 2014 dan
Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans7”. Kata memotivasi berasal dari bahasa
Inggris motivation. Kata motivation terdiri dari dua unsur yaitu motive yang
berarti ‘alasan’ dan action yang berarti ‘tindakan’, sehingga secara keseluruhan
kata ini dapat diartikan sebagai ‘alasan yang mendasari tindakan’. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi berarti ‘dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.’
Kata motivasi berubah bentuk menjadi memotivasi karena mendapatkan
imbuhan meN-. Memotivasi dalam KBBI berarti ‘memberikan motivasi’. Dengan
kata lain memotivasi adalah ‘tindakan yang memberikan alasan kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu’. Memotivasi memiliki fungsi dan tujuan memberikan
dorongan dan semangat kepada diri sendiri maupun orang lain. Tindakan yang
dilakukan untuk memotivasi biasanya berupa kata-kata atau kalimat yang mampu
memberikan dukungan dan membangkitkan daya juang. Memotivasi sangat
penting bagi mereka yang lemah semangat juangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Acara dalam KBBI berarti ‘kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan, atau
diperlombakan; programa (televisi, radio, dsb)’. Adapun “Hitam Putih” adalah
salah satu program televisi yang ditayangkan oleh stasiun televisi Trans7. Acara
tersebut berisi bincang-bincang antara Deddy Corbuzer sebagai host dengan
orang-orang inspiratif yang diundang. Perbincangan yang ditampilkan akan
ditutup dengan tuturan memotivasi di akhir acara.
Tuturan memotivasi pada dasarnya adalah suruhan. Penutur
menyampaikan tuturannya agar mitra tutur melakukan apa yang diinginkan
penutur. Namun, pada kenyataannya tuturan untuk memotivasi yang disampaikan,
acara “Hitam Putih”, tidak selalu menggunakan modus kalimat perintah atau
suruhan. Berikut adalah tiga contoh tuturan memotivasi dalam acara
“Hitam-Putih”.
(1) Kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau. (Rabu, 2 Juli
2014) (2) Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran! (Selasa, 1 Juli 2014) (3) Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita?
(Kamis, 3 Juli 2014)
Pada tiga contoh di atas dapat diamati adanya dua masalah. Pertama, apa
saja modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi? Contoh (1), (2) dan (3)
memiliki bentuk yang berbeda. Pada contoh (1) digunakan modus kalimat berita
(deklaratif). Pada contoh (2) digunakan modus kalimat suruh (imperatif). Adapun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pada contoh (3) digunakan modus kalimat tanya (interogatif).
Kedua, jenis tindak tutur apa yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk
memotivasi penonton? “Hitam Putih” tidak selalu menggunakan tuturan
memotivasi yang langsung dan literal. Tuturan yang digunakan bisa saja tidak
langsung dan tidak literal. Oleh sebab itu, masalah kedua yang akan diteliti dalam
skripsi ini adalah apa saja jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi
dalam acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7?
Pada contoh (1), digunakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Pada
contoh (2) digunakan tindak tutur langsung literal. Adapun pada contoh (3)
digunakan tindak tutur tidak langsung literal.
Tuturan memotivasi dalam acara “Hitam Putih” dipilih sebagai topik
penelitian karena tiga alasan. Pertama, acara ini merupakan acara positif karena
bertujuan memotivasi penonton. Kedua, acara “Hitam Putih” berisi fenomena
penggunaan bahasa khususnya penggunaan modus dan tindak tutur memotivasi.
Ketiga, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai modus dan tindak tutur
memotivasi khususnya dalam acara “Hitam Putih”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam butir 1.1, dua masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2.1 Apa saja modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi dalam acara
‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7?
1.2.2 Apa saja jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi dalam acara
‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk merumuskan karakteristik tuturan
yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi
Trans 7.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi dalam
acara ‘Hitam-Putih’di stasiun televisi Trans 7.
1.3.2 Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi dalam
acara ‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang modus kalimat dan tindak
tutur memotivasi dalam acara “Hitam Putih” Trans7. Hasil penelitian tersebut
memberikan manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini memberikan sumbangan pada bidang
sintaksis dan pragmatik. Dalam bidang sintaksis, penelitian ini menemukan
berbagai modus kalimat yang digunakan dalam acara “Hitam Putih” untuk
memotivasi penonton. Hasil penelitian itu memperlihatkan berbagai modus
kalimat dalam peristiwa komunikasi yang konkret, khususnya pada acara tersebut.
Adapun dalam bidang pragmatik, penelitian ini menemukan berbagai
jenis tindak tutur yang digunakan dalam mengutarakan maksud tuturan yang
dipakai oleh acara ‘Hitam-Putih’ yang tayang di stasiun televisi Trans 7. Hasil
penemuan penelitian ini memperluas pengetahuan akan jenis-jenis tindak tutur
yang digunakan dalam memotivasi, khususnya pada acara “Hitam Putih”.
Penelitian ini juga menemukan karakteristik tuturan yang digunakan
acara “Hitam Putih” untuk memotivasi penontonnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan contoh-contoh
konkret tindak tutur memotivasi. Berbagai variasi modus kalimat dan tindak tutur
tersebut dapat menjadi contoh nyata bagi pembaca untuk memotivasi orang lain.
1.5 Tinjauan Pustaka
Sejauh penelusuran kepustakaan, ditemukan skripsi yang telah membahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
atau menyinggung tentang topik penelitian ini, yaitu Dewi (2015), Panuntun
(2011), Haryanto (2012), Kurniasari (2011), Nugraha (2015), Puspitasari
(2012),Sembiring (2011), Tanis (2013), dan Kristiantoro (2012).
Topik tentang modus kalimat pernah dibahas oleh Angela Janice
Christian Dewi (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Aspek Aspek Kebahasaan
dan Modus Kalimat dalam Wacana Iklan di Instagram”. Melalui skripsi ini Dewi
berusaha untuk menemukan jawaban atas persoalan berikut (a) apa saja
aspek-aspek kebahasaan dalam wacana iklan di Instagram dan (b) apa saja modus
kalimat dalam wacana iklan di Instagram?.
Penelitian tersebut menemukan jawaban sebagai berikut pertama,
terdapat aspek kebahasaan tidak formal, kosa kata dalam bahasa Inggris, kalimat
majemuk yang menyatakan penjumlahan, kalimat majemuk yang menyatakan
pertentangan, wacana cerita, dan aspek kebahasaan huruf kapital. Kedua, terdapat
tiga modus kalimat dalam wacana iklan di Instagram, yakni (i) kalimat berita, (ii)
kalimat tanya dan kalimat perintah, serta (iii) kalimat berita dan kalimat perintah.
Berikutnya adalah topik tentang tindak tutur. Tindak tutur pernah dibahas
oleh Panuntun (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur
dan Pola Kesantunan Dalam Novel “9 Matahari”: Suatu Tinjauan Pragmatik”.
Panuntun menjawab pertanyaan berikut (a) tindak tutur apa saja yang terdapat di
dalam novel “9 Matahari”? dan (b) pola kesantunan apa sajakah yang terdapat di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dalam novel “9 Matahari”?. Hasilnya adalah sebagai berikut pertama, terdapat dua
tindak tutur yang digunakan di dalam novel “9 Matahari” yakni tindak tutur
langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua, novel “9 Matahari”
memiliki enam pola maksim kesantunan, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim
permufakatan dan maksim simpati.
Haryanto (2012) juga membahas tindak tutur di dalam skripsinya yang
berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial
Media Luar Ruangan di Yogyakarta”. Haryanto meneliti dan mencari jawaban atas
pertanyaan (a) jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan
iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta? dan (b) penanda-penanda
kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial bermedia
luar ruangan di Yogyakarta?
Haryanto mendapatkan hasil berikut. Pertama, terdapat tiga jenis tindak
tutur yang digunakan oleh iklan komersial luar ruangan di Yogyakarta yaitu,
tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur
tidak langsung tidak literal. Kedua, jenis-jenis penanda lingual yang menunjukkan
kesantunan sebuah iklan komersial yakni pemakaian diksi sebagai penanda tingkat
kesantunan, pemakaian modalitas, dan pemakaian gaya bahasa sebagai penanda
tingkat kesantunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Kurniasari (2011) melalui skripsinya “Tindak Tutur Dalam Film
“Alangkah Lucunya (Negeri ini)” Karya Deddy Mizwar” juga membahas tentang
tindak tutur. Ia meneliti tentang (a) jenis tindak tutur apakah yang dipakai di
dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar? (b) Fungsi
tindak tutur apa sajakah yang digunakan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri
Ini) karya Deddy Mizwar?
Kurniasari mendapatkan hasil berikut pertama, terdapat tiga jenis tindak
tutur yang digunakan dalam film tersebut yakni tindak tutur langsung literal,
tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.
Kedua, ditemukan tujuh fungsi tindak tutur yakni fungsi informatif, fungsi
interaksional, fungsi komisif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi heuristik dan
fungsi imajinatif.
Nugraha (2015) juga menggunakan teori tindak tutur pada skripsinya
yang berjudul “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutut Mengkritik dalam 16 Lagu
Grup Musik ‘SLANK’”. Nugraha mencari jawab atas dua pertanyaan, a) apa
saja yang dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagu yang diteliti? b)
bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam 16 lirik lagu grup musik
SLANK yang diteliti?
Nugraha mendapatkan hasil sebagai berikut pertama, hal-hal yang
dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagunya adalah (i) kekerasan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kriminalitas, (ii) kerusakan lingkungan, (iii) korupsi, (iv) prostitusi dan pergaulan
bebas, dan (v) terorisme. Kedua, berdasarkan hasil jawab pertanyaan pertama,
tindak tutur mengkritik dalam 16 lagu grup musik SLANK diwujudkan dalam
bentuk (i) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung
literal, (ii) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung
tidak literal, (iii) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara tidak
langsung literal, (iv) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara
tidak langsung tidak literal, (v) tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan
secara langsung literal, (vi) tidak tututr mengkritik kerusakan lingkungan secara
langsung tidak literal, (vii) tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan secara
tidak langsung literal, (viii) tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung literal,
(ix) tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung tidak literal, (x) tindak tutur
mengkritik korupsi secara tidak langsung literal, (xi) tindak tutur mengkritik
korupsi secara tidak langsung tidak literal, (xii) tindak tutur mengkritik prostitusi
dan pergaulan bebas secara langsung tidak literal, (xiii) tindak tutur mengkritik
prostitusi dan pergaulan bebas secara tidak langsung tidak literal, (xiv) tindak
tutur mengkritik terorisme secara langsung literal, dan (xv) tindak tutur
mengkritik terorisme secara langsung tidak literal.
Puspitasari (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Feminisme Tokoh
Srintil dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari” berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menjawab dua pertanyaan. Pertama, karakteristik apa saja yang dapat
menunjukkan feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk berdasarkan
tuturan dari keseluruhan tokoh novel? Kedua, tindak tutur apa saja yang dapat
menunjukkan karakteristik feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk
berdasarkan tindak tutur pragmatik?
Untuk pertanyaan pertama, Puspitasari menemukan bahwa ada tujuh
karakteristik feminisme yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu
(i) kekecewaan terhadap budaya ronggeng, (ii) pemaksaan terhadap perempuan,
(iii) perasaan keibuan seorang perempuan, (iv) peran perempuan dalam membela
keadilan, (v) pesimistis terhadap kemampuan diri, (vi) pemberontakan terhadap
hak-hak perempuan, dan (vii) kegagalan dalam memperjuangkan hak-hak
perempuan. Dan untuk pertanyaan kedua Puspitasari menemukan jawaban
bahwaada dua jenis tindak tutur yang dapat mengungkapkan feminisme, yaitu
tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal.
Pembahasan tentang tindak tutur yang lain juga dilakukan oleh
Sembiring (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk-bentuk Tindak Tutur
Imperatif dan Penanda Kesantunan Berbahasa Indonesia”. Dalam skripsi tersebut
Sembiring menjawab dua pertanyaan berikut. Pertama, bagaimanakah
bentuk-bentuk tindak tutur imperatif yang digunakan komunitas Suster SCMM
Priwulung-Yogyakarta? Kedua, bagaimanakah penanda kesantunan dalam tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tutur imperatif yang digunakan di komunitas suster SCMM Pringwulung-
Yogyakarta?
Sembiring mendapat jawaban sebagai berikut. Pertama, bentuk-bentuk
tindak tututr yang digunakan di komunitas SCMM Pringwulung-Yogyakarta
meliputi (i) tindak tutur imperatif langsung literal, (ii) tindak tutur Imperatif tidak
langsung literal, (iii) tindak tutur imperatif langsung tidak literal, dan (iv) tindak
tutur imperatif tidak langsung tidak literal. Kedua, faktor penanda kesantunan
berbahasa yang digunakan penanda kesantunan faktor kebahasaan dan
nonkebahasaan. Penanda kesantunan faktor kebahasaan meliputi (i) diksi, (ii) gaya
bahasa, (iii) penggunaan pranominal, (iv) penggunaan kata keterangan (modalitas),
dan (v) bentuk tuturan. Selanjutnya penanda kesantunan faktor kebahasaan dirinci
sebagai berikut (i) topik pembicaraan, (ii) budaya, dan (iii) konteks situasu
komunikasi.
Tanis (2013) dalam skripsinya yang berjudul”Jenis Tindak Tutur,
Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam
Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012” mengemukakan jawaban atas
pertayaan berikut. Pertama, jenis tindak tutur apa saja yang terdapat di dalam
tuturan calon gubernus dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para
pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional? Kedua, bagaimanakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tingkat kesantunan tuturan dari tuturan calon gubernur dan wakil gubernur
Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar
nasional? Ketiga, jenis penanda lingual apa saja yang menunjukkan kesantunan
tindak tutur di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI
Jakarta dan pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional?
Tanis menemukan jawaban sebagai berikut. Pertama, terdapat empat jenis
tindak tutur dari tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur dan para
pendukung di dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 dalam
beberapa surat kabar, yakni (i) konvivial dengan ilokusi ekspresif, direktif, dan
komisif; (ii) kolaboratif dengan ilokusi representatif; (iii) kompetitif dengan
ilokusi direktif; dan (iv) konfliktif dengan ilokusi ekspresif. Keempat jenis tindak
tutur dan berbagai ilokusi ini memiliki fungsi dan tujuan menyenangkan,
bekerjasama, berkompetisi dan bersaing dengan tujuan sosial.
Kedua, secara serentak jenis tindak tutur tersebut di atas mengindikasikan
tingkat kesantunan tuturan, yakni santun untuk tindak tutur konvival; netral utnuk
tindak tutur kolaboratif; tidak santun untuk tindak tutur kompetitif; dan lebih tidak
santun untuk tindak tutur konfliktif.
Ketiga, penanda kesantunan tuturan yang dapat ditemukan dari tuturan
gubernur, calon gubernur, dan para pendukung, yaitu (i) diksi atau pilihan kata, (ii)
gaya bahasa, (iii) pronomina, dan (iv) modalitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Adapun pembahasan tentang modus dan tidak tutur dilakukan oleh
Kristiantoro (2012) di dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur
Berdasarkan Modus dan Maksud Kalimat Dalam Novel “Orang Miskin Dilarang
Sekolah””. Kristiantoro mencari jawaban atas pertanyaan jenis tindak tutur apa
sajakah yang terdapat dalam novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah”?
Kristiantoro menemukan delapan jenis tindak tutur yang digunakan,
yakni (a) tindak tutur langsung, (b) tindak tutur tidak langsung, (c) tindak tutur
literal, (d) tindak tutur tidak literal, (e) tindak tutur langsung literal, (f) tindak tutur
tidak langsung literal, (g) tindak tutur langsung tidak literal, (h) tindak tutur tidak
langsung tidak literal.
Dari hasil penelusuran kepustakaan tersebut, dapat dicatat beberapa hal
sebagai berikut. Pertama, kajian tentang modus kalimat yang dilakukan oleh Dewi
dan Kristiantoro masih terbatas pada iklan dan novel. Kedua, kajian tentang tindak
tutur yang dilakukan oleh Panuntun, Haryanto, Kurniasari, dan Kristiantoro
terbatas pada iklan, novel, dan film. Dengan demikian, penelitian tentang modus
kalimat dan tindak tutur memotivasi dalam acara “Hitam Putih” trans7 ini layak
dilakukan.
1.6 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan dua teori tentang (a) modus kalimat dan (b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tindak tutur. Berikut adalah teori yang diacu dalam penelitian.
1.6.1 Modus Kalimat
Yang dimaksud dengan modus kalimat adalah golongan kalimat yang
oleh Ramlan (2005: 26), berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi,
digolongkan menjadi tiga, yakni kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.
1.6.1.1 Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang fungsinya untuk memberitahukan
sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa
perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya
perhatian (Ramlan, 2005: 27). Dengan kata lain kalimat berita digunakan oleh
penutur untuk menyampaikan informasi pada mitra tutur. Kalimat berita dapat
berbentuk sebagai berikut:
(4) Jalan itu sangat gelap. (5) Belajarlah mereka dengan tekun.
Adapun kalimat berita dapat dipahami dari pola intonasi yang
dimilikinya. Pola intonasi kalimat berita disebut pola intonasi berita. Bentuk atau
pola intonasi tersebut dapat diformulasikan menjadi [2] 3 // [2] 3 1#. Berikut ini
contohnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(6) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1# ˇ
Apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya
bervokal /ǝ/, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, dan kerja, maka akan
memiliki pola intonasi [2] 3 // [2] 3#. Contohnya:
ˇ
(7) Ja lan i tu su dah ge lap. 2 2 2 3 // 2 2 2 3#
ˇ
Jika kalimat berita yang susunan inversinya ialah P-nya di depan, diikuti
S maka akan memiliki pola intonasi [2] 3 2 // [2] 1 #. Contohnya:
ˇ (8) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 3 2 // 2 2 2 2 2 2 1# ˇ
1.6.1.2 Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu
(Ramlan, 2005: 28). KBBI menerjemahkan kalimat tanya sebagai ‘kalimat yang
mengandung pola intonasi dan makna pertanyaan’. Berikut contohnya.
(9) Ahmad pergi? (10) Anak-anak sudah bangun?
Sama halnya dengan kalimat berita, kalimat tanya dapat diketahui dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pola intonasinya. Ramlan (2005: 28) menjelaskan bahwa pola intonasi kalimat
tanya berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Bila pola intonasi kalimat
berita bernada akhir turun, maka pola intonasi tanya bernada akhir naik, di
samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada
suku terakhir pola intonasi berita (Ramlan, 2005: 28). Di bawah ini adalah pola
intonasi kalimat berita.
[2] 3 // [2] 3 2#
1.6.1.3 Kalimat Suruh
Ramlan (2005: 39) mengemukakan bahwa berdasarkan fungsinya dalam
hubungan situasi , kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan
dari orang yang diajak berbicara. Adapun pembagian kalimat suruh oleh Ramlan
menjadi empat, yaitu kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat
ajakan, dan kalimat larangan. Namun secara umum kalimat suruh memiliki pola
intonasi dasar [2] 3 #
ˇ
Kalimat suruh yang sebenarnya, selain menggunakan pola intonasi suruh,
juga apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal tetap,
hanya partikel -lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan
perintah (bdk Ramlan, 2005: 40).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kalimat persilahan ditandai dengan pola intonasi suruh dan penambahan
kata silahkan atau dipersilahkan yang diletakan di awal kalimat (Ramlan, 2005:
42). Berikut adalah contoh kalimatnya.
(11) Si lah kan Ba pak du duk di si ni ! 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1# ˇ
Kalimat ajakan merupakan kalimat suruh yang tidak hanya melibatkan
satu pihak untuk melakukan sesuatu, artinya penutur dan mitra tutur akan
bergerak bersama-sama untuk melakukan apa yang penutur inginkan.
Ramlan (2005: 42) menerangkan bahwa kalimat ajakan sama halnya
dengan kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya
dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa
tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh
orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau
penuturnya. Dengan kata lain tindakan itu dilakukan oleh kita.
Selain itu, kalimat ajakan ditandai dengan adanya kata- kata ajakan
seperti ayo dan mari. Partike -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut hingga
menjadi ayolah dan marilah. contoh kalimat ajakan adalah sebagai berikut.
(12) Ma ri ki ta be rang kat se ka rang ! 2 3// 2 2 2 2 2 2 2 1 #
ˇ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(13) Ma ri lah be la jar ke per pus ta ka an pu sat ! 2 3 2 // 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 # ˇ (14) A yo ki ta ber ma in se pak bo la ! 2 3// 2 2 2 2 2 2 2 2 1 #
ˇ (15) A yo lah du duk di de pan ! 2 3 2// 2 2 2 2 1 #
ˇ
Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat larangan ditandai
juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat (Ramlan, 2005: 43).
1.6.2 Jenis-Jenis Tindak Tutur
Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan
(Yule, 1996: 82) . Tindak tutur itu menghasilkan sebuah peristiwa tutur. Peristiwa
tutur ialah suatu kegiatan yang di dalamnya para peserta berinteraksi dengan
bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai sesuatu (Yule, 1996: 99).
Wijana membagi tindak tutur menjadi empat, yakni tindak tutur langsung,
tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Bila
tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan
tindak tutur literal dan tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur
berikut ini (Wijana, 1996: 33).
(a) Tindak tutur langsung literal (b) Tindak tutur tidak langsung literal (c) Tindak tutur langsung tidak literal (d) Tindak tutur tidak langsung tidak literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1.6.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (Wijana,
1996: 33). Dengan demikian, maksud bertanya akan disampaikan dengan kalimat
tanya, maksud memberitakan akan disampaikan dengan kalimat berita, dan
maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah atau suruh. Berikut
contohnya.
(16) Orang itu sangat pandai (17) Buka mulutmu! (18) Jam berapa sekarang?
Tuturan (16) s.d. (18) adalah tindak tutur langsung literal jika secara
berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan orang yang ditunjuk memang
sangat pandai, menyuruh lawan tutur membuka mulut, dan penutur menanyakan
pukul berapa saat itu. Dengan demikian, maksud memberitakan digunakan
kalimat berita (16) maksud menyuruh atau memerintah dengan kalimat perintah
atau suruh (17) dan maksud bertanya digunakan kalimat tanya (18).
1.6.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan
dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur.
Dalam tuturan ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau
kalimat tanya (Wijana, 1996: 34). Berikut adalah contohnya.
(19) Lantainya kotor (20) Di mana handuknya?
Tuturan (19) bila disampaikan oleh seorang ibu rumah tangga kepada
pembantunya maka tidak hanya mengandung informasi pada pembantu tetapi juga
memiliki maksud memerintah agar pembantu segera membersihkan lantai yang
kotor tersebut. Demikian pula tuturan (20) yang bila memiliki konteks seorang
suami yang bertanya perihal handuk pada istrinya. Tuturan (20) tidak lagi menjadi
sebuah pertanyaan, melainkan sebuah perintah untuk mengambilkan handuk,
sehingga maksud memerintah diungkapkan dengan bertanya dan makna kata-kata
yang menyusunnya sama dengan maksud yang dikandungnya.
1.6.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya
(Wijana 1996 : 35). Misalnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(21) Suaramu bagus, kok (22) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!
Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (21)
memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. Sementara itu dengan
kalimat (22) penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini
anaknya, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan
(Wijana, 1996: 35).
1.6.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan
maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 1996: 36). Untuk menyuruh seorang
pembantu agar membersihkan lantai yang kotor misalnya, dapat saja dengan nada
tertentu mengutarakan kalimat (23). Demikian pula untuk menyuruh seorang
tetangga mematikan atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat
mengutarakan kalimat berita dan kalimat tanya (24) dan (25) seperti berikut:
(23) Lantainya bersih sekali (24) Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran (25) Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar?
Dengan demikian, tindak tutur tidak langsung tidak literal ada tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tutur yang baik modus kalimat maupun maksud yang ingin disampaikannya tidak
sama.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) pengumpulan data,
(b) analisis data, dan (c) penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah modus dan tindak tutur dalam acara “Hitam
Putih” Trans 7. Objek tersebut berada dalam data berupa tuturan memotivasi. Data
dikumpulkan dengan metode simak, yaitu metode yang digunakan dengan
menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015: 203)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simak bebas libat cakap. Teknik ini dilakukan dengan cara si peneliti tidak
terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal-wicara; jadi, tidak ikut serta dalam
proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara (Sudaryanto, 2015: 204).
Teknik selanjutnya adalah teknik catat. Setelah menyimak acara “Hitam
Putih” dan mengabadikannya dalam bentuk foto, peneliti mencatat data yang baru
saja difoto tersebut. Sudaryanto (2015: 206) menjelaskan bahwa teknik catat
dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai
digunakan-diterapkan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menggunakan alat tulis tertentu. Dalam penelitian ini, pencatatan dilakukan
dengan mengetik tuturan-tuturan data dengan laptop sehingga membentuk kartu
data.
Proses pengumpulan data dapat diterangkan sebagai berikut. Peneliti
menyaksikan acara “Hitam Putih” yang tayang di stasiun televisi Trans7.
Kemudian, pada akhir acara peneliti mengambil gambar kalimat memotivasi yang
ditampilkan di layar dengan menggunakan handycam. Selanjutnya, peneliti
mencatat kalimat memotivasi yang telah diabadikan tersebut ke dalam laptop.
Pengumpulan data dilakukan pada Juli 2014 hingga September 2014, dan
bulan Februari 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menyimak dan menuliskan
obyek penelitian yang berupa kalimat memotivasi.
1.7.2 Metode Analisis Data
Tahap kedua adalah analisis data. Untuk menjawab masalah pertama,
digunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya berada
di salam bahasa itu sendiri (bdk Sudaryanto 2015: 18). Teknik yang akan
digunakan dalam menganalisis data adalah teknik baca markah. Teknik baca
markah adalah Teknik yang diterapkan dengan melihat pemarkah yang
menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas kostituen tertentu dan peranan
pemarkah (marker) itu (bdk. Sudaryanto, 2015: 129).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dalam penelitian ini, bila kalimat tanya akan menggunakan intonasi
tanya 2 3 // 2 3 2 #. Apabila kalimat perintah menggunakan intonasi perintah 2 3 #
atau jika diikuti partikel -lah pada P-nya maka akan memiliki bentuk 2 3 2 #.
Kemudian, kalimat berita akan memiliki intonasi 2 3 // 2 3 1 # atau jika P-nya
terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal /ǝ/, seperti keras,
cepat, kering, tepung dan bekerja 2 3 // 2 3 # (bdk. Ramlan, 2005: 27).
Berikut adalah contohnya.
(26) Jalan itu sangat gelap. (27) Belajarlah mereka dengan tekun.
Kalimat berita di atas diberikan intonasi kalimat berita sebagai bentuk
pembuktian seperti berikut.
(26a) Ja lan i tu sa ngat ge lap.
2 2 2 3 2 2 3 1# ˇ
(27a) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1#
ˇ
Pada pembuktian selanjutnya kalimat berita (deklaratif) misalnya, akan
dilihat pemarkah-pemarkah kalimat seperti adakah kata tanya seperti apa, siapa,
di mana, mengapa atau tidak. Adapun kata ajakan seperti mari, ayo, kata
persilahan silahkan dan dipersilahkan, serta kata larangan jangan (bdk. Ramlan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2005: 27).
Selain teknik baca markah, digunakan pula teknik perluas dalam
pembuktian dalam kalimat memotivasi. Sudaryanto (2015: 43) menjelaskan
teknik perluas dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang bersangkutan
ke kanan atau ke kiri, dan perluasan itu dengan menggunakan “unsur” tertentu.
Sebagai contoh, untuk memperhalus kalimat perintah (28) maka digunakan teknik
perluas. Kalimat (28) diberi partikel -lah pada kata suruhnya untuk memperhalus
perintah seperti pada (28a) di bawah ini.
(28) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada,
gunakan sebaik-baiknya. (28a) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya, selama itu ada,
gunakanlah sebaik-baiknya.
Untuk menjawab masalah kedua, metode agih dengan teknik lanjutan
baca markah dan parafrasal. Teknik ubah ujud parafrasal adalah teknik yang
mengganti tuturan semula (yang ada pada data) menjadi tuturan yang biasa
digunakan oleh penutur (bdk Sudaryanto, 2015: 14). Penerapan teknik pada uraian
di atas dapat disimak pada contoh berikut.
(29) Pelangi itu indah karena memiliki banyak warna
Contoh (29) menggunakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tersebut dapat dibuktikan dengan uraian sebagai berikut. Pertama, tindak tutur
memotivasi pada dasarnya adalah tindakkan untuk membuat orang melakukan
sesuatu, sehingga tuturan memotivasi pada dasarnya adalah perintah atau suruhan.
Pada contoh tuturan (29) modus kalimat yang digunakan adalah kalimat berita
sebagai ganti kalimat suruh. Dengan demikian, tuturan (29) dapat digolongkan
dalam tindak tutur tidak langsung.
Kedua, ketidakliteralan tuturan (29) dapat dikenali dari kata-kata yang
menyusunnya. Tuturan (29) memotivasi penonton dengan menggunakan metafora
pelangi sebagai ganti manusia, atau penontonnya. Dengan demikian tuturan (29)
tidak mengutarakan maksud yang sebenarnya. Bila tuturan (29) diubah menjadi
bentuk yang dimaksud, maka akan berbunyi demikian.
(29a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu!
1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah data dianalisis langkah berikutnya adalah tahap penyajian hasil
analisis data. Hasil analisis data akan disajikan secara informal dan formal.
Metode penyajian informal adalah perumusan degan kata-kata biasa-walaupun
dengan terminologi yang teknis sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah
perumusan dengan tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian secara
formal dilakukan dengan memberikan intonasi dan lambang pada kalimat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
diteliti. Adapun penyajian informal yang diterapkan dengan penggunaan bahasa
sehari-hari pada data yang telah terkumpul.
1.8 Sistematika Penyajian
Penyajian hasil penelitian ini dituangkan dalam empat bab. Bab I berisi
pendahuluan. Pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,
dan sistematika penyajian. Latar belakang akan berisi tentang alasan peneliti
memilih judul dan bahan yang diteliti. Rumusan masalah akan berisi rumusan
permasalahan yang akan dibahas. Tujuan penelitian akan menerangkan tentang
arah yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian akan berisi
manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian. Tinjauan pustaka
mengulas dan melihat sekilas penelitian lain yang menggunakan obyek yang sama
atau metode dan teknik yang sama. Landasan teori berisi teori apa saja yang
akan digunakan oleh peneliti. Metode penelitian berisi metode yang akan
digunakan peneliti dalam penelitiannya. Sistematika penyajian akan menerangkan
struktur yang akan digunakan dalam menyajikan data.
Bab II menyajikan pembahasan rumusan masalah modus kalimat untuk
memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi trans7. Bab III membahas
rumusan masalah jenis-jenis tindak tutur dalam tuturan untuk memotivasi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans7. Berikutnya, Bab IV adalah penutup
yang berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB II
MODUS KALIMAT UNTUK MEMOTIVASI
PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7
2.1 Pengantar
Dari acara “Hitam-Putih” yang tayang di stasiun televisi Trans7 pada hari
Senin hingga Jumat selama bulan Juli s.d. September 2014 dan bulan Februari
2015, terkumpul 39 tuturan memotivasi. Dalam bab ini dibahas modus kalimat
untuk memotivasi .
Modus kalimat dalam tuturan memotivasi pada acara Hitam-Putih di Trans7
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat suruh
(imperatife), dan kalimat tanya (interogatif). Berikut ini paparan tentang
penggunaan tiga modus tersebut.
2.2 Kalimat Berita (Deklaratif)
Dalam tuturan memotivasi pada acara Hitam-Putih di Trans7 selama bulan
Juli 2014 s.d. September 2014 dan Februari 2015 dijumpai 31 kalimat. Kalimat
deklaratif adalah kalimat yang berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada
orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian (Ramlan,
2005: 27). Beberapa contoh diantaranya dapat dilihat dalam contoh (30) dan (34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
di bawah ini.
(30) Hanya ada dua kesalahan ketika orang mencoba sesuatu, tidak
dilanjutkan atau tidak dimulai. (Kamis, 24 Juli 2014) (31) Pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna. (Rabu, 30 Juli 2014) (32) Pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir. (Kamis, 31
Juli 2014) (33) Kreativitas itu tidak ada batasnya, walaupun kita dalam keterbatasan.
(Kamis, 14 Agustus 2014) (34) Orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan, itu menyebalkan.
(Senin, 8 September 2014)
Contoh (30) s.d (34) bermodus deklaratif atau berita karena memenuhi
ciri-ciri sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramlan. Pertama, ketika diucapkan, pola
intonasi yang digunakan adalah [2] 3// [2] 3 1 # ; [2] 3 // [2] 3 # ( Ramlan, 2005:
27)
(30a) Ha nya a da du a ke sa la han ke ti ka o rang men co ba se sua tu,
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 // 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 // ti dak di lan jut kan a tau ti dak di mu lai. 2 2 2 2 2 3 // 2 2 3 2 2 3 1#
ˇ (31a) Pe la ngi i tu in dah, ka re na me mi li ki ba nyak war na.
2 2 2 22 2 3 // 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1# ˇ
(32a) Pa kai an ter tu tup a da lah lam bang ke ma ju an da lam ber pi kir. 2 2 2 2 2 3 // 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 # ˇ (33a) Krea ti vi tas i tu ti dak a da ba tas nya, wa lau pun ki ta da lam
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 // 2 2 2 2 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ke ter ba ta san. 2 2 2 3 1#
ˇ (34a) O rang yang ha nya bi ca ra sa ja ta pi ti dak me la ku kan,
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 //
i tu me nye bal kan. 2 2 2 2 3 1#
ˇ
Kedua, pada kalimat bermodus deklaratif tidak ada kata-kata tanya seperti
apa, siapa, di mana, mengapa atau kata kata ajakan seperti, mari, ayo, kata
persilahan silahkan dan dipersilahkan, serta kata larangan jangan (Ramlan, 2005:
27). Ciri tersebut sudah terlihat secara jelas pada contoh (30) s.d (34).
2.3 Kalimat Suruh (Imperatif)
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan
tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara (Ramlan, 2005:
39). Beberapa contoh modus kalimat imperatif dalam tuturan memotivasi acara
Hitam-Putih Trans7 adalah sebagai berikut.
(35) Nikmati, Batasi, Imbangi ! (Jumat, 18 Juli 2014) (36) Kembalikan Indonesia cinta damai ! (Selasa, 8 Juli 2014) (37) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada,
gunakan sebaik-baiknya ! (Jumat, 15 Agustus 2014) (38) Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika
anak sudah bisa mulai mencontoh anda ! (Rabu, 23 Juli 2014) (39) Jangan mengutuk kekurangan kita, tapi cari kelebihan kita ! (Jumat, 25
Juli 2015) (40) Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran ! (Selasa, 1 Juli 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Bukti bahwa contoh (35) s.d (40) bermodus imperatif adalah sebagai berikut.
Pertama, intonasi yang digunakan ialah : [2] 3# atau [2] 3 2# jika diikuti partikel
lah pada P-nya (Ramlan, 2005: 39).
(35a) Nik ma ti, Ba ta si, Im ba ngi ! 2 2 3 // 2 2 3 // 2 2 1#
ˇ (36a) Kem ba li kan In do ne sia cin ta da mai !
2 2 2 2 2 2 2 3 // 2 2 2 1# ˇ
(37a) Ke de ka tan i tu ti dak a kan ber lang sung se la ma nya. 2 2 2 2 2 3 / 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 //
Se la ma i tu ada, gu na kan se ba ik - ba ik nya ! 2 2 2 2 2 2 3 // 2 2 2 2 2 2 2 3 1#
ˇ (38a) Ja ngan ta kut ke ti ka a nak ti dak men de ngar kan an da,
2 2 3 2 / 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 //
ta pi ta kut lah ke ti ka a nak 2 2 2 3 2// 2 2 2 2 2
Su dah bi sa mu lai men con toh an da !
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 # ˇ
(39a) ja ngan me ngu tuk ke ku ra ngan ki ta, ta pi ca ri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 // 2 2 2 2
ke le bi han ki ta ! 2 2 2 2 2 1#
ˇ (40a) Ti dak u sah ta kut un tuk me la ku kan ke be na ran !
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3# ˇ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Kedua, apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal itu
tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk untuk
menghaluskan perintah (Ramlan, 2005: 40). Dari data (35) s.d (40) untuk
memperhalus perintah dapat ditambahkan partikel lah seperti di bawah ini.
(35b) Nikmatilah, Batasilah, Imbangilah ! (36b) Kembalikanlah Indonesia cinta damai ! (37b) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada,
gunakanlah sebaik-baiknya ! (38b) Janganlah takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah
ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda ! (39b) Janganlah mengutuk kekurangan kita, tapi cari kelebihan kita ! (40b) Tidak usah lah takut untuk melakukan kebenaran !
Ketiga, tidak adanya pemarkah meN- pada kata verbal intransitif, kecuali
apabila dipakai secara absolut, artinya kata verbal transitif itu tidak diikuti oleh
obyek (bdk Ramlan, 2005: 41).
Keempat, untuk memperhalus suruhan, di samping penambahan partikel lah,
kata tolong dapat dipakai di muka kata kerja yang benefaktif (Ramlan, 2005: 42).
Di bawah ini adalah kalimat (36), (37) dan (40) yang diperhalus dengan
menggunakan kata tolong.
(36c) Tolong kembalikan Indonesia cinta damai ! (37c) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada,
tolong gunakan sebaik-baiknya ! (40c) Tolong tidak usah takut untuk melakukan kebenaran !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.4 Kalimat Tanya (Interogatif)
Kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu (Ramlan,
2005: 28). Berikut adalah beberapa contoh tuturan memotivasi dengan modus
interogatif dalam tuturan memotivasi Hitam-Putih Tran7.
(41) Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita?
(Kamis, 3 Juli 2014) (42) Roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki
teman untuk mendorong roda ke atas? (Selasa, 23 September 2014)
Pembuktian (41) dan (42) bermodus tanya adalah sebagai berikut. Pertama,
pola intonasinya ialah [2] 3 // [2] 3 2# dan pola intonasi tanya tersebut
digambarkan dengan tanda tanya (Ramlan, 2005: 28).
(41a) Mam pu kah ki ta ber syu kur ke ti ka se mu a
2 2 2 2 2 2 2 3 // 2 2 2 2 2 2 ke a da an ti dak ber pi hak pa da ki ta? 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2#
(42a) Ro da i tu ber pu tar, sa at ro da se dang di ba wah, 2 2 2 3 // 2 3 1 // 2 2 2 2 2 2 2 2 3 //
ma sih kah ki ta me mi li ki te man un tuk men do rong
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
ro da ke a tas? 2 2 2 3 2#
Kedua, kah dapat ditambahkan pada bagian kalimat yang ditanyakan (Ramlan,
2005: 29). Ketiga, ada kecenderungan untuk meletakkan bagian kalimat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
ditanyakan itu di awal kalimat (Ramlan, 2005: 29).
Seperti yang telah diutarakan oleh Ramlan dalam teorinya, partikel kah dapat
ditambahkan pada bagian kelimat yang ditanyakan. Kalimat (41) dan (42)
mempertanyaka kemampuan atau kesanggupan (41) dan keberadaan atau
kehadiran sahabat. Kalimat (41) pun menunjukkan bahwa yang ditanyakan berada
diawal kalimat kalimat. Kalimat (42) menempatkan kalimat tanya di awal induk
kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN UNTUK
MEMOTIVASI
PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7
3.1 Pengantar
Wijana (1996: 33) menjelaskan bila tindak tutur langsung dan tidak
langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak
tutur tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur: (a) tindak tutur
langsung literal; (b) tindak tutur tidak langsung literal; (c) tindak tutur langsung
tidak literal; dan (d) tindak tutur tidak langsung tidak literal.
Maksud memotivasi pada acara “Hitam Putih” di Trans7 dapat
diwujudkan lewat tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur (a) langsung literal, (b)
tidak langsung literal, (c) langsung tidak literal, dan (d) tidak langsung tidak literal.
Di bawah ini adalah contoh-contoh dan penjelasannya.
3.2 Tindak Tutur Langsung Literal
Maksud memotivasi pada acara “Hitam Putih” Trans 7 yang dapat
dimasukkan dalam jenis tindak tutur langsung literal adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(43) Kembalikan Indonesia cinta damai! (Selasa, 8 Juli 2014) (44) Nikmati, Batasi, Imbangi! (Jumat, 18 Juli 2014) (45) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada,
gunakan sebaik-baiknya! (Jumat, 15 Agustus 2014) (46) Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika
anak sudah bisa mulai mencontoh anda! (Rabu, 23 Juli 2014) (47) Jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan kita! (Jumat, 25
Juli 2014) (48) Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran! (Selasa, 1 Juli 2014)
Tuturan (43), Kembalikan Indonesia cinta damai! ,dituturkan oleh Deddy
Corbuzier, yang mewakili acara “Hitam Putih”, kepada penonton dengan konteks
pada saat gejolak politik Pilpres 2014 sedang memanas. Hal ini terjadi karena
untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia calon presiden yang akan dipilih
hanya ada dua. Hal ini menimbulkan gejolak yang luar biasa di dalam masyarakat.
Masyarakat Indonesia kala itu, dapat dikatakan, pecah menjadi dua dan tidak
sedikit yang menjadi fanatik. Tidak hanya dalam sekala besar, perpecahan ini
terjadi juga dalam hidup rumah tangga antara anak dan orang tua.
Pada tuturan (43) terdapat kata kembalikan yang berasal dari kata dasar
kembali dan memperoleh sufiks -kan. Dalam KBBI kata kembali berarti ‘balik ke
tempat atau ke keadaan semula’. Lalu kata kembali mendapat sufiks -kan menjadi
kembalikan yang kemudian dapat diartikan sebagai ‘permintaan atau permohonan
untuk mengembalikan’. Dengan demikian, kata kembalikan pada tuturan (43)
memiliki maksud menyuruh. Tuturan menyuruh ini berupa permintaan untuk
mengembalikan indonesia kepada cinta damai. Maka, terbukti bahwa tuturan (43)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
adalah tindak tutur langsung.
Keliteralan tuturan (43) dapat kita simak dari konteksnya, yakni
dituturkan pada saat gejolak Pilpres sedang berlangsung. Keadaan menjadi gaduh
dan tidak tenang. Gejolak ini juga membuat kehidupan rakyat Indonesia menjadi
tidak damai. Dari konteks tersebut maka tuturan (43) dikemukakan dengan
menggunakan maksud sebenarnya akan keinginan, permohonan, permintaan dan
suruhan agar Indonesia kembali dalam situasi yang mencintai damai. Dengan
demikian terbukti bahwa tuturan (43) adalah literal.
Tuturan (44) yang berbunyi Nikmati, Batasi, Imbangi! termasuk dalam
tindak tutur langsung literal karena alasan berikut. Pertama, tuturan disampaikan
oleh Deddy Corbuzier selaku host dan yang memimpin acara “Hitam Putih”,
kemudian letak kelangsungan pada tuturan tersebut terletak pada kata Nikmat,
Batas, dan Imbang yang mendapat sufiks -i yang kemudian mengubah makna kata
menjadi kalimat perintah atau suruh.
Nikmat dalam KBBI diartikan sebagai ‘enak; lezat’. Selain itu kata batas
KBBI mengartikannya sebagai ‘garis (sisi) yang menjadi perhinggaan suatu
bidang (ruang; daerah, dsb)’. Adapun imbang yang oleh KBBI diartikan sebagai
‘setimbang; sebanding; sama (berat, derajat, ukuran dsb)’. Kata-kata tersebut
kemudian mendapat sufiks -i yang mengubah arti dasarnya menjadi sebuah
perintah. Nikmat menjadi Nikmati yang berarti ‘mengenakkan’. Batas menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
batasi yang berarti ‘memberi garis yang menjadi perhinggan’. Adapun kata
imbang yang menjadi imbangi yang berarti ‘membuat menjadi setimbang atau
sama’.
Bila dikaitkan dengan kontek “Hitam Putih” yang mengangkat tema pola
hidup sehat, maka dapat disimpulkan bahwa tuturan memotivasi (44) merupakan
tindak tutur langsung. Tuturan (44) menyuruh penontonnya secara langsung untuk
‘mengenakkan’ hidupnya; ‘memberi batas’ pada hidupnya; dan
‘menyeimbangkan’ pola hidupnya, agar lebih sehat.
Letak keliteralan tuturan (44) adalah keselarasan antara konteks yang ada
pada acara dengan tuturan yang disampaikan. Tuturan memotivasi yang diberikan
kepada penonton agar mau menikmati, membatasi, dan mengimbangi pola
hidupnya memiliki keterikatan dengan konteks yang mengangkat tema pola hidup
sehat. Pola hidup sehat yang diangkat adalah mau menikmati kehidupan yang
diberikan, membatasi pola makan yang berlebih dan mengimbangi aktivitas yang
padat dengan olah raga dan mengonsumsi makanan bernutrisi. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tuturan (44) adalah literal.
Tuturan (45), Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama
itu ada, gunakan sebaik-baiknya!, dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada
penonton pada saat mengundang aktris dan anak mereka yang masih kecil untuk
melihat kedekatan antara orang tua dan anaknya. Pada episode ini, “Hitam Putih”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mengangkat tema ‘Modern Mom’ dan menghadirkan aktris, Astrid Tiar dan Vega
beserta anak mereka yang bernama Annabel dan Razqa.
Letak kelangsungan tuturan (45) adalah modusnya yang imperatif.
Modus imperatif ini dapat kita amati dari tuturannya yang menggunakan kata
gunakan. Kata gunakan berasal dari kata dasar guna dan mendapatkan sufiks -kan.
Kata guna dalam KBBI berarti ‘1. faedah; manfaat dan 2. Fungsi’. Kata ini
kemudian mendapat sufiks -kan sehingga dapat diartikan sebagai ‘memanfaatkan
atau memfungsikan’. Dalam peletakkannya pada tuturan (45) di atas maka kata
gunakan berarti suruhan untuk memfungsikan atau memanfaatkan. Dengan
demikian tuturan di atas adalah tindak tutur langsung, karena menggunakan
kalimat imperatif sebagai modusnya.
Keliteralan tuturan (45) terdapat pada keterikatan antara konteks dan tuturan
memotivasi yang disampaikan. Maksud untuk menggunakan kedekatan yang tidak
berlangsung selamanya pada tuturan (45) memiliki kesamaan dengan konteksnya.
Dengan demikian tuturan (45) adalah literal.
Tuturan (46) berbunyi, Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan
anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda!, termasuk
dalam tindak tutur langsung literal. Letak kelangsungan tuturan (46) dapat
dipahami dari frasa jangan takut dan takutlah.
Kalimat larangan ditandai juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(Ramlan, 2005: 43). Dengan demikian frasa jangan takut memiliki arti ‘larangan
untuk takut’. Adapun kata takut yang mendapat sufiks -lah menjadi takutlah yang
membuat arti ajakan untuk ‘menjadi takut’. Dengan demikian tuturan ini
menggunakan modus kalimat suruh yang sekaligus berarti tuturan (46) adalah
langsung.
Tema “Hitam Putih” pada saat tuturan disampaikan adalah anak dan
orang tua. Bagaimana anak tumbuh dan berkembang dan apa yang orang tua
lakukan untuk mendukung anaknya dalam bertumbuh. Dengan konteks tersebut,
larangan agar tidak takut pada anak yang tidak mendengarkan dan lebih takut
pada anak yang suka meniru orang tuanya, membuktikan bahwa tuturan (46)
adalah literal.
Tuturan (47), jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan
kita!, digolongkan dalam tindak tutur langsung literal dengan penjelasan sebagai
berikut. Pertama, letak kelangsungan tuturan (47) adalah penggunaan modus
kalimat suruh sebagai tuturan memotivasinya. Kalimat suruh yang digunakan
adalah larangan yang ditandai dengan kata jangan. Serta penggunaan kata ajakan
carilah pada induk kalimat.
Kedua, keliteralan tuturan (47) dapat dibuktikan dari keterkaitannya
dengan tema acara “Hitam Putih” yang mengangkat tentang “talenta dalam
kekurangan”. Tuturan (47) mengajak untuk memfokuskan pada talenta atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kelebihan. Dengan demikian terbukti bahwa tuturan (47) adalah literal.
Tuturan (48), Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran!,
dikemukakan oleh anggota polisi wanita dari Kepolisian Republik Indonesia yang
diundang dalam acara “Hitam Putih” dalam rangka hari ulang tahun ke-68 Polri.
Tuturan ini menjadi langsung karena menggunakan modus kalimat perintah yang
ditandai dengan frasa tidak usah.
Dalam KBBI, kata tidak adalah ‘partikel untuk menyatakan pengingkaran,
penolakan, penyangkalan, dsb’. Kemudian pada kata usah, KBBI mengartikannya
sebagai ‘perlu’. oleh karena itu frasa tidak usah dapat diterjemahkan sebagai tidak
perlu atau dapat bersinonim dengan kata larangan jangan. Dengan demikian
tuturan (48) bermodus imperatif dan dituturkan secara langsung.
Keliteralan tuturan (48) dapat kita amati dari konteksnya. Tuturan (48)
disampaikan oleh anggota Kepolisian Republik Indonesia dalam rangka ulang
tahun Polri ke-68 dengan maksud untuk menghimbau masyarakat untuk tidak
takut melakukan kebenaran.
KBBI menjelaskan Polisi sebagai ‘badan pemerintah yang bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar
undang-undang dsb)’. Tugas dan wewenang Kepolisian juga tertuang dalam
undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002, bab 3 pasal 13, a,b dan c.
Tugas dan wewenang tersebut adalah (a) memelihara keamanan dan ketertiban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
masyarakat, (b) menegakkan hukum, dan (c) memelihara perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Jika dilihat dari konteks siapa penutur, apa tugas penutur, dan dalam
rangka apa tuturan disampaikan, maka tuturan (48) disampaikan dengan maksud
yang sebenarnya. Dengan demikian tuturan (48) adalah literal.
3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang modus
kalimat tuturannya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan, sementara
makna kalimatnya tidak sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan. Berikut
adalah tindak tutur langsung tidak literal yang terdapat pada “Hitam Putih”.
(49) Orang sering menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan, kita juga harus mendengar suara anak, karena terkadang Tuhan membisikkan lewat suara anak. (Kamis, 26 Februari 2015)
Tuturan (49) dituturkan oleh Kak Seto kepada penonton pada saat diundang ke
acara “Hitam Putih” sebagai seorang pendongeng 90-an sekaligus sebagai Ketua
Komisi Perlindungan Anak pada tahun 2014. “Hitam Putih” menghadirkan Kak
Seto bersama boneka ventriloquist-nya yang bernama Si Komo. Juga hadir Ria
Enes dan boneka ventriloquist-nya yang bernama Susan. Mereka dihadirkan untuk
mengenang masa ketika dunia anak diperhatikan dan diisi atau dihibur dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dongeng yang mendidik.
Dari konteks di atas dapat kita teliti tentang kelangsungan dan keliteralan
tuturan sebagai berikut. Tuturan (49) adalah langsung karena menggunakan
modus kalimat imperatif. Modus imperatif dapat dilihat dari kata harus yang
terdapat dalam tuturan memotivasinya. Kata harus dalam KBBI diartikan sebagai
‘patut; wajib; mesti (tidak boleh tidak)’. Bila dikaitkan dengan konteks bahwa
yang menyampaikannya adalah orang yang memiliki otoritas akan perlindungan
anak, maka kata harus dalam tuturan (49) adalah bermaksud memerintah untuk
mewajibkan orang mendengarkan suara anak. Dengan demikian terbukti bahwa
tuturan (49) adalah tindak tutur langsung.
Letak ketidakliteralan tuturan (49) adalah penggunaan frasa suara anak,
suara rakyat dan suara Tuhan dalam tuturannya. Suara dalam KBBI berarti
‘bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia(seperti pada waktu bercakap-cakap,
menyanyi, tertawa, dan menangis)’. Anak dalam KBBI memiliki arti ‘generasi
kedua atau keturunan pertama’. Adapun rakyat yang diartikan oleh KBBI sebagai
‘penduduk suatu negara’. Namun sesungguhnya dalam tuturan (49) suara yang
dimaksud adalah ‘pendapat’. Dengan demikian makna tuturan (49) tidak sesuai
dengan maksudnya. Terbukti bahwa tuturan (49) termasuk dalam tindak tutur
tidak literal.
Tuturan (49) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
sebagai berikut.
(49a) Dengarlah pendapat anak(-anak)!
3.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Jenis tindak tutur tidak langsung literal dalam kalimat memotivasi pada acara
“Hitam Putih” di trans7 dapat ditemukan pada episode di bawah ini.
(50) Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? (Selasa, 3 juli 2014)
(51) Roda dunia selalu berputar, jika anda tertinggal, maka anda tidak akan sukses. (Jumat, 11 Juli 2014)
(52) Kalau anda tidak butuh alasan untuk meminta, maka anda tidak butuh alasan untuk memberi. (Rabu, 16 Juli 2014)
(53) 3. Persatuan Indonesia. (Selasa, 22 juli 2014) (54) Kuncinya sederhana, nikmati, batasi, imbangi. (Selasa, 5 Agustus 2014) (55) Kreativitas itu tidak ada batasnya, walaupun kita dalam keterbatasan.
(Kamis, 14 Agustus 2014) (56) Bisa atau tidak bisa, Anda benar. (Senin, 25 Agustus 2014) (57) Salah satu kunci kesuksesan adalah ketika anda tulus menjalani. (Selasa,
16 September 2014) (58) Kita tidak pernah tahu cinta itu apa, tapi mungkin kita bisa merasakan.
(Jumat, 13 Februari 2015) (59) Apa yang muncul secara tiba-tiba belum tentu bisa bertahan lama.
(Jumat, 20 Februari 2015) (60) Pengalaman hidup lebih berharga dari semua kata mutiara yang ada.
(Rabu, 25 Februari 2015) (61) Profesionalitas itu pasti membutuhkan sebuah pengorbanan. (Jumat, 27
Februari 2015)
Tindak tutur (50), Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak
berpihak pada kita?, dapat dibuktikan sebagai tindak tutur tidak langsung literal
sebagai berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan (50) terletak pada modus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kalimatnya yang tidak menggunakan modus kalimat imperatif atau suruh. Tuturan
memotivasi pada dasarnya memiliki maksud untuk menyuruh orang yang
diberikan motivasi. Namun pada tuturan (50) modus yang digunakan dalam
menyampaikan motivasi adalah modus kalimat interogatif.
Pada tuturan (50) terdapat kata tanya mampukah. Kata tanya mampukah
berasal dari kata dasar mampu yang kemudian mendapat sufiks -kah. KBBI
mengartikan kata mampu dengan ‘kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu;
dapat’ sehingga jika kata tersebut mendapatkan sufiks -kah kata tersebut menjadi
kata tanya yang mempertanyakan tentang kesanggupan. Dalam konteksnya,
tuturan (50) mempertanyakan kesanggupan penonton untuk bersyukur disetiap
keadaan yang dihadapi.
Secara tidak langsung tuturan (50) ingin menyuruh penonton agar bersyukur
disetiap keadaan yang dihadapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
tindak tutur (50) merupakan tindak tutur tidak langsung yang berarti tuturan
dimaksudkan untuk memerintah namun dalam penerapannya menggunakan
modus kalimat interogatif.
Letak keliteralan tuturan (50) terdapat pada pertanyaan yang diajukan untuk
memotivasi penontonnya. Pertanyaan yang diajukan untuk memotivasi adalah
pertanyaan yang berkaitan dengan rasa syukur. Rasa syukur ini berkaitan dengan
konteks yang ada pada episode “Hitam Putih” saat itu. Kontek itu yakni rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
syukur dan ketabahan Umi Pipik yang menerima musibah dan cobaan secara
berturut-turut. Dengan adanya keterkaitan tersebut maka terbukti bahwa tindak
tutur pada tuturan (50) adalah literal.
Tuturan (50) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk
sebagai berikut.
(50a) Bersyukurlah bahkan ketika keadaan tidak berpihak kepada kita !
Tuturan (51) yang berbunyi, Roda dunia selalu berputar, jika anda
tertinggal, maka anda tidak akan sukses, dapat digolongkan sebagai tindak tutur
tidak langsung literal. Ketidaklangsungan ini dapat dibuktikan dengan modus
kalimat yang digunakan tuturan (51). Pada tuturan (51) modus yang digunakan
untuk memotivasi adalah modus kalimat deklaratif atau berita.
Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu, namun pada
tuturan (51) kalimat deklaratif tersebut digunakan untuk memotivasi. Modus
kalimat deklaratif tidak menggunakan kata suruh larangan jangan, atau kata suruh
ajakan ayo dan atau kalimat suruh persilahan silahkan.
Sejatinya tuturan memotivasi adalah tuturan yang menyuruh orang
bergerak dan melakukan sesuatu. Dengan demikian tuturan yang digunakan dalam
memotivasi adalah tuturan dengan modus kalimat imperatif atau suruh. Dari
penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan (51) adalah
tindak tutur tidak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Letak keliteralan tuturan (51) adalah keterkaitan antara topik yang
diangkat saat itu dengan tuturan yang dihasilkan dalam memotivasi penonton.
Topik yang diangkat pada episode tersebut adalah sukses diusia muda.
Andrew Darwis diundang “Hitam Putih” untuk membagikan
pengalamannya yang berhasil mendirikan dan mengembangkan KASKUS. Andrew
Darwis adalah pendiri KASKUS, sebuah forum diskusi online terbesar di
Indonesia. Dia berhasil sukses diusia muda dan berhasil membuat KASKUS
menjadi forum diskusi online terbesar dan terpopuler di Indonesia.
Dari konteks diatas tentang kesuksesan dan dengan tuturan (51) yang
memperingatkan agar tidak tertinggal agar sukses, maka tuturan (51) adalah
tindak tutur literal.
Jika tuturan (51) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki
bentuk sebagai berikut.
(51a) Roda dunia selalu berputar, jika anda ingin sukses jangan pernah tertinggal !
Tuturan (52), Kalau anda tidak butuh alasan untuk meminta, maka anda
tidak butuh alasan untuk memberi, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung
literal. Pembuktian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, tuturan (52)
tidak menggunakan modus kalimat perintah atau suruh. Tuturan (52)
menggunakan modus kalimat berita (deklaratif) untuk menyampaikan maksud
memotivasinya. KBBI menjelaskan kata kalau sebagai ‘kata penghubung untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menandai syarat’; dan maka sebagai ‘kata penghubung untuk menyatakan
hubungan akibat, implikasi’. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
tuturan (52) adalah kalimat sebab-akibat. Tuturan memotivasi (52) hanya
memberikan alasan tetapi tidak menggunakan tindak tutur secara langsung.
Keliteralan tuturan (52) dapat diamati dari makna kata-kata yang
menyusunnya. Tuturan (52) memiliki maksud untuk menyuruh penontonnya
untuk mau memberi dengan alasan tidak ada alasan pula ketika mereka
menginginkan sesuatu dan meminta. Dengan demikian terbukti bahwa tuturan (52)
adalah literal.
Bila tuturan (52) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki
bentuk sebagai berikut.
(52a) Memberilah, sebab anda tidak butuh alasan ketika meminta!
Tuturan (53), tiga, Persatuan Indonesia, termasuk dalam tidak tutur tidak
langsung literal. Ketidaklangsungan ini dapat dibuktikan dari bentuk tuturannya
yang bermodus berita (deklaratif). Hal ini dapat diamati bahwa tidak ada kata
perintah ayo, silahkan atau kata larangan jangan; juga tidak ada kata tanya seperti
apa, siapa, dimana dst. Tuturan (53) hanya mengulangi bunyi sila ketiga, yakni
persatuan Indonesia.
Keliteralan tuturan (53) dapat dijelaskan sebagai berikut. Tuturan (53)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
memiliki konteks “Hitam Putih” menanggapi Pemilu 2014 yang masih hangat,
saat masyarakat terpecah dalam dua kubu. Kubu Capres Jokowi dan kubu Capres
Prabowo. Dengan melihat konteks tersebut dan melihat tentang bunyi sila yang
ketiga, maka tuturan (53) yang berbunyi tiga, Persatuan Indonesia adalah literal.
Tuturan (53) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk
sebagai berikut.
(53a) Bersatulah sebab sila ke 3 berbunyi ‘Persatuan Indonesia’!
Tuturan (54), kuncinya sederhana, nikmati, batasi, imbangi, adalah
tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam
penyampaian tuturan memotivasinya.
Keliteralan tuturan (54) dapat dibuktikan dengan melihat konteks yang
ada. Pada episode ini, “Hitam Putih” mengundang dua bintang tamu, Bams dan
Andien. Mereka memperkenal kenalkan ‘gym listrik’. Selain Bams dan Andien,
“Hitam Putih” juga mendatangkan bintang tamu lain yang memperkenalkan olah
raga Acro Yoga yang sedang booming saat itu. Bintang tamu ini diundang agar
menarik minat masyarakat agar menjalani pola hidup sehat.
Melihat konteks di atas, kaitan dengan tindak tuturnya akan memiliki maksud
yang jelas. Jika ditelaah satu persatu, kata kunci dalam KBBI berarti ‘kedudukan
(tempat) yang sangat penting untuk menguasai sesuatu atau untuk mengenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pengaruh’. Nikmati berasal dari kata nikmat yang berarti ‘enak; lezat’. Kemudian
kata dasar tersebut mendapatkan awalan me- dan akhiran -i menjadi menikmati.
Dalam penerapannya terjadi pelesapan imbuhan me- sehingga berubah menjadi
Nikmati, demikian pula halnya dengan batasi dan imbangi. Batasi berasal dari
kata membatasi dan imbangi dari kata mengimbagi.
Dari uraian di atas jelas bahwa tuturan (54) menyampaikan makna yang
sebenarnya. Maka terbukti bahwa tuturan (54) adalah literal. Bila tuturan (54) bila
diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk sebagai berikut.
(54a) Nikmati, batasi, imbangi!
Tuturan (55) berbunyi, kreativitas itu tidak ada batasnya, walaupun kita
dalam keterbatasan, dan termasuk tindak tutur tidak langsung literal.
Ketidaklangsungan tuturan (55) terletak pada penggunaan modus kalimatnya.
Tuturan (55) menggunakan modus kalimat berita (deklaratif) untuk
menyampaikan tuturan memotivasinya. Ini dapat dilihat dari bentuk kalimatnya
yang tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, juga
kata kata ajakan seperti mari, dan ayo, atau kata larangan jangan.
Kelangsungan tuturan (55) dapat diperhatikan dari konteks dan kata-kata
yang menyusunnya. Tuturan (55) disampaikan oleh Sindi Yanti, gadis berjilbab
yang mampu berpenampilan layaknya karakter-karakter wanita disney. Terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Sindi mampu berpenampilan mirip dengan Elsa “Frozen” walau masih dalam
balutan hijab. Sindi Yanti berusaha untuk berkreasi dengan penampilannya,
walaupun ia memiliki keterbatasan harus tetap mengenakan jilbab.
Dari konteks tersebut, maka tuturan (55) yang berisi perihal kereativitas
tanpa batas walau dalam keterbatan, menyampaikan maksud yang sebenarnya.
Dengan demikian tuturan (55) adalah literal. bila diubah menurut maksudnya
maka tuturan (55) akan memiliki bentuk sebagai berikut.
(55a) Tetaplah kreative walau kamu dalam keterbatasan!
Tuturan (56) yang berisi, Bisa atau tidak bisa, Anda benar, termasuk dalam
tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam
penyampaian tuturan memotivasinya.
Keliteralan tuturan (56) dapat dibuktikan dengan melihat konteksnya.
Konteks tuturan (56) adalah tentang kesanggupan seorang pemuda tuna daksa
bernama Hikmat. Hikmat dalam kesehariannya mampu melakukan hal-hal layak
nya manusia normal. Hikmat juga seorang mahasiswa berusia 21 tahun pada saat
diundang oleh “Hitam Putih” pada hari senin, 25 Agustus 2014. Ia diundang ke
dalam acara “Hitam Putih” karena keberhasilannya mengatasi keterbatasan, dan
menjadi pemuda yang multitalenta. Hikmat, dalam episode tersebut, mampu
menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain piano, harmonika, gitar, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
breakdance.
Dari konteks tersebut di atas, jika dikaitkan dengan tuturan (56) yang
menyatakan bisa atau tidaknya seseorang tergantung pada apa yang ia pikirkan
pada dirinya sendiri, maka tuturan tersebut telah menyatakan maksud yang
sebenarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tuturan (56) adalah
literal.
Bila tuturan (56) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk
sebagai berikut.
(56a) Yakinlah bahwa anda bisa!
Pembuktian tuturan (57), Salah satu kunci kesuksesan adalah ketika anda
tulus menjalani, sebagai tindak tutur tidak langsung literal adalah sebagai berikut.
Pertama, ketidaklangsungan tuturan (57) dapat dibuktikan dengan penggunaan
modus kalimat berita (deklaratif) dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.
Kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa,
kata-kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilahah silahkan dan dipersilahkan,
serta kata larangan jangan (Ramlan, 2005: 27).
Kedua, langsungan tuturan (57) terletak pada konteks “Hitam Putih”
yang mengangkat tema kesuksesan dan kemauan untuk terus maju. Dari konteks
tersebut dengan kata-kata yang menyusun (57) perihal ketulusan dalam menjalani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
membawa kesuksesan, sangat relevan. Dengan demikian tuturan (57) adalah
literal. Bila tuturan (57) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki
bentuk sebagai berikut.
(57a) Tuluslah menjalani hidup dan sukses akan mengikuti anda!
Tuturan (58), kita tidak pernah tahu cinta itu apa, tapi mungkin kita bisa
merasakan, adalah tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus
kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.
Keliteralan tuturan (58) dapat dibuktikan dengan menyimak hal berikut.
Tuturan (58) memiliki konteks hari valentine atau biasa disebut hari kasih sayang.
Pada episode tersebut “Hitam Putih” membawakan tema-tema cinta ke dalam
acaranya. Dengan melihat konteks, tersebut makna cinta yang terkandung dalam
tuturan memotivasi (58) memiliki makna dan maksud sebenarnya. Dalam KBBI
cinta diartikan sebagai ‘suka sekali; sayang benar; kasih sekali; terpikat (antara
laki-laki dan perempuan)’. Kesesuaian makna ini membuktikan bahwa tuturan (58)
adalah tindak tutur literal.
Bila diubah menurut maksudnya maka tuturan (58) akan memiliki bentuk
sebagai berikut.
(58a) Jangan khawatir akan pengertian cinta karena kita masih bisa
memahaminya dengan rasa!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tuturan (59) yang berbunyi, apa yang muncul secara tiba-tiba belum tentu
bisa bertahan lama, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung karena
menggunakan modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan
memotivasinya.
Bukti ketidakliteralan tuturan (59) adalah sebagai berikut. Konteks tuturan
(59) adalah datang dan perginya artis dangdut. Perbedaan kemunculan artis
dangdut dahulu dan sekarang yang terletak pada prestasinya. Pedangdut terdahulu
menggunakan prestasi dan karya sebagai kekuatan mereka untuk terkenal. Tetapi
untuk itu mereka harus melalui proses yang panjang dan lama, hal ini berefek
pada papularitas mereka yang juga turun secara perlahan dan bertahap. Sementara
itu bila dibandingkan dengan pedangdut saat ini, pedangdut saat ini lebih
mengandalkan sensasi sehingga muncul dengan sangat cepat dan tenggelam
dengan cepat pula.
Tuturan (59) menggunakan frasa apa yang muncul secara tiba-tiba sebagai
ganti pedangdut yang muncul hanya dengan sensasi tanpa prestasi. Apa dalam
KBBI berarti ‘kata tanya untuk menanyakan nama (jenis, sifat) sesuatu’. Dengan
demikian makna yang ingin disampaikan tidak sesuai dengan maksud tuturan,
maka tuturan (59) termasuk tindak tutur tidak literal.
Tuturan (59) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki
bentuk sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
(59a) jangan gegabah menilai, sebab aktris yang muncul secara tiba-tiba belum tentu bisa bertahan lama!
Tuturan (60), pengalaman hidup lebih berharga dari semua kata mutiara
yang ada, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan
modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan memotivasinya.
Letak ketidakliteralan tuturan (60) adalah ketidaksamaan makna dengan
maksud tuturan yang disampaikan. Tuturan (60) menggunakan frasa kata mutiara
dalam menyampaikan maksud kata-kata indah atau kata-kata penyemangat.
KBBI mendefinisikan Mutiara sebagai ‘permata berbentuk bulat dan keras,
berasal dari kulit kerang mutiara, terbentuk karena ada benda atau pasir yang
masuk ke dalam tubuh kerang itu kemudian diselubungi oleh kulit ari’. Namun
dalam tuturan (60) memiliki arti yang sangat berbeda. Dengan demikian terbukti
bahwa tuturan (60) termasuk dalam tindak tutur tidak literal.
Tuturan (60) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki
bentuk sebagai berikut.
(60a) Carilah pengalaman karena pengalaman hidup lebih berharga dari
semua kata-kata indah yang ada!
Tuturan (61), profesionalitas itu pasti membutuhkan sebuah pengorbanan,
tergolong tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat
deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Pembuktian tuturan (61) adalah tindak tutur tidak literal adalah sebagai
berikut. Tuturan (61) menggunakan makna yang sama dengan maksud tuturan
yang ingin disampaikan. Tuturan (61) menggunakan kata pengorbanan untuk
menjelaskan maksud mengorbankan. Dalam KBBI kata pengorbanan memiliki
arti ‘proses, cara, perbuatan mengorbankan’. Dengan demikian terbukti bahwa
tuturan (61) adalah tindak tutur literal.
Tuturan (61) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki
bentuk sebagai berikut.
(61a) Tidak usah takut untuk berkorban, sebab profesionalitas itu pasti membutuhkan sebuah pengorbanan!
Berikut adalah rangkuman tuturan (50) s.d (61) jika diubah menurut maksud
penuturnya.
(50a) Bersyukurlah bahkan ketika keadaan tidak berpihak kepada kita ! (51a) Roda dunia selalu berputar, jika anda ingin sukses jangan pernah
tertinggal! (52a) Memberilah, sebab anda tidak butuh alasan ketika meminta! (53a) Bersatulah sebab sila ke 3 berbunyi ‘Persatuan Indonesia’! (54a) Nikmati, batasi, imbangi! (55a) Tetaplah kreative walau kamu dalam keterbatasan! (56a) Yakinlah bahwa anda bisa! (57a) Tuluslah menjalani hidup dan sukses akan mengikuti anda! (58a) Jangan khawatir akan pengertian cinta karena kita masih bisa
memahaminya dengan rasa! (59a) jangan gegabah sebab apa yang muncul secara tiba-tiba belum tentu
bisa bertahan lama! (60a) Carilah pengalaman karena pengalaman hidup lebih berharga dari
semua kata mutiara yang ada! (61a) Tidak usah takut untuk berkorban, sebab profesionalitas itu pasti
membutukan sebuah pengorbanan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal pada kalimat memotivasi dalam acara
“Hitam Putih” di trans7 dapat dilihat di bawah ini.
(62) Kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau. (Rabu, 2 Juli 2014)
(63) Hanya ada 2 kesalahan ketika orang mencoba sesuatu, tidak dilanjutkan atau tidak dimulai. (kamis, 24 juli 2014)
(64) Pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna. (Rabu, 30 Juli 2014) (65) Pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir. (kamis, 31
juli 2014) (66) Saya mungkin akan menemukan pangeran saya suatu hari nanti, tapi
ayah akan selalu menjadi raja saya sampai kapanpun. (Jumat, 1 Agustus 2014)
(67) Saya akan menemukan seorang putri tapi ibu akan tetap menjadi seorang ratu. (Rabu, 6 Agustus 2014)
(68) Setiap orang memiliki hasrat dalam hatinya, untuk tampil lebih baik lagi. (Jumat, 8 Agustus 2014)
(69) Hanya mereka yang memahami masa lalu, yang bisa mengemudikan masa depan. (Senin, 18 Agustus 2014)
(70) Dalam sabar, ulat yang menjijikan akan menjadi kupu-kupu yang indah. (Jumat, 22 Agustus 2014)
(71) Orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu menyebalkan. (Senin, 8 September 2014)
(72) Pengetahuan adalah sebuah obat manjur bagi kehidupan umat manusia. (Jumat, 12 September 2014)
(73) Roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki teman untuk mendorong roda ke atas? (Selasa, 23 September 2014)
(74) Untuk dapat bersyukur, itu adalah sebuah pilihan. (Jumat, 26 September 2014)
(75) Benar belum tentu baik, salah belum tentu buruk. (Selasa, 30 September 2014)
(76) Sekolah itu ada dimana-mana. (Senin, 2 Februari 2015) (77) Di balik pria yang hebat terdapat wanita yang tepat. (Rabu, 4 Februari
2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(78) Melakukan perubahan dalam hidup adalah hal menakutkan, tapi taukah apa yang lebih menakutkan… Penyesalan karena anda tidak bisa
berubah. (Kamis, 12 Februari 2015) (79) Sesuatu yang modern, belum tentu bisa menggantikan yang tradisional.
(Jumat, 6 Februari 2015) (80) Orang bangkrut itu bukan karena tidak punya uang, tapi karena tidak
punya mimpi. (Selasa, 17 Februari 2015)
Tuturan (62), kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak
mau, masuk dalam tuturan tidak langsung karena menggunakan modus kalimat
deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.
Uraian tuturan (62) termasuk tindak tutur tidak literal adalah sebagi
berukut. Tuturan (62) menggunakan frasa orang yang tidak mau sebagai ganti
penunjuk orang yang dimotivasi. Orang dalam kamus KBBI berarti ‘manusia
(dalam arti khusus)’. Namun kata orang dan frasa orang yang tidak mau
digunakan untuk mengganti objek yang ditunjuk yang dalam konteks ini adalah
penonton atau orang yang sedang dimotivasi.
Tuturan (62) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(62a) Jangan berkata ‘tidak bisa’ !
Tuturan (63), hanya ada 2 kesalahan ketika orang mencoba sesuatu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tidak dilanjutkan atau tidak dimulai, adalah tindak tutur tidak langsung karena
menggunakan modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan
memotifasinya.
Pembuktian bahwa tuturan (63) tidak literal dapat disimak sebagai
berikut. Tuturan (63) menggunakan kata orang sebagai ganti penonton yang
sedang dimotivasi. Orang dalam KBBI berarti ‘manusia (dalam arti khusus)’.
Namun sebenarnya dalam penyampaiannya tuturan (63) ingin ‘menggelitik’ orang
yang sedang diberikan motivasi. Jika dijadikan tindak tutur langsung literal maka
tuturan (63) akan memiliki bentuk seperti di bawah ini.
(63a) Mulailah dan jangan pernah menyerah !
Tuturan (64), pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna, termasuk
dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif
untuk memotivasi penontonnya.
Bukti ketidakliteralan tuturan (64) dapat dilihat dari ketidaksesuaian
makna tuturan dengan apa yang ingin disampaikan. Tuturan (64) mengguanakan
metafora pelangi dan warnanya sebagai ganti keadaan manusia. Pelangi dalam
KBBI berarti ‘lengkungan spektrum warna di langit, tampak karena pembiasan
sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun’. Sementara warna diartikan
sebagai kesan yang diperoleh mata dari cahaya yag dipantulkan oleh benda-benda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yang dikenainya. Namun dalam kelimat tersebut, pelangi dimaksudkan sebagai
perwakilan dari keberadaan manusia, dan warna adalah perwakilan dari talenta
dan atau karakter manusia.
Tuturan (64) dimaksudkan untuk percaya terhadap kemampuan diri.
Tuturan (64) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk
sebagai berikut.
(64a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu!
Tuturan (65), pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir,
tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam
menyampaikan tuturan memotivasinya.
Tuturan (65) juga tidak literal karena tidak menggunakan makna yang
sesungguhnya dalam menyampaikan tuturan memomotivasinya. Dalam konteks
yang ada dalam acara “Hitam Putih” episode tersebut, penonton sedang
menyaksikan bagaimana seorang disainer bernama Dian Pelangi berhasil
membuat pakaia renang khusus bagi wanita yang berhijab. Pakaian renang yang
dirancangnya tidak ketat tetapi juga tidak terlalu longgar, dan tetap memiliki
kesan modis walaupun saat berenang. Dian ingin agar wanita muslim tetap modis
dan trendi walaupun berhijab dan bahkan saat berenang sekalipun.
Dengan konteks di atas, tuturan memotivasi yang diberikan penonton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
berbeda dari makna sebenarnya. Bila dijadikan tuturan langsung literal, maka
tuturan (65) akan menjadi seperti berikut ini.
(65a) Jangan malu untuk menutup auratmu !
Tuturan (66), saya mungkin akan menemukan pangeran saya suatu hari
nanti, tapi ayah akan selalu menjadi raja saya sampai kapanpun, termasuk dalam
tindak tutur tidak langsung tidak literal. Ketidaklangsungan tuturan (66) berada
pada motif kalimat yang tidak menggunakan motif kalimat imperatif. Tuturan (66)
dalam penerapannya menggunakan motif kalimat deklaratif.
Tuturan (66) disebut tidak literal karena tidak menggunakan maksud
yang sebenarnya. Tuturan (66) menggunakan kata pangeran sebagai ganti kata
kekasih dan kata raja sebagai ganti laki-laki terbaik atau pria yang dijunjung.
Namun dalam kamus KBBI pangeran diartikan sebagai ‘gelar anak raja atau gelar
orang besar dalam kerajaan (keluarga raja). Kata Raja diartikan oleh KBBI
sebagai ‘penguasa tertinggi pada suatu kerajaan’. Dengan demikian, terbukti
bahwa tuturan (66) tidak literal.
Tututan (66) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(66a) Ayah jangan khawatir ketika saya memiliki kekasih suatu saat nanti,
karena ayah akan tetap jadi yang terbaik dalam hidupku!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tuturan (67), saya akan menemukan seorang putri tapi ibu akan tetap
menjadi seorang ratu, adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal dengan
alasan berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan (67) dapat dilihat dari
penggunaan modusnya. Modus yang digunakan adalah berita dan bukan perintah.
Tuturan tersebut berisi tentang kemauan tentang tekad anak untuk tidak
melupakan Ibunya walaupun ia akan menemukan pendamping hidupnya suatu
saat.
Pembuktian tuturan (67) adalah tindak tutur tidak literal adalah sebagai
berikut. Tuturan (67) tidak menggunakan makna yang sebenarnya dalam
penyampaian tuturan memotivasinya. Penutur menggunakan frasa seorang putri
dan frasa seorang ratu dalam menyampaikan pesannya. Putri dalam KBBI berarti
‘anak perempuan raja’. Namun dalam tuturan (67) putri diartikan sebagai kekasih
perempuan. Sementara kata ratu dalam KBBI berarti ‘raja perempuan;
permaisuri’. Namun pada tuturan (67) diartikan sebagai wanita terbaik.
Tuturan (67) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(67a) Ibu jangan takut ketika saya menemukan kekasih, karena ibu akan tetap menjadi wanita terpenting dan utama dalam hidupku !
Tuturan (68), setiap orang memiliki hasrat dalam hatinya, untuk tampil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
lebih baik lagi, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal.
Ketidaklangsungan tuturan ini dapat diamati dari bentuk kalimatnya yang
bermodus berita. Tuturan (68) berisi pengertian bahwa setiap pribadi memiliki
keinginan untuk tampil lebih baik.
Ketidakliteralan tuturan (68) dapat diamati dari koteksnya. Pada episode
tersebut Deddy Corbuzier menceritakan tentang pegalamannya saat akan
mengubah penampilannya, dari seorang pesulap berambut panjang menjadi
gundul. Ia melakukan hal tersebut demi sebuah penampilan baru yang lebih
menarik bagi penggemarnya.
Bila dikaitkan dengan tuturan (68), maka penggunaan frasa setiap orang,
sesungguhnya memiliki maksud berbeda. Frasa tersebut pengganti kata anda
atau ‘penonton yang sedang menyimak’. Maksud yang ingin disampaikan dan
kepada siapa pesan tersebut disampaikan adalah penonton acara “Hitam Putih”.
Namun dalam penyampaian pesannya menggunakan kata setiap orang untuk
menggantikan maksud bahwa setiap penonton tidak perlu takut untuk selalu
tampil lebih baik.
Tuturan (68) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(68a) Jangan takut untuk tampil lebih baik sebab itu hasrat yang alami!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tuturan (69), Hanya mereka yang memahami masa lalu, yang bisa
mengemudikan masa depan, digolongkan dalam tindak tutur tidak langsung tidak
literal dengan alasan berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan (69) terletak
pada modus kalimat yang digunakannya. Tuturan (69) menggunakan modus
kalimat deklaratif dalam memotivasi penontonnya.
Ketidakliteralan tuturan (69) adalah penggunaan frasa hanya mereka
yang memiliki makna orang ketiga jamak. Namun sebenarnya frasa tersebut
menunjuk pada penonton yang ingin diberi motivasi. Kata mengemudikan
digunakan untuk menggantikan kata mengatur arah. Tindak tutur (69)
sesungguhnya memiliki arti ajakan.
Tuturan (69) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(69a) Pahamilah masa lalumu, agar kamu bisa mengatur arah masa depanmu !
Tuturan (70), dalam sabar, ulat yang menjijikan akan menjadi kupu-kupu
yang indah, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan
modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan memotivasinya.
Letak ketidakliteralan tuturan (70) adalah penggunaan metafora dalam
menyampaikan tuturan memotivasinya. Penggunaan ulat yang menjadi kupu-kupu
dimaksudkan sebagai berikut. Ulat dalam KBBI dijelaskan sebagai ‘salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tahap bentuk dalam daur kehidupan kupu-kupu, berupa binatang kecil melata,
gilik memanjang, dan umumnya berkaki enam, adakalanya berbulu-bulu,
memakan daun, buah, atau bangkai, jika sudah waktunya berubah bentuk menjadi
kepompong lalu menjadi kupu-kupu’. Kupu-kupu diterjemahkan oleh KBBI
sebagai ‘serangga bersayap lebar, umumnya berwarna cerah, berasal dari
kepompong ulat, dapat terbang, biasanya sering hinggap di bunga untuk mengisap
madu’.
Namun dalam tuturan (70) Ulat adalah penggambaran keadaan orang
yang belum berhasil dalam hidupnya, dan kupu-kupu adalah orang yang sudah
sukses ketika ia telah mampu berubah dengan sabar. Maka dapat disimpulkan
bahwa tuturan (70) adalah tindak tutur tidak literal.
Tuturan (70) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(70a) Bersabarlah dalam proses menjadi lebih baik!
Tuturan (71), orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu
menyebalkan, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan
modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.
Letak ketidakliteralan tuturan (71) berada pada penggunaan frasa orang
yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu. KBBI mengartikan orang
sebagai ‘manusia (dalam arti khusus)’. Namun dalam tuturan (71) frasa orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu digunakan sebagai ganti
penonton yang sedang dimotivasi yang dimaksud.
Tuturan (71) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(71a) Jangan banyak bicara, lakukan saja!
Tuturan (72), pengetahuan adalah sebuah obat manjur bagi kehidupan
umat manusia, tergolong dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan
modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan memotivasinya.
Ketidakliteralan tuturan (72) dapat dibuktikan sebagai berikut. Tuturan
(72) mengguakan frasa sebuah obat manjur sebagai ganti ‘solusi terbaik’ sebagai
maksudnya. Namun dalam KBBI, obat memiliki arti ‘bahan untuk mengurangi,
menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan seseorang dari penyakit’. Manjur
dalam KBBI diartikan sebagai ‘dapat menyembuhkan (tentang obat dsb);
mustajab; mujarab’.
Dengan demikian bentuk tuturan dan makna yang ingin disampaikan
tuturan (72) berbeda. Maka, terbukti bahwa tuturan (72) tindak tutur tidak literal.
Tuturan (72) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk
sebagai berikut.
(72a) Tambahlah pengetahuanmu agar aman hidupmu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pembuktian Tuturan (73), roda itu berputar, saat roda sedang di bawah,
masihkah kita memiliki teman untuk mendorong roda ke atas?, sebagai tindak
tutur tidak langsung tidak literal adalah sebagai berikut. Pertama, letak
ketidaklangsungan tuturan (73) ada pada modus kalimatnya yang tidak
menggunakan modus kalimat imperatif atau suruh. Modus yang digunakan tuturan
(73) dalam menyampaikan motivasi adalah modus kalimat interogatif.
Tuturan (73) menggunakan modus tanya sebagai ganti kalimat suruhnya.
Pemberian sufiks -kah pada kata masih membentuk kalimat pada tuturan (73)
tersebut menjadi kalimat tanya. KBBI mengartikan kata masih dengan ‘sedang
dalam keadaan belum selesai atau sedang berlangsung’. Dengan demikian kata
masihkah adalah kata tanya yang mempertanyakan tentang keberlangsungan.
Berkaitan dengan tuturan keseluruhan maka tuturan (73) sedang mempertanyakan
keberlangsungan atau keberadaan teman dalam mendorong kita menuju
kesuksesan kembali.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, tuturan (73) merupakan
tindak tutur tidak langsung yang artinya tuturan dimaksudkan memerintah, namun
justru menggunakan modus kalimat interogatif dalam penerapannya.
Letak ketidakliteralan tuturan (73) adalah penggunaan kata roda dalam
tuturan tersebut. Roda dalam KBBI diartikan sebagai ‘barang bundar (belingkar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dan biasanya berjeruji)’. Namun dalam tuturan (73) digunakan sebagai ganti atau
analogi dari keadaan untung dan malang.
Tuturan (73) dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada penonton saat
mengundang band NOAH yang vokalisnya telah bebas murni dari bebas bersyarat
yang telah ia jalani. Kehidupan Ariel menjadi malang ketika berada dipenjara atau
belum bebas. Tetapi kemudian menjadi untung setelah terbebas tanpa syarat.
Kaitan tentang untung dan malang yang dianalogikan sebagai roda yang
berputar pada tuturan (73), membuktikan bahwa tuturan (73) tidak menggunakan
makna yang sebenarnya. Dengan demikian tuturan (73) tidak literal.
Tuturan (73) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(73a) Bergaullah sebab teman akan membantumu ketika kamu dalam kesulitan !
Tindak tutur (74), untuk dapat bersyukur, itu adalah sebuah pilihan,
adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal. Ketidaklangsung tuturan (74)
dapat diamati dari bentuk kalimatnya yang menggunakan modus kalimat berita.
Ketidakliteralan tuturan (74) terletak pada frasa sebuah pilihan. Namun
tuturan tersebut memiliki maksud mengarahkan penonton untuk memilih
bersyukur dari pada mengeluh. Dengan demikian tuturan (74) adalah tidak literal.
Tuturan (74) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sebagai berikut.
(74a) Bersyukurlah, jangan mengeluh!
Tuturan (75), benar belum tentu baik, salah belum tentu buruk, adalah
tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam
penyampaian tuturan memotivasinya.
Ketidakliteralan tuturan (75) dapat diamati dari konteknya yang
mengangkat cerita tetang nenek yang digugat satu milyar oleh anak kandungnya
sendiri. Pada episode tersebut diceritakan bahwa nenek digugat satu milyar oleh
menantu dan anak perempuannya sendiri karena sengketa tanah. Menurut
penuturan sang nenek, ia telah membeli tanah dari menantunya pada tahun 1987,
namun pada tahun 2014 sang menantu menuntut si nenek serta tak mangakui
transaksi jual-beli tanah yang dulu pernah ia lakukan dengan si nenek.
Pada saat itu posisi nenek adalah tersangka atau yang dituntut, sementara
si menantu adalah orang yang menuntut. Dalam hal ini dapat disimpulkan secara
kasar bahwa si nenek adalah salah dan menantu adalah benar. Dari konteks
tersebut muncullah tuturan memotivasi (75).
Benar dalam KBBI berarti ‘sesuai sebagaimana adanya; betul; tidak
salah’. Namun dalam konteks tuturan (75), benar merujuk pada si menantu.
Sementara kata salah dalam KBBI berarti ‘tidak benar; tidak betul’. Dalam
konteks tuturan (75) kata salah ingin merujuk pada si nenek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Dengan demikian tuturan (75) adalah tindak tutur tidak literal. Tuturan
(75) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai
berikut.
(75a) Jangan mudah menghakimi!
Tuturan (76), sekolah itu ada dimana-mana, adalah tindak tutur tidak
langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan
tuturan memotivasinya.
Ketidakliteralan tuturan (76) terletak pada frasa sekolah itu. Kata sekolah
menurut KBBI berarti ‘bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran’. Namun dalam tuturan tersebut sekolah
yang dimaksud memiliki makna ilmu atau pelajaran. Dengan demikian tuturan (76)
tidak literal. Tuturan (76) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(76a) Belajarlah sebab ilmu dan pengetahuan ada dimana-mana!
Konteks: Dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada penonton saat “Hitam
Putih” mengangkat tema ‘Wanita Di Balik Sosok Pemimpin’.
Tuturan (77), di balik pria yang hebat terdapat wanita yang tepat, tidak
langsung tidak literal. Pembuktian bahwa tuturan (77) adalah tindak tutur tidak
literal adalah sebagai berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan (77) dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dilihat dari penggunaan modus kalimatnya. Tuturan (77) menggunakan modus
kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.
Kedua, tuturan (77) tidak menggunakan maksud yang sesungguhnya.
Frasa pria yang hebat memiliki maksud agar penonton laki-laki yang
menyaksikan “Hitam Putih” mau mencari wanita atau pendamping yang tepat
agar dapat menjadi laki-laki yang hebat. Tuturan (77) bila diubah menurut
maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.
(77a) Carilah wanita yang tepat untuk mendorongmu menjadi hebat!
Tuturan (78), melakukan perubahan dalam hidup adalah hal menakutkan,
tapi taukah apa yang lebih menakutkan… Penyesalan karena anda tidak bisa
berubah, adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal dengan pembuktian
sebagai berikut. Pertama, tuturan (78) tidak literal karena modus kalimat yang
digunakan dalam menyampaikan motivasinya tidak menggunakan modus kalimat
imperatif melainkan deklaratif.
Letak ketidakliteralan tuturan (78) adalah penggunaan kata perubahan.
Perubahan dalam KBBI berarti ‘hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran’.
Namun sebenarnya perubahan yang dimaksud memiliki makna perbaikan.
Dengan demikian tuturan (78) adalah tindak tutur tidak literal.
Tuturan (78) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(78a) Jangan takut untuk berubah!
Tuturan (79), sesuatu yang modern, belum tentu bisa menggantikan yang
tradisional, termasuk tidak tutur tidak langsung karena menggunakan modus
kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.
Ketidakliteralan tuturan (79) dapat disimak dari kesamaan makna tuturan
dengan maksud yang ingin disampaikan. Kata Sesuatu yang terkandung dalam
tuturan (79) memiliki makna Asisten Rumah Tangga (ART). Namun dalam
tuturan memotivasinya ART diganti dengan kata sesuatu. Sesuatu dalam KBBI
berarti ‘kata untuk menyatakan barang atau hal yang tidak tentu’. Ketidaksesuaian
makna dengan maksud ini membuktikan bahwa tuturan (79) adalah tindak tutur
tidak literal.
Tuturan (79) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk
sebagai berikut.
(79a) Pertahankanlah yang tradisional, karena ada hal-hal yang tak dapat digantikan oleh yang modern!
Pembuktian bahwa tuturan (80), orang bangkrut itu bukan karena tidak
punya uang, tapi karena tidak punya mimpi, adalah tindak tutur tidak langsung
tidak literal diuraikan sebagai berikut. Pertama, tuturan (80) menggunakan modus
kalimat deklaratif dalam memotivasi penontonnya. Hal ini dapat dilihat dari tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
ditemukan kata suruh seperti jangan, silahkan, ayo dan lain sebagainya; juga tidak
ditemukannya kata tanya apa, bagaimana, dimana dsb dalam tuturan tersebut.
Letak ketidakliteralan tuturan (80) adalah penggunaan frasa orang
bangkrut itu. Frasa Orang bangkrut itu memiliki maksud untuk menunjuk
penonton atau mitra tutur. Dengan demikian tuturan (80) adalah tindak tutur yang
tidak literal.
Tuturan (80) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan
memiliki bentuk sebagai berikut.
(80a) Bermimpilah karena kamu tidak akan pernah miskin jika memiliki
mimpi!
Di bawah ini adalah tuturan (62) s.d (80) yang diubah menurut maksud
penuturnya.
(62a) Jangan berkata ‘tidak bisa’! (63a) Mulailah dan jangan pernah menyerah! (64a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu! (65a) Jangan malu untuk menutup auratmu! (66a) Ayah jangan khawatir ketika saya memiliki kekasih suatu saat nanti,
karena ayah akan tetap jadi yang terbaik dalam hidupku! (67a) Ibu jangan takut ketika saya menemukan kekasih, karena ibu akan tetap
menjadi wanita terpenting dan utama dalam hidupku! (68a) Jangan takut untuk tampil lebih baik sebab itu hasrat yang alami! (69a) Pahamilah masa lalu mu, agar kamu bisa mengatur arah masa depanmu! (70a) Bersabarlah dalam proses menjadi lebih baik! (71a) Jangan banyak bicara, lakukan saja! (72a) Tambahlah pengetahuanmu agar aman hidupmu! (73a) Bergaullah sebab teman akan membantumu ketika kamu dalam
kesulitan !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(74a) Bersyukurlah, jangan mengeluh! (75a) Jangan mudah menghakimi! (76a) Belajarlah sebab ilmu dan pengetahuan ada dimana-mana! (77a) Carilah wanita yang tepat untuk mendorongmu menjadi hebat! (78a) Jangan takut untuk berubah! (79a) Pertahankanlah yang tradisional, karena ada hal-hal yang tak dapat
digantikan oleh yang modern! (80a) Bermimpilah karena kamu tidak akan pernah miskin jika memiliki
mimpi!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam pendahuluan telah dirumuskan dua masalah yang hendak diteliti
dalam skripsi ini. Dua masalah tersebut adalah pertama, apa saja modus kalimat
yang digunakan untuk memotivasi dalam acara ‘Hitam Putih’ di stasiun televisi
Trans 7? Kedua, jenis tindak tutur apa yang digunakan acara ‘Hitam Putih’ di
stasiun televisi Trans 7 dalam memotivasi?
Setelah dilakukan penelitian untuk mencari jawaban terhadap dua
masalah tersebut, didapatkan jawaban sebagai berikut. Untuk rumusan masalah
pertama, didapatkan jawaban bahwa “Hitam Putih” menggunakan tiga modus
kalimat untuk memotivasi penontonnya. Ketiga modus kalimat tersebut adalah (i)
modus kalimat perintah, (ii) modus kalimat berita, dan (iii) modus kalimat tanya.
Dari penelitian yang telah dilakukan, acara “Hitam Putih” cenderung
menggunakan modus kalimat berita dalam menyampaikan kalimat
memotivasinya.
Kedua, tuturan memotivasi “Hitam Putih” menggunakan semua jenis
tindak tutur. Tindak tutur tersebut adalah (i) tindak tutur langsung literal, (ii)
tindak tutur langsung tidak literal, (iii) tindak tutur tidak langsung literal, dan (iv)
tindak tutur tidak langsung tidak literal. Pada penelitian ini diketahui bahwa acara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
“Hitam Putih” secara berturut turut paling sering menggunakan (a) tindak tutur
tidak langsung tidak literal sebanyak 19 tuturan, (b) tindak tutur tidak langsung
literal sebanyak 11 tuturan, (c) tindak tutur langsung literal enam tuturan, dan (d)
tindak tutur langsung tidak literal satu tuturan.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa berdasarkan pembahasan tentang
modus kalimat dan jenis tindak tuturan yang digunakan untuk memotivasi pada
acara “Hitam Putih” di Trans7 dapat disimpulkan: memotivasi cenderung
dilakukan dengan modus kalimat berita dan tindak tutur tidak langsung tidak
literal.
4.2 Saran
Penelitian tuturan memotivasi sangat menarik. Penelitian tentang modus
kalimat dan tindak tutur memotivasi pada acara “Hitam Putih” adalah awal. Masih
banyak hal yang dapat diteliti perihal tuturan memotivasi. Dapat saja penelitian
dilakukan mengenai bagaimana membuat kalimat memotivasi, atau dapat pula
dilakukan penelitian kalimat memotivasi apa yang paling baik digunakan dalam
memotivasi pria dan kalimat memotivasi apa yang paling baik digunakan dalam
memotivasi wanita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Angela Janice. 2015. “Aspek-aspek Kebahasaan dan Modus Kalimat dalam
Wacana Iklan di Instagram”. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Haryanto, Leo Agung. 2012. “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan
Iklan Komersial Media Luar Ruang di Yogyakarta”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kristiantoro, Devid. 2012. “Analisis Tindak Tutur Berdasarkan Modus dan
Maksud Kalimat dalam Novel ‘Orang Miskin Dilarang Sekolah’”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kurniasari, Maria. 2011. “Tindak Tutur dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Karya Deddy Mizwar”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Nugraha, Stefanus Kendra. 2015. “Hal-hal yang Dikitik dan Tindak Tutur
Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik ‘SLANK’”. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Panuntun, Beata Prima. 2011. “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan
dalam Novel ‘9 Matahari’: Suatu Tinjauan Pragmatik”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Puspitasari, Bernadeta Diah. 2012. “Feminisme Tokoh Srintil dalam Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia : Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Sembiring, Oratna. 2011. “Bentuk-bentuk Tindak Tutur Imperatif dan Penanda Kesantunan Berbahasa Indonesia”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sugono, Dendy dkk.,adisi keempat. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tanis, Eduardus. 2013. “Jenis Tindak Tutur, Tingkat Kesantunan Tuturan, dan
Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George.1996. Pragmatics. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
LAMPIRAN I Data yang diklasifikasikan berdasarkan Modus: BERITA
1. Kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau. (Rabu, 2 Juli
2014) 2. Roda dunia selalu berputar, jika anda tertinggal, maka anda tidak akan
sukses. (Jumat, 11 Juli 2014) 3. Kalau anda tidak butuh alasan untuk meminta, maka anda tidak butuh
alasan untuk memberi. (Rabu, 16 Juli 2014) 4. Tiga, Persatuan Indonesia. (Selasa, 22 juli 2014) 5. Hanya ada dua kesalahan ketika orang mencoba sesuatu, tidak dilanjutkan
atau tidak dimulai. (kamis, 24 juli 2014) 6. Pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna. (Rabu, 30 Juli 2014) 7. Pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir. (kamis, 31 juli
2014) 8. Saya mungkin akan menemukan pangeran saya suatu hari nanti, tapi ayah
akan selalu menjadi raja saya sampai kapanpun. (Jumat, 1 Agustus 2014) 9. Kuncinya sederhana, nikmati, batasi, imbangi. (Selasa, 5 Agustus 2014) 10. Saya akan menemukan seorang putri tapi ibu akan tetap menjadi seorang
ratu. (Rabu, 6 Agustus 2014) 11. Setiap orang memiliki hasrat dalam hatinya, untuk tampil lebih baik lagi.
(Jumat, 8 Agustus 2014) 12. Kreativitas itu tidak ada batasnya, walaupun kita dalam keterbatasan.
(Kamis, 14 Agustus 2014) 13. Hanya mereka yang memahami masa lalu, yang bisa mengemudikan masa
depan. (Senin, 18 Agustus 2014) 14. Dalam sabar, ulat yang menjijikan akan menjadi kupu-kupu yang indah
(Jumat, 22 Agustus 2014) 15. Bisa atau tidak bisa, Anda benar. (Senin, 25 Agustus 2014) 16. Orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan, itu menyebalkan.
(Senin, 8 September 2014) 17. Pengetahuan adalah sebuah obat manjur bagi kehidupan umat manusia.
(Jumat, 12 September 2014) 18. Salah satu kunci kesuksesan adalah ketika anda tulus menjalani. (Selasa,
16 September 2014) 19. Untuk dapat bersyukur, itu adalah sebuah pilihan. (Jumat, 26 September
2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
20. Benar belum tentu baik, salah belum tentu buruk. (Selasa, 30 September 2014)
21. Sekolah itu ada dimana-mana. (Senin, 2 Februari 2015) 22. Di balik pria yang hebat terdapat wanita yang tepat. (Rabu, 4 Februari
2015) 23. Sesuatu yang modern, belum tentu bisa menggantikan yang tradisional.
(Jumat, 6 Februari 2015) 24. Melakukan perubahan dalam hidup adalah hal menakutkan, tapi taukah
apa yang lebih menakutkan… Penyesalan karena anda tidak bisa berubah.
(Kamis, 12 Februari 2015) 25. Kita tidak pernah tahu cinta itu apa, tapi mungkin kita bisa merasakan.
(Jumat, 13 Februari 2015) 26. Orang bangkrut itu bukan karena tidak punya uang, tapi karena tidak
punya mimpi. (Selasa, 17 Februari 2015) 27. Ilmu di lapangan lebih penting daripada ilmu di sekolah.(Rabu, 18
Februari 2015) 28. Apa yang muncul secara tiba-tiba belum tentu bisa bertahan lama.
(Jumat, 20 Februari 2015) 29. Pengalaman hidup lebih berharga dari semua kata mutiara yang ada.
(Rabu, 25 Februari 2015) 30. Orang sering menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan, kita juga
harus mendengar suara anak, karena terkadang Tuhan membisikkan lewat suara anak. (Kamis, 26 Februari 2015)
31. Profesionalitas itu pasti membutuhkan sebuah pengorbanan. (Jumat, 27 Februari 2015)
SURUH
1. Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran ! (Selasa, 1 Juli 2014) 2. Kembalikan Indonesia cinta damai ! (Selasa, 8 Juli 2014) 3. Nikmati, Batasi, Imbangi ! (Jumat, 18 Juli 2014) 4. Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika
anak sudah bisa mulai mencontoh anda ! (Rabu, 23 Juli 2014) 5. Jangan mengutuk kekurangan kita, tapi cari kelebihan kita ! (Jumat, 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Juli 2015) 6. Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan
sebaik-baiknya ! (Jumat, 15 Agustus 2014) TANYA
1. Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? (Kamis, 3 Juli 2014)
2. Roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki teman untuk mendorong roda ke atas? (Selasa, 23 September 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
LAMPIRAN II
Data yang diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur: Tindak Tutur Langsung Literal
1.Kembalikan Indonesia cinta damai! (Selasa, 8 Juli 2014) 2.Nikmati, Batasi, Imbangi! (Jumat, 18 Juli 2014) 3.Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan
sebaik-baiknya! (Jumat, 15 Agustus 2014) 4.Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak
sudah bisa mulai mencontoh anda! (Rabu, 23 Juli 2014) 5.Jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan kita! (Jumat, 25
Juli 2014) 6.Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran! (Selasa, 1 Juli 2014)
Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
1. Orang sering menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan, kita juga harus mendengar suara anak, karena terkadang Tuhan membisikkan lewat suara anak. (Kamis, 26 Februari 2015)
Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
1.Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? (Selasa, 3 juli 2014)
2.Roda dunia selalu berputar, jika anda tertinggal, maka anda tidak akan sukses. (Jumat, 11 Juli 2014)
3.Kalau anda tidak butuh alasan untuk meminta, maka anda tidak butuh alasan untuk memberi. (Rabu, 16 Juli 2014)
4.Tiga Persatuan Indonesia. (Selasa, 22 juli 2014) 5.Kuncinya sederhana, nikmati, batasi, imbangi. (Selasa, 5 Agustus 2014) 6.Kreativitas itu tidak ada batasnya, walaupun kita dalam keterbatasan.
(Kamis, 14 Agustus 2014) 7.Bisa atau tidak bisa, Anda benar. (Senin, 25 Agustus 2014) 8.Salah satu kunci kesuksesan adalah ketika anda tulus menjalani. (Selasa, 16
September 2014) 9.Kita tidak pernah tahu cinta itu apa, tapi mungkin kita bisa merasakan.
(Jumat, 13 Februari 2015) 10.Apa yang muncul secara tiba-tiba belum tentu bisa bertahan lama. (Jumat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
20 Februari 2015) 11.Pengalaman hidup lebih berharga dari semua kata mutiara yang ada. (Rabu,
25 Februari 2015) 12.Profesionalitas itu pasti membutuhkan sebuah pengorbanan. (Jumat, 27
Februari 2015) Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
1.Kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau. (Rabu, 2 Juli 2014)
2.Hanya ada 2 kesalahan ketika orang mencoba sesuatu, tidak dilanjutkan atau tidak dimulai. (kamis, 24 juli 2014)
3.Pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna. (Rabu, 30 Juli 2014) 4.Pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir. (kamis, 31 juli
2014) 5.Saya mungkin akan menemukan pangeran saya suatu hari nanti, tapi ayah
akan selalu menjadi raja saya sampai kapanpun. (Jumat, 1 Agustus 2014) 6.Saya akan menemukan seorang putri tapi ibu akan tetap menjadi seorang
ratu. (Rabu, 6 Agustus 2014) 7.Setiap orang memiliki hasrat dalam hatinya, untuk tampil lebih baik lagi.
(Jumat, 8 Agustus 2014) 8.Hanya mereka yang memahami masa lalu, yang bisa mengemudikan masa
depan. (Senin, 18 Agustus 2014) 9.Dalam sabar, ulat yang menjijikan akan menjadi kupu-kupu yang indah.
(Jumat, 22 Agustus 2014) 10.Orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu menyebalkan.
(Senin, 8 September 2014) 11.Pengetahuan adalah sebuah obat manjur bagi kehidupan umat manusia.
(Jumat, 12 September 2014) 12. Roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki
teman untuk mendorong roda ke atas? (Selasa, 23 September 2014) 13.Untuk dapat bersyukur, itu adalah sebuah pilihan. (Jumat, 26 September
2014) 14.Benar belum tentu baik, salah belum tentu buruk. (Selasa, 30 September
2014) 15.Sekolah itu ada dimana-mana. (Senin, 2 Februari 2015) 16.Di balik pria yang hebat terdapat wanita yang tepat. (Rabu, 4 Februari 2015) 17.Melakukan perubahan dalam hidup adalah hal menakutkan, tapi taukah apa
yang lebih menakutkan… Penyesalan karena anda tidak bisa berubah. (Kamis, 12 Februari 2015)
18.Sesuatu yang modern, belum tentu bisa menggantikan yang tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(Jumat, 6 Februari 2015) 19.Orang bangkrut itu bukan karena tidak punya uang, tapi karena tidak punya
mimpi. (Selasa, 17 Februari 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended