MUDA INSPIRATIF Menjaga Modal .,. -------- Demokrasi...

Preview:

Citation preview

[(OMPAS

TOKOH MUDA INSPIRATIF (5)

-

o Sabtu 012 13

27 28

o Sep 0 Okt

~inlJgu---14 15 16

29 30 31

.Nav ODesw w_w.."w..____..___..__...._....____

Menjaga Modal",. . ~ .,. ------...--

Demokrasi IndonesiaNurcholish Madjid kedl. Demikian orang seringmenyebut Yudi Latif. Perhatian Yudi yang besarterhadap Islam dan kebcmgsaan serta kemampuannyamenggabungkan ilmu politik, sejarah, filsafat, dansastra dalam meliha.t suatu fenomena memang akanlangsung mengingatkan orang pada sosok NurcholishMadjid.

OlehM HERNOWO

Namun, ber-bagai ke-mampuan

itu tidak hanya di-dapat Yudi dari per-gaulannya yang in-tensif dengan CakNur, demikian Nur-

eholish Madjid se- T -1':- ti"M. -....ring dipanggil,sete- 101\0 . uualahmerekabertemu Ins piratifmuka untuk perta-ma kalinya pada ta-hun 1994-,tetapi juga dibentukoleh sejarah hidup Yudi sendiri.

Ayah Yudi, yaitu Utom Mul-yadi, yang merupakan tokohNahdlatul Ulama, dan ibunya,Yuyun Mustika, yang nasionalis,telah mengajarkannya sejak keciltentang Islam dan kebangsaan.

Garis pemikirannya makin di-lengkapi oleh pengalamannya sa-at mondok di Pondok PesantrenModern Gontor, Jawa Timur, pe-tualangannya sebagai aktivis saatkuliah di Universitas Padjadja-ran, Bandung, serta kehidupandan pemikiran modern yang di-dapatnya ketika belajar di Al!S- W I Itralia. acana 5 am

Matangnya pemikiran Yudimembuat Cak Nur pada tahun1996 memereayainya sebagai sa-lah satu pembuat reneana indukUniversitas Paramadina.

"Cak Nur lebih tertarik mem-buat kelompok yang kritis meskiitu hanya berjumlah keeil di-bandingkan massa yang besar se-bab kelompok kritis ini yangakhirnya mewarnai waeana dipublik. Sebagai universitas swas-ta, Cak Nur berharap Paramadinaharus memiliki nilai tertentu, ya-itu kekritisan, terutama di bidangkebangsaan dan Islam," ungkapYudi tentang tujuan Universitas

Paramadina yangakhirnya berdiri padatahun 1997/1998.

Bagaimana efekti-vitas dari massa yangkritis tersebut?

Cukup baik. Pemi-kiran tokoh sepertiAbdurrahman Wahid,atau Cak Nur selaluberpengaruh. Misal-nya terlihat dari se-jumlah partai yang

meski menyatakan Islam se-bagai identitasnya, merekatetap terbuka terhadappandangan dari luar.

Pemikiran tokoh-to-koh itu juga menjadiwaeana yang eukup di-minati dan berpenga-rub di sejumlah si-mpul Islam yang pe-mahaman agama-nya amat kuat, mi-salnya di kalanganmahasiswa lAINatau NahdlatuIUlama.

PerhatianYudi terhadapwaeana Islamdan kebangsaantidak pudar mes-ki sekarang diatidak lagi aktif diUniversitas Para-madina.

Bahkan, sete-lah Cak Nur me-ninggal dunia pada29 Agustus 2005 ka-rena gangguan fungsihati, Yudi bersama se-jumlah orang, termasukOmmy Komariah Ma-

~_= ;:=;r.

djid, istri Cak Nur, mendirikanNureholish Madjid Society.

Lewat yayasan yang ingin me-lestarikan gagasan Cak Nur ini,setiap enam bulan diterbitkansebuah jurnal berna-ma Titik Temu.

Diilhami olehharapan Cak Nuragar umat Islamjangan sampaimenjadi tamu dinegerinya sendi-ri, Yudi jugamenggagas perte-muan mahasiswadari 38 kampus diIndonesia untuk

berdiskusi tentang Islam dan ma-salah lainnya.

"Nilai Islam harus menjadi ba-gian dari pengisian nilai kein-

donesiaan. Oleh karena men-jadi bagian pengisian, Is-

lam harus memberi-kan tempat bagi par-

tisipasi kelompoklain. Oleh karenaIslam kelompokmayoritas, waeanapluralisme jugaakan dapat lebih

tumbuh efektif jikaberkembang di Is-lam," kata dia.

Mengapa harus

I) ,

f

I/

Klipiog Humos Unpod 2009

- -- --- ----

menggelar diskusi yang melibat-kan 38 kampus?

Terbatasnya bacaan untukmahasiswa selama ini menjadisalah satu masalah di kampus.Akibatnya, tidak banyak maha-siswa yang dapat membaca ber-bagai ajaran Islam dari buku as-linya.

Dalam diskusi ini, selain mem-bebaskan pesertanya untukbicara, juga dimaksudkan untukmembagikan pengetahuan ten-tang pemikiran Islam, langsungdari buku aslinya. Hasilnyaternyata eukup spektakuler.Banyak wacana dan pemahamanbarn tentang Islam, pluralisme,dan kebangsaan muneul di

YUDI LATIF

diskusi-diskusi tersebut.Di era demokratisasi dan glo-

balisasi selama 10 tahun terakhir,seberapa penung isu pluralismedan kebangsaan di Indonesia?

Globalisasi telah memperbaikiapresiasi terhadap demokrasidan hak asasi manusia. Namun,pada saat yang sama, globalisasijuga membangkitkan etno-sentrisme.

Rivalitas yang melibatkan aga-ma dan etnis makin menguat diIndonesia. Bahkan, dalam politiksaat ini perlu diwasp~dai mun-eulnya anggapan bahwa agaridentitasku ada, yang lain harusditiadakan.

Apakah munculnya etno-

. Tempat, tanggallahir. Sukabumi, 26 Agustus 1964. Jabatan: Direktur Eksekutif Reform Institute. Pendidikan:· Sarjana Strata 1 Fakultas Komunikasi Universitas Padjadjaran,Bandung· Sarjana Strata 2 Political SociologyThe Australian National Uni-versity (1999)· Sarjana Strata 3 Political Sociology The Australian National Uni-versity (2004).. Karier.· Dosen Fakultas IImu Komunikasi Universitas Islam Nusantara,Bandung (1991-1992)·Dosen Fakultas IImu Sosial & Politik, Universitas Pasundan, Ban-dung (1992-1993)·Pegawai Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia (LlPI) pada PusatAnalisis Pengembangan IImu Pengetahuan dan Teknologi (1993-2005)·Editor Buku Center for Information and Development Studies/O-DES (1994-1995)·Perencana Strategi Universitas Paramadina, Jakarta (1995-1997)·Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi (CSID),UniversitasParamadina, Jakarta (2003-2005)·Chief Editor "Kandidat" Konsultan Majalah Politik (2004)·Wakil Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, (2005-2007)·Direktur Eksekutif Reform Institute

. Penghargaan:·High Distinction for All Subjects in Masters Program of SEAS, TheAustralian National University (ANU)·Siswa Teladan/Berprestasi Tingkat SMP, Sukabumi (1977)·Siswa Teladan/Berprestasi Gontor Islamic Boarding School (1979)·Siswa Teladan/Berprestasi Tingkat SMA (1984)·Mahasiswa Teladan/Berprestasi Departemen Komunikasi Univer-sitas Padjadjaran (1989)·Lulusan Terbaik Departemen Komunikasi Universitas Padjadjaran(1990)·The 1st Rank of the Awardees of the Australian National Uni-

versity PhD Scholarship (2001)·Best Dissertation on Indonesian Socio-Political Studies, The Aus-tralian National University (2004)

Sumber. Utbang "Kompas"

sentrisme ini karena kurangnyamodalkita untuk berdemokrasi?

Indonesia sebenarnya telahmemiliki prasyarat dan modalpenting untuk menjadi negarademokrasi, yaitu adanya persa-tuan nasional dan persepsi ten-tang satu bangsa.

Namun, modal itu perlu di-jamin dan terus dipupuk, antaralain dengan mewujudkan ke-adilan sosial. Tiadanya jaminanyang kuat ini membuat sebagianelemen keeil dari masyarakat ter-pancing untuk beralih dari politiknasional ke radikalisme agamaatau etnis.

Kemuneulan radikalisme inijuga dipicu oleh belum' adanyaupaya yang komprehensif untukmenyelesaikan hingga tuntas se-jumlah memori kekerasan, khu-susnya pada masa Orde Barn.

Kondisi makin diperparaholeh masalah global, seperti do-minasi ekonomi oleh dunia baratdan berbagai peristiwa di sejum-Ian negara, seperti Afganistandan Irak.

Pelemahan demokrasi

Kompleksnya permasalahanyang melingkupi Islam dan ke-bangsaan di Indonesia membuatYudijuga bergerak kompleks un-tuk menjaganya. Aktivitasnya ti-,dak hanya sebatas di NureholishMadjid Society atau menggelardiskusi antarkampus. Dia jugaaktif menulis di media massa danmembuat buku.

Yudi juga kerap bersuara un-tuk mengkritisi sejumlah upayayang diduga berpoterisi mele-mahkan bangunan demokrasi,yang antara lain teIjadi dalampemilihan umum lalu dan yangmenimpa gerakan antikorupsibelakangan ini.

Dia juga khawatir jika sampaitidak muneul kekuatan penye-imbang dalam pemerintahan.

Akhirnya, meneermati lang-kah dan pemikiran Yudi sepertimelihat Indonesia yang maje-muk. Dengan demikian, untukmenjaga Indonesia ini juga di-butuhkan langkah yang majemukdan yang berani keluar dari "se-kat-sekat tradisional" seperti et-nis dan agama.- ----- - - ---'"-

- - ~ -------