View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MUSIK ANGGUK SRIPANGLARAS KULONPROGO
Oleh :
ERWIN ARDI PRATAMA
1210456015
TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 ETNOMUSIKOLOGI
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2017
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
MUSIK ANGGUK SRIPANGLARAS KULONPROGO
Oleh Erwin Ardi Pratama
Jurusan Etnomusikologi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
INTISARI
Kesenian Angguk Sripanglaras Kulonprogo merupakan
Kesenian rakyat yang berada di Kabupaten Kulonprogo. Kelompok
Kesenian ini mempunyai managemen, bibit regenerasi sampai
kreativitas tersendiri dalam kesenian Angguk Sripanglaras.
Kreativitas merupakan suatu aspek dari kualitas manusia yang saat ini
sangat berperan penting di dalam menunjang pembangunan bangsa
dan negara Indonesian yang sedang mengalami permasalahan-
permasalahan yang kompleks, sebab dengan kreativitas akan
memiliki kemampuan, adaptasi kreatif dan kepiawaian yang
imajinatif, sehingga manusia akan mampu mencari penyelesaian
masalah dengan cara yang baru didalam mengikuti perubahan-
perubahan yang terjadi yakni akan terus bergerak kearah kemajuan
untuk tidak hanyut dan tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan
negara terutama di era globalisasi ini.
Instrumen kesenian Angguk menggunakan kendang, bedug,
rebana, dan vokal. Musik pengiring yang digunakan lebih dominan
pada tempo ritmis. Gerak tari Angguk mengikuti syair, ritme kendang
dan ritme bedug yang dimainkan. Penari biasanya mengikuti ritme
kendang, namun beberapa bagian ritme kendang mengikuti motif
gerak tarinya.dengan ciri yang menarik, yakni dengan mengikuti
selera pasar pada zaman sekarang, mengaransmen dan juga
menambahkan instrument untuk menambahkan ragam musik yang
dibawakan, tetapi tidak meninggalkan pakemnya. Bentuk peranan
yang terdapat dari Kesenian tersebut sampai bentuk kekompakan
serta kreatifitas penyajian atau musik membuat Kesenian Angguk
Sripanglaras Kulonprogo mendapatkan prestasi tingkat Nasional
maupun Mancanegara.
Kata Kunci: Kreativitas, Kulonprogo, Musik, Kesenian Angguk
Sripanglaras.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
MUSIK ANGGUK SRIPANGLARAS KULONPROGO
By Erwin Ardi Pratama
Ethnomusicology department, Institute of art Yogyakarta
ABSTRACT
Angguk Sripanglaras Kulonprogo is a folk art that is in Kulonprogo Regency.
This art group has management, regeneration seeds to its own creativity in the art of
Angguk Sripanglaras. Creativity is an aspect of human quality that currently plays an
important role in supporting the development of Indonesian nation and country that
are experiencing complex problems, because with creativity will have the ability,
creative adaptation and imaginative expertise, so that people will be able to find a
solution Problems in a new way in following the changes that occur that will continue
to move towards progress not to drift and sink in the competition between nations and
countries, especially in this era of globalization.
instruments that used by Angguk Sripanglaras are kendang, drum,
tambourine, and vocals. The companion music used is more dominant in rhythmic
tempo. The dance movement Angguk follows the lyrics, the drum rhythm and the
drum rhythm being played. Dancers usually follow the rhythm of kendang, but some
parts of kendang rhythm follows the motion of the dance. with interesting traits,
namely by following the market tastes of today, arranging and also add an instrument
to add variety of music sung, but did not leave the basic. Form of the role that existed
from the Arts until the form of cohesiveness and creativity of presentation or music
make Angguk Sripanglaras Kulonprogo get the achievement of National and Abroad
level.
Keywords: Creativity, Kulonprogo, Music, Angguk Sripanglaras.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
I
Kesenian Angguk merupakan salah satu dari kesenian rakyat yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Angguk merupakan tarian yang diiringi oleh musik,
berada di Kabupaten Kulon Progo. Kesenian ini memiliki hubungan erat dengan
upacara-upacara tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat
khususnya di Dusun Pripih, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo. Pada mulanya kesenian Angguk ditarikan oleh laki-laki dengan jumlah penari
yang selalu genap, dengan jumlah penari minimal 12 orang. Sebelum dimulainya
pertunjukan Angguk putra melakukan ritual. Ritual dipimpin oleh seorang pawang.
Pada awal perkembangannya Angguk ditarikan oleh penari putra dengan gerak dan
alat musik sederhana. Berfungsi sebagai syiar agama Islam berupa shalawatan yang
berisikan syair puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam pelaksanaannya
pertunjukan ini menggunakan sesaji. Hal ini menandakan bahwa masyarakat masih
percaya akan kekuatan lain yang ada di luar diri mereka. Dengan adanya sesaji
diharapkan acara pementasan Angguk dapat berjalan lancar. Mereka percaya bahwa
sesaji tersebut merupakan sarana memanjatkan doa kepada dhanyang atau penguasa
alam ghaib desa setempat. Kesenian Angguk lebih dikenal dengan ciri ndadi atau
trance. Trance tersebut terjadi karena adanya roh halus yang masuk ke dalam tubuh
penari yang hadir melalui sesaji dan doa-doa. Religi adalah keyakinan, kepercayaan
akan sesuatu yang “ada” di luar alam kehidupan nyata manusia yang mempengaruhi
perikehidupannya. Maka religi di samping menyangkut asas-asas kepercayaan dan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
keyakinan, juga berhubungan dengan “Tuhan”, mahluk halus, alam, dan kekuatan
gaib.1
Pada perkembangan selanjutnya, dikarenakan banyak anggota Angguk putra
yang memiliki aktifitas lain dan banyak yang bekerja di luar kota sehingga waktu
buat proses sangat sedikit, akhirnya kelompok Angguk putra terancam bubar. Seiring
dengan perkembangan zaman, maka kebudayaan pun mengalami perubahan. Pada
perkembangan Angguk mulai kurang diminati masyarakat. Oleh karena itu Sri
Wuryani selaku pelatih Angguk merasa prihatin dan tergugah untuk melestarikan
kesenian Angguk agar tetap berkembang dan diminati masyarakat luas. Sri Wuryani
akhirnya mempunyai ide untuk membentuk Angguk yang dimainkan oleh penari
perempuan, dan berfungsi sebagai hiburan.2 Perubahan fungsi tersebut mengandung
konsekuensi untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan zaman.
Setiap kebudayaan memiliki ragam kesenianya masing-masing atau dengan
kata lain dapat dilakukan bahwa “seni” terdapat dalam tiap peradaban manusia.
Kesenian tidak pernah lepas dari masyarakatnya, sehingga sebagai salah satu bagian
yang penting dari bentuk kebudayaan. Kesenian adalah bentuk ungkapan kreatifitas
dari kebudayaan itu sendiri.3 Kesenian sendiri merupakan kreasi ataupun ketrampilan
yang dicapai dalam pengalaman yang memungkinkan kemampuan untuk menyusun,
menggunakan secara sistematis dan intensional sarana-sarana fisik agar memperoleh
hasil yang ditangkap secara intuitif maupun kognitif.4 Sebuah karya seni dalam hal ini
tidak merujuk pada produk alam melainkan hanya merujuk pada artefak. salah satu
1 Sumaryono, 2011, Antropologi Tari, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta, p.36. 2Wawancara dengan Sri Wuryani di Dusun Pripih Kulonprogo, 22 Maret 2017. Diijinkan
untuk dikutip. 3Umar Kayam, Seni Tradisi, Masyarakat(Jakarta: PT. Sinar Harapan, 1981) 38-39. 4Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) 987.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
alasan untuk menyatakan hal ini adalah ”frase” karya seni dimana ada seseorang yang
mengerjakan sesuatu sebelum sesuatu itu menjadi sebuah karya.5 Berdasarkan
pernyataan-pernyataan di atas, sebuah karya seni tidak hanya suatu manifestasi gerak,
nada, goresan kuas, untaian kata, akan tetapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dan bukan hanya sekedar kegunaan yang bersifat praktis.
Kesenian Angguk Sripanglaras adalah salah satu kelompok dari beberapa
kesenian tradisional khususnya Angguk yang tumbuh besar dan berkembang di
daerah Kulonprogo, yang dipimpin atau diketuai oleh Surajio. Terbentuknya
kelompok Angguk Sripanglaras pada tanggal 01 Januari 2001, sementara kelompok
Angguk Sripanglaras telah bekerjasama dengan Dinas Budaya Pariwisata Pemuda
dan Olahraga (Disbudparpora) Kulonprogo. Kesenian Angguk adalah kesenian
tradisional yang unik dan perlu untuk dilestarikan. Diharapkan, kesenian tersebut
mampu kembali meningkatkan gairah masyarakat kepada kesenian tradisional daerah.
Pihaknya sendiri akan serius untuk melakukan pembinaan dan mengembangkan
kesenian, khususnya yang dimiliki oleh masing-masing kelompok kesenian di
Kulonprogo. Seperti sudah garis nasib, kesenian tradisional cenderung semakin
menipis peminatnya.
Karakter Angguk Sripanglaras yang membuat tertarik sepertihalnya pemain
yang diambil dari murid-murid Sekolah Luar Biasa, memberikan latihan kepada
generasi yang baru, di samping itu sipenulis tertarik dengan bertambahnya instrumen
yang di pakai yaitu kendang jaipong, keyboard dan saron (gamelan) untuk
mengaransemen lagu dalam pertunjukan Angguk Sripanglaras, oleh karena itu dengan
5Marcia Muelder, Persoalan-persoalan Dasar Estetik (Jakarta:Salemba Humanika, 2010) 20.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
menciptakan cara metode seperti itu akan jauh dari bubarnya kelompok Sripanglaras.
Berangkat dari kekhawatiran akan punahnya kesenian tradisional asli daerah, para
penggiat budaya yang tergabung dalam Sanggar Angguk Sripanglaras dari Pripih,
Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo, terus berjuang untuk menunjukan eksistensinya.
Mereka terus berupaya mengenalkan kembali Kesenian Angguk Disisi lain melihat
ketertarikan yang lain yaitu antusias anggota Sripanglaras sangat berupaya
mengembangkan kesenian Angguk tersendiri, karena Angguk Sripanglaras dapat
bertahan lamanya hingga saat ini setelah dibentuknya atau fokus pada kesenian
Angguk. Bahkan anggotanya terdapat dua generasi antara kelompok yang tua dan
kelompok yang muda.6
Ditinjau dari penjabaran di atas maka ada beberapa hal yang menjadi rumusan
masalah. Bagaimana bentuk penyajian musiki Angguk Sripanglaras Kulonprogo dan
apa fungsi musik Angguk Sripanglaras Kulonprogo.
II
Kesenian Angguk diperkirakan muncul sejak jaman penjajahan Belanda, yang
digambarkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan setelah panen padi atau
hasil panen tanaman lainya. Kesenian yang berasal dari Kulonprogo ini adalah
pengembangan dari kesenian Dolalak yang berasal dari Kabupaten Purworejo,
Provinsi Jawa Tengah, bisa saja terjadi perpaduan budaya di wilayah tersebut.
Menurut cerita, istilah Dolalak diambil dari modus (tangga nada) diatonis Barat, Do
Re Mi Fa Sol La Si. Melihat urutan tangga nada tersebut, maka nada Do dan La
merupakan asal mula kesenian Dolalak, belum jelas siapa pihak yang membawa,
6Wawancara dengan Surajio di Dusun Pripih Kulonprogo, 22 Maret 2017. Di ijinkan untuk
dikutip.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
mengkreasikan, dan kemudian mempopulerkan kesenian Dolalak tersebut hingga
pada akhirnya bisa berbentuk kesenian Angguk dan diakui sebagai salah satu
kebudayaan Kabupaten Kulonprogo. Kata Anggguk ini diambil dari gerakan para
penari yang mengangguk-anggukan kepalanya. Gerakan kesenian Angguk pada
awalnya terinspirasi dari gerakan baris-berbaris serdadu Belanda. Maka tidak
mengherankan jika kostum yang dipakai oleh para penari ini juga mirip dengan
seragam serdadu Belanda, bedanya para penari pakai celana pendek bukan celana
panjang. Keistimewaan kesenian Angguk adalah memadukan unsur Islam, Barat
(Belanda), dan Timur (Yogyakarta). Terlihat pada gerakan para penari yang meniru
gerakan baris-berbaris yang dilakukan oleh para serdadu militer pada zaman
Belanda.7
Kesenian Angguk memiliki beberapa bentuk tarian Angguk dan pemainnya,
berikut adalah Jenis-jenis tarian Angguk yang ada didalamnya tari ambyakan
merupakan tari Angguk yang dimainkan oleh banyak penari, pada dasarnya semua
penari keluar menari di panggung. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam yaitu:
Tari Bakti, Tari Srokal dan Tari Penutup.
Tari pasangan merupakan tari Angguk yang dimainkan secara berpasangan.
Pada kategori ini ciri-cirinya adalah terdapatnya sepasang penari sebagai pemeran
utamanya, kalaupun pada awalnya seluruh penari ikut berjoget, namun nantinya
tinggal sepasang penari saja yang tampil dengan perannya. Tari pasangan ini terdiri
dari delapan macam, yaitu: Tari Mandaroka, Tari Kamudaan, Tari Cikalo Ado, Tari
7http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2014/03/tari-angguk-tarian-daerah-yogyakarta.html
diakses pada tanggal 20 Maret 2017.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
Layung-layung, Tari Intik-intik, Tari Saya-cari, Tari Jalan-jalan dan Tari Robisari.8
Penamaan tari tersebut berdasarkan Syair lagu.
Sanggar Angguk Sripanglaras saat ini beranggotakan sebanyak 147 orang,
sebagian besar dari masyarakat di sekitar Kulonprogo khususnya daerah Pripih, dan
juga mengajarkan kesenian Angguk kepada anak sekolah dan para warga agar
generasi muda mencintai kesenian Angguk sehingga dapat mengembangkan potensi
dan melestarikan kesenian Angguk di daerah tersebut. Sekarang ini Angguk
Sripanglaras sering dipentaskan di acara hajatan khitanan, pernikahan dan nadzar,
dalam perkembangannya Angguk Sripanglaras bukan sebagai sholawatan, akan tetapi
lebih berperan sebagai sarana hiburan yang memberikan kepuasan kepada
masyarakat. Pertunjukan Angguk Sripanglaras sering ditanggap untuk acara pelepas
nadzar. Terjadinya suatu nadzar bermula dari musibah yang menimpa anggota
keluarga seperti halnya sakit, nadzar juga dapat dikarenakan tercapainya suatu cita-
cita. Pertunjukan Angguk yang dipentaskan atau ditanggap sebagai pembayar hutang
tersebut merupakan kepuasan batin karena terpenuhinya janji yang telah diucapkan
sipenanggap (yang punya hajat).
Perilaku masyarakat yang nanggap berbagai bentuk kesenian tersebut
mestinya dibenarkan dengan tanpa mengurangi pelestarian kesenian dan kebudayaan.
Namun ironisnya, berbagai perhelatan besar yang diselenggarakan baik perorangan
maupun kelompok masyarakat tersebut disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu
yang hanya memanfaatkan situasi perayaan dengan bentuk perjudian, mabuk-
mabukan dan lain sebagainya. Tradisi ini melekat tahun-ketahun tidak mengalami
8http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2014/03/tari-angguk-tarian-daerah-yogyakarta.html
diakses pada tanggal 20 Maret 2017.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
kemunduran tetapi justru dari waktu kewaktu semakin berkembang. Tidak hanya
orang tua saja yang bersimpati pada kegiatan tersebut, namun sudah merambah
merasuki jiwa generasi muda yang masih bersetatus pelajar, seiringnya bergesernya
waktu semakin meresahkan masyarakat, walaupun belum sepenuhnya dan belum
sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya dan juga melaksanakan acara-acara
slametan tersebut, dapat dikatakan sebagai penganut Islam abangan. Sebagaimana
telah dikatan oleh Geertz bahwa ia membedakan empat tipe utama Islam abangan
yang antara lain: (1) masih melaksanakan slametan yang berpusat sekitar krisis-krisis
dalam kehidupan kelahiran, sunatan, perkawinan, dan kematian; (2) masih
menjalankan slametan yang menyangkut integrasi sosial desa, bersih desa
(membersihkan desa dari roh-roh jahat); (3) slametan yang berkaitan dengan hari-hari
besar Islam, kelahiran nabi Muhammad, akhir bulan puasa, Idul Qurban, dan lain
sebagainya; (4) Slametan yang diadakan tidak teratur, pada waktu-waktu yang tidak
tentu tergantung kepada peristiwa-peristiwa yang luar biasa sebelum melakukan
perjalanan yang jauh, berpindah tempat tinggal, memakai nama baru, jika ada yang
sakit, yang ada hubungannya dengan sihir, dan lain sebagainnya.9
Anggota Angguk Sripanglaras sampai saat ini menurut Surajio berjumlah 147
anggota. Anggota yang terdaftar dari keseluruhan terdiri dari anak-anak sampai
dewasa. Jumlah anggota pemain yang mengikuti atau tergabung dalam pertunjukan
kesenian Angguk Sripanglaras berjumlah kurang lebih 39 anggota. Jenjang
pendidikan yang masih sekolah anggota kesenian Angguk Sripanglaras mulai dari
9Clifford Geertz, Abangan Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta : Pustaka
Jaya,1989), 538-539.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
yang terkecil pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang kuliah (Mahasiswa).10
Struktur yang terdapat pada kesenian Angguk Sripanglaras ini merupakan hasil dari
kesepakatan kekeluargaan yang selama ini masih terjalin pada keluarga kesenian
Angguk Sripanglaras. Jabatan pengurus sampai semua anggota adalah tugasnya saling
melengkapi dan saling membantu tanpa harus menunggu komando sehingga kegiatan
selama berjalannya Angguk akan menghasilkan yang terbaik.
Mata pencaharian atau bidang usaha anggota kesenian Angguk Sripanglaras
mayoritas wiraswasta. Anggota kesenian Angguk Sripanglaras selain melakukan
aktifitas Angguk bekerja sebagai petani, deres kelapa, dan kuli bangunan. Usaha-
usaha untuk mencari atau menafkahi keluarga demi kebutuhan sehari-hari anggota
tidak tergantung dengan intensitas atau banyaknya pentas dalam tiap
pertunjukkannya, mengingat yang menanggap atau membutuhkan pertunjukan
kesenian Angguk tidaklah banyak atau tiap hari untuk pentas Angguk di Kulonprogo.
Regenerasi yang dihasilkan oleh Sanggar Angguk Sripanglaras terdapat
peningkatan jumlah pemain tiap generasinya. Surajio dan Sri Wuryani tidak henti-
hentinya untuk selalu mengedepankan atau mendidik kedisiplinan serta tanggung
jawab dalam mengelola Sanggar Angguk Sripanglaras, sehingga Surajio selaku ketua
atau pimpinan tidak pernah putus asa dalam memunculkan regenerasi.11
Setiap masyarakat memiliki kehidupan sosial masing-masing yang saling
mementingkan kepentingan bersama dengan rasa gotong royong, kekeluargaan dan
saling tolong menolong antar sesama. Oleh karena itu terlihat jelas bahwa setiap
10Wawancara dengan Surajio di Dusun Pripih Kulonprogo, 22 Maret 2017. Diijinkan untuk
dikutip. 11Wawancara dengan Surajio di Dusun Pripih Kulonprogo, 22 Maret 2017. Diijinkan untuk
dikutip.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
manusia itu tidak dapat hidup sendiri, karena manusia merupakan makhluk sosial
yang akan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Kehidupan sosial masyarakat
seperti halnya gotong royong tercemin pada masyarakat Pripih. Budaya gotong
royong masyarakat Pripih masih tampak sekali dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
dalam membangun sarana ibadah, pembuatan jalan, membantu kegiatan hajatan
penduduk sekitar (rewang) dan lain-lain. Proses sosial di dalam masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari tampak dari setiap individunya. Hal ini terlihat dari masyarakat
yang selalu melakukan hubungan sosial individu lain, atau kelompok-kelompok
tertentu.
Masyarakat mempunyai kehidupan sosial yang memiliki perbedaan antara
masyarakat satu dengan yang lainnya. Hal ini terlihat dari adat istiadat yang berlaku
dalam setiap masyarakatnya. Adanya adat istiadat menjadikan setiap daerah memiliki
keunikan tersendiri dalam kebudayaannya. Adat istiadat merupakan bagian dari
kebudayaan yang biasanya berfungsi sebagai pengatur, pengendali, pemberi arah
kepada perlakuan dan perbuatan manusia di masyarakat.12
Kesenian Angguk Sripanglaras tersebut sedang latihan maupun pentas, cukup
mendapat perhatian dari masyarakat. Mereka berkumpul untuk menyaksikan
pertunjukan tersebut. Melihat kesenian tersebut warga merasa terhibur, pelaku dari
kesenian Angguk Sripanglaras juga sebaliknya. Setelah seharian beraktivitas untuk
bekerja, sebagai pelepas lelah mereka terhibur oleh kesenian Angguk Sripanglaras
tersebut.
12Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia, 1982), 2
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
Kehidupan adat istiadat masyarakat pripih dan sekitarnya sangat kental
dengan sifat kebersamaan, kegotong royongan, saling tolong menolong dan saling
toleransi baik sesama warga masyarakat setempat maupun masyarakat yang lain.
Semua jenis kegiatan di segala bidang baik yang bersifat umum maupun individu
selalu terlaksana baik dengan adanya kebersamaan warga untuk saling membantu.
III
Kesenian Angguk Sripanglaras memiliki tari-tarian dengan serentetan pantun
yang menyertainya. Di sini tidak terdapat lakon seperti pada halnya ketoprak dan
wayang orang, namun demikian serangkaian tarian dengan pantun-pantunnya
sebenarnya melukiskan berbagai aspek kehidupan manusia yang telah dijelaskan di
atas. Tujuan dari semuanya itu jelas, yaitu agar di dalam pergaulan hidup ini tercipta
suatu suasana damai, dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pembicaraan
yang kurang senonoh misalnya, kadang-kadang bisa mengakibatkan orang lain
tersinggung, atau malah sakit hati. Jadi lewat pantun tersebut masyarakat
menyampaikan keinginan mereka akan suatu kehidupan yang damai. Disamping
bicara tentang tata pergaulan sosial, anjuran untuk budipekerti yang baik, dalam
pantun-pantun tersebut juga disinggung soal liku-liku percintaan. Dilukiskan pula
disitu karakter berbagai orang akibat dari perpisahan itu, ada diantara mereka yang
terus-menerus meratapi nasibnya tapi ada juga yang sebaliknya, bahkan buru-buru
mencari gantinya. Petuah kepada khalayak untuk tidak suka menyombongkan diri
lantaran keperkasaan serta kelebihan yang dimiliki, juga disiratkan. Selain itu,
pembicaraan mengenai perlunya adaptasi kultural di kalangan generasi tua terhadap
generasi muda disinggung juga, seperti misalnya anjuran agar orang-orang tua mau
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
14
mengerti terhadap keadaan sekarang, terhadap tingkah laku amak-anak muda jaman
sekarang, terlepas dari soal setuju atau tidak setuju.
Pementasan kesenian Angguk Sripanglaras selalu menekankan akan nasihat
seperti yang terdapat dalam lirik atau syair “Ayo para mudha ambelani nusa
bangsa”. Nasihat ini bertujuan agar masyarakat selalu mentaati setiap ajaran yang
disampaikan agama dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi kesenian Angguk Sripanglaras sebagai saran hiburan yaitu dalam
pertunjukan Sermo Art Festival karena kesenian Angguk Sripanglaras yang
memeriahkan berbagai acara bagi masyarakat Kulonprogo merupakan sebuah
tontonan yang selalu dinantikan.13 Kesenian Angguk Sripanglaras sebagai kepuasan
estetis diperlihatkan saat kepuasaan merespon musik yang mereka dengarkan saat
para pemain berimprovisasi, hal ini terlihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh,
terlihat begitu senang dan puas. Pertunjukan kesenian Angguk dapat memberikan
kesenangan bagi penonton, sorak-sorai dan teriakan penonton ketika menyaksikan
pertunjukan merupakan ungkapan dari rasa senang. Tidak jarang bagi beberapa
penonton meminta lagu yang disukainya terhadap pemain atau penari Angguk
Sripanglaras untuk dinyanyikan dan tidak sedikit dari sekian penonton tersebut
memberi uang saweran terhadap penari Angguk Sripanglaras. Kesenian Angguk
Sripanglaras sebagai respon fisik terhadap sajian kesenian Angguk Sripanglaras
cenderung dengan gerakan tubuh spontanitas tetapi mengikuti irama, namun tentunya
gerak-gerak itu juga merupakan sebuah tarian yang diciptakan pemiliknya atas dasar
kreatifitas yang didasari rasa keindahan. Hal ini sesuai dengan gerakan tari yang
13Hasil observasi pada tanggal 21 Mei 2017 bertempat di Waduk Sermo, dalam acara Sermo
Art Festival.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
15
meliputi gerak ragawi maupun gerakan jiwa yang tertuang dalam sikap dan gerak
tersebut.
Unsur-unsur kebudayaan yang paling menonjolkan sistem simbolik orang
Jawa adalah bahas, kesenian, agama dan sistem kepercayaan, ritus, ilmu gaib, dan
beberapa pranata dalam organisasi sosialnya.14 Dalam hal ini unsur bahasa adalah
ciri khasnya. Menurut Judistira, kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan
regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan
kebudayaan nasional. Pengertian yang luas, Judistira mengatakan bahwa kebudayaan
daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui
kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak,
serta pola pikiran yang berada jauh di belakang apa yang tampak tersebut.15
Kehadiran kesenian Angguk Sripanglaras dapat menjadi identitas budaya lokal,
karena tumbuh dan berkembangnya suatu kesenian tidak lepas dari peran masyarakat
pemiliknya. Perkembangan itu sejalan dengan perkembangan kreativitas masyarakat
yang akhirnya akan membuahkan ciri khas tersendiri sesuai budaya yang
melingkupinya. Cliford Greertz mengatakan bahwa kebudayaan merupakan pola dari
nilai-nilai atau makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol dan
ditransmisikan secara historis.16 Keberadaanya membuat masyarakat dan pemerintah
menghadirkan kesenian Angguk di Kulonprogo dalam beberapa event daerah sendiri
maupun delegasi budaya ke luar daerah sehingga daerah sekitarnya mengakui bahwa
14Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 428. 15http://www.gurupendidikan.com/pengertian-budaya-menurut-para-ahli-beserta-definisi-dan-
unsurnya/ diakses Tanggal 5 Juni 2017. 16Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, Terj, Francisco Budi Hardiman (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), 89.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
16
kesenian Angguk di Kulonprogo merupakan identitas budaya lokal kususnya di
kabupaten Kulonprogo.17
Penyajian musik kesenian Angguk Sripanglaras mengandung unsur-unsur
musikal, untuk itu, dalam menganalisis secara musikal diperlukan tangga nada. Musik
dalam kesenian Angguk Sripanglaras terdiri dari musik yang berasal dari instrumen
dan musik vokalnya, karena kesenian Angguk Sripanglaras pada umumnya
mengedepankan vokal lagunya. Sementara untuk menganalisis musik yang sebagian
menggunakan instrumen gamelan menggunakan tangga nada pentatonis. Sistem
penotasian yang digunakan pada kesenian Angguk Sripanglaras ada berbagai cara,
mengingat bahwa latar belakang personil berasal dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda. Penggunaan sistem notasi lebih bersifat konseptual, dalam artian lebih
ditempatkan sebagai patokan dasar permainan musiknya. Sistem notasi yang lebih
sering digunakan dan lebih mudah ialah sistem “Ngeng” atau dengan metode
kesepakatan bunyi, penggunaan metode tersebut dinilai lebih efektif.
Berkaitan dengan pola partner yang akan dinotasikan, maka menggunaan
notasi Kepatihan dengan alasan bahwa notasi ini cukup efektif sebagai bentuk
transkripsi pola bentuk, lagu kesenian Angguk Sripanglaras, dan tangga nada yang
digunakan. Penggunaan tangga nada slendro dan tangga nada pelog pada instrumen
saron, dan notasi kepatihan ini cukup popular digunakan untuk penotasian di dalam
karawitan Jawa. Dalam penyajian kesenian Angguk Sripanglaras terdapat musik
vokal yang diwujudkan dalam bentuk nyanyian atau lagu. Bermacam-macam bentuk
lagu itu memiliki fungsi berlainan pula. Pada dasarnya lagu-lagu itu ada yang
17Wawancara dengan Joko Mursito pada tanggal 21 Mei 2017 di Waduk Sremo. Di ijinkan
untuk dikutip.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
17
berfungsi sebagai pembuka, isi, dan penutup. Untuk itu, dalam analisis musik
khususnya lagu yang digunakan dalam kesenian ini, akan diuraikan berdasarkan
fungsinya dan sekaligus dapat mewakili dari ketiga bentuk lagu atau nyanyian itu
Introduksi
kendang + bedug + rebana
j.kIK jPkIK jPB jIP jCk.C
j.P jCk.C j.P C C jkCkCk.C j.P jCk.C j.P jCk.C j.P C C kCkCkCC kCkCkCC C I gC
Bedug : _ C C C C C C C C _ 4 x 8 ( bersama vokal )
. j.5 j65 3 j23 j.2 j35 6 7 6 5 3 2 3 2 1
manunggaling rasa karsa karya pra wa – no –dya samya beksa
j.1 j21 jy1 j22 j.1 j22 j.4 5 j65 j.4 2 j11 j.2 3 2 1
seblak sampur lan kirig minangka tanda pra wa nodya siaga ing beksa
Buka kendang j.jjkIK jPjjjjjjjjjk=IK jPB berikutnya disambung dengan rebana dan bedug yang
ditabuh seperti notasi di atas secara bersamaan atau unisono. Motif tabuhan ini dibuat
sigrak atau kencang sebagai awal penari memasuki tempat pertunjukan atau
panggung. Bentuk sigrak tersebut untuk menarik perhatian penonton bahwa
pertunjukan Angguk Sripanglaras akan segera dimulai. Setelah tabuhan unisoun
disambung tabuhan bedug seperti notasi di atas sebagai ater-ater atau tanda penari
masuk dan berbaris. Lagu setelah bedug berlaras pelog dan dinyanyikan secara
bersamaan atau koor. Setelah itu disambung dengan vokal pambuka yang berlaras
slendro di bawah berikut ini.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
18
Lagu Pambuka Sesudah Penari Masuk
. . 3 5 . jz3x2x xj3c5 5 . . 5 5 . j32 j35 3 pambu - ka - ning pambu - ka - ning
. . 2 z2x x c1 jz2x1x jxx3c5 2 . . . . . . . . pa - har - gi - yan
. . 3 5 . j32 j35 3 . z5x xj6c! 5 . 5 3 2 angle - lu - ri ang – le lu - ri
. 5 . 3 . jz2x1x xj2c1 1 . . . . . . . . ka - bu - da - yan
Lagu Ikan Cucut
. j.5 j55 5 j56 3 5 G6 I - kan cu-cut mandi di - la - ut
Andheng-andheng di A- tas Mu - lut
5 j.5 j55 5 j56 3 5 G6 I - kan cu-cut mandi di - la - ut
Andheng-andheng di A- tas Mu - lut
zj5c/3 5 6 ! zj!c/! ! 6 6 ke - na om - bak bergo – yang bun - tut
Sa - pa Nde - leng Pasti Ke - pin - cut
Adapun lagu ikan cucut di atas jika dianalisis secara musikal seperti berikut.
5 j.5 j55 5 j56 3 5 G6 I - kan cu-cut mandi di - la - ut (padang)
5c/3 5 6 ! zj!c/! ! 6 6 ke - na om - bak bergo – yang bun - tut (ulihan)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
19
Kalimat lagu ikan cucut di atas terbentuk dengan hanya terdiri dari 1 frase
padang dan 1 frase ulihan. Kalimat tanya atau padang seperti ikan cucut mandi di
laut, sedangkan kalimat jawab atau ulihan dapat ditutup dengan kalimat kena ombak
bergoyang buntut. Akan tetapi kalimat padang ulihan dapat dilihat dari melodi lagu
ikan cucut. Lagu ikan cucut sebagai pengiring tari berpasangan.
Penotasian kendang adalah satu bentuk agar pembaca nantinya dapat
mengetahui kendangan apa saja yang terdapat pada tari Angguk Sripanglaras. Motif
kendang ini adalah sebagai aksen atau penekanan pada gerak tari tersebut. Adapun
motif kendangan berikut adalah salah satu bentuk motif yang ada pada ragam tari
Angguk Sripanglaras.
Kendangan Kiprah
j.D B jDB j.I j.D B jDB j.I j.D B jDB j.I j.D B jDB .
j.D jBI j.D jBI j.D jBI j.D jBI j.D jBI j.D jBB B B . .
kendhang singget I
j.jDH jBk.D jDjHk.D jID jPL B
kendhang singget II
j.kDkLkDH jBjDH jID jPL B
IV
Angguk merupakan kesenian kerakyatan yang berasal dari Kabupaten
Kulonprogo. Pada awalnya kesenian ini ditarikan oleh kaum laki-laki dengan
melantunkan shalawatan yang berisikan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan berjalannya waktu, kesenian Angguk mulai bergeser fungsi menjadi hiburan.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
20
Sebagai kesenian hiburan maka bentuk pertunjukannya dikemas agar lebih menarik
dan diminati penonton.
Secara umum, seni pertunjukan rakyat tidak dapat terwujud dan terus berjalan
apabila tanpa adanya masyarakat pendukungnya. Hal ini dikarenakan bahwa seni
pertunjukan dari rakyat untuk rakyat itu sendiri. Artinya, masyarakat yang membuat
kesenian dan masyarakat pula yang menjadi penikmat dari kesenian tersebut.
Kesenian Angguk Sripanglaras di Kulonprogo adalah sebuah kesenian kerakyatan
dimana masyarakat pendukungnya saling mempengaruhi satu dengan yang lain, baik
dalam segi sosial, musik, maupun dalam segi semangat dalam diri anggota kesenian
Angguk Sripanglaras untuk Nguri-nguri Kabudayan Jawi. Bertahanya kesenian
Angguk Sripanglaras adalah kesolidan yang terdapat pada dalam anggota kesenian
sendiri sehingga prestasi yang didapatkan oleh kesenian Angguk Sripanglaras yaitu
prerstasi dari tingkat Domestik sampai mancanegara.
Kesenian Angguk Sripanglaras merupakan kesenian yang tidak akan terlepas
dengan pola perkembangan jaman yang terjadi di sekeliling kita. Perkembangan
teknologi dan era globalisasi sekar ini sangat pesat. Kemajuan ini secara tidak
langsung mempengaruhi kehidupan kesenian Angguk Sripanglaras sebagai bagian
dari budaya yang seharusnya wajib kita lestarikan, sehingga penulis menghimbau
khususnya kepada pelaku kesenian Angguk Sripanglaras dan umumnya kepada
semua pihak untuk selalu mempertahankan eksitensi kesenian kerakyatan ini yang
merupakan asset kebudayaan bangsa dan negara.
Sehubungn dengan bentuk penyajian kesenian Angguk Sripanglaras, penulis
mengharap kesenian ini untuk selalu dijaga kelestariannya dan juga dikembangkan,
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
21
salah satunya dengan cara memperkaya kreasi gerak tari para penari yang terdapat
pada gerak-gerak spontanitasnya, kostum, dan komposisi musik supaya lebih menarik
dala, segi pertunjukan dan lebih bisa diterima masyarakat, khususnya kaum muda
Mengingat semakin semaraknya keberadaan kesenian modern di kalangan
masyarakat luas, maka disarankan agar grup kesenian Angguk Sripanglaras untuk
menyiapkan generasi penerus. Hal ini mengingat kurang berminantnya kaum muda
untuk mewarisi bakat dalam pertunjukan Angguk Sripanglaras. Untuk
mempertahankan keberadaan kesenian Angguk Sripanglaras, maka perlu dilakukan
koordinasi yang serius dari pihak baik dari pemerintah daerah, swasta, seniman dan
pemerhati seni dan budaya serta masyarakat itu sendiri agar kesenian ini dapat
dikenal oleh masyarakat luas.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
22
KEPUSTAKAAN
A. Sumber Tertulis
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Geertz, Clifford. 1989. Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:
Pustaka Jaya.
_____________. 1992. Kebudayaan dan Agama. Terj. Francisco Budi Hardiman.
Yogyakarta: Kanisius.
Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: PT Sinar Harapan.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
______________. 1982. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Muelder, Marcia. 2010. Persoalan-persoalan Dasar Estetik. Jakarta: Salemba
Humanika.
Sumaryono. 2011. Antropologi Tari. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta
B. Sumber Lisan
Joko Mursito. 47 Tahun. Kepala Bidang Kebudayaan Kulonprogo, Perumahan
Pengasih, Kulonprogo.
Surajio. 45 Tahun. Ketua Sanggar Angguk Sripanglaras. Pripih, Kokap, Kulonprogo.
Sri Wuryanti. 42 Tahun. Pelatih Sanggar Angguk Sripanglaras. Pripih, Kokap,
Kulonprogo.
C. Sumber Internet
http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2014/03/tari-angguk-tarian-daerah-yogyakarta.html
diakses pada tanggal 20 Maret 2017.
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-budaya-menurut-para-ahli-beserta-definisi-dan-unsurnya/
diakses Tanggal 5 Juni 2017.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Recommended