View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
PERUBAHAN TRADISI
GOTONG ROYONG MASYARAKAT DESA KIABU
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
ERMAWATI
NIM : 110569201042
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
2
ABSTRAK
Di Kabupaten Anambas terdapat sebuah desa yaitu desa Kiabu.Dilihat dari
masyarakat yang homogen, diketahui bahwa sejak zaman nenek moyang
masyarakat desa Kiabu memegang teguh tradisi gotong royong.Budaya gotong
royong yang terdapat di desa Kiabu lebih bersifat kepada tolong menolong.
Adapun fenomena gotong royong yang dapat dilihat pada masyarakat desa Kiabu
yaitu gotong royong bersih lingkungan, gotong royong dalam acara nikahan,
gotong royong mmbnagun rumah, serta gotong royong dalam memperingati hari
besar islam. Perkembangan yang terjadi pada desa Kiabu berdampak pada
perubahan, terutama terjadinya pada tradisi gotong royong.Perubahan tradisi
dalam masyarakat bisa terjadi di tandai dengan bergesernya budaya yang dari dulu
sudah ada di dalam masyarakat.
Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui factor penyebab dari perubahan
tradisi gotong royong yang biasa dilakukan oleh masyarakat desa Kiabu
Kabupaten Anambasmenggunakan teori perubahan dan evolusi Herbert Spencer
yaitu bentuk perubahan dalamubah ansur, memegang pada andaian bahwa
perubahan boleh dijangkakan dalam bentuk linear yang kumulatif daripada satu
tahap ke tahap yang lain (dari tahap mudah kepada tahap yang kompleks).
Penelitianinitermasukpenelitianpendekatan kualitatif dan jenis data
deskriptif.Pengumpulan data dilakukandenganmetodeobservasi, wawancara,
denganmenggunakanpedomanwawancara(interview guide)dan
dokumentasi.Analisis data denganmenggunakan model Miles dan
Hubermanyaitureduksi data, penyajian data, kesimpulandanverifikasi.
Adapun hasil temuan dalam penelitian menunjukan bahwa perubahan yang
terjadi pada tradisi gotong rayong yaitu Pertama tradisi bersih lingkungan
mengalami perubahan yaitu mayarakat lebih mengumpulkan iuran dan dari iuran
tersebut dipergunakan untuk menggaji orang membersihkan lingkungan, sehingga
masyarakat tidah perlu lagi bergotong royong.Kedua pada tradisi gotong royong
pada acara nikahan, mengalami perubahan yaitu memasak tidak perlu lagi dengan
bantuan masyarakat karena sudah menggunkan ketring, masyarakat tidka perlu
lagi membangun bangsal karena sudah meggunakan tenda, masyarakat juga tidak
perlu menncuci piring karena sudah ada yang dibayar untuk mencuci
piring.Ketiga tradisi gotong royong ketika masyarakat membangun rumah,
mengalami perubahan masyarakat telah menggunkan tukang buat rumah.Keempat
gotong royong saat memperingati atau mengadakan kegiatan pada hari hari besar
islam mengalami perubahan masyarakat tidak ikut serta bergotong royong tapi
lebih memberikan uang dan tidak dikerjakan secara gotong royong lagi. Adapun
faktor penyebab dari perubahan tersebut karena masyarakat sibuk bekerja, lelah,
malas, serta mengikuti budaya luar.
Kata Kunci : Perubahan, Gotong Royong
3
ABSTRACT
In Anambas there is a villages of Kiabu. Viewed from a homogeneous society,
it is known that since the time of the ancestors of the villagers Kiabu adhere to the
tradition of mutual cooperation. Culture of mutual cooperation in the villages are
more Kiabu to helping. The phenomenon of mutual cooperation can be seen in the
village community Kiabu namely mutual help clean the environment, mutual
assistance in the event of marriage, home mmbnagun mutual cooperation, and
mutual assistance in commemorating the great day of Islam. Developments in the
village Kiabu impact on the changes, especially the occurrence of the tradition of
mutual cooperation. Changes in society tradition could occur on the mark with
the shifting culture that has always been there in the community.
The purpose of this study was to determine factors causing the change
tradition of mutual aid that is practiced by rural communities Kiabu Anambas
using the theory of change and evolution Herbert Spencer yaitubentuk change in
change ansur, holds the assumption that changes may dijangkakan in the form of
linear cumulative rather than a single stage to another stage (from easy stage to
stage complex).
This research was qualitative and descriptive data types. The data collection
is done by observation, interview, using interview guide (interview guide) and
documentation. Data analysis using models Miles and Huberman of data
reduction, data presentation, and verification conclusion.
As for the findings of the research show that changes in traditional mutual
tradition rayong namely First clean environment changes that society is collecting
contributions and from contributions are used to pay people to clean the
environment, so that people tidah need to work together. Both the tradition of
mutual aid in the event wedding, experienced a change that cooking is no longer
with the help of the public because it has been using the ketring, community tidka
longer need to build the ward because it meggunakan tents, people also do not
need menncuci plate because there is already paid for washing dishes. The third
tradition of mutual cooperation when people build houses, to change society for
using the builders to build a home. Fourth gotong royong or hold events to
commemorate the day a great day islam changing society does not participate and
work together but more to give money and not done by mutual cooperation again.
Whereas the causes of these changes because people are busy working, tired,
lazy, and follow foreign cultures.
Keywords: Change, the Mutual Cooperation
4
PERUBAHAN TRADISI
GOTONG ROYONG MASYARAKAT DESA KIABU
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ciri khas bangsa Indonesia salah satunya adalah gotong royong, Gotong
royong berasal dari kata dalam Bahasa Jawa. Kata gotong dapat dipadankan
dengan kata pikul atau angkat. Dalam perspektif sosio budaya, nilai gotong
royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan
individu yang dilakukan tanpa pamrih (mengharap balasan) untuk melakukan
sesuatu secara bersama- sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu.
Umumnya prilaku gotong masih bertahan pada masyarakat homogeny atau
masyarakat pedesaan, prilaku tersebut tentu saja dapat menjadi asset bangsa jika
tetap dipelihara oleh masyarakat pedesaan karena merupakan sebuah manifestasi
budaya yang telah ada dalam berbagai sendi kehidupan bermasyarakat. Menurut
Soerjono Soekanto, ( 2010 : 303) modernisasi yaitu suatu bentuk dari perubahan
sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya
dinamakan sosial planning.
Di Kabupaten Anambas terdapat sebuah desa yaitu desa Kiabu. Masyarakat
desa Kiabu merupakan masyarakat yang homogen yang masyarakatnya
berbudaya, berbahasa, dan mempunyai suku yang satu yaitu melayu. Dilihat dari
masyarakat yang homogen, diketahui bahwa sejak zaman nenek moyang
masyarakat desa Kiabu memegang teguh tradisi gotong royong. Budaya gotong
5
royong yang terdapat di desa Kiabu lebih bersifat kepada tolong menolong.
Adapun fenomena gotong royong yang dapat dilihat pada masyarakat desa Kiabu
yaitu masyarakat selalu melakukan kegiatan gotong royong setiap hari minggu
yaitu membersihkan desa. Budaya gotong royong dalam acara nikahan juga telah
ada sejak masa orang tua terdahulu. Dalam hal membangun rumah masyarakat
desa Kiabu juga mengutamakan prinsip gotong royong, yang mana tradisi tersebut
sudah berlangsung sejak tahun 1980. Pada acara besar seperti peringatan hari
besar islam.
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 2008 didesa Kiabu telah
dibangun industri. Adapun industri yang terdapat di desa Kiabu yaitu industri
PT.pengolahan ikan dan industri pariwisata. Perkembangan yang terjadi pada desa
Kiabu berdampak pada perubahan, terutama terjadinya pada tradisi gotong
royong. Diketahui bahwa awalnya masyarakat selalu menjalankan segala tradisi di
dalam masyarakat khususnya gotong royong, dan hal tersebut mulai di tinggalkan
oleh masyarakat lokal desa Kiabu, Perubahan tradisi dalam masyarakat bisa
terjadi di tandai dengan bergesernya budaya yang dari dulu sudah ada di dalam
masyarakat.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan arus modernisasi memunculkan
perubahan tradisi pada masyarakat lokal khususnya perubahan tradisi gotong
royong. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam
dengan judul : Perubahan Tradisi Gotong Royong Masyarakat Desa Kiabu
Kecamtan Siantan Selatan Kabupaten Anambas.
B. Perumusan masalah
6
Mengapa terjadi perubahan tradisi gotong royong pada masyarakat desa Kiabu
Kabupaten Anambas?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui factor penyebab dari perubahan tradisi gotong royong yang
biasa dilakukan oleh masyarakat desa Kiabu Kabupaten Anambas.
D. Manfaat Penelitian
a. Kegunaan secara teoritis
Guna menambah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan kajian ilmiah
khususnya di bidang ilmu sosiologi
b. Kegunaan praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian lebih tertarik terhadap objek penelitian yang sama di masa yang
akan datang. Dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
masukan bagi pemerintah setempat.
E. Konsep Operasional
Adapun konsep yang dioperasionalkan dalam penelitian ini yaitu.
1. Masyarakat pendatang yaitu masyarakat yang berasal dari daerah luar
yang mendiami desa Kiabu yang mencapai waktu 5 tahun
2. Perubahan yaitu perubahan yang terjadi pada tradisi gotong royong yang
sudah ada pada masyarakat desa Kiabu di era modernisasi. Perubahan
dilihat dari perubahan secara evolusi yang melihat pada perubahan
7
masyarakat berdasarkan masyarakat homogeny ke masyarakat hetorogen
karena arus modernisasi.
3. Tradisi gotong royong yaitu bentuk kebudayaan yang telah ada sejak dulu
di dalam kehidupan masyarakat yang harus dipertahan, kebudayaan yang
harus dipertahankan oleh masyarakat desa Kiabu yaitu budaya gotong
royong. yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat secara
bersama sama dengan tujuan untk mempermudah suatu pekerjaan dan
dapat mempererat hubungan solidaritas. Adapun gotong royong tersebut
yaitu :
a. Bersih lingkungan yang dimaksud yaitu masyarakat saling tolong
menolong dalam membersihkan lingkungan di sekitar rumah warga
b. Gotong royong dalam acara nikahan, setiap ada acara nikahan
masyarakat selalu membantu mulai dari awal acara hingga selesainya
acara nikahan tersebut
c. Gotong royong membangun rumah, ketika ada warga yang akan
membangun rumah, masyarakat selalu tolong menolong
mengerjakan pembangunan rumah tersebut sampai selesai, sehingga
warga yang akan membangun rumah tersebut tidak mengeluarkan
biaya untuk tukang bangunan.
d. Gotong royong dalam acara memperingati hari besar islam,
masyarakat selalu tolong menolong dalam keberlangsungan acara
pada hari besar islam dengan menyediakan makanan, minuman.
8
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tipe
deskriptif.
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di desa Kiabu Kabupaten Kepulauan Anambas
dimana terdapat perubahan dari tradisi budaya gotong royong ada di desa
Kiabu.
3. Jenis data
a. Data primer
Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan di
desa Kiabu Kecamtan Siantan Selatan Kebupaten Kepulauan Anambas
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan yaitu dari dokumen baik litelatur,laporan,arsip, data dari
penelitin terdahulu dan sebagai data yang berkenaan dengan penelitian
ini.
4. Pupulasi Dan Sampel
Penentuan informan di lakukan dengan menggunakan Teknik Purposive
Sampling. Teknik Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel
9
sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010 : 218-219).
Dengan Kriteria informan yaitu :
1. Masyarakat yang berdomisili di Desa Kiabu minimal 5 tahun
2. Masyarakat yang berusia dewasa yaitu 25- 40 tahun
3. Masyarakat yang awalnya berpartisipasi dalam setiap kegiatan gotong
royong
4. Masyarakat yang terkait pekerjaan di sektor industri
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal sangat penting bagi orang yang
sedang mengadakan penelitian karena menyangkut bagaimana
memperoleh data baik yaitu melalui observasi, wawancara mendalam
maupun dukumentasi.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah analisis data secara
kualitatif. Analisis penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles
dan Huberman dalam (Silalahi, 2012 : 340). Menurut Milles dan
Huberman kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara
bersamaan, yaitu reduksi data penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Adapun yang dikulitatifkan dalam penelitian kualitiakan yaitu berupa data-
data yang dikualitatifkan sehingga terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai arti.
10
G. KERANGKA TEORITIS
1. Perubahan Dan Evolusi Sosial Herbert Spancer
a. Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya,
perubahan sosial meliputi perubahan dalam perbedaan usia, tingkat
kelahiran, dan penurunan rasa kekeluargaan antar anggota masyarakat
sebagai akibat terjadinya arus urbananisasi dan modernisasi. (Sunanto,
2011: 12 ). Perubahan senantiasa mengandung dampak negatif maupun
positif. Untuk itu dalam merespon perubahan diperlukan kearifan dan
pemahaman yang mendalam mengenai nilai,arah program,dan strategi
yang sesuai dengan sifat dasar perubahan itu sendiri.
Penyebab terjadinya perubahan yaitu menyangkut perkembangan
teknologi, terjadinya konflik, ideologi yang dianut masyarakat
merupakan beberapa faktor sosial yang turut memengaruhi perubahan
sosial. Event atau peristiwa merupakan suatu kejadian dalam
masyarakat yang mampu menyebabkan perubahan. Peristiwa tersebut
dapat merupakan peristiwa kecil maupun besar. Aspek demografis atau
kependudukan meliputi kelahiran, kematian maupun perpindahan
penduduk. selain itu perubahan komposisi penduduk juga turut
menjadi faktor yang menyebabkan perubahan sosial (Kumanto
Sunarto,2011: 24).
Adapun bentuk perubahan sosial menurut Herbert Spencer yaitu
secara evolusi. Yaitu ubah ansur, memegang pada andaian bahwa
11
perubahan boleh dijangkakan dalam bentuk linear yang kumulatif
daripada satu tahap ke tahap yang lain (dari tahap mudah kepada tahap
yang kompleks). Spencer mengatakan bahawa manusia berkembang
dari kelompok kecil kepada kelompok yang lebih besar, dan dari
kelompok mudah kepada kelompok majmuk atau dari kelompok
seragam kepada kelompok yang tidak seragam. Menurut Hebert
Spencer (1820-1903), masyarakat manusia telah melalui satu arah
pembangunan secara semula jadi, bermula daripada keadaan yang agak
mudah kepada corak yang kompleks. Struktur masyarakat yang sangat
rapat lama-kelamaan akan berpecah dan menjadi terkhusus. Fungsi-
fungsi yang menggerakkan masyarakat juga akan perlahan-lahan
berubah. Proses perubahan masyarakat menurutnya mengikuti hukum
alam semula jadi dan akhirnya akan menuju kepada kemajuan,
pembangunan dan kesempurnaan masyarakat (dalam
http://eprints.utm.my ).
b. Evolusi Masyarakat
Evolusi sosial adalah serangkaian perubahan sosial dalam
masyarakat yang berlagsung dalam waktu lama, yang berawal dari
kelompok suku atau masyarakat yang masih sederhana dan homogen,
kemudian secara bertahap menjadi kelompok suku atau masyarakat
yang lebih maju, dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang
kompleks. Dadang supardan (2009, 155-156) menjelaskan
bahwasannya dalam buku yang berjudul principles of sociology (1876-
12
1896) Herbert Spencer, seorang sosiologi inggris mengemukakan
Teori Evolusi Sosial sebagai berikut:
a. Masyarakat yang merupakan suatu organisme, berevolusi menurut
pertumbuhan manusia seperti tubuh yang hidup, masyarakat
bermula seperti kuman yang berasal dari massa yang dalam, segala
hal dapat dibandingkan dengan massa itu dan sebagian diantaranya
akhirnya dapat didekati. (Spencer dalam Lauer, 2003:80).
b. Suku primitif berkembang melalui peningkatan jumlah
anggotanya, perkembangan itu mencapai suatu titik dimana suatu
suku terpisah menjadi beberapa suku yang secara bertahap timbul
beberapa perbedaan satu sama lain. Perkembangan ini dapat
terjadi, seperti pengulangan maupun terbentuk dalam proses yang
lebih luas dalam penyatuan beberapa suku. Penyatuan itu terjadi
tanpa melenyapkan pembagian yang sebelumnya disebabkan oleh
pemisahan.
c. Pertumbuhan masyarakat tidak sekedar menyebabkan perbanyakan
dan penyatuan kelompok, tetapi juga meningkatkan kepadatan
penduduk atau meningkatkan solidaritas, bahkan massa yang lebih
akrab.
d. Dalam tahapan masyarakat yang belum beradab (uncivilised) itu
bersifat homogen karena mereka terdiri dari kumpulan manusia
yang memiliki kewenangan, kekuasaan,dan fungsi yang relatif
sama terkecuali masalah jenis kelamin.
13
e. Suku nomaden memiliki ikatan karena dipersatukan oleh
ketundukan kepada pemimpin suku. Ikatan ini mengikat hingga
mencapai masyarakat beradab yang cukup untuk diintegrasikan
bersama selama “selama 1000 tahun lebih “.
f. Jenis kelamin pria, didentikkan dengan simbol-simbol yang
menuntut kekuatan fisik, seperti keprajuritan, pemburu, nelayan,
dan lain-lain.
g. Kepemimpinan muncul sebagai konsekuensi munculnya keluarga
yang sifatnya tidak tetap atau nomaden.
h. Wewenang dan kekuasaan seseorang ditentukan oleh kekuatan
fisik dan kecerdikkan seseorang, selanjutnya kewenagan dan
kekusaan tersebut memiliki sifat yang diwariskan dalam keluarga
tertentu.
i. Peningkatan kapasitaspun menandai proses pertumbuhan
masyarakat. Organisasi-organisasi sosial yang mulanya masih
samar-samar, pertumbuhannya mulai mantap secara perlahan-
lahan, kemudian adat menjadi hukum, hukum menjadi semakin
khusus dan institusi sosial semakin terpisah berbeda-beda. Jadi,
dalam berbagai hal memenuhi formula evolusi. Ada kemajuan
menuju ukuran, ikatan, keanekaragaman bentuk, dan kepastian
yang semakin besar (Spencer dalam Lauer, 2003:81).
j. perkembanganpun ditandai oleh adanya pemisah unsur-unsur
religius dan sekuler. Begitupun sistem pemerintahan bertambah
14
kompleks, diferensiasipun timbul dalam organisasi sosial, termasuk
tumbuhnya kelas –kelas sosial dalam masyarakat yang ditandai
oleh suatu pembagian kerja.
2. Tradisi Gotong Royong
Menurut Koentjoroningrat (Rary, 2012), gotong royong atau tolong
menolong dalam komunitas kecil bukan saja terdorong oleh keinginan
spontan untuk berbakti kepada sesama, tetapi dasar tolong menolong
adalah perasaan saling membutuhkan yang ada dalam jiwa masyarakat.
“ Nilai itu dalam sistem budaya orang Indonesia mengandung
empat konsep, ialah: (1) Manusia itu tidak sendiri di dunia ini tetapi
dilingkungi oleh komunitinya, masyarakatnya, dan alam semesta
sekitarnya. Didalam sistem makrokosmos tersebut ia merasakan dirinya
hanya sebagai unsure kecil saja, yang ikut terbawa oleh proses
peredaran alam semesta yang maha besar itu. (2) Dengan demikian
manusia pada hakikatnya tergantung dalam segala aspek kehidupannya
kepada sesamanya. (3) Karena itu, ia harus selalu berusaha untuk
sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya
terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa, dan (4) selalu berusaha untuk
sedapat mungkin bersifat conform, berbuat sama dengan sesamanya dalam
komuniti, terdorong oleh jiwa sama tinggi sama rendah”.
15
H. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Gambaran Umum Desa Kiabu
Desa Kiabu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Siantan Selatan, Kabupaten Kepulauan Anambas. Masyarakat desa Kiabu
merupakan masyarakat yang homogen yang masyarakatnya berbudaya,
berbahasa, dan mempunyai suku yang satu yaitu melayu. Adapun data
yang di dapat melalui kantor desa Kiabu bahwa jumlah penduduk desa
Kiabu berdasarkan KK yaitu berjumlah 204 KK dengan total jumlah
masyarakatnya yaitu 705 orang.
Adapun tradisi yang ada di desa Kiabu sangat kental dengan tradisi
gotong royong yang bersifat tolong menolong, yang terdiri dari yaitu :
1. masyarakat selalu melakukan kegiatan gotong royong setiap hari
minggu yaitu membersihkan desa, khususnya saling membantu
membersihkan setiap daerah sekeliling rumah masyarakat yang tidak
bersih.
2. Dalam acara nikahan masyarakat selalu mengutamakan budaya
gotong royong apabila ada acara nikahan masyarakat bersama sama
mendatangi lokasi dengan membantu segala kegiatan yang ada, mulai
dari awal acara sampai penghabisan acara.
3. Tradisi tolong menolong dalam membangun rumah masyarakat desa
Kiabu selalu diutamakan, rumah yang mau dibangun dilakukan
dengan cara gotong royong tidak ada ahli tukang yang di bayar dalam
membangun sebuah rumah.
16
4. Dalam memperingati hari besar islam,tradisi gotong royong juga
diterapkan oleh masyarakat desa Kiabu. Yang mana masyarakat juga
saling tolong menolong untuk memeriahkan acara tersebut misalnya
pada acara isra’ mikraj, maulid nabi, As Sura, masyarakat selalu
membuat acara doa selamat di masjid, dan hal tersebut dilakukan
dengan gotong royong.
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian kualitatif sengaja dipilih oleh peneliti,
karena dianggap mampu memberikan informasi seputar masalah yang
sedang diteliti. Dalam penelitian ini, informan yang dipilih adalah
masyarakat yang memang berasal dari desa Kiabu atau penduduk tempatan
yang telah mendiami desa Kiabu minimal 5 tahun. Karakteristik informan
ditentukan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, berdasarkan pekerjaan.
b. Perubahan Tradisi Gotong Royong Masyarakat Desa Kiabu
Kabupaten Anambas
Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa
lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah
dilakukan secara kebetulan atau disengaja (Piotr Sztompka, 2004 : 69).
Desa Kiabu merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Anambas
yang sebelum mengalami kemajuan masyarakat sangat memegang teguh
tradisi gotong royong, adapun tradisi gotong royong yang terdapat di desa
Kiabu tidak terlepas dari tradisi yang mengarahkan kepada sikap tolong
17
menolong yang berjalan sangat baik dari masa ke masa sehingga telah
mendarah daging pada masyarakat desa Kiabu dan menjadi beban serta
timbul rasa bersalah apabila tradisi tersebut ditinggalkan.Tradisi menunjuk
kepada sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan wujud-
wujudnya masih hingga sekarang (Syam 2005:277).
Dalam permasalahan ini modernisasi tidak dilihat sebagai factor yang
menyebabkan terjadinya perubahan secara cepat, tetapi berasarkan
permasalahan yang ada di desa Kaibu modernisasi dilihat dari sebuah
factor penyebab perubahan yang dilihat dari perubahan tradisi gotong
royong yang terjadi secara bertahap, dan tidak serta merta.
Adapun tradisi yang terdapat didesa Kiabu yang dilihat dari perubahan
yang terjadi serta faktor penyebab perubahan dengan adanya pengaruh
modernisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan pada tradisi gotong
royong yang ada pada masyarakat desa Kiabu yaitu dapat dibahas sebagai
berikut:
1. Tradisi Gotong Royong Bersih Lingkungan
a. Bentuk Tradisi Budaya Gotong Royong Bersih Lingkungan
Pada Awalnya
Tradisi yang tidak asing lagi di dengar dan diucapkan oleh
masyarakat khususnya di daerah pedesaan yaitu mengenai tradisi
gotong royong. gotong royong memiliki pengertian bahwa setiap
individu dalam kondisi seperti apapun harus ada kemauan untuk
ikut berpartisipasi aktif dalam memberi nilai tambah atau positif
18
kepada setiap obyek, permasalahan atau kebutuhan orang banyak
disekeliling hidupnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan
yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual,
ketrampilan atau skill, sumbangan pikiran atau nasihat yang
konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan (Abdillah, 2011).
Dari pemaparan informan dapat dikatakan bahwa masyarakat
desa Kiabu dalam menjalankan tradisi gotong royong pada
awalnya brpartisipasi aktif. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa
bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental
spiritual, ketrampilan atau skill, sumbangan pikiran atau nasihat
yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan. Bentuk
partisipasi aktif dari tradisi gotong royong pada masyarakat desa
Kiabu yaitu pertama kegiatan gotong royong bersih lingkungan
yaitu dilakukan dengan cara melakukan tolong menolong untuk
membersihkan lingkungan rumah warga yang dilakukan dalam
waktu sebulan 2 kali. Tradisi tersebut dilakukan dengan
membersihkan lingkungan rumah tetangga misalnya dengan jarak
50 meter yang harus dibersihkan, kemudian 2 minggu selanjutnya
dengan jarak seperti itu lagi. Hal tersebut bertujuan agar
lingkungan tetap terjaga kebersihan hingga masyarakat bisa hidup
bebas dari penyakit.
19
b. Perubahan Tradisi Pada Tradisi Bersih Lingkungan
Dalam hal ini wujud perubahan tradisi merupakan pergantian
dari wujud unsur unsur lama kepada yang baru, yang mana wujud
unsur lama yaitu pada setiap kegiatan bersih lingkungan yang
dilakukan oleh desa, parisipasi masyarakat sangat tinggi untuk
bersama sama mengikuti kegiatan gotong royong tersebut,
masyarakat turun tangan sendiri untuk iku serta membersihkan
lingkungan, namun seiring dengan perkembangan zaman wujud
dari unsur lama tersebut menjadi tergantikan dengan wujud unsur
yang baru. Dalam hal ini unsur baru yaitu masyarakat tidak
berpartisipasi langsung turrun kelapangan dalam bergotong royong
tapi partisipasi masyarakat lebih pada membayarkan iuran setiap 2
minggu sekali yang digunakan untuk mengaji orang untu
membersihkan lingkungan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa tradisi bersih lingkungan di desa Kiabu masih tetap
dilakukan, namun cara melakukannnya telah mengalami perubahan
Perubahan yang dilakukan pada tradisi gotong royong bersih
lingkungan dilakukan secara bertahap tidak dengan serta merta
masyarakat langsung semuanya tidak ikut bergotong royong,
namun berawal dari satu orang yang membayar kemudian diikuti
oleh yang lainnya, sampai akhirnya sesuai dengan kesepatan
bersama digantikan dengan pembayaran iuran untuk menggaji
tukang bersih lingkungan.
20
Berdasarkan kesepatakan untuk mengupah tukang bersih
lingkungan, maka didapat pula kesepakatan mengenai jumlah
tukang bersih, gaji dari tukang bersih serta hari hari yang dilakukan
untuk membersihkan lingkungan tersebut. Adapun masyarakat
yang dipilih menjadi tukang bersih dilingkungan didesa Kiabu
yaitu terdiri dari 6 orang yang mana pada yang melamar untuk
menjadi tukang bersih lingkungan berasal dari masyarakat
tempatan dan masyarakat pendatang, sehingga didapatkan 3 orang
masyarakat tempatan serta 3 orang masyarakat yang pendatang
yang dipilih menjadi tukang bersih lingkungan. Mengenai gaji
setiap tukang bersih mendapatkan gaji sebesar Rp. 500.000,- yang
dikerjakan secara berkelompok dengan jumlah kelompok 3 orang
dan dikerjakan bergilran setiap harinya.
c. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Gotong Royong
Bersih Lingkungan
Perubahan sendiri terjadi dari dalam masyarakat, maupun
terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat
ini terjadinya perubahan dalam masyarakat desa kebanyakan
datang dari luar masyarakat. Dapat dikatakan bahwa desa Kiabu
meruapakan sebuah desa yang memiliki potensi wisata yang sangat
besar, salah satu wisata yang sangat menarik perhatian para
pengunjung yaitu wisata pulau bawah, tepatnya pada tahun 2015
21
tercatat bahwa pengunjung yang berkunjung di didesa Kaibu untuk
berwisata di pulau Pulau Bawah yaitu berkisar 2000 pengunjung.
Dengan berkembangnya wisata Pulau Bawah tersebut juga
menciptakan lapangan pekerjaan, dapat dikatakan bahwa
masyarakat yang bekerja di desa Kiabu khususnya pada wilayah
kepariwisataan tidak hanya masyarakat lokal namun terdapat juga
masyarakat asing. Seperti data yang didapat melalui kantor
kepariwisataan terdapat sekitar 30 warga asing yang telah bekerja
di kepriwisataan pulau Bawah.
Dengan perkembangan wisata pulau bawah menyebabkan
banyak masyarakat luar yang datang ke desa Kiabu, tidak hanya
untuk berrkunjung tetapi ada juga yang tinggal menetap di desa
Kiabu. hal tersebut salah satu yang menjadikan masyarakat desa
Kiabu yang dulunya adalah masyarakat homogen yang mempunyai
persamaan adat, budaya, tradisi dengan pembauran dengan
masyarakat luar menjadikan masyarakat desa Kiabu sebagai
masyarakat hetorogen yang ditandai dengan masuknya adat,
budaya dan tradisi berbeda yang dibawakan oleh masyarakat luar.
Perubahan masyarakat desa Kiabu menjadi masyarakat yang
heterogen ternyata memberikan dampak pada tradisi gotong royong
yang ada di desa Kiabu. Masyarakat desa Kiabu yang kental
dengan gotong royong mulai melirik budaya masyarakat luar yang
22
lebih berfikir segala sesuatu telah mengarahkan kepada pemikiran
yag lebih praktis.
Pemikiran masyarakat yang mengginkan suatu hal yang lebih
praktis dalam hal ini seperti masyarakat membayar tukang bersih
lingkungan sehingga tidak perlu bersusah payah lagi turun
kelapangan untuk ikut serta dalam kegiatan gotong royong bersih
lingkungan, hal tersebut mampu mempermudah pekerjaan
masyarakat seperti penghematan waktu dan tenaga.
2. Tradisi Gotong Royong Pada Acara Nikahan
a. Bentuk Tradisi Gotong Royong Acara Nikahan Pada Awalnya
Dalam hal ini dapat dikatakan perubahan yang terjadi pada
tradisi gotong royong dalam acara nikahan merupakan suatu hal
yang sangat wajar, adapun perubahan yang telah terjadi yaitu yang
mana pada awalnya ketika masyarakat mengadakan acara nikahan
antusias masyarakat bergotong royong untuk saling tolong
menolong dari awal acara yaitu mengantung sampai selesainya
acara selalu dilakukan, yang mana untuk memasak warga tidak
perlu mebayar tukang masak, membuat bangsal dilakukan oleh
lelaki dewasa, seperti bapak bapak atau pun para orang dewasa,
mendekor ruangan dibantu oleh muda mudi, mencusi piring juga
dilakukan oleh keikutsertaan masyarakat.
Mengikuti perputaran waktu tradisi tersebut mulai banyak yang
tertinggalkan, walaupun masih ada masyarakat yang ikut serta
23
tolong menolong dalam acara nikahan, tetapi tidak seperti dulu,
yang mana dulunya masyarakat bisa menghabiskan waktu dari
mulai pagi hingga sore hari, kemudian pulang lanjut lagi dtang
pada malam harinya, kini masyarakat hanya datang sebentar
menolong seperlunya terus pulang dengan aktifitas masing masing.
Adapun perubahan yang terjadi pada tradisi gotong royong
dalam acara nikahan yaitu, masyarakat tidak perlu bersusuh payah
lagi untuk turun tangan bantu memasak, karena orang yang punya
hajatan lebih banyak yang memilih sisem ketring. Masyarakat juga
tidak perlu lagi bersusah payah mencari kayu ke hutan guna
membangun bangsal, karena pada zaman sekarang masyarakat
lebih suka dengan menyewakan tenda. Untuk mencuci piring orang
yang punya hajatan selalu membayar orang. Masyarakat hanya
melakukan tolong menolong dengan menyumbangkan materi
seperti beras, gula, telur. Dari hal tersebut terlihat jelas bahwa
gotong royong dalam acara nikahan sudah mengalami perubahan.
Namun perubahan tersebut tidak terjadi serta merta meskipun
masyarakat menggunakan cara di atas, banyak juga masyarakat
yang tetap membantu, namun hal tersebut secara perlahan lahan
menjadi berubah.
24
b. Faktor Penyebab Perubahan Tradisi Gotong Royong Acara
Nikahan
Sebagaimana diketahui bahwa tradisi gotong royong yang ada
didesa Kiabu salah satunya tradisi gotong royong dalam hal tolong
menolong pada acara nikahan, namun seiring dengan
perkembangan waktu tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek
moyang tersebut mengalami perubahan yang mana awalnya
masyarakat selalu tolong menolong dari mulai awal acara yaitu
mengantung sampa selesainya, tolong menolong tersebut lebih
dalam kegiatan memasak, mencuci piring, memasang tenda, namun
telah mengalami perubahan yaitu dalam memasak orang hajatan
sudah menggunakan ketring, mencuci piring telah mengupah
orang, membuat tenda telah menggunakan tenda sewa. masyarakat
hanya menyumbangkan materi seperti (beras, gula, telur).
Sebagaimana yang dikatakan oleh Herbert Spencer (dalam
Nanang Martono 2011 : 42) bahwa evolusi sosial berlangsung
melalui diferensiasi structural dan fungsional yang dapat dilihat
dari yang sederhana menuju ke yang lebih kompleks. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa faktor pendorong terjadinya perubahan
tradisi gotong royong acara nikahan pada masyarakat desa Kiabu
terjadi karena masuknya masyarakat luar yang memiliki budaya
berbeda merubah pola pikir masyarakat yang awalnya mempunyai
pola pikir yang sederhana yang ditandai dengan lebih
25
mengutamakan kerja sama kini pola pikir masyarakat berubah
untuk hidup lebih praktis serta mengikuti perkembangan zaman.
Dalam hal ini pemikiran masyarakat yang mengikuti
perkembangan zaman yaitu menggunkan ketring lebih modern atau
lebih praktis daripada rpo repot harus masak, begitu juga dalam hal
mencuci pirinf maupun membangun tenda. sehingga hal tersebut
berdampak pada perubahan gotong royong dalam acara nikahan
yang ada pada masyarakat desa Kiabu.
3. Tradisi Gotong Royong Ketika Masyarakat Membangun Rumah
a. Bentuk Tradisi Gotong Royong Membangun Rumah Awalnya
Tradisi gotong royong dalam membangun rumah yanga da di
desa Kiabu sudah ada sejak dulu. Tradisi tersebut dilakukan
dengan cara masyarakat membantu apabila ada masyarakat lainnya
yang akan membuat rumah, yang diawali dari masyarakat yang
akan membuat rumah member tahu kepada rumah dari sebelum
rumah tersebut akan dibangun, dengan begitu warga membagi
tugas dengan membuat kelompok, dalam satu kelompok biasanya
terdiri dari tujuh orang. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa yang
membantu gotong royong dalam menbagun rumah setiap harinya
orang yang berbeda, hal tersebut disebabkan agar masyarakat
lainnya juga bisa melakukan aktifitas masing masing karena
sebagaimana diketahui bahwa dalam membangun rumah akan
membutuhkan waktu yang lama.
26
Ketiga, kegiatan gotong royong ketika masyarakat membangun
rumah. Tradisi tersebut dilakukan ketiga ada warga desa Kiabu
yang akan membangun rumah maka masyarakat lainnya ikut serta
membantu dari mulai menacari kayu, membangun tongkat,
membnagun pondasi sampai rumah tersebut selesai. Tradisi
tersebut dilakukan dengan tujuan agar warga masyarakat tidak
perlu membayar tukang sehingga bisa berhemat.
b. Perubahan Tradisi Gotong Royong Mbengun Rumah
Secara keseluruhan budaya gotong royong dalam membangun
rumah sudah tidak ada lagi di desa Kiabu, yang awalnya
masyarakat ketika ada warga yang akan membangun rumah,
masyarakat selalu tolong menolong mengerjakan pembangunan
rumah tersebut sampai selesai, sehingga warga yang akan
membangun rumah tersebut tidak mengeluarkan biaya untuk
tukang bangunan. Kini perubahan yang terjadi yaitu warga yang
membangun rumah lebih memilih untuk membayar tukang, hingga
pekerjaan tersebut seluruhnya dikerjakan oleh tukang tampa
adanya campur tangan masyarakat.
c. Faktor Penyebab Perubahan Tradisi Gotong Royong
Membangun Rumah
Tercipta industri di desa Kiabu dipandang dari sisi kebudayaan
dapat merubah nilai nilai yang ada di dalam masyarakat, nilai yang
berubah tersebut yaitu nilai gotong royong yang berupa tradisi
27
tolong menolong masyarakat dalam segala aktifitas gotong royong
lhususnya dalam mebnagun rumah yang telah membudaya dari
dulunya pada masyakat desa Kiabu dengan masuknya industri
mengakibatkan masyarakat disibukkan dengan aktifitas kerja yang
terikat, sehingga tidak bisa untuk mengikuti kegiatan gotong
royong membangun rumah. Dan industri juga telah memberikan
perubahan pada gaya hidup masyarakat yang dulunya selalu
kompak sekarang sudah mulai kepada gaya hidup yang indivudial
yang mementingkan diri sendiri terbukti dengan waktu libur kerja
hanya digunakan untuk beristrahat tampa diluangkan untuk
bergotong royong.
4. Tradisi Gotong Royong Saat Memperingati Atau Mengadakan
Kegiatan Pada Hari Hari Besar Islam
a. Bentuk Tradisi Gotong Royong Memperingati Hari Besar
Islam Pada Awalnya
Tradisi gotong royong dalam memperingati hari hari besar
islam memang sudah ada sejak dulu, adapun tradisi tersebut
dilakukan dengan acara membaut acara di sebuah rumah warga
berupa pembacaan doa selamat, gotong royong dilakukan oleh
warga masyarakat dengan cara menyumpangkan segala kebutuhan
mentah yang digunakan untuk memasak, sumbangan masyarakat
seperti guula, tepung, kelapa dll yang dijadikan bahan membuat
kue. Dari bahan yang disumbangkan oleh masyarakat, masyarakat
28
bersam sama pula memasak, setelah itu berdoa bersama sama dan
makan bersama sama. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
masyaakat desa Kiabu mempunyai kekompakan yang sangat
tinggi.
Keempat, kegiatan gotong royong saat memperingati atau
mengadakan kegiatan pada hari hari besar islam. Tradisi gotong
tersebut dilakukan ketika masyarakat mengadakan kegiatan
kegiatan pada acara islami seperti acara maulid nabi, menyambut
bulan syafar, nyambut bulan puasa, masyarakat tolong menolong
untuk bersama sama melangsungkan acara agar berjalan dengan
dengan lancer, seperti acara tersebut di adakan di sebuah rumah
atau lebih sering dimasjid, masing masing warga menyumbangkan
seperti beras, gule, atau segala perengkapan untuk memasak yang
akan dibuat makanan dan akan dimakan bersama sama setelah
acara selesai.
b. Perubahan Tradisi Gotong Royong Dalam Memperingati Hari
Besar Islam
Telah terjadi perubahan tradisi gotong royong dalam
memperingati hari besar islam yang ada di desa Kiabu. Perubahan
tradisi tersebut ditandai dengan tidaknya keterlibatan masyarakat
untuk bergotong royong seperti awalnya yang biasa dilakukan
mulai dari pagi hari dengan tolong menolong dalam memasak,
selanjutnya baca doa selamat dan makan makan bersama, namun
29
skarang masyarakat lebih memberi sumbangan uang, dan bagi yang
memegang sumbangan tersebut juga hanya membali kue atau
dengan cara memesan, hingga waktu untuk melangsungkan acara
tersebut juga tergolong pendek, yang pada pagi harinya sudah bisa
dibacakan doa selamat. Dari hal tersebut dapat dilahat bahwa
masyarakat yang pada awalnya penuh dengan kekompakan seiring
dengan terjadinya perubahan pada tradisi gotong royong dalam
acara memperingati hari besar islam terlihat sudah kehilangan
sebagian besar kekompakannya.
c. Faktor Penyebab Perubahan Tradisi Gotong Royong Dalam
Memperingati Hari Besar Islam
Faktor penyebab terjadi perubahan tradisi gotong royong dalam
acara memperingati hari besar islam juga dipengaruhi oleh budaya luar
yang mambawakan pemikiran yang lebih praktis sehingga masyarakat
tidak perlu lagi bergotong royong. Dari perubahan tradisi gotong
royong yang terjadi di desa Kiabu maka terjadi juga perubahan
pada nilai nilai yang terdapat pada masyarakat desa Kiabu. Adapun
nilai yang berubah yaitu pertama nilai solidaritas yang awalnya
terjalin sangat kental semenjak berubahnya tradisi gotong royong
hubungan solidaritas tersebut tidak tampak lagi sehingga terjalin
lebih kepada individual, kedua nilai tolong menolong dengan
perubahan pada tradisi gotong royong maka nilai tolong menolong
juga berubah lebih kepada sumbangan materi dari pada tenaga.
30
J. PENUTUP
1. Kesimpulan
Seiring dengan modernisasi tradisi tersebut mengalami perubahan yang
dilihat dari : Pertama tradisi bersih lingkungan yang awalnya setiap 2 minggu
sekali masyarakat selalu mengadakan tolong menolong membersihkan
lingkungan warga mengalami perubahan yaitu mayarakat lebih
mengumpulkan iuran dan dari iuran tersebut dipergunakan untuk menggaji
orang membersihkan lingkungan, sehingga masyarakat tidah perlu lagi
bergotong royong, faktor penyebabnya karena masyarakat sibuk bekerja, lelh,
malas, dan pengaruh budaya luar yang merubah masyarakat agar berpikir lebih
modern.
Kedua pada tradisi gotong royong pada acara nikahan, yang mana awalnya
setipa ada warga yang menggelar pesta pernikahan masyarakat selalu ikut
serta bergotong royong membantu baik itu memasak, mencuci piring,
membuat bangsal, dapat dikatakan tolong menolong tersebut dilakukan dari
awal acara mulai dari mengantung hingga selesai dilakukan, pengalami
perubahan yaitu memasak tidak perlu lagi dengan bantuan masyarakat karena
sudah menggunkan ketring, masyarakat tidka perlu lagi membangun bangsal
karena sudah meggunakan tenda, masyarakat juga tidak perlu menncuci piring
karena sudah ada yang dibayar untuk mencuci piring. Faktor penyebanya
karena kesibukan masyarakat bekerja, rasa capek setelah bekerja, ikut ikutan
kmasyarakat yang malas, serta terpengaruh budaya luar.
31
Ketiga tradisi gotong royong ketika masyarakat membangun rumah, yang
awalnya ketika akan mebangun rumah masyarakat tidak perlu lagi mengupah
tukang, cukup dengan gotong royong masyarakat dari mulai mengambil kayu
hingga lainnya rumah yang kan dibangun bisa selesai, mengalami perubahan
masyarakat telah menggunkan tukang buat rumah. Faktor penyebanya karena
masyarakat sibuk bekerja, lelah, malas, serta mengikuti budaya luar.
Keempat gotong royong saat memperingati atau mengadakan kegiatan
pada hari hari besar islam seperti acara maulid nabi, menyambut bulan syafar,
nyambut bulan puasa, masyarakat tolong menolong untuk bersama sama
melangsungkan acara agar berjalan dengan dengan lancar, seperti acara
tersebut di adakan di sebuah rumah atau lebih sering dimasjid, masing masing
warga menyumbangkan seperti beras, gule, atau segala perengkapan untuk
memasak yang akan dibuat makanan dan akan dimakan bersama sama setelah
acara selesai, mengalami perubahan masyarakat tidak ikut serta bergotong
royong tapi lebih memberikan uang dan tidak dikerjakan secara gotong royong
lagi. Adapun factor penyebab dari perubahan tradisi gotong royong yang ada
di desa Kiabu yaitu karena masyarakat desa Kiabu disibukan dengan bekerja
sehingga tidak memiliki waktu cukup untuk ikut kegiatan gotong royong.
Serta timbulnya perasaan capek karena sudah bekerja, ikut ikutan kawan
sehingga masyarakat menjadi malas serta perubahan masyarakat homogen
menjadi masyarakat yang hetorogen, terjadinya pembauaran antara
masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang menciptakan masyarakat yang
hetorogen. Dari hal tersebut budaya masyarakat luar berpengaruh kepada
32
pemikiran rasional masyarakat yang mengginginkan segala sesuatu dikerjakan
dengan cara yang praktis yaitu dengan mengeluarkan uang. Sehingga
perubahan yang terjadi pada buaya gotong royong di desa Kiabu lebih di
gantikan masyarakat dengan sistem dibayar dengan uang.
A. Saran
1. Budaya gotong royong merupakan cerminan dari bentuk solidaritas
masyarakat sehingga masyarakat lokal harus bisa menunjukan dengan
masyarakat luar bahwa desa kiabu mempunyai solidaritas yang sangat
tinggi dengan berusaha mempertahan budaya gotong royong yang ada.
2. Modernisasi memiliki berbagai dampak bagi masyarakat, salah satu
dampak yang terjadi dari adanya modernisasi bagi masyarakat desa kiabu
yaitu perubahan pda budaya gotong royong, untuk itu diharapkan kepada
dengan adanya modernisasi tidak meninggalkan budaya yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah 2011, Pengaruh Penggunaan metode demontrasi terhadap hasil belajar
ranah psikomotor siswa pada mata pelajaran teknik animasi dua demensi
di SMK. Skripsi UPI Bandung.
Dadang Supardan, 2009, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan.
Struktural, Jakarta: Bumi Aksara
Lauer, Robert H. 2003, Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka
Cipta
Prof. Dr. Kamanto Sunanto, 2011, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
33
Martono, Nanang, 2011. Sosiologi Perubahan Sosial (Perspektif Klasik, Modern,
Postmodern, dan poskolonial), Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LkiS.
Silalahi. U, 2012, Metode Penelitian Sosial, Refika Aditama: Bandung
Sztompka, P. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media
Soerjono, Soekanto, 2010, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo : Jakarta
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta:
Bandung
Sumber Lain:
Rary. 2012. “Bentuk- betuk aktivitas gotong royong”.(http://id.rarysblog.blogspot.
com/2012/06/bentuk-bentuk-aktivitas-gotong-royong-masyarakat.html).
Di-akses pada hari Senin tanggal 14 April 2016
http://eprints.utm.my ). Di akses 5 Juni 2016
Recommended