View
267
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
N E G O S I A S I
I. PENDAHULUAN
1. U M U M
a. Demontrasi atau unjuk rasa adalah hak setiap warga Negara RI yang
dilindungi Undang-undang, menyampaikan pendapatnya tentang
sesuai hal baik kepada pemerintah maupun pihak lain guna
mendapatkan penyelesaian.
b. Sejalan dengan realitas dinamika reformasi yang begitu cepat adalah
meningkatnya berbagai bentuk penyampaian pendapat berupa protes
dan atau tuntutan yang melibatkan massa dan cenderung adanya
pemanfaatan oleh pihak ketiga untuk menimbulkan konflik antar
kelompok, gejolak sosial, kerusuhan massa, aksi sabotase dan aksi
terror serta aksi penyanderaan.
c. Dalam upaya penanggulangan terhadap hal-hal tersebut diperlukan
kemampuan dan keterampilan negosiasi oleh anggota Polri agar dapat
segera terselesaikannya situasi tersebut secara damai tanpa jatuhnya
korban dan kerugian harga benda serta menyerahnya pelaku atau
pimpinan massa.
d. Oleh sebab itu perlunya diberikan materi negosiasi kepada Siswa
Secapa Polri untuk dipahami dan sebagai bahan pengetahuan
apabila kelak ditunjuk sebagai negosiator oleh Kasatwilnya.
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud, bahan ajaran ini dibuat sebagai pedoman bagi Gadik yang
akan menyampaikan materi Negosiasi kepada para Siswa Secapa Polri.
b. Tujuan, agar para Siswa Secapa Polri dapat mengerti dan
memahami tentang negosiasi serta bekal sebagai negosiator.
-1-
-2-
3. Pengertian
a. Negosiasi : Proses tawar menawar tentang sesuatu hal yang terjadi
antara dua belah pihak.
b. Negosiator : Seseorang yang menjadi perantara kedua pihak
untuk melakukan tawar menawar.
c. Unjuk rasa/demonstrasi: Salah satu bentuk penyampaian pendapat
dimuka umum dengan disertai tuntutan atau protes kepada pihak lain,
yang pada umumnya melibatkan massa yang dapat dirinci
menjadi tiga yaitu; Pimpinan Massa, Massa Peserta Unjuk Rasa dan
Massa Penonton.
d. Mogok kerja : Tindakan yang dilakukan pekerja secara bersama-
sama menghentikan atau memperlambat pekerjaan dengan
maksud untuk menekan pengusaha agar menerima syarat-syarat
kerja yang diinginkan para pekerja.
e. P4D : Panitya Penyelesaian Perburuan Daerah/Panitya Daerah
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor. 22 tahun
1957 yang terdiri dari unsur tripartite yaitu pekerja, pengusaha
dan pemerintah. Tugasnya menyelesaikan perkara pemutusan
hubungan kerja perorangan di perusahaan swasta dan
hubungan industrial pada tingkat pertama.
f. Massa : Sejumlah besar orang yang berkumpul untuk sementara
baik terorganisir maupun tanpa diorganisir serta masing-masing
dapat berfikir bertindak sebagai pribadi dengan atau tanpa tujuan
tertentu.
g. Agitator : Orang yang memiliki kemampuan menggerakkan orang
lain untuk tujuan destruktif/ merusak.
h. Dimuka umum : Dihadapan orang banyak atau orang lain
termasuk juga ditempat yang dapat didatangi dan atau dapat
dilihat setiap orang.
i. Anarkhis : Perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang
2
-3-
melakukan pengrusakan terhadap fasilitas sosial dan fasilitas
umum serta bangunan lain maupun menganiaya warga
masyarakat lainnya.
j. Teroris : Seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai
latar belakang politis, menginginkan perubahan social secara
drastic dengan menggunakan ancaman kekerasan, pengrusakan
bahkan sampai dengan pembunuhan keji (diluar batas rasa
kemanusiaan).
k. Crowd : Sekelompok orang yag berkumpul untuk sementara
tanpa diorganisir serta masing-masing dapat bertindak sebagai
pribadi.
l. Crowd yang bersifat physik : Orang-orang yang berkumpul di
Supermarket untuk belanja.
m. Crowd yang bersifat psikis : Orang-orang yang berkumpul karena
ada hal yang menarik perhatian mereka untuk berkumpul,
misalnya berkumpul karena ada kebakaran, kecelakaan,
pertandingan olah raga, pawai politik, melayat orang
meninggal/penguburan dsb.
n. MOB : Crowd yang anggota-anggotanya terpengaruh oleh
rangsangan-rangsangan yang sangat kuat atau agitasi,
tindakannya tidak cukup beralasan dan tidak menghargai hukum
serta mengikuti pimpinannya untuk melakukan tindakan-tindakan
melawan hukum berupa tindakan kekerasan dan pengrusakan.
o. Penyanderaan : Yang dimaksud dengan situasi penyanderaan
(hostage situstion) adalah : Seseorang atau sekelompok orang
yang dikuasai dan diancam oleh orang lain demi tuntutan
tertentu melalui pihak ketiga. Dalam hal ini yang dimaksud pihak
ketiga adalah pihak berwenang atau Polisi sebagai perantara
terpenuhinya tuntutan tersebut, sehingga pada setiap situasi
penyanderaan selalu melibatkan tiga pihak yaitu; Sandera,
Penyandera dan Polisi/pihak yang berwenang.
3
-4-
II. PENGGOLONGAN
6. Prosedur
a. Upaya pertama.
b. Urutan Tindakan.
7. Situasi krisis
a. Situasi penyanderaan.
b. Situasi non penyanderaan.
8. Aspek-aspek negosiasi
a. Pelaku/Pimpinan Massa.
b. Motivasi dan tuntutan.
c. Active listening skill.
d. Sindroma stockholm.
9. Proses negosiasi
a. Prinsip-prinsip negosiasi.
b. Hal yang dapat dinegosiasikan.
c. Pertukaran sandera.
d. Peliputan Media.
e. Pedoman Bernegosiasi.
f. Cara Melakukan kontrak.
g. Kontrak dengan pelaku/pimpinan massa.
10. Seleksi negosiator
a. Umum.
b. Karakteristik negosiator.
11. Kerjasama team
a. Siruktur organisasi.
b. Team negosiator.
c. Peran psycholog.
III. PELAKSANAAN
12. Prosedur
4
-5-
a. Upaya pertama.
1) Upaya pertama ini merupakan dasar bagi keberhasilan
upaya pembebasan sandera atau pembubaran massa.
2) Upaya pertama ini meliputi :
a) Pengepungan.
b) Isolasi, dan.
c)Upaya negosiasi.
3) Jika upaya pertama gagal, maka upaya berikutnya dapat
berjalan. Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya
penanganan sandera maupun massa melalui metode
negosiasi. Bila metode negosiasi dijalankan, hasil minimal
yang dapat diperoleh adalah penguluran waktu yang dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan
informasi tentang situasi penyanderaan ataupun kondisi
massa sebaik mungkin. Sedangkan keuntungan maksimal
yang dapat diperoleh dari negosiasi yang berhasil adalah
terselamatkannya sandera maupun pembubaran massa
serta pelaku tanpa jatuh korban dan kerugian harta benda.
b. Urutan tindakan.
Prosedur pembebasan sandera maupun pembubaran
massa yang berlaku secara konvensional mempertimbangkan
urutan sebagai berikut :
1) Pengepungan, isolasi dan upaya negosiasi.
2) Perintah untuk menyerah atau bubar.
3) Penggunaan zat kimia untuk memaksa menyerah atau
bubar.
4) Penggunaan sniper untuk melumpuhkan pelaku/ pimpinan
massa.
5) Penyerangan oleh pasukan taktis atau penindakan oleh
satuan Dalmas dan atau PHH.
Prosedur tersebut berjalan secara hierarkhis dari upaya
pertama sampai dengan terakhir. Jika upaya ketiga,
5
-6-
keempat dan kelima telah dilaksanakan dan gagal, maka
sulit untuk mengulangi upaya pertama (negosiasi) dan
kedua. Oleh karena itu upaya negosiasi menjadi upaya
yang sangat penting dalam urutan tindakan tersebut
sehingga kemampuan dan ketrampilan negosiasi
merupakan kebutuhan kemampuan yang harus dimiliki oleh
petugas lapangan khususnya para Perwira yang ditunjuk
memimpin pembebasan sandera atau pengendalian
massa.
13. Situasi Krisis
Bentuk krisis yang berkaitan dengan masalah penyanderaan
yaitu penyanderaan dan situasi non penyanderaan. Hal ini perlu
dikemukakan mengingat bahwa terdapat kesamaan situasi yang
melatar belakangi kedua peristiwa tersebut, namun memerlukan
pendekatan penanganan yang berbeda. Kesamaan situasl yang
muncul adalah bahwa peristiwa ini dapat diatasi dengan
menggunakan pendekatan negosiasi.
a. Situasi penyanderaan:
1) Ada tuntutan yang harus dipenuhi misalnya uang tebusan.
2) Ancaman penggunaan kekerasan oleh pelaku jika tuntutan
tidak dipenuhi.
3) Setiap aksinya memiliki tujuan yang jelas misal
membebaskan anggota kelompoknya yang ditahan pihak
bervvajib.
4) Memerlukan perantara (Polisi) untuk memperoleh tuntutan.
5) Dimungkinkan dilakukan penekanan oleh pasukan taktis
untuk “Show of Force"
b. Situasi non penyanderaan :
6
-7-
1) Ada tuntutan yang diminta oleh pelaku atau massa namun
bersifat umum dan protes.
2) Tindakannya didorong oleh emosi dan amarah atau
dendam.
3) Tindakannya tidak bertujuan dan lebih irrasional.
4) Situasi pengepungan atau penekanan oleh pasukan taktis
justru semakin membuat pelaku atau massa menjadi panik
dan memperburuk situasi.
5) Upaya negosiasi memerlukan penciptaan hubungan yang
baik, dan penuh kepercayaan antara kedua pihak.
14. Aspek-aspek negosiasi
a. Aspek pelaku pimpinan massa.
Beberapa macam situasi penyanderaan/unjuk rasa ditinjau
dari tipe pelakunya adalah sebagai berikut :
1) Pelaku yang mengalami gangguan jiwa.
a) Golongan kepribadian paranoid.
(1) Karakteristik:
Ciri utama dari pelaku dari golongan
paranoid adalah : adanya Halusinasi. yaitu
subyek merasa mendengar atau melihat sesuatu
yang sebenarnya tidak ada, dan adanya Delusi
atau Waham, yaitu suatu kepercayaan yang
salah terhadap suatu hal, misalnya seseorang
yang mempercayai bahwa dirinya adalah utusan
Tuhan, Nabi dan sebagainya.
(2) Tehnik penanganan.
Kebanyakan diantara pelaku yang
paranoid justru memiliki tingkat kecerdasan di
atas rata-rata. Oleh karena itu jangan coba-
coba untuk melakukan trik atau penipuan dalam
melakukan hubungan pendekatan dengan
menciptakan hubungan yang baik, mencoba
7
-8-
untuk membenarkan apa yang diyakini oleh
pelaku (misalnya tentang waham kebesaran)
dan jangan sekali-kali menentang pendapatnya
atau keyakinannya. Kadang-kadang ditemukan
pelaku yang menunjukkan ciri-ciri paranoid,
namun tidak terdapat ciri adanya waham. Dalam
hal ini upaya yang tepat adalah melakukan
pembicaraan yang logis dan beralasan
(reasonable) jangan sekali-kali membantah
argumennya. Selama tidak terdapat tanda-tanda
psikosa (ciri utama : putuskan kontak dengan
realita). maka negosiasi dapat diarahkan pada
upaya “Problem Solving". Non kontrol dan non
kritik.
b) Kondisi depresi.
(1) Karakteristik.
Tingkat gangguan depresi sangat bervariasi
dari kondisi depresi biasa sampai pada kondisi
depresi psikosa dimana pelaku sudah tidak
memiliki kontak dengan realita. Hampir dapat
dipastikan bahwa kebanyakan pelaku
penyanderaan memilliki permasalahan
emosional yang menyebabkan munculnya
kondisi depresif. Pelaku yang menderita depresi
berat memiliki ciri utama : ketidak berdayaan dan
tidak berarti, merasa bersalah atau berdosa
terhadap sesuatu. Besar kemungkinan pelaku
seperti ini akan mengalami rasa bersalah yang
berlebihan, seolah-olah adalah penyebab segala
Kekacauan yang terjadi. Sandera kebanyakan
adalah keluarga dekat atau kenalan dengan
motivasi ingin menyelamatkan dari kehancuran
8
-9-
dunia. Kemungkinan sandera untuk terbunuh
sangat tinggi. Cara bicara pelaku yang depresip
biasanya pelan dan lambat.
(2) Tehnik penanganannya.
Dalam melakukan negosiasi dengan pelaku
yang depresif, negosiator sebaiknya
menunjukkan pengertian dan penerimaan dalam
komunikasi dengan pelaku. Ciptakan hubungan
(rapport) yang baik dan emphaty untuk
menurunkan dan membawa mereka dalam
pembicaraan yang rasional dengan problem
solving oriented.
c) Golongan kepribadian inadekwat (inadequate
personality).
(1) Karakteristik.
Orang dengan kepribadian inadekwat
memiliki ciri ketidak matangan kepribadian,
kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan
dan mengalami kegagalan dalam kehidupannya.
Kebanyakan dari mereka adalah orang yang
gagal dalam kehidupannya, drop out atau
dipecat dari pekerjaan karena kesalahannya.
Mereka memiliki pandangan diri yang salah,
merasa kalah dan tidak berarti dalam lingkungan
mereka. Melakukan penyanderaan adalah upaya
mereka dapat melakukan sesuatu yang
diperhatikan oleh lingkungan. Untuk itu mereka
membutuhkan perhatian dari media (koran, radio
atau televisi) maupun perhatian dari tokoh
masyarakat. Pelaku yang memiliki kepribadian
inadekwat dapat diketahui dari pernyataan yang
mereka buat seperti "Akan saya buktikan pada
9
-10-
mereka bahwa saya ..." dan sebagainya
(2) Tehnik penanganannya :
Dalam melakukan negosiasi dengan pelaku
yang berkepribadian inadekwat, sebaiknya
negosiator mampu membangun rapport dan
menunjukkan pengertian tanpa mengkritik.
Negosiator membantu pemecahan masalah atau
kesulitan yang sedang dihadapi dan menjadi
sebab dari segala perbuatannya. Tidak
diperkenankan melibatkan keluarga atau kenalan
dalam proses negosiasi karena akan semakin
memperkuat keinginan untuk membuktikan
sesuatu.
d) Golongan kepribadian anti sosial.
(1) Karakteristik :
Istilah kepribadian antisional juga dikenal
dengan sosiopat atau psikopat. Ciri utama dari
kepribadian ini adalah tidak adanya rasa
bersalah dan suara hati (conscience). Tidak
memiliki pertimbangan moral dan sosial dalam
berperilaku, serta selalu menjadi trouble maka
dalam lingkungannya Mereka adalah orang yang
licik, sadistis/tega dan kurang memiliki rasa
kemanusiaan. Kepribadiannya impulsif dan
agresif selalu mencari keuntungan dari orang
lain dengan cara memanipulasi, memeras dan
mengancam.
(2) Tehnik penanganannya.
Dalam melakukan negosiasi dengan pelaku
yang memiliki kepribadian antisosial, perlu
dipertimbangkan bahwa mereka adalah orang
yang sangat egois dan mencari keuntungan
10
-11-
semaksimal mungkin bagi dirinya. Waspada
terhadap trik-trik atau tipuan yang mereka
pergunakan untuk mengelabui petugas. Mereka
akan banyak mencari sensasi, sehingga
seringkali memancing kemarahan dan
kesabaran petugas. Jangan pernah menjanjikan
sesuatu yang sulit dipenuhi. usahakan untuk
tetap berkomunikasi supaya perhatian mereka
tidak tertuju pada sandera. Sebab jika terjadi
putus komunikasi. maka kemungkinan besar
pelaku akan mencari sensasi dengan
memperlakukan sandera secara kejam.
2). Penjahat yang terjebak dalam ucaha melarikan diri.
Pelaku kejahatan yang tertangkap basah dalam
menjalankan aksinya kemungkinan besar akan melakukan
penyanderaan sebagai bagian dari upayanya untuk
meloloskan diri. Langkah pertama yang penting adalah
melakukan analisa apakah mereka termasuk golongan
pelaku berkepribadian tidak sehat atau bukan. Jika analisa
membuktikan bahwa mereka tidak mengalami gongguan
jiwa maka dapat dipastikan bahwa pelaku adalah kriminal
yang sering berhadapan dengan hukum. Dia mempunyai
satu tujuan, yaitu lolos dengan selamat dari situasi
pengepungan dan penangkapan. Negosiasi diupayakan
berupa diskusi yang berdasarkan realitas (reality oriented
discusion), menunjukan kenyataan bahwa perilakunya
melakukan penyanderaan justru membawa konsekuensi
hukum yang semakin fatal. Tekankan untuk melepaskan
sandera demi keselamatan dirinya.
3). Kerusuhan dalam penjara (LP)
Kerusuhan dalam penjara seringkali disertai dengan
penyanderaan (kemungkinan terhadap sopir atau
11
-12-
pengunjung). Penyanderaan kebanyakan dilatarbelakangi
motivas, tujuan terhadap perbaikan Kondisi LP dan
kesejahteraan mereka. Dengan melakukan penyanderaan
mereka memilik, posisi untuk melakukan penawaran
terhadap lembaga (LP). Karena mereka pelaku kejahatan
maka kemungkinan untuk terjadi pembunuhan semakin
besar.
Cara penanganan terhadap situasi ini adalah dengan
mengadakan tindakan Kepolisian sesegera mungkin
berupa isolasi dan mempersempit ruang gerak mereka
sebelum pimpinan kerusuhan muncul dan memegang
kendali. Sementara itu upaya negosiasi dapat dilakukan
dengan pembentukan hubungan/rapport, melakukan tawar
merawar terhadap tuntutan, misal air, minuman dan
melaksanakan kebebasan yang lebih luas, dengan cara
tawar menawar yang rasional dan realistis.
4). Teroris : Dengan berlatar belakang politis menginginkan
perubahan sosial melalui ancaman dan penggunaan
kekerasan.
Teroris yang melakukan penyanderaan menginginkan
liputan dan publisitas media massa semaksimal mungkin.
Tindakan mereka telah terencana dengan baik dan terdapat
saling mendukung diantara pelaku (kemungkinan besar
pelaku lebih dari satu orang) baik secara fisik maupun
psikologis. Keterikatan mereka dalam kelompok sangat
kuat. Kebanyakan tuntutan mereka bersifat politis dan
diluar rangkaian wewenang kepolisian. Kemungkinan
sandera untuk terbunuh sangat tinggi dan mereka telah
mempersiapkan diri untuk mati bila diperlukan (mati
sebagai martir) Satu-satunya kunci bagi negosiasi
sandera dengan teroris adalah memberikan jaminan bahwa
tuntutan mereka diperhatikan, disamping itu perlu juga
12
-13-
disampaikan bahwa membunuh sandera justru akan
merendahkan kredibiltas mereka dimata masyarakat.
Upaya negosiasi terutama ditujukan untuk mengulur
waktu guna mencari informasi intelijen maupun
penyusunan strategi penggunaan tim taktis yang lebih baik.
b. Motivasi dan tuntutan
1). Motivasi dari kasus penyanderaan atau unjuk rasa sangat
bervariasi tergantung dari golongan pelakunya, apakah dia
kelompok teroris, kriminal biasa atau orang yang
mengalami gangguan kejiwaan (depresi, tekanan
permasalahan dsb). Dalam beberapa kasus, kelompok
teroris yang melakukan penyanderaan atau merekayasa
unjuk rasa memiliki motivasi untuk menunjukan pada
masyarakat bahwa pemerintah/negara/Polisi tidak mampu
memberikan jaminan keselamatan dan perlindungan
terhadap anggota masyarakatnya. Dalam kasus seperti ini
kelompok teroris tersebut berharap bahwa pemerintah akan
bersikap over-reaksi terhadap mereka. Secara ringkas
tujuan kelompok seperti ini adalah untuk mendiskreditkan
posisi pemerintah dihadapan rakyatnya.
Kebanyakan kasus penyanderaan atau unjuk rasa
yang dihadapi oleh petugas penegak hukum adalah
dilakukan oleh “orang yang bermasalah", dengan motivasi
yang berkaitan dengan penyaluran emosional sebagai jalan
keluar dari Jika pelaku adalah kriminal. tanpa latar
belakang "massalah emosional”. maka motivasinya hanya
untuk meloloskan diri dengan selamat. Motivasi lain adalah
untuk mendapatkan tebusan uang (motiv ekonomi). Apapun
alasan dalam melakukan penyanderaan atau unjuk rasa.
motivasi mereka dapat berubah atau diubah melalui upaya
negosiasi yang ulet dan gigih.
13
-14-
2). Motivasi dalam kasus penyanderaan atau unjuk rasa erat
berkaitan dengan tuntutan yang mereka minta, namun
apapun bentuk tuntutannya, belum tentu sama dengan
motivasi dari pelaku.
Tuntutan (demand) hanya merupakan sebagian dari
motivasi, namun memiliki arti yang sangat vital baik bagi
pelaku sendiri maupun bagi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menghadapi tuntutan pelaku adalah
sebagai berikut :
a). Sebaiknya petugas (negosiator) bersikap terbuka dan
luwes terhadap setiap bentuk tuntutan yang diajukan
oleh pelaku. Artinya jangan cepat-cepat memberikan
respon ataupun penolakan atau rasa keberatan yang
disampaikan secara verbal.
b). Biarkan pelaku yang menyebutkan tuntutannya
terlebih dahulu, dan jangan mengusulkan sesuatu
sebagai tuntutan. Misalnya : "Apa alasan anda
menyandera, apakah anda perlu uang” ?.
c). Ulangi tuntutan mereka namun dengan cara yang
halus. Misalnya : penyandera menyatakan : "Kami
memerlukan uang tebusan lima juta rupiah untuk
keselamatan si-A," Maka negosiator mengulangi,
misalnya sebagai berikut : "Jadi anda memerlukan
sejumlah uang untuk membebaskan si-A".
d). Usahakan mendapatkan sesuatu timbal balik dari
tuntutan yang mereka ajukan, apakah itu pelepasan
sandera, jaminan untuk tidak melukai sandera, atau
perubahan sikap pelaku atau pembubaran massa.
e). Jika nagosiator/Polisi terpaksa memenuhi tuntutan pelaku
usahakan supaya mereka mememuhi janjinya untuk
mengusahakan sesuatu untuk petugas.
14
-15-
f). Jangan memberikan sesuatu yang berkaitan dengan
tuntutan terlalu cepat (terburu-buru) dan terlalu banyak.
g). Jangan menawarkan segala bentuk alternatif tuntutan.
h). Setiap keputusan tentang tuntutan harus dirundingkan
tertebih dahulu dengan komandan satuan tugas.
c. Active Listening Skill.
1). Hal yang utama dari pelaksanaan suatu negosiasi adalah
komunikasi verbal yang tercipta antara pelaku dengan
perantara atau selanjutnya disebut dengan negosiator,
yang tidak lain adalah petugas Polisi/Pejabat lain yang
ditunjuk.
2). Komunikasi yang tercipta antara pelaku dan negosiator
bukan merupakan komunikasi biasa, melainkan komunikasi
"luar biasa".
Dikatakan luar biasa, dikarenakan komunikasi
tersebut terjadi dalam situasi yang penuh ketegaran. Satu
pihak dengan pihak yang bertawanan saling mencoba
untuk mempengaruhi guna mencapai apa yang
diinginkannya. Sebagai negosiator,petugas menginginkan
terselesaikannya situasi penyanderaan atau unjuk rasa
dengan damai tanpa jatuhnya korban dan menyerahnya
pelaku. Sedang dipihak lain (penyandera) selalu
menginginkan tuntutannya terpenuhi tanpa syarat. Disinilah
yang dimaksud dengan "komunikasi luar biasa".
Komunikasi ini terjadi dalam dua arah, tidak boleh satu
arah, dan membutuhkan ketrampilan tertentu, yaitu
keterampilan berkomunikasi dan persuasi, tidak hanya
saling bicara namun juga berusaha mempengaruhi pihak
lain, sehingga dapat memenuhi harapan komunikator.
3). Keterampilan berkomunikasi yang dibutuhkan dalam situasi
penyanderaan disebut dengan active listening skill yang
secara harfiah berarti ketrampilan mendengarkan secara
15
-16-
aktif. Dasar dari ketrampilan ini adalah kesediaan dan
kesiapan seseorang untuk mendengarkan apa yang
disampaikan orang lain dengan dilandasi terciptanya
hubungan yang baik dan adanya emphaty sebelum
memberikan respon pada orang lain. Yang dimaksud
dengan emphaty disini adalah kemampuan untuk tua.".
Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, Hampir
mirip dengan istilah simpati, namun dengan makna dan
perasaan yang lebih mendalam.
Inti dari keterampilan ini adalah konsep teori konseling
yang ditemukakan oleh Carl Rogers, seorang psikolog
ternama di Amerika “ Jika anda ingin menjalin hubungan
Komunikasi dengan orang lain dan berharap lebih dari
sekedar komunikasi, maka belajarlah dulu untuk dapat
mengerti dan menghayati apa yang disampaikan atau
dikeluhkan oleh lawan bicara anda sebelum anda dapat
memberikan jawaban respon atau nasehat”.
Jika diperhatikan secara singkat seolah-olah
ketrampilan ini justru berpihak pada pelaku
penyanderaan/pimpinan massa. Namun jika dikaji secara
strategis tidaklah demikian. Sebab hubungan yang dapat
terjalin dengan baik dalam proses negosiasi merupakan
awal dari kesuksesan upaya negosiasi jika sipelaku sudah
dapat “diambil hatinya”. Maka upaya untuk
mempengaruhinyapun menjadi semakin mudah.
d. Sindroma Stockholm
1). Dalam situasi penyanderaan, sandera sendiri memiliki
peran yang penting dalam kesuksesan pembebasan
sandera, khususnya dalam proses negosiasi. Situasi
penyanderaan yang memakan waktu yang relatif lama akan
membawa pengaruh terhadap sandera berupa sindroma
yang dikenal dengan sindroma Stockholm.
16
-17-
Sindroma ini muncul bilamana :
a). Sandera mengembangkan perasaan positif (positif
feeling) terhadap penyandera.
b). Sandera mengembangkan perasaan positif
terhadap pihak yang akan membebaskan mereka
(authorilies).
c). Penyandera mengembalikan perasaan positif
terhadap sandra.
2). Ketiga ciri Stockholm tersebut belum tentu muncul pada saat
yang bersamaan. Bisa saja terjadi hanya salah satu dari
ketiga ciri tersebut. Meskipun ketiga ciri tersebut tidak
muncul bersamaan namun paling tidak, dalam setiap situasi
penyanderaan selalu dijumpai munculnya salah satu dari
ciri tersebut kecuali jika terjadi penganiayaan terhadap
sandera oleh penyandera. Sindroma Stockholm muncul
karena terjadinya komunikasi antara sandera dan
penyandera, bertemunya mereka dalam satu ruangan dan
terjadi pertemuan yang intans dalam waktu yang relatif
lama. Selain itu secara psikologis dapat dijelaskan bahwa
baik sandera maupun penyandera berada dalam situasi
yang sulit dan mendebarkan dalam situasi yang tegang
demikian, akan mudah terjadi proses transiorensi bagi
orang yang berada dalam situasi yang sama (in the
smebeat) dimana orang mulai saling bertukar perasaan dan
menghayati situasi yang sama.
3). Ditinjau dari sisi proses negosiasi mereka sindroma
Stockholm memiliki keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan utama adalah semakin erat terjadi sindroma
Stockholm, semakin kecil kemungkinan terjadi
penganiayaan dan pembunuhan terhadap sandera. Jika si
penyandera sudah mengembangkan perasaan positif
17
-18-
terhadap sandera, sangatlah sulit baginya untuk
menganiaya atau membunuh sandera.
Sedangkan sisi negatif/kerugiannya adalah :
a). Informasi yang didapat dari sandera tidak dapat
dipercaya. sebab bisa terjadi sandera sengaja
memberikan informasi salah, karena munculnya
simpati terhadap penyandera.
b). Sandera akan dengan sukarela bekerjasama dengan
penyandera dan berperan sebagai penasehat bagi
penyandera.
c). Sandera Kemungkinan akan tidak mematuhi perintah
dari petugas saat terjadi operasi pembahasan dan
justru menghambat jalannya operasi. Misal : pada
saat Polisi mulai menembak, dan sandera diperintah
untuk tiarap, maka sandera tidak tiarap melainkan
malah berdiri.
15. Proses Negosiasi
a. Prinsip-prinsip negosiasi.
1). Selamatkan jiwa.
Hal yang terpenting dalam negosiasi adalah upaya
menyelamatkan nyawa/kehidupan baik nyawa sandera
maupun petugas penyelamat (negosiator/team taktis). Hal
yang sering diabaikan bahwa dalam situasi penyanderaan
atau unjuk rasa, resiko paling tinggi justru dihadapi oleh
petugas penyelamat. Oleh karena itu pelaksanaan
negosiasi maupun upaya pembebasan sandera atau
pembubaran massa secara keseluruhan harus
dilaksanakan dengan seksama dan penuh dengan kehati-
hatian.
2). Penangkapan pelaku.
Unsur kedua yang penting dalam proses negosiasi
18
-19-
adalah terselesaikannya situasi penyanderaan dengan
terbebaskannya sandera dan tertangkapnya pelaku atau
pembubaran massa dengan teridentifikasikannya pimpinan
massa yang dapat diminta memberikan keterangan
selanjutnya.
Proses negosiasi yang berhasil seharusnya ditandai
dengan menyerahnya penyandera tanpa melakukan
perlawanan dan penganiayaan terhadap sandera serta
tanpa harus digunakan upaya represif.
3). Selamatkan harta benda
Selain kedua hal di atas, yang menjadi kriteria
kesuksesan proses negosiasi adalah keberhasilan dalam
nenyelamatkan harta benda yang berkaitan dangan situasi
sandera/untuk rasa, misalnya pesawat terbang, kendaraan,
rumah. uang tebusan. gedung. pertokoan dan sebagainya.
b. Hal yang dapat di Negosiasikan
Proses negosiasi melibatkan upaya tawar menawar
terhadap tuntutan pelaku. Untuk itu harus dipertimbangkan hal
apa sajakah yang dapat dipakai dalam posisi tawar menawar.
Proses tawar menawar yang terjadi dalam negosiasi sangat
tergantung dari tuntutan yang dikehendaki oleh pelaku. apakah
itu uang tebusan, makanan/minuman, kendaraan dan
sebagainya.
Hal-hal yang dapat dinegosiasikan adalah sebagai berikut :
1). Makanan atau minuman
Mungkin saja dalam penyanderaan yang memakan
waktu lama, pelaku membutuhkan suplai makanan atau
minuman. Oleh karena itu makanan dan minuman dapat
dipergunakan sebagai alat negosiasi jangan memberikan
lebih dari apa yang diminta menghendaki kiriman nasi dan
kool, maka kirimkan saja nasi putih dan kopi jangan
19
-20-
membarikan lauk pauk, sebab itu dapat menjadi alat
negosiasi berikutnya. Prinsip utama yang berlaku dalam
tawar menawar adalah jangan berikan sesuatu jika anda
tidak mendapatkan sesuatu". Jlka kita terpaksa memenuhi
permintaan pelaku, maka kita harus meminta sesuatu pada
pelaku melepaskan beberapa sandera atau pembubaran
massa.
2). Minuman yang beralkhohol dan obat penenang merupakan
barang berbahaya dalam proses negosiasi. Kemungkinan
yang terjadi akan pelaku memakai barang ini adalah
hilangnya kendali perilaku driava sehingga dapat berbuat
sesuatu yang membahayakan samdera.
3). Transportasi merupakan hal yang kurang menguntungkan
untuk dipakai dalam negosiasi. Jika transportasi (misal
mobil. helikopter dan sebagainya) diberikan maka
kerugiannya adalah hilangnya kendali dalam operasi
pembebasan sebab pelaku dan sandera merdapatkan
tempat. Masalah lain yang muncul adalah hilangnya
komunikasi komando. Oleh karena itu memberikan sarana
transportasi akan menimbulkan permasalahan dan pada
penyelesaiannya.
4). Bebasnya pelaku juga dapat dipakai sebagai alat
negosiasi. Namun hal ini masih bersifat kontroversial.
Sebab membebaskan pelaku kriminal. Beberapa kasus
penyandaraan di Amerika berakhir dengan bebasnya
sandera dan dilepasnya sebagai timbal balik.
5). Uang merupakan hal yang paling sering menjadi tuntutan
Pembebasan sandera. Jika pelaku masih dalam situasi
pengepungan (contoinment), maka uang masih dapat
dipergunakan sebagai tukar menukar.
c. Pertukaran Sandera
20
-21-
Pertukaran sandera merupakan taktik yang kurang baik
dalam penyelesaian kasus penyanderaan. Penukaran seorang
sandra dengan sandera yang lain atau polisi, justru akan
meningalkan ketegangan dan suasana emosional yang semakin
tidak menentu dan meningkatkan ancaman terhadap
keselamatan enggota polisi itu sendiri. Polisi bagi pelaku
penyanderaan merupakan stresor/ancaman yang paling tinggi,
oleh karena itu kemungkinan terbunuhnya Polisi tersebut
semakin besar. Jika pelaku penyanderaan adalah orang yang
anti-sosial, maka dia akan melihat figur polisi sebagai simbol
kekuasaan yang mereka benci. Demikian juga dengan
pertukaran sandera dengan keluarga dan tersebut juga
merupakan taktik yang lemah. Satu hal yang pasti adalah bahwa
pertukaran sandera akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya Sandra Stockholm yang dapat menguntungkan
situasi penyanderaan karena terjalinnya hubungan psikologis
antara sandera dan penyandera. Sandera yang baru akan
membuat penyanderaan secara psikologis harus menyesuaikan
diri lagi.
d. Peliputan Modya
Dengan semakin majunya teknologi komunikasi khususnya
komunikasi informasi melalui media elektronik dan dengan
hadirnya televisi swasta, akan membuat peliputan berita semakin
aktual.
Dalam beberapa hal situasi penyanderaan membutuhkan
kehadiran media elektronik (televisi/ radio) yang dapat menjadi
media secara tidak langsung dengan pihak penyandera melalui
siaran langsung setidak-tidaknya akan memberikan gambaran
kepada sandera bahwa diluar mereka terdapat pihak yang
mencoba untuk menyelesaikan permasalahan.
e. Pedoman bernegosiasi
21
-22-
1). Inti dari proses negosiasi adalah memperpanjang atau
mengulur waktu melalui komunikasi dari proses tawar
menawar. Dengan semakin panjangnya waktu, akan
semakin memperbesar kemungkinan terselesaikannya
situasi penyanderaan dengan damai dengan pertimbangan
sebagai berikut :
a). Terpenuhinya makanan, minuman dan istirahat.
b). Ketegangan makin berkurang.
c). Pikiran penyandera akan semakin rasional dan
realistis dan tidak menjadi emosional.
d). Terdapatnya Sindroma Stockholm.
e). Sandera mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
meloloskan diri.
f). Informasi intelejen yang diperoleh akan semakin
langka?
g). Berkembangnya hubungan baik antara
negosiator dengan sandera.
h). Harapan dan tuntutan pelaku penyanderaan mungkin
berkurang.
i). Penyandera menjadi bosan dengan situasi yang
tercipta dan melepaskan begitu saja sanderanya.
2). Meskipun dengan berjalannya waktu banyak membawa
keuntungan dalam penyelesaian situasi namun terdapat
kerugian, yaitu :
a). Anggota tim taktis atau satuan tugas menjadi bosan
dan kehilangan kesabaran.
b). Gerakan taktis menjadi terburu-buru dan dipaksa.
Oleh karena itu penanganan setiap perkembangan
situasi memerlukan ketenangan dan kehati-hatian.
f. Kontak dengan Pelaku/Pimpinan Massa.
1). Dalam setiap kasus penyanderaan atau unjuk rasa agar
diusahakan mencapaikan informasi secepat mungkin
22
-23-
tentang identitas pelaku/pimpinan massa, jenis kelamin,
usia, latar belakang pendidikan, keluarga dan lain-lain.
2). Kemudian mulai berkomunikasi dengan pertanyaan yang
harus dijawab dengan cerita, bukan jawaban ya/tidak
usahakan berbicara dengan bahasa dan dialek yang
dipakai pelaku tanpa memaksakan logat yang dibuat-buat
(usahakan wajar). Usahakan untuk dapat mengetahui
kondisi mental kepribadian pelaku, bagaimana cara
berpikirnya, logis, rasional, atau kacau. Bagaimana sikap
perilakunya, apakah tenang atau pencemas dan panik.
Dalam tahap ini sangat dibutuhkan bantuan dari psikolog
yang terlatih dalam negosiasi. Usahakan untuk mengetahui
kekuatan motivasinya, apakah mendapatkan dukungan dari
kelompok atau sendiri.
3). Ciptakan hubungan yang pribadi perkenalkan diri sebagai
negosiator/perantara. Usahakan hubungan yang dilandasi
pemahaman, misalnya : "Kita (saya dan anda) dapat
menyelesaikan masalah ini bersama".
4). Hindari jawaban dengan nada datar dan berkesan negatif
dan hindari kata-kata yang bersifat melemahkan pelaku.
seperti “menyerah". Biarkan pelaku mengambil keputusan
dan berpikir sendiri tentang apa yang akan dilakukan kapan
melakukan dan bagaimana melakukannya.
5). Jika pelaku minta makanan, tanyakan makanan apa.
Usahakan tawar menawar dengan pelaku, jika pelaku minta
sesuatu maka dia harus mau memberikan sesuatu pada
kita. Jangan pernah menanyakan secara terbuka apa
tuntutan anda, melainkan sampaikan saja bahwa kehadiran
negosiator adalah untuk membantu memecahkan
persoalan yang dihadapi semampunya. Jika pelaku
menyampaikan tuntutan, misalnya : "Kami minta uang
tebusan 50 juta yang diletakkan dalam suatu mobil dalam
23
-24-
satu jam, maka anda dapat menjawab dengan mengulangi :
"Baik. anda minta sejumlah uang dan transportasi secepat
mungkin". Jangan menanyakan : "Kapan saya harus
menyediakan semua itu, melainkan sampaikan "kami
sedang mengusahakannya”.
Jangan pernah memberikan tawaran sesuatu kepada
pelaku. Jika anda tidak dapat menyediakan uang sejumlah
yang diminta, jangan memberikan alternatif lain dan biarkan
pelaku memutuskan sendiri apa yang akan diperbuatnya.
6). Usahakan pelaku tidak membuat kontak dengan kecuali
dengan negosiator. Untuk itu perlu diupayakan komunikasi
dari pelaku sebisa mungkin, misal dengan bekerja sama
dengan telkom untuk merubah nomor dan memblokir
telepon pada rumah tempat terjadinya penyanderaan,
supaya tidak ada komunikasi dengan pihak luar, misal
keluarga teman wartawan di Sandra yang dibebaskan
karena sakit atau alasan tertentu dapat menjadi sumber
informasi tentang situasi dan kondisi.
7). Indikator perkembangan dan keberhasilan.
a). Tidak adanya korban terluka/terbunuh.
b). Menurunnya tingkat ancaman dan suasana
emosional.
c). Pembicaraan belangsung semakin panjang, dan
nadanya mulai kooperatif.
d). Dilepaskannya sandera.
e). Dilampauinya batas waktu yang ditetapkan pelaku
terhadap terpenuhirya tuntutan tertentu.
16. Seleksi Negosiator
a. Umum
24
-25-
Demi mencapai kesuksesan dalam bernegosiasi, maka
perlu diupayakan melakukan seleksi terhadap calon negosiator.
Seorang negosiator harus memiliki kualifikasi karakteristik
psikologis tertentu yang mendukung untuk tugas tersebut Secara
umum kriteria negosiator yang dibutuhkan harus memiliki
kesehatan fisik dan mental. Kepribadian yang seimbang,
pengalaman dalam penegakan hukum dan mampu berpikir
dengan baik dalam situasi stress.
b. Beberapa karakteristik yang diperlukan seorang negosiator
adalah sebagai berikut :
1). Memiliki kematangan emosional, mampu meredam emosi,
meskipun mendapatkan tekanan verbal berupa: umpatan,
cacian atau tekanan. Meskipun situasi disekitarnya kacau,
seorang negosiator harus tetap "berkepala dingin"
2). Seorang pendengar yang baik dan memiliki
keterampilan interview.
3). Memiliki sosialisasi yang baik dan luwes dalam komunikasi.
4). Mampu meyakinkan orang lain dengan argumennya.
5). Memiliki kecerdasan yang praktis.
6). Mampu mengambii keputusan secara mandiri.
17. Kerjasama Team
a. Struktur Organisasi
1). Dalam upaya mengatasi kasus penyanderaan banyak pihak
yang terlibat, baik team taktis,Satuan Tugas Dalmas
Kepolisian Wilayah, team negosiator, team kesehatan dsb.
Karena banyak pihak yang terlibat, maka jelas diperlukan
jalur komunikasi yang dapat menjembatani kerjasama team
sehingga dapat dicapai keberhasilan operasi.
2). Komandan tim negosiator bertugas menyajikan informasi
tentang jalannya negosiasi dan perkembangannya kepada
Pimpinan Satuan lapangan/kasatwil. Sedangkan Satuan
Dalmas/PHH bertugas mempersiapkan pasukannya pada
25
-26-
tempat dan saat yang tepat dan menyampaikan
kesiapannya pada Kasatwil.
3). Jika setelah berjalan sekian lama, proses negosiasi kurang
membawa hasil dan strategi yang disiapkan berikutnya
adalah penyerangan atau penindakan, maka segala
informasi tentang penyaderaan yang diperoleh melalui
negosiasi harus harus kepada Kasatwil dan selanjutnya
disampaikan pada team taktis sebagai pedoman
penyusunan strategi penyerangan/penindakan.
b. Team Negosiator
1). Team negosiator terdiri dari empat anggota, yaitu ;
Negosiator utama, Negosiator pendamping, Psikolog dan
pimpinan negosiator.
2). Tugas pokok dari negosiator utama adalah melakukan
interaksi atau menciptakan hubungan secara verbal
dengan pelaku penyanderaan atau pimpinan massa.
3). Sedangkan tugas pokok dari negosiator pendamping
adalah sebagai berikut :
a). Mencatat semua kejadian penting yang
berlangsung selama proses negosiator.
b). Setiap komunikasi verbal yang terjadi antara
negosiator utama dengan pelaku, strategi yang
dipakai dan keputusan yang diambil.
c). Menyampaikan setiap informasi terbaru kepada
negosiator utama.
d). Bersiap menggantikan posisi negosiator utama
mengalami kelelahan.
4). Tugas pokok ketua team negosiator adalah :
a). Mengatur dan mengendalikan kegiatan negosiasi.
26
-27-
b). Berperan sebagai penghubung antara team
negosiator dengan komandan lapangan/ kasatwil
termasuk memberikan laporan kemajuan dari
perkembangan jalannya negosiator.
c. Peran Psykholog.
1). Pemanfaatan psikolog sebagai konsultan dalam proses
negosiasi sangat disarankan mengingat berbagai manfaat
yang dapat diperoleh darinya, utamanya dalam hal sebagai
berikut :
a). Melakukan assesment/pengukuran dan analisa
termasuk situasi penyanderaan, khususnya dalam
menentukan mental kepribadian pelaku.
b). Memberikan masukan kepada team negosiator
mengenai pendekatan yang dapat dengan
Karakteristik tertentu.
c). Meskipun posisinya hanya sebagai konsultan namun
seorang psikolog diharapkan dapat terlibat secara
total dalam situasi operasional.
Artinya dalam setiap kasus
penyanderaan/unjuk rasa psikolog harus terus
mendampingi team negosiator dalam memantau
situasi dan perkembangannya. Gambaran ideal yang
diharapkan adalah terjalinnya hubungan yang baik
antara psikolog dengan negosiator dan menjadi satu
kesatuan aksi. Hal ini perlu untuk mencegah
munculnya hal-hal kecil yang ada hubungannya
persepsi terhadap peran satu dengan yang lain yang
dapat menghalangi kelancaran operasi pembebasan
sandera dan pembubaran massa.
2). Adapun tugas pokok dari konsultan psikologi adalah :
a). Memberikan gambaran karakter kepribadian pelaku
pimpinan massa.
27
-28-
b). Memberikan penilaian yang obyektif terhadap situasi
penyanderaan/unjuk rasa/kerusuhan massa.
c). Menyarankan teknik dan taktik pendekatan dengan
memperhitungkan karakteristik gambaran psikologi.
IV. ADMINISTRASI
18. Administrasi Umum
a. Dalam rangka pelaksanaan tugas negosiator diperlukan
dukungan administrasi umum seperti :
1). Surat Perintah Tugas.
2). Alat tulis untuk membuat catatan-catatan.
3). Laporan.
b. Hal-hal mempedomani Jukminu Hankam/ABRI yang masih
berlaku dan disesuaikan dengan ketubuhan.
19. Dukungan Logistik/anggaran
a. Pelaksanaan tugas negosiator didukung peralatan yang
diperlukan guna keberhasilan tugas dengan memanfaatkan
peralatan dan fasilitas yang ada, seperti:
1). Bull Hom (Pengeras Suara)
2). Telephon
3). Video Camera, dsb
b. Menggunakan dukungan anggaran yang tersedia.
V. PENUTUP
20. Pengetahutan yang cukup
a. Seorang negosiator dituntut memiliki pengetahuan yang cukup
untuk mendukung pelaksanaan tugasnya, seperti:
1). Anatomi Massa
2). Komunikasi
3). Psykologi Massa
4). Teknik dan taktik negosiasi
b. Seorang negosiator juga dituntut memiliki mental yang ulet gigih
28
-29-
dan tanggung terhadap perkembangan dan perubahan situasi
yang dihadapi.
21. Penutup
Demikianlah bahan ajaran ini disusun, semoga kiranya berguna
dan bermanfaat sebagaimana maksud yang terkandung didalamnya.
Sukabumi, Mei 2005
PENYUSUN
29
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRISEKOLAH CALON PERWIRA
NASKAH SEMENTARA PELAJARAN
NEGOSIASI
SISWA DIKTUKPA POLRI REG XXXII/TA 2005
Recommended