NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-etheses.iainponorogo.ac.id/12121/1/SKRIPSI ERIN...

Preview:

Citation preview

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-AKHLA>Q LI AL-

BANI>N KARYA ‘UMAR BIN AH}MAD BA>RAJA>’ DAN RELEVANSINYA

DENGAN MATERI AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH TSANAWIYAH

KELAS VIII

SKRIPSI

OLEH

ERIN FITRIYANI

NIM. 210316260

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

NOVEMBER 2020

ABSTRAK

Fitriyani. Erin, 2020. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Akhla>q Li Al-Bani>n Karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dan Relevansinya dengan Materi

Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, Skripsi. Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negeri Ponorogo, Pembimbing Kharisul Wathoni, M.Pd.I

Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Akhlak, Al-Akhla>q Li Al-Bani>n dan Akidah

Akhlak

Salah satu usaha untuk menanamkan pendidikan akhlak kepada siswa di

sekolah adalah melalui pembelajaran Akidah Akhlak. Sumber belajar yang banyak

digunakan oleh mayoritas guru Akidah Akhlak adalah buku paket Akidah Akhlak

pendekatan saintifik kurikulum 2013 katalog dalam terbitan Kementrian Agama

Indonesia tahun 2015 tidak terkecuali pada kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah,

namun penggunaan sumber belajar yang sering digunakan adalah buku paket dan

LKS (Lembar Kerja Siswa), padahal masih banyak sumber lain yang bisa dijadikan

sebagai tambahan referensi sehingga akan mengembangkan keluasan pemaham

peserta didik. Peneliti mengambil kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin

Ah}mad Ba>raja>’yang merupakan salah satu kitab tentang akhlak, untuk itu peneliti

mencoba merelevansikan kedua hal tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Kandungan

pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad

Ba>raja>’ (2) Relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya

‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dengan materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

kelas VIII.

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis data ini ialah menggunakan

penelitian kepustakaan (library research) dengan teknik pengumpulan data berupa

teknik dokumenter. Sedangkan dalam teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ialah analisis isi (content analysis) yang dapat dilakukan terhadap buku-

buku teks, baik yang bersifat teoritis dan empiris.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandung dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n diantaranya nilai akhlak kepada

Allah Swt dan rasulullah, nilai akhlak kepada manusia, nilai akhlak kepada alam

semesta (2) Relevansi antara pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dengan materi Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah kelas VIII diantaranya Materi Pendidikan akhlak khususnya tentang

akhlak kepada Allah dan Rasul yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

sejalan dengan yang diajarkan dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dan Akhlak

kepada manusia yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII melalui mata

pelajaran Akidah Akhlak sudah sesuai dengan yang sejalan dan dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat pada umumnya mengenal pendidikan sebagai suatu aktivitas

atau kegiatan yang secara resmi atau secara formal dilakukan di sebuah lembaga

tertentu yang biasa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar secara tertib, rapi,

terprogram dan terjadwal. Namun, definisi pendidikan secara luas tidak hanya

terbatas belajar pada tempat atau waktu tertentu tetapi lebih luas lagi, tidak hanya

mentransfer pengetahuan saja tetapi juga mentransfer nilai. Hal tersebut dapat

dilihat dari fungsi utama pendidikan, yaitu yang pertama mentransfer nilai (transfer

of value) dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai

prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive), kedua mentransfer pengetahuan

(transfer of knowledge) hal ini mengandung pengertian mempersiapkan generasi

muda (peserta didik) menjadi kreatif dan produktif sekaligus memegang peran-

peran tertentu di masyarakat di masa mendatang. Dengan demikian pendidikan

dapat menjadi penolong bagi umat manusia untuk menghadapi hidup dan

menjawab berbagai persoalan kehidupan.1

Pengertian Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

1 Usman, Filsafat Pendidikan Kajian Filosofis Pendidikan Nahdlatul Ulama di Lombok

(Yogyakarta: Teras, 2010), 101-102.

1

2

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.2

Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak bisa terlepas dari pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam memperbaiki kehidupan

sosial untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup masyarakat.3 Selain

pendidikan, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari akhlak, moral,

etika atau yang semakna dengannya. Karena sebagai makhluk sosial kita tidak bisa

terlepas dari orang lain, sehingga kita perlu tata tingkah laku, cara bertindak, cara

bersosialisasi dengan orang lain dengan baik.

Dari hal itu, penting untuk adanya pendidikan yang mengarah pada

perbaikan perilaku seseorang. Salah satunya yaitu melalui pendidikan akhlak.

Akhlak mengutip pendapat Ibnu Maskawaih adalah suatu kondisi jiwa yang

menyebabkan ia bertindak tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang

mendalam.4 Secara tidak langsung akhlak telah melekat pada diri seseorang.

Pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang mengakui bahwa

dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan hal buruk, kebenaran dan

kebathilan, keadilan dan kedzaliman, serta perdamaian dan peperangan. Untuk

menghadapi hal-hal yang serba kontra tersebut, Islam telah menetapkan nilai-nilai

dan prinsip-prinsip yang membuat manusia mampu berinteraksi dengan orang-

orang yang baik dan jahat.

Pada dasarnya pendidikan akhlak berusaha untuk meluruskan naluri dan

kecenderungan fitrahnya yang membahayakan masyarakat dan juga membentuk

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional 3 Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran Ulama

Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi (Yogyakarta: Deepublish, 2015), 2. 4 Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati (Yogyakarta: Kaukaba

Dipantara, 2013), 2.

3

rasa kasih sayang mendalam, akan menjadikan seseorang merasa terikat selamanya

dengan amal baik dan menjauhi perbuatan buruk. Dengan pendidikan akhlak

diharapkan seseorang dapat hidup di tengah-tengah masyarakat tanpa menyakiti

dan disakiti orang lain. Dengan pendidikan akhlak seseorang berusha meningkatkan

kemajuan masyarakat demi kemakmuran bersama.5

Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.6 Dari tujuan pendidikan pada Undang-Undang

tersebut “berakhlak mulia” juga menjadi goal atau tujuan dari adanya pendidikan,

maka dari itu sangat penting bagi kita untuk memperhatikan akhlak, salah satunya

melalui pendidikan akhlak.

Salah satu usaha untuk menanamkan pendidikan akhlak kepada siswa di

sekolah adalah melalui pembelajaran Akidah Akhlak. Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari

akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah

Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara

mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-

Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan

Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan

penghayatan terhadap al-Asma’ al-Husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-

5 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Po PRESS,

2007), 41. 6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4

tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta

pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan

seharihari.

Secara substansial mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan

mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak

terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. al-Akhlak al-

Karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik

dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka

mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional

yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Sumber belajar yang banyak digunakan oleh mayoritas guru Akidah Akhlak

adalah buku paket Akidah Akhlak pendekatan saintifik kurikulum 2013 katalog

dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015. Pada penelitian ini

peneliti memfokuskan pada buku paket kelas VIII untuk Madrasah Tsanawiyah.

Penggunaan buku paket Akidah Akhlak untuk kelas VIII pendekatan saintifik

kurikulum 2013 katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015

dalam pembelajaran sudah cukup bagus, penyampaian materi juga contoh dari

pokok pembahasan, misalkan dalam materi tentang tawakal, dalam buku tersebut

dijelaskan apa itu makna tawakal kemudian juga dijelaskan bagaimana contoh

dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam beberapa hal penjelasannya kurang

lengkap, oleh karena itu dalam pembelajaran penanaman akhlak pada diri peserta

didik selain menggunakan buku paket Akidah Akhlak kelas VIII pendekatan

saintifik kurikulum 2013 katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia

5

tahun 2015, guru masih memerlukan referensi lain guna memperluas cakupan

keilmuan.

Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan sebagai referensi dalam

penanaman akhlak yaitu kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n. Kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n merupakan sebuah kitab karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ yang di dalamnya

berisi akhlak-akhlak kepada Allah, Rasulullah, Guru, Orangtua, Teman sebaya

maupun alam sekitar. Peneliti tertarik untuk mengkaji kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

karena selain Peneliti sudah pernah mempelajarinya dulu di Madrasah Diniyah juga

karena bahasa yang digunakan oleh penulis dalam kitab ini relatif lebih mudah

difahami,7 seperti yang disampaikan oleh ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dalam

muqodimmah kitab tersebut. Selain itu penyampaian materi dalam kitab ini tidak

hanya menggunakan teori-teori saja tetapi dimasukkan juga perumpamaan-

perumpamaan yang sesuai dengan materi, sehingga lebih mudah dimengerti.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena pendidikan akhlak

membutuhkan perhatian yang serius selain itu pembelajaran tentang akhlak di

madrasah salah satunya melalui mata pelajaran Akidah Akhlak. Dari pemaparan di

atas Peneliti tertarik untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat

dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dan juga Peneliti berusaha merelevansikannya

dengan materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah khususnya kelas VIII.

Atas dasar pertimbangan di atas maka Peneliti bermaksud mengadakan

penelitian dan mengangkat permasalahan tersebut dan menuangkannya dalam

bentuk Penelitian skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam

Kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n Karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dan Relevansinya

dengan Materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII”

7 Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n jilid 1 (Surabaya: Maktabah Muhammad bin

Ahmad Nabihan, t.th), 2-3.

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kandungan nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’?

2. Bagaimana relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dengan materi Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah kelas VIII?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kandungan nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li

al-Bani>n karya „Umar bin Ah}mad Ba>raja>‟

2. Menjelaskan relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dengan materi Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah kelas VIII

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua jenis yaitu manfaat secara

teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah dan memberikan kontribusi dalam

dunia keilmuan dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya,

khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dengan materi Akidah

Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti adalah untuk mengembangkan wawasan tentang pendidikan

akhlak.

7

b. Bagi pelaku pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan pendidikan akhlak

pada anak serta menjadi referensi dalam pengembangan yang lebih lanjut.

c. Bagi Lembaga IAIN Ponorogo, dapat dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di Fakultas

Tarbiyah.

E. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

1. Skripsi Hermawati Rosidi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2019. Pendidikan Akhlak dalam kitab Al- Akhla>k Lil

Bani>n Jilid 1. Hasil Penelitiannya adalah:

a. Adapun pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Al- Akhla>k Lil

Bani>n jilid 1 karya Syekh „Umar bin Ahmad Ba>raja>’, yaitu:

1) Anak yang beradab : menghormati orang tua, guru serta orang lain dan

juju serta tawadlu‟ (rendah hati).

2) Akhlak kepada Allah Swt: menjalankan segala perintah Allah Swt dan

menjauhi larangannya

3) Akhlak kepada nabi Muhammad Saw: memuliakan Nabi Muhammad

Saw. Sebagai suri tauladan, seperti memperingati peringatan maulid

Nabi.

4) Akhlak di rumah: akhlak kepada ayah, ibu, saudara, karib kerabat,

pembantu, dan akhlak kepada tetangga, tidak menyakiti mereka,

mendengarkan nasihatnya dan juga mengukuhkan ukhuwah islamiah

5) Akhlak sebelum berangkat ke sekolah: melatih dan membiasakan anak

hidup tertib dan teratur, seperti bangun pagi dan merapika buku

pelajaran.

8

6) Akhlak berjalan kaki di jalan: tidak mengobrol dan bercanda di jalan

serta berhati-hati di jalan.

7) Akhlak disekolah: fokus memperhatikan guru, menghadap ke depan

atau ke arah guru.

8) Akhlak menjaga peralatan pribadi: meletakkan peralatan, merapikan

dan membersihkan peralatan setelah digunakan

9) Akhlak kepada teman: menghormati teman, menjaga kerukunan dan

membantu teman jika mengalami kesulitan

10) Nasihat-nasihat umum: meminta tolong dengan ucapan yang baik,

berbicara sopan dan tidak berperilaku buruk, seperti boros dan

berbicara buruk atau kotor.8

Persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh Peneliti terletak pada kitab yang digunakan yaitu sama-sama

menggunakan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’.

Sedangkan yang membedakan penelitian di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah penelitian di atas hanya mengupas isi dalam kitab,

tetapi penelitian yang akan dilakukan Peneliti direlevansikan dengan materi

Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

2. Skripsi Azka Nuhla, Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri

Walisongo Semarang, 2016. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-

Akhla>q Li Al-Bani>n Jilid 1 Karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’. Hasil

penelitiannya adalah:

a. Pendidikan akhlak yang diajarkan dalam kitab tersebut melingkupi akhlak

kepada sang khaliq (pencipta) yaitu Allah dan makhluq (ciptaan Allah

8 Hermawati Rosidi, Pendidikan Akhlak dalam Kitab Akhla>k Lil Bani>n Jilid 1, (Skripsi,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2019).

9

Swt) yakni kepada sesama manusia; Nabi Muhammad Saw., keluarga,

kerabat, pembantu, tetangga, guru, teman, serta alam sekitar.

b. Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Al-

Akhla>q Li Al-Bani>n Jilid 1 karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ berupa

religius, amanah, birrul walidain, sopan santun, toleransi, disiplin,

tanggung jawab, ihsan, dermawan, rendah hati, dan cinta lingkungan.9

Persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh Peneliti terletak pada kitab yang digunakan yaitu sama-

sama menggunakan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad

Ba>raja>’. Sedangkan yang membedakan penelitian di atas dengan penelitian

yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian di atas hanya mengupas

kandungan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab, tetapi penelitian

yang akan dilakukan Peneliti direlevansikan dengan materi Akidah Akhlak

di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

3. Skripsi Faiq Nurul Izzah, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Universita Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. Nilai-nilai

Pendidikan Karakter dalam Kitab Al-Akhla>q Li Al-Bani>n Jilid 1 Karya Al-Ustaz

„Umar bin Ahmad Bar>aja>‟ dan relevansinya bagi Siswa MI. Hasil Penelitiannya

adalah:

a. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab Al-Akhla>q Li

Al-Bani>n Jilid 1, antara lain adalah: Religius (Akhlak kepada Allah,

akhlak kepada Rasulullah, Amanah), disiplin, menepati janji, peduli

lingkungan, cinta kebersihan, peduli sosial (sopan santun, menghormati

9 Azka Nuhla, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Akhla>q Li Al-Bani>n Jilid 1 Karya

„Umar bin Ahmad Bar>aja>’ (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang,

2016).

10

orang lain, menghormati kedua orang tua, saudara, kerabat, pemebantu,

tetangga, gurum teman, adab berjalan dan adab di sekolah), toleransi.

Semua nilai-nilai karakter tersebut merupakan nilai-nilai karakter dasar

yang harus dipunyai oleh siswa sebagai fondasi karakter dalam dirinya.

Dan jika dipahami, semua nilai-nilai pendidikan karajkter itu sedang

diterapkan pada sekolah-sekolah baik melalui pembelajaran ataupun

secara independen dan tidak langsung.

b. Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dengan kondisi anak

usia MI saat ini jika dilihat melalui kondisi (karakter) anak usia MI saat

ini, maka nilai-nilai dalam kitab Al-Akhla>q Li Al-Bani>n jilid 1 tersebut

sudah sesuai. Semua karakter yang dimilikioleh anak usia MI saat ini

secara tersirat merupakan pengaplikasiana dari nilai-nilai pendidikan

karakter yang ada dalam kitab Al-Akhla>q Li Al-Bani>n jilid 1. Namun,

karena sebenarnya karakter yang ada pada anak usia MI itu adalah

karakter bawaan yang diturunkan dari orangtuanya, maka nilai-nilai

karakter tersebut belum sepenuhnya tertanamkan pada dirinya. Tetapi

masih sebatas menjalankan apa yang diajarkan oleh orang tua/ gurunya,

dan juga apa yang dilihatnya setiap hari. Sehingga karakter anak usia MI

masih sangat mudah untuk berubah seiring dengan budaya yang ada di

sekitarnya. Jadi, tugas orangtua dan guru adalah selalu memberikan

contoh karakter yang baik secara terus menerus agar lama-kelamaan

benar-benar tertanam dalam diri seorang anak.10

10

Faiq Nurul Izzah, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Al-Akhla>k Lil Bani>n Jilid 1

Karya Al-Uataz ‘Umar bin Ahmad Baraja’ dan Relevansinya bagi Siswa MI (Skripsi, Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).

11

Persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh Peneliti terletak pada kitab yang digunakan yaitu sama-

sama menggunakan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin

Ah}mad Ba>raja>’. Perbedaannya penelitian di atas membahas tentang nilai-

nilai pendidikan karakter yang ada dalam kitab dan direlevansikan

dengan siswa MI, sedangkan penelitian yang dilakukan Peneliti yaitu

membahas tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang direlevansikan

dengan materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Bogdan dan Taylor menjelaskan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.11

Penelitian ini

melakukan kajian tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam

kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n serta merelevansikannya dengan materi Akidah

Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

Jenis penelitian ini adalah kajian kepustakaan (library research) yaitu

telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya

bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka

yang relevan. Telaah pustaka ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan

data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan

dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan

pustaka itu diperlakukan sebagai sumber ide menggali pemikiran atau gagasan

11

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),

15.

12

baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah

ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar

pemecahan masalah.12

Sumber pustaka untuk bahan kajian, dapat berupa jurnal penelitian,

disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar,

diskusi ilmiah, atau terbitan-terbitan resmi pemerintah, atau lembaga-lembaga

lain. Bahan-bahan pustaka harus dibahas secara kritis dan mendalam dalam

rangka mendukung gagasan-gagasan dan atau proposisi untuk menghasilkan

kesimpulan dan saran.13

Penelitian ini juga bisa disebut penelitian dokumentasi atau survei buku

karena literatur yang digunakan tidak terbatas hanya pada buku tetapi juga

berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah, koran dan lain-lain.14

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam kajian ini berasal dari bahan-bahan

kepustakaan yang dikategorikan sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah bahan utama atau rujukan utama yang

digunakan dalam penelitian ini. Sumber data primer yang digunakan yaitu

kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung

sumber-sumber data primer. Sumber sekunder hanya memberikan ulasan

sekilas tentang bidang pengetahuan yang sifatnya masih umum, bukan

12

Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo, Buku Pedoman Penelitian

Skripsi Edisi Revisi 2016 (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2016), 55. 13

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Kuantitatif,

Kualitatif, Library, PTK (Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo, 2019), 49. 14

Erwin Widiasworo, Mahir Penelitian Pendidikan Modern (Yogyakarta: Araska, 2018), 31.

13

teknis, tentang apa yang telah dilakukan mengenai topik tersebut.15

Adapun

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Afriantoni. Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda:

Percikan Pemikiran Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi.

Yogyakarta: Deepublish, 2015.

2) Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia,

2017.

3) Helmawati. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2016.

4) KMA Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.

5) Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat

Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

6) Mustaqim, Abdul. Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati.

Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013.

7) Rusmaini. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press, 2014.

8) Salim, Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan

Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012

9) Sanusi, Achmad. Sistem Nilai. Bandung: Nuansa Cendekia, 2017.

10) Syafri, Ulil Amri. Pendididkan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2012.

11) Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani,

dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008.

15

Neni Hasnunidah, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Media Akademi, 2017),

28.

14

12) Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2015

13) Mustaqim, Abdul. Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati.

Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013.

14) Kementrian Agama Indonesia. Akidah Akhlak untuk Madrasah

Tsanawiyah kelas VIII. 2015.

15) Hasnunidah, Neni. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:

Media Akademi, 2017.

16) Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama

Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.16

Pada penelitian kepustakaan ini teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah pengumpulan data literer yaitu bahan-bahan yang koheren dengan dengan

objek-objek pembahasan yang dimaksud.17

Adapun langkah-langkahnya yaitu:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi

kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara yang satu

dengan yang lain.

b. Organizing, yaitu mengorganisir data yang diperoleh dengan kerangka yang

sudah diperlukan.

16

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2015), 308. 17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

1990), 24.

15

c. Finding, yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian

data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah

ditentukan sehingga ditemukan kesimpulan yang merupakan hasil jawaban

dari rumusan masalah.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun secara sistematis data yang telah

diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

ke dalam unit-unit dan juga membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.18

Pada penelitian ini teknik analisis data yang

digunakan adalah

a. Analisis isi (content analysis), yaitu analisis ilmiah tentang konten atau isi.

Analisis isi dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat

teoritis dan empiris. Analisis ini mengupas nilai-nilai pendidikan akhlak

yang terkandung dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n.

b. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang berangkat dari fakta-fakta atau

peristiwa yang kongkrit menuju pada hal-hal yang abstrak, atau dari

pengertian yang khusus menuju pengertian yang umum.

c. Penalaran deduktif, yaitu pemikiran yang berangkat dari sesuatu yang

umum kemudian ditarik pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan membantu Peneliti dalam menulis hasil penelitian

secara runtut dan mudah dipahami. Dalam sistematika pembahasan ini dibagi

menjadi tiga bagian besar, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.

Sistematika pembahasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

18

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2015), 335.

16

BAB I: Berisi pendahuluan yang menggambarkan secara umum kajian ini, yang

isinya terdiri dari, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian teori dan telaah hasil penelitian

terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan dengan demikian

merupakan pengantar penelitian ini.

BAB II: Berisi tentang deskripsi teori tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dan

materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII. Sub bab

pertama berisi tentang nilai-nilai pendidikan akhlak di dalamnya

termasuk pengertian, ruang lingkup pendidikan akhlak, dasar

pendidikan akhlak dan tujuan pendidikan akhlak. Sub bab kedua berisi

penjabaran materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

BAB III: Berisi paparan data-data yang berisi tentang biografi Al-Ustadh ‘Umar

bin Ah}mad Ba>raja>’ dan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n jilid 1.

BAB IV: Berisi pembahasan mengenai analisis data yang diperoleh serta

merelevansikan antara nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada

kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n jilid 1 dengan materi Akidah Akhlak di

Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

BAB V: Merupakan penutup yang memuat kesimpulan hasil dari penelitian

mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n jilid 1 serta relevansinya dengan materi Akidah Akhlak di

Madrasah Tsanawiyah kelas VIII.

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Relevansi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) relevansi artinya hubungan;

kaitan.1 Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, relevansi terdiri dari dua yaitu,

relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal adalah adanya

kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum seperti tujuan,

isi, proses penyampaian dan evaluasi, atau dengan kata lain relevansi internal

menyangkut keterpaduan komponen-komponen dalam kurikulum. Sedangkan

relevansi eksternal adalah kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,

dan perkembangan dalam masyarakat.2

Menurut Burhan Nurgiyantoro, relevansi dalam dunia pendidikan dapat

ditinjau dari tiga segi. Pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan peserta

didik atau masyarakat setempat. Diharapkan sistem pendidikan yang dijalankan

suatu lembaga pendidikan dapat memberikan bekal kemampuan kepada peserta

didik untuk dapat bergaul dengan lingkungannya. Kedua, relevansi pendidikan

kaitannya dengan tuntutan pekerjaan. Lembaga pendidikan bertugas menyiapkan

lulusan yang mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pihak lembaga

pendidikan hendaknya melakukan kerjasama dengan masyarakat atau pemakai

lulusan tersebut. Ketiga, relevansi pendidikan kaitannya dengan perkembangan

kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Sistem pendidikan disamping

menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tuntutan kehidupan masa kini, juga

harus dibekali dengan berbagai pengetahuan atau hal-hal lain untuk menghadapi

1 KBBI, Relevansi (Online) (https://kemdikbud.go.id/entri/relevansi), diakses 02 November

2020. 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), 150-151.

17

18

kemungkinan-kemungkinan perubahan tuntutan kehidupan akibat perkembangan

jaman pada masa yang akan datang.3

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa relevansi

dalam dunia pendidikan adalah keterkaitan atau kesesuaian antara komponen

kurikulum atau kurikulum dengan dunia luar untuk menghadapi perkembangan dan

tuntutan jaman.

B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak

Nilai berasal dari bahasa Latin valere yang artinya berguna, mampu akan,

berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik,

bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.4

Nilai adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu

identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan,

keterikatan maupun perilaku.5

Drijarkara mengungkapkan bahwa nilai merupakan hakikat sesuatu yang

menyebabkan hal itu pantas dikerjakan oleh manusia.6 Sedangkan Kenney dalam

Sanusi, menyebutkan nilai sebagai “apa yang fundamental untuk semua hal yang

kita lakukan, sehingga nilai hendaknya menjadi driving force untuk semua

keputusan yang kita buat. Nilai seharusnya juga menjadi landasan yang kita

pergunakan dan landasan bagi upaya yang kita lakukan saat memikirkan keputusan

yang kita ambil.7

3 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (Jogjakarta: BPFE,

1998), 51. 4 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter Kontruktivisme dan VCT sebagai Media

Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 56. 5 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), 202. 6 Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2014), 87. 7 Achmad Sanusi, Sistem Nilai (Bandung: Nuansa Cendekia, 2017), 16.

19

Berdasarkan pengertian di atas Peneliti menyimpulkan bahwa nilai merupakan

hakikat sesuatu atau hal yang mendasar yang menjadi landasan dalam mengambil

keputusan. Nilai jika dikaitan dengan pendidikan akhlak berarti hakikat atau corak

khusus dari pendidikan akhlak yang dapat menjadi landasan bagi seseorang untuk

bertindak. Lebih lanjut lagi mengenai pendidikan akhlak diperjelas sebagai berikut:

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak berasal dari dua kata, yaitu pendidikan dan akhlak.

Pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” yang artinya

“bina”, mendapat awalan pen-, akhiran –an, yang maknanya sifat dari

perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri.8

Dalam bahasa Yunani istilah pendidikan berasal dari kata “paedagogie” yang

berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti

pengembangan atau bimbingan.9 Menurut Muhajir dalam Helmawati kata

education mempunyai sinonim process of teaching, trainning, and learning

yang berarti proses pengajaran, latihan, dan pembelajaran.10

Sedangkan istilah

pendidikan dalam bahasa Arab ada tiga istilah yang umum digunakan yaitu, al-

tarbiyah, al-ta‟lim, dan al-ta‟dib. Al-tarbiyah dari asal kata Raba-yarbu yang

artinya bertambah dan berkembang. Sedangkan al-ta‟lim berkonotasi

pembelajaran, semacam proses mentransfer ilmu pengetahuan. Kemudian, al-

ta‟dib mengandung pengertian mendidik dan juga sudah merangkum

pengertian tarbiyah dan ta‟lim.11

8 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2017), 53.

9 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 1.

10 Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),

23. 11

Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012), 30-32.

20

Pendidikan menurut orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun

Sebelum Masehi adalah usaha membantu manusia menjadi manusia.12

Menurut

John S. Brubacher dalam Helmawati, pendidikan adalah proses pengembangan

potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh

kebiasaan, kemudian dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan

alat (media) yang disusun sedemikian rupa sehingga pendidikan dapat

digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.13

Sedangkan al-Attas dalam Afriantoni

mendefinisikan pendidikan sebagai suatu proses penanaman sesuatu ke dalam

diri manusia.14

Sehubungan dengan hal itu Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani

dalam Nata berpendapat bahwa pendidikan adalah proses mengubah tingkah

laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan

cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara

profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Sedangkan Hasan Langgulung

berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan

yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu

pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.15

Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

12

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu

Memanusiakan Manusia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 33. 13

Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, 23. 14

Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran Ulama

Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi , 5. 15

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 28.

21

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.16

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan

kebudayaannya.17

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau proses

penanaman nilai untuk membentuk individu yang bertanggung jawab,

berintelektual tinggi dan juga memiliki akhlak mulia.

Adapun akhlak berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak

dari kata khulq. Dalam kamus bahasa Arab khulq berarti thabi‟ah (tabiat atau

watak) yang dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan dengan character.

Istilah akhlak ini sering disamakan dengan istilah perangai, karakter, unggah-

ungguh (bahasa Jawa), sopan santun, etika, dan moral.18

Secara terminologi definisi akhlak menurut Ibnu Maskawaih dalam

Mustaqim adalah “the state of the soul which causes it to perform its action

without thought and deliberation”. Artinya, suatu kondisi jiwa yang

menyebabkan ia bertindak tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

yang mendalam.19

Hal ini karena seseorang telah terbiasa dengan perilaku

tersebut, sehingga saat melakukannya lagi akan spontan tanpa pemikiran yang

mendalam. Pendapat lain dari Abdullah Ibn Darraz dalam Syafri,

mendefinisikan akhlak sebagai kekuatan dari dalam diri yang berkombinasi

antara kecenderungan pada sisi yang baik (akhla>q al-karimah) dan sisi yang

16

Rusmaini, Ilmu Pendidikan (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), 2. 17

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta:

Ciputat Press, 2002), 25. 18

Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati, 1. 19

Ibid.

22

buruk (akhla>q al-madzmumah).20

Dari pengertian-pengertian di atas dapat

diketahui akhlak adalah kondisi jiwa yang dapat melahirkan perbuatan-

perbuatan baik ataupun buruk secara spontan tanpa memerlukan pemikiran

yang mendalam.

Sedangkan apabila kata pendidikan dan kata akhlak digabungkan akan

membentuk suatu makna yang lebih khusus. Seperti pendapat Ibnu Qayyim,

yaitu pendidikan akhlak adalah pendidikan yang diarahkan untuk melatih para

murid atau anak didik agar senantiasa berakhlak mulia dan memiliki kebiasaan

yang terpuji.21

Pendidikan akhlak ini diajarkan untuk memberi tahu bagaimana

seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesama dan kepada

TuhanNya.22

Pendidikan akhlak menurut Imam Bafadhol adalah adalah ikhtiar atau

usaha manusia dewasa untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi manusia yang

bertakwa kepada Allah Ta’ala dan berakhlakul karimah.23 Jadi, dari pendapat di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha menanamkan

nilai-nilai akhlak untuk membentuk individu yang berakhlak mulia sehingga

manusia tearahkan bagaimana harus bertingkah laku dan bersikap kepada

sesama dan TuhanNya.

2. Sumber dan Dasar Pendidikan Akhlak

Akhlak merupakan tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang

secara spontan, karena berasal dari perbuatan seseorang itu maka akhlak

mempunyai berbagai macam sumber. Hal ini disebabkan dalam bertindak

20

Ulil Amri Syafri, Pendididkan Karakter Berbasis Al-Qur‟an (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2012), 73. 21

Yanuar Arifin, Pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan Islam (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018),

297. 22

Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2009),

244. 23

Imam Bafadhol, “ Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam,” Jurnal Edukasi Islami, 12 (Juli

2017), 46.

23

seseorang mempunyai acuan yang berbeda, yaitu berdasarkan pada lingkungan,

pengetahuan, atau pengalaman dari orang itu sendiri. Dari beberapa acuan

tersebut dapat disederhanakan menjadi dua sumber, yaitu akhlak yang

bersumber dari agama dan akhlak yang bersumber dari selain agama (sekuler).

a. Akhlak yang Bersumber pada Agama

1) Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sumber rujukan yang utama bagi umat Islam

yang di dalamnya memuat bimbingan, petunjuk, penjelasan dan

pembeda antara yang hak dengan yang bathil.24

Banyak ayat al-Qur’an

yang memuat bagaimana cara berperilaku kepada sesamanya, Tuhan

dan juga pada alam semesta.

2) As-Sunnah

Sebagai sumber pedoman as-Sunnah atau hadits menduduki peranan

penting dalam membimbing akhlak seseorang, hal ini dilihat dari

definisi hadits itu sendiri yaitu segala perkataan, perbuatan dan

ketetapan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan Rasulullah Saw.

merupakan teladan akhlak yang terbaik bagi umat manusia. Jadi sudah

selayaknya hadits menjadi sumber pendidikan akhlak seseorang.25

b. Akhlak yang Bersumber pada Selain Agama (sekuler)

Sumber akhlak yang selain dari agama yaitu berlandaskan pada

pemikiran manusia semata, maka sumber akhlak dalam pandangan ini

amatlah banyak, namun dari berbagai sumber tersebut dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

24

Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran Ulama

Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, 36. 25

Yanuar Arifin, Pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan, 298.

24

1) Insting

Insting merupakan semacam suara hati kecil (naluri). Dalam

pandangan ini, manusia dikatakan memiliki suara hati kecil yang

secara spontan dapat membedakan baik dan buruk.

2) Pengalaman

Pengalaman juga dikatakan sebagai sumber akhlak yang bukan berasal

dari agama. Perbuatan dapat dikatakan baik buruk, dinilai dari hasil

pengalaman manusia dalam menempuh kehidupan.26

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Ruang lingkup pendidikan akhlak sama halnya dengan ruang lingkup

akhlak, yaitu mengatur seluruh konsep-konsep hidup yang berkaitan dengan

hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan alam sekitar, dan

manusia dengan manusia itu sendiri. Ruang lingkup akhlak ini dibagi ke dalam

tiga bagian besar, yaitu:

a. Akhlak Kepada Allah (Khalik)

Akhlak kepada Allah adalah sikap yang senantiasa merasakan

kehadiran Allah dalam kehidupannya.27

Sikap yang demikian akan

menghadirkan pula sikap muqarabah (merasa dekat dengan Allah) dan

muraqabah (merasa selalu diawasi Allah. Dengan adanya sikap tersebut

akhlak kepada Allah akan memunculkan akidah dan keimanan yang benar

kepada Allah, terhindar dari syirik, mentauhidkan-Nya baik melalui tauhid

26

Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran Ulama

Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, 37. 27

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2016), 136.

25

rububiyah maupun uluhiyyah.28

Akhlak kepada Allah antara lain bisa

dilakukan dengan cara:

1) Mencintai Allah melebihi cintanya kepada apapun

2) Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

3) Mensyukuri nikmat dan karunia yang telah diberikan

4) Menerima dengan ikhlas qada dan qadarNya29

b. Akhlak Kepada Manusia

Dalam kehidupan ini, selain manusia berinteraksi kepada Tuhan,

manusia juga saling berinteraksi dengan manusia yang lain, bahkan

manusia dengan alam. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan guru,

teman, dan lingkungan sekolah. Di keluarga seseorang berinteraksi dengan

orang tua, saudara. Sebuah interaksi tanpa didasari akhlak akan terjadi

kesenjangan, sehingga tidak ada saling menghargai dan menghormati,

tidak ada lagi kejujuran, sehingga akan menimbulkan dampak yang

negatif.30

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menduduki posisi yang

penting sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh

bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada akhlaknya. Apabila

akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya

rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. Akhlak kepada sesama manusia

merupakan sikap antara manusia dengan orang lain.31

Diantara akhlak

kepada manusia yaitu:

28

Ibid. 29

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006),

356. 30

Miftakhul Jannah, “Studi Komparasi Akhlak terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday

School dengan Siswa Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu Bakar Yogyakarta,” Jurnal at-Thariqah

Vol.3, 2 (Juli-Desember, 2018), 2. 31

Ibid.

26

1) Akhlak Kepada Rasulullah Saw.

Dalam Qur’an surat al-Hujurat ayat 1-5 disinggung akhlak kepada

Nabi Saw. pada masa hidup bersama Nabi Saw. yaitu tidak

meninggikan suara melebihi suara Nabi Saw. Sedangkan pada masa

sekarang akhlak kepada Nabi antara lain yaitu:

a) Mencintai Rasulullah Saw. secara tulus dengan mengikuti

sunnahnya

b) Menjadikan Rasulullah Saw sebagai idola, suri teladan dalam

kehidupan32

2) Akhlak Kepada Diri Sendiri

Akhlak kepada diri sendiri ini berkaitan dengan hak dan

kewajiban yang harus ditunaikan oleh anggota tubuh, termasuk di

dalamnya pemeliharaan diri baik secara jasmani maupun rohani.33

Di

antara bentuk akhlak mulia terhadap diri sendiri yaitu memelihara

kesucian diri baik lahir maupun batin, memperhatikan tingkah

lakunya, dan cara berpakaiannya, membekali akal dengan berbagai

ilmu,34

menutup aurat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas,

sabar, rendah hati, malu melakukan perbuatan jahat, berlaku adil

terhadap diri sendiri dan orang lain.35

32

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agma Islam, 357. 33

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, 138. 34

Nurhasan, “Pola Kerjasama Seklah dan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak (Studi Multi

Kasus di MI Sunan Giri dan MI al-Fattah Malang),” Jurnal Al-Makrifat, 01(April, 2018), 102. 35

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agma Islam, 357-358.

27

3) Akhlak Kepada Keluarga

Di antara akhlak terhadap keluarga yaitu Birrul Walidain, Adil

terhadap saudara, memelihara, mendidik keluarga dan menjaga

keturunan.36

4) Akhlak Kepada Masyarakat

Akhlak kepada masyarakat menyangkut bagaimana menjalin

ukhuwah, menghindarkan diri dari perpecahan dan permusuhan,

saling tolong menolong. Pada prinsipnya akhlak bermasyarakat yaitu

menjaga keharmonisan dan menghindari konflik sosial.37

c. Akhlak Kepada Alam Semesta

Akhlak kepada alam semesta berkaitan erat dengan fungsi manusia sebagai

khalifah di bumi, yang artinya manusia telah diberi amanah oleh Allah

Swt. untuk memelihara, merawat, memanfaatkan serta melestarikan alam

semesta. Sebagai mana dalam salah satu firman-Nya dalam Q.S al-Qashas:

77

هيدسفمال بحي لا الله نإ صلىضرلاى اف ادسلفا غبت لا... و.

“...dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan.” (al-Qashas: 77).38

4. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha

atau kegiatan itu selesai. Setiap kegiatan yang dilakukan tidak pernah lepas dari

adanya tujuan yang hendak dicapai, begitu pula dalam pendidikan akhlak.

Dalam pendidikan akhlak tujuan utama yang hendak dicapai adalah agar

36

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), 208. 37

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, 140. 38

Ibid., 141.

28

manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus,

jalan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Akhlak seseorang akan dianggap

mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-

Qur’an. Sehingga hal inilah yang akan mengantarkan manusia kepada

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.39

Menurut Ibnu Maskawaih tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya

sikap batin yang dapat mendorong secara spontan untuk melahirkan semua

perbuatan yang bernilai baik. Dengan kata lain, pendidikan akhlak ini

mempunyai tujuan untuk mewujudkan pribadi susila, berwatak, berbudi pekerti

mulia sehingga diperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna.40

Pendapat Ibnu

Qayyim mengenai tujuan pendidikan akhlak yaitu untuk merealisasikan

ubudiyah kepada Allah Swt. yang menjadi sebab utama bagi kebahagiaan

manusia.41

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat diambil

sebuah kesimpulan mengenai tujuan pendidikan akhlak, yaitu agar manusia

mempunyai akhlak yang baik yang menuntun manusia agar senantiasa berada

di jalan yang benar dan diridhoi Allah Swt. dan memperoleh kebahagian

C. Materi Akidah Akhlak Kelas VIII

1. Gambaran Umum Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata

pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah

dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.

Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman

39

Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran Ulama

Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, 15. 40

Yanuar Arifin, Pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan Islam, 63. 41

Ibid., 298.

29

mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-

rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan

dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap

al-Asma‟ al-Husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku

seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan

akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan seharihari.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan

mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak

terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. al-Akhlak

al-Karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta

didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam

rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis

multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah

Swt.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan

individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai

akidah Islam.42

42

KMA Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Bahasa Arab, 45-46.

30

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

meliputi:

a. Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah,

al Asma‟ al-Husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul

Allah, Hari Akhir serta Qada dan Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, taat, khauf,

taubat, tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, qana‟ah, tawadhu‟, husnu zhan,

tasamuh dan ta‟awun, berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi: kufur, syirik, riya‟, nifaq, ananiah, putus

asa, ghadab, tamak, takabur, hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan

namimah.

d. Aspek adab meliputi: Adab beribadah; adab salat, membaca al-Qur’an dan

adab berdo’a, adab kepada orang tua dan guru, adab kepada saudara,

teman, dan tetangga, adab terhadap lingkungan yaitu: pada binatang dan

tumbuhan, di tempat umum, di jalan.

e. Aspek kisah teladan meliputi: Nabi Sulaiman a.s dan umatnya, Ashabul

kahfi, Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s, kisah sahabat: Abu Bakar r.a.,

Umar bin Khatatab r.a., Usman bin Affan r.a., dan Ali bin Abi Thalib r.a.43

2. Aspek Adab dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII

Di dalam buku yang digunakan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di

Madrasah Tsanawiyah banyak muatan yang di dalamnya mencakup akhlak

seseorang. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa ruang lingkup akhlak

dibagi menjadi tiga bagian besar. Berdasarkan data yang ditemukan peneliti

mengelompokkan bab-bab yang ada di dalam buku menurut pembagian ruang

lingkup akhlak sesuai dengan bagian-bagiannya, yaitu:

43

Ibid, 48.

31

a. Akhlak kepada Allah dan Rasul

Akhlak kepada Allah Swt. akan melahirkan akidah dan keimanan yang

benar kepada Allah Swt., menghindari syirik, menjauhi larangan-Nya, dan

melaksanakan perintah-Nya. Pada buku ajar mata pelajaran Akidah Akhlak

kurikulum 2013 materi tersebut ditemukan dalam bab pertama di semester

pertama.

Akhlak kepada Rasul bisa dilakukan dalam bentuk mencintainya,

membelanya, melaksanakan sunnahnya, karena Rasulullah Saw. merupakan

sosok teladan yang baik. Materi mengenai akhlak kepada Rasul ini

disinggung pada bab pertama di semester kedua.

b. Akhlak kepada Manusia

Akhlak kepada manusia yang bisa ditemukan penulis dalam buku ajar

Akidah Akhlak kurikulum 2013, di antaranya:

1) Diri Sendiri

Di antara bentuk akhlak mulia terhadap diri sendiri yaitu

memelihara kesucian diri baik lahir maupun batin, memperhatikan

tingkah lakunya, dan cara berpakaiannya, membekali akal dengan

berbagai ilmu. Contohnya, sabar, syukur, tawa>d}u’, „iffah, amanah,

shaja>’ah dan lain sebagainya. Materi ini pada buku ajar Akidah Akhlak

terdapat dalam bab dua pada semester ganjil dan bab tiga semester

genap, dengan rincian sebagai berikut:

Smt./Bab Materi ajar

Qana>'ah ialah menerima keputusan Allah Swt.

dengan tidak mengeluh, merasa puas dan penuh

keridhaan atas keputusan Allah Swt., serta

senantiasa tetap berusaha sampai batas maksimal

32

Ganjil/II

kemampuannya

Sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan,

rasa emosi, menahan lisan dari keluh kesah dan

menjaga diri dari sesuatu yang tidak terarah

Tawakkal bisa diartikan berserah diri kepada

Allah Swt.

Ikhtiar yaitu usaha seorang hamba untuk meraih

keinginannya

Syukur bisa dimaknai sebagai ungkapan rasa

terima kasih seorang hamba kepada Allah atas

segala sesuatu yang telah diberikan

Genap/III

H}usnuz}an secara bahasa berarti berbaik sangka

Tawa>d}u' ialah rendah hati dan tidak sombong

2) Keluarga

Akhlak kepada keluarga yang peneliti temukan yaitu adab kepada

orang tua yang terdapat dalam bab IV di semester ganjil, di antaranya

yaitu:

a) Mencintai dan menyayangi orang tua

b) Menaati perintahnya

c) Menjaga perasaan keduanya

d) Tidak mencaci maki keduanya

e) Menjawab panggilan mereka dengan suara yang lunak

f) Tidak berkata kasar

33

g) Jangan memandang dengan tatapan yang sinis, dan lain-lain.44

3) Masyarakat

Kategori masyarakat di sini sangat luas, di antaranya yang

terdapat dalam buku ajar yaitu:

a) Adab kepada guru yaitu, menaati perintahnya, menisbatkan ilmu

kepadanya, memperhatikan pelajarannya, menjaga adab dalam

berbicara, dan lain-lain.45

b) Adab bergaul dengan saudara dan teman yaitu, memilih teman

yang baik akhlaknya.46

c) Ta>samuh} secara bahasa diartikan toleransi atau tenggang rasa.

Ta>samuh} merupakan sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana

terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam

batas-batas yang digariskan oleh ajaran Islam

d) Ta’a>wun adalah tolong-menolong antar sesama umat manusia

dalam hal kebaikan, supaya saling melengkapi dalam memenuhi

kebutuhan pribadi maupun kebutuhan bersama.47

44

Kementrian Agama Indonesia, Akidah Akhlak untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

(Jakarta: Katalog dalam Terbitan, 2015), 49-50. 45

Ibid., 54. 46

Ibid., 123. 47

Ibid., 103.

34

BAB III

DESKRIPSI KITAB AL-AKHLA>Q LI AL- BANI>N KARYA ‘UMAR BIN AH}MAD

BA>RAJA>’

A. Biografi ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’

„Umar Bin Ah}mad Ba>raja>’ adalah seorang ulama yang memiliki akhlak yang

sangat mulia. Beliau lahir di Kampung Ampel Maghfur, pada 10 Jumadil Akhir

1331 H/17 Mei 1913 M. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik kakeknya dari pihak

ibu, Syaikh Hasan bin Muhammad Ba>raja>‟, seorang ulama ahli nahwu dan fiqih.

Nasab Ba>raja>‟ berasal dari (dan berpusat di) Seiwun, Hadramaut, Yaman. Sebagai

nama nenek moyangnya yang ke-18, Syaikh Sa‟ad, laqab (julukannya) Abi Raja‟

(yang selalu berharap). Mata rantai keturunan tersebut bertemu pada kakek Nabi

Muhammad Saw. yang kelima, bernama Kilab bin Murrah.1

„Umar Bin Ah}mad Ba>raja>’ merupakan sosok yang sangat bersahaja, yang

selalu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat ketulusan niat dalam segala amal

perbuatannya. Dalam beribadah beliau juga sosok yang istiqomah baik shalat

fardhu maupun shalat sunnah qabliyah dan ba‟diyah, bahkan shalat dhuha dan

tahajud hampir tidak pernah beliau tinggalkan walaupun dalam bepergian.

Kehidupannya diusahakan untuk benar-benar sesuai dengan yang digariskan

agama.

Sebelum mendekati wafatnya beliau berwasiat kepada putra dan anak-anak

didiknya untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Salaf al-shalih, yaitu ajaran

yang berasaskan Ahlussunnah wal Jama‟ah, yang dianut mayoritas kaum

muslimin di Indonesia dan aliran Thariqah „Alawiyyah, yang mata rantainya sampai

1 Mihrob, Biografi Syaikh „Umar Baraja‟, Pengarang kitab Akhlaq Lil Banin, (Online)

(http://www.laduni.id/post/read/64202/biografi-syaikh-‟‟Umar-baradja-pengarang-kitab-akhlaq-lil-banin),

diakses 05 Januari 2020.

34

35

bersambung kepada ahlul bait Nabi saw., para sahabat, yang semuanya bersumber

dari Rasulullah saw.

‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ wafat pada hari Sabtu malam Ahad tanggal 16

Rabiul as-Tsani 1411 H/3 November 1990 M pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit

Islam Surabaya, dalam usia 77 Tahun. Keesokan harinya Ahad ba‟da Ashar beliau

dimakamkan, setelah dishalatkan di Masjid Agung Sunan Ampel, yang diimami

putranya sendiri serta sebagai khalifah (pengganti Syaikh Umar) yaitu Al-Ustadz

Ahmad bin Umar Ba>raja>‟. Jenazah beliau dimakamkan di Makam Islam

Pegirian Surabaya yang prosesi pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang.2

Ketika masih muda „Umar Bin Ah}mad Ba>raja>’, menuntut ilmu agama dan

bahasa Arab dengan tekun. Beliau merupakan seorang alumnus yang berhasil,

didikan di madrasah Al-Khairiyah di kampung Ampel, Surabaya yang didirikan dan

dibina oleh Al-Habib Al-Imam Muhammad bin Achmad Al-Muhdhar pada 1895.

Adapun guru-guru Al-Ustadh „Umar Bin Ah}mad Ba>raja>’ antara lain, Al-

Ustadh Abdul Qodir bin Ahmad bin Faqih (Malang), Al-Ustadh Muhammad bin

Hussein Ba‟bud (Lawang), Al-Habib Abdul Qodir bin Hadi Assegaf (Surabaya),

Al-Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo), Al-Habib Achmad bin Alwi Al-Jufri

(Pekalongan), Al-Habib Ali bin Husein bin Syahab, Al-Habib Zein bin Abdullah

Alkaf (Gresik), Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Muhdhar (Bondowoso) dan

masih banyak lainnya.

Karya-karya Al-Ustadh „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ diantaranya kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n, kitab Al-Akhla>q Li al-Bana>t, Sullam Fiqih, kitab 17 Jauharah,

kitab Ad’iyah Ramadhan, dan lain-lain.3 Semuanya diterbitkan dalam bahasa Arab

dan sejak 1950 telah digunakan sebagai buku kurikulum di hampir seluruh pondok

2 Abd. Adim, “Pemikiran Akhlak menurut Syaikh „Umar bin Ahmad Baraja‟,” Studia Insania, 2

(Oktober, 2016), 130. 3Mihrob, Biografi Syaikh „Umar Baraja‟, Pengarang kitab Akhlaq Lil Banin, (Online)

(http://www.laduni.id/post/read/64202/biografi-syaikh-‟‟Umar-baradja-pengarang-kitab-akhlaq-lil-banin),

diakses 05 Januari 2020.

36

pesantren di Indonesia. Secara tidak langsung Al-Ustadh ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’

ikut serta dalam mengukir akhlak-akhlak para santri di Indonesia.

Buku-buku karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ tersebut pernah dicetak di Kairo,

Mesir, pada tahun 1969 atas biaya Syaikh Siraj Ka‟ki seorang dermawan

Mekkah, yang dibagikan secara cuma-cuma ke seluruh dunia Islam. Syukur

alhamdulillah, atas ridha dan niatnya agar buku-buku ini menjadi jariah dan

bermanfaat luas, pada 1992 telah diterbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa

Indonesia, Jawa, Madura, dan Sunda.4

B. Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

Kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n merupakan salah satu kitab karangan ‘Umar bin

Ah}mad Ba>raja>’, didalamnya memuat materi tentang akhlak kepada Allah Swt.,

Rasulullah Saw., orang tua, guru dan lain sebagainya. ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’

berpendapat bahwa memperhatikan tingkah laku anak didik sedari kecil merupakan

perkara baik yang tidak boleh disepelekan, karena perkara tersebut menjadi kunci

kebajikan anak didik saat mereka dewasa. Sebaliknya, jika tidak diperhatikan anak

didik bisa melakukan perbuatan yang buruk dan menjadi lebih buruk lagi saat

mereka dewasa.

Maka dari itu wajib bagi guru, sekolah dan orang tua untuk memperhatikan

pendidikan serta menanamkan budi pekerti ke dalam hati anak didik agar menjadi

orang yang mengerti sopan santun dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Melihat

pentingnya pendidikan tersebut, hati ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ tergerak untuk

4 Abd. Adim, “Pemikiran Akhlak menurut Syaikh „Umar bin Ahmad Baraja‟,” Studia Insania, 2

(Oktober, 2016), 132.

37

mengarang kitab yang berisi akhlak atau sopan santun dengan menggunakan bahasa

yang mudah dipahami.5

Kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n terdiri dari 33 bab. Diterbitkan di Surabaya oleh

Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabha>n wa Aula>dah. Kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n ditulis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami juga karena

didalamnya menggunakan metode cerita, karena dengan menggunakan metode

cerita, tidak hanya menampilkan teori saja, tetapi juga ada cerita atau contoh kasus

yang lebih mudah bagi anak didik untuk menggambarkan apa tujuan kitab tersebut.

Kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n jilid 1 berisi tentang pendidikan akhlak anak

dalam kehidupan sehari-hari terdiri dari 33 bab, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Seorang Anak Berakhlak?

Pada bab pertama ini disebutkan bahwa wajib bagi seorang anak untuk

berakhlak terpuji sejak kecil agar kehidupannya dicintai saat dewasa nanti,

diridhoi Allah Swt., disayangi keluarganya dan seluruh manusia. Dengan kata

lain anak wajib menjauhi akhlak tercela.6

2. Anak yang Beradab

Mengenai anak yang beradab „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ menjelaskan

yaitu:

a. Anak yang menghormati orang tua, guru, dan siapapun yang lebih tua

darinya, menyayangi saudaranya dan siapapun yang lebih kecil darinya.

b. Bersikap jujur, tawadhu‟, dan sabar dalam menghadapi cobaan, tidak

bertengkar dan tidak pula meninggikan suara ketika berbicara atau tertawa.

5 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1 (Surabaya: Maktabah Muhammad

bin Ahmad Nabha>n wa Aula>dah, tt), 2-3. 6Ibid., 4.

38

3. Anak yang Tidak Sopan

Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n anak yang tidak sopan dideskripsikan

sebagai berikut:

a. Tidak menghormati orang tua dan gurunya

b. Tidak menghormati orang yang lebih tua darinya dan tidak mempunyai

welas asih kepada orang yang lebih muda darinya

c. Ketika berbicara suka berbohong, meninggikan suara tertawa

d. Suka misuh7 dan berbicara yang tidak baik

e. Suka bertengkar dan menghina orang lain

f. Sombong dan tidak malu apabila melakukan perkara yang buruk dan tidak

menerima nasihat8

4. Seorang Anak Wajib Beradab Sejak Kecil

Pada bab ini menceritakan perumpamaan pembentukan akhlak seorang

anak melalui percakapan antara Ahmad dan Ayahnya di sebuah taman. Di

taman itu Ahmad melihat bunga mawar yang cantik tetapi sayangnya

batangnya bengkok, kemudian Ahmad bertanya kepada Ayahnya penyebab

bengkoknya batang bunga mawar. Ayahnya menjawab karena tukang

kebunnya tidak telaten dalam meluruskannya sejak kecil. Ahmad berujar lagi

mengapa tidak meluruskannya sekarang, Ayahnya tertawa dan mengatakan

tidak mungkin bisa meluruskannya karena batangnya sudah tua.9

Dari cerita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk membentuk

akhlak terpuji harus dimulai sejak kecil saat anak lebih mudah menyerap ilmu.

Karena jika membentuk akhlak saat mereka tumbuh dewasa akan sulit. Dalam

masa ini keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama mempunyai peran

7 Misuh, berasal dari bahasa Jawa yang berarti mengeluarkan pisuhan atau memaki

(https://kemdikbud.go.id/entri/Misuh) 8 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 6.

9 Ibid., 8.

39

penting dalam pendidikan awal anak guna memberikan pengetahuan dan

ketrampilan dasar, agama dan kepercayaan, nilai-nilai moral,norma sosial dan

pandangan hidup yang diperlukan anak.10

5. Allah Swt.

Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n ini disebutkan bahwa Allah Swt.

adalah Dzat yang menciptakan serta memberikan kita mata, telinga, lisan,

tangan, kaki dan akal yang bisa membedakan baik dan buruk, memberi nikmat

sehat juga hati yang penuh kasih sayang. Maka wajib bagi kita untuk berakhlak

kepada Allah Swt. dengan cara:

a. Mengagungkan dan mencintai Allah Swt.

b. Mensyukuri nikmat-Nya

c. Mematuhi perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya

d. Memuliakan dan mencintai para malaikat-Nya, Rasul-Nya, Nabi dan

orang-orang yang sholeh dari hambanya, karena Allah Swt. juga mencintai

mereka.11

6. Anak yang Dapat Dipercaya

Pada bab ini menjelaskan tentang salah satu akhlak seorang anak yaitu

amanah (dapat dipercaya) melalui sebuah cerita percakapan antara Muhammad

dan saudara perempuannya yang bernama Su‟ad. Su‟ad mengajak Muhammad

untuk mengambil dan memakan makanan dari lemari makanan, ketika Ayah

mereka tidak berada di rumah. Namun dengan tegas Muhammad menjawab

meskipun Ayah tidak melihat tetapi sesungguhnya Allah Swt. melihat apa yang

kita perbuat.12

10

Helmawati, Pendidikan Keluarga teoritis dan praktis, 50. 11 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 9. 12 Ibid., 10.

40

7. Anak yang Taat

Hasan merupakan anak yang taat, di antara perilaku yang mencerminkan

taat yang dilakukan Hasan adalah:

a. Tidak pernah meninggalkan sholat

b. Tepat waktu dalam sholat

c. Datang ke sekolah

d. Membaca al-Qur‟an dan belajar di rumah

Karena hal itu Hasan disukai Ayah, Ibu dan juga guru-gurunya. Dalam

kebiasaan sehari-harinya pun Hasan selalu berdo‟a, misalnya sebelum dan

sesudah tidur, sebelum dan sesudah makan.13

8. Nabi mu Muhammad Saw.

Bagian ini menjelaskan akhlak seorang anak kepada Nabinya, yaitu Nabi

Muhammad Saw. yaitu:

a. Mengagungkan Nabi Muhammad Saw.

b. Memenuhi hati dengan kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw.

melebihi cinta kita kepada diri kita sendiri dan orang tua

c. Menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan.14

9. Adab di Rumah

Adab seorang anak saat di rumah yang disebutkan dalam kitab Al-Akhla>q

Li al-Bani>n diantaranya:

a. Memuliakan kedua orang tua, saudara-saudaranya dan semua orang yang

berada di rumah

b. Tidak berbuat sesuatu yang dibenci oleh mereka

c. Menghormati saudaranya yang lebih besar dan menyayangi saudaranya

lebih kecil

13

Ibid., 11-12. 14

Ibid., 13.

41

d. Tidak menyakiti pembantu

e. Ketika bermain dengan teratur, tidak teriak - teriak

f. Menjaga perabotan rumah

g. Mendahulukan makanan dan minuman hewan peliharaan.15

10. Abdullah di Rumahnya

Pada bab ini menjelaskan bagaimana adab seorang anak di rumah melalui

cerita sopan santun dan kedisiplinan sosok Abdullah di rumahnya, misalnya

mandi dengan teratur, merawat pakaian dan buku-bukunya, tidak mencoret-

coret tembok, tidak memecahkan kaca jendela, belajar, mendengarkan nasihat

kedua orang tua dan masih banyak lainnya.

11. Ibu mu yang Penyayang

Pada bab ini dijelaskan betapa penyayangnya seorang sosok ibu.

Walaupun banyak mengalami kesusahan sewaktu mengandung anaknya selama

9 bulan, menyusui, mendidik dari kecil hingga dewasa, merawat anaknya dan

menjaganya dari segala sesuatu yang dapat mencelakai anaknya. Sosok Ibu

akan sangat yang senang saat melihat anaknya tumbuh dengan baik dan sehat,

ibu pula akan sedih dan berusaha mencarikan obat saat anaknya sakit.16

12. Adab Seorang Anak kepada Ibunya

Setelah pada bab sebelumnya dibahas mengenai kasih sayang seorang ibu,

maka pada bab ini dijelaskan adab atau sopan santun seorang anak kepada

ibunya. Di antara adab atau sopan santun tersebut adalah:

a. Taat pada perintahnya dengan senang hati

b. Melakukan segala sesuatu yang membuat senang hati ibu

c. Tersenyum

d. Mencium tangan ibu

15 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 14. 16

Ibid., 17.

42

e. Mendo‟akan agar diberi panjang umur dan sehat

f. Takut melakukan sesuatu yang menyakitkan hatinya

g. Tidak cemberut atau marah ketika diperintah

h. Tidak bohong, berkata buruk atau berbicara dengan kalimat yang buruk

kepadanya

i. Tidak melotot

j. Tidak mengeraskan suara melebihi suaranya

k. Ketika meminta sesuatu jangan di hadapan para tamu

l. Tidak berprasangka buruk terhadap ibu.17

13. Sholeh dan Ibunya

Di akhir bab adab kepada ibu ditampilkan cerita tentang Sholeh yang

merawat, melayani dan menjaga ibunya yang sedang sakit sampai sembuh.

Dengan ditampilkannya cerita tersebut diharapkan ilmu-ilmu yang didapat

anak tentang akhlak kepada ibunya lebih mudah digambarkan sehingga anak

akan lebih mudah memahami maksud dari isi kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

14. Ayahmu yang Penyayang

Sama halnya seperti ibu, ayah juga sangat menyayangi anaknya. Mencari

nafkah untuk keluarganya, memenuhi kebutuhan anaknya baik itu pakaian,

makanan atau yang lainnya dengan perasaan yang bahagia. Ayah juga

memikirkan pendidikan anak-anaknya, memasukannya ke dalam lembaga

pendidikan dengan harapan di masa depan anak-anaknya akan menjadi anak

yang sempurna dalam ilmu, akhlak dan bermanfaat untuk dirinya sendiri dan

bangsanya.18

17 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>‟, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 18-19. 18

Ibid., 21.

43

15. Adab Seorang Anak kepada Ayahnya

Sebagaimana wajibnya seorang anak berakhlak kepada ibunya, anak juga

wajib berakhlak kepada ayahnya diantaranya sebagai berikut:

a. Taat perintahnya dan mendengarkan nasihatnya karena ayah tidak akan

memerintahkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi anak.

b. Menjaga buku-buku dan peralatan sekolahnya yang lain

c. Belajar dengan sungguh-sungguh

d. Tidak melakukan perkara yang menyakiti hatinya baik didalam maupun di

luar rumah

e. Tidak memaksa untuk membeli sesuatu

f. Tidak menyakiti saudara – saudaranya.19

16. Kasih Sayang Seorang Ayah

Pada bab ini menceritakan kasih sayang seorang Ayah kepada anaknya

yang keras kepala walaupun sudah dinasihati untuk tidak menyakiti kucing

tersebut, hingga suatu ketika kucing tersebut menggigit kaki si anak sehingga

anak tersebut sakit sampai tidak bisa makan. Meski begitu karena rasa

sayangnya si Ayah tetap membawanya ke dokter dan membelikan obat. Setelah

sehat si anak akhirnya jera dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.20

17. Adab Seorang Anak dengan Saudara-Saudaranya

Saudara adalah orang terdekat setelah kedua orang tua. Dalam berinteraksi

dengan saudara ada adab - adab yang perlu diperhatikan, seperti yang termuat

dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karangan ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ yaitu:

a. Menghormati saudara yang lebih tua dan Menyayangi saudara lebih kecil

b. Menyayangi saudara dengan tulus

c. Memperhatikan nasihat - nasihatnya

19 Ibid., 22. 20

Ibid., 24.

44

d. Tidak memukul atau pun berbicara kotor

e. Tidak berebut (mainan, masuk kamar mandi, dan lain-lain) lebih baik

bersabar dan mengalah

f. Memaafkan kesalahan saudara dan menasihati agar tidak mengulanginya

g. Menghindari bercanda yang berlebihan yang dapat membuat perpecahan

antar saudara.21

18. Dua saudara yang Saling Menyayangi

Pada bab ini pembelajaran mengenai akhlak ditampilkan dalam bentuk

kisah antara dua saudara yaitu Ali dan Ahmad yang saling menyayangi satu

sama lain. Mereka selalu bersama-sama, tolong menolong. Hal itu membuat

orang tua dan gurunya bahagia.22

19. Adab Seorang Anak terhadap Kerabatnya

Kerabat adalah orang-orang yang mempunyai hubungan atau pertalian

keluarga, misalnya paman, bibi, saudara sepupu, keponakan, menantu, dll.

Adab atau perilaku sopan santun yang dapat kita lakukan kepada kerabat yang

terdapat dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n diantaranya:

a. Mematuhi perintah mereka

b. Mengunjungi dari waktu ke waktu, utamanya pada hari Raya Idhul Fitri,

atau ada kerabat yang sedang sakit, melahirkan, sehabis pulang dari

bepergian jauh

c. Ketika bermain tidak meninggalkan

d. Saling membantu ketika membutuhkan bantuan

e. Tidak bertengkar, tidak cemberut tetapi tersenyum ketika bertemu

f. Berbicara dengan perkataan yang baik

21 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 25. 22

Ibid., 27.

45

Anak yang berperilaku baik terhadap kerabatnya akan hidup dengan

bahagia, Allah Swt. akan menambah rizkinya dan juga memanjangkan

umurnya.23

20. Musthafa dan Kerabatnya yang Bernama Yahya

Pada bab ini ditampilkan contoh akhlak kepada kerabatnya melalui sebuah

cerita antara Musthafa dan Yahya. Musthafa adalah anak yang kaya tetapi

mempunyai akhlak yang baik, tidak sombong dan suka membantu orang yang

membutuhkan apalagi jika itu kerabatnya.

Suatu hari Musthafa melihat kerabatnya yang bernama Yahya mengenakan

baju yang sudah sobek, maka Musthafa segera kembali ke rumahnya

mengambil baju yang baru dan diberikan kepada Yahya. Yahya terharu dan

mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Orang tua sangat bahagia ketika

mengetahui apa yang telah diperbuat oleh Musthafa.24

Melalui cerita ini penggambaran akhlak kepada kerabat dapat

mempermudah seseorang untuk memahami maksud dari isi kitab Al-Akhla>q Li

al-Bani>n khususnya pada bab akhlak terhadap kerabat saudara, selain itu

didalamnya juga ditampilkan bagaimana akibat dari perbuatan tersebut.

21. Adab Seorang Anak kepada Pembantunya

Pembantu adalah orang atau pekerja yang membantu mengurusi pekerjaan

rumah tangga (mencuci, masak, menyapu, dan lain-lain) dan segala sesuatu

yang berkaitan dengan tuan rumah. Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

dijelaskan akhlak seorang anak kepada pembantu, yaitu:

a. Memerintah dengan perkataan yang lembut, tidak menyakiti atau dengan

perkataan yang sombong

23 Ibid., 29-30. 24 Ibid.

46

b. Ketika pembantu salah mengingatkan dengan bahasa yang halus, jangan

membentaknya

c. Meminta maaf ketika salah

d. Jangan memukul, berkata kasar, meludahi dan perilaku buruk lainnya yang

dibenci manusia

e. Jangan berbicara kepada pembantu kecuali memang diperlukan (tidak

terlalu banyak bercanda dengannya).25

22. Anak yang Suka Menyakiti Orang Lain

Pada bab ini berisi tentang cerita seorang anak dari keluarga kaya raya

namun mempunyai perilaku yang buruk kepada orang lain apalagi kepada

pembantunya. Ayahnya berkali-kali menasihati si anak namun si anak tidak

mau mendengarkan, hingga suatu hari si Ayah berkata sesuatu yang membekas

dalam ingatan si Anak sehingga Anak tersebut jera,

ا , دج حيبق اءريالا لا كسيغ ذؤت لاف دحا ليذؤي ا بحت ب لا, م يب بي عسإ

زرحاى وم زرحاو ةيبساىت ءى سيع هديو دخلاا يهت ا ه, ف هييع سبنتت, و ا

بزىعش وث وسعشيب ويث سشب “Dengarkanlah wahai anak ku, seperti halnya kamu tidak suka disakiti

orang lain, maka jangan menyakiti orang lain karena menyakiti orang lain

adalah perbuatan yang sangat buruk, hal itu menunjukkan buruk

pendidikannya, dan takutlah engkau berbuat yang menyakiti pembantu,

menyombongkan diri pada mereka, karena mereka juga manusia seperti

kita, mereka punya perasaan seperti perasaan kita.”26

23. Adab Seorang Anak terhadap Tetangganya

Tetangga adalah orang yang secara fisik atau tempat tinggalnya

berdekatan. Islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga, hal ini

tertuang dalam firman Allah Swt. Q.S An-Nisa ayat 36

25

„Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 32. 26

Ibid., 34.

47

واعبدوا االله ولا سني احسب وبراىقسبى واىيت واى تشسمىا به شيئب وببىىىدي واىجبزذي اىقسبى واىجبز اىجب .....

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga

jauh....”(Q.S An-Nisa‟:36)27

Rasulullah Saw. juga memberi perhatian yang begitu tinggi terhadap

tetangga, Nabi mengajarkan untuk menghormati dan menyayangi tetangga.28

Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, adab seorang anak kepada tetangga

diantaranya:

a. Membahagiakan hati mereka

b. Bermain bersama anak-anak tetangga dengan baik

c. Menghindari permusuhan

d. Tidak mengambil mainan mereka tanpa seizin

e. Tidak menyombongkan diri

f. Saling berbagi

g. Menghormati waktu istirahat mereka (tidak berisik)

h. Tidak melempari, mengotori rumah mereka.29

24. Khamid dan Tetangganya

Pada bab ini ditampilkan cerita tentang seorang anak bernama Khamid.

Khamid mempunyai hati yang baik, akhlak yang baik pula sehingga disenangi

oleh keluarganya dan juga tetangganya. Ketika bersama anak-anak tetangga

Khamid suka membantu teman yang membutuhkan, menghindari permusuhan,

27

Al-Qur‟an, 4: 36. 28

Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, 138. 29

„Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 35-36.

48

dan menjenguk ketika sakit. Dan karena hal-hal seperti itu Khamid hidup

dengan anak-anak tetangganya dengan bahagia, bersatu, saling mengasihi.30

25. Sebelum Berangkat ke Sekolah

Sebelum berangkat ke sekolah ada beberapa adab yang perlu diperhatikan

oleh seorang pelajar, yaitu:

a. Membersihkan diri setelah bangun tidur

b. Melaksanakan sholat subuh bersama orang tua

c. Berpakaian yang rapi

d. Mengecek ulang pelajarannya yang telah dipelajari semalam sebelum tidur

dan memasukkannya ke dalam tas

e. Sarapan kemudian izin berangkat sekolah.31

26. Adab Berjalan di Jalan

Adab yang dilakukan seseorang ketika berjalan yang digambarkan dalam

kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n yaitu hendaknya:

a. Berjalan dengan lurus (tidak menoleh ke kanan atau ke kiri jika tidak ada

keperluan)

b. Tidak melakukan gerakan-gerakan yang tidak pantas

c. Tidak mempercepat atau memperlambat jalannya

d. Tidak makan, bernyanyi, atau membaca buku sambil berjalan

e. Menjauhi lumpur dan kotoran yan dapat mengotori pakaiannya

f. Menghindari berdesak-desakkan

g. Tidak berdiri di tengah jalan dengan berlebihan karena hal itu tidak ada

manfaatnya

h. Tidak bersenda gurau, mengeraskan suara ketika berjalan bersama teman-

temannya

30 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 37. 31

Ibid., 38.

49

i. Tidak menghina seseorang

j. Mengucapkan salam ketika berjumpa terutama ketika bertemu dengan

orang tua dan guru.32

27. Adab Seorang Pelajar di Sekolah

Adab yang dilakukan seorang pelajar ketika di sekolah diantaranya yaitu:

a. Ketika sampai di sekolah seorang murid membersihkan sepatunya dahulu

sebelum memasuki ruang ruang kelas

b. Masuk ruang kelas dengan membuka pintu dengan lembut, mengucapkan

salam, berjabat tangan dengan senyum

c. Meletakkan tas di laci meja

d. Duduk dengan rapi, tidak berbuat onar, mendengarkan penjelasan dari

guru

e. Tidak bercanda dengan teman, atau pun ramai sendiri karena hal itu akan

membuat tidak paham pada materi yang disampaikan guru.33

28. Bagaimana Seorang Pelajar Menjaga Peralatannya?

Wajib bagi seorang murid untuk menjaga peralatannya dengan cara:

a. Mengatur dan meletakkan alat-alatnya di tempatnya

b. Menyampuli buku-bukunya agar tidak kotor

c. Menghindari membalik halaman buku dengan jari yang telah dijilat karena

hal itu dapat merusak buku dan berpengaruh pada kesehatan.

29. Bagaimana Seorang Pelajar Menjaga Fasilitas Sekolahnya?

Selain wajib menjaga peralan pribadinya seorang murid juga wajib

menjaga peralatan sekolahnya, diantaranya dengan cara:

a. Tidak merusak atau mengotori fasilitas sekolah

32 „Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 39. 33

Ibid., 40-41.

50

b. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah (membuang sampah pada

tempatnya, tidak mencoret-coret tembok, dan lain-lain)

c. Tidak memainkan bel.34

30. Adab Pelajar terhadap Gurunya

Guru adalah seseorang yang mendidik akhlak, mengajari ilmu yang

bermanfaat, menasehati dengan perkataan-perkataan yang baik karena guru

sangat menyayangi muridnya seperti orang tua yang menyayangi anaknya dan

guru pula orang yang berharap masa depan anak didiknya menjadi orang yang

berilmu dan beradab. Adab seorang murid kepada guru, diantaranya adalah:

a. Menghormati guru seperti menghormati kedua orang tua

b. Tidak memotong pembicaraan guru

c. Mendengarkan materi yang dijlelaskan guru, apabila belum paham

bertanya dengan ucapan yang halus

d. Tidak menjawab pertanyaan guru yang ditujukan bukan untuknya

e. Datang tepat waktu, apabila terlambat atau tidak hadir meminta izin

f. Tidak memberikan alasan yang bohong ketika terlambat

g. Menjaga ingatannya pada pelajaran

h. Patuh pada perintah guru secara tulus bukan karena takut dihukum

i. Tidak marah ketika dididik, karena guru mendidik untuk kebaikan

muridnya, dan kita akan bersyukur mengetahuinya saat sudah dewasa

Guru mendidik dengan anak didik dengan rasa sayang, dengan harapan

hasil didikannya akan berguna bagi si anak didik. Maka sebagai seorang murid

hendaknya bersyukur dan ikhlas terhadap caranya guru mendidik mereka.35

34

„Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid, 43. 35 „Ibid., 45-46.

51

31. Adab Pelajar terhadap Teman-Temannya

Teman-teman di sekolah ibarat saudara di rumah, maka sayangilah mereka

seperti menyayangi saudara. Adab atau perilaku yang perlu diperhatikan ketika

berhubungan dengan teman adalah:

a. Membantu teman dalam belajar

b. Bermain bersama ketika istirahat di luar kelas

c. Menjauhi permusuhan dan pertikaian

d. Tidak pelit ketika teman ingin meminjam sesuatu

e. Tidak sombong dalam kepintaran, kerajinan dan kekayaan yang dimiliki

f. Menasihati teman yang malas belajar

g. Membantu teman yang belum paham dalam memahami pelajaran

h. Membantu semampunya teman yang kekurangan

i. Tidak menyakiti teman

j. Ketika berbicara dengan kalimat yang lembut dan dengan senyuman, tidak

mengeraskan suara atau dengan wajah cemberut

k. Waspada dalam berbicara yang tidak baik, iri, dengki, berbohong dan adu

domba.

l. Bericara dengan jujur.36

32. Nasihat-Nasihat Umum 1

a. Gunakanlah kalimat yang santun ketika meminta sesuatu kepada orang

lain, misalkan menggunakan kata tolong dan berterima kasih sesudahnya

b. Memperhatikan apa yang dibicarakan orang lain, jangan memotong

pembicaraannya tapi tunggulah sampai selesai

36 Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 47-49.

52

c. Menjaga kebersihan gigi, tidak menghisapi jari, tidak menggigiti kuku

dengan gigi, memasukkan jari ke hidung atau telinga apalagi di hadapan

manusia

d. Dan diantara kebiasaan yang buruk adalah mencari-cari rahasia orang lain,

senang membaca surat yang bukan miliknya atau senang mencuri dengar

percakapan orang lain.

33. Nasihat-Nasihat Umum 2

a. Dan diantara kebiasaan buruk lainnya yaitu menggunakan barang orang

lain tanpa meminta izin pemiliknya, meminjam sesuatu kemudian

merubahnya atau tidak mau mengembalikannya

b. Kebiasaan yang makruh diantaranya apabila ditanya ia menjawab dengan

menggerakkan kepala atau pundaknya, terburu-buru dalm menjawab

padahal orang lain yang ditanya

c. Keburukan yang lain yaitu, menunda memotong atau mencukur, menyisir

rambutnya, tidak memotong kuku hingga bertumpuk kotoran di bawah

kukunya, tidak mandi dan tidak mengganti baju yang baunya tidak sedap

d. Mewaspadai bermain dengan sesuatu yang berbahaya, misalnya debu, api

dan kotoran

e. Menjaga kesehatan badan, seperti kata pepatah “akal yang sehat terletak

pada jiwa yang sehat”

f. Jangan berlebihan dalam sesuatu, misalnya membeli sesuatu secara

berlebihan padahal tidak berguna

g. Dan anak yang berakal lebih suka menabung, dan tidak perlu berhutang

pada orang lain sehingga hidupnya dalam kesejahteraan dan

kebahagiaan.37

37

Ibid., 52-55.

53

Berdasarkan isi kitab dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n yang telah dibahas

ini, akhlak seorang anak sangat diatur sampai hal-hal yang kecil dan sederhana.

Dengan mempelajari kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n diharapkan akan terbentuk

generasi yang mempunyai akhlak yang baik dan berkarakter kuat sehingga dapat

memajukan bangsa dan negaranya.

54

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

Nilai adalah adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai

suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran,

perasaan, keterikatan maupun perilaku.1 Bisa dikatakan bahwa nilai merupakan

suatu hal yang khusus yang menjiwai dari suatu hal. Sedangkan makna dari

pendidikan akhlak sendiri mengacu pada pendapat Ibnu Qayyim, yaitu pendidikan

akhlak adalah pendidikan yang diarahkan untuk melatih para murid atau anak didik

agar senantiasa berakhlak mulia dan memiliki kebiasaan yang terpuji.2 Dalam

kaitannya dengan pendidikan akhlak, pengertian nilai-nilai pendidikan akhlak

menjadi keyakinan atau perasaan yang menjiwai dan menjadi identitas dalam usaha

penanaman dan pembentukan akhlak.

Dalam bab III telah dipaparkan macam-macam nilai pendidikan akhlak yang

terkandung dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n. Berdasarkan ruang lingkupnya

nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dikelompokkan sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah adalah sikap yang senantiasa merasakan kehadiran

Allah dalam kehidupannya.3 Akhlak kepada Allah Swt yang harus dilakukan

diantaranya mengagungkan dan mencintai Allah Swt, mensyukuri nikmat-Nya,

mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya selain itu juga memuliakan

dan mencintai para Malaikat-Nya, Rasul dan Nabi-Nya serta orang-orang

1 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, 202.

2 Yanuar Arifin, Pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan Islam, 297.

3 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat , 136.

54

55

shaleh dari hamba-Nya. Hal tersebut diungkapkan dengan jelas dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n pada bab ke lima (Allah Swt).

Akhlak kepada Allah akan melahirkan keimanan yang benar dan kuat,

sehingga akan terjalin h}ablun minalla>h yang baik. Jika sudah tercipta h}ablun

minalla>h yang baik akan mempengaruhi perilaku manusia dalam kehidupan,

seperti melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sehingga ketika

seseorang akan berbuat sesuatu yang dilarang mereka akan takut dan malu

untuk melakukannya. Hal inilah yang menjadi inti akhlak kepada Allah, selalu

merasakan kehadiran Allah dalam kehidupannya.

Nilai pendidikan akhlak kepada Allah Swt. yang terkandung dalam kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n diantaranya yaitu mengagungkan dan mencintai Allah

Swt, mensyukuri nikmat-Nya, mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-

Nya selain itu juga memuliakan dan mencintai para Malaikat-Nya, Rasul dan

Nabi-Nya serta orang-orang shaleh dari hamba-Nya.

2. Akhlak kepada Manusia

Akhlak kepada sesama manusia merupakan sikap antara manusia dengan

orang lain.4 Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n akhlak kepada manusia dibagi

ke dalam beberapa pokok bahasan yang dijelaskan secara terperinci

diantaranya adab seorang anak di dalam rumah meliputi, sopan santun anak

pada kedua orangtua, saudara kandung, dan juga kepada pembantunya selain

itu juga adab seorang anak kepada kerabatnya, tetangga dan gurunya.

Sedangkan pembagian akhlak menurut ruang lingkupnya yaitu sebagai berikut:

a. Akhlak kepada Rasulullah

Akhlak kepada Rasulullah Saw dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

terdapat dalam bab ke delapan yaitu:

4 Ibid.

56

1) Mengagungkan Nabi Muhammad Saw.

2) Memenuhi hati dengan kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw.

melebihi cinta kita kepada diri kita sendiri dan orang tua

3) Menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan

Akhlak Rasulullah Saw. merupakan potret panutan dalam kehidupan

sehari-hari, hal ini sebagai mana diungkapkan dalam Q.S Al-Ahzab: 21

لقذ كاى لكن في رسىل الله اسىة حسنت لوي كاى يرجىاالله واليىم الآخر

ثيرا ودكرالله ك “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah”.5

Dari ayat tersebut sudah selayaknya sebagai umat Rasulullah Saw. kita

menjadikan Rasulullah Saw. sebagai idola dan juga meneladani akhlak

Rasulullah Saw. 6

b. Akhlak kepada Diri Sendiri

Penting bagi seorang anak untuk mendapat pendidikan tentang

bagaimana cara berperilaku atau bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Hal

ini dimaksudkan agar seorang anak mampu membawa dirinya dengan baik

dalam berbagai kondisi. Akhlak kepada diri sendiri ini menekankan pada

hak dan kewajiban yang dilakukan tubuh baik jasmani maupun rohani.7

Akhlak kepada diri sendiri yang terangkum dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n diantaranya:

1) Jujur

Jujur bermakna kesesuaian antara apa yang diucapkan atau yang

diperbuat dengan kenyataan yang ada. Sifat jujur akan melahirkan rasa

5 Al-Qur’an, 33:21.

6 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agma Islam, 357.

7 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, 138.

57

percaya dari orang lain, sebaliknya orang yang suka berkata dusta tidak

akan mendapat kepercayaan orang lain. Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n sifat jujur dibahas pada bab ke dua mengenai anak yang beradab,

salah satunya mempunyai sifat jujur, yaitu:

عاطقي لاي ور الالع ربصي, واسالن عه عاضىتي, وههلاي كف قذصيو

كلن او ضحكا ترا هتىص عفري لاو نهعه ناصختيلا, ودلاوالا “Dan seorang anak yang jujur dalam perkataannya, bertawadhu’

(rendah hati) sesama manusia, bersabar atas gangguan dan tidak

memutuskan hubungan dengan anak-anak (tetangga), tidak berkelahi

bersama mereka dan tidak meninggikan suara ketika berbicara atau

tertawa”8

2) Tawadhu’

Tawadhu’ berarti rendah hati dan tidak sombong. Orang yang

mempunyai sifat tawadhu’ dalam hatinya tidak terbersit rasa sombong

ataupun merasa lebih baik dari orang lain. Dalam kitab Al-Akhla>q Li

al-Bani>n sifat tawadhu’ disinggung dalam bab ke dua mengenai anak

yang beradab. Sifat ini perlu diajarkan sejak dini agar melatih anak

untuk tidak besar kepala terhadap sesuatu yang dimilikinya.

3) Sabar

Selain sifat jujur dan tawadhu’ sifat yang dimiliki anak yang

beradab yaitu sabar, yang disebutkan dalam bab 2 tentang anak yang

beradab. Sabar mempunyai arti menahan diri dari sifat kegundahan dan

rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan

anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah. Di dalam Al-Qur’an

terdapat banyak ayat yang berkaitan dengan sifat sabar, salah satunya

yaitu Q.S Al-Anfal:46

8 ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’, Al-Akhla>q Li al-Bani>n Jilid 1, 5.

58

ييربصال عه الله ىإ وارباص........ و “Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang

sabar. (Q.S Al-Anfal:46)9

4) Amanah

Amanah mempunyai arti dapat dipercaya. Dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n penyampaian sifat amanah yakni melalui contoh

kasus antara Muhammad dan saudara perempuannya. Sangat jelas

digambarkan dalam contoh kasus tersebut alasan Muhammad menolak

mengambil makanan meskipun ayah mereka sedang tidak berada di

rumah. Muhammad yakin akan keberadaan Allah yang Maha Melihat

perilaku hambanya.

5) Disiplin

Disiplin dalam KBBI mempunyai arti ketaatan (kepatuhan)

kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya).10

Bisa ditarik kesimpulan

bahwa dengan bersikap disiplin berarti sadar patuh dan taat terhadap

peraturan, nilai-nilai akan tanggung jawabnya. Dalam kitab Al-Akhla>q

Li al-Bani>n sikap disiplin ditunjukkan dalam beberapa bab yaitu:

a) Adab sebelum berangkat sekolah

b) Adab berjalan di jalan

c) Adab seorang pelajar di sekolah

d) Menjaga peralatan pribadinya

e) Menjaga fasilitas sekolah

Hal-hal kecil seperti di atas bila dilakukan sehari-hari akan

membentuk perilaku disiplin dalam diri anak, karena pelan-pelan anak

9 Al-Qur’an, 8:46.

10 Disiplin, KBBI dalam https://kbbi.web.id/disiplin.html (diakses pada 19 Oktober 2020)

59

belajar bagaimana harus bersikap dalam setiap kondisi. Semisal

menjaga alat tulisnya. Seorang anak menjaga alat tulisnya dengan baik

ketika dia mengetahui konsekuensi jika alat tulisnya tidak dijaga

dengan baik, misal hilang dan akan menganggu dalam proses

pembelajaran.

c. Akhlak kepada Keluarga

1) Ayah

Ayah merupakan pemimpin dalam keluarga dan juga sebagai

figur yang bertanggung jawab dalam sebuah keluarga. Peran ayah

dalam keluarga yaitu sebagai sumber kekuasaan dalam keluarga,

penghubung dengan masyarakat luar, memberi rasa aman bagi

keluarga, menjadi hakim dalam keluarga, sebagai pendidik dalam segi

rasional.11

Sebagai seorang anak akhlak kepada orangtua khususnya ayah

dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n yaitu taat pada perintahnya dan

mendengarkan nasehatnya, belajar dengan sungguh-sungguh, tidak

menyakiti perasaannya, tidak merengek meminta dibelikan sesuatu.

Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n juga disampaikan cerita

tentang bagaimana kasih sayang seorang ayah kepada anaknya,

walaupun anaknya keras kepala tetapi saat si anak sakit ayah tetap

membawanya ke dokter dan juga membelikan obat, tidak mendendam

kepada anaknya.

Untuk itu sebagai seoarang anak sudah seharusnya berperilaku

baik kepada ayah, meskipun tidak selalu tampak usaha seorang ayah

11

Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, 72.

60

dalam menafkahi keluarganya, tetapi jauh di dalam hatinya seorang

ayah akan selalu berusaha yang terbaik demi keluarganya.

2) Ibu

Ibu adalah sosok yang sangat sabar dan penyayang. Walaupun

mengalami kesusahan dalam mengurus anaknya sejak dalam

kandungan, melahirkan, merawat anak-anaknya dan menjaganya dari

marabahaya. Akhlak kepada ibu yang bisa dilakukan berdasarkan kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n adalah menaati perintahnya, melakukan sesuatu

yang menyenangkan hatinya, menampilkan wajah tesenyum, mencium

tangan ibu saat pergi maupun pulang, mendo’akan, tidak menyakiti

hatinya, tidak mengeraskan suara melebihi suaranya, tidak meminta

sesuatu di hadapan tamu karena hal itu tidak sopan dan membuat malu.

Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n selain dijelaskan bagaimana

akhlak yang baik kepada ibu juga disampaikan sebuah cerita tentang

seorang anak bernama Sholeh yang merawat ibunya yang sedang sakit,

melalui cerita tersebut dapat menjadi contoh bagi anak-anak bagaimana

memperlakukan ibu dengan sayang bukan acuh kepada ibu.

3) Saudara

Saudara merupakan orang terdekat dalam keluarga setelah kedua

orang tua. Sebagaimana adab kepada kedua orangtua, akhlak kepada

saudara dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n juga diatur, baik kepada

saudara yang lebih tua maupun yang lebih kecil. Dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n disebutkan beberapa akhlak terpuji yang dapat

dilakukan kepada saudara-saudaranya, diantaranya yaitu menghormati

saudara yang lebih tua, menyayangi saudara yang lebih kecil, tidak

berebut mainan, dan lain-lain.

61

4) Kerabat

Kerabat adalah orang-orang yang masih mempunyai pertalian

keluarga, misal paman, bibi, sepupu dan lain-lain. Dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n disebutkan beberapa adab kepada kerabat pada bab

ke 19 (Adab seorang anak terhadap kerabatnya). Selain itu, juga

disebutkan implikasi dari adab tersebut diantaranya hidupnya akan

bahagia, dipanjangkan umurnya dan ditambah rizkinya. Di dalam kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n dijelaskan pula dengan sebuah cerita yang

berkaitan dengan kerabat (bab 20, Musthafa dan kerabatnya yang

bernama Yahya), pada bab tersebut ditampilkan bagaimana perilaku

Musthafa kepada kerabatnya. Tidak hanya itu, pada bab itu tampak

bagaimana respon Yahya terhadap perilaku Musthafa.

d. Akhlak kepada Masyarakat

Akhlak kepada masyarakat menyangkut bagaimana menjalin ukhuwah,

menghindarkan diri dari perpecahan dan permusuhan, saling tolong

menolong. Pada prinsipnya akhlak bermasyarakat yaitu menjaga

keharmonisan dan menghindari konflik sosial.12

1) Tetangga

Tetangga adalah orang yang secara fisik atau tempat tinggalnya

berdekatan. Akhlak kepada tetangga dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

dijabarkan dalam bab 23, diantaranya menghindari permusuhan,

menghormati waktu istirahat mereka, dsb. Selain itu dalam bab 24

menjelaskan kisah seorang anak dan tetangganya, pada bab ini terlihat

bagaimana perilaku pelaku (Khamid) terhadap tetangganya dan juga

respon atau imbal balik dari perilaku Khamid.

12

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, 140.

62

Menjaga keharmonisan dengan tetangga merupakan suatu hal

yang patut dilakukan, karena tetangga merupakan orang yang secara

fisik lebih dekat dengan kita, sehingga jika kita membutuhkan

pertolongan mereka adalah orang pertama yang akan menolong, bukan

saudara kita yang berada jauh dari tempat tinggal kita.

2) Guru

Sosok guru adalah figur orangtua seorang anak ketika di sekolah.

Guru tidak hanya mengajar teori di dalam kelas saja, melainkan juga

mendidik, mengajar, menasehati. Mendidik dalam artian luas tidak

hanya mendidik dalam bidang pelajaran saja tetapi juga akhlak seorang

anak, untuk itu guru perlu ikut berperan dalam pendidikan akhlak anak.

Pendidikan akhlak yang dimaksudkan adalah pendidikan yang

diarahkan untuk melatih para murid atau anak didik agar senantiasa

berakhlak mulia dan memiliki kebiasaan terpuji. Di dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n dalam bab 30 disebutkan beberapa poin adab

seorang pelajar terhadap guru. Adab ini perlu mendapat perhatian lebih

jika mengingat kondisi pelajar di Indonesia saat ini yang terlihat

kurangnya rasa hormat kepada guru.

3) Teman

Lingkungan pergaulan seseorang tidak bisa lepas dari adanya

teman, begitu pula dalam dunia seorang anak. Dalam kitab Al-Akhla>q

Li al-Bani>n bab 31 dijelaskan bagaimana adab atau perilaku yang baik

ketika berinteraksi dengan teman, beberapa hal tersebut diantaranya

menjauhi pertikaian dan permusuhan karena hal ini akan membuat

lingkaran pertemanan menjadi kacau dan tidak kondusif, membantu

63

teman dalam belajar, tidak sombong dalam kepintaran, kerajinan dan

kekayaan yang dimiliki, dan lain-lain.

4) Pembantu

Pembantu adalah orang atau pekerja yang membantu mengurusi

pekerjaan rumah tangga (mencuci, masak, menyapu, dan lain-lain) dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan tuan rumah. Meski kepada

seorang pembantu tidak diperkenankan untuk berbuat semena-mena

karena pada dasarnya derajat seseorang di mata Allah Swt adalah sama

yang membedakan hanya ketakwaannya. Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n bab 21 dijelaskan akhlak kepada seorang pembantu diantaranya,

memerintah dengan suara yang lembut, tidak membentak,

mengingatkan dengan bahasa yang halus ketika dia salah, dan masih

banyak lainnya.

Secara garis besar nilai pendidikan akhlak kepada manusia dalam kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat disimpulkan menjadi jujur, tawadhu’, sabar,

amanah, disiplin, birrul walidain, tolong-menolong, saling menghormati,

menyayangi, dan menghindari permusuhan.

3. Akhlak kepada Alam Semesta

Sama halnya berakhlak kepada sesama manusia dan diri sendiri, kepada

alam semesta pun manusia mesti berakhlak. Akhlak kepada alam semesta ini

terkait dengan tugas manusia di muka bumi yakni sebagai khalifah13

, artinya

manusia telah diberi amanah oleh Allah Swt untuk merawat, memelihara,

memanfaatkan dan melestarikannya. Tidak bisa hanya sekedar mengambil

manfaatnya saja tanpa merawatnya. Dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n akhlak

kepada alam semesta disinggung dalam bab 8 yaitu mendahulukan makanan

13

Ibid.

64

dan minuman hewan peliharaan. Hal tersebut terlihat sederhana namun dalam

praktiknya tidak sesederhana yang terlihat.

Nilai pendidikan akhlak kepada alam semesta yang terdapat dalam kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat diambil kesimpulan yaitu menyayangi dan

merawat hewan piaraan dengan baik.

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

dengan Materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

Setelah penulis membaca, memahami, serta menganalisis nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, penulis menemukan adanya relevansi

antara nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dengan

materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII. Materi Akidah Akhlak

di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII tersebut mempunyai kesesuaian dalam

beberapa hal dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-

Akhla>q Li al-Bani>n, sehingga kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat menjadi rujukan

referensi dalam pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak. Pembelajaran yang

disampaikan akan lebih variatif tidak hanya menggunakan buku paket atau buku

lembar kerja siswa (LKS), pandangan tentang nilai-nilai akhlak akan semakin luas.

Ibarat kata seorang guru mengajarkan nilai kejujuran berdasarkan referensi buku

paket Akidah Akhlak dan menghubungkannya dengan materi yang ada di kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n jadi, yang didapat oleh peserta didik akan semakin banyak.

Relevansi yang penulis temukan diantaranya sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah

Dalam mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas VIII semester ganjil

diajarkan mengenai akhlak kepada Allah yaitu melalui Iman kepada kitab-kitab

Allah.14

Iman kepada kitab Allah merupakan salah satu dari rukun iman yang

14

Kementrian Agama Indonesia, Akidah Akhlak untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VIII, 4.

65

enam (iman kepada Allah, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab

Allah, iman kepada para Rasul Allah, iman kepada hari akhir, iman kepada

qada dan qadar).

Hal ini sejalan dengan apa yang diajarkan dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n pada bab ke lima (Allah Swt.). Selain dipaparkan tentang bagaimana

berakhlak kepada Allah, dalam kitab tersebut dipaparkan juga contoh kegiatan

sehari-hari yang dapat menjadi teladan bagi peserta didik, seperti yang tertera

dalam bab ke enam yang mengisahkan Muhammad dan suadara perempuannya

yang bernama Su’ad. Su’ad mengajak Muhammad untuk mengambil makanan

di lemari tempat penyimpanan selagi ayah mereka tidak ada di rumah, namun

Muhammad menolak dengan tegas meskipun ayahnya tidak melihat tetapi

Allah selalu melihat perbuatan mereka. Perasaan bahwa Allah selalu hadir

dalam kehidupan manusia itulah yang merupakan inti dan hakikat dari akhlak

kepada Allah.15

Sehingga ketika seorang hamba akan melakukan perkara yang

dilarang oleh Allah akan muncul perasaan malu dan takut.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada relevansi

antara materi yang dibahas dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dan pada buku

paket siswa mata pelajaran Akidah Akhlak untuk kelas VIII terbitan dari

Kementrian Agama Indonesia yaitu adanya kesamaan nilai pendidikan akhlak

kepada Allah yang diajarkan, seperti mengagungkan dan mencintai Allah,

mensyukuri nikmat, memuliakan nabi Muhammad Saw.

2. Akhlak kepada Manusia

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari peran orang lain

dalam kehidupannya, manusia saling membutuhkan satu sama lain, tidak bisa

hidup sendiri-sendiri. Oleh karena itu, dalam setiap interaksinya manusia

15

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, 136.

66

membutuhkan sikap, perlakuan, atau tata krama ketika berhubungan dengan

orang lain. Berdasarkan ruang lingkupnya akhlak kepada manusia

dikelompokkan menjadi;

a. Akhlak kepada Rasulullah Saw.

Pada semester genap dalam buku paket siswa mata pelajaran Akidah

Akhlak untuk kelas VIII terbitan dari Kementrian Agama Indonesia

diajarkan iman kepada Rasul Allah. Namun tidak secara spesifik menyebut

iman kepada Rasulullah Saw. melainkan iman kepada seluruh Rasul Allah.

Sedangkan pada kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n membahas akhlak kepada

Rasulullah Saw. yaitu mengagungkan Nabi Muhammad Saw., memenuhi

hati dengan kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw melebihi cinta kepada

diri sendiri dan orang tua, dan menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai

panutan.

Dari kedua hal tersebut dapat adanya relevansi materi dalam materi

belajar, namun dalam buku paket siswa mata pelajaran Akidah Akhlak

untuk kelas VIII terbitan dari Kementrian Agama Indonesia cenderung lebih

membahas yang bersifat umum, sedangkan pada kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n membahas lebih khusus. Tetapi dalam hal ini materi yang ada pada

kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat digunakan untuk menambah wawasan

peserta didik terkait Akhlak kepada rasul.

b. Akhlak kepada diri sendiri

Akhlak kepada diri sendiri ini berkaitan erat dengan hak dan kewajiban

diri. Seluruh anggota tubuh manusia mempunyai hak dan harus ditunaikan.

Hak dan kewajiban tersebut berkaitan dengan pemeliharaan diri agar sehat

jasmani maupun rohaninya, baik kebutuhan biologis mapun kebutuhan

spiritual. Seseorang tidak dapat dikatakan berakhlak kepada diri sendiri jika

67

masih menyiksa dirinya sendiri serta tidak mempedulikan kebutuhan

dirinya.16

Dalam mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII perilaku yang

mencerminkan akhlak kepada diri sendiri di antaranya tawadhu’ dan sabar

yang dibahas dalam semester ganjil dan semester genap. Di dalam buku

tersebut kedua pembahasan itu dijelaskan dengan cukup rinci, mulai dari

pengertian sampai pada hikmahnya. Sedangkan dalam kitab Al-Akhla>q Li

al-Bani>n tawadhu’ dan sabar disebutkan dalam bab kedua tentang anak yang

beradab.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui adanya relevansi antara buku

paket Akidah Akhlak kelas VIII dengan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n ,

dengan memadukan kedua hal tersebut dalam pembelajaran akan membuat

peserta didik menjadi lebih kritis bagaimana makna tawadhu’ dan sabar

yang tertera dalam buku dan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n. Jadi, dalam

penanaman akhlak kepada peserta didik akan menjadi lebih banyak referensi

dan lebih meluas.

c. Akhlak kepada Keluarga

1) Ayah

Dalam buku paket Materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

kelas VIII akhlak kepada ayah tidak dijelaskan secara detail, tetapi

langsung menyeluruh kepada kedua orang tua, sedangkan dalam kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n akhlak kepada ayah dijelaskan pada bab ke 15

(Adab seorang anak kepada Ayahnya) dan bab 16 yang menjelaskan

tentang contoh kisah kasih sayang seorang anak kepada anaknya (Kasih

sayang seorang Ayah).

16

Ibid, 138.

68

Dari paparan data diatas dapat disimpulkan adanya relevansi antara

buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII katalog

dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 dengan kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n, sehingga kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat

digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajatan pendidikan

akhlak.

2) Ibu

Dalam buku paket Materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

kelas VIII akhlak kepada Ibu tidak dibahas secara detail tetapi

dijelaskan secara menyeluruh akhlak kepada orang tua tanpa

menyebutkan kepada Ayah ataupun Ibu, sedangkan pada kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n akhlak Ibu dibahas dalam bab 12 (Adab seorang

anak kepada Ibunya) yang menjelaskan secara terperinci tentang akhlak

kepada Ibu kemudian pada bab 13 (Sholeh dan Ibunya) menjelaskan

tentang contoh kisah akhlak seorang anak kepada Ibunya.

Dari paparan data diatas dapat disimpulkan adanya relevansi antara

buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII katalog

dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 dengan kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n, sehingga kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat

digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran pendidikan

akhlak.

3) Saudara

Dalam buku paket Materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

kelas VIII akhlak kepada saudara belum dijelaskan secara detail hanya

menjelaskan saudara secara umum bukan saudara kandung, sedangkan

dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n akhlak kepada saudara dijelaskan

69

pada bab 17 (Adab seorang anak dengan saudara-saudaranya) kemudian

pada bab 18 (Dua saudara yang saling menyayangi) menjelaskan

tentang kisah akhlak kepada saudara.

Dari paparan data diatas dapat disimpulkan adanya ketidak-

relevanan antara buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

kelas VIII katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun

2015 dengan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, namun kitab Al-Akhla>q Li

al-Bani>n dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran

pendidikan akhlak, sehingga cakupan keilmuan peserta didik semakin

meluas.

4) Kerabat

Akhlak kepada kerabat dalam buku Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah kelas VIII katalog dalam terbitan Kementrian Agama

Indonesia tahun 2015 peneliti belum menemukan adanya materi tentang

pembahasan tersebut, sedangkan dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

akhlak kepada kerabat dibahas pada bab 19 (Adab seorang anak

terhadap kerabatnya) dan bab 20 (Musthafa dan kerabatnya yang

bernama Yahya) dalam bentuk kisah.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adanya ketidak-relevanan

antara buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015

dengan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, namun kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran

pendidikan akhlak, sehingga cakupan keilmuan peserta didik semakin

meluas.

70

d. Akhlak kepada Masyarakat

Akhlak kepada masyarakat menyangkut bagaimana menjalin ukhuwah,

menghindarkan diri dari perpecahan dan permusuhan, saling tolong

menolong. Pada prinsipnya akhlak bermasyarakat yaitu menjaga

keharmonisan dan menghindari konflik sosial.17

Dalam buku paket Akidah

Akhlak terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 disebutkan bahwa

akhlak kepada masyarakat ada beberapa poin yang dibahas.

1) Akhlak kepada Guru.

Guru merupakan orang tua peserta didik di dalam lingkup sekolah.

Akhlak kepada guru yang seharusnya melekat dalam diri peserta didik

diantaranya yaitu menghormati dan menghargai guru, tidak mencari-

cari kesalahan guru, mendoakan guru dan lain-lain. Hal ini sesuai

dengan pernyataan yang terdapat dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n

tentang adab kepada guru yang terdapat dalam bab ke-30.

Dari paparan data diatas dapat disimpulkan adanya relevansi antara

buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII katalog

dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 dengan kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n, sehingga kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat

digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran pendidikan

akhlak.

2) Akhlak kepada Teman.

Tidak hanya kepada orang yang lebih tua kepada teman sebaya pun

ada akhlak – akhlak yang perlu diperhatikan. Dalam kitab Al-Akhla>q Li

al-Bani>n disebutkan akhlak kepada teman diantaranya membantu teman

dalam belajar, menjauhi permusuhan dan petikaian, berbicara dengan

17

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, 140.

71

kalimat yang lembut, berbicara jujur, tidak menyombongkan diri dan

lain-lain. Sedangkan dalam buku paket Akidah Akhlak lebih dijelaskan

bagaimana memilih teman yang baik. Hal ini perlu diperhatikan karena

sifat seseorang dapat dilihat dari teman pergaulannya.

Dari paparan data diatas dapat disimpulkan adanya relevansi antara

buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII katalog

dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 dengan kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n, sehingga kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat

digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran pendidikan

akhlak.

3) Akhlak kepada Tetangga

Dalam buku Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015

peneliti belum menemukan adanya materi tentang pembahasan akhlak

kepada tetangga, namun dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n akhlak

kepada tetangga ini dibahas dalam bab 23 (Adab seorang anak terhadap

tetangganya) kemudia pada bab 24 (Khamid dan tetangganya)

membahas tentang kisah akhlak kepada tetangga.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan adanya ketidak-relevanan

antara buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015

dengan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, namun kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran

pendidikan akhlak, sehingga cakupan keilmuan peserta didik semakin

meluas.

72

4) Akhlak kepada Pembantu

Dalam buku Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015

peneliti belum menemukan adanya materi tentang pembahasan akhlak

kepada pembantu, namun dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n peneliti

menemukan dalam bab 21 (Adab seorang anak kepada Pembantunya).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan adanya ketidak-relevanan

antara buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII

katalog dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015

dengan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, namun kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pembelajaran

pendidikan akhlak, sehingga cakupan keilmuan peserta didik semakin

meluas.

Berdasarkan beberapa pokok bahasan tersebut, terdapat kesesuaian

antara buku paket Akidah Akhlak terbitan Kementrian Agama Indonesia

tahun 2015 kelas VIII dengan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, yaitu

mengandung nilai pendidikan akhlak kepada manusia yang dapat ditarik

garis besar bahwa sebagai manusia dalam hidup hendaknya saling

menghormati, tolong-menolong dan juga berperilaku baik agar tercipta

kehidupan yang harmonis.

Selain adanya relevansi antara nilai-nilai pendidikan dalam kitab Al-

Akhla>q Li al-Bani>n dengan buku paket Akidah Akhlak terbitan Kementrian

Agama Indonesia tahun 2015 kelas VIII juga terdapat beberapa hal yang

tidak relevan. Di antaranya yaitu, dalam buku paket Akidah Akhlak terbitan

Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 kelas VIII dibahas materi

73

mengenai akhlak tercela seperti ananiyah,putus asa, ghadab, tamak, hasad,

dendam, namimah, dan fitnah. Selain itu juga membahas tentang beberapa

kisah teladan dari para nabi ataupun sahabat seperti kisah teladan Nabi

Yusuf a.s, Nabi Ayyub a.s dan keteladan Abu Bakar Ash Shidiq.

Sedangkan dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n tidak dibahas.

3. Akhlak kepada Alam Semesta

Dalam buku Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII katalog

dalam terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 peneliti belum

menemukan adanya materi tentang pembahasan akhlak kepada alam semesta,

sedangkan dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n pembahasan akhlak kepada

alam semesta dapat dilihat pada bab 9 (Adab di rumah) yaitu pada poin ke

tujuh yang menyatakan mendahulukan makanan dan minuman hewan

peliharaan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk akhlak kepada alam

semesta, yang dalam hal ini adalah hewan peliharaan.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan adanya ketidak-relevanan antara

buku paket Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII katalog dalam

terbitan Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 dengan kitab Al-Akhla>q Li

al-Bani>n, namun kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n dapat digunakan sebagai bahan

referensi dalam pembelajaran pendidikan akhlak, sehingga cakupan keilmuan

peserta didik semakin meluas.

Melalui buku paket Akidah Akhlak terbitan Kementrian Agama Indonesia

tahun 2015 dan kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n, guru bisa mengaitkan pembelajaran

Akidah Akhlak dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam

kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’. Dengan penggunaan

lebih banyak sumber belajar guru bisa mengembangkan apa yang akan diajarkan

74

kepada peserta didik, jadi tidak hanya terfokus pada satu sumber saja, maka

pengetahuan peserta didik akan semakin luas. Perlu ditekankan kepada peserta

didik bahwa pembelajaran akhlak tidak hanya sekedar teori atau konsep-konsep

saja, melainkan lebih kepada praktik dalam kesehariannya, sehingga akan terbentuk

akhlak dalam diri peserta didik.

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di atas, dapat

disimpulkan sebagai berikut;

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n diantaranya yaitu:

a. Nilai akhlak kepada Allah yaitu mengagungkan dan mencintai Allah Swt,

mensyukuri nikmat-Nya, mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-

Nya selain itu juga memuliakan dan mencintai para Malaikat-Nya, Rasul

dan Nabi-Nya serta orang-orang shaleh dari hamba-Nya.

b. Nilai akhlak kepada manusia (Rasulullah Saw, Diri sendiri, Orangtua,

Masyarakat lainnya) dapat disimpulkan menjadi jujur, tawadhu’, sabar,

amanah, disiplin, birrul walidain, tolong-menolong, saling menghormati,

menyayangi, dan menghindari permusuhan.

c. Nilai akhlak kepada alam semesta dapat diambil kesimpulan yaitu

menyayangi dan merawat hewan piaraan dengan baik.

2. Relevansi antara pendidikan akhlak dalam kitab Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya

‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dengan materi Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah kelas VIII yang ditemukan peneliti yaitu;

a. Akhlak kepada Allah dan Rasul

Ada relevansi antara materi yang dibahas dalam kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n dan pada buku paket siswa mata pelajaran Akidah Akhlak untuk

kelas VIII terbitan dari Kementrian Agama Indonesia yaitu adanya

kesamaan nilai pendidikan akhlak kepada Allah dan Rasulullah yang

75

76

diajarkan, seperti mengagungkan dan mencintai Allah, mensyukuri nikmat,

memuliakan nabi Muhammad Saw.

b. Akhlak kepada manusia

Terdapat kesesuaian antara buku paket Akidah Akhlak kelas VIII terbitan

Kementrian Agama Indonesia tahun 2015 dengan kitab Al-Akhla>q Li al-

Bani>n, yaitu mengandung nilai pendidikan akhlak kepada manusia yang

dapat ditarik garis besar bahwa sebagai manusia dalam hidup hendaknya

saling menghormati, tolong-menolong dan juga berperilaku baik agar

tercipta kehidupan yang harmonis.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab

Al-Akhla>q Li al-Bani>n karya ‘Umar bin Ah}mad Ba>raja>’ dan relevansinya dengan

materi Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII saran yang dapat

peneliti berikan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik khususnya mata pelajaran Akidah Akhlak untuk menambah

sumber belajar agar pembelajaran menjadi lebih variatif dan ilmu yang

didapatkan peserta didik menjadi lebih luas.

2. Bagi orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan akhlak sejak dini, agar

ketika dewasa akan terbiasa menerapkan akhlak terpuji

3. Bagi lembaga formal hendaknya dalam penggunaan sumber belajar tidak hanya

menggunakan buku-buku modern, tetapi juga menggunakan kitab-kitab klasik

karya ulama-ulama terdahulu yang pastinya akan menambah wawasan peserta

didik

4. Bagi peneliti berikutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, mencari

apa yang kurang maksimal dalam penelitian ini agar bisa menjadi peluang bagi

penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afriantoni. Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda: Percikan Pemikiran

Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi. Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Adim, Abd. “Pemikiran Akhlak menurut Syaikh „Umar bin Ahmad Baraja‟, Studia

Insania, 2. (Oktober 2016).

Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agma Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2006.

Al-Qur‟an dan Terjemah. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunah, 2015.

Arifin. Yanuar Pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan Islam. Yogyakarta:

IRCiSoD, 2018.

Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Bumi Aksara, 2008.

Bafadhol, Imam. “ Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam,” Jurnal Edukasi

Islami, 12 (Juli 2017).

Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2017.

Basuki dan Miftahul Ulum. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STATIN

PO PRESS, 2007.

Darmajati, Danu. Fenomena Murid Tantang Guru, Apakah Pendidikan Keras jadi

Solusi dalam https://m.detik.com/news/berita/d-4423678/fenomena-murid-

tantang-guru-apakah-pendidikan-keras-jadi-solusi diakses tanggal 16

Desember 2019, Pukul 12.04 WIB.

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016.

Fitri, Agus Zainul. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 2014.

Hasnunidah, Neni. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Media Akademi,

2017.

Helmawati. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2016.

Izzah, Faiq Nurul. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Al-Akhla>k Lil

Bani>n Jilid 1 Karya Al-Ustaz ‘Umar bin Ahmad Ba>raja>’ dan Relevansinya

bagi Siswa MI. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo, Buku Pedoman

Penelitian Skripsi Edisi Revisi 2016 (Ponorogo: STIN Ponorogo, 2016

Kementrian Agama Indonesia. Akidah Akhlak untuk Madrasah Tsanawiyah kelas

VIII. 2015.

KMA Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.

Mihrob, Biografi Syaikh ‘Umar Baraja’, Pengarang kitab Akhlaq Lil Banin, (Online)

http://www.laduni.id/post/read/64202/biografi-syaikh-‟‟Umar-baradja-

pengarang-kitab-akhlaq-lil-banin diakses tanggal 05 Janusari 2019, pukul

11.47 WIB.

Moelong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013.

Mustaqim, Abdul. Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati. Yogyakarta:

Kaukaba Dipantara, 2013.

Nafis, Muhammad Muntahibun. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2011.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

Nawawi, Hadari. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2007.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis.

Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Nuhla, Azka. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Akhlak Li Al-Banin Jilid

1 Karya „Umar bin Ahmad Baraja‟. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Walisongo Semarang, 2016.

Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Jogjakarta:

BPFE, 1998.

Nurhasan. “Pola Kerjasama Seklah dan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak (Studi

Multi Kasus di MI Sunan Giri dan MI al-Fattah Malang),” Jurnal Al-

Makrifat, 01 (April, 2018).

Prahara. Erwin Yudi. Materi Pendidikan Agama Islam. Ponorogo: STAIN PO

PRESS, 2009.

Rosidi, Hermawati. Pendidikan Akhlak dalam Kitab Akhla>k Lil Bani>n Jilid 1.

Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2019.

Rusmaini. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press, 2014.

Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Sanusi, Achmad. Sistem Nilai. Bandung: Nuansa Cendekia, 2017.

Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Melalui Peningkatan Pengembangan Moral.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Syafri, Ulil Amri. Pendididkan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2012.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu

Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Kuantitatif, Kualitatif, Library, PTK. Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Ponorogo, 2019.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Usman. Filsafat Pendidikan Kajian Filosofis Pendidikan Nahdlatul Ulama di

Lombok. Yogyakarta: Teras, 2010.

Widiasworo, Erwin. Mahir Penelitian Pendidikan Modern. Yogyakarta: Araska,

2018.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

2009.