View
24
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
NILAI – NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
KHULUQUNA KARYA HABIB UMAR BIN HAFIDZ
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk
Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SITI AINA FURDAYATI NIM 23010 15 0299
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019
2
NILAI – NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
KHULUQUNA KARYA HABIB UMAR BIN HAFIDZ
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk
Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SITI AINA FURDAYATI NIM 23010 15 0299
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019
3
4
NOTA PEMBIMBING
Lamp: -
Hal: Naskah Skripsi
Saudari Siti Aina Furdayati
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : Siti Aina Furdayati
NIM : 23010 15 0299
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Khuluquna
Karya Habib Umar bin Hafidz
Dengan ini kami mohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamualaikum. Wr.Wb
Salatiga, 7 Agustus 2019
Pembimbing
Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I
NIP. 19631003 199203 2 001
5
6
MOTTO
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl: 97)
7
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak ibu tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti memberikan
kasih sayang, semangat serta do‟anya sehingga skripsi ini bisa
penulis selesaikan
2. Al-mukarrom K. Rahmat Sururi as-Shidiq PP. Mam‟baul Huda
Magelang, K.H. Ashari PP.Al-Husna Payaman, K.H. Mawahib
Ma‟mun PP An-Nur Tuntang.K.H. Mansur PP. Al-Huda Kajoran,
ibu Nyai Mahfudzoh dan Ibu Nyai Muti‟ah yang telah berjuang
bersama penuh keikhlasan dalam pendidikan pesantren.
3. Orang tuaku yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan
moral, materil dan do‟a yang tak pernah putus untuk putra-
putrinya.
4. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi
semangat dan membantuku (adik-adikku: Agus Toha R, S.Pd, Siti
Mir‟atul Kurniasari, Imam dan Muhammad Adib).
5. Ibu Dra.Hj. Urifatun Anis, M.Pd.I yang telah sabar membimbing,
memotivasi dan mendo‟akan dalam menyusun skripsi ini.
6. Para pengasuh PP. An-Nur dan PP. Al-Husna serta para ustadz dan
ustadzah yang senantiasa mendo‟akann dan membimbing dalam
menuntut ilmu.
7. Teman-temanku PAI H dan angkatan 2015 yang bersama-sama
berjuang, belajar dan menguatkan untuk belajar di IAIN Salatiga.
8
8. Teman-teman PP. Al-Husna, PP.An-An-Nida dan An-Nur yang
senantiasa memberi dukungan dan do‟a dalam menyusun skripsi
ini.
9. Sahabat-sahabatku Nur Laila Wijayanti, Ana Alfi Khamidah, Ulfa
Nurul Masruroh, Amin Maryatul Qiftiyah, S.Pd.I, Dian Mustika
Sari, S.Pd.I, Khoiry Alfiyah, Ika Wiranti dan Zulfatul Maghfiroh
yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan do‟a dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
9
KATA PENGANTAR
ائر المصدقين بسين,وسهل منهج السعادة للمتين,وبصربصائر ريق للطالبالحمد لله الهذي أوضح الط الحكم والأحكام في الدين, ومنحهم أسرار الإيمان وأنوار الإحسا ن واليقين, واشهدأن لآإلو إلا الله
لوعد الامين, دق االك الحق المبين, وأشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسولو الص ريك لو الموحده لاشهو في الديالقائل من ير ن صلى الله عليو وعلى آلو وأصحابو,لهم بإحسان إلي يوم د الله بو خيرا يفقه
.الدين
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Raja semesta alam
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini meskipun masih jauh dari sempurna. Shalawat serta salam senantias
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
cahaya dari zaman kegelapan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Zakiyyudin Baidhawy, M.Ag, rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag, dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I, pembimbing yang telah membimbing
penulisan skripsi ini.
10
5. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis.
6. Bapak-Ibu dan adik-adik saya yang telah memberikan semangat,
dukungan baik materil dan non-materil.
7. Temen-teman kelas H PAI angkatan 2015 yang telah memberikan
dukungan kepada penulis.
8. Dian Mustika Sari, S.Pd.I, Shoviana, S.Pd.I, Siti Fatimah, S.Pd.I, Amin
Maryatul Qiftiyah, S.Pd.I, Ana Alfi Khamidah, Ulfa Nurul Masruroh,
Zulfatul Maghfiroh dan Khoiri Alfiyah yang telah memberikan waktunya
untuk membantu penulis.
Atas jasa-jasa dan kebaikan di atas, penulis berdo‟a semoga Allah
SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang terbaik. Pada
akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, semuai itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalmat yang
pantas penulis ucapkan selain kalimah al-Hamdulillahi Robbil „Alamin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat di dunia dan di akhirat.
Salatiga,07 Agustus 2019
Penulis
Siti Aina Furdayati
23010-15-20299
11
ABSTRAK
Siti Aina Furdayati. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab
Khuluquna Karya Habib Umar bin Hafidz. Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I
Kata Kunci: Nilai-Nilai, Pendidikan, Akhlak
Pendidikan akhlak merupakan bagian dari ajaran pendidikan Islam.
Kita ketahui negara Indonesia telah memasuki era modern dimana
teknologi, informasi dan komunikasi telah berkembang dengan pesat.
Tanpa adanya pendidikan akhlak, maka pembatasan penggunaan
teknologi, informasi dan komunikasi dapat berdampak negatif yang dapat
merugikan seluruh lapisan masyarakat. Selain kemajuan teknologi,
informasi dan komunikasi pada era ini telah banyak cendekiawan yang
masih menyampingkan pendidikan akhlak, dimana mereka masih
meragukan nilai-nilai ajaran pendidikan Islam. Negara Indonesia
merupakan negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam
yang menjunjung tiggi multikulturalisme, maka penanaman pendidikan
akhlak yang baik diharapkan dapat ditanamkan dan dilaksanakan di
Negara Indonesia. Pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam
bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna?,
Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Khuluquna
pada dunia Pendidikan Islam?. Setelah melakukan penelitian secara
mendalam diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna dan
relevansinya nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna dengan
pendidikan Islam saat ini.
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian
kepustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu,
mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan
skripsi ini. Pengumpulan data dibag menjadi dua sumber yaitu data primer
dan data sekuder. Kemudian data dianalisis menggunakan metode
deskriftif, filosofis dan kontekstual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam kitab Khuluquna antara lain: bertaqwa kepada Allah SWT,
istiqomah, shalat berjama‟ah, bersyukur, cinta kepada Allah SWT,
tawadlu‟, menjaga keimanan, wara‟, menyayangi dan mencintai sesama,
menghormati sesama, menahan amarah, ikhlas, jujur, bershadaqah,
memberi pendidikan akhlak, tidak menghina, intstropeksi diri, menahan
hawa nafsu, bersungguh-sungguh dan mendalami ilmu pengetahuan.
Sedangkan relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna
dengan Pendidikan Islam dapat mejadi solusi dalam memperbaiki akhlak
diberbagai bidang, khususnya menghadapi karakteristik zaman saat ini.
12
DAFTAR ISI
1. JUDUL.......................................................................................................i
2. LOGO IAIN...............................................................................................ii
3. NOTA PEMBIMBING.............................................................................iii
4. PENGESAHAN KELULUSAN...............................................................iv
5. PERNYATAAN KEASLIAN....................................................................v
6. MOTTO.....................................................................................................vi
7. PERSEMBAHAN....................................................................................vii
8. KATA PENGANTAR.............................................................................viii
9. ABSTRAK..................................................................................................x
10. DAFTAR ISI..............................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian.........................................................................9
E. Kajian Pustaka................................................................................10
F. Metode Penelitian...........................................................................12
G. Penegasan Istilah............................................................................15
H. Sistematika Penulisan Skripsi.........................................................19
13
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan ...................................................................23
B. Pengertian Akhlak..........................................................................27
C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak...............................................28
D. Dasar Pendidikan Akhlak...............................................................31
E. Sumber Pendidikan Akhlak............................................................31
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak...........32
G. Tujuan Pendidikan Akhlak.............................................................35
H. Karakteristik Pendidikan Akhlak Islam..........................................38
I. Macam-Macam Pendidikan Akhlak..............................................39
J. Metode Pendidikan Akhlak............................................................40
BAB III. BIOGRAFI HABIB UMAR BIN HAFIDZ
A. Biografi Habib Umar Bin Hafidz...................................................42
B. Nasab Atau Silsilah Keturunan Habib Umar Bin Hafidz...............43
C. Guru-Guru Habib Umar Bin Hafidz...............................................44
D. Perjalanan Intelektual Habib Umar Bin Hafidz..............................45
E. Karangan Kitab Dan Karya Habib Umar Bin Hafidz.....................49
F. Kiprah Dan Penghargaan Internasional Habib Umar Bin Hafidz..50
G. Gambaran Umum Kitab Khuluquna...................................................51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kitab Khuluquna............................................................................57
B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Kitab Khuluquna Karya Habib
Umar Bin Hafidz............................................................................70
14
C. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Kitab Khuluquna
Bagi Dunia Pendidikan Islam.......................................................105
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................111
B. Saran.............................................................................................116
11. DAFTAR PUSTAKA
12. LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam ialah usaha sadar untuk membimbing manusia
menjadi pribadi beriman yang kuat secara fisik, mental, spiritual, cerdas,
berakhlak mulia dan memiliki keterampilan yang diperlukan bagi
kebermanfaatan dirinya, masyarakatnya dan lingkungannya (M. Hambal
Shafwan, 2014: 19). Pendidikan Islam ialah pendidikan yang betujuan untuk
menentukan manusia yang kamil yang dapat mengembangkan seluruh
potensinya baik jasmani maupun rohani, dapat menumbuhkan keharmonisan
dengan Allah SWT, manusia dan alam semesta. Menurut Hurip Danu Ismadi
(2014: 15) pendidikan ialah: “usaha kebudayaan yang bermaksud memberikan
bimbingan dalam hidup dan tumbuh kembangnya jiwa raga anak didik, agar
dalam menjalani garis kodrat pribadinya serta dalam menghadapi pengaruh
lingkungan mendapat kemajuan hidup lahir batin”.
Pendidikan Islam merupakan usaha yang memberikan bimbingan dalam
hidup untuk menumbuhkan jiwa raga anak didik yang sesuai dengan syari‟at
Islam baik Al-Qur‟an maupun Hadist. Pendidikan Islam mempunyai tujuan
yang jelas dalam membentuk kepribadian atau insan kamil untuk mencapai
tujuan yang erat kaitannya dengan Allah SWT, manusia, dan alam semesta.
Manusia diciptakan di muka bumi memilki tujuan sebagai khalifah, oleh
karena itu Allah SWT mengutus Rasulullah SAW untuk menjadi gambaran
khalifah yang memiliki kepribadian Al-Qur‟an. Khalifah di muka bumi wajib
16
untuk meniru kepribadian Rasulullah SAW. Pendidikan akhlak telah ada sejak
Rasulullah SAW di jadikan oleh Allah SWT sebagai nabi. Pendidikan akhlak
diberikan Nabi SAW dari masa pembinaan di Mekkah dan masa pembinaan
di Madinah. Pendidikan akhlak diharapkan dapat memberikan kedamaian di
lingkungan yang ia tinggali.
Pendidikan akhlak dalam Islam dimaknai sebagai latihan mental
dan fisik. Latihan tersebut dapat menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi
untuk melaksanakan tugasnya di muka bumi sebagai Khalifah dan selaku
hamba Allah SWT. Ulil Amri Syafri (2014: 67) menuturkan pendidikan
akhlak dalam Islam dapat menjadi sarana untuk membentuk karakter individu
Muslim yang berakhlak mulia. Insan yang berakhlak mulia dapat
melaksanakan kewajiban-kewajiban-Nya dan meninggalkan larangan-
larangan-Nya sehingga ia mampu memberikan haknya kepada Allah SWT,
sesama manusia, makhluk lain serta alam sekitar. Selain tujuan pendidikan
tersebut, tujuan pendidikan yang utama ialah untuk menghasilkan kepribadian
manusia yang matang, oleh karena itu komponen esensial kepribadian
manusia ialah nilai (value) dan kebajikan (virtues)
Nilai-nilai pendidikan akhlak merupakan konsep yang penting bagi
manusia. Menurut Zianuddin Sadur (1994: 28) nilai-nilai pendidikan akhlak
yang berlaku meliputi pranata kehidupan sosial yaitu nilai-nilai Ilahi dan
nilai-nilai insani yang diformulasikan dalam pendidikan. Budi pekerti
merupakan komponen dari manusia yang bersifat esensial dan harus merujuk
pada agama. Dalam Islam hal tersebut disebut akhlakul karimah. Akhlakul
Karimah menempati posisi yang esensisal dalam Islam. Keimanan seseorang
17
muslim ditentukan oleh kualitas akhlaknya. Semakin tinggi kualitas akhlak
seseorang, maka semakin tinggi kualitas imannya begitu juga sebaliknya
Akhlak menjadi fondasi dasar sebuah karakter diri. Akhlak mahmudah
akan menjadi bagian masyrakat yang baik pula. Akhlak dalam Islam memilki
nilai yang mutlak karena persepsi antara akhlak mahmudah dan akhlak
mazmuham memiliki nilai yang dapat diterapkan dalam kondisi apapun.
Akhlak dapat membedakan karakter manusia dengan makhluk lain. Tanpa
akhlak manusia akan kehilangan kedudukannya sebagai hamba Allah SWT
yang paling terhormat. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS. At-
Tin:4-6;
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. (QS.
At-Tiin/ 95:4-6).
Pentingnya pendidikan akhlak juga telah ditekankan sejak abad-
abad lampau sebagai salah satu landasan dasar dari sebuah proses
pembentukan karakter dalam pendidikan. (Ulil Amri Syafri, 2014:
70).Abad ini telah berada pada abad-21 yang merupakan era baru. Era
dimana ekonomi global dan informasi menjadi bagian kehidupan sehari-
18
hari. Hamid Bariza (2011: 1) mengemukakan bahwa di era saat ini relasi
menggantikan hierarki sebagi model utama untuk menyelesaikan segala
persoalan dalam kehidupan. Era ini daya magnetiknya mampu
memperbesar emosi, mempercepat perubahan dalam berbagai bidang.
Tanpa adanya pendidikan akhlak yang diberikan sejak usia dini maka
sikap radikal dan disintegrasi pada lingkungan dapat merusak keamanan
lingkungan.
Kemajuan Teknologi, Informasi dan Ilmu Pengetahuan tidak dapat
dipungkiri di era ini. Kemajuan tersebut dapat membawa dampak positif bagi
penggunanya. Kemajuan positif dapat membawa perubahan yang progresif
pada masyarakat, namun sebaliknya jika dampak yang diberikan berupa
dampak negatif maka akan membawa disintegrasi pada masyarakat.
Kemajuan teknologi dapat dirasakan dengan berbagai kemudahan dalam
layanan yang terdapat di berbagai lapisan masyarakat sehingga mampu
mempermudah pekerjaan manusia. Begitu juga dengan kemajuan informasi
dapat menjadikan informasi mudah dan cepat diakses masyarakat, sehingga
masyarakat mampu mengikuti perkembangan informasi yang ada. Kemajuan
ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan adanya sistem pendidikan yang
semakin canggih. Namun sistem pendidikan tersebut dapat menonjolkan
kelemahan. Dalam sistem pendidikan Islam selama ini para pelajar digodok
dengan pemikiran- pemikiran barat, sehingga mereka terputus dengan sejarah
masa lampaunya sendiri. Sistim pendidikan dan ilmu pengetahuan yang berisi
pikiran-pikiran barat tersebut telah mengakibatkan keraguan terhadap
konsepsi-konsepsi yang ada dalam ajaran agama Islam. Gejala ini semakin
19
parah dengan sangat sedikit pemimpin Islam yang berusaha memperbaiki
keadaan sehingga kemerosotan moral pelajar dan terjadinya deislamisasi
melalui program pendidikan tak dapat dielakkan (DPPAI, 2013: 114).
Dominasi barat dalam hal kemajuan teknologi , informasi dan komunikasi
menjadi tantangan cukup berat bagi umat Islam untuk mengaktualkan kembali
eksistensi Islam sebagai suatu ajaran yang unggul dan kaffah. Pada umumnya
gerakan kebangkitan Islam selalu berorientasi ke depan, sadar terhadap
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam konteks modernitas dan
memahami akan kemajuan teknologi, informasi dan ilmu pengetahuan
(DPPAI, 2013: 115). Berbagai kemajuan tersebut akan membawa pengaruh
pada pelajar atau masyarakat baik yang bersifat positif maupun negatif. Jika
tidak diberikan pendidikan akhlak maka disintegrasi dan deislamisasi akan
terjadi. Adanya pendidikan akhlak akan memberikan benteng atau kontrol diri
pada masyarakat khususnya pada pelajar yang notabene masih memiliki
emosional yang tinggi akan kemajuan zaman dan modernitas.
Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi adanya
multikulturalisme. Berbagai keberagaman dapat terlihat dengan adanya
macam- macam suku, etnis, budaya dan ras. Keberagaman saat ini jika tidak
dilandasi dengan pendidikan akhlak maka disintegrasi sosial di lingkungan
tempat tinggal mudah terjadi. Fenomena saat ini membuktikan bahwa
pergaulan sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah banyak hal-hal buruk
yang dilakukan oleh orang-orang bahkan kelompok yang terjadi karena
perbedaan. Apabila tidak membentengi diri dengan pendidikan akhlak maka
dapat dipastikan akan ikut terpengaruh.
20
Sifat hedonisme, matrealisme, konsumtif merupakan salah satu ciri
masyarakat Indonesia modern. Selain masyarakat yang multikulural dan telah
mengalami kemajuan diberbagai bidang pada era abad-21 ini, masyrakat
Indonesia tidak luput pula dari sifat hedonisme, matrelisme dan konsumtif
yang dapat menutup masyarakat untuk berprilaku mulia. Kemajuan di
berbagai bidang di sisi lain dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup.
Adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi tanpa didasari etika dan
akhlak dapat merusak lingkungan bahkan mengancam kelangsungan hidup
manusia, misalnya kegiatan industri menguras sumber daya alam secara besar-
besaran (Sudirman Tebba, 2003: 165). Selain kemajuan pada teknologi,
komunikasi dan informasi dalam berbagai bidang yang dapat berdampak
negatif jika tidak adanya pembatasan dengan pendidikan akhlak, apalagi era
ini banyak pula para cendekiawan yang masih menyampingkan pendidikan
akhlak dimana mereka masih meragukan nilai-nilai ajaran pendidikan Islam.
Perbedaan yang ada memerlukan kehidupan yang harmonis. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT secara unik. Dikatakan unik karena manusia
secara natural dapat melakukan 2 hal dimana dapat dikatakan sebagai
dualisme akhlak yang ada pada dirinya. Di satu pihak manusia melakukan hal
kebaikan, integratif, positif seperti menghargai orang lain, bersikap adil dan
sebagainya. Di pihak lain manusia bersikap keburukan, disintegrasi, negatif
seperti kekerasan, pertikaian, pembunuhan dan lain sebagainya. Situasi inilah
yang menjadi tantangan manusia untuk memperjuangkan akhlak mulia.
Adanya perbedaan, hedonisme, matrelisme, konsumtif, disintegrasi dapat
menimbulkan konflik, maka untuk menghindari konflik yang ada diperlukan
21
akhlak mulia. Negara Indonesia dengan penduduk yang sebagian beragama
Islam dan menjunjung multikulturalisme, maka penanaman pendidikan akhlak
yang baik diharapkan dapat tertanam dan dilaksanakan di Negara Indonesia.
Permasalahan tersebut dapat dicegah dengan pendidikan sejak dini
yang mencakup berbagi aspek. Lembaga pendidikan baik formal maupun
nonformal perlu di garis bawahi bahwa adanya proses belajar mengajar sangat
membutuhkan sebuah akhlak yang dapat mengantarkan kepada keberhasilan.
Dengan kata lain perlu adanya pembiasaan akhlak dalam setiap kegiatan
belajar mengajar. Melihat begitu pentingnya pendidikan akhlak di masa
milenial ini maka disini Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
atau biasa dikenal Habib Umar bin Hafidz menulis sebuah karya yang berisi
akhlak-akhlak yang diberi nama Khuluquna. Beliau lahir di Tarim,
Hadramaut, Yaman dan merupakan ulama besar sekaligus guru yang
mendirikan Daar Al Mustofa dan Risalah Amman. Kitab Khuluquna diartikan
sebagai kitab yang memudahkan seseorang untuk mengetahui akhlak di era ini
dan mengaplikasikannya. Dalam kitab ini berisi tentang 3 tema akhlak yang di
dalamnya sudah termasuk pembukaan dan penutupan yang didasarkan pada
al-Qur‟an dan Hadist.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dicari solusi dan cara
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan di atas sehingga dapat diketahui
nilai-nilai baru mengenai pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna karya
Habib Umar bin Hafidz dengan harapan dapat memunculkan pemikiran–
pemikiran baru dalam aspek pendidikan akhlak yang telah terlupakan. Kitab
Khuluquna merupakan salah satu kitab yang mengkaji tentang akhlak. Di
22
dalamnya menjelaskan tentang macam-macam akhlak yang berkaitan dengan
akhlak kami kepada Allah SWT, Akhlak kami kepada sesama dan akhlak
kami kepada diri sendiri, dimana isi kitab tersebut berguna untuk semua
kalangan jika diaplikasikan dalam diri individu. Dengan begitu penulis
menganalis penelitian dengan judul,” NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB KHULUQUNA KARYA HABIB UMAR BIN HAFIDZ”,
dengan tujuan untuk melatih dan menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan
akhlak yang terkandung dalam kitab tersebut kepada semua kalangan umat
manusia, khususnya bagi peserta didik agar memilikii jiwa-jiwa yang
berakhlak mulia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum ialah
Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang disampaikan oleh Habib
Umar bin Hafidz. Rumusan masalah tersebut, dirinci sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna karya
Habib Umar bin Hafidz?
2. Bagaimana relevansi dari nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terkandung dalam kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz
dalam konteks Pendidikan Islam saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan
akhlak yang digagas oleh Habib Umar bin Hafidz dalam kitab Khuluquna.
Adapun tujuan umum tersebut dirinci menjadi tujuan khusus sebagai
berikut:
23
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam
kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz
2. Mengetahui bagaimana relevansinya nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam Kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz dalam konteks
pendidikan Islam saat ini.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah ditinjau secara Praktis dan
Teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
a. Dapat memberikan kontribusi positif terhadap lembaga-lembaga
pendidikan Islam.
b. Dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam melaksanakan
program pendidikan akhlak bagi peserta didik
c. Memperkaya khasanah keilmuan, pengetahuan dan pemahaman
nilai-nilai pendidikan akhlak khususnya pendidikan akhlak yang
terkandung dalam kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz
2. Secara Praktis
Harapan selanjutnya kajian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi kepada:
a. Obyek pendidikan, baik guru, orang tua maupun murid dalam
memperdalam agama Islam, sehingga dapat dijadikan referensi,
refleksi maupun perbandingan kajian yang dapat digunakan
lebih lanjut dalam pengembangan pendidikan Islam
24
b. Institusi atau lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu
pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri.
c. Menjadi bekal bagi calon pendidik agar dapat melaksanakan
kegiatan pendidikan dengan akhlak secara baik dan benar, dan
d. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan pada skripsi-
skripsi yang ada, terdapat banyak karya ilmiah (skripsi) yang membahas
mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak, moral, karakter dalam sebuah
kitab, namun penyusun belum menemukan penelitian terhadap suatu kitab
yang sama persis dengan penelitian yang penulis teliti. Namun penulis
menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam sebuah kitab, diantaranya adalah:
1. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Mudhofir , mahasiswa jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga, Tahun 2016, dengan judul: “ Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
dalam Kitab Makarimul Al-Akhlak Karya Syeikh Muhammad Bin
Shalih Al-Utsman Relevansinya dengan Pendidikan Islam”. Skripsi ini
menyimpulkan bahwa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kitab
Makarimul Al-Akhlak adalah nilai karakter religius yang meliputi
bertakwa, sabar dan bersyukur. Kedua, Nilai Karakter toleransi yang
25
meliputi komunikatif, bersahabat, cinta damai, peduli sosial,
dermawan. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul Al-
Akhlak sudah relevan dengan pendidikan Islam. Menurutnya, kitab
Makarimul Al-Akhlak bagus jika digunakan sebagai rujukan dalam
menerapkan pendidikan karakter di lembaga pendidikan.
2. Skripsi yang ditulis oleh M. Kafabi Isna, Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga, Tahun 2016, dengan Judul: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
dalam Kitab Sullamut Taufiq Karya Imam Nawawi”. Skripsi ini
menyimpulkan bahwa nilai pendidikan akhlak terbagi menjadi 3
kelompok: (1) akhlak kepada Allah SWT yang meliputi: cinta kepada
llah SWT, bertakwa kepada Allah SWT. (2) Akhlak kepada diri sendiri
yang meliputi: tekun, mawas diri. (3) pendidikan akhlak terhadap
lingkugan yang meliputi: saling menyayangi, amar ma‟ruf nai
mungkar. Skripsi ini juga menyimpulkan relevansinya pendidikan
akhlak dalam dunia pendidikan Islam menekankan pada sikap ynag
harus diambil oleh seorang hamba.
3. Skripsi yang ditulis Ngumdatul Qori‟, Mahasiswi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAN Salatiga, Tahun 2017
dengan judul:” Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Adzkar
Karya Imam Nawawi”. Skripsi ini menyimpulkan bahwa nilai- nilai
pendidikan akhlak dalam kitab Al-Adzkar dibagi menjadi 6, yaitu:
akhlak kepada Allah SWT, Akhlak Terhadap Rasululloh SAW,akhlak
26
terhadap Al-Qur‟an, Akhlak tehadap sesama manusia dan pendidikan
tata cara melakukan aktifitas sehari- hari.
4. Skripsi yang ditulis oleh Maulia Rahmawati, mahasiswi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga,
Tahun 2016, dengan judul:” Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Al
Qur‟an Surat An-Nahl ayat 90-91”. Skripsi ini menyimpulkan nilai-
nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam QS. An-Nahl: 90-91
ialah: akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Skripsi ini
memaparkan implementasi pendidikan akhlak dengan membiasakan
akhlak-akhlak baik tersebut dalam kehidupan dan menyadari bahwa
perbuatan yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban.
Ditinjau dari skripsi-skripsi diatas dan hasil penelitian diatas,
sejauh ini penulis belum menemukan judul skripsi yang mengkaji
tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab
Khuluquna karya Habib Umar bin Hafdz. Penulis hanya menemukan
kesamaan variabel x dimana variabel tersebut merupakan nilai-nilai
pendidikan akhlak. Untuk itu penulis mencoba menganalisis penelitian
mengenai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Khuluquna
karya Habib Umar bin Hafidz beserta relevansinya dengan pendidikan
Islam.
27
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan ialah penelitian kepustakaan
(library research), yaitu penelitian dengan tujuan utama ialah
mengembangkan aspek teoritis maupun aspek praktis yang didasarkan
pada realitas dengan mengkombinasikan dasar pemikiran deduktif dan
induktif (Sukardi, 2009: 33). Penelitian yang penulis gunakan untuk
menguraikan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab
Khuluquna dan relevansinya pada pendidikan Islam.
2. Sumber Data
Karena penulis menggunakan metode library research maka
sumber data yang diambil dari sumber sebagai berikut:
a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari data-data
sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut, berupa
Kitab Khuluquna.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber
yang bukan asli, berupa buku- buku karya Umar bin Hafidz dan
buku-buku lain yang berkaitan dengan pendidikan akhlak.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan mencari, menghimpun dan memahami
kitab yang menjadi sumber data primer yakni kitab Khuluquna dan
data sekunder yakni kitab-kitab, buku-buku pendidikan akhlak,
buku akhlak serta informasi dari media internet yang relevan.
28
Selanjutnya dilakukan penelaah terhadap berbagai kitab dan
buku yang bersangktan untuk disusun secara sistematis. Data-data
yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan masalah yang
diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan
penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Melihat obyek penelitian buku-buku atau literature, maka
penelitian ini menggunakan tekhnik analisis data dengan cara:
a. Metode Deduktif
Yaitu cara berfikir untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan
yang berawal dari alasan umum menuju ke arah yang lebih spesifik
(khusus) (Sukardi, 2009:12). Metode ini digunakan untuk menganalisis
data tentang pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna sehubungan
dengan Pendidikan Islam saat ini.
b. Metode Induktif
Yaitu proses berfikir yang diawali dari fakta-fakta pendukung yang
spesifik menuju arah yang lebih umum untuk mecapai kesimpulan (
Sukardi, 2009:12). Metode ini bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta
dan peristiwa-peristiwa khusus kemudian disimpulkan menjadi umum.
Metode ini digunakan untuk menganalisis data tentang nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna karya Habib Umar bin
Hafidz.
29
c. Metode Deskriptif
Metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, sistim pemikiran
ataupun suatu peristiwa pada masa datang ( Nazir, 1988: 63). Tujuan
dari metode ini ialah untuk membuat deskripsi atau gambaran
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki. Metode ini digunakan untuk menganalisis fakta-fakta,
peristiwa-peristiwa dan fenomena yang terjadi dan digambarkan
dengan fenomena saat ini.
d. Metode Kontekstual
Metode kontekstual ialah metode yang digunakan untuk mencari,
mengolah dan menemukan kondisi yang lebih konkret (terkait dengan
kehidupan nyata). Metode ini membantu penulis untuk mengaitkan
antara isi yang ada dalam kitab Khuluquna dengan relevansinya pada
pendidikan Islam.
G. Penegasan Istilah
Untuk memberikan kemudahan atau menjaga agar tidak terjadi
kesalahpahaman, maka penulis mengemukakan istilah dari judul skripsi
berikut:
1. Nilai (Velue)
Megliano dan Ravlin dalam Individual Values in Organization:
Concepts, Controversies and Research (1998:351-389) mendefinisikan
nilai sebagai keyakinan tentang di internalisasikan sesuai prilaku dan
dampak, antara lain bagaimana seseorang menafsirkan informasi. Nilai
30
(values) dapat memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide
seseorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik dan diinginkan.
2. Pendidikan
Pendidikan berasal dari bahasa Arab ialah Tarbiyah. Dalam arti
luas pendidikan ialah segala pemahaman belajar yang dilalui peserta
didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat dengan adanya
interaksi dengan lingkungan (Ali Mufron, 2013:9). Pendidikan
menurut Habib Umar bin Hafidz (2015: 23) ialah suatu tiang yang
penting dan utama untuk mempersiapkan menjadi khalifah yang
diberikan Allah SWT dengan mempersiapkan jiwa, akal dan dzat
manusia untuk mengikuti petunjuk-Nya. Berbeda dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Khosrow Bagheri Noarapast (2016: 42) bahwa
pendidikan upaya mengatur, mengurus dan memperbaiki sesuatu atau
potensi. Fitrah bawaan agar tumbuh dan berkembang.
Jadi dengan kata lain pendidikan merupakan segala usaha sadar
yang dilakukan oleh peserta didik dalam pemahaman untuk mengatur,
mengurus dan memperbaiki sebagi fitrah bawaan agar tumbuh dan
berkembang dengan dipersiapkan untuk menjadi khalifah sebagai
Allah SWT tunjukkan dengan mempersiapkan jiwa, akal, dan dzat
manusia untuk mengikuti petnjuk-Nya.
3. Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian (Zeni Lutfiah,
31
Dkk, 2011:28). Ulil Amri Syafri (2014:72) memaparkan bahwa akhlak
ialah hal yang berhubungan dengan prilaku manusia atau merupakan
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan
perbuatan-perbuatan baik atau buruk secara spontan tanpa memerlukan
pikiran dan dorongan dari luar.
Dalam rangka menjernihkan pengertian akhlak, maka perlu kita
simak lagi tentang pengertian etika, moral, kepribadian agar tidak
adanya kerancuan dalam pengertian akhlak.
a. Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak kewajiban. Etika secara umum berasal dari filsafat tentang
situasi atau kondisi ideal yang harus dimiliki atau dicapai manusia
(Reksiana, 2018: 12).
b. Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang
berarti adat atau kebiasaan. Moral merupakan patokan prilaku benar dan
salah yang dapat dijadikan pedoman bagi pribadi seseorang, dan juga
menuntut seseorang untuk melaksanakan apa yang sebaiknya dilakukan
(Reksiana, 2018: 10).
c. Karakter
Karakter ialah prilaku baik dan buruk yang berorientasi pada sikap
yang khas pada diri seseorang (Reksiana, 2018:7). Karakter dapat
dimaknai sebagai suatu ciri khas yang melekat pada diri seseorang,
baik ciri khas baik ataupun buruk.
32
d. Kepribadian
Kepribadian ialah organisasi yang menentukan penyesuaian dirinya
yang unik terhadap lingkungannya (Masdub, 2015:175). Berbeda
makna dengan yang dikemukakan oleh Muhamad Hamdi (2016:4),
kepribadian merupakan sistim yang relaif stabil mengenai karakter
internal individu yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam
pikiran, perasaan dan tingkah aku. Jadi, penulis menyimpulkan
kepribadian merupakan suatu pola prilaku yang unik dan stabil
terhadap lingkungan.
4. Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak dalam Islam ialah suatu usaha sadar dimana
suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya
lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian (Zeni Lutfiah, 2011:28).
Pendidikan akhlak juga dapat diartikan sebagai wujud usaha
manusia dalam mewujudkan manusia ke dalam tujuan utama manusia
diciptakan, yaitu mewujudkan kebaikan di dunia dan akhirat.
5. Kitab Khuluquna
Kitab Khuluquna yaitu kitab yang berisi tentang akhlak-akhlak
agama baik terhadap Allah SWT, sesama manusia dan akhlak kepada diri
sendiri. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama‟ yang bernama Habib Umar
bin Hafidz, beliau dilahirkan di Tarim Hadraumut, Yaman pada 4
Muharram 1383 atau bertepatan dengan 27 Mei 1963. Kitab yang berisi 45
halaman dan berisi sebanyak 3 tema ini sangat ringkas dan mudah
33
dipelajari. Kitab ini sangat cocok untuk dijadikan pembelajaran bagi
peserta didik pemula dalam mempelajari akhlak.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penyusunan skripsi ini memberikan gambaran secara jelas
dan menyeluruh sehingga diharapakan nanti pembaca dapat memahami
tentang isi skripsi ini denga mudah, maka penulis memberikan sistematika
Skripsi ini diklasifikasikan dalam enam bab, yaitu
Bab 1 pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,
penegasan istilah, sistematika penulisan.
Bab II, Berisi tentang kerangka teori dimana menjadi dasar penulis
dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dan
membahas tentang pengertian pendidikan akhlak, ruang lingkup
pendidikan akhlak, dasar pendidikan akhlak, sumber akhlak, faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan akhlak, tujuan pendidikan akhlak,
karakteristik akhlak,macam-macam akhlak
Bab III, bab ini berisi tentang biografi dan intelektual Tokoh
Habib Umar bin Hafidz yang meliputi: biografi Habib Umar bin Hafidz,
nasab atau silsilah Habib Umar bin Hafidz, Guru-Guru Habib Umar bin
Hafidz, perjalanan intelektual Habib Umar bin Hafidz, karya-karya Habib
Umar bin Hafidz
Bab IV, bab ini menjelaskan nilai-nilai pendidikan akhlak dan
relevansinya nilai-nilai pedidikan akhlak dalam kitab Khuluquna yang
dikaitkan dengan Pendidikan Islam.
34
Bab V memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini,
saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan
daftar pustaka.
35
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam Bahasa Arab memiliki beberapa istilah. Istilah
dalam bahasa arab ialah: Ta‟dib, Ilzam, Tahzib, Ta‟lim dan Tarbiyah.
Definisi istilah dalam Pendidikan yang dikemukakan oleh Nur Uhbiyati
(2002, 13-15) ialah:
a. Ta‟dib ialah membuat agar menjadi beradab
b. Ilzam artinya terus menerus yaitu dengan tidak ada putus-
putusnya
c. Tahzib artinya membersihkan, maksudnya membersihkan dari
segala kotoran pada diri anak dari kebaikan dan keburukan.
d. Ta‟lim artinya pengajaran, maksudnya pemberian atau
penyampaian pengetahuan dan seorang kepada orang lain agar
menjadi pandai berwawasan luas dan lain-lain.
e. Tarbiyah berasal dari kata .artinya mendidik تر بية -يرب –رب
Maksudnya Tarbiyah ialah proses persiapan dan pengasuhan pada
fase pertama pertumbuhan manusia.
. Dalam arti luas pendidikan ialah segala pemahaman belajar yang
dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat
dengan adanya interaksi dengan lingkungan (Ali Mufron, 2013:9).
Pendidikan menurut Habib Umar bin Hafidz (2015:23) ialah suatu
tiang yang penting dan utama untuk mempersiapkan menjadi khalifah
36
yang diberikan Allah SWT dengan mempersiapkan jiwa, akal dan dzat
manusia untuk mengikuti petunjuk-Nya. Berbeda dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Khosrow Bagheri Noarapast (2016:44) bahwa
pendidikan upaya mengatur, mengurus dan memperbaiki sesuatu atau
potensi sebgai fitrah bawaan agar tumbuh dan berkembang.
Jadi dengan kata lain pendidikan merupakan segala usaha sadar
yang dilakukan oleh peserta didik dalam pemahaman untuk mengatur,
mengurus dan memperbaiki sesuatu dan potensi sebagai fitrah bawaan
agar tumbuh dan berkembang dengan dipersiapkan untuk menjadi
khalifah sebagai Allah SWT tunjukkan dengan mempersiapkan jiwa,
akal, dan dzat manusia untuk mengikuti petunjuk-Nya. Pendidikan
memiliki unsur- unsur, yaitu:
a. Tujuan
Tujuan merupakan sarana yang hendak dicapai dan sekaligus
merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktifitas
yang dilakukan. Tujuan pendidikan dalam Islam ialah
mewujudkan seluruh manusia sebagai abdi atau hamba Allah
SWT (Ali Mufron, 2015:19). Sedangkan tujuan umum dari
pendidikan ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain tujuan
tersebut meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang mencakup
sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan
(Zakiah Daradjat, 2011:30).
37
b. Pendidik
Arti pendidik dalam Islam ialah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik (Nur Uhbiyati, 2002:
113). Pendidik juga dapat diartikan sebagai orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didik
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya
sebagai hamba dan khalifah Allah SWT (Ali Mufron, 2015:31).
Jadi pendidik ialah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan potensi peserta didik dan memberikan
bimbingan, bantuan dalam perkembangan jasmani dan rohani
agar mencapai kedewasaan sehingga ia mampu melaksanakan
tugasnya sebagai khalifah Allah SWT.
c. Peserta Didik
Ali Mufron (2015:49) mendefinisikan peserta didik secara
formal ialah orang yang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis , pertumbuhan dan
perkembangan merupakan ciri peserta didik yang perlu
bimbingan dari seorang pendidik.
38
d. Lembaga
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang
memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara
berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
(Ali Mufron, 2015:179-180). Kelembagaan dalam pendidikan
tidak hanya terdapat pada lingkungan sekolah. Hal tersebut telah
dipaparkan oleh Nur Uhbiyati (2002:221) yaitu terdiri dari
kelembagaan keluarga, Masjid atau Musholla, Sekolah atau
Madrasah dan Pondok Pesantren.
e. Kurikulum
Zakiah Daradjat (2011:122) mendefinisakan kurikulum
dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum dapat diartikan suatu rencana
tingkat pengajaran dan lingkungan sekolah tertentu ( Ali Mufron,
2015:165). Jadi Kurikulum ialah suatu rencana tingkat
pengajaran, program pendidikan yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu tujuan-tujuan pendidikan pada sekolah tertentu.
f. Metode
Metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan atau seperangkat cara, jalan, tekhnik yang
digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran atau
menguasi kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi mata
39
pelajaran (Ali Mufron, 2015:85-86). Sedangakan metode yang
dikemukan oleh Zakiah Daradjat (2011:80) ialah alat atau media
pendidikan yang meliputi segala sesuatu yang dapat membantu
proses pencapaian tujuan pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa
metode pendidikan ialah alat, media, cara atau jalan pendidikan
yang digunakan untuk tujuan tertentu yang dirumuskan dalam
silabi mata pelajaran untuk membantu pendidik.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan
menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka
membuat keputusan yang berkaitan dengan pendidikan meliputi:
hasil belajar, siswa, guru, kurikulum, metode, sarana prasarana,
lingkungan dan sebagainya (Ali Mufron, 2015:193). Nur Uhbiyati
(2002:205) memaparkan bahwa evaluasi ialah penilaian atau
penaksiran terhadap pelaksanaan pendidikan Islam untuk
diketahui sampai seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan itu
dapat dicapai.
Dengan kata lain evaluasi pendidikan ialah proses
mendapatkan informasi dengan penaksiran atau penilaian dalam
rangka membuat keputusan yang berkaitan dengan pendidikan
sehingga dapat diketahui seberapa jauh tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
40
2. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari kata اخلاق –خلق yang artinya perangai, akhlak
( Nur dan Bakri , 1991:16).
Menurut Ulil Amri Syafri ( 2014:72) , akhlak merupakan sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan perbuatan-
perbuatan baik atau buruk secara spontan tanpa memerlukan pikiran
dan dorongan dari luar.
Abuddin Nata (2006:3) menuturkan bahwa akhlak ialah suatu sifat
yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu.
Jadi pengertian pendidikan akhlak dalam Islam ialah sebagai
wujud usaha manusia dalam mewujudkan manusia kedalam tujuan
utama manusia diciptakan, yaitu mewujudkan kebaikan di dunia dan
akhirat yang tertanam pada dalam jiwa manusia yang timbul secara
spontan.
B. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Menurut Ulil (2014:79) menuturkan bahwa konsep Akhlakul
Karimah merupakan konsep hidup yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Allah Swt, manusia dengan sekitarnya dan manusia
dengan manusia itu sendiri. Keseluruhan konsep- konsep akhlak tersebut
diatur dalam sebuah ruang lingkup akhlak. Masih menurut Ulil Amri
Syafri ( 2014:80-81) ruang lingkup akhlak terbagi menjadi:
41
1. Akhlak terhadap Allah SWT dan Rasululloh SAW
Merupakan sikap atau perbuatan manusia yang seharusnya
sebagai makhluk kepada Sang Khalik. Sikap ini telah banyak
dijelaskan dalam Al-Qur‟an seperti dalam QS. An-Nisa: 116 yang
menjelaskan tentang tidak menyekutukan Allah SWT, QS. Ali
Imran: 159,
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya
ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.
2. Akhlak Pribadi dan Keluarga
Hal ini mencakup bahasan sikap dan profil muslim yang mulia.
Akhlak terhadap sesama manusia dalam hal ini termasuk dalam
akhlak terhadap keluarga, merupakan implikasi dari tumbuh dan
berkembangnya iman seseorang. Sikap memperlakukan manusia
dengan baik merupakan salah satu indikator kuatnya keimanan
seseorang. Ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadist
mengungkap banyak cara yang dapat dilakukan manusia dalam
berinteraksi dengan manusia lain senantiasa mengucapkan yang baik
dan benar hal tersebut terdapat QS. An-Nur: 58, QS. Al-Ahzab: 70,
42
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak
(lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang
belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika
kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan
sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu tidak
ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga
waktu) itu.mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada
keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana” (An-Nur: 58)
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar” (al-Ahzab: 70).
Kedua Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak mengucilkan
seseorang, berprasangka buruk, menceritakan keburukan orang
dan memanggil seseorang dengan panggilan buruk.
43
3. Akhlak bermasyarakat dan muamalah yang di dalamnya mencakup
hubungan antar manusia. Akhlak ini mengatur konsep hidup
seseorang Muslim dalam bermuamalah di segala sektor seperti dalam
sektor ekonomi, kenegaraan, komunikasi baik terhadap muslim dan
non muslim dalam tataran lokal maupun global.
C. Dasar Pendidikan Akhlak
Dalam Jurnal Studi al-Qur‟an (Muhtar, 2016:199) menjelaskan
bahwa dasar pendidikan akhlak ialah dasar yang menjadi landasan akan
pentingnya pendidikan akhlak sehingga bisa berfungsi sesuai arah tujuan
yang akan dicapai. Dasar pendidikan akhlak harus bersumber pada ajaran
agama Islam dikarenakan pendidikan Islam adalah bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari ajaran Islam. Ia merupakan bagian padu dari aspek-aspek
ajaran Islam. Ajaran Islam yang menjadi dasar pendidikan akhlak ialah al-
Quran dan Sunnah, dikarenakan keduanya merupakan sumber hukum
Islam yang mencakup seluruh kehidupan manusia baik di dunia maupun di
akhirat dan dapat dikembangkan dengan ijtihad, Al-Maslahah al
Mursalah, Istihsan, Qiyas dan sebagainya (Daradjat, 2011:19).
D. Sumber Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak bersumber pada al-Qur‟an dan Hadist yang
tidak ragu keasliannya dan kebenarannya (Mansur,2005:224). Nabi
Muhammad Saw sebagai the living Qur‟an, dengan semua umat Nabi
Saw harus diajarkan dengan ajaran al-Qur‟an, dan semua muslim harus
menjadi teladan atau mencontoh Nabi Saw. Akhlak Islam sebagai alat
untuk mengontrol semua perbuatan manusia, dan setiap manusia diukur
44
dengan suatu sumber, yaitu al- Qur‟an dan Hadist. Dengan demikian kita
harus mendasarkan perbuatan pada al-Qur‟an dan Hadist sebagai sumber
akhlak (Mansur, 2005:225).
E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Manusia sebagai makhluk yang multi dimensi, baik secara biologis
memiliki berbagai kelebihan tetapi sekaligus kekurangannya dan
kelemahan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dalam
pembentukan atau pendidikan akhlak memiliki beberapa pengaruh,
diantarnya pengaruh pembentukan akhlak menurut Arief Wibowo dalam
jurnal Suhuf (2016:96-97) memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak ialah:
a) Adat kebiasaan
Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak dalam hal ini
dapat dibedakan menjadi dau, yaitu adat istiadat yang hidup di
masyarakat dan adat kebiasaan seseorang. Adat kebiasaan yang timbul
ialah dalam bentuk prilaku yang timbul dari tatanan sosial yang hidup
di satu masyaraka. Adat kebiasaan memilki kekuatan dari kebiasaan
sosial yang timbul dari pengaruh orang-orang yang terdahulu di
masyarakat tersebut atau pengaruh agama, geografis satu daerah.
Adat kebiasaan yang berasal dari diri seseorang ialah kebiasaan yang
dilakukan oleh seseorang dan dilakukan secara berulang- ulang
sehingga mudah dikerjakan. Pekerjaan atau tingkah laku kebiasaan
yang diulang-ulang dan terus menerus maka akan menjadi kebiasaan.
45
b) Bakat atau Naluri
Pada dasarnya prilaku manusia dipengaruhi oleh suatu kehendak
yang digerakkan oleh bakat atau naluri (fitrah). Para psikolog
menjelaskan bahwa naluri atau fitrah berfungsi sebagai motivator
penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku, selalu
mendambakan dan merindukan kebenaran ingin mengikuti ajaran-
ajaran Tuhan, karena kebenaran tidak akan didapat kecuali Allah SWT
sebagai sumber kebenaran. Dari sinilah akan melahirkan pembawaan
dasar manusia yang muncul dan disebut sebagai tabiat (Arief Wibowo,
2016:98).
c) Pendidikan
Pendidikan memilki andil yang sangat besar terhadap pembentukan
akhlak seseorang. Pendidikan ialah usaha membimbing dan
mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-
kemampuan dasar dan kemampuan belajar sehingga terjadi perubahan
di dalam kehidupan pribadinya. Pendidikan turut mematangkan
kepribadian seseorang sehingga tingkah lakunya sesuai dengan
pendidikan yang diterimanya. Pendidikan Islam memiliki sifat yang
khas dalam mengupayakan pengembangan sifat dan potensi yang
dimiliki peserta didiknya secara efektif dan dinamis. Potensi ini
meliputi kemampuan mengamati, menganalisa, mengklasifikasikan,
berpendapat dan kecakapan-kecakapan lainnya secara sistematis, baik
yang berhubungan langsung dengan manusia, alam, sosial maupun
Allah SWT (Arief Wibowo, 2016:99).
46
d) Lingkungan
Lingkungan manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tingkah laku umat manusia. Lingkungan alam ini dapat
mematahkan atau mematangkan bakat yang dibawa seseorang. Jika
kondisi lingkungan tidak baik maka, hal itu merupakan tantangan
dalam mematangkan bakat seseorang. Lingkungan dalam
pembentukan akhlak dapat berupa lingkungan dalam rumah tangga,
lingkungan pekerjaan, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan,
lingkungan organisasi, lingkungan kehidupan dan lingkungan
pergaulan ( Arief Wibowo, 2016:99-100)
Abuddin Nata menuturkan (2013:212) bahwa pembentukan akhlak
juga telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Diantara faktor
keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam membentuk akhlak dengan
cara:
a. Mengubah pola pikir (mindset) umat manusia yang bertumpu
pada keharusan mempercayai dan mengikuti perintah Allah
SWT dalam arti seluas-luasnya.
b. Memberi contoh-contoh konkret, mempraktikkan dan
membiasakan mengikuti perintah Allah SWT dengan berbuat
baik sesama manusia dan hubungan-Nya.
c. Melakukan proses filterisasi, akomodasi dan reintegrasi
terhadap nilai-nilai dan adat istiadat (urf) yang sesuai dan
relevan
47
d. Melakukan perubahan, modifikasi, difusi, pembatalan dan
penghapusan akhlak masa lalu yang tidak baik dengan cara
evolutif.
e. Berpijak pada konsep fitrah manusia sebagai makhluk yang
mencintai kebaikan (etika), keindahan (estetika) dan kebenaran
(logika)
f. Memberikan reward dan punishment secara bijaksana terhadap
setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap ajaran Allah
SWT.
F. Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan ialah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
kelompok yang melakukan suatu pekerjaan. Tujuan pendidikan Islam ialah
sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang akan
melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan ialah target yang akan
dicapai pada suatu proses pendidikan, dengan kata lain pendidikan dapat
mempengaruhi performance manusia (Muchtar, 2016:200).
Tujuan pendidikan akhlak ialah untuk membentuk karakrter
muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji. Dalam ajaran Islam, akhlak tidak
dapat dipisahkan dengan keimanan. Iman merupakan pengakuan hati,
sedangkan akhlak merupakan pantulan keimanan pada prilaku, ucapan dan
sikap. Iman ialah maknawi, sedangkan akhlak adalah bukti keimanan
dalam perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran karena Allah SWT
(Muchtar, 2016:200).
48
Tujuan pendidikan akhlak menurut Hestu Nugroho Warasto (
2018:75), tujuan pendidikan akhlak sejalan dengan tujuan pedidikan Islam
seperti yang disinggung dalam al-Qur‟an yaitu membina manusia baik
secara pribadi atau kelompok agar mampu menjalankan fungsinya sebagai
khalifah Allah SWT maupun hamba Allah SWT. Hal tersebut sesuai
dalam Qs. al-Baqarah: 30-33;
“ Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.Maka jika kamu tidak dapat
membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya),
peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu,
yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita
gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi
mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu,
49
mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami
dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di
dalamnya.Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan
berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang
yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari
Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud
Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula)
banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik,
Dzakiyah Daradjat (1993:67-70) memaparkan bahwa tujuan
pendidikan akhlak ialah untuk membentuk karakter muslim yang memiliki
sifat-sifat terpuji yang dilakukan karena kesadaran dan karena Allah SWT.
G. Karakteristik Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak Islam memiliki beberapa karakteristik dan
keistimewaan yang membedakan dengan akhlak lainnya. Karakteristik
pendidikan akhlak Islam yang dituturkan oleh Ibrahim Bafadhol (2017,
47-54)diantaranya ialah:
1) Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb yang terbagi menjadi:
pertama, Rabbaniyah dari sisi tujuan akhirnya ialah Islam
menjadikan tujuan akhir dan sasaran terjauh yang hendak
dijangkau oleh manusia dengan menjaga hubungan yang baik dan
berhasil meraih Ridho-Nya. Kedua, Rabbaniyah dari sisi
50
sumbernya maknanya ialah manhaj yang telah dtetapkan oleh
Islam guna mencapai tujuan akhir tersebut adalah manhaj yang
Rabbani karena sumbernya adalah wahyu Allah kepada penutup
para Rasul-Nya.
2) Insaniyah (Manusiawi)
Sesungguhnya akhlak Islam memiliki sebuah risalah atau
misi yang sangat penting yaitu memerdekakan manusia,
membahagiakan, menghormati dan memuliakan manusia. Dari
tinjauan ini maka risalah Islam ialah risalah yang insaniyah
karenaia diturunkan untuk manusia sebagai pedoman hidup
manusia untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dan selaras
dengan fitrah manusia.
3) Syumuliyah (Universal dan mencakup semua sisi kehidupan)
Universalitas Islam meliputi semua zaman, kehidupan dan
eksistensi manusia. Begitupun juga akhlak berlaku universal untuk
segenap manusia, pada setiap zaman. Akhlak dalam Islam tidak
pernah meninggalkan satu sisipun dari sekian sisi kehidupan
manusia.
4) Wasathiyah (Bersikap Pertengahan)
Karakteristik akhlak ini dapat dikatakan dengan
keseimbangan. Yang dimaksud sikap pertengahan disini ialah
keseimbangan di antara dua hal yang saling bertolak belakang.
Pertengahan dalam Islam maknanya memberikan kepada masing-
masing aspek haknya yang sesuai dengan porsinya.
51
H. Macam- Macam Pendidikan Akhlak
Secara garis besar pendidikan akhlak terbagi menjadi:
1. Akhlak terpuji (Akhlakul Mahmudah)
Akhlak terpuji ialah perbuatan-perbuatan baik yang datang dari
sifat-sifat batin yang dalam hati menurut syara‟. Sifat-sifat tersebut
biasanya disandang oleh para Rasul, Nabi, Aulia dan orang-orang
shalih (Mansur, 2005:239).
2. Akhlak Tercela ( Akhlakul Mazmumah)
Sifat-sifat tercela ialah sifat yang dibenci Allah SWT dan Rasul-
Nya yang berupa sifat maksiat pada Allah SWT. Sifat-sifat tersebut
menjadi tidak diterimanya amalan-amalan manusia, antara lain:
Ujub, Takabur, Riya‟ dan Hasad (Mansur, 2005:240).
Macam-macam akhlak berdasarkan sasaran atau obyeknya:
a. Akhlak kepada Allah SWT, yaitu melaksanakan perintah
Allah SWT untuk menyembah-Nya sesuai perintah-Nya,
berdzikir kepada Allah dalam situasi dan kondisi baik ucapan
maupun dalam hati dan memohon apa saja kepada Allah (
Aminuddin, Dkk: 2005:153)
b. Akhlak kepada makhluk yang tediri dari: pertama, akhlak
terhadap manusia, yang meliputi: akhlak kepada Rasulullah
Saw, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada diri sendiri,
akhlak kepada keluarga, akhlak kepada tetangga, akhlak
kepada masyarakat. Kedua, akhlak kepada bukan manusia
(lingkungan hidup) (Aminuddin,Dkk, 2005:154)
52
I. Metode Pendidikan Akhlak
Dalam pendidikan akhlak, akhlak dapat dibentuk dengan
pembinaan. Pembinaan merupakan suatu bentuk dari pendidikan akhlak
yang diberikan secara bertahap dan terus-menerus. Pembinaan akhlak akan
berhasil jika diberikan metode dalam melakukannya. Pembinaan akhlak
merupakan tumpuan perhatian pertama, hal tersebut dapat dilihat dari misi
kerasulan Nabi Muhammad SAW yaitu untuk menyempurnakan akhlak.
Dalam Jurnal Mandiri, Gani (2018:71-71) menuturkan bahwa pembinaan
akhlak dilakukan dengan metode:
a. Metode Uswah ( teladan), yaitu sesuatu yang pantas untuk dijalani
karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan.
b. Metode Ta‟widiah (pembiasaan), yaitu metode yang dilakukan
dengan melakukan pembiasaan terhadap suatu pekerjaan sehingga
menjadi kebiasaan.
c. Metode Mauzi‟ah (nasehat), yaitu dengan memotivasi untuk
melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
d. Metode Qisah (cerita), yaitu metode yang mengandung arti suatu
cara dalam menyampaikan suatu materi pelajaran dengan
menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya suatu
hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan.
e. Metode Amtsal (perumpamaan), yaitu metode yang dipergunakan
dalam Al-Qur‟an dan Hadist untuk mewujudkan akhlak mulia.
53
BAB III
BIOGRAFI HABIB UMAR BIN HAFIDZ
A. Biografi Habib Umar Bin Hafidz
Nama asli al-Imam al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin
Hafidz. Beliau di lahirkan sebelum fajar Senin, 4 Muharram 1383 H/ 27
Mei 1963 M di Kota Tarim, Hadraumut. Di kota Tarim inilah beliau
mendapatkan pendidikan Islam serta menghafal al-Qur‟an ( Habib Umar,
2014:ix). Habib Umar bin Hafidz merupakan ulama yang berakidah
Ahlussunah wal jama‟ah. Beliau dilahirkan dalam lingkungan yang
dipenuhi dengan ilmu, ayahnya seorang da‟i yang selalu menegakkan dan
menyebarkan agama Islam, begitu juga dengan kakek beliau yang dikenal
alim dan sholeh ( Tim Majlis Khoir, tt:107).
Ayah Habib Umar bin Hafidz merupakan seorang pejuang martir
yang terkenal, sang intelektual dan sang da‟i besar. Beliau Muhammad bin
Salim bin Hafidz bin Syaikh Abu bakar bin Salim. Beliau seorang ulama
intelektual yang mengabdikan hidupnya demi penyebaran Agama Islam
dan pengajaran kitab suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam (Habib
Umar, 2015:12). Ketika Habib Umar bin Hafidz kecil menemani ayahnya
untuk shalat jum‟at, secara tragis ayahnya diculik oleh golongan komunis
dan sang Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan membawa syal
ayahnya dan sejak itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi (TIM Majlis
Khoir,tt:110).
Habib Umar ketika muda telah mampu menghafal al-Qur‟an serta
dapat menghafal fiqh, hadist, bahasa arab dan ilmu-ilmu keagamaan. Hal
54
tersebut membuat beliau masuk pada lingkaran keilmuan yang dipegang
teguh oleh banyak ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin Alwi
bin Shihab, as-Syaikh Fadhl Ba‟a Fadhl serta ulama-ulama lain yang
mengajar di Rubat Tarim. Habib Umar mempelajari berbagai ilmu
termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya, al-Habib
Muhammad bin Salim yang darinya didapatkan cinta, perhatian yang
mendalam dalam dakwah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan.
Ayahnya begitu memperhatikan Umar kecil dalam mendampingi ayahnya
ketika dalam lingkaran dzikir dan ilmu (Habib Umar, 2015:13).
B. Nasab atau Silsilah Keturunan Habib Umar bin Hafidz
Nasab dan silsilah Habib Umar bin Hafidz tersambung langsung
kepada Rasulullah Saw, beliau adalah al-Habib Umar putera dari
Muhammad putera dari Salim putera dari Hafidz putera dari Abdullah
putera dari Abi Bakr putera dari „Aidarous putera dari al-Hussain putera
dari al-Saikh Abi Bakar putera dari Salim putera dari al-Saikh „Abd al-
Rahman putera dari „Abdullah putera dari al-Saikh „Abd al-Rahman al-
Saqqaf putera dari Maula al-Daweela putera dari „Ali putera dari „Alawi
putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari „Ali putera dari
Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari „Ali Khali‟ Qasam putera dari
„Alawi putera dari Muhammad putera dari „Alawi putera dari „Ubaidillah
putera dari al-Imam al-Muhajir Ilallah Ahmad putera dari Isa putera dari
Muhammad putera dari „Ali al-„Uraidi putera dari Ja‟far al-Sadiq putera
Muhammad al-Baqir putera dari „Ali Zain al-„Abidin putra dari Hussain
55
sang cucu laki-laki dari pasangan „Ali dari Abu Thalib dan Fatimah az-
Zahra putri dari Rasulullahh SAW ( TIM Majlis Khoir, tt:107-108).
C. Guru-Guru Habib Umar bin Hafidz
Dalam menempuh Ilmu agama, Habib Umar sejak kecil telah diajar
oleh ayahnya, al-Habib Muhammad bin Salim. Dari ayahnya ia
mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu spiritual keagamaan. Selain
ilmu spiritual keagamaan beliau juga diperhatikan langsung oleh ayahnya
dalam dakwah dan bimbingan keagamaan (Habib Umar, 2015:13). Selain
belajar dari ayahnya, Habib Umar bin Hafidz memiliki banyak guru dan
menimba Ilmu dari berbagai ulama di Tarim, Hadraumut hingga ke
Mekkah dan Madinah. Beberapa nama Guru Habib Umar bin Hafidz ialah:
a. Habib Muhammad bin „Abdullah al-Haddar
b. Al- Habib Zain bin Sumait
c. Al- Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya
d. Al- Habib Muhammad al-Haddar
e. Al- Habib Ahmed Manshur al- Haddad
f. Al- Habib „Attas al Habashi serta Guru besar beliau,
g. „Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf
Kini Habib Umar diakui dunia dan dianggap sebagai Da‟i dan
Ulama Modern masa kini, beliau kini aktif dalam forum keagamaan
tingkat Internasional (TIM Majlis Khoir, tt:110).
56
D. Perjalanan Intelektual Habib Umar bin Hafidz
Setelah Habib Muhammad bin Salim diculik, Umar muda yang
membawa surban ayahnya menganggap bahwa tanggung jawab untuk
meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang dakwah
sama seakan-akan surban ayahnya menjadi bendera yang diberikan
padanya waktu kecil sebelum Habib Muhammad bin Salim mati syahid
(Umar,2015:13). Sejak saat itu, Habib Umar bin Hafidz memulai
perjalanan dengan penuh semangat dan perjuangan untuk mengumpulkan
orang-orang, membentuk majelis ta‟lim dan dakwah. Perjuangan yang
keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil.
Kelas-kelas mulai dibuka untuk anak muda maupun orang-orang tua di
masjid-masjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk
menghafal al-Qur‟an dan belajar ilmu-ilmu tradisional (Umar, 2015:14).
Habib Umar bin Hafidz telah benar-benar memahami Kitab Suci
sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah SWT meskipun
usianya masih muda. Beliau memulai dakwahnya ketika masih berusia 15
tahun dan sambil belajar. Keaktifan Beliau dalam berdakwah dan belajar
mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dari incaran kaum
komunis. Maka akhirnya diputuskan oleh keluarga beliau untuk dikirim ke
kota al-Baydha‟ yang terletak di Yaman Utara dimana tempat yang jauh
dari jangkauan mereka yang akan mencelakai sang sayyid muda. Di kota
al-Baydha‟ babak baru dalam perkembangan beliau dimulai. Beliau masuk
sekolah Ribat di al-Baydha‟ dengan mulai belajar ilmu-ilmu tradisonal
dibawah bimbingan ahli dari al-Habib bin Abdullah al-Haddar dan juga
57
dalam bimbigan ulama madzhab Syafi‟i, al-Habib Zain bin Sumaith.
Beliau juga belajar dari Al-Habib Abdulloh bin Hasan bil-Faqih seorang
sejarawan dan peneliti dan belajar kepada Al-Habib Umar bin Alawi al-
Kaf seorang sejarawan linguistik. Janji beliau terpenuhi ketika beliau
menjadi seorang guru dan terus melanjutkan perjuangannya dalam bidang
dakwah (Habib Umar, 2014:xii).
Habib Umar melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan
ibadah haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasulullah Saw di
Madinah. Dalam perjalanan ke Hijaz, beliau diberikan kesempatan untuk
mempelajari beberapa kitab dari ulama terkenal disana, terutama al-Habib
Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (http://riwayatintelektual.com di akses
tgl.,22 Maret2019 jam 12.03). Beliau menyaksikan bahwa dalam diri
Umar muda terdapat semangat pemuda yang cinta pada Allah SWT dan
Rasul-Nya, dan Habib Umar muda sungguh-sungguh tenggelam dalam
penyebaran Ilmu dan keadilan, sehingga ia dicintai gurunya tersebut.
Habib Abdul Qadir merupakan salah seorang guru besarnya. Selain dari
Habib Abdul Qadir, Umar muda menerima bimbingan dari pilar keadilan
di Hijaz, yakni al-Habib Ahmad Mansyur al-Haddad dan al-Habib „Attas
al-Habsyi (Habib Umar, 2014:xii).
Habib Umar bin Hafidz melanjutkan perjuangannya dalam bidang
dakwah. Beliau juga melakukan dakwah di kota al-Baydha‟ serta desa-
desa di sekitarnya. Tiada satupun yang terlewat dalam usahanya untuk
mengenalkan kembali cinta kasih Allah SWT dan Rasul-Nya SAW. Kelas-
kelas didirikan, majelis-majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-
58
orang dibimbing. Usaha beliau menyebabkan kekurangan tidur dan
istirahat, namun hasil yang besar mulai nampak ketika mereka mulai
tersentuh dengan ajarannya. Terutama para pemuda yang yang sebelumnya
terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, kini mulai sadar
dan berubah bahwa hidup memilki tujuan ( Habib Umar, 2015:15).
Dari perjalanan di Hijaz, Habib Umar mulai tersebar luas terutama
dikarenakan kegigihannya dalam menyerukan agama Islam dan
memperbarui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun ketenaran
tersebut tidak mengurangi usaha pengajaran beliau, malah menjadikan
beliau untuk mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia
lainnya dapat dipertahankan. Perhatiannya yang mendalam untuk
membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya,
telah menjadi salah satu dari prilaku beliau yang paling terlihat jelas,
sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan sampai Dunia Baru
( Habib Umar, 2014:xiii).
Sejak saat itu kelompok besar orang-orang yang telah dididik oleh
beliau mulai berkumpul mengelilingi dan membantu beliau, baik dalam
perjuangan dakwah maupun dalam keteguhan dalam mengajar di berbagai
kota besar dan kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau banyak
mengunjungi kota-kota dan bertemu dengan masyarakat di Yaman.
Dimulai dari kota Ta‟iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‟iz al-
Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya. Beliau mendapat perhatian yang besar
seperti halnya perhatiannya oleh Syaikh al-Habib Muhammad bin Haddar,
sehingga Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya memberikan puterinya untuk
59
dinikahkan setelah beliau meihat dalam diri Umar terdapat sifat-sifat
kejujuran dan kecerdasan (Habib Umar, 2015:16).
Negara Oman menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju
pembaruan abad ke-15. Setelah menyambut baik dari kelompok muslim
yang memiliki hasrat dan keinginan yang menggebu untuk menerima
manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak
kembali beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran juga ditanamkan
di kota Shihr di Yaman Timur, kota pertama yang disinggahi beliau ketika
kembali ke Hadraumut, Yaman. Ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan
diabadikan di sana dengan pembangunan Rubat al-Mustofa. Ini merupakan
titik balik utama dan menjadi jalan dalam melengkapi aspek teoritis dan
menciptakan bukti-bukti kongkrit bagi pengajaran-pengajaran beliau di
masa depan ( Habib Umar, 2014:18).
Kepulangannya ke Tarim, Hadramaut menjadi tanda sebuah
perubahan mendasar dari tahun- tahun yang beliau habiskan untuk belajar,
mengajar, membangun mental agamis orang-orang sekelilingnya dengan
menyebarkan seruan dan mengajak kepada kebenaran dan melarang pada
keburukan. Dar al-Mustofa menjadi hadiah beliau untuk dunia, dan di
pesantren inilah dunia diseru. Dar al-Mustofa atau Pondok Pesantren Darul
Mustofa merupakan pesantren yang terletak di Kota Tarim, Hadramaut,
Yaman yang berjarak 30 KM sebelah timur laut Kota Seiwun.
Pembangunan Da al-Mustofa pada Bulan Syawal Tahun 1410 H dan
peresmian pertama pada hari Selasa, 29 Dzulhijjah 1411 H, dan peresmian
kedua pada bulan Muharram 1417 H. Peresmian dilakukan 2 kali karena
60
pada peresmian pertama bertepatan dengan meninggalnya ayah Habib
Umar bin Hafidz (Tim Pustaka Basma, 2012:22). Pesantren ini memiliki 3
bagian asas, yakni: penguasaan Ilmu Islam secara murni, pembersihan
jiwa dan pemurnian akhlak dan Dakwah (http://id.m.wikipedia.org diakses
pada tgl., kamis, 23 Mei 2019 jam 11:31). Hanya dalam yang demikian
singkat penduduk Tarim menyaksikan berkumpulnya murid dari berbagai
daerah. Murid-murid tersebut berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura,
Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika
Serikan dan Kanada, juga dari negara-negara Arab lain yang diawasi
langsung oleh Habib Umar. Mereka akan menjadi perwakilan dan penerus
dari apa yang menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam
tradisional di abad-15 setelah hari kebangkitan (Habib Umar, 2015: 18-
19).
E. Karangan Kitab dan Karya Habib Umar bin Hafidz
Selain berkiprah di bidnag dakwah, Habib Umar merupakan ulama
yang produktif dalam menulis dan mengarang kitab. Beberapa kitab
karangan Habib Umar bin Hafidz:
1. Is‟af ath-Thalibi
2. Ar-Ridha al-Khalaq bi bayan Makarimal Akhlak
3. Taujihat at-Thullab
4. Syarah Mandzumah as-Sanad al-„Ulwi
5. Adz-Dzakirah al-Musyarrafah (Fiqih)
6. Dhiyaullami‟ bi Dzikri Maulidi an-Nabawi Asy-Syafi‟i
(Maulid Nabi Saw)
61
7. Khuluquna
8. Khulasoh al-Madad an-Nabawy (Dzikir)
9. Syarobu al-thohurfi adz-Dzikri Sirati Badril Budur
10. Taujihat an-Nabawiyah
11. An- Nur al-iman (aqidah)
12. Al-Mukhtar ash- syifa al-Qasim
13. Al-Washatiah
14. Mamlakatul al-Qa‟ab wa al-„Adha‟
15. Al-Muhtar al-Hadist (Hadist)
16. Durul Asas (Nahwu)
17. Tsaqafatul Khatib (Panduan Khutbah) (TIM Majelis Khoir,tt:
112
Kitab maulid adh Dhiya‟ al-Lami‟ merupakan karya Habib Umar
paling menumental yang berisi sya‟ir pujian terhadap Rasulullah SAW,
bacaan ini juga dikenal dengan sebutan maulid Habib Umar.
F. Kiprah dan Penghargaan Internasional Habib Umar bin Hafidz
1. Pada tanggal 22 Februari sapai dngan 2 Maret 2003 ( 26-29 Dzulhijjah
1423 H) di Dar al- Mustafa, Tarim, beliau merintis upaya persatuan
dalam aktifitas dakwah dengan mengadakan multaqan ulama atau
simposium yang dalam pertemuan itu dihadiri oleh berbagai ulama
dari belahan dunia dan kemudian berlanjut pada pertemuan dunia
dalam skala lokal maupun internasional
2. Habib Umar termasuk dalam penanda tanganan dari dua dokumen
Internasional yang berpengaruh, yaitu Risalah Amman pada tahun
62
2005, pada urutan nomor 549 dan A Common Word pada Tahun 2007
dalam urutan tanda tangan nomor 42 yang keduanya ditandatangani
oleh tokoh-tokoh Muslim dunia
3. Di indonesia, Habib Umar mendeklarasikan berdirinya Majelis Al
muwasholah Bayna Ulama wa Muslim atau Forum Silaturahmi antar
Ulama pada Tahun 1327 H/ 2007 M.
4. Tahun 2009 di New York Times menampilkan al-Habib Umar dan
Darul Mustafa dalam salah satu pemberitaan.
5. Al-Habib Umar bin Hafidz merupakan salah satu dari 50 urutan teratas
dari The Muslim 500: The Wordl‟s 500 Most Influential Muslims yang
diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding,
Georgetown University, Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Sarjana
Studi Islam ternama John Esposito (TIM Majelis Khoir,tt: 111).
G. Gambaran Umum Kitab Khuluquna
Kitab Khuluquna merupakan kitab karangan Habib Umar bin
Hafidz seorang ulama dan tokoh agama yang ada di abad ini. Hal ini
dijelaskan oleh Nur Hasan salah satu murid Beliau
(http://riwayatintelektual.com di akses pada tgl.,22 Maret 2019 jam 12.04)
bahwa, diantara karya-karya Habib Umar yang membahas tentang tasawuf
beliau juga menulis kitab tentang akhlak.
Keistimewaan kitab Khuluquna terdapat dalam materi yang
dikandungnya. Sekalipun kecil dengan judul yang seakan-akan
membicarakan tentang akhlak, namun sebenarnya membahas tentang
63
tujuan akhlak, pentingnya akhlak, macam-macam akhlak dan lain
sebagainya yang keseluruhannya didasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadist.
Dalam penulisan kitab ini, Habib Umar banyak mengutip dalil-
dalil al-Qur‟an dan Hadist untuk memperkuat apa yang beliau bicarakan.
Dikarenakan dalil-dalil al-Qur‟an dan Hadist lebih kuat untuk menjadi
dasar dan pedoman pada apa yang beliau tulis tentang akhlak. Semisal
beliau mengutip dalil dalam Hadist,
ا بعثت لأ لله عليو والو أفضل الصلاةويقول في حقها نبي ا ته مكارم والسلام : إنه الأخلاق
Nabi Saw bersabda yang berkaitan dengan akhlak, bahwa perintah
beliau: sesngguhnya aku (Nabi Saw) diutus untuk menyempurnakan
akhlak.
Selain mengutip dari dalil Al-Qur‟an dan Hadist Beliau juga mengutip dari
kitab-kitab dan sya‟ir-sya‟ir yang berkaitan dengan kitab Khuluquna.
Seperti dalam kitab Al-Kabir pada halaman 10.290 yang ditulis oleh
Ahmad dan Ibnu Abi Syayibah. Selain dari kitab-kitab, adapun dari sya‟ir
yang dikemukakan oleh Nailu Hafidz Ibrahim yang berbunyi:
خلقة ممودة ت وإذ رزق م الأرزاق فقد اصطفاك مقس
“Dan ketika orang melakukan amal sholeh disertai dengan ilmu
maka hal tersebut dapat menjadikan terbukanya pintu rizki .
Habib Umar mengawali tulisannya dengan memuji kepada Allah
SWT, mendoakan dan Bershalawat kepada Nabi Saw, sahabat-sahabat
Nabi Muhammad Saw dan para ulama. Penulisan dalam kitab Khuluquna
64
tidak luput dengan catatan kaki sebagai penjelasan dan kutipan. Dari hal
ini, Habib Umar dapat dilihat bahwa ia merupakan sosok yang religius dan
berilmu.
Sedangkan hal yang melatar belakangi Habib Umar menulis Kitab
Khuluquna ialah berdasarkan pada fenomena yang dilihat pada masa ini.
Beliau melihat banyak orang yang telah memiliki ilmu namun mereka
tidak mengiringinya dengan amal yang sholeh. Penyebab orang tidak
melakukan amal shaleh walaupun berilmu karena mereka tidak bersyukur
kepada Allah SWT. Hal itu disampaikan beliau dalam Muqaddimah kitab
Khuluquna.
Pembicaraan kitab Khuluquna terdiri dari Muqaddimah yang
memuat dari latar belakang Mua‟lif (Habib Umar) menulis kitab
Khuluquna dan gambaran berbagai fenomena pendidikan akhlak dan
akhlak dimasa ini. Selain Muqaddimah, kitab Khuluquna memuat 3 pokok
permasalahan, yaitu:
1. Akhlak kepada Allah SWT
Dalam pandangan Habib Umar, akhlak kepada Allah SWT ialah
dengan berusaha untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Dalam hal
ini Habib Umar menjelaskan;
اناه لو نشهد, ونلص نراقب الله في جمييع الأ لو فيما بطن وما ظهر. حوال كه
Kita semua (khususnya mu‟alif) harus berusaha dalam
mendekatkan kepada Allah Swt agar tersambung dihadapan-Nya dan
menyatu dengan-Nyabaik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Setelah Allah menyatu dalam tingkah laku di kehidupan baik dunia
65
maupun akhirat maka dengan perasaan ikhlas, ridha, dhahir dan batin
bila hati ini menghadirkan Allah Swt.
2. Akhlak kepada Sesama Manusia
Akhlak yang berkaitan dengan sesama manusia yaitu dimulai
dengan memiliki perasaan suka, kasih sayang baik kasih sayang
kepada orang yang memiliki derajat lebih tinggi maupun lebih rendah
dari kita. Dalam hal ini Habib Umar menjelaskan;
ب لأنفسنا. _ نحب لكل عبد امن بلله ما نح _نشفق عليهم ونر حمهم
_نوقر الكبير Akhlak kepada manusia umumnya memiliki perasaan suka
terhadap semua manusia, namun tidak semua manusia,maksudnya
yang berhak dikasihi ialah yang hanya untuk semua orang yang
diperlukan untuk dikasihi saja. Perasaan suka pada diri sendiri dan
sesama dapat memberikan keamanan baik di kehidupan dunia
maupun akhirat. Memiliki sifat kasih sayang dan belas kasihan
terhadap sesama. Memiliki rasa menghargai terhadap sesama
walaupun orang yang kita hargai memiliki kedudukan yang lebih
tinggi.
3. Akhlak kepada Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri ialah dengan mendidik, memperbaiki
diri, baik Dhohir maupun batin. Akhlak pada diri sendiri tidak
memiliki harapan agar aman dari nafsu yang menjerumuskan. Dalam
hal ini, Habib Umar menjelaskan;
66
ىا ولا نأمنها| نرب انفسنا ونز كيها ونطهر
|
ت عرهفالنفس لاتأ من غو اءلها فالنفس أخبث من سبعين شيطانا
Kita memperbaiki diri, batin, dhohir diri sendiri tidak akan aman
dan tidak memiliki harapan untuk aman dari keterangan-keterangan
ini. Hal ini telah dijelaskan dalam QS. As-Syam:7- 10 yang artinya:”
demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-Nya. Maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaanya. Sungguh
beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi
orang yang mengotorinya”. Dan terdapat dalam sya‟ir :” barang siapa
yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsu maka ia tidak dapat
menjamin keselamatan di dunia dan akhirat, karena 1 nafsu lebih jelek
dari 70 setan”.
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan nilai-nilai pendidikan akhlak
pada Kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz. Sebelum membahas nilai-
nilai pendidikan akhlak pada Kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz,
penulis akan memaparkan isi Kitab Khuluquna secara lebih detail.
A. Kitab Khuluquna
Dalam sub bab ini, penulis akan memaparkan isi kitab Khuluquna dengan
menggunakan kitab asli Khuluquna yang telah diterjemahkan dan disyarahkan
oleh Kiai Rahmat Sururi as-Shiddiq dari Pondok Pesantren Mamba‟ul Huda,
Magelang. Kitab asli ini telah ditulis oleh Habib Umar bin Hafidz dan diterbitkan
oleh penerbit Tareem Center tahun 2018.
Kitab ini berisi muqoddimah dan 3 pasal. Dimana setiap pasal memiliki
uraian-uraian yang masing-masing akan diuraikan secara terperinci. Dalam 3
pasal tersebut, Habib Umar menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan
oleh seluruh umat manusia, khususnya mu‟alif dan muslim dengan berakhlak
kepada Allah SWT, akhlak kepada sesama manusia dan selain manusia, akhlak
kepada diri sendiri.
Diantara ke 3 pasal tersebut akan dipaparkan secara terperinci sebagai
berikut:
Sebelum menjelaskan pasal-pasalnya, Kitab Khuluquna ini mempunyai
muqoddimah yang berisi tentang ucapan syukur kepada Sang Khalik serta
68
lantunan sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, para sahabat, keluarga,
alim ulama. Setelah itu Habib Umar memaparkan tentang latar belakang penulisan
kitab ini. Beliau merasa prihatin akan kondisi zaman ini dimana pendidikan
akhlak dan para ahlinya tidak memiliki akhlak yang sesuai dengan yang telah di
syari‟atkan baik dalam al-Qur‟an maupun Hadist. Pendidikan akhlak saat ini
kurang berjalan dikarenakan banyak yang berilmu namun tidak memiliki amal
sholeh. Ketika orang tersebut memiliki amal sholeh ia tidak berilmu, dan ketika ia
berilmu dan beramal sholeh namun tidak memiliki akhlak mahmudah. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya syukur terhadap Allah SWT (2017:3). Beliau
memaparkan berbagai fenomena dalam pendidikan akhlak dan akhlak di masa ini
yang diibaratkan orang yang membawa makanan tanpa wadahnya. Dimana ada
yang hanya menginginkan makanannya saja atau sebaliknya, bahkan ada yang
diberi keduanya namun ia tidak menerimanya (2017:11-14);
ك بذه القيم وب ثها ب ين أب ناءنا س نا الأمم كما تداعي الأكلهة إلي ماأخرانا بته نحن الذين تداعت علي بة المصن وعة بكل د تنا مططات هم الرهىي ىاء وكيد وخبث قصعتها, وأطت بنا تر بصات الأعدء ووجهه
لقد صنع الأداءمنها حته
Kita memiliki semangat dengan berpegangan pada pedoman akhklakul karimah
yang peduli di antara anak-anak kita semua itulah anak-anak yang dapat menarik
dan dapat memberi kepada sesama seperti menariknya makanan ke tempat
makanan dan menguasai sampai dapat menjauhkan dari permusuhan dan
memberikan jalan kepada semua umat Islam, sehingga semua umat merasa takut
yang dapat mengusahakan dalam kesukaran agar musuh-musuh itu tidak dapat
berbuat apa-apa.
69
Selain pendidikan akhlak tidak berjalan dimasa ini, Habib Umar juga
memaparkan bahwa pendidikan akhlak saat ini memprihatinkan karena banyaknya
orang yang telah jauh dengan ulama dan mereka menjauhinya bahkan mereka
menjauhi pendidikan akhlak. Mereka kerasnya hati dan merasa nyaman jika tidak
berakhlak (2017:9-10) ;
عادي, وطالما عاني نا من جراء نا بفقد ىذا اللق الكري بت هفرق والت ه ر ما أصب الب عد عنو أىو الاه وكسي رة منه رة الكاثي رة, وأنت لات ري الآن في الكثي إلاه: استهانة بلحقوق, فسادا في المعاملة كثي
Banyak sekali orang-orang yang tidak berakhlak mulia dikarenakan mereka
memisahkan diri dan menjauhi pendidikan akhlak dan mereka juga memiliki
pendirian untuk jauh kepada pendidikan akhlak, disebabkan zaman tidak
berependidikan, saya (mua‟lif) hanya dapat merenung dan tidak dapat
membayangan bahwa kebanyakan akhlak tidak dapat dalam kehidupan yang
banyak kerusakannya.
Oleh karena itu Habib Umar menulis kitab Khuluquna ini yang berisi
tentang pendidikan akhlak menurut dalil-dalil yang ada pada al-Qur‟an, Hadist,
Sya‟ir, nasihat-nasihat guru yang pernah beliau terima dan dari kitab-kitab yang
pernah Beliau baca.
1. Bab 1 Akhlak Terhadap Allah Swt
Dalam kitab ini dijelaskan bahwa pendidikan akhlak sangat diperlukan
untuk mencapai kebahagiaan akhirat (2017:2). Kebahagiaan akhirat dapat
diraih dengan akhlak yang baik. Maka semua orang harus mengusahakan
utntuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Habib Umar berupaya untuk
mendekatan diri kepada Allah Swt agar dapat tercapai kebahagiaan di dunia
70
dan akhirat. Dan beliau berkata bahwa orang yang menginginkan
kebagahiaan akhirat maka harus menyatu kepada Allah dengan kerelaan hati
baik dhohir maupun batin (2018:27)
يع الأحوال كنن هنا لو نشهد, ونلصل لو فيما بطن وما ظهر.ن راقب الله في جم
setiap waktu dalam berprilaku mengingat dengan memandang hati kepada
Allah seperti Allah berada dimanapun , kita dimanapun menghadirkan Allah
di dalam hati dan dhohir dengan ikhlas kepada Allah.
Manusia yang telah mendekatkan diri pada Sang Khalik maka akan
menyatu dengan-Nya dan harus rela hati ketika hatinya telah dihadirkan Allah
SWT. Habib umar ketika telah menyatu dengan Allah SWT maka beliau
menjadikan wiridan atau mengistiqomahkan dengan membaca wahyu Allah
SWT sehingga ayat al-Qur‟an dapat terjaga. Sehingga dikatakan Habib Umar
( 2017:27);
م والتدبر فه ون تهخذ ورد ي وميا من كتابو العزيز مع المحافظة علي الت ه
Kita selalu membaca kitab al-Qur‟an dan mewiridkan setiap harinya dan
saya mengharapkan agar dapat memahami dan merenungkan diri
Akhlak kepada Allah dilakukan dengan menggunakan tata krama kepada
Allah SWT yang ada dari dalam hati. Tata krama kepada Allah dapat berupa
sholat yang dilakukan dengan berjama‟ah dan tidak meninggalakan shalat jama‟ah
kecuali jika mendapat halangan (2017:27). Karena shalat berjamaa‟ah merupakan
sunnah mua‟akad yang harus dijalankan oleh setiap muslim. Menurut Umar
Abdul Jabbar dalam Kitab Mabadinya (tt:41) mengatakan bahwa shalat jama‟ah
hukumnya sunnah mua‟akad bagi kaum muslim laki-laki. Akhlak kepada Allah
71
selain dengan menjaga shalat jama‟ah juga dapat dilakuka dengan bersyukur atas
nikamat Allah SWT yang telah diberikan kepada Mualif. Rasa syukur tersebut
diwujudkan dalam pelaksanaan shalat malam. Hal tersebut dipaparkan oleh Habib
Umar (2017:27);
نستصغر لعظمتو ون قوم لو في جوف الليل وظلمتو ونست غفره, ونسعد بناجاتو
Kita merasa kecil hati dikarenakan keagugan Tuhan dan saya bersimpuh
menyembah Allah di tengah malam dan petangnya malam untuk meminta ampun
kepada Allah dan berbahagia bermunajah dengan-Nya.
Habib Umar memaparkan (2017:28) berprilaku mahmudah kepada Allah
memiliki sebab ialah, karena beliau membutuhkan Allah SWT, dan ketika
membutuhkan Allah SWT maka dapat melupakan dunia dengan terus menyucikan
Allah dan memperbanyak dzikir. Merendahkan diri di hadapan Allah SWT secara
dhahir dan batin agar dapat selalu dekat kepada Allah SWT. merendahkan diri
dihadapan Allah SWT merupakan bentuk penghambaan manusia sebagai ciptaan
Allah SWT. dan menjadi tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini
agar dapat menghamba kepada-Nya. Para Mukallaf setelah merendahkan diri di
hadapan-Nya, maka akhlak kepada Allah selanjutnya ialah menjaga semua batas-
batas yang telah ditetapkan Allah SWT. Maksudnya ialah bahwa setelah manusia
memahami syari‟at-sya‟riat Islam maka harus mejalankan apa yang diperitahkan
Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang Allah SWT. Hal tersebut
disampaikan oleh Habib Umar (2017:29);
72
ا ن رعي حدوده ون تحي منو حقه الحياء: من استحي من الله حقه الحياء: ف ليحفظ الرأس وم ن يا وعي, والبطن, وما حوي, وليذك ر الموت والبلا, ومن أراد الآخرة ت رك زي نةالحياة الد
Kita dapat menjaga perintah-perintah yang diperintahkan Allah dan
meninggalkan apa yang dilarang senantiasa takut dan malu kepada Allah seperti
dalam hadist: barang siapa merasa malu karena Allah maka orang tersebut dapat
menjaga kepalanya dan dapat menjaga apa saja yang dilarang oleh Allah dari
apa saja yang dimakan, dapat menjaga larangan-larangan sejauh mungkin,
selalu mengingat kematian dan busuknya jasad, barang siapa mengharapkan
akhirat harus dapat meninggalkan kehidupa dunia.
2. Bab II Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Habib Umar menjelaskan akhlak tehadap sesama manusia terdiri dari:
a. Menyukai atau mencintai sesama manusia yang telah diciptakan oleh
Allah SWT
b. Memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama manuisa
c. Menghargai siapa saja yang memiliki derajat lebih tinggi dari kita
d. Menyayangi sesama yang memiliki derajat lebih rendah dari kita. Karena
sesungguhnya derajat manuisa itu sama, yang membedakan ialah
ketaqwaannya di hadapan Allah SWT.
e. Mendahulukan melakukan kebaikan walaupun prilaku orang tersebut lebih
rendah daripada kita
f. Mudah memberi maaf kesalahan orang lain, berusaha menutupi
kesalahannya dan bersikap terbuka kepada orang yang melakukan
kesalahan kepada kita untuk mengingatkan kesalahannya. Habib umar
memaparkan (2017:30);
73
ساءةونصفح ون تجاوزعن الإ
Dan kita dapat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang jelek dan
dapat melapangkan dada dari perselisihan
g. Tidak merasa marah terhadap dirinya maupun kepada kekuasaan Allah
SWT, justru harus memiliki rasa ridho atau rela akan kekuasaan Allah
SWT.
h. Tidak memiliki rasa kasihan terhadap diri sendiri, kecuali merasa kasihan
akan diriya sendiri jika tidak melakukan kebaikan kepada orang lain. Hal
ini Habib Umar (2017:31);
لات تشوهق أنسا إلي إحسان أحد من اللق
Tidak memberatkan kebajikan diri sediri maupun kepada yang lainnya
tanpa terkecuali
i. Merasa ikhlas jika menolong orang lain dan mengutamakan melakukan
kebaikan untuk orang lain daripada kebaikan untuk dirinya sendiri
j. Merasa takut dihadapan orang banyak atau sesama dan bersikap
husnudzan kepada sesama ciptaan Allah SWT.
k. Merasa suka karena Allah dan merasa marah juga karena Alah SWT.
l. Akhlak terhadap sesama ialah dapat menjaga nama baik untuk orang lain,
memiliki harapan baik untuk sesama sehingga akhlak mahmudah tidak
akan terputus. Habib Umar (2017, 32) memaparkan bahwa hal tersebut
juga menjadi harapan beliau dan beliau tidak mengharap apa yang beliau
tulis diganti dengan materi;
74
تهي, لانرضي دونالنهة ن تسامي عنالءمصالح والمطامع الشخصيهة, مرادنا الالد,دون ما ي ن بثمن
Kita mempunyai harapan dalam kebaikan dan jauh dari kejelakan-
kejelekan dalam diri sendiri, harapannya dapat langgeng dan semoga
dijauhkan larang-larangan dan tidak di ridhoi Allah , harapan tersebut
tidak dapat dibeli kecuali dengan mengharapkan surga.
m. Memilik sifat jujur, ikhlas karena Allah SWT, belas kasihan, lemah
lembut, mencintai, memiliki sikap dan perbuatan yang luhur di hadapan
Allah SWT. memiliki sikap keterbukaan kepada sesama dan Habib Umar
menyampaikan bahwa beliau tidak mengharapkan sanjungan, belas
kasihan dan pujian kecuali karena Allah SWT yang membalasnya.
penyampaian tersebut beliau sandarkan pada perintah Allah SWT di dalam
Al-Qur‟an; QS.al-Insaan: 9 dan QS. Yusuf: 108 yang berbunyi;
“Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari
kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (QS.al-Insaan:9).
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,
Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik"
(QS. Yusuf 108).
75
n. Bershadaqah setiap hari walaupun shadaqah tersebut sedikit
o. Melakukan musyawarah dengan orang lain, meninggalkan kemaksiatan
kepada orang lain yang berbeda tujuan dan meninggalkan perdebatan. Hal
tersebut Habib Umar sampaikan dalam Kitab Khuluquna (2017:33);
نتناقش ونتبا حث, ونترك مجادلة من لا يكون قصده الا ىتداء إلي سبيل الحق بل تسلهط عليو ىواه فلا يريد إلاأن ينتصرلرأية مهما كان
Kita selalu bersemangat dalam membahas (musyawarah) dan dapat
meninggalkan orang tidak sama tujuannya, kecuali kita memberikan
petunjuk yang benar dibalik saya memasrahkan agar tidak mengumbar
hawa nafsu, saya memberi pertolongan kepada masyarakat dimanapun
berada. p. Menurut Habib Umar (2017:34-38), penggolongan manusia yang memiliki
akhlak terhadap sesama dipaparkan menjadi 4 hal;
1) Kejadian manusia dapat menguatkan keimanan dan membenarkan
dalam kehidupan dengan membuka pintu ibadah. Manusia tersebut
mensucikan jiwa raganya hingga tingkatan yang lebih tinggi
walaupun dengan keprihatinan. Habib Umar menuturkan bahwa
beliau dengan sekuat tenaga dapat menjadi harapan orang lain
walaupun orang tersebut memiliki tujuan dan jalan berbeda dan
beliau mengalami kesukaran untuk melaluinya.
2) Manusia yang diciptakan mengenal dan dekat dengan Allah SWT
maka mereka akan selamat sebab, pertolongan Allah SWT. Manusia
pada hal ini membutuhkan iman di dalam hati dan melakukan kebaikan
kepada sesama karena Allah SWT dengan mematuhi apa yang
76
diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang Allah SWT. Hal ini
Habib Umar memaparkan dengan bersandar pada perkataan dari Ibnu
Abi Syayyibah;
, ولكن ما وق رفي القلب وصدقو العمل يمان بتهن ليس الإ
Tidak dinamakan beriman dengan harapan-harapan,akan tetapi
dinamakan iman ialah suatu kepercayaan dalam hati dan
membenarkan dalam perbuatan
3) Orang yang dapat tersambung dengan Allah Swt dan tidak
membutuhkan jalan yang berkaitan dengan kebohongan yang tidak
sesuai di hadapan Allah SWT. Habib Umar menyampaikan hal
tersebut tidak berkaitan dengan peperangan namun sebagai wujud
dakwah agama. Beliau mengharapkan apa yang disampaikan dapat
menjadi penerang akal bagi semuanya.
4) Golongan manusia yang memiliki gelar maqomul maqom, yaitu orang
yang tidak melakukan kekufuran, kebohongan, namun yang
dibutuhkan ialah prilaku yang dapat menutupi kekufuran dan
kebohongan. Kebohongan dapat merontokkan petunjuk dari Allah
SWT.
q. Barang siapa yang memusuhi Habib Umar, maka ia memusuhi Allah SWT
karena seluruh umat manusia merupakan ciptaan dari Allah SWT yang
tidak pantas utuk dicela dan dihina dan Allah pasti memberikan
pertolongan kepada hamba-Nya.
77
r. Teguh dalam menegakkan agama Allah SWT baik dengan kekuatan,
perbuatan badan dan hartanya. Sehingga hal tersebut dapat menjadi jalan
untuk mensyi‟arkan agama
s. Memperhatikan pendidikan anak-anak, istri-istri dan keluarganya yang
sesuai dengan pendidikan dalam al-Qur‟an dan Hadist
t. Menanaman dalam hati untuk selalu mencintai Allah SWT, utusan-Nya.
Menghormati perkara-perkara kecil dan memberikan pendidikan yang
baik. Pendidikan yang baik akan melahirkan petunjuk yang diterima akal
sehat.
u. Bersikap bijaksana, takut kepada Allah SWT yang telah ditanamakan
dalam hati
v. Tidak menghina terhadap sesama manusia.
3. Bab III Akhlak terhadap Diri Sendiri
Habib Umar memaparkan akhlak terhadap diri sendiri dapat dilakukan dengan
(2017: 40-43);
a. Memperbaiki diri, dhohir, batin. Hal ini seperti dalam al-Qur‟an Surah
Syam ayat 7-10:
“7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
78
Beliau memaparkan bahwa manusa tidak terlepas dari hawa nafsu. Nafsu
dapat menjadi kekufuran, karena nafsu tersebut tidak memiliki Iman,
Islam dan Ihsan. Hal tersebut seperti pada sya‟ir;
ت عرهف النفس لا تأ من غوائلها فالنفس أخبث من سبعين شيطانا
Mengenallah kalian kepada nafsu,maka tidak selamat karena disesatkan
nafsu, nafsu itu lebih jelek dari pada 70 syaitan b. Agar tidak terbujuk hawa nafsu, maka mengurangi makan dan minum
(memperbanyak puasa)
c. Mengurangi tidur dan memperbanyak beribadah
d. Berusaha untuk mengalahkan nafsu diri sendiri dengan memanfaatkan
waktunya unuk belajar yang bermanfaat dan mendalami imu-ilmu yang
berfaedah
e. Berusaha menambah kemanfaatan atau tauladan untuk orang lain
f. Menertibkan amaliyah (amal terhadap Allah SWT, sesama manusia dan
lainnya)
g. Memberikan ilmu yang telah kita miliki kepada orang lain
h. Tidak menyerah dalam menyampaikan kebaikan (nahi mungkar)
i. Tidak putus asa karena disebakan kemiskinan dan mendapat cobaan
j. Bertahan karena Allah SWT dan yakin bahwa akan kembali lagi kepada-
Nya
k. Merenungi perintah Allah SWT sehingga dapat bersyukur akan kebaikan-
kebaikan Allah SWT yang diberikan.
79
Setelah membahas isi kitab Khuluquna yang terdapat 3 poin pembahasan di atas,
selanjutnya penulis akan menyajikan indikator teori pendidikan akhlak dari kitab
Khuluquna dalam bentuk Tabel sebagai berikut:
No Indikator Pendidikan
Akhlak
Kitab Khuluquna Metode
1.
2.
3.
Akhlak kepada Allah
SWT
Akhlak Kepada Sesama
Manusia
Akhlak Kepada
Lingkungan
Akhlak Kepada Allah
SWT
Akhlak Kepada Sesama
Manusia
Akhlak Kepada Diri
Sendiri
Sistim Among
Inspiratif
Keteladanan
Intelektualitas
Aktualistik
B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Kitab Khuluquna karya Habib Umar
Bin Hafidz
Dalam kitab ini, Habib Umar menekankan pada aspek nilai akhlak, baik
yang bersifat batiniyah atau lahiriyah. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
pendidikan akhlak bukan hanya proses transfer ilmu ahklak, namun yang
terpenting ialah pembentukan dan aplikasi akhlak pada manusia.
Untuk membentuk manusia yang berakhlak, maka pendidikan akhlak
Islam harus mengarahkan manusia atau peserta didik pada nilai-nilai pendidikan
akhlak yang harus dimiliki. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang harus dimiliki
80
manusia atau peserta didik menurut Habib Umar dalam Kitab Khuluquna sebagai
Berikut:
1. Akhlak Kepada Allah SWT
a. Bertaqwa Kepada Allah SWT
Definisi taqwa yang paling populer menurut Yunahar Ilyas dalam
karyanya, Taqwa ialah memelihara diri dari siksaan Allah SWT dengan
mengikuti segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya (Ilyas:
2004:17). Nilai pendidikan akhlak ini perlu kiranya dimiliki oleh santri
atau peserta didik. Sebab dengan bertaqwa manusia akan selalu berhati-
hati dalam menjalani kehidupannya dan apa yang dia lakukan karena
takut kepada Allah SWT (Alu Husain, 2016:109). Sebagaimana yang
diungkapkan Habib Umar (2017:27) “lakukan pekerjaan dengan ikhlas
secara dhohir dan batin”.
Menurut Yunahar Ilyas (2004:20) hakikat taqwa ialah memadukan
secara integral aspek Iman, Islam dan Ihsan dalam diri seseorang. Dengan
demikian orang yang bertaqwa ialah orang yang dalam waktu bersamaan
menjadi mukmin, muslim dan muhsin. Hal ini disampaikan dalam QS.al-
Baqarah 2-4;
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
81
anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman kepada kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat.
Sementara itu menurut Muslimin (http://scholar.google.ac.id) 4
kriteria orang yang bertaqwa ialah:1) dermawan (mendermakan hartanya
baik diwaktu luang maupun sempit), 2) mampu menahan marah, 3)
pemaaf, dan taubat dari kesalahan-kesalahannya. Hal ini disampaikan
dalam QS. Ali Imran ayat 134-135:
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Yang
dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana
mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain,
82
seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang
mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau
kecil (Depag RI, 2002:67).
Adapun beberapa jalan menuju ketaqwaan:
a) Melepaskan diri dari tidakan dzalim kepada orang lain
b) Menjauhi segala kemaksiatan
c) Menyibukkan diri dengan mengusir dosa-dosa dalam hati
d) Menyibukkan diri dengan meninggalkan hasrat, sehingga tidak
memilih hal lain selain Allah SWT (Sholikhin, 2009:202).
b. Istiqomah
Istiqomah ialah tegak di hadapan Allah SWT atau tetap pada jalan
yang lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan menunaikan janji
baik yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan, sikap dan niat (Harfin,
2011:115) . Makna istiqomah dalam terminologi Akhlak ialah sikap teguh
pendirian dan selalu konsekuen (Ilyas, 2004:97). Berdiri tegak lurus
merupakan simbol bahwa yang bersangkutan memiliki sikap disiplin dan
serius. Istiqomah merupaka sikap yang konsisten dan tabah dalam
beribadah kepada Allah SWT sebagai bentuk manusia berakhlak kepada
Allah SWT.
Bagi seorang pelajar wajib kiranya mempunyai akhlak Istiqomah.
Karena istiqomah merupakan salah satu kunci untuk mencapai
kesuksesan. Istiqomah dalam beribadah misalnya dengan selalu membaca
al-Qur‟an sebagai bentuk wirid , menghafalnya dan mentadabburi al-
83
Qur‟an. Sebagaimana Habib Umar (2017:27) menyebutkan dalam Kitab
Khuluquna sebagai berikut:
ونتخذ وردا يوميا من كتابو العزيز مع المحا فظة علي التفهم والتدبر
Dan kita selalu membaca kitab al-Qur‟an dan mewiridkan setiap
harinya serta menghafalkan agar dapat dipahami dan merenungkan diri
Orang yang telah melakukan istiqomah maka ia layak mendapatkan
penghormatan berupa penurunan malaikat kepada mereka dalam
kehidupan di dunia untuk membuang rasa takut dan sedih dan memberi
kabar gembira kepada mereka dengan kenikmatan surga. Hal ini
disampaikan dalam Firman Allah Swt dalam QS.al- Fussliat: 30;
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut
dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu". ( Harfin, 2012:116).
Sikap Istiqomah akan tampak pada sesorang dari prilakunya yang
senantiasa melaksanakan pekerjaan dengan tertib, cermat dan terarah.
Sikap istiqomah dapat menujukkan kekuatan iman yang merasuk ke
seluruh jiwanya, sehingga ia tidak mudah goncang atau cepat menyerah
pada tekanan. Mereka memiliki jiwa istiqomah yang merasakan
ketenangan (iman, aman, mutmainnah) (Toto Tasmara, 2001:203-205).
84
c. Shalat Berjama‟ah
Shalat jama‟ah ialah shalat yang dilakukan secara bersama-sama,
setidaknya 2 orang, yang 1 makmun dan yang 1 lagi ialah imam (Ibrahim,
2008: 19).
Sedangkan menurut Teuku Muhammad Hasi Ash Shiddieqy (
2001: 432) hakikat berjama‟ah ialah adanya ikatan antara imam dengan
makmum, pemerintah dengan rakyat.
Shalat berjama‟ah merupakan salah satu bentuk syi‟ar agama dan
perintah Allah Swt yang bersifat Fardhu „ain. Shalat berjama‟ah memiliki
keutamaan, diantaranya ialah: mendapat perlindugan dari Allah SWT
pada hari kiamat kelak, mendapatkan pahala seperti haji dan umrah bagi
yang mengerjakan shalat berjama‟ah kemudian ia duduk berdzikir kepada
Allah SWT sampai matahari terbit, membebaskan diri dari siksa neraka
dan kemunafikan (Ibrahim, 2008:73). Shalat berjama‟ah telah
diperintahkan Allah SWT dalam QS. al-Baqarah:43;
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku' ” (Depag RI, 2002:7).
Habib Umar menyampaikan dalam kitab Khuluquna bahwa shalat
berjama‟ah merupakan suatu cara beliau untuk berakhlak kepada Allah
SWT yang telah dirasakan dalam hati dan dalam shalatnya. Sehingga
beliau merasa ikhlas dalam melakukan shalat, terutama dalam shalat
berjama‟ah (Umar, 2017:27). Seorang peserta didik atau santri sangat
85
perlu kiranya memiliki nilai akhlak melakukan shalat berjama‟ah. Selain
diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an dan Sunnahnya, shalat
berjama‟ah juga dapat memberikan pendidikan kedisiplinan dan
menyambung tali silaturohim sesama umat muslim.
d. Bersyukur
Syukur ialah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang
dilakukan kepadanya (Quraish Shihab, 1996:216). Bersyukur ialah
mempergunakan nikmat yang diberikan Allah SWT untuk kebajikan,
misalnya tangan dipergunakan untuk mencari rezeki yang halal( Mustofa,
1997:59).
Yunahar Ilyas (2004, 50) mengemukakan bahwa seorang hamba
yang bersyukur berkisar atas tiga hal, yang apabila ketiganya tidak
berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu: mengakui nikmat
dalam batin, membicarakannya secara lahir dan menjadikan sebagai
sarana untuk taat kepada Allah SWT. Keutamaan bersyukur telah
dijelaskan dalam QS. al- Baqarah: 152;
“karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku” (Depag RI, 2002:23).
Perintah bersyukur bukan untuk kepentingan Allah SWT itu
sendiri, kerena Allah SWT bersifat Ghaniyyun „anil „alamin (tidak
86
memerlukan apa-apa dari alam semesta), tapi hal tersebut untuk
kepentingan manusia itu sendiri ( Ilyas, 2004:53).
Peserta didik diharapkan memiliki sikap bersyukur kepada Allah
SWT sebagai wujud dia berkhlak kepada Allah SWT, karena manfaat
bersyukur akan kembali pada mereka yang bersyukur. Adapun manfaat
bersyukur sebagiaman yang disampaiakan oleh Ahmad Yani (2007, 251-
252) ialah: dapat mensucikan jiwa sebab menjadikan orang dekat dan
terhindar dari sifat buruk, mendorong jiwa untuk beramal shaleh,
menjadikan orang lain ridha.
e. Cinta kepada Allah SWT
Cinta kepada Allah (Mahabbah) merupakan kesenangan kepada
Allah SWT yang diikuti dengan kesenangan mengikuti ajaran yang
bernilai baik sekaligus benar (Sholikhin, 2009:215). Cinta kepada Allah
SWT merupakan refleksi batiniah yang mengalir keseluruh tubuh dan
menjadi satu wujud gerak yang mengkonsentrasikan seluruh qalbu kepada
satu arah yang pasti, yaitu menundukkan dunia dengan amal (Toto,2001,
61).
Orang yang mencitai Allah SWT tentu dia akan selalu berusaha
melakukan segala sesuatu yang dicintai-Nya dan meninggalakan segala
sesuatu yang dibenci-Nya (Ilyas, 2004:27). Mencintai Allah SWT
memiliki beberapa syarat, yaitu: meninggalkan kehidupan dan keinginan
(hawa nafsu dunia), senantiasa bersama Allah Swt dalam segala urusan,
baik diwaktu sempit maupun lapang. Oleh karenanya orang yang telah
mencintai Allah SWT akan meninggalkan dunianya ( Sholikhin, 2009:
87
216-217). Pelajar diharapkan dapat mencintai Allah SWT, karena apa
yang ia cari sesungguhnya berasal dari Allah. Jika telah mencintai Allah
maka apa yang ia inginkan dapat dikabulkan oleh Allah SWT.
f. Tawadhu‟
Tawadhu‟ ialah rendah hati, lawan dari sombong atau takabbur.
Orang yang rendah hati dihadapan Allah SWT tidak memandang dirinya
lebik baik dari Allah SWT. Merendahka hati dan dirinya di hadapan Allah
SWT merupakan aktualisasi wujud penghambaan kepada Sang Pencipta
(Ilyas, 2004:123). Orang yang tawadhu‟ menyadari bahwa apa yang dia
miliki semua itu merupakan karunia Allah SWT, dengan kesadaran
tersebut orang tidak pantas sama sekali untuk menyombongkan dirinya
terhadap Allah SWT. Bertawadhu‟ tidak akan membuat derajatnya lebih
rendah, bahkan akan ditinggikan derajatnya di hadapan Allah SWT.
Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan Dailimin;
.....)رواه الد لمي( الت وضع, لايزيد العبد إلاه رف عة , وت وا ضعوا ي ر ف عكم ا لله
“tawadhu‟, tidak akan ada yang bertambah bagi seorang hamba kecuali
ketinggian (derajat), oleh sebab itu tawadhu‟lah kamu, niscaya Allah aka
meninggikan (derajat)mu.”(HR. Dailimi) .
g. Menjaga Keimanan
Iman ialah membenarkan semua yang dibawa oleh Rasulullah dari
Allah SWT yang meliputi perkataan, perbuatan, bisa bertambah dan bisa
pula berkurang. Imam Nawawi (http://riwayatintelektual.com di akses
pada tgl 22 Maret 2019 pukul 12.10)menyampaikan iman merupakan
88
bukti cinta kepada Allah dan Rasul serta jihad dijalan-Nya dan orientasi
hidupnya mencari Ridha Allah SWT. Menjaga keimanan dapat dilakukan
dengan memperbanyak amalan, menjaga shalat, berpuasa dan lain
sebaginya. Menjaga keimanan sangat penting agar ibadah yang dilakukan
semata-mata hanya untuk kepada Allah SWT bukan hanya semata-mata
memenuhi kewajiabnnya (al Hilali, 2006:24). Habib Umar (2017:28)
menyampaikan contoh menjaga keimanan; “tidak akan goyah iman
seseorang walaupun banyak orang yang mencela dan meremehkan “.
Seperti yang disampaikan Habib Umar di atas, maka ketika orang
lain mencela atau menghina keimanan kita, keimanan kita jangan goyah.
Seorang muslim yang telah yakin beriman kepada Allah SWT diharapkan
dapat menjaga keimanannya atau mengistiqomahkan keimanannya,
sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad Saw;
عنو قال ق لت ي رسول الله عن أب عمرووقيل أب عمرة سفيان بن عبدالله رضياللهرك.قال آمنت بلله ثه استقم.رواه مسلم. قل لي في الإسلام ق ولا لاأسنل عنو أحداغي
“Dari Abu Amr,(ada yang menyebutkan Abu Amrah Sufyan bin
Abdullah r.a) berkata:‟ wahai Rasululloh katakanlah kepadaku suatu
ungkapan tentang Islam yang tidak aku tanyakan kepada orang lai,
keculai hanya kepadamu‟, Rasululloh bersabda:‟ katakanlah “amantu
billahi” (aku beriman kepada Allah kemudian Istiqomahlah‟.” (HR.
Muslim) (Nawawi, 2016:24).
h. Wara‟
Wara‟ secara sederhana dapat diartikan meninggalkan perkara
haram dan syubhat. Dalam kamus al Munawwir (Munawwir, 1984:1657),
89
wara‟ brasal dari bahasa arab yaitu, wara‟a- yara‟u- wara‟an- yang
berarti menjauhkan diri dari dosa, maksiat dan perkara syubhat. Wara‟
merupakan sifat yang bergandengan dengan zuhud (Mahyuddin, 1990:
112). Sifat Wara‟ dalam nilai pendidikan akhlak ialah hal yang sama
dengan nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia yaitu,
nilai religius. Nilai religius ialah nilai yang terkandung dalam sikap dan
prilaku yang taat dan patuh kepada agama yang dianut.
Dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟alim karya Syaikh Imam al-Zarnuji
(2007:80-81) mendefinisakan wara‟ ialah menjaga diri dari segala sesuatu
yang tidak berguna menurut agama, baik sesuatu itu mubah, makruh
maupun haram. oleh karena itu seorang pelajar harus menjaga dirinya dari
hal-hal yang dilarang oleh syari‟at dalam menuntut ilmu sesuai dengan
sikap religius yang dikembangkan di sekolah. Pelajar yang memiliki sikap
wara‟ maka ilmunya akan bermanfaat.
Habib Umar al-Hafidz menjelaskan dalam kitab Khuluquna (2017,
29) bahwa:
wara‟ ialah menjaga diri dari batas-batas yang telah diperintahkan
Allah Swt dan meninggalkan apa yang telah dilarang oleh Allah SWT.
Seorang pelajar yang memiliki sikap wara‟ maka sesungguhnya ia dapat
memberi manfaat pada yang lainnya. Ia tidak berlaku sombong dan
menjaga apa yang ia makan, menjaga barang yang dimilikinya dan selalu
mengingat kematian.
Dari hal diatas, Habib Umar mengharapkan santri atau peserta
didik dapat menjaga dirinya dari hal-hal yang meragukan, hal ini telah
diperintahkan dalam hadist yang di riwayat at Tirmidzi dari sahabat
Hasan bin Ali ra (dalam Riyadlush Shoihin, hadist no.593):
90
حفظت من رسو ل الله ص.م. :دع ما يري بك إلي مالا يري بك.
”saya hafal sesuatu sabda dari Rasululloh Saw :” tinggalkanlah
aoa-apa yag meragu-ragukan padamu untuk beralih kepada apa-apa
yang tidak meragu-ragukan padamu”. (An-Nawawi,tt:593). 2. Akhlak Kepada Sesama Manusia
a. Menyayangi dan Mencintai Sesama
Menyayangi dan mencintai sesama ialah sikap mengasihi kepada
sesama makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Sikap menyayangi dan
mencintai kepada sesama akan tercipta sikap menghargai dan
menghormati. Islam telah menetapkan bahwa sesungguhnya orang
mukmin itu bersaudara. Mahyuddin (1990, 128) menuturkan bahwa jika
prilaku kita menyakiti saudaranya, berarti telah menyakiti diri kita sendiri.
Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Nabi Saw:
به لاي ب لن فسو ؤمن أحدكم حته ي لأ خيو ما ي
“tidak sempurna iman seseorang kamu, sehingga ia mencitai
saudaranya sebagaimana ia mencitai dirinya sendiri” (HR. Bukhori).
Dari hadist tersebut telah jelas bahwa sesama muslim iu bersaudara dan
hendaklah cinta-mencintai, berkasih-sayang, saling mengokohkan.
Sehingga, dengan sikap saling mencintai dan mengasihi kepada sesama
seorang pelajar akan lebih mudah dalam belajar dan tercipta lingkungan
yang nyaman, aman dan damai. Walaupun sikap saling mengasihi dan
mencintai tidak untuk seluruh manusia, hal tersebut untuk keamanan
91
dirinya sendiri. Sebagaimana Habib Umar (2017:30) menjelaskan dalam
kitab Khuluquna, Beliau menuturkan:
ب لأنفسنا نحب لكل عبد آمن بلله ما نح
Kta cinta kepada setiap-setiap hamba yang selamat dari siksa Allah dan
milikilah rasa mencintai kepada sesama
Permulaan akhlak pada sesama manusia yang pada umumnya
memiliki perasaan suka namun tidak semua manusia disukai, dengan
sikap mengasihi maka dapat memberi keamanan manusia di dunia dan
akhirat.
Makna mengasihi dan mencintai sesama menurut Habib Umar ialah
layaknya mencintai dirinya sendiri sehingga hal tersebut akan
memberikan kenyamanan dan keamanan pada kita ketika kita menuntut
ilmu. Selain mengasihi kepada sesama, Akhlak terhadap sesama juga
mengajarkan kepada pelajar untuk mengasihi seluruh makhluk ciptaan
Allah Swt yang ada di muka bumi (Firman, 2007:123).
b. Menghormati Sesama
Menghormati ialah sikap tidak memandang sebelah pada orang lain
walaupun orang tersebut memiliki perkara yang berbeda dari perkara yang
kita miliki. Menghormati tidak hanya diberikan kepada orang yang lebih
dewasa, melainkan sikap menghormati dapat diberikan kepada anak kecil.
Menghormati dapat diberikan kepada orang yang pantas menerimanya,
seperti menghormati orang yang lebih dewasa, orang-orang alim, orang-
orang yang utama akhlaknya (Ali Hasyim, 2002:88).
92
Menghormati kepada orang yang memiliki derajat lebih tinggi atau
dewasa menunjukkan bahwa setiap anggota masyarakat memiliki
keistimewaan akhlak terpuji, oleh karena itu Nabi Saw selalu berusaha
memperkuat makna itu dalam jiwa kaum muslimin, dan mengangkat
kaidah-kaidah masyarakat Islam yang di dalamnya sarat dengan aturan
akhlak. Sebagaimana yang dituturkan oleh Habib Umar (2017:30) bahwa
seorang pelajar harus memiliki sikap menghormati kepada orang yang
memiliki derajat lebih tinggi dan dewasa. Hal ini seperti dalam Hadsit
Nabi Saw:
ر نا ر نا وي ر حم صغي له كبي ليس منها من ل ي“bukanlah termasuk umatku mereka yang tidak menghargai
(memuliakan) yang lebih dewasa, dan tidak menyayangi yang lebih kecil”
(HR. Ahmad dan Thabrani).
c. Pemaaf kepada Sesama
Sikap pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang luhur, yang
harus menyertai seorang muslim. Muhammad Ali Hasyim (2002:40)
menyampaikan bahwa sifat pemaaf merupakan sifat utama orang-orang
muhsin yang dekat dengan cinta dan keridaan Allah SWT. hal tersebut
seperti dalam Firman Allah Swt pada Qs. Ali-Imran: 134:
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
93
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan” (Depag RI, 2002:67 ).
Orang yang memberi maaf orang lain, maka Allah Swt akan
memuliakannya ( Mahyuddin, 199:111), sebagaimana dalam Hadist:
عبدا بعفو الاه عزا )رواه مسلم( مازا دالله
“tidaklah seseorang memaafkan melainkan Allah tambah
kemuliannya” (HR. Muslim).
Habib Umar (2017:30) menyampaikan bahwa beliau sendiri dan
umumnya peserta didik dapat memiliki sikap pemaaf kepada sesama.
Sikap pemaaf pada sesama akan memberikan kesuksesan dalam
menuntut ilmu, karena setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan. Sifat pemaaf ialah salah satu dari manifestasi ketaqwaan
kepada Allah Swt (Ilyas, 2004:141).
d. Menahan Amarah
Sikap pemarah dalam tuntunan agama Islam akan dapat
menghilangkan pertimbangan yang benar (Mahyuddin, 1990:122).
Pemarah yaitu tersinggung perasaan tidak senang hati bila ditimpa suatu
masalah yang tidak diinginkan. Orang yang telah marah maka akan rentan
melukai orang lain, dan tidak sedikit pula orang yang marah dapat
membunuh orang lain (Adh Dhabi‟i, 2012:162). Menahan amarah dapat
menghindari prilaku untuk melukai orang lain dan jika ingin marah, maka
marahlah karena Allah Swt misalnya marahnya kita ketika agama kita
dihina. Habib Umar (2017:31) menyampaikan: “tidak memiliki perasaan
94
marah, karena marah merupakan kekuasaan Allah, dan memiliki rasa rela
atau ridho karena Allah SWT”.
Orang yang marah ia tidak akan mampu berfikir jernih dan tidak
dapat berlaku adil dalam tindakannya (Abdulloh, 2005:161). Dengan
demikian, sikap menahan marah merupakan salah satu hal yang harus
dimiliki pelajar agar ia dapat memperoleh ilmu yang diharapkan
sebagaimana yang diimpikan. Selain hal tersebut Allah SWT telah
memerintahkan kita untuk menahan amarah, sebagaimana dalam firmanya
pada QS. Ali-Imran: 134;
....... .......
“........Dan menahan amarahnya .....”
e. Ikhlas
Al-Ghazali rahimahullah berkata:” seorang manusia itu dalam
kerugian, kecuali orang yang berilmu, orang berilmu juga rugi kecuali ia
beramal, orang beramal juga rugi, kecuali ia ikhlas ( Mahyudin 1990:
170). Abu Faris ( 2005:16) mengemukakan bahwa ikhlas sucinya niat,
bersihnya hati dari syirik dan riya serta hanya menginginkan ridha Allah
semata dalam segala kepercayaan, perkataan dan perbuatan. Orang yang
memiliki sikap ikhlas senantiasa membersihkan dirinya dari syahwat
pujian, sanjungan, riya serta mensucikan dirinya dari syahwat mengejar
dunia yang akan membuatnya binasa di dunia dan akhirat (Abu Faris,
2005:17). Orang yang melakukan amal kebaikan tidak sempurna jika
tidak diiringi dengan ikhlas. Karena amal merupakan wadahnya
95
sedangkan isinya ialah ikhlas. Seperti yang disampaikan oleh Syaikh
Mustofa al-Ghalayaini (1913:12);
العمل جسم روحو ا لإخلاص
Amal itu jasmani, sedangkan ruhnya itu ikhlas
Abu Bakar al-Farisi (2016:174) menyatakan bahwa ikhlas berarti
menghadapkan semua amal perbuatan hanya kepada Allah, bukan kepada
malaikat, seorang raja, pohon atau benda lainnya. Perintah dalam agama
dalam hal ikhlas sudah jelas bahwa beribadah semata-mata untuk Allah,
sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Bayyinah: 5;
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian Itulah agama yang lurus” (Depag RI, 2002:598).
Pelajar harus memiliki sikap ikhlas dalam menuntut ilmu. Karena
dengan ikhlas apa yang akan diperoleh tercapai. Ikhlas tidak hanya dalam
niat menuntut ilmu saja, namun ikhlas dalam menolong orang lain dan
berbuat kebaikan. Sebagaimana Habib Umar (2017:31) menyebutkan
dalam kitab Khuluquna sebagai berikut:
.ولا يمنعنا اعتداؤ ىم علينا من الإخلاص في النصح لهم, واسداء الإحسان إليهم
96
Dan tidak menecegah perbuatan baik orang lain agar bermanfaat
kepada kita semua dari keikhlasan dalam berturur baik kepadanya dan
memberi manfaat kepada orang banyak
Dengan demikian, pelajar yang ikhlas dalam kebaikan untuk
sesama maka akan mendatangkan kemanfaatan daripada pelajar yang
melakukan keikhlasan untuk dirinya sendiri.
f. Jujur
Jujur sama artinya dengan benar, dan merupakan salah satu dari
sifat Rasulullh Saw. Orang yang jujur ialah orang yang pemikirannya
bertolak dan berlandaskan kebenaran itu sendiri, sehingga tidak ada lagi
prilaku yang bertentangan dengan kebenaran itu ( Mahyuddin, 1990:
121). Toto Tasmara (2001:190) menyatakan jujur ialah komponen ruhani
yang memantulkan berbagai sikap terpuji, berani menyatakan sikap secara
transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan yang bersumber
dari hati.
Kejujuran merupakan puncak segala keutamaan dan asas
kemuliaan yang menghiasi setiap muslim dalam segala ucapan dan
amalan (Ali Hasyimi, 2002:11). Dalam sejarah Rasulullah Saw, beliau
seorang yang jujur dan tidak berbohong sekalipun dengan orang kafir dan
mendapat gelar al-amin (Fuad, 2005:5). Jujur merupakan sifat yang
tidak pernah terpisahkan dari setiap Nabi, setiap kali Allah SWT memuji
salah seorang Nabi-Nya dalam Kitab-Nya, Allah SWT mensifatkan
97
sebagai orang yang jujur (Khalid, 2007:95). Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam Qs. Maryam: 41;
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al
Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan
lagi seorang Nabi” (Depag RI, 2002: 308).
Sebagaimana yang dijelaskan diatas, seorang pelajar harus
memiliki sifat jujur, baik jujur pada diri sendiri, jujur pada orang lain
maupun jujur kepada Allah SWT. Pelajar yang jujur akan memberikan
manfaat pada dirinya sendiri. Menuntut ilmu merupakan ibadah yang
diwajibkan untuk umat muslim, maka jika ingin mendapatkan ilmu yang
di Ridhai Allah, berlakulah jujur. Habib Umar (2017:32) menuturkan;
,خلاصالله بلصدق والإ إلى ندعو العباد
Kita mengajak untuk beribadah kepada Alah dengan jujur dan
ikhlas
Bahwasanya seorang pelajar harus jujur karena Allah SWT memiliki sifat
belas kasihan dan lemah lembut. Pelajar dalam menempuh pendidikan
harus berlaku jujur dan tidak curang, agar apa yang ia inginkan mendapat
Ridha Allah dan juga guru.
g. Bershadaqaoh
Bershadaqah ialah memberikan sebagian harta kita kepada orang
yang membutuhkan. Bershadaqah tidak hanya berbentuk materil, namun
dalam bentuk non-materil pula, asalkan diniatkan kepada Allah SWT.
98
Bershadaqah dapat membantu orang lain dan tercipta kerukunan dan
persatuan (Adh Dhaba‟i, 2012:89). Sebagaimana dalam QS. al-Baqarah:
267;
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji” (Depag RI, 2002:45).
Seorang pelajar yang sedang menuntut ilmu diharapkan dapat
bershadaqah kepada sesama penuntut ilmu, walaupun shadaqah yang
dikeluarkan sedikit. Sebagaimana penuturan Habib Umar (2017:33)
dalam kitab Khuluquna;
نتصدق كله يوم با تيسر وإن قله
Kita Bershadaqah setiap harinya dengan barang yang mudah
walaupun sedikit
Shadaqah yang diberikan dapat berupa meminjamkan buku catatan,
menebar senyum, salam dan lain sebagainya.
99
h. Musyawarah
Musyawarah ialah sikap mau berdiskusi kepada orang lain untuk
mengambil suatu keputusan dan mencapai kemufakatan. Berdiskusi
merupakan cara berfikir, bersikap dan bertindak berdasarkan dengan
memandang hak dan kewajiban antara diri dan orang lain sama
(Darmiyati, 2014:43). Musyawarah sangat diperlukan oleh seorang
pelajar, sebab dengan musyawarah seorang pelajar akan mendapatkan
keputusan terbaik dan tidak menyesal dalam mengambil keputusan yang
diambil sendiri.
Menurut Habib Umar (2015:97) terdapat 3 kelompok orang yang
bermusyawarah. Pertama, orang yang sempurna ialah orang yang
memiliki pendapat benar dan mau bermusyawarah,kedua, orang yang
setengah sempurnna ialah orang yang memiliki pendapat benar namun
tidak mau bermusyawarah, ketiga, orang yang tidak sempurna ialah orang
yang tidak mempunyai pendapat benar tetapi tidak mau bermusyawarah.
Allah Swt memerintahkan manusia untuk bermusyawarah , sebagaimana
dalam QS. Ali-Imran: 159;
.....
“dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu” (Depag RI,
2002:71).
Habib Umar (2017,33) menyampaikan;
سبيل الحقه بل نتناقش قصده ونتباحث,ونترك مجادلة من لا يكون قصده الا ىتداء إلىمهما كانتسلهط عليو ىواه فلا يريد إلا أن ينتصرلراية
100
Kita semangat berdiskusi dan kita tinggalkan perdebatan dengan orang
yang tidak ada tujuan dan petunjuk ke jalan yan benar tetapi ia
menguasai hawa nafsunya dan tidak berharap untuk menang di manapun
berada.
Menurut Mas Udik Abdulloh (2005:234) agar bermusyawarah
dapat berjalan lancar maka perlu memperhatikan hal-hal yaitu: bersikap
lemah lembut, pemaaf dan mintalah ampun kepada Allah Swt.
Dengan demikian, pelajar dapat menemukan keputusan terbaik dan
kemaslahatan bersama dengan jalan bermusyawarah dan meninggalkan
perdebatan yang tidak jelas kebenarannya karena akan merugikan diri kita
sendiri. Perdebatan yang harus ditinggalkan misalnya tentang
permasalahan syari‟at, karena permasalahan syari‟at harus dikembalikan
kepada al-Qur‟an dan Hadist Rasulullah Saw (Tim DPPAI, 2013: 31).
i. Memberi Pendidikan Akhlak
Memberi pendidikan akhlak merupakan tugas pokok dari oran tua,
baik di rumah maupun orang tua di sekolah. Namun, tidak menutup
kemungkinan teman sebaya atau sesama penuntut ilmu untuk memberikan
pendidikan akhlak (amar ma‟ruf nahi mungkar). Habib Umar menuturkan
dalam bukunya Mendidik Anak dengan Benar (2015:24) bahwa
pendidikan berkaitan dengan inti dari tujuan diciptakan manusia dan
hikmah diwujudkannya manuisa di alam semesta, yaitu hanya beribadah
kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT maka dengan jalan
menuntut ilmu agar mengetahui amalan-amalan baik yang sesuai dengan
tuntunan syari‟at.
101
Pendidikan akhlak merupakan hal yang penting dan telah
diperhatikan dalam agama Islam sejak lama. Memberi pendidikan akhlak
tidak hanya pada pelajar, namun kepada keluarga sesuai dengan
pendidikan akhlak di dalam al-Qur‟an, sebagaimana yang dituturkan
Habib Umar dalam kitab Khuluquna (2017:38);
علي وفق منهج التربية القرآنية والنبوية بنائنا وبناتنا وأزواجنا وأىلينانهتم بتر بية أ
Kita memperhatikan tentang pendidikan kepada putra putri, istri-
istri dan keluarga kita sesuai dengan pendidikan di dalam al-Qur‟an dan
Hadist-Hadist Nabi.
Dengan demikian, sikap memberi pendidikan akhlak tidak hanya
dilakukan oleh guru dan ustadz, namun sesama teman pula. Pelajar tidak
luput dari kegiatannya dengan ilmu pengetahuan, maka perlu kiranya
untuk memberikan pendidikan akhlak sesuai dengan al-Qur‟an dan
Sunnah.
j. Tidak Menghina kepada Sesama
Semua orang muslim ialah bersaudara, ibarat bangunan dimana
satu sama lain saling mengokohkan, saling menunjang. Maka sebab itu
kita tidak boleh menghina, mencela dan mengolok-olok. Menghina ialah
mengolok-olok apa yang menjadi kekurangan dari orang lain dimana
orang lain tidak menyukainya (Mahyuddin, 1990: 24).
Habib Umar (2017: 39) dalam kitab Khulquna memberikan contoh
bahwa beliau tidak menghina kepada makhluk Allah SWT, seperti dalam
Hadist yang dipaparkan beliau;
102
)رواه مسلم( وبحسب امرئ من الشر أن يقر أخاه المسلم
“Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan
saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim ((1986/4)(2564)).
Tidak menghina kepada sesama akan menciptakan kasih sayang,
persaudaraa, saling memahami serta saling membantu, hal tersebut
merupakan cinta yang hakiki yang dapat melahirkan keistimewaan dalam
persaudaraan (al-Ushfuri, 2016:9). Pelajar sangat perlu memiliki sifat
untuk tidak menghina sesama pelajar, karena barang siapa menghina atau
tidak mengasihi sesamanya maka ia tidak akan dikasihani, sebagaimana
dalam Hadist;
أخرج أحمد والبخاري ومسلم عن جرير البحلي قال: قال رسو ل الله ص.م.: من لا ي رحم لا ي رحم
“Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Bukhori dan Muslim dari Jarir al-
Bajali, ia berkata :”Rasululloh Saw bersabda:‟barangsiapa yang tidak
mengasihi, maka ia tidak akan dikasihani‟” (as-Suyuthi, 2009:346).
3. Ahklak Kepada Diri Sendiri
a. Memperbaiki Diri Sendiri
Sesungguhnya yang dituntut dari setiap muslim ialah hendaknya ia
meneliti dirinya dalam apa saja yang akan keluar dari dirinya, baik
perkataan maupun perbuatan (Abu Faris, 2005:38). Memperbaiki diri
(instropeksi diri) ialah mengoreksi diri sendiri dari apa yang diucapkan
atau diperbuatan apakah telah sesuai denga syari‟at atau tidak, jika telah
sesuai dengan syari‟at maka teruskanlah, jika tidak sesuai maka hentikan.
Memperbaiki diri sendiri dapat membebaskan diri dari sifat sombong dan
103
terhindar dari dosa. Menurut Firman R. Mazayasyah (2007:7) menuturkan
bahwa cara memperbaiki agar terhindar dari dosa ialah:
1) Belajar tidak melakukan sebuah tindakan yang dapat
menjerumuskan ke dosa di hadapan Allah SWT
2) Belajar jujur dengan diri sendiri dan kepada Allah SWT, jika
telah melakukan dosa maka segeralah bertaubat
3) Belajar untuk tidak sombong atau mengaku-ngaku tidak
terhindar dari perbuatan dosa.
Habib Umar (2017, 40) menyampaikan dalam kitab Khuluquna;
..... أنفسناونزكيها ونطهرىاولانأمنهانرب
Kita memperbaiki diri sendiri dan mensucikan jiwa dan tidak
menunda untuk melakukannya
Dengan demikian perlu kiranya pelajar memiliki sifat instropeksi
diri agar ia mau belajar dan menahan diri dari sifat sombong.
b. Menahan Hawa Nafsu
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Rajab al-Hambali dan
Imam al-Ghazali (2005:79) nafsu ialah faktor yang menghalangi hati
untuk sampai kepada Allah SWT. Sifat nafsu lebih menyeru untuk
durhaka dan mendahulukan kehidupan dunia. Sedangkan Allah SWT
memerintahkan manusia untuk menahan atau bahkan memerangi hawa
nafsunya. Menahan hawa nafsu dapat dikendalikan dengan kesabaran
(Yunahar,2004:135). Menahan hawa nafsu ialah menahan segala hal yang
104
membuat hati condong untuk berbuat kemaksiatan atau lebih
mementingkan keinginan di dunia dan melupakan Allah SWT (Abdulloh,
2005:171), sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Yusuf: 53;
“dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang”.(Depag RI, 2002:242).
Oleh karena pelajar harus dapat mengendalikan hawa nafsuya agar
ia mejadi orang yang cerdas ( Abdulloh, 2005:171). Nafsu dari segi sisi
sifatya terbagi menjadi 3:
1) Nafsu Muthma‟innah ialah nafsu yang tenang dan tentram
dengan dzikrulloh, tunduk kepada Allah SWT, rindu kepada
Allah serta lunak kala dekat kepada Allah SWT.
2) Nafsu Lawwamah ialah nafsu yang selalu berubah-ubah
keadaan, sering berbalik, kadang ingat dan terkadang lupa.
3) Nafsu ammarah bis-su‟ ialah nafsu yang tercela, dimana nafsu
ini selalu mengajak kepada keburukan (al-Jauziyyah, al-
Hambali, al-Ghazli, 2005:81-85)
Menurut Mas Udik Abdulloh (2005:171-179) cara yang
dapat membantu menundukkan hawa nafsu: berpegang teguh
pada kebenaran, mendirikan shalat dan puasa. Menahan hawa
nafsu tidak hanya mencegah condongnya hati dari kehidupan
dunia, namun dengan mengurangi makan dan minum.
Sebagaimana disampaikan Habib Umar (2017:40) dalam kitab
Khuluquna;
105
ل والشرب, لا نكثر المناملانسرف في الأك
Kita tidak berlebihan dalam makan dan minum, kita tidak banyak
tidur
Dengan demikian perlu kiranya, pelajar dapat menahan nafsunya
walaupun hanya dengan mengurangi makan dan minum, hal tersebut
dapat menjadi jalan keprihatinannya dalam mencari ilmu, sehingga apa
yang dicita-citakan dapat tercapai. Hawa nafsu yang tidak dapat ditahan
walaupun hanya satu nafsu lebih jelek daripada syaitan yang berjumlah
70, sebagaimana dalam sya‟ir yang disampaikan Habib Umar (2017:40);
فس لا تأ من غوائلهاتعرهف الن
فالنفس أخبث من سبعين شيطانا
Mengenallah kalian kepada nafsu,maka tidak selamat karena
disesatkan nafsu, nafsu itu lebih jelek dari pada 70 syaitan. c. Dapat Memberi Manfaat pada Orang Lain
Dapat memberi kemanfaatan pada orang lain ialah dapat
memberikan kebahagiaan atau kesenangan kepada orang lain walaupun
hal tersebut kecil. Memberi kemanfaatan kepada orang lain dapat berupa
menolong, memberi nasihat dan saling mengingatkan. Memberi
kemanfaatan pada orang lain akan diberikan imbalan kepada Allah SWT
berupa pahala, sebagaimana firman Allah dalam Qs. An-Nisa‟: 85;
106
“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan
memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi
syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari
padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Depag RI, 2002:91).
Pelajar tidak menutup kemungkinan untuk memberikan
pertolongan kepada sesama, selain akan bermanfaat pada dirinya sendiri,
hal tersebut juga akan memberikan kelapangan dan kesenangan kepada
orang lain (al-Hulabi, 2015:81). Hal ini berkaitan dengan yang
disampaikan Habib Umar dalam kitab Khuluquna (2017: 41);
جارب من كل ما يمره بنا في حياتنانستفيد ونلتقط العب ر والعظات والت
Kita berusaha mencari kemanfaatan dan kita bangun keteladanan,
pengingat, melatih dari setiap perkara yang dilakukan di kehidupan kita.
d. Bersungguh-Sungguh
Bersungguh-sungguh ialah berusaha dengan sekuat-kuatnya,
dengan segenap hati dan sepenuh minat (http./id.im.wiktionary.org).
bersungguh-sungguh dalam hal kebaikan akan mendatangkan hasil yang
memuaskan, namun jika berusaha dengan keraguan dan setengah-
setengah dalam melangkah akan mengakibatkan hasil yang diperoleh
tidak maksimal, begitu juga dalam hal belajar (Abdulloh, 2005:67).
Sebagaimana yang di Firman Allah SWT dalam Qs. Al-Insyiqaq: 6;
107
“ Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-
sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya” (Depag
RI, 2002:589).
Akhlak bersungguh-sungguh sangat penting dimiliki oleh seorang
pelajar. Karena dengan sungguh-sugguh ilmu yang didapatkan akan
sesuai dengan apa yang dicitakan. Mencari ilmu tidak boleh menyerah
walaupun memiliki keterbatasan materil dan cobaan. Sebagaimana
disampaikan Habib Umar (2017:41) dalam kitab Khuluquna;
لانين س ولا نتبرم بفقر أو شدة أو ابتلا ء أو ىزيمة
Jangan berputus asa dan terpaksa dikarenakan fakir atau
kesusahan atau karena cobaan atau karena diasingkan
Usaha yang maksimal merupakan karakter yang harus dimiliki
seorang penuntut ilmu, karena hal itu termasuk sifat yang pantang
menyerah terhadap sesuatu. Dengan kesungguhan dan kesabaran maka
hasil yang akan dicapai bersifat maksimal (Nurtadho, 2016:79).
e. Mendalami Ilmu Pengetahuan
Mendalami ilmu pengetahuan merupakan aktifitas untuk mencari,
mengkaji, menganalisis dan mengaktualisasikanya. Mendalami ilmu
pengetahuan dapat memberikan kemanfaatan yang banyak bagi pelajar.
Ketika waktu luang, maka gunakanlah untuk mendalami ilmu
pengetahuan. Selain itu, menertibkan ilmu pengetahuan yang telah
didapatkan agar dapat disimpan dan diamalkan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing, sebagaimana disampaikan Habib Umar (2017:41) dalam
kitab Khuluquna;
108
م ك ل منها مصارف دخلو ليضمن صرفها في المكان المناسب ويصرفو يرتب وينظ فيما ىوأولي
Tertiblah kita dan urutkan pada setiap perkara dari pelajaran ini
(mua‟lif) dari tempat perjalanan yang masuk dari sebuah keterangan
agar dapat disimpan dan disesuaikan pada tempatnya dan sebagai jalan
untuk mengamalkan penjelasan tersebut dengan penjelasan yang baik
sesuai dengan bidang masing-masing.
Ilmu pengetahuan lebih dahulu diperlukan sebelum beramal, sebab
perbuatan dan perkataan tidak dapat menjadi acuan tanpa adanya ilmu
(Ath-Thahhan, 2000:89). Maka dari itu, akhlak untuk diri sendiri dengan
mendalami ilmu pengetahuan sangat diperlukan oleh pelajar, karena
pelajar tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan. Dengan
mendalami ilmu pengetahuan, pelajar dapat memahaminya dan
mengaktualisasikan ilmu nya agar dapat bermanfaat di lingkungan ia
tinggal.
Nilai-nilai pendidikan akhlak di atas dapat dirumuskan dalam
tabel sebagai berikut:
No Nilai Akhlak Keterangan
1. Bertaqwa kepada
Allah SWT
Sikap senantiasa untuk mematuhi perintah dan
meninggalkan larangan Allah SWT dalam
melakukan aktifitas sehari-hari agar
mendapatkan Ridha Allah SWT
109
2. Istiqomah Sikap selalu teguh pendirian dan konsekuen
dalam menjalankan kebenaran dan kebaikan,
misalnya istiqomah dalam belajar maka apa
yang menjadi tujuan akan tercapai
3. Shalat Berjama‟ah Sikap selalu melakukan shalat berjama‟ah
agar terlatih sikap kedisiplinan dan dapat
menciptakan kerukunan antar sesama. Dengan
shalat berjama‟ah selain mendekatkan diri
kepada Allah kita dapat bersilaturohim kepada
sesama muslim
4. Bersyukur Sikap senantiasa memuji kepada yang telah
berbuat baik atas apa yang dilakukan
kepadanya dan mempergunakan nikmat yang
diberikan Allah untuk kebajikan
5. Cinta Kepada Allah Sikap selalu mencinta atau menyenangi Allah
SWT yang diikuti dengan mengikuti ajaran
yang bernilai baik sekaligus benar sehingga
dalam hidupnya senantiasa dalam Ridha Allah
SWT
6. Tawadhu‟ Sikap senantiasa merendahakn hati dan tidak
berlaku sombong atau takabbur baik
dihadapan manusia maupun di hadapan Allah
110
SWT. dengan sikap tawadhu‟ pelajar dapat
memperoleh ilmu yang diharapkan
7. Menjaga Keimanan Sikap senantiasa meneguhkan keimanan
walaupun banyak orang yang mencela dan
meremehkan
8. Wara‟ Sikap selalu menjaga diri dari segala sesuatu
yang tidak berguna menurut agama , baik hal
tersebut mubah, makruh maupun haram.
9. Menyayangi dan
mencintai sesama
Sikap selalu mengasihi dan mencintai sesama
manusia dan makhluk yag telah diciptakan
Allah SWT agar tercipta kedamaian di muka
bumi.
10. Menghormati sesama Sikap senantiasa tidak memandang sebelah
pada orang lain walaupun orang tersebut
memiliki perbedaan dari kita
11. Menahan Amarah Sikap selalu menahan amarah karea amarah
dapat menghilangkan jernihnya berfikir dan
tidak berlaku adil dapam tindakan
12. Ikhlas Sikap selalu mensucikan niat, bersihnya hati
serta hanya menginginkan ridha Allah SWT
13. Jujur Sikap senantiasa pemikirannya bertolak dan
111
berlandaskan kebenaran itu sendiri, sehingga
tidak ada lagi prilaku yang bertentangan
dengan kebenaran
14. Bershadaqah Sikap senantiasa memberikan sebagian harta
kita setiap harinya baik berupa materi maupun
non materi walaupun diberikan hanya sedikit
15. Musyawarah Sikap mau berdiskusi kepada orang lain untuk
mengambil keputusan dan mencapai
kemufakatan demi kemaslahatan bersama
16. Memberi pendidikan
Akhlak
Sikap senantiasa mau memberikan pendidikan
akhlak atau mengingatkan kepada orang lain
tentang kebaikan
17. Tidak Menghina Sikap selalu tidak mengolok-olok, mencela,
menghina sesama muslim, karena sesama
muslim merupakan saudara
18. Instropeksi Diri Sikap senantiasa meneliti dirinya dalam apa
saja yang akan keluar dari dirinya, baik
perkataan maupun perbuatan
19. Menahan Hawa Nafsu Sikap senantiasa mengendalikan hawa nafsu
atau segala yang membuat hati condong untuk
112
berbuat kemaksiatan dan lebih mementingkan
keinginan dunia dan melupakan Allah SWT
20. Dapat Memberi
Manfaat pada Orang
Lain
Sikap selalu memberikan faedah atau manfaat
pada orang lain walaupun hal tersebut bersifat
kecil
21. Bersungguh-sungguh Sikap senantiasa berusaha dengan sekuat-
kuatnya, dengan segenap hati dan sepenuh
minat sehingga apa yag diharapkan dapat
tercapai dengan maksimal
22. Mendalami Ilmu
Pengetahuan
Sikap selalu menggunakan waktu baik luang
maupun sempit untuk mendalami ilmu
pengetahuan dan mengaktualisasikannya.
C. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Kitab Khuluquna bagi Dunia
Pendidikan Islam Saat Ini
Kitab Khuluquna merupakan salah satu kitab tentang akhlak karangan
Habib Umar yang menjelaskan tentang pendidikan akhlak di era modern ini.
Khuluquna merupakan salah satu dari beberapa kitab kuning yang banyak
dipelajari di pesantren dan madrasah. Khuluquna merupakan kitab akhlak selain
dari Taisirul Kholaq, Nashihul Ibad, aba‟ lil abna‟ yang ditulis oleh ulama di
abad ini. Pelajaran akhlak di pesantren merupakan pembelajaran agama yang
penting untuk diberikan kepada santri (Muslim Abdul Rohman, 1997:53).
113
Kitab ini ditulis dengan kebutuhan untuk memberikan pendidikan yang
berkaitan akhlak. Melihat akhlak di era saat ini telah banyak dikesampingkan dan
tidak perlu untuk dipelajari di sekolah maupun madrasah. Karena sebagian besar
lembaga pendidikan lebih menitik beratkan pada pendidikan kognitif. Banyak
terjadi kemerosotan akhlak seperti KKN, tawuran pelajar,dll yang disebabkan
melemahnya pendidikan dan ethical-control dari praktek masyarakat pada tingkat
bawah hingga masyarakat elit ( Gani, 2015:128).
Habib Umar menjelaskan bahwa manusia khususnya peserta didik harus
memiliki keimanan sebagai akar dari pendidikan seperti yang dijelaskan dalam
QS. Lukman: 13;
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar"
Wasiat tersebut merupakan nasihat untuk mempersiapkan peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat. Memberikan keimanan pada peserta didik akan
mempermudah anak dalam memberikan pendidikan akhlak. Habib Umar
menuturka bahwa Pendidikan akhlak dapat memberikan kemuliaan di dunia dan
akhirat. Orang yang melakukan kebaikan harus disertai dengan ilmu yang
bermafaat untuk dirinya dan orang lain. Ilmu yang diamalkan membutuhkan tata
cara/ adab menurut amalanya, jika ilmunya tidak sesuai maka Allah SWT tidak
menerima amalnya.
114
Selain menjelaskan tentang pendidikan akhlak harus disertai dengan
keimanan dan Ilmu, Habib Umar juga menjelaskan nilai-nilai akhlak yang harus
dimiliki oleh seorang pelajar, misalnya mendekatkan diri kepada Allah, Istiqomah
dalam beribadah dan kebaikan, menyayangi dan mengasihi sesama, jujur dan
ikhlas kepada Allah maupun sesama manusia, menahan hawa nafsu, mudah
memaafkan kesalahan orang lain dan lain sebagainya. Dengan sikap demikian itu,
besar kemungkinan seorang pelajar dapat mencapai kesuksesan dalam dunia dan
akhirat. Nilai-nilai dalam pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna diharapkan
dapat menjadi acuan untuk santri atau peserta didik, sehingga kemerosotan akhlak
dapat dicegah. Setiap muslim diharuskan memilik akhlak yang baik, agar dapat
memberi manfaat atau tauladhan kepada orang lain, sebagaiman Nabi Saw yang
diutus oleh Allah SWT dengan tujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Melihat kondisi saat ini, dimana kemajuan dan perkembangan teknologi,
informatika dan ilmu pengetahuan yang semakin menjamur, bila tidak disikapi
dengan akhlak baik akan mengakibatkan dampak negatif yang besar daripada
dampak positifya. Banyak berbagai modus kriminal yang terjadi di masyarakat
yang dilakukan melalui kemajuan teknologi dan informatika. Akhlak menjadi
ukuran tinggi rendahya derajat seseorang. Sekalipun orang dapat pintar setinggi
lagit, tetapi jika melanggar norma agama atau peraturan pemerintah, maka tidak
dapat dikatakan seorang yang mulia. Akhlak tidak hanya menentukan tinggi
derajat seseorang, melainkan juga masyarakat. Masyarakat terhormat adalah
masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berbudi pekerti baik (Hestu
Nugrowo,2018:66)
115
Selain masalah-masalah kriminal juga mengakibatkan problem digradasi
etika dan moral. Misalnya KKN yang merajalela, tawuran pelajar, tidak
menghormati terhadap sesama, meremehkan orang lain, lebih menyukai bermain
daripada belajar. Masalah-masalah tersebut merupaka permasalahan yang paling
mendasar dalam permasalahan pendidikan. Akhlak merupakan hal yang paling
penting dan menjadi barometer keimanan (Ibrahim, 2017:54). Ibrahim Bafadhol
(2017:55) mengatakan kembali, Bahkan Rasululloh Saw menegaskan bahwa
tujuan diutusnya beliau tidak lain untuk menyempurakan akhlak. Rasululloh Saw
menginformasikan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih berat pada mizan seorang
hamba pada hari kiamat kelak selain dari akhlak yang baik. Sebagaimana dalam
hadist;
ا بعث م الأخلاق ت لأتم مكار إنه
“Sesungguhnya aku (Rasululloh saw) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
benar (HR. Ahmad)
Pentingnya pendidikan akhlak yang harus dimiliki manusia, khususnya
memberikan pendidikan akhlak kepada anak sebagai generasi muslim penerus
para Nabi. Peserta didik merupakan manusia yang diberikan Allah sebuah
anugrah agar dapat membedakan kebaikan dan kejahatan (an-Nahli, 1995: 41).
Dengan diberikan anugrah tersebut, manusia mampu memilih jalan pada kebaikan
atau kebahagiaan dan Allah SWT telah jelas menyebutkan bahwa dalam
hidupnya, manusia harus mampu mensucikan, mengembangkan dan meninggikan
diri agar terangkat dalam keutamaan, sebagaimana firman Allah dalam QS. As-
Syam: 7-10;
116
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
Berkaitan hal tersebut, Habib Umar (2017:40) menyampaikan bahwa manusia
mampu memperbaiki diri dengan menahan hawa nafsuya. Karena hawa nafsu
dapat membawa kekufuran.
Memberikan pendidikan akhlak seperti yang disebutkan dalam kitab
Khuluquna dapat menjauhkan peserta didik dari paham ateis, kemurtadan,
kekafiran dan kezindiqan. Sehingga peserta didik diharapkan dapat memerangi hal
tersebut sebagai rangka untuk memelihara agama Allah (An-Nahli, 1995:79).
Nilai-nilai Pendidikan akhlak dalam Kitab Khuluquna seperti taqwa dapat
diberikan kepada peserta didik sehingga menjadi bekal untuk menuju jalan yang
lurus dalam kehidupan ini (Hafidz dan Kastolani, 2009:27), sebagaimana firman
Allah dalam QS. al-Baqarah: 197;
“Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.
117
Dengan demikian, melihat kondisi saat ini sangat relevan apabila nilai-
nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Khuluquna dijadikan acuan di
dalam dunia pendidikan Islam. Nilai-nilai pendidikan akhlak seperti tadabbur,
istiqomah, shalat berjama‟ah, bersyukur, cinata kepada Allah SWT, tawadhu‟,
menjaga keimanan, menghargai sesama,wara‟, menyayangi dan mencintai sesama,
menahan amarah, ikhlas, jujur, bershadaqah, musyawarah dan lain sebagainya.
Apabila hal tersebut tertanam kepada peserta didik, maka keberhasilan dalam
dunia pendidikan Islam akan tercapai. Seperti yang disampaikan oleh Hafidz,
M.Ag dan Drs. Kastolani, M.Ag (2009:30) bahwa agama Islam menganjurkan
amal shaleh, sehingga Islam selalu menyertakan Iman dan amal shaleh. Selain itu
pendidikan Islam selalu diidentikkan dengan pendidikan akhlak dan nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam kitab Khuluquna termasuk dalam tujuan agama yaitu
dapat menjadikan manusia bahagia di dunia maupun akhirat dengan cara takut dan
taqwa kepada Allah dengan beribadah yang baik.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari analisis skripsi di atas, penulis dapat meyimpulkan bahwa nilai-
nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Kitab Khuluquna terdapat
25 butir nilai pendidikan akhlak yang penuli sajikan dalam tabel
sebagai berkut:
No Nilai Akhlak Keterangan
1. Bertaqwa kepada
Allah
Sikap senantiasa untuk mematuhi
perintah dan meninggalkan larangan
Allah SWT dalam melakukan aktifitas
sehari-hari agar mendapatkan Ridha
Allah SWT
2. Istiqomah Sikap selalu teguh pendirian dan
konsekuen dalam menjalankan
kebenaran dan kebaikan, misalnya
istiqomah dalam belajar maka apa yang
menjadi tujuan akan tercapai
3. Shalat Berjama‟ah Sikap selalu melakukan shalat
berjama‟ah agar terlatih sikap
kedisiplinan dan dapat menciptakan
119
kerukunan antar sesama. Dengan shalat
berjama‟ah selain mendekatkan diri
kepada Allah kita dapat bersilaturohim
kepada sesama muslim
4. Bersyukur Sikap senantiasa memuji kepada yang
telah berbuat baik atas apa yang
dilakukan kepadanya dan
mempergunakan nikmat yang diberikan
Allah untuk kebajikan
5. Cinta Kepada Allah Sikap selalu mencinta atau menyenangi
Allah SWT yang diikuti dengan
mengikuti ajaran yang bernilai baik
sekaligus benar sehingga dalam
hidupnya senantiasa dalam Ridha Allah
SWT
6. Tawadhu‟ Sikap senantiasa merendahakn hati dan
tidak berlaku sombong atau takabbur
baik dihadapan manusia maupun di
hadapan Allah SWT. Dengan sikap
tawadhu‟ pelajar dapat memperoleh ilmu
yang diharapkan
7. Menjaga Keimanan Sikap senantiasa meneguhkan keimanan
120
walaupun banyak orang yang mencela
dan meremehkan
8. Wara‟ Sikap selalu menjaga diri dari segala
sesuatu yang tidak berguna menurut
agama , baik hal tersebut mubah, makruh
maupun haram.
9. Menyayangi dan
mencintai sesama
Sikap selalu mengasihi dan mencintai
sesama manusia dan makhluk yag telah
diciptakan Allah SWT agar tercipta
kedamaian di muka bumi.
10. Menghormati
sesama
Sikap senantiasa tidak memandang
sebelah pada orang lain walaupun orang
tersebut memiliki perbedaan dari kita
11. Menahan Amarah Sikap selalu menahan amarah karea
amarah dapat menghilangkan jernihnya
berfikir dan tidak berlaku adil dapam
tindakan
12. Ikhlas Sikap selalu mensucikan niat, bersihnya
hati serta hanya menginginkan ridha
Allah SWT
13. Jujur Sikap senantiasa pemikirannya bertolak
121
dan berlandaskan kebenaran itu sendiri,
sehingga tidak ada lagi prilaku yang
bertentangan dengan kebenaran
14. Bershadaqah Sikap senantiasa memberikan sebagian
harta kita setiap harinya baik berupa
materi maupun non materi walaupun
diberikan hanya sedikit
15. Musyawarah Sikap mau berdiskusi kepada orang lain
untuk mengambil keputusan dan
mencapai kemufakatan demi
kemaslahatan bersama
16. Memberi
pendidikan Akhlak
Sikap senantiasa mau memberikan
pendidikan akhlak atau mengingatkan
kepada orang lain tentang kebaikan
17. Tidak Menghina Sikap selalu tidak mengolok-olok,
mencela, menghina sesama muslim,
karena sesama muslim merupakan
saudara
18. Instropeksi Diri Sikap senantiasa meneliti dirinya dalam
apa saja yang akan keluar dari dirinya,
baik perkataan maupun perbuatan
122
19. Menahan Hawa
Nafsu
Sikap senantiasa mengendalikan hawa
nafsu atau segala yang membuat hati
condong untuk berbuat kemaksiatan dan
lebih mementingkan keinginan dunia dan
melupakan Allah SWT
20. Dapat Memberi
Manfaat pada Orang
Lain
Sikap selalu memberikan faedah atau
manfaat pada orang lain walaupun hal
tersebut bersifat kecil
21. Bersungguh-
sungguh
Sikap senantiasa berusaha dengan
sekuat-kuatnya, dengan segenap hati dan
sepenuh minat sehingga apa yag
diharapkan dapat tercapai dengan
maksimal
22. Mendalami Ilmu
Pengetahuan
Sikap selalu menggunakan waktu baik
luang maupun sempit untuk mendalami
ilmu pengetahuan dan
mengaktualisasikannya.
2. Di lihat dari materi yang terdapat dalam kitab Khuluquna, penulis
menyimpulkan bahwa semua materi yang terdapat dalam kitab
Khuluquna layak diberikan kepada peserta didik guna membentuk
akhlakul karimah yang menjadi tujuan pendidikan Islam. Konsep
pendidikan akhlak yang ditawarkan Habib Umar dalam Kitab
123
Khuluquna masih relevan dalam dunia pendidikan Islam hingga saat
ini. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya
seperti; Bertaqwa kepada Allah, istiqomah, ikhlas, jujur, menghargai,
menyayangi dan mengasihi, mudah memaafkan, menahan hawa nafsu
dan lain sebagainya, akan sangat membantu di dalam mencapai tujuan
pendidikan Islam. Pendidikan Islam menganjurkan amal shaleh
sehingga pendidikan Islam menyertakan iman dan amal shaleh. Selain
itu pendidikan Islam selalu diidentikkan dengan Pendidikan Akhlak.
Maka dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa kitab ini juga layak
dijadikan rujukan dalam pendidikan Islam. Nilai-nilai pendidikan
ahlak dalam kitab Khuluquna dapat menjadi solusi dalam memperbaiki
akhlak diberbagai bidang, khususnya menghadapi karakteristik zaman
ini.
B. Saran
1. Pelaksanaan Pendidikan
Bagi pelaksanaan pendidikan (ustadz, guru, dosen, dll) sekiranya
mampu memahami dan memperhatikan keadaan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar. Pendidik tidak hanya memperhatikan
kemajuan siswa dalam kognitif saja namun dalam afektif juga harus
ditekankan. Terkadang pendidik tidak mengetahui apa yang terjadi
pada peserta didiknya. Hal tersebut dapat menghambat proses belajar
mengajar dan tidak akan tercapai tujuan dari pendidikan Islam. Karena
dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya transfer ilmu saja, namun
ranah yang paling penting ialah transfer nilai (akhlak).
124
Perlu kiranya dalam dunia pendidikan, terlebih dalam pendidikan
Islam para pendidik dapat memahami dalam pembelajaran jangan
hanya memberikan aspek kognitif saja semata, akan tetapi hal
terpenting ialah menanamkan nilai-nilai akhlak peserta didik.
2. Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai fasilitas pedidikan
diharapkan mampu menentukan apa yang dibutuhkan oleh pelaku
pendidikan agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar dan tercapai tujuan pendidikan Islam. Selain itu lembaga
pendidikan harus mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang
kondusif, dalam arti lingkungan yang mendukung untuk mencetak
peserta didik yang berkualitas baik secara kognitif maupun afektifnya,
sehingga peserta didik siap menjalani dan berkontribusi sebagai
anggota masyarakat.
3. Masyarakat
Masyarakat sebagai mitra dalam keberlangsungan pendidikan
harus ikut andil bersama lembaga sekolah dalam tumbuh kembangnya
peserta didik. Selain memperhatikan tumbuh kembangnya peserta
didik, masyarakat diharapkan dapat menjadi pelaku evaluasi dalam
perkembangan pendidikan di masyarakat, sehingga pendidikan Islam
dapat tercapai.
4. Peneliti Selanjutnya
Bahwa hasil dari analisis tentang nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam Kitab Khuluquna karya Habib Umar bin Hafidz, peneliti ini
125
belum sepenuhnya bisa dikatakan sempurna atau final dalam
melakukan penelitian. Sebab, tidak menutup kemungkinan masih
banyak kekurangan di dalamnya sebagai akibat dari keterbatasan
waktu, sumber rujukan, metode serta pengetahuan dan ketajaman
analisis yang dimiliki, oleh karena itu terhadap peneliti selanjutnya
supaya dapat mengkaji ulang dari hasil penelitian ini secara lebih
komprehensif dan kritis.
126
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jabbar, Umar. t.t. Al-Mabadi Fiqh. t.p. Demak
Abu Faris, M. Abdul Qadir. 2005. Mensucikan Jiwa. Terj. Habiburrahman
Saerozi. Jakarta: Gema Insani
Adh Dhaba‟i, Muhammad bin „Ali. 2012. Obat Hati. Terj. Abdul Kadir.
Yogyakarta: Mumtaz
Ali, Mufron.2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia
Al-Ghalayaini, Syaikh Mustofa. 1913. Idzotin Nashi‟in. t.p . Beirut
Al-Hulaibi, Faisal. 2015. Pintu- Pintu Kebaikan. Terj. Arif Mahmudi.
Jakarta: Istanbul
Al-Jauziyah, Ibnu Qayim, Ibnu Rajab al-Hambali, Imam al-Ghazali. 2005.
Tazkiyatul Nafs ( Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama‟
Salafusshalih. Terj. Imtihan Asy-Syafi‟i. Solo: Pustaka Arafah
Al-Zarnuji. 2007. Ta‟lim al-Muta‟alim. Bairut: at-Dar al-Kutub al-
Islamiyah
Al-Hilali, Majdi. 2006. Hancurkan Belenggu dalam Hatimu. Solo: Qaula
Ali Hasyimi, Muhammad. 2002. Apakah Anda Berkepribadian Muslim?.
Terj. Salim Basyaratul. Jakarta: Gema Insani Press
Al-Qathabani, Said bin Ali Wahf. 2008. Lebih Berkah dengan Shalat
Berjama‟ah. Terj. Muhammad bin Ibrahim. Solo: Qaula
Alu Husain, Sholih bin Huwaid. 2016. Mendidik Genenrasi ala Sahabat
Nabi Saw. Jakarta: Griya Ilmu
Al-Ushfuri, Syaikh Muhammad bin Abu Bakar. 2016. Ushfuriyah. Terj.
M. Alwi Amru Ghazali. Yogyakarta: Diva Press
Aminuddin,dkk. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi
Umum. Bogor: Ghalia Idonesia
Amri Syafri, Ulil. 2014. Pendidikan Karakter Berasis Al-Qur‟an. Jakarta:
Rajawali Press
127
An-Nawawi, Abu Zakariya bin Syaraf. t.th. Riyadlush Sholihin.
Surabaya: Daarul Ilmi
As-Suyuthi, Imam Jalaludin. 2009. Asbab Wurud al-Hadist. Terj.
Muhammad Ayub, Hamzah Amali, Lu‟luil Lathifah. Jakarta:
Pustaka as-Sunnah
Asy Syalhub, Fuad bin Abdul Aziz. 2005. Quantum Teaching: 38
Langkah Belajar Mengajar EQ cara Nabo Saw. Terj. Abu
Haekal. Jakarta: Zikrul Hakim
Ath-Thahan, Mustofa Muhammad. 2000. Pribadi Muslim Tangguh. Terj.
Marsuni Sasaky. Jakarta: Pustaka al-Kautsar
B.M. Meglino dan E.C. Ravlin. 1998. Individual Values in Organizations:
Concept Controversies and Research, Management. Jakarta :
Salemba Empat
Bafadhol, Ibrahim. 2017. Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam
dalam Jurnal Pendidikan Islam.(Online),6 (12), (www. STAI Al-
Hidayah.ac.id)
Bagheri Noarapast, Khosrow.2016. Pendidikan Islam, Terjm. Ety Trian
Jakarta: Citra
Barizi, Ahmad. 2011.Pendidikan Integratif ( Akar Tradisi dan intelegensi
Keilmuan Pendidikan Islam.Malang: UIN Maliki Press
Bakri dan Nur.1991. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Bin Hafidz, Habib Umar.2014. Habib Umar Bin Hafidz Menjawab. Terjm.
Husin Nabil. Jakarta: Penerbit Putera Bumi
___________. 2015. Mendidik Anak Dengan Benar. Terj. Husain Nabil
Assegaf. Tangerang: Putra Bumi
___________. 2017. Khuluquna. Tahrim: Tareem Center
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kuaitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Danu Ismadi, Hurip. 2014. Pendidikan Karakter dalam Perspektif
Kebudayaan. Jakarta: Gading Inti Prima
Daradjat, Zakiah, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: , PT. Bumi
Aksara
128
Departemen Agama RI. 2002. AL-Qur‟an dan Terjemahannya. Semarang:
Karya Toha Putra
Hamdi, Muhamad. 2016. Teori Kepribadian. Bandung: CV.Alfabet
Ibrahim, Mahyuddin. 1990. 180 Sifat Tercela dan Terpuji. Jakarta: CV.
Haji Masagung
Ilyas, Yunahar. 2004. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Indrawan, Rulli dan Poppy Yaniawati. 2016. Metodologi Penelitian.
Bandung: Refika Aditama
Kasiran,Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif–Kualitatif. Malang:
UIN Maliki Press
Khalid, Amru. 2007. Berakhlak Seindah Rasululloh. Terj. Yusuf Shandy.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Lutfiah, Zeni, dkk.2011. Pendidikan Agama Islam (Pendidikan Karakter
Berbasis Agama Islam). Surakarta: Yuma Presindo
M. Hambal, Shafwan. 2014. Intisari Sejarah Pendidikan Islam. Solo:
Pustaka Arafah
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Masdub dan Abdul Kholiq (Ed).2015. Sosiologi Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Muchtar. 2016. Konsep Pendidikan Akhlak dan Dakwah dalam Perspektif
Dr.KH. Zakky Mubarak,MA dalam Jurnal Studi al-Qur‟an, 12/2,
STAINU Jakarta
Mufron, Ali. 2015. Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta: Aura Pustaka
Muhaimin, Abdul Mujib, Marno (Ed) dan Yusuf Mudzakkir.2005.
Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana
Muhammad al-Ghazali, Abu Hamid. 2000. Mengobati Penyakit Hati
Membentuk Akhlak Mulia. Bandung: Karisma
Munawwir, Muhammad Warson. 1984. Kamus al-Munawwir. Yogyakarta:
Pustaka Progressif
Muslimin. Pendidikan Akhlak dalam Menghadapi Era Modernitas,diakses
dari http://scholar.google.ac.id
129
Nazir,Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nurtadho. 2016. Nilai- Nilai Pendidikan Karakter pada Kitab Ta‟lim
Muta‟alim Karya al- Zarnuji. Skripsi FTIK IAIN Salatiga
Quraish Shihab, Muhammad. 1996. Wawasan al-Qur‟an: Tafsir
Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat. Banding: Mizan
R. Mazayasyah, Firman. 2007. Keluar dari Kejahilan Nafsu. Yogyakarta:
Gama Media
Reksiana.2018. Kerancuan Istilah Karakter, Akhlak, Moral dan Etika
dalam Jurnal Thaqafiyyat,1/19
Solihin, Muhammad. 2009. Menjadi Diri Kekasih Ilahi: Nasihat dan
Wejangan Spiritul Syikh Abdul Qadir al-Jailani. Jakarta
Sukardi.2009. Metodologi Pennnelitian Pendidikan Komperensi dan
Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara
t.p.2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Press
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta: Gema Inani Press
Tim DPPAI. 2013. Menjadi Pemimpin Muslim Sejati. Yogyakarta: DPPAI
UII
Tim Majlis Khoir. t.th. Biografi Habib Luthfi bin Ali, Habib Rizieq Shihab
dan Habib Umar bin Hafidz. Malang: Majlis Khoir Publishing
Tim Pustaka Basma. 2012. Memahami Pribadi Suci Baginda Nabi SAW
Melalui Maulid Dhiya‟ul Lami‟. Malang: Pustaka Basma
Udik Abdulloh, Mas. 2005. Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa
dan Tawakal. Jakarta: Zikrul Hakim
Uhbiyati, Nur.2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Gasindo
Warsoto, Hestu Nugroho.2018. Pembentukan Akhlak Siswa ( Studi Kasus
Sekolah Madrasah Aliyah An-Nida Al-Islamy, Cengkareng) dalam
Jurnal Mandiri, 2/1
Zahri, Mustofa. 2007. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT.
Bina Ilmu
Zuchdi, Darmiyati. 2013. Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan
Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press
130
Zuhdi, M. Harfin. 2011. Istiqomah dan Konsep diri Seorang Muslim:
Jurnal Religia, vol. 14. No. 1
http://riwayatintelektual.com
http://id.im.wikitionary.org
http://id.m.wikipedia.org
131
Konfirmasi persetujuan penelitian Kitab Khuluquna karya Habib Umar bin
Hafidz pada:
Hari/ Tanggal : Senin, 27 September 2019, Pukul: 23. 13
132
Recommended