View
232
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN KULON PROGO
NOMOR : 35 /MoU.KP/HKM/2017
TANGGAL : 18 September 2017
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN KULON PROGO
NOMOR : 35/MoU.KP/HKM/2017
TANGGAL : 18 September 2017
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2017
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : HASTO WARDOYO
Jabatan : Bupati Kulon Progo
Alamat Kantor : Jl. Perwakilan No. 1 Wates
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kabupaten Kulon Progo,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA
2. Nama : AKHID NURYATI
Jabatan : Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo
Alamat Kantor : Jl. Sugiman No. 28 Wates
3. Nama : PONIMIN BUDI HARTONO
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo
Alamat Kantor : Jl. Sugiman No. 28 Wates
4. Nama : LAJIYO YOK MULYONO
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo
Alamat Kantor : Jl. Sugiman No. 28 Wates
sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Kulon Progo, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (PAPBD), diperlukan Kebijakan Umum Perubahan APBD
yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Kabupaten untuk selanjutnya
i
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN ………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang …………………….……….……………………………..….
1.2 Tujuan ……………..……....................………………………………….….
1.3 Dasar Hukum ....................……………………...………………….………
PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD ..............................................
2.1 Perubahan Kebijakan Umum ............................................................
2.1.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional ..................................
2.1.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro DIY ..........................................
2.1.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Kulon Progo .............................
2.2 Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah .........................................
2.3 Upaya-upaya Daerah dalam Mencapai Target Pendapatan Daerah .....
2.3.1 Pendapatan Asli Daerah ..........................................................
2.3.2 Dana Perimbangan .................................................................
2.3.3 Lainlain Pendapatan Daerah yang Sah ....................................
2.4 Perubahan Kebijakan Belanja Daerah .................................................
2.5 Perubahan Kebijakan pembiayaan Daerah .........................................
2.5.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan ..........................................
2.5.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan ........................................
PENUTUP……………………………….…………………………………………
I - 1
I - 1
I - 2
I - 3
II - 1
II - 1
II - 1
II - 3
II - 4
II - 5
II - 10
II - 10
II - 10
II - 11
II - 11
II - 12
II - 13
II - 13
III - 1
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan bidang kewenangan
urusan wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan
dalam bentuk program dan kegiatan yang didanai melalui APBD setiap tahunnya.
APBD Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2017 ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2017, yang sebelumnya
didahului dengan adanya Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
dengan DPRD Kabupaten Kulon Progo Nomor 63/MoU.KP/HKM/2016 tanggal 11
November 2016 tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2017 dan Nota Kesepakatan antara
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan DPRD Kabupaten Kulon Progo Nomor
64/MoU.KP/HKM/2016 tanggal 11 November 2016 tentang Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara APBD Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2017, dengan
merujuk pada Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 102 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 20 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, perubahan APBD dapat dilaksanakan apabila terjadi:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;
c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan;
d. keadaan darurat; dan
e. keadaan luar biasa.
Memperhatikan hasil capaian kinerja pelaksanaan kegiatan APBD Kabupaten Kulon
Progo Tahun Anggaran 2017 sampai dengan bulan Juni 2017 dan perkembangan yang
I - 2
tidak sesuai dengan asumsi-asumsi dalam Kebijakan Umum APBD (KUA) Kabupaten
Kulon Progo Tahun Anggaran 2017, maka harus dilakukan perubahan dokumen
penganggaran daerah sesuai dengan peraturan perundangan di atas.
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2017 disusun merujuk
pada Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Bupati Kulon Progo Nomor 20 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017.
Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA) dilakukan secara menyeluruh
guna menampung seluruh perubahan asumsi-asumsi dalam pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah yang terjadi karena perubahan asumsi makro yang berimbas pada
stuktur APBD Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2017, serta untuk
menindaklanjuti belanja prioritas yang belum diakomodir dalam APBD Kabupaten Kulon
Progo Tahun Anggaran 2017.
Kebijakan Umum Perubahan Aanggaran Pendapatan Belanja Daerah (KUPA) Tahun
2017 disusun sebagai bahan pembahasan antara eksekutif dan legislatif untuk
disepakati dalam bentuk Nota Kesepakatan KUPA Kulon Progo Tahun 2017.
Selanjutnya hasil kesepakatan tersebut dijadikan dasar dan pedoman dalam
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan (PPAS Perubahan)
Tahun 2017. Dokumen Kebijakan Umum Perubahan meliputi :
1. Pendahuluan yang menjabarkan latar belakang penyusunan Kebijakan Umum
Perubahan APBD (KUPA), tujuan penyusunan KUPA dan dasar hukum penyusunan
KUPA.
2. Perubahan Kebijakan Umum APBD, yang berisi tentang perubahan asumsi dasar
Kebijakan Umum APBD, perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah, perubahan
Kebijakan Belanja Daerah dan Kebijakan Pembiayaan Daerah;
3. Penutup
1.2 Tujuan
Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang ada, maka penyusunan
Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA) Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran
2017 bertujuan untuk :
1. Memberikan pedoman umum atas perubahan asumsi-asumsi kebijakan umum APBD
Tahun Anggaran 2017;
2. Menyesuaikan perubahan prediksi penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Lain-lain pendapatan yang sah;
3. Menyesuaikan penetapan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA);
I - 3
4. Melakukan perubahan kebijakan pengganggaran terkait dinamika permasalahan
yang timbul di masyarakat yang perlu mendapat penanganan secara cepat dengan
memperhatikan prioritas nasional, regional dan daerah;
5. Melakukan penajaman prioritas kegiatan melalui pergeseran anggaran, penambahan
alokasi anggaran dan penjadwalan ulang beberapa kegiatan dalam Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2017;
6. Melakukan penyesuaian penempatan kode rekening sesuai ketentuan yang berlaku.
1.3 Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
4. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2016 tentang Rincian Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun 2017;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah 2006 terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun Anggaran 2017;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43 Tahun 2017 tentang Rincian dana Bagi Hasil
Cukai Hasil Tembakau Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017;
I - 4
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 14 Tahun 2007 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah; Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 20 Tahun
2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 (RPJP Daerah);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017;
12. Peraturan Bupati Kabupaten Kulon Progo Nomor 102 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;
13. Peraturan Bupati Kabupaten Kulon Progo Nomor 50 Tahun 2017 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 20 Tahun 2016 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;
14. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 119 Tahun 2016 tentang Penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2017.
II - 1
BAB II
PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD
2.1. Perubahan Kebijakan Umum
2.1.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional
Memasuki pertengahan tahun 2017, Indonesia harus mampu membangun
optimisme untuk menghadapi setiap situasi ekonomi, baik global maupun domestik.
Namun, kondisi ini harus tetap diwaspadai karena mengingat kondisi ekonomi global
yang lebih rentan dengan krisis karena mudah berubah-ubah.
Dalam penyusunan anggaran APBN berpedoman pada kerangka ekonomi
makro dan pokok pokok kebijakan fiskal tahun 2017 juga mempertimbangkan kondisi
ekonomi, sosial, perkembangan internasional dan domestik dalam beberapa bulan
terakhir, serta berbagai langkah antisipatif yang telah ditempuh dalam tahun 2016,
maupun rencana kebijakan yang akan dilaksanakan di tahun 2017. Selain hal
tersebut diatas penetapan target target ekonomi makro juga perkembangan terkini
faktor eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, perekonomian global masih diliputi
ketidakpastian arah kebijakan moneter negara maju dan perkembangan harga
komoditas internasional serta tren perlambatan ekonomi Tiongkok. Dari sisi internal,
pertumbuhan ekonomi diharapkan akan didorong oleh belanja infrastruktur
Pemerintah dalam rangka penguatan sektor produktif sebagai penggerak
pertumbuhan perekonomian. Berbagai paket kebijakan yang telah diterbitkan
diharapkan juga mampu mendorong tumbuhnya investasi swasta yang akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi
makro.
Upaya menjaga stabilitas ekonomi makro tersebut ditempuh melalui kebijakan
fiskal, moneter, dan sektor riil yang terkoordinasi. Namun demikian, kondisi stabilitas
ekonomi makro tersebut masih akan menghadapi beberapa tantangan yang berasal
dari potensi risiko atas gejolak ketidakpastian likuiditas pasar keuangan global
sebagai dampak ketidakpastian kebijakan peningkatan suku bunga Amerika Serikat,
berlanjutnya moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, serta masih lemahnya harga
komoditas. Risiko lainnya adalah ketidakpastian ekonomi Eropa pasca hasil
referendum di Inggris (Brexit) dan penurunan harga komoditas dunia.
Mengacu pada perkembangan kondisi tersebut, asumsi dasar ekonomi makro
yang sudah pakai dalam APBN tahun 2017 berubah pada penyusunan APBNP 2017,
adapun perubahan perubahan tersebut terjadi pada :
II - 2
a. Pertumbuhan ekonomi yang di RAPBN-P 2017 lebih optimistis dibanding
target sebelumnya. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi global, yaitu
ekonomi AS, Eropa, dan Jepang serta proyeksi dari lembaga
internasional, yakni IMF sebesar 3,5 persen. Di samping itu, lembaga
internasional IMF juga mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di
2017 sebesar 5,1 persen, Bank Dunia 5,2 persen, Fitch memproyeksikan
ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen, dan Standard & Poors 5,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di RAPBN-P 2017 bersumber dari
konsumsi rumah tangga dan LNPRT 5,1 persen, konsumsi pemerintah 4,6
persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 5,4 persen, ekspor 4,8
persen, dan impor 3,9 persen.
b. Inflasi bergerak lebih tinggi 4,3 persen di RAPBN-P 2017 karena ada
tekanan dari harga-harga yang diatur pemerintah, seperti tarif listrik.
Sementara untuk inflasi dari gejolak harga pangan, pemerintah mengklaim
cukup berhasil mengendalikannya. Untuk mengendalikan laju inflasi,
pemerintah menunda kenaikan harga elpiji, dan BBM belum naik
meskipun risikonya anggaran subsidi naik
c. Kurs rupiah diproyeksikan 13.400 per dolar AS di RAPBN-P 2017 atau
sedikit melemah dari APBN yang sebesar 13.300 per dolar AS lantaran
ada faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi laju nilai mata uang
Garuda. Disamping hal tersebut Quantitatve Easing di Eropa pun masih
berlangsung dan AS masih akan menaikkan Fed Fund Rate satu kali lagi
menjadi 1,4 persen-1,6 persen di akhir 2017 yang mana ini akan
menekan rupiah.
d. Tingkat bunga SPN 3 bulan bergerak turun, karena ada tekanan kebijakan
kenaikan suku bunga AS, kondisi likuidtas di pasar keuangan global yang
masih akan didukung pelonggaran moneter di zona Eropa, Inggris, dan
Jepang.
Adapun perubahan perubahan asumsi ekonomi makro dalam penyusunan
APBN 2017 dan RAPBN-P 2017 pada tabel berikut
Tabel 2.1
Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN Tahun 2017 dan RAPBN-P 2017
No Indikator Makro APBN 2017 RAPBN-P 2017
1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,1 % 5,2%
2 Inflasi (%) 4,0 % 4,3%
3 Suku Bunga SPN 3 bln (%) 5,1% 5,2%
II - 3
No Indikator Makro APBN 2017 RAPBN-P 2017
4 Nilai Tukar (Rp/USD) Rp. 13.300/USD Rp. 13.4000/USD
5 Harga Minyak (USD/barel) USD 45/Barel USD 50/Barel
6 Lifting Minyak (ribu barel per hari) 815 ribu barel/hari 815 ribu barel/hari
7 Lifting Gas (ribu barel per hari) 1.155 ribu barel/hari 1.150 ribu barel/hari
Sumber: Kementerian Keuangan, 2017
2.1.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro DIY
Keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari beberapa
indikator, salah satu indikator yang paling umum digunakan dan paling sederhana
adalah dengan melihat pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
daerah tersebut atau yang biasa disebut dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi banyak faktor, baik itu faktor-faktor
yang merupakan variabel ekonomi maupun faktor-faktor pendukung non-ekonomi.
Kinerja ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilihat dari nilai PDRB
harga konstan tahun 2010 pada pada tahun 2011 hingga tahun 2016 cenderung
mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan nilai PDRB atas harga
konstan tahun 2010. Pada tahun 2011 nilai PDRB sebesar 68,049 triliun rupiah
mengalami kenaikan menjadi 71,702 triliun rupiah pada tahun 2012 dan terus
mengalami kenaikan hingga 87,688 triliun rupiah pada tahun 2016, dan diprediksikan
kembali naik pada tahun 2017 menjadi 91.209 triliun rupiah.
Sedangkan dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, DIY mengalami pasang
surut. Pada tahun 2011 hingga 2013 laju pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan
sebesar 5,2 persen pada tahun 2011 menjadi 5,4 persen di tahun 2012 dan menjadi
5,5 persen di tahun 2013. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013
disebabkan oleh meningkatnya sektor pembentuk PDRB DIY, semua sektor tersebut
mengalami peningkatan.Pada tahun 2014 laju pertumbuhan ekonomi DIY mengalami
penurunan sebesar 5,20 persen dan pada tahun 2015 menurun menjadi 4,95 persen.
Pada Tahun 2016 kembali mengalami kenaikan menjadi 5,05 persen dan
diprediksikan naik kembali pada tahun 2017 hingga mencapai 5,46 persen.
Percepatan pertumbuhan ekonomi DIY terjadi seiring dengan terjadinya percepatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Hampir semua sektor pertumbuhan ekonomi DIY
mengalami kenaikan. Berdasarkan laporan Bank Indonesia meningkatnya
pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan didukung oleh
keberhasilan kebijakan pemerintah dalam mendorong tercapainya ketahanan
pangan. Sektor perdagangan juga mengalami peningkatan akibat dari tingginya
II - 4
permintaan pada saat perayaan hari raya keagamaan, libur nasional dan libur
sekolah.
Proyeksi inflasi DIY mengalami kenaikan dari 3,09 pada tahun 2015 menjadi
3,95 pada tahun 2016 dan diprediksikan pada tahun 2017 menurun mencapai angka
3,36. Faktor pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga BI merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi tingkat inflasi di DIY. Ketika pertumbuhan ekonomi terjadi maka
pendapatan masyarakat cenderung naik dan kegiatan ekonomi juga akan semakin
besar. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kegiatan ekonomi riil, perdagangan
serta kegiatan di sektor moneter. Ketika suku bunga BI naik maka masyarakat
cenderung untuk menginvestasikan dananya pada tabungan sehingga akan
mengurangi Jumlah Uang Beredar (JUB) dan pada akhirnya akan menurunkan
tingkat inflasi.
ICOR DIY untuk tahun 2014 hingga tahun 2017 diperkirakan mengalami
kenaikan dan penurunan sekaligus. ICOR sebesar 5,77 pada tahun 2016
diperkirakan menjadi sebesar 5,51 di tahun 2017. Kenaikan angka ICOR yang sangat
kecil ini menunjukkan bahwa terjadi sedikit kurang efisien dalam penggunaan
investasi untuk menghasilkan output di DIY. Hal ini menunjukkan juga bahwa ketika
ICOR rendah maka dengan investasi yang sama akan dapat menghasilkan output
yang lebih besar sehingga nilai PDRB akan dapat naik. Jika nilai PDRB naik maka
dapat mendorong terjadinya laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Faktor-
faktor lain akan dapat menentukan ICOR antara lain adalah besarnya penambahan
Investasi dan komposisi atau alokasi investasi menurut sektor produksi yang tepat.
Tabel 2.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro DIY Tahun 2017
No Indikator Makro APBD 2017 RAPBD-P 2017
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
4,3 5,46
2. Inflasi (%) 4,91-4,93 3,36
3. ICOR 4,72-5,43 5,51
Sumber : Bappeda DIY 2017.
2.1.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Kulon Progo
Seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat, pertumbuhan
ekonomi DIY mengalami penurunan dari 5,17 persen pada tahun 2014 dan menjadi
sebesar 4,95 persen pada tahun 2015, dan kembali naik pada tahun 2016 sebesar
II - 5
5,05 bahkan pada tahun 2017 diprediksikan kembali mengalami kenaikan laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,20 persen. Hal tersebut secara umum juga akan
mempengaruhi kondisi ekonomi makro di Kabupaten Kulon Progo. Hampir semua
sektor mengalami kenaikan laju pertumbuhan ekonomi khususnya sektor pertanian.
Hal tersebut sebenarnya sangat menguntungkan bagi Kabupaten Kulon Progo
karena kontribusi terbesar penyusun nilai PDRB dari sektor pertanian. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian disebabkan oleh kebijakan yag dilakukan
oleh pemerintah daerah seperti perbaikan jaringan irigasi, perbaikan infrastruktur
pertanian, bantuan bibit unggul dan alat pertanian hingga kerja sama dengan
berbagai pihak yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan.
Dengan nilai PDRB di Kabupaten Kulon Progo yang diprediksikan mengalami
peningkatan pada tahun 2016 menjadi 8,312 trilyun rupiah dari 7,671 trilyun rupiah
pada tahun 2015 merupakan sebuah harapan besar untuk memberdayakan
perekonomian masyarakat, sehingga diprediksikan pada tahun 2017 akan kembali
mengalami peningkatan nilai PDRB sebesar 8,814 Trilyun rupiah.
Selama kurun waktu 2010-2017, nilai PDRB per kapita Kabupaten Kulon Progo atas
dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, nilai PDRB per
kapita Kabupaten Kulon Progo tercatat sebesar 12,91 juta rupiah dan terus
mengalami peningkatan hingga pada tahun 2016 mencapai 20,146 juta rupiah, dan
diprediksikan pada tahun 2017 mencapai 21,177 juta rupiah. Peningkatan PDRB per
kapita yang cukup tinggi ini disebabkan masih dipengaruhi oleh faktor inflasi, oleh
karena itu untuk melihat peningkatan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari
angka PDRB per kapita berdasarkan harga konstan 2010. Selama periode 2010-
2016, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari 12,91
juta rupiah pada tahun 2010 menjadi 15,949 juta rupiah pada tahun 2016. Dan
dipredikskan pada tahun 2017 terus mengalami peningkatan hingga mencapai
16,396 juta rupiah.
Tabel 2.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Kulon Progo Tahun 2017
No Indikator Makro APBD 2017 RAPBD-P 2017
1. PDRB ADHB 8,058 trilyun rupiah 8,813 trilyun rupiah
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,15 % 4.88 %
3. PDRB Per Kapita 19,48 Juta Rupiah 21,177 Juta Rupiah
4. Inflasi 4,72-5,43 5,51
Sumber : Bappeda Kulon Progo 2017.
II - 6
2.2. Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah
Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam
perencanaan pendapatan daerah untuk KUA Perubahan tahun 2017 tetap mengacu
pada kebijakan APBD 2017, yaitu akan menekankan pada peningkatan pendapatan
daerah tanpa memberikan beban langsung kepada masyarakat. Pendapatan melalui
pos pendapatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat akan dilakukan
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan. Intensifikasi pemungutan pajak
dan retribusi akan ditingkatkan sekaligus melakukan perbaikan dan peningkatan
kualitas layanan administrasi pajak dan retribusi. Adapun kebijakan Pendapatan
Daerah pada perubahan APBD Tahun 2017 Kabupaten Kulon Progo memperhatikan
hal-hal berikut:
1. Perhitungan APBD Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2016
2. Realisasi pendapatan daerah sampai dengan semester I tahun 2017.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Hak
Keuangan Dan Administratif Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2017 Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam Apbd, Dan Tertib Administrasi
Pengajuan, Penyaluran, Dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan
Bantuan Keuangan Partai Politik.
5. Penyesuaian atas Dana Perimbangan/Transfer yang bersumber dari
pemerintah pusat sesuai Rincian Dana Alokasi Umum dan Tambahan Dana
Alokasi Khusus Fisik menurut Provinsi,Kabupaten/Kota Dalam APBN - P 2017
yang dipublikasi oleh Humas DJPK tanggal 9 Agustus 2017
6. Surat dari Kementerian Keuangan Nomor : S-432/PK/2017 tanggal 15 Juni
2017 tentang Pelaksanaan Penyaluran DAK Non Fisik berbasis Kinerja .
7. Surat dari Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum tertanggal 11-1–2017 tentang
bantuan parpol yang belum dicairkan di tahun 2015 dan 2016 dapat
dianggarkan di Tahun 2017
8. Penyesuaian Bantuan Keuangan dari Provinsi.
9. SiLpa Tunjangan Profesi Guru
10. Silpa Dana Tambahan Penghasilan guru
11. Kegiatan mendahului Perubahan APBD
12. Pembebasan pembayaran pajak BPHTB oleh Angkasa Pura.
II - 7
Perubahan pendapatan terjadi karena adanya penyesuaian target
pendapatan daerah sehubungan dengan perkembangan realisasi penerimaan
pendapatan, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.4. Target Pendapatan dan Target Perubahan Pendapatan Tahun 2017
KELOMPOK PENDAPATAN
TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
PERUBAHAN TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
BERTAMBAH /
(BERKURANG)%
2 3 4 5 = 4-3 6
PENDAPATAN DAERAH 1,402,546,137,805.59 1,441,739,297,277.90 39,193,159,472.31 2.79
PENDAPATAN ASLI DAERAH 221,215,012,961.59 241,037,946,598.61 19,822,933,637.02 8.96
DANA PERIMBANGAN 979,213,034,000.00 972,753,561,500.00 (6,459,472,500.00) (0.66)
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 202,118,090,844.00 227,947,789,179.29 25,829,698,335.29 12.78
Sumber data : Badan Keuangan dan Aset Daerah, 2017
Pendapatan daerah pada Perubahan APBD Tahun 2017 diperkirakan naik
sebesar Rp. 39.193.159.472,31 (2,79%) yaitu dari Rp1.402.546.137.805,59 menjadi
Rp1.441.739.297.277,90. Kenaikan tersebut berasal dari kenaikan penerimaan
pendapatan asli daerah sebesar Rp19.822.9933.637,02 (8,96%) yaitu dari
Rp221.215.012.961,59 menjadi Rp241.037.946.598,61 dan pendapatan dari Lain-
Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp25.829.698.335,29 (12,78%) yaitu
dari Rp202.118.090.844,00 menjadi Rp227.947,789,179,29. Selain kenaikan
tersebut juga disebabkan oleh adanya penurunan dana perimbangan daerah
sebesar Rp6.459.472.500,00 (0,66%) yaitu dari Rp979.213.034.000,00 menjadi
Rp972.753.561.500,00.
Pendapatan Asli Daerah diperkirakan mengalami kenaikan sebesar
Rp32.552.661.081,16 atau sebesar 2,32%. Rincian kenaikan Pendapatan Asli
Daerah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5. Target Pendapatan Asli Daerah dan Target Perubahan Pendapatan Asli
Daerah Tahun 2017
KELOMPOK PENDAPATAN
TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
PERUBAHAN TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
BERTAMBAH /
(BERKURANG)%
2 3 4 5 = 4-3 6
PENDAPATAN ASLI DAERAH 221,215,012,961.59 241,037,946,598.61 19,822,933,637.02 8.96
Hasil Pajak Daerah 81,519,038,320.79 43,024,098,351.29 (38,494,939,969.50) (47.22)
Hasil Retribusi Daerah 8,840,603,205.00 7,407,197,578.13 (1,433,405,626.87) (16.21)
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 13,806,411,232.81 15,783,395,763.54 1,976,984,530.73 14.32
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 117,048,960,202.99 174,823,254,905.65 57,774,294,702.66 49.36
Sumber data : Badan Keuangan dan Aset Daerah, 2017
II - 8
Kenaikan tersebut berasal dari prediksi Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan naik sebesar Rp1.964.750.540,23 (14,23%) dan
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar Rp57.731.967.661,66
(49,32%). Selain hal tersebut di atas kenaikan juga disebabkan karena adanya
penurunan pada pendapatan Hasil Pajak Daerah sebesar Rp38.494.939.969,50
(47,22%) dan Hasil Retribusi Daerah sebesar Rp1.433.405.626,87 (16,21%).
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan naik sebesar
Rp1.964.750.540,23 (14,23%) sebagai akibat dari naiknya deviden BPD DIY sebesar
Rp2.562.908.564,20 (34,02%) dan PD. Aneka Usaha yang mengalami kenaikan
sebesar Rp44.285.326,00 atau 21,53%. Selain disebabkan adanya kenaikan
pendapatan juga disebabkan adanya penurunan dari deviden Bank Pasar dan
penurunan dari pendapatan PT SELO ADI KARTO. Deviden Bank Pasar mengalami
penurunan sebesar Rp521.263.724,00 (15,12%) dikarenakan menyesuaikan dengan
hasil RUPS, sedangkan PT SELO ADI KARTO mengalami penurunan sebesar
Rp90.349.487,00 atau turun sebesar 3,57%. Hal ini dikarenakan menyesuaikan
dengan hasil RUPS.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah mengalami kenaikan sebesar
Rp57.731.967.661,66 (49,32%). Adapun kenaikannya hampir di semua sub sektor
mengalami kenaikan kecuali pada sub sektor pendapatan penerimaan bunga
deposito, hasil dari pemanfaatan kekayaan daerah sewa dan pendapatan dari
pengelolaan BUKP.
Hasil Pajak Daerah mengalami penurunan sebesar Rp44.151.877.329,15 (54,16%)
penurunan ini disebabkan karena penurunan dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan dan bangunan sebesar Rp47.494.890.054,54 atau 79,69% sebagai
akibat tidak dibayarnya BPHTB pembebasan lahan Bandara oleh PT Angkasa Pura.
Dana Perimbangan pada Perubahan APBD 2017 ini mengalami penurunan
sebesar Rp6.459.472.500,00 atau 0,66%. Secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut :
II - 9
Tabel 2.6. Target Pendapatan Dana Perimbangan dan Target Perubahan
Pendapatan Dana Perimbangan Tahun 2017
KELOMPOK PENDAPATAN
TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
PERUBAHAN TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
BERTAMBAH /
(BERKURANG)%
2 3 4 5 = 4-3 6
DANA PERIMBANGAN 979,213,034,000.00 972,753,561,500.00 (6,459,472,500.00) (0.66)
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 29,250,013,000.00 33,047,279,933.00 3,797,266,933.00 12.98
Dana Alokasi Umum 718,490,508,000.00 705,868,940,000.00 (12,621,568,000.00) (1.76)
Dana Alokasi Khusus 231,472,513,000.00 233,837,341,567.00 2,364,828,567.00 1.02
Sumber data : Badan Keuangan dan Aset Daerah, 2017
Penurunan pendapatan Dana Perimbangan disebabkan karena Penyesuaian atas
Dana Perimbangan/Transfer yang bersumber dari pemerintah pusat sesuai Rincian
Dana Alokasi Umum dan Tambahan Dana Alokasi Khusus Fisik menurut
Provinsi,Kabupaten/Kota Dalam APBN-P Tahun 2017 yang dipublikasikan oleh
Humas DJPK tanggal 9 Agustus 2017 dan Surat dari Kementerian Keuangan Nomor:
S-432/PK/2017 tanggal 15 Juni 2017 tentang Pelaksanaan Penyaluran DAK Non
Fisik berbasis Kinerja.
Lain-Lain Pendapatan yang Sah diprediksikan naik sebesar
Rp25.829.698.335,29 atau 12,78%. Secara rinci kenaikan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.7. Target Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah dan Target
Perubahan Pendapatan Tahun 2017
KELOMPOK PENDAPATAN
TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
PERUBAHAN TARGET
PENDAPATAN TAHUN
2017
BERTAMBAH /
(BERKURANG)%
2 3 4 5 = 4-3 6
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 202,118,090,844.00 227,947,789,179.29 25,829,698,335.29 12.78
Pendapatan Hibah 2,249,215,544.00 6,293,736,576.00 4,044,521,032.00 179.82
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 71,351,328,300.00 73,711,441,230.29 2,360,112,930.29 3.31
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 50,890,070,000.00 50,890,070,000.00 - -
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemda lainnya - 19,425,064,373.00 19,425,064,373.00 -
Dana Desa 77,627,477,000.00 77,627,477,000.00 - -
Sumber data : Badan Keuangan dan Aset Daerah, 2017
Kenaikan pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah disebabkan karena :
a. kenaikan hibah pembangunan air minum, SPM Dikdas dan hibah air minum
perdesaan;
II - 10
b. kenaikan dana bagi hasil pajak dari provinsi; dan
c. bantuan keuangan dari provinsi.
2.3. Upaya-upaya Daerah Dalam Mencapai Target Pendapatan Daerah
Sebagai upaya untuk mewujudkan target pendapatan agar dapat terealisasi pada
tahun 2017, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan. Untuk Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) diupayakan dengan melakukan intensifikasi dan
ekstensifikasi terhadap sumber-sumber PAD. Intensifikasi lebih dikaitkan dengan
usaha untuk melakukan pungutan secara intensif dan mengoptimalkan sumber-
sumber pendapatan, termasuk didalamnya adalah upaya memperbaiki data
perpajakan dengan melakukan pendataan ulang dan pendataan baru bagi pembayar
pajak dan retribusi daerah, juga melakukan penyuluhan untuk meningkatkan
kesadaran dalam membayar pajak/retribusi daerah.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, antara lain
melalui:
2.3.1 Pendapatan Asli Daerah
a. Melakukan penjaringan objek dan wajib pajak serta objek dan wajib
retribusi daerah guna meperoleh data perpajakan yang terbaru;
b. Mengintensifkan penagihan pajak dan retribusi daerah;
c. Meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak dan retribusi daerah
untuk menuju pelayanan prima;
d. Memperbaiki fasilitas-fasilitas obyek retribusi melalui berbagai perbaikan
infrastruktur pendukung obyek retribusi;
e. Melakukan penyesuaian retribusi melalui peninjauan terhadap Peraturan
Daerah.
f. Memperbaiki kinerja dan efisiensi manajemen pada badan usaha milik
daerah melalui pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
BUMD;
g. Melaksanakan Optimalisasi anggaran melalui pengaturan anggaran
(Cash Budgeting) agar tercapai efisiensi dan efektivitas anggaran
dengan tetap menjaga likuiditas keuangan
2.3.2 Dana Perimbangan
a. Membuat dan mengirimkan data-data dasar DAU dan DAK serta
proposal DAK kepada Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian
Dalam Negeri dan Kementerian Terkait;
II - 11
b. Melakukan koordinasi dan kerjasama terhadap upaya peningkatan
penerimaan pajak negara (pusat) yang berdampak pada peningkatan
alokasi perimbangan untuk bagi hasil pajak dan bukan pajak;
c. Melakukan koordinasi dengan pemerintah (pusat) maupun provinsi
dalam rangka optimalisasi penerimaan dana bagi hasil pajak dan bukan
pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.
2.3.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
a. Mengupayakan berbagai usulan program pembangunan yang dapat
didanai melalui hibah dari pemerintah;
b. Mendorong upaya peningkatan pajak provinsi yang berkonsekuensi
pada peningkatan bagi hasil pajak provinsi;
2.4. Perubahan Kebijakan Belanja Daerah
Perubahan kebijakan belanja daerah pada perubahan APBD Tahun 2017
didasarkan pada hasil evaluasi realisasi belanja sampai semester I sehingga
diketahui ada belanja yang pengganggarannya kurang dan ada yang diprediksikan
lebih, adanya kebijakan pengurangan pendapatan transfer dan bantuan keuangan
Provinsi serta karena adanya belanja mendahului perubahan. Dengan adanya
perubahan tersebut sehingga kebijakan anggaran pada Perubahan APBD Tahun
2017 sebagai berikut:
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung mengalami kenaikan sebesar
Rp17.563.585.301,00. Kenaikan tersebut disebabkan oleh :
a. Dampak dari terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2017 Tentang Hak Keuangan Dan Administratif Pimpinan Dan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2017 Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Dan Tertib
Administrasi Pengajuan, Penyaluran, Dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik;
c. SiLPA Tunjangan Profesi Guru dan tambahan penghasilan guru non
sertifikasi;
d. Kurang bayar Belanja Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Retribusi ke
Pemerintah Desa;
II - 12
e. Belanja hibah yang dipergunakan untuk BOS SD/SMP swasta, tambahan
belanja tali asih sebagai penghargaan prestasi olah raga, dan hibah air bersih
dan sanitasi;
f. Belanja bantuan sosial untuk bantuan modal kerja transmigran.
Disamping kenaikan tersebut di atas terdapat penurunan Belanja Bagi Hasil Pajak
ke Pemerintah Desa sebesar Rp4.192.676.479,00 sebagai akibat pembebasan
pajak BPHTB kepada PT. Angkasa Pura dan menurunnya target penerimaan
hasil retribusi daerah antara lain pada retribusi pengendalian menara
telekomunikasi dan IMB.
Belanja Tidak Terduga APBD Murni 2017 dianggarkan di PPKD sebesar
Rp2.000.000.000,00. Anggaran tersebut telah direalisasikan melalui belanja
PPKD sebesar Rp132.205.654,00 yang digunakan untuk tanggap darurat
bencana alam tanah longsor di ruas jalan Keji-Sulur Desa Purwoharjo Samigaluh,
serta digunakan/digeser ke belanja Langsung SKPD melalui Perubahan Perkada
sebesar Rp1.731.606.661,00 untuk kegiatan pemeliharaan berkala jalan
kabupaten dan pembayaran listrik Rusunawa pada DPU, kegiatan pemeliharaan
sarpras PKB pada Dinas Perhubungan, serta pencegahan dan pemberantasan
penyakit hewan pada Dinas Pertanian dan Pangan sehingga sisa belanja tak
terduga sebesar Rp136.187.685,00.
Pada perubahan APBD 2017 belanja tak terduga yang sudah digunakan/digeser
ke belanja langsung SKPD tersebut dikembalikan lagi ke belanja tak terduga
sebesar Rp1.000.000.000,00.
Selain itu pada belanja tak terduga ditambahkan ganti rugi asset terdampak
bandara sebesar Rp6.651.666.125,00, namun digunakan sebesar
Rp4.203.784.876,00 untuk kebutuhan belanja yang mendesak. Sehingga secara
keseluruhan belanja tidak terduga hanya mengalami kenaikan sebesar
Rp1.716.274.588,11.
2. Belanja Langsung
Belanja Langsung pada Perubahan APBD Tahun 2017 mengalami kenaikan
sebesar 7,12% atau Rp43.303.825.475,00 yaitu dari Rp607.990.125.458,65
menjadi Rp651.293.950.934,00. Kenaikan belanja langsung diantaranya karena
BOS untuk SD/SMP Negeri, Jamkesda, pemanfaatan SiLPA BLUD RSUD Wates
dan Puskesmas, Belanja Bantuan Keuangan Khusus dari Provinsi dan
Penyesuian belanja langsung SKPD yang telah dilaksanakan melalui perubahan
Perkada.
II - 13
2.5. Perubahan Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk
menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah
dibanding dengan pendapatan yang diperoleh daerah. Dengan kata lain, pembiayaan
daerah merupakan pembiayaan yang disediakan untuk menganggarkan setiap
penerimaan yang perlu dibayarkan kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan atau tahun-tahun sebelumnya.
Adapun komponen dari pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
2.5.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Perubahan alokasi penerimaan pembiayaan berasal dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya sebesar
Rp69.122.706.711,84
2.5.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Perubahan alokasi pengeluaran pembiayaan bertambah sebesar
Rp3.000.000.000,00 menjadi Rp9.000.000.000,00 yang digunakan untuk penyertaan
modal kepada PDAM sebagai tindak lanjut amanat Perda Nomor 15 Tahun 2016
tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Binangun Kulon Progo.
Rincian perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaan tahun 2017 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
II - 14
Tabel 2.4
Perubahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan
APBD 2017 APBD P 2017 BERTAMBAH/
(BERKURANG)
2.00 3.00 4.00
PENDAPATAN 1,402,546,137,805.59 1,441,739,297,277.90 39,193,159,472.31
PENDAPATAN ASLI DAERAH 221,215,012,961.59 241,037,946,598.61 19,822,933,637.02
Pendapatan Pajak Daerah 81,519,038,320.79 43,024,098,351.29 (38,494,939,969.50)
Hasil Retribusi Daerah 8,840,603,205.00 7,407,197,578.13 (1,433,405,626.87)
13,806,411,232.81 15,783,395,763.54 1,976,984,530.73
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 117,048,960,202.99 174,823,254,905.65 57,774,294,702.66
DANA PERIMBANGAN 979,213,034,000.00 972,753,561,500.00 (6,459,472,500.00)
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 29,250,013,000.00 33,047,279,933.00 3,797,266,933.00
Dana Alokasi Umum (DAU) 718,490,508,000.00 705,868,940,000.00 (12,621,568,000.00)
Dana Alokasi Khusus (DAK) : 231,472,513,000.00 233,837,341,567.00 2,364,828,567.00
- DAK Fisik 94,256,009,000.00 99,466,666,000.00 5,210,657,000.00
- DAK Non Fisik 137,216,504,000.00 134,370,675,567.00 (2,845,828,433.00)
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 202,118,090,844.00 227,947,789,179.29 25,829,698,335.29
Pendapatan Hibah 2,249,215,544.00 6,293,736,576.00 4,044,521,032.00
71,351,328,300.00 73,711,441,230.29 2,360,112,930.29
Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus 50,890,070,000.00 50,890,070,000.00 -
- 19,425,064,373.00 19,425,064,373.00
77,627,477,000.00 77,627,477,000.00
BELANJA 1,440,263,093,213.57 1,501,130,503,989.74 60,867,410,776.17
BELANJA TIDAK LANGSUNG 832,272,967,754.92 849,836,553,055.74 17,563,585,300.82
Belanja Pegawai 615,789,620,030.75 628,614,212,967.63 12,824,592,936.88
Belanja Bunga 622,211,979.17 463,757,840.00 (158,454,139.17)
Belanja Hibah 22,914,500,000.00 30,208,075,000.00 7,293,575,000.00
Belanja Bantuan Sosial 27,586,200,000.00 27,676,200,000.00 90,000,000.00
Belanja Bagi Hasil kpd Prov/Kab dan pemDes 9,400,826,245.00 5,927,158,000.00 (3,473,668,245.00)
153,959,609,500.00 153,230,874,660.00 (728,734,840.00)
Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000.00 3,716,274,588.11 1,716,274,588.11
BELANJA LANGSUNG 607,990,125,458.65 651,293,950,934.00 43,303,825,475.35
Surplus (defisit) (37,716,955,407.98) (59,391,206,711.84) (21,674,251,303.86)
PEMBIAYAAN DAERAH 37,716,955,407.98 59,391,206,711.84 21,674,251,303.86
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 44,448,455,407.98 69,122,706,711.84 24,674,251,303.86
44,448,455,407.98 69,122,706,711.84 24,674,251,303.86
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 6,731,500,000.00 9,731,500,000.00 3,000,000,000.00
Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 6,000,000,000.00 9,000,000,000.00 3,000,000,000.00
Pembayaran Pokok Utang 731,500,000.00 731,500,000.00 -
PEMBIAYAAN NETTO 37,716,955,407.98 59,391,206,711.84 21,674,251,303.86
(0.00) (0.00) 0.00
Dana Desa
Belanja Bant Keu kpd Prov/Kab, PemDes dan
Parpol
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya
SURPLUS/(DEFISIT)
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
URAIAN
1
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
Recommended