View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
NUMERIK PUTUSAN
[1.1] Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram
[1.2] Identitas Pemohon
[1.3] Identitas Termohon
[1.4] Penetapan-penetapan
[1.5] Pokok Permohonan
[1.6] Pokok Tanggapan Termohon
[1.7] Bukti Surat Pemohon
[1.8] Bukti Surat Termohon
[1.9] Keterangan Ahli dari Pemohon
[2.1] Tentang Pertimbangan Hukum
[2.2] Pertimbangan Hukum tentang Identitas Para Pihak
[2.3] Pertimbangan Hukum tentang Kewenangan Pengadilan
[3.1] Dasar Hukum Mengadili
[3.2] Amar Putusan
[3.3] Rapat Permusyawaratan
Halaman | 1
P U T U S A N Nomor: 18/G/2015/PTUN.MTR
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
[1.1] Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram, yang memeriksa, memutus
dan menyelesaikan sengketa administrasi, yang dilaksanakan di Gedung
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram, Jalan DR. Soedjono – Lingkar
Selatan, Kota Mataram, telah menjatuhkan putusan penerimaan permohonan,
yang diajukan oleh:
[1.2] NURDIN M. JAFAR YASIN, berkewarganegaraan Indonesia, tempat
tanggal lahir Bima, 7 Juli 1935/ Umur 80 Tahun, bertempat
tinggal di Jln. Kepiting No. 1 RT/RW: 01/01, Kelurahan Melayu,
Kec. Asakota, Kota Bima, pekerjaan Swasta, nomor hp:
08235901167;
Dalam hal ini memberikan kuasa kepada SYARIFUDDIN
LAKUY, SH., berkewarganegaraan Indonesia, bertempat
tinggal di Jalan Gajah Mada Kompleks BTN Pepabri No. 30
Kota Bima, pekerjaan Advokat/Penaehat Hukum/Konsultan
Hukum pada Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum (PKBHI),
alamat e-mail: syarifuddinlakuy@gmail.com ;
Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON;
M E L A W A N
[1.3] KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BIMA,
berkedudukan di Jalan Lintas Bima Sumbawa Dadibou, Kec.
Woha, Kabupaten Bima, Nomor Telpon: (0374) 43598, 43597,
Nomor Fax: (0374) 43598;
Halaman | 2
Dalam hal ini, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor:
01/14.52.06/X/2015, tertanggal 6 Oktober 2015 diwakili oleh
kuasanya:
1. M. HASAN, SH;
2. M. SALAHUDIN, SH.
3. MUHAMAD RUSLI;
Kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia, pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Pertanahan Kabupaten
Bima, beralamat Jalan Lintas Bima Sumbawa Dadibou, Kec.
Woha, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat;
Selanjutnya disebut sebagai TERMOHON;
[1.4] Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram tersebut, setelah:
1. Membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram
Nomor 18/Pen-MH/2015/PTUN.MTR, tanggal 25 September 2015,
tentang Susunan Majelis Hakim yang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Nomor 18/G/2015/PTUN.MTR;
2. Membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha
Negara Mataram Nomor: 18/Pen.JS/2015/PTUN.MTR tanggal 28
September 2015, tentang Jadwal Persidangan Sengketa tersebut;
3. Membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha
Negara Mataram Nomor: 18/Pen.HS/2015/PTUN.MTR tanggal 28
September 2015, tentang Hari dan Tanggal Persidangan sengketa a
quo;
4. Membaca berkas sengketa serta mendengar keterangan para pihak
yang bersengketa dan mendengarkan keterangan saksi yang diajukan
di persidangan;
Halaman | 3
TENTANG POKOK PERMOHONAN
[1.5] Bahwa Pemohon melalui permohonannya tertanggal 22 September
2015, yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
Mataram pada tanggal 22 September 2015 dengan register Nomor:
18/G/2015/PTUN.MTR, yang pada pokoknya mengemukakan dalil-dalil
sebagai berikut;
Bahwa Pemohon mengajukan permohonan menetapkan dan/atau
melakukan keputusan dan/atau tindakan terhadap Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bima (Termohon), yakni:
1. Surat Tanggal 9 April 2015 No.07/PKBHI/IV/2015 Tentang Perihal:
Permohonan Klarifikasi, selanjutnya disebut Obyek Permohonan I;
2. Surat Tanggal 30 April 2015 yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima dengan Nomor: 93/14.52.06/IV/2015,
Perihal: Pembatalan Sertifikat Hak Milik Nomor 40 Desa Leu Kec. Bolo Kab.
Bima an. Abdul Haris. Selanjutnya disebut Obyek Permohonan II;
3. Surat Tanggal 27 Mei 2015 yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bima dengan Nomor: 102.2.52.06/V/2015, perihal: Pembatalan
Sertifikat Hak Milik Nomor 40 Desa Leu, Kecamatan Bolo, Kab. Bima an.
Abdul Haris. Selanjutnya disebut Obyek Permohonan III;
4. Surat Tanggal 24 Juni 2015 yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima dengan Nomor: 102/2.52.06/VI/2015,
Perihal: Tindak Lanjut Hasil Rapat Dengan Komisi I. Selanjutnya disebut
Obyek Permohonan IV;
A. Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara
Bahwa kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara untuk memeriksa
dan memutus Permohonan yang mengakibatkan kerugian orang perorangan
dan/atau warga masyarakat dan/atau Badan Hukum Perdata dan/atau Badan
Pemerintahan akibat tidak ditetapkannya Keputusan dan/atau tidak
Halaman | 4
dilakukannya Tindakan oleh Badan dan/atau tidak dilakukannya Tindakan oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, didasari dengan ketentuan Pasal 53
UU Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, yaitu sebagai
berikut :
(1) Batas waktu kewajiban untuk menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(2) Jika ketentuan peraturan perundang-undangan tidak menentukan
batas waktu kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dalam waktu paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
(3) Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan, maka permohonan tersebut
dianggap dikabulkan secara hukum;
(4) Pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
memperoleh putusan penerimaan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3);
(5) Pengadilan wajib memutuskan permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
permohonan diajukan;
(6) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan
untuk melaksanakan putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), paling lama 5 (lima) hari kerja sejak putusan Pengadilan
ditetapkan.
Halaman | 5
B. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Kepentingan Pemohon
1. Bahwa pada Tanggal 13 Januari 2015, Pemohon melalui anak
kandungnya: Deddy Cahyadi, SH., mengajukan Laporan/Pengaduan di
Kepolisian Resort Bima Kota tentang adanya tindak pidana membuat dan
menggunakan surat palsu berupa SHM No. 40/1982 atas nama H. Arifin
H. Yasin;
2. Bahwa atas Laporan/Pengaduan tersebut, penyidik Reskrim Polresta
Bima melakukan gelar kasus/perkara pidana, sehingga kemudian
penyidik Reksrim Polresta Bima memberikan saran agar diajukan melalui
PTUN dan/atau dengan adanya surat pernyataan dari Kantor Pertanahan
Kabupaten Bima yang menyatakan cacat administrasi;
3. Bahwa selanjutnya melalui Kuasa Hukum Pemohon dari Pusat Konsultasi
& Bantuan Hukum Insani (PKBHI BIMA NTB) pada tanggal 9 April 2015,
mengajukan surat kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bima,
perihal: permohonan klarifikasi/pembatalan SHM no. 40/1982 atas nama
H. Arifin H. Yasin. Surat Permohonan tersebut didasari adanya Surat
Pernyataan H.M. Tahar Umar, tanggal 26 April 1984, yang menyatakan
mengembalikan SHM No. 40/1982/Desa Leu atas nama H. Arifin H.
Yasin, disebabkan adanya kekeliruan pembuatan akta jual beli sebagai
dasar diprosesnya SHM NO.40/1982. Pemohon mengetahui adanya
surat pernyataan H.M. Tahar Umar tersebut melalui H. Muhtar M. Tahir,
SH, Mantan Kasi Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten
Bima yang telah pensiun. Surat Pernyataan Tahar Umar tersebut berupa
foto copy surat yang diberikan H. Muhtar M. Tahir, SH kepada Pemohon,
sedangkan asli surat tersebut ada di arsip Kantor Pertanahan Kabupaten
Bima;
4. Berdasarkan pernyataan Tahar Umar untuk mengembalikan SHM
No.40/1982/AN. H. Arifin H. Yasin, serta Surat Pemohon tertanggal 9 april
Halaman | 6
2015 melalui Kuasa Hukum Pemohon tersebut di atas (Obyek
Permohonan I), maka Termohon menerbitkan Obyek Permohonan II
berupa Surat Tanggal 30 April 2015 dengan Nomor: 93/14.52.06/IV/2015,
Perihal: Pembatalan Sertifikat Hak Milik Nomor 40 Desa Leu Kec. Bolo
KAB. Bima atas nama Abdul Haris, karena terbukti adanya cacat
administrasi, yang selanjutnya ditindaklanjuti melalui surat penegasan
yang menerangkan telah dilakukan tindakan sesuai prosedur tata cara
pembatalan suatu sertifikat yang cacat administrasi yakni berdasarkan
hasil penelitian lapangan oleh Seksi Sengketa Konflik dan Perkara
Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Bima ternyata memang benar
SHM 40/1982 tersebut tumpang tindih dengan SHM No.18/1977 AN.
Abdullah Arifin. Hal tersebut sebagaimana yang tertuang dalam surat
yang diterbitkan oleh Termohon tertanggal 27 Mei 2015 (Obyek
Permohonan III);
5. Bahwa memperhatikan dua surat Termohon (Obyek Permohonan II dan
Obyek Permohonan III), secara esensi dan eksistensi telah memenuhi
substansi untuk ditindaklanjuti oleh termohon dengan menetapkan
dan/atau keputusan dan/atau tindakan yang sah sesuai dengan
kewenangan Termohon berdasarkan peraturan perundang undangan
yang berlaku. Sehubungan dengan adanya dua Obyek Permohonan
Pemohon yang diterbitkan oleh Termohon semestinya tindakan termohon
selanjutnya adalah menetapkan dengan keputusan untuk memperoleh
kepastian hukum mengenai adanya cacat administrasi dari SHM
No.40/1982/AN. H. Arifin H. Yasin. Oleh karena tidak adanya
Ketetapan/Keputusan Termohon tersebut, maka Pemohon melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram mengajukan Permohonan a
quo untuk adanya suatu hal menetapkan dan/atau keputusan dan/atau
tindakan yang sah secara hukum karena pemohon merasa telah
Halaman | 7
dirugikan oleh akibat tidak dilakukannya suatu hal menetapkan dan/atau
keputusan dan/atau tindakan termohon sebagaimana ketentuan pasal
53 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan;
C. Dasar Alasan Permohonan
1. Bahwa kewenangan Termohon yang mengatur kewenangan untuk
proses pembatalan suatu Sertifikat yang cacat administrasi, diatur dalam
Pasal 105 jo. Pasal 106 jo. Pasal 107 Ketentuan Peraturan Menteri
Negara Agraria /Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999
Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara
Dan Hak Pengelolaan jo. Pasal 67 ayat (3) Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan. Berdasarkan ketentuan
tersebut, pemohon pada tanggal 9 April 2015 PEMOHON mengajukan
Surat Permohonan kepada Termohon Tentang Permohonan
Klarifikasi/Pembatalan SHM No 40/1982 Desa Leu Kec. Bolo Kab. Bima
an. Abdul Haris yang dalam proses Penerbitannya telah dapat dibuktikan
adanya cacat administrasi. Kemudian Termohon mengeluarkan Surat
tanggal 30 April 2015, Perihal Pembatalan SHM No 40 Desa Leu Kec.
Bolo Kab. Bima an. Abdul Haris (OBYEK PERMOHONAN II), dimana
pada point 3 dalam surat tersebut dengan terang dan jelas di akui dan
dinyatakan:
“Bahwa sesuai dengan data di Kantor Pertanahan Kabupaten Bima
SHM No 40 Tahun 1982 Desa Leu yang diterbitkan atas nama h. Arifin
Yasin dan terakhir dialihkan namanya kepada Abdul Haris adalah
cacat hukum administrasi dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan
peralihan hak kepada siapapun sehingga sertifikat tersebut diminta
segera dikembalikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Bima
Halaman | 8
untuk dimatikan sesuai dengan surat pernyataan yang dibuat bersama
oleh saudara Tahar Umar tertanggal 26 April 1984, namun sampai saat
sekarang yang bersangkutan tidak ada itikad baik untuk melakukan
pengembalian sertifikat tersebut kepada Kantor Pertanahan
Kabupaten Bima”;
2. Bahwa selanjutnya berdasarkan surat Termohon tanggal 27 Mei 2015
(Obyek Permohonan III), Termohon “menerangkan bahwa sesuai hasil
penelitian lapangan oleh Seksi Sengketa Konflik dan Perkara Pertanahan
Kantor Pertanahan Kabupaten Bima, pada tanggal 14 Maret 2014 dalam
rangka mengecek kebenaran surat pernyataan Tahar Umar yang
diserahkan oleh H. Muhtar M. Tahir (Mantan Kasi Pendaftaran Tanah
Kantor Pertanahan Kabupaten Bima), dan dengan Berita Acara Nomor
103/14.52.06/III/2014, Termohon menyatakan benar terjadinya tumpang
tindih tersebut sehingga Sertifikat Nomor 40 Tahun 1982 dinyatakan
cacat administrasi”. Sehingga berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri
Negara Agraria /Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999
Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara
Dan Hak Pengelolaan, Pasal 113 ayat (2) Kepala Kantor Pertanahan
meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas
tanah yang dimohon pembatalannya beserta pendapat dan pertimbangan
kepala kantor pertanahan sebagaimana dalam Pasal 112 ayat (2) dan
memeriksa kelayakan permohonan tersebut dapat atau tidaknya
dikabulkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
yang berlaku;
3. Bahwa memperhatikan ketentuan Pasal 113 ayat (2), maka seharusnya
Termohon melakukan Ketetapan dan/atau Keputusan dan/atau tindakan
agar kiranya Pemohon dapat memperoleh suatu Kepastian Hukum atas
permohonan Pemohon sebagaimana Obyek Permohonan I tersebut
Halaman | 9
dikabulkan atau ditolak. Akan tetapi Termohon ternyata lebih jauh telah
melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan Ketentuan
Peraturan Perundangan yang berlaku dimana Termohon menerbitkan
Obyek Permohonan IV, berupa surat termohon Tanggal 24 Juni 2015
dengan memperhatikan Surat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bima
tanggal 20 Juni 2015 Nomor 172/195/DPRD/2015, terbitlah surat
Termohon dengan Surat Nomor: 102/2.52.06/VI/2015, Perihal: Tindak
Lanjut Hasil Rapat Dengan Komisi I (Obyek Permohonan IV) yang intinya
adalah mencabut Obyek Permohonan II. Menurut informasi yang
ditelusuri oleh Kuasa Hukum Pemohon, ditindaklanjutinya Rapat dengan
Komisi I tersebut ada kepentingan oknum anggota Komisi I bernama
Sulaiman MT, SH terkait dengan Obyek Permohonan Pemohon, karena
sebelumnya oknum anggota Komisi I DPRD Kabupaten Bima tersebut dia
adalah Kuasa Hukum dari H.M. Tahar Umar yang membuat surat
pernyataannya tertanggal 26 April 1984, dan menyatakan
mengembalikan SHM. No.40/1982/Desa Leu/An. H. Arifin H. Yasin.
Bahkan ada indikasi ungkapan berupa propaganda dari oknum
Sulaiman, MT.,SH., akan ada demo ke Kantor Pertanahan Kabupaten
Bima. Bahwa Obyek Permohonan IV tersebut ditujukan kepada KETUA
DPRD Kabupaten Bima dengan salah satu tembusannya kepada Ketua
PKBHI Bima NTB (Kuasa Hukum Pemohon), namun sampai sekarang
tembusan surat tersebut belum diterima oleh pemohon/maupun kuasa
hukum pemohon;
4. Bahwa tindakan Termohon menerbitkan obyek permohonan iv tidak
sesuai dengan ketentuan Pasal 105 jo. Pasal 106 jo Pasal 107 jo Pasal
113 ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian
Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan Jo.
Halaman | 10
Pasal 67 ayat (3) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus
Pertanahan. Dengan demikian obyek Permohonan IV patutlah
dinyatakan sebagai obyek yang cacat hukum dan tidak sah sehingga
harus dinyatakan dicabut oleh Termohon;
5. Bahwa berpedoman pada ketentuan Pasal 53 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) UU No 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, maka
permohonan tersebut dianggap dikabulkan secara hukum”, akan tetapi
Termohon dalam hal ini ternyata tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana yang terkandung dalam pasal 53 ayat 2 yakni Termohon
berkewajiban untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan sesuai dengan Permohonan Pemohon paling lama 10
hari kerja. maka dengan sendirinya permohonan Pemohon berupa
Obyek Permohonan I dengan sendirinya yang secara hukum adalah
permohonan yang telah dikabulkan, memiliki daya berlaku dan sah
secara hukum sejak lebih dari 10 hari, bahkan telah memasuki kurun
waktu 6 bulan terhitung sejak tanggal 9 April 2015;
6. Bahwa Termohon diberikan wewenang oleh Peraturan Perundang-
Undangan untuk mengatur hubungan hukum antara orang yang satu
dengan yang lainnya dalam konteks ini Termohon melakukan tindakan
dalam hal berupa penerbitan surat yaitu Surat tanggal 30 April 2015,
Perihal Pembatalan SHM No 40 Desa Leu Kec. Bolo Kab. Bima an. Abdul
Haris, berdasarkan adanya surat permohonan PEMOHON tanggal 9 April
2015 (Obyek Permohonan I) tersebut, secara substansi dari surat
tersebut telah menunjukan adanya unsur kepastian hukum yang
mengandung kebenaran hukum baik formil maupun materil atas
Permohonan yang diajukan oleh pemohon berupa Obyek Permohonan I;
Halaman | 11
7. Bahwa Termohon merupakan bagian dari alat-alat perlengkapan negara
yang memiliki kewenangan untuk mengatur hubungan antara negara
dengan warga negaranya. Titik taut atas hubungan Negara dengan
warga negaranya dalam hal ini ialah tindakan hukum administrasi
Termohon sesuai dengan kewenangannya menurut Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku. Sedangkan terkait dengan Obyek
Permohonan III terkuak unsur adanya intervensi DPRD Kab. Bima, yakni
akibat adanya indikasi kepentingan oknum anggota Komisi I DPRD
Kabupaten Bima bernama Sulaiman, MT, SH., yang melampaui batas
kewenangannya dapat dinilai sebagai suatu tindakan yang sesat dan
keliru secara kewenangan menurut ketentuan hukum yang berlaku.
Sedangkan terkait dengan tugas dan kewenangan serta Hak anggota
DPRD, secara terang dan jelas dituangkan dalam Pasal 157 ayat 1 dan
2 UU No 13 Tahun 2014 perubahan dari UU No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah tidak tercantum satupun pasal dan ayat yang
memberikan wewenang untuk meminta klarifikasi Termohon. Oleh
karena demikian tindakan hukum Termohon dalam menghadiri rapat
koordinasi dengan Komisi I DPRD Kab. Bima membahas tentang
permohonan Pemohon adalah tidak tepat secara kewenangan
Termohon. Serta bukan menjadi suatu kewajiban serta tidak terdapat
suatu unsur daya paksa yang mewajibkan Termohon untuk memenuhi
panggilan dari Komisi I DPRD Kabupaten Bima. Terlebih lagi intitusi
Termohon adalah kelembagaan yang bersifat vertikal;
8. Bahwa adanya Obyek Permohonan IV yang diterbitkan oleh Termohon
bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik,
Sebagaimana Ketentuan AUPB menurut UU No 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas KKN, mengatur Asas-
Halaman | 12
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, dalam Pasal 3 dirumuskan
sebagai AUPB, antara lain, sebagai berikut:
I. Asas Kepastian Hukum.
Bahwa dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggaraan Pemerintahan. Bahwa seorang Pejabat
Tata Usaha Negara dalam setiap kebijakan Penyelenggaraan Negara
haruslah mengutamakan landasan Peraturan Perundang-Undangan,
kepatutan dan keadilan (Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang No. 28
Tahun 1999). Adanya Obyek Permohonan IV, menimbulkan
ketidakpastian hukum atas tindakan kewenangan dari Termohon
mengenai prosedur proses pembatalan suatu sertifikat yang diatur
dengan ketentuan Pasal 105 jo Pasal 106 jo Pasal 107 jo Pasal 113
ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999 Tentang Tata Cara
Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak
Pengelolaan Jo Pasal 67 ayat (3) Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian Dan
Penanganan Kasus Pertanahan.
Bahwa Obyek Permohonan IV diakibatkan adanya tindakan
kepentingan oknum Komisi I DPRD Kabupaten Bima, SULAIMAN MT,
SH, karena tidak didasari oleh kewenangan yang yang diatur oleh
ketentuan hukum yang berlaku. Apabila tindakan tersebut dilegitimasi
dengan pembenaran, maka akan berdampak negatif selanjutnya. Hal
dimaksud akan menjadi preseden buruk apabila setiap
Keputusan/Ketetapan Termohon dapat dianulir hanya dengan
kepentingan oknum Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Bima.
Preseden buruk teropini bagi warga masyarakat seandainya tidak puas
Halaman | 13
dengan pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Bima cukup dengan
datang demo ke DPRD Kabupaten Bima sehingga mengesankan
seakan-akan Komisi I DPRD Kabupaten Bima plus Wakil Ketua DPRD
Kabupaten Bima yang menyurati Termohon terkait permohonan a quo,
memiliki tupoksi khusus untuk bertindak sebagai Juris terhadap tugas
kewenangan Badan Pertanahan Kabupaten Bima.
II. Asas Tertib Penyelenggara Negara
Bahwa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, baik itu Kebijakan,
Tindakan, Keputusan/Ketetapan harus berpegang pada Prinsip Tertib
Penyelenggara Negara yang merupakan Asas yang menjadi landasan
untuk mewujudkan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggara Negara. Adanya permohonan a quo,
maka akan menjadi suatu educatif dengan lahirnya UU No.30 Tahun
2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, sehingga DPRD Kabupaten
Bima kedepannya tidak lagi bertindak sewenang-wenang diluar
kewenangannya.
III. Asas Keterbukaan
Bahwa dalam Penyelengaraan Negara asas membuka diri terhadap
hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur tidak
diskriminatif tentang Penyelenggaraan Negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas asas pribadi, golongan dan rahasia
Negara. Bahwa adanya Obyek Permohonan II dan Obyek Permohonan
III dalam Permohonan a quo Pihak Pemohon dengan kesadarannya
telah mengumumkan pada khalayak umum melalui media koran
Lombok Post dan media Bimeks Bima.
IV. Asas Profesionalitas
Bahwa dalam Penyelenggaraan Negara Asas yang mengutamakan
keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
Halaman | 14
perundang-undangan yang berlaku. Bahwa OBYEK PERMOHONAN
IV tidak dapat dijadikan acuan untuk menggugurkan eksistensi Obyek
Permohonan I, Obyek Permohonan II dan Obyek Permohonan III
karena Obyek Permohonan IV bersumber dari tindakan yang tidak
berdasarkan Peraturan Perundangan yang berlaku karena hanya
interes oknum anggota Komisi I DPRD Kabupaten Bima dan patut
kiranya tindakan oknum anggota Komisi I DPRD Kabupaten Bima
dinilai sebagai tindakan yang tidak Profesional secara asas dan
terindikasi melanggar etika-etika seorang legislator.
V. Asas Akuntabilitas
Dalam Penyelenggaraan Negara bahwa dalam setiap kegiatan dan
hasil akhir harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang tertinggi Negara sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Bahwa oleh
karena adanya Obyek Permohonan I, kemudian terbit Obyek
Permohonan II dan telah diumumkan ke Publik melalui media koran
Lombok Post dan Bimeks Bima sebagai bentuk pertanggungjawaban
secara publik dan bagi pihak yang merasa keberatan agar dapat
melakukan hak bantah/hak sanggah, namun akan tetapi sampai kurun
waktu terhitung sejak tanggal 30 April 2015 sampai sekarang tidak ada
bantahan/sanggahan terkait dengan tindakan Termohon, terkecuali
hanya oknum Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Bima. Sedangkan
adanya Obyek Obyek Permohonan I, kemudian terbit Obyek
Permohonan II dari Termohon tidak ada hubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan DPRD Kabupaten Bima dan tidak ada
dampak yang menimbulkan kerugian bagi DPRD Kabupaten Bima.
VI. Asas Kecermatan
Bahwa seorang Pejabat Tata Usaha Negara pada saat
Halaman | 15
mempersiapkan pembentukan Keputusan haruslah cermat dalam
memperoleh gambaran yang jelas mengenai semua fakta-fakta yang
relevan maupun semua kepentingan yang tersangkut, termasuk
kewajiban untuk meneliti dan mempelajari semua pendapat pihak-
pihak yang berkepentingan (doktrin hukum Indroharto, S.H. dalam
bukunya usaha memahami Udang-Undang tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Buku II, Pustaka Sinar Harapan, 1993, halaman 179).
Bahwa memperhatikan Keputusan Termohon berupa Obyek
Permohonan II dan Obyek Permohonan III Termohon telah bertindak
cermat. Namun untuk Obyek Permohonan IV Termohon telah bertindak
tidak cermat sesuai dengan kewenangannya menurut Peraturan
Perundang Undangan yang berlaku.
VII. Asas Kepercayaan
Bahwa di dalam hukum administrasi dianut sebagai asas bahwa
harapan-harapan yang ditimbulkan sedapat mungkin harus dipenuhi,
asas mana penting sebagai dasar bagi arti yuridis dari janji-janji,
keterangan-keterangan, aturan-aturan kebijaksanaan dan bentuk-
bentuk rencana yang tidak diatur dengan peraturan perundang-
undangan (doktrin hukum prof. Dr. Philipus m. Hadjon, s.h. Dkk dalam
bukunya pengantar hukum administrasi indonesia, gadjah mada
university press, 2005, halaman 272. Dengan demikian nyata bahwa
penerbitan oleh termohon berupa Obyek Permohonan IV tersebut
telah bertentangan dengan asas kepercayaan dan sangat merugikan
pemohon. Sehingga dengan adanya Pasal 53 UU Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan jo Perma Nomor 5 tahun
2015, maka pemohon yakin dan percaya perjuangan pemohon untuk
memperoleh keadilan dari penyelenggara negara akan dapat diperoleh
Halaman | 16
melalui Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram yang memiliki
kewenangan absolut terhadap permohonan a quo.
[1.6] Bahwa terhadap Permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah
mengajukan tanggapannya tertanggal 6 Oktober 2015, yang pada pokoknya
mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa SHM Nomor 40 Tahun 1982 Desa Leu Kec. Bolo Kabupaten
Bima atas nama H. Arifin H. Yasin sudah dilakukan 4 (empat) kali
peralihan hak, dari H. Arifin H. Yasin ke Seha Taher Umar kemudian ke
Salmah Abdurahman lalu dihibahkan ke ahli waris Salmah Abdurahman
dan dijual pada Abdul Haris pada tahun 2013.
2. Bahwa SHM Nomor: 40 tahun 1982 tumpang tindih diatas SHM Nomor:
18 tahun 1977 Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima atas nama
Abdullah Arifin sesuai dengan tindakan penelitian kami warkah yang
ada di kantor Pertanahan Kabupaten Bima dan hasil penelitian di
lapangan adalah cacat hukum administrasi SHM Nomor: 40 dan tidak
sesuai dengan Peraturan Pelaksanaan PP. Nomor: 10 Tahun 1961 dan
Jo PP. Nomor: 24 Tahun 1997.
3. Bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten Bima menemukan adanya surat
pernyataan yang dibuat oleh Taher Umar tanggal 26 April 1984 yang
ahli waris dari Seha Taher Umar dan Salmah Abdurahman.
4. Bahwa berdasarkan surat tanggal 9 April 2015 Nomor:
07/PKBHI/IV/2015 pemohon meminta permohonan klarifikasi yang
berkaitan SHM Nomor: 40 1982 Desa Leu kecamatan Bolo Kabupten
Bima melalui kuasa Hukum Syarifuddin Lakuy, SH Pusat Konsultasi dan
Bantuan Hukum Insani (PKBHI) Bima NTB.
5. Bahwa pada tanggal 30 April 2015 Kantor Pertanahan Kabupaten Bima
menjawab surat dari pemohon dengan perihal pembatalan sertifikat
SHM 40 Desa Leu Kec. Bolo Kabupaten Bima An. Abdul Haris dan
Halaman | 17
dikeluarkan lagi surat tertanggal 27 Mei 2015 Nomor;
102.2.52.06/V/2015 dengan perihal yang sama,dan di keluarkan surat
yang ditunjukan ke Ketua DPRD Kabupaten Bima tanggal 24 Juni 2015
perihal tindak lanjut hasil rapat dengan Komisi I.
Bahwa memperhatikan ketentuan Bab V Bagian Pertama Pemeriksaan
Persidangan Pasal 8 Jo Pasal 9 ayat (1) huruf (b) Perma Nomor 5 Tahun
2015, maka setelah Termohon membaca, mempelajari dan mengkaji secara
cermat dengan ini Termohon akan menyampaikan tanggapan-tanggapan
sebagai berikut:
Bahwa benar pada Tanggal 9 April 2015 Termohon menerima Surat dari Pusat
Konsultasi Dan Bantuan Hukum Insani dengan Surat Nomor
07/PKBHI/IV/2015, Perihal Permohonan Klarifikasi (Obyek Permohonan I) .
Selanjutnya oleh Pihak Termohon pada tanggal 10 April 2015 telah
merekomendasikan Kasi HTPT dan Kasi SKP sesuai dengan yang tercatat
dalam Lembaran Disposisi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Kantor Pertanahan Kabupaten Bima, Tanggal Registrasi 09-04-2015, Tanggal
Surat 09-04-2015 dan Nomor Agenda 221, selanjutnya diajukan sebagai bukti
terlampir bersama Jawaban/Tanggapan Termohon;
Bahwa sebagai bentuk tindak lanjut oleh Termohon atas surat Permohonan
Klarifikasi (Obyek Permohonan I) yang diajukan oleh Pemohon tersebut, maka
Termohon telah menjawab dengan Surat Tertanggal 30 April 2015 Nomor:
93/14.52.06/IV/2015, Lamp:, Perihal: Pembatalan Sertifikat Hak Milik Nomor
40 Desa Leu, Kec. Bolo Kabupaten Bima An. Abdul Haris, dengan tujuan surat
kepada Ketua Pusat Konsultasi Dan Bantuan Hukum Insani (PKBHI) Bima
selaku Kuasa Hukum Pemohon dan Surat berupa (Obyek Permohonan II)
tersebut telah disampaikan dan diterima oleh Kuasa Hukum Pemohon.
Adapun isi surat jawaban Termohon atas Surat (vide Obyek Permohon I)
Halaman | 18
tersebut Tentang Sertifikat Hak Milik Nomor. 40 Tahun 1982 Desa Leu
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima atas nama H. Arifin H. Yasin dengan ini
disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa SHM NO. 40 Desa Leu Kec. Bolo Kabupaten Bima.
Demikian untuk maklum dan atas diperhatikannya disampaikan
terimakasih. (Bukti Obyek Permohonan II terlampir bersama
Jawaban/Tanggapan Termohon);
Bahwa terhadap diterbitkan Obyek Permohonan II tersebut oleh Termohon
sebagai bentuk tindakan yang telah sesuai Undang-Undang Nomor. 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan sebagaimana Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat (2) “Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan
Administrasi Pemerintahan yang meliputi fungsi pengaturan, pelayanan,
pembangunan, pemberdayaan, dan perlindungan, sebagaimana Permohonan
aquo telah Termohon Penuhi sesuai Ketentuan Peraturan Perundang
Undangan yang berlaku;
Bahwa sehubungan dengan diterbitkannya Obyek Permohonan II dan Obyek
Permohonan III (bukti terlampir bersama Jawaban/Tanggapan Termohon),
secara wewenang dan kewenangan Termohon sebagaimana Ketentuan Pasal
1 ayat (5) dan ayat (6) UU Nomor 30 Tahun 2014, maka Termohon melakukan
tindakan sebagaimana permohonan aquo berdasarkan Ketentuan yang
mengatur mengenai Wewenang dan Kewenangan Termohon tersebut yaitu:
1. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan
Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan;
2. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian Dan
Penanganan Kasus Pertanahan;
Halaman | 19
Bahwa yang menjadi pedoman teknis pelaksanaan yang dilakukan oleh
Termohon dalam menindaklanjuti Obyek Permohonan I tersebut sehingga
terbit Obyek Permohonan II dan Obyek Permohonan III oleh Termohon telah
melalui tahapan prosedur suatu sertifikat dinyatakan cacat hukum administrasi
berdasarkan Pasal 106 dan Pasal 107 Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan Jo. Pasal 67 ayat (3) huruf (c) dan huruf (d) Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan. Dengan
demikian sesungguhnya Termohon telah melakukan tindakan yang sah secara
Peraturan Perundangan yang berlaku terhadap terbitnya Obyek Permohonan
II dan Obyek Permohonan III sebagai wujud konkret tindakan Termohon atas
adanya Obyek Permohonan I tersebut dan hal tersebut sesuai ketentuan Pasal
1 ayat (8) UU Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.
Sehingga oleh karena demikian berdasarkan adanya Obyek Permohonan II
dan Obyek Permohonan III tersebut, sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat
(15) UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, maka
Pemohon adalah warga masyarakat adalah seseorang yang terkait dengan
tindakan Termohon sehubungan dengan Obyek Permohonan II dan Obyek
Permohonan III;
Bahwa memperhatikan ketentuan Bab VIII Prosedur Administrasi
Pemerintahan pada Bagian Keenam Pemeriksaan Dokumen Administrasi
Pemerintahan yang diatur Pasal 50 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
sesuai dengan penjelasan yang diuraikan oleh Termohon sebagaimana yang
tertuang dalam isi Obyek Permohonan III semuanya telah dilaksanakan oleh
Termohon dan syarat-syarat dokumen yang dijadikan dasar pertimbangan
telah terpenuhi dan lengkap persyaratan dokumennnya. Hal tersebut belum
Halaman | 20
ditindak lanjuti oleh Termohon dengan Ketetapan dan/atau Keputusan
menyatakan: Permohonan diterima untuk disampaikan oleh Termohon kepada
Pemohon sebagaimana ketentuan Pasal 50 ayat (3) Jo Pasal 53 ayat (1, 2, 3,
4, 5 dan ayat 6) UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan;
Bahwa apabila memperhatikan ketentuan Bab IX Keputusan Pemerintah
Bagian Kesatu Syarat Sahnya Keputusan Pasal 53 UU Nomor. 30 Tahun 2014
Tentang Administrasi Pemerintahan yaitu :
1. Batas waktu kewajiban untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan;
2. Jika ketentuan Peraturan Perundang-Undangan tidak menentukan batas
waktu kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja setelah permohonan diterima secara lengkap oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan;
3. Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan, maka permohonan tersebut dianggap
dikabulkan secara hukum;
4. Pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk memperoleh
putusan penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
5. Pengadilan wajib memutuskan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan
diajukan;
6. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan untuk
melaksanakan Putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak Putusan Pengadilan ditetapkan.
Halaman | 21
Bahwa sebagai tindakan konsekuen Termohon selain berdasarkan Peraturan
Perundangan yang berlaku, maka sebagai komitmen Termohon dalam
menjalankan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik telah menjalankan
tindakan sebagaimana bentuk tindakan faktual berupa adanya Obyek
Permohonan II dan Obyek Permohonan III. Berdasarkan pemeriksaan
kelengkapan dokumen dan sesuai juga dengan Berita Acara Nomor
103/14.52.06/III/2014 yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Bima,
sebagaimana dengan adanya Surat Tertanggal 26 April 1984 Pernyataan oleh
Tahar Umar untuk mengembalikan Sertifikat No.40/1982/Desa Leu tersebut
secara kearsipan baru temukan Tahun 2014 di Kantor Pertanahan Kabupaten
Bima karena pemegang arsip sebelumnya telah pensiun bernama H. Muhtar
M. Tahir selaku Mantan Kasi Pendaftaran Tanah Pertanahan Kabupaten Bima,
kemudian selanjutnya setelah dimintakan keterangan pada H. Muhtar M. Tahir
membenarkan bukti arsip surat tanggal 26 April 1984 (bukti terlampir bersama
jawaban/tanggapan Termohon). Maka memperhatikan Asas Umum
Pemerintah Yang Baik walaupun tanpa Permohonan oleh Pemohon sendiri
demi asas kepastian hukum, asas keterbukaan, asas kepercayaan, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 119 UU Nomor. 4 Tahun 1999 “Pembatalan hak
atas tanah yang dilakukan oleh Pejabat yang berwenang dilaksanakan apabila
diketahui adanya cacad hukum administrasi dalam proses penerbitan
keputusan pemberian hak atau sertipikatnya tanpa adanya permohonan”;
Bahwa di dalam penerbitan SHM Nomor: 40 tahun 1982 terlebih dahulu
dibuatkan akta jual beli pada tahun 1979 sementara SHM 40 diterbitkan tahun
1982 maka Kantor Pertanahan kabupaten Bima menyatakan cacat hukum
administrasi dan tidak sesuai dengan amanat tentang tata cara peralihan hak
di dalam aturan pelaksanaan PP. 10 tahun 1961 dan PP. 24 tahun 1997,
Sesuai dengan surat pernyataan dari saudara Tahar Umar yang menyatakan
bahwa akta jual beli cacat hukum dan sertipikat tersebut akan di kembalikan
Halaman | 22
kepada Kantor Agraria /Kantor Pertanahan kabupaten Bima tanggal 26 April
1984.
Bahwa diterbitkannya oleh Termohon Obyek Permohonan IV hanya sebagai
bentuk etika kemitraan kelembagaan dengan memperhatikan Surat Wakil
Ketua DPRD Kabupaten Bima tanggal 20 Juni 2015 Nomor.
172/195/DPRD/2015, Perihal seperti tersebut pada Pokok surat Obyek
Permohonan IV. Secara eksitensi berdasarkan Peraturan Perundangan yang
berlaku tidak memiliki relevansinya dengan Obyek Permohonan I, Obyek
Permohonan II dan Obyek Permohonan III;
Bahwa adanya permintaan rapat koordinasi yang dilakukan oleh Termohon
dengan DPRD Kabupaten Bima tanggal 26 Mei 2015, Termohon bertemu
dengan perwakilan Komisi I DPRD Kabupaten Bima bernama Sulaiman MT,
SH. Setelah ditelusuri oleh Termohon ternyata perwakilan Komisi I Anggota
DPRD Kabupaten Bima yang bernama Sulaiman MT, SH tersebut dulunya
adalah kuasa hukum dari M. Tahar Umar yang membuat pernyataan
mengembalikan sertifikat SHM No.40/1982/Desa Leu yang nyata-nyata cacad
administrasi tumpang tindih dengan SHM No.18/1977/Desa Leu yang terbit
terlebih dahulu tersebut (bukti terlampir bersama jawaban/tanggapan
termohon). Sulaiman MT, SH adalah kuasa hukum M. Tahar Umar
dipersidangan Pengadilan Negeri Raba Bima pada tahun 2013, sebagai
penggugatnya adalah Nurdin Jafar pemohon aquo dan Tergugat I M.Tahar
Umar serta pada saat itu Kantor Pertanahan Kabupaten Bima sebagai
Tergugat III. Hasil persidangan di Pengadilan Negeri Raba Bima untuk gugatan
penggugat dinyatakan tidak dapat diterima karena kurang pihak yang digugat;-
Bahwa memang benar Tembusan Surat Obyek Permohonan IV tersebut belum
disampaikan oleh Termohon kepada Pemohon/Kuasa Hukum Pemohon
sebagaimana ketentuan UU No.30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Halaman | 23
Pemerintahan Pasal 61 ayat (1) “Setiap Keputusan Wajib disampaikan oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintah kepada pihak-pihak yang disebutkan
dalam Keputusan tersebut”. Mengingat Obyek Permohonan IV tersebut
hanyalah bersifat memenuhi etika kelembagaan antara Kantor Pertanahan
Kabupaten Bima dengan DPRD Kabupaten Bima. Selain daripada itu untuk
tidak menjadi polemik yang mengganggu kinerja Termohon;
Bahwa untuk menjalankan amanat Undang-Undang Nomor. 30 Tahun 2014
Tentang Administrasi Pemerintahan dan Untuk memenuhi amanat Asas - Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, maka demi adanya Kepastian Hukum guna
menyelesaikan permasalahan sebagaimana tindakan Termohon yang juga
dibenarkan oleh UUAP Nomor. 30 Tahun 2014 Termohon juga melalui Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram cq. Ketua Majelis Hakim yang
memeriksa Permohonan a quo, maka dengan ini Termohon dengan
pertimbangan untuk tidak menjadi polemik seperti antara Termohon dengan
DPRD Kabupaten Bima, Termohon juga memohonkan kiranya Putusan
Penetapan Oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dengan menyatakan sebagai
berikut:
1. Menerima Jawaban/Tanggapan Termohon seluruhnya;
2. Menyatakan Menetapkan/Tindakan Termohon terhadap adanya Obyek
Permohonan II dan Obyek Permohonan III adalah sah menurut
Peraturan Perundang Undangan yang berlaku;
[1.7] Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon telah
mengajukan alat bukti surat berupa fotokopi surat yang telah dicocokkan
dengan aslinya kecuali bukti-bukti yang tidak ada aslinya, yang telah dilegalisir
dan bermeterai cukup, bukti-bukti tersebut diberi tanda P-1 sampai dengan P-
11 sebagai berikut:
Halaman | 24
1. Bukti P-1 : Surat Nomor 07/PKBHI/IV/2015, tertanggal
9 April 2015 yang diajukan oleh Pusat
Konsultasi & Bantuan Hukum Insani
(PKBHI) Bima – NTB, tentang Permohonan
Klarifikasi. (sesuai dengan asli);
2. Bukti P-2 : Surat Nomor 93/14.52.06/IV/2015,
tertanggal 30 April 2015, dari Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima, Perihal
Pembatalan Sertipikat Hak Milik Nomor 40
Desa Leu Kec. Bolo Kab. Bima an. Abdul
Haris. (sesuai dengan asli);
3. Bukti P-3 : Surat Nomor 102.2.52.06/V/2015,
tertanggal 27 Mei 2015, dari Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima, Perihal
Pembatalan Sertipikat Hak Milik Nomor 40
Desa Leu Kec. Bolo Kab. Bima an. Abdul
Haris. (sesuai dengan asli);
4. Bukti P-4 : Surat Nomor 102.2.52.06/VI/2015,
tertanggal 24 Juni 2015, dari Kantor Tindak
Lanjut Hasil Rapat Dengan Komisi I. (sesuai
dengan asli);
5. Bukti P-5 : Surat Nomor: B/44/I/2015/Reskrim,
tertangga 13 Januari 2015 Perihal
Pemberitahuan Perkembangan Hasil
Penelitian Laporan. (sesuai dengan
fotokopi);
Halaman | 25
6. Bukti P-6 : Sertipikat Hak Milik Nomor 18/Desa Leu,
tanggal 2 Juli 1977 atas nama Abdullah
Arifin, seluas 29.500 m2. (sesuai dengan
asli);
7. Bukti P-7 : Surat Wasiat Nomor 13, tanggal 9 Oktober
1979, Notaris Joost Dumanauw di Ujung
Pandang. (Sesuai dengan asli);
8. Bukti P-8 : Informasi Perkara Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 54 K/TUN/2015.
(sesuai dengan asli);
9. Bukti P-9 : Surat Nomor B.887/KC-XI/ADK/04/2013,
dari BRI Cabang Bima, tanggal 24 April
2013 perihal Mohon Roya. (sesuai dengan
fotokopi);
10. Bukti P-10 : Tanda Terima Roya dari Nurdin, tertanggal
20 Agustus 2013. (sesuai dengan asli);
11. Bukti P-11 : Pernyataan/Pengakuan H. Muhammad
Tahar Umar, tanggal 26 April 1984. (sesuai
dengan fotokopi);
[1.8] Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil tanggapannya, Termohon telah
mengajukan alat bukti surat berupa fotokopi surat yang telah dicocokkan
dengan aslinya kecuali bukti-bukti yang tidak ada aslinya, yang telah dilegalisir
dan bermeterai cukup, bukti-bukti tersebut diberi tanda T-1 sampai dengan T-
11 sebagai berikut:
1. Bukti T-1 : Surat Ketetapan Iuran Pembangunan
Daerah M. 17 dan 18. (sesuai dengan asli);
Halaman | 26
2. Bukti T.-2 : Sertipikat Hak Milik Nomor 18/Desa Leu,
tanggal 2 Juli 1977 atas nama Abdullah
Arifin, seluas 29.500 m2. (sesuai dengan
asli);
3. Bukti T.3 : Surat Ukur di Desa Leu Kec. Bolo, Kab.
Bima, seluas 29.500 m2. (sesuai dengan
fotokopi);
4. Bukti T.4 : Lembar Disposisi Kantor Pertanahan
Kabupaten Bima, tanggal 9 April 2015.
Perihal Permohonan Klarifikasi. (sesuai
dengan asli);
5. Bukti T.5 : Surat Nomor 102/2.52.06/VI/2015, dari
Kantor Pertanahan Kabupaten Bima,
tanggal 24 Juni 2015, perihal: Tindak Lanjut
Hasil Rapat Dengan Komisi I. (sesuai
dengan asli);
6. Bukti T.6 : Surat Nomor 93/14.52.06/IV/2015,
tertanggal 30 April 2015, dari Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima, Perihal
Pembatalan Sertipikat Hak Milik Nomor 40
Desa Leu Kec. Bolo Kab. Bima an. Abdul
Haris. (sesuai dengan asli);
7. Bukti T.7 : Surat Nomor 102.2.52.06/VI/2015,
tertanggal 24 Juni 2015, dari Kantor Tindak
Lanjut Hasil Rapat Dengan Komisi I. (sesuai
dengan asli);
Halaman | 27
8. Bukti T.8 : Sertipikat Hak Milik Nomor 40/Desa Leu,
tanggal 13 Juli 1982, terakhir atas nama
Abdul Haris, seluas 25000 m2. (sesuai
dengan asli);
9. Bukti T.9 : Pernyataan/Pengakuan H. Muhammad
Tahar Umar, tanggal 26 April 1984. (sesuai
dengan asli);
10. Bukti T.10 : Surat Ukur Nomor 1986, tanggal 15
Februari 1982, tanah seluas 25.000 m2.
(sesuai dengan asli);
11. Bukti T.11 : Akta Jual Beli Nomor 02/12/1979, tanggal 5
Desember 1979, dikeluarkan oleh PPAT
Camat Bolo. (sesuai dengan asli);
Bahwa meskipun telah diberikan kesempatan oleh Majelis Hakim, baik
Pemohon maupun Termohon, menyatakan tidak akan mengajukan saksi;
[1.9] Bahwa selain mengajukan Bukti Surat, untuk menguatkan dalil-dalil
permohonannya, Pemohon mengajukan 1 (satu) orang ahli, yang telah
memberikan keterangan dan pendapat di persidangan sebagaimana
keterangan lengkapnya termuat di dalam berita acara persidangan,
sebagaimana berikut;
1. Keterangan Ahli DR. Anang Husni, SH., MS, pada pokoknya adalah;
- Bahwa DPRD tidak memiliki hubungan struktural ataupun koordinasi
dengan Kantor Pertanahan, sebab Kantor Pertanahan merupakan
instansi pusat (vertikal);
- Bahwa berdasarkan Perundang-undangan, yang bisa membatalkan
sertipikat adalah Putusan Pengadilan atau atas dasar permohonan pihak
yang berkepentingan;
Halaman | 28
- Bahwa saat ini, selain didasarkan pada kedua hal tersebut, berdasarkan
Permen Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
2011, BPN atas inisiatif sendiri bisa pula membatalkan sertipikat, bila
nyata terdapat cacad administrasi di dalamnya;
- Bahwa pembatalan oleh BPN, bisa dilakukan secara langsung tanpa
harus menunggu Putusan Pengadilan.
- Bahwa kewenangan pembatalan oleh BPN itu, didelegasikan kepada
Kepala Kantor Wilayah Pertanahan, maupun Kepala Kantor Pertanahan.
Yang menjadi variabelnya adalah luas tanah yang akan dibatalkan;
- Bahwa pembatalan sertipikat harus dalam bentuk surat keputusan
(beschikking), bukan surat biasa;
- Bahwa menurut pendapat ahli, Obyek Permohonan II dan Obyek
Permohonan III, merupakan surat biasa, dan bukan surat keputusan,
meskipun bila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 87 UU AP, bisa
berpotensi sebagai suatu surat keputusan (beschikking);
- Bahwa batalnya suatu Sertipikat, terjadi sejak saat diterbitkannya surat
keputusan pembatalan sertipikat tersebut. Dan tidak tergantung pada
dikembalikan atau tidaknya, sertipikat yang dibatalkan oleh BPN tersebut.
- Bahwa kepentingan yang menjadi syarat permohonan pembatalan oleh
seseorang, adalah adanya kepentingan langsung yang bersifat materiil;
- Bahwa Kantor Pertanahan, bisa secara langsung membatalkan sertipikat,
tanpa harus menunggu putusan pengadilan ataupun permohonan dari
pihak yang berkepentingan.
Bahwa meskipun telah diberikan kesempatan oleh Majelis Hakim,
Termohon menyatakan tidak akan mengajukan ahli dalam persidangan;
Bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam persidangan dianggap
telah termuat dalam putusan ini;
Halaman | 29
Bahwa para pihak masing-masing menerangkan tidak ada lagi yang
akan diajukan dan disampaikan serta selanjutnya mohon putusan;
Bahwa Majelis Hakim menganggap pemeriksaan permohonan ini telah
cukup dan akhirnya mengambil putusan berdasarkan pertimbangan seperti
terurai dalam pertimbangan hukum di bawah ini;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
[2.1] Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan dari Pemohon
adalah sebagaimana dituangkan dalam pokok-pokok permohonan;
Menimbang, bahwa terhadap Permohonan dari Pemohon, Termohon
telah mengajukan tanggapan tertanggal 6 Oktober 2015;
Menimbang, bahwa setelah mengkaji Permohonan dan Tanggapan
tersebut, Majelis Hakim menilai bahwa Permohonan ini didasarkan pada
ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang maksud dari
permohonan Pemohon adalah:
1. Untuk mendapatkan penetapan atau memperoleh keputusan
penerimaan permohonan berkaitan dengan Surat Pemohon tertanggal
9 April 2015 No.07/PKBHI/IV/2015 Perihal Permohonan Klarifikasi.
(Yang selanjutnya disebut sebagai Obyek Permohonan I).
2. Mohon untuk menyatakan atau menetapkan Surat Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima tertanggal 30 April 2015 Nomor:
93/14.52.06/IV/2015, tentang Pembatalan SHM Nomor 40/Desa
Leu/1982 Atas nama Arifin Yasin (terakhir atas nama Abdul Haris)
sebagai suatu tindakan/atau Keputusan yang Sah dan berlaku. (Yang
selanjutnya disebut sebagai Obyek Permohonan II).
3. Mohon untuk menyatakan atau menetapkan Surat Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima tertanggal 27 Mei 2015 Nomor:
102.2.52.06/V/2015, tentang Pembatalan Sertifikat Hak Milik Nomor
40/Desa Leu/1982 atas nama Arifin Yasin (terakhir atas nama Abdul
Halaman | 30
Haris), sebagai suatu tindakan/ atau keputusan yang sah dan berlaku.
(selanjutnya disebut sebagai Obyek Permohonan III).
4. Mohon untuk menyatakan atau menetapkan Surat Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Bima tertanggal 24 Juni 2015 Nomor
102/2.52.06/VI/2015 tentang tindak lanjut hasil rapat dengan Komisi I
DPRD Kabupaten Bima, sebagai suatu tindakan/atau keputusan yang
tidak sah dan tidak memiliki daya keberlakuan. (selanjutnya disebut
sebagai Obyek Permohonan IV).
Menimbang, bahwa ketentuan lebih lanjut dalam pemeriksaan
permohonan sebagaimana Pasal 53 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014,
diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2015. Maka
sebelum mempertimbangkan mengenai pokok permohonan yang diajukan,
terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai syarat
formal permohonan, sebagaimana ketentuan Pasal 2 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 5 Tahun 2015, yakni;
Identitas Para Pihak (Pemohon & Termohon);
Uraian yang menjadi dasar permohonan, yang meliputi:
o Kewenangan Pengadilan;
o Kedudukan Hukum (Legal standing) Pemohon;
o Aspek Kewenangan, Prosedural dan substansial dari Termohon;
Petitum atau apa yang dimohonkan untuk diputuskan;
[2.2] Menimbang, bahwa untuk selajutnya Majelis Hakim akan terlebih dahulu
mempertimbangkan aspek pertama, yang berkenaan dengan identitas para
pihak, sebagaimana berikut;
Menimbang, bahwa sebagaimana permohonan yang diajukan,
pemohon adalah Nurdin M. Jafar Yasin, berkewarganegaran Indonesia,
bertempat, tanggal lahir di Bima, 7 Juli 1935 (Umur 80 Tahun), bertempat
Tinggal di Jln. Kepiting No. 1 Rt.01/Rw.01, Kelurahan Melayu, Kec. Asakota,
Kota Bima, Pekerjaan: Swasta. No HP (08235901167). Yang selanjutnya
Halaman | 31
memberikan kuasa kepada Syarifuddin Lakuy, SH, berkewarganegaraan
Indonesia pekerjaan Advokat/Penasehat Hukum/Konsultan Hukum pada
Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum Insani (PKBHI), berkantor di Jalan
Gajah Mada Kompleks BTN Pepabri No. 30 Kota Bima, Email
syarifuddinlakuy@gmail.com;
Menimbang, bahwa Termohon adalah Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Bima, berkedudukan di Jln. Lintas Bima Sumbawa Desa Dadibou
Kec. Woha Kab Bima, (0374) 43598,43597, Fax: (0374) 43598;
Menimbang, bahwa dengan demikian telah jelas identitas Pemohon
maupun Termohon di dalam Permohonan Putusan ini;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan Kewenangan Pengadilan atas Permohonan yang diajukan
oleh Pemohon, dengan pertimbangan hukum sebagai berikut:
[2.3] Menimbang, bahwa Permohonan a quo yang diajukan ke Peradilan Tata
Usaha Negara i.c. Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram, adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 Undang-undang Nomor 30 Tahun
2014, yakni:
1) Batas waktu untuk menetapkan dan/atau melakukan keputusan
dan/atau tindakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
2) Jika ketentuan Peraturan perundang-undangan tidak menetukan
batas waktu kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka
Badan dan/atau Pejabat Pemeritah wajib menetapkan dan/atau
melakukan keputusan dan/atau tindakan dalam waktu paling lama
10 (sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
3) Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (2),
badan dan /atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan dan/atau
Halaman | 32
melakukan keputusan dan/atau tindakan maka permohonan
tersebut dianggap dikabulkan secara hukum;
4) Pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
memperoleh putusan penerimaan permohonan sebagaimana
dimaksud pada Ayat (3);
5) Pengadilan wajib memutuskan permohonan sebagai mana
dimaksud pada ayat (4) paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak permohonan diajukan.
Menimbang, bahwa kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam
kaitannya dengan permohonan a quo adalah didasarkan pada ketentuan Pasal
53 ayat (4) dan ayat (5) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, sebagaimana
tersebut di atas;
Menimbang, bahwa apa yang menjadi alasan Pemohon sehingga
mengajukan permohonan a quo adalah, untuk mendapatkan kepastian Hukum
terhadap Sertifikat Hak Milik Nomor 18/1977 atas nama Abdullah Arifin, yang
diketahui bertumpang tindih dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 40/1982,
terakhir atas nama Abdul Haris;
Menimbang, bahwa kedudukan hukum Pemohon, adalah berkaitan
dengan kepentingannya atas Sertifikat Hak Milik Nomor 18/1977 atas nama
Abdullah Arifin, yang berdasarkan bukti P-7, Bukti P-8 dan Bukti P-9, berada
dalam penguasaannya;
Menimbang, bahwa pada tanggal 9 April 2015 Pemohon melalui Kuasa
Hukumnya yang bernama Syarifuddin Lakuy, SH mengajukan surat Nomor
07/PKBHI/IV/2015, Perihal Permohonan Klarifikasi yang ditujukan kepada
Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bima, yang isinya
mengenai Permohonan Klarifikasi/Pembatalan Sertifikat Hak Milik nomor
40/1982/Desa Leu atas nama H. Arifin H.Yasin (Obyek Permohonan I, vide
Bukti P-1 = Bukti T-4), dan terhadap surat tersebut dijawab oleh Termohon
Halaman | 33
melalui Surat tertanggal 30 April 2015, Nomor 93/14.52.06/IV/2015 Perihal
Pembatalan Sertifikat Hak Milik Nomor 40 Desa Leu, Kec. Bolo, Kab.Bima atas
nama Abdul Haris (Obyek Permohonan II, vide Bukti P-2 = Bukti T-6).
Menimbang, bahwa selain surat tertanggal 30 April 2015 (Obyek
Permohonan II), Termohon juga telah mengirimkan surat kepada Kuasa
Hukum Pemohon berupa Surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bima
tertanggal 27 Mei 2015 Nomor: 102.2.52.06/V/2015, tentang Pembatalan
Sertifikat Hak Milik Nomor 40/Desa Leu/1982 atas nama Arifin Yasin (Obyek
Permohonan III; vide Bukti P-3 = Bukti T-7) yang isinya berkaitan dengan
alasan diterbitkan surat tertanggal 30 April 2015 (Obyek Permohonan II).
Menimbang, bahwa selanjutnya pada tanggal 24 Juni 2015, Termohon
menerbitkan surat Nomor 102/2.52.06/VI/2015 tertanggal 24 Juni 2015 Perihal
Tindak Lanjut Hasil Rapat dengan Komisi I yang ditujukan kepada Ketua DPRD
Kabupaten Bima (Obyek Permohonan IV; vide Bukti P-4 = Bukti T-7) yang
substansinya menjelaskan mengenai Pencabutan Obyek Permohonan III,
adapun isi dari surat tersebut yaitu bahwa sesungguhnya surat tanggal 27 Mei
2015 (Obyek Permohonan II) dan surat tanggal 30 April 2015 (Obyek
Permohonan III) tersebut bukan langsung membatalkan Sertifikat Hak Milik
Nomor 40 Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, akan tetapi
menjelaskan prosedur dan mekanisme pembatalan sertifikat yang terindikasi
cacat hukum administrasi karena terindikasi tumpang tindih sesuai hasil
pemeriksaan Seksi Sengketa Konflik dan perkara Pertanahan kantor
Pertanahan Kabupaten Bima tanggal 14 Maret 2014. Namun karena kasus
Sertifikat Hak Milik Nomor 40 Desa Leu tersebut masih dalam proses hukum
di Pengadilan, maka Termohon dalam menyatakan surat tersebut diatas
dicabut dan menghormati proses hukum tersebut sampai ada putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Halaman | 34
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan menganalisa
terhadap uraian tersebut diatas dari sejak Obyek Permohonan I diajukan oleh
Pemohon kepada Termohon sampai dengan diterbitkan Obyek sengketa IV
dikaitkan dengan Pasal 53 Undang-Undang No 30 Tahun 2014 jo. Pasal 2
Huruf b dan Pasal 14 Huruf b Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun
2015, dikaitkan dengan Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Untuk
mengadili Permohonan Pemohon;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “Pemohon” dalam
Permohonan a quo menurut Ketentuan Pasal 1 Angka 2 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 5 Tahun 2015, adalah Pihak yang permohonannya dianggap
dikabulkan secara hukum akibat tidak ditetapkannya Keputusan dan/atau tidak
dilakukannnya tindakan oleh Badan dan/atau Pejabat pemerintahan dan
karenanya mengajukan permohonan kepada Pengadilan yang berwenang
untuk mendapatkan putusan atas penerimaan permohonan;
Menimbang, bahwa untuk menegaskan yang dimaksud dengan
permohonan dalam permohonan a quo yaitu permohonan untuk memperoleh
putusan atas penerimaan permohonan guna mendapatkan keputusan
dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan adalah permintaan yang
diajukan secara tertulis kepada pengadilan dalam hal pemohon dianggap
dikabulkan secara hukum yang disebabkan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak menetapkan Keputusan dan/atau melakukan Tindakan.
(vide Pasal 1 Angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2015);
Menimbang, bahwa jika dihubungkan pengertian Pemohon dan
Permohonan di dalam ketentuan Peraturan Mahkamah Agung Nomro 5 Tahun
2015, dengan ketentuan Pasal 53 Ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun
2015, maka menjadi keharusan bagi pemohon menurut ketentuan Pasal 53
ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2015, untuk mengajukan
Halaman | 35
Permohonan ke Pengadilan sesuai dengan ketentuan Pasal 53 Ayat (4)
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2015;
Menimbang, bahwa terhadap Permohonan Pemohon (Obyek
Permohonan I), yang diajukan tertanggal 9 April 2015 oleh Pemohon kepada
Termohon, dan diterima oleh Termohon pada tanggal 9 April 2015 (Bukti T-4),
maka menurut ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No 30 tahun 2015 maka
Termohon berkewajiban menjawab permohonan Pemohon, paling lama yaitu
10 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap oleh Termohon.
Secara faktual, permohonan tersebut tidak dijawab oleh Termohon dalam
waktu 10 Hari kerja sejak diterima, namun oleh Termohon terhadap
Permohonan pemohon dijawab pada tanggal 30 April 2015 (Obyek
Permohonan II), sehingga jika mengacu pada ketentuan pasal 53 ayat (2)
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tersebut, maka Termohon telah
melampaui batas waktu yg ditentukan dalam mengambil Tindakan dan/atau
Keputusan.
Menimbang, bahwa oleh karena Permohonan Pemohon kepada
Termohon berkaitan dengan Obyek Permohonan I telah dijawab oleh
Termohon dengan Obyek Permohonan II, telah melampaui waktu 10 hari kerja
sejak diterima permohonan tersebut secara lengkap, maka jika dikaitkan
dengan ketentuan pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014,
permohonan Pemohon dianggap dikabulkan secara hukum. Namun jika
dikaitkan dengan ketentuan Pasal 53 Ayat (4) Undang-undang Nomor 30
Tahun 2014, maka hal dianggap dikabulkannya secara hukum sebagaimana
dimaksud oleh pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014, maka
Pemohon harus mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
memperoleh putusan penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 jo. Pasal 1 Angka 1
dan angka 2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2015. Namun
sampai dengan Pemohon menerima Obyek Permohonan II tertanggal 30 April
Halaman | 36
2015, Pemohon tidak juga mengajukan Permohonan yang dimaksud oleh
ketentuan Pasal 53 Ayat (4) Undang-undang Nomor 30 tahun 2014 jo. Pasal 1
Angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2015 dan terhadap surat
Termohon (Obyek Permohonan II) yang merupakan tanggapan atas
permohonan Pemohon kepada Termohon (Obyek Permohonan I), dan oleh
Pemohon atas tanggapan tersebut tidak berkeberatan mengingat dalam
petitum yg dimohonkan Pemohon pada angka 3 yaitu
menyatakan/menetapkan Obyek Permohonan II dan Obyek Permohonan III
adalah sah dan berlaku sebagai ketetapan dan atau keputusan dan/atau
tindakan termohon sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
atau dengan kata lain mohon untuk dikuatkan Obyek Permohonan II yang
merupakan tanggapan dari Obyek Permohonan I;
Menimbang, bahwa setelah menguraikan dan menganalisa fakta di
persidangan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 53 Undang-undang Nomor 30
Tahun 2014 jo. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2015, bahwa
terhadap Permohonan Pemohon berkaitan dengan Petitum/Dalam
Permohonan Pemohon Angka 2 yaitu Menyatakan/Menetapkan Obyek
Permohonan I diterima untuk menjadi Ketetapan dan/atau Keputusan dan/atau
tindakan Termohon sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, telah ditanggapi oleh Termohon melalui surat tertanggal 30 April 2015
(Obyek Permohonan II) dan terhadap tanggapan Termohon tersebut Pemohon
tidak berkeberatan bahkan memohon kepada Pengadilan untuk mengesahkan
atau menguatkan tanggapan tersebut, maka Majelis Hakim berkesimpulan
bahwa Permohonan Pemohon yang termuat dalam Petitum yang dimohonkan
oleh Pemohon kepada Pengadilan Tata Usaha Negara dalam hal ini
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram, bukanlah Permohonan dan
Kewenangan Pengadilan yang dimaksud oleh Pasal 53 Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2014 jo. Pasal 1 Angka 1 dan Angka 2 Peraturan Mahkamah
Halaman | 37
Agung Nomor 5 Tahun 2015, maka terhadap Permohonan Pemohon
dinyatakan tidak dapat diterima.
Menimbang, bahwa oleh karena Permohonan Pemohon dinyatakan
tidak dapat diterima maka terhadap Pokok Permohonan tidak perlu
dipertimbangkan lagi;
Menimbang, bahwa oleh karena Permohonan Pemohon tidak dapat
diterima maka sesuai Ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka kepada Pemohon sebagai
pihak yang kalah dalam permohonan ini, dihukum untuk membayar biaya yang
jumlahnya akan disebutkan dalam amar putusan ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Hakim
menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian
pembuktian, sehingga dapat disimpulkan bahwa Majelis Hakim hanya akan
mempertimbangkan dan menilai bukti-bukti yang dianggap relevan saja
sedangkan bukti-bukti yang tidak relevan akan dikesampingkan walaupun alat-
alat bukti tersebut sah, namun tetap dilampirkan dalam berkas perkara dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini;
[3.1] Mengingat, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara beserta perubahan-perubahannya, Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2015, serta peraturan perundang-undangan
dan ketentuan hukum lain yang relevan dengan sengketa ini;
[3.2] MENGADILI
- Menyatakan Permohonan Pemohon Tidak Dapat Diterima
- Menghukum Pemohon untuk membayar biaya pemeriksaan
permohonan ini sejumlah Rp. 249.000,- (Dua ratus empat puluh
sembilan ribu rupiah);
Halaman | 38
[3 .3] Demikianlah diputus dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram, pada hari KAMIS, tanggal 22
Oktober 2015 oleh kami ZABDI PALANGAN, S.H, selaku Hakim Ketua
Majelis, MARTA SATRIA PUTRA, S.H., M.H., dan FEBBY
FAJRURRAHMAN, S.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota, Putusan ini
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada hari JUMAT tanggal
23 Oktober 2015 oleh Majelis Hakim tersebut, dengan dibantu oleh
KESUMANINGTYAS, S.H. sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Tata
Usaha Negara Mataram dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon dan Termohon;
Hakim-Hakim Anggota
1. MARTA SATRIA PUTRA, S.H., M.H.
Hakim Ketua Majelis,
ZABDI PALANGAN, S.H.
2. FEBBY FAJRURRAHMAN, S.H.
Panitera Pengganti,
KESUMANINGTYAS, SH.
Recommended