View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
PERKUMPULAN PETANI ROTAN KATINGAN (P2RK) Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah-Indonesia
2015
2
Tanggal laporan : 11 Mei 2015 Nama kepala penilai : Didik Prasetyo Alamat : Jl. Dieng III No.16, Karang Tengah, Cileduk. Tangerang,
Banten-Indonesia. 15157 email: dprasetyo.unas@gmail.com
Lisensi ALS : - (proses) Jenis laporan : Penuh Lembaga pemohon : Perkumpulan Petani Rotan Katingan (P2RK) Kamipang
Sejahtera Lokasi penilaian : Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan
Tengah-Indonesia
Tanggal penilaian : 13-17 Agustus 2014 Luas wilayah : 6.473,63 Hektar Status lahan : Perkebunan Rotan Skema sertifikasi : FSC-SLIMF
3
1. PENDAHULUAN
Penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dilakukan dalam kawasan Perkumpulan
Petani Rotan Katingan (P2RK) Kamipang Sejahtera pada tanggal 13-17 Agustus 2014
dengan luas areal 6.473,63 hektar. Proses penilain mengacu pada panduan identifikasi
NKT yang dikeluarkan oleh High Conservation Values Resource Network (HCVRN) tahun
2013 dengan sedikit penyesuaian dikarenakan wilayah studi merupakan kelompok
usaha kecil dan menengah. Tujuan penilaian NKT adalah untuk salah satu syarat
pemenuhan standar sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) pada program Small or
Low Intensity Managed Forest (SLIMF).
P2RK Kamipang Sejahtera secara administrasi berada di Desa Baun Bango,
Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah dengan
legalitas akta notaris No. 02 tanggal 12 Desember 2009 yang diketuai oleh Suandri.
Berada di 1130 23’ 36” E dan
20 22’ 32” S sampai dengan
1130 28’ 23” E dan 20 16’10”
S, wilayah studi terdiri atas 4
desa yaitu Desa Baun Bango,
Jahanjang, Tumbang Runen
dan Karuing (Gamabr 1).
Berdasarkan data sistem
lahan dari RePPProT (1987)
dan survei yang dilakukan
WWF tahun 2012-2014,
wilayah kelola P2RK
Kamipang Sejahtera berada
di dalam sistem lahan Barah,
Gambut, Sebangau, dan
Segintung yang termasuk
dalam kawasan rawa dan
dataran rendah dengan
kisaran ketinggian dari mulai
permukaan laut sampai
dengan 100 meter di atas Gambar 1. Lokasi titik pengambilan sampel lapangan untuk aspek ekologi dan sosial.
4
permukaan laut dengan tingkat kemiringan <2%. Dalam kurun waktu satu tahun
rerataan curah hujan adalah 305 mm. Berdasarkan kajian batas Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang dikeluarkan oleh BPDAS Kahayan, Kementerian Kehutanan tahun 2014,
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera berada di wilayah DAS Katingan yang
memiliki 8 sungai.
Termasuk dalam satuan biogeografi hutan dataran rendah bagian selatan (25b)
yang terdiri dari ekosistem perairan air tawar dan rawa gambut, wilayah P2RK
Kamipang Sejahtera termasuk dalam sebaran 808 jenis tumbuhan, 15 jenis mamalia,
182 jenis burung, dan 54 spesies ular (WWF dan LIPI, 2007).
Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kamipang termasuk dalam suku Dayak
Ngaju dan Suku Dayak Melayu. Mata pencaharian warga pada umumnya adalah sebagai
petani rotan, berladang, memanen hasil hutan dan penangkapan ikan. Fasilitas
pendidikan pada umumnya telah memadai, di setiap desa telah tersedia SD. Jenjang
pendidikan SMP hanya terdapat di Desa Baun Bango, Jahanjang, Karuing, Sedangkan
SMA dan SMK hanya tersedia di Desa Baun Bungo. Fasilitas kesehatan yang tersedia di
setiap desa adalah PUSTU, yang dilayani oleh perawat mantri dan bidan. Sedangkan
dokter hanya tersedia di Puskesmas yang berada di Desa Baun Bungo.
Kajian nilai konservasi tinggi di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
dilaksanakan oleh 4 personil utama dan 4 pendukung yaitu:
No Nama Posisi Keahlian
1 Didik Prasetyo Kepala Penilai NKT Bidang Ekologi/Biodiversiti
2 Ari Meididit Anggota Penilai NKT Bidang Biodiversiti/Jasa ekosistem
3 Joandini Asmoro Anggota Penilai NKT Bidang Ekologi/Biodiversiti
4 Sutji Shinto Anggota Penilai NKT Bidang Sosial dan Budaya
Pendukung
1 Dewi Indah Sari WWF GIS/pemetaan
2 Kurniadi WWF Program rotan
3 Gani Masayusi WWF Program rotan
4 Nina Nuraisyiah WWF Program rotan
5
2. METODOLOGI
Penilaian NKT dilakukan di 8 titik pengambilan sampel aspek ekologi (NKT 1 - 4),
4 lokasi pengambilan sampel sosial dan budaya, serta melibatkan sebanyak 69
koresponden. Daftar titik lokasi pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
No. Lokasi Titik Pengamatan Komponen NKT Keterangan
1 Kebun rotan Desa Karuing 1 1-4 Kebun Rotan
2 Kebun rotan Desa Karuing 2 1-4 Kebun Rotan
3 Kebun rotan Desa Jahanjang 1 1-4 Kebun Rotan
4 Kebun rotan Desa Jahanjang 2 1-4 Kebun Rotan
5 Kebun rotan Desa Tumbang Runen 1 1-4 Kebun Rotan
6 Kebun rotan Desa Tumbang Runen 2 1-4 Kebun Rotan
7 Danau Purun 1-4 Danau
8 Desa Karuing 5-6 Desa
9 Desa Jahanjang 4-5-6 Desa dan Danau
10 Desa Tumbang Runen 4-5-6 Desa dan Danau
11 Desa Baun Bango 1-6 Desa dan Danau
12 Sungai Perupuk 6 Makam tua
13 Sungai Laken 6 Makam tua
Proses identifikasi NKT terdiri dari serangkaian tahapan yang dapat
dikelompokkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu: 1) persiapan studi (penilaian
awal), 2) pengumpulan data, 3) analisis dan pemetaan, 4) penyusunan laporan dan 5)
rekomendasi serta konsultasi hasil penilaian dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam rangkaian proses ini, ketersediaan data primer dan sekunder merupakan faktor
penentu dalam menentukan nilai-nilai penting yang perlu di konservasi melalui
kerangka NKT.
Verifikasi data biofisik dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan
dengan menyeleksi sampel dan menentukan klaster-klaster acak setiap sampelnya
(Stratified Cluster Sampling). Hasil identifikasi digunakan sebagai acuan untuk
pembuatan peta tutupan lahan dengan batas toleransi kesalahan sebasar > 85%.
Proses identifikasi NKT 1, 2, dan 3 dipisahkan dalam dua metodologi utama, yaitu:
1) Pengamatan Langsung yang diawali dengan penentuan lokasi cuplikan (sample)
secara acak bertingkat (stratified random sampling) dengan memperhatikan
keterwakilan habitat. Di setiap lokasi cuplikan identifikasi flora dan fauna dilakukan
secara opportunistic scan sampling dengan mencatat sebanyak mungkin keberadaan
6
flora dan fauna di jalur yang dilalui oleh pengamat. 2) Pemetaan Partisipatif
berdasarkan informasi dari pengurus dan petani rotan di P2RK Kamipang Sejahtera
tentang keberadaan tumbuhan dan satwa liar yang terdapat di lokasi tersebut.
Identifikasi kawasan NKT 4 dilakukan dengan cara menganalisis kawasan dari tata
ruang wilayah, bentang lahan, topografi dan lokasi Daerah Aliran Sungai. Selanjutnya
dilakukan survei lapangan dan wawancara dengan masyarakat pada lokasi-lokasi
terpilih, seperti mata air, sungai, kondisi sempadan sungai. Identifikasi NKT 5 dan 6
dilakukan secara bertahap, yaitu melalui proses pemetaan partisipatif untuk
mendapatkan informasi secara langsung dari anggota Koperasi P2RK Kamipang
Sejahtera dan masyarakat dengan cara memetakan bersama kawasan-kawasan yang
berpotensi memiliki NKT 5 dan 6. Tahapan berikutnya adalah wawancara dan
pengamatan lapangan dengan menggunakan metode purposive sampling dalam
penentuan target responden yang telah diperoleh dari proses pemetaan partisipatif.
Hasil penilaian lapangan kemudian disusun menjadi dokumen awal yang
dikirimkan kepada pihak pengelola kawasan untuk mendapatkan tanggapan dan
menjadi panduan awal melindungi NKT yan gteridentifikasi. Kemudian pada tanggal 25
Februari 2015, dokumen telah dikonsultasikan ke masyarakat umum untuk
mendapatkan masukan atas hasi penilaian, terutama terhadap pengelolaan yang
melibatkan pihak terkait. Pada April 2015, seluruh dokumen yang mendapatkan
masukkan dari pihak pengelola dan masyarakat umum telah ditinjau oleh ahli NKT.
Seluruh saran dan masukkan talah disesuaikan di dalam laporan akhir yang layak
digunakan untuk penilaian sertifikasi.
7
3. TEMUAN NILAI KONSERVASI TINGGI
Terdapat 6.473,63 hektar kawasan yang memiliki NKT dengan rincian sebagai
berikut.
NKT Komponen
Hasil Temuan
Ada Potensial Ada
Tidak ada
NKT 1. Keanekaragaman Spesies
Spesies langka, terancam, dan terancam punah
5 spesies dengan kategori terancam dan 4 spesies kategori terancam punah
Spesies endemik dan temporal
9 spesies memiliki sebaran terbatas, dan 3 spesies yang bersifat tidak menetap
NKT 2. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap
Ekosistem dan mosaik tingkat lanskap
392,951 hektar terhubung dengan kawasan hutan inti, dan terdapat 2 tipe ekosistem langka
Populasi perwakilan spesies alami
Macan dahan, orangutan, bekantan, rangkong, dan burung air
NKT 3. Ekosistem dan Habitat Ekosistem gambut
NKT 4. Jasa Ekosistem
Perlindungan daerah tangkapan air
Danau dan sempadan sungai
Kontrol erosi pada tanah dan lereng yang rentan
TBE <2%
Kawasan pembatas kebakaran hutan dan lahan
Kawasan yang berkesinambungan dengan perkebunan kelapa sawit
NKT 5. Kebutuhan Masyarakat Sungai dan danau
NKT 6. Nilai Kultural Makam tua dan rumah adat
3.1. NKT 1. Keanekaragaman Spesies.
Berdasarkan hasil identifikasi keanekaragaman spesies, ditemukan 62 jenis
burung dari 29 famili, 20 jenis mamalia dari 12 famili dengan 6 jenis di antaranya
adalah kelompok primata, dan 110 jenis tumbuhan.
Berdasarkan identifikasi status konservasi spesies, wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera teridentifikasi beberapa spesies yang termauk dalam kategori rentan
8
(vulnerable) yaitu Tarsius (Tarsius bancanus borneansus), Beruang (Helarctos
malayanus), Macan dahan (Neofelis diardii), Babi hutan berjenggot (Sus barbatus), Kayu
kulat (Cantleya corniculata), Ramin (Gonystylus bancanus), dan Tumih (Combretocarpus
rotundatus). Jenis spesies yang termasuk dalam kategori terancam (endangered) adalah
Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii), Ungko (Hylobates albibarbis), Bekantan (Nasalis
larvatus), Agatis (Agathis borneensis), dan Rasak Pantai (Cotylelobium melanoxylon). Dan
spesies yang tergolong terancam punah yaitu Trenggiling (Manis javanica) dan 3 jenis
pohon yang juga termasuk hampir punah yaitu Karuing (Dipterocarpus validus),
Belangiran (Shorea balangeran), Tempurai (Dipterocarpus fagineus).
Berdasarkan hasil identifikasi spesies endemik dan atau memiliki sebaran yang
sangat terbatas di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, terdapat beberapa
kelompok burung, mamalia-primata, dan tumbuhan, yaitu: Takur leher hitam
(Psilopogon eximius), Bondol kalimantan (Lonchura fuscans), Orangutan kalimantan
(P.p.wurmbii), Lutung merah (Presbytis rubicunda), Ungko (Hylobates albibarbis),
Krabuku ingkat (Tarsius bancanus borneanus), Bekantan kahau (Nasalis larvatus),
Kijang kuning (Muntiacus atherodes), dan Agatis (Agathis borneensis). Sedangkan untuk
satwa yang memiliki aktivitas migrasi (tidak menetap), adalah Belibis batu
(Dendrocygna javanica). Beberapa satwa yang memiliki peran sangat penting di dalam
ekosistem adalah kelompok Rangkong (Bucerotidae), dan Orangutan (P. P. wurmbii).
Berdasarkan informasi temuan langka, terancam, dan terancam punah, serta yang
memiliki sebaran terbatas maupun temporal, maka ditetapkan bahwa seluruh areal
P2RK Kamipang Sejahtera selain kawasan pemukiman termasuk dalam kawasan
sebagai sebaran NKT 1 dengan total areal 5.216,180 hektar.
3.2. NKT 2. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap
Berdasarkan analisa tutupan hutan Kementerian Kehutanan tahun 2013 di
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, ditemukan adanya kawasan hutan inti yaitu
Kawasan Suaka Alam Taman Nasional Sebangau. Kawasan hutan inti tersebut sebagian
bertumpang tindih dengan wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera di sebelah timur
dengan luasan 392,951 hektar. Berdasarkan analisa serial tutupan hutan dari tahun
1990, 2000, dan 2013 menunjukkan bahwa kawasan hutan inti tidak mengalami
perubahan.
Berdasarkan analisa sistem lahan menurut RePPProt tahun 1987 dan hasil survei
primer yang dilakukan WWF pada tahun 2012-2014, wilayah kelola P2RK Kamipang
9
Sejahtera berada pada 4 tipe sistem lahan yang berbeda, yaitu Barah, Gambut,
Sebangau, dan Segintung dengan kondisi yang masih terjaga dan berkesinambungan.
Berdasarkan analisa spesies indikator yang teridentifikasi sebagai perwakilan
keanekaragaman hayati di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan di sekitarnya,
serta analisa kondisi tutupan hutan sebagai habitat penting kelangsungan hidup satwa,
terdapat beberapa kelompok satwa yang memiliki peran penting dalam menjaga
ekosistem di wilayah studi yaitu: Macan dahan (Neofelis diardi); Orangutan (Pongo
pygmaeus wurmbii); Bekantan (Nasalis larvatus); kelompok Rangkong (Bucerotidae);
dan kelompok burung pemakan ikan seperti kelompok Anatidae, Ardeidae, dan
Alcedinidae.
Mempertimbangkan keberadaan ekosistem Sebangau dan Gambut serta seluruh
perwakilan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya, maka, maka seluruh
kawasan wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera yang masih tertutup vegetasi dan
memiliki kesatuan dengan kawasan hutan yang masih luas dan seluruh danau
ditetapkan sebagai NKT 2.
3.3. NKT 3. Ekosistem dan Habitat
Berdasarkan analisa sistem lahan menurut RePPProt tahun 1987 dan survei
primer WWF Indonesia tahun 2012-2014, terdapat ekosistem langka dan terancam
punah di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, yaitu ekosistem gambut yang
berada di sebelah timur area kelola. Berdasarkan analisa tutupan hutan dari tahun
1990, 2000, dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan tutupan hutan
lebih dari 50%, dan hal ini sangat membahayakan ekosistem gambut yang berada di
bawahnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh ekosistem gambut yang
terdapat di wilayah kelola P2RK Kamipang sejahtera termasuk dalam NKT 3 dengan
luasan 1.123,402 hektar.
3.4. NKT 4. Jasa Ekosistem
Hampir seluruh masyarakat di empat desa yang menjadi area studi memanfaatkan
air tanah untuk keperluan hidup sehari-hari yang sangat tergantung dari ketersediaan
air sungai dan danau. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh
danau dan sungai yang terdapat di dalam wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
sangat berhubungan dengan penyediaan air bagi masyarakat yang hidup di dalamnya.
Sedangkan dari potensi pengendali banjir, wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
10
berada di sempadan Sungai Katingan yang masih ditutupi dengan hutan sekunder dan
perkebunan rotan dan masih terjaga keberadaannya. Hal ini penting untuk
mengendalikan fluktuasi jumlah air baik untuk wilayah studi maupun daerah hilir.
Berdasarkan hasil temuan tersebut disimpulkan bahwa seluruh danau dan sempadan
sungai di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera termasuk dalam kategori NKT 4.1
dengan luas sekitar 5.696,552 hektar.
Analisa tingkat kelerengan yang terdapat di wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera, seluruh areal studi termasuk kawasan yang datar dengan tingkat kelerengan
< 2%. Kondisi ini memberikan gamba-ran awal bahwa kejadian longsor sangat kecil
kemungkinan terjadi di dalam kawasan. Argumentasi ini dibuktikan dengan analisa
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan
sekitarnya, dengan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar areal studi termasuk
kawasan dengan nilai Tingkat Bahaya Erosi sangat ringan dan sebagian kecil memiliki
potensi erosi ringan. Berdasarkan hasil kajian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera tidak termasuk dalam kawasan yang
penting dalam mengendalikan erosi dan sedimentasi bagi masyarakat hilir.
Berdasarkan informasi sebaran titik api dari tahun 2000-2013, sebaran titik api
pada umumnya terpusat pada kawasan di sekitar pemukiman penduduk dan
merupakan akibat dari kegiatan sebagian masyarakat yang membersihkan lahan
perladangan sehingga tidak mengkawatirkan penyebaran api ke hutan di sekitarnya.
Namun kondisi yang berbeda terjadi pada areal perkebunan kelapa sawit yang terdapat
di antara Desa Jahanjang sampai dengan Desa Baun Bango, sebaran titik api ditemukan
sangat banyak yang kemungkinan dilakukan oleh pihak perusahaan pada saat
membersihkan areal perkebunannya. Berdasarkan temuan di atas maka wilayah kelola
P2RK Kamipang Sejahtera yang berada di satu hamparan dengan areal perusahaan
perkebunan kelapa sawit merupakan kawasan yang sangat penting untuk mencegah
perluasan kebakaran ke wilayah hutan di sekitarnya, termasuk wilayah Taman Nasional
Sebangau dengan luasan 3.483,779 hektar.
3.5. NKT 5. Kebutuhan Masyarakat
Kondisi kehidupan masyarakat desa-desa di sekitar wilayah kelola kebun rotan
P2RK Kamipang Sejahtera masih menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam
yang ada di sekitar wilayah desa. Wilayah pemukiman masyarakat di Desa Baun Bango,
Desa Jahanjang, Desa Karuing dan Desa Tumbang Runen berada di pinggir-pinggir
11
sungai, dan dikelilingi oleh kebun rotan dan karet. Mayoritas warganya bermata
pencaharian sebagai pekebun rotan dan karet, pencari ikan, serta beberapa melakukan
perladangan sementara. Hampir seluruh masyarakat di empat desa yang menjadi area
studi memanfaatkan air tanah untuk keperluan hidup sehari-hari, namun terdapat
beberapa masyarakat yang masih menggunakan air sungai dan air hujan untuk kegiatan
rumah tangga dan sumber penghidupan, seperti mencuci maupun mandi. Selain untuk
keperluan sehari-hari, sungai dan danau memiliki juga fungsi untuk memenuhi
kebutuhan makanan dan uang tunai. Mereka memanfaatkan sungai dan danau untuk
mencari ikan dan beberapa warga sudah mulai mencoba memelihara ikan dengan
membuat keramba.
Mata pencaharian masyarakat desa, mayoritas sebagai peladang berpindah,
pekebun rotan dan karet, serta mencari ikan. Meski masih menggantungkan beberapa
hal kepada sumber daya hutan/alam, namun kebutuhan tersebut masih bisa
tergantikan dengan alternatif lainnya. Sumber daya alam yang masih sangat dibutuhkan
oleh masyarakat dan tidak tergantikan pada saat-saat tertentu adalah sumber air yang
berasal dari sungai dan danau. Berdasarkan uraian di atas, kebutuhan air sungai dan
danau yang tidak dapat digantikan oleh hal lainnya, terutama pada musim kemarau,
maka danau dan sungai di ada di dalam dan di sekitar desa-desa tersebut, merupakan
komponen NKT 5. Ringkasan hasil penilaian dapat dilihat pada tabel berikut:
No Desa Indikator Ketergantungan
Kr Vt Pro Ar Ob Bb Pt
1 Karuing X x X √ x x x
2 Jahanjang X x x √ x x x
3 Tumbang Runen X x x √ x x x
4 Baun Bango X x x √ x x x
Keterangan: Kr= Karbohidrat; Vt = Vitamin; Po= Protein; Ar = Air bersih; Ob = Obat-obatan Bb= Bahan bakar/Bangunan; Pt= Pendapatan tunai; X = <50% pemanfaatan dari sumber daya hutan/ekosistem alami; √= >50% pemanfaatan dari sumber daya hutan/ekosistem alami.
3.6. NKT 6. Nilai Kultural
Masyarakat di Kecamatan Kamipang sebagian besar adalah masyarakat Dayak
Ngaju dan Dayak Melayu yang beragama Islam. Meskipun demikan masih ada beberapa
tradisi nenek moyang yang di pakai dan dipraktikan dalam keseharian masyarakat desa.
Selain itu, peninggalan-peninggalan leluhur berupa kampung lama (Kaleka), keramat,
tejahan (hutan lindung), Paktahu (kayu atau patung pengusir bala), sandung (tempat
12
untuk menyimpang kerangka) dan tempat-tempat tertentu (makam tua), pohon
Tangiran (pohon penghasil madu) atau pohon yang dihormati masih memiliki nilai
penting dan spritual bagi masayarakat di ke-empat desa tersebut. Khusus untuk Desa
Tumbang Runen, terdapat Rumah Betang Tua yang masih cukup bagus kondisinya.
Sebagai masyarakat tradisional yang berdiam di sisi sungai dan berada di tepi
hutan, masih cukup banyak tradisi yan berkaitan erat dengan hutan dan sumber daya
alam sebagai penopang kehidupan mereka. Salah satunya adalah kaleka, atau kampung
lama yang tidak boleh diganggu atau dirusak oleh siapapun jika melanggar akan kena
sanksi adat, tapi masih bisa dimanfaatkan hasil tumbuhan yang ditanam. Zonasi lainnya
yang dibuat adalah tejahan atau hutan atau wilayah keramat yang tidak boleh diganggu.
Meskipun terdapat tempat-tempat keramat dan dihormati, tetapi sebagian besar
masyarakat tidak lagi melakukan ritual-ritual adat dan pemujaan. Jika pun ada, hanya
sedikit warga yang
melakukan. Hal ini karena
mayoritas penduduk desa
beragama Islam.
Dari uraian di atas,
bisa disimpulan bahwa
terdapat komponen HCV 6
di wilayah desa-desa yang
berada di wilayah kebun
rotan yang dikelola oleh
Koperasi Kamipang
Sejahtera yang berupa
makam tua di Desa Karuing,
muara Sungai Punggu Alas,
dan rumah adat di Desa
Jahanjang.
Berdasarkan seluruh
hasil identifikasi NKT di
atas, secara keseluruhan
terdapat 6.473,63 hektar
kawasan yang memiliki Gambar 2. Sebaran kawasan NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
13
Nilai Konservasi Tinggi (Gambar 2). Jumlah total kawasan NKT memiliki nilai lebih
besar dari luas kawasan P2RK Kami-pang Sejahtera karena terdapat potensi NKT yang
sangat penting dan masih berkesinambungan dengan kawasan kelola.
4. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN NKT
4.1. Ancaman Terhadap Nilai Konservasi Tinggi
Beberapa aktivitas manusia di sekitar wilayah studi memiliki potensi mengancam
keberadaan NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera. Bentuk ancaman tersebut
dapat secara langsung mengganggu atau menghilangkan NKT, maupun secara tidak
langsung dapat mengurangi nilai NKT. Berdasarkan hasil diskusi kelompok dengan
masyarakat di wilayah studi dan hasil pengamatan langsung, terdapat beberapa
aktivitas yang berpotensi mengancam keberadaan NKT, yaitu:
Perburuan terutama jenis satwa yang dikonsumsi dan menjadi binatang peliharaan.
Perkebunan kelapa sawit. Ekspansi perkebunan mempermudah akses ke dalam
hutan, menghilangkan habitat utama satwa, dan menghilangkan populasi satwa
melalui aktivitas yang menghasilkan polusi kimia. Terdapat 3 perkebunan kelapa
sawit di sekitar wilayah studi, yaitu PT. Arjuna, PT. Tanah Mas Sumber Sejahtera,
dan PT. Pagar Jarak.
Pembakaran dan kebakaran lahan. Aktivitas ekpansi perkebunan kelapa sawit
melalui pembakaran lahan dapat mengancam kawasan di sekitar termasuk wilayah
studi. Hal ini terlihat dari sebaran titik api (lihat NKT 4)
Pola kegiatan perkebunan rotan. Proses penghilangan dan penjarangan tegakan
pohon di dalam wilayah kebun rotan.
Konflik satwa. Bekantan, monyet ekor panjang, orangutan, dan tupai merupakan
satwa yang mengkonsumsi pucuk dan buah rotan. Masyarakat sadar untuk tidak
mengganggu satwa tersebut, namun potensi konflik sangat mungkin terjadi apabila
tidak dilakukan pengelolaan.
Pembukaan dan alih fungsi lahan. Perkembangan perkebunan kelapa sawit
mendorong masyarakat untuk mengalihkan kebun rotan menjadi perkebunan
plasma kelapa sawit, selain itu harga rotan yang tidak stabil merupakan penyebab
lainnya.
Penangkapan ikan. Belum terdapat aturan jenis dan ukuran ikan yang ditangkap
menyebabkan penangkapan ikan tidak dapat dikendalikan. Selain itu beberapa
14
masyarakat masih menggunakan bahan kimia dan bom ikan walaupun dengan
intensitas kecil.
Kebijakan pemerintah pusat/daerah. Pengaturan ekspor rotan dalam Peraturan
Menteri Perdagangan dengan nomor 35/M-DAG/PER/11/2011, menyebabkan
hampir seluruh aktivitas perkebunan rotan di wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera berhenti.
4.2. Pengelolaan dan Pemantauan Nilai Konservasi Tinggi
4.2.1. Pengelolaan dan Pemantauan Spesies
4.2.1.1. Perburuan atau Penangkapan Tak Terkendali
- Pembuatan Peraturan Desa yang dilakukan secara musyawarah dengan masyarakat
terkait dengan aturan perburuan satwa yang harus dipatuhi semua anggota P2RK
Kamipang Sejahtera.
- Bekerjasama dengan pihak terkait (LSM, Dinas Kehutanan, Kepolisian) untuk
memberikan penyadaran masyarakat mengenai larangan perburuan, baik secara
pasif maupun aktif.
- Melakukan pendataan jenis-jenis satwa yang sering dijumpai di kawasan
perkebunan secara berkala (triwulan).
- Melakukan kajian jumlah populasi satwa di areal perkebunan, terutama yang
teridentifikasi sebagai NKT. Termasuk kajian jumlah dan jenis ikan yang berhasil
ditangkap oleh penduduk, untuk mengetahui kelimpahannya. Hal ini akan
berpengaruh pada pengelolaan NKT 5 yang berhubungan dengan kebutuhan
masyarakat.
- Untuk penangkapan ikan secara berlebihan atau tidak terkendali: Pihak pengelola
koperasi dapat mengadopsi kebijakan yang dibuat oleh masyarakat Desa Jahanjang
dan Desa Tumbang Runen mengenai larangan penggunaan bahan kimia dan bom
untuk penangkapan ikan. Selain itu perlu dilakukan kajian mengenai pembatasan
lebar mata jala/jaring ikan untuk mengurangi penangkapan anakan ikan.
4.2.1.2. Konflik antara manusia dan satwa
- Membuat struktur pelaporan kejadian konflik atau potensi konflik dengan jelas yang
melibatkan pihak pengurus koperasi, dinas kehutanan, dan BKSDA Kalimantan
Tengah.
15
- Bekerjasama dengan lembaga terkait (Dinas kehutanan, BKSDA, dan LSM) untuk
melakukan pelatihan penanganan konflik satwa dan manusia, atau menyediakan
langkah-langkah penanganan konflik kepada seluruh masyarakat. Beberapa
panduan penanganan konflik telah banyak dibuat oleh LSM, dan dapat digunakan.
- Membuat data-data kasus konflik yang terjadi di area perkebunan rotan. Seluruh
data harus didokumentasikan secara berkala (triwulan).
4.2.2. Pengelolaan dan Pemantauan Ekosistem dan Jasa Ekosistem
4.2.2.1. Ekosistem Sempadan Sungai dan Danau
Merujuk pada Keppres No. 32 tahun 1990 (dinyatakan bahwa lebar sempadan sungai
adalah 50 meter kiri dan 50 meter kanan bagi sungai yang mempunyai lebar badan
sungai kurang dari 30 meter, atau 100 meter kiri dan 100 meter kanan bagi sungai yang
mempunyai lebar badan sungai lebih dari 30 meter) maka perlindungan daerah
sempadan dapat dilakukan dengan:
- Tidak mengalihfungsikan perkebunan rotan yang berada di sempadan sungai
menjadi perkebunan lainnya, terutama tanaman monokultur (satu jenis tanaman
seperti karet dan kelapa sawit),
- Melakukan pemetaan mengenai kejelasan batas antara kelola masyarakat
khususnya petani rotan P2RK dengan kelola perusahaan sawit dengan di bantu LSM
dan pihak perekebunan sawit,
- Tidak menghilangkan tegakan pohon di sempadan sungai, untuk menghindari
longsor dan tidak berkembangnya tanaman rotan dengan baik,
- Menetapkan area sempadan sebagai kawasan perkebunan rotan yang menerapkan
praktek keberlanjutan. Hal ini perlu dibuatkan praktek-praktek budidaya rotan yang
berwawasan lingkungan.
- Memetakan seluruh lokasi danau, dan apabila memungkinkan dilakukan kajian
ekologi di setiap danau dan memetakan status lahan yang berada di sempadan
danau dengan di bantu LSM dan pihak terkait seperti Dinas PU dan Dinas Perikanan.
- Membuat rencana tata ruang kawasan danau melalui musyawarah dengan
masyarakat pemilik lahan di sempadan danau, sehingga mendapat kesepakatan
perlindungan daerah sempadan danau.
16
4.2.3. Pengelolaan dan Pemantauan Budaya
- Memetakan seluruh sumber peninggalan sejarah bekerjasama dengan pihak terkait
(LSM, Pemerintah Daerah, Dinas Pariwisata)
- Membuat tanda-tanda keberadaan lokasi bersejarah, termasuk larangan untuk
merusak atau menghilangkannya
- Bekerjasama dengan aparat desa untuk membuat aturan perawatan lokasi
bersejarah secara berkala,
- Melakukan proses penyadar tahuan akan keberadaan situs-situs tersebut bersama
LSM dan dinas terkait.
17
© 2015
PERKUMPULAN PETANI ROTAN KATINGAN
PERKUMPULAN PETANI ROTAN KATINGAN (P2RK) Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah-Indonesia
2015
2
Tanggal laporan : 11 Mei 2015 Nama kepala penilai : Didik Prasetyo Alamat : Jl. Dieng III No.16, Karang Tengah, Cileduk. Tangerang,
Banten-Indonesia. 15157 email: dprasetyo.unas@gmail.com
Lisensi ALS : - (proses) Jenis laporan : Penuh Lembaga pemohon : Perkumpulan Petani Rotan Katingan (P2RK) Kamipang
Sejahtera Lokasi penilaian : Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan
Tengah-Indonesia
Tanggal penilaian : 13-17 Agustus 2014 Luas wilayah : 6.473,63 Hektar Status lahan : Perkebunan Rotan Skema sertifikasi : FSC
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA| DAFTAR ISI 3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 3
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ....................................................................................... 5
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ 8
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... 9
1. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 10
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 10 1.2. Konsep Nilai Konservasi Tinggi ........................................................................................... 12 1.3. Tujuan Penilaian ........................................................................................................................ 12 1.4. PT. Kamipang Sejahtera .......................................................................................................... 13
2. GAMBARAN LOKASI ............................................................................................................. 14
2.1. Unit Pengelola ............................................................................................................................. 14 2.2. Konteks Lansekap ...................................................................................................................... 14
2.2.1. Geologi ................................................................................................................................... 14 2.2.2. Curah Hujan ......................................................................................................................... 15 2.2.3. Hidrologi ............................................................................................................................... 15 2.2.4. Fisiografis ............................................................................................................................. 16 2.2.5. Biogeografi dan Keanekaragaman Hayati ................................................................ 16
2.3. Sosial dan Budaya ...................................................................................................................... 17 2.3.1. Populasi dan Demografi .................................................................................................. 17 2.3.2. Keragaman Masyarakat Adat dan Lokal ................................................................... 18 2.3.3. Kehidupan Mata Pencaharian ....................................................................................... 18 2.3.4. Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan .......................................................................... 19
3. TIM PENILAI ........................................................................................................................... 20
4. METODOLOGI ........................................................................................................................ 21
4.1. Waktu dan Lokasi ...................................................................................................................... 21 4.2. Proses Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ......................................................................... 21
4.2.1. Persiapan Studi................................................................................................................... 22 4.2.2. Pengumpulan Data ............................................................................................................ 25 4.2.3. Analisa dan Pemetaan ...................................................................................................... 26 4.2.4. Penyusunan Laporan ....................................................................................................... 26
5. DESKRIPSI DAN TEMUAN NILAI KONSERVASI TINGGI ............................................ 27
5.1. NKT 1. Keanekaragaman Spesies. ....................................................................................... 27 5.1.1. Spesies Langka, Terancam, dan Terancam Punah ................................................ 28 5.1.2. Spesies Endemik dan Temporal ................................................................................... 29 5.1.3. Kesimpulan .......................................................................................................................... 30
5.2. NKT 2. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap ............................................................ 30 5.2.1. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap .................................................................. 30
4
5.2.2. Populasi Perwakilan Spesies Alami ............................................................................ 31 5.2.3. Kesimpulan .......................................................................................................................... 34
5.3. NKT 3. Ekosistem dan Habitat .............................................................................................. 34 5.4. NKT 4. Jasa Ekosistem .............................................................................................................. 35
5.4.1. Perlindungan Daerah Tangkapan Air ........................................................................ 35 5.4.2. Kontrol Erosi pada Tanah dan Lereng yang Rentan ............................................ 35 5.4.3. Kawasan Pembatas Kebakaran Hutan atau Lahan ............................................... 36
5.5. NKT 5. Kebutuhan Masyarakat ............................................................................................. 36 5.5.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 37
5.6. NKT 6. Nilai Kultural ................................................................................................................. 38 5.6.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 39
6. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN NKT ..................................................................... 40
6.1. Ancaman Nilai Konservasi Tinggi ........................................................................................ 40 6.2. Pengelolaan dan Pemantauan Nilai Konservasi Tinggi ............................................... 42
6.2.1. Pengelolaan dan Pemantauan Spesies ...................................................................... 42 6.2.2. Pengelolaan dan Pemantauan Ekosistem dan Jasa Ekosistem ........................ 43 6.2.3. Pengelolaan dan Pemantauan Budaya ...................................................................... 44
7. SINTESIS .................................................................................................................................. 45
7.1. Pengelolaan Kolaboratif .......................................................................................................... 45
8. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 47
9. LAMPIRAN .............................................................................................................................. 50
1. Profil Tim Penilai ........................................................................................................................... 50 2. Daftar Para Pihak ........................................................................................................................... 52 3. Dokumentasi Foto Kegiatan Penilaian NKT ........................................................................ 54 4. Daftar Temuan Satwa Dan Tumbuhan .................................................................................. 56 5. Peta Hasil Identifikasi Nkt .......................................................................................................... 64 6. Konsultasi Publik ........................................................................................................................... 78 7. Hasil Peer Review .......................................................................................................................... 86 8. Tanggapan Hasil Peer Review ................................................................................................ 100
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA| DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH 5
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
APL : Areal Penggunaan Lain
BKSDA : Balai Konservasi Sumber Daya Alam
BPDAS : Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai
BPS : Badan Pusat Statisik
BTNS : Balai Taman Nasional Sebangau
CITES : Convention on International Trade in Endangered Species
CR : Critical Endangered
CUC : Control Union Certification
DAS : Daerah Aliran Sungai
EN : Endangered
FORINA : Forum Orangutan Indonesia
FSC : Forest Stewardship Council
GPS : Global Positioning System
HCV : High Conservation Value
HCVF : High Conservastion Value Forest
HPH-RE : Hak Pengelolaan Hutan-Restorasi Ekosistem
HPK : Hutan Produksi Konservasi
IBA : Important Bird Area
IUCN : International Union for Conservation of Nature
KBKT : Kawasan Bernilai KOnservasi Tinggi
KK : Kepala Keluarga
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi Cuci Kakus
MVP : Minimum Viable Population
NKT : Nilai Konservasi Tinggi
P2RK : Perkumpulan Petani Rotan Katingan
PLN : Perusahaan Listrik Negara
PNS : Pegawai Negeri Sipil
RT : Rukun Tetangga
6
RTE : Rare, Threatned, and Endangered
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RW : Rukun Warga
SIG : Sistem Informasi Geografis
SLIMF : Small or Low Intensity Managed Forest
SMA : Sekolah Menengah Atas (Umum)
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TBE : Tingkat Bahaya Erosi
TGHK : Tata Guna Hutan Kesepakatan
UNESCO : United Nations Educational Scientific and Cultural Organization
USAID-IFACS : United States Agency for International Development - Indonesian
Forest and Climate Support
USLE : Universal Soil Loss Equation
VU : Vulnerable
WWF : World Wildlife Fund
YCI : Yayasan Cakrawala Indonesia
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA| DAFTAR TABEL 7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data demografi Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kali-mantan Tengah .................................................................................................................... 17
Tabel 2. Daftar personil tim penilai NKT di P2RK Kamipang Sejahtera. ......................... 20
Tabel 3. Daftar titik lokasi pengambilan sampel lapangan untuk identifikasi NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.................................................. 21
Tabel 4. Daftar data sekunder yang digunakan untuk menganalisa potensi NKT di wilayah pengelolaan P2RK Kamipang Sejahtera. .................................... 23
Tabel 5. Ringkasan hasil identifikasi NKT di P2RK Kamipang Sejahtera ........................ 27
Tabel 6. Ringkasan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan dan ekosistem alami lainnya. .................................................................. 38
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta lokasi penilaian NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ..................................................................................................................... 64
Gambar 2. Peta kelerengan di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera .................. 65
Gambar 3. Pola rerata curah hujan bulanan Kabupaten Katingan tahun 2013 .............................................................................................................................. 15
Gambar 4. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah kelola P2RK Kami-pang Sejahtera dan sekitarnya ........................................................................... 66
Gambar 5. Peta sebaran desa di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera .............. 67
Gambar 6. Peta keberadaan NKT terkait spesies langka, terancam dan terancam punah di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera .............. 68
Gambar 7. Kawasan hutan inti yang berada pada lanskap ekosistem wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ..................................................... 69
Gambar 8. Sebaran tipe ekosistem di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ..................................................................................................................... 70
Gambar 9. Kawasan NKT 2 di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera .................. 71
Gambar 10. Peta sebaran tipe ekosistem gambut di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ................................................................................................ 72
Gambar 11. Daerah sempadan sungai Katingan dan danau-danau di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ..................................................... 73
Gambar 12. Tingkat Bahaya Erosi pada wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan sekitarnya ...................................................................................... 74
Gambar 13. Kawasan pembatas kebakaran di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ................................................................................................ 75
Gambar 14. Sebaran peninggalan sejarah yang memiliki nilai kultural di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ..................................................... 76
Gambar 15. Posisi P2RK Kamipang Sejahtera dengan beberapa pengelola kawasan ....................................................................................................................... 77
Gambar 16. Pengelolaan bersama NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera ..................................................................................................................... 46
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA| DAFTAR LAMPIRAN 9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Profil Tim Penilai ............................................................................................... 50
Lampiran 2. Daftar Para Pihak ............................................................................................... 52
Lampiran 3. Dokumentasi Foto Kegiatan Penilaian NKT ............................................ 54
Lampiran 4. Daftar temuan satwa dan tumbuhan ......................................................... 56
Lampiran 5. Peta Hasil Identifikasi NKT ............................................................................ 64
Lampiran 6. Konsultasi Publik ............................................................................................... 78
Lampiran 7. Hasil Peer Review .............................................................................................. 86
Lampiran 8. Tanggapan hasil peer review ..................................................................... 100
10
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dilakukan pada kawasan Perkumpulan
Petani Rotan Katingan (P2RK) Kamipang Sejahtera yang terletak di Kecamatan
Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Identifikasi NKT dilakukan
untuk memberikan gambaran nilai konservasi yang penting di dalam wilayah kelola
P2RK Kamipang Sejahtera, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
pengembangan rencana kelola koperasi petani rotan, salah satunya adalah
pemenuhan standar sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) pada program Small
or Low Intensity Managed Forest (SLIMF).
Secara rinci FSC-SLIMF mengatur syarat-syarat unit usaha hasil yang termasuk
dalam kelompok skala kecil dan menengah, yaitu luasan kawasan kelola tidak
melebihi dari 100 hektar atau dapat mencapai 1.000 hektar apabila kawasan telah
ditetapkan oleh FSC-accredited national initiative, atau produksi tidak boleh melebihi
20% dari kenaikan total produksi tiap tahunnya, atau total produksi tidak boleh
melebihi 5.000 meter kubik setiap tahunnya. Untuk unit usaha hasil hutan bukan
kayu (dalam hal ini rotan) skala kecil dan menengah mengikuti persyaratan bahwa
total produksi tidak boleh melebihi 5.000 meter kubik per tahun tanpa memiliki batas
luas kawasan kelola.
Terdapat beberapa perbedaan pada prinsip dasar penilaian NKT untuk usaha
skala kecil dan menengah pada usaha kayu maupun hasil hutan bukan kayu dengan
perusahaan skala besar. Dikarenakan unit usaha memiliki luas wilayah yang kecil dan
beberapa tersebar dan atau memiliki total produksi terbatas, serta dikelola oleh
perorangan maupun kelompok usaha yang struktur kepengurusan sederhana, FSC
menyarankan agar proses identifikasi, pengelolaan, dan pemantauan NKT dilakukan
secara sederhana sehingga mudah dipahami dan dijalankan oleh anggota unit usaha.
Namun tetap mengikuti prinsip, kriteria, dan indikator yang telah ditetapkan oleh
FSC.
Pada standar sertifikasi FSC disyaratkan pada prinsip ke-9 mengenai
pemeliharaan kawasan hutan bernilai tinggi. Di dalam prinsip ini, kegiatan-kegiatan
pengelolaan di kawasan hutan yang terdapat nilai konservasi tinggi harus dipelihara
atau ditingkatkan sifat-sifat dan kualitasnya dalam mendukung kelestarian kawasan
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA| 1. PENDAHULUAN 11
hutan menggunakan pendekatan kehati-hatian. Terdapat 4 kriteria yang membahas
bagaimana NKT dinilai, dikelola dan dipantau oleh satuan pengelola suatu badan
usaha; yaitu: kriteria 9.1 yang mewajibkan penilaian untuk menentukan keberadaan
sifat-sifat yang sesuai dengan hutan bernilai konservasi tinggi, sesuai dengan skala
dan intensitas pengelolaan hutan. Kriteria 9.2 yang membahas bahwa porsi
konsultasi dalam proses sertifikasi harus menekankan pada sifat-sifat konservasi
yang teridentifikasi dan pilihan-pilihan pengelolaannya. Berikutnya adalah kriteria
9.3 yang mengharuskan setiap perencanaan pengelolaan mencantumkan dan
menerapkan langkah-langkah khusus untuk menjamin bahwa pemeliharaan dan/atau
peningkatan sifat-sifat konservasi dilakukan dengan pendekatan kehati-hatian.
Tindakan-tindakan ini harus dicantumkan secara jelas dan sederhana dalam publikasi
ringkasan perencana pengelolaan. Yang terakhir adalah kriteria 9.4, yang mewajibkan
dilakukan kegiatan pemantauan setiap tahun untuk menilai efektifitas dari tindakan-
tindakan yang diterapkan untuk memelihara atau meningkatkan sifat-sifat konservasi
yang ada.
Untuk prinsip, kriteria, dan indikator ke-9 yang ditetapkan oleh FSC pada
kelompok usaha kecil dan menengah memiliki sedikit perbedaan dengan unit usaha
skala besar. Terdapat 2 indikator yang tidak wajib dipenuhi oleh unit pengelola, yaitu
Indikator 9.1.3 yang menyebutkan bahwa prosedur penilaian dan hasil penilaian
(termasuk komentar-komentar dan saran-saran dari pemangku kepentingan sebagai
respon dari proses konsultasi) seharusnya didokumentasikan secara penuh; dan
Indikator 9.2.2 yang menyatakan bahwa pemegang ijin usaha hutan alam seharusnya
menyimpan berkas yang mendokumentasikan secara lengkap dan mutakhir semua
komentar-komentar pemangku kepentingan yang dimasukkan berkaitan dengan
pengelolaan NKT dan tindakan yang sudah diambil sebagai hasil konsultasi.
Identifikasi NKT yang hasilnya diuraikan pada laporan ini dilakukan pada satu
unit pengelola usaha rotan skala kecil-menengah yang tersebar di 4 desa yang
termasuk di dalam wilayah administrasi Kecamatan Kamipang, Kalimantan Tengah
yaitu Desa Karuing, Jahanjang, Tumbang Runen, dan Baun Bango. Identifikasi NKT
terhadap cakupan areal seluas 6.473,63 hektar yang dikelola oleh P2RK Kamipang
Sejahtera telah dilakukan pada tanggal 13-17 Agustus 2014.
12
1.2. Konsep Nilai Konservasi Tinggi
Nilai Konservasi Tinggi (NKT) yang diperkenalkan oleh Forest Stewardship
Council (FSC) untuk sektor kehutanan dalam kerangka sertifikasi pengelolaan hutan
berkelanjutan (http://www.fsc.org/pc.html). Definisi NKT adalah suatu nilai biologi,
ekologi, sosial atau budaya yang dianggap penting pada skala nasional, regional dan
global. Sebagaimana didefinisikan dalam panduan umum identifikasi NKT yang
dikelurakan HCV Resource Network, terdapat enam kategori NKT yaitu:
NKT 1 Keanekaragaman spesies. Keterpusatan keanekaragaman biologis yang mencakup spesies endemik, dan spesies langka, terancam atau terancam punah, yang signifikan pada level global, regional atau nasional.
NKT 2 Ekosistem dan mosaik pada level lanskap. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada level lanskap yang luas yang memiliki signifikansi pada tingkat global, regional atau nasional, dan memiliki populasi yang layak dari sebagian besar spesies alami serta memiliki pola persebaran dan jumlah yang alami.
NKT 3 Ekosistem dan habitat. Ekosistem, habitat atau refugia langka, terancam, atau terancam punah.
NKT 4 Jasa ekosistem. Jasa ekosistem mendasar dalam situasi penting, termasuk perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng.
NKT 5 Kebutuhan masyarakat. Situs dan sumber daya yang fundamental untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal atau masyarakat adat (untuk mata pencaharian, kesehatan, makanan, air, dll.), yang teridentifikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.
NKT 6 Nilai kultural. Situs, sumber daya, habitat, dan lanskap dengan signifikansi kultural, arkeologis, atau sejarah pada tingkat global atau nasional, dan/atau kepentingan kultural, ekologis, ekonomi atau religi/sakral bagi budaya tradisional masyarakat lokal atau masyarakat adat, yang teridentifikasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat adat terkait.
1.3. Tujuan Penilaian
Penilaian NKT yang dilakukan di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
memiliki tujuan yaitu: 1) Mengidentifikasi dan menentukan ada atau tidaknya Nilai
Konservasi Tinggi (NKT) dalam wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera; 2)
Menentukan kawasan yang mengandung Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di wilayah
kelola P2RK Kamipang Sejahtera, sehingga dapat digambarkan luasan dan
distribusinya untuk mempermudah proses pengelolaan dan pemantauan; dan 3)
Memberikan rekomendasi pengelolaan dan pemantauan NKT yang didasarkan atas
hasil identifikasi NKT dan ketersediaan sumber daya.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA| 1. PENDAHULUAN 13
1.4. PT. Kamipang Sejahtera
PT. Kamipang Sejahtera adalah salah satu koperasi petani rotan yang berada di
wilayah kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah dibentuk
pada hasil pertemuan tanggal 23-25 Mei 2006 di desa Baun Bango, Kecamatan
Kamipang. Dari hasil pertemuan tersebut disepakati beberapa agenda penting untuk
pengembangan koperasi, yaitu pemilihan dan pembentukan badan pengurus serta
badan pengawas, pengesahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi,
dan pendaftaran badan hukum koperasi. Akan tetapi setelah badan pengurus dan
badan pengawas koperasi pertama dibentuk, tidak terdapat pertemuan kembali yang
membahas perkembangan kegiatan koperasi. Dan sampai saat kajian NKT dilakukan,
status pelaksana koperasi masih belum berubah.
Berdasarkan peta penunjukkan kawasan yang dikeluarkan melalui Surat
Keputusan Kementrian Kehutanan nomor 529 tahun 2012, wilayah kelola P2RK
Kamipang Sejahtera sebagian besar berada di dalam kawasan dengan status Hutan
Produksi Konservasi (HPK) dan sebagian kecil termasuk dalam Areal Penggunaan
Lain (APL) terutama pada areal pemukiman. Di sebelah timur wilayah kelola P2RK
Kamipang Sejahtera terdapat Kawasan Suaka/Pelestarian Alam Taman Nasional
Sebangau yang berjarak sekitar 5 kilometer. Pemanfaatan lahan pada wilayah kelola
pada umumnya untuk perkebunan rotan dan pemukiman, namun terdapat sebagian
kecil kawasan yang digunakan oleh masyarakat sebagai area perkebunan karet dan
perladangan.
14
2. GAMBARAN LOKASI
2.1. Unit Pengelola
Perkumpulan Petani Rotan Katingan (P2RK) Kamipang Sejahtera secara
administrasi berada di Desa Baun Bango, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan,
Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan legalitas akta notaris No. 02 tanggal 12 Desember
2009 yang dibuat oleh Notaris Ellis Natalis, SH. MH melalui surat nomor: 884/39-
KOP/BH/II/2009, pengurus harian koperasi rotan ini di ketuai oleh Suandri, wakil
ketua: Erenfrid, sekretaris: Ibrahim dan wakil sekretaris: Wini, dan bendahara: Dedi.
Sedangkan badan pengawas terdiri dari ketua: Sarwendi, sekretaris: Hendra, dan
anggota: Arson, Aryadi, dan Alwi.
Lokasi wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera berada dari 1130 23’ 36” E dan 20
22’ 32” S sampai dengan 1130 28’ 23” E dan 20 16’10” S, secara administratif berada di
Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah (Gambar 1).
Aksesbilitas ke lokasi bisa ditempuh melalui jalur transportasi darat dari Kasongan
menuju Desa Baun Bango. Dari desa Baun Bango, transportasi darat dapat diteruskan
sampai dengan Desa Jahanjang; sedangkan aksesbilitas ke Desa Tumbang Runen dan
Desa Karuing dapat ditempuh menggunakan transportasi air.
Sistem lahan (land system) adalah rangkaian ekosistem alami dari jenis batuan,
iklim, hidrologi, topografi, jenis tanah dan organisme yang memiliki keterkaitan erat
satu dengan lainnya. Oleh karena itu, sistem lahan tidak bersifat unik hanya di suatu
tempat, namun dapat dijumpai di wilayah yang memiliki kesamaan karakteristik
lingkungan. Berdasarkan data sistem lahan dari RePPProT (1987) dan survei yang
dilakukan WWF tahun 2012-2014, wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera berada di
dalam sistem lahan Barah, Gambut, Sebangau, dan Segintung.
2.2. Konteks Lansekap
2.2.1. Geologi
Secara umum batuan yang terdapat di daerah Kabupaten Katingan terdiri dari: batuan
malihan, batuan gunung api, batuan intrusi granit, batuan sedimen dan batuan endapan
permukaan terdiri dari beberapa formasi batuan yang berumur dari Yura hingga
Holosen. Sedangkan struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Katingan
tidak terlepas dari struktur regional yang pada umumnya memberikan dampak
terbentuknya perlipatan dan pensesaran. Secara regional aktifitas tektonik dan
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 2. GAMBARAN LOKASI 15
magmatik yang terjadi di daerah Kabupaten Katingan dimulai pada masa Mesozoik
(Yura) hingga Tersier (Miosen- Pliosen).
Geologi daerah Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan
beberapa lembar peta Geologi skala 1 : 250.000 yang dipublikasikan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi terdiri dari beberapa formasi batuan yang
berumur dari Yura hingga Holosen.
Secara umum topografi di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan sekitarnya
berada di kawasan rawa dan dataran rendah dengan kisaran ketinggian dari mulai
permukaan laut sampai dengan 100 meter di atas permukaan laut dengan tingkat
kemiringan < 2% (Gambar 2).
2.2.2. Curah Hujan
Jumlah curah hujan dan distribusi curah hujan mempunyai hubungan yang erat
dengan dinamika ekologi di sebuah kawasan. Berdasar-kan data curah hujan dari
stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika di Kabupaten Katingan tahun 2013 dan
klasifikasi iklim berdasarkan Scmidth – Ferguson, wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera termasuk ke dalam
tipe iklim A dengan ciri curah
hujan yang relatif tinggi. Dalam
kurun waktu satu tahun rerataan
curah hujan adalah 305 mm
dengan curah hujan bulanan
terendah 122 mm pada bulan
Juni dan tertinggi pada bulan
Februari dengan curah hujan
625.52 mm (Gambar 3).
2.2.3. Hidrologi
Berdasarkan kajian batas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dikeluarkan oleh
BPDAS Kahayan, Kementerian Kehutanan tahun 2014, wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera berada di wilayah DAS Katingan yang terletak di wilayah administrasi
pemerintahan Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan. Berdasarkan diskusi dengan
masyarakat Desa Tumbang Runen, terdapat 8 sungai di wilayah sekitar desa yaitu
Sungai Takilan, Sungai Runen Hai, Sungai Runen Kurik, Sungai Tatas, Sungai Tatau Hai,
Gambar 3. Pola rerata curah hujan bulanan Kabupaten Katingan tahun 2013.
16
Sungai Tatau Kurik, Sungai Loangan Kuntat, Sungai Loangan Hai. Seluruh sungai
tersebut akan kering pada musim kemarau (Gambar 4).
2.2.4. Fisiografis
Pendekatan fisiografi mengelompokkan lahan secara keseluruhan dan tidak
didasarkan atas suatu sifat tertentu. Ini dilakukan dengan anggapan bahwa suatu daerah
yang mempunyai fisiografi yang relatif seragam, akan mempunyai faktor-faktor
lingkungan lainnya yang juga relatif seragam seperti iklim mikro, ciri tanah, kondisi
habitat tanaman dan sebagainya, serta dapat dikelompokkan ke dalam satuan lahan
tertentu. Berdasarkan definisi ini, wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera berada di
kawasan biofisiografis dataran rendah pesisir bagian selatan (RePPProT, 1990).
2.2.5. Biogeografi dan Keanekaragaman Hayati
Menurut MacKinnon, et al. (1996) wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
termasuk ke dalam satuan biogeografi hutan dataran rendah bagian selatan (25b) yang
terdiri dari ekosistem perairan air tawar dan rawa gambut dengan kekayaan jenis flora
dan fauna lebih sedikit dibanding satuan biogeografi lainnya di pulau Kalimantan.
Sebaran fauna teresterial dan arboreal pada satuan biogeografi dataran rendah dibatasi
oleh keberadaan sungai besar yang menjadi barier alami, namun endemisitas
memungkinkan untuk memiliki nilai yang lebih tinggi.
Untuk menggambarkan keanekaragaman hayati yang terdapat di wilayah kajian
dan disekitarnya, informasi studi keanekaragaman hayati yang terdapat dalam satu
hamparan ekosistem dapat digunakan sebagai keterwakilan. Pada wilayah kelola P2RK
Kamipang sejahtera terdapat dua wilayah studi keanekaragaman hayati yang telah
banyak dilakukan, yaitu Taman Nasional Sebangau dan HPH-RE PT. Rimba Makmur
Utama. Sebagian besar komposisi keanekaragaman hayati pada dua wilayah tersebut
memiliki kemiripan walaupun dipisahkan oleh sungai Katingan yang tidak
memungkinkan (atau kecil kemungkinan) fauna teresterial dan arboreal menyeberang.
Berdasarkan beberapa hasil studi yang dilakukan di Taman Nasional Sebangau,
terdapat 808 jenis tumbuhan, 15 jenis mamalia, 182 jenis burung, dan 54 spesies ular
(WWF dan LIPI, 2007). Beberapa contoh jenis kayu komersil tinggi seperti Ramin
(Gonystylus bancanus), Meranti Jawa (Shorea pauciflora, Shorea tysmanniana, Shorea
uluginosa), Jelutung (Dyera lowii), Nyatoh (Palaquium spp.), Bintangur (Calophyllum
spp.), Kapur Naga (Calophyllum macrocarpum). Sedangkan untuk jenis fauna yang
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 2. GAMBARAN LOKASI 17
spesifik di antaranya ada orangutan (Pongo pygmaeus) yang diperkirakan memiliki
populasi 6.000-9.000 individu (Husson & Bernard, 2004; WWF, Ancrenaz, dan
BKSDA/BTNS, 2007), Bekantan (Nasalis larvatus), Beruang madu (Helarctos malayanus),
Kelaweit (Hylobates agillis), burung Rangkong, Macan Dahan, Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis). Keanekaragaman hayati yang terdapat di Taman Nasional
Sebangau kemungkinan besar memiliki sebaran sampai dengan wilayah kelola P2RK
Kamipang Sejahtera di sebelah timur karena memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dan
memiliki tutupan hutan yang masih berkesinambungan, serta tidak terdapatnya barier
alami maupun buatan.
2.3. Sosial dan Budaya
2.3.1. Populasi dan Demografi
Kabupaten Katingan merupakan salah satu Kabupaten di provinsi Kalimantan
Tengah dengan Ibu kota Kasongan. Kabupaten Katingan memiliki luas wilayah 17.800
km² dan berpenduduk sebanyak 155.100 jiwa (Kabupaten Katingan dalam angka,
2013). Kecamatan Kamipang, dengan ibu kota kecamatannya adalah Desa Baun Bango,
merupakan kecamatan dengan wilayah terluas dibandingkan kecamatan lain di
Kabupaten Katingan. Luas Kecamatan Kamipang adalah 2.793 km2, terbagi menjadi 9
desa, 6 RW dan 39 RT dan memiliki sekitar 6.416 jiwa dengan 1.586 Kepala Keluarga
(KK). Berikut adalah data demografi dari Kecamatan Kamipang (Tabel 1, Gambar 5).
Tabel 1. Data demografi Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah
No Desa Laki Perempuan Kepala Keluarga Jumlah 1 Galinggang 644 607 287 1.251 2 Tempelas 200 191 107 391 3 Telaga 723 652 293 1.375 4 Parupuk 50 53 26 103 5 Karuing 229 204 111 433 6 Jahanjang 328 282 174 610 7 Tumbang Runen 177 163 89 340 8 Baun Bango 306 339 189 645 9 Asem Kumbang 645 623 317 1.268 Jumlah 3.302 3.114 1.586 6.416
Sumber : Kecamatan Kamipang dalam Angka 2013, BPS Kabupaten Katingan. Warna hijau menunjukkan
wilayah kajian NKT.
18
2.3.2. Keragaman Masyarakat Adat dan Lokal
Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kamipang adalah masyarakat Suku Dayak.
Ada beberapa sub suku yang tinggal namun pada umumnya adalah masyarakat Suku
Dayak Ngaju dan Suku Dayak yang beragama Islam yang disebut Suku Dayak Melayu.
Masyarakat lokal termasuk ke dalam Suku Dayak Ngaju atau sering disebut Suku Dayak
Ot Danum yang konon berasal dari hulu-hulu sungai yang kemudian menyebar menuju
ke arah hilir sungai yang ada di Kalimantan Tengah. Suku Dayak Ngaju merupakan suku
induk dari tiga suku besar lainnya dan memiliki 53 anak suku yaitu Suku Mayan dengan
8 anak suku, Suku Lawangan dengan 21 anak suku, dan Suku Dusun dengan 24 anak
suku. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ot Danum atau Bahasa Dohoi. Suku Dayak
lainnya yang tinggal di wilayah Kamipang adalah Suku Dayak Melayu yang berasal dari
wilayah pesisir, sehingga terpengaruh dengan penyebaran agama Islam yang dibawa
oleh para pedagang.
2.3.3. Kehidupan Mata Pencaharian
Secara umum pola perekonomian dan mata pencarian masyarakat tergantung
kepada sumber daya alam. Mata pencaharian warga pada umumnya adalah sebagai
petani rotan, berladang, memanen hasil hutan dan penangkapan ikan. Praktek ladang
berpindah masih dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras. Selain
itu mereka juga menanam karet dan buah-buahan di bekas ladang mereka. Selain
berladang dan mengambil hasil hutan, masyarakat juga memanfaatkan potensi sungai
dan danau yang ada di sekitar mereka. Ikan menjadi salah satu hasil yang bisa mereka
makan dan jual untuk mendapatkan uang tunai.
Usaha perikanan yang dilakukan oleh masyarakat adalah perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Alat yang digunakan untuk menangkap ikan seperti rengge,
tampirai, lukah dan pancing. Sedang perikanan budidaya yang diusahakan adalah
keramba. Bidang pekerjaan lainnya adalah pedagang, PNS, dan karya-wan perusahaan
perkebunan kelapa sawit.
Dari seluruh mata pen-caharian yang dilakukan oleh masyarakat, rotan dan karet
adalah sumber penghasilan utama. Menurut hasil pemetaan yang dilakukan oleh
Yayasan Cakrawala Indonesia (YCI) tahun 2013 menyebutkan bahwa, pada awalnya
masyarakat menjadi-kan rotan sebagai mata pencaharian utama mereka sejak kurun
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 2. GAMBARAN LOKASI 19
waktu 1950-an hingga akhir tahun 1990an, namun, setelah itu karet menjadi alternatif
pengganti rotan.
2.3.4. Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan
Fasilitas pendidikan pada umumnya telah memadai, di setiap desa telah tersedia
SD. Jenjang pendidikan SMP hanya terdapat di Desa Baun Bango, Jahanjang, Karuing,
Sedangkan SMA dan SMK hanya tersedia di Desa Baun Bungo. Fasilitas kesehatan yang
tersedia di setiap desa adalah PUSTU, yang dilayani oleh perawat mantri dan bidan.
Sedangkan dokter hanya tersedia di Puskesmas yang berada di Desa Baun Bungo.
20
3. TIM PENILAI
Kajian nilai konservasi tinggi di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
dilaksanakan oleh empat personil utama yang memiliki kompetensi sesuai masing-
masing komponen NKT dan dibantu oleh karyawan WWF Indonesia program
Kalimantan Tengah. Daftar personil yang terlibat dalam proses identifikasi NKT tersaji
dalam Tabel 2, sedangkan profil lengkap personil terdapat dalam lampiran 1.
Tabel 2. Daftar personil tim penilai NKT di P2RK Kamipang Sejahtera.
No Nama Posisi Keahlian
1 Didik Prasetyo Kepala Penilai NKT Bidang Ekologi/Biodiversiti
2 Ari Meididit Anggota Penilai NKT Bidang Biodiversiti/Jasa ekosistem
3 Joandini Asmoro Anggota Penilai NKT Bidang Ekologi/Biodiversiti
4 Sutji Shinto Anggota Penilai NKT Bidang Sosial dan Budaya
Pendukung
1 Dewi Indah Sari WWF GIS/pemetaan
2 Kurniadi WWF Program rotan
3 Gani Masayusi WWF Program rotan
4 Nina Nuraisyiah WWF Program rotan
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 4. Metodologi 21
4. METODOLOGI
4.1. Waktu dan Lokasi
Lokasi identifikasi NKT adalah pada wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera yang
berada di Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Area
yang diidentifikasi meliputi kawasan riparian sepanjang Sungai Katingan yang menjadi
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera. Identifikasi dilaksanakan selama empat hari
dari tanggal 13-17 Agustus 2014. Terdapat 8 titik pengambilan sampel aspek ekologi
(NKT 1 - 4) dan 4 lokasi sampel yang merupakan desa-desa dan 2 lokasi situs budaya
yang berada di dalam wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera (Gambar 1). Informasi
titik sampel untuk identifikasi NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera tersaji
dalam Tabel 3. Selain itu, sebanyak 69 responden telah diwawancarai untuk
mendapatkan informasi keberadaan NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
dan sekitarnya (Lampiran 2).
Tabel 3. Daftar titik lokasi pengambilan sampel lapangan untuk identifikasi NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
No. Lokasi Titik Pengamatan Komponen NKT Keterangan
1 Kebun rotan Desa Karuing 1 1-4 Kebun Rotan
2 Kebun rotan Desa Karuing 2 1-4 Kebun Rotan
3 Kebun rotan Desa Jahanjang 1 1-4 Kebun Rotan
4 Kebun rotan Desa Jahanjang 2 1-4 Kebun Rotan
5 Kebun rotan Desa Tumbang Runen 1
1-4 Kebun Rotan
6 Kebun rotan Desa Tumbang Runen 2
1-4 Kebun Rotan
7 Danau Purun 1-4 Danau
8 Desa Karuing 5-6 Desa
9 Desa Jahanjang 4-5-6 Desa dan Danau
10 Desa Tumbang Runen 4-5-6 Desa dan Danau
11 Desa Baun Bango 1-6 Desa dan Danau
12 Sungai Perupuk 6 Makam tua
13 Sungai Laken 6 Makam tua
4.2. Proses Penilaian Nilai Konservasi Tinggi
Proses identifikasi NKT terdiri dari serangkaian tahapan yang dapat
dikelompokkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu: 1) persiapan studi (penilaian
22
awal), 2) pengumpulan data, 3) analisis dan pemetaan, 4) penyusunan laporan dan 5)
rekomendasi serta konsultasi hasil penilaian dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam rangkaian proses ini, ketersediaan data primer dan sekunder merupakan faktor
penentu dalam menentukan nilai-nilai penting yang perlu di konservasi melalui
kerangka NKT.
4.2.1. Persiapan Studi
Persiapan studi/penilai-an awal merupakan kegiatan yang terdiri atas pengum-
pulan data dan informasi sekunder, analisis terhadap data dan informasi, dan penentuan
pendekatan dan metode yang akan dipakai dalam melakukan penilaian terhadap suatu
kawasan. Setelah data dan informasi sekunder terkumpul, langkah selanjutnya adalah
melakukan verifikasi dan analisis data (termasuk pemetaan awal).
Persiapan penilaian NKT 1, 2, dan 3 dilakukan dengan mengumpulkan informasi
keanekaragaman hayati yang pernah dilakukan di wilayah kajian maupun disekitarnya.
Perencanaan penentuan plot sampel dilakukan dengan memperhatikan berbagai
informasi yang ada mengenai lokasi, terutama dengan memperhatikan kondisi tutupan
lahan saat ini melalui bantuan Citra Landsat dan peta lokasi kerja yang akan dinilai.
Lokasi-lokasi yang akan dijadikan plot sampel adalah lokasi-lokasi yang di dalam
panduan identifikasi NKT diduga memiliki nilai penting bagi keanekaragaman hayati,
seperti: hutan sekunder, hutan batu kapur, lahan basah, lahan gambut, sempadan
sungai, sempadan danau, sempadan mata air, kebun campuran, dan lokasi-lokasi yang
diperkirakan memiliki nilai penting bagi keanekaragaman hayati.
Informasi awal NKT 4 dapat diperoleh dengan analisa spasial (peta dasar dan
tematik) dan data non spasial (laporan hasil penelitian, laporan statistik, amdal, dan
lain-lain). Dari peta-peta tersebut dapat dilihat wilayah mana saja yang memanfaatkan
jasa air, pengendalian erosi, dan pencegahan perluasan kebakaran. Pada tahap ini juga
dilakukan kegiatan delineasi kawasan lindung, kawasan yang berfungsi sebagai
perlindungan tata air, sempadan sumber-sumber air (sungai, danau, mata air, rawa),
memprediksi Tingkat Bahaya Erosi (TBE), ekosistem penting sebagai pengatur tata air,
ekosistem yang khas seperti karst, kerangas, rawa/gambut, dan mangrove.
Informasi dasar NKT 5 dan 6 dilakukan dengan identifikasi dan penentuan desa-
desa yang akan dikunjungi selama pengambilan data lapangan. Desa-desa yang akan
dikunjungi dipilih berdasarkan: 1) Tingkat interaksi (jarak dan bentuk hubungan/
interaksi) masyarakat desa dengan wilayah kajian; 2) Fungsi hutan bagi masyarakat,
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 4. Metodologi 23
ketergantungan terhadap sumberdaya di kawasan hutan; 3) Pola perekonomian atau
bentuk mata pencaharian yang diusahakan masyarakat; 4) Kelembagaan sosial yang
penting; dan 5) Sub-kelompok sosial yang penting. Berikut adalah beberapa data
sekunder yang digunakan di dalam kajian NKT (Tabel 4).
Tabel 4. Daftar data sekunder yang digunakan untuk menganalisa potensi NKT di wilayah pengelolaan P2RK Kamipang Sejahtera.
No Judul Kategori
1 Peta rupa bumi Indonesia. Badan Informasi Geospasial tahun 2007 Biofisik
2 Peta batas DAS Kahayan. BPDAS Kahayan, Kementrian Kehutanan tahun 2014
Biofisik
3 Peta hasil analisa DAS Katingan. WWF Indonesia tahun 2003 Biofisik 4 Peta distribusi orangutan. Forum Orangutan Indonesia tahun 2013 Biofisik
5 Peta penunjukkan kawasan berdasarkan SK Kemenhut no. 529. Kementrian Kehutanan tahun 2012
Biofisik
6 Peta potensi rotan. WWF Indonesia Biofisik
7 Peta seri sebaran titik api Kalimantan Tengah. SiPongi. Kementrian Kehutanan tahun 2002-2013
Biofisik
8 Peta tutupan lahan. Kementrian kehutanan tahun 2013 Biofisik
9 Peta analisa Tingkat Bahay Erosi DAS Katingan. WWF Indonesia tahun 2014
Biofisik
10 Peta sistem lahan Kalimantan Tengah. Survei primer WWF Indonesia tahun 2012-2014
Biofisik
11 Peta sistem lahan Kalimantan Tengah. RePPProt tahun 1987 Biofisik 12 Peta Important Bird Area (IBA). Birdlife International tahun 2013 Biofisik 13 Peta sebaran desa. WWF Indonesia tahun 2014 Biofisik
14 Peta sebaran lahan gambut, luas dan kandungan karbon di Kalimantan. Wetlands International-Indonesia Programme tahun 2004
Biodiversiti dan Jasa Lingkungan
15 First estimates of population ecology and threats to Sunda clouded leopards Neofelis diardi in a peat-swamp forest, Indonesia by Cheyne, S.M., et al. 2013. Inter-Research. doi: 10.3354/esr00525
Kehati
16 Inventarisasi dan penyelidikan bahan galian non logam Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah oleh Yusuf, A.F., Aswan, I., Halim, H.S. dkk. 2006.
Jasa Lingkungan
17 Panduan visual jenis pohon di Punggualas Taman Nasional Sebangau oleh Panda, A., Abraham., Octavianus, R., dan Ariandi, D. 2013. WWF Indonesia-Kalimantan Tengah
Kehati
18
Baseline flora assessment and preliminary monitoring protocol in the Katingan peat swamp, Central Kalimantan, Indonesia by Harrison, M.E., Kursani, Santiano, Hendri, Purwanto, A., and Husson, S.J. 2011. The orangutan tropical peatland project (OuTrop).
Kehati
19
Baseline Biodiversity and Ape Population Assessment and Preliminary Monitoring Protocol in the Katingan Peat Swamp, Central Kalimantan, Indonesia by Harrison M. E., Hendri, Dragiewicz M. L., Krisno, Cheyne S. M. and Husson S. J. 2010. The orangutan tropical peatland project (OuTrop).
Kehati
20 Population Density of Red Langurs in Sabangau Tropical Peat-Swamp Forest, Central Kalimantan, Indonesia. DAVID A. EHLERS SMITH and
Kehati
24
No Judul Kategori
YVETTE C. EHLERS SMITH. 2013. American Journal of Primatology
21 Sabangau seeding nursery and reforestation project. Progress report. 2012. The orangutan tropical peatland project (OuTrop).
Kehati
22 Sujatnika, et al. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik: Departemen Kehutanan - Birdlife International - Indonesia Programme.
Kehati
23 Meijaard, E. and V. Nijman, 2000. Distribution and conservation of the proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan, Indonesia. Biological Conservation. 92(1): p. 15-24.
Kehati
24 Wild felid diversity and activity patterns in Sabangau peat-swamp forest, Indonesia, Borneo by Cheyne, S.M., and MacDonald, D.W. Oryx 45: 119-124
Kehati
25
Noerdjito, M. and I. Maryanto. 2001. Jenis-jenis hayati yang dilindungi perundang-undangan Indonesia (in Bahasa): Balitbang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslitbang Biologi-LIPI and The Nature Conservancy, Bogor.
Kehati
26 BPS. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010 – Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS). Jakarta.
Sosial dan Budaya
27 BPS Kabupaten Katingan. 2014. Kabupaten Katingan Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
Sosial dan Budaya
28 BPS Kabupaten Katingan. 2013a. Kabupaten Katingan Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
Sosial dan Budaya
29 BPS Kabupaten Katingan 2013b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Katingan 2012. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
Sosial dan Budaya
30 BPS Kabupaten Katingan. 2013c. Kecamatan Kamipang Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
Sosial dan Budaya
31 Brannen, J. 1999. Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sosial dan Budaya
32 Coomans, M. 1987. Manusia Dayak. Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
Sosial dan Budaya
33 DFID. 1999. Sustainable Livelihoods Guidance Sheets. http://www.ennonline.net/pool/files/ife/dfid-sustainable-livelihoods-guidance-sheet-section1.pdf, retrieved July 2014.
Sosial dan Budaya
34
Eghenter, C., et al. 2003. Social Science Research and Conservation Management in the Interior of Borneo, Unravelling past and present interactions of people and forests. CIFOR, WWF Indonesia, UNESCO and Ford Foundation.
Sosial dan Budaya
35 FAO. 2014. State of World’s Forests: Enhancing the Socioeconomic Benefits From Forests. http://www.fao.org/3/a-i3710e.pdf, retrieved July 2014.
Sosial dan Budaya
36 King, V. T. (Ed.). 2013. Kalimantan Tempo Doeloe. Komunitas Bambu. Depok.
Sosial dan Budaya
37 Riwut, T. dan Riwut N. 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang: Menyelami Kekayaan Leluhur. Pusaka Lima. Palangkaraya.
Sosial dan Budaya
38 Riwut, T., Riwut N., dan Husein A. F. 2003. Kalimantan Membangun: Alam dan Kebudayaan. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta.
Sosial dan Budaya
39 Sardjono, A. 2006. Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional. Penerbit Alumni. Bandung.
Sosial dan Budaya
40 Solihin, A. 2005. Illegal Fishing dan Traditional Fishing Rights. In Sinar Harapan, 11 Mei 2005.
Sosial dan Budaya
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 4. Metodologi 25
No Judul Kategori
41 Spradley, J. P. 1997. Metode Etnografi. PT Tiara Wacana. Yogyakarta. Sosial dan Budaya
4.2.2. Pengumpulan Data
Verifikasi data biofisik dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan
dengan menyeleksi sampel dan menentukan klaster-klaster acak setiap sampelnya
(Stratified Cluster Sampling). Hasil identifikasi digunakan sebagai acuan untuk
pembuatan peta tutupan lahan dengan batas toleransi kesalahan sebasar > 85%.
Proses identifikasi NKT 1, 2, dan 3 dipisahkan dalam dua metodologi utama, yaitu:
1) Pengamatan Langsung yang diawali dengan penentuan lokasi cuplikan (sample)
secara acak bertingkat (stratified random sampling) dengan memperhatikan
keterwakilan habitat. Di setiap lokasi cuplikan identifikasi flora dan fauna dilakukan
secara opportunistic scan sampling dengan mencatat sebanyak mungkin keberadaan
flora dan fauna di jalur yang dilalui oleh pengamat. Pengumpulan data perjumpaan
satwa dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung yang biasanya berupa
suara dan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh satwa. 2) Pemetaan Partisipatif
berdasarkan informasi dari pengurus dan petani rotan di P2RK Kamipang Sejahtera
tentang keberadaan tumbuhan dan satwa liar yang terdapat di lokasi tersebut. Selain
dikumpulkan informasi keberadaan, lokasi perjumpaan juga dicatat untuk
menggambarkan persebarannya. Sama akan halnya dengan metode pertama, informasi
yang didapatkan akan divalidasi dengan referensi dari buku panduan identifikasi
lapangan.
Identifikasi kawasan NKT 4 dilakukan dengan cara menganalisis kawasan dari tata
ruang wilayah, bentang lahan, topografi dan lokasi Daerah Aliran Sungai. Selanjutnya
dilakukan survei lapangan dan wawancara dengan masyarakat pada lokasi-lokasi
terpilih, seperti mata air, sungai, kondisi sempadan sungai.
Identifikasi NKT 5 dan 6 dilakukan secara bertahap, yaitu melalui proses pemetaan
partisipatif untuk mendapatkan informasi secara langsung dari anggota Koperasi P2RK
Kamipang Sejahtera dan masyarakat dengan cara memetakan bersama kawasan-
kawasan yang berpotensi memiliki NKT 5 dan 6. Tahapan berikutnya adalah wawancara
dan pengamatan lapangan dengan menggunakan metode purposive sampling dalam
penentuan target responden yang telah diperoleh dari proses pemetaan partisipatif.
Melalui proses-proses tersebut, data dan informasi mengenai kawasan yang memiliki
26
elemen NKT 5 dan 6 akan dipetakan secara spasial dan ditentukan delineasi kawasan
perlindungannya.
4.2.3. Analisa dan Pemetaan
Pada tahap analisa pemetaan dilakukan kajian secara komprehensif terhadap
informasi sekunder dan data primer yang diperoleh dari lapangan, meliputi aspek fisik,
tata ruang, flora, fauna, sosial dan budaya. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan
untuk mengidentifikasi wilayah yang mempunyai NKT.
4.2.4. Penyusunan Laporan
Laporan awal akan dikirimkan ke pengurus koperasi rotan untuk diperiksa,
sehingga data yang dipaparkan dalam laporan merupakan data yang benar dan telah
diverifikasi. Laporan versi ini akan digunakan sebagai bahan konsultasi publik dan
penilaian sejawat (Peer Reviewer) untuk mendapat asupan dan kritik secara umum dari
laporan. Laporan akhir merupakan perbaikan dari masukkan hasi konsultasi publik dan
penilaian sejawat, dan akan dikirimkan ke WWF Indonesia dan pengurus koperasi.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 5. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi 27
5. DESKRIPSI DAN TEMUAN NILAI KONSERVASI TINGGI
Terdapat 6.473,63 hektar kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi dengan
rincian seperti pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Ringkasan hasil identifikasi NKT di P2RK Kamipang Sejahtera
NKT Komponen Hasil Temuan
Ada Potensial Tidak ada
NKT 1. Keanekaragaman Spesies
Spesies langka, terancam, dan terancam punah
5 spesies dengan kategori terancam dan 4 spesies kategori terancam punah
Spesies endemik dan temporal
9 spesies memiliki sebaran terbatas, dan 3 spesies yang bersifat tidak menetap
NKT 2. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap
Ekosistem dan mosaik tingkat lanskap
392,951 hektar terhubung dengan kawasan hutan inti, dan terdapat 2 tipe ekosistem langka
Populasi perwakilan spesies alami
Macan dahan, orangutan, bekantan, rangkong, dan burung air
NKT 3. Ekosistem dan Habitat Ekosistem gambut
NKT 4. Jasa Ekosistem
Perlindungan daerah tangkapan air
Danau dan sempadan sungai
Kontrol erosi pada tanah dan lereng yang rentan
TBE <2%
Kawasan pembatas kebakaran hutan dan lahan
Kawasan yang berkesinambungan dengan perkebunan kelapa sawit
NKT 5. Kebutuhan Masyarakat Sungai dan danau
NKT 6. Nilai Kultural Makam tua dan rumah adat
5.1. NKT 1. Keanekaragaman Spesies.
Berdasarkan hasil identifikasi satwa dan tumbuhan, ditemukan 62 jenis burung
dari 29 famili. Sedangkan untuk mamalia di jumpai sebanyak 20 jenis dari 12 famili, 6
28
jenis di antaranya adalah dari kelompok primata. Sebagian besar perjumpaan kelompok
fauna bersifat langsung secara visual hanya beberapa pengamatan berdasarkan
vokalisasi berupa suara dan informasi staff atau masyarakat. Keanekaragaman hayati
kelompok vegetasi yang ditemukan di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan
sekitarnya ditemukan sebanyak 110 jenis tumbuhan yang berasal dari hasi pengamatan
di lapangan dan laporan inventaris jenis tumbuhan yang dilakukan oleh WWF Indonesia
Kalimantan Tengah (Lampiran 4).
5.1.1. Spesies Langka, Terancam, dan Terancam Punah
Berdasarkan identifikasi status konservasi jenis satwa dan tumbuhan yang
termasuk dalam kategori rentan, terancam, dan terancam punah menurut IUCN, wilayah
kelola P2RK Kamipang Sejahtera memiliki semua keanekaragaman hayati yang
termasuk dalam ke-tiga kategori tersebut. Untuk spesies dengan status rentan
(vulnerable), beberapa satwa yang teridentifikasi di wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera adalah Tarsius (Tarsius bancanus borneansus), Beruang (Helarctos
malayanus), Macan dahan (Neofelis diardii), dan Babi hutan berjenggot (Sus barbatus).
Sedangkan jenis tumbuhan yang termasuk kategori rentan adalah Kayu kulat (Cantleya
corniculata), Ramin (Gonystylus bancanus), dan Tumih (Combretocarpus rotundatus).
Sedangkan jenis keanekaragaman hayati yang berhasil diidentifikasi secara
langsung maupun tidak langsung di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, yang
termasuk dalam kategori terancam adalah Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii),
Ungko (Hylobates albibarbis), Bekantan (Nasalis larvatus), Agatis (Agathis borneensis),
dan Rasak Pantai (Cotylelobium melanoxylon).
Berdasarkan pemeriksaan status konservasi terhadap semua jenis flora dan fauna
yang ditemukan di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dengan basis data IUCN
RedList, disimpulkan terdapat satu jenis satwa yang termasuk dalam kategori terancam
punah yaitu Trenggiling (Manis javanica) dan 3 jenis pohon yang juga termasuk hampir
punah yaitu Karuing (Dipterocarpus validus), Belangiran (Shorea balangeran), Tempurai
(Dipterocarpus fagineus). Trenggiling merupakan satwa diburu oleh masyarakat di
dalam wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera untuk dijual sisiknya maupun dalam
keadaan hidup. Namun saat ini satwa ini sangat susah ditemui di dalam wilayah kajian
NKT, data yang diperoleh hanya berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan
masyarakat dari 4 desa yang tersebar di dalam wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 5. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi 29
Tiga jenis pohon dari keluarga Dipterocarpaceae dengan status terancam punah
yang teridentifikasi di dalam wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera masih dapat
dijumpai pada saat kajian dilakukan, walaupun hanya dalam bentuk anakan.
Berdasarkan distribusi sebarannya, tiga jenis Dipterocarpaceae hanya dapat dijumpai di
Indonesia (Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Sabah dan Serawak), serta
Philipina untuk jenis Karuing (Ashton, 1998).
Trenggiling dapat dijumpai di hutan primer dan sekunder, termasuk hutan
Dipterokarp dataran rendah, dan area perkebunan serta beberapa dilaporkan dijumpai
di kawasan pemukiman penduduk (Azhar et al. 2013, dan Nowak 1999). Hal ini sesusai
dengan sebaran trenggiling di seluruh dunia yang terbatas di Brunei Darussalam,
Cambodia, Indonesia (Kalimantan, Sumatera, Java), Lao People's Democratic Republic,
Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Besarnya kasus perdagangan
trenggiling di dunia, termasuk Indonesia menjadikan populasi trenggiling di alam
menurun drastis. Namun populasi sebenarnya yang terdapat di Indonesia tidak
diketahui dengan pasti karena sedikitnya studi yang dilakukan, serta perilaku nokturnal
yang sulit diamati.
5.1.2. Spesies Endemik dan Temporal
Berdasarkan hasil identifikasi spesies endemik dan atau memiliki sebaran yang
sangat terbatas di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, terdapat beberapa
kelompok burung, mamalia-primata, dan tumbuhan, yaitu: Takur leher hitam
(Psilopogon eximius), Bondol kalimantan (Lonchura fuscans), Orangutan kalimantan
(P.p.wurmbii), Lutung merah (Presbytis rubicunda), Ungko (Hylobates albibarbis),
Krabuku ingkat (Tarsius bancanus borneanus), Bekantan kahau (Nasalis larvatus), Kijang
kuning (Muntiacus atherodes), dan Agatis (Agathis borneensis). Beberapa spesies
endemik yang teridentifikasi, diantaranya menjadi konsentrasi dunia internasional,
yaitu Orangutan kalimantan dan Bekantan. Karena populasinya yang terus menurun dan
peran di dalam ekosistem sangat penting, sangat disarankan untuk menjadi perhatian
pengelolaan di wilayah P2RK Kamipang Sejahtera.
Sedangkan untuk satwa yang memiliki aktivitas migrasi (tidak menetap), di
wilayah P2RK Kamipang Sejahtera teridentifikasi burung-burung air yang melakukan
migrasi lokal yaitu spesies yang memiliki wilayah sebaran yang luas tetapi sangat
tergantung dengan kualitas habitat. Wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
30
merupakan habitat penting bagi keberadaan burung air di Kalimantan karena memiliki
hampir 30 danau, kawasan ini digunakan oleh burung-burung air seperti Belibis batu
(Dendrocygna javanica) untuk berkembang biak maupun sebagai tempat singgah pada
saat perjalanan migrasi lokal maupun mencari makan. Selain itu, kawasan hutan
sekunder dan berbatasan dengan Taman Nasional Sebangau adalah habitat penting bagi
beberapa satwa yang memiliki peran sangat penting di dalam ekosistem, seperti
kelompok Rangkong (Bucerotidae), dan Orangutan (P. P. wurmbii).
5.1.3. Kesimpulan
Berdasarkan informasi temuan langka, terancam, dan terancam punah, serta yang
memiliki sebaran terbatas maupun temporal, maka ditetapkan bahwa seluruh areal
P2RK Kamipang Sejahtera selain kawasan pemukiman termasuk dalam kawasan sebagai
sebaran NKT 1 dengan total areal 5.216,180 hektar (Gambar 6).
5.2. NKT 2. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap
5.2.1. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap
Berdasarkan analisa tutupan hutan Kementerian Kehutanan tahun 2013 di
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, ditemukan adanya kawasan hutan inti yaitu
Kawasan Suaka Alam Taman Nasional Sebangau. Kawasan hutan inti tersebut sebagian
bertumpang tindih dengan wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera di sebelah timur
dengan luasan 392,951 hektar (Gambar 7). Berdasarkan analisa serial tutupan hutan
dari tahun 1990, 2000, dan 2013 menunjukkan bahwa kawasan hutan inti tidak
mengalami perubahan. Kondisi berbeda terjadi pada sebagian besar wilayah kajian yang
telah berubah menjadi kawasan tidak berhutan, terutama pada area pemukiman
penduduk.
Kawasan yang terdiri dari tipe ekosistem yang beranekaragam mampu
mendukung tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan memiliki kapasitas yang
besar untuk menjaganya sepanjang waktu. Pemeliharaan tipe ekosistem, terutama
keberlangsungan tipe-tipe ekosistem yang ada di suatu lanskap merupakan tujuan
utama dari rencana konservasi. Hal ini disebabkan oleh terjaminnya pergerakan spesies
di antara ekosistem, dan juga pergerakan arus bahan dan energi akibat tekanan
lingkungan, seperti ketersediaan pangan yang fluktuatif, pola cuaca yang ekstrim, dan
perubahan iklim.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 5. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi 31
Berdasarkan analisa sistem lahan menurut RePPProt tahun 1987 dan hasil survei
primer yang dilakukan WWF pada tahun 2012-2014, wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera berada pada 4 tipe sistem lahan yang berbeda, yaitu Barah, Gambut, Sebangau,
dan Segintung dengan kondisi yang masih terjaga dan berkesinambungan. Sistem lahan
barah memiliki topografi datar sedikit berundak dengan kelerengan di bawah 2% yang
ditutupi oleh gambut dangkal, serta tersusun oleh jenis tanah podzol dan histosol. Hal
ini berbeda dengan sistem lahan gambut yang secara topografi datar dan tertutup oleh
gambut dalam lebih dari 2 meter, jenis tanah disusun oleh tipe tropohemists dan
tropofibrists. Sistem lahan sebangau pada umumnya dijumpai pada sempadan sungai
yang berbentuk seperti tanggul dengan kemiriangan <2%, sistem lahan ini tersusun oleh
tipe tanah dystropept, fluvaquents, dan tropaquepts. Untuk sistem lahan segintung, pada
umumnya merupakan teras berpasir yang tergenang oleh air dengan kelerengan <2%.
Selain itu kawasan ekosistem Sebangau dan Gambut memiliki peran yang sangat penting
dalam menjaga ekosistem riparian dan hutan rawa gambut, terutama pada kawasan
Taman Nasional Sebangau yang termasuk dalam tipe ekosistem Barah (Gambar 8).
5.2.2. Populasi Perwakilan Spesies Alami
Berdasarkan analisa spesies indikator yang teridentifikasi sebagai perwakilan
keanekaragaman hayati di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan di sekitarnya,
serta analisa kondisi tutupan hutan sebagai habitat penting kelangsungan hidup satwa,
terdapat beberapa kelompok satwa yang memiliki peran penting dalam menjaga
ekosistem di wilayah studi yaitu:
Mamalia-Primata
a. Macan dahan (Neofelis diardi)
Merupakan predator tertinggi di kelompok mamalia yang terdapat di Kalimantan
yang dapat hidup di hutan rawa (termasuk rawa gambut) sampai dengan ketinggian di
bawah 1.500 meter di atas permukaan laut. Dalam hirarki jejaring makanan ekosistem
Kalimantan, macan dahan merupakan pemangsa tingkat atas, dengan peran utama
sebagai pengendali populasi jenis-jenis penekan populasi tumbuhan. Dari sisi NKT,
macan dahan memiliki nilai tinggi karena tergolong Rentan (Vulnerable) dan memiliki
peran ekologi yang penting, akan tetapi jenis ini belum diketahui jumlah dan sebaran
populasi sebenarnya. Namun berdasarkan studi yang dilakukan Cheyne et al (2013) di
Taman Nasional Sebangau menggunakan kamera jebakan menyimpulkan bahwa di
32
dalam area taman nasional terdapat 0,72–4,41 individu per 100 Km2. Dengan demikian,
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera yang berada satu hamparan dengan Taman
Nasional Sebangau merupakan habitat penting bagi sebaran satwa ini.
b. Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii)
Orangutan dianggap sebagai spesies payung, yang kebutuhan habitatnya diyakini
mencakup kebutuhan spesies lainnya. Selain itu, habitat orangutan mewakili hutan-
hutan dengan nilai konservasi tinggi dan keanekaragaman tinggi. Misalnya, orangutan
memiliki pola jenis pakan beragam yang berasal dari lebih dari 2000 jenis tanaman.
Sehingga keberadaan orangutan secara simultan dapat mempengaruhi kehadiran dan
sebaran spesies hutan lainnya, baik satwa maupun tumbuhan. Berdasarkan peta
sebaran orangutan yang dikeluarkan FORINA tahun 2013 dan survei primer yang
dilakukan WWF tahun 2012-2014, seluruh wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera
merupakan habitat sebaran orangutan Kalimantan. Berdasarkan pentingnya peran
satwa orangutan terhadap keseimbangan ekosistem di wilayah kajian dan status
perlindungan secara nasional dan global, maka orangutan dapat dimasukkan dalam
kategori perwakilan spesies alami.
c. Bekantan (Nasalis larvatus)
Bekantan dikenal juga dengan sebutan monyet belanda, bekara, raseng, pika dan
bentangan. Memiliki wajah yang berwarna merah kecoklatan dan tidak ditumbuhi
rambut, warna rambut pada bagian tubunhya bervariasi, bagian belakang dan bahu
berwarna coklat kekuningan sampai coklat kemerahan. Hidung pada individu jantan
dewasa terlihat memanjang dan melengkung ke bawah. Jenis primata ini aktif hanya
pada waktu siang hari (diurnal), biasanya beraktivitas di antara pepohonan dengan
sesekali berenang di sungai. Daerah jelajah memiliki kisaran antara 27-130 Ha
tergantung dari kondisi habitat dan ketersediaan sumber pakan. Secara internasional,
bekantan memiliki status genting (Endangered) dan di Indonesia termasuk ke dalam
satwa yang dilindungi. Wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera merupakan habitat
yang penting dari bekantan, terutama pada area sempadan sungai yang digunakan
sebagai tempat istirahat di waktu malam hari. Keberadaan bekantan di kelola P2RK
Kamipang Sejahtera sangat mudah dijumpai, terutama pada waktu sore, dari kajian yang
dilakukan terdapat 5 kelompok bekantan dengan jumlah 8-10 individu perkelompok
yang tersebar di sepanjang sungai Katingan dari Desa Karuing dan Desa Jahanjang. Hal
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 5. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi 33
ini menjadikan satwa bekantan memiliki nilai penting untuk menjaga ekosistem
sempadan sungai.
Rangkong (Bucerotidae)
Dua dari delapan spesies rangkong ditemukan di wilayah studi selama survei,
yaitu kangkareng perut putih dan rangkong badak. Dua jenis rangkong tersebut dapat
dijumpai di seluruh pulau Kalimantan. Kangkarang perut putih lebih menyukai habitat
yang terganggu dan kurang menjadi pertimbangan untuk mengukur lanskap yang sehat,
hal sebaliknya dengan kehadiran Rangkong Badak yang menjadi indikator bahwa pada
suatu lokasi masih tersedia tutupan hutan yang bagus. Telah banyak terdapat studi
mengenai rangkong dan sensitifitas mereka terhadap penebangan dan gangguan. Dua
dari faktor utama yang telah dipelajari adalah ketersediaan lokasi sarang dan makanan.
Sebagian besar rangkong memiliki daerah jelajah luas sehingga dapat mencari makanan
di kawasan yang luas sesuai jangkauan terbangnya. Oleh karena itu, rangkong dalam
jumlah besar merupakan indikasi kesehatan lanskap secara keseluruhan. Berdasarkan
status perlindungan dan peran penting dalam menjaga ekosistem hutan, yaitu sebagai
pemencar biji yang efektif, maka kelompok rangkong dapat dikategorikan sebagai
sepesies perwakilan alami.
Burung pemakan ikan
Wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera memiliki 36 danau (Box 1) yang bersifat
musiman (kering pada saat kemarau) atau tetap (basah sepanjang tahun). Kekayaan
ikan di seluruh danau merupakan salah satu sumber mata pencaharian penting bagi
masyarakat di sekitarnya, terutama Desa
Jahanjang dan Tumbang Runen.
Kehadiran burung-burung air dan pemakan
ikan menjadi indikator penting kesehatan danau di
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera. Dengan
dijumpainya burung-burung tersebut menandakan
bahwa ketersediaan sumber pakan masih
mencukupi dan gangguan sangat kecil terjadi.
Berdasarkan kajian yang dilakukan terdapat
Box 1. Danau yang terdapat di Kecamatan Kamipang: Danau Bulat, Danau Panjang, Danau Bejahi atau Danau Buaya, Danau Menjuhan, Danau Telaga, Danau Burung, Danau Siwung, Danau Gatel, Danau Kuluk durah, Danau Kuluk sungai, Danau Bajang, Danau Menua, Danau Kurik, Danau Hai, Danau Liau, Danau Hariau, Danau Ronton, Danau Dandang, Danau Rasau, Danau Papanjan, Danau Tahunan, Danau Bakung, Danau Benama, Danau Bejuku, Danau Pakahi, Danau Lantaran, Danau Takilan, Danau Ngambu, Danau Bunter, Danau Purun, Danau Teratai, Danau Tatau Hai, Danau Tatau Kurik, Danau Mutar, Danau Selak, Danau Dandang.
34
beberapa kelompok burung air dan pemakan ikan di danau-danau yang tersebar dalam
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, yaitu kelompok Anatidae (Dendrocygna
javanica) atau Belibis polos/batu dan kelompok Ardeidae (Ardea purpurea) atau Cangak
merah. Serta beberapa jenis Raja Udang dari famili Alcedinidae yaitu Ceyx rufidorsa,
Alcedo meninting, dan Pelargopsis capensis. Berdasarkan status perlindungan dan peran
penting dalam menjaga ekosistem danau di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera,
maka seluruh kelompok burung air dan pemakan ikan merupakan spesies yang dapat
mewakili ekosistem danau.
5.2.3. Kesimpulan
Mempertimbangkan keberadaan ekosistem Sebangau dan Gambut serta seluruh
perwakilan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya, maka, maka seluruh
kawasan wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera yang masih tertutup vegetasi dan
memiliki kesatuan dengan kawasan hutan yang masih luas dan seluruh danau
ditetapkan sebagai NKT 2 (Gambar 9).
5.3. NKT 3. Ekosistem dan Habitat
Berdasarkan analisa sistem lahan menurut RePPProt tahun 1987 dan survei
primer WWF Indonesia tahun 2012-2014, terdapat ekosistem langka dan terancam
punah di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, yaitu ekosistem gambut yang berada
di sebelah timur area kelola. Rawa gambut merupakan hutan yang tumbuh di atas
kawasan yang digenangi air dalam keadaan asam dengan pH 3,5 - 4,0 dan di dalamnya
terdapat penumpukan bahan bahan tanaman yang telah mati. Ekosistem hutan gambut
merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang cukup unik karena tumbuh di atas
tumpukan bahan organik yang melimpah dan menyimpan cadangan karbon yang lebih
tinggi dibanding ekosistem tanah mineral. Berdasarkan peta sebaran gambut di
Kalimantan yang dikeluarkan oleh Wetlands Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa
di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera termasuk dalam ekosistem gambut dengan
kedalaman sedang sampai dalam, terutama pada kawasan Punggu Alas, Taman Nasional
Sebangau.
Berdasarkan analisa tutupan hutan dari tahun 1990, 2000, dan 2013 menunjukkan
bahwa telah terjadi pengurangan tutupan hutan lebih dari 50%, dan hal ini sangat
membahayakan ekosistem gambut yang berada di bawahnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa seluruh ekosistem gambut yang terdapat di wilayah kelola P2RK
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 5. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi 35
Kamipang sejahtera termasuk dalam NKT 3 dengan luasan 1.123,402 hektar (Gambar
10).
5.4. NKT 4. Jasa Ekosistem
5.4.1. Perlindungan Daerah Tangkapan Air
Hampir seluruh masyarakat di empat desa yang menjadi area studi memanfaatkan
air tanah untuk keperluan hidup sehari-hari, namun terdapat beberapa masyarakat
yang masih menggunakan air sungai dan air hujan untuk kegiatan rumah tangga dan
sumber penghidupan, seperti mencuci, mandi, dan memelihara ikan. Ketersediaan air
tanah sangat tergantung dari kondisi hutan dan kelimpahan air danau, sebagai contoh
pada saat kemarau dan beberapa danau mengalami kekeringan, sumur-sumur tanah
yang dimiliki masyarakat juga mengalamai kekeringan. Selain itu, kesehatan ekosistem
danau yang menjadi penyumbang sumber air tanah sangat tergantung dari kondisi
sungai yang tersebar di wilayah kajian, baik itu sungai Katingan maupun anak-anak
sungainya. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh danau dan
sungai yang terdapat di dalam wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera sangat
berhubungan dengan penyediaan air bagi masyarakat yang hidup di dalamnya.
Sedangkan dari potensi pengendali banjir, wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera berada di sempadan Sungai Katingan yang masih ditutupi dengan hutan
sekunder dan perkebunan rotan dan masih terjaga keberadaannya. Hal ini penting
untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air baik untuk wilayah studi maupun daerah
hilir.
Berdasarkan hasil temuan tersebut disimpulkan bahwa seluruh danau dan
sempadan sungai di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera termasuk dalam kategori
NKT 4.1 dengan luas sekitar 5.696,552 hektar (Gambar 11).
5.4.2. Kontrol Erosi pada Tanah dan Lereng yang Rentan
Analisa tingkat kelerengan yang terdapat di wilayah kelola P2RK Kamipang
Sejahtera, seluruh areal studi termasuk kawasan yang datar dengan tingkat kelerengan
< 2%. Kondisi ini memberikan gamba-ran awal bahwa kejadian longsor sangat kecil
kemungkinan terjadi di dalam kawasan. Argumentasi ini dibuktikan dengan analisa
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan
sekitarnya, dengan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar areal studi termasuk
kawasan dengan nilai Tingkat Bahaya Erosi sangat ringan dan sebagian kecil memiliki
36
potensi erosi ringan (Gambar 12). Berdasarkan hasil kajian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera tidak termasuk dalam
kawasan yang penting dalam mengendalikan erosi dan sedimentasi bagi masyarakat
hilir.
5.4.3. Kawasan Pembatas Kebakaran Hutan atau Lahan
Fungsi wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera pada umumnya adalah sebagai
areal pemukiman dan perkebunan rotan atau karet. Kegiatan perladangan masih
dilakukan oleh sebagian masyarakat walaupun bukan sebagai mata pencaharian utama
dengan sistem membakar ladang. Berdasarkan informasi sebaran titik api dari tahun
2000-2013, sebaran titik api pada umumnya terpusat pada kawasan di sekitar
pemukiman penduduk dan merupakan akibat dari kegiatan sebagian masyarakat yang
membersihkan lahan perladangan sehingga tidak mengkawatirkan penyebaran api ke
hutan di sekitarnya. Namun kondisi yang berbeda terjadi pada areal perkebunan kelapa
sawit yang terdapat di antara Desa Jahanjang sampai dengan Desa Baun Bango, sebaran
titik api ditemukan sangat banyak yang kemungkinan dilakukan oleh pihak perusahaan
pada saat membersihkan areal perkebunannya.
Berdasarkan temuan di atas maka wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera yang
berada di satu hamparan dengan areal perusahaan perkebunan kelapa sawit merupakan
kawasan yang sangat penting untuk mencegah perluasan kebakaran ke wilayah hutan di
sekitarnya, termasuk wilayah Taman Nasional Sebangau dengan luasan 3.483,779
hektar (Gambar 13).
5.5. NKT 5. Kebutuhan Masyarakat
Kondisi kehidupan masyarakat desa-desa di sekitar wilayah kelola kebun rotan
P2RK Kamipang Sejahtera masih menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam
yang ada di sekitar wilayah desa. Wilayah pemukiman masyarakat di Desa Baun Bango,
Desa Jahanjang, Desa Karuing dan Desa Tumbang Runen berada di pinggir-pinggir
sungai, dan dikelilingi oleh kebun rotan dan karet. Mayoritas warganya bermata
pencaharian sebagai pekebun rotan dan karet, pencari ikan, serta beberapa melakukan
perladangan sementara.
Hampir seluruh masyarakat di empat desa yang menjadi area studi memanfaatkan
air tanah untuk keperluan hidup sehari-hari, namun terdapat beberapa masyarakat
yang masih menggunakan air sungai dan air hujan untuk kegiatan rumah tangga dan
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 5. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi 37
sumber penghidupan, seperti mencuci maupun mandi. Selain untuk keperluan sehari-
hari, sungai dan danau memiliki juga fungsi untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
uang tunai. Mereka memanfaatkan sungai dan danau untuk mencari ikan dan beberapa
warga sudah mulai mencoba memelihara ikan dengan membuat keramba.
Ketersediaan air tanah sangat tergantung dari kondisi hutan dan kelimpahan air
danau, sebagai contoh pada saat kemarau dan beberapa danau mengalami kekeringan,
sumur-sumur tanah yang dimiliki masyarakat juga mengalamai kekeringan. Sungai yang
ada di wilayah desa adalah Sungai Katingan sebagai sungai induk terdapat 8 sungai di
wilayah sekitar desa yaitu Sungai Takilan, Sungai Runen Hai, Sungai Runen Kurik,
Sungai Tatas, Sungai Tatau Hai, Sungai Tatau Kurik, Sungai Loangan Kuntat, Sungai
Loangan Hai. Di Desa Karuing terdapat Danau Tarusan, Sungai Laken, Sungai Perupuk.
Di Desa Tumbang Runen juga terdapat Danau Purun dan Danau Hai sebagai sumber air
dan untuk mencari ikan. Sedangkan di Desa Baun Bungo terdapat Danau Jalan Pangen
dan Danau Purun.
Mata pencaharian masyarakat desa, mayoritas sebagai peladang berpindah,
pekebun rotan dan karet, serta mencari ikan. Meski masih menggantungkan beberapa
hal kepada sumber daya hutan/alam, namun kebutuhan tersebut masih bisa tergantikan
dengan alternatif lainnya. Sumber daya alam yang masih sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dan tidak tergantikan pada saat-saat tertentu adalah sumber air yang
berasal dari sungai dan danau.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan desk review,
pemetaan partisipatif, wawancara, dan pengamatan di lapangan, disimpulkan bahwa
masih terdapat pemanfaatan sumber daya di kawasan hutan dan ekosistem alami
lainnya yang berada di wilayah kelola kebun rotan P2RK Kamipang Sejahtera, tepatnya
sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air minum dan MCK sehari-hari.
Deskripsi lebih detil untuk masing-masing kebutuhan dasar yang telah diidentifikasi
dapat dijelaskan pada Tabel 6.
5.5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas terutama pada komponen kebutuhan dasar air,
kebutuhan air sungai dan danau yang tidak dapat digantikan oleh hal lainnya, terutama
pada musim kemarau, maka danau dan sungai di ada di dalam dan di sekitar desa-desa
tersebut, merupakan komponen NKT 5 yaitu sumber daya alam yang digunakan untuk
38
memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat setempat (sempadan sungai dan
keberadaan danau memiliki keterkaitan dengan NKT 4).
Tabel 6. Ringkasan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan dan ekosistem alami lainnya.
No Desa Indikator Ketergantungan
Kr Vt Pro Ar Ob Bb Pt
1 Karuing x x X √ x x x
2 Jahanjang x x x √ x x x
3 Tumbang Runen x x x √ x x x
4 Baun Bango x x x √ x x x
Keterangan: Kr= Karbohidrat; Vt = Vitamin; Po= Protein; Ar = Air bersih; Ob = Obat-obatan Bb= Bahan bakar/Bangunan; Pt= Pendapatan tunai; X = <50% pemanfaatan dari sumber daya hutan/ekosistem alami; √= >50% pemanfaatan dari sumber daya hutan/ekosistem alami.
5.6. NKT 6. Nilai Kultural
Identifikasi NKT 6 dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kawasan yang
memiliki fungsi penting sebagai identitas budaya tradisional komunitas lokal di areal
kebun rotan yang di wilayah kelola P2RK Kamipang sejahtera. Fungsi tersebut dapat
berupa kawasan atau areal ataupun spesies khusus dan khas yang digunakan
masyarakat secara turun temurun, termasuk indikasi adanya suku atau masyarakat adat
yang umumnya sangat rentan terhadap perubahan kondisi alam.
Masyarakat di Kecamatan Kamipang sebagian besar adalah masyarakat Dayak
Ngaju dan Dayak Melayu yang beragama Islam. Meskipun demikan masih ada beberapa
tradisi nenek moyang yang di pakai dan dipraktikan dalam keseharian masyarakat desa.
Selain itu, peninggalan-peninggalan leluhur berupa kampung lama (Kaleka), keramat,
tejahan (hutan lindung), Paktahu (kayu atau patung pengusir bala), sandung (tempat
untuk menyimpang kerangka) dan tempat-tempat tertentu (makam tua), pohon
Tangiran (pohon penghasil madu) atau pohon yang dihormati masih memiliki nilai
penting dan spritual bagi masayarakat di ke-empat desa tersebut. Khusus untuk Desa
Tumbang Runen, terdapat Rumah Betang Tua yang masih cukup bagus kondisinya.
Sebagai masyarakat tradisional yang berdiam di sisi sungai dan berada di tepi
hutan, masih cukup banyak tradisi yan berkaitan erat dengan hutan dan sumber daya
alam sebagai penopang kehidupan mereka. Salah satu cara yang dilakukan oleh nenek
moyang mereka untuk menjaga agar hutan, sungai dan sumber daya alam bisa terawat
dengan baik, dan bisa memberikan hasil hutan yang berkelanjutan, maka biasanya
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 5. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi 39
mereka menjaganya dengan sebuah larangan untuk tidak mengganggu satu wilayah
adat tertentu. Salah satu areanya adalah kaleka, atau kampung lama yang tidak boleh
diganggu atau dirusak oleh siapapun jika melanggar akan kena sanksi adat, tapi masih
bisa dimanfaatkan hasil tumbuhan yanng ditanam, Biasanya kaleka akan ditanami buah
buahan. Hal ini untuk menghormati nenek moyang mereka yang telah membuka
kampung sehingga masyarakat desa bisa berkembang dan hidup hingga kini.
Zonasi lainnya yang dibuat adalah tejahan atau hutan atau wilayah keramat yang
tidak boleh diganggu sama sekali, meski hanya masuk kedalamnya tanpa berbuat apa-
apa. Orang yang melanggarnya pasti akan kena sangsi adat yang cukup keras.
Kehidupan masyarakat hutan yang turun temurun, tidak banyak meninggalkan situs
arkeologi yang berkaitan dengan sejarah suatu daerah ataupun sebuah etnis tertentu.
Yang terdapat di wilayah desa-desa tersebut adalah simbol-simbol kehidupan dan
kematian yang oleh sebagian besar masyarakat Suku Dayak diabadikan dan dikenang
dengan membangun sebuah penanda dari kayu, (Paktahu, sandung). Meskipun terdapat
tempat-tempat keramat dan dihormati, tetapi sebagian besar masyarakat tidak lagi
melakukan ritual-ritual adat dan pemujaan. Jika pun ada, hanya sedikit warga yang
melakukan. Hal ini karena mayoritas penduduk desa beragama Islam.
5.6.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, bisa disimpulan bahwa terdapat komponen HCV 6 di wilayah
desa-desa yang berada di wilayah kebun rotan yang dikelola oleh Koperasi Kamipang
Sejahtera yang berupa makam tua di Desa Karuing, muara Sungai Punggu Alas, dan
rumah adat di Desa Jahanjang (Gambar 14).
40
6. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN NKT
6.1. Ancaman Nilai Konservasi Tinggi
Beberapa aktivitas manusia di sekitar wilayah studi memiliki potensi mengancam
keberadaan NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera. Bentuk ancaman tersebut dapat
secara langsung mengganggu atau menghilangkan NKT, maupun secara tidak langsung dapat
mengurangi nilai NKT. Berdasarkan hasil diskusi kelompok dengan masyarakat di wilayah
studi dan hasil pengamatan langsung, terdapat beberapa aktivitas yang berpotensi
mengancam keberadaan NKT, yaitu:
NKT Hasil Temuan Ancaman Utama
NKT 1. Keanekaragaman Spesies
Spesies langka, terancam, dan terancam punah
5 spesies dengan kategori terancam dan 4 spesies kategori terancam punah
- Perburuan terutama jenis satwa yang dikonsumsi dan menjadi binatang peliharaan
- Perkebunan kelapa sawit. Ekspansi perkebunan mem-permudah akses ke dalam hutan, menghilangkan habi-tat utama satwa, dan meng-hilangkan populasi satwa melalui aktivitas yang meng-hasilkan polusi kimia. Ter-dapat 3 perkebunan kelapa sawit di sekitar wilayah studi, yaitu PT. Arjuna, PT. Tanah Mas Sumber Sejah-tera, dan PT. Pagar Jarak.
- Pembakaran dan kebakaran lahan. Aktivitas ekpansi per-kebunan kelapa sawit mela-lui pembakaran lahan dapat mengancam kawasan di se-kitar termasuk wilayah studi. Hal ini terlihat dari se-baran titik api (lihat NKT 4)
- Pola kegiatan perkebunan rotan. Proses penghilangan dan penjarangan tegakan pohon di dalam wilayah kebun rotan.
- Konflik satwa. Bekantan, monyet ekor panjang, orangutan, dan tupai me-rupakan satwa yang mengkonsumsi pucuk dan buah rotan. Masyarakat sadar untuk tidak meng-ganggu satwa tersebut, namun potensi konflik
Spesies endemik dan temporal
9 spesies memiliki sebaran terbatas, dan 3 spesies bersifat tidak menetap
NKT 2. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap
Ekosistem dan mosaik tingkat lanskap
Total area 392,951 hektar yang terhubung dengan kawasan hutan inti, dan terdapat 2 tipe ekosistem langka
Populasi perwakilan spesies alami
Macan dahan, orangutan, bekantan, rangkong dan burung air
NKT 3. Ekosistem dan habitat Total area 1.123,402 hektar yang termasuk ekosistem gambut
NKT 4. Jasa Ekosistem
Perlindungan daerah tangkapan air
Total area 5.696,552 hektar merupakan kawasan danau dan sempadan sungai
Kawasan pembatas kebakaran hutan dan lahan
Total area 3.483,779 hektar yang berkesinam-bungan dengan perkebu-nan kelapa sawit
NKT 5. Kebutuhan Masyarakat Total area 5.696,552 hektar merupakan kawasan danau dan sempadan sungai
NKT 6. Nilai Kultural Makam tua dan rumah adat
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 6. PENGELOLAAN dan pemantauan NKT 41
NKT Hasil Temuan Ancaman Utama
sangat mungkin terjadi apabila tidak dilakukan pengelolaan.
- Pembukaan dan alih fungsi lahan. Perkembangan per-kebunan kelapa sawit men-dorong masyarakat untuk mengalihkan kebun rotan menjadi perkebunan plasma kelapa sawit, selain itu harga rotan yang tidak stabil me-rupakan penyebab lainnya.
- Penangkapan ikan. Belum terdapat aturan jenis dan ukuran ikan yang ditangkap menyebabkan penangkapan ikan tidak dapat dikendali-kan. Selain itu beberapa masyarakat masih menggu-nakan bahan kimia dan bom ikan walaupun dengan in-tensitas kecil.
- Kebijakan pemerintah pusat /daerah. Pengaturan ekspor rotan dalam Peraturan Men-teri Perdagangan dengan no-mor 35/M-DAG/PER/11/ 2011, menyebabkan hampir seluruh aktivitas perkebu-nan rotan di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera berhenti.
42
6.2. Pengelolaan dan Pemantauan Nilai Konservasi Tinggi
Berdasarkan hasil identifikasi Nilai Konservasi Tinggi dan potensi kegiatan yang dapat
mengancam keberadaannya di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera, bentuk
pengelolaan dan pemantauan dititik-beratkan pada beberapa hal berikut:
6.2.1. Pengelolaan dan Pemantauan Spesies
Pengelolaan spesies berhubungan dengan hasil identifikasi NKT 1 (spesies langka,
terancam, terancam punah, endemik, temporal) dan NKT 2 (populasi perwakilan spesies
alami), serta beberapa kemungkinan pengelolaan NKT 5 yang berbuhungan dengan
kebutuhan dasar masyarakat. Pengelolaan spesies bertujuan untuk melindungi
keberadaan spesies sehingga keberadaannya maupun nilainya tidak hilang atau
menurun. Kegiatan pengelolaan dan pemantauan spesies menitikberatkan pada
beberapa kelompok kegiatan berdasarkan informasi ancaman dan hasil identifikasi
NKT, yaitu:
6.2.1.1. Perburuan atau Penangkapan Tak Terkendali
Perburuan trenggiling oleh masyarakat dari luar kawasan Kamipang dan perburuan
burung-burung kicau atau hias adalah kasus yang paling banyak dijumpai di wilayah
kelola P2RK Kamipang Sejahtera. Dikarenakan kegiatan perburuan trenggiling dan
burung dilindungi adalah ilegal, maka bentuk pengelolaan yang dapat dilakukan adalah:
- Pembuatan Peraturan Desa yang dilakukan secara musyawarah dengan masyarakat
terkait dengan aturan perburuan satwa yang harus dipatuhi semua anggota P2RK
Kamipang Sejahtera.
- Bekerjasama dengan pihak terkait (LSM, Dinas Kehutanan, Kepolisian) untuk
memberikan penyadaran masyarakat mengenai larangan perburuan, baik secara
pasif maupun aktif.
- Melakukan pendataan jenis-jenis satwa yang sering dijumpai di kawasan
perkebunan secara berkala (triwulan).
- Melakukan kajian jumlah populasi satwa di areal perkebunan, terutama yang
teridentifikasi sebagai NKT. Termasuk kajian jumlah dan jenis ikan yang berhasil
ditangkap oleh penduduk, untuk mengetahui kelimpahannya. Hal ini akan
berpengaruh pada pengelolaan NKT 5 yang berhubungan dengan kebutuhan
masyarakat.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 6. PENGELOLAAN dan pemantauan NKT 43
- Untuk penangkapan ikan secara berlebihan atau tidak terkendali: Pihak pengelola
koperasi dapat mengadopsi kebijakan yang dibuat oleh masyarakat Desa Jahanjang
dan Desa Tumbang Runen mengenai larangan penggunaan bahan kimia dan bom
untuk penangkapan ikan. Selain itu perlu dilakukan kajian mengenai pembatasan
lebar mata jala/jaring ikan untuk mengurangi penangkapan anakan ikan.
6.2.1.2. Konflik antara manusia dan satwa
Bentuk pengelolaan terhadap konflik satwa dan manusia telah diatur dalam peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2014, namun yang perlu dilakukan oleh
pihak pengelola koperasi adalah:
- Membuat struktur pelaporan kejadian konflik atau potensi konflik dengan jelas yang
melibatkan pihak pengurus koperasi, dinas kehutanan, dan BKSDA Kalimantan
Tengah.
- Bekerjasama dengan lembaga terkait (Dinas kehutanan, BKSDA, dan LSM) untuk
melakukan pelatihan penanganan konflik satwa dan manusia, atau menyediakan
langkah-langkah penanganan konflik kepada seluruh masyarakat. Beberapa
panduan penanganan konflik telah banyak dibuat oleh LSM, dan dapat digunakan.
- Membuat data-data kasus konflik yang terjadi di area perkebunan rotan. Seluruh
data harus didokumentasikan secara berkala (triwulan).
6.2.2. Pengelolaan dan Pemantauan Ekosistem dan Jasa Ekosistem
6.2.2.1. Ekosistem Sempadan Sungai dan Danau
Perkebunan rotan yang dikelola oleh P2RK Kamipang Sejahtera berada di sempadan
sungai Katingan dengan jarak sampai dengan 0-2 kilometer dari pinggir sungai, selain
itu terdapat sungai-sungai musiman (pada saat kemarau kering) dan sempadan danau
yang dijadikan lahan perkebunan rotan.
Merujuk pada Keppres No. 32 tahun 1990 (dinyatakan bahwa lebar sempadan sungai
adalah 50 meter kiri dan 50 meter kanan bagi sungai yang mempunyai lebar badan
sungai kurang dari 30 meter, atau 100 meter kiri dan 100 meter kanan bagi sungai yang
mempunyai lebar badan sungai lebih dari 30 meter) maka perlindungan daerah
sempadan wajib dilakukan oleh pengelola P2RK Kamipang Sejahtera. Hal ini berarti
bahwa pihak pengelola P2RK Kamipang Sejahtera mewajibkan seluruh anggota koperasi
44
yang memiliki lahan kebun rotan untuk mempertahankan ekosistem sempadan sungai
dengan:
- Diharapkan untuk tidak mengalihfungsikan perkebunan rotan yang berada di
sempadan sungai menjadi perkebunan lainnya, terutama tanaman monokultur (satu
jenis tanaman seperti karet dan kelapa sawit),
- Pemetaan mengenai kejelasan batas antara kelola masyarakat khususnya petani
rotan P2RK dengan kelola perusahaan sawit dengan di bantu LSM dan pihak
perekebunan sawit,
- Diharapkan untuk tidak menghilangkan tegakan pohon di sempadan sungai, untuk
menghindari longsor dan tidak berkembangnya tanaman rotan dengan baik,
- Menetapkan area sempadan sebagai kawasan perkebunan rotan yang menerapkan
praktek keberlanjutan. Hal ini perlu dibuatkan praktek-praktek budidaya rotan yang
berwawasan lingkungan.
- Memetakan seluruh lokasi danau, dan apabila memungkinkan dilakukan kajian
ekologi di setiap danau dan memetakan status lahan yang berada di sempadan
danau dengan di bantu LSM dan pihak terkait seperti Dinas PU dan Dinas Perikanan.
- Membuat rencana tata ruang kawasan danau melalui musyawarah dengan
masyarakat pemilik lahan di sempadan danau, sehingga mendapat kesepakatan
perlindungan daerah sempadan danau.
6.2.3. Pengelolaan dan Pemantauan Budaya
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola koperasi untuk mengelola
tempat peninggalan yang memiliki sejarah adalah:
- Memetakan seluruh sumber peninggalan sejarah bekerjasama dengan pihak terkait
(LSM, Pemerintah Daerah, Dinas Pariwisata)
- Membuat tanda-tanda keberadaan lokasi bersejarah, termasuk larangan untuk
merusak atau menghilangkannya
- Bekerjasama dengan aparat desa untuk membuat aturan perawatan lokasi
bersejarah secara berkala,
- Melakukan proses penyadar tahuan akan keberadaan situs-situs tersebut bersama
LSM dan dinas terkait.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 7. SINTESIS 45
7. SINTESIS
Berdasarkan hasil identifikasi NKT yang dilakukan dari tanggal 13-17 Agustus 2014 di
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan sekitarnya, secara keseluruhan terdapat
6.473,63 hektar kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi dengan ringkasan
sebagai berikut:
NKT Komponen Status
NKT 1. Keanekaragaman Spesies
Spesies langka, terancam, dan terancam punah Ada
Spesies endemik dan temporal Ada
NKT 2. Ekosistem dan Mosaik Tingkat Lanskap
Ekosistem dan mosaik tingkat lanskap Ada
Populasi perwakilan spesies alami Ada
NKT 3. Ekosistem dan Habitat Ada
NKT 4. Jasa Ekosistem
Perlindungan daerah tangkapan air Ada
Kontrol erosi pada tanah dan lereng yang rentan Tidak Ada
Kawasan pembatas kebakaran hutan dan lahan Ada
NKT 5. Kebutuhan Masyarakat Ada
NKT 6. Nilai Kultural Ada
7.1. Pengelolaan Kolaboratif
Luas wilayah penge-lolaan areal NKT ter-gantung dari elemen nilai yang dikelola.
Wilayah pengelolaan NKT 1 akan berbeda dengan luasan pengelolaan untuk NKT 5 atau
NKT 6. Secara umum semakin kecil unit pengelolaan NKT, semakin penting perannya
dalam lanskap yang lebih luas (di luar areal studi) dalam memelihara nilai-nilai
konservasi. Sebagai contoh, pengelolaan hutan yang kecil atau areal NKT yang kecil
mungkin tidak bisa mendukung viable populations untuk burung atau mamalia. Tetapi
populasi itu mungkin merupakan bagian penting dari bagian integral dari lanskap yang
lebih luas di luarnya. Karena itu pe-ngelolaan NKT yang kecil tetap mempunyai peran
dan tanggung jawab pada tingkat lanskap untuk memastikan keterpelihara-an nilai-nilai
konservasi pada tingkat luas. Sehingga pada kasus identifikasi NKT wilayah kelola P2RK
Kamipang Sejahtera, kebe-radaan NKT pada tingkat unit pengelola harus dilihat dari
konteks keterkaitan dengan lanskap yang lebih luas. Meski tantangan terbesar-nya
adalah keterhubungan wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dengan lanskap
konservasi yang luas, seperti kawasan Taman Nasional Sebangau, PT. Rimba Makmur
46
Utama, dan PT. Arjuna. Antara wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera terdapat
kawasan yang menghubungkan dengan kawasan penting lainnya tetapi dengan otoritas
yang berbeda, yaitu pihak Balai Taman Nasional dan pengelola HGU perkebunan kelapa
sawit maupun IUPHHK-RE (Gambar 15).
Situasi di atas menujukkan bahwa terdapat aspek-aspek pengelolaan NKT yang
memerlukan kerjasama antar pihak untuk dapat mempertahankan dan atau
meningkatkan NKT dengan efektif dan fungsional. Perlindungan NKT 1 dan 4 (fungsi
dan nilai sempadan sungai) akan efektif jika melibatkan masyarakat yang terkena
dampak pengelolaan sempadan sungai dan juga perusahaan-perusahaan di sekitar
wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera. Pada sisi teresterial wilayah kelola P2RK
Kamipang Sejahtera harus bekerjasama dengan otoritas yang mengelola wilayah
koridor/buffer zone Taman Nasional. Pengelolaan NKT di wilayah kelola P2RK
Kamipang Sejahtera yang efektif harus dilakukan secara cross-cutting seperti terlihat
pada ilustrasi di bawah ini (Gambar 16).
Gambar 16. Pengelolaan bersama NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
NKT
P2RK Kamipang Sejahtera
Masyarakat
Taman Nasional Sebangau
LSM dan Perguruan Tinggi
sosial
lingkungan
riset
policy advocacy
Pemerintah Daerah
Dinas Perikanan
Dinas Lingkungan
Dinas Kehutanan
Bappeda
PT. Rimba Makmur Utama, PT. Arjuna, PT. Tanah Mas Sumber Sejahtera, dan PT. Jarak Pagar
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 8. DAFTAR PUSTAKA 47
8. DAFTAR PUSTAKA
Wetlands International-Indonesia Programme. 2004. Peta sebaran lahan gambut, luas dan kandungan karbon di Kalimantan.
Cheyne, S.M., et al. 2013. First estimates of population ecology and threats to Sunda clouded leopards Neofelis diardi in a peat-swamp forest, Indonesia. Inter-Research. doi: 10.3354/esr00525
Yusuf, A.F., Aswan, I., Halim, H.S. dkk. 2006. Inventarisasi dan penyelidikan bahan galian non logam Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Panda, A., Abraham., Octavianus, R., dan Ariandi, D. 2013. Panduan visual jenis pohon di Punggualas Taman Nasional Sebangau oleh. WWF Indonesia-Kalimantan Tengah.
Harrison, M.E., Kursani, Santiano, Hendri, Purwanto, A., and Husson, S.J. 2011. Baseline flora assessment and preliminary monitoring protocol in the Katingan peat swamp, Central Kalimantan, Indonesia. The orangutan tropical peatland project (OuTrop).
Harrison M. E., Hendri, Dragiewicz M. L., Krisno, Cheyne S. M. and Husson S. J. 2010. Baseline Biodiversity and Ape Population Assessment and Preliminary Monitoring Protocol in the Katingan Peat Swamp, Central Kalimantan, Indonesia. The orangutan tropical peatland project (OuTrop).
David A., Ehlers S., and Yvette C.E.S. 2013. Population Density of Red Langurs in Sabangau Tropical Peat-Swamp Forest, Central Kalimantan, Indonesia. American Journal of Primatology.
Progress report OuTrop. 2012. Sabangau seeding nursery and reforestation project. The orangutan tropical peatland project (OuTrop).
Sujatnika, et al. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik: Departemen Kehutanan - Birdlife International - Indonesia Programme.
Meijaard, E. and V. Nijman. 2000. Distribution and conservation of the proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan, Indonesia. Biological Conservation. 92(1): p. 15-24.
Stark, D., et al., 2012. Modeling population viability of local proboscis monkey Nasalis larvatus populations: conservation implications. Endangered Species Research. 16: p. 31-43.
Cheyne, S.M., and MacDonald, D.W. 2011. Wild felid diversity and activity patterns in Sabangau peat-swamp forest, Indonesia, Borneo Oryx 45: 119-124
Noerdjito, M. and I. Maryanto. 2001. Jenis-jenis hayati yang dilindungi perundang-undangan Indonesia (in Bahasa): Balitbang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslitbang Biologi-LIPI and The Nature Conservancy, Bogor.
Wich, S.A., et al., 2012. Understanding the Impacts of Land-Use Policies on a Threatened Species: Is There a Future for the Bornean Orang-utan? PLoS ONE. 7(11): p. e49142.
48
BPS. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010 – Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS). Jakarta.
BPS Kabupaten Katingan. 2014. Kabupaten Katingan Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
BPS Kabupaten Katingan. 2013a. Kabupaten Katingan Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
BPS Kabupaten Katingan. 2013b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Katingan 2012. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
BPS Kabupaten Katingan. 2013c. Kecamatan Kamipang Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan.
Brannen, J. 1999. Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Coomans, M. 1987. Manusia Dayak. Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
DFID. 1999. Sustainable Livelihoods Guidance Sheets.
http://www.ennonline.net/pool/files/ife/dfid-sustainable-livelihoods-guidance-sheet-section1.pdf, retrieved July 2014.
Eghenter, C., et al. 2003. Social Science Research and Conservation Management in the Interior of Borneo, Unravelling past and present interactions of people and forests. CIFOR, WWF Indonesia, UNESCO and Ford Foundation.
FAO. 2014. State of World’s Forests: Enhancing the Socioeconomic Benefits From Forests. http://www.fao.org/3/a-i3710e.pdf, retrieved July 2014.
King, V. T. (Ed.). 2013. Kalimantan Tempo Doeloe. Komunitas Bambu. Depok.
Ludi, Eva & Rachel Slater. June 2008. Using the Sustainable Livelihoods Framework to Understand and Tackle Poverty. The Swiss Centre for Postgraduate Studies on Development, ETH Zurich. Swiss.
Murray Li, Tania. 2002. Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Notosusanto, N. 1982/1983. Sejarah Nasional Indonesia IV. Direktorat Sejarah & Nilai Tradisional. Jakarta.
Ricklefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern (1200-2008). Serambi Ilmu Semesta. Jakarta.
Riwut, T. dan Riwut N. 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang: Menyelami Kekayaan Leluhur. Pusaka Lima. Palangkaraya.
Riwut, T., Riwut N., dan Husein A. F. 2003. Kalimantan Membangun: Alam dan Kebudayaan. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta.
Sardjono, A. 2006. Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional. Penerbit Alumni. Bandung.
Solihin, A. 2005. Illegal Fishing dan Traditional Fishing Rights. In Sinar Harapan, 11 Mei 2005.
Spradley, J. P. 1997. Metode Etnografi. PT Tiara Wacana. Yogyakarta.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 8. DAFTAR PUSTAKA 49
Syamsuddin, A. 2008. Antara pelestarian dan perlindungan ekspresi budaya tradisional/pengetahuan tradisional dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Media Agustus. V(4): p. 17.
Vlekke, B. H. M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.
50
9. LAMPIRAN
1. Profil Tim Penilai
Didik Prasetyo - (Team Leader dan Penilai NKT Bidang Ekologi/Biodiversity/Jasa Ekosistem). Didik Prasetyo, lahir di Nganjuk-Jawa Timur pada tanggal 14 Agustus. Saat ini sedang meneruskan studi di Ecology, Evolution and Natural Resources Department, Rutgers The State University of New Jersey, USA. Sebelumnya telah menyelesaikan master bidang Biologi Konservasi di Universitas Indonesia pada tahun 2007 dengan bidang kekhususan pada perilaku dan ekologi orangutan. Sebelumnya, ketertarikan pada konservasi primata juga dilakukan pada saat mengambil sarjana strata satu di Universitas Indonesia pada tahun 1998. Berbekal pengalaman ilmu dari kedua Universitas tersebut di atas, beberapa aplikasi ilmu pengetahuan telah diterapkan pada dunia konservasi. Setelah menyelesaikan studi tahun 2007, SOCP (Sumatran Orangutan Conservation Program) sebagai salah satu LSM besar di Sumatera Utara memberikan peluang untuk bergabung dalam konservasi orangutan di Sumatera Utara dan Aceh. Kemudian pada tahun 2008, pekerjaan masih terfokus pada konservasi orangutan di Kalimantan bersama BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation). Kemudian dari tahun 2009-2013 pengalaman implementasi ilmu konservasi dan keterlibatan seluruh pihak (termasuk pihak swasta) dilakukan pada proyek USAID dengan dua mega proyek yaitu OCSP (Orangutan Conservation Services Program) dan IFACS (Indonesian Forest and Climate Support). Pekerjaan dengan proyek USAID lebih menitikberatkan pada pendekatan kepada pihak swasta untuk terlibat di dalam konservasi keanekaragaman hayati dan habitatnya.Beberapa pekerjaan konsultan juga pernah dilakukan, menjadi anggota tim penilaian NKT (Nilai Konservasi Tinggi) pada perkebunan kelapa sawit bersama dengan WWF-Indonesia, dan menjadi konsultan di TNC untuk membuat Rencana Pengelolaan Orangutan pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Ari Meididit - (Penilai NKT Bidang Ekologi/Biodiversity/Jasa Ekosistem). Ari Meididit, Lahir di Jakarta pad 3 Mei 1981. Menyelesaikan studi S2 di Fakultas MIPA jurusan Biologi Konservasi pada tahun 2009 dengan bidang kekhususan perilaku dan Ekologi orangutan. Sama halnya dengan kekhususan yang diambil saat menyelesaikan studi s1 di Universitas Nasional pada tahun 2006. Berbekal ldarbelakang tersebut dipercaya menjadi Manager Riset orangutan di 2 tempat berbeda yaitu Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah pada tahun 2006 (Kerjsama UNAS-Zurich University) dan Stasiun Penelitian orangutan di Taman Nasional Kutai tahun 2009 (York University Project). Setelah itu sejak tahun 2010 membantu WWF Indonesia untuk survei habitat dan populasi orangutan di beberapa HPH di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pernah bekerja di Ecositrop Universitas Mulawarman pada tahun 2011-2012 untuk melakukan studi habitat dan biodiversity di perusahaan tambang, Hutan tanaman industri dan perkebunan sawit. Joandini Asmoro - (Penilai NKT Bidang Ekologi/Biodiversity). lahir di Jakarta, 5 november 1990. Ketertarikan akan dunia ornitologi dimulai sejak tahun 2010 ketika pertama kali mengikuti Water Bird Watching Race di Suramadu yang saat itu menjadi anggota Bio Bird Club “Ardea” dan birding menjadi kegiatan rutin yang dilakukan dengan beberapa komunitas pecinta burung lainnya. Menjadi mahasiswi Universitas Nasional Jurusan Biologi Konservasi dan ilmu lingkungan telah memperkenalkannya kepada alam yang mengajarkan banyak hal dan memberinya kesempatan untuk belajar.
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN 51
Selain Ornitologi, minat dan perhatiannya juga tertuju ke satwa eksotik Penyu laut dan masuk menjadi anggota Kelompok Studi penyu Laut “Chelonia” tahun 2009, sejak saat itu menjalin kerjasama program konservasi Penyu laut dengan berbagai instansi dan LSM. Melakukan monitoring burung air secara rutin di kawasan SM Muara Angke sejak 2009. Menjadi Surveyor pada Jakarta Endemic Bird’s Project oleh Oriental Bird Club (OBC) 2012 hingga sekarang. Pernah mengikuti program kerjasama antar UNAS-Zurich University menjadi peneliti burung di Stasiun Riset Orangutan Tuanan, Kalimantan Tengah selama 6 bulan tahun 2012. Sebagai fasilitator pada program Edukasi Lingkungan bersama Rutgers University selama 3 bulan di Kalimantan Tengah 2012 dan juga menjadi tim EE (Education Environment) bersama WWF sejak 2012-sekarang. Pernah menjadi anggota tim penilaian AMDAL pada proyek PLTU bidang biota darat di Batang, Pekalongan 2013. Sutji Shinto - (Penilai NKT Bidang Sosial). Sutji menyelesaikan pendidikannya di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jurusan Komunikasi Massa pada tahun 1996. Semenjak kelulusanya, sudah berkecimpung di bidang riset social di lembaga-lembaga penelitian. Memiliki pengalaman bekerja sejak tahun 2000 disebuah sebuah lembaga yang bergerak di isu lingkungan dan investasi. Memiliki berbagai pengalaman dalam riset-riset yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya alam seperti Penelitian tentang dampak investasi di sector kehutanan, dampak sosial budaya dan ekonomi terhadap keberadaan pabrik pulp n paper di beberapa daerah, dan pertambangan emas. Aktif pula di lembaga yang bergerak diisue perempuan dan anak, dan memiliki pengalaman melakukan riset tentang perempuan dan politik, penelitian tentang anak-anak buruh migrant. Menjadi fasilitator untuk pendidikan politik bagi perempuan dan fasilitator dampak globalisasi ekonomi terhadap kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Dan selama hampir 3 tahun terakhir mulai bergelut di bidang konsultasi, khususnya untuk identifikasi HCV dan SIA untuk HTI, Sawit dan HPH.
52
2. Daftar Para Pihak
No Nama Posisi sosial Lokasi
1 Andi Liany Kepala Desa Desa Karuing 2 Bambang H. Sekertaris Desa Desa Karuing 3 Susilo Ketua BPD Desa Karuing 4 Silahudin BPD Desa Karuing 5 Candra Irawan Ketua Demplot rotan Desa Karuing 6 Athang A. Sekertaris Demplot Desa Karuing 7 Jekie Pangperpusdes Desa Karuing 8 Kurnain Nelayan Desa Karuing 9 Maharani Swasta Desa Karuing 10 Noriah Swasta Desa Karuing 11 Birin Swasta Desa Karuing 12 Achmad Masyarakat Desa Karuing 13 Lasman Nelayan Desa Karuing 14 Indra Jumadi Swasta Desa Karuing 15 Supian Syah Swasta Desa Karuing 16 Nova Masyarakat Desa Karuing 17 Riva Masyarakat Desa Karuing 18 Jonnedi Kepala Desa Desa Jahanjang 19 Bambang Irawanto BPD Desa Jahanjang 20 Suyatno Urusan Umum Desa Jahanjang 21 Yanto KaUR Desa Jahanjang 22 Johansyah Ketua RT Desa Jahanjang 23 Priady Swasta Desa Jahanjang 24 Kasimahsya Swasta Desa Jahanjang 25 Sri Wahyuni Masyarakat Desa Jahanjang 26 Muaksya Masyarakat Desa Jahanjang 27 Sri Hasanah Ibu Rumah Tangga Desa Jahanjang 28 Kustan Ibu Rumah Tangga Desa Jahanjang 29 Mesie Ibu Rumah Tangga Desa Jahanjang 30 Verawatie Ibu Rumah Tangga Desa Jahanjang 31 Nuraini Masyarakat Desa Jahanjang 32 Slamet Santoso Masyarakat Desa Jahanjang 33 Idong Masyarakat Desa Jahanjang 34 Purnawan Nelayan Desa Jahanjang 35 Dediheriadi A. Nelayan Desa Jahanjang 36 Sainin Nelayan Desa Jahanjang 37 Aspar Nelayan Desa Jahanjang 38 Sukarni M. Swasta Desa Jahanjang 39 Suhardi Swasta Desa Jahanjang 40 Budi Swasta Desa Jahanjang 41 Sarejih Tani Desa Jahanjang 42 Juhman Tani Desa Jahanjang 43 Radiansyah Tani Desa Jahanjang 44 Ijuansyah Kepala Desa Desa Tumbang Runen 45 Ibrahim Sekertaris Desa Desa Tumbang Runen
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN 53
No Nama Posisi sosial Lokasi
46 Rano Perpus Desa Tumbang Runen 47 Alman Kaur Pemerintah Desa Tumbang Runen 48 Samsi Masyarakat Desa Tumbang Runen 49 Ramsyah Kepala BPD Desa Tumbang Runen 50 Sahirman Masyarakat Desa Tumbang Runen 51 Nasiansyah Masyarakat Desa Tumbang Runen 52 Muri Masyarakat Desa Tumbang Runen 53 Tomy D. Masyarakat Desa Tumbang Runen 54 Juriansyah Masyarakat Desa Tumbang Runen 55 Aeah Masyarakat Desa Tumbang Runen 56 Ahmad Masyarakat Desa Tumbang Runen 57 Abin Masyarakat Desa Tumbang Runen 58 Aldin Masyarakat Desa Tumbang Runen 59 Rinuansyah Masyarakat Desa Tumbang Runen 60 Sumitro Masyarakat Desa Tumbang Runen 61 Ratna Sari Masyarakat Desa Tumbang Runen 62 Yani Masyarakat Desa Tumbang Runen 63 Hasanah Masyarakat Desa Tumbang Runen 64 Arkandi Masyarakat Desa Tumbang Runen 65 Tuyung Masyarakat Desa Tumbang Runen 66 Arianto Masyarakat Desa Tumbang Runen 67 Hendra Masyarakat Desa Tumbang Runen 68 Lusianto Masyarakat Desa Tumbang Runen 69 Uswanto Masyarakat Desa Tumbang Runen
54
3. Dokumentasi Foto Kegiatan Penilaian NKT
Diskusi kelompok dengan masyarakat untuk mengidentifikasi potensi NKT, ancaman, dan pengelolaan yang sedang dilaksanakan.
Hasil temuan identifikasi NKT (satwa) di P2RK Kamipang Sejahtera.
Desa Karuing Desa Jahanjang
Desa Tumbang Runen Desa Karuing
Bekantan Trogon
Tupai Kangkareng
Laporan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Perkumpulan Petani Rotan Katingan Kamipang Sejahtera, Katingan, Kalimantan Tengah
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN 55
Ancaman keberadaan NKT di P2RK Kamipang Sejahtera
Vegetasi riparian Gambut
Kondisi Desa Tumbang Runen Danau Bulat
Makam Tua di Desa Karuing Penangkapan ikan
Pengasinan ikan Ladang sementara
Pembibitan sawit untuk plasma Perburuan
5
6
4. D
AF
TA
R T
EM
UA
N S
AT
WA
DA
N T
UM
BU
HA
N
a. Daftar jen
is bu
run
g yan
g ditem
uk
an d
i wilay
ah k
elola P
2R
K K
amip
ang Sejah
tera dan
sekitarn
ya.
No
F
am
ili N
am
a Ilm
iah
N
am
a In
gg
ris N
am
a In
do
ne
sia
ST
AT
US
En
de
mik
IU
CN
C
ITE
S
PP
1
Accip
itridae
Nisa
etus cirrh
atu
s
Ch
angeab
le Haw
k-eagle
Elan
g Bro
nto
k
- L
C
II D
2
Falco
nid
ae M
icroh
ierax frin
gilla
rius
B
lack-th
ighed
Falco
net
Alap
-alap C
apu
ng
-
LC
II
D
3
Eu
rylaim
idae
Cym
birh
ynch
us m
acro
rhyn
cho
s B
lack-an
d-red
Bro
adb
ill Sem
pu
r Hu
jan Su
ngai
- L
C
- -
4
Eu
rylaim
idae
Eu
rylaim
us ja
van
icus
Ban
ded
bro
adb
ill Sem
pu
r Hu
jan R
imb
a
- L
C
- -
5
Ch
loro
pseid
ae A
egith
ina
viridissim
a
Green
iora
C
ipo
h jan
tun
g
- N
T
- -
6
Ch
loro
pseid
ae C
hlo
rop
sis son
nera
ti G
reater Green
Leafb
ird
Cica d
aun
besar
- L
C
- -
7
Ch
loro
pseid
ae C
hlo
rop
sis coch
inch
inen
sis G
old
en-fro
nted
Leafb
ird
Cica d
aun
sayap
biru
-
LC
-
-
8
Alced
inid
ae
Ceyx ru
fido
rsa
Ru
fou
s-back
ed k
ing
fisher
Ud
ang P
un
ggun
g Merah
-
LC
-
D
9
Alced
inid
ae
Alced
o m
enin
ting
B
lue-eared
Kin
gfisher
Raja u
dan
g men
intin
g
- L
C
- D
10
A
lcedin
ida
e P
elarg
op
sis cap
ensis
Stork
-billed
Kin
gfisher
Pek
aka E
mas
- L
C
- D
11
C
ucu
lidae
Cen
trop
us b
eng
alen
sis L
esser Co
ucal
Bu
bu
t alang-alan
g -
LC
-
-
12
C
ucu
lidae
Rh
ino
rtha
chlo
rop
ha
ea
Raffles's M
alho
ka
Kad
alan Selay
a
- L
C
- -
13
C
ucu
lidae
Cen
trop
us sin
ensis
Greater C
ou
cal B
ub
ut B
esar -
LC
-
-
14
M
erop
idae
Mero
ps virid
is B
lue-th
roated
Bee-eater
Kirik
-kirik
Biru
-
LC
-
-
15
B
ucero
tidae
An
thra
cocero
s alb
irostris
Orien
tal Pied
Ho
rnb
ill K
angk
areng P
erut-P
utih
-
LC
II
D
16
B
ucero
tidae
Bu
ceros rh
ino
ceros
Rh
ino
chero
s Ho
rnb
ill R
angk
on
g Bad
ak
- N
T
II D
17
M
egalaimid
ae P
silop
og
on
au
stralis
Blu
e-eared B
arbet
Tak
ur ten
ggeret
- L
C
- -
18
M
egalaimid
ae P
silop
og
on
eximiu
s B
orn
ean B
arbet
Tak
ur leh
er hitam
K
aliman
tan
LC
-
-
19
M
egalaimid
ae P
silop
og
on
mysta
cop
ha
no
s R
ed-th
roated
Barb
et T
aku
r warn
a wa
rni
- N
T
- -
20
P
icidae
Dryo
cop
us ja
vensis
Wh
ite-bellied
Wo
od
peck
er P
elatuk
Ay
am
- L
C
I -
21
P
icidae
Ch
rysop
hleg
ma
min
iaceu
m
Ban
ded
Wo
od
peck
er P
elatuk
Merah
-
LC
-
-
22
H
irun
din
idae
Delich
on
da
sypu
s A
sian H
ou
se-ma
rtin
Lay
ang-layan
g Ru
mah
-
LC
-
-
23
H
irun
din
idae
Hiru
nd
o ru
stica
Barn
Sw
allow
L
ayan
g-layang ap
i -
LC
-
-
Lap
oran
Iden
tifikasi N
ilai Ko
nserv
asi Tin
ggi
Perk
um
pu
lan P
etani R
otan
Katin
gan K
amip
ang Sejah
tera, Katin
gan
, Kalim
antan
Ten
gah
WW
F IN
DO
NE
SIA | 9
. LA
MP
IRA
N
5
7
No
F
am
ili N
am
a Ilm
iah
N
am
a In
gg
ris N
am
a In
do
ne
sia
ST
AT
US
En
de
mik
IU
CN
C
ITE
S
PP
24
H
irun
din
idae
Hiru
nd
o ta
hitica
P
acific Swallo
w
Lay
ang-layan
g batu
-
LC
-
-
25
P
ycn
on
otid
ae P
ycno
no
tus sim
plex
Cream
-ven
ted B
ulb
ul
Merb
ah co
rok
-coro
k
- L
C
- -
26
D
icrurid
ae
Dicru
rus a
eneu
s B
ron
zed D
ron
go
Srigun
ting K
eladi
- L
C
- -
27
D
icrurid
ae
Dicru
rus p
ara
diseu
s G
reater Rack
et-tailed D
ron
go
Srigu
ntin
g Batu
-
LC
-
-
28
O
riolid
ae
Irena
pu
ella
Asian
Fairy
-Blu
ebird
K
acemb
eng G
adu
ng
-
LC
-
-
29
T
imalid
ae P
ellorn
eum
cap
istratu
m
Black
-capp
ed B
abb
ler P
eland
uk
top
i hitam
-
LC
-
-
30
T
imalid
ae T
richa
stom
a ro
stratu
m
Wh
ite-chested
Bab
bler
Pelan
du
k D
ada P
utih
-
NT
-
-
31
T
imalid
ae T
richa
stom
a b
icolo
r F
errugin
ou
s Bab
bler
Pelan
du
k m
erah
- L
C
- -
32
T
imalid
ae Sta
chyris n
igrico
llis B
lack-th
roated
Ba
bb
ler T
epu
s Kab
an
-
NT
-
-
33
T
imalid
ae M
acro
no
us p
tilosu
s F
luffy
-back
ed T
it-bab
bler
Ciu
ng A
ir Po
ng-p
on
g
- N
T
- -
34
T
urd
idae
Co
psych
us sa
ula
ris M
agpie R
ob
in
Ku
cica Kam
pu
ng
-
LC
-
-
35
Silv
iidae
Orth
oto
mu
s atro
gu
laris
Dark
-neck
ed T
ailorb
ird
Cin
enen
belu
kar
- L
C
- -
36
Silv
iidae
Orth
oto
mu
s ruficep
s A
shy
tailorb
ird
Cin
enen
Kelab
u
- L
C
- -
37
Silv
iidae
Orth
oto
mu
s sericeus
Ru
fou
s-tailed tailo
rbird
C
inen
en m
erah
- L
C
- -
38
Silv
iidae
Rh
ipid
ura
java
nica
P
ied F
antail
Kip
assan B
elang
-
LC
-
D
39
Silv
iidae
Hyp
oth
ymis a
zurea
B
lack-n
aped
mo
narch
K
ehicap
rantin
g
- L
C
- -
40
P
achy
ceph
alidae
P
ach
yceph
ala
griso
la
Man
grov
e Wh
istler K
ancilan
Bak
au
- L
C
- -
41
P
achy
ceph
alidae
A
rtam
us leu
corh
ynch
us
Wh
ite-breasted
Wo
od
Sw
allow
K
ekep
Bab
i -
- -
-
42
Stu
rnid
ae A
plo
nis p
an
ayen
sis A
sian G
lossy
Starling
P
erling K
um
ban
g
- L
C
- -
43
Stu
rnid
ae G
racu
la relig
iosa
H
ill My
na
Tio
ng
Em
as -
LC
-
-
44
N
ectarinid
ae A
nth
reptes sim
plex
Plain
Sun
bird
B
uru
ng
Mad
u P
olo
s -
LC
-
D
45
N
ectarinid
ae N
ectarin
ia ju
gu
laris
Oliv
e-back
ed Su
nb
ird
Bu
run
g M
adu
Srigan
ti -
LC
-
D
46
N
ectarinid
ae A
etho
pyg
a sip
ara
ja
Crim
son
Sun
bird
B
uru
ng-M
adu
Sep
ah-R
aja -
LC
-
D
47
D
icaeidae
Prio
no
chilu
s ma
cula
tus
Yello
w-b
rested F
low
erpeck
er P
entis R
aja -
LC
-
-
48
D
icaeidae
Dica
eum
trigo
no
stigm
a
Oran
ge-b
ellied F
low
erpeck
er C
abai B
un
ga api
- L
C
- -
49
D
icaeidae
Dica
eum
cruen
tatu
m
Scarlet-back
ed F
low
erpeck
er C
abai M
erah
- L
C
- -
5
8
No
F
am
ili N
am
a Ilm
iah
N
am
a In
gg
ris N
am
a In
do
ne
sia
ST
AT
US
En
de
mik
IU
CN
C
ITE
S
PP
50
P
loceid
ae P
asser m
on
tan
us
Eu
rasian T
ree- Sp
arrow
B
uru
ng-G
ereja Erasia
- L
C
- -
51
P
loceid
ae L
on
chu
ra m
ala
cca
Black
-head
ed M
un
ia
Bo
nd
ol R
awa
-
LC
-
-
52
P
loceid
ae L
on
chu
ra fu
scan
s D
usk
y M
un
ia B
on
do
l Kalim
antan
K
aliman
tan
LC
-
-
53
C
olu
mb
idae
Du
cula
aen
ea
Green
Imp
erial-Pigeo
n
Pergam
Hijau
-
LC
-
-
54
C
olu
mb
idae
Trero
n vern
an
s P
ink
-neck
ed G
reen-p
igeon
P
un
ai Gad
ing
-
LC
-
-
55
M
uscicap
idae
Terp
siph
on
e pa
rad
isi A
sian P
aradise-fly
catcher
Seriwan
g Asia
- L
C
- -
56
P
sittacidae
Lo
riculu
s ga
lgu
lus
Blu
e-crow
ned
Han
ging-P
arrot
Serind
it Melay
u
- L
C
II -
57
A
po
did
ae C
ollo
calia
esculen
ta
Glo
ssy Sw
iftlet W
alet Sapi
- L
C
- -
58
A
po
did
ae R
ha
ph
idu
ra leu
cop
ygia
lis Silv
er-rum
ped
Spin
etail K
apin
is Jarum
Kecil
- L
C
- -
59
A
po
did
ae A
erod
ram
us fu
ciph
ag
us
Ed
ible-n
est Swiftlet
Walet Saran
g P
utih
-
LC
-
-
60
A
rdeid
ae A
rdea
pu
rpu
rea
Pu
rple H
eron
C
angak
Merah
-
LC
-
-
61
T
rog
on
ida
e H
arp
actes d
uva
ucelii
Scarlet-rum
ped
Tro
gon
L
un
tur P
utri
- N
T
- -
62
A
natid
ae D
end
rocyg
na
java
nica
L
esser wh
istling d
uck
B
elibis p
olo
s/batu
-
LC
-
-
Keteran
gan: Sistem
taxon
om
i dan
pen
amaan
bu
run
g berd
asarkan
Daftar B
uru
ng In
do
nesia N
o.2
; En
dem
isitas berd
asarkan
Bird
life Intern
ation
al. Un
tuk
status p
erlind
un
gan
spesies m
enu
rut tata atu
ran d
i Ind
on
esia (PP
) men
gacu p
ada U
U N
o. 5
/19
90
tentan
g Ko
nserv
asi Sum
ber D
aya A
lam H
ayati d
an E
ko
sistemn
ya, P
P N
o. 7
/19
99
tentan
g Pen
gawetan
Jen
is Tu
mb
uh
an d
an Satw
a dan
PP
No
. 8/1
99
9 ten
tang P
eman
faatan Jen
is Tu
mb
uh
an d
an Satw
a Liar. Statu
s ko
nserv
asi intern
asion
al be
rdasark
an IU
CN
Red
list Tah
un
20
14
; Statu
s peratu
ran p
erdagan
gan in
ternatio
nal b
erdasark
an C
ITE
S (Co
nv
entio
n o
n In
ternatio
nal T
rade o
f En
dan
gered Sp
ecies of W
ild F
aun
a and
Flo
ra).
Lap
oran
Iden
tifikasi N
ilai Ko
nserv
asi Tin
ggi
Perk
um
pu
lan P
etani R
otan
Katin
gan K
amip
ang Sejah
tera, Katin
gan
, Kalim
antan
Ten
gah
WW
F IN
DO
NE
SIA | 9
. LA
MP
IRA
N
5
9
b. D
aftar jenis m
amalia-p
rimata yan
g ditem
uk
an d
i wilay
ah k
elola P
2R
K K
amip
ang Sejah
tera sekitarn
ya.
No
N
ama In
do
nesia
N
ama ilm
iah
Fam
ili E
nd
emik
P
P
IUC
N
CIT
ES
P
erjum
paan
1
Oran
gutan
P
on
go
pyg
ma
eus w
urm
bii
Ho
min
idae
Kalim
antan
D
E
N
I Saran
g
2
Mo
ny
et eko
r pan
jang
M
aca
ca fa
scicula
ris C
ercop
ithecid
ae
- L
C
II L
angsu
ng
3
Lu
tun
g Merah
P
resbytis ru
bicu
nd
a
Cerco
pith
ecida
e
Kalim
antan
D
L
C
II L
angsu
ng
4
Un
gko
H
ylob
ates a
lbib
arb
is H
ylo
batid
ae K
aliman
tan
D
EN
I
Suara
5
Krab
uk
u In
gkat
Ta
rsius b
an
can
us b
orn
ean
us
Tarsiid
ae K
aliman
tan
D
VU
II
Info
rmasi m
asyarak
at
6
Bek
antan
Kah
au
Na
salis la
rvatu
s C
ercop
ithecid
ae
B
orn
eo
D
EN
I
Lan
gsun
g
7
Tren
ggilin
g
Ma
nis ja
van
ica
Man
idae
- D
C
R
II Jejak
8
Bajin
g kerd
il Datara
n-R
end
ah
E
xilisciuru
s exilis Sciu
ridae
- -
DD
-
Lan
gsun
g
9
Bajin
g kerd
il N
an
no
sciuru
s mela
no
tis Sciu
ridae
- -
LC
-
Lan
gsun
g
10
B
ajing k
elapa
C
allo
sciuru
s no
tatu
s Sciu
ridae
- -
LC
-
Lan
gsun
g
11
B
ajing tiga w
arna
C
allo
sciuru
s prevo
stii Sciu
ridae
- -
- -
Lan
gsun
g
12
B
ajing ek
or k
ud
a
Sun
da
sciuru
s hip
pu
rus
Sciurid
ae -
- N
T
- L
angsu
ng
13
B
eruan
g
Hela
rctos m
ala
yan
us
Ursid
ae -
D
VU
I
Info
rmasi m
asyarak
at
14
M
acan D
ahan
N
eofelis d
iard
i F
elidae
- D
V
U
I In
form
asi masy
arakat
15
B
abi h
utan
berjen
ggot
Sus b
arb
atu
s Su
idae
- -
VU
-
Info
rmasi m
asyarak
at
16
K
ancil
Tra
gu
lus ja
van
icus
Tragu
lidae
- D
D
D
- Jejak
17
N
apu
T
rag
ulu
s na
pu
T
ragulid
ae -
D
DD
-
Info
rmasi m
asyarak
at
18
K
ijang
ku
nin
g
Mu
ntia
cus a
thero
des
Cerv
ida
e K
aliman
tan
- L
C
- In
form
asi masy
arakat
19
K
ijang
M
un
tiacu
s mu
ntja
k
Cerv
ida
e -
D
LC
-
Info
rmasi m
asyarak
at
20
R
usa Sam
bar
Cervu
s un
icolo
r C
ervid
ae
- D
L
C
- Jejak
Status p
erlind
un
gan sp
esies men
uru
t tata aturan
di In
do
nesia (P
P) m
engacu
pad
a UU
No
. 5/1
99
0 ten
tang K
on
servasi Su
mb
er Day
a Alam
Hay
ati dan
Ek
osistem
ny
a, PP
No
. 7/1
99
9
tentan
g Pen
gawetan
Jenis T
um
bu
han
dan
Satwa d
an P
P N
o. 8
/19
99
tentan
g Pem
anfaatan
Jenis T
um
bu
han
dan
Satwa L
iar. Status k
on
serv
asi intern
asion
al berd
asarkan
IUC
N
Red
list Tah
un
20
14
; Status p
eraturan
perd
agangan
intern
ation
al berd
asarkan
CIT
ES (C
on
ventio
n o
n In
ternatio
nal T
rade o
f En
dan
gered Sp
ecies of W
ild F
aun
a and
Flo
ra).
6
0
c. Daftar jen
is tum
bu
han
yan
g di tem
uk
an d
i wilay
ah k
elola P
2R
K K
amip
ang Sejah
tera.
No
N
ama lo
kal
Species
Fa
mili
PP
IU
CN
C
ITE
S
Ketera
ngan
E
nd
emik
1
Aciw
G
arcin
ia sp
. G
uttifera
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
2
Agatis
Ag
ath
is bo
rneen
sis A
rau
caria
ceae
- E
N
- P
and
a, et.al., 20
13
B
orn
eo
3
Alau
P
od
oca
rpu
s sp.
Po
do
carp
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
4
Asam
Gan
dis
Ga
rcinia
pa
rvifolia
C
lusia
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
5
Balaw
an b
ahan
dan
g
Trista
nio
psis sp
. M
yrtacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
6
Balaw
an b
apu
ti T
ristan
iop
sis sp.
Myrta
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
7
Ban
gkirai Ja
ngk
ar Sh
orea
laevis
Dip
teroca
rpa
ceae
D
LC
-
Th
is stud
y
-
8
Ban
gko
k m
anu
k
Ro
thm
an
nia
gra
nd
is R
ub
iacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
9
Ban
itan
Po
lyalth
ia glauca
An
no
na
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
10
B
ayu
r P
terosp
ermu
m d
iversifoliu
m
Ma
lvacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
11
B
ayu
r P
terosp
ermu
m ja
van
icum
M
alva
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
12
B
elangiran
Sh
orea
ba
lan
gera
n
Dip
teroca
rpa
ceae
D
CR
-
Th
is stud
y
-
13
B
elanti
Cro
ton
laevifo
liu
Eu
ph
ob
iacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
14
B
engaris
Ko
om
pa
ssia m
ala
ccensis
Leg
um
ino
sae
- L
C
- P
and
a, et.al., 20
13
-
15
B
intan
Syzyg
ium
cf. linea
tum
M
yrtacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
16
B
intan
gur
Ca
lop
hyllu
m h
osei
Ca
lop
hylla
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
17
C
emp
edak
hu
tan
Pa
rarto
carp
us sp
. M
ora
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
18
D
ahak
bap
uti
Kn
ema
latericea
M
yristicacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
19
D
urian
D
urio
zibeth
inu
s M
alva
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
20
E
han
g D
iosp
yros even
a
Eb
ena
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
21
E
han
g had
uk
D
iosp
yros sp
. E
ben
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
22
E
ny
ak b
eruk
E
ug
enia
elmeri
Myrta
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
23
G
alam tik
us
Syzygiu
m lin
eatu
m
Myrta
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
24
G
aleget D
actylo
clad
us sten
osta
chys
Cryp
teron
iacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
25
G
amb
ir P
latea
sp.
Stemo
nu
racea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
26
G
antalan
g
Pa
laq
uiu
m sp
. Sa
po
tacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
27
G
arun
ggang
C
rato
xylum
sum
atra
nu
m
Hyp
ericacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
WW
F IN
DO
NE
SIA | 9
. LA
MP
IRA
N
6
1
No
N
ama lo
kal
Species
Fa
mili
PP
IU
CN
C
ITE
S
Ketera
ngan
E
nd
emik
28
G
emo
r B
eilschm
iedia
kun
stleri L
au
racea
e -
- -
Th
is stud
y
-
29
G
erun
ggang
C
rato
xylon
gla
ucu
m
Clu
siacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
30
H
amp
uak
B
acca
urea
bra
cteata
P
hylla
nth
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
31
H
any
er bajai
Ad
ina
nd
ra sp
. T
hea
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
32
Jam
bu
Bu
run
g
Syzigiu
m sp
M
yrtacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
33
K
aja D
illenia
excelsa
Dillen
iacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
34
K
ajalaki
Ag
laia
sp.
Melia
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
35
K
ajang/G
erising
besar
Pa
nd
an
us sp
P
an
da
na
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
36
K
akal
Ca
lop
hyllu
m n
od
osu
m
Ca
lop
hylla
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
37
K
aman
tau
Pa
rarto
carp
us ven
eno
sa
Mo
racea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
38
K
amasira
Ilex cymo
sa
Aq
uifo
liacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
39
K
ameh
as L
itsea ru
fo-fu
sca cf.
La
ura
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
40
K
apu
r naga
Ca
lop
hyllu
m in
op
hyllu
m
Gu
ttiferae
- L
C
- P
and
a, et.al., 20
13
-
41
K
aramu
ntin
g
Mela
stom
a m
ala
ba
thricu
m
Mela
stom
ata
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
42
K
aranji
Dia
lium
sp.
Leg
um
ino
sae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
43
K
aripak
M
ezzettia sp
. A
nn
on
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
44
K
aruin
g
Dip
teroca
rpu
s valid
us
Dip
teroca
rpa
ceae
- C
R
- P
and
a, et.al., 20
13
-
45
K
aruran
g
Neo
scortech
inia
king
ii E
up
ho
bia
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
46
K
atiau
Pa
laq
uiu
m p
seud
oro
stratu
m
Sap
ota
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
47
K
atimp
un
A
niso
ptera
sp.
Dip
teroca
rpa
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
48
K
atum
bu
P
tena
nd
ra g
alea
ta
Mela
stom
acea
e -
- -
Th
is stud
y
-
49
K
ayu
areng
L
op
ho
peta
lum
java
nicu
m
Cela
stracea
e -
LC
-
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
50
K
ayu
asem
Tetra
merista
gla
bra
T
etram
eristacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
51
K
ayu
kacan
g
Xylo
pia
sp.
An
no
na
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
52
K
ayu
kalalaw
it U
rop
hyllu
m sp
. R
ub
iacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
53
K
ayu
ku
lat C
an
tleya co
rnicu
lata
Ica
cina
ceae
- V
U
- P
and
a, et.al., 20
13
-
54
K
ayu
rand
a
Ga
rden
ia sp
. R
ub
iacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
55
K
ayu
sial D
iosp
yros sp
. E
ben
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
56
K
ayu
sutera
Fa
gra
ea sp
. L
og
an
iacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
6
2
No
N
ama lo
kal
Species
Fa
mili
PP
IU
CN
C
ITE
S
Ketera
ngan
E
nd
emik
57
K
ayu
tabu
ng
A
lseod
ap
hn
e sp.
La
ura
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
58
K
ayu
Tu
lang
D
iosp
yros co
nfertiflo
ra
Eb
ena
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
59
K
enan
ga
Ca
na
ng
a o
do
rata
A
nn
on
acea
e -
- -
Th
is stud
y
-
60
K
epu
t baju
ku
Stem
on
uru
s scorp
ioid
es Stem
on
ura
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
61
K
um
pan
g
Myristica
low
ian
a
Myristica
ceae
- N
T
- T
his stu
dy
-
62
K
um
pan
g Darah
H
orsfield
ia cra
ssifolia
cf. M
yristicacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
63
L
eban
G
eun
sia p
enta
nd
ra
Verb
ena
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
64
L
ewan
g
Cru
dia
tenu
ipes
Fa
ba
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
65
L
un
din
g
Ap
ha
na
mixis sp
. M
eliacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
66
L
un
uk
F
icus sp
M
ora
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
67
M
adan
g Paraw
as B
eilschm
iedia
gla
bra
L
au
racea
e -
- -
Th
is stud
y
-
68
M
ahalilis
Arto
carp
us sp
. D
iptero
carp
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
69
M
alam-m
alam
Dio
spyro
s sp.
Eb
ena
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
70
M
anggis h
utan
G
arcin
ia cf.b
an
can
a
Clu
siacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
71
M
angk
inan
g belaw
au
Ela
eoca
rpu
s ma
stersii E
laeo
carp
acea
e -
- -
Th
is stud
y
-
72
M
aruan
g
Myristica
ma
xima
M
yristicacea
e -
LC
-
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
73
M
eranti b
uay
a
Sho
rea sp
. D
iptero
carp
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
74
N
yato
h b
awu
i M
ad
hu
ca sp
. Sa
po
tacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
75
N
yato
h b
eringin
P
ayen
a sp
. Sa
po
tacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
76
P
amp
anin
g
Lith
oca
rpu
s con
oca
rpu
s F
ag
acea
e -
- -
Th
is stud
y
-
77
P
anaga jan
gkar
Ca
llop
hyllu
m sp
. C
alo
ph
yllacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
78
P
angu
an
Cryp
toca
rya sp
. L
au
racea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
79
P
antu
ng
D
yera lo
wii
Ap
ocyn
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
80
P
apu
ng
Sa
nd
oricu
m b
eccaria
nu
m
Melia
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
81
P
arut
Ca
lop
hyllu
m sp
. C
alo
ph
yllacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
82
P
arut k
akal
Ca
lop
hyllu
m sp
. C
alo
ph
yllacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
83
P
end
u
Sterculia
sp.
Sterculia
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
84
P
erup
uk
L
op
ho
peta
lum
mu
ltinerviu
m
Cela
stracea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
85
P
iais N
eph
elium
ma
ing
ayi
Sap
ind
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
WW
F IN
DO
NE
SIA | 9
. LA
MP
IRA
N
6
3
No
N
ama lo
kal
Species
Fa
mili
PP
IU
CN
C
ITE
S
Ketera
ngan
E
nd
emik
86
P
ilang
Neo
lam
arck
ia ca
da
mb
a
Ru
bia
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
87
P
limp
ing d
amek
M
icroco
s sp.
Tilia
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
88
R
ahan
jang
Xylo
pia
fusca
A
nn
on
acea
e -
- -
Th
is stud
y
-
89
R
amb
utan
hu
tan
X
erosp
ermu
m sp
. Sa
pin
da
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
90
R
amin
G
on
ystylus b
an
can
us
Th
ymela
eacea
e -
VU
-
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
91
R
asak
Va
tica sp
. D
iptero
carp
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
92
R
asak P
antai
Co
tylelob
ium
mela
no
xylon
D
iptero
carp
acea
e -
EN
-
Th
is stud
y
-
93
R
engas
Glu
ta velu
tina
A
na
card
iacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
94
R
ewo
i tangk
ul
Po
lyalth
ia sp
. A
nn
on
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
95
R
otan
Baju
ngan
K
orth
alsia
flag
ellaris M
iqu
el A
recacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
96
R
otan
Irit C
alamu
s trachy
coleu
s Becc.
Areca
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
97
R
otan
Sigi
Calam
us caesiu
s Blu
me
Areca
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
98
Sagagu
lang
Acro
nych
ia p
edu
ncu
lata
R
uta
ceae
- -
- P
and
a, et.al., 20
13
-
99
Sen
gku
ang
D
raco
nto
melo
n d
ao
A
na
card
iacea
e -
- -
Th
is stud
y
-
10
0
Tak
urak
C
asta
no
psis sp
. F
ag
acea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
10
1
Tam
pan
g gagas
Tern
stroem
ia sp
. T
etram
eristacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
10
2
Tap
anggan
g
Go
mp
hia
serrata
O
chn
acea
e -
LC
-
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
10
3
Tap
oh
ot
Syzygiu
m sp
. M
yrtacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
10
4
Taran
tang
C
am
pn
osp
erma
coria
ceum
A
na
card
iacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
10
5
Tatu
mb
u
Syzygiu
m cf.h
avila
nd
ii M
yrtacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
10
6
Tay
a N
au
clea sp
. R
ub
iacea
e -
- -
Pan
da, et.al., 2
01
3
-
10
7
Tem
pu
rai D
iptero
carp
us fa
gin
eus
Dip
teroca
rpa
ceae
- C
R
- T
his stu
dy
-
10
8
Tilap
A
rtoca
rpu
s sp
Dip
teroca
rpa
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
10
9
Tu
mih
C
om
breto
carp
us ro
tun
da
tus
An
isop
hyllea
ceae
- V
U
- T
his stu
dy
-
11
0
Tu
tup
Kab
ali D
iosp
yros p
seud
om
ala
ba
rica
Eb
ena
ceae
- -
- T
his stu
dy
-
Un
tuk
status p
erlind
un
gan sp
esies men
uru
t tata aturan
di In
do
nesia (P
P) m
engacu
pad
a UU
No
. 5/1
99
0 ten
tang K
on
servasi Su
mb
er Day
a Alam
Hay
ati dan
Ek
osistem
ny
a, PP
No
. 7
/19
99
tentan
g Pen
gawetan
Jenis T
um
bu
han
dan
Satwa d
an P
P N
o. 8
/19
99
tentan
g Pem
anfaatan
Jenis T
um
bu
han
dan
Satwa L
iar. Status k
on
servasi in
ternasio
nal b
erd
asarkan
IU
CN
Red
list Tah
un
20
14
.
64
5. PETA HASIL IDENTIFIKASI NKT
Gambar 1. Peta lokasi penilaian NKT di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
65
Gambar 2. Peta kelerengan di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
66
Gambar 4. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan sekitarnya.
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
67
Gambar 5. Peta sebaran desa di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
68
Gambar 6. Peta keberadaan NKT terkait spesies langka, terancam dan terancam punah di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
69
Gambar 7. Kawasan hutan inti yang berada pada lanskap ekosistem wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
70
Gambar 8. Sebaran tipe ekosistem di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
71
Gambar 9. Kawasan NKT 2 di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
72
Gambar 10. Peta sebaran tipe ekosistem gambut di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
73
Gambar 11. Daerah sempadan sungai Katingan dan danau-danau di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
74
Gambar 12. Tingkat Bahaya Erosi pada wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera dan sekitarnya.
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
75
Gambar 13. Kawasan pembatas kebakaran di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
76
Gambar 14. Sebaran peninggalan sejarah yang memiliki nilai kultural di wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera.
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
77
Gambar 15. Posisi P2RK Kamipang Sejahtera dengan beberapa pengelola kawasan.
78
6. KONSULTASI PUBLIK
Agenda Acara
Waktu Kegiatan Penanggung Jawab
25 Februari 2015
08:00-09:00 Pembukaan
Do’a bersama M. Pohmi
Sambutan Indra Bayu (WWF)
Dewi Indah Sari, Ari Meididit, Sutji Shinto (Tim Konsultan)
09:00-12:00 Presentasi
09:15-10:00 Pengenalan NKT Ari Meididit
10:00-10:45 Hasil Identifikasi NKT P2RK Kamipang Sejahtera
Sutji Shinto
10:45-11:30 Hasil identifikasi NKT P2RK Marikit Sejahtera
Sutji Shinto
11:30-12:00 Tanya Jawab Dewi Indah Sari
12:00-14:00 Diskusi Kelompok hasil identifikasi dan pengelolaan NKT
Koperasi P2RK Kamipang Sejahtera dan P2RK Marikit Sejahtera
14:00-14:45 Presentasi hasil diskusi Koperasi P2RK Kamipang Sejahtera dan P2RK Marikit Sejahtera
14:45-15:00 Kesimpulan (Saran) Camat Kabupaten Kamipang
WWF
15:00-15:30 Penutup WWF
PROSES KONSULTASI PUBLIK
Pembukaan
Doa Bersama
Acara konsultasi publik dibuka pada pukul 08.00 WIB dengan do’a bersama yang dipimpin oleh Bapak M. Pohmi.
Sambutan
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
79
Sambutan pertama diberikan oleh Bapak Indra Bayu selaku perwakilan dari Kordinator Rotan, WWF Indonesia cabang Kalimantan Tengah.
Bapak Indra Bayu menjelaskan acara maksud dan tujuan dari kegiatan konsultasi publik terhadap proses identifikasi NKT yang dilakukan di P2RK Kamipang Sejahtera dan P2RK Marikit Sejahtera yang dilakukan pada Agustus 2014. Dalam hal ini kegiatan didudukung oleh setiap koperasi dan WWF Indonesia.
WWF Kalimantan Tengah memiliki bidang pasar transformasi yang membawahi kegiatan pemanfaatan hutan kayu dan bukan kayu. Selain pemanfaatan hutan kayu dan bukan kayu, WWF juga mendukung program penguatan pasar di Kalimantan Tengah.
WWF dan P2RK Kabupaten Kamipang berusaha memberikan suatu gambaran secara umum hasil studi NKT di dua kecamatan. Diharapkan kegiatan ini dapar menjadi masukkan dan acuan program rotan di kedua kecamatan dan dapat dikembangkan di kecamatan lainnya dalam wilayah administrasi Kabupaten Katingan.
Perkenalan
Kegiatan konsultasi publik dilanjutkan dengan perkenalan dari Tim Konsultan. Dewi Indah Sari menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan studi NKT ini adalah untuk membantu para petani rotan, agar dapat melakukan kegiatan budidaya rotan secara berkelanjutan dengan harga yang pantas. Pengelolaan kebun rotan yang ada di sekitar areal NKT dan dokumen penilaian NKT merupakan dokumen publik yang dapat digunakan oleh petani rotan.
Kemudian dilanjutkan perkenalan oleh Ibu Suci selaku tim konsultan sosial budaya dan Bapak Ari selaku anggota tim penilai NKT bagian keanearagaman hayati dan ekosistem.
Presentasi
Pengenalan Nilai Konservasi Tinggi oleh Ari Meididit. Di dalam proses presentasi, Ari menjelaskan bahwa terdapat interaksi antara areal NKT yang ada di kalimantan dengan kawasan Taman Nasional , HTH, HTI, dll. Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati terbesar ke 2 setelah brazil. Wilayah NKT meliputi: NKT 1 (kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati), NKT 2 (bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami), NKT 3 (kewasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam punah contoh: lahan gambut, kawasan bakau), NKT 4 (kawasan yang menyediakan jasa lingkungan alami), NKT 5 (kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal), dan NKT 6 (kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal).
Kemudian presentasi dilanjutkan dengan pemaparan hasil identifikasi NKT oleh Ibu Suci. Identifikasi NKT dilakukan untuk melihat wilayah-wilayah konservasi penting di wilayah yang ditanami rotan. Tujuan dari kegiatan adalah untuk mengelola wilayah yang memiliki nilai konserfasi tinggi, agar NKT bisa terkelola dan terpantau dengan baik.
Tanya Jawab
Pertanyaan dari Fakultas pertanian Universitas Palangkaraya (Bapak.....):
1) Fakultas pertanian juga meneliti NKT di Kalimantan Tengah. Diharapkan nantinya dapat menyandingkan apa yang kami hasilkan dengan studi hasil NKT di areal Katingan. Dan bisa didedikasikan untuk kalimantan tengah.
80
2) NKT ini ada bersentuhan dengan perkebunan kelapa sawit. Apa upaya drainase di area perkembangan perkebunan kelapa sawit agar tdak terjadinya kebakaran?
3) Terkait dengan ancaman kebakaran, di NKT 2 ada tanah gambut. Ada saluran yg dibuat oleh perkebunan kelapa sawit untuk drainase agar tidak terjadinya kebakaran yang membuat tanah lembab pada saat kering.
Pertanyaan dari Universitas Muhammadiyah (Bapak Fahruni):
Ancaman areal NKT belum terlihat pembahasan terhadap pemanfaatan umbut rotan sebagai bahan masakan, karena setiap malam uji siaran di MNC, ada acara yang mengekspose tanaman rotan yang diambil untuk dijadikan masakan. Lebik baik daerah yang dikhususkan untuk budiaya rotan untuk pariwisata. Dan mungkin para petani bisa menanam lebih banyak lagu rotan agar adanya nilai jual untuk pariwisata.
Pertanyaan dari Proker/Prospect Indonesia (Saudara Apriko):
Yang menghambat lajunya budidaya rotan adalah sawit yang terus membesar sehingga menggancam area kebun rotan. Dan berdampak pada harga dan pasar rotan. Hampir 7 desa sudah dirambah oleh perkebunan sawit, bagaimana skema dalam konsultasi publik dalam memberi ruang terkait budidaya rotan yang mengalami suatu hambatan. Adakah regulasi yang mengatur hal tersebut agar dapat berjalan dengan baik?
Pertanyaan dari PT. Rimba Makmur Utama (Saudara Sarwedan):
Mengapa memelihara hutan bisa dapat kompensasi, serta diharapkan untuk kembangkan lagi secara bersama kedepannya dan didiskusikan lebih lanjut.
Tanggapan/ Jawaban dari Tim Konsultan dan WWF:
Dari Ibu Indah (Tim Konsultan):
Dalam dokumen memang belum lengkap sehingga ada kemungkinan dalam pembuatan drainase dapat mengancam NKT, maka untuk itu akan merevisi lagi dokumen tersebut. Benar dibutuhkan adanya regulasi. Dan ada salah satu ancaman yang membuat rotan belum tumbuh sudah di ambil dan di prooduksi secara masal sehingga mengancam keberaadaan kebun rotan. Usulan dalam bentuk pengelolaan yang bersinergi satu sama lain nantinya akan didiskusikan bersama dengan lebih detil lagi.
Dari Bapak Indra Bayu (WWF):
Terkait masalah regulasi, rotan termasuk kategori hasil hutan bukan kayu. Turunannya berupa peraturan bupati, tetapi hanya sebatas tata niaga saja, untuk tata kelola masih belum ada namun WWF berupaya bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk membuat draft akademik yang akan diusulkan kepada pemerintah daerah. Dan WWF juga bekerja sama dengan LIPI kebun raya bogor.
Untuk sayuran tidak signifikan karena berbahaya mengkonsumsi umbut. WWF juga bekerja sama dengan pihak konsultan untuk melakukan survey NKT yang ada di sebaran kebun rotan. Studi NKT ini untuk melihat nilai konservasi tiinggi dalam sebaran rotan. Harapannya ada masukan dalam kegiatan konsultasi publik ini dan harus dilihat pula hakekat konservasi dari kebun rotan ini dan akan menambah lagi apa yang kurang dalam proses penyusunannya.
Diskusi Kelompok hasil identifikasi dan pengelolaan NKT
Proses diskusi
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
81
Peserta dibagi menjadi 2 kelompok menurut Kecamatan masing-masing peserta yaitu Kecamatan Marikit dan Kecamatan Kamipang. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya menjadi pembicara dan juru tulis di dalam kelompoknya. Dan tiap-tiap kelompok mendiskusikan apa saja ancaman komoditas rotan sesuai dengan wilayah NKT dan pengelolaan rotan. Hasil diskusi didapat dari pendapat para anggota yang telah disepakati bersama.
Hasil Diskusi:
Berdasarkan hasil seluruh NKT di wilayah Kamipang:
Ancaman:
- Penangkapan ikan menggunakan jaring dengan ukuran sangat kecil. - Penangkapan ikan dengan racun. - Konflik satwa - Perizinan perkebunan sawit - Perencanaan jalan dari Hampangen ke Mendawai tahun ini.
Pengelolaan:
- Pembuatan perdes tentang kegiatan perburuan - Pembuatan perdes tentang penangkapan ikan - Kejelasan batas kelola konsep dan kelola masyarakat petani rotan - Dokumentasi konflik. - Pelaporan dan pengamanan terhadap satwa liar
Ekosistem dan jasa lingkkungan:
- Pembukaan lahan dan alih fungsi lahan - Meracuni air sungai dengan pestisida - Limbah pupuk PBS
Rencana jalan:
- Pengurangan debit air di danau bulat, takilan tamsah, purun, belanti. - Kebakaran dan pembakaran lahan. - Penerapan Peraturan Gubernur tentang pembakaran terkendali untuk anggota P2RK
dengan masyarakat sekitar. - Surat edaran kepada anggota P2RK tentang pembakaran lahan - Perdes tetang pengelolan lahan
Nilai kultural:
- Hilangnya ekosisten tangiran - Menurunnya pelestarian situs budaya. - Penyadar-tahuan kepada masyarakat.
Tambahan/masukkan dari hasil identifikasi NKT:
- Sepan apui, sandung, kaleka dan keramat dan hutan keramat adalah warisan budaya yang terancam. Sepan itu penting bagi masyarkat desa, dengan adanya kasus-kasus yang terkait akan mengancam keberadannya. Sepan apui adalah bagian kawasan yang harus kita konservasi dan harus dilindungi.
- Pemerintah harus proaktif dalam menunjang hal-hal dalam pengelolaan NKT. - Masukan dari Bapak Camat Kamipang: diharapkan beberapa desa yang memiliki
potensi rotan tinggi tetap diakomodir. Tujuannya bagaimana meningkatkan taraf
82
kehidupan masyarakat. Bagaimana aturan ketentuan yang menjadi kebijakan. Karena adanya kekhawatiran karena rotan diambil untuk sayur.
- Masukan dari Bapak Joko sardjito (WWF): Dengan adanya tambahan ini insyaallah akan memperkaya, dan agar bisa diterapkan secara bertahap. Berharap akan maju untuk mendorong sertifikasi pengelolaan hutan yang bertanggung jawab.
Penutup
Acara ditutup oleh Bapak Indra Bayu selaku Kordinator Divisi Rotan WWF Indonesia Program Kalimantan Tengah.
Daftar Hadir Peserta
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
83
84
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
85
100
8. TANGGAPAN HASIL PEER REVIEW
Ringkasan Hasil Tinjauan
No Deskripsi Isi Dokumen Isu-isu yang diidentifikasi
None Minor Major
1 Ringkasan eksekutif dari dokumen X
2 Cakupan penilaian X
3 Konteks lansekap yang lebih luas dan signifikan dari area yang dinilai/ diidentifikasi
X
4 Proses penilaian HCV termasuk proses konsultasi
4.1 Komposisi dan kualifikasi tim penilai X
4.2 Sumber data dan metode pengumpulan data X
4.3 Proses konsultasi X
5 Identifikasi, lokasi dan status setiap HCV
5.1 Kualitas data X
5.2 Referensi ke HCV toolkits X
5.3 Keputusan terhadap status HCV X
5.4 Keputusan pemetaan X
6 Manajemen HCV
6.1 Penilaian terhadap ancaman-ancaman atau resiko- resiko pada setiap HCV dalam konteks lanskap
X
6.2 Apakah rencana pengelolaan (management plan) HCV memadai?
X
7 Monitoring/pemantauan HCV
7.1 Apakah rencana pemantauan (monitoring plan) digambarkan secara jelas?
X
7.2 Apakah rencana pemantauan memadai? X
7.3 Apakah ada rencana-rencana untuk mereview data secara teratur?
X
1. Ringkasan eksekutif dari dokumen
Tanggapan:
Proses penilaian NKT mengadopsi panduan umum yang dikeluarkan oleh HCV Resource Network tahun 2013, sehingga keterangan mengenai sub-komponen tidak disebutkan secara terinci. Keterangan metode penilaian telah diperbaiki dan saran informasi pada bagian halaman sampul telah diperbaiki.
2. Cakupan penilaian
Tanggapan
Wilayah kelola P2RK Kamipang Sejahtera merupakan wilayah dengan status APL dan digunakan sejak lama sebagai lahan perkebunan rotan, dan akan menjadi kegiatan yang sama untuk masa mendatang. Pada saat penilaian NKT dilakukan, kondisi lahan adalah
WWF INDONESIA | 9. LAMPIRAN
101
perkebunan rotan. Tingkat kerusakan kawasan NKT masih belum diketahui sebelumnya, dan tujuan dilakukan penilain adalah untuk mendapatkan informasi sebaran NKT di wilayah kelola P2RK.
3. Konteks lansekap yang lebih luas dan signifikan dari area yang dinilai/ Diidentifikasi
Tanggapan
Beberapa masukan pada bagian ini telah disesuaikan, walaupun ada beberapa hal yang tetap dipertahankan seperti kondisi perubahan lahan dari masa lalu, sekarang dan masa mendatang yang menurut tim penilai tidak mengalami perubahan karena masyarakat masih mempertahankan kawasan sebagai lahan perkebunan. Namun, ancaman perkembangan perkebunan kelapa sawit dapat merubah kondisi kawasan, tetapi berdasarkan proses diskusi dengan masyarakat, mereka tetap mempertahankan fungsi lahan sebagai perkebunan rotan.
4. Proses HCV assessment termasuk proses konsultasi
4.1. Komposisi dan kualifikasi tim penilai
Tanggapan: -
4.2. Sumber data dan metode pengumpulan data
Tanggapan
Waktu penilain telah disebutkan, hal yang sama dengan jumlah responden yang diwawancara.
4.3. Proses konsultasi
Tanggapan: -
5. Identifikasi, lokasi dan status setiap HCV
5.1. Kualitas data
Tanggapan:
Koreksi yang diberikan sudah diperbaiki di dalam laporan. Terjadi kesalahan ketik di dalam laporan sebelumnya, dan setelah melihat kembali sumber informasi, perbaikan telah dilakukan.
5.2. Referensi ke HCV toolkits
Tanggapan:
Proses penilaian mengikuti panduan NKT yang terbaru tahun 2013, sehingga beberapa kriteria mengadopsi dokumen terbaru walaupun belum terdapat panduan/interpretasi nasional.
5.3. Keputusan terhadap status HCV
Tanggapan:
Proses penilaian mengikuti panduan NKT yang terbaru tahun 2013, sehingga beberapa kriteria mengadopsi dokumen terbaru walaupun belum terdapat panduan/interpretasi nasional.
5.4. Keputusan pemetaan
Tanggapan: -
102
6. Manajemen HCV
6.1. Penilaian terhadap ancaman-ancaman atau resiko- resiko pada setiap HCV dalam konteks lansekap
Tanggapan:
Proses penilaian mengikuti panduan NKT yang terbaru tahun 2013, sehingga beberapa kriteria ancaman hanya menjelaskan secara umum masing-masing komponen NKT, tidak membahas ancaman setiap sub-komponen NKT. Beberapa saran telah diterapkan di dalam laporan.
6.2. Apakah rencana pengelolaan (management plan) HCV memadai?
Tanggapan:
Bentuk pengelolaan berdasarkan jenis ancaman yang paling sering dijumpai di dalam wilayah kelola, hal ini membuat beberapa rekomendasi pengelolaan bersifat umum atau mewakili beberapa komponen NKT. Namun demikian, tim penilai setuju untuk menambahkan informasi komponen NKT di setiap kegiatan pengelolaan.
7. Monitoring/ pemantauan HCV
7.1 Apakah rencana pemantauan (monitoring plan) digambarkan secara jelas?
Tanggapan:
Bentuk pemantauan dibuat secara sederhana sesuai hasil keputusan pada saat pemetaan partisipatif dan konsultasi publik, hal ini dimaksudkan untuk tidak membuat kegiatan pemantauan yang tidak dapat dilaksanakan oleh anggota petani rotan, sehingga terlihat bentuk pengelolaan maupun pemantauan bersifat umum.
7.2 Apakah rencana pemantauan memadai?
Tanggapan:
Bentuk pemantauan dibuat secara sederhana sesuai hasil keputusan pada saat pemetaan partisipatif dan konsultasi publik, hal ini dimaksudkan untuk tidak membuat kegiatan pemantauan yang tidak dapat dilaksanakan oleh anggota petani rotan, sehingga terlihat bentuk pengelolaan maupun pemantauan bersifat umum.
7.3 Apakah ada rencana-rencana untuk mereview data secara teratur, data yang dibangun untuk rencana manajemen dan monitoring?
Tanggapan:
Pada saat penilaian NKT dilakukan, juga dilakukan perbaikan struktur organisasi koperasi, sehingga masih belum diperoleh dengan jelas fungsi masing-masing komponen koperasi. Namun usulan yang diberikan telah dimasukan ke dalam laporan untuk memperjelas jalur koordinasi pengelolaan dan pemantauan.
© 2015
PERKUMPULAN PETANI ROTAN KATINGAN
Peer Review Laporan Penilaian NKT/HCV
PERKUMPULAN PETANI ROTAN KATINGAN
(P2RK) KAMIPANG SEJAHTERA
KECAMATAN KAMIPANG, KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, INDONESIA
Laporan HCV dibuat oleh: WWF INDONESIA
Agustus 2014
Reviewer
Mahmud Thohari
Independent Consultant
April, 2015
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 1
1. PENDAHULUAN HCV Resource Network telah menerbitkan panduan untuk digunakan sebagai alat menilai (mereview) laporan-laporan identifikasi area-area HCV. Panduan ini dibuat untuk memudahkan para reviewer menilai sebuah laporan identifikasi area HCV dan memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan jika diperlukan.
Penilaian atas laporan identifikasi area HCV di areal P2RK Kamipang Sejahtera ini dilakukan dengan menggunakan format panduan yang dikeluarkan oleh HCV Resource Network. Karena belum ada versi resmi bahasa Indonesia maka format ini menggunakan format hasil terjemahan reviewer ke dalam bahasa Indonesia.
Pada bagian ini sebuah Ringkasan disajikan dalam Tabel di bawah ini. Tabel ini memuat evaluasi keseluruhan review atas laporan identifikasi area HCV di P2RK Kamipang Sejahtera dan dengan jelas menunjukkan kekuatan dan kelemahan isi laporan, dan pada bagian tertentu memberi penekanan atas isu-isu yang perlu pemeriksanaan lebih lanjut jika ada dan diperlukan.
2. Ringkasan temuan-temuan:
Tabel ringkasan temuan-temuan peer review Project name: “Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi (HCV) di Kawasan Perkebunan Rotan P2RK Kamipang Sejahtera, Kab. Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah”. Agustus 2014
Reviewer:
Mahmud Thohari
Independent Consultant
Tanggal review:
April 2015
Deskripsi isi dokumen: Isu-isu yang diidentifikasi
1. Ringkasan eksekutif dari dokumen
Overall – ringkasan eksekutif None Minor Major
2. Cakupan penilaian
Overall – cakupan None Minor Major
3. Konteks lansekap yang lebih luas dan signifikan dari area yang dinilai/
diidentifikasi
Overall – konteks lansekap None Minor Major
4. Proses penilaian HCV termasuk proses konsultasi
Overall –proses penilaian HCV None Minor Major
4.1. Komposisi dan kualifikasi tim penilai None Minor Major
4.2. Sumber data dan metode pengumpulan data None Minor Major
4.3. Proses konsultasi None Minor Major
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 2
5. Identifikasi, lokasi dan status setiap HCV
Overall – identifikasi HCV None Minor Major
5.1. Kualitas data None Minor Major
5.2. Referensi ke HCV toolkits None Minor Major
5.3. Keputusan terhadap status HCV None Minor Major
5.4. Keputusan pemetaan None Minor Major
6. Manajemen HCV
Overall – manajemen HCV None Minor Major
6.1. Penilaian terhadap ancaman-ancaman atau resiko-resiko pada setiap HCV dalam konteks lanskap
None Minor Major
6.2. Apakah rencana pengelolaan (management plan) HCV memadai?
None Minor Major
7. Monitoring/pemantauan HCV
Overall – monitoring/pemantauan HCV None Minor Major
7.1. Apakah rencana pemantauan (monitoring plan) digambarkan secara jelas?
None Minor Major
7.2. Apakah rencana pemantauan memadai? None Minor Major
7.3. Apakah ada rencana-rencana untuk mereview data secara teratur?
None Minor Major
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 3
3. Review dokumen menyeluruh: Berikut ini adalah checklist yang dihasilkan dari penilaian atas kecukupan dari Laporan identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera.
Tabel laporan keseluruhan, temuan-temuan peer review Project name: “Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi (HCV) di Kawasan Perkebunan Rotan P2RK Kamipang Sejahtera, Kab. Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah”. Agustus 2014
Reviewer:
Mahmud Thohari
Independent Consultant
Tanggal review:
April 2015
Description of document content: Isu-isu yang diidentifikasi
1. Ringkasan eksekutif dari dokument
Overall – ringkasan eksekutif None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah temuan-temuan kunci disajikan dan diringkas dengan jelas?
b) Apakah ringkasan secara akurat mencerminkan temuan-temuan dan rekomendasi dari dokumen utama?
c) Jika tidak ada ringkasan, apakah masih memungkinkan memanfaatkan/menggunakan dokumen tersebut dengan mudah?
1. Komentar Reviewer:
Ringkasan Eksekutif telah dibuat dalam laporan. Temuan-temuan kunci telah disebutkan dalam ringkasan, namun demikian temuan NKT tidak disajikan secara detil untuk setiap indikator di dalam NKT. Misalnya NKT1.1, NKT 1.2, .... dan seterusnya. Sebaiknya ringkasan tersebut menjelaskan secara terperinci butir-butir NKT yang dinilai sesuai dengan panduan NKT yang digunakan (Toolkit 2008, sesuai penjelasan pada metode penilaian), data luasan tiap NKT yang teridentifikasi, dan persentase luasan NKT dari luas keseluruhan areal yang dinilai.
Meskipun dalam ringkasan telah disebutkan temuan-temuan selama penilaian dilakukan, tetapi tidak disampaikan rekomendasi singkat terhadap pengelolaan dan pemantauan NKT yang ditemukan. Selain itu, seperti diuraikan pada halaman ii digunakan kategori NKT (tinggi, sedang, rendah). Kategori tersebut tidak dikenal dalam Pedoman Identifikasi NKT menurut Tollkit (2009). Terkait kategori tersebut, sebaiknya dalam ringkasan maupun dalam dokumen utama dijelaskan justifikasi pengkategorian, pengertian masing-masing kategori, dan implikasi pengelolaan/ pemantauannya.
Ringkasan Eksekutif ini secara umum terlalu singkat sehingga kurang mencerminkan isi laporan utama. Sebaiknya ringkasan menguraikan aspek-aspek penting laporan utama, selain temuan-temuan kunci, cantumkan juga tujuan, metode, dan rekomendasi (pengelolaan dan pemantauan).
Pada bagian cover, sebaiknya dicantumkan institusi pelaksana penilaian, luasan areal yang dinilai, dan waktu pelaksanaan.
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 4
2. Cakupan penilaian
Overall – cakupan None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah area yang dinilai dan lanskap sekitarnya didefinisikan dengan jelas?
b) Apakah ada ringkasan informasi yang cukup tentang perusahaan dan operasionalnya di area tersebut?
c) Apakah dampak dan skala operasional perusahaan digambarkan/diuraikan secara memadai?
d) Apakah eksploitasi yang telah dilakukan sebelumnya pada tahap dan jenis kegiatan apapun (khususnya pembersihan lahan/ land clearing) terjadi sebelum penilaian HCV ini, dan jika begitu, bagaimana area ini diperlakukan/dikelola?
e) Apakah maksud dari penilaian HCV ini jelas?
2. Komentar Reviewer:
Informasi mengenai areal yang dinilai dan lansekap sekitarnya disajikan cukup baik dalam peta maupun secara deskripsi seperti diuraikan pada Bab 2 Gambaran Lokasi.
Informasi tentang P2RK telah disebutkan pada Bab 2 (GAMBARAN LOKASI) khususnya pada Sub Bab Unit Pengelola. Namun demikian, uraian tersebut belum memberikan informasi tentang operasional maupun kegiatan di dalam areal yang dinilai, misalnya uraian tentang sejarah kawasan dan jenis kegiatan yang telah dan sedang dilakukan di dalam areal kajian.
Dampak dan skala operasional Unit Pengelola belum diuraikan dalam dokumen ini. Seharusnya diuraikan lebih jelas dampak dan skala operasional perusahaan berdasarkan kegiatan/operasional ril saat ini menurut tindakan pada setiap tahapannya.
Laporan ini tidak memberikan informasi mengenai jenis kegiatan yang telah dilakukan oleh manajemen di areal perkebunan sebelum penilaian HCV, sehingga tidak diperoleh informasi mengenai potensi kerusakan HCV ketika kegiatan tersebut dilakukan.
Maksud penilaian HCV telah dituliskan dengan cukup jelas pada Bab 1.3 Tujuan.
3. Konteks lansekap yang lebih luas dan signifikan dari area yang dinilai/
Diidentifikasi
Overall – konteks lansekap None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah lansekap yang lebih luas diuraikan dan digambarkan secara meyakinkan dan memadai?
b) Apakah fitur-fitur sosial dan biologi kunci dari lanskap yang lebih luas digambarkan secara jelas? Fitur-fitur tersebut termasuk, misalnya:
• Kawasan yang dilindungi (saat ini ada atau dalam proses penetapan)
• Biogeografi regional atau sub-regional (apakah area yang dinilai bagian dari sebuah wilayah biogeografi yang berbeda/khusus dan/atau secara sempit terbatas?)
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 5
• Lokasi dan status area dari vegetasi alami (termasuk sebuah deskripsi tipe-tipe ekosistem, ukuran dan kualitas)
• Keberadaan populasi yang diketahui merupakan spesies yang menjadi perhatian global
• Bentuk-bentuk lahan utama (major landforms), daerah aliran sungai (watersheds) dan sungai-sungai, geologi dan tanah
• Pemukiman manusia dan infrastruktur, kawasan pertanian
• Konteks sosial (ke-etnikan, kecenderungan/perubahan sosial utama dan kegiatan-kegiatan penggunaan lahan)
• Sejarah penggunaan lahan dan kecenderungan pembangunan, termasuk rencana masa depan (misalnya peta-peta rencana tata ruang/spatial planning, prakarsa-prakarsa pembangunan dan lisensi-lisensi eksploitasi komersial yang ada dan diusulkan)
3. Komentar Reviewer:
Informasi lansekap yang lebih luas dari P2RK Kamipang Sejahtera dan sekitarnya telah diuraikan cukup memadai. Hal ini dapat diklarifikasi pada uraian dalam Sub Bab 2.2. Informasi Biofisik yang menguraikan aksesibilitas, sistem lahan, geologi dan topografi, kondisi curah hujan, DAS, keanekaragaman hayati maupun sosial budaya.
Uraian tentang fitur-fitur sosial dan biologi kunci dalam konteks lansekap yang lebih luas cukup memadai:
o Uraian tentang kawasan dilindungi terkait areal yang dinilai cukup memadai disampaikan pada Sub Bab 2.2.8. Biogeografi dan Keanekaragaman Hayati
o Uraian mengenai biogeografi dalam konteks regional maupun sub-regional telah dijelaskan cukup memadai pada Sub Bab 2.2. Informasi Biofisik.
o Lokasi dan status areal vegetasi alami termasuk deskripsi tipe-tipe ekosistem, ukuran dan kualitas, dalam konteks lansekap yang lebih luas telah disebutkan pada Sub Bab 2.2. Informasi Biofisik, seperti sistem lahan, topografi, maupun biogeografi. Namun demikian pada Sub Bab 2.2.2 uraian tentang Sistem Lahan sebaiknya mencantumkan luasan dan persentase sistem lahan yang masuk dalam areal P2RK Kamipang Sejahtera.
o Informasi mengenai flora dan fauna terutama tentang keberadaan populasi spesies yang menjadi perhatian global disampaikan cukup memadai pada Sub Bab 2.2.8. Biogeografi dan Keanekaragaman Hayati.
o Major landforms, daerah aliran sungai dan sungai-sungainya, geologi dan tanah yang khas di wilayah ini dijelaskan cukup memadai pada Sub Bab 2.2. Informasi Biofisik.
o Uraian mengenai kawasan pertanian (pemanfaatan lahan) telah disampaikan cukup memadai pada Sub Bab 2.3.3. Kehidupan Mata Pencaharian. Namun demikian, pola pemukiman dan infrastruktur belum dijelaskan secara memadai. Pembahasan pada Bab 2.3.1. Populasi dan Demografi, seharusmya menguraikan pola pemukiman penduduk, misalnya pola pemukiman yang menetap, menyebar atau bentuk pola pemukiman lainnya, baik sebaran dusun/kampung maupun rumah tangga. Pada Bab 2.3.4. Pendidikan, Kesehatan dan Fasilitas Lainnya, sebaiknya diganti menjadi Infrastruktur atau Fasilitas Umum, sehingga pembahasannya lebih luas dan
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 6
mencakup semua inftrastruktur atau fasilitas umum yang ada maupun dibutuhkan oleh masyarakat setempat seperti sarana transportasi, jalan/jembatan, dan sarana komunikasi/telekomunikasi.
o Uraian mengenai konteks ke-etnikan telah dijelaskan cukup memadai pada Bab 2.3.2. Keragaman Masyarakat Adat dan Lokal. Akan tetapi, ulasan tentang kebudayaan dan adat istiadat belum cukup memadai. Meskipun pada halaman 6 disebutkan bahwa “Dari komposisi etnis dan agama, bisa tergambarkan bahwa budaya dan tradisi adat Dayak sudah tidak banyak lagi dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Kamipang. Meskipun ada yang melakukan, hanya satu dua orang saja”, sebaiknya diuraikan juga gambaran adat istiadat maupun kebudayaan yang berkembang di masyarakat selama ini. Ulasan tentang kecenderungan/perubahan sosial yang diuraikan belum memadai dalam laporan ini, utamanya kecenderungan/perubahan sosial terkait perekonomian secara umum, perilaku masyarakat, maupun kecenderungan perubahan sosial sebagai dampak dari operasional ataupun keberadaan P2RK Kamipang Sejahtera.
o Sejarah penggunaan lahan dan kecenderungan pembangunan, termasuk rencana masa depan belum diuraikan. Pada Sub Bab 2.1. uraian Unit Pengelola hanya terbatas pada risalah Izin dan berdirinya P2RK Kamipang Sejahtera. Sebaiknya, dalam Bab ini diuraikan sejarah penggunaan lahan sebelum pembangunan kebun, kecenderungan pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan dan rencana pembangunan pada masa yang akan datang.
4. Proses HCV assessment termasuk proses konsultasi
Overall – proses HCV assessment None Minor Major
Untuk setiap sub-topik, apakah proses atau upaya-upaya sudah proporsional dan memadai relatif terhadap dampak yang mungkin terjadi dan skala operasional?
4.1. Komposisi dan kualifikasi tim penilai None Minor Major
Petunjuk:
Apakah tim termasuk atau telah mendapatkan akses ke keahlian-keahlian yang relevan untuk menilai/mengidentifikasi nilai-nilai sosial dan biologi?
4.1. Komentar reviewer:
Tim penilai HCV P2RK terdiri atas delapan orang, sebagaimana data tim yang tercantum pada lampiran, penilai mempunyai pengalaman dan keahlian sesuai dengan kapasitasnya untuk melakukan pekerjaan identifikasi HCV.
4.2. Sumber data dan metode pengumpulan data None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah sumber-sumber data dan metodologi pengumpulan data digambarkan atau dirujuk dengan jelas dan diringkas (dan disajikan dalam lampiran-lampiran jika diperlukan), dan apakah data tersebut cukup memadai untuk mengidentifikasi area2 HCV? Bagian ini harus mencakup:
• Latar belakang dan penelitian meja (desk-top study)
• Pengumpulan data lapangan, jika ada (termasuk tanggal dan skedul kegiatan/
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 7
itinerary)
• Apakah upaya-upaya telah dilakukan cukup beralasan untuk mendapatkan data-data yang tidak tersedia, proporsional terhadap dampak dan skala opersional perusahaan?
4.2. Komentar reviewer:
Desk-top study sudah dilakukan dengan cukup baik seperti diuraikan pada Sub Bab Persiapan Studi.
Pengumpulan data lapangan telah disajikan secara rinci pada angka 3.5. Pengumpulan Data Primer. Namun demikian, dalam uraian bab ini tidak disebutkan waktu pengambilan data lapangan, tetapi disebutkan pada Bab 4. DESKRIPSI DAN TEMUAN Nilai Konservasi Tinggi. Sebaiknya, waktu dan jadwal/skedul kegiatan masing-masing tim dicantumkan pada Bab Metode, termasuk lokasi pengamatan dan fokus pengamatan. Selai itu, harus disebutkan jumlah desa yang dikunjungi, termasuk jumlah responden yang diwawancara.
Data yang diperoleh telah sesuai dengan kaidah metodologi ilmiah.
4.3. Proses konsultasi None Minor Major
Petunjuk:
Apakah ada proses konsultasi yang cukup/memadai untuk
a) Identifikasi HCV
b) Pengelolaan HCV
c) Pemantauan HCV,
Dalam tiap kasus tersebut:
• Apakah dilakukan konsultasi secara memadai dengan stakeholder yang relevan?
• Apakah proses konsultasi ini didokumentasikan dan bisa diverifikasi?
• Apakah pandangan mereka atau informasi yang diberikan dimasukkan dalam proses yang relevan?
• Apakah kesimpulan hasil penilaian HCV disampaikan kembali kepada pihak-pihak yang diminta konsultasinya jika diperlukan?
d) Jika diperlukan prakarsa-prakarsa yang telah ada dilibatkan (dalam proses konsultasi ini) jika memungkinkan (termasuk prakarsa/ organisasi/ kegiatan dari lembaga sosial lokal atau internasional, prakarsa konservasi ekologi atau biologi?)
4.3. Komentar reviewer:
Konsultasi dengan stakeholder telah dilakukan pada Tanggal 25 Februari 2015 sebagaimana terkonfirmasi pada lampiran dokumen. Sebaiknya waktu konsultasi dan peserta yang hadir dicantumkan di dalam laporan utama.
Proses konsultasi dapat diverifikasi, termasuk peserta yang hadir dan catatan diskusi yang berlangsung sebagaimana dicantumkan pada lampiran.
Pandangan para stakeholder cukup relevan untuk menjadi masukan atas penilaian yang
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 8
dilakukan pada areal P2RK Kamipang Sejahtera.
Kesimpulan HCV telah disampaikan pada konsultasi publik sebagaimana terkonfirmasi pada lampiran.
Prakarsa dari pihak terkait tergambarkan pada notulensi konsultasi publik sebagaimana tercantum pada lampiran.
5. Identifikasi, lokasi dan status setiap HCV
Overall – identifikasi HCV None Minor Major
Untuk setiap HCV, apakah butir-butir di bawah ini disinggung/ dibahas, dan apakah proses atau upaya yang dilakukan memadai dan proporsional relatif terhadap kemungkinan dampak dan skala operasional perusahaan?
5.1. Kualitas data None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah data detail, terkini dan cukup lengkap untuk membuat keputusan tentang adanya/ status/ lokasi HCV? (NB: perhatian khusus diberikan pada kualitas, analisis dan penggunaan data remote sensing)
b) Apakah prinsip kehati-hatian (precautionary principle) secara memadai diterapkan dalam penggunaan data? (invoked in the use of data?)
c) Apakah peta-peta, laporan-laporan dan data yang tersedia lebih awal merupakan data terkini dan memadai?
d) Apakah ada sebuah pemahaman ketepatan/ keakuratan spasial dari data yang digunakan?
e) Apakah data tambahan perlu dikumpulkan sebelum keputusan dibuat?
5.1. Komentar reviewer:
Beberapa referensi data telah memenuhi unsur keterkinian, misalnya data curah hujan yang menggunakan Tahun terakhir 2013 dan juga referensi Wetlands Tahun 2013, serta beberapa refensi terbaru yang tercantum pada daftar pustaka. Namun demikian, terdapat kerancuan pada daftar referensi (Tabel 11 poin 4) yang menyebutkan BPS Kabupaten Banyuasin. Lokasi studi tidak terletak di Kabupaten Banyuasin. Koreksi jika ini merupakan salah ketik.
Data yang digunakan telah memenuhi prinsip kehati-hatian.
Peta yang digunakan juga sudah memenuhi keterkinian, menggunakan citra landsat hingga Tahun 2013.
Pemahaman ketepatan / keakuratan spasial data sudah sesuai.
Data yang diperlukan dalam identifikasi sebelum pengambilan keputusan sudah cukup lengkap.
5.2. Referensi ke HCV toolkits None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah HCV interpretasi nasional digunakan, atau (jika tidak tersedia interpretasi
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 9
nasional, apakah panduan generik HCVF Toolkit dinterpretasikan dengan memadai?
b) Apakah keputusan-keputusan untuk menggunakan definisi/ thresholds interpretasi nasional, atau menyimpang dari rekomendasinya, secara memadai dijelaskan dan dijastifikasi?
5.2. Komentar reviewer:
Prosedur dan metode identifikasi yang digunakan dalam laporan ini sudah mengacu pada prinsip dan kriteria yang ditetapkan oleh FSC (Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council) sebagaimana dijelaskan pada Sub Bab 1.1. Larat Belakang dan Toolkit NKT 2008 seperti disebutkan pada Halaman 29. Namun demikian penggunaan konsep NKT belum dilaksanakan sesuai panduan yang digunakan. Hal ini terlihat dari temuan dan definisi NKT yang digunakan dalam dokumen. Sebaiknya konsep NKT yang disampaikan di dalam dokumen pada Sub Bab 2.1. Konsep Nilai Konservasi Tinggi, didefinisikan sesuai panduan yang digunakan. Demikian pula dengan konsep NKT yang digunakan dalam penilaian agar mengikuti panduan tersebut.
Penggunaan definisi/threshold interpretasi nasional sudah diimplementasikan tetapi belum mengikuti panduan NKT.
5.3. Keputusan terhadap status HCV None Minor Major
a) Apakah ada HCV, secara potensi ada atau tidak ada dalam wilayah yang dinilai?
b) Apakah adanya HCV dalam lanskap yang lebih luas dan secara nasional, regional dan global dibahas?
c) Apakah HCV (beserta komponen-komponennya) secara jelas didefinisikan dan diuraikan/ digambarkan?
d) Apakah deskripsinya mencukupi untuk pihak yang bertanggungjawab serta dapat diandalkan untuk mengidentifikasi HCV tersebut? (Is the description sufficient for responsible parties reliably to identify the HCV?)
e) Apakah prinsip kehati-hatian (precautionary principle) secara memadai diterapkan dalam membuat keputusan tentang status HCV?
5.3. Komentar reviewer:
Tim pengkaji telah melakukan identifikasi adanya HCV dalam areal yang dinilai seperti diuraikan dalam laporan, yaitu HCV 1, 2, 3, 4.1, 4.3, 5, dan 6. Namun demikian, penilai tidak melakukan rincian secara spesifik tentang poin NKT 1.1., 1.2. 1.3, 1.4; dan NKT 2.1, 2.2, 2.3. Jika penilai menggunakan panduan NKT Toolkit 2008, sebaiknya komponen NKT tersebut diuraikan dan dijelaskan lebih rinci dan detil, karena masing-masing komponen tersebut memiliki pengertian dan indikator yang berbeda dan dapat berimplikasi pada mekanisme pengelolaan dan pemantauannya. Demikian pula kategori NKT tinggi, sedang, dan rendah seperti disampaikan pada ringkasan agar dijelaskan rujukan ataupun dasar penentuan atau pengkategorian NKT tersebut. Sebaiknya penggunaan konsep NKT mengacu pada penduan yang ada.
Pembahasan tentang HCV dalam konteks lansekap yang lebih luas (nasional, regional, dan
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 10
global) telah disampaikan pada Bab 2. Gambaran Lokasi dan juga Bab 4. Deskripsi dan Temuan Nilai Konservasi Tinggi.
HCV beserta komponen-komponennya belum diuraikan secara jelas dan terperinci.
Deskripsi data dan temuan cukup dapat diandalkan untuk mengidentifikasi HCV dalam wilayah yang dinilai. Oleh karena itu, sebaiknya dengan dukungan data tersebut dapat dielaborasi untuk mendeskripsikan dan memberikan justifikasi pada tiap-tiap komponen NKT yang dinilai.
Tim penyusun dapat dinilai telah mendeskripsikan cukup akurat kondisi komponen-komponen yang digunakan untuk penilaian dan anallis terhadap nilai konservasi di dalam wilayah yang dikaji.
5.4. Keputusan pemetaan None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah peta-peta keberadaan HCV jelas, akurat dan berguna?
5.4 Komentar reviewer:
Peta keberadaan HCV telah dibuat secara jelas dan akurat, setiap kawasan HCV telah digambarkan dengan jelas.
6. Manajemen HCV
Overall – manajemen HCV None Minor Major
Untuk tiap HCV, baik secara individual atau kolektif, apakah butir-butir di bawah ini dibahas?
6.1 Penilaian terhadap ancaman-ancaman atau resiko-resiko pada setiap HCV dalam konteks lansekap
None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah ancaman-ancaman atau resiko-resiko dari kegiatan pengelolaan saat ini dan yang direncanakan untuk setiap HCV dalam area penilaian telah diidentifikasi?
b) Apakah ancaman-ancaman dari faktor eksternal pada tiap HCV dalam area penilaian telah diidentifikasi?
c) Apakah aspek-aspek yang mungkin membantu untuk melindungi HCV di luar area penilian telah diidentifikasi? (misalnya, kawasan yang dilindungi, kawasan yang tidak bisa dijangkau, penggunaan lahan khusus (favourable land use), program-program konservasi yang aktif dan lain-lain)?
d) Apakah aspek-aspek yang mungkin akan mengancam HCV di luar area penilaian telah diidentifikasi (misalnya, penggunaan lahan yang tidak disukai/ unfavourable land use, tekanan-tekanan perburuan dan lain-lain)
6.1 Komentar reviewer:
Ancaman atau resiko-resiko dari kegiatan pengelolaan saat ini dan yang direncanakan untuk setiap HCV dalam area penilaian belum diuraikan. Penjelasan tentang ancaman HCV seperti disampaikan pada Sub Bab 5.2. Ancaman Nilai Konservasi Tinggi masih bersifat umum, oleh
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 11
karena itu sebaiknya bentuk ancaman dan resiko dibuat berdasarkan keberadaan masing-masing HCV.
Ancaman-ancaman dari faktor eksternal tidak disebutkan secara eksplisit untuk tiap HCV.
Belum ada uraian tentang kemungkinan adanya aspek-aspek yang dapat membantu HCV di luar areal penilaian. Meskipun terdapat uraian singkat tentang kemungkinan adanya pengelolaan kolaboratif seperti disampaikan pada Sub Bab 5.1. Pengelolaan Kolaboratif, tetapi tidak disebutkan secara konkrit langkah-langkah yang akan digunakan dalam pengelolaan kolaboratif dimaksud. Mengacu pada gambar 24 sebaiknya dibuat diagram alur yang menjelaskan peran dan hubungan masing-masing stakeholder dan bagaimana output yang akan dihasikan.
Uraian tentang aspek-aspek yang mungkin mengancam HCV di luar areal penilaian belum dijelaskan dalam dokumen.
6.2 Apakah rencana pengelolaan (management plan) HCV memadai?
None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah tujuan pengelolaan secara jelas diuraikan dan memadai?
b) Apakah rekomendasi pengelolaan (management prescription) diuraikan dengan jelas dan memadai untuk memenuhi tujuan yang dinyatakan?
• Apakah manajemen mempertimbangkan keberadaan dan status HCV?
• Apakah manajemen secara efektif memitigasi ancaman-ancaman dan resiko-resiko HCV?
• Apakah prinsip kehati-hatian (precautionary principle) secara memadai diterapkan dalam rekomendasi pengelolaan?
• Apakah konsultasi dilakukan dengan stakeholder tentang usulan pengelolaan dan diberi kesempatan untuk mendapatkan input langsung secukupnya (as appropriate?)
• Apakah rencana pengelolaan (management plan) dibuat dalam bentuk konsultatif dan/ atau didukung oleh pada stakeholder luar?
6.2 Komentar reviewer:
a. Tujuan pengelolaan belum diuraikan secara detil dalam dokumen ini.
b. Rekomendasi pengelolaan belum diuraikan dengan jelas dan memadai sebagaimana tujuan pengelolaan. Berdasarkan hasil identifikasi areal studi merupakan sebaran orang-utan, maka konsep pengelolaan kegiatan pada areal kajian yang tidak menimbulkan gangguan terhadap orang-utan sangat diperlukan.
Dalam ringkasan disebutkan secara singkat bahwa luasan keseluruhan NKT yang ditemukan di areal P2RK Kamipang Sejahtera adalah 6.473,63 hektar, yang berarti keseluruhan areal yang dinilai merupakan NKT (total luas areal P2RK Kamipang Sejahtera adalah 6.473,63 hektar, sesuai bahasan yang tercantum pada halaman 2 dokumen utama). Dalam pembahasan pada Bab 5. Pengelolaan dan Pemantauan Nilai Konservasi Tinggi belum ada penjelasan tentang bentuk pengelolaan yang mempertimbangkin seratus persen (100%) kawasan yang dinilai sebagai areal NKT.
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 12
Mitigasi atas ancaman dan risiko secara efektif belum disampaikan, sebaiknya ancaman dan risiko diuraikan untuk tiap NKT, baik secara internal maupun eksternal.
Prinsip kehati-hatian belum secara memadai diterapkan dalam rekomendasi pengelolaan. Berdasarkan notulensi konsultasi yang dicantumkan dalam lampiran, para stakeholder cukup mendapat akses dalam memberi input dan penjelasan atas rencana pengelolaan NKT.
Tampaknya rencana pengelolaan telah dibuat secara konsultatif sejalan dengan pelaksanaan konsultasi publik pada Tanggal 25 Februari 2015 sebagaimana disampaikan pada lampiran dokumen utama.
7. Monitoring/ pemantauan HCV
Overall – monitoring/ pemantauan HCV None Minor Major
Untuk tiap HCV, baik secara individual atau kolektif, apakah butir-butir di bawah ini dibahas?
7.1 Apakah rencana pemantauan (monitoring plan) digambarkan secara jelas?
None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah tujuan pemantauan digambarkan secara jelas dan memadai?
b) Apakah metodologi-metodologi digambarkan secara jelas dan memadai untuk memenuhi tujuan yang dinyatakan?
• Metodologi untuk pengumpulan data
• Metodologi analisis data
7.1 Komentar reviewer:
Belum ada gambaran yang jelas dan memadai tentang tujuan pemantauan
Belum ada uraian jelas dan memadai tentang metodologi yang akan digunakan dalam pemantauan, baik dalam hal pengumpulan data, maupun analisis data.
7.2 Apakah rencana pemantauan memadai? None Minor Major
Petunjuk:
Apakah rencana pemantauan mencukup menghadapi perubahan-perubahan signifikan yang muncul dari:
Usulan operasional pengelolaan lahan
Diketahuinya atau kemungkinan adanya ancaman-ancaman/ resiko2 HCV
7.2 komentar reviewer:
Secara umum belum disampaikan rencana pemantauan terhadap kegiatan pengelolaan setiap HCV. Pemantuan yang direkomendasikan belum mencakup:
Logical Framework yang menghasilkan rencana pemantauan yang tepat
Metode pemantauan area NKT yang masih bersifat umum.
Berdasarkan hasil identifikasi areal studi merupakan sebaran orang-utan, maka rencana pemantauan orangutan pada areal kajian sangat diperlukan sehingga keberadaan orang-
Review Dokumen Identifikasi HCV P2RK Kamipang Sejahtera, Agustus 2014 13
utan termasuk populasinya dapat diketahui dari hasil pemantauan tersebut.
7.3 Apakah ada rencana-rencana untuk mereview data secara teratur, data yang dibangun untuk rencana manajemen dan monitoring?
None Minor Major
Petunjuk:
a) Apakah ada garis pertanggungjawaban yang jelas?
b) Apakah proses review sistem pemantauan memadai untuk menangkap efek-efek kemungkinan ancaman-ancaman/ resiko-resiko HCV?
7.3 Komentar reviewer:
Laporan HCV ini tidak memberikan usulan atau rekomendasi struktur organisasi yang menguraikan garis tanggungjawab yang diperlukan untuk memantau pengelolaan HCV, dan tidak disebutkan bagaimana sistem pemantauan ini bisa mengantisipasi kemungkinan ancaman/ risiko gangguan terhadap HCV.
Recommended