View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA
MAKALAH
disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, MSI.
Disusun oleh : Kelompok 2
1. Tika Yuliasari (1703036001)
2. M. Labib Shovawi (1703036008)
3. Nazimatul Muizza (1703036032)
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI 2A)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN WALISONGO SEMARANG
2018
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang diresmikan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam sejarah eksistensi Pancasila
sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang
berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara terancang kali
pertama pada sidang BPUPKI atas hasil pemikiran Muh. Yamin dan Ir. Soekarno, pada rancangan Ir.
Soekarno muncullah istilah Pancasila yang sebelumnya istilah ini telah muncul pada Kitab Sutasoma
karya Empu Tantular. Setelah mengalami berbagai perubahan dan pertimbangan, maka Pancasila
ditetapkan sebagai Dasar Negara Indonesia.
Pancasila yang didirikan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan dasar filsafat
Negara Republik Indonesia, menurut M. Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan yang ada, seperti kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit,
samapai pada datangnya bangsa-bangsa lain ke Indonesia untuk menjajah dan menguasai berates-
ratus tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hakikat dan nilai-nilai pancasila?
2. Bagaimanakah Pancasila dalam konteks sejarah bangsa Indonesia?
3. Bagaimanakah masa setelah kemerdekaan?
4. Bagaimanakah implementasi dari pancasila?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat dan Nilai-nilai Pancasila
Pada hakikatnya terdapat dua penegertian yang menjelaskan tentang Pancasila yaitu,
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia.
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia (way of life)
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia apabila bangsa
Indonesia memilki sikap yang tercermin dalam pancasila yang dapat dilaksanakan dalam
kegiatan sehari-hari tanpa bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku.
Seperti memiliki jiwa keagamaan (yang merupakan suatu perwujudan dari
silanKetuhanan yang Maha Esa), jiwa yang berperikemanusiaan (sebagai perwujudan
dari sila Kemanusiaan yang adil dan beradab), jiwa Kebangsaan (sebagai perwujudan
dari sila Persatuan Indonesia), jiwa kerakyatan (sebagai perwujudan dari sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan
/perwakilan), serta jiwa yang menjunjung tinggi keadilan sosial (sebagai perwujudan
dari sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
Dilihat dari kedudukannya, pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi yakni
sebagai cita-cita dan pandangan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia. dilihat
dari fungsinya, pancasila memilki fungsi utama yaitu sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Dan jika dilihat dari materinya, pancasila digali dari pandangan hidup bangsa
Indonesia yang merupakan jiwa dan kepribadian Bangsa Indonesia.1
2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia (philosofische Grondslag)
Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur Pemerintahan
1 Darji Darmodiharjo, dkk., Santiaji Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1970), hlm. 16.
4
negara atau pancasila merupakan suatu dasar untu mengatur dalam penyelenggaraan
negara.2 Pengertian pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia juga diatur
dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “..., maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”3
Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya nilai-nilai
tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain. Pancasila bersifat subjektif,
artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai
Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Adapun nilai-nilai
yang terkandung dalam setiap sila Pancasila adalah sebagai berikut:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai bahwa Negara yang
didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk
Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan penyelengaraan Negara bahkan moral Negara, moral
penyelengara Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan
peraturan perundngundangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara
harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab Sila kedua
Pancasila mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku
2 Sutoyo, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 203 Darji Darmodiharjo, dkk., Santiaji Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1970), hlm. 19
5
manusia yang didasarkan pada norma-norma dan kebudayaan baik terhadap
diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap lingkungannya.
c) Persatuan Indonesia Sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan sebagai makhluk sosial. Untuk itu manusia memiliki perbedaan
individu, suku, ras, kelompok, golongan, maupun agama. Konsekuensinya di
dalam Negara adalah beraneka ragam tetapi mengkatkan diri dalam suatu
kesatuan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
d) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan rakyat merupakan subjek pendukung pokok
Negara. Negara merupakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
sehingga rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara. Dalam sila keempat
terkandung nilai demokrasi yang harus dilaksanakan dalam kehidupan negara.
e) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Konsekuensi nilai keadilan yang
harus terwujud adalah keadilan distributif (hubungan keadilan antara Negara
terhadap warga negaranya) dan keadilan komutatif (hubungan keadilan
antara warga negara satu dengan lainnya).4
B. Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa Indonesia
Sejarah perumusan pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu “Kuniaki Koiso” pada 7 September 1944. Lalu
pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Usaha Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada 1 Maret 1945 yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan tata pemerintah Indonesia Merdeka. Organisasi yang beranggotakan 74 orang
( 67 orang Indonesia dan 7 orang Jepang) ini mengadakan sidang pertamanya pada 29 Mei 1945-1
Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. selama tiga hari itu tiga
orang, yaitu Muhammad Yamin, Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno, menyumbangkan pemikiran
mereka bagi dasar negara Indonesia.
Orang yang pertama memberikan pandangan mengenai dasar negara Indonesia pada sidang
4 http:journal.unipma.ac.id. diakses pada Jumat, 16 Maret 2018 pkl. 10.57 WIB
6
BPUPKI 29 Mei 1945 adalah Muhammad Yamin, dalam pidatonya ia mengemukakan lima asas secara
lisan yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Setelah menyampaikan pidatonya tersebut, kemudian Muhammad Yamin mengusulkan
secara tertulis mengenai rancangan UUD RI. Didalamnya tercantum lima asas yaitu:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada tanggal 31 Mei 1945pada sidang pertama hari ketiga dari BPUPKI Prof. Soepomo
mendapat kesempatan untuk menyampaikan pemikirannya mengenai dasar negara yang rumusannya
adalah sebagai berikut:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Mufakat dan demokrasi
4. Musyawarah
5. Keadilan sosial
Selanjutnya dalam rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mendapat kesempatan
menyampaikan pokok pemikirannya mengenai dasar negra yang rumusannya adalah sebagai berikut:
7
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Sidang BPUPKI belum berhasil mencapai kata sepakat mengenai dasar negara maka perlu
membentuk panitia khusus yang diberi nama “Panitia Sembilan” yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pada
tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan mengadakan pertemuan dan menghasilakn suatu piagam yang
dikenal dengan nama “Piagam Jakarta (Jakarta Charter)”, didalamnya terdapat rumusan dasar
negara Indonesia merdeka yaitu:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada 17 Agustus 1945 setelah upacara Proklamasi Kemerdekaan, datang beberapa utusan
dari wilayah Indonesia Bagian Timur, diantaranya adalah:
1. Sam ratulangi, wakil dari Sulawesi
2. Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
3. I Ketua Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
4. Latu Haryhary, wakil dari Maluku
Mereka semua keberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian dari kalimat dalam
rancangan pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya yang berbunyi
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Kemudian pada
8
sidang PPKI ke-1 yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 Muhammad Hatta lalu menyampaikan usulannya
untuk mengubah sila pertama tadi menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Pengubahan kalimat
tersebut sebelumnya telah dikonsultasikan dengan empat tokoh Islam yaitu Kasma Singodimejo,
Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui kalimat tersebut demi
persatuandan kesatuan bangsa.
Rumusan dasar negara Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 telah disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945, bukti pengesahannya telah dibuktikan bahwa Pancasila mempunyai
kedudukan konstitusional, juga disahkan oleh suatu badan yang mewakili seluruh bangsa Indonesia
(panitia Persiapan Kemerdekaan) yang berarti telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia.5 Untuk
menghindari terjdinya keragaman baik dalam penulisan maupun penyebutan, maka presiden
mengeluarkan Instruksi No. 12 tahun 1968 mengenai rumusan dasar pancasila seperti tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-5 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan soisal bagi seluruh rakyat Indonesia.6
C. Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, Belanda masih belum bisa mengakui
kedaulatan Indonesia. secara umum terdapat fase waktu setelah kemerdekaan dibagi atas tiga
yaitu orde lama, orde baru, dan orde reformasi.7
1. Masa Orde Lama (1945-1961)
Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan masyarakat,
5 Syahrial Syarbani, Pendidikan Pancasila diperguruan Tinggi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 746 Sutoyo, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 16-207 Ali Amran, Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), hlm. 55
9
bahakan kestabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan,
keadaan ini disebkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Makin berkuasanya modal-modal raksasaterhadap perekonomian Indonesia.
b) Akibat silih bergantinya kabinet, sehingga pemerintah tidak mampu menyalurkan
dinamika masyarakat kea rah pembangunan, terutama bidang ekonomi.
c) Sitem liberal berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh bangun, sehingga
pemerintaha tidak setabil.
d) Pemilu 1955 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan perimbangan kekuasaan politik
yang sebenarnya hidup dalam masyarakat, karena banyak golongan-golongan di daerah
-daerah belum terwakili di DPR.
e) Konstitusi yang bertugas membnetuk UUD yang baru ternyata gagal.
Atas hal-hal tersebut, maka Persiden menyatakan bahwa negaradalam keadaan
ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta keselamatan
Negara. Untuk itu, Presiden mengeluarkan dekrit tanggal 5 juli 1959. Isi Dekrit Presiden tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Membubarkan konstituante
b) Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS 1950.
c) Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singaktanya.
Dalam perjalanan selanjutnya, untuk mengokohkan kekuasaanya Presiden menerapkan
Demokrasi Terpimpin, memeras pancasila menjadi Trisila dan Eka Sila, mengangkat Presiden
seumur hidup, ideologi Manipol-Usdek serta konsep Nasakom. PKI berusaha menancapkan
kekuasaanya dengan membangun komunis internasional dengan RRC. Terbukti dengan
dibukanya hubungan poros Jakarta-Peking. Sebagai puncak peristiwa adalah meletusnya
Geraka G30SPKI (30 SEPTEMBER 1965) sebagai usaha untuk mengganti ideology Pancsila
dengan Ideology Marxis.
2. Masa Orde Baru (32 Tahun).
Dengan berakhirnya masa pemerintahan Soekarno dalam Orde Lama, dimulailah
10
pemerintahan baru yang dikenal dengan Orde Baru, yaitusuatu tatanan kehidupan kehidupan
masyarakat dan pemerintahan yang menutut dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara
resmi dan konsekwen. Munculnya Orde Baru diawali dengan tuntunan aksi-aksi dari seluruh
elemen masyarakat, seperti kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) KesatuaAksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), dan lain-lain. Tuntunan mereka dengan nama Tritura, yang berisi
tuntunan sebagai berikut:
a) Pembubaran PKI dan Ormas-Ormasnya.
b) Pemebersihan kabinet dari unsur-unsur G.30-S/PKI.
c) Penurunan harga
Karena Orde Lama akhirnya tidak mampu lagi menguasai keadaan maka Presiden Soekarno
memberikan kekuasaan penuh kepada panglima Angkatan Darat Letnan Jendral TNI soeharto
dalam bentuk suatu “surat perintah 11 maretM1966” (super semar), dengan tugas memulihkan
keamanan dengan menindak mengacu keamanan yang dilakukan oleh PKI dan Ormas-Ormasnya,
membubarkan PKI dan Ormas-Ormasnya serta mengamankan Mentri yang memiliki indikasi
terlibat G.30-S/PKI. Dan lain sebagainya.
3. Masa Era Reformasi (1998 sampai sekarang)
Penyimpangan kehidupan bernegara era Orde Baru samapai kepada puncaknya dengan
muncul krisis monoter yang berakibat jatuhnya Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama
32 tahun tepatnya terjadi penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada wakil Presiden
Prof. Dr. Baharuddin Jusuf Habibie pada tanggal 21 mei 1998. Pada Era Reformasi 1998 sampai
tahun 2004 telah terjadi tiga kali pergantian Presiden, yaitu Presiden B.J Habibie dengan Kabinet
Reformasi Pembangunan (1998-1999), presiden K.H. Abdurrahman Wahid sebagai Presiden hasil
Pemilu tahun 1999 denagn Kabinet persatuan Nasional, namun Presiden Abdurrahman Wahid
diberhentikan oleh MPR karena dianggap melanggar haluan Negara, kemudian fogantikan oleh
Presiden Megawati Sukarno putri dengan Kabinet Gotong Royong.
Selanjutnnya, mulai tahun 2004 dimulai pemilihan Umum dimana Rakyat memilih secara
langsung Presiden dan Wakil Presiden untuk mengemban amanat Rakyat Periode 2004-2009.
Dan untuk Pemilu 2004 terpilih Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden dan Drs. H.
Muhammad Jusuf Kalla sebgai Wakil President. Sedangka Pemilu umum Tahun 2014 untuk
periode 2014-2019 terpilih Ir. Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden, Drs. H. Muhammad Jusuf
11
Kalla sebgai Wakil Presiden.
Pada Era Reformasi ini, pembangunan Nasional dilaksanakan tidak lagi seperti masa Orde
Baru yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), melainkan dengan nama
Program Pembangunan Nasional (Propenas). Propenas disusun ileh Bappenas setelah terlebih
dahulu dibahas dan diusulkan melalui Bappeda Provinsi dan Bappeda Kabupaten dan Kota
diseluruh Indonesia.8
D. Pengamalan Pancasila
1. Berdasarkan Sila ke-1: Ketuhanan yang Maha Esa
a) Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
b) Saling menghormati dan bekerjasama antar umat beragama.
c) Saling menghormati dalam hal kebabasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d) Tidak memaksakan suatu agama dan keprcayaan kepada orang lain.
2. Berdasarkan Sila ke-2: Kemanusiaan yang adil dan beradab
a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
b) Saling mencintai sesama manusia
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa
d) Tidak semena-mena erhadap orang lain
e) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
f) Berani membela kebenaran dan keadilan
3. Berdasarkan Sila ke-3: Persatuan Indonesia
8 Nur Hasan, Pendidikan Pncasila Di Perguruan Tinggi, (Semarang: Unissula Press, 2017), hlm. 65-71.
12
a) Mengedepankan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi
b) Rela berkorban demi negara
c) Cinta tanah air dan bangsa
d) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia9
4. Berdasarkan Sila ke-4: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
a) Tidak memaksakan kehendak orang lain
b) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
c) Setiap keputusan dalam musyawarah harus dapat dipertanggungjawabkan
5. Berdasarkan Sila ke-5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a) Bersikap adil
b) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
c) Menghormati hak-hak orang lain
d) Suka memberi pertolongan kepada orang lain
e) Menjauhi sikap hedonisme10
BAB III
PENUTUPAN
SIMPULAN
Pada hakikatnya terdapat dua penegertian yang menjelaskan tentang Pancasila yaitu, pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Sejarah
9 Kaelan & Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 31-3310 Darji Darmodiharjo, dkk., Santiaji Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1970), hlm.73-74
13
perumusan pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia oleh Perdana
Menteri Jepang saat itu “Kuniaki Koiso” pada 7 September 1944. Lalu pemerintah Jepang membentuk BPUPKI
(Badan Usaha Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 1 Maret 1945 yang bertujuan
untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintah Indonesia Merdeka.
Organisasi yang beranggotakan 74 orang ( 67 orang Indonesia dan 7 orang Jepang) ini mengadakan
sidang pertamanya pada 29 Mei 1945-1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara
Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu Muhammad Yamin, Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno,
menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara Indonesia. Rumusan dasar pancasila seperti tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-5 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan soisal bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, Belanda masih belum bisa mengakui kedaulatan
Indonesia. secara umum terdapat fase waktu setelah kemerdekaan dibagi atas tiga yaitu orde lama, orde
baru, dan orde reformasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amran Ali. 2016. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajagrafindo Persada
Darmodiharjo darji dkk.. 1970. Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional
http:journal.unipma.ac.id. diakses pada Jumat, 16 Maret 2018 pkl. 10.57 WIB
Hasan Nur. 2017. Pendidikan Pncasila Di Perguruan Tinggi. Semarang: Unissula PressKaelan & Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraai. Yogyakarta: Paradigma
14
Sutoyo. 2011Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Graha IlmuSyarbani, Syahrial. 2003. Pendidikan Pancasila diperguruan Tinggi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Recommended