View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
1/17
PANDUAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TANAMAN
Periode Semester Genap 2015/2016
Oleh :
LABORATORIUM AGROEKOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
2/17
2
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. a. Praktikan harus hadir di tempat praktikum selambat-lambatnya 10 menit sebelum
praktikum dimulai.
b. Sebelum dimulai para praktikan harus menempuh pre-test acara praktikum yang
akan dilaksanakan.
2. Pada waktu praktikum dimulai/berlangsung, praktikan harus :
a) Menandatangani daftar hadir.
b) Melakukan praktikum dengan tertib, tidak bersenda gurau.
c) Bersikap sopan terhadap sesama praktikan, assisten, laboran, serta dosen.
d)
Mengesahkan hasil praktikum pada asisten praktikum.
e)
Mengembalikan alat-alat dalam keadaan bersih dan lengkap kepada
asisten/laboran/teknisi setelah acara praktikum selesai.
j) Mengganti alat-alat yang pecah/rusak/hilang dengan segera.
3.
Menyerahkan laporan praktikum satu minggu setelah selesai praktikum.
4. Tidak ada susulan / inhall praktikum, kecuali dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan (sakit) dan harus dilengkapi surat keterangan serta mendapat
ijin dari kepala laboratorium.5. Setelah seluruh acara praktikum selesai akan diadakan post-test.
6. Bagi praktikan yang :
a)
Tidak hadir dalam salah satu/seluruh acara praktikum,
b) Tidak Menandatangani daftar hadir,
c) Tidak mengikuti pre-test dan post-test salah satu/seluruh acara praktikum,
d)
Bertindak tidak sopan, melakukan tindakan melawan asisten, dosen,
laboran/teknisi,
e) Tidak mengumpulkan laporan praktikum satu/seluruh acara praktikum,
f)
Mengumpulakn laporan praktikum melewati batas waktu yang ditentukan, maka
nilai praktikum akan ditunda/dibatalkan praktikumnya, dan wajib mengulang
tahun berikutnya.
7. Nilai praktikum bagian melekat dari nilai mata kuliah dan apabila praktikum tidak
lulus maka mata kuliah yang bersangkutan juga tidak akan lulus.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
3/17
3
ACARA I
POLA TANAM MONO DAN MULTIPLE CROPPING TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
A. TUJUAN
Untuk mengetahui pola pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditanam dengan
sistem mono dan multiple cropping dan membandingkan dengan Land Equivalency Ratio
(LER).
B. LANDASAN TEORI
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan
dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman.
Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif
seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman
yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara
baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya
ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman sebaiknya
disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan
agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal. Kesuburan tanah mutlak
diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan
dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman
yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan
antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu
diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar
tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya
matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan
berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
4/17
4
tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari
hama maupun penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1)
akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan
sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu
areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi
beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan
stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain benih kedelai dan jagung
manis, pestisida, pupuk NPK, dan 1 buah bambu. Alat yang diperlukan antara lain cangkul,
kored, light intensity meter , termohygrometer , oven, mistar, timbangan, selang air dan
ember.
D. PROSEDUR KERJA
Persiapan
1.
Persiapan di lahan untuk penanaman dengan luasan tertentu.
2. Pembuatan petak-petak percobaan sesuai dengan jumlah perlakuan yaitu 9 kombinasi
diulang 3 kali ada 27 petak, dibuat 3 unit percobaan total ada 81 petak percobaan
dengan ukuran 2x3 m2.
Pelaksanaan
1. Lakukan penanaman di lahan dengan jarak tanam 25 x 655 cm untuk jagung dan 25 cm
memanjang pada lorong antar jagung. Per lubang tanam diisi 2-3 benih jagung dan
kacang tanah.
2. Setelah satu minggu umur tanam kemudian biarkan 2 tanaman dan ambil 1 tanaman
yang pertumbuhannya kurang baik.
3. Berikan pupuk NPK sesuai dosis rekomendasi
4. Perlakuan diberikan terdiri atas 2 Faktor
Faktor 1 adalah sistem tanam
I1 = mono cropping jagung manis
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
5/17
5
I2 = mono cropping kedelai.
I2 = intercrop jagung manis – kedelai.
Faktor 2 adalah Dosis Pupuk
P1 = tanpa pemupukan
P2 = 50 % dosis pupuk rekomendasi (N dan P)
P3 = 100 % dosis pupuk rekomendasi (N dan P)
5. Lakukan pemeliharaan sesuai kebutuhan antara lain pengendalian OPT, kebutuhan air
dan penyiangan gulma.
6.
Lakukan pengamatan terhadap karakter morfologi tanaman antara lain tinggi tanaman,
bobot kering tajuk dan akar, dan luas daun.
7.
Pengamatan lain dapat dilakukan dengan mengamati intensitas cahaya, suhu dan
kelembaban.
8. Pengamatan hasil dilakukan pada saat panen antara lain, bobot 100 biji, bobot biji per
tanaman dan bobot biji per ha untuk kacang tanah. Dan untuk jagung jumlah biji per
tongkol, diameter tongkol dan berat tongkol.
9. Lakukan juga perhitungan LER berdasarkan hasil panen dengan menggunakan rumus:
LER= (intercrop jagung/mono jagung) + (intercrop kedelai/monocrop kedelai)
10.
Semua hasil pengamatan morfologi dan hasil dianalisis dengan menggunakan metode
statistik. Untuk faktor iklim digunakan sebagai data pendukung.
E. ANALISIS DATA PELAPORAN
Hasil praktikum dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Data dan hasil
analisis harus ditampilkan dalam laporan. Apabila perlu dan penting untuk ditunjukan
dalam bentuk gambar atau grafik akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Altieri, M.A., and M. Leibman. 1994. Insect, weed, and plant disease management in
multiple cropping systems. In Francis, C.A. (ed.). Multiple Cropping Systems.Macmillan Company, New York. 383 p.
Anon. 1990. Strip intercropping offers low-input way to boost yields. Sensible Agriculture.
May. p. 7 – 8.
Ecological Agriculture Projects. Mixing Crop Species. McGill University, Macdonald
Campus. www.eap.mcgill.ca/CSI_2.htm
http://www.eap.mcgill.ca/CSI_2.htmhttp://www.eap.mcgill.ca/CSI_2.htmhttp://www.eap.mcgill.ca/CSI_2.htmhttp://www.eap.mcgill.ca/CSI_2.htm
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
6/17
6
Francis, R., and D.R. Decoteau. 1993. Developing an effective southernpea and sweet cornintercrop system. Hort Technology. Vol. 3, No. 2. p. 178 – 184.
Grossman, J, and W. Quarles. 1993. Strip intercropping for biological control. IPM
Practitioner. April. p. 1 –
11.
Richardson, P. 1997. Polyculture makes the most of biodiversity. HRM of Texas Newsletter. Summer. p. 5, 7.
Wolfe, M. S. 2000. Crop strength through diversity. Nature. August. p. 681 – 682.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
7/17
7
ACARA II
PENGARUH PEMUPUKAN DAN POLA PENGAIRAN YANG BERBEDA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
A. TUJUAN
Untuk mengetahui pola pertumbuhan dan hasil tanaman dengan pemberian dosis
pupuk makro NPK yang berbeda dan volume pemberian air yang berbeda.
B. LANDASAN TEORI
Pemupukan berimbang adalah upaya untuk meningkatkan mutu intensifikasi
dengan menambah jenis dan takaran pupuk, karena sejauh ini upaya pemupukan
belum mampu mencapai produksi yang ditargetkan, suatu petunjuk bahwa efisiensi
pemakaian pupuk semakin menurun.
Salah satu sebab tidak efisiennya pemupukan adalah kurangnya perawatan
sumberdaya tanah sehingga kesuburannya merosot, baik dari segi kimia, fisik dan
biologi tanah. Pertumbuhan optimal tanaman sangat memerlukan ketersediaan hara,
terutama unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg, dan S, sebaliknya pertumbuhan tanaman
akan terhambat apabila unsur hara ini tidak tersedia atau kelarutannya rendah sehingga
tidak tersedia tepat waktu, atau karena tidak seimbang dengan unsur-unsur lain.
Pemupukan perlu dilakukan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman,
kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara, sifat-sifat tanah, dan pengelolaan
oleh petani. Kelebihan pemberian pupuk selain merupakan pemborosan, juga
mengganggu keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah, sedangkan pemberian
terlalu sedikit tidak akan memberikan produksi yang optimal
Pemupukan yang berimbang perlu dilakukan sehubungan dengan tingkat
kesuburan dan produksi yang rendah sehingga produktivitas tanah tropika dapat
ditingkatkan. Prinsip pemupukan berimbang bertujuan untuk mencapai pemupukanyang efektif dan efisien. Dosis pupuk yang berimbang dibuat atas dasar beberapa
pertimbangan antara lain; 1) jumlah hara yang terangkut oleh hasil panen, 2) jumlah
hara yang terimmobilisasi dalam batang, cabang, pelepah/daun, 3) jumlah hara yang
dikembalikan ke dalam tanah, 4) jumlah hara yang terfiksasi dan hilang dalam tanah,
dan 5) jumlah hara yang tersedia dalam tanah.Sebagian besar tanah-tanah tropika yang
telah diusahakan secara intensif biasanya berkadar bahan organik rendah terutama
apabila sisa panen diangkut keluar atau dibakar.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
8/17
8
Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus pada lahan pertanian
sementara bahan organik sisa panen tidak didaurulangkan menyebabkan penurunan
secara bertahap produktivitas tanah. Dalam penentuan takaran dan waktu pemberian
pupuk K, perlu dipertimbangkan pengelolaan bahan organik sisa panen, karena
sebagian besar K yang diserap tanaman berada dalam sisa panen. Hampir 80% K yang
diserap tanaman tertinggal pada sisa panen sehingga pengembalian sisa panen ke tanah
dapat menngurangi keperluan pupuk K.
Selanjutnya dalam kaitan dengan pemupukan P, bahwa kekahatan P pada tanah
tropika merupakan pembatas utama. Efisiensi pupuk P sangat rendah yaitu hanya
sekitar 10 - 15% P yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman, dan sisanya
difiksasi oleh Al dan Fe. Usaha untuk mengurangi fiksasi P ini adalah dengan
penambahan bahan organik, pengapuran, penggunaan jenis pupuk yang melepaskan P
secara lambat seperti pupuk alami P. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan
efisiensi pengapuran terutama pada kedelai, bahkan pemberian bahan organik dapat
meniadakan kebutuhan kapur. Pemberian kapur ditujukan untuk mensuplai kebutuhan
hara Ca dan Mg yang ketersediaannya rendah di tanah tropika.
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai "jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotrans pirasi (ET-tanaman)
tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah
yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan
mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu". Untuk
menghitung ET-tanaman direkomen dasikan suatu prosedur tiga tahap, yaitu:
1. Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh ETo
(evapotranspirasi tanaman referensi), yaitu "laju evapotranspirasi dari permukaan
berumput luas setinggi 8-15 cm, rumput hijau yang tingginya seragam, tumbuh
aktif, secara lengkap menaungi permukaan tanah dan tidak kekurangan air".
Empat metode yang dapat digunakan adalah Blaney-Criddle, Radiasi, Penman
dan Evaporasi Panci, dimodifikasi untuk menghitung ETo dengna menggunakan
data iklim harian selama periode 10 atau 30 hari.
2. Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh
koefisien tanaman (kc) yang menya takan hubungan antara ETo dan ET tanaman
(ETtanaman = kc . ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase
pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
9/17
9
3. Pengaruh kondisi lokal dan praktek pertanian terhadap kebutuhan air tanaman,
termasuk variasi lokal cuaca, tinggi tempat, ukuran petak lahan, adveksi angin,
ketersediaan lengas lahan, salinitas, metode irigasi dan kultivasi tanaman.
Kalau persediaan air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman
secara penuh, evapotranspirasi aktual (ETa) akan menurun di bawah evapotranspirasi
maksimum (ETm) atau ETa < ETm. Pada kondisi seperti ini, akan berkembang stress
air di dalam tanaman yang akan berpengaruh buruk terhadap pertum buhan dan hasil
tanaman. Pengaruh-pengaruh ini sangat tergan tung pada spesies dan varietas tanaman,
intensitas stress dan waktu terjadinya stress air. Pengaruh intensitas dan waktu stress
ini sangat penting dalam kaitannya dengan penjadwalan suplai air yang terbatas
selama periode pertumbuhan tanaman dan penentuan prioritas penggunaan suplai air
di antara tanamaan selama musim pertumbuhannya.
Kalau defisit air terjadi selama periode tertentu dalam musim pertumbuhan
tanaman, respon hasil terhadap defisit ait sangat beragam tergantung pada tingkat
kepekaan tanaman pada periode tersebut. Pada umumnya tanaman sangat peka
terhadap defisit air selama awal pertumbuhannya, pembungaan dan awal fase pem-
bentukan hasil.
Respon hasil terhadap defisit air juga beragam di antara varietas tanaman.
Pada umumnya varietas unggul sangat peka terhadap air, pupuk dan input agronomis
lainnya. Varietas-varietas yang potensi produksinya rendah dengan respon air yang
rendah lebih sesuai untuk sistem tadah hujan yang sering mengalami stress air. Untuk
mendapatkan hasil yang tinggi pada kondisi irigasi, harus digunakan varietas unggul
yang sangat responsif terhadap air sehingga dapat dicapai efisiensi penggunaan air
yang tinggi.
C.
BAHAN DAN ALAT
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain benih jagung manis,
kacang hijau. polibag, pupuk NPK, dan 1 buah bambu. Alat yang diperlukan antara lain
cangkul, light intensity meter , termohygrometer , oven, mistar, timbangan, selang air dan
ember, serta saringan 5 mm.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
10/17
10
D. PROSEDUR KERJA
Persiapan
1. Mengambil tanah di daerah sekitar kampus dengan volume sesuai dengan kebutuhan
2. Lakukan pengeringan selama 1-2 hari setelah itu disaring dengan saringan ukuran 5
mm.
3.
Siapkan polibag ukuran 5 kg, pupuk, benih jagung manis, dan kacang hijau, selang air
dan ember.
Pelaksanaan
1.
Susun polibag secara teratur yang telah diisi tanah berdasarkan kombinasi pemupukan
dan pemberian air yang berbeda serta setiap perlakuan, diulang tiga kali.
2. Setiap polibag diisi dengan benih jagung, kedelai dan kacang hijau sebanyak 2 butir.
3.
Setelah satu minggu sisakan satu tanaman saja per polibag, setelah itu lakukan
pemupukan NPK sesuai dosis rekomendasi.
4. Perlakuan diberikan dalam 2 faktor yaitu: Pemupukan NPK dan Pemberian Air.
a.
Volume air diberikan dengan interval yang sama 3 hari sekali
A1 = diberi air dengan volume 100 ml air/polibag
A2 = diberi air dengan volume 200 ml air/polibag
A3 = diberi air dengan volume 300 ml air/polibag
b.
Dosisi Pupuk NPK
P1 = Pupuk NPK 100% dosis rekomendasi
P2 = Pupuk NPK 50% dosis rekomendasi
P3 = Pupuk NPK 25% dosis rekomendasi
P4 = Pupuk NPK 0% dosis rekomendasi
Didapatkan kombinasi perlakuan sebanyak 12 diulang sebanyak 3 kali sehingga
masing-masing perlakuan terdapat 36 satuan percobaan, dan untuk tiap satuan
percobaan terdapat 5 polibag jadi kebutuhan polibag untuk tiap jenis tanaman
sejumlah 180 polibag. Total kebutuhan polibag untuk 2 jenis tanaman yaitu sejumlah
360 polibag.
5. Lakukan pemeliharaan sesuai kebutuhan antara lain kebutuhan air serta pengendalian
gulma, hama dan penyakit.
6.
Lakukan pengamatan terhadap karakter morfologi tanaman antara lain tinggi tanaman,
bobot kering tajuk dan akar, dan luas daun.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
11/17
11
7. Pengamatan lain dapat dilakukan dengan mengamati intensitas cahaya, suhu dan
kelembaban.
8. Pengamatan hasil dilakukan pada saat panen antara lain jumlah biji per
tongkol/polong, bobot biji per tongkol (jagung), bobot 100 biji dan bobot biji per
tanaman.
9.
Semua hasil pengamatan morfologi dan hasil dianalisis dengan menggunakan metode
statistik. Untuk faktor iklim digunakan sebagai data pendukung.
E. ANALISIS DATA PELAPORAN
Hasil praktikum dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Data dan hasil
analisis harus ditampilkan dalam laporan. Apabila perlu dan penting untuk ditunjukan
dalam bentuk gambar atau grafik akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arihara, J.. 2002. Cropping Systems and Their Mechanisms of Nutrient Uptake. National
Agriculture Research Center. Tsukuba Japan.
Arora, S. 2000. Balanced Nutrition for Sustainable Crop Production. Department of Soils.Punjab Agricultural University LUDHIANA. 141 004.
ESCAP. 1995. Guidebook to water resources, use and management in Asia and the Pacific. Volume 1: Water resources and water use, p. 306. Water resources series
No. 74.
FAO. 2000. Action programme on water and sustainable agriculture development in
Indonesia. Executive summary.
Gruhn, P., F. Goletti, and M. Yudelman. 2000. Integrated Nutrient Management, Soil
Fertility and Sustainable Agriculture : Current Issues and Future Chalanges.International Food Policy Research Institute. Washington.
Jezeph, D. 1992. National water policy, p. 41 p. FAO. Rome.
Johnson, A.E., and J.K. Syers. 1998. Nutrient Management for Sustainable Crop
Production in Asia. Proceeding of An International Conference held in BaliIndonesia. 9-12 December 1996.
Koelsch, R. and G. Lesoing, 1999. Nutrient Balance on Nebraska Livestock Confinement
System. Biological System Engineering Department. University of Nebraska-Lincoln and University of Missouri. Richmond MO.
Ministry of Public Works, Directorate General of Water Resources Development. 1993. Recapitulasi Inventarisasi Daerah Irigasi Seluruh Indonesia.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
12/17
12
Ministry of Public Works, Directorate General of Water Resources Development. 1995.
Proceeding Lokakarya Pengembangan dan Pengelolaan Terpadu Sumberdaya Air Jabotabek .
Ministry of Public Works, Directorate General of Water Resources Development in
association with Agency for Research and Development, Research Institute forWater Resources Development. 1995. Bendungan Besar di Indonesia.
Soenarno, I. 1995. Irrigation management transfer in Indonesia, p. 89-98. Paper presented
at the conference on Irrigation Management Transfer in Asia held in Bangkok andChiang Mai, 25-29 September 1995. International Irrigation Management Institute.
Statistik Indonesia. 1996. Central bureau of statistics, statistical evaluation and reportdivision, p. 588.
www.fadinap.com. Balance Fertilizer Use, Soil Testing, Economics of Fertilizer Use. In
Integrated Plant Nutrition System. Training Manual. Access on October 2, 2004.
www.ppi-ppic.org. Nutrient Balance: Critical to Crop Production and Environment
Protection. Georgia. USA. Access on October 14, 2004.
http://www.fadinap.com/http://www.fadinap.com/http://www.ppi-ppic.org/http://www.ppi-ppic.org/http://www.ppi-ppic.org/http://www.fadinap.com/
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
13/17
13
ACARA III
KEANEKARAGAMAN VEGETASI PADA BEBERAPA AGROEKOSISTEM
A. TUJUAN
Untuk mengetahui distribusi dan jenis vegetasi budidaya maupun gulma yang
tumbuh berdasarkan hamparan agroekosistem yang berbeda serta pengamatan terhadap
faktor-faktor lingkungannya.
B. LANDASAN TEORI
Agroekosistem pada hakekatnya merupakan ekosistem alam yang dikelola untuk
kepentingan tertentu dan disebut sebagai ekosistem binaan. Setiap agroeksosistem
memiliki sifat yang berbeda sesuai dengan ekosistem asalnya.Variasi jenis vegetasi, baik
yang berupa tanaman budidaya maupun tumbuhan liar atau gulma dapat dipandang suatu
keanekaragaman dalam kontes agroekosistem.
Ekosistem dataran rendah (0-300 m dpl), memiliki ciri khas berupa lahan datar atau
landai, berpasir, kelembaban rendah, suhu tinggi dan pH tanah yang cenderung alkalis.
Ekosistem perbukitan yang termasuk dalam dataran medium (301-800 m dpl) dengan
topografi bergelombang hingga berombak, mempunyai karakteristik kelembaban sedang
hingga tinggi, tanahnya tdak berpasir, suhunya relatif sedang, dan pH tanah agak masam.
Ekosistem dataran tinggi (> 800 m dpl) umumnya topografi berombak sampai bergunung,
kelembaban tinggi, tanahnya berbatu dan suhu hariannya rendah. Vegetasi yang tumbuh
pada masing-masing ekosistem tersebut umumnya memiliki variasi yang unik, baik untuk
vegetasi budidaya maupun vegetasi lainnya.
Hubungan antara manusia dan agroeksosistem bagi masyarakat pedesaan sangatlah
erat. Mata pencaharian mereka adalah mengolah alam secara langsung, sehingga keadaan
alam dan sumber-sumber daya akan sangat menentukan keadaan mereka. Misalnya, jenis- jenis kegiatan pertanian akan tergantung pada jenis dan keadaan tanah, ketersediaan air dan
curah hujan, dan sebagainya. Rapatnya hubungan timbal-balik antara kehidupan
masyarakat dan lingkungan alam menyebabkan hal ini perlu dipahami dalam
mengembangkan program bersama masyarakat. Dengan teknik pemetaan, diperoleh
gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat bersama masalah-masalah, perubahan-
perubahan keadaan, potensi-potensi yang ada. Sedangkan untuk mengamati secara
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
14/17
14
langsung keadaan lingkungan dan sumber daya tersebut, digunakan Teknik Penelusuran
Lokasi (Transek).
Transek ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai
potensi sumberdaya alam serta permasalahan-permasalahannya, terutama sumber daya
pertanian. Seringkali, lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik masyarakat berada di
batas dan luar desa, sehingga transek sumber daya alam ini bisa sampai keluar desa.
Informasi-informasi yang bisanya muncul antara lain adalah :
a. Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi) : termasuk ke dalamnya adalah
kemiringan lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan sumber-
sumber air (sungai, mata air, sumur).
b.
Pemanfaatan sumber daya tanah (tataguna lahan) : yaitu untuk wilayah kebun, sawah,
ladang, hutan, padang gembala, dan sebagainya.
c. Pola usaha tani: mencakup jenis-jenis tanaman penting (antara lain jenis-jenis lokal)
dan kegunaanya (misalnya tanaman pangan, tanaman obat, pakan ternak, dsb),
produktivitas lahan dan hasilnya dan sebagainya.
d.
Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumber daya alam : termasuk teknologi
tradisional, misalnya penahan erosi dari batu, kayu, atau pagar hidup; pemeliharaan
tanaman keras; sistem berternak; penanaman berbagai jenis rumput untuk pakan
ternak, penahan air, penutup tanah; sistem pengelolaan air, (konservasi air, kontrol
erosi, dan pengairan) dan beberapa hal lainnya.
C. BAHAN DAN ALAT
Kegiatan ini merupakan acara praktikum yang dilakukan di lapangan maka sebagai
materi praktikum adalah aneka vegetasi yang tumbuh pada berbagai macam tipe
agroekosistem. Alat yang dibutuhkan yaitu: tali rafia, roll meter, ajir, bambu, buku
identifikasi vegetasi, pH meter, thermohygrometer, altimeter dan alat tulis
D. PROSEDUR KERJA
Persiapan
Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus diperhatikan
adalah mempersiapkan tim dan masyarakat yang akan ikut, termasuk menetukan kapan dan
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
15/17
15
dimana akan berkumpul. Juga dipersiapkan alat-alat tulis, kertas lebar (palano), karton
warna-warni, kertas berwarna, lem, spidol warna-warni. Juga akan menyenangkan apabila
membawa perbekalan (makanan).
Peserta terdiri dari staf pengajar mata kuliah ekologi tanaman, asisten praktikum dan
praktikan, untuk memudahkan pelaksanaan transek maka melibatkan masyarakat yang
menjadi penunjuk jalan. Petani akan menjadi narasumber yang memahami hal-hal yang
sudah diperkirakan akan dikaji dalam kegiatan transek ini, terutama masalah-masalah
teknis pertanian.
Pelaksanaan
Sebelum berangkat, bahas kembali maksud dan tujuan kegiatan penelusuran lokasi
serta proses kegiatan yang akan dilakukan.
Sepakati bersama praktikan, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-
topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu, sepakati lintasan penelusuran.
Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama), biasanya diambil dari titik terdekat
dengan kita berada pada saat itu.
Lakukan perjalanan dan amati keadaan disepanjang perjalanan. Biarkan petani
(masyarakat) menunjukkan hal-hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan
dibahas keadaannya. Didiskusikan keadaan sumber daya tersebut dan amati dengan
seksama.
Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap titik pengamatan
Setelah Per jalanan
Bisa selama berhenti dilokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat utnuk setiap bagian
lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah
seluruh lintasan ditelusuri.langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut :
Jelaskan cara dan proses membuat bagan.
Sepakati simbol-simbol yang dipergunakan untuk menggambar bagan transek. Catat
simbol-simbol tersebut beserta artinya disudut kertas. Pergunakan spidol berwarna
agar jelas dan menarik.
Selama penggambaran perhatikan:
Pikirkan ketinggian (naik-turun permukaan bumi)
Perkiraan jarak antara satu lokasi drngan lokasi lain.
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
16/17
16
Pergunakan hasil gambar transek tersebut untuk mendiskusikan lebih lanjut
permasalahan, dan potensi.
Buatlah catatan-catatan hasil diskusi tersebut
Kegiatan ini lebih baik dilakukan pada pagi hari dan cuaca cerah Kegiatan ini
memerlukan waktu 2-3 jam atau bahkan lebih perjalanan, tergantung panjang lintasan yang
ditelusuri, ditambah 2-3 jam pembuatan bagan dan diskusi lanjutan. Karena waktu kegiatan
yang cukup panjang, persiapan dan persetujuan dengan masyrakat (pendamping) perlu
dilakukan. Hujan akan merupakan hambatan yang cukup serius dalam kegiatan teknik
penelusuran lokasi ini, oleh karena itu cuaca harus benar-benar diperhatikan sebelum
melaksanakan kegiatan penelusuran lokasi ini.
E.
ANALISIS DATA PELAPORAN
Analisis dilakukan dengan menggambarkan secara detail kondisi lingkungan dan
sistem budidaya yang dikembangkan di lokasi transek dengan dilengkapi gambar dan data
pendukung lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Latihan Pendamping , Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (BMS) Jakarta, 2001
Sheil, D, R.K. Puri, I. Basuki, M. Van Heist, N. Liswanty, et al. 2004. Mengeksplorasi
keanekaragaman hayati, lingkungan dan pandangan masyarakat lokal mengenai
berbagai landskap hutan. Center for International Forestry Research 101p.
Prabhu, R., Colfer, C.J.P., Dudley, R.G. 1999. Panduan untuk pengembangan, pengujian
dan pemilihan kriteria dan indikator untuk pengelolaan hutan lestari. Center forInternational Forestry Research. 192p.
Puntodewo, A., Dewi, S., Tarigan, J. 2003. Sistem Informasi Geografis Untuk pengelolaan
sumberdaya alam. Center for International Forestry Research. 142p.
http://books.google.com/books?id=8hxNFj1b1xYC&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=8hxNFj1b1xYC&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=8hxNFj1b1xYC&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=8hxNFj1b1xYC&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=soX5Mv_Uv48C&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=soX5Mv_Uv48C&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=soX5Mv_Uv48C&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=soX5Mv_Uv48C&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=soX5Mv_Uv48C&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=soX5Mv_Uv48C&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=8hxNFj1b1xYC&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbookshttp://books.google.com/books?id=8hxNFj1b1xYC&printsec=frontcover&dq=transek+lokasi&source=gbs_book_similarbooks
8/18/2019 Panduan Praktikum Ektan Genap 2015-16
17/17
17
KOMPONEN PENILAIAN PRAKTIKUM
I. PENDAHULUAN
A. Sesuai Judul Praktikum 100Sesuai Judul Praktikum tapi tidak fokus pada materi praktikum 75
Tidak sesuai dengan Judul Praktikum 50B. Referensi
>8 referensi 1005 – 7 referensi 90
3 – 4 referensi 80< 3 referensi 70
Tanpa referensi 0
II.
METODE PRAKTIKUMA.
Ditulils sesuai dengan materi praktikum dan dijelaskan rinci 100
B. Ditulis sesuai dengan materi praktikum tanpa penjelasan rinci 80
C.
Tanpa ada penulisan metoda dan tanpa perincian 0
III. HASIL
A. Ada data dan penjelasan data 100B. Ada data tanpa penjelasan 75
C.
Tanpa data dan tanpa penjelasan 0
IV. PEMBAHASANA. Membahas berdasarkan hasil didukung referensi yang memadai 100
B. Menjelaskan hasil tanpa pembahasan tapi ada referensi. 75C. Menjelaskan hasil tanpa pembahasan tanpa referensi 50
V. KESIMPULAN
A.
Sesuai dengan tujuan 100
B. Sesuai dengan tujuan tapi masih bias 75
C. Tidak seusai dengan tujuan 50
VI. DAFTAR PUSTAKA>8 referensi 100
5 – 7 referensi 903 – 4 referensi 80
< 3 referensi 70Tanpa referensi 0
Recommended