View
46
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
patofis hidung
Citation preview
Patofisiologi Penyakit HidungPembimbing :Kolonel CKM dr. Budi Wiranto Sp.THT-KL
Disusun Oleh :Andhika Tatag Prahara012116324FK Unissula Semarang
RINITIS AKUT
Definisi
• Rinitis akut merupakan infeksi saluran napas atas terutama hidung, umumnya disebabkan oleh virus.
Etiologi • Penyebab tersering adalah rhinovirus, RSV, virus
influenza, virus parainfluenza, dan adenovirus.
Gejala klinis • Hidung buntu• Sekret hidung • Bersin• Demam
Patofisiologi
Penularan melalui inhalasi aerosol, deposisi droplet, kontak tangan yang
mengandung sekret
Respon imun terhadap infeksi virus
Mukosa hidung mengalami vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler : hidung
tersumbat dan sekret hidung
Stimulasi kolinergik : peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan bersin
Pemeriksaan • Selaput lendir kering, merah, dan bengkak, yang
menyebabkan sumbatan pada hidung dan sulit bernafas; kondisi ini segera diikuti oleh serous atau pengeluaran mucus serous
Penatalaksanaan • Tidak ada terapi spesifik untuk rhinitis akut, selain
istirahat dan pemberian obat-obat simtomatik, seperti analgetika, antipiretika dan obat dekongestan.
Rinitis Kronis
Definisi
• Rinitis kronis adalah adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi atau karena rinitis vasomotor.
• Rinitis kronis dibagi dalam beberapa macam yaitu rinitis hipertrofi, rinitis sika dan rinitis spesifik (rinitis atrofi, rinitis difteri, rinitis jamur, rinitis tuberkulosa, rinitis sifilis, rinoskleroma, myasis hidung).
Rinitis Hipertrofi• Hipertrofi: perubahan mukosa hidung pada konka inferior yang
mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder. Dapat juga karena lanjutan dari rinitis alergi atau vasomotor.
Gejala Utama• Sumbatan hidung atau gejalan diluar hidung seperti mulut kering, nyeri
kepala, dan gangguan tidur • Sekret biasanya banyak dan mukopurulen
Pemeriksaan• Konka hipertrofi, permukaan berbenjol – benjol• Pasase udara dalam rongga hidung sempit• Sekret mukopurulen di antara konka inferior dan septum serta di dasar
rongga hidung
Terapi• Simptomatis,: untuk mengurangi sumbatan hidung akibat hipertrofi
konka dapat dilakukan kaustik konka dengan zat kimia (nitras argenti atau trikloroasetat) atau dengan elektrokauter
• Konkoplasti• Bila perlu konkotomi parsial
Rinitis Sika• EtiologiBiasanya ditemukan pada orang tua dan pada orang yang bekerja
dilingkungan yang berdebu, panas, kering,. Juga pada pasien dengan anemia,peminum alkohol dan gizi buruk.
Gejala klinis • Mukosa hidung kering• Krusta biasanya sedikit atau tidak ada• Adanya rasa iritasi atau rasa kering di hidung• Kadang – kadang disertai dengan epistaksis
Terapi• Pengobatan tergantung dengan penyebabnya. Dapat diberikan obat
cuci hidung.
RINITIS ALERGI
Rinitis Alergi
• Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensititasi dengan alergen yang sama setelah dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von pirquet)
• Kelainan pada hidung dengan gejala bersin – bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE (WHO)
DEFINISI
Cara Masuknya Alergen
1. Alergen inhalan2. Alergen ingestan3. Alergen injektan4. Alergen kontaktan
Klasifikasi Berdasarkan Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)
• Intermiten (kadang-kadang)• Persisten (menetap)
Berdasarkan sifat berlangsungnya
• Ringan• Sedang-berat
Berdasarkan tingkatan
Gejala Klinis
Serangan bersin berulangRinore encer & banyakHidung tersumbatHidung dan mata gatal kadang disertai lakrimasi
Patofisiologi Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi / reaksi alergi.
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase:- Fase cepat berlangsung sejak kontak sampai 1
jam- Fase lambat berlangsung 2-4 jam dengan puncak
6-8jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung selama 24-48 jam
Kontak pertama dengan alergen (tahap sensitisasi)
Makrofag / monosit berperan sebagai APC , menangkap alergen yg menempel di permukaan mukosa hidung
Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen peptida dan bergabung dengan HLA II
Membentuk MHC II yang kemudian dipresentasi pada sel Th 0
Kemudian APC melepaskan sitokin seperti IL-1
mengaktifkan Th 0 menjadi Th1 dan Th2
Th2 melepaskan berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13)
IL 4 dan IL 13 diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B
Limfosit B menjadi aktif, memproduksi IgE
IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil
Sehingga kedua sel tsb menjadi aktif(PROSES SENSITISASI, menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi)
Bila mukosa yg sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yg sama
Kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik
Terjadi degranulasi sel matosit dan basofil
Terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin, selain itu; PGD2, Leukotrien, bradikinin, PAF dan berbagai sitokin (IL3, IL4, IL5, IL6, GM-CSF)
REAKSI ALERGI FASE CEPAT (RAFC)
Histamin
REAKSI ALERGI FASE LAMBAT (RAFL)
Ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi (eosinofil, limfosit, neutrofil, basofil, dan mastofit di mukosa hidung, serta peningkatan sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan
GM-CSF dan ICAM 1 pada sekret hidung)
Gejala hipereaktif dan hiperresponsif hidung (peranan eosinofil)
Merangsang reseptorH1 pada ujung saraf vidianus di mukosa
hidung
Hipersekresi sel gobletdan kelenjar mukosa
Permeabilitas kapiler meningkat
Vasodilatasi sinusoid
Rasa gatal dan bersin
rhinorreaHidung
tersumbat
Gejala berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam
Pemeriksaan FisikRinoskopi anterior• Mukosa edema, basah, warna pucat/livid,
sekret encer yang banyak. • Pada gejala persisten, mukosa inferior
tampak hipertrofi.
Gejala spesifik lain pada anak :• Allergic shiner• Allergic salute• Allergic crease• Facies adenoid• Cobblestone appearance• Geographic tongue
Pemeriksaan Penunjang
• Invitro : Hitung eosinofil, IgE total, Sitologi hidung, IgE spesifik dengan RAST atau ELISA• Invivo :• SET (Skin end point titration/SET)• IPDFT (intracutaneus provocative dilutional food test)• ‘Challenge test’
Tata Laksana Menghindari kontak dengan alergen penyebabnya
Medikamentosa • AH1• Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa sebagai
dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin
• Kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, triamsinolon)
• Preparat sodium kromoglikat• Preparat antikolinergik topikal : ipratropium bromida• Antileukotrien, anti IgE
Operatif
Imunoterapi
RINITIS VASOMOTOR
Rinitis Vasomotor
• Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal dan pajanan obat
Definisi
• Rinitis vasomotor disebut juga : vasomotor catarrh, vasomotor rinorrhea, nasal vasomotor instability, non-allergic perennial rhinitis
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
1. Neurogenik (disfungsi sistem otonom)
Serabut Simpatis hidung
Asal : korda spinalis Th 1-2
menginervasi PD mukosa dan sebagian kelenjar
Melepas ko-transmitter noradrenalin dan neuropeptida Y
Yang menyebabkan vasokonstriksi dan penurunan sekresi hidung
Serabut Parasimpatis
Asal : nukleus salivatori superior menuju ganglion sfenopalatina membentuk n. Vidianus
menginervasi PD mukosa dan kelenjar eksokrin
Pada rangsangan akan terjadi pelepasan ko-transmitter asetilkolin dan vasoaktif intestinal peptida
Menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan sekresi hidung
Kongesti hidung
2. Neuropeptida
Disfungsi Hidung
Peningkatan rangsangan serat saraf serabut C di hidung
Peningkatan pelepasan neuropeptida : subtances P dan calcintonin gene related protein
Peningkatan permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar
Hiperreaktifitas hidung
3. Nitrit Oksida
Terjadi peningkatan reaktivitas serabut trigeminal dan recruitment refleks vaskular dan kelenjar
mukosa hidung
Sehingga rangsangan nonspesifik berinteraksi langsung ke lapisan subepitel
Menyebabkan terjadinya kerusakan atau nekrosis epitel
Kadar NO yang tinggi dan persisten di lapisan epitel hidung
4. Trauma
Merupakan komplikasi jangka panjang dari trauma hidung melalui mekanisme neurogenik dan atau neuropeptida
Gejala Klinik• Hidung tersumbat, bergantian, kiri dan kanan• Rinore mukus / serous kadang agak banyak• Bersin• Tidak terdapat rasa gatal di mata• Gejala memburuk pada pagi
Pemeriksaan
• Rinoskopi anterior :• gambaran khas edema mukosa hidung, konka berwarna merah
gelap atau merah tua, tetapi dapat pula pucat• Permukaan konka berbenjol benjol atau dapat pula licin• Sekret mukoid sedikit
• Pemeriksaan Laboratorium• Eosinofil pada sekret hidung sedikit• Tes kulit biasanya negatif• Kadar IgE spesifik tidak meningkat
Tatalaksana• Menghindari stimulus/faktor pencetus• Pengobatan Simtomatis • Obat dekongestan oral,• Cuci hidung dengan larutan garam fisiologis• Kauterisasi konka hipertrofi dgn larutan AgNO3 25%
atau triklr asetat pekat• Kortikosteroid topikal 100-200 mikrogram• Antikolinergik topikal (ipatropium bromida) rinore
berat• Operasi : bedah beku, elektrokauter, atau
konkotomi parsial konka inferior• Neuroktomi nervus vidianus
Perbedaan rinitis alergi dan rinitis vasomotor
Rinitis Alergi Rinitis VasomotorDefinisi Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensititasi dengan alergen yang sama setelah dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut
Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal dan pajanan obat
Etiologi Reaksi alergi Ag-Ab terhadap rangsangan spesifik. Reaksi neovaskuler terhadap beberapa rangsang mekanis atau kimia, juga factor psikologis.
Gejala-gatal dan bersin-gatal di mata-sekret hidung-hidung tersumbat
++
Serous, banyak dan encerMenetap/bergantian
--
Mukoid dan sedikitBergantian kanan kiri
Tanda-konka Pucat/livid Merah gelap
Pemeriksaan penunjang-IgE darah-eosinofil darah-tes kulit
Meningkat Meningkat
+
Normal Normal
-
EPISTAKSIS
Epistaksis
Definisi • Perdarahan dari hidung, seringkali merupakan
gejala atau manifestasi penyakit lain
Etiologi
Kelainan lokal :• trauma• kelainan p.darah• infeksi lokal• benda asing• tumor• pengaruh udara
lingkungan
Kelainan sistemik :• peny.
kardiovaskular• kelainan darah • infeksi sistemik• perubahan
tekanan atmosfer• kelainan hormonal• kelainan
kongenital
Sumber Perdarahan
Epistaksis Anterior Epistaksis Posterior
pleksus Kiesselbach atau dari a.etmoidalis anterior
a. Sfenopalatina & a.etmoidalis posterior
perdarahan tidak begitu hebat, sering berhenti spontan
Perdarahan biasanya hebat & jarang berhenti spontan
sering terjadi pada anak biasanya pada orang tua
Tata Laksana
Perbaiki keadaan umum
Cari sumber perdarahan
Hentikan perdarahan
Cari faktor penyebab untuk mencegah perdahan berulang
Alat yg diperlukan untuk pemeriksaan : headlamp,
spekulum hidung, alat penghisap.
Pasien diperiksan dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar dari hidung sehinga bisa dimonitor. Jika keadaannya lemah, posisi setengah
duduk atau berbaring , kepala ditinggikn. Jgn sampai darh mengalir
ke saluran nafas bawah.
Pasien anak duduk dipangku, badan dan tangan dipeluk,
kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-gerak.
Sumber perdarahan dicari untuk membersihkan hidung dari darah dan bekuan darah dengan bantuan alat penghisap.
Kemudian dipasang tampon sementara (kapas dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocain 2% dimasukkan ke rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi nyeri saat dilakukan tindakan selanjutnya.
Tampon dibiarkan 10-15 menit. Setelah terjadi vasokonstriksi biasanya dapat dilihat apakah perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior hidung.
Menghentikan perdarahan
Perdarahan Anterior
• Menekan hidung luar selama 10-15 menit
• Perdarahan dikaustik AgNO3 25-30%
• Tampon Anterior
Perdarahan Posterior
• Tampon posterior yang disebut tampon Bellocq
POLIP HIDUNG• Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga
hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).
ETIOLOGI• Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi
hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
FAKTOR PREDISPOSISI
• Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : • Alergi terutama rinitis alergi. • Sinusitis kronik.• Iritasi.• Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum
dan hipertrofi konka.
PATOFISIOLOGI• Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.
• Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi
GEJALA KLINIS• Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung.
Sumbatan ini tidak hilang – timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.
• Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung.
• Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid ialah :
Polip : Bertangkai Mudah digerakkan Konsistensi lunak Tidak nyeri bila ditekanTidak mudah berdarahPada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil.
PENGOBATAN• Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan
kortikosteroid : • Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari,
kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off). • Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5
cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang. • Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat
untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
• Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak
Definisi Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari satu tempat disebut furunkulosis.
Etiologi dan Faktor Predisposisi Iritasi Tekanan Gesekan Dermatitis (kerusakan dari kulit dipakai sebagai jalan masuknya
Staphylococcus aureus) Furunkulosis dapat menjadi kelainan sistemik karena faktor
predisposisi : malnutrisi atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan diabetes mellitus
FURUNKEL HIDUNG
GejalaMula-mula nodul kecil kemudian menjadi pustule
nekrosis menyembuh setelah pus keluar sikatriks.
Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di hidung. Bisa timbul gejala prodromal yang seperti panas badan, malaise, mual.
Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium fusidat atau framycetine sulfat kassa steril
Antibiotik sistemik : mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib diberikan terutama pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik diberikan selama 7-10 hari. Lebih baiknya, antibiotik (Levofloxacin 500 mg/hari) diberikan sesuai dengan hasil kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik
Tatalaksana
Recommended