View
1.374
Download
77
Category
Preview:
Citation preview
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
1
Pedoman Teknis Konservasi
Air Melalui Pengembangan
Embung
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
2
KATA PENGANTAR
Dampak kekeringan dan banjir kini dirasakan semakin besar
dan resiko pertanian semakin meningkat dan sulit diprediksi.
Sementara itu, tekanan penduduk yang luar biasa menyebabkan
kerusakan hutan dan daur hidrologi tidak terelakkan lagi.
Indikatornya, debit sungai merosot tajam di musim kemarau,
sementara di musim penghujan debit air meningkat tajam.
Rendahnya daya serap dan kapasitas simpan air di DAS ini
menyebabkan pasokan air untuk pertanian semakin tidak
menentu. Kondisi ini diperburuk dengan terjadinya kekeringan
agronomis akibat pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan
kemampuan pasokan airnya. Gadu nekad adalah teladannya.
Untuk mengatasi kekeringan, maka salah satu strategi yang
paling murah, cepat dan efektif serta hasilnya langsung terlihat
adalah dengan memanen aliran permukaan dan air hujan di
musim penghujan melalui water harvesting. Teknologi ini sudah
berkembang sangat pesat dan luas tidak saja di negara maju
seperti Eropa, Amerika dan Australia, melainkan juga di negara
seperti China yang padat penduduk dan luas pemilikan lahannya
sangat terbatas. Upaya water harvesting yang dibarengi dengan
memperbesar daya simpan air tanah di sungai, waduk dan danau
yang akan dapat menjaga pasokan sumber-sumber air untuk
keperluan pertanian, domestik, municipal dan industri. Salah satu
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
3
upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan limpahan air
hujan adalah dengan membangun embung (onfarm reservoir).
Buku Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui
Pengembangan Embung ini disusun untuk memberikan
informasi praktis bagi para petugas terkait dalam melakukan
upaya melestarikan keberadaaan air. Pedoman ini supaya
ditindaklanjuti dengan penyusunan juklak di propinsi dan
juknis di kabupaten agar petugas dapat memahami dan
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya
sehingga tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat terwujud sesuai
harapan yang ingin dicapai.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membuka wawasan
lebih luas bagi petugas dalam menerapkan kaidah-kaidah
konservasi air.
Jakarta, Januari 2007
Direktur,
Dr. Ir. S. Gatot Irianto NIP. 080.085.357
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Sasaran 4
D. Istilah 4
II. PELAKSANAAN 6
A. Persyaratan Lokasi 6
B. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani 7
C. Survey CP/CL 7
D. Pencatatan Koordinat 7
E. Desain 8
F. Pengadaan Bahan dan Peralatan 9
G. Konstruksi 9
H. Pengawasan 17
I. Pembiayaan 17
III. INDIKATOR KINERJA 18
A. Keluaran (Output) 18
B. Hasil (Outcome) 18
C. Manfaat (Benefit) 18
D. Dampak (Impact) 18
IV. MONITORING DAN EVALUASI 19
A. Monitoring dan Evaluasi 19
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
5
B. Operasional dan Pemeliharaan 19
C. Pelaporan 21
V. PENUTUP 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya dan faktor determinan yang
menentukan kinerja sektor pertanian, karena tidak ada satu pun
tanaman pertanian dan ternak yang tidak memerlukan air.
Meskipun perannya sangat strategis, namun pengelolaan air masih
jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya
merupakan sehabat petani berubah menjadi penyebab bencana
bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah
sering kali kekeringan dan sebaliknya di musim penghujan, ladang
dan sawah banyak yang terendam air.
Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama
di lahan kering adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air
antara kebutuhan dan pasokan menurut waktu (temporal) dan
tempat (spatial). Persoalan menjadi semakin kompleks, rumit dan
sulit diprediksi karena pasokan air tergantung dari sebaran curah
hujan di sepanjang tahun, yang sebarannya tidak merata walau di
musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan teknologi
tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air
agar dapat memenuhi kebutuhan air (water demand) yang
semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah (natural
manner). Teknologi embung atau tandon air merupakan salah
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
7
satu pilihan yang menjanjikan karena teknologinya sederhana,
biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani.
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran
mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun
untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang
ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi
suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi
tinggi (high added value crops) di musim kemarau atau di saat
curah hujan makin jarang. Embung merupakan salah satu teknik
pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segala
jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang berfungsi
sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di
musim hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau.
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan
intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat
digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air
irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya
embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin
kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman
ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.
B. Tujuan
Pembuatan embung untuk pertanian bertujuan antara lain
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
8
untuk :
1. Menampung air hujan dan aliran permukaan (run off) pada
wilayah sekitarnya serta sumber air lainnya yang
memungkinkan seperti mata air, parit, sungai-sungai kecil
dan sebagainya.
2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di musim
kemarau untuk tanaman palawija, hortikultura semusim,
tanaman perkebunan semusim dan peternakan.
C. Sasaran
Sasaran pembangunan embung untuk pertanian antara
lain:
1. Tertampungnya air hujan dan aliran permukaan (run off)
pada wilayah sekitarnya serta sumber air lainnya yang
memungkinkan.
2. Tersedianya air untuk suplesi irigasi di musim kemarau
untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman
perkebunan semusim dan peternakan.
D. Istilah
Dalam Pedoman Teknis ini akan dijumpai istilah-istilah yang
memiliki pengertian sebagai berikut :
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
9
1. Embung
Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam
untuk menampung air hujan dan air limpasan (run off) serta
sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian,
perkebunan dan peternakan.
2. Dinas Pertanian
Dinas Pertanian adalah dinas yang di dalam tugas pokok dan
fungsinya mendapat mandat di bidang pertanian tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
10
II. PELAKSANAAN
Pengembangan lokasi embung harus memenuhi persyaratan lokasi
dan persyaratan petani dan kelompok tani.
A. Persyaratan Lokasi
1. Daerah pertanian lahan kering/perkebunan/ peternakan
yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi
air irigasi.
2. Air tanahnya sangat dalam.
3. Bukan lahan berpasir.
4. Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air
hujan, aliran permukaan dan mata air atau parit atau
sungai kecil.
5. Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah tangkapan air
atau wilayah yang mempunyai sumber air untuk
dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai kecil atau
parit dan lain sebagainya.
B. Persyaratan Petani/Kelompok Tani
1. Bersedia menyediakan lahan untuk embung tanpa ganti rugi
dan dinyatakan dalam surat pernyataan.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
11
2. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang
telah ada sebelumnya, bukan kelompok tani yang baru
dibentuk karena ada kegiatan ini.
3. Bersedia mengoperasikan, memelihara bangunan secara
berkelompok dan bersedia menanggung biaya operasional
dan pemeliharaan dan dinyatakan dalam surat pernyataan.
C. Survey CP/CL
Penanggung jawab kegiatan (Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota) menentukan Calon Lokasi dan Calon Kelompok
Tani sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pada butir
A dan B.
D. Pencatatan Koordinat
Lokasi embung yang akan dibuat supaya dicatat koordinat
geografisnya yang meliputi :
- Lintang dan bujur
- Ketinggian lokasi (dpl)
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau
dengan ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Data koordinat
sumur resapan ini selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem
basis data pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja
pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
12
E. Desain Sederhana
Desain sederhana dibuat oleh Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota bersama dengan petani/kelompok tani. Desain
diusahakan sesederhana mungkin agar dapat dibaca oleh
pelaksana (petani/kelompok tani) di lapangan.
Dalam penyusunan Desain perlu diperhatian hal-hal sbb:
1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan kontruksi
embung yang paling sesuai dengan kondisi lokasi setempat.
Misalnya pada kondisi tanah yang porus, dinding embung
harus lebih kuat dan kedap air. Embung dapat dibangun
dengan memanfaatkan alur alami, saluran drainase,
menampung mata air atau menggali tanah, atau langsung
menampung air hujan.
2. Menentukan letak geografis embung
Dalam menentukan letak embung harus diperhatikan posisi
lahan dan areal pertanaman, lokasi sumber air, ketinggian
dan kemiringan lahan. Sebaiknya letak embung lebih tinggi
dibandingkan lahan usahatani agar distribusi dan pengaliran
air ke lahan pertanian/peternakan dapat dilakukan dengan
sistem gravitasi.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
13
3. Daerah atas calon lokasi embung sebaiknya merupakan
daerah tangkapan air hujan, yang aliran permukaannya dapat
diarahkan masuk ke embung.
F. Pengadaan Bahan dan Peralatan
Pengadaan bahan dan peralatan dilaksanakan oleh
petani/kelompok tani agar mengikuti pedoman pengelolaan
anggaran yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan
Lahan dan Air.
G. Konstruksi
Konstruksi pembangunan embung dilakukan oleh pelaksana
yang telah ditunjuk (kelompok tani) dan dilaksanakan secara
padat karya agar petani mampu mengembangkan embung dan
merasa ikut memiliki sejak dini. Pelaksanaaan pembuatan embung
dilakukan dalam beberapa tahap antara lain :
1. Bentuk permukaan embung
a. Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di
lapangan
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
14
Gambar 1. Bentuk Permukaan Embung (Tidak Beraturan) Sesuai Kondisi Di Lapangan
b. Volume galian merupakan volume air yang akan ditampung.
Besaran volume yang dibuat minimal 170 m3. Besaran
volume embung ini akan tergantung kepada konstruksi
embung yang akan digunakan atau ada partisipasi dari
masyarakat. Embung dengan kontruksi sederhana (tanpa
memperkuat dinding) dimungkinkan akan lebih luas dari
volume minimal tersebut.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
15
Kedalaman
Tampak dari atas
Penampang melintang
embung
Saluran Pemasukan
Lebar
Embung
Saluran Pembuang
Panjang Embung
Gambar 2. Sketsa Bentuk Embung Tampak Atas Dan Samping 2. Menggali Tanah
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran
drainase/mata air untuk dapat dijadikan sebagai sumber
pengisian air ke dalam embung.
3. Dinding pinggir embung dibuat miring atau tegak dengan
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
16
kedalaman 2 s/d 2,5 m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul
dibuat agak tinggi untuk menghindari kotoran yang terbawa air
limpasan.
4. Memperkokoh dinding embung
a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retak
dan air yang telah berada embung tidak bocor. Jika struktur
tanah yang ada kuat dan memungkinkan air di embung
tidak bocor, maka kegiatan ini tidak diperlukan.
Gambar 3. Dinding Embung Yang Tidak Diperkokoh (Tanah Asli)
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
17
Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada
bagian-bagian tertentu yang rawan bocor, seperti pada
Gambar 3.
b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan
yang bisa digunakan tergantung dari bahan/material yang
mudah diperoleh di lokasi dan biaya yang tersedia. Adapun
bahan/material yang dapat dipakai untuk dinding embung
antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali,
pasangan beton. Proses pembuatan dinding embung seperti
membangun kolam, kemudian permukaan dinding embung
dapat dilapisi dengan adukan pasir dan semen.
c. Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu
kali yang dilapisi semen agar tidak bocor.
d. Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat
dibuat tangga atau undakan di sekeliling dinding selain dapat
juga berfungsi untuk mempermudah pengambilan air.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
18
Gambar 4. Tangga Atau Undakan Di Sekeliling Dinding Embung 4. Pembuatan saluran pemasukan (inlet).
Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air
ke embung sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat
untuk mengarahkan aliran air yang masuk ke dalam embung,
sehingga tidak merusak dinding/tanggul. Saluran pemasukan
ini dapat dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup berupa
sekat balok yang mudah dibuka dan ditutup.
5. Membuat pelimpas air/saluran pembuangan (outlet).
Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada
alur alami atau saluran drainase. Hal ini untuk melindungi
bendung sekaligus mengalirkan air berlebih. Demikian pula
pembuatan saluran pembuangan bagi embung. Secara
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
19
skematis embung dapat direpresentasikan pada gambar-
gambar berikut
Gambar Embung Tampak Atas
Arah topografi ke bawah
Embung
Inlet
Lahan Pertanian
Gambar Embung Tampak Samping
Outlet
Pintu
Pengatur
Gambar 5. Desain Sederhana Embung
H. Pengawasan
Aparat Dinas Pertanian sebagai penanggung jawab kegiatan
harus melakukan pengawasan selama proses pembangunan
sejak perencanaaqn hingga konstruksi selesai.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
20
I. Pembiayaan
Biaya disediakan melalui dana Tugas Pembantuan, yang
terdiri dari Belanja Uang Honor Tidak Tetap yang digunakan
untuk upah tenaga (Padat Karya) sebesar 50% (Rp. 25
juta/unit), dan Belanja Lembaga Sosial lainnya, digunakan
untuk pembelian bahan bangunan sebesar 50% (Rp. 25
juta/unit). Biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya semua akan
ditransfer ke rekening kelompok tani setelah mereka
membuat proposal rencana kebutuhan biaya pembangunan
embung. Proposal harus disetujui oleh Kepala Desa dan
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Rangkaian kegiatan pelaksanaan pembangunan dam parit agar
dibuat jadwal palang untuk alat kontrol pengawasan dan
pembinaan. Contoh jadwal palang yang dimaksud adalah seperti
Lampiran 1.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
21
III. INDIKATOR KINERJA
A. Keluaran (Output)
Terbangunnya dan berfungsinya embung di kawasan
pertanian lahan kering untuk tanaman palawija, hortikultura,
tanaman perkebunan semusim dan usaha peternakan.
B. Hasil (Outcome)
Tersedianya air untuk usaha pertanian pada saat diperlukan
(sebagai suplesi).
C. Manfaat (Benefit)
- Mengurangi resiko usaha pertanian akibat kekeringan.
- Meningkatnya kesempatan berusaha tani terutama pada musim
kemarau.
D. Dampak (Impact)
Meningkatnya produktifitas usaha pertanian dan atau
indeks pertanaman bagi usahatani tanaman.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
22
IV. MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan
kegiatan Pembangunan Embung yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, yaitu :
1. Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain
pemilihan lokasi, sosialisasi, rencana pembiayaan,
dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lain-lain.
2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan,
penyusunan rencana kegiatan, organisasi, tugas dan
fungsi pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat,
pelaksanaan kegiatan fisik, produktivitas pekerjaan dan
lain-lain.
3. Terhadap pengendalian dan pengawasan meliputi peranan
pengawasan, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-
lain.
a. Operasional dan Pemeliharaan
Operasional dan pemeliharaan embung yang telah selesai
dibangun dilakukan oleh petani/kelompok tani pengelola embung.
Pemanfaatan air embung dilakukan dengan membuat Jaringan/
Saluran Air ke lahan usahatani. Ada beberapa cara untuk mengairi
lahan usahatani, antara lain :
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
23
1. Apabila lahan bertopografi miring (Iereng), maka air dapat
dialirkan dari petak ke petak lahan usahatani secara
gravitasi.
2. Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik
irigasi pompa (bertekanan seperti tetes, sprinkler, atau
disalurkan langsung ke lahan), atau dengan alat manual
lainnya.
Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam
pemberian air irigasi suplementer.
Untuk menjaga keberlanjutan embung, maka beberapa
komponen pemeliharaan embung yang perlu mendapatkan
perhatian antara lain :
1. Mengurangi kehilangan air karena penguapan.
Untuk mengurangi kehilangan air oleh penguapan dapat
dilakukan dengan, antara lain :
a. Buat tiang peneduh di pinggir bibir embung kemudian di
atas embung dibuat anyaman untuk media rambatan
tanaman dan ditanami dengan tanaman merambat.
b. Tiang penahan angin disamping embung (wind
breaker) pada sisi datangnya angin dan bisa ditanam
tanaman merambat atau pohon sebagai pengganti
tiang.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
24
2. Memelihara/Melindungi Embung
a. Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan
ternak terhadap tanggul embung.
b. Pengangkatan endapan Lumpur.
c. Perbaikan tanggul yang bocor.
d. Tidak membuang sampah padat / cair ke dalam
embung.
b. Pelaporan
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Adapun macam laporan adalah :
1) Laporan Perkembangan
Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang
perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan.
Perkembangan realisasi pelaksanaan fisik kegiatan agar
dilakukan pembobotan. Penilaian pembobotan pekerjaan
hanya dilakukan terhadap kegiatan yang didanai dari dana
Tugas Pembantuan.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
25
Tabel Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Embung
Laporan pelaksanaan ini agar dibuat sebagai laporan
bulanan (format laporan lihat Lampiran 2). Laporan
tersebut ditujukan ke Dinas Pertanian/Perkebunan/
Peternakan Propinsi dengan tembusan Ditjen Pengelolaan
Lahan dan Air Cq. Dit. Pengelolaan Air dengan alamat Jl.
Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan.
No
Realisasi Pekerjaan Persentase Pekerjaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pembuatan TOR
Penentuan CP/CL
Sosialisasi pada :
- aparat
- penerima manfaat
Penyusunan rencana/proposal :
a. Penetapan CP/CL oleh Dinas Pert Kab/kota
b. Penyusunan Rencana Kegiatan dan RAB
c. Penyusunan Desain sederhana
d. Persetujuan Rencana Kegiatan dan RAB
oleh Dinas Pertanian Kab/Kota
Persiapan Administrasi
a. Penyiapan Rekening Kelompok Tani
b. Transfer dana ke rekening kelompok
Proses Pengadaan Bahan dan Alat
Pengiriman Bahan dan Alat
Pelaksanaan Konstruksi
a. Pembuatan Daftar Pekerja
b. Pelaksanaan Padat Karya
Pengendalian
a. Pengawasan
b. Monitoring dan Evaluasi
c. Pelaporan
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/Belum
Sudah/Belum
Sudah/Belum
10 %
15 %
Sudah/Belum
75 %
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
26
2) Laporan akhir
Setelah pelaksanaan Pengembangan embung selesai,
penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib
menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan
program Pengembangan Embung baik dari segi fisik
maupun keuangan. Laporan akan lebih informatif dan
komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi
minimal kondisi sebelum dan setelah kegiatan. Out line
laporan akhir adalah seperti Lampiran 3
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
27
V. PENUTUP
1. Mengingat pembangunan embung ini merupakan kegiatan
pendukung usaha agribisnis pertanian, khususnya dalam
antisipasi penyediaan air untuk pertanian pada saat musim
kemarau maka seluruh jajaran yang terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat bekerja
dengan penuh tanggungjawab yang berorientasi kepada
kepentingan masyarakat pertanian. Partisipasi masyarakat
sangat diperlukan untuk diperoleh pembangunan yang lebih
baik dan besar.
2. Untuk terwujudnya pelaksanaan yang efisien dan efektif,
setiap penanggungjawab kegiatan menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan secara terinci.
3. Apabila terjadi perubahan-perubahan rencana fisik dan hal-hal
yang belum jelas, dan belum tertuang dalam Pedoman Teknis
ini agar segera berkonsultasi kepada koordinator tingkat
Propinsi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan/
Perkebunan/Peternakan Propinsi) atau Penanggungjawab
Program/Teknis di tingkat Pusat.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Petunjuk Teknis Pembuatan Embung Pertanian Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan, Jakarta.
Anonim, 2003. Pengembangan Sarana Konservasi Air Penunjang Pertanian Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Jakarta.
Syafruddin Karama, Kekeringan dan Banjir, Bom Besar Bagi
Pertanian Indonesia, Harian Suara Pembaharuan, 16 September 2004, Jakarta
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung i
Lampiran 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan TOR
2. Penentuan CP/CL
3. Sosialisasi : - Aparat
- Penerima manfaat
4. Penyusunan Rencana/Proposal :
- Penetapan CP/CL
- Penyusunan Rencana Kegiatan & RAB
- Penyusunan Desain Sederhana
- Persetujuan Renc. Kegiatan & RAB
Oleh Dinas Pert.Kab/Kota
5. Persiapan Administrasi
- Penyiapan Rekening kelompok Tani
- Transfer Dana ke rekening Kelompok tani
6. Proses Pengadaan Bahan/Alat
7. Pengiriman Bahan/Alat
8. Pelaksanaan Konstruksi
- Pembuatan daftar Pekerja
- Pelaksanaan padat karya
9. Pengawasan
10. Monitoring dan Evaluasi
11. Pelaporan
JADWAL PALANG
PELAKSANAAN KEGIATAN EMBUNG
JENIS PEKERJAANBULAN KE
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung ii
Lampiran 2
No. Tahapan Pelaksanaan Ket
Kegiatan Fisik Keuangan 1 2 3 DST1 2 3 4 5 6 7 10 11
1 Penyusunan TOR Sudah/Belum -
2 Penentuan CP/CL Sudah/Belum -
3 Sosialisasi
a. Aparat Sudah/Belum -
b. Penerima manfaat Sudah/Belum -
4 Penyusunan Rencana/Proposal
a. Penetapan CPCL Sudah/Belum -
b. Penyusunan Rencana Kegiatan Sudah/Belum -
dan RAB
c. Penyusunan Desain Sederhana Sudah/Belum -
d. Persetujuan Renc. Kerja dan Sudah/Belum -
RAB oleh Kep. Dinas Pert Kab/Kota
5 Persiapan Administrasi
a. Penyiapan Rekening Kel Tani Sudah/Belum -
b. Tran sfer dana ke Rekenuing Sudah/Belum -
kelompok tani
6 Proses Pengadaan Bahan/Alat 10% 20%
7 Pengiriman Bahan/Alat 15% 30%
8 Pelaksanaan Konstruksi
a. Pembuatan Daftar Pekerja Sudah/Belum -
b. Pelaksanaan Padat Karya 75% 50%
9 Pengawasan Sudah/Belum -
8 Monitoring dan Evaluasi Sudah/Belum -
10 Pelaporan Sudah/Belum -
Bobot
Lampiran 3
FORM LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN
(BULANAN)
Prop/Kab. :
Jenis Kegiatan :
Bulan :
Lokasi
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung iii
Lampiran 3
Out Line dari Laporan Akhir ini adalah :
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
� Latar belakang
� Tujuan dan Sasaran
II. Pelaksanaan
A.A.A.A. Masukan
B.B.B.B. Lokasi
C.C.C.C. Tahap Pelaksanaan
D.D.D.D. Permasalahan
E.E.E.E. Pemecahan Masalah
III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan
IV. Kesimpulan dan Saran
Lampiran
Dokumentasi setiap tahapan kegiatan
Tabel perkembangan kegiatan
Tabel daftar bangunan sejenis yang pernah
dibangun/dilaksanakan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung iv
Lampiran 4
TPH HORT BUN NAK
1 Propinsi Jawa Barat
Kab. Bandung 2 2
Kab. Bekasi 1 1
Kab. Garut 1 1 3 5
Kab. Sumedang 4 4
Kab. Tasikmalaya 3 3
Kota Bogor 2 2
Kota Depok 2 2
Kab. Sukabumi 3 3
Kab. Bogor 1 1
23
2 Propinsi Jawa Tengah
Kab. Sragen 1 2 3
Kab. Banyumas 1 1
Kab. Pati 1 1
Kab. Kudus 1 1
Kab. Rembang 1 1
Kab. Magelang 2 2
Kab. Wonosobo 1 1 2
Kab. Purworejo 1 1
Kab. Demak 1 1
Kab. Jepara 2 2
Kab. Semarang 4 1 5
Kab. Wonogiri 1 4 5
Kab. Karanganyar 1 1
Kab. Pekalongan 1 1
Kab. Pemalang 1 1
28
3 Propinsi DIY
Kab.Sleman 1 1
Kab.Bantul 2 2
Kab. Gunung Kidul 2 2 4
Kab. Kulon Progo 2 2 4
11
DAFTAR LOKASI EMBUNG TAHUN ANGGARAN 2007
No. Propinsi/KabupatenMendukung
Jumlah
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung v
4 Propinsi Jawa Timur
Kab. Bangkalan 3 3
Kab. Banyuwangi 2 2
Kab. Blitar 3 3
Kab. Bojonegoro 4 4
Kab. Bondowoso 1 2 3
Kab. Jombang 2 2
Kab. Madiun 2 2
Kab. Malang 2 2 4
Kab. Mojokerto 4 4
Kab. Pacitan 2 2
Kab. Pasuruan 2 2
Kab. Sumenep 1 3 4
Kab. Tuban 4 4
39
5 Propinsi NAD
Kab. Aceh Singkil 2 3 5
Kab. Aceh Tenggara 2 2
7
6 Propinsi Sumatera Utara
Kab. Asahan 2 2
Kab.Tanah Karo 5 5
Kab. Labuhan Batu 7 7
Kab. Mandailing Natal 3 3
Kab. Nias 5 5
Kab. Simalungun 4 4
Kab. Tapanuli Selatan 2 3 5
Kab. Tapanuli Tengah 4 4
Kab. Tapanuli Utara 3 3
Kab. Toba Samosir 5 5
Kota Pakpak Bharat 3 3
Kab. Humbang Hasundutan 3 3
Kab. Samosir 2 2
51
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung vi
7 Propinsi Sumatera Barat
Kab. Lima Puluh Kota 1 2 3
Kab. Agam 1 2 3
Kab. Solok 1 1 2
Kab. Tanah Datar 5 5 10
Kab. Dharmas Raya 1 1
19
8 Propinsi Lampung
Kab. Lampung Barat 2 2
Kab. Lampung Selatan 5 5
Kab. Lampung Utara 2 2
Kab. Tanggamus 1 2 3
Kab. Tulang Bawang 3 3
15
9 Propinsi Kalimantan Barat
Kab. Bangkayang 2 2
Kab. Kapuas Hulu 4 4
Kab. Pontianak 2 1 1 4
Kab. Sintang 2 2
Kota Pontianak 2 2
Kab. Sekadau 3 3
17
10 Propinsi Kalimantan Tengah
Kab.Kapuas 1 1
Kab. Kota Waringin Barat 1 1
2
11 Propinsi Kalimantan Selatan
Kab. Tanah Laut 1 1
1
12 Propinsi Kalimantan Timur
Kab. Kutai Barat 3 3
Kab. Malinau 3 3
Kab. Nunukan 2 4 6
Kab. Pasir 2 2
Kota Samarinda 4 4
Kab. Kutai Kertanegara 4 4
22
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung vii
13 Prop. Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Utara 1 1
1
14 Prop. Sulawesi Tengah
Kab.Banggai Kepulauan 1 1
Kab. Donggala 2 2
Kab. Parigi Moutong 2 2 4
7
15 Prop. Sulawesi Selatan
Kab. Barru 6 6
Kab. Luwu Utara 3 3
Kab. Pangkep 2 2
Kab. Selayar 2 2
Kab. Soppeng 4 4 8
Kab. Takalar 1 1
Kab. Tana Toraja 3 2 1 6
Kota Palopo 2 2
30
16 Prop. Sulawesi Tenggara
Kab.Buton 1 1
Kab. Konawe 1 1
Kab. Muna 2 2
Kab. Konawe Selatan 2 1 3
Kab. Kolaka Utara 2 4 6
Kota Kendari 2 2
15
17 Prop. Maluku
Kab. Seram Bagian Barat 1 1
1
18 Prop. Bali
Kota Bangli 2 2
Kota Buleleng 4 4 8
Kab. Gianyar 4 4
Kab. Jembrana 4 4
Kab. Karangasem 3 3
Kab. Klungkung 2 6 8
Kab. Tabanan 7 7
Kota Denpasar 5 5
41
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung viii
19 Prop. NTB
Kab. Bima 2 3 2 7
Kab. Dompu 5 2 2 9
Kab. Lombok Tengah 4 4
Kab. Lombok Timur 4 4
Kab. Sumbawa 5 4 9
Kota Bima 5 5
Kota Sumbawa Barat 4 4 8
46
20 Prop. NTT
Kab. Kupang 7 7 7
Kab. Timor Tengah Selatan 2 2 5 9
Kab. Belu 6 2 6 14
Kab. Alor 4 5 9
Kab. Lembata 5 5
Kab. Manggarai 5 4 9
Kab. Sumba Barat 6 8 14
Kab. Sumba Timur 10 8 18
Kab. Rotendau 6 6
Kab. Manggarai Barat 5 5
Kab. Ende 10 10
Kab. Ngada 10 6 16
Kab. Sikka 3 3
Kab. Flores Timur 8 4 12
137
21 Prop. Papua
Kab. Jayapura 4 2 6
Kab. Merauke 4 4
10
22 Prop. Bengkulu
Kab. Bengkulu Selatan 2 1 1 4
Kab. Seluma 1 1
Kab. Kepahiang 2 1 3
8
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung ix
23 Prop. Maluku Utara
Kota Ternate 3 3
3
24 Prop. Banten
Kab. Lebak 1 1 2 2 6
Kab. Pandeglang 1 2 3
Kab. Serang 3 2 5
Kab. Tangerang 2 2
16
25 Prop. Gorontalo
Kab.Boalemo 2 2 4
Kab. Gorontalo 1 1
Kab. Pohuwato 3 3
Kab. Bone Bolango 2 2 1 5
13
26 Prop. Sulawesi Barat
Kab. Mamuju 1 1
Kab. Majene 1 1
Kab. Mamuju Utara 1 1
Kab. Polewali Mandar 1 1
4
Recommended