View
22
Download
9
Category
Preview:
DESCRIPTION
ggggg
Citation preview
PEMBAGIAN INSEKTISIDA
Menurut bentuknya, insektisida dapat berupa bahan padat larutan dan gas.
1. Bahan padat dapat berupa:
a. Serbuk (dst.), berukuran 35 – 200 mikron dan tembus “20 mesh screen”
b. Granula (granules), berukuran sebesar butir gula pasir dan tidak tembus “20 mesh
screen”.
c. “Pellets”, berukuran kira-kira 1 cm
2. Larutan:
a. Aerosol dan “fog”, berukuran 0,1 – 50 mikron.
b. Kabut (mist), berukuran 50 – 100 mikron.
c. Semprotan (spray) berukuran 10 – 500 mikron.
3. Gas:
a. Asap (fumes dan smokes), berukuran 0,001 – 0,1 mikron.
b. Uap (vapours), berukuran kurang dari 0,001 mikron.
Menurut cara masuknya ke dalam badan serangga, insektisida dibagi dalam:
1. Racun Kontak (contact poisons)
Insektisida ini masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan perantaraan
tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang mengandung residu
insekisida. Pada umumnya dipakai untuk pemberantasan serangga yang mempunyai
bentuk mulut tusuk-isap.
2. Racun Perut (stomach poisons)
Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus dimakan. Biasanya
serangga yang diberantas dengan cara ini mempunyai mulut untuk menggigit, lekat isap,
kerat isap, dan bentuk mengisap.
3. Racun Pernapasan (fumingants)
Insektisida masuk melalui sistem pernapasan (spirakel) dan juga melalui permukaan badan
serangga. Insektisida dapat dipakai untuk memberantas semua jenis serangga tanpa
memperhatikan bentuk mulut. Penggunaan insektisida harus hati-hati, terutama bila
dipakai di ruangan tertutup.
Menurut bahan kimia, insektisida dibagi dalam:
1. Insektisida anorganik (anorganic insecticides)
2. Insektisida organik berasal dari alam (natural organic insecticides)
3. Insektisida organik sintetik (syntetic organic insecticides)
Insektisida yang perlu diketahui adalah:
1. DDT (Dikloro Defenil Trikloroetan)
Insektisida ini berupa kristal putih, mempunyai susunan kimia yang stabil dengan harga
termurah dan daya residu yang lama (3 – 6 bulan). Tidak larut dalam air dan larut dalam
pelarut organik, mudah diserap oleh lemak.
DDT digunakan untuk pemberantasan lalat, nyamuk, tuma, pinjal, dan kutu busuk. DDT
bentuk semprotan (residual spray) sampai sekarang masih dipakai untuk pengendalian
vektor malaria, terutama di luar Pulau Jawa dengan dosis 2 gram per meter persegi. Di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, DDT dilaporkan telah menimbulkan resisten terhadap An.
sundaicus dan An. aconitus maka DDT ditukar dengan fenitrotion.
2. Fenitrotion
Insektisida ini termasuk golongan organo-fosfor, bersifat sedikit menguap. Zat ini lebih
toksik dari DDT, tapi mempunyai residu yang lebih pendek (kira-kira 2 bulan). Di
Indonesia digunakan untuk pengendalian nyamuk Anophelini yang sudah resisten terhadap
DDT tapi harganya mahal. Zat ini disebut juga Sumition atau Folition.
3. Abat disebut juga temefos
Insektisida ini termasuk golongan organo-fosfor, biasanya dijual dalam bentuk “sand
granules” yang dilapisi 1 % larutan. Insektisida ini sangat toksik terhadap larva nyamuk
tapi tidak toksik terhadap manusia, sekalipun terdapat dalam air minum. Merupakan
insektisida yang paling efektif terhadap larva Ae. aegypti terutama yang sudah resisten
terhadap chloronated hydrocarbon.
4. Malation
Termasuk golongan organo-fosfor berupa larutan berwarna tengguli, bau tidak enak,
lambat larut dalam air, tapi mudah larut dalam pelarut lainnya. Sangat toksik terhadap
nyamuk, lalat, lipas, pinjal, dan lain-lain, tapi tidak membahayakan manusia dan hewan
lainnya. Sering digunakan sebagai pengganti golongan chloronated hydrocarbon misalnya
DDT yang sudah mengalami resistensi. Pernah dipakai sebagai pengasapan (foging)
menggunakan malation dari kapal terbang dalam upaya pengendalian vektor DHF, waktu
Semarang dinyatakan sebagai daerah wabah DHF.
5. Baygon
Termasuk golongan karbamat bersifat sedikit berbau, sangat efektif sebagai insektisida
untuk memberantas lipas, lalat, nyamuk, dan laba-laba. Sand flies dalam bentuk “spray”
atau aerosol yang dicampur dengan repellent yang sangat peka untuk pengendalian
nyamuk rumah Cx. quiquefasciatus.
6. Dieldrin
Sering digunakan sebagai “residual spray” bersama-sama dengan DDT untuk
pemberantasan nyamuk malaria, lebih toksik dari DDT, daya residu lebih pendek (1 – 3
bulan). Digunakan untuk pemberantasan serangga yang telah resisten terhadap DDT,
terutama untuk pengendalian An. sundaicus yang tahun 1954 dinyatakan resisten terhadap
DDT.
7. Piretrum
Insektisida ini berasal dari kepala bunga serunai (Chrysanthemum spp.), mempunyai daya
bunuh serangga yang besar, bersifat neurotoksik yang menyebabkan paralysis serangga.
Larut dalam minyak dan mudah dicampur dalam bentuk serbuk.Tidak toksik untuk
mamalia, tapi dapat menyebabkan iritasi bronchus yang berakibat sesak napas. Dipakai
dalam obat nyamuk dengan konsentrasi rendah sehingga bekerja sebagai “repellent”.
1. Sebutkan dan jelaskan pembagian insektisida menurut cara masuknya ke dalam badan
serangga!
Recommended