View
227
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah menular
kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak harus
diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang disebut Virus
Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu badan panas,
bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah. Biasanya penyakit ini
timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif
(melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan
mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita
morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus,
bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati
atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak yang sangat
menular pada umumnya menyerang anak-anak. Menurut kriteria diagnostiknya, ada 4
stadium campak meliputi stadium tunas, stadium prodormal / kataral, stadium erupsi, dan
stadium konvalesensi. Gejala klinis morbili meliputi demam mencapai 400C, pilek,
batuk, konjungtivitis, ruam erupsi makulopapular, dan koplik’s spot (merupakan tanda
pathognomonis penyakit campak, bentuk bintik tidak teratur dan kecil berwarna merah
terang, pada pertengahan di dapat noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik). Pada
pasien ini masih di observasi febris hari ke-2 dengan suspek morbili. Untuk terapi
medikamentosa diberikan infus KAEN 3A, antipiretik (parasetamol), ambroxol, vitamin
A dan C. Sedangkan untuk Supportifnya, pasien diminta untuk istirahat, dan pasien
dirawat di bangsal isolasi untuk mencegah penularan ke pasien lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana anatomi kulit?
1.2.2 Bagaimana fisiologi kulit ?
1.2.3 Apa definisi penyakit campak ?
1.2.4 Apa etiologi penyakit campak ?
1.2.5 Apa saja tanda dan gejala penyakit campak?
1.2.6 Bagaimana sifat virus morbili?
1.2.7 Bagaimana cara penularan penyakit campak?
1.2.8 Bagaimana patofisiologi penyakit campak ?
1.2.9 Bagaimana pathway dari penyakit campak?
1.2.10 Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada klien dengan penyakit campak ?
1.2.11 Bagaimana penatalaksanaan medis pada klien dengan penyakit campak?
1.2.12 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit campak ?
1.2.13 Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit campak ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit campak
1.3.1.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit campak
1.3.1.3 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
campak
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui anatomi pada kulit
1.3.2.2 Untuk mengetahui fisiologi pada kulit
1.3.2.3 Untuk mengetahui definisi penyakit campak
1.3.2.4 Untuk mengetahui etiologi penyakit campak.
1.3.2.5 Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit campak
1.3.2.6 Untuk mengetahui sifat virus morbili
1.3.2.7 Untuk mengetahui cara penularan penyakit campak
1.3.2.8 Untuk mengetahui patofisiologi penyakit campak.
1.3.2.9 Untuk mengetahui pathway penyakit campak
1.3.2.10 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien dengan penyakit
campak
1.3.2.11 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien dengan penyakit
campak
1.3.2.12 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit campak
1.3.2.13 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
campak
1.4 MANFAAT PENULISAN
Agar mahasiswa mengetahui konsep dasar penyakit, konsep asuhan penyakit campak
serta mengetahui contoh dari asuhan keperawatan padapasien dengan gangguan penyakit
campak. Agar saat pelaksanaan asuhan keperawatan perawat , perawat dapat merawat
serta memberikan asuhan dengan baik dan benar. Serta dapat dapat memberikan
informasi kepada orang tua agar anak tidak terhindar dari penyakit campak
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit Campak
2.1.1 Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh.Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
– 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen
(sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1.Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2.Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis
di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
2.1.2 Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme
patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam
merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah
bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
2.1.3 Pengertian Campak
Dalam bahasa latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam
bahasa Inggris, measles. Dalam bahasa awam disebut campak atau serampah.
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001).
Morbili adalah penyakit virus akut dengan demam, radang selaput lendir dan
timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul pengelupasan
(Ramali Ahmad, 2002).
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus
yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik
yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman (Catzel dan Robert, 1995).
Jadi, Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, yang disebabkan virus campak
menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a) Stadium kataral, b) Stadium
erupsi, c) Stadium konvalesensi
2.1.4 Etiologi
Penyebab penyakit campak adalah disebabkan virus campak atau virus
morbili. Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family
paramiksovirus. Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan
pemamah biak peste des petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat
keterkaitan imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu
jalur evolusi bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang
spesifik ( anjing, ternak, kambing, manusia ).
.
Gambar 2 : virus campak
Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks
protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah
pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah
ditemukan dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas virus yang telah
diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka
waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam
berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang
berasal dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus
permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan
jaringan spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai
dengan pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan
inklusi sinsitium dan eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip
dengan yang diamati di specimen sitologi yang diambil dari secret traktus
respiraturius dan banyak jaringan penderita campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik,
memfiksasi komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan
hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna
pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat
jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini.
L Protein interna ( Large )
P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.
2.1.5 Tanda dan Gejala
Diagnosis morbili biasanya dapat dibuat atas dasar kelompok gejala klinis
yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam
Table 2-1. protein virus campak
tinggi dalam beberapa hari dan diikuti ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali
dari belakang telinga untuk kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan
kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami
hiperpigmentasi dan mengelupas.
Pada stadium prodormal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang
merupakan tanda patognomonis morbili yaitu bercak koplik, meskipun demikian
menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus
manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang
ruamnya dapat berdarah dan mengelupas atau pasien sudah meninggal ruam
belum timbul. Kasus yang mengidap gizi kurang dapat menderita diare yang
berkelanjutan. Stadium stadium pada manifestasi klinis penyakit campak :
a. Stadium Prodromal (kataral)
Demam, malaise, batuk, konjungtivitis, coryza terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema terletak di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, timbul dua hari sebelum
munculnya rash. Stadium ini berlangsung selama 4 – 5 hari.
b. Stadium Erupsi
Coryza dan batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk macula
popula disertai meningkatnya suhu tubuh. Mula-mula eritema terletak di
belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian
belakang bawah. Kadang terdapat pendarahan ringan di bawah kulit.
Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang
leher.
c. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya
diikuti gejala anorexia, malaise, limfedenopati (Suriadi, 2001).
Selain stadium, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3
fase dan pada fase-fase tersebut menimbulakan tanda dan gejala yang khas
pada setiap fasenya, yaitu antara lain:.
Fase pertama disebut fase inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari.
Pada fase ini anak sudah mula terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak
gejala apapun. Bercak-bercak merak yang merupakan cirri khas campak
belum keluar.
Pada fase kedua (fase prodromal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit
flu, seperti batuk, pilek dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan
berair. Bila melihat sesuatu mata akan silau (fotofobia). Disebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak
juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang
turun naik, berkisar 38̊̊C-40,̊C 50̊C.
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam
tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh,
melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher,
dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang
tak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Bercak-bercak merah ini dalam
bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi
seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung
padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik
maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya
jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya.
Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik
(hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini
merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.
Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa diagnosis morbili dapat ditegakkan
secara klinis, sedangkan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pada
pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada mukosa hidung dan pipi
dan pada pemeriksaan serologik didapatkan IgM spesifik. campak dapat
bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal; diagnosis banding lainnya
adalah rubela, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum
dan infeksi stafilokokus.
2.1.6 Sifat Virus Morbilli
Virus morbili berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbul ruam. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawet beku,
minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 350 C, dan beberapa hari pada suhu
00C. Virus tidak dapat aktif pada pH rendah.
a. Bentuk Virus
Virus morbili termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan
tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar
yang terdiri dari lemak dan protein Didalamnya terdapat nukleokapsid yang
bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat
(RNA), merupakan struktur helix nukleo protein dari myxovirus. Selubung
luar sering menunjukkan tonjolan pendek, suatu protein yang berada
diselubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
b. Ketahanan Virus
Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi,
apabila berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada
temperatur kamar ia kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3-5 hari,
pada 370c waktu paruh umurnya 2 jam, pada 560c hanya satu jam. Dalam
keadaan yang lain ia bertahan dalam keadaan dingun. Pada media protein ia
dapat hidup dengan suhu -700c selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari
pendingin dengan suhu 4-60c dapat hidup selama 5 bulan apabila
dimasukkan dalam media protein dan hanya dapat hidup 2 minggu bila tanpa
media protein.
Tanpa media protein virus campak dapat dihancurkan oleh sinar
ultraviolet. Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka termasuk
mikroorganisme yang bersifat eter labile, pada suhu kamar dapat mati dalam
20% eter selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Virus morbili
sensitif pada 0,01% betapropiaceton dalam setiap konsentrasi, pada suhu
370c,akan kehilangan sifat infektisitasnya dalam2 jam, walaupun demikian ia
tetap memiliki antigenitas penuh. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak
efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin
mempercepat hilangnya potensi antigenik
2.1.7 Cara Penularan Campak
Yang patut diwaspadai, peunularan penyakit campak berlangsung sangat cepat
melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung
atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak
merah timbul. Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan
penyakit campak. Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka
anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah
campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah
campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar
karena penyakit bukanlah untuk ditularkan. Apalagi dampak campak cukup
berbahaya.
Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak
harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita.
Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin
banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan
mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak
merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh.
Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara
salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang
melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya
menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa
bisul-bisul kecil bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.3
2.1.8 Patofisiologi
Penularan virus yang infeksius sangat efektif, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak
terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1 – 2 hari sebelum timbul gejala
klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Lesi utama tampak ditemukan pada kulit
penderita, mukosa nasofarink, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva serta
masuk ke dalam limfatik lokal. Virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan
dan di situ mulai penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa. Sel
mono nuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak.
Virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitil
orofarink, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari
ke 9 – 10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu
sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Virus yang masuk ke pembuluh darah
menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas adalah batuk, pilek,
disertai konjungtivitis, demam tinggi, ruam menyebar ke seluruh tubuh, timbul
bercak koplik.
Pada hari ke-14 sesudah awal infeksi akan muncul ruam makulopopular dan
saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Daya tahan tubuh akan menurun sebagai
akibat respon terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit. Daerah epitel
yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan
serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopnemoni, otitis dan lain-lain,
2002).
2.1.9 Pathway
Virus Morbili
Droplet Infection
Eksudat yang serius, proliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus
Reaksi Inflamasi : Demam, suhu naik,
metabolisme naik, RR naik, IWL naik
Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen
Saluran cerna
Terdapat bercak koplik
berwarna kelabu dikelilingi
eritema pada mukosa
bukalis, berhadapan pada molar,
palatum durum, mole.
Gangguan rasa nyaman:
Peningkatan suhu tubuh
Resiko kurang volume cairan
Saluran napas; Inflamasi saluran napas atas; bercak
koplik pada mukosa bukalis meluas ke jari
trakeobronkial
Kulit menonjol sekitar sebasea
dan folikel rambut
Radang konjungtiva
Mulut pahit timbul anorexia
Batuk, pilek, RR
Bronchopneumonia
Eritema membentuk
papul di kulit normal
Konjungtivitis
Gangguan persepsi sensori
Absorpsi turun
Diare
(BAB terus menerus) iritasi
2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak
langsung.
b. Patologi anatomi
Gangguan kebutuhan nutrisi < kebutuhan normalHygienis tidak dijaga dan imunitas kurang akan meluas pada saluran cerna bagian bawah (usus)
Gangguan integritas kulit
Kurang volume cairan elektrolit
Gangguan pola napas;bersihan jalan
napas
Rash, ruam di balik telinga, leher, pipi,
muka, seluruh tubuh deskuamasi rasa gatal
Gangguan istirahat tidur Gangguan integritas kulit
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak
yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim
inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak).
Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap),
bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).
2.1.11 Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien
yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi
virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan
untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A
sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis
ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua
diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan
diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain
itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya
buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di
rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai ( kadang
perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan
nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya
komplikasi.
1) Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak
sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum.
Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak.
Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim
akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi.
2) Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan
infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah
campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan
tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya
diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk
mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak
juga tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan
akan berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan
sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika
eksantem telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah
gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal
tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep
dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-
sering dibedaki saja.
4) Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal
ini dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah
menjadi negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat
kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu
resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak
kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit
kronik lainya.
2.1.12 Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang
rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila
telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk
mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang
dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan
masa tunas memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak,
tetapi mereka tetap sebagai sumber penular potensial pada individu yang
berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara,
imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu.
Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk
pencegahan atau pengobatan sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV, penyakit
Kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela ) interval
yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi
dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang
diberikan.
b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular
dan tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi
neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang
dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5
sampai 15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau
ketidakmampuan. Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa
terjadi setelah serangan demam pada kurang dari 5% pasien yang divaksinasi.
Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai
25 tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang
lebih baik dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami.
1) Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a) Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan
( tipe Edmonston B ).
b) Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium ).
2) Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian
dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat
diberikan secra intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur
dengan berbagai macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin
terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah
pelaksanaan program imunisasi.
3) Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada
imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian
akibat imunisasi dengan valsin campak dari virus yang dimatikan.
Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakanya
vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yan lebih
dari 39,50c yang terjadi pada 5-15% kasus, demam mulaidijumpai pada
hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Berbeda
dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan
suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.
Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar
dibedakan dengan modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit
alami. Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi system saraf
pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca diimunisasi.
4) Imunisasi Ulangan
Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes Depkes
& Kesos mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah per provinsi pada
tahun 1998, menunjukkan status antibody campak hanya mencapai 71,9%
sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi
campak cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut
ulangan imunisasi campak diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7
tahun ) melalui program BIAS. Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam
situasi tertentu, misalnya :
a) Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan
terbukti bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik ( tampak
peningkatan insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-anak yang
memperoleh imunisasi ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan
mengulangi imunisasinya tetapi hal ini bukan merupakan kontra
indikasi.
b) Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka
anak SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
c) Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya
sudah dimatikan ( vaksin inaktif ).
d) Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
e) Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.
5) Kontra Indikasi
Kontra indikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresif,
hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan
immunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Anak yang sakit
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, Identitas sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah )
dipalatum durum dan palatum mole.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah
kontak dengan pasien campak.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
6) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
7) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari.Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi Klasifikasinya
sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
8) Riwayat tumbuh kembang anak.
a) Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi
ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg
dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra
sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b) Tahap perkembangan.
(1) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika
anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
(2) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase
oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
(3) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
(4) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai
melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,
memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
(5) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk
menghindari hukuman.
(6) Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
(7) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi
perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak
protes.
(8) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari
2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata
menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti
binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
(9) Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa
dia mempunyai lingkungan luar.
(10)Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
a) Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia,
adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
b) Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah
leher belakang,
3) Mulut
a) Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan
traktus digestivus.
4) Toraks
a) Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada
hidung.Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai
influenza.
b) Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen
a) Inspeksi :
Bentuk dari perut anak.Ruam pada kulit.
b) Auskultasi
Bising usus.
c) Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya
masa atau pembengkakan.
6) Kulit
a) Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
b) Palpasi :
Turgor kulit menurun
2.2.2 Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret
b. Nyeri akut b.d agen injury (nyeri tenggook)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat.
d. Hipertermi b.d proses penyakit
e. Kerusakan integritas kulit b.d penurunan imunitas
f. Resiko penyebaran infeksi b.d organisme purulen
2.2.3 Intervensi keperawatan
NO Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
1Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d penumpukan
secret
NOC : Respiratory ststus :
Airway patency
Kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan suara
jalan nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dispneu
2. Menunjukan jalan nafas
yang paten ( irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
3. Mampu mencegah faktor
yang menghambat jalan
nafas.
NIC : Airway management
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
3. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
4. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara nafas
tambahan
5. Monitor respirasi dan
status O2
2Nyeri akut b.d agen injury
(nyeri tenggook)
NOC : Pain level
Kriteria hasil :
NIC 1 : Pain management
1. Kaji secara komprehensif
tentang nyeri meliputi :
1. Mengenali faktor penyebab
2. Menggunakan metode
pencegahan
3. Menggunakan metode
pencegahan non analgetik
untuk mengurangi nyeri.
4. Menggunakan analgetik
sesuai kebutuhan
5. Menganali gejala – gejala
nyeri
lokasi , karakteristik dan
onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor –
faktor presipitasi
2. Observasi isyarat – isyarat
non verbal dari
ketidaknyamana,
khususnya dalam
ketidakmampuan untuk
komunikasi secara efektif
3. Gunakan komunikasi
terapeutik agar pasien
dapat mengekspresikan
nyeri
4. Kontrol faktor – faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan (ex :
temperatur ruangan ,
penyinaran)
5. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi
(misalnya : relaksasi,
guided imagery, distraksi,
terapi bermain, terapi
aktivitas)
NIC 2 : Analgetik
administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Pilih analgetik yang
diperlukan / kombinasi dari
analgetik ketika pemberian
lebih dari satu.
4. Tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
3Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat.
NOC : Status nutrisi
Kriteria hasil :
1. Stamina
2. Tenaga
3. Kekuatan menggenggam
4. Penyembuhan jaringan
5. Daya tahan tubuh
NIC 1 : Manajemen nutrisi
1. Timbang Berat badan
2. Anjurkan pada keluarga
pasien untuk memberikan
ASI
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vit C
4. Kolaborasikan dengan ahli
6. Pertumbuhan gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
NIC 2 : Monitoring nutrisi
1. Monitor turgor kulit
2. Monitor mual dan muntah
3. Monitor intake nutrisi
4. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
4Hipertermi b.d proses
penyakit
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
1. Suhu kulit dalam rentang
yang diharapkan
2. Suhu tubuh dalam batas
normal
3. Nadi dan pernapasan dalam
rentang yang diharapkan
4. Perubahan warna kulit tidak
ada
NIC : Regulasi suhu
1. Pantau suhu minimal setiap
dua jam, sesuai dengan
kebutuhan
2. Pantau warna kulit dan
suhu
3. Ajarkan keluarga dalam
mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia
4. Lepaskan pakaian yang
berlebihan dan tutupi
pasien dengan hanya
selembar pakaian
5. Anjurkan asupan cairan
oral
5Kerusakan integritas kulit
b.d penurunan imunitas
NOC : Tissue integrity
Kriteria hasil :
1. Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
2. Tidak ada luka atau lesi pada
kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
NIC : Pressure management
1. Anjurkan pasien untuk
mengenakan pakaian yang
longgar
2. Hindari kerutan pada
tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien secara
teratur
5. Monitor kulit akan adanya
kemerahan
6. Oleskan lotion pada daerah
yang tertekan
6Resiko penyebaran infeksi
b.d organisme purulen
NOC :Imune status
Kriteria hasil :
1. Pasien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
2. Menjelaskan proses
penularan penyakit
3. Menjelaskan faktor yang
NIC : Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung
4. Inspeksi kulit dan
mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya
4. Menunjukan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
5. Menunjukan perilaku hidup
sehat
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas dan
drainase
5. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
6. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
7. Dorong masukan cairan
8. Dorong istirahat
2.2.4 Implementasi keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan
keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas,
mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi
tentang proses penyakit (DoengesMarilynn E, 2000, Remcana Asuhan
Keperawatan)
2.2.5 Evaluasi keperaatan
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping
itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a. Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan
sesuai dengan pernyataan tujuan.
2.3 Contoh Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas penderita
a) Nama anak : An. B
b) Umur :10 tahun
c) Jenis kelamin : Laki-laki
2) Keluhan utama : -
3) Riwayat kesehatan sekarang
Sudah 2 minggu yang lalu batuk-batuk, pilek dan nyeri tenggorokan
4) Riwayat kesehatan dahulu
Anak diduga belum pernah mendapatkan vaksinasi campak
5) Riwayat kesehatan keluarga: -
6) Riwayat imunisasi
Anak belum mendapat imunisasi campak
7) Riwayat tumbuh kembang anak.
a) Tahap pertumbuhan
BBI = (umur (thn) x 2 ) + 8= (10x2)+8= 28 Kg
BB pasien : 20 Kg
TB : 120 cm
b) Tahap perkembangan; -
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata: terdapat konjungtivitis,mata tampak merah
2) Kepala: sakit kepala
3) Hidung dan tenggorokan : Banyak terdapat secret, suara tambahan
pernapasan dan terdapat nyeri tenggorokan
4) Mulut dan bibir: Mukosa bibir kering, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit (kering ) kusam,rasa gatal, keringat berlebihan
panas (demam).
6) Pernafasan : Pola nafas (reguler), RR (24x/menit )( n : 20-30/menit),
batuk, sesak nafas, wheezing,sputum
7) Tumbuh kembang: BB (20 kg), TB (120cm), BB Lahir (3 kg), belum
pernah vaksinasi.
8) Pola Defekasi : BAK (950 ml/hari) ( n 3-5 thn : 600-700 ml / hari)
9) Status Nutrisi : nafsu makanan menurun
10) Keadaan Umum : sadar TTV (N:80x/menit, TD:110/60 mmHg, S: 38OC,
RR: 24x/menit).
2.3.2 Diagnosa keperawatan
a. Analisis Data
Data Etiologi Masalah
DS : Klien batuk-batuk dan pilek
sejak 2 minggu yang lalu
DO : Terdapat suara tambahan
pernapasan dan nyeri
tenggorokan
Droplet campak yang terhirup
masuk saluran pernafasan
Berkembang & menempel pada
nasofaring
Fungsi silia menurun
Sekret meningkat
Reflek batuk
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
Ketidak efektifan bersihan jalan
nafas
DS : Klien merasa lemas, rewel
dan suka menangis
DO :Suhu badan klien 38 derajat
celcius.
Efek perjalanan penyakit
terhadap tubuh
Menimbulkan peradangan
Pengeluaran mediator kimia
Mempengaruhi thermostat dalam
hipotalamus
Sel point meningkat
Hipertermi
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi
DS : Klien mengungkapkan rasa
ketidaknyamanan terhadap bintik
yang timbul pada kulit tubuhnya
DO : Pada kulit klien terdapat
ruam, kulit bersisik dan tugor
kulit menurun
Virus yang menyerang kulit
Respon imunitas pada kulit
Histamine
Vasodilatasi&permeabilitas
meningkat
Gangguan integritas kulit
Leukositosis bergerak dari kapiler
ke jaringan kulit
Reaksi hipersensifitas
Ruam kulit
Gangguan integritas kulit
DS : Klien mengeluh gatal- gatal
pada kulit dan terdapat bercak
merah
Inveksi virus
Menyebar pada semua sistem
Gangguan rasa nyaman
DO : Klien sering menggaruk
garuk kulit yang terdapat bercak
merah
retikuloen dotelial
Replikasi kembali
Terjadi viremia kedua
Reaksi radang
Pengeluaran mediator kimia
Histamine
Gatal
Gangguan rasa nyaman
b. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
secret
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perkembangan penyakit.
4) Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam,
tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan
gatal.
2.3.3 Perencanaan Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermi
berhubungan
dengan peningkatan
metabolic
Kriteria Hasil :
Tidak terdapatnya tanda dan
gejala hipertermia, kulit
kemerahan dan pusing
Normotermia, pernafasan,
nadi dan tekanan darah
dalam batas normal
1. Monitor suhu inti
melalui rute yang
sesuai ( misalnya
timpani, rectal) dan
catat adanya
kenaikan suhu
2. Gunakan tindakan-
tindakan
pendinginan internal
dan eksternal yang
sesuai, seperti
mandi dingin atau
mattres dingin
Kolaborasi
3. Berikan cairan dan
elektrolit sesuai
intruksi
4. Berikan antipiretik,
secara oral maupun
rektal (aspirin,
asetaminofen)
sesuai intruksi
2 Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
berhubungan
dengan penumpukan
secret
Kriteria Hasil :
Penurunan jumlah secret
Bunyi napas normal
Klien dapat bernafas tanpa
bantuan alat bantu
pernapasan
Airway Management
1. Kaji tanda-tanda vital,
status pernapasan
klien (RR, kedalaman
dan suara napas)
2. Beri posisi
semifowler/ fowler
jika tidak ada kontra
indikasi
Mobilize Secretions
1. Elevasikan kepala
atau mengubah posisi
yang diperlukan
2. Mengajarkan latihan
batuk efektif dan
teknik napas dalam
3. Lakukan suction jika
secret tidak dapat
keluar dengan batuk
efektif.
4. Berikan oksigen
dengan konsentrasi
100%
Kolaborasi
5. Berikan ekspektoran,
anti –inflamasi,
bronkodilator dan
mukolitiks
berdasarkan resep
Assess Changes
1. Auskultasi suara
napas
2. Monitor vital sign,
catat tekanan darah
atau perubahan nadi
3. Monitor ABG
dan pulse oximetry
3 Kerusakan integritas Kriteria Hasil : 1. Kaji kebutuhan
kulit berhubungan
dengan
perkembangan
penyakit
Temperatur kulit dalam
rentang normal
Daya sensasi tubuh dalam
rentang normal
Elastisitas kulit dalam
rentang normal
Pigmentasi kulit dalam
rentang normal
Tekstur kulit rata dan halus
hygiene dan
perawatan kuli klien
2. Berikan hidrasi
yang adekuat (oral,
selang, IV (infus),
dll)
3. Atur dan monitor
patensi selang infus,
apabila
menggunakan infus
4. Berikan nutrisi yang
optimal (termasuk
protein yang
adekuat, lemak,
kalori, mineral dan
multivitamin)
5. Monitor respon
pasien (anak)
terhadap terapi
cairan dan elektrolit
yang diberikan
4 Gangguan rasa
aman dan nyaman
berhubungan
dengan adanya
demam, tidak enak
bedan, pusing,
Kriteria Hasil :
o Pasien menunjukkan
kenyamanan, tidak merasa
gatal lagi.
o Badan kelihatan segar dan
1. Bedaki tubuh anak
dengan bedak salisil 1 %
atau lainnya atas resep
dokter
2. Menghindari anak tidak
tidur di bawah lampu
mulut terasa pahit,
kadang-kadang
muntah dan gatal.
tidak merasa pusing. karena silau
danmembuat tidak
nyaman
3. Selama demam masih
tinggi tidak boleh
dimandikan dan sering-
sering dibedaki.
4. Jika suhu tubuh turun,
untuk mengurangi gatal
dapat dimandikan
dengan air hangat
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan
keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas,
mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi
tentang proses penyakit (DoengesMarilynn E, 2000, Remcana Asuhan
Keperawatan)
2.3.5 Evaluasi keperawatan
a. Suhu tuuh kembali dalam batas yang normal
b. Fungsi pernapasan kembali normal
c. Integritas kulit kembali dalam batas yang normal
d. Nyeri hilang atau terkontrol dengan baik
e. Mempunyai pengetahuan atau informasi tentang imunisasi campak dengan
benar
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 1997:351). Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong
dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif
terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC,
sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 1997 : 90-91).
Manifestasi klinis Koriza dan Batuk bertambah, Kadang terlehat bercak
koplik, Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan,
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, Splenomegali. Pada pemeriksaan
serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah
timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
(Rampengan, 1997 : 94).
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
Arief Manjoer. 2000. “Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II”. Jakarta: EGC.
Suryadi. 2010. “Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2”. Jakarta: CV Sagung Seto.
Recommended