View
243
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh : Anna Lusiana Kuswardhani
S830809004
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang
Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh:
Anna Lusiana Kuswardhani, S.P. S 830809004
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
……………………………………………………..
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I Prof.Drs.H.Sutarno, M.Sc. Ph,D NIP. 19600809 198612 1
……………………..
Pembimbing II
Drs. Haryono, M.Pd NIP 19520423 197603 1 002
……………………..
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 1998003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus pada Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh:
Anna Lusiana Kuswardhani, S.P. S 830809004
Telah disahkan oleh Tim Penguji pada tanggal
………………………………………………..
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP 19520116 1998003 1 001
………………… Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D
NIP 19520915 197603 2 001
............................. Anggota Penguji 1 Prof.Drs.H.Sutarno, M.Sc. Ph,D
NIP. 19600809 198612 1 001
............................. 2 Drs. Haryono, M.Pd
NIP 19520423 197603 1 002
.............................
Mengetahui
Direktur Ketua
Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. PhD Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19570820 1998503 1 004 NIP 19520116 1998003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Anna Lusiana Kuswardhani NIM : S 830809004
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL JIGSAW II DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus pada Materi
Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011)
adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini
diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Pebruari 2011
Yang membuat pernyataan
Anna Lusiana Kuswardhani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tesis yang berjudul "Pembelajaran Biologi Model
Jigsaw II dan Student Teams Achievement Division (STAD) Ditinjau Dari Motivasi
Belajar Dan Kreativitas Siswa" (Penelitian Pembelajaran Materi Ekosistem Kelas X
SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011), dapat terselesaikan.
Selama proses penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, masukan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, MSc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengijinkan penyusunan penelitian ini.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan wawasan, motivasi, dan bimbingan hingga selesainya tesis ini.
3. Prof. Drs.Sutarno, M.Sc. Ph.D, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dengan kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
4. Drs. Haryono, M.Pd, selaku Pembimbing yang dengan kesabaran membimbing,
memberi arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
khususnya pada Program Studi Pendidikan Sains yang telah memotivasi dan
memberikan wawasan keilmuan selama penulis menempuh studi pada Program
Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan September 2009 Pascasarjana Program Studi
Pendidikan Sains yang telah banyak memberikan bantuan dan saran-saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan pahala atas jasa-jasa dan kebaikan mereka.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, penulis mengharapkan saran
yang membangun dari pembaca.
Amin.
Surakarta, Pebruari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
” Akar pendidikan memang rasanya pahit, namun buahnya manis”
( Aristoteles )
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
Ibunda Hj. Sri Hajutri dan Ayahanda H. Kusworo WH (Alm) tersayang
Suamiku tercinta Mas Sri Widodo, terima kasih untuk segalanya
Buah hatiku Rhapsody Dini W, Rhapsody Dwiki W, Rhapsody Diva W,
Kakak dan Adikku tersayang,
Mbak Yoen dan Mas Eko, Mbak Wari dan Mas Jeta, Mas Hans dan Mbak
Ning, Mbak Lala dan Mas Agung, Diana dan Wawan, Toni dan Mamik.
Semua Keponakan yang kusayangi,
Wiku, Henu,Yudha, Nana, Selvi, Devi, Mery, Abi, Dipta,Ive, Nida,Oval
Kelurga Besar
Bapak Suwardi dan ibu Supatmi ( Almh )
Mbak Sri Endang Mulyaningsih , Heni dan Dwi serta Ester
Keluarga Besar SMA Negeri 1 Sumberlawang, Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
ABSTRACT .................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 10
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 14
1. Landasan Teori .............................................................................. 14
1. Pembelajaran Biologi ............................................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Metode Pembelajaran Kooperatif ............................................. 27
3. Jigsaw II ................................................................................... 33
4. STAD ........................................................................................ 35
5. Pengertian Motivasi .................................................................. 38
6. Kreativitas ................................................................................. 42
7. Prestasi Belajar ………………………………………………. 48
8. Materi Ekosistem ……………………………………………. 51
2. Penelitian Yang Relevan ................................................................. 69
3. Kerangka Berpikir ........................................................................... 72
4. Hipotesis ......................................................................................... 76
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 78
A. Tempat Penelitian ........................................................................... 78
B. Waktu Penelitian ............................................................................ 78
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 78
D. Metode Penelitian ........................................................................... 79
E. Rancangan Penelitian ...................................................................... 79
F. Variabel Penelitian .......................................................................... 79
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 81
H. Instrumen Penelitian ....................................................................... 81
I. Uji coba Instrumen Pengambilan Data ........................................... 82
J. Teknik Analisa Data ....................................................................... 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 94
A. Deskripsi Data ................................................................................. 94
B. Uji Prasyarat Analisis ....................................................................... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................ 103
D. Pembahasan Hasil Pengujian ........................................................... 105
E. Keterbatasan Penelitan .................................................................... 122
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 124
A. Kesimpulan ...................................................................................... 124
B. Implikasi ........................................................................................... 125
C. Saran ................................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 128
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Periode-Periode Perkembangan Secara Umum ............................ 23
Tabel 2.2. Tingkat Trofik ............................................................................... 57
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................... 78
Tabel 3.2. Kualifikasi Validitas ..................................................................... 83
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data ......................... 84
Tabel 3.4. Kualifikasi Reliabilitas Tes ........................................................... 86
Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data .................... 86
Tabel 3.6. Kualifikasi Indeks Kesukaran ....................................................... 87
Tabel 3.7. Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes .............................. 87
Tabel 3.8. Indeks Diskriminasi ...................................................................... 89
Tabel 3.9. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes ............................................ 89
Tabel 3.10. Desain Faktorial ........................................................................... 91
Tabel 4.1. Deskripsi Data Motivasi Belajar .................................................... 94
Tabel 4.2. Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Model Jigsaw II ............... 95
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Model STAD .................... 95
Tabel 4.4. Deskripsi Data Kreativitas Siswa .................................................. 96
Tabel 4.5. Dristribusi Frekuensi kreativitas siswa kelas Jigsaw II ................ 97
Tabel 4.6. Dristribusi Frekuensi Kreativitas Kelas Model STAD ................. 98
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa ........................................... 98
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas Jigsaw II ........... 99
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas STAD ................. 100
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ......................................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas.................................................................. 103
Tabel 4.12 Rangkuman Anova Tiga Jalan ..................................................... 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Aliran Energi .............................................................................. 56
Gambar 2.2. Piramida Jumlah Individu .......................................................... 59
Gambar 2.3. Piramida Biomassa ..................................................................... 60
Gambar 2.4. Piramida Energi .......................................................................... 61
Gambar 2.5. Skema Daur Biogeokimia .......................................................... 62
Gambar 2.6. Siklus Nitrogen Di Alam............................................................. 65
Gambar 2.7. Daur Karbon Dan Oksigen ......................................................... 66
Gambar 2.8. Daur Sulfur ................................................................................. 68
Gambar 2.9. Daur Fosfor ................................................................................ 69
Gambar 4.1. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Model Jigsaw II 95
Gambar 4.2. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Model STAD .... 96
Gambar 4.3. Histogram Frekuensi Kreativitas Siswa Model Jigsaw II .......... 97
Gambar 4.4. Histogram Frekuensi Kreativitas Siswa Model STAD ............. 98
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Belajar Siswa Kelas Jigsaw II ................... 100
Gambar 4.6. Histogram Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD ........................ 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ...................................................................................... 132
Lampiran 2. RPP Model Jigsaw II ................................................................. 133
Lampiran 3. RPP Model STAD ..................................................................... 136
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa ................................................................. 139
Lampiran 5. Kisi-kisi Motivasi Belajar ....................................................... 142
Lampiran 6 . Angket Motivasi Belajar Siswa ................................................ 143
Lampiran 7. Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal ............................................... 156
Lampiran 8. Angket Kreativitas .................................................................. 158
Lampiran 9. Kisi-kisi Aspek Kognitif ........................................................... 168
Lampiran 10. Soal Uji Coba Prestasi Belajar Biologi ................................... 170
Lampiran 11. Data Induk ............................................................................... 182
Lampiran 12. Uji Normalitas ......................................................................... 183
Lampiran 13. Uji Homogenitas ...................................................................... 190
Lampiran 14. Uji Hipotesis ............................................................................ 194
Lampiran 15. Uji Lanjut Anava ..................................................................... 195
Lampiran 16. Analisa Daya Pembeda, Indeks Kesukaran Dan Validitas ...... 196
Lampiran 17. Foto-foto Pembelajaran ............................................................. 199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK Anna Lusiana Kuswardhani, 830809004. 2011. Pembelajaran Biologi Model Jigsaw II dan Student Team Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa (Studi Kasus Materi Ekosistem Kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. 2) Drs. Haryono, MPd.
Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif siswa secara individu dan kooperatif. Untuk itu dalam pembelajaran biologi perlu penerapan model pembelajaran kooperatif dengan mempertimbangkan karakteristik siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh antara pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar siswa, (2) Pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi, (3) Pengaruh antara kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (4) Interaksi antara pembelajaran model Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi , (5) Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (6) Interaksi antara motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi , (7) Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi .
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh
siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Sumberlawang tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 5 kelas. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen pertama dengan model Jigsaw II dan satu kelas ekperimen kedua dengan model STAD. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk prestasi belajar, angket untuk motivasi belajar dan angket untuk kreativitas siswa. Uji hipotesis penelitian dengan menggunakan anava tiga jalan sel 2 x 2 x 2 yang kemudian dilanjutkan uji Scheffe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh metode belajar
kooperatif Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar siswa, Jigsaw II lebih baik dari STAD 2) tidak ada pengaruh antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah, terhadap prestasi belajar biologi dengan materi ekosistem 3) tidak ada pengaruh antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah, terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 4) tidak ada interaksi antara metode belajar kooperatif Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 5) tidak ada interaksi antara metode belajar kooperatif Jigsaw II dan STAD dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 6) tidak ada interaksi motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi ekosistem 7) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD, motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Kata Kunci: Pembelajaran Biologi, Pendekatan Kooperatif, Jigsaw II, STAD, Motivasi Belajar, Kreativitas Siswa, Prestasi Belajar, Ekosistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Anna Lusiana Kuswardhani, 830809004. 2011. Biology Learning Using Jigsaw II and Student Team Achievement Divisions (STAD) overviewed from Student Motivation and Students Creativity (A case Study on Ecosystem for Xth Grade Student, SMA N 1 Sumberlawang in 2010/2011 Academic Year). Thesis, Surakarta, 2011. Science Education program Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Advisor: 1) ) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. 2) Drs. Haryono, MPd .
Biology learning requires the active role of students individually and cooperatively. Therefore, in biology learning is necessary to apply cooperative learning model by considering the characteristics of students. The purposes of the research is to know the effect of STAD and Jigsaw II learning model, students motivation and students creativity toward student achievement. The purposes of the research that: 1) There was correlation of cooperative learning using STAD and Jigsaw II toward students achievement, Jigsaw II is better than STAD. 2) There was no effect motivated students toward students achievement in Biology . 3) there was no effect of the students creativity toward students achievement in Biology . 4) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students motivation toward students achievement . 5) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students creativity toward students achievement. 6) There was no interaction between students motivation with students creativity toward students achievement. 7) There was no interaction STAD and Jigsaw II, students motivation, students creativity toward students achievement.
This research used experimental methods. The population was the first
semester student grade X SMA Negeri 1 Sumberlawang academic year 2010/2011, consisted 5 classes. The research sample wias taken using cluster random sampling technique consisted of two classes. First experiment class was treated using STAD model while the second experiment class was treated using Jigsaw II model. The data was collected using test method for student achievement and questionnaire for students motivation and students creativity. The hypothesis was tested using three-ways cell Anova : 2 x 2 x 2 continued using Scheffe test.
The data analysis showed that: 1) There is an effect of cooperative learning
using STAD and Jigsaw II toward students achievement, Jigsaw II is better than STAD. 2) There was no effect motivated students toward students achievement in Biology . 3) there was no effect of the students creativity toward students achievement in Biology . 4) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students motivation toward students achievement. 5) There was no interaction between STAD and Jigsaw II with students creativity toward students achievement. 6) There was no interaction between students motivation with students creativity toward students achievement. 7) There was no interaction between STAD and Jigsaw II, students motivation with students creativity toward students achievement.
Keywords: Biology Learning, Cooperative Approach, Jigsaw II, STAD, Students Motivation, Students Creativity, Students achievement , Ecosystem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Cita-cita bangsa Indonesia sungguh mulia sebagaimana dalam Pasal 1 ayat 1
Bab I Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa :”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Tujuan pendidikan nasional secara terinci tertuang dalam Pasal 3 Bab I
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional masih belum optimal
seperti yang diharapkan, walaupun faktanya kita mampu bersaing secara kompetitif
dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Ini terbukti pada berbagai
event internasional olimpiade MIPA ( Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
siswa Indonesia memperoleh medali emas, perak dan perunggu, karena mendapat
predikat terbaik dalam Olimpiade Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Astronomi dan
bidang . Kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia tidak tertinggal
dari negeri tetangga. Namun di sisi lain, kita tidak dapat memungkiri bahwa
pendidikan di Negara kita menjumpai banyak permasalahan yang menjadi kendala
dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sebagai contoh di SMA Negeri 1
Sumberlawang pada awal berdirinya masih kekurangan sumber daya manusia ( guru
dan siswa ), sumber daya alam ( infrastruktur, sarana prasarana ) dan sumber dana.
Belum terpenuhinya tenaga pendidik dan kependidikan merupakan hambatan dalam
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga pencapaian prestasi belajar kurang
memuaskan. Dari segi sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Sumberlawang masih
minim, hal ini bisa dimaklumi karena SMAN 1 Sumberlawang merupakan sekolah
menengah di tingkat kecamatan dengan usia yang masih sangat muda karena baru 4
kali meluluskan siswanya. Walaupun sudah tersedia OHP, VCD Player,namun belum
dapat dimanfaatkan secara maksimal karena jumlahnya sedikit. Baru pada tahun
pelajaran 2009/2010 mendapat bantuan alat bahan untuk laboratorium IPA, Laptop
dan LCD. Dari segi penilaian berbasis portofolio kita juga tertinggal . Karena di
setiap tempat yang kosong seharusnya dimanfaatkan untuk memajang hasil kerja dan
karya siswa yang telah dinilai oleh para guru. Sementara di sekolah kita ada namun
hanya untuk memenuhi persyaratan, tanpa penggunaan yang intensif dan maksimal.
Sumber dana juga masih terbatas sehingga kurang dapat menunjang pelaksanaan
KBM secara optimal.
Hasil belajar mata pelajaran Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah secara
umum kurang memuaskan : Prestasi Ujian Nasional SMAN 1 Sumberlawang pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tahun kedua (untuk mata pelajaran biologi baru tahun kedua diuji) 2007/2008 rata-
rata 6,65 sedang pada tahun pelajaran 2008/2009 dengan rata-rata yang lebih rendah
yaitu 4,68 . Hal ini memperkuat data bahwa prestasi belajar siswa secara umum
memang masih rendah. Rendahnya perolehan nilai ulangan harian, ulangan akhir
semester, ujian Nasional dan Ujian Sekolah merupakan fenomena unik dan selalu
terulang. Ini merupakan gejala awal bahwa ada indikasi penguasaan materi esensial
atau konsep-konsep urgen yang diserap siswa masih rendah. Termasuk di dalamnya
adalah hasil belajar mata pelajaran Biologi.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan
berbagai cara, antara lain : Program peningkatan sumber daya manusia (SDM Guru)
melalui penyetaraan S1 bagi guru-guru SD maupun SMP, penyediaan sarana dan
sumber belajar, pelatihan-pelatihan guru baik tingkat regional maupun nasional,
pemberian bantuan dan pendidikan berupa imbal swadaya, block grand, BKM, BKS,
BSM, BOS termasuk BOS Buku dan lain-lainnya.
Upaya Pemerintah yang lain adalah melakukan terobosan baru untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui penyempurnaan kurikulum yang disebut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut guru dengan
pembelajaran mengarahkan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata
dengan pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning). Menurut
Mulyasa (2002:40),”ada tiga landasan yang mendasari kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu : adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah
pembelajaran individual, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning),
dan perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif”. Apabila ketiganya dapat
diupayakan diharapkan penerapan KTSP dapat berhasil dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kenyataan pada SMA Negeri 1 Sumberlawang, sebagian besar guru masih
menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan sejumlah informasi kepada
para siswa, pelaksanaan pembelajaran masih searah yaitu didominasi oleh guru
(teacher oriented), tanpa melihat kemungkinan penerapan metode pembelajaran lain
yang lebih sesuai dengan karakteristik bahan ajar dan alat atau sarana prasarana yang
tersedia. Akibatnya, materi pelajaran disampaikan kepada siswa tanpa
memperhatikan taraf perkembangan mental dan perkembangan psikologis siswa.
Sehingga pembelajaran terasa monoton, tanpa ada variasi baik dalam metode
mengajar, penggunaan media belajar, pemakaian sumber pembelajaran. Pembelajaran
secara konvensional masih sering dilakukan meskipun telah melaksanakan kurikulum
2004. Sehingga pemerintah memandang perlu Penyempurnaan Kurikulum dengan
menetapkan KTSP sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2006.
Dalam KTSP guru mempunyai keleluasaan untuk merancang pembelajaran sesuai
dengan satuan pendidikan, karakteristik sekolah maupun karakteristik peserta didik.
Rendahnya prestasi belajar Biologi sebagai akibat kurangnya pembelajaran yang
bermakna, pembelajaran cenderung ceramah, tidak melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran belum mengoptimalkan kompetensi siswa untuk berinteraksi dengan
sesama pelajar, lingkungan sebagai sumber belajar dan kurangnya melibatkan siswa
dalam keterampilan IPA.
Biologi yang merupakan bagian sains dengan pendekatan pembelajaran
berorientasi pada siswa. Menurut Standar Kompetensi Sains, peran guru bergeser dari
menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui
serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
teman, lingkungan dan nara sumber lain (Depdiknas, 2004:5). Implementasi
Kurikulum baru ini mengisyaratkan proses pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual dengan model pembelajaran, yaitu : problem base intstruction,
cooperative learning, dan direct instruction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif untuk siswa yang
rendah hasil belajarnya.
Pada dasa warsa terakhir, teori konstruktivisme banyak mempengaruhi
pembelajaran biologi pada khususnya dan pembelajaran sains pada umumnya.
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme dengan pendekatan
kontekstual adalah cooperative learning. Pembelajaran kooperatif muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang sulit jika mereka
berdiskusi dengan teman-temannya. Dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6 orang,
siswa lebih bebas mengemukakan pendapatnya. Di dalam kelompok kooperatif
mereka akan saling membantu dan juga saling meneguhkan. Hasil yang didapat tidak
hanya akademik, tetapi juga sosial. Model pembelajaran dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw II, Group
Investigasi (GI), Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT) serta
Team Group Turnamen (TGT).
Salah satu model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Siswa diminta untuk
membaca suatu materi dan diberi lembar ahli (expert sheet) yang memuat topik-topik
berbeda untuk tiap anggota tim yang harus dipelajari pada saat membaca. Apabila
siswa telah selesai membaca, selanjutnya dari tim berbeda dengan topik yang sama
(berkumpul) dalam kelompok ahli, untuk mendiskusikan topik mereka selama waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
yang ditentukan. Selanjutnya ahli-ahli ini kembali ke tim masing-masing untuk
menyampaikan kepada anggota yang lain dalam satu tim asal. Pada akhirnya siswa
mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor
tim . Dalam Jigsaw II, skor yang dikontribusi oleh siswa kepada timnya menjadi
dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya
dapat menerima sertifikat atau penghargaan lainnya.
Selain Jigsaw II juga dengan model kooperatif STAD. Dalam pembelajaran
kooperatif model STAD, siswa-siswa di kelompokkan menjadi kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 6 siswa. Yang terdiri dari siswa pandai,
sedang dan rendah. Disamping itu guru juga mempertimbangkan kriteria
heterogenitas yang lainnya seperti jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan
dan lain sebagainya. Pembawaan siswa ke dalam kelompok-kelompok perlu
diseimbangkan sehingga setiap kelompok memiliki anggota yang tingkat prestasinya
seimbang. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu
satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain
atau melakukan diskusi.
Keberhasilan kelompok kooperatif dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya interaksi antar anggota kelompok. Untuk dapat berinteraksi dengan baik
maka anggota kelompok harus memiliki sikap yang baik terhadap kelompok
kooperatif. Dalam kelompok kooperatif, keberhasilan seseorang akan mendukung
keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian mereka akan saling membantu. Setiap
anggota kelompok yang sudah menguasai materi pelajaran membantu teman-
temannya untuk menguasai materi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah motivasi
belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999:80), menjelaskan bahwa motivasi belajar
adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Menurut Galloway dalam
Toeti Soekamto dan Udin S. Winatapura (1997:39) bahwa dengan mengatur kondisi
dan situasi belajar menjadi kondusif, serta diberikan penguatan-penguatan diharapkan
akan dapat merubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Sebagian guru
berpendapat bahwa motivasi belajar bersumber dari siswa itu sendiri dalam
meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga guru tidak atau kurang peduli bagaimana
merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Padahal guru
justru berperan dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan
menerapkan prinsip diantaranya jika materi pembelajaran yang dipelajarinya
bermakna karena sesuai dengan bakat, minat, dan pengetahuan dirinya, maka
motivasi belajar siswa akan meningkat. Motivasi belajar siswa akan meningkat jika
guru mampu menjadi model bagi siswa untuk dilihat dan ditirunya, juga memberi
kesempatan yang luas kepada siswa untuk belajar sesuai dengan strategi, metode, dan
teknik belajarnya sendiri serta terjalin komunikasi antara guru dengan siswa yang
akrab dan menyenangkan, sehingga siswa mampu dan berani mengungkapkan
pendapatnya sesuai dengan tingkat berpikirnya.
Selain motivasi belajar tinjauan yang lain adalah Kreativitas siswa . Utami
Munandar (1995) membuat definisi yang merupakan rangkuman dari beberapa
pengertian tentang kreativitas yaitu kreativitas untuk semua usaha produktif yang
unik dari individu, seorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan menemukan
sesuatu yang baru melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan aspek-aspek
personalitasnya. Yaitu aspek yang berkaitan dengan kepribadian individu sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pribadi kreatif. Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep, prinsip dan
gagasan-gagasan baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan kesempatan yang
cukup luas. Sehingga siswa akan dapat mengeksplorasi segenap kemampuannya
untuk menunjukkan kreativitasnya.
Mengetahui tingkat motivasi belajar dan kreativitas siswa yang berbeda-beda
akan membantu para guru untuk dapat mendekati semua atau hampir semua siswa
hanya dengan menyampaikan informasi dengan pendekatan yang sesuai. Dengan
pemilihan metode yang sesuai dengan motivasi belajar dan kreativitas siswa maka
diharapkan prestasi belajar siswa akan lebih baik. Sehingga terlihatlah betapa
pentingnya kedua hal tersebut dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, E. Mulyasa (2003) menekankan pentingnya upaya
pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses
pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003)
mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
belajarnya, adalah : (1) dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan
mengurangi rasa takut; (2) memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; (3) melibatkan siswa dalam menentukan
tujuan belajar dan evaluasinya; (4) memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat
dan tidak otoriter; (5) melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Dimilikinya kemampuan kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari
guru, namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses
pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-
coba, berpetualang, suka bermain dan intuitis. Kemampuan kreatif akan mendorong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat.
Namun menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru pula untuk meningkatkan
kreatifitas para siswa agar prestasi belajar yang dicapai dapat maksimal dan optimal.
Dengan menganalisis masalah-masalah yang ada dicari yang mengarah pada
dugaan sementara rendahnya hasil belajar, berdasar hasil analisis hanya beberapa
masalah yang lebih fokus untuk segera dipecahkan, dalam rangka perbaikan
pembelajaran yaitu : (1) rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap standar
kompetensi mata pelajaran Biologi, (2) guru masih menggunakan metode yang
kurang menyenangkan, (3) kurangnya guru memperhatikan motivasi belajar siswa,
dan ( 4) kurangnya guru memperhatikan kreativitas siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang
“Pembelajaran Biologi Model Jigsaw II dan Student Teams Achievement Division
(STAD) Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Dalam proses pembelajaran guru lebih menekankan pencapaian target kurikulum
dan kurang menekankan pemahaman konsep, sehingga hasil belajar yang
diperoleh rendah karena siswa cenderung hanya menghafal.
2. Siswa dalam memahami konsep biologi masih kurang, karena guru belum
melakukan pembelajaran berdasarkan proses, cara dan perbuatan.
3. Beragam macam pendekatan pembelajaran diantaranya pendekatan inkuiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kooperatif, PBL dan CTL namun guru masih belum kreatif dan jarang inovatif
dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat.
4. Masih banyak guru biologi yang belum menggunakan model pembelajaran
secara tepat dalam proses belajar mengajar, padahal ada model pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan antara lain STAD, TGT, TPS, NHT, GI dan
Jigsaw II..
5. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal yang berbeda-beda antara
siswa yang satu dengan yang lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap
motivasi belajar dan kreativitas siswa.
6. Guru cenderung memberikan penilaian dalam ranah kognitif saja dan tidak
memperhitungkan aspek afektif dan psikomotor.
7. Materi dalam pembelajaran biologi kelas X di SMA antara lain keanekaragaman
hayati, pelestarian lingkungan, dan ekosistem yang saling berkaitan namun guru
belum menunjukkan keterkaitan konsep tersebut dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan dengan mempertimbangkan waktu
serta biaya, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah untuk
menjamin keabsahan dalam pembuatan kesimpulan yang akan diperoleh, maka
penyusun membatasi masalah ini pada :
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Jigsaw II dan STAD.
2. Motivasi belajar siswa dibatasi pada motivasi belajar siswa untuk mencapai
prestasi yang diharapkan dengan kategori tinggi dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Kreativitas siswa dibatasi pada kreativitas verbal siswa dengan kategori tinggi dan
rendah.
4. Prestasi belajar biologi siswa dibatasi pada hasil belajar aspek kognitif.
5. Materi pembelajaran yang digunakan yaitu ekosistem.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
2. Adakah pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
3. Adakah pengaruh kreativitas siswa tinggi dan kreativitas rendah terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
4. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar biologi siswa ?
5. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
6. Adakah interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar biologi siswa ?
7. Adakah interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Pengaruh pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi
belajar biologi siswa.
2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap belajar
terhadap prestasi belajar biologi.
3. Pengaruh kreativitas siswa tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi belajar
biologi siswa.
4. Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar biologi siswa .
5. Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi siswa .
6. Interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi siswa .
7. Interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa .
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat yang berarti yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis ;
a. Menambah informasi masukan tentang cara belajar dengan model pembelajaran
Jigsaw II dan STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Memperlihatkan pengaruh tingkat motivasi belajar dan kreativitas verbal siswa
dalam pencapaian prestasi belajar.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan serta acuan bagi peneliti lainnya
sehingga dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat dan terarah
dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Meningkatkan prestasi belajar Biologi pada konsep pembelajaran ekosistem.
2. Manfaat Praktis ;
a. Memberi masukan kepada guru biologi untuk memilih metode pembelajaran
yang tepat untuk meningkat prestasi belajar biologi.
b. Menambah pengetahuan mengenai model pembelajaran yang sesuai deangan
tuntutan karakteristik kurikulum.
c. Menjadi motivasi dan sumber inspirasi untuk mengembangkan penelitian ini
dengan menggunakan tipe-tipe pembelajaran yang lain.
d. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk belajar bekerjasama dan
menghargai orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Biologi
a. Pengertian pembelajaran
Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dalam pasal 1 yang dimaksud dengan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar “ . Dalam
pasal yang sama juga dijelaskan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” dan “Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Menurut
Zamroni (2007: 70) : “Proses belajar merupakan proses interaksi antara guru dan
siswa berkaitan dengan materi pembelajaran yang bersifat kompleks dan penuh
dengan ketidakpastian”. Dikatakan kompleks karena interaksi antara guru dan siswa
yang nampak sederhana pada hakekatnya bersifat kompleks karena melibatkan
pikiran, emosi, imajinasi, dan sikap yang berinteraksi secara simultan. Dikatakan
penuh dengan ketidakpastian karena pikiran, emosi, dan imajinasi siswa tidaklah
stabil dan tidak dapat ditebak. Dengan demikian hasil dari pembelajaran itu sendiri
menjadi sangat subyektif. Ada juga definisi yang lain, yaitu : “Pembelajaran adalah
usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan” (Seifert Kelvin, 1983
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
edisi terjemahan Yusuf Anas, 2007 : 5). Yang dimaksud dengan pendidikan menurut
UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”. Pembelajaran merupakan
interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik yang berkaitan dengan
materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran
memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diharapkan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta
didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang untuk
mengembangkan kreativitas mereka, dan menyediakan pengalaman belajar yang
beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika
(Nurhadi, 2004: 30).
Tujuan pembelajaran Biologi menurut Depdikbud (1993: 1), ialah agar siswa
mampu melakukan pengamatan dan diskusi untuk memahami konsep, mampu
melakukan percobaan sederhana untuk memahami konsep dan mengkomunikasikan
hasil percobaan, mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan
melaporkannya. Berdasarkan hal ini maka perlu digunakan metode pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan mempelajari biologi tersebut.
Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan
proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan
siswa dalam pembelajaran. Guru adalah subjek yang sangat berperan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang
menjadi sasaran pendidikan.
Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah bagaimana
menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-
hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan yang bermakna
dalam benak siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada jabaran konsep
biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang
terkandung dalam konsep tersebut.
Di sisi lain lingkungan menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh
misteri. Anak sebagai young scientist (peneliti muda) mempunyai rasa keingintahuan
(curiousity) yang tinggi. Adalah keharusan di dalam pendekatan pembelajaran
biologi untuk memelihara keingintahuan anak tersebut, memotivasinya sehingga
mendorong siswa untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana terhadap objek
dan peristiwa di alam (Puskur, 2002).
Kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan keingintahuan anak yang
tinggi itu tidak didukung oleh suatu kondisi yang dapat memberikan kesempatan
kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Masih banyak guru mengajar hanya
menggunakan metode konvensional. Guru merupakan satu-satunya sumber utama
pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik
yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut diajarkan menggunakan cara-cara yang
abstrak dan metode konvensional, padahal mereka sangat memerlukan pemahaman
konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sehari-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
hari. Akibatnya, motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka
cenderung menghafal dan mekanistik.
Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak
untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal menurut Nur
pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana
mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri (Nur,
2002: 9).
b. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas
dua kategori yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses belajar siswa sehingga menentukan hasil belajar.
Faktor-faktor internal meliputi : (1) faktor fisiologis, dan (2) faktor psikologi, yang
terdiri atas kecerdasan/inteligensi siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Faktor
eksternal berupa lingkungan sosial yang meliputi: (1) lingkungan sosial keluarga
yang mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan; (2) lingkungan sosial sekolah yang mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
metode belajar, dan tugas rumah; (3) lingkungan sosial masyarakat yang mencakup
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat. (Baharuddin, 2008: 19-28 dan Slameto 2003: 54-72). Dari penjabaran di
atas, terlihat betapa pentingnya faktor internal dan faktor eksternal dalam
mempengaruhi hasil belajar apakah akan berhasil dengan baik atau justru mengalami
kegagalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir
hayat. Seorang bayi yang sedang memegang botol dan mengenal orang-orang
disekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai,
dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,
diharapkan setiap individu telah mahir dengan tugas-tugas tertentu dan keterampilan
fungsional lainnya.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian besar
perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Moh. Surya
“belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya” (Moh.
Surya dalam Richardo Cappelo: 2007) Perubahan tingkah laku seseorang akan
berubah jika siswa memiliki pengalaman yang baru. Pengalaman baru sangat
diperlukan oleh siswa, suatu pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan
baru. Pengalaman diperoleh apabila siswa terlibat interaksi baik dengan melihat
ataupun mengalami sendiri sehingga akan lebih berkesan.
Menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990: 84) “Belajar adalah
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan atau pengalaman”. Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha
dasar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-
hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Sedangkan Witherington mendefinisikan belajar adalah “Perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola baru berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan” (Moh. Surya dalam Richardo
Cappelo: 2007). Perubahan sikap merupakan hasil dari proses belajar. Seorang siswa
belajar memiliki sikap yang bervariasi, misalnya perhatian, diam atau acuh tak acuh.
Siswa yang memiliki perhatian besar menunjukkan motivasi belajarnya tinggi.
Pembelajaran kooperatif sebagai belajar bersama-sama dalam sebuah kelompok
belajar dan anggota dalam kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya. Good & Boophy (1977) dalam
Alex Sobur (2003 : 220) mengartikan belajar sebagai “The development of new
associations as a result of experience”. Belajar adalah perkembangan asosiasi-
asosiasi (kecenderungan-kecenderungan dalam pikiran) sebagai hasil pengalaman.
Jadi belajar adalah suatu proses yang tidak bisa dilihat dengan nyata. Proses itu
terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut mereka, belajar
bukanlah suatu tingkah laku yang tampak, tetapi terutama prosesnya yang terjadi
secara internal pada individu dalam usaha memperoleh berbagai hubungan baru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan beberapa unsur penting
yang menjadi ciri atas pengertian belajar, yaitu : (1) belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah ke tingkah
laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah ke tingkah laku yang
lebih buruk; (2) belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; (3) untuk bisa disebut belajar,
maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu
periode waktu yang cukup panjang. Seberapa lama periode waktu itu berlangsung
sulit ditemukan dengan pasti, namun perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun
bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan
seseorang, yang hanya berlangsung sementara; (4) tingkah laku yang mengalamai
perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. (Bandingkan Alex Sobur (2003 :
223) dan Ngalim Purwanto (1994 : 85).
Jadi belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku, baik fisik maupun
psikis, yang relative mantap yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian belajar adalah proses
perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, kemampuan berpikir,
penghargaan terhadap sesuatu dan minat akibat interaksi individu dengan lingkungan.
d. Teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi ditangkap kemudian diproses dalam
pikiran siswa. Berdasarkan teori belajar, pembelajaran diharapkan dapat lebih
menarik minat siswa dalam proses belajar dan memperhatikan kebiasaan siswa dalam
penyerapan informasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk memperjelas
pengertian tentang belajar, berikut ini dikemukakan beberapa teori belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan tujuan aliran
psikologinya masing-masing.
1) Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Driver dan Bell dalam Suparno (1997: 17). “Ilmu pengetahuan
bukanlah hanya kumpulan hukum atau fakta”. Fakta yang sama yang diamati orang
yang berbeda bisa menghasilkan konsep yang berbeda. “Ilmu Pengetahuan, terutama
sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang
ditemukan secara bebas”. (Einstein dan Infeld dalam Bettencourt, 1989 dalam
Suparno (1997: 17)). Dalam mempelajari pengetahuan selalu dijumpai dua hal yang
berbeda, yaitu kenyataan atau fakta dan gagasan. Untuk menjembatani keduanya,
diperlukan proses konstruksi imajinatif.
Menurut filsafat konstruktivisme, “pengetahuan itu adalah bentukan
(konstruksi) dari kita sendiri yang sedang menekuninya” (von Glasersfeld dalam
Bettencourt, 1989, Matthews, 1994 ; Piaget, 1971 dalam Suparno (2007:8)). Bila
yang sedang menekuni itu adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan dari
siswa sendiri. Siswalah yang memberi makna terhadap realitas yang ada melalui
kegiatan berpikir. Jadi pengetahuan bersifat non-objektif, temporer, dan selalu
berubah. Proses pembentukan pengetahuan ini berjalan terus-menerus dengan setiap
kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Menurut paham konstruktivisme, orang yang belajar diharapkan dapat
membangun pemahaman sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi. Kadang
persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru yang dialami seseorang dapat
dintegrasikan ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Proses
ini dikenal dengan asimilasi. Akan tetapi semua pengalaman baru dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
diasimilasikan dengan skema yang telah ia punyai. Pengalaman baru itu bisa jadi
tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan ini orang tersebut dapat
membentuk skema baru yang cocok dengan pengalaman yang baru atau memodifikasi
skema yang ada sehingga cocok dengan pengalaman itu. Proses terakhir ini disebut
akomodasi. Sedangkan skema diartikan sebagai struktur kognitif yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya
(Suparno, 1997: 30). Jadi siswa sudah mempunyai skema sebagai akibat dari latihan
atau pengalaman sebelumnya. Dengan latihan atau pengalaman baru yang didapatkan,
siswa akan mengkonstruksi sendiri dengan cara akomodasi atau asimilasi. Apakah
pengetahuan itu tidak dapat ditransfer atau dipindahkan begitu saja? Ya, secara
prinsip para konstruktivis menolak kemungkinan terjadi transfer pengetahuan dari
seseorang kepada orang lain. “Tidak ada kemungkinan mentransfer pengetahuan
karena setiap orang membangun pengetahuannya pada dirinya sendiri. Demikian
pendapat von Glasersfeld dalam Bettencount dalam Suparno (2007:9). Pengetahuan
bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari guru ke siswa. Namun faktanya
justru dari guru, siswa memperoleh pengetahuan .
Menurut Matthews dalam Suparno (1997: 43) bahwa paham konstruktivisme
dibedakan menjadi dua, yaitu konstruktivisme psikologis dan sosiologis.
Konstruktivisme psikologis, bertitik tolak dari perkembangan psikologis anak dalam
membangun pengetahuannya. Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu yang
lebih personal (Piaget) dan yang lebih sosial (Vygotsky).
a) Konstruktivisme Psikologis Personal (Piaget)
Piaget adalah psikolog pertama yang meneliti tentang bagaimana anak-anak
memperoleh pengetahuan. Dia sampai pada kesimpulan bahwa pengetahuan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dibangun dalam pikiran anak. Karena penelitiannya ini, maka Piaget dikenal sebagai
konstrutivis pertama (Ratna Wilis D., 1989 : 159; Suparno 1997 : 30). Dalam
penelitiannya Piaget mengamati bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk
pengetahuannya sendiri. Anak itu pelan-pelan mulai membentuk skema,
mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget lebih menekankan bagaimana
anak secara sendiri mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan
pengalaman dan objek yang dihadapi. Secara umum Piaget membedakan 4 tahap atau
periode dalam perkembangan kognitif seseorang. Tahapan-tahapan atau periode
tersebut terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. 1. Periode-periode Perkembangan Secara Umum PERIODE PERKEMBANGAN
I Kepandaian Sensori-Motorik (dari lahir – 2 tahun). Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam dan memukul untuk menghadapi dunia yang muncul di hadapannya.
II Pikiran Pra-Operasional (2 – 7 tahun). Anak-anak belajar berpikir pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.
III Operasi-operasi Berpikir Konkret (7 – 11 tahun). Anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret.
IV Operasi-operasi Berpikir Formal (11 tahun – dewasa). Orang mudah mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis menurut rancangan yang murni dan hipotetis.
(Crain W., terjemahan Yudi Santoso, 2007 : 171)
Menurut Piaget (Suparno, 2001: 104), urutan tahap atau periode itu mempunyai
beberapa sifat. Sifat tersebut antara lain : (1) urutan perkembangan tahap-tahap itu
tetap, meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut
tingkat inteligensi atau lingkungan sosial seseorang; (2) struktur keseluruhan itu tidak
dapat saling ditukar; (3) setiap tahap yang lebih maju mempunyai penalaran yang
secara kualitatif berbeda dengan penalaran tahap sebelumnya. Penalaran tahap
berikutnya jauh lebih tinggi daripada yang sebelumnya; (4) setiap kemajuan dalam
penalaran selalu dapat diterapkan secara lebih menyeluruh; dan (5) setiap kemajuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tahap baru selalu mengandung perluasan dari struktur yang sebelumnya. Struktur
yang lama itu diubah melalui adaptasi, meskipun formulasi yang sebelumnya tidak
pernah dihancurkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, transformasi penalaran yang
baru dari yang sebelumnya merupakan perkembangan. Unsur yang juga penting
dalam memperkembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman.
Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil
kesimpulan dan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran. Misalnya,
seseorang anak perlu banyak latihan menggunakan logikanya dalam memecahkan
persoalan biologi. Semakin banyak ia berlatih dalam memecahkan persoalan biologi,
ia akan semakin mengerti dan mengembangkan cara berpikirnya. Pengetahuan
dibentuk dalam proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan
seseorang sebelumnya. Agar proses pembentukan pengetahuan itu berkembang,
pengalaman sangat menentukan. Semakin orang mempunyai banyak pengalaman
mengenai persoalan, lingkungan atau objek yang dihadapi, ia akan semakin
mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Dengan semakin banyak
pengalaman, skema seseorang akan banyak ditantang dan mungkin dikembangkan.
b). Konstruktivisme Psikologis Sosial (Vygotsky).
Vygotsky juga meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak
secara psikologis. Namun Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan
orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan system yang secara
kultural telah berkembang dengan baik (Cobb dalam Suparno, 2007 : 11). Itulah
sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli atau tokoh dan
juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digeluti.
Misalnya, para siswa dipertemukan dengan ahli atau tokoh yang dapat bercerita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tentang bidang tugas yang mereka geluti, pemikiran mereka tentang suatu masalah
tertentu. Dalam interaksi ini, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya sesuai dengan konstruksi para ahli. Siswa juga bisa diajak ke
laboratorium ataupun tempat-tempat lain yang dapat memberi inspirasi bagi siswa.
Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development). Persisnya, dia
mendefinisikan zona ini sebagai : “jarak antara tingkat perkembangan aktual yang
ditentukan oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan
potensial yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau dalam kolaborasinya dengan rekan-rekan yang lebih mampu”. (Crain W.,
terjemahan Yudi Santoso 2007: 371). Tingkat perkembangan aktual adalah
kemampuan anak memecahkan masalah secara mandiri sedangkan tingkat
perkembangan potensial adalah kemampuan memecahkan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu.
Zona perkembangan proksimal bagaikan secercah cahaya, namun tidak “sekolah
fungsi yang sudah dikuasai” anak bisa berjalan dengan bantuan hari ini, namun akan
sanggup melakukannya sendiri besok (Vygotsky, 1934 dalam Crain W., terjemahan
Yudi Santoso, 2007: 371). Ide penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah
scaffolding, yaitu memberikan bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal
perkembangan, kemudian bantuan ini dikurangi untuk memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah anak dapat melakukannya. Jika diterapkan dalam proses pembelajaran, ide
scaffolding dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, dan menguraikan masalah
pada awal pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Teori Kognitif
Teori kognitif dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari
kerjasama. Ada beberapa teori kognitif yang berbeda, namun bisa dibagi menjadi dua
kategori utama yaitu teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif.
a) Teori Perkembangan
Asumsi dasar dari teori perkembangan adalah bahwa interaksi di antara para
siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka
terhadap konsep kritis (Damon, 1984; Murray, 1982 dalam Slavin, 2005 terjemahan
Nurulita Yusron, 2008: 36). Dalam pandangan Vygotsky (1978) dengan zona
perkembangan proksimalnya, kegiatan kolaboratif di antara anak-anak mendorong
pertumbuhan karena anak-anak usianya sebaya lebih suka bekerja di dalam wilayah
perkembangan paling dekat satu sama lain. Dengan nada serupa, Piaget (1926 dalam
Slavin, 2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008: 37) mengatakan bahwa pengetahuan
tentang perangkat sosial-bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan sistem simbol
(seperti membaca dan matematika) hanya dapat dipelajari dalam interaksi dengan
orang lain. Selanjutnya masih menurut Piaget (1969 dalam Crain W., terjemahan
Yudi Santoso, 2007 : 371), selama anak merasa didominasi oleh otoritas yang tahu
jawaban “benar”, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk mengapresiasi
perbedaan-perbedaan perspektif. Sebaliknya di dalam diskusi-diskusi kelompok
dengan anak-anak lain, mereka memiliki kesempatan lebih baik untuk menghadapai
sudut pandang yang berbeda sebagai stimulan tentang berpikir mereka sendiri.
b) Teori Elaborasi Kognitif
Penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika
informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam
pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari materi (Wittock, 1987 dalam Slavin,
2005 terjemahan Nurulita Yusron, 2008 : 38). Salah satu cara elaborasi yang paling
efektif dalam menjelaskan materi yang dipelajari kepada orang lain. Dari sudut
pandang teoritis di atas, menjadi jelas bahwa memang anak-anak akan lebih banyak
belajar dalam kelas kooperatif dibandingkan dengan kelas tradisional.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Arends (1997:7) : “The term teaching model refers to a particular
approach to instruction that includes its goal, syntax, environment, and management
system”. Istilah model pengajaran mengarah ke suatu pendekatan pembelajaran
tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Selanjutnya menurut Arends, model pembelajaran mempunyai ciri-ciri : (1) rasional
teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana para siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
direncanakan; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model dapat
dilaksanakan, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Menurut Joyce dalam Trianto (2007 : 5) : “Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum, dan lain-lain”. Sedangkan menurut Soekamto, dalam Nurulwati (2000)
dalam Trianto (2007: 5), maksud dari model pembelajaran adalah “Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”. Jadi model pembelajaran merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika
memenuhi kriteria sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas ini
dikaitkan dengan dua hal yaitu apakah model yang dikembangkan didasarkan pada
rasional teoritik yang kuat, dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis.
Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika ahli dan praktisi yang berdasar
pengalamannya menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan
kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga,
efektif. Parameter efektivitas model adalah pendapat ahli dan praktisi yang berdasar
pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara operasional
model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan (Nieveen (1999)
dalam Trianto (2007 : 8)). Sedangkan menurut Khabibah (2006) dalam Trianto (2007:
8) bahwa untuk melihat kelayakan suatu model dalam aspek validitas dibutuhkan ahli
dan praktisi dalam mevalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan
untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran
yang dikembangkan. Jadi di samping memenuhi ciri-ciri tersebut di atas, suatu model
pembelajaran juga harus mendapat legitimasi dari para pakar dan praktisi.
b. Pembelajaran Kooperatif
1) Landasan Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning (CL) adalah model
pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami
dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan (Suparno, 2007 : 134). Fokus dari
pembelajaran kooperatif adalah kemajuan bidang akademik dan afektif melalui kerja
sama (Kindsvatter, dalam Suparno, 2007: 134). Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar mengajar di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil
dengan tingkat kemampuan kognitif yang heterogen. (Woolfolk dalam Budiningarti
1998: 22) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
pembelajaran yang didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran
kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya
jika setiap anggota kelompoknya berhasil.
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai
pengajaran gotong royong atau cooperative learning. Sistem ini merupakan
alternative menarik yang dapat mencegah timbulnya keagresifan dalam sistem
kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek
kognitif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4 – 6 orang siswa sederajat tetapi heterogen. Heterogenitas ini ditinjau dari
kemampuan akademik, suku/ras, jenis kelamin, agama, dan jika mungkin latar
belakang sosial ekonomi keluarga. Makin beragamnya latar belakang siswa dalam
kelompok akan semakin baik.
Menurut Kemal Doymus dalam World Applied Sciences Journal 7 (1): 34-
42,2009. ”Effects of Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning
Topics of Thermochemistry”, menyimpulkan bahwa siswa dapat dirangsang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
bagaimana dalam sebuah grup teknik penelitian dibawa ke dalam kelas menjadi
pembelajaran lingkungan yang lebih kooperatif. Penelitian pembelajaran kooperatif
yang dilakukan memberikan beberapa masukan positif seperti memperoleh informasi
baru, meningkatkan kemampuan belajar dan menumbuhkan percaya diri serta untuk
meningkatkan partisipasi para siswa dalam kontribusinya ketika berada di
kelompoknya masing-masing. Jadi bisa diasumsikan bahwa ada manfaat hubungan
timbal balik sesama.
2) Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrohim (2000:6) Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut : (1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka bersama ; (2) Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya seperti milik mereka sendiri ; (3) Siswa haruslah melihat bahwa semua
anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama (4) Siswa haruslah
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya ; (5)
Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompoknya ; ( 6) Siswa berbagi kepemimpinan
dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
Sedangkan Menurut Roger dan David Johnson, bahwa tidak setiap belajar
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
mempunyai unsur-unsur tertentu agar tujuan dapat tercapai. Unsur-unsur
pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah (1) saling ketergantungan
positif; (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap muka; (4) komunikasi antar
anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok (Anita Lie, 2004: 31; sejalan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Abdurrahman & Bintoro, 2000 dalam Nurhadi, 2004: 112). Sehingga apabila unsur-
unsur di atas tidak terpenuhi bukan merupakan pembelajaran kooperatif walaupun
dilakukan secara kelompok atau bersama-sama.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif pada siswa berarti
pihak sekolah ( guru dan murid) : (1) mengembangkan dan menggunakan
keterampilan kooperatif berfikir kritis dan kerja sama kelompok; (2) menyuburkan
hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari latar
belakang yang berbeda ( heterogen ); (3) menerapkan bimbingan oleh teman ( peer
coaching ); (4) menciptakan lingkungan yang menghargai, menghormati nilai-nilai
ilmiah; (5) membangun sekolah dalam suasana belajar.
3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kindsvatter dkk dalam Suparno (2007 : 135), belajar kooperatif
mempunyai tujuan antara lain ; a) meningkatkan hasil belajar lewat kerja sama
kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain; b) merupakan alternatif
terhadap belajar kompetitif yang sering membuat siswa lemah menjadi minder; c)
memajukan kerjasama kelompok antara manusia. Dengan belajar bersama, hubungan
antara siswa makin akrab dan kerja sama antara mereka akan lebih; dan d) bagi
siswa-siswa yang mempunyai intelegensi interpersonal tinggi, cara belajar ini sangat
cocok dalam memajukan. Mereka lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan lewat
bekerjasama dengan teman, daripada sendirian.
4) Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan
proses demokrasi secara langsung (John Dewey dan Herbert Thelan dalam Ibrahim,
2000 dalam Trianto, 2007 : 44). Tingkah laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Thelan sebagai dasar demokrasi, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk
mengembangkan tingkah laku demokrasi. Peran aktif dan proses demokrasi menjadi
ciri khas lingkungan pembelajaran kooperatif. Guru memang berperan aktif dalam
pembentukan kelompok dan juga mendenifisikan semua prosedur. Walaupun
demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok
secara ketat. Siswa harus memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas
mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari materi, tetapi
siswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut meliputi keterampilan
kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir (Lungdren, 1994 dalam
Isjoni, 2007 : 46 – 48). Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : (1)
menggunakan kesepakatan dalam menyamakan pendapat yang berguna untuk
meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok; (2) menghargai kontribusi anggota
lain; (3) setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban
tugas / tanggung jawab tertentu dalam kelompok; (4) selama kegiatan berlangsung
setiap anggota tetap berada dalam kelompok; (5) setiap anggota meneruskan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu
yang dibutuhkan; (6) mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan
kontribusi terhadap tugas kelompok; (7) mengundang orang lain untuk berbicara dan
berpartisipasi terhadap tugas ; dan (8) bersikap menghormati terhadap budaya, suku,
ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi : (1) menunjukkan
penghargaan dan simpati; (2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dapat diterima;(3) mendengarkan dengan arif; (4) bertanya. Sedangkan keterampilan
tingkat mahir meliputi : (1) mengelaborasi; (2) memeriksa dengan cermat; (3)
menanyakan kebenaran; (4) menetapkan tujuan; dan (5) berkompromi.
3. Jigsaws II ( Tim Ahli )
Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
rekan-rekannya (1978). Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu
Jigsaw II (Slavin, 1986a). Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dapat digunakan
apabila topik-topik yang dipelajari ditulis dalam bentuk cerita sehingga pembelajaran
ini cocok untuk topik-topik sosial, literature, dan beberapa topik ilmu sains terutama
topik yang berkaitan dengan penanaman konsep. Dalam pembelajaran kooperatif
Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang heterogen seperti . Siswa diminta untuk
membaca suatu materi dan diberi lembar ahli (expert sheet) yang memuat topik-topik
berbeda untuk tiap anggota tim yang harus dipelajari pada saat membaca. Apabila
siswa telah selesai membaca, selanjutnya dari tim berbeda dengan topik yang sama
(berkumpul) dalam kelompok ahli, untuk mendiskusikan topik mereka selama waktu
yang ditentukan. Selanjutnya ahli-ahli ini kembali ke tim masing-masing untuk
menyampaikan kepada anggota yang lain dalam satu tim asal. Pada akhirnya siswa
mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor
tim . Skor yang dikontribusi oleh siswa kepada timnya menjadi dasar sistem
peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya dapat menerima
sertifikat atau penghargaan lainnya. Dalam Jigsaw II ini terdapat dua macam
pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran kooperatif dalam kelompok asal dan
pembelajaran kooperatif dalam kelompok ahli. Pada Jigsaw II tidak diterapkan sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penghargaan kelompok. Para siswa dinilai berdasarkan hasil belajar individu masing-
masing.
Jigsaw II yang dikembangkan oleh Robert Slavin pada dasarnya mengambil
struktur yang sama dari Jigsaw Aronson, akan tetapi, Slavin mencoba
menyederhanakan dengan cara kelompok membahas suatu topik dan tiap anggota
kelompok memilih subtopik yang dikuasai (menjadi ahli). Setiap ahli membahas
subtopiknya kepada anggota lainnya. Penyederhanaan ini memudahkan guru bila
menghadapi topik yang sedikit atau mengurangi beban guru menyiapkan beragam set
materi pelajaran. Selain itu Slavin menambahkan aspek kompetisi kelompok dan
penghargaan kelompok. Dalam Jigsaw II , skor yang dikontribusi oleh siswa kepada
timnya menjadi dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi
dalam timnya dapat menerima sertifikat atau penghargaan lainnya. Kunci dari
pembelajaran Jigsaw II adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung
pada anggota satu timnya untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan agar
mengerjakan kuis dengan baik.
Menurut Slavin ( 2008: 241) Kegiatan instruksional yang secara reguler
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw II terdiri atas : (1) Membaca,
siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diberikan untuk menemukan
informasi yang berhubungan dengan topik mereka; (2) Diskusi kelompok ahli, siswa
dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli;
(3) Laporan tim, ahli-ahli kembali pada timnya dan mengajarkan topik mereka
kepada anggota yang lain dalam satu timnya; (4) Tes, siswa mengerjakan kuis
individual yang mencakup semua topik; (5) Rekognisi tim, tim dimungkinkan
mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau dalam bentuk lain apabila skor rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
rata mereka melebihi kriteria tertentu. Penghitungan skor untuk Jigsaw II sama
dengan penghitungan skor pada STAD, termasuk skor untuk awalnya, poin-poin
kemajuan, dan prosedur penghitungan skor. Tim dimungkinkan mendapatkan
penghargaan berupa sertifikat atau dalam bentuk lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu. Menurut Durmus Kilic dalam World Applied Sciences
Journal 4 (Supple 1): 109-114,2008 menyimpulkan bahwa teknik Jigsaw dapat
digunakan dalam tahap pendidikan dan kolaborasi/kerjasama belajar akan
memberikan efisiensi dan kemudahan dalam mengajar. Sehingga hal tersebut sesuai
diterapkan pada materi ekosistem yang begitu luas agar siswa lebih mudah dalam
menerima materi pelajaran dan menghemat waktu.
4. Student Teams Achievemnt Division (STAD)
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Robert E. Slavin tahun 1995 di Universitas John Hopkins,
Amerika Serikat. Model ini merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru
untuk menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif model
STAD,siswa-siswa di kelompokkan menjadi kelompok kecil dengan jumlah anggota
tiap kelompok 4 – 6 siswa. Yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan rendah.
Disamping itu guru juga mempertimbangkan kriteria heterogenitas yang lainnya
seperti jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan lain sebagainya.
Pembawaan siswa ke dalam kelompok-kelompok perlu diseimbangkan sehingga
setiap kelompok memiliki anggota yang tingkat prestasinya seimbang. Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau
melakukan diskusi. Secara individual setiap pertemuan siswa diberi kuis. Kuis itu
diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak
berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap pertemuan pada suatu lembar
penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi,
siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor
sempurna pada kuis-kuis itu. Terkadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu
dicantumkan dalam lembar itu.
Menurut Slavin (2008:143) STAD terdiri dari 5 (lima) komponen utama yaitu
presentasi Kelas, kelompok/tim, kuis, skor Kemajuan individu, dan Rekognisi Tim.
(1) Presentasi Kelas, materi diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi-
pelajaran yang dipandu oleh guru, tetapi bisa juga presentasi audiovisual. Sehingga
siswa harus menyadari bahwa mereka harus memberi perhatian penuh selama
presentasi kelas, karena berkaitan dengan kuis dan skor, sehingga apabila dapat
mengerjakan kuis dengan baik, skor kuis mereka menentukan skor tim mereka juga;
(2) Tim atau kelompok, terdiri atas 4 – 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis yang bervariasi.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar, dan khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur
yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus
melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Selama belajar kelompok,
tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu
teman dalam satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar
kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan
untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok; (3) Kuis, setelah sekitar
1 atau 2 periode dari guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode
praktim tim, para siswa mengerjakan kuis individual. Kuis dikerjakan oleh siswa
secara mandiri. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya; (4). Skor Kemajuan individual, Gagasan yang
melatarbelakangi skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap
siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan
lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan
skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam
mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim
mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor
awal mereka; (5). Rekognisi Tim, Kelompok dimungkinkan mendapat sertifikat atau
penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Setiap
siswa memiliki skor awal yang diperoleh dari nilai sebelumnya. Skor awal ini
mungkin berupa nilai ulangan harian atau nilai ulangan umum semester sebelumnya.
Setelah tahap evaluasi di mana siswa menyelesaikan kuis perorangan, guru harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
menghitung poin kemajuan tiap siswa. Selanjutnya guru juga harus menghitung poin
kemajuan rata-rata tiap tim, yang merupakan jumlah poin kemajuan seluruh anggota
tim dibagi jumlah anggota tim. Setelah itu guru menentukan tingkat penghargaan
kelompok kepada masing-masing tim dan memberikan penghargaan kepada masing-
masing tim.
5. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi dari bahasa latin “mover“ yang berarti menggerakkan.
Rumusan McDonald dalam Oemar Hamalik (2001:106) bahwa motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Beck (1990:2-4) motivasi
adalah dorongan, yaitu dorongan-dorongan baik dari luar diri manusia itu sendiri
yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan. Sedangkan menurut Ngalim
Purwanto (1990:73), motivasi merupakan usaha yang didasari untuk menggerakkan
dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak dan
beraktifitas sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan tertentu. Sejalan dengan itu,
Descartes dalam Siti Rahayu Haditomo (1979:17) menyatakan bahwa antara pikiran
dan tubuh adalah dua hal yang berbeda dalam kategori-kategori, immaterial dan
materi. Semua gerakan yang dilakukan oleh tubuh tergantung perintah dan pikiran.
Dapat disimpulkan bahwa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan berasal dari apa yang ada dalam pikirannya. Menurut Sardiman (2001:71),
motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Bahkan motif dapat
dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “Motif” itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Onong Uchana Effendi (1993:69) motivasi berasal dari kata motif yang
berarti gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. Arti dari motivasi menurut
Effendi adalah membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak atau
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai kepuasan atau suatu tujuan. Dari pendapat para ahli dapat diambil
kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan
dorongan kepada seseorang (atau dapat juga pada diri sendiri), untuk mengambil
tindakan atau berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
a. Macam-macam Motivasi
Peter dalam Entwistle (1981:193) mengemukakan bahwa dilihat dari
sumbernya, ada dua jenis motivasi yaitu : 1) motivasi intrinsik, jika motivasi berasal
dari dalam dirinya sendiri, dan 2) motivasi ekstrinsik, apabila motivasi berasal dari
luar dirinya sendiri. Menurut Sardiman (2001:88) motivasi ekstrinsik dapat dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar. Dari dua jenis motivasi tersebut motivasi intrinsik lebih besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan belajar. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih
tahan karena motif yang timbul atas kesadaran sendiri sehingga mempunyai daya
dorong lebih kuat dari pada dasar simbolik. Pada kasus-kasus kegagalan belajar di
suatu jurusan tertentu umumnya berkaitan dengan hal ini. Sebagai contoh, anak yang
masuk pada jurusan tertentu di sekolah bukan atas keinginannya tapi atas desakan
orang tua. Akibatnya dia harus mendapat motivasi ekstrinsik dari orang tuanya agar
mau belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Motivasi Belajar
Dimyati dan Mudjiono (1999:80), menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah
kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Menurut Galloway dalam Toeti
Soekamto dan Udin S. Winatapura (1997:39) bahwa dengan mengatur kondisi dan
situasi belajar menjadi kondusif, serta diberikan penguatan-penguatan diharapkan
akan dapat merubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Sebagian guru
berpendapat bahwa motivasi belajar bersumber dari siswa itu sendiri dalam
meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga guru tidak atau kurang peduli bagaimana
merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tentang
pembelajaran, ternyata justru gurulah yang sangat berperan untuk dapat merangsang,
meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa, sebagaimana prinsip-prinsip
motivasi yang disusun oleh Keller yang dikutip Driscoll (1994:312) yang disebut
dengan model ARCS. Dalam model yang dikemukakan Keller tersebut seorang guru
dituntut dapat menciptakan empat kategori motivisional, untuk dapat menghasilkan
kondisi pembelajaran yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi
siswa. Keempat kondisi motivisional tersebut adalah: 1) Attention (perhatian), agar
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian, harus dirangsang rasa
ingin tahunya; 2) Relevance (relevansi), tunjukkan bahwa apa yang dipelajari ada
hubungannya atau sesuai dengan kebutuhan siswa; 3) Confidence (rasa percaya diri),
berikan harapan dan keyakinan kepada siswa bahwa mereka dapat berhasil; 4)
Satifaction (kepuasan), ciptakan rasa puas pada siswa dengan memberi kesempatan
dapat berhasil dalam mempraktekkan pengetahuannya. Keempat kondisi motivisional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
tersebut diharapkan seorang guru dapat merangsang, membangkitkan dan memelihara
motivasi di dalam mengikuti proses pembelajaran.
Untuk menimbulkan motivasi dari siswa, seorang guru harus mengetahui
kebutuhan-kebutuhan, karakteristik dan perilaku siswa. Untuk mengetahui hal
tersebut, maka guru perlu merancang pendekatan pembelajaran yang tepat dengan
mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Dengan melakukan
rancangan pendekatan yang baik, maka guru bisa memberi motivasi yang sesuai
dengan kondisi siswanya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk
merangsang, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan
menyusun program pengajaran yang baik.
Adanya motivasi diharapkan siswa dapat belajar dengan lebih giat dan tidak
merasa terpaksa sehingga tujuan organisasi sekolah secara intruksional dapat tercapai.
Menurut Oemi Abdurachman (1995:93) arti motivasi belajar adalah semangat atau
dorongan untuk belajar dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
menyelesaikan sesuatu demi kepentingan dirinya. Moekijat (1997:27)
mengemukakan bahwa motivasi diartikan sebagai pengaruh, suatu kekuatan yang
menimbulkan perilaku. Lebih lanjut Moekijat (1997:30) kunci utama kegiatan belajar
adalah motivasi, memotivasikan para siswa untuk belajar giat berdasarkan kebutuhan
mereka secara memuaskan, yakni kebutuhan akan nilai yang cukup bagi keperluan
hidup, kebahagiaan, kemajuan diri, dan sebagainya. Dari pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan arti motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa agar
berperilaku mau mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan seperti apa yang
dikehendaki. Jadi motivasi belajar adalah dorongan yang berhubungan kesediaan
suatu organisme untuk belajar sesuatu dalam mencapai tujuan perubahan dari tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
biasa menjadi biasa. Bisa juga dikatakan bahwa motivasi belajar adalah usaha
memberikan dorongan yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya dengan tujuan
agar mereka mau belajar dengan rasa penuh kesadaran, semangat tinggi, keikhlasan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam melaksanakan pembelajaran agar
efektif dan efisien yang terpenting adalah memotivasi para siswa untuk belajar giat
berdasarkan kebutuhan sendiri.
6. Kreativitas
a. Definisi Kreativitas
Diungkapkan oleh Mednick dalam Lefrancois (1996) mendefinisikan
Kreativitas sebagai berikut : Creativity is “the forming of associative elements intro
new combination which either meet specifed requirements or are in some ways
useful. The more mutually remote the elements of the new combination. The more
creative the process solution” Kreativitas merupakan bagian dari unsur-unsur
asosiatif dalam kombinasi baru yang memenuhi syarat-syarat tertentu atau dengan
beberapa cara yang berguna. Makin jauh timbal balik unsur-unsur kombinasi baru,
makin kreatif proses untuk pemecahan masalah.
Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada,
dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun di dalam lingkungan
dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya adalah bahwa
kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan Rogers (1962)
menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan
menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kemampuan organisme. Peneliti setuju dengan pendapat di atas karena sumber dari
kreativitas tersebut memperlihatkan upaya positif untuk menjadi pribadi yang matang
dengan memberdayakan unsur dari dalam ( jiwa ) untuk dimunculkan ke luar (raga) .
Sehingga diharapkan kreativitas tetap terjaga untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan prestasi belajar.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun
untuk pengembangan masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling
tinggi bagi manusia (Maslow, 1968). Menurut pendapat peneliti, begitu pentingnya
kreativitas sehingga ditempatkan begitu tinggi berkaitan dengan harga diri sebagai
suatu individu. Karena kalau sudah menyangkut harga diri sebagai seorang manusia
apapun akan dipertaruhkan untuk mempertahankannya.
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu
aspek pribadi, pendorong, proses,dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas
muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari aspek
pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun
dorongan eksternal dari lingkungan. Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance
(1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah,
membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan kemudian menyampaikan hasil-
hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi,
dan verifikasi. Ditinjau mengenai produk, kreativitas menekankan bahwa apa yang
dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Utami Munandar (1995) membuat definisi yang merupakan rangkuman dari
beberapa pengertian tentang kreativitas yaitu kreativitas untuk semua usaha produktif
yang unik dari individu, seorang dituntut kemampuannya untuk berpikir dan
menemukan sesuatu yang baru melalui kondisi lingkungan dan mempertimbangkan
aspek-aspek personalitasnya. Proses berpikir kreatif yang berupa penemuan konsep,
prinsip dan gagasan-gagasan baru memerlukan kondisi yang kondusif dengan
kesempatan yang cukup luas.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dapat
dipandang dari segi : produk, proses, kepribadian, dan kondisi lingkungan. Dari segi
produk, kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Dari
segi proses, kreativitas adalah aktivitas yang dilakukan seseorang karena adanya
kegiatan mental intelektual dalam kognitif seseorang. Dari segi ke pribadian
kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya Dari segi
kondisi lingkungan, kreativitas terbentuk karena dorongan lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan budaya. Lingkungan keluarga berperan paling besar dalam
menentukan kreativitas seseorang.
b. Kepribadian orang yang kreatif
Orang yang kreatif adalah mereka yang mempunyai kemampuan luar biasa
untuk menyesuaikan diri dalam segala situasi dan dengan ketrampilannya ia mampu
melaksanakan pekerjaan untuk mencapai apa yang diinginkan. Biasanya orang yang
kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki kegembiraan dan
menyukai aktivitas kreatif. Anak dan remaja biasanya cukup mandiri dan memiliki
rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko dengan tetap menggunakan
perhitungan dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Mereka berani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
melakukan inovasi - inovasi agar berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau
membuat terobosan baru yang menyimpang dari kebiasaan/tradisi. Rasa percaya diri,
keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai
tujuan mereka.
Treffinger (Utami Munandar,2004:35), mengatakan bahwa pribadi yang
kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk
orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang terlebih dahulu, dengan
mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul serta implikasinya. Ciri kreatif
lainnya adalah kecenderungan untuk lebih tertarik pada hal – hal yang rumit dan
misterius, seperti kecenderungan untuk percaya pada paranormal. Mereka lebih
sering memiliki pengalaman indra keenam atau kejadian mistik. Sedang minat untuk
menikmati seni dan keindahan juga lebih kuat dari rata – rata.
Menurut Utami Munandar (2004:36), ciri-ciri kepribadian yang kreatif :
berani dalam pendirian/keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan
mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak
bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Sedangkan ciri – ciri siswa
kreatif yang dikehendaki pendidik, menurut Utami Munandar ( 1999) yaitu : (1)
imajinatif; (2) mempunyai prakarsa (inisiatif) ; (3) mempunyai minat luas; (4)
mandiri dalam berpikir; (5) meneliti; (6) senang berpetualang; (7) penuh energi
untuk belajar; (8) percaya diri; (9) bersedia mengambil resiko; (10) berani dalam
pendirian dan keyakinan.
Dalam hal ini, E. Mulyasa ( 2003 ) menekankan pentingnya upaya
pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses
pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa ( 2003 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
belajarnya, adalah : (1) dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan
mengurangi rasa takut; (2) memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; (3) melibatkan siswa dalam menentukan
tujuan belajar dan evaluasinya; (4) memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat
dan tidak otoriter; (5) melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Dimilikinya kemampuan kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari
guru, namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses
pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-
coba, berpetualang, suka bermain dan intuitis. Kemampuan kreatif akan mendorong
siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat.
Namun menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru pula untuk meningkatkan
kreatifitas para siswa agar prestasi belajar yang dicapai dapat maksimal dan optimal.
Menurut Graham Wallas (Colin Rosa, 2007:96) , psikolog Amerika,
kreativitas muncul dalam proses empat tahap sebagai berikut : 1) Tahap persiapan,
pada tahap persiapan otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai
dasar atau riset untuk kaya kreatif yang sedang terjadi, 2) Tahap inkubasi, masa
inkubasi dikenal luas sebagai tahap istirahat, masa menyimpan informasi yang sudah
dikumpulkan, lalu berhenti dan tidak lagi memusatkan diri atau merenungkannya, 3)
Tahap pencerahan, tahap pencerahan dikenal luas sebagai pengalaman eureka atau
“aha”, yaitu inspirasi ketika sebuah gagasan baru muncul dalam pikiran, seakan-akan
dari ketiadaan, untuk menjawab tantangan kreatif yang sedang dihadapi, 4) Tahap
pelaksanaan / pembuktian, pada tahap ini merupakan titik tolak seseorang memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
bentuk pada ide atau gagasan baru, untuk menyakinkan bahwa gagasan tersebut bisa
diterapkan.
c. Pengukuran Kreativitas
Untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa dilakukan dengan menggunakan
tes kreativitas. Tes ini berlandaskan pada struktur intelek dari Galiford, terdiri dari
enam sub tes yang semuanya mengukur operasi berpikir divergen, dengan dimensi
konten verbal. Kreativitas atau berpikir kreatif secara operasional tercermin dari
kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas dalam berpikir (Utami Munandar, 1999) .
Keenam sub tes dari tes kreativitas verbal 1) Permulaan Kata yaitu Pada subtes ini
subyek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan
huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata, yaitu
kemampuan untuk menentukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.
2) Menyusun Kata yaitu Pada subtes ini subyek harus memikirkan menyusun
sebanyak mungkin kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai
rangsangan. (dalam kepustakaan tes ini juga disebut anagram). Seperti tes permulaan
kata, tes ini mengukur “kelancaran kata”, tetapi tes ini juga menuntut kemampuan
dalam reorganisasi persepsi. 3) Membentuk Kalimat Tiga Angka yaitu Pada subtes
ini subyek harus menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk
setiap kata diberikan sebagai rangsangan, akan tetapi urutan dalam penggunaan
ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda, menurut kehendak subyek. 4) Sifat-sifat
yang Sama yaitu Pada subtes ini, subyek harus menemukan sebanyak mungkin obyek
yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari
“kelancaran dalam memberikan gagasan”, yaitu kemampuan untuk mencetuskan
gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. 5) Macam-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
macam Penggunaan yaitu Pada subtes ini subyek harus memikirkan sebanyak
mungkin penggunaan yang tidak lazim dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan
ukuran dari “kelenturan dalam berpikir”, karena dalam tes ini banyak subyek harus
didapat. Creative Thinking Skill Pendekatan Melalui Problem- Based Learning:
Pedagogi dan Praktik di Kelas Teknik oleh Halizah Awang dan Ishak Ramly S dalam
International Journal of Social Sciences 3 : 1 2008 mengemukakan sebagai berikut;
Apa yang menyebabkan kreativitas dalam individu? Dapatkah kreativitas
diidentifikasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu mendapatkan jawaban agar
dalam proses pembelajaran dapat dimaksimalkan. Maka digunakan tes kreativitas
Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT). Tiga kemampuan kreatif yang diukur
adalah (a) orisinilitas yaitu kemampuan untuk mempunyai gagasan,pengetahuan. Dan
belajar mengidentifikasi masalah, self – directed, grup diskusi. (b) kefasihan yaitu
kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ide. (c) fleksibilitas yaitu
kemampuan untuk menghasilkan berbagai tema ideasional atau kategori. 6) Apa
akibatnya yaitu Pada sub tes ini, reponden harus memikirkan segala sesuatu yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan.
Tes ini merupakan ukuran dari “kelancaran dalam memberikan gagasan” yang
dikombinasikan dengan “elaborasi”. Setiap jawaban yang menunjuk pada akibat
(yang masuk akal) dari kejadian hipotesis yang dilukiskan mendapat skor satu, dan
jawaban yang terperinci mendapatkan skor empat.
7. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa, berupa seperangkat
pengetahuan atau keterampilan, setelah siswa tersebut mengalami proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
belajar.Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel, 1983).
Prestasi dapat dikatakan juga merupakan hasil yang yang telah dicapai oleh siswa
dalam belajar (Muhaibbin Syah,1995). Prestasi belajar biologi merupakan hal sangat
penting dalam proses belajar karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar-mengajar yang telah dilaksanakan.
Sebagai cara untuk menilai individual diwujudkan dalam bentuk nilai yang diberikan
kepada siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran
di sekolah, Biologi dimasukkan kedalam kelompok IPA. Mata pelajaran biologi di
SMA bertujuan agar peserta didik dapat menerapkan konsep-konsep Biologi dalam
kehidupan sehari-hari dan meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan
melestarikan lingkungan serta sumber daya alam (Mulyasa,2004:214). Istilah Biologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang
berarti ilmu. Jadi Biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
makhluk hidup. Sedangkan menurut Kimball (1991:4) “Biologi ialah ilmu tentang
kehidupan” jadi biologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
kehidupan.
b. Ranah Pembelajaran
Dari hasil penjelasan yang telah diuraikan di atas maka hasil belajar biologi
adalah hasil yang dicapai siswa dalam aktivitas yang dilakukan secara sadar ditandai
dengan perubahan-perubahan yang berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
sikap, kemampuan berpikir, penghargaan terhadap sesuatu, minat yang berhubungan
dengan mata pelajaran biologi yang terkandung dalam tiga ranah yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1) Kognitif
Menurut Winkel (2005:274-276), kognitif memiliki enam taraf meliputi
pengetahuan (taraf paling rendah) sampai evaluasi (taraf paling tinggi) yaitu 1)
Pengetahuan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu
meliputi fakta, kaidah dan prinsip, 2) Pemahaman, kemampuan untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari, 3) Penerapan, kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan
baru, 4) Analisi, kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian,
sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, 5)
Sintesis, kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru, 6) Evaluasi,
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu bersama dengan
pertanggungjawaban pendapatnya berdasarkan kriteria tertentu.
2) Afektif
Menurut Winkel (2005:276-278), segi afektif dibagi menjadi lima taraf,
yaitu: 1) Penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut, 2) Partisipasi, mencakup
kerelaan memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, 3)
Penentuan sikap, kemampuan memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa
dari sesuai dengan penilaian tersebut, 4) Organisasi, kemampuan membentuk suatu
system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan, 5) Pembentukan pola
hidup, kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi
kepribadiannya. Ranah afektif ini guru harus lebih memusatkan perhatian pada
perilaku dan sikap siswa dalam KBM sehari-hari baik di dalam kelas maupun di luar
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3) Psikomotorik
Aspek yang berkaitan dengan keterampilan, kemampuan melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan
gerak fisik. Tingkatan tingkah laku dalam ranah psikomotorik yaitu :1) Persepsi,
penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan, 2)
Kesiapan , kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan, 3)
Respon Terpimpin, tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks,
termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba, 4) Mekanisme, membiasakan
gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan
cakap, 5) Repon Tampak yang Kompleks, gerakan motoris yang terampil yang di
dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks, 6) Penyesuaian,
keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi, 7) penciptaan, membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi
atau permasalahan tertentu.
8. Materi Ekosistem
Ekosistem adalah: tatanan kesatuan secara utuh, antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi atau dapat juga dikatakan Ekosistem
adalah Komunitas makhluk hidup ditempat tinggal alaminya beserta faktor-faktor
abiotiknya ( udara, air, tanah, cahaya, suhu, kelembaban, PH ) dan lain sebagainya.
a. Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem.
Ekosistem tersusun atas satuan-satuan makhluk hidup yaitu : (a) Individu
adalah makhluk hidup tunggal yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Contoh : seorang
manusia, seekor ayam, sebatang pohon. (b) Populasi adalah sekelompok individu
sejenis yang mendiami suatu tempat tertentu. Contoh : sekelompok ayam disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
populasi ayam, sekelompok gajah disebut populasi gajah. (c) komunitas adalah semua
jenis populasi yang menempati daerah tertentu. Contoh : Populasi padi, populasi
rumput, populasi katak, populasi belalang, yang mendiami sepetak sawah maka
disebut komunitas sawah. (d) Ekosistem adalah kesatuan antara komunitas dengan
lingkungannya yang saling berinteraksi. (e) Bioma adalah ekosistem daratan yang
memiliki struktur dan penampilan vegetasi yang sama, sifat-sifat lingkungan yang
sama, dan karakteristik komunitas hewan yang sama. Contoh : Bioma hutan hujan
tropis, Bioma Tundra, Bioma, Taiga, Bioma Savana, dan Bioma Padang Pasir. (f)
Biosfer adalah gabungan semua bioma yang ada di muka bumi. Sehingga urutan dari
yang terkecil adalah : individu – populasi – komunitas – ekosistem – bioma – biosfer.
b. Komponen Penyusun Ekosistem
Ada dua komponen penyusun ekosistem yaitu : (1) Komponen Abiotik atau
Komponen tak hidup : cahaya matahari, sir, suhu, pH, kelembaban, salinitas, mineral
oksigen dan kabon dioksida. (2) Komponen Biotik terdiri atas semua makhluk hidup,
seperti manusia, hewan,tumbuhan, mikroorganisme. Berdasarkan fungsinya dalam
ekosistem, faktor-faktor biotik tersebut di atas dikelompokkan menjadi : (a) Produsen
yaitu semua organisme yang mampu mengubah bahan-bahan anorganik
(karbondioksida dan air) menjadi bahan organik karbohidrat atau amilum dengan
bantuan cahaya, terutama cahaya matahari. Contoh : semua tumbuhan hijau yang
melakukan fotosintesis; (b) konsumen adalah organisme yang tidak mampu membuat
bahan organik sendiri dari bahan anorganik-sebagian organisme ini mendapatkan
bahan organik dari produsen baik secara langsung maupun tidak langsung; (c)
Dekomposer (Pengurai) bahwasanya semua produsen maupun konsumen akan mati,
setelah mati komponen kembali menjadi unsur-unsur penyusunnya yaitu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
termasuk pengurai atau dekomposer adalah penyusunnya akan diuraikan senyawa-
senyawa anorganik bakteri dan jamur; (d) Detritivor adalah kelompok hewan
pemakan detritus. Detritus merupakan sisa-sisa tumbuhan dan hancuran tubuh hewan
yang berupa serpihan-serpihan kecil, atau fragmen-fragmen kecil lainnya. Contoh
detritivor : cacing tanah, luwing dan rayap
c. Interaksi dalam Ekosistem.
Komponen biotik yang terdiri dari organisme hidup saling berinteraksi
antara lain dalam bentuk: (1). Predasi : interaksi yang terjadi merupakan proses
makan dan dimakan. Contoh : Rusa dimakan harimau. (2). Kompetisi : interaksi yang
terjadi merupakan persaingan untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. Contoh :
kambing dan kerbau di suatu tempat berebut rumput. (3). Simbiosis Mutualisme :
interaksi yang saling menguntungkan. (4). Simbiosis Komensalisme : interaksi di
mana yang satu dengan yang lain tidak dirugikan. Contoh : anggrek dengan pohon
yang ditumpanginya. (5). Simbiosis Parasitisme : interaksi dimana yang satu untung
yang lain dirugikan. Contoh : benalu dengan pohon inang/induk.
Terjadinya perubahan pada populasi mendorong terjadinya perubahan pada
komunitas perubahan tersebut menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan
ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem (ekosistem klimaks).
Rangkaian perubahan dimulai dari ekosistem tanaman perintis hingga mencapai
ekosistem klimaks disebut suksesi. Proses suksesi berakhir dengan sebuah bentuk
ekosistem. Ada dua macam suksesi yaitu (a). Suksesi Primer, merupakan gangguan
pada komunitas asal yang mengakibatkan hilang atau musnahnya komunitas asal
secara total sehingga ditempat komunitas asal tersebut terbentuk habitat baru dengan
komunitas yang baru pula. Gangguan tersebut terjadi secara alami : (tanah longsor,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
letusan gunung berapi, endapan lumpur di muara sungai) dll. Gunung meletus -
tumbuhan perintis - lumut, tumbuhan paku - semak - perdu - pohon . (b). Suksesi
Sekunder, terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan baik secara alami
maupun karena tingkah laku manusia. Gangguan tersebut tidak merusak total habitat
organisme, sehingga komunitas tersebut substrat dan kehidupan awal masih ada.
Gangguan alami yang dimaksud misalnya : banjir, gelombang laut, gunung meletus,
angin kencang. Gangguan buatan manusia : penebangan hutan, pengubahan padang
rumput secara sengaja. Contoh suksesi sekunder : terbentuknya tegalan, padang
alang-alang, belukar bekas. Setiap ekosistem memiliki spesies dominan yang
berbeda. Ekosistem hutan pantai didominasi oleh tumbuhan bakau. Macam spesies
yang dominan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik biotik maupun abiotik oleh
karena itu dapat kita temukan beberapa ekosistem misalnya : ekosistem hutan
bakau,ekosistem hutan sagu, ekosistem alang-alang. Dengan kata lain ada berbagai
tipe ekosistem di muka bumi ini. Secara garis besar ada 4 tipe ekosistem yaitu : (1)
Ekosistem darat alami meliputi : Ekosistem hutan bakau (ditepi pantai), Ekosistem
hutan rawa air tawar, Ekosistem hutan tepi sungai, Ekosistem vegetasi pamah
(sepanjang aliran sungai ), Ekosistem hutan sagu, Ekosistem hutan rawa gambut,
Ekosistem air, ekosistem pantai, Ekosistem hutan pegunungan, Ekosistem padang
rumput pegunungan, Ekosistem vegetasi pegunungan (dataran tinggi), Ekosistem
vegetasi tebing, Ekosistem padang rumput rawa, Ekosistem Hutan
Monsun,ekosistem vegetasi Savana (pohon pendek bercabang), Ekosistem Savana
(banyak cahaya matahari kering); (2) Ekosistem suksesi meliputi : Ekosistem suksesi
primer dan Ekosistem suksesi sekunder; (3) Ekosistem air alami meliputi :
Ekosistem sungai (lotik), Ekosistem air tawar, Ekosistem danau (lentik), Ekosistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Aquatik, Ekosistem Laut dangkal, Ekosistem Air laut bahari, Ekosistem Laut
dalam;(4) Ekosistem buatan binaan meliputi: Ekosistem bendungan, Ekosistem hutan
tanaman, Ekosistem tadah hujan, Ekosistem irigasi, Agro ekosistem, sawah pasang
surut, Tambak, Perkebunan (teh, kelapa sawit), Ekosistem Pemukiman Pedesaan,
Ekosistem Pemukiman Perkotaan, Ekosistem Perkotaan, Ekosistem buatan.
d. Aliran Energi
Aliran energi adalah mengalirnya energi yang dimulai dari matahari ke
produsen (energi cahaya diubah ke dalam bentuk energi kimia), konsumen,
kemudian tersebar ke lingkungan dalam bentuk panas
Dari aktivitas di atas kamu dapat melihat adanya perpindahan energi pada
sebuah rantai makanan. Pada proses perpindahan selalu terjadi pengurangan jumlah
energi setiap melalui tingkat trofik makan-memakan.
. Pada setiap tingkat trofik, energi yang dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk
panas dapat mencapai 90%. Jadi hanya 10% dari energi tersebut yang dapat
digunakan untuk kegiatan organisme.
Sumber energi utama bagi kehidupan adalah cahaya matahari. Energi cahaya
matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen (organisme
fotoautotropik) yang diubah menjadi energi kimia tersimpan di dalam senyawa
organik. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat
tropik melalui jalur rantai makanan. Energi kimia tersebut digunakan organisme
untuk pertumbuhan dan perkembangan.
.Semakin jauh energi tersebut dari sumbernya, semakin kecil alirannya.
Energi mengalir dari matahari kedalam ekosistem dalam satu alur dan berakhir
sebagai energi panas yang tidak termanfaatkan lagi. Dengan demikian, didalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
ekosistem terjadi pemborosan energi. Salah satu sifat yang penting adalah energi
dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain. perubahan bentuk energi tersebut
dikenal sebagai transformasi energi. Misalnya, dari energi gula diubah menjadi
lemak, atau protein kemudian disimpan di dalam jaringan tubuh, atau diubah menjadi
energi gerak. Energi dapat berubah menjadi bentuk lain, seperti energi kimia, energi
mekanik, energi listrik, dan energi panas.
Berdasarkan hukum termodinamika, energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan. Makhluk hidup tidak dapat menciptakan dan memusnahkan
energi. Makhluk hidup hanya dapat memanfaatkan energi tersebut dan mengubahnya
dalam bentuk lain. Di dalam ekosistem, energi mengalir dari matahari hingga ke
pengurai. Dalam memanfaatkan energi tersebut makhluk hidup mengubahnya
kedalam bentuk makanan.
Gambar 2.1 Aliran energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
e. Rantai Makanan
Peristiwa memakan dan dimakan yang digambarkan dalam bentuk garis lurus
dinamakan rantai makanan. Pada setiap tingkat dalam satu rantai makanan, materi
yang mengandung energi dipindahkan dari satu organisme ke organisme lainnya.
Tiap tingkat dalam rantai makanan dinamakan tingkat trofik.. Didalam tingkat trofik,
tumbuhan hijau termasuk tingkat trofik pertama, karnivora (hewan pemakan daging)
masuk tingkat trofik kedua, karnivora termasuk tingkat trofik ketiga, demikian
seterusnya.
Untuk memudahkan dalam memahaminya, coba perhatikan Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2. Tingkat Trofik Fungsi/Peranan Sifat/Jenis Makanan Tingkat Transfer Energi Produsen Organisme fotosintetik Tingkat Trofik I Konsumen Primer Herbivor Tingkat Trofik II Konsumen Sekunder Karnivora I Tingkat Trofik III
Konsumen Tersier Karnivora II Tingkat Trofik IV Pengurai Mengurai zat organik
Tipe rantai makanan dibedakan menjadi 2 yaitu : (1) rantai makanan
perumput, bila taraf trofik pertama diduduki oleh tumbuhan hijau. Contoh : daun ->
ulat -> burung prenjak -> elang; (2) rantai makanan detritus, bila taraf trofik pertama
berupa detritus. Detritus adalah sisa-sisa tumbuhan dan hancuran hewan berupa
serpihan-serpihan kecil, remukan, dan fragmen-fragmen kecil lainnya. Hewan
pemakan detritus dikenal dengan detritivor, misalnya cacing tanah, anai-anai (rayap),
kutu kayu, dan kluwing. Contoh . sampah dedaunan -> cacing tanah -> burung jalak -
> elang. Peristiwa memakan dan dimakan yang digambarkan dalam bentuk jaring-
jaring yang saling berhubungan disebut jaring-jaring makanan. Di alam banyak sekali
jaring-jaring makanan yang melibatkan komponen biotik yaitu manusia, hewan dan
tumbuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
f. Piramida Ekologi
Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan
antar trofik yang secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid.
Gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat
kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik yang disebut
piramida ekologi. Piramida ekologi ini berfungsi untuk menunjukkan gambaran
perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama ditempati
produsen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer,
sekunder, tersier sampai konsumen puncak.
Dikenal ada tiga macam piramida ekologi antara lain piramida jumlah, piramida
biomassa dan piramida energi. Gambaran ideal suatu piramida ekologi adalah sebagai
berikut.
1) Piramida Jumlah lndividu
Yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap
tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Piramida jumlah umumnya berbentuk
menyempit ke atas. Organisme piramida jumlah mulai tingkat trofik terendah sampai
puncak adalah sama seperti piramida yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan
konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan dalam taraf
trofik pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer) di taraf trofik kedua,
jumlah organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer, serta
jumlah organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme konsumen sekunder.
Di dalam ekosistem normal, jumlah produsen lebih banyak dari pada konsumen l
(herbivora), dan konsumem l lebih banyak dari pada konsumen II (karnivora).
Individu yang menempati puncak piramida jumlah paling sedikit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2) Piramida Biomassa
Piramida biomassa menggambarkan besarnya biomassa komponen biotik
suatu ekosistem. Yang dimaksud dengan biomassa adalah berat total komponen
biotik pada area tertentu pada suatu waktu tertentu. Biasanya dihitung sebagai berat
kering per m2 ( g/m2). Piramida biomassa dapat memberikan gambaran yang lebih
realistik tentang aliran energi didalam ekosistem.
Piramida biomassa yaitu suatu piramida yang menggambarkan berkurangnya
transfer energi pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.
Pada piramida biomassa setiap tingkat trofik menunjukkan berat kering dari seluruh
organisme di tingkat trofik yang dinyatakan dalam gram/m2. Umumnya bentuk
piramida biomassa akan mengecil ke arah puncak, karena perpindahan energi antara
tingkat trofik tidak efisien. Tetapi piramida biomassa dapat berbentuk terbalik.
Misalnya di lautan terbuka produsennya adalah fitoplankton mikroskopik,
sedangkan konsumennya adalah makhluk mikroskopik sampai makhluk besar seperti
paus biru dimana biomassa paus biru melebihi produsennya. Puncak piramida
Gambar 2.2. Piramida Jumlah Individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya sedikit, dan
umumnya individu karnivora pada puncak piramida bertubuh besar.
Gambar 2.3. Piramida Biomassa
3) Piramida Energi
Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan hilangnya energi pada
saat perpindahan energi makanan di setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Pada
piramida energi tidak hanya jumlah total energi yang digunakan organisme pada
setiap taraf trofik rantai makanan tetapi juga menyangkut peranan berbagai organisme
di dalam transfer energi . Dalam penggunaan energi, makin tinggi tingkat trofiknya
maka makin efisien penggunaannya. Namun panas yang dilepaskan pada proses
tranfer energi menjadi lebih besar. Hilangnya panas pada proses respirasi juga makin
meningkat dari organisme yang taraf trofiknya rendah ke organisme yang taraf
trofiknya lebih tinggi. Sedangkan untuk produktivitasnya, makin ke puncak tingkat
trofik makin sedikit, sehingga energi yang tersimpan semakin sedikit juga. Energi
dalam piramida energi dinyatakan dalam kalori per satuan luas per satuan waktu.
Dasar penentuan piramida energi adalah dengan cara menghitung jumlah
energi tiap satuan luas yang masuk ke tingkat trofik dalam waktu tertentu, (misalnya
per jam, per hari, per tahun). Piramida energi dapat memberikan gambaran lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
akurat tentang kecepatan aliran energi dalam ekosistem atau produktivitas pada
tingkat trofik. Kandungan energi tiap trofik sangat ditentukan oleh tingkat trofiknya
sehingga bentuk grafiknya sesuai dengan piramida ekologi yang sesungguhnya di
lingkungan. Energi yang mampu disimpan oleh individu tiap trofik dinyatakan dalam
k kal/m2/hari.
Pada piramida energi tampak jelas adanya penurunan jumlah energi secara
bertahap dari trofik terendah ke trofik di atasnya. Penurunan ini disebabkan oleh hal-
hal berikut.
1) Hanya sejumlah makanan tertentu yang dapat dimakan oleh organisme trofik di
atasnya.
2) Beberapa bahan makanan yang sulit dicerna dibuang dalam keadaan masih
mengandung energi kimia.
3) Hanya sebagian energi kimia dalam bahan makanan yang dapat disimpan dalam
sel dan sebagian lainnya untuk melakukan aktivitas hidup.
Selain itu bentuk piramida energi jika dibandingkan pada suatu tempat dengan tempat
lain, dapat diketahui efisiensi produktivitas pada kedua tempat itu.
Gambar 2.4. Piramida Energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
g. Daur Biogeokimia
Biogeokimia adalah pertukaran perjalanan zat / unsur melalui tubuh makhluk hidup, tanah
dan persenyawaan kimia atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup
dengan tak hidup. Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa
unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam
komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup
dan batuan (geofisik) sehingga disebut Daur Biogeokimia.
Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-
unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun
komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga. Berfungsinya daur
biogeokimia menentukan kelestarian makhluk hidup dan ekosistem. Artinya, jika daur ulang materi itu
terhenti, makhluk hidup akan mati dan ekosistem akan punah.
Gambar 2.5 Skema Daur Biogeokimia
Macam-macam Daur Biogeokimia yaitu daur Nitrogen, daur Karbon dan Oksigen,
daur Belerang dan daur Posfor.
1) Daur Nitrogen
Nitrogen, atau zat lemas, merupakan unsur yang diperlukan oleh setiap makhluk
hidup. Nitrogen tidak diperlukan dalam bentuk unsur, melainkan dalam bentuk
persenyawaan. Atmosfer bumi mengandung 79 % Nitrogen. Gas ini sulit bereaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dan karenanya tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup. Di
alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan
asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.
Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air
hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah
terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat
dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan,
bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga
memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Tahap kedua
Pembusukan
Protein yang dibuat oleh tumbuhan masuk dan melalui jaring-jaring makanan
seperti pada karbohidrat. Pada setiap tingkatan trofik , terdapat kehilangan yang
kembali ke sekitarnya, terutama dalam ekskresi. Yang terakhir mengambil
keuntungan dari senyawa nitrogen organik adalah mikroorganisme pembusuk.
Melalui kegiatan molekul-molekul yang mengandung nitrogen organik dalam
ekskresi dan bangkai itu dirombak menjadi ammonia.
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan)
diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk
pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut
dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi.
Nitrifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Amonia dapat secara langsung diambil oleh tumbuhan melalui akar dan
sebagaimana diperagakan dalam beberapa spesies, melalui daun-daunnya. Akan
tetapi, sebagian besar ammonia yang dihasilkan oleh pembusukan diubah menjadi
nitrat. Hal ini terlaksana dalam dua langkah. Bakteri genus Nitrosomonas
mengoksidasi NH3 menjadi nitrit (NO2-). Nitrit kemudian dioksidasikan menjadi
nitrat (NO3-) oleh bakteri genus Nitrobacter. Kedua kelompok bakteri hemoautotrofik
ini disebut bakteri nitrifikasi. Melalui kegiatannya (yang menyediakan baginya semua
keperluan energinya), nitrogen dengan mudah tersedia bagi akar tumbuhan. Bakteri
Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh
Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat
ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut
denitrifikasi.
Denitrifikasi
Tumbuhan umumnya menyerap nitrogen dalam bentuk ion nitrat, sedangkan
hewan mengambil nitrogen dalam bentuk senyawa organik (protein) yang terkandung
pada tumbuhan dan hewan yang dimakan. Sebagian ion nitrat dirombak oleh bakteri
denitrifikasi (Thiobacillus denitrificans, Pseudomonas denitrificans) menjadi
nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akan kembali ke atmosfer. Proses penguraian ion
nitrat menjadi nitrogen disebut denitrifikasi. Yaitu mereduksi nitrat menjadi nitrogen,
dengan demikian mengisi kembali atmosfer. Sekali lagi, bakteri adalah gen yang
terlibat, dalam menutup daur nitrogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2) Daur Karbon dan Oksigen
Unsur C (Karbon) diserap tumbuhan dalam bentuk CO. Sebaliknya hewan
hanya dapat memanfaatkan karbon dalam bentuk persenyawaan organik. Unsur
C dan O selalu terlibat dalam proses respirasi dan fotosintesis, yaitu dalam bentuk
CO2 dan O2. Oleh karena itu membahas daur karbon pada dasarnya membahas daur
oksigen. Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas
perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2 atsmosfer secara
musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global
kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui respirasi hampir menyeimbangkan
pengeluarannya melalui fotosintesis.
Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih
banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat.
CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik,
Gambar 2.6. Siklus Nitrogen di Alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan
anorganik lainnya. Unsur karbon di atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida
(CO2), sedangkan unsur oksigen dalam bentuk gas oksigen (O2). Konsentrasi (CO2)
di atmosfer diperkirakan 0,03%. Karbon dioksida masuk ke dalam komponen biotik
melalui organisme fotoautotrop (tumbuhan hijau) dan kemoautotrop (bakteri
kemoautotrop) dalam proses fotosintesis dan kemosintesis. Karbon kemudian
tersimpan sebagai zat organik dan berpindah melalui rantai makanan, respirasi dan
ekskresi ke lingkungan. Sedangkan, oksigen (O2) masuk ke komponen biotik melalui
proses respirasi untuk membakar bahan makanan, lalu dihasilkan karbon dioksida
(CO2). Daur karbon berkaitan erat dengan daur oksigen di alam kita ini.
Gambar 2.7. Daur Karbon dan Oksigen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Daur Sulfur
Belerang (sulfur) merupakan unsur penyusun protein. Secara alami, belerang
terkandung di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Batu bara dan minyak
ngandung sulfur dan pembakarannya membebaskan sulfur dioksida ke atmosfer.
Pencairan biji yang mengandung sulfur, seperti biji tembaga, juga menambah sulfur
dioksida dalam jumlah yang sangat besar ke udara. Hewan dan manusia mendapatkan
belerang dengan jalan memakan tumbuhan . Apabila tumbuhan dan arahewan mati,
jasad renik menguraikannya menjadi gas berbau busuk yakni H2S, atau menjadi SO4.
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi
sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen
sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan pada
umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi
melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan
komponen organiknya oleh bakteri. Bakteri berperan amat penting dalam daur sulfur.
Bila ada udara, perombakan senyawa sulfur (termasuk pembusukan protein)
menghasilkan sulfat. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain
Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam
bentuk hidrogen sulfida (H2S) dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Kemudian
H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan
sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti
Thiobacillus. Sulfur dioksida dan larutannya dalam air hujan melalui oksidasi lebih
lanjut menghasilkan asam sulfite dan sulfat, yaitu bentuk utama yang mengembalikan
sulfur ke ekosistem darat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 2. 8. Daur Sulfur
4) Daur Fosfor (P)
Fosfor merupakan unsur kimia yang jarang terdapat di alam dan merupakan faktor pembatas
produktivitas ekosistem, serta merupakan unsur yang penting kehidupan karena semua makhluk hidup
membutuhkan posfor untuk pembentukan asam nukleat, protein, ATP (Adenosin Tri Fosfat) dan
senyawa organik vital lainnya sebagai sumber energi untuk metabolisme sel.
Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Fosfor satu-satunya daur zat
yang tidak berupa gas, sehingga daurnya tidak melalui udara. Ion Fosfat terdapat
dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan sebagian besar
fosfor terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Begitu sampai di laut
hanya ada dua mekanisme untuk daur ulangnya ke ekosistem darat, salah satunya
melalui burung-burung laut yang mengambil fosfor melalui rantai makanan laut dan
mengembalikan ke darat melalui kotorannya kemudian masuk ke rantai makanan.
Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat
muncul ke permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air
tanah. Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan
fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di
dalam tanah lalu melepaskan pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.
Gambar 2.9. Daur Fosfor
B. Penelitian yang Relevan.
Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian – penelitian
terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, agar dapat
memberikan gambaran yang jelas. Penelitian tersebut antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hadi Sutrisno (2009) dengan judul .
"Pembelajaran Fisika Menggunakan Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari
Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa". Kesimpulan dari penelitian tersebut
adalah (a) Ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
belajar Fisika pada materi suhu dan kalor; (b) Tidak ada pengaruh kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor; (c) Tidak ada
interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar Fisika pada materi suhu dan kalor.
2. Irawan (2008: xii) dalam penelitiannya yang berjudul : Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Model STAD dan Model Jigsaw Pada Pelajaran Fisika Dengan
Materi Pokok Kinematika Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Aktivitas
Belajar Siswa. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut : Ada perbedaan yang
signifikan pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD dan
model Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Fisika. Perbedaan antara penelitian
terletak pada mata pelajaran yang dikaji yaitu Fisika sedang pada penelitian ini
adalah Biologi. Dalam penelitian ini tinjauan adalah Motivasi Belajar dan
Kreativitas siswa sedang pada Irawan ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa.
Kesamaan penelitian ini terletak pada penggunaan Model STAD dan Jigsaw.
Dengan kesimpulan bahwa nilai rata-rata siswa yang diberi pelajaran dengan
model STAD nilainya lebih tinggi dari pada Jigsaw.
3. Yuli Harnowo (2009: xvi) dalam penelitiannya yang berjudul : Pembelajaran
Fisika Dengan Model Kooperatif Melalui Jigsaw Dan STAD Ditinjau Dari
Kecerdasan Emosional Dan Gaya Belajar Siswa. Hasil penelitiannya adalah
sebagai berikut : Tidak ada pengaruh penggunaan model Jigsaw dan STAD
terhadap prestasi belajar fisika pada materi Kalor. Perbedaan antara penelitian
terletak pada mata pelajaran yang dikaji yaitu Fisika sedang pada penelitian ini
adalah biologi. Dalam penelitian ini tinjauan adalah Motivasi Belajar dan
Kreativitas siswa sedang pada Yuli Harnowo ditinjau dari Kecerdasan emosional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dan Gaya Belajar. Kesamaan penelitian terletak pada penggunaan Model STAD
dan Jigsaw.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Seran Daton Gregoris (2009) dengan judul
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw II Terhadap Prestasi
Belajar Fisika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Sikap Sosial Siswa”.Hasil
penelitian Seran Daton Gregoris yaitu : Perbedaan pengaruh model pembelajaran
kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw II terhadap prestasi belajar fisika pada pokok
bahasan listrik statis tidak signifikan . Artinya prestasi belajar yang dicapai siswa
pada kedua tipe pembelajaran ini tidak jauh berbeda. Walaupun demikian
berdasarkan uji lanjut variansi diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II memberikan pengaruh yang lebih positif terhadap prestasi belajar
fisika dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5. Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan. (2007. Promoting Coooperative Learning in
Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective yaitu melihat
penelitian yang dilakukan oleh Nor Azizah et all (1996) melibatkan 966
responden dan menggunakan STAD dan struktur Jigsaw II, menemukan bahwa
pembelajaran yang kooperatif dapat memperhitungkan nilai seperti kemandirian,
kecintaan dan kejujuran . Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Siti
Rahayu (1998) menggunakan model STAD dan Jigsaw menyimpulkan bahwa
nilai dari tingkat kemandirian, rasional, kecintaan dan kerja keras sangat penting
untuk diperhitungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
C. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya kerangka berpikir merupakan penalaran dari awal untuk
menuju pada pemberian jawaban sementara pada masalah yang dirumuskan.
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Peranan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw II dan STAD untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Biologi Siswa .
Pada pembelajaran kooperatif diharapkan siswa secara aktif membangun
pengetahuannya bekerja bersama teman sebaya di dalam kelompoknya. Secara
berkelompok siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan tahap-
tahap yang mereka lakukan bersama. Dengan demikian diperkirakan bahwa
pembelajaran kooperatif membuat siswa melakukan pembelajaran lebih baik.
Kelebihan dari Model Pembelajaran STAD diantaranya adalah melatih siswa bekerja
secara kelompok ( berinteraksi sosial ), guru berperan sebagai fasilitator, bukan nara
sumber utama, melatih siswa bertanggung jawab atas nama tim , pada fase tertentu
lebih menitikberatkan kemandirian siswa karena harus bekerja sendiri ( lebih kuat
dari Jigsaw ), memerlukan waktu lebih singkat dari Jigsaw, dan memotivasi siswa
karena penghargaan dari guru. Hal ini juga sesuai dengan teori belajar Vygotsky.
Model Pembelajaran Jigsaw memiliki kelebihan sebagai berikut melatih siswa
bekerja secara kelompok (berinteraksi sosial), melatih siswa bertanggung jawab atas
tugasnya masing-masing dalam kerangka kerja kelompok, melatih siswa mandiri
walau bekerja dalam tim karena masing-masing harus bertanggungjawab atas
tugasnya sebagai ahli dibidangnya, melatih siswa untuk mengemukakan pendapat ,
memotivasi siswa karena penghargaan dari guru, guru bukan merupakan satu-satunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
penyedia pengetahuan , siswa menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran, dan.
membangun keterampilan interpersonal dan interaktif diantara sesamanya. Ini sesuai
dengan teori belajar Vygotsky. Model pembelajaran kooperatif STAD maupun
Jigsaw II sesuai untuk pembelajaran materi ekosistem karena mencakup banyak
konsep, siswa mengamati, merasakan bahkan mengalami dalam kehidupan sehari-
hari, siswa sudah mempunyai ide dalam pikirannya dan mencari sumber belajar, guru
hanya merupakan salah satu sumber belajar sehingga ada kemauan yang kuat pada
siswa untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi hasratnya
untuk mencapai penguasaan konsep tertentu. Berdasarkan uraian di atas diduga siswa
yang diberi model pembelajaran STAD akan memperoleh prestasi belajar lebih tinggi
daripada model pembelajaran Jigsaw II.
2. Peranan Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Biologi Siswa.
Motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar (motivasi
tinggi). Sebaliknya, apabila seseorang kurang (motivasi rendah) atau bahkan tidak
memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Motivasi belajar
tinggi berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan belajar.
Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, dia mudah tergoda untuk
mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh
terhadap ketahanan dan ketekunan belajar. Sehingga siswa dengan motivasi belajar
tinggi memiliki kecenderungan mendapat prestasi yang lebih baik dibanding dengan
siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Dari ciri-ciri tersebut maka diduga
siswa yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki prestasi belajar biologi yang
tinggi pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3. Peranan Tingkat Kreativitas Siswa Tinggi dan Rendah untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Biologi Siswa
Bahwa kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana
ia berada, dengan Motivasi Belajar SiswaTinggi dan Rendah untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Biologi Siswa. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi jika
belajar dengan model STAD diduga akan memperoleh prestasi yang lebih baik.
4. Peranan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw II dan STAD dengan Motivasi
Belajar Tinggi dan Rendah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa
Penerapan pembelajaran kooperatif mengutamakan peran aktif siswa dalam
setiap kegiatan belajar. Dalam setiap kegiatan, motivasi belajar siswa nampak
berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya ada yang motivasinya
tinggi ada yang rendah. Siswa bermotivasi tinggi selalu semangat dan antusias.
Sedangkan siswa dengan motivasi rendah kadang enggan dan kurang serius dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga diduga siswa dengan motivasi belajar tinggi jika
diberi pembelajaran kooperatif akan memperoleh prestasi yang lebih baik dibanding
dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
5. Peranan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw II dan STAD dengan Kreativitas
Siswa Tinggi dan Rendah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa.
Pembelajaran kooperatif menuntut siswa berperan aktif, karena berdasarkan
proses ilmiah didasarkan pada cara berpikir logis dan cara berpikir kooperatif untuk
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran. Dengan didukung tingkat kreativitas
siswa yang tinggi maka melalui pembelajaran kooperatif baik Jigsaw II dan STAD
menyebabkan prestasi belajar biologi siswa akan meningkat. Hal ini karena siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang memiliki tingkat kreativitas tinggi akan lebih mudah beradaptasi dengan
temannya dibanding dengan siswa yang kreativitasnya rendah. Sehingga ketika
diberlakukan model pembelajaran kooperatif siswa tersebut akan lebih cepat
mengambil peran dibanding siswa yang berasal dari tingkat kreativitas yang rendah.
Pembelajaran kooperatif mengutamakan peran aktif siswa maka dapat diduga siswa
yang memiliki kreativitas tinggi jika belajar dengan model pembelajaran kooperatif
akan memperoleh prestasi yang lebih baik.
6. Peranan Tingkat Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah dengan Kreativitas Siswa
Tinggi dan Rendah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif yang mendahulukan suatu
pembelajaran dari aspek individual sekaligus kelompok, memerlukan kondisi yang
harus mampu menyesuaikan antara satu anggota dengan anggota lain. Siswa yang
memiliki tingkat kreativitas tinggi akan lebih mudah bersosialisasi dengan temannya
dibanding dengan siswa yang kreativitasnya rendah. Dan siswa yang memiliki
kreativitas tinggi lebih teruji untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapinya. Sehingga ketika diberlakukan model pembelajaran kooperatif siswa
tersebut akan lebih cepat mengambil peran dibanding siswa yang berasal dari tingkat
kreativitas rendah.
Peranan motivasi belajar dapat dijelaskan dengan hal sebagai berikut, bahwa
dengan diketahuinya motivasi belajar siswa oleh siswa itu sendiri dan oleh guru maka
guru dan siswa dapat merancang pembelajaran bersama-sama sesuai dengan
keinginan yang dikehendaki sebagian besar siswa. Siswa dengan kreativitas tinggi
pula mampu mengelola diri dalam memanfaatkan motivasi belajarnya. Perpaduan ini
jika dimaksimalkan maka akan berperan dalam meningkatkan prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Diduga siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kreativitas tinggi akan
memilliki prestasi yang tinggi.
6. Peranan Model Pembelajaran Kooperatif, Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa
dengan Peningkatan Prestasi Belajar Biologi Siswa.
Model pembelajaran kooperatif dapat mengaktifkan siswa dalam setiap
kegiatan belajar. Pada materi ekosistem siswa mempunyai pengalaman pengetahuan
pada jenjang pendidikan sebelumnya dengan siswa belajar bersama akan lebih
mengaktifkan atau bisa berdiskusi dengan siswa lain ketika memperoleh kesulitan
sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Sedangkan faktor lain
yang mempengaruhi belajar diantaranya motivasi belajar dan kreativitas siswa. Dapat
diduga pada penerapan model pembelajaran kooperatif siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dan kreativitas tinggi akan memperoleh prestasi yang lebih baik.
Dari kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, diduga bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD dengan motivasi belajar
dan kreativitas
Siswa merupakan faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang dapat
meningkatkan prestasi belajar. Dengan demikian dapat ditarik dugaan bahwa ada
interaksi antara penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD
dengan motivasi belajar dan kreativitas siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Bertolak dari kerangka berpikir di atas, pengajuan hipotesis pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan Student Team
Achievement Divisions (STAD) terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Ada perbedaan motivasi belajar (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar
siswa.
3. Ada pengaruh kreativitas siswa (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar siswa
4. Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan Student Team
Achievement Divisions (STAD) dengan motivasi belajar ( tinggi dan rendah )
terhadap prestasi belajar siswa.
5. Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan Student Team
Achievement Divisions (STAD) dengan kreativitas siswa ( tinggi dan rendah )
terhadap prestasi belajar siswa.
6. Ada interaksi antara motivasi belajar ( tinggi dan rendah ) dengan kreativitas
siswa ( tinggi dan rendah ) terhadap prestasi belajar siswa.
7. Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan Student Team
Achievement Divisions (STAD) dengan motivasi belajar dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri I Sumberlawang, Jalan Raya Solo –
Purwodadi Km 27 Sumberlawang, Sragen 57272
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan
dan penyelesaian yang dimulai bulan Maret 2010 sampai Februari 2011. Tahapan-
tahapan tersebut disajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tahap Kegiatan Penelitian Tahun 2010 Bulan ke- 2011
III IV V VI VII VIII IX X XI XII I II
Menyusun Proposal Penelitian x
Menyusun Instrumen Penelitian x
Mengumpulkan Data x
Menganalisa Data x
Membahas Hasil Penelitian x
Menulis Laporan Hasil Penelitian x x x x
Ujian x x
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari 5 kelas.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian berupa unit kecil yaitu kelas, sampel yang
diambil dua kelas dari 5 kelas yang ada dalam populasi. Pembagiannya satu kelas
sebagai kelas eksperimen I dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling
karena populasi terbagi dalam kelas-kelas. Kelas diambil secara acak dengan
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Mengambil data nilai Ulangan semester ganjil siswa kelas X SMA Negeri 1 Sumberlawang,
Sragen.
b. Menentukan kelas yang berfungsi sebagai kelas eksperimen I dan eksperimen II.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan dua
perlakuan, yang melibatkan satu atau lebih kelompok eksperimen tanpa melibatkan
satu atau lebih kelompok kontrol. Dasar pemilihan sampel adalah nilai Ulangan
Harian (UH) Biologi Semester I tahun pelajaran 2009/2010. Sampel dipilih dari 5
kelas dan dipasangkan secara random 1 kelas sebagai kelompok Jigsaw II, 1 kelas
sebagai kelompok STAD. Setelah itu dilakukan uji normalitas dan homogenetis untuk
nilai UH Biologi dari masing-masing kelompok dengan menggunakan program
minitab.
E. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah metode eksperimen dengan dua perlakuan, yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pembelajaran kooperatif model Jigsaw
II dan STAD ditinjau dari motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi materi ekosistem.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dikelompokkan menjadi 3 variabel, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif model
Jigsaw II dan STAD.
Definisi Operasional
a. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II juga merupakan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang setiap kelompok.
Dengan memperhitungkan heterogenitas. Pada pembelajaran kooperatif Jigsaw II,
terdapat kelompok ahli yang bertanggung jawab pada materi ajar tertentu yang
menjadi tanggung jawabnya. STAD merupakan pembelajaran yang dilaksanakan
dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang setiap kelompok dengan
memperhitungkan kriteria heterogenitas.
2. Variabel Atribut
Ada dua variabel atribut dalam penelitian ini yaitu:
a. Motivasi belajar
1) Definisi Operasional : motivasi belajar adalah semangat atau dorongan untuk
belajar dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan menyelesaikan sesuatu
demi kepentingan dirinya.
2) Data motivasi belajar diperoleh dari jumlah skor total yang diperoleh responden
(siswa) dari jawaban angket motivasi belajar.
3) Kategori: tinggi dan rendah
b. Kreativitas siswa
1) Definisi operasional: kreativitas siswa adalah hasil interaksi antara individu
dengan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2) Data kreativitas siswa diperoleh dari jumlah skor total yang diperoleh
responden (siswa) dari jawaban angket kreativitas siswa.
3) Kategori: tinggi dan rendah
3. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa
Definisi Operasional: Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa, berupa
seperangkat pengetahuan atau keterampilan, setelah siswa tersebut mengalami
proses belajar.
Prestasi belajar diperoleh dengan jumlah skor yang ditunjukkan oleh tes hasil
belajar pada aspek kognitif.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu tes dan
angket. Tes digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi belajar,
sedangkan angket digunakan untuk mendapatkan informasi tentang motivasi belajar
dan kreativitas siswa.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen
pelaksanaan penelitian dan instrumen pengambilan data, yaitu:
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Instrumen pelaksanaan penelitian yaitu Silabus, Rencana Pelaksaan
Pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa.
2. Instrumen Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan metode tes dan angket, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
a. Metode Tes
Tes adalah “suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandarisasikan, dan yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau
kelompok” (Masidjo, 1995: 38). Pengumpulan data dengan metode tes digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan intelektual siswa setelah
mengikuti pembelajaran. Tes yang digunakan dalam penelitian berupa tes
obyektif.
Untuk tes hasil belajar skor yang digunakan ditunjukkan pada persamaan 3.1:
P= (B x 100) 1 N .
Persamaan di atas menyatakan potensi hasil belajar P merupakan
perkalian antara jumlah soal yang dijawab benar B dikalikan 100 dibagi banyaknya
soal N.
b. Metode Angket
Pengumpulan data dengan metode angket ada dua yaitu angket motivasi
belajar dan angket kreativitas siswa.
I. Uji Coba Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang baik dalam suatu penelitian sangat penting karena akan
menentukan valid atau tidaknya hasil penelitian. Instrumen pengambilan data yang
baik harus valid dan reliabel. Untuk keperluan itu maka dilakukan uji coba instrumen
berupa angket motivasi belajar dan soal tes prestasi dan selanjutnya dianalisa.
Demikian juga untuk angket kreativitas siswa akan dilakukan hal serupa. Khusus
untuk soal tes prestasi, ditambahkan analisis Uji Taraf Kesukaran dan Uji Taraf
Pembeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
1. Uji Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Untuk menguji validitas isi soal tes digunakan rumus
korelasi product moment seperti pada persamaan 3.1
{ }{ }å åå åå å å=
2222xyY)(- YNX)(- XN
Y)X)(( - XYN r (3.1)
Keterangan :
rxy : Koefisien Validitas
X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y : Kriteria yang dipakai
(Masidjo, 1995: 246)
Persamaan 3.2 di atas menyatakan koefisien korelasi product moment r.,y yang
dipengaruhi oleh jumlah subyek N, skor item x, dan skor total y. Dalam penelitian ini
untuk uji validitas butir soal digunakan program minitab.
Tabel 3.2 : Tabel Kualifikasi Validitas 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 243)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data
No. Instrumen
Pengambilan Data
Nomor Soal yang Valid
Jumlah Nomor Soal yang Tidak
Valid Jumlah Total
1. Prestasi kognitif
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,28, 29, 30,31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,47, 48, 49
45 5, 17, 34,39,50 5 50
2. Motivasi belajar
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 39, 40
30 6, 9, 13, 17, 21, 24, 28, 31, 37, 38
10 40
3. Kreativitas 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23
20 6, 9, 21, 24 4 24
Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa pada soal tes prestasi kognitif, ada
lima item soal yang tidak valid dengan nomor soal 5, 17, 34, 39, 50. Pada angket
motivasi belajar, ada sepuluh item soal yang tidak valid dengan nomor soal 6, 9,
13,17, 21, 24, 28, 31, 37, 38. Pada angket kreativitas siswa, ada empat item soal yang
tidak valid dengan nomor soal 6, 9, 21, 24. Dari beberapa item soal yang tidak valid
tidak digunakan, hal ini dikarenakan item yang tersisa sudah dapat mewakili indikator
yang ingin dicapai.
2) Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003: 69), instrumen dikatakan reliabel berarti dapat
memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada responden yang berbeda
pada waktu yang berlainan.Menurut Arikunto (2002: 205)
Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam
waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obektif digunakan rumus
Kuder-Richard 20 (KR 20) seperti persamaan 3.2 berikut :
úû
ùêë
é÷øö
çèæ= å
t
t211 S
pq- S
1-nn
r (3.2)
Keterangan :
r11 : Koefisien reliabilitas n : Jumlah item S : deviasi standar p : indeks kesukaran q : 1 – p
Untuk menghitung koefisien reliabilitas bentuk angket digunakan rumus
alpha dari Arikunto (1996: 1006), seperti persamaan 3.3 :
÷÷ø
öççè
æ S-÷÷
ø
öççè
æ-
= 2
2
11 1)1( t
i
nn
raa
(3.3)
Keterangan :
r11 : indeks reliabilitas instrumena n : cacah butir instrument
S αi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item
αi2 : variasi total
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,00 < r11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 < 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 < r11 < 0,60 : reliabilitas cukup 0,60 < r11 < 0,80 : reliaibilitas tinggi 0,80 < r11 < 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
Klasifikasi reliabilitas tes ditunjukkan pada tabel 3.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 3.4 : Tabel Kualifikasi Reliabilitas Tes Koefisien kolerasi Kualifikasi
0,91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40
negatif-0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
(Masidjo: 1995:209)
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data No. Instrumen r11 rtabel Keputusan Kategori
1. Prestasi kognitif 0,919 0,320 Reliabel Sangat Tinggi
2. Motivasi belajar 0,971 0,320 Reliabel Sangat Tinggi
3. Kreativitas 0,829 0,320 Reliabel Tinggi
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa instrumen prestasi kognitif memiliki nilai r11
sebesar 0,919. Dengan mengacu pada klasifikasi yang ada maka dapat diputuskan
bahwa instrumen tersebut sangat tinggi reliabilitasnya. Sementara itu, instrumen
motivasi belajar, dan kreativitas siswa masing-masing memiliki nilai r11 sebesar
0,971, sehingga tergolong sangat tinggi reliabilitasnya, sedangkan kreativitas siswa
memiliki nilai r11 sebesar 0, 829 sehingga tergolong tinggi reliabilitasnya. Dengan
demikian, ketiga instrumen pengambilan data tersebut memenuhi syarat uji coba
reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.
3) Uji Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan indeks
kesukaran yaitu bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks
kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus seperti persamaan 3.4
maksimalskor NB
IK ´
= (3.4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Keterangan :
IK : Indeks Kesukaran B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu
item N : Kelompok siswa Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari
suatu item N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu
item. (Masidjo, 1995: 189)
Adapun klasifikasi indeks kesukaran menurut Masidjo (1995:192) yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6. Tabel kualifikasi Indeks Kesukaran IK – IK Kualifikasi IK
0,81 – 1,00 Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80 Mudah (Md)
0,41 – 0,60 Sedang / Cukup (Sd/C)
0,21 – 0,40 Sukar (Sk)
0,00 – 0,20 Sukar sekali (SS)
Persamaan di atas menyatakan indeks kesukaran soal P yang merupakan hasil
bagi antara banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar B dengan jumlah
seluruh siswa peserta tes JS (Suharsimi, 2005: 208). Kualifikasi Indeks kesukaran
seperti pada Tabel 3.6
Tabel.3.7. Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes
No Instrumen Tes
Tingkat Kesukaran
Nomor soal Jumlah
%
Prestasi kognitif
Mudah Sekali 0 0 0%
Mudah 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 13, 16, 17,18, 20, 25,26.27, 28, 30, 31, 37, 40, 41, 44, 47, 48
25 50
Sedang/ Cukup
3, 11, 12, 15,19, 22, 23, 29, 32,33, 34, 35, 36, 38,39, 42, 43,45,46, 49, 50
21 42
Sukar 0 0 0%
Sukar Sekali 9, 14, 21, 24 4 8 Total 50 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, diketahui bahwa instrumen tes prestasi
kognitif mempunyai distribusi soal yang seimbang. Jumlah soal dengan kategori
sedang/cukup lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sukar dan
seimbang dengan soal kategori mudah. Suatu instrumen tes dikatakan memiliki
distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori sedang
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sukar dan mudah.
Sebagai gambaran, distribusi tingkat kesukaran instrumen tes yang baik harus
mengikuti bentuk kurva normal. Karena instrumen sudah memiliki tingat
kesukaran yang baik maka instrumen prestasi kognitif sudah dapat digunakan
untuk pengambilan data.
4. Uji Taraf Pembeda
Menurut Arikunto (2002: 201), taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah
jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang
tergolong kelompok bawah (bodoh). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok
atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu item
digunakan persamaan 3.5:
maksimalSkor nKBatau nKA KB -KA
ID´
= (3.5)
Keterangan : ID : Indeks Diskriminasi KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok atas K : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok bawah NKA atau nKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah.
(Masidjo, 1995: 198)
Klasifikasi indeks diskriminasi yang digunakan menurut Masidjo (1995:201)
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 3.8 Indeks Diskriminasi
ID – ID Kualifikasi 0,80 – 1,00 Sangat membedakan (SM) 0,60 – 0,79 Lebih membedakan (LM) 0,40 – 0,59 Cukup Membedakan (CM) 0,20 – 0,39 Kurang membedakan (KM) Negatif – 0,19 Sangat kurang membedakan (SKM)
Distribusi indeks diskriminasi atau daya beda soal untuk tes prestasi kognitif
disajikan pada Tabel 3.9
Tabel 3.9. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes No Instrumen
Tes Tingkat
Kesukaran Nomor soal Jumlah %
1 Prestasi kognitif
Sangat Membedakan
- 0 0
Lebih Membedakan
12, 15 2 4
Cukup Membedakan
1, 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 16, 21, 23, 28, 30, 31, 33, 38, 40, 41, 46, 47
20 40
Kurang Membedakan
- 0 0
Sangat Kurang Membedakan
5, 8, 9, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 22,24, 25, 26, 27, 29, 32, 34, 35, 36, 37,39, 42, 43, 44, 45, 48, 49, 50
28 56
Total 50 100 Tabel 3.9 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes prestasi kognitif dengan
kualifikasi daya beda Lebih Membedakan ( LM ) hanya berjumlah dua soal ( nomor
soal 12, 15 ) atau sebesar 4% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada.
Untuk kualifikasi daya beda Cukup Membedakan ( CM ) berjumlah dua puluh soal
( nomor soal 1, 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 16, 21, 23, 28, 30, 31, 33, 38, 40, 41, 46, 47 ) atau
sebesar 40% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada. Sangat Kurang
Membedakan (SKM) berjumlah dua puluh empat soal (nomor soal 5, 8, 9, 13, 14,
17, 18, 19, 20, 22,24, 25, 26, 27, 29, 32, 34, 35, 36, 37,39, 42, 43, 44, 45, 48, 49, 50 )
atau sebesar 56% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada. Instrumen tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
tersebut cukup memenuhi uji daya beda sehingga cukup untuk dapat membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
J. Teknik Analisis Data
1.Uji Prasyarat Analisis
K. Uji Normalitas
Untuk menyelidiki normal atau tidaknya populasi yang menjadi subyek
penelitian dilakukan dengan uji normalitas data prestasi belajar. Pada penelitian ini
untuk uji normalitas digunakan program minitab dengan Kriteria Anderson-Darling,
Kriteria Kolmogorov-Smirnov, dan Kriteria Ryan-Joiner ,dengan prosedur sebagai
berikut :
1) Menetapkan Hipotesis
Hipotesis :
Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Ha : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
2) Menetapkan Taraf Signifikansi
Taraf Signifikansi (α) adalah angka yang menunjukkan seberapa besar
peluang terjadinya kesalahan analisa. Taraf signifikansi dalam penelitian ini adalah
0,05 atau 5%.
3) Keputusan Uji
Ho ditolak jika p – value > α
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau
tidak digunakan uji homogenitas. Pengujian yang dilakukan antara lain Homogenitas
Prestasi Vs Motivasi Belajar yang diuji dengan Tes Barlett dan Tes Lavene;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Homogenitas Prestasi Vs Kreativitas siswa yang diuji dengan Tes Barlett dan Tes
Lavene; dan Homogenitas Prestasi Vs Metode yang diuji dengan Tes F dan Tes
Lavene. Prosedur pengujian sebagai berikut :
1) Menetapkan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
Ha : Sampel berasal dari populasi yang homogen
2) Keputusan Uji
Ho ditolak jika p-value > α
c. Pengujian Hipotesis
1) Anava
Setelah terpenuhinya prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas,
maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk
mengetahui apakah hipotesis yang sudah diajukan ditolak atau tidak ditolak. Untuk
menguji hipotesis dalam penelitian digunakan rumus Anava tiga jalan dengan desain
faktorial 2 x 2 x 2. Tujuan analisis varian tiga jalan ini adalah untuk menguji
perbedaan efek baris, kolom dan efek interaksi baris dan kolom terhadap variabel
terikat.
Stastistik Uji Hipotesis menggunakan Program Minitab. Desain faktorial
terdapat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10. Desain Faktorial Kreativitas siswa Motivasi belajar
Metode Pembelajaran
Jigsaw II (A1) STAD (A2)
Tinggi (B1) Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1 Rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2
Rendah (B2) Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1 Rendah (C2) A1B2C2 A2B2C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 3.10. menunjukkan desain faktorial, dimana A merupakan model
pembelajaran kooperatif yang terdiri atas Jigsaw II A1 dan STAD A2, B merupakan
motivasi belajar yang terdiri atas motivasi belajar tinggi B1 dan motivasi belajar
rendah B2, C merupakan kreativitas siswa yang terdiri atas kreativitas tinggi C1 dan
kreativitas rendah C2.
2) Uji Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji t satu
ekor, perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan software minitab 15.
3) Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dirumuskan dalam hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha). Adapun hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
a) Ho1 : Tidak ada perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan
STAD terhadap prestasi belajar Biologi.
Ha1 : Ada perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD
terhadap prestasi belajar Biologi.
b) Ho2 : Tidak ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Biologi.
Ha2 : Ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Biologi
c) Ho3 : Tidak ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar Biologi.
Ha3 : Ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar Biologi.
d) Ho4 : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan pembelajaran kooperatif
Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar Biologi
Ha4 : Ada interaksi antara motivasi belajar dengan pembelajaran kooperatif
Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar Biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
e) Ho5 : Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan pembelajaran kooperatif
Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar Biologi
Ha5 :Ada interaksi antara kreativitas dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw II
dan STAD terhadap prestasi belajar Biologi.
f) Ho6 : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar Biologi
Ha6 : Ada interaksi antara motivasi belajar dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar Biologi.
g) Ho7 :Tidak ada interaksi antara motivasi belajar, kreativitas dengan pembelajaran
kooperatif Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar Biologi
Ha7 : Ada interaksi antara motivasi belajar, kreativitas dengan pembelajaran
kooperatif Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar Biologi.
4) Keputusan Uji
Ho ditolak jika p-value < α
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data motivasi belajar
siswa, kreativitas siswa, dan nilai kemampuan kognitif siswa pada materi
ekosistem.
1. Data Motivasi Belajar
Data motivasi belajar diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa
sebelum diberikan pembelajaran. Motivasi belajar digolongkan menjadi dua
kategori yaitu motivasi belajar tinggi dan rendah. Pembagian ini didasarkan pada
nilai rata-rata data motivasi belajar siswa. Motivasi belajar tinggi jika nilai siswa
lebih tinggi dari pada nilai rata-rata dan motivasi belajar rendah jika nilai siswa
lebih rendah dari pada nilai rata-rata. Skor rata-rata motivasi belajar dari seluruh
sampel yaitu 116,17 dengan skor minimum 85 dan skor maksimum 141 Distribusi
data motivasi belajar disajikan dalam tabel berikut.
Tabel. 4.1 Deskripsi Data Motivasi Belajar
Motivasi Belajar Kelas X.5 (Jigsaw II)
Kelas X.4 (STAD)
Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%) Tinggi 20 57,1 18 50 Rendah 15 42,9 18 50 Jumlah 35 100 36 100
Dari tabel 4.1 di atas dideskripsikan motivasi belajar siswa hampir sama
antara model Jigsaw II dan STAD. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar
yang dimiliki kedua kelompok adalah berimbang, kedua kelompok ini diberikan
materi uji yang sama yaitu ekosistem. Untuk lebih jelas mengetahui distribusi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
motivasi belajar, maka pada gambar 4.1 disajikan histogram motivasi belajar pada
kelas yang diberi model Jigsaw II dan model STAD. Distribusi frekuensi motivasi
belajar siswa dapat dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Model Jigsaw II Interval Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif (%)
85-93 1 2,85
94-102 4 11,42
103-111 5 14,28
112-121 12 34,28
122-131 9 25,71
132-141 4 11,42
35 100,00
Berdasarkan tabel 4.2. di atas deskriptif motivasi belajar dapat juga
ditampilkan dengan grafik histogram.
Gambar 4.1 Histogram Frekuensi motivasi belajar Siswa Model Jigsaw II
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Model STAD Interval Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif (%)
97-102 4 11,11
103-109 5 13,89
110-116 10 27,78
117-123 9 25
124-130 7 19,44
131-137 1 2,78
36 100
0
2
4
6
8
10
12
14
Fre
kuen
si
85-93
94-102
103-111
112-121
122-131
132-141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel 4.3 di atas deskriptif nilai motivasi belajar dapat juga
ditampilkan dengan grafik histogram.
Gambar 4.2 Histogram Frekuensi motivasi belajar Siswa Model STAD
Diskripsi histogram pada gambar 4.2 menggambarkan frekuensi
penyebaran hasil motivasi belajar siswa sebelum diberi tindakan, untuk kelas
kooperatif Jigsaw II dan STAD ternyata dari data histogram menunjukan
distribusi terbesar adalah pada interval 112-121 pada kelas Jigsaw II.
2. Data Kreativitas Siswa
Tingkatan kreativitas siswa ada dua yaitu tinggi dan rendah. Siswa
memiliki kreativitas tinggi jika mempunyai skor di atas rata-rata skor kreativitas
siswa, sedangkan siswa yang memiliki kreativitas rendah jika mempunyai skor di
bawah atau sama dengan rata-rata skor kreativitas siswa. Skor rata-rata kreativitas
dari seluruh sampel yaitu 53,08 dengan skor minimum 32 dan skor maksimum 73
Tabel 4.4. Deskripsi Data Kreativitas Siswa
Kreativitas Siswa
Kelas X.5 (Jigsaw II)
Kelas X.4 (STAD)
Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%) Tinggi 21 60 23 63,88 Rendah 14 40 13 36,12 Jumlah 35 100 36 100
0
2
4
6
8
10
12
Fre
kuen
si
97-102
103-109
110-116
117-123
124-130
131-137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel 4.4. terlihat bahwa pada kelas X.5 dengan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw II siswa yang memiliki kreativitas siswa tinggi
mempunyai frekuensi lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki
kreativitas siswa rendah. Demikian halnya pada kelas X.4 dengan model
pembelajaran kooperatif STAD siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki
frekuensi lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kreativitas
rendah.
Tabel 4.5 Dristribusi Frekuensi kreativitas siswa kelas Jigsaw II Interval Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif
32-39 3 8,57
40-47 6 17,14
48-55 11 31,42
56-63 11 31,42
64-71 3 8,57
72-77 1 2,85
35 100
Gambar 4. 3 Histogram Frekuensi Kreativitas siswa
0
2
4
6
8
10
12
Fre
kuen
si
32-39
40-47
48-55
56-63
64-71
72-77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.6 Dristribusi Frekuensi Kreativitas Kelas Model STAD Interval Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif
34-38 1 2,78
39-44 3 8,33
45-49 5 13,89
50-54 11 30,56
55-59 9 25
60-64 7 19,44
36 100
Gambar 4 4 Histogram Frekuensi Kreativitas Siswa
3. Data Prestasi belajar
Sebaran nilai prestasi belajar siswa pada aspek kognitif hasil penelitian
dari masing-masing kelas disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa
Kelompok Jumlah
Data Nilai
Tertinggi Nilai
Terendah Nilai
Rata-rata Standar Deviasi
Jigsaw II 35 88 33 61 13,7 STAD 36 80 30 54 12,4
Berdasarkan tabel 4.7 nampak bahwa pada kelas Jigsaw II terdapat 35
siswa dan pada kelas STAD ada 36 siswa. Nilai tertinggi dan terendah untuk
prestasi belajar dari kelas Jigsaw II yaitu 88 dan 33, sedangkan pada STAD yaitu
80 dan 30. Pada kelas Jigsaw II nilai rata-rata siswanya adalah 61 dan standar
deviasinya adalah 13,7. Untuk kelas STAD memiliki nilai rata-rata 54 dan standar
0
2
4
6
8
10
12
Fre
kuen
si
34-38
39-44
45-49
50-54
55-59
60-64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
deviasinya 12,4. Bila dilihat dari nilai rata-rata kelas, maka kelas yang diberi
perlakuan menggunakan pembelajaran Jigsaw II memiliki rata-rata lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran STAD. Data selengkapnya terdapat pada
lampiran.
Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas Jigsaw II disajikan
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas JigsawII Interval Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
33-42 2 5,71 43-52 10 28,57 53-62 4 11,43 63-72 14 40 73-82 3 8,57 83-92 2 5,71
jumlah 35 100 %
Dari tabel 4.8 terlihat bahwa frekuensi terbanyak terletak pada interval 63-
72 dengan jumlah 14 siswa. Sedangkan nilai terendah pada interval 33 - 42 yang
berjumlah 2 siswa dan untuk nilai tertinggi berada pada interval 83-92 yang
berjumlah 2 siswa. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-rata lebih
banyak jumlahnya dari frekuensi interval yang terletak di bawah nilai rata-rata.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai prestasi belajar biologi siswa
pada kelas Jigsaw II lebih baik pada nilai di atas rata-rata dibanding nilai di
bawah rata-rata untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi siswa disajikan
histogram pada gambar 4.5.
Berdasarkan pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa prestasi belajar biologi
siswa kelas Jigsaw II nilai terbanyak pada interval 63-72. Sedangkan nilai
terendah pada interval 33 - 42 dan untuk nilai tertinggi berada pada interval 83-92.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Siswa Kelas JigsawII Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas STAD disajikan pada
tabel 4.9
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa Kelas STAD Interval Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
30-38 4 11,11 % 39-47 10 27,78 % 48-56 8 22,22 % 57-65 5 13,89 % 66-74 4 11,11 % 75-83 5 13,89 %
jumlah 36 100 %
Dari tabel 4.9 terlihat bahwa frekuensi terbanyak terletak pada interval 39-
47 yaitu berjumlah 10 siswa. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-
rata lebih banyak jumlahnya dari frekuensi interval yang terletak di bawah nilai
rata-rata. Sedangkan nilai terendah pada interval 30- 38 yang berjumlah 4 siswa
dan untuk nilai tertinggi berada pada interval 75-83 yang berjumlah 5 siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai prestasi belajar biologi siswa
pada kelas STAD lebih baik pada nilai di atas rata-rata dibanding nilai di bawah
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Frek
uens
iNilai
33-42
43-52
53-62
63-72
73-82
83-92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rata-rata untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi siswa disajikan histogram
pada gambar 4.2.
Gambar 4.6 Histogram Prestasi Belajar Siswa Kelas STAD
Berdasarkan pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa prestasi belajar biologi
siswa kelas STAD nilai terbanyak pada interval 39-47. Sedangkan nilai terendah
pada interval 30-38 dan untuk nilai tertinggi berada pada interval 75-83.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap data prestasi kognitif. Uji Normalitas
dilakukan dengan menggunakan minitab 15 berdasarkan kriteria Ryan Joiner (RJ).
Data dinyatakan normal jika p-value>0,05. Hasil uji normalitas Prestasi Kognitif
dapat disajikan sebagai berikut.
0
2
4
6
8
10
12
Freku
ensi
Nilai
30-38
39-47
48-56
57-65
66-74
75-83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian NO Variabel P-value Keputusan Kesimpulan 1 A1 >0,100 H0 ditolak Normal 2 A2 >0,100 H0 ditolak Normal 3 B1 >0,100 H0 ditolak Normal 4 B2 >0,100 H0 ditolak Normal 5 C1 >0,100 H0 ditolak Normal 6 C2 >0,100 H0 ditolak Normal 7 A1B1C1 >0,100 H0 ditolak Normal 8 A1B1C2 >0,100 H0 ditolak Normal 9 A1B2C1 >0,100 H0 ditolak Normal 10 A1B2C2 >0,100 H0 ditolak Normal 11 A2B1C1 >0,100 H0 ditolak Normal 12 A2B1C2 >0,100 H0 ditolak Normal 13 A2B2C1 >0,100 H0 ditolak Normal 14 A2B2C2 >0,100 H0 ditolak Normal
Berdasarkan tabel 4.10 memperlihatkan hasil uji normalitas pada tes
kognitif siswa. p-value semua variabel menghasilkan nilai >0,001. Angka yang
digunakan bukan p-value > 0,050 tetapi p-value>0,100. Hal ini menunjukkan
bahwa p-value jauh lebih besar dari 0,050 sebagai titik kritis. P-value > 0,100
menghasilkan keputusan H0 yang menyatakan bahwa data tidak berdistribusi
normal ditolak. Sehingga berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat diambil
keputusan data prestasi berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang peneliti gunakan adalah metode uji F dan pendukung keputusan
dilakukan uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi belajar biologi,
sedangkan sebagai faktornya adalah model, motivasi belajar dan kreativitas
siswa. Rangkuman hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.11 dan hasil
selengkapnya disajikan pada lampiran homogenitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil uji homogenitas diperoleh p-value > 0,05 maka Ho ditolak. Jadi
keputusannya data prestasi belajar dalam penelitian berasal dari populasi yang
homogen, seperti disajikan pada Tabel 4.11
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas
No Respon Faktor p-value
Keputusan F Test Levene Test
1 Prestasi Model 0,583 0,648 Homogen 2 Prestasi Motivasi Belajar 0,277 0,137 Homogen 3 Prestasi Kreativitas 0,346 0,264 Homogen
4 Prestasi Model, Motivasi Belajar, Kreativitas
0,693 0,695 Homogen
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan aplikasi Minitab 15 dengan prosedur uji
hipotesis Analysis of Variance (ANOVA).
1. Analisis variansi
Pengujian pada penelitian ini menggunakan anova tiga jalan, karena faktor
yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga faktor yaitu
model pembelajaran, motivasi belajar dan kreativitas siswa. Adapun rangkuman
hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama dapat dilihat pada
tabel 4.12, sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada lampiran.
Tabel 4.12 Rangkuman Anova Tiga Jalan No Variabel p-value Keputusan 1 Model Pembelajaran 0,019 H01 ditolak 2 Motivasi Belajar 0,531 H02 diterima 3 Kreativitas 0,204 H03 diterima 4 Model dengan Motivasi Belajar 0,198 H04 diterima 5 Model dengan Kreativitas 0,448 H05 diterima 6 Motivasi Belajar dan Kreativitas 0,838 H06 diterima 7 Model Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Kreativitas 0,176 H07 diterima
Berdasarkan tabel 4.12 hasil pengujian dengan analisis variansi tiga jalan
dapat diartikan pada model pembelajaran kooperatif Ho1 ditolak dikarenakan nilai
probabilitasnya lebih kecil daripada alpha pada Ho1 yaitu (p-value = 0,019 < a =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0,05) sedangkan pada variabel yang lain (Ho2, Ho3, Ho4, H05, Ho6, dan Ho7)
semuanya tidak ditolak dikarenakan probabilitasnya (p-value) lebih besar daripada
alpha.
2. Uji lanjut Anava
Pada hasil uji hipotesis memperlihatkan adanya Ho yang ditolak. Hal ini
berarti pada data tersebut harus dilakukan uji lanjut anava. Uji lanjut analisis
variansi untuk model pembelajaran dilakukan dengan menggunakan uji t satu
ekor. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif, yang masing-masing adalah sebagai
berikut:
Ho1 : Tidak ada perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan
STAD terhadap prestasi belajar Biologi.
Ha1 : Ada perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD
terhadap prestasi belajar Biologi
Ho : Model Jigsaw II memberikan prestasi belajar kognitif lebih baik daripada
model STAD.
Hi : Model Jigsaw II memberikan prestasi belajar kognitif lebih baik daripada
model STAD.
Hasil uji t menghasilkan nilai thitung = 2,14 dan p-value = 0,036. Pada taraf
signifikansi 5% dengan jumlah responden 71 menghasilkan ttabel = 1,67. Dengan
kata lain thitung > dari ttabel dan p-value < 0,05. Oleh karena itu kesimpulannya
adalah Ho ditolak dan Hi diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa model Jigsaw
II memberikan prestasi belajar kognitif lebih baik daripada model STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan dari analisis diperoleh bahwa ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar kognitif
siswa. Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD diperoleh p-value sebesar
0,036 yang lebih kecil dari batas signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata prestasi belajar materi ekosistem siswa yang
menggunakan pembelajaran model Jigsaw II dan STAD masing-masing sebesar
61 dan 54. Maka model pembelajaran Jigsaw II memberikan efek lebih baik
terhadap prestasi belajar pada materi ekosistem.
Materi ekosistem memiliki banyak keterkaitan dengan lingkungan dan
alam sekitarnya. Seperti dalam kehidupan sehari-hari misalnya adanya lingkungan
sawah, sungai, padang rumput, rantai makanan, daur carbon dan lain sebagainya.
Di sini siswa bisa menemukan contoh, menghubungkan dengan pembelajaran
hingga siswa dapat menarik kesimpulan secara bersama melalui proses diskusi
dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD sangat
mementingkan konsep pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, hal ini
membuat siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan yang baru diperolehnya serta mendiskusikan dengan teman
atau kelompoknya melalui proses pembelajaran kooperatif. Hal ini akan
memudahkan siswa menguasai konsep yang telah dibangunnya secara bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Beberapa hal yang mendukung keberhasilan model pembelajaran Jigsaw II
lebih baik dari model pembelajaran STAD, diantaranya lebih kepada penguasaan
konsep daripada penguasaan kemampuan, siswa termotivasi untuk mempelajari
materi dengan baik, siswa mau bekerja keras dalam kelompok supaya mereka
dapat membantu kelompoknya melakukan tugas dengan baik, siswa juga
memperoleh materi yang berbeda dari teman-teman ahlinya. Fakta bahwa para
siswa, setelah mengalami proses pembelajaran dengan model pembelajaran
Jigsaw II, telah membentuk pengalaman belajar yang nyata, menggali informasi
dan membahas topik lebih mendalam. Menurut Kazim Karabekir (2008) dalam
penelitian yang berjudul “The Effect of the Jigsaw Technique on Learning the
Concepts of the Principles and Methods of Teaching” menyimpulkan bahwa
kelompok yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih
berhasil dibandingkan kelompok yang menggunakan metode pembelajaran
tradisional. Penelitian yang dilakukan Kazim, menurut peneliti perbandingan
pembelajarannya sangat jauh sekali antara Jigsaw dengan ceramah, jelas akan
nampak siswa yang diberi perlakuan model Jigsaw akan lebih berhasil.
Adesoji dan Ibrahim (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Effects of
Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on
Learning Outcomes in Chemical Kinetics” menyimpulkan bahwa strategi
pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa di sekolah menengah dibandingkan dengan ceramah dan
demonstrasi. Pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa di sekolah. Pembelajaran Jigsaw dan STAD memiliki pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seimbang. Diharapkan pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw dengan
meninjau motivasi belajar dan kreativitas siswa berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ninik
Agustin (2010) dengan judul “Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) Dengan Tipe Jigsaw Pada Materi
Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMP Kelas VIII SMP
Negeri Sukoharjo” menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menghasilkan prestasi
yang lebih baik dibanding dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw II pada materi ekosistem merupakan model
pembelajaran yang baik digunakan untuk melatih siswa dalam belajar memahami
ekosistem serta melatih siswa mengembangkan cara berpikir kooperatif.
Pembelajaran model ini merupakan inovasi pembelajaran biologi agar proses
pembelajaran tidak membosankan sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar
yang memuaskan.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, motivasi belajar
(tinggi dan rendah) diperoleh p-value sebesar 0,531 yang lebih besar dari batas
signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05. Motivasi belajar (tinggi dan rendah)
tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Mengapa motivasi belajar tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berpengaruh terhadap prestasi belajar pada materi ekosistem, karena pada siswa
yang diberi pembelajaran menggunakan model Jigsaw II akan lebih baik prestasi
belajarnya tidak peduli siswa tersebut memiliki motivasi belajar baik tinggi
maupun rendah. Menurut Ngalim Purwanto (1990:73), motivasi merupakan usaha
yang didasari untuk menggerakkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia
terdorong untuk bertindak dan beraktifitas sehingga dapat mencapai hasil atau
tujuan tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan betapa pun beratnya
jika ia mempunyai motivasi tinggi baik yang berasal dari dalam dirinya atau dari
luar dirinya. Demikian pula dalam belajar, motivasi memegang peranan cukup
besar terhadap pencapaian hasil belajar. Tanpa motivasi seseorang tidak dapat
belajar. Mengapa dalam penelitian ini motivasi belajar tinggi dan rendah tidak
berpengaruh terhadap prestasi siswa ? Motivasi mempunyai karakteristik
tersendiri, yaitu: majemuk, dapat berubah-ubah, berbeda untuk setiap individu,
dan beberapa tidak disadari. Alasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar
pada diri masing-masing orang, di antaranya: (1) Perbedaan fisiologis
(physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual; (2) Perbedaan
rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual; (3) Perbedaan
kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya; (4) Perbedaan harga diri
(self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah,
jabatan, dan lain-lain; (5) Perbedaan aktualisasi diri (self actualization),
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Terdapat 2
faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena
kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan
dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan berupa hasrat dan keinginan berhasil
dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita; (2) Motivasi belajar dari
faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan
sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan yang
berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan
belajar yang menarik.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila siswa
dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan. Ada berbagai
faktor yang kemungkinan mempengaruhi siswa yaitu kurang tertarik pada materi,
hal ini yang menyebabkan motivasi belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Tidak adanya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
siswa dapat dijelaskan sebagai berikut : siswa belajar hanya bertujuan agar naik
kelas bukan mencari ilmu pengetahuan, pada saat pengisian angket siswa kurang
serius dalam memberi jawaban hanya untuk mengisi waktu saja, sehingga
jawaban tidak sesuai dengan yang ada pada diri siswa tersebut bahkan kadang
terpengaruh jawaban teman karena enggan berpikir, siswa kurang menguasai
materi yang dimotivasi. Dari beberapa masalah tersebut maka motivasi belajar
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rini Ernawati (2004) bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar, yaitu untuk siswa
dengan motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar kimia yang tinggi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk siswa dengan motivasi belajar rendah memperoleh prestasi belajar kimia
yang rendah pula.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, kreativitas siswa
diperoleh p-value sebesar 0,204 yang lebih besar dari batas signifikansi yang
ditentukan yaitu a = 0,05. Kreativitas siswa (tinggi dan rendah) tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Maka kreativitas siswa tinggi dan rendah tidak
memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar siswa. Mengapa kreativitas
siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar pada materi ekosistem karena
nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah
masing-masing sebesar 43,73 dan 41,31. Maka kreativitas siswa tinggi dan
rendah tidak memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar pada materi
ekosistem. Kreativitas siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar pada
materi ekosistem karena model pembelajaran kooperatif menggunakan STAD dan
Jigsaw II yang dilakukan pada penelitian ini menciptakan situasi dan kondisi
yang mengharuskan siswa berkomunikasi satu dengan yang lain sehingga siswa
yang memiliki kreativitas rendah secara tidak langsung ikut berperan aktif dalam
proses pembelajaran apalagi bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi.
Hal inilah yang menyebabkan kreativitas siswa tidak memberikan
pengaruh dalam prestasi belajar pada materi ekosistem. Kreativitas merupakan
aspek yang sangat penting dan berharga dalam setiap usaha manusia, sebab
melalui kreativitas akan dapat ditemukan dan dihasilkan berbagai teori,
pendekatan, dan cara baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Tanpa adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kreativitas, kehidupan akan lebih merupakan suatu yang bersifat pengulangan
terhadap pola-pola yang sama (Sternberg, 1992; De Bono, 1992).
Kreativitas dapat dipahami dengan pendekatan process, product, person,
dan press (Rhodes, 1961; Torrence, 1995). Sekolah merupakan aspek yang sangat
strategis dalam mengembangkan kreativitas siswa (Munandar, 1999).
Pengembangan kreativitas pada penelitian ini dilaksanakan dalam konteks praktik
pendidikan di sekolah. Hal ini merupakan salah satu jawaban terhadap kenyataan
bahwa pendidikan di Indonesia saat ini lebih berorientasi pada hasil yang bersifat
pengulangan, penghapalan, dan pencarian satu jawaban yang benar terhadap soal-
soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tingkat tinggi termasuk berpikir
kreatif jarang sekali dilatihkan (Joni, 1992). Salah satu faktor yang diduga
menjadi penyebabnya adalah proses pembelajaran yang kurang variatif.
Pendapat serupa telah dikemukakan oleh Lie (2004) yang menyatakan
bahwa pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada pengajaran yang bersifat
satu arah, verbalistik, monoton, dan hapalan. Padahal, menurut Schmidt (2006)
kemampuan kreatif sering muncul pada anak-anak, tapi seiring dengan
bertambahnya usia kemampuan tersebut menjadi berkurang dan salah satu faktor
yang menyebabkan kurang berkembangnya kreativitas adalah praktik pendidikan
yang kurang mengapresiasi terhadap kemampuan kreatif anak. Selanjutnya,
penelitian Aziz (2006) tentang kreativitas pada 450 siswa Sekolah Menengah
Pertama dengan menggunakan test Torrence yang mengukur aspek berpikir
kreatif berupa kelancaran dalam berpikir, fleksibel dalam berpikir, orsinil dalam
menemukan ide, dan kemampuan mengelaborasi gagasan menemukan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa MTs Surya Buana mempunyai tingkat kemampuan berpikir kreatif lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa dari sekolah lainnya. Salah satu faktor yang
diduga menjadi penyebab adalah proses pembelajaran di sekolah ini
mengembangkan konsep sekolah alam yang pembelajarannya tidak hanya
dilakukan dalam ruangan saja tapi bisa juga dilakukan di luar kelas. Hal ini
berakibat pada adanya kesempatan siswa untuk lebih leluasa dalam
mengekspresikan potensi kreaatifnya (Sternberg & Lubart, 1995). Materi
ekosistem sebenarnya sangat tepat apabila diberikan di luar kelas namun
keterbatasan waktu mungkin menjadi penyebab kurang optimalnya siswa
menyerap pelajaran sehingga prestasi belajar rendah. Hal ini relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hadi Sutrisno (2009) dengan judul .
"Pembelajaran Fisika Menggunakan Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari
Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa". Kesimpulan dari penelitian tersebut
Tidak ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi
suhu dan kalor.
4. Hipotesis Keempat
Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, interaksi pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD dengan motivasi
belajar tinggi dan rendah diperoleh p-value sebesar 0,198 yang lebih besar dari
batas signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05. Model pembelajaran kooperatif
Jigsaw II dan STAD tidak terdapat interaksi dengan motivasi belajar (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini menjelaskan bahwa
pembelajaran menggunakan model Jigsaw II selalu menghasilkan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang lebih baik dari pada menggunakan STAD, walaupun motivasi belajar siswa
tinggi ataupun rendah. Hal ini bisa terjadi karena pada saat penelitian, model
Jigsaw II dan STAD yang diterapkan awalnya belum sepenuhnya berjalan dengan
baik. Kemungkinan guru kurang mampu mengelola pembelajaran dan siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami tugas
mereka dalam pembelajaran kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya
motivasi dan bimbingan guru sehingga sebagian besar siswa bersifat pasif. Hanya
sebagian kecil saja siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat
kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Alokasi waktu yang tersedia pada
rencana pembelajaran tidak tercapai dengan tepat, dimana guru kurang melakukan
transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga waktu yang tersedia
tidak cukup.
Walaupun pada pertemuan berikutnya guru telah mampu mengelola
pembelajaran dengan cukup baik dan siswa nampak sudah bisa beradaptasi
dengan pembelajaran kooperatif serta telah mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa dan bimbingan guru merata pada semua siswa namun belum cukup
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam pengamatan masih ada
sebagian kecil siswa yang terlihat pasif, kurang motivasi belajarnya dalam
kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi
kelas. Hal ini yang kemungkinan mengakibatkan prestasi rendah. Guru telah
mampu mengatasi segala hal yang menghambat kegiatan belajar mengajar
dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada beberapa aspek yang dirasa masih
kurang. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif berlangsung baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran berlangsung
secara efektif.
Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan pembelajaran
kooperatif telah berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ibrahim (2000), bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit dan struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Kaitan dengan materi ekosistem , konsep yang
sulit seperti dalam daur biogeokimia dapat diatasi dengan model pembelajaran
Jigsaw II dan STAD. Didukung oleh pendapat Nur dkk. (2000) bahwa manfaat
pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi,
memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi
lebih kecil, konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman
yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih
lama dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD yang dilaksanakan
guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Terutama adanya penghargaan yang
diberikan guru pada kelompok terbaik. Pemberian penghargaan ini telah
memunculkan efek positif pada siswa. siswa semakin antusias untuk belajar. Hal
ini didukung oleh pendapat Nur (2001) bahwa salah satu cara memunculkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
motivasi pada siswa adalah menonjolkan hal yang positif, dengan mengetahui
kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan kekuatan itu sebagai bahan dasar
untuk membangun. Singkirkan hal negatif dengan jalan tidak menyepelekan
kelemahan siswa tapi menangani kelemahan itu secara langsung dengan
menggunakan cara-cara yang bijak. Motivasi siswa dapat meningkat dalam setiap
kali pertemuan dengan menggunakan strategi pembelajaran berdasarkan
permintaan mereka (strategy based student’s request). Hal ini terlihat dari
respon/aktivitas positif yang dilakukan siswa dalam KBM, di samping nilai siswa
juga dapat diperbaiki.
Dalam Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September 2008)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan
motivasi belajar melalui komponen utama yaitu : a. Presentasi kelas oleh guru :
siswa termotivasi dalam belajar dengan pembelajaran yang dilakukan guru yang
menciptakan suasana belajar yang hidup, dengan penjelasan guru siswa
mengetahui manfaat belajar dan kebutuhan dirinya, dengan bimbingan guru siswa
dapat mengerjakan tugas dengan baik, siswa menjadi giat belajar dengan aktivitas
guru yang tepat, siswa merasa senang mengikuti pelajaran. b. Belajar kelompok :
siswa termotivasi dalam belajar dengan belajar kelompok, siswa merasa
diperlakukan dengan adil baik dalam penilaian maupun pemberian tugas, dengan
bekerjasama siswa merasa senang mengerjakan tugas atau memecahkan masalah,
rasa senang dalam belajar dan bekerja kelompok, siswa menjadi memiliki
tanggungjawab terhadap kelompok,memberikan kontribusi untuk menyelesaikan
tugas, menyelesaikan tugas kelompok dengan baik, percaya diri dan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengembangkan hubungan sosial. c. Pemberian kuis : siswa termotivasi dalam
belajar dengan pemberian kuis, siswa menjadi percaya diri atau tidak khawatir
dengan kemampuan dirinya, dan berusaha memperoleh nilai yang baik, memiliki
semangat atau gairah dalam belajar. d. Skor peningkatan individu dan
penghargaan kelompok : skor peningkatan digunakan untuk menentukan
penghargaan kelompok dan siswa termotivasi dalam belajar dengan penghargaan
kelompok yang diberikan oleh guru, siswa merasa dihargai dan menumbuhkan
rasa sukses atau rasa puas dalam belajar . Namun dalam penelitian ini ternyata
Jigsaw II memberikan hasil prestasi yang lebih baik disbanding STAD.
5. Hipotesis Kelima
Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, interaksi pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD dengan
kreativitas siswa tinggi dan rendah diperoleh p-value sebesar 0,448 yang lebih
besar dari batas signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05. Model pembelajaran
kooperatif Jigsaw II dan STAD tidak terdapat interaksi dengan kreativitas siswa
(tinggi dan rendah). Hasil ini menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan
model Jigsaw II selalu menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada
menggunakan STAD, walaupun kreativitas siswa tinggi ataupun rendah. Mengapa
bisa demikian ? Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di
mana ia berada, dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun di
dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Clark
Moustakis (1967) psikolog humanistic terkemuka, menyatakan bahwa kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu
dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan
dengan orang lain. Pada model pembelajaran Jigsaw II dan STAD terlihat ada
aktualisasi diri dengan adanya penilaian skor kemajuan individu serta adanya
heterogenitas dalam kelompok artinya ada hubungan dengan orang lain.
Kaitannya dengan materi ekosistem kemungkinan tidak diperlukan kreativitas
dalam mempelajarinya sehingga baik siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
maupun rendah, hasilnya tidak jauh berbeda walau model Jigsaw II memberi hasil
yang lebih baik. Dalam pengamatan peneliti, sewaktu pengisian angket siswa juga
kurang serius dan terkesan segera menyelesaikannya sehingga kurang
mengeksplorasi kreativitas mereka. Sewaktu proses pembelajaran berlangsung
guru dalam menyampaikan materi kurang optimal karena manajemen waktu yang
kurang tepat. Padahal menurut Brian Clegg dan Paul Birch (2000). Kreativitas
yang telah dimiliki siswa dapat mati atau berkurang jika terdapat pembelajaran
yang otoriter. Pembelajaran yang menekankan pada penampilan materi
pembelajaran yang apa adanya juga .bisa dianggap sebagai pembelajaran yang
otoriter. Karena Jigsaw II dan STAD kurang lebih seimbang sehingga tidak
terdapat interaksi dengan kreativitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Abdul Hadi Sutrisno (2009) dengan judul . "Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan
Kreativitas Siswa". Kesimpulan dari penelitian tersebut, tidak ada interaksi
antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
Fisika pada materi suhu dan kalor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Hipotesis Keenam
Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, interaksi pembelajaran
dengan menggunakan motivasi belajar tinggi dan rendah dengan kreativitas siswa
tinggi dan rendah diperoleh p-value sebesar 0,838 yang lebih besar dari batas
signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05. Motivasi belajar siswa (tinggi dan
rendah) tidak terdapat interaksi dengan kreativitas siswa (tinggi dan rendah)
terhadap prestasi belajar siswa.
Hasil ini menjelaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
dan rendah serta siswa yang memiliki kreativitas baik tinggi maupun rendah tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena pembelajaran dengan model
pembelajaran Jigsaw II selalu menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik tidak
peduli siswa tersebut memiliki motivasi belajar dan kreativitas baik tinggi maupun
rendah. Mengapa bisa demikian ? Pemberian motivasi oleh guru dalam
pembelajaran dapat terdiri atas pemberian penghargaan, yang dapat
menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat
berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan
motivasi tidak selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-
pujian dan hadiah-hadiah im-material. Pemberian perhatian yang cukup terhadap
siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang
sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak
dirasakannya adanya perhatian. Ajakan Berpartisipasi, pada diri manusia ada
sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan pada sesuatu kegiatan yang
dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus selalu mengajak dan mengulurkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tangan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran guna lebih
bergairah dalam belajar dan memperkaya proses interaksi antar potensi siswa
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, E. Mulyasa ( 2003 ) menekankan
pentingnya upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di
dalam proses pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa
( 2003 ) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan
kreatif dalam belajarnya, adalah : (1) dikembangkannya rasa percaya diri para
siswa dan mengurangi rasa takut; (2) memberikan kesempatan kepada seluruh
siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; (3) melibatkan siswa
dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya; (4) memberikan pengawasan
yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter; (5) melibatkan mereka secara aktif dan
kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Sedangkan untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) bahwa siswa akan belajar lebih giat
apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya; (2) tujuan
pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga
dilibatkan dalam penyusunan tersebut; (3) siswa harus selalu diberitahu tentang
hasil belajarnya; (4) pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman,
namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan; (5) manfaatkan sikap-sikap,
cita-cita dan rasa ingin tahu siswa; (6) usahakan untuk memperhatikan perbedaan
individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap
terhadap sekolah atau subyek tertentu; (7) usahakan untuk memenuhi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan
bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian
rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan
pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan
mempunyai kepercayaan diri.
7. Hipotesis Ketujuh
Hasil yang diperoleh pada uji anova tiga jalan menunjukkan bahwa tidak
ada interaksi antara model, motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi. Hal ini dapat dilihat pada besarnya p-value sebesar 0,176 yang
ternyata lebih besar dari batas signifikansi yang ditentukan yaitu a = 0,05.
Peninjauan ulang secara terpisah, pembelajaran model (Jigsaw II dan STAD) serta
pembelajaran model (Jigsaw II dan STAD) dengan kreativitas siswa (tinggi dan
rendah) berpengaruh siginifikan terhadap prestasi belajar biologi, namun dengan
motivasi belajar tidak memiliki efek terhadap prestasi belajar biologi. Oleh karena
itu, model belajar disini tidak cukup mampu untuk secara bersamaan dengan
motivasi belajar dan kreativitas siswa memberikan pengaruh pada prestasi belajar.
Namun jika memperhatikan ulasan pada hipotesis sebelumnya seperti
berikut, jika ditinjau berdasarkan motivasi belajar tinggi dan rendah prestasi
biologi yang dibelajarkan dengan Jigsaw II lebih baik dari pada STAD. Jika
ditinjau berdasarkan motivasi belajar, siswa yang memiliki kreativitas tinggi
prestasi biologinya akan lebih baik dari pada siswa yang memiliki kreativitas
rendah. Pembelajaran dengan model Jigsaw II dirasa lebih cocok digunakan
dalam penelitian ini, karena prestasi belajar siswa lebih baik ketika menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
model Jigsaw II daripada model STAD. Secara umum dapat dikatakan bahwa
siswa yang diberi pembelajaran dengan model Jigsaw II akan lebih baik dalam
perolehan prestasi belajarnya, tidak peduli siswa tersebut memiliki motivasi tinggi
dan rendah. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, biasanya masih konvensional. Walau dalam penelitian ini
sudah menggunakan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD tapi belum optimal
karena baru pertama kali dilakukan sehingga pengaruhnya belum kuat. Juga
kurangnya pendekatan guru terhadap berbagai hal seperti yang dikemukakan oleh
Widada (1994) bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, guru
dapat menggunakan pendekatan sebagaikan berikut : (1) self esteem approach;
guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri)
siswa. (2) creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain
storming, inquiry, dan role playing. (3) value clarification and moral development
approach; guru mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan
humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self
actualization, dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi
pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan
moral. (4) multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh
potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
(5) inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta
meningkatkan potensi intelektualnya. (6) pictorial riddle approach; guru
mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis
dan kreatif. (7) synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada
kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk
membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan
pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang
menuju penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
E. Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini sudah diupayakan semaksimal mungkin
untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal seperti yang dituangkan pada
pembahasan di atas dengan meminimalisir kekurangan dan kesalahan yang
mungkin terjadi. Namun demikian penulis menyadari akan beberapa kelemahan
dan keterbatasan yang menyebabkan hasil penelitian ini menjadi kurang
sempurna. Kelemahan dan keterbatasan yang dimaksud adalah meliputi:
1. Pelaksanaan uji coba instrumen hanya dilakukan satu kali pada satu kelas X.1
di SMA Negeri 1 Sukodono, Sragen sehingga masih diperlukan uji coba dan
analisis yang lebih banyak supaya instrumen bisa lebih baik.
2. Manajemen waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas dan kurang optimal
dalam proses pembelajaran karena harus menyesuaikan dengan jadwal
pelajaran sesuai aturan akademik pada standar isi kurikulum SMA Negeri 1
Sumberlawang, yaitu untuk mata pelajaran biologi kelas X hanya 2 jam
pertemuan (@=45 menit) tiap minggu . Sehingga ada kemungkinan pengaruh
perlakuan yang diberikan belum membawa dampak yang kuat bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Model (Jigsaw II dan STAD) yang dipergunakan belum diperkenalkan
kepada siswa sebelum model digunakan dan juga pembelajaran kooperatif
model ini baru pertama kali dilakukan dalam proses pembelajaran di SMA
Negeri 1 Sumberlawang, sehingga proses belajar mengajar yang terjadi
kurang berjalan secara maksimal. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
pengambilan data berupa angket motivasi belajar dan angket kreativitas
siswa merupakan hal baru bagi siswa sedangkan tes prestasi hanya disusun
dan dikembangkan sendiri oleh penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan, antara lain kesimpulan yang pertama ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD terhadap prestasi belajar siswa.
Siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif model Jigsaw II lebih tinggi
prestasinya dibanding siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif model
STAD. Sehingga bisa dikatakan model Jigsaw II lebih baik daripada model
STAD.
Kesimpulan kedua tidak ada pengaruh motivasi belajar siswa (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar siswa. Secara umum siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi cenderung mendapatkan prestasi lebih baik daripada siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah cenderung mendapatkan prestasi di bawah rata-rata.
Kesimpulan ketiga tidak ada pengaruh kreativitas siswa (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar siswa. Secara umum siswa yang memiliki
kreativitas tinggi cenderung mendapatkan prestasi lebih baik daripada siswa yang
memiliki kreativitas rendah. Sebaliknya siswa yang memiliki kreativitas rendah
cenderung mendapatkan prestasi di bawah rata-rata.
Kesimpulan keempat diperoleh tidak ada interaksi antara model
pembelajaran (Jigsaw II dan STAD) dengan motivasi belajar siswa (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kesimpulan kelima diperoleh tidak ada interaksi antara model
pembelajaran ( Jigsaw II dan STAD) dengan kreativitas siswa (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis nilai rataan
maka diperoleh siswa yang memiliki kreativitas rendah lebih cocok belajar
dengan model pembelajaran STAD daripada Jigsaw II sedangkan siswa yang
memiliki kreativitas tinggi lebih cocok belajar dengan model pembelajaran Jigsaw
II.
Kesimpulan keenam diperoleh tidak ada interaksi antara motivasi belajar
(tinggi dan rendah) dengan kreativitas siswa (tinggi dan rendah) terhadap prestasi
belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis nilai rataan maka diperoleh siswa yang
memiliki motivasi belajar dan kreativitas tinggi, prestasi biologinya akan lebih
baik dari pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Akan tetapi jika ditinjau
dari motivasi belajar rendah, siswa yang memiliki kreativitas tinggi maupun
rendah terlihat tidak mempunyai perbedaan nilai rataan yang signifikan.
Kesimpulan ketujuh diperoleh tidak ada interaksi antara model
pembelajaran (Jigsaw II dan STAD), motivasi belajar (tinggi dan rendah) dan
kreativitas siswa (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar siswa. Tidak adanya
interaksi disebabkan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pencapaian prestasi belajar baik faktor intern maupun ekstern.
B. Implikasi
Implikasi Teoritis
a. Guru dalam pembelajaran materi ekosistem disarankan menggunakan
pembelajaran kooperatif model Jigsaw II dan STAD . Karena pada materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ekosistem bila pembelajarannya menggunakan metode kooperatif Jigsaw II
dan STAD akan mendapatkan prestasi yang tidak jauh berbeda.
b. Guru perlu memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi yang berkaitan dengan model
pembelajaran Jigsaw II dan STAD, motivasi belajar dan kreativitas siswa
Implikasi Praktis
a. Penggunaan model pembelajaran Jigsaw II dan STAD tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar biologi.
b. Motivasi belajar dan kreativitas siswa kategori tinggi dan rendah tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini serta
usaha mengembangkan dan memajukan proses belajar mengajar di sekolah, maka
peneliti mengajukan beberapa saran:
1. Untuk guru
a. Proses pembelajaran hendaklah dilakukan dengan cara yang bervariasi
sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk belajar. Metode
pembelajaran kooperatif Jigsaw II dan STAD dapat menjadi alternative
untuk kegiatan belajar mengajar.
b. Guru hendaknya mengupayakan peningkatan motivasi belajar dan
kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar sebagai dasar kemajuan
prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Untuk peneliti
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang
menekankan pada konsep biologi pokok bahasan ekosistem SMA dan
lain-lain, dengan meninjaunya dari berbagai variabel lain seperti
motivasi berprestasi, gaya belajar, tingkat kesulitan belajar, dan
kemampuan awal serta minat belajar..
b. Hendaknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian
sudah dipraktekkan pada siswa yang akan dijadikan sebagai sampel
sebelum penelitian dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat
penelitian tidak dijumpai kendala yang berhubungan dengan model
pembelajaran
3. Untuk Pengelola Pendidikan
Hendaknya pengelola pendidikan mendukung guru untuk menerapkan
model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran dan
hendaknya guru-guru diikutkan dalam pelatihan yang berhubungan dengan
pembelajaran.
4. Untuk Siswa
Hendaknya setiap siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan aktif
dan perlu meningkatkan kerjasama dalam proses pembelajaran sehingga dapat
terbentuk cara berpikir kooperatif dalam diri .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi Sutrisno (2009) Pembelajaran Fisika Menggunakan Model STAD
dan Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa. UNS. PascaSarjana
Alex Sobur.2003. Psikologi Umum. Bandung : C. V. Pustaka Setia
Anita Lee.2004. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
Arends, Richard I. 1997. Classroom Intructions and Management. Boston : Mc Graw Hill.
Arikunto, S. 1993. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Beck, Robert C. 1990. Motivation: Theoris and Principle. New Jersey: Prentice
Hall, Inc. Berliner, David C & Robert C. Calfee. 2000. Handbook of Educational
Psychology. New York: Prentice Hall International. Cappelo, Recardo. 2007. Hakekat Belajar. http://farhanzen.wordpress.com/ 2007/12/13/hakekat-belajar/.[5 Juli 2008] Colin Rose. 2007. Super Accelerated Learning. Bandung : Jabal. Crain, William.2007. Teori Perkembangan : Konsep dan aplikasi (terjemahan
Yudi Santoso). Jakarta: Pustaka Pelajar Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SMP Mata Pelajaran
Fisika. Jakarta. Depdikbud Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta. Dimyati & Mudjiyono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamzah. 2008. Teori Belajar Konstruktivisme. http://akhmad sudrajat.
Wordpress.com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/. [2 Januari 2008]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ibrahiem, Adesoji. 2009. Effects Of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on Learning Outcomes In Chemical Kinetics. The Journal of International Social Research Volume 2/6 Winter.
Irawan (2008: xii). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan
Model JIGSAW Pada Pelajaran Fisika Dengan Materi Pokok Kinematika Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. UNS. PascaSarjana
Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung:Alfabeta Kimball, John W. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga Karabekir, Kazim. 2008. The Effect of The Jigsaw Technique on Learning The
Concepts of The principles and Methods of Teaching. World Applied Sciences Journal 4/1.
Lefrancois, G.R. 1996. Psycology For Teaching. Chio : Charles E., Merril
Publishing. Maslow, A.H. 1968. A Theory of Human Motivation, Psychological Review.50. Maksum. Diakses 22 Maret 2008. Perbandingan Efektivitas Pembelajaran
Aljabar Linier Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devision (STAD) dan Jigshaw Pada Kelompok Belajar Model Baku Dan Modifikasi (Studi Terhadap Mahasiswa Pendidikan Matematika Semester Ganjil 2005/2006). Abstrak. http://digilib.unila.ae.id/
Masidjo.lgn. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di sekolah.
Yogyakarta : Kanisius Muslimin Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya, University Press Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Mulyasa. 2004. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Moekiyat. 1997. Manajemen Kependidikan. Bandung: Alumni
Ngalim Purwanto. 1990. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rusdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ngalim Purwanto M. 1994. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : Grasindo Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Onong Uchana Effendi. 1993. Human Relation. Surabaya : Erlangga
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Sardiman A.M. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan instruksi Pendidikan
(terjemahan Yusuf Anas) Jogjakarta: IRCiSoD
Seran Daton Gregoris (2009) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw II Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Sikap Sosial Siswa. UNS. PascaSarjana
Siti Rahayu Haditono. 1979. Achievement Motivation Parents Educational Level
and Child Rearing Practice in Four Occupational Group. Yogyakarta . Proyek Pengadaan dan Penerjemahan Buku Departemen P dan K.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (edisi
terjemahan oleh Nurulita Yusron). Bandung : Nusa Media.
Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta. Rineka Cipta
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Kanisius. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Press Tina Afiatin. 2001. Belajar Pengalaman untuk Meningkatkan Memori. Anima
Indonesia Psychological journal. Vo. 17. Toeti Soekamto & Udin S. Winataputra. 1997. Panduan Penelitian Eksperimen
. Yogyakarta : LPM IKIP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Torrance, E.P. 1963, Education and the Creative Potential. Minneopolis, University of Minnesota.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif BerorientasI
Konstruktivisik. Jakarta : Presentasi Pustaka Publisher. Udin S. Winatapura. 1997. Konsep dan Model Tutorial Bahan Penataran
Tutor Inti dan Tutor Daerah. Jakarta : Depdikbud UT. Utami Munandar. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. Winkel W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia. Yuli Harnowo (2009: xvi) Pembelajaran Fisika Dengan Model Kooperatif
Melalui JIGSAW Dan STAD Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Dan Gaya Belajar Siswa . UNS. PascaSarjana.
Zakaria, Effandi. dan Iksan, Zanaton. 2007. Promoting Cooperative Learning in
Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(1), 35-39.
Zamroni. 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah : Teori, strategi dan Prosedur.
Jakarta : PSAP. . 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Plaget. Yogyakarta :
Kanisius. . 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika : Konstruktivistik dan
Menyenangkan. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Darma. . 1995. Pengembangan Bakat dan Kreativitas Sekolah. Jakarta :
Gramedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Lampiran 1. SILABUS
Mata Pelajaran : Biologi Kelas : X Semester : 2 Standar Kompetensi : Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pokok Pengalaman Belajar Indikator Penilaian
Alokasi Waktu (Menit
Sumber / Bahan / Alat
4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
9. Komponen ekosistem Komponen ekosistem terdiri dari unsur biotik dan abiotik. Dalam ekosistem terjadi interaksi antar unsur biotik dan abiotik, serta antar unsur biotik dan biotik lainnya (predasi, simbiosis). Hubungan yang dinamis antara unsur-unsur tersebut menyebabkan terjadinya keseimbangan lingkungan. 10. Aliran energi Aliran energi merupakna transer energi dari produsen ke konsumen melalui rantai makanan. 11. Daur biogeokimia. Daur air, karbon, notrogen, sulfut, fosfor. Dalam daur biokimia peran mikroorganisme sangat besar
Melakukan pengamatan ekosistem di lingkungan sekitarnya dan mengidentifikasi komponen-komponen yang menyusun ekosistem tersebut
Menganalisis hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta hubungan antara biotik dan biotik dalam ekosistem tersebut
Menganalisis kemungkinan ketidakseimbangan lingkungan karena rusaknya atau terganggunya salah satu komponen ekosistem tersebut
Mendiskusikan kemungkinan kemungkinan yang dapat dilakukan berkaitan dengan pemulihan ketidakseimbangan lingkungan.
Melakukan intropeksi diri kegiatan yang pernah dilakukannya berkaitan dengan keseimbangan ekosistem.
Melakukan penanaman pohon di lingkungan sekolah dan disekitar sekolah
Diskusi tentang siklus biogeokimia dan menjelaskan
Menguraikan komponen ekosistem tertentu
Mendeskripsikan hubungan antara komponen biotik dan abiotik, serta biotik dan biotik lainnya
Menganalisis jika terjadi ketidakseimbangan hubungan antar komponen (karena faktor alami dan akibat perbuatan manusia)
Menjelaskan mekanisme aliran energi pada ekosistem terumbu karang dan laut dalam menganalisis kemungkinan terjadinya ketidak seimbangan jika salah satu komponen musnah (misalnya semakin sedikit ular pemakan tikus di area persawahan akbat penangkapan)
Jenis tagihan: Tugas Individu, tugas kelompok, performans, ulangan. Bentuk instrumen : Produk, unjuk kerja, pengamatan sikap, pilihan ganda, dan uraian.
4 x 45’ Sumber : Buku Biologi X, DA.Pratiwi , Erlangga. Buku Biologi, BSE, Saktiyono Bahan : LKS, bahan presentasi, charta daur N, S, P, air dan oksigen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Lampiran 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW II
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumberlawang Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X / II Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi
dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. B. Kompetensi Dasar
4.1. Mendiskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
C. Indikator 1. Membedakan penggunaan istilah habitat, nisia, populasi, komunitas,
ekosistem, faktor biotik dan abiotik. 2. Menjelaskan proses suksesi berdasarkan hasil pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari. 3. Mengaitkan hubungan antara tipe-tipe ekosistem dengan kondisi
lingkungan biotik dan abiotik. 4. Membandingkan piramida ekologi. 5. Mengatasi masalah lingkungan dengan menggunakan konsep rantai
makanan. 6. Menjelaskan aliran energi. 7. Membuat bagan daur biogeo kimia
D. Tujuan Pembelajaran Setelah melaksanakan proses pembelajaran, siswa mampu :
3. Menguraikan komponen ekosistem tertentua 4. Mendiskripsikan hubungan antara komponen biotic dan abiotik, serta
biotic dan biotic lainnya. 5. Menganalisis jika terjadi ketidakseimbangan hubungan antara komponen
(karena factor alami dan akibat perbuatan manusia) 6. Menjelaskan mekanisme aliran energi pada ekosistem , menganalisis
kemungkinan terjadinya ketidak seimbangan jika salah satu komponen musnah.
E. Materi Pembelajaran 1. Satuan makhluk hidup dalam ekosistem ( materi untuk ahli 1 )
2. Komponen penyusun ekosistem ( materi untuk ahli 2 ) 3. Interaksi dalam ekosistem. ( materi untuk ahli 3 ) 4. Proses suksesi ( materi untuk ahli 4 )
F. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif model Jigsaw II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
G. Sumber Pembelajaran G. Buku Biologi kelas X, D.A. Pratiwi, Penerbit Erlangga. H. Buku Biologi BSE, Saktiyono I. LKS dengan bahan kajian ekosistem.
H. Kegiatan Belajar Mengajar 8. Pendahuluan
a. Menyampaikan topik materi b. Menyampaikan kompetensi dasar c. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen dengan
anggota 4 orang sebagai kelompok asal 9. Kegiatan Inti
Sintaks Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw II (Aronson, 1978) a. Peserta didik dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri dari 4
orang b. Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan materi yang sama, dan
membaca semua materi c. Tiap peserta didik dalam tim berbagi tugas untuk membagi materi
(sub bab mereka) d. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kelompok
kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi f. Guru memberi evaluasi g. Penutup Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
1. Kegiatan Awal a. Menyampaikan topik materi. b. Menyampaikan kompetensi
dasarnya. c. Membagi siswa dalam kelompok-
kelompok heterogen dengan anggota 4 orang sebagai kelompok asal.
d. Membandingkan piramida ekologi. e. Menjelaskan cara mengatasi
masalah lingkungan dengan konsep rantai makanan.
f. Menyampaikan aliran energi. g. Membuat bagan daur biogeokimia.
Mendengarkan/memperhatikan informasi dan penjelasan yang disampaikan guru
10 menit
2. Kegiatan Inti a. Membagikan LKS kepada masing-
masing kelompok asal sebagai ahli. b. Memberi waktu dan kelompok ahli
L. Pada ahli menerima
tugas/LKS sesuai dengan tanggungjawabnya.
5 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
untuk membaca bagian tugas/ LKS masing-masing agar mereka tahu apa yang akan dilakukan ketika diskusi.
c. Membentuk kelompok ahli, siswa yang mempunyai bagian tugas/ LKS sama membentuk kelompok ahli.
d. Menyuruh masing-masing ahli berdiskusi dalam kelompok ahli dilanjutkan mengerjakan soal-soal latihan .
e. Setelah kelompok ahli berdiskusi dalam kelompok ahli guru meminta para ahli kembali ke kelompok asal untuk melakukan diskusi dari LKS yang meliputi materi 1 s/d 6.
f. Memerintahkan ahli materi 1 untuk menjelaskan dan berdiskusi dengan anggota kelompok dilanjutkan mengerjakan latihan soal dari materi 1.
g. Memerintahkan ahli materi berikutnya untuk menjelaskan dan berdiskusi dengan anggota kelompok dilanjutkan mengerjakan latihan soal pada materi berikutnya : 2, 3 dst.
h. Memerintahkan satu dua kelompok untuk menuliskan dipapan tulis hasil analisis LKS dan guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.
3. Kegiatan Akhir a. Memberi soal uji kompetensi
b.Memberi penghargaan kepada kelompok terbaik.
M. Para ahli membaca bagian tugasnya/ LKS dalam kelompok asal.
N. Para siswa yang mempunyai
bagian tugas/LKS yang sama berdiskusi dalam satu kelompok ahli.
O. Para siswa kembali ke kelompok asal dan menjelaskan pada siswa lain dalam kelompoknya.
P. Siswa melaksanakan apa yang disampaikan guru.
Q. Ketua kelompok mengatur
jalannya diskusi, ahli 1 menjelaskan, mendiskusikan dan dilanjutkan mengerjakan soal materi 1.
R. Ahli materi berikutnya : 2, 3 dst secara bergantian menjelaskan dan mendiskusikan pada siswa dalam kelompoknya dilanjutkan mengerjakan latihan soal berikutnya.
S. Menuliskan hasil analisis di papan tulis dan diikuti seluruh siswa dengan benar di buku catatan
Mengerjakan soal dan menjawab Memberi selamat kepada kelompok terbaik.
5 menit 8 menit 5 menit 15 menit 12 menit 15 menit 15 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Lampiran 3.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP I ) MODEL PEMBELAJARAN S T A D
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sumberlawang Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X / II Materi Pokok : Ekosistem Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan : 1 (satu)
A. Standar Kompetensi
4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
B. Kompetensi Dasar
4.1.Menguraikan komponen penyusun ekosistem dan perubahannya.
C. Indikator
1. Membedakan penggunaan istilah habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem, faktor biotik dan abiotik
2. Menjelaskan proses suksesi berdasarkan hasil pengamatan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengaitkan hubungan antara tipe-tipe ekosistem dengan kondisi lingkungan biotik dan abiotik.
4. Membandingkan piramida ekologi. 5. Mengatasi masalah lingkungan dengan menggunakan konsep rantai
makanan. 6. Menjelaskan aliran energi. 7. Membuat bagan daur biogeokimia
D. Ketrampilan Proses J. Berada dalam tugas K. Mengambil giliran dan berbagi tugas L. Mendorong berpartisipasi M. Kuis / Penghargaan kelompok
E. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif model STAD
F. Sumber Pembelajaran
N. Buku Biologi kelas X, D.A. Pratiwi, Penerbit Erlangga. O. Buku Biologi BSE, Saktiyono P. LKS dengan bahan kajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Q. Penggunaan istilah habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem, faktor biotik dan abiotik.
R. Proses suksesi S. Tipe-tipe ekosistem T. Piramida ekologi U. Masalah lingkungan dengan menggunakan konsep rantai makanan. V. Aliran energi W. Daur biogeokimia
G. Kegiatan Belajar Mengajar 12. Pendahuluan
13. Memotivasi siswa dengan cara meminta siswa untuk berfikir “Apa yang dimaksud dengan : ekosistem dan berilah contohnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, faktor abiotik yang berinteraksi dengan faktor biotik?”.
14. Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen terdiri 4-5 siswa. 15. Menyampaikan kompetensi dasar.
2. Kegiatan Inti Sintaks Metode STAD Sintaks metode STAD terdiri atas 6 fase (Trianto, 2007: 54), yaitu sebagai berikut ini. Fase ke-1: menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk aktif belajar. Fase ke-2: menyajikan materi ajar kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau melalui bahan bacaan. Fase ke-3: menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar . Fase ke-4: membimbing setiap kelompok belajar untuk belajar dan bekerja. Fase ke-5: mengevaluasi hasil belajar dan kerja masing-masing kelompok. Fase ke-6: Guru memberikan penghargaan pada para siswa baik sebagai individu maupun kelompok, baik karena usaha yang telah mereka lakukan maupun karena hasil yang telah mereka buat. Kegiatan belajar-mengajar sesuai langkah pembelajaran kooperatif model STAD, yaitu : 5. Menyampaikan informasi tentang nisia, populasi, komunitas,
ekosistem dan faktor biotik dan abiotik. 6. Menyampaikan informasi tentang proses suksesi. 7. Menginformasikan tipe-tipe ekosistem. 8. Membandingkan piramida ekologi. 9. Menjelaskan cara mengatasi masalah lingkungan dengan konsep
rantai makanan. 10. Menyampaikan aliran energi. 11. Membuat bagan Daur Biogeokimia. 12. Membagikan LKS dengan kajian ekosistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13. Meminta siswa bekerja sama sampai semua anggota kelompok menguasai materi.
14. Meminta beberapa kelompok untuk menuliskan ke papan tulis jawaban analisis LKS dan melakukan diskusi.
15. Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar dan memberikan pertanyaan/kuis.
X. Kegiatan Akhir a. Melakukan uji kompetensi dalam bahan diskusi untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menyerap pemahaman materi ekosistem. b. Mengumumkan kelompok yang memiliki skor tertinggi dan memberi
penghargaan kepada kelompok terbaik. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
2. Pendahuluan h. Memberikan motivasi siswa. i. Membagi siswa dalam kelompok
secara heterogen terdiri 4-5 siswa j. Menyampaikan kompetensi
dasarnya.
2. Kegiatan Inti a. Menyampaikan materi
h. Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok.
i. Memberi waktu kepada kelompok untuk bekerja sama menyelesaikan tugas/LKS
j. Meminta beberapa kelompok untuk menuliskan ke papan tulis jawaban analisis LKS dan melakukan diskusi.
k. Memastikan dengan menanyakan seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar dan memberikan pertanyaan/kuis
3. Kegiatan Akhir a. Memberi soal uji kompetensi
b.Memberi penghargaan kepada kelompok terbaik.
Mendengarkan/memperhatikan informasi dan penjelasan yang disampaikan guru Membentuk kelompok Mendengarkan/memperhatikan informasi dan penjelasan yang disampaikan guru Mendengarkan/memperhatikan informasi dan penjelasan yang disampaikan guru Masing-masing kelompok menerima LKS Setiap anggota kelompok bekerja sama sampai semua anggota menyelesaikan tugas. Menuliskan hasil analisis di papan tulis dan diikuti seluruh siswa dengan benar di buku catatan Menjawab pertanyaan/kuis secara individu Mengerjakan soal dan menjawab Memberi selamat kepada kelompok terbaik.
3 menit 3 menit 3 menit 30 menit 2 menit 20 menit 15 menit 5 menit 15 menit 4 menit
Alokasi waktu 90 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Lampiran 4.
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
KEGIATAN 1
Tujuan : memahami dan mengkomunikasikan proses suksesi berdasarkan
pengamatan gambar.
Cara Kerja :
1 . Diskusikan secara kelompok gambar suksesi pada ekosistem danau diatas
2. Laporkan ke depan kelas mengenai hasil diskusi tadi
3. Simpulkan
Pertanyaan :
1. Apa saja yang dapat menyebabkan peristiwa suksesi ?
2. Termasuk suksesi primer atau sekunder ?
3. Beri contoh tentang terjadinya suksesi sekunder !
Penilaian kognitif
1. Buat skema urutan ekosistem suksesi primer sehingga terbentuk ekosistem
klimaks!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Buat skema urutan ekosistem suksesi sekunder sampai terbentuk ekosistem
seimbangl
3. Sebutkan dampak negatif dari bencana alam!
KEGIATAN 2
Tempat : Ruang belajar
Alat dan bahan : - artikel dari majalah/media tentang ekosistem
- gambar macam-macam ekosistem
Langkah kerja :
1. Diskusi kelompok masing-masing 4 orang
Dengan topik atau batasan pembahasan :
- ldentifikasi macam-macam bentuk ekosistem
- Lingkungan Pembentuk ekosistem
(Lingkungan ygng berbeda akan membentuk ekosistem yang.berbeda
pula)
- Dominasi organisme (hewan, tumbuhan) yang akan menentukan ekosistem
- Faktor biotik dan abiotik yang akan mencantumkan jenis ekosistem
2. Presentasi di depan kelas
3. Kesimpulan
Penilaian Kognitif :
1. Hal apakah yangmenyebabkan terbentuknya macam-macam ekosistem?
2. Sebutkan tipe ekosistem di Indonesia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Beri contoh 2 ekosistem dengan ciri species tumbuhan dan hewan yang
mendominasi!
4. Sebutkan ciri-ciri biotik dan abiotik pada ekosistem airtawar!
5. Sebutkan masing-masing 2 contoh, dari:
a. Ekosistem darat alami
b. Ekosistem Suksesi
c. Ekosistem Air Alami
d. Ekosistem Buatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Lampiran 5.
Tabel Kisi-Kisi Motivasi Belajar
No Indikator Nomor Soal
Positif
Nomor Soal
Negatif
Jumlah
soal dan
Prosentase
1 Tekun dalam mengerjakan tugas dan soal-soal Biologi
(2 soal)
1 17
(2 soal)
9 25
4
10% 2 Mempelajari materi Biologi
terlebih dahulu (3 soal)
2 18 33
(3 soal)
10 26 37
6
15% 3 Berusaha menjawab
pertanyaan untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi
(2 soal)
3 19
(2 soal)
11 27
4
10% 4 Keingintahuan terhadap materi
pelajaran dengan cara menambah pengetahuan
(2 soal)
4 20
(2 soal)
12 28
4
10% 5 Kuatnya motivasi untuk
mencapai prestasi dengan memanfaatkan waktu, pikiran dan tenaga
(2 soal)
5 21
(2 soal)
13 29
4
10%
6 Berusaha meningkatkan prestasi dan bersemangat berkompetensi dengan teman
(3 soal)
6 22 34
(3 soal)
14 30 38
6
15% 7 Berusaha mempersiapkan
untuk menghadapi tugas dan ulangan
(3 soal)
7 23 35
(3 soal)
15 31 39
6
15% 8 Berusaha selalu bertanya baik
pada guru, teman atau orang lain setiap ada masalah
(3 soal)
8 24 36
(3 soal)
16 32 40
6
15% 40 dan
100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Lampiran 6.
Angket Motivasi Belajar Biologi (Try Out)
Petunjuk :
Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya
(sejujurnya), dari pernyataan berikut ini dengan menyilang huruf A, B, C, D dan E
pada lembar jawab yang tersedia.
Jawaban anda tidak berpengaruh pada nilai Biologi melainkan untuk
kemajuan belajar Biologi.
1. Saya akan selalu bersemangat untuk mengerjakan soal Biologi yang ada dalam
buku pegangan meskipun sulit.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
2. Sebelum mengikuti pelajaran Biologi saya mempelajarinya terlebih dahulu.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Saya akan meminta bantuan pada teman-teman atau guru, kalau menemui
tugas atau soal-soal yang tidak bisa dijawab.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
4. Saya sering berkunjung ke perpustakaan untuk mencari tambahan materi
pelajaran Biologi dari buku literatur lain.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
5. Saya akan belajar mandiri dengan membaca dan mengerjakan soal latihan
apabila guru Biologi tidak hadir dan jam pelajaran kosong.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
6. Saya berusaha untuk mendapatkan nilai terbaik pada setiap ulangan Biologi.
a. Sangat tidak setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
7. Saya selalu mempersiapkan dengan cermat semua tugas-tugas, alat dan bahan
yang akan diperlukan untuk menyelesaikan tugas Biologi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
8. Untuk lebih memahami materi Biologi, saya selalu memperhatikan dan aktif
bertanya kepada guru.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
9. Jika guru memberi kesempatan siswa mengerjakan soal latihan di depan kelas,
saya hanya mau maju kalau disuruh oleh guru.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Setuju
e. Sangat setuju
10. Saya tidak selalu mempelajari materi pelajaran apabila belum diajarkan oleh
guru.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
11. Apabila guru memberikan suatu pertanyaan atau soal kepada teman-teman,
maka saya tidak berusaha untuk mencari jawabannya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
12. Saya mempelajari Biologi hanya dari buku paket/catatan dari guru .
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
13. Jika guru berhalangan hadir di kelas, maka saya akan belajar/mengerjakan
tugas mata pelajaran lain.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
14. Setiap ulangan Biologi, saya tidak menargetkan nilai tertinggi yang penting
lulus.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
15. Jika materi Biologi yang akan digunakan untuk ulangan harian mudah, saya
tidak perlu mempersiapkan diri sebelumnya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
16. Saya tidak pernah atau jarang berdiskusi dengan teman-teman tentang materi
Biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
17. Saya senang apabila diberi tugas mengerjakan soal-soal latihan Biologi setelah
pembahasan materi melalui pekerjaan rumah.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
18. Setiap malam saya selalu belajar berkaitan dengan materi pelajaran yang
diajarkan guru besok hari.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
19. Pada saat proses pembelajaran Biologi apabila guru memberikan pertanyaan,
kuis atau soal anda berusaha untuk menjawab.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
20. Saya selalu memcari tambahan materi Biologi, selain yang sudah diperoleh
dari guru.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
21. Setiap ada waktu luang, saya selalu belajar materi atau mengerjakan soal-soal
latihan Biologi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
22. Untuk mendapatkan nilai tertinggi pada setiap ulangan Biologi saya merasa
terdorong untuk bersaing agar bisa melebihi teman-teman.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e. Sangat setuju
23. Apabila guru memberi tugas Biologi, maka saya akan segera mengerjakan
dengan semangat dan tanggung jawab.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
24. Pada saat pelajaran Biologi berlangsung, apabila guru memberi kesempatan
untuk bertanya, maka saya akan selalu mengajukan pertanyaan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
25. Saya mengerjakan soal-soal latihan Biologi kalau ada PR saja dan
dikumpulkan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
26. Sebelum guru menerangkan pelajaran Biologi dengan materi baru, saya tidak
selalu mempelajarinya terlebih dahulu.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
27. Apabila dalam soal-soal Biologi ada kesulitan, maka saya berhenti
mengerjakan soal.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
28. Saya jarang berkunjung ke perpustakaan karena buku catatan/paket sudah
lengkap untuk memperdalam materi Biologi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
29. Saya akan belajar Biologi, apabila ada teman yang mengajak saya untuk
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
30. Saya sering melamun dan tidak konsentrasi setiap mengikuti pelajaran
Biologi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
31. Karena tugas kerja kelompok, saya hanya ikut saja semuanya serahkan kepada
teman-temannya,
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
32. Apabila dalam mengerjakan soal-soal Biologi berupa latihan dan ulangan
harian sulit, maka saya akan berhenti mengerjakan atau melewati soal-soal
tersebut.
a. Sangat tidak setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
33. Mempelajari Biologi sangat menyenangkan dan membuat saya selalu
mempelajari materi Biologi terlebih dahulu.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
34. Saya merasa senang dan bersemangat jika diajak teman –teman berkompetisi
untuk mendapatkan nilai terbaik dalam setiap ulangan Biologi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
35. Setiap menjelang ulangan, saya akan mempersiapkan jauh hari sebelumnya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e. Sangat setuju
36. Pada saat guru menunjuk teman untuk menjawab pertanyaan, maka saya akan
berusaha siap untuk menjawab jika teman tidak bisa.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
37. Saya akan belajar Biologi apabila pokok bahasannya dirasakan sulit, tetapi
kalau mudah saya tidak perlu mempelajari terlebih dahulu.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
38. Saya merasa lega dengan nilai yang dicapai karena nilai teman-teman masih
banyak yang di bawah saya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
39. Apabila ada tugas PR Biologi, saya pinjam jawaban teman satu kelompok
untuk disalin.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
40. Saya sering tidak konsentrasi dan melamun setiap mengikuti pelajaran
Biologi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
d. Setuju
e. Sangat setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Lampiran 7.
Kisi-kisi Tes Kreativitas Verbal
Komponen Aspek Dasar Indikator Nomor Soal
I. Permulaan kata
Menyusun kata Siswa mampu
menyusun kata-kata
dari suku kata
(umum)
1, 2, 3, 4
II. Menyusun kata
Menyusun kata Siswa mampu
menyusun kata-kata
Biologi dengan
memakai huruf dari
sebuah kata
5, 6, 7, 8
III. membentuk
kalimat tiga kata
Menyusun kalimat Siswa mampu
membuat kalimat
yang berhubungan
dengan Biologi yang
terdiri atas tiga kata
9, 10, 11, 12
IV. sifat-sifat yang
sama
Berpikir sebanyak
mungkin benda
(hidup atau mati)
yang memiliki dua
sifat sama
Sisawa dapat
menyebutkan
sebanyak mungkin
benda (hidup atau
mati) yang memiliki
13, 14, 15 ,
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dua sifat yang sama
V. macam-macam
penggunaan/
manfaat di luar
kebiasaan
Memikirkan
kegunaan benda di
luar penggunaan
yang umum
Siswa mampu
menyebutkan
kegunaan suatu
benda, di luar
penggunaan benda itu
sendiri secara umum
empat soal
VI. akibat Berpikir sebanyak
mungkin akibat
dari suatu keadaan
Siswa mampu
menyebutkan
sebanyak mungkin
akibat dari suatu
keadaan
empat soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Lampiran 8
ANGKET KREATIVITAS
1. Sebelum anda mengerjakan tes ini, bacalah penjelasan yang tertulis pada
setiap bagian tes.
2. Jangan terlalu banyak menghabiskan waktu pada suatu pertanyaan, sebab
waktu menjawab terbatas (sudah ditentukan )
3. Anda sangat diharapkan menjawab semua pertanyaan
4. Hasil tes dijamin kerahasiaannya.
5. Tes ini sangat berguna bagi anda sendiri, disebut pula sebagai alat untuk
mengetahui jati diri sendiri. Banyak tes yang digunakan untuk mengetahui jati
diri ini, salah satunya adalah tes kreativitas ini.
6. Isilah data pribadi anda di bawah ini !
NAMA : ………………………………………………….
No. Urut : ………………………………………………….
Kelas/Semester : ………………………………………………….
Nama Sekolah : ………………………………………………….
I. PERMULAAN KATA
INSTRUKSI :
Buatlah sebanyak mungkin kata-kata yang dimulai dengan suku kata
yang tertulis pada butir-butir tes di bawah ini !
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Perhatikan contoh di bawah ini,
Contoh : Sa
Dibuat menjadi : Sampah – Satu – Sawah – Savana – Sapi – Samosir
Perhatikan : Nama negara, nama kota atau nama gunung boleh dipakai tetapi
Jangan menulis nama orang.
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Tiap butir tes WAKTU 1,5 MENIT, mulai ………………………….
Butir-butir tes :
1. Ba 4. Ma
2. Su
3. Ca
II. MENYUSUN KATA
INSTRUKSI :
Susunlah sebanyak mungkin kata-kata dalam pelajaran Biologi dengan
MEMAKAI HURUF-HURUF dari KATA yang tertulis dikertas. Kata-kata
tersebut dapat disusun dengan hanya memakai sebagian dari huruf-huruf kata
tersebut, atau semua huruf dari kata yang telah diberikan, Setiap huruf dari kata
yang tersedia hanya boleh dipakai satu kali untuk menyusun satu kata baru.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini : Contoh; Mata
Dibuat menjadi : Biota, Miop, Massa, Tanaman , Termometer
Perhatian : Nama orang tidak boleh dipakai !
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Sudah jelas !
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Tiap butir tes WAKTU 1,5 MENIT, mulai ………………………….
Butir-butir tes :
1. Pencarian
2. Fatamorgana
3. Perbesaran
4. Gelombang
III. MEMBENTUK KALIMAT TIGA KATA
INSTRUKSI :
Buatlah sebanyak mungkin kalimat yang berhubungan dengan Biologi
terdiri atas tiga kata yang huruf pertamanya diberikan pada butir tes. Urutan
huruf-huruf boleh dirubah. Tiap kalimat boleh memakai satu kata yang telah
dipakai pada kalimat-kalimat sebelumnya.
Perhatikan Contoh di bawah ini :
Contoh : A – L – B
Dibuat menjadi : Biomassa Lebih Besar
Ayam Bertelur Lima
Abrasi Belum Lama
Biota Laut Arafuru
Boleh menggunakan nama orang !
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Tiap butir tes WAKTU 1,5 MENIT, mulai ………………………….
Butir – butir Tes :
1. A – M – P
2. B – I – T
3. S – N – U
4. K – D – R
IV. SIFAT-SIFAT YANG SAMA
INSTRUKSI :
Setiap tes akan diberikan dua sifat benda.
Pikirkan sebanyak mungkin benda (benda hidup atau mati) yang memiliki dua
sifat tersebut.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini,
Contoh : Merah dan Cair
Dituliskan : Darah - Sirup Mawar - Saus Tomat – Tinta Merah
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Tiap butir tes WAKTU 1,5 MENIT, mulai …………………………
Butir-butir Tes :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1. Bulat dan Keras
2. Putih dan Dapat Dimakan
3. Panjang dan Tajam
4. Panas dan Berguna
V. MACAM-MACAM PENGGUNAAN/MANFAAT DILUAR
KEBIASAAN
INSTRUKSI :
Pada tes ini, tugas anda adalah memikirkan UNTUK APA SAJA benda ini dapat
Dipakai, DILUAR PENGGUNAAN YANG LAZIM (yang biasa dan sudah
umum di pakai orang)
Contoh : PENSIL, biasanya digunakan untuk menulis, menggambar,
dan mencatat sesuatu hal. PENGGUNAAN LAINNYA untuk ALAT
PENGGARIS dan juga sebagai PENGGARUK PUNGGUNG jika gatal. Untuk
setiap benda itu pikirkanlah bermacam-macam penggunaan YANG TIDAK
BIASA dan inilah yang anda tuliskan.
Gunakanlah khayalan anda untuk menemukan sebanyak mungkin
penggunaan yang tidak biasanya
Sudah jelas apa yang harus dilakukan ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Tiap butir tes WAKTU 1,5 MENIT, mulai ………………………………
Butir-butir tes :
1. Gelas Ukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Papan bedah
3. Gelas Kimia
4. Timbangan
VI. APA AKIBATNYA
INSTRUKSI :
Dalam setiap kalimat yang diberikan pada tes ini, dilukiskan suatu keadaan yang
biasanya tidak terdapat atau tidak mungkin terjadi disini. Bayangkan andaikata
keadaan tersebut benar-benar terjadi, apa saja akibatnya.
Tuliskan sebanyak mungkin AKIBAT-AKIBAT, atau apa saja yang akan terjadi
Jika keadaan itu BERLANGSUNG DI SINI ?
Sudah jelas ?
Masih ada pertanyaan ?
Jangan mulai sebelum diperintah !
Tiap butir tes WAKTU 2 MENIT, mulai ……………………………..
Butir-butir Tes :
1. Apa akibatnya, jika setiap orang dapat mengetahui/memahami pelajaran
Biologi ?
2. Apa akibatnya, jika semua siswa mendapat nilai 2 pada ulangan Biologi ?
3. Apa akibatnya, menggunakan 1 buah batu batteray dapat menghidupkan apa
saja selama 1 hari penuh (24 jam) ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Apa akibatnya, jika di Indonesia seperti di negara Antah Berantah, Sekolah
gratis, dan pengangguran digaji ?
Penjelasan tentang Tes Kreativitas
1. Permulaan Kata
Pada Sub tes ini, responden harus memikirkan sebanyak mungkin kata-
kata yang diawali dengan susunan huruf tertentu yang diberikan. Tes ini
mengukur “kelancaran kata’”, yaitu untuk menemukan kata-kata yang memiliki
persyaratan structural tertentu. Setiap kata mendapat skor satu jika memenuhi
persyaratan, yaitu kata tersebut mulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata
tersebut harus betul ejaannya sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan,
akan tetapi tidak perlu sempurna jika tidak menyangkut susunan huruf yang
merupakan persyaratan. Dasar pertimbangan adalah bahwa tes ini tidak
merupakan tes bahasa akan tetapi merupakan tes kreativitas. Misalnya, dituliskan
“Kalimatan”, yang seharusnya adalah “Kalimantan”, ini betul dan mendapat skor
satu, oleh karena penggunaan susunan huruf “ka” adalah betul, akan tetapi kalau
ditulis “kamari” yang seharusnya “kemari”, jawaban ini tidak betul karena disini
penggunaan susunan huruf “ka” tidak tepat. Tiap butir soal sub tes ini mempunyai
batas waktu 1,5 menit.
2. Menyusun Kata
Pada sub tes ini, responden harus menyusun sebanyak mungkin kata-kata
dengan menggunakan huruf-huruf dari sebuah kata yang diberikan (angram). Tes
ini juga mengukur “kelancaran tes”, tetapi berbeda dengan “permulaan kata”
karena juga menuntut ketrampilan perseptuil. Setiap susunan kata yang betul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ejaannya dan tidak menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam
kata dari butir tes, serta tidak menggunakan suatu huruf dalam kata butir tes
sampai dua kali kecuali seperti huruf a dalam kata “kreativitas” diberikan skor (1).
Selain itu singkatan-singkatan tidak diberikan kecuali dalam percakapan sehari-
hari sudah diterima sebagai satu kata misalnya : “TIVI”. Setiap butir sub tes ini
mempunyai batas waktu 1,5 menit.
3. Membentuk Kalimat Tiga Kata
Pada sub tes ini responden harus membentuk kalimat-kalimat yang terdiri
dari tiga kata, tetapi urutan dalam penggunaan dari ketiga huruf tersebut boleh
sekehendaknya responden. Tes ini merupakan ukuran dari “kelancaran dalam
ucapan”. Tiap kalimat boleh menggunakan satu kata yang telah dipakai pada
kalimat yang dipakai sebelumnya . Kesalahan dalam ejaan kata tidak
mempengaruhi skor, keculai jika menyangkut huruf pertama dari karakter huruf
itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes. Misalnya butir
tes A – M – P. Jika jawab yang dituliskan “Amir makan papaya” yang seharusnya
“Amir makan papaya” ini mendapat skor. Setiap butir soal sub tes ini mempunyai
batas waktu 1,5 menit.
4. Sifat-sifat yang sama
Pada sub tes ini, responden harus menemukan sebanyak mungkin objek-
objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan
ukuran dari “kelancaran dalam memberikan gagasan” yaitu kemampuan
mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
terbatas. Sifat-sifat yang disebut pada masing-masing butir tes adalah sebagai
berikut :
a. Bulat dan keras, bulat disini ialah bulat gepeng atau bulat sepenuhnya, dan
yang dimaksud keras adalah tahan tekanan atau tidak mudah berubah bentuk
bila ditekan.
b. Putih dan tajam, yang dimaksud dapat dimakan adalah dalam arti kata luas,
meliputi makanan ataupun minuman dan bahan yang telah matang, telah
dimasak.
c. Panjang dan tajam, yang dimaksud dengan panjang disini diartikan secara
relative yang bentuknya memanjang dan tidak melebar, yang dimaksud
dengan tajam adalah semua benda yang ujungnya (tepinya) tajam.
d. Panas dan berguna, yang dimaksud dengan panas dan berguna ialah semua
benda yang kegunaannya adalah akibat dari kepanasan atau kehangatannya.
Jika kepanasan dari benda adalah akibat dari fungsinya akan tetapi tidak
merunpakan sumber dari kegunaannya, maka jawaban seperti itu mendapat
skor.
Setiap jawaan yang benar diberi skor satu dan setiap butir soal sub tes ini
mempunyai batas waktu 1,5 menit.
5. Macam-macam Penggunaan
Pada sub tes ini, responden harus memikirkan penggunaan sebuah benda
sehari-hari yang telah ditentukan, akan tetapi penggunaan-penggunaan tersebut
haruslah merupakan penggunaan yang tidak lazim atau tidak biasa. Tes ini
merupakan ukuran dari “fleksibilitas”, karena dalam tes ini reponden harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
melepaskan diri dari kebiasaan untuk melihat benda sebagai alat melakukan
hal/pekerjaan tertentu saja. Selain itu tes ini juga mengukur “originalitas dalam
pemikiran” yang dilihat dari keterangan jawaban responden. Penggunaan benda
tersebut tidak harus dalam keadaan utuh, (misalnya : surat kabar boleh dirobek-
robek untuk dijadikan prakarya dan sebagainya). Setiap jawaban yang benar diberi
skor satu, dan jawaban yang hanya menggunakan bagian-bagian tertentu dari
benda tersebut dibenarkan. Setiap butir soal sub tes ini mempunyai batas waktu
1,5 menit.
6. Apa Akibatnya
Pada sub tes ini, reponden harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin
terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan. Tes ini
merupakan ukuran dari “kelancaran dalam memberikan gagasan” yang
dikombinasikan dengan “elaborasi”. Setiap jawaban yang menunjuk pada akibat
(yang masuk akal) dari kejadian hipotesis yang dilukiskan mendapat skor satu,
dan jawaban yang terperinci mendapat skor. Misalnya terhadap pertanyaan : “Apa
akibatnya jika setiap orang dapat mengetahui pikiran orang lain?” jawabannya “
“Maka orang dapat mengetahui rahasia-rahasia orang lain, dapat mengetahui
pikiran-pikiran jahatnya sehingga dapat menimbulkan permusuhan atau saling
tidak mempercayai lagi”. Jawaban ini mendapat skor empat, sebab ada empat
jawaban. Setiap butir soal sub tes ini mempunyai batas waktu 2 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 9
KISI - KISI PENULISAN INSTRUMEN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN : BIOLOGI KELAS : I ( SATU ) POKOK BAHASAN : EKOSISTEM SEMESTER : 2 JENIS SEKOLAH : SMU WAKTU : 90 MENIT WAKTU KBM : 6 X 2 JAM PELAJARAN
ASPEK INTELEKTUAL
ING
AT
AN
PEM
AH
AM
AN
APL
IKA
SI
AN
AL
ISIS
SINT
ESIS
EV
AL
UA
SI
KAJIAN DAN BENTUK JUMLAH JUML KELAS KONSEP SOAL TINGKAT AH % SEMESTER KESUKAR SOAL
TINGKAT
RAN KESUKARAN PG UR PG UR PG UR PG UR PG UR PG UR Md Sd Sk Membedakan penggunaan istilah habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem, faktor biotik dan abiotik
Md 2 2 2 6 Sd 2 1 2 1 1 7 18 36% I / 2
Sk 2 1 1 1 5
Menjelaskan proses suksesi
Md 1 1 2 Sd 2 1 3 6 12% I / 2 Sk 1 1
Mengaitkan hubungan antara tipe-tipe ekosistem dengan kondisi lingkungan biotik dan abiotik
Md 1 2 1 4 Sd 1 2 1 1 5 12 24% I / 2
Sk 1 1 1 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Membandingkan piramida
ekologi.
Md Sd 1 1 1 3 3 6% I / 2 Sk
Mengatasi masalah ingkungan dengan menggunakan konsep rantai makanan.
Md Sd 2 2 4 5 10% I / 2 Sk 1 1
Menjelaskan aliran energi
Md 1 1 Sd 1 1 2 4 8% I / 2 Sk 1 1
Membuat bagan daur biogeokimia.
Md Sd 1 1 2 4% I / 2 Sk 1 1
Md 13 Sd 25 Sk 12 BENTUK
12
19
10
4
3
2
13 25 12 50
JUMLAH SOAL ASPEK
12 19 10 4 3 2
INTELEKTUAL ASPEK
24% 38% 20% 8% 6% 4%
INTELEKTUAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 10.
SOAL UJI COBA PRESTASI BELAJAR BIOLOGI
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Biologi
Pokok Bahasan : Ekosistem
Kelas/Semester : X/2
Alokasi Waktu : 60 menit
Petunjuk :
1. Jawaban dikerjakan pada lembar jawab yang tersedia
2. Tulislah nama, kelas, dan nomor absen pada kolom yang tersedia
3. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X)
Pada salah satu huruf A, B, C, D, dan E
4. Bila terjadi kesalahan dalam memilih jawaban, coretlah dengan tanda ( = ) pada
Jawaban yang salah, kemudian silang (X) pada jawaban yang benar
5. Periksalah kembali pekerjaan kalian sebelum dikumpulkan
6. Soal dikembalikan dalam keadaan bersih.
16. Interaksi antara organisme yang termasuk hubungan predasi adalah….
17. Stentor dengan Vorticella
18. Tumbuhan bunga dengan lebah
19. Anggrek dengan mangga
20. Benalu dengan tanaman belimbing
21. Alga hijau dengan jamur Ascomycotina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22. Di sebuah kolam terdapat populasi :
1. Ikan kecil 3. Zooplankton 5. Pengurai
2. Fitoplankton 4. Ikan besar
Aliran energi yang terjadi pada ekosistem kolam tersebut adalah….
a. 1 – 3 – 2 – 4 – 5 d. 2 – 1 – 3 – 4 – 5
b. 1 – 2 – 4 – 3 – 5 e. 2 – 4 – 3 – 1 – 5
c. 2 – 3 – 1 – 4 – 5
3. Di suatu ekosistem laut terdapat populasi plankton, ikan, burung pemakan ikan,
dan guano. Apabila populasi ikan diambil secara besar-besaran, akan terjadi….
a. Penurunan populasi plankton dan penurunan populasi ikan
b. Penurunan populasi plankton dan kenaikan populasi burung
c. Kenaikan populasi plankton dan kenaikan populasi burung
d. Penurunan populasi ikan dan kenaikan populasi burung
e. Kenaikan populasi plankton dan penurunan populasi burung
4. Berdasarkan diagram di bawah kita dapat menyimpulkan adanya aliran energi
antar dua makhluk hidup, yaitu….
a. Elang ke ular d. Tumbuhan ke tikus
b. Ular ke tikus e. Tumbuhan ke matahari
c. Tikus ke elang
5. Sekelompok kambing di tanah lapang merupakan suatu ….
Matahari Elang
Ular
Tumbuhan Tikus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Biosfer d. Ekosistem
b. Populasi e. Species tunggal
c. Komunitas
6.. Interaksi yang terjadi pada kelompok singa jantan yang saling memperebutkan
singa betina merupakan interaksi ….
a. antar individu d. antar populasi
b. antar komunitas e. antar kelompok
c. antar ekosistem
7. Savana, padang rumput, gurun pasir merupakan suatu ….
a. Ekosistem d. Lingkungan
b. Populasi e. Komponen
c. Komunitas
8. Wujud interaksi paling kompak terjadi di ….
a. Sawah c. Padang rumput e. Tanah Lapang
b. Kolam d. Hutan
9. Yang berperan sebagai detritivor dalam suatu ekosistem adalah ….
a. bakteri c. bekicot e. ganggang
b. cacing tanah d. udang
10. Kompetisi yang terjadi di sawah antara ….
a. Katak dengan ular d. Rumput dengan ular
b. padi dengan rumput e. Nyamuk dengan katak
c. Padi dengan katak
11. Interaksi yang terjadi antara ulat dengan belalang yaitu ….
a. Predasi c. Kompetisi e. Komensalisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Simbiosis Mutualisme d. Parasit
12. Yang menguraikan sisa tumbuhan atau hewan menjadi zat anorganik sehingga
dapat diserap akar tumbuhan adalah …
a. bakteri c. semut e. rayap
b. cacing tanah d. siput
13. Sistem tumpang sari yang dilakukan pada sebidang lahan antara kopi dan
tanaman turi menunjukkan interaksi ….
a. merugikan karena terjadi kompetisi dalam memperoleh unsur hara.
b. Merugikan karena tanaman kopi kurang mendapat cahaya
c. menguntungkan karena tanaman turi bisa menghasilkan senyawa Nitrogen
d. menguntungkan karena turi memperoleh zat makanan dari tanaman kopi
e. Mutualisme karena kedua tanaman saling memberi zat makanan
14. Hubungan yang terjadi antara kambing dan lembu dalam suatu lapangan rumput
adalah
a. Netral d. Komensalisme
b. Kompetisi e. Mutualisme
c. Predatorisme
15. Kelompok padi di sawah merupakan suatu ….
a. Species d. Populasi
b. individu e. Komunitas
c. ekosistem
16. Pada saat gunung krakatau meletus, terjadi perubahan ekosistem karena semua
organisme asal musnah total. Setelah beberapa waktu kemudian muncul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
organisme pioneer jenis baru. Proses terbentuknya komunitas pioneer baru ini
disebut dengan istilah….
a. suksesi ekosistem d. suksesi alam
b. suksesi primer e. degradasi primer
c. suksesi sekunder
17. Suatu bioma mempunyai ciri-ciri :
- Curah hujan 25 – 30 cm Hg - Turun hujan tidak teratur
- Spesies hewan beraneka ragam - vegetasi yang dominan rumput
- Porositas dan drainase kurang baik
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat diasumsikan sebagai bioma….
a. hutan gugur d. tundra
b. hutan basah e. taiga
c. padang rumput
18. Cacing hati berada dalam usus manusia interaksi dengan manusia bersifat ....
a. Komensalisme d. Parasit
b. Mutualisme e. Predasi
c. Kompetisi
19. Interaksi antar individu dalam komunitas mempunyai dampak ....
a. terganggunya lingkungan d. terjadinya eutrofikasi
b. terwujudnya keseimbangan lingkungan e. polusi udara
c. erosi
20.Pernyataan berikut yang tidak menjelaskan siklus karbon adalah….
a. hutan berperan besar dalam siklus karbon
b. produsen mengubah karbon menjadi senyawa organic kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. fiksi gas karbon dilakukan oleh organisme berklorifil
d. respirasi makluk hidup mengikat karbon bebas menjadi senyawa
e. batu bara dan minyak bumi terbentuk oleh penumpukan senyawa berkarbon di
lapisan tanah
21. Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan disebut ...
a. ekologi d. interaksi
b. ekosistem e. komunikasi
c. biosfer
22. Wujud interaksi paling tinggi adalah ....
a. ekosistem c. biosfer e. biota
b. bioma d. populasi
23. lnteraksi antar ulat dengan tumbuhan adalah ....
a. Netral c. Komensalisme e. parasitisme
b. Mutualisme d. predasi
24. Komunitas adalah ....
a. Kumpulan individu sejenis pada suatu daerah tertentu
b. Kumpulan populasi yang menempati daerah tertentu
c. suatu organisme dan lingkungan abiotik pada suatu daerah tertentu
d. Seluruh organisme dan lingkungan abiotik pada suatu daerah tertentu
e. Makhluk hidup yang sejenis
25. Ekosistem akan terbentuk oleh karena ..:.
a. adanya sekumpulan makhluk hidup di tempat hidupnya
b. adanya produsen, pengurai dan lingkungan
c. adanya produsen, konsumen, lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. adanya lingkungan, produsen, konsumen, pengurai
e. adanya lingkungan dan produsen
26. Tanaman jagung yang ditanam di bawah pohon yang rimbun memiliki buah yang
lebih kecil dibanding dengan pohon jagung yang tumbuh ditempat terbuka. Faktor
apakah yang mempengaruhinya ....
a. kelembaban udara c. kesuburan tanah e. cahaya matahari
b. suhu udara d. kelembaban tanah
27. Nama-nama ekosistem darat :
1. Ekosistem pegunungan 2. Savana 3. Hutan monsun
Yang termasuk Vegetasi Pamah adalah ....
a. 1 , 3 c. 3 , 4 e. 3, 6
b. 2 , 4 d. 5, 6
28. Perhatikan bagan siklus nitrogen di bawah ini !
Atmosfer
X
Makhluk hidup
Air Tanah
Organisme yang berperan dalam peristiwa X adalah….
a. Nitrosomonas d. Pseudomonas
b. Nitrobacter e. Rhizobium
c. Bakteri denitrifikasi
29. Hal-hal yang mempengaruhi ekosistem suksesi adalah ...
a. Predasi d. Kompetisi dan Predasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Predasi dan Invasi e. Kompetisi dan Invasi
c. Invasi dan koloniasai
30. Ekosistem Suksesi adalah ....
a. Ekosistem yang terbentuk di hutan
b. Ekosistem yang berkembang setelah terjadi kerusakan terhadap ekosistem
alami yang rusak.
c. Ekosistem yang terbentuk setelah terjadinya bencana alam
d. Ekosistem yang terbentuk setelah adanya-perubahan ekosistem
e. Perubahan ekosistem danau menjadi hutan
31. Berikut ini beberapa komunitas darat !
1. lahan gambut 3. padang rumput
2. padang belukar 4. hutan kayu
Urutan komunitas darat yang akan menunjukkan terjadinya komunitas klimaks
adalah….
a. 1 – 2 – 3 – 4 d. 4 – 3 – 2 – 1
b. 1 – 3 – 2 – 4 e. 4 – 2 – 3 – 1
c. 2 – 3 – 4 – 1
32. Yang termasuk Agroekosistem adalah ....
a. danau, sawah tadah hujan, perkebunan
b. sawah irigasi, danau , hutan tanaman industri
c. perkebunan, tambak, kolam
d. Hutan tanaman industri, sawah dan ladang
e. Perkebunan, danau, kolam
33. Faktor penyebab gangguan ekosistem adalah ....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Rotasi tanaman d. penebangan liar
b. tumpang sari e. reboisasi
c. pembuatan sengkedan
34. Jabatan fungsional organisme dalam komunitasnya disebut….
a. habitat d. altitude
b. relung e. latitude
c. predasi.
35. Dalam ekosistem kebun terdapat : 1) mamalia karnivor, 2) ulat pemakan daun, 3)
laba-laba, 4) kumbang, 5) mamalia pemakan serangga. Rantai makanan yang
terdapat dalam ekosistem tersebut adalah….
a. 1-2-3-4-5 d. 3-4-5-2-1
b. 2-3-4-5-1 e. 4-3-2-5-1
c. 2-4-3-5-1
36. Organisme berikut yang berperan sebagai decomposer adalah….
a. paku d. jamur
b. lumut e. alga
c. tumbuhan berbunga
37. Hewan berikut yang mempunyai tingkat trofik tertinggi adalah….
a. ayam d. burung elang
b. katak e. ulat
c. ular
38. Sejumlah energi yang tersimpan dalam organisme autotrof disebut….
a. energetika d. biomassa
b. produktivitas sekunder e. relung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. produktivitas primer
39. Piramida ekologi yang tidak pernah ditemukan dalam keadaan terbalik adalah….
a. piramida jumlah d. piramida trofika
b. piramida biomassa e. piramida bioenergitika
c. piramida energi
40. Faktor abiotik yang diperlukan untuk fotosintesis tumbuhan hijau adalah….
a. angin d. cahaya matahari
b. oksigen e. tanah
c. salinitas
41. Organisme berikut yang hidup dari serpihan organic padat adalah….
a. herbivor d. saproba
b. omnivora e. karnivora
c. detritivor
42. Hubungan antara dua populasi yang makan makanan yang sama, cenderung
bersifat….
a. netral d. predasi
b. kompetitif e. komensialisme
c. simbiosis
43. Daur biogeokimia yang tidak dijumpai dalam bentuk gas adalah daur….
a. karbon d. fosfor
b. nitrogen e. sulfur
c. hidrologi
44. Hubungan antarorganisme dalam ekosistem secara kualitatif dapat digambarkan
sebagai….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. rantai makanan d. piramida ekologi
b. jaring-jaring makanan e.bioenergetika
c. piramida
45. Di bawah ini adalah contoh-contoh hubungan antarindividu; yang menunjukkan
hubungan predasi adalah….
a. kijang dengan rumput d. kijang dengan harimau
b. kupu-kupu dengan bunga e. serigala dengan harimau
c. ayam hutan dengan kelinci
46. Berikut ini beberapa komunitas darat !
1. lahan gambut 3. padang rumput
2. padang belukar 4. hutan kayu
Urutan komunitas darat yang akan menunjukkan terjadinya komunitas klimaks
adalah….
a. 1 – 2 – 3 – 4 d. 4 – 3 – 2 – 1
b. 1 – 3 – 2 – 4 e. 4 – 2 – 3 – 1
c. 2 – 3 – 4 – 1
47. Macam macam ekosistem buatan :
1. Danau 3. Tambak
2. Ladang 4. Hutan taman industri
Termasuk agroekosistem adalah ….
a. 1 dan 2 d. 2 dan 3
b. 1 dan 3 e. 3 dan 4
c. 1 dan 4
48. Perhatikan daur Biogeokimia unsure C berikut ini !
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Atmosfer
Bakteri Tumb.hijau hewan perombak
Senyawa C di bumi
Karbonat + Kapur Bahan bakar
Dalam gunung api fosil
Proses yang terjadi pada nomor X adalah….
a. fotosintesis d. pembakaran
b. respirasi e. pengendapan
c. mati
49. Berikut ini adalah adalah jenis interaksi antar populasi :
1. predasi 4. komensalisme
2. kompetisi 5. parasitisme
3. mutualisme
Jenis interaksi yang menguntungkan salah satu populasi adalah….
a. 1, 2 dan 3 d. 2, 4 dan 5
b. 1, 2 dan 5 e. 3, 4 dan 5
c. 1, 4 dan 5
50. . Peristiwa Lumpur Lapindo di Jawa Timur merupakan salah satu contoh terbentuknya
jenis suksesi, yaitu suksesi…
a. primer d. primer dan sekunder
b. sekunder e. sekunder dan tertier
c. tersier
X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 11 DATA INDUK
NO METODE Motivasi Belajar
Kategori motivasi
Kreativitas kategori kreativitas
Prestasi Kognitif
1 Jigsaw II 114 R 57 T 88 2 Jigsaw II 119 T 69 T 78
3 Jigsaw II 127 T 73 T 72
4 Jigsaw II 98 R 33 R 33 5 Jigsaw II 106 R 66 T 60
6 Jigsaw II 90 R 53 T 72
7 Jigsaw II 115 R 62 T 65 8 Jigsaw II 123 T 43 R 70
9 Jigsaw II 125 T 50 R 74
10 Jigsaw II 119 T 56 T 72 11 Jigsaw II 111 R 57 T 67
12 Jigsaw II 101 R 36 R 65
13 Jigsaw II 103 R 44 R 67 14 Jigsaw II 113 R 46 R 65
15 Jigsaw II 121 T 56 T 65
16 Jigsaw II 121 T 41 R 67 17 Jigsaw II 112 R 56 T 65
18 Jigsaw II 123 T 32 R 67
19 Jigsaw II 141 T 58 T 65 20 Jigsaw II 132 T 56 T 58
21 Jigsaw II 85 R 48 R 61
22 Jigsaw II 104 R 53 T 48 23 Jigsaw II 113 R 64 T 48
24 Jigsaw II 110 R 41 R 47
25 Jigsaw II 118 T 54 T 52 26 Jigsaw II 117 T 45 R 45
27 Jigsaw II 124 T 61 T 47
28 Jigsaw II 122 T 54 T 80 29 Jigsaw II 129 T 50 R 46
30 Jigsaw II 101 R 59 T 47
31 Jigsaw II 133 T 49 R 45 32 Jigsaw II 125 T 53 T 45
33 Jigsaw II 121 T 49 R 88
34 Jigsaw II 140 T 59 T 38 35 Jigsaw II 123 T 55 T 54
36 STAD 102 R 63 T 54
37 STAD 120 T 57 T 80 38 STAD 113 R 53 T 61
39 STAD 111 R 45 R 63
40 STAD 128 T 53 T 47 41 STAD 122 T 63 T 43
42 STAD 129 T 63 T 54
43 STAD 109 R 51 R 33 44 STAD 123 T 55 T 52
45 STAD 126 T 49 R 30
46 STAD 118 T 53 T 65 47 STAD 119 T 61 T 45
48 STAD 109 R 54 T 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49 STAD 122 T 46 R 41
50 STAD 97 R 49 R 52
51 STAD 120 T 54 T 47 52 STAD 114 R 50 R 47
53 STAD 107 R 45 R 67
54 STAD 111 R 42 R 43 55 STAD 113 R 58 T 54
56 STAD 99 R 43 R 41
57 STAD 113 R 54 T 52 58 STAD 126 T 62 T 45
59 STAD 118 T 51 R 56
60 STAD 108 R 44 R 72 61 STAD 127 T 59 T 76
62 STAD 110 R 50 R 56
63 STAD 113 R 58 T 65 64 STAD 98 R 34 R 72
65 STAD 121 T 59 T 67
66 STAD 116 T 63 T 38 67 STAD 130 T 57 T 58
68 STAD 135 T 64 T 70
69 STAD 110 R 57 T 65 70 STAD 106 R 53 T 52
71 STAD 126 T 59 T 38 Jumlah 8248 3769 4074 Max 141 73 88 Min 85 32 30 Rata-rata 116.17 53.08 57.38
St. Dev 11.10 8.30 13.37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 12. HASIL UJI NORMALITAS DATA PENELITIAN
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Jigsaw II
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar pada siswa yang memiliki kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Jigsaw II yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kreativitas tinggi.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Jigsaw II yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Jigsaw II yang memiliki motivasi belajar rendah dan kreativitas tinggi.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Jigsaw II yang memiliki motivasi belajar rendah dan kreativitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas STAD yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kreativitas rendah..
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas STAD yang memiliki prestasi belajar rendah dan kreativitas tinggi..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas STAD yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kreativitas tinggi..
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas STAD yang memiliki prestasi belajar rendah dan kreativitas rendah..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 13. UJI HOMOGENITAS
No Respon Faktor p-value
Keputusan F Test Levene Test
1 Prestasi Model 0,583 0,648 Homogen 2 Prestasi Motivasi Belajar 0,277 0,137 Homogen 3 Prestasi Kreativitas 0,346 0,264 Homogen
4 Prestasi Model, Motivasi Belajar, Kreativitas 0,693 0,695 Homogen
STAD
Jigsaw II
1816141210
MET
OD
E
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
STAD
Jigsaw II
90807060504030
ME
TO
DE
Prestasi Kognitif
Test Statistic 1,21P-Value 0,583
Test Statistic 0,21P-Value 0,648
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Prestasi Kognitif
Hasil uji homogenitas prestasi belajar antara Jigsaw II dan STAD
Test for Equal Variances: Prestasi Kognitif versus METODE 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations METODE N Lower StDev Upper Jigsaw II 35 10,7195 13,6454 18,6283 STAD 36 9,7894 12,4230 16,8729 F-Test (Normal Distribution) Test statistic = 1,21; p-value = 0,583 Levene's Test (Any Continuous Distribution) Test statistic = 0,21; p-value = 0,648
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
T
R
201816141210K
ate
gori
mot
ivas
i
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
T
R
90807060504030
Ka
teg
ori
mo
tiv
asi
Prestasi Kognitif
Test Statistic 0,68P-Value 0,277
Test Statistic 2,27P-Value 0,137
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Prestasi Kognitif
Hasil uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa
Test for Equal Variances: Prestasi Kognitif versus Kategori motivasi 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations Kategori motivasi N Lower StDev Upper R 33 9,4096 12,0570 16,6422 T 38 11,5530 14,5758 19,6088 F-Test (Normal Distribution) Test statistic = 0,68; p-value = 0,277 Levene's Test (Any Continuous Distribution) Test statistic = 2,27; p-value = 0,137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
T
R
22201816141210k
ate
gor
i kre
ativ
ita
s
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
T
R
90807060504030
kat
ego
ri k
reat
ivit
as
Prestasi Kognitif
Test Statistic 1,38P-Value 0,346
Test Statistic 1,27P-Value 0,264
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Prestasi Kognitif
Hasil uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari kreativitas siswa
Test for Equal Variances: Prestasi Kognitif versus kategori kreativitas 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations kategori kreativitas N Lower StDev Upper R 27 11,2339 14,7400 21,2019 T 44 10,1083 12,5616 16,4951 F-Test (Normal Distribution) Test statistic = 1,38; p-value = 0,346 Levene's Test (Any Continuous Distribution) Test statistic = 1,27; p-value = 0,264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
METODE Kategori motivasi kategori kreativitas
STAD
Jigsaw II
T
R
T
R
T
R
T
R
T
R
T
R
25020015010050095% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
Test Statistic 4,73P-Value 0,693
Test Statistic 0,67P-Value 0,695
Bartlett's Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Prestasi Kognitif
Hasil uji homogenitas prestasi belajar antara Jigsaw dan STAD ditinjau dari motivasi
belajar dan kreativitas siswa Test for Equal Variances: Prestasi Kog versus METODE; Kategori mot; ... 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations Kategori kategori METODE motivasi kreativitas N Lower StDev Upper Jigsaw II R R 6 7,16645 13,5450 52,125 Jigsaw II R T 9 7,87835 13,4143 34,990 Jigsaw II T R 8 9,06156 15,8723 45,492 Jigsaw II T T 12 8,52251 13,6215 29,507 STAD R R 10 8,22577 13,6724 33,101 STAD R T 8 3,78389 6,6279 18,996 STAD T R 3 5,43407 13,0512 233,284 STAD T T 15 8,91628 13,6382 26,416 Bartlett's Test (Normal Distribution) Test statistic = 4,73; p-value = 0,693 Levene's Test (Any Continuous Distribution) Test statistic = 0,67; p-value = 0,695
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 14. UJI HIPOTESIS
Rangkuman Anava Tiga Jalan
No Variabel p-value Keputusan 1 Model Pembelajaran 0,019 H01 ditolak 2 Motivasi Belajar 0,531 H02 diterima 3 Kreativitas 0,204 H03 diterima 4 Model dengan Motivasi Belajar 0,198 H04 diterima 5 Model dengan Kreativitas 0,448 H05 diterima 6 Motivasi Belajar dan Kreativitas 0,838 H06 diterima 7 Model Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Kreativitas 0,176 H07 diterima
General Linear Model: Prestasi Kog versus METODE; Kategori mot; ... Factor Type Levels Values METODE fixed 2 Jigsaw II; STAD Kategori motivasi fixed 2 R; T kategori kreativitas fixed 2 R; T Analysis of Variance for Prestasi Kognitif, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P METODE 1 780,5 1017,4 1017,4 5,78 0,019 Kategori motivasi 1 4,5 70,0 70,0 0,40 0,531 kategori kreativitas 1 113,4 290,2 290,2 1,65 0,204 METODE*Kategori motivasi 1 115,1 298,5 298,5 1,69 0,198 METODE*kategori kreativitas 1 72,9 102,6 102,6 0,58 0,448 Kategori motivasi* 1 0,2 7,5 7,5 0,04 0,838 kategori kreativitas METODE*Kategori motivasi* 1 330,2 330,2 330,2 1,88 0,176 kategori kreativitas Error 63 11096,0 11096,0 176,1 Total 70 12512,7 S = 13,2713 R-Sq = 11,32% R-Sq(adj) = 1,47% Unusual Observations for Prestasi Kognitif Prestasi Obs Kognitif Fit SE Fit Residual St Resid 1 88,0000 62,2222 4,4238 25,7778 2,06 R 33 88,0000 62,7500 4,6921 25,2500 2,03 R R denotes an observation with a large standardized residual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 15. UJI LANJUT ANAVA
Two-Sample T-Test and CI: Prestasi Kognitif; METODE Two-sample T for Prestasi Kognitif METODE N Mean StDev SE Mean Jigsaw II 35 60,7 13,6 2,3 STAD 36 54,1 12,4 2,1 Difference = mu (Jigsaw II) - mu (STAD) Estimate for difference: 6,63 95% CI for difference: (0,45; 12,82) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,14 P-Value = 0,036 DF = 67
T table = 1,67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Recommended