View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 1
BAHAN AJAR
PEMANFAATAN PETA, PENGINDERAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
IDENTITAS
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : XII/ 2
Materi Pokok : Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
Dan Sistem Informasi Geografis
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
3.3 Menganalisis jaringan transportasi dan tata guna lahan dengan peta
dan/atau citra pengindraan jauh serta Sistem Informasi Geografis (SIG)
kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah dan kesehatan
lingkungan.
3.4 Menyajikan peta tematik berdasar kan pengolahan citra pengindraan jauh
dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pengembangan potensi
wilayah dan kesehatan lingkungan
C. Indikator
1. Menganalisis unsur-unsur interpretasi citra
2. Mengidentifikasi alat dan metode interpretasi foto udara
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 2
3. Mengidentifikasi langkah-langkah interpretasi citra secara manual dan
visual
4. Mengidentifikasi komponen system penginderaan jauh
5. Menganalisis peta/citra penginderaan jauh untuk pemetaan jalur
transportasi.
6. Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan tata guna lahan
7. Menganalisis pemanfaatan kajian kesehatan lingkungan, untuk pemetaan
penyakit dan kepentingan kesehatan.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 3
PEMANFAATAN PETA, PENGINDERAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
A. Unsur-Unsur Interpretasi Citra
Dalam penginderaan jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi
yang disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu
obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat
pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil
kita buat itu merupakan citra bunga tersebut.
Gambar 1: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: geografi lingkungan - blogger
Gambar 2: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: Blog Guru Geografi MAN Wonosari - WordPress.com
Gambar 3: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: Materi Geografi - blogger
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 4
Gambar 4: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik hitam putih)
Sumber: geografi lingkungan - blogger
Gambar 5: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Otokromatik)
Sumber: Blog Guru Geografi MAN Wonosari - WordPress.com
Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk
mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki
menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah
ini :
Gambar 6: Unsur-unsur Interpretasi Citra
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 5
Unsur Interpretasi Citra, sebagai berikut:
1. Rona
Rona adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu obyek yang terdapat pada
citra. Rona pada foto udara pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang
berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut dengan sinar
putih. Rona merupakan tingkatan dari putih ke hitam atau selanjutnya. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi rona pada citra, yaitu:
a. Karakteristik obyek
Karakterisitik obyek yang mempengaruhi rona antara lain :
1) Warna obyek yang gelap cenderung menghasilkan rona yang gelap
2) Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap pada citra karena
sinar yang datang mengalami hamburan hingga mengurangi pantulan
sinarnya.
3) Obyek yang basah/lembab cenderung menghasilakn rona gelap
4) Pantulan obyek, misalnya perairan akan menghasilkan rona yang gelap.
Sedangkan perbukitan kapur akan menghasilkan rona yang terang
b. Cuaca
Kondisi udara di atmosfer dapat menyebabkan citra terlihat memiliki
rona yang terang/gelap. Jika kondisi udara di atmosfer sangat lembab dan
berkabut akan menyebabkan rona pada citra cenderung gelap
c. Letak Obyek dan waktu pemotretan
Letak obyek berkaitan dengan lintang dan bujur. Letak lintang
menentukan besarnya sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan juga
mempengaruhi sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan pada siang
hari cenderung akan menghasilkan rona yang lebih terang dibandingkan
dengan pemotretan pada sore/pagi hari.
2. Warna
Warna adalah ujud tampak mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan
tingkat kegelapan dalam wujud hitam putih, warna menunjukkan tingkat kegelapan
yang lebih beraneka. Contoh penggunaan unsur warna dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 8: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 6
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
3. Bentuk
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka
suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari
adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api
dari bentuknya yang cembung. Sekolahan berbentuk I, L, U, atau kotak.
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang mencerminkan konfigurasi atau
kerangka obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak
obyek-obyek di permukaan bumi dapat langsung dikenali pada saat interpretasi
citra melalui unsur bentuk saja. Ada dua istilah mengenai bentuk, yaitu :
a. Shape (bentuk umum/luar)
Merupakan bentuk secara umum atau dapat dikatakan “bentuk
sekilas” dari suatu obyek. Bentuk umum melihat ciri khas suatu obyek
secara umum, misal : Gunung dengan type strato berbentuk kerucut jika
foto udara yang digunakan berskala kecil.
b. Form (bentuk rinci)
Form merupakan bentuk yang bersifat lebih rinci, maksudnya
dalam bentuk umum suatu obyek masih ada bentuknya yang terlihat lebih
rinci, misal: Jika gunung berapi dengan tipe strato diamati dengan
menggunakan foto udara yang berskala lebih besar maka kelihatan bahwa
sebenarnya bentuknya tidak mutlak kerucut, tetapi masih ada bentuk-
bentuk lain yang lebih rinci. Contoh bentuk rinci :
1) pada lereng gunung tersebut terdapat aliran sungai yang memanjang
menuruni lereng.
2) terdapat patahan-patahan sehingga membentuk puncak-puncak kecil,
jurang dan lembah.
Baik bentuk luar maupun bentuk rinci keduanya merupakan unsur
interpretasi yang penting. Banyak bentuk yang mempunyai ciri khas sehingga
mempermudah pengenalan obyeknya pada citra. Contoh-contoh obyek yang dapat
dikenali menurut bentuknya misalnya:
Gambar 9: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 7
1) Gedung sekolah pada umumnya memiliki bentuk seperti huruf I, L, U
dan persegi panjang atau kotak.
2) Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon kerucut
berbentuk kerucut dan tajuk pohohn bambu seperti buu-bulu.
3) Bekas Meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai dataran
rendah yang berbentuk tapal kuda dan kadang berisi air yang menjadi
danau tapal kuda (danau oxbow).
4) Lapangan sepakbola yang memiliki lintasan lari berbentuk elips,
sedangkan yang tidak memiliki lintasan lari akan berbentuk persegi
panjang.
5) Masjid dapat dikenali dari bentuknya yang relatif persegi atau bentuk
khas pada kubahnya.
4. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi
lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam
memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya..
Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan
ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m – 100 m). Ukuran adalah atribut obyek
yang meliputi jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan kemiringan lereng.
Beberapa obyek yang dapat dikenali dari ukuran-ukuran yang berbeda
misalnya :
Gambar 10: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 8
a. Ukuran bangunan untuk pemukiman memiliki ukuran yang berbeda dengan
ukuran bangunan sekolah, perkantoran dan pabrik. Permukiman pendudukan
memiliki ukuran yang lebih kecil dari bangunan sekolah dan perkantoran.
b. Nilai kayu selain ditentukan menurut jenis kayunya juga dapat volumenya.
Volume kayu dapat ditaksir dari ketinggian pohon, diameter batang pohon,
luas hutan serta kepadatan pohonnya.
c. Lapangan olahraga selain berbentuk segi empat juga dapat dibedakan dari
ukurannya. Misalnya :
1) Lapangan sepakbola memiliki ukuran yang luas, sekitar 100 m X 80 m
2) Lapangan tenis memiliki ukuran kecil, sekitar 15 m X 30 m
5. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Tekstur dinyatakan
dengan: kasar, halus, dan sedang.Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar
bertekstur sedang dan semak bertekstur halus. Tekstur adalah frekwensi
perubahan rona pada citra, atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual. Tekstur sedang
dinyatakan dengan kasar, belang-belang, sedang dan halus.
Gambar 11: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Suatu obyek dalam foto udara memiliki perbedaan tekstur dapat dilihat dari :
a. Permukaan buminya tidak rata atau tidak
b. Keadaaan dan keberadaan obyek lain di atas permukaan bumi misal
pepohonan, perairan, permukiman dll.
Beberapa contoh pengenalan obyek berdasarkan teksturnya adalah :
a. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertektur halus.
b. Lahan kosong bertekstur halus, lahan tebu bertekstur sedang, kumpulan
pepohonan bertekstur kasar.
c. Permukaan air yang tenang bertekstur halus, sedikit beriak bertekstur sedang,
berombak besar bertekstur kasar.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 9
6. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran
sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan.
Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah
dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa,
kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya
yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
Pola adalah kecenderungan bentuk suatu obyek yang. Tingkat kerumitan
pola lebih tinggi dari pada tingkat kerumitan bentuk, ukuran dan tekstur. Pola atau
susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan
manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
Beberapa contoh obyek dipermukaan bumi yang dapat dikenali dengan
menggunakan unsur pola misalnya :
a. Pola Aliran Sungai
Beberapa contoh pola aliran sungai yang dapat kita amati misalnya :
1) Aliran sungai konsekuen, adalah sungai yang memeiliki arah aliran yang
sesuai dengan kemiringan batuan daerah yang dilewatinya.
Gambar 12: Citra foto pola aliran sungai konsekuen hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
2) Aliran sungai radial sentrifugal
Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya
meninggalkan titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah vulkan
atau puncak yang berbentuk kerucut
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 10
Gambar 13: Citra foto pola aliran sungai radial sentrifugal hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Pola Aliran Radial Sentrifugal: arah aliran menjauhi/meninggalkan titik pusat.
3) Aliran sungai radial sentripetal
Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya menuju
ke titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah ledokan/basin
atau aliran sungai yang masuk ke danau.
Gambar 14: Citra foto pola aliran sungai radial sentripetal hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Pola Aliran Radial Sentripetal : arah aliran menuju ke titik pusat.
b. Permukiman
Perumahan rakyat yang disediakan khusus oleh suatu proyek baik
pemerintah atau swasta memiliki pola yang teratur, biasanya memiliki jarak dan
ukuran seragam. Sedangkan rumah yang di bangun oleh penduduk cenderung
memiliki pola tidak beraturan, dengan bentuk dan jarak yang tidak seragam.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 11
Gambar 15: Citra foto permukiman hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Perumahan Teratur, ukuran dan jarak antar rumah cenderung sama jika
dibandingkan dengan perumahan di atasnya.
c. Pola tanam pada tanaman di lahan perkebunan
Kebun kelapa, kebun karet, kebun kopi, kebun kelapa sawit dapat dibedakan
dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola dan
jarak tanamannya.
Gambar16: Citra foto pola tanam kelapa sawit hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Perkebunan kelapa sawit terlihat teratur pada pola tanam dan jarak antar
tanamannya.
7. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah
gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan
yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi
lebih jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan,
begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya
bayangan.
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah
gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan biasanya hanya tampak
samar-samar atau bahkan tidak tampak sama sekali. Meskipun bayangan
membatasi gambaran penuh suatu obyek pada foto udara, kadang justru menjadi
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 12
kunci penting dalam interpretasi terutama untuk mengenali suatu obyek yang
justru kelihatan lebih tampak/jelas dengan melihat bayangannya. Beberapa contoh
obyek yang dapat dikenali dari bayangannya misalnya :
a. Jalan layang
Jalan layang dapat dikenali dari posisinya yang lebih tinggi dari jalan lain
disekitarnya sehingga pancaran sinar matahari akan menghasilkan bayangan jalan
layang tersebut.
Gambar17: Citra foto jalan hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Jembatan layang jelas terlihat dari bayangannya.
b. Jembatan
Jembatan dapat dikenali dari bayangannya yang memotong sebuah sungai.
Gambar18: Citra foto jembatan hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Bayangan jembatan terlihat pada aliran sungai di bawahnya
1) Tembok stadion dan gawang terlihat lebih tampak dari bayangannya.
2) Cerobong asap, tangki minyak dan bak air. Cerobong asap, tangki minyak dan
bak air yang dipasang pada sebuah pabrik terlihat lebih tinggi dari
bayangannya.
3) Menara. Menara suatu bangunan terlihat jelas dari bayangannya
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 13
Gambar19: Citra foto hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Monumen Nasional (Monas) terlihat lebih jelas pada foto udara karena ada
bayangannya yang tampak.
Gambar 20: Citra foto hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Bayangan yang terbentuk pada suatu obyek sangat dipengaruhi oleh arah
datang sinar matahari dan letak lintang. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi
hari, bayangan obyek akan terletak di sebelah barat.
Gambar 21: Arah datang sinar matahari
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 14
Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan obyek akan terletak di
sebelah timur.
Gambar 22: Posisi bayangan obyek berdasarkan sudut dating sinar matahari
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Posisi bayangan obyek pada foto udara yang dipotret pada sore hari dan bulan-
bulan tertentu di Equator.
1) Gerak semu matahari juga akan menyebabkan letak bayangan berbeda
meskipun sama-sama dipotret pada pagi atau sore hari. Gerak semu
matahari menyebabkan matahari seolah-olah mengalami perpindahan
letaknya di garis paralel bumi pada bulan-bulan tertentu.
2) Bayangan dapat digunakan untuk menentukan orientasi/arah mata angin
pada foto udara.
8. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul
alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah
dataran rendah, dan sebagainya. Situs adalah tempat kedudukan suatu obyek
dengan obyek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara
langsung tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar.
Situs dapat diartikan sebagai berikut :
a. Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonet,
1975). Van Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situasi atau situs
geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu obyek
terhadap obyek lain di sekitarnya. Misal pengaruh letak iklim terhadap
interpretasi citra untuk geomorfologi.
b. Letak suatu obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonet, 1975), seperti
misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering dan di
sepanjang tepi sungai. Van Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situs
topografi, yaitu letak suatu obyek dengan obyek lain di sekitarnya.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 15
Gambar 23: Citra foto permukiman hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
1) Pola permukiman memanjang sejajar dengan jalan.
2) Pola permukiman memanjang sejajar dengan garis pantai.
3) Pola permukiman memanjang sejajar dengan sungai.
4) Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma, bila
tumbuhnya menggerombol dan berada di daerah air payau maka mungkin
sekali pohon nipah.
9. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya. Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu (bercabang), bandara berasosiasi dengan bandara.
Asosiasi diartikan sebagai keterkaitan antara obyek satu dengan obyek lain.
Karena adanya keterkaitan itu, maka terlihatnya suatu obyek sering
merupakan petunjuk bagi obyek lain. Keterkaitan suatu obyek dengan obyek
lain dapat dimaksudkan sebagai berikut :
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 16
a. Sebuah obyek A dapat dikenali karena adanya obyek B yang mempunyai
kaitan/hubungan dengan obyek A.
b. Dengan kata lain obyek B merupakan petunjuk bagi obyek A.
c. Obyek B dapat merupakan bagian dari obyek A, atau merupakan ciri-ciri
khusus obyek A.
d. Obyek B belum tentu ciri-ciri khusus obyek A, tetapi sangat berhubungan
dengan obyek A.
Beberapa contoh obyek dalam citra yang dapat dikenali melalui interpretasi
mengggunakan unsur asosiasi misalnya :
a. Lapangan Sepak bola
Sebuah obyek dikenali sebagai lapangan sepakbola jika lapangan
tersebut memiliki gawang pada dua sisi lapangannya. Obyek gawang dapat
dikatakan sebagai ciri-ciri khas dari lapangan sepakbola.
Gambar 24: Citra foto lapangan sepak bola hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Lapangan Sepakbola berasosiasi dengan gawang yang ada di dua sisi
lapangan.
b. Stasiun Kereta Api
1) Sebuah bangunan dengan bentuk memanjang dikenali sebagai stasiun
kereta api jika pada sekitar bangunan tersebut terdapat rel kereta api
lebih dari satu jalur. Rel bukan merupakan ciri-ciri bangunan stasiun
tetapi sangat berhubungan dengan keberadaan stasiun.
2) Selain jumlah rel, bangunan stasiun kereta api dapat juga di asosiasikan
dengan adanya gerbong-gerbong yang diparkir karena belum/tidak
beroperasi.
Gambar 25: Citra foto hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 17
B. Alat dan metode Interpretasi Citra Foto Udara
1. Alat Pengamat
a. Stereoskopik
b. Non Stereoskopik
2. Alat Pengukur Objek
a) Alat Pengukur Arah
Arah dinyatakan dengan bearing atau dengan asimut. Beraing
diukur dari utara atau dari selatan sebagai pangkal, dengan arah jarum
jam atau sebaliknya. Besarnya berkisar dari 00
hingga 900. Contoh: U 40
0
berarti arahnya 400
dari utara, ke arah barat. Asimut dihitung searah
jarum jam, utara sebagai pangkalnya. Alat yang digunakan untuk
mengukur arah ialah busur derajad. Baik dengan bearing ataupun asimut,
pengukuran arah pada foto dilakukan dari salah satu arah sebagai
pangkalnya atau sebagai arah 00
nya. Menurut Paine, 1981 (dalam
Sutanto, 1986:187) Arah pangkal ditentukan di medan dengan tiga cara,
yaitu:
1) Arah kompas
2) Arah utara peta
3) Arah suatu perujudan yang telah diketahui
b) Alat Pengukur Jarak
Estes dan Simonet (1975) dalam Sutanto (1986), ada dua jenis alat
pengukur jarak pada foto, yaitu:
1) Alat pengukur jarak yang tanpa pembesaran
Dibedakan atas pengukur jarak sederhana (penggaris) dan alat
pengukur teliti (metal microruler).
2) Alat pengukur jarak dengan pembesaran
Berupa lensa pembesar sederhana yang diberi skala mikromeer di
dalamnya. Pembesarannya berkisar antara 4 – 10 kali.
c) Alat Pengukur Luas
Dibedakan atas tiga kategori, yaitu:
1) Alat sederhana
Dalam kategori ini terdapat tiga alat sederhana berupa lembaran
tembus cahaya, yang dibedakan berdasarkan cara pengukurannya,
yaitu:
a) Metode Strip
Alat yang digunakan berupa lembaran tembus cahaya yang
ditarik garis-garis sejajar dan berinterval sama besar. Lembaran
tembus cahaya tersebut diletakkan pada obyek yang diukur
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 18
luasnya, kemudian ditarik garis-garis tegak lurus pada batas
obyek sehingga bagian yang dihilangkan sama dengan bagian
yang ditambahkan. Garis-garis ini disebut “give and take lines”.
b) Metode Bujursangkar
Dilakukan dengan menggunakan kertas milimeter yang tembus
cahaya. Kertas milimeter ini diletakkan di atas obyek yang
diukur luasnya.
c) Metode Jaringan Titik
Disebut juga dot grid methode, yang merupakan pengembangan
lebih lanjut dari metode bujursangkar. Alat pengukurnya berupa
lembaran tembus cahaya yang diberi jaringan titik
denganmasing-masing jarak yang sama. Titik-titik itu serupa
dengan titik yang dibuat pada tengah-tengah tiap bujursangkar
yang kemudian garis bujursangkarnya dihapus. Pada metode ini,
kita hanya menghitung berapa titik yang masuk dalam batas
obyek yag diukur luasnya.
2) Alat mekanik
Alat mekanik pengukur luas yaitu planimeter, yang dilengkapi
dengan batang yang dapat digerakkan ke segala arah dengan
menggunakan roda. Alat ini menghitung luas obyek bila rodanya
digerakkan searah jarum jam sepanjang garis batas obyek yang
diukur luasnya.
3) Alat elektronik
Alat elektronik pengukur luas yaitu electronic digitizer. Untuk
ketelitian pengukuran luas ini bertingkat sesuai alat pengukurnya
mulai dari alat pengukur sederhana, mekani, dan elektronik.
d) Alat Pengukur Tinggi
Dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1) Alat Sederhana
Dengan alat sederhana, tinggi obyek dapat diukur dengan dua cara,
yaitu:
a) Pergeseran letak topografik
b) Panjang bayangan.
2) Alat Pengukur Paralaks
Paralaks stereoskopik ialah perubahan kedudukan gambaran titik
pada foto udara yang bertampalan sehubungan dengan perubahan
kedudukan kamera. Paralaks ini juga disebut paralaks absolut atau
paralaks total. Alat pengukur paralaks ada tiga macam, yaitu:
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 19
a) Mistar
Pengukuran paralaks dengan mistar hasilnya kurang teliti,tetapi
alatnya sedrehana dan murah.pengukurannya dapat dilakukan di
luar pengamatan stereoskopik.
b) Paralaks tangga
Berupa lembaran transparan yang diberi skala, digunakan untuk
mengukur paralaks dengan menggunakan stereskop saku. Hasil
pengukuran paralaks tangga tidak seteliti hasil pengukuran
dengan paralaks meter.
c) Paralaks batang
Paralaks batang terdiri dari sebuah batang. Di kedua ujung
batang ini dipasang kaca, dan pada setiap kaca terdapat tanda
berupa titik, silang, atau lingkaran kecil yang disebut tanda
apung (floating marks).
e) Alat Pengukur Lereng
Lereng dapat diukur dengan hasil teliti yaitu dengan
menggunakan paralaks, dan dengan hasil yang ketelitiannya lebih
rendah tetapi pelaksanaannya cepat yaitu dengan alat pengukur lereng
buatan ITC.
1) Paralaks
Hasil pengukuran lereng menggunakan paralaks akan
menghasilkan ketelitian tinggi. Dalam hal ini dapat digunakan
paralaks tangga maupun paralaks batang untuk pengukuran tinggi.
2) Pengukur Lereng Buatan ITC
Jika tidak diperlukan ketelitian tinggi, pengukuran lereng dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sederhana yaitu alat pengukur
lereng (slope meter) buatan ITC.pengukurannya dilakukan dengan
pengamatan stereoskopik. Satu bidang pada alat ini dapat
digerakkan sehingga lerengnya tampak sama dengan lereng yang
diukur. Bila angka yang terbaca dikalikan dengan konstante, maka
akan diperoleh besarnya kemiringan lereng yang dicari.
3. Alat Pemindah Data Hasil Interpretasi Citra
Baik interpretasi citra secara stereoskopik maupun non
stereoskopik, hasi interpretasinya digambarkan pada lembaran tembus
cahaya. Ukuran lembaran tembus cahaya ini sebesar ukuran citra bagi
interpretasi non stereoskopik, dan sebesar daerah pertampalan atau sebesar
daerah efektif bagi interpretasi stereoskopik. Untuk maksud ini maka hasil
interpretasi citra yang tergambar kecil-kecil dalam jumlah banyak itu harus
dipindahkan ke peta dasar. Pemindahannya memerlukan alat pemindah
data. Pemindahannya dilakukan ke peta dasar yang geometrinya teliti.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 20
Karena peta menggambarkan obyek seperti tampaknya bila dilihat dari
atas, sedang foto udara menggambarkan obyek secara sentris seperti
seperti tampaknya bila dilihat dari kamera atau sensor lainnya, letak obyek
pada foto atau citra tidak sama dengan letaknya pada peta. Oleh karena itu
dalam pemindahan data hasil interpretasi citra ke peta dasar sambil
dilakukan koreksi.
a) Alat Pemindah Data Planimetrik
Alat pemindah data ini dibedakan atas dua jenis yaitu:
1) Jenis kamera lusida
Pada alat ini mata kita mengamati dua gambaran tumpang tindih,
yaitu data interpretasi citra dan peta dasar yang menyajikan
gambaran yang sama atau sekurang-kurangnya menyajikan titik-
titik untuk menentukan letak obyek yang benar.
Jenis kamera lusida ada empat yaitu: (a) sketsmaster, alat ini
menggunakan cermin semi transparan pada bagian pengamatan
dan sebuah cermin diatas foto udara. (b) aero-sketchmaster,
menggunakan prisma ganda pada bagian pengamatan dengan
permukaan yang memantulkan dan mentransmisikan sinar secara
penuh. (c) rectoplanigraph, alat ini menggunakan prisma ganda
dengan permukaan yang memantulkan secara sempurna dan
mentransmisikan seperdua sinar yang mengenalinya. (d) zoom
transfer scope, terdapat keunggulan seperti pembesaran dengan
zoom atau pergantian lensa, dapat digunakan dengan citra cetakan
maupun transparensi.
2) Proyektor optik, alat memantulkan gambaran pada foto ke peta.
Pemantulannya dapat diarahkan kebawah yaitu kepeta yang
diletakkan dimeja atau pada bagian belakang permukaan kaca
buram. Proyektor optic digunakan untuk memindahkan data dari
foto udara vertikal.
b. Alat pemindah data stereoskopik
Ada dua keunggulan alat pemindah data stereoskopik yaitu:
1) Dapat dihilangkannya pergeseran letak oleh tilt dan topografi
2) Tidak selalu diperlukan delineasi stereoskopik sebelum
pemindahan datanya (paine, 1981).
4. Alat Analisi Digital
Ada empat persyaratan utama untuk dapat dilaksanakannya analisis data
digital data pengindraan jauh dengan menggunkan computer, yaitu
a) Ketersediaan data pengindraan jauh yang nilai spektralnya dinyatakan
di dalam bentuk digit terutama data multispectral
b) Teknologi komputer yang canggih
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 21
c) Algoritma yang dapat diterapkan bagi pengindraan jauh
d) Metodologi atau strategi untuk analisis (Maurel, 1985)
C. Langkah-Langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh
Interprestasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra
dengan maksud mengidentifikasi dan menilai arti penting sebuah objek. Jadi
dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek
melalui terapan kegiatan sebagai berikut:
1. Langkah-langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh secara viual
Adapun langkah-langkah interpretasi citra :
Gambar 26. analisis data secara digital
a. Pengenalan objek melalui proses deteksi
Pengamatan atas adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau
tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan
gejala disekitar kita dengan menggunakan alat pengindra (sensor). Untuk
mendeteksi benda dan gejala disekitar kita, pengidraannya tidak
dilakukan secara langsung atas benda, tetapi dengan mengkaji hasil
rekaman foto udara atau satelit
b. Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar
pada citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh
sensor, yaitu sebagai berikut.
1) Ciri spektoral yaitu ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna
2) Ciri Spasial yaitu ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi
bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasit
3) Temporal yaitu ciri yang terkait dengan umur benda atausaat
perekaman
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 22
c. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antarobjek dengan cara
menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa
klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi dan akhirnta dapat ditarik
kesimpulan penilaian tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan
oleh seorang yang sangat ahli pada bilang tersebut karena hasilnya
sangat bergantung pada kemampuan penafsir citra
d. Deduksi
Merupakan kegiatan pemprosesan citra berdasarkan objek yang
terdapat pada citra ke arah yang lebih khusus
e. Klasifikasi
Meliputi deskripsi dan pembatasan atau deliniasi dari objek yang
terdapat pada citra
f. Idealisasi
Pengkajian data hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap
pakai
Urutan dalam kegiatan interpretasi citra adalah sebagai berikut:
a. Menguraikan objek yang rona atau warnanya berbeda. Selanjutnya
ditarik garis batas atau delineasi bagi objek yang rona dan warna yang
sama
b. Setiap objek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik
spasial atau unsur temporal
c. Objek yang telah dikenal jenisnya kemudian diklasifikasikan sesuai
dengan tujuan interpretasi dan digambarkan ke dalam peta kerja atau
peta sementara
d. Pekerjaan medan atau lapangan dilakukan untuk menjaga ketelitian
dan kebenaran
e. Setelah pekerjaan medan dilakukan, dilanjutkan dengan interpretasi
akhir dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan atau objek
yang dapat dipergunakan sesuai tujuan
f. Untuk ketelitian murni, kajian diarahkan pada penyusunan teori,
sementara pengindraan jauh digunakan untuk analisis. Adapun untuk
penelitian terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk
analisis dalam bidang tertentu, seperti geografi, oveanografi, dan
lingkungan hidup
g. Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian
yang sangat penting karena tanpa pengenalan identitas dan jenis,
objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis
h. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan
karakteristik citra atau unsur interpretasi citra
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 23
2. Langkah-langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh secara
manual
Interpretasi data pengindraan jauh yang mendasarkan pada pengenalan
ciri atau karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat
dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola,
bayangan, rona atau warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti.
Gambar 27. Tahapan analisis data secara manual
a. Bentuk
Ciri ini sendiri dapat membantu untuk mengenali beberapa objek. Contoh:
rumah mukim dari foto udara dikenali dengan bentuk persegi panjang atau
kumpulan beberapa persegi panjang. Gedung sekolah biasanya ditandai
dengan bentuk leter L atau U.
b. Ukuran
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh: untuk
membedakan apakah suatu objek merupakan jalan raya atau jalan setapak,
digunakan ukuran.
c. Pola
Berkaitan dengan susunan keruangan objek. Sebagai contoh: susunan
ruang antara pohon pada kebun ketela dibandingkan dengan tumbuh-
tumbuhan yang tumbuh alami terdapat perbedaan pola, juga berfungsi
untuk mengenali berbagai bentuk pola aliran sungai
d. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena ada dua hal yang berlawanan,
yaitu a) Bentuk bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek
yang dapat membantu dalam interpretasi, dan b) Objek yang tertutup
bayangan, memantulkan sinar sedikit menyebabkan objek sulit dikenali.
Contoh: gedung bertingkat pada foto udara tampak mempunyai bayangan
sehingga dapat diketahui bahwa objek tersebut merupakan gedung tinggi,
tetapi daerah yang tertutup bayangan tampak hitam sehingga sulit dikenali
e. Rona atau warna
Objek yang berbeda mempunyai sifat pemantulan cahaya yang berbeda.
Contoh yang jelas yaitu objek sawah. Antara sawah yang tergenang air
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 24
dan sawah yang siap panen, rona pada citra atau foto berbeda. Rona
adalah tingkat kegelapan dan kecerahan objek dalam format hitam putih.
Rona suatu objek sangat dipengaruhi oleh karakteristik objek dan kondisi
objek waktu perekaman, jenis sensor, cuaca, letak objek, bahan film yang
digunakan, serta waktu pemotretan. Objek yang mempunyai karakter
banyak menyerap sinar dan sedikit memantulkan, maka objek tersebut
akan berona gelap. Sebaliknya, jika objek banyak memancarkan maupun
memantulkan sinar kembali, rona objek cerah. Objek yang tertutup oleh
bayangan akan sulit diinterpretasi. Cuaca berawan akan memengaruhi
kualitas keluaran data penginderaan jauh terutama citra.
f. Tekstur
Merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Sebagai contoh tekstur
rumput dengan tekstur lahan yang ditanami jagung akan tampak jelas
perbedaannya. Tekstur kawasan pegunungan akan berbeda dengan dataran
rawa
g. Situs
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator yang
menunjukkan letak. Misalnya sebuah kenampakan yang terletak di tepi rel
kereta api dan mempunyai hubungan dengan rel kereta api, maka dapat
disimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan stasiun. Contoh lain
misalnya permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting
pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak
terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.
h. Konvergensi bukti
penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya
menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu. Contoh:
Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon
palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah
becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
i. Asosiasi
keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Contoh:
Stasiun kereta apii berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya
lebih dari satu (bercabang). Bandar udara berasosiasi dengan landasan
pesawat.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 25
D. Komponen Sistem Penginderaan Jauh (PJ)
1. Radiasi Elektromagnetik
Sistem Penginderaan Jauh, energi elektromagnetik adalah sebuah
komponen utama, yaitu sebagai medium untuk pengiriman informasi dari
target kepada sensor. Energi elektromagnetik merambat \dalam gelombang
dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang
gelombang/wavelength, frekuensi, amplitude/amplitude, kecepatan.
Amplitudo adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah
jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui
suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan
merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah
konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding
terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya,
dan semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya. Energi
elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam
semesta pada level yang berbeda-beda. Semakin tinggi level energi dalam
suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang
dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi
gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.
2. Resolusi sensor
“Resolusi adalah kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk
membedakan informasi yang secara spasial berdekatan atau secara spektral
mempunyai kemiripan” (Swain dan Davis, 1978)
Rancangan dan penempatan sebuah sensor terutama ditentukan oleh
karakteristik khusus dari target yang ingin dipelajari dan informasi yang
diinginkan dari target tersebut. Setiap aplikasi Penginderaan Jau hmempunyai
kebutuhan khusus mengenai luas cakupan area, frekuensi pengukuran dan
tipe energi yang akan dideteksi. Oleh karena itu, sebuah sensor harus mampu
memberikan resolusi spasial, spectral dan temporal yang sesuai dengan
kebutuhan aplikasi.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 26
a. Resolusi spasial
Gambar 28. Resolusi Spasial
Resolusi spasial dalam penginderaan jauh bukanlah konsep yang
mudah untuk didefinisikan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada bentuk
angka dengan berbagai cara tergantung tujuan penggunanya (Mather,
2004). Pada pemahaman secara komprehensif, Townsend (1980)
menjelaskan bahwa terdapat empat kriteria tersendiri yang berguna
menjadi dasar dalam pendefinisian resolusi spasial. Kriteria-kriteria
tersebut ialah informasi geometris dari sistem penginderaan jauh,
kemampuan untuk membedakan antar titik-titik target, kemampuan untuk
mengukur secara periodik target yang berulang, dan kemampuan untuk
mengukur informasi spektral dari target-target yang kecil. Danoedoro
(2012) menjelaskan pengertian praktis dari resolusi spasial adalah ukuran
terkecil yang masih dapat dideteksi oleh suatu sistem pencitraan. Semakin
kecil ukuran objek (terkecil) yang dapat terdeteksi, semakin halus atau
tinggi resolusi spasialnya. Begitu pula sebaliknya, semakin besar ukuran
objek terkecil yang dapat terdeteksi, semakin kasar atau rendah
resolusinya. Sebagai contoh ialah, citra satelit SPOT yang beresolusi 10
dan 20 meter dapat dikatakan beresolusi lebih tinggi dibandingkan dengan
citra satelit Landsat TM yang beresolusi 30 meter
Resolusi spasial; merupakan ukuran terkecil obyek di lapangan
yang dapat direkam pada data digital maupun pada citra. Pada data digital
resolusi dilapangan dinyatakan dengan pixel. Semakin kecil ukuran
terkecil yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor, berarti sensor itu
semakin baik karena dapat menyajikan data dan informasi yang semakin
rinci. Resolusi spasial yang baik dikatakan resolusi tinggi atau halus,
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 27
sedang yang kurang baik berupa resolusi kasar atau rendah. Dalam
menentukan range resolusi, ada tiga tingkat ukuran resolusi yang perlu
diketahui, yaitu:
1) Resolusi spasial tinggi, berkisar : 0.6-4 m.
2) Resolusi spasial menengah, berkisar : 4-30 m
3) Resolusi spasial rendah, berkisar : 30 - > 1000 m
b. Resolusi spektral
Resolusi spektral dari suatu sensor adalah lebar dan banyaknya
saluran yang dapat diserap oleh sensor. Semakin banyak saluran yang
dapat diserap dan semakin sempit lebar spektral tiap salurannya maka
resolusi spektralnya semakin tinggi. Tetapi jumlah band-band bukanlah
hanya aspek yang penting dari resolusi spektral. Bebarapa contoh satelit
bumi yang mempunyai resolusi spektral:
a. Resolusi spektral tinggi berkisar antarara: - 220 band
b. Resolusi spektral sedang berkisar antara: 3 - 15 band
c. Resolusi spektral rendah berkisar antara: - 3 band
c. Resolusi temporal
Resolusi temporal ialah kemampuan suatu sistem untuk merekam
ulang daerah yang sama (Danoedoro, 2012). Satuan dari resolusi temporal
ialah jam atau hari. Contohnya ialah Satelit IKONOS resolusi temporalnya
ialah 3 hari, satelit NOAA resolusi temporalnya 12 jam, dan satelit Landsat 8
resolusi temporalnya ialah 30 hari. Landsat 8 memiliki resolusi temporal lebih
rendah dibandingkan IKONOS sedangkan IKONOS memiliki resolusi
temporal lebih rendah dibandingkan NOAA.
Resolusi temporal; Resolusi temporal ialah frekuensi perekaman ulang
kembali ke daerah yang sama pada rentang waktu tertentu. Rentang waktu
perulangan ke asal daerah yang sama satuannya dinyakan dalam jam atau hari,
contoh resolusi temporal ini:
a. Resolusi temporal tinggi berkisar antara : <24 jam - 3 hari.
b. Resolusi temporal sedang berkisar antara : 4-16 hari
c. Resolusi temporal rendah berkisar antara:> 16 hari
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 28
Tabel 1. Spektrum elektromagnetik dan bagian-bagiannya.
Spektrum saluran Panjang gelombang Keterangan
Gamma
X
Ultraviolet (UV)
UV Fotografik
Tampak
Biru
Hijau
Merah
Inframerah (IV)
IM pantulan
IM fotografik
IV Termal
Gelombang Mikro
Radar
Ka
K
Ku
X
C
S
L
P
Radio
0,03 µm
0,03-µm
0,3 µm-0,4 µm
0,3 µm-0,4 µm
0,4-0,7 µm
0,4-0,5 µm
0,5-0,6 µm
0,6-0,7 µm
0,7-1000 µm
0,7-3 µm
0,7-0,9 µm
3-5 µm
8-14 µm
0,3-300 cm
0,3-300 cm
0.8-1.1 cm
1.1-1.7 cm
1.7-2.4 cm
2.4-3,8 cm
3.8-7.5 cm
7,5-15 cm
15-30 cm
30-100 cm
Diserap oleh atmosfer, tetapi benda
radioaktif dapat diindra dari
pesawat terbang rendah.
Diserap oleh atmosfer, sinar buatan
digunakan dalam kodokteran.
0,3 µm diserap oleh atmosfer.
Hamburan atmosfer berat sekali,
diperlukan lensa kuarsa dalam
kamera.
Jendela atmosfer terpisah oleh
saluran absorpsi.
Film khusus dapat merekam hingga
panjang gelombang hampir 1,2 µm
Jendela-jendela atmosfer dalam
spektrum.
Gelombang panjang yang mampu
menembus awan, citra dapat dibuat
dengan cara yang aktif dan pasif.
Penginderaan jauh sistem aktif.
Yang paling sering digunakan
Yang paling sering digunakan
Tidak digunakan dalam
pengideraan jauh.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 29
E. Citra Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Jalur Transportasi
1. Citra Pengindraan Jauh
Penginderaan jauh adalah Ilmu untuk memperoleh informasi tentang
gejala geosfer tanpa kontak langsung dengan objek yang dikaji (Sutanto). Sistem
Penginderaan Jauh (ATSUI PERNSEN) Sistem adalah serangkaian komponen
yang saling bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk
mendapatkan informasi tentang gejala geosfer didukung berbagai komponen.
Menurut Lillesand Dan Keifer 1976, Remote sensing atau penginderaan jauh
adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh oleh sebuah perangkat yang tidak
bersentuhan dengan obyek, daerah, atau fenomena yang diinvestigasi.
Data penginderaan jauh diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek,
daerah, atau gejala yang diindera. Proses penerjemahan data menjadi informasi
disebut analisis atau interpretasi data. Penginderaan jauh didefinisikan pula
sebagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi
tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Sebagian besar informasi
data penginderaan jauh diperoleh melalui hasil terjemahan citra satelit.
Citra Satelit merupakan suatu gambaran permukaan
bumi yang direkam oleh sensor (kamera) pada satelit pengideraan jauh yang
mengorbit bumi, dalam bentuk image (gambar) secara digital. Pemanfaatan
citra satelit saat ini sudah sangat luas jangkauannya, terutama dalam hal yang
berkaitan dengan ruang spasial permukaan bumi, mulai dari bidang Sumber
Daya Alam, Lingkungan, Kependudukan, Transportasi sampai pada bidang
Pertahanan (militer). Beberapa aplikasi yang dihasilkan seperti pemetaan
singkapan sumber daya mineral di suatu wilayah dalam rangka inventarisasi
potensi sumber daya alam daerah dengan memanfaatkan spectral analisis citra,
pemantauan penyebaran kebakaran hutan suatu wilayah, pemetaan dan
pemantauan daerah rawan erosi, monitoring optimalisasi pola penanaman pada
areal pertanian dan perkebunan, identifikasi kekuatan peralatan dan persenjataan
lawan untuk kepentingan militer, serta pemetaan untuk perencanaan dan
pembangunan wilayah khususnya perencanaan sektor transportasi dan
komunikasi.
2. Kajian Sistem Transportasi
Geografi transportasi yaitu diskripsi yang menyeluruh antara aspek
manusia dan aspek alat baik dari tenaga maupun dari lingkungan sekitar seperti
alat transportasi memakai tenaga hewan. Transportasi digunakan untuk
memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Fokus kajiannya
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 30
adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam
suatu ruang tertentu. Dan mempunyai tujuan mempermudah komunikasi.
Peranan Transportasi
a. Peranan Transportasi dalam Peradaban Manusia
Perpindahan penduduk dan barang sudah seumur dengan sejarah
manusia itu sendiri. Manusia pada mulanya berpindah dari satu tempat ke
tempat lain dalam mencari makanan sambil membawa milik mereka yang
jumlahnya belum begitu banyak. Perpindahan yang terbatas itu merupakan
suatu awal dari cara manusia untuk memnuhi kebutuhan hidupnya.
b. Peranan Transportasi dalam Ekonomi
Ekonomi berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi
barang dan jasa yang memiliki nilai bagi manusia. Penduduk harus
mempergunakan sumber daya alam di bumi ini untuk memnuhi kebutuhan
hidup, menyediakan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Tetapi, sumber
daya alam di muka bumi ini tidak merata sehingga tidak ada satu daerah
pun yang dapat memnuhi kebutuhannya sendiri. Oleh sebab itu,
transportasi sangat di butuhkan untuk memindahkan seseorang ataupun
benda dari satu tempat ke tempat lainnya.
c. Peranan Transportasi dalam Terbentuknya Pemukiman
Manusia pada mulanya hidup secara berpindah-pindah (nomaden)
untuk mencari makanan. Merka membawa serta kepunyaan mereka yang
terbatas dengan bantuan alat transportasi yang masih sangat sederhana.
Dengan adanya transportasi maka akan timbul pemukiman yang berada
pada jalur atau tempat-tempat tertentu seperti pinggir sungai atau laut
(sebab pada masa dahulu transportasi air paling mudah). Pemukiman pada
awalnya berukuran relative kecil, karena daerahnya cukup terbatas untuk
mendapatkan bahan kebutuhan hidup sebagai pendukung pemukiman
itu.Dengan bertambahnya penduduk, makin meningkatnya pelayanan
transportasi maka pemukiman pun bertambah ramai.
d. Peranan Transportasi dalam Politik
Dunia terbagi atas berbagai satuan politis baik brupa Negara,
daerah (otonom), maupun regional. Untuk dapat mengawasi atau
mengamankan daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan, peranan
transportasi sangat penting. Lancar/tidak lancarnya roda pemerintahan
sangat tergantung pada transportasi. Kunjungan pejabat pemerintahan ke
suatu daerah dapat terlaksana dengan baik kalau tersedia transportasi yang
memadai. Fungsi utama dari transportasi dalam politik adalah penyediaan
komunikasi berupa penyampaian pesan atau informasi dari satu tempat ke
tempat lain. Pada zaman dahulu penyediaan transportasi adalah untuk
gerakan militer. Fungsi transportasi yang lain adalah penyediaan prasarana
dan sarana untuk perjalanan penduduk dan mengangkut barang-barang.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 31
e. Peranan Transportasi terhadap Lingkungan
Salah satu akibat sampingan dari transportasi yagn sangat tidak
kita inginkan adalah polusi lingkungan alamiah. Bentuk yang paling
berbahaya dan sukar untuk ditangani adalah pengotoran udara oleh
berbagai partikel dan gas. Semua bentuk transportasi mengakibatkan
polusi, kendaraan yang mengguanakan mesin dengan pembakaran
merupakan penyebab polusi yang paling besar, terutama di daerah-daerah
yang [adat mengakibatkan gangguan kesehatan. Bentuk polusi lain yang
cukup mengganggu adalah kebisingan. Masalah ini sering muncul di sekitar
jalan dimana kendaraan beroperasi dengan kecepatan tinggi. Kebisingan
yang datangnya dari sumber-sumber ini dapat mengganggu lingkungan
yang butuh ketenangan seperti kediaman, sekolah dan rumah sakit.
f. Peranan Transportasi dalam Tata Ruang Kota dan Wilayah
Selain peranan transportasi yang telah disebutkan di atas,
transportasi juga memiliki peranan dalam tata ruang kota dan wilayah.
Karena perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa
mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi
sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan
lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah meningkatnya
jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun berlalu-
lintas, serta meningkatnya pencemaran udara.
3. Penginderaan Jauh untuk pengembangan sistem transportasi
Untuk sektor transportasi dan komunikasi, citra satelit sangat membantu
untuk proses perencanaan seperti peta detail jaringan pelayanan transportasi
(trayek, trase, jalur, alur), perencanaan struktur tataran transportasi
berdasarkan skala pelayanan, Masterplan/Siteplan, Detail Engineering Design
dan Landscape, identifikasi dan inventarisasi kawasan prasarana perhubungan
dan komunikasi, pemetaan infrastuktur. Untuk akurasi kontruksi
pembangunan, citra satelit dapat digunakan untuk design dan perencanaan
tapak konstruksi, desain dan perencanaan landscape konstruksi, perbaikan
proses desain serta memonitoring proses konstruksi.
Sistem Transportasi
a. Transportasi Darat
1) Menentukan lokasi terminal
2) Menentukan jalur alternative
3) Pembangunan Jembatan
4) Pemantauan Kondisii Jalan
5) Penentuan jalur evakuasi
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 32
b. Transportasi Laut
1) Penentuan Jalur Pelayaran
2) Pemantauan Cuaca
3) Pemantauan Ombak
c. Transportasi Udara
1) Penetuan Jalur Penerbangan
2) Pemantauan Cuaca
3) Penentuan lokasi Bandara
Pemanfaatan keberadaan citra satelit harus diikuti dengan tersedianya
data hasil survey baik berupa data kependudukan, jumlah kendaraan bermotor,
sarana dan prasarana perkotaan/permukiman. Dengan semakin lengkap data-
data yang tersedia akan semakin memudahkan proses analisis perencanaan
transportasi dan komunikasi. Pada saat ini Dishubkomintel bekerja sama dengan
UPTB-PDG telah melakukan kajian penetapan trase kereta api dan juga
penentuan peran dan fungsi pelabuhan dalam kajian rencana induk pelabuhan
yang berbasis pengolahan data spasial.
F. Menganalisa Citra Penginderaan Jauh untuk Perencanaan Tata Guna
Lahan
Pengetahuan tentang penggunaan dan penutupan lahan penting untuk
berbagai kegiatan perencanaan dan pengeloaan yang berhubungan dengan
permukaan bumi. Penggunaan foto udara pankromatik skala menengah untuk
pemetaan penggunaan lahan telah dilakukan sejak tahun 1940-an. Dewasa ini,
sejak tahun 2000-an citra satelit telah digunakan untuk pemetaan penggunaan
lahan dan penutupan lahan bagi wilayah yang luas.
Istilah penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada
dipermukaan bumi. Contoh jenis penutup lahan adalah pohon-pohon, bangunan
perkotaan, danau, dan es glasial. Istilah penggunaan lahan berkaitan dengan
kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Sebagai contoh, sebidang lahan di
daerah pinggiran kota digunakan untuk perumahan satu keluarga. Bergantung
pada tingkat kerincian pemeteeannya, penggunaan lahannya dapat dikatakan
sebagai lahan kekotaan, lahan pemukiman, atau digunakan untuk pemukiman satu
keluarga. Sebidang lahan tersebut mempunyai penutup lahan yang terdiri atas
atap, permukaan yang diperkeras, rumput dan pepohonan.
Studi hidrologi tentang karakteristik aliran permukaan air digunakan untuk
mengetahui jumlah dan agihan atap, permukaan yang diperkeras, rumput, dan
pepohonan yang ada pada sebidang lahan tersebut.
Badan survei Geologi Amerika Serikat (USGS) telah menyusun sistem
klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan sebagai acuan dalam klasifikasi
data pada penginderaan jauh yang dilaporkan dalam USGS Professional Paper.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 33
Informasi penutupan lahan dapat dikenali dengan menggunakan
penginderaan jauh yang tepat. Informasi tentang kegiatan manusia pada lahan
tidak selalu dapat ditafsirkan secara langsung berdasarkan penutup lahannya.
Sebagai contoh, kegiatan rekreasi ekstensif berupa daerah lahan yang luas tidak
cocok bagi interpretasi foto udara maupun citra satelit. Contoh lainnya, berburu
merupakan kegiatan rekreasi yang menembus kelahan lain yang diklasifikasikan
sebagai beberapa tipe hutan, daerah peternakan, lahan basah, atau lahan pertanian,
baik pada survei lapangan maupun interpretasi foto udara.
Oleh karen itu, diperlukan sumber informasi tambahan untuk melengkapi
data penutup lahan. Informasi pelengkap juga diperlukan untuk menentukan
penggunaan lahan, antara lain untuk taman, perlindungan binatang buruan atau
daerah konservasi air dengan jumlah penggunaan lahannya sama dengan batas
administrasi yang biasanya tidak dapat dikenali pada citra penginderaan jauh.
Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS disusun
berdasarkan kriteria berikut.
1. Tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan
jauh tidak kurang dari 85 persen
2. Ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori kurang lebih sama.
3. Hasil yang diulang dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke penafsir yang
lain dan dari satu saat penginderaan ke saat yang lain
4. Sistem klasifikasi dapat diterapkan untuk daerah yang luas.
5. Kategorisasi memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari tipe penutup
lahannya.
6. Sistem klasifikasi dapat digunakan dengan data penginderaan jauh yang
diperoleh pada waktu yang berbeda.
7. Kategori dapat diperinci ke dalam subkategori lebihrinci yang diperoleh dari
citra skala besar atau survei lapangan.
8. Pengelompokkan kategori dapat dilakukan dengan baik.
9. Jika memungkinkan, lahan multiguna dapat dikenali dengan baik.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 34
Hasil sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS untuk
digunakan dengan data penginderaan jauh ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Penutup Lahan untuk
Digunakan Sebagai Data Pendinderaan Jauh
No. Tingkat I Tingkat II
1 Perkotaan atau lahan
bangunan
Perdagangan dan jasa
Industri
Transportasi, komunikasi, dan umum
Kompleks industri dan perdagangan
Perkotaan campuran atau lahan bangunan
Perkotaan atau lahan bangunan lainnya
2 Lahan pertanian Tanaman semusim dan padang rumput
Daerah buah-buahan, jeruk, anggur, labu bibit,
dan tanaman hias
Tempat penggembalaan terkurung
Lahan pertanian
3 Lahan peternakan Lahan tanaman obat
Lahan peternakan semak dan belukar
Lahan peternakan campuran
4 Lahan hutan Lahan hutan gugur daun musiman
Lahan hutan yang selalu hijau
Lahan hutan campuran
5 Lahan air Sungai dan kanal
Danau
Waduk
Teluk dan muara
6 Lahan basah Lahan hutan basah
Lahan basah bukan hutan
7 Lahan gundul Dataran garam kering
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 35
Gisik
Daerah berpasir selain gisik
Batuan singkapan gundul
Tambang terbuka, pertambangan dan tambang
kerikil
Daerah peralihan
Lahan gundul campuran
8 Padang lumut Padang lumut semak dan belukar
Padang lumut tanaman obat
Padang lumut lahan gundul
Padang lumut basah
Padang lumut campuran
9 Es/salju abadi
permukiman
Lapangan salju abadi
Glasier
Tabel 3. format interpretasi citra yang representatif untuk beberapa tingkat
klasifikasi penggunaan dan penutup lahan
Tingkat klasifikasi penggunaan dan
penutup lahan
Ukuran yang mewakili interpretasi citra
I Landsat
II Foto udara skala kecil
III Foto udara skala sedang
IV Foto udara skala
Keterangan:
1. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.3. Tingkat I dan II ditetapkan oleh
USGS. Hal ini dimaksudkan agar tingkat II dan IV dirancang oleh
pengguna lokal berdasar sistem USGS mengingat bahwa kategori pada
setiap tingkat harus dikelompokkan ke dalam kategori pada tingkat yang
lebih tinggi
2. Pada tabel 1.4 menyajikan daftar format interpretasi citra yang
representatif bagi empat tingkat klasifikasi penguunaan lahan dan penutup
lahan. Tingkat I disusun untuk digunakan pada citra skala kecil seperti
citra landsat. Tingkat II disusun untuk digunakan pada foto udara skala
kecil.
3. Citra yang paling banyak digunakan untuk pemetaan tingkat II adalah foto
udara inframerah berwarna dengan ketinggian terbang paling tinggi.
4. Informasi penggunaan dan penutup tingkat I pada daerah luas akan lebih
efisien dan ekonomis apabila menggunakan citra landsat yang dapat
diinterpretasi dari foto udara konvensional skala sedang atau disusun
berdasarkan survei lapangan.
5. Sebaliknya, beberapa kategori tingkat II dapat diinterpretasi secara tepat
dari data landsat.
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 36
6. Untuk pemetaan pada tingkat III, selain informasi dari foto udara skala
sedang, informasi penunjang juga diperlukan
7. Untuk pemetaan pada tingkat IV selain informasi dari foto udara skala
besar, informasi penunjang juga tetap diperlukan.
Perhatikan tabel 4. berikut tentang ukuran minimum unit penggunaan lahan
(penutup lahan) yang dapat dipetakan pada tingkat interpretasi citra.
Tingkat interpretasi citra Skala peta yang
representatif
Ukuran minimum
daerah yang dipetakan
I. Satelit 1: 500.000 150 Ha
II. Foto udara
skala kecil
1: 62.500 2,5 Ha
III. Foto udara
skala
menengah
1: 24.000 0,35 Ha
G. Pemanfaatan SIG untuk kajian Kesehatan Lingkungan, Pemetaan
Penyakit dan kepentingan kesehatan
Gambar 1 : Lingkungan yang bersih dan sehat
Sumber : https://simomot.com/2014/01/15/yuk-ciptakan-sungai-bersih-
seperti-di-cheonggyecheon-seoul/
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 37
Gambar2. lingkungan yang sudah tercemar
Sumber: http://dgroundrevolution.blogspot.co.id/2012/07/lingkungan-
tercemar.html
Gambar3. limbah yang berasal dari pabrik
Sumber: http://indramayu.cirebontrust.com/sejumlah-sungai-di-indramayu-
tercemar-sampah-dan-limbah-pabrik.html
Untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah pabrik data yang
diperlukan adalah peta daerah yang didalamnya terdapat semua informasi
tentang profil perusahaan letak perusahaan dan disini juga dapat diketahui
mana perusahaan yang tercemar oleh limbah ataupun tidak tercemar dari
hasil uji labor sampel limbah kemudian dipetakan mana pabrik yang
tercemar atau yang tidak tercemar
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 38
Pemanfaatan SIG untuk Pemetaan Penyakit dan Kepentingan
Kesehatan
Gambar 4. Rumah Sakit Semen Padang
Sumber: https://www.dokter.id/rumah-sakit/rs-pt-semen-padang
Gambar 5. contoh dari sarana pelayanan kesehatan
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait pentingnya
Sistem Informasi Geografis dalam bidang kesehatan yang dilakukan oleh
Nuvolone et al.(2011) tentang analisis spasial terhadap pengaruh polusi
udara jalan raya dengan kejadian penyakit saluran pernapasan, yang
menunjukkan hasil adanya nilai tambah Sistem Informasi Geografis dalam
penelitian kesehatan lingkungan
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh English, P. et
al.(1999) yang meneliti tentang hubungan antara arus lalu lintas dengan
kejadian asma pada anak menggunakan Sistem Informasi Geografis
menunjukkan bahwa paparan terhadap arus lalu lintas yang tinggi
berhubungan dengan meningkatnya kunjungan medis berulang pada anak-
anak penderita asma di California dan pemaparan berulang terhadap
partikel polutan udara dari aktivitas kendaraan di jalan raya juga dapat
memperburuk keadaan pada orang yang sudah didiagnosa asma.
Hal serupa juga dilakukan oleh Chan. et al.(2009) di Taipei,
Taiwan yang mengatakan bahwa penelitian-penelitian sebelumnya yang
terkait menunjukkan kelayakan pendekatan spasial dan temporal terpadu
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 39
untuk menilai dampak polusi udara pada hasil kunjungan pasien penderita
asma. Dan pada penelitiannya juga memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang hubungan antara polusi udara dengan kunjungan pasien asma
dengan menggunakan pendekatan yang sama. Beberapa contoh hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemodelan Sistem Informasi
Geografis (SIG) dengan pendekatan analsis spasial temporal mampu
memberikan informasi yang lebih jelas dan bermanfaat dalam bidang
kesehatan
Hasil dari analisis dengan memanfaatkan Sistem Informasi
Geografis (SIG) menurut McLafferty (2003) dalam Harimurti (2007) akan
sangat menunjang proses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, karena
dapat digunakan untuk menentukan jenis pelayanan kesehatan yang seperti
apa yang dubutuhkan oleh masyarakat, dapat mengidentifikasi
aksesabilitas tempat-tempat pelayanan kesehatan masyarakat dan bahkan
mengetahui kecenderungan penyakit yang terjadi dalam masyarakat
tersebut. Sedangkan Kaiser et al (2003) dalam Harimurti (2007)
menguraikan cakupan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
dalam kesehatan masyarakat diantaranya adalah untuk menilai risiko dan
ancaman kesehatan dalam masyarakat, mengetahui distribusi penyakit dan
investigasi wabah, dapat digunakan untuk perencanaan dan implementasi
program pelayanan kesehatan, serta sekaligus juga dapat dimanfaatkan
untuk evaluasi dan pengawasan program
Sistem Informasi Geografis (SIG) pada saat ini telah banyak
digunakan oleh tenaga atau ahli kesehatan masyarakat ataupun
epidemiolog karena menurut Jasmin and Johnson (1999) dalam Kristina
(2008) beberapa aplikasinya secara umum dalam bidang kesehatan dapat
digunakan untuk menemukan penyebaran dan jenis-jenis penyakit secara
geografis, meneliti perkembangan trend sementara suatu penyakit,
mengidentifikasi kesenjangan, celah di daerah terpencil, mengurangi
kerugian masyarakat melalui pemetaan dan stratifikasi faktor-faktor risiko,
menggambarkan kebutuhan-kebutuhan dalam pelayanan kesehatan
berdasarkan data dari masyarakat dan menilai alokasi sumber daya,
meramalkan kejadian wabah, memantau perkembangan penyakit dari
waktu ke waktu, dan dapat menempatkan fasilitas dan sarana pelayanan
kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Menurut WHO, SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam kesehatan
masyarakat dapat digunakan antara lain untuk:
1. Menentukan derah sebaran penyakit.
2. Analisis trend Spasial dan Temporal
3. Pemetaan Populasi Berisiko
4. Stratifikasi Faktor risiko
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 40
5. Penilaian Distribusi Sumberdaya.
6. Perencanaan dan Penentuan Intervensi/Kebijakan(intervensi apa yang
dilakukan oleh pengambil kebijakan penggulangan penyakit.)
7. Monitoring Penyakit.
Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan SIG dalam bidang
Kesehatan Masyarakat
1. Fungsi pertama yaitu memonitor status kesehatan untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Dalam
mendukung fungsi ini, SIG dapat digunakan untuk memetakan
kelompok masyarakat serta areanya berdasarkan status kesehatan
tertentu, misalnya status kehamilan. Dengan SIG, peta mengenai
status kesehatan dapat digunakan untuk merencanakan program
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh kelompok tertentu,
misalnya pelayanan ANC, persalinan dll.
2. Fungsi yang kedua yaitu mendiagnosa dan menginvestigasi masalah
serta risiko kesehatan di masyarakat. Sebagai contoh, seorang
epidemiologis sedang mengolah data tentang kasus asma yang
diperoleh dari Rumah Sakit, Puskesmas, dan Pusat – Pusat Kesehatan
lainnya di masyarakat, ternyata dia menemukan terjadi kenaikna kasus
yang cukup signifikan di suatu Rumah Sakit, maka kemudian dia
mencari tahu data dari pasien – pesien penderita asma di Rumah sakit.
Ternyata ditemukan bahwa 8 dari 10 orang penderita asma yang
dirawat di Rumah Sakit tersebut bekerhja di perusahaan yang sama.
Demikian seterusnya hingga kemudian SIG dapat digunakan untuk
memberikan data yang lengkap mengenai pola pajanan kimia tertentu
di perusahaan – perusahaan dalam suatu wilayah, yang merupaka
informasi yang penting untukk para karyawan. Informasi ini juga
dapat diteruskan kepada ahli – ahli terkait, dalam hal ini ahli K3 untuk
melakukan penanganan lebih lanjut terhadap masalah yang ditemukan
3. Fungsi yang ketiga yaitu menginformasikan, mendidik dan
memberdayakan masyarakat mengenai isu – isu kesehatan. SIG dalam
hal ini dapat menyediakan informasi mengenai kelompok masyarakat
yang diidentifikasi masih memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai informasi kesehatan tertentu, sehingga kemudian dapat
dicari media komunikasi yang paling efektif bagi kelompok tersebut,
serta dapat dibuat perencanaan mengenai waktu yang paling tepat
untuk melakukan promosi kesehatan kepada kelompok masyarakat
tersebut
4. Fungsi yang keempat yaitu membangun dan menggerakkan hubungan
kerjasama dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah kesehatan. Dalam hal ini SIG dapat digunakan
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 41
untuk melihat suatu pemecahan masalah kesehatan berdasarkan area
tertentu dan kemudian memetakan kelompok masyarakat yang
potensial dapat mendukung program tersebut berdasarkan area – area
yang terdekat dengannya. Misalnya masalah imunisasi yang ada pada
wilayah kerja tingkat RW atau Posyandu, maka dapat dipetakan
kelompok potensial pendukungnya yaitu Ibu – Ibu PKK yang dapat
diberdayakan sebagai kader pada Posyandu – Posyandu yang terdekat
dengan tempat tinggalnya
5. Fungsi yang kelima yaitu membangun kebijakan dan rencana yang
mendukung usaha individu maupun masyarakat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan. Contohnya dalam hal analisa wilayah cakupan
Puskesmas. Dalam hal ini SIG digunakan untuk memetakan utillisasi
dari tiap – tiap Puskesms oleh masyarakat sehingga dapat dibuat
perencanaan yang jelas mengenai sumber daya kesehatan yang perlu
disediakan untuk Puskesmas tersebut disesuaikan dengan tingkat
utilitasnya.
6. Fungsi yang keenam yaitu membangun perangkat hukum dan
peraturan yang melindungi kesehatan dan menjamin keselamatan
masyarakat. Dalam hal ini SIG dapat digunakan untuk membagi
secara jelas kewenangan dan tanggung jawab suatu pusat pelayanan
kesehatan pada tiap – tiap wilayah kerja dalam menjamin dan
menangani segala bentuk masalah yang terjadi di wilayah tersebut.
Dengan demikian maka manajemen komplain dapat terkoordinir
dengan baik.
7. Fungsi yang ketujuh yaitu menghubungkan individu yang
membutuhkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut jika belum tersedia.
Misalnya seorang warga negara asing diidentifikasi menderita suatu
penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan yang serius. Maka
untuk mengatasinya, dengan melihat peta dan data akses pelayanan
kesehatan yang tersedia dapat dicari tenaga kesehatan terdekat yang
dapat membantu orang tersebut, dan menguasai bahasa yang
digunakannya. Dengan data SIG juga dapat diketahui bagaimana
akses transportasi termudah yang dapat dilalui oleh warga negara
asing tersebut menuju fasilitas kesehatan terdekat.
8. Fungsi kedelapan yaitu menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan
ahli kesehatan masyarakat yang berkompeten di bidangnya. Dalam hal
ini SIG dapat menyediakan peta persebaran tenaga kesehatan dan ahli
kesehatan masyarakat di tiap – tiap daerah, sehingga dengan demikian
dapat dilihat jika ada penumpukan atau bahkan kekurangan personel
di suatu daerah. Lebih lanjut, data tersebut dapat digunakan dalam hal
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 42
perencanaan pengadaan tenaga – tenaga kesehatan untuk jangka waktu
ke depan untuk masing – masing wilayah.
9. Fungsi kesembilan yaitu mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. Data SIG dapat
menyediakan data yang lengkap mengenai potensi tiap – tiap daerah
serta karakter demografis masyarakatnya untuk dihubungkan dengan
fasilitas – fasilitas kesehatan yang tersedia dan tingkat utilitasnya.
Dengan demikian dapat dievaluasi kembali kesesuaian dan kecukupan
dari penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
10. Fungsi kesepuluh yaitu untuk menciptakan penemuan baru dan
inovasi dalam memecahkan masalah – masalah kesehatan di
masyarakat. Salah satu kegunaan SIG dalam hal ini adalah untuk
menyediakan data yang akurat mengenai perubahan – perubahan yang
terjadi di suatu daerah seperti pertambahan jumlah perumahan, jalan,
pabrik atau sarana - sarana lainnya yang berpengaruh pada lingkungan
dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Data ini
kemudian dapat digunakan untuk merancang dan merencanakan
inovasi – inovasi tertentu yang dapat menjamin kesehatan suatu
masyarakat (Ika Irmawati,2005).
Gambar Contoh output SIG dalam memetakan Wilayah Kecamatan
Rawan Gizi
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 43
Gambar Peta daerah pelayanan Puskesmas
Gambar. Peta Situasi Umum Penyakit Fasciolasis
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 44
Jadi secara umum manfaat SIG untuk pemetaan penyakit dan pelayanan
kesehatan adalah :
1. Dapat memperlihatkan masalah kesehatan masyarakat, terutama masalah
kesehatan berbasis wilayah atau area, melalui analisis keruangan dan
perencanaan, masalah kesehatan menjadi lebih spesifik dan berdasarkan
wilayah sasaran
2. Sebagai sistem kewaspadaan dini penyakit menular serta untuk proses
pengambilan keputusan
Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA
Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Padang
Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis 45
DAFTAR PUSTAKA
Wardiyatmoko. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Mbina Pinem, 2007. Geografi Transport. FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIMED
Hendarni Deti dan Andik Suwastono.model geografi SMA.Penginderaan Jauh
(PJ) Dan Sistem Informasi Geografis(SIG).2016.
Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
Suwargana Nana. Resolusi Spasial, Temporal Dan Spektral Pada Citra Satelit
Landsat, Spot Dan Ikonos.118-343-3-Pb.Pdf.No 2337-6686. Diakses Pada
Tanggal 24 Mei 2017.
http://tugasakhiramik.blogspot.com/2009/10/pengertian-transportasi.html
Anonimus. 2017. (http://learnhardwork.blogspot.co.id/2017/01)
Anonimus. 2014. http://sekilasinfoaceh.blogspot.co.id/2014/03/citra-satelit-untuk-
akurasi-perencanaan.html
Skeptikal. 2015. Pengindraan Jauh Interpretasi Citra. (Online)
https://skepticalinquirer.wordpress.com/2015/07/05/penginderaan-jauh-
interpretasi-citra/html. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017
Royen. 2016. 9 unsur interpretasi citra dalam geografi. (Online)
http://www.eventzero.org/unsur-interpretasi-citra-ilmu-geografi/. Diakses
pada tanggal 13 Mei 2017
Recommended