View
228
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP
INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN
AJARAN 2009/2010
Oleh :
BAHARUDIN YUSUP AL AMIN
NIM K7406054
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sendiri. Pendidikan selalu mengalami
pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan
metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain
peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta
didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum.
SMP Negeri 3 Colomadu merupakan sekolah negeri yang mempunyai
input atau masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang bervariasi karena
prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar beraneka ragam. Masalah proses belajar mengajar pada
umumnya terjadi di kelas, dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang
dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan KBM.
Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi
belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas
dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3
Colomadu tahun pelajaran 2009/2010 semester ganjil menunjukkan bahwa
pencapaian kompetensi Mata Pelajaran IPS siswa belum semuanya sesuai dengan
KKM yaitu 65.
Tabel 1 : Daftar Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS
Kelas VIII SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010 :
Kelas VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F VIII G
Nilai
rata-rata
80 75 78 76 75 74 70
3
Sumber : Daftar nilai Ujian Semester Ganjil siswa kelas VIII Mata pelajaran IPS Tahun
Ajaran 2009/2010
Berdasarkan Tabel 1, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII G
merupakan siswa kelas VIII yang nilai rata-ratanya paling rendah dibandingkan
dengan nilai rata-rata siswa kelas VIII yang lain. Sedangkan untuk persentase
ketuntasan belajar siswa kelas VIII G dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2 : Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII G SMP N 3 Colomadu
pada Mata Pelajaran IPS Tahun Pelajaran 2009/2010 :
Kriteria Jumlah siswa Persentase
Tuntas 25 62,5 %
Tidak tuntas 15 37,5 %
Jumlah 40 100 %
Sumber : Daftar nilai Semester Ganjil siswa kelas VIII G Mata pelajaran IPS Tahun
Ajaran 2009/2010.
Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh kesimpulan rata-rata nilai mata
pelajaran IPS kelas VIII G adalah 70 sedangkan nilai siswa yang diatas atau sama
dengan 65 sebanyak 25 siswa sedangkan 15 siswa belum tuntas. Faktor yang
menyebabkan ketuntasan belajar kurang optimal adalah pemilihan metode
pembelajaran. Metode mengajar guru masih secara tradisional. Proses belajar
mengajar masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini
mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada
pengajaran daripada pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah. Adapun penyampaian metode ceramah guru menerangkan atau
menguraikan materi pelajaran secara lisan, sedangkan siswa mendengarkan dan
mencatat uraian dari guru. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar
(KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode
pembelajaran tradisional lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran
serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam
bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain
sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi.
1
4
Namun kenyataan yang terjadi pada siswa kelas VIII G adalah sebagian besar
merupakan siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga
siswa cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang
datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Hal
ini yang menyebabkan pencapaian kompetensi belajar siswa kelas VIII G paling
rendah.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu model
pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh
sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa
tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan model pembelajaran tersebut
diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru
melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam
mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama Mata Pelajaran IPS Bidang
Kajian Ekonomi.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah
model pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih
menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan
sesuatu bersama kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Selain
itu juga memacu keaktifan siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan guru dan saling membantu sesama teman.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan metode
pembelajaran kooperatif Group Investigation (G1) dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group
process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan.
5
Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid
dalam melakukan penyelidikan terhadap topik yang telah diidentifikasikan.
Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan mereka
selidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan
hasil secara keseluruhan di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis
investigasi kelompok ini merupakan kelompok yang heterogen baik dari jenis
kelamin maupun kemampuannya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di
dalam kelompok tersebut, setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang
telah menjadi tugasnya dalam lembar kerja kegiatan secara mandiri yang telah
disiapkan dan teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk saling memberi
kontribusi, saling tukar-menukar dan mengumpulkan ide. Setelah itu anggota
kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat
presentasinya. Langkah terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok
mengkoordinasikan rencana yang akan dipresentasikan di depan kelompok yang
lebih besar.
Teknik presentasi dilakukan di depan kelas dengan berbagai macam
bentuk presentasi, sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk
mempresentasikan, mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah
dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagai sumber dan fasilitator. Di
samping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa
mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang
dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru
menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul
penelitian sebagai berikut: " PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN
AJARAN 2009/2010."
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru belum terfokus pada siswa
sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran
daripada pembelajaran.
2. Prestasi belajar ekonomi siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang digunakan, padahal penerapan model tradisional kurang efektif dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM khususnya di kelas VIII SMP
Negeri 3 Colomadu belum menyeluruh sehingga prestasi belajar kurang
optimal.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian
maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian
untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini
adalah:
1. Subjek Penelitian
Siswa kelas VIII (G) semester genap SMP Negeri 3 Colomadu tahun
pelajaran 2009/2010.
2. Objek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah:
a. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
b. Keaktifan siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu.
c. Prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
7
dapat di rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) dalam meningkatkan keaktifan siswa kelas VIIIG?
2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIIG SMP
Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation
(GI), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Peningkatan keaktifan siswa kelas VIII G dalam proses pembelajaran
IPS Bidang Kajian Ekonomi melalui penggunaan model
pembelajaran Group Investigation (GI).
2. Peningkatan pencapaian hasil belajar IPS Bidang Kajian Ekonomi
siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010
melalui penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI).
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
wawasan ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan
kompetensi belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi sekolah yaitu sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
2. Bagi guru memberikan berbagai manfaat pembelajaran kooperatif Group
Investigation (G1) dalam meningkatkan peran serta siswa dalam proses
belajar mengajar.
3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan
perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana proses belajar mengajar di
dalam kelas agar terjadi interaksi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu keberhasilan belajar tergantung pada
metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih metode
pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan.
Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tujuan belajar
dapat tercapai, guru harus memiliki strategi-strategi tertentu. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi tersebut adalah penguasaan terhadap teknik-teknik
penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran
adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru.
”Metode atau method secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang
umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis”
(Muhibbin Syah, 1995: 202). ”Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh
siswa dengan baik” (Roestiyah, 2001: 1).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk
usaha yang bersifat sadar, disengaja, dan bertanggungjawab yang secara
sistematis dan terarah pada pencapaian tujuan pengajaran. Salah satu metode yang
perlu dikembangkan seiring dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi
adalah metode pembelajaran kooperatif.
9
”Belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan pembelajaran
yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang
untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran” (Suhaida Abdul
Kadir, 2002: 54). Metode pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi
pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran,
karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa.
Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara
rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada
akademiknya.
Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu (A. Suhaenah Supamo, 2001: 156).
Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar
kelompok biasa. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik
tertentu, yaitu:
a. Tujuan kelompok Sebagian besar metode belajar kelompok ini mempunyai beberapa bentuk tujuan kelompok.
b. Pertanggungjawaban individu Pertanggung jawaban individu dicapai dengan dua cara pertama memperoleh skor kelompok. Cara yang kedua dengan memberikan tugas khusus yaitu setiap siswa diberi tanggung jawab untuk setiap bagian dari tugas kelompok.
c. Kesempatan untuk sukses Keunikan dalam metode belajar kelompok ini yaitu menggunakan metode scoring yang menjamin setiap siswa memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok mereka.
d. Kompetisi antar kelompok Adanya kompetisi antar kelompok berarti memotivasi siswa untuk ikut aktif dan berperan dalam pembentukan konsep suatu materi. (Slavin, 1995: 12).
Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) akan
sangat terasa dampak positifnya terhadap siswa karena model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) memiliki ciri dan tujuan utama yang berbeda
7
10
dengan model pembe;ajaran tradisional.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan
pendapat, dan membuat keputusan secara bersama.
b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku,
agama, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar
dalam setiap kelompok terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang
berbeda pula.
d. Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok daripada kerja
perorangan
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan
utama, yaitu: a. Pencapaian akademik
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang materi atau bahan ajar; sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik dalam belajar.
b. Penerimaan atau perbedaan Efek atau dampak yang kedua dari pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan yang lebih luas terhadap orang lain yang berbeda ras, kebudayaan, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan.
c. Mengembangkan kemampuan sosial Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk bekerjasama (Arends, 1997: 111-112).
Ada beberapa alasan yang mendasari dikembangkan pembelajaran
kooperatif, antara lain: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
11
informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif. 10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik. 11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasinya juga (Nurhadi, 2004: 116).
Roger dan David Johnson dalam Lie Anita (2008: 31-35) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b) Tanggungjawab perseorangan Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c) Tatap muka Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja.
d) Komunikasi antar anggota unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka.
e) Evaluasi proses kelompok Ealuasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru
12
agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan perbaikan dari pembelajaran
tradisional. Berikut ini perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran tradisional.
Tabel 3 : Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajara Tradisional. Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar tradisional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan
Akuntabilitasi individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok yang lainnya hanya ” enak-enak saja” di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, Jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang . lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus memberikan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
13
kelompok. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Sumber : (Trianto, 2007: 43-44)
Suhaida Abdul Kadir (2002: 59) menyebutkan bahwa berbagai metode belajar kooperatif yang sedang berkembang yaitu: a) Belajar Bersama (Learning Together) oleh Johnson et al. di University of
Minnesota. b) Belajar dalam Bentuk Tim Siswa (Student Team Learning) oleh Slavin et al.
di Johns Hopkins University. c) Jigsaw oleh Aronson et al. di University of Texas. d) Investigasi Kelompok (Group Investigation) oleh Sharan et al. di Tel Aviv
University. e) Pendekatan Berstruktur oleh Kagan di University of California, Riverside.
Belajar kooperatif cenderung menaikkan pencapaian pada semua tugas
sekolah yang terkait, superioritas atas belajar kompetitif dan individualistik yang
lebih jelas tampak dalam belajar konseptual dalam dan tugas-tugas pemecahan
masalah (Usman H.B, 2001: 305).
Langkah langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 : Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif. Fase lndikator Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motovasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.
2 Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas.
14
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
6 Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.
Sumber : (Trianto, 2007: 43-44)
Apabila diperhatikan langkah-Iangkah model pembelajaran kooperatif pada
tabel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas
sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain, di antaranya:
(a) Meningkatkan kemampuan siswa. (b) Meningkatkan rasa percaya diri. (c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan
keahlian (d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Metode pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan,
antara lain: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. b) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk. c) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok
mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
kelompok belajar (Slavin, 1995:2).
Melihat kelemahan-kelemahan ini maka dalam pelaksanaan metode
pembelajaran kooperatif diperlukan seorang guru yang mampu menjadikan
kondisi kelas yang kondusif dan sepenuhnya menguasai tentang metode
pembelajaran kooperatif sehingga proses pelaksanaannya akan menjadi lancar dan
siswa dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, serta siswa dapat
bersaing secara positif.
2. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI)
Dasar-dasar model Group Investigation dirancang oleh Herbert Thelen,
selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan teman-temannya dari
Universitas Tel Aviv. Metode Gl ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik
dalam seleksi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
15
Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process
skills). Dalam menggunakan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang
heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang
ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik
yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan
kelas secara keseluruhan (Arends, 1997: 120-121).
Investigasi kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, guru
dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan
bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, dan
kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan
untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok
merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok
merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara
maksimal.
Metode investigasi kelompok adalah perpaduan sosial dan kemahiran
berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan
mensintesis. Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam
lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau
mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Suhaida Abdul
Kadir, 2002: 67).
Dalam model ini terdapat 3 konsep utama, yaitu: a) Penelitian (inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan
menghidupkan suatu masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa sendiri atau diberikan oleh guru.
b) Pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
c) Dinamika kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat serta
16
saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.
Spencer Kagan (1985: 72) mengemukakan bahwa metode GI memiliki
enam tahapan kegiatan seperti berikut: a) Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok
Tingkatan ini menekankan pada permasalahan, siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang berisikan kisi-kisi; dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan.
b) Merencanakan tugas belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan
diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi. Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas.
c) Menjalankan investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi,
menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.
d) Menyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan
mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.
e) Mempresentasikan hasil akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.
f) Mengevaluasi Pada tahap ini siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari pengalaman afektif mereka. Sedangkan guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan.
17
Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2000: 51) dalam
model Group Investigation ini guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan
dan pemberi kritik yang bersahabat. Di dalam metode ini seyogyanya guru
membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap:
1) Tahap pemecahan masalah
2) Tahap pengelolaan kelas
3) Tahap pemaknaan secara perorangan
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar merupakan kebutuhan setiap orang sebab dengan belajar seseorang
dapat memahami dan mengerti tentang suatu kemampuan sehingga kecakapan dan
kepandaian yang dimiliki dapat ditingkatkan. Sebagai individu yang sedang
belajar mempunyai kepentingan agar berhasil dalam belajar. Prestasi dapat dicapai
setelah terjadi proses interaksi dengan lingkungan dalam jangka waktu tertentu.
Prestasi dapat berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sosial.
Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari
hasil belajarnya. Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari prestasi yang
dicapainya. Prestasi menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi adalah kemampuan
, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Belajar
menurut Sardiman A (2004:23) “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan , keterampilan, dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
18
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Prestasi belajar siswa merupakan interaksi antar faktor-faktor dari dalam diri
siswa dan juga faktor-faktor yang ada di luar siswa tersebut. Dalam proses
pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kesulitan belajar
yang dapat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara
lain:
a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) yaitu: 1). Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggap materi tersebut
sulit. 2). Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai yang rendah. 3). Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri dalam belajar. 4). Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi. 5). Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar. 6). Konsep diri yang rendah. 7). Gangguan emosi.
b. Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu: 1) Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi. 2) Kekurangmampuan guru dalam materi dan strategi pembelajaran. 3) Tugas-tugas non akademik. 4) Kurang adanya dukungan dari orang-orang di sekitamya. 5) Lingkungan fisik
(A. Suhaenah Supamo, 2001: 52-57). c. Indikator Prestasi Belajar
Indikator prestasi belajar dapat dilihat dari tercapainya batas ketuntasan
belajar siswa yaitu dengan mendapatkan nilai diatas 65 ( KKM). Indikator ini
untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran.
Pengukuran prestasi belajar ini dilakukan menggunakan hasil tes. Tes prestasi
belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengetahui pemahaman
siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Tes prestasi belajar dapat
berbentuk ulangan harian, kuis, tes formatif maupun tes sumatif.
d. Fungsi Prestasi
19
”Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan
belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-
tujuan pengajaran” (Nana Sudjana, 1991:3).
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik. b. Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
(Zainal Arifin, 1990: 3).
4. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan
memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Nana
Sudjana,1991). Belajar menurut Sardiman A.M (2004:23) “Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau
kerja yang dilakukan dengan giat untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
b. Indikator Keaktifan Belajar
Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung. Beberapa diantaranya adalah turut serta dalam
memberikan pendapat atau gagasan, bertanya pada guru apabila belum memahami
20
persoalan. Proses pembelajaran ini melalui asimilasi dan akomodasi kognitif
untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam
rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan seta
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
Menurut Nana Sudjana (1991:61) keaktifan para siswa dalam kegiatan
belajar dapat dilihat dalam hal :
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan permasalahan. 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis. 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Menurut T. Raka Joni dalam A.Tabrani Rusyan (1989:131-132) indikator
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Adanya prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan urunan pendapat tanpa secara eksplisit diminta, misalnya di dalam diskusi-diskusi, atau cara kerja kegiatan belajar, dan kesediaan mencari alat dan sumber.
2) Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang tengah berlangsung ditunjukkan dengan pengikatan diri pada tugas kegiatan, baik secara intelektual maupun secara emosional, yang dapat di amati dalam bentuk terpusatnya perhatian serta pikiran siswa kepada tugas yang dihadapi, serta komitmen untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya secara tuntas.
3) Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator. 4) Peserta didik belajar dengan pengalaman langsung (experimential
learning). 5) Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar-mengajar. 6) Kualitas interaksi belajar antar peserta didik, baik intelektual maupun
emosional.
c. Jenis Aktivitas Belajar
21
Paul B. Dierich dalam A. Tabrani Rusyan (1989:178), menjelaskan bahwa
membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan belajar siswa yang antara
lain digolongkan sebagai berikut:
1) Visual activities. seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
2) Oral activities, seperti menanyakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya
3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik pidato, dan sebagainya.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, laporan, tes, menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
7) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.
Dalam penelitian ini kegiatan belajar sebagai aspek keaktifan siswa
dibatasi: visual activities, oral activities, listening activities dan writing activities.
Pembatasan ini disesuaikan dengan Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.
B. Kerangka Pemikiran
1. Peranan Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Dalam
Meningkatkan Keaktifan Siswa.
Pembelajaran yang selama ini dilakukan di dalam kelas belum berhasil
untuk membuat siswa lebih aktif dan menunjukkan motivasi atau ketertarikan
mengikuti Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. Ketiadaan variasi dalam
model pembelajaran membuat proses belajar terasa menjemukan bagi sebagian
siswa. Selain itu, siswa masih terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap
individual sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Siswa yang bersikap
tertutup dan malu bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran IPS Bidang
Kajian ekonomi yang belum dimengerti. Siswa kurang aktif selama proses
pembelajaran mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi, ditunjukkan dengan
22
kurangnya antusiasme siswa dalam bertanya dan jarang terjadi diskusi kelas. Hal
ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) diduga dapat meningkatkan peran serta
siswa, sebab dalam pelaksanaannya siswa dilibatkan secara langsung, mulai dari
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui
investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses
kelompok (group process skill). Dengan demikian siswa selau aktif dan selalu
dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna dan
siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan
kompetensi siswa.
2. Peranan Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa pencapaian
kompetensi siswa kurang optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar
siswa kurang optimal tersebut adalah karena metode pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar belum melibatkan keaktifan siswa
secara keseluruhan. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh
siswa yang memiliki pencapaian kompetensi belajar relatif tinggi. mereka lebih
aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Sebaliknya siswa yang
mempunyai pencapaian kompetensi belajar relatif rendah, mereka lebih pasif
menerima pengetahuan dari guru tanpa berusaha untuk mencari informasi lebih
mendalam.
Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
akan dapat berhasil apabila ada kerjasama antara siswa yang dituntut untuk selalu
aktif dan guru sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar. Guru
mempersiapkan strategi belajar yang selalu berpusat pada siswa, melakukan
23
penilaian secara berkesinambungan dan menyeluruh didukung fasilitas sekolah
yang lengkap dan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa untuk membantu
memahami materi yang dipelajarinya. Proses pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) peserta didik akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit yang dapat mereka
diskusikan dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi
dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki
pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, sehingga proses pembelajaran dengan
menggunakan metode GI diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) dengan langkah-langkah sebagai berikut: § Mengidentifikasikan topik dan
mengatur murid ke dalam kelompok penelitian. § Merencanakan investigasi di
dalam kelompok. § Melaksanakan investigasi. § Menyiapkan laporan akhir. § Mempresentasikan laporan
akhir. § Evaluasi pencapaian.
Kondisi awal
Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif
Keaktifan dan
Prestasi belajar rendah
Tindakan Siklus I
Kondisi Akhir Siklus n
Peningkatan hasil belajar 75% siswa pada tes formatif yang ditandai dengan
tercapainya nilai batas tuntas keberhasilan belajar siswa yaitu: 65.
Peningkatan keaktifan siswa yang ditandai dengan pencapaian batas
minimal 75% kelompok aktif dalam menjalankan investigasi kelompok,
menyiapkan laporan akhir dan presentasi hasil kerja kelompok
24
Gambar 1: Skema kerangka pemikiran pelaksanaan pembelajaran GI C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan:
a. Peran serta siswa dalam menjalankan invetigasi kelompok dan
menyiapkan laporan akhir.
b. Keaktifan dalam presentasi hasil kerja kelompok.
2. Melakukan tanya jawab untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap
kelompok model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan:
a. Pemahaman konsep siswa tentang materi yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
b. Kolaborasi siswa dan guru untuk mengevaluasi proses belajar sehingga
siswa mampu menguasai semua subtopik yang disajikan.
D. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini
adalah penelitian Dwi Rahayu Widyaningsih dalam penelitiannya yang berjudul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat IPS Ekonomi
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Kelas
Penjualan di SMK Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Hasil penelitian lain yang relevan adalah penelitian dari I Gusti Ngurah
Japa (2008) yang berjudul ” Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Terbuka melalui Investigasi bagi siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu”.
Setelah diterapkannya metode investigasi dalam pemecahan masalah matematika
terbuka, cara belajar siswa mengalami peningkatan. Dalam belajar siswa tampak
25
aktif, kreatif, produktif, antusias, dan disiplin serta kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah matematika juga cenderung meningkat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
.
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di
SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010, yang beralamat di Jl.
Bandara Adi Sumarmo-Colomadu, Karanganyar 57177. Alasan pemilihan SMP
Negeri 3 Colomadu dan kelas VIII G, karena pertama, sekolah belum pernah
digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya
penelitian ulang. Kedua, Guru yang mengajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi belum
mengenal banyak mengenai pembelajaran kooperatif. Ketiga, terdapat
permasalahan kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar siswa kelas
VIII G pada Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai dengan April
2010 untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah
sebagai berikut :
Tabel 5 : Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Bulan No Jenis kegiatan
Nov'09 Des’09 Jan’10 Feb’10 Mar’10 Apr’10 1 Persiapan
survey awal sampai penyusunan proposal
2 Penentuan informan, penyiapan peralatan dan instrumen
26
3 Pengumpulan data
4 Analisis data
5 Penyusunan laporan
Keterangan : : minggu ke-
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu.
Pertimbangannya adalah pertama, terdapat permasalahan kurangnya keaktifan dan
rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu. Kedua,
karena kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu belum pernah digunakan penelitian
Group Investigation (GI), sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian
ulang. Ketiga, peneliti memiliki hubungan baik dengan guru mata pelajaran.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas
selama penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), yang
meliputi :
a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar-mengajar.
b. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar.
c. Prestasi belajar siswa
C. Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang
dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,
namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Menurut Kasihani Kasbolah (2001:11) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam
24
27
bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memeperbaiki dan atau meningkatkan kuantitas pembelajaran.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa penelitian ini tidak
menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi lebih bersifat untuk
mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Pendekatan yang digunakan
adalah model kemmis dan Mc Taggar dalam Kasihani Kasbolah (2001 : 63-65)
yang berupa model spiral. Dalam perencanaan, kemmis menggunakan sistem
spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi
dan perencanaan kembali sebagai dasar untuk suatu ancang-ancang masalah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang
relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut
perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang
benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Menurut Nana Syaodih (2006:220) ”observasi (observation) atau
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”. Tujuan
dari observasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang
sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif.
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran di
kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi dalam penelitian
ini adalah observasi nonpartisipatif karena peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan
hanya berperan sebagai pengamat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI). Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah
penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
2. Wawancara
28
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam
kelas terlihat dari sudut pandang yang lain. Wawancara atau interview ditujukan
untuk memperoleh data dari individu dan dilaksanakan secara individual.
Beberapa bentuk wawancara antara lain :
a. Wawancara terstruktur adalah apabila bahan wawancara sudah dipersiapkan
terlebih dahulu.
b. Wawancara setengah berstruktur, adalah bentuk wawancara yang sudah
disisipkan terlebih dahulu, akan tetapi memberikan keleluasaan untuk
menerangkan lebih jauh, namun tidak langsung pada topik bahasan, atau
mungkin mengajukan topikbahasan sendiri selama wawancara berlangsung.
c. Wawancara tidak berstruktur, prakarsa untuk memilih topik bahasan diambil
oleh responden
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, dengan cara
membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses
wawancara. Sehingga diharapkan pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup
seluruhnya.
3. Tes
Tes digunakan untuk mengambil data pada siklus I dan Siklus n yaitu
untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa selama proses
pembelajaran baik kognitif maupun afektif.
4. Dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan
teknik dokumentasi. Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran
bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Data yang dihasilkan dari
kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
Data yang tersedia dari pengumpulan data perlu dianalisis, sedangkan
untuk menganalisis data tersebut perlu digunakan teknik analisis data sehingga
29
data yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Data penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif komparatif
Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara
kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh
pada siklus I dan siklus II sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum
dan sesudah dilakukannya tindakan.
2. Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang
diperoleh dari tes formatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif
sederhana yang berupa penghitungan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai
terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Dari
informasi ini dapat diketahui sampai sejauh manakah keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar.
3. Analisis data kualitatif
Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan
lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif
diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan
membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil pengamatan dengan
parameter atau teori tertentu.
F. Prosedur Pelaksanaan Tindakan
1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi : silabus Mata
Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi dan skenario pembelajaran dengan
mengggunakan model pembelajaran Group Investigation dimana siswa
dapat mendengar, melihat, mendiskusikan dan menerapkan topik
pembelajaran.
b. Menyusun instrument penelitian dan menetapkan indikator ketercapaian.
30
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.
Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi belajar
siswa dengan adanya penerapan model pembelajaran Group Investigation
dan mengetahui peran serta atau keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung baik pada siklus I maupun siklus n.
Tabel 6 : Tabel Indikator Ketercapaian
Aspek Presentase Ketercapaian
Cara Mengukur
Keaktifan siswa dalam kelas yang ditujukkan dengan 1) Meningkatnya Visual activities.
seperti membaca, memperhatikan. 2) Meningkatnya Oral activities,
seperti merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran.
3) Meningkatnya Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan pendapat siswa lain dalam diskusi
4) Meningkatnya Writing activities, seperti merangkum
75% mencapai indikator keaktifan
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam mengikuti Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi
Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan siswa yang memperoleh nilai minimal 65 lebih dari 75 % jumlah siswa
75 % dari jumlah siswa mencapai nilai di atas batas tuntas belajar, yaitu 65
Dilihat dari nilai ulangan yang dilaksanakan setiap akhir periode
c. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Materi pokok yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran
Group Investigation (GI) untuk siklus I dan Siklus n adalah : Memahami
kegiatan Perekonomian Indonesia.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah :
- Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian Indonesia
- Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga
pasar
31
d. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario
pembelajaran.
e. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil
belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran Group
Investigation (GI).
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan aspek collaborative participatori antara tim peneliti sangat penting dan menonjol. Hubungan kolaborasi tersebut harus tercipta dalam suasana demokratis agar implementasi rencana tindakan dapat berjalan dalam suasana efektif dan efisien. Guru dan peneliti berkolaborasi untuk mengetahui apakah setelah tindakan dilakukan terjadi perubahan atau peningkatan sehingga diperlukan suatu gambaran tentang keadaan awal. Dari gambaran tersebut dapat ditentukan apa yang harus diubah, diperbaiki atau ditingkatkan. Dengan diketahuinya keadaan awal, maka perubahan dan peningkatan dapat diikuti dari waktu ke waktu selama tindakan dilaksanakan ( Kasihani Kasbolah, 2001 : 49)
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata
pelajaran IPS ( Drs. Nuryono ). Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan untuk
menghasilkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran yang berupa
pembelajaran menjadi lebih efektif, siswa menjadi lebih aktif dan hasil belajar
meningkat. Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah
implementasi model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang telah
disusun oleh peneliti.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) pda siklus I dan Siklus n secara rinci sebagai
berikut :
a. Membagi siswa menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok
beranggotakan 5 orang dan sebagian 4 orang dengan cara sistem random
yaitu guru membagikan simbol secara acak kepada setiap siswa dimana
kesamaan simbol merupakan kesatuan pembentukan kelompok.
b. Membagi materi menjadi delapan topik, kemudian materi tersebut
diberikan kepada masing-masing kelompok untuk didefinisikan.
32
c. Setiap kelompok merencanakan tugas belajar dan menjalankan
investigasi kelompok.
d. Tiap-tiap kelompok menyiapkan laporan akhir dengan menunjuk salah
satu anggota kelompok untuk mempresentasikan tentang laporan hasil
penyelidikannya yang kemudian setiap anggota mendengarkan.
e. Setiap kelompok mempresentasikan laporan hasil akhirnya di depan
kelas, sedangkan kelompok lain dapat aktif mengevaluasi laporan tiap-
tiap kelompok dengan berbagai tanya jawab, kritik maupun saran.
3. Observasi
Bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan peneliti melakukan
observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Tujuan observasi tersebut
adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang
berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.
Peneliti betugas sebagai pengamat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM). Fokus pengamatan ditekankan pada implementasi pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) terhadap kualitas pembelajaran secara
menyeluruh yang meliputi : peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar
dan pencapaian hasil belajar siswa.
Observasi yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
a. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
b. Kemampuan mengerjakan tugas
c. Tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
d. Suasana kegiatan belajar mengajar.
4. Analisis dan Refleksi
Kegiatan refleksi ini mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi
atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi. Data yang telah terkumpul
dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi ( diberi
33
makna) sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah
mencapai tujuan. Interpretasi (pemaknaan) hasil observasi ini menjadi dasar untuk
melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah-langkah berikutnya dalam
pelaksanaan tindakan.
Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah
terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan dengan
penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada tahap ini
hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian
dilakukan refleksi guna melihat kekurangan atau kelemahan yang terjadi. Hasil
refleksi ini akan digunakan dalam perencanaan siklus berikutnya yang lebih
disempurnakan bersama pendidik (guru) dimana dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) diharapkan siswa lebih aktif berpartisipasi dan prestasi siswa meningkat.
Berdasarkan pelaksanaan tahap observasi dan evaluasi sebelumnya, data
yang diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk perbaikan
model pembelajaran materi pokok berikutnya ( pada Siklus n ). Salah satu aspek
penting dari kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan
dan pencapaian tujuan tindakan.
Secara skematis prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I Siklus n
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila permasalahan belum
terselesaikan
Perencanaan Tindakan I
Pengamatan /
Pengumpulan Data I Refleksi I
Pelaksanaan Tindakan n
Pengamatan / Pengumpulan Data
n
Perencanaan Tindakan n
Refleksi n
34
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006)
Gambar 2 : Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Kondisi Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group
Investigation (GI).
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran sebelum
diterapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) terdapat
beberapa permasalahan. Permasalahan yang muncul tersebut adalah kurangnya
peran serta siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dan
pencapaian hasil belajar yang kurang optimal. Kegiatan siswa di dalam kelas
selama proses pembelajaran berlangsung hanya mendengarkan penjelasan guru
dan mencatat materi pembelajaran. Selama KBM siswa cenderung pasif dan
hanya terdapat beberapa siswa yang bertanya kepada guru dan umumnya siswa
tersebut adalah siswa yang pandai (lampiran 12, catatan lapangan 1).
Pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi siswa dihadapkan pada
banyak konsep dan fakta, maka ada pemikiran untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi di kelas
VIII G SMP N 3 Colomadu agar keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.
Pembelajaran kooperatif lebih sering menekankan peran serta siswa. Pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) berbeda dengan metode diskusi yang
biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif GI menekankan
pembelajaran pada kelompok kecil. Pada model GI siswa belajar dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan optimal.
Dengan pembelajaran kooperatif GI siswa menjadi lebih bersemangat
dalam mengikuti KBM sebab siswa dapat bekerja sama atau berdiskusi dengan
teman yang lain dalam menyelesaikan permasalahan dalam KBM, siswa juga
dapat mengeluarkan pendapatnya, dan tidak malu lagi untuk bertanya jika ada
35
materi yang belum jelas. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif
mengikuti KBM mulai dari kegiatan investigasi, berdiskusi, melakukan
presentasi, dan mengevaluasi hasil presentasi (lampiran 12, catatan lapangan 1).
Model pembelajaran kooperatif GI memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
siswa diberi kesempatan untuk mencari sendiri informasi mengenai topik/materi
pembelajaran untuk menambah wawasan siswa. Kedua, adanya kegiatan diskusi
kelompok untuk bertukar pendapat/gagasan yang melibatkan peran serta seluruh
siswa. Ketiga, adanya kegiatan presentasi yang akan melatih siswa untuk
mengemukakan pendapat di muka umum serta menumbuhkan adanya keaktifan
siswa dalam KBM (lampiran 12, catatan lapangan 1).
Pada pembelajaran kooperatif GI penilaian terhadap siswa dilakukan
dengan menilai keaktifan dan peran serta siswa pada waktu kegiatan investigasi
kelompok dan kegiatan presentasi. Guru juga memberikan nilai kepada siswa
yang bertanya atau mengajukan pendapat pada saat presentasi kelompok. Setelah
KBM selesai guru memberikan penilaian dengan menggunakan tes formatif
(lampiran 12&13, catatan lapangan 1, 2, 3).
Kegiatan belajar mengajar sebelum adanya model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI), peneliti mendapatkan beberapa temuan antara lain :
a. Proses belajar mengajar di kelas masih didominasi dengan kegiatan
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pelajaran yang diberikan
oleh guru.
b. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif, jarang
sekali ada siswa yang bertanya maupun mengeluarkan pendapat tentang materi
yang disampaikan.
Berdasarkan temuan di atas akan berakibat pada hasil belajar yang belum
optimal, sehingga perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran dan hasil belajar
siswa. Sebagai tindak lanjut agar hasil belajar siswa meningkat dan kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan efektif maka peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
36
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)
Siklus I.
Kegiatan yang dilakukan pada Siklus I meliputi :
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran.
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS Bidang
Kajian ekonomi kelas VIII, kemudian peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario
pembelajaran. Setelah itu, peneliti mendiskusikannya dengan guru
selaku pengajar yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI). Siklus I direncanakan akan dilaksanakan
dalam 3 kali pertemuan. Skenario pembelajaran yang direncanakan
adalah sebagai berikut.
Siklus I :
Pertemuan ke-1, Sabtu, 9 Januari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
Kegiatan :
a) Sosialisasi pembelajaran kooperatif GI.
b) Pembentukan kelompok : Jumlah siswa 40 anak dibagi menjadi 8
kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.
c) Pemilihan topik/materi pembelajaran oleh setiap kelompok.
d) Kegiatan investigasi kelompok.
e) Kegiatan presentasi disertai tanya jawab.
Pertemuan ke-2, Sabtu, 16 Januari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
Kegiatan :
a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh
siswa bersama anggota kelompoknya.
37
b) Melanjutkan kegiatan presentasi.
c) Tanya jawab
d) Evaluasi proses pembelajaran.
Pertemuan ke-3, Sabtu, 23 Januari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
Kegiatan :
a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh
siswa bersama anggota kelompoknya.
b) Melanjutkan kegiatan presentasi.
c) Tanya jawab
d) Evaluasi proses pembelajaran.
Pertemuan ke-4, Sabtu, 30 Januari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
Kegiatan:
a) Mengadakan tes formatif dengan materi permintaan dan penawaran.
2) Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus I
adalah: Pajak.
Standar Kompetensi : Memahami kegiatan Perekonomian Indonesia
Kompetensi Dasar:
- Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian Indonesia
3) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan
skenario pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati penerapan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
5) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui
tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
b. Pelaksanaan Tindakan
38
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI). Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai
pengajar adalah guru mata pelajaran IPS kelas VIII (Drs. Nuryono). Untuk
mengetahui tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan rencana,
maka selama guru melaksanakan tindakan peneliti melakukan pemantauan
terhadap proses pembelajaran di kelas.
Pada awal pelaksanaan tindakan diberikan suatu pengarahan
tentang model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) kepada
siswa. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan model pembelajaran
tersebut akan dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan tersebut berupa
langkah-langkah pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), yang
meliputi : mengidentifikasi topik, merencanakan tugas belajar,
melaksanakan investigasi kelompok, menyusun laporan akhir dan
melaksanakan presentasi di depan kelas. Dengan adanya pengarahan
tersebut maka siswa akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), sehingga siswa
dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
pada tiap tahapan. Selain itu, guru juga memberikan penjelasan tentang
aspek-aspek yang dinilai selama model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) dilaksanakan, yaitu: kontribusi siswa terhadap
kelompoknya mulai dari mengidentifikasi topik, merencanakan tugas
belajar, investigasi kelompok, dan menyiapkan laporan akhir. Aspek lain
yang dinilai adalah keaktifan siswa selama presentasi berlangsung. Secara
rinci langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi topik dan pembentukan kelompok
Pembagian kelompok dilakukan sesuai nomor urut absensi siswa agar
guru lebih mudah memantaunya. Setiap kelompok berhak menentukan
nama kelompoknya sendiri asalkan berhubungan dengan materi yang
sedang dipelajari (Pajak). Kelompok untuk penerapan model
39
pembelajaran Group Investigation (GI) terbagi menjadi delapan
kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa.
Materi/topik yang didiskusikan antra lain :
Kelompok I (PPh) : Peran pajak
Kelompok II (PPn) : Pajak Langsung dan Pajak Tidak
Langsung
Kelompok III (PBB) : Pajak Negara dan Pajak Daerah
Kelompok IV (Bea Materai) : Kriteria pemungutan pajak
Kelompok V (Cukai) : Subjek dan objek pajak
Kelompok VI (PKB) : Tarif pajak
Kelompok VII (PBBKB) : Fungsi pajak
Kelompok VIII (BBNKB) : Sanksi terhadap wajib pajak
2) Merencanakan tugas belajar
Pada tahap ini anggota kelompok menentukan sub topik yang akan
diinvestigasi dan masing-masing anggota kelompok mengumpulkan
sumber-sumber untuk memecahkan masalah yang akan diidentifikasi.
Setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan pemikiran terhadap
investigasi kelompoknya masing-masing kemudian setiap kelompok
memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh kelas.
3) Menjalankan investigasi
Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi,
menganalisis, dan mengevaluasi, serta menarik kesimpulan. Setiap
anggota kelompok memberikan kontribusi dengan mengadakan tukar-
menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu
kesimpulan. Peran guru di sini sebagai penasehat dan membantu
memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Guru
bertugas memantau pelaksanaan investigasi dari masing-masing
kelompok.
4) Menyiapkan laporan akhir
Tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dan mengintegrasikan
semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah
40
presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu
anggota untuk membacakan laporan akhirnya kepada semua anggota
sebelum akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
5) Mempresentasikan laporan akhir
Pada tahap ini setiap kelompok telah siap memberikan hasil
investigasinya di depan kelas dalam bentuk presentasi secara
keseluruhan. Setiap kelompok secara bergiliran melakukan presentasi
di depan kelas untuk melaporkan hasil temuannya bersama teman satu
kelompok. Kelompok lain diharapkan dapat ikut aktif mengevaluasi
kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya
jawab.
6) Mengevaluasi
Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik yang disajikan
tiap kelompok. Guru juga memberikan evaluasi dan saran-saran
kepada setiap kelompok setelah melakukan presentasi.
Siklus I
Pertemuan ke-1 (Sabtu, 9 Januari 2010)
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru
mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa mengikuti KBM. Setelah itu,
guru memberi pengarahan kepada siswa mengenai model pembelajaran
kooperatif GI. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan model
pembelajaran kooperatif GI sesuai langkah-langkah yang telah dijelaskan
di atas.
1) Siswa dibagi menjadi delapan kelompok sesuai nomor urut absen dan
setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Setiap kelompok wajib
memberi nama kelompoknya. Pemberian nama kelompok bebas
asalkan menggunakan istilah ekonomi yang sesuai dengan materi
pelajaran. Setelah kelompok terbentuk guru mempresentasikan
serangkaian topik permasalahan yang akan dibahas.
2) Masing-masing kelompok memperoleh satu topik permasalahan untuk
didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Setelah semua kelompok
41
memperoleh topik permasalahan tugas selanjutnya adalah melakukan
investigasi atau berdiskusi dengan teman satu kelompok. Pada waktu
diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang pasif, hanya diam,
belum memberikan kontribusinya terhadap kelompok. Dengan kondisi
seperti ini guru langsung turun tangan dengan cara terus memberikan
pengarahan dan motivasi agar semua siswa dapat berperan aktif dalam
kegiatan investigasi.
3) Guru memberikan waktu kepada siswa selama 40 menit untuk
melakukan investigasi. Setelah itu, siswa menyiapkan laporan hasil
investigasi kelompok untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.
4) Tahap selanjutnya adalah kegiatan presentasi. Kelompok I (PPh) yang
mendapat materi peran pajak mendapat urutan pertama untuk
mempresentasikan hasil investigasinya di depan kelas. Setiap
kelompok diberi waktu 10-15 menit untuk melaporkan hasil
temuannya.
5) Setelah itu kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau
memberikan pendapat untuk mengevaluasi kegiatan presentasi dari
kelompok I. Pada presentasi yang pertama siswa masih malu-malu bila
diminta bertanya atau mengeluarkan pendapatnya. Hanya ada 3 siswa
yang berani bertanya dan mereka adalah siswa yang pandai.
Pada akhir pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi
proses pembelajaran. Guru memberikan pengarahan kepada siswa agar
pada pertemuan-pertemuan selanjutnya semua siswa dapat berperan aktif.
Pertemuan ke-2, (Sabtu, 16 Januari 2010)
Pada pertemuan ke-2, jumlah siswa yang hadir tetap 40 siswa. Kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan
sebelumnya. Pada pertemuan sebelumnya kelompok I telah
mempresentasikan peran pajak. Guru memberikan beberapa
pertanyaan mengenai pengertian permintaan dan kurva permintaan
42
kepada siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah
disampaikan.
2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi
dilanjutkan ke kelompok II sampai dengan kelompok V. Selama
kegiatan presentasi masih ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan atau terkesan acuh tak acuh. Guru yang mengetahui
kondisi tersebut langsung menegur siswa yang bersangkutan.
3) Tanya jawab. Setelah perwakilan kelompok melaporkan hasil
investigasinya, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk
bertanya atau berpendapat mengenai materi yang disajikan. Pada
pertemuan kedua siswa juga masih merasa malu bila diminta
mengeluarkan pendapat. Siswa akan berani bertanya jika ditunjuk oleh
guru.
4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Kegiatan terakhir untuk
mengakhiri pembelajaran adalah mengevaluasi penampilan masing-
masing kelompok dalam menyajikan materi.
Pertemuan ke-3, (Sabtu, 23 Januari 2010)
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-3 adalah 40. Kegiatan pada
pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut:
1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan
sebelumnya. Untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang telah
lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa.
2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi
dilanjutkan ke kelompok VI sampai kelompok VIII. Kegiatan
presentasi pada pertemuan ke-3 sudah jauh lebih baik dari pertemuan
sebelumnya. Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan presentasi
kelompok.
3) Tanya jawab. Kegiatan tanya jawab pada pertemuan ke-3 mengalami
peningkatan. Rasa malu siswa berkurang. Siswa tidak perlu ditunjuk
lagi oleh guru untuk mengeluarkan pendapatnya. Dengan suka rela
43
siswa mulai berani mengajukan pertanyaan/pendapat di depan teman-
teman.
4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tahap terakhir dari GI adalah
kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan
siswa mengevaluasi jalannya proses pembelajaran. Guru memberikan
saran-saran kepada siswa agar siswa lebih aktif di dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Pertemuan ke-4 (Sabtu, 30 Januari 2010)
Pada pertemuan ke-4 kegiatan pembelajaran diisi dengan mengadakan tes
formatif untuk menguji kemampuan siswa di dalam memahami materi
pelajaran khususnya pada materi permintaan dan penawaran. Semua siswa
hadir dan dapat mengikuti tes formatif. Tes formatif dilaksanakan dalam
waktu 2x40 menit dengan menggunakan soal uraian. Guru memilih
menggunakan soal uraian dengan tujuan untuk melatih kemampuan
berpikir siswa secara logis dan sistematis. Guru menilai dengan soal uraian
akan meminimalisir tingkat kecurangan siswa. Guru mengawasi jalannya
ulangan dengan sikap tegas dan disiplin. Bila ada siswa yang berbuat
curang, guru memberi peringatan dengan mengurangi 1 dari nilai yang
diperoleh siswa. Cara tersebut ternyata efektif terbukti selama ulangan
berlangsung, siswa berusaha mengerjakan soal sendiri tanpa bertanya
maupun menyontek.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan
pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah
disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dan untuk
mengetahui kemampuan siswa menerima materi pembelajaran dengan
adanya model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Fokus
44
pengamatan ditekankan pada implementasi model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI) terhadap kualitas pembelajaran secara
menyeluruh yang meliputi : peran serta siswa dalam proses pembelajaran,
suasana kegiatan belajar mengajar, tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), dan pencapaian hasil
belajar siswa.
Pada waktu kegiatan observasi berlangsung kegiatan guru adalah
sebagai pemantau pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI). Guru memberi bantuan atau penjelasan pada siswa atau
kelompok yang kurang paham terhadap tugas yang harus mereka kerjakan.
Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap siswa yang aktif dalam
presentasi di depan kelas.
Selama kegiatan pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
berlangsung, siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru,
baik penjelasan tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI) maupun penjelasan mengenai materi yang akan
dipelajari. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Namun
kegiatan investigasi kelompok kurang dapat dilaksanakan dengan baik.
Sebagian besar siswa belum dapat memberikan kontribusi bagi
kelompoknya masing-masing terhadap materi yang mereka investigasi.
Peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang. Siswa
masih malu dan merasa canggung bila mereka diminta untuk berpendapat
atau bertanya baik kepada teman maupun guru. Pada saat pelaksanaan
presentasi di depan kelas, siswa anggota kelompok lain masih banyak
yang kurang antusias, hanya terdapat beberapa siswa saja yang aktif.
45
Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran
kooperatif GI :
1) Visual Activities
Tabel 7: Tabel Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities
Siklus I
Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali
0
20
40
60
80
B S B C K K S
VIS UA L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
Gambar 3 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus I
0%
50%
100%
S ebelum S iklus I
VIS UA L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
Gambar 4 : Perbandingan Persentase Visual Activities
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS I BS 0 0 B 5 15 C 35 70 K 57.5 15 KS 2.5 0
46
Data tabel 7 pada aspek Visual Activities ada peningkatan persentase
indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI
untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B
(Baik) persentasenya 5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 35%,
untuk indikator K (Kurang) persentasenya 57,5% dan untuk indikator KS
(Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,
untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator
B (Baik) persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya
70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 15% dan untuk indikator
KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.
2) Oral Activities
Tabel 8 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities Siklus I
Keterangan
BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS:Kurang Sekali
0
20
40
60
80
B S B C K K S
OR A L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
Gambar 5 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus I
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS I
BS 0 0 B 5 20 C 20 55 K 65 25 KS 10 0
47
0%
20%
40%
60%
80%
S ebelum S iklus I
OR A L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
Gambar 6 : Perbandingan Persentase Oral Activities
Data tabel 8 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase
indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI
untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B
(Baik) persentasenya 5 %, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 20%,
untuk indikator K (Kurang) persentasenya 65% dan untuk indikator KS
(Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,
untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator
B (Baik) persentasenya 20%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya
55%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator
KS (Kurang Sekali) persentasenya berkurang menjadi 0%.
3) Listening Activities
Tabel 9 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities
Siklus I
Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS
I BS 0 0 B 15 22.5 C 45 52.5 K 37.5 25 KS 2.5 0
48
0
20
40
60
B S B C K K S
L IS T E NING A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
Gambar 7 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus I
0%
20%
40%
60%
80%
S ebelum S iklus I
L IS T E NING A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
Gambar 8 : Perbandingan Persentase Listening Activities
Data tabel 9 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 45%, untuk
indikator K (Kurang) persentasenya 37,5% dan untuk indikator KS
(Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,
untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator
B (Baik) persentasenya 22,5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya
52,5%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%.
49
4) Writing Activities
Tabel 10 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities
Siklus I
Keterangan BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang KS : Kurang Sekali
0
20
40
60
80
B S B C K K S
WR IT ING AC T IVIT IE S
(% ) S ebelum
(% ) S ik lus I
Gambar 9 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus I
0%20%
40%60%80%
S ebelum S iklus I
WR IT ING AC T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
Gambar 10 : Perbandingan Persentase Writing Activities
Data tabel 10 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS I
BS 0 0 B 0 10 C 65 70 K 30 20 KS 5 0
50
persentasenya 0%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 65%, untuk
indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk indikator KS (Kurang
Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator
BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 10%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk
indikator K (Kurang) persentasenya 20% dan untuk indikator KS (Kurang
Sekali) persentasenya 0%.
d. Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang
telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan
dihubungkan dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada
siklus tersebut. Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis
oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi untuk melihat
kekurangan atau kelemahan yang terjadi.
Setelah pertemuan ke-4 yaitu setelah dilaksanakannya tes formatif,
peneliti baru dapat melakukan refleksi secara keseluruhan. Berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif GI dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini
ditunjukkan dari lembar observasi yang menunjukkan bahwa ada
perbedaan keaktifan siswa antara sebelum dan sesudah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif GI. Pada siklus I diperoleh hasil tingkat
keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 85%, Oral Activities 75%,
Listening Activities 75% dan Writing Activities 80% tetapi apabila
dicermati lebih jauh pada grafik perbandingan, memperlihatkan bahwa
ketercapaian indikator keaktifan sebelum penelitian dan sesudah penelitian
mengalami perubahan. Dengan kata lain pada siklus I indikator yang sudah
mencapai 75 % adalah Visual Activities, Oral Activities Listening
activities, Writing Activities.
51
Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum menerapkan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) rata-rata kelas adalah
70,05 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) nilai rata-rata kelas menjadi 73,45 (Lampiran 24 Hal
141). Hal ini berarti nilai rata-rata kelas setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) telah mencapai batas
tuntas keberhasilan belajar yaitu 65. Pada siklus I jumlah siswa yang
mencapai nilai di atas 65 adalah 30 siswa dari jumlah keseluruhan 40
siswa. Dengan kata lain pada siklus I telah tercapai indikator kinerja
ketercapaian tujuan tindakan yaitu 75% siswa telah memperoleh nilai di
atas 65 dari 75% target yang direncanakan (Tabel 6 Hal 31 ).
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan
beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI). Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai
berikut:
1) Pembagian tugas kelompok kurang teratur. Siswa masih saling tunjuk,
terutama pada waktu akan mempresentasikan hasil investigasi
kelompok.
2) Kerja sama siswa dalam kelompok masih kurang optimal, masih ada
beberapa siswa yang hanya diam pada waktu diskusi kelompok.
3) Siswa masih malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya di depan
guru dan teman-teman.
4) Siswa hanya akan bertanya kepada guru apabila guru melakukan
pendekatan.
Selain beberapa kelemahan di atas, hasil belajar pada siklus I dinilai
masih harus dimantapkan meskipun nilai rata-rata kelas sudah mencapai
batas tuntas keberhasilan belajar siswa dan ada 10 siswa yang nilainya
masih berada di bawah 65 yang merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal
52
(KKM) yang seharusnya dicapai siswa sehingga dapat dikatakan pada
siklus I target sudah tercapai yaitu sebanyak 75% siswa mencapai KKM.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut untuk mengatasi kelemahan atau
kekurangan yang terjadi dan untuk lebih memantapkan hasil yang
diperoleh pada siklus I maka diperlukan adanya siklus berikutnya, yaitu
siklus II.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
Siklus I.
Kegiatan yang dilakukan pada Siklus II meliputi :
a. Perencanaan Tindakan 2
Proses kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada aktivitas siswa
dan guru seperti pada pelaksanaan siklus I. Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan guru sebagai berikut :
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus mata
pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi dan skenario pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation
(GI). Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai
berikut.
Siklus II :
Pertemuan ke-1, Sabtu, 6 Februari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
Kegiatan :
a) Pembentukan kelompok : Jumlah siswa 40 anak dibagi menjadi 8
kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.
b) Pemilihan topik/materi pembelajaran oleh setiap kelompok.
c) Kegiatan investigasi kelompok.
d) Kegiatan presentasi disertai tanya jawab.
e) Evaluasi proses pembelajaran.
Pertemuan ke-2, Sabtu, 13 Februari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
53
Kegiatan :
a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh
siswa bersama anggota kelompoknya.
b) Melanjutkan kegiatan presentasi.
c) Tanya jawab
d) Evaluasi proses pembelajaran.
Pertemuan ke-3, Sabtu, 20 Februari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
Kegiatan :
a) Mengulas materi sebelumnya yang telah dipresentasikan oleh
siswa bersama anggota kelompoknya.
b) Melanjutkan kegiatan presentasi.
c) Tanya jawab
d) Evaluasi proses pembelajaran.
Pertemuan ke-4, Sabtu, 27 Februari 2010
Alokasi waktu : 2x40 menit
Kegiatan :
a) Mengadakan tes formatif dengan materi pasar.
a. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus II
adalah: Pembentukan harga pasar.
Standar Kompetensi : Memahami kegiatan Perekonomian Indonesia
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan permintaan dan penawaran
serta terbentuknya harga pasar
b. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan
skenario pembelajaran.Menyiapkan lembar observasi untuk menilai
penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
c. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui
tingkat hasil belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).
54
b. Pelaksanaan Tindakan 2
Tahap pelaksanaan tindakan pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) pada siklus II, meliputi:
1) Mengidentifikasi topik dan pembentukan kelompok
Pada siklus II pembentukan kelompok diserahkan kepada siswa
sendiri. Siswa boleh memilih anggota kelompok sesuai dengan
keinginannya. Kelompok untuk penerapan model pembelajaran Group
Investigation (GI) terbagi menjadi delapan kelompok dan setiap
kelompok beranggotakan 5 siswa. Setiap kelompok berhak
menentukan nama kelompoknya sendiri asalkan berhubungan dengan
materi yang sedang dipelajari (Pasar). Pada siklus II pemilihan
topik/materi yang akan diinvestigasi dipilih oleh siswa sendiri bersama
kelompoknya dengan cara mengambil undian yang telah disediakan
oleh guru.
Materi/topik yang didiskusikan antara lain :
Kelompok I (Cateris Paribus) : Pengertian permintaan dan kurva
permintaan
Kelompok II (Demand) : Faktor yang mempengaruhi
permintaan
Kelompok III (Price) : Pengertian penawaran dan kurva
penawaran
Kelompok IV (Elastisitas) : Faktor yang mempengaruhi
penawaran
Kelompok V (Supply) : Hukum permintaan dan hukum
penawaran
Kelompok VI (Quantity) : Fungsi permintaan dan fungsi
penawaran
Kelompok VII (Ekuilibrium) : Harga Keseimbangan dan
pergeseran titik keseimbangan
55
Kelompok VIII (Elastis Uniter ): Pengertian elastisitas dan macam-
macamnya
2) Merencanakan tugas belajar
Pada tahap ini anggota kelompok menentukan sub topik yang akan
diinvestigasi dan masing-masing anggota kelompok mengumpulkan
sumber-sumber untuk memecahkan masalah yang tengah
diidentifikasi. Setiap siswa dituntut untuk menyumbangkan pemikiran
terhadap investigasi kelompoknya masing-masing kemudian setiap
kelompok memberikan kontribusi terhadap penelitian untuk seluruh
kelas.
3) Menjalankan investigasi
Siswa secara individu atau berpasangan mengumpulkan informasi,
menganalisis, dan mengevaluasi, serta menarik kesimpulan. Setiap
anggota kelompok memberikan kontribusi dengan mengadakan tukar-
menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu
kesimpulan. Peran guru di sini sebagai penasehat dan membantu
memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Guru
bertugas memantau pelaksanaan investigasi dari masing-masing
kelompok.
4) Menyiapkan laporan akhir
Tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dan mengintegrasikan
semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah
presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu
anggota untuk membacakan laporan akhirnya kepada semua anggota
sebelum akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
5) Mempresentasikan laporan akhir
Pada tahap ini setiap kelompok telah siap memberikan hasil
investigasinya di depan kelas dalam bentuk presentasi secara
keseluruhan. Setiap kelompok bergiliran melakukan presentasi di
depan kelas untuk melaporkan hasil temuannya bersama teman satu
kelompok secara urut sesuai urutan materi pembelajaran. Kelompok
56
lain diharapkan dapat ikut aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan
setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.
6) Mengevaluasi
Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik yang disajikan
tiap kelompok. Guru juga memberikan evaluasi dan saran-saran
kepada setiap kelompok setelah melakukan presentasi.
Siklus II
Pertemuan ke-1 (Sabtu, 6 Februari 2010)
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan guru
mengecek kehadiran siswa. Siswa yang mengikuti KBM berjumlah 40
siswa. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan model pembelajaran
kooperatif GI sesuai langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas.
1) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang beranggotakan 5 siswa. Pada
siklus II pembagian kelompok diserahkan kepada siswa. Siswa boleh
menentukan anggota kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok
wajib menentukan nama kelompoknya dengan menggunakan istilah
ekonomi sesuai dengan materi pelajaran. Setelah kelompok terbentuk
guru mempresentasikan serangkaian topik permasalahan yang harus
dibahas oleh setiap kelompok. Setiap kelompok memperoleh satu topik
permasalahan. Pemilihan topik permasalahan diserahkan kepada setiap
kelompok dengan memakai sistem undian.
2) Masing-masing kelompok melakukan investigasi dengan berdiskusi
bersama teman satu kelompok untuk memperoleh informasi sesuai
topik permasalahan. Kegiatan investigasi kelompok pada siklus II jauh
lebih baik dari siklus I karena siswa mampu bekerja sama dengan baik
dengan memberikan kontribusinya kepada kelompok melalui tukar
pendapat antar anggota.
3) Guru memberikan waktu kepada siswa selama 40 menit untuk
melakukan investigasi. Setelah itu, siswa menyiapkan laporan hasil
investigasi kelompok untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.
57
4) Tahap selanjutnya adalah kegiatan presentasi. Kelompok yang
mendapat urutan pertama untuk mempresentasikan hasil investigasinya
adalah kelompok V (Supply) dengan materi hukum permintaan dan
hukum penawaran. Setiap kelompok diberi waktu 10-15 menit untuk
melaporkan hasil temuannya.
5) Setelah itu kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau
memberikan pendapat untuk mengevaluasi kegiatan presentasi dari
kelompok V. Pada siklus II kegiatan presentasi menjadi lebih hidup.
Siswa mulai terbiasa dengan kegiatan presentasi dan tanya jawab.
Siswa tidak lagi merasa canggung bila diminta mengeluarkan
pendapatnya.
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan mengevaluasi proses pembelajaran.
Guru dan siswa saling memberikan saran agar pada pertemuan selanjutnya
proses pembelajaran menjadi lebih baik.
Pertemuan ke-2, (Sabtu, 13 Februari 2010)
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-2 adalah 40 siswa. Kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan
sebelumnya. Untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang telah
lalu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa.
2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kegiatan presentasi
dilanjutkan ke topik permasalahan berikutnya oleh kelompok yang
bersangkutan. Kelompok yang mendapat giliran presentasi adalah
kelompok III (Price) dengan materi pengertian penawaran dan kurva
penawaran, kelompok I (Cateris Paribus) dengan materi pengertian
permintaan dan kurva permintaan, kelompok VII (Ekuilibrium) dengan
materi harga keseimbangan dan pergeseran titik keseimbangan, dan
kelompok IV (Elastisitas) dengan materi faktor yang mempengaruhi
penawaran.
3) Tanya jawab. Setelah perwakilan kelompok melaporkan hasil
investigasinya, siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk
58
bertanya atau berpendapat mengenai materi yang disajikan. Kegiatan
tanya jawab membuat kegiatan presentasi menjadi semakin menarik
karena siswa sangat antusias mengikutinya. Siswa berebut untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat sesuai materi yang disajikan
teman-teman kelompok lain.
4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Kegiatan terakhir untuk
mengakhiri pembelajaran adalah mengevaluasi penampilan masing-
masing kelompok dalam menyajikan materi.
Pertemuan ke-3, (Sabtu, 20 Februari 2010)
Pada pertemuan ke-3 jumlah siswa yang hadir 40 siswa karena 2 siswa.
Kegiatan pada pertemuan ke-3 adalah sebagai berikut:
(1) Mengulas materi yang telah dipresentasikan pada pertemuan
sebelumnya. Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai
pengertian permintaan dan kurva permintaan kepada siswa untuk
mengingat kembali materi pelajaran yang telah disampaikan.
(2) Melanjutkan kegiatan presentasi kelompok. Kelompok yang mendapat
giliran presentasi adalah kelompok VIII (Elastis Uniter) dengan materi
pengertian elastisitas dan macam-macamnya, kelompok II (Demand)
dengan materi faktor yang mempengaruhi permintaan, dan kelompok
VI (Quantity) dengan materi fungsi permintaan dan fungsi penawaran.
(3) Tanya jawab. Kegiatan tanya jawab mampu diikuti dengan baik oleh
para siswa. Bila teman dalam satu kelompok tidak mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan, maka siswa kelompok lain yang akan
membantu menjawab. Selain itu, guru memberikan penjelasan
tambahan kepada siswa agar lebih memahami materi pelajaran.
(4) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tahap terakhir dari GI adalah
kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Guru bersama-sama dengan
siswa mengevaluasi jalannya proses pembelajaran. Guru memberikan
saran-saran kepada siswa agar proses pembelajaran semakin baik
sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran.
59
Pertemuan ke-4, Sabtu, 27 Februari 2010
Pada pertemuan ke-4 kegiatan pembelajaran diisi dengan mengadakan tes
formatif untuk menguji kemampuan siswa di dalam memahami materi
pelajaran khususnya pada materi pasar. Pelaksanaan tes formatif pada
siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Guru menggunakan soal
uraian dan bagi siswa yang berbuat curang akan diberi sanksi berupa
pegurangan skor pada nilai siswa.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman
pada lembar observasi yang telah disusun (Lampiran 3 Hal 93). Observasi
tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) dan untuk mengetahui kemampuan
siswa menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI). Fokus pengamatan ditekankan pada
implementasi model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
terhadap kualitas pembelajaran secara menyeluruh yang meliputi : peran
serta siswa dalam proses pembelajaran, suasana kegiatan belajar mengajar,
tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI), dan pencapaian hasil belajar siswa.
Pada siklus II peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran
mengalami peningkatan. Siswa yang semula hanya pasif mendengarkan
penjelasan dari guru dan teman telah berani bertanya dan mengeluarkan
pendapat. Hal ini disebabkan guru terus memberikan motivasi kepada para
siswa agar dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran baik motivasi secara
verbal maupun non verbal.
Sebagian besar siswa sudah memberikan kontribusi bagi
kelompoknya masing-masing terhadap materi yang mereka investigasi.
Kegiatan investigasi kelompok dilakukan dengan saling berdiskusi,
bertukar pendapat/ide/gagasan antar anggota kelompok, dan saling bekerja
sama dalam menyusun laporan akhir tentang materi pelajaran yang mereka
60
investigasi. Peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami
peningkatan, terbukti dengan siswa yang semula tidak berani
mengeluarkan pendapat menjadi berani bependapat. Pada saat pelaksanaan
presentasi di depan kelas, siswa anggota kelompok lain ikut mengevaluasi
dan bertanya tentang penyajian materi yang belum dipahami.
Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran
kooperatif GI :
1) Visual Activities
Tabel 11 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Visual Activities
Siklus II
Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang
0
20
40
60
80
B S B C K K S
VIS UA L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
(% ) S iklus II
Gambar 11 : Grafik Visual Activities Siswa Siklus II
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS
I SIKLUS II
BS 0 0 5 B 5 15 40 C 35 70 55 K 57.5 15 0 KS 2.5 0 0
61
0%
50%
100%
S ebelum S iklus I (% )S iklus II
VIS UA L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
(% ) S iklus II
Gambar 12 : Perbandingan Persentase Visual Activities
Data tabel 11 pada aspek Visual Activities ada peningkatan
persentase indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran
kooperatif GI untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk
indikator B (Baik) persentasenya 5%, untuk indikator C (Cukup)
persentasenya 35%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 57,5% dan
untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah
menerapkan model pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I
diperoleh hasil, untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan,
untuk indikator B (Baik) persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup)
persentasenya 70%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 15% dan
untuk indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%. Setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh
hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 5%, indikator B (Baik)
persentasenya 40%, indikator C (Cukup) persentasenya 55%, indikator K
(Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali)
persentasenya 0 %.
62
2) Oral Activities
Tabel 12 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Oral Activities
Siklus II
Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang
0
20
40
60
80
B S B C K K S
OR A L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
(% ) S iklus II
Gambar 13 : Grafik Oral Activities Siswa Siklus II
0%
50%
100%
S ebelumS iklus I (% )S iklus II
OR A L A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
(% ) S iklus II
Gambar 14 : Perbandingan Persentase Oral Activities
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS
I SIKLUS II
BS 0 0 17.5 B 5 20 40 C 20 55 42.5 K 65 25 0 KS 10 0 0
63
Data tabel 12 pada aspek Oral Activities ada peningkatan persentase
indikatornya. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI
untuk indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B
(Baik) persentasenya 5 %, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 20%,
untuk indikator K (Kurang) persentasenya 65 % dan untuk indikator KS
(Kurang Sekali) persentasenya 10%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,
untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator
B (Baik) persentasenya 20%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya
55%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk indikator
KS (Kurang Sekali) persentasenya berkurang menjadi 0%. Setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh
hasil, indikator BS (Baik Sekali) persentasenya 17,5%, indikator B (Baik)
persentasenya 40%, indikator C (Cukup) persentasenya 42,5%, indikator
K (Kurang) persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali)
persentasenya 0 %.
3) Listening Activities
Tabel 13 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Listening Activities
Siklus II
Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS
I SIKLUS II
BS 0 0 10 B 15 22.5 62.5 C 45 52.5 27.5 K 37.5 25 0 KS 2.5 0 0
64
0
20
40
60
80
B S B C K K S
L IS T E NING A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
(% ) S iklus II
Gambar 15 : Grafik Listening Activities Siswa Siklus II
0%
50%
100%
S ebelum S iklus I (% )S iklus II
L IS T E NING A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
(% ) S iklus II
Gambar 16 : Perbandingan Persentase Listening Activities
Data tabel 13 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 15%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 45%, untuk
indikator K (Kurang) persentasenya 37,5% dan untuk indikator KS
(Kurang Sekali) persentasenya 2,5%. Setelah menerapkan model
pembelajaran pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil,
untuk indikator BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator
B (Baik) persentasenya 22,5%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya
52,5%, untuk indikator K (Kurang) persentasenya 25% dan untuk
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0%. Setelah menerapkan
65
model pembelajaran kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya 10%, indikator B (Baik) persentasenya
62,5%, indikator C (Cukup) persentasenya 27,5%, indikator K (Kurang)
persentasenya 0 %, dan indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.
4) Writing Activities
Tabel 14 : Pengukuran Keaktifan Siswa pada Aspek Writing Activities
Siklus II
Keterangan : BS : Baik Sekali C : Cukup KS : Kurang Sekali B : Baik K : Kurang
0
20
40
60
80
B S B C K K S
WR IT ING A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
(% ) S iklus II
Gambar 17 : Grafik Writing Activities Siswa Siklus II
PERSENTASE (%) KRITERIA SEBELUM SIKLUS
I SIKLUS II
BS 0 0 7.5 B 0 10 72.5 C 65 70 20 K 30 20 0 KS 5 0 0
66
0%
50%
100%
S ebelum S iklus I S iklus II
WR IT ING A C T IVIT IE S
(% )S ebelum(% ) S iklus I
S iklus II
Gambar 18 : Perbandingan Persentase Writing Activities
Data tabel 14 pada aspek ada peningkatan persentase indikatornya.
Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif GI untuk indikator
BS (Baik Sekali) persentasenya 0%, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 0%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 65%, untuk
indikator K (Kurang) persentasenya 30% dan untuk indikator KS (Kurang
Sekali) persentasenya 5%. Setelah menerapkan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif GI pada siklus I diperoleh hasil, untuk indikator
BS (Baik Sekali) belum ada peningkatan, untuk indikator B (Baik)
persentasenya 10%, untuk indikator C (Cukup) persentasenya 70%, untuk
indikator K (Kurang) persentasenya 20% dan untuk indikator KS (Kurang
Sekali) persentasenya 0%. Setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif GI pada siklus II diperoleh hasil, indikator BS (Baik Sekali)
persentasenya 7,5%, indikator B (Baik) persentasenya 72,5%, indikator C
(Cukup) persentasenya 20%, indikator K (Kurang) persentasenya 0 %, dan
indikator KS (Kurang Sekali) persentasenya 0 %.
d. Refleksi
Setelah pertemuan ke-4 yaitu setelah dilaksanakannya tes formatif,
peneliti baru dapat melakukan refleksi secara keseluruhan. Penerapan
model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siklus II
lebih baik dari siklus I. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang
67
menunjukkan peningkatan persentase dari masing-masing aspek pada
waktu penerapan model pembelajaran kooperatif GI (lampiran 19 Hal
131). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif GI dapat meningkatkan
keaktifan siswa antara sebelum dan sesudah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif semua aspek, yaitu Visual Activities, Oral
Activities, Listening Activities dan Writing Activities mencapai 100 %. Hal
ini berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja
ketercapaian tindakan.
Hasil belajar yang dicapai siswa juga mengalami peningkatan yang
cukup berarti. Sebelum penerapan model kooperatif GI nilai rata-rata kelas
hanya sebesar 70,05. Setelah penerapan model kooperatif GI nilai rata-rata
siswa naik menjadi 73,45 pada siklus I dan 79,55 pada siklus II. Pada
siklus II 97,5% siswa nilainya sudah mencapai batas tuntas keberhasilan
belajar. Kondisi ini lebih baik dari siklus I yang hanya 75% siswa yang
mencapai nilai di atas 65 yang merupakan Kriteria Ketuntasn Minimal
(KKM) (Tabel 6 Hal 31).
Setelah menganalisis dan mengolah data hasil observasi serta refleksi
siklus II diperoleh kesimpulan bahwa indikator kinerja ketercapaian tujuan
penelitian telah terpenuhi, yaitu hasil belajar siswa telah memenuhi batas
tuntas keberhasilan belajar yang ditetapkan yaitu 65. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa tindakan kelas telah berhasil sehingga tidak perlu
dilakukan perbaikan siklus berikutnya.
B. Pembahasan
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian
ekonomi. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada
grafik sebagai berikut :
68
Gambar 19 : Grafik Hasil Penelitian
Grafik di atas memberikan informasi bahwa pada siklus I diperoleh hasil
tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 85%, Oral Activities 75%,
Listening Activities 75% dan Writing Activities 80%. Hal ini berarti semua aspek
keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian tindakan. Dari
keempat aspek keaktifan siswa semua aspek keaktifan yang telah mencapai
indikator kinerja ketercapaian tujuan tindakan, yaitu pada aspek Visual Activities,
Oral Activities, Listening Activities dan Writing Activities. Pada siklus II diperoleh
hasil tingkat keaktifan siswa pada aspek Visual Activities 100%, Oral Activities
100%, Listening Activities 100% dan Writing Activities mencapai 100%. Hal ini
berarti semua aspek keaktifan siswa telah mencapai indikator kinerja ketercapaian
tindakan.
G rafik Has il P enelitian
6570758085
K ondisiAwal
S iklus I S iklus II
Nila
i Rat
a-ra
ta K
elas
K ondisiAwalS iklus I
S iklus II
Gambar 20 : Grafik Prestasi Hasil Penelitian
69
Grafik di atas memberikan informasi bahwa pada nilai rata-rata kelas
mengalami peningkatan. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) nilai rata-rata kelas siswa adalah 70,05 tetapi
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) nilai
rata-rata kelas siswa menjadi 73,45 pada siklus I dan 79,55 pada siklus II. Terjadi
peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 3,40 dibandingkan sebelum
diterapkannya model pembelajaran GI. Sebanyak 30 siswa (75%) mendapatkan
nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata
kelas 79,55 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 39 siswa
(97,5%) sudah mencapai nilai di atas 65 dari 75% target yang direncanakan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Adapun deskripsi hasil
penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk
mengetahui kondisi yang ada di SMP N 3 Colomadu. Berdasarkan hasil survey
tersebut, peneliti menemukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
kelas VIII G masih kurang optimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi
dengan guru mata pelajaran IPS untuk mencari solusi dan mengatasi masalah
tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI).
Pada siklus I peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran IPS
Bidang Kajian ekonomi kelas VIII, kemudian peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran.
Materi yang dibahas adalah Pajak. Setelah perangkat siap, peneliti
mendiskusikannya dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran. Siklus I
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI) pada siklus I berjalan dengan lancar, siswa pun dapat
ikut berperan aktif di dalam KBM. Namun, berdasarkan hasil pengamatan
terhadap proses belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan yaitu
siswa belum bisa bekerja sama secara optimal ketika kegiatan investigasi/diskusi
70
kelompok. Selain itu, siswa juga belum berani untuk mengemukakan pendapatnya
di depan teman-teman dan guru. Hasil belajar siswa pada siklus I juga masih
rendah meskipun telah mencapai batas tuntas keberhasilan belajar. Oleh karena
itu, peneliti bersama guru mencari solusi dengan merencanakan siklus II.
Materi pada siklus II adalah Pembentukan harga pasar. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus II siswa terlihat semakin
aktif dan kelemahan pada siklus I sudah teratasi pada siklus II. Siswa yang
sebelumnya masih terlihat malu-malu untuk mengemukakan pendapat sekarang
mulai berani bertanya dan memberikan pendapatnya kepada teman ataupun guru.
Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa setelah siklus
I dan siklus II diperoleh keterangan bahwa siswa merasa lebih memahami materi
pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif GI. Siswa juga mengungkapkan
bahwa hasil belajar mereka mengalami peningkatan. Penerapan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) membuat siswa memahami
konsep materi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kolaborasi siswa
dengan guru dalam mengevaluasi proses belajar membuat siswa mampu
menguasai semua subtopik yang disajikan. Selain itu siswa aktif dalam
menjalankan invetigasi kelompok, menyiapkan laporan akhir dan presentasi hasil
kerja kelompok. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru diperoleh
keterangan bahwa peran serta siswa dalam proses pembelajaran mengalami
peningkatan sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
kooperatif Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian
ekonomi siswa kelas VIII G di SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010
adalah berhasil dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Hal ini dikarenakan
PTK telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan keempat
tahap tersebut diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan
pada pembelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi.
71
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
Meningkatkan Keaktifan Siswa
Berdasarkan hasil observasi penelitian, maka dapat diambil simpulan
bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran. Hal ini ditunjukkan adanya
perubahan sikap siswa dalam pembelajaran, diantaranya adalah interaksi dan kerja
sama antar siswa semakin baik serta siswa semakin mempunyai keberanian untuk
mengemukakan ide dan pendapat di depan kelas.
2. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dapat
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan data berupa nilai kuis sebelum dan sesudah penelitian, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI)
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan ini disebabkan siswa
memahami konsep tentang materi yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Siswa dituntut untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok serta
bertukar informasi atau mengajarkan materi kepada temannya.
B. IMPLIKASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu berasal dari
pihak guru maupun siswa, faktor dari pihak guru, yaitu kemampuan guru dalam
mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi,
kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa, yaitu minat belajar
atau motivasi belajar siswa serta keaktifan siswa selama mengikuti proses
pembelajaran .
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus
diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
70
72
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru
memiliki kemampuan kemampuan merealisasikan model pembelajaran GI baik
maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan
diterima siswa dengan baik apabila siswa juga memiliki minat yang tinggi dan
aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien.
Penelitian ini juga memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Bagi guru mata pelajaran IPS
khususnya ekonomi ataupun mata pelajaran yang lain, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Di samping itu dapat menjadikan siswa lebih aktif dan menghapus
pandangan siswa bahwa pembelajaran yang membosankan menjadi pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan
dalam mengajak siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga siswa
menjadi tidak malu bertanya atau maju di depan kelas menyampaikan
pendapatnya dan hasil pekerjaannya.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar
siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
pada mata pelajaran IPS ekonomi siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu tahun
pelajaran 2009/2010, maka saran yang dapat diberikan sebagai sumbangan
pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan hasil belajar siswa SMP N 3 Colomadu pada khususnya sebagai
berikut :
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikirannya pada proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.
73
b. Siswa hendaknya tidak menganggap pusat informasi adalah guru namun
dapat memanfaatkan sumber belajar yang lain misalnya: buku, teman,
televisi, surat kabar, internet, dan lain-lain.
c. Siswa meminta kepada guru agar bisa memilih pasangan yang akrab
dengannya pada saat sesi diskusi dengan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI), sehingga mereka bisa nyaman dan lebih berani
dalam mengemukakan pendapat satu sama lain.
2. Bagi Guru
a. Guru aktif memotivasi siswa yang kurang memperhatikan dengan cara
memberikan reward baik berupa anggukan, senyuman, nilai maupun
benda
b. Guru lebih memberikan pendekatan dan bimbingan baik secara individu
maupun kelompok dengan cara memberikan nasehat dan arahan agar
tercipta komunikasi antara guru dengan siswa tersebut.
c. Guru membangkitkan rasa percaya diri beberapa siswa yang kurang
merespon dengan cara mendekati siswa tersebut dan memberikan
dorongan agar mereka berani dalam melakukan presentasi di depan kelas
dan mengemukakan ide/ pendapatnya.
3. Bagi Sekolah
a. Mensosialisasikan model PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan) dan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton.
b. Diharapkan sekolah dapat memberi kemudahan bagi guru dalam
menyediakan fasilitas yang lebih menunjang dalam proses pembelajaran.
c. Kepala Sekolah lebih memberikan kesempatan kepada guru-guru mata
pelajaran untuk mengikuti pelatihan atau seminar berhubungan dengan
model dan metode pembelajaran inovatif.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New Jersey: The
Mc.Graw Hill Companies, Inc. A. Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zaenal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya. I Gusti Ngurah Japa. 2008. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Terbuka Melalui Investigasi bagi Siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu. Singaraja : Lembaga Penelitian Undiksha.
Joyce, Bruce.R. Weil, Marsha. Calhoun, Emily. 2000. Models of Teaching.
Boston: Allyn and Bacon. Kagan, Spencer. 1985. “Dimension of Cooperative Classroom Structure” dalam
Slavin,R.E. Learning to Cooperate, Cooperate to Learn. 72-73. London: Plenum Press.
Kasihani Kasbolah E.S. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru.Malang:
Universitas Malang. Kessler, Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning: A Theacher’s Resource
Book. New Jersey: Prentice Hall Regents. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosda Karya. Nana Sudjana. 1991. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja
Karya Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya. Nurhadi . 2004. Kurikulum 2004 ( Pertanyaan dan Jawaban ). Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia. Roestiyah N.K 2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan
Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian). Jakarta: Rineka Cipta.
75
Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada. Slavin, Robert. E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media. Suhaida Abdul Kadir. 2002. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan
Tradisional Terhadap Prestasi, Atribusi Pencapaian, Konsep Kondisi Akademik dan hubungan Sosial Dalam Pendidikan Perakaunan. Malaysia:
Universiti Putra Malaysia. Suharsimi Arikunto, Cepi safrudin abdul jabar. 2004. Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: CV. Rajawali Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Usman H.B. 2001. Jurnal Ilmu Pendidikan (meningkatkan Pemahaman
Mahasiswa Tentang Konsep Limit Fungsi Satu Variabel real Melalui Pembelajaran Kooperatif). Malang: Universitas Negeri Malang.
Zaenal Arifin.1990.Evaluasi Instruksional.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Recommended