View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS QUR’AN (BTQ)
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ANAK
DI MADRASAH DINIYAH THORIQUL IHSAN
BULU KIDUL BALONG PONOROGO
SKRIPSI
OLEH
AWALUL BADRIYATAL AMBARWATI
NIM: 210316012
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
APRIL 2020
i
ABSTRAK
Ambarwati, Awalul Badriyatal. 2020. Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan
Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ) terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK), Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing, Dr. Andhita Dessy
Wulansari, M.Si.
Kata Kunci: Bimbingan orang tua, Motivasi belajar, Kemampuan membaca
Al-Qur’an.
Seorang muslim harus memiliki kemampuan untuk membaca Al-Qur’an,
karena dengan membaca Al-Qur’an dapat memahami ajaran Agama Islam.
Namun, fakta di lapangan banyak dijumpai anak-anak yang belum bisa membaca
Al-Qur’an. Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an anak,
yaitu: faktor internal (motivasi belajar, inteligensi, bakat dan minat siswa) dan
faktor eksternal (bimbingan orang tua, metode mengajar guru, dan teman
bergaul). Bimbingan orang tua mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an
anak karena semakin intensif bimbingan orang tua, maka akan semakin baik pula
kemampuan membaca Al-Qur’an anak. Motivasi belajar juga mempengaruhi
kemampuan membaca Al-Qur’an anak, karena semakin tinggi motivasi belajar
anak, maka akan semakin baik pula kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kemampuan membaca Al-
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan; (2) mengetahui signifikansi
pengaruh bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan; (3) mengetahui signifikansi pengaruh motivasi
belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak
di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu; (4) mengetahui signifikansi pengaruh
bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang datanya berupa
angka-angka. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan yang level mengajinya sudah Al-Qur’an, yaitu sejumlah
41 anak. Adapun sampel yang diambil oleh peneliti adalah 36 responden, karena
yang 5 responden digunakan oleh peneliti untuk uji keterbacaan. Instrumen
pengumpulan data yaitu dengan menggunakan angket, tes, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa: (1) kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, dominan dalam
kategori sedang dengan prosentase 63,89%. (2) Bimbingan orang tua berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan, dengan prosentase 80,3%. (3) Motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca
Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu, dengan prosentase
sebesar 71,9%. (4) Bimbingan orang tua dan Motivasi belajar dalam Pembelajaran
BTQ berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, dengan prosentase sebesar 83,6%.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama saudara:
Nama : Awalul Badriyatal Ambarwati
NIM : 210316012
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar dalam
Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ) terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Bulu Kidul Balong Ponorogo.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqasah.
Pembimbing
Dr. Andhita Dessy Wulansari, M.Si Tanggal 11 April 2020
NIP. 198312192009122003
Mengetahui,
Ketua
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Kharisul Wathoni, M. Pd. I. NIP. 197306252003121002
iii
iv
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Awalul Badriyatal Ambarwati
NIM : 210316012
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi/Tesis : “Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Motivasi
Belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an
(BTQ) terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an
anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu
Kidul, Balong, Ponorogo”
Menyatakan bahwa naskah skripsi / tesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen
pembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut dipublikasikan oleh perpustakaan
IAIN Ponorogo yang dapat diakses di etheses.iainponorogo.ac.id. Adapun isi dari
keseluruhan tulisan tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Demikian surat pernyataaan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ponorogo, 15 Mei 2020
Hormat Saya,
Awalul Badriyatal Ambarwati
NIM. 210316012
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang mengandung mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril, yang
tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, yang dimulai dari
Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Naas, yang membacanya
dinilai ibadah.1 Mempelajari Al-Qur’an adalah kewajiban yang
diperintahkan oleh Allah Swt kepada setiap muslim dan muslimah. Selain
sebagai kebutuhan, Al-Qur’an adalah kitab hidayah yang menunjukkan jalan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.2 Di dalam Al-Qur’an berisi ajaran-ajaran
yang berguna bagi umat manusia dan dijadikan sebagai sumber utama
dalam Islam. Oleh karena itu, setiap umat manusia diharapkan untuk
mampu membaca Al-Qur’an serta memahami ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam Al-Qur’an.
Mampu membaca Al-Qur’an adalah suatu kewajiban yang harus
dimiliki oleh seorang muslim, karena dengan membaca Al-Qur’an seorang
muslim dapat mengetahui dan memahami ajaran Agama Islam.3 Membaca
Al-Qur’an merupakan perbuatan yang sangat mulia, mengangkat derajat
1 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim
dari Hafash (Jakarta: AMZAH, 2013), 2. 2 Udi Imama, Sudah Baik Dan Benarkah Bacaan Al-Qur’anku? (Bandung: Khazanah
Intelektual, 2000), 3. 3 Suherman, “Pengaruh Kemampuan Membaca Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa Politeknik Negeri Medan,” ANSIRU PAI, 2 (Juli-Des, 2017), 1-2.
2
bagi pembacanya, melantunkan perkataan yang penuh makna dan
memperoleh ganjaran bagi yang melafadzkan-nya, bahkan merupakan salah
satu bentuk macam ibadah untuk mendekatkan pelakunya (pembacanya)
kepada Allah Swt. Membaca Al-Qur’an sudah menjadi tradisi kaum
muslimin di masa lalu hingga sekarang.
Berbicara mengenai realita sekarang, masih banyak ditemukan anak-
anak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hal ini
bisa dikarenakan kurangnya pembelajaran membaca Al-Qur’an di sekolah-
sekolah, selain itu juga faktor dari keluarga yang kurang dalam
mengarahkan anaknya untuk belajar membaca Al-Qur’an sehingga minat
siswa dalam belajar membaca Al-Qur’an kurang.4
Keluarga, khususnya orang tua memiliki peran yang paling luas
dalam mendidik, membimbing, dan mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
Orang tua juga mengajarkan anak dengan keterampilan verbal, agar dapat
berbicara, mengajarkan nilai-nilai kehidupan, dengan mengenalkan
kebaikan dan menuntun agar dapat berbuat baik. Mereka mengajarkan anak
agar mengenal Allah Yang Maha Pencipta, mengajarkan berdo’a, beribadah,
shalat, membaca Al-Qur’an, dan agar selalu menjaga kebersihan hati.
Orang tua merupakan tempat bagi anak untuk melihat cahaya
kehidupan pertama, sehingga apapun yang dicurahkan dalam sebuah
keluarga akan meninggalkan kesan yang mendalam terhadap watak, pikiran,
sikap, dan perilaku anak. Sebab, tujuan dalam membina kehidupan keluarga
4 Endah Hapsari, “Anak Sekarang Banyak yang tak Bisa Baca Al-Qur’an, Ini Buktinya”,
Republika, 28 Januari 2013.
3
adalah agar dapat melahirkan generasi baru sebagai penerus perjuangan
hidup orang tua. Untuk itu orang tua mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban dalam pendidikan anak, yang antara lain adalah memberikan
perhatian yang intensif dan konsentrasi pada waktu belajar.
Salah satu peranan orang tua terhadap anak adalah adanya
bimbingan membaca Al-Qur’an. Bimbingan merupakan suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Bimbingan harus
diintensifkan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.5
Bimbingan yang dimaksud disini adalah bimbingan dalam hal membaca Al-
Qur’an, agar anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Dengan bimbingan seseorang akan menjadi terarah kemana tujuan dan
keinginan yang ingin dicapai. Sama seperti bimbingan orang tua kepada
anak dalam membaca Al-Qur’an, orang tua pasti sangat menginginkan anak
mereka dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar, fasih, dan tartil.
Membimbing anak dalam membaca Al-Qur’an merupakan hal yang
penting untuk dilakukan karena tujuannya adalah untuk memberlakukan
syari’at Islam. Namun demikian, masih terdapat orang tua yang tidak
memperdulikan anaknya dalam membaca Al-Qur’an, bahkan lebih
mementingkan anak untuk mengikuti kursus Bahasa Inggris, Matematika,
serta pengetahuan lainnya ketimbang mengajarkan anak untuk membaca Al-
Qur’an, sehingga kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an belum
5 Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 2.
4
maksimal. Padahal dalam konsep Islam, membimbing dan mengajarkan
anak membaca Al-Qur’an merupakan hal pokok agar anak lebih mengenal
Allah Swt dan menerapkan hukum-hukumnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan seorang anak dalam membaca Al-Qur’an dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya: motivasi, minat, inteligensi, orang tua,
lingkungan sekolah, teman sebaya, dan masyarakat.6 Khusus pada proses
pembelajaran membaca Al-Qur’an, orang tua mempunyai kewajiban untuk
membimbing dan mengajarkan anaknya agar memiliki kemampuan yang
baik dalam membaca Al-Qur’an. Dengan adanya bimbingan membaca Al-
Qur’an dari orang tua terhadap anaknya akan sangat bermanfaat bagi
berlangsungnya kegiatan anak dalam belajar membaca Al-Qur’an. Selain
itu, dalam proses belajar membaca Al-Qur’an, motivasi juga sangat
diperlukan.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk
mencapai tujuan tertentu.7 Motivasi yang dimaksud di sini adalah motivasi
belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ). Dengan adanya
motivasi belajar dalam pembelajaran BTQ, anak akan terdorong untuk
semangat dalam belajar membaca Al-Qur’an, yang nantinya akan
menentukan kemampuan membaca Al-Qur’an anak. Seseorang yang tidak
6 Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008), 16. 7 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar & Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2017), 186.
5
mempunyai motivasi dalam belajar membaca Al-Qur’an, maka tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar membaca Al-Qur’an.
Dalam membahas motivasi belajar akan dibahas dari dua jenis
motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang
dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang karena
adanya perangsangan dari luar.8 Motivasi berperan penting dalam kegiatan
belajar (pembelajaran), karena dengan adanya motivasi anak tidak hanya
akan belajar dengan giat tetapi juga menikmatinya.
Motivasi belajar anak dan bimbingan orang tua terhadap anak,
terutama perhatian dalam proses belajar membaca Al-Qur’an akan
menimbulkan minat yang tinggi pada anak terhadap pelajaran tersebut, dan
pada akhirnya akan menentukan kemampuan membaca Al-Qur’an dari anak
tersebut. Kemampuan membaca Al-Qur’an harus dilakukan dengan baik dan
benar khususnya dalam teknis membaca atau ketepatan dalam membaca Al-
Qur’an yang disebut dengan istilah tartil.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam
membaca Al-Qur’an adalah bimbingan dari orang tua.9 Berdasarkan
informasi yang diperoleh peneliti, melalui wawancara dengan salah satu
Ustadz di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, diperoleh keterangan bahwa
anak-anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan kemampuan membaca Al-
Qur’annya belum maksimal. Hal ini ditandai dengan beberapa bukti sebagai
8 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009), 194. 9 Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar, 16.
6
berikut: dalam membaca ayat Al-Qur’an belum lancar, belum sesuai dengan
kaidah Ilmu Tajwid yang baik dan benar, serta dalam pengucapan huruf-
huruf Hijaiyah belum sesuai dengan makharijul hurufnya.10 Peneliti
beranggapan bahwa belum maksimalnya kemampuan membaca Al-Qur’an
anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, dikarenakan kurangnya
bimbingan dari orang tua. Banyak orang tua yang kurang memperhatikan
akan pendidikan anaknya termasuk dalam hal kemampuan membaca Al-
Qur’an. Tidak sedikit orang tua yang lebih mementingkan bekerja ke luar
negeri maupun dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan ekonominya,
tetapi di sisi lain juga untuk mencari kepuasan dunia agar hidupnya
dipandang mewah oleh orang lain, sehingga anak dititipkan kepada
neneknya. Padahal pendidikan yang pertama dan paling utama adalah dari
orang tua. Kurangnya perhatian, bimbingan, dan kasih sayang dari orang tua
akan berdampak pada pendidikan anak, termasuk dalam hal kemampuan
membaca Al-Qur’an.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, melalui wawancara
dengan salah satu Ustadz di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, diperoleh
keterangan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
tidak didapatkan secara merata pada anak-anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan. Di samping itu, ketika proses pembelajaran BTQ
berlangsung, sebagian santri (anak) ada yang memperhatikan dan tertarik
dengan pembelajaran, namun sebagian dari yang lain ada pula yang tidak
10 Wawancara dengan Ustadz Shidhiq di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul,
Balong, Ponorogo, pada tanggal 08 Januari 2020.
7
tertarik dengan pembelajaran. Beliau juga menjelaskan bahwa anak-anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan memiliki karakter yang berbeda-beda saat
mengikuti pembelajaran BTQ, ada yang memiliki semangat tinggi dalam
belajar membaca Al-Qur’an dan rasa ingin tahu yang besar, ada pula anak
yang tidak memiliki semangat dalam belajar membaca Al-Qur’an,
menunda-nunda untuk membaca Al-Qur’annya, serta tidak mau bertanya
apabila ada bacaan yang belum diketahuinya. Berdasarkan kondisi tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar anak dalam
pembelajaran BTQ dapat dikatakan belum maksimal, sehingga
menyebabkan kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an juga belum
maksimal.11
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan. Madrasah
Diniyah ini dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan merupakan salah satu Madrasah Diniyah yang menekankan
pentingnya membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar melalui
Pembelajaran BTQ. Pembelajaran BTQ di Madrasah Diniyah ini
berlangsung setiap kali di jam pelajaran pertama sebelum pembelajaran
lainnya. Hal ini bertujuan agar anak-anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan bacaan Al-Qur’annya menjadi lebih maksimal. Selain itu, alasan lain
peneliti melakukan penelitian di madrasah tersebut karena adanya
keterbukaan dari pihak madrasah terhadap penelitian yang akan
11 Ibid.,
8
dilaksanakan, serta lokasi madrasah yang tidak terlalu jauh dari tempat
tinggal peneliti, sehingga akan lebih mudah untuk dijangkau dan lebih
ekonomis. Dengan kata lain untuk mempermudah dalam melakukan
penelitian karena terbatasnya tenaga, waktu, dan biaya. Dengan demikian,
peneliti akan mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul:
“PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS QUR’AN
(BTQ) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ANAK
DI MADRASAH DINIYAH THORIQUL IHSAN BULU KIDUL
BALONG PONOROGO”
B. Batasan Masalah
Banyak faktor-faktor atau variabel yang dapat ditindak lanjuti dalam
penelitian ini. Namun, karena luasnya bidang cakupan dan agar tidak terjadi
kerancuan dalam penelitian serta mengingat adanya berbagai keterbatasan
dari peneliti, baik dari segi waktu, tenaga, biaya, dan jangkauan dalam
penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitiannya pada pengaruh
bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis
Qur’an (BTQ) terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
9
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo?
2. Apakah bimbingan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo?
3. Apakah motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo?
4. Apakah bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran
BTQ berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong,
Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
10
2. Untuk mengetahui apakah bimbingan orang tua berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
3. Untuk mengetahui apakah motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong,
Ponorogo.
4. Untuk mengetahui apakah bimbingan orang tua dan motivasi belajar
dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan
manfaat secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan serta dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa
teori-teori terhadap dunia Pendidikan, khususnya tentang pengaruh
bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran Baca
Tulis Qur’an (BTQ) terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai
acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
11
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti serta melatih diri peneliti untuk
mengembangkan pemahaman kemampuan berpikir melalui
penulisan karya ilmiah tentang “Pengaruh Bimbingan Orang Tua
dan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ)
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo”.
b. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk
memperbaiki kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
c. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi para orang
tua dalam mendidik dan meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an bagi anak-anaknya.
d. Bagi Peserta Didik (Anak/Santri)
Dari hasil penelitian ini, diharapkan anak/santri (peserta
didik) memperhatikan dan mengikuti pengarahan (bimbingan) orang
tua, agar anak mendapatkan hasil yang memuaskan, terutama dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.
12
F. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat memberikan gambaran dalam memahami penulisan
skripsi ini, maka dapat disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, adalah pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar
belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, pada bab ini menguraikan tentang telaah hasil penelitian
terdahulu, landasan teori kemampuan membaca Al-Qur’an, bimbingan
orang tua, motivasi belajar, dan Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ),
serta kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
Bab ketiga, berisi metode penelitian yang menguraikan tentang
rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen pengumpulan data,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab keempat, berisi temuan dan hasil penelitian yang membahas
tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data
(pengajuan hipotesis), interpretasi dan pembahasan.
Bab kelima, merupakan penutup dari laporan penelitian yang berisi
kesimpulan dan saran.
13
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Telaah penelitian terdahulu dalam penelitian ilmiah dijadikan sebagai
bahan rujukan untuk memperkuat kajian teoritis dan memperoleh informasi
yang berkaitan dengan topik pembahasan. Adapun hasil temuan penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut:
Penelitian pertama, adalah penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Rifqi Maulana pada tahun 2016 dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Santri di TPQ Asy-Syafi’iyah Pekalongan Batealit Jepara”.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menjawab permasalahan tentang
bagaimana bimbingan belajar orang tua pada santri di TPQ Asy-Syafi’iyah
Pekalongan Batealit Jepara. (2) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan
membaca Al-Qur’an santri di TPQ Asy-Syafi’iyah Pekalongan Batealit
Jepara. (3) Untuk mengetahui adakah pengaruh bimbingan belajar orang tua
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an santri di TPQ Asy-Syafi’iyah
Pekalongan Batealit Jepara.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat
korelasional dan kuantitatif. Agar representatif dalam pengambilan sampel
digunakan teknik simple random sampling yang bertujuan untuk mengetahui
14
apakah ada pengaruh bimbingan belajar yang dilakukan oleh orang tua
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an santri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi Maulana
dapat disimpulkan bahwa sumbangan bimbingan belajar orang tua dalam
mengajar terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an santri di TPQ Asy-
Syafi’iyah Pekalongan Batealit Jepara sebesar 38,5%, sedangkan selebihnya
61,5% dipengaruhi faktor lain seperti faktor fisiologi, inteligensi, minat,
motivasi, sikap santri, ingatan, perhatian sekolah, faktor budaya, faktor
lingkungan fisik dan lain sebagainya. Dengan demikian terdapat pengaruh
bimbingan belajar orang tua terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an santri
di TPQ Asy-Syafi’iyah Pekalongan Batealit Jepara.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel Y,
yaitu kemampuan membaca Al-Qur’an. Sama-sama menggunakan jenis
penelitian kuantitatif dan menggunakan uji statistik. Adapun perbedaannya
dalam penelitian ini adalah jika penelitian terdahulu hanya menggunakan 2
variabel, sedangkan penelitan yang akan dilakukan ini menggunakan 3
variabel.
Penelitian kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Fathun Ni’am
pada tahun 2018 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Intensitas
Bimbingan Orang Tua Membaca Al-Qur’an terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Siswa Kelas VIII MTS Fatahillah Semarang Tahun Ajaran
2017/2018”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui intensitas
bimbingan orang tua membaca Al-Qur’an siswa kelas VIII MTs Fatahillah
15
Semarang. (2) Mengetahui kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas VIII
MTS Fatahillah Semarang. (3) Mengetahui pengaruh antara intensitas
bimbingan orang tua membaca Al-Qur’an terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an siswa kelas VIII MTs Fatahillah Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis
regresi linier sederhana, yang dilaksanakan di MTs Fatahillah Semarang
Tahun Ajaran 2017/2018. Penelitian ini mengambil semua sampel yang
berjumlah 66 siswa. Peneliti menggunakan instrumen angket dan instrumen
tes untuk mendapatkan data variabel X dan variabel Y.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathun Ni’am dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
intensitas bimbingan orang tua membaca Al-Qur’an terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an siswa kelas VIII MTs Fatahillah Semarang. Pada taraf
signifikansi 5% diperoleh harga Ftabel = 3,99 dan harga Freg = 4,102. Jika
dibandingkan maka harga Freg > harga Ftabel. Dengan demikian hasilnya
signifikan. Sehingga intensitas bimbingan orang tua membaca Al-Qur’an
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan membaca
Al-Qur’an siswa kelas VIII MTs Fatahillah Semarang.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel Y,
yaitu kemampuan membaca Al-Qur’an. Sama-sama menggunakan jenis
penelitian kuantitatif dan menggunakan uji statistik. Adapun perbedaannya
dalam penelitian ini adalah jika penelitian terdahulu hanya menggunakan 2
variabel, sedangkan penelitan yang akan dilakukan ini menggunakan 3
16
variabel. Penelitian terdahulu dilaksanakan di MTs Fatahillah Semarang,
sedangkan penelitan yang akan dilakukan oleh peneliti ini dilaksanakan di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Penelitian ketiga, adalah penelitian yang dilakukan oleh Jihan Adiba
pada tahun 2019 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar
dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran TBTQ (Tuntas Baca Tulis Qur’an)
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas X SMKN 1
Ponorogo Tahun Ajaran 2018/2019”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mengetahui signifikansi pengaruh antara motivasi belajar terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas X SMKN 1 Ponorogo Tahun
Ajaran 2018/2019. (2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh antara
keaktifan siswa dalam pembelajaran TBTQ terhadap kemampuan membaca
Al-Qur’an siswa kelas X SMKN 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2018/2019. (3)
Untuk mengetahui signifikansi pengaruh antara motivasi belajar dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran TBTQ terhadap kemampuan membaca
Al-Qur’an siswa kelas X SMKN 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2018/2019.
Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kuantitatif, dengan jumlah
sampel 92 responden dan dijadikan sampel penelitian dengan menggunakan
simple random sampling. Serta menggunakan analisis regresi linier sederhana
dan berganda, instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah angket,
observasi, dokumentasi, dan tes.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Adanya pengaruh yang
signifikan antara motivasi belajar terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an,
17
dimana diperoleh nilai Fhitung (14,020) > Ftabel (3,95), sehingga Ho ditolak/Ha
diterima. Hal ini berarti motivasi belajar mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an sebesar 13,5%. (2) Adanya pengaruh yang
signifikan antara keaktifan siswa dalam pembelajaran TBTQ terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an, dimana diperoleh nilai Fhitung (5,711) >
Ftabel (3,95), sehingga Ho ditolak/Ha diterima. Hal ini berarti keaktifan siswa
dalam pembelajaran TBTQ mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an sebesar 6%. (3) Adanya pengaruh yang signifikan antara
motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran TBTQ terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an, dimana diperoleh nilai Fhitung (6,944) >
Ftabel (3,10), sehingga Ho ditolak/Ha diterima. Hal ini berarti motivasi belajar
dan keaktifan siswa dalam pembelajaran TBTQ mempunyai pengaruh
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an sebesar 13,5%.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel Y,
yaitu kemampuan membaca Al-Qur’an. Sama-sama menggunakan jenis
penelitian kuantitatif dan menggunakan uji statistik, serta sama-sama
menggunakan 3 variabel. Adapun perbedaannya dalam penelitian ini adalah
jika penelitian terdahulu menggunakan variabel motivasi belajar dan
keaktifan siswa sebagai variabel independennya, sedangkan penelitan yang
akan dilakukan ini menggunakan variabel bimbingan orang tua dan motivasi
belajar dalam Pembelajaran BTQ sebagai variabel independennya.
Penelitian keempat, adalah penelitian yang dilakukan oleh Aulia
Shavira pada tahun 2019 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
18
Pembelajaran Kitab Matan Jazariyyah dan Kedisiplinan Santri terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri di Madrasah Diniyah Riyadlotusy
Syubban Pondok Pesantren Al-Hasan Tahun Pelajaran 2018-2019”.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh pembelajaran kitab
Matan Jazariyyah terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an santri Madrasah
Diniyah Riyadlotusy Syubban Pondok Pesantren Al-Hasan tahun Pelajaran
2018-2019. (2) Mengetahui pengaruh kedisiplinan santri terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an santri Madrasah Diniyah Riyadlotusy
Syubban Pondok Pesantren Al-Hasan tahun Pelajaran 2018-2019. (3)
Mengetahui pengaruh pembelajaran kitab Matan Jazariyyah dan kedisiplinan
santri terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an santri Madrasah Diniyah
Riyadlotusy Syubban Pondok Pesantren Al-Hasan tahun Pelajaran 2018-
2019.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan populasi
seluruh siswa kelas 4 berjumlah 32 santri. Adapun sampel yang digunakan
berupa sampel populasi, yaitu seluruh jumlah populasi. Penelitian ini
menggunakan angket dan tes sebagai instrumen dalam pengumpulan data.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Ada pengaruh yang
signifikan pembelajaran kitab Matan Jazariyyah terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an yang diperoleh Fhitung = 12,848 > Ftabel = 4,17 sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan prosentase pengaruh sebesar 30,0%
sedangkan 70% dipengaruhi faktor yang tidak termasuk dalam model. (2)
Ada pengaruh yang signifikan kedisiplinan santri terhadap kemampuan
19
membaca Al-Qur’an yang diperoleh Fhitung = 8,252 > Ftabel = 4,17 sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan prosentase pengaruh sebesar 21,6%
sedangkan 78,4% dipengaruhi faktor yang tidak termasuk dalam model. (3)
Ada pengaruh yang signifikan pembelajaran kitab Matan Jazariyyah dan
kedisiplinan santri terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang diperoleh
Fhitung = 87,391 > Ftabel = 3,33 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
prosentase pengaruh sebesar 33,8% sedangkan 66,2% dipengaruhi faktor
yang tidak termasuk dalam model.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel Y,
yaitu kemampuan membaca Al-Qur’an. Sama-sama menggunakan jenis
penelitian kuantitatif, dengan menggunakan sampel populasi, sama-sama
menggunakan 3 variabel, serta penelitian ini sama-sama dilakukan di
Madrasah Diniyah. Adapun perbedaannya dalam penelitian ini adalah jika
penelitian terdahulu menggunakan variabel Kitab Matan Jazariyyah dan
kedisiplinan santri sebagai variabel independennya, sedangkan penelitan yang
akan dilakukan ini menggunakan variabel bimbingan orang tua dan motivasi
belajar dalam Pembelajaran BTQ sebagai variabel independennya. Perbedaan
lain dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
terletak pada lokasi penelitiannya. Jika penelitian terdahulu dilaksanakan di
Madrasah Diniyah Riyadlotusy Syubban Pondok Pesantren Al-Hasan,
sedangkan penelitan yang akan dilakukan oleh peneliti ini dilaksanakan di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
20
Penelitian kelima, adalah penelitian yang dilakukan oleh Wasiul
Maghfiroh pada tahun 2018 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Bimbingan Orang Tua dan Profesionalisme Guru terhadap Prestasi Belajar
Anak Kelas 1A Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari Carangrejo
Sampung Ponorogo”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui
bimbingan orang tua anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda
Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo. (2) Mengetahui profesionalisme
guru anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari,
Carangrejo, Sampung, Ponorogo. (3) Mengetahui prestasi belajar anak kelas
1A di Madrasah Diniyah Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo. (4)
Mengetahui pengaruh bimbingan orang tua dan profesionalisme guru
terhadap prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda
Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo.
Penelitian ini dirancang menggunakan metode kuantitatif desain ex-
post facto, dengan jumlah populasi 24 responden dan dijadikan sampel
penelitian dengan mengggunakan teknik sampling jenuh. Serta menggunakan
analisis regresi linier berganda, instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah angket dan dokumentasi.
Adapun hasilnya adalah: (1) Bimbingan orang tua anak kelas 1A di
Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung,
Ponorogo dalam kategori sendang dengan prosentase 66,67% atau sebanyak
16 siswa dari 24 responden. (2) Profesionalisme guru anak kelas 1A di
Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung,
21
Ponorogo dalam kategori sedang dengan prosentase 95,83% atau 23 siswa
dari 24 responden. (3) Prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah
Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo dalam kategori sedang dengan
prosentase 100% atau 24 siswa. (4) Ada pengaruh yang tidak signifikan
antara bimbingan orang tua dan profesionalisme guru terhadap prestasi
belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari,
Carangrejo, Sampung, Ponorogo yang terlihat dari perhitungan taraf
signifikansi 0,05% diperoleh Fhitung (0,043) < Ftabel (3,40) dengan koefisien
determinasi (R2) sebesar 4% dan sisanya sebesar 96% dipengaruhi oleh faktor
lainnya.
Persamaan dari penelitian ini terletak pada variabel X1 nya yaitu
bimbingan orang tua, sama-sama menggunakan jenis penelitian kuantitatif,
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh, serta
sama-sama menggunakan analisis regresi linier berganda. Adapun
perbedaannya dalam penelitian ini adalah pada variabel X2 dan variabel Y
nya. Jika penelitian terdahulu variabel X2 nya adalah profesionalisme guru,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan variabel X2 nya adalah motivasi
belajar. Serta jika penelitian terdahulu variabel Y nya adalah prestasi belajar,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan variabel Y nya adalah kemampuan
membaca Al-Qur’an.
22
B. Landasan Teori
1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Secara umum kemampuan diartikan sebagai kesanggupan,
kecakapan, ataupun kekuatan untuk melakukan sesuatu.12
Kemampuan juga dapat dikatakan kompetensi. Kompetensi adalah
kemampuan berperilaku rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.13
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran atau bimbingan yang telah
dipersiapkan secara matang.
Sedangkan membaca dalam KBBI diartikan sebagai kegiatan
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan
atau dalam hati, mengeja atau dengan melafalkan apa yang tertulis.
Menurut Mulyono Abdurahman membaca merupakan aktivitas
kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang
terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman
penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman.
Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf
dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat
12 Siwi Puji Astuti, “Pengaruh Kemampuan Awal dan Minat Belajar terhadap Prestasi
Belajar Fisika,” Formatif, 5 (2015), 71. 13 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998), 14.
23
simbol-simbol bahasa dengan tepat dan memiliki penalaran yang
cukup untuk memahami bacaan.14
Membaca merupakan salah satu sarana untuk menambah
wawasan atau meningkatkan pengetahuan. Betapa pentingnya
membaca sehingga ayat yang pertama kali turun adalah perintah
membaca (iqra’) sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-‘Alaq
ayat pertama, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu yang
menciptakan”. Perintah membaca ini sudah semestinya melekat pada
setiap pribadi Muslim. Sebab ia adalah titah suci Tuhan kepada
manusia. Dengan demikian, orang tua sudah seharusnya
membimbing anaknya untuk membaca, termasuk membimbing
dalam membaca Al-Qur’an sejak dini agar kelak mereka menjadi
orang yang berwawasan luas dan berkepribadian matang.15
Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas
visual dalam menerjemahkan suatu tulisan ke dalam sebuah lisan
untuk menambah wawasan, yang mana diperlukan bagi seorang
individu untuk dapat meningkatkan pemahaman dan potensi diri.
Membaca merupakan sebuah keterampilan dalam memahami makna
yang terkandung dalam sebuah bacaan.
Adapun kata Al-Qur’an secara etimologis berasal dari bahasa
Arab, yaitu akar kata dari qara’a yang berarti membaca. Al-Qur’an
adalah bentuk isim masdar yang diartikan sebagai isim maf’ul, yaitu
14 Irdawati, Yunidar, dan Darmawan, “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 Di Min Buol,” Kreatif Tadulako Online, 4, 4. 15 Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak, 121-122.
24
maqru’ yang berarti yang dibaca. Pendapat lain menyatakan bahwa
lafadz Al-Qur’an yang berasal dari akar kata qara’a tersebut juga
memiliki arti al-jam’u yaitu mengumpulkan dan menghimpun.16
Sedangkan secara terminologis, para ulama menyebutkan
definisi bahwa Al-Qur’an adalah firman (kalam) Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang pembacaannya
menjadi suatu ibadah. Maka kata “kalam” yang termaktub dalam
definisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh
jenis kalam, dan penyandarannya kepada Allah yang menjadikannya
kalamullah, menunjukkan secara khusus sebagai firman-Nya, bukan
kalam manusia, jin, maupun malaikat.17
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah
kesanggupan anak untuk dapat melisankan, mengeja atau melafalkan
apa yang tertulis di dalam kitab suci Al-Qur’an sesuai dengan kaidah
Ilmu Tajwid yang baik dan benar, mampu mengucapkan huruf-
hurufnya dengan benar sesuai dengan makhraj-nya, serta dalam
melafalkan ayatnya tidak terputus-putus.
b. Dasar Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an adalah ibadah yang diberi pahala oleh
Allah kepada pembacanya jika cara membacanya benar serta
16 Mohammad Nor Ichwan, Belajar Al-Qur’an: Menyingkap Khazanah Ilmu-Ilmu Al-
Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis (Semarang: RaSAIL, 2015), 33. 17 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2011), 18.
25
mengikuti kaidah bacaan dan hukum Tajwid. Frekuensi membaca
Al-Qur’an merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui
suatu ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum.18
Adapun dasarnya terdapat di dalam QS. Al-Alaq ayat 1-5:
نسان من علق ) ( خلق ١اقرأباسم رب ك الذى خلق ) ( اقرأ وربك ٢ال
ن ٤( الذى علم بالقلم )٣الكرم ) (٥سان مالم يعلم )( علم ال
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1).
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah
dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia (3). Yang mengajar manusia
dengan perantaraan kalam (4). Dan mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya (5).”19
Adapun hadits Rasulullah yang memerintahkan untuk
membaca Al-Qur’an yaitu:
ه ي ل ع ى الل ل ص الل ول س ر ت ع م ى : س ال ى ق ل اه ة الب ام م ا و ب ى ا ن ث د ح
: اقرءوا القران فانه يأتي يوم القيامة شفيعا لصحابه ول ق ي م ل س و
“Telah menceritakan kepadaku Abu Umamah Al-Bahalli, berkata:
aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Bacalah Al-Qur’an
karena dia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela bagi
orang yang membacanya.” (HR. Muslim)20
18 Shobah Shofariyani Iryanti, Fitri lIza, “Implementasi Metode Kritik Intrinsik Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an,” Pendidikan Islam, 1 (Mei, 2019), 56. 19 Amirullah Syarbini & Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an (Bandung:
Ruang Kata, 2012), 10. 20 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, 58.
26
c. Adab Membaca Al-Qur’an
Segala perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan etika
dan adab untuk melakukannya, termasuk dalam hal membaca Al-
Qur’an. Adapun adab dalam membaca Al-Qur’an yang disebutkan
oleh para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut:21
1) Berguru secara Musyafahah
Kata Musyafahah dari kata syafawiy yang artinya bibir,
musyafahah berarti bibir-bibiran. Maksudnya, murid dan guru
harus bertemu langsung, saling melihat gerakan bibir masing-
masing pada saat membaca Al-Qur’an, karena murid tidak akan
dapat membaca secara fashih sesuai dengan makhraj (tempat
keluarnya huruf) dan sifat-sifat huruf tanpa memperlihatkan
bibirnya atau mulutnya pada saat membaca Al-Qur’an.
2) Niat membaca dengan ikhlas
Seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya berniat
yang baik, yaitu niat beribadah yang ikhlas karena Allah untuk
mencari ridha Allah, bukan mencari ridha manusia atau agar
mendapatkan pujian.
3) Dalam keadaan bersuci
Diantara adab membaca Al-Qur’an adalah bersuci dari
hadas kecil, hadas besar, dan segala najis. Sebab yang dibaca
21 Ibid, 35.
27
adalah wahyu Allah atau firman Allah, bukan perkataan
manusia. Firman Allah Swt:
رون ) العالمين )٧٩ليمسه ال المطه (٨٠( تنزيل من رب
“Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan (79).
Diturunkanlah dari Tuhan semesta alam (80).”
(QS. Al-Waqi’ah: 79-80)
4) Memilih tempat yang pantas dan suci
Hendaknya pembaca Al-Qur’an memilih tempat yang
suci dan tenang seperti masjid, mushalla, rumah, dan lain-lain
yang dipandang pantas dan terhormat. Sesuai dengan kondisi
Al-Qur’an yang suci dan merupakan firman Allah yang Maha
Suci, maka sangat relevan jika lingkungan pembaca mendukung
kesucian tersebut.22
5) Menghadap kiblat dan berpakaian sopan
Pembaca Al-Qur’an disunnahkan mengahadap kiblat
secara khusyu’, tenang, menundukkan kepala, dan berpakaian
yang sopan.
6) Bersiwak (gosok gigi)
Diantara adab membaca Al-Qur’an adalah bersiwak atau
gosok gigi terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an, agar
harum bau mulutnya dan bersih dari sisa-sisa makanan atau bau
yang tidak enak.
22 Ibid., 37-39.
28
7) Membaca ta’awudz
Disunnahkan membaca ta’awudz terlebih dahulu
sebelum membaca Al-Qur’an sebagaimana firman Allah:
جيم فاذا قرأت القرءان فاستعذبالله من الشيطان الر
“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
(QS. An-Nahl: 98)
8) Membaca Al-Qur’an dengan tartil
Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-
lahan, tidak terburu-buru, dengan bacaan yang baik dan benar
sesuai dengan makhraj dan sifat-sifatnya, sebagaimana yang
dijelaskan dalam ilmu Tajwid.23
9) Merenungkan makna Al-Qur’an
Merenungkan arti ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca, yaitu
dengan menggerakkan hati untuk memahami kata-kata Al-
Qur’an yang dibaca semampunya atau yang digerakkan lidah,
sehingga mudah untuk memahami dan kemudian diamalkan
dalam praktik kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
10) Khusyu’ dan khudhu’
Khusyu’ dan khudhu’ artinya merendahkan hati dan
seluruh anggota tubuh kepada Allah Swt sehingga Al-Qur’an
yang dibaca mempunyai pengaruh bagi pembacanya.
23 Ibid., 39-41.
29
11) Memperindah suara
Al-Qur’an adalah hiasan bagi suara, maka suara yang
bagus akan lebih menembus hati. Usahakan perindah suara
dengan membaca Al-Qur’an dan sangat disayangkan seseorang
yang diberi nikmat suara indah lagi merdu tidak digunakan
untuk membaca Al-Qur’an.
12) Tidak dipotong dengan pembicaraan lain
Diantara adab membaca Al-Qur’an adalah tidak
memotong bacaannya dengan pembicaraan lain atau ngobrol
dengan orang lain, apalagi sambil tertawa-tawa atau bermain-
main.24
13) Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah dihafal
Seseorang yang sudah hafal Al-Qur’an atau hafal
sebagian surah Al-Qur’an hendaknya tidak sengaja
melupakannya. Apa yang sudah dihafal di luar kepala atau yang
sudah disimpan di dalam hati jangan dilupakan begitu saja.
Akan tetapi hendaknya selalu diingat, ditadaruskan, dan di-
mudzakarah-kan, misalnya selalu dibaca, baik dalam shalat
sunnah maupun di luar shalat, tadarus, dan lain-lain.25
d. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang
mempunyai berbagai keistimewaan. Menurut Abdul Majid Khon,
24 Ibid., 41-44. 25 Ibid., 44-46.
30
yang dikutib dari bukunya Syaikh As-Sayyid Al-Maliki yang
berjudul Abwab Al-Faraj menjelaskan keutamaan membaca Al-
Qur’an secara singkat sebagai berikut:
1) Menjadi keluarga Allah dan pilihan-Nya.
2) Orang yang mahir membaca Al-Qur’an tingkatannya bersama
para malaikat.
3) Al-Qur’an sebagai hidangan Allah, barang siapa yang
memasukinya maka ia akan aman.
4) Rumah yang dibacakan Al-Qur’an dihadiri para malaikat dan
menjadi leluasa bagi penghuninya.
5) Rumah yang dibacakan Al-Qur’an terpancar sinar hingga ke
penduduk langit.
6) Membaca Al-Qur’an akan menjadikan begitu banyak kebaikan
dan keberkahan.
7) Membaca Al-Qur’an akan memperindah pembacanya.
8) Membaca Al-Qur’an adalah penerang hati.
9) Membaca Al-Qur’an sangat bermanfaat bagi pembaca dan orang
tuanya.
10) Pembaca Al-Qur’an tidak akan terkena bencana di hari kiamat.
11) Al-Qur’an memberi syafa’at kepada pembacanya.
12) Bacaan Al-Qur’an mengharumkan pendengarnya dengan
minyak dan misik (minyak kasturi).26
26 Ibid, 60.
31
e. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan membaca Al-Qur’an bagi siswa adalah salah
satu hasil aktivitas proses belajar mengajar yang kompleks, dimana
diperlukan adanya berbagai faktor yang menunjang keberhasilannya.
Adapun indikator kemampuan membaca Al-Qur’an dapat diuraikan
sebagai berikut:27
1) Kelancaran membaca Al-Qur’an
Kelancaran berasal dari kata dasar lancar. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lancar berarti tidak tersangkut,
tidak terputus, tidak tersendat, fasih, tidak tertunda-tunda,
berlangsung dengan baik. Kelancaran di sini berarti membaca
Al-Qur’an tanpa terputus-putus.
2) Ketepatan pada Tajwid
Tajwid menurut bahasa artinya membaguskan,
memperindah, menghias. Sedangkan menurut istilah tajwid
adalah mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan
memberikan haq-nya (sifat asli yang senantiasa menyertai huruf
tersebut, seperti hams, jahr) serta memberikan mustahaq-nya
(sifat yang kadang-kadang muncul seperti idghaam, ikhfaa’,
tafkhiim, tarqiiq, dan sebagainya).28
27 Arsyad dan Salahudin, “Hubungan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dan Minat
Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI),” Edukasi, 2 (Agustus, 2018),
182. 28 Udi Imama, Sudah Baik Dan Benarkah Bacaan Al-Qur’anku?, 11.
32
3) Ketepatan pada makhraj-nya
Makhraj secara bahasa artinya tempat keluar. Sedangkan
secara istilah makhraj adalah tempat keluarnya huruf sehingga
dapat dibedakan antara satu huruf dan huruf lainnya.29 Dengan
demikian ketepatan pada makhraj artinya membaca huruf-huruf
sesuai dengan tempat keluarnya seperti ditenggorokan, di tengah
lidah, antara dua bibir dan lain-lain.
f. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
Al-Qur’an anak, yaitu:
1) Faktor-faktor internal
Menurut Muhammad Ishak, Syafaruddin, dan Masganti
Sit yang dikutip dari bukunya Slameto yang berjudul Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, dalam membicarakan
faktor internal ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu:
a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis, seperti inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan. Kelelahan dalam diri seseorang walaupun
sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah
29 Ibid., 15.
33
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh, sedangkan kelelahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.30
2) Faktor-faktor eksternal
a) Faktor keluarga, diantaranya: cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan
ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah, diantaranya: metode mengajar guru,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan anak ketika
bermasyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan bermasyarakat.31
Faktor internal maupun faktor eksternal sama-sama memiliki
pengaruh dalam kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap anak.
Maka dari itu, antara pihak orang tua dan pihak sekolah/madrasah
(pimpinan sekolah, guru, siswa lain) harus mampu menjalin
kerjasama dalam mencapai tujuan yaitu peningkatan kemampuan
membaca Al-Qur’an anak.
30 Muhammad Ishak, Syafaruddin, dan Masganti Sit, “Pelaksanaan Program Tilawah Al-
Qur’an dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa di MAS Al-Ma’sum
Stabat,” Edu Riligia, 4 (Oktober-Desember, 2017), 610-611. 31 Ibid., 611.
34
2. Bimbingan Orang Tua
a. Pengertian Bimbingan Orang Tua
Sebelum membahas pengertian bimbingan orang tua, terlebih
dahulu akan diuraikan tentang apa yang dimaksud bimbingan dan
orang tua. Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan
dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang
mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, atau
tuntunan”.32
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.33
Sedangkan pengertian orang tua menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dalam arti umum atau arti khusus adalah sudah
lama hidup, lanjut usia (tidak muda lagi). Pengertian orang tua yang
dimaksud adalah ayah dan ibu kandung yang membesarkan anak dan
masing-masing memiliki tanggung jawab yang sama dalam
pendidikan anak.34
32 Hallen A., Bimbingan Dan Konseling (Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002), 3. 33 Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 2. 34 Mohammad Roesli, Ahmad Syafi’i, Aina Amalia, “Kajian Islam tentang Partisipasi
Orang Tua dalam Pendidikan Anak,” Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran
Hukum Islam, 2 (April, 2018), 335.
35
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-
anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan, dengan demikian bentuk utama dari pendidikan terdapat
dalam kehidupan keluarga. Keutamaan yang ada pada diri orang tua
bukan saja sebagai petunjuk jalan dan bimbingan pada anak, tetapi
mereka adalah contoh bagi anak-anaknya. Dengan demikian orang
tua dituntut untuk mengarahkan dan membimbing anak-anaknya.
Sebagai orang tua atau pendidik, kita harus sadar bahwa
lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak adalah keluarga. Oleh karena itu, kita perlu memberikan
keteladanan yang baik kepada anak-anak kita. Sebab, keteladanan
lebih efektif dibanding nasihat berupa ucapan atau indoktrinasi.
Tanpa keteladanan (uswah hasanah), rasanya sulit mengader
generasi Qur’ani yang kelak akan meneruskan cita-cita Islam.35
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
orang tua dapat diartikan sebagai proses bantuan yang diberikan oleh
orang tua kepada anak ketika mendapatkan kesulitan dalam hal
apapun, khususnya dalam kegiatan belajar.
b. Tujuan Bimbingan Orang Tua
Tujuan bimbingan orang tua secara umum adalah untuk
membantu anak agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam
35 Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Pelbagai
Masalah Pada Anak (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), 22-23.
36
situasi tertentu, sehingga anak dapat menyesuaikan kemampuan
yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.
Menurut Syamsu Yusuf dalam bukunya yang berjudul
“Landasan Bimbingan dan Konseling” tujuan pemberian layanan
bimbingan ialah agar individu dapat:
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
serta kehidupannya dimasa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat,
maupun lingkungan kerja.36
Adapun tujuan bimbingan menurut Attia Mahmoud Hana yaitu:
1) Bimbingan bertujuan untuk mengadakan perubahan pada
kelakuan individu, menghilangkan kelemahan dan ketidak
puasannya dengan cara menggunakan semua kemungkinannya.
2) Bimbingan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada klian
untuk mengubah kelakuannya guna menghilangkan
36 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012), 13.
37
kelemahannya dan ketidak puasannya dengan cara
menggunakan segala kemungkinannya.37
Sikap orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya
akan melemahkan semangat belajar anak. Ia merasakan tidak ada
yang memberikan dorongan kepadanya dalam mempertinggi prestasi
belajarnya. Adanya anak yang malas dan mundur semangatnya
dalam belajar karena tidak ada orang lain yang memberikan bantuan
kepadanya ketika ia menemukan kesulitan dalam belajar di rumah.
Akhirnya, timbul kebosanan dan bisa menyebabkan kegagalan dalam
mencapai tujuan di dalam belajar.
Dalam situasi yang seperti ini, anak memerlukan bimbingan
dari orang tua. Orang tua harus dapat bertindak seperti guru di
sekolah, yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-
anaknya. Bila pendidikan dan pengajaran yang diberikan itu baik,
maka akan merupakan suatu modal besar bagi perkembangan anak
itu kelak dalam kehidupannya. Sebaliknya, bila pendidikan yang
diterima anak tidak memberikan modal besar kepadanya, maka
dengan sendirinya anak itu tidak akan mudah menempatkan dirinya
pada posisi yang terpuji dalam kehidupannya.
Orang tua dan guru memberi arahan kepada anak didik secara
bertahap dan perlahan-lahan. Bimbingan orang tua kepada anaknya
maupun guru kepada muridnya, perlu diberikan dengan memberikan
37 Attia Mahmoud Hana, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan II, Terj. Zakiah Daradjat
(Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 179.
38
alasan, penjelasan, pengarahan, dan diskusi-diskusi. Bisa dilakukan
dengan teguran, mencari tahu penyebab masalah dan kritikan,
sehingga tingkah laku anak berubah.38
c. Metode Bimbingan Orang Tua
Banyak metode yang dapat digunakan dalam membimbing
anak. Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan setidaknya ada
lima macam metode yang digunakan dalam membimbing anak yaitu
sebagai berikut:39
1) Bimbingan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang
paling berpengaruh bagi anak. Anak pertama kali melihat,
mendengar, dan bersosialisasi dengan orang tuanya. Hal ini
berarti bahwa ucapan dan perbuatan orang tua akan dicontoh
anak-anaknya. Dalam hal ini pendidik (orang tua) menjadi
contoh terbaik dalam pandangan anak. Apa-apa yang menjadi
perilaku orang tua akan ditirunya.40
2) Bimbingan dengan pembiasaan
Pembiasaan merupakan suatu keadaan di mana seseorang
mengaplikasikan perilaku-perilaku yang belum pernah atau
jarang dilaksanakan menjadi sering dilaksanakan hingga pada
38 Guntur Cahyono, “Pendidikan Karakter Perspektif Al-Qur’an dan Hadits,” AL-ASTAR,
1 (Maret, 2017), 28. 39 Khairil Mustofa, “Konsepsi Pendidikan Islam Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan,”
Study Islam Panca Wahana (Oktober, 2014), 78. 40 Helmawati, Pendidikan Keluarga: Teoritis dan Praktis (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), 60.
39
akhirnya menjadi kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang baik
seperti beribadah kepada Allah yang selalu dilaksanakan dalam
keluarga akan menjadi kebiasaan pula bagi anak. Dengan
pembiasaan beribadah dalam keluarga, anak akan rajin
melaksanakan ibadah shalat, mengaji, juga shaum (puasa).
Orang tua yang terbiasa mengucapkan salam dan membiasakan
pada anaknya tentu akan membentuk anak untuk terbiasa
mengucapkan salam.41
3) Bimbingan dengan nasihat
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam
pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya, baik secara
moral, emosional maupun sosial adalah pendidikan dengan
petuah dan memberikan nasihat-nasihat kepadanya. Karena
nasihat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
membuka mata anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu,
medorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur,
menghiasinya dengan akhlak yang mulia, membekalinya dengan
prinsip-prinsip Islam.
Menurut pendapat Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam
jurnalnya M. Khairil Mustofa, metode Al-Qur’an dalam
menyajikan nasihat dan pengajaran mempunyai ciri tersendiri,
seperti tampak di bawah ini:
41 Ibid., 168.
40
a) Seruan yang menyenangkan, seraya dibarengi dengan
kelembutan atau upaya penolakan.
b) Metode cerita disertai dengan perumpamaan yang
mengandung pelajaran dan nasihat.
c) Metode wasiat dan nasihat.42
4) Bimbingan dengan perhatian/pengawasan
Bimbingan atau pendidikan dengan perhatian adalah
senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti
perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan
memperhatikan kesiapan mental dan sosial, di samping selalu
bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan
ilmiahnya.43
5) Bimbingan dengan hukuman
Hukuman (ta’zir) itu berbeda-beda, sesuai dengan usia,
kultur, dan kedudukannya. Sebagian orang cukup dengan diberi
nasihat yang lembut. Sebagian lagi cukup dengan diberi
kecaman, dan sebagian yang lain tidak cukup hanya dengan
tongkat. Di bawah ini metode yang dipakai oleh ajaran Islam
dalam upaya memberikan hukuman kepada anak:
a) Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar pembenahan
anak.
42 Khairil Mustofa, “Konsepsi Pendidikan Islam Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan,”,
80. 43 Ibid., 81.
41
b) Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan
hubungan.
c) Dalam upaya pembenahan hendaknya dilakukan secara
bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling
keras.44
Secara teknis, ada tahapan dalam menghukum anak, dari
mulai yang ringan sampai yang berat. Hukuman yang ringan
dapat berupa tindakan didiamkan, dikucilkan, atau diasingkan.
Maksudnya adalah agar anak berpikir atas apa yang telah
diperbuatnya dan tindakannya itu tidaklah benar sehingga anak
akan menyadari kesalahannya dan mengubah perilakunya.
Seandainya anak masih belum berubah, pendidik ataupun orang
tua harus tetap sabar membantu memahamkan bahwa perilaku
yang dilakukannya itu tidaklah benar.45
Dalam bukunya Helmawati yang dikutip dari Abdullah
Nashih Ulwan, menyatakan bahwa dalam mendidik anak
Rasulullah menyikapi kesalahan anak dengan beberapa tahapan,
yaitu:
a) Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan
b) Menunjukkan kesalahan dengan keramahtamahan
c) Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat
d) Menunjukkan kesalahan dengan kecaman
44 Ibid., 82. 45 Helmawati, Pendidikan Keluarga, 66.
42
e) Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan
(meninggalkannya)
f) Menunjukkan kesalahan dengan memukul
g) Menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang
menjerakan.46
d. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak
Orang tua adalah salah satu faktor dalam perkembangan dan
kemampuan anak terutama dalam hal agama. Dengan seringnya
pembiasaan yang dilakukan orang tua akan sangat berpengaruh
dengan kemampuan anak, apa yang orang tua lakukan secara intensif
setiap waktu akan menjadi bagian anak untuk melakukan hal yang
sama karena anak akan lebih senang meniru.
Bimbingan orang tua dalam penelitian ini dimaksudkan bahwa
suatu pembinaan dan pengajaran yang dilakukan oleh orang tua
berkaitan dengan proses belajar membaca Al-Qur’an anak. Pembinaan
tersebut tampak jelas disebabkan karena adanya hubungan kelompok
dalam keluarga yakni hubungan antara orang tua dengan anak.
Hubungan antara orang tua dengan anak tersebut bersifat otoriter,
dalam arti bahwa orang tua memegang kekuasaan dan pimpinan.47
Bimbingan orang tua tersebut diartikan juga sebagai suatu
pembinaan yang dilakukan oleh ayah atau ibu yang mengarah pada
46 Ibid., 67. 47 Mayor Potak, Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas (Jakarta: PT Ikhtiar Baru,
1979), 89.
43
usaha peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an anak yang dapat
diekspresikan dalam bentuk perhatian dan dorongan.
1) Bimbingan orang tua dalam bentuk perhatian meliputi:
a) Mengajarkan anak membaca Al-Qur’an di rumah
b) Mengatur waktu belajar di rumah
c) Memberikan nilai pada bacaan Al-Qur’an anak
d) Mengawasi waktu-waktu anak belajar membaca Al-Qur’an
e) Mencukupi kebutuhan alat-alat belajar anak
f) Memberikan pengaturan waktu yang baik antara belajar
membaca Al-Qur’an dan belajar yang lain.
2) Bimbingan orang tua yang berupa dorongan, meliputi:
a) Memberi bujukkan supaya anak rajin belajar
b) Memberikan contoh bacaan yang baik pada anak dalam
membaca Al-Qur’an
c) Menciptakan suasana belajar yang baik di rumah.48
Melihat faktor keluarga sangat dominan dalam kemampuan
anak, baik dalam pendidikan umum maupun pendidikan Islam
terutama membaca Al-Qur’an, karena setiap praktek yang dilakukan
orang tua secara terus-menerus kepada anak-anaknya akan sangat
membekas dalam diri anak. Sehingga apa yang diharapkan anak untuk
mampu atau berhasil membaca Al-Qur’an dapat tercapai dengan baik.
48 Nur Hidayati, “Bimbingan Orang Tua terhadap Kemampuan Baca Tulis Qur’an,”
(Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2006), 11-12.
44
Terkait bimbingan orang tua dalam membaca Al-Qur’an,
orang tua bisa memberikan contoh nyata berupa merutinkan membaca
Al-Qur’an setelah selesai shalat wajib. Sebagaimana yang sudah
dijelaskan di atas, apa yang orang tua lakukan secara intensif setiap
waktu akan menjadi bagian anak untuk melakukan hal yang sama,
karena anak akan lebih senang meniru. Sebagai contoh, setelah selesai
shalat maghrib orang tua membaca Al-Qur’an sambil menunggu
waktu shalat ‘isyak tiba dan mengajak anaknya untuk bersama-sama
membaca Al-Qur’an. Dengan membiasakan membaca Al-Qur’an
inilah kemampuan anak lama-lama akan meningkat dan menjadi lebih
baik.49
Dari uraian di atas, maka kemampuan membaca Al-Qur’an
sangat dipengaruhi oleh bimbingan orang tua. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin intensif bimbingan membaca Al-Qur’an
orang tua, maka kemampuan anak membaca Al-Qur’an semakin baik.
Sebaliknya, semakin kurang intensif bimbingan membaca Al-Qur’an
orang tua, maka semakin kurang baik pula kemampuan anak dalam
membaca Al-Qur’an.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai
pengertian sendiri-sendiri. Dua kata tersebut adalah motivasi dan
49 Fathun Ni’am, “Pengaruh Intensitas Bimbingan Orang Tua Membaca Al-Qur’an
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas VIII MTs Fatahillah Semarang Tahun
Ajaran 2017/2018,” (Skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2018), 31-32.
45
belajar. Dalam pembahasan ini dua kata yang berbeda tersebut saling
berhubungan membentuk satu arti.
Motivasi berasal dari kata motif. Motif Menurut Muhammad
Fathurrohman dan Sulistyorini, yang dikutip dari bukunya M.
Ngalim Purwanto ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari
kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif. Apa saja yang diperbuat manusia yang
penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang
tidak mengandung risiko, selalu ada motivasinya.50
Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Menurut M. Utsman Najati,
motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas
pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta
mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga
komponen pokok, yaitu:
1) Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan
pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara
50 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar & Pembelajaran: Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 140.
46
tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon
efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
2) Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku.
Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan.
Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3) Menopang. Artinya motivasi digunakan untuk menjaga dan
menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan
individu.51
Adapun kata belajar (learning) sering kali didefinisikan
sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa
berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman.
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang Pendidikan.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
akibat latihan dan pengalaman. Pandangan terakhir berpendapat
bahwa belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak
dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian
pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang
telah dimiliki sebelumnya.52
51 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, 182-183. 52 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 106.
47
Dari definisi di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa
elemen penting/asumsi dasar yang mencirikan pengertian tentang
belajar, yaitu:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun
sikap.
5) Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.
6) Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang
relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
7) Belajar merupakan proses yang secara umum menetap, ada
kemampuan bereaksi, adanya suatu yang diperkuat dan
dilakukan dalam bentuk praktik atau latihan.53
Dari pengertian motivasi dan belajar di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak yang ada dalam diri individu (siswa) yang menimbulkan
53 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, 208-209.
48
kegiatan belajar dan memberi arah kegiatan belajar siswa untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki siswa yang bersangkutan sebagai
subyek belajar.54 Motivasi belajar merupakan kemampuan seseorang
untuk memotivasi diri sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain.
Sehingga dalam proses pembelajaran, adanya motivasi belajar yang
timbul dari dalam diri seorang individu sangat diperlukan, karena
jika seorang individu tidak memiliki motivasi belajar dalam dirinya,
maka ia tidak akan melakukan proses belajar dengan maksimal.
b. Macam-macam Motivasi Belajar
Para ahli membedakan motivasi belajar ke dalam dua macam,
yaitu motivasi intrinsik (dalam diri) dan ekstrinsik (luar diri).
1) Motivasi intrinsik (dalam diri)
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari
dalam diri anak sendiri. Suatu kegiatan atau aktivitas yang
dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu
kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar. Dorongan ini datang dari hati sanubari,
umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu, atau dapat
juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan
bidang yang dipelajari.55
54 Muhammad Fathurrohman, Belajar & Pembelajaran, 143. 55 Ibid., 144.
49
2) Motivasi ekstrinsik (luar diri)
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau tenaga-tenaga
pendorong yang berasal dari luar anak. Motivasi ekstrinsik
sebagai motivasi yang dihasilkan di luar perbuatan itu sendiri
misalnya dorongan yang datang dari orang tua, guru, teman-
teman, dan anggota masyarakat yang berupa hadiah, pujian,
penghargaan, maupun hukuman.56
c. Indikator Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.57
56 Ibid., 149. 57 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 23.
50
d. Pengaruh Motivasi dalam Belajar
Masalah memotivasi siswa dalam belajar adalah masalah
yang sangat komplek. Dalam usaha memotivasi siswa tersebut tidak
ada aturan-aturan yang sederhana. Guru-guru sangat menyadari
pentingnya motivasi di dalam membimbing belajar murid. Berbagai
teknik misal kenaikan tingkat, penghargaan, dan pemberian
kehormatan telah dipergunakan untuk mendorong agar mau belajar.
Ada kalanya, guru-guru mempergunakan teknik-teknik tersebut
secara tidak tepat. Bukan hanya sekolah-sekolah yang serius
memberikan motivasi tingkah laku manusia kearah perubahan yang
diharapkan. Para kyai atau da’i dan da’iyyah juga sering berceramah
ke sana kemari untuk mengajak umat agar berubah tingkah lakunya
dari yang jelek ke yang baik.
Orang tua atau keluarga pun berusaha memotivasi belajar
anak-anaknya. Demikian pula kaum pengusaha yang mengeluarkan
biaya setiap tahun untuk memasang advertensi, berarti memotivasi
orang-orang agar mau membeli dan menggunakan hasil-hasilnya.58
Dalam kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi
perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para
pendidik, para orang tua, murid maupun masyarakat, kyai dan para
da’i. Dalam dunia kepesantrenan yang merupakan salah satu ciri
khas pendidikan di Indonesia dapat kita lihat bagaimana seorang
58 Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: TERAS, 2011), 95.
51
pengasuh pondok pesantren atau kyai telah bersusah payah untuk
memotivasi para santrinya agar termotivasi dalam menuntut ilmu
dan terlihat perubahan tingkah laku. Seorang santri yang dahulunya
nakal bukan kepalang setelah dibina di pesantren tersebut oleh kyai,
berubah menjadi baik dan tahu aturan dalam agamanya. Oleh karena
itu, motivasi itu sangat penting dalam merubah tingkah laku manusia
dalam bidang apapun. Baik pendidikan, sosial, ekonomi, ataupun
budaya.59
Penyelidikan tentang motivasi, kiranya menjadikan guru yang
peka terhadap kompleksitas masalah ini. Meskipun tidak ada
pedoman khusus yang pasti. Menurut pengamatan Hilgart dan
Russel, ternyata tidak ada obat yang mujarab untuk menyembuhkan
segala “penyakit mental” yang didapati pada anak-anak yang berada
di dalam lingkungan sekolah yang tidak cocok bagi mereka.
Sebagaimana yang ditulis oleh Abu Ahmadi bahwa motivasi
sangat mempengaruhi proses belajar seseorang. Lemahnya motivasi
menjadi faktor intern yang bersifat rohani selain faktor inteligensi,
bakat, minat dan kesehatan mental siswa di samping faktor ekstern
yang lain.60
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan dari
siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng
serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
59 Ibid., 96. 60 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 74.
52
Memotivasi siswa dalam belajar adalah sangat penting. Mengapa?
Agar ia dapat dengan senang hati untuk terdorong melakukan
aktivitas belajar. Tanpa motivasi yang baik tentunya akan sulit bagi
seorang siswa akan pandai, yang terjadi mungkin akan sebaliknya
yaitu siswa kurang semangat untuk belajar dan bahkan tidak mau
belajar sama sekali atau meninggalkan gedung sekolahnya.61
e. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi akan mempengaruhi kegiatan individu untuk
mencapai segala sesuatu yang diinginkan dalam segala tindakan.
Menurut Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, yang dikutip
dari bukunya Dimyati dan Mudjiono, menyatakan bahwa dalam
belajar motivasi memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil
akhir.
2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3) Mengarahkan kegiatan belajar.
4) Membesarkan semangat belajar.
5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja.62
Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya “Proses
Belajar Mengajar” mengemukakan bahwa fungsi motivasi meliputi:
61 Imam Malik, PengantarPsikologiUmum, 97-98. 62 Muhammad Fathurrohman, Belajar & Pembelajaran, 151.
53
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa
motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti
belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan
perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai
mesin mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
atau lambatnya suatu pekerjaan.63
4. Pembelajaran Baca Tulis Qur’an
Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ) terdiri dari dua unsur
yaitu pembelajaran dan Baca Tulis Qur’an. Untuk memahami pengertian
Pembelajaran Baca Tulis Qur’an, maka akan diuraikan terlebih dahulu
pengertian pembelajaran dan pengertian BTQ (Baca Tulis Qur’an).
a. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar mendapat awalan
“pem” dan akhiran “an” menunjukkan bahwa ada unsur dari luar
(eksternal) yang bersifat “intervensi” agar terjadi proses belajar. Jadi
pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal
agar terjadi proses belajar pada diri individu yang belajar.64 Menurut
Gagne, Briggs, dan Wagner pengertian pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
63 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 161. 64 Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran: Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar (Depok: Rajawali Pers, 2017), 19-20.
54
terjadinya proses belajar pada peserta didik.65 Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru secara terprogram dalam desain instruksional
untuk membuat siswa atau peserta didik belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Upaya pembelajaran pada dasarnya berfungsi sebagai
perangsang (stimulus) eksternal untuk membantu seseorang belajar,
mengorganisasi dan mengintegrasikan sejumlah pengalaman baru ke
dalam skema secara bermakna, sehingga terbentuk struktur kognitif
yang dapat digunakan sebagai pengait informasi pada kegiatan
belajar.
b. Pengertian Baca Tulis Qur’an (BTQ)
Secara etimologi, kata “baca” adalah bentuk kata benda dari
kata kerja “membaca” dan “tulis” adalah bentuk kata benda dari kata
kerja “menulis”. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, membaca
diartikan melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa
yang tertulis itu (Powerwadarminta, 1976: 1058). Sementara menulis
diartikan membuat huruf atau angka, melahirkan, pikiran atau
gagasan (Powerwadarminta, 1976: 1058). Melahirkan pikiran atau
perasaan tidak dapat dilukiskan tanpa membaca sesuatu yang
menjadi sasaran atau objek tulisan.
65 Ibid., 23.
55
Membaca dalam hal berkenaan dengan Al-Qur’an dapat
diartikan melihat tulisan yang terdapat pada Al-Qur’an dan
melisankannya. Akan tetapi membaca Al-Qur’an bukan hanya
melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi
isinya, serta mengamalkannya.
Membaca adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh
struktur mental manusia sebagai seorang individu. Meski demikian,
bukan berarti membaca Al-Qur’an dalam arti melisankan huruf-
huruf yang terdapat di dalamnya tidak ada gunanya, tetapi
merupakan suatu kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah
membaca yang berlaku.66
Adapun menulis bukan hanya aktivitas melukiskan lambang-
lambang grafik melainkan proses berpikir. Tulisan dapat menolong
manusia dalam melatih dan berpikir kritis. Untuk menumbuhkan
budaya menulis siswa pada Al-Qur’an dapat dilakukan dengan
mengajarkan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk tulisan yang
benar.
Jadi, baca tulis Al-Qur’an merupakan kegiatan seseorang
dalam melisankan serta melambangkan huruf-huruf Al-Qur’an.
Sementara kompetensi baca tulis Al-Qur’an merupakan kesanggupan
66 Kholfan Zubair Taqo Sidqi, “Program Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (Autis) di SD Al Azzam Ketileng Semarang,” Humaniora, 1 (Januari-Juni,
2018), 94-95.
56
seseorang dalam melisankan dan atau membunyikan serta
melambangkan huruf-huruf Al-Qur’an.67
c. Pengertian Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ) adalah pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
membaca dan menulis Al-Qur’an. Selain membaca Al-Qur’an
seorang individu juga dianjurkan untuk dapat menulis Al-Qur’an
dengan benar.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan telaah penelitian terdahulu di atas,
maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:
1. Jika orang tua membimbing anak dengan baik, maka kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu
Kidul, Balong, Ponorogo juga akan baik.
2. Jika motivasi belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an baik, maka
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo juga akan baik.
3. Jika bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran Baca
Tulis Qur’an baik, maka kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo juga
akan baik.
67 Ibid., 95.
57
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai rumusan jawaban sementara yang harus
diuji melalui kegiatan penelitian.68 Adapun hipotesis yang penulis ajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H1 = Bimbingan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
2. H1 = Motivasi belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
3. H1 = Bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran
Baca Tulis Qur’an berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu
Kidul, Balong, Ponorogo.
68 Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, Peneitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar)
(Bandung: Alfabeta, 2012), 24.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah proses pemikiran dan penentuan matang
tentang hal-hal yang akan dilakukan.69 Dalam rancangan penelitian ini,
peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, yang datanya berupa angka-
angka. Untuk menganalisis data yang terkumpul, peneliti menggunakan
analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Analisis
regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui apakah salah satu
variabel bebas (independen) yang ada dalam penelitian mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap variabel terikat (dependen). Sedangkan analisis regresi
linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel bebas
(independen) yang ada dalam penelitian mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap variabel terikat (dependen). Rancangan penelitian ini terdiri dari 3
variabel, yaitu 2 variabel independen dan 1 variabel dependen.
1. Variabel independen atau variabel bebas (X) merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat (Y). Dalam
penelitian ini variabel independennya adalah bimbingan orang tua (X1)
dan motivasi belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (X2).
69 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 100.
59
2. Variabel dependen atau variabel terikat (Y) merupakan variabel yang
dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
dependennya adalah kemampuan membaca Al-Qur’an (Y).
Dengan demikian rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
X1 . Y
X1X2 X1 . X2 . Y
X2 . Y
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian70
Keterangan:
X1 : Bimbingan Orang Tua
X2 : Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ
Y : Kemampuan Membaca Al-Qur’an
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa
yang terjadi sebagai sumber. Populasi juga merupakan keseluruhan
subyek penelitian.71 Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak di
70 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: ALFABETA, 2018), 219. 71 Tukiran Taniredja, Peneitian Kuantitatif, 33.
X1
Y
X2
60
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo yang
level mengajinya sudah Al-Qur’an, yaitu sejumlah 41 anak.
2. Sampel
Sampel dapat diartikan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan
diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam pengambilan
sampel ini, peneliti menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Sampel jenuh juga sering diartikan sampel yang sudah maksimum,
ditambah berapapun tidak akan mengubah keterwakilan.72
Dalam penelitian ini semua populasi yang berjumlah 41 anak
dijadikan sebagai sampel. Dari total sampel 41 responden, sampel yang
diambil oleh peneliti adalah 36 responden, karena yang 5 responden
digunakan oleh peneliti untuk uji keterbacaan.
72 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: ALFABETA,
2013), 126.
61
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara
ini dilakukan untuk memperoleh data yang obyektif yang diperlukan untuk
menghasilkan kesimpulan penelitian yang obyektif pula. Adapun data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Data tentang bimbingan orang tua di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan.
2. Data tentang motivasi belajar anak dalam Pembelajaran BTQ
3. Data tentang kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan.
Untuk pengumpulan data tentang bimbingan orang tua (X1) dan
motivasi belajar (X2) menggunakan angket. Sedangkan kemampuan membaca
Al-Qur’an anak (Y) melalui tes. Adapun instrumen pengumpulan data dapat
dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Instrumen Pengumpulan Data
Variabel
Penelitian
Aspek Indikator Subjek Teknik No. Item Uji
Validitas
No. Item
setelah Uji
Validitas
+ - + -
Bimbingan
Orang Tua
(X1)
Perhatian
1. Membimbing
belajar membaca
Al-Qur’an.
Anak-anak
di
Madrasah
Diniyah
Thoriqul
Ihsan.
Angket
1, 2,
3, 4,
5
1, 2,
3, 4,
5
2. Mengoreksi
kesalahan saat anak
membaca Al-
Qur’an.
6, 7 6 7
3. Memberi contoh
mengucapkan
lafadz-lafadz dalam
Al-Qur’an.
8, 9 8, 9
4. Meneliti kemajuan
dalam membaca
Al-Qur’an.
10,
11
-
10
62
Variabel
Penelitian
Aspek Indikator Subjek Teknik No. Item Uji
Validitas
No. Item
setelah Uji
Validitas
+ - + -
Nasihat 1. Mengingatkan
untuk mengaji.
12,
13,
14
11,
12,
13
Pembiasaan 1. Rutin memberi
bimbingan
membaca Al-
Qur’an dalam
setiap harinya.
15 16 14 15
Keteladanan
1. Memberikan
contoh dengan
kebiasaan mengaji.
17,
18,
19,
20,
21
16,
17,
-
18
-
Hukuman
1. Memberi sanksi
ketika salah dalam
membaca Al-
Qur’an.
23 22 20 19
Motivasi
Belajar
(X2)
Intrinsik
1. Adanya hasrat dan
keinginan berhasil.
Anak-anak
di
Madrasah
Diniyah
Thoriqul
Ihsan.
Angket
1, 2,
3, 4
5 1, 2,
-, 3
4
2. Adanya dorongan
dan kebutuhan
dalam belajar.
6, 7,
8, 9
10 5, 6,
7, 8
-
3. Adanya harapan
dan cita-cita masa
depan.
11,
12,
13,
14
9,
10,
11,
12
Ekstrinsik
4. Adanya
penghargaan dalam
belajar.
15,
16,
17
18 13,
14
-
15
5. Adanya kegiatan
yang menarik
dalam belajar.
19,
20,
21,
23
22 -
16,
17,
18,
-
6. Adanya lingkungan
belajar yang
kondusif.
24,
25,
26
27 19,
20,
21
-
Kemampuan
Membaca
Al-Qur’an
(Y)
Tajwid 1. Ketepatan
membaca Al-
Qur’an sesuai
dengan kaidah ilmu
Tajwid
Anak-anak
di
Madrasah
Diniyah
Thoriqul
Ihsan.
Tes
Makhraj 2. Kesesuaian
membaca dengan
makhorijul
hurufnya.
Kelancaran 3. Kelancaran
membaca Al-
Qur’an.
63
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket (Kuesioner / Questionnaire)
Angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan atau
pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik
secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu.
Untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan angket ini, peneliti
tidak harus bertemu langsung dengan subyek, tetapi cukup dengan
mengajukan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis untuk
mendapatkan respon.73
Dalam penelitian ini, angket yang berupa pernyataan digunakan
untuk memperoleh data mengenai bimbingan orang tua dan motivasi
belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ). Adapun
pelaksanaannya, angket diberikan kepada peserta didik agar mereka
mengisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Peserta didik diberi
penjelasan mengenai cara mengisi angket tersebut dan juga diberi tahu
bahwa angket ini tidak termasuk dalam nilai mata pelajaran tertentu.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert,
yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap fenomena atau gejala
73 Tukiran Taniredja, Peneitian Kuantitatif, 44.
64
sosial tertentu. Adapun pemberian skor untuk setiap jenjang skala Likert
baik itu pernyataan yang positif ataupun yang negatif dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut:74
Tabel 3.2
Skor Skala Likert
Jawaban Gradasi Positif Gradasi Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-Kadang 2 3
Tidak Pernah 1 4
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individual atau kelompok.75
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, yang
pengujian dan penilaiannya dilakukan oleh ustadz/ustadzah.
Tes dibagi menjadi dua, yaitu tes tulis dan tes lisan. Dalam
penelitian ini tes yang digunakan adalah tes lisan dengan membaca Al-
Qur’an. Adapun surat yang dibaca adalah Surat An-Nur ayat 1 sampai
dengan ayat 3. Indikator yang dijadikan penilaian dalam membaca Al-
Qur’an adalah tajwid, makhraj, dan kelancaran. Adapun rubrik
penilaiannya adalah sebagai berikut:
74 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 199. 75 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 127.
65
Tabel 3.3
Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Membaca Al-Qur’an
No Aspek yang dinilai Skor
Maks
Rincian
Skor
1 Tajwid 40
a. Santri dapat membaca Al-Qur’an sangat sesuai
dengan Ilmu Tajwid (mengeluarkan setiap huruf dari
tempat keluarnya dengan memberikan sifat asli yang
senantiasa menyertai huruf tersebut, seperti hams,
jahr serta sifat yang kadang-kadang muncul seperti
idghaam, ikhfaa’,tafkhiim, tarqiiq, dan sebagainya).
40
b. Santri dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan Ilmu
Tajwid (mengeluarkan setiap huruf dari tempat
keluarnya dengan memberikan sifat asli yang
senantiasa menyertai huruf tersebut, seperti hams,
jahr serta sifat yang kadang-kadang muncul seperti
idghaam, ikhfaa’,tafkhiim, tarqiiq, dan sebagainya).
30
c. Santri dapat membaca Al-Qur’an cukup sesuai
dengan Ilmu Tajwid (mengeluarkan setiap huruf dari
tempat keluarnya dengan memberikan sifat asli yang
senantiasa menyertai huruf tersebut, seperti hams,
jahr serta sifat yang kadang-kadang muncul seperti
idghaam, ikhfaa’,tafkhiim, tarqiiq, dan sebagainya).
20
d. Santri dapat membaca Al-Qur’an kurang sesuai
dengan Ilmu Tajwid (mengeluarkan setiap huruf dari
tempat keluarnya dengan memberikan sifat asli yang
senantiasa menyertai huruf tersebut, seperti hams,
jahr serta sifat yang kadang-kadang muncul seperti
idghaam, ikhfaa’,tafkhiim, tarqiiq, dan sebagainya).
10
e. Santri membaca Al-Qur’an tidak sesuai dengan Ilmu
Tajwid (mengeluarkan setiap huruf dari tempat
keluarnya dengan memberikan sifat asli yang
senantiasa menyertai huruf tersebut, seperti hams,
jahr serta sifat yang kadang-kadang muncul seperti
idghaam, ikhfaa’,tafkhiim, tarqiiq, dan sebagainya).
0
2. Makhraj 30
a. Santri dapat membaca huruf-huruf dalam Al-Qur’an
sangat sesuai dengan tempat keluarnya seperti
ditenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan
lain-lain.
30
b. Santri dapat membaca huruf-huruf dalam Al-Qur’an
sesuai dengan tempat keluarnya seperti
ditenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan
lain-lain.
20
c. Santri dapat membaca huruf-huruf dalam Al-Qur’an
kurang sesuai dengan tempat keluarnya seperti
ditenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan
lain-lain.
10
66
No Aspek yang dinilai Skor
Maks
Rincian
Skor
d. Santri membaca huruf-huruf dalam Al-Qur’an tidak
sesuai dengan tempat keluarnya seperti
ditenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan
lain-lain.
0
3. Kelancaran 30
a. Santri ketika membaca Al-Qur’an sangat lancar. 30
b. Santri ketika membaca Al-Qur’an lancar. 20
c. Santri ketika membaca Al-Qur’an kurang lancar. 10
d. Santri ketika membaca Al-Qur’an tidak lancar. 0
Jumlah Skor 100
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini akan peneliti gunakan untuk mencari
informasi tentang profil Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan madrasah yang sudah dalam bentuk
dokumen, misalnya sejarah berdirinya madrasah, struktur organisasi,
keadaan guru dan siswa, sarana prasarana, visi, misi, dan lain sebagainya.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi,
sehingga karakteristik dari data tersebut dapat dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.
Dengan demikian teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara
melaksanakan analisis terhadap data dengan tujuan mengolah data tersebut
menjadi informasi sehingga sifat datanya mudah dipahami serta dapat juga
untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik
67
berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi atau menarik
kesimpulan tentang karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh
dari sampel.76 Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Pra Penelitian
a. Uji Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Adapun
rumus yang digunakan untuk mengukur instrumen tes dalam
penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment, sebagai
berikut:
𝑟𝑥𝑦
𝑛Σ𝑋𝑌 − (Σ𝑋)(Σ𝑌)
√{𝑛Σ𝑋2 − (Σ𝑋)2}{𝑛Σ𝑌2 − (Σ𝑌)2}
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Angka indeks korelasi product moment
𝑛 = Jumlah responden
ΣX = Jumlah seluruh nilai X
Σ𝑌 = Jumlah seluruh nilai Y
Σ𝑋𝑌 = Jumlah perkalian antara nilai X dan nilai Y
Apabila rxy ≥ rtabel, maka kesimpulannya item kuesioner
tersebut valid. Apabila rxy < rtabel, maka kesimpulannya item
kuesioner tersebut tidak valid.77
76 Andhita Dessy Wulansari, Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktik Dengan
Menggunakan SPSS (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2012), 93-94. 77Ibid., 84.
68
Dalam pengujian validitas instrumen penelitian, jumlah
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 36
responden. Sedangkan jumlah butir soal instrumen penelitian
sebanyak 23 pernyataan untuk variabel bimbingan orang tua dan 27
pernyataan untuk variabel motivasi belajar.
Dari hasil perhitungan uji validitas variabel bimbingan orang
tua yang berjumlah 23 item instrumen penelitian terdapat 3 item
instrumen penelitian yang tidak valid, sehingga ada 20 item
instrumen yang valid. Sedangkan hasil perhitungan uji validitas
variabel motivasi belajar yang berjumlah 27 item instrumen
penelitian terdapat 6 item instrumen penelitian yang tidak valid,
sehingga ada 21 item instrumen yang valid.
Adapun hasil perhitungan uji validitas instrumen bimbingan
orang tua dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
Instrumen Bimbingan Orang Tua Tahap 1
No. Soal “r” Hitung “r” Tabel Keterangan
1. 0,738 0,329 Valid
2. 0,696 0,329 Valid
3. 0,756 0,329 Valid
4. 0,708 0,329 Valid
5. 0,449 0,329 Valid
6. 0,670 0,329 Valid
7. 0,430 0,329 Valid
8. 0,669 0,329 Valid
9. 0,691 0,329 Valid
10. 0,281 0,329 Tidak Valid
11. 0,478 0,329 Valid
12. 0,502 0,329 Valid
13. 0,515 0,329 Valid
14. 0,616 0,329 Valid
15. 0,596 0,329 Valid
16. 0,432 0,329 Valid
17. 0,477 0,329 Valid
69
No. Soal “r” Hitung “r” Tabel Keterangan
18. 0,854 0,329 Valid
19. 0,209 0,329 Tidak Valid
20. 0,690 0,329 Valid
21. 0,281 0,329 Tidak Valid
22. 0,462 0,329 Valid
23. 0,506 0,329 Valid
Berdasarkan rekapitulasi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen bimbingan orang tua yang valid dan digunakan
untuk penelitian sesungguhnya yaitu nomor soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, dan 23. Sedangkan nomor
soal 10, 19, dan 21 tidak valid sehingga tidak diikutkan pada analisis
selanjutnya.
Setelah instrumen bimbingan orang tua yang tidak valid
dihilangkan, berikut ini adalah hasil rekapan uji validitas instrumen
yang valid, yang akan digunakan pada analisis selanjutnya:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
Instrumen Bimbingan Orang Tua Tahap 2
No. Soal “r” Hitung “r” Tabel Keterangan
1. 0,711 0,329 Valid
2. 0,648 0,329 Valid
3. 0,775 0,329 Valid
4. 0,633 0,329 Valid
5. 0,485 0,329 Valid
6. 0,653 0,329 Valid
7. 0,448 0,329 Valid
8. 0,605 0,329 Valid
9. 0,654 0,329 Valid
10. 0,499 0,329 Valid
11. 0,492 0,329 Valid
12. 0,546 0,329 Valid
13. 0,568 0,329 Valid
14. 0,608 0,329 Valid
15. 0,439 0,329 Valid
16. 0,418 0,329 Valid
17. 0,858 0,329 Valid
18. 0,694 0,329 Valid
19. 0,447 0,329 Valid
20. 0,549 0,329 Valid
70
Sedangkan untuk hasil perhitungan uji validitas instrumen
motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ dapat dilihat pada tabel
3.6 di bawah ini:
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen
Motivasi Belajar dalam Pemebelajaran BTQ Tahap 1
No. Soal “r” Hitung “r” Tabel Keterangan
1. 0,692 0,329 Valid
2. 0,504 0,329 Valid
3. 0,298 0,329 Tidak Valid
4. 0,629 0,329 Valid
5. 0,447 0,329 Valid
6. 0,538 0,329 Valid
7. 0,603 0,329 Valid
8. 0,607 0,329 Valid
9. 0,707 0,329 Valid
10. 0,325 0,329 Tidak Valid
11. 0,648 0,329 Valid
12. 0,567 0,329 Valid
13. 0,449 0,329 Valid
14. 0,713 0,329 Valid
15. 0,675 0,329 Valid
16. 0,521 0,329 Valid
17. 0,268 0,329 Tidak Valid
18. 0,390 0,329 Valid
19. 0,239 0,329 Tidak Valid
20. 0,421 0,329 Valid
21. 0,504 0,329 Valid
22. -0,212 0,329 Tidak Valid
23. 0,611 0,329 Valid
24. 0,697 0,329 Valid
25. 0,474 0,329 Valid
26. 0,634 0,329 Valid
27. 0,048 0,329 Tidak Valid
Berdasarkan rekapitulasi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ yang
valid dan digunakan untuk penelitian sesungguhnya yaitu nomor soal
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 24, 25, dan
26. Sedangkan nomor soal 3, 10, 17, 19, 22, dan 27 tidak valid
sehingga tidak diikutkan pada analisis selanjutnya.
71
Setelah instrumen motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ
yang tidak valid dihilangkan, berikut ini adalah hasil rekapan uji
validitas instrumen yang valid, yang akan digunakan pada analisis
selanjutnya:
Tabel 3.7
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar dalam
Pemebelajaran BTQ Tahap 2
No. Soal “r” Hitung “r” Tabel Keterangan
1. 0,658 0,329 Valid
2. 0,475 0,329 Valid
3. 0,601 0,329 Valid
4. 0,562 0,329 Valid
5. 0,501 0,329 Valid
6. 0,574 0,329 Valid
7. 0,595 0,329 Valid
8. 0,542 0,329 Valid
9. 0,554 0,329 Valid
10. 0,529 0,329 Valid
11. 0,470 0,329 Valid
12. 0,511 0,329 Valid
13. 0,596 0,329 Valid
14. 0,491 0,329 Valid
15. 0,420 0,329 Valid
16. 0,498 0,329 Valid
17. 0,445 0,329 Valid
18. 0,524 0,329 Valid
19. 0,552 0,329 Valid
20. 0,474 0,329 Valid
21. 0,543 0,329 Valid
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas
alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya.78 Untuk menguji reliabilitas instrumen
78 Tukiran Taniredja, Peneitian Kuantitatif, 43.
72
dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah rumus Alpha
Cronbach, yaitu79:
𝑟11 =𝑘
(𝑘−1){1 −
∑ 𝜎𝑖2
𝜎𝑡2 }
Sedangkan rumus untuk varians, yakni:
𝜎𝑡2 =
∑ 𝑥2 –(∑ 𝑥)²
𝑁
𝑁
Dimana :
𝑟11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir soal
∑ σi 2 : jumlah varians butir soal
σt2 : varians total
N : jumlah responden.
Jika nilai r11 ≥ rtabel, maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel.80
Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen
bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ,
dengan bantuan aplikasi SPSS dapat dilihat pada tabel 3.8 dan 3.9 di
bawah ini:
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Bimbingan Orang Tua
79 Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur
Dalam Penelitian (Dilengkapi Aplikasi Program SPSS) (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 37-
38. 80 Ibid., 41.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,903 20
73
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,867 21
Berdasarkan dari hasil output aplikasi SPSS di atas, maka
dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada instrumen
bimbingan orang tua sebesar 0,903 dan nilai Cronbach’s Alpha pada
intrumen motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ sebesar 0,867.
Dengan demikian r11 > 0,6 sehingga instrumen dalam penelitian ini
dapat dikatakan reliabel.81
2. Tahap Analisis Hasil Penelitian
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas Residual
Untuk menghindari kesalahan dalam penyebaran data
yang tidak normal sempurna, maka dalam analisis hasil
penelitian ini menggunakan rumus uji Kolmogorov-Smirnov
dengan rumus sebagai berikut:82
Hipotesis:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
81 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif:Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 99. 82 Andhita Dessy Wulansari, Statistik Parametrik: Terapan Untuk Penelitian Kuantitatif
(Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2012), 45.
74
Statistik Uji:
Dmax = {𝑓𝑖
𝑛− [
𝑓𝑘𝑖
𝑛− (𝑝 ≤ 𝑧)]}
Dimana:
n = jumlah data
fi = frekuensi
fki = frekuensi kumulatif
z = 𝑋− 𝜇
𝜎
Dtabel = Da(n)
Keputusan:
Tolak H0 apabila Dhitung ≥ Dtabel
Berarti data tidak berdistribusi normal.83
2) Uji Linieritas
Uji linieritas merupkan uji kelinieran garis regresi.
Digunakan pada analisis regresi linier sederhana dan analisis
regresi linier ganda. Uji linieritas dilakukan dengan cara mencari
model garis regresi dari variabel independen X terhadap variabel
dependen Y. Berdasarkan model garis regresi tersebut, dapat di
uji linieritas garis regresinya.
Hipotesis:
H0 : Garis regresi linier
H1 : Garis regresi non linier
83 Ibid., 45.
75
Statistik uji (SPSS):
P-value = Ditunjukkan oleh nilai Sig. pada Deviation from
Linearity
α = Tingkat signifikansi yang dipilih 0,05 atau 0,01
Keputusan:
Tolak H0 apabila P-value < α.84
Berarti garis regresi non linier.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variansi dalam satu penelitian ke penelitian
lainnya. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada prinsipnya ada banyak cara
yang bisa digunakan untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas. Diantaranya adalah dengan menggunakan
metode grafik, uji Park, uji Glejser, uji Rank Korelasi Spearman,
uji Goldfeld-Quandt, uji Breusch-Pagan-Godfrey.85 Dalam
penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji
Glejser. Interpretasi hasil uji heteroskedastisitas menggunakan
SPSS dengan membandingkan nilai Sig. dengan α.86
84 Andhita Dessy Wulansari, Aplikasi Statistika Parametrik dalam Penelitian
(Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2018), 55. 85 Edi Irawan, Pengantar Statistika Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Aura Pustaka,
2014), 310. 86 Ibid., 318.
76
Hipotesis:
H0 : Tidak terjadi heteroskedastisitas
H1 : Terjadi heteroskedastisitas
Statistik uji:
P-value = Ditunjukkan oleh nilai Sig.
α = Tingkat signifikansi yang dipilih 0,05 atau 0,01
Keputusan:
Tolak H0 jika Sig. < α.87
Berarti terjadi heteroskedastisitas.
4) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas hanya perlu pada regresi linier
ganda. Uji multikolinieritas dalam penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah model regresi linier ganda tersebut ditemukan
adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Multikolinieritas dalam model regresi ganda akan berdampak
pada besarnya variansi dan kovarians sehingga sulit
mendapatkan taksiran (estimasi) yang tepat, dan cenderung
menyebabkan interval estimasi yang lebih besar. Hal ini akan
berdampak pada mengecilnya nilai hitung statistik uji t, sehingga
membuat pengaruh variabel bebas pada variabel terikat tidak
signifikan. Berbagai metode telah banyak ditawarkan untuk
melakukan uji multikolinieritas, diantaranya adalah metode
87 Ibid., 318.
77
Learner, kondisional indeks, variance inflation factor (VIF),
variance decomposition proportions (VDP), uji Farrar dan
Glauber. Namun, pada penelitian ini prosedur pengujian
multikolinieritas menggunakan variance inflation factor (VIF),
karena metode ini dapat dilakukan dengan mudah menggunakan
software. Interpretasi hasil uji multikolinieritas menyebutkan
bahwa apabila VIF kurang dari 10, maka tidak terdapat masalah
multikolinieritas. Sedangkan apabila VIF lebih dari 10, maka
terdapat masalah multikolinieritas.88
5) Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan salah satu asumsi dari model
regresi linier Klasik. Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai
korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu (seperti data runtun waktu atau time series) atau
ruang (seperti data lalu lintas sektoral atau cross section).89
Autokorelasi dapat dideteksi dengan berbagai metode.
Diantaranya adalah dengan menggunakan metode grafik, uji
Geary, uji Durbin-Watson, dan uji Breusch-Goodfrey (BG).
Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Interpretasi hasil uji
88 Ibid., 325-326. 89 Edi Irawan, Pengantar Statistika Penelitian Pendidikan, 318.
78
autokorelasi menggunakan SPSS dengan membandingkan nilai
Durbin-Watson dengan nilai du.90
Hipotesis:
H0 : Tidak terjadi autokorelasi
H1 : Terjadi autokorelasi
Statistik uji:
d = Ditunjukkan oleh nilai Durbin Watson
ud = Nilai batas atas / upper Durbin Watson table (Lihat pada
Tabel Durbin Watson dengan α = 0,05 atau 0,01; k = banyaknya
variabel bebas; n = jumlah responden)
Keputusan:
Apabila nilai d ≥ ud maka gagal tolak H0.91
Berarti tidak terjadi autokorelasi.
b. Uji Hipotesis
1) Analisis Regresi Linier Sederhana
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk
menjawab rumusan masalah nomor 2 dan 3 adalah menggunakan
regresi linier sederhana. Sedangkan model regresi Linier
sederhana, dimana x digunakan untuk memprediksi (forecast) y
adalah:92
y = β0+β1x+€ (model untuk populasi)
ˆy= b0 + b1�� (model untuk sampel)
90 Ibid., 319-320. 91 Dyah Nirmala Arum Janie, Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda dengan
SPSS (Semarang: Semarang University Press, 2012), 32. 92 Andhita, Penelitian Pendidikan, 121.
79
a) Nilai b0, b1, dapat dicari dengan rumus:
b1= [∑ X1Y𝑛
𝑖=1 ]−𝑛𝑥𝑦
[∑ X12𝑛
𝑖=1]−𝑛��2
𝑏0 = �� −b1 ��
b) Uji Signifikansi Model dalam Analisis Regresi Linier
Sederhana
Uji overall pada regresi linier sederhana dilakukan
untuk mengetahui apakah variabel bebas yang ada dalam
model mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel
terikat. Berikut adalah uji overall pada analisis regresi linier
sederhana:93
Hipotesis:
H0 : β = 0 (Variabel X tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel Y)
H1 : β ≠ 0 (Variabel X berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel Y)
93 Ibid., 126.
80
Tabel 3.10
Statistik Uji: Tabel Anova (Analysis of Variance)94
Variation
Source
(Sumber
Variasi)
Degree
of
Freedom
(df)
Sum of Square (SS)
Mean Square
(MS)
Regression
1
SS Regression (SSR)
SSR = (b0∑ 𝑦 + b1 ∑ 𝑥1y – (∑ 𝑦)2
𝑛
MS Regression
(MSR)
MSR = 𝑆𝑆𝑅
𝑑𝑓
Error
n-2
SS Error (SSE)
SSE = ∑𝑦12 – (b0∑ 𝑦 + b1 ∑ 𝑥1y
MS Error (MSE)
MSE = 𝑆𝑆𝐸
𝑑𝑓
Total
n-1
SS Total (SST)
SST =∑𝑦12-
(∑ 𝑦)2
𝑛 , Atau
SST = SSR + SSE
Daerah penolakan:
Fhitung = MSR
MSE
Tolak H0 bila Fhitung ≥ Fα(1;n-2)
c) Menghitung Koefiien Determinasi (R2)
Dengan rumus: 𝑅2 =𝑆𝑆𝑅
𝑆𝑆𝑇
Dimana:
R2 = koefesien determinasi / proporsi keragaman / variabilitas
total di sekitar nilai tengah yang dapat dijelaskan oleh model
regresi (biasanya dinyatakan dalam persen).95
2) Uji Regresi Linier Berganda dengan 2 Variabel Bebas
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk
menjawab rumusan masalah nomor 4 adalah dengan
menggunakan rumus analisis regresi linier berganda dengan 2
94 Ibid., 126. 95 Ibid, 130.
81
variabel bebas. Hubungan antara satu variabel terikat dengan dua
variabel bebas dapat dikatakan linier jika dapat dinyatakan
dalam:96
y = β0+β1x1+β2x2+€ (model untuk populasi)
ˆy= b0 + b1x1 + b2x2 (model untuk sampel)
a) Nilai b0, b1, b2 dapat dicari dengan rumus:
b1 = (∑ 𝑋2
2𝑛𝑖=1 )(∑ 𝑋1 𝑌
𝑛𝑖=1 )−(∑ 𝑋2 𝑌
𝑛𝑖=1 )(∑ 𝑋1 𝑋2
𝑛𝑖=1 )
(∑ 𝑋12𝑛
𝑖=1 )(∑ 𝑋22𝑛
𝑖=1 )−(∑ 𝑋1 𝑋2𝑛𝑖=1 )
2
b2 = (∑ 𝑋1
2𝑛𝑖=1 )(∑ 𝑋2 𝑌
𝑛𝑖=1 )−(∑ 𝑋1 𝑌
𝑛𝑖=1 )(∑ 𝑋1 𝑋2
𝑛𝑖=1 )
(∑ 𝑋12𝑛
𝑖=1 )(∑ 𝑋22𝑛
𝑖=1 )−(∑ 𝑋1 𝑋2𝑛𝑖=1 )
2
b0 =∑ 𝑦−𝑏1
𝑛𝑖=1 ∑ 𝑥1−𝑏2 ∑ 𝑥2
𝑛𝑖=1
𝑛𝑖=1
𝑛
Dimana:
∑ 𝑋12 𝑛
𝑖=1 = ∑ 𝑥1 –(∑ 𝑋1
𝑛𝑖=1 )
2
𝑛
𝑛𝑖=1
∑ 𝑋22 𝑛
𝑖=1 = ∑ 𝑥2 –(∑ 𝑋2
𝑛𝑖=1 )
2
𝑛
𝑛𝑖=1
∑ 𝑋1 𝑋2𝑛𝑖=1 = ∑ 𝑥1 𝑥2 −
(∑ 𝑋1𝑛𝑖=1 )(∑ 𝑋2
𝑛𝑖=1 )
𝑛
𝑛𝑖=1
∑ 𝑋2 𝑌𝑛𝑖=1 = ∑ 𝑥2 𝑦 −
(∑ 𝑋2𝑛𝑖=1 )(∑ 𝑦𝑛
𝑖=1 )
𝑛
𝑛𝑖=1
∑ 𝑌2𝑛𝑖=1 = ∑ 𝑦2 −
(∑ 𝑦𝑛𝑖=1 )
2
𝑛
𝑛𝑖=1
b) Uji Signifikansi Model dalam Analisis Regresi Linier
Berganda dengan 2 Variabel Bebas.
Uji overall pada regresi linier berganda dilakukan
untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas yang ada
dalam model mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
96 Ibid., 125.
82
variabel terikat. Berikut adalah uji overall pada analisis
regresi linier berganda dengan 2 variabel bebas/independen:
Hipotesis:
H0 : β1 = β2 = 0 (Variabel X1 dan X2 tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel Y)
H1: minimal ada satu, βi ≠ 0 untuk i = 1, 2 (Minimal ada
satu variabel X1 atau X2 yang berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel Y)
Tabel 3.11
Statistik Uji: Tabel Anova (Analysis of Variance)97
Variation
Source
(Sumber
Variasi)
Degree
of
Freedom
(df)
Sum of Squre (SS)
Mean Square
(MS)
Regression
P
SS Regression (SSR)
SSR = (b0∑ 𝑦 + b1 ∑ 𝑥1y + b2 ∑ 𝑥2y) – (∑ 𝑦)2
𝑛
MS
Regression
(MSR)
MSR = 𝑆𝑆𝑅
𝑑𝑓
Error
n-P-1
SS Error (SSE)
SSE = ∑ 𝑦2 – (b0∑ 𝑦 + b1 ∑ 𝑥1y + b2 ∑ 𝑥2y)
MS Error
(MSE)
MSE = 𝑆𝑆𝐸
𝑑𝑓
Total
n-1
SS Total (SST)
SST = ∑ 𝑦12-
(∑ 𝑦)2
𝑛 , atau
SST = SSR + SSE
Daerah penolakan:
Tolak H0 bila Fhitung ≥ Fα(p;n-p-1)
c) Menghitung Koefiien Determinasi (R2).98
Dengan rumus: 𝑅2 =𝑆𝑆𝑅
𝑆𝑆𝑇
97 Ibid., 127. 98 Ibid., 161.
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Nama Madrasah : THORIQUL IHSAN
Alamat : Jl. Pabrik, RT 03 / RW 02
Desa : Bulu Kidul
Kecamatan : Balong
Kabupaten : Ponorogo
Tahun berdiri : 4 November 2006
2. Sejarah Berdirinya Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan didirikan pada tanggal 4
November 2006 di bawah lembaga SDN Bulu Kidul. Pada awalnya
merupakan lembaga TPQ yang dilaksanakan di masjid sejak tahun 1999.
Seiring dengan berjalannya waktu, karena kurangnya motivasi dan respon
dari wali santri terhadap lembaga TPQ, maka bapak Solikan bersama
teman-teman dan juga tokoh masyarakat berinisiatif untuk bekerja sama
dengan lembaga SDN Bulu Kidul. Waktu itu kepala SDN Bulu Kidul
adalah bapak Haji Tarno, yang direspon bagus oleh beliau. Setelah
mendapatkan persetujuan dari bapak kepala sekolah, ditahun 2006 tanggal
4 November Madin Thoriqul Ihsan yang bertempat di SDN Bulu Kidul
mulai berjalan dengan cukup baik.
84
Pada awalnya untuk jam pembelajaran dimulai pada pukul 14.00
sampai dengan pukul 16.30 pada hari Senin sampai dengan Hari Kamis.
Lambat laun, karena Madin merupakan salah satu lembaga non formal,
maka untuk jam masuk menjadi kurang efektif karena cuaca (hujan). Pada
akhirnya mulai tahun 2016 jam pembelajaran Madin dirubah menjadi
setelah pembelajaran pagi. Untuk anak-anak kelas 1 pembelajaran Madin
dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.30 kemudian
dilanjutkan untuk shalat Dzuhur berjamaah. Dan untuk kelas 2 sampai
dengan kelas 4 pembelajaran Madin dimulai pada pukul 12.30 sampai
dengan pukul 14.00. Karena merasa lebih efektif untuk jam masuknya,
maka sampai saat ini jam pembelajaran madin dimulai setelah
pembelajaran formal pada pagi hari, dengan hari yang sama yaitu pada
Hari Senin sampai dengan Hari Kamis.
3. Letak Geografis Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan berlokasi di Jalan Pabrik, RT 03
RW 02, Desa Bulu Kidul, Balong, Ponorogo, dengan batas-batas desa
sebagai berikut:
Barat : Pandak
Utara : Bulak
Selatan : Janti
Timur : Dadapan
85
4. Visi dan Misi Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
a. Visi
Membentuk generasi Qur’ani dan berakhlakul karimah.
b. Misi
1) Menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an.
2) Menumbuhkan nilai-nilai agama pada jiwa santri.
3) Menciptakan lingkungan religius dan berkarakter Islami.
5. Struktur Organisasi Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Struktur organisasi merupakan bagan tatanan dalam suatu lembaga
dalam menjalankan roda organisasi. Adapun struktur organisasi di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan adalah sebagai berikut:
Kepala Madrasah : Solikan, S.Pd.I
Sekretaris : Farida Uswatun Hasanah, S.Pd.
Bendahara : Mohamad Shidiqh
6. Data Ustadz/Guru dan Santri/Murid di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan
a. Data Ustadz di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Lihat pada lampiran 01: Data Ustadz/Guru dan Santri/Murid di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
b. Data Santri di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Lihat pada lampiran 01: Data Ustadz/Guru dan Santri/Murid di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
86
7. Sarana dan Prasarana Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
a. Gedung Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan (milik SD)
b. Mempunyai 6 ruang kelas dan 1 ruang kantor (milik SD)
c. Satu buah Masjid (milik masyarakat sekitar)
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data tentang Bimbingan Orang Tua Anak Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan
Deskripsi data ini bertujuan untuk memberikan gambaran data
tentang bimbingan orang tua terhadap anak, khsususnya dalam hal
membaca Al-Qur’an. Untuk mendapatkan data mengenai bimbingan
orang tua, peneliti menggunakan angket yang didistribusikan kepada
responden yang berjumlah 36 anak. Adapun hasil skor bimbingan orang
tua terhadap anaknya dalam hal membaca Al-Qur’an di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Skor Jawaban Angket Bimbingan Orang Tua Anak
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
No. Skor Bimbingan Orang Tua Frekuensi Prosentase
1. 37 1 2,8%
2. 40 1 2,8%
3. 42 2 5,5%
4. 44 1 2,8%
5. 45 2 5,5%
6. 48 2 5,5%
7. 51 4 11,1%
8. 54 2 5,5%
9. 55 1 2,8%
10. 56 1 2,8%
11. 58 2 5,5%
12. 59 1 2,8%
13. 61 3 8,3%
14. 62 1 2,8%
15. 65 2 5,5%
87
No. Skor Bimbingan Orang Tua Frekuensi Prosentase
16. 67 3 8,3%
17. 70 1 2,8%
18. 73 3 8,3%
19. 75 2 5,5%
20. 76 1 2,8%
Total 36 100%
Dari tabel 4.1, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa perolehan
skor variabel bimbingan orang tua tertinggi adalah 76 dengan frekuensi 1
orang dan skor terendah adalah 37 dengan frekuensi 1 orang. Dari data di
atas, bimbingan orang tua anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: kategori baik, cukup baik, dan
kurang baik. Untuk menentukan tingkatan baik, cukup baik, ataupun
kurang baik, peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0
dengan mencari mean dan standar deviasi, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Bimbingan Orang Tua
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Bimbingan_Orang_Tua 36 37 76 57,78 11,156
Valid N (listwise) 36
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka dapat diketahui Mx =
57,78 dan SDx = 11,156. Untuk mengetahui tingkatan bimbingan orang
tua anak tergolong baik, cukup baik, ataupun kurang baik dibuat
pengelompokan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Skor lebih dari Mx + 1.SDx adalah termasuk kategori baik.
b. Skor kurang dari Mx - 1.SDx adalah termasuk kategori kurang baik.
88
c. Skor antara Mx – 1.SDx sampai dengan Mx + 1.SDx adalah termasuk
kategori cukup baik.99
Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Mx + 1.SDx = 57,78 + 1 . 11,156
= 57,78 + 11,156
= 68,936 (dibulatkan menjadi 69)
b. Mx - 1.SDx = 57,78 – 1 . 11,156
= 57,78 – 11,156
= 46,594 (dibulatkan menjadi 47)
Berdasarkan dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui
bahwa skor lebih dari 69 dikategorikan tingkat bimbingan orang tua anak
baik, sedangkan skor 47 sampai dengan 69 dikategorikan tingkat
bimbingan orang tua anak cukup baik, dan skor kurang dari 47
dikategorikan tingkat bimbingan orang tua anak kurang baik. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai kategori bimbingan orang tua anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Prosentase dan Kategori Bimbingan Orang Tua Anak
No. Skor Frekuensi Prosentase Kategori
1. Lebih dari 69 7 19,44% Baik
2. 47 sampai dengan 69 22 61,12% Cukup Baik
3. Kurang dari 47 7 19,44% Kurang Baik
Jumlah 36 100% -
Berdasarkan kategori di atas, maka dapat diketahui bahwa yang
menyatakan bimbingan orang tua anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 7 responden
99 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 175.
89
(19,44%), dalam kategori cukup baik dengan frekuensi sebanyak 22
responden (61,12%), dan dalam kategori kurang baik dengan frekuensi
sebanyak 7 responden (19,44%). Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa bimbingan orang tua anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan dalam kategori cukup baik dengan prosentase 61,12%.
2. Deskripsi Data tentang Motivasi Belajar Anak dalam Pembelajaran
Baca Tulis Qur’an (BTQ)
Deskripsi data ini bertujuan untuk memberikan gambaran data
tentang motivasi belajar anak dalam pembelajaran BTQ. Untuk
mendapatkan data mengenai motivasi belajar anak dalam pembelajaran
BTQ, peneliti menggunakan angket yang didistribusikan kepada
responden yang berjumlah 36 anak pada Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan. Adapun hasil skor motivasi belajar anak dalam pembelajaran BTQ
di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Skor Jawaban Angket Motivasi Belajar Anak
dalam Pembelajaran BTQ
No. Skor Motivasi Belajar Frekuensi Prosentase
1. 42 1 2,8%
2. 46 1 2,8%
3. 47 1 2,8%
4. 50 1 2,8%
5. 54 2 5,5%
6. 57 1 2,8%
7. 58 2 5,5%
8. 59 3 8,3%
9. 61 1 2,8%
10. 62 2 5,5%
11. 63 1 2,8%
12. 64 1 2,8%
13. 65 2 5,5%
14. 66 1 2,8%
15. 68 1 2,8%
90
No. Skor Motivasi Belajar Frekuensi Prosentase
16. 69 1 2,8%
17. 70 3 8,3%
18. 71 2 5,5%
19. 73 4 11,1%
20. 75 2 5,5%
21. 76 2 5,5%
22. 77 1 2,8%
Total 36 100%
Dari tabel 4.4, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa perolehan
skor variabel motivasi belajar anak dalam Pembelajaran BTQ tertinggi
adalah 77 dengan frekuensi 1 orang dan skor terendah adalah 42 dengan
frekuensi 1 orang. Dari data di atas, motivasi belajar anak dalam
Pembelajaran BTQ di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.
Untuk menentukan tingkatan tinggi, sedang, ataupun rendah, peneliti
menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0 dengan mencari mean dan
standar deviasi, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5
Deskripsi Statistik Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Motivasi_Belajar 36 42 77 64,28 9,148
Valid N (listwise) 36
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka dapat diketahui Mx =
64,28 dan SDx = 9,148. Untuk mengetahui tingkatan motivasi belajar
anak dalam Pembelajaran BTQ tergolong tinggi, sedang, ataupun rendah,
dibuat pengelompokan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Skor lebih dari Mx + 1.SDx adalah termasuk kategori tinggi.
b. Skor kurang dari Mx - 1.SDx adalah termasuk kategori rendah.
91
c. Skor antara Mx – 1.SDx sampai dengan Mx + 1.SDx adalah termasuk
sedang.100
Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Mx + 1.SDx = 64,28 + 1 . 9,148
= 64,28 + 9,148
= 73,428 (dibulatkan menjadi 73)
b. Mx – 1.SDx = 64,28 – 1 . 9,148
= 64,28 – 9,148
= 55,132 (dibulatkan menjadi 55)
Berdasarkan dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui
bahwa skor lebih dari 73 dikategorikan tingkat motivasi belajar anak
dalam Pembelajaran BTQ tinggi, sedangkan skor 55 sampai dengan 73
dikategorikan tingkat motivasi belajar anak dalam Pembelajaran BTQ
sedang, dan skor kurang dari 55 dikategorikan tingkat motivasi belajar
anak dalam Pembelajaran BTQ rendah. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai kategori motivasi belajar anak dalam Pembelajaran BTQ di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Prosentase dan Kategori Motivasi Belajar Anak dalam Pembelajaran BTQ
No. Skor Frekuensi Prosentase Kategori
1. Lebih dari 73 5 13,89% Tinggi
2. 55 sampai dengan 73 25 69,44% Sedang
3. Kurang dari 55 6 16,67% Rendah
Jumlah 36 100% -
Berdasarkan kategori di atas, maka dapat diketahui bahwa yang
menyatakan motivasi belajar anak dalam Pembelajaran BTQ di Madrasah
100 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, 175.
92
Diniyah Thoriqul Ihsan dalam kategori tinggi dengan frekuensi sebanyak
5 responden (13,89%), dalam kategori sedang dengan frekuensi sebanyak
25 responden (69,44%), dan dalam kategori rendah dengan frekuensi
sebanyak 6 responden (16,67%). Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa motivasi belajar anak dalam Pembelajaran BTQ di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dalam kategori sedang dengan
prosentase 69,44%.
3. Deskripsi Data tentang Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Deskripsi data ini bertujuan untuk memberikan gambaran data
tentang kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan. Untuk mendapatkan data mengenai kemampuan membaca
Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, peneliti
menggunakan tes membaca Al-Qur’an kepada responden yang berjumlah
36 anak, dimana pengujian dan penilaiannya dilakukan oleh
ustadz/ustadzah di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan. Adapun hasil tes
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Hasil Tes Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo
No. Skor Hasil Tes Frekuensi Prosentase
1. 50 4 11,1%
2. 60 12 33,3%
3. 70 11 30,5%
4. 80 6 16,7%
5. 90 3 8,3%
Total 36 100%
93
Dari tabel 4.7, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa perolehan
nilai variabel kemampuan membaca Al-Qur’an anak tertinggi adalah 90
dengan frekuensi 3 orang dan nilai terendah adalah 50 dengan frekuensi 4
orang. Dari data di atas, kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk menentukan tingkatan
tinggi, sedang, ataupun rendah, peneliti menggunakan bantuan aplikasi
SPSS versi 21.0 dengan mencari mean dan standar deviasi, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Deskripsi Statistik Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kemampuan_Membaca_Al-Qur’an 36 50 90 67,78 11,241
Valid N (listwise) 36
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka dapat diketahui Mx =
67,78 dan SDx = 11,241. Untuk mengetahui tingkatan kemampuan
membaca Al-Qur’an anak tergolong tinggi, sedang, ataupun rendah, dibuat
pengelompokan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Nilai lebih dari Mx + 1.SDx adalah termasuk kategori tinggi.
b. Nilai kurang dari Mx – 1.SDx adalah termasuk kategori rendah.
c. Nilai antara Mx – 1.SDx sampai dengan Mx + 1.SDx adalah termasuk
kategori sedang.101
101 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, 175.
94
Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Mx + 1.SDx = 67,78 + 1 . 11,241
= 67,78 + 11,241
= 79,021 (dibulatkan menjadi 79)
b. Mx – 1.SDx = 67,78 – 1 . 11,241
= 67,78 – 11,241
= 56,539 (dibulatkan menjadi 57)
Berdasarkan dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui
bahwa nilai lebih dari 79 dikategorikan tingkat kemampuan membaca Al-
Qur’an anak tinggi, sedangkan skor 57 sampai dengan 79 dikategorikan
tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an anak sedang, dan skor kurang
dari 57 dikategorikan tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an anak
rendah. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kategori kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dapat
dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Prosentase dan Kategori Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
No. Nilai Frekuensi Prosentase Kategori
1. Lebih dari 79 9 25% Tinggi
2. 57 sampai dengan 79 23 63,89% Sedang
3. Kurang dari 57 4 11,11% Rendah
Jumlah 36 100% -
Berdasarkan kategori di atas, maka dapat diketahui bahwa yang
menyatakan kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan dalam kategori tinggi dengan frekuensi sebanyak 9
responden (25%), dalam kategori sedang dengan frekuensi sebanyak 23
responden (63,89%), dan dalam kategori rendah dengan frekuensi
95
sebanyak 4 responden (11,11%). Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan dalam kategori sedang dengan prosentase
63,89%.
C. Analisis Data (Pengujian Hipotesis)
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Linieritas
Uji linieritas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
antara dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Dua
variabel dikatakan tidak mempunyai hubungan yang linier apabila
nilai P-value yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi pada Deviation
from Linearity < 0,05.102 Uji linieritas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0. Untuk lebih
jelasnya hasil dari uji linieritas dengan bantuan aplikasi SPSS versi
21.0 dapat dilihat pada tabel 4.10 dan tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Linieritas Bimbingan Orang Tua terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
ANOVA Table
Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Kemampuan_Membac
a_AlQuran *
Bimbingan_Orang_Tu
a
Between
Groups
(Combined) 4038.889 19 212.573 8.873 .000
Linearity 3549.491 1 3549.491 148.153 .000
Deviation from
Linearity
489.398 18 27.189 1.135 .403
Within Groups 383.333 16 23.958
Total 4422.222 35
102 Andhita, Aplikasi Statistika, 55.
96
Hipotesis:
H0 : Terdapat hubungan linier yang signifikan antara variabel
bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
H1 :Tidak terdapat hubungan linier yang signifikan antara
variabel bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an anak.
Statistik Uji:
α = 0,05
P-value (Sig.) = 0,403
Keputusan:
Berdasarkan hasil output SPSS versi 21.0 di atas, maka dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi Deviation from Linearity sebesar
0,403. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai
signifikansi (0,403) > α (0,05), sehingga gagal tolak H0 yang artinya
terdapat hubungan linier yang signifikan antara variabel bimbingan
orang tua terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
Tabel 4.11
Hasil Uji Linieritas Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ
Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Kemampuan_Memba
ca_AlQuran *
Motivasi_Belajar
Between
Groups
(Combined) 4005.556 21 190.741 6.409 .000
Linearity 3180.387 1 3180.387 106.8
61
.000
Deviation from
Linearity
825.168 20 41.258 1.386 .269
Within Groups 416.667 14 29.762
Total 4422.222 35
97
Hipotesis:
H0 : Terdapat hubungan linier yang signifikan antara variabel
motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak.
H1 : Tidak terdapat hubungan linier yang signifikan antara
variabel motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
Statistik Uji:
α = 0,05
P-value (Sig.) = 0,269
Keputusan:
Berdasarkan hasil output SPSS versi 21.0 di atas, maka dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi Deviation from Linearity sebesar
0,269. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai
signifikansi P-value (0,269) > α (0,05), sehingga gagal tolak H0 yang
artinya terdapat hubungan linier yang signifikan antara variabel
motivasi belajar dalam pembelajaran BTQ dengan kemampuan
membaca Al-Qur’an anak.
b. Uji Normalitas Residual
Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui data yang diperoleh oleh peneliti dari variabel yang
diteliti termasuk dalam data yang berdistribusi normal atau tidak.
Rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji normalitas ini adalah
98
menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
bantuan aplikasi SPSS versi 21.0. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji
normalitas dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0
dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Unstandardized Residual ,085 36 ,200* ,981 36 ,790
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Hipotesis:
H0 : Residual berdistribusi normal
H1 : Residual tidak berdistribusi normal
Statistik Uji:
α = 0,05
P-value (Sig.) = 0,200
Keputusan:
Berdasarkan hasil output SPSS versi 21.0 di atas, maka dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi Unstandardized Residual pada uji
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200. Dengan demikian dapat
diperoleh kesimpulan bahwa nilai signifikansi P-value (0,200) > α
(0,05), sehingga gagal tolak H0 yang artinya residual kedua variabel
berdistribusi normal.
99
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians
dan residual pada suatu pengamatan yang lain. Model regresi
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila nilai P-Value-nya
lebih besar dari pada α (0,05). Metode pengujian heteroskedastisitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji
Glejser dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0. Untuk lebih
jelasnya hasil dari uji heteroskedastisitas dengan bantuan aplikasi
SPSS versi 21.0 dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Heteroskedastisitas
ANOVA (Abs_Res versus X1, X2,)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 28,201 2 14,100 2,043 ,146b
Residual 227,790 33 6,903
Total 255,991 35
a. Dependent Variable: Abs_Res
b. Predictors: (Constant), Motivasi_Belajar, Bimbingan_Orang_Tua
Hipotesis:
H0 : Tidak terjadi heteroskedastisitas
H1 : Terjadi heteroskedastisitas
Statistik Uji:
α = 0,05
P-value (Sig.) = 0,146
100
Keputusan:
Berdasarkan hasil output SPSS versi 21.0 di atas, maka dapat
diketahui bahwa nilai P-Value-nya (Sig.) sebesar 0,146. Dengan
demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai P-value (0,146) > α
(0,05), sehingga gagal tolak H0 yang artinya kedua variabel
independen tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan yang tinggi antara variabel-
variabel bebas yang ada dalam suatu model regresi linier berganda.
Dalam hal ini peneliti menggunakan deteksi Variance Inflantion
Factor (VIF) sebagai uji multikolinieritas. Variabel bebas dalam
model regresi linier berganda dikatakan tidak terjadi multikolinieritas
apabila nilai VIF-nya lebih kecil dari 10. Uji multikolinieritas dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi
21.0. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji multikolinieritas dengan
bantuan aplikasi SPSS dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 5,529 5,703 ,969 ,339
Bimbingan_Orang
_Tua
,624 ,129 ,619 4,854 ,000 ,305 3,280
Motivasi_Belajar ,407 ,157 ,332 2,599 ,014 ,305 3,280
a. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
101
Berdasarkan hasil output SPSS versi 21.0 di atas, jika dilihat
dari nilai VIF-nya (3,280) semua nilainya lebih kecil dari 10. Dengan
demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai VIF (3,280) < 10
yang artinya variabel bebas yang ada dalam model regresi linier
berganda tidak terjadi multikolinieritas.
e. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Dengan bantuan aplikasi
SPSS versi 21.0 uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW)
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,914a ,836 ,826 4,685 1,671
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Belajar, Bimbingan_Orang_Tua
b. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
Hipotesis:
H0 : Tidak terjadi autokorelasi
H1 : Terjadi autokorelasi
Statistik Uji:
d = 1,671
du = 1,5872 (α = 0,05 ; k = 2 ; n = 36)
Keputusan:
Berdasarkan hasil output SPSS versi 21.0 di atas, maka dapat
diketahui bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,671. Kemudian nilai
102
tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel DW dengan
signifikansi 5%, jumlah sampel (N) sebesar 36 dan jumlah variabel
independent (K) = 2 (cari pada tabel DW), sehingga diperoleh nilai du
sebesar 1,5872. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa
nilai DW (1,671) > du (1,5872), sehingga gagal tolak H0 yang artinya
tidak terjadi autokorelasi.
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Data tentang Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan
Untuk menganalisis data tentang ada tidaknya pengaruh yang
signifikan variabel bimbingan orang tua terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, maka
peneliti menggunakan teknik penghitungan analisis regresi linier
sederhana dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis
regresi linier sederhana ini adalah mencari persamaan regresi linier
sederhana, kemudian melakukan uji hipotesis, dan yang terakhir
adalah menghitung besarnya R Square (R2). Untuk mencari persamaan
regresi linier sederhana, peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS
versi 21.0. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4.16 (tabel
coefficients) di bawah ini:
103
Tabel 4.16
Tabel Coefficients Bimbingan Orang Tua
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.624 4.515 3.461 .001
Bimbingan_Orang_Tua .903 .077 .896 11.759 .000
a. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
Berdasarkan tabel coefficients di atas, maka dapat diketahui
bahwa nilai constanta (b0) pada tabel B sebesar 15,624. Sedangkan
nilai bimbingan orang tua (b1) sebesar 0,903. Sehingga dengan
demikian dapat diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1
Y = 15,624 + 0,903X1
Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana di atas, maka
dapat diketahui bahwa Y (Kemampuan membaca Al-Qur’an) akan
meningkat jika X1 (bimbingan orang tua) ditingkatkan nilainya.
Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang
signifikan variabel bimbingan orang tua terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, maka
peneliti melakukan uji regresi sederhana dengan menggunakan
bantuan aplikasi SPSS versi 21.0. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
pada tabel 4.17 (tabel Anova) di bawah ini:
104
Tabel 4.17
Tabel Anova Bimbingan Orang Tua
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
ANOVA (Y versus X1)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3549.491 1 3549.491 138.282 .000b
Residual 872.731 34 25.669
Total 4422.222 35
a. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
b. Predictors: (Constant), Bimbingan_Orang_Tua
Hipotesis:
H0 : Bimbingan orang tua tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
H1 : Bimbingan orang tua berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Statistik Uji:
α = 0,05
P-value (Sig.) = 0,000
Keputusan:
Berdasarkan pada tabel Anova di atas, maka dapat diketahui bahwa
nilai Sig.-nya (P-value) sebesar 0,000. Dengan demikian dapat diperoleh
kesimpulan bahwa P-value (0,000) < α (0,05) maka tolak H0, yang artinya
bimbingan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
105
Kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak
di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, maka dengan penghitungan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0 dapat diperoleh tabel
4.18 (tabel model summary) sebagai berikut:
Tabel 4.18
Tabel Model Summary Bimbingan Orang Tua terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .896a .803 .797 5.066 .803 138.282 1 34 .000
a. Predictors: (Constant), Bimbingan_Orang_Tua
b. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
Berdasarkan tabel model summary di atas, didapatkan bahwa
nilai R Square (R2) yang tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,803. Nilai
tersebut menggambarkan bahwa variabel bimbingan orang tua
berpengaruh sebesar 80,3% terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an anak. Sedangkan sisanya sebesar 19,7% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak masuk ke dalam model (selain faktor bimbingan
orang tua).
b. Analisis Data tentang Pengaruh Motivasi Belajar dalam Pembelajaran
BTQ terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Untuk menganalisis data tentang ada tidaknya pengaruh yang
signifikan variabel motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap
106
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan, maka peneliti menggunakan teknik penghitungan analisis
regresi linier sederhana dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis regresi
linier sederhana ini adalah mencari persamaan regresi linier
sederhana, kemudian melakukan uji hipotesis, dan yang terakhir
adalah menghitung besarnya R Square (R2). Untuk mencari persamaan
regresi linier sederhana, peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel coefficients di bawah ini:
Tabel 4.19
Tabel Coefficients Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .801 7.248 .111 .913
Motivasi_Belajar 1.042 .112 .848 9.331 .000
a. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
Berdasarkan tabel coefficients di atas, maka dapat diketahui
bahwa nilai constanta (b0) pada tabel B sebesar 0,801. Sedangkan
nilai motivasi belajar (b1) sebesar 1,042. Sehingga dengan demikian
dapat diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = b0 + b1X2
Y = 0,801 + 1,042X2
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka dapat diketahui
bahwa Y (Kemampuan membaca Al-Qur’an) akan meningkat jika X2
(motivasi belajar dalam pembelajaran BTQ) ditingkatkan nilainya.
107
Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang
signifikan variabel motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan, maka peneliti melakukan uji regresi sederhana dengan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0. Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada tabel Anova di bawah ini:
Tabel 4.20
Tabel Anova Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
ANOVA (Y versus X2)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3180.387 1 3180.387 87.075 .000b
Residual 1241.835 34 36.525
Total 4422.222 35
a. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
b. Predictors: (Constant), Motivasi_Belajar
Hipotesis:
H0 : Motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong,
Ponorogo.
H1 : Motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Statistik Uji:
α = 0,05
P-value (Sig.) = 0,000
108
Keputusan:
Berdasarkan pada tabel Anova di atas, maka dapat diketahui bahwa
nilai Sig.-nya (P-value) sebesar 0,000. Dengan demikian dapat diperoleh
kesimpulan bahwa P-value (0,000) < α (0,05) maka tolak H0, yang artinya
motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi
belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, maka dengan
penghitungan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0 dapat
diperoleh tabel model summary sebagai berikut:
Tabel 4.21
Tabel Model Summary Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .848a .719 .711 6.044 .719 87.075 1 34 .000
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Belajar
b. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
Berdasarkan tabel model summary di atas, didapatkan bahwa
nilai R Square (R2) yang tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,719. Nilai
tersebut menggambarkan bahwa variabel motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ berpengaruh sebesar 71,9% terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak. Sedangkan sisanya sebesar 28,1%
109
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk ke dalam model (selain
faktor motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ).
c. Analisis Data tentang Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan
Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Untuk menganalisis data tentang ada tidaknya pengaruh yang
signifikan antara bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, maka peneliti menggunakan teknik
penghitungan analisis regresi linier berganda dengan bantuan aplikasi
SPSS versi 21.0.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis
regresi linier berganda ini adalah mencari persamaan regresi linier
berganda, kemudian melakukan uji hipotesis, dan yang terakhir adalah
menghitung besarnya R Square (R2). Untuk mencari persamaan
regresi linier berganda, peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS
versi 21.0. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel coefficients di
bawah ini:
110
Tabel 4.22
Tabel Coefficients Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar
dalam Pembelajaran BTQ terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 5,529 5,703 ,969 ,339
Bimbingan_Orang_Tua ,624 ,129 ,619 4,854 ,000
Motivasi_Belajar ,407 ,157 ,332 2,599 ,014
a. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
Berdasarkan tabel coefficients di atas, maka dapat diketahui
bahwa nilai constanta (b0) pada tabel B sebesar 5,529. Sedangkan
nilai bimbingan orang tua (b1) sebesar 0,624. Dan nilai motivasi
belajar (b2) sebesar 0,407. Sehingga dengan demikian dapat diperoleh
persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2
Y = 5,529 + 0,624X1 + 0,407X2
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka dapat diketahui
bahwa Y (Kemampuan membaca Al-Qur’an) akan meningkat jika X1
(bimbingan orang tua) dan X2 (motivasi belajar dalam pembelajaran
BTQ) ditingkatkan nilainya.
Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang
signifikan antara bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, maka peneliti melakukan Uji
Overall dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel Anova di bawah ini:
111
Tabel 4.23
Tabel Anova Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar
dalam Pembelajaran BTQ terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
ANOVA (Y versus X1, X2)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3697,746 2 1848,873 84,216 ,000b
Residual 724,476 33 21,954
Total 4422,222 35
a. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
b. Predictors: (Constant), Motivasi_Belajar, Bimbingan_Orang_Tua
Hipotesis:
H0 : Bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
H1 : Bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Statistik Uji:
α = 0,05
P-value (Sig.) = 0,000
Keputusan:
Berdasarkan pada tabel Anova di atas, maka dapat diketahui bahwa
nilai Sig.-nya (P-value) sebesar 0,000. Dengan demikian dapat diperoleh
kesimpulan bahwa P-value (0,000) < α (0,05) maka tolak H0, yang artinya
bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-
112
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong,
Ponorogo.
Kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan, maka dengan penghitungan menggunakan bantuan
aplikasi SPSS versi 21.0 dapat diperoleh tabel model summary sebagai
berikut:
Tabel 4.24
Tabel Model Summary Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar dalam
Pembelajaran BTQ terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,914a ,836 ,826 4,685 ,836 84,216 2 33 ,000
a. Predictors: (Constant), Motivasi_Belajar, Bimbingan_Orang_Tua
b. Dependent Variable: Kemampuan_Membaca_AlQuran
Berdasarkan tabel model summary di atas, didapatkan bahwa
nilai R Square (R2) yang tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,836. Nilai
tersebut menggambarkan bahwa variabel bimbingan orang tua dan
motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh sebesar
83,6% terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak. Sedangkan
sisanya sebesar 16,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk
ke dalam model (selain faktor bimbingan orang tua dan motivasi
belajar dalam Pembelajaran BTQ).
113
D. Interpretasi dan Pembahasan
Dalam penelitian yang dilaksanakan di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo ini, peneliti mengamati beberapa hal
yang menjadi pokok bahasan, yaitu mengenai kemampuan membaca Al-
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, bimbingan orang tua dan
pengaruhnya terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak, motivasi
belajar dalam Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ) dan pengaruhnya
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak, serta pengaruh bimbingan
orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak. Untuk lebih jelasnya, maka peneliti
akan menguraikannya dalam pembahasan berikut:
1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan membaca Al-
Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, peneliti
mengumpulkan data dengan menggunakan tes membaca Al-Qur’an Surat
An-Nur ayat 1 sampai dengan ayat 3 kepada responden yang berjumlah
36 anak. Dalam tes membaca Al-Qur’an ini pengujian dan penilaiannya
dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang ada di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan.
Dari analisis data tentang kemampuan membaca Al-Qur’an anak
di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, diperoleh informasi bahwa
kemampuan membaca Al-Qur’an anak dalam kategori tinggi dengan
114
frekuensi sebanyak 9 responden (25%), dalam kategori sedang dengan
frekuensi sebanyak 23 responden (63,89%), dan dalam kategori rendah
dengan frekuensi sebanyak 4 responden (11,11%). Dengan demikian,
secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an
anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dalam kategori sedang dengan
prosentase 63,89%.
2. Bimbingan Orang Tua dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Untuk memperoleh informasi mengenai bimbingan orang tua,
peneliti mengumpulkan data dengan menyebarkan angket kepada
responden yang berjumlah 36 anak. Dari analisis data tentang bimbingan
orang tua siswa di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, diperoleh informasi
bahwa bimbingan orang tua anak dalam kategori baik dengan frekuensi
sebanyak 7 responden (19,44%), dalam kategori cukup baik dengan
frekuensi sebanyak 22 responden (61,12%), dan dalam kategori kurang
baik dengan frekuensi sebanyak 7 responden (19,44%). Dengan demikian,
secara umum dapat dikatakan bahwa bimbingan orang tua anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dalam kategori cukup baik dengan
prosentase 61,12%.
Kemudian untuk mengetahui pengaruh bimbingan orang tua
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan, peneliti menggunakan perhitungan analisis regresi linier
115
sederhana dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0. Berdasarkan dari
hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana mengenai bimbingan
orang tua terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak diperoleh
informasi bahwa nilai Sig.-nya (P-value) sebesar 0,000. Dengan demikian
dapat diperoleh kesimpulan bahwa P-value (0,000) < α (0,05) maka tolak H0,
yang artinya bimbingan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo. Adapun nilai R Square (R2) nya
tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,803. Nilai tersebut menggambarkan
bahwa variabel bimbingan orang tua berpengaruh sebesar 80,3% terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak. Sedangkan sisanya sebesar 19,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk ke dalam model (selain
faktor bimbingan orang tua).
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Abdul
Mustaqim bahwa orang tua atau pendidik merupakan yang paling
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Oleh karena itu, sebagai
orang tua perlu memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak.
Sebab, keteladanan lebih efektif dibandingkan dengan nasihat yang
berupa ucapan atau indoktrinasi. Tanpa keteladanan (uswah hasanah),
rasanya sulit mengader generasi Qur’ani yang kelak akan meneruskan
cita-cita Islam.103
103 Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak, 22-23.
116
3. Motivasi Belajar dalam Pembelajaran BTQ dan Pengaruhnya
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an anak di Madrasah
Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Untuk memperoleh informasi mengenai motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ, peneliti mengumpulkan data dengan menyebarkan
angket kepada responden yang berjumlah 36 anak. Dari analisis data
tentang motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan, diperoleh informasi bahwa motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ dalam kategori tinggi dengan frekuensi sebanyak 5
responden (13,89%), dalam kategori sedang dengan frekuensi sebanyak
25 responden (69,44%), dan dalam kategori rendah dengan frekuensi
sebanyak 6 responden (16,67%). Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa motivasi belajar anak dalam Pembelajaran BTQ di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan dalam kategori sedang dengan
prosentase 69,44%.
Kemudian untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di
Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan, peneliti menggunakan perhitungan
analisis regresi linier sederhana dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0.
Berdasarkan dari hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana
mengenai motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak diperoleh informasi bahwa nilai
Sig.-nya (P-value) sebesar 0,000. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan
117
bahwa P-value (0,000) < α (0,05) maka tolak H0, yang artinya motivasi
belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo. Adapun nilai R Square (R2) nya
tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,719. Nilai tersebut menggambarkan
bahwa variabel motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh
sebesar 71,9% terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
Sedangkan sisanya sebesar 28,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
masuk ke dalam model (selain faktor motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ).
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Imam
Malik bahwa tanpa motivasi belajar yang baik tentunya akan sulit bagi
seorang siswa akan pandai. Yang terjadi mungkin akan sebaliknya yaitu
siswa kurang semangat untuk belajar dan bahkan tidak mau belajar sama
sekali atau meninggalkan gedung sekolahnya.104 Adapun menurut
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini bahwa motivasi juga akan
mempengaruhi kegiatan individu untuk mencapai segala sesuatu yang
diinginkan dalam segala tindakan.105 Motivasi yang dimaksud disini
adalah motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ, yang mana dengan
adanya motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ siswa diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam hal membaca Al-Qur’an.
104 Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum, 97-98. 105 Muhammad Fathurrohman, Belajar & Pembelajaran, 150.
118
4. Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar dalam
Pembelajaran BTQ terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong,
Ponorogo.
Dalam rangka mengetahui pengaruh bimbingan orang tua dan
motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak, peneliti menggunakan perhitungan analisis
regresi linier berganda dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0.
Berdasarkan dari hasil perhitungan analisis regresi linier berganda
mengenai bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran
BTQ terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak diperoleh informasi
bahwa nilai Sig.-nya (P-value) sebesar 0,000. Dengan demikian dapat diperoleh
kesimpulan bahwa P-value (0,000) < α (0,05) maka tolak H0, yang artinya
bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo.
Adapun nilai R Square (R2) nya tergolong tinggi, yaitu sebesar 0,836.
Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel bimbingan orang tua dan
motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh sebesar 83,6%
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak. Sedangkan sisanya
sebesar 16,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk ke dalam
model (selain faktor bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam
Pembelajaran BTQ).
119
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
Muhammad Ishak, Syafaruddin, dan Masganti Sit yang menyatakan
bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Faktor-faktor internal, yang meliputi:
1) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologis, seperti inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif (motivasi), kematangan dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan. Kelelahan dalam diri seseorang walaupun sulit
untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang.106
b. Faktor-faktor eksternal, yang meliputi:
1) Faktor keluarga, diantaranya: cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi
keluarga.
2) Faktor sekolah, diantaranya: metode mengajar guru, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
106 Muhammad Ishak, “Pelaksanaan Program Tilawah Al-Qur’an,” 610-611.
120
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan anak ketika
bermasyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
bermasyarakat.107
Faktor internal maupun faktor eksternal sama-sama memiliki
pengaruh dalam kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap anak. Oleh
karena itu, antara pihak orang tua dan pihak sekolah/madrasah (pimpinan
sekolah, guru, siswa lain) harus mampu menjalin kerjasama dalam
mencapai tujuan yaitu peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
107 Ibid., 611.
121
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitan tentang pengaruh bimbingan orang
tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul,
Balong, Ponorogo, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul
Ihsan dominan dalam kategori sedang dengan prosentase 63,89% atau
sebanyak 23 responden dari 36 responden.
2. Bimbingan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu
Kidul, Balong, Ponorogo, dengan nilai Sig. (P-value) sebesar 0,000 < α
(0,05), maka tolak H0. Dimana diperoleh persamaan regresi Y = 15,624 +
0,903X1. Adapun nilai R Square (R2) nya sebesar 0,803 berarti bimbingan
orang tua berpengaruh sebesar 80,3% terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an anak.
3. Motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak di Madrasah Diniyah
Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo, dengan nilai Sig. (P-value)
sebesar 0,000 < α (0,05), maka tolak H0. Dimana diperoleh persamaan
regresi Y = 0,801 + 1,042X2. Adapun nilai R Square (R2) nya sebesar
122
0,719 berarti motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh
sebesar 71,9% terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
4. Bimbingan orang tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
anak di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan Bulu Kidul, Balong, Ponorogo,
dengan nilai Sig. (P-value) sebesar 0,000 < α (0,05), maka tolak H0.
Dimana diperoleh persamaan regresi Y = 5,529 + 0,624X1 + 0,407X2.
Adapun nilai R Square (R2) nya sebesar 0,836 berarti bimbingan orang
tua dan motivasi belajar dalam Pembelajaran BTQ berpengaruh sebesar
83,6% terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti
dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua
Orang tua hendaklah meluangkan waktunya untuk membimbing
anaknya dalam hal apapun, termasuk dalam hal membaca Al-Qur’an.
Karena berdasarkan dari hasil penelitian, orang tua memiliki pengaruh
yang besar terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
2. Bagi Anak / Santri
Anak-anak (santri) di Madrasah Diniyah Thoriqul Ihsan
disarankan untuk lebih semangat lagi dalam belajar membaca Al-Qur’an,
123
baik di rumah ataupun di Madrasah Diniyah supaya kemampuan
membaca Al-Qur’annya semakin meningkat.
3. Bagi Ustadz / Ustadzah / Guru
Ustadz dan Ustadzah (Guru) hendaklah harus lebih meningkatkan
proses pembelajarannya dengan menerapkan metode-metode yang lebih
menarik bagi santri untuk menumbuhkan motivasi mereka dalam proses
Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ), dan juga ustadz/ustadzah
hendaklah memperhatikan setiap perkembangan pesera didik, serta
menjalin komunikasi dengan semua pihak termasuk orang tua dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an anak.
124
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2011.
Amin, Samsul Munir. Bimbingan Dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi
V. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Arsyad dan Salahudin. “Hubungan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dan Minat
Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)”,
Jurnal Edukasi. Vol. 16, No. 2. Agustus, 2018.
Astuti, Siwi Puji. “Pengaruh Kemampuan Awal dan Minat Belajar terhadap
Prestasi Belajar Fisika”, Jurnal Formatif. Vol. 5, No. 1. 2015.
Cahyono, Guntur. “Pendidikan Karakter Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”, Jurnal
AL-ASTAR. Vol. 5, No. 1. Maret, 2017.
Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. Belajar & Pembelajaran:
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
Hallen A., Bimbingan Dan Konseling. Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002.
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2017.
Hana, Attia Mahmoud. Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan II. Terj. Zakiah
Daradjat. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Hapsari, Endah. “Anak Sekarang Banyak yang tak Bisa Baca Al-Qur’an, Ini
Buktinya”, Republika, 28 Januari 2013.
125
Helmawati. Pendidikan Keluarga: Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
Hidayati, Nur. “Bimbingan Orang Tua terhadap Kemampuan Baca Tulis Qur’an”,
Skripsi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2006.
Ichwan, Mohammad Nor. Belajar Al-Qur’an: Menyingkap Khazanah Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis. Semarang:
RaSAIL. 2015.
Imama, Udi. Sudah Baik Dan Benarkah Bacaan Al-Qur’anku?. Bandung:
Khazanah Intelektual, 2000.
Irawan, Edi. Pengantar Statistika Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aura
Pustaka, 2014.
Irdawati, Yunidar, dan Darmawan. “Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 Di Min Buol”,
Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol. 5, No. 4.
Iryanti, Shobah Shofariyani dan Fitri lIza. “Implementasi Metode Kritik Intrinsik
Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an”, Jurnal
Pendidikan Islam. Vo. 10, No. 1. Mei, 2019.
Ishak, Muhammad, Syafaruddin, dan Masganti Sit. “Pelaksanaan Program
Tilawah Al-Qur’an dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
Qur’an Siswa di MAS Al-Ma’sum Stabat”, Jurnal Edu Riligia. Vol.1 No.
4. Oktober-Desember, 2017.
Janie, Dyah Nirmala Arum. Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda
dengan SPSS. Semarang: Semarang University Press, 2012.
Karwono dan Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran: Serta Pemanfaatan
Sumber Belajar. Depok: Rajawali Pers, 2017.
Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at
Ashim dari Hafash. Jakarta: AMZAH, 2013.
Malik, Imam. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: TERAS, 2011.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
126
Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman.Analisis Korelasi, Regresi, Dan
Jalur Dalam Penelitian (Dilengkapi Aplikasi Program SPSS). Bandung:
CV Pustaka Setia, 2007.
Mustaqim, Abdul. Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Pelbagai
Masalah Pada Anak. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005.
Mustofa, Khairil. “Konsepsi Pendidikan Islam Menurut Dr. Abdullah Nashih
Ulwan”, Jurnal Study Islam Panca Wahana. Oktober, 2014.
Ni’am, Fathun. “Pengaruh Intensitas Bimbingan Orang Tua Membaca Al-Qur’an
terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas VIII MTs
Fatahillah Semarang Tahun Ajaran 2017/2018”, Skripsi UIN Walisongo,
Semarang, 2018.
Potak, Mayor. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: PT Ikhtiar Baru,
1979.
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008.
Roesli, Mohammad, Ahmad Syafi’i, Aina Amalia. “Kajian Islam tentang
Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Anak”, Jurnal Darussalam:
Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam. Vol. IX,
No. 2. April, 2018.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Sidqi, Kholfan Zubair Taqo. “Program Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus (Autis) di SD Al Azzam Ketileng
Semarang”, Jurnal Ilmu Sosial-Humaniora. Vol. 3, No. 1. Januari-Juni,
2018.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif:Dilengkapi
dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
ALFABETA, 2013.
127
. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2016.
. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: ALFABETA, 2018.
Suherman. “Pengaruh Kemampuan Membaca Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa Politeknik Negeri Medan”, Jurnal ANSIRU PAI. Vol. 1, No.
2. Juli-Des, 2017.
Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Syarbini, Amirullah & Sumantri Jamhari. Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an.
Bandung: Ruang Kata, 2012.
Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah. Peneitian Kuantitatif (Sebuah
Pengantar). Bandung: Alfabeta, 2012.
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998.
Wulansari, Andhita Dessy. Aplikasi Statistika Parametrik dalam Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2018.
. Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktik
Dengan Menggunakan SPSS. Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2012.
. Statistik Parametrik: Terapan Untuk Penelitian
Kuantitatif. Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2012.
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
128
128
Recommended