View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
II
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE,
PROFITABILITAS, DAN UKURAN KAP
TERHADAP AUDIT FEE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Consumer goods industry
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018)
SKRIPSI
Oleh :
ERWIN
20160100064
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI PEMERIKSAAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
I
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE,
PROFITABILITAS, DAN UKURAN KAP
TERHADAP AUDIT FEE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Consumer goods industry
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang
Jenjang Pendidikan Strata 1
Oleh :
ERWIN
20160100064
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
I
I
I
I
I
I
I
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN
UKURAN KAP TERHADAP AUDIT FEE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods
Industry Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 – 2018)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh
Corporate governance, Profitabilitas,dan Ukuran KAP terhadap Audit fee.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit pada
perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2018.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 21 perusahaan selama periode 3 tahun pengamatan
berturut-turut sehingga total sampel sebanyak 63. Data penelitian ini
menggunakan SPSS versi 25 dengan uji statistik deskriptif, uji regresi Linear.
Hasil dari penelitian yang telah diolah menunjukan bahwa nilai signifikan
corporate governance 0,265, nilai signifikan profitabilitas yang diproksikan
menggunkan ROA yaitu 0,615, nilai signifikan Ukuran KAP yaitu 0,046.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Corporate governance, dan Profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Audit fee sedangkan Ukuran KAP
berpengaruh signifikan terhadap Audit fee.
Kata kunci : Corporate governance, Profitabilitas, dan Ukuran KAP, Audit fee.
II
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITY, AND
KAP SIZE OF AUDIT FEE
(Empirical Study of Consumer Goods Industry Manufacturing Companies
Listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016 - 2018)
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence regarding the effect of Corporate
governance, Profitability, and KAP Size on Audit fees. The population in this
study is the audited financial statements of the Consumer Goods Industry
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2016-
2018.
Determination of the sample is done by using purposive sampling with a total
sample of 21 companies over a period of 3 consecutive years of observation so
that the total sample is 63. The research data uses SPSS version 25 with
descriptive statistical tests, logistic regression tests.
The results of the research that have been processed show that the significant
value of corporate governance is 0.265, the significant value of profitability
proxied using ROA is 0.615, the significant value of KAP size is 0.046.The results
showed that corporate governance and profitability did not significantly influence
the audit fee variable, while the KAP size significantly affected the audit fee.
Keywords: Corporate governance, Profitability, and KAP Size, Audit fees.
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Universitas Buddhi Dharma, Tangerang.
Skripsi ini mengambil judul “Pengaruh Corporate governance,
Profitabilitas, dan Ukuran KAP Terhadap Audit fee pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Consumer goods industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2016 – 2018.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang senantiasa memberikan bantuan baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses penyusunan skripsi ini, diantaranya :
1. Bapak Dr. Sofian Sugioko, M.M., CPMA selaku Rektor Universitas
Buddhi Dharma Tangerang.
2. Ibu Rr. Dian Anggraeni , S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang.
3. Bapak Susanto Wibowo, S.E., M.Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
(S1) Fakultas Bisnis Universitas Buddhi Dharma Tangerang.
4. Ibu Lia Dama Yanti, S.E., M.Akt. selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan waktunya untuk membimbing penulis, sehingga
I
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga untuk
masukan dan saran selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Eso Hernawan, S.E., M.M. dan Bapak Peng Wi, S.E., M.Akt.
serta Bapak Sutandi, S.E., M.Akt. selaku dosen yang telah memberikan
pembelajaran dan saran dalam penyelesaian skripsi dan pengolahan
data.
6. Segenap Dosen dan Staff pengajar Universitas Buddhi Dharma
Tangerang yang telah memberikan ilmu dan membimbing selama
menuntut ilmu di Universitas Buddhi Dharma.
7. Seluruh staff perpustakaan Universitas Buddhi Dharma yang telah
membantu dalam mencari sumber-sumber referensi penelitian.
8. Papa, Mama dan Kakak yang telah memberikan doa, dukungan serta
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik dan tepat waktu.
9. Untuk sahabat-sahabat penulis, yaitu Fedrianto, Ineke Putri, Regine
Verent, Ferdinan Marpaung, Alberto Santos, dan teman-teman lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu per satu, selalu memberikan bantuan,
dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
10. Untuk teman satu kantor penulis, dan teman-teman lainnya yang selalu
memberikan penulis motivasi dan semangat dalam menyelesaikan
penelitian ini.
I
I
DAFTAR ISI
Hal
JU DUL LUAR
JUDUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
REKOMENDASI KELAYAKAN MENGIKUTI SIDANG SKIRPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 9
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 13
A. Gambaran Umum Teori .................................................................. 13
1. Teori Keagenan (Agency Theory).............................................13
2. Laporan Keuangan................................................................... 14
3. Analisis Laporan Keuangan..................................................... 17
4. Auditing................................................................................... 19
I
5. Corporate Governance............................................................ 32
6. Profitabilitas............................................................................ 39
7. Ukuran KAP............................................................................ 44
8. Audit Fee................................................................................. 47
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 48
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 52
D. Rumusan Hipotesis ......................................................................... 53
1.Pengaruh Corporate Governance terhadap Audit fee..................53
2.Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit fee.................................54
3.Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit fee..................................55
4. Pengaruh Corporate governance, profitabilitas, dan Ukuran
KAP terhadap Audit fee.............................................................55
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 56
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 56
B. Objek Penelitian ............................................................................. 56
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 57
D. Populasi dan Sample ....................................................................... 58
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 59
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................................. 60
1. Variabel Independen..................................................................60
2. Variabel Dependen.....................................................................63
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 64
1. Pengujian Statistik Deskriptif.................................................64
2. Pengujian Asumsi Klasik...........................................................65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 72
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...................................................... 72
1. Corporate Governance...............................................................75
2. Profitabilitas..............................................................................78
3. Ukuran KAP............................................................................. 81
4. Audit Fee .................................................................................. 83
B. Analisis Hasil Penelitian ................................................................. 85
1. Analisis Statistik Deskriptif.......................................................85
I
2. Analisis Asumsi Klasik............................................................. 89
a. Uji Multikolonearitas ........................................................... 89
b. Uji Autokolerasi .................................................................. 90
c. Uji Heterokedasitas .............................................................. 91
d. Uji Normalitas ..................................................................... 93
3. Uji Koefisien Determinasi......................................................... 95
4. Uji Analisis Regresi Berganda .................................................96
5. Uji Hipotesis ............................................................................98
a. Uji Signifikansi keseluruhan dari regresi (Uji F)...............98
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)...................99
C. Pembahasan .................................................................................. 101
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 104
A. Kesimpulan ................................................................................... 105
B. Implikasi ....................................................................................... 108
C. Saran ............................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT RISET PENELITIAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel II.1 Penelitian Terdahulu............................................................................. 48
Tabel III.1Operasional variable ............................................................................ 64
Tabel IV.1 Proses Pemilihan Sampel .................................................................... 72
Tabel IV.2 Daftar Sampel Emiten ......................................................................... 74
Tabel IV.3 Data Corporate Governance ............................................................... 75
Tabel IV.4 Data profitabilitas ............................................................................... 79
Tabel IV.5 Data Ukuran KAP ............................................................................... 82
Tabel IV.6 Data Audit fee...................................................................................... 84
Tabel IV.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 86
Tabel IV.8 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 89
Tabel IV.9 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 90
Tabel IV.10 Hasil Uji Heterokedasitas ................................................................. 92
Tabel IV.11 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 94
Tabel IV.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 95
Tabel IV.13 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ................................................ 96
Tabel IV.14 Hasil Uji simultan ( Uji F) ................................................................ 98
Tabel IV.15 Hasil Uji Parsial (Uji t) ................................................................... 100
I
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar II.1Model Auditing ................................................................................. 22
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran..........................................................................52
Gambar IV.1 Hasil Uji Heterokedasitas grafik scatterolt......................................91
I
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Perhitungan Variabel Audit fee tahun 2016-2018
Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Variabel Corporate Governance
Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Variabel Profitabilitas (ROA)
Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Variabel Ukuran Kantor Akuntan Publik
Lampiran 5 : Hasil Uji Olah SPSS Versi 25 For Windows
Lampiran 6 : Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Sampel
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan profesi akuntan publik tidak lepas dari pesatnya
pertumbuhan perusahaan perusahaan dalam segala bidang. Semakin
berkembangnya suatu perusahaan maka akan semakin berkembang profesi
akuntan publik. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan
masyarakat. Profesi akuntan publik memiliki tanggung jawab untuk menilai
keandalan laporan keuangan. Masyarakat menilai bahwa profesi auditor
dihadapkan dapat melakukan penilaian yang bebas, dapat dipercaya, dan tidak
memihak terhadap informasi laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
Permintaan jasa audit muncul karena adanya konflik kepentingan antara
manajemen sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal, dan pihak-pihak
lain yang mengadakan kontrak dengan klien. Auditor dalam hal ini merupakan
pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan principal dan agen dalam
mengelola keuangan perusahaan.
Keberadaan auditor independen pada suatu entitas sebagai pendeteksi
kejanggalan-kejanggalan dalam laporan keuangan klien, diharapkan mampu
mengemukakan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh pihak manajemen dam
menghindarkan principal dari kerugian sebagai pemilik dana sebuah entitas.
Konflik kepentingan sering terjadi antara pemilik perusahaan (stakeholder)
dan manajemen (agent) sebagai pihak yang menyajikan laporan keuangan karena
2
tidak ada keyakinan bahwa manajemen akan memberikan informasi yang benar
sehingga diperlukannya audit. (pakpahan, 2016)
Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang penting
bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan. Untuk meningkatkan
kepercayaan stakeholder terhadap informasi laporan keuangan, perusahaan go
publik diwajibkan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. Maka dari
itu para pemakai informasi membutuhkan pemeriksaan laporan keuangan (audit)
untuk memberikan pinjaman bahwa laporan keuangan yang disajikan berkualitas
baik, sehingga dengan adanya audit yang dilakukan oleh auditor dapat
meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
tersebut. (pakpahan, 2016)
Ketentuan mengenai akuntan publik di indonesia diatur dalam undang-
undang republik indonesia nomor 5 tahun 2011 mengenai akuntan publik dan
peraturan mentri keuangan nomor 17PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik.
Kantor akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di
bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. (Cristansy &
Ardiat, 2016)
Kode etik akuntan publik tahun 2008 juga menyebutkan bahwa seorang
akuntan publik berhak menerima honorarium untuk kemahiran pengetahuan yang
diberikan kepada pekerjaan profesional. Dalam menetapkan honorarium yang
wajar, maka tanggung jawab yang terlibat, sifat, batasan dan pentingnya pekerjaan
yang dilakukan patut diperhitungkan. Namun seorang auditor dilarang untuk
3
menerima keuntungan lain selain pembayaran honorarium yang patut diterima.
Jumlah honorarium merupakan audit fee yang diterima auditor eksternal dari
perusahaan. (Hasan, 2017)
Audit adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria
yang telah ditetapkan, audit yang baik haruslah dilakukan oleh orang yang
independen dan kompeten. (pakpahan, 2016)
Audit fee adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada
perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan oleh KAP berdasarkan
perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan
biaya tidak langsung. ( Chandra, 2015). Peraturan Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) hanya menyebutkan besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung pada
risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya. (Ananda & Triyanto, 2019)
Penentuan dalam penetapan Audit fee diatur dalam surat keputusan
No.KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan Audit fee yang bertujuan
menetapkan standarisasi dalam penetapan besaran imbalan jasa yang wajar sesuai
atas jasa profesional yang telah diberikan. (Yulio, 2016)
Audit fee sendiri masih menjadi perbincangan yang cukup panjang sampai
saat ini. Berawal dari kasus Enron dan Arthur Andersen, peristiwa yang sangat
terkenal didunia akuntansi terkait audit fee, dimana fee yang diberikan Enron
kepada Arthur Andersen atas jasa auditnya. Arthur Andersen mengabaikan fraud
4
yang dilakukan oleh Enron dikarenakan Enron adalah salah satu client terbesar
dari Arthur Andersen. Enron berpotensi menjadi client $100 juta pertahun bagi
Arthur Andersen, dan inilah yang menyebabkan Arthur Andersen mengabaikan
fraud yang dilakukan Enron untuk mempertahankan agar Enron tetap menjadi
client Arthur Andersen. (pakpahan, 2016)
Pada tahun 2018 terjadi kasus dalam perusahaan keuangan, dimana auditor
yang telah menerima audit fee yang tinggi namun kinerjanya tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Kasus ini terjadi pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
Deloitte yang bertugas dalam mengaudit PT Sunprima Nusantara pembiayaan
(SNP Finance) yaitu memberikan opini wajar tanpa pengecualian dalam hasil
audit terhadap laporan keuangan tahunan SNP Finance. Hasil pemeriksaan
otoritas jasa keuangan (OJK) mengidikasikan SNP Finance menyajikan laporan
keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenernya secara
signifikan. Otoritas jasa keuangan menilai Deloitte telah melakukan pelanggaran
berat sehingga melanggar Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor
13/POJK.03/2017 tentang penggunaan jasa akuntan publik dan kantor akuntan
publik. Sebagaimana tertera dalam penjelasan pasal 39 huruf b peraturan otoritas
jasa keuangan nomor 13/POJK.03/2017 bahwa pelanggaran berat yang dimaksud
antara lain melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan atau
memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan (www.tirto.id).
(Ananda & Triyanto, 2019)
Fee yang normal seharusnya ditentukan dengan berdasarkan tata cara yang
berlaku sedangkan fee yang tidak normal ditentukan dengan cara tidak transparan
5
dan merupakan kesepakatan antara auditor klien yang tidak sesuai dengan
peraturan dan kontrak yang berlaku. Hal ini berarti dengan adanya tidak normal
fee sikap independen dan kualitas seorang auditor dapat dipertanyakan.
(pakpahan, 2016)
Dalam penerapan corporate governance dewan komisaris merupakan inti
dewan komisaris ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi peerusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris bersama- sama dengan direksi,
harus menandatangani laporan tahunan perusahaan dengan demikian dewan
komisaris turut bertanggung jawab secara hukum atas laporan keuangan yang
menyesatkan yang menyebabkan kerugian pada pihak manapun. Berdasarkan
tugas tanggung jawab dewan komisaris tersebut maka seharusnya dewan
komisaris memiliki pengetahuan yang cukup terhadap laporan keuangan, sehingga
perusahaan seharusnya memiliki dewan komisaris berlatar belakang pendidikan
akuntansi. Sehingga auditor eksternal menilai risiko audit akan menurun
dikarenakan dewan komisaris dianggap mampu memberikan kualitas laporan
keuangan yang baik.
Penelitian-penelitian tentang corporate governance dan audit fee masih
relatif jarang terutama di negara-negara berkembang . Dalam penelitian
menyebutkan perusahaan yang memliki tata kelola yang baik akan dikenakan
audit fee yang lebih rendah oleh kantor akuntan publik dikarenakan perusahaan
bertatakelola baik cenderung memiliki tingkat kompleksitas yang lebih rendah.
6
Maka dari itu perusahaan bertata kelola yang baik cenderung membayar audit fee
yang relatif rendah. (pakpahan, 2016)
Hal lain yang mempengaruhi audit fee, dalam jurnal (Rinanda & Wenny,
2014) Profitabilitas, Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal tertentu.
Profitabilitas adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi besaran audit fee
yang diberikan oleh perusahaan kepada seorang auditor atas jasa auditnya.
Profitabilitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba dalam periode tertentu dan menggambarkan tingkat efektifitas manajemen
dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya.
Perusahaan yang memiliki profit yang tinggi akan menyajikan lebih
banyak informasi untuk diperiksa kembali oleh auditor. Biasanya untuk menilai
profitabilitas klien dapat dilihat dari Net Profit, Net Profit to sales, Return On
Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE). Sehingga dalam jurnal (Hasan, 2017)
ditemukan bahwa Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap
besarnya biaya audit.
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi, hal ini disebabkan
karena perusahaan akan membayar biaya audit yang lebih tinggi memerlukan
pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya, oleh karena itu akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaan auditnya. Karena itu
akan mengakibatkan peningkatan besar audit fee. (Hasan, 2017)
7
Praktik audit dilakukan melalui suatu kantor akuntan publik (KAP).
Ukuran suatu KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas audit. KAP big four
memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non big four. KAP big
four memiliki lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi dalam pelatihan staf,
teknologi, dan fasilitas. Oleh karena itu, KAP big four memiliki kinerja audit yang
baik dan menghasilkan laporan audit yang baik. KAP big four akan membebankan
audit fees yang lebih tinggi kepada klien dari pada KAP non big four. Kantor
akuntan publik yang memiliki nama besar (big 4) dipandang sebagai auditor yang
akan menghasilkan tingkat kualitas audit yang melebihi persyaratan minimal
keprofesionalan dari pada kualitas dari kantor akuntan publik yang tidak memiliki
nama besar. Kantor akuntan publik atau auditor yang berkualitas tinggi akan
membuat sedikit kesalahan dari pada auditor yang berkualitas rendah, sehingga
memiliki audit fee yang tinggi. (Hasan, 2017)
Perusahaan go public cenderung akan memilih KAP dengan kredibilitas
yang tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangannya di mata para
pengguna laporan keuangan. KAP yang lebih besar dianggab lebih mampu
menjalankan tugas audit yang lebih berat dan mampu mempertahankan
independensinya. Hal ini dikarenakan KAP yang lebih besar terbiasa
menyediakan berbagai layanan untuk kliennya dalam jumlah besar. (Cristansy &
Ardiat, 2016)
KAP big four yang berafiliasi dengan auditor indonesia, antara lain :
a. Ernest & Young(EY) yang berafiliasi dengan Purwanto, Sungkoro, dan
Surja.
8
b. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan
Sidharta dan Widjaja.
c. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Osman
Bing Satrio dan rekan.
d. Priceweater Cooper (PWC) yang berafiliasi dengan Tanudiredja,
Wibisena, Rintis, dan rekan. (Cristansy & Ardiat, 2016)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis memutuskan untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas, Ukuran KAP terhadap Audit fee (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2016-2018)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Keteraturan dan tata kelola perusahaan (corporate governance) yang
baik dan kurang baik dari suatu perusahaan memberikan kompleksitas
kegiatan pemeriksaan yang dilakukan KAP maka KAP juga akan
memberikan penawaran yang variatif.
2. Tingginya Tingkat profitabilitas membuat auditor perlu memeriksa
kecocokan antara laporan keuangan dengan dokumen transaksi
perusahaan yang ada sehingga mempengaruhi audit fee yang
dikeluarkan.
9
3. Untuk meningkatkan kreadibilitas laporan keuangan perusahaan go
public akan menggunakan KAP yang kreadibilitasnya sudah teruji
seperti KAP big four.
4. Untuk menghindari kecurangan dalam penetapan Audit fee, adanya
peraturan yang mengatur tentang kebijakan standarisasi dalam
menetapkan imbalan jasa Kantor Akuntan Publik.
C. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini
bermaksud menguji pengaruh corporate governance, profitabilitas, dan
ukuran KAP terhadap audit fee.
1. Apakah corporate governance akan berpengaruh terhadap audit fee
yang diterima KAP pada perusahaan manufaktur sektor Consumer
Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
2. Apakah Profitabilitas Klien akan berpengaruh terhadap audit fee yang
diterima oleh KAP pada perusahaan manufaktur sektor Consumer
Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
3. Apakah besaran ukuran KAP akan berpengaruh terhadap audit fee
pada perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
4. Apakah corporate governance, profitabilitas dan Ukuran KAP akan
berpengaruh terhadap audit fee pada perusahaan manufaktur sektor
10
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-
2018 ?
D. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan membuktikan corporate governance yang baik
akan mempengaruhi audit fee yang diterima KAP pada perusahaan
manufaktur sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2016-2018.
2. Untuk menguji dan membuktikan Profitabilitas akan mempengaruhi
audit fee yang diterima KAP pada perusahaan manufaktur sektor
Consumer Goods yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun
2016-2018.
3. Untuk menguji dan membuktikan Ukuran KAP akan mempengaruhi
audit fee yang diterima KAP pada perusahaan manufaktur sektor
Consumer Goods yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun
2016-2018.
4. Untuk Menguji apakah corporate governance, profitabilitas, dan
Ukuran KAP memberikan pengaruh secara simultan terhadap Audit fee
pada perusahaan manufaktur sektor Consumer goods yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018.
E. Manfaat penelitian
11
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1) Bagi Profesi Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktik bagi
auditor dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan audit fee yang dibebankan dan sebagai referensi agar auditor
dapat selalu menjaga profesionalitas serta independensinya saat
melakukan hubungan kerja dengan klien.
2) Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan
wawasan terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai
audit fee.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sebagai sumber referensi dan informasi untuk
memberikan suatu tambahan dan wawasan mengenai dunia bisnis,
sehingga memungkinkan penelitian selanjutnya dapat memperluas
pengertian mengenai pembahasan audit fee.
A. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun kedalam bab yang teratur yang memiliki
tujuan masing-masing pada bab tersebut. Hal ini ditujukan untuk
mempermudah pemahaman atas isi penelitian ini. Sistematika penelitian ini
dapat sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
12
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan dalam penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teori-teori yang relevan dan
mendukung penyusunan kerangka teori. Pada bab ini
memuat pembahasan mengenai teori dan dasar hukum
mengenai audit fee, corporate governance, profitabilitas,
ukuran KAP dari hasil penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran dan perumusan hipotesa.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan
untuk mendukung penelitian ini, yang meliputi jenis
penelitian, objek penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, operasionalisasi variabel penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang deskripsi data hasil penelitian,
analisis hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan
pembahasan mengenai pengaruh audit fee, corporate
governance, profitabilitas, dan ukuran KAP
BAB V PENUTUP
13
Bab ini menyajikan secara singkat mengenai hasil yang
telah diperoleh penelitian yang telah dilaksanakan,
menjawab permasalahan penelitian, menyampaikan
keterbatasan penelitian, menjelaskan implikasi penelitian
serta memberikan saran yang mengacu pada kelemahan
yang berguna untuk pemecah masalah atas penelitian-
penelitian yang akan dilakukan berikutnya.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum Teori
1. Teori Keagenan
Konsep teori agensi menjelaskan hubungan keagenan antara dua
pihak dimana principal mempekerjakan pihak lain (agent) untuk
melaksanakan jasa atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian
wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Masalah keagenan
tersebut dapat diatasi dengan mekanisme pengawasan yang tepat
untuk menyelaraskan kepentingan berbagai pihak.(Huri & Syofyan,
2019)
Pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini adalah auditor
independen. Auditor independent berperan sebagai pihak yang
dianggab mampu menjembatani keinginan pihak prinsipal
(shareholders) dengan pihak manajer (principal) dalam mengelola
keuangan perusahaan. Auditor melakukan fungsi pengawasan
pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Setiap
auditor wajib menyampaikan opininya atas laporan keuangan yang
telah di auditnya sesuai dengan standar keprofesionalan, sehingga
perusahaan wajib memberikan fee dengan imbalan wajar atas kegiatan
penugasan jasa auditnya yang semestinya diterima oleh seorang
auditor. (Huri & Syofyan, 2019)
15
2. Laporan keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut (Darsono & Ashari, 2004,
hal. 15) dalam bukunya yang berjudul pedoman praktis memahami
Laporan Keuangan menyatakan bahwa:
“Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi.
Laporan keuangan memuat informasi tentang pelaksanaan
tanggung jawab manajemen”
Pengertian laporan keuangan menurut dari buku (Hery, 2017, hal.
3) menyatakn bahwa :
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain,
laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang
mebhubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan, yang menunjukan kondisi kesehatan keuangan
perusahaan dan kinerja perusahaan.”
Urutan laporan keuangan berdasarkan proses penyajiannya adalah
sebagai berikut:
a) Laporan laba rugi (Income statment) merupakan laporan yang
sistematis tentang pendapatan dan beban perusahaan untuk satu
periode waktu tertentu. Laporan laba rugi ini pada akhirnya
memuat informasi mengenai hasil kinerja manajemen atau hasil
kegiatan oprasional perusahaan, yaitu laba atau rugi bersih yang
16
merupakan hasil dari pendapatan dan keuntungan dikurangi
dengan beban dan kerugian.
b) Laporan ekuitas (statement of owner’s Equity) adalah sebuah
laporan yang menyajikan iktisar perubahan dalam ekuitas pemilik
suatu perusahaanuntuk satu periode waktu tertentu, laporan ini
sering dinamakan sebagai laporan perubahan modal.
c) Neraca (balance sheet) adalah sebuah laporan yang sistematis
tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan per tanggal
tertentu. Tujuan dari laporan ini tidak lain adalah untuk
mengambarkan posisi keuangan perusahaan.
d) Laporan arus kas (Statement of cash flow) adalah sebuah laporan
yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara
terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu muli dari aktivitas
operasi, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas
pendanaan/pembiayaan untuk satu periode waktu tertentu.
Laporan arus kas menunjukan besarnya kenaikan/ penurunan
bersih kas dari seluruh aktivitas selama periode berjalan serta
saldo kas yang dimiliki perusahaan sampai dengan akhir periode.
Tujuan keseluruhan dari laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor
dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit. Jenis
keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangatlah
17
beragam, begitu dengan metode pengambilan keputusan yang
mereka gunakan dan kemampuan mereka untuk memproses
informasi. Pengguna informasi harus dapat memperoleh
pemahaman mengenai kondisi keuangan dan hasil oprasional
perusahaan lewat laporan keuangan.
1) Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan posisi
keuangan, hasil, usaha, dan perubahan posisi keuangan
lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan tujuan umum
laporan keuangan adalah :
A. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber
daya ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan tujuan:
1. Menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan
2. Menunjukan posisi keuangan dan investasi
perusahaan
3. Menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya
4. Kemampuan sumber daya yang ada untuk
pertumbuhan perusahaan.
B. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber
kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam
mencari laba dengan tujuan :
18
1. Memberikan gambaran tentang jumlah dividen
yang diharapkan pemegang saham.
2. Menunjukan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban kepada kreditor, supplier,
pengawal, pemerintah, dan kemampuannya.
3. Memberikan informasi kepada manajemen untuk
digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan
dan pengadilan.
4. Menunjukan tingkat kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba jangka panjang.
3. Analisis Laporan keuangan
Pengertian analisis laporan keuangan menurut John. Wild, K.R.
Subrayaman dan Robert F. Halsey dalam buku (Sjahrial & Purba,
2013, hal. 1):
“Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah
aplikasi dari alat dan teknik analisis untuk laporan keuangan
bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan
estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis”
Menurut Bernstein 1983 dalam buku(Purba & Sjahrial, 2013, hal.
1) analisis laporan keuangan adalah :
19
“Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan
teknik analisis untuk laporan keuangan dan data lainnya untuk
melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang
sangat berguna dalam pengambilan keputusan”.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa ada teknik tertentu dan
alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan menjadi
informasi yang lebih berguna, mendalam dan lebih tajam sebagai
dasar pengambilan keputusan.
1. Tujuan analisis laporan keuangan
Menurut Bernstein 1983 dalam buku (Sjahrial & Purba, 2013, hal.
2-4) dibagi menjadi 4 sebagai berikut:
a) Penyaringan (Screening)
Analisis dilakukan dengan melihat secara analistis untuk
laporan keuangan dengan tujuan beberapa alternatif analisis
bisnis seperti investasi, merger dan lain-lain. Dalam hal
screening setelah membaca dan memahami analisis keuangan
diharapkan dapat menyaring aktifitas bisnis yang
menggairahkan dimasa depan.
b) Peramalan (Forecasting)
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan
perusahaan dimasa sekarang dan yang akan datang.
c) Diagnosa (Diagnosis)
20
Analisis dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah dalam manajemen khususnya dibidang
operasi dan keuangan.
d) Penilaian (Evaluation)
Analisis digunakan untuk menilai prestasi manajemen, operasi,
keuangan, dan lain-lain.
4. Auditing
Pengertian Auditing menurut Arens dan Loebbecke (1992) dalam
buku yang berjudul Auditing pemeriksaan akuntansi dengan
pengarang (Sunyoto, 2013, hal. 1)menyatakan bahwa :
“proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan
independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti
mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas (satuan) usahaa
untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari
informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan."
Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2002:5) dalam buku
(Ardianiningsih, 2017) yang berjudul Audit Laporan Keuangan
menyatakan bahwa:
‘‘Pengauditan (auditing) adalah suatu proses sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
asersi-asersi keguatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tesebut dengan
kriteria yang telaj ditetapkan sebelumnya, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja dalam buku (Sunyoto,
2013, hal. 5) menyatakan bahwa :
21
“auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”
Menurut keduanya, dari definisi diatas memiliki unsur-unsur yaitu;
1. Suatu proses sistematik
Auditing merupakan suatu prosessistematik, yaitu berupa suatu
rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berangka dan
terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan
langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Dalam auditnya, auditor melakukan proses sistematik untuk
memperoleh bukti-bukti yang menjadi dasar pernyataan yang
disajikan oleh badan usaha dalam laporan keuangannya, dan
mengevaluasi secara objektif, tidak memihak, baik kepada
pemberi kerja maupun kepada pihak ketiga atau pemakaiaan
hasil audit.
3. Perntataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
Maksud dari pernyataan diatas adalah hasil proses akuntansi
yang merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan
uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari
22
empat laporan keuangan pokok, yaitu neraca, laporan rugi laba,
laporan saldo laba, dan laporan arus kas.
4. Menetapkan tingkat kesesuaian
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap
hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk
menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan
kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasian,
kemungkinan pula bersifat kualitatif.
5. Kriteria yang telah ditetapkan
Kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk menilai
pernyataan dapat berupa; peraturan yang ditetapkan oleh suatu
badan legislatif, anggaran atau ukuran prestasi lain yang
ditetapkan oleh manajemen, dan prinsip akuntansi umum.
6. Penyampaian hasil
Penyampaian hasil auditing sering disebut astesi, dimana
penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk
laporan audit. Atestasi dalam bentuk laporan tertulis ini dapat
menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan pemakaian
informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang
diaudit.
7. Pemakaian yang berkempentingan
23
Dalam dunia bisnis pemakaian yang berkepentingan terhadap
laporan audit adalah para informasi keuangan seperti pemegang
saham, manajemen, kreditur, calon investor, dan kreditor,
organisasi buruh, dan kantor pelayanan pajak.
Gambar II.1
Model Auditing
Sumber : Dalam Buku Danang Sunyoto Dengan Judul (Auditting Pemeriksaan
Akuntansi ) Tahun 2013
Menurut American A ccounting Association (AAA) dalam buku (Sunyoto,
2013) memberi definisi auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk
PERNYATAAN
(ASSERTIONS)
KRITERIA YANG DITETAPKAN
(ESTABLISHED CRITERIA)
UKURAN TINGKAT KESESUAIAAN
(DEGREE OF CORESPONDENCE)
PENYAMPAIAN HASIL
(COMMUNICATE THE
RESULTS)
24
mendapatkan dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan
pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan ekonomi, untuk menentukan
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
A. Macam-macam Auditing
Auditing dapat dibedakan berdasarkan kelompoknya yaitu menurut
pelaksanaannya, objeknnya, waktu pelaksanaannya, serta tujuan audit.
(Sunyoto, 2013)
1) Menurut pelaksanaanya
Dari pelaksanannya, auditing dibagi menjadi tiga macam, yaitu
internal audit, ekternal audit dan govermental audit.
a) Internal audit
Pengertian internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang
independen yang diterapkan dalam suatu organisasi yang
berfungsi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi
sebagai jasa yang diberikan kepada organisasi tersebut. Internal
audit merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh karyawan
perusahaan yang bersangkutan yang disebut akunntan intern
25
yang biasanya tidak terlibat dalam kegiatan pencatatan
akuntansi dan kegiatan operasi perusahaan.
b) Eksternal audit
Pengertian eksternal audit adalah merupakan pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak luar yang bukan merupakan karyawan
perusahaan, yang berkedudukan bebas tidak memihak baik
terhadap kliennya maupun terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kliennya. Jasa audit eksternal ini
biasanya dilakukan oleh suatu spesialisasi profesi yaitu akuntan
publik yang telah diakui oleh departemen keuangan republik
indonesia untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
c) Govermental audit
Pada departemen keuangan terdapat instansi yang bertugas
sebagai pemeriksa pengelolaan keuangan instansi pemerintahan
dan perusahaan-perusahaan negara, yaitu badan pengawas
keuangan dan pembangunan (BPKP) yang bertindak sebagai
akuntan intern pemerintah, sedangkan badan pemeriksa
keuangan (BAPEKA) sebagai akuntan ekstern pemerintah dan
bertanggung jawab kepada DPR.
2) Menurut Objek
Ditinjau dari objek yang diaudit, maka auditing dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu audit laporan keuangan (financial statement
26
sudit), audit oprasional (management audit), dan audit
kepatuhan(compliance audit).
a) Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit ini dilakukan untuk memberikan pendapat apakah
laporan keuangan secara keseluruhan yaitu informasi-informasi
kuantitatif yang diaudit telah disusun sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Objek audit ini adalah laporan keuangan,
yang pada umumnya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan
perubahan posisi keuangan, dan laporan aliran kas. Adapun
tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk
memberikan pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan yang di auditnya.
Alasan perlunya pngauduitan atas laporan keuangan, yaitu:
a) Conflict of interest atau konflik kepentingan antara
penyusun dan pemakaian laporan keuangan.
b) Consequence atau konsekuensi dari keharusan bahwa
laporan keuangan merupakan sumber penting atau bahkan
merupakan satu-satunya informasi yang digunakan oleh
pemakainya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan,
misalnya investasi, pemberian pinjaman.
c) Complexity atau komplekan data keuangan.
27
d) Para pemakai laporan keuangan biasanya tidak dapat
mengaudit sendiri catatan-catatan akuntansi yang menjadi
dasar penyusunan laporan keuangan tersebut.
b) Audit operasional (management audit)
Audit kerja adalah suatu kegiatan meneliti kembali atau
mengkaji ulang hasil operasi pada setiap bagian dalam suatu
perusahaan dengan tujuan untuk mengevaluasi atau menilai
efisiensi dan efektivitasnya. Efisiensi adalah perbandingan
antara masukan dengan keluaran, sedangkan efektivitas adalah
perbandingan antara keluaran dengan sasaran atau target yang
sudah ditetapkan. Dengan demikian tolak ukur dalam audit
oprasional adalah rencana, anggaran, dan standar biaya atau
kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
c) Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit ini mempunyai tujuan untuk menentukan apakah
perusahaan atau klien mengikuti prosedur-prosedur khusus atau
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Pemeriksaan ketaatan/kepatuhan pada perusahaan
swasta dapat meliputi penentuan apakah karyawan bagian
akuntansi, review tarif upah dibandingkan dengan aturan upah
minimum, review kontrak dengan bankers atau kreditor lainnya
28
untuk memastikan bahwa bentuk dan isi dari kontrak tersebut
sudah sesuai ketentuan-ketentuan formal yang berlaku.
3) Menurut waktu pelaksanaan serta tujuan audit
Audit ditinjau dari waktu pelaksanaan serta tujuan audit dibedakan
menjadi dua macam, yaitu audit terus-menerus (continous audit),
dan audit periodik (periodical audit).
a) Audit terus menerus (continous audit)
Dalam audit terus menerus, auditor mengunjungi beberapa kali
dalam satu periode akuntansi dan setiap kali melakukan kunjungan
mengadakan audit sejak kunjungan sebelumnya. Dalam auditing
jenis ini klien harus diberi laporan mengenai kemajuan
pekerjaannya dan hal-hal yang memerlukan koreksi atau hal-hal
yang harus diperhatikan klien. Laporan ini tidak sama dengan
laporan auditor yang formal, biasanya tanpa pendapat auditor.
Auditor terus-menerus memberikan beberapa keuntungan, baik
bagi auditor maupun bagi kliennta Munawir 1996 dalam buku
(Sunyoto, 2013) yaitu :
a) Pekerjaan pelaksanaan pemeriksaan disebar lebih merata
keseluruhan waktu dalam tahun yang bersangkutan.
b) Memungkinkan adanya pembagian tugas diantara para
pelaksana pemeriksaan sehingga pemeriksaan dan laporan
tahunan dapat diselesaikan lebih awal.
29
c) Klien didorong untuk memelihara akuntansinya dengan data
yang uptodate.
d) Kesalahan dapat dilokalisir dan koreksinya dapat dilakukan
dengan segera.
e) Kecurangan akan dapat diketahui dan dicegah secepatnya.
f) Bila perlu akuntan masih mempunyai waktu untuk melakukan
pemeriksaan khusus yang lebih insentif.
g) Klien memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan dan
hasil operasinya setiap saat.
h) Aktiva, utang, pendapatan, dan biaya dapat direkonsiliasi,
dikonfirmasi, dan diuji lebih sering dan pada waktu perusahaan
sedang tidak sibuk.
b) Audit periodik (periodical audit)
Jika pelaksanaan audit dilakukan secara periodik, misalnya semester,
tahunan, kuartal, maka audit ini disebut audit periodik. Dalam hal ini
laporan auditor yang formal hanya dibuat pada akhir tahun
akuntansi.
B. Perbedaan auditing dan akuntansi
Menurut Arens dan Loebbecke 1992, banyak pemakaiaan
keuangan maupun kaum awam mengacaukan auditing dengan
akuntansi. Keadaan ini disebabkan karena pada umumnya auditing
selalu berkaitan dengan informasi akuntansi, demikian pula pelakunya
sering memiliki keahlian dalam bidang akuntansi. Terlebih lagi karena
30
gelar yang diberikan kepada para pelaksana audit adalah akuntan
publik terdapat. Pengertian akuntansi adalah proses pencatatan,
pengelompokan dan pengiktisaran peristiwa-peristiwa ekonomi dalam
bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyediakan
informasi keuangan yang diperlukan didalam pengambilan keputusan.
C. Profesi dan jasa profesi akuntan publik
1. Profesi akuntan publik
Menurut Mulyadi dan Kanaka 1998, dalam buku (Sunyoto, 2013)
perkembangan profesi akuntansi publik pernah mendapat dorongan
dari pemerintah dalam tahun 1979 sampai dengan 1983 dengan
dikeluarkannya keputusan Mentri Keuangan Nomor
108/KMK07/1979 tentang penggunaan laporan pemeriksaan
akuntan publik untuk memperoleh keringanan dalam penentuan
pajak perseroan. Dalam peraturan ini instansi pajak menetapkan
pajak pendapatan atau pajak perseroan atas dasar laporan keuangan
yang telah di audit oleh akuntan publik. Keputusan mentri
keuangan tersebut menjadi tidak berlaku pada awal tahun 1984
dengan berlakunya undang-undang pajak penghasilan tahun 1984.
Pada awal tahun 1992 kembali profesi akuntan publik diberi
kepercayaan dari pemerintah (dalam hal ini direktorat jendral
pajak) untuk melakukan verifikasi pembayaran pajak pertambahan
nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang
dilakukan oleh para pengusaha kena pajak (PKP).
31
2. Jasa profesi akuntan publik
Profesi akuntan publik menghasilkan dua jasa bagi masyarakat, yaitu
jasa atestasi dan jasa nonatestasi Mulyadi dan Kanaka 1998 dalam
buku (Sunyoto, 2013).
A. Jasa Atestasi
Jasa astestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan
orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu
entitas sesuai dalam semua hal yang signifikan, dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Sedangkan Asersi adalah pernyataan yang
dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan
historis, asersi merupakan pernyataan manajemen bahwa laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jasa
atestasi profesi akuntan publik dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu
auditing, pemeriksaan, review, dan proedur yang disepakati.
a) Auditing
Jasa auditing mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang
mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi
asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntansi
publik yang memberikan jasa auditing disebut auditor. Atas
dasar audit yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan
historis suatu entitas, auditor menyatakan suatu pendapat
mengenai apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
32
wajar dalam semua hal material, posisi keuangan dan hasil
usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
b) Pemeriksaan
Istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan
oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu
pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain
dengan kriteria yang telah ditetapkan, misalnya jasa
pemeriksaan profesi akuntan publik adalah pemeriksaan
terhadap informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan
untuk menentukan kesesuaian pengendalian intern suatu entitas
dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah atau
badan pengatur.
c) Review
Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan
prosedur analitis terhadap informasi keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atau asersi
yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut.
Keyakinan negatif lebih rendah tingkatnya dibandingkan
dengan keyakinan positif yang diberikan oleh akuntan publik
dalam jasa auditing dan jasa pemeriksaan, karena lingkup
prosedur yang digunakan oleh akuntan publik dalam
pengumpulan bukti lebih sempit dalam jasa review
33
dibandingkan dengan yang digunakan dalam jasa auditing atau
jasa pemeriksaan.
d) Prosedur yang disepakati
Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh
akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara
klien dengan akuntan publik. Lingkup pekerjaannya yang
dilaksanakan oleh akuntan publik dalam menghasilkan jasa
atestasi dengan prosedur yang disepakati lebih sempit
dibandingkan dengan auditing dan pemeriksaan, misalnya
klien dan akuntan publik dapat bersepakat bahwa prosedur
tertentu akan ditetapkan terhadap unsur atau akun tertentu
dalam suatu laporan keuangan, bukan terhadap semua unsur
laporan keuangan. Untuk tipe jasa ini akuntan publik dapat
menerbitkan suatu ringkasan temuan atau suatu keyakinan
negatif seperti yang dihasilkan dalam jasa review.
B. Jasa nonatestasi
Jasa nonatestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik
yang didalammnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan
negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa
nonatestasi yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa
komplikasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen. Dalam jasa
komplikasi, akuntan publik melaksanakan berbagai jasa akuntansi
kliennya misalnya pencatatan (baik dengan manual maupun
34
komputer) transaksi akuntansi bagi kliennya sampai dengan
penyusunan laporan keuangan. Jasa perpajakan meliputi bantuan
yang diberikan oleh akuntan publik kepada kliennya dalam pengisian
surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT), pajak penghasilan,
perencanaan pajak, dan bertindak mewakili kliennya dalam
menghadapi masalah perpajakan. (Sunyoto, 2013)
5. Variabel bebas (independent variable)
A. Corporate governance
Dalam era informasi, masalah trasnparansi dan
akuntabilitas sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar
lagi. Salah satu prinsip good corporate governance (GCG) yang
saat ini menjadi perhatian publik adalah masalah keterbukaan dan
pengungkapan. Dalam perusahaan, para pemegang saham dan
stakeholders lainnya berhak untuk mendapatkan informasi yang
relevan secara tepat waktu, akurat, seimbang, dan kontinu. Oleh
karena itu, informasi ini (baik informasi finansial maupun non
finansial) haruslah disiapkan, diaudit, dan diungkapkan sesuai
dengan standar akuntansi yang lazim dan standar audit yang
bermutu tinggi. Penegakan prinsip GCG dalam rangka
memberikan akses informasi kepada publik (sesuai dengan
koridor keterbukaan dan transparansi informasi) menurut kualitas
manajemen perusahaan dan tenaga penunjang yang lebih
profesional. Auditor internal, selaku tenaga penunjang
35
perusahaan, diantaranya harus dapat menjamin terselenggaranya
penyebaran informasi secara efisien dan efektif, untuk
memberikan akses yang wajar kepada para pemakai informasi.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki corporate
governance yang baik akan mempunyai akses yang lebih baik
terhadap sumber dana internasional dibandingkan dengan mereka
yang tidak mempunyai corporate governance yang baik. Suatu
riset McKinsey & Co dalam buku (Hery, 2013) terhadap beberapa
investor asal Amerika serikat menunjukan bahwa 2/3 investor
bersedia membayar lebih kepada perusahaan yang terkelola
dengan baik.
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh auditor sebagai
pihak independen tersebut memerluka biaya dalam bentuk biaya
audit. Sehingga akan mempengaruhi penentuan audit fee yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam rangka untuk meningkatkan
assurance pada laporan keuangan, maka sangat dibutuhkan
pengujian laporan keuangan oleh auditor eksternal yang
independen atas kedua belah pihak. (Yusuf, 2016)
Keberadaan komisaris independen, kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial dalam mengawasi
kegiatan corporate governance.
a) Total dewan komisaris yang semakin tinggi akan
mempengaruhi kemungkinan terjadinya kecurangan dalam
36
laporan keuangan secara signifikan. Variabel ini menunjukan
berapa presentasi keberadaan komisaris independen pada
perusahaan. Keberadaan komisaris independen pada
perusahaan. Keberadaan komisaris independen ( BoardInd)
dapat dilihat pada laporan keuangan yang dikeluarkan
perusahaan dengan rumus sebagai berikut.
GCG = total komisaris independen x 100%
Total dewan komisaris
(Yusuf, 2016)
b) Kepemilikan institusional
Didapat dari jumlah total saham dibagi dengan total jumlah
saham perusahaan yang beredar. Pemisahan para pemilik
saham ini dari manajemen perusahaan menyebabkan peran
penting dan pemilik ini untuk mengendalikan dan
memantau pengelolaan perusahaan menjadi lebih menonjol.
Semakin tinggi kepemilikan saham shareholder terhadap
perusahaan tersebut, maka shareholders akan cenderung
untuk lebih memperhatikan aktivitas perusahaan.
IO = Total Kepemilikan saham institusional
Total Seluruh Saham Beredar
(Yusuf, 2016)
c) Kepemilikan Manajerial
37
Kepemilikan manajerial merupakan faktor yang sangat
penting untuk mengurangi konflik keagenan. Dalam jurnal
(Yusuf, 2016) menemukan pengaruh positif dignifikan
antara kepemilikan manajerial dengan audit fee dimana
semakin tinggi kepemilikan manajerial perusahaan maka
akan semakin tinggi audit fee yang dibayarkan untuk
perusahaan yang mempunyai kepemilikan manajerial yang
tinggi, manajer cenderung untuk meminta cakupan audit
yang luas serta berkualitas tinggi dan memberikan sinyal
positif pada tuntutan membuat laporan keuangan yang lebih
valid. Hal ini menyebabkan biaya yang dibayarkan kepada
auditor independent semakin tinggi.
Mo = Total Kpemilikan Manajerial
Total Seluruh saham beredar
(Yusuf, 2016)
Hubungan yang harmonis antara pemilik dana
(principal) guna atau pengelola dana (management agent)
yang berlandaskan kepercayaan yang tumbuh dari adanya
praktik GCG akan menjamin kemudahaan aksess dana,
penunjang investasi dan kegiatan usaha bagi perusahaan,
dan penunjang pembangunan serta pertumbuhan ekonomi
bagi suatu negara. Sejalan dengan hal itu, bBank dunia
menyatakan bahwa bagi perekonomia dunia, tata kelola
38
perusahaan yang tepat sama pentingnya dengan tata kelola
negara yang tepat. Bang dunia juga menyadari bahwa
corporate governance yang kuat akan menghasilkan
kemajuan sosial yang baik. Setidaknya ada lima manfaat
yang dapat diperoleh perusahaan yang menerapkan good
corporate governance, yaitu sebagai berikut :
a. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong
pemanfaatan sumber daya perusahaan ke arah yang lebih
efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut
membantu terciptanya pertumbuhan atau perkembangan
ekonomi nasional.
b. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian
nasional dalam hal menarik modal investor dengan biaya
yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor
dan kreditor domestik maupun internasional.
c. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan atau
menjamin bahwa perusahaan telah pada ketentuan, hukum,
dan peraturan.
d. Membantu manajemen dan corporate board dalam
pemantauan perngunaan aset perusahaan.
e. Mengurangi korupsi.
Corporate governance menurut bank dunia merefleksikan
hubungan antara pemain-pemain kunci didalam perusahan dengan
39
external forces seperti kebijakan, peraturan, dan pasar, yang
bersama-sama mengatur dan mengendalikan perilaku dan kinerja
perusahaan. (Hery, 2013)
Ada lima kriteria GCG menurut versi the organization for
economic Coperation dan development (OECD), yaitu sebagai
berikut :
a) The rights of shareholders, hak para pemegang saham terdiri
dari hak waktu menerima infirmasi yang relevan mengenai
perusahaan pada waktu yang tepat, mempunyai peluang untuk
ikut berpartisipasi dalam setiap pengambilan peputusan
termasuk hak dalam hal pembagian keuntungan atau laba
perusahaan. Pengendalian terhadap perusahaan haruslah
dilakukan secara efisient dan setransparan mungkin.
b) The equitable treatment of shareholders, adanya perlakuan
yang adil kepada seluruh pemegang saham, khususnya bagi
para pemegang saham minoritas atau asing, yang terdiri dari
hak atas pengungkapan yang lengkap mengenai segala
informasi perusahaan yang material. Seluruh pemegang saham
dengan kelas saham yang sama harus diperlakukan secara adil.
Anggota corporate board dan manajer diharuskan
mengungkapkan segala kepentingannya yang material atas
setiap transaksi perusahaan yang telah terjadi.
40
c) The role of stakeholders in corporate governance, peran pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan haruslah
diakui melaluipenetapan secara hukum. Kerangka kerja GCG
harus dapat mendorong kerja sama yang aktif antara pihak
perusahaan dengan stakeholders demi menciptakan pekerjaan,
kemakmuran, dan perusahaan yang sehat secara finansial.
d) Disclosure and transparancy, adanya pengungkapan dan
transparansi yang akurat dan tepat waktu atas segala hal yang
material terhadap kinerja perusahaan, kepemilikan dddan tata
kelola perusahaan, serta masalah lain yang berkaitan dengan
karyawan dan stakehoders. Lapran keuangan haruslah diaudit
oleh pihak yang indeppenden dan disajikan berdasarkan standar
kualitas tertinggi.
e) The responsibilities of the board kerangka kerja GCG harus
menjamin adanya arahan, bimbingan, dan pengaturan yang
strategis atas jalannya oprasional maupun financial perusahaan,
pemantauan dan pengawasan yang efektif oleh corporate
board, dan aanya pertanggung jawabnya corporate board
kepada perusahaan yang pemegang saham.
B. Profitabilitas
(Hasibuan, Rambe, & Fatahurrazak, 2014) menyatakan bahwa
tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting
41
adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal,
disamping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang
maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat
berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta
meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru.
Profitabilitas dalam buku (Hery, 2017) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Perusahaan
adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan
menghasilkan keuntungan dengan cara menjual produk
(barang/jasa) kepada para pelanggannya. Tujuan operasional dari
sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalkan profit,
baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang.
Manajemen dituntut untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan. Ini semua hanya dapat terjadi apabila perusahaan
memperoleh laba dalam aktivitas bisnisnya.
Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas.
Disamping untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga
bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam
menjalankan perusahaan. Pengukuran rasio profitabilitas dapat
dilakukan dengan membandingkan antara berbagai komponen
yang ada didalam laporan laba rugi dan/atau neraca.
42
Pengukurannya dapat dilakukan untuk beberapa periode.
Tujuannya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat
perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu.
a. Tujuan dan Manfaat Rasio profitabilitas
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dari setiap total aset.
5) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dari setiap total ekuitas.
6) Untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan
bersih.
7) Untuk mengukur marjin laba operasional atas penjualan
bersih.
8) Untuk mengukur marjin laba bersih atas penjualan
bersih.
b. Jenis – jenis rasio Profitabilitas
1) Hasil Pengembalian atas aset (Return on asset)
43
Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang
menunjukan seberapa besar kontribusi aset dalam
menciptakan laba bersih. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap total aset. Semakin tinggi
pengembalian atas aset maka semakin tinggi juga laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dari setiap aset.
Sumber : (Hery, 2017)
2) Hasil pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang
menunjukan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam totsl ekuitas. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap ekuitas. Semakin tinggi
hasil pengembalian ekuitas berarti semakin tinggi pula
jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
Hasil pengembalian atas Ekuitas = Laba bersih
Total Ekuitas
Hasil Pengembalian atas aset = Laba bersih
Total aset
44
Sumber : (Hery, 2017)
3) Marjin Laba kotor (Gross profit margin)
Marjin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan
bersih.rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor
terhadap penjualan bersih. Semakin tinggi marjin laba
kotor berarti semakin tinggi pula laba kotor yang
dihasilkan dari penjualan bersih.
Marjin laba kotor = Laba kotor
Penjualan bersih
Sumber : (Hery, 2017)
4) Marjin laba operasional (operating profit margin)
Marjin laba operasional merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya persentase laba operasional
atas penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung
sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan
beban operasional. Beban operasional disini terdiri atas
beban penjualan maupun beban umum dan administrasi.
Semakin tinggi marjin laba operasional berarti semakin
tinggi pula laba operasional yang dihasilkan dari
penjualan bersih.
Marjin laba operasional = laba operasional
Penjualan bersih
45
Sumber : (Hery, 2017)
5) Marjin laba bersih (Net Profit margin)
Marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas
penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai
hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan
dengan beban pajak penghasilan. Semakin tinggi marjin
laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang
dihasilkan dari penjualan bersih.
Marjin laba bersih = laba bersih
Penjualan bersih
Sumber : (Hery, 2017)
C. Ukuran KAP
Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 2011
mengenai akuntan publik dan peraturan mentri keuangan nomor
17PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Kantor akuntan
publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik. (Cristansy & Ardiat, 2016)
Praktik audit dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik
(KAP). Ukran suatu KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas
46
audit. KAP big four memiliki lebih banyak sumber daya untuk
berinvestasi dalam pelatihan staf, teknologi, dan fasilitas. Oleh
karena itu, KAP big four memiliki kinerja audit yang baik dan
menghasilkan laporan audit yang baik. KAP big four akan
membebankan audit fees yang lebih tinggi kepada klien dari pada
KAP non big four. Kantor akuntan publik berpengaruh positif
terhadap fee audit eksternal kantor akuntan publik yang memiliki
nama besar big four dipandang sebagai auditor yang akan
menghasilkan kualitas audit yang melebihi persyaratan minimal
keprofesionalan dari pada kualitas dari kantor akuntan publik
yang tidak memiliki nama besar. Kantor akuntan publik atau
auditor yang berkualitas tinggi akan membuat sedikit kesalahan
daripada auditor yang berkualitas rendah, sehingga memiliki fee
audit yang lebih tinggi. (Hasan, 2017)
Ada empat kategori ukuran digunakan untuk mengambarkan
kantor akuntan publik (KAP) antara lain :
a) Kantor internasional empat besar. Keempat KAP
terbesar di Amerika Serikat disebut kantor akuntan
publik “Big four”. Kantor big four mengaudit hampir
semua perusahaan besar baik di Amerika Serikat
maupun dunia serta banyak juga perusahaan yang lebih
kecil juga.
47
b) Kantor nasional memiliki cabang disebagian kota
besar. Kantor nasional memberikan jasa yang sama
seperti kantor big four dan bersaing secara langsung
dengannya untuk mendapatkan klien. Setiap kantor
nasional berafiliasi dengan kantor-kantor di negara lain
dan karenanya mempunyai kemampuan bertaraf
internasional.
c) Kantor regional dan kantor lokal yang besar. Terdapat
kurang dari 200 KAP memiliki staf profesional lebih
dari 50 orang. Sebagian hanya memiliki satu kantor
dan terutama melayani klien-klien dalam jangka yang
tidak begitu jauh. KAP yang lainnya memiliki
beberapa cabang di satu negara bagian atau wilayah
dan melayani klien dalam radius yang lebih jauh.
d) Kantor lokal kecil. Lebih dari 96 persen dari semua
KAP mempunyai kurang dari 25 KAP tenaga
profesional pada kantor yang hanya memiliki satu
cabang, dan entitas nirlaba , meskipun beberapa
memiliki satu atau dua klien dengan kepemilikan
publik. Banyak kantor lokal kecil tidak melakukan
audit dan terutama memberikan jasa akuntansi serta
perpajakan bagi klien-kliennya. (Cristansy & Ardiat,
2016)
48
KAP big four yang berafiliasi dengan auditor indonesia, antara lain :
a. Ernest & Young(EY) yang berafiliasi dengan Purwanto, Sungkoro,
dan Surja.
b. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi
dengan Sidharta dan Widjaja.
c. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan
Osman Bing Satrio dan rekan.
d. Pricewaterhouse Coopers (PWC) yang berafiliasi dengan
Tanudiredja, Wibisena, Rintis, dan rekan. (Cristansy & Ardiat, 2016)
6. Audit fee
Audit fee adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik
kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan oleh KAP
berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri
dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. ( Chandra, 2015)
Audit fee adalah biaya yang akan dibayarkan oleh perusahaan
kepada auditor eksternal terkait pekerjaan audit. Peraturan Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) hanya menyebutkan besarnya fee anggota
dapat bervariasi tergantung pada risiko penugasan, kompleksitas jasa
yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya
49
Kantor Akuntan Publik (K AP) yang bersangkutan dan pertimbangan
profesional lainnya. (Ananda & Triyanto, 2019)
Data Audit fee diwakilan oleh akun profesional fee yang didapat
melalui pengamatan atas informasi keuangan tahunan perusahaan yang
bersangkutan, lebih tepatnya pada biaya administrasi dan tertuang
secara terperinci pada catatan atas laporan keuangan. Data audit fee
yang dicantumkan pada laporan tahunan perusahaan go public masih
tergolong sedikit akibat data audit fee yang diungkapkan hanya sebatas
volutary disclosures.audit fee sebagai variabel Dependen diukur dengan
Logaritma Natural, yang kemudian dilambangkan LNFEE. (Yusuf,
2016)
B. Hasil penelitian terdahulu
Hasil Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam
melakukan penelitian guna untuk memperbanyak atau menambah teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penulis mengambil
beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperbanyak atau menambah
bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu
berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis :
Tabel II.2
Hasil Penelitian Terdahulu
50
NO NAMA
(TAHUN)
JUDUL VARIABEL HASIL
1 Marcella
Octavia
Chandra
2015
Pengaruh Good
corporate
governance,
Karakteristik
Perusahaan dan
Ukuran KAP
Terhadap Fee
Audit Eksternal.
Variabel
Independen:
Pengaruh Good
corporate
governance,
Karakteristik
Perusahaan dan
Ukuran KAP
Variabel
Dependen: Fee
Audit Eksternal.
menemukan
bahwa ukuran
perusahaan,
kompleksitas,
dan audit report
lag berpengaruh
secara signifikan
terhadap fee
audit eksternal.
Namun, jenis
industri dan
independensi
komite audit
tidak
berpengaruh
terhadap fee
audit.
2 Rahmat Haryo
Wibowo
2012
Pengaruh
Struktur
Governance dan
Inisitas Terhadap
Fee Audit ( Studi
Pada perusahaan
yang listing di
indeks kompas
100)
Variabel
Independen :
Pengaruh
Struktur
Governance dan
Inisitas
Variabel
Dependen : Fee
Audit ( Studi
Pada perusahaan
yang listing di
indeks kompas
100)
pengaruh positif
yang signifikan
antara
independensi
keahlian komite
audit terhadap
fee audit, namun
tidak terdapat
pengaruh yang
signifikan antara
frekuensi
pertemuan
komite audit
terhadap fee
audit.
3 Gandhi Prayugi
2015
Pengaruh
Kepemilikan
Perusahaan,
Corporate
Governance, dan
Earnings
Management
Terhadap Tipe
Auditor dan
Audit Fees
Variabel
Independen :
Pengaruh
Kepemilikan
Perusahaan,
Corporate
Governance, dan
Earnings
Management
Variabel
Dependen : Tipe
Auditor dan
adanya
hubungan positif
yang signifikan
antara good
corporate
governance
dengan fee audit
karena adanya
riset CGPI yang
dilakukan
olehThe
Indonesian
51
Audit Fees Institute for
Corporate
Governance
(IICG).
4 Willy
Suryajaya
Yulio
2016
Pengaruh
Konvergensi
IFRS, Komite
Audit, dan
Kompleksitas
Perusahaan
Terhadap Fee
Audit
Variabel
Independen :
Pengaruh
Konvergensi
IFRS, Komite
Audit, dan
Kompleksitas
Perusahaan
Variabel
Dependen : Fee
Audit
semakin besar
komite audit
perusahaan maka
cenderung untuk
meningkatkan
kualitas
pelaporan
keuangannya
sehinggaakan
mempengaruhi
fee audit secara
positif dan
signifikan.
5 Jesslyn
Cristansy &
Aloysia Yanti
Ardiati
2016
Pengaruh
Kompleksitas
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan, dan
Ukuran KAP
Terhadap Fee
Audit Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2012-2016
VARIABEL
INDEPENDENT
: Pengaruh
Kompleksitas
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan, dan
Variabel
Dependen : Fee
Audit
menunjukkan
hasil bahwa
ukuran
perusahaan dan
ukuran KAP
berpengaruh
positif terhadap
fee audit,
6 Erlina Dyah
Hapsari, Herry
Laksito
2013
Pengaruh Fungsi
Audit Internal
Terhadap Fee
Auditor Eksternal
Variabel
Independen :
Pengaruh Fungsi
Audit Internal
Variabel
Dependen:
Terhadap Fee
Auditor Eksternal
Fungsi audit
internal
berpengaruh
positif terhadap
fee auditor
eksternalnya
52
7 Mudrika
Alamsyah
Hasan
2017
Pengaruh
Kompleksitas
Audit,
Profitabilitas
Klien, Ukuran
Perusahaan dan
Ukuran Kantor
Akuntan Publik
Terhadap Audit
Fee
Variabel
Independen :
Pengaruh
Kompleksitas
Audit,
Profitabilitas
Klien, Ukuran
Perusahaan dan
Ukuran Kantor
Akuntan Publik
Variabel
Dependen : Audit
Fee
Pada dasarnya
perusahaan
dengan tingkat
keuntungan yang
tinggi
cenderung akan
membayar biaya
audit yang lebih
tinggi, hal ini
disebabkan
karena
perusahaan
dengan tingkat
laba yang tinggi
memerlukan
pengujian
validitas dan
pengakuan
pendapatan dan
biaya, oleh
karena itu akan
membutuhkan
waktu yang
lebih lama dalam
pelaksanaan
auditnya.
8 Pebrina
Hasibuan,
Prima Aprilyani
Rambe &
Fatahurrazak
2014
Pengaruh Dewan
Komisaris,
Komite Audit,
dan Profitabilitas
Terhadap Fee
Audit Eksternal
Variabel
Independen:
Pengaruh Dewan
Komisaris,
Komite Audit,
dan Profitabilitas
Variabel
Dependen :
Terhadap Fee
Audit Eksternal
perusahaan
dengan tingkat
keuntungan yang
tinggi cenderug
akan membayar
biaya audit yang
lebih tinggi pula,
hal ini
disebabkan
karena
perusahaan
dengan tingkat
laba yang tinggi
memerlukan
pengujian
validitas dan
pengakuan
pendapatan dan
biaya, oleh
karena itu akan
53
membutuhkan
waktu yang lebih
lama dalam
pelaksanaan
auditnya.
Dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian terdahulu
adalah adanya perbedaan sektor perusahaan yang digunakan karena terlebih
banyak menggunakan perusahaan manufaktur tanpa menggunakan sektor yang
ada dan dalam penelitian saya menggunakan perusahaan sektor Consumer goods
dengan tantangan tidak semua perusahaan mengalami laba dalam setiap periode
tahun berjalan. Yang berikutnya adalah hasil uji yang telah dihasilkan dengan
berbedanya sektor yang digunakan sehingga mempengaruhi hasil olah data yang
ada karena dalam penelitian terdahulu terdapat Profitabilitas mengalami pengaruh
positif terhadap Audit fee dedangkan dalam penelitian saya tidak mengalami
pengaruh. (Rinanda & Wenny, 2014)
C. Kerangka pemikiran
Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah tentang analisis pengaruh
corporate governance, profitabilitas, dan ukuran KAP terhadap audit fee.
Gambar II.2 menyajikan kerangka pemikiran untuk pengembangan
hipotesis pada penelitian ini.
54
Gambar II.2
Kerangka Pemikiran
Corporate Governance (X1) H1
Profitabilitas (X2) H2 Audit Fee (Y)
Ukuran KAP (X3) H3
H4
Sumber : Data di olah untuk penelitian 2019
Keterangan :
Variabel independen
X1 : Corporate Governance
X2 : Profitabilitas
X3 : Ukuran KAP
Variabel dependen
Y : Audit Fee
D. Perumusan Hipotesa
1. Pengaruh Corporate governance terhadap audit fee
Banyaknya perusahaan wajib audittidak sebanding dengan jumlah
akuntan publik yang ada memicu terjadinya persaingan audit fee.
55
Perusahaan tidak hanya mempertimbangkan besar kecilnya nama auditor,
namun juga total fee yang dibayarkan. Dimana pemilihan KAP dilakukan
oleh para pemegang usaha, dengan melihan fee yang dikeluarkan. Dalam
memilih KAP sangat perlu melihat fee yang dikeluarkan karena hal ini
bersangkutan dengan tingkat profitabilitas perusahaan dimana laba yang
dihasilkan perusahaan dijadikan tolak ukur kinerja perusahaan. Hal ini
menimbulkasn adanya praktik manajemen laba, manajemen laba bukanlah
praktik manipulasi laba, melainkan memilih metode akuntansi lain untuk
mengatur laba. Mana jemen laba muncul karena adanya msalah keagenan
antara para pemegang saham (principal) dengan pihak manajemen (agent)
yaitu tidak sejalannya kepentingan antara kedua belah pihak. Untuk
menselaraskan perbedaan ini diperlukan sistem tata kelola perusahaan yng
baik, yaitu Good corporate governance. GCG adalah sebuah sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang bertujuan untuk
meminimalisir masalah keagenan dan kemudian menjadi nilai tambah
perusahaan yang menerapkannya di mata investor. (Prayugi, 2015)
Menurut Egon Zehnder 2007 dalam jurnal (Prayugi, 2015), inti dari
corporate governance dalam menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, dan mewajibkan
adanya akuntabilitas adalah tugas dari dewan komisaris. Dewan komisaris
yang independen akan melakukan pengawasan yang lebih unggul sehingga
reliabilitas dan validitas pelaporan keuangan yang lebih baik dapat dicapai.
Hasil penelitian didalam jurnal (Prayugi, 2015)menunjukan adanya
56
hubungan positif yang signifikan antara good corporate governance
dengan audit fee karena adanya riset CGPI yang dilakukan oleh the
indonesian institute for corporate governance (IICG).
H1 : Corporate governance berpengaruh positif terhadap audit fee
2. Pengaruh profitabilitas terhadap audit fee
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi, hal ini disebabkan
karena prusahaan dengan tingkat laba yang tinggi memerlukan pengujian
validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya, oleh karena itu
membutuhkan waktu yang lebih lama dengan pelaksanaan auditnya. Karena
itu mengakibatkan peningkatan audit fee. (Hasibuan, Rambe, &
Fatahurrazak, 2014)
H2 : Profitabilitas berpengaruh Positif terhadap audit fee
3. Pengaruh Ukuran KAP terhadap audit fee
Praktik audit dilakukan melalui suatu kantor akuntan publik (KAP). Ukuran
KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas audit. KAP big four dianggab
memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non big four.
KAP big four memiliki lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi dalam
pelatihan staf, teknologi, dan fasilitas. Oleh karena itu KAP big four
memiliki kinaerja audit yang baik dan menghasilkan laporan audit yang baik
pula. Sehingga menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif
terhadap audit fee. ( Chandra, 2015)
H3 : Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap audit fee
57
4. Pengaruh Corporate governance, Profitabilitas, dan Ukuran KAP
terhadap Audit fee
Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya ketiga variabel independen
tersebut diduga berpengaruh terhadap audit fee. Maka data diduga juga
bahwa jika variabel tersebut diUji secara bersama-sama terhadap variabel
dependen maka hasilnya akan berpengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa
corporate governance, profitabilitas, dan ukuran KAP berpengaruh secara
simultan terhadap audit fee.
H4 : Corporate governance, profitabilitas, dan Ukuran KAP
berpengaruh secara simultan terhadap Audit fee
58
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan
melakukan uji hipotesis. Data sekunder adalah data yang digunakan peneliti
untuk melihat laporan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur sektor
Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data
penelitian ini diperoleh dari Laporan Tahunan (Annual Report) perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama setahun 2016-2018 yang
meliputi laporan keuangan perusahaan dan laporan auditor independen.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dalam
penelitian karena objek penelitian merupakan sasaran dan tujuan dalam
mendapatkan suatu solusi atau solusi dari permasalahan yang terjadi. Menurut
(Sugiyono, 2017, hal. 3) mengatakan bahwa :
“Objek penelitian adalah suatu data yang diperoleh secara empiris
(teramati) yang mempunyai kriteria yaitu valid, reliable & objektif”
Objek penelitian yang menjadi sasaran penulis dalam penelitian ini
yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016 sampai dengan
tahun 2018. Data yang diperoleh berdasarkan situs resmi Bursa Efek
Indonesia di www.idx.co.id.
59
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan data sekunder. Data adalah sekumpulan fakta-fakta mengenai simbol,
angka maupun kata-kata yang didapatkan melalui proses pengamatan yang
disusun menjadi sebuah informasi. Data kuantitatif adalah data yang disajikan
dalam bentuk angka, sedangkan data sekunder adalah data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara seperti buku-buku,
jurnal dan referensi-referensi lainnya yang berhubungan dengan penelitian
ini.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber sekunder. Menurut
(Sugiyono, 2017) mengatakan bahwa :
“Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen.”
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa laporan
tahunan (Annual Report) perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods
pada periode 2016-2018.
D. Populasi dan Sample
1. Populasi
Menurut (Agung, 2012) dalam buku yang berjudul Metodologi
Penelitian bisnis menjelaskan bahwa :
“Populasi bukan hanya orang, tetapi objek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan jumlah yang ada pada obyek/subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek/obyek itu.”
60
Sedangkan menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, 2017) menjelaskan dalam bukunya bahwa :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2016 hingga tahun 2018.
2. Sampel
Menurut (Agung, 2012) dalam bukunya yang berjudul metodologi
penelitian Bisnis :
“Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-
cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan
lengkap yang dianggap bisa mewakili polulasi.”
Sedangkan menurut (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, 2017, hal. 81) dalam bukunya menyatakan bahwa :
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut”
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2016 hingga tahun 2018. Teknik pengambilan sampel adalah
dengan mengunakan metode purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah
61
orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu
daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik.
Sampel ini cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-
penelitian yang tidak menggunakan generalisasi. (Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 2017) kriteria-kriteria
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018.
2) Perusahaan konsisten yang menerbitkan laporan keuangan yang telah
diaudit berturut-turut periode 2016-2018.
3) Perusahaan yang mencantumkan akun professional fees dalam
laporan keuangan sebagai dasar perhitungan audit fee dalam periode
2016-2018.
4) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode 2016-
2018.
E. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
adalah dengan cara dokumentasi.teknik dokumentasi adalah dalam
mengumpulkan data yang dilaporkan dari dokumen-dokumen, kearsipan, data
gambar atau foto dan sebagainya. Data yang dikumpulkan berupa arsip laporan
keuangan perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Selain teknik
dokumentasi, penulis juga menggunakan teknik studi kepustakaan. Studi
62
kepustakaan merupakan teknik yang penulis lakukan untuk mencari informasi
yang relevan dengan masalah yang menjadi objek penelitian yang diperoleh
dari karya ilmiah, buku-buku maupun jurnal-jurnal dan peneliti sebelumnya.
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Asudit fee
sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate
Governance, Profitabilitas, dan Ukuran KAP.
1. Variabel Bebas (Independen Variable)
Variabel dalam penelitian ini ada tiga yaitu :
a) Corporate Governance
Corporate Governance adalah tata kelola perusahaan yang
ada dalam suatu perusahaan yang dapat menentukan berjalannya
suatu perusahaan secara terorganisir atau tidak. Penegakan prinsip
GCG dalam rangka memberikan akses informasi kepada publik
(sesuai dengan koridor keterbukaan dan transparansi informasi)
menurut kualitas manajemen perusahaan dan tenaga penunjang
yang lebih profesional. Auditor internal, selaku tenaga penunjang
perusahaan, diantaranya harus dapat menjamin terselenggaranya
penyebaran informasi secara efisien dan efektif, untuk
memberikan akses yang wajar kepada para pemakai informasi.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki corporate
governance yang baik akan mempunyai akses yang lebih baik
63
terhadap sumber dana internasional dibandingkan dengan mereka
yang tidak mempunyai corporate governance yang baik. Suatu
riset McKinsey & Co dalam buku (Hery, 2013) terhadap beberapa
investor asal Amerika serikat menunjukan bahwa 2/3 investor
bersedia membayar lebih kepada perusahaan yang terkelola
dengan baik.
Dalam penerapan corporate governance dewan komisaris
merupakan inti dewan komisaris ditugaskan untuk menjamin
pelaksanaan strategi peerusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Dalam penelitian ini Corporate Governance di
ukur dengan berdasarkan dewan komisaris yang ada sebagai
pengawas dalam berjalannya Corporate governance didalam
suatu perusahaan. Total dewan komisaris yang semakin tinggi
akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan secara signifikan.
GCG = total komisaris independen x 100%
Total dewan komisaris
Sumber : (Yusuf, 2016)
b) Profitabilitas
Profitabilitas dalam buku (Hery, 2017) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Perusahaan
64
adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan
menghasilkan keuntungan dengan cara menjual produk
(barang/jasa) kepada para pelanggannya. Tujuan operasional dari
sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalkan profit,
baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang.
Manajemen dituntut untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan. Ini semua hanya dapat terjadi apabila perusahaan
memperoleh laba dalam aktivitas bisnisnya. Dalam penelitian ini
profitabilitas diukur dengan rasio ROA (Return On Asset) yang
dirumuskan sebagai berikut :
Hasil Pengembalian atas aset = Laba bersih
Total aset
Sumber : (Hery, 2017)
c) Ukuran KAP
Praktik audit dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP). Ukran suatu KAP biasanya dikaitkan dengan
kualitas audit. KAP big four memiliki lebih banyak sumber daya
untuk berinvestasi dalam pelatihan staf, teknologi, dan fasilitas.
Oleh karena itu, KAP big four memiliki kinerja audit yang baik
dan menghasilkan laporan audit yang baik bila. KAP big four
akan membebankan audit fees yang lebih tinggi kepada klien
dari pada KAP non big four. Peneliti menggunakan variabel
65
Dummy dalam mengukur variabel Ukuran KAP, dimana bila
perusahaan menggunakan jasa auditor dari KAP Big four maka
akan diberikan kode 1 dan bila perusahaan tidak menggunakan
jasa auditor non big four maka akan diberi kode 0.
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini Audit fee merupakan variabel
dependen variabel audit fee diukur berdasarkan professional fee
yang dianggarkan oleh perusahaan. Data Audit fee diwakilan
oleh akun profesional fee yang didapat melalui pengamatan atas
informasi keuangan tahunan perusahaan yang bersangkutan,
lebih tepatnya pada biaya administrasi dan tertuang secara
terperinci pada catatan atas laporan keuangan. Data audit fee
yang dicantumkan pada laporan tahunan perusahaan go public
masih tergolong sedikit akibat data audit fee yang diungkapkan
hanya sebatas volutary disclosures. audit fee sebagai variabel
Dependen diukur dengan Logaritma Natural, yang kemudian
dilambangkan LNFEE. (Yusuf, 2016)
66
Tabel III.1
Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel
yang Diukur
Indikator Skala Sumber
Data
Corporate
governance
Boardind = Komisaris independen x 100
Total Dewan komisaris
Sumber : (Yusuf, 2016)
Rasio Sekunder
Profitabilitas ROA = Laba bersih
Total Aset
Sumber : (Hery, 2017)
Rasio
Sekunder
Ukuran KAP Variabel dummy. Jika laporan keuangan
perusahaan di audit oleh KAP yang
termasuk Big Four maka akan diberi nilai
1, maka KAP yang berkategori non big
four maka diberi 0
Nominal Sekunder
Audit fee LNFEE (Logaritma natural : Profesional
fee)
Sumber : (Yusuf, 2016)
Skala Sekunder
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data di arahkan untuk menjawab rumusan masalah
atau hipotesis yang telah di rumuskan dalam penelitian ini, penelitian ini
menggunakan jenis data yang bersifat kuantitatif dan sumber data yang
digunakan merupakan data sekunder. Adapun teknik analisis data yang di
gunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
67
Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan
maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
b. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya
gejala korelasi yang kuat diantara variabel bebasnya. Pengujian ini
menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat
besarnya korelasi antara variabel independent. Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelesi diantara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25,
2018).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear dan korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
68
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problrm
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah
ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya.
Uji Durbin Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu (first order autocorelation) dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel
lagi diantara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji
adalah :
HO : tidak ada autokorelasi (r = 0)
HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)
c. Uji Heterokedasitas
Uji heterokedasitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedasitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homokesdatisitas atau tidak
terjadi Hemokedastisitas. Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heteroskesdatisitas karena data ini
69
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang
dan besar). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedasitas, Melihat grafik Plot antara nilai prediksi
variabel terkait (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji T dan F mengansumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi
ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sample kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
70
variasi variabel independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time
series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi.
(Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
25, 2018)
d. Analisis Regresi Berganda
Untuk analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model regresi berganda. Menurut (Sugiyono, 2014, hal.
277) dalam bukunya yang berjudul Metode penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, dan Kombinasi, Menyatakan bahwa :
“Analisis Regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti
bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya)
variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel
independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan
nilainya)”
Analisis regresi linear berganda digunakan peneliti, bila
peneliti bermaksud untuk mengetahui sejauh mana pengaruh “corporate
governance, profitabilitas, ukuran KAP terhadap audit fee eksternal.
Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini adalah sebagai
berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
71
Keterangan:
Y : Audit fee
X1 : Coporate governance
X2 : Profitabilitas
X3 : Ukuran KAP
α : Konstanta Intersep
β1 : Koefisien regresi variabel corporate governance
β2 : Koefisien regresi variabel profitabilitas
β3 : Koefisien regresi variabel ukuran KAP
e : Tingkat kesalahan (error term)
e. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
beberapa variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)
dalam pengujian hipotesis maka peneliti melakukan uji F dan uji T
adalah sebagai berikut :
1) Uji Signifikansi keseluruhan dari regresi sample (uji statistik f)
72
Menurut (Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program
IBM SPSS 25 edisi 9, 2018, hal. 98) tidak seperti uji t yang
menguji signifikan koefisien parsial regresi secara individu dengan
uji hipotesis terpisah bahwa setiap koefisien regresi sama dengan 0.
Uji F menguji joint hipotesa bahwa b1, b2, dan b3 secara bersama-
sama sama dengan 0, atau :
HO : b1 = b2 = ..... = bk = 0
HA : b1 ≠ b2 ≠ ..... = bk ≠ 0
Uji hipotesis seperti ini di namakan uji signifikansi secara
keseluruhan terhadap garis regresi yang di observasi mauoun
estimasi, apakah Y berhubungan linear terhadap X1, X2, dan X3.
Pada pengujian ini juga menggunakan tingkat signifikansi sebesar
5% atau 0,05. Berikut ini terdapat dua (2) kemungkinan dalam
hipotesis yaitu :
1) Nilai signikansi > 0,05, artinya variabel independen tidak dapat
menjelaskan variabel dependen dapat mengetahui secara
bersama-sama. Dengan kata lain Ha ditolak.
2) Nilai signifikansi < 0,05, artinya variabel independen dapat
memperjelas variabel dependen dan mengetahui pengaruhnya
secara berama-sama. Dengan kata lain Ha diterima.
2) Uji signifikan parameter individual (uji statistik t)
Menurut (Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
IBM SPSS 25, 2018, hal. 98)
73
“Uji Statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secaara
individual dalam menerangkan variasi variabeel dependen.”
Berikut ini terdapat dua (2) kemungkinan dalam hipotesis, yaitu :
1) Nilai signifikansi > 0,05 , artinya variabel independen tidak
dapat pengaruh secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen. Dengan kata lain Ha tidak diterima.
2) Nilai signifikansi < 0,05 , artinya variabel dependen terdapat
berpengaruh secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen. Dengan kata lain Ha diterima.
74
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar
pengaruh variable independen terhadap variabel dependen. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahan manufaktur sektor Makanan dan Minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Peneliti
telah menentukan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
proses pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria dan sistematika
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan sampel dengan
menggunakan teknik purposive sampling pada penelitian ini akan
digambarkan pada tabel berikut ini.
Tabel IV.1
Proses Pemilihan Sampel
Sumber :data diolah, 2019
No Kriteria Data 1 Perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018.
52
2 Perusahaan manufaktur sektor industri Consumer Goods yang
tidak mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan
secara berturut-turut sejak tahun 2016-2018.
(7)
3 Perusahaan yang tidak mencantumkan akun professional fees
dalam laporan keuangan periode 2016-2018.
(13)
4 Perusahaan yang mengalami Rugi dalam periode 2016-2018. (11)
Total perusahaan sampel 21
Periode penelitian 3 tahun
Jumlah Sampel 63
76
Proses pemilihan sample di jelaskan sebagai berikut :
1. Perusahaan sektor Consumer goods industry yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan secara berturut-
turut sejak tahun 2016-2018 yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA),
PT. Wahana Interfood Nusantara (COCO), PT. Sentra Food Indonesia
(FOOD), PT. Garudafood Putra Putri Jaya (GOOD), PT. Conttonindo
Ariesta (KPAS), PT. Pratama Abadi Nusantara Industri (PANI), PT.
Pharpos Tbk (PEHA).
2. Perusahaan sektor Consumer goods industry yang tidak mencantumkan
akun Professional fee dalam laporan keuangan dalam periode tahun
2016-2018 yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES), PT.
Akhasa Wira Internasional (ALTO), PT. Budi Starch & Sweetener
(BUDI), PT. Campina Ice Cream industry (CAMP), PT. Wilmar Cahaya
Indonesia (CEKA), PT. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT.
Indofarma (INAF), PT. Indofood Sukses Makmur (INDF), PT. Merck
Tbk (MERK), PT. Mandom Indonesia (TCID), PT. Tempo Scan Pasifik
(TSPC), PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk (ULTJ),
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
3. Perusahaan sektor Consumer goods industry yang mengalami kerugian
dalam laporan keuangan dalam periode tahun 2016-2018 yaitu PT Tri
Bayan Tirta Tbk (ALTO), PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK),
PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT. Kedaung Indah Can (KICI), PT.
Langgeng Makmur Industri (LMPI), PT. Martina Berto Tbk (MBTO, PT.
77
Magna Investama Mandiri (MGNA), PT. Mustika Ratu Tbk (MRAT),
PT. Prima Cakrawala Abadi (PCAR), PT. Prasidha Aneka Niaga
(PSDN), PT. Bentoel Internasional Investama (RMBA).
Berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan, maka diperoleh 17 sampel
perusahaan sektor Consumer goods industry periode 2016-2018, maka total
sampel dalam penilitian ini berjumlah 51 sampel. Berikut daftar perusahaan
sampel sektor industri dasar dan kimia tahun 2016-2018.
Tabel IV.2
Daftar Sampel Emiten
1 CINT PT CHITOSE INTERNASIONAL Tbk
2 CLEO PT SARIGUNA PRIMATIRTA Tbk
3 DLTA PT DELTA DJAKARTA Tbk
4 DVLA PT DARYA-VARIA LABORATORIA Tbk
5 GGRM PT GUDANG GARAM Tbk
6 HSMP
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA
Tbk
7 HOKI PT BUYUNG POETRA SEMBADA Tbk
8 HRTA PT HARTADINATA ABADI Tbk
9 KAEF PT KIMIA FARMA
10 KINO PT KINO INDONESIA Tbk
11 KLBF PT KALBE FARMA Tbk
12 MLBI PT MULTI BINTANG INDONESIA Tbk
13 MYOR PT MAYORA INDAH Tbk
14 PYFA PT PYRIDAM FARMA Tbk
15 ROTI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk
16 SIDO
PT INDUSTRI JAMU DAN FARMASI
SIDOMUNCULTbk
17 SKBM PT SEKAR BUMI Tbk
18 STTP PT SIANTAR TOP Tbk
19 TBLA PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
20 WIIM PT WISMILAK INTI MAKMUR TbK
21 WOOD PT INTEGRA INDOCABINET Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
78
1. Corporate Governance
Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan pada tahun
2016-2018, dapat diketahui tugas dan tanggung jawab dari Dewan
komisaris sebagai pemegang tanggung jawab untuk mengawasi dan
memantau keberlangsungan kegiatan tatakelola perusahaan agar dapat
berjalan untuk mencapai tujuan.
Data tersebut di proksikan sebagai Corporate Governance dan di
ukur dengan skala Rasio, sebagai berikut :
Tabel IV.3
Data Corporate Governance
No Kode Perusahaan 2016 2017 2018
1 CINT 0,5 0,5 0,5
2 CLEO 0 0,333333 0,333333
3 DLTA 0,4 0,4 0,4
4 DVLA 0,5 0,5 0,5
5 GGRM 0,5 0,5 0,5
6 HMSP 0,4 0,4 0,333333
7 HOKI 0,333333 0,333333 0,333333
8 HRTA 0 0 0
9 KAEF 0,4 0,4 0,4
10 KINO 0,5 0,5 0,5
11 KLBF 0,428571 0,428571 0,333333
12 MLBI 0,571429 0,5 0,5
13 MYOR 0,4 0,4 0,4
14 PYFA 0,5 0,25 0,25
15 ROTI 0,333333 0,333333 0,333333
16 SIDO 0,333333 0,333333 0,4
17 SKBM 0,333333 0,333333 0,333333
18 STTP 0 0 0
19 TBLA 0,333333 0,333333 0,333333
79
20 WIIM 0,333333 0,333333 0,333333
21 WOOD 0,5 0,5 0,5
Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Berdasarkan data perhitungan corporate governance pada tabel
IV.3 diatas dapat diketahui perusahaan yang mengalami perubahan
struktur komisaris selama tahun 2016-2018 adalah
a. PT Chitose Internasional Tbk (CINT), PT Delta Djakarta Tbk
(DLTA), PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA), PT Gudang
Garam Tbk (GGRM), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT
Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT Kimia Farma (KAEF), PT Kino
Indonesia Tbk (KINO), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Nippon
Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM), PT
Siantar Top Tbk (STTP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT
Wismilak Inti Makmur TbK (WIIM), PT Integra Indocabinet Tbk
(WOOD), Dengan stabilnya hasil perhitungan perusahaan yang
disebutkan di atas menjelaskan bahwa tidak adanya perubahan yang
signifikan terhadap struktur dewan komisaris yang ada sehingga
hasil pengolahan data dari tahun 2016-2018 meliliki hasil yang
sama.
Perusahaan yang mengalami perubahan dalam struktur Dewan
komisaris dalam periode tahun 2016-2018
a. PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), pada periode tahun 2016
belum ditentukannya dewan komisaris independen yang ada
80
sehingga hasil dari pengilahan data senilai 0 dan didukung oleh dua
dewan komisaris yang ada. Dan pada periode tahun 2017-2018
terjadi penambahan dewan komisaris yang salah satunya menjabat
sebagai dewan komisaris independen dan didukung oleh 2 dewan
komisaris lainnya sehingga hasil pengolahan datanya senilai 0,333.
b. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), terjadi perbedaan
hasil pengolahan data pada periode tahun 2018 yang dikarenakan
pengunduran diri salah satu pegawai yang ada sebagai dewan
komisaris sehingga hasil pengolahan data senilai 0,333 yang
awalnya pada periode 2016-2017 senilai 0,4.
c. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dalam pengolahan data pada periode
2018 terjadi perbedaan hasil dengan nilai 0,333 karena
berkurangnya dewan komisaris independen sebelumnya hasil
pengolahan data dengan nilai 0,428571.
d. PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), disebabkan terjadinya
perubahan struktur dewan komisaris dengan berkurangnya seorang
dewan komisaris dan dewan komisaris independen pada tahun 2016
dengan nilai 0,571429 menjadi 0,5 pada tahun 2017-2018 dengan
dewan komisaris yang ada.
e. PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), disebabkan terjadinya perubahan
struktur dewan komisaris independen pada periode 2016 dengan
nilai 0,5 menjadi 0,25 pada tahun 2017-2018.
81
f. PT Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk (SIDO),
disebabkan terjadinya penambahan dewan komisaris baik
independen dan dewan komisaris yang ada sehingga meningkatkan
nilai dalam pengolahan data menjadi 0,4 pada tahun 2018 yang
sebelumnya dengan nilai 0,333 pada tahun 2016-2017.
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba penghasilan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
perusahaan dalam periode berjalan. Profitabilitas merupakan kinerja
manajemen dalam mengolah kekayaan perusahaan. (Hasibuan, Rambe,
& Fatahurrazak, 2014) menyatakan bahwa tujuan akhir yang ingin
dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau
keuntungan yang maksimal, disamping hal-hal lainnya. Dengan
memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan,
perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan,
serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru.
Berdasarkan hasil analisis laporan keuangan pada periode 2016-
2018, perusahaan yang mengalami laba selama 3 tahun berturut-turut
yang akan menjadi sumber pengolahan data dalam penelitian ini,
dikarenakan laba yang diperoleh perusahaan diukur dengan jumlah total
asset perusahaan. Profiabilitas menggunakan skala rasio dengan proksi
ROA (return on asset) berikut hasil pengolahan data.
82
Tabel IV.4
Data Profitabilitas
No
Kode
Perusahaan 2016 2017 2018
1 CINT 0,051633906 0,062211 0,027584
2 CLEO 0,084748046 0,075915 0,075859
3 DLTA 0,212481199 0,208654 0,22194
4 DVLA 0,131028132 0,098879 0,119235
5 GGRM 0,105996963 0,116168 0,112784
6 HMSP 0,300229271 0,2937 0,290509
7 HOKI 0,118359506 0,083132 0,118858
8 HRTA 0,160187519 0,077762 0,080281
9 KAEF 0,058903912 0,054413 0,042471
10 KINO 0,055140739 0,033882 0,04179
11 KLBF 0,154399285 0,147642 0,137619
12 MLBI 0,431697844 0,526704 0,423882
13 MYOR 0,107462529 0,109344 0,100072
14 PYFA 0,030804686 0,044668 0,04516
15 ROTI 0,095825953 0,029688 0,028943
16 SIDO 0,160839051 0,16902 0,198898
17 SKBM 0,02250816 0,015946 0,009007
18 STTP 0,074523439 0,092222 0,096948
19 TBLA 0,049299014 0,068042 0,04678
20 WIIM 0,078522183 0,033115 0,040733
21 WOOD 0,045777736 0,044609 0,052743
Sumber : Data yang telah di olah
Berdasarkan data hasil perhitungan ROA pada tabel IV.4 diatas
diketahui bahwa :
1. Tahun 2016
83
a) Nilai ROA tertinggi 0,431697844 (43,16 %) dimiliki oleh PT
Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI).
b) Nilai ROA terendah 0,02250816 (2,25 %) dimiliki oleh PT
Sekar Bumi Tbk (SKBM).
2. Tahun 2017
a) Nilai ROA tertinggi 0,526704 (52,67 %) dimiliki oleh PT
Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI).
b) Nilai ROA terendah 0,029688 (2,96 %) dimiliki oleh PT
Nippon Indosari Corpindo Tbk
3. Tahun 2018
a) Nilai ROA tertinggi 0,423882 (42,38 %) PT Multi Bintang
Indosesia Tbk
b) Nilai ROA terendah 0,009007 (0,90 %) dimiliki oleh PT
Sekar Bumi Tbk (SKBM).
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi selama periode 2016-
2018 adalah PT MULTI BINTANG INDONESIA Tbk (MLBI) pada
tahun 2017 sebesar 0,526704 (52,67 %). Semakin tinggi laba yang
dihasilkan membuktikan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba dengan model aset yang dimilikinya. Sedangkan perusahaan yang
memiliki ROA terendah adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk
sebesar 0,009007 (0,90 %). Hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan
tersebut belum mampu memaksimalkan pendapatan laba dengan aset
84
yang dimilikinya. Sehingga mendapat kerugian pada perusahaan
tersebut.
3. Ukuran KAP
Dalam pengelompokannya KAP di bagi menjadi 2 bagian yaitu
KAP big four dan KAP non Big four. KAP Big four adalah kelompok
empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar,
menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun
perrusahaan tertutup. Sedangkan non Big four adalah akuntan yang
tidak termasuk dalam Big four. Yang membedakan KAP Big four dan
non Big four adalah kualitas, kinerja dan sumber daya yang ada.
Ukuran suatu KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas audit. KAP big
four memiliki lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi dalam
pelatihan staf, teknologi, dan fasilitas. Oleh karena itu, KAP big four
memiliki kinerja audit yang baik dan menghasilkan laporan audit yang
baik. KAP big four akan membebankan audit fees yang lebih tinggi
kepada klien dari pada KAP non big four.
Dalam penelitian ini, variabel ukuran KAP di ukur menggunakan
skala dummy dengan tujuan membedakan KAP Big four dan KAP non
Big four dengan cara memberikan kode 1 untuk perusahaan yang
menggunakan KAP Big four sedangkan kode 0 untuk perusahaan yang
tidak menggunakan KAP Big four. Hasil analisis penelitian terhadap
Ukuran KAP yang dapat dijadikan sampel untuk pengolahan data
penelitian akan dilampirkan pada tabel berikut ini :
85
Tabel IV.5
Data Ukuran KAP
No Kode Perusahaan 2016 2017 2018
1 CINT 0 0 0
2 CLEO 0 0 0
3 DLTA 1 1 1
4 DVLA 1 1 1
5 GGRM 1 1 1
6 HMSP 1 1 1
7 HOKI 0 0 0
8 HRTA 0 0 0
9 KAEF 0 0 0
10 KINO 0 0 0
11 KLBF 1 1 1
12 MLBI 1 1 1
13 MYOR 0 0 0
14 PYFA 0 0 0
15 ROTI 1 1 1
16 SIDO 1 1 1
17 SKBM 0 0 0
18 STTP 0 0 0
19 TBLA 0 0 0
20 WIIM 0 0 0
21 WOOD 0 0 0
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan hasil data perhitungan pada Tabel IV.5 diketahui
bahwa banya perusahaan yang menggunakaan jasa Akuntan Publik
(KAP) non Big four dibandingkan dengan perusahaan yang
menggunakan jasa Akuntan Publik (KAP) Big four. Sebanyak 21
sampel yang menggunakan jasa Akuntan Publik (KAP) Big four yang
86
terdiri dari 8 perusahaan yang menggunakan (KAP) Big four yang
terdiri dari PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Darya-Varia
Laboratoria Tbk (DVLA), ), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Kalbe Farma Tbk
(KLBF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Nippon
Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Industri Jamu dan Farmasi
Sidomuncul Tbk (SIDO). Sedangkan sisanya 13 sampel perusahaan
menggunakan jasa Akuntan Publik (KAP) non Big four.
4. Audit fee
Audit fee adalah biaya yang akan dibayarkan oleh perusahaan
kepada auditor eksternal terkait pekerjaan audit . Tidak ada aturan yang
mengatur besarnya audit fee yang harus diterima oleh auditor dari klien
atas jasa audit yang diberikan. Peraturan Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) hanya menyebutkan besarnya fee anggota dapat bervariasi
tergantung pada risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
(Ananda & Triyanto, 2019) Data Audit fee diwakilan oleh akun
profesional fee yang didapat melalui pengamatan atas informasi
keuangan tahunan perusahaan yang bersangkutan, lebih tepatnya pada
biaya administrasi dan tertuang secara terperinci pada catatan atas
laporan keuangan.
87
Tabel IV.6
Data Audit fee
No Kode Perusahaan 2016 2017 2018
1 CINT 19,21931 20,9063 20,14817
2 CLEO 21,72646 22,20486 22,1368
3 DLTA 20,54731 19,85577 20,02812
4 DVLA 22,67371 22,75154 21,07425
5 GGRM 25,2492 25,22769 25,22769
6 HMSP 25,55983 25,42157 25,51404
7 HOKI 20,50978 21,15483 21,89924
8 HRTA 21,20529 20,77773 21,58002
9 KAEF 23,18344 23,74981 24,46836
10 KINO 22,88318 22,90432 22,97554
11 KLBF 25,21516 24,97042 24,81564
12 MLBI 23,94102 24,04419 24,36793
13 MYOR 22,98827 22,87237 22,36019
14 PYFA 20,23411 20,32026 20,23436
15 ROTI 23,68273 23,82817 24,3226
16 SIDO 20,70204 20,61791 21,0009
17 SKBM 21,12747 21,62066 21,63317
18 STTP 21,73368 21,67936 21,51774
19 TBLA 22,70509 22,61803 22,83214
20 WIIM 23,11957 23,2765 23,29971
21 WOOD 21,88562 21,99311 22,48275
Sumber : data yang telah diolah
Berdasarkan hasil olah data pada tabel IV.6 Audit fee dapat
diketahui bahwa :
1. Tahun 2016
a) Nilai tertinggi dari perhitungan LNFEE 25,55983 dimiliki
oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. (HMSP)
88
b) Nilai terendah dari perhitungan LNFEE 19,21931 dimiliki oleh
PT. Chitose Internasional (CINT).
2. Tahun 2017
a) Nilai tertinggi dari perhitungan LNFEE 25,42157 dimiliki oleh
PT Hanjaya Mandala Sampoerna. (HMSP)
b) Nilai terendah dari perhitungan LNFEE 19,88577 dimiliki
oleh PT. Delta Djakarta. (DLTA)
3. Tahun 2018
a) Nilai tertinggi dari perhitungan LNFEE 25,51408 dimiliki
oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. (HMSP)
b) Nilai terendah dari perhitungan LNFEE 20,02812 dimiliki
oleh PT. Delta Djakarta (DLTA).
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Data yang akan dianalisis adalah gambaran perusahaan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini dan dianalisis dengan statistik
deskriptif untuk dapat memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean),
dan standar deviasi setiap variabel yang digunakan. Nilai minimum
menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan
dan analisis data yang telah dilakukan pada perusahaan sampel. Nilai
maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil
89
pengolahan dan analisis data yang dilakukan pada perusahaan sampel,
sedangkan rata-rata (mean) menunjukkan rata-rata dari masing-masing
variabel.
Analisis Deskriptif bertujuan untuk mengetahui karakteristik
sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam
penelitian. Dalam penelitian ini statistik deskriptif akan
menggambarkan deskripsi variabel dependen, yaitu Audit fee dan
deksripsi variabel independen yaitu, Corporate governance,
Profitabilitas, dan Ukuran KAP. Berikut ini adalah gambaran dari
statistik deskriptif dari masing-masing variabel terhadap perusahaan
secara keseluruhan :
Tabel IV.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
GCG 63 ,00 ,57 ,3608 ,14878
ROA 63 ,01 ,53 ,1147 ,10335
KAP 63 ,00 1,00 ,3810 ,48952
AF 63 19,22 25,56 22,4890 1,66529
Valid N
(listwise)
63
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 25
Dari tabel hasil uji statistik deskriptif diatas menunjukkan bahwa N
merupakan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 63. Nilai
90
minimum merupakan nilai terendah dalam masing-masing variabel
yang diteliti. Nilai maksimum merupakan nilai tertinggi dalam masing-
masing variabel yang diteliti. Nilai mean merupakan nilai rata-rata
untuk setiap variabel yaitu Corporate governance, Profitabilitas,
Ukuran KAP, dan Audit fee.
Hasil dari uji statistik deskriptif untuk variable independen
Corporate governance yang diukur dengan rasio memiliki nilai
minimum sebesar 0.00 dari 63 sampel, nilai Corporate governance
terendah ini dimiliki oleh PT. Hartadinata Abadi (HRTA), PT. Siantar
Top Tbk (STTP) pada tahun 2016 - 2018. Nilai maksimum sebesar 0,57
yang dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) pada tahun
2016. Nilai rata – rata (mean) untuk Corporate governance seluruh
sampel penelitian adalah 0,3608 maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan sektor Consumer goods yang terdaftar di BEI tahun 2016-
2018 mampu memperoleh perubahan struktur dewan komisaris setiap
periode berjalan sebesar 36,08% dari total dewan komisaris yang ada
dalam perusahaan.
Hasil dari uji statistik deskriptif untuk variabel Profitabilitas yang
diukur dengan ROA (return on asset) memiliki nilai minimum sebesar
0,01 dari 63 sampel, nilai Profitabilitas terendah ini dimiliki oleh PT.
Sekar Bumi Tbk (SKBM) pada tahun 2017. Nilai maksimum sebesar
0,53 yang dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) pada tahun
2017. Nilai rata – rata (mean) untuk Profitabilitas seluruh sampel
91
penelitian adalah 0,1147 maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan
sektor Consumer goods yang tberdaftar di BEI tahun 2016 – 2018
terdapat pertumbuhan laba setiap periode berjalan sebesar 11,47% dari
total laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Variabel ukuran kantor akuntan pubik (KAP) memiliki nilai
minimum sebesar 0 yang menunjukkan bahwa perusahaan
menggunakan KAP non big four dan nilai maksimum sebesar 1 yang
menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan KAP big four. Hal ini
dikarenakan variabel Ukuran KAP menggunakan variabel dummy
dengan kategori anailisis 0 dan 1. Nilai rata – rata (mean) adalah
sebesar 0,3810 atau setara dengan 38,10%. Hasil tersebut menunjukan
bahwa sampel yang menggunakan KAP Big four hanya sebesar 38,10%
dari total 63 sampel yang ada. Dengan kata lain banyak perusahaan
yang menggunakan KAP non Big four dibandingkan dengan yang
menggunakan KAP Big four. Terdapat 39 sampel yang menggunkan
KAP non Big four, dan 24 sampel menggunakan KAP Big four.
Variabel Audit fee diukur menggunakan Logaritma Natural
dengan rumus LNFEE, Audit fee diwakilkan oleh akun Professional fee
dalam laporan keuangan. Dalam 63 sampel yang dikumpulkan, Nilai
rata-rata untuk variabel Audit fee 22,4890 yang mempunyai nilai
minimum 19,22 yang dimiliki oleh PT Chitose Internasional (CINT)
sebesar Rp. 11.563.891 pada tahun 2016. Nilai Maksimum dalam
92
variabel Audit fee 26,56 yang dimiliki oleh PT. Hanjaya Mandala
sampoerna (HMSP) pada tahun 2016 sebesar Rp. 4.930.979.588.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolinearitas,
maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel
independen.
Tabel IV.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265 ,888
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615 ,608
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046 ,560
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 25
Pada tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa masing – masing
variabel mempunyai nilai tolerance di atas 0.10 dan nilai VIF
93
(Variance Inflation Factor) dibawah 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat masalah
multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t (sebelumnya). Autokorelasi ini
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang
berkaitan satu sama lainnya. Hasil uji autokorelasi run test dapat
dilihat pada tabel IV.9 sebagai berikut :
Tabel IV.9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,438a ,191 ,150 1,53504 ,728
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
a. Predictors: (Constant), KAP, GCG, ROA
b. Dependent Variable: AF
94
Pada tabel IV.9 diatas hasil uji autokorelasi dengan Nilai DW
sebesar 0,728 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai signifikansi
5%, jumlah sampel 63 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k=3)
dengan batas dL 1,6581 dan Du 1,4943 karena DW tidak terletak
antara dU dan dL maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa
menolak Ho (gagal tolak HO) yang artinya tidak ada autokorelasi atau
tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif pada data yang
diuji.
c. Uji Heterokedasitas
Uji heterokedasitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
kepengamatan lain. Hasil uji normalitas berdasarkan grafik scatterplot
dapat dilihat pada gambar IV.1 sebagai berikut :
Gambar IV.1
Hasil Uji Heterokedasitas grafik scatterolt
95
Pada gambar IV.1 diatas, dapat dilihat pola titik-titik yang tidak
jelas dan menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, hasil
pengujian maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedasitas karena
tidak mempunyai pola yang pasti dan titik-titik pun menyebar, sehingga
dalam hasil uji tidak menemukan terbentuknya sebuah pola dengan kata
lain titik – titik yang ada menyebar.
Tabel IV.10
Data Hasil Uji Heterokedasitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
96
B
Std.
Error Beta Tolerance
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265 ,888
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615 ,608
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046 ,560
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Dalam pengujian heterokedasitas di atas dapat menjadi dasar
pengambilan keputusan berguna sebagai pedoman atau acuan dalam
menentukan sebuah kesimpulan atau keputusan atas hasil analisis yang
telah dilakukan. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka
kesimpulannya adalah tidak terjadi gejala heterokedasitas dalam model
regresi. Sebaliknya, jika nilai Signifikansi (Sig.) lebih keil dari 0,05 maka
kesimpulannya adalah terjadi gejala heterokedasitas dalam model regresi.
Dapat dilihat dari tabel IV.10 bahwa hasil signifikansi yang terjadi untuk
variabel Corporate governance memiliki nilai 0,265 sehingga dapat
disimpulkan belum mengalami gejala heterokedasitas atau tidak
signifikansi, variabel Profitabilitas yang diukur dengan rumus (ROA)
memiliki nilai 0,615 sehingga dapat disimpulkan tidak mengalami gejala
heterokedasitas atau tidak signifikansi, variabel ukuran KAP memiliki
nilai 0,046 sesuai dengan ketentuan yang ada dalam uji heterokedasitas
bahwa variabel yang memiliki hasil uji heterokedasitas memiliki nilai
dibawah 0,05 maka variabel ukuran KAP terjadi gejala heterokedasitas
dan signifikansi.
97
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen
terhadap variabel dependen. Data – data pada umumnya mengikuti
asumsi distribusi normal. Namun, memungkinkan suatu data tidak
mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data
yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
bersangkutan. Berdasarkan grafik normal probability plot dapat dilihat
pada gambar IV.2 sebagai berikut :
Gambar IV.2
Hasil Uji Normalitas Grafik Normal Probability Plot
Berdasarkan gambar IV-2 diatas, terlihat titik – titik menyebar
disekitas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal hal ini
menunjukan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi normalitas
karena data terdistribusi normal sehingga data baik digunakan dalam
model regresi.
Tabel IV.11
98
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 63
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,49744379
Most Extreme Differences Absolute ,111
Positive ,066
Negative -,111
Test Statistic ,111
Asymp. Sig. (2-tailed) ,053c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : pengolahan data SPSS 25
Pada tabel IV.11 diatas, hasil uji normalitas dengan Kolmogorov
Smirnov menyatakan bahwa nilai signifikansi yang dapat dilihat pada
Asymp Sig. (2-tailed) sebesar 0,053 > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
3. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase
sumbangan pengaruh independen yaitu Corporate governance,
99
Profitabilitas, dan Ukuran KAP secara serentak terhadap variabel
dependen yaitu Audit fee
Tabel IV.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,438a ,191 ,150 1,53504
a. Predictors: (Constant), KAP, GCG, ROA
b. Dependent Variable: AF
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Dari tabel IV.12 diatas, diketahui bahwa nilai R2yang menunjukan
seberapa bagus model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel
independen dan variabel dependen. Nilai R2yang diperoleh adalah 0,191
atau 19,1% yang dapat ditafsirkan bahwa variabel independen yaitu
corporate governance, profitabilitas dan Ukuran KAP memiliki
pengaruh kontribusi sebesar 19,1% terhadap variabel dependen yaitu
audit fee dan 80,9% lainnya dipengaruhi oleh variabel – variabel lain
diluar penelitian.
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil output SPSS uji regresi berganda untuk perhitungan regresi
linear dapat dilihat pada hasil output coefficients. Berikut ini data hasil
analisis regresi berganda variabel independen yaitu corporate
100
governance, profitabilitas, dan ukuran KAP dengan variabel dependen
audit fee dapat dilihat pada tabel IV.13
Tabel IV.13
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearit
y Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265 ,888
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615 ,608
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046 ,560
a. Dependent Variable: AF
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Berdasarkan hasil penelitian analisis linear berganda yang telah
dilakukan maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Aufee = 21,371 + 1,563 GCG + 1,222 ROA + 1,087 Size + e
Persamaan regresi tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
1. Konstanta (a)
Jika semua variabel bebas memiliki nilai (0) , maka nilai variabel
terikat sebesar 4,173
2. Corporate governance terhadap audit fee
101
Nilai koefisien corporate governance untuk variabel X1 sebesar
1,563 ini menunjukan bahwa corporate governance memiliki
hubungan yang bagus dengan audit fee. Hal ini mengandung arti
bahwa, setiap bertambahnya atau kenaikan variabel corporate
governance maka variabel audit fee akan mengikuti kenaikan
senilai 1,563 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari
model regresi adalah tetap.
3. Profitabilitas terhadap audit fee
Nilai koefisien Profitabilitas untuk variabel X2 sebesar 1,222 ini
menunjukan bahwa setiap kenaikan profitabilitas atau laba
perusahaan maka variabel audit fee akan mengikuti kenaikan
senilai 1,222 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari
model regresi adalah tetap.
4. Ukuran Kap Terhadap audit fee
Nilai koefisien Ukuran KAP untuk variabel X3 sebesar 1,087 ini
menunjukan bahwa ukuran KAP setiap perubahan dan pergantian
KAP maka variabel audit fee akan mengikuti kenaikan senilai
1,087 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model
regresi adalah tetap.
5. Pengujian Hipotesi s
1. Uji Simultan (Uji Statistik F)
102
Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara
bersama-sama atau simultan variabel independen terhadap variabel
dependen atau terikat. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai
probabilitas signifikan > 0,05 maka Ha ditolak sedangkan
sebaliknya jika nilai probabilitas signifikan < 0,05 maka Ha
diterima.
Tabel IV.14
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 32,912 3 10,971 4,656 ,005b
Residual 139,025 59 2,356
Total 171,937 62
a. Dependent Variable: AF
b. Predictors: (Constant), KAP, GCG, ROA
Sumber : pengolahan data SPSS 25
Berdasarkan tabel IV.14 diatas diketahui hasil uji hipotesis
(uji F) menyatakan bahwa, nilai signifikan sebesar 0,05 sama
dengan probabilitas (p-value) 0,05 (0,05 < 0,05) ini berarti bahwa
semua variabel independen yaitu corporate governance,
profitabilitas dan ukuran KAP mempunyai pengaruh secara secara
103
signifikan secara Bersama-sama (Simultan) terhadap audit fee.
Dengan demikian variabel independen yaitu corporate governance,
profitabilitas, dan Ukuran KAP baik digunakan dalam model
penelitian ini karena berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
audit fee. Berdasarkan perumusan hipotesa keempat, maka dapat
disimpulkan bahwa Ha4 diterima dan Ho4 ditolak.
2. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masing-
masing variabel independen secara individu (parsial) terhadap
variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen dapat dilihat pada tingkat signifikan 0,05 jika
nilai probability t < 0,05 maka Ha diterima, sedangkan jika nilai
probability t > 0,05 Ha ditolak.
Tabel IV.15
Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
104
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Berdasarkan tabel IV.15 diatas dapat diketahui hasil uji
hipotesis (uji t) menyatakan bahwa :
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Variabel corporate governance memiliki nilai tidak signifikan
sebesar 0,265 > 0,05 berarti corporate governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit fee. Hipotesis pertama
pada penelitian ini terbukti bahwa Ha1 ditolak dan Ho1 diterima.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Variabel profitabilitas memiliki nilai tidak signifikan sebesar
0,615 > 0,05 berarti profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit fee. Hipotesis kedua pada penelitian ini terbukti
bahwa H2 ditolak dan H02 diterima.
c. Pengujian Hipotesis ketiga
Pengujian hipotesis ketiga memiliki nilai signifikan sebesar
0,046 < 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa Ukuran KAP
berpengaruh signifikan terhadap audit fee. Hipotesis ketiga
pada penelitian ini terbukti bahwa Ha3 diterima dan HO3
ditolak.
105
C. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan 3 hipotesis untuk mengetahui
pengaruh corporate governance, profitabilitas, dan Ukuran KAP terhadap
audit fee eksternal, terhadap perusahaan sektor consumer goods yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan dibawah ini :
1. Corporate governance tidak berpengaruh terhadap Audit fee
Corporate governance menunjukan nilai koefisien regresi positif
sebesar 1,563 dengan tingkat signifikan 0,265 dimana lebih besar dari
tingkat signifikansi α = 0,05. Dengan nilai signifikansi α = 0,05
menunjukan bahwa coporate governance tidak berpengaruh terhadap
Audit fee maka hasil penelitian ini tidak mendukung hasil hipotesis
pertama dari penelitian ini.
Dalam corporate governance diperlukannya dewan komisaris yang
memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses pelaporan
laporan keuangan perusahaan. Mereka juga harus menilai kualitas tata
kelola organisasi dan memastikan bahwa organisasi memiliki kinerja
yang baik. Hal ini menunjukan bahwa jumlah dewan komisaris yang
ada dalam suatu perusahaan (independen, dewan komisaris) tidak
mempengaruhi positif audit fee. Hasil penelitian ini tidak mendukung
hasil penelitian ( Chandra, 2015, hal. 176) bahwa corporate
governance berpengaruh terhadap audit fee dan hasil ini mendukung
penelitian terdahulu yang diteliti oleh (Sukaningsih & Tenaya, 2016,
106
hal. 2179) (Wibowo & Rohman, 2013, hal. 9) corporate governance
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit fee eksternal.
2. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit fee
Profitabilitas menunjukan nilai koefisien regresi positif sebesar
1,222 dengan nilai signifikan 0,615 dimana lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 0,05. Dengan nilai signifikansi α = 0,05 menunjukan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit fee maka hasil
penelitian ini tidak mendukung hipotesa kedua dari penelitian ini.
Terdapat pengaruh antara profitabilitas dengan audit fee dimana
semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka semakin
banyaknya bukti transaksi yang harus diperiksa dan di konfirmasi
keasliannya oleh pihak auditor. Hal ini mendukung hasil penelitian
(Hasan A. M., 2017) profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap audit fee. Dan hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian terdahulu seperti (ARDIANINGSIH,
2013, hal. 26) (Hasibuan, Rambe, & Fatahurrazak, 2014, hal. 28)
profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit fee
eksternal.
3. Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap Audit fee
Ukuran KAP menunjukan nilai koefisien regresi positif sebesar
1,087 dengan nilai signifikan 0,046 dimana lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 0,05. Dengan nilai signifikansi α = 0,05 menunjukan
107
bahwa Ukuran KAP berpengaruh terhadap audit fee maka hasil
penelitian ini mendukung hipotesa ketiga dari penelitian ini.
Dari hasil penelitian ini sebagian besar sampel yang di olah
menggunakan jasa KAP non Big four dibandingkan KAP Big four.
Sehingga berpengaruh terhadap audt fee yang dibayarkan oleh
perusahaan. Hasil penelitian ini didukung dalam penelitian (Cristansy
& Ardiat, 2016, hal. 205) ( Chandra, 2015, hal. 187)
4. Corporate governance, Profitabilitas, dan Ukuran KAP
berpengaruh terhadap Audit fee
hasil uji hipotesis (uji F) menyatakan bahwa, nilai signifikan
sebesar 0,05 sama dengan probabilitas (p-value) 0,05 (0,05 < 0,05) ini
berarti bahwa semua variabel independen yaitu corporate governance,
profitabilitas dan ukuran KAP mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap audit fee. Dengan demikian variabel independen yaitu
corporate governance, profitabilitas, dan Ukuran KAP baik
digunakan dalam model penelitian ini karena berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu audit fee.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai Corporate governance, Profitabilitas, dan Ukuran KAP
terhadap Audit fee pada perusahaan manufaktur sektor Consumer goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018. Data
sampel yang digunakan 63 sampel selama 3 tahun. Penelitian ini
menggunakan alat uji regresi logistik menggunakan software SPSS versi
25 for windows.
Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB
IV, maka dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Variabel corporate governance yang diproksikan dengan rasio dewan
komisaris, tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit fee pada
perusahaan sektor consumer goods industry di Bursa Efek Indonesia
tahun 2016-2018. Hal ini ditujukan dengan koefisien regresi positif
sebesar 1,563 dengan tingkat signifikan 0,265 lebih besar dari 0,05
sehingga H1 ditolak.
2. Variabel Profitabilitas yang diprosksikan dengan return on assets
(ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit fee pada
perusahaan sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2016-2018. Hal ini ditunjukan dengan nilai
109
koefisien regresi sebesar 1,222 dengan nilai signifikan 0,615 lebih
besar dari 0,05 yang artinya H2 ditolak.
3. Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh
signifikan terhadap Audit fee pada perusahaan sektor consumer
goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-
2018. Hal ini ditunjukan dengan nilai koefisien regresi positif
sebesar 1,087 dengan nilai signifikan 0,046 lebih kecil dari 0,05
yang artinya H3 diterima
4. hasil uji hipotesis (uji F) menyatakan bahwa, nilai signifikan
sebesar 0,05 sama dengan probabilitas (p-value) 0,05 (0,05 < 0,05)
ini berarti bahwa semua variabel independen yaitu corporate
governance, profitabilitas dan ukuran KAP mempunyai pengaruh
secara Parsial terhadap audit fee. Dengan demikian variabel
independen yaitu corporate governance, profitabilitas, dan Ukuran
KAP baik digunakan dalam model penelitian ini karena
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu audit fee.
B. Implikasi
Implikasi penelitian adalah sebuah metode membandingkan suatu
penelitian yang lalu dengan penelitian yang terbaru. Ada tiga jenis
implikasi yang banyak digunakan untuk kebutuhan penelitian diantaranya :
1. Implikasi Teoritis
a. Corporate governance tidak berpengaruh terhadap audit fee, hasil
ini juga di dukung oleh penelitian (Sari and Wahyuni 2014, 78)
110
dan (Gusti and Yudowati 2018, 3470) corporate governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap Audit fee.
b. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit fee¸hasil ini juga
didukukung oleh penelitian terdahulu seperti (ARDIANINGSIH,
2013, hal. 26) (Hasibuan, Rambe, & Fatahurrazak, 2014, hal. 28)
dan profitabilitasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Audit fee.
c. Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit fee, hasil ini juga di
dukung oleh penelitian terdahulu seperti (Cristansy & Ardiat,
2016, hal. 205) ( Chandra, 2015, hal. 187) dan Ukuran KAP
berpengaruh secara signifikan terhadap Audit fee.
2. Implikasi Manajerial
Penelitian ini memberikan manfaat bagi pihak perusahaan
terkait yang memiliki corporate governance yang berpengaruh
terhadap profitabilitas. Dan pemilihan Kantok akuntan publik baik
yang Big four dan non Big four oleh perusahaan akan
mempengaruhi Audit fee utuk perusahaan. Manfaat bagi
perusahaan sejenis ini dapat digunakan sebagai pembanding
sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya agar dapat
dilakukan perbaikan dalam penelitian selanjutnya.
3. Implikasi Metodologi
Dalam menerapkan metode penelitian yang akan digunakan
harus memahami metode apa yang akan digunakan pada variabel
111
Audit fee. Dan agar data yang digunakan untuk mendapatkan hasil
penelitian yang baik. Sehingga peneliti memilih jenis penelitian
kuantitatif dengan alat uji statistik deskriptif, uji Asumsi klasik, uji
koefisien determinasi, analisis regresi berganda, pengujian
hipotesis. Dengan menggunakan data berupa angka yang telah
diolah berasal dari laporan auditor independen, dan laporan
keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur sektor consumer
goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-
2018 dengan menggunakan SPSS versi 25 for Windows.
C. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi penelitain selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya menambah atau menggunakan variabel
independen lainnya seperti solvabilitas, komite audit, ukuran
perusahaan, likuiditas dan sebagainya sehingga dapat diperoleh
informasi yang lebih jelas mengenai hal-hal yang berpengaruh
terhapap Audit fee.
b. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menambah jumlah
sampel penelitian dan menggunakan perusahaan sektor atau sub
sector lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sehingga diperoleh hasil penelitian lainnya.
112
2. Perusahaan yang akan menggunakan jasa KAP
Bagi para perusahaan yang akan menggunakan jasa audit
menggunakan KAP Big four dan non Big four agar dapat
menyesuaikan dengan kemampuan keuangan perusahaan yang ada.
3. Auditor
Auditor harus lebih cermat dan teliti dalam mengaudit laporan
keuangan karena Audit fee yang diterima oleh auditor sesuai dengan
kualitas dan hasil dari laporan keuangan hasil pekerjaan seorang
auditor.
113
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. P. (2012). Metodologi Penelitian Bisnis . Denpasar: Tim Ub Press.
Ananda, S. S., & Triyanto, D. N. (2019). Pengaruh Fungsi Audit Internal, Risiko
Perusahaan, Dan Kompleksitas Perusahaan Terhadap Fee Audit. Journal
Accounting And Finance, 36-37
Ardianingsih, A. (2013). Hubungan Komite Audit Dan Kompleksitas Usaha
Dengan Audit Fee. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Volume 13. Nomor 02.
September 2013, 26.
Ardianiningsih, A. (2017). Audit Laporan Keuangan. Pekalongan: Bumi Aksara.
Chandra, M. O. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance, Karakteristik
Perusahaan Dan Ukuran Kap Terhadap Fee Audit Eksternal. Jurnal
Akuntansi Bisnis, Vol. Xiii No. 26 Maret 2015, 174-175.
Cristansy, J., & Ardiat, A. Y. (2016). Pengaruh Kompleksitas Perusahaan, Ukuran
Perusahaan, Ukuran Kap Terhadap Fee Audit. Modus Vol. 30 (2): 198-211
Issn 0852-1875 / Issn (Online) 2549-3787, 198-211.
Darsono, & Ashari. (2004). Laporan Keuangan. Semarang: Andi.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss 25.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss 25
Edisi 9. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gusti, Q. R., & Yudowati, S. P. (2018). Pengaruh Leverage, Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. E-Proceeding Of Management :
Vol.5, No.3, 3463-3472.
Hapsari, E. D., & Laksito, H. (2013). Pengaruh Fungsi Audit Internal Terhadap
Fee Auditor Eksternal. Diponegoro Journal Of Accounting, 3.
Hasan, A. M. (2017). Pengaruh Kompleksitas Audit, Profitabilitas Klien, Ukuran
Perusahaan Dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Audit Fee.
Pekbis Jurnal, Vol.9, No.3, November 2017: 214-230, 217.
Hasibuan, P., Rambe, A. P., & Fatahurrazak. (2014). Pengaruh Dewan Komisaris,
Komite Audit Dan Profitabilitas Terhadap Audit Fee Eksternal. Fakultas
Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji.
114
Hery. (2013). Setiap Auditor Harus Baca Buku Ini. Jakarta: Pt Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hery. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Pt Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Huri, S., & Syofyan, E. (2019). Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan,
Komplesitas Perusahaan Dan Profitabilitas Klien Terhadap Audit Fee.
Jurnal Eksplorasi Akuntansi Vol.1 No.3 Seri B , 1098-1101.
Pakpahan, J. H. (2016). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Audit Fee.
Universitas Pendidikan Indonesia. Retrieved From Repository:
Repository.Upi.Edu/29741/
Prayugi, G. (2015). Pengaruh Kepemilikan Perusahaan Corporate Governance
Dan Earnings Management Terhadap Tipe Auditor Dan Audit Fees. Jurnal
Akuntansi Indonesia Vol 4 No.2 Juli 2015, 111-112.
Purba, D., & Sjahrial, D. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Rinanda, P., & Wenny, D. C. (2014). Pengaruh Komite Audit, Dewan Komisaris
Dan Profitabilitas Terhadap Audit Fee. Jurnal Akuntansi Stie Multi Data
Palembang , 2.
Sari, D. R., & Wahyuni, S. (2014). Pengaruh Kualitas Audit, Pertumbuhan
Perusahaan, Likuiditas, Dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdafatar Di Bei. 69-80.
Sjahrial, D., & Purba, D. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Sugiyono. (2014). Metode Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi. Bandung:
Alfabeta .
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Dan Pengembangan (Research And
Development / R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukaningsih, N. K., & Tenaya, A. I. (2016). Pengaruh Komposisi Dewan
Komisaris, Karakteristik Komite Audit, Dan Manajemen Laba Terhadap
Dee Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2179.
Sunyoto, D. (2013). Auditing Pemeriksaan Akuntansi. Yogyakarta: Caps (Center
Of Academic Publishing Service).
115
Wibowo, R., & Rohman, A. (2013). Pengaruh Governance Structure Dan Fungsi
Internal Control Terhadap Fee Audit Eksternal Pada Perusahaan Publik Di
Indonesia. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 1, Tahun
2013, Halaman 1-13., 9.
Yulio, W. S. (2016). Pengaruh Konvergensi Ifrs, Komite Audit, Dan
Kompleksitas Perusahaan Terhadap Fee Audit. Jurnal Akuntansi Bisnis,
Vol. Xv No. 29 September 2016, 77-78.
Yusuf, A. M. (2016). Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Audit Fee. Program Studi Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan,
Bantul, D.I Yogyakarta, 4-5.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Perhitungan Audit fee berdasarkan laporan keuangan perusahaan
sampel yang ada di Bursa Efek Indonesia yang termasuk Kriteria 63
sampel.
No PERUSAHAAN TAHUN PROFESIONAL FEES AUDIT FEE
1 CINT 2016 Rp 222.250.000 19,21931
2017 Rp 1.200.850.000 20,9063
2018 Rp 562.650.000 20,14817
2 CLEO 2016 Rp 2.726.973.550 21,72646
2017 Rp 4.399.950.222 22,20486
2018 Rp 4.110.467.459 22,1368
3 DLTA 2016 Rp 838.655.000 20,54731
2017 Rp 420.000.000 19,85577
2018 Rp 499.000.000 20,02812
4 DVLA 2016 Rp 7.031.790.000 22,67371
2017 Rp 7.600.970.000 22,75154
2018 Rp 1.420.461.000 21,07425
5 GGRM 2016 Rp 92.382.000.000 25,2492
2017 Rp 90.416.000.000 25,22769
2018 Rp 90.416.000.000 25,22769
6 HMSP 2016 Rp 126.035.000.000 25,55983
2017 Rp 109.761.000.000 25,42157
2018 Rp 120.394.000.000 25,51404
7 HOKI 2016 Rp 807.762.063 20,50978
2017 Rp 1.539.656.609 21,15483
2018 Rp 3.241.288.365 21,89924
8 HRTA 2016 Rp 1.619.346.590 21,20529
2017 Rp 1.055.972.431 20,77773
2018 Rp 2.355.495.738 21,58002
9 KAEF 2016 Rp 11.706.837.224 23,18344
2017 Rp 20.625.852.383 23,74981
2018 Rp 42.313.011.958 24,46836
10 KINO 2016 Rp 8.670.377.215 22,88318
2017 Rp 8.855.599.224 22,90432
2018 Rp 9.509.330.496 22,97554
11 KLBF 2016 Rp 89.290.612.200 25,21516
2017 Rp 69.906.481.814 24,97042
2018 Rp 59.881.951.311 24,81564
12 MLBI 2016 Rp 24.972.000.000 23,94102
2017 Rp 27.686.000.000 24,04419
2018 Rp 38.270.000.000 24,36793
13 MYOR 2016 Rp 9.631.170.654 22,98827
2017 Rp 8.577.181.253 22,87237
2018 Rp 5.139.312.146 22,36019
14 PYFA 2016 Rp 613.144.832 20,23411
2017 Rp 668.307.691 20,32026
2018 Rp 613.298.470 20,23436
15 ROTI 2016 Rp 19.287.715.954 23,68273
2017 Rp 22.307.176.386 23,82817
2018 Rp 36.573.711.401 24,3226
16 SIDO 2016 Rp 979.000.000 20,70204
2017 Rp 900.000.000 20,61791
2018 Rp 1.320.000.000 21,0009
17 SKBM 2016 Rp 1.498.108.184 21,12747
2017 Rp 2.453.203.473 21,62066
2018 Rp 2.484.086.483 21,63317
18 STTP 2016 Rp 2.746.739.492 21,73368
2017 Rp 2.601.503.928 21,67936
2018 Rp 2.213.283.216 21,51774
19 TBLA 2016 Rp 7.256.000.000 22,70509
2017 Rp 6.651.000.000 22,61803
2018 Rp 8.239.000.000 22,83214
20 WIIM 2016 Rp 10.982.548.072 23,11957
2017 Rp 12.848.631.104 23,2765
2018 Rp 13.150.320.917 23,29971
21 WOOD 2016 Rp 3.197.453.249 21,88562
2017 Rp 3.560.281.094 21,99311
2018 Rp 5.809.441.442 22,48275
Lampiran 2
Perhitungan Corporate Governance berdasarkan dewan komisaris
yang ada.
NO PERUSAHAAN TAHUN DEWAN
KOMISARIS INDEPENDENT
TOTAL DEWAN
KOMISARIS
CORPORATE GOVERNANCE
1 CINT 2016 1 2 0,5
2017 1 2 0,5
2018 1 2 0,5
2 CLEO 2016 0 2 0
2017 1 3 0,333333
2018 1 3 0,333333
3 DLTA 2016 2 5 0,4
2017 2 5 0,4
2018 2 5 0,4
4 DVLA 2016 4 8 0,5
2017 4 8 0,5
2018 4 8 0,5
5 GGRM 2016 2 4 0,5
2017 2 4 0,5
2018 2 4 0,5
6 HMSP 2016 2 5 0,4
2017 2 5 0,4
2018 2 6 0,333333
7 HOKI 2016 1 3 0,333333
2017 1 3 0,333333
2018 1 3 0,333333
8 HRTA 2016 0 1 0
2017 0 2 0
2018 0 2 0
9 KAEF 2016 2 5 0,4
2017 2 5 0,4
2018 2 5 0,4
10 KINO 2016 2 4 0,5
2017 2 4 0,5
2018 2 4 0,5
11 KLBF 2016 3 7 0,428571
2017 3 7 0,428571
2018 2 6 0,333333
12 MLBI 2016 4 7 0,571429
2017 3 6 0,5
2018 3 6 0,5
13 MYOR 2016 2 5 0,4
2017 2 5 0,4
2018 2 5 0,4
14 PYFA 2016 2 4 0,5
2017 1 4 0,25
2018 1 4 0,25
15 ROTI 2016 1 3 0,333333
2017 1 3 0,333333
2018 1 3 0,333333
16 SIDO 2016 1 3 0,333333
2017 1 3 0,333333
2018 2 5 0,4
17 SKBM 2016 1 3 0,333333
2017 1 3 0,333333
2018 1 3 0,333333
18 STTP 2016 0 2 0
2017 0 2 0
2018 0 2 0
19 TBLA 2016 1 3 0,333333
2017 1 3 0,333333
2018 1 3 0,333333
20 WIIM 2016 1 3 0,333333
2017 1 3 0,333333
2018 1 3 0,333333
21 WOOD 2016 2 4 0,5
2017 2 4 0,5
2018 2 4 0,5
Lampiran 3
Hasil perhitungan data Profitabilitas yang termasuk kriteria dalam
penelitian dengan 63 sampel.
NO PERUSAHAAN TAHUN LABA BERSIH TOTAL ASET ROA
1 CINT 2016 Rp 20.619.309.858 Rp 399.336.626.636 0,051634
2017 Rp 29.648.261.092 Rp 476.577.841.605 0,062211
2018 Rp 13.554.152.161 Rp 491.382.035.136 0,027584
2 CLEO 2016 Rp 39.262.802.985 Rp 463.288.593.970 0,084748
2017 Rp 50.173.730.829 Rp 660.917.775.322 0,075915
2018 Rp 63.261.752.474 Rp 833.933.861.594 0,075859
3 DLTA 2016 Rp 254.509.268 Rp 1.197.796.650 0,212481
2017 Rp 279.772.635 Rp 1.340.842.765 0,208654
2018 Rp 338.129.985 Rp 1.523.517.170 0,22194
4 DVLA 2016 Rp 200.651.968.000 Rp 1.531.365.558.000 0,131028
2017 Rp 162.249.293.000 Rp 1.640.886.147.000 0,098879
2018 Rp 200.651.968.000 Rp 1.682.821.739.000 0,119235
5 GGRM 2016 Rp 6.672.682.000.000 Rp 62.951.634.000.000 0,105997
2017 Rp 7.755.347.000.000 Rp 66.759.930.000.000 0,116168
2018 Rp 7.793.068.000.000 Rp 69.097.219.000.000 0,112784
6 HMSP 2016 Rp 12.762.229.000.000 Rp 42.508.277.000.000 0,300229
2017 Rp 12.670.534.000.000 Rp 43.141.063.000.000 0,2937
2018 Rp 13.538.418.000.000 Rp 46.602.420.000.000 0,290509
7 HOKI 2016 Rp 43.822.031.348 Rp 370.245.134.305 0,11836
2017 Rp 47.964.112.940 Rp 576.963.542.579 0,083132
2018 Rp 90.195.136.265 Rp 758.846.556.031 0,118858
8 HRTA 2016 Rp 171.577.952.719 Rp 1.071.106.873.223 0,160188
2017 Rp 110.301.225.571 Rp 1.418.447.324.330 0,077762
2018 Rp 123.393.863.438 Rp 1.537.031.552.479 0,080281
9 KAEF 2016 Rp 271.697.947.663 Rp 4.612.562.000.000 0,058904
2017 Rp 331.707.917.461 Rp 6.096.149.000.000 0,054413
2018 Rp 401.792.808.948 Rp 9.460.427.000.000 0,042471
10 KINO 2016 Rp 181.110.000.000 Rp 3.284.504.424.358 0,055141
2017 Rp 109.696.001.798 Rp 3.237.595.219.274 0,033882
2018 Rp 150.116.045.042 Rp 3.592.164.205.408 0,04179
11 KLBF 2016 Rp 2.350.884.933.551 Rp 15.226.009.210.657 0,154399
2017 Rp 2.453.251.410.604 Rp 16.616.239.416.335 0,147642
2018 Rp 2.497.261.964.757 Rp 18.146.206.000.000 0,137619
12 MLBI 2016 Rp 982.129.000.000 Rp 2.275.038.000.000 0,431698
2017 Rp 1.322.067.000.000 Rp 2.510.078.000.000 0,526704
2018 Rp 1.224.807.000.000 Rp 2.889.501.000.000 0,423882
13 MYOR 2016 Rp 1.388.676.127.665 Rp 12.922.421.859.142 0,107463
2017 Rp 1.630.953.830.893 Rp 14.915.849.800.251 0,109344
2018 Rp 1.760.434.280.304 Rp 17.591.706.426.634 0,100072
14 PYFA 2016 Rp 5.146.317.041 Rp 167.062.795.608 0,030805
2017 Rp 7.127.402.168 Rp 159.563.931.041 0,044668
2018 Rp 8.447.447.988 Rp 187.057.163.854 0,04516
15 ROTI 2016 Rp 279.777.368.831 Rp 2.919.640.858.718 0,095826
2017 Rp 135.364.021.139 Rp 4.559.573.709.411 0,029688
2018 Rp 127.171.436.363 Rp 4.393.810.380.883 0,028943
16 SIDO 2016 Rp 480.525.000.000 Rp 2.987.614.000.000 0,160839
2017 Rp 533.799.000.000 Rp 3.158.198.000.000 0,16902
2018 Rp 663.849.000.000 Rp 3.337.628.000.000 0,198898
17 SKBM 2016 Rp 22.545.456.050 Rp 1.001.657.012.004 0,022508
2017 Rp 25.880.464.791 Rp 1.623.027.475.045 0,015946
2018 Rp 15.954.632.472 Rp 1.771.365.972.009 0,009007
18 STTP 2016 Rp 174.176.717.866 Rp 2.337.207.195.055 0,074523
2017 Rp 216.024.079.834 Rp 2.342.432.443.196 0,092222
2018 Rp 255.088.886.019 Rp 2.631.189.810.030 0,096948
19 TBLA 2016 Rp 621.011.000.000 Rp 12.596.824.000.000 0,049299
2017 Rp 954.257.000.000 Rp 14.024.486.000.000 0,068042
2018 Rp 764.380.000.000 Rp 16.339.916.000.000 0,04678
20 WIIM 2016 Rp 106.290.306.868 Rp 1.353.634.132.275 0,078522
2017 Rp 40.589.790.851 Rp 1.225.712.093.041 0,033115
2018 Rp 51.142.850.919 Rp 1.255.573.914.558 0,040733
21 WOOD 2016 Rp 141.081.224.018 Rp 3.081.874.210.495 0,045778
2017 Rp 171.431.807.795 Rp 3.843.002.133.341 0,044609
2018 Rp 242.010.106.249 Rp 4.588.497.407.410 0,052743
Lampiran 4
Berikut adalah data ukuran KAP yang digunakan oleh perusahahaan
sampel yang di klasifikasikan dengan KAP Big four dan non Big four.
1 CINT 2016 Termihardja, Pradhono & Chandra 0
2017 Termihardja, Pradhono & Chandra 0
2018 Termihardja, Pradhono & Chandra 0
2 CLEO 2016 Termihardja, Pradhono & Chandra 0
2017 Termihardja, Pradhono & Chandra 0
2018 Termihardja, Pradhono & Chandra 0
3 DLTA 2016 Satrio Bing Eny & Rekan (Deloitte) 1
2017 Satrio Bing Eny & Rekan (Deloitte) 1
2018 Satrio Bing Eny & Rekan (Deloitte) 1
4 DVLA 2016 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
2017 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
2018 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
5 GGRM 2016 Sidharta Widjaja & Rekan (KPMG) 1
2017 Sidharta Widjaja & Rekan (KPMG) 1
2018 Sidharta Widjaja & Rekan (KPMG) 1
6 HMSP 2016 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 1
2017 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 1
2018 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 1
7 HOKI 2016 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
2017 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
2018 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
8 HRTA 2016 TANUBRATA SUTANTO FAHMI BAMBANG & REKAN 0
2017 TANUBRATA SUTANTO FAHMI BAMBANG & REKAN 0
2018 TANUBRATA SUTANTO FAHMI BAMBANG & REKAN 0
9 KAEF 2016 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0
2017 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0
2018 Hadori Sugiarto Adi & Rekan 0
10 KINO 2016 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
2017 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
2018 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
11 KLBF 2016 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
2017 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
2018 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
12 MLBI 2016 Satrio Bing Eny & Rekan (Deloitte) 1
2017 Satrio Bing Eny & Rekan (Deloitte) 1
2018 Satrio Bing Eny & Rekan (Deloitte) 1
13 MYOR 2016 Mirawati Sensi Idris (Moore Stephens) 0
2017 Mirawati Sensi Idris (Moore Stephens) 0
2018 Mirawati Sensi Idris (Moore Stephens) 0
14 PYFA 2016 TANUBRATA SUTANTO FAHMI BAMBANG & REKAN 0
2017 TANUBRATA SUTANTO FAHMI BAMBANG & REKAN 0
2018 TANUBRATA SUTANTO FAHMI BAMBANG & REKAN 0
15 ROTI 2016 Purwantono, Sungkoro dan Surya (EY) 1
2017 Purwantono, Sungkoro dan Surya (EY) 1
2018 Purwantono, Sungkoro dan Surya (EY) 1
16 SIDO 2016 Purwantono, Sungkoro dan Surya (EY) 1
2017 Purwantono, Sungkoro dan Surya (EY) 1
2018 Purwantono, Sungkoro dan Surya (EY) 1
17 SKBM 2016 PAUL HADIWINATA, HIDAJAT, ARSONO, RETNO, PALILINGAN & REKAN 0
2017 PAUL HADIWINATA, HIDAJAT, ARSONO, RETNO, PALILINGAN & REKAN 0
2018 PAUL HADIWINATA, HIDAJAT, ARSONO, RETNO, PALILINGAN & REKAN 0
18 STTP 2016 PAUL HADIWINATA, HIDAJAT, ARSONO, RETNO, PALILINGAN & REKAN 0
2017 PAUL HADIWINATA, HIDAJAT, ARSONO, RETNO, PALILINGAN & REKAN 0
2018 PAUL HADIWINATA, HIDAJAT, ARSONO, RETNO, PALILINGAN & REKAN 0
19 TBLA 2016 MOORE STEHENS 0
2017 MOORE STEHENS 0
2018 MOORE STEHENS 0
20 WIIM 2016 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
2017 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
2018 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan 0
21 WOOD 2016 TERAMIHARDJA, PRADHONO & CHANDRA 0
2017 TERAMIHARDJA, PRADHONO & CHANDRA 0
2018 TERAMIHARDJA, PRADHONO & CHANDRA 0
Lampiran 5
Hasil Uji SPSS Versi 25 For Windowns
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
GCG 63 ,00 ,57 ,3608 ,14878
ROA 63 ,01 ,53 ,1147 ,10335
KAP 63 ,00 1,00 ,3810 ,48952
AF 63 19,22 25,56 22,4890 1,66529
Valid N (listwise) 63
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265 ,888
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615 ,608
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046 ,560
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,438a ,191 ,150 1,53504 ,728
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Uji Heterokedasitas grafik scatterolt
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Data Hasil Uji Heterokedasitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265 ,888
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615 ,608
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046 ,560
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Uji Normalitas Grafik Normal Probability Plot
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 63
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,49744379
Most Extreme Differences Absolute ,111
Positive ,066
Negative -,111
Test Statistic ,111
Asymp. Sig. (2-tailed) ,053c
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,438a ,191 ,150 1,53504
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearit
y Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265 ,888
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615 ,608
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046 ,560
a. Dependent Variable: AF
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 32,912 3 10,971 4,656 ,005b
Residual 139,025 59 2,356
Total 171,937 62
a. Dependent Variable: AF
b. Predictors: (Constant), KAP, GCG, ROA
Sumber : pengolahan data SPSS 25
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 21,371 ,538 39,716 ,000
GCG 1,563 1,390 ,140 1,124 ,265
ROA 1,222 2,420 ,076 ,505 ,615
KAP 1,087 ,532 ,320 2,043 ,046
Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)
Sumber : Pengolahan data SPSS 25
Lampiran 6
Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Sampel
Recommended