View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILANMETAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
KARTIKA JAYA
PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILANMETAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG
Oleh
KARTIKA JAYA
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh Discovery Learning terhadap
keterampilan metakognisi dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini
menggunakan nonequivalent pretest-posttest control group design. Sampel
penelitian adalah peserta didik kelas VIIB dan VIIC yang berjumlah 60 dan dipilih
dengan teknik cluster random sampling. Data keterampilan metakognisi diperoleh
mengunakan angket dan data hasil belajar (aspek kognitif) menggunakan nilai
pretest dan posttest. Angket keterampilan metakognisi dianalisis secara deskriptif
sedangkan hasil belajar dianalisis dengan uji Independent Sample t-Test pada taraf
kepercayaan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan metakognisi baik tahap
perencanaan, pemantauan maupun evaluasi pada kelas ekperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil belajar kognitif kelas ekperimen
berbeda signifikan dengan kelas kontrol. Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen
sebesar 0,66 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,36. Jadi dapat disimpulkan
iii
bahwa Discovery Learning berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan
metakognisi dan hasil belajar peserta didik.
Kata kunci: Discovery Learning, hasil belajar, keterampilan metakognisi
PENGARUH DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILANMETAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG
Oleh
KARTIKA JAYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03
Januari 1997, merupakan anak sulung dari pasangan
Bapak Kasjaya dengan Ibu Kamsinah. Penulis tinggal
di sebuah rumah beralamat di jalan PB Marga No 98
Kelurahan Sukadanaham, Kecamatan Tanjung Karang
Barat, Bandar Lampung. Nomor Handphone penulis
089631561715.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Sukadanaham Kecamatan
Tanjung Karang Barat (2002-2008), SMP Negeri 7 Bandar Lampung (2008-
2011), dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2011-2014). Pada tahun 2014,
penulis terdaftar sebagai mahasiswi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur
SNMPTN (jalur undangan). Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi
asisten praktikum Biologi Dasar, Botani Tumbuhan Rendah, Botani Tumbuhan
Tinggi, dan Perkembangan Hewan. Penulis melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Belalau, Kabupaten Lampung Barat dan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Kejadian, Kecamatan Belalau, Kabupaten
Lampung Barat (Tahun 2017).
Motto
“Allah tempat meminta segala sesuatu”
(QS. Al- Ikhlas: 2)
“Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan
ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran”
(James Thurber)
“If you cant fly, then run. If you cant run, then walk. If you cant walk, then crawl.
But whatever you do, you have to keep moving forward.”
(Martin Luther King)
“All our dream can come true, if we have courage to pursue them.”
(Walt Disney)
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHANAlhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT,
atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan, kesehatan, dankesabaran untukku dalam mengerjakan skripsi ini
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungankuNabi Muhammad SAW
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepadaorang-orang yang selalu berharga dan berarti dalam hidupku:
Ayahku (Kasjaya) dan Ibuku (Kamsinah)Kedua orangtuaku yang dengan penuh kesabaran dalam mendidik dan merawatkusedari kecil hingga mengantarkanku ke perguruan tinggi dan meraih cita-cita yang
selama ini aku impikan.
KeluargakuAdikku dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungannya ketika
aku berada di dalam kesulitan, membimbingku dan menasihatiku ketika akuhilang arah.
Para PendidikPara guru dan para dosen, atas ilmu, nasihat, bimbingan, kesabaran, waktu, dan
arahan yang telah diberikan sehingga aku dapat menjadi pribadi yang lebih beranidalam mewujudkan impian dan cita-citaku.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
xi
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH DISCOVERY LEARNING
TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG”.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan
bantuan berbagai pihak.Oleh karena itu,penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik serta Pembimbing I
yang telah memberikan saran, bimbingan dan juga motivasi hingga skripsi ini
dapat terselesaikan;
4. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan;
5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan kritik dan
masukan positif untuk skripsi ini;
6. Seluruh dosen FKIP Pendidikan Biologi yang telah mendidik, memberikan
xii
ilmu dan nasihat selama penulis menempuh pendidikan;
7. Kepala sekolah, seluruh dewan guru, staf, dan guru-guru pamong di SMP
Negeri 14 Bandar Lampung, yang telah memberikan izin dan bantuan selama
penelitian berlangsung;
8. Rekan-rekan Tim Skripsi (Devi Andriani, Dian Priyanti, Dini Aji Pangestuti,
Elan Dwi Novita, Isra Mirana Putri, dan Lusi Rahayu) yang telah bersama-
sama berjuang keras menyelesaikan skripsi;
9. Sahabat dan teman baik (Huuiiik Family dan Pejuang Skripsi) serta rekan-
rekan Pendidikan Biologi angkatan 2014 yang telah menemani masa studiku
dan selalu memberikan semangat dalam menempuh studi;
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, November 2018Penulis
Kartika Jaya
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5E. Ruang Lingkup .................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Discovery Learning ................................................................. 8B. Keterampilan Metakognisi .................................................................. 12C. Hasil Belajar ........................................................................................ 18D. Kerangka Pikir .................................................................................... 21E. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 23
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 25B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 25C. Desain Penelitian ................................................................................ 26D. Prosedur Penelitian ............................................................................. 27E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ................................................... 33F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 44B. Pembahasan ......................................................................................... 46
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 55B. Saran ................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57
LAMPIRAN ...................................................................................................... 62
1. Silabus ................................................................................................. 632. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................................ 663. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ................................................. 864. Kisi-Kisi Pretest-Posttest .................................................................... 1155. Soal Pretest-Posttest ............................................................................ 1246. Angket Metakognisi ............................................................................ 1267. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat
Kesukaran .......................................................................................... 1288. Daftar Nilai Pretest, Posttest dan N-gain ........................................... 1339. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas .............................................. 13410. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata ..................................................... 13511. Foto-Foto Penelitian ............................................................................ 13612. Surat Telah Melaksanakan Penelitian ................................................. 138
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Hubungan antar variabel penelitian ....................................................... 23
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen ................................... 26
2. Tabulasi data nilai pretest, posttest, dan N-gain kelas ........................... 34
3. Tabulasi perbandingan nilai pretest, posttest, dan N-gain kelas ............ 35
4. Kisi-kisi angket metakognisi .................................................................. 35
5. Hasil analisis validitas instrumen soal ................................................... 36
6. Indeks validitas ....................................................................................... 36
7. Kriteria validitas instrument ................................................................... 37
8. Indeks reliabilitas ................................................................................... 37
9. Kriteria indeks daya pembeda ................................................................ 38
10. Kriteria indeks kesukaran ....................................................................... 39
11. Interpretasi N-gain aspek kuantitatif ..................................................... 40
12. Pedoman penskoran angket ................................................................... 42
13. Tabulasi data angket metakognisi ......................................................... 42
14. Kriteria persentase keterampilan metakognisi peserta didik .................. 42
15. Hasil analisis angket keterampilan metakognisi .................................... 44
16. Hasil uji statistik data pretest, posttest dan N-gain peserta didik .......... 45
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan
mandiri dalam setiap kegiatan pembelajaran (Kuriniasih dan Sani, 2013: 66).
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk membuat peserta didik lebih mandiri
adalah dengan menumbuhkan keterampilan metakognisi peserta didik.
Keterampilan metakognisi menurut Woolfolk (2008: 35) yaitu keterampilan
yang melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang tantang aktivitas
kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas
kognitifnya. Yunanti (2016: 81) mengungkapkan bahwa kemampuan
metakognisi sangat penting dimiliki oleh setiap peserta didik, karena berkaitan
dengan kemandirian peserta didik dalam belajar. Hal serupa juga dikemukakan
oleh Susantini (dalam Yuwono, 2014: 3) bahwa melalui keterampilan
metakognisi peserta didik mampu menumbuhkan sikap jujur, berani mengakui
kesalahan, menjadi pelajar mandiri dan meningkatkan hasil belajar secara
nyata.
Keterampilan metakognisi dapat membantu mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik. Livingston (1997: 1) menyatakan bahwa metakognisi memegang
2
salah satu peranan kritis (sangat penting) agar pembelajaran berhasil.
Metakognisi mengarah pada kemampuan berpikir tinggi (high order thinking)
yang meliputi kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam pembelajaran.
Aktivitas seperti merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang
diberikan, memonitor pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif
merupakan metakognisi yang terjadi dalam kegiatan sehari-hari. Pemahaman
tentang keterampilan metakognisi penting untuk menentukan bagaimana
peserta didik dapat diajarkan untuk lebih menerapkan sumber daya kognitif
melalui kontrol metakognitif. Keterampilan metakognisi memungkinkan
peserta didik untuk melakukan perencanaan, mengikuti perkembangan, dan
memantau proses belajarnya (Imel, 2002).
Fakta di SMP Negeri 14 Bandar Lampung yang diperoleh dari studi
pendahuluan pada 25 Oktober 2017 menunjukkan bahwa keterampilan
metakognisi peserta didik masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hasil
analisis kuesioner peserta didik bahwa dari 10 pernyataan terkait keterampilan
metakognisi, sebanyak 5 pernyataan menunjukkan bahwa keterampilan
metakognisi peserta didik untuk ketiga indikator yaitu perencanaan,
pengawasan dan evaluasi masih tergolong rendah. Hasil studi pendahuluan ini
didukung oleh pendapat Suratno (2011: 12) yang menyatakan bahwa saat ini
keterampilan metakognisi serta berpikir tingkat tinggi lainnya belum
dikembangkan secara sengaja dalam proses pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan keterampilan
metakognisi karena keterampilan tersebut penting untuk peserta didik dalam
meningkatkan kognitifnya (Nindiasari dalam Iskandar, 2014: 14).
3
Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa 70% dari sampel yang
dicuplik belum mencapai kompetensi yang diharapkan pada ujian tengah
semester, yang berarti bahwa hasil belajar masih tergolong rendah. Hal serupa
dikemukakan oleh Sarnapi (2016: 1) bahwa kualitas pendidikan di Indonesia
masih tergolong rendah dengan dibuktikan dari beberapa hasil survei seperti
Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 yang
menempatkan Indonesia di peringkat 69 dari 76 negara dan hasil studi Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang menunjukkan
siswa Indonesia berada pada ranking 36 dari 49 negara dalam hal melakukan
prosedur ilmiah.
Menghadapi kenyataan tersebut, diperlukan suatu upaya mengembangkan
keterampilan metakognisi peserta didik agar nantinya berdampak pada
peningkatan hasil belajar. Salah satunya adalah dengan cara menerapkan model
pembelajaran yang membuat peserta didik terlibat aktif dan mandiri dalam
proses pembelajaran. Peneliti tertarik untuk menggunakan model Discovery
Learning dalam penelitian ini karena berdasarkan beberapa penelitian
terdahulu terbukti bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat
meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar peserta didik. Salah
satu penelitian yang menunjukkan fakta tersebut dilakukan oleh Windasari
(2016: 71) bahwa penerapan model Guided Discovery dengan menggunakan
langkah-langkah yang tepat dan disertai kinerja guru yang baik, berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan kesadaran metakognitif dan hasil belajar
kognitif peserta didik pada materi sistem reproduksi manusia. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2017: 317-318) juga membuktikan
4
bahwa Discovery Learning memiliki kepratisan yang sangat tinggi dalam
meningkatkan kemampuan metakognisi peserta didik. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Muliasari pada tahun 2017 juga membuktikan bahwa terdapat
pengaruh penerapan model Discovery Learning yang signifikan terhadap
keterampilan metakognisi peserta didik dengan nilai signifikansi 0,000001 < α
(0,05).
Discovery Learning memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lainnya. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh
Hosnan (2014: 287) bahwa Discovery Learning dapat melatih peserta didik
belajar mandiri dan membantu peserta didik untuk memperbaiki serta
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Hal
serupa juga dikemukakan oleh Suryosubroto (2002: 192) bahwa model
Discovery Learning dapat melatih keterampilan-keterampilan kognitif peserta
didik untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain karena metode ini melatih peserta didik lebih banyak belajar secara sendiri.
Berdasarkan uraian, maka dapat diketahui bahwa Discovery Learning dapat
menjadi salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
metakognisi dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 14 Bandar
Lampung. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Discovery Learning Terhadap Keterampilan
Metakognisi dan Hasil Belajar Peserta Didik SMP Negeri 14 Bandar
Lampung”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh Discovery Learning terhadap keterampilan
metakognisi peserta didik SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada materi
sistem organisasi kehidupan?
2. Bagaimanakah pengaruh Discovery Learning terhadap hasil belajar peserta
didik SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada materi sistem organisasi
kehidupan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan pengaruh dari model Discovery Learning terhadap
keterampilan metakognisi dan hasil belajar peserta didik SMP Negeri 14
Bandar Lampung kelas VII semester genap pada materi sistem organisasi
kehidupan.
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, yaitu menambah pengetahuan dan pengalaman mengajar yang
dapat dijadikan bekal untuk menjadi seorang guru yang profesional dengan
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
6
2. Bagi guru, yaitu memberikan alternatif cara mengajar yang berfokus pada
keterampilan metakogisi peserta didik sehingga dapat menjadi salah satu
cara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran
IPA di sekolah dengan penerapan model Discovery Learning untuk
meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar peserta didik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Model Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik yang menuntut peserta didik untuk lebih aktif
dan mandiri dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya bertindak
sebagai fasilitator. Penerapan model ini didasarkan pada beberapa sintaks
yaitu pemberian rangsang (stimulation), identifikasi masalah (problem
statement), pengumpulan data (data collection), pengolahan data (data
processing), verifikasi (verification) dan generalisasi (generalization).
2. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan yang dimiliki peserta
didik untuk dapat memahami, mengontrol dan mengevaluasi proses
kognitifnya. Adapun keterampilan metakognisi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tentang bagaimana peserta didik dapat merencanakan,
memantau, dan mengevaluasi pembelajarannya sendiri.
3. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah pemahaman yang
diperoleh peserta didik terkait materi sistem organisasi kehidupan yang
7
diajarkan selama jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang diteliti berupa
hasil belajar kognitif dari skor yang diperoleh peserta didik pada test
formatif.
4. Materi pokok pada penelitian ini adalah sistem organisasi kehidupan di
kelas VII semester 2 yang terdapat dalam KD 3.6 yaitu mengidentifikasi
sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme dan
komposisi utama penyusun sel, dan KD 4.6 yaitu membuat model struktur
sel tumbuhan atau hewan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Discovery Learning
Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran pada kurikulum
2013 yang dapat melatih peserta didik untuk dapat menemukan sendiri suatu
konsep dalam pembelajaran. Menurut Kurniasih dan Sani (2013: 64) Discovery
Learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik
mengorganisasikan sendiri. Discovery adalah menemukan konsep melalui
serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau
percobaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Hosnan (2014: 282), Discovery
Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia
dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, peserta didik juga
bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi.
Model Discovery Learning menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Wilcox (dalam Hosnan, 2014:
281) bahwa pembelajaran dengan model penemuan dapat mendorong peserta
didik untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
9
konsep atau prinsip-prinsip dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Adapun ciri-ciri utama
Discovery Learning, yaitu (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggenerlisasikan pengetahuan; (2)
berpusat pada peserta didik; dan (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Hosnan, 2014: 284).
Belajar penemuan (discovery) pada umumnya membutuhkan kemampuan
untuk bertanya, mengobservasi, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan membuat kesimpulan berdasarkan data/informasi sehingga
dapat menemukan hubungan antarvariabel atau menguji hipotesis yang
diajukan (Kurniasih dan Sani, 2013: 97). Prinsip belajar yang nampak jelas
pada Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan
disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik
sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorganisasikan atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan
mereka pahami dalam suatu bentuk akhir (Komara, 2014: 107).
Bell (dalam Hosnan, 2014: 284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik
dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut.
a. Dalam penemuan, peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi
banyak peserta didik dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan
digunakan.
10
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, peserta didik belajar menemukan
pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga peserta didik banyak
meramalkan informasi tambahan yang diberikan.
c. Peserta didik juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak
rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu peserta didik membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilam yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
begitupula dengan model Discovery Learning. Seperti yang diungkapkan
Hosnan (2014: 287-288) bahwa Discovery Learning memiliki beberapa
kelebihan yaitu (1) membantu peserta didik untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif; (2)
pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer; (3) dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah; (4) membantu
memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
11
dengan yang lain; (5) mendorong keterlibatan peserta didik; (6) mendorong
peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; (7) melatih
peserta didik belajar mandiri; dan (8) peserta didik aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan
hasil akhir.
Selain memiliki beberapa kelebihan, menurut Hosnan (2014: 288-289),
Discovery Learning juga memiliki beberapa kekurangan yaitu (1) menyita
banyak waktu karena guru dituntut megubah kebiasaan mengajar yang
umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan
pembimbing; (2) kemampuan berpikir rasional peserta didik ada yang masih
terbatas; dan (3) tidak semua peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan
cara ini.
Penerapan model Discovery Learning harus dilaksanakan berdasarkan langkah-
langkah yang tepat. Menurut Syah (dalam Abidin, 2014: 177-178), Discovery
Learning dapat diaplikasikan dalam sebuah pembelajaran dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Stimulasi (stimulation). Pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungan dan dirangsang untuk melakukan
kegiatan penyelidikan guna menjawab kebingungan tersebut. Kebingungan
dalam diri peserta didik ini sejalan dengan adanya informasi yang belum
tuntas disajikan guru.
2. Menyatakan masalah (problem statement). Pada tahap ini peserta didik
diarahkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
12
dalam bentuk hipotesis.
3. Pengumpulan data (data collection). Pada tahap ini peserta didik ditugaskan
untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pencarian, dan penelusuran dalam
rangka mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membutikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah diajukan. Kegiatan ini
dapat dilakukan melalui aktivitas wawancara, praktikum, kunjungan
lapangan, dan atau kunjungan pustaka.
4. Pengolahan data (data processing). Pada tahap ini peserta didik mengolah
data dan informasi yang telah diperolehnya baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
5. Pembuktian (verification). Pada tahap ini peserta didik melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, kemudian
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
6. Menarik kesimpulan (generalization). Pada tahap ini peserta didik menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
B. Keterampilan Metakognisi
Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada
tahun 1976. Definisi keterampilan metakognisi dikemukakan oleh beberapa
ahli salah satunya adalah Weinert dan Kluwe (dalam Iskandar, 2014: 14) yang
mengartikan keterampilan metakognisi sebagai second-order cognition yaitu
13
pengetahuan tentang pengetahuan, berpikir tentang berpikir, atau refleksi
tentang tindakan-tindakan. Pendapat serupa dikemukakan oleh Huitt (dalam
Sudia, 2015: 30) yang mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan
seseorang tentang kognitifnya, berpikir seseorang tentang berpikirnya, dan
keterampilan esensial seseorang dalam belajar untuk belajar.
Definisi keterampilan metakognisi juga dikemukakan oleh Woolfolk (2008:
35) yaitu keterampilan yang melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang
tantang aktivitas kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan aktivitas kognitifnya. Aktivitas metakognitif terjadi saat peserta didik
secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat
memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan (Tamalene, 2010: 32).
Project (2008: 1) mendeskripsikan pengertian metakognisi sebagai berikut: (a)
metakognisi adalah bagian dari perencanaan, pemantauan dan evaluasi dari
proses belajar; (b) metakognisi adalah pengetahuan tentang proses kognitif
sendiri, berpikir tentang berpikir itu sendiri, keterampilan penting untuk belajar
bagaiamana belajar itu; (c) metakognisi mencangkup pemikiran tentang apa
yang kita tahu atau apa yang kita tidak tahu dan regulasi bagaimana cara kita
untuk belajar; (d) metakognisi melibatkan kesadaran dan kontrol terhadap
kesadaran tersebut dalam pembelajaran; (e) metakognisi adalah belajar
bagaimana belajar, termasuk memproses atau memperoleh pengetahuan dan
keterampilan untuk belajar secara efektif dalam situasi belajar apa pun.
Berdasarkan beberapa pengertian keterampilan metakognisi yang diungkapkan
oleh beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
14
keterampilan metakognisi adalah suatu keterampilan yang dimiliki seseorang
untuk dapat memahami dan mengatur proses kognitifnya sendiri yang dimulai
dari proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi dari hasil belajar.
Lai (2011: 2) menyebutkan bahwa metakognisi terdiri dari 2 komponen yaitu
pengetahuan metakognisi dan regulasi metakognisi. Pengetahuan metakognisi
adalah pengetahuan yang mengacu pada pengetahuan tentang keterampilan,
strategi belajar yang baik dan bagaimana serta kapan keterampilan dan strategi
tersebut akan digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan regulasi metakognisi
mangacu kepada kegiatan-kegiatan seperti merencanakan, memonitor
pemahaman dan mengevaluasi.
Flavell (dalam Desmita, 2011: 134) membagi pengetahuan metakognisi
menjadi tiga variabel yaitu:
1. Variabel Individu
Pengetahuan tentang variabel individu mengacu pada pengetahuan tentang
person atau manusia (diri sendiri dan juga orang lain) memiliki keterbatasan
dalam jumlah informasi yang dapat diproses. Dalam variabel individu ini
tercakup pula pengetahuan bahwa kita lebih paham dalam suatu bidang dan
lemah di bidang lain. Demikian juga pengetahuan tentang perbedaan
kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan orang lain.
2. Variabel Tugas
Pengetahuan tentang variabel tugas mencakup pengetahuan tentang tugas-
tugas, yang mengandung wawasan bahwa beberapa kondisi sering
menyebabkan seseorang lebih sulit atau lebih mudah dalam memecahkan
suatu masalah atau menyelesaikan suatu tugas. Misalnya, semakin banyak
15
waktu yang saya luangkan untuk memecahkan suatu masalah, semakin baik
saya mengerjakannya. Sekiranya materi pembelajaran yang disampaikan
guru sukar dan tidak akan diulangi lagi, maka saya harus lebih berkosentrasi
dan mendengarkan keterangan guru dengan seksama.
3. Variabel Strategi
Variabel strategi mencakup pengetahuan tentang strategi, pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana mengatasi kesulitan.
Peirce (2003: 2-3) berpendapat bahwa untuk meningkatkan kemampuan
metakognisi, peserta didik harus memiliki dan menyadari tiga jenis
pengetahuan, yaitu:
1. Pengetahuan deklaratif adalah informasi faktual yang dimengerti seseorang
dan dinyatakan dengan lisan atau tertulis.
2. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu dan bagaimana melakukan langkah-langkah dalam suatu proses.
3. Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan tentang kapan harus
menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan kapan tidak
menggunakannya, mengapa prosedur dapat digunakan dan dalam kondisi
apa, serta mengapa suatu prosedur tersebut lebih baik dari yang lainnya.
Metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya
belajar. Menurut Project (2008: 1) di dalam metakognisi dilakukan aktivitas-
aktivitas sebagai berikut: (1) mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar;
(2) mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan
belajar; (3) memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar; (4)
memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah
16
kelompok; (5) belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman orang-orang
tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu; (6) memahami faktor-faktor
pendukung keberhasilan belajarnya.
Woolfolk (2008: 36) mengemukakan bahwa ada tiga macam keterampilan
esensial yang diperlukan untuk melakukan metakognisi. Keterampilan tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Merencanakan (planning), keterampilan ini melibatkan keputusan tentang
berapa banyak waktu yang diperlukan untuk sebuah tugas, strategi mana
yang akan digunakan, bagaimana memulainya, sumber daya apa yang akan
digunakan, urutan apa yang akan diikuti, apa yang akan diberi perhatian
lebih, dan sebagainya.
b. Memantau (monitoring), keterampilan ini merupakan kesadaran penuh
tentang bagaimana seseorang bekerja.
c. Mengevaluasi (evaluating), keterampilan ini melibatkan penilaian tentang
proses dan hasil berpikir.
Tingkat keterampilan metakognisi yang dimiliki individu yang satu dengan
yang lainnya berbeda tergantung dari aktivitas belajar yang dilakukannya
(Novitasari, 2015: 4). Pada dasarnya, setiap individu sudah memiliki
keterampilan metakognisi. Ketika mempelajari sesuatu, maka secara tidak
sadar individu akan merefleksikan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk
memikirkan bagaimana belajar akan dilakukan dan strategi-strategi apa yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi dalam
proses belajarnya. Namun, individu tersebut tidak mengetahui bahwa hal yang
17
ia lakukan merupakan keterampilan metakognisi, sehingga masih sulit untuk
dapat mengembangkannya.
Seorang peserta didik yang baik akan mengawali aktivitas belajarnya dengan
merencanakan apa yang akan dilakukannya ketika belajar dan akan
memutuskan apakah siswa mampu menguasai apa yang telah dipelajarinya atau
tidak. Ketika siswa merasa bahwa suatu pelajaran atau pembahasan pelajaran
tidak dimengerti, maka siswa akan lebih aktif untuk mempelajarinya. Seperti
membuat perencanaan apa yang akan dipelajari, melakukan pemantauan
terhadap hasil belajar, megevaluasi hasil belajar yang diperoleh, mengulang,
mengorganisasi belajarnya, dan berusaha untuk mencapai hasil belajar yang
optimal.
Keterampilan metakognisi memiliki banyak manfaat untuk dikembangkan.
Keterampilan metakognisi dapat membantu peserta didik untuk memonitor
prosesnya dalam belajar dan mengontrol proses belajarnya seperti membaca,
menulis dan memecahkan masalah. Keterampilan metakognisi menolong
peserta didik untuk dapat mentransfer apa yang sudah mereka pelajari dari 1
konteks ke konteks selanjutnya atau dari tugas sebelumnya ke tugas
selanjutnya. Dignath, Buettner dan Langfeldt (2008: 231) mengatakan bahwa
keterampilan metakognisi telah terbukti dapat meningkatkan prestasi akademik
di berbagai usia, kemampuan kognitif dan ranah belajar termasuk membaca,
memahami teks, menulis, matematika, penalaran, pemecahan masalah dan
mengingat. Menurut Flavell dalam Khairil (2009: 55) metakognisi memainkan
peran penting dalam hal komunikasi, pengontrolan diri, ingatan, pemecahan
masalah, dan pengembangan kepribadian.
18
Indikator-indikator keterampilan metakognisi peserta didik yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: (1) mengidentifikasi tugas yang
sedang dikerjakan; (2) mengawasi kemajuan pekerjaannya; (3) mengevaluasi
kemajuan penyelesaian tugas; dan (4) memprediksi hasil yang akan diperoleh.
Selanjutnya proses-proses yang diarahkan pada pengaturan proses berpikir juga
akan membantu (1) mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang dimiliki
untuk mengerjakan tugas; (2) menentukan langkah-langkah penyelesaian tugas;
(3) menentukan intensitas; dan (4) kecepatan dalam menyelesaikan tugas
(Lestari dan Yudhanegara, 2007: 1).
C. Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3), hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik,
hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Hasil belajar diartikan sebagai pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau
proses belajar yang dinyatakan dalam simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Supratiknya (2012: 5) juga mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh peserta didik sesudah mereka
mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu.
Kemampuan baru yang dimiliki individu adalah hasil dari aktifitas belajar-
mengajar untuk tercapainya sebuah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
19
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang berupa: (1) informasi verbal yaitu
kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan
maupun tertulis; (2) keterampilan intelektual yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang atau kemampuan melakukan aktivitas
kognitif bersifat khas; (3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri; (4) keterampilan motorik yaitu
kemampuan melakukan serangakaian gerak jasmani; dan (5) sikap adalah
kemampuan menginternalisasi dan mengeksternalisasi nilai-nilai (Suprijono,
2010: 6)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan baru yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor diperoleh setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar atau
hasil dari interaksi dalam jangka waktu tertentu.
Purwanto (2008: 91-93) secara umum menjelaskan jenis hasil belajar atau
taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1)
ranah kognitif; (2) ranah psikomotorik; dan (3) ranah afektif. Secara rinci,
uraian masing-masing ranah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah
pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan.
2) Ranah afektif, yakni hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan
dengan sikap atau afektif.
3) Ranah psikomotorik, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan
dengan keterampilan atau keaktifan fisik (motor skills).
20
Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes
hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Penilaian
ranah kognitif dapat dilakukan dengan memberikan tes tertulis kepada peserta
didik. Tes tertulis ini merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Penyusunan instrumen pada tes
tertulis harus memperhatikan beberapa hal yaitu keluasan ruang lingkup materi,
kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai,
rumusan soal harus jelas dan tidak menimbulkan maksud ganda (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 17).
Hasil belajar dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa jenis tes.
Macam-macam tes hasil belajar menurut Gronlund dan Lin (dalam Purwanto,
2013: 67-69) menyebutkan bahwa tes hasil belajar dibagi menjadi empat
macam yaitu sebagai berikut:
1. Tes formatif yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
setelah proses pembelajaran dapat membentuk peserta didik. Tes formatif
dalam praktik pembelajaran sering dikenal dengan nama ulangan harian.
2. Tes sumatif yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan atas
semua jumlah materi yang diberikan peserta didik dalam satuan waktu
tertentu misalnya semester atau catur wulan. Tes sumatif dalam praktik
pembelajaran dikenal dengan ujian akhir semester atau catur wulan.
3. Tes penempatan yaitu pengumpulan data tes hasil belajar yang digunakan
untuk menempatkan peserta didik dalam kelompok berdasarkan kesesuaian
minat dan bakat. Pengelompokan ini dilakukan agar pemberian layanan
21
pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.
4. Tes diagnostik merupakan tes hasil belajar yang digunakan sebagai dasar
dalam melakukan evaluasi diagnostik. Evaluasi diagnostik memerlukan tes
hasil belajar untuk mengidentifikasi peserta didik-peserta didik yang
mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi serta
mengusahakan memecahkan masalah tersebut.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal
mapun eksternal. Menurut Munadi (dalam Rusman, 2013: 124) faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Sementara faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Sugihartono dkk (2007: 76-77),
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: (a)
faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar
meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis; dan (b) faktor eksternal adalah
faktor yang ada di luar individu, meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
D. Kerangka Pikir
Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk dapat mandiri dan
aktif dalam proses belajar. Namun, masih banyak kendala yang dialami
sekolah, salah satunya SMP Negeri 14 Bandar Lampung untuk dapat
menjadikan peserta didik yang mandiri dan aktif melalui kurikulum 2013 ini.
Untuk mencapai tujuan dari kurikulum 2013, maka harus ada inovasi dalam
22
sebuah pembelajaran yang akan berdampak pada tingkat kemandirian dan hasil
belajar peserta didik. Salah satunya adalah dengan menggunakan model
Discovery Learning karena model pembelajaran ini mampu menjadikan peserta
didik lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran. Kemandirian
peserta didik dapat dimunculkan dengan memberdayakan keterampilan
metakognisi. Keterampilan metakognisi adalah keterampilan dimana peserta
didik mampu memahami proses kognitifnya sendiri. Keterampilan metakognisi
merupakan keterampilan yang seharusnya ada dalam diri peserta didik karena
jika peserta didik memiliki keterampilan metakognisi yang baik maka ia akan
mampu memahami dan mengontrol serta mengevaluasi aktifitas kognitifnya
sendiri. Terdapat 3 aspek keterampilan metakognisi yang harus ada dalam
pembelajaran yaitu perencanaan, pemantauan dan evaluasi.
Model Discovery Learning menuntut peserta didik agar aktif dalam belajar
untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep dalam pembelajaran yang
dilakukan, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dalam
penerapan model ini guru dapat membimbing dan memberikan rangsangan
kepada peserta didik untuk dapat berpikir terlebih dahulu dengan cara mereka
terkait materi yang dipelajari. Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat merangsang peserta didik untuk dapat menyadari tingkat
kognitifnya sendiri kemudian peserta didik akan melakukan regulasi terhadap
kognitifnya melalui keterampilan metakognisi sehingga hasil belajarpun akan
menjadi lebih baik. Langkah-langkah pembelajaran dalam model Discovery
Learning dapat membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan
keterampilan metakognisi.
23
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh Discovery Learning
terhadap keterampilan metakognisi dan hasil belajar kognitif peserta didik.
Adapun variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Discovery
Learning, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan metakognisi dan
hasil belajar peserta didik. Hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat
dilihat dalam diagram di bawah ini.
Gambar 1. Hubungan antar variabel penelitian(Sumber: Sugiyono, 2010: 45).
Keterangan:X : Variabel bebas (model Discovery Learning)Y1 : Variabel terikat (keterampilan metakognisi)Y2 : Variabel terikat (hasil belajar kognitif)
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Hipotesis 1
H0 : Tidak terdapat pengaruh Discovery Learning terhadap peningkatan
keterampilan metakognisi peserta didik.
H1 : Terdapat pengaruh Discovery Learning terhadap peningkatan
keterampilan metakognisi peserta didik.
Y1
X
Y2
24
Hipotesis 2
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan Discovery Learning terhadap
hasil belajar peserta didik.
H1 : Terdapat pengaruh signifikan Discovery Learning terhadap
hasil belajar peserta didik.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Tahun Pelajaran 2017/2018.
Adapun sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian merupakan salah
satu sekolah di Bandar Lampung yang sudah menerapkan pembelajaran
berbasis kurikulum 2013 yaitu SMP Negeri 14 Bandar Lampung yang
beralamat di jalan Teuku Cik Ditro, Beringin Raya, Kemiling, Bandar
Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri
14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 454 orang.
Adapun jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 orang yang terdiri dari 2
kelas yaitu VII B dan VII C. Sampel dicuplik dengan menggunakan teknik
cluster random sampling yaitu teknik yang digunakan jika populasi yang
dijumpai bersifat heterogen, dimana subpopulasi merupakan suatu kelompok
(cluster) yang juga mempunyai sifat heterogen (Yatim, 1996: 60). Teknik ini
digunakan karena sampel yang dicuplik sudah terbentuk dalam cluster berupa
kelas-kelas.
26
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi exsperimen
design (desain eksperimen semu). Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
perlakuan kepada kelompok eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol
sebagai pembanding. Bentuk desain dalam penelitian ini adalah nonequivalent
pretest-posttest control group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai
pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai
kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan
atau kondisinya (Sugiyono, 2010: 112).
Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa
pambelajaran dengan model Discovery Learning sedangkan kelompok kontrol
dengan metode diskusi. Kedua kelompok tersebut diberi pretest dan posttest
kemudian hasilnya dibandingkan, sehingga struktur desain penelitiannya
sebagai berikut.
Tabel 1. Desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen
Kelompok Pretest Variabel Bebas PosttestE Y1 X Y2
C Y1 - Y2
(Diadaptasi dari Ary, 2006: 305)
Keterangan:E = Kelompok eksperimenC = Kelompok kontrolY1 = PretestY2 = PosttestX = Perlakuan yang diberikan berupa pembelajaran menggunakan
model Discovery Learning
27
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari kedua tahap tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD).
e. Membuat instrumen penelitian berupa angket keterampilan metakognisi
dan soal pretest/posttest. Angket dimodifikasi dari Schraw dan Dennison,
sedangkan soal pretest/posttest diperoleh dari soal yang sudah diuji
validitas, reliabilitas, daya beda soal dan tingkat kesukaran.
f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang terdiri dari 5-6 orang. Kelompok diskusi
ditentukan berdasarkan nilai akademik yang diperoleh peserta didik pada
semester ganjil.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Melakukan pretest untuk seluruh sampel penelitian.
28
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model Discovery
Learning pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Tahap pelaksanaan
penelitian meliputi kegiatan sebagai berikut:
Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Discovery Learning)
a. Kegiatan awal
1) Apersepsi :
a. Pertemuan 1: guru meminta peserta didik untuk memperhatikan
keadaan kelas, kemudian bertanya apa saja isi yang terdapat di
dalam kelas? Guru menggunakan kelas sebagai gambaran suatu
organisasi kehidupan yang mana di dalamnya terdapat beberapa
barang yang menunjang fungsi kelas itu sendiri. Kelas
diibaratkan sebagai suatu sel. Guru menstimulasi peserta didik
dengan beberapa pertanyaan yang merujuk pada bagaimana
tubuh manusia, hewan atau tumbuhan dapat disusun. Apakah
kalian tahu bahwa makluk hidup itu tersusun atas komponen
yang paling sederhana? Menurut kalian, apa nama komponen
paling sederhana itu?
b. Pertemuan 2 : Guru menunjukkan sebuah tanaman kemudian
bertanya kepada peserta didik, apa yang dapat kalian lihat dari
tanaman ini? Guru menstimulasi peserta didik dengan beberapa
pertanyaan yang merujuk pada perbedaan organ yang dimiliki
oleh tumbuhan dan hewan serta bagaimana organ tersebut dapat
terbentuk.
29
2) Motivasi
a. Pertemuan 1 : Setelah mempelajari materi sel sebagai unit
struktural dan fungsional kehidupan, maka kita dapat
mengetahui bahwa tubuh kita tersusun atas beberapa hal yang
lebih kecil yang fungsinya sangat berarti dalam kehidupan kita
sehari-hari. Oleh karena itu, dengan mempelajari materi ini kita
akan merasa takjub kepada Tuhan yang sedemikian rupa dapat
membentuk mahluk hidup dari berjuta-juta sel yang saling
bekerja sama hingga membentuk mahluk hidup.
b. Pertemuan 2 : Setelah mempelajari materi jaringan, organ,
sistem organ dan organisme, maka siswa dapat mengetahui lebih
banyak tentang bagaimana tubuh mahluk hidup disusun. Oleh
karena itu, sebagai mahluk hidup kita wajib menjaga kesehatan
organ yang menyusun tubuh kita agar organ-organ tersebut bisa
terus bekerja sama membentuk sistem organ yang tentunya
memiliki peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
b. Kegiatan Inti
1. Seluruh peserta didik berkumpul dalam kelompoknya masing-
masing. Setiap kelompok berjumlah 5 sampai 6 orang. Dalam satu
kelas terdapat 5 kelompok. Pembagian kelompok dilakukan pada
hari sebelumnya, berdasarkan nilai kognitif peserta didik pada
semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
2. Guru membagikan LKPD I yang berisi beberapa pertanyaan terkait
gambar sel prokariotik dan sel eukariotik (sel tumbuhan dan sel
30
hewan) dan prosedur kerja untuk membuat model struktur sel
hewan ataupun sel tumbuhan (untuk pertemuan I). Guru
membagikan LKPD II yang berisi beberapa pertanyaan terkait
gambar beberapa contoh jaringan, organ, sistem organ dan
organisme (untuk pertemuan II).
3. Guru meminta peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai
permasalahan pada gambar yang ada di LKPD, lalu
merumuskannya dalam bentuk hipotesis (pernyataan sebagai
jawaban sementara atas permasalahan yang diberikan).
4. Guru membimbing peserta didik dalam mengumpulkan
data/informasi dari sumber yang relevan, misalnya mengamati
gambar untuk memperoleh data ataupun melakukan studi pustaka
dari berbagai sumber belajar yang relevan dalam rangka
membuktikan kebenaran hiotesis.
5. Guru meminta setiap kelompok untuk menganalisis seluruh data
yang telah diperoleh dari kegiatan penyelidikan.
6. Guru meminta peserta didik untuk memverifikasi data berdasarkan
hasil pengolahan dan analisis data, sehingga dapat diketahui
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu diterima atau ditolak.
7. Guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil
penemuannya.
8. Guru membimbing peserta didik dalam diskusi kelas untuk
mendapatkan jawaban yang paling benar untuk setiap
permasalahan yang ada di LKPD.
31
9. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan dari
kegiatan pembelajaran.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan
menguatkan kembali kesimpulan yang telah disepakati.
2) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.
Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi)
a. Kegiatan awal
1) Apersepsi :
a. Pertemuan 1: Guru meminta peserta didik untuk memperhatikan
keadaan kelas, kemudian bertanya apa saja isi yang terdapat di
dalam kelas? Guru menggunakan kelas sebagai gambaran suatu
organisasi kehidupan yang mana di dalamnya terdapat beberapa
barang yang menunjang fungsi kelas itu sendiri. Kelas
diibaratkan sebagai suatu sel. Guru menstimulasi peserta didik
dengan beberapa pertanyaan yang merujuk pada bagaimana
tubuh manusia, hewan atau tumbuhan dapat disusun. Apakah
kalian tahu bahwa makluk hidup itu tersusun atas komponen
yang paling sederhana? Menurut kalian, apa nama komponen
paling sederhana itu?
b. Pertemuan 2 : Guru menunjukkan sebuah tanaman kemudian
bertanya kepada peserta didik, apa yang dapat kalian lihat dari
tanaman ini? Guru menstimulasi peserta didik dengan beberapa
32
pertanyaan yang merujuk pada perbedaan organ yang dimiliki
oleh tumbuhan dan hewan serta bagaimana organ tersebut dapat
terbentuk.
2) Motivasi
a. Pertemuan 1 : Setelah mempelajari materi sel sebagai unit
struktural dan fungsional kehidupan, maka kita dapat
mengetahui bahwa tubuh kita tersusun atas beberapa hal yang
lebih kecil yang fungsinya sangat berarti dalam kehidupan kita
sehari-hari. Oleh karena itu, dengan mempelajari materi ini kita
akan merasa takjub kepada Tuhan yang sedemikian rupa dapat
membentuk mahluk hidup dari berjuta-juta sel yang saling
bekerja sama hingga membentuk mahluk hidup.
b. Pertemuan 2 : Setelah mempelajari materi jaringan, organ,
sistem organ dan organisme, maka peserta didik dapat
mengetahui lebih banyak tentang bagaimana tubuh mahluk
hidup disusun. Oleh karena itu, sebagai mahluk hidup kita wajib
menjaga kesehatan organ yang menyusun tubuh kita agar organ-
organ tersebut bisa terus bekerja sama membentuk sistem organ
yang tentunya memiliki peranan penting dalam kehidupan kita
sehari-hari.
b. Kegiatan Inti
1. Seluruh peserta didik duduk dalam kelompoknya masing-masing.
Setiap kelompok berjumlah 5 sampai 6 orang siswa. Dalam satu
kelas terdapat 5 kelompok.
33
2. Guru membagikan LKPD I yang berisi beberapa pertanyaan terkait
materi sel dan prosedur kerja untuk membuat model struktur sel
(untuk pertemuan I). Guru membagikan LKPD II yang berisi
pertanyaan tentang materi jaringan, organ, sistem organ dan
organisme (untuk pertemuan II).
3. Guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
4. Guru membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan dari
kegiatan pembelajaran.
c. Kegiatan Penutup
1. Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan
menguatkan kembali kesimpulan yang telah disepakati.
2. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.
c. Memberikan angket keterampilan metakognisi kepada sampel penelitian.
d. Melakukan posttest untuk melihat pengaruh pembelajaran yang diberikan
terhadap hasil belajar siswa.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
Terdapat 2 jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
kualitatif (angket keterampilan metakognisi) dan data kuantitatif (hasil
belajar kognitif). Data angket digunakan untuk menganalisis keterampilan
metakognisi peserta didik berdasarkan indikator yaitu perencanaan,
34
pemantauan dan evaluasi. Data berbentuk hasil belajar digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait materi yang diajarkan.
2. Teknik Pengambilan Data
a. Pretest dan Posttest
Data kuantitatif diperoleh melalui pretest dan posttest. Pretest dilakukan
saat awal pembelajaran pada pertemuan I, sedangkan posttest dilakukan
di akhir pertemuan II baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Bentuk soal yang diberikan berupa soal pilihan jamak. Soal pretest yang
digunakan di pertemuan I memiliki bentuk dan jumlah yang sama dengan
soal posttest yang diberikan di pertemuan II hanya saja urutan nomor soal
berbeda. Data nilai pretest, posttest, dan N-gain (selisih nilai pretest dan
posttest) ditabulasikan pada Tabel 2. Kemudian, untuk mengetahui
perbandingan nilai pretest, posttest, dan N-gain antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen maka dilakukan pentabulasian terhadap rata-rata nilai
pretest, posttest, dan N-gain kelas pada Tabel 3.
Nilai pretest dan posttest dihitung dengan rumus berikut:
Nilai = X 100
Tabel 2.Tabulasi data nilai pretest, posttest, dan N-gain kelas
No. Nama PesertaDidik
NilaiPretest
NilaiPosttest
Post-pre N-gain
1.2.
dst.
X Sd
Ket: = Rata-rata; Sd = Standar deviasi
Perhitungan rata-rata nilai akhir hasil belajar menggunakan rumus:
Rata-rata nilai pretest peserta didik =∑∑
35
Rata-rata nilai posttest peserta didik =∑∑
Rata-rata N-gain peserta didik =∑∑
Tabel 3. Tabulasi perbandingan nilai pretest, posttest, dan N-gain kelas
No Kelas X Sd N-gainIntrepetasi
N-gainPertemuan I (Pretest) Pertemuan II (Posttest)1. Kontrol2. Eksperimen
Ket: = Rata-rata; Sd = Standar deviasi
b. Angket Metakognisi
Keterampilan metakognisi peserta didik diamati melalui setiap tanda
checklist pada angket. Angket diberikan kepada seluruh sampel pada
akhir pertemuan. Berikut merupakan kisi-kisi angket metakognisi peserta
didik.
Tabel 4. Kisi-kisi angket metakognisiDeskriptor Nomor Pernyataan
Indikator keterampilan metakognisi: perencanaan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6Indikator keterampilan metakognisi: pemantauan 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan13Indikator keterampilan metakognisi: evaluasi 14, 15, 16, 17, dan 18
(Diadaptasi dari Schraw dan Denisson, 1994: 474-475)
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian diambil dari hasil belajar peserta didik (berupa nilai pretest,
posttest dan N-gain) dan data hasil analisis angket keterampilan metakognisi.
Istrumen soal yang digunakan untuk mengambil data hasil belajar terlebih
dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
1. Uji Instrumen Tes
a. Uji Validitas
Instrumen tes hasil belajar berupa soal pilihan jamak yang digunakan
36
untuk pretest dan posttest. Sebelum digunakan, instrumen terlebih dahulu
diuji validitas, reliabilitas, daya beda soal dan tingkat kesukaran
menggunakan bantuan program SPSS 17.0. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah instrumen tes yang digunakan telah memenuhi syarat
dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen tes diujikan
pada peserta didik yang telah mendapatkan materi sistem organisasi
kehidupan, yaitu kelas VII A di SMP Negeri 28 Bandar Lampung.
Validitas soal instrumen tes ditentukan dengan membandingan nilai rhitung
dan rtabel. Nilai rhitung didapatkan dari hasil perhitungan dengan SPSS 17.0
dan nilai rtabel (product moment) didapatkan dari tabel nilai kritik sebaran
r dengan jumlah sampel yang digunakan (n) = 30 dan taraf signifikansi
5%. Menurut Arikunto (2010: 75) intrumen tes dikatakan valid apabila
nilai rhitung > rtabel. Hasil perhitungan SPSS 17.0 dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Tabel 5. Hasil analisis validitas instrumen soalNomor Kriteria soal Nomor soal Jumlah soal
1 Valid 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 27, 29,31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40
32
2 Tidak valid 1, 5, 20, 24, 25, 28, 30, 34 8
Arikunto (2010: 75) menjelaskan bahwa koefesien korelasi dapat
diinterpretasikan ke dalam tingkat validitas sebagai berikut:
Tabel 6. Indeks validitasKoefesien korelasi Kriteria validitas
0,81 - 1,00 Sangat tinggi0,61 - 0,80 Tinggi0,41 - 0,60 Cukup0,21 - 0,40 Rendah0,00 - 0,20 Sangat rendah
37
b
b
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat 32 soal yang
valid dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 7. Kriteria validitas instrumenNomor soal Jumlah soal Kriteria
validitas8, 12, 14, 18, 33 5 Tinggi2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 15,17, 19, 22, 23, 29, 31, 35, 36,38, 39, 40
21 Cukup
16, 21, 26, 27, 32, 37 6 Rendah
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen tes ditentukan menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan membandingkan rii dan rtabel . Instrumen tes dikatakan
reliabel jika rii ≥ r tabel. Nilai Alpha Cronbach dapat diperoleh dari
perhitungan SPSS atau dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
Keterangan :rii : Reabilitask : Banyak butir yang valid
2 : Jumlah Varians butir
2 : Varians total
(Sumber: Arikunto, 2010: 196)
Tabel 8. Indeks reabilitasKoefesien korelasi Kriteria validitas
0,00 - 0,199 Sangat lemah0,20 - 0,399 Lemah0,40 - 0,599 Sedang0,60 - 0,799 Kuat0,80 - 1,000 Sangat kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 184)
Nilai Alpha Cronbach (rii) yang diperoleh sebesar 0,898 (reliabilitas
sangat kuat). Hal ini menunjukkan bahwa nilai rii ≥ rtabel, sehingga
38
instrumen tes dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur
hasil belajar peserta didik.
c. Uji Daya Beda Soal
Daya beda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
peserta didik yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan peserta
didik yang berkemampuan rendah. Menghitung daya pembeda ditentukan
dengan rumus menurut sebagai berikut:
Keterangan:D : daya pembedaBA : banyaknya peserta didik kelompok atas yang menjawab benarBB : banyaknya peserta didik kelompok bawah yang menjawab
benarJA : banyaknya peserta didik kelompok atasJB : banyaknya peserta didik kelompok bawah
(Sumber: Arikunto, 2010: 213)
Adapun kriteria indeks daya pembeda dalam Arikunto (2010: 218) adalah
sebagai berikut:
Tabel 9. Kriteria indeks daya pembedaIndeks daya pembeda Kriteria
0,00 - 0,20 Buruk0,21 - 0,40 Cukup0,41 - 0,70 Baik0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik, harus dibuang
Berdasarkan hasil uji, didapatkan 26 soal yang memiliki daya pembeda
dengan kriteria baik, 12 soal dengan kriteria cukup dan 2 soal dengan
kriteria buruk.
39
d. Tingkat Kesukaran Soal
Analisis taraf kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal
tersebut mudah atau sukar. Indeks kesukaran (dificult index) adalah
bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto,
2010: 207). Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal dapat
digunakan SPSS atau persamaan berikut:
P = BJS
Keterangan:P : Indeks kesukaranB : banyaknya peserta didik yang menjawab benarJS : jumlah peserta didik yang mengikuti tes
(Sumber: Arikunto, 2010: 208)
Adapun indeks kesukaran dalam Arikunto (2010: 210) adalah sebagai
berikut:
Tabel 10. Kriteria indeks kesukaran
Indeks kesukaran Kriteria0,00 - 0,30 Soal sukar0,31 - 0,70 Soal sedang0,71 - 1,00 Soal mudah
Berdasarkan hasil analisis SPSS diperoleh 4 soal yang termasuk kriteria
sukar, 34 soal termasuk kriteria sedang dan 2 soal termasuk kriteria
mudah.
2. Data Aspek Kuantitatif (Hasil Belajar Peserta Didik)
Menurut Hake (2005:4) rata-rata N-gain didapatkan dengan rumus berikut:
N-gain =–– 100
40
Keterangan:= rata-rata nilai posttest= rata-rata nilai pretest
Z= skor maksimum
Tabel 11 . Interpretasi N-gain aspek kuantitatifGain Interpretasi
g ≥ 0,7 Tinggi0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah(Sumber: Hake, 2005: 1)
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan program
SPSS 17.0, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas
dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa keabsahan/
normalitas sampel. Pada penelitian ini, pengujian normalitas data
menggunakan Kolmogorov-Smirnov.
1. Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal.
H1 = Sampel yang tidak berdistribusi normal.
2. Kriteria Pengujian
H0 diterima jika sig > 0,05 atau Lhitung < Ltabel.
H0 ditolak jika sig < 0,05 atau Lhitung > Ltabel (Santoso, 2010: 46).
b. Uji Homogenitas
Data diuji homogenitasnya untuk mengetahui variasi populasi data yang
diuji sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas menggunakan uji
Levene Test pada taraf signifikasi 5% atau = 0,05.
41
1. Hipotesis
H0 = Data yang diuji homogen.
H1 = Data yang diuji tidak homogen.
2. Kriteria Pengujian
H0 diterima jika sig. > 0,05 atau Fhitung < Ftabel.
H0 ditolak jika sig. < 0,05 atau Fhitung > Ftabel (Trihendradi, 2009: 122).
c. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil
belajar peserta didik pada aspek kognitif antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Untuk menguji hipotesis, digunakan uji perbedaan dua rata-
rata. Uji ini dilakukan dengan menggunakan Independent Sampel t-Test
dengan taraf signifikan 5%.
1. Hipotesis
H0 = Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol
H1= Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol
2. Kriteria Pengujian
Jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
(Sutiarso, 2011: 41).
2. Data Aspek Kualitatif (Angket Metakognisi)
Angket metakognisi dianalisis dengan cara berikut.
42
1. Melakukan penskoran angket metakognisi dari setiap indikator
keterampilan metakognisi berdasarkan Tabel 12.
Tabel 12. Pedoman penskoran angket
Sifat PernyataanSkor
SS S R TS STSPositif 4 3 2 1 0Negatif 0 1 2 3 4
Keterangan:SS = Sangat Setuju; S= Setuju; R= Ragu-Ragu; TS = Tidak Setuju;STS = Sangat Tidak Setuju
(Diadaptasi dari Sugiyono, 2010: 94)
2. Menghitung persentase dari setiap indikator keterampilan metakognisi
dengan menggunakan rumus.
Persentase = X 100%
3. Gambaran frekuensi dan kecendrungan dari setiap jawaban berdasarkan
pernyataan angket.
Tabel 13. Tabulasi data angket metakognisi
IndikatorNomor
PernyataanNomor Responden
Jumlah Persentase Kriteria1 2 3 Dst
Perencanaan1
sd 6
Pemantauan7
sd 13
Evaluasi14
sd 18(Diadaptasi dari Sugiyono, 2010: 94)
4. Melakukan penafsiran data angket metakognisi berdasarkan Tabel 14.
Tabel 14. Kriteria persentase keterampilan metakognisi peserta didikPersentase Kriteria Keterangan
0-25 % Belumberkembang
Belum mampu memisahkan apa yang dipikirkan,bagaimana cara dalam berfikir,dan belummempunyai perencanaan yang baik dalambelajar.
26-50 % Mulaiberkembang
Sudah mampu bagaimana cara melakukansesuatu, dapat dimotivasi dengan memberikandukungan terhadap cara berfikirnya.
51-75 % Sudahberkembang
Mampu memahami cara berpikirnya, sadarsebagai pemikir dan dapat membedakan
43
elaborasi input dan output dari proses berpikirdan mampu belajar mandiri.
76-100 % Berkembangsangat baik
Menggunakan kemampuan metakognisi secaraateratur untuk mengatur proses berpikirbelajarnya secara mandiri. Dapat merefleksikanproses berpikirnya. Serta mampu menilai diridalam belajar.
(Diadaptasi dari Bahri, 2010: 54)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model Discovery Learning berpengaruh terhadap peningkatan
keterampilan metakognisi peserta didik.
2. Model Discovery Learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
peserta didik.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyarankan:
1. Pembelajaran menggunakan model Discovery Learning dapat digunakan
oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif yang dapat meningkatkan
hasil belajar dan keterampilan metakognisi peserta didik pada materi
pokok sistem organisasi kehidupan.
2. Guru perlu memperhatikan keterampilan metakognisi peserta didiknya
karena jika keterampilan metakognisi peserta didik baik maka penguasaan
konsepnya terhadap materi pelajaran juga akan baik.
3. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya peneliti membuat perencanaan
kegiatan yang lebih matang untuk mengoptimalkan penggunaan waktu,
sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan maksimal, terumata dalam
56
sintaks pengolahan data yang memerlukan cukup banyak waktu. Oleh
karena itu, sebelum melakukan penelitian menggunakan Discovery
Learning waktu yang digunakan untuk melaksanakan setiap sintaks harus
diperhitungkan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.Refika Aditama. Bandung. 336 hlm.
Andriani, D. 2017. Pembelajaran Discovery Learning untuk MeningkatkanKemampuan Metakognisi dan Pengasaan Konsep Siswa.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 6 (2): 308-320. (Online),http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPK/article/view/13308, diaksespada 28 Oktober 2017 pukul 15.30 WIB.
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 506 hlm.
Ary, D., dkk. 2006. Introduction to Research in Education. 8th Edition.Wadsworth, Cengage Learning. United State of Amerika. 688 hlm.
Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.Jakarta. 226 hlm.
Delvecchio. 2011. Student’s Use Meta-cognitive Skills While Problem Solving InSchool Chemistry. Queen’s University. Canada. 161 hlm.
Depdiknas. 2007. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 33 hlm.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. PT Remaja Rosdakarya.Bandung. 314 hlm.
Dignath, C., Buettner, G., dan Langfeldt, H. P. 2008. How Can Primary SchoolStudents Learn Self-Regulated Learning Strategies Most Effectively?: AMeta-Analysis On Self-Regulation Training Programmes. EducationalResearch Review. 3(2): 101–129. (Online), https://www.researchgate.net/publication/223009722_How_can_primary_school_students_learn_SRL_strategies_most_effectively_A_meta-analysis_on_self-regulation_training_programmes, diakses pada 25 Oktober 2017 pukul 14.00 WIB.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.298 hlm.
58
Fatihatul, U. D., dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Guided DiscoveryLearning terhadap Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 2 Sukoharjo.Jurnal Pendidikan Biologi. 7: (2). 69.
Hake, R. R. 2005. Analyzi g Change/Gain Scores. Diakses dari www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf, pada 18 Oktober 2016 pukul21.31 WIB. 4 hlm.
Haryani, S. 2013. Membangun Metakognisi dan Karakter Calon Guru MelaluiPembelajaran Praktikum Kimia Analitik Berbasis Masalah. Unnes Press.Semarang. 142 hlm.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam PembelajaranAbad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Ghalia Indonesia.Bogor. 456 hlm.
Illahi, M. T. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocatioal Skill.DIVA Press. Yogyakarta. 229 hlm.
Imel, S. 2002. Metacognition Background Brief from the QLRC News Summer2004. (Online), (http://www.cete.org/acve/docs/tia.0017.pdf), diakses pada28 September 2018.
Iskandar, S. M. 2014. Pendekatan Ketrampilan Metakognitif dalam PembelajaranSains di Kelas. ERUDIO. 2(2): 14. (Online), erudio.ub.ac.id/index.php/erudio/issue/view/17/showToc, diakses pada 9 Oktober pukul 19.11 WIB.
Khairil. 2009. Pengaruh Model Perkuliahan Genetika di Jurusan Biologi FMIPAUM Terhadap Kemampuan Metakognisi Mahasiswa. Jurnal Unsyiah. 01(02): 55. (Online), http://download.portalgaruda.org/article.php?article=110701&val=3929, diakses pada 23 Oktober 2017 pukul 14.40 WIB.
Komara, E. 2014. Belajar dan Pembelajaran Interaktif. PT Refika Aditama.Bandung. 273 hlm.
Kurniasih, I dan Berlin, S. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Kata Pena.Surabaya. 126 hlm.
Lai, E. R. 2011. Metacognition: A Literature Review. Pearson’s ResearchReviews. Diakses dari https://images.pearsonassessments.com/images/tmrs/Metacognition_ Literature_Review_Final.pdf , pada 28 Oktober2017. 2 hlm.
Lestari, K. E., dan Mokhammad, R. Y. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.Refika Aditama. Bandung. 182 hlm.
Melani, R., dkk. 2012. Pengaruh Metode Guide Discovery Learning TerhadapSikap Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Peserta didik SMA Negeri
59
7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi UNS.4 (1): 97-105. (Online), https://core.ac.uk/ download/pdf/20334644.pdf,diakses pada 12 Juli 2018 pukul 16.00 WIB.
Novitasari, N. 2015. Kontribusi Motivasi Terhadap Kemampuan MetakognitifMahasiswa Departemen Pendidikan Geografi FPIPS UPI. UniversitasPendidikan Indonesia. Bandung. 75 hlm.
Pierce, W. 2003. Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation.Diakses dari http://academic.pg.cc.md.us/~wpeirce/MCCCTR/metacognition.htm, pada 21 Oktober 2017 pukul 17.00 WIB. 11 hlm.
Project, T. 2008. Metacognition. Diakses dari http://www.careers.hku.hk/taccasu/ref/metacogn.htm, pada 27 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB. 4 hlm.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. RemajaRosdakarya. Bandung. 169 hlm.
Purwanto, E. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Semarang. Semarang. 238 hlm.
Putri, N. 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran (PBL dan RT) terhadapKeterampilan Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi SiswaBerkemampuan Akademik Rendah Kelas X pada SMA yang Berbeda.Universitas Negeri Malang. Malang. 12 hlm.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan ProfesionalismeGuru). Raja Grafindo Persada. Jakarta. 436 hlm.
Santoso, S. 2010. Statistik Multivart. Elex Media Komputindo. Jakarta. 339 hlm.
Sarnapi. 2016. Peringkat Pendidikan Indonesia Masih Rendah. Diakses darihttp://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/06/18/peringkat-pendidikan-indonesia-masih-rendah-372187 pada 18 Oktober 2016 Pukul20.26 WIB. 1 hlm.
Schraw, G dan Dennison, R. S. 1994. Assesing Metacognitive Awareness.Contemporary Educational Psychology. 19 (4): 460-475. (Online),https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0361476X84710332?via%3Dihub, diakses pada 29 Oktober 2017 pukul 15.00 WIB.
Simamora, Y. 2010. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif dan PemecahanMasalah Matematika Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Program Pascasarjana UNIMED. Medan. 117 hlm.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.Jakarta. 195 hlm.
60
Sudia, M. 2015. Profil Metakognisi Siswa SMP Dalam Memecahkan MasalahOpen-Ended Ditinjau Dari Tingkat Kemampuan Siswa. Jurnal MathEducator Nusantara. 1 (1): 30. (Online), http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/matematika/article/view/121, diakses pada 29 Oktober 2017pukul 18.30 WIB.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Universitas Negeri YogyakartaPress. Yogyakarta. 192 hlm.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. 458 hlm.
_______. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. 234 hlm.
. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D). Alfabeta. Bandung.
Supratiknya, A. 2012. Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Non Tes.Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. 164 hlm.
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 190 hlm.
Suratno. 2010. Potensi Jigsaw IV Sebagai Strategi Pembelajaran Biologi yangMemberdayakan Keterampilan Metakognisi pada Kemampuan AkademikBerbeda. Prosiding Seminar Biologi FKIP UNS 2010. 7 (1): 82-87.
. 2011. Kemampuan Metakognisi dengan Metacognitive AwarenessInventory (MAI) pada Pembelajaran Biologi SMA dengan Strategi Jigsaw,Reciprocal Teaching (RT), dan Gabungan Jigsaw-RT. Jurnal Pendidikandan Pembelajaran. 18(1): 11-18.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.313 hlm.
Tamalene, H. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Model CORE melaluiPendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Meningkatkan KemampuanPenalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis.Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 90 hlm.
Thohari, K. 2010. Peningkatan Kemampuan Problem Solving melaluiPeningkatan Kemampuan Metakognisi. (Online), http://karinakiki.files.wordpress.com/2012/06/metakognisi.pdf, diakses pada tanggal 2 Juli 2018.
Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis StatistikMenggunakan SPSS 17. CV Andi Offset. Yogyakarta. 228 hlm.
Widiadnyana I .W., Sadia I. W., dan Suastra I. W. 2014. Pengaruh ModelDiscovery Learning terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah
61
Siswa SMP. E-Journal Program Pascasarjana Universitas PendidikanGanesha Program Studi IPA. 4(2): 1-13.
Windasari, C. 2016. Pengaruh Model Guided Discovery Terhadap KesadaranMetakognitif dan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Pada Materi SistemReproduksi Manusia Di Mas Babun Najah Banda Aceh. Jurnal Biotik. 4(1): 66-74. (Online), https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/biotik/article/view/1072, diakses pada 28 Oktober 2017 pukul 15.00 WIB.
Woolfolk, A. 2008. Educational Psychology, Active Learning Edition. PearsonEducation Inc. Boston. 704 hlm.
Yatim, R. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar. SIC.Surabaya. 97 hlm.
Yunanti, E. 2016. Hubungan Antara Kemampuan Metakognitif dan MotivasiBelajar dengan Hasil Belajar Biologi Kelas IX MTs Negeri Metro TahunPelajaran 2013-2014. Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi UniversitasMuhammadiyah Metro. 7 (2): 81-82. (Online), https://fkip.ummetro.ac.id/journal/index.php/biologi/article/.../488, diakses pada 27 Oktober 2017pukul 05.00 WIB.
Yuwono, C. S. M. 2014. Peningkatan Keterampilan Metakognisi Siswa denganPembelajaran Kooperatif Jigsaw-Modifikasi. Jurnal Santiaji Pendidikan.4 (1): 3. (Online), ojs.unmas.ac.id/index.php/JSP/article/view/51, diaksespada 27 Oktober 2017 pukul 19.20 WIB.
Recommended