View
221
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH INFLASI, HARGA EMAS, SBSN(SUKUK), DAN
JAKARTA ISLAMIC INDEX(JII) TERHADAP NILAI AKTIVA
BERSIH REKSADANA SYARIAH
(JANUARI 2013 – DESEMBER 2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Harka Junio Seam Putra
NIM : 11140860000060
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Harka Junio Seam Putra
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 13 Juni 1996
3. Alamat : Jl Amsar Rt/Rw 14/05 No. 3 Cipulir
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
4. Telepon : 0895639186075
5. E-mail : harkajunio@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SDN Cipulit 05 Pagi : Tahun 2002-2008
2. SMPN 161 Jakarta : Tahun 2008-2011
3. SMAN 90 Jakarta : Tahun 2011-2014
4. S1 FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2014-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Afrizal Zein
2. Ibu : Wirmayeti
3. Alamat : Jl Amsar Rt/Rw 14/05 No. 3 Cipulir
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2014-2015 : Anggota Kewirausahaan HMJ Ekonomi
Syariah
2015-2016 : Anggota Dep. Olahraga DEMA FEB
2016-2017 : Wakil Ketua 2 SEMA FEB
2017-2018 : Kepala Bidang 2 DEMA FEB
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Inflasi, Harga Emas, JII, dan SBSN. Sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah NAB Reksadana Syariah. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data perbulan selama periode 2013 sampai
dengan 2016.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini menunjukan secara bersama-sama
(Simultan) Inflasi, Harga Emas, JII, dan SBSN berpengaruh signifikan terhadap
NAB Reksadana Syariah. Dan secara individu (Parsial) Inflasi dan Harga Emas
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap NAB Reksadana Syariah, dan harga
emas memiliki hubungan negative terhadap NAB Reksadana Syariah. JII dan
SBSN berpengaruh positif terhadap NAB Reksadana Syariah. Hasil Koefisien
Determinasi menunjukan nilai Adjusted R-squared sebesar 0,475703 artinya
bahwa variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 47,57%
sedangkan sisanya 52.43 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat
dalam model.
Kata Kunci: Inflasi, Harga Emas, JII, SBSN dan NAB Reksadana Syariah.
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of independent variables on the
dependent variable. The independent variables used in this research are Inflation,
Gold Price, JII, and SBSN. While the dependent variable in this research is NAV
Islamic Mutual Funds. The data used in this study is monthly data during the
period 2013 to 2016.
The analysis technique used is multiple linear regression analysis. Based
on the results of this research data analysis show simultaneously Inflation, and
Gold Price not significantly NAV Islamic Mutual Funds. And individually
(Partial), and Gold Prices have a negative relationship to NAV Islamic Mutual
Funds. JII and SBSN a positive significant effect on NAV Islamic Mutual Funds.
Coefficient Determination Results show Adjusted R-squared value of 0,475703
means that the independent variable can explain the dependent variable of
47,57% while the remaining 52.43% is explained by other variables that are not
contained in the model.
Keywords: Inflation, Gold Price, JII, SBSN and NAV Islamic Mutual Funds.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Inflasi, Harga Emas, JII, dan
SBSN Terhadap NAB Reksadana Syariah Periode 2013-2016”. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan
serta pengetahuan bagi pembaca.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari doa, bimbingan,
bantuan, dukungan dan motivasi dari orang-orang yang terbaik yang ada di
sekeliling penulis. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku Afrizal Zein dan Wirmayeti, sebagai motivator dan
inspirator terbaik yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan selalu
mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang. Dan ketiga adik-adik ku
ix
yang selalu menghibur dan menghapus segala kejenuhan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama
perkuliahan.
3. Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE. M.Si selaku Ketua Jurusan
Ekonomi Syariah dan ibu RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.
4. Bapak Adi Cahyadi, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
saran dan arahan baik dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi yang
bapak berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak DR. M. Nur Rianto Al Arif, SE. M.Si sebagai Dosen
pembimbing akademik yang selalu memeberikan arahan yang terbaik
selama saya kuliah ini.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya.
Semoga Allah selalu memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas
kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu saya
selama perkuliahan.
x
7. Raka Kardjono, Adi Fenico, Intan Hapsari, Munzir Farisi, dan Ahmad
Amruloh, yang senantiasa memberikan semangat dan saran atas
prosesi pembuatan skripsi saya ini.
8. Teman-teman Somplak dan GGS yang selalu mengingatkan saya
untuk terus semangat dalam pembuatan skripsi ini.
9. Els Dhinda ,Shelly Krisnia, Sania Pricilya, Rossy Febria dan Tito
Haryo yang selalu membuat saya termotivasi atas pertanyaan “kapan
lulus kak” yang selalu terngiang di pikiran saya dan membuat saya
lebih semangat dalam pembuatan skripsi.
10. Terimakasih teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2014 atas empat
tahun kebersamaan dengan kalian yang penuh warna dan adik-adik
Ekonomi Syariah angkatan 2015–2017 yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu atas semangat, do’a dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun masih sangat diperlukan
penulis. semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua
pihak.
Jakarta, 25 Oktober 2018
(Harka Junio Seam Putra)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 14
A. Landasan teori ........................................................................ 14
1. Definisi Ekonomi Islam ................................................... 14
2. Konsep Investasi .............................................................. 17
xii
3. Reksadana Syariah .......................................................... 19
4. Inflasi ............................................................................... 24
5. Harga Emas ..................................................................... 31
6. SBSN ............................................................................... 35
7. Jakarta Islamic Index (JII) ............................................... 38
B. Keterkaitan Variabel bebas dengan Variabel Terikat ............. 30
C. Penelitian Terdahulu ............................................................... 43
D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 47
E. Hipotesis ................................................................................. 49
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 50
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 50
B. Metode Pengumpulan Data .................................................... 50
C. Metode Analisis Data ............................................................. 51
1. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 51
a. Normalitas ................................................................ 51
b. Uji Multikolinieritas ................................................. 52
c. Uji Heterokedastisitas .............................................. 52
d. Uji Autokorelasi ....................................................... 53
2. Uji Signifikansi ................................................................ 54
a. Uji T(Parsial) ............................................................ 54
b. Uji F(Simultan) ........................................................ 54
D. Operasional Variabel Penelitian. ............................................ 56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 60
xiii
A. Gambaran Umum Objek Penelitian........................................ 60
1. NAB Reksadana Syariah ................................................. 61
2. Inflasi ............................................................................... 63
3. Harga Emas ..................................................................... 65
4. Jakarta Islamic Index ....................................................... 67
5. SBSN ............................................................................... 69
B. Analisis Data .......................................................................... 71
1. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 71
a. Normalitas ................................................................ 71
b. Multikolinieritas ....................................................... 72
c. Heterokedestisitas ..................................................... 73
d. Autokorelasi ............................................................. 74
2. Uji Signifikansi ................................................................ 75
a. Uji Signifikansi f (Simultan) .................................... 76
b. Uji Signifikansi t (Parsial) ....................................... 77
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................ 80
BAB V PENUTUP .................................................................................... 82
A. Kesimpulan ............................................................................. 82
B. Saran ....................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Perkembangan Produk dan Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah2013-2016 ....................................................................... 5
Tabel 1.2 Pertumbuhan NAB, Inflasi, Harga Emas, SBSN, JII .................. 7
Table 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 44
Tabel 4.1 Data Reksadana Syariah 2013-2016 ........................................... 62
Tabel 4.2 Data Inflasi .................................................................................. 64
Tabel 4.3 Data Harga Emas ......................................................................... 66
Tabel 4.4 Data JII ........................................................................................ 68
Tabel 4.5 Data SBSN .................................................................................. 70
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas.................................................................... 71
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas ........................................................ 73
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................. 75
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi f dan t ....................................................... 75
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pembiayaan APBN ................................................... 37
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................. 48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian ......................................................... 88
Lampiran 2 : Data Lampiran Seluruh Perusahaan yang masuk
dalam OJK ............................................................................ 91
Lampiran 3 : Uji Normalitas ........................................................................ 97
Lampiran 4 : Uji Autokorelasi. .................................................................... 97
Lampiran 5 : Uji Multikolinearitas .............................................................. 98
Lampiran 6 : Uji Heterokedastisitas ............................................................. 99
Lampiran 7 : Uji f dan Uji t. ......................................................................... 100
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua masyarakat yang ingin berinvestasi pasti berkeinginan untuk
memilih investasi yang aman dan menguntungkan untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal bagi dirinya. Pada dasarmya investasi dibagi
menjadi dua yaitu, investasi pada asset financial dan investasi pada asset riil
(Dossugi,2008:142). Investasi adalah suatu hal yang sangat dicita-citakan
masyarakat pada umumnya agar bertambahlah harta yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut. Macam-macam instrumen investasi yang ada di
masyarakat pada umumnya hanya berkisar pada instrumen-instrumen yang
umum dan telah banyak dikenal seperti tanah, rumah, emas, deposito, dll.
Namun, banyak pula indikasi-indikasi investasi yang bodong dan menjanjikan
keuntungan besar bagi para investornya agar tertarik untuk menanamkan
modalnya di perusahaannya tersebut.
Investasi yang sesuai dengan ajaran agama Islam tentu saja investasi
yang dilakukan pada sektor rill dan tentu saja harus sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam. Salah satu tempat untuk para investor dalam
menginvestasikan dananya sesuai dengan prinsip syariah adalah di pasar
modal syariah.
2
Pasar modal berperan menjalankan dua fungsi secara simultan berupa
fungsi ekonomi dengan mewujudkan pertemuan dua kepentingan, yaitu pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana, dan
fungsi keuangan memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk
memperoleh imbalan bagi pemilik dana melalui investasi. Pada fungsi
keuangan, pasar modal berperan sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau
sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor).
Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan pada tahun ke
tahun. Peranan pasar modal adalah sebagai tempat atau wadah dana yang
diperoleh dari para pemodal. Dalam berinvestasi dibidang saham memerlukan
dana yang tidak cukup sedikit, alternatif yang ada adalah reksadana karena
memiliki keunggulan untuk pemodal yang ingin berinvestasi tapi tidak
mempunyai efesiensi waktu dalam memahami kinerja investasi dan
kemampuan dalam perhitung risiko atas investasi yang mereka pilih
(Yudawanto, dkk, 2017:126).
Reksadana di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust yang berarti
unit (saham) kepercayaan dan di Amerika dikenal Mutual Fund yang berarti
dana bersama, dimana reksadana dioperasikan suatu perusahaan investasi
yang mengumpulkan uang dari pemegang modal dan menginvestasikan
kedalam saham (Soemitra, 2009: 165). Reksadana memang sudah
diberlakukan di negara-negara maju dikarenakan prosesi reksadana pun
tidaklah rumit, cukup menghubungi manajer investasi yang anda pilih, isi
3
formulir penyertaan modal/ pembelian unit penyertaan kemudian transfer
uang ke bank.
Pasal modal syariah adalah salah satu alternatif kebijakan yang menarik
sebagai wadah investor untuk menanamkan modalnya meski dana dibatasi
oleh menejer investasi atau bias dibilang penanaman modal terbatas.
Reksadana dibagi beberapa macam yaitu reksadana pasar uang, pendapatan
tetap, campuran, dan saham.
Salah satu instrumen investasi yang berkembang saat ini di pasar modal
syariah adalah reksadana syariah. Reksadana syariah adalah ruang investasi
yang berguna untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta
sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan
pokok-pokoknya oleh Allah SWT. Perbedaan antara reksadana konvensional
dengan syariah terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme
investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan Hadist serta
hukum Islam yang lainnya. Mekanisme transaksi reksadana dalam konsep
Fiqih Muamalah berjalan menggunakan akad wakalah yaitu antara investor
dengan manajer investasi dan Mudharabah antara manajer investasi dengan
perusahaan (Hamid, 2009:78).
Dalam fenomena terjadi yang tertulis di website investor daily dimana
menjelaskan perkembangan yang memuaskan dari Reksadana syariah.
Berdasarkan alokasinya, saat ini terdapat delapan jenis dari produk reksa dana
yang harganya melalui nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP)
4
dipublikasikan di media massa, seperti saham, pendapatan tetap, pasar uang,
campuran, terproteksi, indeks, exchange traded fund (ETF), penyertaan
terbatas, dan dana investasi real estate (DIRE). Jumlah tersebut naik drastis
dibandingkan kondisi 10 tahun lalu di mana saat itu hanya terdapat empat
jenis produk, yakni saham, pendapatan tetap, pasar uang, dan campuran.
Begitu juga dengan jumlah produk reksa dana yang mengalami pertumbuhan
signifikan. Dalam 10 tahun terakhir hingga Juni 2014, tercatat jumlah produk
reksa dana naik lebih dari tiga kali lipat dari 207 menjadi 777 produk. Hal
tersebut dikarenakan bertambahnya kebutuhan investor seiring dengan
meningkatnya edukasi berinvestasi, beragamnya alternatif investasi, hingga
munculnya peraturan-peraturan terkait, baik di pasar modal maupun pasar
uang, yang mendukung agar kegiatan berinvestasi dapat berjalan wajar, teratur,
dan efisien.
System investasi Reksadana syariah dapat menjadi salah satu solusi
bagi para investor yang memiliki waktu dan modal yang terbatas dalam
berinvestasi.
System yang sesuai dengan syariat islam membuat penanaman modal
terasa aman dan minim kekhawatiran bagi para investor, karena aturan dari
reksadana syariah sesuai dengan kutipan ayat al-Quran surat al-Maidah (5)
ayat 88 yang artinya: “dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa
yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya.”
5
Table 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Dilihat perkembangannya dari tahun 2013 sampai ke 2016 yang di
paparkan di tabel 1.1 bahwa reksadana syariah mengalami perkembangan
yang cukup baik, tiap tahunnya jumlah unit dan NAB tiap tahunnya selalu
meningkat. Pada tahun 2013 jumlah unit reksadana syariah berjumlah 65
dengan NAB Rp 9,4312.19 miliar, tahun 2014 jumlah unti reksadana syariah
74 dengan NAB Rp 11,158.00 miliar, di 2015 jumlah unit reksadana syariah
93 dengan NAB Rp 11,019.43 miliar, di tahun 2016 jumlah unit reksadana
syariah 136 dengan NAB Rp 14,914.63 miliar.
Data tersebut menunjukan bahwa salah satu instrument pasar modal
syariah yaitu reksadana syariah adalah suatu investasi yang menjanjikan
untuk para investor menanamkan modalnya, dikarenakan terlihat di tabel 1.1
yang artinya reksadana syariiah assetnya selalu bertambah.
Return adalah imbal hasil yang diterima oleh investor dari penanaman
modalnya di saham terumatam di reksadana syariah. Risiko dan imbal
hasil(return) merupakan salah satu dari sekian point-point pertimbangan para
investor untuk memutuskan untuk menanamkan modalnya di saham syariah
Tahun Jumlah Reksadana
Syariah
Total NAB Per Thaun
(Miliar)
2013 65 9,432.19
2014 74 11,158.00
2015 93 11,019.43
2016 136 14,914.63
6
atau obligasi syariah. Proses kinerja investasi reksadana syariah dapat dilihat
dari nilai aktiva bersih (NAB). NAB berasal dari jumlah keseluruhan nilai
portofolio reksadana dan dikurangi dengan kewajiban-kewajiban. Baik
tidaknya kinerja investasi tersebut tergantung oleh kebijakan atau strategi
yang dijalankan oleh manajer investasi. Besarnya NAB dapat berfluktuasi
setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dan portofolio.
Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang
saham per unit penyertaan (Pratama, 2016: 687).
Reksadana syariah salah satu instrumen investasi yang terus
berkembang pesat di tengah jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas
adalah muslim dan tidak harus memiliki modal besar serta pengetahuan yang
cukup tentang cara berinvestasi yang baik di pasar modal syariah. Dilihat dari
sisi kinerja, selama ini dapat dikatan bahwa reksadana syariah salah satu
instrument saham syariah yang berkembang pesat dan memiliki potensial
serta memiliki prospek yang akan terus berkembang. Akan tetapi pada
dasarnya berbicara investasi tidaklah selalu di posisi yang aman, karena
berbicara ilmu ekonomi akan berbicara hubungan-hubungan yang berkaitan
satu sama lain dalam meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, sedikit saja terjadi perubahan dalam perekonomian maka dapat
mempengaruhi jalannya kinerja reksadana syariah. Baik buruknya jalannya
investasi pasti tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang di duga memiliki
suatu hubungan dan pengaruh dalam jalannya investasi terhadap Nilai Aktiva
Bersih reksadana syariah yaitu inflasi, harga emas, obligasi syariah
7
Tabel 1.2
Pertumbuhan NAB, Inflasi, Harga Emas, Sukuk, JII
Sumber : OJK, Bank Indonesia,Yahoo Finance, DJPPR Kemenkeu ,
indexmundi
Tahun NAB
(MILIAR)
JUMLAH
REKSA
SYARIAH
INFLASI
(%)
HARGA
EMAS
(MILIAR)
SBSN/OBLIGASI
SYARIAH
(SUKUK)
JII
2013 9.432,19 65 8.38 14,764,530 32.55652 585.11
2014 11.158,00 74 8.36 14,933,660 32.78376 691.039
2015 11.019,43 93 3.35 14,903,950 33.17539 603.349
2016
14.914,63 136 3.02 15,528,010
33.55354
694.127
8
.
Pada tabel 1.2 dijelaskan pertumbuhan semua variable yang akan di
jadikan indikator untuk diteliti. Pada tahun 2013 NAB meningkat Rp.
9.432,19 miliar. pada tahun 2014 Rp 11.158,00 miliar, dan tahun 2015
menurun menjadi Rp. 11.019,43 miliar, dan tahun 2016 Rp. 14.914,63 miliar.
Terjadinya fluktuatif NAB reksadana syariah tak terlepas dari jumlah
reksadana yang beredar, dari tahun 2013 memiliki 65, di tahun 2014
berjumlah 74, di tahun 2015 tetap ada peningkatan 93, dan 2016 berjumlah.
Pada faktor ini bahwa terlihat jumlah reksadana selalu bertambah meski NAB
sempat menurun di tahun 2015.
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi
yang terlalu panas(overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami
permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya,
sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan (Suramaya, 2012 : 54).
Berawal dari tahun 2013 sampai 2015 pada tabel 1.2 memaparkan bahwa
data inflasi dalam kurun waktu 4 tahun tersebut mengalami fluktuatif di tiap
tahunnya. Pada tahun 2013 nilai inflasi berada 8,38% yaitu persentase cukup
besar berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian. Pada tahun 2014
menurun 0.02%, tahun 2015 inflasi berada di nilai 3,35% yang menjelaskan
bahwa inflasi menurun drastis dan ini menjelaskan bahwa perokonomian kita
di zona aman, pada tahun 2016 kembali menurun di nilai 3,02%.
Di saat era globalisasi, banyak investor memilih untuk berinvestasi pada sektor
pertambangan, khususnya emas. Emas adalah global currency dan nilainya diakui
9
secara universal. Nilai intrinsiknya tetap dan standar sehingga bisa dibeli dan
dicairkan dimana saja. Emas memiliki sifat tidak terpengaruh oleh inflasi (zero
inflation) sehingga harga emas selalu mengikuti pergerakan inflasi (Sylvia, 2014:
87). Naiknya harga emas menjadikan para investor tertarik untuk berinvestasi
pada bentuk emas daripada saham, dari sumber yang di dapatkan bahwa harga
emas memang diduga memiiki pengaruh terhadap perkembangan saham, karena
kedua barang tersebut sebagai barang komoditi untuk berinvestasi. Tahun 2013-
2015, harga emas selalu mengalami perubahan disetiap tahunnya, naik maupun
turun. Pada tahun 2013 harga emas sejumlah Rp 14,764,530miliar, tahun 2014
yaitu Rp 14,933,660 miliar, tahun 2015 mengalami penurunan yaitu menjadi Rp
14,903,950 miliar, pada tahun 2016 meningkat kembali menajdi Rp 15,528,010
miliar. Menurut sunariyah (2006) emas merupakan salah satu komoditi penting
yang dapat mempengaruhi pergerakan bursa saham. Hal ini didasari bahwa emas
merupakan salah satu alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas resiko
(Ardian, 2010 : 19 ).
Berdasarkan kajian Bapepam (2012) yang menjelaskan bahwa perkembangan
jumlah kumulatif penerbitan emisi sukuk korporasi mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun ke tahun. Namun tidak diikuti dengan volume perdagangan
di pasar sekunder padahal dikatakan sukuk adalah investasi yang menjanjikan.
Selain itu berdasarkan paragraf sebelumnya dikatakan Indonesia termasuk lambat
dalam merespon peluang sukuk dibandingkan dengan negara lain. Jika
perkembangan sukuk mengalami peningkatan yang baik maka sukuk dianggap
sebagai investasi yang menjanjikan dalam industri keuangan syari’ah yang dapat
10
menambah investasi pada pasar modal syariah ( Devi, 2014 ). Perkembangan
obligasi syariah dalam pasar modal selalu mengalami peningkatan yang cukup
baik, penjelasan ini berdasarkan data yang telah di sediakan seloama 5 tahun yaitu
dari tahun 2013 sampai 2015. Pada tahun 2013 emisi sukuk sebesar Rp 32.55652
miliar, tahun berikutnya meningkat menjadi 32.78376 miliar, di tahun 2015
mencapai Rp 33.17539 miliar, tahun 2016 yaitu Rp 33.55354 miliar. Data yang
ada menjelaskan bahwa investasi syariah berbentuk obligasi syariah merupakan
instrument investasi yang sangat menjanjikan bagi para investornya untuk
menanamkan modalnya di pasar modal syariah.
Dari sekian banyak saham syariah yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) maka saham-saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII)
merupakan saham-saham yang liquid, dalam artian mudah diperjual-belikan,
sehingga portofolio optimal yang dihasilkan dapat menunjukkan hasil yang
optimal antara risiko dan hasil yang diharapkan (return)(Wisma Budi,2014:2).
Pada data yang terdapat dalam table 1.2 tersebut, JII mengalami fluktuatif
dalam hasil yang diterima selama proses berjalannya operasional saham
syariah yang ada, pada tahun 2013 terdapat Rp 585.11 miliar, pada tahun2014
Rp 691.039miliar, tahun 2015 Rp 603.349 miliar, tahun 2016 Rp 694.127 miliar.
data tersebut menjelaskan bahwa pada tahun 2014 ke 2015 mengalami penurunan,
kemudian naik kembali di tahun 2016.
Penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang menajdi landasan dasar
mengapa penelitian ini di adakan dan perlu menjadi sebagai bahan penelitian.
Menurut Ainur Rachman (2015) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa inflasi
11
berpengaruh tidak signifikan terhadap NAV Reksadana saham syariah dengan
judul penelitiannya adalah Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate,
Terhadap NAV reksadana saham syariah. Acuan lain dalam peneltiian ini adalah
dari skripsi Fitria Saraswati tahun 2013 yang berjudul Analisis Pengaruh SBIS,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Uang Beredar Terhadap NAB reksadana
syariah. Maka dari itu peneliti berencana meneliti dengan beberapa variabel lain,
yaitu pengaruh inflasi, harga emas, SBSB(Sukuk), JII, terhadap NAB reksadana
syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh antara Inflasi, Sukuk, Harga Emas, dan Jakarta
Islamic Index terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
periode 2013-2016 secara parsial ?
2. Bagaimana pengaruh Inflasi, Sukuk, Harga Emas, dan Jakarta Islamic
Index terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah periode
2013-2016 secara simultan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
12
a. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara Inflasi, Sukuk, Harga
Emas, dan Jakarta Islamic Index terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah periode 2013-2016
b. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan yang ditimbulkan variabel
Inflasi, Sukuk, Harga Emas, dan Jakarta Islamic Index terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah periode 2013-2016?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman yang
berharga bagi penulis dalam menganalisis tentang pengaruh Inflasi,
Sukuk, harga Emas, dan Jakarta Islamic Index terhadap NAB Reksadana
Syariah periode 2013-2016.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini sangat diharapkan dapat menjadi salah satu indicator
referensi di waktu lain untuk pembuatan skripsi yang membahas
Reksadana Syariah dan dapat memahami dari isi skripsi yang telah
dibuat.
3. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang akan
menambah wawasan dan pengetahuan bagi investor pasar modal syariah
terutama terkait dengan produk reksadana syariah. Sehingga dapat
13
dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan
investasi dalam bentuk reksadana syariah.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini semoga dapat dijadikan referensi untuk masyarakat
memilih instrumen investasi di pasar modal syariah serta
memperkenalkan reksadana syariah sebagai salah satu instrument yang
baik dan menjanjikan untuk di lakukan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi ekonomi islam
Ekonomi syariah sebagai suatu pemikiran ekonomi yang dianggap
dapat menjadi alternatif dari pemikiran ekonomi saat ini yang sedang
berkembang pesat di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir. Suatu
pemikiran yang pada awal kehadirannya merupakan suatu kemustahilan,
namun pada saat ini sudah merambah banyak negara di dunia (Ansori,
2016:3). Ekonomi syariah adalah salah satu rumusan untuk
mensejahterahkan umat manusia berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Dalam prinsip ekonomi ekonomi islam bahwa antara agama dan
perekonomian harus disatukan, karena aturan kehidupan kita telah di
tuliskan dalam Al-Quran dan Sunnah, dan juga lebih mengedepankan
keadilan untuk para pelaku ekonomi.
Pembangunan ekonomi dalam Islam menempatkan pemenuhan
kebutuhan dasar sebagai prioritas utama demi memelihara lima maslahat
pokok, yaitu pemeliharaan agama, jiwa, akal, keterunan dan harta
(Rama,2013:32). Pada dasarnya setiap makhluk hidup berhak memenuhi
kebutuhan dan kepuasan dirinya sendiri, namun dalam pandangan
ekonomi islam, kita sebagai manusia tak luput dari jiwa sosial yang
artinya bahwa kita pun juga memiliki kewajiban untuk memikirkan
15
kebutuhan orang-orang yang dapat di kategorikan tidak mampu dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri. Maka dari itu didalam ajaran islam ada
yang namanya mashlahah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup umat manusia secara merata dan saling membantu untuk yang
tidak mampu agar mereka dapat merasakan apa yang kita rasakan
Secara ontologis, ilmu ekonomi Islam membahas dua disiplin ilmu
secara bersamaan yaitu, ilmu ekonomi murni dan ilmu fiqh muamalat.
Sumber fiqih muamalat adalah wahyu yang didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dan Hadits Nabi dan sumber ilmu ekonomi Islam adalah
pemikiran manusia (akal). Allah memberikan segala ilmu pengetahuan
dan penuntun bagi kehidupan manusia, agar manusia memiliki suatu
petunjuk untuk menjalankan kehidupannya.
Islam merupakan way of life bagi seorang Muslim, yaitu sebagai
petunjuk dan nilai yang mencakup seluruh aspek kehidupan seorang
Muslim termasuk perilaku konsumsi. Gaya hidup Muslim dan perilaku
konsumsinya menjadi pendorong utama perkembangan ekonomi Islam
saat ini (Rama,2014:2). Keadilan yang merata adalah faktor penting bagi
prinsip-prinsip perekonomian islam yang pada dasarnya landasan
tersebut mewajibkan kita untuk berbagi dan tidak memikirkan diri sendiri
atau individualism.
Syariah Islam merupakan jalan hidup umat manusia dan diciptakan
untukmengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat
(falah) melaluipenegakan berbagai seruan yang terkandung dalam al-
16
Quran dan as-Sunnah. Aturan tersebut mengatur manusia dalam berbagai
aspek yaitu bidang ubudiyah danmuamalah. Selain prinsip-prinsip
ekonomi Syariah sebagaimana disebutkan di atas,dalam Hukum Islam
mempunyai juga moral ekonomi, yang dikenal dengan Golde Five, yaitu
keadilan, kebebasan, persamaan, partisipasi, dan pertanggungjawaban
(Maulidizen, 2016 : 142 ). Ekonomi islam sangat berkaitan dengan
aturan-aturan yang mengedepankan kemashlahatan umat, berdasarkan
Al-Quran dan Sunnah bahwa untuk melakukan suatu tindakan ekonomi
haruslah mengedepankan keadilan, tanggung jawab, jujur, dan kebebasan
sebagaimana dijelaskan pada kalimat diatas.
Bukti nyata bahwa Islam memperhatikan permasalah ekonomi
merujuk kajian Mustaq Ahmad yaitu al-Quran telah menuliskan
pembahasan tentang ekonomi kurang lebih 370 kali. Keseimbangan
perhatian ajaran Islam antara ibadah dan muamalah juga dapat
diperhatikan dari firmanNya dalam surah al-Jumuah ayat 9-10
وذروا الب ٩ تعلمون يع ذلكم خير لكم إن كنتم يا أيها الذين آمنوا إذا نودي للصالة من يوم الجمعة فاسعوا إلى ذكر للا
كثيرا لعلكم واذكروا للا ١٠تفلحون فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل للا
Artinya:
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli[a]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
17
supaya kamu beruntung, yang mewajibkan umatnya untuk segera
melaksakan solat dan meninggalkan seluruh aktivitas ekonomi ketika tiba
waktunya, kemudian apabila telah selesai untuk segera mencari rezeki
Allah SWT (Syamsuri, 2016 : 220 ).
2. Konsep Investasi
a) Investasi Dalam Perspektif Syariah
Investasi merupakan komitmen atau sejumlah dana atau sumber
daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan di masa mendatang. Seorang investor membeli
sejumlah dana saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari
kenaikan harga ataupun sejumlah dividen di masa yang akan dating
sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi
tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan investasi,
antara lain:
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan
datang. Manajer investasi yang bijaksana akan berfikir bahwa
bagaimana meningkatkan taraf hidup perusahaan dari waktu ke
waktu atau setidaknya bagaimana mempertahankan tingkat
pendapatan yang sekarang dimasa yang akan datang.
2) Mengurangi tekanan inflasi. Perusahaan dapat menghindarkan diri
dari kekayaan atau harta yang dimilikinya berkurang nilainya
karena inflasi.
18
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia
banyak kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha
tertentu (Chairul dan Mujiburrahman, 2011:30).
Ada dua hal yang menjadi landasan investasi dalam Islam, yaitu Al-
Qur’an dan Hadist. Setidaknya ada empat landasan normatif dalam etika
Islam, yang dapat dipresentasikan dalam aksioma etika yaitu:
a. Landasan Tauhid
Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan
sebagai fondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan
fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktivitas
ekonomi.
b. Landasan Keadilan dan Kesejajaran
Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan
dalam Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan
pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang
terlibat dalam usaha ekonomi.
19
c. Landasan Kehendak Bebas
Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir
dengan memiliki kehendak bebas, yakni potensi menentukan
pilihan yang beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak
dibatasi, maka manusia memiliki kebebasan pula untuk
menentukan pilihan yang salah ataupun yang benar.
d. Landasan Pertanggungjawaban
Aksioma tanggung jawab ini erat kaitannya dengan aksioma
kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan
alamiah. Dalam hal ini pemberian segala kebebasan usaha yang
dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa
yang dilakukannya.
Keempat landasan etika Islam tersebut diatas dikaitkan dengan
permasalahan ekonomi, khususnya dalam bidang investasi, maka jelas ia
memiliki akar dari syariah yang menjadi panduan dalam bertindak. Suatu
hal yang dapat menimbulkan dampak serius pada kesejahteraan adalah
pemahaman bahwa memanfaatkan sumber daya ekonomi merupakan
bentuk dari amanah Allah SWT (Rodoni, 2009:28).
3. Reksadana Syariah
• Definisi
Memilih investasi yang menguntungkan dan aman bagi para
investor adalah salah satu tujuan para investor untuk menanamkan
20
modalnya. Banyak para perusahaan yang berdalih untuk memberikan
keuntungan besar namun hanya janji manis dan bahkan
memproduksi barang-barang haram yang pada dasarnya dalam islam
itu sangat di larang dalam berinvestasi untuk produk yang
mengandung unsur haram maupun dari sistem yang diberikannya.
Hal ini peran positif dari instrument pasar uang syariah yaitu
reksadana syariah untuk para investor agar menanamkan modal dan
memperoleh pendapatan yang halalan thoyyiban
Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kata “reksa”
yang berarti jaga atau pelihara dan kata “dana” yang berarti
(kumpulan) uang. Sehingga reksa dana dapat diartikan sebagai
„kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan)
(Yuliarti, 2010:29).
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,
Pasal 1 ayat (27), didefinisikan bahwa reksadana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. UU Pasar tersebut tidak membedakan yang mana
reksadana konvensional dan yang mana reksadana dengan prinsip
syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor: 20/DSN-
MUI/IX/2000 tanggal 18 April 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksa Dana Syariah telah mendefinisikan tentang
21
reksadana syariah. Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI
No.20/DSN- MUI/IX/2000 mendefinisikan reksadana syariah
sebagai reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik harta (shahib al-mal/rabb al- mal) dengan Manajer
Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer
Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.
• Jenis Reksadana Syariah
Saham syariah ini merupakan salah satu instrument yang
memberikan kesempatan para investor agar menanamkan modal
dengan rasa aman dan berdasarkan prinsip syariah, begitupun
investor diberikan beberapa jenis pilihan reksadana syariah.
Berdasarkan Keputusan Bapepam No. Kep-08/PM/1997,
terdapat 4 jenis reksa dana terbuka, yaitu :
1) Reksa Dana Pasar Uang Adalah reksa dana yang investasinya
ditempatkan pada efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo
kurang dari 1 (satu) tahun. NAB per unit dihitung dengan cara
dimana nilai aktiva akhir per unit sama dengan nilai aktiva awal
per unit, dengan melakukan pembagian hasil yang diperoleh
dalam bentuk Unit Penyertaan setiap hari. Di antara ke empat
jenis reksadana, reksadana ini merupakan reksadana yang paling
rendah resikonya.
22
2) Reksa Dana Pendapatan Tetap Adalah reksa dana yang
portofolionya terdiri dari sekurang-kurangnya 80% dari
aktivanya ditempatkan dalam bentuk Efek yang bersifat utang.
NAB harian dihitung berdasarkan harga penutupan underlying
asset-nya hari itu.. Sehingga NAB reksa dana ini lebih fluktuatif
sesuai dengan pergerakan harga surat utang harian.
• Pihak yang terlibat
Menurut Ahmad Rodoni (2009:87), seorang calon investor
yang akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana
Terbuka umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait
didalamnya yaitu:
1) Perusahaan Reksadana Merupakan perseroan terbatas yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam dengan bertujuan untuk
Reksadana yang akan mengelola dan bertanggung jawab atas
dana para pemegang saham reksadana.
2) Manajer Investasi Merupakan perseroan yang telah
mendapatkan izin usaha dari Bapepam sebagai manajer investasi
dan minimum ada pegawainya yang telah memperoleh izin
profesi dari Bapepam sebagai wakil manajer investasi.
Perseroan ini mempunyai kontrak dengan perusahaan
Reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana yang
telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah manajemen
portofolio (jual beli efek), analisa efek serta perdagangan (jual
23
beli) efek dengan harga terbaik. Biasanya manajer investasi ini
dirangkap oleh perusahaan Reksadana.
3) Agen Penjualan inilah melaksanakan penjualan secara langsung
kepada masyarakat pemodal melalui cabang-cabangnya atau
subagensi lainnya. Transaksi jual-beli berlangsung dengan
investor terjadi disini. Disinilah investor dapat meminta
prospektus penawaran umum saham reksadana, agen penjualan
ini biasanya dirangkap oleh manajer Investasi.
4) Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi untuk
menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat berharga).
Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari yang
berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk menghindari
terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh berafiliasi dengan
manajer investasi. Kustodian umumnya adalah bank, yang
telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai kustodian.
Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam
transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan
dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan
oleh manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak menyimpan
efek yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para
pemegang saham reksadana. Praktek Kustodian di Indonesia
dipercaya oleh Bapepam untuk menghitung NAB setiap hari,
jadi tidak dilakukan oleh suatu institusi yang disebut trustee.
24
5) Transfer Agent Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan
registrasi dari pencatatan permintaan para pemegang saham
reksadana mengenai pembelian dan penebusan serta membuat
daftar para pemegang saham yang up-to-date. Fungsi ini di
Indonesia, dipercayakan kepada kustodian. (Fitria Saraswati,
2013:17-20)
2. Inflasi
Menurut Adiwarman (2008:135), secara umum inflasi berarti
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai
fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan
moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah
penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-
barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).
Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut
tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman, 2008:137):
a. Moderate Inflation Karakteristiknya adalah suatu peningkatan harga
yang lambat. Pada dasarnya disebut sebagai “inflasi satu digit‟. Pada
tingkat inflasi seperti ini orangorang masih mau untuk memegang
uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada
dalam bentuk aset riil.
b. Galloping Inflation Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan
20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti
25
ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan
kekayaan disimpan dalam bentuk asetaset riil. Orang akan
menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang
akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan
melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan
memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga
c. Yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkat
inflasi seperti ini tetap berhasil “selamat‟ walaupun sistem harganya
berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung
mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada
perekonomian karena orangorang akan cenderung mengirimkan
dananya untuk berinvestasi di luar negeri daripada berinvestasi di
dalam negeri (capital outflow).
d. Hyper Inflation Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat
tinggi yaitu jutaan sampai triliunan persen per tahun. Walaupun
sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat
bertahan menghadapi galloping inflation, akan tetapi tidak pernah
ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis
ketiga yang amat “mematikan‟ ini.
Inflasi adalah suatu peristiwa dimana adanya kenaikan harga-harga
secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam
memakan waktu yang cukup lama dan diikuti dengan semakin
26
merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara
(Febrina,2009:88).
Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal dari permintaan (cost push
inflation) dan dari sisi penawaran (demand pull inflation). Faktor-faktor
terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai
tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang,
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered
price) dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan
terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadinya demand pull
inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. (Sujoko,2009:143)
Inflasi adalah “kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum
dan terus-menerus”. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus
dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi ;
1) Kenaikan Harga Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi
lebih tinggi daripada periode sebelumya.
2) Bersifat Umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat
dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan
hargaharga secara umum naik.
3) Berlangsung Terus-Menerus Kenaikan harga yang bersifat umum
juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat.
27
Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu
minimal bulanan.( Windra pan,2016:20)
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, yaitu sebagai berikut
(Rahardja dan Manurung, 2004:164):
a) Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga
barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode
tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga
barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu
periode tertentu. Masing- masing harga barang dan jasa tersebut
diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang
dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling
besar.
Di Indonesia, penghitungan IHK dilakukan dengan
mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk
lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, penghitungan IHK
dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama
ibukota propinsi-propinsi di Indonesia. Angka inflasi diperoleh
dengan menggunakan rumus perhitungan di bawah ini.
INF = (IHKt – IHKt-1) x 100
IHKt-1
28
Keterangan :
INF = Inflasi
IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
b) Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen.
Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga
produsen (producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga
yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi. Prinsip
menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara
berdasarkan IHK:
Keterangan:
INF = Inflasi
IHPBt = Indeks Harga Perdagangan Besar pada priode t
IHPBt-1 = Indeks Harga Perdagangan Besar pada periode sebelum
c) Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan
gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat
INF = (IHPBt – IHPBt-1) x 100
IHPBt-1
29
dari metode penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya
melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di
beberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan, jenis barang dan
jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah
perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan
mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak
hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah.
Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan
sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit (GDP
Deflator), disingkat IHI. Sama halnya dengan dua indikator
sebelumnya, penghitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan
dengan menghitung perubahan angka indeks.
Keterangan:
IHIt = Indeks Harga Implisit Besar pada priode t
IHIt-1 = Indeks Harga Implisit pada periode sebelum t
Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan
saja menimbulkan beberapa efek buruk ke atas kegiatan ekonomi,
tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat,
diantaranya (Sadono, 2006:339):
INF = (IHIt – IHIt-1) x 100
IHIt-1
30
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah
secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan
upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang.
Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam
institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa
penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan
dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya.
Akan tetapi pemilik harta-harta tetap (tanah, bangunan, dan
rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai riil
kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan
berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi di suatu negara mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif kegagalan
31
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, deficit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
3. Harga Emas
Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh
dunia adalah harga emas berdasarkan standarisasi pasar emas London.
Sistem bernamakan London Gold Fixing. London Gold Fixing adalah
suatu aturan-aturan dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap
hari kerja di pasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing
Ltd (www.goldfixing.com). Kelima anggota tersebut adalah :
1. Bank of Nova Scottia
2. Barclays Capital
3. Deutsche Bank
4. HSBC
5. Societe Generale
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima
member tersebut. Pada setiap awal tiap periode perdagangan, Presiden
London Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu
(Witjaksono,2010:52).
Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih
banyak dari penawaran, secara otomatis harga akan naik, demikian pula
sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menunggu hingga tercapainya
titik keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan
mengakhiri rapat dan mengatakan “There are no flags, and we're fixed”.
32
Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul
10.30 (harga emas Gold A.M) dan pukul 15.00 (harga emas Gold P.M).
Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat,
Poundsterling Inggris, dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap
sebagai harga penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan
sebagai patokan nilai kontrak emas di seluruh dunia(Asmawarna,
2017:54).
Di saat era globalisasi, banyak investor memutuskan untuk
berinvestasi pada sektor pertambangan, salah satunya adalah emas. Emas
adalah global currency dan nilainya diakui secara universal. Nilai
intrinsiknya tetap dan standar sehingga bisa dibeli dan dicairkan dimana
saja. Emas memiliki sifat tidak terpengaruh oleh inflasi (zero inflation)
sehingga harga emas selalu mengikuti pergerakan inflasi. Kenaikan harga
emas akan membuat investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada emas
daripada saham. Keadaan ini membuat IHSG turun karena investor akan
menjual sahamnya untuk beralih kepada emas (Handayani, 2014:87)
Menurut Suhart dalam jurnal Habib Muhammad Husnul (2017:69),
ada beberapa macam pasar emas diantaranya adalah :
1) Internal Pasar Emas
2) Black Markets
3) Pasar Logam Fisik
4) Pasar Spot
33
Emas memang suatu barang yang sejak lama menjadi barang
investasi yang dikenal dalam sejarah perkembangan manusia. Salah satu
alasan mengapa masyarakat memilih emas sebagai barang investasi,
karena emas memiliki sifat yang abadi dan barang tersebut selalu
konsisten dari masa ke masa, dan pula nilai dari emas tersebut cenderung
selalu stabil dan naik dalam nilai jualnya. Selain untuk berinvestasi, salah
satu kegunaan emas adalah untuk berjaga-jaga dalam menghadapi inflasi
yang terjadi di seluruh negara, alasan dari sisi investor, mereka akan
memilih tingkat imbal hasil yang tinggi dengan risiko tertentu atau
tingkat imbal balik tertentu dengan risiko yang rendah. Investasi dalam
pasar saham tentu akan lebih berisiko daripada berinvestasi emas, karena
tingkat pengembalian secara umum relatif lebih tinggi daripada emas.
Instrumen investasi emas yang dapat diperdagangkan terbagi atas
beberapa jenis, berikut jenis emas:
1. Emas Perhiasan merupakan jenis emas yang paling sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bentuk kalung, gelang,
cincin, dan lain-lain. Bila ingin berinvestasi untuk jangka pendek,
sebaiknya jangan memilih emas perhiasan. Sebab, biasanya akan sulit
untuk mendapatkan keuntungan.
2. Emas Batangan Investasi emas yang cukup baik adalah dalam bentuk
batangan (emas lantakan). Di Indonesia, emas batangan yang cukup
terkenal adalah emas bermerk Logam Mulia yang diproduksi oleh PT
Aneka Tambang (Antam) dengan kadar emas 99,99 persen. Sebagai
34
tanda keaslian, investor akan mendapatkan sertifikat emas yang
dibubuhi nomor seri, sesuai dengan nomor seri yang terukir pada emas
batangan. Berbeda dengan emas perhiasan, emas batangan lebih
mudah dijual kembali. Berikut beberapa jenis Emas batangan yang
umum diperjual-belikan di took emas di Indonesia:
a) Emas Antam atau Emas LM (Logam Mulia) Emas ini
bersertifikat dari PT Aneka Tambang, harga emas batangan
Antam / LM ini lebih mahal dari emas batangan lainnya karena
bersertifikat. Emas jenis ini juga terdapat cap LM pada batangnya,
dan tersedia dalam ukuran gram hingga kilo.
b) Emas London Merupakan emas batangan dari luar negeri, dan
pecahan umumnya adalah per 1 kg. Ciri emas London ini terdapat
cap perusahaan pada batangnya.
c) Emas Lokal Yaitu emas batangan yang tidak terdapat cap
perusahaan ataupun sertifikat, dan biasanya ada bentuknya
lonjong sedikit penyok. Emas lokal tersedia dalam ukuran gram
hingga kilo.
3. Koin Emas Koin emas adalah jenis emas yang berbentuk koin. Di
Indonesia, ada dua jenis koin emas yang paling dikenal masyarakat,
yaitu koin emas ONH (Ongkos Naik Haji) dan koin dinar emas. Koin
emas ONH dimaksudkan sebagai alternatif bagi mereka yang ingin
menabung sebagai persiapan untuk naik haji. Koin emas ONH bisa
35
menjadi semacam garansi bagi orang-orang agar selamat dari inflasi,
karena harga emas dipastikan ikut naik
4. Gold Trading Merupakan pembelian emas dengan melalui media
Online atau Pialang, atau biasa disebut Trading Online. Biasanya
emas seperti ini memanfaatkan margin, options ataupun metode
lainnya (Tiffany,2017:23).
4. SBSN/Sukuk
Salah satu instrumen keuangan syariah yang telah diterbitkan baik
oleh negara maupun korporasi adalah sukuk atau obligasi syariah. Pada
saat ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk,
misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirate Arab,
Qatar, Pakistan, dan State of Saxony Anhalt-Jerman. Penerbitan sukuk
negara (sovereign sukuk) tersebut biasanya ditujukan untuk keperluan
pembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk
pembiayaan proyek-proyek tertentu, seperti pembangunan bendungan,
unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan
tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan
cash-mismatch, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu
pendek (Islamic Treasury Bills) yang juga dapat digunakan sebagai
instrumen pasar uang (Yulianti, 2011:104).
Sukuk berasal dari akar kata sakk dalam bahasa Arab, adalah
obligasi syariah, sertifikat investasi, obligasi menggunakan prinsip
syari’ah, surat berharga syariah. Biasanya berbentuk sertifikat investasi
36
yang operasionalnya sesuai dengan syari’at Islam, sukuk merupakan
bentuk lain dari obligasi syari’ah (Datul, 2014:113). Berdasarkan
keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam – LK) Nomor KEP-181/BL/2009, Sukuk didefinisikan sebagai
efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi
atas (Bambang, 2014:25)
1) Kepemilikan asset berwujud tertentu
2) Nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu
3) Kepemilikan atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu.
Dalam peraturan OJK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek
Syariah, sukuk terdefinisi sebagai efek syariah berbentuk sertifikat atau
bukti kepemilikan yang memiliki nilai yang sama dan mewakili yang
tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’l undivided
share)) atas:
1) Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat);
2) Nilai manfaat atas aset berwujud (manafi’ul a’yan) tertentu baik
yang sudah ada maupun yang akan ada
3) Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
4) Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan)
37
5) Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath istitsmarin
khashah).
Gambar 2.1 Kerangka Pembiayaan APBN
Dalam gambar 2.1 tersebut menjelaskan fungsi instrument
pembiayaan APBN yang terbagi menjadi 2 pinjaman dan Surat Berharga
Negara. Dari 2 unsur tersebut terbagi lagi yaitu
a. Dalam pinjaman terdiri dari Pinjaman Luar Negeri dan Pinjaman
Dalam Negeri dan,
b. Di surat berharga negara terbagi menjadi Surat utang Negara dan
Surat Berharga Syariah
Indikator tersebut dikeluarkan oleh pemerintah dalam sisi
konvensional dan sisi syariah. Menurut Direktorat Pembiayaan Syariah,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2015:40), Surat Berharga
Pembiayaan APBN
1. Surat Utang
Negara
2. Surat Berharga
Syariah Negara
Surat Berharga
Negara
1. Pinjaman Luar
Negeri
2. Pinjaman
Dalam Negeri
Pinjaman
38
Syariah Negara didefinisikan “sebagai Surat Berharga Negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing.
5. Jakarta Islamic Index
Indeks syariah JII (Jakarta Islamic Index) adalah indeks yang
terdiri dari 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam islam atau
indeks yang berdasarkan syariah islam. Artinya adalah, dalam indeks
yang dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam
prinsip syariat (Martalena dan Malinda, 2011:100).
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks terakhir yang telah
dikembangkan oleh BEJ dalam kerjasama dengan Danareksa Invesment
Management untuk merespons kebutuhan informasi yang berkaitan
dengan investasi syariah. JII melakukan penyaringan (filter) terhadap
saham yang listing. Rujukan dalam penyaringannya adalah fatwa syariah
yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan
fatwa inilah BEJ memilah emiten yang unit usahanya sesuai dengan
syariah.
Adapun kriteria yang ditetapkan untuk indeks islam berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no.20 adalah:
a. Usaha emiten bukan usaha perjudian dan permainan yang tergolong
judi atau perdagangan yang dilarang.
39
b. Bukan merupakan lembaga keuangan ribawi, termasuk bank dan
asuransi konvensional.
c. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang haram.
d. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan
atau menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat.
Emiten dilihat dari rasio keuangannya yaitu kriteria investasi Islami
berdasarkan fatwa DSN adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana
dari utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
b. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%.
c. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah
piutang dagangnya aatau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
Dari beberapa penilaian tersebut, maka saham-saham yang dipilih
untuk dapat masuk ke dalam indeks syariah adalah sebagai berikut:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis utama yang tidak
bertentangan dengan syariah dan sudah tercatat minimum tiga bulan,
kecuali saham-saham tersebut termasuk dalam 10 besar kapitalisasi.
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal
sebesar 90%.
40
c. Memilih 60 saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan selama satu tahun.
Pengkajian ulang dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus-menerus
berdasarkan data publik dan media. Indeks harga saham setiap hari
dihitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa.
B. Keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat
1. Hubungan Inflasi dengan NAB Reksadana Syariah
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus
menerus, yang berakibat menurunnya daya beli masyarakat karena secara
riil tingkat pendapatan juga menurun (Putong, 2002:185). Artinya adalah
inflasi memiliki dampak terhadap harga saham yang ada karena akan
menyebabkan Real Return menurun, pendapatan yang diterima oleh
investor terhadap saham tersebut kemungkinan tidak dapat menutupi
kehilangan keuntungan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing
power). Peristiwa kenaikan harga yang disebabkan inflasi menyebabkan
harga barang maupun jasa meningkat dan dampaknya adalah omset yang
didapat setiap perusahaan menurun karena daya beli masyarakat ikut
menurun, dalam analoginya masyarakat akan lebih berhemat ataupun
41
menyimpan uang atau modalnya sampai saatnya harga kembali stabil dan
tergolongkan dapat dijangkau dalam pembeliannya.
2. Hubungan antara Harga emas dengan NAB reksadana syariah
Di saat era globalisasi, banyak investor memutuskan untuk
berinvestasi pada sektor pertambangan, salah satunya adalah emas. Emas
adalah global currency dan nilainya diakui secara universal. Emas
merupakan salah satu faktor global lain yang dapat mempengaruhi
IHSG.Emas merupakan salah satu investasi alternatif selain pasar modal.
Kenaikan harga emas akan membuat investor tertarik untuk berinvestasi
pada emas daripada saham(Syarif,2015:145). Berpatokan pada jurnal
tersebut bahwa hubungan antara emas dengan Reksadana syariah memiliki
keterkaitan, karena Reksadana Syariah termasuk indicator Saham yang
berbasis syariah.
42
3. Hubungan antara Sukuk Negara/SBSN terhadap NAB Reksadana
Syariah
Sukuk merupakan instrument yang di terbitkan oleh pemerintah
untuk stabilisasi neraca keuangan negara. Tujuan lain pemerintah adalah
untuk menarik daya beli para investor yang bergerak didalam berinvestasi
dibidang syariah. Ali Rama dalam artikel yang ditulis oleh Hanafie(2013)
menyatakan bahwa salah satu yang menjadi daya tarik investor terhadap
Indonesia adalah banyaknya proyek infrastruktur dalam negeri yang bisa
dibiayai melalui skema sukuk serta kondisi ekonomi relatif baik.
Dalam penelitian Mochamad Rizki(2013) menjelaskan bahwa
sukuk tidak mempunyari pengaruh signifikan terhadap pasar modal
dengan metode regresi linier berganda. Namun berbeda dengan artikel
Wawan hendrawan dari web Infovesta yang menjelaskan adanya
Reksadana berbasis sukuk (SBSN) yang di tulis di Penerbitan peraturan
OJK No. 19/2015 dimana memberlakukan Reksadana Syariah berbasis
sukuk. Dengan aturan ini diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi
karena memberikan akses pendanaan bagi badan usaha yang sesuai prinsip
syariah melalui penerbitan surat hutang syariah yang diserap oleh
reksadana.
4. Hubungan antara JII dengan NAB Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Mursyidin (2010)
menunjukkan hasil bahwa JII memiliki pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap NAB reksadana syariah. JII Sebagai salah satu tempat
43
investor mengetahui jenis-jenis saham apa saja yang diperbolehkan secara
syariah dan tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang, maka Jakarta
Islamic Index menjadi indeks yang dapat diperhitungkan oleh investor
dalam memilih saham yang akan dipilih dan sesuai syariah. JII berisi 30
saham syariah yang sudah melewati beberapa proses oleh BAPEPAM.
Peningkatan JII ini menganggambarkan level kinerja suatu perusahaan
terjadi peningkatan dan berpotensi untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar. Keuntungan Pendapatan perusahaan yang meningkat akan
menyebabkan kenaikan return bagi hasil reksadana syariah. Oleh sebab
itu sisi masyarakat akan tertarik menginvestasikan modalnya melalui
reksadana syariah dan besar harapannya memperoleh return bagi hasil
yang besar. Dengan kata lain meningkatnya kinerja saham di JII akan
memacu peningkatan dana reksadana syariah terutama reksadana saham
syariah yang dapat menyebabkan total NAB yang didapatkan pun
meningkat.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa npenelitian terdahulu nantinya akan di urai secara singkat
pada tabel, karena penelitian ini mengacu pada beberapa unsur penelitian
sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa
variabel, objek, periode waktu yang digunakan dan penentuan sampel berbeda
maka terdapat banyak hal yang tidak sama, namun variabel ini dapat
dijadikan referensi dan saling melengkapi satu sama. Berikut ringkasan
beberapa penelitian:
44
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul
Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
1 Mochamad Rizki Pengaruh
Sukuk
terhadap
Reaksi Pasar
Modal Syariah
Regresi Linier
Berganda
Hasil penelitian
ini menunjukan
bahwa variabel
indenpenden
tidak
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
variabel
dependen
2 Ahmad
Mursyidin
Analisis
Variabel
Makroekonomi
dan Indeks
Syariah
Terhadap Nilai
Aktiva Bersih
Reksadana
Syariah
Analisis
Jalur
(path analysis)
Hasil penelitian
ini adalah dari
empat variabel
yang diteliti
dengan
menggunakan
analisis jalur,
variabel KURS,
Inflasi, SWBI,
JII berpengaruh
secara langsung
maupun tidak
langsung
terhadap NAB
Reksadana
Syariah.
45
Variabel yang
memiliki
pengaruh paling
dominan adalah
JII
3. Ainur Rachman Pengaruh
Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah,
BI Rate
terhadap NAV
Reksadana
Syariah
Regresi linier inflasi, nilai
tukar
rupiah dan BI
rate secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap net
asset
value reksa dana
saham syariah
4. Irsan
Tricahyadinata
IHSG dan
JIBOR
Terhadap
kinerja
Reksadana
Campuran
Menggunakan
VAR/VECM
IHSG dan
JIBOR
Berpengaruh
Positif terhadap
Reksadana
Campuran
5. Fitria Saraswati Analisis
Pengaruh
SBIS, Inflasi,
Nilai Tukar
Rupiah dan
Jumlah Uang
Beredar
Terhadap NAB
Regresi Linier
Berganda
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa SBIS,
inflasi, nilai
tukar rupiah, dan
jumlah uang
beredar secara
simultan
46
Reksadana
Syariah
berpengaruh
terhadap NAB
reksadana
syariah. Secara
parsial SBIS
tidak
berpengaruh
terhadap NAB
reksadana
syariah, Inflasi
tidak
berpengaruh
terhadap NAB
reksadana
syariah, Nilai
tukar rupiah
berpengaruh
negatif terhadap
NAB reksadana
syariah, Jumlah
uang beredar
berpengaruh
positif
terhadap
NAB
reksadana
syariah
6. Akbar Maulana Pengaruh SBI,
Jumlah Uang
Beredar,
Inflasi,
Regresi Linier
Berganda
Secara simultan
ketiga variabel
berpengaruh
terhadap
47
Terhadap
Reksadana
Saham
Indonesia
reksadana,
secara pasial
hanya JUB yang
tidak
berpengaruh
Signifikan
7. Sujoko Analisis
Pengaruh Suku
Bunga, Inflasi,
IHSG dan
Dana Kelolaan
Terhadap
Imbal hasil
Reksadana
Saham
Regresi Linier
Berganda
Suku Bunga,
Inflasi, IHSG
Berpengaruh
Positif, Namun
Dana kelola
Berpengaruh
Negatif
Terhadap Imbal
Hail Reksadana
saham
Sumber: Penelitian Terdahulu
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan
keduanya (Asmawarna Sinaga, 2017:68). Kerangka Pemikiran ini
dideskrepsikan sebagai hal berikut
48
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Model regresi
NAB Reksadana Syariah(Y)
Uji Asumsi Klasik :
- Normlitas
- Multikolinieritas
- Heteroskedeitas
- Auto korelasi
Uji Regresi Berganda
Intepretasi dan Kesimpulan
Uji hipotesis
- Uji f
- Uji t
- Uji Adjusted R
Square
Faktor yang mempengaruhi
NAB Reksadana Syariah
(x)
Inflasi, Harga Emas, Sbsn,
JII
s
49
Bapak Nuryanto Al Arif, SE. M.Si Berdasarkan Gambar 2.2 dapat
dijelaskan bahwa untuk mengolah data dalam model regresi linier berganda
ada beberapa tahap uji yang harus dilakukan sang peneliti untuk mengetahui
seberapa pengaruh variabel x terhadap variabel y.
Dalam menjalankan tahapan-tahapan penelitan, penulis menggunakan
alat bantu berupa software Eviews.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau sub
masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari tinjauan
pustaka(kerangka pemikiran) dan masih harus diuji kebenarannya. Melalui
penelitian ini, hipotesis akan dinyatakan ditolak atau diterima(
Bintarti,2014:37).
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik
atau hipotesis nol yang bertuuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah
dalil atau teori selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Hamid,
2010:16).
Berdasarkan kerangka yang ada, maka hipotesis yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Setidaknya minimal 2 variabel yang mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel Y dalam uji parsial (Uji T)
2. Terdapat hasil signifikan dalam uji simultan (uji F) variabel X terhadap Y
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian ini akan membahas variabel-variabel
makro yang sebagaimana diduga dapat mempengaruhi indeks NAB
Reksadana Syariah dari bulan Januari 2013 sampai Desember 2016. Maka
dari itu, variabel makro yang dimaksud adalah Inflasi, Harga Emas, Return
Reksadana, SBSN dan JII yang menjadi variabel bebas (Independent) dan
variabel tersebut akan diuji apakah ada pengaruh terhadap Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah yang pastinya menjadi variabel terikat
(Dependent). Kepemilikan data-data yang ada oleh peneliti, berasal dari
beberapa sumber jurnal, buku-buku, dan website yang membahas pengaruh
variabel makro terhadap NAB Reksadana Syariah.
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan informasi adalah
data Sekunder dari Januari 2013 sampai dengan Desember 2017. Data-data
tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk memngetahui hasil dari variabel
bebas terhadap variabel terikat tersebut. Data tersebut bersumber dari,Otoritas
Jasa Keunagan (OJK), yahoo Finance, Bank Indonesia (BI). Data-data
sekunder tersebut akan digunakan sebagai berikut:
a. Data NAB Reksadana Syariah diambil setiap bulannya dari periode bulan
Januari 2013 sampai Desember 2016. Data tersebut didapat dari link
Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)
51
b. Data Inflasi setiap bulannya selama periode Januari 2013 sampai dengan
Desember 2016 diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
c. Harga Emas setiap bulannya selama periode Januari 2013 sampai
Desember 2016 dan diambel dari website (www.indexmundi.com)
d. JII bulannya selama periode Januari 2013 sampai Desember 2016 dan
diambel dari website (www.finance.yahoo.com)
e. Data SBSN/Sukuk didapat setiap bulannya mulai periode Januari 2013
sampai Desember 2017, data di ambil dari (www.kemenkeu.go.id )
C. Teknis Analisis
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Inflasi, harga Emas,
SBSN Return dan JII terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Berikut
adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Dalam analisis statistika dalah data berdistribusi normal. Uji
normalitas dapat dilihat dari uji histogram dan uji Jarque-Beta.
Jarque-Beta adalah uji statisk untuk mengetahui apakah 2 variabel
berdistribusi normal, dan mengukur perbedaan skweness dan
kurtosis data. Dalam penentuan nilai hipotesis bahwa jika nilai
probabilitas dan Jarque-Betra diatas 5%(0,05), maka hipotesis 0 (H0)
diterima dan tolak H1 yang artinya bahwa data tersebut berdistribusi
normal(Wahyu, 2017:5.40).
52
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel inden dengan dependen, oleh karena itu multiko tidak akan
terjadi pada persamaan regresi sederhana (Wahyu, 2017:5.1)
Dalam pengolahan data uji multikolinieritas bahwa jika nilai
dari variabel indenpenden kurang dari 0,90 maka data tersebut
terima H0 dan tolak H1 dan terjadi multikolinieritas, dan tidak
terjadi masalah terhadap data tersebut.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam uji Heteroskedatisitas memang memiliki proses yang
cukup panjang, namun di Evies 9 sudah di berikan pilihannya
langsung dan lebih praktis ada beberapa jenis model uji yang di
sajikan dalam uji Heteroskedastisitas yaitu:
- Metode grafik
- Uji park
- Uji Glejser
- Spearman
- Goldfeld-Quandt
- Bruesch-pagan-godfrey
- White
Dalam pengolahan data si peneliti saat ini, uji yang dipakai
adalah uji white, yang menjelaskan hasil, jika nilai dari hasil uji
tersebut lebih kecil dari 0,05 (<0,05) maka terima H0 dan tolak H1
53
dimana menjelaskan data tersebut terjadi
Heteroskedastisitas(Wahyu, 2017:5.18).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Uji ini lebih mudah timbul pada data
yang bersifat runtut waktu, kaerna data pada masa sekarang
dipengaruhi oleh data pada masa sebelumnya, namun tidak menutup
kemungkinan dapat ditemukan juga pada data antar objek. Dalam uji
tersebut, kita harus melihat nilai dari uji Durbin Watson(D-W) dan
prob Chi Square dimana nilai yang harus diterima dari hasil tersebut
adalah lebih dari 0,05(<0,05) karena jika lebih kecil dari nilai standar
menunjukan bahwa terjadi masalah dalam uji autokorelasi dalam
data tersebut. Jika data mendapatkan hasil lebih kecil maka harus
dilakukan perbaikan dengan melakukan metode “d” d(y) c d(x)
terhadap variabel-variabel yang ada(Wing Wahyu, 2017:5.36).
54
2. Uji Signifikansi
a. Uji T (Parsial)
Menurut Ghazali (2009) Uji t dilakukan untuk menunjukan
seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara
individu dalam menerapkan variabel dependen. Variabel independen
secara individu dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat dengan probabilitas apa bila p value
(signifikan) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α). Tingkat
signifikansi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah α = 5%. Hal
ini berarti apabila nilai p value (signifikan) lebih kecil dari 5%, maka
variabel independen secara individu memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai
probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen
secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji F (Simultan)
Uji f adalah uji yang digunakan untuk membuktikan apakah
variabel-variabel independen (X) secara simultan bersama-sama
pempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Apabila
Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen dengan munggunakan tingkat signifikansi sebesar
5%. Jika nilai F hitung > Ftabel, maka secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu
dapat juga melihatnya dengan nilai probabilitas. Jika nilai
55
profitabilitas lebih kecil dari pada 0.05 (untuk tingkat signifikansi
5%), maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih
besar dari pada 0.05 maka secara serentak tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hipotesis yang
digunakan:
1) H0: β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2) H0: β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
varibel independen terhadap variabel dependen..
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen secara bersama-sama. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Dalam melukukan uji ini, semakin besar nilai R2
menunjukan bahwa semakin baik model dapat menjelaskan variabel
dependen. Menurut (Ghozali, 2013), nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
Rumus koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:
R2 = 𝐸𝑆𝑆
𝑇𝑆𝑆
Keterangan :
56
R2 : Koefisien determinasi
ESS : Explained Sum of Square
TSS : Total Sum of Square
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen dalam penelitian ini dipilih oleh peneliti adalah
suatu instrument pasar modal berbasis syariah, yaitu pasar modal
Reksadana. reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai
dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan
pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Rodoni, 2009:79).
Di dalam reksadana syariah yang menggambarkan baik buruknya
kinerja reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersihnya (NAB). Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah. Menurut Ahmad Rodoni
(2009:98), Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio
reksadana. Net Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t
57
LIABt= Total Kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
Data NAB Reksadana Syariah diperoleh langsung dari
www.ojk.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama
periode pengamatan antara Januari 2012 sampai Desember 2015.
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu:
58
a) Inflasi
Inflasi merupakan variabel bebas pertama. Inflasi adalah
proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Akibat
dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat
karena secara riil tingkat pendapatan juga menurun. Indikator
inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli
Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari
bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut:
Keterangan :
INF = Inflasi
IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode
sebelum t
Penelitian ini akan menggunakan data inflasi yang
dipublikasikan di www.bi.go.id. dengan periode data Januari 2013
sampai dengan Desember 2016.
b) Harga Emas
Harga emas merupakan suatu nilai dimana cenderung konstan
dan minim risiko, dan satuan harga yang dipakai adalah miliar
INF = (IHKt – IHKt-1) x 100
IHKt-1
59
rupiah. Harga emas merupakan suatu patokan seluruh dunia
merupakan standarisasi pasar emas London. Data yang diperoleh
merupakan data yang ada di www.finance.yahoo.com dan data
tersebut merupakan data per bulan dari periode Januari 2013 sampai
31 Desember 2016.
3. SBSN/Sukuk
Variabel ini merupakan sukuk yang diterbitkan Negara yang
bertujuan untuk sebagai instrument dalam pengendalian perekonomian
Negara. Obligasi yang berlandasan syariah ini maerupakan instrument
pemerintah guna untuk menarik daya Tarik investor yang memang lebih
cenderung mengikuti prinsip-prinsip syariah. Pada variabel ini, data-data
yang ada dapat diperoleh di website www.kemenkeu.go.id, dana data
yang diambil mulai dari 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2016.
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Menurut Martalena dan Malinda (2011:100) Indeks syariah atau JII
(Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham
mengakomodasi syariat investasi dalam islam atau indeks yang
berdasarkan syariah islam. Dengan kata lain, dalam indeks ini
dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam
syariat Islam. Data JII diperoleh langsung www.finance.yahoo.com Data
yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode pengamatan
antara Januari 2013 sampai Desember 2016.
60
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Aktivitas pasar modal di Indonesia dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta.
Efek yang diperdagangkan pada saat itu adalah saham milik perusahaan orang
Belanda dan obligasi yang diperdagangkan adalah obligasi milik pemerintah
Hindia Belanda. Aktivitas pasar modal ini berhenti ketika terjadi Perang
Dunia II. Ketika Indonesia merdeka, pemerintah menerbitkan obligasi pada
tahun 1950 (Abdul Manan, 2009: 13). Pengaktifan pasar modal di Jakarta
ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat tentang Bursa
Nomor 13 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1952 yang berkaitan dengan pasar modal.
Objek penelitian yang diteliti adalah, data seluruh produk reksadana
syariah yang terdaftar di perusahan OJK, dimana total keseluruhan hasil
penjualan harga portofolio yang terjual dipasar yang di akumulasikan dalam
nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah. Data yang di ambil untuk NAB
tersebut dari tahun 2013 sampai 2016 dengan model data bulanan. Dalam
total penjualan portofolio tersbut sudah termasuk berbagai macam bentuk
reksadana syariah yaitu, campuran, tetap, dan pendapatan.
Reksadana syariah yang ada di dunia diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1995 oleh National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama
Global Trade Equity dengan kapitalisasi sebesar U$150 juta (Mohammad
61
Heykal, 2012:89). Kemudian perkembangan pasar modal syariah ada di
Malaysia melalui pengembangan industri unit trust mereka yang berawal dari
pada tahun 1959. Namun di negara Indonesia reksadana syariah
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1997 oleh PT Danareksa Invesment
Management dengan prinsip-prinsip syariah dengan jenis reksadana
campuran Danareksa Islam Berimbang.
1. NAB Reksadana Syariah
Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksa Dana
didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi,
dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual
saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya
pada harga nilai aktiva bersihnya.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1
ayat (27), didefinisikan bahwa reksadana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
UU Pasar tersebut tidak membedakan yang mana reksadana konvensional
dan yang mana reksadana dengan prinsip syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor: 20/DSN-
MUI/IX/2000 tanggal 18 April 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksa Dana Syariah telah mendefinisikan tentang
reksadana syariah. Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI
No.20/DSN- MUI/IX/2000 mendefinisikan reksadana syariah sebagai
62
reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah
Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta
(shahib al-mal/rabb al- mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil
shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-
mal dengan pengguna investasi.
Tabel 4.1
Data reksadana syariah
Tahun
Bulan 2013 2014 2015 2016
Jan 8,067.08
9,510.85
11,260.39
10,396.86
Feb
8,169.85 9,185.25 11,451.32 9,061.02
Maret
8,540.46 8,918.50 12,035.97 9,061.02
April
7,978.14 8,966.03 11,609.42 9,303.47
Mei
8,557.56 9,110.79 11,796.36 9,556.16
Juni
9,437.78 9,384.47 9,303.46 9,901.24
Juli
9,279.66 9,363.91 11,393.42 9,928.47
Agustus
9,017.34 9,593.57 10,838.18 10,666.52
September
9,350.89 9,690.21 10,108.49 12,087
63
Oktober
9,800.15 10,267.35 10,696.32 12,159.95
November
9,595.05 10,198.79 11,030.35 12,930.30
Desember
9,432.19 10,268.56 11,019.43 14,914.63
Sumber: www.ojk.go.id
Dilihat perkembangannya dari tahun 2013 sampai ke 2016 yang di
paparkan di tabel 4.1 bahwa reksadana syariah mengalami perkembangan
yang cukup baik, tiap tahunnya jumlah unit dan NAB tiap tahunnya selalu
meningkat. Hasil perkembangan dilihat dari akhir tahun per bulan
Desember. Pada tahun 2013 jumlah reksadana syariah dengan NAB Rp
9,432.19 miliar, tahun 2014 jumlah reksadana syariah dengan NAB Rp
11,158.00 miliar, di 2015 jumlah reksadana syariah dengan NAB Rp
11,019.43 miliar, di tahun 2016 jumlah reksadana syariah dengan NAB
Rp 14,914.63 miliar. Data tersebut menunjukan bahwa salah satu
instrument pasar modal syariah yaitu reksadana syariah adalah suatu
investasi yang menjanjikan untuk para investor menanamkan modalnya,
dikarenakan terlihat di tabel 4.1 yang artinya reksadana syariiah assetnya
selalu bertambah.
2. Inflasi
Inflasi adalah suatu fenomena yang harus di tangani oleh
pemerintah dalam menyesuaikan kondisi perekonomian negara. Indikator
penyebab inflasi yang di berlakukan pemerintah biasanya untuk
menstabilkan perokonomian dalam bentuk kebijakan kenaikan harga bbm
64
maupun kenaikan tingkat suku bunga, yang bertujuan untuk mengurangi
peredaran uang dipasar dan menistabilkan nilai rupiah. Dalam tabel
berikut menjelaskan fluktuasi inflasi yang terjadi di negara Indonesia.
Tabel 4.2
Data inflasi
Tahun
Bulan 2013 2014 2015 2016
Jan
4.57%
8.22%
6.96%
4.14%
Feb
5.31% 7.75% 6.29% 4.42%
Maret
5.90% 7.32% 6.38% 4.45%
April
5.57% 7.25% 6.79% 3.60%
Mei
5.47% 7.32% 7.15% 3.33%
Juni
5.90% 6.70% 7.26% 3.45%
Juli
8.61% 4.53% 7.26% 3.21%
Agustus
8.79% 3.99% 7.18% 2.79%
September
8.40% 4.53% 6.83% 3.07%
Oktober
8.32% 4.83% 6.25% 3.31%
65
November
8.37% 6.23% 4.89% 3.58%
Desember
8.38% 8.36% 3.35% 3.02%
Sumber : www.ojk.go.id
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi
ekonomi yang terlalu panas(overheated). Artinya, kondisi ekonomi
mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran
produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan
(Suramaya, 2012 : 54). Analisa dilihat dari persentase per bulan Desember
tiap tahunnya.Berawal dari tahun 2013 sampai 2015 pada tabel 4.2
memaparkan bahwa data inflasi dalam kurun waktu 4 tahun tersebut
mengalami fluktuatif di tiap tahunnya. Pada tahun 2013 nilai inflasi
berada 8,38% yaitu persentase cukup besar berpengaruh terhadap
kestabilan perekonomian. Pada tahun 2014 menurun 0.02%, tahun 2015
inflasi berada di nilai 3,35% yang menjelaskan bahwa inflasi menurun
drastis dan ini menjelaskan bahwa perokonomian kita di zona aman, pada
tahun 2016 kembali menurun di nilai 3,02%.
3. Harga emas
Emas pada dasarnya dijadikan sebagai alat yang memiliki nilai
kekayaan apabila situasi perekonomian sedang turun. Emas memiliki
supply terbatas dan tidak mudah didapat, sehingga sering dijadikan pilihan
oleh investor yang memiliki karakteristik menghindari resiko sebagai
langkah untuk melakukan perlindungan terhadap nilai investasinya.
66
Tabel 4.3
Data Harga Emas (Rp/ troy ounce)
Tahun
Bulan 2013 2014 2015 2016
Jan
16,193,210
15,163,570
15,738,060
15,246,500
Feb
15,768,080 15,548,180 15,645,130 16,214,590
Maret
15,470,050 15,266,420 15,400,940 16,422,150
April
14,468,020 14,848,750 15,524,500 16,372,810
Mei
13,800,130 14,845,830 15,747,600 16,906,820
Juni
13,274,350 15,206,960 15,729,590 17,057,020
Juli
12,965,270 15,304,300 15,087,760 17,530,960
Agustus
14,313,890 15,169,150 15,407,030 17,634,720
September
15,312,710 14,714,180 16,186,450 17,405,680
Oktober
14,965,440 14,843,810 16,011,970 16,487,950
November
14,768,430 14,286,200 14,846,720 16,452,780
Desember
14,764,530 14,933,660 14,903,950 15,528,010
Sumber : www.indexmundi.com
67
Berdasarkan tabel 4.3 harga emas memiliki fluktuasi yang tidak
terlalu signifikan. Oleh sebab itu saat ini emas mulai dilirik lagi oleh para
investor dalam mengembangkan investasinya karena emas dinilai
memiliki harga yang relatif stabil dan minim resiko.
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks terakhiryang telah
dikembangkan oleh BEJ dalam kerjasama dengan Danareksa Invesment
Management untuk merespons kebutuhan informasi yang berkaitan
dengan investasi syariah.
Tujuan pembentukan Jakarta Islamic Index adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kepercayaan investor melakukan investasi pada saham
berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam
menjalankan syariah islam untuk melakukan investasi di bursa efek;
b. Mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis
syariah di Indonesia. IIIIIIII
c. Menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio
saham yang halal.
68
Tabel 4.4
Data JII
Tahun
Bulan 2013 2014 2015 2016
Jan 604.61
602.873
706.676
612.75
Feb
645.219 626.864 722.098 641.86
Maret
660.337 640.411 728.204 652.687
April
682.691 647.674 664.803 653.258
Mei
676.583 656.83 698.069 648.852
Juni
660.165 654.999 656.991 694.344
Juli
623.747 690.396 641.971 726.61
Agustus
592.002 691.132 598.284 746.872
September
585.593 687.619 556.088 739.69
Oktober
615.706 670.443 586.096 739.911
November
579.868 683.015 579.797 682.711
Desember
585.11 691.039 603.349 694.127
Sumber : www.finance.yahoo.com (data diolah)
69
Pada tabel 4.4 merupakan perkembangan JII dalam setiap
periodenya, Namun pada tahun 2015 JII mengalami penurunan hingga
556,088 poin pada bulan September. Meskipun demikian, produk-produk
syariah masih lebih tahan banting di banding produk konvensional ketika
krisis. Hal ini terbukti saat krisis pada tahun 2008 dalam jangka panjang
JII masih kompetitif. Kemudian di tahun – tahun berikutnya maupun
sebelumnya JII tidak menjelaskan penurunan yang terlalu signifikan.
5. SBSN
Salah satu instrumen keuangan syariah yang telah diterbitkan baik
oleh negara maupun korporasi adalah sukuk atau obligasi syariah. Dalam
peraturan OJK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, sukuk
terdefinisi sebagai efek syariah berbentuk sertifikat atau bukti kepemilikan
yang memiliki nilai yang sama dan mewakili yang tidak tertentu (tidak
terpisahkan atau tidak terbagi(syuyu’l undivided share)) atas:
1) Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat);
2) Nilai manfaat atas aset berwujud (manafi’ul a’yan) tertentu baik
yang sudah ada maupun yang akan ada
3) Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
4) Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan)
5) Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath istitsmarin
khashah).
70
Tabel 4.5
Data SBSN (satuan rupiah)
Tahun
Bulan 2013 2014 2015 2016
Jan 31.77471
32.52792
32.83513 33.20384
Feb 32.21739 32.46281 32.85307 33.23214
Maret 32.23559 33.08423 32.98121 33.43116
April 32.25224 32.5674 32.98781 33.45831
Mei 32.27671 32.57902 33.12927 33.49722
Juni 32.29504 32.5954 33.15128 33.47212
Juli 32.35532 32.58897 33.17064 33.48018
Agustus 32.37772 32.60519 33.19774 33.51059
September 32.54282 32.76978 33.16545 33.52518
Oktober 32.53255 32.77804 33.14786 33.53963
November 32.55732 32.77973 33.16959 33.55364
Desember 32.55652 32.78376 33.17539 33.55354
Sumber : www.finance.yahoo.com (data diolah)
Pada tabel diatas menunjukan bahwa SBSN mengalami perubahan
harga yang tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2015 memang terjadi
penurunan harga SBSN pada point terakhir 33.17539 di bulan desember.
Tabel tersebut menjelaskan bahwa model saham syariah memiliki potensi
yang cukup baik dalam sisi keamanan terhadap pihak investor.
71
B. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji Normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat
variabel dependen dan variabel independen yang berdistribusi normal
atau tidak. Data yang tidak berdistribusi secara normal dalam
persamaan regresi maka akan memberikan hasil yang bias, oleh
karena itu model yang baik adalah yang memiliki distribusi data yang
normal.
Uji Normalitas data apabila dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk sampel dalam jumlah yang kecil. Berikut adalah
hasil normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: ResidualsSample 2013M01 2016M12Observations 48
Mean -2.78e-16Median 0.007604Maximum 0.250072Minimum -0.178988Std. Dev. 0.088904Skewness 0.025434Kurtosis 3.146116
Jarque-Bera 0.047874Probability 0.976347
Sumber : Data di olah
72
Berdasarkan grafik histogram diatas, nilai probabilitas
menunjukan angka 0.976347 nilai tersebut jelas lebih besar dari
derajat kesalahan yaitu sebesar 0,05 maka bisa diasumsikan bahwa
data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
b) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mencari tahu apakah ada
atau tidaknya hubungan yang sempurna antar variabel indenpenden
dalam model regresi. Untuk mendeteksi nilai ada atau tidaknya
permasalahan multikoliniearitas dapat dilihat dari nilai koefisien antar
variabel indenpenden. Jika nilai koefisien korelasi variabel
independen diatas 0,9 maka dinyatakan terjadi multikolinearitas
(Ghozali, 2013). Berikut ini adalah hasil Uji Multikolinearitas dalam
penelitian ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikoliniearitas
INFLASI LN_SBSN LN_EMAS LN_JII
INFLASI 1 -0.537576 -0.557003 -0.480477
LN_SBSN -0.537576 1 0.648203 0.297757
LN_EMAS -0.557003 0.648203 1 0.317517
LN_JII -0.480477 0.297757 0.317517 1
Sumber : Data diolah
73
Tabel 4.7 menjelaskan hasil bahwa nilai koefisien korelasi antar
variabel berada di bawah 0,90sehingga dapat di simpulkan bahwa
penelitian terbebas dari masalah multikoliniaritas.
c) Uji Heterokedesitas
Uji Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual variabel
model regresi. Data yang baik adalaj data yang homoskedastisitas,
artinya memiliki kesamaan varians. Homokedastisitas terjadi jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap
dan jika berbeda dapat disebut. Berikut ini adalah hasil uji
heterokedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini:
Tabel 4.8
Hasil uji heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah
Untuk menguji masalah heteroskedastisitas, peneliti
menggunakan uji white, yaitu melihat dari nilai Prob Chi Square >
0,05menguji masalah heterokedastisitas, peneliti menggunakan uji
white, yaitu dengan melihat nilai Prob Chi-Square pada Obs*R-
squared. Jika nilai Prob Chi-Square > 0,05 maka tidak terjadi
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.448735 Prob. F(4,43) 0.0605
Obs*R-squared 8.905344 Prob. Chi-Square(4) 0.0635
Scaled explained SS 7.668815 Prob. Chi-Square(4) 0.1045
74
heterokedastisitas, begitu juga sebaliknya apabila nilai Prob Chi-
Square < 0,05 maka penelitian tersebut terjadi heterokedastisitas. Dari
tampilan tabel diatas, nilai Prob berada diatas 0,05 yaitu sebesar
0,0635 maka dapat disimpulkan model tidak mengandung unsur
heterokedastisitas.
d) Uji AutoKorelasi
Uji Autokorelasi merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan penggangu pada periode t dengan periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi juga dapat dikatakan adanya kondisi
gangguan yang berurutan diantara yang masuk ke dalam fungsi
regresi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini
digunakan uji lagrane multiplier (LM-tes). Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai signifikansi, apabila nilai signifikansi dari prob*R < 0,05
maka model tersebut mengandung autokorelasi, begitupun sebaliknya
apabila nilai signifikansi dari prob*R > 0,05 maka model tersebut
terbebas dari unsur autokorelasi. Uji Autokorelasi dapat dituliskan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat permasalahan autokorelasi
H1: Terdapat permasalahan autokorelasi
75
Tabel 4.9
Dari tampilan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai probability
obs*R-squared adalah 0,411914 atau lebih besar dari 0,05. Artinya
bahwa data dalam penelitian ini tidak mengandung autokorelasi, dan
menerima H0 karena data tidak terdapat permasalahan autokorelasi.
2. Uji Signifikasi
Tabel 4.10
Hasil Uji F dan Uji T
Dependent Variable: NAB
Method: Least Squares
Date: 10/06/18 Time: 16:36
Sample: 2013M01 2016M12
Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.508857 4.53310 1.65644 0.1049
INFLASI 1.122611 0.989167 1.134905 0.2627
LN_EMAS -0.538799 0.295285 -1.824675 0.0750
LN_JII 0.422640 0.208577 2.026298 0.0490
LN_SBSN 0.237635 0.040737 5.833378 0.0000
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.784448 Prob. F(2,40) 0.463265
Obs*R-squared 1.773877 Prob. Chi-Square(2) 0.411914
Sumber : Data diolah
76
R-squared 0.520324 Mean dependent var 9.210673
Adjusted R-squared 0.475703 S.D. dependent var 0.128365
S.E. of regression 0.092947 Akaike info criterion -1.815240
Sum squared resid 0.371484 Schwarz criterion -1.620323
Log likelihood 48.56576 Hannan-Quinn criter. -1.741580
F-statistic 11.66097 Durbin-Watson stat 0.739470
Prob(F-statistic) 0.000002
Sumber : Data diolah
a) Uji Signifikan f (Uji Simultan)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh variabel
independen (Inflasi, Harga Emas, JII, SBSN) terhadap variabel
dependen (Reksadana Syariah) secara bersama-sama atau simultan.
Maka dapat dirumuskan hipotesis dari uji simultan (Uji F) sebagai
berikut:
H0: Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
H1: Variabel independen secara bersama-sama berpangaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hipotesis tersebut, maka cara untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh signifikan antar variabel secara bersama-sama
dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas (prob) >
0,05 maka variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Begitupun sebaliknya, jika
nilai probabilitas (prob) < 0,05 maka variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
77
Dari hasil penelitian diatas, dapat dilihat bahwa nilai F hitung
adalah 11,66097 dengan nilai probabilitas dari F hitung 0,000002
artinya nilai probabilitas berada dibawah nilai signifikansi 0,05. Maka
dapat disimpulkan menerima H1 dan menolak H0 yang berarti variabel
independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
variabel dependen. Pada hasil penelitian tersebut bahwa hasil uji F
(Simultan) didukung oleh penelitian terdahulu yaitu Ainur
Rachman(2015) yang menyatakan bahwa keempat variabel tersebut
dapat merubah NAB dari reksadana syariah
b) Uji Signifikasi t (Uji Parsial)
Uji t dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh
variabel independen (Inflasi, Hrga Emas, JII, SBSN) terhadap variabel
dependen (Reksadana Syariah) secara individu atau parsial. Berikut
adalah hasil Uji t dalam penelitian ini.
1) Pengaruh Inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah
Hasil perhitungan yang didapatkan nilai t-statistic variabel
inflasi sebesar 1.122611dengan nilai probabilitas 0,2627 yang
berarti nilai probabilitas diatas nilai signifikansi 0,05, yaitu
0,2627 > 0,05 artinya bahwa hasil hipotesis menerima H0 dan
menolak H1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan namun berhubungan positif terhadap NAB
reksadana syariah.. pada uji tiap variabel indenpenden terhadap
variabel dependen, bahwa pengaruh inflasi terhadap NAB
78
reksadana syariah tidak memiliki pengaruh dan didukung
penelitian terdahulu oleh Fitria Saraswati (2013), dimana sang
peneliti mendapatkan hasil Inflasi terhadap NAB reksadana
syariah tidak berpengaruh signifikan
2) Pengaruh Harga Emas terhadap NAB reksadana Syariah
Hasil perhitungan yang didapatkan nilai t-statistic Harga
Emas sebesar -0,538799 dengan nilai probabilitas 0,0750. Hal
tersebut berarti nilai probabilitas lebih besar dari nilai signifikansi
0,05, yaitu 0,0750 > 0,05 artinya bahwa H0 diterima dan menolak
H1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel harga emas
tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah,
namun berhubungan negatif terhadap NAB reksadana syariah.
Pada hasil tersebut menjelaskan bahwa harga emas(komoditas)
memang tidak termasuk dalam instrument penanaman saham di
reksadana syariah, kenapa? Karena reksadana dalam penentuan
harga portofolionya memakai nilai rupiah. Dan menejer investasi
reksadana memang tidak menerima modal berbentuk harga emas.
Sistem kerja dari reksadana dan emas beda, dalam resikonya emas
itu rawan hilang dan peran bank custodian lebih berat
dibandingkan reksadana syariah. Reksadana pun tidak ada biaya
penyimpanan sedangkan emas memerlukan biaya penyimpanan.
Jadi bertolak belakang sistem saham berbentuk harga emas
dengan reksadana syariah.
79
3) Pengaruh Jakarta Islamic Index terhadap NAB Reksadana
Syariah
Hasil perhitungan yang didapatkan nilai t-statistic JII
0,422640 dengan nilai probabilitas 0,0490 yang berarti nilai
probabilitas lebih kecil dari nilai signifikansi yaitu, 0,0490 < 0,05
hal tersebut berarti menolak H0 dan menerima H1. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel JII berpengaruh signifikan, dan
berhubungan positif terhadap NAB reksadana syariah. Penelitian
ini mendapatkan dukungan dari hasil peneliti terdahulu yaitu
Ahmad Mursyidin(2010) yang menyatakan bahwa JII memiliki
pengaruh yang dominan terhadap perkembangan NAB reksadana
syariah. Memperkuat hasil penelitian ini bahwasanya diperkirakan
reksadana syariah sebgaian besar atau hamper seluruhnya
diinvestasikan pada sham-saham ayang termasuk kedalam indeks
syariah JII, sehingga peningkatan pada indeks syariah tersebut
akan berpengaruh terhadap perubahan nilai aktiva bersih
reksadana syariah, dan hal ini sesuai dengan teori dimana JII
merupakan tolak ukur suatu investasi saham berbasis syarih
4) Pengaruh SBSN(sukuk) terhadap NAB Reksadana Syariah
Hasil perhitungan yang didapatkan nilai t-statistic Return
on Asset sebesar 0,237635 dengan nilai probabilitas 0,0000. Hal
tersebut berarti nilai probabilitas berada dibawah 0,05 yaitu,
0,0000 < 0,05 artinya bahwa hipotesis menunjukan hasil
80
menerima H1 dan menolak H0. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel SBSN berpengaruh signifikan, dan memiliki hubungan
positif terhadap NAB reksadana syayriah. Dalam pengujian
tersebut, hasil yang sang peneliti saat ini bertolak belakang
dengan penelitian terdahulu yaitu Mochamad Rizki (2013) yang
hasilnya bahwa sukuk/obligasi syariah tidak berbengaruh
terhadap reaksi peningkatan pasar modal syariah. Hasil
pengolahan data sang peneliti dengan peneletian bertolak
belakang dikarenakan perbedaan sukuk yang dipakai. Sukuk si
peneliti adalah sukuk negara, sedangkan sukuk yang di pakai
peneliti terdahulu adalah sukuk koorporasi. Dalam memperkuat
hasil penelitian ini, bahwa dalam peraturan OJK No. 19/2015
yang memberlakukan Reksadana Syariah berbasis Sukuk Negara
yaitu SBKS (Surat Berharga Komersial Syariah). Dalam internal
mekanisme perkembangan Reksadana Syariah adanya Reksadana
yang berbasis sukuk (SBSN) yang diterbitkan.
c) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Salah satu untuk mengetahui nilai yang dapat menjelaskna
hubungan variabel indenpenden dengan dependen adalah dengan
mendapatkan hasil adjusted R-square. Pada tabel 4.10 diketahui nilai
Adjusted R-square sebesar 0,475703 menunjukan bahwa variabel
independen (Inflasi, Harga Emas, JII, SBSN) dapat menjelaskan
variabel dependen (NAB Reksadana Syariah) sebesar 47,57%,
81
sedangkan sisanya sebesar 52,43% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak terdapat dalam model.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan dilakukannya penelitian dan analisis pembahasan data pada bab
sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel indenpenden yang terdapat dalam penelitian ini secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal tersebut
dapat diketahui setelah melakukan uji F dan melihat probabilitasnya dari
F hitung yang dibawah nilai signifikansi sebesar 0,000002 < 0,05.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi,
Harga Emas, JII, dan SBSN. Dan variabel dependennya berupa NAB
Reksadana Syariah.
2. Uji t yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan nilai
signifikansi 0,05 menghasilkan nilai Inflasi sebesar 0,2627 artinya bahwa
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah dan
memiliki nilai koefisien positif. Inflasi menghasilkan nilai koefisien
sebesar 1.122611 yang menunjukan arah positif dengan nilai probabilitas
0,2627 maka dapat disimpulkan inflasi tidak memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel harga emas dalam
penelitian ini menghasilkan nilai koefisien sebesar -0,538799 dengan
probabilitas diatas nilai signifikansi yaitu 0,0750 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel harga emas tidak berpengaruh signifikan dan
83
berhubungan negatif terhadap NAB reksadana syariah. Variabel JII
menunjukan nilai koefisien sebesar 0,422640 dengan nilai probabilitas
0,0490 hal tersebut berarti JII berpengaruh signifikan dan berhubungan
positif terhadap NAB reksadana syariah. Kemudian SBSN menghasilkan
nilai koefisien sebesar 0,237635 dan nilai probabilitas dibawah nilai
signifikansi sebesar 0,0000 maka dapat disimpulkan SBSN memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap NAB reksadana syariah.
B. Saran
Penulis menyadari dan merasa bahwa penelitian ini perlu dan masih
banyak untuk dibenahi, oleh karena itu peneliti memaparkan beberapa saran
untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis. Hal
tersebut adalah:
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya terbatas, maka
dari itu diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat memberikan
gambaran baru melalui variabel-variabel lain di luar dari variabel ini
dalam memberikan hasil yang lebih baik lagi dan agar hasil penelitian
menjadi beragam.
2. Peneliti lain diharapkan dapat menggunakan metode yang berbeda agar
kesimpulan yang dihasilkan lebih lengkap.
3. Periode pada penelitian ini adalah 2013-2016. Peneliti lain diharapkan
menggunakan periode data yang terbaru dengan jumlah data yang lebih
banyak dan mengikuti perkembangan perekonomian khususnya dibidang
84
perbankan dan sektor saham. Hal tersebut dilakukan agar hasil penelitian
menjadi lebih baik.
Data yang digunakan adalah total keseluruhan hasil jual beli portofolio
reksadana syariah yang masuk ke NAB reksadana syariah itu sendiri, dimana
segala model reksadana syariah masuk kedalamnya, dan berbagai perusahaan
beserta bang kustodian.
85
DAFTAR PUSTAKA
A. Chairul Hadi, MA dan M. Mujiburrahman, MA “Investasi Syariah (Konsep
dasar dan implementasinya)”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2011.
Ansori, Aan. “Digitalisasi Ekonomi Syariah”, Jurnal Keuangan dan Bisnis Islam
Vol. 7 No. 1, Banten 2016.
Antolis, Teguh dan Dossugi Samuel. “Pengaruh Fluktuasi IHSG, Inflasi, dan
Suku Bunga Terhadap Timbal Hasil Unit link Berbasis Syariah”,
Journal of Applied Finance and Accounting Vol. 1 No. 1,
Jakarta, 2008.
Datuk, Bahril. “Sukuk Dimensi Baru Pembiayaan Pemerintah Untuk
Pertumbuhan Ekonomi”, Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Vol. 14 No. 1,
Sumatra Utara, 2014.
Dwijayanthy, Febrina dan Prima Naomi. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate,
dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-
2007”, Karisma Vol. 3 No. 2, Jakarta, 2009.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010.
Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
Jakarta, 2009
Handiani, Sylvia. “Pengaruh Harga Emas, Harga Minyak Dunia, dan Nilai Tukar
Dollar Amerika/Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, E-
Journal Graduate Unpar Vol. 1 No. 1, Bandung, 2014.
Husnul, Habib Muhammad dan Raden Rustan Hidayat. “Analisis Pengaruh
Inflasi, Kurs(IDR/USD) Produk Domestik Bruto dan Harga Emas Dunia
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB) Vol. 53 No. 1, Malang, 2017.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami Edisi kedua”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008
Kewal, Suramaya Suci. “ Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDB Terhadap Indeks Harga SahamGabungan”, Jurnal Economia Vol. 8
No. 1, Palembang, 2012
86
Kurniawati Devi Dwi. “Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) Dan
Dampaknya Bagi Pasar Modal Syariah. Jurnal Akuntansi, 2014
Marwoto, Windra Pan Budi dan Yudi Rafani. “Analisis Pengaruh Inflasi,
Pertuumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Pengangguran Terhadap
Kemiskinan Di Indonesia”, JIP MB Vol. 14 No. 2, Bangka Belitung,
2016.
Maulidizen, Ahmad. “Riba, Gharar dan Moral Ekonomi Islam Dalam Prespektif
Sejarah dan Komparatif”, Islamic Economic Vol. 7 No. 2, Malaysia,
2016.
Mursyidin, Ahmad. “Analisis Variabel Makroekonomi dan Indeks Syariah
Tehadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”, UIN Jakarta, Jakarta,
2010.
Pratama, Bintang. “Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah Di Indonesia
Menggunakan Metode Sharpe”, Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 3 No. 9,
Bali, 2016.
Pratama, Mochamad Rizki. “Pengaruh Penerbitan Obligasi Syariah(Sukuk)
Terhadap Reaksi Pasar Modal Indonesia”, {Skripsi}, Universitas
Widyatama, Bandung, 2013.
Rachman, Ainur. “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate Terhadap NAV
Reksadana Syariah”, JESTT Vol. 2 No. 12, Bali, 2015
Rama, Ali. “Analisis Sistem Tata Kelola Syariah Bagi Perbankan Syariah Di
Indonesia Malaysia”, Jurnal Bimas Islam Vol. 8 No. 1 , Jakarta, 2015
Rama, Ali. “Pembangunan Ekonomi dalam Maqashid Syariah”, Jurnal Dialog,
Jakarta , 2013.
Rama, Ali. “Potensi Ekonomi Syariah Global”, Kolom Opini, Koran Replubika,
Jakarta, 2014
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Lembaga penelitian UIN Jakarta Cet. 1,
Jakarta, 2009
Saraswati, Fitria. “Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan JUB
Terhadap NAB Reksadana Syariah”, {skripsi}, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013.
Sinaga, Asmawarna. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Bagi Hasil,
Inflasi, dan Harga Emas Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Perbankan Syariah Periode 2010-2015”, {Skripsi}, UIN Sumut, Medan,
2017.
Soemitra, Andri M.A “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2009.
87
Sujoko. “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG Dan
Kelolaan Terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham”, DIE-Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Manajemen Vol. 5 No. 2, Surabaya, 2009.
Sukino, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Syamsuri. “Pradigma pembangunan Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Islam Vol 7 No.
2, Gontor, 2016.
Trisilo, Rudi Bambang. “Penerapan Akad Obligasi Syariah dan Sukuk
Negara(SBSN)”, Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam Vol. 4 No. 1, Jakarta
2014.
Wahyu, Wing. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews edisi 5”,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2017.
Wismabudi, M. Bagus. “Analisi Pembentukan Portofolio Optimal Dengan
Menggunakan Model Indeks Tunggal”, JAB Vol. 15 No. 1, 2014.
Witjaksono, Ardian Agung. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei
225, dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG”, Tesis, Semarang,
2010.
www.bi.go.id
www.finance.yahoo.com
www.indexmundi.com
www.kemenkeu.go.id
www.ojk.go.id
www.infovesta.com
www.id.bersatu.com
Yudawanto, Alvis, Hidayat Raden rustam dkk. “ Analisi Kinerja Reksadana dan
Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen”, JAB,
Malang, 2017.
Yuliarti. “Analisis Komparatif Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana
Syariah Dengan Menggunakan Metode Sharpe, Treynor Dan Jensen
Pada Bursa Efek Indonesia 2010- 2012”, {Skripsi}, Semarang, 2013.
88
LAMPIRAN
Lampiran I : Data Variabel Penelitian
TAHUN (y)NAB
Reksadana
Syariah
Inflasi
SBSN
Harga Emas
JII
2013 1 8,067.08
4.57%
31.77471
16,193,210
604.61
2013 2 8,169.85 5.31% 32.21739 15,768,080 645.219
2013 3 8,540.46 5.90% 32.23559 15,470,050 660.337
2013 4 7,978.14 5.57% 32.25224 14,468,020 682.691
2013 5 8,557.56 5.47% 32.27671 13,800,130 676.583
2013 6 9,437.78 5.90% 32.29504 13,274,350 660.165
2013 7 9,279.66 8.61% 32.35532 12,965,270 623.747
2013 8 9,017.34 8.79% 32.37772 14,313,890 592.002
2013 9 9,350.89 8.40% 32.54282 15,312,710 585.593
2013 10 9,800.15 8.32% 32.53255 14,965,440 615.706
2013 11 9,595.05 8.37% 32.55732 14,768,430 579.868
2013 12 9,432.19 8.38% 32.55652 14,764,530 585.11
2014 1 9,510.85
8.22%
32.52792
15,163,570
602.873
89
2014 2
9,185.25 7.75% 32.46281
15,54
8,180 626.864
2014 3 8,918.50 7.32% 33.08423 15,266,420 640.411
2014 4 8,966.03 7.25% 32.5674 14,848,750 647.674
2014 5 9,110.79 7.32% 32.57902 14,845,830 656.83
2014 6 9,384.47 6.70% 32.5954 15,206,960 654.999
2014 7 9,363.91 4.53% 32.58897 15,304,300 690.396
2014 8 9,593.57 3.99% 32.60519 15,169,150 691.132
2014 9 9,690.21 4.53% 32.76978 14,714,180 687.619
2014 10 10,267.35 4.83% 32.77804 14,843,810 670.443
2014 11 10,198.79 6.23% 32.77973 14,286,200 683.015
2014 12 10,268.56 8.36% 32.78376 14,933,660 691.039
2015 1 11,260.39
6.96%
32.38513
15,738,060
706.676
2015 2 11,451.32 6.29% 32.85307 15,645,130 722.098
2015 3 12,035.97 6.38% 32.98121 15,400,940 728.204
2015 4 11,609.42 6.79% 32.98781 15,524,500 664.803
2015 5 11,796.36 7.15% 33.12927 15,747,600 698.069
2015 6 9,303.46 7.26% 33.15128 15,729,590 656.991
2015 7 11,393.42 7.26% 33.17064 15,087,760 641.971
2015 8 10,838.18 7.18% 33.19774 15,407,030 598.284
2015 9 10,108.49 6.83% 33.16545 16,186,450 556.088
90
2015 10 10,696.32 6.25% 33.14786 16,011,970 586.096
2015 11 11,030.35 4.89% 33.16959 14,846,720 579.797
2015 12 11,019.43 3.35% 33.17539 14,903,950 603.349
2016 1
10,396.86
4.14%
33.20384
15,246,500
612.75
2016 2 9,061.02 4.42% 33.23214 16,214,590 641.86
2016 3 9,061.02 4.45% 33.43116 16,422,150 652.687
2016 4 9,303.47 3.60% 33.45831 16,372,810 653.258
2016 5 9,556.16 3.33% 33.49722 16,906,820 648.852
2016 6 9,901.24 3.45% 33.47212 17,057,020 694.344
2016 7 9,928.47 3.21% 33.48018 17,530,960 726.61
2016 8 10,666.52 2.79% 33.51059 17,634,720 746.872
2016 9 12,087 3.07% 33.52518 17,405,680 739.69
2016 10 12,159.95 3.31% 33.53963 16,487,950 739.911
2016 11 12,930.30 3.58% 33.55364 16,452,780 682.711
2016 12 14,914.63 3.02% 33.55354 15,528,010 694.127
91
Lampiran II : Data Seluruh Perusahaan yang masuk dalam OJK
No Reksa Dana Manajer
Investasi
Bank Kustodian Tanggal
Efektif
Jenis
1 PNM Syariah PT. NM
Investment
Management
Deutsche Bankl AG 15/05/2000 Campuran
2 Danareksa Syariah
Berimbang
PT.
Danareksa
Investment
Management
Citibank NA 24/11/2000 Campuran
3 BNI Dana Syariah PT. BNI
Asset
Management
PT. Bank CIMB Niaga,
tbk
21.04/2004 Pendapatan
tetap
4 PNM Amanah
Syariah
PT. PNM
Investment
Management
Deutsche Bank AG 26/08/2004 Pendapatan
tetap
5 Mandiri Investa
Syariah Berimbang
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Deutsche Bank AG 14/10/2004 Campuran
6 MNC Dana
Syariah
PT. Asset
Management
BNI 29/10/2004 Pendapatan
tetap
7. I – Hajj Syariah
Fund
PT. Insight
Investment
Management
PT. Bank CIMB Niaga
tbk.
13/01/2005 Pendapatan
tetap
8. AAA Amanah
Syariah Fund
PT. AAA
Asset
Management
PT. CIMB Niaga tbk 17/06/2005 Campuran
9. Danareksa Indeks
Syariah
PT.
Danareksa
Investment
Management
Citibank NA 17/03/2006 Indeks
10. TRIM Syariah
Berimbang
PT. Trimegah
Asset
Management
Deutsche Bank AG 26/12/2006 Campuran
11. TRIM Syariah
Saham
PT. Trimegah
Asset
Management
Deutsch Bank AG 26/12/2006 Saham
12. Syariah BNP
Paribas Investment
Partners
PT. BNP
Paribas
Invesment
Partners
HSBC 09/04/2007 Campuran
13. Mega Dana
Obligasi Syariah
PT. Mega
Capital
Investama
Standard Chartered Bank 21/05/2007 Pendapatan
Tetap
14. Batavia Dana
Saham Syariah
PT. Batavia
Prosperindo
Aset
Management
Deutsche Bank AG 16/07/2007 Saham
15. PNM Ekuitas
Syariah
PT. PNM
Investment
Management
HSBC 26/07/2007 Saham
92
16 CIMB-Principal
Islamic Equity
Growth Syariah
PT. CIMB-
Principal
Asset
Management
Deutsche Bank AG 06/08/2007 Saham
17 Mandiri Investa
Atraktif Syariah PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Deutsche Bank AG 19/12/2007 Saham
18 Cipta Syariah
Balance PT. Ciptadana
Asset
Management
Deutsche Bank AG 16/04/2008 Campuran
19 Cipta Syariah
Equity PT. Ciptadana
Asset
Management
Deutsche Bank AG 16/04/2008 Saham
20 Mandiri Investa
Dana Syariah PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Deutsche Bank AG 22/12/2008 Pendapatan Tetap
21 Manulife Syariah
Sektoral Amanah PT. Manulife
Aset
Manajemen
Indonesia
HSBC 16/01/2009 Saham
22 Schroder Syariah
Balanced Fund PT. Schroder
Investment
Management Indonesia
Deutsche Bank AG 22/04/2009 Campuran
23 Lautandhana
Proteksi Syariah I PT.
Lautandhana
Investment
Management
PT. Bank Permata, Tbk. 03/08/2009 Terproteksi
24 SAM Sukuk
Syariah Sejahtera PT. Samuel
Aset
Manajemen
PT. Bank CIMB Niaga,
Tbk. 20/01/2010 Pendapatan
Tetap
25 SAM Syariah
Berimbang PT. Samuel
Aset
Manajemen
PT. Bank CIMB Niaga,
Tbk. 20/01/2010 Campuran
26 Mandiri Protected
Dynamic Syariah
Seri 1
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard Chartered Bank 08/03/2012 Terproteksi
27 BNIAM Proteksi
Syariah Grenada
Seri I
PT. BNI Asset
Management Standard Chartered Bank 18/06/2012 Terproteksi
28 Panin Dana
Syariah Saham PT. Panin
Asset
Management
Deutsche Bank AG 20/06/2012 Saham
29 Panin Dana
Syariah Berimbang PT. Panin
Asset
Management
Deutsche Bank AG 16/08/2012 Campuran
30 BNIAM Proteksi
Syariah Grenada
Seri II
PT. BNI Asset
Management Standard Chartered Bank 10/12/2012 Terproteksi
31 BNIAM Proteksi
Syariah Grenada
Seri IV
PT. BNI Asset
Management Standard Chartered Bank 10/12/2012 Terproteksi
32 BNIAM Proteksi
Syariah Grenada
PT. BNI Asset
Management Standard Chartered Bank 10/12/2012 Terproteksi
93
Seri III
33 Bahana Syariah
Protected Fund 2 PT. Bahana
TCW
Investment
Management
Deutsche Bank AG 11/12/2012 Terproteksi
34 Bahana Syariah
Protected Fund 1 PT. Bahana
TCW
Investment
Management
Deutsche Bank AG 11/12/2012 Terproteksi
35 MNC Dana
Syariah Kombinasi PT. MNC
Asset
Management
PT. BRI (Persero), Tbk. 13/12/2012 Campuran
36 MNC Dana
Syariah Ekuitas PT. MNC
Asset
Management
PT. BRI (Persero), Tbk. 13/12/2012 Saham
37 Danareksa
Proteksi Syariah I PT. Danareksa
Investment
Management
Standard Chartered Bank 17/12/2012 Terproteksi
38 Danareksa
Proteksi Syariah II PT. Danareksa
Investment
Management
Deutsche Bank AG 17/12/2012 Terproteksi
39 Mandiri Protected
Dynamic Syariah
Seri 2
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard Chartered Bank 21/12/2012 Terproteksi
40 Mandiri Protected
Dynamic Syariah
Seri 4
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard Chartered Bank 21/12/2012 Terproteksi
41 Mandiri Protected
Dynamic Syariah
Seri 3
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard Chartered Bank 21/12/2012 Terproteksi
42 SAM Sharia
Equity Fund PT. Samuel
Aset
Manajemen
PT. Bank CIMB Niaga,
Tbk. 27/12/2012 Saham
43 Lautandhana
Saham Syariah PT.
Lautandhana
Investment
Management
PT. Bank CIMB Niaga,
Tbk. 27/12/2012 Saham
44 Emco Terproteksi
Syariah PT. EMCO
Asset
Management
PT. Bank DBS Indonesia 16/04/2013 Terproteksi
45 Syariah Premier
ETF JII PT. Indo
Premier
Investment
Management
Deutsche Bank AG 16/04/2013 ETF - Saham
46 Insight Syariah
Berimbang (I-
Share)
PT. Insight
Investments
Management
PT. Bank Permata, Tbk. 04/06/2013 Campuran
47 BNI-AM Dana
Lancar Syariah PT. BNI Asset
Management PT. Bank DBS Indonesia 04/06/2013 Pasar Uang
48 Mandiri Investa
Ekuitas Syariah PT. Mandiri
Manajemen
Deutsche Bank AG 05/06/2013 Saham
94
Investasi
49 OSO Syariah
Equity Fund PT. OSO
Manajemen
Investasi
PT. BII, Tbk. 29/08/2013 Saham
50 Avrist Equity
'Amar Syariah PT. Avrist
Asset
Management
Deutsche Bank AG 30/09/2013 Saham
51 Avrist Balanced
'Amar Syariah PT. Avrist
Asset
Management
Deutsche Bank AG 30/09/2013 Campuran
52 Sucorinvest Sharia
Equity Fund PT.
Sucorinvest
Asset
Management
Deutsche Bank AG 22/10/2013 Saham
53 Pacific Balance
Syariah PT. Pacific
Capital
Investment
PT. BRI (Persero), Tbk. 27/11/2013 Campuran
54 Mega Asset
Madania Syariah PT. Mega
Asset
Management
PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk. 06/12/2013 Campuran
55 CIMB-Principal
Balanced Growth
Syariah
PT. CIMB-
Principal
Asset
Management
Deutsche Bank AG 14/04/2014 Campuran
56 Insight Terproteksi
Syariah I PT. Insight
Investments
Management
PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk. 17/04/2014 Terproteksi
57 INSIGHT
TERPROTEKSI
SYARIAH II
PT. Insight
Investments
Management
PT. Bank Negara
Indonesia (Persero), Tbk. 06/05/2014 Terproteksi
58
CIMB-Principal
Islamic Sukuk III
Syariah
PT. CIMB-
Principal
Asset
Management
Citibank NA 09/05/2014
Pendapatan Tetap
59 Danareksa Syariah
Saham PT.
Danareksa
Investment
Management
Citibank NA 23/06/2014 Saham
60 HPAM Syariah
Ekuitas PT. Henan
Putihrai Asset
Management
PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero). Tbk
25/06/2014 Saham
61 Terproteksi
Mandiri Syariah
Seri 12
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Citibank NA 30/06/2014 Terproteksi
62 Simas Syariah
Berkembang PT. Sinarmas
Asset
Management
PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk. 22/07/2014 Saham
63 Simas Syariah
Unggulan PT. Sinarmas
Asset
Management
PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk. 22/07/2014 Saham
64 BNI-AM Dana
Pasar Uang
PT. BNI Asset
Management PT. Bank DBS Indonesia 18/09/2014 Pasar Uang
95
Syariah Amerta
65 Pratama Syariah PT. Pratama
Capital Assets
Management
Deutsche Bank AG 24/10/2014 Saham
66 Pratama Syariah
Imbang PT. Pratama
Capital Assets
Management
Deutsche Bank AG 24/10/2014 Campuran
67 Bahana Likuid
Syariah PT. Bahana
TCW
Investment
Management
Citibank NA 10/11/2014 Pasar Uang
68 Bahana Icon
Syariah PT. Bahana
TCW
Investment
Management
Citibank NA 10/11/2014 Saham
69 Mandiri Kapital
Syariah PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Citibank NA 01/12/2014 Pasar Uang
70 Mega Dana Kas
Syariah PT. Mega
Capital
Investama
PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk. 03/12/2014 Pasar Uang
71 Pacific Saham
Syariah PT. Pacific
Capital
Investment
PT. Bank Mega, Tbk. 03/12/2014 Saham
72
Maybank GMT
Syariah Money
Market Fund
PT. Maybank
GMT Asset
Management PT. Bank DBS Indonesia 31/12/2014 Pasar Uang
73
Premier Fixed
Income Syariah PT. Indo
Premier
Investment
Management
Standard Chartered Bank 23/01/2015
Pendapatan Tetap
74 SAM Sukuk
Syariah
Berkembang
PT. Samuel
Aset
Manajemen Citibank NA 02/02/2015
Pendapatan Tetap
75 Terproteksi
Mandiri Syariah
Seri 23
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Citibank NA 19/03/2015 Terproteksi
76
Bahana Sukuk
Syariah PT. Bahana
TCW
Investment
Management
Standard Chartered Bank 30/03/2015
Pendapatan Tetap
77 PNM Pasar Uang
Syariah PT. PNM
Investment
Management
PT. Bank Bukopin 15/04/2015 Pasar Uang
78 EMCO Barokah
Syariah PT. EMCO
Asset
Management
PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk. 28/04/2015 Pasar Uang
79
Sucorinvest
Syariah Saham
Dinamis
PT.
Sucorinvest
Asset
Management
PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk. 12/05/2015 Saham
80 Trimegah Pundi
Kas Syariah PT. Trimegah
Asset
PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk. 01/06/2015 Pasar Uang
96
Management
81 Insight Money
Syariah PT. Insight
Investments
Management
PT. Bank Mandiri
(Persero), Tbk. 30/06/2015 Pasar Uang
82 Maybank Syariah
Equity Fund PT. Maybank
GMT Asset
Management
HSBC 11/08/2015 Saham
83
Danareksa Melati
Pendapatan Utama Syariah
PT.
Danareksa
Investment
Management
Citibank NA 20/08/2015
Pendapatan Tetap
84 BNI-AM Dana
Saham Syariah Musahamah
PT. BNI Asset
Management PT. Bank DBS Indonesia 20/08/2015 Saham
85
Terproteksi CIMB-
Principal CPF CS
IV Syariah
PT. CIMB-
Principal
Asset
Management
PT. Bank DBS Indonesia 20/11/2015 Terproteksi
86
Manulife Saham
Syariah Asia
Pasifik Dollar AS
PT. Manulife
Aset
Manajemen
Indonesia
Citibank NA 04/12/2015
Efek Luar Negeri
87
BNP Paribas
Cakra Syariah
USD
PT. BNP
Paribas
Investment
Partners
Citibank NA 04/12/2015
Efek Luar Negeri
88
Schroder Global
Sharia Equity
Fund USD
PT. Schroder
Investment
Management Indonesia
Citibank NA 11/12/2015
Efek Luar Negeri
89 Maybank Asiapac
Equity Syariah
USD
PT. Maybank
GMT Asset
Management HSBC 21/12/2015
Efek Luar Negeri
90 MNC Dana
Syariah Barokah PT. MNC
Asset
Management
PT. Bank Negara
Indonesia (Persero), Tbk. 21/12/2015 Pasar Uang
91 Indosurya Pasar
Uang Syariah PT. Indosurya
Asset
Management
PT. Bank Maybank
Indonesia 23/12/2015 Pasar Uang
92 Aberdeen Syariah
Asia Pacific Equity USD Fund
PT. Aberdeen
Asset
Management Deutsche Bank AG 23/12/2015
Efek Luar Negeri
93 Asia Raya Syariah
Taktis Berimbang PT. Asia Raya
Kapital PT. Bank Maybank
Indonesia 25/01/2016 Campuran
94 BNI-AM Proteksi
Syariah Wimala PT. BNI Asset
Management PT. Bank Maybank
Indonesia 25/01/2016 Terproteksi
95
CIMB-Principal
Islamic Asia
Pacific Equity Syariah
(USD)
PT. CIMB-
Principal
Asset
Management
Standard Chartered Bank 24/02/2016
Efek Luar Negeri
97
Lampiran III : Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: ResidualsSample 2013M01 2016M12Observations 48
Mean -2.78e-16Median 0.007604Maximum 0.250072Minimum -0.178988Std. Dev. 0.088904Skewness 0.025434Kurtosis 3.146116
Jarque-Bera 0.047874Probability 0.976347
Lampiran IV : Uji Autokorelasi
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/27/18 Time: 15:21
Sample: 2013M02 2016M12
Included observations: 47
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.000102 0.010337 -0.009887 0.992159
D(INFLASI) -0.001586 1.277708 -0.001241 0.999015
D(LN_EMAS) -0.021837 0.283939 -0.076909 0.939078
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.784448 Prob. F(2,40) 0.463265
Obs*R-squared 1.773877 Prob. Chi-Square(2) 0.411914
98
D(LN_JII) -0.021796 0.264054 -0.082545 0.934624
D(LN_SBSN) -0.003562 0.071265 -0.049990 0.960378
RESID(-1) -0.191816 0.164153 -1.168520 0.249514
RESID(-2) 0.026806 0.168400 0.159183 0.874325
R-squared 0.037742 Mean dependent var -2.95e-18
Adjusted R-squared -0.106596 S.D. dependent var 0.064806
S.E. of regression 0.068172 Akaike info criterion -2.396951
Sum squared resid 0.185898 Schwarz criterion -2.121397
Log likelihood 63.328350 Hannan-Quinn criter. -2.293258
F-statistic 0.261482 Durbin-Watson stat 1.961078
Prob(F-statistic) 0.951537
Lampiran V : Uji Multikolinieritas
INFLASI LN_SBSN LN_EMAS LN_JII
INFLASI 1 -0.537576 -0.557003 -0.480477
LN_SBSN -0.537576 1 0.648203 0.297757
LN_EMAS -0.557003 0.648203 1 0.317517
LN_JII -0.480477 0.297757 0.317517 1
99
Lampiran VI : Uji Heterokedetisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.448735 Prob. F(4,43) 0.0605
Obs*R-squared 8.905344 Prob. Chi-Square(4) 0.0635
Scaled explained SS 7.668815 Prob. Chi-Square(4) 0.1045
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 10/25/18 Time: 12:19
Sample: 2013M01 2016M12
Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.023733 0.260016 -0.091276 0.9277
INFLASI^2 -0.895996 0.961083 -0.932277 0.3564
LN_SBSN^2 0.000140 7.17e-05 1.952923 0.0574
LN_EMAS^2 -0.000491 0.001035 -0.474376 0.6376
LN_JII^2 0.000425 0.001878 0.226102 0.8222
R-squared 0.185528 Mean dependent var 0.007739
Adjusted R-squared 0.109763 S.D. dependent var 0.011458
S.E. of regression 0.010811 Akaike info criterion -6.118252
Sum squared resid 0.005025 Schwarz criterion -5.923336
Log likelihood 151.8381 Hannan-Quinn criter. -6.044593
F-statistic 2.448734 Durbin-Watson stat 1.090477
Prob(F-statistic) 0.060512
100
Lampiran VII :Uji F, dan Uji T
Dependent Variable: NAB
Method: Least Squares
Date: 10/06/18 Time: 16:36
Sample: 2013M01 2016M12
Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 7.508857 4.53310 1.65644 0.1049
INFLASI 1.122611 0.989167 1.134905 0.2627
LN_EMAS -0.538799 0.295285 -1.824675 0.0750
LN_JII 0.422640 0.208577 2.026298 0.0490
LN_SBSN 0.237635 0.040737 5.833378 0.0000
R-squared 0.520324 Mean dependent var 9.210673
Adjusted R-squared 0.475703 S.D. dependent var 0.128365
S.E. of regression 0.092947 Akaike info criterion -1.815240
Sum squared resid 0.371484 Schwarz criterion -1.620323
Log likelihood 48.56576 Hannan-Quinn criter. -1.741580
F-statistic 11.66097 Durbin-Watson stat 0.739470
Prob(F-statistic) 0.000002
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.784448 Prob. F(2,40) 0.4633
Obs*R-squared 1.773878 Prob. Chi-Square(2) 0.4119
Recommended