View
229
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA
MEDAN BELAWAN
Oleh :
SYAMSUL BAHRI ARIFIN, SE,MM,Ak
bahrisyamsul47@yahoo.com
(Dosen Tetap STIE Harapan Medan)
RINGKASAN
Upaya Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak guna meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan
negara yang memberikan kontribusi yang terbesar dalam APBN bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Diperlukan kesadaran wajib pajak yang tinggi dan
penerapan sanksi perpajakan yang adil dan merata.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji bahwa terdapat pengaruh kesadaran
wajib pajak dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP
Pratama Medan Belawan. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Kuantitatif
yang menjelaskan tentang kondisi variabel yang diteliti dengan menggunakan data
statistik. Seluruh indikator harus lolos uji validitas dan uji reliabilitas, Uji asumsi
klassik serta pengujian hipotesis yang terdiri dari uji determinan, uji parsial dan
uji simultan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak dan
sanksi perpajakan berpengaruh signifikan, baik secara parsial maupun simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan Belawan. Kemampuan
kesadaran wajib pajak dan sanksi perpajakan dapat menjelaskan kepatuhan wajib
pajak sebesar 69,3%, sedangkan sisanya sebesar 31,7% dijelaskan oleh
variabel – variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Kata Kunci: Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan dan Kepatuhan
Wajib Pajak
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA
MEDAN BELAWAN
Oleh :
SYAMSUL BAHRI ARIFIN, SE,MM,Ak
(Dosen Tetap STIE Harapan Medan)
ABSTRACT
The efforts of Direktorat Jenderal Pajak (DJP) to increase compliance of
taxpayer to increase of tax revenues as a source of state revenue that contributes
the largest in the Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) is not an
easy. Required taxpayer awareness is high and the application of tax penalties
are fair and equitable.
The purpose of this study was to test the awareness that there are
significant tax payers and tax penalties on tax compliance in KPP Pratama
Medan Belawan. This study uses quantitative analysis which describes the
condition of the variables studied by using statistical data. All the indicators have
to pass the validity and reliability test, test of Klassik assumptions and test of
hypothesis that consist of determinant test, test of partial and simultaneous.
These results indicate that awareness of taxpayers and tax penalties significant
effect, either partially or simultaneously on taxpayer compliance in KPP Pratama
Medan Belawan . Ability awareness of taxpayers and tax penalties can explain the
taxpayer compliance of 69.3%, while the remaining 31.7% is explained by other
variables are not included in this research model.
Keywords : Taxpayer Awareness, Tax Penalties and Taxpayer Compliance
PENDAHULUAN
Penerimaan pajak merupakan
salah satu penerimaan negara yang
memberikan kontribusi yang terbesar
untuk pembiayaan pengeluaran dan
pembangunan negara sebagaimana
yang tertuang dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Mengingat besarnya kontribusi
pajak dalam APBN akan mendorong
pemerintah yang dalam hal ini
Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk
menggali lebih banyak lagi potensi
penerimaan pajak dan berupaya
secara maksimal untuk
meningkatkan penerimaan pajak,
namun untuk merealisasikannya
bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah karena selain diperlukan
adanya peran aktif dari DJP juga
dituntut peran aktif dari wajib pajak.
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya, diantaranya adalah
kesadaran wajib pajak dan sanksi
perpajakan. Kesadaran wajib pajak
merupakan faktor yang datang dari
dalam diri wajib pajak untuk
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan ikhlas dan tanpa paksaan.
Masyarakat harus menyadari bahwa
pajak yang dibayarkannya akan
digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Rendahnya kesadaran wajib
pajak akan berdampak kepada
kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya,
karena wajib pajak cenderung untuk
tidak melaksanakan kewajiban
perpajakannya atau melanggar
peraturan perpajakan yang berlaku.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Muliari dan
Setiawan (2010) yang menyatakan
bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh positip terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
di KPP Pratama Denpasar Timur.
Penelitian yang dilakukan oleh
Pahala, dkk (2013) juga
menunjukkan bahwa kesadaran
perpajakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak Badan.
Tindakan pemberian sanksi
tersebut akan dapat mendorong wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakan sehingga akan dapat
meningkatkan kepatuhan wajib
pajak. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arum
(2012) yang menyatakan bahwa
sanksi pajak berpengaruh positip dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Penelitian yang dilakukan oleh
Sapriadi (2013) juga menunjukkan
bahwa sanksi pajak berpengaruh
positip dan signifikan terhadap
kepatuhan waib pajak dalam
membayar PBB di Kecamatan
Selupu Rejang.
Diperlukan upaya yang
dilakukan secara berkesinambungan
untuk meningkatkan kesadaran wajib
pajak dan penerapan sanksi
perpajakan secara adil dan merata
agar tingkat kepatuhan wajib pajak
dapat ditingkatkan. Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Belawan telah berupaya
untuk meningkatkan tingkat
kepatuhan wajib pajak, namun
upaya yang dilakukan belum
berhasil, hal ini dapat dilihat dari
ratio tingkat kepatuhan setiap
tahunnya sejak tahun 2009 hingga
2013 cenderung menurun
sebagaimana yang ditunjukkan
dalam tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1
Ratio tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan Belawan
Tahun WP Terdaftar WP Lapor SPT
Tahunan
Ratio Tingkat
Kepatuhan
2009 37.693 19.449 52 %
2010 48.189 19.529 41 %
2011 54.698 19.604 36 %
2012 60.539 19.627 32 %
2013 71.149 19.373 27 %
Sumber : KPP Pratama Medan Belawan
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa
ratio tingkat kepatuhan wajib pajak
yang diukur dari perbandingan
jumlah wajib pajak yang
menyampaikan SPT tahunan dengan
wajib pajak yang terdaftar di KPP
Pratama Medan Belawan sejak tahun
2009 sampai 2013 cenderung
menurun setiap tahunnya sedangkan
wajib pajak yang terdaftar di KPP
Pratama Medan Belawan dari tahun
ke tahun menunjukkan penambahan
yang cukup signifikan. Dan bahkan
ratio tingkat kepatuhan wajib pajak
yang dicapai masih jauh berada
dibawah rata-rata ratio kepatuhan
yang ditetapkan Direktorat Jendral
Pajak secara nasional, yaitu untuk
KPP Pratama sebesar 62,5% (SE DJP
No. SE-18/PJ/2011). Hal ini tentu
membutuhkan suatu kajian agar
penurunan ratio kepatuhan tersebut
tidak terjadi berlarut-larut.
Berdasarkan uraian di atas
maka diperlukan penelitian untuk
menguji kesadaran wajib pajak dan
sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak di KPP
Pratama Medan Belawan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pajak
Pengertian Pajak menurut
Adriani dalam Waluyo (2013:2)
mendefinisikan bahwa “pajak adalah
iuran masyarakat kepada negara
(yang dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut
peraturan – peraturan umum (undang
– undang) dengan tidak mendapatkan
prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran –
pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan”.
Selanjutnya Waluyo (2013 : 2)
memberikan kesimpulan bahwa ciri-
ciri yang melekat pada pengertian
pajak, adalah sebagai berikut:
a. Pajak dipungut menurut undang –
undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya
dapat dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak
dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara baik
pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi
pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
e. Pajak dapat pula mempunyai
tujuan selain budgeter, yaitu
mengatur.
Pengertian Wajib Pajak
Dalam pasal 1 angka 2
Undang-Undang No 28 Tahun 2007
tentang KUP, disebutkan bahwa
“pengertian wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
peraturan perundang-undangan
perpajakan”. Berdasarkan pengertian
tersebut wajib pajak dapat dibedakan
atas:
a. Wajib pajak orang pribadi, baik
usahawan dan non-usahawan
b. Wajib pajak badan yang meliputi
Perseroan Terbatas (PT),
Perseroan Komanditer, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Firma, Yayasan,
Persekutuan, Perkumpulan,
Koperasi, dan lainnya.
c. Pemungut atau pemotong pajak
yang ditunjuk oleh Pemerintah.
Kewajiban Wajib Pajak.
Kewajiban wajib pajak
menurut Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 adalah sebagai berikut:
a. Mendaftarkan diri pada Kantor
Direktorat Jenderal Pajak apabila
telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif.
b. Melaporkan usahanya pada
Kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak.
c. Mengisi surat pemberitahuan
dengan benar, lengkap dan jelas
dalam bahasa Indonesia ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat
wajib pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
d. Menyampaikan surat
pemberitahuan dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan
satuan uang selain rupiah yang
diizinkan, yang pelaksanaannya
diatur dalam dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
e. Membayar atau menyetor pajak
ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
f. Wajib pajak yang diperiksa wajib
:
1) Memperlihatkan dan/atau
meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau
objek yang terutang pajak.
2) Memberikan kesempatan untuk
memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi
bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
3) Memberikan keterangan lain yang
diperlukan.
Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT)
sebagaimana yang tercantum dalam
Pasal 1 angka 11 Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP,
adalah Surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak dan/atau harta dan
kewajiban, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan
perpajakan.
Fungsi SPT bagi wajib pajak
penghasilan menurut Resmi (2011 :
42) adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
jawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak
yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam 1
(satu) tahun pajak atau bagian
tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan
objek pajak dan/atau bukan objek
pajak.
c. Harta dan kewajiban
d. Pembayaran dari pemotong atau
pemungut tentang pemotongan
atau pemungutan pajak orang
pribadi atau badan lain dalam 1
(satu) masa pajak sesuai dengan
ketentuan dan perundang-
undangan perpajakan yang
berlaku. Surat Pemberitahuan
(SPT) terbagi atas dua, yaitu:
1) Surat Pemberitahuan (SPT)
masa, yaitu SPT yang
digunakan untuk melakukan
pelaporan atas pembayaran
pajak bulanan.
2) Surat Pemberitahuan (SPT)
tahunan, yaitu SPT yang
digunakan untuk pelaporan
tahunan.
SPT yang telah diisi dengan
benar, lengkap dan jelas selanjutnya
diwajibkan bagi wajib pajak untuk
menyampaikan SPT tersebut ke
Kantor Pelayanan Pajak atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, yang dapat
dilakukan:
a. Secara langsung
b. Melalui pos dengan bukti
pengiriman surat; atau
c. Cara lain, seperti melalui jasa
perusahaan jasa ekspedisi atau
melalui e-filling
Batas waktu penyampaian
SPT tahunan ke Kantor Pelayanan
Pajak untuk SPT Tahunan Pajak
Penghasilan wajib pajak Orang
pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir tahun pajak dan untuk
SPT Tahunan Pajak Penghasilan
wajib pajak badan, paling lambat 4
(empat) bulan setelah akhir tahun
pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Nurmantu dalam
Devano Dan Rahayu (2006:110)
menyatakan bahwa “kepatuhan
perpajakan dapat didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya”. Sedangkan menurut
Nasucha dalam Devano Dan Rahayu
(2006:111) menyatakan:
a. Kewajiban wajib pajak dalam
mendaftarkan diri
b. Kepatuhan untuk menyetorkan
kembali surat pemberitahuan
c. Kepatuhan dalam perhitungan dan
pembayaran pajak terutang
d. Kepatuhan dalam pembayaran
tunggakan
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa indikator
yang digunakan untuk mengukur
kepatuhan wajib pajak adalah wajib
pajak mengisi formulir SPT dengan
benar, lengkap dan jelas, melakukan
perhitungan besarnya pajak terutang
dengan benar, melakukan
pembayaran tepat waktu,
menyampaikan SPT tepat waktu dan
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
tidak pernah menerima surat teguran.
Sedangkan ratio tingkat kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan PPh pada
tahun berjalan adalah perbandingan
antara jumlah seluruh SPT Tahunan
PPh dari wajib pajak terdaftar yang
diterima selama tahun berjalan (tanpa
memerhatikan tahun pajak namun
tidak termasuk pembetulan SPT
Tahunan PPh) dengan jumlah wajib
pajak terdaftar wajib SPT Tahunan
PPh per 31 Desember tahun
sebelumnya. (SE DJP No.
18/PJ/2011)
Kesadaran wajib pajak
Kesadaran wajib pajak
merupakan kerelaan yang muncul
dari dalam diri wajib pajak untuk
membayar kewajiban perpajakannya
secara ikhlas tanpa adanya paksaan
meskipun wajib pajak tidak dapat
menikmati secara langsung atas
pajak yang dibayarkannya. Oleh
karena nya perlu ditumbuhkan
kesadaran dari diri wajib pajak akan
fungsi pajak sebagai pembiayaan
negara.
Untuk mengukur kesadaran
wajib pajak menurut Bakrin (2006)
dalam Kurniawan (2009) adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui Fungsi Pajak, wajib
pajak sadar bahwa dengan
membayar pajak akan digunakan
pemerintah sebagai salah satu
sumber pembiayaan pelaksanaan
fungsi dan tugas pemerintah
secara rutin.
b. Kesadaran membayar pajak,
dengan sadar membayar pajak
akan dapat digunakan pemerintah
sebagai dana umum pelaksanaan
fungsi dan tugas pemerintah,
wajib pajak sadar bahwa negara
membutuhkan pembiayaan dan
pajak merupakan salah satu tulang
punggung negara.
Sanksi Perpajakan
Sanksi administrasi yang
diberikan kepada wajib pajak yang
berkaitan dengan Surat
Pemberitahuan (SPT) yang diatur
dalam Undang Undang No., 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan
(KUP), meliputi antara lain:
a. Bagi wajib pajak yang terlambat
menyampaikan SPT Tahunan
Pajak Penghasilan (PPh)
dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar Rp.
100.000 untuk wajib pajak orang
pribadi dan Rp. 1.000.000,-
untuk wajib pajak Badan.
b. Bagi wajib pajak yang terlambat
membayar pajak masa dan
tahunan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda bunga
2% per bulan dari jumlah pajak
terutang, dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT sampai
dengan tanggal pembayarannya.
c. Bagi wajib pajak yang terungkap
ketidakbenaran pengisian SPT
setelah lewat 2 tahun sebelum
terbitnya Surat Ketetapan Pajak
(SKP) dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan
sebesar 50% dari pajak yang
kurang bayar.
Berikutnya sanksi pidana yang
diberikan kepada wajib pajak
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
sehubungan dengan Nomor Pokok
Wajib Pajak dan Surat
Pemberitahuan (SPT) sebagaimana
yang diatur dalam Undang Undang
No., 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), meliputi antara
lain:
a. Bagi wajib pajak yang karena
kealpaannya:
1) Tidak menyampaikan surat
pemberitahuan (SPT)
2) Menyampikan SPT tetapi
isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak
benar.
Sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan
negara, dikenakan sanksi
dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun
dan atau denda setinggi-
tingginya 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar. (Pasal 38 UU
KUP No. 28 Tahun 2007)
b. Bagi wajib pajak yang dengan
sengaja:
1) tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), atau
tidak melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak,
2) menyalah gunakan atau
menggunakan tanpa hak
NPWP atau pengukuhan
pengusaha kena pajak,
3) tidak menyampaikan surat
pemberitahuan (SPT),
4) menyampikan SPT dan/atau
keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap,
5) menolak untuk dilakukan
pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 29,
6) tidak menyetorkan pajak yang
telah dipotong atau dipungut.
sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan
negara, dikenakan sanksi
dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan atau
denda setinggi-tingginya 4
(empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau
kurang dibayar (Pasal 39 UU
KUP No. 28 Tahun 2007).
Berdasarkan uraian deskripsi
teoritis di atas maka hipotesis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh yang
signifikan kesadaran wajib
pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak di KPP Pratama
Medan Belawan.
H2 : Terdapat pengaruh yang
signifikan sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib
pajak di KPP Pratama Medan
Belawan.
H3 : Terdapat pengaruh yang
signifikan kesadaran wajib
pajak dan sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib
pajak di KPP Pratama Medan
Belawan.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis
akan menjelaskan pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat
untuk menguji hipotesa yang ada.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Belawan yang
terletak di Jl. Kol.Laut Yos Sudarso
Medan, Sumatera Utara.
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kesadaran wajib
pajak (X1) dan sanksi perpajakan
(X2), sedangkan variabel terikat
dalam penelitian ini adalah
kepatuhan wajib pajak (Y). Masing-
masing definisi operasional variabel
ini akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak merupakan
kerelaan yang muncul dari dalam
diri wajib pajak untuk membayar
kewajiban perpajakannya.
Indikator dalam variabel ini
adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui fungsi pajak, wajib
pajak sadar bahwa dengan
membayar pajak akan
digunakan pemerintah sebagai
salah satu sumber pembiayaan
pelaksanaan fungsi dan tugas
pemerintah secara rutin.
b. Kesadaran membayar pajak,
dengan sadar membayar pajak
akan dapat digunakan
pemerintah sebagai dana umum
pelaksanaan fungsi dan tugas
pemerintah, wajib pajak sadar
bahwa negara membutuhkan
pembiayaan dan pajak
merupakan salah satu tulang
punggung negara.
2. Sanksi perpajakan
Sanksi Perpajakan merupakan
jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan (norma perpajakan)
akan dituruti/ditaati/dipatuhi.
Dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat
pencegah agar wajib pajak tidak
melanggar norma perpajakan.
Indikator dalam variabel ini
adalah sebagai berikut:
a. Sanksi administrasi adalah
pembayaran kerugian kepada
negara, khususnya yang berupa
denda, bunga dan kenaikan.
b. Sanksi pidana adalah siksaan
atau penderitaan dan
merupakan suatu alat terakhir
atau benteng hukum yang
digunakan fiskus agar norma
perpajakan dipatuhi.
3. Kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan wajib pajak
merupakan suatu keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.
Indikator yang digunakan pada
variabel ini adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban wajib pajak dalam
mendaftarkan diri
b. Kepatuhan untuk meyetorkan
kembali surat pemberitahuan
c. Kepatuhan dalam perhitungan
dan pembayaran pajak terutang
d. Kepatuhan dalam pembayaran
tunggakan
Populasi dalam penelitian ini
adalah para wajib pajak efektif, yaitu
wajib pajak lebih kurang 19.373
wajib pajak. sampel sebanyak 99,49
dan selanjutnya dibulatkan menjadi
100 sampel, Dalam mengumpulkan
data peneliti menggunakan metode
pengumpulan data berupa kuesioner
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
dengan menggunakan alat
pengukuran skala likert.
Teknik analisis data yang
dilakukan pada penelitian ini adalah
menguji kualitas data dengan
menggunakan uji validitas dan uji
reliabilitas. Kemudian dilakukan uji
Asumsi Klasik terhadap persamaan
regresi dengan menggunakan Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas,
dan Uji Heteroskedastisitas.
Selanjutnya dilakukan Uji Hipotesis
dengan menggunakan Analisis
Regresi Linear Berganda, Uji
Determinasi, Uji t, dan Uji F.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Demografi Responden
Jumlah responden laki – laki
sebanyak 108 orang atau sebesar
54%, sedangkan jumlah responden
perempuan sebanyak 92 orang atau
46%.
Uji Kualitas Data
Dari hasil uji validitas
menunjukkan r hitung lebih besar
dibandingkan dengan r tabel. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
instrument penelitian ini telah
valid (Ghozali, 2013). sebagaimana
yang ditampilkan dalam tabel 1
berikut:
Tabel 1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Corrected Item-Total Correlation r table Keterangan
X1.1 .337
0.139
VALID
X1.2 .444 VALID
X1.3 .582 VALID
X1.4 .454 VALID
X1.5 .387 VALID
X2.1 .443 VALID
X2.2 .807 VALID
X2.3 .463 VALID
X2.4 .816 VALID
X2.5 .710 VALID
Y1 .557 VALID
Y2 .302 VALID
Y3 .645 VALID
Y4 .557 VALID
Y5 .202 VALID
Sumber : Data Diolah, 2014
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Selanjutnya Dari hasil uji
reliabilitas menunjukkan bahwa nilai
Cronbach Alpha > 0,6. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
seluruh variabel penelitian
dinyatakan reliabel (Sugiono, 2010),
sebagaimana yang ditampilkan
dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
VARIABEL Cronbach’s Alpha KETERANGAN
X1 0.681 RELIABEL
X2 0.839 RELIABEL
Y 0.683 RELIABEL
Sumber : Data Diolah, 2014
Uji Asumsi Klasik
Dari Uji normalitas yang
menggunakan analisa grafik normal
probabilty plot, hasilnya
menunjukkan bahwa data menyebar
di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal,
Dari hasil uji multikolinearitas
terlihat bahwa bahwa nilai
Tolerance lebih besar 0,1 yaitu
0,990 dan nilai VIF kecil dari 10,
yaitu 1,010. Selanjutnya hasil uji
heteroskedastisitas yang
menggunakan grafik scatterplots
terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas
maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y.
Regresi Linear Berganda
Hasil persamaan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang positif dan
searah antara variabel bebas dengan
variabel terikat. hal ini dapat dilihat
dalam tampilan tabel 3 berikut:
Tabel 3 Hasil Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
(Constant) 0,108 0.258
X1 0.313 0.057
X2 0.695 0.054
Sumber : Data Diolah, 2014
Berdasarkan pada tabel di
atas diketahui bahwa hasil analisis
regres linear berganda dapat dilihat
seperti pada persamaan berikut ini :
Kepatuhan Wajib Pajak = 0,108 +
0.313 X1 + 0.695 X2
Persamaan tersebut, dapat diartikan
sebagai berikut:
a. Ketika kesadaran wajib pajak
(X1) dan sanksi perpajakan (X2)
tidak ada, maka kepatuhan wajib
pajak adalah sebesar 0,108 satuan.
b. Ketika kesadaran wajib pajak
ditingkatkan sebesar 1 satuan,
maka akan diikuti dengan
peningkatan pada kepatuhan wajib
pajak sebesar 0.313 satuan.
c. Ketika sanksi perpajakan
ditingkatkan sebesar 1 satuan,
maka akan diikuti dengan
peningkatan pada kepatuhan wajib
pajak sebesar 0.695 satuan.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Uji Hipotesis
Hasil uji determinasi
menunjukkan bahwa nilai R square
adalah 0,683, menjelaskan
kepatuhan wajib pajak adalah
sebesar 68,3%. Sedangkan sisanya
sebesar 31,7% dijelaskan oleh
variabel – variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian
ini. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4
berikut:
Tabel 4 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .827a .683 .677 .31266
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b.Dependent variabel Y
Sumber : Data Diolah, 2014
Hasil uji t menunjukkan bahwa
pengaruh kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0.000 Nilai ini lebih kecil
jika dibandingkan dengan nilai
0.05. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa H0 ditolak dan
H1 diterima. sebagaimana yang
ditampilkan dalam tabel 5 berikut:
Tabel 5 Hasil Uji Statistik t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .108 .258 .420 .675
X1 .313 .057 .315 5.477 .000
X2 .695 .054 .733 12.760 .000
a.Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah, 2014
Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai
nilai signifikansi adalah sebesar
0.000 nilai ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. dapat
dilihat dalam tabel 6 berikut:
Tabel 6 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 20.447 2 10.224 104.579 .000a
Residual 9.483 97 .098
Total 29.930 99
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah, 2014
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Pengaruh kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Semakin tinggi kesadaran
wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya maka akan
semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan wajib pajak. Oleh karena
itu pemerintah dalam hal ini KPP
Pratama Medan Belawan sebagai
perpanjangan tangan dari DJP harus
senantiasa meningkatkan kesadaran
wajib pajak dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat khususnya
wajib pajak tentang perpajakan
melalui penyuluhan, seminar dan
berupa himbauan-himbauan tentang
pentingnya membayar pajak untuk
kesinambungan pembangunan, selain
itu dari sisi pemerintah pun harus
dapat menujukkan kepada
masyarakat bahwa pajak yang
dibayarkan oleh wajib pajak benar-
benar dapat dirasakan manfaatnya
langsung oleh masyarakat Apabila
kedua hal ini dilaksanakan oleh
pemerintah, yaitu meningkatkan
pengetahuan perpajakan di
masyarakat dan menciptakan
penyelenggara negara yang bersih
maka kesadaran wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya
untuk memberikan kontribusi dana
guna kesinambungan pembangunan
negara dapat ditingkatkan.
Pengaruh Sanksi Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Untuk meningkatkan sanksi
perpajakan dimaksud, KPP Pratama
Medan Belawan telah melakukan
sosialisasi kepada wajib pajak secara
berkala agar wajib pajak dapat
memahami dan mengetahui dengan
pasti hal-hal yang berhubungan
dengan penerapan sanksi perpajakan
baik berupa pengenaan sanksi
administrasi dan sanksi pidana yang
diberikan kepada wajib pajak atas
kelalaian wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya
secara sengaja maupun tidak sengaja.
Namun demikian sosialisasi yang
dilakukan oleh KPP Pratama Medan
Belawan kurang mendapat respon
yang positip dari wajib pajak karena
ada keengganan wajib pajak untuk
langsung menghadirinya dan jika pun
hadir biasanya hanya diwakili oleh
pegawai ybs atau konsultan pajaknya
sehingga informasi yang diberikan
khususnya tentang pelaksanaan
sanksi dan penyebab-penyebab
dikenakan sanksi terhadap wajib
pajak kurang dapat tersampaikan
dengan baik. Selain sosialisasi
kepada wajib pajak di atas, KPP
pratama Medan Belawan dalam
menerapkan sanksi perpajakan juga
melakukan imbauan-imbauan kepada
wajib pajak yang tidak melaksanakan
kewajiban perpajakannya dan
melakukan kunjungan dan konseling
kepada Ybs sebelum membuat surat
teguran dan surat tagih pajak (STP),
namun karena keterbatasan petugas
pajak yang ada maka tidak semua
wajib pajak dapat terjangkau untuk
dikunjungi.
Kedua kendala yang dihadapi
oleh KPP Pratama Medan Belawan
di atas hendaknya dapat menjadi
masukan dan perhatian bagi Kepala
KPP Pratama Medan Belawan
beserta jajarannya agar kedepannya
sanksi perpajakan di wilayah KPP
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Pratama Medan Belawan dapat lebih
ditingkatkan sehingga kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya dapat
semakin meningkat. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muliari dan Setiawan (2010)
yang menyatakan bahwa sanksi pajak
berpengaruh positip terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi
di KPP Pratama Denpasar Timur.
Pengaruh kesadaran wajib pajak
dan sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan hasil uji statistik
yang telah dijelaskan di atas
dihasilkan bahwa nilai signifikan
kesadaran wajib pajak dan sanksi
perpajakan sebesar 0,000 lebih kecil
dibandingkan dengan 0,05. Hal ini
berarti secara bersama-sama
kesadaran wajib pajak dan sanksi
perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak di
KPP Pratama Medan Belawan.
Oleh karenanya KPP Pratama
Medan Belawan harus senantiasa
meningkatkan kesadaran wajib pajak
dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat khususnya wajib pajak
tentang perpajakan melalui
penyuluhan, seminar dan berupa
himbauan-himbauan tentang
pentingnya membayar pajak,
sehingga wajib pajak menyadari
bahwa pentingnya membayar pajak
yang nantinya akan digunakan untuk
kesinambungan pembangunan guna
mensejahterakan kehidupan rakyat.
Apabila kesadaran ini telah
terbangun maka dengan sendirinya
wajib pajak akan secara suka rela
melaksanakan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku
dan akhirnya secara otomatis
kepatuhan wajib pajak dalam
memeuhi kewajiban
perpajakannyapun dapat meningkat.
Disamping itu juga yang
perlu menjadi perhatian dari KPP
Pratama Medan Belawan adalah
penerapan sanksi perpajakan yang
diberlakukan secara adil dan merata
serta tanpa diskriminasi kepada
seluruh wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajiban perpajakannya
sehingga dapat menimbulkan aspek
jera kepada wajib pajak. Apabila hal
ini dapat dilaksanakan dengan
konsisten maka secara sendirinya
kepatuhan wajib pajak juga dapat
meningkat. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Arum (2012),
yang menyatakan bahwa kesadaran
wajib pajak dan sanksi pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha dan
pekerjaan bebas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pengujuan hipotesis yang
dilakukan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kesadaran wajib
pajak dan sanksi perpajakan
berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak, baik secara
parsial maupun secra bersama-sama
(simultan). Kemampuan kesadaran
wajib pajak dan sanksi perpajakan
dapat menjelaskan kepatuhan wajib
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
pajak sebesar 69,3%, sedangkan
sisanya sebesar 31,7% dijelaskan
oleh variabel – variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.
Hasil penelitian ini dapat
dijadikan masukan kepada Dirjen
Pajak untuk lebih memberikan
sosialisasi secara menyeluruh kepada
wajib pajak untuk meningkatkan
pengetahuan wajib pajak tentang
pentingnya membayar pajak dan
pengetahuan tentang sanksi
perpajakan dan penyebab
dikenakannya sanksi kepada wajib
pajak, sehinggga kesadaran wajib
pajak dan sanksi perpajakan secara
perlahan dapat terbangun dan dapat
ditingkatkan. Apabila sanksi
perpajakan dimaksud dapat
dilaksanakan dengan tegas, adil dan
merata, maka akan mempengaruhi
peningkatan kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban
perpajakaannya dan akhirnya akan
berimbas kepada peningkatan
penerimaan pajak.
REFERENSI
Anonim (2007), Undang – Undang
No. 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
Arum (2012), Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Pelayanan
Fiskus, Dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Yang
Melakukan Kegiatan Usaha
dan Pekerjaan Bebas.
Boediono, B. (1996), Perpajakan
Indonesia, Jilid I. Jakarta:
Kawula Indonesia
Devano, Sony dan Rahayu, Siti
Kurnia (2006), Perpajakan
Konsep, Teori dan Isu, Penerbit
Kencana, Jakarta
Fikriningrum, winda Kurnia (2012),
Analisa Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam
Memenuhi Kewajiban
Membayar Pajak (Studi Kasus
Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Candisari),
Skripsi S1, Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis, UNDIP,
Semarang.
Ghozali. (2013), Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program
SPSS, Cetakan Ketujuh,
Semarang.
Kurniawan, Dhani. (2006).
Pengaruh sosialisasi pajak
bumi dan bangunan terhadap
kepatuhan wajib pajak di
kabupaten Kudus. Skripsi: FIS
UNNES
Mardiasmo (2006), Perpajakan
(Edisi Revisi), Penerbit Andi,
Yogyakarta
Muliari, Ni Ketut dan Setiawan, Putu
Ery (2010), Pengaruh Persepsi
Tentang Sanksi Perpajakan
Dan Kesadaran Wajib Pajak
Pada Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak Orang Pribadi Di
Kantor Pelayanan Pajak
Denpasar Timur. Skripsi :
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Fakultas Ekonomi, Universitas
Udayana, Bali.
Nugroho, Agus Jatmiko (2006),
Pengaruh Sikap Wajib Pajak
Pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus Dan
Kesadaran Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Studi Empiris Terhadap
Wajib Pajak Orang Pribadi di
Kota Semarang), Tesis S2
Magister Akuntansi, UNDIP,
Semarang.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor 18/PJ/2011 tentang
Target Rasio Kepatuhan
Penyampaian Surat
Pemberitahuan
Pahala, Indra, Hasanah, Nurmalia
dan Sari, Intan Mayang Sari
(2013), Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak dan Persepsi
Wajib Pajak Mengenai Beban
Pajak Penghasilan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Badan, Prosiding Simposium
Nasional Perpajakan 4,
Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Jakarta
Resmi, Siti (2012), Perpajakan teori
dan Kasus, Salemba Empat,
Jakarta
Sapriadi, Doni (2013), Pengaruh
Kualitas Pelayanan Pajak,
Sanksi Perpajakan Dan
Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Membayar PBB
(Pada Kecamatan Selupu
Rejang)
Sugiono (2010), Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Alfabeta. Bandung.
Waluyo (2013), Perpajakan
Indonesia, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta
Recommended