View
213
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1214
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP PENGUNGKAPAN
INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)
Reskino
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
reskino.uin@gmail.com
Lyandra Aisyah Margie
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
This research is aimed to analyze and get empirical evidence about the effect of
independent commissioners and share ownership structure to intellectual capital disclosure on
manufacture companies in Indonesia. This research is done at manufacture company which are
listed at Indonesia Stock Exchange for 2010-2012. This research uses purposive sampling, it
was found that 117 companies as the research sample. Researches analysis uses classical
assumption test, Moderated Regression Analysis (MRA) and hypothesis testing. The results of
analysis using moderated regression are it can be seen that simultaneous, independent
commissioner and ownership structure affect the disclosure of intellectual capital, and
profitability variables moderate the independent commissioner and ownership structure on the
disclosure of intellectual capital. But partially, independent commissioner and ownership
structure has no effect on the disclosure of intellectual capital, and profitability variables can’t
moderate independent commissioner and ownership structure on the disclosure of intellectual
capital.
Keywords: Intellectual Capital, Independent Commissioner, Ownership Structure, Profitability
PENDAHULUAN
Globalisasi dan inovasi teknologi pada saat ini melahirkan fenomena baru dalam
struktur perekonomian global, dimana perkembangan dalam bidang ekonomi membawa
dampak yang cukup signifikan terhadap suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing.
Persaingan bisnis yang ketat memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka
menjalankan bisnisnya. Agar perusahaan terus bertahan, perusahaan-perusahaan harus dengan
cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based
business) menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), sehingga
karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan
(Sawarjuwono, 2003). Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak
hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,
pengelolaan organisasi dan sumber daya organisasi yang dimilikinya. Oleh karena itu
organisasi bisnis semakin menitik beratkan pentingnya aset pengetahuan sebagai salah satu
bentuk dari aktiva tidak berwujud.
1215
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Menurut Guthrie dan Petty (dalam Rahardian dan Meiranto, 2011) salah satu
pendekatan yang digunakan untuk menilai dan mengukur aset pengetahuan adalah intellectual
capital. Kegunaan intellectual capital sebagai salah satu instrumen untuk menentukan nilai
perusahaan telah menarik perhatian akademisi dan praktisi. Hal ini telah menimbulkan
tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam
laporan keuangan (Sawarjuwono, 2003).
Di Indonesia, fenomena pengungkapan intellectual capital masih bersifat voluntary.
Sampai saat ini belum ada pengelompokkan komponen intellectual capital yang dapat diterima
bersama dan belum ada pola khusus pengungkapan intellectual capital, namun demikian
terdapat perkembangan konsep intellectual capital di Indonesia dengan adanya regulasi yaitu
PSAK No.19 (revisi 2009) tentang aset tak berwujud (Yuniasih et al., 2011)
Intellectual capital masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini disebabkan
karena perusahaan-perusahaan di Indonesia masih banyak yang menggunakan conventional
based dalam membangun bisnisnya, dan perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan
perhatian lebih kepada human capital, structural capital, maupun customer capital. Apabila
perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti perkembangan yang ada, yaitu manajemen berbasis
pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing secara kompetitif
melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang dimiliki
perusahaan. Sehingga mendorong terciptanya produk-produk yang favourable bagi konsumen
(Abidin dalam Sawarjuwono, 2003).
Hal menarik yang menyebabkan penelitian ini dilakukan karena: pertama, untuk
mencari informasi yang lebih rinci tentang pengelolaan intellectual capital mulai dari
pengikhtisaran, pengukuran sampai pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan.
Kedua, pengungkapan intellectual capital hingga saat ini masih bersifat sukarela sehingga tidak
semua perusahaan melakukan pengungkapan pada tingkat yang sama.
Berbagai penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk meneliti informasi
pengungkapan intellectual capital oleh perusahaan didalam annual report. Taliyang et al.,
(2011) menemukan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi pengungkapan intellectual
capital. Hasil yang berbeda dinyatakan oleh penelitian Marisanti (2012) yang menyatakan
bahwa hubungan profitabilitas terhadap intellectual capital menunjukkan hasil yang signifikan.
White et al., (dalam Istanti, 2009) menemukan bahwa komisaris independen
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Permatasari (2010) juga
menemukan bahwa proporsi komisaris independen merupakan variabel yang berpengaruh
positif signifikan. Selanjutnya Artinah (2013) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan
berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Taliyang (2011)
juga menemukan bahwa struktur kepemilikan memiliki hubungan signifikan terhadap
pengungkapan intellectual capital.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian White et al., dalam penelitian White
et al., (2007) sejumlah variabel independen digunakan untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan sukarela intellectual capital meliputi konsentrasi kepemilikan,
tingkat leverage, dewan independen (komisaris independen), umur perusahaan dan ukuran
perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh White et al.,
(dalam Istanti, 2009) adalah (a) perusahaan yang diteliti bukan perusahaan bioteknologi,
melainkan perusahaan manufaktur, karena di Indonesia belum ada penggolongan secara
spesifik tentang kriteria perusahaan bioteknologi, (b) penelitian ini hanya menggunakan
1216
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
variabel komisaris independen dan struktur kepemilikan, (c) dalam penelitian ini ditambahkan
profitabilitas sebagai variabel moderating.
Profitabilitas sebagai variabel moderating digunakan dalam penelitian ini karena
penelitian profitabilitas sebagai variabel moderator terhadap faktor yang mempengaruhi
pengungkapan intellectual capital belum ditemukan pada literatur di Indonesia. Penelitian ini
bermaksud menguji apakah profitabilitas memperkuat atau memperlemah pengaruh komisaris
independen dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Alur berpikir
penulis adalah secara teoritis semakin rendah tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan
maka semakin kuat pula hubungan pengungkapan intellectual capital dengan variabel
independen yang diuji.
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Agency Theory
Teori keagenan menjelaskan hubungan antara owner dengan pengelola perusahaan
yang mempublikasikan annual report perusahaan. Stakeholder adalah pihak yang
membutuhkan informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja perusahaan serta informasi yang
mendukung prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Manajer adalah pihak yang
mengelola informasi mengenai perusahaan, baik kondisi keuangan maupun non keuangan.
Pengelolaan informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan dapat menimbulkan adanya
masalah asimetri informasi karena manajer dapat mengendalikan informasi yang akan
dipublikasikan (Jensen dan Meckling dalam Wardani, 2009)
Yuniasih et al., (2011) menjelaskan bahwa masalah asimetri informasi erat
hubungannya dengan teori keagenan. Adanya tata kelola yang baik diharapkan dapat
mengurangi konflik dengan memperkecil asimetri informasi. Salah satu cara mengurangi
asimetri informasi yaitu dengan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Dengan melakukan
pengungkapan intellectual capital, perusahaan dapat mengatasi masalah asimetri informasi
untuk mengurangi biaya agensi yang timbul.
Signaling Theory
Teori sinyal menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau
kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (prinsipal). Perusahaan melakukan
pengungkapan terhadap intellectual capital dengan harapan dapat mengirimkan sinyal positif
kepada pihak eksternal perusahaan bahwa perusahaan pada masa sekarang sedang berinvestasi
dalam bentuk intellectual capital yang diharapkan akan memberikan keuntungan ekonomi
untuk perusahaan dimasa yang akan datang sehingga pada akhirnya meningkatkan nilai dan
reputasi perusahaan. Dengan nilai dan reputasi perusahaan yang bagus dimata pihak eksternal,
maka akan mendorong pihak eksternal untuk berinvestasi kedalam perusahaan (Marisanti,
2012).
Intellectual Capital
Istilah intellectual capital pertama kali ditemukan oleh Galbraith yang menulis surat
yang ditujukan kepada teman sejawatnya, Kalecki, pada tahun 1969. Dalam tulisannya,
Galbraith mengemukakan berikut ini :”I wonder if you realize how much those of us the world
around have owed to the intellectual capital you have provided over these last decades”
(Hudson dalam Purnomosidhi, 2005).
1217
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Secara ringkas Smedlund dan Poyhonen (dalam Rupidara, 2005) mewacanakan
intellectual capital sebagai kapabilitas organisasi untuk menciptakan, melakukan transfer, dan
mengimplementasikan pengetahuan. Sementara Heng (dikutip oleh Sangkala dalam Istanti,
2009) mengartikan intellectual capital sebagai aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan
yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan
keunggulan bersaing. Valentine (dalam Istanti, 2009) mendefinisikan intellectual capital
sebagai hasil dari proses transformasi pengetahuan itu sendiri yang di transformasikan dalam
aset yang bernilai bagi perusahaan.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intellectual capital merupakan
suatu konsep yang dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan baru dan
mendeskripsikan aktiva tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan
perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien. Dengan demikian
intellectual capital merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak
berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing.
Perumusan Hipotesis
Dengan mengacu pada agency theory, Jensen dan Smith (1984) berargumen bahwa
hubungan kontraktual antara principals dan agents dimana pihak principals adalah pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas
nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith,
1984).dan Signaling theory dalam penelitian ini, digunakan dua variabel independen dan satu
variabel moderating. Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian:
Komisaris Independen
Jika dilihat dari agency theory, komisaris independen sebagai pihak yang netral dalam
perusahaan diharapkan mampu menjembatani adanya asimetri informasi yang terjadi antara
pihak pemilik dengan pihak manajer. Sebagai pihak yang netral, komisaris independen
mengawasi para pemegang saham sehubungan dengan aktivitas perusahaan dan mengendalikan
perilaku para manajer perusahaan.
White (dalam Istanti, 2009) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara komisaris independen dengan pengungkapan sukarela intellectual capital. Mendukung
penemuan White (dalam Istanti, 2009), Permatasari (2010) juga menemukan bahwa komisaris
independen merupakan variabel yang berpengaruh positif signifikan.
Berbeda dengan White, Istanti (2009) menemukan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Selain itu, penelitian
Zulkarnaen dan Mahmud (2013) juga menemukan bahwa komisaris independen tidak
mempengaruhi pengungkapan intellectual capital baik secara simultan maupun parsial. Oleh
karena itu hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti adalah:
H1: Komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.
Struktur Kepemilikan Saham terhadap Pengungkapan Intellectual Capital
Struktur kepemilikan perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan informasi yang
tercantum dalam laporan tahunan, yaitu semakin besar kepemilikan insider maka semakin
sedikit informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan, karena insider memiliki akses yang
luas terhadap informasi perusahaan tanpa perlu melalui laporan tahunan yang dipublikasikan.
1218
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Berbeda halnya dengan perusahaan yang didominasi oleh kepemilikan publik, di mana berarti
banyak pihak membutuhkan informasi rinci mengenai perusahaan yang dituntut dipublikasikan
di dalam laporan tahunan, termasuk informasi mengenai intellectual capitaldisclosure.
Jika dilihat dari legitimacy theory, perusahaan yang legitimasinya masih dipertanyakan
oleh publik akan memiliki kebutuhan spesifik untuk mengungkapkan intellectual capital
mereka ke dalam annual report perusahaan. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menarik
publik, baik investor baru ataupun mempertahankan investor lama agar berinvestasi ke
perusahaan dengan menjelaskan bahwa perusahaan sendiri sedang berinvestasi dalam bentuk
intellectual yang diharapkan dapat memberikan kontribusi di masa yang akan datang.
Penelitian Suhardjanto dan Wardhani (dalam Sutanto dan Supatmi, 2009) menemukan
struktur kepemilikan bukanlah merupakan variabel prediktor yang baik dalam pengungkapan
intellectual capital. Begitu pula dengan penelitian Singh and Zahn (dalam Taliyang, 2011) yang
menemukan struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
sukarela laporan tahunan.
Berbeda halnya dengan hasil penelitian dari Taliyang (2011) yang menemukan bahwa
struktur kepemilikan memiliki hubungan signifikan dengan pengungkapan intellectual capital
mendukung temuan oleh Mc Kinnon yang juga menemukan bahwa struktur kepemilikan
berpengaruh signifikan (dikutip oleh White et.al dalam Istanti, 2009). Artinah (2013) juga
menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif signifikan. Berdasarkan hal
tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan adalah :
H2: Struktur kepemilikan saham berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
intellectual capital.
HIPOTESIS MODERASI
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Komisaris
Independen terhadap Pengungkapan Intellectual Capital
Perusahaan yang menghasilkan profitabilitas yang rendah akan membuat komisaris
independen memberikan sinyal positif bagi stakeholder dengan mengendalikan perilaku
manajer agar melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Penelitian Marisanti (2012)
terhadap 54 perbankan yang terdaftar di IDX tahun 2010 dan 2011 mengatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan intellectual capital yang dilakukan.
Berbeda dengan Marisanti (2012), Sutanto dan Supatmi (2009) menemukan bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan intellectual
capital. Serupa dengan penelitian ini, Taliyang et al., (2012) dan Ferreira et al., (2012) juga
menemukan hasil yang sama.White (dalam Istanti, 2009) menyebutkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara komisaris independen dengan pengungkapan sukarela
intellectual capital. Mendukung penemuan White (dalam Istanti, 2009), Permatasari (2010)
juga menemukan hal yang sama.
Asumsi peneliti, jika profitabilitas rendah maka komisaris independen akan berusaha
mengurangi asimetri informasi dan mengawasi manajer untuk melakukan pengungkapan
informasi intellectual capital secara lebih luas. Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan
adalah:
H3: Komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual
capital pada saat profitabilitas perusahaan menurun
1219
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Struktur
Kepemilikan terhadap Pengungkapan Intellectual Capital
Profitabilitas yang rendah akan membuat perusahaan membutuhkan dana lebih banyak
dari pihak eksternal (publik) sehingga publik juga akan menekan perusahaan untuk melakukan
pengungkapan informasi yang lebih luas. Artinah (2013) menemukan bahwa konsentrasi
kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital.
Asumsi peneliti yaitu, jika profitabilitas rendah maka perusahaan seharusnya
meningkatkan kepemilikan publik karena membutuhkan dana pihak eksternal yang lebih
banyak sehingga tekanan publik juga tinggi agar perusahaan mau mengungkapkan informasi
intellectual capital secara lebih luas. Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H4: Struktur kepemilikan saham berpengaruh positif terhadap pengungkapan
intellectual capital pada saat profitabilitas perusahaan menurun
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Penelitian ini menggunakan
annual reports tahun 2010 sampai tahun 2012 sebagai sampel. Perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive
sampling dengan kriteria yang ditentukan, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
untuk tahun 2010 sampai tahun 2012, mempublikasikan laporan tahunan (annual report)
lengkap, mempublikasikan laporan keberlanjutan (sustainability reporting) atau
mengungkapkan (disclosure) informasi tanggung jawab sosial lainnya, dan memiliki data yang
lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu annual report
untuk tahun 2010 sampai 2012. Annual report digunakan karena pada annual report terdapat
sumber informasi yang dilaporkan oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi
stakeholder dalam pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya asimetri
informasi.
Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content
analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian melalui teknik observasi dan analisis
terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen. Tujuan content analysis adalah melakukan
identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen
untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan sistematik (Indriantoro dalam Istanti, 2009).
Content analysis dilakukan dengan cara membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel
dan memberi kode informasi yang terkandung didalamnya.
Definisi Pengukuran dan Konstruk
Variabel dependen penelitian ini adalah pengungkapan intellectual capital yang diukur
dengan menggunakan angka index (ICD Index). Metode content analysis digunakan untuk
mengukur jumlah pengungkapan intellectual capital dengan membaca dan memberi kode
informasi yang terkandung didalamnya menurut kerangka intellectual capital yang dipilih.
Apabila item yang ditentukan diungkapkan oleh perusahaan di dalam annual report, maka akan
1220
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
diberi skor 1. Sedangkan, apabila item yang ditentukan tidak diungkapkan, maka akan diberi
skor 0.
Penilaian ICD Index ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah pengungkapan
intellectual capital yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah maksimum
pengungkapan intellectual capital yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Dengan
demikian, perhitungan ICD Index dapat dirumuskan sebagai berikut:
ICD Index = ( Σdi / M ) x 100%
Keterangan mengenai rumus ICD Index akan dijelaskan sebagai berikut:
ICD Index = Variabel dependen index pengungkapan intellectual capital
Di = Jumlah pengungkapan intellectual capital perusahaan
1 jika suatu diungkapkan dalam annual report
0 jika suatu diungkapkan dalam annual report
M = Total jumlah item yang diukur (78 item).
Penelitian ini menggunakan indekspengungkapan sejumlah 78 item yang
dikembangkan oleh Bukh et al., (2005). Pengungkapan intellectual capital diukur melalui enam
dimensi meliputi karyawan, konsumen, teknologi informasi, proses, penelitian dan
pengembangan serta pernyataan strategi. Berikut akan dijabarkan enam dimensi pengukuran
intellectual capital yang berjumlah 78 itema menurut Bukh et al., (2005) yang dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
------------ Tabel 3.1 ------------
Komisaris independen merupakan pihak netral yang diharapkan mampu menjembatani
asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham dengan pihak manajer perusahaan. Pada
penelitian ini, variabel komisaris independen diukur dengan membandingkan jumlah komisaris
independen dengan total dewan komisaris yang ada pada perusahaan (Nugroho, 2012).
Struktur kepemilikan saham merupakan jumlah saham yang dimiliki di dalam sebuah
perusahaan, baik oleh insider maupun publik (Marwata dalam Sutanto dan Supatmi, 2009).
Pada penelitian ini, variabel struktur kepemilikan saham diukur dengan besarnya proporsi
kepemilikan publik terhadap total saham yang beredar di akhir tahun (Sutanto dan Supatmi,
2009).
Profitabilitas merupakan variabel moderating dalam penelitian ini. Rasio profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aset, maupun modal sendiri (Taliyang, 2011). Dalam penelitian ini,
profitabilitas akan diukur dengan menggunakan return on assets (ROA), yaitu dengan
membandingkan laba setelah pajak dengan total aset (Marisanti, 2012).
Pengujian Hipotesis
Hasil uji dengan MRA yang dilakukan seperti yang disajikan dalam lampiran 6
menunjukkan bahwa secara simultan komisaris independen, struktur kepemilikan saham,
1221
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
moderasi antara profitabilitas dengan komisaris independen, dan moderasi antara profitabilitas
dengan struktur kepemilikan saham mempengaruhi tingkat pengungkapan intellectual capital.
Namun, berdasarkan hasil uji t, terlihat bahwa tidak ada satupun variabel independen maupun
moderasi antara profitabilitas dengan variabel independen lain yang berpengaruh pada variabel
dependen, yaitu pengungkapan intellectual capital.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square yang rendah, yaitu sebesar 0,055 atau
5,5%. Variabel independen dan moderasi antara profitabiltas dengan variabel independen disini
hanya mampu mempengaruhi tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 5,5%.
Sedangkan sisanya sebesar 94,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam
penelitian ini.
------------ Tabel 4.10 --------------
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diperoleh F hitung sebesar 2,35 yang mana lebih besar
dari F tabel (2,30) dan hasil uji signifikan sebesar 0,04 yang mana lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu 0,05. Berarti komisaris independen,
struktur kepemilikan, profitabilitas, moderasi komisaris independen dan struktur kepemilikan
dengan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
intellectual capital.
Dua variabel independen yaitu komisaris independen, struktur kepemilikan, serta
moderasi antara komisaris independen dan struktur kepemilkan dengan profitabilitas tidak
menunjukkan signifikansi secara parsial. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi yang
lebih besar dari 0,05.
Pengujian pengaruh variabel komisaris independen memiliki koefisien negatif -0,083
dengan nilai signifikansi 0,576 yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditentukan, yaitu
0,05. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Hipotesis 1 dalam
penelitian ini ditolak.
Semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka semakin banyak informasi
yang diungkap (Khomsiyah dalam Purnomosidhi, 2006). Salah satu variabel corporate
governance adalah komisaris independen yang ada dalam penelitian ini yang diukur dengan
presentase pembagian komisaris independen dengan jumlah dewan komisaris perusahaan.
Komisaris independen adalah elemen krusial dalam dewan komisaris dalam konflik
agensi. Mereka dipekerjakan untuk memonitor perilaku manajer dan mengurangi asimetri
informasi, namun mereka memiliki keterlibatan yang terbatas dalam harian operasional dan
manajemen. Konsekuensinya, mereka terdorong untuk memberikan pengungkapan sukarela
lebih banyak untuk meminimalkan resiko yang dihadapi sehubungan dengan keterbatasan
tersebut sekaligus memproteksi reputasi mereka. Oleh karena itu, proporsi komisaris
independen dapat memperkuat insentif pengungkapan informasi sukarela. (Koesworosari,
2011)
Tetapi, dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan White (dalam Istanti, 2009) dan Permatasari (2011) yang
1222
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
intellectual capital. Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena:
Pertama, eksistensi komisaris independen dalam perusahaan nampaknya baru sekedar
menjadi pelengkap atau hanya untuk memenuhi kebutuhan formal semata. Komisaris
independen belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan, yaitu sebagai wujud implementasi
good corporate governance (Koesworosari, 2011). Hal ini dimungkinkan karena dalam
praktiknya terdapat kecenderungan bahwa komisaris independen tidak benar-benar independen
yang mana dapat semakin bertambah jika komisaris independen memiliki kinerja yang lemah.
Kedua, tidak adanya keharusan bagi perusahaan terdaftar untuk mengungkapkan
tentang kondisi dan struktur Corporate Governance khususnya yang berkaitan dengan
tanggung jawab dan independensi dewan komisaris (Istanti, 2009).
Ketiga, komisaris independen tidak mempengaruhi intellectual capital secara parsial
karena tingkat konservatisme. Konservatisme adalah kualitas angka-angka yang dilaporkan
dineraca atau laba dalam laporal L/R. Dengan komisaris independen yang jumlahnya relatif
besar, maka tugas dan wewenangnya mengawasi manajemen tidak optimal sehingga tingkat
konservatisme juga tidak optimal, ketidakoptimalan hasil mengakibatkan tidak optimal pula
informasi yang diungkapkan (Nugroho, 2012).
Pengujian pengaruh variabel struktur kepemilikan saham memiliki koefisien negatif -
0,020 dengan nilai signifikansi 0,834 yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditentukan,
yaitu 0,05. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan saham
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Hipotesis 2 dalam
penelitian ini ditolak.
Semakin besar kepemilikan publik berarti banyak pihak yang membutuhkan informasi
rinci mengenai perusahaan yang dituntut untuk dipublikasikan di dalam annual report,
termasuk informasi pengungkapan intellectual capital. Namun, tingkat pengungkapan
informasi intellectual capital perusahaan dalam penelitian ini tidak dipengaruhi secara
individual oleh struktur kepemilikan saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Taliyang (2011) dan Artinah (2013) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital.
Hal ini disebabkan dalam mengungkapkan informasi, tujuan perusahaan adalah
memberikan semua informasi yang dibutuhkan semua pengguna laporan tahunan perusahaan,
sehingga dapat memperoleh nama baik yang tinggi di mata publik (Amalia dalam Sutanto dan
Suptami, 2009). Oleh karena itu, perusahaan tidak terlalu mempertimbangkan presentase
kepemilikan saham baik yang dimiliki publik, insider,maupun perusahaan lain. Dapat dilihat
dari rata-rata tingkat kepemilikan publik perusahaan sampel masih rendah, yaitu 27,84%
sehingga dorongan publik atas pengungkapan informasi intellectual capital oleh perusahaan
juga relatif kecil.
Pengujian variabel moderate1 memiliki koefisien 0,410 yang mana koefisien ini lebih
besar dari tingkat signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Berdasarkan hasil pengujian
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat
menginteraksi hubungan antara komisaris independen dengan pengungkapan intellectual
capital. Hipotesis 3 dalam penelitian ini ditolak.
Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan komisaris
1223
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
independen dengan pengungkapan intellectual capital secara parsial. Dengan kata lain,
komisaris independen tidak dapat meningkatkan pengungkapan informasi intellectual capital
pada saat profitabilitas rendah, dan sebaliknya pada saat profitabilitas tinggi, komisaris
independen tidak dapat mengurangi pengungkapan intellectual capital.
Hasil ini tidak sejalan dengan asumsi peneliti, jika profitabilitas rendah maka komisaris
independen akan berusaha mengurangi asimetri informasi dan mengawasi manajer untuk
melakukan pengungkapan informasi intellectual capital secara lebih luas. Sebaliknya,
pengungkapan informasi intellectual capital akan lebih rendah jika profitabilitas perusahaan
tinggi karena komisaris ingin mengurangi biaya pelaporan informasi yang lebih luas sekaligus
melindungi keunggulan kompetitif perusahaan dari pihak luar.
Tidak berpengaruhnya profitabilitas dalam memoderasi hubungan antara komisaris
independen dengan pengungkapan intellectual capital disebabkan karena banyak perusahaan
sampel yang memiliki profitabilitas yang rendah (hasil rata-rata sampel 9,96), namun komisaris
independen tidak dapat mengendalikan perilaku manajer agar melakukan pengungkapan
informasi intellectual capital yang lebih luas. Biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan
pengungkapan informasi membuat perusahaan tidak dapat mengungkapan intellectual capital
secara lebih luas, padahal jika perusahaan dapat memberikan pengungkapan informasi yang
lebih luas, hal ini dapat memberikan sinyal positif kepada para stakeholder bahwa perusahaan
sedang mengembangkan aset intellectual yang dapat menghasilkan produk yang lebih inovatif.
Pengujian variabel moderate2 memiliki koefisien 0,151 yang mana koefisien ini lebih
besar dari tingkat signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Berdasarkan hasil pengujian
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat
menginteraksi hubungan antara struktur kepemilikan dengan pengungkapan intellectual
capital. Hipotesis 4 dalam penelitian ini ditolak.
Berdasarkan hasil analisis MRA, diketahui bahwa variabel profitabilitas sebagai
variabel moderating juga tidak dapat memoderasi hubungan struktur kepemilikan saham
dengan pengungkapan intellectual capital secara parsial. Dengan kata lain, struktur
kepemilikan saham tidak dapat meningkatkan pengungkapan informasi intellectual capital
pada saat profitabilitas rendah, dan sebaliknya pada saat profitabilitas tinggi, struktur
kepemilikan tidak dapat mengurangi pengungkapan intellectual capital.
Profitabilitas menjadi tidak berpengaruh dalam memoderasi hubungan antara struktur
kepemilikan dengan pengungkapan intellectual capital dikarenakan profitabilitas yang rendah
seharusnya membuat perusahaan membutuhkan dana lebih banyak dari pihak eksternal yang
menyebabkan kenaikan kepemilikan modal publik yang harus diiringi dengan sinyal positif dari
perusahaan sehingga publik dapat menekan perusahaan agar dapat melakukan pengungkapan
informasi perusahaan secara lebih luas, termasuk intellectual capital.
Fakta dari hasil dari pengamatan ini menunjukkan rata-rata profitabilitas dari
perusahaan sampel masih rendah. Namun, struktur kepemilikan publik juga masih rendah (nilai
rata-rata struktur kepemilikan adalah 27,84) sehingga publik tidak dapat menekan perusahaan
untuk melakukan pengungkapan intellectual capital yang lebih luas.
Hal ini tidak sejalan dengan asumsi peneliti yaitu, jika profitabilitas rendah maka
perusahaan seharusnya meningkatkan kepemilikan publik karena membutuhkan dana pihak
eksternal yang lebih banyak sehingga tekanan publik juga tinggi agar perusahaan mau
mengungkapkan informasi intellectual capital secara lebih luas. Sebaliknya, pengungkapan
informasi intellectual capital akan lebih rendah jika profitabilitas perusahaan tinggi karena
1224
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
perusahaan tidak membutuhkan dana pihak eksternal sehingga struktur kepemilikan saham
publik juga rendah.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data dalam penelitian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata tingkat pengungkapan intellectual capital hanya sebesar 22 item dari 78 item
intellectual capital. Skor ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi intellectual
capital dalam annual report perusahaan manufaktur masih relatif rendah.
Hasil uji secara simultan antara pengaruh komisaris independen, struktur kepemilikan
saham serta moderasi antara komisaris independen dan profitabilitas juga moderasi antara
struktur kepemilikan dan profitabilitas menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti
secara bersama-sama komisaris independen, struktur kepemilikan saham dan moderasi antara
komisaris independen dan struktur kepemilikan dengan profitabilitas dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu pengungkapan intellectual capital.
Namun, hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa secara individual komisaris
independen, struktur kepemilikan saham dan moderasi antara komisaris independen dan
struktur kepemilikan dengan profitabilitas dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital.
Profitabilitas sebagai variabel moderating dalam penelitian ini tidak mampu
memoderasi hubungan antara komisaris independen dan struktur kepemilikan terhadap
pengungkapan intellectual capital. Hal ini kemungkinan disebabkan walaupun profitabilitas
perusahaan sedang menurun, perusahaan tidak ingin kompetitor mengetahui sinyal positif
perusahaan sehingga perusahaan dengan sengaja melindungi keunggulan kompetitif mereka
dengan mengurangi pengungkapan informasi intellectual capital.
Beberapa keterbatasan yang ada di dalam penelitian ini, antara lain adanya subjektivitas
dalam mengukur tingkat pengungkapan informasi intellectual capital didalam laporan tahunan
perusahaan. Ada atau tidaknya informasi intellectual capital hanya didasarkan pada
pengungkapan informasi yang disampaikan perusahaan melalui annual report. Ada
kemungkinan perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi intellectual capital karena
perusahaan tidak mengungkapkan informasi tersebut meskipun sebenarnya perusahaan
memiliki intellectual capital. Rendahnya nilai adjusted R square dalam penelitian ini juga
menunjukkan bahwa masih banyak variabel lain yang ikut mempengaruhi pengungkapan
informasi intellectual capital.
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, implikasi yang dapat diberikan agar
penelitian berikutnya lebih baik, antara lain: pengungkapan intellectual capital saat ini masih
bersifat voluntary. Berangkat dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dapat mendorong
perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan intellectual capital dikarenakan permintaan
dari stakeholder agar perusahaan melakukan pengungkapan intellectual capital untuk
mengurangi information gap antara perusahaan dengan pengguna annual report. Implikasi
penelitian ini terhadap praktek lainnya adalah mendukung perusahaan untuk meningkatkan
pengungkapan intellectual capital didalam annual report pada saat profitabilitas perusahaan
menurun. Hal ini agar perusahaan memberikan sinyal positif kepada stakeholder bahwa
perusahaan sedang berinvestasi dalam bentuk intellectual capital.
1225
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini juga, saran yang dapat diberikan oleh
peneliti agar penelitian berikutnya lebih baik, antara lain: untuk penelitian selanjutnya dapat
memasukkan variabel lain yang memungkinkan peningkatan nilai adjusted R square, misalnya
ukuran perusahaan, umur perusahaan, tipe industri, pertumbuhan perusahaan, dan lain-lain.
Bisa juga menambahkan moderasi variabel lain untuk mengembangkan hasil penelitian tentang
pengungkapan intellectual capital. Penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan
memperpanjang periode pengamatan serta objek yang berbeda, misalnya perusahaan perbankan
agar mendapatkan hasil yang lebih representative dan mendapatkan temuan yang lebih kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Artinah, Budi. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital
pada Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan Vol. 5, No. 2
Bukh, P.N., Nielsen, C., Gormsen, P., and Mouritsen, J. 2005. “Disclosure of Information on
Intellectual Capital in Danish IPO Prospectus”. Accounting, Auditing, and
Accountability Journal, Vol. 18 No. 6 pp. 713-732.
Ferreira, A.L., Branco, M.C, and Moreira, J.A. 2012. “Factors influencing intellectual capital
disclosure by Portuguese companies”. International Journal of Accounting and
Financial Reporting ISSN 2162-3082 Vol. 2, No. 2
Hadi, Nor. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta (Tesis).
Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19. Salemba
Empat. Jakarta
Istanti, Sri Layla Wahyu. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela
Modal Intelektual (Tesis). Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Koesworosari, Ririk Yunita Hendry. 2011. Pengaruh Ownership Retention, Reputasi
Underwriter, Umur, dan Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Intellectual
Capital dalam Prospektus IPO dengan Proprietary Cost sebagai Variabel Pemoderasi
(Tesis). Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Liana, Lie. 2009. “Penggunaan MRA dengan SPSS untuk Menguji Pengaruh Variabel
Moderating terhadap Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen”.
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XIV, No. 2, Juli 2009 : 90-97 ISSN
0854-9524
Marisanti, Endang Kiswara. 2012. “Analisis Hubungan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan
Intellectual Capital”. Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, Nomor 2, Tahun
2012, Halaman 1-11
Nugroho, Ahmadi. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure
(ICD)”. Accounting Analysis Journal ISSN 2252-6765
Oliveira, Lidia., Lucia Lima Rodrigues., and Russel Craig. 2008. Applying Voluntary
Disclosure Theories to Intangible Reporting: Evidence from The Portuguese Stock
Market. www.ssrn.com
1226
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Permatasari, Venessa Dita. 2010. Praktik Intellectual Capital Disclosure dan Permintaan
Narrow Financial Based Stakeholders di Indonesia. Universitas Sebelas Maret
Purnomosidhi, Bambang. 2006. “Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan
Publik di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9, No. 1, pp 1-20
Rahardian, Ariawan Aji dan Meiranto, Wahyu. 2011. “Analisis Pengaruh Intellectual Capital
terhadap Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least
Square”. Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro
Rupidara, Neil S. 2008. “Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber
Daya Manusia”. Universitas Kristen Satya Wacana
Sawarjuwono, T. dan A. P. Kadir. 2003. “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan
Pelaporan (sebuah library research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 5 (1): 35-57.
Sutanto, Felicia Dwiputri dan Supatmi. 2009. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Tingkat Pengungkapan Informasi Intellectual Capital di dalam Laporan Tahunan”.
Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro
Taliyang, S.M, Latif, R.A, and Mustafa, N.H. 2011. “The Determinants of Intellectual Capital
Disclosure among Malaysian Listed Companies”. International Journal of
Management and Marketing Research Vol. 4 No. 3
Trihendradi, Cornelius. 2013. Step by Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik. Edisi
Pertama. Andi.
Ulum, Ihyaul. 2007. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Perbankan di Indonesia (Tesis). Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro
Yuniasih, Ni Wayan, Rasmini, Ni Ketut, dan Wirakusuma, Made Gede. 2011. “Pengaruh
Diversitas Dewan pada Luas Pengungkapan Modal Intelektual”. Makalah
dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011
Wardani, Rr. Puruwita. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Sukarela”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 14, No. 1, Mei 2012
Widarjo, Wahyu. 2011. “Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual”.
Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011
Zulkarnaen, Eric Iskandarsjah dan Mahmud, Amir. 2013. “Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Luas Pengungkapan Intellectual Capital”. Jurnal Dinamika
Akuntansi Vol. 5, No. 1, Maret 2013, pp. 79-85 ISSN 2085-4277
1227
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Lampiran
Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ICD Index 117 7 37 22.26 6.627
Komisaris Independen 117 .3 100.0 41.728 14.4150
Struktur Kepemilikan 117 1.04 820.00 27.8420 75.19268
Profitabilitas 117 -8.24 41.56 9.9664 10.93219
Valid N (listwise) 117
Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 18.923 1.897 9.975 .000
Komisaris
Independen
.046 .042 .101 1.103 .272 .986 1.014
Struktur Kepemilikan .001 .008 .015 .168 .867 .987 1.013
Profitabilitas .136 .056 .225 2.440 .016 .974 1.027
a. Dependent Variable: ICD Index
Heteroskedatisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 7.352 1.008 7.295 .000
Komisaris Independen -.031 .022 -.127 -1.386 .169
Struktur Kepemilikan -.006 .004 -.139 -1.516 .132
Profitabilitas -.055 .030 -.171 -1.850 .067
a. Dependent Variable: ABS_RES
Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .256a .065 .041 6.491 1.841
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen
b. Dependent Variable: ICD Index
1228
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
ISBN: 978-979-3775-55-5
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 117
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.40627526
Most Extreme Differences
Absolute .072
Positive .072
Negative -.050
Kolmogorov-Smirnov Z .784
Asymp. Sig. (2-tailed) .570
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Pengujian Hipotesis
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .309a .096 .055 6.442
a. Predictors: (Constant), Moderate2, Komisaris Independen, Struktur
Kepemilikan, Profitabilitas, Moderate1
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 487.815 5 97.563 2.351 .045b
Residual 4606.493 111 41.500
Total 5094.308 116
a. Dependent Variable: ICD Index
b. Predictors: (Constant), Moderate2, Komisaris Independen, Struktur Kepemilikan,
Profitabilitas, Moderate1
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 22.157 2.896 7.651 .000
Komisaris Independen -.038 .068 -.083 -.561 .576
Struktur Kepemilikan -.002 .008 -.020 -.210 .834
Profitabilitas -.121 .151 -.200 -.801 .425
Moderate1 .005 .003 .410 1.502 .136
Moderate2 .005 .004 .151 1.226 .223
a. Dependent Variable: ICD Index
Recommended