View
35
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH LAMA SIMPAN PADA VIGOR BENIH DAN
KECAMBAH SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
GENOTIPE KAWALI DAN P/F-10-90A
(Skripsi)
Oleh
ISKA HARTINA ANGGRAINI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH LAMA SIMPAN PADA
VIGOR BENIH DAN KECAMBAH SORGUM (Sorghum bicolor [L.]
Moench) GENOTIPE KAWALI DAN P/F-10-90A
Oleh
ISKA HARTINA ANGGRAINI
Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia penghasil karbohidrat.
Sorgum mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Vigor benih
merupakan kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada lingkungan
yang kurang memadai, mampun disimpan pada kondisi simpan yang sub
optimum. Penurunan vigor dan mutu fisik benih pada periode simpan tertentu
berbeda-beda tergantung dari varietas benih tersebut. Penyimpanan benih
dilakukan untuk memepertahankan vigor benih tersebut agar dapat digunakan
untuk periode tanam selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh lama simpan pada vigor benih dan kecambah sorgum genotipe Kawali
dan P/F-10-90A.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung yang berlangsung
dari bulan Februari 2017 sampai dengan Februari 2018. Penelitian ini
menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot) dengan 3 kelompok sebagai
ulangan. Petak utama berupa lama simpan (LS) yang terdiri dari lama simpan 0,
4, 8 dan 12 bulan. Anak petak adalah genotipe (G), yang terdiri dari Kawali (G1)
dan P/F-10-90A (G2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Vigor benih dan kecambah menurun secara
signifikan pada lama simpan 4 dan 8 bulan dengan persentase benih mati 16,7%
dan 40,7 %, sedangkan pada persentase kecambah normal kuat pada 4 bulan
sebesar 74 % dan 8 bulan 54% genotipe P/F-10-90A dan Kawali. Genotipe P/F-1-
90A mempunyai vigor benih dan vigor kecambah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan genotipe Kawali yang ditunjukkan oleh variabel benih mati, kecambah
normal kuat, panjang tajuk kecambah normal, panjang akar primer kecambah
normal, bobot kering kecambah normal, dan kecambah normal kuat. Pengaruh
interaksi lama simpan dan genotipe nyata, ditunjukkan oleh vigor benih dan
kecambah P/F-10-90-A yang terbukti unggul untuk lama simpan 4, 8 dan 12
bulan. Keunggulan genotipe P/F-10-90-A tersebut memungkinkan dapat
disimpan dan digunakan untuk musim pertanamaan berikutnya.
Kata kunci: Benih sorgum, genotipe, lama simpan, vigor
Iska Hartina Anggraini
PENGARUH LAMA SIMPAN PADA VIGOR BENIH DAN
KECAMBAH SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)
GENOTIPE KAWALI DAN P/F-10-90A
Oleh
Iska Hartina Anggraini
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur pada 29 April
1996, sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara, dari Bapak Rohmat, S.Pd dan Ibu
Asiyah. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Karang Kemiri
pada tahun 2008, Kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1
Belitang Jaya diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
di SMAN 1 Belitang pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan memilih minat agronomi dalam
budidaya. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Teknologi Benih pada tahun
2016/2017, praktikum Produksi Benih pada tahun 2017/2018, dan Bilogi
Pertanian 11 pada tahun 2017/2018. Penulis melaksanakan praktik umum di PD.
Mandiri Jaya Farm, Lembang, Jawa Barat. Pada Januari 2018 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Datar Lebuay, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus.
“Berjalan dalam kegelapan lebih baik jika bersama teman, daripada
berjalan sendirian dalam terang”
Helen Keller
“Boleh jadi kamu benci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
megetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”
(QS 2:67)
“siapa yang menghendaki kebahagiaan hidup dunia, harus dengan ilmu,
dan yang mengehendaki kebahagiaan akhirat harus dengan ilmu, dan
barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya (dunia&akhirat)
juga harus dengan ilmu”
(HR. Tabrani)
Bismillahirrohmanirohim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang
Berkat rahmat dan karunia-Nya
Kupersembahkan karya ini untuk
Kedua orang tuaku tercinta
Bapak Rohmat, S.Pd.
Ibu Asiyah
Penyumbang beasiswa terbesarku
Yang senantiasa dalam sujudnya selalu mendoakanku, selalu mengasihi, menyayangi,
mengajarkan untuk selalu bersyukur dan memberikan motivasi disetiap langkahku
Untuk adikku
Nurela Kesumastuti
Untuk kakakku
Rismawan Hidayat, S.Pd.
Yang selalu memberikan motivasi kepadaku
Serta almamater yang kubanggakan
Universitas Lampung
Semoga karya ini bermanfaat
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul
“Pengaruh Lama Simpan Pada Vigor Benih Dan Kecambah Sorgum
(Sorghum Bicolor [L.] Moench) Genotipe Kawali Dan P/F-10-90A” adalah
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Universitas
Lampung. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SWA yang penulis nantikan syafaatnya di yaumil akhir.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu kelancaran praktik umum terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku Dosen pembimbing
pertma umum, yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat dan
motivasi dari awal hingga penulisan skripsi ini;
4. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Dosen pembimbing kedua, yang telah
memberikan ide penelitian, bimbingan, saran, nasehat dan motivasi dalam
penulisan skripsi ini;
5. Bapak Prof. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc., Ph.D., selaku Dosen penguji
terimakasih atas saran dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;
6. Bapak Dr.Ir. Rusdi Evizal, M. Si., selaku Pembimbing Akademik atas
bimbingan, nasihat,saran, semangat, dan motivasi kepada penulis selama
masa studi di Uiversitas Lampung;
7. Seluruh dosen mata kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,
dan bimbingan yang penulis peroleh selama masa studi di Universitas
Lampung;
8. Ayah, ibu, adik, dan kakak atas doa, dukungan, perhatian, pengorbanan, dan
nasihat, sehingga penulis diberi kemudahan dalam menjalankan perkuliahan;
9. Teman-teman seperjuangan kelompok peneliti sorgum Marida Arista Tantia,
Diana Pangastuti, Maharani, Ikhlasul Imam, Nasrulah Zein M., Rizky
Pratama, Rizky Indah Wahyuni, Kurnia Koriatun Nisa, M. Afriansyah atas
kebersamaan, motivasi, semangat, serta bantuan selama penelitian yang
diberikan kepada penulis;
10. Sahabat pemburu S.P., (Ever lasting) Marida Arista Tantia, Diana Pangastuti,
Maharani, Hani listyani, Febe Atalia Tambunan, Luh gita, Devita Oqi, Hany
Anngrainy atas kebersamaan, kekluargaan, canda , tawa, motivasi, doa,
dukungan dan bantuan selama perkuliahan;
11. Teman-teman kosan 31 Himangunyah Nuzulul Istiqomah, Nadhiroh Zulfa,
mba Dea Putri A, Mba Ema, Mba Ana, Mba winda, Renita Sari, Mba Nisa,
Mba Erva (DDN) yang telah memberikan bantuan, semangat, dukungan serta
doa kepada penulis;
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyususan skripsi ini.
Penulis berharap Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
Iska Hartina Anggraini
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ........................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 9
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 14
2.1 Tanaman Sorgum .......................................................................... 14
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemunduran Benih ............. 15
2.3 Kemunduran Benih ....................................................................... 17
2.4 Pengaruh lama simpan terhadap vigor benih ................................ 18
2.5 Hubungan Antara Genotipe dan Periode Simpan ......................... 19
2.6 Genotipe sorgum ........................................................................... 20
III. BAHAN DAN METODE ................................................................... 22
3.1 Tempat danWaktu Penelitian ......................................................... 22
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 22
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ........................................ 23
3.4 PelaksanaanPenelitian ..................................................................... 24
3.4.1 Pengeringan dan Pengukuran Kadar Air Benih Sorgum ..... 24
3.4.2 Pengemasan dan penyimpanan benih sorgum ..................... 24
3.4.3 Pengukuran kadar air benih .................................................. 25
3.4.4 Pengujian vigor benih dan vigor kecambah .......................... 25
3.5 Variabel vigor benih ....................................................................... 26
3.5.1 Persen benih mati (BM) ....................................................... 26
3.5.2 kecambah normal total (KNT) ............................................. 26
3.6 Variabel Vigor Kecambah .............................................................. 27
3.6.1 Kecambah Normal Kuat (KNK) ......................................... 27
3.6.2 PanjangTajuk Kecambah Normal (PTKN) ........................ 27
3.6.3 Panjang Akar Primer Kecambah Normal (PAPKN) .......... 27
ii
3.6.4 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) ........................ 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 29
4.1Hasil Penelitian ................................................................................ 29
4.1.1Pengaruh lama simpan terhadap vigor benih dan
Kecambah Sorgum( Sorgum bicolor [L.] Moench)
Genotipe Kawali dan P/F-10-90A ......................................... 31
4.1.2 Pengaruh Genotipe terhadap vigor benih dan
Kecambah Sorgum( Sorgum bicolor [L.]Moench)
Kenotipe Kawali dan P/F-10-90A ........................................ 32
4.1.3 Pengaruh Interaksi Lama Simpan dan Genotipe benih
sorgum (sorghum bicolor [L.] Moench) pada variabel
Benih Mati dan Kecambah Normal Kuat............................. 37
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 39
4.2.1 Pengaruh lama simpan terhadap vigor benih
dan kecambah sorgum ( Sorgum bicolor [L.]Moench) ........ 39
4.2.2 Pengaruh Genotipe terhadap vigor benihdan
Kecambah Sorgum( Sorgum bicolor [L.]Moench) ............... 42
4.2.3 Pengaruh interaksi lama simpan dan perbedaan
genotipe benih sorgum ( Sorgum bicolor [L.]Moench) ........ 43
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 49
5.1 Simpulan ......................................................................................... 49
5.2 Saran ............................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50
LAMPIRAN ................................................................................................ 56-62
Tabel 6-19 .................................................................................................... 56-62
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Keteraitan antara lama simpan, genotipe, kadar air, suhu dan Daya
berkecambah .................................................................................... 6
2. Deskripsi Varietas Kawali ................................................................. 21
3. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh lama simpan (L) terhadap
vigor kecambah sorgum ( Sorgum bicolor[L.]Moench)
genotipe Kawali dan P/F-10-90A ....................................................... 30
4. Pengaruh lama simpan terhadap vigor kecambah sorgum
( Sorgum bicolor[L.]Moench) genotipe Kawali dan P/F-10-90A ...... 31
5. Pengaruh Genotipe terhadap vigor Kecambah Sorgum
( Sorgum bicolor[L.] Moench) Genotipe Kawali
dan P/F-10-90A .................................................................................. 32
6. Uji Barlet untuk pengaruh lama simpan (L) dan genotipe
(G) pada variabel kecambah normal kuat .......................................... 56
7. Analisis ragam data pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal kuat ................................................ 56
8. Uji Bartlett untuk pengaruh lama simpan dan genotipe
pada variabel kecambah normal total ................................................ 57
9. Analisis ragam data pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel kecambah normal total ................................................ 57
10. Uji Bartlett untuk pengaruh lama simpan (L) dan
genotipe (G) pada variable benih mati .............................................. 58
ii
11. Analisis ragam data pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel benih mati ................................................................... 58
12. Uji Bartlett untuk pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel bobot kering kecambah normal .................................. 59
13. Analisis ragam data pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel bobot kering kecambah normal .................................. 59
14. Uji Bartlett untuk pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variable panjang tajuk kecambah normal ................................. 60
15. Analisis ragam data pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel panjang tajuk kecambah normal ................................. 60
16. Uji Bartlett untuk pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel panjang akar primer kecambah normal ....................... 61
17. Analisis ragam data pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel panjang akar primer kecambah normal ....................... 61
18. Uji Bartlett untuk pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel kadar air ....................................................................... 62
19. Analisis ragam data pengaruh lama simpan (L) dan genotipe (G)
pada variabel kadar air ....................................................................... 62
iv
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata Alir Kerangka Pemikiran ............................................................ 12
2. Tata Letak Percobaan .......................................................................... 23
3. Pengaruh lama simpan dan genotipe pada variabel kadar air ............. 33
4. Pengaruh lama simpan dan genotipe pada variabel bobot
Kering kecambah normal .................................................................... 34
5. Pengaruh lama simpan dan genotype pada variabel panjang
Tajuk kecambah normal ...................................................................... 35
6. Pengaruh lama simpan dan genotipe pada variabel panjang
akar primer kecambah normal ............................................................. 36
7. (A). Interkasi lama simpan dan genotipe variabel kecambah
Normal kuat ................................................................................. 38
(B). Interkasi lama simpan dan genotipe variabel benih mati ............. 38
(C). Interkasi lama simpan dan genotipe variabel kecambah
normal total .................................................................................. 38
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu tanaman
serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman yang dapat
digunakan sebagai sumber pangan alternatif, baik untuk manusia maupun hewan
ternak. Menurut Hermawan (2013) sorgum sebagai sumber bahan pangan
alternatif memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dengan kandungan pati sebesar
83%, lemak 3,06%, dan protein 12,3%. Berdasarkan komposisi tersebut, jelas
sorgum mempunyai potensi yang baik untuk dijadikan sebagai sumber bahan
pangan alternatif pengganti beras. Biji sorgum dapat diproses menjadi bioetanol
sebagai bahan bakar mesin.
Tanaman sorgum merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat
yang tinggi dan paling mudah diusahakan. Tanaman sorgum merupakan tanaman
serealia yang potensial untuk dijadikan komoditas agroindustri (Susilowati et al.,
2009), Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai
potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah
adaptasi yang luas. Menurut Susilowati, dkk (2013) tanaman sorgum mempunyai
daya adaptasi yang baik pada kondisi lahan kering dan kuran subur, dengan suhu
tinggi, curah hujan rendah dan lahan yang relatif terdegradasi.
2
Subagio et al., (2013), mengemukakan bahwa tanaman sorgum hanya
membutuhkan curah hujan 375 mm/tahun sehingga sangat cocok untuk
dikembangkan di Indonesia.
Di Indonsesia pengembangan sorgum diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas lahan, diversifikasi pangan, dan keberlanjutan ketahanan pangan.
Pada periode 2005-2011, luas panen sorgum menurun rata-rata sebesar 1,5% per
tahun. Produksi dan produktivitas sorgum relatif meningkat, tetapi hingga saat ini
produksi dan produktivitas hanya dicapai 60%.
Seiring meningkatnya perhatian terhadap penggunaan bahan bakar nabati,
pemerintah melalui kementerian BUMN telah memetakan wilayah pengembangan
sorgum. Subagiyo et al., (2013) mengemukakan bahwa wilayah potensi penghasil
sorgum mengalami pergeseran, semula wilayah penghasil sorgum berpusat di
pulau Jawa, namun kini telah bergeser kewilayah Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Pergeseran tersebut disebabkan oleh peluang pengembangan lahan marjinal.
Pengembangan sorgum integrasi dengan ternak di Sulawesi Selatan dan Sulawesi
tenggara serta pengembagan sorgum untuk bahan baku industry dan ternak di
Nusa Tenggara Timur dengan luas panen mencapai 15.414 ha (Subagiyo et al.,
2013).
Penggunaan sorgum sebagai bahan alternatif pangan dan bahan agroindustri
sebaiknya menggunakan sorgum dengan varietas yang unggul. Genotipe Kawali
merupakan varietas unggul sorgum yang pada umumnya bertingkat kemasakan
genjah, tinggi batang sedang, biji putih, dan rasa nasi cukup enak dan bulir agak
tertutup sehingga kurang disenangi hama burung. Varietas Kawali dilepas oleh
3
Badan Litbang Pertanian pada tahun 2001. Varietas Kawali memiliki kandungan
etanol sebesar 5.454 l/ha, brix pada angka 9,3%, bobot batang 4,5 kg/10 tanaman,
bobot daun 0,9/10 tanaman (Aqil, 2013).
Pengembangan sorgum secara luas membutuhkan ketersediaan benih sorgum
yang bermutu. Masalah dalam penyediaan benih bermutu yaitu menurunya
viabilitas benih setelah masa penyimpanan. Lama simpan adalah waktu
penyimpanan benih sebelum benih tersebut ditanam kembali. Penyimpanan benih
adalah suatu kegiatan atau perlakuan yang dilakukan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin dan dapat
digunakan untuk periode tanam selanjutnya. Semakin lama benih disimpan, maka
viablitas benih semakin menurun.
Kendala yang dihadapi di lapangan pada tanaman sorgum yaitu langkanya
ketersedian benih sorgum dengan mutu yang baik. Lama simpan benih sorgum
masih menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketersedian benih bermutu
tersebut. Oleh karena itu penentuan lama simpan benih sorgum untuk
mendapatkan benih dengan mutu baik dari tanaman sorgum masih menjadi
masalah. Menurut Yuniarti et al., (2015) bahwa terjadi perubahan fisiologis pada
benih eboni selama penyimpanan yang mengakibatkan adanya penurunan nilai
kecambah benih.
Hasil penelitian Oyo dan Purnama (2006) menunjukkan bahwa terjadi penurunan
presentase daya kecambah benih sorgum yang tinggi pada penyimpanan 9 dan 12
bulan yang mencapai 16,7-24,7 %, dibandingkan pada penyimpanan 3 dan 6 bulan
sebesar 1,4-4,7%. Hasil penelitian Arief dan Komalasari (2012), menunjukkan
4
bahwa waktu lama penyimpanan pada benih sorgum Varietas Kawali
menyebabkan kecambah normal total dan kecepatan perkecambahan semakin
menurun ketika benih disimpan diruang penyimpanan bersuhu rendah selama 8
bulan.
Masalah yang terjadi selama penyimpanan benih yaitu kemunduran benih yang
terus terjadi dan tidak dapat dihentikan hanya dapat diperlambat. Kemunduran
benih merupakan proses penurunan mutu fisiologis benih yang menyebabkan
perubahan menyeluruh di dalam benih. Benih yang mengalami proses
kemunduran akan menyebabkan perubahan menyeluruh dalam benih baik secara
fisik, fisiologis, maupun biokimia yang mengakibatkan menurunnya viabilitas
benih. Dari hasil penelitian Waluyo et al (2014) menunjukkan bahwa mutu
fisologis benih dipengaruhi oleh periode simpan dan jenis kemasan semakin lama
benih disimpan pada suhu ruang mutu fisiologisnya menurun seiring dengan
bertambahnya periode simpan benih.
Fikri (2015) menyatakan bahwa penggunaan genotipe yang mempunyai
komposisi genetik terbaik dan pengaturan kadar air benih saat penyimpanan
dilakukan untuk menekan laju kemunduran benih dan menjaga vigor benih. Vigor
benih adalah jumlah total sifat-sifat benih menciptakan tegakan yang memuaskan
pada kondisi lapangan yang tidak menguntungkan. Benih yang bervigor akan
cepat berkecambah dan merata, tahan simpan, bebas dari penyakit benih, tahan
terhadap berbagai gangguan mikroorganisme, dan bibit tumbuh kuat baik ditanah
basah maupun kering. (Heydecker,1980)
5
Berdasarkan penelitian Subrantoro dkk (2013), bahwa benih lama memiliki vigor
lebih baik dibanding dengan benih baru yang dipengaruhi oleh kandungan
cadangan makanan dalam benih yang lebih banyak. Benih lama, apabila disimpan
sesuai dengan persyaratan penyimpanan benih menyebabkan turunnya vigor yang
lambat, hal ini dibuktikan dengan benih lama memiliki vigor yang lebih baik dari
benih baru. Penurunan vigor dan mutu fisik benih pada periode simpan tertentu
berbeda-beda tergantung dari varietas benih tersebut..
Kedalaman tanam merupakan hal penting karena tanah memiliki kandungan unsur
yang dibutuhkan tanaman pada kedalaman tertentu dan setiap tanaman memiliki
kesesuaian tertentu terhadap kedalaman tanam terkait vigor tanaman. Bibit normal
dengan vigor tinggi memiliki kekuatan tumbuh pada tanah padat dengan asumsi
benih yang mampu tumbuh normal pada kedalaman tanam paling dalam.
Sedangkan kecambah dari benih yang bervigor rendah tidak memiliki kemampuan
tersebut. Vigor dihubungkan dengan bobot benih. Dalam hal ini dihubungkan
dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan
pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari
serangan mikroorganisme.
Setiap genotipe benih mempunyai komponen penyusun genetik yang berbeda,
yang menghasilkan kualitas dari setiap genotipe berbeda. Komponen penyusun
genetik tersebut akan mempengaruhi tanaman dalam merespon keadaan
lingkungan, serangan patogen serta kemampuan dalam produksi. Penggunaan
genotipe sorgum yang berbeda diharapkan akan memberikan pengaruh dalam
penyimpanan yang berbeda pula. Berdasarkan penelitian hakim (2017), bahwa
6
perbedaan genotipe mengakibatkan perbedaan produksi, mutu fisik, dan mutu
fisiologis benih yang tinggi dengan periode simpan 9 bulan.
Varietas adalah sub divisi spesies yang terdiri atas suatu popuasi yang memiliki
perbedaan karakter morfologi dari spesies lain dan diberi nama latin menurut
aturan kode tata nama botanis internasional (Rbatzky dan Yamaguchi, 1998).
Galur merupakan tanaman hasil pemuliaan yang telah diuji dan diseleksi, serta
sifat unggul sesuai tujuan pemuliaan, seragam dan stabil. Varietas yang unggul
cenderung lebih tinggi mutu dan kualitasnya dibandingkan dengan varietas non-
unggul.
Keterkaitan antara lama simpan, genotipe, kadar air, dan daya berkecambah tersaj
secara ringkas disajikan pada Tabel 2.
Tabel. 2 keteraitan antara lama simpan, genotipe, kadar air, suhu dan Daya
berkecambah
Genotipe
(G)
Lama
Simpa
n (LS)
Kadar
Air
(KA)
Suhu
(T)
Daya
Berkec
ambah
(%)
BKKN (bobot
Kering
kecambah
Normal) (mg)
Sumber
Numbu 6
bulan
10,6 ±18ᴼC 90 Koes
fauziah
(2014)
Upca 8
bulan
10,42 ±17ᴼC 88,22 7,61 mg Yosita
(2017)
Super-1
Super-2
P/F 5 193-
C
9
bulan
10
±26ᴼC 93
92
84
Hakim
(2017)
- 12
bulan
11,26 ±26ᴼC 78,6 Oyo
(2006)
7
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian pada data tabel 2. bahwa permasalahan
yang muncul saat penyimpanan yakni menurunnya daya berkecambah benih
selama proses penyimpanan, berdasarkan penelitian hakim (2017) menunjukkan
lama simpan 9 bulan dengan penyimpanan suhu ruang (±26ᴼC) presentase daya
berkecambah tetap tinggi dengan presentase tertinggi yaitu 93% dan terendah
84%, lama simpan 4 bulan dengan penyimpanan bersuhu rendah (±17ᴼC)
menunjukkan presentase daya berkecambah sebesar 92%. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa penyimpanan dengan kadar air awal rendah mampu
memperlambat laju kemunduran benih dengan menghasilkan presentase daya
kecambah sorgum yang tetap tinggi, hal ini sejalan dengan pernyataan Harrington
(1973) bahwa setiap penurunan kadar air benih 1%, umur simpan benih akan
bertambah dua kali lipat.
Pada penelitian Oyo (2006) penyimpanan dilakukan selama 12 bulan dengan
menggunakan kadar air awal 11,26 % dengan suhu ruang simpan ±26ᴼC maka
persen daya berkecambah sebesar 78,6 %. Jika dilakukan penyimpanan dengan
kadar air awal lebih rendah sebesar ± 8 % maka penyimpanan benih dapat
diperpanjang sampai lebih dari 12 bulan dan daya berkecambah dapat ≥ 78,6 %.
Jadi beberapa upaya untuk mengatasi masalah dalam penyimpanan benih adalah
dengan a) menurunkan kadar air benih, b) menurunkan suhu ruang simpan, c)
memilih genotipe yang tahan disimpan, dan d) memperpendek masa simpan.
Berdasarkan hasil laporan dari para peneliti terdahulu, penelitian dilakukan
dengan penyimpanan benih sorgum pada suhu 26ºC, karena penggunaan
Pendingin yang relatif mahal sehinga digunakan alternatif penyimpanan dengan
8
suhu kamar dengan kadar air awal diturunkan sampai 8%, dan diamati vigor
kecambah dengan periode simpan 0,4,8, dan 12 bulan.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Pada lama simpan berapa vigor kecambah menurun secara signifikan pada
periode simpan 0,4,8,12 bulan sorgum genotipe Kawali dan P/F-10-90A?
2. Apakah benih sorgum genotipe Kawali dan P/F-10-90A memilki vigor
kecambah berbeda ?
3. Apakah vigor kecambah benih sorgum dalam penyimpanan dipengaruhi oleh
perbedaan genotipe?
1.2 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pada lama simpan berapa vigor benih dan vigor kecambah
menurun secara signifikan pada periode simpan 0,4,8,12 bulan sorgum
genotipe Kawali dan P/F-10-90A
2. Mengetahui perbedaan vigor benih dan vigor kecambah sorgum genotipe
Kawali dan P/F-10-90A
3. Mengetahui vigor kecambah dan vigor benih genotipe Kawali dan P/F-10-90A
pada lama simpan 0,4,8 dan 12 bulan
9
1.3 Kerangka Pemikiran
Sorgum merupakan salah satu komoditas pangan yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia. Sorgum berpotensi sebagai bahan pangan, daunnya
sebagai campuran ransum pakan ternak, nira dan batangnya dapat dimanfaatkan
sebagai bioetanol maupun bahan baku pembuatan gula. Hal ini menjadikan
sorgum potensial untuk dikembangkan di Indonesia sebagai komoditas alternatif
untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Namun hal tersebut tidak diikuti
dengan produksi sorgum yang tinggi pada tiap tahun dan kurangnya
pengembangan budidaya sorgum
Pengembangan sorgum mengalami kendala yaitu produksi benih sorgum yang
bermutu. Rendahnya daya simpan benih sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan benih. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil
suatu tanaman. Hal ini membuat benih memiliki peranan yang sangat penting
dalam produksi tanaman.
Benih dengan masa simpan yang panjang sangat dibutuhkan dalam kegiatan
budidaya tanaman supaya benih dapat digunakan pada periode tanam berikutnya.
Agar dapat digunakan pada musim yang sama di periode tanam berikutnya, benih
harus dapat disimpan hingga masa simpan selama mungkin. Permasalahan yang
muncul dari proses penyimpanan tersebut adalah kemunduran mutu benih.
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu fisiologis benih yang
menyebabkan perubahan menyeluruh di dalam benih. Kemunduran benih
merupakan proses yang pasti terjadi dan tidak dapat dihentikan, namun dapat
diperlambat laju kemunduran benihnya. Pengaruh periode simpan terhadap
10
kemunduran benih adalah semakin lama penyimpanan suatu benih maka akan
semakin tinggi tingkat kebocoran dari benih tersebut. Kebocoran dapat diketahui
dari meningkatnya kadar air benih dan meningkatnya nilai daya hantar lisrtik
benih sorgum.
Vigor kecambah dapat dipertahankan sampai akhir masa penyimpanan jika
disimpan dalah suhu yang rendah dan kadar air serta kelembaban yang relatif
terjaga. Kadar air yang tinggi dapat meningkatkan laju kemunduran benih pada
saat penyimpanan. Laju kemunduran benih dapat diperlambat dengan
mengurangi kadar air benih sampai optimum. Metode penyimpanan benih yang
baik adalah benih disimpan pada suhu dingin dengan suhu berkisar 5-10 ᴼC, akan
tetapi pembuatan ruang penyimpanan dengan suhu yang rendah membutuhkan
biaya yang relaif tinggi karena penggunaan alat pendingin seperti Air
Conditioning (AC) ataupun freezer. Oleh sebab itu diperlukan adanya metode
penyimpanan benih seperti penyimpanan pada suhu kamar dengan penggunaan
kadar air awal yang rendah. Menurut Harrington (1973) setiap penurunan kadar
air benih 1 % dapat meningkatkan umur simpan benih menjadi dua kali lipat .
Penggunaan genotipe yang berbeda akan menghasilkan produksi benih yang
berbeda. Hal ini karena setiap genotipe memiliki sifat genetik berbeda yang
menyebabkan perbedaan respon tanaman terhadap lingkungannya. Perbedaan
beberapa genetik pada beberapa genotipe turut mempengaruhi respon kemunduran
dan penurunan vigor benih selama masa penyimpanan.
11
Berdasarkan penelitian hakim (2017), perbedaan genotipe mengakibatkan
perbedaan produksi, mutu fisik, dan mutu fisiologis benih yang tinggi dengan
periode simpan 9 bulan. Perbedaan varietas turut mempengaruhi respon
penurunan viabilitas dan vigor kecambah yang diusangkan secara cepat. Hal
tersebut disebabkan oleh perbedaan identitas dan komposisi genetik yang dimiliki
oleh setiap genotipe. Pada kondisi suboptimum, tingkat kemunduran benih erat
kaitanya dengan komposisi kimia penyusun benih terutama lemak dan protein.
Dalam penelitian ini digunakan 4 taraf lama simpan yakni 0, 4, 8, dan 12 bulan,
penggunaan lama simpan dimaksudkan untuk melihat respon kemunduran benih
dan vigor kecambah secara berkala. Benih disimpan pada suhu kamar ±26ᴼC
dengan kadar air 8%, penyimpanan dengan kadar air yang rendah dapat menjaga
mutu benih dan menghambat proses kemunduran benih. Dalam penelitian ini
digunakan dua genotipe sorgum Kawali dan P/F-10-90A. Penggunaan genotipe
yang berbeda dimaksudkan untuk membandingkan respon penurunan vigor
kecambah pada periode simpan yang berbeda, karena masing-masing genotipe
memiliki komposisi genetik dan kimia yang berbeda. Selanjutnya benih dikemas
dalam plastik polietilen (klip) yang kedap udara dengan tujuan untuk menghambat
kemunduran benih dan vigor kecambah sorgum. Penetuan vigor benih dan vigor
kecambah dilihat dengan melakukan uji perkecambahan dengan mengamati
kecambah kecambah normal kuat (KNK), berat kering kecambah normal
(BKKN), panjang tajuk kecambah normal (PTKN), panjang akar primer
kecambah normal (PAPKN), kecamabah normal total (KNT), benih mati (BM),
12
kadar air (KA) setelah penyimpanan. Kerangka pemikiran diatas, dituangkan
dalam bagan alir yang disajikan pada Gambar 1
Keterangan:
K : Kemunduran Benih
G : Genotipe
L : Periode simpan
VB : Vigor Benih
VK : Vigor Kecambah
Gambar 1. Tata alir kerangka pemikiran penelitian
Periode simpan 0
bulan (P1)
VBG1 vs VKG2
Periode simpan 4
bulan (P2)
VBG1 vs VKG2
Periode simpan 8
bulan (P3)
VBG1 vs VKG2
Periode simpan
12 bulan (P4)
VBG1 vs VKG2
1. VBVK P1<VBVK P2<VBVK P3<VBVK P4
2. vigor Benih dan kecambah G1 vigor benih dan
kecambah G2
3. VB dan VK dipengaruhi LS G
0 bulan 4 bulan 8 bulan
12 bulan
Benih sorgum 2 genotipe Kawali dan P/F-10-90A
dan Digunakan kadar air awal yaitu 8%
Dimasukkan dalam pastik polyetilen (klip) Penyimpanan
dilakukan pada suhu ruang ± 26 ᴼC
13
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Vigor benih dan vigor kecambah akan berbeda pada periode simpan 0,4,8,
dan 12 bulan.
2. Perbedaan genotipe yang berbeda dapat mempengaruhi hasil vigor kecambah
sorgum.
3. Vigor benih dan vigor kecambah Kawali dan P/F-10-90A dipengaruhi oleh
perbedaan lama simpan
1.4 Hipotesis
14
II. TINJAUAN PUSTKA
2.1. Tanaman Sorgum
Sorgum menjadi salah satu komoditas alternatif yang memiliki banyak
sekali manfaat. Selain untuk pakan ternak sorgum juga dimanfaatkan untuk
industri yaitu menghasilkan produk berbasis biomassa yang dikembangkan
dalam jangka waktu yang lama. Tanaman sorgum memilki kelebihan yaitu
mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang kurang subur ,ketersediaan
air yang terbatas dan tanah berpasir.
Tanman sorgum meruakan tanaman graminae yang dapat tumbuh hingga
ketinggian 6 meter. Bentuk tanaman ini hampir mirip dengan jagung yang
membedakannya adalah tipe bunga dimana jagung memiliki tiper bunga
tidak sempurna sedangkan sorgum sempurna. Tanaman sorgum memilki
perakaran tunggang yang terdiri dari akar lateral. Batang sorgum terdir dari
buku (node) dan ruas (internode) serta tidak memiliki cambium. Daun
sorgum berbentuk pita, struktur daun terdiri dari helai daun dan tangkai
daun. Bunga sorgum merupakan tipe panicle, biji sorgum berbentuk bulat
yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu lapisan luar (coat), embrio (germ),
dan endosperm (Andriani dan isniani, 2013)
15
Menurut United States Departement of Agriculture (2015), klasifikasi
sorgum dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah:
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Sub Divisi :Angiospermae
Kelas :Monocotyledonae
Ordo :Poales
Famili :Poaceae
Genus :Sorghum
Spesies :Sorghum bicolor [L.] Moench.
Sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas (internodes) dan
berbuku-buku (nodes).Setiap ruas memiliki alur yang berselang-seling.
Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal batang
berkisar 0,5-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5-4,0 m tergantung dari
varietasnya. Tinggi batang sorgum yang dikembangkan di China dapat
mencapai 5 m sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan
penghasil gula (FAO, 2013).
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemunduran Benih
Menurut Sutopo(2004) beberapa teori penyebab kemunduran biji saat
penyimpanan adalah:
1. Cadangan makanan yang mulai menurun, ini adalah teori yang paling
tua mengenai kemunduran viabilitas benih. Benih yangdisimpan tetap
melakukan respirasi, benih akhirnya kehabisan cadangan makanan.
16
Namun demikian ada sebagian besar benih mengandung cadangan
makanan yang tidak akan habis dalam waktu yang sangat lama. Proses
pemecahan secara biokimia dalam benih yang kering menghabiskan zat
makanan yang sangat sedikit dan tidak mungkinsampai menghabiskan
cadangan makanan benih.
2. Sel-sel meristematis kekurangan zat makanan, menurut teori ini respirasi
dapat menghabiskan jaringan yang terlibat dalam pengangkutan zat
makanan dari tempat cadangan makanan dan keadaan ini menyebabkan
embrio tidak mendapat penyediaan makanan itu. Dalam hal ini sel-sel
meristematis pada embrio itu akhirnya mati karena rusak atau
kekurangan makanan.
3. Senyawa-senyawa beracun yang terakumulasi, dalam penyimpanan
kadar air rendah, respirasi dan aktifitas enzim yang berkurang dapat
menyebabkan terkumpulnya atau tertimbunnya senyawa-senyawa
beracun yang menurunkan viabilitas benih. Pada beberapa benih asam
abscisi yang terdapat dalam benih diduga sebagai penyebab
kemunduran benih.
4. Mekanisme perkecambahan mengalami kerusakan, teori ini didasarkan
pada peranan asam gibberellin dan sitokinin dalam mendorong aktifitas
enzim untuk memulai perkecambahan. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa perkecambahan pada benih yang merosot atau tua dapat
ditingkatkan dengan pemberian hormon pertumbuhan.
17
5. Ribosoma tidak mampu berdisosiasi, suatu bukti yang baru
menunjukkan bahwa disosiasi poliribosoma harus terjadi sebelum
perlekatan RNA dapat terjadi dan untuk sintesa protein pada benih
yang sedang berkecambah. Pada benih yang sudah mati, ribosoma tidak
berdisosiasi sehingga sintesa protein tidak dapat terjadi. Hal itu diduga
bahwa semakin bertambahnya ketidak mampuan ribosoma berdisosiasi
adalah penyebab kemunduran benih.
6. Enzim terurai dan tidak aktif, penurunan aktifitas enzim adalah symptom
Kemunduran benih yang dapat diukur, tetapi hal ini hanya
merupakapencerminan perubahan yang lebih mendasar pada enzim itu
sendiri. Penurunan aktifitas enzim dalam benih menurunkan potensi
respirasinya,yang selanjutnya menurunkan penyaluran energi dan
makanan bagi benih yang berkecambah.
2.3. Kemunduran Benih
Laju kemunduran benih terjadi lebih cepat seiring dengan semakin tingginya
suhu. Hal ini sesuai dengan kaidah yang menyatakan bahwa setia penurunan
suhu sebesar 5ᴼC pada maka umur benih akan diperpanjang setengahnya.
Kaidah ini berlaku pada suhu 0-50ᴼC (Harrington dalam Sutopo,2012)
Kemunduran benih juga lebih cepat terjadi pada kadar air yang tinggi .Kadar
air benih dapat dipengaruhi oleh ketebalan, struktur, dan komposisi kimia.
Protein merupakan unsur yang higroskopis sehingga mudah menyerap dan
menahan uap air, sedangkan lemak atau lipid memiliki pengaruh yang kecil
18
terhadap kadar air benih karena memiliki daya tarik terhadap air rendah
(Justice dan bass, 2002).
Menurut Sadjad (1977) menyatakan bahwa kemunduran benih selama
periode penyimpanan dibagi berdasarkan kemunduran kronologis yang
berkaitan dengan waktu dan kemunduran fisiologis yang berkaitan dengan
faktor lingkungan. Dalam hal ini pengaruh faktor lingkungan pada kondisi
ruang simpan yang menyebabkan kemunduran benih yaitu suhu dan
kelembaban udara. Indikasi kemunduran benih ditandai dengan
meningkatnya lipid peroksida yang dapat merusak integritas membran.
Semakin lama benih disimpan semakin bertambah tua sel-sel dalam benih .
Kerusakan membran akibat deteriorasi akan mempengaruhi keadaan poros
embrio dan kotiledon yang sebagian besar terdiri atas karbohidrat, protein,
dan lemak yang berguna untuk pertumbuhan awal benih. Indikasi ini dapat
diukur dengan peubah daya hantar listrikdan cara ini akan lebih dini dalam
menunjukkan kemunduran benih
2.4. pengaruh lama simpan terhadap vigor benih
penyimpanan benih merupakan salah satu faktor penyebab adanya kendala
dalam ketersediaan benih bermutu. Benih sorgum yang bermutu jika tidak
lansung ditanam dalam waktu yang lama akan mengalami kemunduran pada
masa simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh penanganan benih,
kondisi ruang simpan dan suhu yang digunakan selama penyimpanan.
19
Berdasarkan penelitian kartika (2015) menunjukkan bahwa semakin lama
penyimpanan benih maka viabilitas dan vigor benih padi aksesi mayang
akan mengalami penurunan. Nautial dan purahit dalam Kartika (2015)
semakin lama benih disimpan maka semakin bertambah tua sel-sel dalam
benih sehingga kerusakan membran sel-sel benih semakin tinggi dan
permeabilitas semakin menurun, seperti kerusakan metabolit gula, fosfat dan
kalium hal ini berdampak pada viabilitas dan vigor benih.
Hasil penelitian Firmansyah dkk (2012) pada periode simpan 2-8 bulan
benih sorgum dalam penyimpanan mengalami penurunan pada daya
kecambah, kecepatan tumbuh, panjang akar, panjang pucuk kecambah dan
ratio hipokotil. Sementara kebocoran membran benih sorgum bertambah
besar yang ditunj ukkan oleh nilai daya hantar listrik yang meningkat.
Penyimpanan benih di daerah tropis seperti Indonesia sering mengalami
kendala terutama karena masalah kelembaban yang tinggi dan fluktuasi
suhu. Penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan viabilitas benih
sebelum simpan dalam periode simpan yang selama mungkin, sehingga
benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau musim yang
berlainan dalam tahun yang sama (Sutopo, 2012). Selain itu, penyimpanan
benih dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan benih dari satu musim
tanam ke musim tanam berikutnya.
2.5 Hubungan Antara Genotipe dan Periode Simpan
Semakin tinggi kadar air awal simpan dan makin lama periode simpan,
maka penurunan mutu benih semakin tinggi. Daya berkecambah dan bobot
20
kering kecambah dari lot benih dengan perlakuan kadar air awal 14%
mengalami penurunan masing-masing 10% dan 35% untuk varietas lamuru
dan 15% dan 37 % untuk varietas Srikandi Kuning-1 setelah disimpan
selama 12 bulan (Arief et al., 2010).
Varietas adalah sub divisi spesies yang terdiri atas suatu populasi yang
memiliki perbedaan karakter morfologi dari spesies lain dan diberi nama
latin menurut aturan kode tata nama botanis international ( Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998). Galur merupakan tanaman hasil pemuliaan yang telah
diuji dan seleksi, serta sifat unggul sesuai tujuan pemulia, seragama dan
stabil, tetapi belum dilepas sebagai varietas.
Varietas kawali adalah salah satu varietas unggul tanaman sorgum. Varietas
Kawali dilepas pada tahun 2001, berasal dari galur ICSV 233 yang
merupakan galur ICRISAT. Varietas kawali adalah salah satu varietas
unggul sorgum untuk pangan dan pakan data Balai Penelitian Tanaman
Serealia (Balitsereal) menunjukkan bahwa Varietas Kawali memiliki
kandungan protein sebesar 8,81%, lemak 1,97%, karbohidrat 87,87%, dan
tanin 0,21%. Secara umum kandungan protein sorgum lebih tinggi
dibanding jagung (8,7 g/100 g) atau beras (6,8 g/100 g) sehingga dapat
dijadikan bahan alternatif pangan. Selain itu, kandungan kalsium sorgum
tinggi, 28 mg/100 g biji, sedangkan pada pada biji jagung hanya 9 mg/100 g
dan beras 6 mg/100 g. Varietas Kawali beradaptasi baik di Probolinggo,
Bontobili, Bulukumba, dan Bojonegoro dengan kisaran hasil 4,6-5,0 t/ha.
2.6 Genotipe sorgum
21
Varietas Kawali dicirikan oleh karakter tanaman yang pendek (135 cm) dan
bulir agak tertutup sehingga kurang disenangi hama burung, dan
mempunyai umur dalam 100-105 hari (Tabel 3).
Tabel 3. Deskripsi genotipe Kawali
Parameter
Varietas Kawali
Jumlah daun3 helai
3 helai
Tinggi tanaman
± 135 cm
Panen
± 100-110 hari
Panjang malai
28-29 cm
Bentuk biji
Bulat
Ukuran biji
3,40 mm
Warna biji
Krem
Bobot 1000 butir
30 gram
Rata-rata hasil
4-5 ton/ha
Kadar protein
8,81 %
Kadar lemak
1,79 %
Kadar karbohidrat
87,8%
Tanggal lepas
22 Oktober 2001
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2015
22
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian
dimulai pada bulan Februari 2017 sampai dengan Februari 2018.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih
sorgum genotipe Kawali dan P/F-10-90A yang berasal dari pertanaman di
Desa Tulung Agung, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu.
Benih dikeringkan sampai kadar air 8 %.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Penghitung Benih (Seed
counter ) TIPE Seedburo 801 Count – A - PAK, Oven, Alat Pengukur Kadar
Air dengan metode tidak langsung (Moisture tester), Timbangan Elektrik
Tipe Scount Pro, Nampan, Alat Pengukur Daya Hantar Listrik
(Electroconductivity meter) tipe WTS Series pH/Cond 720, Plastik Klip,
Gelas Plastik, Label, Strapless, Penggaris, Desikator, Germinator IPB 73-
2A/B, dan Alat Tulis.
23
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 2 faktor perlakuan yang disusun secara faktorial
(4 x 2) disusun rancangan Prtak Terbagi (split plot) 3 blok sebagai ulangan
(Gambar 2). Faktor pertama adalah lama simpan (L) sebagai petak utama
yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 bulan (L1), 4 bulan(L2), 8 bulan (L3) 12
bulan (L4). Faktor kedua yaitu Genotipe (G) sebagai anak petak yang
terdiri dari genotipe Kawali (G1) dan P/F-10-90A (G2). Sehingga diperoleh
24 satuan percobaan.
Data yang telah diperoleh diuji Homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett
taraf 5% dan dengan Uji Tukey untuk melihat adivitas data. setelah kedua
asumsi terpenuhi data dianalisis ragam dan dilakukan pemisahan nilai
tengah antar perlakuan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
pada taraf 5%.
Blok I Blok II Blok III
L1 L1G1 L1G2
L1 L1G2 L1G1
L1 L1G1 L1G2
L2 L2G2 L2G1
L2 L2G1 L2G2
L2 L2G2 L2G1
L3 L3G1 L3G2
L3 L3G2 L3G1
L3 L3G1 L3G2
L4 L4G2 L4G1
L4 L4G1 L4G2
L4 L4G2 L4G1
Gambar 2. Tatat letak percobaan
Keterangan :
G1 : Genotipe Kawali
G2 : Genotipe P/F-10-90A
L1 : Lama simpan 0 bulan
L2 : Lama simpan 4 bulan
L3 : Lama simpan 8 bulan
L4 : Lama simpan 12 bulan
24
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengeringan dan Pengukuran Kadar Air Benih Sorgum
Benih sorgum dipanen dari hasil pertanaman penelitian bapak Ir. Eko
Pramono. Benih sorgum yang akan digunakan yaitu genotipe Kawali dan
P/F-10-90A dengan kadar air 8% yang masing-masing terdiri dari 3 blok
setiap bloknya terdiri dari 4 taraf lama simpan yaitu 0, 4, 8, dan 12 bulan
setelah proses pemanenan, kemudian benih dikeringkan, pengeringan benih
dilakukan dengan menggunakan oven. Pengeringan dengan oven
dimaksudkan untuk mendapatkan kadar air benih dengan nilai 8%. Benih
sorgum dimasukkan kedalam oven menggunakan kertas amplop selama ±
30 jam. Selama dioven benih diamati setiap 4 jam sekali untuk melihat
berapa persen kadar air yang turun. Kadar air 8% didapatkan setelah
pengeringan selama ± 30 jam dengan suhu oven 40o C. Setelah didapatkan
kadar air 8% lalu dimasukkan kedalam plastik klip masing-masing 3 blok
dan disimpan pada suhu ruang simpan 260C.
3.4.2 Pengemasan dan penyimpanan benih sorgum
Pengemasan akan dilakukan dengan menggunakan plastik klip masing-
masing 130 butir per plastik yang terdiri dari 3 blok setiap blok teridi dari 4
taraf lama simpan 0 bulan (L1), 4 bulan(L2), 8 bulan (L3) dan 12 bulan (L4)
pada masing-masing kadar air 8%. Kemudian diberi label yang
menjelaskan nama varietas, lama simpan, kadar air, dan blok atau ulangan.
Benih sorgum akan disimpan di ruang kamar dengan suhu 26ᴼC ±1,02
kelembaban 60% ± 9,3. Benih akan disimpan dalam keadaan terbungkus
25
plastik polyetilen (klip) dan diletakkan di atas nampan sesuai dengan nilai
kadar airnya.
3.4.3 Pengukuran Kadar Air Benih
Kadar air benih adalah bobot air yang terkandung di dalam benih yang
dinyatakan dalam satuan persen (%). Kadar air benih diukur dengan metode
tidak langsung menggunakan alat moisture tester tipe GMK-308
(ISTA,2009). Sebanyak 5 butir benih sorgum diletakkan pada penampung
benih kemudian dimasukkan ke dalam alat tersebut, lalu tuas penghancur
benih diputar sampai benih hancur. Kemudian pilih mode pengujian sesuai
dengan benih yang akan diuji, lalu pilih measure. Nilai kadar air benih akan
ditampilkan pada monitor alat tersebut.
3.4.4 Pengukuran vigor benih dan vigor kecambah
Pengukuran vigor benih dan kecambah diakukan dengan uji perkecambahan
benih. Uji perkecambahan benih dilakukan dengan menggunakan metode
UKD (Uji Kertas Digulung ) (ISTA, 2009). Uji perkecambahan
menggunakan media kertas CD/ kertas buram. Benih sebanyak 25 butir
disusun diatas 2 kertas CD/ kertas buram lembab lalu ditutup dengan 2
lembar lagi masing-masing kertas tersebut kemudian digulung. Kertas CD
dilapisi oleh plastik agar kertas tidak sobek ketika digulung dalam UKDdp,
kemudian dimasukkan dengan posisi didirikan tegak di dalam Germinator
tipe IPB 73-2A/B dengan suhu 28,17± 1,79 ºC. variabel yang diamati untuk
mengetahui vigor benih adalah bneih mati (BM) dan kecambah normal total
26
(KNT), sedangkan variabel pengamatan dari vigor kecambah adalah
kecambah normal kuat (KNK), panjang tajuk kecambah normal (PTKN),
panjang akar primer kecambah normal (PAPKN), dan berat kering
kecambah normal (BKKN).
3.5. Variabel vigor benih
3.5.1 Persen benih mati (BM)
Benih mati adalah benih yang sampai waktu terakhir pengamatan tidak
menunjukan untuk hidup dan berkecambah serta bersifat idak keras dan
tidak segar. Benih mati total diperoleh dari Uji Perkecambahan pada setiap
hari pengamatan ke 5 pengamatan setelah benih dikecambahkan. Kriteria
benih mati adalah apabila sampai akhir pengamatan benih tersebut tidak
tumbuh dan berkecambah.
3.5.2 Kecambah normal total (KNT)
Kecambah normal total adalah total seluruh kecambah normal yang
diperoleh dari menambahkan kecambah normal setiap harinya terhitung
sejak hari ke-2 hingga ke-5 dari suatu uji perkecambahan. Kecambah
normal adalah kecambah yang memiliki radikula dan plumula yang baik dan
lengkap. Persen kecambah normal total dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
KNT=
Keterangan:
KNT = Kecambah Normal Total (%)
KN = Kecambah Normal
27
3.6 Variabel vigor kecambah
3.6.1 Kecambah Normal Kuat (KNK)
Vigor kecambah dikatakan bervigor tinggi bila memiliki panjang akar
primer dan panjang tajuk masing-masing lebih dari 2cm (Copeland and Mc.
Donald, (2001). Kecambah normal kuat diamati dari Uji Perkecambahan
Pengukuran panjang kecambah normal kuat dilakukan menggunakan
penggaris. kriteria kecambah yang tumbuh normal kuat memiliki hipokotil
dan akar lebih besar dan lebih panjang, serta plumula lebih besar diantara
semua kecambah normal (Pramono, 2016).
3.6.2 Panjang Tajuk Kecambah Normal (PTKN)
Panjang akar tajuk kecambah normal diperoleh dari uji perkecamabahan
dari 5 sampel kecambah normal yang diambil secara acak. Semakin
panjang PAPKN maka dapat dikatakan benih tersebut bervigor kecambah
yang tinggi. Panjang tajuk kecambah normal diukur dari pangkal
tajukhingga kotiledon. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
penggaris. Nilai panjang tajuk yang telah diperoleh kemudian dirata-
ratakan.
3.6.3 Panjang Akar Primer Kecambah Normal (PAPKN)
Panjang akar primer kecambah normal diperoleh dari uji perkecamabahan
dari 5 sampel kecambah normal yang diambil secara acak. Semakin
panjang PAPKN maka dapat dikatakan benih tersebut bervigor kecambah
yang tinggi. Panjang akar primer kecambah normal diukur dari pangkal
28
akar sampai bagian ujung akar primer. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan penggaris. Nilai panjang akar primer yang telah diperoleh
kemudian dirata-ratakan.
3.6.4 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah normal dari 5 sampel kecambah normal diambil setelah diukur
panjang akar primer kecambah normal dan panjang tajuk kecambah
normalnya dibuang endospermnya lalu dimasukkan kedalam amplop.
Amplop yang berisi tajuk dan akar kecamabah tersebut kemudian
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 80o
C selama 3x24 jam samapi
mencapai titik kering konstan. kemudian ditimbang bobot kering kecambah
normal dari sampel tersebut menggunakan timbangan elektrik tipe Scout
Pro.
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan:
1. Vigor benih dan kecambah menurun secara signifikan pada lama simpan 4
dan 8 bulan dengan persentase benih mati 16,7% dan sebesar 40,7 %,
sedangkan pada persentase kecambah normal kuat pada 4 bulan sebesar 74
% dan 8 bulan 54% genotipe P/F-10-90A dan Kawali
2. Genotipe P/F-1-90A mempunyai vigor benih dan vigor kecambah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe Kawali yang ditunjukkan oleh
variabel benih mati, kecambah normal kuat, panjang tajuk kecambah
normal, panjang akar primer kecambah normal, bobot kering kecambah
normal, dan kecambah normal kuat.
3. Pengaruh interaksi lama simpan dan genotipe nyata, ditunjukkan oleh
vigor benih dan kecambah P/F-10-90-A yang terbukti unggul untuk lama
simpan 4 bulan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan adanya penelitian lanjutan
terkait pengaruh perbedaan warna dan kandungan tanin dalam sorgum.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R., F. Koes, dan O.Komalasari. 2012. Evaluasi Mutu Benih sorgum Dalam
Gudang Penyimpanan. Laporan Tengah Tahun 2013. Balitsereal. Maros.
5 hlm.
Andriani, A. Dan M. Isnaini. 2013. Morfologi dan Fase Pertumbuhan
Sorgum.Balai Penelitian Tanaman Serealia
Balitsereal.litbang.pertanian.go.id.
Asih, N. W. A. S. 2017. Pengaruh Periode Simpan Pada Mutu Fisik Dan Vigor
Benih Empat Varietas Sorgum ( Sorghum bicolor [L.] Moench.). Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.
Aqil,M. 2013. Pengelolaan Proses Pascapanen Sorgum Untuk Pangan. Seminar
Nasional Serealia. Balai Penelitian tanaman Serealia. 10 hlm.
Awika, J.M. and L.W. Rooney. 2004. Sorghum phytochemical and their
potentiall impact on human health. J. Phytochemistry. 65: 1199-1221.
Azadi M.S., dan younesi E . 2013. The Effects of Storage on Germination
Characteristic and Enzyme Activity of Sorghum Seeds. Journal of Stress
Physiology & Biochemistry. 289-298 hlm.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. 3013.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id//index.php/profil-
126/sorgum/511-varietas-kawali-sorgum. Diakses pada 1 Desember
2017 pukul 23.00 WIB.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Agroinovasi. Edisi 20-26.
Copeland, L. O. And Mc. Donald. 1985. Seed Science and Technology. Kluwer
Academic Publisher. London. 321 pp.
51
Dewi, O.F. Sumadi., and Sobarna, S.D. 2015. Pengaruh berbagai jenis
kemasan dan desikan terhadap viabilitas, vigor benih kedelai
(Glycine max (L) Merr) dan perkembangan hama
Collosorbrunchus maculates selama periode simpan tiga bulan.
Jurnal Agric. Sci. 2(1) :20-30.
Direktorat Budidaya Serealia. 2012. Kebijakan Direktorat Kebijakan
Tanaman Pangan Dalam Pengembangan Komoditas Serealia Untuk
Mendukung Pertanian Bioindustri. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Serealia. Maros. Sulawesi Selatan.
Fikri A. N. M., A. Zuhry, Nurbaiti. 2015. Uji Daya Hasil dan Mutu Fisiologi
Benih Beberapa Genotipe Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.)
Moench) Koleksi Batan. Jom Faperta 2(1).
Firmansyah, I. U., M. Aqil dan Y. Sinuseng. 2003. Laporan Akhir Tahun
RPTP Proses Pascapanen pada Tanaman Jagung dan Sorgum. Balai
Tanaman Serealia. Maros, Sulawesi Selatan.
Firmansyah, I. U,. Aqil, M. dan Suarni. 2012. Penanganan PascaPanen
Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 263-282 hlm.
Hakim, F. A. 2017. Pengaruh Genotipe Pada Produksi dan Mutu Benih
Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) Pasca Simpan3 dan 9
bulan. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Harington, J.F., 1972. Seed Storage and Longevity, in : Seed Biology vo. III.
ed.by TT. Kozlowski. Academic Press. New York. London, hlm.
145-157.
Heydecker. 1997. Accelerated Germination By Osmmotic Seed Treatment.
Nature 246;42-46G.
Idris dan A.A.K Sudharmawn. 2010. Pengaruh umur panen terhadap
viabilitas beih kedelai varietas willis. Jurnal Crop Agro. 3(2):88-
91.
ISTA. 2009. International Rules for Seed Testing, Third Edition.
International Seed Testing Association. Zurihc..
Juliantisa, R. 2017. Vigor Benih Empat Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor
[L.] Moench) Yang Dipanen Pada Dua Tingkat Kemasakan
Berbeda Pasca Simpan Dua Belas Bulan. Skripsi. Universitas
Lampung. Lampung.
Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan
Benih.PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
52
Kartasapoetra, A.G.2003.Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta.Jakarta.112 hlm.
Kartika dan Sari DK. 2015.Pengaruh lama penyimpanan dan invigorasi
terhadap viabilitas dan vigor benih padi lokal Bangka aksesi
mayang.Universitas Bangka Belitung . J.penelitian dan lingkungan.
8(1):16-18
Koes, F. dan R. Arief. 2014. Penanganan Pascapanen Untuk
Memperthankan Mutu Benih. Prosiding Seminar Nasional Hari
Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri 196 Berbasis
Pangan Lokal Potensial. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 201
hlm.
Moyo R., Ndlovu E., Moyo N., Kudita S., and Maphosa M. 2015.
Physiological parameters of seed vigour in ex situ stored sorghum
gemplasm. Journal Cereals Oilseed. 6 (6) :31-38.
Nurisma, I. 2014. Pengaruh jemis kemasan dan suhu ruang simpan terhadap
viabilitas benih sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan. 15(3): 183-190.
Nisa , N.R. 2015. Pengaruh dosis pupuk susulan saat pengisian polong (R3)
pada viabilitas benih kedelai (Glycine max (L) Merr) varietas
dering -1 pasca simpan 5 bulan. Skripsi. Universitas Lampung.
Oyo dan R.D. Purnama. 2006. Daya Kecambah Biji Sorghum Bicolor pada
Berbagai Masa Simpan dalam Suhu Kamar menggunakan Kemasan
Kantong Plastik dengan Desikan Berbeda. Temu Teknis Nasional
Tenaga Fungsional Pertanian. Balai Penelitian Ternak. 189-192
hlm.
Pramono, E. 2013. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Jurusan
Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 20 hlm.
Ridha, R., E. Zuhri., dan Nurbaiti. 2014. Pengaruh pemberian berbagai dosis
urea pada beberapa varitas sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench)
terhadap hasil dan mutu benih. J. Agri Sains. 1(2):32-34.
Rismunandar. 2006. Sorgum Tanaman Serba Guna. Sinarbaru. Bandung. 62
hlm.
Rubatzky, E.V. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 3 : Prinsip Dan
Gizi. Elia Herwood Publisher. Chitester England. p. 197-199.
Rukmana R dan Yuniarsih Y.2001.Usaha Tani Sorghum.
Kanisius.Yogyakarta.8-19 hlm.
53
Sadjad, S. 1994. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana. Jakarta.
144 hlm.
Sirappa, M.P,.2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai
komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri. J.Litbang
Pertanian. 22(4):133-140.
Subagio, H. dan M. Aqil. 2013. Pengembangan Produksi Sorgum Di
Indonesia. Seminar Nasional Inovasi Tekhnologi Pertanian. 15
hlm.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.223 hlm.
Sutopo, L. 2012. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 237 hlm
Susilowati, S. Hdan H. P. Saliem, 2013. Perdagangan sorgum di Pasar
Dunia dan Asia Serta Prospek pengembangannya di Indonesia.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. 17-34 hlm.
Suarni.2013. Struktur, Komposisi Nutrisi dan Teknologi Pengolahan
Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 21 hlm.
Tuwu, E. R., G. A. K. Sutariati, dan Suaib. 2012. Pengaruh Kadar Air Benih
dan Jenis Kemasan Terhadap Vigor Benih Sorgum (Sorghum
bicolor [L.] Moench.)dalam Enam Bulan Masa Simpan. Jurnal
Berkala Penilitian Agronomi 1(2): 184-193.
USDA (United States Departement of Agriculture). 2015. USDA
Agricultural Research Service National Nutrient Database for
Standard Reference. Nutrient Data Laboratory Home Page.
http://ndb.nal.usda.gov/ndb/search.Diakses 27 Desember 2017.
Utamoko, A. 2014. Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Viabilitas Benih
Tiga Varietas Sorgum (Sorghum Bicolor [L]. Moench) Pada Suhu
Ruang Simpan Berbeda. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Waluyo,N., C. Azmi dan R. Kirana. 2014. Pengaruh Jenis Kemasan
Terhadap Mutu Fisiologis Benih Bawang Daun (Allium Fistulosum
L.) Selama Periode Simpan. Jurnal Agrin. Vol.18(2): 148-157.
Yuniarti,N., Dharmawati F. Djaman. 2015. Teknik Pengemasan Yang Tepat
Untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Bakau (Rhizophora
Apiculata) Selama Penyimpanan. Gelar Teknologi Perbenihan.
Kerjasama Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
dengan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. . Hlm 1438-144.
54
Yosita, R. 2017. Pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan terhadap
viabilitas benih sorgum varietas UPCA (Sorghum bicolor [L.]
Moench). Skripsi. Universitas Lampung. Lampung
Recommended