View
19
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH LARVASIDA BIJI KEPAYANG (Pangium edule Reinw)
TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK
SKRIPSI
Oleh:
LAILATUL MUTHOHAROH
NPM 4213158
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP – PGRI) LUBUKLINGGAU
2017/2018
PENGARUH LARVASIDA BIJI KEPAYANG (Pangium edule Reinw)
TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
LAILATUL MUTHOHAROH
NPM 4213158
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP – PGRI) LUBUKLINGGAU
2017/2018
PERSETUJUAN
Naskah Skripsi oleh Lailatul Muthoharoh NPM 4213158 ini
telah Disetujui Pembimbing untuk Diajukan kepada
Tim Penguji
Disetujui oleh:
Pembimbing Utama,
Fitria Lestari, M.Pd.
NIDN: 0220039001
Pembimbing Pembantu,
Sepriyaningsih, M.Pd.Si
NIDN: 0224099101
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Drajat Friansah, S.Si, M.Pd.
NIDN. 0208028203
PENGESAHAN
Skripsi oleh Lailatul Muthoharoh, NPM 4213158
telah dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi
pada Tanggal 18 Agustus 2017
TIM PENGUJI
Ketua : Fitria Lestari, M.Pd. _________________
Sekretaris : Sepriyaningsih, M.Pd.Si. _________________
Anggota : 1. Linna Fitriani, M.Pd. _________________
2. Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si. _________________
Mengetahui
Ketua STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Berjuang memang pahit karena Kesuksesan itu manis
Jikalau orang lain bisa, pasti kita juga bisa asal mau berusaha, berdo’a, dan percayakan
takdir kehidupan hanya pada Allah SWT.
Man Jadda Wajada (siapa yang bersungguh-sungguh maka dapat lah ia)
Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alaamiin, sebagai rasa syukur kepada Allah
SWT. Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Kedua orang tua ku tercinta, Ayahandaku “Moh.Rifai” dan ibundaku “Siti Aminah,
S.pdI yang selalu mengiringi perjalananku dengan do’a, dan pengorbanan yang tulus
untukku hanya Allah SWT yang bisa membalaskan segalanya dgn Ridho dan Syurga-Nya.
Aamiin.
Saudara ku tersayang Mas “Ari Nopriyansyah. S.Pd.”yang selalu memberikan dukungan
serta memotivasi dalam setiap langkahku.
Orang tua angkatku Bpk P. Wibowo dan ibu Suryani yang memberi arti Kekeluargaan
kepadaku dan yang telah menjadi kelurga yang terbaik, dan selalu memberikan motivasi
untukku menyelesaikan skripsi ini.
Mbk Kesayanganku “Dyani Tri Wulan Septiani WS, S.Pd.” yang telah menjadi sosok yang
selalu ada dikala sedih dan bahagiaku, selalu memarahiku ketika aku salah, membantuku
menyelasaikan setap tahap skripsiku dari awal hingga akhir, bergadang bersama, tidak
lupa memberi semngat, nasihat dan motivasi kepadaku.
Sahabat sejatiku “Meidia Mertiva & Desi Maryanti” yang mengerti aku dari aku yang
dulu hingga aku yang sekarang dan yang selalu memberikan kebahagiaan
Teman seperjuanganku MBF “Meidia Mertiva, Desi Maryanti,Desi Efriyanti, mbak utin,
Rindi Repolpa”.
Keluarga besar kontarakkan “kak ferry, om Aris, Wisnu, Kak Arta, Siti, Husni, Azizah,
Sifa”yang telah meramaikan hari-hariku.
Sahabat hatiku “Rendi Efendi”semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.
Almamaterku tercinta STKIP-PGRI Lubuklinggau.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lailatul Muthoharoh
NPM : 4213158
Jurusan : Pendidikan MIPA
Prodi : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium Edule Reinw)
Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul tersebut di atas adalah benar –
benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan kaidah dan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko ataupun sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau plagiat dalam karya
ilmiah ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya tulis saya ini.
Lubuklinggau, 2017
Yang membuat pernyataan,
Lailatul Muthoharoh
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw)
Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan MIPA Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Lubuklinggau. Selama
penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
yang sangat besar artinya, baik yang berupa moril maupun materil, karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI)
Lubuklinggau.
2. Bapak Drajat Friansah, S.Si, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
STKIP-PGRI Lubuklinggau yang telah memberikan pendapat dan saran yang
membangun atas tersusunnya skripsi ini.
3. Bapak Zico Fakhrur Rozi, M.Pd.Si., selaku Ketua Proram Studi Pendidikan
Biologi yang telah memberikan arahan serta nasihatnya.
4. Ibu Fitria Lestari, M.Pd. selaku pembimbing utama dalam penyusunan skripsi
ini yang dengan sabar membimbing dan memberikan pengetahuan tentang
pembuatan skripsi yang baik dan benar.
5. Ibu Sepriyaningsih, M.Pd.Si selaku pembimbing pembantu yang turut
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Endang Suswati, M.Pd. yang telah bersedia mengizinkan saya menggunkan
Laboratorium Biologi sebagai tempat penlitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI
Lubuklinggau yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta membantu
kelancaran studi penulis semasa pendidikan.
8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dorongan dan semangat
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa walaupun telah berusaha secara maksimal dalam
penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan di berbagai aspek yang
memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan pihak-pihak terkait.
Atas bimbingan dan bantuan yang penulis terima selama ini, semoga semua
pihak yang telah membantu mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Aamiin
Lubuklinggau, 2017
Lailatul Muthoharoh
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw)
Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk”. Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah
“Adakah Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
larvasida biji kepayang (Pangium edule Reinw) terhadap mortalitas larva nyamuk.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorim, dengan desain yang digunakan
adalah Rancang Acak Lengkap (RAL). Objek dari penelitian ini ialah Larva
Nyamuk. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi yang dilakukan
dalam pengamatan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dan 6 jam setelah perlakuan.
Teknik analisis data dengan langkah-langkah: uji normalitas, uji homogenitas, dan
uji anava satu jalur. Berdasarkan hasil perhitungan Anava Satu Jalur didapat hasil
F0 / F hitung = 4,49 dengan Ftabel 0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai Fhitung >
Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukan hasil yang sangat signifikan (α
= 0,01). Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh mortalitas larva nyamuk. . Pada
penghitungan uji lanjuta BNJ didapat Konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% Larvasida
biji kepayang bahkan dengan kontrol (+) Abate. Jadi dapat dinyatakan bahwa
konsentrasi optimum larvasida biji kepayang pada konsentrasi 7,5%.
Kata Kunci : Larvasida, Biji Kepayang, Mortalitas Larva Nyamuk.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUUAN PEMBIMBING ................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1. Manfaat secara Teoritis ..................................................................... 4
2. Manfaat secara Praktis ...................................................................... 4
F. Definisi Operasional................................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Deskriptik Teoritik .................................................................................. 7
1. Larvasida ........................................................................................... 7
2. Kepayang (Pangium edule Reinw) ................................................... 8
3. Mortalitas .......................................................................................... 12
4. Larva Nyamuk .................................................................................. 13
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 15
C. Kerangka Berfikir.................................................................................... 16
D. Hipotesis .................................................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 18
B. Objek Penelitian ...................................................................................... 18
C. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 18
D. Alat dan Bahan ........................................................................................ 18
1. Alat .................................................................................................... 18
2. Bahan................................................................................................. 19
E. Prosedur Penelitian.................................................................................. 19
1. Penanganan Sampel .......................................................................... 19
2. Metode Pengujian.............................................................................. 21
F. Pengumpulan Data .................................................................................. 23
G. Analisis Data ........................................................................................... 23
H. Pertanggung Jawaban Penelitian.............................................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 30
B. Pembahasan ............................................................................................. 35
C. Keterbatan Penelitian .............................................................................. 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 41
B. Saran ........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43
LAMPIRAN........................................................................................................45
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah mL yang digunakan dalam Pembuatan Larvasida Kepayang. 21
Tabel 3.2 Tabel Penolong Uji Barlet................................................................... 24
Tabel 3.3. Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur) .......................................... 26
Tabel 4.1 Mortalitas Nyamuk.............................................................................. 30
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium
edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk dan Persentase
Mortalitas Nyamuk................................................................................... 31
Tabel 4.3 Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur)........................................... 32
Tabel 4.4 Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Jujur)....................................................... 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kepayang ......................................................................................... 10
Gambar 2.2 Kepayang Muda .............................................................................. 11
Gambar 2.3 Metamorfosis Sempurna Nyamuk ................................................... 13
Gambar 2.4 Instar Larva Nyamuk ....................................................................... 14
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................... 17
Gambar 4.1 Jumlah Hasil Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule
Reinw) Terhadap Mortalitas Larva
Nyamuk............................................... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A
1. Surat Pengajuan Judul ............................................................................. 46
2. Lembar Mohon Bimbingan ..................................................................... 47
3. Lembar Persetujuan Judul ....................................................................... 48
4. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 49
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ....................................... 50
LAMPIRAN B
1. Skema RAL (Rancang Acak Lengkap) ................................................... 51
2. Ulangan Perlakuan .................................................................................. 52
3. Pengenceran Larvasida Biji Kepayang ................................................... 53
4. Catatan Penelitian.................................................................................... 54
5. Lembar Observasi ................................................................................... 61
LAMPIRAN C
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 63
2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 66
3. Hipotesis (Anava Satu Jalur) ................................................................... 68
4. Uji BNJ ................................................................................................... 70
5. Persentase Mortalitas Larva Nyamuk ..................................................... 73
LAMPIRAN D
1. Instrumen Penilaian Kelayakan ............................................................... 74
2. Dokumentasi ............................................................................................ 76
3. Lembar Bimbingan .................................................................................. 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman yang ditandai dengan pembangunan
permukiman, dibuat pula selokan-selokan sebagai Sistem Pembuangan Air
Limbah (SPAL). Lingkungan semakin berubah menjadi buruk karena
keberadaan genangan-genangan air dari selokan-selokan di perumahan yang
kurang terawat. Bertambah padatnya permukiman dan banyaknya genangan air
dihubungkan dengan peningkatan jumlah nyamuk yang pada akhirnya
menyebabkan kasus akibat gigitan nyamuk yang berkembang di wilayah
permukiman perkampungan (Pujiyanti & Triratnawati, 2011:9-10).
Menurut Sawir (2011:1) kasus kejadian penyakit menular yang
ditularkan oleh nyamuk semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama di
Indonesia. Walaupun pemerintah telah menerapkan berbagai cara untuk
menekan angka kejadian penyakit-penyakit tersebut seperti malaria, demam
berdarah serta filariasis, tetapi kejadiannya masih tinggi.
Salah satunya yang terjadi di tahun 2016, Kota Lubuklinggau masuk
dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) hal itu disebabkan karena pada awal
tahun 2016 sudah ada 3 orang yang meninggal akibat demam berdarah
(Musirawas Ekspres, 2016:1 & 11).
Upaya pengendalian nyamuk telah lama dilakukan, yaitu dengan cara
pengendalian nyamuk yang sering dilakukan diantaranya adalah melakukan
pengelolaan habitat perkembangbiakannya dan pemutusan siklus hidup
nyamuk. Pemutusan siklus hidup nyamuk dapat dilakukan dengan penebaran
1
ikan pemakan larva nyamuk ataupun penebaran larvasida untuk membunuh
larva. Larvasida yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya ialah abate
yang merupakan larvasida berbentuk butiran (granule) pembasmi larva nyamuk
nyamuk yang telah lama dikenal oleh masyarakat.
Penggunaan larvasida berbahan dasar kimia yang terus berulang, cepat
atau lambat akan menimbulkan resistensi terhadap organisme sasaran (Shinta
dkk, 2011:111). Penggunaan abate yang intensif dapat menimbulkan
pencemaran dan berdampak negatif bagi manusia, misalnya ketika larvasida
tersebut tertelan oleh manusia dapat mengakibatkan keracunan (Nurhaifah &
Sukesi, 2015:207).
Menurut Mutiara & Novalia (2010:27), penggunaan larvasida kimia
yang kurang bijaksana dan berlangsung secara terus-menerus dapat
menimbulkan dampak negatif antara lain dapat membunuh serangga predator,
parasitoid dan menyebabkan resistensi. Hal ini mendorong para peneliti untuk
mencari alternatif pengendalian larva nyamuk menggunakan bahan alami dari
tumbuhan yang dinilai tidak mudah menyebabkan resisten pada larva nyamuk
dan aman bagi lingkungan (Satria & Prasetyowati, 2012:22).
Menurut Asmaliyah, dkk (2010:2) tumbuhan telah mengembangkan
bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan
mengandung banyak bahan kimia seperti metabolit sekunder yang digunakan
oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu.
Nenek moyang telah memanfaatkan insektisida nabati yang terdapat di
lingkungannya untuk melindungi tanaman dari serangan pengganggunya secara
alamiah. Menurut Asmaliyah, dkk (2010:2) insektisida nabati diartikan sebagai
suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, insektisida nabati
dimasukkan ke dalam kelompok insektisida biokimia karena mengandung
biotoksin. Insektisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat
mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan ialah biji kepayang, karena
Menurut Asikin, dkk (2013) biji kepayang mengandung 1.000-2.000 ppm asam
sianida tergantung kondisi biji. Biji yang keras mengandung 2.000 ppm, biji
lunak 1000 ppm, dan biji berair 500 ppm. Pada berbagai percobaan, senyawa
aktif kepayang ialah asam sianida dan piretrin yang dapat mematikan hama
dengan menyerang pusat saraf bila terhirup dan tertelan, piretrin bekerja cepat
membuat pingsan serangga. Namun, sebagian besar serangga biasanya bangun
kembali setelah sempoyongan beberapa saat. Sebab, banyak serangga mampu
menguraikan dan menetralisir piretrin dengan cepat melalui proses
metabolisme dalam tubuhnya. Serangga takluk karena tak mampu mengurai
asam sianida yang lebih kuat (Asikin, dkk. 2013).
Berdasarkan permasalahan dan uraian yang telah di sampaikan maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Larvasida Biji
Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Larvasida Biji Kepayang
(Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk?”.
1
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh larvasida biji
kepayang (Pangium edule Reinw) terhadap mortalitas larva nyamuk.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian serta
untuk membuat penelitian ini lebih terarah, maka masalah yang dikaji dibatasi
pada hal-hal berikut:
1. Mengkaji pengaruh larvasida biji kepayang pada mortalitas (jumlah
kematian) larva nyamuk.
2. Penelitian dilakukan pada segala spesies larva nyamuk.
3. Penelitian ini menggunakan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%
Larvasida Kepayang (biji muda yang berwarna putih) dan diambil sari
patinya, kontrol positif menggunakan (Abate) yang banyak digunakan
masyarakat.
E. Manfaat Penelitian
Setelah hasil penelitian ini didapatkan, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang diharapkan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber referensi untuk penelitian lanjutan mengenai tumbuhan
kepayang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dibidang ilmu
yang ditekuni.
b. Bagi Masyarakat
Sumber informasi bahwa biji kepayang dapat digunakan sebagai
larvasida sehingga mengurangi resiko penyakit akibat gigitan nyamuk.
c. Bagi Badan Lingkungan Hidup
Bahwa kepayang dapat digunakan sebagai larvasida yang ramah
lingkungan.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang keliru
serta untuk memperoleh batasan yang jelas dari istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Larvasida adalah suatu insektisida pembasmi larva nyamuk yang berbentuk
cairan.
2. Biji kepayang adalah tumbuhan memiliki pohon yang tinggi dan
menghasilkan biji bertempurung keras, biji kepayang semakin muda
semakin lebih baik karena lebih banyak mengandung asam sianida dan
piretrin konsentrasi tinggi digunakan untuk pembunuh serangga.
3. Mortalitas adalah kematian individu (larva nyamuk) dalam populasi yang
menyebabkan kurangnya jumlah populasi. Larva nyamuk dikatakan sudah
mati apabila larva tidak bergerak ketika disentuh, tubuh larva berwarna
putih atau kuning pucat, bentuk tubuh memanjang dan kaku, sebagian
kepala terlepas atau seluruh tubuhnya hancur. Pengamatan terhadap
mortalitas larva nyamuk dilakukan dari waktu: 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam,
5 jam, dan 6 jam. Setiap kali pengamatan, dihitung dan dicatat jumlah larva
yang mati.
4. Larva Nyamuk adalah fase kedua setelah telur, larva nyamuk melewati
empat instar larva. Pada penelitian ini menggunakan segala spesies larva
nyamuk.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teoritik
1. Larvasida
Menurut Hasanah (2012:168), insektisida nabati adalah insektisida
yang dibuat dengan memanfaatkan bahan yang ada dilingkungan sekitar
dengan proses pembuatan yang mudah serta murah. Menurut Suroso, dkk
(2012:4) cara kerja insektisida yang digunakan dalam pengendalian nyamuk
dibagi dalam 5 kelompok yaitu, mempengaruhi sistem saraf, menghambat
produksi energi, mempengaruhi sistem endokrin, menghambat produksi
kutikula, dan menghambat keseimbangan air.
Menurut Suroso dkk (2012:45), cara kerja insektisida dalam tubuh
serangga dikenal dengan istilah mode of action dan cara masuk atau mode
of entry. Mode of action adalah cara insektisida memberikan pengaruh
didalam tubuh serangga melalui titik tangkap. Titik tangkap pada serangga
biasanya berupa enzim atau protein. Beberapa jenis insektisida dapat
mempengaruhi lebih dari satu titik tangkap pada serangga. Mode of entry
adalah cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga, dapat melalui
kutikula (racun kontak), alat pencernaan (racun perut), atau lubang
pernafasan (racun pernafasan).
Menurut Suroso dkk (2012:5), penggolongan toksisitas suatu
insektisida dilakukan oleh badan internasional seperti WHO dan EPA
(environmental protection agency) yang merupakan referensi bagi industri
7
insektisida maupun penggunanya. Toksisitas (toxicity) adalah suatu
kemampuan yang melekat pada suatu bahan kimia untuk
menimbulkan”keracunan”/”kerusakan”. Toksisitas biasanya dinyatakan
dalam suatu nilai yang dikenal sebagai dosis atau konsentrasi mematikan
pada hewan coba dinyatakan dengan Lethal Dose (LD) atau Lethal
Concentration (LC).
Larvasida adalah insektisida pembunuh larva nyamuk (Wudianto,
2007:19). Menurut Pestallindo (2014:31), larvasida adalah insektisida
ramah lingkungan yang biasanya berbentuk butiran atau briket yang
digunakan untuk aplikasi pengendalian larva nyamuk Demam Berdarah
Dengue (DBD) maupun Malaria. Adapun Cara pengendalian larva nyamuk
DBD dan Malaria tersebut adalah dengan penebaran butiran/briket produk
larvasida di bak mandi, tempat penyimpanan air yang terbuka, saluran got,
dan tempat lainnya yang dicurigai menjadi tempat perkembangbiakan larva.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai larvasida, dapat
disimpulkan bahwa larvasida adalah suatu insektisida pembasmi larva
nyamuk yang berbentuk butiran (pada umumnya disebut Abate) dan
berbentuk cairan tergantung kebutuhan.
2. Kepayang (Pangium edule Reinw)
Menurut Nurhidayati, dkk (2008:145-146) kepayang memiliki
deskripsi berupa pohon, tahunan, tinggi 18-40 m, tumbuhan ini mulai
bebuah secara terus-menerus mulai umur 15 tahun.
Batang berkayu, bulat, cabang muda berambut, putih kotor. Daun
tunggal, terkumpul pada ujung ranting, bulat telur, ujung runcing, pangkal
tumpul, tepi rata, pertulangan menjari, hijau. Bunga majemuk, bentuk
tandan, kelopak J-2 cm, mahkota panjang 5-8, oval, 1,5-2,5 cm, pangkai
berambut, hijau muda. Buah buni, bulat telur, diameter 10-25 cm, biji keras.
Menurut Asikin, dkk (2013) kepayang merupakan tanaman yang
memiliki pohon yang tinggi dan menghasilkan biji bertempurung keras.
Hanya segelintir yang tahu, kepayang begitu beracun saat masih muda
dengan inti biji putih. Kepayang mengandung asam sianida dan piretrin
konsentrasi tinggi pembunuh serangga. Menurut Wiryadiputra, dkk
(2014:220) kepayang (Pangium edule Reinw) mengandung senyawa asam
sianida, flavanoid dan saponin sehingga berpotensi sebagai insektisida.
Kepayang memiliki nama-nama yang berbeda disetiap daerah,
seperti, Payang (Sumatera, Melayu), Simaung, Kapecong, Lapencuang
(Minangkabau), Picung, Pucung (Sunda), Kluwak, Kluwek (Jawa), Pangi
(Bugis,Toraja) (Wulandari, 2011:124). Berikut merupakan Taksonomi dari
tanaman kepayang (pangium edule Reinw) adalah (Arini, 2012):
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dycotiledoneae
Ordo : Parietales
Familia : Flacourtiaceae
Genus : Pangium
Species : Pangium edule Reinw.
Riset Yuningsih dari Balai Penelitian Veteriner, Bogor, menyebut
biji kepayang mengandung 1.000-2.000 ppm asam sianida tergantung
kondisi biji. Biji yang keras mengandung 2.000 ppm, biji lunak 1000 ppm,
dan biji berair 500 ppm. Menurut Yuningsih asam sianida dalam jumlah
kecil saja 2,55 ppm dapat mematikan hampir semua spesies hewan dalam
beberapa menit pascakonsumsi. Sementara kadar piretrin pada kepayang
mencapai 5,89% (Asikin dkk, 2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 (a) buah kepayang, (b) biji kepayang yang masih muda,
(c) biji kepayang yang sudah tua
(Sumber :Dokumentasi Pribadi, 2017)
Menurut Asikin, dkk (2013) dari berbagai percobaan itu senyawa
aktif kepayang, asam sianida dan piretrin mematikan hama dengan
menyerang pusat saraf bila terhirup dan tertelan. Piretrin bekerja cepat
membuat pingsan serangga. Namun, sebagian besar serangga biasanya
bangun kembali setelah sempoyongan beberapa saat. Sebab, banyak
serangga mampu menguraikan dan menetralisir piretrin dengan cepat
melalui proses metabolisme dalam tubuhnya. Serangga takluk karena tak
mampu mengurai asam sianida yang lebih kuat. Menurut Wulandari
(2011:124) kandungan racun pada biji yang telah masak lebih sedikit
dibandingkan pada yang belum masak.
a b c
Menurut Sari & Suhartati (2015:27) kulit buah berwarna cokelat
kemerahan dengan permukaan kasar yang mengandung lentisel, buah
kepayang mengandung biji yang jumlahnya banyak dan tersusun rapi pada
poros buah seperti buah cempedak. Buah yang berukuran besar
mengandung biji yang jumlahnya dapat mencapai 30 biji, sedangkan buah
yang berukuran kecil mengandung sekitar 12 biji. Biji berukuran besar,
berwarna kelabu, berbentuk limas dan keras. Pada biji terdapat inti biji
(endosperm) yang banyak mengandung lemak. Buah yang masih segar,
endospermanya berwarna putih, apabila buah sudah disimpan dalam waktu
yang lama, maka warna endosperma berubah menjadi kehitaman. Daging
biji mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin dan sianida.
Adanya tanin menyebabkan daging biji kepayang menjadi coklat. Kulit biji
kasar dengan perikarp setebal 6-10 mm, berkayu dan beralur. Untuk lebih
jelasnya mengenai kepayang muda dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Kepayang Muda
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Keefektifan biji kepayang (Pangium edule Reinw) sebagai bahan
pembasmi hama disebabkan adanya asam sianida sebagai hasil hidrolisis
sianogen gynocardine oleh enzim gynocardase yang ditemukan dalam
semua bagian dari tanaman kepayang. Sianida merupakan salah satu jenis
racun yang paling toksik (mematikan), bereaksi cepat dalam tubuh hewan
maupun manusia, dan dapat menyebabkan kematian akut. Pemanfaatan
asam sianida dalam biji kepayang (Pangium edule Reinw) sebagai
insektisida telah dilakukan untuk hama walang sangit, wereng, dan hama
belalang pengganggu tanaman padi. Racun sianida pada kepayang
(Pangium edule Reinw) termasuk racun saraf. Senyawa asam sianida
bekerja mematikan hama dengan menyerang pusat saraf saat serangga bila
terhirup dan tertelan. Asam sianida membuat efek racun perut dan saraf
(Hidayat dkk, 2014:15-16).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai tumbuhan kepayang,
dapat disimpulkan bahwa kepayang adalah tumbuhan yang memiliki pohon
tinggi, biji bertempurung keras, mengandung asam sianida dan piretrin
konsentrasi tinggi pembunuh serangga.
3. Mortalitas
Mortalitas adalah pengurangan cacah individu suatu populasi.
Mortalitas dibedakan atas mortalitas fisiologik dan mortalitas ekologik.
Mortalitas fisiologik (mortalitas minimum) adalah pengurangan anggota
populasi dalam kondisi ideal. Sedangkan mortalitas ekologik adalah
pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi ekologinya
(Dharmawan dkk, 2005:97).
Menurut Muhartini (2003:3) mortalitas adalah kematian individu di
dalam populasi. Mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati
didalam kurun waktu tertentu (kematian per waktu) atau sebagai laju jenis
dalam anti satuan dari populasi total.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai mortalitas, dapat
disimpulkan bahwa mortalitas adalah kematian individu dalam populasi
yang menyebabkan kurangnya jumlah populasi.
4. Larva Nyamuk
Menurut Campbell dkk. (2012:262) sama seperti serangga lainnya,
nyamuk mengalami perubahan bentuk atau metamorfosis. Metamorfosis
yang terjadi pada nyamuk sama seperti pada kupu-kupu yaitu metamorfosis
sempurna. Serangga dengan metamorfosis sempurna memiliki tahap-tahap
larva yang terspesialisasi untuk makan dan tumbuh yang dikenal dengan
nama-nama seperti ulat, belatung atau tempayak.
Berikut merupakan Gambar metamorphosis sempurna pada nyamuk
dapat di lihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut:
Gambar 2.3 Metamorfosis Sempurna Nyamuk
(Sumber: Okeoma, 2016:100)
Menurut Suwito, dkk (2014:29) Setelah telur terendam 2-3 hari,
selanjutnya menetas menjadi jentik. Larva mengalami 4 tingkatan atau
stadium yang disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Larva nyamuk
hidup di air dari 7-14 hari tergantung pada suhu air. Larva mulai memakan
bakteri dan membusuk bahan organik di permukaan air, segera setelah
mereka menetas dari telur. Larva nyamuk menghabiskan sebagian besar
waktu mereka tergantung terbalik di permukaan, mengisap oksigen melalui
siphon tersebut. Siphon ini terletak di dasar perut mereka dan mirip dengan
snorkel. Kuas yang terletak di depan mulut mereka mengumpulkan
makanan. Tahap larva berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa
minggu, di mana larva menumpahkan beberapa lapisan kulit luar mereka,
yang disebut moulting. Hal ini memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut
(Deily, 2013).
Berikut merupakan gambar 4 instar pada larva nyamuk dapat dilihat
pada gambar 2.4. Sebagai berikut:
Gambar 2.4 Instar Larva Nyamuk
(Sumber: Okeoma, 2016:100)
Pada perkembangan larva nyamuk mengalami pergantian kulit
sebanyak tiga kali dari instar I, II, III, dan IV. Larva instar I berukuran 1-2
mm, setelah 1 hari berubah menjadi instar II. Ukuran larva instar II adalah
3-3,9 mm. Larva instar II ini, setelah 2-3 hari akan menjadi instar III, yang
memiliki ukuran 5 mm. Baru setelah 2-3 hari lara instar III ini berubah
menjadi instar IV dengan ukuran 7-8 mm (Dinata, 2016:46).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai larva nyamuk, dapat
disimpulkan bahwa larva nyamuk adalah tahap ke dari fase metamorfosis
nyamuk, dimana pada tahap larva mengalami 4 tingkatan atau stadium yang
disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Setiap tingkatan memiliki waktu
tumbuh yang berbeda-beda.
B. Penelitian yang Relevan
Yuningsih dan Kartina (2007) melakukan penelitian tentang Efektivitas
Ekstrak Biji Picung (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Keong Mas
(Pomacea canaliculate Lamck). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi sianida yang mematikan keong mas (100%) mendekati konsentrasi
1% larutan ekstrak biji picung, cukup efektif sebagai mulaskasida.
Hidayat, dkk (2012) melakukan penelitian tentang Penggunaan Ekstrak
Biji Kluwek (Pangium edule Reinw.) Sebagai Insektisida Nabati Terhadap
Mortalitas Kecoak (Blatella germanica L.). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
penggunaan ekstrak biji kluwek sebagai insektisida nabati dengan konsentrasi
antara 25 g/100 mL akuades, 50 g/100 mL akuades, 75 g/100 mL akuades, 100
g/100 mL akuades dan 125 g/100 mL akuades berpengaruh nyata terhadap
mortalitas kecoak (Blatella germanica L.).
Wiryadiputra, dkk (2014) melakukan penelitian tentang Pengaruh
Ekstrak Tanaman Picung (Pangium edule) sebagai Pestisida Nabati Terhadap
Mortalitas Penggerek Buah Kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi ekstrak biji dan daun picung semakin besar pula
jumlah PBKo yang terbunuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
daun dan biji picung tidak berbeda nyata dalam potensinya sebagai insektisida
nabati. Perbedaan signifikan tampak antara konsentrasi 1,0%; 2,5%; dan 5,0%
dengan konsentrasi insektisida pembanding karbaril. Pada pengamatan enam
hari setelah perlakuan, baik ekstrak air maupun metanol, hanya dapat
mematikan sekitar 35-40% pada kisaran konsentrasi yang diuji.
C. Kerangka Penelitian
Kerangka berpikir pada penelitian ini ialah dimulai karena kasus
kejadian penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk semakin meningkat
dari waktu ke waktu, terutama di Indonesia. Pemutusan siklus hidup nyamuk
vektor dapat dilakukan dengan penebaran ikan pemakan larva nyamuk ataupun
penebaran larvasida untuk membunuh larva. Larvasida yang biasa digunakan
masyarakat pada umumnya ialah larvasida berbahan dasar kimia, akan
menimbulkan resistensi terhadap organisme sasaran. Salah satu tumbuhan yang
dapat digunakan ialah buah kepayang, karena biji kepayang mengandung 1.000-
2.000 ppm asam sianida yang berpotensi sebagai insektisida nabati (larvasida).
Oleh sebab itu, pada penelitian ini menggunakan kepayang sebagai
bahan dalam penelitian. Pada penelitian ini kepayang dibuat menjadi larvasida
cair dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% dengan kontrol positif
menggunakan abate. Selanjutnya masing masing konsentrasi dimasukan
kedalam wadah perlakuan. Setelah dilakukan perlakuan langkah selanjutnya
ialah dilakukan pengamatan dengan rentan waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5
jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Setiap kali pengamatan, dihitung dan dicatat
jumlah larva yang mati dalam lembar observasi. Setelah mendapatkan data,
dilakukan analisis data dengan menggunakan Anova Satu Jalur, apabila Ha
diterima maka dilakukan perhitungan lanjutan. Hasil akhir dari penelitian ini
ialah ada Pengaruh Larvasida Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk.
Agar lebih jelasnya dapat dilihat kerangka berpikir dalam penelitian ini
pada gambar 2.4 sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Larvasida Biji Kepayang
(Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk”.
Nyamuk menyebabkan banyak penyakit pada manusia
Solusi Larvasida Kepayang
Sianida dan piretrin
Ada Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk
larvasida berbahan dasar kimia, padahal penggunaan insektisida berbahan
dasar kimia yang terus berulang, cepat atau lambat akan menimbulkan
resistensi terhadap organisme sasaran
Racun sianida pada kepayang (Pangium edule Reinw) termasuk racun
saraf. Senyawa asam sianida bekerja mematikan hama dengan menyerang
pusat saraf saat serangga bila terhirup dan tertelan dan Piretrin bekerja
cepat hanya membuat pingsan serangga.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Menurut
Sugiyono (2014:72) penelitian eksperimen adalah sebagai penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendali. Jadi penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang
bertujuan untuk mengetahui Pengaruh larvasida kepayang (Pangium edule
Reinw) terhadap mortalitas larva nyamuk. Penelitian ini menggunakan uji
kuantitatif kemudian dianalisis dengan One Way Anova dan dilanjutkan
dengan Uji lanjutan.
B. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini ialah larva nyamuk dari semua jenisnya yang
diberi larvasida biji kepayang.
C. Jadwal Penelitian
Waktu dan tempat pelaksanaan yaitu bulan Mei 2017 yang bertempat
di Laboratorium Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah 1 buah gelas ukur 100
mL, 1 buah gelas kimia 500 mL, telenan, penumbuk, blender, pisau, toples,
18
kain penyaring, pengukur waktu, kaca pembesar, 27 buah cawan petri, 1
mikroskop cahaya, akuarium, dan jaring larva.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500 mL larvasida
biji kepayang muda, abate, 375 ekor larva nyamuk, dan aquades.
E. Prosedur Penelitian
1. Penanganan sampel
a. Kepayang
Sampel kepayang diperoleh di Lubuklinggau, karena kepayang
masih mudah ditemukan di Lubuklinggau. Tahapan-tahapan pembuatan
larvasida kepayang adalah sebagai berikut:
1) Buah kepayang dikupas, ambil bijinya.
2) Biji buah kepayang tersebut dikupas dan diambil daging yang masih
muda, dihaluskan, penghalusan kepayang dilakukan dengan cara
ditumbuk terlebih dahulu, dan setelah sedikit halus dilanjutkan
dengan cara diblender.
3) Penyaringan, biji buah kepayang yang telah halus disaring dengan
menggunakan kain (pengepresan).
4) Pengemasan, larvasida yang telah dihasilkan disimpan dalam botol
(Wulandari, 2012:41).
b. Penyediaan Larva nyamuk
Sampel larva nyamuk diperoleh dari genangan air yang berisi
larva nyamuk yang sudah dikembangbiakan. Larva nyamuk dalam
pengembangbikannya membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk larva
nyamuk instar I-IV dengan semua jenis larva nyamuk. Larva nyamuk
hidup di air dan mengalami masa pertumbuhan (instar) yaitu:
1. Larva instar I, memiliki perubahan perkembangan dalam jangka
waktu kurang lebih 1 hari. Ciri-cirinya yaitu: kecil, panjang 1-2 mm,
warna transparan, duri-duri atau (spinae) pada dada (thorax) sudah
jelas dan corong pernapasan telah aktif.
2. Larva instar II, memiliki perubahan perkembangannya dalam jangka
waktu 1-2 hari. Ciri-cirinya yaitu bertambah besar ukuran 3-3,9 mm,
duri dada sudah jelas dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.
Larva instar II mengambil oksigen dari udara, dengan menempatkan
corong udara (shipon) pada permukaan air badan larva berada pada
posisi membentuk sudut, pergerakan tidak terlalu aktif.
3. Larva instar III, memiliki perubahan perkembangannya dalam
jangka waktu 2 hari. Ciri-cirinya yaitu ukuranya lebih besar sedikit
dari larva instar II, 5 mm dan lebih aktif bergerak .
4. Larva instar IV, memiliki perubahan perkembangannya dalam
jangka waktu 2-3 hari. Ciri-cirinya larva paling besar berukuran 7-8
mm, tubuhnya langsing gerak sangat lincah, kepala (chepal), dada
(thorax) dan perut sudah jelas.
Larva nyamuk setiap pergantian instar, larva mengalami pergantian kulit
dan belum bisa dibedakan antara jenis larva jantan dan betina. Larva
nyamuk yang telah dikembangbikan, diambil menggunakan jaring
larva, selanjutnya larva-larva nyamuk yang telah tersedia akan
dimasukkan ke dalam aquarium yang nantinya akan dimasukan ke setiap
wadah perlakuan yang telah disiapkan.
2. Metode pengujian
a. Konversi Konsentrasi
Belum diketahui literatur yang menyatakan konsentrasi
penggunaan larvasida kepayang pada larva nyamuk. Jadi untuk
penelitian ini digunakan konsentrasi yang disesuaikan dengan penelitian
sebelumnya.
Wiryadiputra, dkk (2014) menggunakan konsentrasi 1%, 2,5%
dan 5% insektisida nabati kepayang terhadap mortalitas penggerek kopi.
Pada penelitian tersebut pada konsentrasi 5% hanya 27,5% yang
mengalami kematian. Sehingga dalam penelitian ini menambah
konsentrasi agar dapat meningkatkan mortalitas larva nyamuk. Jadi
dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan
10%. Cara melakukan pengenceran konsentrasi larvasida kepayang
adalah:
V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan:
V1 = Volume dari awal yang dibutuhkan
N1 = Konsentrasi awal
V2 = Volume yang diinginkan
N2 = Konsentrasi yang diinginkan (Manurung, 2015).
Berikut merupakan jumlah mL yang digunakan dalam
pembuatan larvasida kepayang, dapat dilihat pada table 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Jumlah mL dan konsentrasi perlakuan yang digunakan
dalam Pembuatan Larvasida Kepayang
No. Ukuran Perlakuan Konsentrai Jumlah
mL
Larvasida
Jumlah mL
Aquades
1 400 mL P1 2,5% 10 mL 390 mL
2 400 mL P2 5% 20 mL 380 mL
3 400 mL P3 7,5% 30 mL 370 mL
4 400 mL P4 10% 40 mL 360 mL
b. Pemberian Perlakuan
Larva nyamuk yang telah tersedia kemudian kemudian
dimasukan kedalam wadah perlakuan masing-masing wadah perlakuan
berisi 15 ekor larva nyamuk. Berikut ini merupakan penentuan jumlah
subjek (ulangan) minimal ditentukan berdasarkan rumus Federer yaitu:
(t-1) (r-1) ≥ 15
Dimana: t = jumlah perlakuan, sedangkan
r = banyak pengulangan pada tiap perlakuan
(Hanafiah, 2003:9)
Jadi untuk penelitian ini, (t-1) (r-1) ≥ 15
(5-1) (r-1) ≥ 15
(4) (r-1) ≥ 15
(r-1) (4) ≥ 15
r ≥ 3,75 (dibulatkan menjadi 4) + 1 = 5
r ≥ 5 kali ulangan
Pada P1 larva nyamuk dimasukan larvasida biji kepayang
sebanyak 2,5%, Pada P2 larva nyamuk dimasukan larvasida biji
kepayang sebanyak 5%, Pada P3 larva nyamuk dimasukan larvasida biji
kepayang sebanyak 7,5%, dan Pada P4 larva nyamuk dimasukan
larvasida biji kepayang sebanyak 10%. Untuk P0+ menggunakan abate
sebagai kontrol. Masing-masing wadah perlakuan berisi 400 mL air dan
larvasida yang sudah digabung dalam wadah perlakuan.
F. Pengumpulan Data
1. Perhitungan Mortalitas Larva Nyamuk
Larva nyamuk dikatakan sudah mati apabila larva tidak bergerak
ketika disentuh, tubuh larva berwarna putih atau kuning pucat, bentuk tubuh
memanjang dan kaku larva, ditandai dengan sebagian kepala terlepas atau
seluruh tubuhnya hancur (Kaihena dkk, 2011:100)
Menurut Utami dan Haneda (2012:211) data kematian dihitung
dalam persen kematian dengan rumus:
Persentase Kematian Larva Nyamuk = Σ Larva Nyamuk Yang mati
Σ Total Larva Nyamukx 100%
Menurut Fauzi dan Marina (2012:9) pengamatan kematian larva
dilakukan pada selang waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 12
jam, dan 24 jam. Pada Penelitian ini pengamatan kematian larva dilakukan
pada selang waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dan 6 jam. Setiap kali
pengamatan, dihitung dan dicatat jumlah larva yang mati.
G. Analisis Data
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) karena sumber keragaman yang diamati ialah perlakuan dan
galat (Hanafiah, 2003:344). Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian
kemudian dianalisis dengan Anava Satu Jalur.
Sebagai kelompok statistik parametik Anava dikembangkan dari
asumsi-asumsi parametrisitas atau keparametrikan. Berikut merupakan uji
persyaratan yang harus dilakukan:
1. Uji Normalitas
Menurut Supardi (2013:129) uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui kenormalan suatu distribusi data. Berikut merupakan langkah-
langkah Uji normalitas menggunakan uji liliefors:
a. Menentukan taraf signifikan, dengan hipotesis yang akan diuji:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data berdistribusi tidak normal
b. Lakukan langkah-langkah pengujian normalitas berikut:
1) Data pengamatan Y1, Y2, Y3, …, Yn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,
…, Zn dengan menggunakan rumus: Z1= (𝑌𝑖−Ȳ)
𝑠
(dengan Ȳ dan s masing-masing merupakan rerata simpangan baku).
2) Untuk tiap bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal
baku kemudian dihitung peluang. F(Z1) = P(Z ≤ Z1)
3) Hitung proporsi Z1, Z2, .. Zn dihitung yang lebih kecil atau sama
dengan Z1. S(Z1) = Banyaknya Z1, Z2, …. Zn ≤ Z1
n
4) Hitung selisih F(Z1)–S(Z1) dihitung kemudian menetukan harga
mutlak.
5) Harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut
sebagai harga Lo atau Lhitung.
Untuk menerima atau mengolah hipotesis nol H0 dilakukan dengan
cara membandingkan Lo dengan nilai Lkritis atau Ltabel yang didapat dari tabel
Liliefors (Supardi, 2013:131-132).
2. Uji Homogenitas
Menurut Supardi (2013:142,145-147) pengujian homogenitas
dimaksudkan dalam rangka menguji kesamaan varians kelompok data. Uji
Bartlet (digunakan untuk menguji homogenitas varians lebih dari dua
kelompok data), berikut merupakan langkah yang dapat dilakukan:
a. Menyajikan data hasil pengamatan dibuat dalam bentuk tabulasi data.
b. Menghitung mean dan varian serta derajat kebebasan setiap kelompok
data yang akan diuji homogenitasnya.
c. Sajikan dk dan varian (s2) tiap kelompok sampel dalam tabel sekalian
hitung logaritma dari setiap varian kelompok dan hasil kali dk dengan
logaritma varian dari tiap kelompok sampel. Tabel Uji Barlet dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tabel Penolong Uji Barlet Sampel Ke- Dk S1
2 log S12 (dk) log S1
2
A NA- 1 SA2 log SA
2 (n1- 1) log SA2
B NB – 1 SB2 log SB
2 (n2- 1) log SB2
.
K
.
nk – 1
SK2
log Sk2
(nk- 1) log Sk2
Jumlah ∑ =(ni- 1) - - ∑ =(ni- 1) log Si2
d. Hitung varian gabungan dari semua kelompok sampel:
S2 = ∑ ( nᵢ−1)Sᵢ2
∑ ( nᵢ−1)
e. Hitung harga logaritma varian gabungan dan harga satuan Barlet (B),
dengan rumus: B = (log S2) ∑ ( n1-1) = ( log S2) ∑-dk
f. Hitung nilai chi-kuadrat (χ2hitung = (ln 10) (B ∑-dk . log S1
2
g. Tentukan harga chi-kuadrat (χ2tabel), pada taraf nyata dan dk = k-1, yaitu:
χ2tabel = χ(1-α)(k-1)
(dalam hal ini k = banyaknya kelompok sampel)
h. Menguji hipotesis homogenitas data dengan cara membandingkan nilai
χ2hitung dengan χ2
tabel.
Kriteria pengujian adalah:
H0 ditolak jika χ2hitung
> χ2 (1- α) (k-1), atau χ2
hitung > χ2tabel.
H0 diterima jika χ2hitung
< χ2 (1- α) (k-1), atau χ2
hitung < χ2tabel
Apabila homogenitas terbukti maka peneliti dapat melakukan pada
tahap analisis lanjutan.
3. Uji Hipotesis
Menentukan formulasi hipotesis
H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4 (Semua perlakuan memiliki rata-rata yang bernilai
sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 ≠ µ4 (Ada perlakuan yang memiliki rata-rata yang bernilai
tidak sama (berbeda)
a. Menentukan taraf nyata (α) dan nilai F tabel
Taraf nyata (α) = 5% = (0,05) dan (α) = 1% = (0,01)
b. Menentukan kriteria pengujian
1) Pada taraf uji 1%, H0 diterima (H1 ditolak) apabila F0 ≤ 4,25 (tidak
sangat signifikan)
2) Pada taraf uji 1%, H0 ditolak (H1diterima) apabila F0>4,25 (sangat
signifikan)
c. Menentukan nilai uji statistik (nilai F0)
JK Total = ΣYT² - (𝛴𝑌)²
𝑛ᴛ
JK Perlakuan = Σ(𝛴𝑌ᵢ)²
𝑛ᵢ−
(𝛴𝑌)²
𝑛ᴛ
JK Galat / Error = JK Total – JK Perlakuan
Keterangan :
k = jumlah perlakuan, n = jumlah pengulangan
Tabel 3.3. Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur)
Sumber
Varians
JK
(Jumlah
Kuadrat)
Db
Rerata Jumlah
Kuadrat
(RJK)/Varian
kuadrat
F0 F tabel
Perlakuan JK
Perlakuan k-1
𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
𝑘 − 1 𝑅𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
𝑅𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡
F0,05 =
Galat JK Galat nT-k 𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑛ᴛ − 𝑘 F0,01 =
Total JK Total nT-1
(Supardi, 2013:343-344)
Kriteria pengujian:
H0 diterima jika, Fhitung < Ftabel dan H0 ditolak jika, Fhitung > Ftabel.
Jika Fhitung < Ftabel, maka menunjukan hasil yang tidak signifikan atau
dengan kata lain Ho diterima dan HA ditolak. Selanjutnya, apabila terjadi
perbedaan antara perlakuan maka dilakukan perhitungan Koefisien
Keragaman (KK yaitu derajat kejituan dan keandalan hasil yang diperoleh
dari percobaan) untuk menentukan macam uji beda yang sebaiknya dipakai
(Hanafiah, 2003). Koefisien keragaman ini dinyatakan sebagai persen rerata
dari rerata umum percobaan sebagai berikut:
KK = √𝑅𝐽𝐾 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
Ȳ 𝑥 100%
dimana Ȳ = rerata seluruh data percobaan
Menurut Hanafiah (2003:41) macam-macam uji beda yang dapat
dipakai, yaitu:
a. Jika KK besar (minimal 10% pada kondisi homogen), uji lanjutan yang
sebaiknya digunakan adalah Duncan, karena uji ini dapat dikatakan
yang paling teliti.
b. Jika KK sedang, (antara 5-10% pada kondisi homogen), uji lanjutan
yang sebaiknya dipakai adalah ui BNT (Beda Nyata Terkecil) karena uji
ini dikatakan juga berketelitian sedang, dan
c. Jika KK kecil, (maksimal 5% pada kondisi homogen), uji lanjutan yang
sebaiknya diapakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) karena uji ini
tergolong kurang teliti).
Apabila distribusi data tidak normal maka disarankan untuk
menggunakan uji statistik non parmetrik, yaitu Uji Kruskal-Wallis. Menurut
Boedijoewono (2001:298) berikut merupakan rumus yang dapat gunakan:
W = 12
n (n+1) x
ΣR²
n - 3 (n+1)
Dimana:
W = Kriteria Kruskal-Wallis
N = n1 + n2 + …… + nk
R = Rangking dari data
H. Pertanggungjawaban Penelitian
Validasi alat penelitian dilakukan untuk melihat kelayakan dan
ketepatan guna alat yang digunakan dalam penelitian sehingga dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan prosedur. Validasi alat penelitian
dilakukan oleh Kepala Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Gelas ukur 100 mL sebagai tempat mengukur jumlah ml insektisida nabati
yang telah didapat.
2. Gelas kimia 500 mL dan 250 mL sebagai tempat meletakkan insektisida
nabati.
3. Telenan sebagai alat untuk memotong biji buah kepayang.
4. Penumbuk sebagai penghalus awal dalam pembuatan insektisida nabati.
5. Blender sebagai penghalus akhir dalam pembuatan insektisida nabati.
6. Pisau sebagai alat pemotong biji buah kepayang.
7. Toples sebagai tempat perlakuan larva nyamuk.
8. Timbangan sebagai alat untuk mengukur banyaknya jumlah kepayang yang
akan digunakan.
9. Kain penyaring sebagai alat untuk menyaring kepayang yang telah
dihaluskan.
10. Pengukur waktu sebagai alat untuk mengukur waktu dalam pengamatan.
11. Kaca Pembesar sebagai alat untuk larva nyamuk yang telah dilakukan
perlakuan (mati) secara jelas.
12. Jaring larva sebagai alat untuk mengambil larva nyamuk.
13. Akuarium sebagai tempat untuk meletakan larva nyamuk.
14. Mikroskop sebagai alat untuk melihat morfologi larva nyamuk yang telah
mati.
Validasi alat penelitian dilakukan oleh Kepala Laboratorium Pendidikan
Biologi STKIP-PGRRI Lubuklinggau yaitu ibu Endang Suswati, M.Pd. Hasil
validasi yang didapat ialah dengan rata-rata “baik”.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada uji pengaruh larvasida biji kepayang (Pangium edule Reinw)
menggunakan larva nyamuk sebagai hewan percobaan. Larva nyamuk yang
digunakan dalam penelitian ini dikarenakan kasus kejadian penyakit menular
yang ditularkan oleh nyamuk semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama
di Indonesia (Menurut Sawir, 2011:1).
Larva nyamuk yang digunakan adalah segala jenis larva nyamuk, baik
instar I-IV, hal ini dikarenakan masyarakat maupun pemerintah dalam
melakukan upaya pemutusan siklus hidup nyamuk sering melakukan penebaran
ikan pemakan larva nyamuk ataupun penebaran larvasida untuk membunuh
larva. Larvasida yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya ialah abate
yang merupakan larvasida berbentuk butiran (granule) pembasmi larva nyamuk
nyamuk yang telah lama dikenal oleh masyarakat.
Biji kepayang dipilih karena Menurut Asikin, dkk (2013) biji kepayang
mengandung 1.000-2.000 ppm asam sianida tergantung kondisi biji. Biji yang
keras mengandung 2.000 ppm, biji lunak 1000 ppm, dan biji berair 500 ppm.
Pada berbagai percobaan, senyawa aktif kepayang ialah asam sianida dan
piretrin yang dapat mematikan hama dengan menyerang pusat saraf bila
terhirup dan tertelan, piretrin bekerja cepat membuat pingsan serangga.
Setelah perlakuan dan dilakukan pengamatan pada jam ke 1 sampai ke
6 didapat jumlah mortalitas nyamuk yang disajikan pada Tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Mortalitas Nyamuk
No Pengamatan Mortalitas Nyamuk pada Konsentrasi
2,5 % 5 % 7,5 % 10%
1 Jam ke 1 4 ekor mati 9 ekor mati 9 ekor mati 12 ekor mati
2 Jam ke 2 15 ekor mati 16 ekor mati 18 ekor mati 17 ekor mati
3 Jam ke 3 26 ekor mati 37 ekor mati 36 ekor mati 35 ekor mati
4 Jam ke 4 38 ekor mati 48 ekor mati 41 ekor mati 44 ekor mati
5 Jam ke 5 48 ekor mati 58 ekor mati 61 ekor mati 60 ekor mati
6 Jam ke 6 63 ekor mati 68 ekor mati 70 ekor mati 71 ekor mati
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa setiap jam pengamatan dan
setiap konsentrasi larvasida biji kepayang memiliki hasil yang berbeda-beda
katena data murni dari hasil penelitian. Seperti yang telah dijabarkan, bahwa
pada pengamatan terakhir (6 jam) pada P1 (2,5%) mampu mematikan 63 ekor
larva nyamuk, pada P2 (5%) mampu mematikan 68 ekor larva nyamuk, pada
P3 (7,5%) mampu mematikan 70 ekor larva nyamuk dan pada P4 (10%) mampu
mematikan 71 ekor larva nyamuk. Berarti setiap konsentrasi larvasida biji
kepayang tersebut mampu mematikan larva nyamuk.
Berdasarkan hasil uji pengaruh larvasida biji kepayang (Pangium edule
Reinw) tersebut diperoleh data hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium
edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk dan
Persentase Mortalitas Nyamuk
Perlakuan Jumlah (ΣY) Rata-rata (Ȳ)
Persentase
Mortalitas
Larva
Nyamuk
P0 (+) 75 15 100%
P1 63 12,6 84%
P2 68 13,6 90%
P3 70 14 93%
P4 71 14,2 95%
Σ 347 69,4
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa pemberian P1 berpengaruh
sebagai larvasida biji kepayang dengan konsentrasi 2,5% dengan rata-rata 12,6.
Pada saat pengamatan (6 jam setelah perlakuan), larva nyamuk yang berada di
P1 yang mengalami mortalitas sebanyak 67 ekor dari 75 ekor larva nyamuk
yang diberi perlakuan. P2 berpengaruh sebagai larvasida biji kepayang dengan
konsentrasi 5% dengan rata-rata 13,6. Pada saat pengamatan (6 jam setelah
perlakuan), larva nyamuk yang berada di P2 yang mengalami mortalitas
sebanyak 68 ekor dari 75 ekor larva nyamuk yang diberi perlakuan.
P3 berpengaruh sebagai larvasida biji kepayang dengan konsentrasi
7,5% dengan rata-rata 14. Pada saat pengamatan (6 jam setelah perlakuan),
larva nyamuk yang berada di P3 yang mengalami mortalitas sebanyak 70 ekor
dari 75 ekor larva nyamuk yang diberi perlakuan. Serta P1 berpengaruh sebagai
larvasida biji kepayang dengan konsentrasi 2,5% dengan rata-rata 12,6. Pada
saat pengamatan (6 jam setelah perlakuan), larva nyamuk yang berada di P4
yang mengalami mortalitas sebanyak 71 ekor dari 75 ekor larva nyamuk yang
diberi perlakuan.
Pada Uji Normalitas Lilliefors, didapat nilai (terbesar) L0 = 0,1711
dengan α = 0,01 dan n = 25 didapat nilai dari tabel lilliefors didapat Ltabel =
0,200. Karena L0 < Ltabel maka H0 diterima dan dapat disimpulkan data atau
sampel berdistribusi normal. Serta pada Uji Homogenitas Barlet didapat χ2 hitung
< χ2tabel maka H0 diterima dan disimpulkan kelima kelompok data memiliki
varian yang sama atau homogen. Maka selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis (annava satu jalur). Untuk lebih memperjelas dapat dilihat data hasil
penelitian pada gambar 4.2 Jumlah Persentasi Pengaruh Larvasida Biji
Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk.
Gambar 4.2 Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw)
Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk
Berdasarkan perhitungan statistik dengan analisis sidik ragam diperoleh
hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Analisis Sidik Ragam (Anava Satu Jalur)
Sumber
Varians
JK
(Jumlah
Kuadrat)
Db
Rerata Jumlah
Kuadrat
(RJK)/Varian
Kuadrat
Fhitung F tabel
Perlakuan 15,44 4 3,86
4,49
F0,05 = 2,87
Galat atau
Error 17,2 20 0,86 F0,01 = 4,43
Total 32,64 24
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilakukan
perhitungan analisis sidik ragam (Anava Satu Jalur) didapat nilai jumlah
kuadrat, derajat kebebasan, rerata jumlah kuadrat/varian kuadrat, dan F0 / F hitung
11
11,5
12
12,5
13
13,5
14
14,5
15
P0 (+) P1 P2 P3 P4
15
12,6
13,6 1414,2
Jumlah Persentasi Pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium
edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk
Rata-rata
Perlakuan
Perlakuan
= 4,49 dengan Ftabel 0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai Fhitung > Ftabel
maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukan hasil yang sangat signifikan (α =
0,01), serta dapat disimpulkan ada pengaruh Larvasida Biji Kepayang (Pangium
edule Reinw) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk.
Selanjutnya dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman. Menentukan
nilai Koefisien keragaman sebagai berikut:
KK = √𝑅𝐽𝐾 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
Ȳ 𝑥 100%
= √0,86
69,4 𝑥 100%
= 1,40%
KK kecil menunjukan (maksimal 5% pada kondisi homogen atau
minimal 10% pada kondisi heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya diapakai
adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) (Hanafiah, 2003:41).
Hasil perhitungan Uji BNJ dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Jujur)
Perlakuan Rata-Rata BNJ (5%) BNJ (1%)
A (P1) 12,6 a a A A
B (P2) 13,6 ab a AB B
C (P3) 14 abc a b ABC B C
D (P4) 14,2 abcd b ABCD C
E (P0+) 15 abcde b ABCDE D
BNJ 1,73 0,74
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%),
atau berbeda tidak sangat nyata (1%).
Pada taraf 5% pengaruh larvasida biji kepayang pada konsentrasi 10%
(P4) hanya berbeda tidak nyata dengan pengaruh larvasida biji kepayang pada
konsentrasi 7,5% (P3), dan P0 (+) dan berbeda nyata dengan konsentrasi 2,5%
(P1) dan 5% (P2).
Pada taraf 1% pengaruh insektisida nabati gadung pada konsentrasi
10% (P1) hanya berbeda tidak sangat nyata dengan pengaruh larvasida biji
kepayang pada konsentrasi 7,5% (P3) dan berbeda sangat nyata dengan P0
(+), konsentrasi 2,5% (P1) dan 5% (P2).
Berdasarkan hasil tabel dapat disimpulkan bahwa perlakuan optimum ada
penelitian ini adalah perlakuan yang dimulai dengan konsentrasi 7,5% karena
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Namun hasilnya berbeda sangat
nyata dengan P0 (+).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan, dapat dijelaskan bahwa
kepayang berpengaruh terhadap mortalitas larva nyamuk. Pada penelitian
menggunakan variabel kontrol positif: Abate (Larvasida Sintetis yang biasa
digunakan) dan menggunakan 500 mL larvasida biji kepayang.
Setiap wadah perlakuan berisi 400 mL aquades beserta larvasida biji
kepayang, masing masing perlakuan memiliki jumlah konsentrasi dan jumlah
larvasida biji kepayang yang berbeda pula. Pada P1 dengan konsentrasi 2,5%
dengan larvasida biji kepayang sebayak 10 mL dan 390 mL aquades sehingga
ukuran dalam toples tersebut sebanyak 400 mL. Pada P2 dengan konsentrasi
5% dengan larvasida biji kepayang sebayak 20 mL dan 380 mL aquades
sehingga ukuran dalam toples tersebut sebanyak 400 mL.
Pada P3 dengan konsentrasi 7,5% dengan larvasida biji kepayang
sebayak 30 mL dan 370 mL aquades sehingga ukuran dalam toples tersebut
sebanyak 400 mL. Pada P4 dengan konsentrasi 10% dengan larvasida biji
kepayang sebayak 40 mL dan 360 mL aquades sehingga ukuran dalam toples
tersebut sebanyak 400 mL.
Pada perhitungan Anava Satu Jalur didapat F hitung = 4,49 dengan Ftabel
0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan
H1 diterima menunjukan hasil yang sangat signifikan (α = 0,01), serta dapat
disimpulkan ada pengaruh larvasida biji kepayang (Pangium edule Reinw)
terhadap mortalitas larva nyamuk.
Selanjutnya dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman. Pada
perhitungan KK didapat KK kecil yaitu 1,40% hal ini menunjukan bahwa uji
lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur) (Hanafiah,
2003:41).
Pada taraf 5% pengaruh larvasida biji kepayang pada konsentrasi 10%
(P4) hanya berbeda tidak nyata dengan pengaruh larvasida biji kepayang pada
konsentrasi 7,5% (P3), dan P0 (+) dan berbeda nyata dengan konsentrasi 2,5%
(P1) dan 5% (P2). Pada taraf 1% pengaruh larvasida biji kepayang pada
konsentrasi 10% (P1) hanya berbeda tidak sangat nyata dengan pengaruh
larvasida biji kepayang pada konsentrasi 7,5% (P3) dan berbeda sangat nyata
dengan P0 (+), konsentrasi 2,5% (P1) dan 5% (P2). Dapat disimpulkan bahwa
perlakuan optimum ada penelitian ini adalah perlakuan yang dimulai dengan
konsentrasi 7,5% karena tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Namun
hasilnya berbeda sangat nyata dengan P0 (+).
Hal ini dikarenakan Kepayang mengandung asam sianida dan piretrin
konsentrasi tinggi pembunuh serangga. Asikin, dkk (2013) kepayang
merupakan tanaman yang memiliki pohon yang tinggi dan menghasilkan biji
bertempurung keras. Hanya segelintir yang tahu, kepayang begitu beracun saat
masih muda dengan inti biji putih. Kepayang mengandung asam sianida dan
piretrin konsentrasi tinggi pembunuh serangga.
Menurut Wiryadiputra, dkk (2014:220) kepayang (Pangium edule
Reinw) mengandung senyawa asam sianida, flavanoid dan saponin sehingga
berpotensi sebagai larvasida. Menurut Yuningsih asam sianida dalam jumlah
kecil saja 2,55 ppm dapat mematikan hampir semua spesies hewan dalam
beberapa menit pascakonsumsi. Sementara kadar piretrin pada kepayang
mencapai 5,89%.
Menurut Asikin, dkk (2013) dari berbagai percobaan itu senyawa aktif
kepayang, asam sianida dan piretrin mematikan hama dengan menyerang pusat
saraf bila terhirup dan tertelan. Piretrin bekerja cepat membuat pingsan
serangga (larva nyamuk). Namun, sebagian besar serangga biasanya bangun
kembali setelah sempoyongan beberapa saat. Sebab, banyak serangga mampu
menguraikan dan menetralisir piretrin dengan cepat melalui proses
metabolisme dalam tubuhnya. Serangga takluk karena tak mampu mengurai
asam sianida yang lebih kuat.
Menurut Djojosumarto (2008) larvasida biji kepayang masuk kedalam
badan larva nyamuk melalui mulut, kemudian masuk kedalam rongga
pencernaan larva nyamuk dan diserap oleh dinding saluran pencernaan.
Selanjutnya, larvasida tersebut terus dibawa oleh cairan tubuh larva nyamuk ke
tempat sasaran yang mematikan (ke susunan saraf serangga).
Hal ini sesuai dengan menurut Suroso dkk (2012:4-5) bahwa
membunuh larva nyamuk menggunakan cara insektisida masuk ke dalam tubuh
serangga, dapat melalui alat pencernaan (racun perut), atau lubang pernafasan
(racun pernafasan). Pada penelitian ini larva nyamuk mati melalui alat
pencernaan yaitu racun perut.
Setelah 24 jam aplikasi insektisida biji kepayang (Pangium edule
Reinw), semakin tidak aktif bergerak dan bayak mengalami kematian, terutama
pada kontrol perlakuan 10%. Larva nyamuk mengalami seperti keracunan. Hal
ini karena kandungan yang ada didalam biji kepayang yaitu priterin bekerja
sebagai racun saraf pusat yang disebut racun axonik yang bekerja secara cepat
1-2 menit setelah digunakan sehingga menghasilkan kehilangan keseimbangan
gerak tubuh (Kazachakova, 2007:19) dan priterin menimbulkan paralisis yang
bersifat sementara. Priterin ini mengikat protein dalam saraf, dalam keadaan
normal protein ini membuka untuk memberikan rangsangan dan menutup untuk
menghentikan sinyal saraf (Susmito Chemical, 2000).
Selain piretrin dalam biji kepayang (Pangium edule Reinw), sianida
juga mampu bekerja mematikan dengan menyerang saraf pusat saat meminum dan
menelanya. Asam sianida membuat efek racun perut. Racun perut membunuh
sasaranya dengan cara masuk kesistem pencernaan melalui makanan menyerang
organ-organ pencernaan dan diserap dinding usus kemudian ditranslokasikan
ketempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif. Racun sianida
yang menuju kepusat saraf kemudian akan disebarkan menuju organ-organ
respirasi dan meracuni sel-sel pada lambung (Sianigan, 2012).
Menurut Sinaga (2009) bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan
larvasida yang diberikan maka semakin rendah persentase larva nyamuk yang
hidup. Berarti semakin tinggi konsentrasi biji kepayang yang diberikan maka
persentase larva nyamuk yang mampu bertahan hidup akan semakin rendah atau
tingginya mortalitas larva nyamuk. Sama seperti halnya larva nyamuk yang
diberikan perlakuan dengan konsentrasi 10% mampu membunuh nyamuk
sebanyak 71 ekor.
Adanya larva nyamuk yang digunakan pada penelitian ialah larva
nyamuk instar I-IV, respon motralitas larva nyamuk sama antara instar I-IV
dikarenakan corong penapasan telah aktif. Larva nyamuk yang mengalami
mortalitas, ini terbukti dengan tanda-tanda terdapat pada larva nyamuk yaitu
sudah apabila sudah mati larva tidak bergerak ketika disentuh, tubuh larva
berwarna putih atau kuning pucat, bentuk tubuh memanjang dan kaku larva,
ditandai dengan sebagian kepala terlepas atau hancur seluruh tubuh larva nyamuk
(Kaihena dkk, 2011:100)
Terdapat beberapa larva nyamuk yang masih hidup setelah 24 jam. Pada
konsentrasi 10% pun tidak semua larva nyamuk mengalami kematian. pada biji
kepayang (Pangium edule Reinw) memiliki senyawa aktif bukan hanya asam
sianida tetapi juga piretrin yang dapat mematikan hama dengan menyerang pusat
saraf bila terhirup dan tertelan, piretrin bekerja cepat membuat pingsan serangga.
Namun, sebagian besar serangga biasanya bangun kembali setelah sempoyongan
beberapa saat. Oleh sebab itu, diperlukan penyemprotan yang berulang. Menurut
Asikin, dkk (2013), kepayang begitu beracun saat masih muda dengan inti biji
putih. Kepayang mengandung asam sianida dan piretrin konsentrasi tinggi
pembunuh serangga, Wiryadiputra, dkk (2014:220) sehingga berpotensi sebagai
Larvasida.
Penelitian larvasida ini membuktikan bahwa dalam 24 jam larvasida bisa
menyebabkan kematian dan harus didukung oleh cara aplikasi yang benar dan dosis
yang cukup tinggi.
C. Keterbatasan Penelitan
Mengingat ketidak sempurnaan penelitian maka keterbatasan dalam
penelitian ini terletak pada:
1. Pada penyediaan semua jenis larva nyamuk, karena larva nyamuk
berukuran sangat kecil, dan sulit untuk membedakan semua spesies larva
nyamuk.
2. Pada saat pemberian perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda harus
dilakukan dengan jarak (waktu) yang berbeda. Hal ini dikarenakan untuk
menghindari kesalahan.
3. Pada saat pengamatan larva nyamuk sulit untuk dilihat dikarenakan warna
air telah berubah menjadi putih susu, dan sulit untuk dihitung mortalitas
larva nyamuk.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, didapat hasil yaitu :
F0 / F hitung = 4,49 dengan Ftabel 0,01 = 4,43. Maka dapat nyatakan bahwa nilai
Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukan hasil yang
sangat signifikan (α = 0,01), serta dapat disimpulkan ada pengaruh
Larvasida Biji Kepayang (Pangium edule Reinw) Terhadap Mortalitas
Larva Nyamuk. Pada penghitungan uji lanjuta BNJ didapat Konsentrasi
optimumnya yaitu pada konsentarsi 7,5 % larvasida Biji Kepayang, karena
tidak berbeda nyata hasilnya dengan konsentrasi larvasida biji kepayang
lainnya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian diatas maka peneliti menyarankan:
1. Bagi penelitilain selanjutnya yang ingin menggunakan biji kepayang
sebagai larvasida yaitu:
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
larvasida biji kepayang terhadap mortalitas jenis nyamuk
yang lebih spesifik.
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam penentuan
konsentrasi yang lebih beragam.
c. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan waktu
pengamatan lebih dari 24 jam.
2. Bagi masyarakat, agar lebih bijak dalam menggunakan bahan alam
yang dapat dijadikan sebagai Larvadia, sehingga tidak merusak
keanekaragaman tumbuhan tersebut dan agar masyarakat turut
membudidayakan.
3. Bagi Badan Lingkungan Hidup, bahwa kepayang dapat digunakan
sebagai larvasida yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arini, D. I. D. 2012. Potensi Pangi (Pangium edule Reinw.) Sebagai Bahan
Pengawet Alami dan Prospek Pengembangannya di Sulawesi utara. Info
BPK Manado, Vol. 2, No. 2, Hal. 103 - 113.
Asmaliyah, Wati, E. E. Utami, S. Mulyadi, K. Yudhistira. & Sari, F. W. 2010.
Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan
Pemanfaatannya Secara Tradisional. Kementrian Kehutanan: Booklet.
Asikin, S., Cahyana D., dan Thamrin, M. 2013. Hama pun Mabuk Kepayang.
[Online] http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index. [16 Mei 2016].
Boedijoewono, N. 2001. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan.
Yogyakarta: AMP YKPN.
Campbell, N. A., dkk. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Deily. 2013. Our Objective Is To Study The Life Cycle of A Mosquito. (Online)
http://amrita.olabs.co.in/[11 Januari 2016].
Dharmawan, A. Ibrohim. Tuarita, H. Suwono, H. & Susanto, P. 2005. Ekologi
Hewan. Malang: IKIP Malang.
Dinata, A. 2016. Bersahabat dengan Nyamuk. Bandung: Mujahid Press.
Fauzi, H. & Marina, R. 2012. Potensi Daun Dewa (Gynura pseudochina [L.] Dc.)
Sebagai Larvasida Aedes aegypti (Linn.). Aspirator, Vol. 4 No. 1 Tahun
2012:9.
Hasanah, M. 2012. Daya Insektisida Alami Kombinasi Perasan Umbi Gadung
(Dioscorea hispida Dennst) dan Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabacum
L). Jurnal Akademika Kimia, Vol. 1, No. 4, 2012: 166-173.
Hanafiah, A. K. 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Hidayat, dkk. 2014. Penggunaan Ekstrak Biji Kluwek (Pangium edule Reinw.)
Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Mortalitas Kecoak (Blatella
germanica L.). Sainmatika, Vol. 11. No.1, 2014:14-19 .
Kaihena, dkk. 2011. Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.)
Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles sp dan Culex. Molucca
Medica, Vol. 4, No 1, 2012:88-105
Kazachakova,2007. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan
.Jakarta: Argo Medika Pusat.
Lubuklinggau KLB DBD. 2016. Musirawas Ekspres, 1 dan 11. Terbit 22 Januari
2016.
Manurung, R. 2015. Pengaruh Daya Tolak Perasan Serai Wangi (Cymbopogon
Nardus) Terhadap Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal Kesehatan
Lingkungan.
Muhartini, S. 2003. Bahan Ajar: Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. (Online). Tersedia dari Elisa.ugm.ac.id.
Mutiara, D. & Novalia, N. 2010. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi Gadung
(Dioscorea hispida Dennst) Terhadap Kematian Larva Spodoptera
Litura F. Jurnal Sainmatika, Vol. 7 No.2, 2010:26-32.
Nurhaifah,. D & Sukesi., T. W. 2015. Efektivitas Air Perasan Kulit Jeruk Manis
Sebagai Larasida Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, Volume 9, No 3:207.
Nurhidayati, dkk. 2008. Pertanian Organik- Suatu Kajian Sistem Pertanian
Terpadu dan Berkelanjutan. Malang: Universitas Islam Malang.
Okeoma, K., M. 2016. Chikungunya Virus. USA: University of Iowa Iowa City.
Pestallindo, R. 2014. Pestisida Pest Control. [Online]
Http://Www.Cvrian.Com/Pestisida%20pest%20control.Html. [12
November 2015].
Pujiyanti, A. & Triratnawati, A. 2011. Pengetahuan dan Pengalaman Ibu Rumah
Tangga Atas Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jurnal Makara,
Kesehatan, Vol. 15, No. 1:6-14.
Sari, R. & Suhartati. 2015. Pangi (Pangium edule Reinw.) Sebagai Tanaman
Serbaguna dan Sumber Pangan. Info Teknis EBONI Vol. 12 No.1, 2015:
23 – 37.
Satria, W. & Prasetyowati, H. 2012. Daya Larvasida Ekstrak Biji Srikaya (Annona
squamosa) dengan Rentang Waktu Penyimpanan Yang Berbeda
Terhadap Larva Culex Quinquefasciatus. Aspirator 4(1), 2012: 21-26.
Sawir, I. 2011. Kesehatan Lingkungan Dan Epidemiologi: Pembentukan,
Pembinaan dan Pemberdayaan Kelembagaan Sebagai Unsur Strategi
Terpadu Pengendalian Populasi Nyamuk. Seminar Nasional FMIPA –
UT pada tanggal 11 Juli 2011 di UTCC Pondok Cabe.
Shita, dkk. 2011. Efektifitas Larvasida Al Tosid® 1,3 G Terhadap Aedes aegypti di
Laboratorium. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 39, No.3, 2011: 110 – 118.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suroso, T., dkk. et al. 2010. Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Dalam
Pengendalian Vektor. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Susmito Chemical, Pestisida Kanisius, Yogyakarta.
Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Smart.
Utami, S. & Haneda, N. F. 2012. Bioaktivitas Ekstrak Umbi Gadung dan Minyak
Nyamplung Sebagai Pengendali Hama Ulat Kantong (Hampson).
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol.9 No.4:209-218.
Wiryadiputra, dkk. 2014. Pengaruh Ekstrak Tanaman Picung (Pangium edule)
sebagai Pestisida Nabati Terhadap Mortalitas Penggerek Buah Kopi.
PELITA PERKEBUNAN, Vol 30, Nor 3, 2014: 221-222
Wudianto, R. 2007. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wulandari, D. 2001. Informasi Singkat Benih. [Online] www.bpthsulawesi.net. [5
Oktober 2016].
Wulandari, F. T. 2012. Ekstrak Umbi Gadung dan Ekstrak Biji Mimba Sebagai
Bahan Pengawet Kayu Ramah Lingkungan. Media Bina Ilmiah. Vol. 6,
No. 4:41.
Yuningsih, & Kartina, G. 2007. Efektivitas Ekstrak Biji Picung (Pangium edule
Reinw) Terhadap Mortalitas Keong Mas (Pomacea canaliculate
Lamck). Berita Biologi. Volume 8 No 4:307.
Recommended