View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PENGARUH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU DALAM
MEWUJUDKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA SMPN 1 PONCOL TAHUN
AJARAN 2019/2020
T E S I S
Oleh:
FATIM LATHIFAH
NIM 502180022
PROGRAM MAGISTER PRODI MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ABSTRAC
Keywords: Principal Leadership Management, School
Culture Teacher Performance, and Learning
Achievement
Learning achievement is a picture of the success of
education in an institution. High and low learning
achievements obtained indicate the high and low quality of
existing education. Currently the Indonesian nation is facing a
crucial problem, which is based on the PISA report (Program
for International Study Assessment) placing Indonesia as one
of the lowest ranked countries in achieving the quality of
education. Learning achievement can be influenced by several
factors, in which in this study what is considered dominant is
the management of the principal's leadership and school
culture. But it turns out there are experts who argue that the
principal's leadership management and school culture cannot
directly influence achievement, both of which can affect
achievement when it passes teacher performance. As we know
that teachers are the spearhead in the success of education.
This study aims to determine the existence of: 1) a
significant influence on the leadership management of school
principals on teacher performance at SMPN 1 Poncol, 2) a
significant influence on school culture on teacher performance
at SMPN 1 Poncol, 3) a significant influence on teacher
performance on student learning achievement at SMPN 1
Poncol, 4) a significant influence on the principal's leadership
management on student achievement at SMPN 1 Poncol, 5) a
significant influence on school culture on student achievement
at SMPN 1 Poncol, 6) the influence of the principal's
leadership management on learning achievement through
teacher performance at SMPN 1 Poncol, 7) the influence of
school culture on student achievement through teacher
performance at SMPN 1 Poncol. The approach used by
researchers is a quantitative approach. Data collection
techniques using a questionnaire. Analysis of the data used
path analysis. The population of this study was 212 IX students
and the sample used was 131 students.
From the analysis of the data found: 1) there is an
influence of school leadership management on teacher
performance in SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020
with a significance value of the variable X₁ = 0.003 smaller
than 0.05 and Thitung> Ttable (3,020> 1,645). 2) there is an
influence of school culture on teacher performance in SMPN 1
Poncol Academic Year 2019/2020 with a significance value of
the variable X₂ = 0,000 less than 0.05. and Thitung> TTable
(5,204> 1,645). 3) there is an influence of teacher performance
on student achievement in SMPN 1 Poncol Academic Year
2019/2020 with a significance value of the variable Y₁ = 0.005
smaller than 0.05 and Thitung> Ttable (2.968> 1.645). 4) there
is an influence of school leadership management on student
achievement in SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020
with a significance value of the variable X₁ = 0.002 smaller
than 0.05 and Thitung> Ttable (2.409> 1.645). 5) there is an
influence of school culture on student achievement in SMPN 1
Poncol Academic Year 2019/2020 with a significance value of
the variable X₁ = 0.001 smaller than 0.05 and Thitung> Ttable
(4.360> 1.645). 6) there is an influence of school management
leadership on student achievement by passing the performance
of teachers in SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020 with
the direct influence given by X₁ on Y₂ of 0.126. While the
indirect effect of X₁ through Y₁ to Y₂ is the multiplication
between the value of beta X₁ against Y₁ with the value of Y₁
against Y₂, which is = 0.273 x 0.685 = 0.187. Based on the
results of the above calculation it is known that indirectly the
management of the principal's leadership through teacher
performance has a significant influence on student learning
achievement. 7) there is an influence of school culture on
student achievement by passing the performance of teachers in
SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020 the direct effect
given by X₂ on Y₂ is 0.175. While the indirect effect of X₂
through Y₁ on Y₂ is the multiplication between the value of
beta X₂ against Y₁ with the value of Y₁ against Y₂, which is =
0.470 x 0.685 = 0.321. Based on the calculation above, it is
known that indirectly the culture variables of the school
through teacher performance have a significant influence on
student achievement.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah melalui pengkajian dan telaah mendalam dalam proses
bimbingan intensif terhadap tesis yang ditulis oleh Fatim
Lathifah, 502180022 dengan judul: “Pengaruh Manajemen
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah
Terhadap Kinerja Guru dalam Mewujudkan Prestasi Belajar
Siswa di SMPN 1 Poncol Tahun Ajaran 2019/2020”, maka
tesis inisudah dipandang layak diajukan dalam agenda ujian
tesis pada sidang Majlis Munaqasah Tesis.
Ponorogo, 27 April 2020
Pembimbing
Dr. Muhammad Ali, M.Pd.
NIP. 197505282009011008
iv
Tesis yang ditulis oleh Fatim Laathifah, NIM 502180022,
Program Magister Prodi Manajemen Pendidikan Islam
dengan judul: “Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru dalam
Mewujudkan Prestasi Belajar Siswa di SMPN 1 Poncol
Tahun Ajaran 2019/2020”, telah dilakukan ujian tesis dalam
sidang Majlis Munaqasah Tesis Pscasarjana Institut Agama
Islam Negeri Ponorogo pada Hari Senin, tanggal 8 Juni 2020
dan dinyatakan LULUS.
DewanPenguji
Penguji NamaPenguji Tandatangan Tanggal
1 Abid Rahmanu, M.H.I
NIP. 1976 0229 2008 01 008
Ketua Sidang
2 Wahid Hariyanto, M.Pd.I NIDN. 2011058901 SekretarisPenguji
16/6/20
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLI INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIPONOROGO
PASCASARJANA Terakreditasi B sesuai SK BAN-PT Nomor : 2619/SK/BAN-PT/AkSURV/PT/XI/2016
Alamat : Jl. Pramuka 156 Ponorogo 63471 Telp. (0352) 481277 Fax. (0352) 461893
Website: www.pasca.iainponorogo.ac.id Email: pasca@iainponorogo.ac.id
v
v
3 Dr. MiftahulUlum, M.Ag NIP. 197403062003121001 PengujiUtama
16/6/20
4 Dr. MuhammadAli, M.Pd NIP. 197505282009011008 AnggotaPenguji
16/6/20
Ponorogo, 16 Juni 2020
DirekturPascasarjana,
Dr. Aksin, M.Ag
NIP. 197407012005011004
vi
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi
permasalahan krusial yaitu rendahnya prestasi belajar siswa,
hal ini diketahui dari laporan PISA (Programme For
International Study Assesment) menempatkan Indonesia
sebagai salah satu negara dengan peringkat terendah dalam
pencapaian mutu pendidikan, di mana pemeringkatan tersebut
dapat dilihat dari skor yang dicapai pelajar usia 15 tahun
dalam kemampuan membaca, matematika dan sains.1 Selain
itu hasil publikasi lembaga Internasional salah satunya UNDP
yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa di Indonesia
masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain di
kawasan ASEAN. Hal tersebut perlu diperhatikan mengingat
prestasi belajar siswa menggambarkan kualitas pendidikan di
Indonesia.
Prestasi belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu faktor internal yang meliputi jasmaniah dan psikologis
dan faktor eksternal yang meliputi sosial, budaya dan
1 Detik News, 02 Mei 2019.
2
lingkungan fisik. Faktor sosial yang dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa adalah lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan kelompok2
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut terdapat
dua faktor yang menurut peneliti dominan, yaitu faktor sosial
dalam hal ini adalah lingkungan sekolah dan faktor budaya.
Lingkungan sekolah adalah pelanjut dalam pendidikan
di lingkungan keluarga. Oleh karena itu lingkungan sekolah
sering disebut dengan lingkungan kedua setelah keluarga. Di
Indonesia sekolah dengan kesungguhannya harus
melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mewujudkan tujuan
Nasional Pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
beserta penjelasannya Bab II Pasal 3:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
2 Ahmadi dan Supriyono, Psikologi Belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), 138.
3
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.3
Untuk mewujudkan tujuan tersebut kepala sekolah
mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan mennyelaraskan
sumber daya pendidikan yang tersedia. Kemajuan sekolah
sangat tergantung pada sosok kepemimpinannya, yakni
kepala sekolah. Sebab kepala sekolahlah yang menjadi garda
depan untuk menggerakkan kegiatan dan menetapkan target
sekolah. Profesionalitas kepala sekolah menjadi syarat mutlak
terwujudnya sekolah yang berdaya saing tinggi.4 Selain itu
kepala sekolah sebagai manager mempunyai peran yang
menentukan dalam pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya
tujuan sekolah dapat dipengaruhi bagaimana kepala sekolah
menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.5 Dalam hal ini manajemen
kepemimpinan sangat penting untuk dilakukan demi
3 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Di Sekolah,
Madrasah Dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009), 16. 4 Jamal Ma’mur Asmuni, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional
(Jogjakarta: Diva, 2012), 19. 5 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), 16.
4
terwujudnya tujuan yang ditentukan secara efektif dan efisien.
Sejalan dengan pendapat Ross dan Gray dalam James bahwa
"Leadership has a minimal direct impact on student
achievement” maksudnya kepemimpinan memiliki dampak
langsung minimal pada prestasi siswa.6
Selain itu dirasa budaya sekolah juga berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Pemahaman budaya dapat
memberi pemahaman akan realitas sehari-hari struktur dalam
(tersembunyi) dari dinamika yang akan terkait pada suatu
organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut akan dapat
mendorong pada upaya perbaikan sekolah melalui keterkaitan
yang bermakna antara reformasi pendidikan dengan budaya
sekolah yang ada, serta upaya mendorong budaya menerima
perubahan untuk perbaikan. Dengan demikian budaya sekolah
menduduki posisi penting dan akan berpengaruh pada
keberhasilan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.7
Kualitas pendidikan umumnya dikaitkan dengan tinggi
rendahnya prestasi yang ditunjukkan dengan kemampuan
6 James Rautiola, “Effect of Leadership Styles and Student Academic
Achievement,” 2009, 4. 7 Uhar Suharsaputro, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT Rineka Cipta,
2013), 115-116.
5
siswa mencapai skor dalam tes dan kemampuan lulusan
mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan.8
Meskipun demikian terdapat beberapa ahli yang
berpendapat bahwa kepemimpinan dan budaya sekolah tidak
berpengaruh secara langsung terdapat prestasi belajar siswa.
Sebagaimana menurut penelitian yang dikemukakan oleh
Hallinger dan Heck dalam John A. Ross dan Peter Gray
menunjukkan bahwa “the direct effect of principals on
student achievement is near zero” maksudnya bahwa efek
langsung dari kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
adalah mendekati nol.9 Menurut Hallinger dalam review
penelitian empiris tentang kepemimpinan sekolah
disimpulkan bahwa “that leaders can have indirect or
mediated positive effects on student achievement by building
a collaborative organizational learning culture, and helping
to develop the leadership capacities of staff and community.
These stakeholders such as parents and teachers can then
assist with the creation of a positive school climate that
promotes teaching and learning, and consequently student’s
achievement” maksudnya para pemimpin dapat memiliki efek
8 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: Bigraf
Publishing, 2000), 19. 9 John A. Ross and Peter Gray, “Leadership and Student Achievement: The
Mediating Effect of Teacher Beliefs,” 2006, 799.
6
positif tidak langsung atau dimediasi pada prestasi siswa
dengan membangun budaya pembelajaran organisasi
kolaboratif, dan membantu untuk mengembangkan kapasitas
kepemimpinan staf dan masyarakat. pemangku kepentingan
seperti orang tua dan guru kemudian dapat membantu dengan
penciptaan iklim sekolah yang positif yang mempromosikan
pengajaran dan pembelajaran, dan akibatnya prestasi siswa.10
Selain itu dalam jurnal Xiouju Duan dkk dinyatakan
bahwa “Teachers play an essential role in all school
activities. In fact, school’s culture cannot affect school
outcomes directly. The influence need go through teachers’
practice. Teachers play a substantial part in generating,
transforming and diffusing school culture”. Maksudnya
adalah Guru memainkan peran penting dalam semua kegiatan
sekolah. Bahkan, budaya sekolah tidak dapat mempengaruhi
hasil sekolah secara langsung. Pengaruh perlu melalui praktek
guru. Guru memainkan bagian penting dalam menghasilkan,
mengubah dan menyebarkan budaya sekolah.11
10 Vaughan Cruickshank, “The Influence Of School Leadership on Student
Outcomes,” Open Journal Og Social Sciences, 2017, 116. 11 Xiouju Duan dkk, “School Culture and School Effectiveness: The
Mediating Effect of Teacher Job Satisfaction,” International Journal of
Learning, Teaching and Educational Research 17 (May 2018): 22.
7
Dalam hal ini gurulah yang dianggap menjadi faktor
dominan terhadap peningkatan prestasi siswa. Karena guru
merupakan ujung tombak untuk melakukan perubahan
melalui pembelajaran yang dikelola dan dilaksanakan di
kelas.12 Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya demi tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditentukan.13 Kinerja guru
menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Karena kinerja guru yang tinggi cukup penting
dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang sesuai dengan
pancasila, UUD 1945 serta tujuan Pendidikan Nasional,
begitu juga dengan terwujudnya siswa berprestasi diberbagai
bidang, baik akademik maupun non akademik.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Heynem
dan Loxely terhadap 29 Negara sebagaimana dikutip
Ratnawati dala jurnalnya menemukan bahwa di antara
berbagai masukan yang menentukan mutu pendidikan yang
mana digambarkan melalui prestasi belajar peserta didik
sepertiganya ditentukan oleh guru. Hasil penelitian tersebut
12 Uhar Suharsaputro, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan: Mengembangkan
Spirit Entrepreneurship Menuju Learning School (Bandung: Refika
Aditama, 2016), 200. 13 Adib Wahab and Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan
Spiritual (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 119.
8
menyatakan bahwa dari 16 Negara berkembang yang diteliti
ditemukan bahwa guru memberikan kontribusi sebesar 34%
terhadap prestasi, manajemen sebesar 22%, waktu belajar
sebesar 18%, sarana fisik sebesar 26%. Sedangkan penelitian
terhadap 13 Negara menunjukkan kontribusi guru sebesar
36%, manajemen sebesar 23%, waktu belajar sebesar 22%
dan sarana prasarana sebesar 19%.14
Meskipun demikian rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia saat ini juga salah satu halnya diakibatkan karena
rendahnya kualitas guru yang ada. Dari 3,9 juta guru yang ada
masih terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat
kualifikasi akademik dan 52% guru belum memiliki sertifikat
profesi. Di sisi lain seorang guru dalam menjalankan tugasnya
harus memiliki standar kompetensi yang mencakup:
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kualitas guru yang baik akan diraih bila kompetensi keguruan
bisa dioptimalkan.15
Berdasarkan penjajakan awal diperoleh informasi
fakta menarik yang terjadi di lembaga SMPN 1 Poncol, yaitu
kurangnya inovasi kepemimpinan kepala sekolah dalam
14 Ratnawati, “Pengaruh Manajemen Pembelajaran Terhadap Kinerja Guru
Dalam Mewujudkan Prestasi Belajar Siswa” 02 (2018): 64. 15 https://m.mediaindonesia.com/amp/amp_detail/20018-mengkritisi-
kualita-guru, diakses pada tanggal 14 November 2019, Pukul 13.00 WIB.
9
mengelola lembaga pendidikan dan lemahnya semangat dan
motivasi guru dalam mengajar, serta guru belum bisa
menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna,
menyenangkan dan kreatif. Dalam pendidikan sangat
diharapkannya pemimpin dan guru yang kreatif dan inovatif
demi terciptanya tujuan pendidikan yang telah ditentukan
dengan gambaran meningkatnya prestasi siswa. Tingginya
tingkat kinerja kepemimpinan dan guru di suatu lembaga
cukup penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
telah ditentukan. Namun pada kenyataannya kepala sekolah
dan 30% guru SMPN 1 Poncol belum kreatif dalam
mengelola pendidikan umumnya dan pembelajaran
khususnya. Hal ini ditunjukkan dengan kepala sekolah belum
mampu menunjukkan dan menampakkan perubahan
signifikan pada lembaga yang dipimpinnya, kurang
memperhatikan aspek-aspek apa saja yang harus sigap
ditangani dalam upaya pencapaian tujuan, kurangnya
perencanaan guru dalam pembelajaran, penggunaan strategi
dan metode yang tidak sesuai dengan karakeristik siswa,
kurangnya optimalisasi dalam mengajar, penyalahgunaan
K13 seharusnya guru tetap mendampingi siswa untuk aktif
dalam pembelajaran namun mayoritas guru sibuk dengan
gedget dan siswa hanya diberi tugas, serta kurangnya
10
keterampilan guru dalam menggunakan media dan bahan ajar
yang mengakibatkan pembelajaran berlangsung monoton.16
Berdasarkan paparan dan permasalahan di atas maka
peneliti perlu mengkaji kembali “Pengaruh Manajemen
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah
Terhadap Kinerja Guru Dalam Upaya Mewujudkan Prestasi
Belajar Siswa Di SMPN 1 Poncol”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di
SMPN 1 Poncol?
2. Adakah pengaruh yang signifikan budaya sekolah terhadap
kinerja guru di SMPN 1 Poncol?
3. Adakah pengaruh yang signifikan kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol?
4. Adakah pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
siswa di SMPN 1 Poncol?
16 Hasil wawancara dengan Bapak Sukoyo selaku guru tetap di SMPN 1
Poncol pada hari Sabtu, 24 Agustus 2019.
11
5. Adakah pengaruh yang signifikan budaya sekolah terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol?
6. Apakah kinerja guru dapat memediasi pengaruh antara
manajemen kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi
belajar siswa di SMPN 1 Poncol?
7. Apakah kinerja guru dapat memediasi pengaruh budaya
sekolah dengan prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di
SMPN 1 Poncol.
2. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan budaya
sekolah terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol.
3. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan kinerja guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
4. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
siswa di SMPN 1 Poncol.
5. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan budaya
sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
12
6. Untuk menganalisis pengaruh secara tidak langsung
manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap
prestasi belajar siswa dengan kinerja guru sebagai variabel
intervening di SMPN 1 Poncol.
7. Untuk menganalisis pengaruh secara tidak langsung
budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa dengan
kinerja guru sebagai variabel intervening di SMPN 1
Poncol.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat
memberi manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk
memperluas dan mengembangkan kajian disiplin Ilmu
Manajemen Pendidikan, terutama mengenai manajemen
kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja guru,
dan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi kontribusi terhadap pengembagan konsep
ilmu pengetahuan serta wawasan mengenai kepala sekolah
sebagai seorang manajer yang memiliki tugas mengelola
pendidikan dalam sebuah lembaga untuk meningkatkan
13
kinerja guru sehingga siswa mencapai prestasi belajar yang
baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah SMPN 1 Poncol
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi pengelola
lembaga pendidikan untuk pengambilan keputusan oleh
kepala sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah yang baik
dan mewujudkan kinerja guru yang optimal baik dalam segi
pengelolaan pembelajaran dan pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
b. Bagi Guru SMPN 1 Poncol
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan informasi tambahan bagi
guru SMPN 1 Poncol untuk senantiasa melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya semaksimal mungkin
sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan prestasi
belajarnya akan meningkat.
c. Bagi SMP baik Negeri/Swasta di Kabupaten Magetan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan informasi tambahan bagi
Sekolah Dasar baik Negeri/Swasta di Kabupaten Magetan
untuk senantiasa menciptakan budaya sekolah yang baik dan
14
mampu meningkatkan kinerja guru baik dalam segi
pengelolaan pembelajaran dan pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
Dengan demikian sekolah akan mampu bersaing dengan
lembaga lain serta menghasilkan lulusan yang unggul dan
berkualitas.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh kesimpulan yang utuh dan terpadu
maka pembahasan yang diberikan terbagi ke dalam beberapa
bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab, dengan rincian
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan adalah bab pertama dari tesis yang
mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan
apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian
dilakukan. Oleh karena itu dalam pendahuluan memuat: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Sistematika Pembahasan.
Bab II: Landasan Teori, bagian tesis yang
menekankan pada aspek elaborasi teori dan riset terdahulu.
Bagian ini amat penting untuk menunjukkan bahwa
mahasiswa memiliki landasan ilmiah dalam melakukan
penelitian. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab,
15
dengan rincian sebagai berikut: kajian terdahulu yang relevan,
landasan teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
Bab III: Metode Penelitian. Dalam bab ini dijelaskan
secara rinci tentang metode dan teknik yang digunakan dalam
melakukan penelitian di lapangan. Sebisa mungkin untuk
menghindari pembahasan yang terlalu teoritis, seperti yang
biasa tertulis di buku teks atau diktat metodologi penelitian.
Karena itu, pembahasan bab ini harus lebih operasional “siap
pakai”, dengan menggunakan bahasa sendiri yang selaras
dengan fokus penelitian. Adapun urutannya sebagai berikut:
rancangan penelitian, variabel penelitian dan definisi
operasional variabel, lokasi, populasi, sampel, teknik
pengumpulan data,instrumen penelitian, tahap-tahap
penelitian dan analisis data.
Bab IV: Hasil Penelitian. Bab ini sebenarnya bisa
dikatakan sebagai intidari penelitian di sinilah kondisi riil di
lapangan dan hasil penelitian dipaparkan. Adapun urutan sub
babnya adalah sebagai berikut: deskripsi data umum,
deskripsi data khusus, uji prasyarat analisis data dan uji
hipotesis.
Bab V: Pembahasan. Bab ini merupakan analisis data
dari hasil penelitian, terdapat sub bab pembahasan hasil
penelitian.
16
Bab VI: Penutup adalah bab terakhir yang ada di
dalam tesis. Bab ini merumuskan ulang dan menyimpulkan
dari jawaban rumusan masalah penelitian. Selain itu perlu
juga dibuatkan saran atau rekomendasi praktis terkait dengan
rumusan penelitian dan juga pembahasan singkat tentang
keterbatasan penelitian. Adapun detail pembahasan tentang
masing-masing sub babnya adalah kesimpulan dan saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Terdahulu
Penelitian terkait manajemen kepemimpinan kepala
sekolah, budaya sekolah, kinerja guru dan prestasi belajar
memang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Diantaranya
adalah tesis oleh Muslikah Noer Handayani,17 jurusan
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Ponorogo Tahun 2019
dengan judul “Aktualisasi Fungsi Manajemen Kepemimpinan
Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MI Ma’arif
Purwantoro”. Adapun hasil penelitian tersebut adalah
aktualisasi fungsi manajemen dalam kepemimpinan Kepala
Sekolah untuk peningkatan kinerja guru di MI Ma’arif
Purwantoro terwujud dalam berbagai aktivitas: 1). Kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam perencanaannya
melibatkan semua pihak sehingga seluruh program berjalan
secara efektif; 2) Aktualisasi fungsi manajemen organizing
dilakukan dengan pembagian tugas sesuai dengan
17 Muslikah Noer Handayani, “Aktualisasi Fungsi Manajemen
Kepemimpinan Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MI Ma’arif
Purwantoro”, (Master Tesis, IAIN Ponorogo, 2019)
18
kemampuannya; 3) Aktualisasi fungsi actuating dilakukan
dengan penerbitan Surat Keputusan dan pemberian
kompensasi yang berbeda sesuai masa kerja; 4) Aktualisasi
fungsi manajemen pengawasan dilakukan dengan penilaian,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Selain
itu, kepala madrasah melakukan penilaian kinerja guru serta
mencari informasi dari guru lain. Dengan adanya aktualisasi
fungsi manajemen kepala sekolah di MI Ma’arif Purwantoro
dapat meningkatakan kinerja guru yang berefek pada prestasi
dan peningkatan kualitas bagi madrasah. Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
mengkaji variabel terkait manajemen kepemimpinan kepala
sekolah dan kinerja guru. Sedangkan perbedaannya adalah
penelitian tersebut menggunakan jenis metode penelitian
kualitatif dan penelitian ini menggunakan jenis metode
penelitian kuantitatif dengan analisis data menggunakan path
analysis.
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan
oleh La Siteni,18 Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6,
Nomor 2, Juli 2016 dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan
18 La Siteni, “Pengaruh Kepemimpinan Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru
Terhadap Prestasi Belajar Siswa”, Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6,
Nomor 2, (Juli 2016)
19
Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Prestasi
Belajar Siswa”. Adapun hasil penelitian tersebut adalah (1)
Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki pengaruh yang
signifikan yaitu 46 % terhadap prestasi belajar siswa kelas
VII semester ganjil di SMP Negeri Kecamatan Nusaniw kota
Ambon. (2) Kinerja mengajar guru memiliki pengaruh yang
signifikan yaitu 53 % terhadap prestasi belajar siswa. (3)
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan kinerja mengajar guru
bersama-sma memiliki pengaruh yang kuat yaitu 67
%terhadap prestasi belajar siswa kelas VII tahun ajaran 2014-
2015. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan variabel kepemimpinan,
kinerja guru, dan prestasi belajar siswa dan sama-sama
menggunakan jenis metode penelitian kuantitatif.
Perbedaannya adalah penelitian tersebut menggunakan
analisis data berupa regresi linier sederhana dan regresi linier
ganda, karena menguji pengaruh variabel X₁, X₂, dan Y
secara langsung. Sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan analisis data berupa analisis jalur (path
analysis), di mana dalam penelitian ini menguji baik
pengaruh secara langsung maupun pengaruh tidak langsung.
20
Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad Khusnuddin,19 program Pascasarjana
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Ponorogo
Tahun 2016 dengan judul “Pengaruh Efektivitas
Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Lingkungan Kerja
Fisik Terhadap Kinerja Guru di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo Tahun Akademi 2015/2016”. Adapun hasil
penelitian tersebut adalah 1) ada pengaruh yang signifikan
antara efektivitas kepemmpinan kepala madrasah terhadap
kinerja guru MA Darul Huda Mayak Ponorogo Tahun
Akademi 2015/2016 dengan besar pengaruh 31,47%. 2) ada
pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja fisik
terhadap kinerja guru MA Darul Huda Mayak Ponorogo
Tahun Akademi 2015/2016 dengan besar pengaruh 34,14%.
3) ada pengaruh yang signifikan antara efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah dan lingkungan kerja fisik
terhadap kinerja guru MA Darul Huda Mayak Ponorogo
Tahun Akademi 2015/2016 dengan besar pengaruh 59,94%
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Persamaan penelitian
tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
19 Muhammad Khusnuddin, “Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan Kepala
Madrasah dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Guru di MA Darul
Huda Mayak Ponorogo Tahun Akademi 2015/2016”, (Master Tesis, IAIN
Ponorogo, 2016)
21
menggunakan jenis metode penelitian kuantitatif dengan 3
variabel, selain ini sama-sama membahan kepemimpinan dan
kinerja guru. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian
tersebut meneliti pengaruh langsung antar variabel dengan
menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi ganda.
Sedangkan penelitian ini menguji pengaruh secara langsung
dan tidak langsung dengan menggunakan analisis data berupa
analisis jalur (path analysis).
Penelitian keempat adalah penelitian yang dilakukan
oleh Edi Cahyana,20 Pascasarjana Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam IAIN Ponorogo Tahun 2018 dengan judul
“Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro
Kabupaten Wonogiri”. Adapun hasil penelitian tersebut
adalah 1) Terdapat pengaruh yang signifikan budaya
organisasi terhadap kinerja guru di SMK Muhammadiyah 5
Purwantoro dengan sumbangsih efektifnya sebesar 48,3%. 2)
Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap
kinerja guru SMK Muhammadiyah 5 Purwantara dengan
sumbangsih efektifnya sebesar 69,2%. 3) Terapat pengruh
20 Edy Cahyana, “Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru di SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro Kabupaten
Wonogiri”, (Master Tesis, IAIN Ponorogo, 2018)
22
yang signifikan budaya organisasi dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah 5 Purwantara
dengan sumbangan efektifnya sebesar 70,5%. Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama
membahas tentang budaya dan kinerja guru, selain itu
keduanya merupakan penelitian yang menggunakan jenis
penelitian kuantitatif. Adapun perbedaannya adalah penelitian
tersebut menggunakan analisis data berupa regresi linier
sederhana dan ganda dan penelitian ini analisis datanya
menggunakan analisis jalur.
Penelitian kelima adalah penelitian yang dilakukan
oleh Wahyu Suminar,21 Pascasarjana program studi
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Ponorogo Tahun 2017
dengan judul “Manajemen Peserta Didik Dalam
Meningkatkan Prestasi Siswa Pada MAN Pacitan”. Adapun
hasil penelitian tersebut adalah 1) manajemen peserta didik
dalam meningkatkan prestasi siswa di MAN Pacitan
mencakup tiga aspek, yakni pelayanan, pembinaan dan
pengawasan dengan berbagai kegiatan didalamnya yang
berupayamengembangkan potensi, bakat dan minat peserta
didik dari segi akademis dan non akadeemis dengan ujuan
21 Wahyu Suminar, “Manajemen Peserta Didik Dalam Meningkatkan
Prestasi Siswa Pada MAN Pacitan” (Master Tesis, IAIN Ponorogo, 2017)
23
dapat meningkatkan prestasi siswa. 2) pengembangan prestasi
siswa berbasis preferensi peserta didik di MAN Pacitan
dikembangkan melalui multiple intellegence, pesera didik
yang memilik kecerdasan dan kegemaran lebih dalam hal
mata pelajaran diwadahi dengan kgiatan seperti diskusi
dengan membentuk group mata pelajaran, bedah SKL dan
bimbingan belajar lainnya. Sedangkan peserta didik yang
memiliki kecerdasan dan kegemaran lebih dibidang non
akademis diwadahi dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti
pramuka, muhadhoroh, MTQ, PMR, UKS, teater, jurnalistik,
KIR, seni musik dan kaligrafi, dan olah raga. Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
memfokuskan penelitian pada prestasi belajar siswa.
Sedangkan perbedaannya adalah dari segi jenis metode dalam
penelitian tersebut digunakan metode kualitatif dan penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif. Dalam penelitian
tersebut lebih mengkaji bagaimana manajemen peserta didik
dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Sedangkan
dalam penelitian ini lebih mengkaji apakah prestasi belajar
siswa dapat dipengaruhi oleh manajemen kepemimpinan
kepala sekolah dan kinerja guru.
24
B. Landasan Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan
bahwa yang dimaksud prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.22 Sedangkan pengertian
prestasi belajar menurut Muhibbin Syah adalah taraf
keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi
pelajaran disekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari pengertian di atas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu perubahan
pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dan dapat
berupa angka, huruf, simbol-simbol lain sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
Prestasi belajar merupakan salah satu tujuan seseorang
dalam belajar sekaligus sebagai motivasi terhadap aktifitas
anak didik. Prestasi belajar merupakan indikator untuk
22 Rohmalia Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016), 244.
25
mengetahui kemampuan peserta didik. Dengan ini penulis
menyimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan keseluruhan
hasil perbuatan pada siswa yang membawa ke arah perubahan
tingkah laku dan didapat melalui latihan maupun pengalaman
siswa pada lingkungan belajar dan dapat diukur melalui tes
dan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka.
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal
meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai
akibat dari pengalaman dan proses pembelajaran. Kunci
pokok untuk memperoleh data hasil belajar adalah
mengetahui indikator yang hendak dinilai.
b. Indikator Prestasi Belajar
Penggunaan indikator prestasi belajar sangat penting
untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa sudah
memenuhi prinsip efisien dan efektif sehingga tujuan yang
ditentukan dapat tercapai. Sebelumnya perlu kita ketahui
bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang
meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang dapat berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar peserta didik.23
23 Donni Juni Priansa, Kinerja Dan Profesionalisme Guru (Bandung:
Alfabeta, 2014), 150.
26
1. Kognitif
Hasil belajar dalam tingkatan ini merupakan hasil
belajar yang tertinggi. Dalam hal ini aspek kognitif dapat
dikelompokkan menjadi 6 tingkatan, yaitu: tingkat
pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat
analisis, tingkat sintesis, dan tingkat evaluasi.
2. Afektif
Aspek afektif ialah ranah berfikir yang meliputi watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
Prestasi yang bersifat afektif yaitu meliputi penerimaan
sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi
(pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang
siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak
terhadap suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin
siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang
dianggap baik.
3. Psikomotorik
Aspek psikomotorik merupakan aspek yang
berhubungan dengan olah gerak seperti yang berhubungan
dengan otot-otot syaraf misalnya lari, melangkah,
menggambar, berbicara, membongkar peralatan atau
memasang peralatan dan lain sebagainya. Siswa yang telah
mencapai dasar pada ranah ini mampu melakukan tugas
27
dalam bentuk keterampilan sesuai dengan standar atau
kriteria.
Prestasi belajar akan terlihat berdasarkan perubahan
perilaku sebelum dan sesudah belajar peserta didik. Hal
tersebut pada dasarnya dapat dijadikan tolak ukur berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan belajar mengajar. Menurut
Supardi indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa.
Hasil belajar yang dimaksudkan di sini adalah pencapaian
prestasi belajar yang dicapai siswa dengan kriteria atau nilai
yang telah ditetapkan.24
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa indikator prestasi belajar siswa adalah hasil belajar
yang dicapai oleh siswa (nilai yang diperoleh siswa).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali, artinya dalam
rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar
yang sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dibagi menjadi 3 yaitu: 25
24 Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar Dan Praktiknya (Jakarta:
Grafindo Persada, 2013), 137 -138. 25 Ahmadi dan Supriyono, Psikologi Belajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), 138.
28
1) Faktor internal, yang meliputi: a) Faktor jasmaniah, seperti
pengindraan, pendengaran, struktur tubuh dan lainnya; b)
Faktor psikologis, seperti kecerdasan, bakat, minat,
motivasi dan lainnya.
2) Faktor eksternal, yang meliputi: a) Faktor sosial yang
terdiri dari, lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
kelompok; b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan lainnya; c) Faktor lingkungan
fisik seperti fasilitas rumah, iklim.26
3) Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta
didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.27
Untuk mencapai keberhasilan pendidikan terdapat dua
komponen yang mempengaruhi, yaitu :28
1) Komponen yang berasal dari dalam diri individu,
komponen ini dikelompokkan menjadi dua sub komponen
yaitu, komponen psikis dan fisik.
2) Komponen yang berasal dari luar diri individu, komponen
ini dikelompokkan menjadi beberapa sub komponen,
yaitu: lingkungan alam, guru, metode mengajar,
26 Ahmadi and Supriyono, Psikologi Belajar, 139. 27 Wahab, Psikologi Belajar, 249. 28 Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta:
Bumi Aksara, 2015), 12.
29
kurikulum, program, sarana dan prasarana, serta kondisi
sosial ekonomi. Untuk komponen yang berasal dari luar
diri individu diperlukan pengelolaan (manajemen) untuk
mengarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan.
2. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Pengertian Manajemen Kepemimpinan
Manajemen kepemimpinan berasal dari dua kata, yaitu
manajemen dan kepemimpinan. Kata manajemen berasal dari
bahasa Inggris yaitu “management” dengan kata kerja “to
manage” yang berarti mengemudikan, mengelola,
menjalankan, meembina atau memimpin. Terdapat pula
pendapat beranggapan bahwa manajemen berasal dari bahasa
latin yang berasal dari kata “mantis” yang berarti tangan dan
“agare” yang berarti melakukan. Jika digabungkan menjadi
kata kerja “managere” yang berarti menangani.29 Sedangkan
secara istilah manajemen adalah proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan serta pengawasan terhadap
anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya yang
dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.30
29 Faizal Djabidi, Manajemen Pengelolaan Kelas (Malang: Madani, 2016),
22. 30 Ibid., 23.
30
Menurut Robbins dan Coulter dalam Novianty Djafari
mendefinisikan bahwa manajemen adalah kegiatan kegiatan
mengelola sebuah proses lajunya perjalanan suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang dalam mencapai tujuan
bersama.31 Sedangkan definisi menurut Stoner dalam Hani
Handoko bahwa manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.32 Sementara itu perlu diketahui bahwa
manajemen merupakan serangkaian proses yang terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), pengawasan (controling), dan
penganggaran (budgeting).33
Dari beberapa pendapat tentang manajemen di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah
serangkaian kegiatan mengatur organisasi yang mengarah
pada tercapainya suatu tujuan tertentu dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
31 Novianty Djafari, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah:
Pengetahuan Manajemen, Efektivitas, Kemandirian, Keunggulan Bersaing
Dan Kecerdasan Emosi (Yogyakarta: CV Budi Utomo, 2016), 15. 32 Hani Handoko, Manajemen, 2nd ed. (Yogyakarta: BPFE, 2011), 8. 33 Ujang Abdul Muis Munawar, “Pengaruh Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap Kedisiplinan Guru” 03 (2009): 23.
31
Sedangkan kepemimpinan adalah suatu kepribadian
(personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada
kelompok orang-orang untuk mencotohnya atau
mengikutinya, atau yang memancarkan pengaruh tertentu,
suatu kekuatan atau wibawa yang sedemikian rupa sehingga
membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang
dikehendakinya. Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai
sumber aktivitas untuk mempengaruhi orang lain agar
bertindak dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.34
Kemudian menurut Maman Ukas kepemimpinan
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang
dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan.
Sedangkan George R. Terry dalam Miftah Thoha
mengartikan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai
tujuan organisasi.35
Sementara itu menurut Grafin dalam Novianty Djafri
menjelaskan bahwa kepemimpinan dapat dilakukan dari dua
sudut pandang, yaitu suatu proses yang berarti maksudnya
34 Ibid.., 24. 35 Miftah Toha, Kepemimpinan Dalam Manajemen (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), 18.
32
mampu mengarahkan perilaku kelompok dalam organisasi
untuk mencapai tujuan dan membantu menciptaan budaya
kelompok atau organisasi dan sudut sifat yang dimiliki,
maksudnya ialah sebagai seperangkat ciri yang menjadi
atribut seseorang yang dipersiapkan sebagai pemimpin.36
Pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa
kepemimpinan dalam hal ini kepala sekolah pada dasarnya
memiliki dua unsur, yaitu pengaruh dan pencapain tujuan.
Proses mempengaruhi dapat di mana saja selama tujuannya
ada dan tujuan tersebut merupakan tujuan bersama. Dengan
demikian kepemimpinan itu dapat terjadi setiap saat selama
kegiatan memiliki tujuan dan perilaku manusianya diarahkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.37
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang dalam mempangaruhi orang lain untuk
mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan
perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa
manajemen kepemimpinan adalah sebagai suatu seni untuk
36 Djafari, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah: Pengetahuan
Manajemen, Efektivitas, Kemandirian, Keunggulan Bersaing Dan
Kecerdasan Emosi, 2. 37 Ibid.,3.
33
mengelola kemampuan seseorang dalam memimpin,
mengarahkan dan mengajak orang lain menuju tujuan dengan
cara yang efisien dan efektif. Manajemen kepemimpinan
kepala sekolah juga dapat didefinisikan sebagai proses
tersistematik tentang hal spesifik, metode, struktur, dan lain-
lain, yang berisi tentang fungsi-fungsi manajemen dalam
upaya pencapaian tujuan bersama.38
Manajemen kepemimpinan kepala sekolah sangat
perlu dilakukan untuk lebih meningkatkan kedisiplinan guru
dan meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya. Semakin baik manajemen kepemimpinan kepala
sekolah maka kedisiplinan guru dalam melaksanakan
tugasnya akan semakin baik, sebaliknya apabila manajemen
kepemimpinan kepala sekolah kurang baik, maka kedisiplinan
guru dalam melaksanakan tugasnya akan kurang baik pula.39
b. Fungsi Manajemen Kepemimpinan
Manajer dalam melakukan melakukan pekerjaannya
harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yaitu fungsi
38 Ibid., 26. 39 Munawar, “Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kedisiplinan Guru,” 22 -23.
34
manajemen. Fungsi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 4,
yaitu:40
1) Perencanaan (Planning)
perencanaan adalah proses bagaimana menentukan
organisasi bisa mencapai tujuannya. Perencanaan adalah
proses menentukan dengan tepat apa yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuannya. Dalam proses perencanaan
membutuhkan data dan informasi agar keputusan yang
diambil tidak lepas kaitannya dengan masalah yang dihadapi
pada masa yang akan datang.
Suatu lembaga pendidikan tentu memerlukan
perencanaan pendidikan yang merupakan keputusan yang
diambil untuk melakukan kegiatan dalam kurun waktu
tertentu, dengan tujuan agar penyelenggaraan sistem
pendidikan berjalan berjalan efektif dan efisien serta
menghasilkan lulusan yang bermutu dan relevan dengan
kebutuhan pembangunan.41 Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk
memenuhi tujuan. Manajer mengevaluasi berbagai rencana
40 George R. Terry, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2015),
14. 41 Djafari, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah: Pengetahuan
Manajemen, Efektivitas, Kemandirian, Keunggulan Bersaing Dan
Kecerdasan Emosi, 17.
35
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah
rencana yang dipilih cocok dan dapat dipergunakan untuk
memenuhi tujuan.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan yang mengatur dan
mengelompokkan pekerjaan ke dalam bagian-bagian yang
lebih kecil dan lebih mudah untuk ditangani.42
Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasikan
dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya
di antara organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian disebut sebagai proses penyusunan struktur
organisasi.43
Pengorganisasian mempermudah pemimpin dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
pembagiannya.44 Pengorganisasian adalah a) penentuan
sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan; b) perancangan dan pengembangan suatu
organisasi yang dapat membawa hal-hal tersebut ke arah
42 Ibid., 18. 43 Engkoswara and Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2010), 95. 44 Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru (Jakarta:
Kencana, 2016), 4.
36
tujuan; c) penugasan tanggung jawab tertentu; d)
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu
untuk melakukan tugas-tugasnya.45
3) Pelaksanaan (Actuating)
Penggerakan (actuating) adalah salah satu fungsi
manajemen yang berfungsi untuk merealisasikan hasil
perencaaan dan pengorganisasian. Actuating adalah aspek
hubungan manusiawi yang mengikat para bawahan untuk
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Pergerakan adalah
membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja secara
ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.46
Menurut Keith Davis sebagaimana dikutip oleh
Syaiful Sagala menyatakan bahwa kemampuan pemimpin
membujuk orang-orang mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan semangat. Pemimpin yang menggerakkan
bawahannya dengan semangat, maka pengikut juga bekerja
dengan semangat. Menurut Hoy dan Miskel yang dikutip oleh
Syaiful Sagala, pemimpin yang efektif cenderung mempunyai
45 Handoko, Manajemen, 24. 46 Djafari, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah: Pengetahuan
Manajemen, Efektivitas, Kemandirian, Keunggulan Bersaing Dan
Kecerdasan Emosi, 19.
37
hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung
(suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan
kelompok membuat keputusan.47
Dalam Actuating terdapat berbagai kegiatan,
meliputi:48
a) Memberikan tugas dan tanggung jawab;
b) Memotivasi anggota agar bersedia melaksanakan
tugasnya;
c) Mengembangkan dan melatih untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan setiap anggota;
d) Mendorong timbulnya pemikiran-pemikiran alternatif
pemecahan masalah yang mungkin terjadi;
e) Merangsang timbulnya kreativitas dan pembaharuan dalam
uasaha-usaha mencapai sasaran organisasi.
4) Pengawasan (Controlling)
Pengendalian atau pengawasan adalah fungsi terakhir
yang harus dilakukan dalam manajemen. Dalam pengawasan
dapat diketahui dari hasil yang dicapai. Pengawasan
merupakan proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu
47 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung:
Alfabeta, 2006), 53. 48 Djafari, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah: Pengetahuan
Manajemen, Efektivitas, Kemandirian, Keunggulan Bersaing Dan
Kecerdasan Emosi, 19.
38
standar, apa yang sedang dilakukan pelaksanaan, menilai
pelaksanaan, dan bila perlu melakukan perbaikan sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar.
Dengan adanya pengawasan, pemimpin dapat menjaga
organisasi agar tetap berada dalam rel yang benar.49
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
berupa kegiatan penilaian, mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar
dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula.50
Fungsi pengawasan dasarnya mencakup empat unsur,
yaitu: a) penetapan standar pelaksanaan; b) penentuan
ukuran-ukuran pelaksanaan; c) pengukuran pelaksanaan nyata
dan membandingkannya dengan standar yang telah
ditetapkan; dan d) pengambilan tindakan koreksi yang
diperukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.51
c. Indikator Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Berhubungan dengan manajemen kepemimpinan
kepala sekolah disini menyangkut tentang bagaimana
kegiatan yang telah dirancang seorang pemimpin dapat
diimplementasikan (digerakkan, diorganisir, dan dikontrol)
guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam 49 Ibid.,20. 50 Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, 5. 51 Handoko, Manajemen, 26.
39
suatu organisasi dengan melalui dimensi manajemen. Hal
tersebut dapat dianalogikan sebagai jantung dan urat nadi
yang menyalurkan darah keseluruh tubuh termasuk organ-
organnya agar dapat bergerak dan berfungsi.52
Dimensi manajemen disini berkenaan dengan prinsip-
prinsip manajemen dibagi menjadi empat belas macam,
yaitu:53
1) Pembagian kerja (division of work), yaitu pekerjaan harus
dibagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil atau
dispesialisasi, sehingga output (hasil kerja) karyawan dan
efektifitas akan meningkat seiring dengan peningkatan
kemampuan dan keahlian pada tugas yang diembannya,
2) keseimbangan wewenang dan tanggung jawab (authority
and responsibility), yaitu para manager memiliki
wewenang dalam memerintahkan bawahan melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Setiap karyawan diberikan
wewenang untuk melakukan suatu pekerjaan. Tetapi suatu
hal yang perlu diingat, wewenang tersebut berasal dari
suatu tanggung jawab. Oleh karena itu, wewenang dan
52 Sellang Kamaruddin and Muh Darman, “Penerapan Prinsip-Prinsip
Manajemen Dalam Kepemimpinan Di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Muhammadiyah Rapang Kabupaten Sidenreng Sulawesi Selatan,”
n.d., 472. 53 Daryanto dkk, Pengantar Ilmu Manajemen Dan Komunikasi (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2013), 3-4.
40
tanggung jawab harus seimbang, makin besar
wewenangnya makin besar pula pertanggungjawabannya
3) Disiplin (discipline), yaitu disiplin harus ditegakkan dalam
suatu organisasi, namun setiap organisasi memiliki cara
yang berbeda-beda dalam menegakkan kedisiplinannya.
Kedisiplinan merupakan dasar dari keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan organisasinya
4) Kesatuan komando (unity of cummand), yaitu berdasarkan
prinsip kesatuan komando, Karyawan seharusnya hanya
menerima perintah dari seorang atasan saja dan juga
bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Jika terlalu
banyak atasan yang memberikan perintah, karyawan yang
bersangkutan akan sulit untuk membedakan prioritasnya.
Hal ini juga akan menimbulkan kebingungan dan tidak
fokus pada tugas yang diberikannya.
5) Kesatuan arah (unity of direction), karyawan yang bekerja
dalam suatu organisasi harus memiliki tujuan dan arah
yang sama dan bekerja berdasarkan rencana yang sama.
6) Mengutamakan kepentingan organisasi diatas kepentingan
individu (subordination of individual interests to the
general interest), yaitu kepentingan organisasi harus
didahulukan dari kepentingan individu seorang karyawan
termasuk kepentingan individu manajer itu sendiri.
41
7) Kompensasi yang adil (remuneration), yaitu salah satu
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
adalah upah atau gaji yang didasarkan pada tugas yang
dibebankannya. Kompensasi yang dimaksud ini dapat
berupa finansial maupun non finansial.
8) Sentralisasi (centralization), yaitu seorang pemimpin atau
manajer harus mengadopsi prinsip sentralisasi yang
seimbang (bukan sentralisasi penuh ataupun desentralisasi
penuh). Hal ini dikarenakan sentralisasi penuh (complete
centralization) akan mengurangi peranan bawahan dalam
suatu organisasi, sedangkan disentralisasi akan
menimbulkan kesimpangsiuran dalam pengambilan
keputusan. Wewenang tertentu harus didelegasikan
sebanding dengan tanggung jawab yang diberikan.
9) Rantai skalar (scalar chain), yaitu rantai skalar adalah
garis wewenang dari atas sampai ke bawah. Setiap
karyawan harus menyadari posisi mereka di dalam hirarki
organisasi. Garis wewenang ini akan menunjukkan apa
yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya.
10) Tata tertib (order), yaitu tata tertib memegang peranan
yang penting dalam bekerja karena pada dasarnya semua
orang tidak dapat bekerja dengan baik dalam kondisi yang
kacau dan tegang. Selain itu, untuk meningkatkan efisien
42
dalam bekerja, fasilitas dan perlengkapan kerja harus
disusun dengan rapi dan bersih.
11) Keadilan (eguity), yaitu manajer harus bertindak secara
adil terhadap semua karyawan. Peraturan dan perjanjian
yang telah ditetapkan harus ditegakkan secara adil
sehingga moral karyawan dapat terjaga dengan baik.
12) Stabilitas kondisi karyawan (stability tenure of personnel),
yaitu mempertahankan karyawan yang produktif
merupakan prioritas yang penting dalam manajemen.
Manajer harus berusaha untuk mendorong dan
menciptakan loyalitas karyawan terhadap organisasi.
13) Inisiatif (initiative), yaitu karyawan harus diberikan
kebebasan untuk berinisiatif dalam membuat dan
menjalankan perencanaan, tentunya harus dengan batas-
batas wewenang dan tanggung jawab yang diberikan.
14) Semangat kesatuan (esprits de corps), dalam prinsip ini,
manajemen harus selalu berusaha untuk mengembangkan
dan meningkatkan semangat kesatuan tim.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
indikator manajemen kepemimpinan kepala sekolah adalah:
1) pembagian kerja; 2) keseimbangan wewenang; 3) disiplin;
4) kesatuan komando; 5) kesatuan arah; 6) mengutamakan
kepentingan organisasi; 7) kompensasi yang adil; 8)
43
sentralisasi; 9) rantai skalar; 10) tata tertib; 11) keadilan; 12)
stabilitas kondisi karyawan; 13) inisiatif; dan 14) semangat
kesatuan.
3. Budaya Sekolah
a. Pengertian Budaya Sekolah
Budaya atau culture merupakan istilah yang datang
dari disiplin antropologi soial. Dalam dunia pendidikan
budaya dapat digunakan sebagai salah satu transmisi
pengetahuan, karena sebenarnya yang tercakup dalam budaya
sangatlah luas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
budaya diartikan sebagai pikiran, adat istiadat, sesuatu yang
sudah berkembang, sesuatu yang menajdi kebiasaan yang
sukar diubah.54
Budaya sebagai totalitas perilaku, kesenian,
keperayaan, kelembagaan dan semua produk llain dari karya
serta pemikiran manusia yang mendirikan suatu masyarakat
atau produk yang ditransmisikan bersama. Budaya merupakan
filsafat-filsafat, ideologi-ideologi, nilai-nilai, asumsi-asumsi,
keyakinan-keyakinan, harapan-harapan, sikap-sikap dan
norma-norma bersama mengikat, mempersatukan. Ciri yang
54 Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 43.
44
menonjolkannya antara lain adanya nilai-nilai yang
dipersiapkan, dirasakan dan dilakukan. Hal tersebut
dikuatakan oleh pendapat tentang kandungan utama yang
menjadi esensi budaya, yaitu:55
1) Budaya berkaitan dengan persepsi terhadap nilai dan
lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan
hidup yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku.
2) Adanya pola nilai, sikap, tingkah laku, hasil karya,
termasuk segala instrumennya, sistem kerja dan teknologi.
3) Budaya merupakan hasil pengalaman hidup, kebiasaan-
kebiasaan, norma-norma yang ada dalam cara dirinya
berinteraksi sosial.
4) Dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan
saling ketergantungan.
Dalam pemakaian sehari-hari, biasanya definisi
budaya disinonimkan dengan tradisi. Tradisi dalam hal ini
diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan kebasaan dari
masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari yang
menjalin kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat.56
55 Kompri, Manajemen Sekolah Dan Praktik (Bandung: Alfabeta, 2014),
258 259. 56 Fathurrohman, Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
44.
45
Sedangkan sekolah adalah suatu lembaga pendidikan
formal yang harus mampu mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi tersebut meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam menjalankan
fungsinya sekolah harus mampu menyelenggarakan proses
pendidikan yang pembelajaran yang bermutu.
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang
dianut oleh warga sekolah yang membedakannya dengan
sekolah lain. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan yang
terlibat bebas, tenang, reflektif, seiring dengan itu
melambangkan gagasan, intelektualitas, keterampilan dan
keilmuan. Budaya sekolah terdiri dari beberapa elemen
kebenaran yang dapat dijadikan sandaran dan petunjuk yang
tidak dapat diabaikan dalam kehidupan nyata dalam sekolah.
Budaya sekolah merupakan suatu sistem nilai, norma dan
aturan-aturan yang terkait dengan sekolah.57
Konsep budaya sekolah merupakan suatu konsep yang
dapat mengeksplorasi bentuk perilaku dari sekelompok
individu dalam bentuk tindakan, sikap dan perilaku yang
diajarkan kepada setiap anggota. Budaya sekolah merupakan
karakteristik khas sekolah yang membedakan satu sekolah
dengan sekolah lainnya. Budaya sekolah adalah kebiasaan-
57 Kompri, Manajemen Sekolah Dan Praktik, 260.
46
kebiasaan perilaku dan tindakan yang ditampilkan dan
ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah dalam mencapai
tujuan sekolah yang telah ditentukan.58
Menurut Zamroni penting bagi sekolah memiliki
budaya. Sekolah sebagai suatu organisasi harus memiliki: 1)
kemampuan untuk hidup, tumbuh berkembang dan
melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada
dan 2) integrasi internal yang memungkinkan sekolah
menghasilkan individu atau kelompok memiliki sifat positif.
Suatu organisasi termasuk sekolah harus memiliki pola
asumsi dasar yang dipegang bersama oleh warga sekolah.
Memperhatikan konsep di atas maka dapat disimpulkan
bahwa budaya sekolah merupakan pola mendalam,
kepercayaan nilai dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian
kebiasaan serta cara pandang dalam memecahkan persoalan
yang ada di sekolah.59
Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh
warga sekolah untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan sebaik mungkin dan akan meningkatkan kinerja
sekolah dlam mencapai tujuan sekolah. Setiap sekolah
58 Ibid..,261. 59 Zamroni, Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultural
(Yogyakarta: Gavin Kalam Utama, 2011), 111.
47
menciptakan budaya sekolah sebagai identitas diri dan juga
sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya.60
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan
bahwa budaya sekolah merupakan kerangka kerja yang
disadari dan sudah menjadi kebiasaan terdiri dari sikap, nilai-
nilai, norma-norma, perilaku-perilaku, dan harapan-harapan
di antara warga sekolah dan bila sudah terbentuk pada
keyakinan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sekolah.
b. Unsur-Unsur Budaya Sekolah
Menurut Djemari Mardapai dalam Nuril Furkhan
menyatakan bahwa unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau
dari usaha peningkatan kualitas pendidikan dibagi menjadi 3,
yaitu:61
1) Budaya sekolah positif
Budaya sekolah positif merupakan kegiatan-kegiatan
yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misal
kerja sama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap
prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
2) Budaya sekolah negatif
Budaya sekolah negatif merupakan kultur yang kontra
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten
60 Nuril Furkan, Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah
(Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2013), 30. 61 Ibid.., 31-32.
48
terhadap perubahan, misal siswa takut salah, siswa takut
bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam
memecahkan masalah.
3) Budaya sekolah netral
Budaya sekolah netral merupakan budaya yang tidak
berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan kontribusi
positif terhadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan.
Hal ini berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru,
seragam siswa, dan lain-lain.
c. Indikator Budaya Sekolah
Untuk lebih mendalami masalah budaya sekolah tentu
diperlukan pengetahuan sub variabel yang terkandung dalam
budaya organisasi, karena kita ketahui sekolah juga
merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang
pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Stephen P.
Robbins bahwa sub variabel budaya organisasi, yaitu:62
1) Inovasi dan pengambilan resiko (Innovation and risk
taking), yang melputi kebebasan mengeluarkan ide,
kebebasan mengambil keputusan, berani menanggung
resiko yang diterima.
62 Stephen P. Robbins and Timothy A. Judge, Organizational Behavior
(United States of America: Pearson Education, 2013), 512.
49
2) Perhatian pada detil (Attention of detail), yang meliputi
ketelitian dalam bekerja dan evaluasi kerja.
3) Orientasi hasil (outcome orientation), yang meliputi
pemahaman dalam bekerja, hasil kerja, dan cara kerja.
4) Orientasi kepada para individu (people orientation), yang
meliputi pembagian kerja, rekan kerja, dan pemberian
reward.
5) Orientasi tim (tim orientation), yang melliputi kerjasama
tim dn dukungan rekan kerja.
6) Keagresifan (Aggressiveness), yang meliputi persaingan
sehat antar personil dan inisiatif kerja.
7) Stabilitas (stability), yang meliputi iklim komunikasi yang
baik, kenyamanan dalam bekerja, jenjang karir, dan hasil
yang diterima.
Dari keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa indikator budaya sekolah, yaitu: 1) inovasi dan
pengambilan resiko; 2) perhatian pada detil; 3) orientasi
hasil; 4) orientasi kepada para individu; 5) orientasi tim; 6)
keagresifan; dan 7) stabilitas.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
budaya sekolah merupakan suatu hal yang dapat mendukung
dan menghambat pelaksanaan pengembangan budaya
50
sekolah. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut dibagi menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.63
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor budaya sekolah yang
berasal dari lingkungan sekolah, yang meliputi: a) kepala
sekolah; b) guru; c) tenaga kependidikan; d) peserta didik; e)
visi sekolah; f) program sekolah; g) peraturan sekolah; h)
sarana prasarana pendidikan.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang
mempengaruhi budaya sekolah dari luar lingkungan sekolah,
yang meliputi: a) masyarakat; b) komite sekolah; c) orang tua;
d) dinas pendidikan setempat; e) letak geografis sekolah.
4. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja Guru
Kata kinerja merupakan terjemah dari Bahasa Inggris
yaitu kata perfomance. Kata perfomance berasal dari kata to
perfom yang berarti menampilkan atau melaksanakan.
Perfomance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
63 Ibid., 45.
51
pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja.64
Kinerja (perfomance) merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang
dituangkan dalam perencanaan strategis suatu organisasi.
Menurut oxford Dictionary sebagaimana dikutip oleh
Moeheriono kinerja merupakan suatu tindakan proses atau
cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi.65
Kinerja menurut Supardi yaitu hasil kerja seseorang
dalam suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan
beberapa kemungkinan, misalnya standar target, sasaran, atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.66 Sedangkan
kinerja menurut Barnawi adalah tingkat keberhasilan
seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan
standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu
dalam kerangka mencapai tujuan organisasi.67
64 Barnawi and Muhammad Arifin, Instrumen Pembinaan Dan Penilaian
Kinerja Guru Profesional (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 11. 65 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Revisi (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), 95 96. 66 Supardi, Kinerja Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 47. 67 Barnawi and Arifin, Instrumen Pembinaan Dan Penilaian Kinerja Guru
Profesional, 13.
52
Barnawi dan Mohammad Arifin mengutip beberapa
pendapat ahli tentang kinerja adalah sebagai berikut. Menurut
Mangkunegara kinerja merupakan hasil kerja baik secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan. Sejalan dengan pendapat Ilyas bahwa kinerja
adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas
maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan
penampilan individu maupun kelompok kerja personel.
Sedangkan definisi kinerja menurut Fattah adalah ungkapan
kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan serta motivasi dalam menghasilkan sesuatu.
Kemudian menurut Rivai kinerja merupakan tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode
tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan yang telah
ditentukan dan telah disepakati. Sementara Simamora lebih
tegas menyatakan bahwa kinerja mengacu pada kadar
pencapaian tugas-tugas yang membentuk pekerjaan. Kinerja
merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan
sebuah pekerjaan.68
68 Ibid., 12.
53
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai
seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawab yang telah
diberikan berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan
selama jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Jika diaplikasikan dalam dunia pendidikan maka
kinerja disini merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seluruh warga di lembaga pendidikan yang bersangkutan
dengan wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai
tujuan kelembagaan yang telah ditetapkan. Sedangkan,
kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan
bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya
dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh
karena itu, kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi
yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam
menjalankan tugasnya di sekolah serta menggambarkan
adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau
selama melakukan aktivitas pembelajaran.69
69 Supardi, Kinerja Guru, 54.
54
Sementara itu berkaitan dengan kinerja guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat tugas
keprofesionalan guru menurut Undang-Undang No 14 tahun
2005 pasal 20, tugas atau kewajiban guru, antara lain:70
1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, latar belakang keluarga, status
sosial ekonomi peserta didik.
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,
dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika.
5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan.
Guru merupakan orang yang bekerja pada bidang
pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab
dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-
masing sesuai dengan potensi dirinya.71 Guru merupakan
komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang
sangat berperan dalam mengantarkan siswa-siswanya pada
70 Ibid., 13-15. 71 H. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas Sebagai
Lembaga Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1985), 123.
55
tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Gurulah yang
memikul tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan
program pengajaran. Oleh karena itu, mengajar adalah
pekerjaan profesional karena menggunakan teknik dan
prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang harus
dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian
dipergunakan demi kemaslahatan orang lain.
Upaya-upaya meningkatkan kinerja guru sebaiknya
dikelola dengan baik untuk mewujudkan hasil yang baik pula.
Peningkatan kinerja guru ini pada dasarnya diarahkan pada
peningkatan kegiatan belajar mengajar, agar guru lebih
mampu menciptakan iklim proses belajar mengajar yang
kondusif, sehingga mampu mewujudkan pendidikan yang
bermutu. Kinerja guru untuk mampu mewujudkan
peningkatan kegiatan pembelajaran yang kondusif, tentunya
memerlukan berbagai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
yang harus dikembangkan dan ditingkatkan.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah prestasi yang
dicapai oleh seorang guru dalam mengelola dan
melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
ukuran yang berlaku bagi pekerjaannya.
56
b. Indikator Kinerja Guru
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau
kegagalan suatu kinerja maka diperlukannya penilaian
terhadap kinerja. Dalam melakukan penilaian kinerja memang
memerlukan suatu teknik yang tepat, sehingga hasil
pengukuran juga menghasilkan hasil yang tepat dan benar.
Untuk melakukan penilaian tentunya membutuhkan indikator.
Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk
mengetahui apakah suatu kinerja karyawan telah memenuhi
prinsip efisien dan efektif.
Untuk mengukur kinerja pegawai/karyawan dapat
digunakan beberapa indikator mengenai kinerja, yaitu:
kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, waktu, efektivitas biaya,
kebutuhan akan pengawasan, dan hubungan antar
perseorangan.72 Berikut ini adalah penjelasan dari indikator
tersebut, yaitu:
1) Kualitas (mutu), pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan melihat kualitas (mutu) dari pekerjaan yang
dihasilkan melalui proses tertentu. Dengan kata lain bahwa
kualitas merupakan tingkatan proses atau hasil dari
penyelesaian suatu kegiatan mendekati titik kesempurnaan.
72 Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori Dan Praktik (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2016), 208.
57
2) Kuantitas (jumlah), kuantitas merupakan produksi yang
dihasilkan oleh seseorang. Dapat ditunjukkan dalam
bentuk satuan uang, jumlah unit, atau jumlah siklus
kegiatan yang diselesaikan.
3) Waktu (jangka waktu), lebih mengarah kepada ketepatan
waktu dimana kegiatan tersebut dapat diselesaikan, atau
suatu hasil produksi dapat dicapai dengan batas waktu
yang telah ditetapkan sebelumnya.
4) Penekanan biaya, biaya yang dikeluarkan untuk setiap
aktivitas sudah dianggarkan sebelum aktivitas dijalankan.
Artinya dengan biaya yang sudah dianggarkan tersebut
merupakan acuan agar tidak melebihi dari yang sudah
dianggarkan.
5) Pengawasan, hampir seluruh jenis pekerjaan perlu
melakukan dan memerlukan pengawasan terhadap
pekerjaan yang sedang berjalan.
6) Hubungan antar karyawan, penilaian kinerja seringkali
dikaitkan dengan kerjasama atau kerukunan antar
karyawan dan antar pimpinan. Hubungan ini seringkali
juga dikatakan sebagai hubungan antar perseorangan.
Dalam hubungan ini diukur apakah seorang karyawan
mampu untuk mengembangkan perasaan saling
58
menghargai, niat baik dan kerjasama antara karyawan yang
satu dengan karyawan yang lainnya.
Sedangkan indikator kinerja menurut Hamzah B. Uno
diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:73
1) Kualitas kerja, meliputi perencanaan program pengajaran
dengan tepat, penilaian hasil belajar, kehati-hatian dalam
penyampaian materi, penerapan hasil penelitian dalam
pembelajaran.
2) Kecepatan/ketepatan kerja, meliputi menerapkan hal-hal
baru atau update dalam pembelajaran, memberikan materi
ajar sesuai dengan karakteristik siswa, menyelesaikan
program pengajaran sesuai kalender akademik.
3) Inisiatif dalam bekerja, meliputi penggunaan media
pembelajaran, menggunakan berbagai metode dalam
pembelajaran, mengadmistrasikan sekolah dengan baik,
menciptakan hal-hal baru yang lebih efektif dalam menata
administrasi sekolah.
4) Kemampuan Kerja, meliputi kemampuan dalam
memimpin kelas, kemampuan mengelola KBM, mampu
melakukan penilaian hasil belajar siswa, menguasai
landasan pendidikan.
73 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Analisis Di Bidang
Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 93.
59
5) Komunikasi, meliputi dapat melaksanakan bimbingan
belajar, mengomunikasikan hal yang baru dalam
pembelajaran, menggunakan berbagai teknik dalam
pengelolaan KBM, terbuka dalam menerima masukan
untuk perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa indikator kinerja guru adalah: 1) kualitas kerja; 2)
kecepatan/ketepatan kerja; 3) inisiatif dalam bekerja; 4)
kemampuan kerja; dan 5) komunikasi.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Untuk memperoleh keberhasilan atau mutu kinerja
yang optimal tentu saja terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja organisasi maupun individu. Dalam hal ini menurut
Tempe dalam Supardi terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang antara lain: lingkungan,
perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan
balik dan administrasi pengupahan.74
Kinerja yang baik merupakan tujuan dari setiap
perusahaan. Menurut Lusthaus sebagaimana dikutip Susanti
74 Ibid., 50.
60
Kurniawati faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
sebagai berikut:75
1) Lingkungan eksternal, dimensi kunci yang dapat
mempengaruhi lingkungan adalah lingkungan eksternal
yang terdiri dari lingkungan administratif, aturan,
kebijakan, budaya sosial, ekonomi, dan teknologi.
2) Motivasi organisasi, hal yang memotivasi organisasi
adalah sejarah, misi. budaya, insentif atau imbalan.
3) Kapasitas organisasi, terdiri dari: strategi kepemimpinan,
sumber daya manusia, manajemen keuangan, proses
organisasi, program manajemen, infrastruktur, dan rantai
institusional.
Supaya kinerja guru mampu mewujudkan peningkatan
kegiatan belajar mengajar yang kondusif, tentunya
memerlukan berbagai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
yang kesemuanya harus dikembangkan dan ditingkatkan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja baik hasil
maupun perilaku kerja adalah:76
1) Kemampuan dan keahlian, merupakan kemampuan atau
skill yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan. Semakin memiliki kemampuan dan keahlian
75 Susanti Kurniawati, Kinerja Organisasi, n.d., 16. 76 Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori Dan Praktik, 189.
61
maka akan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara
benar.
2) Pengetahuan, maksudnya adalah pengetahuan tentang
pekerjaan. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang
pekerjaan secara baik akan memberikan hasil pekerjaan
yang baik, demikian pula sebaliknya, jika seseorang tidak
atau kurang memiliki pengetahuan tentang pekerjaannya,
maka pasti akan mengurangi hasil atau kualitas
pekerjaannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kinerjanya.
3) Rancangan kerja, jika suatu pekerjaan memiliki rancangan
yang baik, maka akan memudahkan untuk menjalankan
pekerjaan tersebut secara tepat dan benar.
4) Kepribadian, seseorang yang memiliki kepribadian atau
karakter yang baik, akan dapat mengerjakan pekerjaan
secara sungguh-sungguh penuh tanggung jawab sehingga
hasil pekerjaannya juga baik.
5) Motivasi kerja merupakan dorongan bagi seseorang untuk
melakukan pekerjaan. Jika seseorang memiliki dorongan
yang kuat dari dalam dirinya atau dorongan dari luar
dirinya, maka orang tersebut akan terangsang atau
terdorong untuk melakukan sesuatu dengan baik.
62
6) Kepemimpinan merupakan perilaku seorang pemimpin
dalam mengatur, mengelola dan memerintah bawahannya
untuk mengerjakan sesuatu tugas dan tanggung jawab
yang diberikannya.
7) Gaya kepemimpinan, merupakan gaya atau sikap seorang
pemimpin dalam menghadapi atau memerintah
bawahannya.
8) Budaya organisasi, merupakan kebiasaan-kebiasaan atau
norma-norma yang berlaku dan dimiliki oleh suatu
organisasi atau perusahaan. Kebiasaan-kebiasaan atau
norma-norma ini mengatur hal-hal yang berlaku dan
diterima secara umum serta harus dipatuhi oleh segenap
anggota suatu perusahaan atau organisasi.
9) Kepuasan kerja, merupakan perasaan senang atau gembira,
atau perasaan suka seseorang sebelum dan setelah
melakukan suatu pekerjaan.
10) Lingkungan kerja, merupakan suasana atau kondisi di
sekitar lokasi tempat bekerja.
11) Loyalitas, merupakan kesetiaan karyawan untuk tetap
bekerja dan membela perusahaan di mana tempatnya
bekerja.
63
12) Komitmen, adalah kepatuhan karyawan untuk
menjalankan kebijakan atau peraturan perusahaan dalam
bekerja.
13) Disiplin kerja, merupakan usaha karyawan untuk
menjalankan aktivitas kerjanya secara sungguh-sungguh.
Kinerja guru tidak terwujud dengan begitu saja, tetapi
juga dipegaruhi beberapa faktor tertentu, antara lain:77
1) Faktor personal/individu, meliputi unsur pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan
komitmen yang dimiliki.
2) Faktor kepemimpinan, meliput aspek kualitas manajer
dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan
dukungan kerja.
3) Faktor tim, meliputi dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesama anggota, kekompokkan, dan keeratan anggota,
4) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang
diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi
sekolah dan budaya kerja dalam organisasi sekolah.
5) Faktor kontekstual, meliputi tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
77 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung
Persada, 2010), 129 130.
64
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempegaruhi kinerja guru adalah sebagai berikut:
1) faktor personal; 2) faktor kepemimpinan; 3) faktor
kelompok (tim); 4) faktor sistem; dan 5) faktor kontekstual.
5. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru
Untuk memperoleh keberhasilan atau mutu kinerja
yang optimal tentu saja terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja organisasi maupun individu. Dalam hal ini menurut
Tempe dalam Supardi terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang antara lain: lingkungan,
perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan
balik dan administrasi pengupahan.78 Dari beberapa faktor
tersebut menurut peneliti yang paling dominan adalah
perilaku manajemen. Perilaku manajemen di sini
berhubungan dengan bagaimana seorang manajer mengelola
lembaga yang dipimpinnya. Dalam hal ini seorang manager
mempunyai peran yang menentukan dalam pengelolaan
sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat
mempengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan
78 Supardi, Kinerja Guru, 50.
65
fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.79
Sejalan dengan pendapat Jamal Ma’mur bahwa faktor
penyebab rendahnya kinerja guru adalah kepala sekolah,
diantaranya pada aspek: kurangnya manajemen kepala
sekolah dalam pemberian kompensasi yang belum sesuai
dengan kinerja, penempatan kemampuan pendidik belum
sesuai dengan bidangnya, dalam pemberian semangat kinerja
yang kurang serta dalam pengawasan yang dilakukan belum
maksimal.80
6. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru
Budaya sekolah merupakan kerangka kerja yang
disadari dan sudah menjadi kebiasaan terdiri dari sikap, nilai-
nilai, norma-norma, perilaku-perilaku dan harapan-harapan di
antara warga sekolah dan bila sudah terbentuk pada
keyakinan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sekolah.
Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh warga
sekolah untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan
sebaik mungkin dan akan meningkatkan kinerja dalam
79 Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16. 80 Jamal Ma’mur Asmuni, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional
(Jogjakarta: Diva, 2012), 98.
66
mencapai tujuan sekolah. Gurulah yang memikul tanggung
jawab atas keberhasilan dan kegagalan program pengajaran.
Untuk itu perlunya memperhatikan terkait kinerja guru.
Karena guru merupakan ujung tombak dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Setiap sekolah menciptakan budaya
sekolah sebagai identitas diri dan juga sebagai rasa
kebanggaan akan sekolahnya.81 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa budaya sekolah berpengaruh terhadap
kinerja guru.
Hal tersebut sejalan dengan teori menurut Kasmir di
mana kinerja dapat dipengaruhi oleh budaya organisasi, dan
kita ketahui bahwa sekolah merupakan suatu organisasi yang
bergerak dalam pendidikan.82 Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Edy Cahyono bahwa Terdapat pengaruh yang
signifikan budaya organisasi terhadap kinerja guru di SMK
Muhammadiyah 5 Purwantoro dengan nilai thitung > ttabel (6,406
>1,680). Dengan sumbangan efektifnya sebesar 48,3%.
7. Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan sebagai agen of change memiliki peranan
yang sangat penting dalam menyiapkan generasi masa depan
81 Furkan, Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah, 30. 82 Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori Dan Praktik, 189.
67
yang tangguh dan kokoh. Guru merupakan ujung tombak
untuk melakukan perubahan melalui pembelajaran yang
dikelola dan dilaksanakan di kelas.83 Keberhasilan
pendidikan dapat digambarkan melalui prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar sangat pengaruhi oleh beberapa faktor
dan komponen seperti tersedianya kurikulum yang memadai,
adanya minat dan semangat peserta didik yang tinggi dalam
menuntut ilmu dan yang terpenting adalah tenaga pendidik
yang profesional. Tenaga pendidik yang profesional sangat
menentukan keberhasilan pendidikan karena adanya kinerja
guru yang tidak profesional adalah sia-sia, itulah sebabnya
setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam
peningkatan selalu bernuansa pada faktor guru. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran guru dalam
dunia pendidikan.
Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya demi tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditentukan.84 Kinerja guru
menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap prestasi
83 Uhar Suharsaputro, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan: Mengembangkan
Spirit Entrepreneurship Menuju Learning School (Bandung: Refika
Aditama, 2016), 200. 84 Adib Wahab and Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan
Spiritual (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 119.
68
belajar siswa. Karena kinerja guru yang tinggi cukup penting
dalam mewujudkan tujuan pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
8. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar
Mengingat betapa pentingnya pendidikan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka perlu diperhatiakan
terkait keberhasilan pendidikan di Indonesia. Keberhasilan
pendidikan di Indonesia dapat tergambarkan dari prestasi
belajar yang diperoleh oleh siswa. Dalam hal ini terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa adalah manajemen kepemimpinan kepala sekolah.
Sebagaimana pendapat Ross dan Gray dalam James bahwa
“Leadership has a minimal direct impact on student
achievement” maksudnya kepemimpinan memiliki dampak
langsung minimal pada prestasi siswa.85
Kita ketahui bahwa kepala sekolah merupakan garda
depan untuk menggerakkan kegiatan dan menetapkan target
85 James Rautiola, “Effect of Leadership Styles and Student Academic
Achievement,” 2009, 4.
69
sekolah. Untuk itu kepala sekolah memiliki peranan yang
menentukan dalam pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya
tujuan sekolah bergantung pada bagaimana kepala sekolah
menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.86 Kemampuan kepala sekolah
dalam menjalankan fungsi manajemen juga dapat disebut
dengan manajemen kepemimpinan kepala sekolah.
Sebagaimana pendapat Novianty Djafri bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah adalah proses tersistematik
tentang hal spesifik, metode, struktur, dan lain-lain yang
berisi tentang fungsi-fungsi manajemen dalam upaya
pencapaian tujuan bersama.87
9. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Keberhasilan suatu pendidikan digambarkan dengan
meningkatnya prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga
pendidikan. Menurut Ahmadi dan Supriyono prestasi belajar
86 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), 16. 87 Djafari, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah: Pengetahuan
Manajemen, Efektivitas, Kemandirian, Keunggulan Bersaing Dan
Kecerdasan Emosi, 26.
70
siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Lingkungan internal meliputi keadaan fisik dan psikis siswa,
sedangkan faktor eksternal meliputi sosial, budaya dan
lingkungan fisik. Dalam hal ini dirasa budaya memiliki
pengaruh dominan terhadap prestasi siswa.88 budaya sekolah
juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pemahaman
budaya dapat memberi pemahaman akan realitas sehari-hari
struktur dalam (tersembunyi) dari dinamika yang akan terkait
pada suatu organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut
akan dapat mendorong pada upaya perbaikan sekolah melalui
keterkaitan yang bermakna antara reformasi pendidikan
dengan budaya sekolah yang ada, serta upaya mendorong
budaya menerima perubahan untuk perbaikan. Dengan
demikian budaya sekolah menduduki posisi penting dan akan
berpengaruh pada keberhasilan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.89
10. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Prestasi Siswa dengan Melewati Kinerja
Guru
Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan
88 Ahmadi and Supriyono, Psikologi Belajar, 138-139. 89 Uhar Suharsaputro, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT Rineka Cipta,
2013), 115-116.
71
menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia demi
tercapainya tujuan pendidikan yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Selain itu kepala sekolah sebagai
manajer mempunyai peran yang menentukan dalam
pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat
mempengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan
fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.90 Sejalan dengan pendapat Ross dan Gray dalam
James bahwa "Leadership has a minimal direct impact on
student achievement” maksudnya kepemimpinan memiliki
dampak langsung minimal pada prestasi siswa.91
Namun menurut penelitian yang dikemukakan oleh
Hallinger dan Heck dalam John A. Ross dan Peter Gray
menunjukkan bahwa “the direct effect of principals on
student achievement is near zero” maksudnya bahwa efek
langsung dari kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
adalah mendekati nol.92 Menurut Hallinger dalam review
90 Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16. 91 Rautiola, “Effect of Leadership Styles and Student Academic
Achievement,” 4. 92 John A. Ross and Peter Gray “Leadership And Student Achievement: The
Mediating Effects Of Teacher Beliefes”, Canadian Journal of Education,
799.
72
penelitian empiris tentang kepemimpinan sekolah
disimpulkan bahwa “that leaders can have indirect or
mediated positive effects on student achievement by building
a collaborative organizational learning culture, and helping
to develop the leadership capacities of staff and community.
These stakeholders such as parents and teachers can then
assist with the creation of a positive school climate that
promotes teaching and learning, and consequently student’s
achievement” maksudnya para pemimpin dapat memiliki efek
positif tidak langsung atau dimediasi pada prestasi siswa
dengan membangun budaya pembelajaran organisasi
kolaboratif, dan membantu untuk mengembangkan kapasitas
kepemimpinan staf dan masyarakat. Pemangku kepentingan
seperti orang tua dan guru kemudian dapat membantu dengan
penciptaan iklim sekolah yang positif yang mempromosikan
pengajaran dan pembelajaran, dan akibatnya prestasi siswa.93
11. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Siswa
dengan Melewati Kinerja Guru
Dalam rangka membantu murid dalam mencapai
prestasi belajar yang sebaik-baiknya yang berdampak pada
93 Vaughan Cruickshank, “The Influence Of School Leadership on Student
Outcomes,” Open Journal Og Social Sciences, 2017, 116.
73
keberhasilan pendidikan di Indonesia maka menurut Zamroni
pentingnya budaya dimiliki oleh sekolah.94 Sejalan dengan
pendapat menurut Ahmadi dan Supriyono bahwa salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah
budaya.95 Budaya sekolah menduduki posisi penting dan akan
berpengaruh pada keberhasilan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.96
Namun menurut Xiouju Duan dkk dalam jurnal
menyatakan bahwa “Teachers play an essential role in all
school activities. In fact, school’s culture cannot affect school
outcomes directly. The influence need go through teachers’
practice. Teachers play a substantial part in generating,
transforming and diffusing school culture”. Maksudnya
adalah Guru memainkan peran penting dalam semua kegiatan
sekolah. Bahkan, budaya sekolah tidak dapat mempengaruhi
hasil sekolah secara langsung. Pengaruh perlu pergi melalui
praktek guru. Guru memainkan bagian penting dalam
menghasilkan, mengubah dan menyebarkan budaya
sekolah.97 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
94 Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural, 111. 95 Ahmadi and Supriyono, Psikologi Belajar, 189. 96 Suharsaputro, Administrasi Pendidikan, 115-116. 97 Xiouju Duan and dkk, “School Culture and School Effectiveness: The
Mediating Effect of Teacher Job Satisfaction,” International Journal of
Learning, Teaching and Educational Research 17 (May 2018): 22.
74
budaya sekolah tidak secara langsung berpengaruh terhadap
prestasi siswa, melainkan guru sebagai pemangku utama
dalam pembelajaran. Di mana kinerja guru yang baik akan
menghasilkan budaya yang baik dan akan berdampak pada
prestasi siswa yang baik pula.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.98
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di atas, maka
dihasilkan kerangka berfikir yang berupa kerangka asosiatif.
Variabel X₁ : manajemen kepemimpinan kepala
sekolah
Variabel X₂ : budaya sekolah
Variabel Y₁ : kinerja guru
Variabel Y₂ : prestasi belajar
Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas,
maka dapat diajukan kerangka berfikir penelitian sebagai
berikut:
98 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), 91.
75
1) Jika manajemen kepemimpinan baik, maka kinerja guru
baik.
2) Jika budaya sekolah baik, maka kinerja guru baik.
3) Jika manajemen kepemimpinan baik, maka prestasi belajar
baik.
4) Jika budaya sekolah baik, maka prestasi belajar baik.
5) Jika kinerja guru baik baik, maka prestasi belajar siswa
baik.
6) Jika manajemen kepemimpinan kepala sekolah dimediasi
kinerja guru baik, maka prestasi belajar siswa baik;
7) Jika budaya sekolah dimediasi kinerja guru baik, maka
prestasi belajar siswa baik.
D. Hipotesis Penelitian
Untuk mengetahui gambaran jawaban yang bersifat
sementara dari penelitian ini diperoleh hipotesis. Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
76
Ha₁
Ha₂
Ha₃
Ha₄
Ha₅
Ha₆
Ha₇
:
:
:
:
:
:
:
Ada pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru di SMPN 1 Poncol.
Ada pengaruh yang signifikan budaya sekolah
terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol.
Ada pengaruh yang signifikan kinerja guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
Ada pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah sekolah terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Ada pengaruh yang signifikan budaya sekolah
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Kinerja guru dapat memediasi hubungan antara
manajemen kepemimpinan kepala sekolah dengan
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Kinerja guru dapat memediasi hubungan antara
budaya sekolah dengan prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol.
77
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini, penulis menggunakan
pengaruh antara satu variabel dependen, dua variabel
independen dan satu variabel intervening. Pengaruh antar
variabel tersebut dapat digambarkan seperti diagram berikut:
A.
B.
Gambar 3.1: Rancangan Variabel Penelitian
Keterangan:
X₁ : Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
X₂ : Budaya Sekolah
X₁
X₂
Y₂ Y₁
β
₁
₁
₁
β
β
β
β
78
Y₁ : Kinerja Guru
Y₂ : Prestasi belajar
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari
orang, obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.99 Penelitian ini terdiri dari variable bebas,
variable terikat dan variable mediasi (intervening), kemudian
menempatkan manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁)
dan budaya sekolah (X₂) sebagai variable bebas
(independent), kinerja guru (Y₁) sebagai variabel intervening,
dan prestasi belajar (Y₂) sebagai variabel terikat.
2. Definisi Operasional
Sementara definisi operasional variabel merupakan
suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
memberi arti atau menspesifikkan kegiatan atau
membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Prestasi Belajar
99 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), 61.
79
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi
belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik SMPN 1
Poncol yang mencakup 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik setelah mengalami proses pembelajaran. Hal
tersebut pada dasarnya dapat dijadikan tolak ukur berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar
sebagai variabel dependen (Y₂) untuk mengukurnya merujuk
teori Supardi bahwa indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang
dicapai siswa.100 Hasil belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai total UAS dari keseluruhan mata
pelajaran siswa SMPN 1 Poncol pada semester ganjil tahun
ajaran 2019/2020.
b. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam penelitian ini manajemen kepemimpinan
kepala sekolah adalah persepsi siswa terkait kemampuan
Kepala SMPN 1 Poncol sebagai seorang pemimpin dalam
mengelola suatu organisasi untuk mengajak, mengarahkan,
dan mempengaruhi orang lain guna tercapainya tujuan yang
ditentukan secara efektif dan efisien. Manajemen
kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel independen
100 Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar Dan Praktiknya (Jakarta:
Grafindo Persada, 2013), 137-138.
80
(X₁) untuk mengukurnya merujuk teori Daryanto bahwa
indikator yang digunakan untuk mengukur adalah sebagai
berikut:101 1) pembagian kerja; 2) keseimbangan wewenang;
3) disiplin; 4) kesatuan komando; 5) kesatuan arah; 6)
mengutamakan kepentingan organisasi; 7) kompensasi yang
adil; 8) sentralisasi; 9) rantai skalar; 10) tata tertib; 11)
keadilan; 12) stabilitas kondisi karyawan; 13) inisiatif; dan
14) semangat kesatuan.
c. Budaya Sekolah
Dalam penelitian ini yang di maksud budaya sekolah
adalah persepsi siswa terkait filosofi dasar SMPN 1 Poncol
dan sudah menjadi kebiasaan yang memuat sikap, nilai-nilai,
norma-norma, perilaku-perilaku dan harapan-harapan di
antara warga sekolah dan bila sudah terbentuk pada
keyakinan memiliki pengaruh yang kuat terhadap
keberhasilan pendidikan. Dan merupakan sebuah prsepsi
umum yang dipegang oleh warga sekolah tentang suatu
sistem keberartian bersama yang membedakan suatu
organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sekolah sebagai
101 Daryanto and dkk, Pengantar Ilmu Manajemen Dan Komunikasi
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), 3-4.
81
variabel independen (X₂) untuk mengukurnya merujuk teori
Stephen P. Robbins dengan indikator sebagai berikut:102
1) Inovasi dan pengambilan resiko (innovation and risk
taking), yang melputi kebebasan mengeluarkan ide,
kebebasan mengambil keputusan, berani menanggung
resiko yang diterima.
2) Perhatian pada detil (Attention of detail), yang meliputi
ketelitian dalam bekerja dan evaluasi kerja.
3) Orientasi hasil (outcome orientation), yang meliputi
pemahaman dalam bekerja, hasil kerja, dan cara kerja.
4) Orientasi kepada para individu (people orientation), yang
meliputi pembagian kerja, rekan kerja, dan pemberian
reward.
5) Orientasi tim (tim orientation), yang melliputi kerjasama
tim dan dukungan rekan kerja.
6) Keagresifan (Aggressiveness), yang meliputi persaingan
sehat antar personil dan inisiatif kerja.
7) Stabilitas (stability), yang meliputi iklim komunikasi yang
baik, kenyamanan dalam bekerja, jenjang karir, dan hasil
yang diterima.
102 Sthephen P. Robbins and Timothy A. Judge, Organizational Behaviour
(United States of America: Pearson Education, 2013), 512.
82
d. Kinerja Guru
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan kinerja
guru adalah persepsi siswa terkait hasil kerja yang telah
dicapai oleh tenaga pendidik di SMPN 1 Poncol dalam tugas-
tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam kurun waktu
tertentu. Kinerja guru sebagai variabel intervening untuk
mengukurnya merujuk pada teori Hamzah B. Uno dengan
indikator sebagai berikut:103
1) Kualitas kerja, meliputi perencanaan program pengajaran
dengan tepat, penilaian hasil belajar, kehati-hatian dalam
penyampaian materi, penerapan hasil penelitian dalam
pembelajaran.
2) Kecepatan/ketepatan kerja, meliputi menerapkan hal-hal
baru atau update dalam pembelajaran, memberikan materi
ajar sesuai dengan karakteristik siswa, menyelesaikan
program pengajaran sesuai kalender akademik.
3) Inisiatif dalam bekerja, meliputi penggunaan media
pembelajaran, menggunakan berbagai metode dalam
pembelajaran, mengadmistrasikan sekolah dengan baik,
menciptakan hal-hal baru yang lebih efektif dalam menata
administrasi sekolah.
103 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Analisis Di
Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 93.
83
4) Kemampuan Kerja, meliputi kemampuan dalam
memimpin kelas, kemampuan mengelola KBM, mampu
melakukan penilaian hasil belajar siswa, dan menguasai
landasan pendidikan.
5) Komunikasi, meliputi dapat melaksanakan bimbingan
belajar, mengomunikasikan hal yang baru dalam
pembelajaran, menggunakan berbagai teknik dalam
pengelolaan KBM, terbuka dalam menerima masukan
untuk perbaikan pembelajaran.
C. Lokasi, Populasi, dan Sampel
1. Lokasi
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
SMPN 1 Poncol. SMPN 1 Poncol merupakah salah satu
sekolah menengah pertama yang terletak di jalan Parang-
Poncol, Kelurahan Alastuwo, Kecamatan Poncol, Kabupaten
Magetan. SMPN 1 Poncol juga merupakan sekolah yang
dapat mencanangkan Adiwiyata tingkat Kabupaten pada
tahun 2017 dan mencanangkan Adiwiyata tingkat Provinsi
pada tahun 2018. Sebagai sekolah Adiwiyata tentunya
kegiatan sekolah semakin meningkat, namun hal tersebut
tidak mengurangi prestasi, justru memotivasi semangat
sehingga meningkatkan prestasi sekolah.
84
2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.104 Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMPN 1
Poncol yang berjumlah 212 siswa.
3. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.105 Arti lain dari sampel
adalah kumpulan dari unsur atau individu yang merupakan
bagian dari populasi. Pengambilan sampel dilakukan karena
adanya keterbatasan dana, waktu, dan tenaga peneliti.106
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah
suatu cara mengambil sampel yang representatif (mewakili)
dari populasi. Pengambilan sampel harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar
dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi
sebenarnya.107
104 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatis,
Kuantitatif dan R&D, 117. 105 Ibid.,, 118. 106 Wulansari, Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktik dengan
Menggunakan SPSS 107 Riduwan, Dasar-Dasar Statistika (Bandung: Alfabeta, 2008), 11.
85
Dalam penelitian ini untuk menentukan jumlah
sampel yang digunakan, peneliti mengacu pada tabel
penentuan jumlah sampel dari populasi yang dikembangkan
oleh Issac dan Michael untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan
10%.108 Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 212
siswa maka dengan mengacu tabel tersebut untuk tingkat
kesalahan 5% maka sampel yang digunakan adalah 131
siswa. Untuk mengetahui berapa sampel yang diambil dari
masing-masing sekolah, secara lebih rinci akan dipaparkan
pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Pengambilan Sampel Masing-Masing Kelas
No Kelas Penghitungan Hasil
1. Kelas IX A 36 212 𝑥 131 = 22,2⁄ 22 siswa
2. Kelas IX B 36 212 𝑥 131 = 22,2⁄ 22 siswa
3. Kelas IX C 35 212 𝑥 131 = 21,6⁄ 22 siswa
4. Kelas IX D 35 212 𝑥 131 = 21,6⁄ 22 siswa
5. Kelas IX E 35 212 𝑥 131 = 21,6⁄ 22 siswa
6. Kelas IX F 35 212 𝑥 131 = 21,6⁄ 22 siswa
108 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatis,
Kuantitatif dan R&D, 126.
86
Berdasarkan perhitungan di atas Jumlah sampelnya =
22,2 + 22,2 + 21,6 + 21,6 + 21,6 + 21,6 = 131, jumlah yang
pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel
menjadi 22 + 22 +22 +22 +22 + 22 = 132. Pada perhitungan
yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya
dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya 132. Hal ini
lebih aman dari pada kurang dari 131.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel adalah dengan menggunakan teknik random
sampling. Random sampling adalah teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama kepada anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.109 Pengambilan
sampel secara acak dapat dilakukan dengan undian. Undian
ini dilakukan dengan cara membuat potongan kertas kecil-
kecil sejumlah siswa dalam satu kelas kemudian kita tuliskan
nomor dari 1 – 22 dan sisanya berisi angka 0. Bagi siswa
yang mendapatkan undian nomor 1 – 22 maka itulah yang
menjadi sampel dan siswa yang mendapatkan undian angka 0
maka siswa tersebut tidak menjadi sampel (responden
penelitian).
109 .Ibid., 120.
87
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian
adalah mendapatkan dara. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan berupa angket.
1. Angket
Angket atau kuisioner merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan
tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah
disiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh responden.110
Angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket
dengan skala likert yang memuat 4 pilihan jawaban, yaitu:
(SL) selalu, (SR) sering, (KD) kadang-kadang dan (TP) tidak
pernah. Angket ini digunakan untuk menggali informasi
tentang manajemen kepemimpinan kepala sekolah, budaya
sekolah dan kinerja guru. Berikut ini pedoman penskoran
untuk menilai jawaban angket yang diisi oleh responden.
110 Wulansari, Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktik dengan
Menggunakan SPSS, 69.
88
Tabel 3.2
Skor jawaban angket
Pilihan
jawaban
Pernyataan
positif
Pernyataan
negative
SL 4 1
SR 3 2
KD 2 3
TP 1 4
2. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang-barang tertulis.111 Dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi
buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan
dengan penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar
siswa dalam bentuk raport.
111 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
(Jakarta: RINEKA CIPTA, 2013), 201.
89
E. Instrumen Penelitian
1. Kisi-Kisi Instrumen
Adapun penyusunan instrumen penelitian dilakukan
berdasarkan indikator-indikator variabel penelitian dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Uji coba Instrumen
Variabel Sub Variabel Indikator Nomor
Instrumen
Manajemen
Kepemimpin
an Kepala
Sekolah
(X₁)
(Daryanto
Dkk)
1. Pembagian
Kerja
Menspesialisasi pekerjaan karyawan 1,2
2. Keseimbanga
n Wewenang
Berwenang dalam memerintahkan
bawahan melakukan atau tidak
3,4
Melakukan sesuatu
3. Disiplin Menegakkan kedisiplinan dalam
organisasi
5,6
4. Kesatuan
Komando
Karyawan menerima tugas dan
mempertanggung jawabkan kepada
satu atasan
7,8
5. Kesatuan
arah
Memiliki tujuan dan arah yang jelas 9,10
6. Mengutamak
an
Kepentingan
Organisasi
diatas
Kepentingan
Individu
Kepentingan organisasi harus
didahulukan dari kepentingan
individu baik untuk karyawan
maupun manager
11,12
7. Kompensasi
yang adil
Memberikan upah/gaji sesuai dengan
beban kerja yang dilaksanakan
13,14
8. Sentralisasi Menerapkan prinsip sentralisasi
seimbang
15,16
9. Rantai scalar Memahami garis wewenang yang
menunjukkan tanggungjawab yang
17,18
90
diemban
10. Tata tertib Pemegang peranan penting dalam
upaya peningkatan efisiensi dalam
bekerja
19,20
11. Keadilan Bertindak secara adil kepada seluruh
karyawan
21,22
12. Stabilitas
kondisi
karyawan
Mempertahankan karyawan yang
produktif
23,24
13. Inisiatif Memberi kebebasan dalam
berinisiatif
25,26
14. Semangat
kesatuan
mengembangkan dan meningkatkan
semangat tim
27,28
Budaya
Sekolah
(X₂)
(Sthepen P.
Robbins)
1. Inovasi dan
pengambilan
resiko
a. Kebebasan mengeluarkan ide
b. Kebebasan mengambil keputusan
c. Berani menanggung resiko yang
diterima
1,2,
3,4
5,6
2. Perhatian
terhadap
detail
a. Ketelitian dalam bekerja
b. Adanya evaluasi kerja
7,8
9,10
3. Orientasi hasil a. Adanya pembahasan
b. Adanya hasil kerja
c. Adanya cara kerja
11,12
13,14
15,16
4. Orientasi
individu
a. Adanya pembagian kerja
b. Hubungan dengan rekan kerja
c. Adanya pemberian reward
17,18
19,20
21,22
5. Orientasi tim a. Adanya kerjasama tim
b. Dukungan dari rekan kerja
23,24
25,26
6. Keagresifan a. Persaingan sehat antar karyawan
b. Inisiatif kerja
27,28
29,30
7. Stabilitas a. Iklim komunikasi yang sudah ada
b. Kenyamanan bekerja
c. Adanya jenjang karir
d. Hasil yang diterima materi
31,32
33,34
35,36
37,38
Lanjutan tabel.....
91
Lanjutan tabel…..
Kinerja Guru
(Y₁)
(Hamzah B.
Uno)
1. Kualitas kerja a. Merencanakan program
pengajaran dengan tepat
b. Melakukan penilaian hasil belajar
c. Berhati-hati dalam menjelaskan
materi ajar
d. Menerapkan hasil penelitian
dalam pembelajaran
1,2
3,4
5,6
7,8
2. Kecepatan/Ke
tepatan kerja
a. Menerapkan hal baru dalam
KBM
b. Memberikan materi ajar sesuai
dengan karakteristik siswa
c. Menyelesaikan program
pengajaran sesuai kalender
akademik
9,10
11,12
13,14
3. Inisiatif dalam
bekerja
a. menggunakan media dalam
pembelajaran
b. menggunakan berbagai metode
dalam pembelajaran
c. menyelenggarakan administrasi
sekolah dengan baik
d. Menciptakan hal-hal baru yang
lebih efektif dalam menata
administrasi sekolah
15,16
17,18
19,20
21,22
4. Kemampuan
kerja
a. Mampu dalam memimpin kelas
b. Mampu mengelola KBM
c. Mampu melakukan penilaian
hasil belajar siswa
d. Menguasai landasan pendidikan
23,24
25,26
27,28
29,30
5. Komunikasi a. Melaksanakan layanan
bimbingan belajar
b. Mengkomunikasikan hal-hal baru
dalam pembelajaran
c. Menggunakan berbagai teknik
dalam mengelola proses belajar
mengajar
d. Terbuka dalam menerima
masukan untuk perbaikan
pembelajaran
31,32
33,34
35,36
37,38
92
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Uji Hipotesis
Variabel Sub Variabel Indikator Nomor
Instrumen
Manajemen
Kepemimpin
an Kepala
Sekolah
(X₁)
(Daryanto
Dkk)
1. Pembagian
Kerja
Menspesialisasi pekerjaan karyawan 1
2. Keseimbanga
n Wewenang
Berwenang dalam memerintahkan
bawahan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu
2
3. Disiplin Menegakkan kedisiplinan dalam
organisasi
3,4
4. Kesatuan
Komando
Karyawan menerima tugas dan
mempertanggung jawabkan kepada
satu atasan
5,6
5. Kesatuan
Arah
Memiliki arah dan tujuan yang jelas 7,8
6. Mengutamak
an
Kepentingan
Organisasi
diatas
Kepentingan
Individu
Kepentingan organisasi harus
didahulukan dari kepentingan
individu baik untuk karyawan
maupun manager
9
7. Kompensasi
yang adil
Memberikan upah/gaji sesuai dengan
beban kerja yang dilaksanakan
10,11
8. Sentralisasi Menerapkan prinsip sentralisasi
seimbang
12
9. Rantai scalar Memahami garis wewenang yang
menunjukkan tanggungjawab yang
diemban
13,14
10. Tata tertib Pemegang peranan penting dalam
upaya peningkatan efisiensi dalam
bekerja
15,16
11. Keadilan Bertindak secara adil kepada seluruh
karyawan
17
12. Stabilitas
kondisi
karyawan
Mempertahankan karyawan yang
produktif
18
93
13. Inisiatif Memberi kebebasan dalam
berinisiatif
19,20
14. Semangat
Kesatuan
mengembangkan dan meningkatkan
semangat tim
21
Budaya
Sekolah
(X₂)
(Sthepen P.
Robbins)
1. Inovasi dan
pengambilan
resiko
a. Kebebasan mengeluarkan ide
b. Kebebasan mengambil keputusan
c. Berani menanggung resiko yang
diterima
1,2
3
4
2. Perhatian
terhadap
detail
a. Ketelitian dalam bekerja
b. Adanya evaluasi kerja
5
6,7
3. Orientasi
hasil
a. Adanya pembahasan
b. Adanya hasil kerja
c. Adanya cara kerja
8
9
10
4. Orientasi
individu
a. Adanya pembagian kerja
b. Hubungan dengan rekan kerja
c. Adanya pemberian reward
11
12
13
5. Orientasi tim a. Adanya kerjasama tim
b. Dukungan dari rekan kerja
14
15
6. Keagresifan a. Persaingan sehat antar karyawan
b. Inisiatif kerja
16,17
18
7. Stabilitas a. Iklim komunikasi yang sudah ada
b. Kenyamanan bekerja
c. Adanya jenjang karir
d. Hasil yang diterima materi
19
20
21
22
1. Kualitas
kerja
a. Merencanakan program
pengajaran dengan tepat
b. Melakukan penilaian hasil belajar
c. Berhati-hati dalam menjelaskan
materi ajar
d. Menerapkan hasil penelitian
dalam pembelajaran
1
2,3
4,5
6
Lanjutan tabel.....
94
Lanjutan tabel…..
Variabel Sub Variabel Indikator Nomor
Instrumen
1. Kecepatan/
Ketepatan
kerja
a. Menerapkan hal baru dalam
KBM
b. Memberikan materi ajar sesuai
dengan karakteristik siswa
c. Menyelesaikan program
pengajaran sesuai kalender
akademik
7,8
9
10
2. Inisiatif
dalam
bekerja
a. Menggunakan media dalam
pembelajaran
b. Menggunakan berbagai metode
dalam pembelajaran
c. Menyelenggarakan administrasi
sekolah dengan baik
d. Menciptakan hal-hal baru yang
lebih efektif dalam menata
administrasi sekolah
11,12
13,14
15
16
4. Kemampuan
kerja
a. Mampu dalam memimpin kelas
b. Mampu mengelola KBM
c. Mampu melakukan penilaian
hasil belajar siswa
d. Menguasai landasan pendidikan
17
18
19
20
5. Komunikasi a. Melaksanakan layanan
bimbingan belajar
b. Mengkomunikasikan hal-hal baru
dalam pembelajaran
c. Menggunakan berbagai teknik
dalam mengelola proses belajar
mengajar
d. Terbuka dalam menerima
masukan untuk perbaikan
pembelajaran
21,22
23,24
25
26
95
2. Uji Coba Instrumen
Kegiatan pengujian instrumen penelitian meliputi dua
hal yaitu, pengujian validasi dan reliabilitas. Pengujian
validasi dan reliabilitas instrument sangat penting karena
berkaitan dengan proses pengukuran yang cenderung keliru
apalagi variabel-variabel yang diteliti sifatnya abstrak
sehingga sukar untuk dilihat divisualisasikan secara realita.
Sebagai upaya untuk memaksimalkan kualitas instrumen
penelitian dan meminimalkan kecenderungan kekeliruan
maka uji validasi dan reliabilitas instrumen penelitian perlu
dilakukan. Uji validasi digunakan untuk mengukur sah valid
tidaknya suatu kuesioner.112 Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap
suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Tujuan dari
uji validasi adalah untuk mengukur apakah pertanyaan dalam
kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur
yang hendak kita ukur. Uji validasi terhadap instrument
dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang
dipergunakan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Uji validasi instrument yang penulis
lakukan meliputi Validasi Isi/Logis dan Validasi Empirik.
112 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS
IBM SPSS 21 (Semarang: Universitas Diponegoro, 2013), 52.
96
a. Uji Validitas
Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes
mengukur cakupan substansi yang diukur.113 Validitas isi
berkaitan dengan apakah item-item instrumen
menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin
diukur. Validitas isi pada umumnya ditentukan oleh
pertimbangan tim panel ahli atau expert.
Dalam hal ini yang menjadi expert uji validasi
instrumen penelitian adalah Dr. Muhammad Thoyib, M.Pd,
Dr. Shinta Maharani, S.E, M.AK. dan Dr. Mambaul
Ngadimah, M.Ag. Tidak terdapat formula matematis untuk
menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara
pasti tetapi untuk memberikan gambaran suatu instrumen
penelitian divalidasi dengan menggunakan validitas ini,
pertimbangan tim panel ahli tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut: Tim panel ahli diminta untuk mengamati
secara cermat semua item dalam instrumen penelitian yang
hendak divalidasi. Kemudian diminta untuk mengoreksi
semua item yang telah dibuat. Dan pada akhir perbaikan
diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana
instrumen tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak
113 Maman Abdurrahman, Dasar-Dasat Metode Statistik Untuk Penelitian
(Bandung: Pustaka Setia, 2011), 50.
97
diukur. Pertimbangan tim panel ahli mencakup apakah semua
aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item-item
pernyataan dalam instrumen penelitian. Tim panel juga
mensarankan untuk menyederhanakan bahasa pernyataan agar
sesuai dengan objek penelitian. Selain itu untuk memudahkan
pemahaman pernyataan hendaknya menggunakan kaidah
SPOK.
b. Uji Validitas Empirik
Validitas empirik adalah validitas yang dinyatakan
berdasarkan hasil pengalaman. Sebuah instrumen penelitian
dikatakan memiliki validitas apabila sudah teruji dari
pengalaman. Dengan demikian syarat instrumen dikatakan
memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui
pengalaman, yaitu melalui uji coba. Instrumen penelitian ini
diuji cobakan kepada 30 orang siswa SMPN 1 Plaosan pada
bulan Maret 2020, karena sekolah tersebut memiliki
karakteristik hampir sama dengan SMPN 1 Poncol bagi dari
segi manajemen kepemimpinan kepala sekolah, budaya
sekolah dan kinerja guru.
Uji validitas digunakan untuk mendapatkan tingkat
keahlian kevalidan dan keshahihan atau instrumen untuk
mendapatkan ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan
98
peneliti. Perhitungan validitas empiric instrumen manajemen
kepemimpinan kepala sekolah(X₁), budaya sekolah(X₂), dan
kinerja guru (Y₁) dengan menggunakan program IBM SPSS
Statistic Version 16.
Cara menentukan valid tidaknya instrumen terhadap
responden uji coba sebanyak 30 adalah dengan
mengonsultasikan hasil perhitungan korelasi dengan tabel
nilai koefisien korelasi product moment pearson pada taraf
kesalahan signifikansi 5% yaitu sebesar 0,361 (df = 30-2 =
28). Apabila rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 5% maka
soal dinyatakan valid dan apabila rhitung < rtabel maka soal
dinyatakan tidak valid.
1) Uji Validitas Instrumen Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas
instrumen ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30 siswa.
Dari hasil perhitungan validitas item instrumen terhadap 28
item soal variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah,
terdapat 21 item soal yang dinyatakan valid yaitu nomor 1, 3,
5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 26,
dan 27. Dari hasil perhitungan validitas item instrumen di atas
dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini:
99
Tabel 3.5
Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah No.
Item “r” hitung “r” tabel Keterangan
1 0,373 0,361 Valid
2 -0,337 0,361 Tidak valid
3 0,549 0,361 Valid
4 -0,197 0,361 Tidak Valid
5 0,471 0,361 Valid
6 0,378 0,361 Valid
7 0,375 0,361 Valid
8 0,589 0,361 Valid
9 0,458 0,361 Valid
10 0,478 0,361 Valid
11 0,319 0,361 Tidak Valid
12 0,429 0,361 Valid
13 0,473 0,361 Valid
14 0,484 0,361 Valid
15 0,273 0,361 Tidak valid
16 0,363 0,361 Valid
17 0,583 0,361 Valid
18 0,482 0,361 Valid
19 0,518 0,361 Valid
20 0,530 0,361 Valid
21 0,385 0,361 Valid
22 0,338 0,361 Tidak valid
23 0,323 0,361 Tidak valid
24 0,363 0,361 Valid
25 0,520 0,361 Valid
26 0,455 0,361 Valid
27 0,432 0,361 Valid
28 0,166 0,361 Tidak valid
100
2) Uji Validitas Instrumen Budaya Sekolah
Untuk variabel budaya sekolah dari 38 item tedapat 26
item yang dinyatakan valid, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10,
11, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34,
36, dan 38. Dari hasil perhitungan validitas item instrumen di
atas dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini:
Tabel 3.6
Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Budaya Sekolah
No.
Item “r” hitung “r” tabel
Keterangan
1 0,457 0,361 Valid
2 0,391 0,361 Valid
3 0,538 0,361 Valid
4 0,228 0,361 Tidak Valid
5 0,538 0,361 Valid
6 0,298 0,361 Tidak valid
7 0,353 0,361 Tidak valid
8 0,395 0,361 Valid
9 0,398 0,361 Valid
10 0,437 0,361 Valid
11 0,133 0,361 Tidak Valid
12 0,372 0,361 Valid
13 0,450 0,361 Valid
14 0,136 0,361 Tidak valid
15 0,455 0,361 Valid
16 0,069 0,361 Tidak valid
17 0,233 0,361 Tidak valid
18 0,424 0,361 Valid
19 0,363 0,361 Valid
101
20 0,030 0,361 Tidak valid
21 0,185 0,361 Tidak valid
22 0,400 0,361 Valid
23 0,223 0,361 Tidak valid
24 0,385 0,361 Valid
25 0,387 0,361 Valid
26 0,247 0,361 Tidak valid
27 0,387 0,361 Valid
28 0,361 0,361 Valid
29 0,371 0,361 Valid
30 -0,052 0,361 Tidak valid
31 0,310 0,361 Tidak valid
32 0,368 0,361 Valid
33 0,363 0,361 Valid
34 0,082 0,361 Tidak valid
35 0,071 0,361 Tidak valid
36 0,376 0,361 Valid
37 0,398 0,361 Valid
38 -0,125 0,361 Tidak valid
3) Uji Validitas Instrumen Kinerja Guru
Untuk variabel kinerja guru dari 38 item terdapat 22
item yang dinyatakan valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10,
12,13,15, 18, 19, 22,24, 25, 28, 29, 32, 33,36, dan 38. Dari
hasil perhitungan validitas item instrumen di atas dapat
disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini:
Lanjutan tabel....
102
Tabel 3.7
Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Kinerja Guru
No.
Item “r” hitung “r” tabel
Keterangan
1 0,662 0,361 Valid
2 0,148 0,361 Tidak valid
3 0,622 0,361 Valid
4 0,543 0,361 Valid
5 0,492 0,361 Valid
6 0,412 0,361 Valid
7 0,296 0,361 Tidak valid
8 0,443 0,361 Valid
9 0,365 0,361 Valid
10 0,516 0,361 Valid
11 0,444 0,361 Valid
12 -0,061 0,361 Tidak valid
13 0,455 0,361 Valid
14 0,352 0,361 Tidak valid
15 0,547 0,361 Valid
16 0,361 0,361 Valid
17 0,400 0,361 Valid
18 0,725 0,361 Valid
19 0,184 0,361 Tidak valid
20 0,455 0,361 Valid
21 0,321 0,361 Tidak valid
22 0,368 0,361 Valid
23 0,305 0,361 Tidak valid
24 0,387 0,361 Valid
25 0,156 0,361 Tidak valid
26 0,434 0,361 Valid
27 0,321 0,361 Tidak valid
28 0,387 0,361 Valid
103
Lanjutan tabel.....
29 0,291 0,361 Tidak valid
30 0,367 0,361 Valid
31 0,445 0,361 Valid
33 0,552 0,361 Valid
34 0,450 0,361 Valid
35 0,159 0,361 Tidak valid
36 0,441 0,361 Valid
37 -0,105 0,361 Tidak valid
38 0,726 0,361 Valid
c. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji dan
mengetahui derajat keajegan suatu alat ukur. Suatu instrumen
dapat dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut
memberikan hasil yang tetap walaupun dilakukan dalam
beberapa kali dalam waktu berlainan. Jika nilai Alpha > 0,60
maka konstruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel
adalah reliabel.114 Untuk menentukan tingkat reliabilitas
instrumen peneliti berpedoman pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Interpretasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
114 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 199.
104
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
Setelah dilakukan uji reliabilitas pada masing-masing
variabel dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer
IBM SPSS Statistic Version 16 diperoleh data sebagaimana
terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.8
Rekapitulasi Uji Reliabilitas Item Instrumen
Variabel nilai
Alpha
Angka
kritik Keterangan
Manajemen
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
0,828 0,60 Reliabel
Budaya Sekolah 0,682 0,60 Reliabel
Kinerja Guru 0,851 0,60 Reliabel
1. Instrumen Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,822 > 0,600
sehingga instrumen dikatakan reliabel dengan tingkat
keterandalan sangat tinggi.
2. Instrumen Budaya Sekolah memiliki koefisien reliabilitas
sebesar 0,813 > 0,600 sehingga instrumen dikatakan
reliabel dengan tingkat keterandalan sangat tinggi.
Lanjutan tabel....
105
3. Instrumen Kinerja Guru memiliki koefisien reliabilitas
sebesar 0,847 > 0,600 sehingga instrumen dikatakan
reliabel dengan tingkat keterandalan sangat tinggi.
F. Tahap-Tahap Penelitian
1. Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilaksanakan selama 4 bulan
mulai dari bulan Januari sampai Juni 2020. Adapun tahap-
tahap yang dilalui adalah pengajuan judul tesis, proses
bimbingan proposal tesis, penyusunan proposal tesis, ujian
proposal tesis, pembuatan instrumen pengumpulan data di
luar responden, uji coba instrumen pengumpulan data,
perbaikan instrumen pengumpulan data, penyerahan
instrumen pengumpulan data kepada responden, penarikan
instrumen pengumpul data dari responden, analisis statistika
hasil penelitian, proses penyusunan laporan tesis, dan
pelaksanaan ujian tesis.
2. Tahap Penelitian
Penelitian kuantitatif dilakukan melalui alat ukur
penelitian dengan teknik yang obyektif dan baku yang
memenuhi standar validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Setelah itu dilanjutkan dengan analisis sistematika sehingga
hasil penelitian dapat memberi makna. Hasil penelitian ini
106
merupakan generalisasi dan interpretasi berdasarkan hasil
analisis data dengan menggunakan statistik. Kebenaran hasil
penelitian didukung oleh hasil penelitian yang relevan dan
validitas serta reliabilitas alat ukur penelitian yang digunakan.
Penelitian kuantitatif diawali dengan menemukan
masalah penelitian. masalah penelitian dirumuskan secara
konseptual atau operasional. Masalah penelitian harus
dijawab secara teoritik sehingga dasar pembuatan hipotesis
penelitian (jawaban sementara) yang akan dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian. setelah pemilihan masalah
dan untuk menjawab kebenaran hipotesis, langkah berikutnya
peneliti harus menentukan metode apa yang sesuai digunakan
untuk menjawab masalah penelitian. seterusnya peneliti
menentukan populasi kemudian merancang alat ukur
penelitian dan dilanjutkan dengan pengumpulan data. Setelah
terkumpul, peneliti menganalisis data dan mendapat temuan
hasil penelitian. langkah terakhir adalah menulis, laporan
hasil penelitian dengan menginterprstasikan hasil analisis
data.
107
G. Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengorganisasi
data, menyajikan, dan menganalisis data. Adapun cara untuk
menggambarkan data adalah dengan melalui teknik statistik
seperti membuat tabel, distribusi frekuensi, dan diagram atau
grafik. Penelitian ini menggunakan bantuan komputer dengan
program IBM SPSS Statistic Version 16, di dalamnya dibahas
mengenai harga rerata (Mean), standar deviasi (SD), median
(Me), modus (Mo), Range, nilai maksimum dan nilai
minimum, yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan
diagram.
Mean adalah nilai rata-rata yang diperoleh dengan
menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu dan
membagi total nilai tersebut dengan banyaknya sampel.
Median (Me) adalah suatu bilangan pada distribusi yang
menjadi batas tengah suatu distribusi nilai. Modus (Mo)
adalah nilai atau skor yang paling sering muncul dalam suatu
distribusi.115
Diagram histogram dibuat untuk menyajikan data
hasil penelitian. Histogram ini dibuat berdasarkan data
frekuensi yang telah ditampilkan dalam tabel distribusi
115 Ibid., 52.
108
frekuensi. Diagram lingkaran dibuat berdasarkan data nilai
kecenderungan skor pada masing-masing variabel. Menurut
Saefudin Azwar perhitungan untuk mencari nilai
kecenderungan skor menggunakan batasan-batasan sebagai
berikut:
Sangat rendah = X < Mi – 1,5 SDi
Rendah = Mi – 1,5 SDi ≤ X < Mi
Tinggi = Mi ≤ X < Mi + 1,5 SDi
Sangat tinggi = Mi + 1,5 SDi ≤ X
Keterangan :
X : Skor
Mi : Mean ideal
SDi : Simpangan baku ideal
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menghindari
kesalahan dalam penyebaran data yang tidak 100% normal
(tidak normal sempurna) maka dalam analisis hasil penelitian
ini menggunakan rumus Kolmogorof-Smirnov. Uji normalitas
ini dihitung dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16.0.
Apabila jumlah perhitungan > 0,05 maka dinyatakan
109
distribusi normal, sebaliknya jika jumlah perhitungan < 0,05
maka dinyatakan distribusi tidak normal.116
b. Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan uji kelinieran garis regresi.
digunakan pada analisis regresi linier sederhana dan analisis
regresi linier ganda.117 Uji linieritas ini digunakan untuk
mengetahui apakah antara variabel y dan variabel x
mempunyai hubungan linier. Uji linieritas ini dihitung dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. Apabila P-value >α
maka Ho diterima sehingga dinyatakan linier, sebaliknya jika
P-value <α maka Ho ditolak sehingga dinyatakan tidak linier.
c. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
tiap-tiap variabel bebas saling berhubungan secara linier. Jika
seluruh variabel bebas berkorelasi kuat berarti terjadi
multikolinearitas.118 Model regresi yang baik selayaknya
tidak terjadi multikalinieritas. Untuk mengetahui terjadi
multikalinieritas di antara variabel bebas (independent) dalam
suatu model regresi dapat dilakukan dengan berbagai rumus,
116 Ibid., 159. 117 Andhita Dessy Wulansari, Aplikasi Statistika Parametrik Dalam
Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2016), 55. 118 Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS IBM
SPSS 21, 92.
110
yakni uji Klein, VIF (Variance Inflation Factor), dan CI
(Condition index).119 Pengujian multikalinieritas dalam
penelitian ini menggunakan rumus VIF dan dihitung dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. Apabila nilai VIF
suatu variabel lebih dari 10 maka terdapat masalah
multikolinieritas pada variabel, dan sebaliknya apabila nilai
VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat masalah
multikolinieritas pada variabel.120
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedasitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang
baik selayaknya tidak terjadi multikalinieritas. Terdapat tiga
metode yang dapat digunakan untuk uji heterokedastisitas,
yaitu uji Rank spearman, uji Park, dan uji White.121 Uji
heterokedastisitas ini dihitung dengan menggunakan bantuan
SPSS versi 16.0. Apabila nilai signifikansi dua sisi koefisien
korelasi rank spearman > 0,05 maka Ho diterima sehingga
tidak terjadi masalah heterokedastisitas, sebaliknya apabila
nilai signifikansi dua sisi koefisien korelasi rank spearman <
119 Yuni Prihadi Utomo, Eksplorasi Data Dan Analisis Regresi Dengan
SPSS (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press, 2007), 161. 120 Ibid., 162. 121 Ibid., 171.
111
0,05 maka Ho ditolak artinya terjadi masalah
heterokedastisitas.122
Dasar analisis:123
1) Ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Jalur (Path Analysis)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis
jalur (path analysis) untuk mengetahui hubungan sebab akibat
yang terjadi, dengan tujuan menerangkan akibat langsung dan
akibat tidak langsung seperangkat variabel, sebagai penyebab
terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat.124
Analisis jalur (path analysis) merupakan pengembangan
122 Ibid., 176. 123 Danang Sunyoto, Praktik SPSS Untuk Kasus Dilengkapi Contoh
Penelitian Bidang Ekonomi (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011), 121-122. 124 Jonathan Sarwono, “Mengenal Path Analysis: Sejarah, Pengertian, dan
Aplikasi”, Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Volume 11, 2, (November
2011), 287.
112
langsung dari bentuk regresi berganda dengan tujuan
memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan
signifikansi (significance) suatu hubungan sebab akibat
hipotekal dalam seperangkat variabel.125 Hubungan langsung
dalam analisis jalur terjadi jika satu variabel mempengaruhi
variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi
(intervening). Hubungan tidak langsung adalah jika ada
variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel
ini.126
Uji analisis jalur ini dihitung menggunakan bantuan
SPSS versi 16.0. Apabila nilai sig < 0,05 maka Ho diterima
sehingga terdapat pengaruh antara variabel X terhadap Y baik
secara langsung maupun tidak langsung. Apabila nilai sig >
0,05 maka Ho ditolak sehingga tidak terdapat pengaruh antara
variabel X terhadap Y baik secara langsung maupun tidak
langsung.
125 Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS IBM
SPSS 21, 236. 126 Ibid., 239.
113
113
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
Pelaksanaan penelitian bertempat di SMPN 1 Poncol
Kabupaten Magetan. Tepatnya di kelurahan Alastuwo
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur.
Meskipun sekolah berstatus Negeri SMPN 1 Poncol tetap
menyetarakan pelajaran umum dan agama bertujuan untuk
mewujudkan visi sekolah yaitu “Terwujudnya Generasi Yang
Tangguh Dalam Prestasi Berdasarkan Iman dan Budi Pekerti
Luhur Serta Peduli Lingkungan Hidup”. Adapun subyek
penelitian ini adalah siswa kelas IX yang berjumlah 131
orang di mana masing-masing kelas akan diambil 22 siswa.
SMPN 1 Poncol juga merupakan sekolah yang dapat
mencanangkan Adiwiyata tingkat Kabupaten pada tahun 2017
dan mencanangkan Adiwiyata tingkat Provinsi pada tahun
2018. Sebagai sekolah Adiwiyata tentunya kegiatan sekolah
semakin meningkat, namun hal tersebut tidak mengurangi
prestasi, justru memotivasi semangat sehingga meningkatkan
prestasi sekolah.
Suasana kondusif ditunjukkan melalui komunikasi dan
kerjasama yang baik antar pendidik, tenaga kependidikan dan
siswa dalam melaksanakan tugas sekolah. Suasana tersebut
114
juga ditunjukkan dalam aktifitas sehari-hari guru dan siswa
sudah terbiasa dengan sebutan 5S yang menjadi slogan
kehidupan warga SMPN 1 Poncol, yaitu Senyum, Sapa,
Salam, Sopan dan Santun.
Kondisi sarana prasarana yang pada umumnya dalam
keadaan baik dan sekurang-kurangnya memiliki ruang kepala
sekolah, ruang gutu, ruang tata usaha, ruang BK, ruang kelas,
perpustakaan, laboraturium, lapangan olah raga, musholla,
dan lain-lain. Selain itu tersedia fasilitas lain seperti
komputer, LCD, dan TV.
B. Deskripsi Data Khusus
Berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan data
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁),
budaya sekolah (X₂), kinerja guru (Y₁), dan prestasi belajar
(Y₂) dapat dilihat pada lampiran (angket setelah uji coba dan
dokumentasi). Deskripsi data pada masing-masing variabel
diperoleh berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan.
Pada bagian ini data dari masing-masing variabel yang berupa
nilai rerata (mean), nilai tengah (median), modus (mode), dan
standar deviasi (SD) yang akan digunkan untuk
mendeskripsikan dan menguji pengaruh variabel X terhadap
Y. Selain itu, akan disajikan tabel distribusi frekuensi setiap
115
variabel dan dilanjutkan dengan penentuan kecenderungan
masing-masing variabel. Deskripsi dari masing-masing
variabel dapat dirinci berikut:
1. Statistik Deskriptif Manajemen Kepemimpinan Kepala
Sekolah
Data tentang manajemen kepemimpinan kepala
sekolah diperoleh dari angket yang terdiri dari 21 pernyataan.
Skor yang diberikan pada setiap butir maksimal 4 dan
minimal 1. Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh skor
tertinggi ideal 79 dan skor terendah ideal 41. Data penelitian
diolah menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic
Version 16, hasil analisis deskriptif variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah memiliki skor tertinggi sebesar
79, skor terendah sebesar 41, mean sebesar 65,23, median
sebesar 66.00, modus sebesar 66 dan standar deviasi sebesar
6,33 (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6).
Adapun langkah-langkah menyusul tabel distribusi frekuensi
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah dapat
dilihat pada lampiran. Adapun tabel distribusi frekuensi
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah:
116
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Manajemen
Kepemimpinan Kepala Sekolah
No Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 41 – 45 1 0,8%
2 46 – 50 1 0,8%
3 51 – 55 5 3,8%
4 56 – 60 22 16,8%
5 61 – 65 36 27,5%
6 66 – 70 40 30,5%
7 71 – 75 17 12,9%
8 76 – 80 9 6,9%
JUMLAH 131 100%
Tabel dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Variabel
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
117
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa
manajemen kepemimpinan kepala sekolah memiliki skor
tertentu yaitu dengan melihat rentang skor, namun belum
dapat diketahui berapa banyak manajemen kepemimpinan
kepala sekolah tinggi, sedang, rendah sehingga perlu
pengkatagorian data empiris. Caranya adalah dengan
membandingkan nilai rata-rata angket dan nilai rata-rata ideal
maka dapat diketahui kecenderungan skor variabel
manajemen kepemimpinan kepala sekolah, perhitungannya
dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah.
Tabel 4.2 Kategori Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah
No Rentang Skor Frekuensi Frekuensi
(%)
Kategori
1 65 – 93 77 58,78% Tinggi
2 36 – 64 54 41,22% Sedang
3 7 – 35 - Rendah
Jumlah 131 100
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang
menyatakan manajemen kepemimpinan kepala sekolah di
SMPN 1 Poncol dalam kategori tinggi dengan frekuensi 77
responden (58,78%), kategori sedang dengan frekuensi
sebanyak 54 responden (41,22%), dan dalam kategori rendah
dengan frekuensi sebanyak 0 responden. Dengan demikian,
118
secara umum dapat dikatakan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah di SMPN 1 Poncol adalah
tinggi yang dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan
prosentasenya 58,78%.
2. Statistik Deskriptif Budaya Sekolah
Data tentang budaya sekolah diperoleh dari angket yang
terdiri dari 22 pernyataan. Skor yang diberikan pada setiap
butir maksimal 4 dan minimal 1. Berdasarkan ketentuan
tersebut diperoleh skor tertinggi ideal 84 dan skor terendah
ideal 48. Data penelitian diolah menggunakan bantuan
program IBM SPSS Statistic Version 16, hasil analisis
deskriptif variabel budaya sekolah memiliki skor tertinggi
sebesar 84, skor terendah sebesar 48, mean sebesar 68,48,
median sebesar 69.00, modus sebesar 69 dan standar deviasi
sebesar 6,18 (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
6). Adapun langkah-langkah menyusul tabel distribusi
frekuensi variabel budaya sekolah dapat dilihat pada
lampiran. Adapun tabel distribusi frekuensi variabel budaya
sekolah:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Sekolah
No Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 48 – 52 2 1,5%
2 53 – 57 3 2,3%
3 58 – 62 17 12,9%
4 63 – 67 33 26%
119
5 68 – 72 42 32,1%
6 73 – 77 24 18,3%
7 78 – 82 7 5,3%
8 83 – 87 2 1,5%
JUMLAH 131 100%
Tabel dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Batang Variabel Budaya Sekolah
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa budaya
sekolah memiliki skor tertentu yaitu dengan melihat rentang
skor, namun belum dapat diketahui berapa banyak budaya
sekolah tinggi, sedang, rendah sehingga perlu pengkatagorian
data empiris. Caranya adalah dengan membandingkan nilai
rata-rata angket dan nilai rata-rata ideal maka dapat diketahui
Lanjutan tabel....
120
kecenderungan skor variabel budaya sekolah, perhitungannya
dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah.
Tabel 4.4 Kategori Budaya Sekolah
No Rentang Skor Frekuensi Frekuensi
(%)
Kategori
1 65 – 93 99 75,57% Tinggi
2 36 – 64 32 24,43% Sedang
3 7 – 35 - Rendah
Jumlah 131 100
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang
menyatakan budaya sekolah di SMPN 1 Poncol dalam
kategori tinggi dengan frekuensi 99 responden (75,57%),
kategori sedang dengan frekuensi sebanyak 32 responden
(24,43%), dan dalam kategori rendah dengan frekuensi
sebanyak 0 responden. Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa budaya sekolah di SMPN 1 Poncol adalah
tinggi yang dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan
prosentasenya 75,57%.
3. Statistik Deskriptif Kinerja Guru
Data tentang budaya sekolah diperoleh dari angket
yang terdiri dari 26 pernyataan. Skor yang diberikan pada
setiap butir maksimal 4 dan minimal 1. Berdasarkan
ketentuan tersebut diperoleh skor tertinggi ideal 109 dan skor
terendah ideal 47. Data penelitian diolah menggunakan
bantuan program IBM SPSS Statistic Version 16, hasil
121
analisis deskriptif variabel kinerja guru memiliki skor
tertinggi sebesar 109, skor terendah sebesar 47, mean sebesar
77,73, median sebesar 78.00, modus sebesar 78 dan standar
deviasi sebesar 8,69 (data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 6). Adapun langkah-langkah menyusul tabel
distribusi frekuensi variabel budaya sekolah dapat dilihat
pada lampiran. Adapun tabel distribusi frekuensi variabel
kinerja guru:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Guru No Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 47 – 54 2 1,5%
2 55 – 62 1 0,8%
3 63 – 70 22 16,8%
4 71 -78 48 36,6%
5 79 – 86 41 31,3%
6 87 – 94 16 12,2%
7 95 – 103 - -
8 104 – 111 1 0,8%
JUMLAH 131 100%
Tabel dapat digambarkan dalam bentuk diagram
batang sebagai berikut:
122
Gambar 4.3 Diagram Batang Variabel Kinerja Guru
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa kinerja
guru memiliki skor tertentu yaitu dengan melihat rentang
skor, namun belum dapat diketahui berapa banyak kinerja
guru tinggi, sedang, atau rendah sehingga perlu
pengkatagorian data empiris. Caranya adalah dengan
membandingkan nilai rata-rata angket dan nilai rata-rata ideal
maka dapat diketahui kecenderungan skor variabel kinerja
guru, perhitungannya dengan mengetahui skor tertinggi dan
terendah.
123
Tabel 4.6 Kategori Kinerja Guru
No Rentang Skor Frekuensi Frekuensi
(%)
Kategori
1 78 – 104 69 52,71% Tinggi
2 43 – 77 62 47,29% Sedang
3 8 – 42 - - Rendah
Jumlah 131 100
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang
menyatakan kinerja guru di SMPN 1 Poncol dalam kategori
tinggi dengan frekuensi 69 responden (52,71%), kategori
sedang dengan frekuensi sebanyak 62 responden (47,29%),
dan dalam kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 0
responden. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan
bahwa kinerja guru di SMPN 1 Poncol adalah tinggi yang
dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan prosentasenya
52,71%.
4. Statistik Deskriptif Prestasi Belajar
Data tentang prestasi belajar diperoleh dari dokumen
leger nilai siswa kelas IX SMPN 1 Poncol. Data penelitian
diolah menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic
Version 16, hasil analisis deskriptif variabel prestasi belajar
memiliki skor tertinggi sebesar 1945, skor terendah sebesar
1580, mean sebesar 1710,98, median sebesar 1708.00, modus
sebesar 1729 dan standar deviasi sebesar 69,84 (data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6). Adapun
124
langkah-langkah menyusul tabel distribusi frekuensi variabel
prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran. Adapun tabel
distribusi frekuensi variabel kinerja guru:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar
No Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 1580 – 1625 17 12,9%
2 1626 – 1671 25 19,1%
3 1672 – 1717 30 22,9%
4 1718 – 1763 29 22,1%
5 1764 – 1809 20 15,3%
6 1810 – 1855 7 5,4%
7 1856 – 1901 2 1,5
8 1902 – 1947 1 0,8%
JUMLAH 131
Tabel dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
Gambar 4.4 Diagram Batang Variabel Prestasi Belajar
125
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa prestasi
belajar memiliki skor tertentu yaitu dengan melihat rentang
skor, namun belum dapat diketahui berapa banyak prestasi
belajar tinggi, sedang, rendah sehingga perlu pengkatagorian
data empiris. Caranya adalah dengan membandingkan nilai
rata-rata angket dan nilai rata-rata ideal maka dapat diketahui
kecenderungan skor variabel prestasi belajar, perhitungannya
dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah.
Tabel 4.8 Kategori Prestasi Belajar
No Rentang Skor Frekuensi Frekuensi
(%)
Kategori
1 1.824 – 2.772 7 5,34% Tinggi
2 1.177 – 1.823 124 94,65% Sedang
3 526 – 1.176 - - Rendah
Jumlah 131 100
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang
menyatakan prestasi belajar di SMPN 1 Poncol dalam
kategori tinggi dengan frekuensi 7 responden (5,34%),
kategori sedang dengan frekuensi sebanyak 124 responden
(94,65%), dan dalam kategori rendah dengan frekuensi
sebanyak 0 responden. Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
adalah tinggi yang dinyatakan dalam kategorisasi
menunjukkan prosentasenya 94,65%.
126
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
kolmogrov-Smirnov yang dihitung dengan program IBM
SPSS Statistic Version 16 pada taraf signifikan sebesar 5%.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas yaitu
jika > 0,05 maka data normal dan jika < 0,05 maka data tidak
normal. Berdasarkan harga koefisien probabilitas (sig) untuk
manajemen kepemimpinan kepala sekolah sebesar 0,481,
budaya sekolah sebesar 0,416, kinerja guru sebesar 0,954, dan
prestasi belajar sebesar 0,908.dengan demikian data
berdistribusi normal karena p > ,05. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas
No Variabel KS-Z p (sig) Keterangan
1 Manajemen
Kepemimpinan Kepala
Sekolah
0,840 0,481 Normal
2 Budaya Sekolah 0,884 0,416 Normal
3 Kinerja Guru 0,515 0,954 Normal
4 Prestasi Belajar 0,564 0,908 Normal
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 7)
2. Uji Linieritas
Uji linieritas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) mempunyai
hubungan linier. Uji linieritas ini dihitung dengan
127
menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. Data diolah
menggunakan bantuan dengan program IBM SPSS Statistic
Version 16. Pengambilan keputusan melihat kriteria apabila
P-value > α maka Ho diterima sehingga dinyatakan linier,
sebaliknya jika P-value < α maka Ho ditolak sehingga
dinyatakan tidak linier. Uji linieritas dapat disajikan dalam
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Linieritas
No Variabel P-
value α Keputusan Kesimpulan
1
Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar (X1 dan Y2)
0,249 0,05 Ho diterima Linier
2 Budaya Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar (X2 dan Y2) 0,724 0,05 Ho diterima Linier
3
Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru (X1 dan Y1)
0,728 0,05 Ho diterima Linier
4 Budaya Sekolah Terhadap
Kinerja Guru (X2 dan Y1) 0,073 0,05 Ho diterima Linier
5 Kinerja Guru Terhadap
Prestasi Belajar (Y1 dan Y2) 0,893 0,05 Ho diterima Linier
6
Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar Melewati
Kinerja Guru (X1 dan Y2
melewati Y1)
0,249 0,05 Ho diterima Linier
7
Budaya Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar Melewati
Kinerja Guru (X2 dan Y2
melewati Y1)
0,724 0,05 Ho diterima Linier
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 8)
128
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui masing-
masing sampel memiliki P-value > α sehingga Ho diterima.
Ini berarti hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y) termasuk memiliki hubungan yang linier.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui
keeratan hubungan antar variabel bebas dengan menggunakan
bantuan program IBM SPSS Statistic Version 16.
Pengambilan keputusan melihat kriteria nilai koefisien
korelasi. Nilai VIF semua variabel kurang dari 10,0. Dalam
penelitian ini keeratan hubungan antar variabel bebas sebesar
0,511 atau sekitar 51,1% atau tidak melebihi 95%. Dengan
demikian tidak terjadi multikolinieritas karena tidak melebihi
95%, yang berarti tidak ada hubungan sempurna antar
variabel bebas sehingga analisis jalur dapat dilanjutkan. Hal
ini karena koefisien regresi yang dihasilkan oleh analisis jalur
menjadi sangat kuat sehingga dapat memberikan analisis yang
mewakili sifat atau pengaruh dari variabel bebas terhadap
variabel terikat. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai
berikut:
129
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas
No Variabel Bebas X₁ X₂ Y₁ VIF Keterangan
1
Manajemen
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
1 0,258 0,418
2,133 Tidak terjadi
multikolinieritas
2 Budaya Sekolah 0,258 1 0,511 2,412 Tidak terjadi
multikolinieritas
3 Kinerja Guru 0,418 0,511 1 1,908 Tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 9)
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
disebut terjadi homoskedastisitas dan jika variannya tidak
sama/berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk mempermudah peneliti
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic Version
16. Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah dan
angka 0 terletak pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dan untuk
mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
model regresi maka perhatikan grafik di bawah ini.
130
Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas
D. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas rumusan
masalah. Oleh sebab itu hipotesis harus diuji kebenaran
empiriknya. Pengujian hipotesis 1 sampai dengan 7 dalam
penelitian ini menggunakan analisis jalur. Adapun hasil dari
uji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
131
1. Pengujian Hipotesis 1
Pengajuan hipotesis 1 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja di SMPN 1
Poncol dan untuk mengetahui nilai jalur antara variabel
manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji hipotesis tersebut
digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk
mencari pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung
antara variabel bebas dan variabel terikat. Data diolah dengan
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic Version
16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur pengaruh secara
langsung (model 1) antara X₁ dan Y₁.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Jalur antara X₁ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₁ = 0,003 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (3,020 > 1,645). Hasil ini
132
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Y₁). Dan
berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,273 yang merupakan nilai path atau jalur
p1.
Tabel 4.13 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,476, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap
kinerja guru (Y₁) sebesar 47,6,5% sementara sisanya 52,5%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai e1 =
√ (1-0,476) = 0,524.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung manajemen kepemimpinan kepala sekolah
133
secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMPN 1
Poncol. Dan diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,273. Dengan
demikian diperoleh diagram jalur model 1 sebagai berikut:
Gambar 4.6 Diagram Jalur model 1
2. Pengujian Hipotesis 2
Pengajuan hipotesis 2 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel budaya
sekolah terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol dan untuk
mengetahui nilai jalur antara variabel budaya sekolah
terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 1) antara X₂ dan Y₁.
X₁ Y₁ 0,273
0,524
134
Tabel 4.14 Hasil Analisis Jalur antara X₂ dan Y₁
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₂ = 0,000 lebih
kecil dari 0,05. dan Thitung > Ttabel (5,204 > 1,645). Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru (Y₁). Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh
nilai koefisien standardized beta 0,470 yang merupakan nilai
path atau jalur p2.
Tabel 4.15 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,439, hal ini
135
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh X₂
terhadap Y₁ sebesar 43,9% sementara sisanya 55,1%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai e1 =
√ (1-0,476) = 0,524.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung budaya sekolah secara positif dan
signifikan terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol. Dan
diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,470. Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 2 sebagai berikut:
Gambar 4.7 Diagram Jalur model 2
3. Pengujian Hipotesis 3
Pengajuan hipotesis 3 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel kinerja guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol dan untuk
mengetahui nilai jalur antara variabel kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
X₂ Y₁ 0,470
0,524
136
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 1) antara Y₁ dan Y₂.
Tabel 4.16 Hasil Analisis Jalur antara Y₁ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel Y₁ = 0,005 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (2,968 > 1,645). Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel kinerja guru (Y₁) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,685 yang
merupakan nilai path atau jalur p3.
137
Tabel 4.17 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,117, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
kinerja guru (Y₁) terhadap prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar
11,7% sementara sisanya 87,3% merupakan kontribusi dari
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung kinerja guru secara positif dan signifikan
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Dan
diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,685. Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 3 sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Jalur model 3
Y₁ Y₂ 0,685
138
4. Pengujian Hipotesis 4
Pengajuan hipotesis 4 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
di SMPN 1 Poncol dan untuk mengetahui nilai jalur antara
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 1) antara X₁ dan Y₂.
Tabel 4.18 Hasil Analisis Jalur antara X₁ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₁ = 0,002 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (2,409 > 1,645). Hasil ini
139
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁)
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa (Y₂).
Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,251 yang merupakan nilai path atau jalur
p4.
Tabel 4.19 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,138, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya
85,2% merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai
e2 = √ (1-0,138) = 0,862.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung manajemen kepemimpinan kepala sekolah
140
secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol. Dan diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,251.
Dengan demikian diperoleh diagram jalur model 4 sebagai
berikut:
Gambar 4.9 Diagram Jalur model 4
5. Pengujian Hipotesis 5
Pengajuan hipotesis 5 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel budaya
sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
dan untuk mengetahui nilai jalur antara variabel budaya
sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur.
Analisis jalur digunakan untuk mencari pengaruh secara
langsung ataupun tidak langsung antara variabel bebas dan
variabel terikat. Data diolah dengan menggunakan bantuan
program IBM SPSS Statistic Version 16. Berikut adalah tabel
hasil analisis jalur pengaruh secara langsung (model 1) antara
X₂ dan Y₂.
X₁ Y₂ 0,251
0,863
141
Tabel 4.20 Hasil Analisis Jalur antara X₂ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₁ = 0,001 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (4,360 > 1,645). Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,445 yang
merupakan nilai path atau jalur p5.
Tabel 4.21 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,138, hal ini
142
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
budaya sekolah (X₂) terhadap prestasi belajar siswa (Y₂)
sebesar 13,8% sementara sisanya 85,2% merupakan
kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai e2 = √ (1-0,138) =
0,862.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung budaya sekolah secara positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Dan diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,445. Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 5 sebagai berikut:
Gambar 4.10 Diagram Jalur model 4
6. Pengujian Hipotesis 6
Pengajuan hipotesis 6 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol dan untuk
X₂ Y₂ 0,445
0,862
143
mengetahui nilai jalur antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 2) antara X₁ melalui Y₁
terhadap Y₂.
Tabel 4.21 Hasil Analisis Jalur antara X₁ Melalui Y₁
Terhadap Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di
atas diketahui pengaruh langsung yang diberikan X₁
(manajemen kepemimpinan kepala sekolah) terhadap Y₂
(prestasi belajar) sebesar 0,126. Sedangkan pengaruh tidak
langsung X₁ melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian antara
144
nilai beta X₁ terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu =
0,273 x 0,685 = 0,187. Maka pengaruh total yang diberikan
X₁ terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh
tidak langsung yaitu = 0,126 + 0,187 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,126 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,187 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah
(X₁) melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
(Y₂). Dengan demikian diperoleh dagram jalur model 6
sebagai berikut:
X₁ Y₂
Y₁
Gambar 4.11 Diagram Jalur Model 6
0,273
0,251
0,685
145
7. Pengujian Hipotesis 7
Pengajuan hipotesis 7 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel budaya
sekolah melalui kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol dan untuk mengetahui nilai jalur antara
variabel budaya sekolah melalui kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 2) antara X₂ melalui Y₁
terhadap Y₂.
Tabel 4.22 Hasil Analisis Jalur antara X₁ Melalui Y₁
Terhadap Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
146
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di
atas diketahui pengaruh langsung yang diberikan X₂ (budaya
sekolah) terhadap Y₂ (prestasi belajar) sebesar 0,175.
Sedangkan pengaruh tidak langsung X₂ melalui Y₁ terhadap
Y₂ adalah perkalian antara nilai beta X₂ terhadap Y₁ dengan
nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu = 0,470 x 0,685 = 0,321. Maka
pengaruh total yang diberikan X₂ terhadap Y₂ adalah
pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung yaitu =
0,175 + 0,321 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,175 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,321 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel budaya sekolah (X₂) melalui kinerja guru
(Y₁) mempunyai pengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar siswa di SMPN 1 Poncol (Y₂). Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 7 sebagai berikut:
147
Berdasarkan analisis jalur di atas diperoleh hasil
bahwa terdapat pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung antar variabel dependen dan independen dan dari
analisis tersebur diperoleh diagram jalur sebagai berikut:
C.
X₂ Y₂
Y₁
Gambar 4.12 Diagram Jalur Model 7
0,470
0,445
0,685
X₁
X₂
Y₂ Y₁
0,251
0,445
0,470
0,273
0,685
0,524 0,862
Gambar 4.13 Diagram Jalur Penelitian
148
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 diketahui bahwa
manajemen kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru yang ditunjukkan
dengan hasil nilai signifikansi variabel X₁ = 0,003 lebih kecil
dari 0,05. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa regresi
model 1, yakni variabel manajemen kepemimpinan kepala
sekolah (X₁) berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru
(Y₁). Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,273 yang merupakan nilai path atau jalur
p1. Adapun diperoleh nilai koefisien determinasi (Rsquare)
sebesar 0,476, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi atau
sumbangan pengaruh manajemen kepemimpinan kepala
sekolah (X₁) terhadap kinerja guru (Y₁) sebesar 47,6,5%
sementara sisanya 52,5% merupakan kontribusi dari variabel-
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh positif
149
terhadap kinerja guru. Keberhasilan pendidikan di sekolah
sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam
mengelola (memanajemen) tenaga kependidikan yang
tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang berpengaruh dalam
meningkatkan kinerja guru.127 Sebagaimana menurut Supardi
bahwa salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kinerja guru adalah perilaku manajemen. Perilaku manajemen
di sini berhubungan dengan bagaimana seorang manajer
mengelola lembaga yang dipimpinnya.128 Dalam hal ini
seorang manajer mempunyai peran yang menentukan dalam
pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat
mempengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan
fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.129
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Yulia Rachmawati,130 yang menunjukkan bahwa
127 Yulia Rachmawati, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru,” Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang 01
(Juni 2013): 20. 128 Supardi, Kinerja Guru, 50. 129 Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16. 130 Rachmawati, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru,” 19.
150
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru SMA SANDIKTA Bekasi
Jawa Barat. Hasil penelitian tersebut diperoleh hasil nilai sig
= 0,03 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Dan
diperoleh r square 0,151 jadi sumbangan pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah 15,1% terhadap kinerja guru.
B. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 2 diketahui bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja guru yang ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi
variabel X₂ = 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru (Y₁). Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh
nilai koefisien standardized beta 0,470 yang merupakan nilai
path atau jalur p2. Adapun diperoleh nilai koefisien
determinasi (Rsquare) sebesar 0,439, hal ini menunjukkan
bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh X₂ terhadap Y₁
sebesar 43,9% sementara sisanya 55,1% merupakan
kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
151
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru. Budaya
sekolah yang tinggi akan memberikan dorongan kuat bagi
guru untuk bekerja dengan baik yang akan menghasilkan
kinerja maksimal sebaliknya budaya sekolah yang rendah
menyebabkan guru kurang semangat dalam bekerja yang akan
menyebabkan hasil kerja menjadi kurang maksimal.
Apabila budaya sudah terbentuk praktik-praktik di
dalam organisasi bertindak untuk mempertahankannya
dengan memberikan kepada karyawan seperangkat
pengalaman yang serupa seperti adanya sumber daya manusia
yang memperkuat budaya organisasi tersebut. Budaya
organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak
tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu
organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Dengan adanya
budaya organisasi yang baik, guru akan bertanggung jawab
pada pekerjaannya dan dapat terselesaikan secara efektif dan
efisien. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan
terwujudnya tujuan organisasi. Barry Phegan menguatkan
bahwa budaya organisasi adalah bagaimana orang merasa
untuk bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan apa yang
152
membuat peralatan pendukung dengan orang bekerja bisa
menyatu.131
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Edy Cahyana yang menyatakan bahwa budaya
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro Kabupaten
Wonogiri. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai t
hitung > t tabel (6,406 > 1,680) dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak. Dengan sumbangan efektifnya sebesar 48,3%.
C. Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis 5 diketahui bahwa
kinerja guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar yang ditunjukkan dengan hasil nilai
signifikansi variabel Y₁ = 0,005 lebih kecil dari 0,05. Hasil
ini memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel kinerja guru (Y₁) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,685 yang
merupakan nilai path atau jalur p5. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,117, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi
131 Barry Phegan, Developing Your Company Culture (Berkeley: Contex
Pers, Meidian Group, 2000), 1.
153
atau sumbangan pengaruh kinerja guru (Y₁) terhadap prestasi
belajar siswa (Y₂) sebesar 11,7% sementara sisanya 87,3%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar.
Keberhasilan suatu pendidikan dapat digambarkan dari
prestasi belajar yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa
mencapai skor dalam tes dan kemampuan lulusan
mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan. Dalam konteks ini
tidak dapat terlepas dari sosok guru yang menjadi ujung
tombak dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam
melaksanakan tugasnya seorang guru dituntut untuk
berkinerja baik dan aktif dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ari selaku
bagian kesiswaan SMPN 1 Poncol memaparkan bahwa
kinerja guru yang baik dapat dilihat dari bagaimana guru
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru di SMPN 1
Poncol sudah menerapkan beberapa hal yang bertujuan untuk
mencapai tujuan pendidikan, antara lain merencanakan
pembelajaran sebelum menerapkan di kelas, memanfaatkan
154
teknologi dan media, metode dalam pembelajaran,
menerapkan hal-hal baru yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar dan mampu berkomunikasi baik selama pembelajaran
berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut
Hamzah B uno bahwa seorang guru yang berkinerja baik
dapat dinyatakan dengan beberapa hal, yaitu memiliki
kualitas kerja yang meliputi perencanaan program
pembelajaran dengan tepat, berinisitif yang meliputi
penggunaan media dan metode dalam pembelajaran, dan
dapat berkomunikasi baik dalam pembelajaran.132
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Faridatul Wasimah,133 yang menunjukkan
bahwa kinerja guru berpengaruh positif terhadap prestasi
belajar matematika siswa di SMP Islam Sunan Gunung Jati
Ngunut Tulungagung. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh
nilai r hitung > r tabel (0,28 > 0,138) sehingga dapat
disimpulkan Ho ditolak.
132 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang
Pendidikan, 93. 133 Faridarul Wasimah, “Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar
Matematika di SMP Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung” (IAIN
Tulungagung, 2011), 98.
155
D. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis 3 diketahui bahwa
manajemen kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel X₁ =
0,002 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini memberikan kesimpulan
bahwa regresi model 1, yakni variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah (X₁) berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel
tersebut diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,251
yang merupakan nilai path atau jalur p3. Adapun diperoleh
nilai koefisien determinasi (Rsquare) sebesar 0,138, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya
85,2% merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh positif
terhadap prestasi belajar. Kepala sekolah yang memiliki
kemampuan mengelola sekolah dengan baik tentunya akan
menghasilkan lulusan yang berprestasi. Sebagaimana menurut
156
Abdullah Munir bahwa kepala sekolah mempunyai peran
yang menentukan dalam pengelolaan sekolah, berhasil
tidaknya tujuan sekolah dapat mempengaruhi bagaimana
kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.134 Dalam
hal ini kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah
dapat disebut juga dengan manajemen kepemimpinan kepala
sekolah.
Aspek lain yang kita ketahui bahwa untuk
mewujudkan tujuan pendidikan kepala sekolah mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan, dan menselaraskan sumber daya pendidikan
yang tersedia. Sebab kepala sekolahlah yang menjadi garda
depan untuk menggerakkan kegiatan dan menetapkan target
sekolah. Profesionalitas kepala sekolah menjadi syarat mutlak
terwujudnya sekolah yang berdaya saing tinggi.135
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
ditulis oleh Nurdin dan Munzir, yang menunjukkan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar Matematika. Dari hasil
134 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16. 135 Jamal Ma’mur Asmuni, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 19.
157
penelitian tersebut diperoleh nilai t hitung > t tabel (4,082 >
1,872 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak.136
E. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis 4 diketahui bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar yang ditunjukkan dengan hasil nilai
signifikansi variabel X₁ = 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hasil
ini memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,445 yang
merupakan nilai path atau jalur p4. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,138, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi
atau sumbangan pengaruh budaya sekolah (X₂) terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya
85,2% merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar.
136 Nurdin dan Munzir, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Sarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika,” Jurnal Ilmiah
Kependidikan 4 (2017): 286.
158
Sebagaimana kita ketahui bahwa pemahaman budaya dapat
memberi pemahaman akan realitas sehari-hari struktur dalam
(tersembunyi) dari dinamika yang akan terkait pada suatu
organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut akan dapat
mendorong pada upaya perbaikan sekolah melalui keterkaitan
yang bermakna antara reformasi pendidikan dengan budaya
sekolah yang ada, serta upaya mendorong budaya menerima
perubahan untuk perbaikan. Dengan demikian budaya sekolah
menduduki posisi penting dan akan berpengaruh pada
keberhasilan upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.137 Kualitas pendidikan umumnya dikaitkan
dengan tinggi rendahnya prestasi yang ditunjukkan dengan
kemampuan siswa mencapai skor dalam tes dan kemampuan
lulusan mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan.138
Kultur sekolah yang dikembangkan pada setiap
sekolah bisa memiliki efek positif apabila seluruh komponen
sekolah dapat bertanggungjawab untuk menciptakan kultur
yang kondusif. Kultur sekolah yang kodusif dapat
dimanifestasikan dalam sikap dan perilaku guru, siswa, dan
kepala sekolah dalam perilaku sehari-hari. Apabila seluruh
komponen sekolah dapat diarahkan pada penciptaan kultur
137 Uhar Suharsaputro, Administrasi Pendidikan, 115-116. 138 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, 19.
159
sekolah yang positif secara maksimal maka diharapkan
seluruh siswa dapat termotivasi untuk belajar dan akhirnya
akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
Temuan-temuan mutakhir penelitian di bidang
pendidikan menekankan bahwa penentu kualitas pendidikan
tidak hanya dalam bentuk fisik, seperti keberadaan guru yang
berkualitas, kelengkapan peralatan laboraturium dan buku
perpustakaan, tetapi juga dalam bentuk non-fisik yakni
berupa kultur sekolah (budaya sekolah).139
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
ditulis oleh Khairani,140 yang menunjukkan bahwa budaya
organisasi (sekolah) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prestasi belajar siswa SMAN 1 Krueng Barona Jaya.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai sig = 0,000 <
0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Dan diperoleh
sumbangan pengaruh budaya organisasi 47,61% terhadap
prestasi belajar siswa.
139 Syamsudin, “Peran Kultur Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar dan Prestasi Belajar Siswa,” Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, t.t., 3. 140 Khairani, “Pengaruh Budaya Organisasi dan Kinerja Guru Terhadap
Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya” (2013), 64-65.
160
F. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Melewati Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 6 diketahui bahwa
manajemen kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar dengan
melewati kinerja guru yang ditunjukkan dengan hasil bahwa
pengaruh langsung yang diberikan X₁ (manajemen
kepemimpinan kepala sekolah) terhadap Y₂ (prestasi belajar)
sebesar 0,126. Sedangkan pengaruh tidak langsung X₁
melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian antara nilai beta X₁
terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu = 0,273 x
0,685 = 0,187. Maka pengaruh total yang diberikan X₁
terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh
tidak langsung yaitu = 0,126 + 0,187 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,126 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,187 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah
(X₁) melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
(Y₂).
161
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh positif
terhadap prestasi belajar dengan melewati kinerja guru.
Kualitas suatu pendidikan dapar dilihat dari tinggi rendahnya
prestasi belajar yang diperoleh siswa yang ditunjukkan
dengan skor atau nilai yang diperoleh dari pekerjaan yang
dilakukan. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin memiliki posisi yang penting dalam pencapaian
tujuan tersebut. Sebagaimana pendapat Abdullah Munir
bahwa seoran kepala sekolah memiliki peran yang
menentukan dalam pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya
tujuan sekolah dapat mempengaruhi bagaimana kepala
sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.141
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh John A. Ross dan Peter Gray yang
menunjukkan bahwa “the direct effect of principals on
student achievement is near zero” maksudnya bahwa efek
langsung dari kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
141 Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16.
162
adalah mendekati nol.142 Menurut Hallinger dalam review
penelitian empiris tentang kepemimpinan sekolah
disimpulkan bahwa “that leaders can have indirect or
mediated positive effects on student achievement by building
a collaborative organizational learning culture, and helping
to develop the leadership capacities of staff and community.
These stakeholders such as parents and teachers can then
assist with the creation of a positive school climate that
promotes teaching and learning, and consequently student’s
achievement” maksudnya para pemimpin dapat memiliki efek
positif tidak langsung atau dimediasi pada prestasi siswa
dengan membangun budaya pembelajaran organisasi
kolaboratif, dan membantu untuk mengembangkan kapasitas
kepemimpinan staf dan masyarakat. pemangku kepentingan
seperti orang tua dan guru kemudian dapat membantu dengan
penciptaan iklim sekolah yang positif yang mempromosikan
pengajaran dan pembelajaran, dan akibatnya prestasi siswa.143
Berdasarkan hasil analisis dan paparan di atas
diperoleh titik temu bahwa nilai pengaruh positif tidak
142 John A. Ross dan Peter Gray “Leadership And Student Achievement:
The Mediating Effects Of Teacher Beliefes”, Canadian Journal of
Education, 799. 143 Vaughan Cruickshank, “The Influence Of School Leadership on Student
Outcomes,” Open Journal og Social Sciences, 2017, 116.
163
langsung manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap
prestasi belajar siswa melalui kinerja guru lebih besar
dibandingkan dengan nilai pengaruh positif langsung
manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi
belajar, karena menurut penelitian yang dikemukakan oleh
Hallinger dan Heck dalam John A. Ross dan Peter Gray
menunjukkan bahwa “the direct effect of principals on
student achievement is near zero” maksudnya bahwa efek
langsung dari kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
adalah mendekati nol.144.
Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai
garda terdepan dalam lembaga pendidikan bertanggung jawab
tehadap pencapaian kualitas pendidikan yang maksimal
digambarkan melalui prestasi belajar siswa. Meskipun
demikian kepala sekolah membutuhkan kerja guru yang
optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena
gurulah menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan belajar
mengajar di kelas untuk mencapai prestasi belajar yang
maksimal. Sebagaimana pendapat menurut Mulford yang
menyatakan bahwa telah setuju efek kepemimpinan
memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa yang
144 John A. Ross and Peter Gray “Leadership And Student Achievement:
The Mediating Effects Of Teacher Beliefes”, Canadian Journal of
Education, 799.
164
dimoderasi oleh faktor organisasi seperti guru, praktek kelas
dan budaya sekolah. Faktor-faktor ini secara substansial dapat
mengurangi efek langsung kepala sekolah terhadap hasil
belajar siswa, karena faktor-faktor tersebut memediasi
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah pada pembelajaran
siswa dengan mempengaruhi kerja dan motivasi guru yang
secara langsung mempengaruhi praktek kelas dan belajar
siswa.145
G. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Melewati Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 7 diketahui bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar dengan melewati kinerja guru yang
ditunjukkan dengan hasil bahwa pengaruh langsung yang
diberikan X₂ (budaya sekolah) terhadap Y₂ (prestasi belajar)
sebesar 0,175. Sedangkan pengaruh tidak langsung X₂
melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian antara nilai beta X₂
terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu = 0,470 x
0,685 = 0,321. Maka pengaruh total yang diberikan X₂
145 Vaughan Cruickshank, “The Influence Of School Leadership on Student
Outcomes,” Open Journal og Social Sciences, 117 - 118.
165
terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh
tidak langsung yaitu = 0,175 + 0,321 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,175 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,321 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel budaya sekolah (X₂) melalui kinerja guru
(Y₁) mempunyai pengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar siswa di SMPN 1 Poncol (Y₂).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar dengan
melewati kinerja guru. Dalam dunia pendidikan tidak dapat
terlepas dari seorang guru sebagai ujung tombak dalam
keberhasilan pendidikan, karena guru memainkan peranan
penting dalam melaksanakan semua kegiatan sekolah. Salah
satunya adalah penanaman budaya sekolah yang baik. Budaya
sekolah yang baik akan memberikan dorongan kuat bagi
siswa untuk belajar akhirnya akan mencapai prestasi belajar
yang memuaskan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pemahaman budaya
dapat memberi pemahaman akan realitas sehari-hari struktur
dalam (tersembunyi) dari dinamika yang akan terkait pada
166
suatu organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut akan
dapat mendorong pada upaya perbaikan sekolah melalui
keterkaitan yang bermakna antara reformasi pendidikan
dengan budaya sekolah yang ada, serta upaya mendorong
budaya menerima perubahan untuk perbaikan. Dengan
demikian budaya sekolah menduduki posisi penting dan akan
berpengaruh pada keberhasilan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.146 Kualitas pendidikan umumnya
dikaitkan dengan tinggi rendahnya prestasi yang ditunjukkan
dengan kemampuan siswa mencapai skor dalam tes dan
kemampuan lulusan mendapatkan dan melaksanakan
pekerjaan.147
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Xiouju Duan dkk yang menyatakan bahwa
“Teachers play an essential role in all school activities. In
fact, school’s culture cannot affect school outcomes directly.
The influence need go through teachers’ practice. Teachers
play a substantial part in generating, transforming and
diffusing school culture”. Maksudnya adalah Guru
memainkan peran penting dalam semua kegiatan sekolah.
Bahkan, budaya sekolah tidak dapat mempengaruhi hasil
146 Suharsaputro, Administrasi Pendidikan, 115-116. 147 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, 19.
167
sekolah secara langsung. pengaruh perlu pergi melalui
praktek guru. Guru memainkan bagian penting dalam
menghasilkan, mengubah dan menyebarkan budaya
sekolah.148
Berdasarkan hasil analisis dan paparan di atas
diperoleh titik temu bahwa nilai pengaruh positif tidak
langsung budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa
melalui kinerja guru lebih besar dibandingkan dengan nilai
pengaruh positif langsung budaya sekolah terhadap prestasi
belajar, karena budaya sekolah tidak dapat mempengaruhi
hasil sekolah secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif tidak langsung atau
dimediasi oleh kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa.
Guru sebagai garda depan dalam keberhasilan pendidikan
yang digambarkan melalui prestasi belajar siswa memainkan
peran penting dalam semua kegiatan sekolah, salah satunya
menjadi perantara (mediasi) budaya sekolah terhadap prestasi
belajar siswa, karena guru sebagai peran sentral dalam
menghasilkan, mengubah, dan menyebarkan budaya
sekolah.149 Sebagaimana menurut Lee dan Smith dalam
148 Xiouju Duan dkk, “School Culture and School Effectiveness: The
Mediating Effect of Teacher Job Satisfaction,” International Journal of
Learning, Teaching and Educational Research 17 (May 2018): 22. 149 Ibid.,
168
Xiouju Duan yang menyatakan bahwa sekolah-sekolah
dengan budaya yang kuat dengan dimediasi kinerja guru yang
optimal akan menghasilkan efektivitas sekolah yang
digambarkan melalui hasil belajar siswa, dan sebaliknya.150
150 Ibid.,
169
170
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data melalui
pembuktian hipotesis dalam tesis yang berjudul pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolag dan budaya sekolah
terhadap kinerja guru dalam mewujudkan prestasi belajar siswa
di SMPN 1 Poncol Tahun Ajaran 2019/2020 maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja Guru di
SMPN 1 Poncol yang ditunjukkan dengan hasil nilai
signifikansi variabel X₁ = 0,003 lebih kecil dari 0,05. Dan
berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,273 yang merupakan nilai path atau
jalur p1. Adapun diperoleh nilai koefisien determinasi
(Rsquare) sebesar 0,476, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh manajemen
kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap kinerja guru
(Y₁) sebesar 47,6,5% sementara sisanya 52,5% merupakan
171
kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan budaya
sekolah terhadap kinerja gutu di SMPN 1 Poncol yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel X₂ =
0,000 lebih kecil dari 0,05. Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,470 yang
merupakan nilai path atau jalur p2. Adapun diperoleh nilai
koefisien determinasi (Rsquare) sebesar 0,439, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
X₂ terhadap Y₁ sebesar 43,9% sementara sisanya 55,1%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kinerja guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel Y₁ =
0,005 lebih kecil dari 0,05. Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,685 yang
merupakan nilai path atau jalur p3. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,117, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh kinerja guru (Y₁)
terhadap prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 11,7%
sementara sisanya 87,3% merupakan kontribusi dari
172
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
4. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
siswa di SMPN 1 Poncol yang ditunjukkan dengan hasil
nilai signifikansi variabel X₁ = 0,002 lebih kecil dari 0,05.
Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,251 yang merupakan nilai path atau
jalur p4. Adapun diperoleh nilai koefisien determinasi
(Rsquare) sebesar 0,138, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh manajemen
kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap prestasi
belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya 85,2%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan budaya sekolah
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel X₁ =
0,001 lebih kecil dari 0,05. Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,445 yang
merupakan nilai path atau jalur p4. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,138, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh budaya sekolah (X₂)
173
terhadap prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8%
sementara sisanya 85,2% merupakan kontribusi dari
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
6. Terdapat pengaruh positif dan signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
dengan melewati kinerja guru yang ditunjukkan dengan
hasil bahwa pengaruh langsung yang diberikan X₁
(manajemen kepemimpinan kepala sekolah) terhadap Y₂
(prestasi belajar) sebesar 0,126. Sedangkan pengaruh tidak
langsung X₁ melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian
antara nilai beta X₁ terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap
Y₂ yaitu = 0,273 x 0,685 = 0,187. Maka pengaruh total
yang diberikan X₁ terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung
ditambah pengaruh tidak langsung yaitu = 0,126 + 0,187 =
0,313. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui
bahwa nilai pengaruh langsung sebesar 0,126 dan
pengaruh tidak langsung sebesar 0,187 yang berarti bahwa
nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan
nilai pengaruh langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara tidak langsung variabel manajemen kepemimpinan
kepala sekolah (X₁) melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai
174
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol (Y₂).
7. Terdapat berpengaruh positif dan signifikan budaya
sekolah terhadap prestasi belajar dengan melewati kinerja
guru yang ditunjukkan dengan hasil bahwa pengaruh
langsung yang diberikan X₂ (budaya sekolah) terhadap Y₂
(prestasi belajar) sebesar 0,175. Sedangkan pengaruh tidak
langsung X₂ melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian
antara nilai beta X₂ terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap
Y₂ yaitu = 0,470 x 0,685 = 0,321. Maka pengaruh total
yang diberikan X₂ terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung
ditambah pengaruh tidak langsung yaitu = 0,175 + 0,321 =
0,313. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui
bahwa nilai pengaruh langsung sebesar 0,175 dan
pengaruh tidak langsung sebesar 0,321 yang berarti bahwa
nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan
nilai pengaruh langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara tidak langsung variabel budaya sekolah (X₂)
melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol (Y₂).
175
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis, maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Manajemen kepemimpinan kepala sekolah kurang efektif
disebabkan karena kepala sekolah kurang menguasai hal-
hal yang terkait dalam manajemen kepemimpinan yang
berupa kurang memperhatikan aspek-aspek apa saja yang
harus sigap ditangani dalam upaya pencapaian tujuan.
Oleh sebab itu kepala sekolah sebaiknya mengkaji dan
memperhatikan kembali seluruh aspek yang ada serta
meningkatkan dalam pengelolaan lembaga pendidikan,
membina serta memberi teladan dalam penerapan budaya
sekolah dan senantiasa memberikan bimbingan dalam
rangka peningkatan motivasi terhadap pendidik,tenaga
kependidikan dan pesera didik sehingga terwujudnya
tujuan lembaga secara efektif.
2. Budaya sekolah yang kurang baik disebabkan kurangnya
kedisiplinan dan teladan di sekolah. Oleh sebab itu
hendaknya seluruh warga sekolah senantiasa
mendisiplinkan diri dan menjadi teladan baik bagi siswa
3. Kinerja guru kurang baik disebabkan guru kurang
menguasai materi pembelajaran, serta belum maksimal
dalam memanfaatkan teknologi, media dan metode
176
pembelajaran. Oleh sebab itu sebaiknya guru mempelajari
materi pembelajaran dari berbagai sumber serta
memperbanyak kegiatan pengembangan untuk menambah
pengetahuan sehingga guru lebih kreatif dalam
melaksanakan pembelajaran.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya manajemen
kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah dan kinerja
guru perlu diperbaiki misalnya dengan adanya pelatihan
kepala sekolah, pelatihan dan workshop guru, dan
memberikan sanksi bagi warga sekolah yang melanggar
tata tertib.
5. Bagi seluruh warga sekolah disarankan mampu
meningkatkan budaya sekolah dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga dapat mencapai tujuan sekolah dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
177
178
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Maman. Dasar-Dasat Metode Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Ahmadi and Supriyono. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
Ahmadi and Supriyono.Psikologi Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: RINEKA CIPTA, 2013.
Asmuni, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Kepala Sekolah
Profesional. Jogjakarta: Diva, 2012.
Barnawi dan Muhammad Arifin. Instrumen Pembinaan Dan
Penilaian Kinerja Guru Profesional. Jakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.
Cruickshank, Vaughan. “The Influence Of School Leadership
on Student Outcomes.” Open Journal Og Social
Sciences. 2017.
Cruickshank, Vaughan. “The Influence Of School Leadership
on Student Outcomes.” Open Journal Og Social
Sciences. 2017.
Daryanto dkk. Pengantar Ilmu Manajemen Dan Komunikasi
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.
179
Daryanto dkk. Pengantar Ilmu Manajemen Dan Komunikasi.
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.
Djabidi, Faizal. Manajemen Pengelolaan Kelas. Malang:
Madani, 2016.
Djafari, Novianty. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah:
Pengetahuan Manajemen, Efektivitas, Kemandirian,
Keunggulan Bersaing Dan Kecerdasan Emosi.
Yogyakarta: CV Budi Utomo, 2016.
Duan, Xiouju and dkk. “School Culture and School
Effectiveness: The Mediating Effect of Teacher Job
Satisfaction.” International Journal of Learning,
Teaching and Educational Research. 17 May 2018.
Duan, Xiouju dkk. “School Culture and School Effectiveness:
The Mediating Effect of Teacher Job Satisfaction.”
International Journal of Learning, Teaching and
Educational Research. 17 May 2018.
Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta, 2010.
Fathurrohman, Muhammad. Budaya Religius Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan. Yogyakarta:
Kalimedia, 2015.
Furkan, Nuril. Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah.
Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2013.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program SPSS IBM SPSS 21. Semarang: Universitas
Diponegoro, 2013.
Handoko, Hani. Manajemen, 2nd ed. Yogyakarta: BPFE,
2011.
180
Hasil wawancara dengan Bapak Sukoyo selaku guru tetap di
SMPN 1 Poncol pada hari Sabtu. 24 Agustus 2019.
https://m.mediaindonesia.com/amp/amp_detail/20018-
mengkritisi-kualita-guru. diakses pada tanggal 14
November 2019, Pukul 13.00 WIB
Kamaruddin, Sellang dan Muh Darman. “Penerapan Prinsip-
Prinsip Manajemen Dalam Kepemimpinan Di Sekolah
Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Muhammadiyah
Rapang Kabupaten Sidenreng Sulawesi Selatan.
Kasmir. Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori Dan
Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016.
Khairani. “Pengaruh Budaya Organisasi dan Kinerja Guru
Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1
Krueng Barona Jaya” 2013.
Kompri. Manajemen Sekolah Dan Praktik. Bandung: Alfabeta,
2014.
Moeheriono. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi,
Revisi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Di
Sekolah, Madrasah Dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2009.
Munawar, Ujang Abdul Muis. “Pengaruh Manajemen
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kedisiplinan
Guru” 03. 2009. 23.
Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010.
181
Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010.
Nawawi, H. Hadari. Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan
Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: Gunung
Agung, 1985.
Nurdin dan Munzir. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah
dan Sarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika.” Jurnal Ilmiah Kependidikan 4 2017
Phegan, Barry. Developing Your Company Culture. Berkeley:
Contex Pers, Meidian Group, 2000.
Priansa, Donni Juni. Kinerja Dan Profesionalisme Guru.
Bandung: Alfabeta, 2014.
Rachmawati, Yulia. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru.” Jurnal Pendidikan
Ekonomi IKIP Veteran Semarang 01 Juni 2013.
Ratnawati. “Pengaruh Manajemen Pembelajaran Terhadap
Kinerja Guru Dalam Mewujudkan Prestasi Belajar
Siswa”. 02. 2018.
Rautiola, James. “Effect of Leadership Styles and Student
Academic Achievement.” 2009.
Rautiola, James. “Effect of Leadership Styles and Student
Academic Achievement” 2009.
Riduwan. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta, 2008.
Robbins, Stephen P. and Timothy A. Judge. Organizational
Behavior. United States of America: Pearson
Education, 2013.
182
Ross, John A. and Peter Gray. “Leadership and Student
Achievement: The Mediating Effect of Teacher
Beliefs.” 2006.
Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer.
Bandung: Alfabeta, 2006.
Sarwono, Jonathan. “Mengenal Path Analysis: Sejarah,
Pengertian, dan Aplikasi.” Jurnal Ilmiah Manajemen
Bisnis, Volume 11. 2. November 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2015.
Suharsaputro, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT
Rineka Cipta, 2013.
Suharsaputro, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT
Rineka Cipta, 2013.
Suharsaputro, Uhar. Kepemimpinan Inovasi Pendidikan:
Mengembangkan Spirit Entrepreneurship Menuju
Learning School.Bandung: Refika Aditama, 2016.
Suharsaputro, Uhar. Kepemimpinan Inovasi Pendidikan:
Mengembangkan Spirit Entrepreneurship Menuju
Learning School. Bandung: Refika Aditama, 2016.
Sunyoto, Danang. Praktik SPSS Untuk Kasus Dilengkapi
Contoh Penelitian Bidang Ekonomi. Yogyakarta: Nuha
Medika, 2011.
Supardi. Kinerja Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Supardi. Sekolah Efektif Konsep Dasar Dan Praktiknya.
Jakarta: Grafindo Persada, 2013.
183
Supardi. Sekolah Efektif Konsep Dasar Dan Praktiknya.
Jakarta: Grafindo Persada, 2013.
Susanto, Ahmad. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru.
Jakarta: Kencana, 2016.
Syamsudin. “Peran Kultur Sekolah Dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa.”
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Terry, George R. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung:
Alfabeta, 2015.
Toha, Miftah. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2003.
Triwiyanto, Teguh. Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Analisis
Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Utomo, Yuni Prihadi. Eksplorasi Data Dan Analisis Regresi
Dengan SPSS. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Press, 2007.
Wahab, Adib and Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Dan
Kecerdasan Spiritual. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Wahab,Rohmalia. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2016.
Wasimah, Faridarul “Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi
Belajar Matematika di SMP Sunan Gunung Jati
Ngunut Tulungagung.” IAIN Tulungagung, 2011.
184
Wulansari, Andhita Dessy. Aplikasi Statistika Parametrik
Dalam Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2016.
Yamin, Martinis dan Maisah. Standarisasi Kinerja Guru.
Jakarta: Gaung Persada, 2010.
Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta:
Bigraf Publishing, 2000.
Zamroni. Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat
Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama, 2011.
Recommended