View
237
Download
11
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
PADA KONSEP TERMOKIMIA (Eksperimen di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan)
Oleh:
SONY HIDAYAT
105016200559
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
ABSTRAK
Sony Hidayat. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Termokimia. Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa berperan dan bertanggung jawab lebih banyak dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut tidak hanya mengembangkan pengetahuannya sendiri tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Pada konsep Termokimia diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Model PBL menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, diantaranya adalah masalah yang diberikan mengenai situasi nyata akan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan melatih kemapuan memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Problem Based Learning terhadap hasil belajar kimia siswa. penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Metode penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Instrumen penelitian menggunakan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Teknik analisis data melalui uji normalitas dengan menggunakan Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunanakan Fischer. Analisis data tersebut dilanjutkan dengan uji t, diperoleh thitung sebesar 2,228 dan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,048. karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci: model Problem Based Learning, Hasil belajar siswa
ABSTRACT
Sony Hidayat. Effect the model of Problem Based Learning toward student’s achievement of chemistry that is thermochemistry concept. Program study of chemistry, education of natural sciences department, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, State of Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. In learning process when student-centered, students be responsibility and more play a part in learning. Students be not just develop their knowledge but solving of problem skill. On thermochemistry concept applied Problem Based Learning (PBL) model’s. PBL model’s have excess more than conventional learning, that is: on process of learning gives the problem in real situation so will motivated them and trained the problem solving skill. This research have purpose to know the model of Problem Based Learning effect toward student’s achievement of chemistry. This research has implemented at state 3 of senior high school South Tangerang. This research method used quasy experiment. Instrument of research is test of multiple choice that is 20 items. Analysis technique of data through normality had used Lilliefors test and homogeneity with Fischer. This analysis continued with t test, resulting of t count is 2,228 and t table at 0,05 of significant level that is 2,048. because that tcount > ttable, so has conclusion that implementing model of Problem Based Learning give significant effect toward student’s achievement of chemistry. Keyword : Problem Based Learning, student’s achievement
iii
KATA PENGANTAR
ÉΟ ó¡ Î0 «! $# Ç⎯≈uΗ ÷q§9$# ÉΟŠ Ïm§9 $#
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan yang
Maha pengasih yang kasihNya tidak pernah memilih dan Maha penyayang yang
sayangnya tidak pernah berbilang. Atas kasih dan sayangNya pula yang telah
memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul, " Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Termokimia".
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul
pembawa rahmat bagi semesta alam. Rasul yang akan memberikan kita syafaat di hari
akhir nanti amin.
Penulisan skripsi ini merupakan manifestasi dari sebuah proses yang cukup
panjang dan melelahkan bagi penulis, namun hal tersebut sungguh membawa harapan
baru bagi penulis agar menjadi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Penulis
menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil yang mungkin penulis tidak
mampu membalasnya. Sudah sepantasnya pada kesempatan yang baik ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
3. Bapak Dedi Irwandi M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan IPA.
4. Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed selaku selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Tonih Feronika, M.Pd selaku pembimbing II, terima kasih telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan serta saran selama penulisan skripsi.
5. Bapak Drs. H. Sudjana, M.Pd sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah yang dipimpinnya.
iv
6. Ibu Dra. Wara Gawatiningsiah dan Ibu Dewi Marheli, S.Pd sebagai guru mata
pelajaran kimia kelas XI dan XII di SMA Negeri 3 kota Tangerang Selatan, yang
telah memberikan bantuan dan kerja samanya.
7. Keluarga tercinta khususnya Ayahanda Djanuri dan Ibunda Sakisoh, Kakanda
Khunaini dan Imam Mubarok Serta Adinda yang cantik Isnaeni Syah yang selalu
mencurahkan kasih sayang, doa serta dukungannya yang tidak ternilai baik moril
maupun materil.
8. Sahabat-sahabat angkatan 2005 khususnya Obay, Acep, Tasrifin, Iksan Ana, Arik
dan sahabat yang lainnya tidak bisa penulis sebutkan saya ucapkan terima kasih
yang selalu memberikan dukungan dan doa.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas do’a dan
bantuanya.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
melakukn penelitian yang berkaitan dengan permasalahan karya tulis ini pada masa
yang akan datang. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penulisan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Ciputat, Februari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ............................................................................. 10
1. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Definisi PBL ........................................................................... 10
b. Ciri-ciri PBL ........................................................................... 12
c. Kelebihan PBL ........................................................................ 13
d. Langkah-langkah PBL ............................................................ 14
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar ................................................................... 18
b. Hakikat Hasil Belajar .............................................................. 20
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................ 23
3. Hakikat Pembelajaran Kimia ....................................................... 24
4. Termokimia ................................................................................. 25
vi
5. Hasil Penelitian Relevan .............................................................. 34
B. Kerangka Pikir ............................................................................... 36
C. Pengajuan Hipotesis ....................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 40
B. Metode Penelitian .......................................................................... 40
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 42
1. Variabel Penelitian .................................................................. 42
2. Sumber Data ........................................................................... 42
3. Instrumen Penelitian ............................................................... 42
4. Uji Validitas ............................................................................ 43
5. Uji Reliabilitas ........................................................................ 44
6. Tingkat Kesukaran .................................................................. 45
7. Daya Pembeda ........................................................................ 45
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 46
1. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................... 46
2. Pengujian Hipotesis ................................................................. 47
F. Hipotesis Statistik .......................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Belajar
a. Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................ 49
b. Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .......................... 50
2. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas ................................................................. 51
b. Uji Homogenitas .............................................................. 53
3. Pengujian Hipotesis ................................................................ 56
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 57
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 60
B. Saran .............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol
Lampiran 3 Perhitungan Uji Validitas
Lampiran 4 Perhitungan Tingkat Kesukaran
Lampiran 5 Perhitungan Daya Pembeda
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Instrumen
Lampiran 7 Uji Validitas Instrumen
Lampiran 8 Instrumen Penelitian
Lampiran 9 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Kontrol
Lampiran 10 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
Lampiran 11 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Data Pretest dan Postets Kelas Kontrol
Lampiran 13 Distribusi Frekuensi Data Pretest dan Postets Kelas Eksperimen
Lampiran 14 Perhitungan Uji “t”
Lampiran 15 Surat Izin Penelitian
Lampiran 16 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 17 Uji Referensi
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap-tahap Problem Based Learning (PBL) ................................... 14
Tabel 2.2 Sintaksis PBL ...................................................................................... 15
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen .............................................................................. 43
Tabel 4.1 Deskripsi Data Mean Skor Pretest ...................................................... 49
Tabel 4.2 Deskripsi Data Mean Skor Postest ...................................................... 50
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest .............................................. 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Skor Postest .............................................. 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest ................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest .................................................. 55
Tabel 4.7 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pretest ................................................ 56
Tabel 4.8 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Posttest ............................................... 56
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Hasil pembelajaran PBL ...................................................... 12
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir ..................................................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai
permasalahan tidak mudah dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM).
Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang
sangat penting. Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai suatu usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak serta ketrampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini senada
dengan undang-undang sistem pendidikan nasional no.20 tahun 2003 tentang
fungsi pendidikan nasional yang menyatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab1.
Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk
mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan berpikir,
kecerdasan emosional, berwatak dan keterampilan untuk siap hidup di tengah
masyarakat. Proses dalam pendidikan adalah kejadian berubahnya peserta
didik dari belum terdidik menjadi peserta terdidik.
1 Inherent Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat
diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010 Pukul 09.23 WIB
1
2
Pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia tertuang dalam Al-
quran surat Al-Mujadalah ayat 11:
Æìsù ötƒ ª!$# t⎦⎪ Ï% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u™ öΝä3Ζ ÏΒ t⎦⎪Ï% ©! $# uρ (#θ è?ρé& zΟ ù= Ïèø9 $# ;M≈y_ u‘ yŠ 4 ª! $# uρ $yϑÎ/.tβθè= yϑ÷è s? ×Î7 yz
“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Bahkan dalam Hadits Rasulullah SAW memberikan motivasi kepada umatnya
العلم فريضة على آل مسلم طلبartinya Menuntut Ilmu itu diwajiban bagi setiap orang Islam (Riwayat Ibnu
Majah, Albaihaqi, Ibnu Abdil Barr dan Ibnu Adi, dari Anas Bin Malik).
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu
sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas SDM, maka
pemerintah bersama kalangan swasta berusaha membangunan pendidikan
yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan
kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan
dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
Belajar merupakan salah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha
mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya. Belajar adalah
proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi
dalam jangka waktu tertentu dan secara relatif bersifat permanen dan tidak
hanya terjadi pada perilaku yang saat ini tampak tetapi perilaku yang mungkin
terjadi dimasa mendatang.2 Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan
baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi
tuntutan hidup karena kehidupan yang selalu berubah.
2 Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brothers, 2006), h. 76
3
Bahkan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
perkembangan dunia yang sangat cepat, UNESCO merumuskan empat pilar
belajar, yaitu pertama, belajar mengetahui (Learning to know) berkenaan
dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Belajar untuk
mengetahui diartikan sebagai cara bagaimana mengembangkan kemampuan
berkonsentrasi, mengingat dan berpikir . Kedua, belajar berkarya (Learning to
do) yakni masa depan ekonomi bergantung pada kemampuan mereka untuk
mengubah pengetahuan menjadi sebuah inovasi yang akan menghasilkan
usaha baru dan pekerjaan-pekerjaan baru. Ketiga, belajar hidup bersama
(Learning to live together) merupakan tuntutan agar kita mampu berinteraksi,
berkomunikasi dan bekerja sama dan hidup bersama dalam berbagai kelompok
etnis, daerah, budaya, ras dan agama. Keempat, belajar berkembang utuh
(Learning to be), pendidikan harus memberikan kontribusi kepada setiap
individu untuk mengembangkan pikiran dan tubuh, kecerdasan, kepekaan
menghargai estetis dan spiritualitas. Belajar berkembang diartikan bahwa
manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan
seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk
mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan
seluruh aspek kepribadiannya3.
Keberhasilan sebuah proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari
peran seorang guru sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia telah dijelaskan No.20 Pasal 40 ayat 2 tahun 2003, tentang
sistem pendidikan nasional yang berbunyi:
Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban: (1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. (2) Mempunyai komitmen yang profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan, (3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.4
3 UNESCO, The Four Pillars of Education, dapat diakses di
http://www.unesco.org/delors/fourpil.htm, 21/1/2011, 1:10 AM 4 Inherent Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat diakses
di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010 Pukul 09.23 WIB
4
Dari undang undang tersebut jelas bahwa peran seorang guru sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Guru harus mampu melakukan
pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan sehingga
mereka dapat menangkap informasi yang diberikan guru dengan baik.
Guru kini tidak lagi hanya sekedar “transfer of knowledge” (mengajarkan
pengetahuan yang dimilikinya saja) tetapi juga harus mampu sebagai pendidik
sekaligus pembimbing dengan memberikan pengarahan (transfer of value)
sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegitan pembelajaran. Sebagaimana
menurut Bobby Deporter bahwa Proses belajar mengajar adalah fenomena
yang kompleks segala sesuatunya berarti. Setiap kata, pikiran tindakan dan
asosiasi serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi dan
rancangan pengajaran5. Oleh karena itu, guru harus memiliki dan mampu
merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan
pembelajaran ini diramu berdasarkan berbagai model, metode dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan informasi yang akan disampaikan.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai mata pelajaran yang memberikan
pengalaman belajar cara berpikir dari struktur pengetahuan yang utuh. Ilmu
Pengetahuan Alam menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam
mencari penjelasan fenomena alam. Prinsip Ilmu Pengetahuan Alam adalah
mencari fakta-fakta, sehingga siswa dapat merespon informasi baru dan dapat
melakukan eksperimen dalam menguji suatu hipotesis. Prinsip itu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa tidak
hanya kemampuan pemahaman saja tetapi juga kemampuan menganalisa dan
mengevaluasi serta sikap ilmiah.
Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata
pelajaran Kimia yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas membahas tentang
sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan materi serta energi yang
menyertai perubahan materi dan diperoleh melalui hasil-hasil penelitian dan
penalaran. Belajar kimia adalah belajar tentang segala perubahan yang terjadi
5 Bobbi Deporter, dkk, Quantum Teaching (Terjemah:Ary Nilandari), (Bandung: Raifa, 2007),
h. 3
5
di alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang semuanya
menyebabkan manusia dapat mengambil segala manfaat dari perubahan
tersebut. Selain itu dengan belajar kimia siswa dapat menanamkan metode
ilmiah, mampu mengembangkan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan
dan ketelitian kerja. Di dalamnya terdapat berbagai pokok bahasan yang
memiliki kekhasan masing-masing serta konsep-konsep yang harus dipahami.
Pembelajaran kimia dibangun melalui penekanan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Siswa diharapkan menemukan fakta-
fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah. Meskipun begitu, bagi
sebagian siswa kimia dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit karena
didalamnya terdapat konsep-konsep yang abstrak sehingga siswa kurang
mampu untuk memahaminya. Untuk dapat mengkonstruk pengetahuan siswa
dengan baik, maka tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi
dikelas saja, akan tetapi seorang guru haruslah dapat merancang pembelajaran
yang efektif, mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, serta membuat
instrument pembelajaran yang diperlukan.
Pengalaman belajar dan keterampilan proses dapat diperoleh oleh siswa
dengan menyajikan suatu masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Karena pada hakekatnya segala sesuatu yang ada di lingkungan selalu
berhubungan dengan kimia. Ilmu kimia merupakan ilmu yang abstrak
sehingga jika diajarkan hanya dengan menyampaikan informasi saja akan
menyulitkan siswa untuk memahaminya.
Jika kegiatan pembelajaran kimia dilakukan hanya dengan metode
ceramah saja (teacher centered), maka menyebabkan siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran tersebut sehingga siswa tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalahnya. Pada akhirnya ketika
siswa dihadapkan pada suatu masalah siswa tidak dapat menyelesaikan
masalah tersebut dengan baik. Keadaan tersebut harus segera diantisipasi
dengan tidak lagi pembelajaran yang berpusat pada guru namun harus
berpusat pada siswa (student Centered). Dalam hal ini model pembelajaran
6
yang mengintegrasikan dengan masalah salah satunya adalah model Problem
Based Learning(PBL). Prinsip dasar yang mendukung konsep PBL adalah
lebih tua dari pada pendidikan formal itu sendiri, pembelajaran dimulai
dengan mengajukan masalah, pertanyaan atau teka-teki kepada siswa untuk
diselesaikan6. Pembelajaran dengan model PBL memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya melalui penyelidikan
suatu masalah yang ada disekitar lingkungannya.
Menurut John Dewey, menyebutkan bahwa Pembelajaran Berdasarkan
Masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan7.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah,
sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan baik.
Termokimia merupakan salah satu bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari tentang perubahan energi serta reaksi kimia yang menyertainya.
Materi didalamnya merupakan materi yang abstrak sehingga pembelajaran
didalamnya tidak hanya sekedar menyampaikan konsep saja tetapi lebih dari
itu guru harus mampu merubah dari sesuatu yang abstrak menjadi konkrit
sehingga mudah dipahami oleh siswa. Agar materi dapat dipahami oleh siswa
maka guru dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan
mengemukakan sesuatu masalah atau fenomena yang ada dan dialami oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya mengapa mulut terasa dingin
ketika makan es krim? Memakan es krim akan menyebabkan mulut terasa
dingin karena mulut yang sehat secara normal dewasa ini suhunya sekitar
37oC sedangkan es krim maksimal suhunya sampai 0oC. bahkan bisa berkisar -
5 sampai -10 jika baru dikeluarkan dari lemari es. Adanya perbedaan suhu
yang sangat jauh, sehingga terjadi perpindahan energi dari mulut ke es krim,
6 Barbara J. Duch, dkk., The Power of problem-Based learning, (Virginia: Stylus
Publishing,2001), h.6 7 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h.67
7
perpindahan itu juga yang menyebabkan es meleleh. Contoh tersebut
merupakan fenomena yang sering siswa alami sehari-hari.
Pemberian masalah terhadap siswa dalam kegiatan belajar, maka siswa
akan lebih tertarik sehingga dapat merangsang siswa lebih aktif. Karena
didalam pembelajaran siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah
tersebut dengan melakukan investigasi dan penyelidikan.
Diterapkannya metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah, dapat
melatih siswa berpikir kritis, menganalisis dan memecahkan masalah
komplek, dapat bekerja secara kooperatif di dalam tim kecil, meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan efektif baik verbal maupun tertulis8.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul
“Pengaruh model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil
belajar kimia siswa pada konsep Termokimia”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Adanya konsep-konsep yang abstrak menjadikan kimia sebagai mata
pelajaran yang sulit bagi siswa
2. Lemahnya peran guru dalam mengaplikasikan model, metode atau strategi
pembelajaran untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran
3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dan monoton
(pembelajaran konvensional) menyebabkan siswa kurang dapat menguasai
informasi yang diberikan oleh guru sehingga dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa
4. Pemahaman siswa terhadap materi tidak dibarengi dengan kemampuan
untuk menginvestigasi dan memecahkan suatu masalah.
8 Barbara, dkk., The Power of Problem Based Learning..., h.6
8
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah maka
penelitian dibatasi pada:
1. Penelitian ditekankan pada kemampuan kognitif terhadap hasil belajar
kimia siswa
2. Penyajian masalah dalam pembelajaran kimia menggunaan Model
Problem Based Learning (PBL)
3. Penelitian dilakukan pada konsep pembahasan Termokimia
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
“Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan operasional pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
penerapan model Problem based Learning (PBL) memberikan hasil belajar
yang lebih baik dibandingkan pada pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan bekerjasama dan berkomunikas sehingga melatih dan
merangsang kreativitas siswa.
2. Untuk memberikan alternatif kepada guru dalam mengajarkan pelajaran
kimia dan mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
siswa lebih mudah memahami materi pelajaran serta terciptanya proses
belajar yang efektif dan bermakna.
9
3. Bagi peneliti, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat
memotivasi para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan
dengan penelitian ini.
10
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Definisi Model Problem Based Learning
Sebelum menjelaskan tentang PBL perlu diketahui dahulu
pengertian tentang model pembelajaran. Menurut soekamto, model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar1.
Sedangkan menurut Arends menyatakan istilah model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuannya, sintaks, lingkungan dan sistem pengelolaannya2.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang disajikan oleh
guru dari awal sampai akhir secara sistematis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Model Problem Based Learning (PBL) Menurut John Dewey
dalam trianto merupakan interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan3.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman
1 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovtif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 5 2 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovtif… , h. 6 3 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovtif… , h. 67
10
11
siswa yang diproleh dari lingkungan akan dijadikan sebagai materi
dalam pembelajaran di kelas, sehingga mempermudah mereka
memperoleh pengertian dan tujuan belajarnya. Meminjam pendapat
Bruner bahwa pendekatan terhadap belajar didasarkan pada dua
asumsi, pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif, Setiap orang yang belajar berinteraksi dengan
lingkungannya secara aktif. Asumsi kedua bahwa orang
mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi
yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh
sebelumnya (model alam)4. Pembelajaran berdasarkan Masalah
merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa
belajar tentang subjek dalam konteks yang kompleks, beragam,
masalah yang nyata. Bekerja dalam kelompok, siswa mengidentifikasi
apa yang mereka telah ketahui, apa yang perlu diketahui dan bagaiman
untuk mengakses informasi baru yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah5. Peran guru sebagai fasilitator yang
memberikan rancangan proses pembelajaran, misalnya mengajukan
pertanyaan, menyediakan sumber yang sesuai, memimpin dikelas
serta merncang penilaian siswa.
Menurut Arends, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan
tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri6.
Esensi Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan penyuguhan
berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada
siswa yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi
4 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 98 5 Wikipedia, Problem-Based Learning dapat diakses di
http://en.wikipedia.org/wiki/Problem‐based_learning 6 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif..., h.68
12
dan penyelidikan.7 Problem based learning dirancang dan
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan
intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan
mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang
disimulasikan dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonom.8 Seperti
yang diilustrasikan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Bagan Hasil pembelajaran PBL
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning merupakan bentuk pembelajaran yang
menekankan pada pengalaman belajar agar siswa dapat mengkonstruk
pengetahuannya sendiri melalui penyajian masalah yang nyata
sehingga mampu belajar secara mandiri.
b. Ciri-ciri Model Problem Based Learning
Ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi:
1) pengajuan pertanyaan- pertanyaan atau masalah, pembelajaran
berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar
pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting
dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
7 Arends, Learning to teach (belajar untuk mangajar), terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: Pustaka pelajar . 2008), h. 41
8 Arends, Learning to teach..., h.43
Problem Based
Learning
Keterampilan penyelidikan dan
mengatasi masalah
Perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran orang Keterampilan
untuk belajar secara mandiri
13
2) memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, meskipun PBL
berpusat pada mata pelajaran tertentu (seperti IPA,
Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki
telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya,
siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3) penyelidikan autentik, PBL mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata.
4) Kolaborasi, PBL dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu
dengan yang lainnya, baik berpasangan atau berkelompok
kecil. Bekerjasama memberikan motivasi secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas yang kompleks dan memperbanyak
peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berpikir.
5) menghasilkan produk dan memamerkannya, PBL menuntut
siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan bentuk
penyelesaian masalah yang mereka temukan. 9
c. Kelebihan Model Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk mernbantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBL
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuannya. Kelebihan penerapan PBL antara lain melatih
ketrampilan berpikir dan ketrampilan mengatasi masalah, meniru
peran orang dewasa dalam menghadapai situasi kehidupan nyata, dan
melatih belajar secara mandiri10.
1) Ketrampilan Berpikir dan mengatasi masalah
9 Trianto, Model-model Pembelajaran…., h.69 10 Arends, Learning to teach..., h.43-45
14
Menurut Arends Berpikir merupakan sebuah representasi
secara simbolis (melalui bahasa) berbagai objek dan kejadian riil
dan menggunakan representasi simbolis itu untuk menemukan
prinsip-prinsip esensial objek dan kejadian tersebut. Berpikir
memiliki sifat yang kompleks sehingga tidak dapat diajarkan
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang mengajarkan
ide-ide dan ketrampilan yang lebih konkret karena proses untuk
memikirkan ide-ide abstrak berbeda dengan yang digunakan untuk
memikirkan situasi kehidupn nyata.
2) Meniru peran orang dewasa
PBL mendorong siswa untuk observasi dan dialog dengan
pihak lain agar siswa secara gradual mampu melaksanakan
peran yang diobservasi (ilmuwan, guru, dokter seniman dan
lin-lain).
3) Belajar secara mandiri
PBL berusaha membatu siswa untuk menjadi pembelajar
yang independen. Dengan bimbingan guru siswa mengajukan
masalah dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil,
kelak siswa belajr untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri.
d. Langkah-langkah Model Problem Based Lerning
Menurut Ibrahim dalam Trianto, pembelajaran berdasarkan
masalah terdapat lima tahap utama, meliputi:
Tabel 2.1
Tahap-tahap Problem Based Learning
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi
siswa terlibat dalam pemecahan
15
masalah yang dipilihnya
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
video, model dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
Tahap 5
Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan. 11
Senada dengan Ibrahim, menurut Arends terdapat 5 sintak PBL
seperti yang dijekaskan pada tabel berikut12:
Tabel 2.2 Sintaksis PBL
Fase Perilaku guru
1 Memberikan orientasi
tentang permasalahannya
kepada siswa
Membahas tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan berbagai
kebutuhan logistik penting dan
11 Trianto, Model-model Pembelajaran...., h.71 12 Arends, Learning to teach..., h.57
16
memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi masalah
2 Mengorganisasikan siswa
untuk meneliti
Membantu siswa untuk
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas
belajar yang terkait dengan
permasalahan
3 Membantu investigasi
mandiri dan kelompok
Mendorong siswa untuk
mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen dan
mencari penjelasan dan solusi
4 Mengembangkan dan
mempresentasikan artefak
dan exhibit
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
artefak-artefak yang tepat, seperti
laporan, rekaman video dan model-
model dan membantu mereka
untuk menyampaikannya kepada
orang lain
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadap investigasinya
dan proses-proses yang mereka
gunakan.
Dari dua tahap pembelajaran PBL diatas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan PBL terdapat
lima tahap yaitu sebagai berikut:
1) Mengorientasikan siswa pada masalah yaitu pada awal pelajaran
guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran seperti
ketrampilan penyelidikan dan membantu siswa menjadi
pembelajaran yang mandiri, memunculkan fenomena yang ada
dilingkungan siswa (masalah sebaiknya yang autentik dan
17
mengandung teka-teki yang memungkinkan siswa untuk bekerja
sama), serta mendorongnya untuk melontarkan pertanyaan dan
mencari informasi.
2) Mengorganisasi siswa untuk meneliti yaitu guru membantu siswa
mendefinisikan masalah yang dipilih, membentuk kelompok kecil
untuk membangun kerja sama di antara siswa dalam
menginvestigasi masalah dan menjelaskan prosedur penyelidikan
harus siswa lakukan.
3) membantu penyelidikan secara individu maupun kelompok yaitu
guru membantu siswa mengumpulkan informasi tentang masalah
tersebut dari berbagai sumber misal di perpustakaan maupun
laboratorium selama mendukung masalah tersebut, siswa diberi
pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis
informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah, siswa
diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan menggunkan metode
yang sesuai untuk masalah yang dihadapi serta memberikan
kebebasan kepada siswa dalam mengemukakan ide-ide dan
memberikan bantuan yang dibutuhkannya.
4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya yaitu guru
membantu siswa dalam membuat hasil karyanya seperti laporan,
video atau model yang memperlihatkan situasi yang bermasalah
dan solusi yang diusulkan.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu
guru membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka dan
ketrampilan penyelidikan yang digunakan, membantu
mengevaluasi karya siswa dengan melakukan presentasi untuk
didiskusikan antar siswa maupun kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang ketepatan solusi yang siswa dapatkan
kemudian disimpulkan bersama-sama.
18
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Secara kodrati manusia terlahir sebagai pembelajar. Rasa
keingintahuannya mendorong manusia mengeksplorasi berbagai
pengetahuan. Belajar berasal dari kata ajar yang berarti mencoba (trial)
yaitu kegiatan mencoba sesuatu yang belum atau tidak diketahui13. Suatu
hal penting dalam kegiatan belajar adalah berubah. Berubah dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil
menjadi terampil.
Belajar atau yang disebut juga dengan Learning, adalah perubahan
yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman. Belajar pada manusia merupakan suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
dan pemahaman, ketrampilan dan sikap14. Belajar membantu manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga mampu bertahan hidup.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Pembelajaran merupakan suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya15. Namun tidak semua
perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran mempunyai cirri-ciri yaitu perubahan yang
disadari (pembelajar sadar bahwa pengetahuannya & ketrampilannya
telah bertambah sehingga lebih percaya diri), perubahan yang bersifat
kontinu (suatu perubahan yang telah terjadi, menyebabkan perubahan
perlaku yang lain), perubahan yang bersifat fungsional (memberikan
manfaat bagi individu yang bersangkutan), perubahan yang bersifat positif
13 Idris Shaffat, Optimized Learning Strategy, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009), h. 1 14 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grasindo, 1999), cet.5, h. 53 15 Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2004), h. 7
19
(perubahan yang diperoleh senantiasa bertambah dari keadaan
sebelumnya), perubahan yang bersifat aktif (perubahan terjadi dari
aktifitas dan kematangan individu), perubahan yang bersifat permanen
(perubahan tersebut akan kekal didalam diri individu) dan perubahan yang
bertujuan dan terarah (semua aktivitas terarah kepada pencapaian suatu
tujuan tertentu)16.
Pendapat lain dipertegas oleh Cronbach yang dikutip Sumadi
bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya17.
Gagne menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa
diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi
eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai
hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan
komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama.
Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata
dalam suatu pembelajaran18. Gagne juga dalam bukunya The conditions of
Learning mengemukakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan
menurut Hilgard dan Bower, belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang19. Sedangkan menurut James O. Wittaker, belajar dapat
16 Mohamad Surya…, h. 8 17 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada,2005), h.231 18 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif…, h. 12 19 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet.
23.h. 84
20
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman20.
Mulyati Arifin mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar
merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru
dalam kegiatan pendidikan21. Dalam proses kegiatan belajar mengajar
terdapat kegiatan belajar yang dilakukan siswa dan kegiatan mengajar
yang dilakukan oleh guru. Kegiatan ini tidak berlangsung sendiri,
melainkan berlangsung secara bersama-sama pada waktu yang sama
sehingga terjadi adanya interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan
guru.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku individu akibat dari interaksi
dengan lingkungannya yang menghasilkan ketrampilan sehingga mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. Hakekat Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal dibidang pendidikan.
Kehadiran hasil belajar dalam kehidupan manusia yang berada di sekolah
ditingkat dan jenis tertentu. Dalam hasil belajar terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri.
Pelaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya
internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang
dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran
berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang
dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran,
biasanya dilakukan oleh suatu institusi atau lembaga baik di dalam
maupun di luar negeri.22
20 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 5, h. 104
21 Mulyati Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: UPI, 2000), h.8 22 Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,( Jakarta:
Gaung Persada Press,2007), h.13
21
Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar
merupakan hasil perubahan perilakunya. Oleh karena itu perubahan
perilaku menunjukan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan
meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik23. Secara eksplisit
ketiga domain ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiga ranah
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Aspek Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir
termasuk didalamnya kemampuan memahami, menghafal,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan evaluasi. Menurut
Benyamin S. Bloom, taksonomi untuk domain kognitif adalah metode
untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih
tinggi dari kegiatan mental yang terdiri dari pengetahuan (knowledge)
yaitu kemampuan untuk menghafal, mengingat atau mengulangi
informasi yang pernah diberikan. Kedua, pemahaman
(comprehension) ialah kemampun untuk menginterpretasi atau
mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Ketiga,
aplikasi (application) yaitu kemampun menggunakan informasi, teori
dan aturan pada situasi baru. Keempat, analisis (analysis) ialah
kemampuan menguraikan pemikiran yang kompleks dan mengenai
bagian-bagian serta hubungannya. Kelima, sintesis (synthesis)
merupakan kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna
membentuka pola pemikiran yang baru. Dan keenam, evaluasi
(evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.24
Tujuan dari aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan
berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
23 Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal
Teknodik, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan), dapat diakses di http://www.pustekkom.go.id, h. 158
24 H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2007), h. 77
22
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.
2) Penilaian Aspek Psikomotor
Ryan dalam Mimin Haryati mengungkapkan bahwa penilaian
hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu,
pertama melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku
siswa selama proses belajar mengajar(praktek berlangsung). Kedua,
setelah proses belajar berlangsung yaitu dengan cara memberikan tes
kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Ketiga, beberapa waktu setelah belajar selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya. Sedangkan menurut Leighbody, dalam
melakukan penilaian hasil belajar ketrampilan sebaiknya mencakup:
pertama, kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan sikap kerja.
Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan
menyusun urutan pekerjaan. Ketiga, kecepatan siswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Keempat, kemampuan
siswa dalam membaca gambar atau simbol. Kelima, keserasian bentuk
yang diharapkan atau ukuran yang telah ditentukan.
3) Penilaian Aspek Afektif
Life skills merupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai
hasil proses pembelajaran. Menurut Krathwohl, bila ditelusuri hampir
semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Peringkat ranah
afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving (menerima),
responding (tanggapan), valuing (menilai), organization (organisasi)
dan characterization (karakterisasi). Penilain pada aspek afektif dapat
23
dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner, inventori dan
pengamatan atau observasi.25
Sedangkan menurut Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang itu melakukan sesuatu26.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Jika pada umumnya bahwa hasil belajar merupakan sebagai perubahan
tingkah laku, maka besar kecilnya perubahan tersebut akan dipengaruhi
berbagai hal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dikemukakan
oleh Purwanto terdapat dua faktor27, yaitu:
1) Faktor dari dalam, pada bagian ini terdiri dari:
a) Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan panca indera
Kondisi fisik dan panca indera siswa memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapai. Keadaan jasmani yang sehat
dan panca indera yang berfungsi dengan baik memegang peranan
penting dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh
pun optimal.
b) Faktor psikologi yang meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi
dan kemampuan kognitif
Selain kondisi fisik dan panca indera, faktor psikologi berupa
minat, bakat, motivasi dan kecerdasan akan memberikan dorongan
terhadap siswa untuk ingin lebih mengetahui dan tertarik dengan
apa yang sedang dipelajarinya, sehingga hal ini dapat
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
25 Haryati, Model & Teknik Penilaian..., h. 22-38 26 Haryati, Model & Teknik Penilaian..., h. 38 27 Purwanto, Psikologi............., h.103-107
24
2) Faktor dari luar, bagian ini terdiri dari:
a) Faktor lingkungan meliputi alam dan sosial
Keadaan alam dan sosial dilingkungan belajar, misalnya
sekolah berada jauh dari pusat keramaian, waktu belajar (siang atau
malam), cuaca dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
b) Faktor instrumental meliputi kurikulum atau bahan pelajaran, guru
atau pengajar, sarana dan fasilitas, metode pembelajaran,
administrasi atau manajemen.
Dari pengaruh faktor-faktor tersebut, maka muncul siswa-siswa
yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini, seorang guru yang professional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa
yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
3. Hakekat Pembelajaran kimia
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang objek
kajiannya jelas dan kasat mata, yang menjelaskan misteri alam yang besar.
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsi-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
siswa pampu menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah.
Pendidikannya diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
25
Ilmu kimia sebagai bagian dari IPA merupakan ilmu yang
mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, sifat, susunan serta
perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia. Ilmu kimia menjadi
sarana hasrat dan kerinduan terdalam manusia untuk menyelidiki dan
mengetahui materi alam semesta ini. Namun kimia bagi sebagian siswa
merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Beberapa siswa merasa tidak
mampu dalam mempelajari kimia. Pelajaran kimia menjadi momok yang
menakutkan karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu
sendiri. Selama ini para siswa menganggap konsep-konsep yang ada dalam
pelajaran kimia sebagai konsep-konsep abstrak yang sulit diaplikasikan ke
dalam kehidupan yang nyata.
Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yaitu membekali siswa pengetahuan pemahaman dan sejumlah
kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
4. Termokimia
Termokimia dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang
mempelajari dinamika atau perubahan reaksi kimia dengan mengamati
panas/termal nya saja. Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan
sehari-hari ialah reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari
energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang
kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara
dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin
mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan.
Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan
(komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk
memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan
26
yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh
agar berfungsi. Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang
diambil atau dikeluarkan. Mari kita periksa terjadinya hal ini dan
bagaimana kita mengetahui adanya perubahan energi.28
Pernahkah kamu melarutkan deterjen bubuk sewaktu mencuci
pakaian? Apa yang kamu rasakan pada deterjen? Apakah terasa dingin
atau hangat? Coba bandingkan ketika kamu membuat larutan oralit
(campuran garam dan gula dengan perbandingan tertentu)? Apa yang
kamu rasakan pada bagian luar gelas tempat membuat larutan itu?
Apakah terasa dingin atau hangat? Nah dua fenomena tersebut
merupakan salah satu bentuk perubahan energi.29
a. Perubahan Energi suatu Reaksi Kimia
Energi merupakan konsep yang abstrak sehingga lebih sulit
dipahami daripada zat, karena energi hanya dapat kita rasakan namun
tidak dapat dilihat. Kita hanya dapat mempelajari pengaruh energi
pada suatu objek. Misalnya, mengapa mulut terasa dingin ketika
makan es krim? Memakan es krim akan menyebabkan mulut terasa
dingin karena mulut yang sehat secara normal dewasa ini suhunya
sekitar 37oC sedangkan es krim maksimal suhunya sampai 0oC.
bahkan bisa berkisar -5 sampai -10 jika baru dikeluarkan dari lemari
es. Adanya perbedaan suhu yang sangat jauh, sehingga terjadi
perpindahan energi dari mulut ke es krim, perpindahan itu juga yang
menyebabkan es meleleh.30
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam termokimia yang
menyangkut perpindahan energi yaitu sistem dan lingkungan.
Peristiwa reaksi kimia yang sedang diamati atau dipelajari disebut
28 Ratna Ediati dkk., Kimia Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid I, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK, 2008), h. 141 29 Das Salirawati, dkk., Belajar Kimia Secara Menarik Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 68 30 Paul Monk, Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World, (Manchester
Metropolitan University: John Wiley&Son, 2004). h.77
27
sistem. Segala sesuatu diluar sistem disebut lingkungan. Berdasarkan
interaksi dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga macam
yaitu sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem terisolasi.
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan
terjadinya pertukaran kalor dan materi (zat) antara lingkungan dan
sistem. Sistem tertutup adalah suatu sistem yang memungkinkan
terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan.
Sedangkan sistem terisolasi adalah sistem yang tidak memungkinkan
terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan.
b. Entalpi dan perubahan Entalpi suatu reaksi
Umumnya reaksi kimia dilangsungkan pada wadah yang terbuka
pada tekanan atmosfer atau pada tekanan tetap. Perubahan kalor pada
tekanan semacam ini disebut perubahan entalpi. Entalpi dilambangkan
dengan H, merupakan jumlah energi yang dimiliki sistem pada
tekanan tetap. Seperti halnya pada energi, entalpi juga termasuk fungsi
keadaan. Entalpi tidak dapat diukur, hanya perubahannya saja yang
dapat diukur.
∆H = Hakhir – Hawal
1. Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Kenapa kita berkeringat? Kita sering kali berkeringat
misalnya setelah berlari dengan cepat, tinggal di daerah yang
beriklim panas atau mungkin selama kita sakit yang menyebabkan
suhu menjadi naik (kita sering mengatakan, kami kepanasan).
Berkeringat adalah salah satu cara yang alami untuk
mendinginkan tubuh. Keringat merupakan larutan garam dan
minyak alami yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
permukaan kulit. Kelenjar akan menghasilkan campuran tersebut
ketikan tubuh merasa kepanasan. Kadang-kadang lengan yang
berkeringat jika terkena angin dari kipas atau angin alami maka
28
kulit terasa dingin itu karena adanya penguapan air dari
keringat.31
Reaksi dimana sistem menyerap kalor dari lingkungan
disebut reaksi endoterm. Karena sistem menyerap kalor maka
kalor yang ada dalam sistem akan bertambah. Tanda reaksi
endoterm adalah ∆H = + (positif).
Sedangkan reaksi kimia dimana sistem melepaskan kalor ke
lingkungan disebut reaksi eksoterm32. Karena sistem melepaskan
kalor kelingkungan, maka kalor dalam sistem akan berkurang.
Tanda reaksi eksoterm adalah ∆H = - (negatif).
2. Persamaan Termokimia
Karena entalpi adalah suatu fungsi keadaan, maka besaran
∆H dari reaksi kimia tidak tergantung dari lintasan yang dijalani
pereaksi untuk membentuk hasil reaksi. Untuk melihat pentingnya
pelajaran mengenai panas reaksi ini, kita dapat melihat perubahan
yang sudah dikenal, yaitu penguapan air pada titik didihnya.
31 Paul Monk, Physical Chemistry…,h. 81 32 Robert G. Mortimer, Physical Chemistry: Third Edition, (Kanada: Elsevier, 2008), h. 86
Lingkungan Lingkungan Sistem
Lingkungan Lingkungan Sistem
29
Kita perhatikan perubahan 1 mol cairan air H2O(l) menjadi
1 mol air berupa gas, H2O(g) pada suhu 100OC dan tekanan 1
atm. Proses ini akan menyerap kalor sebanyak 41 kJ, maka ∆H =
+ 41 kJ. Perubahan keseluruhan dapat ditulis dengan persamaan:
H2O(l) → H2O (l) ∆H = + 41 Kj
3. Perubahan Entalpi Molar Standar (∆H)
Harga perubahan entalpi (∆H) selalu dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan sekitar, misalnya suhu dan tekanan.
Sangatlah tidak efisien apabila dalam setiap pengukuran harus
selalu mencantumkan suhu dan tekanan reaksi. Biasanya entalpi
dihitung pada kondisi suhu 25oC (298 K) dan tekanan 1 atmosfer.
Keadaan inilah yang ditetapkan sebagai keadaan standar. Jadi,
entalpi yang diukur pada kondisi standar dinamakan dengan
entalpi standar. Pada umumnya, suatu reaksi kimia mengikut
sertakan jumlah reaktan dan produk reaksi yang biasanya
dinyatakan dengan satuan molar. Oleh karena itu, dikenal pula
entalpi molar standar yaitu perubahan entalpi 1 mol zat yang
diukur pada keadaan standar. Perubahan entalpi suatu reaksi
kimia dapat dihitung dari perubahan entalpi pembentukan reaktan
dan produk.33
a. Entalpi Pembentukan Standar (∆H0f, f = formation)
Entalpi pembentukan standar (∆H0f ) adalah kalor yang
dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0
f = - 285,85 kJ
b. Entalpi Penguraian Standar (∆H0d, d = dissociation)
Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar.
33 Robert G. Mortimer, Physical Chemistry…, h. 39
30
Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆H0d = + 285, 85 kJ
c. Entalpi Pembakaran Standar (∆H0
c, c = combustion) Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan
untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Pembakaran dikatakan sempurna jika:
1. Karbon C terbakar menjadi CO2 2. Hidrogen H terbakar menjadi H2O 3. Belerang S terbakar menjadi SO2
Contoh : C2H5OH (l)+3O2(g)→2CO2(g)+3H2O(l) ∆H0
c = -948, 86 kJ
d. Entalpi yang lain 1) Entalpi Netralisasi Standar
Entalpi Netralisasi Standar adalah kalor yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan 1 mol H3O+ (asam) dengan basa pada kondisi standar. Contoh: NaOH (aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H0 = -890,4 kJ/mol
2) Entalpi Peleburan Standar Entalpi Peleburan Standar adalah kalor yang dibutuhkan untuk meleburkan 1 mol zat padat menjadi zat cair pada titik leburnya dan tekanan standar. Contoh: H2O(s) → H2O(l) ∆H0 = +6,01 kJ
3) Entalpi Penguapan Standar Entalpi Penguapan Standar adalah kalor yang digunakan untuk menguapkan 1 mol zat cair menjadi 1 mol gas pada titik didihnya dan tekanan standar. Contoh: H2O(l) → H2O(g) ∆H0 = +44,05 kJ
4) Entalpi Pengatoman Standar Entalpi Pengatoman Standar adalah kalor yang digunakan untuk pembentukan 1 mol atom-atom unsur dalam fase gas pada kondisi standar.34 Contoh: ½ H2(g) → H(g) ∆H0 = +218 kJ
34 Das Salirawati, dkk., Belajar Kimia Secara Menarik…, h. 83-84
31
c. Penentuan ∆H Reaksi
Harga ∆H reaksi dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Menghitung ∆H reaksi dengan kalorimeter Kalorimeter merupakan alat untuk mengukur panas reaksi,
sedangkan metode atau proses pengukuran kalornya disebut kalorimetri.
Adapun rumus untuk menentukan besarnya kalor reaksi adalah:
q = m . c . ∆t q = kalor yang diserap atau dikeluarkan (joule) m = massa zat pereaksi (gram) c = kalor jenis (J g-1K-1) ∆t = perubahan suhu
2. Menghitung ∆H Reaksi Menggunakan data Entalpi Pembentukan Standar
Penyelesaian perhitungan termokimia untuk menentukan ∆H reaksi lebih singkat dikerjakan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut: Besarnya perubahan entalpi reaksi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan zat hasil reaksi dikurangi jumlah perubahan entalpi pembentukan zat pereaksi, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi. ∆Ho = ∑ ∆Ho
f (hasil reaksi) - ∑ ∆Hof (pereaksi)
3. Menghitung ∆H Reaksi menggunakan Hukum Hess
Germain Henri Hess dari Rusia melalui hasil-hasil percobaannya tetang kalor reaksi menyatakan bahwa apabila suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan aljabar dari dua atau lebih reaksi, maka kalor reaksi juga merupakan penjumlahan aljabar dari kalor yang menyertai reaksi-reaksi itu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga ∆H reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi dan tidak tergantung jalannya reaksi. Pernyataan inilah yang terkenal sebagai bunyi hukum Hess atau Hukum Penjumlahan Kalor. Misalnya pengubahan zat A menjadi zat B dapat terjadi secara langsung dan tak langsung.
32
• Cara langsung A → B ∆H1 = x kJ
• Cara tak langsung a. Melewati C ∆H2 = c kJ
A → C C → B ∆H3 = b kJ
b. Melewati P lalu Q ∆H4 = a kJ A → P P → Q ∆H5 = p kJ Q → B ∆H6 = q kJ Sehingga berlaku hubungan: x = c + b = a + p + q atau ∆H1 = ∆H2 + ∆H3 = ∆H4 + ∆H5 + ∆H6 jika digambarkan dalam skema:
Contoh penerapan hukum Hess: Pada reaksi S menjadi SO3 dapat terjadi secara langsung atau tak langsung melewati SO2, diperoleh data-data sebagai berikut: Cara langsung: S(s) + 3/2 O2(g) → SO3(g) ∆H = x kJ Cara tak langsung: S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,897 kJ SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g) ∆H = -98,282 kJ Berapa harga x? Jawab Jika persamaan reaksi yang diketahui dijumlahkan, maka akan diperoleh persamaan yang ditanyakan. Pada penjumlahan ∆H reaksi yang diketahui ikut dijumlahkan. S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,897 kJ SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g) ∆H = -98,282 kJ + S(g) + 3/2 O2(g) → SO3(g) ∆H = -395,179 kJ
A B
B
∆H5
∆H6∆H4
∆H1
∆H3∆H2
33
4. Menghitung ∆H Reaksi Menggunakan Data Energi Ikatan
a. Pengertian Energi Ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. Contoh: 1 mol gas hidrogen terurai menjadi 2 atom hidrogen H2(g) + → H(g) + H(g) ∆H = 436 kJ
Didalam 1 mol gas H2, terdapat suatu ikatan kovalen antara H – H. Pada proses penguraian H2 menjadi 2 atom H dalam fase gas, ikatan itu akan terputus. Molekul tersebut akan terurai menjadi atom-atomnya. Untuk memutuskan ikatan antara H – H dalam H2 diperlukan energi. Energi itulah yang dinamakan dengan energi ikatan. Energi Atomisasi adalah energi yang diperlukan untuk memecahkan molekul kompleks dalam 1 mol senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya.
b. Energi Ikatan untuk Menghitung ∆H Reaksi Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan
pembentukan ikatan. Proses ini selalui disertai perubahan energi. Energi ikatan rata-rata suatu senyawa dapat ditentukan dengan pertolongan perubahan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Adapun rumus perhitungan dengan cara ini adalah: ∆Hreaksi = ∑ E Ikatan di kiri - ∑ E Ikatan di kanan Contoh: Reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen klorida digambarkan sebagai berikut:
H2 Cl2
Pemutusan ikatan
Pembentukan ikatan
2HCl
34
Berdasarkan uraian diatas, ∆H pembentukan HCl dari unsur-unsurnya dapat dihitung: H2(g) + Cl2(g) → 2 HCl(g) H – H + Cl – Cl → 2 H – Cl
∆Hreaksi = ∑ E pemutusan Ikt - ∑ E pembentukan Ikt = {(H – H) + (Cl – Cl)} – {2 x (H – Cl)} = (436 kJ + 242 kJ) – (2 x 431 kJ) = (678 kJ – 862 kJ) = -184 kJ
Ternyata ∆H bertanda (-), berarti ikatan dalam produk lebih
kuat dari pada ikatan dalam pereaksi.35
5. Hasil Penelitian Relevan
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberikan hasil positif bagi
kemungkinan penggunaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem Based Learning).
Seperti yang dilakukan oleh Nabila Syafi’I dengan judul “ pengaruh
metode Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia
pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai”. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (79,87) lebih tinggi
dari pada nilai rata-rata kelas kontrol (67,77). Hal ini diperkuat dengan
pada saat uji t dimana diperoleh thitung (4,573) lebih besar dari pada ttabel
(2,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PBL
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia36.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Muchamad Afcariono dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi” menunjukkan
hal positif. Bahwa penerapan Model Pembelajaran Berbasiswa Masalah
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa X-A SMA Negeri 1
35 Das Salirawati, Belajar Kimia Secara Menarik…, h. 85-100 36 Nabila Syafii, Pengaruh Metode Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Kimia
pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai (Ciputat: FITK/IPA UIN Jakarta, 2009), h. 71
35
Ngantang. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan pada pola pikir
siswa berdasarkan tingkatan kognitif. Kemampuan bertanya dan
menjawab siswa meningkat dari kemampuan berpikir tingkat rendah
(pengetahuan, pemahaman dan aplikasi) menjadi berpikir tingkat tinggi
(analisis sintesis dan evaluasi) 37.
Begitu juga yang dilakukan oleh Heni Purwati penelitiannya yang
berjudul “Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Materi Pokok Aljabar Dan Aritmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP
7 Semarang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aktivitas siswa
selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah terus mengalami peningkatan, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran terus meningkat dan perubahan sikap
siswa terhadap pembelajaran juga terus meningkat. Selain itu juga
mampu menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam bekerja sama
dan memecahkan masalah.38
Adapun penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Eko Purwantoro
dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan
Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas II-
C SMP Negeri 22 Semarang”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
rata-rata skor kreativitas siswa pada siklus satu adalah 2,67 dan pada
siklus kedua adalah 2,76. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah mampu
meningkatkan kreativitas siswa39
37 Mochamad Afcariono, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 3 2008, dapat diakses di http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamad-afcariono.pdf
38 Heni Purwati, Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa SMP Kleas VII Semarang, ( Semarang: FMIPA UNES. 2006), h. 8-11
39 Eko Purwantoro, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa II-C SMP Negeri 22 Semarang, (Semarang: FMIPA, 2005), h. 38
36
B. Kerangka Pikir
Belajar merupakan proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku yang diharapkan dari belajar itu disebut hasil belajar.
Salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di kelas
untuk mencapai tujuan pembelajaran ada pada cara guru menyampaikan
materi. Karena itu guru dituntut kreatifitasnya untuk dapat menciptakan
suasana pembelajaran di kelas yang menyenangkan, meningkatkan aktivitas
siswa dan bermakna agar siswa dapat lebih termotivasi dalam memahami
materinya dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kimia merupakan mata pelajaran yang sarat akan konsep dan bersifat
abstrak, berjenjang serta berkembang dari konsep yang sederhana menuju
konsep yang lebih kompleks. Sehingga dikalangan sebagian siswa, kimia
adalah mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok bagi mereka.
Menyertakan sesuatu permasalahan kepada siswa dalam mengajarkan
mata pelajaran kimia akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna
(meaning Learning) karena mengetahui pelajaran yang didapat dikelas
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran tersebut
dapat membantu siswa dalam mencerna informasi-informasi yang abstrak
yang disampaikan guru.
Belajar kimia bukan hanya dihadapkan pada teori dan konsep saja,
melainkan harus melakukan sesuatu, mengetahui dan memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pembelajaran kimia. Hal ini dapat diperoleh melalui
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang membantu siswa untuk
menemukan masalah dari suatu peristiwa nyata, mengumpulkan informasi
untuk mengambil suatu keputusan pemecahan masalahnya. Problem Based
Learning mampu meningkatkan berpikir kritis, menganalisis dan
memecahkan masalah yang kompleks.
37
Dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) ini dapat
melatih kemampuan berpikir dan akan membuat siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Selain itu dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah
tersebut melatih siswa bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Dengan
demikian diharapkan terdapat pengaruh penerapan model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar kimia siswa.
38
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir
PBL inputs outputs Belajar Hasil belajar meningkat
Orientasi siswa pada masalah
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membimbing penyelidikan
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Masalah
39
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Ho : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan Model
Problem Based Learning sama dengan rata-rata hasil belajar kimia
siswa yang diajarkan dengan metode konvensional
Ha : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan Model
Problem Based Learning lebih baik dengan rata-rata hasil belajar
kimia siswa yang diajarkan dengan metode konvensional
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 s.d 27 Agustus semester
ganjil tahun ajaran 2010/2011. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di
SMAN 3 kota Tangerang Selatan yang beralamat di jalan Benda Timur XI,
Komp. Pamulang Permai 2 Tangerang Selatan 15416.
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen.
Dengan rancangan penelitian menggunakan Nonequivalent Control Group
Design atau Pretest-Postest Control Group Design dengan kelas eksperimen
maupun kontrol tidak dipilih secara random1. Dalam hal ini peneliti
menggunakan dua kelas dengan kemampuan yang sama, yaitu kelas pertama
diberi perlakuan (kelompok eksperimen) sedangkan kelas kedua tidak diberi
perlakuan (kelompok kontrol). Kedua kelompok tersebut sebelum diberi
perlakuan terlebih dahulu diberi pretest untuk mengetahui sejauh mana materi
atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa.
Kedua kelas dilakukan postest setelah diberi perlakuan dengan naskah tes
yang sama. Adapun rancangan penelitian terebut dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan postest
Eksperimen E1 X E2
Kontrol K1 K2
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007) hal 116
40
41
Keterangan :
E : Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen
K :Hasil pretest dan posttest kelas kontrol
X : Perlakuan yang diberikan kepada siswa
Berdasarkan tabel di atas, sebelum diberi perlakuan maka kedua kelas
tersebut (eksperimen dan kontrol) dilakukan tes awal (pretest). Fungsi pretest
tersebut untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen diberi
perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning. Sedangkan
pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional (diskusi
dan Tanya jawab). Tahap terakhir adalah dengan melakukan posttest, hal ini
untuk mengetahui kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi
perlakuan.
C. Populasi dan Sampel
Penggunaan teknik sampling dalam penelitian diperlukan untuk
memperoleh sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian dapat
digunakan dalam memprediksi pada situasi lain. Untuk itu dalam penelitian
ini digunakan teknik sampling sebagai berikut:
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3
Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011.
2. Populasi Terjangkau
Pupulasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI SMAN 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011.
3. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non-probability
sampling. Pengambilan sampel tersebut dengan tidak memberi peluang
42
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel2. Teknik yang digunakan dengan cara purposive
sampling. Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu3. Adapun yang menjadi sampel adalah kelas XI-6
Sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang dalam pelajarannya
diterapkan model Problem Based Learning (PBL) dan kelas XI-7 sebagai
kelas kontrol yaitu kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan
pembelajaran konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas
(Independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) : model Problem based Learning (PBL)
Variabel terikat (Y) : hasil belajar kimia siswa
2. Sumber Data
Data yang di peroleh pada penelitian ini berasal dari dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari pretest dan posttest
pada kelas eksperimen dan kontrol itu yang digunakan sebagai data.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian ini adalah tes. Tes tersebut berbentuk pilihan ganda dengan
jumlah 20 soal yang terdiri dari 5 alternatif pilihan. Siswa yang menjawab
benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 sedangkan siswa yang menjawab
salah diberi nilai 0.
2 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 66 3 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian..., h. 68
43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen
Konsep Indikator No. item JumlahC1 C2 C3
Macam-macam perubahan entalpi
- Menjelaskan entalpi pembentukan standar
- Menjelaskan entalpi penguraian standar
- Menjelaskan entalpi pembakaran standar
7, 15, 30, 40
4
Penerapan perhitungan kalor reaksi
Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana
24, 6, 18
3
Hukum Hess dan data entalpi pembentukan standar
Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
16 4, 3, 9
,23 5
Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar
Menghitung ∆H reaksi berdasarkan Data entalpi pembentukan standar
28 33 2
Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan
Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan
11, 8 37 3
Dampak pembakaran bahan bakar
Menjelaskan pembakaran bahan bakar tidak sempurna
27, 22 35, 3
Jumlah 7 7 6 20
4. Uji Validitas
Validitas adalah suatu konsep untuk mengetahui kemampuan
instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content
validity) yang berarti tes tersebut dapat mewakili secara representatif
terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diteskan. Untuk itu instrumen tes harus diujikan untuk mendapatkan
J
valid
soal
pear
Kete
5. Uji R
cuku
kare
deng
Kete
rii
k
piqi
pi
qi
St2
4 Sugiyon5 Ahmad
Jakarta Press, 2
ditas butir s
l, dilakukan
rson4:
∑
∑ 2
erangan:
Reliabilitas
Reliabilit
up dapat di
ena instrume
gan menggu
1 1
erangan:
: koefisie
: jumlah b
: varians
: propors
: propors
: varians
no, Statistika unSofyan, dkk., E2006), h. 113
soal atau va
perhitungan
∑
2 ∑
tas menunju
ipercaya unt
en tersebut s
unakan KR-2
∑2
en reliabilitas
butir
skor butir
i jawaban be
i jawaban sa
skor total5
ntuk PenelitianEvaluasi Pemb
aliditas item
n dengan me
∑
∑ 2 2
ukan pada p
tuk digunak
sudah baik.
20, Rumusny
s tes
enar untuk b
alah untuk bu
n..., h. 228 belajaran IPA B
m, untuk men
enggunakan
engertian ba
kan sebagai
Untuk uji r
ya yaitu:
butir nomor i
utir nomor i
Berbasis Komp
ngetahui va
rumus prod
ahwa suatu
alat pengu
reliabilitas in
i
petensi, (Jakart
44
alidits butir
duk momen
instrument
umpul data
ni dihitung
ta: UIN
C
6. Ting
Untu
Kete
P
B
N
Kete
P =
P =
P =
7. DayDaymemkura
KeteBa Bb N
Daya
terse
terse
6 Ahmad 7 Ahmad 8 Karno
C002004291-3
gkat kesukar
uk menghitu
erangan:
: Propors
: jumlah s
: Jumlah
entuan:
0 – 0,25
0,26 – 0,75
0,76 – 1
ya Pembeda (ya pembeda mbedakan keang pandai. D
erangan: : jumlah y: Jumlah : Jumlah
a beda yang
Untuk uj
ebut ditentuk
edia dalam so
Sofyan,dkk., ESofyan,dkk.,…To, M.Pd da
388.
ran (Difficult
ung tingkat k
i (indeks Ke
siswa yang m
peserta tes
: sukar
: sedan
: muda
(Discriminadigunakan
elompok siswDaya pembe
yang menjawyang menjawpeserta tes baik adalah
ji validitas,
kan dengan
oftware ANA
Evaluasi pembe…, h.104 an Yudi Wibi
ty Index)
kesukaran di
esukaran)
menjawab be
r
ng
ah6
ting power)untuk men
wa yang paneda ini di hitu
wab benar pawab benar p
D > 0,37
reliabilitas,
n mengguna
ATES V4.8
elajaran IPA B
isono, ST. (N
gunakan rum
enar
ngetahui kemndai denganung menggu
ada kelompopada kelompo
, taraf kesu
akan perhitu
Berbasis Komp
No. Reg. Hak
mus:
mampuan bn kelompok sunakan rumu
ok atas ok bawah
ukaran dan
ungan komp
petensi…,hal.10
Cipta di Dir
45
butir dalam siswa yang
us:
daya beda
puter yang
03
rjen HAKI :
46
E. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas data
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Liliefors. Kelebihan uji Liliefors adalah
perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full) sekalipun
dengan ukuran sampel kecil (n = 4). 9
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Liliefors (taraf
signifikansi 0,05) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengamatan x1, x2,…., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . .,
zndengan menggunakan rumus ( dan s masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z≤zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . ., zn yang lebih kecil atau
sama dengan zi. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka , ….,
4) Hitung selisih │F(zi) – S(zi) │ dengan harga mutlaknya
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga yang paling
besar tersebut. Sebutkanlah harga terbesar Lo.10
b. Uji Homogenitas
Persyaratan uji parametrik yang kedua adalah homogenitas data.
Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi
dengan varians yang homogen.11 Uji homogenitas yang digunakan
adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
9 Ating Somantri, dkk., Aplikasi Statistika dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2006),
h. 289 10 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), h.466 11 Sudjana, Metoda Statistika…, h. 249
47
1) Tentukan hipotesis:
Ho : data memiliki varians homogen
Ha : data tidak memiliki varians homogen
2) Bagi data menjadi dua kelompok
3) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok
4) Tentukan F hitung dengan rumus:12
5) Tentukan taraf nyata yang digunakan
6) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil)
7) Tentukan kriteria pengujian:
a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima yang berarti varians kedua
populasi homogen
b) Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis menggunakan uji-t pada taraf siginfikan α = 0,05
dengan rumus sebagai berikut:13
1 1
dengan
2 1 1 12
2 1 22
1 2 2
Keterangan:
1 = rata-rata data kelompok eksperimen
1 = rata-rata data kelompok kontrol
= nilai deviasi standar gabungan
12 Sudjana, Metoda Statistika…, h. 250 13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, h. 273
48
n1 = banyaknya data kelompok eksperimen
n2 = banyaknya data kelompok kontrol
S1 = varians data kelompok eksperimen
S2 = varians data kelompok kontrol
F. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
HO : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
Keterangan:
Ho : Hipotesis nol, jika nilai rata-rata kelas eksperimen sama dengan
kelas kontrol maka tidak terdapat pengaruh penerapan Model
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa.
Ha : Hipotesis alternatif, jika nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar
dari kelompok kontrol maka terdapat pengaruh Model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa.
µ1 : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan model
Problem Based Learning (PBL)
µ2 : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan tes hasil belajar kimia siswa yang terdiri dari 20 soal
dengan 5 alternatif jawaban diperoleh data pretest dan posttest dari kelas
eksperimen yang menerapkan model PBL dan kelas kontrol yang menerapkan
pembelajaran konvensional (ceramah dan Tanya jawab). Jumlah keseluruhan
60 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen 30 siswa dan kelompok
kontrol 30 siswa diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Data Hasil Belajar
a. Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sebelum mengalami perlakuan terhadap masing-masing kelas
dilakukan tes awal (pretest), hal ini dilakukan untuk melihat
kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Adapun
data awal penelitian terlihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Deskripsi Data Mean Skor Pretest
No Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 30 30
2 Nilai terendah 10 10
3 Nilai tertinggi 45 45
4 Rata-rata 24,17 21,00
5 SD 11,82 9,14
Berdasarkan hasil tes awal (pretest) pada tabel 4.1 hasil belajar
siswa pada konsep Termokimia untuk kelas eksperimen (n = 30)
diperoleh nilai rata-rata siswa 24,17 sedangkan untuk kelas kontrol (n
49
50
= 30) diperoleh nilai rata-rata siswa 21,00 (lampiran 12). Hal ini nilai
rata-rata kelas eksperimen sedikit lebih besar dibandingkan dengan
perolehan nilai rata-rata kelas kontrol. Dari data tersebut menunjukan
bahwa pengetahuan siswa terhadap materi Termokimia di kedua kelas
(eksperimen dan kontrol) masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya
nilai rata-rata kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kontrol.
Rendahnya hasil pretest siswa dianggap wajar karena belum dilakukan
kegiatan pembelajaran.
b. Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah mengalami perlakuan terhadap masing-masing kelas,
dilakukan tes akhir (posttest), hal ini dilakukan untuk melihat
kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Adapun
data tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Deskripsi Data Mean Skor Postest
No Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 30 30
2 Nilai terendah 45 40
3 Nilai tertinggi 90 85
4 Rata-rata 70,17 63,33
5 SD 10,95 12,27
Berdasarkan hasil tes akhir (posttest) mengenai hasil belajar
siswa pada konsep Termokimia untuk kelas eksperimen (n = 30)
diperoleh nilai rata-rata siswa 70,17. Sedangkan untuk kelas kontrol (n
= 30) diperoleh nilai rata-rata siswa 63,33 (lampiran 12). Dalam tes
akhir (posttest) perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen juga lebih
besar (6,84) dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas
kontrol. Tingginya nilai rata-rata kelas eksperimen karena penerapan
model PBL yang memberikan suasana yang berbeda. Penerapan model
51
PBL mampu meningkatkan motivasi belajar, ketrampilan memecahkan
masalah dan belajar mandiri. Sehingga ketika siswa diberikan
pertanyaan dalam bentuk kuis mereka dapat bekerja sendiri. Jika siswa
mengalami kesulitan dan malu bertanya kepada guru maka dapat
bertanya kepada siswa lain.
Berbeda dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang
menerapkan ceramah dan tanya jawab tidak banyak memberikan
pengaruh terhadap siswa. ini terlihat dari siswa kurang aktif pada
proses pembelajaran.
2. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk
melihat adanya pengaruh dari perilaku yang diberikan, maka diperlukan
pengujian prasyarat analisis dengan menggunakan analisis parametrik
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak dalam penelitian ini, maka
uji normalitas yang digunakan adalah menggunakan uji Liliefors.
Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal
atau tidak dengan rumusan sebagai berikut:
Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal
Jika Lhitung > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal
Hasil uji normalitas skor pretest dan posttest pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
1) Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas
pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai
berikut:
52
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest
No Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 30 30
2 24,17 21,00
3 SD 11,82 9,14
4 Lhitung 0,152 0,152
5 Ltabel 0,161 0,161
Kesimpulan Distribusi Normal Distribusi Normal
Berdasarkan data tabel 4.3 didapat Lhitung skor pretest siswa
kelas eksperimen adalah sebesar 0,152 dan Ltabel (n = 30) adalah
sebesar 0,161; yang menunjukan bahwa data kelas eksperimen
berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel
(0,152 < 0,161). Sedangkan untuk kelas kontrol didapatkan L hitung
sebesar 0,152 dengan Ltabel (n = 30) sebesar 0,161; yang
menunjukan bahwa data kelas kontrol juga berdistribusi normal,
karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,152 < 0,161). Dengan
demikian, kedua sampel penelitian pada skor pretest dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol memenuhi kriteria, hipotesis nol
diterima dan berarti data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji
normalitas skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan dalam lampiran 9 .
2) Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas
postest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai
berikut:
53
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Data Skor Postest
No Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 30 30
2 70,17 63,33
3 SD 10,95 12,27
4 Lhitung 0,114 0,118
5 Ltabel 0,161 0,161
Kesimpulan Distribusi Normal Distribusi Normal
Berdasarkan data tabel 4.4 didapat Lhitung skor posttest
siswa kelas eksperimen adalah sebesar 0,114 dan Ltabel (n = 30)
adalah sebesar 0,161; yang menunjukan bahwa data kelas
eksperimen berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung
< Ltabel (0,110 < 0,161). Sedangkan untuk kelas kontrol didapatkan
Lhitung sebesar 0,118 dengan Ltabel (n = 30) sebesar 0,161; yang
menunjukan data kelas kontrol juga berdistribusi normal, karena
memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,118 < 0,161). Dengan
demikian, kedua sampel penelitian pada skor posttest dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol memenuhi kriteria hipotesis nol
diterima yang artinya data berdistribusi normal. Hasil perhitungan
uji normalitas skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan dalam lampiran 9 .
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, maka selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas dari kedua
kelas penelitian. Hasil uji homogenitas kedua sampel penelitian dapat
disajikan berikut ini:
54
1) Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan
berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya
dengan menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian yang
digunakan yaitu jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua
data adalah homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak,
berarti kedua data adalah tidak homogen.
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas
pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest
Data statistik
N eksperimen 30
N Kontrol 30
Sbesar2 (11,82)2
Skecil2 (9,14)2
Fhitung 1,67
Ftabel 1,85
Kesimpulan Varians kedua kelas homogen
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan Fhitung sebesar 1,67 dengan n = 60
pada taraf kepercayaan 5% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85.
maka kedua kelas penelitian dinyatakan bersifat homogen karena
memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,67 < 1,85). Hasil perhitungan
uji homogenitas skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan dalam lampiran 10 .
55
2) Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan
menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu
jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah
homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua
data adalah tidak homogen.
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji
homogenitas posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest
Data statistik
N eksperimen 30
N Kontrol 30
Sbesar2 (12,27)2
Skecil2 (10,95)2
Fhitung 1,26
Ftabel 1,85
Kesimpulan Varians kedua kelas homogen
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan Fhitung sebesar 1,26 dengan n = 60
pada taraf kepercayaan 5% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85 .
maka kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen
karena memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,26 < 1,85). Hasil
perhitungan uji homogenitas skor posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol disajikan dalam lampiran 10 .
56
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t ( “t” test), untuk
menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar
kimia siswa. Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah sebagai berikut:
thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
thitung > ttabel mka Ho ditolak dan Ha diterima
Tabel 4.7
Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pretest
Variabel Jumlah
sampel thitung ttabel Kesimpulan data
Hasil belajar
siswa
n1 = 30 dan
n2 = 30 0,29 2,048
Menerima H0 dan
Menolak Ha
Berdasarkan data tabel 4.7 diperoleh hasil perhitungan dari thitung sebesar
0,29 dengan ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan
(df/db = 30+30-2 = 58) adalah sebesar 2,048. Maka dapat disimpulkan
bahwa thitung < ttabel (0,29 < 2,048) sehingga hipotesis nol (H0) diterima dan
hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan antara pretest dari kelas eksperimen
dengan pretest dari kelas kontrol.
Tabel 4.8
Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Posttest
Variabel Jumlah
sampel thitung ttabel Kesimpulan data
Hasil belajar
siswa
n1 = 30 dan
n2 = 30 2,228 2,048
Menolak H0 dan
menerima Ha
57
Berdasarkan data tabel 4.8 diperoleh hasil perhitungan thitung sebesar
2,228 dengan ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan
(df/db = 30+30-2 = 58) adalah sebesar 2,048. maka dapat disimpulkan
bahwa thitung > ttabel (2,228 > 2,048) sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian, ini dapat menguji
kebenaran hipotesis, yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Hasil
perhitungan uji hipotesis data skor posttest disajikan pada lampiran 11 .
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMANa 3 Tangerang Selatan dan yang
menjadi sampel adalah kelas XI-6 dan XI-7. Dengan ketentuan kelas XI-6
sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-7 sebagai kelas kontrol. Materi yang
digunakan adalah konsep Termokimia, dimana pada kelas eksperimen
diterapkan model Problem Based Learning dan pada kelas kontrol
menerapkan pembelajaran konvensional dalam hal ini ceramah dan Tanya
jawab.
Pada pelaksanaanya, sebelum dilakukan perlakuan peneliti terlebih
dahulu memberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa terhadap konsep Termokimia. Dari data tabel pretest diatas setelah
dilakukan perhitungan menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen
dan kontrol hampir sama besar.
Setelah diberikan pretest dilanjutkan dengan pemberian materi baik
pada eksperimen maupun kontrol. Pada pemberian materi, kelas eksperimen
menerapkan model PBL dan pada kelas kontrol menerapkan ceramah dan
Tanya jawab pada proses pembelajarannya. Diakhir pertemuan setelah
pembelajaran materi selesai dilanjutkan dengan uji posttest di kelas
eksperimen dan kontrol. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar penguasaan
pengetahuan siswa setelah pembelajaran dilakukan.
Berdasarkan data hasil belajar posttest siswa setelah dilakukan
perhitungan tampak ada perubahan hasil dan pemahaman konsep. Hal ini
58
terlihat dari rata-rata posttest hasil belajar kimia siswa dengan penerapan
model PBL sebesar 70,17 dan rata-rata posttest dengan metode konvensional
sebesar 63,33. hal ini menunjukan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran PBL lebih baik dalam
memberikan pemahaman konsep siswa daripada menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik dengan
menggunakan uji “t”. dalam pengujian tersebut diperoleh thitung = 2,228 ,
sedangkan nilai ttabel = 2,048 sehingga dapat disimpulkan thitung > ttabel, maka
dengan ini Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep termokima.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa ini menunjukan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti
dari nilai rata-rata kelas yang tinggi. Tingginya hasil belajar siswa disebabkan
adanya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengeksplorasi dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Dengan diberikannya kesempatan
ini siswa menjadi lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya.
Model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran kimia salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Berdasarkan kutipan Trianto terdapat lima tahap proses
pembelajaran didalam PBL yaitu mengorientasi siswa pada masalah,
mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual
atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah1.
Tahap pertama dalam pembelajaran ini adalah mengorientasikan siswa
pada masalah. Siswa diberikan masalah yang kemudian dicari pemecahannya,
siswa dituntut sistematis dalam penyelesaian masalah, mengklasifikasikan
komponen-komponen pendukung (diketahui) dan masalah yang akan
1 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 71-72
59
dipecahkan (ditanyakan) ke dalam bagian tersendiri serta mengemukakan
konsep atau teori yang dibutuhkan dalam penyelesaiannya. Tahap kedua,
mengorganisasikan siswa untuk belajar, dimana siswa dibagi dalam beberapa
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan masing-masing kelompok
mendapatkan satu masalah untuk dicari penyelesaiannya dengan melakukan
diskusi. Tahap selanjutnya adalah membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok, dimana setiap kelompok mendiskusikan masalah yang
telah diberikan oleh guru tersebut dengan melakukan penyelidikan,
mengelompokkan data pendukung, mencari konsep atau teori pendukung data
dari berbagai sumber baik dari buku pelajaran, perpustakaan maupun internet
kemudian mencari jawaban dari masalah tersebut. Tahap keempat adalah
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dimana setiap kelompok
membuat laporan dan mempresentasikan hasil penyelidikan yang telah
mereka lakukan didepan kelas dan diadakan tanya jawab dengan bimbingan
guru. Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, guru memberikan evaluasi dan kesimpulan dari hasil penyelidikan
dan diskusi kelompok. Didalam diskusi ini setiap kelompok
mempresentasikan hasil temuannya dan disimpulkan bersama-sama .
Dengan diajukannya masalah, siswa dituntut untuk belajar aktif baik
didalam maupun diluar kelas. Pembelajaran diluar kelas dilakukan dengan
belajar mandiri. Belajar mandiri yang dimaksud adalah secara aktif siswa
mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku bacaan di perpustakaan
atau internet yang berkaitan dengan masalah yang diberikan. Salah satu
keberhasilan pembelajaran ini karena tersedianya fasilitas yang lengkap di
sekolah tersebut.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Problem Based Learning (PBL) didalam pembelajaran kelas mampu
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa
khususnya pada konsep termokimia.
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tes hasil belajar pada
kelas eksperimen diperoleh skor mean posttest 70,17 dan pada kelas kontrol
skor mean skor posttest 63,33 . Dari hasil tersebut membuktikan bahwa skor
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan
hipotesis posttest dengan melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05 yaitu
didapat hasil thitung > ttabel yaitu 2,228 > 2,048. Dari hasil tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa uji hipotesis menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima
hipotesis alternatif (Ha). Dan hasil perhitungan ini membuktikan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diajukan
saran-saran agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada para guru khususnya bidang studi kimia dapat
menerapkan pembelajaran yang mengikutsertakan keaktifan siswa, dalam
hal ini model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
dijadikan alternatif dari berbagai model pembelajaran yang ada.
2. Penguasaan kelas oleh guru pada saat membimbing diskusi sangat
diperlukan untuk memotivasi kemampuan komunikasi antar siswa,
sehingga pertanyaan dan jawaban siswa akan lebih berkembang.
60
61
3. Bagi peneliti lain, jika akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan
model pembelajaran yang sama dapat digunakan pada konsep yang
berbeda.
62
DAFTAR PUSTAKA
Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010
Iska, Zikri Neni, 2006. Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan,
Jakarta: Kizi Brothers UNESCO, The Four Pillars of Education, dapat diakses www.
unesco.org/delors/fourpil. htm, 21/1/2011 Deporter, Bobbi, dkk., 2007. Quantum Teaching (Terjemah:Ary Nilandari),
Bandung: Raifa, Depdiknas, 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Jakarta: Direktorat PSLB, Duch, Barbara J., dkk., 2001. The Power of problem-Based learning, Virginia:
Stylus Publishing, Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka, Arends, Richard I., 2008. Learning to teach (belajar untuk mangajar),
terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini, Yogyakarta: Pustaka pelajar,
Shaffat, Idris, 2009. Optimized Learning Strategy, Jakarta: Prestasi Pustaka, Winkel, W.S., 1999. Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grasindo, Surya, Mohamad, 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung:
Pustaka Bani Quraisy Suryabrata, Sumadi, 2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada, Purwanto, Ngalim, 2007. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Soemanto, Wasty, 2006. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
63
Arifin, Mulyati, 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: UPI, Haryati, Mimin, 2007. Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press Djaali, H., 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Syah, Muhibbin, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
PT Remaja Rosyda karya, Ratna Wilis Dahar,. 1996. Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, R&D, Bandung: Alfabeta , 2008. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi, 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada Sudjana, Nana dan Ibrahim, 1989. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan,
Bandung: Sinar Baru Subana dan sudrajat, 2005. Dasar-dasar Penelitia Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia Sofyan, Ahmad, dkk., 2006. Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
Jakarta:UIN Jakarta Press Ediati, Ratna, dkk., 2008. Kimia Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid I,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK Salirawati, Das, dkk., 2007. Belajar Kimia Secara Menarik Untuk SMA/MA
Kelas XI, Jakarta: Grasindo Somantri, Ating dkk., 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Bandung:
Pustaka Setia Karno To, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST., AnaTest, (No. Reg. Hak Cipta di
Dirjen HAKI : C002004291-388. Sudjana, 2002. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito
64
Mortimer, Robert G., 2008. Physical Chemistry: Third Edition, Kanada: Elsevier Monk, Paul, 2004. Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World,
Manchester Metropolitan University: John Wiley&Son Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal
Teknodik, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan), dapat diakses di http://www.pustekkom.go.id
Afcariono, Mochamad, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 3 2008, dapat diakses di http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamad-afcariono.pdf
Purwati, Heni, 2006. Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa SMP Kleas VII Semarang, Semarang: FMIPA UNES
Purwantoro, Eko, 2005. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa II-C SMP Negeri 22 Semarang, Semarang: FMIPA
Syafii, Nabila, 2009. Pengaruh Metode Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar
Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai, Ciputat: FITK/IPA UIN Jakarta
65
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen) Sekolah : SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator 1. Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi 2. Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess 3. Menentukan nila ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar 4. Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan 5. Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan
66
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: • Menjelaskan entalpi pembentukan standar (∆Ho
f) • Menjelaskan entalpi penguraian standar (∆Ho
d) • Menjelaskan entalpi pembakaran standar (∆Ho
c) • Menentukan ∆H reaksi dengan rumus kalor reaksi • Menentukan ∆H reaksi menggunakan hukum Hess • Menentukan ∆H reaksi menggunakan energi ikatan • Menyebutkan dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna terhadap lingkungan
B. Materi Pembelajaran
• Termokimia
C. Model Pembelajaran 1. Model : Problem Based Learning (PBL) 2. Metode : Diskusi Kelompok, Ceramah dan Tanya jawab
67
D. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan pertama
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Memulai pertemuan dengan mengucapkan salam • Menjelaskan Tujuan Pembelajaran materi yang
diajarkan • Uji Pretest • Apersepsi
“Pernahkah kamu melarutkan deterjen bubuk sewaktu mencuci pakaian? Apa yang kamu rasakan pada larutan deterjen? Coba bandingkan ketika kamu membuat larutan oralit, apa yang kamu rasakan pada bagian luar gelas tempat larutan itu?
• Menjawab salam • Mendengarkan penjelasan guru dengan antusias • Mengerjakan pretes • Mendengarkan penjelasan dan menjawab
pertanyaan yang diberikan guru
Kegiatan Inti
• Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi dan kalor reaksi Entalpi pembentukan standar (∆H0
f ) adalah kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0
f = - 285,85 kJ Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan
• Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias dan mencatat hal-hal yang penting
1
68
Tahap 1 (Mengorienta-sikan Siswa pada masalah)
standar. Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆H0d = + 285, 85 kJ Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Pembakaran dikatakan sempurna jika:
1. Karbon C terbakar menjadi CO2 2. Hidrogen H terbakar menjadi H2O 3. Belerang S terbakar menjadi SO2
Contoh : C2H5OH (l) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(l) ∆H0c = -948, 86 kJ Menentukan ∆H reaksi menggunakan rumus: q = m.c. ∆T
• Menjelaskan tentang cara menentukan ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan rata-rata
• Menentukan ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
• Tanya jawab tentang dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan
• Mengajukan masalah kepada siswa: Kelompok 1 : “ Jika sebanyak 50 gram larutan HCl 1 M bersuhu 27oC dicampur dengan 50 gram larutan NaOH 1 M yang bersuhu 27oC dalam suatu kalorimeter cangkir kopi. Ternyata suhu larutan naik sampai 33,5oC. Jika kalor jenis dianggap sama dengan kalor jenis air, 4,18
• Menjawab dan bertanya tentang dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna
• Mencatat dan mencermati masalah yang diberikan oleh guru
4 2 5
69
J/gK. Maka tentukanlah perubahan entalpi reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)” Kelompok 2: Diketahui entalpi pembentukan H2O (l) = -285 kJ mol-1, CO2(g) = -393 kJ mol-1 , dan C2H2(g) = +227 kJ mol-1. Berapa Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 0,52 gram gas C2H2 (Mr = 26)? Kelompok 3: Perhatikan diagram reaksi dari pembentukan gas CO2 dari unsur-unsurnya:
Perubahan entalpi (∆H) pada pembentukan 1 mol CO2 dari CO adalah…. Kelompok 4: Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g) berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan.... Kelompok 5:
E
C(g) + O2(g)
-96,1 kkal -26,4 kkal
∆H = ? CO2 (g)
CO(g) + ½ O2(g)
70
Tahap 2 (mengorgan-isasi siswa untuk belajar) Tahap 3 (membimbing penyelidikan
Jika diketahui ∆H pembentukan CH4(g) = -75 kJ/mol, energi ikatan H – H = 435 kJ/mol dan ∆H sublimasi C(s) = 715 kJ/mol. Maka besarnya energi ikatan C – H dalam CH4 adalah.... Kelompok 6: Diketahui energi ikatan sebagai berikut C – H = 414 kJ/mol C = O = 803 kJ/mol O – H = 464 kJ/mol O = O = 498 kJ/mol Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 10-3 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah....
• Menjelaskan cara menyelesaikan masalah yaitu: Penyelesaian dengan cara sistematis Mengklasifikasikan komponen pendukung (diketahui) dan masalah yang akan dipecahkan (ditanyakan) ke dalam bagian tersendiri Menyebutkan konsep atau teori komponen pendukung
• Membagi kelas menjadi 6 kelompok ( tiap kelompok 4-5 siswa) masing-masing kelompok satu masalah untuk di selesaikan
• Membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan dan
memberikan kesempatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber yang
• Duduk sesuai dengan kelompoknya. Mencatat mengidentifikasi satu masalah yang diberikan guru
• Mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan sesuai masalah
71
Pertemuan kedua
individual maupun kelompok)
relevan yang diajukan kepada masing-masing kelompok dari berbagai sumber yang relevan (buku, internet dll)
Penutup
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Mengingatkan siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi masing-masing kelompok pada pertemuan selanjutnya dengan menggunakan MS power point.
• Menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah
• Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan Salam
• Bertanya jika ada yang belum dimengerti • Mendengarkan penjelasan dan saran guru
• Mengucapkan Alhamdulillah
• Menjawab Salam
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Memulai pertemuan dengan mengucapkan salam • Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok masing-
masing • Apersepsi
Mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya (Tanya jawab)
• Menjawab salam • Duduk sesuai dengan kelompoknya • Mengingat kembali materi yang telah dijelaskan
guru dengan cara menjawab beberapa pertanyaan
Kegiatan Inti Tahap 4 (mengembang
• Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dari permasalahan yang diberikan tiap kelompok
• Setiap kelompok mempresentasi hasil diskusi kelompok masing-masing
• Peserta mendengarkan presenter menjelaskan
72
E. Sumber dan Alat Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
kan dan menyajikan hasil karya) Tahap 5 (menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
• Membimbing jalannya presentasi • Meminta siswa dari lain kelompok untuk bertanya
kepada presenter terhadap masalah yang sedang dijelaskan
• Membantu menjawab pertanyaan siswa jika presenter tidak dapat menjelaskan pertanyaan dari siswa
• Membantu siswa melakukan evaluasi terhadap hasil penyelidikan siswa di tiap kelompok serta proses-proses penyelidikan yang telah dilakukannya.
• Beberapa peserta bertanya kepada presenter terhadap masalah tersebut
• meminta bantuan kepada guru jika presenter
tidak dapat menjawab pertanyaan dari siswa • mendengarkan dan mencatat hasil evaluasi
yang dilakukan oleh guru di setiap kelompok
Penutup
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Membimbing siswa dalam menyimpulkan berdasarkan
hasil diskusi • Mengingatkan siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi masing-masing kelompok pada pertemuan selanjutnya.
• Menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah
• Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan Salam
• Bertanya jika ada yang belum dimengerti • Menyimpulkan berdasarkan hasil diskusi
• Mengucapkan Alhamdulillah
• Menjawab Salam
73
d. Laptop dan LCD
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes 1. Entalpi pembentukan standar CaCO3(s) = 1207 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Jika kalor pembentukan standar (∆Ho
f) CaCO3 = -1,207 kJ/mol, tentukan kalor penguraian standar CaCO3 serta tulis persamaan termokimianya!
3. Jika kalor pembakaran standar C2H5OH(l) sebesar -1371 kJ/mol, tentukanlah: a. Persamaan termokimia pembakaran standar C2H5OH(l)! b. ∆H reaksi untuk membakar 23 gram C2H5OH(l) (Ar C = 12, H = 1, O = 16)!
Kepala Sekolah
Drs. H. Sujana, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006
Tangerang, …………….. 2010 Guru Mata Pelajaran,
Sony Hidayat NIM 105016200559
74
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol) Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Pertemuan : Ke-1 (pertama) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator • Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi • Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat: • Menjelaskan entalpi pembentukan standar (∆Ho
f) • Menyebutkan contoh reaksi pembentukan standar (∆Ho
f) • Menjelaskan entalpi penguraian standar (∆Ho
d) • Menyebutkan contoh reaksi penguraian standar (∆Ho
d)
75
• Menjelaskan entalpi pembakaran standar (∆Hoc)
• Menyebutkan contoh reaksi pembakaran standar (∆Hoc)
• Menentukan ∆H reaksi dengan rumus kalor reaksi B. Materi Pembelajaran
• Menentukan ∆H reaksi
C. Metode Pembelajaran Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“Assalamualaikum wr wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Memberi Pretest • Menjelaskan perubahan kalor yang terjadi di
lingkungan siswa
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam wr wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Mengerjakan Pretest
76
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan :
Kegiatan Inti • Menjelaskan secara singkat macam-macam perubahan entalpi:
Entalpi pembentukan standar (∆H0f ) adalah kalor yang
dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0
f = -285,85 kJ Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan
atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar. Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆Hod = + 285, 85 kJ
Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. C2H5OH(l) + 3O2(g) →2CO2(g)+3H2O(l) ∆Hoc = -948,86 kJ
• Penentuan ∆H reaksi dengan rumus q = m . c . ∆t • Memberikan contoh latihan (terlampir)
• Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias
• Mengerjakan contoh latihan tersebut
Penutup
• Menarik kesimpulan bersama-sama • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya • Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam:
“Wassalamu’alaikum wr wb”
• Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan • Bertanya kepada guru tentang materi yang
tekah dijelaskan • Menjawab salam
“Wa’alaikum salam wr wb”
77
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes 1. Entalpi pembentukan standar CaCO3(s) = 1207 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Jika kalor pembentukan standar (∆Ho
f) CaCO3 = -1,207 kJ/mol, tentukan kalor penguraian standar CaCO3 serta tulis persamaan termokimianya!
3. Jika kalor pembakaran standar C2H5OH(l) sebesar -1371 kJ/mol, tentukanlah: a. Persamaan termokimia pembakaran standar C2H5OH(l)! b. ∆H reaksi untuk membakar 23 gram C2H5OH(l) (Ar C = 12, H = 1, O = 16)!
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Pertemuan : Ke-2 (kedua) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar
2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator • Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess • Menentukan nila ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar • Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan • Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat : • Menjelaskan hukum Hess • Menentukan ∆H reaksi menggunakan hukum Hess • Menjelaskan data perubahan entalpi pembentukan standar
79
• Menentukan ∆H reaksi menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar • Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan • Menyebutkan persamaan reaksi yang terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna
C. Materi Pembelajaran
• Menentukan ∆H reaksi E. Metode Pembelajaran
Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab
F. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“Assalamualaikum Wr Wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi: • Mengingatkan kembali materi sebelumnya
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr Wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Menyimak dengan antusias
80
Kegiatan Inti • Menjelaskan hukum Hess apabila suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan aljabar dari dua atau lebih reaksi, maka kalor reaksi juga merupakan penjumlahan aljabar dari kalor yang menyertai reaksi-reaksi itu.
• Menghitung ∆H reaksi dengan dat entalpi pembentukan standar: Besarnya perubahan entalpi reaksi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan zat hasil reaksi dikurangi jumlah perubahan entalpi pembentukan zat pereaksi, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi. ∆Ho = ∑ ∆Ho
f (hasil reaksi) - ∑ ∆Hof (pereaksi)
• Menjelaskan dan Menghitung ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. ∆Hreaksi = ∑ Energi Pemutusan Ikatan - ∑ Energi Pembentukan Ikatan
• Menjelskan pembakaran bensin yang tidak sempurna, Reaksi yang terjadi adalah: C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi yang seharusnya: C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) Pembakaran yang berlebih dan tidak sempurna akan mengakibatkan polusi udara, pemanasan global. Salah satu peristiwa terbaru adalah meningkatnya suhu udara di rusia yang menyebabkan kebakaran hutan
• Memberikan contoh latihan (terlampir)
• Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias
• Mendengarkan dengan antusia sambil mencatat penjelasan guru
• Mengerjakan contoh latihan yang diberikan guru
Penutup • Menarik kesimpulan bersama-sama • Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan
81
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan)
2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal)
3. Contoh Instrumen Contoh tes
1. Dengan melihat data entalpi pembentukan standar, tentukan besarnya ∆H reaksi berikut ini: a. 2C2H2(g) + 5O2(g) → 4CO2(g) + 2H2O(l) b. 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(l)
2. Dari data: 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) ∆H = -1571 kJ 2Ca(g) + O2(g) → 2CaO(s) ∆H = -1269 kJ CaO(g) + H2O(l) → Ca(OH)2(s) ∆H = -64 kJ Tentukan perubahan entalpi pembentukan Ca(OH)2(s)!
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
• Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam: “Wassalamu’alaikum wr wb”
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
• Menjawab salam “Wa’alaikum salam wr wb”
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Pertemuan : Ke-3 (ketiga) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator • Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan • Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat: • Menjelaskan energi ikatan • Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan • Menyebutkan dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna terhadap lingkungan • Menyebutkan persamaan reaksi yang terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna
83
B. Materi Pembelajaran • Kalor pembakaran
C. Metode Pembelajaran
Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab
C. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“Assalamualaikum Wr Wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi: • Mengingatkan kembali materi sebelumnya
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr Wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Menyimak dengan antusias
84
Kegiatan Inti • Menjelaskan dan Menghitung ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. ∆Hreaksi = ∑ Energi Pemutusan Ikatan - ∑ Energi Pembentukan Ikatan
• Menjelskan pembakaran bensin yang tidak sempurna, Reaksi yang terjadi adalah: C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi yang seharusnya: C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) Pembakaran yang berlebih dan tidak sempurna akan mengakibatkan polusi udara, pemanasan global. Salah satu peristiwa terbaru adalah meningkatnya suhu udara di rusia yang menyebabkan kebakaran hutan
• Meminta menyebutkan peristiwa lainnya akibat polusi udara maupun pemanasan global
• Memberikan latihan (terlampir)
• Menyimak dengan antusias dan sambil mencatat
• Mendengarkan dan menyimak penjelasan guru
dengan antusias
• menyebutkan peristiwa lain yang berkaitan dengan materi yang dipelajari
• Mengerjakan latihan yang diberikan guru
Penutup
• Menarik kesimpulan bersama-sama • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya • Melakukan evaluasi dengan memberi Postest • Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam:
“Wassalamu’alaikum Wr Wb”
• Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya • Mengerjakan soal Postest • Menjawab salam
“Wa’alaikum salam Wr Wb”
85
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan)
2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal)
3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Diketahui energi ikatan
C – H = 413 kJ O = O = 495 kJ C = O = 799 kJ O – H = 463 kJ Tentukan Energi yang dibebaskan pada pembakaran gas metana CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) !
2. Sebutkan senyawa yang dihasilkan akibat pembakaran yang tidak sempurna serta dampaknya bagi lingkungan!
Kepala Sekolah
Drs. H. Sujana, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006
Tangerang, …………….. 2010 Guru Mata Pelajaran,
Sony Hidayat NIM 105016200559
100
KISI – KISI SOAL INSTRUMEN HASIL BELAJAR SISWA
Jenis Sekolah : SMA Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Kimia Alokasi Waktu : 120 Menit Kurikulum : KTSP Jumlah Soal : 40 Butir Standar Kompetensi : 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar : 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess,
data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
No Indikator Materi Pembelajaran Indikator Soal Soal Jenjang
Kognitif 1 Menjelaskan
macam-macam perubahan entalpi
Macam-macam perubahan entalpi
Siswa dapat menjelaskan perubahan entalpi molar standar Siswa dapat menjelaskan kalor pembentukan standar
1. Jumlah kalor yang dilepaskan atau diserap oleh suatu reaksi kimia menyatakan besarnya.... a. Energi dalam b. Kapasitas kalor c. Massa jenis d. Entalpi e. Perubahan entalpi
2. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembentukan standar adalah.... a. Kalor yang dilepas atau diserap pada pembentukan
satu mol unsur pada keadaan standar b. Kalor yang diserap atau dilepas pada
pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada keadaan standar
c. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar
d. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar
e. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar
C1
C1
101
Siswa dapat menyebutkan contoh perubahan entalpi pembentukan Siswa dapat menjelaskan kalor pembakaran standar Siswa dapat menjelaskan entalpi penetralan Disajikan reaksi kimia, siswa dapat menentukan
3. Persamaan termokimia yang menunjukan perubahan
entalpi pembentukan adalah.... a. 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3 (g) ∆H = -196,6 kJ b. NH3 (g) + HCl(g) → NH4Cl ∆H = -175,9 kJ c. Ca2+ 2NO3
- → Ca(NO3)2 ∆H = -1.207 kJ d. Na+ + Cl- → NaCl ∆H = -788 kJ e. 2C + 3H2 + ½ O2 → C2H5OH ∆H = -278 kJ
4. Berikut pernyataan tentang kalor pembakaran standar adalah.... a. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan
1 mol senyawa pada keadaan standar b. Kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk
menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar.
c. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya
d. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan 1 atm
e. Kalor yang dihasilkan pada reaksi penetralan
5. Pernyataan yang tepat tentang entalpi penetralan adalah....
a. perubahan entalpi pada penetralan asam oleh basa membentuk 1 mol air
b. perubahan entalpi pada 1 mol zat c. perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat d. kebalikan dari reaksi pembentukan e. menghasilkan CO2 dan H2O
6. Reaksi: CO(g) + ½ O2(g) ↔ CO2(g) memiliki ∆H = -283 kJ. Nilai ∆H tersebut merupakan....
C2
C1
C1
C2
102
entalpi pembakaran standar Disajikan reaksi kimia, siswa dapat menentukan entalpi penguapan standar
a. Entalpi pembakaran CO2 b. Entalpi penguraian CO c. Entalpi penguraian CO2 d. Entalpi pembakaran CO e. Entalpi pembentukan CO2
7. Diketahui persamaan reaksi: H2O(l) → H2O(g) ∆H = +43 kJ Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan…. a. Untuk menguapkan 36 gram air dilepas kalor
sebesar 43 kJ b. Untuk membekukan 18 gram air dilepaskan kalor
sebesar 43 kJ c. Untuk menguapkan 18 gram air diserap kalor
sebesar 43 kJ d. Untuk mengembunkan air 36 gram diserap kalor
sebesar 43 kJ e. Untuk mengembunkan 36 gram air dilepas kalor
sebesar 21,5 kJ
C2
2 Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana
Penerapan perhitungan kalor reaksi
Disajikan campuran larutan dalam suatu kalorimeter, siswa dapat menentukan perubahan entalpi suatu reaksi Disajikan data reaksi
8. Sebanyak 50 gram larutan HCl 1 M bersuhu 27oC dicampur dengan 50 gram larutan NaOH 1 M yang bersuhu 27oC dalam suatu kalorimeter cangkir kopi. Ternyata suhu larutan naik sampai 33,5oC. Jika kalor jenis dianggap sama dengan kalor jenis air, 4,18 J/gK. Tentukan perubahan entalpi reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
a. -2717 J b. -5434 J c. +2717 J d. +5434 J e. -1040 J
9. HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -56 kJ
C3
C3
103
larutan, siswa dapat menentukan perubahan entalpi pada reaksi tersebut Disajikan data netralisasi reaksi suatu larutan, siswa dapat menentukan panas netralisasi pada reaksi tersebut Disajikan data entalpi suatu senyawa, siswa dapat menentukan kalor pembakaran senyawa tersebut Siswa dapat menentukan nilai entalpi pembentukan standar berdasarkan jumlah mol
Jika 100 cm3larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 200 cm3 larutan NaOH 0,15 M. Tentukan perubahan entalpi dalam reaksi diatas!
a. +1400 J b. -1400 J c. +2400 J d. -400 J e. -5600 J
10. Jika panas netralisasi adalah 120 kkal/mol, maka
panas netralisasi 100 mL HCl 0,1 M dengan 150 mL NaOH 0,1 M adalah.... a. 12 kal b. 120 kal c. 2400 kal d. 1200 kal e. 2400 kal
11. Jika diketahui entalpi C8H18 = -5460 kJ/mol dan
massa jenis C8H18 = 0,7 kg/L, maka jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin (C8H18) adalah.... a. +3352,9 kJ b. -3352,5 kJ c. -5460,3 kJ d. +33524,4 kJ e. -33524,4 kJ
12. Reaksi 3 gram magnesium (Ar = 24) dengan nitrogen (Ar = 14) berlebih menghasilkan Mg3N2. Pada keadaan standar, proses tersebut melepaskan kalor sebesar 28 kJ. Entalpi pembentukan standar Mg3N2 adalah.... a. -75 kJ mol-1
C3
C3
C3
104
Disajikan persamaan reaksi, siswa dapat menentukan volume senyawa yang mempunyai massa dan suhu tertentu
b. -177 kJ mol-1 c. -224 kJ mol-1 d. -350 kJ mol-1 e. -672 kJ mol-1
13. Pembakaran gas metana ditunjukan oleh persamaan
reaksi berikut: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, ∆H = -840 kJ Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 250C maka volume air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah.... (C = 12, H =1, c = 4,2 j/g0C) a. 2,7 L b. 4,0 L c. 5,0 L d. 8,0 L e. 12,0 L
C3
3 Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
Hukum Hess Disajikan data entalpi reaksi , siswa dapat menentukan besar perubahan entalpi suatu reaksi
14. Diketahui : C(s) + O2(g) → CO2 (g), ∆H = -393,5 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g), ∆H = -242 kJ 3C(s) + 4H2(g) → C3H8(g), ∆H = -104 kJ Maka besarnya perubahan entalpi dari reaksi: C3H8(g) + 5O2 (g) → 3CO2 (g) + 4H2O(g) adalah....
a. -2440,5 kJ b. -2148,5 kJ c. -2044,5 kJ d. -1080,5 kJ e. -968,0 kJ
15. Diketahui:
C(s) + 2H2(g) → CH4(g) ∆H = -74,9 kJ C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -393,7 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l) ∆H = -285,9 kJ
C2
C2
105
Perubahan entalpi untuk reaksi: CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l) adalah.... a. -604,7 kJ b. -890,6 kJ c. -998,4 kJ d. -1040,3 kJ e. -1284,3 kJ
16. Berdasarkan data
2Fe(s) + 3/2 O2(g) → Fe2O3(s) ∆H = - 840 kJ 2Al(s) + 3/2 O2(g) → Al2O3(s) ∆H = - 1680 kJ Perubahan entalpi untuk reaksi: 2Al(s) + Fe2O3(g) → 2Fe(s) + Al2O3(s) adalah.... a. +840 kJ b. – 840 kJ c. +2520 kJ d. -2520 kJ e. 0 kJ
17. Diketahui:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O, ∆H = -2820 kJ C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O, ∆H = -1380 kJ Perubahan entalpi bagi reaksi fermentasi glukosa: C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 adalah....
a. +60 kJ b. -60 kJ c. +1440 kJ d. -1440 kJ e. +2880 kJ
18. Reaksi kimia sebagai berikut:
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆Ho = -393,5 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) ∆Ho = -283,8 kJ 2C(s) + H2(g) → C2H2(g) ∆Ho = +226,7 kJ
C2
C2
C2
106
Disajikan data reaksi penyerapan ozon oleh kloro flourometana Disajikan diagram siklus reaksi, siswa dapat menentukan harga ∆H suatu reaksi
Atas dasar reaksi diatas, maka kalor reaksi: C2H2(g) + 5/2 O2(g) → H2O(g) + 2 CO2(g) adalah.... a. -1297,5 kJ b. +1297,5 kJ c. -906,0 kJ d. -727,9 kJ e. +274,5 kJ
19. Dalam stratosfer, kloroflourometana (freon) menyerap
radiasi berenergi tinggi dan menghasilkan atom Cl yang mempercepat tersingkirnya ozon di udara. Reaksi yang mungkin terjadi adalah....
1. O3 + Cl → O2 + ClO, ∆H = -120 kJ 2. ClO + O → O2 + Cl, ∆H = -270 kJ 3. O3 + O → 2O2
Nilai ∆H reaksi yang terakhir adalah.... a. -390 kJ b. -50 kJ c. 150 kJ d. 390 kJ e. 200 kJ
20. Perhatikan diagram siklus berikut:
Dari diagram tersebut diatas, harga x adalah.... a. -197 kJ b. +197 kJ
C2
C2
2S(s) + 3O2(g) 2SO3(g) ∆H = -790 kJ
∆H = -593 kJ
2SO3(g) + O2(g)
∆H = x
107
c. -1383 kJ d. +1383 kJ e. 1970 kJ
4 Menentukan nilai
∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar
data entalpi pembentukan standar
Disajikan data entalpi pembentukan, siswa dapat menentukan ∆H suatu reaksi yang mempunyai massa tertentu Disajikan data entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g), siswa dapat menentukan kalor penguapan air Disajikan entalpi pembentukan beberapa senyawa, siswa dapat menentukan kalor pembakaran senyawa dalam jumlah massa tertentu
21. Perhatikan reaksi: C(S) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -394 kJ/mol 2CO(g) + O2(g) → 2 CO2(g) ∆H = -569 kJ/mol Reaksi pembentukan 140 gram karbon monoksida (Mr = 28) disertai dengan ∆H sebesar....
a. -547,5 kJ b. -219 kJ c. -175 kJ d. +175 kJ e. +219 kJ
22. Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g)
berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan.... a. Diserap kalor 11 kJ b. diserap kalor 14 kJ c. dilepaskan kalor 44 kJ d. dilepaskan kalor 132 kJ e. diserap kalor 198 kJ
23. Diketahui entalpi pembentukan H2O (l) = -285 kJ mol-
1, CO2(g) = -393 kJ mol-1 , dan C2H2(g) = +227 kJ mol-
1. Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 0,52 gram gas C2H2 (Mr = 26) adalah.... a. 25,96 kJ b. 47,06 kJ c. 67,49 kJ d. 90,50 kJ e. 129,80 kJ
C3
C3
C3
108
Disajikan entalpi pembakaran suatu senyawa, siswa menentukan perubahan entalpi pembakaran tersebut pada jumlah massa tertentu Disajikan data entalpi pembentukan, siswa dapat menentukan entalpi suatu reaksi Disajikan diagram reaksi pembentukan, siswa dapat menentukan perubahan entalpi suatu reaksi
24. Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 (Ar C = 12 dan H = 1) = -80 kJ/mol. Berapa kJ perubahan entalpi pembakaran 4 g gas tersebut? a. -10 kJ b. -20 kJ c. -50 kJ d. -70 kJ e. -80 kJ
25. Dari data:
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) ∆H = -571 kJ 2Ca(s) + O2(g) → 2CaO(s) ∆H = -1269 kJ CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(s) ∆H = -64 kJ Dapat dihitung entalpi pembentukan Ca(OH)2(s) sebesar....
a. -984 kJ/mol b. -1161 kJ/mol c. -856 kJ/mol d. -1904 kJ/mol e. -1966 kJ/mol
26. Pernyataan yang benar untuk reaksi:
2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g), ∆H = x kJ adalah.... a. Kalor pembentukan CO = 2x kJ mol-1 b. Kalor penguraian CO = x kJ mol-1 c. Kalor pembakaran CO = 2x kJ mol-1 d. Kalor pembakaran CO = ½ x kJ mol-1 e. Kalor pembentukan CO2 = ½ x kJ mol-1
27. Perhatikan diagram reaksi dari pembentukan gas CO2
dari unsur-unsurnya
C3
C2
C2
C2
E
C(g) + O2(g)
-96,1 kkal -26,4 kkal
∆H = ? CO2 (g)
CO(g) + ½ O2(g)
109
Perubahan entalpi (∆H) pada pembentukan 1 mol CO2 dari CO adalah…. a. -26,4 kkal b. 26,4 kkal c. -69,7 kkal d. 67,7 kkal e. -94,1 kkal
5 Menghitung nilai
∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan
Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan
Disajikan ∆H suatu reaksi, siswa dapat menentukan energi ikatan rata-rata suatu reaksi
28. Persamaan reaksi CH4(g) → C(g) + 4H(g), ∆H = +1662 kJ/mol Maka besarnya energi ikatan rata-rata C – H sebesar.... a. -1662 kJ/mol b. -830 kJ/mol c. -415,5 kJ/mol d. +415,5 kJ/mol e. +1662 kJ/mol
29. Jika diketahui:
∆H pembentukan CH4(g) = -75 kJ/mol Energi ikatan H – H = 435 kJ/mol ∆H sublimasi C(s) = 715 kJ/mol Maka besarnya energi ikatan C – H dalam CH4 adalah.... a. 207,5 kJ/mol b. 333,3 kJ/mol c. 415,0 kJ/mol d. 515,0 kJ/mol e. 1669,0 kJ/mol
C2
C3
110
Disajikan data energi ikatan rata-rata, siswa dapat menentukan besarnya ∆H suatu reaksi
30. Diketahui energi ikatan sebagai berikut C – H = 414 kJ/mol C = O = 803 kJ/mol O – H = 464 kJ/mol O = O = 498 kJ/mol Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 10-3 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah.... a. 841 kJ b. 807 kJ c. 309 kJ d. 1260 kJ e. 540 kJ
31. Diketahui energi ikatan rata-rata sebagai berikut:
C – C = 343 kJ C – H = 410 kJ H – O = 460 kJ C = O = 732 kJ O = O = 489 kJ Maka ∆H reaksi: Adalah sebesar.... a. -1070,5 kJ b. -1123,5 kJ c. -1173,5 kJ d. -4514,5 kJ e. -687,5 kJ
32. Diketahui energi ikatan
C – H = 413 kJ
C3
C2
C2
H – C – C – H + 3 ½ O=O → 2 O=C=O + 3 H – O – H
H
H
H
H
111
O = O = 495 kJ C = O = 799 kJ O – H = 463 kJ Energi yang dibebaskan pada pembakaran gas metana CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) adalah.... a. -2642 kJ b. -808 kJ c. +3450 kJ d. +808 kJ e. -990 kJ
33. Dengan menggunakan energi ikatan dalam tabel,
tentukan ∆H pembentukan hidrazin N2H4, menurut reaksi: N2(g) + 2H2(g) → N2H4(g)
Energi ikatan N – N 159 kJ/mol N = N 418 kJ/mol N ≡ N 941 kJ/mol H – H 436 kJ/mol H – N 389 kJ/mol
a. ∆H = -711 kJ b. ∆H = -98 kJ c. ∆H = +98 kJ d. ∆H = +711 kJ e. ∆H = 911 kJ
C2
112
34. Diketahui energi ikatan
C – F = 439 kJ/mol C – Cl = 330 kJ/mol F – F = 159 kJ/mol Cl – Cl = 243 kJ/mol Panas reaksi untuk reaksi: adalah.... a. +136 kJ b. +302 kJ c. -302 kJ d. +622 kJ e. -622 kJ
C2
6 Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna
Pembakaran bahan bakar
Siswa dapat menyebutkan hasil suatu reaksi pembakaran yang tidak sempurna
35. Pembakaran yang tidak sempurna pada senyawa hidrokarbon akan menimbulkan pencemaran udara. Zat yang dihasilkan dari pembakaran tersebut adalah.... a. CO2 dan energi b. CO2 dan H2O c. CO dan H2O d. SO2 dan H2O e. Tidak ada sisa pembakaran
36. Berikut ini merupakan hasil dari pembakaran yang
sempurna kecuali.... a. Karbon (C) terbakar menjadi CO2 b. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O c. Hidrogen (H) terbakar menjadi air d. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2 e. Belerang (S) terbakar menjadi SO2
C1
C2
Cl – C – F(g) + F – F(g) → F – C – F(g) + Cl – Cl(g)
Cl
F F
F
113
Disajikan reaksi pembakaran senyawa, siswa dapat menyebutkan reaksi pembakaran yang sempurna Disajikan tabel bahan bakar, siswa dapat menyebutkan bahan bakar yang menghasilkan kalor paling besar
37. Reaksi yang terjadi akibat pembakaran senyawa
hidrokarbon yang tidak sempurna adalah.... a. NH3 + HCl → NH4Cl b. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) c. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) d. CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g) e. CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
38. Perhatikan reaksi berikut:
II. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) III. C8H18(l) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) IV. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi sempurna dari pembakaran bensin adalah.... a. l b. II c. I dan III d. II dan III e. I dan II
39. Berikut ini rumus kimia dari senyawa yang terkandung
dalam bahan bakar No Bahan bakar Rumus senyawa 1 LPG CH4 2 Alkohol C2H5OH 3 Bensin C8H18 4 Minyak tanah C14H30 5 Solar C16H36
Jika 1 mol bahan tersebut masing-masing dibakar sempurna maka yang paling besar menghasilkan kalor adalah.... a. 1 b. 2 c. 3
C1
C1
C1
114
Siswa dapat menyebutkan kerugian yang ditimbulkan pada pembakaran bahan bakar
d. 4 e. 5
40. Berikut merupakan bukan kerugian yang di timbulkan
akibat pembakaran tak sempurna bahan bakar dalam mesin kendaraan bermotor adalah.... a. Pencemaran udara b. Boros bahan bakar c. Mengurangi pemanasan global d. menyebabkan hujan asam e. menyebabkan sesak nafas
C1
110
Lampiran 8
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian:
1. Berdoa atau baca Basmallah terlebih dahulu sebelum memulai pengisian. 2. Tulislah nama dan kelas pada tempat yang telah di sediakan. 3. Jawaban ditulis langsung pada lembar jawaban dengan cara memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang dianggap paling benar! 1. Diketahui:
C(s) + 2H2(g) → CH4(g) ∆H = -74,9 kJ C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -393,7 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l) ∆H = -285,9 kJ Perubahan entalpi untuk reaksi: CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l) adalah....
a. -604,7 kJ d. -1040,3 kJ
b. -890,6 kJ e. -1284,3 kJ
c. -998,4 kJ
2. Dalam stratosfer, kloroflourometana (freon) menyerap radiasi berenergi tinggi dan maenghasilkan atom Cl yang mempercepat tersingkirnya ozon di udara. Reaksi yang mungkin terjadi adalah....
1. O3 + Cl → O2 + ClO, ∆H = -120 kJ
2. ClO + O → O2 + Cl, ∆H = -270 kJ
3. O3 + O → 2O2
Nilai ∆H reaksi yang terakhir adalah....
a. -390 kJ d. 200 kJ
b. -50 kJ e. 150 kJ
c. 390 kJ
3. Pembakaran gas metana ditunjukan oleh persamaan reaksi berikut:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, ∆H = -840 kJ Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 250C maka volume air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah.... (C = 12, H =1, c = 4,2 j/g0C)
a. 2,7 L d. 8,0 L
111
b. 4,0 L e. 12,0 L
c. 5,0 L
4. Persamaan termokimia yang menunjukan perubahan entalpi pembentukan adalah....
a. 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3 (g) ∆H = -196,6 kJ
b. NH3 (g) + HCl(g) → NH4Cl ∆H = -175,9 kJ
c. Ca2+ 2NO3- → Ca(NO3)2 ∆H = -1.207 kJ
d. Na+ + Cl- → NaCl ∆H = -788 kJ
e. 2C + 3H2 + ½ O2 → C2H5OH ∆H = -278 kJ
5. Persamaan reaksi: CH4(g) → C(g) + 4H(g), ∆H = +1662 kJ/mol,
Maka besarnya energi ikatan rata-rata C – H sebesar....
a. -1662 kJ/mol d. +415,5 kJ/mol
b. -830 kJ/mol e. +1662 kJ/mol
c. -415,5 kJ/mol
6. Berdasarkan data:
2Fe(s) + 3/2 O2(g) → Fe2O3(s) ∆H = - 840 kJ 2Al(s) + 3/2 O2(g) → Al2O3(s) ∆H = - 1680 kJ Perubahan entalpi untuk reaksi: 2Al(s) + Fe2O3(g) → 2Fe(s) + Al2O3(s) adalah....
a. +840 kJ d. -2520 kJ
b. – 840 kJ e. 0 kJ
c. +2520 kJ
7. Diketahui energi ikatan rata-rata sebagai berikut:
C – C = 343 kJ C – H = 410 kJ H – O = 460 kJ C = O = 732 kJ O = O = 489 kJ Maka ∆H reaksi diatas adalah sebesar....
a. -1070,5 kJ d. -4514,5 kJ
b. -1123,5 kJ e. -687,5 kJ
c. -1173,5 kJ
H – C – C – H + 3 ½ O=O → 2 O=C=O + 3 H – O – H
H
H
H
H
112
8. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembakaran standar adalah....
a. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar
b. Kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar.
c. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya
d. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan 1 atm
e. Kalor yang dihasilkan pada reaksi penetralan
9. Reaksi 3 gram magnesium (Ar = 24) dengan nitrogen (Ar = 14) berlebih menghasilkan Mg3N2. Pada keadaan standar, proses tersebut melepaskan kalor sebesar 28 kJ. Entalpi pembentukan standar Mg3N2 adalah....
a. -75 kJ mol-1 d. -350 kJ mol-1
b. -177 kJ mol-1 e. -672 kJ mol-1
c. -224 kJ mol-1
10. Reaksi yang terjadi akibat pembakaran senyawa hidrokarbon yang tidak sempurna adalah....
a. NH3 + HCl → NH4Cl
b. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g)
c. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g)
d. CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g)
e. CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
11. Perhatikan diagram siklus berikut:
Dari diagram tersebut diatas, harga x adalah.... a. -197 kJ d. +1383 kJ
2S(s) + 3O2(g) 2SO3(g)∆H = -790 kJ
∆H = -593 kJ
2SO2(g) + O2(g)
∆H = x
113
b. +197 kJ e. 1970 kJ
c. -1383 kJ
12. HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -56 kJ
Jika 100 cm3larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 200 cm3 larutan NaOH 0,15 M. Tentukan perubahan entalpi dalam reaksi diatas!
a. +1400 J d. -400 J
b. -1400 J e. -5600 J
c. +2400 J
13. Reaksi kimia sebagai berikut:
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆Ho = -393,5 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) ∆Ho = -283,8 kJ 2C(s) + H2(g) → C2H2(g) ∆Ho = +226,7 kJ Atas dasar reaksi diatas, maka kalor reaksi: C2H2(g) + 5/2 O2(g) → H2O(g) + 2 CO2(g) adalah....
a. -1297,5 kJ d. -727,9 kJ
b. +1297,5 kJ e. +274,5 kJ
c. -906,0 kJ
14. Berikut ini rumus kimia dari senyawa yang terkandung dalam bahan bakar
No Bahan bakar Rumus senyawa 1 LPG CH4 2 Alkohol C2H5OH 3 Bensin C8H18 4 Minyak tanah C14H305 Solar C16H36
Jika 1 mol bahan tersebut masing-masing dibakar sempurna maka yang paling besar menghasilkan kalor adalah....
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
15. Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g) berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan....
a. Diserap kalor 11 kJ d. dilepaskan kalor 132 kJ
b. diserap kalor 14 kJ e. diserap kalor 198 kJ
114
c. dilepaskan kalor 44 kJ
16. Diketahui:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O, ∆H = -2820 kJ C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O, ∆H = -1380 kJ Perubahan entalpi bagi reaksi fermentasi glukosa: C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 adalah....
a. +60 kJ d. -1440 kJ
b. -60 kJ e. +2880 kJ
c. +1440 kJ
17. Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 (Ar C = 12 dan H = 1) = -80 kJ/mol. Berapa kJ perubahan entalpi pembakaran 4 g gas tersebut?
a. -10 kJ d. -70 kJ
b. -20 kJ e. -80 kJ
c. -50 kJ
18. Berikut ini merupakan hasil dari pembakaran yang sempurna kecuali.... a. Karbon (C) terbakar menjadi CO2 d. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2 b. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O e. Belerang (S) terbakar menjadi SO2 c. Hidrogen (H) terbakar menjadi air
19. Diketahui energi ikatan sebagai berikut
C – H = 414 kJ/mol
C = O = 803 kJ/mol
O – H = 464 kJ/mol
O = O = 498 kJ/mol
Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1260 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah....
a. 841 kJ d. 2065 kJ b. 807 kJ e. 540 kJ c. 309 kJ
20. Pernyataan yang tepat tentang entalpi penetralan adalah.... a. perubahan entalpi pada penetralan d. kebalikan dari reaksi pembentukan
asam oleh basa membentuk 1 mol air e. menghasilkan CO2 dan H2O b. perubahan entalpi pada 1 mol zat c. perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat
119
Lampiran 12
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Pretest Kelompok Kontrol
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
10 10 10 10 10 10 10 10 15 15
15 20 20 20 20 20 20 25 25 25
25 25 30 30 30 30 30 30 35 45
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 45 – 10
= 35
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 35/6
= 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 10 – 15 11 36,67%
2. 16 – 21 6 20%
3. 22 – 27 5 16,67%
4. 28 – 33 6 20%
5. 34 – 39 1 3,33%
6. 40 - 45 1 3,33%
Jumlah 30 100%
120
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok kontrol
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
10 8 8 100 80 800
15 3 11 225 45 675
20 6 17 400 120 2400
25 5 22 625 125 3125
30 6 28 900 180 5400
35 1 29 1225 35 1225
45 1 30 2025 45 2025
∑ 30 5500 630 15650
21,00
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test
eksperimen ini adalah : Me = (20+20)/2 = 20
Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada
data pre-test ekperimen ini adalah: Mo = 10
121
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Postest Kelompok Kontrol
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
40 45 45 50 50 50 55 55 55 55
55 60 60 60 65 65 65 65 65 70
70 70 75 75 75 75 75 85 85 85
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 85 – 40
= 45
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 45/6
= 7,5 ← 8 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 40 – 47 3 10%
2. 48 – 55 8 26,67%
3. 56 – 63 3 10%
4. 64 – 71 8 26,67%
5. 72 – 79 5 16,67%
6. 80 - 87 3 10%
Jumlah 30 100%
122
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2)
kelompok kontrol
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Xi Fi Fkb Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
40 1 1 1600 40 1600
45 2 3 2025 90 4050
50 3 6 2500 150 7500
55 5 11 3025 275 15125
60 3 14 3600 180 10800
65 5 19 4225 325 21125
70 3 22 4900 210 14700
75 5 27 5625 375 28125
85 3 30 7225 255 21675
∑ 30 1900 124700
63,33
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test
eksperimen ini adalah : Me = (65+65)/2 = 65
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus
pada data pre-test ekperimen ini adalah 55 dan 75
123
Lampiran 13
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Pretest Kelompok Eksperimen
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
10 10 10 10 10 10 10 10 15 15
20 20 20 20 20 25 25 25 30 30
30 35 35 35 35 40 40 40 45 45
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 45 – 10
= 35
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 35/6
= 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 10 – 15 10 33,33%
2. 16 – 21 5 16,67%
3. 22 – 27 3 10%
4. 28 – 33 3 10%
5. 34 – 39 4 13,33%
6. 40 – 45 5 16,67%
Jumlah 30 100%
124
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok eksperimen
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
10 8 8 100 80 800
15 2 10 225 30 450
20 5 15 400 100 2000
25 3 18 625 75 1875
30 3 21 900 90 2700
35 4 25 1225 140 4900
40 3 28 1600 120 4800
45 2 30 2025 90 4050
∑ 30 7100 725 21575
24,17
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen
ini adalah : Me = (20+25)/2 = 22,5
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus
pada data pre-test ekperimen ini adalah 10
125
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Postest Kelompok Eksperimen
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
45 55 55 55 60 60 60 65 65 65
65 65 65 70 70 70 70 75 75 75
75 75 80 80 80 85 85 85 85 90
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 90 – 45
= 45
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 45/6
= 7,5 → 8 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 45 – 52 1 3,33%
2. 53 – 60 6 20%
3. 61 – 68 6 20%
4. 69 – 76 9 30%
5. 77 – 84 3 10%
6. 85 - 92 5 16,67%
Jumlah 30 100%
126
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok eksperimen
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
45 1 1 2025 45 2025
55 3 4 3025 165 9075
60 3 7 3600 180 10800
65 6 13 4225 390 25350
70 4 17 4900 280 19600
75 5 22 5625 375 28125
80 3 25 6400 240 19200
85 4 29 7225 340 28900
90 1 30 8100 90 8100
∑ 30 45125 2105 151175
70,17
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen
ini adalah : Me = (70+70)/2 = 70
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus
pada data pre-test ekperimen ini adalah 65
118
Lampiran 11
Perhitungan Uji Homogenitas
1. Pretest
F =
S dari kelas eksperimen = 11,82
S dari kelas kontrol = 9,14
F =
= ,,
= ,,
= 1,67
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka
dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan
dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,67 lebih kecil dari
Ftabel=1,85, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kedua varian sampel bersifat homogen.
2. Posttest
F =
S dari kelas eksperimen = 10,95
S dari kelas kontrol = 12,27
F =
= ,,
= ,,
1,26
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka
dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29
dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,26 lebih kecil dari
Ftabel=1,85, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kedua varians sampel bersifat homogen.
114
Uji Normalitas Pretest kelas kontrol No Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│
1 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 2 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 3 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 4 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 5 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 6 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 7 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 8 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 9 15 -0.66 0.255 0.367 0.112 10 15 -0.66 0.255 0.367 0.112 11 15 -0.66 0.255 0.367 0.112 12 20 -0.11 0.456 0.567 0.110 13 20 -0.11 0.456 0.567 0.110 14 20 -0.11 0.456 0.567 0.110 15 20 -0.11 0.456 0.567 0.110 16 20 -0.11 0.456 0.567 0.110 17 20 -0.11 0.456 0.567 0.110 18 25 0.44 0.670 0.733 0.063 19 25 0.44 0.670 0.733 0.063 20 25 0.44 0.670 0.733 0.063 21 25 0.44 0.670 0.733 0.063 22 25 0.44 0.670 0.733 0.063 23 30 0.98 0.837 0.933 0.097 24 30 0.98 0.837 0.933 0.097 25 30 0.98 0.837 0.933 0.097 26 30 0.98 0.837 0.933 0.097 27 30 0.98 0.837 0.933 0.097 28 30 0.98 0.837 0.933 0.097 29 35 1.53 0.937 0.967 0.030 30 45 2.63 0.996 1.000 0.004
Jumlah : 630 Rata-rata : 21,00 SD : 9,14 Ltabel : 0,161 Lhitung : 0,152 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
Lampiran 9
115
Uji Normalitas Posttest kelas Kontrol
Jumlah : 1900 Rata-rata : 63,33 SD : 12,27 Ltabel : 0,161 Lhitung : 0,118 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│ 1 40 -1.90 0.029 0.033 0.005 2 45 -1.49 0.068 0.100 0.032 3 45 -1.49 0.068 0.100 0.032 4 50 -1.09 0.138 0.200 0.062 5 50 -1.09 0.138 0.200 0.062 6 50 -1.09 0.138 0.200 0.062 7 55 -0.68 0.248 0.367 0.118 8 55 -0.68 0.248 0.367 0.118 9 55 -0.68 0.248 0.367 0.118
10 55 -0.68 0.248 0.367 0.118 11 55 -0.68 0.248 0.367 0.118 12 60 -0.27 0.394 0.467 0.073 13 60 -0.27 0.394 0.467 0.073 14 60 -0.27 0.394 0.467 0.073 15 65 0.14 0.556 0.633 0.078 16 65 0.14 0.556 0.633 0.078 17 65 0.14 0.556 0.633 0.078 18 65 0.14 0.556 0.633 0.078 19 65 0.14 0.556 0.633 0.078 20 70 0.54 0.705 0.733 0.028 21 70 0.54 0.705 0.733 0.028 22 70 0.54 0.705 0.733 0.028 23 75 0.95 0.829 0.900 0.071 24 75 0.95 0.829 0.900 0.071 25 75 0.95 0.829 0.900 0.071 26 75 0.95 0.829 0.900 0.071 27 75 0.95 0.829 0.900 0.071 28 85 1.77 0.962 1.000 0.038 29 85 1.77 0.962 1.000 0.038 30 85 1.77 0.962 1.000 0.038
116
Uji Normalitas Pretest kelas Eksperimen No Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│
1 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 2 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 3 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 4 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 5 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 6 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 7 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 8 10 -1.20 0.115 0.267 0.152 9 15 -0.78 0.218 0.333 0.116
10 15 -0.78 0.218 0.333 0.116 11 20 -0.35 0.363 0.500 0.137 12 20 -0.35 0.363 0.500 0.137 13 20 -0.35 0.363 0.500 0.137 14 20 -0.35 0.363 0.500 0.137 15 20 -0.35 0.363 0.500 0.137 16 25 0.07 0.528 0.600 0.072 17 25 0.07 0.528 0.600 0.072 18 25 0.07 0.528 0.600 0.072 19 30 0.49 0.688 0.700 0.012 20 30 0.49 0.688 0.700 0.012 21 30 0.49 0.688 0.700 0.012 22 35 0.92 0.821 0.833 0.012 23 35 0.92 0.821 0.833 0.012 24 35 0.92 0.821 0.833 0.012 25 35 0.92 0.821 0.833 0.012 26 40 1.34 0.910 0.933 0.023 27 40 1.34 0.910 0.933 0.023 28 40 1.34 0.910 0.933 0.023 29 45 1.76 0.961 1.000 0.039 30 45 1.76 0.961 1.000 0.039
Jumlah : 725 Rata-rata : 24,17 SD : 11,82 Ltabel : 0,161 Lhitung : 0,152 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
Lampiran 10
117
Uji Normalitas Posttest kelas Eksperimen No Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│
1 45 -2.30 0.011 0.033 0.023 2 55 -1.39 0.082 0.133 0.051 3 55 -1.39 0.082 0.133 0.051 4 55 -1.39 0.082 0.133 0.051 5 60 -0.93 0.176 0.233 0.057 6 60 -0.93 0.176 0.233 0.057 7 60 -0.93 0.176 0.233 0.057 8 65 -0.47 0.319 0.433 0.114 9 65 -0.47 0.319 0.433 0.114 10 65 -0.47 0.319 0.433 0.114 11 65 -0.47 0.319 0.433 0.114 12 65 -0.47 0.319 0.433 0.114 13 65 -0.47 0.319 0.433 0.114 14 70 -0.02 0.492 0.567 0.075 15 70 -0.02 0.492 0.567 0.075 16 70 -0.02 0.492 0.567 0.075 17 70 -0.02 0.492 0.567 0.075 18 75 0.44 0.670 0.733 0.063 19 75 0.44 0.670 0.733 0.063 20 75 0.44 0.670 0.733 0.063 21 75 0.44 0.670 0.733 0.063 22 75 0.44 0.670 0.733 0.063 23 80 0.90 0.816 0.833 0.017 24 80 0.90 0.816 0.833 0.017 25 80 0.90 0.816 0.833 0.017 26 85 1.35 0.912 0.967 0.055 27 85 1.35 0.912 0.967 0.055 28 85 1.35 0.912 0.967 0.055 29 85 1.35 0.912 0.967 0.055 30 90 1.81 0.965 1.000 0.035
Jumlah : 2105 Rata-rata : 70,17 SD : 10,95 Ltabel : 0,161 Lhitung : 0,114 Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
127
Lampiran 14 PERHITUNGAN UJI - t
Uji-t Nilai Pre-test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen Kontrol
SD 11,82 9,14
Rata-rata 24,17 21,00
S2 139,71 83,54
N 30 30
Rumus uji-t adalah
1 1
Dengan,
2 1 1 12
2 1 22
1 2 2
2 30 1 139,71 30 1 83,5430 30 2
4051,59 2422,66
58
111,63
111,63
224,87
10,57
Maka, 24,17 21,0
10,57 130
130
3,17
10,57 0,26
3,17
10,83 0,29
128
Kriteria pengujian hipotesis adalah :
Ho diterima, Jika thitung < ttabel
Ha diterima, Jika thitung > ttabel
ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) dan db = 28 Jadi, ttabel = 2,048
Maka, diperoleh thitung 0,29 < ttabel (2,048)
Hal ini berarti thitung lebih kecil daripada ttabel, sehingga Ho diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
pre-test dari kelas eksperimen dengan pre-test dari kelas kontrol.
129
Uji-t Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Rumus uji-t adalah
1 1
Dengan,
2 1 1 12
2 1 22
1 2 2 ,
2 30 1 119,90 30 1 150,5530 30 2
3719,54 4365,95
58
139,41
139,40
11,81
Maka, 70,17 63,33
11,81 130
130
4,84
11,81 0,26
6,843,07
2,228
Eksperimen Kontrol
SD 10,95 12,27
Rata-rata 70,17 63,33
S2 119,90 150,55
N 30 30
130
Kriteria pengujian hipotesis adalah : Ho diterima, Jika thitung < ttabel
Ha diterima, Jika thitung > ttabel
ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) dan db = 28 Jadi, ttabel = 2,048
Maka, diperoleh thitung 2,228 > ttabel 2,048
Hal ini berarti thitung lebih besar daripada ttabel, sehingga Ho ditolak dan
menerima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap hasil belajar siswa.
Recommended