View
250
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH PROFESIONALITAS GURU
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PARA SISWA SMP TARAKANITA
SOLO BARU GROGOL SUKOHARJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh
Hania Manahen
NIM: 061124030
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
PENGARUH PROFESIONALITAS GURU
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PARA SISWA SMP TARAKANITA
SOLO BARU GROGOL SUKOHARJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh
Hania Manahen
NIM: 061124030
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
P E R S E M B A H A N
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Seluruh anggota Kongregasi Suster-suster Cintakasih
Santo Carolus Borromeus
Yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani tugas perutusan studi
Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
v
M O TT O
Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.
(Yes.55: 8)
Aku menyerah seutuhnya kepada kehendak Tuhan
Dan aku tetap bertekun dalam cintakasih-Nya.
vi
PERYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Oktober 2010
Penulis,
Hania Manahen
vii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Hania Manahen
Nomor Mahasiswa : 061124030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PROFESIONALITAS GURU TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PARA SISWA SMP TARAKANITA SOLO BARU GROGOL
SUKOHARJO beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 29 Oktober 2010
Yang menyatakan,
(Hania Manahen)
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pengaru PROFESONALITAS GURU TERHHADAP MOTIVASI BELAJAR PARA SISWA SMP TARAKANITA SOLO BARU GROGOL SUKOHARJO. Judul ini dipilih berdasarkan fakta bahwa para siswa yang masuk di SMP Tarakanita Solo Baru tidak diterima di sekolah lain, karena hasil belajarnya tidak memenuhi standar, sehingga kurang memotivasi. Untuk itu perlu dikembangkan motivasi belajar bagi siswa agar berhasil. Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang muncul dalam diri atau hal-hal di luar diri yang membuat siswa senang belajar, mampu mengatasi masalah dalam belajar demi mencapai tujuan. Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah profesionalitas guru. Profesionalitas guru adalah kerja guru dalam melangsungkan profesi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Profesionalitas guru mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa yakni dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Profesional berdampak pada motivasi, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut: Ho: tidak ada pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar para siswa SMP Tarakanita Solo Baru, Ha: terdapat pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar siswa-siswi di SMP Tarakanita Solo Baru.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Penelitian ini bersifat populatif, artinya seluruh siswa SMP Tarakanita Solo Baru tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 119 menjadi populasi penelitian ini. Namun dalam proses pengembaliannya, ada jawaban yang tidak lengkap sehingga yang diolah ada 67 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran angket yang dikembangkan dalam 27 pertanyaan untuk motivasi dan 35 pertanyaan untuk profesional, wawancara dengan beberapa siswa dan guru serta studi dokumen dengan memperlajari administrasi guru dalam mengajar. Data yang masuk diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5% dengan N 76 siswa pada variabel motivasi dengan nilai krisis 0,225 diperoleh 0, 342-0,736, terdapat 8 butir yang tidak valid pada variabel motivasi dan langsung dibuang. Dari hasil reliabilitas diperoleh Alpha sebesar 0,978. Dengan demikian dinyatakan bahwa butir-butir instrumen sangat tinggi reliabilitasnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata (mean) motivasi 77,26 adalah tergolong cukup dan rata-rata (mean) profesionalitas 108,55 adalah tergolong cukup. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y= -11,532 + 0,815x, dengan signifikansi diperoleh sebesar 0,000. Hipotesis ini diterima karena profesionalitas meningkat satu, akan memberikan peningkatan pada motivasi belajar siswa sebesar 0,815 -11,532. Dari hasil uji korelasi (r) dalam regresi linear sederhana dapat ditafsirkan bahwa sumbangan profesionalitas guru (X) pada taraf sgnifikansi 5% terhadap motivasi belajar (Y) adalah 9,43.%. Ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara kedua variabel. Oleh karena itu Ha diterima dan Ho ditolak yakni profesionlitas berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan agar profesionalitas guru di SMP Tarakanita Solo Baru tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is: The Influence of Teacher Professionalism to the Motivation of Study for The Students of Tarakanita Junior High School of Solo Baru Grogol Sukoharjo. It has been chosen based on the fact that the students who enter Tarakanita Solo Baru Junior High School are not accepted at the other Junior High Schools, because their school grades are under the minimal standard. Then, it is required to develop the motivation of study of the students. Motivation of study is the necessity that appears from theirselves or beyond theirselves, that makes them enjoy studying, overcome their study problems for the sake of their aims. The motivation of study is influenced by many factors, and one of them is the teacher professionalism. It includes on how they do their duties comprised to pedagogic competence, personality competence, social competence and professionalism competence. Teacher professionalism influences the student motivation of study, particularly it enables the students to improve their school grades. A professional teacher will start from the student condition, then it could be developed hypothesis, i.e.: Ho: there is no effect of the teacher professionalism to the student motivation of study of Tarakanita Solo Baru Junior High School students, Ha: the teacher professionalism influences the student motivation of study of Tarakanita Solo Baru Junior High School students.
This is a regression form of the quantitative research. This research has population characteristic. It means that all of the Tarakanita Solo Baru Junior High School students, academic year 2009/2010, are the population of this research. The total number is 119 students. However, not all student questionnaires were returned completely. Therefore, there were just 67 student questionnaires which were ready to be processed. The data collection technique in this research is done by spreading the questionnaire in 35 questions that are related to the word “motivation”, 35 questionnaires that are related to the word “professionalism”, interviewing with the students and the teachers, and studying the documents of the teacher’s administration. Then, the input data are processed by the validity and reliability test. Based on the validity test result for the 5% significance standard with N 76 students, crisis point 0.225, is gained 0.342-0.736, there are 8 points which are invalid and discarded. Based on the reliability test result, it gets Alpha 0.978. Obviously, it indicates that the instrument points have a very high reliability. The result of the research points out that mean of the motivation is 77.26 and the professionalism mean is 108.55. Both of them show sufficient rates. Regression equation is Y=-11.532+0.815X, with the significance 0.000. This hypothesis can be accepted because if the professionalism is increased by one point, it will rise the student motivation of study for 0.815-11.532. Correlation (r) test result in simple linear regression can be interpreted that contribution of teacher professionalism at significance level 5% to the “motivation of study” (Y) is 9.43%. This result explained that there is positive connection between the two variables. Because of the result, Ha is accepted and Ho is rejected. It is concluded that professionalism influences the motivation of study significantly. Based on this research, it is suggested that the teacher professionalism at Tarakanita Solo Baru Junior High School must be maintained and improved.
x
KATAPENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan yang telah membimbing,
mendampingi, menyertai, menerangi, mencerahkan, dan menuntun penulis dengan
rahmat kasih setia-Nya dan kemurahan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PROFESIONALITAS GURU
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PARA SISWA SMP TARAKANITA
SOLO BARU GROGOL SUKOHARJO. Penulis menulis skripsi ini karena
penulis menemukan bahwa profesionalitas guru di zaman ini sangatlah penting dan
menjadi suatu tuntutan dari pihak pemerintah berdasarkan UU. RI no. 14 tahun 2005.
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat
keterlibatan banyak pihak yang dengan setia membimbing, mendampingi dengan
penuh kesabaran, serta kerelaan berbagi ilmu, pengalaman dan kemurahan hati untuk
menyumbangkan gagasan dan saran, masukan serta kritikan yang membangun.
Selain itu dukungan spiritual dalam bentuk doa dari para suster dan teman-teman
yang semakin memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan setia.
Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada:
1. F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd., selaku dosen utama, yang telah menyediakan
diri untuk membimbing, mendampingi, memperhatikan, menuntun,
mendengarkan dengan penuh kesabaran, memberi semangat,
menyumbangkan ide, masukan, dalam seluruh proses penulisan skripsi ini.
xi
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen wali
akademik yang telah meluangkan waktu untuk mendampingi, membimbing,
memberi masukan dalam proses penulisan skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK, M. Pd., selaku dosen penguji III yang telah memberi
semangat dan motivasi kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan
skripsi ini.
4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing, dan
mendampingi penulis selama belajar hingga terselesaikannya sripsi ini.
5. Suster Provinsial beserta staf Dewan Pimpinan Provinsi Konggregasi Suster-
suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberi kepercayaan
dalam perutusan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Para Suster, Romo, Bapak dan Ibu segenap organ Yayasan Tarakanita yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma sampai selesai.
7. Kepala Sekolah, guru, dan karyawan beserta siswa-siswi SMP Tarakanita
Solo Baru yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian dan
memberi kelancaran dalam pengumpulan data penelitian.
8. Para Suster Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus
yang telah memberikan dukungan dalam mengikuti pendidikan.
9. Teman-teman angkatan 2006/2007 yang telah memberikan perhatian,
dukungan, masukan, sumbangan ide, saran, dan kerjasama yang baik selama
menjalani studi di Prodi IPPAK ini.
xii
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memungkinkan penulis menempuh dan menyelesaikan studi dan penulisan
skripsi ini.
Semoga nama Tuhan semakin dimuliakan, dan sesama diabdi dengan
tulus iklas sehingga semakin banyak orang mengalami kasih dan kelimpahan
rahmat Tuhan dalam hidupnya. Penulis menyadari keterbatasan dan pengalaman
sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan para pembaca demi perbaikan skripsi
ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya bagi para guru yang menaruh perhatian pada bidang
pendidikan di zaman ini.
Yogyakarta, 28 September 2010
Penulis
Hania Manahen
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......…………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………... iv
MOTO……………………………………………………………………….. v
PERNYATAAN KEASLIAN……..………………………………………… vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK......................................... vii
ABSTRAK........................................................................................................ viii
ABSTRACT....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR...................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah............................................................................ 6
D. Rumusan Masalah................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian................................................................................ 8
G. Metode Penulisan................................................................................. 9
H. Sistematika Penulisan.......................................................................... 9
BAB II. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS....................................... 11
A. Motivasi Belajar................................................................................... 11
1. Belajar............................................................................................. 12
xiv
a. Pengertian Belajar pada Umumnya........................................... 12
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar............................... 14
2. Motivasi........................................................................................... 24
a. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motivasi.................... 26
b. Motivasi dalam Belajar............................................................. 27
c. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motivasi Belajar....... 27
b. Dampak dari Motivasi Belajar.................................................... 30
B. Profesionalitas Guru............................................................................. 32
1. Guru................................................................................................ 32
2. Profesionalitas................................................................................. 40
3. Guru yang Profesional.................................................................... 42
C. Penelitian yang Relevan....................................................................... 45
D. Kerangka Pikir..................................................................................... 46
E. Hipotesis............................................................................................... 48
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 49
A. Jenis Penelitian..................................................................................... 49
B. Desain Penelitian.................................................................................. 49
C. Tempat Penelitian................................................................................. 49
D. Populasi dan Sampel............................................................................ 50
E. Variabel Penelitian................................................................................ 50
1. Identifikasi Variabel....................................................................... 51
2. Definisi Opreasional Variabel........................................................ 51
a. Motivasi Belajar......................................................................... 51
b. Profesionalitas Guru................................................................... 51
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...................................... 52
4. Kisi-kisi Penelitian.......................................................................... 53
F. Pengembangan instrumen..................................................................... 61
1. Uji Reliabilitas................................................................................ 62
2. Pedoman Analisis Deskriptif.......................................................... 63
xv
G. Teknik Analisis Data............................................................................ 64
H. Teknik Uji Hipotesis............................................................................. 65
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 67
A Temuan Umum....................................................................................... 67
1. Sejarah Singkat SMP Tarakanita Solo Baru..................................... 67
2. Visi dan Misi SMP Tarakanita Solo Baru........................................ 69
3. Gambaran Situasi di SMP Tarakanita Solo Baru............................. 73
a. Keadaan Siswa Secara Umum...................................................... 73
b. Keadaan Guru dan Karyawan Secara umum................................ 76
c. Sarana Prasarana........................................................................... 83
d. Metode Pembelajaran di MSP Tarakanita Solo Baru................... 83
B. Temuan Khusus...................................................................................... 86
1. Hasil Penelitian................................................................................. 86
2. Deskripsi Data.................................................................................. 90
a. Motivasi........................................................................................ 90
b. Profesionalitas Guru..................................................................... 98
C. Pengujian Hipotesis............................................................................... 105
D. Hasil Wawancara.................................................................................. 110
1. Hasil wawancara dengan para siswa ............................................. 110
2. Hasil wawancara dengan para guru................................................ 112
E. Pembahasan.......................................................................................... 117
F. Keterbatasan Penelitian......................................................................... 128
G. Usulan Program Kegiatan .................................................................... 129
1. Latar Belakang Usulan Program...................................................... 132
2. Alternatif Pendekatan Pembinaan Guru.......................................... 135
3. Tema dan Tujuan............................................................................. 137
4. Program............................................................................................ 138
5. Petunjuk Pelaksanaan Program........................................................ 143
6. Contoh Persiapan SCP..................................................................... 144
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 159
A. Kesimpulan ........................................................................................ 159
xvi
B. Saran................................................................................................... 161
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 162
LAMPRAN...................................................................................................... (1)
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian............................................................ (1)
Lampiran 2: Hasil Uji Validitas ............................................................... (7)
Lampiran 3: Tabel Total Motivasi dan Profesionalitas............................ (11)
Lampiran 4. Tabel Total Sub Variabel..................................................... (12)
Lampiran 5. Tabel Descriptives Statistics................................................ (16)
Lampiran 6: Tabel Frequencies Statistics................................................. (17)
Lampiran 7: Surat Permohonan................................................................ (18)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen
B. Singkatan dalam Penelitian
ANOVA : Analisys of Variance
Df : Derajat Kebebasan
Ho : Hipotesis nol
Ha : Hipotesis alternatif
r/R : Relations
Sig. : Significance/signifikansi (berarti)
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
Std. : Standard
C. Singkatan lain
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
CB : Carolus Borromeus
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi
tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada
dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar (Anurrahman,
2010: 180). Siswa perlu memiliki motivasi belajar. Dengan memiliki motivasi belajar
siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik dalam belajar serta dapat tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang utuh dan berkualitas sehingga mampu menghadapi
tantangan zaman di masa yang akan datang. Siswa tersebut akan mengalami perasaan
senang dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2010: 79) serta berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang ia harapkan.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan menampakkan kesungguhannya
untuk terlibat dalam kegiatan belajar seperti aktif bertanya, aktif mengemukakan
pendapatnya, rajin membuat catatan dalam setiap mata pelajaran, kesungguhan
dalam menyimak isi materi yang dipelajari, mampu mempraktikkan sesuatu yang
telah ia terima, mengerjakan tugas-tugas yang diterima dengan kesungguhan hati,
dan lain sebagainya (Aunurrahman, 2009: 180). Siswa tersebut akan mengalami
2
peningkatan pada hasil belajarnya. Motivasi belajar yang ada dalam diri siswa, perlu
didukung dengan adanya situasi keluarga yang kondusif yang memberikan kasih
sayang, perhatian, cinta dan relasi yang harmonis dalam keluarga; situasi ekonomi
keluarga yang cukup memadai untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarga
terlebih kebutuhan sekolah anak; pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua pada
anak, situasi lingkungan sekolah yang kondusif, kondisi tubuh yang sehat agar anak
memiliki gizi yang cukup untuk pertumbuhannya, serta faktor-faktor lain yang
mendukung motivasi belajar siswa sehingga siswa tetap semangat dalam belajar
demi meraih tujuan dan cita-cita yang mereka harapkan.
Dalam doumen Konsili Vatikan II tahun 1962-1965 khususnya dalam
Gravissimum Educationis (GE) artikel satu diuraikan bahwa “anak-anak dan remaja
berhak didukung, untuk belajar menghargai dengan suara hati yang lurus nilai-nilai
moral, serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi, pun juga makin sempurna
mengenal serta kasih Allah” (Dokumen Konsili Vatikan II, 1993: 294).
Situasi di atas sangat berbeda dengan situasi yang dialami oleh para siswa-
siswi yang bersekolah di SMP Tarakanita Solo Baru. Hal ini disebabkan karena
siswa-siswi memiliki latar balakang yang berbeda-beda. Pada umumnya siswa-siswi
yang masuk di sekolah SMP Tarakanita Solo Baru merupakan siswa-siswi yang
bermasalah. Mereka adalah siswa-siswi yang tidak diterima di sekolah mana pun.
Prestasi akademik yang mereka peroleh sebelumnya adalah di bawah rata-rata.
Artinya nilai kelulusan mereka saat di bangku SD tidak sesuai dengan standar yang
telah ditentukan oleh pihak sekolah. Maka seorang guru perlu mengupayakan cara
belajar yang berpijak pada keadaan dan realita siswa.
3
Bila dilihat dari segi ekonomi, sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi
menengah ke bawah, bahkan beberapa siswa harus ikut membanting tulang bersama
orang tua untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup. Situasi ini membuat
siswa-siswa mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan sarana
yang ia butuhkan untuk bersekolah di SMP Tarakanita Solo Baru.
Ada juga beberapa siswa dari keluarga yang ekonomis cukup bahkan secara
materi terpenuhi. Namun ia kurang mendapatkan perhatian, cinta, kasih sayang,
dukungan dari orang tua dan sebagainya. Mereka sejak kecil hidup bersama
pembantu, sedangkan orang tua mereka bekerja di luar kota. Akibatnya siswa kurang
memiliki motivasi, kurang semangat dalam belajar, kurang optimal dalam belajar,
dan hasil belajarnya pun sangatlah rendah.
Selain itu ada juga siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang retak.
Suasana yang terjadi di rumah sangat memprihatinkan, di mana ayah dan ibu dari
siswa-siswi tersebut tidak pernah rukun. Ada juga orang tua siswa yang bercerai,
sehingga siswa-siswi tersebut tidak mengalami dan merasakan kasih sayang,
perhatian, cinta dari ayah atau ibu. Akibatnya mereka menjadi pribadi yang memiliki
karakter yang keras, cuek, tidak peduli pada orang tua, pasif saat pelajaran sedang
berlangsung, dan sebagainya.
Menghadapi realita yang demikian, pendidikan membutuhkan tenaga-tenaga
yang profesional dalam dunia pendidikan. Maka guru yang profesional sangatlah
dibutuhkan untuk menghadapi situasi siswa yang memiliki pergulatan hidup yang
kompleks, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat seperti yang dialami oleh
siswa-siswi yang bersekolah di SMP Tarakanita Solo Baru. Guru yang diharapkan
adalah guru yang menjadi sumber teladan bagi para siswa; yang mampu
4
menanamkan nilai-nilai yang baik pada siswa; yang riang, gembira dan humoris;
memiliki pribadi yang menyenangkan, mampu menerangkan dengan jelas (Alma,
2009: 150). Guru tidak hanya mendidik siswa-siswi untuk mencapai keberhasilan
dari segi akademik, tetapi juga mampu mendidik siswa agar memiliki pribadi yang
matang, dewasa, tangguh, bertanggung jawab, serta memiliki spiritual agar mampu
memaknai setiap pengalaman hidupnya dalam terang iman.
Guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Daryanto, 2009: 254).
Seorang guru yang profesional diharapkan memiliki kemampuan melaksanakan
tugas sebaik-baiknya demi terwujudnya tujuan pendidikan yang digariskan di
negaranya. Ini ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan guru yang sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional, yakni tercapainya manusia Indonesia yang seutuhnya
(Adimassana, 2008: 12).
Tujuan pendidikan menurut Gravissimum Educationis (GE) adalah
pembinaan pribadi manusia yang dewasa, dalam moral dan juga dalam iman. Pribadi
yang dewasa, bermoral dan beriman itulah yang diharapkan dapat ikut
mengusahakan perubahan dunia.
Guru mempunyai kewajiban untuk mengembangkan motivasi pada siswa saat
pelajaran di kelas. Harapannya lambat laun siswa semakin menyadari akan
kebutuhan dirinya untuk terus belajar agar cita-citanya dapat tercapai dengan baik.
Maka seorang guru diharapkan mampu membantu siswa untuk berkembang secara
menyeluruh dalam semua segi kehidupan baik dari segi intelektual, sosial, moral,
fisik, seni, spiritual, emosi, dan lain sebagainya (Suparno, 2005: 5).
5
Gejala-gejala tersebut di atas itulah yang mendorong penulis untuk meneliti
seberapa besar pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar siswa-siswi
SMP Tarakanita Solo Baru. Maka penulis menulis judul skripsi: Pengaruh
Profesionalitas Guru terhadap Motivasi Belajar para Siswa SMP Tarakanita Solo
Baru Grogol Sukoharjo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan
identifikasi masalah tentang pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar
siswa sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi belajar siswa di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol
Sukoharjo?
2. Apakah siswa SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki semangat,
minat, perhatian, ketekunan dalam belajar?
3. Apakah siswa SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki keinginan
untuk berprestasi dalam belajar?
4. Apakah siswa di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki disiplin
dalam belajar?
5. Apakah SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki guru yang
profesional?
6. Bagaimana profesionalitas guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo?
7. Apakah guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki
pemahaman tentang belajar?
6
8. Apakah guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo membuat
persiapan dalam mengajar?
9. Apakah guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki disiplin
dalam mengajar?
10. Sejauh manakah guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki
dan mengembang-kan kompetensinya dalam mengajar?
11. Apakah guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo menekankan segi
intelektual, praksis, dan afeksi dalam mengajar?
12. Apakah guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo memiliki pengaruh
pada motivasi belajar siswa?
13. Seberapa besar pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar para
siswa SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo?
C. Pembatasan Masalah
Karena adanya keterbatasan waktu dan supaya penelitian lebih mendalam,
perlu dipilih masalah yang akan diteliti. Sehubungan dengan pertimbangan tersebut,
masalah yang akan diteliti adalah profesionalitas guru dan motivasi belajar siswa.
Alasan-alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah:
1. Profesionalitas guru merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruh
motivasi belajar siswa sehingga mengembangkan motivasi siswa untuk semangat,
berminat, perhatian, ketekunan agar keberhasilan dalam belajar semakin
meningkat. Menurut Undang-Undang R.I. no. 14 tahun 2005, seorang guru
dituntut untuk memiliki profesionalitas yang dapat mendukung dalam proses
pembelajaran (Aqib, 2009: 23). Selain itu adanya tuntutan situasi di zaman
7
sekarang dengan keadaan siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda,
diperlukan guru yang sungguh kompeten dan profesional, untuk mengembangkan
motivasinya dalam belajar. Seorang guru profesional mempunyai pengaruh
terhadap motivasi belajar siswa, sehingga guru memiliki pengaruh besar dalam
memotivasi siswa untuk belajar. Dengan demikian hasil belajar siswa pun
semakin meningkat.
2. Motivasi belajar dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan yang ia harapkan
sehingga siswa senang belajar dan memiliki minat dalam belajar, memiliki
kemandirian, dan perhatian dalam belajar sehingga mampu membentuk dirinya
untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut oleh
penulis yang pada akhirnya menjadi titik awal dari penulisan ini. Untuk itu penulis
akan memberikan perhatian khusus pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian motivasi belajar dan profesionalitas guru?
2. Bagaimana motivasi belajar para siswa di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol
Sukoharjo?
3. Bagaimana profesionalitas guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo?
4. Seberapa besar pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar para
siswa SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo?
8
E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Menguraikan pengertian motivasi belajar dan profesionalitas guru.
2. Memaparkan motivasi belajar para siswa SMP Tarakanita Solo Baru Grogol
Sukoharjo.
3. Memaparkan profesionalitas guru di SMP Tarakanita Solo Baru Grogol
Sukoharjo.
4. Mendeskripsikan pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar para
siswa SMP Tarakanita Solo Baru Grogol Sukoharjo
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi Para Guru di SMP Tarakanita Solo Baru
Memberikan sumbangan gagasan dan menambah pemahaman serta informasi
tentang motivasi belajar bagi para siswa dalam proses pembelajaran di SMP
Tarakanita Solo Baru yang dipengaruhi oleh profesionalitas guru. Penelitian ini
juga diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi guru-guru SMP Tarakanita Solo
Baru dalam membina diri, dengan mengupayakan dan meningkatkan
profesionalitasnya baik pada kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional sehingga dapat memotivasi para
siswa dalam proses pembelajaran, dan membina para siswa agar tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang utuh.
9
2. Bagi Yayasan Tarakanita
Memberikan sumbangan umpan balik bagi guru dalam mengembangkan
profesionalitasnya dalam bidang keguruan.
3. Bagi Penulis
Menambah pemahaman akan pentingnya profesionalitas guru yang berpengaruh
pada motivasi belajar para siswa.
G. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis menggunakan bentuk penelitian kuantitatif agar
memperoleh gambaran mengenai pengaruh profesionalitas guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa-siswi SMP di sekolah Tarakanita Solo Baru.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis
akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan.
BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II berisi Tinjauan Teoritis, dan Hipotesis yang meliputi: motivasi
belajar dan profesinalitas guru; penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan
hipotesis. Motivasi belajar terdiri dari belajar, yakni: pengertian belajar pada
umumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar, motivasi pada
10
umumnya, yakni pengertian motivasi, hubungan motivasi dan motif, dampak
motivasi, peran motivasi dalam belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
motivasi dalam belajar dan dampak dari motivasi belajar. Profesionalitas guru terdiri
dari pengerian guru, pengertian profesionalitas, guru yang profesional; dengan
motivasi dalam belajar.
BAB III menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian,
desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan
instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pengumpulan data, dan
teknik pengolahan data.
BAB IV menguraikan tentang temuan umum yang terdiri dari sejarah singkat
SMP Tarakanita Solo Baru, visi dan misi SMP Tarakanita Solo Baru dan gambaran
situasi di SMP Tarakanita Solo Baru; temuan khusus yang terdiri dari hasil penelitian
yang meliputi deskripsi data hasil penelitian, pengujian hipotesis; pembahasan,
keterbatasan penelitian; usulan program kegiatan katekese umat model Shared
Cristian Praxis yang terdiri dari latar belakang usulan penyusunan program,
alternatif pendekatan pembinaan bagi para guru, tema dan tujuan, program Shared
Cristian Praxis (SCP), petunjuk pelaksanaan program kegiatan serta contoh
persiapan program Shared Cristian Praxix (SCP).
Dalam BAB V penulis menyampaikan tentang kesimpulan yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Pada bab ini diuraikan motivasi belajar dan profesinalitas guru. Motivasi
belajar terdiri dari belajar, yakni: pengertian belajar pada umumnya, faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam belajar, motivasi pada umumnya, yakni pengertian
motivasi, hubungan motivasi dan motif, peran motivasi dalam belajar, faktor-faktor
yang mempengaruhi timbulnya motivasi dalam belajar dan dampak dari motivasi
belajar. Profesionalitas guru terdiri dari pengetian guru, pengertian profesionalitas,
guru yang profesional, dan hubungan profesionalitas dengan motivasi dalam belajar.
A. Motivasi Belajar bagi Siswa
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, serta
pengalaman (Yamin, 2005: 80). Motivasi tersebut mendorong serta mengarahkan
minat belajar siswa untuk mencapai tujuan tertentu sehingga siswa akan berusaha
sungguh-sungguh dalam belajar karena termotivasi mencari prestasi. Motivasi siswa
dalam belajar perlu dikembangkan dan didukung dengan adanya keterlibatan orang
tua, guru, sesama, juga lingkungan sekitar, terlebih suasana lingkungan yang tercipta
sehingga dapat menambah minat dan motivasi siswa dalam belajar. Melalui
dukungan banyak pihak dan suasana yang mendukung dapat memotivasi siswa untuk
belajar secara lebih serius sehingga pada akhirnya dapat memperoleh hasil yang ia
harapkan.
12
1. Belajar
a. Pengertian Belajar pada Umumnya
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia untuk menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungannya. Proses belajar inilah yang membuat manusia dapat
bertahan hidup ( survive).
Dalam pengertian umum dan sederhana, belajar seringkali diartikan sebagai
aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap (Aunurrahman, 2009: 38). Dalam hal ini
seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak
mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. Perubahan yang terjadi itu harus relatif
bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini
nampak, tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi pada masa mendatang.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Pengalaman tersebut dapat
menimbulkan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Dari uraian ini, maka yang menjadi tujuan belajar
adalah perubahan tingkah laku (Hamalik, 2001: 27-28). Misalnya kebiasaan baik
yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil akan membentuk sikap anak pada masa
yang akan datang. Contoh: orang tua membiasakan anak olah raga, renang,
menghormati orang yang lebih tua, selalu mengucapkan terima kasih, dan
sebagainya. Hal-hal ini akan dapat mengubah perilaku anak ke arah yang baik dan
benar. Perubahan tersebut akibat dari pengalaman yang ia peroleh melalui
pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Oleh karena itu belajar
berlangsung secara aktif, terus-menerus sampai seumur hidup dan integratif dengan
13
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk suatu tujuan ( Supriyono, 1990: 119-
121).
Pendapat tersebut dipertegas lagi oleh Winkel yang menguraikan tentang
defenisi belajar. Menurut Winkel bahwa belajar pada manusia dirumuskan sebagai
berikut: ”suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan
berbekas”. Namun pada kenyataannya tidak semua perubahan yang terjadi pada
seseorang merupakan hasil dari suatu proses belajar. Perubahan tersebut juga dapat
disebabkan karena kelelahan fisik, penggunaan obat, penyakit parah atau trauma
fisik dan pertumbuhan fisik (Winkel, 1996: 53).
Perubahan yang termasuk dalam pengertian belajar menurut Daryanto antara
lain perubahan yang terjadi secara sadar (Daryanto, 2010: 2-3). Contoh seseorang
yang belajar akan menyadari dan merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Perubahan tersebut menjadikan seseorang akan bertambah pengetahuannya,
kecakapan dan kebiasaannya juga bertambah.
Perubahan yang merupakan hasil belajar dari seseorang berlangsung secara
berkesinambungan serta dapat menyebabkan perubahan pada yang lain (Daryanto,
2010: 3). Contoh seorang anak belajar menulis, akan membawa perubahan dari tidak
bisa menulis menjadi bisa menulis. Perubahan semacam ini berlangsung terus-
menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat
menulis indah, menulis dengan pena, menulis dengan kapur dan sebagainya hingga
pada langkah selanjutnya ia dapat menulis surat, membuat catatan dan sebagainya.
Abdillah (2002) dalam Aunurrahman menguraikan bahwa belajar merupakan suatu
14
kesadaran yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku yang baik
melalui latihan-latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu (Aunurrahman, 2009:
35).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas yang dimaksud dengan belajar adalah
suatu proses aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari belum bisa menulis, membaca dan
berhitung, menjadi bisa menulis, membaca dan berhitung, yang dialami seseorang
baik melalui interaksi dengan sesama, lingkungan maupun melalui pengalaman yang
dijumpainya dalam hidup harian. Hal ini dapat dilihat melalui sikap dan kebiasaan
rajin membaca, menulis, berhitung, berani mencoba hal baru, aktif dan melibatkan
diri dalam berbagai kegiatan demi perkembangan dirinya secara utuh.
b. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Daryanto (2010: 36-50) menguraikan
dua faktor yang mempengaruhi belajar yakni faktor intern dan dan faktor ekstern.
1) Faktor intern
Faktor ini terdiri dari tiga, yakni faktor jasmaniah, faktor psikologi dan
faktor kelelahan. Faktor jasmani, terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
Misalnya kondisi kesehatan yang kurang mendukung karena sakit, kurang sehat dan
karena cacat tubuh akan berpengaruh terhadap belajar siswa. Gangguan kesehatan
juga akan mengganggu belajar siswa karena dapat membuat siswa cepat lelah dalam
15
belajar, kurang semangat, mudah pusing, ngantuk, badan lemah karena kurang darah
dan sebagainya. Siswa yang demikian perlu mengupayakan kesehatan badan yang
sehat, dengan mengonsumsi makanan yang memiliki kadar gizi yang cukup untuk
membantu siswa dalam belajar. Demikian pula dengan siswa yang mengalami cacat
tubuh seperti buta, tuli, patah tulang, patah kaki, pata lengan, lumpuh dapat
menyebabkan siswa terganggu belajarnya. Maka siswa yang demikian hendaknya
belajar pada lembaga pendidikan khusus.
Faktor psikologi terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan. Inteligensi memiliki pengaruh yang besar terhadap
kemajuan belajar. Menurut Supriyono (1990: 78) siswa yang memiliki IQ yang
rendah akan mengalami kesulitan dalam belajar. Siswa yang memiliki IQ 110-140 ke
atas, secara umum dapat belajar dengan baik. Tetapi siswa yang memiliki
intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya (Daryanto, 2010: 37). Hal ini
disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor
yang mempengaruhinya. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi belajar. Siswa yang memiliki intelegensi sangat rendah perlu
mendapatkan pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
Perhatian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Siswa
yang mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari akan dapat memperoleh
hasil belajar yang lebih baik. Ini disebabkan karena siswa yang memiliki perhatian
dalam belajar akan mampu menangkap, memahami, dan mengerti informasi yang
diterimanya sehingga memudahkan dia untuk belajar. Siswa yang kurang perhatian
dalam belajar, akan mudah bosan, mengantuk, dan tidak dapat berhasil dengan baik.
16
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengembangkan beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seperti belajar akan
diperhatikan terus-menerus sehingga belajar menjadi menyenangkan. Bahan yang
dipelajari sesuai dengan bakat, kebutuhan, kecakapan ataupun tipe yang yang
dimilikinya akan memudahkan siswa dalam belajar. Hal ini dapat membuat siswa
bersemangat dalam belajar sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan
dalam belajar. Tetapi bila bahan pelajaran yang dipelajarinya tidak sesuai dengan
minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
Bakat adalah kemampuan untuk belajar yang terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Misalnya orang yang mempunyai bakat
mengetik akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan siswa
yang tidak mempunyai bakat di bidang itu. Bila ia akan mempelajari bidang studi
yang lainnya, ia akan cepat mengalami kebosanan, mudah putus asa, tidak senang,
dan lain sebagainya. Akibatnya nilai yang diperolehnya juga rendah. Jadi bila yang
dipelajari tidak sesuai dengan bakatnya, siswa tersebut akan mengalami kesulitan
dalam belajar.
Motif merupakan daya penggerak atau pendorong. Dalam proses belajar
siswa diharapkan memiliki motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam belajar. Motif
tersebut dapat dibangun melalui latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan dalam
belajar. Supriyono menjelaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi besar dalam
belajar, akan meningkat dalam prestasi belajarnya. Namun siswa yang lemah dalam
motivasi belajarnya, ia akan mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil
belajar yang dicapainya kurang memuaskan (Supriyono, 1990: 79).
17
Kematangan adalah tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Contohnya, anak
dengan kakinya siap untuk melaksanakan berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah
siap untuk menulis dan sebagainya. Kematangan tersebut perlu dilatih sehingga anak
sungguh siap dalam belajar.
Kesiapan adalah kesediaan dalam memberi respon atau reaksi yang muncul
dalam diri seseorang. Dalam hal belajar kesiapan perlu diperhatikan karena siswa
yang memiliki kesiapan dalam belajar akan memperoleh hasil belajar yang lebih
baik.
Faktor kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Siswa yang kelelahan akan
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar. Agar siswa dapat belajar
dengan baik diperlukan upaya untuk menghindari kelelahan dalam belajarnya dengan
cara tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, rekreasi dan ibadat, olah
raga secara teratur, mengkonsumsi makanan yang memenuhi syarat kesehatan
misalnya empat sehat lima sempurna. Dengan demikian siswa akan terbantu dalam
belajar.
2) Faktor ekstern
Faktor ekstern ini terdiri dari (1) faktor keluarga, (2) sekolah, dan (3)
masyarakat.
a) Faktor keluarga
Faktor keluarga misalnya bagaimana cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasanan rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan. Cara orang tua dalam mendidik anak akan
18
berpengaruh terhadap belajarnya. Bila orang tua memperhatikan pendidikan anak-
anaknya, memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, memiliki hubungan yang
baik dengan anak-anaknya, menyediakan waktu untuk membimbing anak-anaknya
dengan sabar dan penuh pengertian, memberikan semangat pada anak, menciptakan
suasana yang tenang agar anak dapat belajar dengan baik, menyediakan sarana
belajar bagi anak dan memiliki ekonomi yang cukup untuk membiayai pendidikan
anak-anaknya dan sebagainya maka siswa akan mengalami kemudahan dalam
belajar. Tetapi bila orang tua kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya
dengan sikap acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar
bagi anaknya, tidak melengkapi alat belajarnya, akan menyebabkan anak mengalami
kesulitan dalam belajar. Selain itu, bila relasi keluarga tidak harmonis, suasana
rumah bising, ramai, keadaan ekonomi lemah, orang tua terlalu membebani anaknya
dengan pekerjaan rumah, serta kebiasaan yang terjadi dalam keluarga yang kurang
baik, dapat mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam belajar.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dan
siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas di
rumah.
Metode mengajar adalah sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang
memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien
(Daryanto, 2009: 389). Metode mengajar guru pada siswa memiliki pengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik seperti
19
guru yang kurang persiapan, kurang menguasai bahan pelajaran, menerangkannya
tidak jelas, sikap guru terhadap siswa yang tidak baik akan mempengaruhi belajar
siswa. Ini akan membuat siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
Akibatnya siswa malas dalam belajar.
Demikian pula dengan guru yang menggunakan metode ceramah saja, siswa
akan menjadi bosan, ngantuk, pasif, dan hanya mencatat. Metode ceramah adalah
cara penyajian yang dilakukan dengan penjelasan lisan secara langsung, bersifat satu
arah terhadap peserta/audience (Daryanto, 2009: 390). Tetapi guru yang progresif
dan yang berani mencoba metode-metode yang baru dalam proses belajar mengajar,
dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar siswa dan meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar.
Kurikulum dipahami sebagai karakteristik mata pelajaran, muatan hasil
belajar, adanya unsur reproduksi kebudayaan dan pembangunan sosial serta
pentingnya kecakapan hidup (Schubert dalam Yulaelawati, 1986). Kurikulum
sebagai mata pelajaran merupakan pemahaman yang menggabungkan kurikulum
dengan daftar mata pelajaran yang diajarkan. Kurikulum sebagai program yang
direncanakan artinya perencanaan ruang lingkup, urutan, keseimbangan mata
pelajaran, teknik mengajar, cara-cara memotivasi siswa dan hal-hal yang dapat
direncanakan sebelumnya dalam pelajaran. Kurikulum sebagai hasil belajar bertujuan
untuk memberi fokus hasil belajar yang dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka. Kurikulum sebagai reproduksi budaya dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional untuk membangun generasi yang mempunyai peradaban dan
martabat yang tinggi, bertahan, berdaya saing, serta mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman. Kurikulum juga dipahami sebagai tugas dan konsep,
20
atau merupakan agen untuk rekonstruksi sosial dan merupakan interpretasi
kecakapan hidup (Yulaelawati, 2004: 26).
Aunurrahman menguraikan bahwa dalam rangka proses pembelajaran di
sekolah, kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai kerangka acuan
untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai
dari penyusunan rencana pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, menentukan
pendekatan dan strategi/metode, memilih dan menentukan media pembelajaran,
menentukan teknik evaluasi, kesemuanya harus berpedoman pada kurikulum
(Aunurrahman, 2009: 194).
Daryanto (2010: 45) menguraikan bahwa kurikulum diartikan sebagai
sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa seperti menyajikan bahan pelajaran
agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran. Bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Dengan kata lain kurikulum yang kurang
baik dapat berpengaruh tidak baik terhadap hasil belajar siswa. Misalnya kurikulum
yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan
perhatian siswa. Oleh karena itu seorang guru diharapkan perlu mendalami siswa
dengan baik, dalam mengajar harus mempunyai perencanaan yang mendetail agar
dapat melayani siswa belajar secara individual.
Hubungan guru dengan siswa seperti yang terjadi dalam proses belajar
mengajar akan memberi pengaruh pada belajar siswa. Guru memiliki relasi yang baik
dengan siswa. Contohnya, guru memberi perhatian dengan memberi sapaan pada
siswa, mampu menanggapi kebutuhan siswa dalam belajar, guru memiliki ketulusan
hati dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, guru terbuka
pada siswa, guru bersikap rendah hati, menyenangkan, murah hati, dan bersikap adil.
21
Dengan demikian relasi yang terjadi antara guru dan siswa menjadi relasi yang
harmonis, yang saling mendukung demi perkembangan siswa. Relasi yang baik ini
akan membuat siswa senang pada guru dan juga pada pelajaran yang diajarkannya
sehingga siswa berusaha memperlajarinya dengan sungguh-sungguh.
Bila guru yang memiliki hubungan yang tidak baik dengan siswa, misalnya
guru yang tidak disenangi oleh siswa karena sifatnya yang kasar, suka marah-marah,
suka membentak siswa, tidak adil dan pilih kasih, tidak senyum, kehadirannya
menegangkan bagi siswa dan sebagainya akan mempengaruhi siswa dalam belajar.
Menurut Daryanto (2010: 46) guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara
baik dapat menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar, siswa merasa jauh
dari guru, membuat siswa segan untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
Akibatnya siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar.
Hubungan siswa dengan siswa yang terjalin dengan baik akan memberi
pengaruh yang positif terhadap belajar siswa ( Daryanto, 2010: 46). Tetapi siswa
yang mempunyai sifat-sifat yang kurang disenangi oleh teman-temannya, atau
mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin akan
diasingkan oleh kelompok. Akibatnya siswa tersebut akan terganggu dalam
belajarnya. Ini dapat membuat siswa menjadi malas untuk masuk ke sekolah karena
di sekolah ia mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan. Maka bila terjadi
hal semacam ini, guru perlu memberikan bimbingan pada siswa.
Disiplin sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan
melaksanakan tata-tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan
administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman sekolah
dan lain-lain. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata-tertib dan bekerja dengan
22
disiplin membuat siswa menjadi disiplin serta memberi pengaruh yang positif
terhadap belajar siswa (Daryanto 2010: 46-47). Pengaruh tersebut antara lain dapat
mengembangkan motivasi yang kuat dalam diri siswa untuk belajar, sehingga siswa
dapat berkembang dalam belajar.
Alat pelajaran atau sarana-prasarana yang lengkap dapat menjadi faktor
pendukung bagi siswa dalam belajar terutama pelajaran yang bersifat praktikan.
Dengan adanya alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Contohnya, pelajaran
Biologi, Fisika, Kimia perlu didukung dengan alat belajar seperti mikroskop, gelas
ukur, dan sebagainya. Tetapi bila alat belajar ini kurang lengkap akibatnya siswa
tidak dapat belajar dengan baik. Alat belajar yang tidak lengkap dapat menjadi faktor
penghambat bagi siswa dalam belajar. Siswa mengalami kehilangan kesempatan
untuk belajar secara langsung dalam kegiatan praktik.
Waktu sekolah misalnya siswa masuk sekolah pada pagi hari. Siswa tersebut
masih dalam keadaan yang optimal, penuh semangat untuk mengikuti pelajaran.
Situasi ini akan mendukung siswa dalam belajar. Tetapi bila siswa masuk sekolah
pada siang atau sore hari, maka siswa kurang optimis untuk menerima pelajaran,
siswa mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar sebab energinya sudah
berkurang, udara relatif panas sehingga mempercepat proses kelelahan pada siswa.
Akibatnya siswa tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Standar pelajaran di atas ukuran, seperti guru yang memberi pelajaran di atas
ukuran standar, membuat siswa merasa kurang mampu dan takut pada guru sehingga
ia mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu guru perlu memberikan
penyajian materi yang sesuai dengan kemampuan siswa sehingga tujuan yang telah
23
dirumuskan dapat tercapai. Guru juga perlu mencari bahan yang relevan dengan
situasi siswa sehingga memudahkan siswa dalam belajar.
Keadaan gedung seperti ruang kelas atau ruang tempat belajar bagi siswa
dapat digolongkan sebagai salah satu faktor pendukung belajar bagi siswa. Jika
keadaan gedung tersebut ruang kelasnya memiliki jendela dan ventilasi yang cukup
agar udara segar dapat masuk ke ruangan dan sinar matahari dapat menerangi
ruangan; dinding ruangan bersih, putih dan tidak terlihat kotor. Lantai ruang tempat
belajarnya tidak becek, licin dan kotor, gedung jauh dari keramaian seperti pasar,
bengkel, pabrik dan sebagainya, sehingga membuat suasana kondusif untuk belajar.
Apabila keadaan gedung dekat dengan keramaian, ruangan gelap, lantai basah, atap
bocor, dindingnya retak-retak, ruangan sempit, ini dapat mengakibatkan situasi
belajar bagi siswa akan terganggu. Kondisi gedung yang seperti itu tidak cocok untuk
dijadikan sebagai tempat belajar bagi siswa. Maka dari itu, perlu diupayakan adanya
kondisi gedung yang dapat membantu siswa dalam belajar.
Metode belajar yang tepat dengan membagi waktu untuk belajar dan belajar
secara teratur setiap hari, memilih cara belajar yang tepat dan istirahat yang cukup,
akan meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi metode belajar siswa yang tidak
teratur akan menyebabkan siswa kurang maksimal dalam belajar. Demikian pula
dengan tugas rumah yang banyak diberikan oleh guru di sekolah akan membuat
siswa tidak mempunyai waktu lagi untuk melakukan kegiatan lain di rumah.
3) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
dan bentuk kehidupan masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menjadi
pendukung bagi siswa dalam belajar, misalnya siswa mengikuti kegiatan kursus
24
Bahasa Inggris, kelompok diskusi, dan sebagainya. Tetapi bila siswa terlalu banyak
mengikuti kegiatan di masyarakat seperti berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial,
keagamaan yang membutuhkan banyak waktu, akan membuat siswa terganggu
dalam belajarnya. Oleh karena itu siswa perlu membatasi diri dalam kegiatan di
masyarakat sehingga belajarnya tidak tertanggu.
Mass media seperti bioskop, radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik-komik
film, internet dan lain-lain dapat memberi pengaruh terhadap belajar siswa. Mass
media yang baik dapat memberi pengaruh yang baik pula terhadap belajar siswa.
Melalui sarana tersebut siswa mendapat kemudahan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang mereka butuhkan. Bila siswa menggunakan sarana ini secara
berlebihan maka akan menjadi penghambat bagi siswa dalam belajar. Dengan kata
lain mass media yang digunakan secara berlebihan seperti nonton secara berlebihan
dan tidak terkontrol dapat memberi pengaruh yang jelek terhadap belajar siswa.
Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar siswa akan memberi pengaruh
terhadap belajarnya. Misalnya pergaulan dengan sesama teman yang sekolah dan
lingkungannya mayoritas orang-orang terdidik, akan membawa pengaruh yang baik
bagi siswa dalam belajar. Sebaliknya pergaulan dengan anak yang tidak sekolah dan
lingkungannya mayoritas orang-orang yang kurang terdidik, suka main judi, dapat
membuat siswa malas belajar, atau bahkan tidak suka belajar. Maka orang tua perlu
memperhatikan hal ini.
2. Motivasi
Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa Latin yakni: movere, yang berarti
“menggerakkan” (Winardi, 2002: 24). Ada berbagai pendapat dari para ahli tentang
25
motivasi. Pendapat tersebut disesuaikan dengan hasil penelitian dan ilmu
pengetahuan yang diperolehnya. Jerry L. Gray dan Freederick A. Starke dalam
Winardi (2002: 27) mengurakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses,
yang bersifat internal, atau eksternal bagi individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu
(Gray, dkk 1984: 69).
Ada juga yang berpendapat bahwa motivasi merupakan serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga mendorong seseorang untuk
mau melakukan sesuatu (Sadirman, 1988: 73). Pendapat lainnya mengatakan
motivasi adalah suatu kehendak atau keinginan yang timbul dalam diri seseorang
yang menyebabkan orang itu berbuat (H.A.S. Moenir 2000: 136). Menurut Sardiman
(2010: 102) motivasi itu berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan daya
penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Dalam motivasi ini, ada tiga elemen atau ciri pokok yaitu kebutuhan, perilaku
dan tindakan serta tujuan. Kebutuhan: motivasi ditimbulkan oleh karena seseorang
merasakan sesuatu kebutuhan tertentu, misalnya kebutuhan seorang siswa yang ingin
mendapatkan nilai A dalam pelajaran tertentu. Perilaku: seorang siswa yang memiliki
kebutuhan dalam belajar agar berhasil akan menggerakannya untuk berbuat sesuatu,
misalnya kebutuhan atau keinginan tersebut mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar dengan baik. Tindakan dan tujuan: kegiatan dan tindakan belajar
inilah yang pada akhirnya siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkannya. Bila
tujuan yang diinginkan untuk mendapat nilai A dalam belajar telah tercapai, maka
siswa tersebut akan merasa puas. Oleh karena itu siswa tersebut akan cenderung
26
mengulagi kembali pengalaman belajarnya agar nilai A yang diharapkannya tetap
tercapai lagi.
Dengan demikian, ada hubungan dan kaitan yang kuat antara kebutuhan,
motivasi, perbuatan atau kelakuan, tujuan dan kepuasan yang muncul dalam diri
seseorang (Hamalik, 2001:159). Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
kebutuhan menjadi motivasi yang mengawali terjadinya perubahan yang ditandai
dengan feeling yang mendorong seseorang untuk bertindak sehingga tujuan dapat
tercapai.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, yang dimaksud dengan motivasi
adalah suatu semangat, dorongan, kekuatan yang muncul dalam diri seseorang yang
memampukannya untuk melakukan tindakan atau berbuat demi untuk mencapai
tujuan tertentu. Hal ini dapat dilihat melalui ketekunan, kesetiaan, minat,
kemandirian, keuletan, kedisiplinan, tanggung jawab, dalam melakukan sesuatu demi
mencapai tujuan tertentu.
a. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motivasi
Menurut Hamalik (2007: 175-176) ada dua faktor yang menimbulkan
motivasi dalam diri seseorang yakni kebutuhan dan tujuan. Kebutuhan adalah
kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang untuk mencapai
tujuan. Kebutuhan ini timbul karena adanya perubahan di dalam organisme sehingga
menimbulkan energi yang mendayai pelaku ke arah tujuan. Kebutuhan inilah yang
menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang. Tujuan adalah sesuatu yang hendak
dicapai oleh suatu perbuatan yang dapat memuaskan kebutuhan seseorang. Oleh
27
karena itu adanya tujuan yang jelas dan disadari oleh setiap pribadi dapat
menimbulkan motivasi dalam diri seseorang.
b. Motivasi dalam Belajar
Motivasi pada umumnya memiliki dampak pada setiap pribadi manusia
seperti yang terjadi pada setiap siswa. Motivasi yang dimiliki oleh siswa
memberikan dampak yang positif yakni mampu menimbulkan, mendasari, dan
mengarahkan siswa pada perbuatan tertentu misalnya perbuatan belajar. Motivasi
juga mampu mengarahkan perbuatan siswa kepada pencapaian tujuan yang
diinginkan misalnya keinginan untuk memiliki hasil belajar yang lebih baik serta
menggerakkan siswa untuk segera bertindak demi mencapai tujuan yang diharapkan
dalam belajar misalnya dengan meningkatkan frekuensi waktu untuk belajar
(Hamalik, 2007: 175).
Motivasi dalam belajar memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai
tujuan belajar. Peranan motivasi dalam belajar menurut Sardiman (2010: 85) yakni
mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat menentukan
arah tujuan yang hendak dicapai serta menentukan kegiatan belajar demi mencapai
tujuan yang dikehendakinya. Selain itu dengan adanya motivasi dalam belajar siswa
menjadi tekun dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas belajar dengan baik, ulet
dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, dinamis dalam
belajar dengan berbagai metode belajar, serta menjadikan kegiatan belajar sebagai
kegiatan yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, mendorong siswa untuk
terus-menerus belajar demi meraih tujuan yang ia harapkan.
28
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.
Peranannya menumbuhkan gairah, perasaan senang dan semangat untuk belajar.
Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar. Namun siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi, akan
mengalami kegagalan bila ia kurang memiliki motivasi. (Sardiman, 2010: 74).
Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi
tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada
dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar (Aunurrahman,
2010: 180). Apabila siswa memiliki motivasi belajar, itu akan nampak dalam
kesungguhannya untuk terlibat di dalam proses belajar. Misalnya siswa aktif
bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat,
mempraktikan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan
tuntutan pelajaran. Bila siswa tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang
mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh dalam
menyimak isi pelajaran, dan sebagainya. Oleh karena itu rendahnya motivasi
merupakan masalah dalam belajar karena dapat memberi dampak bagi tercapainya
hasil belajar yang diharapkan.
Motivasi belajar menurut Winkel adalah keseluruhan daya penggerak psikis
di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu
tujuan. Peranan motivasi belajar ini sangat penting dalam memberikan gairah atau
semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi
banyak untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1996: 150). Motivasi belajar
29
merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dalam
proses belajar mengajar demi mencapai tujuan yang diharapkan.
Prayitno (1989: 8) mengatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan
suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang
mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Motivasi belajar adalah dorongan
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar
adalah suatu semangat atau dorongan serta kekuatan yang muncul baik dalam diri
seseorang atau dari luar untuk mengarah pada suatu perubahan dalam hidup baik dari
segi ilmu pengetahuan, bentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penghargaan,
minat dan penguasaan diri sehingga seseorang dapat berkembang ke arah yang lebih
baik. Maka yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang
muncul dalam diri atau hal-hal di luar diri yang membuat siswa senang belajar dan
mampu mengatasi masalah dalam belajar demi mencapai tujuan.
c. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motivasi Belajar
Ada berbagai cara untuk menimbulkan motivasi belajar pada siswa. Menurut
Marno dan Idris (2008: 85) ada dua faktor yakni faktor dari dalam diri sendiri dan
faktor dari luar diri. Faktor dari dalam seperti perhatian dan minat yang muncul dari
dalam diri sendiri. Keduanya merupakan unsur yang penting dalam belajar. Siswa
yang memiliki perhatian dan minat dalam belajar akan mengalami rasa senang
dengan adanya kegiatan belajar sehingga belajar bukanlah hal yang sulit untuk
dijalani demi mencapai tujuan yang diharapkannya. Menurut Sardiman (2010: 90)
30
bahwa motivasi muncul dari kesadaran diri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dorongan yang menjadi daya penggerak untuk mencapai tujuan dalam belajar adalah
bersumber dari kebutuhan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
Kesadaran inilah yang memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi demi mencapai
hasil belajar yang memuaskan.
Faktor dari luar diri siswa yang dapat menimbulkan motivasi belajar seperti
dalam proses belajar salah satunya adalah guru. Guru dapat menimbulkan motivasi
belajar pada siswa dengan penampilannya yang menarik, geraknya lincah, penuh
semangat, ramah, antusias, membuat siswa juga semangat dalam belajar. Guru yang
cara mengajarnya bervariasi, tidak monoton juga dapat menimbulkan motivasi
belajar siswa.
Demikian pula dengan guru yang menggunakan berbagai cara untuk
menimbulkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar. Hal ini dapat menimbulkan
motivasi bagi siswa untuk belajar. Unsur lainnya adalah pujian, pemberian hadiah,
memberi ulangan, saingan atau kompetisi baik secara pribadi maupun kelompok,
orang tua yang perhatian, suasana keluarga yang kondusif dan sebagainya. Semua ini
dapat menjadi sarana untuk mengembangkan motivasi belajar siswa demi mencapai
hasil belajar yang memuaskan.
d. Dampak dari Motivasi Belajar
Dampak dari motivasi belajar ini yakni menumbuhkan gairah atau semangat
dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk
melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1996: 150). Bila siswa memiliki motivasi yang
tinggi maka ia akan semakin berhasil dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Siswa
31
tersebut akan giat dalam belajar, terus berusaha dengan gigih dan tidak mudah
menyerah, giat membaca buku, selalu berusaha mencari informasi yang memperkaya
dalam belajarnya demi perkembangan dirinya. Dengan kata lain semakin tinggi
motivasi belajar siswa semakin besar pula peluang siswa untuk memperoleh hasil
yang lebih tinggi (Sardiman, 2010: 86).
Adanya motivasi belajar memampukan siswa untuk terus belajar dengan
mencari dan menggunakan berbagai sarana yang dapat menunjang keberhasilan
belajarnya. Siswa menjadi semakin mencintai kegiatan belajar, rajin dalam belajar,
aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran, optimis dalam menjalankan tugas-tugas
yang dipercayakan, serta selalu memiliki harapan untuk mewujudkan cita-cita yang
hendak dicapainya.
Dampak yang lainnya yaitu memudahkan siswa dalam belajar, mendorong
para siswa untuk mengembangkan dirinya agar tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi yang utuh. Hal ini pun tidak lepas dari peran dan keterlibatan banyak pihak
terlebih para guru yang mendampingi siswa dalam belajar di sekolah. Melalui
motivasi tersebut, guru dan para siswa dapat menciptakan iklim kerjasama yang baik
dalam mewujudkan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh setiap siswa. Suasana
kerjasama yang melibatkan banyak pihak seperti keterlibatan guru dan siswa dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif akan semakin meningkatkan minat
belajar siswa, sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang semakin meningkat
dalam prestasi belajarnya.
32
B. Profesionalitas Guru
Di era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian,
dibutuhkan guru yang profesional, yang memiliki keahlian, kemahiran atau
kecakapan dalam dunia pendidikan. Sebagaimana dikatakan pada bab I, guru yang
profesional adalah pribadi yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Ia adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
baik serta memiliki pengalaman dan karya dalam bidangnya. Guru profesional adalah
guru yang mengenal tentang dirinya yang dipanggil untuk mendampingi peserta
didik dalam belajar. Guru dituntut untuk mencari tahu terus-menerus bagaimana
seharusnya peserta itu belajar (Daryanto, 2010: 256).
1. Guru
Guru merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar (Riduwan,
2004: 19). Ia memiliki multi peran, yakni mendorong, membimbing, dan memberi
fasilitas belajar bagi siswa-siswi untuk mencapai tujuan.
Thoifuri (2008: 145-146) menguraikan bahwa guru merupakan representasi
orang yang ucapan dan tindakannya perlu digugu dan ditiru. Guru sebagai orang
yang siap dicaci maki dan dibenci, namun tidak pernah membalasnya. Guru adalah
orang yang rela berkorban untuk anak didik dan masyarakat lingkungannya. Guru
adalah pelopor perubahan masyarakat dengan tanpa membawa implikasi negatif.
Guru merupakan sosok orang yang ingin tahu pada semua hal untuk disampaikan
pada siswanya. Guru adalah bentuk manusia yang tidak bangga ketika disanjung dan
tidak sedih ketika dicaci. Guru adalah pribadi insan moderat, tidak ambisius, tanpa
33
pamrih, tidak cepat tersinggung, tidak suka marah, tidak lekas benci, tidak pernah
putus asa, dan tidak sulit memaafkan anak didiknya. Guru adalah manusia cinta,
pengembang, dan pengamal pengetahuan. Guru adalah sosok orang yang mempunyai
ilmu pengetahuan lebih bila dibanding orang lain.
Selanjutnya Theofuri menjelaskan bahwa guru adalah orang yang selalu
memberi pengaruh secara abadi, tetapi tidak mau tahu kapan pengaruh itu berhenti.
Guru merupakan sosok manusia pewaris dan penerus berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Guru adalah mitra belajar siswa tanpa syarat. Guru
merupakan pribadi yang utuh untuk merubah perilaku dan kepribadian siswa. Guru
adalah manusia yang memikul beban penderitaan siswa dalam belajar. Guru adalah
seseorang yang mampu memprediksi sesuatu yang akan terjadi. Guru adalah bentuk
manusia yang mampu menyelesaikan problematika sosial. Guru adalah sosok
manusia yang berpegang pada prinsip, jika melihat ia tahu, jika mendengar ia
menghafal dan jika melakukan ia paham. Dan guru adalah figur manusia yang
mampu melihat realitas alam untuk siswanya.
Pengartian guru menurut Djamarah (2000: 1, 31-42) adalah unsur manusiawi
dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan
memegang peranan penting dalam pendidikan. Dalam pengertian yang sederhana
guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Guru dalam
pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-
tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid,
di rumah, dan sebagainya. Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan siswa. Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah mitra siswa
dalam kebaikan. Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi siswa. Profil
34
guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa,
panggilan hati nurani.
Seorang guru menurut Paul Suparno (2004: 90) diharapkan mampu
mengembangkan sikap-sikap dan semangat cinta kepada siswa, menghargai nilai
kemanusiaan lebih dari aturan formal serta sikap membebaskan dan bukan
membelenggu.
Menurut Aqib (2009: 3) guru adalah sosok manusia yang harus digugu dan
ditiru. Alma (2010: 123) menguraikan bahwa guru merupakan kunci keberhasilan
sebuah lembaga pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Guru
juga merupakan ujung tombak pendidikan. Maka baik buruknya perilaku atau cara
mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan.
Syah (2004: 223) menguraikan guru sebagai pendidik ataupun pengajar
merupakan faktor penentu kesuksesan dalam setiap usaha pendidikan. Pendapat
tersebut juga diperkuat dengan pandangan Sudarminta dalam Sindhunata (2001: 256)
yang mengatakan bahwa kunci keberhasilan usaha pembaharuan dan peningkatan
mutu pendidikan terletak di tangan para guru. Pembaharuan kurikulum, pengadaan
alat-alat belajar, sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh
usaha pendidikan selalu bermuara pada guru. Oleh karena itu peranan guru dalam
dunia pendidikan sangatlah penting. Tilaar (2000: 14) mengatakan bahwa kunci
utama dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah mutu guru.
Sembiring menguraikan bahwa guru adalah pendidik profesional
(Sembiring, 2009: 34). Pandangan ini diperjelas dalam undang-undang RI tentang
guru dan dosen khususnya no. 14 tahun 2005 bab 1 pasal 1. Dalam undang-undang
diungkapkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
35
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Adimassana (2008: 8) dengan ditetapkannya dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen (UUGD) bahwa pekerjaan sebagai guru adalah suatu profesi maka pekerjaan
guru harus memenuhi standar-standar ke-profesionalan di bidang yang bersangkutan.
Jadi, menjadi guru sebagai suatu profesi bukan lagi merupakan pekerjaan biasa yang
sekadar sebagai pencaharian. Secara lebih luas suatu profesi ditandai dengan ciri-ciri
ke-profesionalan antara lain memenuhi standar keahlian/profesionalitas di bidang
yang bersangkutan, menekankan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat luas,
pelaksanaannya dilandasi penghormatan terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan,
mempunyai organisasi profesi yang mengkoordinasikan pelaksanaan profesi tersebut
dan berwenang mengontrol proses sertifikasi, dan membutuhkan proses yang relatif
lama untuk mencapai standar keahlian/profesionalitas melalui studi dan penelitian.
Selain itu seorang guru diharapkan memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran siswa yang meliputi kemampuan menguasai karakteristik siswa dari
aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. Dengan penguasaan
karakteristik siswa guru dapat mengetahui kebutuhan siswa, minat dari setiap siswa,
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa dan pada akhirnya dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan (Anurrahman, 2009: 131). Pengenalan ini
36
membantu para guru untuk memilih bahan-bahan pembelajaran yang relevan dan
yang menarik sehingga menambah minat dan motivasi peserta didik untuk belajar.
Dalam kompetensi pedagogik, kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran juga nampak dalam kemampuannya menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Dengan kemampuan tersebut, guru
dapat memahami keunikan-keunikan siswa, agar peserta didik dapat berkembang
secara optimal dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru dapat
memilih pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan keadaan siswa, teknik-teknik pemotivasian yang tepat dan teknik evaluasi
yang sesuai dengan keadaan siswa (Anurrahman, 2009: 82). Melalui kemampuan
guru menguasai prinsip-prinsip belajar, dapat membantu guru untuk memberikan
arah yang tepat agar para siswa berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Guru
dapat membantu siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan
(Anurrahman, 2009: 137).
Selain itu guru perlu memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. Kemampuan tersebut antara lain:
membuat perancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
serta kemampuan mengembangkan kegiatan pengembangan yang mendidik.
Kemampuan memanfaatkan informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan. Kemampuan lainnya seperti memfasilitasi
pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki. Kemampuan berkomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan siswa.
Kemampuan menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran. Disamping itu diperlukan kemampuan melakukan refleksi untuk
37
peningkatan kualitas pembelajaran. Ini semua demi mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh guru untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran.
Kompetensi kepribadian merupakan profil kepribadian yang harus dimiliki
oleh guru. Kompetensi ini meliputi kepribadian yang mantap, stabil, jujur, dewasa,
arif dan bijaksana; berwibawa, berakhlak mulia serta menjadi teladan bagi siswa dan
masyarakat. Secara objektif mampu mengevaluasi kinerja sendiri dan
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Selain itu guru diharapkan
memiliki etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat dan sebagai makhluk sosial yang sekurang-kurangnya meliputi:
kemampuan bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi. Kemampuan berkomunikasi secara efektif, empati dan santun
dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,
orang tua dan masyarakat. Seorang guru perlu memiliki kemampuan beradaptasi di
tempat tugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial
budaya serta kemampuan berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan
profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Sanjaya (2010: 19) menguraikan bahwa kompetensi sosial itu meliputi
kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk
meningkatkan kemampuan profesional. Kemampuan untuk mengenal dan memahami
fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan kemampuan untuk menjalin
kerjasama, baik secara individu maupun kelompok.
38
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan
materi pengajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Kemampuan profesinal guru menurut Soedijarto dalam Daryanto (2010:
266-277) meliputi kemampuan merancang dan merencanakan program
pembelajaran, kemampuan mengembangkan program pembelajaran, kemampuan
mengelola pelaksanaan pembelajaran, kemampuan menilai proses dan hasil belajar
serta kemampuan mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran.
Untuk dapat menguasai kemampuan profesional, seorang guru diharapkan
memiliki pengetahuan dasar dan pengetahuan profesional seperti pengetahuan
tentang perkembangan dan karakteristik siswa, disiplin ilmu pengetahuan sebagai
sumber bahan pelajaran, mengetahui tentang konteks sosial, budaya, politik dan
ekonomi tempat sekolah beroperasi, mengetahui tujuan pendidikan, teori belajar baik
umum maupun khusus, mengetahui teknologi pendidikan yang meliputi model
belajar dan mengajar yang menarik, serta sistem evaluasi proses dan hasil belajar.
Sanjaya (2009: 18) menguraikan bahwa kompetensi profesional adalah
kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas
keguruan. Misalnya kemampuan untuk menguasai landasan pendidikan, seperti
paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai, baik tujuan nasional, tujuan
kurikuler dan tujuan pembelajaran. Paham dalam bidang psikologi pendidikan,
seperti (1) paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori
belajar; (2) memiliki kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan
bidangnya; (3) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metode dan strategi
39
pembelajaran; (4) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan
sumber belajar; kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajalan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pada pasal 1, dikatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik. Sebagai seorang guru yang profesional ia
dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal. Persyaratan tersebut antara lain
memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi
keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif,
mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu
melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (Kunandar, 2007: 45-54).
Seorang guru diharapkan memiliki prinsip dalam menjalankan tugas
perutusannya. Adapun prinsip yang diberlakukan bagi semua guru secara umum
sebagaimana diuraikan oleh Nasution dalam Alma (2010: 149) yakni (1) guru
memahami dan menghormati murid yang dihadapi; (2) memahami bahan pelajaran
yang diberikan pada siswa, (3) memahami metode yang sesuai dengan situasi siswa,
(4) guru menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan siswa yang diajarnya;
(5) guru mampu mengaktifkan siswa dalam belajar; (6) guru memberi pengertian
pada siswanya; (7) guru mempunyai kemampuan untuk menghubungkan pelajaran
dengan kebutuhan siswa; (9) guru tidak terikat dengan satu buku dan (10) guru
mempunyai kemampuan menyampaikan pengetahuan dan membentuk kepribadian
siswa menjadi pribadi yang utuh.
40
Berdasarkan uraian-uraian di atas, yang dimaksud dengan guru adalah
seorang pendidik yang memiliki aneka kemampuan dalam bidang pendidikan baik
menyangkut kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kompetensi kepribadian.
Seorang guru membuat persiapan sebelum mengajar, menerangkan dengan jelas,
riang, gembira, humoris, disiplin, bersahabat, perhatian, tegas, menguasai kelas,
hormat pada siswa, sabar, menyenangkan, tidak membeda-bedakan siswa, dan
mampu membangkitkan semangat belajar pada siswa.
2. Profesionalitas
Istilah profesional berasal dari kata profesi, yakni pekerjaan yang mensyaratkan
pelatihan dan penguasaan pengetahuan tertentu dan biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik dan proses sertifikasi serta izin atau lisensi resmi. Istilah profesi
juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memiliki karakteristik adanya praktik
yang ditunjang dengan teori, pelatihan, kode etik yang mengatur perilaku, dan punya
otonomi yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya (Alma, 2010: 133).
Tilaar (2000, 137-39) menguraikan bahwa seorang profesional adalah seorang
yang terus-menerus berkembang. Artinya ia harus selalu terbuka untuk perubahan
dan menguasai perubahan itu untuk mengembangkannya lebih lanjut. Para
profesional adalah merupakan para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoleh
pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaannya.
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki profesional menurut Tilaar adalah
memiliki suatu keahlian khusus; merupakan suatu panggilan hidup; memiliki teori-
teori yang baku secara universal; mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan
untuk diri sendiri; dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang
41
aplikatif; memiliki otonomi dalam melakukan pekerjaannya; memiliki kode etik;
mempunyai klien yang jelas; mempunyai organisasi profesi yang kuat dan
mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang yang lain.
Aqib (2009: 23) menguraikan pengertian profesional menurut UUD RI No.
14 tentang guru dan dosen pada bab 1, pasal 1, butir 4 bahwa profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Pekerjaan yang bersifat profesional menurut Kunandar (2009: 45-47) adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk
pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Suatu pekerjaan yang profesional
memerlukan peryaratan khusus yakni keterampilan berdasarkan konsep dan teori
ilmu pengetahuan yang mendalam; keahlian dalam bidang tertentu yang sesuai
dengan bidang profesinya; tingkat pendidikan yang memadai; kepekaan terhadap
dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; memungkinkan
perkembangan yang sejalan dengan dinamika kehidupan.
Alma (2010: 136) menguraikan profesionalitas berarti produk, kadar. Hal ini
mengacu pada sikap para anggota profesi terhadap profesinya dalam pengetahuan
dan keahlian melaksanakan pekerjaan.
Sanusi dalam Alma (2010: 136-137 menjelaskan bahwa profesi mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: pekerjaan yang memiliki fungsi sosial; memiliki keahlian
dan keterampilan tertentu; menggunakan teori dan metode ilmiah dalam memperoleh
keterampilan pekerjaan; batang tubuh ilmu suatu profesi didasarkan kepada suatu
disiplin ilmu yang jelas, sistematika dan eksplisit, bukan hanya common sense; masa
42
pandidikannya lama, dan berkelanjutan, bertahun-tahun dan dilakukan pada tingkat
tinggi; sosialisasi nilai-nilai profesional ditanamkan kepada para
siswa/mahasiswanya; berpegang teguh pada kode etik; mempunyai kebebasan;
mempunyai klien dan masyarakat dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab,
bebas dari campur tangan pihak luar, bersifat otonom; dan mempunyai prestise yang
tinggi di mata masyarakat, sehingga dapat memperoleh imbalan yang layak.
Dari uraian di atas yang dimaksud dengan profesional adalah keahlian khusus
yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan
bidang keahliannya. Hal ini ditandai oleh (1) penguasaan pekerjaan yang dilakukan,
(2) ketrampilan dalam melakukan pekerjaan, (3) ilmu-ilmu yang diterapkan dalam
pekerjaan, (4) hasil yang dicapai dalam pekerjaan.
3. Guru yang Profesional
Hamalik (2001: 117-118) menguraikan bahwa jabatan guru dikenal sebagai
suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan yang memerlukan keahlian khusus.
Seorang guru yang profesional harus menguasai betul tentang seluk-beluk
pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya. Adapun syarat-syarat menjadi
guru sebagai pekerja yang profesional antara lain: (1) harus memiliki bakat sebagai
guru; (2) harus memiliki keahlian sebagai guru; (3) memiliki kepribadian yang baik
dan terintegrasi; (4) memiliki mental yang sehat; (5) berbadan sehat; (6) memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang luas; (7) guru adalah berjiwa pancasila; (8) guru
adalah seorang warga yang baik.
Menurut Adimassana guru yang profesional adalah guru yang mampu
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya demi terwujudnya tujuan pendidikan
43
yang telah digariskan di negaranya. Ini ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan guru
yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yakni tercapainya manusia Indonesia
yang seutuhnya (Adimassana, 2008: 12).
Seorang guru yang disebut profesional adalah guru yang memiliki rasa
bangga pada pekerjaan dan menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas sebagai
guru. Ia berusaha meraih tanggung jawab, dan memiliki inisiatif serta dapat
mengantisipasi sesuatu. Ia mengerjakan apa yang perlu dikerjakan untuk
menyelesaikan tugas, melibatkan diri secara aktif dan tidak sekedar bertahan pada
peran yang telah ditetapkan untuknya. Ia selalu mencari cara atau terobosan baru
untuk membuat berbagai hal menjadi lebih mudah bagi siswa yang dilayani dan ingin
belajar sebanyak mungkin mengenai kegiatan siswa yang dilayani. Ia belajar
memahami dan berpikir seperti siswa sehingga bisa mewakili siswa ketika siswa
tidak ada di tempat. Guru adalah pemain dalam team, bisa dipercaya memegang
rahasia, jujur, bisa dipercaya dan setia serta terbuka terhadap kritik-kritik yang
membangun mengenai cara meningkatkan dirinya sebagai guru.
Menutut Thoifuri (2008: 97) guru profesional adalah guru yang mampu
dalam intelektualnya dan matang dalam kepribadiannya, sehingga layak petunjuknya
untuk diikuti oleh siswanya. Guru profesional dituntut memiliki kode etik, yakni
norma tertentu sebagai yang diakui serta dihargai oleh masyarakat (Alma, 2010:
132). Selain itu ia juga dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain
kualifikasi pendidikan yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan dengan bidang
yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan siswanya,
mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja tinggi terhadap
44
profesinya dan melakukan pengembangan diri secara terus menerus (Kumandar,
2009: 50).
Guru yang profesional juga memerlukan konsep diri yang tinggi. Guru yang
demikian dalam mengajar akan lebih cenderung memberi peluang luas kepada siswa
untuk berkreasi (Syah, 2004: 232). Guru yang memiliki konsep diri dan harga diri
yang tinggi akan mempunyai keberanian untuk mengajak, mendorong, dan
membantu siswa dengan sekuat tenaga agar siswa lebih maju (Syah, 2004: 233).
Suryadi dalam Alma (2010: 133) menyatakan bahwa untuk menjadi
profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal yakni: (1) komitmen pada
siswa dan Proses Belajar Mengajar (PBM); (2) menguasai secara mendalam mata
pelajaran yang diajarkan; (3) bertanggung jawab memantau hasil belajar melalui
berbagai cara evaluasi; (4) berpikir sistematis, dan (5) guru merupakan bagian dari
masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Berdasarkan uraian-uraian di atas yang dimaksud dengan guru yang
profesional adalah guru yang memiliki keahlian khusus dalam mengajar. Hal ini
dapat dilihat melalui keahliannya dalam menggunakan teknologi modern untuk
memperlancar dalam pembelajaran, berikap adil, percaya dan suka kepada siswa-
siswinya, sabar dan rela berkorban, kreatif dalam mengajar, memiliki wibawa di
hadapan siswa, penggembira, bersikap baik terhadap para guru dan masyarakat,
menguasai mata pelajar, suka dengan mata pelajaran yang diberikan, serta memiliki
pengetahuan yang luas.
Dengan demikian yang dimaksud dengan profesionalitas guru adalah kerja
guru dalam melangsungkan profesi yang meliputi:
45
1) Kompetensi pedagogik: guru mengetahui situasi awal siswa, guru membuat
persiapan dalam mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, guru
menguasai strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, guru
mengadakan evaluasi belajar.
2) Kompetensi kepribadian: guru memiliki keterbukaan pada siswa, guru memiliki
sifat kejujuran pada siswa, guru memiliki rasa tanggung jawab pada tugas-
tugasnya dan guru memiliki nilai disiplin.
3) Kompetensi sosial: guru dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, guru
menggunakan teknologi informasi dalam pengajaran, guru membantu siswa
yang kesulitan dalam belajar, guru berkomunikasi secara baik dengan siswa,
sesama guru, dan orang tua siswa.
4) Kompetensi profesional: kemampuan guru merencanakan program belajar-
mengajar, menguasai bahan pelajaran dan melaksanakan/mengolah proses
belajar-mengajar.
C. Penelitian yang Relevan
Masalah-masalah yang dialami oleh siswa, dan pengaruhnya pada motivasi
belajar sebagaimana diuraikan di atas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar. Ada penelitian yang mencoba untuk melihat
pengaruh antara profesionalitas guru dan motivasi belajar. Artinya ada pengaruh
yang kuat antara masalah profesionalitas guru dengan motivasi belajar sehingga
mempunyai dampak pada hasil belajar. Penelitian dilakukan oleh seorang mahasiswi
UIN tahun 2008 di Tegallega Cidolog Sukabumi menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa sebesar
46
50% (http://www.docstop.com/docs). Ada juga yang meneliti tentang pengaruh
motivasi terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh
motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 23% sedangkam 77% lainnya
dipengaruhi oeh faktor lain (http://www.scribd.com/doc).
D. Kerangka Pikir
Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang muncul dalam diri atau hal-hal
di luar diri yang membuat siswa senang belajar, mampu mengatasi masalah dalam
belajar demi mencapai tujuan. Siswa perlu memiliki motivasi yang kuat untuk
melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya motivasi belajar siswa-siswi akan tekun
dalam menghadapi tugas, tidak pernah berhenti sebelum selesai, ulet menghadapi
kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang
bekerja mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Namun siswa
yang memiliki intelegensi cukup tinggi, dapat mengalami kegagalan bila ia kurang
memiliki motivasi (Sardiman, 2010: 74).
Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
profesionalitas guru. Guru dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai peran yang
yang sangat penting yaitu menumbuhkan motivasi belajar siswa (Anurrahman, 2009:
115). Oleh karena itu motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh setiap siswa. Setiap
siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda. Ada yang memiliki motivasi yang
tinggi dan ada juga yang memiliki motivasi yang rendah. Hal ini disebabkan karena
masing-masing pribadi siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Siswa
memerlukan dukungan khususnya dari para guru agar mereka terbantu dalam
47
menemukan motivasi belajar yang sesuai dengan harapan siswa. Dalam hal belajar,
siswa perlu memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas, ulet dalam menghadapi
berbagai masalah dan tantangan secara mandiri akan berhasil dengan baik dalam
belajarnya.
Dengan mengacu pada kajian teori yang dipaparkan di atas, kerangka
berpikirnya adalah profesionalitas guru memiliki pengaruh yang besar pada motivasi
siswa dalam belajar. Di dalam proses pembelajaran sikap profesionalitas guru sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran. Bila seorang guru memiliki profesionalitas
yang tinggi, ia akan mampu mengajar dengan baik, penuh semangat, sehingga
berdampak pada siswa yakni siswa akan semakin termotivasi untuk belajar lebih
baik. Siswa tersebut akan mengalami perasaan senang bila melakukan kegiatan
belajar. Belajar dapat menjadi suatu kebutuhan untuk mencapai cita-cita hidup.
Demikian sebaliknya sikap guru yang tidak mencerminkan sikap yang baik
pada siswa sesuai dengan profesinya akan mempengaruhi siswa dalam belajar.
Misalnya pelajaran yang diberikan oleh guru tidak mudah dipahami oleh siswa.
Siswa mengalami kesulitan melakukan kegiatan belajar. Akibatnya hasil yang
diperolehnya dalam belajar sering kali tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
Seorang guru diharapkan mampu mendampingi dan memotivasi siswa dalam belajar,
sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa dan
bertanggung jawab serta siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Profesionalitas guru mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Dengan
demikian profesional berdampak pada motivasi yakni dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. peranan guru sangat penting dalam belajar siswa.
48
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian bahwa
hipotesis akan diuji pada taraf signifikansi 5%:
Ha: ada pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar siswa-siswi
SMP Tarakanita Solo Baru.
Ho: Tidak ada pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar siswa-
siswi SMP Tarakanita Solo Baru. Hipotesis disini dengan signifikansi 0,05.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat penelitian dan waktu, populasi
dan sampel, metode pengumpulan data, jenis dan instrumen pengumpulan data, kisi-
kisi instrumen penelitian dan teknik analisis data.
A. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif berbentuk regresi untuk
mencari kuatnya pengaruh antara variabel X (profesionalitas guru dalam mengajar)
terhadap variabel Y (motivasi belajar siswa-siswi SMP Tarakanita Solo Baru), dan
untuk memprediksi seberapa besar perubahan nilai variabel dependen, bila variabel
independen berubah.
B. Desain penelitian
Desain penelitiannya menggunakan desain analisis regresi linear sederhana
antara variabel bebas (X) yakni profesionalitas guru dalam mengajar dan variabel
tergantung (Y) yakni motivasi belajar siswa-siswi SMP Tarakanita Solo Baru.
X Y.
C. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMP Tarakanita Solo Baru, Sukoharjo, Jawa
Tengah. Sedangkan waktu pelaksanaannya adalah pada bulan Mei – Juni 2010.
50
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi SMP Tarakanita
Solo Baru tahun pelajaran 2009/2010 khususnya kelas VII dan VIII. Siswa-siswi
kelas VII dan VIII di SMP Tarakanita Solo Baru terdiri dari dua paralel dengan
jumlah siswa 119 siswa. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa-siswi
kelas IX telah lulus ujian sehingga populasi penelitian adalah semua siswa-siswi
kelas VII dan VIII. Populasi ini menjadi sampel penelitian. Penelitian ini bersifat
populatif, artinya seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP Tarakanita Solo Baru
menjadi populasi dengan jumlah siswa 119 siswa.
Tabel – 1: Jumlah Siswa-Siswi SMP Tarakanita Solo Baru
Kelas Jumlah
Kelas VII A 30
Kelas VII B 31
Kelas VIII A 28
Kelas VIII B 30
Jumlah 119
E. Variabel Penelitian.
Dalam penelitian ini memikili dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel
bebas. Variabel bebas adalah profesionalitas guru (X) dan variabel terikat adalah
motivasi belajar (Y). Adapun pengaruh antara variabelnya adalah :
51
1. Identifikasi variabel
Variabel bebas (X): profesionalitas guru. Profesionalitas guru dalam
mengajar terwujud dalam kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Variabel terikat (Y): motivasi belajar siswa. Motivasi siswa adalah kebutuhan
dalam diri atau di luar diri yang mendorong siswa belajar dan demi mencapai tujuan.
2. Definisi operasional variabel
a. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang muncul dalam diri atau hal-hal
di luar diri yang membuat siswa senang belajar, mampu mengatasi masalah dalam
belajar demi mencapai tujuan.
b. Profesionalitas Guru
Profesionalitas guru adalah kerja guru dalam melangsungkan profesi yang
meliputi:
1) Kompetensi pedagogik: guru mengetahui situasi awal siswa, guru membuat
persiapan dalam mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, guru
menguasai strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, guru
mengadakan evaluasi belajar.
2) Kompetensi kepribadian: guru memiliki keterbukaan pada siswa, guru
memiliki sifat kejujuran pada siswa, guru memiliki rasa tanggung jawab pada
tugas-tugasnya dan guru memiliki nilai disiplin.
52
3) Kompetensi sosial: guru dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, guru
menggunakan teknologi informasi dalam pengajaran, guru membantu siswa
yang kesulitan dalam belajar, guru berkomunikasi secara baik dengan siswa,
sesama guru, dan orang tua siswa.
4) Kompetensi profesional: kemampuan guru merencanakan program belajar-
mengajar, menguasai bahan pelajaran dan melaksanakan/mengolah proses
belajar-mengajar.
3. Teknik dan instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data ialah cara-cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data (Riduwan, 2009: 24). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui penyebaran angket, wawancara dan studi dokumen.
Cara yang dilakukan dengan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi
belajar dan profesionalitas guru. Adapun rincian pertanyaan motivasi sebanyak 35
pertanyaan dan profesionalias guru sebanyak 35 pertanyaan.
Penyebaran angket ini diberikan kepada semua siswa SMP Tarakanita Solo
Baru kelas VII dan VIII dengan jumlah populasi sebanyak 119 untuk memperoleh
informasi mengenai profesionalitas guru dan motivasi belajar siswa. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berbentuk angket dengan skala Likkert.
Rentang skor untuk setiap instrumen 1-4 dan jenis skala data adalah interval. Angket
variabel profesionalitas guru dan motivasi belajar diisi oleh siswa-siswi SMP
Tarakanita Solo Baru kelas VII dan kelas VIII.
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Riduwan, 2003: 56) seperti
53
informasi langsung dari siswa mengenai profesionalitas guru dan motivasi belajar.
Peneliti menggunakan wawancara untuk memperoleh data tentang profesionalitas
guru secara lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang diperoleh dari
angket. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terpimpin dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah
disusun dalam kisi-kisi. Wawancara ini diadakan secara langsung dengan beberapa
siswa di SMP Tarakanita Solo Baru.
Selain itu, peneliti juga mengadakan studi dokumen untuk mencari data
tentang profesionalitas guru dengan mempelajari administrasi yang harus dimiliki
oleh seorang guru seperti Kriteria Kelulusan Minimum, Program Tahunan, Program
Semester, Silabus, Rencaran Persiapan Pengajaran (RPP), Presensi, Daftar nilai,
remidi bagi yang nilainya kurang, pengayaan bagi yang nilainya bagus, serta daftar
buku yang dipakai dalam pengajaran guru.
4. Kisi-kisi penelitian
Tabel - 2: Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa Kelas VII &VIII
SMP Tarakanita Solo Baru
Variabel
Sub variabel/dimensi
Indikator-indikator
Item
Jumlah
Motivasi belajar
Kebutuhan dari dalam dan kebutuhan dari luar.
- Semangat dalam belajar.
- Siswa rajin belajar. - Siswa senang
belajar.
1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10
5
5
54
- Minat belajar.
- Perhatian dalam pelajaran
- Kesetiaan dan kemandirian dalam belajar.
- Prestasi belajar.
- Siswa memiliki rasa ingin tahu dalam balajar.
- Siswa tertarik
untuk belajar. - Memperhatikan
pelajaran. - Mendengarkan
penjelasan dari guru
- Siswa mengikuti
pelajaran dengan tekun di kelas dan mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain.
- Siswa mengharap-
kan hasil yang memuaskan dalam belajar.
- Siswa ingin
berhasil dalam belajar.
11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18 19, 20, 21 22, 23, 24, 25 26, 27, 28 29, 30, 31, 32 33, 34, 35
5
3
3
4
3
4
3
Tabel - 3: Kisi-kisi Instrumen profesionalitas guru dalam
Mengajar
Variabel
Sub variebel/dimensi
Indikator-indikator
Item
Jumlah
Profesionalitas Guru.
1. Kompetensi pedagogik.
1.1 Memiliki pemahaman wawasan atau landasan pendidikan
- Menanamkan
nilai-nilai yang baik.
- Mampu mendidik siswa
36, 37, 38 39, 40, 41
3
3
55
untuk bersikap ramah dan tahu berterima kasih.
1.2 Mengetahui situasi awal siswa.
- Mengenal nama, bakat, minat siswa serta mampu menyebutkan keunikan setiap siswa.
42, 43, 44
3
1.3 Membuat persiapan dalam pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
- Guru membuat program perencanaan pengajaran.
- Guru membuat
program semester.
45, 46, 47 48, 49
3 2
1.4 Menguasai
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
- Guru melaksanakan metode dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
- Guru
melaksanakan pembelajaran demi perkembangan siswa.
50, 51 52
2
1
1.5 Mengembangkan potensi siswa.
- Guru memberikan tugas sesuai dengan kompenen yang dicapai.
53
1
1.6 Mampu mengevaluasi.
- Mampu memberikan hasil penilaian (raport) serta informasi pada kesalahan siswa
54,55
2
56
demi perbaikan.
2. Kompetensi kepribadian.
2.1 Memiliki sikap terbuka dan jujur.
- Guru mengikuti
perkembangan zaman.
- Guru menerima
masukan dari siswa.
- Guru
mengatakan yang sebenarnya pada siswa.
- Guru
memberikan penilaian yang objektif
56 57 58 59
1 1 1 1
2.2 Memiliki nilai
disiplin.
- Guru masuk
kelas tepat waktu.
- Guru tidak
menerima pekerjaan siswa yang terlambat.
60 61
1
1
3. Kompetensi sosial.
3.1 Menggunakan teknologi informasi.
- Menggunakan koran, majalah, internet, dan media sebagai bahan mengajar.
- Mengunakan
slide sow dalam mengajar.
62 63,64
1 2
3.2 Mampu berkomunikasi.
- Mampu memberi contoh yang konkrit dan relevan.
65
1
57
- Mampu menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa
66 1
4. Kompetensi profesional.
4.1 Menguasai bahan pelajaran.
- Mampu
membangkitkan motivasi siswa.
- Mampu
mengadakan pembelajaran yang komunikatif dengan siswa.
67 68
1 1
4.2 Melaksanakan/ mengelola proses belajar-mengajar.
- Mampu menciptakan proses belajar yang menarik.
69,70
2
Jumlah
35
Kisi-Kisi Panduan Wawancara dengan siswa
Tabel - 4: Tabel kisi-kisi panduan wawancara
Sub Variabel
Indikator Pertanyaan
Motivasi belajar Guru mampu mengevaluasi
Minat belajar
. Membuat kisi-kisi
1. Apakah kamu senang belajar di SMP
Tarakanita Solo Baru? Mengapa? 2. Bagaimana dengan soal ujian dalam
pelajaran apakah mudah, sulit atau ada yang mudah dan ada yang sulit?
3. Apakah soal ujian dalam pelajaran agama
itu merata, artinya apa yang ditanyakan semuanya ada dalam setiap materi yang telah dipelajari atau hanya materi tertentu yang ditanyakan dalam ujian?
58
Mampu memberikan informasi
4. Bagaimana dengan penilaian yang
diberikan oleh guru agama, apakah nilainya objektif?
5. Bila jawaban dalam ujianmu keliru,
apakah guru langsung memperbaikinya dengan memberikan informasi tentang jawaban yang benar?
6. Bila ada kekeliruan dalam mengerjakan
tugas, apakah guru juga memberikan catatan sebagai sumber informasi untuk memperbaiki jawabanmu yang keliru?
Kisi-Kisi Panduan Wawancara dengan guru Tabel - 5: Tabel kisi-kisi panduan wawancara
Sub Variabel Indikator Pertanyaan Guru mampu mengenal sekolah. Guru mampu mengenal siswa. Guru mampu meningkatkan profesionalitasnya.
Sejarah sekolah. Situasi sekolah. Kekhasan sekolah Prestasi siswa. Situasi siswa. Meningkatkan profesionaliats guru.
1. Apakah bapak/ibu dapat memberikan
keterangan tentang SMP Tarakanita Solo Baru?
2. Bagaimana situasi sekolah saat itu? 3. Apa yang menjadi kekhasan dari sekolah
ini? 4. Bagaimana dengan prestasi akademik
siswa di sekolah ini? 5. Bagaimana dengan situasi para siswa
yang masuk di SMP Tarakanita Solo Baru?
6. Apa yang bapak/ibu upayakan dalam
meningkatkan profesionalitas bapak/ibu sebagai guru?
59
Kisi-Kisi Panduan Studi Dokumen
Tabel - 6: Tabel kisi-kisi panduan studi dokumen
Pernyataan Skor 1. Kriteria Kelulusan
Minimun Sangat lengkap 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak lengkap
2. Program Tahunan Sangat lengkap 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak lengkap 3. Program Semester Sangat lengkap 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak lengkap 4. Silabus Sangat lengkap 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak lengkap 5. Presensi Sangat lengkap 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak lengkap 6. Daftar Nilai Sangat lengkap 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak lengkap 7. RPP
a. Materi Pokok b. Kompetensi
Dasar c. Pemikiran
Dasar d. Indikator e. Uraian Materi f. Metode g. Sarana h. Alokasi Waktu i. Sumber Bahan j. Sumber
Belajar k. Evaluasi l. Penutup
Sangat lengkap 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak lengkap Sangat relevan 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak relevan Sangat relevan 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak relevan Sangat jelas 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak jelas Sangat jelas 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak jelas Sangat menarik 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak menarik Sangat variatif 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak variatif Sangat mendukung 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak mendukung Sangat tepat 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak tepat Sangat beragam 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak beragam Sangat jelas 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak jelas Sangat jelas 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak jelas Sangat jelas 4 – 3 – 2 – 1 Sangat tidak jelas.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan peneliti terlebih dahulu melakukan
beberapa usaha yakni:
a. Menghubungi Kepala SMP Tarakanita Solo Baru untuk membicarakan penelitian
di tempat tersebut serta memohon izin dan meminta bantuan dalam rangka
mengadakan penelitian.
a. Menentukan kuesioner yang digunakan untuk penelitian.
b. Mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing.
c. Menentukan waktu penelitian dengan Kepala SMP Tarakanita Solo Baru.
60
d. Menyerahkan surat permohonan izin dan kuesioner pada Sr. Ida, CB yang
diwakili oleh bidang kesiswaan yakni Bapak Joko.
Pengisian kuesioner langsung diawasi oleh guru yang bertanggung jawab
pada bidang kesiswaan. Kuesioner diisi oleh responden, dengan memberi tanda
centang ( ) pada salah satu alternatif pilihan yang dianggap sesuai dengan
pengalamannya. Kuesioner yang diserahkan berjumlah 119 x dan yang dikembalikan
juga berjumlah 119 x.
Dari kuesioner tersebut ada 8 responden yang tidak menjawab, karena tidak
hadir saat mengisian kuesioner, 24 responden yang mengerjakan tidak selesai dan 11
responden yang hasil jawabannya meragukan sehingga yang dapat digunakan dalam
penelitian ada 76 responden. Sedangkan 43 responden yang tidak lengkap langsung
di drop. Selanjutnya instrumen tersebut diberi skor terhadap pernyataan yang ada
pada angket.
Pengukuran motivasi menggunakan skala Likert yang modifikasi menjadi 4
skala . Teknik pengukurannya dinyatakan dalam bentuk skor yaitu memberi skor 4
– 1 untuk pernyataan positif dan untuk pernyataan negatif skornya adalah 1 – 4.
Pernyataan motivasi seluruhnya berjumlah 35 butir. Jadi skor maksimal yang
diperoleh adalah 140, sedangkan nilai minimal yang diperoleh adalah 35.
Tabel - 7: skor motivasi
Positif Negatif Jawaban Skor Jawaban Skor Sangat Setuju = SS 4 Sangat Setuju = SS 1 Setuju = S 3 Setuju = S 2 Tidak Setuju = TS 2 Tidak Setuju = TS 3 Sangat Tidak Setuju = STS 1 Sangat Tidak Setuju = STS 4
61
Pengukuran profesioalitas juga menggunakan skala Likert dimodifikasi
menjadi 4 skala. Teknik pengukurannya dinyatakan dalam bentuk skor yaitu
memberi skor 4 – 1 untuk pernyataan positif dan untuk pernyataan negatif skornya
adalah 1 – 4. Pernyataan motivasi seluruhnya berjumlah 35 butir. Jadi skor maksimal
yang diperoleh adalah 140, sedangkan nilai minimal yang diperoleh adalah 35.
Tabel - 7: skor motivasi
Positif Negatif Jawaban Skor Jawaban Skor Sangat Setuju = SS 4 Sangat Setuju = SS 1 Setuju = S 3 Setuju = S 2 Tidak Setuju = TS 2 Tidak Setuju = TS 3 Sangat Tidak Setuju = STS 1 Sangat Tidak Setuju = STS
4
F. Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrumen dalam penelitian ini dilaksanakan dengan uji coba
terpakai. Data dari instrumen yang diperoleh melalui kuesioner yang telah dikerjakan
oleh responden sebelum diolah untuk uji hipotesis terlebih dahulu digunakan untuk
uji validitas dan reliabilitasnya. Dari uji validitas dan reliabilitas dapat diketahui
item-item dari kuesioner yang valid atau tidak valid. Instrumen yang tidak valid
langsung drop, sedangkan data dari instrumen yang valid digunakan untuk uji
hipotesis.
Uji validitas dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis yaitu validitas isi dan
validitas kriteria (Masidjo, 1995: 243-245). Validitas isi dilakukan dengan
pengembangan instrumen berdasarkan kisi-kisi yang divalidasi oleh pembimbing
skripsi. Sedangkan validitas kriteria dilakukan dengan cara membandingkan r hitung
62
dengan r tabel pada taraf signifikansi 5%. Pada taraf signifikansi 5 % dengan N 76
orang, r tabel 0,225.
Hasil validitas butir pada instrumen motivasi belajar dari 35 butir terdapat 8
butir yang tidak valid karena memiliki koefisien korelasi lebih kecil dari nilai 0,225
yakni 0,032-0,162. Kedelapan butir soal tersebut adalah nomor 3, 4, 8, 16, 17, 26, 34,
dan 35. Koefisiensi dari butir yang valid adalah 0,306, sampai dengan 0,736. Dari 35
pernyataan motivasi belajar tinggal 27 pernyataan yang valid dengan hasil validitas
yang diperoleh dengan menggunakan jasa komputer Microsoft Office Excel 2003
adalah 0,306-0,763, dengan demikian kedua puluh tujuh butir pernyataan tersebut
dinyatakan valid, karena lebih besar dari 0,225.
Sedangkan hasil validitas butir pada instrumen profesionalitas guru dari 35
butir semuanya layak dipakai dalam penelitian karena memiliki koefisien korelasi
lebih besar dari nilai 0,225 yakni 0,244-0,686.
Koefisien product moment pada taraf signifikan 5% dengan N 76 orang dan
dengan nilai kritis 0,225, maka ke 70 butir ada 8 butir yang tidak valid dan 62 butir
yang dinyatakan valid. Koefisien korelasi butir yang valid bergerak dari 0,244
sampai dengan 0,763. Pengolahan ini menggunakan jasa komputer Microsoft Office
Excel 2003. Hasil validitas motivasi dan profesionalitas dapat dilihat pada lampiran.
a. Uji Reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran
yang reliabel. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto,
1992: 142). Uji reliabilitas dalam penelitian ini mengukur konsistensi internal yaitu
apakah item-item dari skala yang dipakai berhubungan satu dengan yang lainnya.
Semakin tinggi koefisien korelasi berarti menunjukkan tingkat reliabilitas semakin
63
konsisten (Azwar, 2006: 8). Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai
1,00 dan tidak ada patokan yang pasti. Tetapi jika koefisien reliabilitas semakin
mendekati 1,00 itu berarti hasil ukur mendekati taraf sempurna. Dalam penelitian
ini uji reliabilitas menggunakan program SPSS 12 seperti terdapat dalam tabel
berikut:
Tabel - 8: hasil uji reliabilitas skala
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.978 .983
2
Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,978. Nilai reliabilitas
tersebut sangat tinggi.
b. Pedoman Analisis Diskriptif
Analisis diskripsi dilakukan untuk memperoleh nilai rerata variabel dengan
mengklasifikasikan data variabel 4 tingkat. Deskripsi data dalam penelitian ini adalah
data interval. Deskripsi data tersebut meliputi rata-rata (mean), standar deviasi,
rentang skor (range), skor minimum dan maksimum, nilai tengah (median) serta nilai
yang sering muncul dalam data profesionalitas dan motivasi (mode), skor total (sum),
frekuensi dari skala yang digunakan dalam penelitian ini. Agar nilai-nilai itu dapat
dideskripsikan, terlebih dahulu ditentukan kategori dari setiap variabel.
64
1) Variabel profesionalitas guru.
Penentuan kategori pada variabel ini adalah sebagai beikut:
Tabel - 9:Kriteria Kategori Variabel X
Kategori Interval Sangat Baik 113,75-140 Baik 87,5-113,74 Kurang 61,25-87,4 Sangat Kurang 35-61,24
2) Motivasi belajar.
Penentuan kategori pada variabel ini adalah sebagai berikut:
Tabel - 10: Kriteria Kategori Variabel Y
Kategori Interval Sangat Baik 87,75-108 Baik 67,49-87,74 Kurang 47,23-67,48 Sangat Kurang 27-47,22
Kriteria tersebut diambil dengan mengurangi skor maksimum dengan skor minimum
dibagi 4 skala . Untuk variabel X ini memiliki batas skala 26,25 sedangkan pada
variabel Y memiliki batas skala sebesar 20,25.
G. Teknik Analisis Data
Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan
uji normalitas data dari P-P Plot, uji linieritas regresi, dan homoscedastisitas.
65
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data variabel
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas ini dengan menggunakan
Normal Probability Plot. Jika sampel data berasal dari suatu populasi yang
terdistribusi normal, maka titik-titik nilai data terletak kurang lebih dalam satu garis
lurus. Analisis digunakan dengan bantuan komputer program SPSS 12 For Windows.
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel bebas
memiliki linieritas terhadap variabel terikat. Dalam uji hepotesis tersebut
menggunakan analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana adalah alat
analisis peramalan nilai pengaruh satu variable bebas terhadap variable terikat. Uji
ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Test For Linearity pada taraf
signifikansi 0.05. Kedua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila
signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05.
Uji homosedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui keseimbangan varians
di antara variabel bebas. Homoscedastisitas menghendaki agar hasil pengukuran
setiap variabel memiliki varisans yang sama antara kelompok atas dan kelompok
yang berada di bawah garis linier. Analisis digunakan dengan bantuan komputer
program SPSS 12 For Windows.
H. Teknik Uji Hipotesis
Penelitian ini adalah penelitian regresi linier sederhana yaitu untuk menguji
kuatnya pengaruh profesionalitas guru dengan motivasi belajar siswa. Kekuatan
pengaruh akan ditunjukan melalui bersarnya koefisien korelasinya. Pada bab
sebelumnya sudah ditetapkan hipotesis awal bahwa ada pengaruh profesionalitas
66
guru dengan motivasi belajar siswa. Maka uji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan regresi dengan program SPSS 12 For Windows. Untuk mengetahui
adakah hipotesis diterima atau ditolak, peneliti menggunakan signifikansi 5%.
Hipotesis ini akan diterima bila setiap kenaikan variabel X satu satuan akan
diikuti oleh kenaikan variabel Y satuan dengan harga: a, konstan. Atau setiap
peningkatan satu satuan profesionalitas guru akan memberikan peningkatan motivasi
belajar siswa. Hal ini berarti terdapat hubungan positif antara profesionalitas guru
dengan motivasi belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah:
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalitas guru terhadap
motivasi belajar.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalitas guru terhadap
motivasi belajar.
Untuk menguji hipotesis dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r
tabel pada taraf signifikansi 5%. Hipotesis penelitian ini akan diterima jika r hitung lebih
besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5%, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang meliputi temuan umum dan
temuan khusus. Adapun temuan umum meliputi sejarah singkat, visi dan misi, serta
gambaran situasi di SMP Tarakanita Solo Baru. Temuan tersebut berupa hasil
penelitian: uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas, uji linearitas, dan uji
homoscedastisitas, deskripsi data yang terdiri dari motivasi belajar dan
profesionalitas guru, hasil wawancara, pembahasan, keterbatasan penelitian, dan
bentuk-bentuk usaha pembinaan dalam meningkatkan profesionalitas guru SMP
Tarakanita Solo Baru.
A. Temuan Umum
1. Sejarah Singkat SMP Tarakanita Solo Baru
Yayasan Pendidikan Tarakanita merupakan perwujudan karya Suster- suster
Cintakasih Santo Carolus Borromeus (CB). Yayasan ini berpusat di Jakarta dan
memiliki 7 (tujuh) wilayah yaitu Bengkulu, Lahat, Jakarta, Tangerang, Jawa
Tengah, Yogyakarta, dan Surabaya. SMP Tarakanita Solo Baru adalah salah satu unit
karya pendidikan dalam Yayasan Pendidikan Tarakanita yang berkantor di
Magelang, bagian dari Wilayah Jawa Tengah.
Bardasarkan data sekolah diperoleh keterangan bahwa SMP Tarakanita Solo
Baru terletak di Jalan Nusa Indah II, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa
Tengah. Sekolah ini dibagun pada tahun 1992. Sekolah tersebut hadir untuk
68
menanggapi keprihatinan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Keprihatinan yang ada
saat itu antara lain masyarakat membutuhkan wadah pendidikan bagi anak-anak
mereka. Wadah tersebut belum ada dan tingkat ekonomi masyarakat yang terbatas
mengakibatkan banyak anak-anak di sekitarnya tidak dapat melanjutkan pendidikan
sejak usia dini. Mereka mengalami kesulitan transportasi bila melanjutkan
pendidikan ke kota Solo. Keprihatinan tersebut juga ditanggapi oleh Gereja setempat
yakni umat Paroki San Inigo Dirjodipuran. Mereka menghendaki agar ada sekolah
Katolik di daerah Solo Baru, sehingga dapat membantu anak-anak miskin untuk bisa
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan haknya.
Berdasarkan buku 16 tahun TK/SD Tarakanita Solo Baru bahwa para Suster
Carolus Borromeus (CB) yang berkarya di Solo Baru berusaha menanggapi
keprihatinan tersebut untuk mewujudkan visi dan misi Kongregasi yang bersumber
pada semangat ibu pendiri Elisabeth Gruyters. Berkat campur tangan Tuhan yang
tidak kelihatan dan melalui dukungan masyarakat khususnya umat, melalui tokoh-
tokohnya yang memiliki pengaruh dalam masyarakat dan bekerjasama dengan
perusahaan Batik Keris sebagai tuan tanah wilayah Solo Baru, serta di bawah
koordinator Bapak Budi Laksana sebagai pelaksana pembangunan, maka pada tahun
1988 dibangunlah TK dan SD Tarakanita Solo Baru. Empat tahun kemudian yaitu
pada tahun 1992 SMP Tarakanita Solo Baru pun dibangun. Pada tahun 1993, SMP
Tarakanita Solo Baru mulai membuka pendaftaran baru untuk angkatan yang
pertama.
Tujuan Sekolah ini didirikan yaitu untuk membantu keluarga miskin,
khususnya para tetangga yang memiliki anak usia sekolah tetapi belum sekolah.
Kepedulian dan belarasa serta keberpihakan pada mereka yang lemah, miskin, kecil,
69
dan tersingkir merupakan pusat perhatian dalam karya para Suster Carolus
Borromeus (CB) yang telah diwariskan oleh ibu pendiri dan diteruskan oleh
pengikutnya hingga saat ini. Maka kriteria pendidikan Kongregasi Carolus
Borromeus harus ditempatkan dalam semangat dasar pendiri yaitu mewujudkan
terbentuknya manusia yang berkepribadian utuh dan berbelarasa sebagaimana
dikatakan oleh Surani (2008: 56-57). Melalui karya pendidikan, kongregasi
membantu generasi muda dalam mengembangkan diri menjadi manusia yang
berkepribadian utuh yang berbelarasa dan berkompetensi tinggi dalam bidang
spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan memiliki daya juang (Surani 2008: 57).
2. Visi dan Misi SMP Tarakanita Solo Baru
Sebagaimana dikatakan oleh Surani (2008:16) visi karya pelayanan
pendidikan Carolus Borromeus (CB) adalah ”Pelayanan Pendidikan yang dijiwai
kasih Allah yang berbelarasa, demi terwujudnya komunitas pendidikan yang
mengembangkan dan mengalami keselamatan dalam keutuhan Kerajaan Allah”.
Visi tersebut diaplikasikan ke unit karya pendidikan setempat yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dilayani. Demi visi tersebut disusunlah
visi sekolah, yaitu SMP Tarakanita Solo Baru sebagai komunitas pendidikan bersama
dengan komunitas lainnya, dalam Yayasan Pendidikan Tarakanita, membantu
membentuk manusia cerdas dengan kepribadian yang utuh, beriman, jujur, cerdas,
mandiri, dan kreatif yang dijiwai kasih Allah yang berbelarasa. Dalam semangat
cintakasih, SMP Tarakanita Solo Baru mengembangkan misinya yakni:
mendampingi peserta didik memupuk jiwa dan semangat kebangsaan, serta
menghayati nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia; mengembangkan kepekaan dan
70
kepedulian peserta didik terhadap sesama dalam iklim religius; mengembangkan
peserta didik menjadi pribadi yang berkembang secara utuh, optimal dan seimbang;
serta mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang jujur, disiplin, mandiri,
cerdas, kreatif dan mau bekerja keras.
Visi dan misi sekolah ini mulai dihidupi dan diaktualisasikan oleh para guru
dan karyawan dengan menghayati dan mengintegrasikan Cc5 yaitu Compassion,
celebration, competence, conviction, creativity dan community. Compassion tampak
dalam cintakasih tanpa syarat dan berbela rasa. Surani (2008: 50) menguraikan
bahwa Celebration merupakan ungkapan iman yang dalam. Competence adalah
kemampuan menghargai harkat dan martabat manusia; Conviction berupa daya juang
dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup; Creativity adalah kemauan
untuk maju dan berkembang; Sedangkan community adalah kerelaan berkorban dan
melayani sesama dengan tulus hati.
Compassion adalah sikap belarasa yang bersumber dari belarasa Yesus
Kristus yang tersalib. Compassion ini diwujudkan dalam sikap peduli dan solider
dengan mereka yang lemah, miskin, menderita; turut merasakan penderitaan orang
lain dengan sikap empati dan keramahan, siap sedia, murah hati, penuh perhatian
tentang rasa dan terbuka untuk berdialog.
Semangat belarasa ini mulai ditanamkan dalam diri siswa-siswa SMP
Tarakanita Solo Baru, melalui berbagai bentuk latihan. Misalnya saling membantu
dalam belajar demi kemajuan bersama melalui diskusi, kerja kelompok, sharing
bersama dalam kelompok; mengunjungi teman yang sakit dan mendoakannya;
menyisihkan uang pribadi demi membantu teman yang berkekurangan; saling
71
memperhatikan di antara siswa, guru dan karyawan, saling berdialog secara terbuka
sehingga mampu saling mengenal sebagai warga Tarakanita Solo Baru.
Celebration yang merupakan pengungkapan iman yang dalam, yang
dibangun dalam relasi dengan Allah, mengandalkan diri sepenuhnya kepada
penyelenggaraan Allah yang terwujud dalam pelayanan penuh kegembiraan; sikap
rendah hati dengan menyadari diri sebagai alat di tangan Tuhan; mengembangkan
sikap hidup yang beriman dan berpengharapan; mengembangkan dan mengamalkan
talenta demi kebaikan bersama; mensyukuri hidup sebagai anugerah; kerelaan untuk
selalu berterima kasih dengan tulus; kesiapsediaan yang tinggi melayani anak-anak
yang menjadi fokus pelayanan serta melihat berbagai peristiwa dalam pelayanan
pendidikan sebagai pengalaman yang positif, berharga dan disyukuri.
Competence berarti mampu memperjuangkan kehidupan keahlian dan
penguasaan pengetahuan dengan menciptakan ruang gerak untuk berkembangnya
pemberdayaan dan pemandirian siswa, mengembangkan kecakapan hidup secara
optimal dan imbang, melayani penuh tanggung jawab, mengembangkan budaya
eksplorasi, memperlakukan siswa sebagai rekan belajar, memperhatikan
profesionalitas, mengembangkan pengetahuan tentang lingkungan, memelihara
keseimbangan ekologi di lingkungan sekitarnya, memberi ruang untuk
berkembanganya IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Intelligence), SQ
(Spiritual Intelligence), AQ (Afectional Intelligence) secara seimbang pada siswa,
memanfaatkan sarana prasarana yang memadai untuk perkembangan, membuka diri
akan perkembangan iptek dan arus modernisasi dan menanggapi peluang dalam
pelayanan.
72
Conviction berarti berani dan tangguh dalam menghadapi tantangan hidup
dan terbuka menanggapi tanda-tanda zaman. Hal ini tampak sikap ketetapan hati
yang terbuka, sedia beradaptasi dengan lingkungan secara positif; mengembangkan
keberanian menanggung risiko dalam pelayanan, melakukan refleksi dan evaluasi,
tekun dalam menghadapi dan mengatasi tantangan; menciptakan suasana
kegembiraan, kedamaian dan saling menghormati dalam komunitas pelayanan serta
pantang menyerah dalam berusaha untuk maju.
Creativity berarti memiliki kemampuan untuk menemukan hal-hal baru dan
mengembangkan keinginan untuk maju. Kemampuan tersebut antara lain,
menyumbangkan gagasan secara kreatif, waktu, dan tenaga demi pelayanan secara
optimal; cepat tanggap melihat dan memanfaatkan peluang secara positif;
menciptakan sesuatu yang baru; berani berubah dan mengubah; menggali dan
mengembangkan potensi yang ada; mau bertanya dan belajar dari yang lain;
memiliki semangat dan ketekunan untuk terus belajar demi pencapaian tujuan
bersama dalam belajar.
Community berarti ada kerelaan untuk berbagi hidup dan membangun
persaudaraan sejati. Hal ini nampak dalam sikap saling mendukung, memperhatikan
dan menghargai; saling menerima kelebihan dan keterbatasan, untuk dapat saling
melengkapi dalam pelayanan yang lebih optimal; terbuka dalam membangun relasi
dan kerjasama dengan pihak lain; mengembangkan semangat korps; mengupayakan
persaudaraan sejati lintas agama, budaya, tingkat sosial dan suku, serta
mengembangkan wawasan kebangsaan; menciptakan suasana at home, semangat
rekonsiliasi, damai dengan diri sendiri, sesama, Tuhan dan alam ciptaan dan
lingkungan, berbagi tanpa pamrih dan murah hati, memandang keberhasilan karya
73
dalam kebersamaan serta menanggung kegagalan dalam semangat kasih, dan
sebagainya.
SMP Tarakanita Solo Baru menekankan pembentukan kebiasaan belajar yang
mandiri. Diharapkan juga siswa memiliki bekal kemampuan mencari dan mencerna
informasi yang diperlukan dalam menanggapi perkembangan zaman. Karena itu
pembinaan kepribadian secara perorangan diberikan demi perkembangan siswa
secara utuh. Siswa yang awalnya memiliki kemampuan di bawah rata-rata, dalam
perkembangannya ia pun dapat belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang
memuaskan.
3. Gambaran Situasi di SMP Tarakanita Solo Baru
a. Keadaan Siswa secara Umum
Keadaan siswa-siswi SMP Tarakanita Solo Baru pada umumnya memiliki
latar belakang yang berbeda-beda. Menurut keterangan dalam wawancara dengan
Responden satu sebagai guru dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dikatakan
bahwa situasi awal siswa pada umumnya adalah bermasalah di rumah, karena
mereka kurang mendapatkan perhatian, cinta, kasih sayang dari orang tuanya.
Responden satu: ” Di rumah mereka sudah banyak masalah. Di sini itu tinggal sisa-sisa energi...karena latar belakangnya mereka kurang perhatian, kurang cinta ya, kurang kasih sayang dan macam-macamnya”.
Ada juga beberapa yang karena faktor ekonomi, sehingga mereka harus membantu
orang tua. Situasi ini menjadi proses pembelajaran bagi para guru. Mereka belajar
dari para siswa, bahwa perjuangan para siswa dirasakan sungguh luar biasa oleh para
guru.
74
Responden satu: ”Ada juga yang karena faktor ekonomi, mereka harus membantu orang tua...jadi anak-anak itu memberikan contoh pada kami bahwa perjuangannya sungguh luar biasa”.
Responden satu juga memberikan keterangan bahwa siswa yang masuk di sekolah
ini kebanyakan siswa yang tidak diterima di sekolah mana pun, nilainya di bawah
standar, serta memiliki berbagai masalah. Namun dalam perjalanan selanjutnya
setelah mengalami proses pendampingan dari para guru dan usaha dari diri siswa
serta peranan orang tua yang menjalin kerjasama yang baik dengan pihak sekolah
untuk mendampingi putra-putrinya, akhirnya para siswa pun dapat tumbuh dan
berkembang secara luar biasa bila dibandingkan dengan para siswa dari sekolah
negeri. Para siswa tetap memiliki nilai lebih.
Responden satu: ”Imputnya memang jelek ya, di sekolah mana-mana tidak diterima, lalu di tempat kita diterima. Tapi begitu kita proses, kita dampingi dan juga dari usaha mereka juga tentunya, itu luar biasa melebihi yang diterima di sekolahan negeri”.
Ini yang telah dialami dan dirasakan oleh para alumni dan orang tua dari siswa.
Karena ketika siswa lulus, para siswa mempunyai karakter yang kuat. Ketika para
siswa melanjutkan ke SMA, kuliah, atau kerja mereka masih mengingat nama-nama
gurunya dibandingkan dengan para guru mereka ketika di SMA. Mereka sering
berkunjung ke sekolah ini untuk bertemu dengan para guru, walaupun mereka sudah
alumni.
Responden satu: ”Tentunya ketika mereka lulus mereka punya karakter yang kuat, ketika SMA apalagi ketika mereka kuliah dan bekerja eh...yang selalu dicari itu kita, yang diingat juga guru-gurunya waktu di SMP ketimbang guru-guru SMA-nya”.
75
Sekolah ini merupakan sekolah yang dirindukan oleh para siswa. Keterangan ini
tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Responden dua selaku Guru
Bimbingan Konseling.
Responden dua memberikan keterangan dalam wawancara tanggal 20 Juli
2010, dengan mengatakan bahwa input yang masuk ke SMP Tarakanita Solo Baru
awalnya jelek, kualitas, dan intelegensinya di bawah rata-rata. Setelah menjalani
proses pembelajaran di sekolah ini dan telah tamat dari sekolah ini, kehadiran mereka
cukup mewarnai sekolah-sekolah favorit yang ada di Solo dan sekitarnya. Para siswa
tetap menjalin relasi dengan para guru di SMP Tarakanita Solo Baru. Para siswa
yang telah lulus, bahkan yang sudah bekerja dan yang sudah berumah tangga, tetap
memiliki kerinduan dan sering kali berkunjung ke sekolah untuk bertemu dengan
bapak dan ibu guru di sekolah ini. Ini adalah bukti bahwa para siswa memiliki kesan
yang indah selama bersekolah di SMP Tarakanita Solo Baru.
Responden dua: ”...ya inputnya aja kaya gitu. Katakanlah kalau diurut dari nem, kealitas apa ya segala hal nda mampu. Ya...katakanlah dibawah garis rata-rata. Tapi setelah lulus output kita sungguh bisa mewarnai sekolah-sekolah favorit yang ada di Solo dan sekitarnya. Tidak hanya sampai di situ, tetapi masih menjalin relasi, yang sudah lulus dari SMA, mereka ada kesan menarik dengan SMP Tarakanita Solo Baru. Karena sudah lulus dari sini, sudah sekolah ke tempat lain, sudah kerja, sudah berkeluarga, sering mengingat para guru di sini dan berkunjung ke sini. Ini tanda bukti bahwa dulu ketika di SMP ia ada kesan indah yang membanggakan”.
Responden tiga sebagai guru bidang studi religiositas dan guru musik,
memberikan keterangan bahwa para siswa memiliki orang tua yang bermasalah
(broken home).
Responden tiga:
76
”...orang tua siswa pada umumnya punya masalah. Mereka adalah broken home. Tapi ya pusing betul karena dari segi input ... kecil sekali. Kita mengajari mereka pie caranya biar bisa berhasil dengan baik”. Para guru sungguh bekerja keras untuk menemukan cara yang tepat dalam
mendampingi mereka. Selain itu para guru, siswa dan orang tua mengadakan
pendekatan dengan Tuhan dalam doa-doanya. Upaya konkrit yang dilakukan oleh
para guru adalah mengajak para orang tua siswa, dan siswa untuk doa novena di
Gereja bersama para guru demi mendukung anak-anaknya yang sedang belajar.
Responden tiga: ”...kami juga mengajak anak untuk novena bersama. Bahkan menjelang ujian kami ada usaha lain, mengadakan pendekatan secara personal...mengundang orang tua yang ingin berdoa bersama di gereja dan ditanggapi dengan baik untuk mendukung anak-anaknya”.
b. Keadaan Guru dan Karyawan Secara Umum
Jumlah guru dan karyawan berdasarkan data yang diterima dari pak Surya
selaku Tata Usaha di SMP Tarakanita Solo Baru berjumlah 20 orang yang terdiri dari
1 kepala sekolah, 12 guru, 2 Tata Usaha dan 5 orang Pembantu Pelaksana. Pak Parno
sebagai Pembantu Pelaksana di sekolah ini dalam wawancara yang dilaksanakan
pada tanggal 20 Juli 2010 menjelaskan bahwa antara guru dan karyawan terasa
guyup, rukun, satu hati, satu semangat, saling bekerjasama dalam suasana
kekeluargaan. Hal ini dirasa sungguh baik untuk meningkatkan kinerja para guru dan
karyawan SMP Tarakanita Solo Baru. Selain itu dengan adanya evaluasi bersama
yang dikemas secara menarik dalam bentuk rekoleksi sehari juga sangat mendukung
terciptanya suasana kekeluargaan. Melalui kesempatan ini para guru dan karyawan
dengan terbuka dapat saling mengungkapkan isi hati masing-masing dengan segala
pergulatannya. Melalui keterbukaan ini para guru dan karyawan semakin mengenali
77
jati dirinya, juga mengenali sesamanya sehingga dapat saling memahami, saling
mengingatkan dan saling memberi dukungan satu sama lain.
Menurut keterangan dari Responden dua bahwa, para guru telah menanamkan
nilai-nilai atau pendidikan karakter pada siswa sejak awal. Para guru juga sungguh
mengenal siswa dan kemampuan masing-masing dengan berbagai keunikannya
sehingga para guru dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuannya.
Responden dua: ”Eh, secara tidak langsung kita sudah menerapkan eh penanaman nilai karakter...pendidikan karakter ini diantaranya kita mengenal keunikan masing-masing pribadi. Lalu kita bisa memberikian palayanan sesuai dengan kemampuan pribadi masing-masing”.
Contoh, bila ada siswa yang terlambat, sangsi yang diberikan pada siswa juga
berbeda karena para guru mengetahui persoalan pribadi yang dialami dan dirasakan
oleh siswa itu berbeda-beda. Pendampingannya pun berbeda-beda. Para guru
sungguh memperhatikan siswa secara individual. Ini merupakan hal yang baik yang
terus-menerus ditingkatkan. Seorang guru di SMP Tarakanita Solo Baru mampu
mengetahui nama semua siswa di sekolah tersebut. Ini luar biasa sekaligus
merupakan nilai tambah untuk para guru yang berkarya di sekolah ini dan merupakan
bukti bahwa para guru sungguh memperhatikan para siswa. Para guru dapat menyapa
siswa secara pribadi baik di kelas, ketika istirahat, dimana guru dan siswa dapat
saling bersenda gurau bersama. Para guru juga tetap menanamkan tata krama pada
siswa dalam hal bersikap. Misalnya bagaimana sikap siswa terhadap guru saat
pembelajaran di kelas, bagaimana sikap siswa terhadap guru dan sesama saat
istirahat, atau bagaimana sikap siswa saat bertemu dengan sesama di toko dan
sebagainya.
78
Responden satu: ”Ya.. saya pribadi tahu semua nama siswa yang sekolah di sini, juga teman-teman guru yang lainnya sehingga memudahkan dalam menyapa siswa. Ya menyapa dengan menyebutkan nama, sering bersenda gurau, seperti saat istirahat ya, tidak ada batasan antara siswa dan guru....kita sering kali menerapkan tata krama yang baik dan benar. Misalnya di sekolah bagaimana, di rumah bagaimana, di pasar bagaimana dan sebagainya”.
Pemberian diri, pengorbanan dan loyalitas para guru sungguh total dalam
pelayanannya sehingga sekolah ini terus berkembang hingga saat ini. Pengenalan
para guru terhadap siswa sungguh dirasa sangat penting, karena ini juga menjadi
pintu masuk bagi para guru untuk berelasi secara dekat dengan para orang tua siswa.
Relasi yang baik dan membangun ini terus dibangun dan dikembangkan hingga saat
ini.
Berdasarkan wawancara dengan responden dua, para guru membutuhkan
proses dalam menanamkan nilai-nilai religius pada siswa terlebih berhadapan dengan
siswa yang mengalami persoalan yang kompleks. Pada saat para guru kehabisan cara
dalam mendampingi anak yang bermasalah, langkah yang diambil adalah mengajak
siswa untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan berdoa. Para guru menjadikan
permasalahan yang dialami oleh siswa dan beban yang tanggungnya dijadikan
sebagai persembahan pada Tuhan dalam doa. Khususnya para siswa yang telah
duduk di bangku kelas IX, sejak awal sudah diajak dan dilibatkan secara sadar untuk
mendekatkan diri pada Tuhan. Para Guru mengalami bahwa doa adalah kekuatan
dalam menghadapi hidup. Melalui doa para guru yakin bahwa Tuhanlah yang
mengubah dan membentuk siswa menjadi pribadi yang utuh, berkualitas melalui
proses pembinaan dan kerja keras dari para guru, orang tua dan siswa sendiri terbuka
untuk dibina dan didampingi. Kuantitas para siswa di sekolah ini sedikit, tetapi
79
memiliki kualitas yang lebih. Demikian juga para gurunya yang jumlahnya kurang
memadai, tetapi loyalitas dalam pelayanannya sungguh total. Mereka rela
meninggalkan anak-istri untuk mendampingi para siswa di sekolah. Semboyan yang
terus menerus dihidupi adalah satu hati, satu kata, satu semangat.
Menurut responden tiga, perjuangan guru dalam mendampingi anak terlebih
agar anak memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap orang tuanya, sungguh
membutuhkan proses yang panjang. Melalui pendekatan personal harapannya siswa
dapat tumbuh dan berkembang dari apatis menjadi empati. Situasi ini mendorong
pada guru untuk mengajar dengan persiapan yang lengkap, menggunakan berbagai
sarana teknologi sehingga dapat memperlancar dalam proses pembelajaran.
Para guru pun dapat mengajar dengan menggunakan powerpoint, yang di
design sedemikian sehingga menarik minat anak dalam belajar. Dulu menggunakan
kertas koran atau kalender bekas sebagai sarana, sekarang dengan sarana yang
canggih bisa dipermudah dengan powerpoint. Dalam proses belajar, anak sungguh
dilibatkan.
Responden tiga: ”Dulu ya, sarana yang saya siapkan ya, dari koran, atau kalender atau majalah tentu yang ada hubungannya dengan mata pelajaran saya. Dan itu ada prosesnya sehingga membuat saya dekat dengan siswa. Kalau anak di dekati secara pribadi ya otomatis anak punya semangat lagi untuk belajar. Sekarang dengan adanya pewer point ya mempermudah kita untuk menyediakan sarana pembelajaran yang menarik. Karena menarik anak ada rasa ingin tahu, dan tertarik untuk belajar”. Berdasarkan data dalam program pembinaan sekolah, dikatakan bahwa
bentuk-bentuk pembinaan yang diberikan pada siswa antara lain bimbingan
penyuluhan, retret, gladi rohani, ekaristi, latihan kepemimpinan, outbound, serta
80
ekstrakurikuler seperti bola basket, bola voli, pramuka, Palang Merah Remaja,
menari, musik (kulintang, band, dan esamble).
Kegiatan Pramuka
Kegiatan Oud bond
Menurut keterangan secara lisan dari beberapa siswa bahwa para guru
bersikap ramah, mereka pada umumnya enak mengajarnya, sehingga mudah
dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Para guru juga mengajar sesuai dengan
keahlian yang dimiliki oleh guru. Misalnya guru matematika khusus mengajar
matematika, guru bahasa Inggris khusus mengajar bahasa Inggris dan seterusnya.
Melalui perhatian, dan kepedulian serta cinta dari para guru, para siswa mendapatkan
81
dorongan dan motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat dan pantang menyerah,
namun tetap sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Responden satu menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh bapak-ibu
guru SMP Tarakanita Solo Baru untuk meningkatkan dan mengembangkan
profesionalitasnya sebagai guru yakni mereka mengadakan refleksi bersama untuk
menemukan bersama apa yang mesti dikembangkan, diperbaiki serta apa yang harus
dihilangkan. Dengan kata lain para guru mengadakan perubahan dari dalam diri
melalui refleksi bersama. Hasil refleksi bersama diterapkan di kelas. Artinya para
guru mengupayakan agar apa yang diucapkan, yang dipikirkan oleh para guru juga
sesuai dengan apa yang dilakukan (ucapan, pikiran, tindakan itu sejalan). Para guru
tidak hanya memberi materi pelajaran pada siswa, tetapi mengajak para siswa untuk
terlibat, berpikir bersama terlebih memaknai pembelajaran yang mereka peroleh
setiap hari.
Responden satu: ”Upaya yang dilakukan oleh para guru untk mengembangkan profesionalitas-nya pada bidang keguruan, yang pertama kami dan teman-teman terus berefleksi. Kalau pembaharuan kan harus dari dalam pribadi ya. Lalu dari teman-teman ya menemukan apa yang harus di kembangkan, apa yang harus diperbaiki dan apa-apa yang harus kami hilangkan. Dari situ muncul kemudian lewat komitmen danpenguatan bersama, terlebih komitmen keteladanan bersama...Dan memang kita harapkan supaya teman-teman kami semua para guru benar-benar ditantang sehingga hati, pikiran dan tindakan itu juga sama. Tidak hanya teori memberikan materi tetapi mengajak para siswa untuk terlibat, berpikir bersama dalam pelajaran”. Responden satu juga menjelaskan bahwa para siswa di sekolah ini jumlahnya
tidak banyak. Walaupun jumlah terbatas, hal ini tetap menjadi peluang dan kekuatan
bagi para guru untuk mengenali siswa secara lebih dekat. Para siswa di sekolah ini
sungguh diterima baik oleh para guru, keberadaannya sungguh dihargai, martabatnya
82
diakui, sehingga para guru sungguh mengenali para siswanya. Para guru pun sangat
dekat dengan siswa, juga dengan keluarga para siswa.
Berdasarkan wawancara dengan responden satu, para guru mengharapkan
agar pembinaan spiritual yang merupakan pijakan dalam pelayanan terus-menerus
dilaksanakan. Selain itu perlu juga adanya pengembangan tentang teknik-teknik dan
metode-metode pembelajaran supaya bisa berhadapan dengan para siswa senantiasa
dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif.
Responden dua: ”Yang diharapkan juga adalah pembinaan spiritualitas. Itu sungguh diharapkan ya...itu kan semangat yang harus di hidupkan. Kalau saya sendiri perlu pengembangan kalau kita bergerak khususnya bapak ibu guru dalam mendampingi siswa. Misalnya tentang teknik-teknik pembelajaran, metode yang lebih bervariasi”. Upaya para guru dalam membina dirinya yakni para guru saling belajar pada
teman-teman guru dari sekolah lain. Pengalaman belajar tersebut disharingkan pada
teman-teman guru di sekolah saat makan bersama atau sambil mengerjakan
pekerjaan yang lainnya. Ini semakin memperkaya dan memperkembangkan para
guru untuk terus belajar dalam mendampingi para siswa.
Adanya sarana teknologi memampukan para guru untuk mengembangkan
komunikasi dan kerjasama dengan pihak yayasan. Kunjungan dari yayasan ke unit
karya Solo Baru sangat di harapkan bahkan pembekalan bersama para guru dari
pihak yayasan seperti yang sudah dialami bersama dalam membahas tentang KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau pengembangan metode pembelajaran
dapat ditindaklanjuti untuk ke depannya.
83
c. Sarana Prasarana
Berdasarkan data yang penulis peroleh di SMP Tarakanita Solo Baru
memiliki sarana prasarana sebagai berikut: laboratorium fisika, laboratorium biologi,
laboratorium komputer, laboratorium bahasa, ruang audio visual, ruang diskusi,
ruang musik, perpustakaan, lapangan basket, lapangan voli, kantin dan UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah). Menurut keterangan beberapa siswa dalam wawancara
mengatakan bahwa sarana prasarana di sekolah ini cukup memadai.
d. Metode Pembelajaran di SMP Tarakanita Solo Baru
Berdasarkan keterangan di sekolah, SMP Tarakanita Solo Baru
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi antara lain ceramah, diskusi,
praktikum di laboratorium, simulasi, games dan role play. Sedangkan proses
pelaksanaan belajar dilakukan di ruang kelas, ruang audio visual, laboratorium,
perpustakaan, ruang diskusi, ruang musik dan lapangan, serta halaman sekolah.
84
85
Pengembangan model pembelajaran di SMP Tarakanita Solo Baru
dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar
mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Metode
pembelajaran yang bervasiatif ini dapat mendorong siswa untuk belajar dengan
mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal.
Keberhasilan proses pembelajaran di SMP Tarakanita Solo Baru tidak
terlepas dari kemampuan para guru mengembangkan model-model pembelajaran
yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di
dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran ini bertujuan untuk
86
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
aktif dan menyenangkan sehingga dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang
optimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa terungkap bahwa
bersekolah di SMP Tarakanita Solo Baru suasananya menyenangkan. Para siswa
merasa krasan, nyaman belajar di sekolah ini. Menurut Bapak Joko, Bapak Sardi dan
Ibu Jetty bahwa siswa yang memiliki nilai yang tidak memenuhi standar pada
awalnya, kini dapat berkembang dan berhasil dalam belajar, karena siswa
menemukan sendiri model belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Model belajar
yang bervariatif ini mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih giat demi mencapai
tujuan yang ia harapkan.
B. Temuan Khusus
1. Hasil Penelitian
Deskripsi data hasil penelitian merupakan gambaran umum tentang variabel-
variabel hasil penelitian sebagai pendukung pembahasan selanjutnya. Jumlah sampel
76 siswa. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah profesionalitas guru (Y)
dan motivasi belajar siswa (X). Setelah dilakukan uji coba data, maka hasil penelitian
analisis data menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS 12.
a. Uji Persyaratan
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisis uji normalitas dengan uji P-P Plot, Uji linieritas dengan regresi sederhana.
87
1) Uji Normalitas
Gambar dari Normal Probability Plot
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted C
um Pr
ob
Dependent Variable: Motvasi
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan Normal
Probability Plot. Uji normalitas dimaksudkan untuk memerikasa apakah data sampel
berdistribusi normal atau tidak, misalnya data variabel profesionalitas guru dan
motivasi belajar. Jika sampel data variabel motivasi berasal dari suatu populasi yang
terdistribusi normal, maka titik-titik nilai data akan terletak kurang lebih dalam garis
lurus. Dari gambar di atas terlihat bahwa sebaran data variabel motivasi terletak
sekitar garis lurus dan titik-titik data membentuk linear sehingga konsisten dengan
distribusi normal. Berdasarkan uraian tersebut dapat diperoleh bahwa data-data yang
ada pada variabel motivasi dapat dikatakan berdistribusi normal.
Selain pengujian normalitas berdasarkan Normal Probability Plot, peneliti
juga melakukan pengujian dengan estimasi proporsi melalui rumus Blom yang
dihitung secara grafis melalui P-P Plot, alasannya karena jumlah sampel kurang dari
200 orang.
88
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
Deviatio
n from N
ormal
Transforms: natural log, difference(1)
Detrended Normal P-P Plot of Motivasi
Hasilnya menunjukkan bahwa normal plot untuk semua distribusi data
menunjukkan normal, sedangkan destrended (sisa) menunjukkan grafik yang tidak
membentuk, seperti pada gambar di bawah ini. Berdasarkan uji normalitas tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa semua data berdistribusi normal.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expecte
d Cum P
rob
Normal P-P Plot of Profesionalitas
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan Normal Probability Plot
diperoleh data variabel profesionalitas sebagai berikut: jika sampel data variabel
profesional berasal dari suatu populasi yang terdistribusi normal, maka titik-titik
nilai data akan terletak kurang lebih dalam garis lurus. Dari gambar di atas terlihat
bahwa sebaran data variabel profesionalitas terletak sekitar garis lurus dan titik-titik
data membentuk linear sehingga konsisten dengan distribusi normal. Oleh karena itu
diperoleh bahwa data-data yang ada pada variabel profesionalitas dapat dikatakan
berdistribusi normal.
89
2) Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah data profesionalitas dan
motivasi mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian
linearitas profesional dan motivasi dilakukan dengan analisis regresi linear. Adapun
hipotesis yang diuji adalah:
Ho: kelinieran tidak dipenuhi jika signifikan yang diperoleh > p
Ha: Kelinieran dipenuhi jika signifikansi yang diperoleh < p. Syarat kelinieran yakni
jika hasil uji signifikansi untuk taraf signifikan tertentu yakni 0,05 berarti kelinieran
dipenuhi. Jika hasil uji tidak signifikansi berarti kelinieran tidak dipenuhi.
Tabel – 11: ANOVA
ANOVA Motivasi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups
(Combined) 6680.654 39 171.29 99.330 .000
Linear Term
Weighted 6361.045 1 6361.045 3688.552 .000
Deviation 319.608 38 8.411 4.877 .000
Within Groups 62.083 36 1.725 Total 6742.737 75
Data di atas menunjukkan hasil uji kelinieran data motivasi (Y) untuk tiap
kelompok berdasarkan profesionalitas (X). Pengujian kelinearan menggunakan
statistik F. Hasil perhitungan F dan signifikansinya dapat dilihat pada baris linier
term. Pada hasil di atas terlihat taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,000,
dengan demikian 0,000 < 0,05 maka kelinieran terpenuhi.
90
3) Uji Homoscedastisitas
Tabel – 12: Residuals Statistics(a) Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 54.80 96.38 77.26 9.209 76 Residual -3.997 6.311 .000 2.256 76 Std. Predicted Value -2.440 2.076 .000 1.000 76 Std. Residual -1.760 2.779 .000 .993 76
a Dependent Variable: Motivasi
-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value
-2
-1
0
1
2
3
Regressi
on Stand
ardized R
esidual
Dependent Variable: Motivasi
Scatterplot
Dari Scatterplot antara standardized residual *ZRESID dan standardized
predicted value *ZPRED tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga bisa
dianggap residual mempunyai variance konstan (Homoscedasticity).
2. Deskripsi Data
a. Motivasi Belajar
Dari data yang dikumpulkan mengenai motivasi siswa dengan jumlah
instrumen 27 butir, sampel sebanyak 76 siswa diketemukan bahwa rata-rata skor
motivasi (harga mean) adalah 77,26 dengan standar deviasi sebesar 9.482. Rentang
skor (range) adalah 42, dengan skor minimum adalah 57 dan maksimum 99. Nilai
tengah dari gugusan data motivasi (median) adalah 76,50; serta nilai yang sering
91
muncul dalam data motivasi (mode) adalah 65. Ini berarti bahwa motivasi belajar
siswa relatif baik karena lebih dari 78 karena nilai tengah dari 57-99 adalah 78.
Tabel – 13: Rangkuman Statistik Deskriptif Motivasi Belajar
Motivasi
Jumlah Instumen 27
Mean 77,26
Median 76,50
Mode 65.
Range 42
Standar Deviasi 9. 482
Minimum 57
Maksimum 99
Data motivasi belajar akan dideskripsikan berdasarkan sub variabel seperti
semangat belajar, minat belajar, Perhatian dalam belajar, ketekunan dan kemandirian
dalam belajar serta prestasi belajar.
1) Semangat Belajar
Dari tabel statistik tentang semangat belajar dapat dilihat bahwa N Valid 76,
mean sebesar 19,75, medium sebesar 19,00, mode 18, Std. Deviation 2,417, variance
sebesar 3,210, range 12, nilai minimun 13, nilai maksimun 25, dan sum 1501 (lihat
lampiran 6).
Tabel – 14: Deskripsi semangat Belajar
Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat bersemangat 22,75 – 28 13 17,11%
Cukup bersemangat 17,5 – 22,74 54 71,05%
Kurang bersemangat 12,25 – 17,4 9 11,84%
92
Sangat kurang bersemangat 7 – 12,24 0 0%
Jumlah 76 100%
0
10
20
30
40
50
60
Jumlah siswa
Sangat bersemangat 17,11%
Cukup bersemangat 71,05%
Kurang bersemangat 11,84%
Sangat kurang bersemangat 0%
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa siswa bersemangat dalam belajar. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan sangat bersemangat belajar
sebanyak 23 siswa (17,11%) dan yang menyatakan cukup bersemangat belajar
sebanyak 54 siswa (71,05%). Bila dilihat dari jumlah rata-rata (mean) sebesar 19,75
dapat ditarik kesimpulan bahwa para siswa cukup bersemangat dalam belajar.
2) Minat Belajar
Pada tabel statistik tentang minat belajar dapat dilihat bahwa N Valid 76,
mean sebesar 15,74, medium sebesar 15,00 mode 14, Std. Deviation 1,792, Variance
3,210, range 7, nilai minimun 13, nilai maksimun 20, dan sum 1196 (lihat lampiran
6).
Tabel – 15: Deskripsi Minat Belajar Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat berminat 16,25 – 20 22 28,95%
93
Cukup berminat 12,5 – 16,24 54 71,05%
Kurang berminat 8,75 – 12,4 0 0%
Sangat kurang berminat 5 – 8,74 0 0%
Jumlah 76 100%
0
10
20
30
40
50
60
Jumlah siswa
Sangat Berminat 28,95%
Cukup berminat 71,05%
Kurang Berminat 0%
Sangat kurang Berminat 0%
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa siswa sangat berminat dalam belajar.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan sangat berminat belajar
sebanyak 22 siswa (28,95%) dan yang menyatakan cukup berminat belajar
sebanyak 54 siswa (71,05%). Bila dilihat dari jumlah rata-rata (mean) sebesar 15,74
dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar siswa dapat digolongkan cukup
berminat.
3) Perhatian dalam Belajar
Pada tabel statistik tentang minat dalam belajar dapat dilihat bahwa N Valid
76, mean sebesar 22,87, medium sebesar 23,00, mode 18, Std. Deviation 3,590,
Variance 12,889, range 13, nilai minimun 18, nilai maksimun 31, dan sum 1738
(lihat lampiran 6).
94
Tabel – 16: Deskripsi Perhatian dalam Belajar Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat perhatian 26 – 32 20 26,32%
Cukup perhatian 19,9 – 25,9 39 51,32%
Kurang perhatian 13,8 – 19,8 17 22,36%
Sangat kurang perhatian 8 –13,7 0 0%
Jumlah 76 100%
05
10152025303540
Jumlah siswa
Sangat perhatian 26,32%
Cukup perhatian 51,32%
Kurang Perhatian 22,36%
Sangat kurang Perhatian ,%
Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa siswa memiliki perhatian dalam
belajar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan sangat perhatian
dalam belajar sebanyak 20 siswa (26,32%), yang menyatakan cukup perhatian
dalam belajar sebanyak 39 siswa (51,32%) dan yang menyatakan kurang perhatian
sebanyak 17 siswa (22,36%). Bila dilihat dari jumlah rata-rata (mean) sebesar 22,87
dapat ditarik kesimpulan bahwa perhatian belajar siswa dapat digolongkan cukup
perhatian.
4) Ketekunan dan Kemandirian dalam Belajar
Pada tabel statistik tentang kesetiaan dan ketekunan dalam belajar dapat
dilihat bahwa N Valid 76, mean sebesar 4,79, medium sebesar 5 mode 4(a), Std.
95
Deviation 1,192, Variance 1,422, range 6, nilai minimun 2, nilai maksimun 8, dan
sum 364, batas skala adalah 1,5 (lihat lampiran 6).
Tabel – 17: Deskripsi Ketekunan Belajar
Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat tekun 6,5 – 8 6 7,9%
Cukup tekun 4,9 – 6,4 35 50,8%
Kurang tekun 3,3 – 4,8 25 32,9%
Sangat kurang tekun 2 – 3,2 7 9,2%
Jumlah 76 100%
05
10152025303540
Jumlah siswa
Sangat tekun 7,9%
Cukup tekun 50%
Kurang tekun 32,9%
Sangat kurang tekun 9,2%
Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa siswa memiliki ketekunan dan
kemandirian dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan
sangat tekun dalam belajar sebanyak 6 siswa (7,9%), yang menyatakan cukup
tekun dalam belajar sebanyak 38 siswa (50%), yang menyatakan kurang tekun
sebanyak 25 siswa (32,9) dan yang sangat kurang tekun ada 7 siswa (9,2%). Dari
uraian di atas bila dilihat dari jumlah rata-rata (mean) sebesar 4,79 dapat ditarik
kesimpulan bahwa ketekunan siswa dalam belajar tegolong kurang tekun.
96
5) Prestasi Belajar
Pada tabel statistik tentang prestasi belajar dapat dilihat bahwa N Valid 76,
mean sebesar 14,12 medium sebesar 13, mode 12, Std. Deviation 2613, Variance
6,826, range 9, nilai minimun 5, nilai maksimum 20, dan sum 1073, batas skalanya
3,75 (lihat lampiran 6).
Tabel – 18: Deskripsi Prestasi Belajar
Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat berprestasi 16,25 – 20 23 30,3%
Cukup berprestasi 12,5 – 16,24 24 31,6%
Kurang berprestasi 8,75 – 12,4 29 38,1%
Sangat kurang berprestasi 5 – 8,74 0 0%
Jumlah 76 100%
0
5
10
15
20
25
30
Jumlah siswa
Sangat Berprestasi 30,3%
Cukup berprestasi 31,6%
Kurang Berprestasi 38,1%
Sangat kurang Berprestasi 0%
Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa siswa memiliki prestasi dalam belajar.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan sangat berprestasi sebanyak
23 siswa (30,3%), yang menyatakan cukup berprestasi sebanyak 24 siswa (31,6%),
dan yang menyatakan kurang berprestasi dalam belajar sebanyak 29 siswa (38,1%).
Bila dilihat dari jumlah prestasi belajar rata-rata (mean) sebesar 14,12 dapat ditarik
kesimpulan bahwa siswa dapat digolongkan cukup berprestasi.
97
Dari hasil setiap sub variabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi
SMP Tarakanita Solo Baru memiliki motivasi belajar yang tergolong cukup baik. Ini
dapat dilihat dari hasil masing-masing sub variabel yang menyatakan bahwa para
siswa-siswi memiliki semangat, minat, perhatian, ketekunan dan kemandirian dalam
belajar sehingga memperoleh prestasi yang cukup baik dalam belajar.
Deskripsi data motivasi meliputi rata-rata (mean) sebesar 77,26 nilai tengah
(median) sebesar 76,50, standar deviasi sebesar 9,482, rentang skor (range) sebesar
42, skor minimum sebesar 57 dan maksimum sebesar 99, serta nilai yang sering
muncul dalam data motivasi (mode) sebesar 66, skor total (sum) sebesar 5872.
Sedangkan batas skala pada variabel motivasi adalah 20,25.
Tabel – 19: Deskripsi Motivasi Belajar
Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat baik 87,75 – 108 12 15,8%
Cukup baik 67,49 – 87,74 47 61,8%
Kurang baik 47,23 – 67,48 17 22,4%
Sangat kurang baik 27 – 47,22 0 0%
Jumlah 76 100%
0
10
20
30
40
50
Jumlah siswa
Sangat baik 15,8%
Cukup baik 61,8%
Kurang baik 22,4%
Sangat kurang baik 0%
98
Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi yang tergolong
baik dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan sangat
baik berjumlah 12 siswa 15,8%), yang menyatakan baik sejumlah 47 siswa (61,8%)
dan yang menyatakan kurang baik sejumlah 17 siswa (22,4%). Mean dari motivasi
belajar sebesar 77,26. Dari data tersebut dapat ditari kesimpulan motivasi belajar
siswa tergolong baik.
b. Profesionalitas Guru
Dari data yang dikumpulkan mengenai Profesionalitas guru dengan jumlah
instrumen 35 butir, sampel sebanyak 76 siswa diketemukan bahwa rata-rata skor
profesionalitas (harga mean) adalah 108,55, dengan standar deviasi sebesar 11,294.
Rentang skor (range) adalah 51 dengan skor minimum adalah 81 dan skor
maksimum adalah 132. Nilai tengah dari gugus profesionalitas (median) adalah
sebesar 108; serta nilai yang sering muncul (mode) sebesar 103(a). Ini berarti
profesionalitas guru relatif baik karena lebih dari 26,25 (nilai tengah dari 81-132
adalah 26,25).
Tabel – 20: Rangkuman Statistik Deskriptif Profesionalitas Guru
Profesionalitas
Jumlah Instumen 35
Mean 108,55
Median 108,50
Mode 103(a)
Range 51
Standar Deviasi 11,294
Minimum 81
Maksimum 132
99
1) Kompetensi Pedagogik
Data Profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi padagogik meliputi
rata-rata (mean) sebesar 63,43, nilai tengah (median) sebesar 63,50, standar deviasi
sebesar 6,598, rentang skor (range) sebesar 27, skor minimum sebesar 49 dan
maksimum sebesar 76, serta nilai yang sering muncul dalam data kompetensi
pedagogik (mode) sebesar 63, skor total (sum) sebesar 4821 (lihat lampiran 6).
Tabel – 21: Deskripsi Kompetensi Pedagogik
Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat menguasai kompetensi pedagogik 65 – 80 31 40,8%
Cukup Menguasai kompetensi pedagogik 64,9 – 50 44 57,9%
Kurang menguasai kompetensi pedagogik 49,9 – 35 1 1,3%
Sangat kurang menguasai kompetensi
pedagogik
34,9 – 20 0 0%
Jumlah 76 100%
0
10
20
30
40
50
Jumlah siswa
Sangat menguasai kompetensipedagogik 40,8%
Cukup menguasai kompetensipedagogik 57,9%
Kurang menguasai kompetensipedagogik 1,3%
Sangat kurang menguasaikompetensi pedagogik 0%
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari siswa tentang
profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi pedagogik memiliki penguasaan
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan guru sangat
menguasai kompetensi pedagogik berjumlah 31 siswa (40,8%), yang menyatakan
guru cukup menguasai kompetensi pedagogik sejumlah 44 siswa (57,9%) dan yang
100
menyatakan guru kurang menguasai kompetensi pedagogik sejumlah 1 siswa (1,3%).
Nilai rata-rata (mean) dari kompetensi pedagogik adalah 63,43. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa guru cukup menguasai kompetensi pedagogik.
2) Kompetensi Kepribadian
Data Profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi kepribadian meliputi
rata-rata (mean) sebesar 18,64, nilai tengah (median) sebesar 0,286, standar deviasi
sebesar 2,491, rentang skor (range) sebesar 10, skor minimum sebesar 14 dan
maksimum sebesar 24, serta nilai yang sering muncul dalam data kompetensi
kepribadian (mode) sebesar 19, skor total (sum) sebesar 1417 (lihat lampiran 6).
Tabel – 22: Deskripsi Kompetensi Kepribadian Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat menguasai kompetensi kepribadian 19,5 – 24 24 31,58%
Cukup menguasai kompetensi kepribadian 15 – 19,4 50 65,79%
Kurang menguasai kompetensi kepribadian 10,5 – 14,9 2 2,63%
Sangat Kurang menguasai kompetensi
kepribadian
6 – 10,4 0 0%
Jumlah 76 100%
0
10
20
30
40
50
Jumlah siswa
Sangat menguasai kompetensikepribadian 31,58%
Cukup menguasai kompetensikepribadian 65,79%
Kurang menguasai kompetensikepribadian 2,63%
Sangat kurang menguasaikompetensi kepribadian 0%
101
Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari siswa tentang
profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi kepribadian memiliki penguasaan
yang cukup. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan guru sangat
menguasai kompetensi kepribadian berjumlah 24 siswa (31,58%), yang menyatakan
guru cukup menguasai kompetensi kepribadian sejumlah 50 siswa (65,79%) dan
yang menyatakan guru kurang menguasai kompetensi kepribadian sejumlah 2 siswa
(2,63%). Nilai rata-rata (mean) dari kompetensi kepribadian adalah 18,64. Ini
menunjukkan bahwa guru cukup menguasai kompetensi kepribadian.
3) Kompetensi Sosial
Data profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi sosial meliputi rata-
rata (mean) sebesar 15,62, nilai tengah (median) sebesar 16,00, standar deviasi
sebesar 2,315, rentang skor (range) sebesar 11, skor minimum sebesar 9 dan
maksimum sebesar 20, serta nilai yang sering muncul dalam data kompetensi sosial
(mode) sebesar 15(a), skor total (sum) sebesar 1187 (lihat lampiran 6).
Tabel – 23: Deskripsi Kompetensi Sosial
Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat menguasai kompetensi sosial 16,25 – 20 27 35,5%
Cukup menguasai kompetensi sosial 112,25 – 16,24 39 51,3%
Kurang menguasai kompetensi sosial 8,75 – 12,4 10 13,2%
Sangat kurang menguasai kompetensi
sosial
6 – 8,74 0 0%
Jumlah 76 100%
102
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jumlah siswa
Sangat menguasai kompetensisosial 31,5%
Cukup menguasai kompetensisosial 51,3%
Kurang menguasai kompetensisosial 13,2%
Sangat kurang menguasai kompetensisosial 0%
Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari siswa tentang
profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi sosial memiliki penguasaan yang
baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan guru sangat menguasai
kompetensi sosial berjumlah 27 siswa (31,5%), yang menyatakan guru cukup
menguasai kompetensi sosial sejumlah 39 siswa (51,3%) dan yang menyatakan guru
kurang menguasai kompetensi sosial sejumlah 10 siswa (13,2%). Nilai rata-rata
kompetensi sosial adalah 15,62. Ini menunjukkan bahwa guru cukup menguasai
kompetensi sosial.
4) Kopetensi Profesional
Data profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi profesional meliputi
rata-rata (mean) sebesar 10,86 nilai tengah (median) sebesar 11,00, standar deviasi
sebesar 0,225, rentang skor (range) sebesar 10, skor minimum sebesar 5 dan
maksimum sebesar 15, serta nilai yang sering muncul dalam data kompetensi
profesional (mode) sebesar 11, skor total (sum) sebesar 852 (lihat lampiran 6).
103
Tabel – 24: Deskripsi Kompetensi Profesional
Kategori Interval Jumlah siswa %
Sangat menguasai kompetensi sosial 13 – 16 16 21,1%
Cukup menguasai kompetensi sosial 10 – 12,9 39 51,3%
Kurang menguasai kompetensi sosial 7 – 9,9 20 26,3%
Sangat kurang menguasai kompetensi sosial
4– 6,9 1 1,3%
Jumlah 76 100%
05
10152025303540
Jumlah siswa
Sangat menguasai kompetensiprofesional 21,1%
Cukup menguasai kompetensi profesional 51,3%
Kurang menguasai kompetensiprofesional 26,3%
Sangat kurang menguasaikompetensi profesional 1,3%
Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari siswa tentang
profesionalitas guru pada sub variabel kompetensi profesional memiliki penguasaan
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan guru sangat
menguasai kompetensi profesional berjumlah 16 orang (21,1%), yang menyatakan
guru cukup menguasai kompetensi profesional sejumlahm39 orang (51,3%) yang
menyatakan guru kurang menguasai kompetensi profesioanl sejumlah 20 orang
(13,2%), dan yang menyatakan guru sangat kurang menguasai profesional sejumlah
1 orang. Nilai rata-rata (mean) kompetensi profesional adalah 10,86. Ini
menunjukkan bahwa para guru cukup menguasai kompetensi profesional.
Dari hasil setiap sub variabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi
SMP Tarakanita Solo Baru menyatakan bahwa guru memiliki profesionalitas yang
104
tergolong baik. Ini dapat dilihat dari hasil masing-masing sub variabel yang
menyatakan bahwa para siswa-siswi memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional mempunyai pengaruh
yang baik pada siswa dalam belajar.
Deskripsi data profesionalitas meliputi rata-rata (mean) sebesar 108,55 nilai
tengah (median) sebesar 108,50, standar deviasi sebesar 11,294, rentang skor
(range) sebesar 51, skor minimum sebesar 81 dan maksimum sebesar 132, serta nilai
yang sering muncul dalam data profesionalitas dan motivasi (mode) sebesar 103 (a),
skor total (sum) sebesar 8250 (lihat lampiran 6).
Agar nilai-nilai itu dapat dideskripsikan, terlebih dahulu ditentukan kategori
dari stiap variabel. Untuk variabel profesonalitas (X) diketahui skor maksimal adalah
140 dan skor minimal adalah 35. Maka untuk mengetahui klasifikasi dari variabel Y
adalah 140 - 35 : 4 = 26,25. Frekuensi dari skala yang digunakan dalam penelitian
ini sebesar 26,25 sehingga diketahui batas skala variabel X adalah 26,25. Agar
nilai-nilai itu dapat dideskripsikan, maka ditentukan terlebih dahulu kategori dari
setiap variabel.
Tabel - 25 Kriteria Klasifikasi Variabel X Klasifikasi Skor Jumlah Siswa %
Sangat Baik 113,75- 140 24 31,6%
Cukup baik 87,49-113,74 50 65,8%
Kurang baik 61,23-87,48 2 2,6%
Sangat kurang baik 35-61,22 0 0
Jumlah 76 100%
105
0
10
20
30
40
50
Jumlah siswa
Profesionalitas sangat baik 31,6&
Profesionalitas cukup baik 65,8%
Profesionalitas kurang baik2,6%
Profesionalitas sangat kurang baik0%
Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas guru tergolong baik. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang menyatakan profesionalitas guru sangat baik
berjumlah 24 siswa (31,6%), yang menyatakan profesionalitas guru cukup baik
sejumlah 50 siswa (65,8%) dan yang menyatakan profesionalitas guru kurang baik
sejumlah 2 siswa (2,6%). Persentasi ini didukung oleh data mean yang terdapat pada
peofesionalitas yakni 108.55. Nilai ini menunjukkan bahwa profesionalitas guru
tergolong cukup baik.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis regresi sederhana. Penelitian
hendak membuktikan pengaruh profesionalitas guru terhadap motivasi belajar.
Rumusan hipotesis adalah:
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalitas guru terhadap
motivasi belajar.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalitas guru terhadap
motivasi belajar.
106
Pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel – 26: Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Motivasi 77.26 9.482 76
Profesionalitas 108.55 11.294 76
Tabel statistik deskriptif di atas menunjukkan rata-rata (mean) profesionalitas
guru sebesar 108,55 dan simpangan baku (standart deviasi) sebesar 11,294. Untuk
variabel motivasi dengan rata-rata (mean) 77,26 sedangkan standart deviasi sebesar
9,483. N (kasus) adalah banyaknya kasus yang diolah adalah sebanyak 76.
Tabel – 27: Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .971(a) .943 .943
2.271
a Predictors: (Constant), Profesionalitas
b Dependent Variable: Motivasi
R Square atau koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase
pengaruh variabel profesionalitas tergadap motivasi. Dari hasil di atas diperoleh nilai
koefisien determinasi 0,943. Ini berarti bahwa pengaruh variabel profesional
terhadap motivasi belajar adalah sebesar 94,3% sedangkan 5,7% dipengaruhi oleh
faktor lain selain variabel profesionalitas (Teguh, 2004: 92).
107
Tabel – 28: ANOVA
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 6361.045 1 6361.045 1233.240 .000(a)
Residual 381.692 74 5.158
Total 6742.737 75
a Predictors: (Constant), Profesionalitas
b Dependent Variable: Motivasi
Tabel ANOVA di atas menunjukkan nilai F hitung sebesar 1233,24 dan df2 =
derajat kebebasan penyebut 74. Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah
diterima atau ditolak dengan melihat signifikansi. Adapun ketentuan penerimaan atau
penolakan, apabila signifikansi di bawah atau sama dengan 0,05 maka Ha diterima
dan Ho ditolak. Pada tabel di atas bagian kolom signifikansi, diperoleh signifikansi
sebesar 0,000, atau probabilitas jauh di bawah 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho
ditolak. Ini menunjukkan bahwa profesionlitas benar-benar berpengaruh secara
signifikan terhadap motivasi belajar.
Tabel – 29: Coefficients(a) Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -11.253 2.534 -4.441 .000
Profesionalitas .815 .023 .971 35.118 .000
a Dependent Variable: Motivasi
108
Pada tabel Coefficients di atas menunjukkan bahwa harga beta nol -11,253 (a)
dan harga beta satu (b) sebesar 0,815 sehingga persamaan garis regresi antara
profesional dan motivasi diperoleh sebagai berikut:
Y= -11,532 + 0,815x
Persamaan regresi yang telah ditemukan dapat digunakan untuk melakukan
prediksi bagaimana pengaruh variabel profesionalitas terhadap besarnya perubahan
variabel motivasi. Misalnya pengaruh profesionalitas meningkat 50, maka nilai
motivasi belajar siswa adalah seperti persamaan berikut:
Y= -11,532 + 0,815 X 50 = 29,218
Jadi prediksi (estimasi) peningkatakan motivasi sebesar 29,218 dengan
peningkatan profesionalitas sebesar 50. Jadi persamaan regresi di atas dapat diartikan
jika peningkatan profesionalitas bertambah 1 maka peningkatan motivasi rata-rata
akan bertambah 0,815 – 11,532 atau setiap peningkatan profesionalitas bertambah 10
maka peningkatan motivasi akan bertambah 8,15 – 11,532
Hasil uji t juga dapat diketahui dengan melihat signifikansi pada tabel di atas.
Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. Jika signifikansi < 0,05 maka Ha
diterima. Dari tabel di atas dapat dilihat besarnya signifikansi adalah 0,000, dengan
demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Maka kesimpulannya ada pengaruh
profesionalitas terhadap motivasi.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expected
Cum Pro
b
Dependent Variable: Motvasi
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
109
-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value
-2
-1
0
1
2
3
Regre
ssion
Stand
ardize
d Resi
dual
Dependent Variable: Motivasi
Scatterplot
Tabel - 30: Correlations
Correlations
Motivasi Profesionalitas Pearson Correlation Motivasi 1.000 .971 Profesionalitas .971 1.000Sig. (1-tailed) Motivasi . .000 Profesionalitas .000 .N Motivasi 76 76 Profesionalitas 76 76
Tabel di atas merupakan matrik korelasi antara variabel motivasi dan
profesionalitas. Peneliti menggunakan korelasi Pearson (korelasi product moment).
Pada tabel tersebut tampak bahwa variabel motivasi dikorelasikan dengan variabel
motivasi dan profesionalitas, begitu juga dengan variabel profesionalitas
dikorelasikan dengan variabel profesionalitas dan motivasi. Besarnya korelasi
motivasi dengan motivasi adalah 1,000 dan korelasi profesionalitas dengan motivasi
adalah 0,971. Banyaknya N (kasus) yang terolah program 76 kasus dengan
menggunakan uji satu pihak atau one tailed.
Untuk menguji hipotesis yang diujikan apakah diterima atau ditolak yakni
dengan melihat signifikansi. Ketentuan penerimaan dan penolakan adalah apabila
110
signifikansi di bawah atau sama dengan 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Matrik korelasi pada kolom profesionalitas terdapat angka 0,971. Angka ini
menunjukkan koefisien yang positif antara variabel profesionalitas dan motivasi.
D. Hasil Wawancara
1. Hasil wawancara dengan para siswa
Pertayaan Jawaban
Apakah kamu senang belajar di SMP Tarakanita Solo Baru? Mengapa?
Responden A: Senang, karena banyak temannya dan enak kalau belajar di sini. Soalnya guru-gurunya juga ramah ya, akrab dengan kami. Ya kadang seperti teman. Responden B: Senang, karena ya ada fasilitas dan fasilitasnya juga memadai. Gurunya juga enak ngajarnya, suasananya mendukung karena jauh dari jalan besar, siswanya akrab dengan para guru. Responden C: Ya, kalau aku sih ya senang sekolah di sini. Soalnya kan sekolahnya dekat rumah. Lagi pula teman-temannya juga banyak yang di kenal. Terus ada fasilitas, gedungnya juga bagus, ada banyak kesempatan buat kita untuk mengembangkan bakat. Responden D: Senang ya sekolah di dini karena ibu juga mengajar di sekolah SD sini sehingga ya kalau berangkat ke sekolah selalu bersama ibu. Kalau pulangnya ya kadang pulang sendiri kadang juga pulang bersama ibu. Responden E: Senang karena yang dari SD sini ya banyak yang melanjutkan di sini. Terus gedungnya juga luas, punya aula, lapangan, sekitarnya banyak pepohonan, dan lingkungannya bersih. Pokoknya ya senanglah sekolah di sini. Kadang juga kakak angkatan yang
111
sudah lulus juga sering berkunjung ke sini.
Bagaimana dengan soal ujian dalam pelajaran apakah mudah, sulit atau ada yang mudah dan ada yang sulit?
Responden A: Ya kalau soal ujian ya ada yang mudah, ada yang sulit ada juga ya gampang-gampang sulit gitu. Soalnya ya tergantung dari kemampuan kita masing-masing dan senangnya pada pelajaran apa. Ya tergantunglah suster. Responden B: Ada yang mudah ada juga yang sulit terlebih Fisika. Tapi kalau saya belajar jauh-jauh sebelum ujian ya lumayan bisa jawab walau tidak semua betul. Responden C: Ya kalau saya sih tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit artinya biasa aja asal kita benar-benar belajar dengan baik. Responden D: Ya kadang mudah kadang sulit, tergantung saya, juga minat belajar saya kok. Responden E: Ya ada yang mudah ada juga yang sulit itu biasalah. Kalau saya belajarnya sungguh-sungguh sudah siap ujuan ya bisa jawablah.
Apakah soal ujian dalam pelajaran agama itu merata, artinya apa yang ditanyakan semuanya ada dalam setiap materi yang telah dipelajari atau hanya mareti tertentu yang ditanyakan dalam ujian?
Responden A: Merata, apa yang kami pelajari juga keluar kok dalam ujian. Responden B: Ya yang jelas soal ujian itu bahannya dari pelajaran yang dipelajari kok. Responden E: Pada umumnya ditanyakan.
Bagaimana dengan penilaian
Responden A, B, C, D, E
112
yang diberikan oleh guru agama, apakah nilainya objektif?
Ya objektif
Bila jawaban dalam ujianmu keliru, apakah guru langsung memperbaikinya dengan memberi informasi tentang jawaban yang benar?
Responden A: Kadang langsung, kadang juga tidak tergantung gurunya. Responden E: Kalau yang langsung biasanya dibahas bersama di kelas setelah hasil ujian di bagikan.
Bila ada kekeliruan dalam mengerjakan tugas, apakah guru juga memberikan catatan sebagai sumber informasi untuk memper-baiki jawabanmu yang keliru?
Responden B: Ia, biasanya catatannya dengan menggunakan tinta merah. Responden E: Ia, ada guru yang memberi catatan tertentu. Tepapi ada juga guru memberikan perbaikan dengan cara memberikan informasi langsung saat pelajaran bersama.
2. Hasil wawancara dengan para guru dan karyawan
Pertanyaan: Jawaban responden:
Apakah bapak dapat memberikan keterangan tentang SMP Tarakanita Solo Baru?
Responden dua: Kalau kronologisnya secara pasti saya tidak hafal ya. Pada waktu itu kita punya output yang pertama dari SD. Dari SD itu pimpinan juga tahu bahwa orang tua siswa SD membantu tugas visi, misi suster CB amat besar, didukung oleh kharisma Sr. Maria, CB. Pada waktu itu cukup mempengaruhi orang tua sehingga dimintai apapun mau. Diantaranya ketika para lulusan alumni SD yang pertama itu diminta oleh suster untuk mendukung proses terbentuknya atau apa ya...katakanlah tonggak awal penerimaan siswa baru tanpa ada yang lari satupun. Jadi semua mendukung. Dari situ kemudian terus berkembang. Ah, mengenai bagaimana merengkrut manusia-manusia atau subjek fisiknya, prosesnya pendekatan
113
terhadap orang tua waktu itu. Dan orang tua sangat mendukung, terlebih ada orang tua yang namanmya Pak Timotius Darsono. Dulu ah memang sungguh berpengaruh dikalangan orang-orang katolik waktu itu. Ditambah Bapak Ignasius Sumarnohadi. Nah dua orang itu memang anaknya disekolahkan di sini. Responden 4: Mengenai SMP Tarakanita, mulai di bangun ya sekitar tahun 1992. Waktu itu muridnya masih sangat sedikit. Ya kelasnya masih pinjam ruang SD dekat perpustakaan di lantai dua. Saranya juga sangat terbatas. Responden 5: Begini suster, dulu kan yang pertama di bangun itu adalah unit SD dan TK. Setelah beberapa tahun tepatnya tahun 1992 ya SMP Tarakanita mulai di bangun. Karena masih dalam proses pembangunan ya, sehingga siswa angkatan pertama waktu itu yang sekolah di sini ya masih menggunakan ruang SD untuk tempat belajar, sampai gedung ini selesai di bangun.
Bagaimana situasi sekolah saat itu?
Responden dua: Dulu ketika gedung ini belum ada, dibelakang aula atas ada tiga ruang kelas yang belum pernah dipakai SD. Pada waktu itu masih terbatas karena belum memenuhi target seperti saat ini tetapi sudah buka SMP. Nah itu kalau tempatnya, sarananya dan lain-lainnya belum ada.
Apakah yang menjadi kekhasan dari sekolah ini?
Responden satu: Yang jelas sekolah kita sudah punya nama bahwa imputnya jelek. Artinya ya imputnya memang jelek. Di sekolah mana-mana tidak diterima, lalu ditempat kita diterima. Tapi begitu kita proses, kita dampingi, dan juga dari usaha nereka tentunya, itu luar biasa melebihi dari yang diterima di negeri dan di mana-mana. Responden dua: Dalam perkembangannya eh secara tidak langsung kita sudah menerapkan eh penerapan nilai-nilai karakter. Itu secara tidak langsung. Kita sebenarnya
114
sudah lama menerapkannya, hanya landasan teorinya yang masih kurang. Ya dengan pendidikan karakter itu diantaranya kita keunikan masing-masing pribadi lalu kita bisa apa ya memberikan pelayanan sessuai dengan kemampuan pribadi. Contoh kalau anak ini terlambat, hukumannya begini, kalau yang lain lagi terlambat hukumannya begitu karena kita tahu kondisi anak yang sesungguhnya. Ini bagi saya sudah menanamkan nilai karakter yang menjadi kekhasan sekolah ini. Lalu yang menonjol lagi bahwa isswa kita ini sedikit, tapi kita betul-betul memperhatikan subjek secara penuh. Ini bagi saya suatu hal yang perlu ditingkatkan terus-menerus. Saya pribadi tahu semua siswa di sini, juga teman-teman dan guru yang lainnya sehingga memudahkan dalam menyapa siswa. Ya menyapa dengan menyebutkan nama, sering berseda gurau seperti saat istirahat, ya tidak ada batasan antara siswa dan guru. Hanya kita juga sering kali menerapkan tata krama yang baik dan benar. Misalnya di sekolah bagaimana, di pasar bagaimana, di rumah bagaimana dan sebagainya. Bagi saya pengenalan guru pada siswa atau katakanlah kita sebagai pendidik itu perlu ya. Secara tidak langsung bila kita sudah mengenal anaknya ya kita mempunyai motivasi juga untuk ingin kenal orang tuanya. Hai ini ya sudah berjalan dan perlu untuk kami kembangkan terus-menerus.
Bagaimana dengan prestasi akademik siswa di sekolah ini?
Responden satu: Ya dari segi prestasi akademik siswa di sekolah ini dulu tidak terlihat jelas ya. Emang selama ini ya lulus 100%. Ini sungguh luar peningkatan yang luar biasa. Paling tidak kita punya komitmen bahwa kita tidak hanya akademiknya ya suster...walau ya memang sampai terbatah-batah mendampingi mereka agar mereka juga punya nilai tambah. Kami tidak hanya mengajarkan mater semata-mata ya, namun juga tetap punya tanggungjawab membimbing dan menanamkan nilai-nilai moral pada anak-anak ya, agar mereka juga memiliki karakter yang lebih baik dari sebelumnya.
Bagaimana dengan situasi dan keadaan siswa yang sekolah di sini?
Responden satu: Para siswa, dirumah mereka sudah banyak masalah. Di sini ya tinggal sisa-sisa energi. Jadi mereka konek
115
dalam pelajaran itu sudah luar biasa. Karena latar belakangnya mereka kurang diperhatikan, kurang cinta, kurang kasih sayang dari orang tua dan macam-macamnya. Kemudian juga ya karena faktor ekonomi mereka harus membantu orang tua. Responden dua. Dari segi kuantitas ya memang siswanya terbatas. Tapi ya target kita bukan saja kuantitas tetapi kualitas. Walaupun awalnya siswa yang masuk di sini nilainya dibawah garis rata-rata, bermasalah, tidak diterima di sekolah lain tapi dalam proses selanjutnya toh mereka juga berkembang menjadi pribadi yang baik, yang punya karakter yang kuat dan cukup berkualitas. Responden tiga: Pada umumnya siswa di sini adalah bermasah. Orang tuanya juga, Kebanyakan broken home. Imput siswa di sini sedikit sekali ya. Ada juga yang apatis, cuek, sering berontak, dan tak peduli pada orang tuanya. Ya ini sungguh membutuhkan kesabaran ya mendampingi anak seperti ini. Ya saya berusaha mendekati siswa tersebut, walau dengan susah paya membantunya, juga bekerjasama dengan orang tua...akhirnya juga ada perubahan dalam diri siswa tersebut. Ya memang tidak sekali jadi ya...butuh proses yang panjang. Tadinya apatis ya puji Tuhan lambat laun juga memiliki empati pada orang tuanya. Yang jelas setelah dari sini, mereka bisa kok menjadi pribadi yang dewasa, mandiri, bertanggungjawab, dan berkembang lebih baik dari yang sebelumnya.
Upaya apa yang dilakukan oleh bapak/ibu guru dalam meningkatkan profesionalitas dalam bidang keguruan?
Responden satu: Baik yang pertama kami dan teman-teman lakukan adalah berefleksi. Kalau pembaharuan itu kan dari dalam pribadi ya. Lalu dari teman-teman ya menemukan apa yang mesti harus dikembangkan, apa yang harus diperbaiki dan apa-apa yang harus dihilangkan. Dari situ muncul kemudian lewat komitmen dan penguatan bersama terlebih komitmen keteladanan bersama. Hal-hal yang baik lebih menguat daripada hal-hal yang buruk, lalu kita terapkan di dalam kelas. Dan memang kita harapkan supaya teman-teman kami semua ya, para guru
116
benar-benar ditantang sehingga hati, pikiran dan tindakan itu juga sama. Tidak hanya teori memberikan materi tetapi mengajak para siswa untuk terlibat, berpikir bersama dalam pembelajaran. Selain itu juga ya kami berusaha belajar dari teman-teman guru yang lainnya di luar sekolah kita. Baik teman guru yang ada di sekolah swasta seperti di Solo tapi juga belajar dari rekan-rekan guru yang ada di sekolah negeri lainnya. Karena kita juga punya jejaring ya dengan sekolah lainnya sehingga kita bisa saling belajar, saling sharing ya. Hasil belajar yang kita dapatkan itu, kita sharingkan pada teman-teman di sini. Entah saat istirahat atau saat makan bersama, karena untuk waktu khusus di sekolah ini acaranya sangat padat sekali, kenyataannya seperti itu. Kalau dari pihak Yayasan ya memang pernah kami mendapatkan pembekalan untuk meningkatkan mutu kami para guru. Kami menyadari ya Solo Baru memang agak jauh dari Yayasan tapi ya dengan sarana teknologi yang canggih ya kami bisa saling berkomunikasi melalui sarana tersebut. Responden 4: Ya untuk meningkatkan profesionalitas guru, ya kami juga bekerjasama dengan instansi pendidikan yang ada di kecamatan Grogol seperti dinas pendidikan dan kerjasama kita sungguh baik ya. Kadang kita juga mengundang pihak luar untuk memberikan pembekalan pada guru-guru di sini, sehingga ada hal baru yang didapat dan bisa dikembangkan dalam pelayanannya sebagai guru. Yang jelas juga bahwa ya dari pihak Yayasan tetap mengupayakan itu.
Administrasi apa saja yang diperlukan sebagai seorang guru?
Responden tiga: Kalau administrasi yang diperlukan seorang guru ya protal, prosem, silabus, RPP, SP, dan lain sebagainya juga termasuk KKM. Ya kalau saya lengkap ya lengkap tanpa harus dikejar-kejar administrasi saya sudah jadi. Hanya dalam pelaksanaannya memang masih perlu dikembangkan ya, sesuai dengan kebutuhan yang kita hadapi terlebih di dalam kelas dengan siswa.
Bagaimana dengan sarana
Responden tiga:
117
pembelajaran di sekoloah ini?
Menurut saya sudah cukup lengkap ya. Dulu saya membuat sarana belajar dari koran, atau majalah atau kalender yang berhubungan dengan mata pelajaran saya. Dan itu ada prosesnya sehingga membuat akrap dengan siswa. Kalau anak didekati secara pribadi otomatis anak punya semangat untuk belajar. Sekarang dengan adanya teknologi canggih ya, bisa buat powerpoint yang mempermudah kita untuk menyediakan sarana pembelajaran yang menarik. Karena menarik, anak ada rasa ingin tahu dan tertarik untuk belajar.
E. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh lewat angket, wawancara dan studi
dokuman dan yang telah dianalisis bahwa uji prasyarat analisis regresi terpenuhi: uji
normatif, uji linearitas, dan uji homoscedastisitas.
Hasil uji normatif dengan menggunakan Normal Probability Plot
menunjukkan bahwa sampel data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Ini
dapat dilihat pada sebaran data yang ada terletak di sekitar garis lurus dan titik-titik
data membentuk linier sehingga konstan dengan distribusi normal. Maka dapat
dikatakan bahwa persyaratan normalitas terpenuhi.
Hasil uji kelineran dari motivasi (Y) berdasarkan profesionalitas (X)
terpenuhi karena taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dengan demikian
0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa kelinieran terpenuhi.
Dari hasil uji homoscedastisitas juga menunjukkan bahwa uji
homoscedastisitas juga terpenuhi, di mana Scatterplot antara standardized residual
*ZRESID dan standardized value *ZPERED tidak membentuk suatu pola tertentu,
sehingga bisa dianggap residual mempunyai Varience konstan (Homoscedasticity).
118
Dari hasil deskripsi data menunjukaan bahwa profesionalitas guru di SMP
Tarakanita Solo Baru memiliki pengaruh yang besar pada motivasi belajar siswa
khususnya dalam semangat, minat, perhatian, ketekunan dan kemandirian dalam
belajar serta prestasi dalam belajar. Hal ini dapat dilihat bahwa kategori siswa yang
menyatakan sangat bersemangat dan yang cukup bersemangat dalam belajar
berjumlah 67 siswa (88,16%) dari 76 siswa, yang menyatakan kurang bersemangat
dalam belajar berjumlah 9 siswa (11,84%) dari 76 siswa. Nilai rata-rata (mean) dari
sub variabel semangat belajar adalah 19,75.Uraian ini menunjukkan bahwa para
siswa cuku bersemangat dalam belajar.
Berdasarkan hasil wawancara profesionalitas guru di SMP Tarakanita Solo
Baru cukup memberi pengaruh pada motivasi belajar siswa. Kemungkinan besar juga
dipengaruhi oleh sikap guru yang ramah, antusias, dan penuh semangat sehingga
dapat menimbulkan reaksi dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk ikut aktif
dan terlibat dalam belajar (Marno & Idris; 2008:86). Guru yang demikian dapat
membuat siswa senang belajar dan semakin rajin untuk belajar. Guru yang mengajar
dengan semangat kekeluargaan, membangun iklim kekeluargaan yang akrap dengan
siswa, membuat belajar siswa tidak membosankan (Isnawati, 2010: 107).
Berdasarkan hasil kuesioner kategori siswa yang menyatakan sangat berminat
berjumlah 22 siswa (28,95%) dan yang cukup berminat dalam belajar berjumlah 54
siswa (71,05%) dari 76 siswa. Nilai rata-rata (mean) adalah 15,74. Ini menunjukkan
bahwa para siswa di SMP Tarakanita Solo Baru cukup berminat dalam belajar. Siswa
memberikan perhatian yang intensif dalam pelajaran (Syah, 2002: 151). Dari hasil ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa pandangan para siswa terhadap pelajaran tidak
membeda-bedakan, yang satu lebih rendah ataupun bernilai dari pelajaran yang lain
119
karena pada umumnya hampir semua siswa memiliki minat untuk belajar. Mereka
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam belajar. Minat tersebut muncul karena
adanya suatu kebutuhan dan keinginan untuk terus belajar serta partisipasi dalam
belajar, kebiasaan dan pengalaman yang dialaminya dalam belajar (Sardiman,
2010:76).
Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data kategori siswa yang menyatakan
sangat perhatian dan cukup perhatian dalam belajar berjumlah 59 siswa (77,64%)
dari 76 siswa dan yang menyatakan kurang perhatian dalam belajar berjumlah 17
siswa (22,36%) dari 76 siswa. Nilai rata-rata (mean) dari perhatian belajar adalah
22,87. Ini menunjukkan bahwa perhatian siswa dalam belajar tergolong cukup
perhatian. Perhatian siswa dalam belajar ini dapat memudahkan para siswa untuk
memahami informasi dari guru serta memudahkan mereka untuk menyimpan
informasi dalam sistem memorinya, sehingga saat dibutuhkan, ia pun dengan mudah
mampu mengeluarkan gagasan atau pendapatnya (Desmita, 2009: 125-126). Dalam
hal ini upaya untuk mempertahankan perhatian siswa dalam belajar tetap perlu
dikembangkan dan ditingkatkan sehingga siswa terbantu untuk selalu menyimpan
informasi yang diperolehnya (Daryanto, 2010: 80).
Berdasarkan hasil kuesioner kategori siswa yang menyatakan sangat tekun
dan cukup tekun dalam belajar berjumlah 41 siswa (58,7%) dari 76 siswa dan yang
menyatakan kurang tekun berjumlah 25 siswa (32,9%) dari 76 siswa. Nilai rata-rata
(mean) dari ketekunan belajar adalah 4,74. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa
kurang memiliki ketekunan dalam belajar. Ketekunan dalam belajar para siswa
SMP Tarakanita Solo Baru perlu terus dikembangkan agar selalu dapat berprestasi
baik.
120
Berdasarkan hasil kuesione kategori siswa yang menyatakan sangat
berprestasi dan cukup berprestasi berjumlah 47 siswa (61,9%) dari 76 siswa dan yang
menyatakan kurang berpreatasi dalam belajar berjumlah 29 siswa ( 38,1%) dari 76
siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh dari prestasi belajar adalah 14,12. Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa SMP Tarakanita Solo Baru
tergtolong cukup berprestasi dalam belajar. Namun yang kurang berprestasi juga ada,
sebanyak 29 siswa. Maka perlu upaya dari guru untuk meningkatkan prestasi belajar
dari para siswa. Data ini memperlihatkan bahwa siswa yang berprestasi dengan yang
kurang berprestasi secara akademik masih lebih banyak yang berprestasi. Dari uraian
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa para siswa SMP Tarakanita Solo Baru yang
memiliki motivasi belajar yang tergolong cukup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel profesionalitas guru
dengan motivasi belajar yang dihitung dengan korelasi sangatlah besar yakni 0,971
atau 97,1%. Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara
profesionalitas dengan motivasi. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan hasil
signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05. Maka korelasi antara profesionalitas guru
dengan motivasi sangatlah jelas. Dengan kata lain semakin tinggi profesionalitas
guru semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan tampak bahwa
profesionalitas guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap motivasi
belajar siswa. Pengaruh profesionalitas guru mencapai 94,3%, persentasi ini sangat
besar. Bila dilihat dari masing-masing sub variabel diperoleh data berdasarkan hasil
pernyataan dari 76 siswa sebagai berikut: guru yang sangat menguasai kompetensi
pedagogik dan cukup menguasai kompetensi pedagogik sejumlah 98,7% (75 siswa)
121
yang meliputi kemampuan guru dalam mengetahui situasi awal siswa, guru membuat
persiapan dalam mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa, guru menguasai strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru mengadakan evaluasi
belajar dari siswa. Nilai rata-rata (mean) dari kompetensi pedagogik adalah 63,43.
Nilai ini menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru tergolong cukup.
Siswa yang menyatakan guru yang sangat menguasai kompetensi kepribadian
dan yang cukup menguasai kompetensi kepribadinan sebesar 97,37% (74 siswa)
yang meliputi kemampuan guru untuk memiliki keterbukaan pada siswa, guru
memiliki sifat kejujuran pada siswa, guru memiliki rasa tanggung jawab pada tugas-
tugasnya dan guru memiliki nilai disiplin. Nilai rata-rata (mean) dari kompetensi
kepribadian adalah 18,64. Nilai ini menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian
guru tergolong cukup.
Siswa yang menyatakan guru yang sangat menguasai kompetensi sosial dan
menguasai kompetensi sosial sejumlah 86,8% (66 siswa). Kompetensi sosial ini
terdiri dari kemampuan guru menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, kemampuan
guru menggunakan teknologi informasi dalam pengajaran, guru membantu siswa
yang kesulitan dalam belajar, guru berkomunikasi secara baik dengan siswa, sesama,
guru dan orang tua siswa. Nilai rata-rata (mean) dari kompetensi sosial adalah 15,62.
Nilai ini menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru tergolong cukup.
Siswa yang menyatakan bahwa guru yang sangat menguasai profesional dan
menguasai profesional sejumlah 72,4% (55 siswa) yang meliputi kemampuan guru
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan guru dalam menguasai bahan
pelajaran dan melaksanakan/mengolah proses belajar mengajar. Nilai rata-rata
(mean) dari kompetensi profesional adalah 10,86. Nilai ini menunjukkan bahwa
122
kompetensi profesional guru tergolong cukup. Hasil di atas dapat disimpulkan bahwa
profesionalitas guru SMP Tarakanita Solo Baru perlu dipertahankan agar motivasi
belajar siswa-siswi juga meningkat sehingga pencapaian hasil belajar semakin
meningkat pula.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru di SMP Tarakanita Solo
Baru bahwa para guru menghayati profesinya sebagai sebuah panggilan yang mulia
dalam tugas perutusannya. Dalam pengabdiannya guru merelakan hati dan
menyisihkan waktu demi kepentingan siswa, demi membimbing siswa,
mendengarkan keluhan siswa, menasihati siswa, bersama-sama siswa pada waktu
senggang, berbicara dan bersenda gurau di sekolah saat istirahat dan sebagainya
(Djamarah, 2000: 3).
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang membantu manusia dalam
pengembangan akal budi, perasaan, hati murni, kehidupan sosial, dan keharmonisan
sehingga siswa bertumbuh menjadi pribadi yang utuh dan seimbang (Surani, 2008:
27). Gereja menegaskan dalam Gravissimum Educationis art. 2 bahwa pendidikan itu
bertujuan untuk pendewasaan pribadi, iman, hidup bersama sebagai anggota Gereja
dan warga masyarakat serta memberikan kesaksian tentang harapan ada di dalam diri
mereka.
Supriadi (1999: 9) menjelaskan bahwa dasar pendidikan adalah kasih sayang,
cinta yang tulus. Para guru sebagai bagian komunitas pendidikan Tarakanita di Solo
Baru mempunyai peran yang besar dalam membela serta melindungi harkat dan
martabat manusia terlebih pada siswa yang miskin, lemah, dan menderita akibat
ketidakadilan, kekerasan dan penindasan (Surani, 2008: 28). Siswa yang mengalami
pergumulan dalam hidup, perlu dibantu dan didampingi secara pribadi, diterima apa
123
adanya dengan segala keunikannya, sehingga ia dapat berkembang menjadi pribadi
yang tangguh dan berani menghadapi tantangan di masa mendatang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden satu di SMP Tarakanita Solo
Baru bahwa para guru tidak hanya mengajarkan bahan yang telah mereka siapkan
pada siswa, akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan
belajar dan penanaman nilai-nilai moral demi pembentukan karakter siswa ke arah
yang baik.
Responden satu: “Kami ya, tidak hanya mengajarkan materi semata-mata ya, namun juga tetap punya tanggungjawab membimbing dan menanamkan nilai-nilai moral pada anak-anak ya, agar mereka juga memiliki karakter yang lebih baik dari yang sebelumnya”. Berdasarkan wawancara dengan responden tiga, bahwa siswa usia SMP
sedang dalam masa transisi dari masa kanak-kanan ke masa remaja, sehingga dalam
mengikuti proses pelajaran tampak labil. Hal ini berdampak pada materi atau bahan
untuk mengajar yang telah dipersiapkan dengan matang, terkadang tidak sesuai
dengan kebutuhan siswa.
Responden tiga: “Ya kita menyadari ya, bahwa usia SMP itu kan dalam masa transisi dari anak ke remaja. Emosinya pun sering labil. Kadang materi yang telah kita siapkan dalam prakteknya mengalami perubahan. Karena apa, ya karena tidak sesuai dengan kebutuhan siswa saat itu. Ya kita sebagai guru, pandai-pandai aja membuat inprofisasi. Metode berbeda tapi tujuan tetap tercapai”.
Menurut Aunurrahman (2009: 176) menguraikan bahwa meskipun guru secara
sungguh-sungguh telah berupaya merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik, tetapi tantangan belajar akan tetap dijumpai oleh guru.
Kegiatan belajar merupakan hal yang dinamis, sehingga menantang sekaligus
menjadi peluang bagi para guru di SMP Tarakanita Solo Baru untuk terus-menerus
124
mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa di kelas. Maka guru yang
profesional perlu memahami tentang masalah-masalah belajar yang dialami oleh
siswa sehingga guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang muncul
dalam proses pembelajaran. Melalui berbagai keahlian yang dimilikinya, guru
mampu mengkaji secara kritis permasalahan yang sering dialami siswa dalam belajar
agar tujuan belajar siswa dapat tercapai dengan baik.
Responden tiga dalam wawancara mengatakan bahwa guru sebagai
pembimbing belajar siswa di SMP Tarakanita Solo Baru mengadakan pendekatan
secara personal dalam setiap proses belajar mengajar. Melalui pendekatan ini guru
mampu mengenal dan memahami siswa secara lebih dalam. Pengalaman ini
membantu para guru untuk memilih materi atau bahan dan metode yang sesuai
dengan kebutuhan siswa sehingga dapat membantu siswa untuk belajar dengan baik
dan pada akhirnya memperoleh hasil yang optimal. Pendekatan tersebut juga
dijadikan sebagai peluang dan pintu masuk bagi para guru untuk dapat bekerjasama
dengan orang tua siswa dalam meningkatkan motivasi balajar siswa.
Berdasarkan wawancara dengan wakil kepala SMP Tarakanita Solo Baru
bahwa pengembangan profesionalitas guru di SMP Tarakanita dilakukan dengan
mengikuti kegiatan penataran yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan ataupun
yayasan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Melalui penataran
para guru mendapat bahan-bahan pengajaran yang sesuai dengan keahliannya. Guru
juga mendapat pembekalan tentang strategi proses belajar mengajar, media dan alat-
alat pelajaran, serta prosedur dan alat evaluasi. Bahan-bahan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar sehingga mampu pula
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Pihak sekolah juga menyelenggarakan
125
kursus bersama seperti kursus komputer, kursus bahasa untuk meningkatkan
keterampilan para guru dalam menggunakan berbagai cara agar siswa semangat
untuk belajar.
Berdasarkan buku Pedoman Supervisi yang dikeluarkan oleh Yayasan
Tarakanita bahwa Yayasan Tarakanita mempunyai cara untuk meningkatkan
profesionalitas gurunya. Yayasan keberjasama dengan unit karya memberikan
kesempatan pada guru-guru yang ingin mengembangkan keilmuannya dengan
menempuh studi lanjut; menyelenggarakan pembekalan dan pembinaan untuk para
guru berkaitan dengan adanya perubahan kurikulum agar memiliki arah gerak yang
sama demi pencapaian tujuan belajar; membuat pedoman penilaian bagi guru yang
berupa Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Pengembangan ini diadakan
setiap semester di unit karya masing-masing, sehingga mendukung pelaksanaan
kegiatan evaluasi bersama setiap akhir tahun pelajaran. Adapun tujuan evaluasi ini
adalah untuk melihat hal-hal yang telah dilakukan, mana yang telah meningkat dan
hal-hal yang masih kurang sehingga perlu dikembangkan. Para guru juga diberi
kesempatan untuk mengadakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki hasil
balajar siswa sehingga menemukan peluang dalam setiap tantangan.
Berdasarkan sharing dari beberapa guru dan karyawan bahwa yang sering
dilakukan oleh SMP Tarakanita Solo Baru adalah menyelenggarakan rekoleksi
bersama (guru dan karyawan) untuk memaknai setiap peristiwa yang telah dilalui
dalam terang iman sehingga menjadi inspirasi yang dapat mengembangkan semangat
para guru dalam melayani para siswa, mengadakan seminar untuk para guru dengan
mengundang narasumber yang sungguh kompoten; membangun jejaring dan
kerjasama yang baik dengan lembaga pendidikan lainnya ataupun dengan pihak
126
pemerintah setempat, mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh pihak Yayasan
Tarakanita dan lain sebagainya.
Berdasarkan buku Pedoman Supervisi yang dikeluarkan oleh Yayasan
Tarakanita, ditetapkan ada tiga komponen umum dan tiga komponen khusus yang
perlu dilaksanakan untuk mengisi DP3 di SMP Tarakanita Solo Baru. Tiga
komponen umum tersebut terdiri dari komponen spiritual dan katolisitas, komponen
kualitas pribadi dan komponen semangat persaudaraan. Komponen ini berlaku bagi
semua yang bekerja di Yayasan Tarakanita baik tenaga edukatif maupun non
edukatif.
Komponen spiritualitas dan katolisitas terdiri dari kesadaran akan makna
hidup yang diungkapkan dengan rasa syukur dalam iman dan semangat pembaharu
dengan memperbaiki sikap baik diri sendiri maupun komunitas serta berusaha
menemukan cara atau teknik baru untuk meningkatkan kinerja diri sendiri dan orang
lain.
Komponen kualitas pribadi terdiri dari disiplin misalnya selalu berada di
tempat tugas, datang tepat waktu; tanggung jawab seperti menjaga dan memelihara
sarana prasarana yang menjadi tanggung jawabnya serta melaksanakan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya dengan laporan tertulis, lengkap dan tersusun secara
sistematis; kejujuran dengan tidak menyalahgunakan wewenang serta laporan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya; loyalitas dengan
adanya kemampuan menjaga dan memegang teguh rahasia sekolah atau yayasan dan
jabatan serta membela nama baik sekolah atau yayasan, adanya kesetiaan mematuhi
dan menjalankan semua tata tertib dan peraturan yang berlaku di sekolah atau
yayasan, serta adanya kesiap sediaan menerima tugas yang diberikan atasannya di
127
luar tugas rutin yang menjadi wewenangnya; dan kesehatan dengan menjaga dan
memelihara kesehatan dengan baik sehingga mendukung kinerja guru.
Komponen semangat persaudaraan antara lain kerjasama, keterbukaan dan
solidaritas. Kerjasama mengandaikan seorang guru memiliki kesediaan untuk
bekerjasama dengan orang lain menurut waktu dan bidang tugas yang ditentukan.
Sikap terbuka berarti seorang guru mempunyai kemauan untuk menerima keputusan
atau kritikan yang diambil secara bijak demi kepentingan bersama. Sedangkan sikap
solidaritas mengandaikan seorang guru mempunyai kepekaan terhadap masalah yang
dihadapi orang lain atau teman sejawat juga terhadap siswa yang dilayaninya. Maka
seorang guru sungguh dituntut untuk memiliki kualitas hidup yang dapat dijadikan
contoh bagi para siswa.
Tiga komponen khusus yang perlu dimiliki oleh seorang Guru Tarakanita
yaitu komponen pedagogik/pengajaran: prestasi kerja sebagai guru kelas/bidang studi
yang meliputi adanya pemahaman dan pengembangan kurikulum, terlaksananya
analisis soal, terlaksananya analisis hasil ulangan dan program perbaikan dan
pengayaan; komponen administrasi: kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran dan pengembangan profesi: kemampuan belajar mengikuti
perkembangan IPTEK yang meliputi adanya kemampuan meningkatkan dan
mengembangakan profesinya melalui bacaan/pertemuan profesi/seminar lokakarya,
diskusi/karya ilmiah, penelitian/media elektronik.
Pengembangan profesionalitas guru itu penting dalam hubungannya dengan
kegiatan belajar mengajar (Daryanto, 2010: 104), terlebih dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa agar siswa berhasil dalam belajar. Dikatakan penting karena
dalam proses belajar mengajar seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan
128
berbagai kemampuan yang ia miliki untuk membantu siswa dalam belajar. Siswa
perlu dimotivasi dalam belajar dengan berbagai bentuk dukungan, perhatian agar
intensitas belajarnya pun meningkat sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
optimal. Seorang guru membutuhkan keterampilan untuk dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Maka dengan adanya pengembangan profesionalitas guru
dapat menjadi sarana bagi para guru untuk mengevaluasi kembali tugas dan
pelayanannya selama ini serta mengupayakan agar ke depannya ia semakin baik. Hal
ini juga dapat membantu para guru untuk menemukan hal-hal baru untuk mengatasi
berbagai kesulitan dan tantangan saat berhadapan dengan realita siswa yang memiliki
persoalan yang kompleks.
F. Keterbatasan Peneliti
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa tantangan,
kekurangan dan keterbatasan sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh diasumsikan bahwa responden menjawab sesuai dengan
keadaan dan pengalaman yang sebenarnya sehingga kebenaran data dapat
dilacak. Bila responden menjawab tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya,
kesimpulan dapat berbeda dan kebenaran data tidak dapat dilacak.
2. Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga saat pengisian kuesioner,
peneliti tidak ikut mengawasi responden. Petunjuk yang ada dalam kuesioner bisa
kurang dimengerti oleh responden, sehingga dalam kuesioner dapat keliru.
3. Peneliti juga mengalami keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam
membuat pertanyaan kuesioner yang belum sepenuhnya mewakili indikator pada
setiap variabel.
129
4. Peneliti mempunyai keterbatasan dalam mencari sumber buku-buku acuan yang
mendukung dalam penelitian ini.
5. Peneliti mengalami keterbatasan waktu untuk mengadakan penelitian di lapangan
sehingga data yang diperoleh juga sangat terbatas. Selain itu peneliti juga
mengalami kesulitan dalam mencari waktu yang tepat untuk mengadakan
penelitian di lapangan.
6. Data yang diperoleh dari kuesioner masih harus didukung dengan data lainnya
seperti wawancara, data dari dokumentasi, dan pengamatan langsung dari penulis
sehingga memerlukan waktu beberapa kali untuk kembali ke lapangan guna
melengkapi data tersebut.
7. Peneliti juga mengalami tantangan untuk mencari waktu yang tepat dalam
menyusun skripsi dan mengolah data yang diperoleh.
G. Usulan Program Kegiatan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
(SCP)
1. Latar belakang Usulan Penyusunan Program Kegiatan Katekese Umat
Model Shared Christian Praxis (SCP)
Berdasarakan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan menunjukkan bahwa
profesionalitas guru mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Pengaruh
profesionalitas guru yakni 94,3%, persentase ini cukup besar. Dari masing-masing
sub variabel diperoleh data berdasarkan hasil pernyataan dari 76 siswa diperoleh data
sebagai berikut: guru yang sangat menguasai kompetensi pedagogik sebesar 40,8%
dan yang cukup menguasai kompetensi pedagogik sebesar 57,9%. Hal ini dapat
130
disimpulkan bahwa guru yang sangat menguasai dan yang cukup menguasai
kompetensi pedagogik mencapai 98,7 % dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 63,34,
dan tergolong cukup. Kompetensi pedagogik tersebut meliputi kemampuan guru
dalam mengetahui situasi awal siswa, guru membuat persiapan dalam mengajar
sesuai dengan kebutuhan siswa, guru menguasai strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan guru mengadakan evaluasi belajar dari siswa.
Guru yang sangat menguasai kompetensi kepribadian sebesar 31,58% dan
yang cukup menguasai kempetensi kepribadian sebesar 65,79%. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa secara umum penguasaan guru terhadap kompetensi kepribadian
mencapai 97,37% dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 18,64, dan tergolong cukup.
Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan guru untuk memiliki keterbukaan
pada siswa, guru memiliki sifat kejujuran pada siswa, guru memiliki rasa tanggung
jawab pada tugas-tugasnya dan guru memiliki disiplin yang tinggi.
Guru yang sangat menguasai kompetensi sosial sejumlah 35,5% dan yang
cukup menguasai kompetensi sosial sejumlah 51,3% sehingga secara umum
mencapai 86,8% dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 15,62, dan tergolong cukup.
Kompetensi sosial ini terdiri dari kemampuan guru menyesuaikan diri dengan situasi
yang ada, kemampuan guru menggunakan teknologi informasi dalam pengajaran,
guru membantu siswa yang kesulitan dalam belajar, guru berkomunikasi secara baik
dengan siswa, sesama, guru dan orang tua siswa.
Sedangkan guru yang sangat menguasai profesional sejumlah 21,1% dan
yang cukup menguasai kompotensi profesional sejumlah 51,3% dengan nilai rata-
rata (mean) sebesar 10,86, dan tergolong cukup. Kompetensi profesional secara
umum mencapai 72,4% yang meliputi kemampuan guru merencanakan program
131
belajar mengajar, kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran dan
melaksanakan/mengolah proses belajar mengajar. Uraian ini menunjukkan bahwa
profesionalitas guru SMP Tarakanita perlu dipertahankan dan masing-masing
kompetensi yang dimiliki oleh Guru Tarakanita Solo Baru juga perlu dipertahankan.
Berdasarkan falsafah “hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik
dari hari ini”, maka meskipun secara umum berbagai kompetensi keguruan sudah
dimiliki oleh para guru secara baik, perlu juga senantiasa ditingkatkan agar
perkembangannya sungguh optimal yang mestinya berdampak pada optimalisasi
motivasi belajar para siswa-siswi juga meningkat sehingga pencapaian hasil belajar
selalu meningkat juga. Oleh karena itu diperlukan suatu pembinaan yang dapat
dilaksanakan secara berkala untuk membantu para guru dalam mempertahankan
profesinya dan mengembangkan profesinya agar sesuai dengan tuntutan zaman.
Penulis menyadari bahwa Yayasan Tarakanita memiliki kekhasan tersendiri
dalam membina para guru untuk meningkatkan profesionalitas yakni dengan Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan ( DP3). Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan ini
terdiri dari dua komponen yakni komponen umum dan komponen khusus.
Komponen umum artinya penilaian tersebut diberlakukan untuk semua yang bekerja
di Yayasan Tarakanita baik itu ketua yayasan, kepala sekolah, para guru, tata usaha,
pembantu pelaksana maupun satpam yang juga ikut menciptakan suasana sekolah
yang kondusif. Komponen umum ini terdiri dari (1) spiritualitas dan katolisitas, (2)
kualitas pribadi, dan (3) semangat persaudaraan. Sedangkan komponen khusus
artinya penilaian tersebut diberlakukan secara khusus sesuai dengan fungsinya.
Misalnya DP3 yang dikhususkan untuk guru terdiri dari (1) pendidikan/pengajaran,
(2) administrasi dan (3) pengembangan profesi.
132
Melalui wawancara dan perbincangan dengan para guru di SMP Tarakanita
Solo Baru, mereka mengharapkan adanya pembinaan yang bersifat spiritual, juga
yang berbentuk pelatihan bersama tentang strategi pembelajaran dengan berbagai
macam metode yang menarik untuk membantu para guru dalam mengembangkan
potensi dan keahlian mereka agar semakin mampu memotivasi siswa dalam belajar
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Bila dilihat dari hasil
penelitian masing-masing sub variabel profesionalitas guru bahwa masing-masing
sub variabel menunjukkan hasil yang cukup tinggi. Secara umum profesionalitas
guru pada sub variabel pedagogik mencapai 98,7%, sub variabel kepribadian
mencapai 97,37%, sub variabel sosial mencapai 86,8% dan sub variabel profesional
mencapai 72,4%.
Berdasarkan data hasil penelitian bahwa yang paling rendah adalah data sub
varabel profesional guru yang mencapai 72,4. Sub variabel inilah yang perlu
mendapat perhatian khusus dalam menunjang profesionalitas guru di SMP
Tarakanita Solo Baru. Untuk dapat meningkatkan profesionalitas guru di SMP
Tarakanita Solo Baru, pihak yayasan telah mengadakan pembinaan secara berkala
baik dalam bentuk lokakarya, seminar, pelatihan-pelatihan atau pengadaan buku-
buku baru yang dapat mendukung profesionalitas guru sehingga para guru semakin
cakap dalam mengemban tugas perutusannya.
2. Alternatif Pendekatan Pembinaan bagi Para Guru di SMP Tarakanita Solo
Baru.
Ada beberapa alternatif pendekatan pembinaan yang dapat dilakukan untuk
membina para guru di SMP Tarakanita Solo Baru sehingga para guru semakin
133
kompoten dalam bidangnya. Misalnya untuk mempertahankan kompotensi
pedagogik dan meningkatkan kompotensi profesional model pembinaannya dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan seminar, penataran atau lolakarya dengan
mengundang narasumber yang sungguh memiliki keahlian dalam bidang tersebut.
Melalui kegiatan tersebut para guru akan mendapatkan pengalaman baru baik dari
segi pengetahuan maupun keterampilan yang menunjang profesionalitasnya sebagai
guru. Kegiatan seminar, penataran atau lolakarya ini secara umum membutuhkan
waktu yang khusus, biaya yang tidak sedikit, tempat yang memadai, sarana yang
mendukung dan melibatkan banyak pihak misalnya ada panitia penyelenggaraan,
ada narasumber yang diundang secara khusus, ada peserta yang juga diundang secara
khusus sehingga memerlukan perencanaan yang matang dan sebagainya. Kegiatan
ini kemungkinan besar dapat diselenggarakan sekali setahun berkaitan dengan
momen tertentu dan membutuhkan persetujuan dari pihak yayasan untuk mendukung
kegiatan tersebut.
Pada kompetensi kepribadian dan sosial kegiatannya dapat menggunakan
model pembinaan seperti retret, outbound, rekoleksi, dan katekese umat Model
Shared Christian Praxis. Pembinaan dengan kegiatan outbound, retret, dan rekoleksi
juga membutuhkan waktu khusus, tempat yang khusus, sarana-prasarana yang
mendukung, serta biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Sedangkan pembinaan dengan katekese umat model Shared Christian Praxis
membutuhkan waktu + 45 menit, dapat dilaksanakan di sekolah dengan
menggunakan jam sekolah sesudah kegiatan belajar-mengajar selesai, semua peserta
mendapat kesempatan yang sama untuk sharing, terlibat dan ambil bagian, bahannya
dapat menggunakan pengalaman peserta, film, kitab suci, lagu dan sebagainya.
134
Shared Christian Praxis menekankan proses berkatekese yang bersifat
dialogal dan partisipatif. Katekese umat model Shared Christian Praxis ini bertitik
tolak dari pengalaman hidup peserta (para guru), yang direfleksikan secara kritis dan
dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap
dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru (Sumarno, 2009:
14-15).
Shared Christian Praxis memiliki langkah yang telah tersusun secara
sistematis sehingga memudahkan pemandu dalam proses katekese ini. Langkah-
langkah Shared Christian Praxis lima langkah pokok yang didahului dengan langkah
0 (awal), langkah I, langkah II, langkah III, langkah IV dan langkah V.
Langkah 0 (awal) digunakan bila dalam pertemuan belum ada tema yang
jelas, sehingga pemandu mendorong peserta untuk menemukan topik pertemuan
yang bertolak dari kehidupan konkrit, yang dapat dijadikan sebagai tema pertemuan.
Bila dalam pertemuan sudah ada tema, maka langkah ini tidak perlu digunakan.
Langkah 1 (pertama) berisi sharing pengalaman peserta atau pengungkapan
pengalaman hidup faktual. Peran peserta pada langkah ini adalah mengungkapkan
pengalamannya yang sungguh di alami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu
laporan. Maka peran pembimbing sebagai fasilitator adalah menciptakan suasana
pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan pengalaman
hidupnya berkaitan dengan tema.
Langkah II (kedua) adalah merefleksikan secara kritis sharing pengalaman
hidup aktual tersebut yang dibantu dengan panduan pertanyaan mengapa dan
bagaimana. Setelah itu dilanjutkan dengan langkah III (ketiga). Langkah ini
mengajak peserta untuk mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi kristiani agar
135
lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang memiliki situasi
dan latar balakang yang berlainan.
Langkah IV (keempat) merupakan pertemuan langkah 1, 2 dan 3 yaitu
interpretasi/tafsir dialektis antara tradisi dan visi kristiani dengan tradisi dan visi
peserta (menerapkan iman Kristiani dalam situasi konkret peserta). Peserta diajak
berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani, menemukan nilai-nilai hidup yang hendak
digarisbawahi, sikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan dan nilai-nialai
baru yang hendak diperkembangkan.
Langkah V (kelima) yakni keterlibatan baru demi makin terwujudnya
kerajaan Allah di dunia ini dengan mengusahakan suatu aksi konkret yang dibangun
bersama ataupun pribadi. Ini merupakan kekhasan dari SCP yakni niat atau usaha
konkret yang dilakukan secara nyata.
Langkah-langkah di atas dapat disederhanakan secara ringkas yakni
mengungkapkan pengalaman hidup konkret peserta, merefleksikannya,
menghadirkan tradisi iman kristiani sehubungan dengan tema, kemudian disusul
adanya kesempatan bagi peserta untuk mengkonfrontasikan pengalaman hidup
mereka dengan pengalaman iman kristiani, dan akhirnya peserta diajak untuk
mengambil keputusan terhadap jawaban kristiani pribadi untuk hidup sehari-hari
sebagai wujud keterlibatan baru pada dunia.
Setelah penulis melihat beberapa alternatif pendekatan pembinaan yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan profesionalitas guru SMP
Tarakanita Solo Baru pada sub kompetensi pegagogik, sub kompetensi kepribadian,
sub kompetensi sosial dan sub kompetensi kepribadian maka penulis memilih
136
kopetensi kepribadian dan sosial sebagai fokus perhatian pembinaan dengan
pembinaan katekese umat model Shared Christian Praxis.
Alasan penulis memilih bentuk pembinaan katekese umat model Shared
Christian Praxis karena kagiatan ini dapat dilaksanakan di sekolah secara berkala
pada jam sekolah, waktunya singkat, sehingga tidak mengurangi jam mengajar para
guru, dan ada aksi nyata yang merupakan gerakan bersama sebagai buah dari
pertemuan Shared Christian Praxis. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
profesionalitas guru khususnya pada kompetensi sosial dan mempertahankan
kompetensi kepribadian guru serta berefleksi bersama untuk menemukan sesuatu
yang bermanfaat bagi mutu profesionalitas guru. Dengan demikian para guru
semakin mampu mempertahankan profesionalitasnya dengan baik sehingga semakin
mampu pula untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar siswa dapat berhasil
dengan baik.
Dalam pertemuan ini penulis mengusulkan sebuah tema umum yakni
“Mengembangkan Profesionalitas Guru pada Aspek Kepribadian dan Sosial melalui
SCP”. Alasan pemilihan tema ini karena penulis ingin memberi perhatian khusus
pada aspek kepribadian dan sosial yang merupakan bagian dari profesionalitas
seorang guru. Bila dilihat dari hasil penelitian pada sub kompetensi sosial (86,8%)
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 15,62, dan sub kompetensi kepribadian guru
(97,37%) dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 18,64 dapat dikatakan cukup. Maka
untuk mempertahankan kompetensi kepribadian dan sosial guru, perlu dilakukan
suatu pembinaan secara terus-menerus, sehingga para guru sungguh kompeten dan
menjadi figur yang diidam-idamkan oleh para siswa.
137
3. Tema dan Tujuan
Pemilihan tema dalam suatu program pembinaan hendaknya disesuaikan
dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh penulis. Pembinaan ini bertujuan untuk
mempertahankan profesionalitas guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
agar siswa dapat belajar dengan baik. Tema umum ini merupakan salah satu tema
yang dapat menunjang profesionalitas guru dalam mengembangkan kompetensi yang
dimiliki oleh para guru.
Tema Umum: Mengembangkan profesionalitas guru pada aspek kepribadian
dan sosial melalui SCP.
Tujuan Umum: Bersama-sama pendamping, mengembangkan kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial agar dapat menjadi teladan
bagi siswa.
Tema umum ini akan dibagi menjadi empat sub tema dan empat tujuan sub tema,
agar dalam proses pelaksanaan dapat berjalan dengan lebih terarah sesuai dengan
masing-masing tema. Sub-sub tema ini dipilih oleh penulis untuk menunjang tema
umum yakni membangun profesionalitas guru pada aspek kepribadian dan sosial
melalui SCP, dan pencapaian tujuan umum yakni bersama-sama pendamping,
mengembangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial agar dapat menjadi
teladan bagi siswa. Keempat sub tema tersebut yaitu
Sub Tema 1 : Kesetiaan Guru dalam menjalankan tugas.
Tujuan: : Bersama-sama pendamping, semakin menyadari akan
kesetiaan menjalankan tugas sehingga terwujud sikap
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai ungkapan
iman .
138
Sub Tema 2 : Guru yang terbuka.
Tujuan : Bersama pendamping semakin menyadari bahwa guru perlu
membuka diri terhadap situasi yang dihadapi sehingga
memampukan guru untuk mewujudkan semangat belarasa
(compassion) pada siswa yang dilayaninya.
Sub tema 3 : Guru sebagai teladan bagi siswa.
Tujuan : Bersama-sama pendamping semakin menyadari bahwa guru
yang menjadi teladan bagi siswa menuntut adanya suatu
konsekuensi sehingga hati, pikiran dan tindakan guru menjadi
satu kesatuan yang dapat dilihat dan dirasakan oleh siswa
sehingga dapat mewujudkan sikap kerelaan berkorban demi
kecintaan terhadap para siswa yang dilayaninya.
Sub tema 4 : Pemberian diri seorang guru.
Tujuan : Bersama-sama pendamping menyadari bahwa pemberian diri
seorang guru sangat penting dalam proses belajar mengajar
sehingga terwujud sikap totalitas dalam mendidik para siswa
di sekolah agar menjadi pribadi yang utuh, tangguh dan berani
menghadapi tantangan zaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V ini penulis mengemukakan beberapa hal yang perlu ditegaskan
kembali untuk dikembangkan lebih lanjut sehubungan dengan pengaruh
profesionalitas guru terhadap motivasi belajar siswa.
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar merupakan suatu kebutuhan yang muncul dalam diri atau hal-
hal di luar diri yang membuat siswa senang belajar, mampu mengatasi masalah
dalam belajar demi mencapai tujuan. Sedangkan profesionalitas guru merupakan
kerja guru dalam melangsungkan profesi yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswi SMP Tarakanita Solo Baru
memiliki motivasi belajar yang tinggi, meskipun pada awalnya hasil belajar
mereka secara umum berada di bawah standar yang ditentukan oleh sekolah. Dari
tabel data deskriptif diperoleh bahwa motivasi belajar siswa-siswi di SMP
Tarakanita Solo Baru memiliki nilai mean (rata-rata) yakni 77.26. Motivasi
belajar siswa ditandai dengan semangat belajar mencapai nilai rata-rata (mean)
sebesar 19,75 yang terwujud dalam sikap rajin belajar dan senang belajar. Minat
belajar rata-rata (mean) sebesar 15,74 yang terwujud dalam sikap rasa ingin tahu.
160
Perhatian siswa dalam belajar mencapai nilai rata-rata (mean) sebesar 22,87 yang
ditunjukkan dengan sikap tertarik untuk belajar, memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan dari guru. Ketekunan siswa dalam belajar mencapai
nilai rata-rata (mean) sebesar 4,78 yang nampak pada sikap kesetiaan mengikuti
pelajaran dan mengharapkan hasil yang memuaskan serta keinginan siswa untuk
berprestasi mencapai nilai rata-rata (mean) sebesar 14,12 yang terwujud dalam
sikap ingin berhasil dalam belajar.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalitas guru mencapai nilai rata-
rata (mean) sebesar 108,55. Pada masing-masing sub variabel mencapai nilai
rata-rata (mean) sebesar 63,43 untuk kompetensi pedagogik, 18,64 untuk
kompetensi kepribadian, 15,62 untuk kompetensi sosial dan 10,86 untuk
kompetensi profesional. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
profesionalitas guru di SMP Tarakanita Solo Baru adalah cukup tinggi.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalitas guru berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa di SMP Tarakanita Solo Baru. Pengaruh tersebut
dinyatakan dalam bilangan koefisien sebesar 0,943 atau 94,3% yang merupakan
hasil perhitungan korelasi data profesionalitas sebagai variabel X dengan data
motivasi sebagai variabel Y dimana Y= -11,532 + 0,815. Artnya jika peningkatan
profesionalitas bertambah 1 maka peningkatan motivasi rata-rata akan bertambah
0,815 – 11,532 atau setiap peningkatan profesionalitas bertambah 10 maka
peningkatan motivasi akan bertambah 8,15 – 11,532.
161
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas diperoleh bahwa profesionalitas guru
memiliki pengaruh yang besar (94,3%) pada motivasi belajar siswa-siswi di SMP
Tarakanita Solo Baru. Pada masing-masing sub variabel diperoleh bahwa kompetensi
pedagogik mencapai 98,7% dengan nilai rata-rata (mean) 63,43, kompetensi
kepribadian 97,37% dengan nilai rata-rata (mean) 18,64, kompetensi sosial 86,8%
dengan nilai rata-rata (mean) 15,62 dan kompetensi profesional 72,4% dengan nilai
rata-rata (mean) 10,86, maka penulis menyampaikan beberapa saran yang dapat
digunakan untuk mempertahankan profesionalitas guru di SMP Tarakanita Solo
Baru. Penulis melihat bahwa keempat sub variabel dari variabel profesionalitas,
yang paling rendah adalah sub variabel profesional (72,4%). Maka untuk
mempertahankan profesionalitas guru, maka pihak lembaga atau sekolah perlu
pengadaan buku-buku keluaran terbaru yang dapat menunjang perkembangan
profesionalitas guru. Selain itu, perlu adanya pembinaan bagi para guru seperti yang
diusulkan oleh penulis yakni pembinaan katekese umat dengan model Shared
Christian Pracxis. Kegiatan Shared Christian Praxis ini bertujuan untuk
meningkatkan profesionalitas guru khususnya pada kompetensi sosial dan
mempertahankan kompetensi kepribadian guru serta berefleksi bersama untuk
menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi mutu profesionalitas guru. Dengan
demikian para guru semakin mampu mempertahankan profesionalitasnya dengan
baik sehingga semakin mampu pula untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar
siswa dapat berhasil dengan baik.
162
DAFTAR PUSTAKA
Adimassana, Y.B (2008). Profesionalitas Guru di Indonesia. Diktat Mata Kuliah
Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Menengah Pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Kaguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Satana Dharma Yogyakarta.
Alma, H.B. (2008). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. Aqib Zainal. (2009). Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung:
Yama Widya. Arikunto Suharsimi. (1992), Proses penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dapiyanta, F.X. (2006). Proposal Penelitian. Diktat mata kuliah Metodologi Riset
Pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Kaguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Satana Dharma Yogyakarta.
________ . (2008). Diktat mata kuliah Metodologi Riset Pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Kaguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Satana Dharma Yogyakarta.
Darmadi, H. (2009). Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta. Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya. ________ .(2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatf & Inovatif. Jakarta: AV
Publisher. Djamarah, S.B. (2000). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta. Hamalik O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. ________ . (2007). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Akgebsindo. Harjanto (2006). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Irwanto (1989). Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia. Kunandar (2009). Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafinda Persada. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Komsili Vatikan II, terj. R. Hardawiryana, SJ.
Jakarta: Obor. LBI. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta. Kanisius. Munandar A.S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesi. Isnawati N. (2010). Guru Positif-Motivatif. Jakarta: Laksana. Pratisto A. (2004). Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik Dab Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia. Riduwan, M.B.A (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. ________ . (2004). Metode & Teknik Menyusus Tesis. Bandung: Alfabeta. Rochim A & Irmim S. (2004). Menjadi Guru yang Digugu Dan Ditiru. Seyma
Media.
163
Sanjaya, W. (2009) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Bandung: Premada Media Group.
Santoso, S. (2002). SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Gramedia.
Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafinda Persada.
Sidjabat, B.S. (1999). Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Yayasan Andi. Sugiyono (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono & Wibowo. E. (2004). Statistika Untuk Penelitian Dan Aplikasinya. Sumarno, M. (2009). Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik
Paroki. Diktat Mata Kuliah Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Kaguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Satana Dharma Yogyakarta.
Suparno, P. (2004). Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Gramedia. Supriyono W & Ahmadi H.A. (1990). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Surani, dkk. (2008) Pedoman Pelaksanaan Spiritualitas CB untuk Pelayanan
Pendidikan. Yogyakarta: CB Media. Sembiring. M.G. (2009). Menjadi Guru Sejati. Yogyakarta: Galangpers Syah. M (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya. ________ . (2002). Psikologi Belajar. Jakarta:RajaGrafindo Persada. Teguh (2004). Cara Mudah Melakukan Analisis Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta:
Gava Media. Thoifuri, M.Ag. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Kudus: Rasail Media Group. Usman M.U. (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja
Grafinda Persada. Http://www.docstop.com/docs/21519723/Profesionalisme-Guru-dan-Hubungannya-
dengan-Prestasi-Belajar. 2 November 2010. Http://www.Scibd.com/doc/7422782/Skripsihubungan-Motifasi-Belajar-dengan-
Hasil-Belajar-Siswa. 2 November 2010. Winkel. W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Yayasan Tarakanita. Instrumen Supervisi Komponen Umum. Kalangan sendiri. Yayasan Tarakanita. Instrumen Supervisi Guru Kelas/Mata pelajaran. Kalangan
sendiri. ________ . (2007). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Yamin, H.M. (2003). Stategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada Press. Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi.
Bandung: Pakar Raya.
(1)
Isilah identitas anda pada tempat yang telah disediakan
Nama : ................................................
Kelas : ...............................................
Jenis kelamin : P/L
Petunjuk Pegerjaan
Berikut ini disediakan sejumlah peryataan tentang motivasi belajar. Anda
diharapkan mengisi kolom-kolom yang telah tersedia dengan sungguh-sungguh.
Pilihlah satu jawaban yang tersedia di dalam kolom yang paling mendekati
perasaan dan keadaan yang Anda alami.
Skala ini terdiri dari 70 butir pernyataan. Tunjukan pendapat anda terhadap
pernyataan-pernyataan itu dengan MELIHAT KESESUAIAN DENGAN
KEADAAN DIRI ANDA.
Anda cukup memberi tanda centang ( ) pada setiap pernyataan di bawah ini:
SS : Bila anda merasa sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
S : Bila anda merasa setuju dengan pernyataan tersebut.
TS : Bila anda merasa tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
STS : Bila anda merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Contoh
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tetap mengikuti pelajaran siapapun guru
yang mengajar.
Pastikan bahwa hanya ada satu jawaban disetiap butir pernyataan dan pastikan
bahwa setiap butir pernyataan telah terisi semua, jangan sampai ada yang
terlewatkan. Terima kasih atas kerjasama yang anda berikan.
Selamat mengerjakan.
(2)
No Pertanyaan Alternatif jawaban
SS S
TS
STS
1 Saya rajin belajar.
2 Belajar merupakan kebutuhanku.
3 Saya belajar demi meraih cita-citaku.
4 Saya belajar karena teman-teman juga belajar.
5 Saya menggunakan waktu santai untuk membaca
buku pelajaran.
6 Belajar merupakan hal yang menyenangkan.
7 Belajar membuat saya stress.
8 Saya belajar untuk mendapat hadiah.
9 Saya belajar karena untuk menyenangkan orang tua.
10 Belajar merupakan hal yang saya sukai.
11 Saya memanfaatkan waktu untuk belajar dengan
sungguh-sungguh.
12 Saat menghadapi tugas belajar yang sulit, saya tetap
menyelesaikannya.
13 Saya mengerjakan tugas belajar sempai selesai.
14 Saya mengikuti pelajaran di kelas sampai selesai.
15 Bila menghadapi pelajaran yang sulit, saya bertanya
pada teman atau guru.
16 Saya berusaha mencari informasi tambahan mata
pelajaran di internet.
17 Saya rajin ke perpustakaan untuk mencari buku
pelajaran yang saya butuhkan.
18 Saya sering ke toko buku untuk mencari buku
(3)
pelajaran yang saya butuhkan.
19
N0
Saya memperhatikan penjelasan guru saat mengajar.
Pertanyaan
SS
S
TS
STS
20 Saya ngobrol dengan teman ketika guru memberi
penjelasan.
21 Saya tetap memperhatikan penjelasan guru walaupun
itu pelajaran yang sulit.
22 Saya sering bertanya saat mengikuti pelajaran di
kelas.
23 Saya membuat catatan saat mengikuti pelajaran di
kelas.
24 Bila catatan saya tidak lengkap, saya bertanya pada
teman.
25 Membuat catatan merupakan hal yang penting bagiku.
26 Saya merasa cukup dengan buku panduan dari guru.
27 Saya menggunakan jam kosong untuk membaca di
perpustakaan.
28 Saya tidak menggantungkan diri pada orang lain saat
belajar.
29 Proses yang saya capai dalam belajar sesuai dengan
kemampuanku.
30 Nilai raportku memenuhi standar kenaikan kelas.
31 Hasil ujian saya memuaskan.
32 Hasil ujian saya mengecewakan.
33 Saya pernah mengikuti kejuaraan sekolah.
34 Saya pernah mengisi acara dalam momen tertentu di
sekolah.
(4)
35 Keterampilan yang saya miliki semakin berkembang.
36 Guru menegur siswa yang tidak rapi saat masuk kelas.
37 Guru memberi salam saat masuk kelas.
38 Guru mengingatkan siswa yang ribut saat pelajaran
sedang berlangsung.
N0
Pertanyaan
SS
S
TS
STS
39 Guru mengadakan percakapan dengan siswa yang
masuk terlambat di dalam kelas.
40 Guru menanyakan tugas yang dikerjakan oleh siswa.
41 Guru mengadakan pendekatan dengan siswa yang
jarang mengumpulkan tugas.
42 Guru bertanya pada siswa dengan menyebut nama
siswa.
43 Guru memilih metode/media/materi yang cocok
dengan kebutuhan siswa.
44 Bakat dan potensiku dikenal oleh guru.
45 Guru mengajar dengan lancar dan mantap.
46 Sebelum pelajaran dimulai, guru menyediakan alat
yang dibutuhkan dalam mengajar.
47 Guru menyediakan alat yang digunakan dalam
mengajar secara mendadak.
48 Guru memberi informasi tentang jadwal ulangan.
49 Guru memberikan materi yang cocock dengan
pengalaman hidup siswa.
50 Guru mengajar dengan menggunakan metode yang
(5)
bervariasi.
51 Langkah-langkah pembelajaran yang diberikan guru
relevan dan cocok dengan situasi siswa.
52 Guru menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
siswa dalam mengajar.
53 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mencari
sumber/media yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
N0
Pertanyaan
SS
S
TS
STS
54 Guru segera membagikan hasil ulangan pada siswa.
55 Guru memberikesempatan untuk menjalani remidi
atau perbaikan.
56 Guru terbuka terhadap perkembangan ilmu.
57 Guru dapat menerima kritikan dan masukan dari
siswa.
58 Guru menyampaikan kriteria dalam penilaian.
59 Guru memberi penilaian secara objektif.
60 Guru masuk kelas tepat waktu.
61 Guru memberi sangsi pada siswa yang terlambat
mengumpulkan tugas.
62 Guru menggunakan teknologi komputer, lap top, LCD
sebagai bahan yang menarik dalam belajar.
63 Guru menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
oleh siswa.
64 Guru sering berkomunikasi dengan siswa dan orang
(6)
tua siswa diluar jam belajar.
65 Materi yang diuraikan oleh guru mudah dipahami oleh
siswa.
66 Guru dapat menyebutkan contoh-contoh yang
berkaitan dengan materi pelajaran siswa dapat lebih
mengerti dengan jelas.
67 Guru dapat menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa.
68 Saat pelajaran sedang berlangsung, guru mengadakan
dialog dengan siswa.
N0
Pertanyaan
SS
S
TS
STS
69 Guru mampu mengolah materi pelajaran menjadi
lebih menarik sehingga siswa bersemangat dalam
belajar.
70 Saat guru mengajar di kelas, banyak siswa yang
mengantuk.
NO 1 2 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 18 19 20 21 22 23 24 25 27 28 29 30 31 32 33 JmlSiswa
1 S 1 2 4 1 2 2 1 1 1 3 2 4 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 4 2 2 2 1 57 2 S 10 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 3 S 11 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 4 S 12 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 5 S 13 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 6 S 14 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 7 S 15 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 8 S 16 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 9 S 17 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 10 S 19 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 11 S 2 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 12 S 20 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 13 S 21 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 14 S 22 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 15 S 23 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 16 S 24 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 66 17 S 25 2 3 2 2 4 1 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 69 18 S 26 3 2 1 3 2 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 1 3 3 3 1 2 3 3 4 4 2 67 19 S 27 3 4 2 2 3 3 2 2 3 2 3 4 1 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 4 2 70 20 S 28 3 4 3 3 4 2 3 3 1 2 4 3 1 3 1 4 1 3 4 3 1 1 2 2 2 3 3 69 21 S 29 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 3 1 3 4 3 2 2 2 70 22 S 3 3 4 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 70 23 S 30 3 4 2 3 3 1 3 1 3 4 4 3 3 3 1 4 2 3 3 4 2 2 3 2 2 2 2 72 24 S 31 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 71 25 S 32 3 4 2 3 4 2 4 1 3 3 4 4 2 3 3 3 2 3 3 4 2 1 2 2 2 4 1 74 26 S 33 3 4 3 2 2 1 2 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 4 1 3 3 3 2 4 4 2 72 27 S 34 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 74 28 S 35 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 74 29 S 36 3 4 3 3 3 1 3 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 4 4 4 2 3 3 1 2 2 3 73 30 S 37 2 4 2 3 2 1 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 2 2 4 4 2 2 3 2 75 31 S 38 2 4 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 2 2 73 32 S 39 3 4 2 3 4 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 4 1 1 1 3 4 3 2 2 72 33 S 4 3 4 2 3 3 2 2 2 3 3 4 4 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 4 73 34 S 40 3 4 3 3 3 1 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 2 4 4 4 1 3 2 2 2 3 2 74 35 S 41 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 1 2 2 3 3 2 73 36 S 42 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 75 37 S 43 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 77 38 S 44 4 4 3 4 2 1 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 78 39 S 45 4 4 3 2 2 1 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 2 2 75
MOTIVASIANALISIS VALIDITAS
40 S 46 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 77 41 S 47 2 4 2 3 2 1 3 3 4 4 4 3 3 3 1 3 2 3 4 4 1 2 3 3 3 3 3 76 42 S 48 2 3 3 3 2 1 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 2 1 2 2 78 43 S 49 3 3 2 2 4 2 3 4 4 2 3 3 2 4 3 4 2 3 4 3 1 3 3 4 3 4 1 79 44 S 5 3 4 2 3 3 2 3 2 3 3 4 4 2 3 2 2 2 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 78 45 S 50 2 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 4 2 3 2 2 78 46 S 51 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 78 47 S 52 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 4 3 3 4 2 3 2 2 79 48 S 53 3 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 81 49 S 54 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 83 50 S 55 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 4 4 3 2 81 51 S 56 4 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 1 3 1 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 80 52 S 57 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 81 53 S 58 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 4 2 82 54 S 59 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 4 4 4 1 83 55 S 6 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 82 56 S 60 2 4 4 3 4 1 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 1 2 2 3 3 4 1 84 57 S 61 3 4 2 2 3 1 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 83 58 S 62 3 4 3 3 3 1 3 2 4 3 3 4 4 2 2 4 4 3 4 4 2 3 3 4 3 3 4 85 59 S 63 3 3 2 3 4 1 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 85 60 S 64 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 85 61 S 65 4 4 4 4 2 1 3 4 3 3 4 4 2 4 1 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 85 62 S 66 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2 4 2 4 4 3 4 3 2 2 4 4 3 3 2 84 63 S 67 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 86 64 S 69 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 3 4 88 65 S 7 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 1 4 1 86 66 S 70 3 4 3 4 3 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 4 1 90 67 S 71 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 2 3 2 4 4 4 3 89 68 S 72 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4 3 4 1 4 4 4 4 4 1 91 69 S 73 4 4 4 4 3 1 4 3 3 4 4 3 1 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 94 70 S 74 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 92 71 S 75 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 93 72 S 76 3 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 93 73 S 8 3 4 3 4 4 1 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 94 74 S 9 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 96 75 S18 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 99 76 S68 3 4 2 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 97
E 230 267 190 230 233 118 233 213 236 235 258 254 173 218 189 228 188 242 253 247 168 196 222 228 225 236 162 5872N 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304
170 69
Var but 0.293 0.3065 0.52 0.239 0.516 0.517 0.249 0.614 0.282 0.298 0.295 0.255 0.869 0.489 0.626 0.587 0.439 0.259 0.33 0.403 0.515 0.567 0.527 0.613 0.598 0.522 1.02 89.9Var totReliab Sub 0.939
Sig. 5% 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225Val 0.342 0.4544 0.628 0.488 0.306 0.363 0.54 0.71 0.317 0.462 0.418 0.46 0.677 0.736 0.48 0.725 0.522 0.549 0.443 0.443 0.44 0.626 0.582 0.503 0.433 0.492 0.54NV V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
NO 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 Jml TOTSISWA
S 68 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 1 4 3 2 1 1 4 4 4 4 1 1 4 3 3 1 3 1 1 3 2 1 1 1 81 138 S 55 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 87 153 S 76 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 88 154 S 15 4 3 4 1 4 3 4 4 1 3 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 1 89 155 S 10 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 2 1 3 3 3 1 1 3 1 4 3 1 4 3 1 2 3 3 4 1 3 3 3 1 1 89 155 S 75 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 3 2 4 1 3 2 3 4 1 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 2 3 2 2 2 2 90 156 S 73 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 93 159 S 47 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 93 159 S 34 2 3 4 3 3 1 4 4 1 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 1 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 94 160 S 3 4 2 4 3 4 2 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 1 2 3 4 3 2 2 4 3 3 3 1 2 4 1 4 2 95 161 S 57 2 3 4 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 95 161 S 48 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 1 96 162 S 40 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 1 97 163 S 31 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 2 2 4 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 1 97 163 S 18 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 99 165 S 39 4 4 4 2 3 3 2 2 4 1 1 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 1 2 3 3 4 3 2 3 4 2 3 1 99 165 S 19 4 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 99 168 S 27 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 100 167 S 56 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 1 101 171 S 26 3 2 4 2 3 2 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 1 101 170 S 22 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 4 2 2 3 3 2 3 1 4 2 3 4 4 2 2 1 102 172 S 14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 103 173 S 69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 103 175 S 58 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 2 103 174 S 5 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 2 3 3 103 177 S 7 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 1 104 176 S 53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 105 179 S 41 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 4 2 105 179 S 16 4 3 4 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 105 178 S 74 4 1 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 1 3 2 4 3 3 4 4 4 3 1 3 4 2 3 1 2 3 4 2 4 4 106 181 S 42 2 4 3 4 2 1 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 2 1 1 4 4 3 1 4 3 3 4 4 106 179 S 30 2 2 3 3 1 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 1 1 4 4 1 4 3 3 3 4 1 107 179 S 67 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 3 2 2 107 180 S 65 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 4 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 1 107 181 S 45 4 4 3 3 4 4 3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 4 4 3 4 3 3 2 3 2 4 4 4 3 2 3 3 2 4 2 108 181 S 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 4 4 4 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 108 183 S 37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 108 185 S 61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 1 108 186 S 6 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 109 184 S 33 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 109 186 S 25 3 3 4 2 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 110 186
PROFESIONALITASANALISIS VALIDITAS
S 54 4 4 4 2 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 2 4 3 4 4 3 2 2 2 110 188 S 60 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 110 189 S 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 110 188 S 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4 4 111 189 S 46 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 111 189 S 9 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 1 111 190 S 49 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 2 4 2 2 4 1 3 1 4 3 4 2 2 1 112 193 S 59 4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 2 3 2 1 112 195 S 17 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2 113 194 S 11 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 2 3 4 3 3 4 3 113 193 S 38 4 4 4 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 113 194 S 43 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 2 3 2 114 196 S 66 4 3 4 1 1 2 4 4 3 4 4 4 4 1 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 2 2 4 4 115 198 S 70 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 1 4 4 2 4 4 4 2 3 3 2 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 1 116 198 S 64 2 3 4 2 4 3 4 4 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 3 117 201 S 63 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 1 4 3 3 2 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 117 200 S 71 4 4 4 4 4 3 2 3 1 4 2 1 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 117 202 S 29 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 2 3 3 4 4 3 2 118 203 S 8 4 4 3 1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 118 203 S 51 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 2 1 118 203 S 24 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 1 119 203 S 72 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 4 2 120 206 S 21 4 2 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 1 121 209 S 20 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 1 3 2 121 207 S 50 4 3 4 3 4 4 2 4 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 1 122 212 S 28 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 1 4 124 213 S 12 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 1 124 215 S 44 3 4 4 2 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 3 124 218 S 23 4 3 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 2 125 217 S 36 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 126 219 S 35 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 126 219 S 32 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 126 220 S 62 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 127 223 S 52 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 1 128 227 S 13 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 132 229
E 263 243 270 229 238 236 247 246 218 232 233 212 268 223 247 226 238 252 226 274 244 239 248 227 216 243 235 263 216 227 246 227 212 229 157 8250 14122N 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304 304
Var but 0.44 0.53 0.33 0.6 0.55 0.63 0.46 0.29 0.6 0.58 0.46 0.65 0.31 0.73 0.35 0.59 0.65 0.38 0.69 0.27 0.33 0.53 0.41 0.44 0.75 0.59 0.7 0.28 0.67 0.76 0.29 0.49 0.6 0.79 1.1 128 31.538Var tol 425.49
Sig. 5%0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225 0,225Val 0.44 0.27 0.47 0.32 0.47 0.68 0.29 0.47 0.3 0.48 0.44 0.29 0.4 0.35 0.52 0.58 0.67 0.47 0.54 0.36 0.45 0.46 0.56 0.38 0.6 0.43 0.31 0.55 0.48 0.68 0.5 0.31 0.36 0.51 0.24
NV V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Lampiran 4: Tabel Sub Variabel Semangat Minat Perhatian Kesetiaan Prestasi Motivasi Pedagodik Kepribadian Sosial Profesional Profesionalitas
13 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 17 15 19 22 17 19 19 17
13 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 13 15 15 15 16
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 22 19 19 20 21 20 23 22
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 2 4 5 4 5
11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11 16 13 12 13 11 11 11
57 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 69 67 70 69 70 70 72 71
51 52 50 55 53 49 52 56 54 54 55 58 58 56 57 59 56 58 63 59 64 59 60 60
16 15 15 15 14 18 17 15 16 18 17 18 17 18 17 15 17 18 17 19 15 18 17 16
9 12 14 12 14 15 14 13 12 12 13 12 12 14 14 15 15 15 14 14 14 14 15 16
5 8 9 7 8 8
10 9
12 11 10 8
10 9
11 10 11 9 7 9 9
12 11 11
81 87 88 89 89 90 93 93 94 95 95 96 97 97 99 99 99
100 101 101 102 103 103 103
22 17 19 19 20 17 18 21 19 20 18 19 20 21 18 19 17 17 19 20 19 20 18 22 24 20
15 16 14 16 14 17 15 14 16 15 15 14 15 17 16 15 18 19 16 16 16 15 16 14 15 16
23 18 22 21 23 22 24 21 19 24 24 23 24 23 24 24 23 25 25 23 25 23 26 26 23 24
3 6 5 5 5 6 5 2 5 4 4 4 5 4 5 4 3 6 4 6 5 6 6 6 5 5
11 15 14 13 11 13 11 14 14 11 12 15 13 13 12 15 15 11 15 13 13 14 13 13 16 16
74 72 74 74 73 75 73 72 73 74 73 75 77 78 75 77 76 78 79 78 78 78 79 81 83 81
59 63 59 64 58 62 62 64 63 65 64 63 61 63 62 65 61 65 66 63 64 67 65 75 68 67
17 16 19 18 19 19 14 16 19 19 17 16 18 19 19 19 20 19 16 19 19 18 21 16 19 20
18 16 16 12 17 11 16 16 16 14 16 15 17 16 16 15 17 17 16 15 15 15 15 12 17 16
9 9
11 11 11 14 14 11 9 9
11 14 12 10 12 10 12 9
12 13 13 11 10 9 8
10
103 104 105 105 105 106 106 107 107 107 108 108 108 108 109 109 110 110 110 110 111 111 111 112 112 113
20 21 23 21 19 21 19 20 19 23 22 21 23 19 23 22 22 25 24 25 23 20 23 24 25 23
15 18 16 17 16 19 15 16 16 15 18 17 17 19 18 18 17 19 17 15 18 20 19 20 19 18
21 22 24 24 23 28 27 27 28 25 22 26 26 26 28 30 28 25 26 27 26 28 27 28 29 31
5 5 4 5 6 3 5 5 5 5 7 4 5 6 6 6 5 5 8 7 6 7 5 7 7 6
19 15 15 16 18 13 17 17 17 17 16 16 15 18 11 14 17 17 19 18 20 18 20 17 19 19
80 81 82 83 82 84 83 85 85 85 85 84 86 88 86 90 89 91 94 92 93 93 94 96 99 97
69 63 68 64 67 68 64 63 69 68 69 69 72 70 73 71 72 71 73 73 73 71 72 72 76 75
16 18 19 21 17 19 21 22 22 20 22 21 21 22 21 22 21 23 22 22 21 22 24 23 22 24
15 19 16 18 19 19 17 18 14 18 16 18 15 19 18 18 19 18 17 18 19 20 17 19 18 19
13 13 11 12 13 11 15 14 13 12 11 11 12 10 9
11 12 12 12 12 13 13 13 13 12 14
113 113 114 115 116 117 117 117 118 118 118 119 120 121 121 122 124 124 124 125 126 126 126 127 128 132
Lampiran 5: Tabel Descriptive Statistics Descriptives Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance Semangat 76 12 13 25 1501 19.75 2.417 5.843 Minat 76 7 13 20 1196 15.74 1.792 3.210 Perhatian 76 13 18 31 1738 22.87 3.590 12.889 Kesetiaan 76 6 2 8 364 4.79 1.192 1.422 Prestasi 76 9 11 20 1073 14.12 2.613 6.826 Motivasi 76 42 57 99 5872 77.26 9.482 89.903 Pedagogik 76 27 49 76 4821 63.43 6.598 43.529 Kepribadian 76 10 14 24 1417 18.64 2.491 6.205 Sosial 76 11 9 20 1187 15.62 2.315 5.359 Profesional 76 10 5 15 825 10.86 1.958 3.832 Profesionalitas 76 51 81 132 8250 108.55 11.294 127.557 Valid N (listwise) 76
Lampiran 6: Tabel Frequencies Statistics
Frequencies Statistics
Semangat Minat Perhatian Kesetiaan Prestasi Motivasi Pedagogik Kepribadian Sosial Profesional Profesionalitas N Valid 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Mean 19.75 15.74 22.87 4.79 14.12 77.26 63.43 18.64 15.62 10.86 108.55Median 19.00 15.00 23.00 5.00 13.00 76.50 63.50 19.00 16.00 11.00 108.50Mode 18 14 18 4(a) 12 66 63 19 15(a) 11 103(a)Std. Deviation 2.417 1.792 3.590 1.192 2.613 9.482 6.598 2.491 2.315 1.958 11.294Variance 5.843 3.210 12.889 1.422 6.826 89.903 43.529 6.205 5.359 3.832 127.557Range 12 7 13 6 9 42 27 10 11 10 51Minimum 13 13 18 2 11 57 49 14 9 5 81Maximum 25 20 31 8 20 99 76 24 20 15 132Sum 1501 1196 1738 364 1073 5872 4821 1417 1187 825 8250Percentiles 25 18.00 14.00 19.00 4.00 12.00 69.25 59.00 17.00 14.00 9.00 101.00 50 19.00 15.00 23.00 5.00 13.00 76.50 63.50 19.00 16.00 11.00 108.50 75 21.75 17.00 26.00 5.75 16.00 84.00 68.75 21.00 17.75 12.00 117.00
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Recommended