View
224
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PENGARUH PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN,
UKURAN KOMITE AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH CONVERSION
CYCLE)
(Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Muthia Rahmadani Sadono
1112082000026
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1437 H/2016 M
ii
Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas
(Studi Empiris pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Muthia Rahmadani Sadono
NIM : 1112082000026
Di Bawah Bimbingan :
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis Tanggal Sembilan Bulan Juni Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Muthia Rahmadani Sadono
2. NIM : 1112082000026
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite
Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi
Kas”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juni 2016
1. Dr. Rini, Ak., CA.
NIP 19760315 200501 2 002
2. Fitri Yani Jalil, SE., M.sc.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
iv
Hari ini Senin, 19 September 2016 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas
mahasiswa/i:
1. Nama : Muthia Rahmadani Sadono
2. NIM : 1112082000026
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite
Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi
Kas”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut
di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 September 2016
1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA.
NIP 19720516 200901 1 006
2. Yusro Rahma, SE.,M.Si.
NIP 19800506 200801 2 016
3. Ismawati Haribowo, SE.,M.Si.
NIP 19800909 201411 2 003
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Muthia Rahmadani Sadono
NIM : 1112082000026
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwadalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggungjawab
atas karya ini.
Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Muthia Rahmadani Sadono
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Pebruari 1994
3. Alamat : KPP IPB Baranang Siang 4, Blok D No. 17,
RT 02 RW 10, Kelurahan Tanah Baru,
Kecamatan Bogor Utara, Bogor 16154
4. Telepon : 085692221213
5. Email : rahmadani_muthia@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
No. Nama Sekolah Tahun Ajaran
1. TK Islam Insani 1999-2000
2. SDN Papandayan 1 2000-2006
3. SMP Negeri 2 Bogor 2006-2009
4. SMA Negeri 3 Bogor 2009-2012
5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2012-2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik Mahasiswa/i UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
2. Panitia Acara GALAKSI (Gebyar Lomba Akuntansi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
IV. DATA KELUARGA
No. Keterangan Nama
1. Ayah Dwi Sadono
2. Ibu Rohati
3. Adik Mughit K.S.
vii
THE INFLUENCE OF INDEPENDENT COMMISSIONER, AUDIT
COMMITTEE AND FIRM SIZE TO CASH CONVERSION CYCLE
ABSTRACT
This research aims to analyze and get empirical evidence about the effect
of independent commissioner, audit committee and firm size on cash conversion
cycle. Independent commissioner was measured by proportion of independent
commissioner to board of commissioner, audit committee was measured by size of
audit committee, and firm size was measured by logaritma natural of total
revenue (LnTR).Sample of this research were consumer goods industry companies
which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2013-2015 period.
The number of manufacturing companies in this study were 33 companies with 3
years observation that acquired by using purposive sampling method.. Hypothesis
in this research were tested by multiple regression model. The results of this
research showed that independent commissioner and audit committee not
significantly influence on cash conversion cycle. In the other hand, firm size had
significant negatively influence on cash conversion cycle.
Keywords: independent commissioner, audit committee, firm size and cash
conversion cycle
viii
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH
CONVERSION CYCLE)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan bukti
empiris tentang pengaruh dewan komisaris independen, komite audit, dan ukuran
perusahaan terhadap siklus konversi kas. Dewan komisaris independen diukur
dengan menghitung proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah
anggota dewan komisaris, komite audit diukur dengan skor efektivitas komite
audit, dan ukuran perusahaan diukur dengan logaritma nartural total revenue
(LnTR). Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015. Jumlah
perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 35 perusahaan
selama 3 tahun dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukan bahwa komisaris independen dan komite audit tidak
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas. Sedangkan
ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas.
Kata kunci: dewan komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan
siklus konversi kas
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran,
beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang ditemui. Namun berkat kerja keras, bimbingan,
masukan-masukan yang positif, do’a dan dorongan dari berbagai pihak, segala
macam kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Keluarga tercinta Ayahanda Dwi Sadono dan Ibunda Rohati yang tak
hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang serta memberikan
dukungan moril dan materil. Adik Mughit Khairy yang selalu mendoakan
dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih
cita-cita. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
2. Seluruh anggota keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan untuk kesuksesan penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., Sekretaris Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan selaku dosen pembimbing akademik yang selalu meluangkan waktu
x
untuk memberikan motivasi, nasihat dan saran dalam menjalani
perkuliahan.
6. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan. In sya Allah ilmu yang telah Ibu dan
Bapak berikan dapat bermanfaat dan diberikan keberkahan dari Allah SWT.
8. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu dalam berbagai kegiatan akademik.
9. Sahabat-sahabatku semasa sekolah Anastasia, Annisa Trianadewi, Ellin
Handayani, Enno Elis Amalia, Denasta Oktafira, Dini Megasari, Ghina
Waniar, Hilda Nursadiah, Karina Demante, Kartika Nurfadillah, Nurul
Afiifah Ghifari, Rahmawati Putri, Ratna Wulansari, Satya Nur Aisha,
Sevira, Siti Nurlaela, Syakina Oktaviani, Verissa Rana Khansa, Yulia Zahra,
dan Zata Yumni yang selalu mendoakan kelancaran penulis dalam
mengerjakan skripsi, tempat berbagi cerita, meluangkan waktunya untuk
penulis, dan yang selalu membuat saya rindu kota tempat saya tinggal.
Semoga hubungan silaturahmi kita selalu baik dan sukses untuk kita semua.
10. Sahabatku tersayang Aninditia Hardianti, Desi Trisnawati, Haifa Najib,
Inayah Ats’tsaqafiyah, Laila Ramadiana, Lidiyna Khoirul Fatih, Nova
Yulianti, Opi Widiyanti, Rini Dwi Anggraini, dan Tasya Chasanah Marpid
yang selalu memberikan masukan positif, semangat, motivasi dan menjadi
tempat berbagi cerita selama menjalani perkuliahan. Semoga kita diberi
kesuksesan dan tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
11. Teman-teman “Bolang Akuntansi 2012” yang sudah mendoakan, memberi
semangat, dan juga tempat berbagi keseruan semasa kuliah.
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2012,
terkhusus teman-teman kelas A. Terimakasih untuk semangat dan
xi
kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik
diantara kita.
13. Teman-teman KKN Parahita 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin
hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan,
motivasi dan do’a yang telah diberikan dapat menjadi pintu datangnya ridho dan
kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa betapapun penulis telah berusaha
untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat
berbagai kekurangan dan kelemahan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca
akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap skipsi ini dapat
membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 9 September 2016
Penulis,
Muthia Rahmadani Sadono
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii
PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
A. Tinjauan Literatur ................................................................................... 12
1. Teori Keagenan ................................................................................. 12
2. Manajemen Modal Kerja .................................................................. 14
a. Pengertian Manajemen Modal Kerja .......................................... 14
b. Jenis Manajemen Modal Kerja ................................................... 14
c. Konsep Manajemen Modal Kerja ............................................... 16
d. Tujuan Manajemen Modal Kerja ................................................ 17
e. Perhitungan Manajemen Modal Kerja ........................................ 18
xiii
f. Siklus Konversi Kas .................................................................... 19
3. Dewan Komisaris Independen .......................................................... 24
4. Komite Audit .................................................................................... 28
5. Ukuran Perusahaan ........................................................................... 31
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................... 32
1. Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Siklus
Konversi Kas ........................................................................................... 32
2. Efektivitas Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas ...................... 33
3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas ............................... 34
C. Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 34
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 40
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 41
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 42
1. Satatistik Deskriptif .............................................................................. 42
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 43
a. Uji Normalitas .............................................................................. 43
b. Uji Multikolinieritas ..................................................................... 43
c. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 44
d. Uji Autokorelasi ........................................................................... 45
3. Analisis Regresi .................................................................................... 45
4. Uji Statistik ........................................................................................... 46
a. Koefisien Determinasi .................................................................. 46
b. Uji Signifikansi Simultan ............................................................. 47
c. Uji Signifikansi Parameter Individual .......................................... 48
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 48
1. Variabel Dependen ............................................................................... 48
2. Variabel Independen ............................................................................ 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 54
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 54
1. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 54
2. Deskripsi Sampel Penelitian ................................................................ 54
B. Analisis dan Pembahasan ......................................................................... 56
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 56
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 59
a. Uji Normalitas .............................................................................. 59
b. Uji Multikolonieritas .................................................................... 62
c. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 63
xiv
d. Uji Autokorelasi ........................................................................... 66
3. Uji Koefisien Determinasi .................................................................... 66
4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .................................................. 68
a. Uji Signifikansi Simultan ............................................................. 68
b. Uji Signifikansi Parameter Individual .......................................... 69
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 74
A. Kesimpulan .............................................................................................. 74
B. Saran ......................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Penelitian-penelitian Terdahulu ......................................................... 35
Tabel 3.1 : Operasional Variabel ......................................................................... 53
Tabel 4.1 : Proses Seleksi Sampel ....................................................................... 55
Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif ............................................................................. 57
Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Sebelum Pengurangan Data Outlier ................ 60
Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Setelah Pengurangan Data Outlier ................... 61
Tabel 4.5 : Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................ 62
Tabel 4.6 : Ringkasan Hasil Uji Multikolonieritas .............................................. 63
Tabel 4.7 : Uji Glejser .......................................................................................... 65
Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................... 65
Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 66
Tabel 4.10 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 67
Tabel 4.11 : Hasil Uji Signifikansi Simultan ....................................................... 68
Tabel 4.12 : Uji Signifikansi Parameter Individual ............................................. 69
Tabel 4.13 : Ringkasan Hasil Penelitian .............................................................. 75
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 39
Gambar 4.1 : Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot................. 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Industri Barang Konsumsi ..................... 81
Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Skoring Efektifitas Komite Audit ..................... 82
Lampiran 3 : Hasil Siklus Konversi Kas .............................................................. 87
Lampiran 4 : Hasi Proporsi Dewan Komisaris Independen ................................. 89
Lampiran 5 : Hasil Efektivitas Komite Audit ...................................................... 91
Lampiran 6 : Hasil Logaritma Natural Total Revenue Ukuran Perusahaan ........ 93
Lampiran 7 : Hasil Output SPSS .......................................................................... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Era globalisasi yang telah berkembang sampai saat ini memberikan
peluang bagi perekonomian dunia. Setiap negara memiliki kesempatan
untuk mengembangkan perekonomian negaranya agar mampu bersaing
dalam pasar dunia termasuk Indonesia. Peluang tersebut digunakan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan dikatakan berhasil apabila memiliki manajemen yang mampu
memprediksi kemungkinan di masa mendatang baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Selain itu juga mampu menghadapi
persaingan ketat dengan pesaing bisnis lainnya. Pada dasarnya pendirian
suatu perusahaan didasari oleh suatu tujuan. Dimana tujuan suatu
perusahaan ialah untuk menghasilkan laba, meningkatkan pertumbuhan
perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, dan mensejahterakan para
pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan manajemen
yang efektif dan efisien.
Pada umumnya kinerja perusahaan dikaitkan dengan pencapaian
laba perusahaan dimana manajer dituntut untuk mampu mengelola
modalnya dengan efektif dan efisien. Manajer bertanggung jawab untuk
membuat suatu keputusan berinvestasi dan kebijakan keuangan
perusahaan. Di samping itu, perilaku pengambil keputusan dipengaruhi
oleh kepentingan dalam memperoleh sumber daya organisasi untuk
2
melaksanakan tugasnya maupun kepentingan pribadinya yang menyangkut
kepentingan materiil (imbalan) dan non-materiil (penghargaan) (Ishak dan
Arief, 2015:13). Pengambilan keputusan oleh manajer keuangan pada
dasarnya terkonsentrasi pada tiga hal, yaitu struktur modal, penganggaran
modal dan manajemen modal kerja. Modal kerja atau working capital
merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Setiap manajer harus merencanakan berapa besar aktiva lancar yang harus
dimiliki perusahaan setiap bulan bahkan tahun dan darimana aktiva lancar
tersebut harus dibiayai (Sri Ambarwati, 2010:111).
Setiawan (2015) mengemukakan dalam tulisannya pada satu situs
berita online mengenai masalah kesulitan keuangan yang dialami
perusahaan elektronik asal Jepang, Sharp. Dimana Sharp dinilai telah
mengalami kerugian terus menerus akibat penjualan yang terus menurun
sehingga mengalami kesulitan keuangan. Pada tahun 2015 triwulan ketiga
laba operasi perusahaan menurun hingga 86 persen. Kesalahan manajemen
dalam mengelola modal kerja yang tidak optimal dinilai sebagai salah satu
faktor yang mengakibatkan penurunan pada penjualan, sehingga
persediaan masih banyak yang tidak habis terjual. Kasus kesulitan
keuangan juga dialami pada oleh perusahaan besar Amerika pada tahun
2001 lalu yaitu Enron. Dimana Enron telah melakukan kecurangan pada
laporan keuangannya sehingga ikut menyeret kantor akuntan ternama yaitu
Andersen. Kesuksesan Enron ternyata hanya topeng yang menutupi
keadaan yang sebenarnya dialami oleh perusahaan besar tersebut. Enron
3
memiliki utang yang luar biasa dan aset perusahaan yang sangat minim
yang mengakibatkan pada kebangkrutan. Dari dua kasus di atas terdapat
salah satu faktor penyebab perusahaan mengalami pailit yaitu manajemen
yang tidak efisien yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara
modal, utang dan piutang.
Penyediaan modal kerja yang cukup merupakan upaya manajemen
yang strategis, dimana setiap perusahaan mengupayakan penyediaan
modal kerja yang cukup agar aktivitasnya berjalan dengan lancar.
Tersedianya modal kerja yang berlebihan mengakibatkan modal kerja
tersebut tidak produktif, sebaliknya jika kurang tersedianya modal kerja
dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam menjalankan
aktivitasnya (Joko dan Husnul, 2007). Penetapan besarnya modal kerja
yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada
jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan
perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan
menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan
sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan
mengakibatkan kerugian (Beny dan Minamita, 2012).
Dalam modal kerja atau secara terminologi sering disebut sebagai
manajemen modal kerja (Sri Ambarwati, 2010:111) terdapat satu
komponen penting yaitu kas atau setara kas karena merupakan aset
perusahaan yang paling likuid atau mudah dicairkan. Kas dibutuhkan
perusahaan dalam membiayai aktivitasnya sehari-hari. Seperti pembelian
4
persediaan, pembayaran utang usaha, pembayaran gaji karyawan dan
pembayaran dividen untuk para pemegang saham. Karena itulah
pengelolaan kas yang efektif dan efisien sangat penting bagi kelancaran
kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan komponen penting dalam
pengelolaan modal kerja maka ukuran manajemen modal kerja yang
paling komprehensif adalah cash conversion cycle (CCC) atau juga
disebut siklus konversi kas (Deelof, 2003).
Menurut Gill dan Biger (2013) dalam John et al. (2015) komponen
dari cash conversion cycle terdiri dari days sales outstanding (DSO) atau
periode penerimaan piutang dari hasil penjualan, days payable outstanding
(DPO) atau periode penangguhan utang, dan days sales inventory (DSI)
atau periode konversi persediaan. Cash conversion cycle digunakan untuk
mengukur berapa lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal
dari hasil kegiatan operasi perusahaan yaitu dimulai dari pembeliaan
bahan baku atau persediaan, melakukan proses produksi lalu menjualnya
sampai dengan penagihan penjualan atas barang jadi yang pada akhirnya
mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan perusahaan untuk disimpan
pada current assets (Edman dan Ita, 2009).
Siklus konversi kas dapat digunakan untuk mengetahui kebijakan
apa yang akan diambil oleh manajemen dalam pengelolaan kas
perusahaan, apakah dengan mempercepat periode penagihan piutangnya
atau dengan menahan pembayaran utangnya. Semakin kecil nilai cash
conversion cycle maka dapat diartikan semakin efektif pula manajemen
5
dalam pengelolaan kasnya (Uyar, 2009). Sebaliknya, jika perusahaan
memiliki siklus konversi kas yang lama dapat mengakibatkan penurunan
keuntungan dikarenakan pengelolaan modal kerja yang tidak efektif (Iva
dan Indira, 2013).
Dalam pengelolaan arus kas perusahaan biasanya pihak
manajemen lebih banyak memiliki informasi mengenai keuangan
perusahaan dibanding pemegang saham sehingga menyebabkan terjadinya
asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham/investor,
selain itu dimana manajemen juga bertindak sebagai pengambil keputusan.
Manajemen perusahaan pasti lebih menginginkan pendapatan yang tinggi
atau menguntungkannya dengan cara meningkatkan kinerjanya. Salah satu
tindakan yang sering diambil yaitu lebih memilih untuk mengalokasikan
kas ke investasi daripada membagikan dividen kepada para pemegang
saham terlebih lagi kepada pemegang saham minoritas. Sedangkan di lain
pihak, pemegang saham menginginkan agar mendapatkan keuntungan
yang besar dari pembagian dividen. Masalah yang dapat ditimbulkan dari
pemisahan fungsi kepemilikan dan pengelolaan serta perbedaan
kepentingan inilah disebut dengan agency problem.
Teori keagenan menyebutkan bahwa utang yaitu salah satu
komponen dari siklus konversi kas adalah salah satu mekanisme bagi
shareholder untuk meminimumkan agency problem dengan manajer.
Dimana perusahaan yang memiliki tingkat utang yang lebih besar
memiliki tanggung jawab lebih besar kepada para kreditor dan pemegang
6
saham untuk mengungkapkan informasi lebih luas mengenai perusahaan.
Sehingga manajemen pun akan berhati-hati dalam membuat keputusan
pengelolaan kasnya.
Adanya alasan tersebut maka perusahaan perlu menerapkan
corporate governance untuk memberikan informasi yang simetris antara
kedua belah pihak, karena penerapan corporate governance yang baik
dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena perusahaan akan
memberikan lebih banyak informasi yang dapat mengurangi asimetri
informasi tersebut. Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan
dengan proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit. Dengan
proporsi komisaris independen dan banyaknya anggota komite audit dalam
perusahaan diharapkan periode cash conversion cycle dapat menjadi lebih
singkat dan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen dapat
memberikan keuntungan bagi semua pemegang saham tidak terkecuali
pemegang saham minoritas (Debora, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan
bahwa adanya CEO tenure, CEO duality, komisaris independen dan
ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle
yang artinya semakin banyak anggotanya maka akan mempersingkat
waktu persediaan tersimpan di dalam gudang dan juga mempersingkat
waktu periode cash conversion cycle untuk perusahaan manufaktur di
Amerika yang terdaftar dalam Bursa Efek New York. Penelitian ini juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Biger (2013) bahwa
7
CEO tenure, CEO duality, dan ukuran komite audit yang merupakan
proksi dari corporate governance dapat mempengaruhi efisensi
manajemen modal kerja dimana cash conversion cycle adalah sebagai
salah satu proksinya.
Achchuthan dan Kajananthan (2013) mengemukakan bahwa
praktik corporate governance yang diproksikan sebagai proporsi
komisaris independen, jumlah komite audit, dan jumlah kehadiran rapat
tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja
yang salah satu proksinya juga merupakan cash conversion cycle, kecuali
untuk proksi struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan
terhadap efisiensi manajemen modal kerja.
Selanjutnya penelitian mengenai hubungan ukuran perusahaan
dengan cash conversion cycle dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus
konversi kas. Selanjutnya menurut Eljelly (2004) ukuran perusahaan akan
mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita
(2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan
cash conversion cycle. Hal ini berarti bahwa jangka waktu cash
conversion cycle yang pendek dimiliki oleh perusahaan yang besar,
sementara perusahaan kecil, memiliki jangka waktu cash conversion cycle
yang lebih panjang. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan Muneeb dan Kashif (2012) dimana perusahaan besar lebih
8
efisien dalam mengelola manajemen modal kerjanya yang mengakibatkan
siklus konversi kasnya pun lebih singkat dibandingkan dengan perusahaan
kecil, hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Farrah et
al. (2016:297) menyatakan bahwa perusahaan kecil di Malaysia kurang
efisien dalam mengelola modal kerjanya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Adisti (2012) tidak ditemukan
adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebutuhan modal kerja. Hal
ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen modal kerja yang termasuk di dalamnya adalah cash
conversion cycle. Temuan ini mengindikasi, perusahaan yang memiliki
ukuran besar maupun kecil memiliki kesempatan yang sama untuk dapat
menjalankan pengelolaan modal kerja yang efisien. Hal ini dapat
disebabkan a) kebijakan manajemen modal kerja yang terdiri dari piutang
usaha, persediaan, dan utang usaha dipengaruhi oleh berbagai aspek yang
berbeda antara perusahaan dan b) pengaruh perusahaan kecil yang berada
dalam satu grup dapat menyebabkan posisi perusahaan kecil dapat
memiliki keuntungan yang hampir serupa dengan perusahaan yang besar
yang tidak berada di dalam pengaruh satu grup.
Siklus konversi kas menarik untuk diteliti karena periode dari
siklus konversi kas akan menggambarkan bagaimana kemampuan
manajemen dalam mengelola modal kerjanya dimana akan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik
bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
9
Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
(Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh secara signifikan
terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)?
2. Apakah ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap
siklus konversi kas (cash conversion cycle)?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
siklus konversi kas (cash conversion cycle)?
4. Apakah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas
(cash conversion cycle)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut ini:
a. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap siklus konversi
kas (cash conversion cycle).
10
b. Pengaruh ukuran komite audit terhadap siklus konversi kas (cash
conversion cycle).
c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash
conversion cycle).
d. Pengaruh simultan proporsi komisaris independen, ukuran komite
audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash
conversion cycle).
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan.
b. Manfaat Praktis
1) Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam ilmu
pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.
2) Akademisi
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi
penelitian penelitian terdahulu dan berguna sebagai referensi
dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
11
3) Perusahaan
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberi masukan
bermanfaat bagi perusahaan mengenai mekanisme tata kelola
perusahaan yang lebih baik diterapkan dalam perusahaan agar
cash conversion cycle dapat berjalan dengan efektif.
4) Investor
Penelitian diharpakan dapat berguna bagi para investor aka
pentingnya pengetahuan tentang mekanisme corporate
governance yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan
perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional yang
digambarkan dengan periode cash conversion cycle yang
dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kondisi perusahaan
secara lebih jelas, maka kualitas pengambilan keputusan
investor iharapkan akan menjadi lebih baik.
5) Regulator
Sebagai bahan pertimbangan kepada regulator yaitu Bapepam-
LK, untuk meningkatkan penerapan good corporate
governance dengan membuat an memperbaiki peraturan yang
mendukung untuk penerapan good corporate governance pada
perusahaan terbukaserta menjadi bahan pertimbangan dalam
meningkatkan pengawasan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Problem)
Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan (Agency Theory).
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai
suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal yang melibatkan
agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan
melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agent. Principal maupun agent diasumsikan sebagai orang ekonomi
rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.
Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan
kepada manajer atau agent.
Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk
meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak
simetris dan kondisi ketidakpastian.
Godfrey et al (2010) membagi biaya keagenan dalam tiga jenis
biaya yaitu:
13
1) Biaya monitoring
Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku agen.
Prinsipal melakukan pengukuran, pengamatan dan
pengendalian atas perilaku agen.
2) Biaya perikatan (Bonding Cost)
Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka
mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme kontrak
yang menjamin bahwa agen akan bertindak sejalan dengan
kepentingan prinsipal.
3) Residual Loss
Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang
dilakukan agen berbeda dengan apa yang seharusnya
dilakukan untuk memenuhi kepentingan prinsipal walaupun
biaya terkait pengawasan dan perikatan sudah dilakukan.
Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan yang
terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian pada sisi
prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan
kontrak lengkap yang menjelaskan sikap-sikap yang perlu diambil
setiap pihak pada kondisi tertentu di masa depan (Chrisman et
al.,2012). Selain menggunakan kontrak tersebut, masalah keagenan
dapat dieliminasi dengan membentuk pihak independen untuk
melakukan pengawasan.
14
Pembentukan pihak independen yang melakukan
pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi dasar
pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata kelola
yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas
pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi salah satu
mekanisme untuk mengatasi masalah agensi (Sun et al., 2012).
2. Manajemen Modal Kerja
a. Pengertian Manajemen Modal Kerja
Pengelolaan (manajemen) modal kerja merupakan pengelolaan
keuangan jangka pendek karena menyangkut aset lancar dan kewajiban
lancar sebagai pendanaan aset lancar tersebut. Modal kerja diukur
dengan modal kerja bersih (net working capital) yaitu selisih antara
aset lancar dengan kewajiban lancar. Maka seringkali net working
capital diartikan sebagai kebijakan keuangan jangka pendek.
Kebijakan keuangan jangka pendek melibatkan kas masuk (cash
inflow) dan kas keluar (cash outflow) yang terjadi dalam satu tahun
(Ross et al., 2010). Manajemen modal kerja mencakup penetapan
kebijakan modal kerja dan pelaksanaan kebijakan tersebut dalam
operasi sehari-hari (Bringham dan Houston, 2004).
b. Jenis Manajemen Modal Kerja
Kebutuhan untuk pengelolaan modal kerja perusahaan
ditentukan oleh aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan.
Apabila kapasitas produksi berubah maka modal kerja yang
15
dibutuhkan juga mengalami perubahan. Menurut WB. Taylor dan
Bambang Riyanto (1995) modal kerja dibedakan menjadi:
1) Modal Kerja Permanen
Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen berupa barang jadi. Modal
kerja permanen dibedakan menjadi:
a) Modal kerja primer
Adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki
perusahaan agar dapat terus beroperasi.
b) Modal kerja normal
Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan agar
dapat beroperasi dalam kapasitas normal.
2) Modal Kerja Variabel
Adalah modal kerja yang selalu berubah proporsional dengan
perubahan kapasitas produksi. Modal kerja ini terdiri dari:
a) Modal Kerja Musiman
Modal kerja yang berubah sesuai perubahan
musim/permintaan misalnya permintaan yang besar pada
waktu hari raya.
b) Modal Kerja Siklis
Modal kerja yang berubah akibat fluktuasi konjungtur.
16
c) Modal Kerja Darurat
Modal kerja yang berubah sesuai keadaan yang terjadi di
luar kemampuan perusahaan.
c. Konsep Manajemen Modal Kerja
Seperti yang dikutip dalam Bambang Riyanto (1995) ada
tiga konsep modal kerja, yaitu:
1) Modal Kerja Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen
aktiva lancar, sehingga disebut modal kerja bruto karena tidak
memperhatikan utang jangka panjang pendeknya. Misal: kas,
efek, piutang, dan persediaan.
2) Modal Kerja Kualitatif
Modal kerja dalam konsep ini adalah elemen aktiva lancar
dikurangi seluruh utang jangka pendek yang harus dibayar
perusahaan.
3) Modal Kerja Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan
perusahaan dalam mencapai laba. Misal: kas, piutang dagang,
persediaan barang dagang, penyusutan mesin, penyusutan
bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal
kerja jika sudah terjual.
17
d. Tujuan Manajemen Modal Kerja
Adapun tujuan dari manajemen modal kerja bagi
perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung
kepada manajemen modal kerja.
2) Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya.
Pemenuhan kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh
tempo dan segera harus dibayarkan secara tepat waktu
merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja.
3) Memungkinkan perusahaan untuk memiliki cadangan modal
kerja untuk memenuhi permintaan produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggannya.
4) Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar untuk
meningkatkan penjualan dan laba.
5) Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis
ekonomi yang menyebabkan turunnya nilai aktiva lancar.
Tujuan di atas akan dapat tercapai apabila modal kerja
perusahaan dapat dikelola secara baik dan benar sesuai dengan
prinsip manajemen modal kerja.
18
e. Perhitungan Manajemen Modal Kerja
Dalam penelitian Hofmann dan Kotzab (2010), manajemen
modal kerja terbagi menjadi dua sudut pandang, yaitu dalam sudut
pandang moneter (monetary-based) dan waktu (time-based):
1) Working Capital Monetary-Based
Sudut pandang monetary-based pada pengelolaan modal
kerja melihat satuan monetary. Pengelolaan modal kerja
memiliki berbagai perhitungan yang mendeskripsikan
monetary-based, antara lain:
a) Modal Kerja Bersih (Net Working Capital).
Menurut Ross et al. (2010:28), perhitungan net
working capital (NWC) adalah sebagai berikut:
Net Working Capital (WCR) = Crrent Assets –
Current Liability
b) Kebutuhan Modal Kerja (Working Capital
Requirement-WCR) dan Net Liquid Balance-NLB.
Shulman dan Cox (1985) membagi perhitungan net
working capital menjadi working capital requirement
(WCR) dan net liquid balance (NLB) untuk analisis
evaluasi pengelolaan modal kerja dan kemampuan
meningkatkan dan megalokasikan modal (capital).
Hawawini et al. (1986) mengatakan evaluasi yang
dilakukan dengan menggunakan indikator ini
19
menghasilkan analisis yag lebih baik dari pada
indikator tradisional net working capital. Berikut
adalah formula perhitungan WCR dan NLB (Chiou
dkk., 2006:253):
Working Capital Requirement (WCR) = [(account
receivables + inventories) – (account payable + other
payable)]
Net Liquid Balance (NLB) = [(cash and cash
equvalents + short-term investment) (short-erm debt +
commercial paper payable + long-term debt a year
term)]
2) Working Capital Time-Based atau Cash Conversion Cycle
Sudut pandang time-based pada pengelolaan modal kerja
bertujuan untuk menghilangkan waktu yang tidak memberi
nilai tambah. Perhitungan ini disebut juga cash conversion
cycle (Emery dkk., 2007).
f. Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
Konsep siklus kas diperkenalkan oleh Lawrence J. Gitman
pada tahun 1974. Siklus konversi kas merupakan pengukuran
dinamis terhadap manajemen likuiditas berjalan (Jose et al., 1996).
Siklus konversi kas (cash conversion cycle) merupakan lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengelola kas
sebagai modal kerja sebelum nantinya kas tersebut kembali ketika
20
terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah
diberikan (Hutchison et al., 2007). Perhitungan ini menyangkut
bagaimana suatu perusahaan mengusahakan agar pengeluaran kas
terpegunakan sesuai waktunya. Jika waktu yang digunakan lebih
singkat maka semakin efisien dan begitu pula sebaliknya, karena
jika perusahaan gagal untuk mengelola modal kerjanya maka
perusaaan memerlukan pendanaan tambahan untuk dapat melunasi
kewajiban jangka pendeknya (Bhutto et al., 2011). Cash
conversion cycle terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1) Periode Perputaran Piutang (Days of Sales Outstanding-DSO)
Penjualan secara kredit merupakan hal yang umumnya
dilakukan oleh perusahaan kepada pelanggannya utnuk
memperbesar volume penjualan, karena mempermudah
pelanggan dalam melakukan pembayaran. Hasil penjualan
tersebut tidak segera menghasilkan penerimaan kas, melainkan
menimbulkan piutang terlebih dahulu sebelum jatuh tempo
pelanggan melunasi pembayarannya. Semakin besar proporsi
dan jumlah penjualan kredit maka akan meningkat pula
piutang usaha perusahaan, dengan catatan bahwa pelanggan
tidak mengubah kebiasaan mereka dalam melunasi piutang
tesebut. Jumlah piutang dari perusahaan pada waktu tertentu
dipengaruhi oleh faktor volume penjualan secara kredit dan
21
periode rata-rata antara penjualan dan pengumpulan piutang
(Suad, 1997).
Secara garis besar ada tiga tujuan perusahaan dalam
mengelola piutang, yaitu untuk meningkatkan volume
penjualan, meningkatkan profit, dan bersaing dengan
kompetitor (Ross, 2008). Periode perputaran piutang adalah
rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang
perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah
menjadi penjualan. Periode ini dihitung dengan membagi
piutang dengan rata-rata penjualan kredit perhari.
DSO = 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠/365
2) Periode Perputaran Persediaan (Days of Sales in Inventory-
DSI)
Persediaan merupakan komponen dari aset lancar yang
mungkin sangat diperhatikan oleh perusahaan manufaktur
karena memiliki pengaruh terhadap laba perusahaan dan pada
umumnya persediaan merupakan aset terbesar setelah harta.
Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan
kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode
konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan.
Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga
pokok penjualan perhari.
22
DSI = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠
𝐶𝑂𝐺𝑆/365
3) Periode Perputaran Utang (Days of Payables Outstanding-
DPO)
Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada
supplier yang jadwal pelunasannya dilakukan dalam jangka
waktu tertentu dan juga pembayaran atas jasa tenaga kerja
yang dilakukan setiap suatu periode tertentu juga (Uyar, 2009).
Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta
pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah
utang lancar dengan jumlah harga pokok penjualan perhari.
DPO = 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒
𝐶𝑂𝐺𝑆/365
Dalam bentuk persamaan yang paling sederhana
menggabungkan tiga komponen di atas, dimana semuanya terukur
dalam satuan hari, sebagaimana yang dituliskan oleh Keown, dkk.
(2001:492) cash conversion cycle dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
CCC = DSO + DSI – DPO
Perusahaan harus mempersingkat periode CCC tanpa
mengganggu operasional sehari-hari untuk meningkatkan profit.
Tujuan dari manajemen modal kerja adalah cash conversion cycle
yang singkat bahkan negatif, karena hasil CCC yang positif
mengindikasikan jumlah hari perusahaan didanai oleh modal
23
mereka sendiri sebelum mereka menerima pembayaran dari hasil
penjualan, sedangkan hasil CCC yang negatif mengindikasikan
perusahaan telah menerima pelunasan piutang dari pelanggannya
namun tagihan dari supplier perusahaan tempat mereka membeli
bahan baku atau persediaan belum dibayarkan karena belum jatuh
tempo pada waktunya (Hutchison dkk., 2007). Menurut Uyar
(2009) siklus konversi kas dapat dipercepat dengan cara:
1) Mengurangi periode konversi persediaan
Hal ini dapat dilakukan dengan memperoses dan menjual
barang secara lebih cepat. Manajer perusahaan harus
memastikan bahwa sistem persediaan telah berjalan dengan
efektif dan efisien seperti proses pemesanan dan
pengelolaan material.
2) Mengurangi periode penerimaan piutang
Manajer harus memastikan bahwa perusahaan sudah
menjalankan prosedur terhadap piutang secara efektif
sehingga dapat mempercepat proses penagihan dan
perusahaan tidak mengalami masalah likuiditas. Sebagai
salah satu contoh perusahaan dapat menerapkan sistem
diskon dalam jangka waktu tertentu agar pelanggan dapat
dengan cepat membayar pelunasannya.
24
3) Memperpanjang periode penangguhan utang usaha
Perusahaan dianjurkan untuk berusaha memperlambat
pembayaran yang dilakukan kepada supplier. Kemampuan
perusahaan untuk lebih dulu melakukan penagihan kas dari
piutang daripada melakukan pengeluaran kas untuk
pembayaran utang merupakan salah satu strategi
meningkatkan pertumbuhan perusahaan (Padachi, 2006)
3. Dewan Komisaris Independen
Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007
menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri atas satu orang atau lebih.
Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2000), dewan
komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari corporate
governance yang memiliki tanggung jawab menjamin pelaksanaan
strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas.
Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance di
Indonesia tahun 2010, komposisi atau jumlah komisaris independen
tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau
komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu
25
salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang
akuntansi atau keuangan.
Meskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak
menentukan jumlah komisaris independen, dalam Peraturan Bapepam-
LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurang-
kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek
Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris
adalah komisaris independen. Kriteria komisaris independen secara
rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK yaitu:
a. Berasal dari luar emten atau Perusahaan Publik.
b. Tidak mempunyai saham emiten atau Perusahaan Publik baik
langsung maupun tidak langsung.
c. Tidak mempunyai hubungan sfiliasi dengan Komisaris, Direksi,
dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik.
d. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau Perusahaan
Publik baik langsung maupun tidak langsung.
Untuk menjamin pelaksanaan GCG diperlukan anggota dewan
komisaris yang memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat hukum
dan independen, serta tidak memiliki hubungan bisnis atau hubungan
lain dengan pemegang saham mayoritas dan dewan direksi baik
langsung maupun tidak langsung. Hal ini dimaksudkan agar dewan
komisaris independen dapat menjadi penyeimbang dalam pengambilan
keputusan dewan komisaris dan mewakili kepentingan stakeholders
26
lainnya daripada kepentingan stakeholders mayoritas. Komisaris
independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas
yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam RUPS.
Namun seringkali dewan direksi lebih memiliki kekuatan dibanding
dewan komisaris. Hal inilah yang menyebabkan independensi dari
dewan komisaris menjadi sangat penting sebagai penyeimbang dari
dewan direksi.
Dalam melaksanakan tugasnya dewan komisaris bersama
dewan direksi memiliki tanggung jawab dalam menjaga kelangsungan
usaha perusahaan dalam jangka panjang, yaitu (KNKG, 2006):
a. Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko.
b. Tercapainya imbal hasil yang optimal bagi pemegang saham.
c. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar.
d. Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi
kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.
Penerapan corporate governance dapat dilihat salah satunya
dari proporsi komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan
komisaris yang ada dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Yeh et al. (2002) memperoleh hasil bahwa penerapan corporate
governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan
melakukan penerapan corporate governance yang baik akan
meningkatkan kinerja perusahaan dan mencegah terjadinya kecurangan
oleh manajemen. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
27
dilakukan oleh Black et al. (2002) bahwa perusahaan dengan
penerapan corporate governance yang baik akan memiliki kinerja
operasional yang baik dibandingkan dengan perusahaan yang
penerapan corporate governancenya kurang baik. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan
bahwa corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah
komisaris independen berpengaruh negatif terhadap siklus konversi
kas. Dimana siklus konversi kas termasuk bagian dari kinerja
perusahaan apakah perusahaan dapat mengelola modalnya dengan
efisien atau tidak.
Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wulandari (2006) bahwa jumlah komisaris dan
proporsi komisaris independen yang ada dalam perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Achchuthan dan Kajananthan (2013)
mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan
sebagai proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi
manajemen modal kerja yang salah satu proksinya juga merupakan
cash conversion cycle, kecuali untuk proksi struktur kepemimpinan
dewan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal
kerja.
28
4. Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No IX.I.5, Komite Audit
adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris. KNKG (2006) menyatakan bahwa Komite
Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam memastikan
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal
perusahaan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku, serta melakukan
tindak lanjut atas temuan hasil audit yang dilaksanakan manajemen.
Selain itu Komite Audit juga terlibat dalam pemrosesan calon auditor
eksternal beserta imbalan jasanya untuk kemudian disampaikan kepala
Dewan Komisaris.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, dalam
menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan tanggung
jawab antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan
informasi keuangan lainnya.
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan
29
peraturan perundangan-undangan lainnnya yang berhubungan
dengan kegiatan peusahaan.
c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal.
d. Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadai
perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atan Perusahaan Publik
f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan
Adapun wewenang Komite Audit dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
a. Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang
karyawan, dana, aset, sumber daya perusahaan yang diperlukan.
b. Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan karyawan,
dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan eksternal audit
serta manajemen risiko.
c. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang
diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika
diperlukan).
d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan
Komisaris.
Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang
anggota. Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite
30
pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung
dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite audit beranggota
terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam
pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite audit memiliki
pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan
prinsip-prinsip pengawasan internal.
5. Ukuran Perusahaan
Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (1999:313) adalah
“besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan
atau total aktiva.” Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat
diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, dan ekuitas total
utang dan ukuran perusahaan memiliki korelasi kuat dan positif
(Odgen, 1987 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009).
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar
kecilnya suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva,
total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Semakin besar aktiva suatu perusahaan maka akan semakin besar pula
modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan
maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal
masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).
31
Ukuran perusahaan berbeda akan memiliki modal kerja yang
berbeda pula. Perusahaan besar dapat mengambil keuntungan dari
tersedianya sumber daya yang lain ketika perusahaan sedang
mengalami kekurangan kas ataupun kesulitan dalam proses penagihan
piutang. Sedangkan perusahaan kecil akan lebih rentan dengan
kegagalan penagihan piutangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Moss
dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus
konversi kas, artinya semakin besar suatu perusahaan maka periode
siklus konversi kasnya semakin singkat.
Menurut Eljelly (2004), ukuran perusahaan akan
mempengaruhi likuiditas, CCC, dan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan besar akan lebih memiliki keuntungan dalam pembelian
persediaan, mendapatkan pinjaman dari kreditor, dan pengumpulan
piutang pelanggan yang akan meningkatkan likuiditas dan
mempersingkat periode siklus konversi kas dibandingkan perusahaan
kecil.
32
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid,
2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan
penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh
proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran
perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).
1. Proporsi Komisaris Independen dengan Siklus Konversi Kas
Pada penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87)
menemukan bukti empiris bahwa proporsi komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle. Achchuthan dan
Kajananthan (2013) mendapatkan bukti empiris bahwa proporsi
komisaris independen tidak mempengaruhi periode cash conversion
cycle. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha₁ :Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap
siklus konversi kas (cash conversion cycle).
2. Ukuran Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas
Penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Biger (2013)
menemukan bukti empiris bahwa komite audit mempengaruhi siklus
konversi kas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan John dkk
(2015:87) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh
secara signifikan dan negatif terhadap siklus konversi kas. Achchuthan
33
dan Kajananthan (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
praktik corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah
komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang
diproksikan cash conversion cycle. Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha₂ :Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap siklus konversi
kas (cash conversion cycle)
3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas
Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas.
Selanjutnya menurut Eljelly (2004) ukuran perusahaan akan
mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita
(2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif
dengan cash conversion cycle. Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Muneeb dan Kashif (2012) dimana
perusahaan besar lebih efisien dalam mengelola manajemen modal
kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih
singkat. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha₃ :Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap siklus konversi kas
(cash conversion cycle)
34
4. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit,
dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan terhadap Siklus
Konversi Kas
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah semua variabel
independen yaitu proporsi komisaris independen, ukuran komite audit,
dan ukuran perusahaan secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu siklus konversi kas,
sehingga diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha₄ :Proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas
(cash conversion cycle)
C. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 2.1 berikut.
35
Tabel 2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No Nama Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Farrah Wahieda
Kasiran, Noredi Azhar
Mohamad, dan Othman
Chin (2016)
Working Capital
Management
Efficiency: A Study
on the Small Medium
Enterprise in
Malaysia.
Variabel
independen firm
size. Variabel
dependen cash
conversion cycle
Perhitungan Firm Size
diproksikan dengan Ln
Total Aset.
Perusahaan kecil
kurang efisien
dibandingkan dengan
perusahaan besar dalam
mengelola modal
kerjanya termasuk cash
conversion cycle
(CCC).
2 John Obradovich,
Amarjit Gill, dan
Nahum Biger (2015)
The Impact of
Independent Directors
on the Cash
Conversion Cycle of
American
Manufacturing Firms.
Variabel
independen
komisaris
independen dan
komite audit.
Variabel
dependen CCC
Variabel independen
CEO duality, CEO
tenure dan komite. audit
Dewan Komisaris
Independen, CEO
Duality, CEO Tenure,
Komite Audit
berpengaruh negatif
terhadap Cash
Conversion Cycle.
3 Seno Teguh dan Catur
Rahayu M (2015)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kebutuhan Working
Capital pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar dalam Bursa
Efek Indonesia (BEI)
Variabel
dependen cash
conversion cycle.
Variabel
independen firm
size
Variabel independen
operating cash flow,
profitability, leverage,
gross domestic, dan
inflation
Cash conversion cycle,
operating cash flow,
profitability, leverage,
gross domestic, dan
inflation berpengaruh
signifikan terhadap
working capital,
sedangkan firm size
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
No Nama Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
working capital.
4 Amarjit S. Gill dan
Nahum Biger (2013)
The impact of
corporate
governance on
working capital
management
efficiency of
American
manufacturing firms
Variabel dependen
cash conversion
cycle.
Variabel independen
board size dan
komite audit
Variabel independen CEO
tenure dan CEO duality.
Board size diproksikan
dengan Ln total aset.
CEO Tenure, CEO
Duality, board size, dan
komite audit
berpengaruh terhadap
working capital
management termasuk
siklus koversi kas.
5 Achchuthan S dan
Kajananthan R (2013)
Corporate
governance
practices and
working capital
management
efficiency: special
reference to listed
manufacturing
companies in
Srilanka
Variabel dependen
cash conversion
cycle.
Variabel independen
proporsi komisaris
independen dan
komite audit.
Variabel independen
jumlah kehadiran rapat
dan struktur
kepemimpinan dewan.
Proporsi dewan
komisaris, komite audit
dan jumlah kehadiran
rapat tidak berpengaruh
signifikan terhadap
working capital
management, sedangkan
struktur kepemimpinan
dewan berpengaruh
signifikan terhadap
working capital
management termasuk
siklus konversi kas.
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Nama Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6 Henry Kuruga Karani
(2013)
The Effect of
Corporate
Governance on
Working Capital of
Manufacturing Firms
Variabel dependen
proksi cash
conversion cycle
Variabel independen
corporate governance
corporate governance
berpengaruh terhadap
working capital
7 Muneeb Ahmad Attari
dan Kashif Raza (2012)
The Optimal
Relationship of Cash
Conversion Cycle
with Firm Size and
Profitability
Variabel dependen
cash conversion
cycle.
Variabel
independen Firm
size.
Variabel independen
profitability.
Firm size diproksikan
dengan Ln total aset.
Firm size dan
profitability
berhubungan negatif
dengan cash conversion
cycle
8 Amarjit Gill (2011) Factors that
influence working
capial requirements
in Canada
Variabel dependen
working capital
(cash conversion
cycle). Variabel
independen firm
size
Variabel independen
operating cycle, ROA,
firm growth, dan
intenationalozation of
firm
Operating cycle, ROA,
internationalozation of
firm, firm’s growth, dan
firm size berpengaruh
signifikan terhadap
working capital
9 Moch. Edman Syarief
dan Ita Prihatining
Wilujeng (2009)
Cash conversion
cycle dan
hubungannya dengan
ukuran perusahaan,
profitabilitas dan
manajemen modal
kerja
Variabel dependen
cash conversion
cycle.
Variabel
independen ukuran
perusahaan.
Variabel independen
profitabilitas dan
manajemen modal
kerja.
Ukuran perusahaan dan
manajemen modal kerja
berhubungan signifikan
dengan CCC,
profitabilitas tidak
berhubungan signifikan
dengan CCC
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
38
D. Kerangka Pemikiran
Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran
merupakan sintesa dan serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan
pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja
teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam
bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya. Ada
beberapa masalah yang terdapat dalam penelitian ini di antaranya adalah
proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran
perusahaan yang diduga dapat mempengaruhi periode siklus konversi kas
(cash conversion cycle).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
39
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Skandal bangkrutnya perusahaan-perusahaan
besar
Basis Teori : Teori Agensi (Agency Theory)
Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion
Cycle)
Variabel Independen Variabel Dependen
Proporsi Komisaris
Independen
Ukuran Komite
Audit
Ukuran Perusahaan
Siklus Konversi Kas
(Cash Conversion
Cycle)
Metode Analisis : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Pengelolaan modal kerja yang kurang efisien
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh proporsi
komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan
terhadap periode siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam
laporan tahunan dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2013, 2014, dan 2015. Namun, objek penelitian ini peneliti
batasi yaitu pada Industri Barang Konsumsi. Jenis data yang dikumpulkan
mencakup data laporan tahunan selama periode penelitian yaitu 2013
sampai 2015 yang didapat dari website www.idx.com.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh perusahaan
manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode observasi 2013 sampai 2015. Peneliti
mengumpulkan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode tahun
2013-2015. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel
penelitian adalah purposive sampling dengan teknik berdasarkan
pertimbangan (judgement) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu. Teknik penarikan sampel purposive ini dilakukan
41
dengan cara memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan pada
informasi yang tersedia (Sarwono dan Suhayati 2010:50). Metode
purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatives sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria
sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan
dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.
2. Perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar secara
berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015.
3. Perusahaan manufaktur pada industri barang konsumsi yang terdaftar
di BEI yang laporan keuangannya telah diaudit dan menyediakan
informasi keuangan lengkap.
4. Perusahaan memiliki data lengkap terkait dengan dewan komisaris,
komisaris independen, dan komite audit.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu annual report untuk tahun 2013, 2014, dan 2015. Annual report
digunakan karena pada annual report terdapat sumber informasi yang
dilaporkan oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi stakeholder
dalam pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya
asimetri informasi.
Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah content analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data
42
penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari
suatu dokumen. Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi
terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu
dokumen untuk menghasilkan deskripsi obyektif dan sistematik
(Indriantoro dalam Istanti, 2009). Content analysis dilakukan dengan cara
membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel dan memberi kode
informasi yang terkandung di dalamnya.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 22. Regresi
digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi
linier sederhana dan regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan
regresi linier berganda karena variabel independen yang digunakan lebih
dari satu variabel. Metode analisis regresi berganda yang dipergunakan
dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji
hipotesis dan uji statistik.
1. Statistik Deskriptif
Ghozali (2013) menyatakan bahwa statistik deskriptif
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik
deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data
43
sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi
untuk menguji hipotesis.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah
persamaan regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang
dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik ini
terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa Uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yakni dengan analisis
grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menunjukan
satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan
variabel independen lainnya. Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
44
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol
(Ghozali, 2013)
Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value
atau nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari
nilai tolerance adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Apabila nilai
tolerance di bawah 0,01 atau nilai VIF di atas 10 maka terjadi
multikolinieritas (Ghozali, 2013).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu varian pengganggu
yang tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi,
sehingga mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji
heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran baik ukuran
kecil, sedang maupun besar (Ghozali, 2013).
45
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu
observasi ke observasi lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time
series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok
cenderung memengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok
yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2013).
3. Analisis Regresi
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
model regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda
umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran
interval atau rasio dalam suatu persamaan linier.
Analisis regresi berganda merupakan eksistensi dari modal
regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk
menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan
46
atas lima variabel dengan menggunakan rumus persamaan matematis
seperti di bawah ini:
Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + ɛ
Dimana:
Y = Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
α = Konstanta (tetap)
β₁-β₅ = Koefisien variabel independen, apabila nilai β positif
maka akan terjadi kenaikan pada variabel dependen (Y),
jika nilai β negatif akan terjadi penurunan pada variabel
dependen (Y)
X₁ = Proporsi dewan komisaris
X₂ = Jumlah komite audit
X₃ = Ukuran perusahaan
ɛ = Kesalahan baku/error
4. Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
yang menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
47
memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien
determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena
adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan.
Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen
ditambah, R² akan meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai
adjusted R² untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R²
mampu naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya koefisien
determinasi (R²), nilai adjusted R² juga berkisar antara nol dan satu.
Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependennya (Ghozali,
2013).
b.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk
menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan bahwa apabila nilai signifikansi > 0,05 maka
48
Ha ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha
diterima (Ghozali, 2013).
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statisti t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test
ini pada dasarnya untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh atau
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Kriteria pengambilan
keputusan dilakukan dengan tingkat signifikansi 5%. Hipotesis Ha
diterima jika tingkat signifikansi < 5% (kurang dari 0,05) dan
hipotesis Ha ditolak apabila tingkat signifikansi > 5%.
E. Operasional Variabel Penelitian
Data dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua variabel
yaitu variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini akan
diuraikan definisi mengenai variabel yang digunakan beserta dengan
dimensi, operasional, indikator dan skala pengukurannya.
1. Variabel Dependen (Terikat)
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil management
working capital yang menggunakan cash conversion cycle (CCC)
sebagai variabel dependen. Siklus konversi kas (cash conversion cycle)
merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
mengelola kas sebagai modal kerja sebelum nantinya kas tersebut
kembali ketika terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau
49
jasa yang telah diberikan (Hutchison dkk., 2007). Cash conversion
cycle terdiri dari tiga siklus utama yaitu Days of Sales Outstanding,
Days os Sales in Inventory, dan Days of Payables Outstanding.
a. Periode Perputaran Piutang (Days os Sales Outstanding-DSO)
Periode perputaran piutang adalah rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas,
yaitu untuk menerima kas setelah menjadi penjualan. Periode ini
dihitung dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan
kredit perhari.
DSO = 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠/365
b. Periode Perputaran Persediaan (Days of Sales in Inventory-DSI)
Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan
kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode
konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan.
Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga
pokok penjualan perhari.
DSI = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠
𝐶𝑂𝐺𝑆/365
c. Periode Perputaran Utang (Days of Payables Outstanding-DPO)
Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta
pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah
utang lancar dengan jumlah harga pokok penjualan perhari.
50
DPO = 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒
𝐶𝑂𝐺𝑆/365
Dalam bentuk persamaan yang paling sederhana
menggabungkan tiga komponen di atas, dimana semuanya terukur
dalam satuan hari, sebagaimana yang dituliskan oleh Keown, dkk.
(2001:492) cash conversion cycle dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
CCC = DSO + DSI – DPO
Keterangan:
CCC = Cash Conversion Cycle
DSO = Days of Sales Outstanding
DSI = Days os Sales in Inventory
DPO = Days of Payables Oustanding
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi
variabel terikat, baik secara positif maupun secara negatif. Jika
terdapat variabel dependen maka variabel independen juga harus hadir,
dan di setiap unit kenaikan dalam variabel independen maka akan
terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen
(terikat).
Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari proporsi
dewan komisaris independen, jumlah komite audit, dan ukuran
perusahaan. Tujuan peneliti adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi apakah dewan komisaris independen, jumlah komite
51
audit, dan ukuran perusahaan mempengaruhi atau tidak mempengaruhi
periode cash conversion cycle pada perusahaan. Variabel independen
dapat secara umum dipaparkan sebagai berikut:
a. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Proporsi dewan komisaris independen didefiniskan sebagai
bagian atau isi dari dewan komisaris yang berada di perusahaan.
Proporsi dari dewan komisaris independen meliputi tentang
banyaknya dewan komisaris independen dibandingkan dengan total
dewan komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris
perusahaan sampel (Boediono, 2005).
Proporsi dewan komisaris diukur dengan cara:
Keberadaan Dewan Komisaris Independen
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
b. Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit merupakan jumlah komite audit yang
dimiliki perusahaan sampel. Komite audit biasanya terdiri dari dua
hingga tiga orang anggota. Pertimbangan anggota komite audit
berjumlah lebih dari satu orang disebabkan agar antar anggota
komite audit dapat saling bertukar pikiran dalam melaksanakan
tanggung jawabnya dalam membantu dewan komisaris (Tifani
Vota, 2010). Dipimpin oleh seorang komisaris independen. Seperti
komite pada umumnya, komite audit yang beranggotakan sedikit
cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, komite audit
52
beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni
minimnya ragam pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota
komite audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan
laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal. Skala
yang digunakan adalah skala rasio (Rina, 2008).
c. Ukuran Perusahaan
Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai
equity, nilai total penjualan, atau nilai total aktiva (Riyanto, 1999).
Menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil
point b, menjelaskan bahwa “perusahaan yang memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) digolongkan kelompok usaha kecil”. Dengan
adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan
yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas satu milyar rupiah
dapat dikelompokkan ke dalam industri menengah dan besar.
Semakin besar suatu perusahaan semakin kompleks dalam
pengelolaan modal kerjanya.
Maka di dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran
perusahaan mengacu pada pendapat Riyanto (1999) dan juga
mengacu pada undang-undang No.9 tahun 1995, dimana ukuran
perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total
penjualan (LnTR)
53
Berdasarkan penjelasan di atas, maka operasional variabel
penelitian dapat disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Cash conversion cycle
(CCC) (Keown et al.,
2001)
CCC = DSO + DSI – DPO Rasio
Proporsi komisaris
independen (Boediono,
2005)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
Rasio
Ukuran komite audit
(Rina, 2008)
Jumlah Anggota Komite Audit Rasio
Ukuran perusahaan
(Riyanto, 1999)
Logaritma natural Total Revenue Rasio
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun
2013-2015. Perusahaan industri barang konsumsi tersebut telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan selama periode penelitian
tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami
delisting. Peneliti memilih sektor industri barang konsumsi karena
untuk menghindari industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda
antara sektor industri yang satu dengan yang lain. Periode pengamatan
dalam penelitian ini adalah 3 tahun yaitu 2013, 2014 dan 2015.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga periode
pengamatan dan pemilihan sampel dari populasi menggunakan teknik
purposive sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu. Metode purposive sampling dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan kriteria
yang ditentukan.
55
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel
No Kriteria Pelanggaran
Kriteria Jumlah
1 Total perusahaan industri barang
konsumsi yang listing di BEI
2013-2015
38
2 Perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar secara
berturut-turut di BEI selama
periode 2013-2015
(3) 35
3 Perusahaan industri barang
konsumsi yang laporan
keuangannya telah diaudit dan
menyediakan informasi keuangan
lengkap
- 35
4 Perusahaan memiliki data lengkap
terkait dewan komisaris,
komisaris independen, dan komite
audit.
(2) 33
Jumlah sampel yang memenuhi
kriteria.
33
Tahun pengamatan 3
Jumlah 99
Jumlah data outlier (2)
Jumlah sampel penelitian 97
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa total perusahaan
industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI berjumlah 38. Namun,
berdasarkan hasil seleksi sampel hanya ada 33 perusahaan industri
barang konsumsi yang masuk dalam kriteria sampel. Periode
pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah 3 (tiga) tahun, yaitu
tahun 2013, 2014 dan 2015. Jadi, total sampel yang diteliti sebanyak 99
data laporan tahunan perusahaan industri barang konsumsi, selanjutnya
dikarenakan adanya data outlier maka jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah sebanyak 97 data laporan tahunan perusahaan industri barang
56
konsumsi. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya
dan muncul dalam bentuk ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal
atau variabel kombinasi (Ghozali, 2013).
B. Analisis dan Pembahasan
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan model
regresi berganda. Tujuannya adalah memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (proporsi dewan
komisaris independen, efektivitas komite audit, dan ukuran perusahaan)
terhadap variabel dependen yaitu siklus konversi kas (cash conversion
cycle).
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Uji data statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel
dalam penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean
(rata-rata) dan standar deviasi. Nilai minimum menggambarkan nilai
paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data
yang telah dilakukan terhadap perusahaan sampel. Nilai maksimum
menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil
57
pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, sedangkan mean
(rata-rata) menunjukan nilai rata-rata dari masing-masing variabel.
Berikut ini adalah gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel
secara keseluruhan.
Tabel 4.2
Statistik Deskripif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CCC 97 -25,271 650,412 132,94303 100,388347
KOM 97 ,200 ,800 ,40500 ,112455
AUDIT 97 2,0 6,0 3,072 ,4620
SALES 97 25,242 32,120 28,59630 1,687191
Valid N (listwise) 97
Sumber : Data diolah (Output SPSS 22)
Tabel 4.2 di atas merupakan hasil statistik deskriptif dari data-data
yang dikumpulkan yang menunjukan bahwa variabel dependen yaitu
siklus konversi kas atau cash conversion cycle (CCC) memiliki nilai
minimum sebesar -25, 271 yang diperoleh dari Indofarma Tbk pada
tahun 2015 sedangkan nilai maksimumnya sebesar 650,412 diperoleh
dari Merck Sharp Dohme Pharma Tbk pada tahun 2013. Nilai rata-rata
siklus konversi kas sebesar 132,943. Hal ini menunjukkan rata-rata
perusahaan industri barang konsumsi dalam mengelola kasnya adalah
selama 132,94 hari dan standar deviasinya adalah sebesar 100,388347.
Variabel proporsi komisaris independen (KOM) menunjukkan nilai
minimum sebesar 0,20 yang diperoleh dari Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk pada tahun 2014 dan nilai maksimumnya sebesar 0,80 diperoleh
dari Bentoel International Investama Tbk pada tahun 2015 dan
58
Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2013 dan 2014. Hal ini berarti
dalam perusahaan sampel paling kecil ada sebesar 20% dari total
jumlah dewan komisaris dan paling besar aadalah sebesar 80% dari
total dewan komisaris. Rata-rata variabel proporsi komisaris
independen adalah sebesar 0,405. Hal ini berarti rata-rata proporsi
komisaris independen di industri barang konsumsi telah memenuhi
ketentuan mengenai dewan komisaris independen diatur dalam
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No:Kep-305/BEJ/07-2004
Tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas Selain Saham
yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Berdasarkan peraturan
tersebut, perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia harus
memiliki komisaris independen yang jumlahnya sekurang-kurangnya
30% dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris. Sedangkan standar
deviasinya adalah sebesar 0,112455.
Variabel ukuran komite audit (AUDIT) memiliki nilai minimum
sebesar 2 yang diperoleh dari Martina Berto Tbk pada tahun 2013,
2014 dan 2015, Indofarma Tbk pada tahun 2016, dan Mustika Ratu
Tbk pada tahun 2016. Sedangkan nilai maksimum sebesar 6 yang
diperoleh dari Indofarma Tbk pada tahun 2013. Nilai rata-rata ukuran
komite audit sebesar 0,3072 artinya rata-rata jumlah anggota komite
audit di perusahaan industri barang konsumsi yang ada di Indonesia
terdiri dari 3 anggota dan standar deviasinya sebesar 0,4620.
59
Variabel ukuran perusahaan (SALES) memiliki nilai minimum
sebesar 25,24 yng diperoleh dari Kedaung Indag Can Tbk pada tahun
2015. Sedangkan nilai maksimum sebesar 32,12 diperoleh dari
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada tahun 2015. Nilai rata-rata
ukuran perusahaan sebesar 28,59 dan standar deviasi sebesar 1,6871.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan alat
uji non-parametic Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pengambilan
keputusan dalam uji K-S ini adalah dengan melihat nilai
probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas
kurang dari 0,05 maka variabel tidak terdistribusi secara nornal dan
menolak H0. Sebaliknya jika angka probabilitas lebih dari 0,05
berarti data terdistribusi secara normal dan menolak HA. Adapun
hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dapat dilihat dalam tabel 4.3
60
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 99
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 93,83495374
Most Extreme
Differences
Absolute ,091
Positive ,091
Negative -,063
Test Statistic ,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data diolah (Output SPSS 22)
Tabel di atas menunjukan hasil perhitungan dengan
menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test yang
memiliki probabilitas tingkat signifikansi 0,043 dibawah nilai
tingkat signifikansi kepercayaan 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol
ditolak atau variabel proporsi komisaris independen (KOM),
ukuran komite audit (AUDIT), ukuran perusahaan (SIZE), dan
Siklus Konversi Kas (CCC) tidak terdistribusi secara normal.
Untuk data mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan valid
maka dilakukan pengurangan data yang memiliki nilai ekstrim
sebagai data outlier.
Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi
lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah
61
variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2013). Terdapat
dua data outlier dari variabel proporsi komisaris independen
(KOM) yang dikurangkan. Sehingga jumlah sampel dalam
penelitian berkurang menjadi 97 (99-2) sampel. Hasil uji
normalitas setelah pengurangan data outlier dapat dilihat dalam
tabel 4.4
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas(One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test)
Setelah Pengurangan Data Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 97
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 93,78747019
Most Extreme
Differences
Absolute ,090
Positive ,090
Negative -,051
Test Statistic ,090
Asymp. Sig. (2-tailed) ,053c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data diolah (Output SPSS 22)
Tabel di atas menunjukan hasil perhitungan dengan
menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test setelah
pengurangan data outlier yang terdapat nilai ekstrim memiliki
probabilitas tingkat signifikansi di atas kepercayaan α = 0,05 yaitu
0,053. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi normal.
62
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik yaitu model regresi yang
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari
nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF)
dalam Collinearity Statistics. Hasil uji multikolinieritas terdapat
pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KOM ,829 1,206
AUDIT ,991 1,009
SALES ,831 1,204
a. Dependent Variable: CCC
Sumber : Data diolah (Output SPSS 22)
Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang
masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama
dengan tingkat kolinieritas 0,95. (Ghozali, 2013). Selanjutnya
dengan melihat nilai VIF, jika tidak terdapat nilai VIF yang lebih
dari 10 menunjukan bahwa antar variabel independen dalam model
regresi tidak terdapat multikolinieritas. Tabel berikut ini
menunjukan ringkasan dari hasil uji multikolinieritas.
63
Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Independen Collinearity Statistics
Kesimpulan Tolerance VIF
Proporsi Dewan Komisaris
Independen
0,829 1,206 Tidak ada multikolinieritas
Ukuran Komite Audit 0,991 1,009 Tidak ada multikolinieritas
Ukuran Perusahaan 0,831 1,204 Tidak ada multikolinieritas
Sumber : Data diolah
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari
0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF juga menunjukan hal yang
sama yaitu tidak ada satupun variabel independen yang memiliki
nilai VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam
model regresi.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2013:139).
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi yang
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun berbagai data yang
memiliki semua ukuran baik kecil, sedang, maupun besar Dalam
penelitian ini uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah uji
Glejser dan grafik scatterplot.
64
Data yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas titik-
titik yang terdapat pada grafik scatterplot akan terlihat menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y Uji Glejser dilakukan
untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel
independen. Jika nilai signifikansi antar variabel independen
dengan absolute residualnya lebih dari tingkat signifikansi 0,05
maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan grafik
scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot
65
Hasil uji heterokedastisitas dengan Uji Glejser dapat dilihat
pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 233,114 112,185 2,078 ,040
KOM 39,526 59,950 ,074 ,659 ,511
AUDIT ,410 13,342 ,003 ,031 ,976
SALES -6,247 3,992 -,176 -1,565 ,121
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Jika variabel independen secara signifikan mempengaruhi
variabel dependen dengan tingkat kepercayaan di bawah 5% berarti
ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Uji Glejser dapt
dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Independen Sig Keterangan
Proporsi Komisaris Independen 0,511 Tidak ada heteroskedastisitas
Ukuran Komite Audit 0,976 Tidak ada heteroskedastisitas
Ukuran Perusahaan 0,121 Tidak ada heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah
Hasil perhitungan heteroskedastisitas dengan menggunakan
Uji Glejser pada tabel mengindikasikan nilai probabilitas
signifikansinya di atas 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi yang digunakan tidak terdapat adanya
heteroskedastisitas.
66
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi
linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin-Watson. Hasil uji
autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,357a ,127 ,099 95,288165 1,773
a. Predictors: (Constant), SALES, KOM, AUDIT
b. Dependent Variable: CCC
Sumber : Data diolah (output SPSS 22)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DU adalah 1,732
sementara nilai DW adalah 1,773 lebih besar dari batas DU dan
kurang dari (4 – DU) / (4 - 1,732) = 2,268. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif.
3. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Apabila nilai
koefisien determinasi mendekati satu, maka variabel independen
DU < DW < (4 - DU) = 1732 < 1773 < 2,268
67
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam
memprediksi variabel dependen.Koefisien determinasi (Adjusted R
Square) dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,357a ,127 ,099 95,288165
a. Predictors: (Constant), SALES, KOM, AUDIT
b. Dependent Variable: CCC
Sumber : Data diolah (output SPSS 22)
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,099
atau 9,9%. Variabel dependen siklus konversi kas (CCC) dapat
dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel independen. Variabel
independen tersebut adalah proporsi komisaris independen, ukuran
komite audit, dan ukuran perusahaan, sedangkan sisanya 91,1%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini
seperti efektivitas dewan komisaris, kepemilikan intitusional, transaksi
hubungan istimewa, leverage (Debora, 2012), profitabilitas (Edman &
Ita, 2009), firm growth (Gill, 2011), dan operating cash flow (Seno &
Catur, 2015)
4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F menunjukkan semua variabel independen yang ada
dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan
68
terhadap variabel dependen. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka
Ha diterima. Nilai F diturunkan dari tabel ANOVA yang dapat
dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini.
Tabel 4.11
Hasil Uji Signifikansi Simultan
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 123046,134 3 41015,378 4,517 ,005b
Residual 844424,598 93 9079,834
Total 967470,733 96
a. Dependent Variable: CCC
b. Predictors: (Constant), SALES, AUDIT, KOM
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diperoleh F hitung sebesar
4,517 yang mana lebih besar dari F tabel (2,47). Hasil uji
signifikansi sebesar 0,005 < 0,05, berarti proporsi komisaris
independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas.
Hal ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen,
ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara
simultan terhadap siklus konversi kas.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
masing-masing variabel independen untuk menjelaskan variabel-
variabel dependen dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05.
Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi signifikan
69
dan Ha diterima. Apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka
koefisien regresi tidak signifikan dan Ha ditolak.
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 701,260 177,758 3,945 ,000
KOM -21,703 94,992 -,024 -,228 ,820
AUDIT 9,783 21,141 ,045 ,463 ,645
SALES -20,617 6,325 -,347 -3,260 ,002
Pada tabel 4.12 terlihat bahwa variabel independen proporsi
komisaris independen dan ukuran komite audit tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap siklus konversi kas (variabel dependen)
yaitu sebesar 0,820 dan 0,645 (karena lebih besar dari tingkat
signifikansi 0,05 atau 5%), sedangkan variabel ukuran perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas yaitu
sebesar 0,002 (lebih kecil dari 0,05). Berikut ini akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai hasil dari tabel 4.12
1) Pengaruh Proporsi Komisaris Independen (KOM)
terhadap Siklus Konversi Kas (CCC)
Proporsi komisaris independen yang dilambangkan
dengan KOM berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar -
0,228 dan tingkat signifikansi 0,820 atau lebih besar dari 0,05.
Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel proporsi
komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan
70
terhadap siklus konversi kas (CCC) pada perusahaan
manufaktur industri barang konsumsi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Achchuthan dan Kajananthan (2013) bahwa proporsi
komisaris independen tidak mempengaruhi periode cash
conversion cycle. Hal ini disebabkan komisaris independen
yang dimiliki perusahaan hanya sebatas pemenuhan regulasi
dan masih terdapat dewan komisaris yang hanya independent in
appearance tidak independent in mind sehingga proporsi
komisaris independen yang semakin besar pun belum tentu
mengawasi manajemen dengan baik.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh John et al. (2015:87) bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap cash conversion
cycle. Hipotesis 1 dalam penelitian ini ditolak.
2) Pengaruh Ukuran Komite Audit (AUDIT) terhadap Siklus
Konversi Kas (CCC)
Ukuran komite audit yang dilambangkan dengan
AUDIT berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar 0,463 dan
tingkat signifikansi 0,645 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini
menyimpulkan bahwa secara parsial variabel ukuran komite
audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap siklus
konversi kas (CCC) pada perusahaan manufaktur industri
71
barang konsumsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Achchuthan dan Kajananthan (2013) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa praktik corporate
governance yang diproksikan salah satunya adalah komite
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang
diproksikan cash conversion cycle. Ini disebabkan pengawasan
komite audit masih kurang terhadap manajemen terutama
dalam pengelolaan kas perlu ditingkatkan, selain itu jumlah
komite audit yang sedikit belum tentu lebih efisien dalam
kinerjanya dibandingkan yang memiliki banyak komite audit
karena kurangnya keberagaman pengalaman anggota. Namun,
penelitian ini tidak sejalan dengan Gill dan Biger (2013) dan
John et al. (2015) menemukan bukti empiris bahwa komite
audit mempengaruhi siklus konversi kas. Hipotesis 2 dalam
penelitian ini ditolak.
3) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SALES) terhadap Siklus
Konversi Kas (CCC)
Ukuran perusahaan yang dilambangkan dengan SALES
berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar -3,260 dan tingkat
signifikansi 0,002 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menyimpulkan bahwa secara parsial variabel ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap siklus
72
konversi kas (CCC) pada perusahaan manufaktur industri
barang konsumsi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Moss dan Stine
(1993), Eljelly (2004), Edman dan Ita (2009) dan Muneeb dan
Kashif (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya
periode siklus konversi kas. Hal ini berarti bahwa jangka waktu
cash conversion cycle yang pendek dimiliki oleh perusahaan
yang besar, sementara perusahaan kecil, memiliki jangka waktu
cash conversion cycle yang lebih panjang. Dimana perusahaan
besar lebih efisien dalam mengelola manajemen modal
kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih
singkat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hipotesis 3
dalam penelitian ini diterima.
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel
4.13 maka persamaan regresi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13
Ringkasan Hasil Penelitian
No Variabel Hasil
1 Proporsi Komisaris Independen Tidak Berpengaruh Signifikan
2 Ukuran Komite Audit Tidak Berpengaruh Signifikan
3 Ukuran Perusahaan Berpengaruh Signifikan
CCC = 701,260– 21,703KOM + 9,783AUDIT – 20,617SALES + ɛ
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji mengenai pengaruh proporsi komisaris
independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus
konversi kas (Cash Conversion Cycle) perusahaan industri barang
konsumsi pada tahun 2013 sampai 2015. Analisis pengaruh yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 22.
Data sampel yang digunakan sebanyak 97 perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013
sampai 2015.
Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan
perusahaan industri barang konsumsi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Achchuthan dan Kajananthan
(2013).
2. Ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap siklus
konversi kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan
perusahaan industri barang konsumsi. Hasil penelitian ini sejalan
74
dengan penelitian yang dilakukan oleh Achchuthan dan Kajananthan
(2013).
3. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap siklus konversi
kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan perusahaan industri
barang konsumsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Moss dan Stine (1993), Eljelly (2004), Edman dan Ita
(2009) dan Muneeb dan Kashif (2012)
4. Proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap siklus konversi kas
(cash conversion cycle).
B. Saran
Penelitian mengenai siklus konversi kas (cash conversion cycle) di
masa mendatang diharapkan dapat mempertimbangkan saran berikut ini:
1. Penelitian selanjutnya agar menambahkan jenis perusahaan dari sektor
lain sebagai pembanding dan menggunakan periode penelitian lebih
dari 3 tahun agar hasil penelitian lebih akurat.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain seperti
efektivitas dewan komisaris, kepemilikan intitusional, transaksi
hubungan istimewa, leverage, profitabilitas, likuiditas, sales growth,
dan operating cash flow.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, “Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Jakarta, Jakarta, 2012.
Achchuthan, S. dan R. Kajananthan, “Corporate Governance Practices and
Working Capital Management Efficiency: Special Reference to Listed
Manufacturing Companies in Srilanka”, Vol. 1 No 1, International
Journal of Business and Management Review, 2013.
Arief Sugiono dan Ishak, “Akuntansi: Informasi dalam Pengambilan
Keputusan”, Penerbit PT Grasindo, Jakarta, 2015.
Bambang Riyanto,“Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi Keempat
Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE. 1995.
Bambang Riyanto,“Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi Keempat
Cetakan Keenam. Yogyakarta: BPFE. 1999.
Beny Benardi dan Y. Minarnita, “Mengukur Cash Conversion Cycle Perusahaan
Terbuka Operator Telekomunikasi Seluler di Indonesia dalam
Ketrkaitannya dengan Kinerja Pengelolaan Modal Kerja”, Vol. 3 No.1,
Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Universitas Mercu Buana, 2012.
Bhutto, N. A., A. Ghulam dan M. S. Syed, “Relationship of Cash Conversion
Cycle with Firm Size, Working Capital Approaches and Firms
Profitability: A Case of Pakistan Industries”, 2011.
Black, B. S., Jang, H., Kim, W. dan Mark, J. “Does Corporate Governace Affect
Firm Value? Evidence from Korea”, Standford Law School, 2002.
Brigham, E. F. dan J.F. Houston, “Fundamentals of Financial Management”,
10th Edition, Thomson-South Western, United Stated of America, 2004.
Chiou, J., Cheng, L., dan Wu, H. W. “The Determinants of Working Capital
Management”. Journal of American Academy of Business, 10(1), 149
155. 2006
Chrisman, J.J., Chua, J.H., Steier, L.P., Wright, M. dan McKnee, D.N.,”An
Agency Theoretic Analysis of Value Creation Through Management Buy
Outs of Family Firms”,Journal of Family Business Strategy, Vol. 3, 2012.
Deelof, M., “Does Working Capital Management Affect Profitability of Bergian
Firm?”, Journal of American Academy of Business, 2003.
76
Edman M. dan Ita Prihatining, “Cash Conversion Cycle dan Hubungannya
dengan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Manajemen Modal
Kerja”, 14th No. 1, Jurnal Ekonomi Bisnis, 2009.
Eljelly, A., “Liquidity-Profitability Tradeoff: An Empirical Investigation in An
Emerging Market”, International Journal of Commerce and Management,
2004.
Emery, Douglas, R., John, D. Finnerty, dan John, D. Stowe, “Corporate
Financial Management”. Third Edition (International Edition). New
Jersey: Prentice Hall. 2007
Gill, Amarjit dan Biger, Nahum, “The Impact of Corporate Governance on
Working Capital Management Efficiency of American Manufacturing
Firms”, Vol. 39 No. 2, Journal of Managerial Finance, 2013.
Gill, Amarjit, “Factors that Influence Working Capital Requirements in Canada”,
Vol. 1, Economics and Finance Review, 2011.
Gitman, L.J., “Estimating Corporate Liquidity Requirements: a Simplified
Approach”. Finance Review. Vol. 9. No 3. Pp. 79 – 88. 1974
Godfrey, J., A. Hodgson, A. Tarca, J. Hamilton, dan S. Holmes, “Accounting
Theory”, 7th Edition, John Wiley & Scons, Inc, 2010.
Hawawini, G., P. Viallet dan A. Vora, “Industry Influence on Corporate Working
Capital Decision”. Sloan Management Review, 27 (4), 15-24. 1986
Hilmi Utara dan Syaiful Ali, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006)”,
Jurnal Akuntansi Keuangan. 2008
Hofmann, E. dan Kotzab, H., “A Supply Chain-Oriented Approach of Working
Capital Management”. Journal of Business Logistics, Vol. 31, No. 2, pp.
305-330. 2010.
Hutchison, P. D., Farris II, M. T. dan Anders, S. B. “Cash-to-cash analysis and
management”, The CPA Journal, Vol. 77 No. 8, pp. 42-47. 2007.
Imam Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariate Debfab Program SPSS”, Edisi 7
Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
Iva Martha dan Indira Januarti,“Pengaruh Siklus Konversi Kas terhadap
Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun
2008-2011”, Vol. 2 No. 2, Diponegoro Journal of Accounting, 2013.
77
Jensen, Michael, C. dan William, H. Meckling,”Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership”, Journal of Financial Economics,
Vol. 3, 1976.
Joko Pramono dan Khatimah Husnul, “Pengaruh Waktu dan Jenis Industri pada
Strategi Manajemen Modal Kerja Survey pada Industri Otomotif,
Garment, dan Makanan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Universitas Islam
Bekasi, Bekasi, 2007.
Jose, M.L., Lancaster, C. dan Stevens, J.L.,” Corporate retuns and cash
conversion cycle”. Journal of Economic and Finance, Vol. 20 No. 1,pp.
33-46. 1996
Karina Adisti, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kebutuhan Modal
Kerja”, Tesis Program Magister Manajemen Universitas Indonesia,
Jakarta, 2012.
Kasiran, Farrah, M. Noredi dan Chin, Othman, “Working Capital Magement
Efficiency: A Study on the Small Medium Enterprise in Malaysia”, 7th,
International Economics & Business Management Conference, Malaysia,
2016..
Kuruga, Henry, “The Effect of Corporate Governance on Working Capital of
Manufacturing Firms Listed at The Nairobi Securities Exchange”,
Department of Finance and Accounting, University of Nairobi, 2013.
Magreta dan Popy Nurmayanti. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediks
Peringkat Obligasi Ditinjau dari faktor Akuntansi dan Non-Akuntansi”.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No 3, Desember 2009, Hal 143-154.
2009.
Moss, J. dan Stine, B., “Cash Conversion Cycle and Firm Size: A Study of Retail
Firm”, Vol. 19 No. 8, Managerial Finance, 1993.
Muneeb dan Kashif, “The Optimal Relationship of Cash Conversion Cycle with
Firm Size and Profitability”, Vol. 2 No. 4, International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences, 2012.
Obradovich, John, Amarjit, Gill dan Nahum, Biger,“The Impact of Independent
Directors on the Cash Conversion Cycle of American Manufacturig
Firms”, Vol. 7 No. 1, International Journal of Economics and Finance,
Canada, 2015.
Ogden, J.P., “Determinants of the Relative Interest Rate Sensitivities of Corporate
Bonds”. Financial Management 16 (1). 1987
78
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
Nomor IX.I.5 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit.
Ross, S. A., Westerfield, R. W. dan Jafee, J., “Corporate Finance”, 9th Edition,
McGraw-Hill, Singapore, 2010.
Seno, Kuncoro dan M. Catur, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan
Working Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia”, Vol. 2 No. 1, Jurnal Manajemen Trisakti, 2015
Setiawan, Adiwijaya,“Terus Merugi, Sharp Bujuk Karyawan Beli Produknya”.
Diakses tanggal 30 Juli 2016. https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/11/
20/090720575/terus-merugi-sharp-bujuk-karyawan-beli-produknya
Sri, Ambarwati, “Manajemen Keuangan”, Cetakan Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2010.
Sun, Y., Yi, Y., Lin, B.,”Board Independence, Internal Information Environment
and Voluntary Disclosure of Auditor’s Reports on Internal Control”,
China Journal of Accounting Research, Vol. 5, 2012.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Diakses tanggal 30
Juli 2016. http://peraturan.go.id/uu/nomor-9-tahun-1995.html
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3913).
Taylor, W.B., “Marketing Research”, An Applied Approach. McGraw Hill
Text. 1995.
Uyar, A, “The Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and
Profitability: An Empirical Investigation in Turkey”, International
Research Journal of Finance and Economic, 2009.
Wulandari, “Karakteristik Good Corporate Governance”. Alfabeta. Bandung.
2006
Yeh, Y., Lee, T., dan Ko, C., “Corporate Governance and Rating System”. 2002.
79
LAMPIRAN 1
80
Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Industri Barang Konsumsi
No Daftar Perusahaan Kode
1 Akasha Wira International Tbk ADES
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA
3 Cahaya Kalbar Tbk CEKA
4 Delta Djakarta Tbk DLTA
5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
7 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
8 Mayora Indah Tbk MYOR
9 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN
10 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
11 Sekar Bumi Tbk SKBM
12 Sekar Laut Tbk SKLT
13 Siantar Top Tbk STTP
14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk ULTJ
15 Gudang Garam Tbk GGRM
16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
17 Bentoel International Investama Tbk RMBA
18 Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM
19 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA
20 Indofarma Tbk INAF
21 Kimia Farma Tbl KAEF
22 Kalbe Farma Tbk KLBF
23 Merck Indonesia Tbk MERK
24 Pyridam Farma Tbk PYFA
25 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI
26 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB
27 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC
28 Martina Berto Tbk MBTO
29 Mustika Ratu Tbk MRAT
30 Mandom Indonesia Tbk TCID
31 Unilever Indonesia Tbk UNVR
32 Kedaung Indag Can Tbk KICI
33 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI
81
LAMPIRAN 2
82
Lampiran 2
Hasil Siklus Konversi Kas (CCC)
No Daftar Perusahaan Kode 2013 2014 2015
1 Akasha Wira International Tbk ADES 136 102 103
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 185 188 214
3 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 73 70 66
4 Delta Djakarta Tbk DLTA 233 319 292
5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 50 42 43
6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 70 57 56
7 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 51 49 38
8 Mayora Indah Tbk MYOR 139 114 108
9 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 90 97 109
10 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI -11 10 1
11 Sekar Bumi Tbk SKBM 42 38 33
12 Sekar Laut Tbk SKLT 54 53 52
13 Siantar Top Tbk STTP 93 73 70
14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk ULTJ 50 78 82
15 Gudang Garam Tbk GGRM 256 246 240
16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 107 94 96
17 Bentoel International Investama Tbk RMBA 168 154 149
18 Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM 197 195 223
29 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 253 250 196
20 Indofarma Tbk INAF 50 12 -25
21 Kimia Farma Tbl KAEF 65 63 65
Bersambung pada halaman berikutnya
83
Lampiran 2 (Lanjutan)
No Nama Perusahaan Kode 2013 2014 2015
22 Kalbe Farma Tbk KLBF 132 130 124
23 Merck Indonesia Tbk MERK 240 169 129
24 Pyridam Farma Tbk PYFA 226 181 199
25 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI 650 194 125
26 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 99 106 103
27 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 66 60 36
28 Martina Berto Tbk MBTO 170 191 207
29 Mustika Ratu Tbk MRAT 258 232 273
30 Mandom Indonesia Tbk TCID 121 137 146
31 Unilever Indonesia Tbk UNVR -10 -18 -20
32 Kedaung Indag Can Tbk KICI 265 242 314
33 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI 196 274 338
84
Lampiran 3
Hasil Proporsi Dewan Komisaris Independen
No Daftar Perusahaan Kode 2013 2014 2015
1 Akasha Wira International Tbk ADES 0,333333333 0,333333333 0,333333333
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 0,333333333 0,2 0,4
3 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 0,333333333 0,333333333 0,333333333
4 Delta Djakarta Tbk DLTA 0,4 0,4 0,4
5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 0,428571429 0,428571429 0,5
6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 0,375 0,375 0,375
7 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 0,428571429 0,5 0,571428571
8 Mayora Indah Tbk MYOR 0,4 0,4 0,4
9 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 0,333333333 0,333333333 0,333333333
10 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 0,333333333 0,333333333 0,333333333
11 Sekar Bumi Tbk SKBM 0,333333333 0,333333333 0,333333333
12 Sekar Laut Tbk SKLT 0,333333333 0,333333333 0,333333333
13 Siantar Top Tbk STTP 0,5 0,5 0,333333333
14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk ULTJ 0,333333333 0,333333333 0,333333333
15 Gudang Garam Tbk GGRM 0,333333333 0,5 0,5
16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 0,5 0,5 0,4
17 Bentoel International Investama Tbk RMBA 0,6 0,666666667 0,8
18 Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM 0,333333333 0,333333333 0,333333333
19 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 0,428571429 0,428571429 0,333333333
20 Indofarma Tbk INAF 0,5 0,5 0,333333333
21 Kimia Farma Tbl KAEF 0,4 0,4 0,4
Bersambung pada halaman berikutnya
85
Lampiran 4 (Lanjutan)
No Nama Perusahaan Kode 2013 2014 2015
22 Kalbe Farma Tbk KLBF 0,333333333 0,333333333 0,428571429
23 Merck Indonesia Tbk MERK 0,333333333 0,333333333 0,333333333
24 Pyridam Farma Tbk PYFA 0,333333333 0,333333333 0,5
25 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI 0,333333333 0,333333333 0,333333333
26 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 0,333333333 0,333333333 0,333333333
27 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 0,6 0,75 0,5
28 Martina Berto Tbk MBTO 0,333333333 0,333333333 0,333333333
29 Mustika Ratu Tbk MRAT 0,333333333 0,333333333 0,333333333
30 Mandom Indonesia Tbk TCID 0,4 0,333333333 0,5
31 Unilever Indonesia Tbk UNVR 0,8 0,8 0,8
32 Kedaung Indag Can Tbk KICI 0,333333333 0,333333333 0,333333333
33 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI 0,5 0,5 0,5
86
Lampiran 4
Hasil Efektivitas Komite Audit
No Daftar Perusahaan Kode 2013 2014 2015
1 Akasha Wira International Tbk ADES 3 3 3
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 3 4 4
3 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 3 3 3
4 Delta Djakarta Tbk DLTA 3 3 3
5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 3 3 3
6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 3 3 3
7 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 3 3 3
8 Mayora Indah Tbk MYOR 3 3 3
9 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 3 3 3
10 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 3 3 3
11 Sekar Bumi Tbk SKBM 3 3 3
12 Sekar Laut Tbk SKLT 3 3 3
13 Siantar Top Tbk STTP 3 3 3
14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk ULTJ 3 3 3
15 Gudang Garam Tbk GGRM 3 3 3
16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 3 3 4
17 Bentoel International Investama Tbk RMBA 3 3 3
18 Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM 3 3 3
19 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 4 4 3
20 Indofarma Tbk INAF 6 3 2
21 Kimia Farma Tbl KAEF 3 3 3
Bersambung pada halaman berikutnya
87
Lampiran 4 (Lanjutan)
No Nama Perusahaan Kode 2013 2014 2015
22 Kalbe Farma Tbk KLBF 3 3 3
23 Merck Indonesia Tbk MERK 3 3 3
24 Pyridam Farma Tbk PYFA 3 3 3
25 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI 3 3 3
26 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 3 3 3
27 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 3 3 3
28 Martina Berto Tbk MBTO 2 2 2
29 Mustika Ratu Tbk MRAT 3 3 2
30 Mandom Indonesia Tbk TCID 4 4 4
31 Unilever Indonesia Tbk UNVR 3 3 3
32 Kedaung Indag Can Tbk KICI 3 3 3
33 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI 3 3 3
88
Lampiran 5
Hasil Logaritma natural Total Revenue (LnTR) Ukuran Perusahaan
No Daftar Perusahaan Kode 2013 2014 2015
1 Akasha Wira International Tbk ADES 26,94290924 27,08419519 27,23013302
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 29,03139958 29,26806914 29,42459477
3 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 28,55998369 28,93985889 28,87969971
4 Delta Djakarta Tbk DLTA 27,48838156 27,50233896 27,27364138
5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 30,85367703 31,03296698 31,0886333
6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 31,64962971 31,78354735 31,79087165
7 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 28,90134021 28,72579304 28,62290825
8 Mayora Indah Tbk MYOR 30,11741309 30,28208383 30,32691308
9 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN 27,87753197 27,60578644 27,54802296
10 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 28,04015943 28,26243272 28,39532629
11 Sekar Bumi Tbk SKBM 27,89078065 28,0235799 27,94015562
12 Sekar Laut Tbk SKLT 27,06371076 27,24744399 27,33679465
13 Siantar Top Tbk STTP 28,15866578 28,40596218 28,56486797
14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk ULTJ 28,87235654 28,99629339 29,11124577
15 Gudang Garam Tbk GGRM 31,64626753 31,80826354 31,88472524
16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 31,94884527 32,02163749 32,1204359
17 Bentoel International Investama Tbk RMBA 30,15857386 30,3044435 30,45325392
18 Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM 28,09351046 28,13876191 28,24047119
19 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 27,72786119 27,72979962 27,89806529
20 Indofarma Tbk INAF 27,92182196 27,95414507 28,1146186
21 Kimia Farma Tbl KAEF 29,1007541 29,13975972 29,21213599
Bersambung pada halaman berikutnya
89
Lampiran 5 (Lanjutan)
No Nama Perusahaan Kode 2013 2014 2015
22 Kalbe Farma Tbk KLBF 30,40374302 30,48568121 30,51512126
23 Merck Indonesia Tbk MERK 27,41503439 27,48392098 27,61432905
24 Pyridam Farma Tbk PYFA 25,98365146 26,12730449 26,10704469
25 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI 26,73229701 27,59624154 28,44663898
26 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 26,77872894 26,93286455 26,96686572
27 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 29,55598327 29,64753817 29,73289441
28 Martina Berto Tbk MBTO 27,18673917 27,23262921 27,26686505
29 Mustika Ratu Tbk MRAT 26,60415503 26,79803032 26,78260567
30 Mandom Indonesia Tbk TCID 28,3380216 28,46749065 28,47038322
31 Unilever Indonesia Tbk UNVR 31,05715287 31,1723147 31,22789575
32 Kedaung Indag Can Tbk KICI 25,31868561 25,35771633 25,24216682
33 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI 27,23962321 26,96460799 26,83848132
90
LAMPIRAN 3
91
Lampiran 6
Hasil Output SPSS
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskripif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CCC 97 -25,271 650,412 132,94303 100,388347
KOM 97 ,200 ,800 ,40500 ,112455
AUDIT 97 2,0 6,0 3,072 ,4620
SALES 97 25,242 32,120 28,59630 1,687191
Valid N (listwise) 97
2. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Sebelum Transformasi dan
Pengurangan Data Outlier
Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 99
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 93,83495374
Most Extreme
Differences
Absolute ,091
Positive ,091
Negative -,063
Test Statistic ,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
92
3. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Setelah Transformasi dan
Pengurangan Data Outlier
Hasil Uji Normalitas(One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test)
Setelah Pengurangan Data Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 97
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 93,78747019
Most Extreme
Differences
Absolute ,090
Positive ,090
Negative -,051
Test Statistic ,090
Asymp. Sig. (2-tailed) ,053c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
4. Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KOM ,829 1,206
AUDIT ,991 1,009
SALES ,831 1,204
93
5. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 233,114 112,185 2,078 ,040
KOM 39,526 59,950 ,074 ,659 ,511
AUDIT ,410 13,342 ,003 ,031 ,976
SALES -6,247 3,992 -,176 -1,565 ,121
b. Dependent Variable: ABS_RES
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot
94
6. Hasil Uji Autokorelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,357a
,127 ,099 95,288165 1,773
a. Predictors: (Constant), SALES, KOM, AUDIT
b. Dependent Variable: CCC
7. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 123046,134 3 41015,378 4,517 ,005b
Residual 844424,598 93 9079,834
Total 967470,733 96
a. Dependent Variable: CCC
b. Predictors: (Constant), SALES, AUDIT, KOM
8. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 701,260 177,758 3,945 ,000
KOM -21,703 94,992 -,024 -,228 ,820
AUDIT 9,783 21,141 ,045 ,463 ,645
SALES -20,617 6,325 -,347 -3,260 ,002
Recommended