View
240
Download
9
Category
Preview:
Citation preview
i
PENGARUH TERAPI
AKUPRESUR TERHADAP VERTIGO DI KLINIK SINERGY
MIND HEALTH SURAKARTA
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Krisnanda Aditya Pradana
NIM S10022
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : KRISNANDA ADITYA PRADANA
NIM : S10022
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kussuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim pembimbing dan
masukan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pancabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 2 Januari 2013
Yang membuat Pernyataan
Krisnanda Aditya Pradana
NIM S10022
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Anugerah, Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Terapi AkupresurTerhadap Vertigo Di Klinik Sinergy Mind
Health Surakarta“. Skripsi ini di ajukan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Strata Satu Keperawatan di STIKes Kusuma Husada
Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, dorongan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati, ingin menyampaikan
terimakasih dan rasa hormat kepada
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyusun
skripsi ini.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.kep,Ns., M.Kep selaku ketua prodi S1
Keperawatan serta pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh
sabar dan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya skripsi ini.
3. Ibu Rufaida Nur Fitriana, S.Kep,Ns selaku pembimbing II yang telah
membimbing dengan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya skripsi
ini
4. Ibu Happy Indri Hapsari S.Kep,Ns M.Kep selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
v
5. Bapak Oktavianus S.Kep., Ns selaku dosen pengajar Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan
masukan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Hanung Prasetya, Skp,S.Psi,
M.Si(Psy),Acupt,CHt,CI,CCH,MNLP selaku Kepala Klinik Sinergy
Mind Health Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan
membantu peneliti selama proses penelitian berlangsung.
7. Kedua orangtua Bapak Narso dan Ibu Surini serta keluarga yang
senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga skripsi ini bisa
selesai pada waktunya.
8. Andria Permata Sari yang senantiasa memberikan semangat dan
membantu sehingga skripsi ini bisa selesai.
9. Teman-teman seangkatan 2010 yang telah memberikan dukungan dan
semangat dalam penyusunan skripsi ini.
10. Para responden yang telah bersedia dan berpartisipasi selama proses
penelitian.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan profesi keperawatan.
Surakarta, Januari 2014
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
SURAT PERNYATAAAN............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
ABSTRAK ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA5
2.1 Tinjauan Teori ...................................................................... 7
2.2 Kerangka Teori ................................................................... 31
2.3 Kerangka Konsep ................................................................. 32
2.4 Hipotesis .............................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan ............................................................ 34
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................ 35
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran ....... 37
vii
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ....................... 39
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................. 42
3.7 Etika Penelitian .................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat ................................................................. 48
4.2 Analisa Bivariat ................................................................... 52
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ...................................................... 53
5.2 Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total
Sebelum Akupresur .............................................................. 55
5.3 Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total
Setelah Akupresur ................................................................ 56
5.4 Perbedaan Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF) Total Sebelum Dan Setelah Dilakukan Terapi
Akupresur ............................................................................. 56
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan .............................................................................. 58
6.2 Saran .................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian ...................................................................... 5
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 38
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur ............................................. 48
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ................................ 48
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ....................................... 49
Tabel 4.4 Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum
Dan Setelah Akupresur ......................................................................... 49
Tabel 4.5 Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)
TotalSebelum Dan Setelah Interv ........................................................ 50
Tabel 4.6 Uji Normalitas Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF)Total Sebelum Dan Setelah Terapi Akupresur ..................... 51
Tabel 4.7 Uji Bivariat Paired Sample t-test Skor Vertigo Symptom Scale
- Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Sesudah Terapi
Akupresur .................................................................................... 52
ix
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 31
Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 32
Skema 3.1 Desain Peneliti ................................................................................. 35
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi Titik Akupresur GB 20 ............................................... 27
Gambar 2.2 Lokasi Titik Akupresur BL 18 ............................................... 28
Gambar 2.3 Lokasi Titik Akupresur Ki 3 .................................................. 28
Gambar 2.4 Lokasi Titik Akupresur BL 23 ............................................... 29
Gambar 2.5 Lokasi Titik Akupresur LR 2 ................................................. 29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat Permohonan Untuk Berpartisipasi Sebagai Responden
Penelitian
Lampiran 3 Formulir Persetujuan Responden
Lampiran 4 Kuesioner Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF)
Lampiran 5 SOP (Standard Operating Prosedure) Akupresur
Lampiran 6 F-1 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 7 F-2 Pengajuan Persetujuan Judul
Lampiran 8 F-4 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 9 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 10 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 12 Hasil Uji Analisis Bivariat Paired Sample t-test
Lampiran 13 Sertifikat Terapis
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Krisnanda Aditya Pradana
Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Vertigo
Di Klinik Sinergy Mind Health
Abstrak
Akupresur merupakan pemberian pemijatan dan stimulasi pada titik-titik
tertentu. Vertigo mengacu pada adanya sensasi di mana penderitanya merasa
bergerak atau berputar, puyeng, atau merasa seolah-olah benda-benda di sekitar
penderita bergerak atau berputar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik Sinergy Mind Health
Surakarta.
Desain penelitian menggunakan metode quasi eksperimen dengan pre-
post without control design berupa pemberian akupresur sebanyak 3 kali terapi
dalam 1 bulan. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling, sejumlah
16 responden .
Hasil penelitian menunjukan rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF) sebelum akupresur (pre test) 24,69 dan setelah akupresur (post test)
15. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh terapi akupresur terhadap
vertigo di klinik Sinergy Mind Health Surakarta dengan nilai analisa uji Paired
sample t-test< 0,05(p value =0,000).
Hasil penelitian ini disimpulan bahwa ada pengaruh terapi akupresur
terhadap vertigo.
Kata kunci : Akupresur, Vertigo, VSS-SF
Daftar Pustaka : 33 (2004-2013)
xiii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014
Krisnanda Aditya Pradana
THE EFFECT OF ACUPRESSURE THERAPY ON VERTIGO AT
SINERGY MIND HEALTH CLINIC OF SURAKARTA
ABSTRACT
Acupressure is an alternative medicine technique similar in principle to
acupuncture. It is based on the concept of life energy which flows through
"meridians" in the body. In treatment, physical pressure is applied to
acupuncture points with the aim of clearing blockages in these meridians.
Vertigo refers to an abnormal sensation that is described by the persons as a
feeling that they are spinning or the world is spinning around them.The objective
of this research is to investigate the effect of acupressure therapy on vertigo at
Sinergy Mind Health Clinic of Surakarta.
This research used the quasi experimental research with pretest-posttest
without control design. The samples of the research were taken by using the
consecutive sampling technique. They consisted of 16 respondents. The
respondents were exposed to acupressure therapy for three times within one
month.
The result of the research shows that the average score of the Vertigo
Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) prior to the treatment with the
acupressure therapy (pre-test) is 24.69, and following the treatment (posttest) it
becomes 15. The result of the research indicates that there is an effect of
acupressure therapy on vertigo at Sinergy Mind Health Clinic of Surakarta as
indicated by the value of paired sample t-test< 0.05 (the value of p=0.000).
Thus, it can be concluded that there is an effect of acupressure therapy on
vertigo.
Keywords: Acupressure, vertigo, and VSS-SF
References: 33 (2004-2014)
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vertigo sesuai dengan akar katanya, dari bahasa Yunani ‘vetere’, yang
berarti berputar. Vertigo mengacu pada adanya sensasi di mana
penderitanya merasa bergerak atau berputar,puyeng, atau merasa seolah-
olah benda-benda di sekitar penderita bergerak atau berputar. Vertigo
biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan dan vertigo
dapat berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa
jam bahkan hari. Penderita kadang-kadang merasa lebih baik jika berbaring,
tetapi vertigo dapat terus berlanjut meskipun penderitanya tidak bergerak
sama sekali (Fransisca2013).
Vertigo merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan
sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun,
tidak jarang vertigo merupakan gejala dari gangguan sistemik lain
(misalnya; obat, hipotensi, penyakit endokrin, dan sebagainya) (Wahyudi
2012). Gangguan pada otak kecil yang mengakibatkan vertigo jarang sekali
ditemukan. Namun, pasokan oksigen ke otak yang kurang dapat pula
menjadi penyebab. Beberapa jenis obat, seperti kina, streptomisin, dan
salisilat, diketahui dapat menimbulkan radang kronis telinga dalam.
Keadaan ini juga dapat menimbukan vertigo (Fransisca2013).
8
8
Vertigo adalah keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness).Deskripsi keluhan tersebut
penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgia,
terutama karena di kalangan awam.Kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri
kepala) sering digunakan secara bergantian (Wreksoatmodjo2004).
Insiden vertigodan ketidakseimbangan adalah 5-10%, dan mencapai
40% pada pasien yang berusia lebih tua dari 40 tahun. Insiden jatuh adalah
25% pada pasien yang berusia lebih tua dari 65 tahun di amerika.Laporan
emergency departments (EDs) di amerika dari tahun 1995 - 2004
menunjukkan bahwa vertigo dan pusing 2,5% menyebabkan pasien jatuh
(Samy et. al, 2008).Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, vertigo berada pada
urutan kelima dari gangguan atau penyakit yang dirawat di bangsal saraf.
Dari pasien vertigo yang dikirim ke unit EMG untuk pemeriksaan ABR, 20
persen memperlihatkan gangguan fungsi batang otak: mungkin suatu
insufisiensi vertebro basiler (gangguan sistem peredaran darah dasar
otak)(Pudjonarko 2009).Sedangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan di
klinik Synergy Mind Health didapatkan data jumlah pasien dengan rentang
umur 45 sampai dengan 59 yang menderita keluhan vertigo pada Nopember
2013 sebanyak 17 orang.
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan
ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang
mendasarinya. Pada vertigo, beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan
9
9
untuk mengurangi keluhan vertigo. Pada penyakit meniere, misalnya,
pengurangan asupan garam dan penggunaan diuretik disarankan untuk
mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk BPPV (benign
paroxysmalpositional vertigo), dapat dicoba dengan “bedside maneuver”
yang disebut dengan “epleyparticle repositioning maneuver”. Secara umum,
penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama mengeliminasi
keluhan vertigo, memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan
mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif (Wahyudi
2012). Namun masalah efek samping obat tidak bisa dikesampingkan
karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan obat baik
dari sisi ekonomik, psikologik dan keberhasilan terapi. Dampak ekonomik
seperti meningkatnya biaya pengobatan dan dampak psikologik pada
kepatuhan penderita dalam minum obat akan berakibat kegagalan terapi
(Widyaningsih 2012) .
Akupresur merupakan tindakan yang mudah dilakukan oleh perawat
dan memiliki banyak keuntungan (Dibble et al 2007). Metode akupresur
sudah lama diterapkan di Cina seperti ditulis pada buku acupunture without
needle karya Dr. Cerney(Artika2006). Akupresur juga aman untuk
dilakukan sendiri walaupun belum pernah melakukan sebelumnya, asalkan
mengikuti petunjuk yang ada. Titik utama, digunakan untuk segala macam
penyebab vertigo : GB 20 fengchi, BL 18 Ganshu, Ki 3 Taixi, BL 23
Shenshu, LR 2 Xingjian (Hartono 2012).
10
10
Klinik Synergy Mind Health merupakan klinik komplementer yang
mengatasi berbagai masalah pasien yang ingin melakukan pengobatan
alternatif dalam mengatasi berbagai penyakit seperti hipertensi, stroke,
diabetes militus, nyeri sendi dan salah satunya vertigo. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pasien yang melakukan
terapi akupersur untuk mengatasi vertigo, pasien mengatakan sensasi
berputar berkurang,dan sakit kepala hilang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui adakah
pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo.
1.2 Rumusan Masalah
Latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka
peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, adakah pengaruh
terapi akupresur terhadap vertigo di klinik Synergy Mind Health ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahuivertigo sebelum dilakukan terapi akupresur.
2. Untuk mengetahui vertigo setelah dilakukan terapi akupresur.
3. Untuk menganalisis pengaruh terapi akupresur terhadap
vertigo.
11
11
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneiti dalam keperawatan
komplementer pengaruh pemberian terapi akupresurterhadap
vertigo.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendididkan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan mengenai pengaruh pemberian terapi
akupresurterhadap vertigo.
1.4.3 Manfaat bagi rumah sakit atau masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
sebagai dasar pertimbangan dalam metode pemberian terapi
akupresur dalam mengatasi klien yang mengalami vertigo.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai referensi atau titik
tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi
pihak lain yang ingin mempelajari mengenai pengaruh pemberian
terapi akupresur dalam mengatasi vertigo.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
12
12
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Siti Rukayah
(2013)
pengaruh terapi
akupresur
terhadap mual
muntah lambat
akibat kemoterapi
pada anak usia
sekolah yang
menderita kanker
di RS kanker
Dharmais Jakarta
tahun 2013
kuasi eksperimen
dengan pre-post
without control
design.
Pengambilan
sampel dengan cara
consecutive
sampling, jumlah
sampel 20 orang
responden anak
sekolah.
Hasil penelitian
menunjukkan
penurunan rerata
mual muntah
setelah akupresur
( p value=0,000).
13
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Vertigo
2.1.1.1 Definisi Vertigo
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek
yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil
(giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness) deskripsi keluhan
tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau
sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing
dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian (Wreksoatmodjo
2004).
Vertigo sesuai dengan akar katanya, dari bahasa Yunani ‘vetere’,
yang berarti berputar, vertigo mengacu pada adanya sensasi di mana
penderitanya merasa bergerak atau perputar, puyeng, atau merasa seolah-
olah benda-benda di sekitar penderita bergerak atau berputar. Biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo dapat
berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang-kadang merasa lebih baik jika berbaring,
tetapi vertigo dapat terus berlanjut meskipun penderitanya tidak bergerak
sama sekali (Fransisca 2013).
34
2.1.1.2 Insiden Vertigo
Di RSUP Dr Kariadi Semarang, vertigo berada pada urutan kelima
dari gangguan atau penyakit yang dirawat di bangsal saraf. Dari pasien
vertigo yang dikirim ke unit EMG untuk pemeriksaan ABR, 20 persen
memperlihatkan gangguan fungsi batang otak: mungkin suatu insufisiensi
vertebro basiler (gangguan sistem peredaran darah dasar otak)(Pudjonarko
2009).
Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, angka penelitian menyebutkan
kejadian vertigo kira-kira 20% pada sekelompok orang dengan kurun
waktu satu bulan(Widiantoro 2010). Di praktik umum, vertigo menempati
posisi keempat setelah nyeri, nyeri kepala, dan stroke, dan menempati
posisi kedua dibangsal rawat inap (Widiantoro 2010).
2.1.1.3 Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi
tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf
pusat. Menurut Joesoef (2006) dan Wreksoatmodjo (2004), ada beberapa
teori yang dapat menerangkan terjadinya vertigo, yaitu:
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
35
2. Teori Konflik Sensorik
Dalam keadaan normal, informasi untuk alat keseimbangan tubuh
ditangkap oleh tiga jenis reseptor, yaitu reseptor vestibuler,
penglihatan, dan propioseptik. Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan
masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer
yaitu antara mata, vestibulum dan proprioseptik, atau
ketidakseimbangan masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha
koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi
kortikal).
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik.
Menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola
gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang
aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul
reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut
dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga
berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala
4. Teori Otonomik
36
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebagai usaha adaptasi gerakan atau perubahan posisi gejala klinis
timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika
sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang
terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan
menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasing factor). Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan
mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan
mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf
parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering
timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan
saraf parasimpatis.
2.1.1.4 Diagnosis
Menurut Fransisca (2013) untuk mendiagnosis vertigo meliputi :
1. Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab
vertigo.
2. Gerakan mata abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di
telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkan dengan otak.
37
3. Nistagmus atau juling adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke
kanan atau dari atas ke bawah. Arah gerakan tersebut dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis. Nistagmus dapat dirangsang dengan
menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan
meneteskan air dingin kedalam lubang telinga.
4. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian
berjalan dengan satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup.
5. Tes pendengaran kerap kali dapat menentukan ada/tidaknya kelainan
telingan yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
6. Pemeriksaan lainnya adalah dengan CT-scan atau MRI kepala yang
dapat menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf.
7. Jika ada dugaan dapat suatu infeksi, bias diambil contoh cairan dari
telingan atau sinus, atau dari tulang belakang (pungsi lumbal).
8. Jika ada dugaan terdapat penurunan aliran darah ke otak, dilakukan
pemeriksaan angiogram untuk melihat ada/atau tidaknya sumbatan
pada pembuluh darah yang menuju otak.
2.1.1.5 Klasifikasi
1.3.2.1 Berdasarkan Penyebabnya
38
Menurut Fransisca (2013) ada beberapa jenisvertigo berdasarkan
penyebabnya.
1. Vertigo epileptica yaitu pusing yang mengiringi atau terjadi sesudah
serangan ayan.
2. Vertigo laringea yaitu pusing karena serangan batuk.
3. Vertigo nocturna yaitu rasa seolah – olah akan terjatuh pada permulaan
tidur.
4. Vertigo ocularis yaitu pusing karena penyakit mata khususnya karena
kelumpuhan atau ketidakseimbangan kegiatan otot – otot bola mata,
5. Vertigo rotatoria yaitu pusing seolah – olah semua disekitar badan
berputar – putar.
1.4 Berdasarkan Saluran Vestibular
Menurut Israr (2008) vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori
berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo
periferaldanvertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ
bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang
posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
1. Vertigo periferalterjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan.Gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan vertigo periferal antara lain penyakit penyakit seperti benign
parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman
pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
39
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan
pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian
dalam pendengaran).
Etiologi dari vertigo perifer diantaranya:
a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing
b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media
purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis,
kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan
c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus meniere), mabuk
gerakan, vertigo postural
d. Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor
e. Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria
serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks (Pirawati
dan Siboe 2004).
2. Vertigo sentralterjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah
percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
2.1.1.6 Penyebab Vertigo
40
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba (Israr 2008).
2.1.1.6.1 Penyebab Umum Vertigo
Menurut Israr (2008) penyebab umum vertigo dibagi menjadi :
1. Keadaan lingkungan : Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi :Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak
sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak)
pada arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga:
a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. Herpes zoster
d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
e. Peradangan saraf vestibuler
5. Kelainan neurologis
41
a. Sklerosis multiple
b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya
c. Tumor otak
d. Tumor yang menekan saraf vestibularis.
2.1.1.7 Gejala Penyerta Vertigo
Menurut Israr (2008) gejala penyerta vertigo meliputi :
1. Vertigo Periferal (Vestibulogenik)
a. Pandangan gelap
b. Rasa lelah dan stamina menurun
c. Jantung berdebar
d. Hilang keseimbangan
e. Tidak mampu berkonsentrasi
f. Perasaan seperti mabuk
g. Otot terasa sakit
h. Mual dan muntah-muntah
i. Memori dan daya pikir menurun
j. Sensitif pada cahaya terang dan Suara
k. Berkeringat
2. vertigo sentral (Non-Vestibuler)
42
a. Penglihatan ganda
b. Sukar menelan
c. Kelumpuhan otot-otot wajah
d. Sakit kepala yang parah
e. Kesadaran terganggu
f. Tidak mampu berkata-kata
g. Hilangnya koordinasi
h. Mual dan muntah-muntah
2.1.1.8 Penatalaksanaan Vertigo
1. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik fase akut diantaranya calsium entry blocker,
antikolinergik, simpatomimetik/monoaminergik.
a. golongan antihistamin, sedatif tranquilizer, histaminik, antidepresan,
atau kombinasi obat-obat tersebut.
b. Terapi simptomatik fase rehabilitasi diantaranya metode brand daroff
untuk BPPV, latihan visual vestibuler, dan latihan berjalan (gait
exercise).
2. Terapi medicinal kausatif
Terapi ini diberikan sesuai dengan penyebab vertigo seperti
antimigren, antiplatelet agregasi, antiepilepsi.
3. Terapi operatif
43
Terapi operatif yang diberikan diantaranya spondilosis servikalis,
tumor perdarahan cerebellum, tumor cerebellopontin, tumor ventrikel IV,
BPPV, dan Meniere sindrom (Wiranita 2010).
4. Terapi rehabilitasi vestibular
Terapi rehabilitasi vestibular (vestibular rehabilitation
therapy/VRT) merupakan terapi fisik untuk menyebuhkan vertigo. Tujuan
terapi ini adalah untukmengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan,
dan mencegah seseorang jatuhdengan mengembalikan fungsi sistem
vestibular.Pada VRT, pasien melakukan latihan agar otak dapat
menyesuaikan dan menggantikan penyebab vertigo. Keberhasilan terapi
ini bergantung pada beberapa faktor pasien yang meliputi usia, fungsi
kognitif (memori, kemampuan mengikuti pentunjuk), kemampuan
kordinasi dan gerak, dan kesehatan pasien secara keseluruhan (termasuk
sistem saraf pusat), serta kekuatan fisik. Dalam VRT, pasien yang datang
ke dokter, akan menjalani beberapa latihan yang akan melatih
keseimbangan dalam tingkat yang lebih tinggi, meliputi gerakan kepala,
gerakan mata, dan berjalan.Menurut Akademi Neurologi Amerika
(American Academy of Neurology) metode yang paling efektif untuk
BPPV yang disebabkan oleh kristal kalsium di telinga bagian kanal
posterior adalah menggunakan teknik reposisi kanalit
(canalithrepositioning) atau epley maneuver. Pada prosedur ini, terapis
(dokter) akan meminta pasien untuk menggerakkan kepala dan tubuh.
Kemudian kristal kalsium akan keluar dari kanal posterior, dan masuk ke
44
dalam kanal telinga bagian dalam yang akan diabsorpsi tubuh (Dewi
2009).
2.1.1.9 Instrumen Vertigo
Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) merupakan versi
pendek dari Vertigo Symptom Scale (VSS). Skala ini digunakan untuk
membedakan antara individu dengan rentang umur 18-70 tahun dengan
gangguan sistem vestibular dan dengan individu dengan rentang umur
yang sama tanpa gangguan sistem vestibular. Vertigo Symptom Scale -
Short Form (VSS-SF)terdiri dari 15 nomor. Setiap nomor memiliki rentang
nilai 0-4. Ada tidaknya gejala vertigo didapatkan dengan menjumlahkan
nilai dari setiap nomor. Nilai total mulai dari nol sampai enam puluh.
Semakin besar nilai menunjukkan bahwa semakin buruk kelainan yang
dideritanya. Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)terdiri dari
Frekuensi dan durasi >20 menit atau <20 menit dan gejala penyerta antara
lain, perasaan panas atau dingin, mual dan muntah, jantung berdebar-
debar, perasaan pusing sepanjang hari atau <20 menit, sakit kepala, tidak
dapat berdiri, kesulitan bernafas, kehilangan keseimbangan >20 menit atau
<20 menit, keringat berlebih, perasaan lemah, nyeri pada jantung. Nilai
total ≥12 menunjukkan seseorang menderita vertigo (Wilhelmsen et al,
2008). Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)telah menunjukkan
konsistensi internal yang memuaskan dan test-retest reliability yang
cukup.
45
2.1.2 Terapi Akupresur
2.1.2.1 Definisi Terapi Akupresur
Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang seiring
dengan perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur
adalah turunan akupuntur (Hartono 2012). Teknik dalam terapi ini
menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi diakukan pada
titik-titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur
(Hartono 2012). Akupresur atau biasa yang dikenal dengan terapi
totok/tusuk jari adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan
pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh (Fengge 2012).
Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga
pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan akupuntur yang
membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses
pengobatannya. Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati
berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan
kelelahan. Proses pengobatan dengan tehnik akupresur menitikberatkan
pada titik-titik saraf ditubuh. Titik-titik akupresur terletak pada kedua
telapak tangan dan kedua telapak kaki. Dikedua telapak tangan dan kaki
kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru-paru, ginjal, mata, hati,
kelenjar tiroid, pancreas, sinus dan otak (Fengge 2012).
46
2.1.2.2 Tujuan Akupresur
Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun
kembali sel-sel dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat system
pertahanan dan meregenerasi sel tubuh (Fengge 2012). Umumnya penyakit
berasal dari tubuh yang teracuni, sehingga pengobatan akupresur
memberikan jalan keluar meregenerasikan sel-sel agar daya tahan tubuh
kuat untuk mengurangi sel-sel abnormal. Dalam pengobatan akupresur
tidak perlu makan obat-obatan, jamu dan ramuan sebab dengan terapi
akupresur tubuh kita sudah lengkap obat dalam tubuh jadi tinggal
diaktifkan oleh sel-sel saraf dalam tubuh. Tubuh manusia memiliki
kemampuan memproduksi zat-zat tertentu yang berguna untuk ketahanan
tubuh. Jika ditambah obat-obatan, yang terjadi adalah kelebihan dosis yang
justru akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh terutama ginjal (Fengge
2012).
2.1.2.3 Manfaat akupresur
Akupresur terbukti bermanfaat untuk pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, rehabilitasi (pemulihan) dan meningkatkan daya
tahan tubuh. Untuk pencegahan penyakit, akupresur dipraktekkan pada
saat-saat tertentu secara teratur sebelum sakit, tujuannya untuk mencegah
masuknya penyebab penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh. Melalui
terapi akupresur penyakit pasien dapat disembuhkan karena akupresur
dapat digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakit dan dipraktikkan
47
ketika dalam keadaan sakit. Akupresur juga dapat bermanfaat sebagai
rehabilitasi (pemulihan) dengan cara meningkatkan kondisi kesehatan
sesudah sakit. Selain itu, akupresur juga bermanfaat untuk meningkatkan
daya tahan tubuh atau promotif walaupun tidak sedang dalam keadaan
sakit (Fengge 2012). Menurut Tournaire & Theau-Yonneau (2007) dengan
merangsang titik-titik tertentu disepanjang meridian, yang ditransmisikan
melalui serabut saraf besar ke formation reticularis, thalamus dan system
limbic tubuh melepaskan endorphin. Endorphin adalah zat penghilang rasa
sakit yang secara alami diproduksi dalam tubuh, memicu respon
menenangkan dan membangkitkan semangat dalam tubuh, memiliki efek
positif pada emosi, dapat menyebabkan relaks dan normalisasi fungsi
tubuh dan sebagian dari pelepasan endorphin akan menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan sirkulasi darah.
2.1.2.4 Teori Dasar Akupresur
Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada
teori keseimbangan yang berasal dari ajaran “Taoisme” yang
menyimpulkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat
dikelompokan kedalam kedua kelompok yang disebut “Yin” dan “Yang”.
Untuk memudahkan tentang pemahaman terhadapt Yin dan Yang, harus
dipahami bahwa semua benda-benda yang sifatnya yang mendekati api
dikelompokkan kedalam kelompok “Yang”dan semua benda yang
mendekati air dikelompokkan kedalam kelompok “Yin”.Api dan air
48
digunakan sebagai patokkan dalam keadaan wajar dan dari sifat api dan air
tersebut kemudian dirumuskan sifat-sifat penyakit dan bagaimana cara
penyembuhannya. Seseorang dikatakan tidak sehat atau sakit apabila Yin
dan Yang didalam tubuhnya tidak seimbang (Fengge 2012).
2.1.2.5 Komponen Dasar Akupresur
Ada tiga komponen dasar akupresur yaitu Ci Sie atau energi vital,
system meridian dan titik akupresur
1. Cie Sie (Energi Vital)
Ci sering diartiakan sebagai zat sari-sari makanan dan Sie adalah
darah sehingga secara singkat Ci Sie sering disebut sebagai energi
vital. Ada dua sumber asal energy vital bawaan dan energi vital
didapat. Enegri vital bawaan berasal dari orang tua, maka sifat, watak,
bakat, rupa, kesehatan fisik dan mental dari kedua atau salah satu
orang tua sering mencul pada anaknya. Sementara itu, energi vital
yang didapat bias berasal dari sari makanan yang diperoleh dari ibu
(selama dalam kandungan) maupun yang diperoleh sendiri sesudah
lahir. Oleh karena itu, kondisi janin sangat tergantung pada jenis
makanan, air dan suhu udara yang diperoleh ibu serta dukungan social
dari lingkungannya. Kondisi janin tidak terlepas dari kondisi fisik,
mental/psikis sang ibu. Enegri vital inilah yang kemudian memberikan
kehidupan pada manusia (Fengge 2012).
49
2. Sistem meridian
Sistem meridian adalah saluran energi vital yang melintasi seluruh
bagian tubuh seperti jaring laba-laba yang memebujur dan melintang
untuk menghubungkan seluruh bagian tubuh. Meridian merupakan
bagian dari system saraf, pembuluh darah dan saluran limpa.
Fungsi meridian menurut Fengge (2012) :
a. Menghubungkan bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya
(muka-belakang, atas-bawah, samping kiri-kanan, bagian luar-
bagian dalam.
b. Menghubungkan organ tubuh yang satu dengan organ tubuh
lainnya, menghubungkan organ dengan panca indra dan jaringan
tubuh yang lain. Sifat hubungan bolak balik.
c. Menghubungkan titik-titik akupuntur/akupresur yang satu dengan
yang lainnya, menghubungkan titik akupuntur/akupresur dengan
organ dan menghubungkan jaringan tubuh dengan panca indra.
d. Merupakan saluran untuk menyampaikan kelainan fungsi organ ke
permukaan tubuh yang dapat diketahui melalui kelainan keadaan
titik pijat, panca indra atau jaringan tubuh lainnya.
e. Merupakan saluran bagi penyebab penyakit masuk ke dalam organ
baik penyebab dari luar tubuh maupun penyebab penyakit dari
daam tubuh.
Meridian dikelompokan menjadi meridian umum dan meridian
istimewa. Meridian umum adalah meridian paru-paru, usus besar,
50
jantung, limpa, lambung, usus kecil, kantong kemih, ginjal, selaput
jantung, tripemanas, kantong empedu dan hati. Sementara meridian
istimewa adalah meridian tu dan meridianren yang melintas di garis
tengah tubuh. Meridian istimewa ini merupakan pengikat atau
penghubungan semua meridian sehingga keempat belas meridian
merupakan mata rantai yang tidak terputus. (Sukanta 2008)
2.1.2.6 Kontraindikasi
Akupresur merupakan terapi yang dapat dilakukan dengan mudah
dan efek samping yang minimal. Meskipun demikian, akupresur tidak
boleh dilakukan pada bagian tubuh yang luka, bengkak, tulang retak atau
patah dan kulit yang terbakar (Sukanta 2008).
2.1.2.7 Cara perangsangan titik akupresur
Titik akupresur ialah bagian atau lokasi di tubuh sebagai tempat
berakumulasinya energi vital. Pada titik akupresure iniah akan dilakukan
pemijatan terapi akupresur. Di dalam tubuh kita terdapat banyak titik
akupresur, kurang lebih berjumlah 360 titik akupresur yang terletak di
permukaan tubuh di bawah kulit. Pertama kali yang harus diperhatikan
sebelum melakukan pijat akupresur adalah kondisi umum si penderita.
Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terdapat orang yang sedang dalam
keadaan yang terlalu lapar atau pun terlalu kenyang, dalam keadaan terlalu
51
emosional dan pada perempuan yang sedang dalam kondisi hamil (Fengge
2012).
Pijatan bisa dilakukan setelah menemukan titik meridian yang tepat
yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu atau pegal.
Dalam terapi akupresur pijatan bias dilakukan dengan menggunakan jari
tangan (jempol dan jari telunjuk). Semua titik pijat berpasangan kecuali
untuk jalur meridian Ren dan Tu. Lama dan banyaknya tekanan
(pemijatan) tergantung pada jenis pijatan. Pijatan untuk menguatkan
(Yang) dapat dilakukan dengan maksimal 30 kali tekanan, untuk masing-
masing titik-titik dan pemutaran pemijatannya secara jarum jam sedangkan
pemijatan yang berfungsi melemahkan (Yin) dapat dilakukan dengan
minimal 50 kali tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam
(Fengge 2012).
Menurut Fengge (2012), terdapat tiga macam akupresur yaitu :
1. Titik akupresur umum
Titik akupresur umum ini terdapat di sepanjang saluran
meridian. Setiap titik umum diberi nama oleh penemunya dalam
bahasa Tionghoa yang memiliki arti tersendiri dan diberi nomor
yang bersifat universal. Misalnya, titik Hegu yang memiiki arti
kumpulan jurang. Hegusama dengan titik usus besar dengan nomor
4 (UB.4) dan dalam bahasa inggis disebut Large Intestine nomor 4
(LI.4)
2. Titik akupresur Istimewa
52
Titik akupresur istimewa adalah titik yang berserakan
(tidak menentu), ada yang di jalur meridian dan ada pula yang di
luar jalur meridian. Tiap-Tiap titik umum mempunyai nama dan
fungsi masing-masing. Misalnya, Lamwei, berfungsi sebagai titik
untuk mengobati penyakit usus buntu.
3. Titik nyeri ( Yes Point )
Titik nyeri berada di daerah keluhan (daerah yang
mengalami masalah) misalnya sakit perut, sakit kepala, dan lain-
lain. Untuk menemukan titk nyeri ini adaah dengan meraba
keluhan kemudian cari titik yang paling sensitif atau nyeri. Titik ini
hanya berfungsi sebagai penghilang rasa sakit setempat saja, tetapi
sering juga berpengaruh pada jaringan tubuh lainnya.
2.1.2.8 Akupesur untuk vertigo
Akupresur merupakan suatu cara pengobatan dengan memberikan
rangsangan penekanan (pemijatan) pada titik tertentu pada tubuh (Fengge
2012). Titik–titik akupresur untuk vertigo menurut Hartono (2012) yaitu :
1. Titik-titik utama yang sering dipijat untuk mengatasi vertigo adalah
titik GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu, Ki 3 Taixi, BL 23 Shenshu, LR 2
Xingjian.
a. GB 20 Fengchi (sedate) adalah titik yang terletak satu cun batas
rambut belakang.
53
b. BL 18 Ganshu (sedate) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan
kanan meridian GV, setinggi batas bawah thrakal kesembilan.
c. KI 3 Taixi (tonic) adalah titik yang terletak malleolus internus dan
tendon achiles, setinggi bagian tertinggi malleolus internus.
d. BL 23 Shensu (tonic) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan
kanan meridian GV, setinggi batas bawah lumbal kedua.
e. LR 2 Xingjian (sedate) adalah titik yang terletak 0,5cun batas distal
lekukan antara ibu jari dan jari kedua kaki.
Gambar 2.1
Lokasi Titik Akupresur GB 20
54
Gambar 2.2
Lokasi Titik Akupresur BL 18
Gambar 2.3
Lokasi Titik Akupresur Ki 3
55
Gambar 2.4
Lokasi Titik Akupresur BL 23
Gambar 2.5
Lokasi Titik Akupresur LR 2
2. Apabila terjadi keletihan fisik tambahkan titik: GV 20 Baihui, BL 20
Pishu, SP 6 Sanyinjiao, ST 36 Zuzanli, CV 4 Guanyuan.
a. GV 20 Baihui (tonic) adalah titik yang terletak 1,5cun di belakang
puncak kepala.
56
b. BL 20 Pishu (tonic) adalah titik yang terletak dua jari lateral
meridian GV, setinggi batas bawah torakal 12.
c. SP 6 Sanyinjiao (tonic) adalah titik yang terletak tiga cun diatas
malleolus internus.
d. ST 36 Zuzanli (tonic) adalah titik yang terletak tiga cun di bawah
patella, lateral m. tibialis anterior.
e. CV 4 Guanyuan (tonic) adalah titik yang terletak dua cun di atas
tulang kemaluan.
3. Apabila terjadi mual muntah tambahkan titik: St 8 Touwei, BL 20
Pishu, St 40 feng long, CV 12 Zhongwan, PC 6 Neiguan.
a. St 8 Touwei (sedate) adalah titik yang teretak pada sudut garis
batas rambut, sisi temporal dahi.
b. BL 20 Pishu (sedate) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan
kanan meridian GV, setinggi batas bawah tulang thorakal dua
belas.
c. St 40 feng long (sedate) adalah titik yang terletak dua jari lateral
dari tulang kering.
d. CV 12 Zhongwan (sedate) adalah titik yang terletak empat cun di
atas umbilicus.
e. PC 6 Neiguan (sedate) adalah titik yang terletak dua cun di atas
pergelangan tangan.
57
2.2 Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Keadaan
lingkungan :
1. Mabuk darat
2. Mabuk laut
Gangguan
neurologis :
1. Sklerosis
multiple
2. Tumor otak
Obat-obatan :
1.Alkohol
2.Gentamisin
Gangguan
sirkulasi :
1. Transient
ischemicatta
ck
Gangguan telinga :
1. Endapan kalsium
pada salah satu
kanalis
semisirkularis
2. Infeksi telinga
3. Herpes zoster
4. Labirintitis
5. Peradangan saraf
vestibuler
6. Penyakit meniere
Akupresur
(penekanan pada
acupoint)
Meningkatkan
sirkulasi darah
Vertigo
menurun
pelepasan
endorphin
Suplay darah ke otak tidak mencukupi
Vertigo
Rasa nyaman
58
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai
hubungan antar variable-variabel yang terlibat dalam penelitian atau
hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti
sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan
(Nasir dkk 2011).
Kerangka konseptual ini menjelaskan tentang variable-variabel
yang dapat diukur dalam penelitian ini. Kerangka konsep penelitian ini
meliputi tiga komponen yaitu :
Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Vertigo sebelum intervensi
� Durasi dan frekuensi
vertigo
� Gejala penyerta
� Skala vertigo
Vertigo sesudah intervensi
� Durasi dan frekuensi
vertigo
� Gejala penyerta
� Skala vertigo
Dilakukan terapi
akupresur
59
2.4 Hipotesis
Menurut Nasir dkk (2011) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris.
Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari.
Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena
yang kompleks
1. H0pada penelitian ini adalah tidak ada pengaruh terapi akupresur terhadap
vertigo.
2. H1pada penelitian ini adalah ada pengaruh terapi akupresur terhadap
vertigo.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, eksperimen semu
yang bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta
seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan- perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental untuk
mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimental dengan Pre and
post test without control (Control diri sendiri). Yang artinya peneliti hanya
melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Pengaruh
perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test
(Dharma 2011).
Terapi akupresur dilakukan 3 kali terapi dalam satu bulan, pengamatan
dilakukan sebelum dan sesudah intervensi akupresur, kelompok diukur
Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) total (pre test) dengan maksud
untuk mengetahui Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) total
sebelum dilakukan intervensi akupresur. Sesudah dilakukan intervensi
akupresur, pengamatan kembali dilakukan pada saat setelah dilakukan terapi
akupresur oleh terapis sebagai data post test.
Menurut Dharma (2011) untuk desain penelitian Quasi Eksperimental
dengan Pre and post test without controladalah sebagai berikut :
Skema 3.1
Desain Peneliti
Keterangan :
R = Responden yang mendapatkan perlakuan akupresur
O1= Pre test sebelum dilakukan akupresur
O2= Post test setelah dilakukan terapi akupresur
X1= Pemberian terapi akupresur
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan
diterapkan (Dharma 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien di Klinik Sinergy Mind Health Surakarta yang mengeluh vertigo.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di klinik Synergy Mind Health
didapatkan data jumlah pasien dengan rentang umur 45 sampai dengan
59 yang menderita keluhan vertigo pada Nopember 2013 sebanyak 17
orang.
R O1 X1 O2
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari
populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau
melakukan pengamatan pada unit ini (Dharma 2011).
Teknik pengumpulan sampel menggunakan consecutive sampling
yaitu suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih
semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai
jumlah sampel yang di inginkan terpenuhi (Dharma 2011).
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Semua pasien yang melakukan terapi akupresur di klinik Synergy
Mind Health pada bulan April – Mei 2014
b. Mengalami vertigo < 1 bulan
c. Pasien dalam kondisi sadar, dapat berorientasi pada tempat, waktu,
dan orang
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Hamil
b. Klien tidak mengalami kulit yang terluka, bengkak, tulang retak,
kulit terbakar
3. Besar Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian
dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan
data atau melakukan pengamatan pada unit ini (Dharma 2011).
Teknik pengumpulan sample pada penelitian ini mengunakan
Convinience sampling. Convinience sampling adalah suatu teknik
penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang
menyenangkan atau mengenakan peneliti (Nursalam 2008).Sampel
pada penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan terapi
akupresur pada bulan April – Mei 2014.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di klinik Synergy Mind Health Surakarta.
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap meliputi penyusunan
proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian dari 21 Oktober
sampai dengan 31 Juni 2014.
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat)
(Nasir dkk. 2011).Variabel bebas pada penelitian ini adalah akupresur
3.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Nasir dkk. 2011). Variabel
terikat pada penelitian ini adalah vertigo.
3.4.3 Variabel perancu
Variabel perancu merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat
dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan
dependen (Nasir dkk. 2011). Variabel perancu pada penelitian ini adalah
usia, jenis kelamin dan pekerjaan.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian
Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Data
Vertigo Merupakan rasa
berputar, vertigo
mengacu pada
sensasi dimana
penderitanya
merasa bergerak
atau berputar.
Instrument
Vertigo
Symptom
Scale-Short
Form
(VSS-SF)
Tidak vertigo < 12
Vertigo ≥ 12
Rasio
Akupresur Akupresur atau
penekanan pada
titik GB 20
Fengchi, BL 18
Ganshu, Ki 3
Taixi, BL 23
Shenshu, LR 2
Xingjian
SOP
(Standard
Operating
Procedure)
- -
Variabel
Perancu
Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Data
Usia Umur
responden
dihitung dalam
tahun.
Peneliti
mengisi
format data
demografi
sesuai hasil
wawancara
dengan
responden.
1. 40-59 tahun
2. 60-59 tahun
Interval
Jenis
Kelamin
Identitas
Pasien yang
sejak lahir.
Peneliti
mengisi
format data
demografi
sesuai hasil
observasi
1. Laki- Laki
2. Perempuan
Nominal
Pekerjaan Suatu kegiatan
atau aktifitas
responden
sehari-hari.
Peneliti
mengisi
format data
demografi
sesuai hasil
wawancara
dengan
responden.
1. Ibu rumah
tangga
2. PNS
3. Wiraswasta
4. Honorer
5. Pegawai
Swasta
6. Mahasiswa
Nominal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalah sebagai berikut
:
1. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk memperoleh data karakteristik
responden berupa usia, jenis kelamin dan pekerjaan serta studi
dokumentasi juga dilakukan untuk mendapatkan data tambahan.
2. Instrument Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) digunakan
untuk mengukur variabel vertigo. Vertigo Symptom Scale-Short Form
(VSS-SF) merupakan versi pendek dari Vertigo Symptom Scale (VSS).
Skala ini digunakan untuk membedakan antara individu dengan
rentang umur 18-70 tahun dengan gangguan sistem vestibular dan
dengan individu dengan rentang umur yang sama tanpa gangguan
sistem vestibular. Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)
terdiri dari 15 nomor. Setiap nomor memiliki rentang nilai 0-4. Ada
tidaknya gejala vertigo didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari
setiap nomor. Nilai total mulai dari nol sampai enam puluh. Semakin
besar nilai menunjukkan bahwa semakin buruk kelainan yang
dideritanya.
Nilai total ≥12 menunjukkan seseorang menderita vertigo (Wilhelmsen
et al, 2008). Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)telah
menunjukkan konsistensi internal yang memuaskan dan test-retest
reliability yang cukup.
3. Standard Operating Procedure (SOP) digunakan untuk mengukur
variabel akupresur yang terdiri dari fase orentasi, fase kerja dan
terminasi
3.5.2 Prosedur Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :
1. Persiapan
a. Prosedur administrasi
Pada saat prosedur administrasi, peneliti mengurus surat studi
pendahuluan penelitian di Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta untuk dilanjutkan ke
bagian pendidikan dan penelitian Klinik Sinergy Mind Health dalam
rangka untuk memperoleh ijin penelitian, kemudian peneliti
menyampaikan surat studi pendahuluan kepada klinik Sinergy Mind
Health Surakarta.
b. Melakukan observasi pada terapis akupresur yang telah melaksanakan
pelatihan dan memiliki sertifikat.
2.Pelaksanaan
a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian kepada
responden.
b. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian
c. Peneliti memberikan lembar persetujuan bagi responden yang
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
d. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan mengisi data
karakteristik responden.
e. Peneliti membuat kontrak untuk bertemu pada siklus selanjutnya.
f. Pada minggu pertama sebelum dilakukan tindakan akupresur peneliti
mengukur skala vertigo (pre test) dan selanjutnya melakukan
observasi pada minggu kedua dan ketiga.
g. Pada minggu ke empat peneliti mengukur kembali skala vertigo
setelah dilakukan terapi akupresur pada minggu pertama, kedua dan
ketiga selama satu bulan, data ini digunakan sebagai data post test.
Pengukuran vertigo dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan isi
instrument kepada responden.
h. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas
keterlibatannya dalam penelitian.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan, kejelasan,
relevansi dan konsistensi isi jawaban kuesioner atau instrument. Dalam
penelitian ini, editing dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa
kuesioner dan instrumen yang digunakan untuk mengukur vertigo.
2. Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka. Pada tahap ini diberikan kode atau nilai pada tiap jenis data
untuk mnghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data.
Variabel yang dikategorikan dengan koding adalah jenis kelamin dan
usia.
3. Tabulating
Data dikelompokan kedalam kategori yang telah ditentukan dan
dilakukan tabulasi kemudian diberikan kode untuk kemudahan
pengolahan data. Proses tabulasi data meliputi :
a. Mempersiapkan table dengan kolom dan baris yang telah disusun
dengan cermat sesuai kebutuhan.
b. Menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban
c. Menyusun distribusi dan table frekuensi dengan tujuan agar data
dapat tersusun rapi, mudah dibaca dan dianalisis.
4. Entry Data
Data yang telah terkumpul kemudian dimasukan dalam program
analisis dengan menggunakan perangkat komputer.
5. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah dimasukan
untuk diperiksa ada tidaknya kesalahan
3.6.2 Analisa Data
3.6.2.1 Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel
darihasil penelitian(Notoatmodjo2005).
Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan setiap
variabel yang diteliti yaitu dengan melihat semua distribusi data dalam
penelitian. Analisis dengan menggunakan perangkat komputer
digunakan untuk menganalisis variabel yang bersifat kategorik yaitu
usia, jenis kelamin, pekerjaan dan variabel yang bersifat numerik yaitu
Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total . Data kategorik
menggunakan frekuensi dan prosentase. Data numeric menggunakan
mean, standar deviasi dan nilai maksimum minimum.
3.6.2.2 Analisis Bivariat.
Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari
dua variabel (Notoadmodjo, 2005).Analisa ini digunakan untuk
menguji pengaruh terapi akupresur dalam mengurangi vertigo. Dalam
menganalisis data secara bivariat dilakukan uji normalitas data
menggunakan Shapiro-Wilk yang bertujuan mengetahui distribusi data
dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk
menganalisis, hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-
test designwithout control group peneliti menggunakan uji Paired
sample t-test karena data terdistribusi normal untuk mengukur skala
vertigo sebelum dan sesudah dilakukan pemberian terapi akupresur.
Dengan tingkat kepercayaan 95% / α= 5% dengan ketentuan sebagai
berikut:
Jika P value > α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti terapi akupresur tidak mempengaruhi vertigo serta jika P value
≤ α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terapi
akupresur mempengaruhi penurunan vetigo.
3.7 Etika Penelitian
Penelitian Keperawatan pada umumnya melibatkan manusia
sebagai subyek penelitian. Penelitian mempunyai resiko
ketidaknyamanan atau cedera pada subyek mulai dari resiko ringan
sampai dengan berat. Manusia sebagai subyek penelitian adalah makhluk
yang holistik, merupakan integrasi aspek fisik, psikologis, sosial dan
spiritual yang tidak bisa dipisahkan. Masalah yang terjadi pada salah satu
aspek yang lain sehingga penelitian keperawatan harus dilandasi dengan
etika penelitian yang memberikan jaminan bahwa keuntungan yang di
dapat dari penelitian jauh melebihi efek samping yang ditimbulkan
(Dharma, 2011).
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta rekomendasi
dari Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta dan meminta izin kepada kepala klinik Sinergy Mind
Health Surakarta. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan
penelitian dengan memenuhi prinsip etik sebagai berikut :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity).
Penelitian dilaksanakandengan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Responden memiliki hak asasi dan kebebasan
untuk menentukan pilihan ikut untuk menolak penelitian (autonomy).
Peneliti tidak memaksa atau memberikan penekanan pada responden
untuk bersedia ikut dalam penelitian dan responden berhak untuk
mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa sanksi apa pun. Prinsip ini
diaplikasikan melalui penjelasan secara singkat dan jelas oleh peneliti
kepada responden tentang tujuan, prosedur, durasi keterlibatan
responden, hak responden dan manfaat penelitian. Setelah diberikan
penjelasan, responden secara suka rela memberikan tanda tangan pada
lembar persetujuan. Selama penelitian semua responden bersedia
untuk dilibatkan dalam penelitian.
2. Menghormati prinsip kerahasiaan (respect for privacy and
confidentiality).
Responden sebagai subyek penelitian memiliki privasi dan
hak asasi unuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak
bisa dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi
tentang responden. Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi
yang menyangkut privasi responden yang tidak ingin identitasnya
dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain.
Prinsip ini ditrapkan pada penelitian ini dengan cara meniadakan
identitas seperti nama dan alamat responden di ganti dengan kode no
dan inisial nama responden.
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice
inclusiveness)
Prinsip keterbukaann dalam penelitian mengandung makna
bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan
dilakukan secara professional. Prinsip keadilan mengandung makna
bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan responden. Pada saat
penelitian berlangsung terjadi masalah etik dimana dalam satu
ruangan terdapat responden yang belum mendapat tindakan
akupresur (pre) dan terdapat responden yang akan dilakukan tindakan
akupresur. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan
informasi kepada responden yang belum dilakukan tindakan
akupresur bahwa tindakan akupresur ini akan dilakukan sesuai jadual
yang sudah disepakati.
4. Beneficence
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek
penelitian dan populasi dimana hasil penelitian diterapkan dan
meminimalisir dampak yang merugikan bagi subjek penelitian.
Manfaat terapi akupresur ini yaitu mengurangi vertigo yang dapat
meningkatkan kenyamanan.
5. Right to protection from discomfort
Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan
kerugian mengharuskan agar responden dilindungi dari eksploitasi dan
peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan meminimalkan
bahaya atau kerugin dari suatu penelitian. Prinsip ini diaplikasikan dan
cara melakuakn akupresurdengan hati-hati sehingga tidak
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, pengaturan lingkungan
yang nyaman dan penyediaan alat yang cukup.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur
(N=16)
Klasifikasi Umur
Responden Frekuensi %
40-59 11 68,75
60-79 5 31,25
Total 16 100
Karakteristik menurut umur menunjukan sebagian besar responden berumur
40-59 sebanyak 11 responden (68,75%) dengan total 16 responden.
b. Karakteriktik Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
(N=16)
Klasifikasi Jenis
Kelamin Responden Frekuensi %
Perempuan 16 100
Total 16 100
Jenis kelamin responden pada penelitian ini menunjukan seluruh responden
memiliki jenis kelamin perempuan.
c. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
(N=16)
Klasifikasi Pekerjaan
Responden
Frekuensi
%
Wiraswasta 16 100
Total 16 100
Dari tabel 4.3 menunjukan seluruh responden pada penelitian ini bekerja
sebagai wiraswasta
d. Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan
Setelah Intervensi.
Tabel 4.4
Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum dan
Setelah Intervensi di Klinik Sinergy Mind Health Surakarta April –
Mei 2014 (N=16)
Responden Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-
SF)Total
Sebelum Setelah
1. 19 12
2. 33 18
3. 23 15
4. 30 21
5. 25 15
6. 16 12
7. 24 12
8. 25 19
9. 25 15
10. 29 15
11. 29 18
12. 23 15
13. 31 13
14. 21 12
15. 23 15
16. 19 13
Tabel 4.4 menunjukan skor Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF) total sebelum dan setelah intervensi di dapatkan hasil seluruh
skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) sebelum terapi
akupresur dan setelah terapi akupresur mengalami penurunan.
e. Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum
dan Setelah Intervensi.
Tabel 4.5
Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total
Sebelum dan Setelah Intervensi di Klinik Sinergy Mind Health
Surakarta April – Mei 2014 (N=16)
No. Variabel Pre Post
Mean
Median
Modus
SD
Mean
Median
Modus
SD
1. Skor
Vertigo
Symptom
Scale-
Short
Form
(VSS-
SF)Total
24.67
24.5
23
4.74
15
15
15
2.76
Tabel 4.5 menunjukan rerata Vertigo Symptom Scale - Short
Form (VSS-SF) Total pada kelompok yang dilakukan akupresur
sebelumnya adalah 24,67 dengan median=24,5, modus=23 serta SD=4,74
dan setelah dilakukan akupresur adalah 15 dengan median=15, modus=15
dan SD=2,76. Penulis menarik kesimpulan bahwa terjadi penurunan rerata
Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total pada kelompok
setelah di intervensi sebesar 9,67
4.2 Analisa Bivariat
4.2.1 Uji Normalitas
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggambarkan hubungan
antara skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total sebelum
dan setelah intervensi. Sebelum melakukan anilisis bivariat, asumsi
normalitas data harus dipenuhi untuk menentukan uji sebelumnya. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Tabel 4.6
Uji Normalitas Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)
Total Sebelum dan Sesudah Terapi Akupresur di Klinik SinergyMind
Health Surakarta April – Mei 2014 (N=16)
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Sebelum .968 16 .807
Sesudah .881 16 .040
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
P value(Sig.)< 0,05 maka data kelompok terdistribusi tidak
normal sedangkan apabila p value (Sig.)> 0,05 maka data kelompok
terdistribusi normal.
Tabel 4.6 Shapiro-Wilk menunjukan p value(pre) = 0,807
sehingga p value> 0,05 maka data kelompok pre terdistribusi normal, dan
p value (post) = 0,040 sehingga p value> 0,05 maka data kelompok
postterdistribusi normal. Hasil normalitas terdapat data terdistribusi normal
sehingga uji analisa data menggunakan uji Paired sample t-test.
4.2.2 Uji Analisa Data
Tabel 4.7
Uji Bivariat Paired Sample t-test Skor Vertigo Symptom Scale - Short
Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Sesudah Terapi Akupresur di
Klinik Sinergy Mind Health Surakarta April – Mei 2014 (N=16)
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Sebelum –
Sesudah
7.74450 11.63050 10.627 15 .000
P value (Sig.)< 0,05 maka Hoditolak dan Ha diterima yang berarti
terapi akupresur mempengaruhi penurunan vetigo di Klinik Sinergy Mind
Health Surakarta dan sebaliknya apabila p value (Sig.)> 0,05 maka
Hoditerima dan Ha ditolak yang berarti terapi akupresur tidak
mempengaruhi penurunan vetigo di Klinik Sinergy Mind Health
Surakarta.
Tabel 4.7 uji Paired sample t-test menunjukan nilai p value =
0,000 sehingga p value< 0,05 maka Hoditolak dan Ha diterima sehingga
terapi akupresur mempengaruhi penurunan vetigo di Klinik Sinergy Mind
Health Surakarta.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
a. Usia
Dari hasil penelitian ini bahwa usia paling tinggi adalah 45
sampai 59 tahun sebanyak 11 responden. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle
age) adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun,
lanjut usia tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun (Nugroho 2008). Insiden vertigo dan ketidakseimbangan
adalah 5-10%, dan mencapai 40% pada pasien yang berusia lebih tua
dari 40 tahun (Samy et. al 2008). Vertigo tipe perifer sering terjadi pada
lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat
proses menua (Darmojo 2004). Usia yang digunakan pada penelitian ini
juga sama dengan usia yang digunakan pada penelitian Wiranita (2010)
yang melakukan penelitian pada 36 responden dengan desain cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara otitis media
supuratif dengan terjadinya vertigo di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.Menurut Neuhauser et al. (2008) prevalensi vertigo pada orang
dewasa berusia 18-79 adalah 7%.
b. Jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua responden berjenis
kelamin perempuan yaitu 100%. Menurut Bittar et al. (2011) proporsi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo antara wanita lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5. Benign Paroxysmal
Positional Vertigo merupakan gangguan vestibular dimana 17%-20 %
pasien mengeluh vertigo (Bhattacharyya et al. 2008). Sedangkan menurut
Neuhauser et al. (2008) prevalensi rasio vertigo dalam satu tahun di
dapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1:2,7.
c. Jenis pekerjaan
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua responden berprofesi
sebagai wiraswasta yaitu 100%. Stress kerja merupakan suatu kondisi
ketegangan yangmempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi
seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi
kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal
(lingkungan). Stress kerja timbul karena tuntutan lingkungan. Stress
kerja yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan
berkembang berbagai macam gejala stress kerja yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka (Novitasari 2009).
Menurut Menurut Joesoef (2006) dan Wreksoatmodjo (2004),
rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
(Corticotropin Releasing Factor). Peningkatan kadar CRF selanjutnya
akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem
saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang
sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan
saraf parasimpatis.
5.2 SkorVertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum
Akupresur
Hasil analisa menunjukan rerata Vertigo Symptom Scale - Short
Form (VSS-SF)total sebelum akupresur adalah 24,69 dengan SD=4,74
menunjukan vertigo terjadi dari beberapa gejala seperti rasa pusing yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat (Wreksoatmodjo 2004). Selain itu
menurut Israr (2008) penyebab vertigo terjadi karena keadaan
lingkungan, obat-obatan, kelainan sirkulasi, kelainan di telinga, kelainan
neurologis.
Analisa frekuensi durasi > 20 menit, frekuensi durasi < 20 menit
dan gejala penyerta pada vertigo dalam rentang 0 sampai 4 dengan
Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total yang relatif tinggi.
Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)menunjukan ada tidaknya
gejala vertigo didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari setiap nomor.
Nilai total mulai dari nol sampai enam puluh. Semakin besar nilai
menunjukkan bahwa semakin buruk kelainan yang dideritanya. Nilai
total ≥12 menunjukkan seseorang menderita vertigo (Wilhelmsen et al,
2008).
5.2 SkorVertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Setelah
Akupresur
Berdasarkan analisa rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF)total setelah akupresur adalah 15 dengan SD=2,76 menunjukan
vertigo mengalami penurunan hal ini disebabkan penekanan pada titik
meridian akan melepaskan endorphin. Menurut Tournaire & Theau-
Yonneau (2007) Endorphin adalah zat penghilang rasa sakit yang secara
alami diproduksi dalam tubuh, memicu respon menenangkan dan
membangkitkan semangat dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi,
dapat menyebabkan relaks dan normalisasi fungsi tubuh dan sebagian dari
pelepasan endorphin akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
sirkulasi darah.
5.4 Perbedaan Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total
Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
Hasil analisis frekuensi vertigo yang terjadi beberapa kali, lebih
dari beberapa kali, cukup sering (setiap minggu), sangat sering (hampir
setiap hari) dalam satu bulan terakhir dalam durasi > 20 menit setiap
mengalami vertigo setelah dilakukan akupresur lebih rendah dibandingkan
sebelum dilakukan terapi akupresur. Frekuensi dan durasi < 20 menit
sesudah dilakukan akupresur mengalami penurunan dibandingkan sebelum
dilakukan akupresur. Gejala penyerta pada vertigo sangat sering (hampir
setiap hari) adalah sakit kepala sedangkan setelah dilakukan akupresur sakit
kepala mengalami penurunan terjadi cukup sering (setiap minggu).
Responden yang mengalami vertigo akan mengalami berbagai
macam tanda dan gejala untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan
tindakan komplementer berupa akupresur. Pemberian akupresur pada titik
meridian yang sesuai akan melepaskan endorphin yang akan meningkatkan
sirkulasi darah sehingga vertigo menurun dan rasa nyaman yang di rasakan
oleh responden. Menurut Tournaire & Theau-Yonneau (2007) dengan
merangsang titik-titik tertentu disepanjang meridian, yang ditransmisikan
melalui serabut saraf besar ke formation reticularis, thalamus dan system
limbic tubuh melepaskan endorphin. Selain itu, akupresur dapat
melancarkan enegri vital ditubuh (Chi atau Qi) untuk menstimulus aliran
energy dimeridian sehingga akan mempengaruhi kesehatan (Turana 2004)
Rata-rata skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-
SF)Total setelah dilakukan akupresur berbeda signifikan dengan sebelum
dilakukan tindakan akupresur (p value=0,000). Hasil penelitian ini
mendukung hipotesis penelitian yaitu rata-rata skor Vertigo Symptom Scale
- Short Form (VSS-SF)Total setelah dilakukan tindakan akupresur lebih
rendah dibandingkan sebelum dilakukan tindakan akupresur. Hasil
penelitian ini telah menunjukan bahwa akupresur yang dilakukan dapat
menurunkan skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total
sebesar 9,67.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh
akupresur terhadap vertigo di klinik Synergy Mind Health di Surakarta
dapat disimpulkan sebagai berikut :
6.1.1 Hasil rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total
sebelum akupresur adalah 24,69 menunjukan hasil Vertigo
Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total relatif tinggi.
6.1.2 Hasil rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total
setelah akupresur adalah 15 menunjukan vertigo mengalami
penurunan.
6.1.3 Terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik
Synergy Mind Health di Surakarta dengan p value = 0,000.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
a. Mengembangkan program seminar dan pelatihan terapi
komplementer khususnya akupresur untuk perawat agar dapat
diaplikasikan di berbagai penyakit khususnya di rumah sakit.
b. Menerapkan terapi akupresur dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien vertigo.
6.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
a. Mengembangkan praktik keperawatan bebasis terapi
komplementer khususnya terapi akupresur.
c. Menyebarluaskan informasi dan pengetahuan tentang terapi
akupresur melalui seminar dan simposium keperawatan.
d. Memuat materi tentang terapi komplementer yang sering
digunakan untuk manajemen vertigo ke dalam kurikulum
pendidikan sarjana keperawatan.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Perlunya penelitian lanjutan tentang pengaruh terapi akupresur
terhadap vertigo dengan ditambah karakteristik misalnya
diagnosa medis dan jenis medikamentosa.
b. Perlunya penelitian tentang terapi komplementer yang lain
untuk mengurangi vertigo misalnya relakasasi, guided imagery
dan hipnoterapy.
DAFTAR PUSTAKA
Artika, Putri 2006. Pengaruh Akupresur pada titik Perikardium 6 terhadap
Penurunan Frekuensi Muntah pada Primigravida Trimester Pertama
dengan Emesis Gravidarum. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Bhattacharyya N, Baugh F R, Orvidas L. Clinical Practice Guideline: Benign
Paroxysmal Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2008;139:S47-S81.
Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment.
International Tinnitus Journal. 2011;16(2): 135-45.
Dahlan, M.S 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
Darmojo, R.B., Martono, H.H., 2004. Buku Ajar Geriartri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Dewi, Ida N 2009. VERTIGO, Penanganan dan Terapi Rehabilitasi, di akses 6
Oktober 2013 jam 22.30.
<http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/15/vertigo-
penanganan-dan-terapi-rehabilitasi/>
Dharma, K.K 2011. Metodologi penelitian keperawatan : panduan meaksanakan
dan menerapkan hasil peneitian. Jakarta : TIM
Dibble, S.L., Luce, J, Cooper, B.A & Israel, J2007. Accupresure for
chemotherapy-induced nausea and vomiting : A randomized clinical trial.
Oncology Nursing Forum, 34(4), 813-820
Dr. Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Fengge, A 2012. Terapi akupresur: Manfaat & teknik pengobatam.
Yogyakarta:Crop Circle Corp.
Fransisca, Kristiana 2013. Awas! Sakit Kepala Jangan Dianggap Sepele. Cetakan
2. Cerdas Sehat. Jakarta
Hartono , Radyanto Iwan Widya 2012. Akupresur Untuk Berbagai Penyakit.
Cetakan 1. Rapha Publishing, Yogyakarta
Israr.Y. A 2008. Vertigo. Diakses 9 November 2013, jam 08.05
Http://yayanakhyar.wordpress.com
Joesoef A.A 2006. Etiologi dan Patofisiologi Vertigo. Dalam: Leksmono P.,
Mohammad Saiful Islam, dkk (eds). Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah
Nasional II PerhimpunanDokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)
Nyeri Kepala, Nyeri, & Vertigo. Surabaya: Airlangga University Press, pp:
209-23.
Nasir. A, Abdul Muhith, M.E Ideputri 2011, Metodologi Penelitian Kehatan, Edisi
1, Nuha Medika, Yogyakarta.
Neuhauser H, Radtke A, von Brevern M, Lezius F, Feldmann M, Lempert T
(2008) Burden of dizziness and vertigo in the community. Arch Int Med
168: 2118-2124
Novitasari. 2009. strees kerja. Diakses 20 mei 2014 jam 22.30.
<http://www.damamdiri.or.id/file/novitasari.html.>
Nursalam 2002. Pendekatan praktisi metodologi riset keperawatan. Jakarta :
Sagung Seto.
Pirawati Prasti dan Siboe L. Yvonne 2004. Terapi Akupunktur untuk Vertigo.
Cermin Dunia Kedokteran. 144:47-51.
Pudjonarko.D 2009.Vertigo, Bukan Sekadar Pusing Biasa, diakses 6 November
2013 jam 22..30
<http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/06/25/6943
8/Vertigo-Bukan-Sekadar-Pusing-Biasa>
Rukayah, S 2013,”Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Lambat
Akibat Kemoterapi Pada Anak Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di
RS Kanker Dharmais Jakarta” tesis Skep, FIK UI
Samy, Hesham M. MD, PhD, Chief Editor: Robert A Egan, MD et al.
2008. Dizziness, Vertigo, and Imbalance, diakses 5 desember 2013 jam
23.23,<http://emedicine.medscape.com/article/2149881-overview>
Saryono 2011. Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi pemula.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Sukanta, P.O 2008. Akupresur untuk kesehatan. Jakarta : Penebar Plus
Tournaire M, Theau-Yonneau,A. 2007. Complementary and Alternative to Pain
relief During Labor, diakses 18 desember 2013 jam 22.21
.<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2176140/>
Turana, Yuda,. (2004). Akupresur.diakses 2 Mei 2014 jam
23.23<http://medikaholistik.com>
Wahyudi 2012.Vertigo, Kupiya Timbul. vol. 39 no. 10, hal.738-741
Wahyudi, Nugroho 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Jakarta. EGC
Widiantoro,F.T 2010. Angka Kejadian Vertigo Tinggi, diakses 9 November 2013,
jam 07.57. <http:www.edisicetak.joglosermar.com>
Widyaningsih, W 2012. Waspada Efek Samping Obat , diakses 5 desember 2013
jam 22.50. <http://uad.ac.id/waspada-efek-samping-obat>
Wilhelmsen Kjersti et al. 2008. Psychometric Properties of the Vertigo Symptom
Scale – Short Form. BMC Ear, Nose, and Throat Disorders. 8:2.
Wiranita, H. A 2010 “Hubungan Antara Otitis Media Supuratif Kronis Dengan
Terjadinya Vertigo Di RSUD DR. Moewardi Surakarta”FIK UNS
Wreksoatmodjo, Budi Riyanto 2004.Vertigo: Aspek Neurologi.Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, hal. 41-46
Recommended