View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGELOLAAN HARTA WAKAF PRODUKTIF DALAM MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI DESA TOSORA KABUPATEN WAJO
SKRIPSI
Oleh RAHMAT HIDAYAT PADLAN
105740003615
JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2019
ii
HALAMAN JUDUL
PENGELOLAAN HARTA WAKAF PRODUKTIF DALAM MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI DESA TOSORA KABUPATEN WAJO
Oleh RAHMAT HIDAYAT PADLAN
105740003615
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi
pada Program Studi Strata 1 Ekonomi Islam
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
iii
PERSEMBAHAN
Skripsi Pengelolaan Harta wakaf Produktif dalam Menciptakan Kesejahteraan
Mayarakat di Desa Tosora Kabupaten Wajo Ini kupersembahkan untuk:
1. Orang tua tercinta bapak Almarhum Muh. Padlan dan ibu Sehang, atas segala
pengorbanan, doa, dukungan moral dan materi serta curahan kasih sayang
yang tak terhingga.
2. Saudara-saudara saya Wina Fajrina Padlan dan Muh. Imran atas segala doa,
dukungan dan kasih sayang.
3. Keluarga Andi Nyompa dan H. Dina yang senantiasa memberi dukungan
moral.
4. Rini Wahyuni,S.E yang senantiasa mengingatkan dan memberi semangat
5. Teman-teman Ekonomi Islam 2015 yang selalu berjalan beriringan.
6. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim,S.E.,M.M selaku Pembimbing 1 dan
Ibu Linda Arisanti Razak,S.E.,M.Si.Ak,CA selaku pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktunya memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Agusdiwana Suarni, SE., M.Acc selaku ketua Prodi Ekonomi Islam yang
telah membimbing dan memberi arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Untuk Almamater Universitas Muhammadiyah Makassar.
MOTTO HIDUP
Jangan menyalahkan waktu yang berlalu begitu cepat tapi salahkan dirimu yang selalu terlambat melakukan sesuatu.
(Anonim)
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
حيماللهبســــــــــــــــم ا حمن الر الر
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai maanakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Harta Wakaf
Produktif dalam Menciptakan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tosora
Kabupaten Wajo”
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Almarhum Muh. Padlan dan Ibu Sehang yang
senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus
tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas
segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M, Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
viii
3. Ibu Agusdiwana Suarni, SE., M.Acc, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim,S.E.,M.M, selaku Pembimbing I
yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.
5. Ibu Linda Arisanti Razak,S.E.,M.Si.Ak,CA, selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian
skripsi.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak
menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Islam Angkatan 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak
sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 31 Agustus 2019
Penulis
ix
ABSTRAK
RAHMAT HIDAYAT PADLAN. Tahun 2019. Pengelolaan Harta Wakaf Produktif dalam Menciptakan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tosora Kabupaten Wajo, Skripsi Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Abd. Rahman Rahim,dan Pembimbing II Linda Arisanti Razak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan harta wakaf produktif dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat di Desa Tosora Kabupaten Wajo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif kualitatif. Data yang diolah merupakan hasil wawancara dengan nadzir, imam desa, nadzir sebelumnya dan masyarakat yang membantu nadzir. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara dan Studi Dokumen yang dimana penulis melihat langsung keadaan dilapangan. Adapun hasil penelitian yang di dapat penulis adalah dalam mengelola harta wakaf produktif nadzir meminta masyarakat untuk menbantu pengelolaan. Nadzir kemudian bertindak sebagai penyedia dana dan konseptor sedangkan pelaksanaan pengelolaannya serahkan kepada masyarakat yang telah di tunjuk lansung oleh nadzir. Masalah dan kendala dalam pengelolaan harta wakaf produktif meliputi masalah sosial, ekonomi dan faktor alam, Sedangkan untuk peruntukan dari hasil wakaf produktif disumbangkan untuk pembangunan masjid yang ada di desa tosora, pembangunan puskesmas dan lampu jalan.
Kata Kunci: Wakaf, Wakaf Produktif, Kesejahteraan Masyarakat.
x
ABSTRACK
RAHMAT HIDAYAT PADLAN. 2019. Management of Productive Waqaf Assets in Creating Community Welfare in the Village of Tosora, Wajo Regency, Thesis of Islamic Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Supervisor I Abd. Rahman Rahim and Supervisor II Linda Arisanti Razak.
This study aims to determine how the management of productive waqaf property in creating community welfare in the Village of Tosora, Wajo Regency. This type of research is a qualitative descriptive study. The data processed is the result of interviews with nadzir, village priests, previous nadzir and the people who helped nadzir. Data collection methods used in this study are Observation, Interview and Document Study in which the author sees firsthand the situation in the field. The research results obtained by the author is in managing productive assets waqf nadzir asks the community to help management. Nadzir then acts as the provider of funds and the drafter while the management is handed over to the community that has been directly appointed by Nadzir. Problems and constraints in the management of productive waqf assets include social, economic and natural factors, while for the appropriation of the results of productive waqaf donated to the construction of a mosque in the village of Tossa, construction of health centers and street lights.
Keywords : Waqh, Productive Waqh, Communuty Welfare.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................... viii
ABSTRACK ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
A. Tinjauan Teori ................................................................................... 6
1. Wakaf .................................................................................... 6
2. Dasar Hukum Wakaf .............................................................. 7
3. Tujuan dan Jenis Wakaf ........................................................ 9
xii
4. Rukun Serta Syarat Wakaf dan Badan Wakaf ....................... 12
5. Definisi Wakaf Produktif ......................................................... 14
6. Model Wakaf Produktif ........................................................... 16
7. Pengelolaan Harta Wakaf Produktif ....................................... 21
B. Tinjauan Empiris ............................................................................... 23
C. Kerangka Konsep .............................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 28
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 28
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 28
C. Pemilihan Lokasi dan Status Penelitian ............................................. 28
D. Sumber Data ..................................................................................... 29
E. Pengumpulan Data ........................................................................... 29
F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 30
G. Analisis Data ..................................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 31
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 31
1. Kondisi Geografis Kabupaten Wajo ............................................. 31
2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 33
B. Hasil Penelitian ................................................................................. 38
1. Pengelolaan Harta Wakaf Produktif di Desa Tosora .................... 38
2. Strategi Nadzir dalam Mengelolah Wakaf Produktif di Desa
Tosora ......................................................................................... 44
3. Kendala dan Masalah dalam Pengelolaan Harta Wakaf
Produktif ...................................................................................... 46
4. Pemberdayaan Harta Wakaf Produktif di Desa Tosora ................ 48
xiii
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 54
A. Kesimpulan ....................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 58
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu 24
Tabel 3.1 Daftar nama informan 30
Tabel 4.2 Tabel jumlah penduduk Desa Tosora 36
Tabel 4.3 Struktur mata pencaharian masyarakat Desa Tosora 37
Tabel 4.4 Tingkat pendidikan penduduk Desa Tosora 38
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pengelolaan Harta Wakaf Produktif 26
Gambar 2,3 Kerangka pikir 27
Gambar 4.1 Struktur organisasi Desa Tosora 35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Pedoman Wawancara 59
Struktur Organisasi Desa Tosora 64
Prosedur Layanan Wakaf 64
Dokumentasi Wawancara 65
Keadaan Objek Peneltian 66
Keadaan Kantor Desa Tosora 66
Surat Penelitian 67
Biografi Penulis 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perlu menggali dan mengembangkan potensi yang terdapat
dalam pranata keagamaan yang memiliki manfaat ekonomis. Salah satu langkah
strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, perlu meningkatkan peran
wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan menyediakan
berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang
berpotensi, antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu
dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.
Praktik wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum
sepenuhnya berjalan tertib dan efisien sehingga dalam berbagai kasus harta
benda wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke
tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum. Keadaan demikian itu, bukan
hanya karena kelalaian atau ketidakmampuan nadzir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf tetapi karena juga sikap masyarakat yang
kurang peduli atau belum memahami status harta benda wakaf yang seharusnya
dilindungi untuk kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi, dan
peruntukan wakaf. Kepentingan hadirnya hukum dalam rangka pembangunan
hukum nasional, maka perlu dibentuk Undang-Undang tentang Wakaf. Itulah
sebabnya umat Islam Indonesia harus semakin bersyukur kepada Allah yang
2
telah menggerakkan hal Pemerintah untuk memikirkan kualitas hidup nasib
bangsa khususnya yang berkaitan dengan wakaf.
Laporan sejarah menyebutkan bahwa wakaf berperan penting dalam
upaya pengembangan masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi maupun
budaya. Peran ganda wakaf ini sangat terlihat dalam memberikan dana stimulan
bagi kepentingan pendidikan Islam dan kesehatan. Beberapa negara di Timur
Tengah, pembangunan dan berbagai sarana dan prasaran pendidikan dan
kesehatan dibiayai dari hasil pengembangan wakaf. Kesinambungan manfaat
hasil wakaf dimungkinkan oleh berlakunya wakaf produktif yang didirikan untuk
menopang berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Wakaf produktif pada
umumnya berupa tanah pertanian atau perkebunan, gedung-gedung komersial,
yang dikelola sedemikian rupa sehingga mendatangkan keuntungan yang
sebagian hasilnya dipergunakan untuk membiayai berbagai kegiatan tersebut.
Bahkan dalam sejarah, wakaf sudah dikembangkan dalam bentuk apartemen,
ruko dan lain-lain. Wakaf produktif ini kemudian dipraktikkan di berbagai negara
sampai sekarang. Hasil dari pengelolaan wakaf tersebut dimanfaatkan untuk
menyelesaikan berbagai masalah sosial ekonomi umat..
Dalam sejarah wakaf telah memainkan peranan yang sangat penting
dalam pembangunan masyarakat, namun dijumpai berbagai kenyataan di
beberapa tempat yang belum berhasil mengelola wakaf. Wakaf di Indonesia
belum banyak yang dikelola secara produktif. Itulah mengapa Undang-Undang
Wakaf mencoba melakukan terobosan dengan tidak hanya mengatur mengenai
perwakafan tanah milik, melainkan perwakafan semua benda baik benda
bergerak maupun benda tidak bergerak
3
Wakaf produktif telah dikaji oleh beberapa peneliti,Mubarok (2014)
tentang Model Pengembangan Wakaf Produktif (Studi tentang Pengelolaan
Wakaf pada Yayasan Muslimin Kota Pekalongan) Hasil riset menunjukkan bahwa
di antara model wakaf produktif yang jalankan oleh Yayasan Muslimin sebagai
nadzir adalah menyewakan kamar hotel, ruko, toko, meeting room dan
mempergunakan sebagian ruangan yang ada dihotel sebagai tempat usaha
seperti warnet dan rumah makan (kuliner) Adapun strategi Yayasan Muslimin
dalam mengembangkan aset wakaf adalah pengembangan melalui istibdal,
pengembangan aset melalui proposal, pengembangan aset melalui hutang
kepada pihak ketiga,pengembangan aset melalui pemebelian hasil wakaf.
Devi Megawati (2016) tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf
Produktif di Kota Pekanbaru. Hasil riset menunjukkan bahwa pengelolaan dan
pengembangan wakaf produktif di Kota Pekanbaru masih sederhana dengan
manajemen tradisional. Oleh karenanya peran pemerintah dalam hal ini
Kementerian Agama harus lebih giat lagi dalam mensosialisasikan dan membina
nazhir agar wakaf produktif yang telah ada dapat terus –menerus berkembang
dan memberikan manfaat yang luas kepada kesejahteraan sosial umat Islam
yang merupakan penduduk mayoritas.
Dengan wakaf yang dikelolah dengan baik akan menumbuhkan
masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, strategi pengelolaan yang baik perlu
diciptakan untuk mencapai tujuan diadakannya wakaf. Namun, pengelolaan dan
pendayagunaan wakaf produktif di tanah air masih sedikit ketinggalan dibanding
negara lain. Begitupun studi perwakafan di tanah air masih terfokus pada segi
hukum fiqh (muamalah) dan belum menyentuh mengenai pengelolaan
4
perwakafan, oleh karenanya studi tentang pengelolaan harta wakaf perlu
dilakukan agar tercapainya pengelolaan yang baik.
Salah satu contoh praktek wakaf yang ada, yaitu di Kecamatan Majauleng
Kabupaten Wajo bukanlah tempat yang strategis untuk mengembangkan harta
wakaf secara modern seperti di kota-kota besar yang dapat dibangun apartement
ataupun real estate. Namun pengelolaan wakaf punya strategi agar wakaf tetap
bisa produktif. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti
tentang Pengelolaan Harta Wakaf Produktif Dalam Menciptakan
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tosora Kabupaten Wajo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas ,rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana pengelolaan harta wakaf produktif dalam menciptakan
kesejahteraan masyarakat di Desa Tosora Kabupaten Wajo.
2. Bagaimana Pemberdayaan harta wakaf produkif di Desa Tosora
Kabupaten Wajo
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui bagaimana pengelolaan harta wakaf produktif di Desa
Tosora.
2. Mengetahui bagaimana pemberdayaan Harta Wakaf Produktif di Desa
Tosora.
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
a. Bagi pembaca
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang
pengelolaan harta wakaf produktif dalam menciptakan kesejahteraan
masyarakat di desa tosora kabupaten wajo.
b. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menawarkan sebuah konsep pada
pengelolaan harta wakaf produktif dalam menciptakan kesejahteraan
masyarakat di desa tosora kabupaten wajo. Selanjutnya, agar menjadi
pertimbangan dan kajian bagi pihak pihak yang berkepentingan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Wakaf
a. Pengertian Wakaf
Wakaf menurut bahasa arab berarti “al-habsu”, yang berasal
dari kata kerja habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari
sesuatu atau memenjarakan. Kata wakaf sendiri berasal dari kata
waqafa (fiil madi)- yakifu (fiil mudari)-waqfan (isim masdar) yang
berarti berhenti atau berdiri sedangkan wakaf menurut istilah syarak
adalah “menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa
menghabiskan atau merusakkan bendanya dan digunakan untuk
kebaikan. (Alabij, 2012).
Menurut kamus popular istilah islam, wakaf adalah menahan
harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah; memindahkan hak
pribadi menjadi milik suatu badan yang memberikan manfaat bagi
masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan kebaikan dan ridha
Allah SWT. (Astuti, 2012).
Dilihat dari beberapa pengertian baik secara etimologis
maupun terminologis wakaf merupakan shadaqah jariah, sebagai
sumbangan kebajikan yang mengalirkan pahala setelah yang
bersangkutan meninggal dunia, dan dapat disimpulkan bahwa harta
wakaf bukanlah harta pribadi, tetapi harta kelompok tertentu dalam
masyarakat. (Lutfi M. , 2012).
7
Menurut Jumhur Ulama Wakaf adalah menahan harta benda
yang mungkin diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya benda
(ainnya) dengan memutuskan hak penguasaan terhadap harta
tersebut baik bagi kepentingan yang mubah sesuai dengan syarat
islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan oleh
karenanya beralihlah hak kepemilikan kepada Allah. (Lutfi M. , 2012)
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf
dirumuskan, bahwa wakaf adalah perbuatan hukum waqif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya
untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syari’ah.Undang-undang ini tampaknya
mencoba untuk menggabungkan pendapat-pendapat ulama fikih
klasik tentang wakaf. Namun pasal ini mempunyai kelemahan.
Penggabungan pendapat ulama dalam Pasal 1 dikhawatirkan
berakibat pada status wakaf menjadi tidak jelas karena memiliki dua
opsi yaitu untuk selamanya atau sementara. (Rozalinda, 2015)
2. Dasar Hukum Wakaf
Meskipun di dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ditemukan dalil
yang menjelaskan secara langsung untuk melaksanakan wakaf akan
tetapi dengan perintah atau seruan berbuat kebajikan, oleh para ahli
dipandang sebagai dasar hukum wakaf. Sebagaimana ayat Al-Qur’an
dan Hadist sebagai berikut:
8
a. Q.S.Ali Imran : 92
ليمل بهۦع ٱلل يءف إن اتنفقوامنش م و اتحبون ىتنفقوامم ت ح الواٱلبر ن نت
Terjemahan : “Kamu sekali kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apasaja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(Q.S. Ali Imran:92)
b. Q.S.Al-Baqarah : 267
Terjemahan :
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
c. H.R.Muslim no 1631
“Apabila seseorang meninggall dunia maka terputuslah amalannya
kecuali dari tiga perkara, pertama shodaqoh jariyah, kedua ilmu yang bermanfaat, dan ketiga anak shaleh yang mendoakan orang tuanya.”
Dalam konteks negara Indonesia, praktik wakaf sudah
dilaksanakan oleh masyarakat muslim Indonesia sejak sebelum
merdeka. Pemerintah Indonesia pun telah menetapkan Undang-
undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia,
selain ayat-ayat Al-Qur’an, ada beberapa dasar hukum wakaf juga
terdapat dalam perundang-undangan di Indonesia yaitu:
1. Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
9
2. Undang-Undang Pokok Agraria.
3. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006.
4. Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).
(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2008)
3. Tujuan dan Jenis Wakaf
a. Tujuan Wakaf
Secara umum tujuan wakaf adalah untuk kemashlahatan manusia,
dengan mendekatkan diri kepada Allah, serta memperoleh pahala dari
pemanfaatan harta yang diwakafkan yang akan terus mengalir
walaupun pewakaf sudah meninggal dunia. Selain itu wakaf memiliki
fungsi sosial, karena sasaran wakaf bukan sekedar untuk fakir miskin
tetapi juga untuk kepentingan publik dan masyarakat luas. Wakaf
memiliki sasaran khusus yang lebih spesifik, yaitu:
1. Semangat keagamaan
Dengan wakaf, pewakaf berniat untuk mendapatkan ridha Allah dan
kesinambungan pahala yaitu selama harta yang diwakafkan memberi
manfaat sekalipun ia telah meninggal dunia.
2. Semangat sosial
Sasaran ini di arahkan pada aktifitas kebajikan, didasarkan pada
kesadaran manusia untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.
Sehingga wakaf yang dikeluarkan merupakan bukti partisipasi dalam
pembangunan masyarakat.
3. Motifasi keluarga
Motivasi ini ingin menjadikan wakaf sebagai sarana mewujudkan rasa
tanggung jawab kepada keluarga, terutama sebagai jaminan hidup di
10
masa depan. Namun, wakaf tidak dapat di peruntukkan untuk diri
pewakaf sendiri ataupun pada janin yang masih dalam kandungan.
4. Dorongan kondisional
Dengan wakaf, pewakaf bisa menyalurkan hrtanya untuk menyantuni
orang-orang yang ditinggalkan oleh keluarganya sehingga tidak ada
yang menanggungnya atau seseorang perantau yang jauh
meninggalkan keluarganya.
5. Dorongan naluri
Naluri manusia memang tidak ingin lepas dari kepemilikannya. Setiap
orang cenderung ingin menjaga peninggalan harta orang tua atau
kakeknya dari kehancuran atau kemusnahan. Dengan wakaf maka
dia akan terdorong membatyasi pembelanjaan. Dengan berniat wakaf
kepada seseorang atau lembaga tertentu, dia bisa menyalurkan
hartanya dengan baik, sehingga tidak kuatir terjadi pemborosan atau
kepunahan kekayaan. (Nurhayati, 2009)
b. Jenis Wakaf
Wakaf dibagi dalam 2 jenis yaitu berdasarkan peruntukannya dan
berdasarkan jenis harta. Berdasarkan peruntukannya wakaf terbagi atas
2 yaitu:
1) Wakaf Zurry atau disebut juga wakaf ahli ialah wakaf yang dikhususkan
oleh yang berwakaf untuk kerabatnya. Wakaf seperti ini bertujuan untuk
membela nasib mereka. Dalam konsepsi hukum Islam, seseorang yang
punya harta yang hendak mewakafkan sebagian hartanya, sebaiknya
lebih dulu melihat kepada sanak famili. (Halim, 2015)
11
2) Wakaf khairy yaitu wakaf yang sejak semula manfaatnya diperuntukkan
untuk kepentingan umum tidak di khususkan untuk orang tertentu seperti
mewakafkan tanah untuk mendirikan masjid, sebidang kebun dan
hasilnya dimanfaatkan untuk pengajian, untuk fakir miskin, dan orang-
orang terlantar. Wakaf jenis ini lebih banyak manfaatnya karena tidak
membatasi pihak-pihak yang dapat mengambil manfaat darinya.
(Cahyani, 2013)
Berdasarkan jenis harta:
1) Benda tidak bergerak dibagi menjadi hak atas tanah, hak milik atas
rumah, bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah,
tanaman,.
2) Benda bergerak selain uang, terdiri atas benda yang digolongkan sebagai
benda yang dapat bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah seperti
kendaraan. Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaiannya
tidak dapat diwakafkan. Adapun pendapat fuqaha tentang mewakafkan
benda bergerak antara lain:
Menurut malikiyah (2013): “benda bergerak boleh saja
diwakafkan, bilamana harta itu sesuai dengan maksud yang dituju oleh
syariat, dengan harta wakaf seperti ternak untuk diambil susu dan
bulunya, buku-buku dipelajari kandungannya, kendaraan untuk diambil
hasil sewaanya dan sebagainya.
Menurut syafi’iyah”(2013) barang siapa yang mewakafkan
haruslah barang yang kekal manfaatnya baik berupa barang tidak
bergerak, barang bergerak maupun barang kongsi (milik bersama).
(Kurniati, 2013)
12
3) Benda bergerak berupa uang, dalam hal wakaf uang ini hanya boleh
disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i.
4. Rukun Serta Syarat Wakaf dan Badan Wakaf
a. Rukun Serta Syarat Wakaf
Rukun adalah sesuatu yang merupakan sendi utama dan
unsur pokok dalam pembentukan sesuatu hal. Tanpa adanya rukun-
rukun yang telah ditetapkan, wakaf tidak dapat berdiri. (Lutfi M. ,
2014)
Adapun rukun pembentukan wakaf yang dimaksudkan adalah:
1) Orang yang berwakaf (yang mewakafkan hartanya) atau yang
disebut wakif
2) Harta yang diwakafkan atau mauquf bih
3) Tujuan wakaf atau yang berhak menerima hasil wakaf disebut
mauquf ‘alaih
4) Pernyataan wakaf dari wakif yang disebut sighat.
Di samping memenuhi rukun, masing-masing haruslah memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan. Adapun syaratnya yaitu:
1) Syarat sebagai wakif sebagaimana menurut jumhur ulama bahwa
wakif harus orang cakap bertindak, dapat pula dikontekskan
bahwa wakif haruslah orang yg tidak terhalang melakukan
perbuatan hukum. Dalam hal wakif perseorangan, dapat m
elakukan wakaf apabila memenuhi persyaratan yaitu: dewasa,
berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, dan
pemilik sah harta benda wakaf. Dalam hal wakif organisasi, dapat
melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk
13
mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan
anggaran dasar organisasi yang bersangkutan. Dan wakif badan
hukum dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan
badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan
hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan. (Departemen Agama, 2011). Adapun dalam
Kompilasi Hukum Islam syarat-syarat sebagai wakif diatur dalam
ketentuan pasal 217 ayat 1 dan ayat 2.
2) Syarat mauquf bih yaitu pertama, barangnya dapat dimanfaatkan
menurut syariat Islam dalam keadaan apapun. Kedua, jelas wujud
dan batas-batasnya. Ketiga, milik wakif secara sah. Keempat,
zatnya harus kekal.
3) Syarat mauquf alaih yaitu objek atau tujuan wakaf harus objek
kebajikan dan harus jelas.
4) Syarat sighat wakaf ialah bahwa wakaf disighatkan baik dengan
lisan, tulisan, maupun dengan isyarat. Untuk ikrar wakaf
dinyatakan untuk selama-lamanya, jelas kepada siapa
diwakafkan, dan harus disaksikan dan dinyatakan dengan tegas.
5) Nazhir atau orang yang diberi amanah untuk mengelolah wakaf.
Nazirharus cakap dan amanah.
b. Badan wakaf
Lembaga wakaf (badan wakaf Indonesia) bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada
masyarakat. Kelahiran badan wakaf Indonesia (BWI) merupakan
perwujudan amanat yang digariskan dalam undang-undang nomor
14
41 tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana
dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan
mengembangkan perwakafan di Indonesia. Dalam undang-
undang wakaf ditetapkan bahwa badan wakaf Indonesia adalah
lembaga yang berkedudukan sebagai media untuk memajukan
dan mengembangkan perwakafan nasional. Badan wakaf
Indonesia berkedudukan di ibu kota Negara Indonesia dan dapat
membentuk perwakilan diprovinsi atau bahkan kabupaten atau
kota sesuai dengan kebutuhan. Dalam penjelasan undang-undang
ditetapkan bahwa pembentukan perwakilan badan wakaf
Indonesia didaerah dilakukan setelah badan wakaf Indonesia
berkonsultasi dengan pemerintah daerah setempat.
Dalam kepengurusan BWI terdiri atas badan pelaksana
dan dewan pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh satu
orang ketua dan dua orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh
para anggota, badan pelaksana merupakan unsur pelaksana
tugas, sedangkan dewan pertimbangan adalah unsur pengawas
pelaksanaan tugas badan wakaf indonesia.Dalam upaya
mengembangkan dan memanfaatkan harta wakaf secara
maksimal, maka diperlukan kebijakan bagi setiap lembaga
pengelola wakaf untuk bersinergi dengan pemerintah. (Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2008)
5. Defenisi Wakaf Produktif
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari
umat, yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut hingga mampu
15
menghasilkan surplus yang terus menerus atau berkelanjutan. Donasi wakaf
produktif dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia,
maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Surplus wakaf
produktif inilah yang menjadi dana abadi bagi pembiayaan kebutuhan dan
kepentingan umat,seperti pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan pendidikan. (Munir, 2015)
Wakaf produktif berasal dari dua kata yaitu wakaf dan produktif.
Wakaf seperti yang didefinisikan oleh Ibnu Qudamah adalah tahbish al-Ashl
wa tasbil al-Tsamrah (menahan pokok harta dan mendistribusikan hasilnya).
Definisi ini mengisyaratkan bahwa wakaf perlu produktif karena yang
didistribusikan dan dimanfaatkan hanyalah hasil dari pokok harta benda
wakaf sementara pokonya masih tetap utuh. Dalam hal ini seorang nadzir
dituntut untuk memberdayakan harta benda wakaf agar menghasilkan suatu
produk kemudian hasil tersebut yang didistribusikan kepada mauquf 'alaih, di
sisi lain dia juga dituntut untuk melestarikan pokok harta benda wakaf
tersebut agar tidak berkurang. Oleh karena itu wakaf menurut Qahaf
merupakan kegiatan menyimpan dan berinvestasi secara bersamaan.
(Qahaf, 2010)
Sementara produktif merupakan kata sifat dari produksi yang
didefinisikan sebagai kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa
yang kemudian dimanfaakan oleh konsumen. Richard G. Lipsey
sebagaimana dikutip oleh Rustam Effendi mendefinisikan produksi sebagai
tindakan dalam membuat komoditi, barang-barang maupun jasa. (Effendi,
2013)
16
Munzir Qahaf mendefinisikan wakaf produktif dengan wakaf harta
yang digunakan untuk kepentingan produksi, dimana harta wakaf dikelola
untuk menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya
dipergunakan sesuai dengan tujuan wakaf. Pengelolaannya bisa dilakukan
melalui bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan bidang lainnya
(Qahaf, 2010)
Qahaf mendefinisakan wakaf produktif sebagai kebalikan dari definisi
waqf al-mubasyir (konsumtif), yakni wakaf yang manfaatnya diambil dari
harta wakaf secara langsung. Sementara wakaf produktif manfaatnya diambil
dari hasil pengelolaan harta benda wakaf. (Qahaf, 2010)
6. Model Wakaf Produktif
Salah satu upaya strategis yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengembangkan lembaga wakaf dan memberdayakan potensinya
sehingga memberikan dampak yang positif dalam perbaikan kehidupan
sosial dan ekonomi umat Islam. Sebagai langkah yang sangat tepat,
untuk wakaf produktif maka perlu dikembangkan suatu sistem
pengelolaan dan pengembangan wakaf dengan berbagai model dan
manajerial dalam perspektif usaha untuk memajukan umat, bangsa dan
negara Indonesia. Adapun macam-macam model upaya peningkatan
kesejahteraan kehidupan ekonomi masyarakat yaitu; (1) model wakaf
produktif pembangunan gedung, (2) model wakaf produktif
pengembangan usaha (3) model pengelolaan cash wakaf yang optimal
untuk mensejahterakan rakyat. (Lutfi M. , 2012)
Adapun penjelasan tentang model wakaf adalah sebagai berikut:
a. Model wakaf produktif pembangunan gedung
17
Departemen agama selaku perwakilan pemerintah telah
memiliki kewenangan untuk mendorong kegiatan umat islam
dalam mengembangkan wakaf produktif, adapun kegiatan
percontohan dalam pengembangan wakaf secara produktif antara
lain:
1) Pertokoan
Bangunan dari gedung pertokoan tersebut akan
difungsikan secara produktif dengan cara disewakan/dikontrakkan
ke berbagai pihak yang membutuhkan. Bangunan pertokoan yang
dikelola secara produktif dan profesional akan menghasilkan
keuntungan yang kemudian dapat disalurkan untuk
pemberdayaan kehidupan misalnya dengan cara pemberian
beasiswa pendidikan maupun kredit mikro pada anak yatim dan
fakir miskin.
2) Gedung wakaf dan bisnis center
Alangkah baiknya wakaf di indonesia yang sudah
bersertifikat diberdayakan agar supaya lebih produktif dan
bermanfaat bagi masyarakat muslim. Di antaranya adalah dengan
mendirikan gedung wakaf dan gedung pusat bisnis (Bussines
Center) untuk menfasilitasi berbagai pengelolaan harta wakaf
secara professional dan bertanggung jawab. Dengan membangun
gedung bisnis center, maka berbagai bidang usaha strategis bisa
dilakukan, seperti pembukaan showroom, warnet, photocopy,
restoran, kantor pelayanan haji dan umrah, travel dan perjalanan
wisata, dan lain sebagainya.
18
3) Rumah kost muslim
Rumah kost atau tempat tinggal sementara bagi pekerja
dan anak didik merupakan sesuatu yang lazim, bahkan salah satu
kebutuhan dasar bagi siapapun yang ingin mengembangkan
kualitas kehidupannya dan sebahagian mahasiswa tidak jarang
yang mencari rumah kost yang bebas dan tidak dicampuri oleh
pemiliknya. Dengan memanfaatkan dana bantuan pemberdayaan
wakaf produktif dan pengelolaan yang baik, dapat mencapai
pendapatan dari rumah kost yang disewakan tersebut sehingga
dapat disalurkan untuk pemberdayaan umat.
4) Mini market
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menutupi
kekososngan adalah melalui wakaf produktif dengan membuat
mini market yang lebih bertujuan sosial, bukan hanya untuk
keuntungan ekonomi semata. Keberadaan mini market ini
diasumsikan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan
yang kemudian bisa didistribusikan untuk kemashlahatan umum.
Dengan demikian, mendirikan mini market akan memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitar.
b. Model wakaf produktif pengembangan usaha
Indonesia sangat terkenal sebagai Negara yang memiliki
dua potensi sumber daya alam yang besar, yaitu sector darat
agrobisnis dan sektor kelautan. Adapun beberapa yang dapat
diberdayakan dalam model ini khususnya di sektor agrobisnis dan
19
kelautan yaitu peternakan, perikanan, perkebunan, industry
rumahan, perbengkelan, dll.
c. Model pengelolaan cash wakaf yang optimal untuk
mensejahterakan rakyat Dalam hal ini wakaf tunai sangat tepat
memberikan jawaban yang menjanjikan dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial dan membantu mengatasi krisis ekonomi
indonesia. Dalam perkembangan wakaf produktif kekinian di
indonesia, wacana wakaf tunai telah menjelma nyata dalam
implementasi produk-produk funding lembaga keuangan syariah
dan lembaga amil zakat seperti wakaf tunai dompet dhuafa
republik dan waqtumu (wakaf tunai muamalat) yang diluncurkan
baitul mal muamalat-BMI.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan yang memacu
timbulnya gagasan adanya wakaf diantaranya karena
berkembangnya sistem perekonomian islam. Dalam sistem
ekonomi islam, wakaf belum banyak diekspolorasi semaksimal
mungkin, padahal wakaf sangat potensial sebagai salah satu
instrument untuk pemberdayaan ekonomi umat islam. Tujuan
utama di investasikannya dana wakaf adalah untuk
mengoptimalkan fungsi harta wakaf sebagai prasarana untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan sumber daya insani.
Kahf membedakan model investasi wakaf ke dalam dua model
yaitu model pembiayaan harta wakaf tradisional dan model
pembiayaan secara institusional.
20
d. Model pembiayaan harta wakaf secara tradisional
Buku-buku fiqh klasik menjelaskan bahwa pembiayaan
harta wakaf tradisional terdapat lima model pembiayaan
rekonstruksi harta wakaf, yaitu pinjaman, hukr (kontrak sewa
jangka panjang dengan pembayaran lump sum yang cukup besar
dimuka), al-ijaritain (sewa dengan dua pembayaran), menambah
harta wakaf baru, dan penukaran penggati (substitusi) harta
wakaf.
Model hukr dipernalkan oleh fuqaha’ guna mensiasati
larangan menjual harta wakaf. Daripada menjual harta wakaf,
maka nadzir (pengelolah wakaf) dapat menjual hak dari nharta
wakaf dengan cara disewakandalam jangka waktu yang lama, dan
hasil sewa harta wakaf itu dimanfaatkan sesuai dengan tujuan
wakaf.
Model Ijaratain, model ini hampir sama dengan hukr. Tapi
titik bedanya, hukr hanya digunakan untuk membiayai
pemeliharaan harta wakaf yang bersangkutan, sedang bijaratain
hasil sewa dapat dimanfaatkan sesuai dengan kesepakatan
sebagaimana tercantum dalam kontrak. Menambah harta baru
terhadap wakaf yang lama, misalnya perluasan masjid. Perluasan
masjid itu dapat diartikan sebagai penambahan harta baru
terhadap harta wakaf yang lama.
Model substitusi berarti suatu pertukaran harta wakaf yang
satu dengan harta wakaf yang lain karena wakaf yang awal tidak
lagi bermanfaat atau kurang bermanfaat. Pertukaran ini tidak
21
menyebabkan terjadinya peningkatan harta wakaf, hanya dapat
memproduktifkan harta wakaf.
e. Model pembiayaan secara institusional
Fiqh terus berkembang, karena itu model transaksi
keuangan juga berkembang seiring dengan tumbuh
berkembangnya lembaga keuangan Islam. Yang harus
diperhatikan dalam menginvestasikan dana wakaf harus
berpegang teguh pada prinsip-prinsip investasi yang Islami, yaitu
prinsip berbagi hasil, resiko, jual beli, dan sewa.
Munculnya bank-bank syariah, terutama yang dimotori oleh
bank bank konvensional seperti BNI Syariah, Mandiri Syariah,
Danamon Syariah dan lainnya menimbulkan optimism di kalangan
umat Islam dalam kaitannnya dengan pengelolaan harta(dana)
wakaf secara produktif. Difungsikannya perbankan Syariah
sebagai nadzir setidaknya memiliki beberapa keunggulan yang
diharapkan dapat mengoptimalkan operasionalisasi harta (dana)
wakaf. (Suryadi, 2017)
7. Pengelolaan Harta Wakaf Produktif
Wakaf merupakan salah satu sumber daya ekonomi yang terbukti
berperan dalam perekonomian. Di Indonesia, pengelolaan wakaf
mengalami masa yang cukup panjang. Setidaknya ada tiga periode besar
pengelolaan wakaf di Indonesia. (Suhairi, 2014)
Pertama yaitu periode tradisional, kedua yaitu semi
profesional,dan yang ketiga periode profesional. Pertama, periode
22
tradisional yaitu dimana pada periode ini wakaf masih ditempatkan
sebagai ajaran murni yang dimasukkan dalam kategori ibadah mahdhah.
Kedua, periode semi profesional, yaitu dimana pengelolaan wakaf
mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif,
meskipun belum maksimal. Sebagai contoh menambah bangunan
gedung untuk pertemuan.
Ketiga, periode profesional, yaitu periode dimana potensi wakaf di
Indonesia sudah mulai dilirik untuk diberdayakan secara profesional-
poduktif. Profesionalisme yang dilakukan meliputi benda wakaf bergerak
seperti uang, saham dan surat berharga.
Manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek
penting dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau
dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekan pentingnya
pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan
paradigma baru wakaf lebih menitikberatkan pada aspek pemanfaatan
yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf itu sendiri.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan aspek kemanfaatannya tentu
uang sangat berperan sentral adalah sistem manajemen pengelolaan
yang diterapkan. (Depertemen Agama RI, 2017)
Pengelolaan wakaf secara produktif untuk kesejahteraa
masyarakat menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari lagi. Apalagi disaat
negeri kita sedang mengalami krisis ekonomi yang memerlukan antisipasi
banyak pihak. Oleh karena itu, sudah selayaknya umat Islam khususnya,
danmasyarakat Indonesia pada umumnya mengapresiasi peraturan
perundangan perwakafan secara positif. (Achmad Djunaidi, 2017)
23
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 ditetapkan bahwa pihak
yang menerima harta benda wakaf dari waqif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya dinamakan nazhir atau
nadir,yang merupakan salah satu unsur atau rukun wakaf. Tugas dan
kewajiban pokok nazhir tersebut adalah mengelola dan mengembangkan
wakaf secara produktif sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya
yang dilaksanakan sesuai prinsip syari’ah. (Usman R. , 2015)
Pengelolaan dan pengembangan benda wakaf secara produktif
dimaksud dilakukan antara lain dengan cara pengumpulan, investasi,
penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis,
pertambangan, perindustrian, sarana pendidikan ataupun sarana
kesehatan dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syari’ah.
Jadi, nazhir adalah pengelola harta benda wakaf yang tugasnya
mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai dengan
peruntukannya. (Azizah, 2018)
B. Tinjauan Empiris
Tinjauan empiris atau lebih di kenal dengan sebutan penelitian terdahulu
adalah suatu keadaan yang berdasarkan pada kejadian nyata yang pernah
dialami. Kejadain tersebut bisa di dapatkan melalui penelitian, observasi maupun
eksperimen.Di dalam empiris pengalaman nyata menjadi dasar yang sangat
harus ada dan peran akal sangatlah sedikit . Bila ada pernyataan data itu empiris
berarti data tersebut di dasarkan pada penelitian yang telah di lakukan.
Penelitian ini mengenai Pengelolaan Harta Wakaf Produktif untuk
Kepentingan Masyarakat tidak hanya di lakukan sekali ini saja. Beberapa peneliti
24
sudah melakukan penelitian terlebih dahulu mengenai Pengelolaan Harta Wakaf
Produktif untuk Kepentingan Masyarakat. Berikut beberapa penelitian terdahulu
tersebut.
Tabel 2.1
RINGKASAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU
No Nama Jurnal / judul Hasil Penelitian
1 Ahmad
Furqon
Pengelolaan wakaf
tanah produktif : Studi
Kasus Nazhir Badan
Kesejahteraan Mesjid
(BKM) Kota Semarang
dan Yayasan Muslimin
Kota Pekalongan.(Al-
Ahkam,Vol.26,No.1,Apr
il 2016
Pertama, manajemen organisasi BKM Kota
Semarang tidak berjalan dengan efektif
pada tiap-tiap fungsinya.
Kedua, investasi dan distribusi hasil wakaf
tanah yang dilakukan oleh BKM
Kota Semarang tidak produktif.
2 Mubaro
k
Model Pengembangan
Wakaf Produktif (Studi
tentang Pengelolaan
Wakaf pada Yayasan
Muslimin Kota
Pekalongan).(Jurnal
Hukum
Islam,Vol.11,No.1,Juni
2014)
Hasil riset menunjukkan bahwa di antara
model wakaf produktif yang jalankan oleh
Yayasan Muslimin sebagai nadzir adalah
menyewakan kamar hotel, ruko, toko,
meeting room dan mempergunakan
sebagian ruangan yang ada dihotel sebagai
tempat usaha seperti warnet dan rumah
makan (kuliner)
3 Nurodin
Usman
Pengelolaan Wakaf
Produktif dalam Bentuk
SPBU Studi Kasus
SPBU Mesjid Agung
Semarang(Vol.4,No.1,J
uni 2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPBU
Masjid Agung Semarang telah berhasil
mewujudkan model pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf secara
produktif. SPBU Masjid Agung Semarang
telah berhasil memberikan kontribusi yang
signifikan bagi Masjid Agung Semarang dan
25
No Nama Jurnal / judul Hasil Penelitian
mampu memberikan layanan yang baik
bagi konsumen, karena menyediakan
bahan bakar minyak yang diperlukan oleh
pengendara pada umumnya.
4 Devi
Megaw
ati
Pengelolaan dan
Pengembangan Wakaf
Produktif di Kota
Pekanbaru.(Hukum
Islam,Vol.14,No.1,Nove
mber 2016)
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
pengelolaan dan pengembangan wakaf
produktif di Kota Pekanbaru masih
sederhana dengan manajemen tradisional.
Oleh karenanya peran pemerintah dalam
hal ini Kementerian Agama harus lebih giat
lagi dalam mensosialisasikan dan membina
nazhir agar wakaf produktif yang telah ada
dapat terus –menerus berkembang dan
memberikan manfaat yang luas kepada
kesejahteraan sosial umat Islam yang
merupakan penduduk mayoritas.
5 Fahmi
Medias
Wakaf Produktif
Perspektif Ekonomi
Islam(La Riba Jurnal
Ekonomi Islam,Vol 4
No 1,Juli 2016)
Untuk mengelola dan mengembangkan
wakaf uang dengan baik,di butuhkan
sumber daya insani yang
amanah,professional, berwawasan
ekonomi,tekun dan penuh komitetmen yang
kuat .Oleh karena itu ,lembaga wakaf uang
mempunyai peran yang sangat strategis
demi terwujudnya wakaf produktif Indonesia
maka di butuhkan pembinaan terhadap
pengelola wakaf ,sosialisasi yang terus
menerus oleh para akademisi,ulama,praktisi
ekonomi syariah.
26
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Pengelolaan Harta Wakaf Produktif
Harta wakaf diberikan oleh muwakif kepada nadzir kemudian nadzir
mengelola harta wakaf secara produktif dibidang pertanian dan ekonomi. Pokok
harta wakaf tidak habis dan terus menerus memberikan manfaat. Harta wakaf
menjadi milik ummat.Kemudian terdapat bagi hasil dari keuntungan hasil panen
pertanian 10% untuk Nadzir dan selebihnya di berikan kepada Mauqul Alaih
pemberdayaan pada Program Sosial Masyarakat yang meliputi rumah bersalin
gratis ,sekolah gratis , sarana sekolah dan ibadah.
MUWAKIF
MAUQUF ALAIH NADZIR
WAKAF
PRODUKTIF
NADZIR
KESEJAHTERAAN
27
Gambar 2.3
Kerangka Pikir
Al-Qur’an dan Hadist 1. Q.S Al-Imran : 92 2. Q.S Al Baqarah : 267 3. H.R Muslim no 1631
Studi Empirik 1. Pengelolaan Wakaf Tanah Produktif (Studi Kasus Badan Kesejahteraan Mesjid (BKM) Kota Semarang dan Yayasan Muslimin Kota Pekalongan. (Furqon, 2016) 2. Model Pengembangan Wakaf Produktif (Studi tentang Pengelolaan Wakaf pada Yayasan Muslimin Kota Pekalongan). (Mubarok, 2014) 3.Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Kota Pekambaru. (Megawati, 2016)
Studi Teori: 1.Hukum Perwakafan di Indonesia. (Halim, 2015) 2.Evaluasi Sistem Pengelolaan Wakaf di Kota Makssar. (Lutfi, 2014) 3.Manajemen Wakaf Produktif. (Rozalinda, 2015)
ANALISIS KASYF
RUMUSAN MASALAH
ANALISIS KUALITATIF
SKRIPSI
OBJEK STUDI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Sugiyono (2009: 15) penelitian kualitatif adalah suatu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menfokuskan penelitian pada tanah
wakaf yang telah di jadikan wakaf produktif oleh nadzir di desa tosora agar
rumusan masalah yang telah ditetapkan di awal menjadi pusat perhatian
yaitu bagaimana pengelolaan harta wakaf produktif dalam menciptakan
kesejahteraan masyarakat di desa tosora kabupaten wajo.
C. Pemilihan Lokasi dan Status Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti memilih desa tosora untuk di jadikan
lokasi penelitian, dimana desa tosora merupakan kampung halaman peneliti
dan desa tosora ini mempunyai potensi wakaf produktif yang cukup banyak
sehingga dapat memudahkan peneliti untuk memperoleh data dan sampel.
29
Situs penelitian ini adalah suatu tempat dimana peneliti menangkap
keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan. Sesuai dengan permasalahan yag dikemukakan
sebelumnya, maka penetapan situs penelitian adalah pengelolaan harta
wakaf pruduktif dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat di desa tosora
kabupataten wajo.
D. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder dimana :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
terhadap objek penelitian yaitu tanah wakaf produktif dan pengelola harta
wakaf produktif yang berada di desa tosora dan masyarakat yang berada
di sekitar harta wakaf tersebut.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dengan mempelajari
berbagai sumber buku, jurnal, dokumen, dan artikel ilmiah yang terkait
dengan penelitian ini.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam sebuah penelitian. Sebab tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data yang akurat. Teknik pengumpulan data yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
30
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan peneliti yang dilakukan menjadi sistematis.
Peneliti me nggunakan instrument penelitian seperti pedoman wawancara,
pedoman observasi, serta menggunakan media berupa alat perekam.
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2016:244) mengatakan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit–unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari
dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pelajari diri sendiri maupun orang
lain.
Tabel 3.1
Identitas Informan
NO NAMA PEKERJAAN USIA INISIAL
1 H. Abdul Rahim Imam Desa/Nadzir 78 AR
2 Asri Prasak Mas’ud, S.Sos PNS 45 APM
3 H.Dina Petani 85 D
4 H.Idris Pemangku Adat 68 I
5 Agus Petani 28 A
6 Sitti Hawang Bendahara Nadzir 54 SH
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Masyarakat Bugis merupakan salah satu suku yang berada di provinsi
Sulawesi Selatan,Suku Bugis juga merupakan suku yang terbesar ,dimana
terdapat di antara beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan di antaranya
kabupaten wajo. Dalam melaksanakan penelitian , mengetahui lingkungan yang
akan diteliti merupakan hal yang sangat penting yang harus diketahui. Adapun
lokasi penelitian yang di pilih penulis adalah DesaTosora Kecamatan Majauleng
Kabupaten Wajo,sehubungan dengan penelitian ini maka yang perlu di ketahui
adalah kondisi geografis,demografis dan keadaan sosial ekonomi. Sebelum
membahas Desa Tosora penulis terlebih dahulu memberikan gambaran tentang
Kabupaten Wajo.
1. Kondisi geografis Kabupaten Wajo
Secara astronomis, Indonesia terletak pada koordinat 6° Lintang Utara
sampai dengan 11°08’ Lintang Selatan dan dari 95°’ Bujur Timur sampai dengan
141°45’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang
terletak pada garis lintang 00. Berdasarkan posisi geografisnya, negara
Indonesia memiliki batas batas: Utara – Negara Malaysia, Singapura, Filipina,
dan Laut Cina Selatan; Selatan – Negara Australia dan Samudera Hindia; Barat-
Samudera Hindia; Timur - Negara Papua Nugini, Timor Leste, dan Samudera
Pasifik. Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan
empat kepulauan, yaitu:
1. Pulau Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
32
Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung.
2. Kepulauan Riau: Kepulauan Riau.
3. Kepulauan Bangka Belitung: Kepulauan Bangka Belitung.
4. Pulau Jawa: DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
DIYogyakarta, dan Jawa Timur.
5. Kepulauan Nusa Tenggara (Sunda Kecil): Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur.
6. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
7. Pulau Sulawesi: Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
8. Kepulauan Maluku: Maluku dan Maluku Utara.
9. Pulau Papua: Papua dan Papua Barat. (NawanPangestu95, 2019)
Pada provinsi Sulawesi selatan terletak suatu kabupaten yang menjadi
tempat penelitian penulis yaitu Kabupaten Wajo Kabupaten Wajo adalah salah
satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota
kabupaten ini terletak di Sengkang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.056,19
km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 400.000 jiwa.
Secara geografis, Kabupaten Wajo terletak pada 3°39' -4°16' Lintang
Selatan dan 119°53' - 120°27' Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya berupa
dataran rendah hingga dataran rendah bergelombang dengan ketinggian wilayah
0-520 Mdpl. Hanya sebagian kecil yang berupa perbukitan di bagian utara.
Bagian timur Peta administrasi Kabupaten Wajo Geografi berupa dataran rendah
dan pesisir Teluk Bone, termasuk pulau-pulau pasir di perairan Teluk Bone.
33
Sedangkan bagian barat merupakan dataran aluvial Danau Tempe-Danau
Sidenreng Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Luwu
2. Sebelah Timur Teluk Bone
3. Sebelah Selatan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone
4. Sebelah Barat Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Soppeng.
(Joseagush, 2019)
2. Gambaran umum lokasi penelitian
a. Letak Desa
Lokasi penelitian berada dalam wilayah Desa Tosora. Tosora
adalah salah satu desa di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi
Selatan.Tosora merupakan Ibu Kota kerajaan Wajo di masa lampau.situs
Tosora berada di Desa Tosora, Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo,
Provinsi Sulawesi Selatan berada pada titik kordinat 04°07’14.7” Lintang
Selatan dan 120°07’6.3” Bujur Timur dengan ketinggian 26 meter dpl. Jika
tidak dapat menemukan situs tersebut dapat di kunjungi melalui jalur darat
yaitu dari Paria sekitar 32 km dan langsung dari kota Sengkang sekitar 15
km.Sejak dahulu sekitaran tahun 1980 an Tosora dapat pula di lalui
melewati jalur air yaitu dengan menggunakan perahu dari Sengkang
melalui Sungai Walannae (Cenrana) kemudian masuk ke danau-danau
yang berada di sekitar Desa Tosora yang terhubung lansung dengan
sungai Walannae dan lansung berl abu di sisi barat Desa Tosora.Akan
tetapi jalur air tersebut sejak tahun 1990-an sudah tidak dapat di lewati lagi
karena terusan yang menghubungkan antara danau-danau yang ada di
sekitar Desa Tosora dengan sungai walannae telah diputuskan sehingga
34
menyebabkan danau menjadi kering dan dijadikan penduduk sebagai area
persawahan. (Upana, 2017)
b. Keadaan Topografis
Secara topografis Desa Tosora terdiri dari dataran rendah dan
perbukitan dengan ketinggian antara 18 – 32 meter dpl. Jenis tanah pada
umumnya adalah tanah Alluvial yang berwarna coklat tua dan coklat muda,
merupakan campuran antara tanah liat dengan butiran – butiran pasir
halus. Jenis tanah tersebut terbentuk dari endapan sungai walannae.
Perbukitan di Desa Tosora sebagai pusat kerajaan Wajo pada zaman
dahulu, dikelilingi oleh lima danau, yaitu Danau Latalibolong, Danau
Lababa, Danau Seppange, Danau Latamperu, dan Danau Jampue. Kelima
danau tersebut berada di sebelah barat, selatan, dan timur situs Desa
Tosora, sedangkan pada arah utara terdapat perbukitan yang
menghubungkannya dengan Desa Cinnottabi.
Di Desa Tosora juga mengalir beberapa sungai kecil yang
merupakan anak sungai walannae yang sebagian bermuara ke danau.
Secara geologis diketahui bahwa danau danau yang ada di sekitar Desa
Tosora merupakan sisa dari aliran sungai walannae yang bergeser ke arah
barat , bahkan dari data sejarah dapat diketahui bahwa aliran sungai
sekarang yang jaraknya sekitar 2 km dari Desa Tosora merupakan
perpindahan sungai yang disengaja oleh masyarakat kerajaan Wajo, yaitu
pada tahun 1740 pasukan Belanda menyerang kerajaan Wajo melalui jalur
sungai, maka rakyat dikerahkan untuk menimbun aliran sungai walannae
agar pasukan Belanda tidak dapat menyerang secara lansung pusat
35
kerajaan Wajo di Tosora. Akibat dari penimbunan tersebut maka aliran
sungai walannae berpindah ke arah barat. (Upana, 2017)
c. Struktur Organisasi Desa Tosora
Gambar 4.1
Struktur Organisai Desa Tosora
KEPALA DESA
Asri Prasak Mas’ud, S.Sos
KAUR Umum dan Perencanaan
Hendra Syamsu
KAUR Keuangan
Nurul Fahima,SE.
SEKDES
Herawati
BPD TOSORA
KASI Kesejahteraan dan Pelayanan
Suparno, S.Sos
KASI Pemerintahan
Muliati, S.Sos
KADUS Wajo –Wajo
Suardi, SE.
KADUS Lece – Leceng
Sulfiana Asri
KADUS Amessangen
Nasaruddun, S.Sos
36
d. Gambaran demografis Desa Tosora
1) Penduduk
Berdasarkan data administrasi Desa Tosora, jumlah penduduk di
Desa Tosora pada tahun 2018 tercatat sebanyak 3.335 jiwa dengan rincian
penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.624 jiwa,sedangkan yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 1.711 jiwa.Berikut adalah tabel
jumlah penduduk dan rumah tangga di Desa Tosora.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Desa Tosora
Sumber : Kantor Desa Tosora
2) Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah pekerjaan yang menjadi pokok
penghidupan. Mata pencaharian di artikan pula sebagai segala aktifitas
manusia dalam memberdayakan potensi sumber daya alam. (Ezher,
2014). Mayoritas pencaharian masyarakat di Desa Tosora ada di sektor
pertanian, itu semua di sebabkan oleh banyaknya lahan pertanian yang
ada di Desa Tosora.
NO
Jumlah Pendudk(Jiwa) Jumlah Rumah Tangga (KK)
Laki-
Laki Perempuan Total
Kepala
keluar
ga
RT
Miski
n
RT
Sangat
Miskin
Non RT
Miskin
1 1624 1711 3335 552 184 184 184
37
Tabel 4.3
Struktur Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tosora
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH
1 Pensiunan 5
2 Pegawai Negri Sipil 26
3 Petani 1306
4 Nelayan 7
5 Wiraswasta 75
6 Pengrajin 70
7 Penenun 65
8 Lain-lain 311
TOTAL 1865
Sumber : Kantor Desa Tosora
3) Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan dan tingkat perekonomian. Akan tetapi di bidang
pendidikan masyarakat Desa Tosora masih perlu adanya peningkatan
dan pembenahan. Hal ini terbukti dengan adanya masyarakat yang
masih belum sekolah sampai tingkat SMA,SMP bahkan ada yang tidak
tamat SD. Ini di sebabkan oleh kurangnya perhatian masyarakat akan
pentingnya pendidikan.
38
Tabel 4.4
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tosora
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Pernah Sekolah 150
2 Belum Sekolah 200
3 Tidak Tamat SD 302
4 SD / Sederajat 1901
5 SLTP / Sederajat 300
6 SLTA / Sederajat 400
7 Lulus Kuliah 82
TOTAL 3335
Sumber : Kantor Desa Tosora
B. Hasil Penelitian
1. Pengelolaan Harta Wakaf Produktif di Desa Tosora
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 tentang pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 tahun 2001 tentang wakaf ditegaskan bahwa
nadzir mencakup 3 macam yaitu: nadzir perseorangan ,nadzir organisasi
dan nadzir badan hukum. Mayoritas pengelolaan tanah wakaf yang ada di
Desa Tosora dilakukan oleh nadzir dalam bentuk organisasi atau
bersama-sama.Bersama-sama yang di maksud disini adalah Nadzir
dalam pengelolaan harta wakaf tersebut di bantu oleh masyarakat yang di
tunjuk lansung oleh nadzir. Seperti yang di katakan oleh informan AR
(14/08/2019) Dalam pengelolaan wakaf produktif nadzir meminta bantuan
kepada masyarakat yang telah dia tunjuk lansung untuk membantu
39
dirinya,masyarakat inilah yang kemudian bertugas sebagai eksekutor dari
nadzir,nadzir hanya menyiapkan dana dan untuk pemanfaatan dana di
percayakan kepada masyarkat yang telah di tunjuk lansung oleh nadzir
(Rahim, 2019)
Penulis juga melakukan wawancara dengan Saudara A
(19/08/2019) selaku masyarakat yang di percayakan nadzir untuk
membantu mengelolah tanah wakaf tersebut bahwa yang mengurus dan
merawat tanaman padi yang ada di atas tanah wakaf produktif adalah
dirinya seorang nadzir hanya meyiapkan dana kemudia dirinyalah yang
melakukan eksekusi (Agus, 2019)
Pengelolaan tanah wakaf produktif di Desa Tosora. Nadzir di
bantu oleh masyarakat yang telah dia tunjuk lansung. Karena tanah wakaf
ini terlalu luas untuk dikelolah seorang diri oleh nadzir, luas tanah wakaf
yang di kelola oleh nadzir adalah 4 hektar.Jadi wajar saja jika nadzirnya
kewalahan dalam mengelolah tanah wakaf tersebut.
Proses penanaman padi sampai dengan padi siap untuk di panen
menbutuhkan waktu hingga berbulan-bulan. Selama proses itu ada
banyak sekali yang perlu dilakukan mulai dari proses penggempuran
tanah menggunakan mesin traktor, proses mengairi sawah, proses
tanam, proses perawatan padi dan yang terakhir proses panen. Sebagai
seorang petani memang di butuhkan kerja keras dan kegigihan dalam
mengelola sawah.
Ada banyak tanah wakaf di Desa Tosora yang telah dijadikan
sebagai wakaf produktif. Semua wakaf produktif yang ada di Desa Tosora
hanya berupa tanah persawahan dan masing–masing tanah wakaf
40
tersebut mempunyai nadzir tersendirinya.Namun wakaf produktif yang
menjadi fokus penelitian penulis adalah wakaf produktif yang di kelolah
oleh bapak AR. Lokasi tanah wakaf tersebut berada di Dusun
Amessangen tepatnya di area persawahan yang masyarakat Desa
Tosora menyebutnya dengan sebutan “Latamarunrung” menurut informan
AR (14/08/2019) ada banyak sekali tanah wakaf di desa tosora namun
yang beliau kelolah hanya yang ada di latamarunrung saja selebihnya
tanah wakaf yang lain di kelolah oleh pihak keluarga dan orang yang
percayakan muwakif padahal aturannya tidak seperti itu seharusnya yang
menjadi imam desa maka dia lah yang berhak mengelolah semua tanah
wakaf yang ada di desa tosora. (Rahim, 2019)
Banyak masyarakat yang tidak terlalu memperhatikan aturan yang
di terapkan pemerintah Desa Tosora terutama dalam aturan pengelolaan
tanah wakaf. Tanah wakaf yang seharusnya di kelolah oleh imam desa
sebagai nadzir yang resmi menjadi di kelolah oleh orang lain. Sebagai
mana aturan di Desa Tosora bahwa yang menjabat sebagai imam desa
maka dia juga menjabat sebagai nadzir.
Dalam hal proses perwakafan di Desa Tosora ini sudah memenuhi
ketentuan wakaf seperti rukun dan syaratnya, antara lain:
1. Wakif, adalah pihak yang mewakafkan, yaitu Datu Andi Peppang.
Menurut ketentuan pasal 7 UU No. 41 tahun 2004 wakif perseorangan
harus memenuhi persyaratan dewasa, berakal sehat, tidak terhalang
melakukan perbuatan hukum dan pemilik sah harta benda wakaf
41
2. Mauquf alaih dimaknai sebagai tujuan peruntukan wakaf,hasil dari
wakaf tersebut di berikan kepada Mesjid, puskesmas dan pembangunan
lampu jalan.
3. Mauquf (harta wakaf). Harta yang diserahkan oleh wakif kepada nadzir
yaitu berupa sebuah sawah seluas 4 hektar.
4. Shigat adalah pernyataan wakaf. Serah terima wakaf tersebut telah
dinyatakan dalam ikrar wakaf yang didokumentasikan oleh pejabat
pembuat akta ikrar wakaf di Desa Tosora.
Hasil dari wakaf yang di kelolah oleh nadzir di peruntukkan untuk
pembangunan.seperti yang di kemukakan oleh informan AR (14/08/2019)
Hasil yang di peroleh dari tanah wakaf produktif di alokasikan untuk
pembangunan masjid yang ada di desa tosora bahkan nadzir pernah
mengalokasikan hasil dari wakaf ini unutuk membantu pembangunan
sarana sosial seperti pembangunan lampu jalan dan pukesmas. (Rahim,
2019)
Nadzir selalu menyalurkan hasil dari wakaf tersebut untuk
membantu pembanguan sarana dan prasaran yang ada di Desa Tosora.
Fokus utama nadzir dalam menyalurkan hasil dari wakaf produktif ini di
peruntukkan untuk membantu masjid yang membutuhkan dana untuk
pembangunan masjid selama masjid itu masih berada di area Desa
Tosora. Selain untuk masjid nadzir juga menyalurkan hasil dari tanah
wakaf produktif tersebut untuk pembangunan lampu jalan dan
puskesmas.
Dalam hal Shigat tanah wakaf yang di kelolah oleh AR sudah
mempunyai akta ikrar wakaf,
42
Sebagai tanah wakaf yang pemiliknya telah lama meninggal tentu
tanah wakaf ini harus mempunyai akta ikrar wakaf agar dapat mencegah
seseorang yang ingin mengklaim tanah wakaf tersebut dan untuk
mengantisipasi hal yang tidak di inginkan terjadi. Berikut adalah prosedur
layanan wakaf yang penulis dapatkan dari kantor KUA Kecamatan
Majauleng Kabupaten Wajo.
Prosedur Layanan Wakaf
1. Wakif atau Kuasanya menyiapkan persyaratan wakaf berupa
a. Sertifikat hak milik (yang telah di cek kebenarannya oleh BPN)
b. Foto copy KTP para pihak:
1) Wakif
2) Nadzir (yang terdiri dari 5 – 10 orang)
3) Saksi 2 orang
c. Materai Rp. 6000,- sebanyak 6 lembar
d. Denah lokasi
2. Wakif memberitahukan kehendak wakafnya kepada PPAIW / Kepala
KUA
3. PPAIW melakukan penelitian terhadap persyaratan wakaf dan calon
nadzir
4. Penerbitan surat pengesahan nadzir pembuatan naskah ikrar wakaf
dan akta ikrar wakaf
5. Wakif mengikrarkan wakaf kepada nadzir di hadapan PPAIW dan dua
orang saksi
6. Penandatanganan naskah ikrar wakaf dan akta ikrar wakaf masing-
masing rangkap tiga
43
7. Pengiriman berkas ke BPN untuk proses penerbitan sertifikat wakaf
Tanah wakaf yang menjadi objek penelitian penulis dulunya
adalah milik Datu Andi Peppang (Almarhum) beliau telah lama
meninggal bahkan nadzir sekarang yang mengelola tanah wakafnya
tidak pernah bertemu dengan Almarhum. Pihak keluarga dari
Almarhum Datu Andi Peppang terutama anak anak dan cucunya sudah
tidak tinggal lagi di Desa Tosora sehingga menyebabkan penulis susah
untuk wawancara dengan pihak kelurga muwakif Penulis hanya
melakukan wawancara Informan I selaku pemangku adat di Dusun
Amessangen bahwa untuk pengelolaan wakaf produktif pihak keluarga
menaruh harapan yang besar kepada nadzir yang bertanggung jawab
untuk memberdayakan tanah wakaf produktif sebagai mana mestinya
(Idris, 2019)
Kalimat di atas adalah jawaban yang tegas dari pihak keluarga
muwakif yang di kemukakan oleh pemangku adat Dusun
Amessangen.Bahwa pihak keluarga dari muwakif sudah menerima
keputusan dari muwakif untuk menjadikan tanahnya sebagai tanah
wakaf dan kalau ada di kemudian hari pihak keluarga yang mau
mengambil tanah wakaf tersebut maka itu akan menjadi aib bagi pihak
kelurga yang ingin menklaimnya, Pihak keluarga sepenuhnya
menyerahkan tanah wakaf tersebut kepada nadzir untuk di kelolah
sebagai mana peruntukannya
Saat kita telah mempecayakan harta kita untuk di kelolah oleh
orang lain. Kita hanya bisa menyerahkan balasannya kepada Allah
SWT. Jika melakukan perbuatan baik maka hasilnya pasti akan baik
44
namun saat kita melakukan perbuatan buruk bersiaplah untuk
mendapatkan balasan entah kah itu balasan di dunia ataukah balasan
di akhirat.
Pengelolaan tanah wakaf produktif di Desa Tosora sepenuhnya d
serahkan kepada nadzir terkait dengan peruntukannya.Harta yang
telah menjadi wakaf akan menjadi harta yang suci tergantung dari
kreatifitas nadzir dalam mengelola tanah wakaf tersebut, jika niatnya
baik maka hasilnya juga akan baik dan jika niatnya buruk maka pasti
hasilnya juga akan buruk.jadi untuk menjadi seorang nadzir tidak lah
muda di perlukan mental yang kuat dan juga sifat tanggung jawab
karena sedikit saja kesalahan bisa berakibat buruk dalam pengelolaan
harta wakaf produktif di Desa Tosora
2. Strategi Nadzir dalam Mengelolah Wakaf Produktif di Desa Tosora
Dalam pengelolaannya tentu kreatifitas nadzir sangat di perlukan
agar wakaf produktif tersebut dapat berfungsi sebagai mana mestinya
berikut adalah strategi yang di gunakam Nadzir AR.
a. Meminta masyarakat untuk menbantu mengelolah tanah wakaf.
Strategi pertama yang di lakukan nadzir adalah dengan meminta
bantuan kepada masyarakat agar menbantunya dalam mengelolah wakaf
tersebut. Orang yang di tunjuk nadzir dalam hal ini hanya ada satu orang
yaitu saudara A. Saudara A ini lah yang kemudian bertanggung jawab
membantu nadzir dalam hal pemupukan, penyemprotan hama dan obat,
serta menjaga minyak mesin pompa air agar dapat terus mengalirkan air
ke lahan tanah wakaf tersebut.Seluruh kegiatan dalam proses pertanian
45
hampir semuanya di kerjakan oleh Agus di sini nadzir hanya
menyediakan dana untuk pembelian keperluan pertanian.
b. Membuat Sumur Bor atau Lubang Air
Strategi kedua ini adalah dengan membuat sumur bor atau lubang
air, masyarakat di Desa Tosora menyebutnya dengan sebutan Goro
,sumur bor yang di buat oleh nadzir ada dua buah sumur dengan masing
masing sumur mempunyai dua mata untuk mengeluarkan air.air yang di
dapat dari sumur bor inilah yang di kemudian di pakai untuk membantu
nadzir dalam mengairi sawah wakaf tersebut.Namun jika di musim
kemarau kapasitas air yang bisa di hasilkan sumur tersebut akan
mengecil atau berkurang sehingga penyebabkan proses pengairan di
sawah menjadi berkurang atau tidak cukup. Saudara A hanya
menggunakan sumur itu pada saat kesusahan dalam memperoleh air
karena mayoritas air yang di pakai untuk pengairan sawah berasal dari air
hujan dan air danau
c. Membuat galian di pinggir danau Latamperu
Strategi ketiga ini bertujuan untuk mengumpulkan air dari danau
Latamperu di satu tempat agar memudahkan nadzir dalam memompa air
danau ke area sawah wakaf. Air danau yang telah berkumpul pada hasil
galian tersebut inilah yang kemudian di pompa oleh nadzir menggunakan
mesin pompa air untuk di pakai mengairi tanah wakaf yang seluas empat
hektar tersebut. Perlu di ketahui jarak antara Danau Latamperu dengan
tanah wakaf ini adalah 700 meter. Hal ini di buktikan dengan selang yang
di pakai membawa air dari Danau Latamperu ke tanah wakaf juga
46
panjang nya 700 meter.dan dalam proses pembuatan galian ini nadzir AR
sendiri yang turun lansung ke lokasi.
d. Membeli Mesin Pompa dan Selang Air
Hal paling utama yang di lakukan Bapak AR saat pertama kali di
tunjuk menjadi nadzir adalah dengan membeli mesin pompa air dan
selang menggunakan dana pribadinya karena nadzir tidak mau hanya
bekerja saja tanpa mengeluarkan dana. Hal ini di lakukan nadzir agar
tanah wakaf yang di kelolahnya selalu menjadi tanah wakaf yang
produktif.
Mesin pompa air inilah yang kemudian di andalkan bapak AR dan
saudara A untuk mengairi tanah wakaf tersebut tentu mesin pompa air ini
tidak asal di pakai saja diperlukan perawatan yang rutin agar mesin jadi
awet dan tahan lama itu adalah tugas dari saudara Agus untuk mengecek
dan merawatnya.
Setelah membeli mesin pompa air nadzir kemudian membeli
selang sepanjang 700 meter.untuk membawa air dari danau latamperu ke
tanah wakaf yang berada di latamarunrung.karena bagi petani padi air
merupakan elemen yang paling penting dan paling utama dalam
pengelolaan sawah mulai dari proses penanaman padi sampai padi itu
siap untuk di panen.
3. Kendala dan Masalah dalam Pengelolaan Harta Wakaf Produktif
AR telah menjabat sebagai nadzir selama kurang lebih 19
tahun.Selama pengelolaan tanah wakaf tersebut banyak sekali kendala
atau masalah yang di hadapi nadzir mulai dari faktor sosial, ekonomi
hingga faktor alam. Berikut adalah kendala dan masalah dalam proses
47
pengelolaan harta wakaf produktif di Desa Tosora yang penulis dapatkan
selama masa penelitian.
a. Kurangnya kepekaan masyarakat untuk membantu nadzir dalam
pengelolaan harta wakaf produktif di Desa Tosora hal ini sering terjadi
pada saat musim tanam telah tiba nadzir telah menyiapkan dana
untuk di berikan kepada siapa saja yang membantunya menanam
padi. Namun masyarakat lebih memilih untuk sibuk dengan sawahnya
masing-masing.
b. Hanya ada sedikit campur tangan dari pihak pemerintah desa dalam
pengelolaan wakaf produktif. Hal ini di ketahui penulis pada saat
melakukan survei lokasi tanah wakaf di kantor Desa Tosora. Aparatur
desa tidak mempunyai data mengenai tanah wakaf yang ada di Desa
Tosora. Penulis hanya di suruh mencari data kepada Imam Desa.
c. Ada banyak tanah wakaf yang di kelolah oleh orang lain dan tidak
pernah melakukan pelaporan kepada imam desa atau nadzir yang
resmi.
d. Jumlah dana yang di keluarkan oleh nadzir mulai dari proses
penanaman sampai proses panen tidak sedikit.tercatat untuk
persiapan panen tahun ini nadzir telah mengeluarkan dana kurang
lebih 20 juta rupiah untuk membeli minyak,pupuk,obat dan racun
hama.
e. Resiko gagal panen sangat tinggi pada saat musim kemarau
f. Banyak hama yang menyerang padi di area sawah wakaf tersebut.
Masyarakat di Desa Tosora menyebutnya dengan sebutan “Mabbulu
Manuken” penyakit ini di sebabkan oleh hama ulat yang memakan isi
48
dari buah padi sehingga menyebabkan buah padi hanya tinggal
kulitnya saja dan menyebabkan padi menjadi kering.
g. Banyak tikus yang menyerang padi pada malam hari. Tikus-tikus ini
memakan padi dalam jumlah yang sangat besar sehingga
menyebabkan jumlah padi yang tersisa menjadi sedikit. Hal ini pernah
terjadi pada tanah wakaf yang di teliti oleh penulis yang biasanya hasil
panen sebanyak 170 – 200 karung menjadi hanya 40 karung. Itu
semua di sebabkan oleh serangan para tikus yang memakan padi.
h. Dan Masalah paling utama yang di hadapi nadzir dalam
pengelolaannya adalah masalah air. Semua strategi yang di jalankan
oleh nadzir hanya berfokus pada cara untuk memperoleh air agar
dapat mengairi tanah wakaf tersebut. Mulai dari melakukan
penggalian di pinggir danau, membuat sumur bor, membeli mesin
pompa air dan selang. Semua itu di lakukan tujuannya hanya satu
yaitu untuk memperoleh air. Karena jarak antara Danau Latamperu
yang menjadi sumber utama dalam mendapatkan air dengan jarak ke
tanah wakaf sangatlah jauh. Dan jumlah air danau Latamperu tidak
pernah cukup untuk megairi semua sawah yang ada di sekitar danau.
i. Air yang terlalu sedikit bisa menyebabkan padi menjadi mati karena
kekeringan dan air yang terlalu banyak pada musim hujan bisa
menyebabkan padi menjadi mati karena terendam secara terus
menerus.
4. Pemberdayaan Harta Wakaf Produktif di Desa Tosora
Harta wakaf pada prinsipnya adalah milik masyarakat maka
manfaatnya juga harus dirasakan oleh masyarakat dan oleh karena itu
49
pada tataran idealnya harta wakaf adalah tanggung jawab bersama guna
menciptakan kesejahteraan masyarakat
Wakaf produktif merupakan alternative untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Lembaga wakaf merupakan sumber asset
yang memberikan pemanfaatannya sepanjang masa. Perberdayaan harta
wakaf sangatlah penting untuk mewujudkan keadilan sosial dan
kesejahteraan Masyarakat. Wakaf tampak mengabadikan diri dalam
kemaslahatan umat islam yang berwujud kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan. Wakaf produktif ini tidak secara langsung digunakan
untuk kemashlahatan umat tapi wakaf itu digunakan untuk kegiatan
produksi, yang mana hasil dari produksi tersebut yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber pendanaan dalam mencapai tujuan dari
wakaf tersebut.
Di Desa Tosora kebanyakan wakaf berada dalam tingkat
pendayagunaan yang stagnan hal tersebut dapat dilihat dari jumlah wakaf
menurut penggunaannya itu kebanyakan untuk masjid, sedangkan
pemberdayaan wakaf secara produktif itu masih minim hal tersebut dapat
dilihat dari keberadaan wakaf yang produktif di Desa Tosora hanya
berupa sawah dan itu juga dikelolah oleh nadzir sekaligus imam desa.
Pemberdayaan dari hasil wakaf produktif tersebut di gunakan
untuk kebutuhan pembangunan masjid yang ada di Desa Tosora seperti
yang di katakana informan AR (14/08/2019) Hasil yang di dapat dari
wakaf produktif yang di kelolah oleh nadzir AR sebagian besar di
peruntukkan untuk pembangunan masjid yang ada di Desa Tosora.
Dengan masjid yang di bangun dan di lengkapi dengan sarana dan
50
prasarana dalam masjid membuat masyarakat yang melakukan ibadah di
dalam masjid menjadi nyaman dan tentram. Masyarakat muslim yang
melakukann ibadah di dalam masjid mendapatkan kenyamanan dalam
beribadah.
Selain untuk masjid nadzir juga menyalurkan hasil wakaf produktif
tersebut untuk pembangunan lampu jalan yang ada di Desa Tosora.
Dengan adanya lampu jalan dapat membantu masyarakat dalam
penerangan jalan terutama pada saat malam hari. Masyarakat tidak perlu
lagi takut untuk beraktifitas di malam hari karena jalanan sudah di
lengkapi dengan lampu jalan.
Nadzir juga pernah menyalurkan hasil wakaf tersebut untuk
pembangunan puskesmas Tosora. Puskesmas merupakann sarana
sosial yang paling penting di Desa Tosora. Keberadaannya sangat
membantu masyarakat yang sedang sakit dan ingin berobat agar
sembuh. Dengan di bangunnya puskesmas ini akan sangat membantu
masyrakat dan pegawai dalam proses pelayanan kesehatan di Desa
Tosora.
Masyarakat yang mendapatkan manfaat secara lansung dari
wakaf produktif adalah mereka yang terlibat secara lansung dalam
pengelolaan tanah wakaf produktif sehingga tanah wakaf produktif bisa
berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha menciptakan
kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat yang paling merasakan manfaat dari wakaf produktif
tentu adalah nadzirnya sebagai orang yang diberikan kepercayaan untuk
mengelolah tanah wakaf produktif dari muwakif. Hasil yang di peroleh
51
oleh nadzir dari wakaf produktif adalah 10% dari keuntungan bersih
setelah di kurang dana yang di gelontarkan nadzir dalam pengelolaan
wakaf produktif. Namun jika hasil panen sedikit kadang nadzir tidak
menghitung dana yang telah di keluarkan, nadzir hanya lansung
mengambil bagiannya yang 10%.
Selanjutnya hasil wawancara dengan informan D (17/08/2019)
selaku masyarakat yang pernah menjadi nadzir atau pengelola dari tanah
wakaf produktif Harta yang telah di jadikan sebagai tanah wakaf akan
mempunyai banyak berkah di dalamnya kemudian di kelolah secara
produktif maka berkahnya akan semakin bertambah, saat di kelolah untuk
tujuan yang baik pasti akan memberikan berkah kepada pengelolanya.
Seperti halnya berkah yang di dapat bapak D pada saat mengelola tanah
wakaf tersebut dipakai untuk membeli sawah,kemudian sawah ini di jual
hasil dari penjualan sawah inilah yang di pakai beliu untuk melaksanakan
rukun islam yang kelima yaitu naik haji bagi yang mampu.
Mengenai manfaat yang di peroleh secara lansung dari
pengelolaan harta wakaf produktif saudara A selaku masyarakat yang di
percayakan oleh nadzir untuk membantunya mengelolah tanah wakaf
tersebut juga mendapatkan keuntungan dari wakaf produktif
Masyarakat yang di percayakan nadzir dalam pengelolaan tanah
wakaf produkitf mengambil peran yang sangat penting dalam pengelolaan
tanah wakaf produktif tersebut bagaimana tidak semua pekerjaan yang
membutuhkan tenaga selama dalam proses pertanian hampir semuanya
di lakukan oleh saudara A. Tidak ada persenan dalam bagi hasil yang di
dapat saudara A semuanya tergantung dari hasil panen sesuai
52
pernyataannya bagi hasil yang di dapat sebesar 10 juta rupiah kadang
lebih. Mendapatkan uang 10 juta rupiah setiap panen tentu sangat
membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup. dan ketika kebutuhan
hidup sudah terpenuhi saat itu juga harta wakaf produkif berhasil
menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Nadzir telah behasil mengelolah harta wakaf produktif dengan baik
sehingga hasil dari wakaf produktif dapat di rasakan dan di nikmati oleh
masyarakat di Desa Tosora.Manfaat yang di dapatkan masyarakt terbagi
menjadi dua yaitu manfaat secara lansung dan manfaat secara tidak
lansung, manfaat secara lansung di dapatkan oleh masyarakat yang
terlibat secara lansung dalam pengelolaan wakaf produktif yaitu nadzir
dan masyarakat yang membantu nadzir, nadzir dan masyarakat tersebut
mendapatkan manfaat berupa uang dari bagi hasil yang di dapat sesuai
dengan aturan bagi hasil wakaf produktif sedangkan manfaat secara tidak
lansung di dapatkan oleh masyarakat yang hanya menikmati fasilitas
berupa masjid,puskesmas dan lampu jalan yang di bangun menggunakan
dana dari hasil wakaf produktif.
Pengelolaan harta wakaf produktif dalam menciptakan
kesejahteraan masyarakat di Desa Tosora telah terrealisasi dengan baik
hal itu di buktikan dengan adanya manfaat yang di peroleh masyarakat,
semua manfaat di dapatkan berkat usaha dan kerja keras nadzir dalam
mengelolah harta wakaf produktif. Strategi nadzir dalam mengelola wakaf
produktif terbukti mampu membuat tanah wakaf menjadi benar benar
produktif terlepas dari permasalahan yang di hadapi nadzir.
53
Semua manfaat yang di dapatkan masyarakat dari wakaf produktif
akan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat sehingga
pengelolaan harta wakaf produktif dalam menciptakan kesejahteraan
masyarakat di Desa Tosora dapat terwujud.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan penulis di Desa Tosora
Kabupaten Wajo tentang pengelolaan harta wakaf produktif dalam
menciptakan kesejahteran masyarakat di Desa Tosora Kabupaten Wajo
dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pengelolaan harta wakaf produktif nadzir di bantu oleh seorang
masyarakat yang telah di tunjuk lansung oleh nadzir. Masyarakat inilah
yang kemudian menjadi eksekutor kesuksesan dalam pengelolaan harta
wakaf produktif.
2. Strategi nadzir dalam mengelola wakaf produktif di Desa Tosora ada 4
yaitu :
a. Meminta masyarakat untuk membantu mengelolah tanah wakaf
b. Membuat sumur bora tau lubang air
c. Membuat galian di pinggir danau
d. Membeli mesin pompa air dan selang
3. Kendala paling utama yang di hadapi nadzir dalam pengelolaan wakaf
produktif adalah masalah air, terutama pada saat musim kemarau.
4. Pemberdayaan harta wakaf produktif di Desa Tosora telah terealisasi
dengan baik seperti untuk pembangunan masjid, puskesmas dan lampu
jalan.
55
B. Saran
1. Kepada pemerintah pusat agar memperhatikan pengelolaan harta wakaf
yang ada di Desa Tosora agar nadzir mampu mengoptimalkan harta
wakaf yang ada di Desa Tosora
2. Kepada pemerintah Desa Tosora agar ikut membantu nadzir dalam
mengelolah harta wakaf produktif.
3. Kepada imam Desa Tosora agar lebih tegas dalam menyikapi
problematika tanah wakaf produkif di Desa Tosora sehingga semua tanah
wakaf yang ada di Desa Tosora dapat di fungsikan sebagai mana
mestinya.
4. Kepada nadzir agar lebih kreatif lagi dalam mengelolah wakaf produktif
seperti pemanfaatan lahan wakaf tidak hanya di peruntukkan untuk
menanam padi saja.
5. Kepada masyarakat Desa Tosora agar lebih memperhatikan aturan
perkawafan yang ada sehingga mampu meningkatkan potensi tanah
wakaf yang ada di Desa Tosora dalam menciptakan kesejahteraan
masyarakat.
56
DAFTAR PUSTAKA
Agus. (2019, Agustus 19). Bagaimana Pengelolaan Harta Wakaf Produktif di Desa Tosora. (R. H. Padlan, Interviewer)
Alabij, A. A. (2012). perwakafan tanah di indonesia. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Al-Quran Al-Karim
Astuti, D. (2012). Kamus Popular Istilah Islam. Jakarta: PT Gramedia.
Azizah, N. (2018). Pengelolaan Wakaf produktif untuk Kesejahteraan Umat. Metro Lampung.
Cahyani, A. I. (2013). Fiqh Muamalah. Makassar: Alauddin University Press.
Departemen Agama. (2011). Peraturan Perundangan Perwakafan.
Depertemen Agama RI. (2017). Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta.
Dina. (2019, Agustus 17). Bagaimana Pengelolaan Harta Wakaf di Desa Tosora. (R. H. Padlan, Interviewer)
Direktorat Pemberdayaan Wakaf. (2008). Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia.
Effendi, R. (2013). Produksi Dalam Islam. Yogyakarta: Megistra Insania Press.
Ezher, E. (2014, Maret 15). Macam-Macam Mata Pencaharian Penduduk Indonesia. Retrieved Agustus 12, 2019, from EBENzEZHER: http://ebenzehrer-ebenzehrer.blogspot.com
Furqon, A. (2016). Pengelolaan Wakaf Tanah Produktif Studi Kasus Nazhir Badan Kesejahteraan Mesjid Kota Semarang dan Yayasan Muslimin Kota Pekalongan. Al-Ahkam, vol 26.
Halim, A. (2015). Hukum Perwakafan di Indonesia. Ciputat: Ciputat Press.
Idris. (2019, Agustus 17). Bagaimana Pengelolaan Harta Wakaf Produktif di Desa Tosora. (R. H. Padlan, Interviewer)
Joseagush. (2019, Juni 12). Kabupaten Wajo. Retrieved Agustus 10, 2019, from Wikipedia: http://m.wikipedia.org
Kurniati. (2013). Badan Hukum Sebagai Wakaf Menurut Kompilasi Hukum Islam. Makassar: Alauddin University Press.
57
Lutfi, M. (2012). Pemberdayaan Wakaf Produktif . Makassar: Alauddin University Press.
Lutfi, M. (2014). Evaluasi Sistem Pengelolaan Wakaf di Kota Makassar. Makassar: Alauddin University Press.
Medias, F. (2016). Wakaf Produktif Perspektif Ekonomi Islam. La-Riba Jurnal Ekpnomi Islam, Vol 4.
Megawati, D. (2016). Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif di Kota Pekanbaru. Jurnal Hukum Islam, Vol 14.
Mubarok. (2014). Model Pengembangan Wakaf Produktif Sudi Tentang Pengelolaan Wakaf Pada Yayasan Muslimin Kota Pekalongan. Jurnal Hukum Islam, Vol 11.
Munir, A. S. (2015). Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara Produktif. Jurnal Ummul Qura, Vol 6.
NawanPangestu95. (2019, Juli 17). Negara Indonesia. Retrieved Agusutus 10, 2019, from Wikipedia: http://m.wikipedia.org
Nurhayati, S. (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Qahaf, M. (2010). Al-Wakf Al-Islami Tathawwuruh Idaratuh Tanmiyatuh. Damaskus: Dar Al-Fikr.
Rahim, A. (2019, Agustus 14). Bagaimana Pengelolaan Harta Wakaf Produktif di Desa Tosora. (R. H. Padlan, Interviewer)
Rozalinda. (2015). Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sari, E. K. (2014). Pengntar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT Grasindo.
Suhairi. (2014). Wakaf Produktif. Yogyakarta: Kaukaba.
Suryadi, N. M. (2017). Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep. Makassar.
Upana, S. (2017). Profil Desa Tosora. Retrieved Agustus 10, 2019, from Desa Tosora: http://desatosora.co.id
Usman, N. (2013). Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Bentuk SPBU Studi Kasus SPBU Mesjid Agung Semarang. Vol 4.
Usman, R. (2015). Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
LAMPIRAN
59
Pedoman Wawancara
I NO RUMUSAN MASALAH CODING
Q.S Al – Imran
92, Q.S Al –
Baqarah 267, H.R
Muslim 1631
1.1 Bagaimana cara anda dalam mengelolah tanah wakaf tersebut AR, A
1.2 Hasil dari wakaf produktif di peruntukkan untuk apa ?
AR, APM,SH
1.3 Berapa banyak biaya yang anda sudah keluarkan untuk pengelolaan wakaf produktif AR,SH
1.4 Bagaimana respon pihak keluarga AR, I, SH
1.5 Manfaat yang anda dapatkan dari wakaf produktif
AR, A, D, SH
1.6 Siapa pemilik tanah wakaf AR, D
1.7 Berapa luas tanah wakaf produktif AR, D
1.8 Berapa lama anda mengelolah wakaf produktif AR, A, D
1.9 Berapa tanah wakaf di Desa Tosora AR, I
II NO RUMUSAN MASALAH CODING
Q.S Al –
Imran 92, Q.S
Al – Baqarah
267, H.R
Muslim 1631
2.1 Bagaiamana partisipasi masyarakat dalam membantu pengelolaan wakaf produktif AR, SH
2.2 Bagaimana pengawalan pemerintah desa terhadapat tanah wakaf produktif APM
2.3 Apakah ada organisasi lain yang menbantu mengelola wakaf produktif APM
2.4 Apakah pernah ada masalah dalam pengelolaan wakaf produktif AR, A, SH
2.5 Kendala yang di hadapi nadzir dalam pengelolaan wakaf produktif AR, SH
2.6 Apa saja jenis tanaman pada wakaf produktif AR, A
2.7 Apakah ada usaha pengoptimalan yang di lakukan pihak desa APM
2.8 Bagaimana bentuk LPJnya APM
2.9 Sejauh mana pemberdayaan tanah wakaf di desa tosora APM
60
Transkip
NO CODING TRANSKIP
1.1 AR Engka anana wala ufake bantuka melli minyak sibawa pufuk,alena tona bantuka komproki sibawa fufukna,alena aga bantuka jagai masina waena
A Iyya irekeng mumai maneng ih,mappamula attanengen lettu fanengna,maderi meto engka anrikku mabbantu ko wettu attanengeng ih ko fura ero na salaina”
1.2 AR Biasa utiwi ko masigi eh tega tega masigi farellu akkoro utiwi,fura to wabberang wettungna ibangun lampu jalan eh,furato utiwi ko puskesmas e
APM Kalau ada yang mendesak dan dana desa tidak bisa di jangkau di karenakan penyusunan APBD,bisa kita pakai untuk bantuan fakir miskin,tapi selama ini kita pakai untuk masjid saja
SH Natiwi ko masigi e, ero mi alena nala bagena,nasaba engka metto bagena alena seppulo fersen
1.3 AR
Maega nih, wassolla solla mi duiku,ufake mebbu goro taddua mata,wellingen mesina wai sibawa sellang arua ratuna metere,fegani aga farongkosanna ko yappagajian mattaneng sibawa sisi ih
SH Biasa yonkosoki,macaweni dua pulo juta,macaweni tellu ratu litere minnya na cappu,fegani olie,lain lain nge aga
1.4 AR Demaneng ni gaga ane na datue kue,fura maneng nih macciuang
I
Akko fura iyya wangkalinga nak,yanu nah Fung Manda.kan fura urampe ero yaseng ee akkafe makkedai afo idi naseng ko furani yamiccuang dena na wedding idi bettuanna fuangna meni bawang dena na wedding idi icampuri bettuana ada ko furani yammiccuang agagae dena na wedding ilefe femeng
SH Degaga maneng ni ko messangeng.foko na denagag reppesena ko messangeng
1.5 AR Manessa engkana, na tuli engka wasselena, cabana nafarogika na dessa laujama ih. Bettuanna ero ase taroni tokkong pong uafajai, aga yala panrasa rasa alewe ko dega iruntu
D Mabbarakka laddesa itu akkafe e. iyya wangellian galung wasselena latamarunrung, nakia yenaro wangellian galung ero meto galung ee ubalu wenrekeng mekka, wasselena
A
fole ko meni anungna irekeng yakko mega megai manu to anukku rekeng yakko manui irekeng mariawa riawa toi.mappakomiro irekeng ta seppulo juta kadang lebih, mabbantu ladde sa
SH Fole komeni kessingna asewe,ka makessing kessing ih makessing to iruntu,ko masalai ,cede tomi bageta
1.6 AR Anunna datue, datue andi peppang
D Datue riolo funna, Datu Andi Peppang
61
NO CODING TRANSKIP
1.7 AR Eppa hetto
D Eppa hetto
1.8 AR Fua mettani,defa wantaji imam desa ujama mettoni,mappamula taun dua ribu
D Eppa taun ujama itu latamarunrung,fura ero imam desae meni parekkeng ih
A Macaweni asera taung
1.9 AR
Maega tana akkafe koe, Tania mi iyya jama maneng ih etomiro takkala ujamae ko latamarunrung. Engkato aga kotu wajo wajo supriadi mato tenre ih, maega koe. Aiyya de wanui nasaba masirika makkedai ammai melo yaseng, dessaro wanui masirika iyya fadang ih padahal ero aturanna iyya parekkeng maneng ih nasaba iyya sebagai imam desa.
I Maega akkafe koe.cuma dee mi ni risseng maneng nasaba mega de fadang ki fada alena mi jamai
2.1 AR Ko masyarakat e kue dessa na perhatikan laddeih ye akkafe,narekko mangobbika mappataneng dessa gaga lokka nelibbireng mato murusu galung na
SH Maderi ladde meli ki mappagaji na dega lo fabantu,jadi to fole saliweng nge mani yobbi nappa ifagaji
2.2 APM Kami dari pihak desa selalu meninjau tanah wakaf ini kalau ada dari panitia masjid yang meminta dana untuk pembangunan maka kami akan mengalokasikan dananya ke situ
2.3 APM Kalau dari organisasi pemerintah itu tidak ada tanah wakaf di sini hanya di kelolah oleh nadzir yang sekaligus sebagai imam desa
2.4 AR
Ero biasa panitia na masigie tappa lomi bage duai ko engka wasselena akkafe eh, furatu mela nappa fejjekeng nafake mabbangun masigi, furato engka lapor ko ane eppona datue naseng tuli ceddemi je wasselena akkafe,padahal d naissengi makkeda mega to farongkosa ifessu.
SH Maega naelo mala nappa de narekang ongkosona,tappa lomi bage dua i
A Fura bermasalah asena n alai tikka,nanre to balawo
2.5 AR Yemi je ressana ko latamanrunrung maressaki runtu wai apalagi ko wettu tikkai,engka meto goro tapi de nagenne waina ko ero mi ifake
SH Mega ladde farongkosanna yemiro nala cede ta dua puloh juta,fegani ko masolang asewe tokkong pong meni
2.6 AR Ase bawang furan a tanengi lagu bue na wedding yabbilangi
A Asemi, fura tokka taro bue ai nafaccapumi safi, safi e mi manrei
2.7 APM
Usahanya seperti ikut membantu dalam meninjau tanah wakaf,saat ada panitia masjid yang datang ke kantor membawa proposal untuk pembangunan kami akan membantu nadzir dalam menyalurkan dana wakaf
62
NO CODING TRANSKIP
2.8 APM Kalau laporan pertanggung jawaban tetap nadzir melapor ke kantor desa,seperti banyaknya dari hasil wakaf produktif yang telah di timbang
2.9 APM
Pemberdayaan dari hasil wakaf produkitf sebenarnya bisa di manfaatkan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu di desa tosora namun saat ini hasil dari wakaf produktif di gunakan untuk pembangunan masjid yang ada di desa tosora saja
Reduksi
NO CODING REDUKSI 1.1 AR Dalam pengelolaan harta wakaf produkif nadzir meminta
masyarakat untuk membantu pengelolaan nadzir hanya bertindak sebagai konseptor sedangkan untuk eksekutornya di serahkan sepenuhnya kepada masyarkat yang telah di beri tagging jawab
A
1.2 AR Sebagaimana yang di amanahkan oleh muwakif dari wakaf produktif bahwa hasil dari tanah wakaf ini di peruntukkan untuk pembangunan masjid tosora. Namun dari kreatifitas nadzir dalam mengelolah tanah wakaf ini di peruntukkan untuk pembangunan masjid dan juga sarana sosial.
AP
SH
1.3 AR Biaya yang di gelontarkan nadzir dalam pengelolaan wakaf produktif tidak terhitung jumlahnya karena semua strategi yang di jalankan nadzir hampir semua nya membutuhkan dana
SH
1.4 AR Kalau dari pihak keluarga muwakif telah menyerahkan sepenuhnya pengelolaan wakaf produkif kepada nadzir untuk selanjutnya di manfaatkan sebagaimana peruntukannya agar mampu menhasilkan amalan ibadah untuk muwakif
I SH
1.5 AR Tanah yang di jadikan sebagai tanah wakaf produkif akan mempunyai manfaat yang melimpah karena pokok harta tidak akan berkurang namun akan terus menerus menhasilkan keuntungan
A D SH
1.6 AR
D Pemilik dari tanah wakaf produkitf adalah Datu Andi Peppang
1.7 AR Luas dari harta wakaf produktif yang di kelolah nadzir adalah D
1.8 AR Dalam pengelolaan wakaf produkitf tidak diberlakukan kontrak kerja selama masyarakat yang telah di tunjuk masih sanggup untuk mengelolah wakaf produktif maka boleh boleh saja dan aturan yang berlaku di desa tosora adalah barang
A D
63
NO CODING REDUKSI siapa yang menjabat sebagai imam desa maka secara otomatis dia akan menjabat sebagai nadzir
1.9 AR Di desa tosora ada banyak sekali tanah wakaf namun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan tanah wakaf sehingga menyebabkan banyak harta wakaf produktif menjadi terbengkalau dan tidak terawatt
I
2.1 AR Masyarakat masih kurang peka terhadap wakaf produktif banyak masyarakat yang tidak memperdulikan nadzir pada saat meminta bantuann untuk pengelolaan wakaf produktif
SH
2.2 APM Pengawalan pemerintah terkususnya pemerintah desa tosora hanya memberikan pengawalan berupa bantuan dalam
meninjau lokasi wakaf produktif 2.3 APM Saat ini yang mengelolah wakaf produkitf hanya nadzir,belum
ada organisai pemerintahan yang ikut serta dalam pengelolaan wakaf produktif di desa tosora
2.4 AR Masalah yang sering terjadi dalam pengelolaaan wakaf produktif adalah pada saat merealisasikan hasil dari tanah wakaf ini banyak masyarakat yang hanya melihat hasilnya saja tanpa mau mengetahui biaya yang telah di gunakan
nadzir selama pengelolaan wakaf produkitf
A
SH
2.5 AR Kendala paling utama yang di hadapi nadzir adalah kendala dalam memperoleh air. Hal ini di sebabkan oleh jarak antara
sumber air dengan tanah wakaf produkitf sangat jauh sehingga semua strategi yang di lakukan nadzir hanya
berfokus untuk memperoleh air
SH
2.6 AR Jenis tanaman yang di tanami nadzir pada tanah wakaf produktif hanya berupa padi A
2.7 APM Usaha pengoptimalan harta wakaf pruktif yang dilalkukan pihak desa tosora hanya berupa tinjauan dan pengawalan
dalam penyaluran hasil wakaf produktif 2.8 APM Laporan pertanggung jawaban nadzir kepada pihak desa
tosora masih berupa laporan lansung 2.9 APM Pemberdayaan dari hasil wakaf produkif di gunakan untuk
membantu pembangunan masjid yang ada di desa tosora
64
Struktur Organisasi Desa Tosora
Prosedur Layanan Wakaf
65
Wawancara dengan bapak H. Abdul Rahim pada tanggal 14 Agustus 2019
Wawancara dengan Agus pada tanggal 19 Agustus 2019
Wawancara dengan Bapak H.Idris ( Baju Batik) dan H. Dina (Baju Putih) pada tanggal 17 Agustus 2019
66
Keadaan objek penelitian
Keadaan kantor desa tosora
67
68
BIOGRAFI PENULIS
Rahmat Hidayat Padlan. Lahir pada tanggal 07 Agustus
1995 di Desa Tosora Kecamatan Majauleng Kabupaten
Wajo Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Muh.
Padlan dan Sehang. Penulis sekarang tinggal di jalan
Gagak, Sungguminasa, Gowa. Penulis pertama kali
menempuh pendidikan formal di SDN 230 Tosora pada tahun 2002 dan tamat
pada tahun 2008.Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MTS
Asadiyah Lapai dan lulus pada tahun 2011.Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMK N 1 Watunohu mengambil jurusan keperawatan selama 1
semester. Kemudian penulis memutuskan untuk pindah sekolah di SMA N 1
Pakue dan lulus pada tahun 2014. Tahun 2015 penulis mengikuti program S1
Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar sampai sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Recommended