View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
108
OPEN ACCES
Vol. 14 No. 1: 108-115 Mei 2021
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.108-115
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi Kasus di Desa
Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon)
(Management of Fisheries and Marine Resources in Improving the Welfare and Empowerment of Coastal Communities (A Case Study at Desa Seri Kec.
Nusaniwe Ambon City) )
Hobarth Williams Soselisa1
1 Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia
Maluku, Jl. Ot. Pattimaipauw, Talake Ambon, Ambon-Indonesia, Email: soselisa.hobarth@gmail.com
Info Artikel:
Diterima : 27 Mar.. 2021
Disetujui : 15 Mei 2021
Dipublikasi : 16 Mei 2021
Artikel Penelitian
Keyword:
Leading fishing gears, Coral
fish, Western Seram Regency
Korespondensi:
Hobarth Williams Soselisa
Univ. Kristen Indonesia
Maluku,
Ambon-Indonesia
Email :
soselisa.hobarth@gmail.com
Copyright© Mei
2021 AGRIKAN
Abstrak. Penulis berpendapat bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dewasa ini lebih
banyak pada tujuan ekologi dan ekonomi dari nilai indirect use value, sedangkan nilai direct use value sering
dimanfaatkan tanpa melihat keberlanjutannya. Manfaat langsung untuk meningkatkan kesejahteran
masyarakat pesisir selama ini hanya terbatas pada skala lokal dengan peralatan terbatas. Kondisi ini yang
menjadi tangungjawab semua pihak termasuk penentu kebijakan dalam meningkatkan nilai ekonomi
sumberdaya perikanan dan kelautan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan
data observasi, interview mendalam, FGD dan studi dokumentasi. Data dikumpulkan dari informan yang
berasal dari kalangan Pemerintah (Camat, Raja Nusaniwe), masyarakat yang melakukan aktivitas menjaga
dan melestarikan ekosistem pesisir dan lautan yang berada dalam kondisi kritis seperti Terumbu karang,
padang lamun, estuaria dan hutan mangrove. Nilai ekonomi sumberdaya perikanan dan kelautan dapat
ditingkatkan dengan mengelola secara berkelanjutan. Untuk meningkatkan nilai manfaat sumberdaya tersebut
dilakukan berbagai upaya dengan metode yang tepat, sehingga sumberdaya perikanan dan kelautan dapat
dioptimalkan pengelolaannya bagi kesejahteraan masyarakat pesisir. Hasil kajian ini menunjukan bahwa upaya
pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan hasilnya masih dirasakan oleh masyarakat yang jauh dari
kawasan pesisir, artinya para pengusaha dan tengkulak yang selama ini mengecap hasil dari sumberdaya
perikanan dan kelautan yang sudah di upayakan oleh masyarakat pesisir. Bahwa upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat peisir di desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon juga tergantung dari upaya
pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan, artinya bahwa jika tidak dilakukan konservasi terhadap
sumberdaya perikanan dan kelautan, maka akan terjadi ekploitasi besar-besaran oleh kapal-kapal asing maupun
perusahaan-perusahaan ikan yang hanya mencari keuntungan semata.
Abstract. The author argues yhat management of fisheries and marine resources to day is more on ecological
and economic goals than indirect use value, while direct use value is often used regardless of is sustainability.
So far, direct benefits for improving the welfare of coastal communitiies have only been limited to a local scale
with limited equipment. This condition is the responsibility of all parties, including policy makers, in
increasing the economic value of fisheries and marine resources. This type of research is descriptive qualitative.
Obervation data collection methods, indepth interviews, FGD and documentation studies. Data were collected
from informants, government (Camat, Raja Nusaniwe), people who carry aut activities to maintain and
preserve coastal and marine ecosystems that are in critical condition such as coral reefs, seagrass beds,
estuaries and mangrove forests. The economic value of fisheries and marine resources can be increased by
managing them sustainably. To increase the useful value of these resources, various efforts are made with the
right methods, so that the management of fisheries and marine resources can be optimized for the welfare of
coastal communities.The result of this study indicate that the result of fisheries and marine resourece
management efforts are still felt by people who are far from coastal areas. Meaning that entrepreneurs and
middlemen who have tasted the results of fishery and marine resources have been strived for by coastal
communities. That efforts to improve the welfare of the peisir people also depend on the management of fisheries
and marine resources, which means that if fisheries and marine resources are not conserved, there will be
massive exploitation by foreign ships and fish companies that are only looking for profit.
I. PENDAHULUAN
Perairan Indonesia yang sangat luas tidak
hanya menyediakan sumberdaya alam yang sangat
kaya, namun juga menimbulkan berbagai masalah
dalam pengelolaannya. Sistem pemerintahan yang
sentralisasi di masa lalu telah menciptakan
ketidak seimbangan pembangunan regional antara
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagia timur.
Provinsi-provinsi yang dekat dengan pusat,
penanganannya lebih mudah dan murah
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
109
dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang jauh
dari pusat pemerintahan, yang penanganannya
teramat sulit dan memerlukan biaya besar,
sehingga timbulah kondisi perkembangan daerah
yang sangat kontras. Masalah utama dari
ketidakseimbangan ini adalah lemahnya
koordinasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, sehingga pelaksanaan program
aksi di daerah-daerah terpencil selalu tertinggal
dan kurang efektif dan tingkat kesejahteraanpun
menjadi tertunda.
Peningkatan kesejahteraan sosial dapat
dicapai melalui proses pembangunan (Adi, 2007: 3-
5; Gunawan dan Muhtar, 2010: 9-10). Salah-satu
aspek penting dalam mewujudkan kesejahteraan
sosial adalah sumberdaya perikanan dan kelautan
di kawasan pesisir dalam menunjang
kesinambungan pembangunan. Merupakan suatu
kenyataan bahwa Indonesia memiliki ribuan
komunitas masyarakat pesisir yang terpencar di
berbagai kepulauan, yang mana sebagian besar
berada jauh dari jangkauan pemerintah pusat di
Jakarta. Maka tidaklah mengherankan bila
komunitas-komunitas ini tertinggal karena
keterpencilannya dan kekurangefektifan
pengelolaan pembangunan.
Daerah pesisir telah menyediakan ruang
kehidupan bagi nelayan dan keluarganya,
mengingat letaknya yang strategis bagi kegiatan
melaut maupun kegiatan pengolahan hasil laut
dan pemasarannya. Pembangunan yang
dilaksanakan akhir-akhir ini tidak selalu
membawa keuntungan bagi masyarakat pesisir.
Umumnya laju pembangunan, termasuk di bidang
industri dan pariwisata, yang berlangsung
diwilayah pesisir lebih memberikan keuntungan
pada masyarakat dan lembaga yang berada jauh
dari masyarakat pesisir. Sedangkan masyarakat
lokal hanya memperoleh beban kerusakan
lingkungan yang harus mereka hadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan
tersebut belum dikelola dan ditata dengan baik
sehingga potensi yang dimiliki ini belum
memberikan kontribusi yang optimal bagi
pengembangan ekonomi masyarakat pesisir.
Ekosistem pesisir dan lautan yang berada dalam
kondisi kritis adalah Terumbu karang, padang
lamun, estuaria dan hutan mangrove, merupakan
ekosistem yang memiliki karakteristik yang khas
dan sebagai tempat hidup/habitat ikan dan biota
laut lainnya.
Data dari Direktorat Jenderal Perikanan
memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki 67.514
desa yang berada dalam 3.680 Kecamatan, dimana
sekitar 22.917 (34%) desa, termasuk 4.375 desa
pesisir, berada dalam katagori desa miskin. Desa-
desa miskin ini berada dalam 1.173 kecamatan.
Berdasarkan data tersebut di atas, pada desa-desa
pesisir yang ada di provinsi Maluku juga menjadi
perhatian untuk dilakukan suatu kajian berkaitan
dengan sumberdaya perikanan dan kelautan di
kawasan pesisir dalam menunjang
kesinambungan pembangunan.
Data dari Kantor Negeri Nusaniwe, hasil
pendataan keluarga tahun 2018 menggambarkan
bahwa ada 23 nelayan pada daerah pesisir yang
sementara melakukan kegiatan nelayan untuk
mendapatkan hasil tangkapan dan dijual untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini
dilakukan mereka mengingat banyaknya
kebutuhan yang paling pokok yang harus
dipenuhi, seperti air bersih, tempat berteduh,
kesehatan, pendidikan anak-anak dan lain
sebagainya. Berdasarkan data tersebut, maka
dilakukan study pendahuluan (pre-pilot
study). Studi pendahuluan ini dilakukan
sebagai upaya untuk menemu-kenali
keluarga-keluarga yang berupaya untuk
menjaga dan melestarikan ekosistem pesisir
dan lautan yang berada dalam kondisi kritis
seperti Terumbu karang, padang lamun,
estuaria dan hutan mangrove. Hal ini mereka
lakukan karena merupakan ekosistem yang
memiliki karakteristik yang khas dan sebagai
tempat hidup/habitat ikan dan biota laut
lainnya. Adapun beberapa isu strategis dan
permasalahan yang menyebabkan menurunya
sumberdaya alam perikanan dan kelautan yang
menyebabkan terhalangnya upaya peningkatan
kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat di
wilayah pesisir adalah : Aktivitas masyarakat yang
justru mengancam kelangsungan hidup organisme
laut, dimana dalam proses penangkapan ikan
masih menggunakan bahan peledak dan bahan
beracun, pencemaran akibat limbah industri,
limbah domestik dan limbah kegiatan pertanian.
Lemahnya management pengelolaan sumberdaya
ditingkat lokal dimana potensi sumberdaya alam
perikanan dan kelautan belum dikelola dengan
baik sehingga potensi yang dimiliki belum
memberikan kontribusi yang optimal dan Faktor-
faktor yang mempengaruhi ketimpangan ekonomi
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
110
dan struktur sosial yang terjadi akibat besarnya
jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan
ataupun sebagai pengolah hasil-hasil perikanan
dan kelautan.
Tujuan penelitian ini adalah
Mengembangkan program pengelolaan wilayah
pesisir yang berkelanjutan guna terwujudnya
kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan
dan keseimbangan ekosistemnya serta
meningkatkan peranserta masyarakat pesisir mulai
tahap perencanaan hingga pelaksanaan
pengelolaan wilayah peisisir dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Metode pengumpulan data observasi,
interview mendalam, FGD dan studi dokumentasi.
Data dikumpulkan dari informan yang berasal
dari kalangan Pemerintah (Camat, Raja
Nusaniwe), masyarakat yang melakukan aktivitas
menjaga dan melestarikan ekosistem pesisir dan
lautan yang berada dalam kondisi kritis seperti
Terumbu karang, padang lamun, estuaria dan
hutan mangrove.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum Provinsi Maluku sebagai
suatu Provinsi Kepuluan memiliki karakteristik
akuatik terestrial yang membedakannya dengan
daerah-daerah terestrial maupun terestrial akuatik
lainya di Indonesia. Dalam konteks ini, provinsi
Maluku yang membedakan nya dengan provinsi
lain adalah luas wilayah laut yang lebih besar dari
wilayah daratan, sehingga warga masyarakat lebih
banyak mengantunggkan hidupnya di laut.
Desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon yang
sebagian besar penduduknya bermukim dipesisir
patai sebagai nelayan tangkap dengan cara
tradisional , sehingga perkembangannya masih
lambat.
Desa Seri Kec Nusaniwe Kota Ambon,
berlokasi pada bagian selatan Kota Ambon dengan
batas-batas wilayah : Sebelah Utara dengan
Kelurahan Kudamati, Sebelah selatan dengsn Laut
Banda, Sebelah Timur dengan Kmpung Mahia dan
Sebelah Barat dengan Desa Nusaniwe.
Secara Demografi, perkembangan
penduduk Desa Seri secara administarsi memiliki
11 RT dengan jumlah penduduk berjumlah 1511,
yaitu Laki-laki berjumlah 762 dan perempuan 749.
Sesuai dengan penduduk menurut mata
pencaharian sangat bervariasi. Hal ini disebabkan
karena tingkat usahanya kecil, produktifitas masih
rendah, permodalan lemah dan tingkat sosial
ekonominya masih tergolong miskin. Oleh karena
itu perlu dilakukan upaya peningkatan dan
pembinaan masyarakat pesisir untuk tetap
menjaga dan melestarikan ekosistem pesisir dan
lautan yang berada dalam kondisi kritis seperti
Terumbu karang, padang lamun, estuaria dan
hutan mangrove. Hal ini mereka lakukan karena
merupakan ekosistem yang memiliki karakteristik
yang khas dan sebagai tempat hidup/habitat ikan
dan biota laut lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usaha Pemberdayaan masyarakat pesisir Desa Seri
Kec. Nusaniwe Kota Ambon merupakan kegiatan
yang cukup menjanjikan karena didukung oleh
garis garis pantai yang panjang dan luas laut serta
terumbu karang yang masih baik dengan habitat
ikan yang masih banyak, demikian pula
pemasaran dengan orientasi pasar lokal dan
eksport kemancanegara, hal ini bisa dilihat dari
permintaan pasar ikan tuna yang sangat besar dan
harganya cukup relatif tinggi, baik pasar lokal
maupun ekspor. Hasil penelitian juga
membuktikan bahwa usaha pemberdayaan
masyarakat pesisir terus dipacu untuk menjaga
keanekaragaman hayati supaya dapat memenuhi
permintaan pasar sehingga dapat menaikkan
pendapatan mereka karena Desa Seri dan
masyarakat yang bermukin di Kecamatan
Nusaniwe Kota Ambon secara umum adalah laut
dengan habitat ikan tangkapan yang berlimpah
dan juga factor-faktor yang menyebabkan
kerusakan sumberdaya perikanan dan kelautan di
wilayah pesisir.
Adapun faktor-faktor penyebab kerusakan
sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah
pesisir adalah :
3.1. Aktivitas Masyarakat dan Kepadatan
Penduduk
Jumlah dan kepadatan penduduk yang
cukup tinggi menyebabkan permintaan akan
sandang, pangan dan papan meningkat. Untuk
mengatasi permintaan kebutuhan yang terus
meningkat tersebut tentunya perlu diikuti dengan
kenaikan jumlah produksi dan perluasan jaringan.
Jaringan adalah sebentuk tatanan spontan
yang muncul sebagai akibat dari berbagai
interaksi aktor-aktor tanpa diciptakan oleh
otoritas, melainkan oleh kebutuhan bersama
untuk mencapai hubungan sosial yang
bermanfaat. Jaringan (Fukuyama, 2000:327))
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
111
merupakan hubungan moral kepercayaan, yaitu
sekelompok agen-agen individual yang berbagi
norma-norma atau nilai-nilai informal melampaui
nilai-nilai atau norma-norma yang penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Jaringan-jaringan akan
benar-benar produktif bagi tatanan sosial, apabila
jaringan-jaringan itu bergantung pada norma-
norma informal. Alasan bahwa jaringan, yang
didefinisikan sebagai kelompok-kelompok yang
berbagi norma-norma atau inilai-nilai informal, itu
penting adalah bahwa jaringan-jaringan
memberikan saluran-saluran alternatif bagi aliran
informasi melalui dan dalam sistim sosial
kemasyarakatan.
Masyarakat pesisir di Desa Seri Kec
Nusaniwe Kota Ambon yang umumnya memiliki
kondisi sosial ekonomi dan latar pendidikan yang
relatif sangat rendah sulit mengikuti
perkembangan teknologi sehingga cenderung
sering menjadi objek (beban) dari pada subjek
pembangunan di desanya. Lebih lanjut ditambah
dengan faktor ketidak tahuan atau tekanan
ekonomi, maka aktivitas mereka sering
menyebabkan tekananan terhadap ekosistem di
daerah pesisir, yang berlanjut dengan kerusakan
ekosistem tersebut dan diperlukan partisipasi
aktif dari masyarakat.
Belum optimalnya masyarakat berpartisipasi
terhadap ekosistem di daerah pesisir disebabkan
oleh faktor-faktor internal dan faktor eksternal
(Soselisa; 2016, Mikkelsen, 2003; Cary, Ross,
Chapin; Abe 2001; Adi, 2013; Hamijoyo, 2003;
Suryawan, 2004; dan Hempri Suyatno, 2003).
Faktor internal adalah faktor-faktor yang melekat
pada diri dan anggota masyarakat dan faktor
eksternal merupakan faktor di luar masyarakat
(Sheldon dan Epstein, 2002; Hamijoyo, 2003;
Mikkelsen, 2003; Plumer, 2004; Sunarti, 2004).
Faktor internal menekankan pada faktor-faktor
psikologis, sosiologis, ekonomis. Di sisi lain,
faktor eksternal lebih menekankan pada peran
krusial para pemangku kepentingan dalam
pembangunan sektor perikanan dan keluatan
selain masyarakat. Para pihak eksternal yang
dimaksud dapat berupa pemerintah, LSM, hingga
private sector dan dalam keingin tahuan
masyarakat. Masyarakat harus diikutsertakan
dalam pengelolaan keanekaragaman hayati laut
baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui program pendidikan dan latihan, (Bengen,
D.G, 2001). Kemauan dan kerjasama masyarakat
untuk mendukung sistem yang diciptakan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan
kawaan pesisir.
3.2. Pencemaran
Hal lain juga yang menjadi faktor penyebab
adalah pencemaran karena sebagain besar bahan
pencemar yang ditemukan di laut pada Desa Seri
Kec Nusaniwe Kota Ambon berasal dari kegiatan
manusia di daratan. Pada umumnya bahan
pencemar tersebut berasal dari berbagai kegiatan
industri, pertanian dan rumah tangga. Adanya
perkembangan industri yang pesat dan kegiatan
pertambangan yang ekstraktif serta meningkatnya
urbanisasi terutama pada daerah pesisir tanpa
menggunakan fasilitas penanganan limbah
menambah dampak buruk terhadap lingkungan
terutama pesisir dan lautan, sehingga pencemaran
yang terjadi menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan pesisir dan laut. Laut juga merupakan
tempat pembuangan langsung sampah atau
limbah dari berbagai aktivitas manusia dengan
cara yang murah dan mudah. Dengan demikian
maka di laut akan dijumpai berbagai jenis sampah
dan bahan pencemar terutama logam (Siahainenia,
2001). Hasil perkiraan tingkat pencemaran limbah
industri, limbah domestik dan kegiatan pertanian,
contoh di Provinsi papua misalnya adalah sebagai
berikut ;
* perkiraan kandungan limbah industri di kawasan pesisir
Total nilai relative limbah Industri ribuan ton
* perkiraan kandungan limbah domestic di kawasan pesisir
Perkiraan kandungan nitrogen ribuan ton
Papua 6,012
Papua 5,379
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
112
* perkiraan kandungan limbah dari kegiatan pertanian di kawasan pesisir
Perkiraan kandungan nitrogen ribuan ton
Catatan : Word Bank Industrial Pollution Projection database (1994)
Dampak negative pencemaran wilayah
pesisir tidak hanya mengganggu atau
membahayakan kehidupan biota dan lingkungan
laut, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan
manusia, bahkan menyebabkan kematian,
mengurangi atau merusak nilai estetika dan
menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial di
lingkungan pesisir dan laut di Desa Seri. Hasil
Penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa
jenis dampak lanjutan sebagai akibat pencemaran
yang terjadi di perairan pesisir dan lautan adalah
persoalan sedimentasi, eotrofikasi, kesehatan
umum dan perikanan.
3.3. Kerusakan Ekosistem
Faktor lain juga yang sangat berpengaruh
adalah kerusakan ekosistem. Ancaman kerusakan
ekosistem laut juga disebabkan oleh banyaknya
pencemaran industri, reklamasi pantai, dan
pengasaman laut sebagai dampak perubahan
iklim. Banyak orang yang berfikir bahwa dengan
melihat luasnya lautan kita Indonesia, maka
semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri
dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan
suatu akibat yang membahayakan. Dengan makin
cepatnya pertumbuhan penduduk di dunia dan
makin meningkatnya lingkungan industri
mengakibatkan makin banyaknya bahan-bahan
yang bersifat racun yang di buang ke lautan dalam
jumlah banyak yang menyebabkan sulitnya
mengontrol limbah-limbah yang di buang ke
dalam laut tersebut. Kerusakan ekosistem seperti
terumbu karang, padang lamun dan hutan
mangrove adalah tempat dimana hidupnya
berbagai biota laut dan tempat mencari makan,
merupakan komponen ekosistem yang mudah
rusak akibat ulah manusia karena berada didaerah
pesisir dan sering menjadi komoditi alternatif
masyarakat baik untuk keperluan karang untuk
hiasan atau keperluan bangunan rumah, sebagai
kayu bakar atau arang dan kuyu bangunan juga
sebagai bahan makan ternak, sehingga sering
dieksploitasi oleh masyarakat demi kepentingan
pribadi, pada hal manfaatnya sangat besar dari
ekosistem ini. Kerusakannya juga dapat
berdampak pada erosi permukaan pantai, intrusi
air laut dan ketersediaan makanan bagi ikan dan
udang akan hilang.
3.4. Keanekaragaman Hayati
Hal lain juga yang menjadi perhatian
penulis dalam penelitian ini adalah
keanekaragaman hayati. Briggs dalam Norse (1993)
menyatakan bahwa variasi keanekaragaman hayati
ditentukan oleh dua gradien geografi. Pertama,
posisi geografis, bahwa keanekaragaman hayati
bervariasi diantara daerah tropis dan dingin
(temperate). Kedua berdasarkan posisi perairan,
bahwa perairan Indo-pasifik Barat (khususnya
daerah diantara Philipina, Indonesia dan Australia
barat Laut) memiliki keanekaragaman yang paling
tinggi di dunia. Selanjutnya di daerah pasifik
barat dan atlantik barat tingkat
keanekaragamannya sedang dan tingkat
keanekaragaman yang paling rendah ditemukan di
perairan atlantik uatara. Keanekaragaman genetik
menjelaskan adanya variasi faktor-faktor
keturunan di dalam dan diantara individu dalam
suatu populasi. Jika ekosistem ini juga rusak,
maka tentu saja ketersediaan psesies ikan maupun
biota laut lainnya suatu saat akan punah. Hal
itupun terjadi di Desa Seri Kec. Nusaniwe Kota
Ambon.
Keterbatasan sumberdaya manusia terutama
dari aspek pendidikan pada daerah pesisir
merupakan faktor yang lasim terjadi karena
sebagian besar masyarakat pesisir atau nelayan
hidup miskin dan indikator kemiskinan adalah
tingkat pendidikan yang rendah di masyarakat,
hal ini yang membuat lemahnya pola pengelolaan
sumberdaya perikanan dan kelauatan terutama
dalam menginovasi teknologi maju, baik teknolgi
penangkapan maupun teknologi pengolahan ikan,
sehingga proses pelatihan dan desiminasi perlu
dilakukan pada masyarakat pesisir dalam rangka
meningkatkan pemahaman, atau ketrampilan
meraka dalam bidang perikanan dan kelautan. Di
lain pihak, keterbatasan tenaga penyuluh dan
LSM yang bergerak dalam mendukung upaya
0,6 Papua
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
113
peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan
masyarakat pesisir dirasa kurang.
Selain keterbatasan sumberdaya manusia,
keterbatsan dana dan sarana prasarana juga
meruapakan faktor penting yang menyebabkan
program peningatan kesejahteraan dan
pemebrdayaan masyarakat tidak jalan
sebagaimana mestinya. Minimnya anggaran untuk
konsevasi daerah pesisir, khusus terumbu karang
dan hutan mangrove mengakibatkan beberapa
kawasan menjadi alih fungsi dari kawasan
konservasi hutan mangrove menjadi lahan
pertambakan, atau proyek Coremap pelestarian
terumbu karang yang belum berjalan sesuai
harapan. Walaupun ada masyarakat yang sudah
diberi fasilitas perahu motor untuk penangkapan,
namun perlatan yang dipergunakan juga masih
terbatas, terutama untuk alat tangkap, dan
peralatan pengolahan juga masih sederhana
dimana ikan hasil tangkapan selama ini hanya
diasingkan atau diasapi.
Gambar 1. Masyarakat yang Berjualan dengan Peralatan
Seadanya
Upaya penegakan hukum akibat eksploitasi
dan eksplorasi sumberdaya perikanan dan
kelautan yang besar-besar dengan mengorbankan
keanekaragaman hayati oleh perusahaan-
perusahaan ikan baik lokal maupun asing selama
ini masih lemah, setiap ada kapal penangkap ikan
asing yang ditangkap selang beberapa hari sudah
dilepas kembali. Ini mengindikasikan penegakan
hukum masih lemah, pada hal pemboman ikan
yang hanya berskala kecil namun masyarakat
sudah ditangkap ini juga mengindikasikan ada
diskriminasi dalam penegakan hukum.
Yang menjadi masalah sentral masyarakat
pesisir adalah peluang pemasaran hasil tangkapan
segar yang sulit sehingga jika ada tangkapan yang
banyak akan susah untuk dipasarkan keluar desa,
karena sarana transport yang kurang, fasilitas jalan
yang kurang dan masih banyak lagi seperti
ketergantungan kredit kepada pengusah atau
tengkulak, masyarakat sering mengambil barang
(kredit barang) dari tengkulak atau pengusaha
yang kemudian ditukar dengan hasil produksi
atau hasil tangkapan, sehingga untuk menentukan
harga produksi atau hasil tangkapan agak sulit
karena kredit yang diambil sering sudah
melampaui harga produksi sehingga masyarakat
selalu tergantung dengan pengusaha atau
tengkulak. Faktor ini yang mempersulit
peningkatan kesejahteraan dan pemebrdayaan
masyarakat peisisr.
Gambar 2. Nelayan yang Menggunakan Sampan Tradisional
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
114
IV. PENUTUP
Dari uraian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa upaya pengelolaan sumberdaya
perikanan dan kelautan hasilnya masih
dirasakan oleh masyarakat di Desa Seri Kec.
Nusaniwe yang berada di kawasan pesisir,
artinya para pengusaha dan tengkulak yang
selama ini mengecap hasil dari sumberdaya
perikanan dan kelautan yang sudah di
upayakan oleh masyarakat pesisir.
2. Bahwa upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat peisir di Desa Seri Kec. Nusaniwe
juga tergantung dari upaya pengelolaan
sumberdaya perikanan dan kelautan, artinya
bahwa jika tidak dilakukan konservasi
terhadap sumberdaya perikanan dan kelautan,
maka akan terjadi ekploitasi besar-besaran oleh
kapal-kapal asing maupun perusahaan-
perusahaan ikan yang hanya mencari
keuntungan semata.
3. Bahwa upaya pemberdayaan masyarakat pesisir
di Desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon dapat
dilakukan jika ada komitmen yang kuat dari
pemerintah lembaga swasta dalam hal ini
perusahaan –perusahaan ikan sebagai
pengumpul hasil nelayan dan lemabag
swadaya masyarakat untuk membantu
masyarakat pesisir dalam memberdayakan dan
meningkatkan status kehidupan mereka untuk
tujuan kesejahteraan.
REFERENSI
Adi, Isbandi Rukminto. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas : Dari Pemikiran
Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press.
______________. 2013. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan Kajian
Pembangunan). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Boy, Syafri. 2014. Paper Pencemaran Laut. Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas
Riau Pekanbaru.
Cohen, John dan Uphoff, Norman T, 1997. Development Participation: Concept and Measures For
Project Design Implementation and Evaluation. New York Rural Development Commite-
Cornel University.
Creswell, John, W., 2013, Qualitative Inquiry and Ressearch Design: Choosing Among Five Traditions, Sage
Publications Inc. USA.
Fukuyama F (2000). Trust : The Social Values and the Creation Prosperity. New York : Free Press.
Hamijoyo. 2003. Partisipasi Dalam Pembangunan. Jakarta: Depdikbud.
Hulme, David & M. Turner, 1990.Sociology of Development: Theories, Policies and Practices.
Hertfordshire: Harvester Whearsheaf.
Ife, J.W., 1995, Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analysiis and Practice.
Longman, Melbourne.
Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Paul, Samuel, 2007. Community Participation in Development Projects-The World Bank
Experience.Washington DC: The World Bank.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
115
Pramudyanto, Bambang. 2014. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan di Wilayah Pesisir. Jurnal
Lingkar Widyaswara.
Siahainenia. 2001. Pencemaran laut, dampak dan penanggulangannya. Makalah Falsafah Sains Program
Pasca Sarjana. IPB Bogor.
Soselisa Hobarth W (2016), Partisipasi Masyarakat dan Pendidikan. Disertasi Universitas Padjadjaran
Bandung.
----------------- (2018), Community Participation in the Primary Education Development in Pulau-pulau Aru
Suddistrict, Opcion, Ano 34, Especial No 15, 941-957 ISSN 1012-1587/ISNNe:2477-9385.
Recommended