View
235
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENGEMBANGAN MODEL BIOINDUSTRI PERTANIAN BERBASIS KOPI ARABIKA DI DATARAN TINGGI GAYO
PROPINSI ACEH
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : Yufniati ZA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
LLEEMMBBAARR PPEENNGGEESSAAHHAANN
11.. JJuudduull RRDDHHPP :: Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Kopi Arabika Di Dataran Tinggi Gayo
2. Unit kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh 3. Alamat Unit Kerja : JL. P. Nyak Makam, Banda Aceh 44.. SSuummbbeerr DDaannaa :: DDIIPPAA BBaallaaii PPeennggkkaajjiiaann TTeekknnoollooggii PPeerrttaanniiaann AAcceehh
22001166 55.. SSttaattuuss PPeenneelliittiiaann ((LL//BB)) :: LLaannjjuuttaann 66.. PPeennaanngggguunngg JJaawwaabb ::
NNaammaa//NNIIPP :: IIrr.. YYuuffnniiaattii ZZAA
PPaannggkkaatt//GGoolloonnggaann :: PPeemmbbiinnaa TTkk.. II,, IIVV//bb
JJaabbaattaann :: PPeennyyuulluuhh MMaaddyyaa
77.. LLookkaassii :: PPrroovviinnssii AAcceehh 88.. AAggrrooeekkoossiisstteemm :: LLaahhaann KKeerriinngg DDaattaarraann TTiinnggggii GGaayyoo 99.. TTaahhuunn MMuullaaii :: 22001155 1100 TTaahhuunn SSeelleessaaii :: 22001177 1111 OOuuttppuutt TTaahhuunnaann :: 1. Tersusunnya data base ( monografi )
wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan
2. Terbangunnya sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi (desain) serta memperkuat kompetensi SDM kelompok tani dan kelembagaannya
3. Meningkatknya produksi kopi, produksi daging sapi, serta melakukan motivasi untuk menerapkan system integrasi tanaman –ternak berbasis inovasi teknologi
44.. Temanfaatkannya limbah dari usahatani kopi, limbah kotoran ternak, limbah dari sayuran dan buah buahan melalui teknologi terbarukan menjadi produk produk sekunder yang bernilai tambah
1122 OOuuttppuutt AAkkhhiirr :: 1. Adanya rekomendasi model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi tanaman – ternak ( SITT ) Spesifik lokasi di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh
2. Adanya perkembangan model sistem pertanian bioindustri di Provinsi Aceh
1133 BBiiaayyaa :: RRpp.. 447766..000000..000000,,-- ((EEmmppaatt RRaattuuss TTuujjuuhh PPuulluuhh
EEnnaamm JJuuttaa rruuppiiaahh))
Mengetahui : Kepala Balai Besar,
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program,
Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740305 200003 1 001
Penanggung Jawab RDHP,
Ir. Yufniati ZA NIP. 19570304 198303 2 004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan
Laporan Akhir Tahun Kegiatan Model Pengembangan Bioindustri Berbasis Kopi Arabika Di
Dataran Tinggi Gayo Propinsi Aceh yang dilaksanakan di Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten
Aceh Tengah.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh
Dinas/Instansi yang terkait, PPL, petani responden dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP
Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan keritik yang sifatnya membangun guna
perbaikan dimasa yang akan datang sangat diharapkan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, yang dilanjutkan dengan penyusunan laporan
akhir tahun ini, kami ucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Banda Aceh, Desember 2015 Penanggung Jawab, Ir Yufniati ZA NIP. 19570304 198303 2 004
RINGKASAN
1 Judul : Model Pengembangan Bioindustri Pertanian Berbasis Kopi Arabika Di Dataran Tinggi Gayo
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3 Lokasi : Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh
4 Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Tinggi Gayo
5 Status (L/B) : Baru
6 Tujuan Umum : 1) Rekomendasi Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis integrasi kopi-sapi potong Spesifik Lokasi di Provinsi Aceh.
2) Berkembangnya model sestem pertanian bioindustri di Provinsi Aceh.
7 Tujuan 2016 1. Menyusun data base (monografi) wilayah pengkajian
untuk replikasi, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) 2.Meningkatkan produksi kopi, produksi daging sapi, serta mendorong penerapan sitem integrasi tanaman – ternak berbasis inovasi teknologi 3.Membangun sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi(desain) serta memperkuat kompetensi SDM kelompok. 4.Memanfaatkan limbah usahatani kopi, ternak dan limbah tanaman dan ternak menjadi teknologi terbaru untuk menjadi produk - produk sekunder yang bernilai tambah
8 Keluaran : 1) Tersusunnya informasi data base wilayah pengkajian, kebutuhan inovasi teknologi dan kelembagaan.
2) Peningkatan produksi kopi, produksi daging serta mendorong penerapan system integrasi tanaman –ternak berbasis inovasi teknologi.
3) Terbangunnya system dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi (desain) serta memperkuat kompetensi SDM.
4) Termanfaatnya limbah usahatani kopi, ternak dan limbah tanaman dan ternak menjadi teknologi terbaru untuk menjadi produk - produk sekunder yang bernilai tambah.
9 Hasil : 1. Instalasi Biogas sebanyak 3 unit
2. Demplot Tanaman Kopi dan Hijauan Makanan Ternak
3. Pelatihan/Pembinaan Teknologi Pada Petani 4. Temu Lapang
10 Prakiraan Manfaat : 1. Terjadinya peningkatan produktivitas usaha agribisnis dan pendapatan petani melalui percepatan penggunaan inovasi pertanian bioagroindustri
2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui sistim integrasi tanaman- ternak di kawasan pengkajian
3. Teradopsinya model pertanian bioindustri spesifik lokasi oleh masyarakat dan petani serta dikembangkan oleh Stakeholders
11 Prakiraan Dampak : 1. Terciptanya pertanian yang ramah lingkungan
melalui integrasi tanaman – ternak di Provinsi Aceh 2. Meningkatnya daya beli masyarakat/petani di
Provinsi Aceh melalui percepatan pembangunan lembaga ekonomi di desa
3. Tersebarnya adopsi inovasi teknologi oleh pengguna
12 Metodologi/Prosedur : Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2017 di Kabupaten Aceh Tengah dengan pertimbangan sebagai berikut : 1) Merupakan sentra pengembangan kopi dan sapi di Provinsi Aceh ; 2) Mempunyai kesesuaian agroekosistem untuk pengembangan tanaman kopi dan ternak di Provinsi Aceh; 3) Adanya dukungan program pengembangan kopi dan ternak sapi dari Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Tengah. Pengkajian dilakukan melalui survey, pengkajian lapangan , dengan tahapan : 1) Koordinasi antar pemangku kepentingan; 2) Penyusunan rencana kegiatan; 3) Penelusuran literatur (desk study); 4) Penyusunan instrumen penggalian data primer (kuesioner); 5) Survey lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Partisipatory Rural Appraisa/PRA); 6) Identifikasi dan analisa data melalui pendekatan evaluasi teknis dan sosial ekonomi; 7) Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi di Provinsi Aceh; 8) Pengumpulan data sosial ekonomi, kelembagaan, agronomi, kandungan nutrisi pada pakan, kandungan hara pada kompos ; 9) Sosialisasi, pelatihan, demplot dan temu lapang; 10) Monev dan 11) Pelaporan
12 Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun (2015 – 2017)
13 Biaya : RRpp.. 447766..000000..000000,,-- ((EEmmppaatt RRaattuuss TTuujjuuhh PPuulluuhh EEnnaamm JJuuttaa
rruuppiiaahh))
SUMMARY
1. Title : The Model of Bioindustry Farming System Based on Specific Location of Croop – live stock in Aceh Province
2 Implementation Unit : Aceh Assessment Institution Of Agriculture Technology
3 Location : Aceh Province
4 Agroecosystem : Dryland
5 Status : New
6 Objectives : 1.To arrange the database of assessment area , to inventory the innovation needs (technological and institutional ), to build the agricultural system and mechanism of specific location bioindustry and to strengthen the competencies of human resources group.
2.To strengthen the implementation and develop/modify the agricultural system design of specific location bioindustry and institutional capacity.
3.To develop and replicate the agricultual model of specific location bioindustry to the region with similar potencies and agroecosystems.
7 Out put : 1) Establishment of information data base area
assessment, needs technological and institutional innovations. 2) Improvement of coffee production, meat production and to encourage the implementation of system integration -ternak plant-based technology innovation. 3) Establishment of system and mechanism bioindustry site-specific agriculture (design) as well as strengthen the capacities of human resources. 4) The benefits of coffee farming wastes, livestock and crops and livestock waste into the latest technology to be the product - the value-added of secondary products.
8 1. Installation of Biogas 3 units 2. Demonstration Coffee and Forage Crops Animal Feed 3. Training / Coaching Technology At Farmers 4. Gathering Field
8 Expected Output : 1. An increase in the productivity of agribusiness and farmers' income through the acceleration of the use of agricultural innovation bioagroindustri 2. Increased public welfare through the integration of crop-livestock systems in the area of assessment 3. The adoption of location-specific agricultural model
bioindustry community and farmers as well as developed by Stakeholders
9 Expected benefit : 1. The creation of environmentally friendly farming through integrated crop - livestock in the province of Aceh 2. The increased purchasing power of people / farmers in the province of Aceh through the acceleration of economic development agencies in the village 3. The spread adoption of technological innovations by users
10 Methodology : The assessment is conducted for 3 years, from 2015 until 2017 in District Central Aceh the following considerations: 1) Is coffe and cattle development centers in Bengkulu Province; 2) Having the sustainability of agroecosystem for the development of coffee and cattle in Aceh Province; 3) The supporting of coffee and cattle development program from Agriculture and Livestock Department in province and districts. The assessment is conducted through survey, field and laboratory studies, with the following phases: 1) Coordination among stakeholders; 2) Arrangement of action preparation; 3) Searchig literature (desk study); 4) Arrangement of extracting primary data instrument preparation (questionnaire); 5) Field survey using rapid field observation (Rapid Rural Appraisal/RRA); 6) The data identification and analyzing through technical evaluation and social economy approach; 7) Design and road map arrangement of sustainable specific location bioindustry model in Bengkulu Province; 8) The collection of social economy, institutional, agronomic, nutrient content of food, nutrient content of compost, urine biopesticide efficacy, soil nutrient content, plant tissues nutrient; 9) Socialization, training, and demonstration plots; 10) Reporting
12 Duration : 3 years( 2015-2017)
13 Budget : Rp. 476.000.000, - (Four hundred and seventy-six million rupiah)
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Dasar Pertimbangan .......................................................................... 3
1.3. Tujuan.............................................................................................. 4
1.4. Keluaran ........................................................................................... 4
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
III. PROSEDUR ............................................................................................. 9
3.1. Pendekatan ....................................................................................... 9
3.2. Ruang Lingkup .................................................................................. 9
3.3. Bahan Pelaksanaan ............................................................................ 9
3.4. Metoda Pelaksanaan…………………………………………………………………….. .. 10
3.5. Data dan Analisis……………………………………………………………………………. . 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN………………………………………………………………………. 41
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan Kampung………………………………..…………
2. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan mata pencarian…………………………………..
3. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh
Tengah berdasarkan Tingkat Pendidikan…………….………………..
4. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan umur…………………….…………………………….
5. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Komoditas Pertanian dan Perkebunan Tahun 2013………………………………………………
6. Luas tanaman kopi di WKBPP Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah tahun 2014……………………………………
14
15
15
16
17
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Pengembangan (Causal Loop) Bioindustri Berbasis Kopi Arabika Di Dataran Tinggi Gayo Propinsi Aceh
2. Lay Out Kegiatan Model Pengembangan Bioindustri Berbasis Kopi dan Ternak Sapi
8
11
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor penting yang diharapkan mampu
memberikan nilai tambah penerimaan devisa, baik bagi negara pada umumnya maupun
untuk daerah sentra produksi khususnya. Di Indonesia daerah daerah produksi kopi tersebar
dihampir semua propinsi dengan sentra produksi utama yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Sulawesi Selatan, Jateng,Jatim , NTT dan Bali (
Direktorat Bina Produksi Perkebunan, 2004)
Perkebunan kopi di Indonesia di dominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal
1,06 juta hektar, sementara areal perkebunan besar Negara 39,3 ribu hektar, dan
perkebunan besar swasta 26,8 ribu hektar. Areal perkebunan rakyat tersebut dikelola oleh
sekitar 2,12 juta KK petani (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004).Menurut
International Coffe Organization (ICO) tahun 2004, Indonesia merupakan negara penghasil
kopi terbesar keempat didunia dengan kontribusi sebesar 60% produksi kopi dunia.
Provinsi Aceh merupakan daerah penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia dengan
pusat pengembangannya terletak di dataran tinggi Gayo yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan
Bener Meriah yang keseluruhannya merupakan usaha perkebunan rakyat.Luas perkebuan
rakyat di dua Kabupaten ini adalah 93.316 ha dengan produksi yang dihasilkan berkisar ±
27.444 ton dengan tingkat produktivitas perhektarnya ± 700-800 kg/tahun. Dari luasan
tersebuat diatas sekitar 85% jenis kopi arabika dan sisanya 15 % dari jenis robusta, serta
melibatkan tidak kurang dari 50.000 kepala keluarga. Tingkat produktivitas tersebut masih
relative rendah , walaupun kenyataan di lapangan bahwa serara individu dan sebagian kcil
petani bias menghasilkan produktivitas kopi mencapai 1,5-2,5 ton/ha/tahun.Dari produksi
buah kopi yang dihasilkan sekitar 40 persen menghasilkan gabah (10.977,6 ton) dan sisanya
60 persen merupakan kulit merah (sekitar 16,466,4 ton). Kulit merah ini umumnya
digunakan untuk kompos yang diberikan kepada tanaman kopi dengan takaran pemberian 25
kg/pohon/tahun.Sedangkan untuk pakan ternak masih menggunakan hijauan berupa
rumput, belum memanfaatkan kulit merah sebagai pakan alternatif.
Populasi ternak sapi di Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 7.044 ekor dan Bener
Meriah 968 ekor dengan produksi daging 40.590 kg untuk Aceh Tengah, 22.208 kg untuk
Bener Meriah. Berdasarkan data tersebut tentunya teknologi budidaya kopi yang ramah
lingkungan dengan memanfaatkan bahan organik yang diintegrasikan dengan ternak sapi,
selain dapat meningkatkan kualitas lingkungan melalui pemanfaatan limbah kulit kopi dan
kotoran ternak, juga mendukung program swasembada daging sapi.
Tanaman kopi memerlukan sejumlah hara atau makanan tertentu baik jenis maupun
jumlahnya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dataran tinggi Gayo umumnya
tanah untuk perkebunan kopi termasuk subur dari jenis tanah Andisol yang mengandung
bahan organik tanah cukup baik, namun tetap diperlukan pemberian bahan organik yang
terus menerus (Aris Wibawa,2008), bahwa beberapa manfaat pemupukan tanaman kopi
antara lain;1) memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman terhadap perubahan lingkungan
yang ekstrim, seperti kekeringan, pembuahan yang terlalu lebat (over bearing), 2)
meningkatkanproduksidanmutu hasil, 3) mempertahankan stabilitas produksi yang tinggi.
Pupuk organik mempunyai arti yang penting bagi kopi arabika di dataran tinggi Gayo,
dimana sumber utamanya ada disekitar kebun antara lain kulit buah kopi, kulit tanduk,
pangkasan penaung, kotoran ternak dan limbah tanaman semusim, seperi kubis dan jagung.
Bahan bahan sisa tersebut dikomposkan dengan cara sederhana yang dimasukkan dalam
rorak (lubang angin), dan setelah 2-3 bulan bahan tersebut sudah menjadi kompos.
Konsep dasar dari sistem integrasi tanaman-ternak adalah adanya sinergisme dari
usahatani yang diintegrasikan.Sistem integrasi mampu mengatasi permasalahan penurunan
kesuburan lahan perkebunan sekaligus mengatasi kurangnya ketersediaan pakan bagi
ternak, dimana ternak mampu memanfaatkan limbah tanaman dan lahan perkebunan dapat
memanfaatkan pupuk organik yang dihasilkan ternak. Reijntjes et al. (2002), melaporkan di
dalam pola usaha tani integrasi, perlu ditekankan bagaimana agar secara ekologis dapat
dioptimalkan rantai pemanfaatan zat-zat makanan (biomassa), sehingga usahatani tersebut
lebih banyak memanfaatkan bahan-bahan lokal, untuk memperkecil penggunaan input
luar.Terkait dengan pola integrasi tersebut, disamping perbaikan manajemen budidaya juga
perlu dilakukan optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan (kopi) sebagai sumber pakan
penguat serta pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk bagi tanaman.
1.2. Dasar Pertimbangan
Kopi arabika merupakan salah satu komoditi unggulan daerah Aceh yang memberikan
kontribusi nyata bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan petani. Hal
ini disepakati dalam acara “DuekPakat“ pada bulan September 2003 di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah yang dihadiri oleh para Menteri Kabinet Gotong Royong, juga menetapkan kopi
arabika sebagai satu komoditi unggulan daerah. Kopi merupakan salah satu komoditas
ekspor penting yang diharapkan mampu memberikan nilai tambah dan penerimaan devisa
bagi Negara pada umumnya maupun untuk daerah sentra produksi utamanya yaitu Provinsi
Aceh.
Pemerintah Aceh bekerja sama dengan Forum Kopi Aceh , Aceh Partnerships
Economic Development Project (APED), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan BPTP
Aceh telah melakukan penelitian awal terhadap identifikasi dan seleksi untuk 10 varietas kopi
arabika, pada tahun 2007 yang berlokasi di Kabupaten BenerMeriah dan Aceh Tengah. Dari
hasil penelitian tersebut diperoleh 3 varietas kopi yang sesuaidengan ketinggian tempat
yaitu P 88, Borbor dan Timtim. Untuk varietas Gayo 1 yaitu varietas Timtim dan Gayo 2
adalah varietas Borbor, kedua varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian menjadi
Varietas Unggul Nasional pada tanggal 29 Desember 2010.
Kebun Percobaan Kopi Gayo terletak di Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah,
yang merupakan Unit Pelayanan Tehnis ( UPT) BPTP Aceh dengan luas kebun mencapai 18
Ha, terdapat beberapa koleksi varietas kopi arabika baik yang bertype tinggi maupun kopi
arabika yang bertype kate (catimor), yang terdiri dari 5 kebun . Model ini tentunya
diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan kopi rakyat di Dataran Tinggi Gayo
Provinsi Aceh.
Kebun Percobaan Gayo merupakan kebun kopi yang menyimpan koleksi plasma
nutfah atau Sumber Daya Genetik (SDG) kopi Aceh. Saat ini plasma nutfah kopi di KP Gayo
ini terdiri atas enam klon tanaman penaung kopi tahan kutu loncat, dan 58 varietas kopi
yang didatangkan dari Brazil, AmerikaSerikat, Thailand, Queendsland, India, Papua Nugini,
Puslit Kopi dan Kakao Jember, serta dari Aceh Tengah sendiri.
Model teknologi budidaya kopi yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan
organik yang diintegrasikan dengan ternak sapi , selain dapat meningkatkan kualitas
lingkungan melalui pemanfaatan limbahkulit kopi dan kotoran ternak dan juga mendukung
program swasembada daging sapi.
1.3.Tujuan Umum
Rekomendasi Model Sistem Pertanian Bioindustri Pertanian Berbasis Kopi Arabika dan
Ternak Sapi (SITT) Spesifik lokasi di Dataran Tinggi Gayo
Tujuan Tahunan (2015) - Menyusun data base (monografi) wilayah pengkjian, inventarisasi kebutuhan inovasi
teknologi.
- Membangun system dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi , serta
memperkuat kompetensi SDM Kelompok/kelembagaan.
- Meningkatkan produksi kopi, produksi daging sapi, serta mendorong penerapan
system integrasi tanaman ternak berbasis inovasi teknologi.
- Memanfaatkan limbah usahatani kopi, ternak, sayuran dan buah buai produk produk
sekunder bernilai tambah.
1.4. Keluaran Umum
Adanya rekomendasi Model Sistem Pertanian Bioindustri Pertanian Berbasis Kopi
Arabika dan Ternak Sapi (SITT) Spesifik lokasi di Dataran Tinggi Gayo
Keluaran tahunan (2015)
- Tersusunnya data base (monografi) wilayah pengkjian, inventarisasi kebutuhan
inovasi teknologi.
- Terbangunnya system dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi , serta
memperkuat kompetensi SDM Kelompok/kelembagaan.
- Meningkanya produksi kopi, produksi daging sapi, serta mendorong penerapan
system integrasi tanaman ternak berbasis inovasi teknologi.
- Termanfaatkannya limbah usahatani kopi, ternak, sayuran dan buah buai produk
produk sekunder bernilai tambah
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan Manfaat
Terjadinya peningkatan produktivitas usaha agribisnis dan pendapatan petani melalui
percepatan penggunaan inovasi pertanian bioindustri.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tani berbasis intergrasi tanaman kopi dan
ternak sapi di kawasan pengkajian.
Teradopsinya model pertanian bioindustri spesifik lokasi oleh petani dan pengguna
teknologi serta stakeholders.
Perkiraan Dampak
Terciptanya pertanian ramah lingkungan melalui integrasi tanaman- ternak di Provinsi
Aceh.
Meningkatnya pengolahan produk produk sekunder yang bernilai tambah di tingkat
masyarakat /petani.
Terciptanya mandiri energy di kawasan pengkajian bioindustri berbasis integrasi
tanaman – ternak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Pengembangan ternak sapi melalui Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau
(PSDS/K) merupakan program prioritas sub sektor peternakan , yang pencapaiannya
dilaksanakan dengan pengembangan usaha perbibitan dan penggemukan sapi.Selama ini
yang banyak dilakukan oleh peternak adalah usaha secara intensif, sedangkan
pengusaha adalah usaha penggemukan sapi, tetapi usaha perbibitan masih sedikit
dilakukan oleh peternak. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan dan belum
mengikuti kaedah-kaedah perbibitan secara benar.
Keterbatasan pengembangan usaha penggemukan sapi baik yang disebabkan
kurangnya dukungan modal maupun teknologi mengakibatkan produktivitasnya belum
optimal. Solusi yang diperkenalkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
melalui perpaduan antara usaha pertanian dan peternakan dengan pendekatan
berkelanjutan, biaya murah dan optimalisasi pemanfaatan limbah atau yang dikenal
dengan istilah low external input sustainable agriculture (LEISA) melalui konsep Sistem
Integrasi Tanaman Ternak (SITT).
Usaha penggemukan sapi potong yang berada di kawasan perkebunan dapat
melakukan efisiensi pakan, karena pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam
suatu usaha peternakan.Penyediaan pakan yang berkualitas tetepi murah, akan
menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh peternak. Efisiensi pakan tersebut dapat
dicapai dengan memanfaatkan limbah perkebunan untuk diolah sebagai pakan.
Salah satu limbah tanaman perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
sapi adalah kulit kopi. Pamungkas dan Utomo (2008) menjelaskan mengenai besarnya
potensi limbah kulit kopi , yaitu bahwa dalam setiap pengolahan biji kopi , akan
dihasilkan kulit kopi hingga 45%, sisanya berupa biji kopi 40%, lendir 10% dan kulit ari
5 %.
Disisi yang lain, optimalisasi pemanfaatan limbah ternak dapat dicapai dengan
memanfaatkan teknologi biogas. Junaedi ( 2002) dalam Putro (2007) menjelaskan
bahwa biogas akan diproduksi oleh bakteri dari limbah organik yang terfermentasi dalam
kondisi tanpa oksigen ( anaerobic ). Gas yang dihasilkan berupa campuran CH 4 dan CO
2 . Hasil dari proses pengolahan biogas tersebut selain akan dihasilkan gas bio yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti listrik dan bahan bakar juga akan
menghasilkan sludge , yaitu sisa limbah ternak yang telah terfermentasi , dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman.
Salah satu limbah tanaman perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
sapi adalah kulit kopi. Pamungkas dan Utomo (2008) menjelaskan mengenai besarnya
potensi limbah kulit kopi , yaitu bahwa dalam setiap pengolahan biji kopi , akan
dihasilkan kulit kopi hingga 45%, sisanya berupa biji kopi 40%, lendir 10% dan kulit ari
5 %. Kandungan nutrisi dari kulit kopi cukup baik berpotensi untuk dikonversi menjadi
sumber bahan baku pakan ternak. Zainuddin dan Murtisari, 1995 dalam Umi Pudji Astuti,
2015, melaporkan bahwa kulit buah kopi potensial untuk digunakan sebagai bahan
pakan ternak ruminansia. Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada kulit buah kopi
diantaranya adalah protein kasar sebesar 10,4%, serat kasar sebesar 17,2% dan energi
metabolis 14,34 MJ/kg relatif sebanding dengan zat nutrisi rumput. Fermentasi limbah
kulit kopi dengan Aspergillus niger mampu meningkatkan nilai gizi limbah kopi yang
ditunjukkan dengan meningkatnya protein dari 6,67% menjadi 12,43% dan menurunkan
kadar serat kasar dari 21,4% menjadi 11,05%. Limbah kulit buah kopi dapat
menggantikan 20% kebutuhan konsentrat komersial yang digunakan sebagai pakan
ternak, dan menekan biaya pakan hingga 30% (Rathinavelu & Graziosi, 2005 dalam Umi,
2015).
2.2. Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait
Penggunaan pupuk organik untuk tanaman kopi rata-rata 2-4 ton/ha/tahun,
sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi
lahan kopi (Yufniati., 2006).
Berdasarkan hasil survey di Kecamatan Jagong Jeget, bahwa Potensi
pengembangan biogas di Provinsi Aceh masih cukup besar, dimana setiap satu ekor sapi
dapat dihasilkan ± 2m kubik biogas/hari.
Potensi ekonomis biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1m
kubik biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah (Ali, dkk dalam
Umi Pudji Astuti). Residu pembuatan biogas dalam bentuk kompos merupakan sumber
pupuk organic bagi tanaman, sekaligus sebagai pembenah tanah (Haryanto,B., 2009).
Produksi kopi
kulit kopi
Budidaya
kopi
Peningkatanbobot sapi
Harga kopi
+
+
Ampas kulit kopi
+
Limbah
Pertanian
+
Pakan
Ternak
+
+
Limbah ternak (kotoran&urin)
Pestisida dan
Pupuk Organik
Pabrik
kopi
+
+ +
+
Tanaman
Pelindung
+
Daun pelindung
+ +
+
Kualitas kopi
+
+
Luas panen kopi
Luas tanam kopi
Ketersediaan
Air
+ +
+
+
d
a
n
+
Ketersediaan
bahan organik
+
d
a
n
Konsumsikopi
+
+
BIOGAS
Industri Energi
+
+
+
Gambar 1.Skema pengembangan (causal loops) bioindustri berbasis kopi arabika di dataran tinggi Gayo Provinsi Aceh
III. METODOLOGI/PROSEDUR
3.1. Pendekatan
Kegiatan pengkajian model pengembangan pertanian bioindustri berbasis tanaman
kopi dan ternak sapi dilakukan dengan pendekatan; (1) Agroekosistem lahan kering dataran
tinggi , (2) Agribisnis, (3) Kelembagaan, (4) Berwawasan lingkungan/minimize waste, (5)
Usahatani integrasi, (6) Pemberdayaan masyarakat dan partisipatif, melalui unit
percontohan/ demplot, pendampingan teknologi dan pembinaan teknologi kepada penyuluh
dan petani.
3.2. Ruang Lingkup
Secara umum, kegiatan lapangan meliputi (1) Inventarisasi kebutuhan inovasi
teknologi kopi, sapi dan inovasi kelembagaan tani, (2) Penguatan kompetensi SDM kelompok
dan kelembagaan melalui pertemuan, sosialisasi, FGD dan pelatihan., (3) Perbaikan tehnis
budidaya untuk meningkatkan produksi kopi, daging sapi, serta mendorong penerapan
sistem integrasi tanaman dan ternak berbasis inovasi teknologi, (4) Pengolahan limbah
usahatani kopi dan ternak sapi melalui teknologi terbarukan menjadi produk produk sekunder
yang bernilai tambah.
3.3. Bahan Pelaksanaan
Bahan dan Alat yang digunakan
ATK, Komputer Supplies, kuessioner, drum ukuran besar dan kecil, reaktor, gerobak
sorong, Hand Sprayer, parang , cangkul, skop, garu, bibit rumput, Brocap Trap, sepatu
lapang, sarung tangan, instalasi biodigester, Jamur Beuvaria bassiana sp, Trichoderma, dan
bahan pembuat mineral blok.
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan di Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh
Tengah, yang dimulai bulan Januari sampai bulan Desember 2015.
3.4. Metoda Pelaksanaan
a. Persiapan
Dalam persiapan antara lain untuk: (1) Perbaikan RDHP dan ROPP, (2) Perencanaan, (3)
Pertemuan penetapan tim pelaksana.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tahapan yang dilakukan yaitu; (1) Koordinasiantar pemangku
kepentingan ( Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten, Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten dan Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten ), (2) Sosialisasi
kegiatan yang akan dilaksanakan, (3) Penentuan calon lokasi dan kelompok tani penerima
manfaat kegiatan, (4) Penyusunan rencana kegiatan melalui Focus Group Discussion (FGD),
(5) Penelusuran literatur ( desk study ), (6) Penyusunan instrumen penggalian data primer,
(7)Survey lapang menggunakan metoda RRA/PRA, (8) Penyusunan desain dan road map
bioindustri berbasis tanaman dan ternak berkelanjutan, spesifik lokasi di Provinsi Aceh, (9)
Pelatihan dan demplot, (10) Monitoring dan evaluasi, (11) Pelaporan bulanan, triwulan,
tengah tahunan dan akhir kegiatan, ( 12) Seminar hasil dan penulisan KTI.
Gambar 2. Lay Out Kegiatan Model Pengembangan Bioindustri Berbasis Kopi dan Ternak sapi
- Peningkatan
Produksi
- Keberlanjutan
TANAMAN
Kopi
&TanamanPe
lindung
TERNAK
Kompos
dan
Pupuk Cair
Kotoran Anak dan
Dagingsapi
LimbahTanama
n
Bubuk Kopi
PENDAPATAN
PETANI
MENINGKAT
Pengolahan
Limbah
Biogas
Biji Kopi
Kulit Kopi Kulit Kopi
3.5. Data dan Analisis Data yang dikumpulkan adalah : 1) data sekunder terdiri dari potensi wilayah, potensi pasar,
potensi usaha, swasta yang ada, 2) data primer meliputi aspek ekonomi yaitu; (a) data
input- output usahatani komoditas dominan di desa contoh, (b) data produksi dan
pendapatan dari setiap usahatani yang diusahakan, (c) data harga input produksi dan harga
output.
Analisis data
1. Analisa ekonomi meliputi data usahatani komoditas existing dan prospektif diolah
dengan analisa financial.
2. Analisis pendapatan dan pengeluaran usahatani dengan analisis tabulasi untuk
melihat jumlah pendapatan dan pengeluaran dari masing masing usahatani
komoditas sebagai sumber pendapatan keluarga terhadap total pendapatan.
Indikator yang diukur
1. Data teknis : komponena hasil, produksi, nilai tambah dan efisiensi
teknis.
2. Data ekonomi : penggunaan input, harga input- output, efisiensi ekonomi,
pendapatan sistim bioindustri dalam satu kawasan.
3. Data sosial : perubahan prilaku, sikap dan keterampilan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian
Kecamatan Jagong Jeget secara umum bergunung dan berbukit, bergelombang,
terjal dengan ketinggian bervariasi antara 900 meter sampai dengan 1800 diatas
permukaan laut. Berdasarkan peruntukan lahan dari luas Kecamatan Jagong
Jeget Kabupaten Aceh Tengah 11.698,73 Ha, kawasan lindung, 5.164,62 Ha.
1. Letak dan Luas
Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget secara geografis terletak diantara N
04⁰22′39,2″ Lintang Utara dan E 096⁰45′38,4″ Bujur Timur, dengan luas wilayah
18.824,75 Ha atau 188,2875 Km².
2. Topografi
Keadaan Topografi Wilayah Kerja Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan/Balai
Penyuluhan Peruntukan (BPP) Keckebunan dan pertanian15,5 Ha, lahan perikanan
(Kolam)289,4Ha Lahan Bangunan atau pekarangan 42,5 Ha, untuk fasilitas umum
dan Lahan keritis 1.614 Ha
3. Jenis Tanah
Pada umumnya jenis tanah di Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget Potsolid
Merah Kuning dengan kisaran pH tanah antara 5 – 7.
4. Iklim
Curah hujan rata-rata pertahun mencapai 9 bulan basah dengan hari hujan 22
hari/bulan. Cuah hujan rata-rata pertahun mencapai antara; mm sampai dengan
mm/tahun
5. Penduduk dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk di Wilayah KerjaBalai Penyuluhan (BPP) Kecamatan Jagong Jeget
sebesar ;9.496Jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan domisili tempat tinggal di sajikan
pada Tabel 1.
Tabel1. Jumlah Penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan Kampung
No Kampung KK Pendududuk
Jumlah L P
1 2 3 4 5 6
1 Jagong Jeget 153 283 284 567 2 Jeget Ayu 506 994 887 1,881 3 Paya Tungel 379 657 656 1,313 4 Telege Sari 202 383 362 745 5 Gegarang 268 519 518 1,037 6 Berawang Dewal 132 252 221 473 7 Merah Said 84 163 200 363 8 Bukit Sari 101 210 299 509 9 Paya Dedep 183 344 250 594 10 Bukit Kemuning 253 494 453 947 11 Gading Jaya 154 287 264 551 12 Tawar Bengi 143 266 250 516
J u m l a h 2,558 4,852 4,644 9,496 Sumber : Kantor Camat Jagong Jeget, 30 Agustus 2013
Penduduk Kecamatan Jagong Jeget sebagian besar bermata pencaharian sebagai
Petani Kebun Kopi dan Sebagian Kecil Pegawai Negeri Sipil dan Buruh Tani.Jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah
berdasarkan mata pencarian
No Mata Pencarian Jumlah Keterangan
1. Peladang berpindah 62
2. Peladang tani tetap 2.152
3. Tani sawah 2 4. Buruh Tani 432 5. Buruh lainnya 177 6. Dagang 249 7. Pegawai
a. Negeri Negeri Sipil 142 b. Swasta 29 c. TNI 10 d. Polri 9 8. Lainnya
J u m l a h 3264 Sumber : data hasil identifikasi penyuluh 2014
Berdasarkan Tingkat Pendidikan penduduk di Kecamatan Jagong Jeget sebagian
besar berpendidikan sekolah dasar dan sebagian kecil tamat SLTP, SMU dan Perguruan
tinggi. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di sajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Ket
1. SD (tidak tamat) 504 2. SD (Tamat) 874 3. SMP (tidak tamat) 515 4. SMP (tamat) 633 5. SMA (tidak tamat) 172 6. SMA (tamat) 583 7. Perguruan Tinggi a. D 1 11 b. D 2 4 c. D 3 25 d. Sarjana 107
J u m l a h 3.428 Sumber : data hasil identifikasi penyuluh 2014
Berdasarkan Tingkat umur penduduk diKecamatan Jagong Jeget, dapat dilihat
pada Tabel 4
Tabel 4. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan umur
No Kelompok Umur
(tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
1 a. 00 – 04 485 544 1029 2 b. 05 – 09 512 501 1013 3 c. 10 – 14 502 473 975 4 d. 15 – 19 375 347 722 5 e. 20 – 24 342 333 675 6 f. 25 – 29 469 462 931 7 g. 30 – 34 483 438 921 8 h. 35 – 39 416 383 799 9 i. 40 – 44 329 255 584 10 j. 45 – 49 225 205 430 11 k. 50 – 54 158 153 311 12 l. 55 – 59 137 104 241 13 m 60 – 64 82 71 153 14 n. 65 – 69 85 47 132 15 o. 70 – 74 36 38 74 16 p. 75+ 40 44 84
J u m l a h 4676 4398 9074
Sumber : data dari hasil identifikasi penyuluh 2014
6. Potensi lahan dan Sasaran Pengembangan
Pertanian dan Perkebunan
Wilayah Kerja Penyuluh Kehutanan Teknis Badan Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan/Balai penyuluhan Pertanian BPPKecamatan Jagong Jeget terdapat berbagai
macam komoditi pertanian yang telah diusahakan oleh petani. Baik komoditi yang
sifatnya sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan. Ditinjau dari fakta dan data
kondisi wilayah, dari sektor pertanian dan Kehutanan sangat berpeluang besar untuk
dikembangkan produktifitasnya.
7. Sasaran Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan, Perkebunan dan
Peternakan.
Sasaran luas tanam, panen, Produktivitas dan produksi komoditas prioritas pertanian
tanaman pangan dan perkebunan Tahun 2014 di Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong
Jeget dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5 : Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Komoditas Pertanian dan Perkebunan
Tahun 2013.
No Jenis Komoditi Luas Tanam (ha) Luas Panen Produksi
1 Kopi 4.032 3.187 2230,90 kg 2 Kakao - - - 3 Tebu - - - 4 Tembakau 0,5 0,5 800 kg 5 Kemiri 6 Alpukat 15 15 22,5 ton 7 Padi lokal 9 9 3600 kg 8 Padi Unggul - 9 Jagung 10 Kedelai 11 Kacang Tanah 12 Kacang Merah 14,25 14,25 14,25 ton 13 Singkong 14 Ubi Rambat 1,25 1,25 1 ton 15 Jeruk 4,5 4,5 6,75 ton 16 Markisah 5,75 5,75 1,5 ton 17 Cabe Besar 42,5 42,5 74,373 ton 18 Cabe Rawit 33,75 33,75 50,625 ton 19 Tomat 18,25 18,25 27,375 ton 20 Bawang Merah 19,25 19,25 9,625 21 Kerbau 41 41 5 22 Sapi 922 922 185 23 Kambing 2.862 2.862 239 24 Domba 25 Unggas 4.422 4.422 1.769 26 Ayam Pedaging
27 Mujahir/Nila 16.100 16.100 537 28 Ikan Bawal/Mas 1.100 1.100 69 29 Lele Jumbo
Sumber ; Data Balai Penyuluhan Kecamatan Tahun 2014
Kebijakan Dibidang Peternakan
a). Meningkatkan Populasi dan Produktifitas ternak Ruminansia besar (Sapi dan Kerbau)
Ternak Ruminansia Kecil (Kambing dan Domba) dan ternak non Ruminsia (Ayam
ras,Ayam buras, dan Itik).
b). Penerapan Teknologi dan Rekayasa bioteknologi reproduksi pakan dan kesehatan-
Hewan.
c). Meningkatkan daya saing Komotitas produk peternakan (keunggulan komperatif –dan
kompetitif).
d). Meningkatkan upaya reposisi dan revitalisasi pembangunan peternakan.
e). Meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular.
f). Pengembangan kelembagaan usaha fasilitasi kemitraan usaha, pola integrasi
danmodel usaha peternakan spesifikasi lokasi.
Strategi
a). Pengembangan kawasan sentral perbibitan ternak sapi potong.
b). Pengembangan industri peternakan rakyat (Kawasan Padang Pengembalaan)
c). Peningkatan kompetensi dan moral aparatur dinas kesehatan hewan dan
peternakanagar lebih bermatabat.
d). Peningkatan investasi dan kemitraan serta akses sumber permodalan.
e). Peningkatan kualitas dan kuantitas produk peternakan yang berdaya saing
komperatif dan kompetitif.
f). Penerapan rekayasa teknologi dan sistem informasi.
g). Penerapan sistem agribisnis peternakan secara terpadu dan utuh.
h). Pengembangan kelembagaan peternakan dan penyuluhan.
i). Peningkatan diversifikasi dan pola konsumsi produk pangan asal hewan.
j). Optimalisasi pemanfaatan sumber daya peterkan spesifik lokasi(kearifan lokal).
Perkebunan.
Dalam Tahun 2014 beberapa kegiatan pembaangunan rakyat meliputi perluasan kebun
rakyat, rehabilitasi kebun, pengembangan usaha pembibitan, peningkatan dan
pengembangan teknologi pengolahan hasil yang dilaksanakan pada beberapa desa
dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 6. Luas tanaman kopi di WKBPP Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah tahun 2014
Sumber ; Data BPP Jagong Jeget Tahun 2014
8. Administrasi Pemerintahan
Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget secara Administrasi pemerintahan Nasional
Berada dibawah naungan pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah, ibu kota berada
di Kecamatan Jagong, dengan luas wilayah 18.824,75 Hektar, jarak tempuh± 50 Km dari
ibu Kota Kabupaten, yang berbatasan langsung dengan masing-masing sebagai berikut;
Sebelah Utara Berbatasan Dengan : Kecamatan Atu Lintang
Sebelah Selatan Berbatasan Dengan : Kabupaten Nagan Raya
Sebelah Barat Berbatasan Dengan : Kabupaten Nagan Raya
Sebelah Timur Berbatasan Dengan : Kecamatan Linge
NO Kampung
TBM TM TR Luas
Areal Petani
Produktivita
s Produksi
Potensi Pengemban
gan Ket
0-3 Thn
ha ha ha ha KK kg/ha/th
n Ton/Thn ha
1 2 3 7 8 9 10 11 12 13
1 Jagong Jeget 170 439 15 609 407 700 307.300 8
2 Jeget Ayu 163 437 15 600 497 700 305.900 15
3 Paya Tungel 158 468 16 626 334 700 327.600 11
4 Telege Sari 160 434 14 594 196 700 303.800 5
5 Gegarang 152 510 15 662 297 700 357.000 -
6 Berawang Dewal 198 531 17 729 263 700 371.700 5
7 Merah Said 187 433 10 620 96 700 303.100 75
8 Paya Dedep 126 502 12 628 178 700 351.400 12
9 Bukit Sari 110 431 22 541 99 700 301.700 8
10 Bukit Kemuning 126 500 15 669 246 700 350.000 -
J u m l a h 1.550 4.685 151 6.278 2.613 7.000 3.279.500 152
9. Institusi Kelembagaan Penyuluh
Kelompok Tani di Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP) Kecamatan Jagong Jeget
berjumlah 101 Kelompok, dan masih berada dalam kelas pemula, terdiri dari 11
Kelompok Wanita Tani, 92 Kelompok Tani Dewasa dan 12 Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan).
Sementara itu untuk Kelembagaan Penyuluhan sebagai pendukung dan penggerak
dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan
Jagong Jeget antara lain Wilayah Kerja Penyuluhan (WKP) yang terdiri dari 12 WKPP.
Masing-masing WKPP dikoordinasikan oleh satu (1) orang Penyuluh PNS untuk
melancarkan pelaksanaan penyuluhan di desa-desa binaan. Penyuluh membina 1 desa, 2
desa dan ada juga yang 3 desa.
Dalam tahun 2014, jumlah penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP)kecamatan Jagong Jeget berjumlah 80 orang terdiri dari
penyuluh PNS 4 orang, dan Tenaga Harian Lepas (THL) 4 orang. Rincian jumlah
penyuluh di Balai Penyuluhan (BPP) terdiri dari 8 orang Penyuluh Pertanian, dan satu
orang Penyuluh Kehutanan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pengembangan perkebunan rakyat
Tahun 2015 mengacu kepada ;
10. Kebijakan
a).Peningkatan Produksi perkebunan Rakyat ;
- Perluasan areal tanam (Extensifikasi)
- Intensifikasi dan Rehabilitasi
- Pembangunan kawasan terpadu
- Fasilitas dan pengawasan mutu benih.
b). Pengolahan dan Pengawasan hasil.
- Penambahan alat pasca panen
- Penambahan pabrik pengolahan hasil
- Penambahan dan pembinaan kelembagaan pemasaran dengan Sistem
Kebersamaan Ekonomi (SKE).
c). Penataan dan Pembinaan Kelembagaan Petani :
- Pemberdayaan kelembagaan pemasaran petani/pekebun/pelaku utama
- Manejemen SDM perkebunan
- Pelatihan alih teknologi bagi pelaku utama
- Penumbuhan kemitraan usaha
d). Kebijakan Teknis
- Kebijakan pengembangan komoditas pertanian
- Kebijakan peningkatan kemampuan SDM perkebunan
- Kebijakan pengembangan kelembagaan usaha/petani
- Kebijakan Investasi usaha perkebunan
- Kebijakan pengelola SDA dan lingkungan hidup
- Kebijakan dukungan penyediaan alternatif energi dan pengembangan system
Informasi manajemen.
4.1.2. Survey PRA
1. Melakukan kunjungan ke BPP Jagong Jeget dalam rangka menyampaikan rencana
kegiatan bioindustry pertanian berbasis kopi arabika.
2. Bersama Petugas BPP menghimpun data sekunder sebagai data penunjang dalam
kegiatan ini. Data yang yang dikumpulkan meliputi; data biofisik wilayah, potensi
pertanian, perkebunan dan perikanan, sasaran pengembangan komoditas
permasalahan dan tindak lanjutnya (terlampir).
3. Melakukan kunjungan ke desa Paya Tungel kecamatan Jagong Jeget dalam rangka
pertemuan dengan 3 kelompok tani yang akan mengikuti kegiatan bioindustry
pertanian berbasis kopi arabika.
4. Menyampaikan rencana kegiatan bioindustry pertanian berbasis kopi arabika yang
akan dilaksanakan pada lokasi tersebut.
5. Menghimpun data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung
kepada masing-masing anggota kelompok. Pada kegiatan ini dilakukan studi terhadap
potensi, kendala dan peluang yang ada di suatu wilayah serta komponen teknologi
yang sudah ada dan berkembang ditingkat masyarakat tersebut. Selain itu data yang
dihimpun meliputi ; umur, pendidikan, jenis pekerjaan, hal yang berkaitan dengan
usahaternak, usahatani kopi, dan data lainnya yang dapat mendukung kegiatan yang
akan dilaksanakan (terlampir).
6. Melakukan pertemuan dengan Bupati Aceh Tengah dalam rangka menyampaikan
kegiatan bioindustry pertanian berbasis kopi arabika yang akan dilaksanakan di
kecamatan Jagong Jeget.
7. Pada pertemuan ini Bupati menyampaikan bahwa selama ini kulit merah kopi belum
dimanfaatkan dan hanya dibiarkan menumpuk, dan hal ini akan berdampak terhadap
pencemaran lingkungan.
8. Beliau mengharapkan adanya suatu penelitian untuk pengolahan kulit merah kopi ini.
Selain diolah untuk pupuk organik, juga dapat diolah sebagai minuman yang memiliki
nilai tambah terhadap limbah kopi. Selain itu Bapak Bupati juga mengharapkan
adanya penelitian untuk meningkatkan nilai tambah dari buah tomat yang berlimpah
di takengon
9. Melakukan kunjungan ke koperasi Baitul Qiradh Baburrayan dalam rangka
membicarakan kerjasama yang akan dilakukan dalam menampung hasil panen
kelompok binaan BPTP nantinya.
10. Koperasi ini bergerak dibidang ekspor biji kopi, dan pengiriman masih melalui
pelabuhan Belawan. Koperasi ini sudah memiliki 105 kelompok binaan yang
menghasilkan biji kopi yang sesuai dengan standar ekspor.
4.1.3.Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kelompok tani dengan jumlah 75 orang petani.
Karakteristik Kategori Jumlah Persen (%)
Umur <25
26-35
9
25
12
33
36-45
46-55
>56
Jumlah
20
15
6
75
26
20
8
100
Pendidikan <SD
SD
SLTP
SLTA
>SLTA
Jumlah
0
22
27
26
0
75
0
29
36
34
0
100
Pekerjaan Petani
Peternak
Buruh Tani
Wiraswasta
Swasta
PNS
Jumlah
52
15
6
2
0
0
75
69
20
8
2
0
0
100
Sumber : Analisis Data primer, 2015
Berdasarkan keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai
karakteristiknya yang meliputi :
A. Umur
Berdasarkan hasil yang dikumpulkan dilapangan karakteristik responden berupa
umur menunjukkan bahwa usia responden kurang dari 25 tahun berjumlah 9 orang
(12%), usia responden yang termasuk dalam kategori usia antara 26-35 tahun sejumlah
25 orang (33%). Sedangkan usia responden pada kategori dewasa yaitu usia antara 36-
45 tahun yang berjumlah 20 orang (26%), dan usia responden yang termasuk dalam
kategori umur 46-55 berjumlah 15 orang (20%) dan yang termasuk dalam usia tua
lebih dari 56 tahun sebanyak 6 orang (8%).
Menurut Notoatmodjo semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan
lebih tinggi pada saat berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwa (Notoatmodjo Soekidjo, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei, Jakarta : Rineka Cipta, 2003). Berdasarkan dari hasil yang
dikumpulkan dilapangan bahwa usia responden yang memiliki persentase yang tertinggi
adalah terdapat dalam kategori usia antara 36-45 tahun dengan jumlah persentase
mencapai 53,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kategori usia tersebut termasuk dalam
kategori cukup umur dengan tingkat kematangan dalam berfikir dan bekerja. Tentunya
dengan tingkat persentase yang tertinggi terhadap usia dewasa akan sangat membantu
dalam proses penelitian karena responden pada umumnya berada pada tingkat usia
yang baik dalam mengembangkan usaha yang produktif dalam kelompoknya.
A. Pendidikan
Dari hasil yang dikumpulkan dilapangan menunjukkan bahwa dari pemeringkatan
lamanya pendidikan yang dijalankan bahwa tidak ditemukan responden yang
menjalankan pendidikan dibawah 6 tahun (< SD) dan tidak ditemukan responden
yang yang menjalankan pendidikan Perguruan Tinggi />SLTA. Tingkat pendidikan
petani akan sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan usaha Gapoktan
yang produktif dan juga sangat berpengaruh terhadap adopsi suatu informasi yang
berguna bagi dirinya dan juga kelompok. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka tingkat adopsinya terhadap suatu inovasi akan semakin baik, dan
juga akan semakin respon terhadap hal-hal yang baru. Hasil penelitian dilapangan
menunjukkan bahwa berjumlah 0 orang responden yang menjalankan pendidikan
dibawah 6 tahun (0%). Berjumlah 22 orang responden yang menjalankan pendidikan
selama 6 tahun /SD ( 29%) dan berjumlah 27 orang responden yang menjalankan
pendidikan selama 9 tahun /SMP (36%) dan berjumlah 26 orang responden yang
menjalankan pendidikan SLTA (34%). Dari hasil analisis dilapangan memperlihatkan
bahwa persentase tingkat pendidikan yang paling kecil jumlah respondennya adalah
tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggi dan yang paling besar jumlah
respondennya adalah berada pada tingkat pendidikan SLTA. Hal ini menunjukan
bahwa pada umumnya responden telah menempuh pendidikan formal pada tingkat
menengah yaitu lebih dari 9 tahun, tentunya hal ini akan sangat memudahkan bagi
responden dalam menerapkan model pertanian Bioindustri.
B. Pekerjaan
Dari hasil yang didapatkan dilapangan bahwa karakteristik pekerjaan dengan kategori
sebagai petani memiliki jumlah responden sebanyak 52 orang (69%) dan kategori
peternak sebanyak 15 orang (20%). Kategori buruh tani sebanyak 6 orang (8%) dan
kategori wiraswasta/pedagang sebanyak 2 orang (3%) dan kategori PNS dan swasta
sebanyak 0 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang terbanyak berada
pada kategori sebagai petani dengan persentase sebesar 20%, menunjukkan bahwa
responden yang bermata pencaharian sebagai petani lebih banyak yang
mengembangkan usaha pertanian kopi arabika.
4.1.4. Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perkebunan di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah 1. Melakukan koordinasi dengan dinas Perkebunan Aceh Tengah, yang diwakili oleh
Sekretaris Kadis, Ir. Ichwan Zuhri.Tim BPTP Aceh menyampaikan tujuan dilakukan
koordinasi dengan dinas, dalam rangka melakukan identifikasi calon lokasi yang akan
dijadikan untuk kegiatan Bioindustri yang berbasis kopi arabika. Untuk itu diperlukan
informasi tentang bagaimana teknologi pasca panen kopi di tingkat petani sekaligus
tentang budaya masyarakat dalam mengelola usahatani baik kopi, ternak maupun
dalam berkelompok. Selanjutnya tim juga menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak
ada belanja modal yang termasuk pengadaan alat prosesing buah kopi dan prosesing
kopi menjadi bubuk. Kegiatan ini seyogyanya adalah suatu system pertanian yang
mengelola dan memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati termasuk
biomasa dan limbah organic pertanian untuk menghasilkan nilai ekonomi tinggi dalam
ekosistem/lingkungan. Kegiatan ini arahnya untuk pengembangan pertanian yang
ramah lingkungan, menerapkan inovasi teknologi, integrasi, yang dimulai dari hulu
hingga hilir secara berkelanjutan. Sekretaris Kadisbun, menginformasikan kepada tim
bahwa pihak dinas ada program Rehabilitasi kopi bukan perluasan areal tanam.
Program rehabilitasi ini dilaksanakan sejak tahun 2010- 2015, dimana untuk
mengganti tanaman kopi petani yang mati. Berikutnya budidaya kopi organic sudah
mencapai 80% di tingkat petani. Berkaitan dengan tujuan dari kegiatan yang akan
dilakukan yaitu integrasi kopi dengan ternak sapi, maka disarankan kegiatan ini lebih
tepat dilaksanakan di Kecamatan Jagong Jeged. Kecamatan ini program bantuan
ternak sapi telah berjalan dan peternak sebelum mendapat bantuan ternak terlebih
dahulu sudah dipersiapkan tanaman hijauan makanan ternak, sehingga
perkembangan ternak cukup baik. Kondisi ini sangat tergantung pada social
masyarakatnya yaitu dari suku Jawa.
2. Melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan Aceh Tengah, yaitu pertemuan
dengan Kadisnak, bahwa tim BPTP Aceh menyampaikan tujuan dari akan
dilaksanakan kegiatan Bioindustri yang perinsip dasarnya adalah pertanian yang
ramah lingkungan, pola integrasi kopi dan ternak sapi yang mana limbah masing
masing komoditi ini dapat menjadi bioproduk baru yang bernilai tinggi, terpadu dan
menghasilkan energy. Kegiatan ini akan dilakukan dengan pendekatan sosial, budaya
dan untuk peningkatan perekonomian masyarakat tani.Kepala Disnak menyarankan
beberapa kecamatan yang sudah melaksanakan kawasan terpadu yaitu, Kecamatan
Bebesan, Kebayakan, Kuta Panang, Bies dan Jagong Jaget. Dari beberapa Kecamatan
tersebut yang sudah terkoordinir pendistribusian sapi import adalah Jagong Jeget,
untuk 1 KK mendapat 1-5 ekor dan rata rata peternak 1 ekor sapi.
3. Melakukan koordinasi dengan dinas Perkebunan Kabupaten Bener Meriah, dalam
rangka menyampaikan tentang kegiatan Bioindustri berbasis kopi arabika yang akan
dilaksanakan di dataran Tingg Gayo. Selanjutnya sekretaris Kadisbun menyampaikan
bahwa tanaman kopi arabika yang ditanam petani tidak hanya yang sudah dilepas
yaitu Gayo 1 (Timtim) dan Gayo2 (Borbor) oleh Mentri Pertanian dengan SK Mentan
no 3998/Kpts/S.R.120/12/2010 pada tanggal 29 Desember 2010, tetapi varietas P 88
dalam bentuk bibit bukan biji. Jenis arabika seperti yang tersebut di atas masih
disenangi oleh petani karena produksi dan harganya cukup baik, juga agak tahan
penyakit jamur akar putih dan hama PBKo apabila lahan kopi bersih dan terawat/
terpelihara dengan baik.
4. Melakukan koordinasi dengan dinas Peternakan Kabupaten Bener Meriah dalam
rangka menginventarisasi wilayah pengembangan ternaksapi. Informasi yang
disampaikan Kabid .Produksi bahwa di Kabupaten Bener Meriah pemeliharaan ternak
sapi lebih banyak diusahakan dalam kawasan luas , tidak di dalam kawasan
perkebunan kopi, hanya beberapa lokasi yang berintegrasi dengan tanaman kopi,
yaitu Kecamatan Timang Gajah, karena masyarakatnya darin suku jawa.
5. Melakukan koordinasi dengan Bupati Kabupaten Aceh Tengah dalam rangka
penetapan calon lokasi kegiatan Model pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis
Tanaman-Ternak Sapi. Adapun tanggapan Bupati tentang kegiatan Bioindustri
disarankan memilih lokasi yang terdapat integrasi tanaman kopi dan ternak, yaitu
Kecamatan Jagong Jeget.
Berdasarkan arahan Bupati Aceh Tengah dan hasil koordinasi dengan Dinas
Peternakan/Perikanan dan Dinas Perkebunan serta hasil survey PRA maka rencana
tindak lanjut pada kegiatan Bioindustri pertanian berbasis kopi Arabika yang akan
dilakukan adalah :
Peningkatan kemampuan SDM petani melalui :
- Pelatihan teknologi budidaya dan pengolahan hasil kopi Arabika
- Pelatihan teknologi pengendalian hama PBKo dengan menggunakan Brocap Trap
dan Jamur Beuvaria Bassiana
- Pelatihan teknologi budidaya dan dan pengandangan sistim kloni
- Pelatihan teknologi pembuatan biogas dari limbah ternak sapi
- Pelatihan pembuatan kompos limbah kotoran ternak sapi
- Pelatihan teknologi perbanyakan Trichoderma
- Pelatihan pengelolaan hijauan pakan ternak menggunakan aktivator Trichoderma
- Pelatihan teknologi pembuatan dan perbanyakan Ragur 100
- Pelatihan pembuatan fermentasi kulit kopi untuk pakan ternak dengan
menggunakan Ragur 100.
- Pelatihan teknologi pemanfaatan urine sapi untuk pupuk organik cair
- Pelatihan teknologi pembuatan Mineral Blok dengan formulasi 721
- Pelatihan teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)
Peningkatan kapasitas SDM Petani dan Penyuluh
- Pembuatan demplot kebun kopi
- Pembuatan demplot kebun hijauan makanan ternak
Penataan dan pembinaan kelembagaan petani
- Pembinaan kelembagaan pemasaran dengan Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE)
- Penumbuhan kemitraan usaha antara kelompok tani dengan koperasi dalam
bidang pengolahan dan pemasaran hasil.
4.1.5.Identifikasi Calon Lokasi Kegiatan
1. Melakukan kunjungan lapangan ke Kecamatan Jagong Jaget dalam rangka identifikasi
lokasi calon kegiatan Bioindustri berbasis kopi arabika. Beberapa desa yang
dikunjungi yaitu; (1) Desa Paya Dedep pada Kelompok Tani “Jagung Makmur “, (2)
Desa Jeget Ayu pada Kelompok Tani “ Sejahtera” dan (3) Paya Tungel pada
kelompok Tani “ Giri Mulyo “.
Dari hasil identifikasi dan koordinasi baik dengan dinas terkait maupun kepada
petani/ peternak kegitan ini akan dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yaitu pada
kecamatan Jagung Jeget desa Paya dedep dan desa Jeget Ayu. Hal tersebut diambil
mengingat dari hasil survei komponen-komponen yang akan dilakukan secara
mendasar sudah tersedia sehingga kemungkinan besar untuk memasukkan atau
menerapkan teknologi kegiatan pertanian Bio-industri dapat dilakukan/dilaksanakan di
tempat tersebut.
Ada beberapa paremeter yang menunjang kegiatan tersebut antara lain:
- Tersedianya sumber daya Manusia yang menunjang terlaksananya kegiatan tersebut
- Adanya kelembagaan kelompok tani sebagai penerima manfaat
- Tersedianya sumber daya lahan dan ternak pada lokasi pelaksanaan
- Sarana dan prasarana yang menunjang untuk terlaksananya kegiatan tersebut.
- Belum termanfaatkan secara maksimal limbah dari hasil perkebunan terutama limbah
kulit cery copi arabika dan limbah dari ternak.
- Sudah dilakukannya budidaya ternak sapi secara konvensional.
- Tersedianya bahan pakan ternak yang akan dimanfaatkan dalam proses fermentasi
dengan menggunakan Trichoderma dan Rogum 100.
-
2. Kendala dan permasalahan
- Belum dilakukannya pemanfaatan limbah secara baik
- Sistim perkandangan masih dilakukan di lahan kebun kopi
- Perawatan dan pemeliharaan kebun belum dilakukan secara terpadu
- Perkandangan ternak sapi belum sesuai dengan standar
- Pemberian pakan masih dalam bentuk rumput-rumputan dan belum menggunakan
jenis Leguminosa
- Berdasarkan hasil survey PRA bahwa pengelolaan kebun kopi yang dilakukan petani
masih tradisional, seperti bibit yang ditanam berasal dari biji yang tumbuh dibawah
pohon kopi yang ada disekitar kebun dan tidak dilakukan pemupukan pada tanaman
kopi sehingga produktivitas kopi yang dihasilkan belum optimal.
- Rantai pasok hasil panen masih dalam bentuk gelondongan merah yang dijual pada
pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan karena belum tumbuhnya kemitraan
kelembagaan pemasaran di wilayah Jagong Jeget.
- Pemeliharaan ternak sapi potong dilakukan dengan pola dikandangkan dan kotoran
ternak tersebut belum dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada tanaman kopi
sebagai pupuk kompos.
4.1.6. Input teknologi dalam pengembangan model Bioindustri pertanian berbasis kopi arabika Input teknologi yang dimasukkan dalam bioindustri berbasis integrasi tanaman kopi
dan ternak sapi antara lain: 1) teknologi pengendalian hama PBKo dengan menggunakan
perangkap Brocap Trap dan jamur Beauvarria Bassiana, 2) teknologi pengandangan ternak
sapi sistem kloni, 3) teknologi pembuatan biogas dari limbah kotoran sapi, 4) teknologi
pembuatan fermentasi kulit kopi untuk pakan ternak dengan menggunakan Ragur 100, 5)
teknologi pengelolaan hijauan pakan ternak menggunakan aktivator Trichoderma, 6)
teknologi pemanfaatan urin ternak sapi untuk pupuk organik cair 7) teknologi pembuatan
Mikro Organisme Lokal (MOL), 8) teknologi pembuatan Ragur 100, 9) teknologi pembuatan
mineral block, 10) teknologi bokashi untuk pembuatan pupuk organik.
Cara pembuatan Bio Urin, dengan bahan-bahan yaitu 100 liter urin, ½ kg kunyit, ½
kg jahe, ½ kg lengkuas, ½ kg serai, 2 kg rebung, 2 liter Bio aktifator. Alat yang digunakan
yaitu drum aerator.
Cara pembuatan bio urine semua bahan tersebut dihaluskan dan direbus dan direbus
sampai tenggelam airnya. Rebung dihaluskan dan disaring. Semua bahan-bahan tersebut
berjumlsh 8 liter. Bahan tersebut lalu dicampur dengan Mol 2 liter sehingga menjadi 10 liter,
kemudian dicampur lagi hingga mencapai 100 liter menjadi 110 liter. Total 110 liter tersebut
di aerasi selama kurang lebih 36 jam. Setelah bau urin berubah menjadi seperti bau tapai,
bio urin siap digunakan. Dosis pakai 1 liter dilarutkan dengan air 15 liter, dan siap
disemprotkan ke tanaman.
4.1.7. Demplot/display tanaman hijauan pakan ternak dan tanaman
Kopi
1. Demplot pakan ternak
Demplot pakan ternak seluas 1 hektar yang terdiri dari 5 jenis tanaman yaitu rumput
gajah, gamal, kaliandra, lamtoro dan Indigovera. Masing-masing tanaman ditanam dengan
luas 2000 m2, jarak tanam 150x150 cm.
2. Demplot tanaman kopi
Demplot tanaman kopi seluas ± 0,25 hektar terdiri dari varietas Gayo 1 dan Gayo 2
dengan umur tanaman kopi berkisar 10 tahun. Pengendalian hama PBKo menggunakan
perangkap Brocap Trap dan larutan Beauvarria bassiana. Brocap Trap merupakan perangkap
dengan cara menarik serangga PBKo Betina dewasa menggunakan perangkap (trapping)
yang dilengkapi dengan senyawa Hypotan. Jarak pemasangan antar perangkap 6-7 meter
pada ketinggian 1,60 meter sampai 2 meter diatas permukaan tanah. Penyemprotan larutan
Beauvarria Bassiana dengan takaran 200-250 gram dicampur dengan 15 liter air dan
disemprotkan pada seluruh bagian tanaman dan permukaan tanah. Untuk pengendalian
hama PBKo menggunakan Beauvarria Bassiana dengan interval 15-30 hari selama 6 bulan
berturut-turut sedangkan untuk pencegahan/perawatan dengan interval 3-4 bulan selama 1
tahun.
4.1.8.Pelatihan/Pembinaan Teknologi pada Petani
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta dari 3 kelompok dari 3 desa dan petugas
dari BPP
Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Bapak Kepala Desa diwakili oleh
Bapak kepala Desa Paya Tunggel.
Bapak kepala desa desa menyambut baik kegiatan bioindustri ini dan mengharapkan
agar kegiatan ini bisa berjalan dengan baik dan member manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat di desanya.
Bapak kepala desa menyampaikan bahwa di desa Paya Tunggel terdapat 15
kelompok tani, 3 diantaranya adalah kelompok tani wanita.
Bapak Kepala Desa mengharapkan agar kelompok yang tidak terlibat dalam kegiatan
bioindustri ini juga diberikan pembinaan
Kepada kelompok yang terlibat dalam kegiatan ini diharapkan agar dapat bekerja
dengan baik untuk kesuksesan kegiatan ini.
Tim pengkaji dari BPTP menyampaikan bahwa hasil dari diskusi dengan Dinas
Perkebunan dan Dinas Peternakan dan Perikanan Aceh Tengah serta hasil survey
lokasi maka lokasi yang ideal untuk mengembangkan dan menerapkan kegiatan
bioindustri berbasis tanaman kopi adalah di daerah Jagong Jeged karena masyarakat
di daerah Jagong Jeged disamping menanam kopi juga ada memelihara ternak. Tim
pengkaji dari BPTP menambahkan bahwa meskipun potensi sumberdaya alamnya
sangat ideal untuk mengembangkan program tersebut namun jika anggota kelompok
kurang motivasinya maka kegiatan ini tidak akan berhasil. Oleh karena itu diharapkan
kepada anggota kelompok agar dapat berperan secara aktif dan komitmen terhadap
apa saja yang telah direncanakan bersama. Kegiatan temu teknis ini juga diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas petani dalam melaksanakan budidaya kopi dan ternak
sapi yang berwawasan lingkungan juga meningkatkan pendapatan rumah tangga tani
melalui peningkatan nilai tambah dari masing-masing komoditas.
Pada tahap awal dari kegiatan bioindustri ini diharapkan agar petani dapat
memanfaatkan hasil samping kopi sebagai pakan ternak, juga memanfaatkan limbah
kotoran ternak sebagai pupuk organic untuk tanaman kopi serta dari kegiatan ini
diharapkan juga agar petani mendapatkan biogas dari kotoran ternak.
Pada saat ini telah siap dibangun 3 unit digester biogas dan 2 unit digester tersebut
telah berfungsi, sedangkan yang 1 unit lagi belum berfungsi karena jumlah feses sapi
belum mencukupi, dan telah disarankan pada kelompok tersebut untuk menambah
feses sapi
Masing-masing dari 1 unit digester tersebut hanya dapat digunakan untuk 4 rumah
tangga
Pada temu teknis tersebut petani diberi pelatihan tentang cara fermentasi kulit buah
kopi menggunakan starter RAGUR 100 dan pembuatan Garam Blok
4.1.9. Kegiatan Temu lapang
Melakukan koordinasi dengan Bupati Kabupaten Aceh Tengah sehari sebelum acara
temu lapang, tanggal 24 November 2015 tentang agenda kegiatan Temu Lapang
yang akan dilaksanakan di Kecamatan Jagong Jeget di Desa Paya Tungel. Audensi
dengan Bupati bertempat di Pendopo Bupati pada pukul 8.30 – 9.00, mengenai
pelaksanaa kegiatan Bioindustri yang sudah berjalan yaitu sudah menghasilkan
Biogas dari proses pengolahan limbah kotoran ternak sapi untuk pemanfaatan 4
Rumah tangga tani pada setiap unit bio digester. Kegiatan ini membuat 3 unit bio
digester pada 3 desa, yaitu Paya Tungel, Paya Dedep, dan Jeget Ayu dengan
dimanfaatkan oleh 12 rumah tangga petani. Selain itu juga di fasilitasi biaya untuk
pembuatan display/ demplot tanaman hijauan makanan ternak pada lahan desa
untuk setiap desa, juga display/demplot tanaman kopi dimana lahan milik anggota
kelompok tani yang dilengkapi dengan Brocap Trap/ perangkap hama penggerek
buah kop ( PBKo) dan pengendalian dengan menggunakan Beuvaria Bassiana.
Melakukan perjalanan kelokasi desa Paya Tungel Kecamatan Jagong Jeget dalam
rangka persiapan lokasi kegiatan yang akan dikunjungi oleh Bupati pada tanggal 25
November 2015. Adapun persiapan yang dilakukanterdiri dari; (1) mempersiapkan
juru bicara dari yang mewakili 3 kelompok tani penerima manfaat kegiatan
bioindustri, diwakili oleh ketua Poktan Giri Mulyo Wahyu Hidayat tentang manfaat dari
penggunaan Biogas untuk masak dari segi ekonomi dan juga manfaat ganda lainnya,
(2) mempersiapkan tempat kegiatan seremonial Temu Lapang, berkoordinasi dengan
Camat Kecamatan Jagong Jeget, Kepala desa dan kelompok tani.
Melakukan kegiatan Temu lapang pada tanggal 25 November 2015, bertempat di
halaman balai Desa Paya Tungel Kecamatan Jagong Jeget. Acara temu lapang
dengan tema Bioindustri Tanaman-Ternak Mendukung Inovasi Pertanian
Berkelanjutan. Sebelumnya Bupati melakukan kunjungan kelokasi kegiatan Biogas
dan demplot tanaman kopi. Acara di lapangan dipandu oleh tim BPTP, Kelompok tani,
dan Bupati didampingi oleh Penjab kegiatan, yang mewakili kepala BPTP Aceh serta
diikuti oleh Muspida yang terdiri dari Dandim, Kapolres, Ketua DPRK, Kepala Dinas
Lingkup Pertanian, Bapeluh, yang mewakili dari Koperasi Baburrayan, sedangkan
Muspika yaitu Koramil, Kapolsek, Camat , KTNA tingkat Kecamatan dan kepala Desa.
Peserta temu lapang terdiri dari Kelompok Tani Giri Mulyo, Jagong Makmur dan
Sejahtera sebagai kelompok penerima manfaat kegiatan, Ketua kelompok tani yang
ada di wilayah kecamatan Jagong Jeget, Muspida, Muspika dan kepala Desa Paya
Tungel, Paya Dedep dan Jeget Ayu.
Acara temu lapang dibuka oleh prototokol, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci
Al-Qurannulkarim untuk memohon keberkahan dari Allah SWT acara tersebut. Berikut
laporan pelaksanaan kegiatan Bioindustri berbasis tanaman-ternak sapi disampaikan
oleh Penjab kegiatan, Ir Yufniati ZA , berkaitan dengan tahapan pelaksanaan
kegiatan, yaitu Koordinasi dengan dinas terkait dalam hal ini dinas Perkebunan dan
Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, berikut dengan Bupati tentang rencana
kegiatan bioindustri tanaman kopi dan ternak sapi yang akan dilaksanakan.Hasil
koordinasi ini terpilihlah Kecamatan Jagong Jeget menjadi calon lokasi yang akan
dilaksanakan kegiatan Bioindustri.Dilanjutkan pada tahapan identifikasi lokasi yang
dilakukan survey untuk 3 desa/ 3 kelompok tani. Selanjutnya dilakukan pelatihan dan
bimbingan teknologi mengenai pemanfaatan kotoran ternak untuk bio gas,
penggunaan rogum untuk fermentasi pakan ternak dari rumput dan kulit kopi, serta
pembuatan kotoran ternak untuk pupuk organic dan pembuatan pupuk hayati cair,
mineral blok. Pada kegiatan Bioindustri juga dilakukan display/demplot 5 jenis
tanaman untuk hijauan makanan ternak (HMT), display/demplot tanaman kopi
dengan aplikasi penggunaan Brocap Trap untuk pengendalian hama PBKo secara
terpadu dan Beuvaria Bassiana.l
Acara berikut sambutan disampaikan oleh Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
mewakili Ka. BPTP, bahwa temu lapang merupakan tahapan akhir dari kegiatan
pengkajian sehingga teknologi yang telah diaplikasikan dalam kegiatan Bioindustri ini
akan dapat dikembangkan menjadi suatu inovasi teknologi model pengembangan
bioindustri yang ramah lingkungan dan menggunakan sumberdaya alam yang ada
disekitarnya yang aman dan bersifat ramah lingkungan, mengurangi input luar
seminimaal mungkin apalagi bahan kimia.Selama ini pemaanfaatan kayu bakar akan
merusak lingkungan dengan cara merambah hutan,pada hal ada energy yang bias
diperoleh dari kotoran ternak sapi untuk dapat dijadikan bahan bakar. Limbah kotoran
sapi selain untuk biogas juga dapat disubsitusi untuk tanaman kopi sebagai pupuk
organik,sehingga kedua komoditi ini saling berintegrasi dimana kulit kopi dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak melalui fermentasi dengan menggunakan rogum.
Untuk demplot HMT yang terdiri dari rumput gajah, lamtoro, gamal, kaliandra dan
indigovera dengan tujuan memudahkan bagi peternak untuk memperolehnya
sebagai pakan ternak yang tidak digembalakan.Temu lapang ini merupakan salah
satu kegiatan yang menjaring umpan balik dari para petani pengguma teknologi,
Stakeholders . Sehingga dengan kehadiran Bapak Bupati pada acara ini tentunya
dapat memberikan semangat untuk petani kita dalam melaksanakan tugasnya dengan
baik dan sungguh sungguh guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
kelarga tani
Tanggapan petani yang diwakili oleh ketua Poktan Wahyu Hidayat, bahwa kegiatan
Bioindustri berbasis tanaman – ternak sapi dapat berlanjut pada tahun depan agar
penerima manfaat dari kegiatan ini tidak hanya 3 kelompok ini saja, tetapi juga untuk
kelompok lainnya yang ada di Kecamatan Jagong Jeget ini.Kami mengucapkan
terimakasih kepada BPTP Aceh yang telah memberi kami ilmu atau teknologi yang
mudah kami aplikasikan seperti fermentasi limbah kulit kopi untuk pakan ternak,
pemanfaatan trichoderma untuk fermentasi rumput untuk pakan ternak, sehingga
kami dapat menghemat waktu untuk mencari dan memotong rumput. Selanjutnya
kami juga mengharap bimbingan tehnis dari dinas terkait.
Arahan dan bimbingan dari Bupati Kabupaten Aceh Tengah
Saya mengucapkan terima kasih kepada BPTP Aceh yang telah melakukan kegiatan
model pengembangan pertanian Bioindustri berbasis tanaman-ternak, telah dirasakan
manfaatnya oleh anggota kelompok tani sebanyak 3 kelompok. Namun manfaat ini
dapat dirasakan pula oleh kelompok lain secara bertahap.Kecamatan Jagong Jeget ini
dikenal dengan daerah/kecamatan yang penghasil sayur dan juga penggemukan sapi.
Selama ini kita hanya melihat manfaat dari masing masing komoditi, tetapi dengan
adanya teknologi dapat menghasilkan manfaat dari adanya integrasi antara tanaman-
ternak, sehingga dari kotoran ternak dapat menghasilkan biogas dan pupuk organic
untuk tanaman kopi dan sayur. Keberhasilan program ini tentunya akan membawa
dampak yang positif terhadap lingkungan. Program ini merupakan program yang
ramah lingkungan karena gas metan yang terkandung atau ada dalam kotoran sapi
dapat terserap oleh biodigester untuk diolah menjadi biogas seperti yang disampaikan
oleh bapak Ir M. Ferizal dari BPTP Aceh. Sisa kotoran sapi dari biodigester
mempunyai kandungan hara yang tinggi untuk diberikan kepada tanaman dalam
rangka peningkatan produksi dan kualitas hasil panen.Bupati menyarankan kepada
BPTP Aceh , bagaimana energy yang ada ini juga dapat dimanfaatkan untuk listrik
dan bahan bakar memasak. Untuk memasyarakatkan mandiri energy ditingkat RT
dulu, tentu dinas Perindag dapat mensiasati pembuatan kompor untuk masak dan
dapat dilatih para pemuda dalam memproduksinya. Apabila Kecamatan Jagong Jeget
ini dapat menjadi wilayah mandiri energy, tentunya dapat menghemat pemakaian
listrik dari PLN, tapi kita tetap membayar biaya bebannya saja. Tentunya dalam
pengembangan bioindustri secara luas, tentu diperlukan bantuan pemerintah dalam
hal ini ketua DPRK yang hadir bersama kita, juga dinas lingkup pertanian dan dinas
lainnya. Kesimpulan hasil diskusi Kelompok Tani dengan Bupati
1. Selama menggunakan biogas untuk memasak dapat menghemat biaya rumah
tangga tani yaitu lebih kurang setiap bulan antara Rp 60.000 – 70.000,-,
disampaikan oleh ibu dari anggota kelompok tani Giri Mulyo.
2. Pembuatan pakan ternak dengan Ragur 100 dan trichoderma sudah mencapai
keberhasilannya 70%, dan 30% lagi belum berhasil dikarenakan kondisi daerah ini
dingin.
3. Saran anggota kelompok untuk BPTP Aceh agar pupuk kandang padat dan urine
sapi dapat dikemas dan dijual, dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan baru
selain bertanam kopi, sayuran dan ternak sapi.
4. Saran anggota kelompok tani bagaimana BPTP juga dapat membekali ilmu tentang
pembuatan pestisida nabati agar kami tidak lagi menggunakan pestisida kimia
yang sifatnya kurang ramah lingkungan.
5. Informasi yang disampaikan dari tehnisi biodigester , Rinaldi bahwa selama 2
bulan proses fermentasi kotoran sapi dalam tabung biodigester dapat
dimanfaatkan untuk 4 Rumah tangga tani, setelah 6 bulan dapat dimanfaatkan
untuk 7 Rumah Tangga tani.
6. Standar 2 ekor sapi dapat dimanfaatkan biogas untuk memasak/ KK.
4.1.10. Analisa Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Buah Kopi
A. Cery/buah kopi 1 kaleng = 10 bambu atau setara dgn 12 kg
@/bambu Rp 8.000,- = Rp 80.000.-
B. Jika di pulper akan menghasilkan biji gabah 4,0 Kg
@ 25.000,- = Rp 100.000.-
C. Biaya olah buah Cery manjadi labu 1 kaleng @ RP 2.000.-
D. Dari gabah 4,0 Kg di olah ke greand bean atau biji kopi
menghasilkan 2,0 – 2,2kg @ Rp60.000.- = Rp 120.000,-
E. Biaya/ongkos olah atau menghuler gabah Rp 2.500.-/kg
Jadi jika di hitung peningkatan setiap langkah, yaitu
(B – C) = Z atau 100.000 – 2.000 = Rp 98.000 (Z)
Peningkatan nilai tambah, Z - A = Y atau Rp 98.000 – 80.000 = 18.000 (Y) atau ada
peningkatan sebesar 22 % jika prodak di olah
Kemudian dari gabah D - E = X atau Rp 120.000 – Rp 2.500 = Rp 117500 (X)
Peningkatannya X – Z = P atau Rp 117.500 – Rp 98.000 = Rp 19.500.-(P) Jika produk
diolah kembali, maka ada peningkatan 16,5 %, apabila di hitung besarnya peningkatan nilai
tambah pengolahan buah cery sampai greend been sebesar 38,5 %
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bioidustri merupakan usaha pengolahan sumber daya alam hayati dengan
bantuan teknologi bioindustri untuk menghsilkan berbagai macam hasil pertanian
yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi.
Pengolahan sumberdaya alam tidak terbatas pada upaya meningkatkan hasil
pertanian, tetapi pada upaya mengelola hasil pertanian menjadi komoditas yang
bervariasi, sehingga meningkatkan variasi produk dan nilai tambah.
5.2. Saran
Kegiatan bioindustri berbasis integrasi tanaman kopi dan ternak sapi perlu dilanjutkan
untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mejadi kawasan model
pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri yang ramah lingkungan.
Kegiatan ini pada tahun ke empat dapat direplikasi oleh Pemerintah Daerah ke daerah
lain yang agroekosistemnya sama dan berbasis tanaman hortikultura.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Wibawa, 2008. Konservasi tanah dan air dalam Panduan Budidaya dan
Pengolahan Kopi Arabika Gayo. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
2008.
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2014. Aceh dalam angka 2014.
Baon, J.et al.,2003. Pengelolaan Kesuburan Tanah Perkebunan Kopi dalam
Mewujudkan Usahatani Yang Ramah Lingkungan. Warta Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia.
Departemen Pertanian, 2008. Pedoman Percepatan Pencapaian Swasembada Daging
Sapi (P2SDS). Departemen Pertanian, Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, 2004. Statistik
Perkebunan Indonesia, Kopi 2001-2003. Jakarta 87p.
Direktorat Pakan Ternak,. 2012. Limbah Kakao Sebagai Alternatif Pakan Ternak.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi NAD, 2008. Statistik Perkebunan Provinsi
NAD.
Efendi Z, dkk. 2013. Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi (Studi Kasus Desa
Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). BPTP Bengkulu.
International Coffee Organization, 2004.Coffee Market Report. Agustus 2004.
J Rachman. 2014. Rancang Bangun Rantai Pasok Green Bean Kopi Gayo
Berkelanjutan. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB.
Mirza, Iskandar. 2014. Laporan Akhir Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau.
BPTP Aceh.
SIPP. 2013. Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013- 2045: Membangun
Pertanian – Bioindustri Berkelanjutan. Sidang Kabinet Terbatas. Jakarta.
Umi Pudji Astuti, 2015. RPTP. Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi
Tanaman Ternak Spesifik Lokasi DI Provinsi Bengkulu.
Yufniati ZA. 2007. Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Paket Teknologi Budidaya Kopi
Organik Di Dataran Tinggi Gayo. BPTP Aceh.
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
Temu koordinasi dan konsultasi dengan Pemda Aceh Tengah dan dinas terkait
Identifikasi lokasi
Kunjungan ke Koperasi Baburrayyan
Survey PRA
Survey PRA
Pelatihan dan Bimbingan Teknis Petani
Temu Lapang
Recommended