View
236
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Riset
vol. 07 No. 01 jaNuari 14 i DrPM gazette i 17
Virus Influenza: Bukan Penyebab Penyakit Biasa
Penyakit influenza atau flu disebabkan oleh virus influenza umumnya dipandang
orang sebagai penyakit biasa yang tidak dipandang memerlukan penanganan yang
serius. Di Indonesia, flu burung yang terjadi dengan jumlah kasus terbanyak didunia
dan tingkat mortalitas sekitar 80% mengubah persepsi orang mengenai penyakit
influenza. Flu burung adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A H5N1
dan merupakan penyakit zoonosis, yaitu penyakit hewan yang ditularkan pada manusia.Virus
influenza merupakan anggota keluarga Orthomyxoviridae, mempunyai
3 tipe yang dapat menginfeksi manusia, yaitu influenza A, B
dan C. Virus influenza A merupakan virus yang dapat
menyebabkan influenza dan dideteksi pada manusia
dan berbagai unggas serta mamalia. Virus influenza
A merupakan virus yang sering menyebabkan gejala
sakit flu musiman (yang bersirkulasi di manusia virus
H1N1, H3N2, H2N2 dan H1N2) dan lebih berat
dibanding influenza B dan C (paling ringan) pada
manusia. Berbagai subtipe virus influenza A yang
berbasis pada kombinasi antigen H dan N telah
dideteksi. Sampai tahun 2013, telah teridentifikasi
18 antigen H berbeda (H1 – H18) dan 11 antigen
N berbeda (N1-N11). Berbagai subtipe bermutasi
menghasilkan variasi galur virus dengan profil patogenik
berbeda. sehubungan dengan sifat virus influenza A yang
senantiasa berevolusi di alam, khususnya pada populasi unggas liar, yang ditunjang oleh
kemampuan virus influenza A untuk melintasi penghalang antar spesies.
Bagaimana Mengatasi Pandemik Influenza A?
Salah satu upaya persiapan pandemi Influenza A yang direkomendasikan oleh WHO pada
tahun 2005 ialah pengembangan vaksin yang efektif, khususnya yang memiliki spektrum
proteksi luas. Vaksinasi merupakan strategi intervensi yang bersifat “cost-effective” karena
respon imun terhadap vaksin influenza A bersifat protektif sehingga mampu mencegah
terjadinya infeksi yang berpotensi menyerap pendanaan dalam jumlah besar untuk biaya
diagnosis, perawatan dan pengobatan. Dalam rangka persiapan pandemi influenza A, perlu
dikembangkan platform vaksin yang mampu memenuhi persyaratan sebagai vaksin pandemik,
Pengembangan Vaksin Influenza berbasis Rekayasa Genetikoleh Fera Ibrahim
18 i DrPM gazette i vol. 07 No. 01 jaNuari 14
khususnya yang sesuai dengan kondisi
demografi dan geografi Indonesia, yaitu
berdaya proteksi kuat, cepat disesuaikan
dengan galur virus influenza A baru
penyebab pandemik, dapat dengan cepat
diproduksi dalam skala besar, serta
bersifat stabil untuk mempermudah
distribusi.
Pengembangan Vaksin Influenza A berbasis Rekayasa Genetik Pada tahun 2011, riset pengembangan
vaksin pandemik dimulai dengan
pembentukan konsorsium vaksin
influenza A nasional yang dikelola oleh tim
UI beranggotakan beberapa institusi di
bawah Kementerian Pendidikan Nasional
(perguruan tinggi), Kementerian Kesehatan,
Kementerian Riset dan Teknologi serta
perusahaan vaksin nasional PT Bio Farma.
Riset yang diusulkan sesuai dengan
roadmap vaksin influenza nasional yang
telah disusun merupakan kelanjutan
riset insentif riset strategis. Vaksin yang
dikembangkan berbasis pada rekayasa
genetika terutama adalah vaksin DNA, VLP
(viral like protein) dan protein rekombinan
sub unit. Pengembangan vaksin dilakukan
berdasarkan isolat virus asal Indonesia
baik untuk vaksin influenza H1N1 dan
H5N1. Secara garis besar, rancangan
kegiatan riset yang akan dilakukan
meliputi kegiatan 1) deteksi, isolasi, dan
karakterisasi sampai ketingkat molekuler
virus influenza pandemik, 2) identifikasi,
isolasi dan persiapan antigen vaksin
virus influenza pandemik, 3) penyiapkan
metode delivery vaksin yang efektif dan
efisien, dan4) pengembangan akhir
prototip laboratorium untuk industri.
Beberapa prototipe vaksin DNA dan
protein rekombinan sub unit serta
VLP untuk virus H5N1 dan H1N1 telah
diperoleh berdasarkan riset periode
2011-2013. Riset uji proteksi, informasi
tentang pengaruh formulasi adjuvant
terhadap respon imun dan daya proteksi
vaksin DNA, vaksin subunit serta VLP,
masih dalam proses pelaksanaan. Uji
imunogenitas vaksin telah dilakukan pada
hewan coba mencit BALB/c. Ada 3 macam
pekerjaan imunisasi yang dilakukan, yaitu
penentuan dosis efektif vaksin DNA, uji
komposisi vaksin DNA dan uji imunogeitas
virus whole killed. Hasil riset awal pengujian
respon imun menunjukkan bahwa dosis
DNA yang optimal untuk menghasilkan
respons antibodi tubuh adalah 50ug/
injeksi. Hasil vaksinasi dengan beberapa
komposisi vaksin DNA menunjukkan
adanya reaktivitas serum tetapi
penentuan komposisi yang paling optimal
Mengapa pembuatan vaksin dengan rekayasa genetik penting? Pemilihan jenis teknologi dan vaksin didasarkan pada kajian penginduksian respon proteksi, kemudahan dan kecepatan produksi,
keamanan, nilai ekonomis dan keterbatasan fasilitas, bahan virus serta dana penelitian. Kultur/pembiakan agen yang berbahaya
seperti virus influenza H5N1 memerlukan fasilitas BSL3 fasilitas khusus dengan tingkat keamanan yang tinggi. Fasilitas BSL3
tersebut mempunyai biaya pembangunan dan operasional sangat tinggi serta jumlahnya terbatas. Dengan rekayasa genetik,
vaksin dapat dibuat dalam berbagai platform seperti vaksin DNA, protein rekombinan subunit, viral like particles, dan reverse
genetic menggunakan fasilitas laboratorium yang banyak dimiliki oleh berbagai institusi penelitian. Rekayasa genetik untuk
pembuatan vaksin influenza H5N1 lebih mudah, cepat, dan aman dilakukan serta memiliki nilai ekonomis dan tidak memerlukan
fasilitas khusus seperti BSL3.
belum dapat dilakukan berdasarkan
data yang ada, masih dalam proses
riset. Uji imunogenitas virus whole killed
mengindikasikan bahwa semua antigen
virus H5N1 dilemahkan yang digunakan
dalam riset ini dapat menginduksi
kekebalan tubuh.
Hasil vaksinasi yang efektif dan efiesien
tidak hanya karena vaksin yang baik
tetapi juga ditentukan oleh metoda
delivery/penghantarnya. Riset kami
mengembangkan gene gun atau alat
penembak gen dan penggunaan bahan
alam. Bahan alam yang dipilih untuk
digunakan sebagai penghantar kandidat
vaksin adalah kitosan. Beberapa
penyempurnaan sistem gene gun antara
lain penerapan sistem redam suara
untuk mengurangi kebisingan yang
dihasilkan oleh alat penembak gen
serta penyempurnaan peralatan yang
diperlukan untuk pembuatan selongsong
gene gun masih diperlukan. Dalam riset ini
juga telah dihasilkan sistem elektroporasi
dengan menggunakan satu buah jarum.
Sistem ini berbeda dengan yang ada di
pasaran, pada umumnya digunakan 2
buah jarum. Hasil uji coba in vivo pada
mencit bahwa sistem delivery berbasis
needle free injector berhasil menghantarkan
DNA sampai ke dalam inti sel..
dr. Fera Ibrahim, MSc, Ph.D, SpMK(K) adalah dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1986 yang kemudian melanjutkan pendidikan untuk mendapat beberapa diploma, magister/S2 dan doktor/S3 di Perancis untuk bidang ilmu imunologi dan Mikrobiologi sejak tahun 1989 sampai awal tahun 1995. Pada tahun 2001 mendapatkan gelar dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik dan sebagai konsultan Spesialis Mikrobiologi Klinik tahun 2009. Dr. Fera bekerja sebagai staf pengajar dan peneliti di Departemen Mikrobiologi FKUI/RSCM, dan juga melakukan kegiatan klinik sebagai konsultan spesialis mikrobiologi klinik di rumah sakit. Dr. Fera juga aktif di bidang penelitian dan tergabung dalam konsorsium penelitian vaksin Influenza di Indonesia sebagai ketua/koordinator. Saat ini dr. Fera menjabat sebagai Kepala Departemen Mikrobiologi FKUI/RSCM dan Direktur bidang Ilmiah Institut of Human Virology and Cancer Biology, Universitas Indonesia. Kontak: feraib@yahoo.fr
Visualisasi mikroskop konfokal dari potongan jaringan otot paha mencit divaksinasi pcDNA3.1(+)eGFP menggunakan elektroporator. Pendaran warna hijau pada visualisasi dengan filter FITC menunjukkan bahwa protein eGFP berhasil diekspresikan oleh sel.
Salah satu prototip sistem penghantar vaksin: alat penembak vaksin DNA berbasis impuls tekanan fluida tak mampu mampat (incompressible).
vol. 07 No. 01 jaNuari 14 i DrPM gazette i 19
Kitosan adalah polisakarida
biodegradabel hasil ekstraksi
cangkang binatang Crustaceae
seperti udang dan rajungan
merupakan salah satu polimer
kationik yang telah banyak
digunakan. Berbagai riset telah
menunjukkan bahwa kitosan
sangat efektif mengikat DNA
dalam larutan saline atau larutan
asam asetat dan melindungi DNA
dari degradasi nuklease. Pada
riset ini akan dikembangkan
sistem penghantaran vaksin
influenza berbasis DNA dan
protein subunit menggunakan
nanopartikel chitosan sebagai
carrier/penghantar.
Recommended