View
4.651
Download
35
Category
Preview:
Citation preview
PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan
Teknologi (PLSBT)
oleh :
SANDRA MIHARJA 1100860
FEBRIANDARI AYU SAPUTRI 1101949
SOPYAN 1102110
SHANDY ADITYA PUTRA 1104907
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang bertema masalah sosial yang belakangan ini sedang marak
dibicarakan di media informasi atau media massa dan tema tersebut adalah Penggunaan
Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur.
Makalah ini membahas mengenai permasalahan sosial yaitu tentang penggunaan
kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur beserta pemecahan masalah berdasarkan
pendekatan pemecahan masalah multidisipliner.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam penyelesaian
makalah ini yaitu, orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian
makalah, Hj. Siti Komariah, M.Si. , PH.D. selaku pemberi tugas dan pembimbing pengerjaan
makalah, dan teman-teman seperjuangan.
Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca agar mencegah terjadinya masalah tersebut terulang kembali.
Selain itu penulis berharap bisa membuat kembali makalah yang lebih sempurna.
Bandung, September 2013
Penulis
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................................3
2.1 Pendekatan Pemecahan Masalah......................................................................................3
2.2 Sosiologi............................................................................................................................4
2.2.1 Sejarah Lahirnya Sosiologi........................................................................................4
2.2.2 Pengertian Sosiologi..................................................................................................6
2.2.3 Ciri-ciri dan sifat hakikat sosiologi............................................................................7
2.2.4 Kegunaan dan tujuan mempelajari sosiologi.............................................................8
2.3 Psikologi Sosial.................................................................................................................8
2.4 Hukum...............................................................................................................................9
BAB III PEMECAHAN MASALAH...........................................................................................11
3.1 Sosiologi..........................................................................................................................11
3.2 Psikologi Sosial...............................................................................................................14
3.2.1 Penyebab Terjadinya Kasus Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur………………………………………………………………………………14
3.2.2 Tindakan Pencegahan Atau Pengurangan Kasus.....................................................15
3.3 Hukum.............................................................................................................................15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................17
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
4.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan teknologi komunikasi, transportasi dan teknologi lainnya
berkembang dengan sangat cepat. Kemajuan ini tentunya mempermudah kita sebagai
manusia untuk berkomunikasi baik itu komunikasi jarak jauh seperti menggunakan telepon
rumah ataupun telepon selular. Selain kemajuan teknologi komunikasi, teknologi transportasi
juga menjadi semakin maju dengan adanya kendaraan bermotor yang bisa kita kendarai
sendiri sehingga kita bisa mencapai tujuan dengan cepat. Adanya teknologi transportasi ini
bisa membuat kita berpindah tempat dengan cepat sehingga banyak orang yang membeli
kendaraan bermotor untuk mengefektif dan mengefisiensikan pekerjaan sehari-harinya.
Dampak positif dari kemajuan teknologi transportasi memang sangat menguntungkan
bagi manusia, tetapi selain memiliki dampak positif kemajuan teknologi transportasi pun
memiliki dampak negatif yaitu terjadi kemacetan dan kecelakaan. Dampak negatif ini
menjadi sangat negatif ketika mengetahui bahwa orang yang mengendarai teknologi
transportasi khususnya kendaraan bermotor milik pribadi tersebut adalah anak yang masih
dibawah umur atau orang yang seharusnya belum diperbolehkan mengendarai kendaraan
tersebut sendirian seperti kasus yang saat ini sedang dibicarakan yaitu mengenai kasus
kecelakaan kendaraan bermotor yang melibatkan artis terkenal sekaligus putra dari seorang
musisi terkenal di Indonesia.
Kasus tersebut menjadi pembicaraan di media massa dikarenakan pelakunya adalah
seorang artis terkenal sekaligus putra seorang musisi terkenal. Sebenarnya kasus mengenai
penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur banyak terjadi tetapi kasus
tersebut tidak terpublikasikan seperti kami penulis yang sering melihat seseorang yang
sedang mengendarai sepeda motor dengan menggunakan pakaian seragam Sekolah
Menengah Pertama (SMP) padahal siswa SMP belum diperbolehkan mengendarai kendaraan
bermotor baik itu sepeda motor maupun kendaraan beroda empat atau sering disebut mobil.
1
Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya yang kami dapatkan dari
majalah Femina edisi 10 September 2013 telah menyebutkan fakta mencengangkan. Jika
tahun 2011 terjadi 40 kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh anak-anak di bawah
usia 16 tahun, dan tahun 2012 lalu melonjak hingga 104 kasus.
Kasus-kasus tersebut merupakan masalah sosial yang harus dipecahkan agar tidak ada
lagi kecelakaan yang akan menimpa seseorang karena seorang anak dibawah umur dan
karena kelalaian orang tuanya. Oleh karena itu penulis mengangkat masalah sosial tersebut
menjadi tema dari makalah ini yaitu “Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah
Umur”.
1.2 Identifikasi Masalah
Kasus penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur baik sepeda motor
maupun kendaraan beroda empat atau mobil harus dipecahkan agar tidak ada lagi kecelakaan
yang terjadi akibat kelalaian orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk memecahkan
masalah akan ditinjau dari beberapa ilmu yang berhubungan dengan masalah sosial tersebut
dan penulis mengambil beberapa tinjauan ilmu yang berhubungan dengan kasus ini yaitu
ditinjau dari ilmu sosiologi, hukum dan psikologi sosial yang akan dipecahkan melalui
pendekatan multidisipliner.
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan masalah ini adalah untuk memaparkan tinjauan masalah dan
pemecahan masalah melalui cabang ilmu Sosiologi, cabang ilmu Hukum dan cabang ilmu
Psikologi Sosial melalui pendekatan pemecahan masalah multidisipliner.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memecahkan masalah sosial mengenai
penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur sehingga bisa memperkecil bahkan
menghilangkan angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak dibawah umur sebagai
tersangka.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pendekatan Pemecahan Masalah
Dari perkuliahan Ibu Siti Komariah yang penulis ikuti, pemecahan masalah memiliki
beberapa pendekatan yaitu Interdisipliner, Multidisipliner, Crossdisipliner dan
Transdisipliner. Interdisipliner adalah pendekatan pemecahan masalah melalui beberapa
cabang ilmu dalam satu rumpun ilmu misalnya masalah sosial yang dipecahkan oleh cabang-
cabang ilmu dari rumpun ilmu-ilmu sosial seperti cabang ilmu sosiologi, cabang ilmu
psikologi sosial, cabang ilmu hukum dan lain sebagainya. Pendekatan interdisipliner bersifat
implicit dan terselubung.
‘Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh
pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu disamping
yang lain. Setiap ilmuwan dari satu disiplin ilmu akan berusaha memberikan penjelasan yang
dapat dipahami juga oleh ilmuwan di bidang lain. Multidisipliner merupakan usaha
menyoroti suatu masalah tertentu dari berbagai seginya. Dalam melakukan hal ini, perspektif
setiap ilmu tetap dipertahankan dan tidak harus melebur dengan perspektif-perspektif ilmiah
yang lainnya. Disini tidak tercapai suatu pandangan terpadu, yang memang tidak
dimaksudkan disini. Yang dihasilkan hanyalah pendekatan dari berbagai arah yang
dipusatkan pada tema yang sama.’ (Gea, 2005, pp. 24-25)
Pendapat dari Gea sependapat atau sama dengan pengetahuan penulis mengenai
multidisipliner yang diajarkan ibu Siti Komariah yaitu multidisipliner adalah pendekatan
pemecahan masalah melalui beberapa cabang ilmu dalam satu rumpun ilmu misalnya
masalah sosial yang dipecahkan oleh cabang-cabang ilmu dari rumpun ilmu-ilmu sosial
seperti cabang ilmu sosiologi, cabang ilmu psikologi sosial, cabang ilmu hukum dan lain
sebagainya. Pendekatan interdisipliner bersifat eksplisit atau terang-terangan. Upaya-upaya
memecahkan permasalahannya dijelaskan secara rinci dan biasanya diuraikan cara
pemecahan tersebut dengan cara ditulis dalam sebuah makalah seperti yang penulis lakukan
3
yaitu memecahkan masalah sosial yaitu penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah
umur melalui pendekatan multidisipliner atau dibuat dalam bentuk makalah.
Crossdisipliner adalah pendekatan pemecahan masalah melalui perpaduan dua atau lebih
rumpun ilmu secara silang contohnya memcahkan masalah sosial seperti tabrakan maut
melalui cabang ilmu-ilmu alam seperti cabang ilmu kesehatan dan cabang ilmu fisika).
Pemecahan tersebut dipadukan atau disilangkan dengan cabang Ilmu-ilmu Sosial seperti
cabang ilmu hukum, cabang ilmu politik dan cabang ilmu sosial. Rumpun ilmu ada tiga yaitu
ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya. Persilangan yang dilakukan
crossdisipliner bisa menghasilkan empat macam pendekatan yaitu perpaduan atau
persilangan antara :
1. Ilmu-Ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial
2. Ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu budaya
3. Ilmu-ilmu sosial dengan ilmu-ilmu budaya
4. Ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya
Transdisipliner adalah pendekatan pemecahan masalah dengan lintas ilmu, misalkan
memecahkan masalah kemiskinan yang dipecahkan oleh cabang ilmu politik dan ditinjau
melalui cabang ilmu sosiologi.
2.2 Sosiologi
2.2.1 Sejarah Lahirnya Sosiologi
Suatu tatanan masyarakat akan membutuhkan suatu konsep atau nilai yang
dijunjung atau dilaksanakan sehingga tercipta keadaan masyarakat yang harmonis,
damai dan sejahtera. Bayangkan saja jika kita hidup dalam masyarakat yang penuh
dengan konflik, tentunya kehidupan kita tidakakan tenang dan nyaman. Hal diatas
menjadi salah satu alasan untuk menghadirkan suatu ilmu yang dinamakan dengan
ilmu sosiologi. Sosiologi lahir karena keinginan dalam diri masyarakat untuk
memahami kehidupan sosial dan cara orang bertindakdidalamnya. Dalam sejarahnya,
sosiologi berusaha untuk menjawab berbagai pertanyaan, yaitu:
1. Pengetahuan tentang fenomena-fenomena kolektif. Sosiologi dianggap dapat
menjawab perilaku patologis manusia sehingga dapat mewujudkan harmonisasi
dalam masyarakat.
4
2. Sosiologi bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan fungsinya. Hal ini berangkat
dari prinsip bahwa materi dasar kehidupan manusia adalah tindakan manusia
sebagai individu (aktor).
3. Kepedulian manusia untuk memahami kehidupan sosial secara ilmiah dan rasional
sehingga sosiologi mampu membuktikan hukum-hukum fungsional dalam
masyarakat.
4. Munculnya kritik dalam masyarakat untuk mengungkapkan suatu tatanan sosial
yang tersembunyi.
Berbagai pertanyaan diatas merupakan penggagas lahirnya sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan. Sosiologi lahir sebagai ilmu yang paling muda dari ilmu sosial lainnya.
Sosiologi lahir dari kekacauan masyarakat yaitu pada masa transisi kearah masyarakat
baru yang merupkan titik pertemuan antara tiga peristiwa yaitu :
1. Revolusi Politik (Revolusi Prancis)
Selama revolusi politik terjadi perubahan masyarakat yang cukup luar biasa
baik dari segi ekonomi, politik , dan sosial. Hal ini memunculkan semangat
liberalisme yang diterapkan dalam hukum dan undang – undang.
2. Revolusi Ekonomi ( Revolusi Industri )
Revolusi industri terjadi pada abad 19. Berkembangnya perdagangan,
kegiatan ekonomi, dan terjadinya urbanisasi. Hal tersebut menyebabkan perubahan
struktur dalam masyarakat sehingga terdapat berbagai kelas dalam masyarakat ,
yaitu kelas buruh dan kelas majikan. Kelas majikan yang menguasai perekonomian
mengakibatkan melemahnya kelas buruh sehingga timbullah perserikatan para
buruh sebagai penyatu kekuatan diantara buruh.
3. Revolusi Intelektual (Kemenangan rasionalisme, ilmu pengetahuan, dan
positvisme)
Auguste Comte yang mengumumkan datangnya zaman positivisme yaitu
sebuah dunia yang didasarkan pada penjelasan ilmiah, yang tunduk pada
pengetahuan tentang tindakan dan percobaan (eksperimental). Bahwa sebuah ilmu
harus berdasarkan observasi empiris dan eksak tentang fenomena-fenomena sosial.
5
Dari ketiga peristiwa tersebut semua berawal dari kondisi yang memprihatinkan.
Terjadinya perubahan besar-besaran di tengah-tengah masyarakat yang mempengaruhi
kehidupan ekonomi, sosial dan politik melahirkan suatu pemikiran bagaimana
mengatur masyarakat sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan masyarakat.
Istilah sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah
paragraf dalam pelajaran ke 47 Cours de la Philosophie (Kuliah Filsafat) karya
Auguste Comte. Sedangkan Ilmu sosial lahir pada tahun 1842 yang dirintis oleh
“Auguste Comte” dari Prancis melalui bukunya “Positive Philosophy”. Fokus
kajiannya adalah segala bentuk kehidupan masyarakat. Oleh karena jasanya yang
besar, ia disebut sebagai Bapak Sosiologi. Tokoh-tokoh sosiologi berikutnya adalah :
Herbert Spencer (Inggris). Karl Marx dan Max Weber (Jerman), Pitirim A. Sorokin
(Rusia), Vilfredo Pareto (Italia), C.H. Cooley dan Lester F. Ward (USA), Emile
Durkheim (Prancis).
Di Indonesia, sosiologi baru diperkenalkan tahun 1948 oleh Prof. Sunario
Kolopaking di UGM. Kemudian disusul oleh tokoh-tokoh lainnya, yaitu Mr. Djoko
Gondokusumo, Hassan Shadily, Ma, Mayor Polak, Satjipto Raharjo, Soerjono
Soekanto, Selo Soemardjan, dan sebagainya.
2.2.2 Pengertian Sosiologi
Istilah sosiologi berasal dari kata “socius” yang berarti kawan (termasuk lawan)
dan “logos” yang berarti berbicara (ilmu). Jadi, sosiologi adalah ilmu yang membahas
pergaulan manusia di masyarakat. Pergaulan (interaksi) bisa terjadi antar individu,
antar kelompok, atau antara individu dengan kelompok. Oleh karena objek studinya
adalah masyarakat, maka sosiologi disebut juga Ilmu Kemasyarakatan. Fokusnya
adalah hubungan timbal balik antar manusia dalam kehidupan bersama
(bermasyarakat).
Beberapa konsep dasar sosiologi menurut Para Sosiolog adalah :
1. Auguste Comte
Sosiologi adalah studi tentang statika sosial (social statics) dan dinamika sosial
(social dynamics). Dalam hal ini statika sosial mewakili stabilitas sedangkan
dinamika mewakili perubahan.
2. Emile Durkheim
6
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu.
3. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang tindakan sosial. Masyarakat adalah
produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai,
motif, dan kalkulasi rasional. Lebih lanjut, Weber menjelaskan sosiologi adalah
ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dengan cara melakukan interprestasi
atas tindakan sosial.
2.2.3 Ciri-ciri dan sifat hakikat sosiologi
Ciri-ciri pokok sosiologi adalah sebagai berikut :
1. Sosiologi bersifat empiris, artinya didasarkan pada observasi-observasi terhadap
segala kenyataan di masyarakat.
2. Sosiologi bersifat teoritis, artinya merupakan abstraksi dari hasil-hasil observasi
yang menjelaskan hubungan kausalitas.
3. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori
lama yang kemudian disempurnakan.
4. Sosiologi bersifat nonetis, artinya yang dipersoalkan bukan baik buruknya fakta,
tetapi bertujuan untuk menjelaskan fakta-fakta secara analistis.
Adapun sifat-hakikat sosiologi sebagai berikut :
1. Sosiologi termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial yang objek studinya adalah
masyarakat.
2. Sosiologi bukan disiplin ilmu yang normatif, tetapi kategoris. Artinya sosiologi
hanya membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan yang seharusnya
terjadi.
3. Sosiologi merupakan ilmu murni dan bukan ilmu terapan, artinya sosiologi
bertujuan untuk mengembangkan ilmu secara teoritis.
4. Sosiologi bersifat abstrak, artinya yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola
peristiwa dalam masyarakat.
5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola
umum, sehingga berupa ilmu umum.
7
2.2.4 Kegunaan dan tujuan mempelajari sosiologi
Berikut merupakan beberapa kegunaan dan tujuan dari mempelajari sosiologi:
1. Dapat dijadikan alat dan sarana untuk memahami masyarakat tertentu (petani,
pedagang, buruh, pegawai, komunitas keagamaan, militer dan sebagainya).
2. Sebagai alat untuk memahami struktur masyarakat, pola-pola interaksi, serta
stratifikasi sosial.
3. Hasil studi sosiologi terhadap kondisi masyarakat dapat digunakan sebagai dasar
untuk menetapkan suatu kebijakan (dari pemerintah, perusahaan, badan dunia,
dan sebagainya).
4. Hasil kajian sosiologis dapat dijadikan pertimbangan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
5. Data-data masyarakat dapat membantu kegiatan pembangunan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi hasil-hasilnya.
2.3 Psikologi Sosial
Apabila melihat sub bab ini, mungkin akan timbul pertanyaan mengapa kasus anak di
bawah umur dikaitkan dengan psikologi sosial. Melihat arti katanya, psikologi berasal dari
kata psyche yakni jiwa dan logos berarti ilmu pengetahuan.(Singgih D. Gunarsa, 2004)
Mengingat jiwa seseorang dapat dipelajari, diselidiki melalui perilakunya, maka
psikologi sering dikatakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Karena perilaku
seseorang adalah hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungan, maka perilaku harus
dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya.
Pada kasus dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa psikologi meliputi 2 macam
pengetahuan yang mempelajari bagaimana manusia member reaksi, yakni jawaban terhadap
rangsang dari lingkungan yang berbeda dan rangsangan dari lingkungan yang sama.
Rangsangan reaksi atau jawaban terhadap rangsangan-rangsangan ini, diperlihatkan dalam
bentuk perilaku. Maka psikologi bias dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku manusia dalam hubungan timbal balik.
Interaksi Sosial merupakan hubungan-hubungan yang menyangkut hubungan antar
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya
interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
8
Berdasarkan pengertian tentang interaksi sosial, maka apabila seseorang misalnya bergaul
dengan orang lain maka seseorang tersebut akan memiliki pengaruh kejiwaan terhadap orang
yang berinteraksi dengannya dan juga sebaliknya. Dikaitkan dengan kasus dalam makalah
ini, tindakan yang dilakukan anak tentunya adalah hasil daripada interaksi sosial baik itu
dalam keluarga maupun dari lingkungan sekitarnya.
Apabila kita menggabungkan antara psikologi dengan interaksi sosial maka akan muncul
suatu disiplin ilmu yang disebut psikologi sosial. Definisi psikologi sosial yang paling umum
diterima menggambarkan disiplinini sebagai satu upaya untuk memahami dan menjelaskan
bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang
lain secara actual, dibayangkan, atau hadir secara tidak langsung.(Fox & Prilleltensky, 2005)
2.4 Hukum
Menurut Austin dalam (Kanisius, 1995) menyatakan bahwa hukum adalah tiap-tiap
undang-undang positif yang ditentukan secara langsung atau tidak langsung oleh seorang
pribadi atau sekelompok orang yang berwibawa bagi seorang anggota atau anggota-anggota
suatu masyarakat politik yang berdaulat, dimana yang membentuk hukum adalah yang
tertinggi. Sedangkan menurut Budiono dalam (Kasinius, 2009) menyatakan bahwa tentu saja,
hukum harus dibentuk sesuai dengan prosedur atau memenuhi tuntutan formal tertentu agar
diakui sebagai hukum (legitimasi yuridis).
Peraturan yang mengatur pengendara kendaraan bermotor :
1. Pasal 281 Nomor 22 Tahun 2009 mengenai batas usia minimum pengendara kendaraan
bermotor. Untuk pasal 281 ini, hukuman maksimal bagi pelanggarnya adalah pidana
kurungan selama 4 bulan atau denda paling banyak Rp 1 Juta.
2. Pasal 77 ayat (1) mengenai Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000, 00 (satu juta rupiah).
3. Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak dibawah umur yang harus
bertanggung jawab bukanlah anak itu sendiri tetapi harus melibatkan orang tua.
4. Hukuman harus tetap diberlakukan meskipun melibatkan anak dibawah umur.
5. Orang tua bisa juga terkena hukuman apabila melibatkan kecelakaan anak dibawah umur.
6. Apabila anak telah ditetapkan sebagai tersangka maka anak harus mendapatkan perlakuan
yang berbeda dengan orang dewasa.
9
Penyebab pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak dibawah umur tidak terlepas
dari faktor-faktor pendorong, motifasi atau gengsi sehingga seorang anak melakukan
pelanggaran/kenakalan.
Adapun motifasi terbagi atas 2 (dua) yaitu:
1. Motifasi intrinsik. Faktor yang mempengaruhi anak melakukan pelanggaran/kenakalan
lalu lintas yaitu perilaku tidak disiplin berlalu lintas. Emosional anak dalam hal ini
pengaruh usia dan pengetahuan.
2. Motifasi ekstrinsik. Faktor Yang mempengaruhi anak melaukan kenakalan/pelanggaran
lalu lintas yaitu keluarga, karena keluarga mempunyai peranan besar terhadap
perkembangan anak, disamping itu sekolah juga memiliki peran yang penting sehingga
sekolah seharusnya bisa lebih memberikan batasan kepada anak bahwa dilarang
membawa kendaraan ke sekolah. Selain itu juga pengaruh lingkungan dalam hal ini
faktor pergaulan.
10
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
3.1 Sosiologi
Dalam masyarakat kita terutama yang berasal dari kalangan menengah ke atas sepertinya
sudah menjadi hal yang biasa apabila orang tua menghadiahkan atau memberikan kendaraan
bermotor kepada anak mereka. Tentunya hal ini tidak dilarang jika orangtua memberi hadiah
kepada anaknya asalkan hadiah tersebut bukanlah barang yang dilarang seperti senjata api
atau narkoba.
Tapi jika orang tua memberikan sebuah motor apalagi mobil kepada anak yang masih
dibawah umur, tentunya ini merupakan hal yang tidak bijak meskipun si anak tersebut sudah
bisa mengendarai sebuah kendaraan bermotor. Selain itu, memberikan hadiah yang
berlebihan kepada anak merupakan sikap yang tidak pada tempatnya, berlebihan, bahkan
tidak mendidik. Orang tua terkadang lupa kapan anak sudah bisa disebut dewasa. Jangan
hanya karena orang tua mampu, lantas mereka menganggap perlu memberikan hal yang anak
mereka inginkan.
Terkadang orang tua sering melupakan kapankah saatnya anak sudah cukup usia untuk
mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya. Seorang anak yang masih berusia di bawah
umur ( dibawah 17 tahun ) jiwa dan emosinya masih labil. Pasalnya, emosi seseorang akan
mempengaruhi bagaimana seorang pengendara mengemudikan kendaraannya. Bahkan seorag
yang sudah berusia diatas 17 tahun pun harus melewati serangkaian tes terlebih dahulu
sebelum diijinkan untuk membawa kendaraan motor di jalan raya.
Ada beragam alasan mengapa Banyak orang tua yang mengijinkan anak mereka yang
dibawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor menurut Notonegoro dalam modul
buatannya, yaitu diantaranya:
1. Timbulnya rasa bangga dalam diri orang tua saat orang lain mengetahui bahwa anak
mereka telah bisa mengendarai kendaraan bermotor.
2. Minimnya pengetahuan orang tua tentang safety riding.
3. Transportasi umum yang kurang layak dan tidak nyaman.
4. Transportasi umum di negara kita yang masih diragukan keamanannya.
11
5. Kondisi jalan yang rawan macet sehingga lebih baik membawa kendaraan bermotor
sendiri ( sepeda motor ) untuk bepergian terutama ke sekolah, dibandingkan menaiki
angkutan umum.
Kasus anak di bawah umur yang mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya tidak
hanya terjadi di kalangan atas saja. Tapi juga di masyarakat umum sudah tidak asing lagi kita
melihat anak di bawah umur dengan bebas melenggang mengendarai kendaraan bermotor di
jalan raya. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang telah dilarang oleh orang tuanya
namun tetap melakukan pelanggaran tersebut diatas. Hal ini tentunya menimbulkan
kekhawatiran dan perhatian yang khusus dari semua elemen masyarakat.
Menurut data Divisi Humas National Traffic Management Centre (NTMC), setidaknya
ada 117.949 kasus kecelakaan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2012 lalu. Dari angka
kecelakaan itu, sebanyak 111.015 dialami oleh pengendara motor. “Tingginya angka
kecelakaan motor ini disebabkan karena perilaku kurang disiplin dan rendahnya kepedulian
pengendara terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Selama ini, korban laka lantas, didominasi usia muda antara umur 10 hingga 25 tahun.
Adapun tahun 2012 korban lakalantas umur 10 hingga 15 tahun sebanyak 376 orang.
Sedangkan untuk umur 16 hingga 25 tahun korban sebanyak 358 orang. belum lagi , tahun
2013 ini mulai dari Januari hingga Juni untuk umur 10 hingga 15 tahun sebanyak 61 orang
dan umur 16 hingga 25 tahun sebanyak 220 orang.
Tingginya angka dan korban kecelakaan lalulintas menuntut kita agar lebih berhati – hati
dan bijak dalam mnggunakan kendaraan bermotor. Hal yang lebih menghhawatirkan ialah
tidak sedikit korban kecelakaan tersebut merupakan anak yang masih di bawah umur.
Perilaku anak – anak yang menyimpan diatas merupakan salah satu contoh kenakalan
remaja saat ini. Gejala tingkah laku anak yang memperlihatkan atau menjurus pada
perbuatan kenakalan harus dapat dideteksi sedini mungkin sebab bila tingkah lakunya lebih
bervariasi maka akhirnya anak tidak mampu lagi menghadapi dirinya sendiri dalam hidup
bermasyarakat yang sehat. Anak – anak harus disadarkan bahwa mengendarai kendaraan
bermotor saat usia mereka masih dibawah umur merupakan hal yang beresiko dan berbahaya.
12
Karena saat mereka berada di jalan raya mereka bukan hanya bertanggung jawab atas
keselamatan diri mereka tapi juga atas keselamatan pengendara yang lain.
Untuk mencegah dan menghentikan gejala ini, semua elemen masyarakat baik itu
keluarga, sekolah maupun masyarakat harus bekerjasama dan bahu membahu agar bisa
menangkal kenakalan anak atau remaja dan akibat yang dapat ditimbulkannya.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak, karena keluarga
merupakan lingkungan keluarga yang bersifat primer dan fundamental. Pembentukan
karakter seseorang akan dipengaruhi oleh keluarga mereka. Oleh karena itu, para
orang tua harus menjauhkan anak apabila terjadi pertentangan diantara orang tua, para
orang tua pun harus bersifat terbuka dan mau mendengarkan serta memperhatikan hal
– hal yang kecil dari anak mereka. Orang tua harus menjadi yang terdepan dalam
mengawasi dan menasihati anak mereka. Apabila anak mereka melanggar aturan
yang ada maka orang tua harus menyadarkan diri si anak bahwa perbuatannya tidak
baik.
2. Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang anak. Karena hampir sebagian
besar waktu seorang anak mereka habiskan disekolah. Untuk mencegah kenakalan
anak sekolah harus bertindak tegas dalam menjalankan aturan tanpa melihat status
dan kedudukan orang tua anak. Dalam hal ini, sekolah harus tegas menjalankan
aturan bahwa anak yang belum memiliki SIM dilarang membawa kendaraan ke
sekolah. atau juga bisa melarang siswanya agar tidak berlebihan seperti membawa
kendaraan mewah ke sekolah, karena sekolah merupakan tempat belajar bukan ajang
pamer selain itu hal tersebut dapat menimbulkan kecemburuan sosial.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang luas dan kompleks.
Partisipasi seluruh unsur sangat diharapkan, yaitu para pemuka agama, pemerintah
daerah, penguasa setempat, dan penegak hukum, agar secara terpadu dan secara
individual tanpa membedakan suku, golongan, agama, kedudukan, strata dan
sebagainya memikul tanggung jawab dan secara otomatis harus merasa terpanggil
13
memikul dan memiliki tanggung jawab secara proposional untuk melakukan tindak
penangkalan secara bijak dan bertanggung jawab, tanpa pamrih pribadi/golongan, dan
nonbisnis. dalam mengatasi gejala anak yang menyimpang.
Demi tercapainya resiko yang sekecil – kecilnya maka semua elemen tersebut harus mau
bertindak menyelesaikan masalah ini. Karena kenakalan anak dibawah umur seperti ini
bukan hanya kesalahan anak atau orang tua saja, kondisi masyarakat yang sudah
menganggap hal ini wajar juga harus bertanggung jawab. Para penegak hukumpun bukan
hanya sekedar memberi tilang kepada yang melanggar tapi juga menyadarkan bahwa
perbuatan yang melanggar aturan itu salah.
3.2 Psikologi Sosial
3.2.1 Penyebab Terjadinya Kasus Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak
Dibawah Umur
Pada dasarnya kasus penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur
dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja. Kenapa demikian karena perilaku
yang dilakukan oleh anak tersebut dapat merugikan orang lain dan diri sendiri dan
anak tersebut tidak mematuhi aturan bahwahanya yang memiliki surat izin
mengemudi sajalah yang boleh menggunakan kendaraan bermotor.
Kenakalan remaja merupakan disintegrasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu
karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat. Oleh karena itu
kenakalan remaja dapat disebut sebagai masalah sosial. (Fakhrudin, 2007)
Munculnya kenakalan remaja seperti misalnya dalam kasus pada makalah ini
merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial
di masyarakat. Seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orang tua bekerja
sehingga peranan pendidikan keluarga berkurang. Selain itu, pergeseran nilai dan
norma masyarakat mengakibatkan berkembangnya sifat individualism. Juga
pergeseran struktur masyarakat mengakibatkan masyarakat lebih menyerahkan
permasalahan kepada yang berwenang. Pada dasarnya, banyak factor lain juga yang
dapat menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Misalnya, factor teman sebaya
yang kurang mendukung kearah yang baik atau lingkungan sekolah yang kurang
disiplin.
14
3.2.2 Tindakan Pencegahan Atau Pengurangan Kasus
Ada beberapa usaha berdasarkan psikologi sosial yang dapat dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor oleh anak
dibawah umur, antara lain sebagai berikut :
a. Usaha yang dilakukan pemerintah
1) Penerangan tentang masalah generasi muda
2) Memberikan sanksi yang tegas
3) Mendirikan pusat-pusat pelatihan dan rehabilitasi
4) Mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal
b. Usaha yang dilakukan pihak swasta
1) Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial melalui organisasi kemasyarakatan
2) Mendirikan lembaga-lembaga pendidikan swasta
3) Mendirikan lembaga-lembaga sosial masyarakat tingkat RT dan RW
c. Usaha yang sifatnya bimbingan
1) Berusaha untuk mengerti pribadi individu dan minatnya. Anak terus
dibimbing agar dapat lebih memahami cirri pribadi dan minatnya dalam
menghadapi masa depannya.
2) Menanamkam kesadaran diri akan tanggung jawab pada anak
3) Memberikan kasih sayang dan simpati secukupnya dan tidak berlebihan.
4) Menanamkan nilai-nilai spiritual / agama sebaik mungkin
5) Menimbulkan sikap mental suka membantu orang lain atau kepedulian sosial
yang tinggi
3.3 Hukum
Pemecahan masalahnya seperti berikut :
a. Diberikan pemahaman kepada anak tentang perlunya surat izin mengemudi untuk
mengendarai kendaraan bermotor.
b. Diadakannya sosialisasi di sekolah- sekolah, melalui ceramah, penyuluhan, maupun
upacara dan melakukan sosialisasi di TK guna memberikan pemahaman etika berlalu
lintas di usia dini. Selain itu juga dilakukan pengawasan dengan cara swiping dalam
waktu-waktu tertentu.
15
c. Dalam memberikan pemahaman berlalu lintas sejak dini lebih ditingkatkan agar
pengetahuan dari si remaja lebih cepat dicerna dengan baik karena sudah tertanam dari
usia dini
d. Faktor keluarga dan sekolah sebaiknya lebih berperan aktif agar anak memahami betul
akan pengetahuan berlalu lintas sejak dini tanpa ada pendorong dari luar karena salah
pergaulan.
e. Melakukan kerja sama antara polisi, orang tua dan sekolah.
f. Adapun upaya yang dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau kejahatan
adalah tindakan berupa penegakan hukum dengan menjatuhi hukuman.
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa masalah sosial seperti anak dibawah umur
yang sudah mengendarai kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan kendaraan beroda
empat atau mobil merupakan masalah yang serius karena telah terjadi peristiwa yang
menggemparkan Indonesia mengenai artis terkenal sekaligus putra dari musisi terkenal
Indonesia yang menjadi tersangkan kecelakaan maut yang merupakan anak masih dibawah
umur. Beberapa cabang ilmu yang dijadikan titik tolak pemecahan adalah cabang ilmu yang
merupakan bagian dari rumpun ilmu sosial. Beberapa pemecahan tersebut diantaranya yang
pertama pada lingkungan keluarga menerapkan batasan kepada anak-anak yang masih
dibawah umur agar tidak mengendarai kendaraan bermotor. Kedua, lingkungan sosial atau
sekolah memberikan pengarahan agar siswa dibawah umur tidak mengendarai kendaraan
bermotor kalau perlu membuat aturan atau larangan mengendarai kendaraan bermotor bagi
siswa dibawah umur dan bagi yang melanggar akan diberikan sanksi. Ketiga diberikan
pemahaman kepada anak tentang perlunya surat izin mengemudi untuk mengendarai
kendaraan bermotor. Keempat adalah yang terpenting yaitu melakukan kerja sama antara
polisi, orang tua dan sekolah.
4.2 Saran
Saran dari penulis adalah bagi para orang tua, keluarga, sekolah, masyarakat, penegak
hukum dan pemerintah agar lebih bijaksana dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anak-
anak yang akan menjadi penerus bangsa, mari kita laksanakan peraturan-peraturan yang telah
dibuat untuk keamanan anak-anak agar tahun ini kecelakaan kendaraan bermotor yang
melibatkan anak-anak sebagai pengendara bisa menurun bahkan hilang dan jangan seperti
tahun lalu yang mencatat total kecelakaan sebanyak 104 kecelakaan yang melibatkan anak
dibawah umur sebagai pengendara.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Asdar, D. A. (2008, Maret 08). Tinjauan Kriminologis Pelanggaran Lalu lintas yang Dilakukan Oleh Remaja di Wilayah Hukum Polres Parepare (studi kasus 2006 - 2011). Retrieved September 26, 2013, from Hasanuddin University: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4130
Fakhrudin. (2007). Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Pengetahuan Sosial / Bagja Waluya. Bandung: Setia Purna Inves.
Fox, D., & Prilleltensky, I. (2005). Psikologi Kritis, Metaanalisis Psikologi Modern. Jakarta: Teraju.
Gea, A. A. (2005). Character Building IV Relasi dengan dunia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Haryono Basuki, dkk. (2012). Sosiologi Jenjang SMA. Jakarta.
Kanisius. (1995). Filsafat Hukum. Yogyakarta: Kasinius.
Kasinius. (2009). Filsafat Hukum. Yogyakarta: Kasinius.
Kusumaningrum, S. (2001, September 26). Hukum Bagi Anak Dibawah Umur. Retrieved September 26, 2013, from Hukum online.com: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl112/hukum-bagi-anak-bawah-umur
Majalah Femina Edisi 10 September 2013
Notonegoro, A. (2007). Modul Sosiologi 1. Pekalongan.
Saraswati, M., & Widaningsih, I. (2008). Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) untuk kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Grafindo.
Singgih D. Gunarsa, Y. S. (2004). Psikologi praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
19
Recommended