View
458
Download
14
Category
Preview:
Citation preview
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
796
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI
MENGGUNAKAN MEDIA POHIMAJI
SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 06 BATU
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016
Alise Nur Saadah
SMP Negeri 06 Kota Batu
alisenursaadah@gmail.com
Abstrak: Kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Batu masih
kurang maksimal disebabkan siswa belum mampu memilih dan memilah diksi yang puistis
yang akan digunakan dalam menulis puisi. Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil
karya puisi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 22%. Untuk mengatasi kondisi
tersebut dipilih media gambar pohon imajinasi. Media pohon imajinasi ini dapat membantu
siswa menemukan pilihan kata/diksi yang puitis yang diperlukan dalam menulis sebuah
puisi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 69% dan pada
siklus 2 menjadi 87%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 18%. Artinya hasil
yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan. Peningkatan nilai hasil ini
membuktikan bahwa pohon imajinasi menjadi kerangka puisi yang dapat menuntun siswa
untuk menghasilkan puisi dengan kualitas tulisan yang lebih baik.
Kata kunci: kemampuan menulis puisi, pohon imajinasi
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang
bermakna dengan bahasa yang alamiah. Kurikulum 2006 Bahasa Indonesia untuk sekolah menengah
pertama mengamanatkan bahwa tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia adalah (1) siswa
memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan emosional, dan kematangan sosial, (2) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan
berbahasa secara lisan maupun tulis, (3) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk pengembangan pribadi, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, dan (4) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia (Depdiknas,
2004:3-4).
Tujuan umum tersebut memberikan arahan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
menengah pertama bermuara pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa. Penggunaan tersebut
haruslah didasari oleh beberapa hal, yaitu (1) pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, (2) berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan (3)
pemahaman tentang aspek kesastraan.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu memiliki kemampauan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang tercakup dalam keterampilan berbahasa dan sastra.
Keterampilan berbahasa dan sastra dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini harus terintergasi dalam
semua keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, peran guru amatlah penting
dalam proses pembelajaran, karena harus mampu memberikan metode, strategi, dan media
pembelajaran yang strategis, inovatif, dan menarik sehingga siswa mampu menguasai keempat
keterampilan berbahasa dalam pelajaran bahasa Indonesa. Artinya siswa harus menguasai keempat
keterampilan tersebut secara seimbang. Namun, pada kenyataannya, keterampilan menulislah yang
sangat kurang digemari oleh siswa, terutama keterampilan menulis sastra, terutama puisi. Hal ini
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
797
dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, perasaan, dan pikiran melalui
tulisan.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa produktif. Hal itu
membutuhkan banyak latihan dan upaya yan harus dilkukan secara terus-menerus dan bertahap.
Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada
pihak lain melalui bahasa tulis (Abbas, 2006:125) Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif (Tarigan, 1998:4) Menulis tidak datang secara otomatis melainkan harus melalui
latihan. Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta, pesan sikap, dan isi pikiran
secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Artinya, pembelajaran menulis dititikberatkan pada
keterampilan mengungkapkan perasaan secara tertulis, menuliskan informasi sesuai dengan konteks
dan situasi, meningkatkan kegemaran menulis, serta meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan pembelajaran menulis sastra,
khususnya puisi. Pembelajaran menulis sastra diharapkan mampu menumbuhkan dan meningkatkan
daya imajinasi dan apresiasi sastra yaitu penghayatan terhadap nilai seni yang terkandung dalam
sastra khususnya puisi melalui unggkapan perasaan, ide, gagasan lewat tulisan.
Hasil pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran menulis puisi di kelas VII E kurang
maksimal karena masih banyak nilai siswa yang kurang dari KKM. Dari 34 siswa kelas VII E hanya
22% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu nilai 70. Padahal menulis puisi adalah salah satu
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Berdasarkan observasi diketahui bahwa hal ini
disebabkan oleh kondisi yang kurang kondusif, yaitu (1) siswa belum mampu memilih dan memilah
kata apa yang akan digunakan untuk mengawali sebuah puisi, (2) siswa belum mampu memilih
pengalaman yang akan ditulis menjadi puisi, (3) siswa belum mampu mentukan judul puisi yang
dikembangkan berdasarkan pengalaman mereka, (4) siswa lemah dalam diksi, (5) siswa belum
mampu mengimajinasikan kata-kata sehari-hari menjadi kata-kata puitis, (6) siswa belum mampu
mengekspresikan perasaan melalui diksi, dan (7) siswa ragu-ragu dengan kata-kata yang mereka
tuliskan (sudah puitis atau belum). Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, peneliti bersama
teman sejawat berkolaboratif melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media pohon
imajinasi untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, terutama dalam mememilih dan
menentukan pilihan kata.
Media pohon imajinasi adalah sebuah media gambar yang dibuat peneliti untuk memotivasi dan
menarik siswa dalam menulis sebuah puisi, yang merupakan visualisasi gambar peta pikiran. Media
ini berisi gambar sebuah pohon yang di dahannya diberi satu kata yang merupakan kata kunci dari
peristiwa atau pengalaman siswa untuk dilanjutkan siswa dalam bentuk dahan dan ranting. Dahan dan
ranting yang telah dibentuk dari kata dalam pohon tersebut, siswa dapat menyusun larik-larik puisi
yang indah dari pilihan kata yang mereka temukan dan sesuai dengan aturan dalam menulis sebuah
puisi.
Media pohon imajinatif merupakan perwujudan dari metode Peta Pikiran atau yang aslinya
bernama Mind Mapping, yang telah dimodifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan siswa. Metode
ini merupakan satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan”
pikiran-pikiran kita (Buzan, 2008: 4) Dengan menggunakan Peta Pikiran, siswa akan terbantu dalam
menulis karena Peta Pikiran akan memandu mereka menulis dengan rincian gagasan yang tepat. Peta
Pikiran akan menjadi kerangka tulisan mereka. Selama proses menulis, mereka juga dapat
menambahkan ide pejelas yang diperlukan. Kreativitas mereka juga akan mendapat tempat. Metode
Peta Pikiran sebenarnya bukanlah hal baru. Dalam dunia pembelajaran, sistem ini telah digunakan
selama bertahun-tahun. Sistem ini ditemukan dan dipopulerkan di awal tahun 1970 oleh Dr. Tony
Buzan, seorang penulis dan konsultan guruan kelahiran Inggris. Artinya, sistem ini telah teruji cukup
lama (Alamsyah, 2009: 20).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
798
Dalam metode Peta Pikiran tersebut, pertama-tama siswa menulis satu kata kunci utama
sesuai dengan tema yang dipilih berdasarkan jenis teks yang akan dilatihkan. Kata kunci utama
tersebut diletakkan di tengah kertas. Kata kunci itu kemudian dijabarkan dalam cabang-cabang yang
diisi kata-kata kunci lain sebagai subunsur pendukung atau penjelas kata kunci utama. Pada dasarnya,
dengan metode ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum menulis teks. Bila dalam
perencanaan tulisan sering dikenal dengan pembuatan kerangka karangan (outlining), maka dalam
Peta Pikiran, out-lining tersebut berupa kata kunci yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang
dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan lain dari Peta Pikiran ini adalah siswa dapat menambah
kata kunci di mana pun jika di tengah kegiatan menulis mendapatkan ide baru. Peta Pikiran tersebut
dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya. Dengan demikian, siswa dibebaskan
untuk menulis apapun sesuai dengan keinginan serta kreativitas. Di samping itu, simbol serta gambar
berwarna yang digunakan berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan yang memacu
kreativitas serta imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak kehabisan ide dalam menulis teks. Karena
bentuknya yang demikian, Peta Pikiran disebut juga dengan diagram radial hirarkis nonlinier.
Berdasarkan hal tersebut, penggunaan gambar pohon imajinasi ini merupakan salah satu
visualisasi gambar peta pikiran yang digunakan sebagai sarana untuk memberikan inspirasi siswa
dalam berkreasi, berimajinasi, dan berapresiasi dalam menulis sebuah puisi. Gambar pohon imajinasi
digunakan sebagai metode atau strategi yang sama dengan peta pikiran, dimana pusat pohon berupa
tema sedangkan dahan-dahan diisi dengan pilihan kata/diksi yang sesuai dengan tema dan bersifat
puitis. Gambar pohon imajinasi ini memang sering digunakan dalam pembelajaran menulis, tetapi
dalam pembelajaran menulis puisi ini penulis menggunakan gambar pohon imajinasi untuk mengajak
siswa bernalar dan berfikir secara imajinatif.
Gambar 1. Pohon Imajinasi
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan gambar pohon imajinasi dalam pembelajaran menulis
puisi diharapkan akan mampu memberikan respon positif pada diri siswa. Dengan gambar,
pembelajaran menulis puisi akan mudah siswa diarahkan pada suatu tema atau topik tertentu.
Penggunaan media gambar adalah suatu upaya yang diharapkan mampu merangsang pola pikir,
wawasan, penalaran, dan imajinasi siswa. Penggunaan media gambar juga merupakan salah satu
sarana memberikan inspirasi siswa dalam berpendapat, berkreasi, berimajinasi dan berapresiasi yang
lebih bervariatif.
Pemanfaatan media gambar dalam penelitian untuk pembelajaran menulis puisi pernah
dilakukan oleh Ratnawati (2015). Namun, Ratnawati menekankan pada penggunaan media gambar
untuk menulis puisi. Hasil penelitian itu menginformasikan bahwa media gambar benda (bunga) dapat
meningkatkan kemampuan menulis puisi. Penelitian sejenis dilakukan oleh Yusniar (2014).Hasil dari
penelitian tersebut menginformasikan terjadinya peningkatan kemampuan menulis puisi dengan
media gambar keindahan alam. Dengan demikian gambar sangat penting bagi siswa untuk
membangkitkan skemata siswa dalam pembelajaran menulis puisi karena gambar merupakan media
yang cukup menarik minat siswa dan mempunyai daya tarik tersendiri.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
799
Dari dasar itulah, maka peneliti akan berusaha memanfaatkan gambar pohon imajinatif
sebagai media pembelajaran menulis. Media gambar pohon imajinasi ini merupakan visualisasi
gambar peta pikiran yang berupa media gambar yang cukup menarik sehingga pemanfaatan media
gambar pohon imajinatif ini tentunya layak digunakan karena mampu menjadi sarana meningkatkan
kemampuan menulis puisi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dalam upaya perbaikan kualitas dan hasil
pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus (countinous improvement). Desain penelitian yang
digunakan mengacu pada model Kemmis dari M.C. Taggart (Arikunto, 2009:16) yang terdiri atas
empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan ini
dilakukan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan pada
tanggal 16 Maret 2016 untuk pertemuan pertama dan tanggal 17 Maret 2016 untuk pertemuan kedua.
Siklus kedua dilaksakan pada tanggal 23 Maret untuk pertemuan pertama dan tanggal 30 Maret untuk
pertemuan kedua.
Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 06 Batu yang beralamat di Jalan Raya
Giripurno nomor 284 Bumiaji,kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Untuk subyek penelitian adalah siswa
kelas VII E semester II tahun pelajaran 2015 – 2016. Peserta kelas kelas VII E berjumlah 33 yang
terdiri 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, yaitu metode
pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Arikunto 2011:220). Obsevasi dilakukan untuk pengambilan data aktivitas siswa dan guru dalam
proses belajar, serta dukumen yang berupa hasil pekerjaan siswa, RPP, dan foto kegiatan
pembelajaran siswa. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data hasil diambil dari hasil menulis puisi
siswa setelah mereka belajar menulis puisi dengan rangsangan gambar pohon imajinasi. Teknik
analisis data yang digumakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Untuk
instrumen pengumpulan data peneliti menggunakan lembar observasi dan lembar hasil kerja siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika 85% siswa menguasai kompetensi
dasar menulis puisi dan terjadinya peningkatan motivasi siswa selama proses belajar berlangsung.
Penguasaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes keterampilan menulis sebuah puisi berdasarkan
pengalaman yang pernah dialami. Peningkatan motivasi siswa diketahui dari hasil observasi selama
proses pembelajaran..
Hasil dan Pembahasan
Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan
yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes. Masing-
masing pertemuan menggunakan tahapan-tahapan pembelajaran: orientasi, merumuskan masalah,
membangun hipotesis, menguji jawaban, dan menarik kesimpulan.
Siklus I
Pembelajaran diawali dengan mengkordinasikan siswa dalam kelas dengan memberikan
motivasi, semangat, dan dorongan dalam belajar. Kemudian guru menunjuk satu siswa untuk
membacakan sebuah puisi. Setelah pembacaan puisi, guru berdialog dengan siswa seperti kutipan (1)
berikut ini.
Guru : “Puisi yang dibacakan oleh teman kalian, apa isi dari puisi tersebut?
Siswa : “Kerinduan.”
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
800
Siswa : “Kesedihan seorang anak.”
Siswa : “Kasih sayang ibu.”
Guru : “Bagus semua jawaban dari kalian, kerinduan seorang anak kepada ibunya.
Coba sekarang kira-kira peristiwa apa yang dialami oleh penyair?”
Siswa : “Ibunya pergi jauh”
Siswa : “Ibunya mati.”
Guru : “Iya...Bagus, penyair ditinggal mati oleh ibunya, penyair menggunakan
kata/diksi apa?
Siswa : “Bunga lily”
Guru : “Bagus, jadi penyair rindu kepada ibunya karena ibunya meninggal,
Nah, coba peristiwa apa yang pernah kalian alami?”
Siswa : “Jatuh dari sepeda.”
Siswa : “Nenek meninggal dunia”
Siswa : “Ayah kerja di Taiwan.”
Guru : “Bagus, Nah, anak-anak, tujuan pembelajaran hari ini adalah menulis puisi
berdasarkan peristiwa yang pernah kalian alami.
Dari awal dialog tersebut, terlihat siswa sangat antusias dalam pengikuti pembelajaran
menulis puisi. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengacungkan tangan dan saling bersautan
saat diminta menjawab pertanyaan guru. Antusias siswa ini menandakan siswa siap mengikuti
kegiatan pembelajaran. Proses ini sesuai dengan pendapat Sudiana (2005:91) keberhasilan suatu
pembelajaran sangat ditentukan oleh motivasi siswa. Motivasi peserta belajar selama proses
pembelajaran didasarkan pada aspek motivasi keaktifan, keanusiasan, dan keceriaan selama belajar
(Zubaidah, 2006:5).
Guru melanjutkan dengan menunjukan g
ambar pohon imajinasi untuk diisi dengan salah satu peristiwa. Guru menempelkan gambar pohon
imajinatif di papan tulis dan menanyakan peristiwa apa yang akan diisikan dalam gambar pohon
imajinatif. Kemudian siswa diajak untuk memilih diksi dari peristiwa yang dipilih. Pengisian gambar
pohon imajinatif terlihat dalam kutipan dialog (2) berikut
Gambar 2. Hasil Pengisian Pohon Imajinasi
Guru : “Ayo, peristiwa apa yang akan kita pilih untuk dimasukkan dalam pohon
imajinatif ini?”
Siswa : “Ayah bekerja di Taiwan.”
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
801
Siswa : “Ibu bekerja di Arab Saudi.”
Siswa : “Ditinggal ibu karena mati.”
Guru : “Baik, kalau begitu kita pilih diksi ibu.” Nah, kata ibu, kita tulis dibagian
tengah pohon, dan sekarang kita pilih lagi kata-kata yang berkaitan
dengan kata ibu.”
Siswa : “Kasih sayang”
Siswa : “Mengandung”
Siswa : “Membela.”
Guru : “Bagus, kalian sudah dapat memilih kata-kata/diksi yang dapat digunakan
untuk menulis sebuah puisi.”
Dialog di atas menunjukan bahwa siswa tertarik dan lebih antusias mengikuti proses pembelajaran
menulis puisi dengan mengikuti setiap tahapan yang harus dilalui yang telah dituangkan secara jelas
dalam LKS. Hal ini tampak pada keantusiasan dalam kegiatan pencarian ide (berpikir), membuat
catatan-catatan kecil tentang ide yang diperoleh setelah membaca contoh-contoh puisi pada awal
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Yamin dan Antasari (2009:85) tahap think atau berpikir mencari
ide dapat dilihat dari aktivitas siswa setelah membaca suatu teks yang kemudian membuat catatan apa
yang telah dibacanya. Dalam menulis catatan, siswa dapat membedakan dan mempersatukan ide
kemudian menterjemahkan dalam bahasanya sendiri.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat dan
tiga siswa. Setelah siswa duduk berkelompok, guru membagikan gambar pohon imajinasi dan
kelompok berdiskusi mendata peristiwa yang pernah dialami kemudian memilih tiga peristiwa untuk
dituliskan pada lembar kerja dan memilih satu peristiwa untuk dimasukkan dalam gambar pohon
imajinasi dan dikembangkan untuk memilih kata-kata yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Saat
berdiskusi kelompok ada siswa dalam kelompok yang kurang jelas dengan apa yang harus mereka
lakukan. Pertanyaan siswa terlihat pada kutipan dialog (3) berikut.
Siswa : “Peristiwa apa saja yang boleh dimasukkan dalam gambar ini?”
Guru : “Peristiwa yang pernah kalian alami, bisa gembira, bisa sedih, kemudian
pilih satu kata kunci untuk memilih kata yang sesuai dengan kata kunci
tersebut.”
Dialog di atas menunjukkan guru memberikan orientasi dan elisitasi yang diperlukan untuk
membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibahas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Robert E Yager (dalam Rosalin, 2008:15) mengatakan bahwa siswa dituntun agar mau
mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang apa yang mereka amati dalam
lingkungan hidupnya sehari-hari.
Ada pula kelompok yang sudah memahami dan menanyakan apakah boleh dahan dan ranting
dalam pohon imajinasi ditambah. Guru memperbolehkan untuk menambah bahan dan ranting seperti
dalam kutipan dialog (4) berikut.
Siswa : “Bu, saya sd menentukan kata „ayah‟ dan sudah memilih kata-kata yang
berkaitan dengan kata „ayah‟ tapi masih kurang dahan dalam gambar pohon
imajinasi ini?
Guru : “Boleh, kalian boleh menambah dahan dan ranting sebanyak-banyaknya
jika memang masih diperlukan.”
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
802
Dari dialog di atas terlihat siswa sangat termotivasi dengan gambar pohon imajinasi untuk menulis
puisi dari peristiwa yang mereka alami. Media gambar dapat menjadi motivasi bagi siswa dan
merangsang imajinasi siswa. Imajinasi adalah penggerak kreativitas (Roekhan, 1990; Siswanto,
2011). Dengan terangsangnya imajinasi siswa, kreativitas siswa pun meningkat. Kreativitas yang
meningkatkan akan mendorong siswa menggunakan segala potensi menulis yang dimilikinya
sehingga memudahkan siswa menuangkan hasil pemikirannya dalam pilihan kata yang tepat dan
larik-larik puisi yang menarik. Hal ini sesuai dengan Hartanto (2008) proses pembelajaran pada
dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik agar terjadi respon yang positif
pada diri anak didik.
Setelah kelompok berdiskusi mengisi gambar pohon imajinasi dengan pilihan kata/diksi
kemudian secara berkelompok menyusun larik-larik puisi dengan kata-kata yang terdapat dalam
pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun larik-larik menjadi bait-bait puisi. Pada
proses penyusunan larik dalam kelompok, masing-masing anggota kelompok mengungkapkan ide
dalam menuliskan larik-larik puisi. Dalam proses ini, guru memberikan bimbingan pada setiap
kelompok. Setelah menjadi puisi hasil kerja kelompok, dilanjutkan dengan menukar hasil kelompok
dengan kelompok lain untuk diberi tanggapan dan komentar. Komentar yang diberikan pada
kelompok dititik beratkan adanya judul, pilihan kata sesuai dengan pilihan kata yang diisikan dalam
pohon, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak. Pada kesempatan
ini ada satu kelompok yang menyunting puisi tetapi berbentuk narasi, kutipan dialog (4) berikut.
Siswa : “Bu, ini puisinya kok seperti cerita?”
Guru : “Gak, pa-pa, nanti diberi masukan untuk disederhanakan, ada kata-kata
yang perlu dihilangkan sehingga menjadi sebuah puisi.”
Dari dialog di atas, diketahui masih ada siswa dan kelompok yang belum memahami menulis puisi.
Kemudian guru menyarankan untuk memberikan masukan tanggapan untuk menyederhanakan
kalimat sehingga dapat menjadi sebuah puisi. Selanjutnya secara kelompok memperbaiki puisi
berdasarkan masukan dari kelompok lain dan dilanjutkan presentasi pembacaan puisi di depan kelas.
Saat presentasi di depan kelas, kelompok lain memberikan tanggapan dan komentar. Presentasi
merupakan publikasi hasil karya siswa yang dilakukan dalam rangka memperoleh masukan dari orang
lain terhadap teks yang telah disusun. Kegiatan tukar pikiran yang dilakukan dalam publikasi dapat
membantu penulis menyempurnakan tulisannya. Masukan dapat diperoleh dari teman sendiri dalam
kelompok kecil, dari guru, atau dari khalayak ramai ketika publikasi dilakukan melalui media cetak.
Gambar 3. Presentasi Pembacaan Hasil Menulis Puisi
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
803
Proses selanjutnya guru memberikan penguatan tentang pemilihan kata/diksi, judul,
rima/sajak, dan isi puisi berdasarkan peristiwa yang pernah dialami berdasarkan gambar pohon
imajinasi dalam penulisan puisi.
Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan pembacaan doa, pemberian salam, dan
absensi siswa. Setelah itu guru bertanya jawab tentang pembelajaran sebelumnya, kutipan dialog (5)
berikut.
Guru : “Apa yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu, ya Abiyasa?”
Siswa : “Menulis puisi dengan gambar pohon imajinasi.”
Guru : “Bagus, apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis puisi, Ayu?”
Siswa : “Pilihan kata dan tema.”
Guru : “tepat, coba sekarang Albrani?”
Siswa : “Sajak.”
Guru : “Sekedar mengingatkan, apa yang dimaksud dengan pilihan kata? Ayo
Albela?”
Siswa : “Pilihan kata adalah .....
Guru : “Nah, sekarang Ibu bertanya, “Bagaimana perasan kalian saat menulis
sebuah puisi?”
Pesera didik : “Sedih, Bu, karena ingat pada ayah.”
Siswa : “Senang karena ingat ketika dapat hadiah dari orang tua.”
Guru : “Bagus, sekarang tujuan pembelajaran kita hari ini adalah menulis puisi
berdasarkan peristiwa yang pernah kalian alami secara individu.” Masih
ingat gambar pohon imajinasi?”
Siswa : “Masih.”
Kutipan dialog di atas, menandakan siswa masih mengingat apa yang telah diajarkan pada
pembelajaran sebelumnya. Siswa terlihat antusias saat menjawab pertanyaan guru dan siap untuk
mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Langkah berikut adalah siswa duduk secara berkelompok, namun menulis puisi secara
individu. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang bisa dapat membantu siswa yang kurang bisa.
Selanjutnya guru membagikan gambarkan pohon imajinasi pada setiap siswa kemudian setiap
individu mendata dan mengidentifikasi peristiwa. Dilanjutkan memilih satu peristiwa/pengalaman
yang dimasukkan dalam pohon imajinasi dan memasukkan pilihan kata yang sesuai dengan peristiwa
yang dipilih. Pada langkah ini ada salah satu siswa yang belum paham sama sekali dengan apa yang
diperintahkan, seperti kutipan dialog (6) berikut.
Siswa : “Bu, ini saya isi dengan hobi saya, yang ini saya isi dengan kata sepak
bola, renang, bola voli, dan basket?”
Guru : “Ada teman yang bisa menjelaskan?”
Siswa : “Diisi dengan kata, misalnya kata sahabat, dilanjutkan dengan kata yang
berhubungan dengan kata sahabat”
Guru : “Bagus, misalnya, ayo siapa bisa membantu?”
Siswa : “Tempat curhat, teman akrab”
Dari dialog terlihat ada siswa yang kurang paham kemudian dibantu oleh siswa lain. Hal ini
menandakan adanya saling membantu antara satu siswa dan siswa lain. Menurut Nurhadi (2004:61)
dalam pembelajaran kooperatif/kelompok guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
804
merasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan yang positif, yang memungkinkan sesama
siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
Setelah mendata kata dalam pohon imajinasi, siswa menyusun kata-kata tersebut dalam larik-
larik puisi, dilanjutkan menyusun larik-larik tersebut menjadi bait-bait puisi. Langkah berikutnya
adalah siswa menukar hasil menulis puisi dengan hasil karya siswa lain untuk diberi tanggapan
tentang judul, pilihan kata, isi, dan menggunakan sajak atau tidak. Masih seperti saat menyusun puisi
secara kelompok, ada siswa yang menulis puisi seperti cerita.
Jatuh dari sepeda
Sepedaku
Adalah sepeda pemberian orang tuaku
Karena kegemaranku
Bersedpeda setiap hari
Bersepeda adalah kegemaranku
Hatiku riang mengayah sepedaku
Aku merasa semua beban hilang
Hingga suatu hari
Aku terperosok ke selokan
Sungguh banyak memoriku
Bersepeda itulah salah satunya
Memori bersepedaku
Refleksi dilakukan dalam bentuk pembacaan dan penafsiran kembali hasil penilaian dari
kinerja siswa dalam menulis puisi dan catatan lapangan dari proses pembelajaran. Setelah dianalisis
diketahui bahwa 69% siswa masih mendapat skor di bawah KKM (70). Puisi siswa sebagian besar
belum menunjukkan keutuhan pengungkapan gagasan, diksinya masih kurang tepat dan kurang puitis,
tetapi dari segi pilihan judulnya sebagian sudah tepat dan menarik. Namun ada juga puisi yang masih
berbentuk cerita atau narasi.Pada proses berkelompok, siswa masih bergantung pada teman yang
dinggap lebih pandai. Proses saling belajar antarsiswa berlangsung intensif. Akan tetapi, hasilnya
belum mencapai target tindakan yang ditetapkan yaitu KKM 70. Peningkatan hasil belajar menulis
puisi dengan media pohimaji pada pra siklus dan siklus 1 dapat dilihat pada diagram (1) berikut.
Diagram 1: Peningkatan Hasil Belajar Menulis Puisi Pra Siklus dan Siklus 1
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
805
Melihat hasil tindakkan di atas, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan tindakan siklus ke-2
agar target pembelajaran baik proses maupun hasil tercapai. Pada siklus 2, guru dan kolabolator perlu
menambah strategi pembelajaran sehingga siswa-siswa lebih antusias dalam menulis puisi, yaitu
dengan menambah kartu kata untuk ditempel pada pohon imajinasi. Kartu kata ini dibagikan pada
setiap siswa dengan jumlah yang sama tetapi jika siswa masih memerlukan diperbolehkan untuk
menambah kartu kata. Hal ini dilakukan karena pada siklus 1, siswa yang kurang pandai
mengandalkan teman yang pandai. Siklus 2 ini juga masih dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
yaitu pertemuan pertama dengan strategi berkelompok dan pertemuan kedua secara individu untuk
mendapat hasil kemampuan menulis puisi siswa. Sementara itu, guru sebagai motivator dan fasilitator
membimbing siswa yang masih banyak mengalami kesulitan menulis puisi. Cara ini diharapkan dapat
memaksimalkan hasil belajar siswa, dan terjadi proses pembelajaran antarsiswa.
Tindakan siklus ke-2
Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siklus 2 dilakukan dengan strategi pembelajaran
individual dan kelompok. Hal itu dilakukan berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan siklus 1.
Pada pertemuan pertama siklus ke-2, guru bertanya jawab tentang peristiwa yang pernah dialami
siswa. Kemuadian salah satu siswa membacakan sebuah puisi, dilanjutkan dengan tanya jawab
tentang isi puisi. Selanjutnya tanya jawab unsur pembangun puisi. Setelah berhasil membangkitkan
kembali pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menulis puisi, guru mengajak siswa mencermati
gambar pohon imajinasi yang dipajang di papan untuk menentukan peristiwa dan pilihan kata yang
puitis sebagai kerangka menulis puisi. Dilanjutkan menyampaikan kompetensi dan tujuan
pembelajaran hari ini.
Proses selanjutnya adalah pembagian kelompok berdasarkan hitungan, masing-masing
kelompok beranggotakan empat siswa laki-laki dan perempuan. Kemudian masing-masing kelompok
menerima gambar pohon imajinasi dan kartu kata, masing-masing anggota kelompok mendapat tiga
kartu untuk menuliskan tema dan kata-kata pembentuk puisi beserta diksi-diksi yang puitis kemudian
ditempel pada gambar pohon imajinasi. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa dapat berpartisipasi
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Proses ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2004) bahwa
bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi dalam
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Saat menulis dan menempel kartu warna-warni, siswa menanyakan boleh menambah kartu
warna-warni untuk menambah diksi yang masih belum dicantumkan. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan dialog (7) berikut.
Siswa : “Bu, saya boleh menambah kartu warna-warninya? Karena saya masih
mempunyai kata yang belum dicantumkan dalam pohon imajinasi.”
Guru : “Boleh, silahkan pilih warna sesuai yang kamu sukai.”
Siswa : “Bu, saya ambil warna merah”
Siswa : “Saya warna orange”
Siswa : “Saya juga, Bu. Saya senang warna hijau muda.”
Guru : “Iya, silahkan, ambil sesuai kebutuhan kalian untuk menuliskan diksi-
diksi yang kalian temukan.”
Dialog di atas terlihat siswa sangat senang dan antusias dalam mengerjakan diksi kemudian ditempel
pada pohon imajinasi. Pada kerja kelompok di siklus kedua ini, siswa sangat termotivasi dengan kartu
warna-warni yang ditempel pada pohon imajinasi. Hal ini menunjukan bahwa media pembelajaran
sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
806
pendapat Hartanto (2008) bahwa proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus
kepada anak didik agar terjadi respon yang positif pada diri anak didik.
Setelah kelompok berdiskusi mengisi gambar pohon imajinasi dengan pilihan kata/diksi yang
ditulis pada kartu warna-warni dan ditempel kemudian secara individu dalam berkelompok menyusun
larik-larik puisi dengan kata-kata yang terdapat dalam pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan
menyusun larik-larik menjadi bait-bait puisi. Saat penyusunan larik dan bait terlihat adanya kerjasama
kelompok, gambar pohon imajinasi diputar berkeliling anggota kelompok. Hal ini sesuai pendapat
Nurhadi (2004:61) bahwa dalam pembelajaran kelompok, guru menciptakan suasana yang mendorong
agar siswa merasa saling membutuhkan (saling ketergantungan positif). Saling ketergantungan positif
menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberkan motivasi
untuk meraih hasil belajar yang optimal. Setelah menjadi puisi hasil kerja individu dalam kelompok,
dilanjutkan dengan menukar hasil kelompok dengan kelompok lain untuk diberi tanggapan dan
komentar. Komentar yang diberikan pada kelompok dititik beratkan adanya judul, pilihan kata sesuai
dengan pilihan kata yang diisikan dalam gambar pohon imajinasi, isi sesuai dengan peristiwa yang
dipilih, dan menggunakan rima atau tidak.
Gambar 4. Proses Menulis Puisi dan Hasil Menulis secara Berkelompok
Pada siklus 2 ini kuantitas pembimbingan dan pengarahan guru kepada siswa dioptimalkan,
baik selama mereka menulis puisi secara kelompok maupun selama mereka menulis puisi secara
individual. Untuk itu, selama pembelajaran berlangsung guru aktif berkeliling kelas untuk memantau
proses belajar siswa. Selama pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, siswa serius bekerja baik secara
individual maupun kelompok. Kelas terasa menggairahkan dan menyenangkan selama proses
pembelajaran berlangsung.
Pada pertemuan kedua siklus 2, guru mengawali pembelajaran dengan bertanya jawab tentang
kegiatan menulis kreatif puisi. Setelah tanya jawab tentang perasaan siswa saat menulis sebuah puisi,
dilanjutkan dengan tanya jawab pembelajaran sebelumnya. Guru mengingatkan siswa dengan
menempelkan hasil pohon imajinasi hasil kerja kelompok pada pertemuan sebelumnya. Kemudian
tanya jawab tentang unsur pembangun puisi yaitu tema, pilihan kata/diksi yang puitis, rima, dan
tipografi. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran saat itu.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
807
Gambar 5. Hasil Pohon Imajinasi Kelompok
Proses selanjutnya adalah pembagian gambar pohon imajinasi dan kartu warna-warni pada siswa.
Setiap siswa mendapat sembilan kartu warna-warni untuk ditulisi tema dan pilihan kata/diksi yang
puitis. Pada proses ini siswa boleh menambah kartu warna-warni jika dibutuhkan untuk menambah
dahan pohon imajinasi. Setelah siswa menempel kartu warna-warni pada gambar pohon imajinasi
dengan pilihan kata/diksi yang ditulis kemudian menyusun larik-larik puisi dengan kata-kata yang
terdapat dalam pohon imajinasi. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun larik-larik menjadi bait-bait
puisi. Pada proses ini, guru berkeliling membimbing siswa yang belum memahami terutama untuk
diksi yang puitis. Hal ini sesuai pendapat Rosalin (2008:8) bahwa guru perlu mengerti pengalaman
belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dengan berpartisipasi ditengah proses
pembelajaran. Setelah menjadi puisi hasil kerja individu, dilanjutkan dengan menukar hasil dengan
siswa lain untuk diberi tanggapan dan komentar. Komentar yang diberikan pada hasil kerja individu
yang dititik beratkan judul, pilihan kata sesuai dengan pilihan kata yang diisikan dalam pohon, isi
sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima atau tidak. Kemudian dikembalikan
untuk diperbaiki.
Proses selanjutnya pembacaan puisi ke depan kelas oleh beberapa siswa dan diberi tanggapan
pembacaannya oleh siswa yang lain. Selanjutnya hasil karya menulis puisi dipajang di papan pajang.
Pemajangan hasil karya siswa ini bertujuan untuk dijadikan motivasi dan dapat dijadikan sebagai
sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2008:61) bahwa hasil belajar siswa dapat
dijadiakan sebagai sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariatif.
Pada siklus 2 ini kuantitas pembimbingan dan pengarahan guru lebih banyak difokuskan
kepada kelompok siswa yang belum mampu menulis puisi. Untuk itu, selama pembelajaran
berlangsung guru aktif memantau dan membimbing proses belajar siswa yang belum mencapai target.
Selama pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, siswa serius bekerja baik secara individual maupun
kelompok. Kelas terasa lebih menggairahkan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai
dengan pendapat Newmann dan Wehlage dalam Nurhadi (2004:29) bahwa guru menyediakan bagi
siswa sumber-sumber belajar yang dapat membantu siswa dan guru menciptakan lingkungan belajar-
mengajar yang berkualitas.
Pada proses PTK ini, peneliti menemukan beberapa kekurangan yaitu (1) siswa masih kurang
memahami diksi yang puitis, (2) Masih ada beberapa puisi karya siswa yang berbentuk narasi/cerita
yang dipenggal-penggal menjadi emapat kata tiap bait, (3) siswa masih kurang dapat menyusun rima
yang menarik sehingga hanya ada rima bebas, dan (4) isi puisi masih ada yang kurang padu, gagasan
meloncat-loncat. Untuk mengatasi hal ini guru memberikan contoh beberapa puisi untuk dibaca oleh
siswa.
Setelah dianalisis diketahui bahwa tinggal 13% siswa yang masih mendapat skor di bawah
KKM (70). Akan tetapi skor siswa sudah mendekati target. Puisi sudah menunjukkan keutuhan
pengungkapan gagasan, diksinya sudah tepat dan lebih variatif, dan pilihan judulnya juga lebih tepat
dan lebih menarik. Proses saling belajar antarsiswa berlangsung lebih intensif. Karena hasilnya sudah
mencapai target tindakan dan proses maka penelitian ini dihentikan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
808
Untuk lebih jelasnya perkembangan peningkatan hasil kemampuan menulis puisi siswa kelas
VII E SMP Negeri 6 Batu dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 2. Peningkatan Hasil Menulis Puisi Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Diagram di atas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar menulis puisi dengan media gambar
pohon imajinasi. Peningkatan hasil belajar menulis puisi berdasarkan aspek judul, pemilihan diksi,
rima, dan kepaduan isi.
PENUTUP
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian, pembahasan dan analisis yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Kemampuan menulis puisi dengan menggunakan media
pohimaji siswa kelas mengalami peningkatan . Pertama peningkatan dalam proses pembelajaran
menulis puisi dengan media pohimaji terlihat pada antusias, minat, dan motivasi dalam proses
pembelajaran. Kedua peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa pohon imajinasi menjadi
kerangka puisi yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan puisi dengan kualitas tulisan yang
lebih baik Hal ini diketahui berdasarkan observasi hasil karya puisi siswa yang memperoleh KKM
berjumlah 22%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih media gambar pohon imajinasi. Media
pohon imajinasi ini dapat membantu siswa menemukan pilihan kata/diksi yang puitis yang diperlukan
dalam menulis sebuah puisi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 69%
dan pada siklus 2 menjadi 87%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 18%. Artinya hasil
yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan.
DAFTAR RUJUKAN
Afriyanti. 2013. Penggunaan Media Gambar Untuk Jurnal Untan. Untan, 2, Jurnal untan. ac.id.
diunduh pukul 16.45 WIB. Tanggal 8 April 2016
Arikunto, Suharsimi dan Supandi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
Baksin, Askurifai. 2008. Aplikasi Praktis Pengajaran Sastra. Bandung: Pribumi Mekar
Depdiknas. 2004. Kurikulum Bahasa Indonesia 2004 SMP. Jakarta: Depdiknas
Hermawan, Hendi. 2006. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:Citra Raya
Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press
Putra, Weda. 2013. Pengertian Media Menurut Pakar dan Ahli (online) (delomangkalan.
blogspot.co.id,diakses tanggal 28 Februari 2016
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
809
Rosalin, Elin. 2008. Gagasan Mertancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri
Persada
Susilana, Rudi, dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajarn. Bandung: CV Wacana Prima
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC
Tarigan, H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
810
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA
SEBUAH PARAGRAF DENGAN METODE THINK PAIR SHARE SISWA KELAS VII
SMP DARUSH SHOLIHIN BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Endang Susilowati
SMP Darush Sholihin Batu
endang.tarno.et@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan
utama pada teks dengan menggunakan metode think pair share pada siswa kelas VII SMP
Darush Sholihin. penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya minat baca yang dialami siswa
pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menemukan gagasan utama. Hasil penelitian ini mnunjukkan bahwa
penggunaan metode think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menemukan gagasan utama pada teks.
Kata Kunci: Think Pair Share, membaca, gagasan utama paragraf
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan baik di lingkungan sekolah
maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam proses pembelajaran di sekolah perlu diketahui bahwa keaktifan siswa sangat menjadi
peranan, di samping itu siswa dituntut untuk melatih keberanian dalam mengemukakan pendapat,
memberikan usul atau saran yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Lebih-lebih siswa harus
mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.Dengan
demikian bahwa keaktifan siswa, keberanian, dan semangat harus saling berkaitan.
Berbagai masalah yang terjadi dalam pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, masih
banyak siswa yang menganggap bahwa bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang sulit. Dalam
kenyataannya Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah mempunyai peranan penting untuk semua
mata pelajaran yang ada di sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menuntut siswa untuk lebih
banyak dan rajin membaca.
Membaca merupakan kebutuhan setiap orang. Bahkan dapat dikatakan membaca merupakan
kebutuhan primer manusia modern. Berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia modern
selalu berhubungan dengan kegiatan membaca. Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan
memahami gagasan penulis. Gagasan penulis dalam sebuah bacaan dapat dipilah menjadi dua, yaitu
gagasan utama atau ide pokok dan gagasan penjelas. Gagasan penulis, pada tataran lebih kecil
tampakpada gagasan dalam paragraf. Sebuah paragraf berisi gagasan pokok dan gagasan penjelas.
Oleh karena itu, pengenalan terhadap gagasan pokok dan gagasan penjelas merupakan hal yang sangat
penting dalam membaca. Di sisi lain, membaca juga dimaksudkan untuk memberikan kritikan
terhadap bacaan
Membaca merupakan salah satu keterampilan untuk mengetahui isi suatu teks bacaan. Dalam
hal ini, untuk meningkatkan hasil belajar siswa diharapkan dapat menentukan kalimat utama,
menentukan gagasan utama dan dapat menentukan kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf.
Permasalahan yang berkaitan dengan siswa salah satunya yaitu kurangnya minat baca dan motivasi
belajar, tidak berani bertanya ketika kegiatan belajar sedang berlangsung.
Keadaan pengajaran bahasa pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya
membaca belum memuaskan. Pada hakikatnya, minat baca siswa masih kurang. Banyak faktor yang
melatarbelakangi hal ini. Faktor tersebut antara lain kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
811
kurang sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Betapa pun besarnya
manfaat dari membaca buku, jika siswa kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya membaca
buku, terciptanya suatu peradaban yang lebih baik. Untuk itu siswa didorong lebih rajin membaca
buku atau media lain, karena banyak informasi yang akan didapat. Siswa harus lebih aktif dan
mempunyai prinsip kalau membaca itu penting.
Membaca adalah keterampilan berbahasa reseptif (dapat menerima). Membaca banyak
manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Karenanya, keterampilan membaca adalah salah satu
keterampilan berbahasa yang strategis dan mutlak dikuasai oleh siswa SMP setelah mampu menyimak
dan berbicara Khalik (2009:22) dalam Silondae (2015). Melalui pembelajaran membaca siswa dapat
menentukan kalimat utama , hal ini sejalan dengan pendapat Syafi„ie (dalam Nisbah, 2013)
Dalam silondae, 2015 yang mengemukakan bahwa kemampuan membaca dan ketrampilan
baca tulis, khususnya ketrampilan membaca, karena kemampuan dan keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses kegiatan belajar di sekolah.
Briggs (1977) dalam tawatun (2015) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, video dan sebagainya. Selain
itu ada pendapat yang menyatakan bahwa, media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977) dalam Tawatun (2015).
Permasalahan yang ada di lapangan yaitu siswa kelas VII SMP Darush Sholihin antara lain input
siswa rendah dan malas membaca yang berdampak sulit untukmengikuti pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Dalam hal ini menentukan kalimat utama dalam suatu bacaan, menemukan gaga-
san utama dan menentukan letak gagasan utama paragraf ada hambatan sehingga yang terjadi suka
mengganggu teman,bengong dan mondar-mandir mengelilingi teman sekitarnya. Pengembangan
potensi siswa melalui kegiatan membaca dapat terwujud melalui proses belajar yang melibatkan siswa
secara aktif dan rajin. Dengan demikian, siswa terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan
ide-ide itu atau gagasan utama dari teks bacaan.
Berbagai informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini pada umumnya
disajikan secara efektif dan menarik melalui media cetak sehingga untuk memperoleh informasi
tersebut diperlukan keterampilan membaca gagasan utama yang memadai. Siswa yang memiliki
keterampilan dan kebiasaan membaca gagasan utama dengan baik dapat menyerap dan menggunakan
informasi-informasi dengan baik pula. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk
mendapatkan ilmu. Ilmu yang terkandung dalam berbagai buku harus digali melalui kegiatan
membaca.Keterampilan kita dalam membaca sangat menentukan hasil dari pencarian ilmu tersebut.
Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap
orang, terlebih lagi bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kebiasaan membaca. Keuntungan yang
diperoleh bilasiswa dapat menjadi pembaca teks yang baik siswa akan memiliki kemampuan untuk
memperoleh informasi baik informasi secara umum maupun secara khusus, misalnya informasi yang
terkait dengan materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Kemampuan membaca yang baik dapat
meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama dalam teks.
Pembelajaranmerupakankegiatanutama sekolah, yang dalam pelaksanaannya sekolah diberi ke-
bebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai
dengan karakteristik matapelajaran, siswa, guru, sertakondisinya sumberdaya yang tersedia dan siap
didayagunakan di sekolah. Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran hakekatnya berpusat pada peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan
mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Yang menjadipersoalanpokokdalam proses pembelajaran ialah bagaimana memilih dan
menggunakan teknik belajar dengan permasalahan membaca yaitu menemukan gagasan utama dalam
teks. Teknik belajar mengajar merupakan alat interaksi di dalam proses belajar mengajar. Strategi
belajar yang digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
812
dapat tercapai secara maksimal. Dari hal inilah,maka diperlukan salah satu metode pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif adalah teknik pembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif adalah
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar( https://kurniawanbudi 04 wor). Dan
diperjelas lagi bahwa pembelajarankooperatifsecarasadarmenciptakaninteraksi yang silih salah
sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru danbuku ajar tetapijuga sesama manusia.
Bagisebagiansiswa, pembelajaranBahasa Indonesia sangat membosankan karena penyampaian materi
yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi
tersebut.
Membaca merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Kualitas pengajaran bahasa
Indonesia menyangkut pula pada kualitas pengajaran membaca. Penelitimerasakan problem
pembelajaran yang terjadiselamaini. Karena dalam pembelajaran proses belajar mengajar masih di
dominasi oleh guru, siswakurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Selamaini guru semata–
mata hanya memberikan pengetahuan kepada siswa tanpa membuat suatu informasi menjadi
bermakna dan relevan bagi siswa sehingga siswa kesulitan membangun konsep di dalam pikirannya
sendiri.Teori kognitif mendefinisikan belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak sehingga dapat diasumsikan bahwa proses
belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Beberapa kesulitan belajar sering terjadi sekolah, salah satunya adalah SMP Darush Sholihin
Batu, siswa di kelas ini banyak mengalami kesulitan ketika diberi tugas untuk menentukan gagasan
utama dalam teks. Apalagi guru tidak memberikan metode yang bisa membangkitkan semangat
belajar siswa. Padahal sebagai komponen pembelajatran,cara mengajar guru, termasuk di dalamnya
penggunaan metode pembelajaran sangat penting demi keberhasilan pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu, metode pengajaran membaca yang paling efektif akan mempercepat siswa dalam belajar
dan memotivasi siswa untuk gemar membaca. Teknik membaca untuk menyerap pengetahuan perlu
dipelajari, sehingga kemampuan membaca memberikan banyak manfaat.
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menentukan gagasan
utama adalah Think Pair Share (TPS). Pembelajaran membaca untuk menentukan gagasan
utama dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode think pair share. Metode think pair
share adalah satu metode yang membantu siswa memfokuskan pikiran dan perilaku pada
masalah yang dihadapi. Metode ini dapat meningkatkan partisipasi dan informasi yang dapat
diingat siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama dalam Teks dengan Metode Think
Pair Share Siswa kelas VII SMP Darush sholihin Batu.”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3)pengamatan, dan (4) refleksi. Pemilihan rancangan PTK ini dalam rangka meningkatkan
kemampuan menemukan gagasan utama pada teks. Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas
VII SMP Darush Sholihin Batu Tahun Pelajaran 2015/2016yang terdiri dari 18orang siswa laki-laki
dan 8 orang siswa perempuan.Data dalam penelitianadalah (1) nilai hasil tes siswa dan (2) proses
pembelajaran yang meliputi a. Keaktifan, b. keberanian, dan c. semangat. Nilai hasil tes siswa
dijaring dengan menggunakan instrumen tes tulis yang dilengkapi rubrik penilaian. Data pelaksanaan
dijaring melalui pedoman observasi yang terbagi dalam tiga hal yaitu afektif, kognitif, dan
psikomotor. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
813
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam pengolahan datayaitu melakukan
observasi, guru menggunakan pedoman observasi yang sudah disiapkan. Data kemampuan mene-
mukan gagasan utama pada paragraf dijaring melalui tes menemukan gagasan utama dengan sajian
beberapa paragraf yang berbeda-beda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus guna meningkatkan kemampuan siswa kelas VII
dalam menemukan gagasan utama paragraf dengan menggunakan metode TPS , masing-masing
siklus dilakukan dalam satu kali pertemuan. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam
penelitian sebagaimana disajikan di bawah ini.
Perencanaan
Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode TPS dilakukan melalui proses yaitu
pertama Penyusunan RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD
menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode
pembelajaran yang sesuai (e) mengembangkan media belajar (f) menyediakan alat penilaian. Kedua
menyediakan lembar observasi yang berkaitan denganpelaksanaan pembelajaran yaitu dengan rincian
sebagai berikut keaktifan siswa dalam belajar, keberanian, dan semangat siswa untuk mengikuti
pembelajaran. Ketiga mengembangkan media pembelajaran. Adapun media yang digunakan dalam
pembelajaran yaitu dalam bentuk teks yaitu (a)siswa diberi contoh teks satu paragraf, (b) siswa
menentukan kalimat utama, (c) siswa menentukangagasan utama. Dalam pelaksanaannya siswa
berkelompok untuk mendiskusikan jawaban, dan siswa berbagi jawaban dan masing-masing
kelompok melaporkan jawabannya.
Dalam menyusun RPPharus sesuai dengan kompetensi dasar, ( KD 11.2) Menemukan
gagasan utama pada teks yang dibaca.Indikator (1) mampu menemukan kalimat utama dalam suatu
paragraf, (2) mampu mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap paragraf , dan (3)
menentukan kalimat-kalimat penjelas dalam paragraf . Tujuan pembelajarandiharapkan siswa dapat
menemukan gagasan utama pada paragraf , serta langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam menyusun LKS. Penyusunan lembar kerja siswa disesuaikan dengan materi yang
diajarkan. Lembar kerja siswa diberikan pada siswa untuk mengetahui atau mengukur kemampuan
siswa dalam bentuk tes subjektif yaitu dengan menyajikan beberapa paragraf, siswa diminta untuk
menentukan kalimat utama dalam paragraf dilanjutkan dengan menentukan gagasan utama dalam
paragraf tersebut. Untuk tes objektif disajikan soal dalam bentuk pilihan ganda dengan memilih
jawaban yang benar di antara empat jawaban yang disediakan yang berupa kunci jawaban.
Dalam menyusun pedoman observasi, untuk melihat perilaku siswa ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut (1) keaktifan siswa mengikuti pembelajaran dalam
bertanya, menyumbangkan pendapat, (2) keberanian siswa berpendapat, (3) semangat belajar yang
tinggi, dan (4)kerja siswa baik secara individu maupun kelompok.
Dalam penyiapan media,beberapa aspek yang digunakan dalam menyiapkan media, yakni
menyediakan media dengan teks yang diambil dari buku paket bahasa Indonesia atau surat kabar
Pengembangan alat penilaian dalam bentuk instrument penilaian, yaitu disajikan soal-
soalyang berupa paragraf dengan bentuk soal subjektif dengan pedoman nilai jika siswa dapat
menjawab dengan tepat mendapat nilai atau skor 4, jika menjawabnya kurang tepat mendapat skor 2,
dan siswa menjawab tidak tepat mendapat skor 1. Untuk soal objektif, jika memilih menjawab benar
siswa mendapat nilai 2 dan jika memilih menjawab salah mendapat nilai 0
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
814
Kegiatan yang dilakukan guru adalah menyiapkan bahan ajar dan media pembelajaran yaitu
buku paket dan surat kabar, dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Kegiatan pembelajaran
menemukan gagasan utama pada paragraf yang disampaikan pada siswa yaitu paragraf deduktif dan
paragraf induktif. Pada akhir pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan siswa digunakan alat
penjaring dalam bentuk tes subjektif dan tes objektif.
Tahap Pelaksanaan dan pengamatan
Pada tahap pelaksanaan guru mengamati sikap siswa ketika pembelajaran di dalam kelas
sedang berlangsung bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan oleh guru. Pengamatan
dilakukan oleh guru dimulai siswa membaca teks. Pada penelitian ini diperlukan suatu perencanaan,
yaitu persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai berikut
a) MENYUSUN RPP
Dalam menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran
membaca pemahaman dilanjutkan menemukan gagasan utama pada teks yang dibaca, harus
disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan ketika pembelajaran di
kelas yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup serta disesuaikan dengan karakteristik siswa.
b) KEGIATAN AWAL
Kegiatan awal dilakukan siswa diminta menyiapkan untuk berdoa,mengucap salam, mengecek
kehadiran siswa , dan dilanjutkan refleksi. Refleksi dilakukan untuk merangsang siswa dalam
kegiatan pembelajaran dengan melakukan dialog, yaitu dengan memberikan contoh teksdengan
melakukan Tanya jawab
peneliti : Anak-anak yang kalian baca tadi adalah contoh –contoh teks
satu paragraf, yang memuat satu gagasan utama
siswa : “diam
peneliti : melanjutkan, apakah kalian sudah tahu tentang paragraf?
Siswa : (siswa menjawab ), sudaaah…. Beluuum..
peneliti : kalian adayang sudah tahu dan ada yang belum.
Coba yang tahu, berilah penjelas apa itu paragraf?
Siswa : diam......
Peneliti :” kalian tidak berani menjawab ?‟ takut.. apa malu ...!
Peneliti : “Baiklah... akan ibu jelaskan...
Melalui apersepsi seperti di atas, secara tidak langsung guru menjelaskan konsep tentang
pengertian paragraf dan jenis-jenis paragraf, maka mereka menyambutnya. Kegiatan ini akan
menjadi modal awal bagi siswa dalam belajar menemukan gagasan utama .
c) KEGIATAN INTI
Kegiatan inti diawali dengan membagikan beberapa contoh paragraf kepada seluruh
siswa. Siswa diminta membaca dengan cermat kemudian diminta menemukan kalimat utama
paragraf, setelah itu menemukan gagasan utama dan dilanjutkan menentukan kalimat penjelas.
Aktivitas ini merupakan tahap Think, yaitu guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan pelajaran, kemudian siswa diminta memahami atau memikirkan sendiri tentang gagasan
utama pada paragraf untuk sesaat.
Pada tahap awal ini, hampir semua siswa tidak konsentrasi, kebingungan, berbicara
dengan teman kanan-kirinya, ada yang menggambar. Ada juga yang keliling-keliling mengham-
piri teman sambil menggangu temannya karena mereka belum memahami materi yang diberikan
oleh guru, tidak menutup kemungkinan ada yang tidur –tiduran di bangku.Namun ada hanya
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
815
beberapa anak yang sibuk mengerjakan tugas guru dan berdiskusi dengan temannya. Dari hasil
kerja siswa 61,54 % yang berhasil mencapai KKM.
Pada tahap Pair guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap pertama. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat
berbagi ide dengan teman pasangannya jika telah diberikan suatu pertanyaan.Biasanya guru
memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan yaitu mereka saling mencocokkan pemikiran
tentang gagasan utama dan merevisi berdasarkan kesepakatan. Tetap dalam tahap Pair, guru
menjelaskan tentang menemukan gagasan utama paragraf. Siswa tampak memperhatikan dengan
baik penjelasan guru, tetapi ada beberapa siswa yang bermain sendiri, ada yang masih bergurau
dengan pasangannya sehingga mereka ditukarkan dengan pasangan yang lainnya. Karena dari
awal kegiatan pembelajaran mereka tidak bisa konsentrasi. Setelah pembelajaran dilakukan
secara berpasangan siswa diminta untuk menemukan gagasan utama pada paragraf. Dalam hal
ini guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain.
Pada tahap Share , guru meminta pada salah satu pasangan untuk berbagi dengan
seluruh siswa di kelas tentang apa yang mereka diskusikan. Hal ini lebih efektif jika dilakukan
secara bergiliran sehingga semua pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil
diskusinya. Dari masing-masing kelompok diminta mewakili kelompoknya untuk membacakan
tentang apa yang mereka diskusikan.Kalau jawaban itu benar mereka memberikan penilaian
benar kalau jawaban itu salah mereka memberi penilaian salah.
Pada akhir kegiatan inti terlebih dulu guru membimbing siswa untuk menemukan
gagasan utama pada paragraf. Guru menegaskan bahwa gagasan utama terdapat dalam kalimat
utama dan kalimat utama itu terletak di awal paragraf dan di akhir paragraf dan kalimat-
kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas. Selanjutnya guru memberikan penguatan . Guru
menegaskan menemukan gagasan utama ke dalam beberapa paragraf-paragraf dan siswa
diminta untuk menjawabnya. Jawaban siswa yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa siswa
telah memahami materi .Berdasarkan hasil penyajian dan komentar siswa tersebut, selanjutnya
guru menjelaskan materi menemukan gagasan utama sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
d) KEGIATAN AKHIR
Kegiatan akhir ini guru dan siswa mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Dengan menanyakan hal-hal yang sudah dipahami dan yang belum dipahami
siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu membaca dan berlatih menemukan
gagasan utama.
e) REFLEKSI
Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah refleksi. Guru melakukan refleksi pada
akhir tindakan siklus 1. Refleksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus 1. Refleksi menjadi modal utama guru untuk
memutuskan apakah pembelajaran perlu dilakukan pengulangan atau remidi terkait dengan
keinginana dan kebutuhan siswa terhadap materi yang membantu siswa membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru.
Siklus II
Pada siklus II persiapan tidak jauh beda dari penelitian siklius I. Hanya saja pada siklus II peneliti
berusaha mencapai hasil ketuntasan nilai siswa sampai 80% dengan cara memberikan bimbingan
lanjut pembelajaran mengenai gagasan utama dan membimbing siswa memecahkan kesulitan yang
dihadapi.
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 13 April 2016. Dengan langkah – langkah sebagi berikut:
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
816
a. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencaan, sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pembelajaran.
2. Menyiapkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran
buku penunjang
3. Menyusun tes akhir (Lembar Kerja Siswa)
b. Pelaksanaan tindakan
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa pasang.
4. Guru membagi tugas masing-masing pasangan untuk menemukan gagasan utama
5. Dari kegiatan kerja siswa tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai
dengan kopetensi yang ingin dicapai.
c. Observasi
Penelitian dibantu oleh teman sejawat mengadakan supervisi kelas (observasi pelaksanaan proses
belajar mengajar) dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan untuk mengetahui
sejauh mana pelaksanaan tindakan pembe-lajaran dengan rencana yang telah disusun sebelumnya
dan mengetahui seberapa jauh proses yang terjadi dapat dilakasanakan menuju tujuan yang
diharapkan.
d. Refleksi
Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah refleksi. Guru melakukan refleksi pada
akhir tindakan siklus II. Refleksi ini dapat membantu guru untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus II. Refleksi menjadi modal utama guru untuk
memutuskan apakah pembelajaran perlu dilakukan pengulangan atau remidi terkait dengan
keinginana dan kebutuhan siswa terhadap materi yang membantu siswa membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru.
Penilaian Pembelajaran
Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap. Rubrik penilaian hasil
digunakan untuk mengukur kemampuan menemukan gagasan utama pada teks siswa kelas VII yang
berjumlah 26 orang dengan tiga aspek yang dinilai yaitu (1) menemukan kalimat utama pada teks, (2)
menemukan gagasan utama paragraf, (3) menentukan letak kalimat utama dalam paragraf.
Dalam proses penilaian hasil belajar menemukan gagasan utama, siswa dimodel berpasang-
pasangan. Hasil yang digunakan untuk mengoreksi hasil pekerjaan pasangan siswa yang lain setelah
mempresentasikan hasil pekerjaan masing-masing.
Penilaian sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri
dari tiga aspek penilaian yaitu (1) keaktifan siswa mengikuti pembelajaran,(2) kesungguhan
mengerjakan tugas, (3) kemauan berpartisipasi mengerjakan tugas.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas pembelajaran menemukan gagasan utama melalui tahapan-tahapan
yang meliputi pertama menentukan SK dan KD, kedua menyusun RPP, ketiga pemilihan media yang
sesuai dengan materi pembelajaran. Pembelajaran menemukan gagasan utama pada teks sudah
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses
pembelajaran siswa menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
817
Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran menemukan gagasan utama pada teks
yang berjumlah 6 orangmasih mendapat skor dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan 70. Pembelajaranmenemukan gagasan utama dalam paragraf dengan menggunakan metode
think pair share sebenarnya dapat memotavasi, mendorong semangat belajar, meningkatkan
kreativitas, membantu siswa untuk menemukan gagasan utama pada teks. Akan tetapi, hasilnya belum
mencapai target tindakan yang ditetapkan dengan rata-rata 6,75.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,Suharsimi &Supandi 2006 PenelitianTindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas 2006, Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan Jakarta: Balai Pustaka
Tawatun,Melvin (2015) Penggunaan Materi dalamPembelajaran MenulisPetunjuk siswa Kelas VIII
SMP NEGERI 2 ESSANGKecamatanGemeh Kabupaten Talud
Kurniawan Budi Raharjo,Model Pembelajaran Koopratif (cooperative learning).https://kurniawan
budi 04.wordpress.com.
http://alif-rizzzky.blogspot.co./2013/04/metode think-pair-share-tps-13.html
Suyatno,(2004) Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Surabaya:SIC
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
818
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI
TENTANG PERISTIWA YANG DIALAMI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
GAMBAR BAGI SISWA KELAS VII SMP PGRI 02 BATU
Eni Sulistiati
SMP PGRI 02 Batu
enisulis48@gmail.com
Abstrak: Menulis puisi merupakan pembelajaran yang kurang disukai siswa kelas
VIIB SMP PGRI02 Batu Kebanyakan siswa hanya mampu menulis puisi berda-
sarkan contoh yang sudah ada atau dengan cara menyalin puisi. Kekurangmam-
puan siswa menulis puisi berdampak pada rendahnya tingkat kreativitas siswa
dalam menulis puisi. permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan penggunaan
media dalam pembelajaranmenulis puisi, terutama media gambar. Melalui media
gambar, siswa terarah imajinasi dan kreativitasnya, akhirnya meningkatkan ke-
mampuan mereka dalam menulis puisi.
Kata kunci: Peningkatan, media gambar, kemampuan menulis puisi.
Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit dan
paling kompleks. Hal itu dikarenakan keterampilan menulis melibatkan tiga komponen lainnya yaitu
keterampilan membaca menyimak, dan keterampilan berbicara. Mengingat kompleksnya komponen
bahasa yang terlibat dalam kegiatan menulis, maka perlu usaha yang maksimal dan bersungguh-
sungguh dari seorang guru. Siswa benar-benar dibimbing agar nantinya memiliki keterampilan yang
memadai dan bermanfaat dalam kehidupannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:1219) disebutkan menulis yaitu melahirkan
pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut Kuswari (2009:28),
menulis merupakan kegiatan yang mengaksikan, bahkan menulis bisa disebutkan sebagai kegiatan
kreatif yang akan mengantarkan siswa akan menjadi orang yang sukses di bidang karya tulis. Pradopo
(2002:7) menyatakan bahwa menulis puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan
perasaan yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama.
Puisi (dari bahasa yunani kuno : Noleo / nol (Poieo/ poio =Icreate ) adalah seni tertulis
dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, selain arti semantiknya .
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan meter dan rima
adalah yang membedakan puisi dari prosa.puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan
perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama mantra, rima penysunan lirik dan bait serta penuh
makna. Menurut Herman Waluyo puisi adalah karya sastra tertulis yang palin awal ditulis oleh
manusia.
Menulis puisi merupakan materi pembelajaran yang kurang di kuasai siswa. Suasana tidak
menggairahkan , Siswa ogah- ogahan dalam mengkuti pembelajaran, dan kemampuan menulis puisi
siswa pun rendah. Pembelajaran menulis puisi yang tidak kondusif tersebut disebabkan oleh beberapa
hal: (a) guru kurang menyukai pembelajaran sastra terutam menulis puisi, (b) Guru kurang atau
bahkan tidak berpengalamandengan karya sastra, terutama menulis puisi, dan (c) metode
pembelajaran yang dipilih kurang tepat. Dalam mengajar menulis puisi pada siswa kelas VIIB SMP
PGRI 02, guru menugasi siswa menulis puisi berdasarkan contoh puisi yang diberikan oleh guru , atau
berdasarkan gambar yang dipasang oleh guru di papan tulis.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
819
Seringkali guru membelajarkan siswa menulis puisi dengan menjelaskan teori puisi.
Beberapa guru yang sedikit kreatif, mereka membelajarkan menulis puisi kepada siswa. Setelah itu,
siswa diminta untuk menulis puisi. Bagaimana menulis puisi, diserahkan kepada siswa. Dengan model
pembelajaran semacam ini, siswa besar kemungkinan terjadi, siswa tidak mengetahui bagaimana
langkah konkret menulis puisi atau contoh langkah yang harus ditempuh dalam menulis puisi.
Sejauh ini masih banyak siswa kelas VII B SMP PGRI 02 BATU kurang berhasil dalam
menulis kreatif puisi. Baik menentukan pilihan kata, menyusun larik-larik puisi, menyusun rima
bahkan menyusun majas masih banyak kesalahan dalam menulis puisi. Selain itu siswa juga tidak bisa
melanjutkan menulis, merenung, mondar-mandir, dan sampai batas akhir ada yang belum selesai
bahkan yang sudah selesaipun belum maksimal hasilnya. Serta belum tercapainya dalam batas
ketuntasan minimal (KKM 70), karena masih banyak kesalahan pilihan diksi, rima, larik puisi
sehingga puisi yang dihasilkan masih sangat kurang.
Berdasarkan identifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan yang tepat untuk menulis
kreatif puisi adalah dengan menggunakan media gambar, karena dengan menggunakan media
gambar.kemungkinan anak akan berhasil dalam menulis kreatif puisi.
Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan
merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Menurut Sadiman
(2003:21), media gambar merupakan media yang bersifat konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan
pokok masalah dibanding media verbal semata, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu,
media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, dapat memperjelas suatu masalah dalam
bidang apa saja, murah harganya, serta mudah didapatkan dan digunakan.
Peneliti berharap dengan adanya pembelajaran melalui media gambar, pelaksanaan
pembelajaran akan memungkinkan mengaktifkan peserta didik dengan lebih optimal serta guru dapat
mengelola kelas lebih efektif. Peneliti juga berharap sebagai langkah konkret untuk membantu
mengatasi masalah yang dihadapi guru di kelas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan dan refleksi
dari dua kali pertemuan.
Tehnik pengumpulan data pembelajaran dilakukan dengan media gambar oleh guru dan
kolabulator dan dalam observasi ini menggunakan pedoman observasi yang sudah di siapkan.
Sedangkan tehnik pengumpulan data hasil diambil dari hasil menulis puisi siswa kelas VIIB SMP
PGRI 02 Batu dengan rangsangan gambar. subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas VIIB SMP
PGRI 02 Batu Tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari 10
orang siswa laki-laki dan 11 orang perempuan.Waktu penelitian dimulai pada 16 Maret sampai 1
April 2016. Materi yang digunakan adalah “Menulis Kreatif Puisi Tentang Peristiwa Yang Dialami.”
Data dalam penelitian ini adalah (1) nilai karya siswa, (2)catatan lapangan. Dalam melakukan
observasi guru menggunakan pedoman observasi yang sudah disiapkan. Data kemampuan menulis
kreatif puisi.
Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan penting, yaitu: (a) perencanaan (planning);
(b) pelaksanaan tindakan (action); (c) pengamatan (observation) dan (d) refleksi (reflektion). Keempat
tahapan dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus,yaitu
satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kegiatan ini ada tiga tahap kegiatan yang dilaporkan,yakni (1)perencanaan
pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran,dan (3)penilaian pembelajaran.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
820
Perencanaan Pembelajaran
Siklus I
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran menjelaskan petunjuk
penggunaan alat, pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting
dalam menyusun RPP meliputi: (a)menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD
menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan
model pembelajaran yang cocok, mengembangkan media belajar, (f) mengembangkan alat
media.kedua,mengembangkan lembar observasi terhadap pelaksanaan. Kedua, pada tahap menyusun
LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan di sesuaikan dengan indikator. Dalam
LKS siswa diminta menulis puisi berdasarkan peristiwa yang dialami. Ketiga, mengembangkan
pedoman observasi. Observasi pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
nampak pada objek peneliti. Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai
dengan materi pembelajaran. Media pembelajaran yang diplih adalah gambar keluarga. Kelima,
mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang mencakup
indikator kesesuaian pilihan diksi, rima , larik puisi, dan bait.
Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis kreatif puisi dengan model
pembelajaran media gambar terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal
Kegiatan awal dilakukan dengan salam, mengecek kehadiran siswa, dan berdoa. Apersepsi
dilakukan dengan bertanya jawab bersama siswa untuk hal yang berkaitan dengan menulis kreatif
puisi yang dialami.
Kegiatan inti guru memajang media gambar di papan tulis (gambar keluarga) tampak
siswa tertarik dengan media tersebut. Tanpa disuruh siswa mengamati gambar tersebut dan beberapa
siswa memberi komentar. Guru meminta siswa mengamati gambar di papan tulis secara cermat dan
memandunya dengan sejumlah pertanyaan pengamatan.
Guru : Coba gambar apakah ini anak- anak ?
Siswa : Orang bergandengan tangan.
Siswa : Keluarga bu.
Guru : Bagus jawaban kalian benar , Jadi ini keharmonisan seorang
keluarga.
Siswa : Keluargaku tidak harmonis.
Siswa : Ibu dan bapak selalu cek- cok.
Guru : Baik ,berarti peristiwa apa yang pernah kamu alami?
Siswa : Orang tua saya cerai.
Guru : Bagus, nah tujuan pembelajaran hari ini adalah menulis puisi
bedasarkan peristiwa yang pernah dialami.
Dari awal dialog tersebut, terlihat siswa sangat antosias dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi.
Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengerjakan tugas saat diminta untuk menjawab
pertanyaan guru. Antosias ini menandakan bahwa siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kemudian peserta didik dajak untuk memilih diksi dari peristiwa yang dipilih.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
821
Guru : Ayo peristiwa apa yang akan kalian pilih?
Siswa: Ayah pisah dengan ibu.
Siswa: Ibu bekerja di kalimantan.
Guru : Baik, kalau begitu kita pilih diksi ibu. Sekarangkita pilih lagi
Kata- kata yang berkaitan dengan kata ibu.
Siswa: Kasih sayang.
Siswa: Rindu.
Guru : Bagus, kalian sudah dapat memilih kata- kata/ diksi yang dapat
digunakan untuk menulis sebuah puisi.
Guru membagi kelompok guru menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas
empat dan tiga kelompok siswa. Setelah siswa duduk berkelompok, guru membagi gambar keluarga
dan kelompok berdiskusi mendata peristiwa yang pernah dialami. Saat berdiskusi kelompok ada
siswa dalam kelompok yang kurang jelas dengan apa yang harus mereka lakukan. Pertanyaan peserta
didik terlihat pada kutipan dialog berikut.
Siswa: Peristiwa apa saja yang boleh ditulis?
Guru : Peristiwa yang pernah kalian alami, bisa gembira, bisa sedih,
kemudian pilih satu kata kunci untuk memilih kata yang sesuai
dengan kata kunci tersebut.
Setelah berdiskusi untuk memilih kata kunci. Kemudian secara mandiri melanjutkan dengan
menyusun larik- larik menjadi bait- bait puisi. Setelah menjadi puisi, hasil kerja siswa dibacakandi
depan kelas teman yang lain memberi tanggapan. Tanggapan yang diberikan pada teman dititik
beratkan pada judul, pilihan kata, isi sesuai dengan peristiwa yang dipilih, dan menggunakan rima
atau tidak. Pada kesempatan ini ada satu siswa yang menyunting puisi teman tetapi berbentuk narasi,
kutipan dialog berikut.
Siswa : Bu, ini puisinya kok seperti cerita?
Guru : Tidak apa- apa, nanti disederhanakan, ada kata- kata yang perlu
dihilangkan sehingga menjadi sebuah puisi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
822
Wonder Woman
Keluarga...
Kekuatan disaat aku rapuh
Dorongan disaat aku hampir berhenti
Doa disaat aku tak sanggup mengucap kata
Keluarga...
Banyak makna yang tak sanggup kulukis
Banyak kisah yang tak bisa kuucap
Ada tangis dibalik sukses
Dan...
Ada tawa dibalik luka
Yang tak mampu kugores
Dari dialog di atas, diketahui masih ada siswa yang belum memahami menulis puisi.
Kemudian guru menyarankan untuk memberikan masukan tanggapan untuk menyederhankan kalimat
sehingga menjadi sebuah puisi. Sela njutnya secara mandiri memperbaiki puisi berdasarkan masukan
dari teman yang lain dan guru. Dan dilanjutkan presentasi pembacaan puisi di depan kelas.Saat
presentasi di depan kelas, teman yang lain memberi tanggapan dan komentar. Kemudian guru
memberi penguatan tentang pemilihan kata/ diksi, judul, sajak,dan isi puisi berdasarkan peristiwa
yang pernah dialami berdasarkan gambar keluarga dalam penulisan puisi.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar belum mampu meningkatkan
kemampuan menulis puisi. Karena hasil yang dicapai siswa dalam menulis puisi dengan media
gambar belum mencapai 70%. Peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target
mencapai ketuntasan 80 %. Target tersebut dapat dicapai jika media gambar digunakan sebagai media
menulis puisi sesuai keinginan masing-masing siswa.
Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali dengan pembacaan doa, pemberian salam, dan
absensi siswa. Setelah itu guru bertanya jawab tentang pembelajaran sebelumnya, kutipan dialog
berikut.
Guru : Apa yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu?
Siswa: Menulis puisi dengan gambar keluarga.
Guru : Bagus, apa saja yang harus diperhatikan dalam menulis puisi?
Siswa: diksi dan rima bu.
Guru : bagus
Setelah berhasil membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menulis
puisi, guru mengajak siswa mencermati gambar yang dipajang di papan tulis. Seperti pada siklus I,
guru memandu siswa dalam mengamati gambar dengan pertanyaan pemandu.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
823
(Gambar apa ini? Bagaimana kegiatan di sekolah? Ke mana libur sekolah). Setelah
pengamatan siswa atas gambar dinilai cukup cermat, guru membagi siswa ke dalam kelompok. Setiap
kelompok di minta membuat satu deskripsi hasil pengamatan.
Selama membuat deskripsi gambar, guru melakukan pembimbingan secara kelompok, guru
berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Setiap kelompok mendapat bimbingan dan
pengarahan sesuai dengan jenis kesulitan dan permasalahan yang mereka hadapi. Cara ini terbukti
membuat siswa lebih bergairah dalam bekerja dan lebih mudah memahami penjelasan guru. Selain itu
cara ini juga ternyata membuat siswa dapat bekerja lebih cepat dan lebih baik. Kesulitan yang
dihadapi siswa segera dipecahkan dan diatasi.
Selanjutnya, siswa diminta oleh guru menuliskan hasil pengamatan mereka secara individual.
Walaupun secara individual, siswa tetap diminta menulis dalam kelompok mereka masing-masing.
Tujuannya agar siswa yang kurang atau belum mampu menulis puisi bisa mendapat bantuan atau
bimbingan dari temannya yang sudah mampu menulis puisi.
Pada siklus 2 ini kualitas pembimbingan dan pengarahan guru kepada siswa dioptimalkan,
baik selama mereka menulis puisi secara individual. Untuk itu selama pembelajaran berlangsung guru
aktif berkeliling kelas untuk membantu proses belajar siswa. Selama ini pelaksanaan tindakan siklus
2, siswa serius bekerja baik secara individual maupun kelompok. Kelas terasa menggairahkan selama
proses pembelajaran berlangsung. Setelah dianalisis diketahui bahwa 6% siswa masih mendapat skor
di bawah target ( 70 ). Puisi siswa sebagian besar sudah menunjukkan keutuhan pengungkapan
gagasan, diksinya sudah tepat, dan pilihan judulnya juga tepat dan menarik. Proses saling belajar
antar siswa berlangsung intensif. Akan tetepi, hasilnya belum mencapai target tindakan yang
ditetapkan ( rata- rata 6,87 ).
Contoh puisi yang belum baik.
Liburan Sekolah
Libuaran telah tiba
Aku ke rumah nenek
Bermain dengan teman
Contoh puisi yang sudah baik.
Liburan Sekolah
Liburan sekolah sudah tiba
Sepeda merahku melonjak gembira
Sambil ngebut di jalan pulang ia meminta
Besok ajak aku piknik ya bang, aku jenuh
Tiap hari mengantarmu pergi pulang sekolah
Aku ingin jalan- jalan ke bukit dan lembah
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
824
Refleksi
Melihat hasil tindakan di atas, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan tindakan siklus 2
agar target pembelajaran, baik proses maupun hasil, tercapai. Pada siklus 2 guru perlu memanfaatkan
siswa- siswa yang telah mampu menulis puisi dengan baik untuk membantu teman-teman mereka
yang masih sedikit mengalami kesulitan menulis puisi. Sementara itu, guru dapat berkonsentrasi
untuk membantu siswa yang masih banyak mengalami kesulitan menulis puisi. Cara ini diharapkan
dapat memaksimalkan hasil belajar siswa, dan terjadi proses pembelajaran antar siswa.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa media gambar,terutama media gambar yang
dilengkapi model penulisan puisi terbukti dapat meningkatkan imajinasi ,kreatifitas menulis siswa,
dan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Melalui media gambar, perhatian terfokus pada
pembelajaran yang sedangberlangsung, suasana kelas menjadi menyenangkan dan menggairahkan
sehingga siswa termotifasi untuk belajar. Tumbuhnya semangat kegairahan siswa dalam belajar
membuat proses siswa dalam menguasai kemampuan menulis puisi berjalan lebih baik dan lebih
optimal hasilnya. Penggunaan pembelajaran secara kelompok terbukti membuat siswa bergaiah
belajar karena terjadi proses saling belajar antar siswa.
Berdasarkan kesimpulan di atas diajukan saran kepada guru sebagai berikut. Media gambar
hendaknya dijadikan salah satu pilihan bagi guru untuk mengajarkan berbagai kompetensi, baik untuk
pembalajaran Bahasa Indonesia maupun untuk pembelajaran lainnya. Sebab gambar terbukti lebih
mampu menarik perhatian siswa, serta menumbuhkan minat dan gairah belajar siswa. Karena
pembelajaran kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara baik dan optimal terbukti
pembelajaran siswa lebih baik, disarankan hendaknya guru dapat memanfaatkan strategi pembelajaran
kelompok ini secara tepat. Dengan demikian pembelajaran kelompok tidak menjadi pembelajaran
terkelola dengan baik dan menutupi kelemahan guru.
DAFTAR RUJUKAN
Arikuto,Suharsiami dan Supandi. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksam.
Afrianti.2013.Penggunaan Media gambar untuk jurnal Unta, 2, Jurnal Unta. Ac.id. diunduh pukul
16.45 wib tanggal 8 April 2016.
Yayan. Y. 2012. Pengertian Media Pembelajaran. Eprints. Uny. ac. id. Diunduh pukul 17.00 wib
tanggal 8 April 2016.
Muslim, Arifin.2011. Pembelajaran menulis.Files. worpress.com. Diunduh pukul 17.00 wib tanggal
8 April 2016.
Sinaga, SL. 2013. Pengertian Metode Pembelajaran. Repository. Usu. ac.id. Diunduh pukul 17.15
wib tanggal 8 April 2016.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
825
PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEREFLEKSI PUISI
MENGGUNAKAN MEDIA GURITA IMAJINASI (GURMAJI)
PADA SISWA KELAS VII SMP IMMANUEL BATU
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
Jumiati, S.Pd.
SMP Immanuel Batu
Abstrak: Sebagai sebuah karya sastra, puisi memiliki ciri khas dalam wujud dan bahasa
yang digunakan. Salah satu ciri puisi adalah menggunakan kata-kata kiasan dan simbol-
simbol tertentu.Selain itu sifat pemadatan kata tertentu menambah kesulitan bagi siswa
untuk memahami isi puisi. Dalam pembelajaran puisi pada K.D 13.2 merefleksi puisi yang
dibacakan pada siswa SMP kelas 7 semester2, siswa dituntut memiliki kemampuan
mengartikan kata-kata simbol dan konotasi dalam puisi, memehami isi puisi, dan mampu
merefleksi puisi dalam kehidupan siswa. Untuk itu diperlukan media yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan merefleksi puisi yang dibacakan.Penulis menggunakan media
Gurita Imajinasi(GurMaji) dalam penelitiaan ini. Media ini dipakai untuk memotivasi siswa
untuk lebih aktif melakukan kegiatan merefleksi puisi. Terbukti hasil pembelajaran sejak
siklus 1 menunjukkan peningkatan hingga siklus II. Dengan media ini siswa merasa senang
dan terlihat lebih proaktif dalam pembelajaran merefleksi puisi.
Kata Kunci: Penggunaan media Gurita Imajinasi (GurMaji), peningkatan kemampuan
merefleksi isi puisi, Siswa lebih aktif.
Bahasa merupakan media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang
dapat memahami tujuan komunikasi dan maksud apa yang dikomunikasikan. Untuk itu, dalam
komunikasi seseorang harus paham dengan bahasa yang digunakan.
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi dapat berupa kata-kata baku atau simbol-simbol
tertentu. Ketika bahasa yang digunakan berupa kata-kata baku yang tidak perlu dimaknai lain, maka
memaknai komunikasi itu akan lebih mudah. Namun, ketika bahasa yang digunakan berupa simbol
atau kata yang memiliki makna lain di samping makna aslinya, maka memaknai komunikasi itu
menjadi hal yang sulit. Salah satu bahasa yang banyak menggunakan kata-kata simbolis adalah bahasa
puisi.
Puisi merupakan karya tulis sastra yang bersifat singkat, padat, dan memiliki makna yang
dalam. Bahasa yang digunakan banyak berupa simbol atau konotasi dengan makna yang berbeda
dengan makna aslinya. Untuk memahami sebuah puisi, siswa harus mengerti arti kata atau kalimat
yang terdapat dalam puisi tersebut. Secara umum, siswa kelas VII belum mampu memahami arti kata
dan kalimat yang terdapat dalam puisi. Hal ini dikarenakan siswa kesulitan dalam memahami arti
kata-kata simbol.
Kata simbolis merupakan kata yang menggunakan benda, warna, suasana, bunyi, dan
lambang tertentu di sekitar sebagai perbandingan. Dalam puisi, penggunaan kata-kata simbolis
dimaksudkan untuk membuat puisi tersebut memiliki nilai keindahan. Tanpa kata-kata simbolis, puisi
tidak berbeda dengan karya tulis lainnya. Untuk dapat memahami kata-kata simbol diperlukan
kesadaran bahwa kata-kata tersebut bukanlah kata dengan makna yang sebenarnya. Kata-kata tersebut
memiliki arti tersembunyi yang harus diungkap melalui beberapa cara, seperti membandingkannya
dengan benda-benda di sekitar baik dari segi fisik, sifat, maupun karakteristiknya.
Kemampuan memahami kata-kata simbolis inilah yang menjadi kesulitan siswa. Mereka
cenderung memaknai kata-kata tersebut secara lugas sesuai kemampuan logis mereka. Akibatnya,
pemahaman isi puisi siswa tidak sesuai dengan isi puisi yang sebenarnya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
826
Merefleksi isi puisi merupakan kegiatan memaknai isi puisi dan menghubungkan dalam
kehidupan nyata siswa . Karena siswa tidak mampu memahami kata simbol dan konotasi yang
terdapat dalam puisi, maka siswa tidak mampu memahami isi puisi tersebut. Karena siswa tidak
memahami isi puisi, maka secara otomatis mereka tidak mampu merefleksikan isi puisi.
Salah satu keterampilan dalam Kurikulum 2006, atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah mendengar. Salah satu Kompetensi Dasar (KD) dari
keterampilan mendengar tersebut adalah merefleksi puisi yang dibacakan. Materi tersebut harus
dikuasai oleh siswa jejang kelas VII SMP pada semester 2. Uraian dalam KD tersebut tidak saja
menuntut siswa untuk mampu mendengar pembacaan puisi, tetapi juga harus mampu memahami dan
merefleksikannya dengan berbagai peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hasil kerja siswa, diketahui bahwa masih terdapat siswa
yang tidak mampu merefleksi puisi dengan tepat. Dari 30 orang siswa kelas VII B terdapat 90% siswa
belum mampu merefleksi puisi. Masih terdapat 28 siswa yang nilainya di bawah KKM 75. Dan baru 2
siswa yang memiliki nilai di atas KKM.
Permasalahan juga terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa pasif dan cenderung
hanya menunggu stimulus yang diberikan guru. Kadang untuk meresponnya membutuhkan waktu
lama. Siswa hanya menunggu informasi dari guru, kemudian mencatanya. Kondisi ini membuat
pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi puisi menjadi tidak efektif, kurang menarik, dan membosankan.
Permasalahan lain muncul karena guru pengajar kurang sabar menunggu proses siswa
menemukan makna kata simbolis dalam puisi. Guru lebih cepat memberikan jawaban pada persoalan
yang dihadapi siswa sebelum siswa memberikan jawabannya. Akibatnya, siswa kurang mendapat
kesempatan mengeksplor imajinasinya untuk menemukan makna kata simbolis. Selain itu, dalam
pembelajaran guru cenderung hanya menggunakan metode kovensional, yaitu ceramah dan
pemodelan, tanpa media belajar yang menarik.
Permasalahan di atas perlu mendapat perhatian dari guru selaku mediator dan fasilitator. Guru
harus mencarikan solusi, baik dalam penggunaan metode maupun media. Guru perlu memilihkan
metode dan media yang tepat agar siswa dapat tertarik dengan pembelajaran KD merefleksi puisi.
Metode dan media yang menarik akan memotivasi siswa untuk aktif dalam menemukan makna kata-
kata simbol dalam puisi.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan merefleksi puisi
yang dibacakan adalah dengan menggunakan media. Menurut Ali (dalam Putra, 2013), media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar.
Dengan kata lain, media dapat membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar,. Menurut
Susilana & Riyana (2008:9), media mempunyai kegunaan untuk menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
Dengan media siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Penggunaan media membuat
belajar identik dengan bermain. Siswa menjadi bergairah dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik. Demikian halnya dengan pembelajaran merefleksi puisi, perlu media yang
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar merefleksi puisi. Media yang dimaksud adalah
media Gurita Imajinasi.
Media gurita imajinasi (GurMaji) merupakan media pembelajaran yang berwujud gambar
mirip gurita. Pada media ini, kepala gurita di tempel puisi sementara pangkal kakinya digunakan
untuk menempel kata-kata simbol atau konotasi yang ditemukan oleh siswa dalam puisi dalam bentuk
potongan kertas warna-warni. Selanjutnya dari kata simbol atau konotasi yang ditemukan, siswa harus
mencari makna kata yang berhubungan dengan simbol atau kata konotasi yang sudah ditempel pada
pangkal kaki gurita.demikian seterusnya.Media ini dekat dengan metode peta konsep. Hanya bentuk
media dan warna-warni kertas yang digunakan dalam media GurMaji ini membuat siswa merasa
bermain sehingga memotivasi siswa untuk lebih aktif terlibat dalam kegitan pembelajaran.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
827
Dengan media ini siswa menjadi lebih tertarik untuk mengungkap arti kata-kata simbol dalam
puisi. Siswa juga termotivasi untuk mengeksplor imajinasinya dan menghasilkan kata-kata yang
berhubungan dengan kata simbol yang ada. Kejenuhan siswa saat menemui kesulitan memaknai
simbol dapat ditekan oleh kesenangan mereka dalam „bermain-main‟ dengan media gumaji.
Penelitian tindakan kelas untuk mereflksi puisi pernah dilakukan oleh Surani (2008) dengan
judul penelitian ”Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan
Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas VIIE Semester Gasal SMP Negeri 2 Magelang
Tahun Pelajaran 2007/2008”. Penelitian oleh Surani ini menekankan penerapan pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran merefleksi puisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
CTL dalam pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam merefleksi isi
puisi.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Dasih dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan Komunikatif serta Penerapan CTL pada
Siswa Kelas Enam Semester 1 SD Negeri Mojorembun Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang
tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dari
beberapa siswa yang tadinya tidak tuntas dalam merefleksi puisi menjadi tuntas semua.
Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian tindakan kelas yang ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan merefleksi puisi menggunakan media Gurita Imajinasi (GurMaji) pada
siswa kelas VIIB SMP Immanuel Batu tahun pelajaran 2015-2016.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Melalui metode ini
peneliti berusaha meningkatkan kemampuan merefleksi puisi secara sistematis , dari pesrsiapan
sampai penilaian. Melalui metode ini peneliti mendapatkan informasi apa adanya tentang keadaan
serta praktik-praktik yang dilakukan di dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini objek yang diamati adalah pembelajaran secara langsung terhadap KD
merefleksi puisi. Dalam hal ini peneliti terlibat secara langsung proses serta situasi yang dialami.
Tujuannya untuk memperoleh informasi secara langsung sesuai dengan situasi yang dialami. Objek
yang diteliti adalah pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung oleh
peneliti, yaitu pada siswa kelas VII B SMP Immanuel Kota Batu dengan jumlah siswa 30 orang.
Untuk memperoleh data secara akurat, peneliti menggunakan instrumen yaitu tes tertulis
dalam bentuk butir soal. Tes yang digunakan berbentuk esai. Tes tertulis bentuk esai digunakan untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan siswa merefleksi. Sementara itu, rubrik penilaian
digunakan untuk mengoreksi jawaban siswa dalam bentuk uraian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran Siklus I
Dalam siklus I ada tiga kegiatan yang dilakukan guru, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2)
pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran.
Perencanaan Pembelajaran
Beberapa kegiatan dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi Puisi.
Pertama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun
RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-
indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan model
pembelajaran yang cocok, (e) mengembangkan media belajar. Adapun langkah-langkah merancang
dan mengembangkan media pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi
kompetensi utama yang dituntut dalam kompetensi dasar yang akan diajarkan. Kedua,
mengidentifikasi indikator dari kompetensi dasar tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
828
yang sistematis. Ketiga, memilih media yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator.
Keempat, merancang media pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara
pemakai-annya. Kelima, membuat media sesuai rancangan.
Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji)
dilakukan melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal
pembelajaran guru mengajak doa bersama yang dipimpin oleh guru, mengecek kehadiran siswa, dan
persiapan siswa mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. S\elanjutnya, dikemukakan dialog guru-
siswa pada tahap apersepsi seperti kutipan (1) berikut.
Kutipan (1)
Guru : Anak-anak pada pertemuan-pertemuan sebelumnya kita sudah belajar tentang
menanggapi pembacaan puisi. Saat itu Ibu sudah menerangan apa dan
bagaimana puisi itu. Hari ini kita akan masuk ke K.D 13.2 merefleksi puisi.Baik
kita akan mengingat tentang sifat puisi.Puisi memiliki sifat . . . . ayo, siapa yang
bisa, angkat tangan.
Siswa : Padat, singkat.
Guru : Dan . . . .
Siswa : Terdiri dari bait dan baris.
Guru : Bagus, jadi memahami puisi itu sulit atau gampang?
Siswa : Sulit, karena banyak kata simbolis dan kata-kata yang bermakna ganda.
Guru : Menurut kalian apa yang dimaksud dengan kata simbolis?
Siswa : Kata-kata yang tidak memiliki makna sebenarnya
Dari dialog tersebut nampak bahwa siswa masih belum memahami dengan tepat arti kata
simbolis. Siswa memaknai kata simbolis sebagai kata yang tidak memiliki makna sebenarnya.
Padahal, seharusnya, kata simbolis adalah kata yang membandingkan gagasan dengan suatu yang
dapat melukiskan makna dari gagasannya tersebut yang dapat menggunakan simbol berupa hewan
atau tokoh atau lambang atau benda-benda tertentu yang dapat menggantikan kata yang ingin
diutarakan. Untuk meluruskan pemahaman siswa tentang kata simbolis, selanjutnya guru memberi
beberapa contoh kata simbolis beserta makna simbolnya. Berdasarkan beberapa contoh tersebut,
kemudian guru mengarahkan siswa pada makna kata simbolis yang sebenarnya.
Pada tahap kegiatan inti guru memberi waktu selama 60 menit. Pada tahap ini guru mulai
masuk pada materi K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Guru memberi penjelasan tentang merefleksi puisi dan
langkah-langkah merefleksi puisi serta memberi contoh cara merefleksi puisi. Pada pembelajaran ini
guru menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji).
Gambar 1 Siswa sedang menggunakan Media Gurita Imajinasi (Gurmaji)
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
829
Media ini dimaksudkan untuk mempermudah dan mendorong siswa mengartikan kata-kata
simbolis yang ditemukan dalam puisi karena media ini dibuat dalam bentuk gurita dengan kaki-
kakinya yang memanjang serta kertas warna-warni yang akan ditempelkan pada kaki-kaki gurita.Hal
ini membuat siswa merasa senang. Guru menerangkan cara menggunakan media Gurita Imajinasi
(Gurmaji).
Pada tahap berikutnya guru membaca puisi yang berjudul “Perahu” karya Yayang Mujiyatun.
Setelah mendengar pembacaan puisi, siswa mendiskusikan kata-kata simbolis yang terdapat dalam
puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji). Dengan media ini siswa
menempelkan puisi pada kepala gurita. Setelah itu siswa mendiskusikan kata-kata simbolis yang
terdapat dalam puisi dan menempelkan pada pangkal kaki gurita. Pada kegiatan ini guru juga
membimbing siswa selama proses diskusi. Selanjutnya setiap siswa berkewajiban mencari kata-kata
yang berhubungan dengan kata simbolis yang sudah ditentukan berdasarkan imajinasi masing-masing
siswa dan menempelkannya pada kaki-kaki gurita.
Dalam kegiatan ini siswa nampak antusias dan senang mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji). Hal itu nampak pada siswa yang dengan segera
menulis apa yang diimajinasikan tentang kata simbol dan berusaha segera menulis pada kertas warna
–warni yang sudah tersedia serta menempelkan pada kaki-kaki gurita.Warna-warni kertas yang
digunakan dalam media ini ternyata menarik siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi. Setelah itu
siswa mendiskusikan dan menentukan arti kata simbolis yang tepat.
Gambar 2 Siswa sedang berdiskusi dan guru membimbing
Langkah berikutnya siswa membuat parafrase puisi yang dilanjutkan dengan merefleksi puisi
dalam bentuk prosa. Kemudian siswa menuliskan hasil diskusi pada kertas plano yang tersedia dan
menyertakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji) yang berisi proses siswa menemukan arti kata
simbolis. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, maka masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil dikusinya di depan teman-temannya. Saat menampilkan hasil diskusi
nampak siswa merasa puas dan bangga karena sudah mampu menghasikan imajinasi tentang kata
simbolis bahkan dapat dilihat oleh semua siswa.
Gambar 3 Siswa sedang presentasi hasil diskusi
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
830
Hasil pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan bahwa belum seluruh siswa
paham penjelasan guru tentang kata simbolis. Sekitar 67% siswa masih memahami kata simbolis
sebagai „semua kata yang bukan makna sebenarnya‟ atau kata konotasi. Hal ini dikarenakan siswa
belum memahami konsep kata simbolis dan konotasi. Dan belum mampu membedakan antara kata
simbolis dengan kata konotasi akibatnya dari 6 kata simbolis yang terdapat dalam puisi yang
ditemukan berkembang menjadi lebih dari 6. Akibatnya hasil merefleksi puisi yang dilakukan siswa
yang berupa prosa masih banyak yang belum sesuai dengan isi puisi yang sebenarnya.Hal ini nampak
pada hasil evaluasi sesuai data.pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Uji Kemampuan Merefleksi Isi Puisi pada siklus 1
Interval Frekuensi Prosentase
40-54 11 37%
55-64 2 7%
65-74 7 23%
75-84 8 26%
85-99 2 7%
Jumlah 30 100%
Standart ketuntasan K.D merefleksi puisi 75.Data pada tabel di atas menunjukan bahwa siswa
yang mendapat nilai di bawah 75 ada 20 siswa. Hal itu menunjukan bahwa pada siklus I kemampuan
siswa dalam merefleksi puisi 70% masih di bawah standar KKM yang ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merefleksi
puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) masih memiliki kekurangan. Dari fakta
yang ada kekurangan bukan pada media yang dipakai, Beberapa kelemahan yang meng-akibatkan
ketidaktuntasan siswa pada pembelajaran pada siklus I antara lain yaitu: (1) penyampaian konsep
makna kata simbolis dan konotasi masih kurang, (2) Kemampuan siswa mengasosiasikan makna kata-
kata konotasi/kiasan dan simbolis masih kurang, (3) Kemampuan siswa untuk menentukan isi puisi
masih kurang, (4) Kemampuan siswa merefleksi puisi dalam bentuk prosa masih kurang.
Kondisi di atas menyebabkan kegiatan merefleksi puisi tidak berjalan maksimal. Banyak
siswa yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan mereka bingung apa yang akan
ditulis.Yang pandai lebih dominan mengerjakan itupun dengan pemahaman yang kurang.Sedangkan
yang tidak bisa, mereka pasif dan hanya menunggu pertolongan temannya
Berdasarkan kondisi pada siklus I maka perlu dilakukan pemecahan masalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mereflekasi puisi yaitu dengan melakukan kegiatan siklus II.
Pembelajaran Siklus II
Dalam siklus II ada tiga kegiatan yang dilakukan guru, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2)
pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran.
Perencanaan Pembelajaran
Dalam siklus II ini pada dasarnya perencanaan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan siklus I dalam
mempersiapkan pembelajaran K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Pertama, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD
dari kurikulum, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan
materi pokok, (d) menggunakan metode dan model pembelajaran tetap pada siklus I (e)
mengembangkan media belajar. Adapun langkah-langkah merancang dan mengembangkan media
pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kompetensi utama yang dituntut
dalam kompetensi dasar yang akan diajarkan. Kedua, mengidentifikasi indikator dari kompetensi
dasar tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan yang sistematis. Ketiga, membuat lagi media
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
831
pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara pemakai-annya seperti pada
siklusI..
Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan media Gurita Imajinasi (Gurmaji)
dilakukan melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal
pembelajaran guru mengajak doa bersama yang dipimpin oleh guru, mengecek kehadiran siswa, dan
persiapan siswa mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, dikemukakan dialog guru-
siswa pada tahap apersepsi seperti kutipan (1) berikut.
Kutipan (2)
Guru : Pada pertemuan terdahulu kalian sudah belajar bagaimana merefleksi puisi
dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) baik secara kelompok
maupun individu. Secara individu hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
masih banyak dari kalian yang belum bisa merefleksi puisi ke bentuk prosa dan
dalam kehidupan nyata. Menurut kailan, bagian mana yang sulit?
Siswa : Apa beda kata simbolis dengan kata-kata biasa? Bagaimana
membedakan?
Dari kutipan dialog di atas diketahui bahwa pada siklus I beberapa siswa masih mengalami kesulitan
dalam membedakan kata yang bersifat simbolis dengan kata yang bermakna sebenarnya. Untuk itu
pada siklus II ini guru mengulangi pemahaman siswa tentang kata simbolis dengan memberikan
contoh simbol-simbol yang sering digunakan penyair dalam mengungkapkan perasaannya dalam
puisi. Simbol –simbol itu dapat berupa benda, warna, susana, dan suara Berdasarkan penjelasan
tersebut, kemudian guru membagi dalam kelompok kecil. Perkelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian
guru mengarahkan siswa bagaimana mengeksplor imajinasi siswa dala m memahami kata simbol
yang terdapat dalam puisi.
Gambar 4 Guru sedang menerangkan kembali tentang kata simbolis
Pada tahap kegiatan inti guru memberi waktu selama 60 menit. Pada tahap ini guru mulai
masuk pada kegiatan K.D 13.2 Merefleksi Puisi. Guru kembali mengigatkan langkah-langkah
merefleksi puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) seperti pada siklus I. Hanya
pada siklus II ini langkah –langkah pembelajaran lebih pendek . Hal itu disebabkan guru memberi
batasan jumlah kata simbolis dan konotasi yang harus ditemukan dan siswa dapat dengan cepat
menulis kata-kata simbolis dan kata konotasi yang ditemukan karena jumlah anggota kelompok yang
relatif sedikit dibanding pada kelompok siklus I.Selanjutnya guru membagikan Lembar Kerja Siswa
tentang merefleksi puisi. Guru membacakan puisi yang berjudul “Menyesal” karya Ali Hasjmi. Pada
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
832
kegiatan ini guru menugasi siswa menemukan beberapa kata simbolis dan konotasi yang terdapat
dalam puisi , Siswa menemukan arti kata-kata simbolis dan konotasi dalam puisi dengan
menggunakan media Gurita Imajinasi,(Gurmaji). Setelah siswa menemukan kata simbolis dan
konotasi serta mengartikannya, siswa merefleksi puisi menjadi bentuk prosa.Selanjutnya siswa dapat
merefleksi puisi dalam kehidupan nyata.
Gambar 5 Siswa mengeksplor imajinasinya untuk mereflek puisi
Setelah siswa menemukan kata simbolis dan konotasi siswa menempelkan kertas warna yang
tersedia pada pangkal kaki gurita. Langkah berikutnya siswa menulis arti kata- simbolis yang
ditemukan pada setiap batang kaki guritas. Dari media yang sudah digunakan untuk mengeksplor
imajinasi siswa, siswa sudah mendapat gambaran apa isi puisi. Setelah itu siswa merefleksi puisi
menjadi bentuk prosa dan menulisnya pada lembaran kertas yang sudah disediakan, sebagai tugas
pertama.Selanjutnya siswa merefleksi puisi dalam kehidupan nyata sebagai tugas kedua.
Dari kegiatan siklus II yang sudah dilaksanakan nampak ada perubahan sikap dari siswa
dalam merespon tugas. Siswa lebih aktif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Jumlah siswa
yang pasif pada siklus I sangat berkurang. Hal ini disebabkan jumlah kelompok yang kecil memberi
peluang yang banyak pada siswa untuk berperan aktif.
Dari hasil evaluasi dalam bentuk lembar kerja siswa, nilai yang didapat siswa pada siklus I
mengalami peningkatan. Hal itu nampak pada hasil evaluasi yang terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Uji Kemampuan Merefleksi Isi Puisi pada siklus II
Interval Frekuensi Prosentase
40-54 0 0%
55-64 3 10%
65-74 3 10%
75-84 18 60%
85-99 6 20%
Jumlah 30 100%
Dari tabel data di atas menunjukan bahwa siswa yang mampu merefleksi puisi dengan nilai di
atas KKM ada 24 siswa. Sementara yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada 6 siswa.Kondisi ini
menunjukan ada perubahan nilai yang signifikan pada siklus II dibanding siklus I.
Pada siklus II ini sudah terjadi perubahan nilai yang cukup signifikan. Namun, target yang
diharapkan seluruh siswa mendapatkan nilai minimal KKM belum tercapai. Dari 30 siswa masih
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
833
terdapat 6 siswa yang belum mencapai nilai minimal 75. Itu berarti 26 siswa sudah mampu mencapai
nilai ketuntasan minimal.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merefleksi
puisi dengan menggunakan media Gurita Imajinasi(GurMaji) masih memiliki kelemahan. Kelemahan
itu mengakibatkan 6 siswa pada pembelajaran pada siklus II tidak bisa mencapai nilai KKM . Hal ini
disebabkan kemampuan siswa mengasosiasikan makna kata-kata konotasi/kiasan dan simbolis masih
kurang. Alternatif pemecahan masalah bagi 6 siswa yang belum tuntas KKM melalui remidi.
PENUTUP
Dalam pembelajaran merefleksi puisi, siswa harus mengetahui isi puisi.Agar dapat
mengaetahui isi puisi maka harus mengerti kata-kata simbolis atau konotasi yang terdapat dalam
puisi. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran merefleksi
puisi.Untuk itu perlu media yang mampu merangsang siswa untuk termotivasi menemukan makna
kata simbolis atau konotasi yang terdapat dalam puisi. Media Gurita imajinasi merupakan media yang
dapat menolong siswa dalam menemukan arti kata-kata simbol dalam puisi dan terbukti mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam merefleksi puisi.
Daftar Pustaka
Dasih. 2014.Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan
Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas Enam Semester 1 SD Negeri
Mojorembun Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang tahun Pelajaran 2013/2014.Rembang
Putra, Weda.2013. Pengertian Media Menurut Pakar dan Ahli (online) (delomangkalan.
blogspot.co.id, diakses tanggal 28 Februari 2016)
Susilana,Rudi dan Cepi Riyana.2008.Media Pembelajaran.Bandung : CV Wacana Prima
Surani. 2008. Peningkatan Kemampuan Merefleksi Isi Puisi yang Dibacakan melalui Pendekatan
Komunikatif serta Penerapan CTL pada Siswa Kelas VIIE Semester Gasal SMP Negeri 2
Magelang Tahun Pelajaran 2007/2008.Magelang
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
834
PENINGKATAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS
TEKS EKSPLANASI DENGAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA ALAM
DI KELAS VII-J SMP NEGERI 01 BATU
Lukitaningtyas
SMP Negeri 01 Batu
buguruluki@gmail.com
Abstrak: Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran berbasis
teks, salah satu teks yang diajarkan adalah teks eksplanasi di kelas VII. Pada aplikasinya,
pembelajaran tersebut tidak seluruhnya berjalan dengan baik. Seperti yang terjadi di kelas
VII J SMP Negeri 1 Batu yang mengalami hambatan atau masalah dalam pembelajaran
menyusun teks eksplanasi, yang dibuktikan dengan hasil siswa dalam kegiatan menyusun
teks yang kurang dari standar nilai yang ditetapkan.Hal ini diketahui berdasarkan observasi
hasil karya menulis teks eksplanasi siswa yang memperoleh KKM berjumlah 37%.
Permasalahan tersebut disebabkan oleh media yang digunakan guru kurang sesuai dengan
materi pembelajaran, sehingga membuat siswa merasa jenuh di dalam kelas. Karena itu
dalam penelitian ini digunakan media gambar peristiwa alam yang sesuai dengan
pembelajaran menyusun teks eksplanasi. Hasil penelitian siklus 1, siswa yang memperoleh
nilai di atas KKM 67% dan pada siklus 2 menjadi 90%. Hal ini menunjukan terjadi
peningkatan sebesar 23%. Artinya hasil yang dicapai tersebut telah memenuhi target yang
ditetapkan penulis yaitu 80%.
Kata kunci: menyusun, teks eksplanasi, media gambar
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten. Sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lagi mengutamakan pada
penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan
kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui
latihan-latihan atau tugas bahasa Indonesia dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide
kepada orang lain, (Hartanto, 2011).
Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia disajikan dalam bentuk teks baik lisan
maupun tulisan yang di dalamnya ada tiga kompetensi yang menekankan pentingnya keseimbangan
kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, kemampuan berbahasa yang dituntut tersebut
dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan:dimulai dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan
tentang jenis kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan kompetensi ketrampilan menyajikan suatu
teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap
kesantunan berbahasa dan penghargaan terhadap Bahasa Idonesia sebagai warisan budaya bangsa
Zabadi, dkk. (Bahasa Indonesia Wahana pengetahuan SMP Kelas VII, 2013). Guru mau tidak mau
harus mengajarkan macam-macam teks tersebut kepada peserta didik melalui proses pembelajaran
dikelas sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Untuk mencapai kompetensi tersebut dalam proses belajar mengajar guru sering menghadapi
beberapa kendala atau masalah-masalah ketika guru melaksanakan tugas. Kendala atau masalah yang
dihadapi terutama berhubungan dengan penilaian proses dan hasil belajar yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat
atau tidak bervariasi sehingga memicu peneliti untuk mengadakan penelitan guna mencari treatment
yang tepat untuk menangani kasus atau permasalahan tersebut.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
835
Berhubungan dengan kendala atau masalah yang sering dihadapi guru di atas, peserta didik juga
mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan penilaian proses dan hasil belajar. Berdasarkan
pembelajaran berbasis teks yang disajikan, peserta didik rata-rata mengalami kesulitan dalam
ketrampilan menulis teks.
Menyusun teks eksplanasi adalah salah satu kegiatan pembelajaran yang kurang diminati siswa
di SMP Negeri 01 Batu. Hal tersebut disebabkan siswa sering mengalami kesulitan dalam menen-
tukan struktur dan kalimat yang benar serta penggunaan kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi.
Apalagi media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang memperhatikan karakteristik dan
kesesuaian dengan materi yang diajarkan. Padahal penggunaan media pembelajaran sangatlah penting
karena hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan.
Pembelajaran yang demikian akan membuat minat dan kemampuan siswa dalam menyusun teks
eksplanasi kurang maksimal. Akhirnya berdampak pada nilai siswa berada di bawah KKM yang
ditetapkan di SMP Negeri 01 Batu. KKM yang ditetapkan yaitu 78, sedangkan ketuntasan belajar
siswa dalam menyusun teks eksplanasi sebesar 37%.
Berdasarkan permasalahan di atas diketahui bahwa peserta didik merasa menulis merupakan
suatu keterampilan yang sulit untuk dikuasai. Hal itu dikarenakan menulis membutuhkan perhatian
khusus terutama dari segi struktur teks, pengorganisasian paragraf, struktur kalimat, tata bahasa,
penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal itu sesuai dengan pernyataan Richards dan Renandya
(2002:303) yang mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa menulis merupakan ketrampilan yang
sangat sulit untuk dikuasai oleh siswa. Dalam hal ini penulis harus memperhatikan kemampuan atau
ketrampilan tingkat lebih tinggi seperti perencanaan dan pengorganisasian teks dan juga ketrampilan
tingkat rendah seperti ejaan, tanda baca, dan pilihan kata.
Selanjutnya peneliti mengangkat menulis sebagai permasalahan yang mendesak dan penting
untuk segara dicarikan pemecahannya disebabakan menulis merupakan suatu ketrampilan yang
mutlak diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar dalam kurikulum 2013.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi peserta didik SMP Negeri 1 Batu terutama kelas VII-
J, ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya masalah tersebut. Berdasarkan analisis kajian
teori dan empirik di lapangan faktor-faktor tersebut berhubungan dengan: (1) media pembelajaran
yang monoton; (2) kurangnya latihan menulis dengan menggunakan tanda baca dan organisasi
kalimat yang benar.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah dalam penelitian ini digunakan media gambar.
Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum yang dapat
digunakan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk di dalamnya termasuk mata pelajaran bahasa
Indonesia. Menurut Arif. (2003:21), media gambar berfungsi untuk menyanpaikan pesan dari guru
kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang
terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah dapat terlihat dengan
jelas.
Menurut Purwanto dan Alim (1997:63), kelebihan media gambar adalah (1) sifatnya konkret,
gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media ferbal semata, (2).
gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan, (4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, (5) murah harganya, mudah
didapatkan dan digunakan. Kelemahan media gambar menurut Purwanto dan Alim (1997:63) adalah
(1) gambar menekankan persepsi indra mata, (2) gambar berada yang terlalu kompleks kurang efektif
untuk kegiatan pembelajaran, (3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Media gambar digunakan karena media gambar ini mampu meningkatkan aktivitas belajar
siswa, baik secara kognitif maupun fisik. Selain itu, media gambar menjadikan siswa lebih mudah
dalam memahami materi yang dipelajari dan efektif sebagai sarana melatih keberanian dan melatih
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
836
kedisiplinan. Penggunaan media gambar dalam kegiatan menyusun teks eksplanasi sangat sesuai
mengingat menyusun adalah kegiatan menyesuaikan atau menempatkan kalimat berdasarkan struktur
teks, sedangkan penggunaan media gambar adalah mengamati gambar untuk dijadikan teks
eksplanasi.
Materi teks eksplanasi pernah diteliti sebelumnya oleh Janatun Naim (2014) dengan judul
“Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun Pelajaran
2013/2014. Penelitian tersebut difokuskan untuk mencari perencanaan, penilaian, dan pelaksanaan
pembelajaran teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tumijajar. Oleh karena itu, hasil dari
penelitian ini diketahui jika guru sebelum pelajaran membuat RPP dan ketika melaksanakan
pembelajaran terhadap tiga tahap diantaranya pendahuluan, inti, dan penutup, serta penilaian yang
dilakukan guru mencakup penilaian kompetensi sikap dengan teknik obsevasi, penilaian kompetensi
pengetahuan dengan teknik tes tulis dan tes lisan, dan penilaian kompetensi keterampilan dengan tes
praktik.
Media gambar ini juga pernah dipakai dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal
(2002) dengan judul Strategi Pembelajaran Matematika yang Efektif dan Menyenangkan dengan
Menggunakan Media gambar. Penelitian itu di dalamnya membahas tentang penggunaan media
gambar dalam pembelajaran matematika yang dapat melahirkan kesan positif dan rasa menyenangkan
anak dalam belajar, tanpa merasa adanya beban.
Kedua penelitian tersebut adalah penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Keterkaitannya
adalah jika dalam penelitian pertama memiliki kesaman dalam materi yang digunakan, yakni teks
eksplanasi, sedangkan penelitian yang kedua adalah sama-sama menggunakan media gambar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua
siklus, yang setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Setiap siklus terdiri atas 1 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-J tahun ajaran
2015/2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yang terdiri atas 1 orang guru, 13 orang siswa laki-
laki dan 18 orang siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada Maret s.d. April 2016.
Data pelaksanaan pembelajaran dikumpulkan dengan metode observasi yang dilakukan oleh
para guru sejawat. Dalam melakukan observasi guru menggunakan pedoman observasi yang sudah
disiapkan. Data kemampuan menulis teks eksplanasi dijaring melalui tes menulis dengan rangsang
gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus guna meningkatkan kemampuan siswa kelas VII
dalam menulis teks eksplanasi melalui penggunaan media gambar. Masing-masing siklus dilakukan
dalam satu kali pertemuan. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini
sebagaimana disajikan di bawah ini.
Perencanaan
Perencanaaan adalah persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi menyusun RPP, menyiapkan media
pembelajaran, menyiapkan instrumen, menyuapkan reward, dan menyiapkan alat penunjang.
Dalam menyusun RPP, langkah-langkah pembelajarannya disesuaikan dengan langkah-langkah
penerapan penyusunan teks ekplanasi dengan menggunakan media gambar. Dalam menyusun RPP,
dilakukan diskusi dengan guru matapelajaran mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan
diterapkan di kelas. Hal ini bertujuan agar langkah-langkah yang direncanakan berjalan dengan
maksimal sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang dipahami oleh guru yang bersangkutan.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
837
Menyiapkan media pembelajaran, media yang digunakan pada siklus I yaitu video interaktif, gambar,
dan teks peristiwa alam. Menyiapkan instrumen penelitian, yaitu berupa instrumen pengamatan
aktivitas belajar siswa serta angket yang akan dibagikan pada siswa di akhir kegiatan pembelajaran.
Menyiapkan reward bagi siswa, yaitu berupa hadiah kecil untuk menambah motivasi belajar
siswa.Alat penunjang pembelajaran lainnya yang mendukung.
Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penggunaan media gambar untuk menyusun
teks eksplanasi dengan struktur yang benar disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran pada
Kurikulum 2013 yakni (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar atau mengeksplorasi, (4)
mengasosiasi, dan (5) mengomunikasikan.
Kegiatan perbaikan dimulai dengan kegiatan mengamati. Guru memberikan contoh teks
eksplanasi dan beberapa gambar fenomena alam, kemudian tiap siswa memilih salah satu gambar
untuk diamati. Salah satu contoh gambar adalah fenomena alam yang terkait dengan banjir di Jakarta.
Harapannya siswa bisa menyusun teks eksplanasi berdasarkan fenomena yang disajikan dengan
struktur yang benar. Berikut disajikan Gambar (1) tentang peristiwa alam.
Gambar 1: Peristiwa Alam
Proses pengamatan gambar diikuti dengan tanya jawab dengan siswa sebagai berikut.
Guru : “Menurut kalian gambar apa ini.”
Siswa : “Gambar banjir Bu...!”
Guru : “Ada pendapat lain tentang gambar ini?”
Siswa : “Ada bu, itu gambar kemacetan di jalan raya.
Guru : “Ya, semua jawaban bagus, coba diamati lagi gambar apa itu.”
Siswa : “Banjir Bu!”
Dari tanya jawab tadi menunjukkan antusiasme siswa mengikuti pembelajaran tentang teks eksplanasi
dengan memakai media gambar
Menanya
Setelah siswa berhasil mengamati gambar dan memaknai gambar, guru meminta siswa untuk
mengembangkan pertanyaan dari fenomena alam tersebut.
Guru : “Apa banjir itu?”
Siswa : “Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan.”
Guru : “Ada yang mempunyai jawaban lain?”
Siswa : “Peredaman sementara oleh air pada daratan.”
Guru : “Ya, dari pengertian banjir itu kalian bisa menyusun satu paragraf struktur teks
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
838
pernyataan umum seperti contoh teks. Coba sekarang sebutkan ciri struktur
penyataan umum.”
Siswa “Berisi pendapat secara umum, bahasanya ringkas, menarik.”
Guru : Pernyataan umum itu berisi satu statemen umum tentang suatu topik, yang akan
dijelaskan proses keberadaannya, proses terjadinya, proses terbentuknya, dsb. Nah,
sekarang kalian tulis satu paragaraf pernyataan umum.
Dari dialog di atas terlihat siswa dapat memahami ciri pernyataan umum untuk menulis
pernyataan umum teks eksplanasi berdasarkan contoh gambar yang telah dibagikan.
Menalar/mengeksplorasi
Setelah siswa dapat menulis pertanyaan umum berdasarkan gambar yang sudah dibagikan,
siswa bertanya tentang stuktur selanjutnya yaitu deret penjelas dari teks eksplanasi.
Dalam proses ini ada salah satu siswa yang bertanya tentang isi deret penjelas.
Guru : Apa isi deret penjelas itu bu?
Siswa : Deret penjelas itu berisi proses terjadinya fenomena alam. Dalam deret penjelas proses
terjadinya fenomena alam harus ditulis berurutan.
Dari dialog di atas ternyata masih ada siswa yang kurang memahami struktur deret penjelas teks
eksplanasi. Guru memberi bimbingan secara individu kepada siswa yang kurang memahami dengan
memberi contoh teks eksplanasi. Setelah menulis deret penjelas dilanjutkan menulis kesimpulan.
Dalam menulis kesimpulan tidak ada siswa yang bertanya dan guru menganggap mereka sudah
mampu menulis struktur kesimpulan dari teks eksplanasi
Gambar 2 : Guru memberikan bimbingan pada siswa
Mengasosiasi
Langkah selanjutnya siswa menggabungkan unsur-unsur teks yang ditulis menjadi teks
eksplanasi secara padu dan sesuai karakteristik teks. Dalam proses ini siswa kesulitan mengga-
bungkan unsur-unsur teks menjadi teks ekplanasi yang padu. Hal ini dapat dilihat dari hasil mengga-
bungkan struktur teks eksplanasi secara utuh, kemudian siswa membandingkan teks eksplanasi yang
telah disusun dengan teks eksplanasi yang disusun teman. Dalam membandingkan teks eksplanasi
siswa menemukan berbedaan dalam penulisa ejaan khususnya penggunaan huruf kapital. Guru
memberikan masukan dan membimbing siswa untuk memperbaiki penulisan huruf kapital tersebut.
Mengomunikasikan
Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil menyusun teks eksplanasi dengan bahasa yang
lugas. Siswa lain memberikan tanggapan tentang isi teks yang bertema sama, dengan struktur teks
yang sama tetapi menghasilkan gaya tulisan yang berbeda.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
839
Pengamatan
Selama proses pembelajaran juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Mulai dari
pemilihan gambar peristiwa alam, masih ada beberapa siswa yang belum mengerti alasannya memilih
gambar peristiwa alam tersebut. Kemudian, dari gambar tersebut siswa dengan antusias menuliskan
pernyataan umum tentang gambar peristiwa alam. Hal ini terlihat pada saat mereka bertanya pada
temannya atau pada guru pembimbingnya. Tahap selanjutya, siswa menuliskan deret penjelas dan
kesimpulan yang diakhiri dengan menuliskan teks eksplanasi secara utuh dengan menggabungkan
semua struktur teks. Di sini masih banyak siswa yang kesulitan memadukan antar paragraf menjadi
teks eksplanasi yang utuh. Namun, siswa terus bertanya kepada guru sampai mereka mengerti.
Berdasarka pemaparan tersebut, dapat diketahui siswa memiliki antusiasme dan semangat belajar
tinggi dalam mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan memungkinkan pada siklus II akan menunjukkan
pengamatan aktivitas siswa yang lebih meningkat. Peristiwa ini tentu dimanfaatkan oleh guru dengan
meksimal agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, terutama dalam
peningkatan hasil menyusun teks eksplanasi.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui madia gambar belum maksimal dalam
meningkatkan kemampuan menyusun taks eksplanasi. Karena hasil nilai siswa dalam menyusun taks
eksplanasi dengan menggunakan media gambar peristiwa alam belum mencapai 80%. Peneliti
memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target mencapai ketuntasan minimal 80%. Target
tersebut dapat dicapai jika media gambar peristiwa alam sesuai dengan keinginan masing-masing
siswa.
Siklus II
Siklus II adalah perbaikan dari siklus I. Karena itu, segala kekurangan yang tedapat pada
siklus I diperbaiki dalam siklus II, termasuk memperbaiki langkah-langkah pembelajarannya. Secara
garis besar langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dalam siklus II hampir sama dalam siklus
I, hanya saja terdapat perbedaan pada media gambar yang digunakan siswa untuk menyusun sebuah
teks eksplanasi.
Perencanaan
Sebelum tahap perencanaan dilakukan berbagai persiapan. Berdasarkan kekurangan atau
kelemahan yang terdapat pada siklus I, perencaan pada siklus II difokuskan untuk memperbaikinya.
Di dalam siklus II ini persiapan peneliti tidak jauh berbeda dari penelitian siklus I. Hanya saja
di dalam siklus II peneliti membagikan gambar peristiwa alam dan masing-masing siswa memilih
gambar yang paling disukai. Gambaran proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini
sebagaimana disajikan di bawah ini.
Pelaksanaan
Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun, langkah pembelajaran pada
siklus II lebih difokuskan dalam kegiatan menyusun teks eksplanasi dengan media gambar peristiwa
alam yang lebih beragam daripada siklus I. Langkah kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal,
inti, dan akhir. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 maret 2016 dengan alokasi waktu 120 menit (3
jam pelajaran). Pada kegiatan awal terdapat kegiatan apersepsi dan motivasi. Dalam apersepsi
kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, menyepakati langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan tanya jawab mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap
teks eksplanasi setelah diajarkan pada siklus I sedangkan dalam kegiatan motivasi, siswa diberikan
motivasi oleh guru agar mengikuti pembelajaran menyusun teks eksplanasi pada siklus II lebih aktif,
semangat, dan penuh motivasi sehingga akan berdampak pada keberhasilan yang akan dicapai.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
840
Kegiatan berikutnya adalah kegiatan inti, diantaranya adalah mengamati, menanya, menalar,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengamati siswa diminta untuk membaca
teks eksplanasi yang bertema peristiwa alam. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai teks eksplanasi. Berikutnya, dalam kegiatan menanya,
siswa mempertanyakan hal-hal yang masih belum dipahami utamanya yang berkaitan dengan struktur
teks dan kaidah kebahasaan dalam teks eksplanasi. Kegiatan menanya ini difokuskan pada kesulitan
belajar siswa pada siklus I agar tidak terulang dalam siklus II.
Langkah pembelajaran berikutnya adalah menalar, siswa menagmbil satu buah gambar yang
paling disukai tentang pristiwa alam. Setelah itu, siswa menentukan judul dari objek yang telah
mereka pilih, menuliskan pernyataan umum, menuliskan deret penjelas, menuliskan simpulan dan
yang terakhir menulis teks eksplanasi dengan menggabungkan semua struktur teks. Pada tahap ini
guru juga membimbing dengan intensif pada siswa-siswa yang mengalami kesulitan baik dalam
menuliskan pernyataan umum, menuliskan deret penjelas, menuliskan simpulan maupun ketika
menggabungkan semua struktur menjadi teks eksplanasi. Langkah pembelajaran pada kegiatan inti
adalah mengkomunikasikan, jadi siswa mempresentasikan hasil menyusun teks eksplanasi dengan
bahasa yang lugas dan percaya diri. Kemudian, siswa memberi dan menerima masukan terhadap
tulisan yang telah dibuat untuk perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang terakhir yaitu penutup. Siswa bersama guru membuat kesimpulan
tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan atau melakukan refleksi.
Pengamatan
Ketika kegiatan pembelajaran berlangsun, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
terhadap pembelajaran menyusun teks eksplanasi, guru mengamati segala aktifitas yang dijalankan
oleh siswa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan dengan
menggunakan media gambar dalam pembelajaran di kelas. Secara garis besar, hasil pengamatan pada
siklus II ini menunjukan bahwa siswa atau suasana pembelajaran dalam kelas ketika penggunaan
media gambar peristiwa alam diterapkan, lebih kondusif dan siswa menjadi antusias dalam mengikuti
setiap langkah langkah pembelajaran. Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam
siklus II menunjukkan perbaikan 5 aspek yang diamati dari perolehan yang didapat pada siklus I.
Dari 30 siswa di siklus I yang tuntas sebanyak 67% dan di siklus II sebanyak 90%. Perolehan ini
menunjukkan bahwa media gambar peristiwa alam yang digunakan dapat diterima baik oleh siswa
sehingga mampu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menyusun teks eksplanasi.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes, dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa pada siklus II
setelah diterapkan pengguanaan madia gambar peristiwa alam mengalami peningkatan yang
signifikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media gambar peristiwa alam mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun teks eksplanasi. Ini terbukti dengan ketuntasan
hasil belajar siswa yang mencapai 90% atau lebih dari 80% dengan nilai rata-rata 87. Berikutnya tidak
perlu dilakukan siklus III karena hasil yang diperoleh telah melebihi target yang ditentukan.
Gambar 3 : Siswa berdiskusi dengan teman Gambar 4 : Guru memberikan bimbingan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
841
Gambar 5 : Siswa memberi dan menerima Gambar 6 : Siswa mempresentasikan hasilnya
masukan untuk perbaikan
Gambar 7: Siswa memajang karyanya Gambar 8 : Karya siswa
Gambar 9 : Karya siswa
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII J di SMP Negeri 01 Batu, dapat menarik minat dan
motivasi siswa dalam belajar, dapat membuat siswa aktif dalam belajar, siswa dapat menuangkan ide
dengan mudah, dan pelajaran menulis teks eksplanasi lebih menyenangkan. Ini bisa dilihat dari hasil
tes siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 67% sedangkan pada siklus II yang tuntas sebanyak 90%.
DAFTAR RUJUKAN
Hartanto. 2011. Learning Community( Comunitas Belajar). Template simple:learning community.
html.
Iqbal, Muhammad. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika yang Effektif dan Menyenangkan dengan
Menggunakan Media Media Gambar. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun VIII,
Edisi Khusus, Juli 2002
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
842
Kemendikbud. (2013). Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Politeknik
Negeri Media Kreatif.
Naim, Janatun (2014). Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Tumijajar Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi tidak diterbitkan. Lampung: FKIP. Unila.
Richard, J.C. & Renandya, Willy A. 2002. Methodology in Language Teaching. An Anthology of
Current Practice. New York : Cambride University Press.
Zabadi, dkk.(2013). Bahasa Indonesia Wahana pengetahuan SMP Kelas VII. Jakarta: Politeknik
Negeri Media Kreatif.
.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
843
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERPEN
MELALUI KARTU BERGAMBAR KELAS VIIC SEMESTER GENAP
SMP KATOLIK WIDYATAMA BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Marhaeni Widi Sesanti
SMP Katolik Widyatama Batu
marhaeniwidisesanti@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks cerita
pendek dengan media bergambar/gambar berseri dalam pembelajaran teks cerpen.
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas belajar dan keterampilan menulis teks
yang dialami siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untukmeningkatkan keterampilan menulis melalui penerapan media gambar berseri.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, model Kemmis
&Taggart. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media gambar berseri pada
pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa pada
pembelajaran teks cerpen.
Kata kunci: media gambar berseri, teks cerpen.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi dunia pendidikan.
Menurut Rosidi, menulis membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan, dan meme-
cahkan masalah (2009:3). Sementara itu, Leonhardt mengatakan bahwa anak-anak yang gemar
menulis menjadi murid yang mudah unggul dalam semua mata pelajaran (2005:16). Menulis dapat
menjadi sarana latihan bagi siswa dalam rangka pengembangan diri mereka menjadi insan yang lebih
matang dalam menghadapi permasalahan.
Bagi sebagian besar siswa menulis cerpen masih merupakan pembelajaran yang sulit dan
menakutkan. Siswa beranggapan bahwa menulis butuh keterampilan khusus atau bakat menulis.
Anggapan inilah yang menghambat proses pembelajaran menulis utamanya menulis cerpen.
Siswa kelas 7C SMP Katolik Widyatama masih menemui kesulitan dalam menulis teks cerpen.
Kesulitan tersebut muncul ketika hasil karya siswa dikoreksi. Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh
kurangnya perbendaharaan kata yang dimiliki siswa, kurangnya penguasaan merangkai kalimat,dan
banyaknya kesalahan ejaan. Kesulitan yang dihadapi siswa antara lain,siswa tidak fokus ketika
mendapatkan tugas, tidak segera mengerjakan tetapi mondar-mandir tanpa menentu dan bertanya-
tanya kepada siswa lain, bahkan kadang mereka termenung lama sehingga menghabiskan waktu
akibatnya hasil tulisan siswa tidak maksimal hanya beberapa kalimat saja. Dari segi hasil yang
dicapai, lebih dari 50% siswa tulisannya belum mencapai nilai KKM yaitu 75 karena banyaknya
kesalahan ejakan, kurangnya perbendaharaan kata dalam merangkai kalimat sehingga kalimat yang
dihasilkan masih sangat kurang apalagi jika kalimat tersebut dirangkai menjadi sebuah paragraf.
Judul tersebut perlu diteliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia
utamanya menulis teks cerpen. Dalam pembelajaran ini hasil karya siswa masih banyak kekurangan
sehingga diperlukan langkah-langkah untuk perbaikan agar mencapai hasil yang diinginkan (sesuai
dengan KKM =75). Berdasarkan paparan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan keterampilan dengan menggunakan gambar berseri bagi siswa kelas 7C semester
ganjil SMPK Widyatama Batu tahun pelajaran 2015-2016. Dengan pemilihan media gambar berseri
diharapkan siswa mampu mengalihkan cerita dari gambar yang dilihatnya menjadi sebuah cerita
pendek. Media gambar seri dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternatif yang tepat
untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks cerpen. Media berupa potongan gambar
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
844
seri beru-kuran 15 cm X 10 cm. (rancangan media) yang saling berhubungan satu dengan yang lain
merupakan satu rangkaian cerita. Gambar seri juga dapat meningkatkan minat belajar siswa,
menimmbulkan gairah belajar. Jadi peran gambar seri dalam pembelajaran menulis cerpen sangat
membantu siswa. Siswa bertugas mengamati secara langsung potongan gambar seri,
menyusun/merangkai potongan gambar seri menjadi gambar yang runtut sebagai media munyusun
teks cerpen. Media gambar dapat mempermudah menemukan kalimat dan memfokuskan ide-ide
yang akan dijelaskan. Pada kegiatan awal guru sudah memotivasi siswa dengan menggali
pengalamannya menggunakan suatu alat. Dengan pancingan pertanyaan yang diberikan guru, siswa
berebutan untuk menjelaskan penggunaan alat yang pernah digunakannya. Siswa akan merasa bangga
apabila apa yang pernah dilakukannya sekecil apapun diakui oleh gurunya. Lebih-lebih dalam
kegiatan pembelajaran terlihat siswa termotivasi saat guru memajang gambar di papan tulis
(Hendriaty, 2015:613)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam dua siklus, yang
masing-masingnya dengan mengikuti pandangan Arikunto (2006) terdiri atas empat kegiatan, yakni
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pemilihan rancangan PTK ini
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks cerpen. Sumber data dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VIIC SMP Katolik Widyatama Batu yang berjumlah 21 siswa terdiri atas 8
siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Data dalam penelitian ini adalah (1) nilai karya siswa, (2)
catatan lapangan. Nilai karya siswa dijaring dengan menggunakan instrumen teks menulis yang
dilengkapi rubrik penilaian. Data pelaksanaan dijaring melalui pedoman observasi yang terbagi dalam
3 hal yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Adapun yang menjadi observer adalah guru mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
Pertama, reduksi data. Data yang sudah terkumpul diseleksi sesuai dengan tujuan penelitian. Data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya. Kedua, penyajian data (data display) merupakan
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Ketiga, penarikan kesimpulan/ verifikasi (conclusion drawing/verification)
merupakan proses akhir dari penelitian perbaikan pembelajaran ini.
Materi menulis teks cerpen pernah diteliti sebelumnya oleh Melvin Tawantuan pada
penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Essang Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaut”. Penelitian media
gambar juga dilakukan oleh Afriyanti pada penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Media Gambar
Untuk Jurnal Untan”
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Berikut dikemukakan potret pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi
dari siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 1 terdapat lima kegiatan, yaitu (1) menyusun RPP, (2) menyusun
LKS, (3) menyusun pedoman observasi, (4) mengembangkan media, dan (5) mengembangkan alat
evaluasi.
Pertama, pada tahap menyusun RPP peneliti melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut: (a)
menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), beserta indikator keberhasilan
pembelajaran, dan (b) merancang langkah-langkah perbaikan pembelajaran. Indikator akan dicapai
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
845
adalah (1) menentukan langkah-langkah menyususun teks cerita pendek, (2) menulis cerpen dari
media gambar, (3) menulis cerpen dari media gambar, (4) menulis pembuka cerpen (orientasi/
perkenalan tokoh dan peristiwanya), (5) menghidupkan tokoh dengan dialog, (6) mengembangkan
latar untuk menghidupkan cerita, (7) menulis penyelesaian cerita.
Kedua, pada tahap penyusunan LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan
disesuaikan dengan indikator. Dalam LKS siswa diminta menulis teks cerpen sesuai gambar berseri.
Contoh LKS disajikan dalam lampiran.
Ketiga, mengembangkan pedoman observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada
bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Metode observasi ini digunakkan untuk
mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakkan
media gambar berseri.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi
yang terbagi atas kognitif siswa dan sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Adapun yang
menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar seri, yakni gambar bertema
“persahabatan”. Gambar seri merupakan potongan gambar yang berhubungan satu sama yang lain dan
merupakan rangkaian cerita pendek yang berkesinambungan.
Kelima, mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang
mencakup indikator kesesuaian cerita dengan gambar, kelengkapan unsur-unsur intrisik cerpen,
keorsinilan tema, kelengkapan struktur, dan ketepatan ejaan dan tanda baca.
Pelaksanaan Pembelajaran
Gambar 1. Siswa berkelompok menulis teks cerpen
Pembelajaran dilaksanakan tanggal 17 Maret 2016 dengan materi menulis teks cerpen. Guru
mengimplemantasikan pembelajaran sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran guru
memberikan salam, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti
pembelajaran.
Guru : “Apakah kalian senang membaca cerpen”
Siswa : (semua siswa menjawab)” Ya”
Guru : “Pernahkah kalian menulis cerpen?”
Siswa: “Belum...”
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
846
Guru : “Hari ini kita akan belajar menulis cerpen, jika kalian pandai menulis cerpen, kalian akan
menjadi penulis terkenal dan akan mendapatkan uang dari tulisan itu. Apakah kalian tertarik
untuk belajar menulis cerpen?”
Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengamati gambar berseri yang
dibagikan, siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari gambar berseri, guru dan siswa
mendiskusikan hasil identifikasi, guru membimbing siswa berlatih menulis teks cerpen berdasarkan
gambar berseri dimulai dari orientasi, guru dan siswa memperhatikan cara menempatkan tokoh,
mengembangkan latar, dan menghidupkan cerita, dengan bantuan unsur intrinsik cerpen. Guru
memotivasi siswa bahwa menulis cerpen itu mudah dan dapat dilakukan siapapun. Guru memberikan
motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan menulis cerpen dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi 7 kelompok, tiap kelompok ber-anggotakan 3 orang
hal ini bertujuan untuk lebih mengaktifkan siswa bekerja kelompok juga memudahkan pengawasan
guru. Tiap kelompok mendapatkan amplop yang berisi potongan gambar seri. Secara serentak tiap
kelompok membuka amplop tersebut kemudian mengerjakannya sesuai petunjuk yang ada didalam
amplop. Dengan pengawasan guru siswa mengurutkan gambar seri yang ada menjadi gambar yang
runtut, setalah diurutkan siswa menuliskannya menjadi sebuah teks cerpen. Kemudian mempresen-
tasikannya didepan kelas dan langsung dikomentari bersama. Dari hasil kerja siswa 21 siswa 80%
berhasil mencapai nilai KKM. Pada kegiatan inti siswa dan guru menyimpulkan materi menulis teks
cerpen, merefleksikan proses pembelajaran, memberi umpan balik berupa apresiasi terhadap hasil
kerja siswa dan menutup pembelajaran dengan doa.
Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan
Pada tahap ini guru mengamati sikap siswa ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas,
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Pengamatan dilakukan
oleh guru dimulai dari siswa mengurutkan gambar. Setelah gambar diurutkan siswa mulai menuliskan
bagian struktur orientasi atau pembuka cerpen. Masih ada siswa yang urutan gambarnya tidak urut.
Kemudian siswa menuliskan cerita pendek dari gambar yang sudah disusunnya, ada beberapa siswa
yang masih terlihat kesulitan ketika merangkai kalimat karena pengembangan ide yang dirasakan
sulit. Guru membantu siswa memecahkan masalah tersebut dengan bantuan gambar berseri yang
digunakan sebagai media pembelajaran. Setelah merangkai bagian orientasi, siswa melanjutkan
bagian komplikasi. Pada bagian ini kesulitan yang dihadapi siswa ketika memunculkan masalah yang
potensial untuk menjadi puncak masalah. Guru memberikan bantuan berdasarkan gambar yang
digunakan sebagai media. Pada bagian akhir cerita atau resolusi tidak ada kesulitan yang berarti bagi
siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui siswa memiliki antusiasme yang tinggi dalam
mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan
memungkinkan pada siklus II akan menunjukkan pengamatan aktivitas siswa yang lebih meningkat.
Peristiwa ini akan dimanfaatkan oleh guru agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan terutama dalam peningkatan hasil menyusun teks cerpen.
Pada tahap refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar berseri belum mampu
meningkatkan kemampuan menyusun teks cerpen. Karena hasil nilai yang dicapai siswa dalam
menyusun teks cerpen dengan menggunakan media gambar berseri belum mencapai 70% . Peneliti
memutuskan untuk melaksanakan siklus II dengan target mencapai ketuntasan mencapai 85%. Target
tersebut dapat dicapai jika media gambar berseri yang digunakan sebagai media menulis teks cerpen
sesuai dengan keinginan masing-masing siswa.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
847
Siklus II
Pada siklus II persiapan peneliti tidak jauh berbeda dari penelitian siklus I. Hanya saja pada
siklus II peneliti berusaha mencapai hasil ketuntasan nilai siswa sampai 85% dengan cara memberikan
bimbingan lanjut mengenai pemahaman terhadap media gambar berseri yang digunakan sebagai
media pembelajaran dan membimbing siswa memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II terdapat lima kegiatan, yaitu (1) menyusun RPP untuk siklus
II, (2) menyusun LKS siklus II, (3) menyusun pedoman observasi siklus II, (4) mengembangkan
media, dan (5) mengembangkan alat evaluasi untuk siklus II.
Pertama, pada tahap menyusun RPP peneliti melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut: (a)
menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), beserta indikator keberhasilan
pembelajaran, dan (b) merancang langkah-langkah perbaikan pembelajaran. Indikator akan dicapai
adalah (1) menentukan langkah-langkah menyususun teks cerita pendek, (2) menulis cerpen dari
media gambar, (3) menulis cerpen dari media gambar, (4) menulis pembuka cerpen (orientasi/
perkenalan tokoh dan peristiwanya), (5) menghidupkan tokoh dengan dialog, (6) mengembangkan
latar untuk menghidupkan cerita, (7) menulis penyelesaian cerita.
Kedua, pada tahap penyusunan LKS, peneliti merancang kegiatan yang dilakukan siswa dan
disesuaikan dengan indikator. Dalam LKS siswa diminta menulis teks cerpen sesuai gambar berseri.
Contoh LKS disajikan dalam lampiran.
Ketiga, mengembangkan pedoman observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada
bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Metode observasi ini digunakkan untuk
mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakkan
media gambar berseri.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi
yang terbagi atas kognitif siswa dan sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Adapun yang
menjadi observer adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Keempat, memilih dan menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih adalah gambar seri, yakni gambar bertema
“persahabatan”. Gambar seri merupakan potongan gambar yang berhubungan satu sama yang lain dan
merupakan rangkaian cerita pendek yang berkesinambungan.
Kelima, mengembangkan alat evaluasi. Pada rubrik penilaian diuraikan sistem penilaian yang
mencakup indikator kesesuaian cerita dengan gambar, kelengkapan unsur-unsur intrisik cerpen,
keorsinilan tema, kelengkapan struktur, dan ketepatan ejaan dan tanda baca.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran siklus II dilaksanakan tanggal 28 Maret 2016 dengan materi menulis teks
cerpen. Guru mengimplemantasikan pembelajaran sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran
guru memberikan salam, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti
pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengamati gambar berseri
yang disediakan, siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari gambar berseri, guru dan
siswa mendiskusikan hasil identifikasi, guru membimbing siswa berlatih menulis teks cerpen
berdasarkan gambar berseri dimulai dari orientasi, guru dan siswa memperhatikan cara menempatkan
tokoh, mengembangkan latar, dan menghidupkan cerita, dengan bantuan unsur intrinsik cerpen. Guru
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
848
memotivasi siswa bahwa menulis cerpen itu mudah dan dapat dilakukan siapapun. Guru memberikan
motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan menulis cerpen dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 2. Media gambar yang disediakan Gambar 3. Siswa menulis teks cerpen
untuk siklus II secara mandiri
Pada kegiatan inti siswa menulis sendiri teks cerpen dari gambar yang disediakan oleh guru
hal ini bertujuan untuk memudahkan pengamatan hasil individu yang dilakukan, dengan bekerja
mandiri guru dapat memastikan kemampuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran ini. Guru
menempelkan gambar berseri yang sudah urut pada papan tulis, lalu siswa menulis teks cerpen secara
mandiri. Kemudian mempresentasikannya di depan kelas dan langsung dikomentari bersama. Dari
hasil kerja siswa 21 siswa 85% berhasil mencapai nilai KKM. Pada kegiatan inti siswa dan guru
menyimpulkan materi menulis teks cerpen, merefleksikan proses pembelajaran, memberi umpan
balik berupa apresiasi terhadap hasil kerja siswa dan menutup pembelajaran dengan doa.
Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan
Pada tahap ini guru mengamati sikap siswa ketika melaksanakan pembelajaran didalam kelas,
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh guru. Pengamatan dilakukan
oleh guru dimulai dari siswa menuliskan bagian pembuka cerpen, mengenalkan tokoh dan
mengembangkan cerita, menulis bagian komplikasi dan memunculkan puncak masalah sampai cara
siswa menutup cerita. Pengamatan juga dilakukan terhadap antusiasme siswa ketika mengikuti
pembelajaran ini. Pada siklus II ini diharapkan ada peningkatan hasil yang diperoleh siswa.
Pada tahap refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes diketahui media gambar berseri mampu meningkatkan
kemampuan menyusun teks cerpen. Karena hasil yang dicapai siswa dalam menyusun teks cerpen
dengan menggunakan media gambar berseri dapat mencapai 85% dinyatakan tuntas . Peneliti
memutuskan untuk mengakhiri siklus II karena target yang diharapkan sudah mencapai ketuntasan
mencapai 85% dari jumlah siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas pembelajaran menulis teks cerpen direncanakan melalui tahapan-
tahapan yang meliputi pertama menentukan SK dan KD, kedua menyusun RPP, ketiga pemilihan
media yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Pembelajaran menulis teks cerpen menggunakan media gambar seri sudah dilaksanakan dengan baik
dan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses pembelajaran siswa
menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
849
Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran menulis teks cerpen dengan penggunaan
media gambar seri siswa kelas VIIC SMP Katolik Widyatama yang berjumlah 21 orang 70%
berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini menunjukan
bahwa penggunaan media gambar seri sudah dikuasai oleh siswa, mampu memotavasi, mendorong
semangat belajar, meningkatkan kreativitas, membantu siswa menentukan petunjuk yang akan ditulis,
untuk menghasilkan teks cerpen. Penelitian ini akan dilanjutkan sampai siklus II karena terget yang
diinginkan peneliti mencapai 85% penguasaan siswa.
RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi & Supandi. 2006. Pe-nelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Afriyanti. 2013. Penggunaan Media Gambar Untuk Jurnal Untan. Untan, 2, jurnal untan.ac.id,
Diunduh pukul 16.45 wib tanggal 8 April 2016.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
2008/01/12/media-pembelajaran, diunduh tanggal 5 April 2016).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
850
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MENGGUNAKAN MEDIA
KARTU KATA PUITIS BAGI SISWA KELAS VIII B MTs NEGERI BATU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Ninik Alfiana
MTs Negeri Batu
ninikalfiana71@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas
siswa di MTs Negeri Batu. Hal ini dilakukan karena rendahnya kemampuan siswa dalam
menulis puisi dapat dilihat dari hasil karya siswa pada kegiatan pra siklus. Hasilnya hanya
40% dari 35 siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu
berjumlah 35 siswa. Pembelajaran menulis puisi bebas ini dilakukan dengan menggunakan
media kartu kata puitis. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi
dan tes menulis puisi. Hasil penelitian ini menunjukkan pada siklus I 51% dan siklus II
100%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa puisi siswa ketika menggunakan
media kartu kata puitis mengalami peningkatan.
Kata Kunci: peningkatan, menulis puisi bebas, media kartu kata.
Menulis merupakan salah satu dari empat ketrampilan dalam berbahasa dan bersastra.
Ketrampilan itu meliputi: membaca,menulis, berbicara, dan menyimak. Penelitian tentang ketrampilan
menulis ini pernah dilakukan oleh Badudu sekitar delapan belas tahun silam.
Keberhasilan pembelajaran menulis di sekolah ditentukan oleh enam faktor, yaitu kurikulum,
guru, siswa, administrasi, fasilitas penunjang, dan lingkungan belajar. Dalam hal ini, mutu pendidikan
berkaitan erat dengan guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat ditentukan oleh
guru. Iklim belajar di kelas yang dipimpin oleh guru sangat menentukan arah dan keberhasilan belajar
para siswa. Jika siswa dalam kelas di sekolah diajar oleh guru yang tidak professional maka tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan akan sulit dicapai (Sriatun, 2011:73).
Seorang guru dalam menyampaikam materi pembelajaran/kompetensi dasar hendaknya
mempunyai cara yang beraneka ragam. Khususnya pembelajaran materi menulis puisi. Guru harus
kreatif dalam penyampaian materi sehingga siswa tertarik ketika menerima pembelajaran materi
menulis puisi. Smith (dalam Suparno & Yunus, 2002) menjelaskan bahwa pengalaman belajar
menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru yang yang membelajarkan
menulis. Pada umumnya guru tidak terampil menulis. Guru juga tidak dipersiapkan untuk mumpuni
mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Program yang dirancang guru masih belum ber-
pedoman pada aspek-aspek yang perlu di-perhatikan dan dikerjakan siswa pada setiap tahap menulis.
Akibatnya, guru tidak optimal dalam membimbing siswa untuk ber-pikir mengenai apa yang akan
ditulis dan bagaimana cara menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa pun tidak optimal dalam
mengaplikasikan kemampuan menulisnya.
Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan kepada siswa kelas VIII adalah menulis puisi.
Keterampilan menulis puisi dapat mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan mengaktuali-
sasikan diri melalui puisi. Menulis puisi juga dapat mempertajam rasa percaya diri pada diri siswa.
Menulis puisi merupakan kegiatan merangkai kata-kata menjadi kalimat puitis (bait-bait puisi/ larik-
larik puisi).
Menulis puisi bukan merupakan hal yang mudah. Persoalan yang dialami siswa dalam proses
menulis puisi sangatlah komplek. Fakta yang terjadi pada siswa kelas VIII MTs Negeri Batu terkait
pembelajaran menulis puisi menunjukkan bahwa dari 35 siswa hanya 14 (40%) siswa memperoleh
skor melampaui KKM yaitu 75. Sementara 21 (60%) siswa yang lain tidak mencapai KKM. Selain
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
851
itu, siswa cenderung malas mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi. Hal ini tampak dari
aktivitas beberapa siswa yang termenung sementara beberapa siswa yang lain berjalan mondar-
mandir. Sampai waktu pembelajaran usai, terdapat sejumlah siswa yang hanya menulis beberapa kata
dan bahkan judul saja. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam membuat kata-kata puitis dan merangkai kata-kata menjadi larik puisi. Mereka masih enggan
menuangkan idenya dalam puisi. Secara umum, hasil pra siklus menunjukkan bahwa kemampuan
siswa dalam menulis puisi masih rendah. Untuk itu perlu ada tindakan untuk menyelsaikan
permasalahan ini.
Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari karya siswa ketika pra
siklus. Hasil pra siklus 40% siswa yang dapat menulis puisi berdasarkan pengalamannya. Berdasarkan
hasil pengamatan pra siklus tersebut, diketahui bahwa sebagian siswa tidak mampu menulis puisi
secara baik dan benar. Hasil identifikasi terhadap puisi-puisi tersebut menunjukkan bahwa kelemahan
umum yang dialami siswa. Kelemahan tersebut meliputi: kalimat-kalimat puisi kurang luas dan
kurang bermakna, susunan kalimat masih belum runtut sesuai dengan tema serta penggunaan pilihan
kata kurang cermat sehingga tidak terbentuk kalimat puitis.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan media yang dapat membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis puisi. Menurut Ibrahim (dalam Kusubakti dan Pratiwi,
2011:4) (dalam Sri Gusnilla prosiding 2015: 647) ada tiga kelebihan kemampuan media
1. Kemampuan fiksatif, media pembelajaran dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian.
2. Kemampuan manipulatif, dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam
perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,
serta dapat pula diulang–ulang penyajiannya.
Media adalah salah satu perangkat pembelajaran yang harus disiapkan guru sebelum melaksanakan
pembelajaran. Penggunaan media sangatlah penting untuk menarik perhatian siswa, khususnya kelas
rendah. Media diartikan sebagai perantara, penghubung yang terletak diantara dua pihak (orang,
golongan dsb). Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai perantara atau membawa informasi dari
guru menuju siswa.
Media dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Media akan membuat
pembelajaran menjadi terasa lebih menyenangkan. Siswa tidak jenuh dalam belajar karena dengan
media mereka dapat belajar sambil bermain. Karenanya, pemakaian media dalam pembelajaran,
termasuk di antaranya pembelajaran menulis puisi, menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
Berdasarkan permasalahan sebagaimana disampaikan di atas, media yang cocok untuk
pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu adalah media kartu kata puitis.
Kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama
dengan karcis) Kata adalah unsur bahasa yang diucapkanatau ditulis yang merupakanperwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.(Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Media kartu kata puitis merupakan media yang paling tepat untuk pembelajaran menulis
puisi. Kelebihan media kartu kata puitis akan memberikan kemudahan bagi siswa ketika menulis
puisi. Karena dengan kartu kata yang ada hasil karya puisi siswa lebih terarah. Beberapa penelitian
sejenis pernah dilakukan oleh Sriatun (2011), YM Andrina (2011), dan S. Rahmawati (2012).
Hasil penelitian Sriatun berjudul “Pemanfaatan Media Permainan Benda Model untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V Seklah Dasar” menunjukkan hasil bahwa
pemanfaatkan media permainan benda model memiliki dampak positif dalam meningkatkan
keterampilan menulis puisi siswa kelas V sekolah dasar. Hal ini ditandai dengan terjadinya
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu 46, 9% pada siklus I menjadi 87,5%
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
852
pada siklus II. Pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media permainan
benda model dapat juga diterapkan dalam pembelajaran menulis lainnya. Pada pembelajaran
mengarang, misalnya, dapat diguna-kan media permainan benda model untuk menumbuhkan
imanjinasi siswa dalam ber-kreasi menulis. Pada intinya, dalam pembelajaran menulis dapat
digunakan media per-mainan benda model untuk membantu siswa membuat kata-kata atau kalimat.
Media per-mainan benda model sudah menjadi per-mainan siswa sehari-hari, sehingga siswa merasa
senang dan mudah menuangkan apa yang dipikirannya sesuai dengan topik yang diinginkan.
Tentunya, media permainan ben-da model yang disarankan harus disesuaikan dengan tema yang
diinginkan.
Penelitian Andrina (2011) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan
Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Magelang” menunjukkan hasil
tindakannya dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa. Kartu mimpi bergambar yang
dilakukan pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 8 Magelang di lakukan dalam dua siklus. Berdasarkan
hasil pada pratindakan dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masihtergolong
kurang. Nilai yang diperoleh siswa masih di bawah standar ketuntasan minimal yakni 70. Selama
proses tindakan, secara bertahap keterampilan menulis puisi siswa mengalami peningkatan, baik dari
segi proses maupun hasil.
S.Rakhmawati 2012 yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Gambar Peristiwa dalam
Meningkatkan Ketrampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta”.
Hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil posttest kemampuan menulis puisi antara
kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang menggunakan media gambar peristiwa dan kelompok
kontrol, yaitu kelompok yang tidak menggunakan media gambar peristiwa. Kelompok eksperimen
memiliki peningkatan kemampuan menulis puisi yang signifikan daripada kelompok kontrol.
Perbedaan hasil posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen .
Peneliti akan melakukan penelitian yang hampir sama dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Menulis Puisi Bebas Menggunakan Media Kartu Kata Puitis bagi Siswa Kelas VIII B
MTs Negeri Batu Tahun pelajaran 2015/2016.
Dari uraian di atas dipandang perlu penelitian tindakan kelas ini untuk dilaksanakan di MTs
Negeri Batu. Penelitian sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar
yang dilaksanakan di MTs Negeri Batu. Serta peningkatan kompetensi guru dalam mengajar agar
sesuai dengan karakter siswa yang diajarnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang terdiri dari tiga kali pertemuan. Diawali dengan kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VIII B MTs Negeri Batu Tahun Pelajaran
2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang terdiri dari seorang guru, pengamat, dan 35
siswa. Jumlah siswa terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Waktu
penelitian dimulai pada 22 Maret 2016 sampai pada 2 April 2016.
Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menulis puisi bebas dengan
menggunakan pilihan kata yang tepat. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs Negeri
Batu tahun pelajaran 2015/2016.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis puisi bebas dengan
menggunakan pilihan kata yang tepat. Untuk mendapatkan data secara akurat, peneliti menggunakan
rubrik penilaian. Rubrik penilaian digunakan untuk melihat kemampuan menulis siswa dalam menulis
puisi bebas menggunakan media kartu kata.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
853
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rencana kegiatan pembelajaran ini akan penelitian lakukan dalam dua tahapan yang
meliputi: siklus I, dan siklus II. Diawali dengan pra siklus. Peneliti akan menyiapkan RPP mulai
siklus I, siklus II. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I didasarkan pada kegiatan sebelumnya.
Kegiatan siklus II didasarkan pada kegiatan siklus I. Masing-masing pelaksanaan kegiatan mulai
prasiklus sampai dengan siklus II akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Perencanaan Pembelajaran Siklus I
Siklus I akan dilaksanakan setelah kegiatan pra siklus. Hasil yang diperoleh pada kegiatan pra
siklus akan dievaluasi dan diadakan perbaikan demi kemajuan siswa. Peneliti akan menggunakan
media kartu kata puitis sebelum kegiatan menulis puisi dilaksanakan secara individu. Kemudian dari
kartu kata tersebut digunakan untuk menulis puisi.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Langkah-langkah yang dilakukan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.
Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa. Apersepsi
dilakukan dengan bertanya jawab bersama siswa hal yang berkaitan dengan menulis puisi yang
pernah dialami siswa.
Dialog guru dan siswa sebelumkegiatan inti:
Guru : ”Anak-anak pada pertemuan sebelumnya kita sudah menulis puisi
bebas berdasarkan pengalaman. Bagaimana ketika pegalaman
menulis puisi pada pertemuan kemarin?”
Siswa : “Sebagiaan anak-anak menjawab: senang bu, susah bu, sulit dan
seterusnya jawaban siswa”.
Guru : “Kita hari ini akan belajar menulis puisi dengan media kartu kata
puitis.Bagaimana?
Siswa : ”Mau bu. (Ada sebagian siswa yang diam saja tidak mau menjawab)”
Guru : ”Menjelaskan dan memberi contoh media kartu kata puitis agar siswa
tertarik. Bagaimana?”
Siswa : ”Sebagian siswa menjawab ya bu sebagianyang lain masih berpikir.
Kemudian mereka serentak menjawab ayo kita mulai bu nanti keburu
waktu pembelajaran selesai. Ayo kita mulai.”
Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan mengamati contoh puisi. Menunjukkan kartu kata puitis yang
akan digunakan dalam penulisan puisi. Materi yang diberikan terkait dengan cara-cara yang mudah
menulis puisi dengan menggunakan media kartu kata puitis dan contoh-contohnya kepada siswa.
Siswa mencermati contoh- contoh kartu kata puitis tersebut. Kemudian mereka berimajinasi sesuai
dengan tema puisi yang akan mereka tulis. Setelah itu siswa disuruh mencoba membuat puisi
berdasarkan kartu kata puitis secara mandiri yang sesuai dengan imajinasinya. Kemudian siswa
menulis puisi sesuai dengan instrumen yang telah disampaikan oleh guru dan mereka menulis puisi
berdasarkan kartu kata puitis menyusunya dalam bentuk larik-larik puisi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
854
Contoh kartu kata puitis individu
Proses pembelajaran yang berlangsung selama proses siklus I siswa begitu bersemangat dalam
kegiatan menulis puisi. Hal ini terlihat ketika guru memberikan kertas kartu kata kemudian mereka
mencari sinonimnya di kamus.
Dialog yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung:
Siswa : “ Bu bolehkah lihat kamus di perpustakaan?‟
Guru :” Boleh”
Siswa : “ Sebagian siswa menuju perpustakaan untuk meminjam kamus
(Bu lihat kamus lebih mudah)”
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, peserta didik dan guru menyimpulkan materi pembejaran bersama-
sama. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang menulis puisi
dengan menggunakan kartu kata puitis. Selanjutnya guru memberi penguatan terhadap hasil karya
menulis peserta didik. Ternyata menulis puisi dengan menggunakan media kartu kata puitis lebih
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
855
mudah, walaupun hasil yang kalian tulis belum sempurna. Untuk itu perlu ditingkatkan pada kegitan
menulis berikutnya.
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah kurikulum KTSP.
Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menulis puisi bebas dengan
menggunakan pilihan kata yang tepat. Penelitian ini diberi judul: “Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Bebas dengan Menggunakan Media Kartu Kata Puitis Bagi Siswa Kelas VIII B MTs Negeri
Batu Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hasil pembelajaran menulis puisi pada siklus I mencapai
peningkatan 10% dari kegiatan sebelunya. Kegiatan sebelumnya 40% pada siklus I mencapai 51%. Ini
menunjukkan adanya peningkatan dari kegiatan sebelumnya.
Refleksi
Kegiatan di siklus I peneliti menggunakan media kartu kata puitis. Kartu ini berfungsi untuk
menulis kata-kata yang digunakan untuk menulis puisinya. Kata-kata tersebut ditulis kemudian dicari
persamaanya (sinonim) secara individu. Hasilnya digunakan menulis puisi siswa sudah cukup baik.
Jika dibandingkan dengan kegiatan sebelumnya. Kesulitannya karena kerja mandiri, maka terlalu
lama. Untuk itu perlu adanya perbaikan di siklus II.
Perencanaan Siklus II
Siklus II akan dilaksanakan setelah kegiatan siklus I. Hasil yang diperoleh pada kegiatan
siklus I menunjukkan perlu ada perbaikan pada siklus II. Peneliti akan menggunakan media kartu kata
puitis sebelum kegiatan menulis puisi dilaksanakan secara individu terlalu lama, maka pada kegiatan
siklus II ini kartu kata puitis yang dibuat secara individu akan diubah menjadi kelompok . Setelah
kartu kata dicari sinonim kata yang puitis kemudian digunakan untuk menulis puisi secara mandiri.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Langkah-langkah yang dilakukan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.
Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran peserta didik.
Apersepsi dilakukan dengan bertanya jawab bersama peserta didik untuk hal yang berkaitan dengan
menulis puisi dengan menggunakan kartu kata yang telah digunakan pada pertemuan sebelumnya.
Dialog guru dan siswa:
Guru : “Bagaimana pengalaman pada pertemuan yang lalu ketika kita
membuat puisi dengan kartu kata secara mandiri?”
Siswa : “Sebagian siswa menjawab sulit bu cari persamaannya atau makna
kiasnya. Sebagian siswa menjawab mudah Bu”.
Guru : “Untuk memudahkan kalian ketika menulis puisi kita buat kartu kata
secara berkelompok kemudian membuat puisinya secara individu.
Bagaimana?”
Siswa : “(Semua siswa menjawab) Setuju, Setuju, Setuju Bu dengan
semangat”.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan memberi contoh kartu kata puitis yang akan digunakan dalam
penulisan puisi. Materi yang diberikan terkait dengan cara-cara yang mudah menulis puisi dengan
menggunakan media kartu kata puitis dan contoh-contohnya kepada siswa. Siswa mencermati contoh-
contoh kartu kata puitis tersebut. Kemudian mereka berimajinasi sesuai dengan tema puisi yang akan
mereka tulis. Setelah itu siswa disuruh mencoba membuat puisi berdasarkan kartu kata puitis secara
kelompok untuk berdiskusi.Kemudian siswa menulis puisi sesuai dengan instrumen yang telah
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
856
disampaikan oleh guru dan mereka menulis puisi berdasarkan kartu kata puitis menyusunya dalam
bentuk larik-larik puisi secara mandiri.
Contoh kartu kata puitis kelompok:
Kegiatan yang dilakukan selama proses siklus II berlangsung siswa lebih semangat karena kegiatan
yang dilakukan ketika menulis kartu kata dilakukan secara berkelompok dengan berdiskusi. Jadi bagi
siswa malas dalam menulis puisi bisa lebih mudah untuk mendapatkan ide dan mengungkapkanya ke
larik-larik puisi. Dialog yang terjadi ketika siklus II berlangsung:
Guru : “Apakah menulis puisi ini mudah anak-anak?”
Siswa :” Mudah bu kita bisa diskusi dulu sebelum menulis puisi.”
Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup guru dan peserta didik mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Dengan menanyakan hal-hal yang sudah dipahami dan belum dipahami siswa.
Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu berlatih menulis puisi dalam berbagai
kesempatan. Bila sebuah ide muncul langsung berimajinasi. Jangan merasa bosan dan jenuh untuk
terus berlatih dan berlatih. Hal ini untuk membiasakan dan meningkatkan kegiatan menulis puisi
dengan hasil yang lebih baik.
Hasil Belajar Siswa
Kegiatan pembelajran pada siklus II mengalami peningkatan 49% dari kegiatan siklus I.
Peningakatan ini sangat pesat jika sebelumnya hanya meningkat 10%. Penulisan kartu kata puitis
sebelum menulis puisi secara berkelompok ternyata lebih menarik dan antusias daripada secara
individu. Siswa lebih semangat ketika mengerjakan secara berkelompok. Hasilnya meningkat dari
siklus I 51% menjadi 100% ketuntasannya dalammenulis puisi bebas.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
857
Refleksi
Kegiatan menulis puisi pada kegiatan siklus II sudah menunjakan hasil yang lebih baik dari
kegiatan sebelumnya. Peserta didik sudah menghasilkan karya puisi yang lebih bagus dari kegiatan
sebelumnya. Hasil tes menulis sudah 100% . Untuk itu perlu guru membiasakan peserta didik terbiasa
membuat tulisan. Terutama menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
Ketrampilan menulis ini perlu diasah terus-menerus dengan karya siswa di pajang di mading
madrasah. Hal ini harus dilakukan oleh guru demi membekali siswa menulis untuk proses belajar
selanjutnya ditingkat yang lebih tinggi. Mading di madrasah merupakan tempat yang tepat untuk
membiasakan kegiatan setelah selesai proses pembelajaran.
Pembahasan
Setelah kegiatan siklus II ini dapat dilihat dari tabel rekapitusi skor perolehan siswa dalam
menulis puisi. Hasil skor dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel Rekapitulasi Perolehan Skor Siswa
No Nama Nilai
Pra
siklus
Ketun
tasan
Nilai
Siklu
s I
Ketun
tasan
Nilai
Siklus
II
Ketun
tasan
KKM
1 ADINDA WAHDA
SALSABILLA
50 B 75 T 85 T 75
2 AFIFAH MIFTACHUL
JANNAH
80 T 75 T 90 T
3 AGUSTINA TRI
WULANDARI
80 T 65 B 85 T
4 ALGA TITO ANDRIAN 45 B 50 B 75 T
5 ARY AKBAR LANANG
SURYA KINASIH
60 B 60 B 75 T
6 BAYU WICAKSONO 40 B 50 B 75 T
7 CANDRA BAYU TRIAS
SETIAWAN UTOMO
90 T 80 T 95 T
8 DICKY MUHAMMAD
HARYS
85 T 75 T 90 T
9 ERINDA PRADITA 75 T 90 T 95 T
10 ERLYSA
KRISDAMAYANTI
70 B 85 T 95 T
11 FICO YAYAN
PURWADI
85 T 60 B 75 T
12 FITRIA ANGGRAINI 55 B 75 T 90 T
13 HARVIAN NUR
ASHAR'I
50 B 60 B 85 T
14 HIKMAH TSABITA
AUNILLAH
85 T 90 T 95 T
15 IRBAN FARID MALIK
FAUZAN
40 B 50 B 75 T
16 LINDA BRELLIANDA
FASA
25 B 75 T 90 T
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
858
17 MAULIDDINA SEKAR
NATASYA
40 B 50 B 75 T
18 MELINDA ARIANA
DEVI
65 B 60 B 85 T
19 MOCH. MIFTAKHUL
ACHYAR
50 B 70 B 75 T
20 MOCHAMMAD
ZUCHRIYAL
25 B 50 B 85 T
21 PUSPA INDRA BUANA 85 T 75 T 85 T
22 PUTRI DENAVIA 80 T 75 T 90 T
23 RAFY AHMAD 60 B 75 T 90 T
24 RASTA BIMO
SETYAWAN
25 B 40 B 75 T
25 RIZAL RAMLI 50 B 65 B 75 T
26 RYANT CANDRA
GURITNA
25 B 75 T 85 T
27 SALMA NUR RAHMA 80 T 75 T 85 T
28 SHOFWATI
SALSABILA PRAWSTI
80 T 50 B 80 T
29 TEGUH MAULANA
FATCHUR ROHMAN
45 B 60 B 75 T
30 TORIQUL ULUM NUR
ABDUL AZIZ
75 T 75 T 80 T
31 TSANIA RIRIS NUR
AISYAH
60 B 80 T 90 T
32 VALENTINA NIKEN
FEBRIANA
60 B 80 T 90 T
33 WIDIA SAFITRI 75 T 75 T 75 T
34 YESSI TRI PUTRI
YULIANA
90 T 80 T 75 T
35 YUVI ANGGA
WAHYUDI
35 B 50 B 75 T
Jumlah 2120 14 2375 18 2935 35
Rata-rata 60,57 67,8
5
83,85
Prosentase ketuntasan 40% 51% 100%
Hasil kegiatan pada pra siklus menunjukkan siswa tampak mengalami kesulitan menulis
puisi. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya siswa yang hanya 40% dari hasil menulis puisi siswa.
Pada kegiatan siklus I beberapa siswa tampak kesulitan dalam menulis kartu kata puitis secara
individu. Sehingga perlu dilakuakan perbaikan pada siklus II. Kegiatan siklus II menampakkan
peningkatan yang cukup dengan kerja kelompok ketika menulis kartu kata puitis . Mereka lebih
antusias berdiskusi dengan temanya untuk menulis kartu kata puitis yang hendak dijadikan bahan
dalam menulis puisi. Ketika menulis puisi pada siklus II ini dapat dilihat hasil karya siswa lebih baik.
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menulispuisi dengan kartu kata puitis membawa
dampakyang positif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII B MTs Negeri Batu.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
859
SIMPULAN
Proses pembelajaran menulis puisi bebas bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat
dengan menggunakan kartu kata puitis memudahkan siswa dalam menulis puisi. Siswa yang
sebelumnya malas untuk menulis puisi menjadi senang dan antusias karena ada hal yang memudahkan
siswa yaitu kartu kata puitis. Menulis puisi dengan menggunakan kartu kata puitis dapat meningkatan
kemampuan siswa dalam kegiatan menulis puisi bebas. Hal ini perlu dibiasakan dan dilatih terus
untuk menghasilkan karya yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa media kartu kata puitis dapat
meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas siswa dengan menggunakan pilihan kata yang tepat
siswa kelas VIII B MTs Negeri Batu tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian ketika pra siklus tanpa menggunakan kartu kata hasilnya 40%. Ketika menggunakan kartu
kata puitis hasilnya pada siklus I 51%. Ketika penggunaan kartu kata puitis disempurnakan lagi
hasilnya 100%. Hal ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa.
Penggunaan media kartu kata puitis dalam menulis puisi lebih efektif jika dibanding tanpa
menggunakan kartu kata puitis. Guru membimbing dan mengarahkan siswa sesuai dengan langkah-
langkah dalam kegiatan menulis puisi dengan memperhatikan unsur-unsur penulisan puisi melalui
media kartu kata puitis. Ketrampilan menulis puisi bebas terlihat baik dan siswa antusias pada proses
pembelajaran maupun hasil karya siswa.
DAFTAR RUJUKKAN
J-TEQIP, edisi nomor 1, Mei 2011, hal 73-79 oleh Sriatun
Suroso, DR. Classroom Action Research. 2007. Yogyakarta. Penerbit: Pararaton Publishing.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2013. Jakarta. Penerbit: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Prosiding 2015 Hal: 647 oleh Sri Gusnilla
YM Andrina 2011 eprintes.uny.ac.id yang berjudul “PeningkatanKemampuan Menulis Puisi dengan
Media Kartu Mimpi Bergambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Magelang”.
S.Rakhmawati 2012 eprintes.uny.ac.id yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Gambar
Peristiwa dalam Meningkatkan Ketrampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri
4 Depok Yogyakarta”.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
860
PENERAPAN STRATEGI PQ4R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIIA
SMP ISLAM 01 BATU TAHUN AJARAN 2015/2016
Siti Alifah
SMP Islam 1 Batu
Abstrak: Kemampuan memahami bacaan pada siswa kelas VIIa di SMP Islam I Batu
masih kurang maksimal, hal ini disebabkan aktifitas membaca siswa kurang dan minat baca
siswa perlu perhatian . Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai ujian memahami wacana
tulis melalui membaca intensif dan memindai yang belum memenuhi KKM. Untuk
mengatasi kondisi tersebut dipilih penerapan strategi PQ4R. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa
dalam membaca pemahaman dengan strategi PQ4R. Penelitian dilakukan di SMP Islam 1
Batu dengan fokus siswa kelasVIIa Jumlah sumber data 21 orang. Pengumpulan data
dilakukan melalui teknik tes Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi PQ4R ini dapat
membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Hasil penelitian siklus
1 siswa yang memperoleh nilai sama atau diatas KKM 68% dan pada siklus 2, 72%. Hal
ini menunjukkan terjadi peningkatan nilai 4%. Peningkatan ini membuktikan bahwa
langkah-langkah PQ4R dapat menuntun siswa untuk memahami wacana.
Kata kunci: membaca pemahaman, penerapan strategi PQ4R
Membaca sering terlihat sebagai kegiatan yang sangat sederhana, tetapi sebenarnya membaca
adalah kegiatan yang rumit dan kompleks. Ketika membaca, bukan hanya semata-mata menyuarakan
simbol-simbol dalam bentuk tulisan, tetapi juga harus memahami apa yang dibaca. Dalam membaca
diharapkan bisa mengamati, memahami, memikirkan yang dilakukan dengan ketepatan dan kecepatan
tertentu.
Dengan membaca, bisa diperoleh interaksi antara pikiran dan perasaan, bersantai,
memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Dengan membaca bisa diketahui
berbagai peristiwa besar dalam kebudayaan suatu bangsa, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mutakhir di dunia.
Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Keberhasilan anak didik
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam
membaca. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa
tulis, sehingga menuntut anak harus melakukan aktivitas membaca guna memperoleh pengetahuan.
Kemampuan membaca ini tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang
sebagian merupakan tanggungjawab guru, sehingga guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan membacanya. Oleh karena itu pembelajaran membaca mempunyai
kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran.
Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar yaitu anak mampu mengambil intisari bacaan
yang dibacanya, anak bisa mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca yang dilakukannya. Semakin
banyak intisari yang bisa dipahami dari bahan bacaannya maka semakin banyak pula pengetahuan
yang diperoleh. Dengan banyaknya pengetahuan ini tentunya akan sangat membantu dalam
perkembangan kemampuan nalar anak.
Setiap guru bahasa haruslah menyadari dan memahami bahwa membaca merupakan suatu
keterampilan yang kompleks dan rumit yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil.
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
861
tanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal,
(c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broughton dalam Tarigan,
1979:11).
Kegiatan pembelajaran membaca dengan perencanaan yang baik dirasakan sangat mendesak
dan harus segera dilaksanakan, mengingat kegiatan membaca sangat penting untuk semua anak.
Dalam proses belajar mengajar tentunya tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama dalam
memahami bacaan.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama menjadi guru di SMP Islam 01 Batu, khususnya
kelas VII, masih banyak siswa yang belum mampu memahami, mengungkapkan gagasan,
mengomentari, menjawab pertanyaan serta menarik kesimpulan yang berkaitan dengan isi teks
bacaan. Secara umum hal ini dibuktikan dengan rendahnya daya serap mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VII semester 1 Tahun Ajaran 2015 – 2016, yaitu kelas VIIA = 50.5 %, kelas VIIB =
59.3%, kelas VIIC = 63,6%, kelas VIID = 55.8%, kelas VIIE = 55,1%, kelas VIIF= 58,5% yang
kesemuanya di bawah standar ketuntasan yaitu 75%.
Sedangkan dalam kompetensi dasar memahami wacana tulis melaui kegiatan membaca
intensif dan membaca memindai siswa kelas VIIA belum memenuhi KKM yang disyaratkan. Untuk
itulah siswa tersebut perlu diberikan strategi yang tepat dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk
membantu siswa dalam memahami isi bacaan adalah strategi PQ4R (Trianto, 2007:147).
Strategi PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah
proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Proses
penambahan perincian tersebut membuat pengkodean menjadi lebih mudah. Strategi ini membantu
pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, melalui
penciptaan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah diketahui. Strategi ini
digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca (Trianto, 2007:146).
Pemilihan strategi PQ4R ini juga didasarkan pada pengamatan penulis bahwa selama ini
siswa belum melakukan aktivitas membaca secara sistematis,
hanya sekedar membaca sekilas. Telah banyak dilakukan penelitian tentang strategi-strategi belajar
jenis PQ4R, dan metode ini telah terbukti efektif dalam membantu siswa mengingat kembali
informasi dari bacaan (Nur dalam Trianto, 2007:149).
Strategi membaca PQ4R terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama, membaca selintas
dengan cepat terhadap keseluruhan bacaan, yang disebut juga dengan Preview. Tahap kedua,
Question, yaitu mengajukan atau menyususn pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan materi
bacaan. Tahap ketiga, Read atau membaca, yaitu tahap siswa membaca bacaan secara intensif.
Tahap keempat, Reflect, merupakan satu komponen esensial yang tidak bisa dipisahkan dari langkah
Read. Tahap kelima adalah merenung atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, yang
disebut Recite. Tahap keenam adalah Review, yaitu mengingat atau mengulang kembali informasi-
informasi penting telah dipelajari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan antara lain
(1) berlatar alamiah, (2) menggunakan manusia sebagai alat (instrumen), (3) bersifat deskriptif, (4)
menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, serta (5)
lebih mementingkan proses daripada hasil. Sedangkan strategi PTK dilaksanakan dengan
pertimbangan (1) dilakukan hanya dalam konteks atau skala kelas dalam sekolah, (2) termasuk
penelitian terapan yang mana peneliti terlibat aktif dalam pemecahan masalah, (3) desain penelitian
dapat dikembangkan selama penelitian berlangsung, (4) peneliti berfungsi ganda sebagai guru dan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
862
sebagai peneliti, (5) ditujukan untuk perbaikan realitas pengajaran dan pendidikan, serta (6)
dilaksanakan dalam siklus yang sistematis. Pada penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru
kelas VIID. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai guru sedangkan teman sejawat berperan sebagai
pengamat
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Islam 01 Batu Tahun Ajaran 2015/2016
sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa putri dan 14 siswa putra. Berdasarkan hasil survey awal
dan wawancara, serta diperkuat hasil pretes, diketahui bahwa siswa di kelas ini memiliki kelemahan
dalam pembelajaran membaca pemahaman dibandingkan dengan kelas lainnya.
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi (1) data tentang proses
pembelajaran / proses belajar mengajar membaca pemahaman, (2) interaksi guru dan siswa, dan siswa
dengan siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, serta (3) hasil belajar siswa. Sedangkan
sumber data dalam penelitian ini meliputi (1) siswa, (2) guru, (3) kepala sekolah, dan (4) staf.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,
dan tes. Observasi dilakukan untuk melihat perkembangan pembelajaran membaca pemahaman yang
dilakukan oleh guru dan siswa, mulai awal, tengah dan akhir kegiatan, dengan alat pengumpul data
lembar observasi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari guru, siswa, atau informan
lainya, dengan alat pengumpul data pedoman wawancara. Tes digunakan untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan tindakan berupa tes pemahaman isi bacaan, dengan alat pengumpulan data
berupa butir soal tes.
Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan teknik analisis deskriptif
interaktif. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai
tes antar siklus dengan indikator keberhasilan, sedangkan hasil observasi maupun wawancara
dianalisis dengan analisis deskriptif interaktif. Evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui
asesmen kinerja, tes dan respon siswa melalui penyebaran angket. Sedangkan refleksi yang
merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan dengan menggunakan
5 komponen, yaitu analisa, sintesa, pemaknaan, penjelasan dan penyusunan kesimpulan
Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika 75% siswa menguasai kompetensi dasar
memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai dan terjadinya
motivasi siswa selama proses berlangsung. Penguasaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes
memahami bacaan. Peningkatan motivasi diketahui dari hasil observasi selama proses pembelajan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi pada siklus I terdiri atas dua kali pertemuan
yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk tes. Masing-
masing pertemuan menggunakan tahapan-tahapan pembelajaran: orientasi, merumuskan masalah,
membangun hipotesis, menguji jawaban, dan menarik kesimpulan.
Siklus 1
Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam, menanyakan kehadiran siswa, dan
melakukan apersepsi. Kemudian guru berdialog dengan siswa
Guru : “ Anak-anak apa kalian suka membaca ?”
Siswa : “ Suka , Bu”
Siswa : “ Tidak, Bu! “
Guru : “Mengapa kamu tidak suka membaca ?”
Siswa : “Bosan, Bu”
Siswa : “Lebih enak nonton TV”
Siswa : “Sulit, Bu!”
Guru : “Baik, agar kalian tidak merasa sulit dan bosan dalam
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
863
membaca, ibu akan memberikan strategi membaca yang baru
yaitu PQ4R
Siswa “Apa itu Bu?”
Setelah melakukan dialog tersebut kemudian pendidik memulai pembelajaran. Berdasarkan
perencanaan yang telah disusun, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pra
baca, tahap membaca, dan tahap pasca baca.
Pada tahap pra baca atau preview ini kegiatan yang dilakukan guru meliputi menyampaikan
tujuan pembelajaran, menyiapkan wacana yang akan dibaca siswa, memperkenalkan strategi PQ4R,
membimbing siswa membaca dengan cepat satu atau dua kalimat sehingga memperoleh gambaran
sedikit apa yang akan dipelajari. Pada saat guru memperkenalkan strategi PQ4R siswa tampak
antusias. Mereka tampak memperhatikan penjelasan guru dan bertanya untuk beberapa langkah yang
mereka belum paham. Pada saat guru membimbing siswa membaca cepat. Siswa yang mampu dapat
melakukan apa yang telah ditugaskan padanya dengan baik, sementara siswa yang kurang mampu
perlu mendapat perhatian lebih dari guru dalam wujud guru mendampingi siswa yang belum.
Siswa :”yang dimaksud dengan preview itu apa, Bu”
Guru :”Yaitu tahapan membaca selintas, judul,sub judul, topik maupun sub topik”
Siswa :”Bagaimana caranya Bu”
Guru :”Baca secara garis besarnya saja, untuk menemukan pokok-pokok bacaannya”
Siswa : “Baik, Bu terima kasih”
Dari dialog diatas terlihat bahwa siswa sangat tertarik untuk mengikuti pembelajaran
membaca dengan strategi PQ4R. Hal tersebut terlihat dari respon siswa yang sudah siap untuk
mengikuti pembelajaran. Hal ini berarti siswa sudah memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).
Tahap Question (tahap memahami perintah dan guru) merupakan tahap yang mana guru
membimbing siswa menyusun pertanyaan yang akan dicari sendiri jawabannya melalui proses
membaca intenrsif. Pada kegiatan ini banyak siswa yang belum paham pertanyaan yang harus dibuat,
sehingga guru harus mengulang kembali penjelasannya.
Guru : “Anak-anak perhatikan paragraf berikut”
Pertanyaan apa yang jawabannya terdapat dalam teks tersebut
Siswa :”Apa judul bacaan tersebut”
Guru :”bagus pertanyaanmu nak!, tetapi itu tidak menunjukkan tingkat berfikir yang tinggi,
ayo dibuat pertanyaan yang berkaitan dengan isi
Teks bacaan “Keindahan Alam Bawah Lau”
Siswa :”Bagaimana caranya kita menjaga kelestarian Keindahan Alam Bawah Laut?
Dari dialog tersebut guru berusaha membangkitkan motivasi siswa dalam menyusun
pertanyaan dengan menggunakan kata tanya yang tepat. McClelland dan Atkinson dalam Sri Esti
(1989: 161) mengemukakan bahwa motivasi yang paling penting untuk psikologis pendidikan adalah
motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung untuk berjuang mencapai sukses atau memilih
kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Intensitas motivasi siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar siswa tersebut.
Pada tahap membaca ini kegiatan guru adalah membimbing siswa membaca dalam hati,
membimbing siswa untuk menemukan jawaban pertanyaan, membimbing siswa menandai bagian
yang dianggap penting,membimbing siswa menemukan kalimat utama dan ide pokok, dan
membimbing siswa untuk membuat catatan-catatan pendek.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
864
Sedangkan dalam refleksi kegiatan guru adalah membimbing siswa untuk membandingkan
informasi yang telah diperolehnya, dan menghubungkan informasi yang telah diperolehnya dengan
hal-hal yang baru diketahui. Pada kegiatan ini guru dan siswa bersama-sama membaca untuk mencari
dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang disusun dan menemukan kalimat utama ataupun ide
pokok. Pada tahap recite guru membimbing siswa untuk mengingat kembali informasi yang telah
dipelajari dengan membuat intisari materi dari bacaan, dari catatan-catatan yang dibuat terdahulu
berlandaskan ide pokok, siswa menyusun intisari dari bacaan untuk menguji bahwa siswa telah
memahmi atau belum dari bacaan yang dibaca.
Pada tahap pasca baca ini guru membimbing siswa untuk membaca kembali secara sekilas
wacana yang diberikan guru, kegiatan guru dan siswa pada tahap ini adalah bersama-sama melihat
kembali jawaban siswa dan mencocokkan dengan bacaan.
Pada pertemuan kedua guru memberikan LKS dengan teks bacaan berjudul “Lingkungan
Hidup dan Upaya Pelestariannya” yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Soal-soal dalam LKS
ini sekaligus menjadi soal tes yang harus diselesaikan siswa. Soal-soal tersebuty meliputi menyusun
pertanyaan, menjawab pertanyaan, menentukan gagasan utama, dan menceritakan kembali wacana
yang telah dibaca dengan kalimatnya sendiri.
Dari hasil tes di siklus pertama hanya 68 % siswa yang mampu menentukan gagasan utama
hal ini disebabkan saat meliha teks bacaan mereka merasa malas untuk memulai membaca, dan lebih
senang bercerita sendiri.
Tindakan siklus ke-2
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini dilakkukan dengan strategi pembelajaran
individu.Hal ini dilakukan berdasarkan hasil analisis pada siklus pertama. Kemudian guru melakukan
tanya jawab mengingatkan kembali tentang strategi PQ4R yang pernah dipelajari.
Guru : “Anak-anak apa masih ingat strategi membaca yang kita pelajari minggu yang lalau?”
Siswa : “tidak Bu”
Siswa : “Masih Bu”
Guru :”Apa nama strateginya”
Siswa : “PQ4R Bu”
Guru : “Bagus sekali!‟
Dari dialog tersebut guru berusaha membangkitkan kembali ingatan siswa tentang PQ4R yang sudah
dipelajari pada minggu sebelumnya. Setelah berhasil membangkitkan ingatan kembali tentang strategi
PQ4R, guru memotivasi siswa tentang pentingnya memahami suatu bacaan, dan manfaat membaca
intensif, pembaca dapat menguasai isi teks secara mantap, dapat mempunyai daya ingat yang lebih
lama yang berhubungan dengan teks. Dilanjutkan dengan menyampaikan kompetensi yang harus
dipelajari dan tujuan pembelajaran.
Proses selanjutnya adalah mengingatkan kembali langkah-langkah memahami teks bacaan
dengan strategi PQ4R yang meliputi,preview (membaca sekilas),question (menyusun pertanyaan yang
jawabannya dicari melalui proses membaca), read (membaca), refleksi (memahami informasi yang
dibaca), recite (menceritakan kembali/merangkum), review (meninjau kembali teks yang dibaca).
Kemudian guru membagikan lembar kerja siswa secara individu dengan teks bacaan berjudul”
Manfaat Kopi bagi kulit” untuk mengerjakan tes yang berhubungan dengan mengajukan
pertanyaan,menjawab pertanyaan,menemukan gagasan utama,dan menyusun rangkuman dari teks
yang dibaca
Pada siklus 2 ini pembimbingan dan arahan guru dilakukan secara individu untuk itu guru
aktif mendampingi dan membimbing siswa terutama pada siswa yang kurang senang membaca dan
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
865
lebih banyak berbicara dengan temannya, siswa yang tidak mampu menemukan gagasan utama.
Selama siklus 2 ini tampak siswa lebih serius dibandingkan pada siklus sebelumnya.
Pada proses PTK ini peneliti masih menemukan beberapa kekurangan (1) masih ada siswa
yang belum mampu menyusun pertanyaan dari teks yang dibaca dengan menggunakan kata tanya
mengapa, bagaimana (2) siswa masih kesulitan ketika diminta untuk menceritakan kembali teks yang
dibaca dengan kalimatnya sendiri (3) masih ada yang belum mampu menemukan gagasan utama.
Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa 72% siswa telah mendapatkan nilai yang
mendekati KKM
PENUTUP
Membaca intensif merupakan membaca dengan penuh pemahaman untuk menemukan ide-ide
pokok pada tiap-tiap paragraf, dan ide-ide penjelas.Dengan penerapan strategi PQ4R ini diharapkan
dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran terutama materi-materi yang lebih sukar dan
menolong siswa untuk berkonsentrasi lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Esti, Sri.1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo
http://pradietapelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-Lingkungan-hidup-html
MoleongJ,Lexy.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remajarosdakarya
Sardiman, A,M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Trianto. 2007. Metode Pembelajaran Inovatif Beroientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
Publiser.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
866
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN DAN MEDIA FILM
PADA SISWA KELAS 8D SEMESTER GENAP SMPK WIDYATAMA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Suci Wahyuni
SMP Katolik Widyatama, Batu
icuspoenix@gmail.com
Abstrak: Penggunaan media film pendek dalam pembelajaran menulis teks ulasan mampu
memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka menulis. Bagi kebanyakan
siswa, media ausio visual lebih mudah ditangkap dengan penggambaran yang jelas. Adapun
penggunaan peta pikiran sebagai metode pembelajaran menulis teks ulasan, membantu
siswa mengembangkan ide yang mereka temukan pada saat menonton film menjadi teks
ulasan. Peta pikiran dapat membantu siswa mengorganisasikan dengan benar alur
pemikiran untuk menjadi paragraf-paragraf yang tersusun dengan runtut sesuai dengan
struktur isi teks ulasan. Mengingat efektifnya penggunaan metode peta pikiran dan media
film dalam pengajaran di sekolah, maka melalui PTK ini diharapkan kedua metode dan
media tersebut dapat dijadikan alternatif alat bantu mengajar khususnya dalam materi
menulis teks ulasan siswa kelas 8D semester genap di SMPK Widyatama tahun Pelajaran
2015/2016.
Kata Kunci: Metode, Peningkatan kualitas, Peta pikiran, menulis teks ulasan, Media film
pendek
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi dunia
pendidikan. Menurut Rosidi, menulis membantu siswa berpikir, mengungkapkan gagasan, dan
memecahkan masalah (2009:3). Sementara itu, Leonhardt mengatakan bahwa anak-anak yang gemar
menulis menjadi murid yang mudah unggul dalam semua mata pelajaran (2005:16). Menulis dapat
menjadi sarana latihan bagi siswa dalam rangka mengembangkan diri mereka menjadi insane yang
lebih matang dalam menghadapi permasalahan.
Menulis teks merupakan kegiatan belajar yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Pada
umumnya permasalahan yang dialami oleh siswa adalah kemampuan mengungkapkan ide agar
menjadi paragraf atau cerita yang padu dan runtut sehingga mudah dipahami oleh siswa yang lain
atau pembaca secara umum. Selain pengungkapan ide, masalah lainnya adalah penggunaan ejaan
yang meliputi penggunaan huruf kapital, konjungsi, dan tanda baca.
Teks ulasan merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VIII-D semester genap.
Materi dalam teks ulasan tersebut siswa diminta untuk mengomentari isi novel, cerpen, puisi yang
dibaca atau film yang dilihat. Bahasan dalam teks ulasan meliputi Orientasi, tafsiran, evaluasi, dan
rangkuman.
Siswa kelas 8D SMPK Widyatama pun tidak lepas dari kesulitan tersebut. Ketika materi
menulis teks ulasan ajarkan, penulis mendapati beberapa permasalahan, yaitu : 1) kesulitan yang
terjadi yaitu siswa sulit mengungkapkan ide menuangkan apa yang mereka amati dan baca dari
cerpen. Hasil pengamatan menunjukkan siswa hanya mampu menuliskan judul ulasan dan identitas
cerpen yang diamati. Beberapa siswa lain, begitu mendapatkan tugas untuk membuat ulasan cerpen
yang diamati, langsung berdiskusi dengan temannya dan saling bertanya tetapi tidak menulis apapun.
Siswa yang lain sepertinya serius menulis tetapi banyak menghapus, menganggap tulisan mereka
salah. Ada juga yang menghabiskan waktu yang tersedia hanya dengan merenung. Setelah ditanya,
mereka menjawab takut menulis karena takut salah. 2) Beberapa siswa lain mengatakan bahwa
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
867
mereka tidak tahu bagaimana dan apa yang harus ditulis. 3) Siswa lain merasa tidak tertarik dengan
cerpen.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap hasil tulisan mereka, didapati banyak kesalahan. Ada
banyak kesalahan dalam pengorganisasian kalimat dalam paragraf. Dalam satu paragraf terdapat
kalimat yang tidak padu. Hasil lainnya, terdapat kesalahan ejaan, mulai dari penggunaan huruf kapital,
penggunaan kata penghubung, dan kalimat efektif.
Berbagai kesulitan yang terjadi di kelas 8D tersebut, membuat mereka tidak mampu
menyelesaikan tugas dengan baik. Penguasaan materi rendah. Pada akhirnya, setelah tugas portofolio
mereka diamati, banyak terjadi kesalahan dalam penulisan huruf kapital, penggunaan kata
penghubung yang diulang dalam satu kalimat. Mereka tidak mampu membedakan penggunaan kata
penghubung intra kalimat dan antarkalimat. Kalimat yang mereka buat tidak efektif. Pada akhirnya,
nilai siswa berada di bawah KKM. Dari 25 siswa kelas 8D, siswa yang dinyatakan tuntas dalam
menulis teks ulasan hanya 30%, sedangkan sisanya 70% masih di bawah KKM. KKM yang harus
dicapai untuk menulis teks ulasan adalah 80.
Menyadari hal tersebut, maka perlu dipikirkan alternatif kegiatan pembelajaran yang
memfasilitasi para siswa untuk menguasai keterampilan menulis baik. Satu metode yang ditawarkan
adalah dengan menggunakan Peta Pikiran. Peta Pikiran atau yang aslinya bernama Mind Mapping ini
merupakan satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran-
pikiran kita (Buzan, 2008: 4) Dengan menggunakan Peta Pikiran, siswa akan terbantu dalam menulis.
Peta Pikiran akan memandu mereka menulis dengan rincian gagasan yang tepat. Peta Pikiran akan
menjadi kerangka tulisan mereka. Selama proses menulis, mereka juga dapat menambahkan ide
penjelas yang diperlukan. Kreativitas mereka juga akan mendapat tempat. Peta Pikiran akan dapat
melatih mereka dalam menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, sehingga dengan latihan menulis
teks menggunakan Peta Pikiran para siswa dapat menjadi generasi muda yang utuh karena otak kiri
dan kanannya berkembang secara seimbang (Suyati, 2015:88)
Lebih lanjut Suyati (2015) mengemukakan bahwa peta pikiran adalah suatu teknik untuk
mengorganisasikan suatu konsep atau ide dalam bentuk diagram radial hirarkis nonlinier. Dalam peta
pikiran, tema, gagasan utama, dan gagasan penjelas yang dituangkan dengan kata-kata kunci
dihubungkan dengan garis lengkung dan divariasikan dengan gambar atau simbol yang sesuai dan
warna-warna yang menarik, sehingga peta pikiran melatih keseimbangan kerja otak kanan dan otak
kiri. Peta pikiran dapat membantu siswa menyeleksi dan mengelompokkan kata-kata kunci yang
diperlukan dalam menulis teks. Peta Pikiran yang tertata dengan baik akan menjadi kerangka tulisan
yang dapat menuntun siswa untuk menghasilkan teks dengan kualitas tulisan yang lebih baik pula.
Peta pikiran membantu siswa belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin
informasi yang diperlukan, dan mengelompokkannya dengan cara yang alami (Buzan, 2008: 13).
Tulisan yang baik memerlukan banyak ide atau gagasan, baik berupa gagasan utama maupun gagasan
penjelas.Banyak siswa merasa tidak dapat menulis karena kehabisan ide. Di sisi lain, ide atau gagasan
tersebut harus disusun dan dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu, sehingga tulisan yang
dihasilkan juga akan baik dari segi penataan ide. Peta pikiran mampu mengakomodasi hal-hal
tersebut.
Beberapa keunggulan peta pikiran dalam proses pembelajaran menulis teks, antara lain (1).
dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas berpikir siswa. Hal ini menimbulkan sikap kemandirian
belajar yang lebih pada siswa. (2). Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik,
yang akan memudahkan belajar. (3). Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara
lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan mengenali hubungan antara konsep-
konsep berikut. (Suyati, 2015:95).
Pemilihan film pendek sebagai media untuk membantu siswa kelas 8D dalam memahami
penulisan teks ulasan didasarkan bahwa keunggulan film pendek, antara lain film dapat memikat
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
868
perhatian anak. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan
kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita
(penglihatan) dan dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Anak akan lebih fokus
terhadap materi yang disampaikan daripada mereka membaca buku. Waktu yang digunakan untuk
penyampaian materi lebih singkat dan cepat dipahami daripada kalau mereka membaca buku. Film
dapat digunakan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.
Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan menulis siswa pernah dilakukan oleh beberapa
penulis . Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yohana L.A. Suyati (2015) berjudul
“Peta Pikiran dan Kemampuan Menulis Siswa Kelas VII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berbasis Teks pada Kurikulum 2013”. Dalam penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa peta
pikiran sangat berguna dalam menjabarkan atau menemukan ide-ide dalam menulis. Peta Pikiran
merupakan satu cara untuk menyiapkan kerangka tulisan dengan memanfaatkan kata-kata kunci yang
digu-nakan sebagai tema, ide atau gagasan utama, dan ide atau gagasan penjelas. Kata-kata kunci
tersebut dihubungkan dengan garis lengkung sebagai cabang dari tema yang ditentukan berdasarkan
jenis teks yang sedang dipelajari. Dalam Peta Pikiran, kata-kata kunci yang digunakan ditata
berdasarkan kelompoknya. Penggunaan gambar atau simbol yang sesuai dengan kata kunci yang
dipilih dan penggunaan warna yang bervariasi dapat melatih kerja otak kanan.Penggunaan kata-kata
kunci dalam Peta Pikiran dapat melatih kerja otak kiri. Dengan demikian, Peta Pikiran dapat melatih
keseimbangan kerja otak kanan dan otak kiri. Penataan gagasan dalam Peta Pikiran akan membantu
siswa dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka, sehingga siswa akan lebih terarah
dalam menulis teks yang dilatihkan kepada mereka. Peta Pikiran akan menjadi kerangka tulisan
mereka dan diharapkan dengan kerangka tulisan yang telah tertata tersebut, kualitas tulisan yang
mereka hasilkan akan menjadi lebih baik.
Penelitian lain dilakukan oleh Pande Putu Edi Harnata, I Wayan Rasna, Ni Made Rai
Wisudarian. Pande Putu Edi Harnata, dkk. mengambil media film dalam kaitannya dalam upaya
meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada pembelajaran menulis siswa kelas X2 SMAN
Tampaksiring, Bali. Penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan
Keterampilan Kenulis Cerpen Siswa Kelas x2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring” Hasil dari penelitian
tersebut menyebutkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media film dapat meningkatkan
keterampilan menulis cerpen siswa kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring. Di samping
meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa, penggunaan media film juga dapat meningkatkan
respons siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen dan mampu menumbuhkan respons sangat
positif pada diri siswa yang mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Dengan melihat tayangan film,
siswa merasa senang dan menyambut dengan antusias.Dari isi film tersebut, siswa sangat terbantu
untuk membuat sebuah cerpen, mulai dari membuat tema, menentukan jalan cerita, dan
menggambarkan tokoh dalam cerita.
Pemilihan judul : Peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks ulasan film dengan
menggunakan peta pikiran dan media film pada siswa kelas 8 semester genap smpk widyatama tahun
pelajaran 2015/2016” sebagai dasar penelitian karena peneliti menyadari bahwa siswa perlu
memiliki keterampilan dalam hal menulis terutama membuat teks ulasan. Dengan menggunakan
metode peta Pikiran dan media film tersebut diharapkan kemampuan anak dalam menulis dapat
meningkat, bukan hanya dapat menulis tetapi kualitas tulisan dalam ejaan dan pengorganisasian ide
dalam kalimat efektif dapat meningkat. Selain itu, penelitian dengan menggunakan metode peta
pikiran dengan media film bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan fokus siswa terhadap materi
dan menghindari kejenuhan.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
869
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas tiga pertemuan, dua kali pertemuan tatap muka dan satu kali
pertemuan untuk tes. Untuk memperoleh data digunakan dua instrumen, yaitu instrumen berupa
lembar observasi dan instrument untuk menilai hasil. Lembar observasi digunakan untuk menjaring
data keaktifan dan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses lembelajaran. Adapun untuk menilai
hasil kerja siswa tentang kemampuan siswa menulis teks ulasan terhadap film “Surat Kecil untuk
Tuhan”. Instrumen penilaian berupa pertanyaan esai / uraian digunakan sebagai panduan untuk
menilai teks ulasan hasil kerja siswa.
Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-D SMPK Widyatama Batu tahun Pelajaran
2015-2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yang terdiri 10 orang siswa laki-laki dan 15 orang
siswa perempuan. Waktu penelitian dimulai pada 1 Maret sampai 16 April 2016. Materi yang
digunakan adalah Teks Ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan”
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap perencanaan terdapat lima kegiatan, yaitu menyusun RPP, menyusun LKS,
menyusun pedoman observasi, mengembangkan media pembelajaran, dan menyusun evaluasi.
Langkah-langkah dalam penyusunan RPP, pertama, menentukan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi inti (KI) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.1
Memahami teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui
lisan maupun tulisan, sedangkan kopetensi dasar (KD) yang digunakan adalah 4.2 Menyusun teks
cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks
yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan KD tersebut, dijabarkan ke dalam 4
indikator, 1) Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dari film “Surat kecil untuk Tuhan”dengan
menggunakan metode peta pikiran. 2) Siswa dapat menjelaskan keunggulan dan kelemahan film
“Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta pikiran. 3) Siswa dapat menjelaskan
kualitas film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta pikiran . Dan, 4) Siswa
dapat menyusun teks ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan metode peta
pikiran.
Kedua, menyusun RPP. RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yakni 3x40 menit yang
terdiri atas 2 x 40 menit tatap muka pembelajaran dan 1 x 40 menit nontatap muka berupa pemberian
tes evaluasi untuk menjaring data . Dari SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi
dalam lima tujuan pembelajaran yakni setelah peserta mengikuti pembelajaran tentang menulis teks
ulasan film menggunakan metode peta pikiran, peserta dapat : 1) menentukan unsur intrinsik dari
film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran, 2) menentukan keunggulan dan
kelemahan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran”, 3) menentukan
kualitas film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran, dan 4) menyusun teks
ulasan film “Surat Kecil untuk Tuhan” dengan menggunakan peta pikiran.
Tahapan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran dengan media
film, yaitu pada bagian awal, siswa diajak untuk mengamati bentuk-bentuk peta konsep, fungsi, dan
manfaat, serta penggunaannya dalam membuat teks ulasan. Tahap selanjutnya yang merupakan
tahapan inti dalam pembelajaran, siswa mengamati film secara cermat dan sungguh-sungguh. Para
siswa dibekali tujuan yang ingin diperoleh dari pengamatan film dilakukan yaitu unsur intrinsik,
keunggulan dan kelemahan film, serta kualitas film. Setelah pengamatan dilakukan, siswa
mendiskusikan tugas yang diberikan tersebut dan mencoba memasukkannya melalui peta pikiran.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
870
Kemudian, setelah mendiskusikan hasilnya, mereka mengomunikasikan lewat presentasi
wakil kelompok , sedangkan siswa dari kelompok lain menanggapinya. Setelah mendapatkan
perbaikan, para siswa yang memiliki karya tersebut bersama guru dan siswa lainnya mengevaluasi
secara keseluruhan dengan memperhatikan penuangan ide, kalimat efektif dan ejaan yang digunakan.
Pada tahap akhir dari evaluasi, siswa melakukan perbaikan. Selanjutnya, karya tersebut dikumpulkan
untuk dinilai oleh guru berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat.
Berdasarkan tahapan langkah-langkah tersebut, kegiatan pembelajaran di kelas dituangkan
dalam jabaran RPP Siklus I pertemuan pertama sebagai berikut : pada tahap awal, dalam waktu 20
menit, terbagi dalam beberapa kegiatan yaitu 1) guru memberikan salam dan menanyakan kabar para
siswa. 2), guru memberikan motivasi agar semangat dalam mengikuti pelajaran hari ini. 3), guru
mengajak siswa untuk menggali ingatan mereka tentang materi sebelumnya yaitu struktur teks ulasan
serta hal-hal yang termasuk di dalam masing-masing bagian struktur teks. 4) Guru menjelaskan KD,
tujuan, dan materi pembelajaran hari ini. 5) guru menampilkan satu contoh bentuk peta pikiran
kemudian bertanya jawab dengan siswa tentang pengetahuan mereka dalam memahami pengertian,
fungsi, dan manfaat serta penggunaan peta pikiran. Dan, 6) Guru membagi siswa menjadi 7
kelompok dengan masing-masing kelompok 3 orang anggota kemudian membagikan lembar kerja
siswa.
Selanjutnya, pada tahap inti dalam waktu 50 menit, 1) siswa mengamati film pendek “Cinta
dalam Diam” 2) di dalam kelompok, siswa mendiskusikan temuan dari film yang diamati dan
mengisi LKS berkaitan dengan unsur intrinsik, keunggulan dan kelemahan, serta kualitas penyajian
film, lalu memasukkan hasil temuan dalam pohon peta pikiran. 3) Kelompok yang telah selesai
berdiskusi, mempresentasikan di depan kelompok lain, dan kelompok lain menanggapinya. 4) Siswa
dalam kelompok mengembangkan peta pikiran untuk menjadi teks ulasan. 5) Siswa memasang hasil
karya mereka di papan pajang, kemudian 6) guru bersama siswa kelompok lain mengevaluasi dari
segi isi dan bahasa.
Pada bagian penutup dengan waktu 10 menit, 1) guru bersama siswa melakukan simpulan
hasil pembelajaran hari ini untuk memastikan pemahaman yang benar tentang penggunaan peta
pikiran untuk menyusun teks ulasan film. 2) Guru menjelaskan rencana materi dan tugas untuk
pertemuan kedua….
Berikutnya, pada pertemuan kedua Siklus I, bagian awal kegiatan pembelajaran (10 menit)
yaitu 1) Guru menyampaikan salam dan siswa menanggapinya. 2) Guru mengajak siswa untuk
mengingat kembali simpulan temuan tentang peta pikiran dan teks ulasan, mengisi pohon peta pikiran
serta cara mengembangkannya dalam teks ulasan. 3) Guru menyampaikan materi pembelajaran hari
ini.
Pada bagian inti (60 menit), secara individu, 1) siswa diminta mengamati film “Surat Kecil
untuk Tuhan” (SKuT) karya Harris Nizam. 2) Siswa mengerjakan LKS berupa pohon peta pikiran
tentang film “SKuT” yang diberikan guru. 3) Siswa mengembangkan pohon peta pikiran tersebut
menjadi teks ulasan. 4) Setelah selesai, siswa mengumpulkan hasil karya mereka kepada guru untuk
dilakukan penilaian.
Pada bagian penutup selama 10 menit, 1) guru bersama siswa melakukan refleksi tentang
hasil pembelajaran menyusun teks ulasan yang telah dilakukan selama 2x pertemuan. 2) Guru
menjelaskan pelaksanaan penilaian (tes) sehubungan dengan teks ulasan pada pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan
Siklus I
Pada tahap awal, selama 20‟ guru menyampaikan tujuan pembelajaran kali ini yaitu menulis
teks ulasan berdasarkan film yang dilihat dengan menggunakan metode peta pikiran. Sebelum
memutarkan film, guru dan siswa saling menanya tentang struktur teks ulasan dengan tepat. Setelah
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
871
mendapatkan pemahaman yang benar tentang struktur teks ulasan, Guru memutarkan film pendek
motivasi berjudul “Cinta dalam Diam” dan siswa mengamati film tersebut. Selanjutnya, Guru
menanya tentang hasil temuan mereka berkaitan dengan materi ulasan film. Berdasarkan jawaban
siswa dapat disimpulkan bahwa lebihh dari 70% siswa kesulitan mengungkapkan hasil temuan
mereka secara runtut. Kemudian guru membantu siswa dengan dengan menggunakan peta pikiran
untuk merumuskan hasil temuan mereka. Siswa menuliskan point-point hasil pengamatan mereka ke
dalam struktur teks ulasan. Hasil temuan didiskusikan dalan kelompok untuk mendapat tanggapan
siswa anggota kelompok.
Pada tahap pelaksanaan 60‟, Siswa menonton film pendek berjudul “Surat kecil untuk
Tuhan”. Selanjutnya, mereka menuliskan hasil temuan berdasarkan struktur teks ulasan dengan
bantuan peta pikiran. Tugas tersebut dilakukan di dalam kelompok. Kemudian, hasil peta pikiran
tersebut mereka tuliskan dalam teks ulasan sesungguhnya. Didapati, lebih dari 65% mereka belum
tuntas. Para siswa kelas VIIID yang berjumlah 25 orang masih sulit ketika harus menentukan tafsiran
mereka yaitu memberi penilaian kelebihan dan kelemahan film tersebut. Dari 25 siswa, 8 siswa
memperoleh nilai 75, 7 siswa memperoleh nilai 70, dan sisanya mendapat nilai 65. Padahal KKM
yang diharapkan adalah 75. Berdasarkan hasil tersebut, persentase nilai terendah terdapat pada bagian
truktur tafsiran, yaitu kemampuan siswa menentukan kelebihan dan kelemahan film tersebut.
Pada tahap akhir siklus I guru dan siswa menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut terjadi
karena siswa kurang teliti dalam mengamati film sehingga tidak dapat menentukan kelebihan dan
kelemahan film. Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru menyampaikan rencana pertemuan siklus
II serta tujuan pembelajaran berikutnya.
Siklus II
Pada tahap awal, selama 10‟ guru menyampaikan tujuan pembelajaran kali ini yaitu menulis
teks ulasan berdasarkan film yang dilihat dengan menggunakan metode peta pikiran secara
mandiri.Guru dan siswa menanya untuk mengingat kembali struktur teks ulasan, serta kesulitan yang
dihadapi siswa pada pertemuan pada siklus I.
Pada tahap pelaksanaan 60‟, Siswa menonton film pendek berjudul “Forrest Gump”. Guru
mengganti judul dan materi film. Pengubahan tersebut dilakukan karena film SKuT pada siklus I
terlalu datar alurnya sehingga menjelang akhir, siswa mulai bosan. Pelajaran mulai Nampak
menjenuhkan. Forrest Gump dipilih karena menurut peneliti, filom ini lebih hidup dan menginspirasi
karena berupa film motivasi. Selanjutnya, mereka menuliskan hasil temuan berdasarkan struktur teks
ulasan dengan bantuan peta pikiran. Pada siklus II tersebut, siswa langsung mengomunikasikan
kepada guru untuk mendapat perbaikan berkaitan dengan hasil pembuatan peta pikiran. Setelah
Memperbaiki, siswa langsung menyusun teks ulasan secara mandiri.
Pada tahap penutup 10‟, guru bersama siswa merefleksi hasil pembelajaran dengan
menyimpulkan penggunaan peta pikiran dalam menyusun teks ulasan dengan tepat.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian
ini. Pertama, peningkatan skor rata-rata menulis teks ulasan siswa dengan menggunakan metode peta
pikiran dan media film terjadi pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, hasil yang diperoleh siswa
kurang memuaskan, yaitu Dari 25 siswa, 8 siswa memperoleh nilai 75, 7 siswa memperoleh nilai 70,
dan sisanya mendapat nilai 65. Sedangkan pada siklus II, nilai tersebut mengalami peningkatan
sebesar 5,07.
Kedua, Penggunaan Metode Peta Pikiran dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam
mengorganisasikan pikiran mereka secara runtut sesuai dengan alur film yang ditampilkan. Siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
872
mudah untuk menjabarkan ide-ide tersebut dslam paragraf karena telah terbantu langkah-langkah dan
isinya sesuai dengan peta pikiran yang tekah dibuat.
Ketiga, media film yang mampu meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen adalah
media film yang bisa menarik perhatian siswa dan sesuai dengan tingkat kematangan audiens (siswa
SMP), serta sesua dengan kegemaran mereka saat ini. Film tentang romantisme, percintaan, kesetiaan,
dan motivasi tentang kahidupan adalah jenis film yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran
menulis ulasan di SMP. Dengan menayangkan film yang berjudul “Surat Kecil untuk Tuhan” (sebagai
film remaja) dan “Forrest Gump” (sebagai film motivasi tentang kahidupan remaja), siswa merasa
senang dan menyambut dengan antusias. Dari isi film tersebut, siswa sangat terbantu untuk menyusun
sebuah teks ulasan, mulai dari orientasi, tafsiran, evaluasi, dan simpulan.
Keempat, pada intinya, langkah -langkah proses belajar-mengajar menulis teks ulasan dengan
menggunakan metode peta pikiran dan media film, yaitu guru membuka pelajaran dengan
mengucapakan salam, guru mengkondisikan kelas supaya kelas menjadi lebih tenang dan nyaman dan
guru mengecek kehadiran siswa, guru memberikan apersepsi, guru menyampaikan kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru memberikan arahan atau gambaran mengenai
kegiatan yang akan dilakukan, guru mulai menjelaskan materi. Pada saat menjelaskan peta pikiran,
guru menyertakan contoh membuat pikiran dengan cara mengajak siswa menonton film pendek.
Selanjutnya, bertanya jawab tentang struktur teks ulasan dan mengisikan hasil temuan sesuai struktur
teks dalam peta pikiran. Setelah kegiatan pra tersebut, didapat simpulan bahwa siswa sangat
dimudahkan pembelajaran menggunakan metode peta pikiran. Selanjutnya, dalam siklus II
peningkatan kemampuan siswa yang diwujudkan dengan peningkatan perolehan nilai dan jumlah
siswa yang tuntas KKM semakin banyak.
Terakhir, Siswa memberikan respons sangat positif terhadap penggunaan media film dalam
pembelajaran menulis cerpen. Hal ini bisa dilihat dari 25 siswa yang mengisi kuesioner, 20
memberikan respons sangat positif dan 5 siswa atau memberikan respons positif terhadap penggunaan
metode peta pikiran dan media film dalam pembelajaran menulis teks ulasan.
Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut. 1) Penelitian ini disarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia untuk
menggunakan media film sebagai salah satu media alternatif dalam meningkatkan kualitas menulis
tekis ulasan siswa. Penggunaan metode peta pikiran juga dapat dijadikan sebagai alternatif metode
pembelajaran yang ternyata lebih efektif untuk memudahkan siswa mengorganisasikan ide.Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis sastra lainnya. Guru juga hendaknya memberikan banyak contoh agar siswa lebih memahami
materi yang disampaikan,memberikan penguatan atau motivasi kepada siswa, menggunakan media
film yang tepat, dan memberikan apresiasi supaya siswa menjadi lebih aktif ketika proses belajar
mengajar berlangsung. 2) Penelitian ini hendaknya dijadikan pengetahuan baru bagi siswa dalam
menulis cerpen. Ketika menulis cerpen, siswa bisa menggunakan film sebagai medianya. Siswa juga
diharapkan selalu menyimak dan memerhatikan perintah dan penjelasan yang diberikanoleh guru
ketika proses belajar-mengajar menulis teks ulasan dengan menggunakan metode peta pikiran dan
media film berlangsung. 3) Peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian lanjutan terkait
dengan penerapan media pada aspek pembelajaran bahasa, khususnya pada aspek menulis. Selain itu,
penelitian ini hanya terbatas pada subjek penelitian di kelas 8D saja. Untuk memperoleh informasi
yang luas dalam mengkaji pembelajaran menulis teks ulasan dengan menggunakan metode peta
pikiran dan media film ini,peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan subjek
yang berbeda, seperti kelas 8A, 8B, 8C, dan 8E.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
873
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi & Supandi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Kurikulum
Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Penerbit PT Gra-media Pustaka Utama
Derewianka, Beverly. 1995. Exploring
Harnata, Pande Putu Edi, dkk.2014. Penggunaan Media Film untuk Meningkatkan Keterampilan
Menulis Cerpen Siswa Kelas X2 di SMA Negeri 1 Tampaksiring.FPBS.
Leonhardt, Mary. 2005. 99 Cara Menja-dikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: Penerbit
Kaifa
Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmi-
Rosidi, Imron. 2009. Menulis.... Siapa Takut?Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
874
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA
MELALUI METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)
BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA SMP PGRI 01 BATU
Umi Kalsum
SMP PGRI 01 Batu
umikalsumpgri@gmail.com
Abstraksi: Kemampuan menulis berita pada siswa kelas VII E SMP PGRI 01 Batu masih
kurang maksimal disebabkan siswa kurang memahami cara menulis berita, siswa kurang
antusias dalam pembelajaran, cara mengajar yang monoton Hal ini dapat diketahui
berdasarkan observasi hasil menulis berita siswa yang memperoleh KKM berjumlah
38,24%. Untuk mengatasi kondisi tersebut dipilih metode STAD Berbantuan Gambar
Peristiwa .Metode ini dapat membantu siswa menyusun pokok-pokok berita, menyusun
berita, menggunakan kalimat,efektif, ketepatan ejaan dan tanda baca.Hasil penelitian siklus
1, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 38,24% dan pada siklus 2 menjadi 94,12%.
Hal ini menunjukan terjadi peningkatan sebesar 65,88%. Artinya hasil yang dicapai tersebut
telah memenuhi target yang ditetapkan. Peningkatan nilai hasil ini membuktikan bahwa
metode STAD Berbantuan Gambar Peristiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh
dapat menuntun siswa untuk menulis berita secara singkat,padat, dan jelas.
Kata kunci:Kemampuan Menulis,Berita,Metode STAD Berbantuan Gaambar Peristiwa
Kurikulum Tingkat Satuan Guruan (KTSP), materi pembelajaran bahasa Indonesia terdiri
atas dua jenis keterampilan yaitu keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Seperti yang
dikemukakan Tarigan (2008:1) bahwa keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yaitu,
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Setiap keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.
Salah satu kompetensi dasar yang diajarkan di SMP khususnya siswa kelas VIII dan
berkaitan dengan keterampilan menulis yaitu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas.
Kompetensi dasar ini merupakan bagian dari standar kompetensi ke 12.
Berdasarkan pengalaman penulis, hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menulis teks
berita secara singkat dan jelas pada siswa kelas VIII-E SMP PGRI 01 Batu masih rendah dan belum
mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) 75.Siswa yang memperoleh nilai tuntas 13 dari 34
siswa, dan yang belum tutas 21 siswa.
Tujuan pembelajaran menulis berita dengan singkat, padat, dan jelas sebagai mana tercantum
dalam rencana pembelajaran belum dapat dikuasai siswa dengan baik.Rendahnya hasil belajar siswa
tersebut disebabkan oleh beberapa hal (1) siswa belum paham cara menulis teks berita berita secara
singkat, padat dan jelas, (2) siswa kurangantusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga
pembelajaran terkesan kurang efektif. (3) metode yang digunakan guru belum efektif dan kurang
menarik sehingga pembelajaran terkesan monoton.(4) pembelajaran berpusat pada guru (teacher
center).
Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis selaku pengajar di kelas VIII-E bermaksud
meningkatkan kemampuan menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. Hal ini pula yang
membuat penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang kemampuan menulis
berita secara singkat dan jelas, dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui
Metode Student Team Achievement Division(STAD)Berbantuan Media Gambar Pada Siswa SMP
PGRI 01 Batu.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
875
Metode STAD berbantuan gambar dapat menjadi metode yang menarik bagi siswa dalam
pembelajran menulis berita dengan cara singkat, padat dan jelas.Metode STAD menuntut siswa
bekerja secara berkelompok sehingga mereka akan memecahkan masalah bersama tamansehingga
siswa tidak perlu takut karena masalah yang dihadapi dipecahkan bersama.Melalui gambar siswa akan
beremajianai. Dengan imajinasi siswa akan berpikir lebih luas tanpa batas sehingga apa yang ada
dipikirannya akan tergali luar biasa (Iwan 2011:106).
Pemanfaatan gambar peristiwa sebagai media untuk mengamati suatu kejadian yang akan
ditulis menjadi sebuah teks berita sangat tepat. Menulis teks berita dengan teknik pengamatan gambar
peristiwa akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk membahasakannya. Jadi, siswa yang satu
dengan yang lain akan bervariasi dalam membahasakan gambar peristiwa yang diamati. Dengan
variasinya jawaban siswa dalam mengamati gambar akan menambah pengetahuan bagi siswa untuk
menulis berita.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis
melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat,
pengalaman disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26)
Menurut Kridalaksana (2005: 968) menulis adalah melahirkan pikiran tematik atau perasaan
seperti mengarang, membuat surat dalam tulisan. Akhadiah (2002: 2) juga mengungkapkan bahwa
menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat.
Menulis berarti mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan wawasan ke dalam tulisan
yang sistematis dan bisa dipahami oleh orang lain.Menurut KBBI, pengertian menulis adalah
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Menulis berarti menuangkan isi
hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang
orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam
sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu
atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa
terkait dengan aktifitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan
pembacanya.
Untuk meningkatkan keaktifan siswa serta hasil belajar, guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Metote pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk kerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan,
atau inkuiri. Beberapa unsure dasar yang membedakan pembelajaran kooperatif dari pembagian
kelompok biasa.Menurut Kunandar (2009:271) pembelajaran kooperatif terdiri dari empat unsur yaitu
1) Saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling tergantung dalam menyelesaikan pekerjaan dan
saling ketergantungan peran. 2) Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan
sesame teman. 3) Akuntabilitas individu adalah nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar
semua anggotanya, oleh karena itu anggota kelompok harus member kontribusi demi keberhasilan
kelompok. 4) Keterampilan menjamin hubungan antarpribadi.
Menurut Sukandar (2009:275) pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut 1)
penjelasan materi pembelajaran, 2) Diskusi atau kerja kelompok belajar, 3) Validasi oleh guru, 4)
Evaluasi, 5) Menentukan nilai-nilai individu dan kelompok, 6) Pengarahan individu atau kelompok.
Slavin (dalam Trianto 2007: 52) menyatakan bahwa STAD, siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
876
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberi tes
tantang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
mementingkan kerja sama anrsiswa untuk memecahkan persoalan dengan terlebih dahulu guru
memberikan bekal materi. Siswa akan memperoleh nilai secara kelompok dan secara individu dan
nilai rata-rata menjsdi nilai akhir.
Penelitian sejenis yang berhubungan dengan metode STADdilakukan oleh1) Hariyani (2010)
dengan judulPenerapan Pembelajaran Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Keterampilan
Mengurutkan Pecahan Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sidakaton 04.Dalam penelitian ini
disimpulkan bahwaadanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari jumlah 29 siswa yang tuntas
dengan KKM : 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 23. Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 28 siswa (96 %). 2)Arumningtiyas,
Win.(2012)Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar IPA Siswa Kelas IV MI AL-HIKMAH Melis
Gandusari Trenggalek. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa rata-rata aspek yang diteliti
prosentasenya meningkat. 3)Salmani (2010) Penerapan Pembelajaran Kooperatif MetodeSTAD untuk
Meningkatkan Pemahaman MateriPemcerminan Siswa Kelas VSDN 017 Penajam. Dalam penelitian
disimpulkan bahwapembelajaran matematika dengan menggunakan kooperatif metode STAD dapat
meningkatkan motivasi yang tinggi dari siswa selama pembelajaran, dan kemampuan dalam
melaksanakan diskusi kelompok berjalan dengan baik. 4) Haryati,Sri (2012) Peningkatan
Keterampilan Menulis Berita dengan Metode Kooperatif Tipe STAD pada SMP Negeri I Sanggau.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dari semua aspek yang diteliti prosentasenya mengalami
peningkatan.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
dilaksanakan di kelasVII-E SMP PGRI 01 Batu dengan menggunakan
metode STAD berbantuan gambar.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas yangterdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus meliputi (1) perencanaan
(planning); (2) pelaksanaan tindakan (action);(3) observasi (observing); dan (4) refleksi
(reflecting).Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan.
Lokasi dan subjek dalam penelitian ini kelas VIII-E SMP PGRI 01 Batu tahun pelajaran
2015/2016.Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah 34 siswa (21 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan).Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2016sampai dengan bulan
April2016.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E sebanyak 34 siswa, guru yang
mengajar bahasa Indonesia untuk melihat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode
STAD.Sumber data utama penelitian adalah hasil belajar siswa selama pembelajaran, yang dimulai
dari siklusI sampai siklus II.
Pengambilan data berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh rekan sejawat.Dalam
melaksanakan pengamatan, guru menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan pada tahap
perencanaan. Data kemampuan siswa dalam memahami menulis berita dijaring melalui evaluasi
bentuk tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran dengan menerapkan metode STAD
berbantuan gambar peristiwa.Instrumen tes berbentuk LKS yang dilengkapi dengan rubric penilaian.
Kreteria penilaian menerapkan metode STAD dalam upaya meningkatkan kemampuan
menulis teks berita siswa kelas VIII-D SMP PGRI 01 Batu dikaitkan denganstandar ketuntasan belajar
yang digunakan di sekolah tersebut.Jika siswa mendapatkan nilai 75% ke atas maka metode STAD
dikatakan berhasil. Aspek penilaian yang dijadikan kreteria tingkat pencapaian siswa dalam menulis
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
877
tes berita berpatokan pada lima kreteria penilaian, yaitu ketepatan penulisan strktur berita,
kelengkapan unsur berita,diksi, keefektifan kalimat, dan ketepatan ejaan. Taraf keberhasilan yang
dicapai siswa didasarkan pada klasifikasi tingkat kemampuan
(Trianto: 2007) .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan identifikasi serta perumusan masalah tersebut, penulis akan menguraikan secara
singkat dan sederhana tentang langkah-langkah perbaikan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus ada tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi.
Siklus I
Perencanaan
Perencanaan Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan perencanaan, yang didahului
identifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa. Kemudian bersama kolabolator, guru merumuskan
masalah, menyusun RPP, lembar kerja, lembar obsevasi, dan rubrik penilaian.
Langkah-langkah pembelajaran menulis teks berita pada siklus I terdiri atas dua kali
pertemuan yang terdiri atas dua kali tatap muka untuk pembelajaran, dan satu kali pertemuan untuk
tes.
Pelaksanaan dan Pengamatan
Pertemuan I
Proses pembelajaran diawali dengan kegiatanpemberian apersepsi oleh guru. Kegiatan
apersepsi dilakukan dengan mengecek kehadiran siswa, memberikan motivasi, mengecek kesiapan
belajar siswa.Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang hal-hal yang akan
dipelajari seperti kutipan (1) berikut.
Guru : Siapa yang sudah membaca atau mendengarkan berita hari ini? Dan apa
isi berita yang kamu baca?
Siswa : Saya Bu, Tentang tanah longsor di Tasik Malaya, 11 rumah rakyat retak-
retak
Guru : Bagus, tepuk tangan untuk Amelia Putri. Apakah yang lain juga ada
yang membaca berita?
Siswa : Banjir di Bojonegoro, akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo,
sekitar45 rumah penduduk terendam air.
Siswa : Di televisi ada kecelakaan lalu lintas. Bus menabrak warung di pinggir
jalan karena sopir mengantuk.
Guru : Bagus anak-anak, ternyata kalian ada yang sudah membaca berita dan
ada yang mendengarkan berita. Nah, tujuan pembelajaran hari ini
adalah menuliss berita secara singkat, padat dan jelas.
Antusianisme siswa dalam menjawab pertanyaan guru menunjukkan siswa sudah siap
mengikuti pembelajaran.Dalam hal ini sisswa sudah termotivasi untuk belajar. Sesuai dengan
pendapat…..
Selanjutnya guru meminta siswasecara klasikal untuk mengamati beberapa gambar peristiwa
yang ditayangkan melalui LCD. Seperti gambar (1) berikut.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
878
Setelah mengamati gambar peristiwa tersebut, gurudansiswabertanya jawab seperti kutipan (2) berikut
ini.
Guru : Anak-anak coba kamu amati gambar peristiwa pada tayangan berikut!
Kemudian apa yang bisa kamu data dari tayangan tersebut?
Siswa : Air menggenang ,orang mengangkut barang, Bu.
Guru : Bagus, yang disebutkan Disca Reta tadi. Apakah masih ada yang bisa
menambahkan? Apa judul yang tepat untuk gambar tersebut?
Siswa : Rumah tergenang air Bu.
Siswa : Banjir Bu.
Guru : Bagus jawaban kalian semua benar, nah dari mengamati gambar
ternyata kalian sudah bisa menyimpulkan peristiwa yang terjadi.
Walaupun jawaban Fikco kurang sempurna. Mungkin judul bisa
diperjelas sehingga pembaca mudah memahami. Misalnya “Banjir
Menggenangi Kampung Sumber Sari Desa SumberejoKota Batu.
Dari kutipan dialog yang dilakukan antarsiswa dengan guru, membuktikan bahwa dengan
gambar peristiwa siswa terangsang untuk pembelajaran menulis teks berita dengan cara meng-
identifikasi gambar.Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang berminat menjawab pertanyaan
yang diberikan guru.
Pada kegiatan inti guru bertanya jawab dengan siswa tentangmateri tatacara penulisan dan
sistematika teks berita.Siswa membentuk kelompok-kelompok kecil,masing-masing kelompok terdiri
dari 4-5 siswa yang heterogen (tanpa memperhatikan prestasi siswa/anggota kelompok pilihan
siswa).Selanjutnya guru membagikan beberapa gambar peristiwa kepada masing-masing
kelompok.Kelompok berdiskusi untukn memilih gambar peristiwa sebagai bahan menulis teks
berita.Gambar yang telah dipilih diamati dan analisis dalam diskusi kelompok untuk mendata hal-hal
yang dapat digunakan sebagai pokok-pokok berita. Data yang telah terkumpul disusun menjadi
pokok-pokok berita dengan menggunakan pertanyaan 5W + 1H.Pokok-pokok berita yang telah
tersusun dikembangkan menjadi teks berita dengan memperhatikan struktur/sistematika berita,
penggunan kalimat efektif dan ketepatan ejaan.
Selanjutnya hasil kerja masing-masing kelompok ditukarkan dengan kelompok lain untuk
dikoreksi ketepatan pokok-pokok berita dan ketepatan susunan berita, ketepatan diksi, kalimat efektif,
dan ketepatan penggunaan ejaannya. Teks berita yang sudah dikoreksi dikembalikan kepada
kelompok masing-masing untuk diperbaiki secara individu sebagai tugas rumah.
Ada kelompok yang yang menanyakan untuk apa gambar-gambar ini seperti kutipan dialog
(3) berikut.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
879
Siswa : Gambar ini diapakan Bu?
Siswa : Apakah gambar ini dikerjakan semua?
Guru : Nah anak-anak tadi Ibu meminta kalian bagaimana?
Siswa : Memilih salah satu gambar dan mendata hal-hal apa saja yang terdapat
dalam gambar. Menyusun pokok-pokok berita dengan 5W + 1H.
Siswa : Merangkai pokok-pokok berita menjadi berita.
Guru : Nah sekarang kamu lihat lagi pada tayangan LCD langkah-langkah
pembelajaran yang harus kamu lakukan.
Dialog di atas menunjukkan bahwa masing-masing kelompok memiliki kemampuan yang berbeda
kareana prestasi siswa dalam kelompok berbeda. Dengan media gambar dapat memotivasi dan
imajinasi siswa. Imajinasi adalah penggerak kreativitas (Roekhan,1990;Siswanto 2011). Denan
terangsanya imajinasi maka akan terangsang pula kreativitas siswa dalam belajar.
Pada kegiatan penutup, guru merefleksi kegiatan pembelajaran dengan menyimpulkan
pembelajaran bahwa masih ada kelompok yang aktif dan ada kelompok yang pasif. Guru juga
memberi penguatan bahwa di dalam menulis teks berita siswa harus memperhatikan struktur berita,
dan penggunaan 5W+1H, di samping penggunaan diksi, kalimat efektif, pengguaan ejaan. Kemudian
guru menyampaikan pembelajaran yang akan datang.Guru meminta kepada siswa agar hasil kerja
kelompok diperbanyak untuk dibagikan kepada masing-masing anggota.
Pertemuan II
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua diawali dengan mengucapkan salam dan
memberikan stimulus dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan pembelajran sebelumnya,
seperti kutipan dialog (4)berikut.
Guru : Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Anak-anak masih
ingatkah apa yangkita pelajari kemarin? ( ada beberapa siswa yang
mengangkat tangan, guru memilih salah satu siswa)
Siswa : Masih Bu. Menulis teks berita menggunakan bahasa yang singkat,
padat dan jelas.
Guru : Apa yang di maksud singkat, padat, dan jelas?
Siswa : Menggunakan kalimat efektif Bu.
Siswa : Tidak banyak pemborosan kata Bu.
Guru : Hebat, ternyata kalianmasih mengingat KD yang kita pelajari kemarin.
Nah anak-anak hari ini kita akan belajar dalam Kompetensi Dasar yang
sama.
Dialogdi atas menunjukkan bahwa siswa masih mengingat pada pembelajaran menulis teks
berita yang telah dipelajarinya. Hal ini membuktikan bahwa siswa masih termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran menulis teks berita.
Pada kegiatan inti beberapa siswa menuliskan kalimat tidak efektif yang terdapat dalam teks
berita yang ditulisnya di papan tuilis dan pembetulannya. Siswa lain menuliskan kalimat yang tidak
tepat penggunaan ejaan, tanda bacadan pembetulannya.Secara klasikal guru memberikan penegasan
jawaban siswa di papan tulis.Sebagai penilaian guru membagikan LKS kepada masing-masing
siswa.Siswa mengerjakan LKS sesuai prosedur yang terdapat dalam LKS.Pada uji Kompetensi siswa
cukup mengerjakan gambar 1 dan gambar 3.LKS yang sudah dikerjakan ditukarkan dengan teman
satu bangku unuk dikoreksi.Selesai mengoreksi pekerjaan teman LKS dikumpulkan untuk ambil
nilainya oleh guru.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
880
Pada akhir kegiatan siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang dilaksanakan
selama dua pertemuan.Setelah dilaksanakan pengamatan pembelajaran ini menunjukkan hasil belum
maksimal.Setelah dianalisis diketahui bahwa 55,88% siswa masih dibawah KKM (75)Siswa paham
pokok-pokok8(,77%),menyusun pokok-pokok berita menjadi berita (78%), siswa yang paham
penggunakan kalimat efektif (67,65%),dan penggunaan ejaan dan tanda baca (69,41%).Hasil
pembelajaran ini tampak pada diagram berikut.
Tabel 1: Hasil Belajar Siklus I
Aspek Penilaian Prosentase
Pokok-pokok berita 69,41%
Menyusun berita 74,71%
Penggunaan kalimat efektif 67,65%
Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca 69,71%
Hal ini dikarenakan dalam pembagian kelompok belajar tidak diperhatikan prestasi siswa (sehingga
bisa homogen) .Ada kelompok yang seluruh anggotanya siswa berprestasi, ada kelompok yang
seluruh anggotanya siswa kurang berprestasi.Akibatnya ada kelompok yang hanya main-main dan
bekerja secara asal-asalan (tidak aktif mengikuti pembelajaran).Ada juga kelompok yang bekerja
sesuai skenario pembelajaran yang telah dirancang guru (antusias mengikuti pembelajaran).
Pembelajaran ini kurang efektif, terlihat adanya siswa yang antusias mengikuti pembelajaran,
tetapi ada juga siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi pengelompokan secara
homogeny (yang berpretasi mengelompok dengan yang berprestasi dan yang kurang berprestasi
dengan yang tidak berprestasi).
Seperti tampak pada gambar berikut.
Gambar 2. Siswa Antusias Memilih Gambar Gambar 3. Guru Menghampiri Siswa yang Tidak
Aktif Mengikuti Pembelajaran
Berdasarkan hasil pembelajaran tersebut yang menunjukkan adanya siswa yang tidaak
antusias mengikuti pembelajaran dan kurang termotivasi mengikuti pembelajaran.Kelompok belajar
yang dipih siswa tidak hetrogen.Hal ini berakibat siswa kurang memiliki minat dalam melakukan
tindakan.Maka perlu dilakukan tindakan siklus II agar target pembelajaran dan hasil pembelajaran
tercapai.
Sukartini dan Muhammad (2007:143) menyatakan bahwa motivasi seseorang cenderung akan
meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.
Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan
minat siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.Para pengajar diharapkan mampu menumbuhkan
dan mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan
memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik, selanjutnya dapat menumbuhkan motivasi belajar
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
881
secara efektif dan produktif. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa minat siswa dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada siklus II ini guru bersama kolaboratormengganti strategi.Anggota kelompok ditentukan
oleh guru.Kelompok beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan suku.Dengan kelompok yang heterogen ini akan memotivasi siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Proses pembelajaran di siklus II ini diharapkan dapat
meningkatkan prestsi belajar minimal tercapainya KKM (75).
Siklus II
Tahapan penelitian siklus II sama dengan tahapan siklus I yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan tindakan, serta refleksi. Perencanaan dilaksanakan dalam
upaya perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan untuk (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyusun
lembar kerja siswa, (3) menyiapkan pedoman observasi, dan (4) menyusun rubric penilaian.. Rencana
pembelajaran disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I untuk perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada siklus II. Rencana pembelajaran disusun berdasarkan langkah-langkah atau tahapan
penyusunan RPP sebagaimana pada tahapan perencanaan di siklus I.
Lembar kerja disusun untuk mengukur kemampuan individu dalam menulis berita secara
singkat padat dan jelas.. Pada lembar kerja ini berita yang digunakan berbeda berita pada pertemuan
di siklus I. Hal ini bertujuan untuk memperkaya infoformasi siswa di bidang menulis berita. Pedoman
observasi yang digunakan dalam siklus II sama dengan siklus I. Hal tersebut dilakukan sebab
pedoman observasi pada siklus I dianggap sudah cukup memadai untuk pengambilan data proses dan
hasil pembelajaran.
Pelaksanaan dan Pengamatan
Pertemuan Pertama
Seperti halnya pembeljaran pada siklus I kegitan pembelajaran pada siklus II meliputi tiga
kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pertemuan pertama siklus II diawali
apersepsi dengan tanya jawab tentang apa itu berita, unsur-unsur berita, dan bagaimana cara menulis
berita yang baik untuk memotivasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus I.Tanya jawab yang dilakukan antara siswa dengan guru
seperti dalam dialog (5) berikut.
Guru : Anak-anak apakah kalian masih ingat apa berita itu?
Siswa : Informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi.
Siswa : Laporan yang disampaikan oleh wartawan.
Guru : Bagus, anak-anak jawaban temanmu tadi tidak salah tapi kurang
sempurna. Berita itu adalah informasi mengenai sesuatu yang sedang
terjadi yang disampaikan lewat media cetak, elektronik, atau dari mulut
ke mulut kepada orang ke tiga atau orang banyak.
Guru ; Masih ingtkah kalian, apasaja unsure bera itu?
Siswa : Judul, teras berita, isi berita
Guru : Ya, bagus, ternyata kalian masih mengingatnya dengan baik.
Guru : Masih ingatkah kalian bagaimana menulis berita yang baik?
Siswa : Berita harus memenuhi 5W + 1H
Siswa : Berita harus factual dan aktual Bu.
Guru : Wah luar biasa, Ibu suka ini awal pembelajaran yang menyenangkan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
882
Anak-anak tujuan pembelajaran kita kali ini tetap pada menulis berita
secara singkat, padat, dan jelas. Namun kali ini Ibu yang akan
menentukan kelompok belajar kaian.
Dialog di atas menunjukkan bahwa siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
menulis berita, sekalipun pembelajaran ini sudah pernah dpelajarkan kepada siswa. Dengan bekal
semangat ini akan menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis berita dan dapat
memperbaiki nilai pada siklus I.
Kegiatan inti siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut.Pertama, siswa membentuk kelompok
diskusi yang terdiri dari 4-6 orang.Kelompok diskusi ini merupakan kelompok yang heterogen terdiri
atas siswa laki-laki dan perempuan dengan kemampuan berbeda (tinggi dan rendah). Hal ini
dimaksudkan agar masing-masing kelompok dapat bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas
kelompok dengan baik dan tepat waktu. Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi dari teman-
temannya dipilih menjadi ketua kelompok untuk menjadi tutor sebaya.
Kedua, guru membagikan empat gambar peristiwa kepada masing-masing kelompok.
Gambar-gambar tersebut merupakan gambar peristiwa yang baru terjadi. Gambar-gambar tersebut
akan memberikan inspirasi bagi siswa denagn pengamatan yang teliti. Gambar tersebut akan
membawa siswa berimajinasi dan berkreasi dalam menulis berita.
Ketiga, kelompok bekerja samamemilih gambar yang menarik untuk diberitakan. Keempat,
masing-masing anggota mendata hal-hal yang terdapat dalam gambar sesuai imajinasinya dan
kreativitasnya.Kelima, data dari masing-masing aanggota dikumpulkan dan dipilh untuk dijadikan
pokok-pokok berita.Kelima, bersama kelompoknya siswa menyusun berita berdasarka pokok-pokok
berita yang telah mereka tulis. Keenam, masing-masing kelompok menukarkan pekerjaannya dengan
kelompok lain untuk disunting susunan berita, penggunaan kalimat efekti, ketepatan penggunaan
ejaan dan tanda bacanya.Setelah selesai perjaan siswa dikembalikan pada kelompok masing-masing
untuk diperbaiki.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan merefleksi pembelajaran anrata guru dengan
siswa.Selanjutnya guru menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.
Pertemuan Kedua
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua pada dasarnya sama seperti pada siklus I. Pada
pertemuan kedua ini proses pembelajaran difokuskan kegiatan individu.
Langkah-langkah pada pertemuan ini adalah setelah guru member apersepsi dan motivasi, masing-
masing siswa mengerjakan LKS yang sebelumnya sudah dibagikan oleh guru.Siswa mengrjakan LKS
sesuai prosedur yang tertulis dalam LKS.Pada uji kompetensi siswa menulis berita berdasarkan
gambar nomor 2 dan 4.Karena gambar nomor 1 dan 3 sudah dikerjakan pada siklus I. Setelah LKS
selesai dikerjakan siswa menukarkan pekerjaannya dengan teman sebangku untuk saling mengoreksi
dengan bimbingan guru.LKS yang sudah selesai dikoreksi dikumpulkan kepada guru untuk dinilai.
Pada kegiatan akhir siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran dan menyimpulkan
pembelajaran.
Sebagaimana dilaksanakan pada siklus I, pengamatan pada siklus II meliputi pengamatan
proses dan hasil. Pada proses pembelajaran siswa nampak lebih aktif terlibat dalam diskusi. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya media piramida pokok-pokok berita yang menuntut siswa untuk
lebih aktif bekerja sama dan mendiskusikan pemecahan masalah. Hasil belajar menunjukkan adanya
peningkatan siswa dalam memahami pokok-pokok berita . Hal tersebut nampak pada hasil belajar
yang meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, sebagaimana nampak pada tabel 2
berikut.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
883
Aspek Penilaian Prosentase
Pokok-pokok berita 82,94%
Menyusun berita 84,12%
Penggunaan kalimat efektif 75,29%
Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca 85,29%
Table tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Masih ada dua siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal,
akan mendapatkan remedial pada kompetensi menulis berita secara singkat, padat dan jelas.
Pembahasan
Hasil penelitian tindakan kelas tentang kompetensi menulis berita secara singkat, padat
danjelas yang dilakukan sebanyak dua siklus dengan metode STAD berbantuan gambar peristiwa,
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mencapai kometensi dan tujuan
pembelajaran. Perkembangan hasil belajar menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas yang
diperoleh melalui instrumen menyusun poko-poko berita, menyusun berita, penggunaan kalimat
efektif, ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca pada kegiatan siklus I hingga siklus II dapat
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3: Perkembangan Hasil Belajar Siswa
Aspek Penilaian Siklus I Siklus II
Pokok-pokok berita 69,41% 82,94%
Menyusun berita 74,71% 84,12%
Penggunaan kalimat efektif 67,65% 75,29%
Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca 69,71% 85,29%
Dari tabel 3 tersebut diketahui peningkatan kemampuan siswa pada materi menulis berita
secara singkat, padat, dan jelas , di mana pada kegiatan siklus I rata-rata siswa belum memahami
menulis berita . Hal tersebut tampak pada hasil belajar klasikal melalui instrument yang disiapkan.
Dari analisis tersebut dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode metode
STADberbantuan gambar peristiwa, dengan dua siklus. Hasil belajar siklus I menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar klasikal pada instrumen menyebutkan pokok-pokok berita , yaitu mencapai
69,41%. Sehingga perlu ada perbaikan pembelajaran untuk lebih memahamkan siswa tentang pokok-
pokok berita, pada instrumen menyebutkan tahapan menyusun berita (74,71%),penggunaan kalimat
efektif (67,5%) dan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca (69,41%). Hasil belajar klasikal
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada siklus II.Seluruh instrumen memenuhi
ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 75. Pada instrumen menyebutkan tahapan pokok-pokok
berita 82,94% pada instrumen menyebutkan tahapan menyusun berita (84,12%), penggunaan kalimat
efektif (75,29%) dan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca (85,29%). Pada instrument tersebut
semua memenuhi KKM.
Penggunaan metode STAD berbantuan media gambar peristiwa, dapat memperlancar proses
belajar menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas, siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
dengan efektif. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan pada kels VIII E SMP PGRI 01 Batu
tahun pelajaran 205/2016
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
884
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.Pertama Metode
STAD berbantuan media gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan peserta didik kelas VIII
SMP SMP PGRI 01 Batu Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menulis teks berita secara singkat, padat
dan jelas.. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar menulis teks berita secara singkat,
padat dan jelas secara klasikal pada siklus I sebesar 38,24% dari jumlah siswa 34 tuntas belajar 13
siswa, tidak tuntas 21 siswa , meningkat menjadi 94,12% pada siklus II, dari sjumlah siswa 34, tunas
belajar 32 siswa, tidak tuntas belajar 2 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran menulis teks berita
secara singkat, padatda jelas di SMP PGRI 01 Batu tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan
metote STAD berbantuan gambar peristiwa mengalami peningkatan 65,88% .
Kedua, telah terbuktinya pembelajaran metote STAD berbantuan gambar peristiwa, maka
disarankan (1) dalam kegiatan pembelajaran guru menjadikan alternative dalam pembelajaran bahas
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. (2)
diharapkan kegiatan ini dilakukan secara berkesinanmbungan, karena kegiatan ini bermanfaat bagi
guru dan siswa.
DAFTAR RUJUKAN
(https://core.ac.uk/download/files/478/12348501.pdf),diunduh 18 Maret 2016
Sukartini, Sri Patmah dan Muhammad Imam Faisal Baihaqi. 2007. Teori Psikologi
Pendidikan
[Skripsi], INSTITUTIONAL REPOSITORY of IAIN Tulungagung (IRIT),http://digilip.iain-
tulungagung.ac.id,diunduh 18 Maret 2016.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tarianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka
Tarigan,Henry Guntur .1982. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
885
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI
MENGGUNAKAN MEDIA FORMULIR
Sri Retno Sulistyarin
Guru SDN Dadaprejo 02
Absrak: Bahasa merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
mendasar untuk dipelajari di sekolah dasar. Salah satu ketrampilan berbahasa yang
harus dikuasai anak adalah ketrampilan menulis. Menulis narasi merupakan
ketrampilan yang kurang disukai anak. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara
lain pembelajaran yang monoton, media yang kurang menarik, serta tidak tepatnya
pendekatan yang digunakan untuk menarik perhatian siswa agar bersemangat
belajar. Satu alternatif penyelesaian persoalan tersebut adalah pemanfaatan media
formulir untuk menulis narasi.Hasil penggamatan menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan media formulir terbukti mampu meningkatkan ketrampilan
menulis narasi berdasarkan informasi yang ada di dalam formulir. Hal ini terlihat
dari rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 44% dan
ketuntasan hasil pembelajaran pada siklus II sebanyak 78%. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kota Batu dengan jumlah murid 25
siswa
Kata kunci: ketrampilan menulis, narasi, formulir
Pengajaran Bahasa Indonesia di SD, terdiri atas empat keterampilan berbahasa yakni
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis yang dipelajari siswa di
sekolah memiliki peranan penting, tidak saja bagi mata pelajaran itu sendiri, tetapi juga bagi
pembelajaran mata pelajaran yang lain. Selain itu, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif.
Dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan menulis masih belum berkembang dengan baik pada
anggota masyarakat termasuk anak sekolah. Kecenderungan menyampaikan informasi melalui per-
cakapan (lisan) masih lebih kuat daripada melalui tulisan. Hal ini sebagai bukti bahwa keterampilan
menulis di kalangan siswa masih relatif rendah. Pada waktu istirahat atau sebelum masuk sekolah
anak-anak lebih sering terlihat bercakap-cakap daripada menulis.
Menulis merupakan suatu tindakan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya. Pembelajaran menulis narasiuntuk siswa kelas VI SD, yang melibatkan
ketepatan aspek, kesesuaia isi, tata bahasa, keruntutan, dan kerapian sangatlah penting bagi siswa.
Dalam mengembangkan keempat potensi di atas, perlu keterampilan dari guru dalam mengelolah
pembelajaran agar pembelajaran benar-benar menjadi aktivitas siswa yang menyenangkan (Dep-
diknas, 2003).
Badudu ( 1998 ) berpendapat bahwa ketrampilan munulis siswa di Indonesia masih rendah.
Hal ini dapat ditengarai oleh rendahnya frekuensi kegiatan menulis siswa, buruknya kualitas karya
tulis, rendahnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada
umumnya dan menulis pada khususnya, serta rendahnya kreativitas belajar siswa pada saat kegiatan
pembelajaran menulis berlangsung.
Kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis sangat ditentukan oleh guru.Iklim
belajar di kelas yang dipimpin oleh guru sangat menentukan arah dan keberhasilan belajar para siswa.
Jika siswa dalam kelas dikelola oleh guru yang tidak profesional maka tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan akan sulit dicapai.
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran,
gagasan dan pengetahuan.Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan
struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
886
menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah
kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca
(Tarigan 1983:3-4).
Smith ( dalam Suparno & Yunus, 2002 ) menjelaskan bahwa pengalaman belajar menulis
yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi guru yang yang membelajarkan menulis.
Pada umumnya guru tidak terampil menulis. Guru juga tidak dipersiapakan untuk mumpuni
mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Program yang dirancang guru masih belum
berpedoman pada aspek – aspek yang perlu diperhatikan dan dikerjakan siswa pada setiap tahap
menulis. Akibatnya, guru tidak optimal dalam membimbing siswa untuk berpikir mengenai apa yang
akan ditulis dan bagaimana cara menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Siswa pun tidak optimal
dalam mengaplikasikan kemampuan menulisnya.
Salah satu keterampilan menulis yang dikuasai siswa SD menulis narasi. Narasi dapat
diartikan penyampaian cerita yang dilakukan oleh seseorang terhadap sekelompok atau beberapa
orang dengan isi serta metode tertentu. Menulis narasi merupakan materi yang tidak dikuasai siswa
secara baik. Pada umumnya siswa menulis narasi tidak tersusun dengan baik serta tidak
memeperhatikan isi maupun kebahasaannya, sehingga hasil karya keterampilan menulis narasi kurang
luas kalimatnya, kurang padat isinya, dan kurang tepat susunan kebahasaannya.
Pengalaman di kelas selama ini menunjukkan bahwa ketrampilan menulis narasi para siswa
kelas VI SDN dadaprejo 02 Kota Batu masih sangat perlu ditingkatkan. Hampir sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam menulis narasi. Berdasarkan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan ada
21 siswa dari jumlah seluruhnya 25 siswa mengalami kesulitan menulis narasi hanya 4 siswa yang
dapat menulis narasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil karya siswa yang belum memenuhi
kaidah menulis narasi seperti belum adanya kesesuaian isi dengan tema, minimnya tata bahasa yang
dimiliki siswa sehingga mengakibatkan nilai evaluasi masih jauh dari KKM yang ditetapkan yakni 70
dengan prosentase ketuntasan 75 % dari jumlah siswa yang mencapai KKM.
Paparan di atas ditunjang oleh pengamatan awal yang peneliti lakukan terhadap hasil tulisan
narasi siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 kecamatan Junrejo Kota Batu yang mana sebagian
besar siswa diantaranya tidak mampu menulis narasi secara baik dan benar. Hasil identifikasi terhadap
hasil karya tulisan narasi tersebut menunjukan bahwa kelemahan umum yang dialami siswa terjadi
pada : (1) kalimat-kalimat narasi yang kurang luas dan (2) susunan kalimat narasi yang masih belum
runtut sesuai dengan tema, (3) penggunaan pilihan kata dan tanda baca yang kurang cermat sehingga
tidak tersusun kalimat narasi yang kreatif, dan (4) tulisan yang dibuat kurang rapi.
Formulir adalah media sederhana, murah dan mudah mendapatkannya meskipun demikian
sangat efektif untuk membantu siswa dalam meningkatkan ketrampilan menulis permulaan, dalam hal
ini menulis narasi. Media formulir sebagai media pembelajaran bahasa diharapkan dapat merangsang
anak untuk berperan aktif, membangkitkan motifasi belajar dan mempermudah siswa dalam menulis
narasi berdasarkan informasi yang ada pada formulir. Informasi yang ada pada formulir sangat
membantu siswa dalam membuat kalimat naratif dimana isi kalimatnya akan sesuai dengan tema , tata
bahasa kalimat narasinya akan terlihat, keruntutan alur cerita akan terjaga dan kerapian penulisanpun
akan meningkat. Berdasarkan alasan tersebut maka formulir dipilih dengan harapan mampu
meningkatkan ketrampilan menulis narasi pada siswa kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kota Batu dan
sebagai salah satu alternatif mengatasi masalah yang terjadi.
Selama ini guru cenderung mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan semacam
analisis terhadap kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis narasi. Guru berasumsi bahwa siswa akan
belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya dan tidak akan mengulangi
kesalahan – kesalahan yang sama dalam menulis narasi.
Tindakan guru tersebut didasarkan pada pola pikir kaum behavioris yang melihat pengetahuan
sebagai kumpulan pasif dari subjek dan objek yang diperkuat oleh lingkungannya, dan melihat
mengajar sebagai suatu upaya mengatur lingkungan agar dapat membantu siswa dalam belajar. Dapat
diambil suatu pengertian bahwa kaum behavioris menempatkan kegiatan belajar mengajar lebih
sebagai suatu proses pengajaran, bukan pembelajaran. Dalam hal ini gurulah yang aktif mendulang
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
887
siswa dengan berbagai informasi pelajaran. Strategi mengajar seperti di atas berpotensi membentuk
siswa menjadi individu yang pasif. Kreativitas siswa tidak berkembang, kemampuan bernalar siswa
tidak tersalurkan, pengetahuan siswa tidak tergali, sehingga kemandirian siswa dalam belajar pun
menjadi hilang.
Media formulir dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternative yang tepat untuk
di gunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi bagi siswa SD. Briggs (1977) berpendapat
bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti :
buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka penelitian ini memanfaatkan media formulir untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran siswa SD kelas VI dalam menulis narasi. Pengertian
formulir menurut para ahli
Menurut Rama dan Jones (2008: 234), formulir adalah dokumen terpola yang berisi field
kosong yang dapat diisi pengguna dengan data.
Menurut Puspitawati (2011: 67) Formulir dapat definisikan sebagai secarik kertas atau media yang
memiliki ruang untuk diisi dengan berbagai informasi sebagai dasar pencatatan transaksi atau aktifitas
ekonomi suatu unit organissasi.
Dapat disimpulkan bahwa formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang yang terformat dan diisi
oleh penggunanya. Di dalam formulir berisi data atau informasi yang dapat digunakan sebagai urutan
menulis narasi dengan cara mengembangkan kalimat naratif dari data atau informasi yang ada pada
formulir sehingga menjadi paragraf yang padu dan padan tanpa meninggalkan unsur ketatabasaan dan
kerapian tulisan dalam menyusun kalimat narasi.
Langkah - langkah pemanfaatan media formulir dalam proses pembelajaran menulis narasi
meggunakan strategi kooperatif dan pendekatan saintifik.
Rendahnya kemampuan keterampilan menulis narasi kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02
kecamatan Junrejo kota Batu perlu dicarikan solusinya. Mengingat keterampilan menulis narasi dapat
mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan ungkapan hati dengan tulisan yang akhirnya dapat
mempertajam rasa empati pada diri siswa. Penelitian perlu dilakukan untuk mencari solusi yang
dihadapi siswa serta untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan demikian, penelitian ini
bertujuan untuk meningkatankan keterampilan menulis narasi menggunakan media formulir siswa
kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02.
Dari berbagai latar belakang tersebut maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK
) dengan judul “ Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi Menggunakan Media Formulir pada siswa
kelas VI SDN Dadaprejo 02 Kecamatan Junrejo Kota Batu.
Selama ini guru cenderung mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan semacam
analisis terhadap kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis narasi. Guru berasumsi bahwa siswa akan
belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat sebelumnya dan tidak akan mengulangi
kesalahan – kesalahan yang sama dalam menulis narasi.
Tindakan guru tersebut didasarkan pada pola pikir kaum behavioris yang melihat pengetahuan
sebagai kumpulan pasif dari subjek dan objek yang diperkuat oleh lingkungannya, dan melihat
mengajar sebagai suatu upaya mengatur lingkungan agar dapat membantu siswa dalam belajar. Dapat
diambil suatu pengertian bahwa kaum behavioris menempatkan kegiatan belajar mengajar lebih
sebagai suatu proses pengajaran, bukan pembelajaran. Dalam hal ini gurulah yang aktif mendulang
siswa dengan berbagai informasi pelajaran. Strategi mengajar seperti di atas berpotensi membentuk
siswa menjadi individu yang pasif. Kreativitas siswa tidak berkembang, kemampuan bernalar siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
888
tidak tersalurkan, pengetahuan siswa tidak tergali, sehingga kemandirian siswa dalam belajar pun
menjadi hilang.
Media formulir dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternative yang tepat untuk
di gunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi bagi siswa SD. Briggs (1977) berpendapat
bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti :
buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka penelitian ini memanfaatkan media formulir untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran siswa SD kelas VI dalam menulis narasi. Pengertian
formulir menurut para ahli, Menurut Rama dan Jones (2008: 234), formulir adalah dokumen terpola
yang berisi field kosong yang dapat diisi pengguna dengan data. Menurut Puspitawati (2011: 67)
Formulir dapat definisikan sebagai secarik kertas atau media yang memiliki ruang untuk diisi dengan
berbagai informasi sebagai dasar pencatatan transaksi atau aktifitas ekonomi suatu unit organissasi.
Dapat disimpulkan bahwa formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang yang terformat dan diisi
oleh penggunanya. Di dalam formulir berisi data atau informasi yang dapat digunakan sebagai urutan
menulis narasi dengan cara mengembangkan kalimat naratif dari data atau informasi yang ada pada
formulir sehingga menjadi paragraf yang padu dan padan tanpa meninggalkan unsur ketatabasaan dan
kerapian tulisan dalam menyusun kalimat narasi. Langkah - langkah pemanfaatan media formulir
dalam proses pembelajaran menulis narasi meggunakan strategi kooperatif dan pendekatan saintifik.
Rendahnya kemampuan keterampilan menulis narasi kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02
kecamatan Junrejo kota Batu perlu dicarikan solusinya. Mengingat keterampilan menulis narasi dapat
mengasah siswa dalam mengungkapkan rasa dan ungkapan hati dengan tulisan yang akhirnya dapat
mempertajam rasa empati pada diri siswa. Penelitian perlu dilakukan untuk mencari solusi yang
dihadapi siswa serta untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan demikian, penelitian ini
bertujuan untuk meningkatankan keterampilan menulis narasi menggunakan media formulir siswa
kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah pembelajaran, yaitu keterampilan siswa
dalam menulis narasi. Tindakan yang dilakukan siswa untuk menulis narasi adalah menggunakan
media formulir. Selama penelitian berlangsung, dibutuhkan keterlibatan guru yang bekerja secara
koloboratif. Paparan tersebut mengisaratkan bahwa (1) terdapat permasalahan factual dalam
pembelajaran, yaitu keterampilan siswa dalam menulis narasi masih rendah, (2) ada tindakan yang
dilakukan untuk memperbaiki permasalahantersebut, yaitu penggunaan media formulir dalam menulis
narasi, dan (3) terjadi koloborasi antara peneliti dengan guru atau teman sejawat selama penelitian
berlangsung. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
dengan satu kasus dalam satu situasi (Suyatno, 2002).
Model rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1992). Model ini mengikuti alur yang
terdiri dari empat komponen pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan dan pengamatan terhadap proses pembelajaran
dalam menulis narasi untuk mengidentifikasi permasalahan di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut disusun rencana tindak siklus I yang diwujudkan dalam bentuk Satuan Pembelajaran.
Selanjutnya, rencana tindak siklus I itu diaplikasikan dalam pelaksanaanpelaksanaan tindakan
pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai tenaga pelaksananya.
Sementara itu, dilakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pembelajaran tersebut sambil
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
889
mencatat hal-hal yang sekiranya perlu mendapat perlakuan baru. Hasil pengamatan direfleksikan dan
dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tindakan siklus II yang juga diwujudkan dalam bentuk
Satuan Pembelajaran. Selanjutnya, rencana tindakan siklus II tersebut diaplikasikan dalam
pelaksanaan tindakan pembelajaran yang nyata di kelas dengan melibatkan keberadaan guru sebagai
tenaga pelaksananya.
Langkah –langkah dalam menggunakan formulir tersebut adalah: a) Diawali dengan
pembentukan kelompok , b)selanjutnya guru membagikan formulir kepada siswa, c) guru menyuruh
mengamati dan mengidentifikasi bagian-bagian formulir, d) siswa mengisi tiap-tiap bagian formulir
dengan teliti, e) siswa menuliskan informasi yang ada di formulir menjadi kalimat yang naratif, f)
siswa merangkai kalimat-kalimat naratif menjadi paragraf yang padu dan padan, g) siswa menentukan
judul dari paragraf yang telah dibuatnya, h) siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti meliputi metode tes, observasi,
wawancara dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik
dalam menulis narasi sesuai dengan syarat narasi. Tes diberikan pada setiap akhir pertemuan.
Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran menulis
narasi menggunakan formulir. Kegiatan dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data atau
mendokumentasikan proses pembelajaran yang berupa foto, serta untuk mengumpulkan dokumen
portofolio siswa yaitu berupa hasil karya narasi siswa.
Analisis data dilakukan dengan menterjemahkan data dari observasi dan tes menjadi
data kualitatif dan deskriptif. Analisis data yang berasal dari observasi aktivitas guru adalah dengan
menguraikan data aktivitas guru selama mengajar dengan menggunakan media formulir. Nilai
keterampilan menulis narasi bebas dapat diketahui dari hasil karya narasi yang dianalisa dengan
menggunakan rubrik yang telah disiapkan. Aspek yang ukur adalah : kesesuaian isi dengan tema,
tatabahasa, keruntutan, dan kerapian tulisan siawa..
Data dalam penelitian ini berupa data tindakan, data tuturan, dan data hasil penelitian. Data
tindakan merupakan data nonverbal berupa informasi tindakan pembelajaran yang di berikan oleh
guru dan aktifitas siswa berkaitan dengan pemberian tindakan tersebut. Data tuturan merupakan data
verbal yang berupa tuturan lisan dan tertulis yang diperoleh sebelum, selama, dan setelah tindakan
berlangsung. Sedangkan, data hasil penelitian diperoleh melalui kajian terhadap proses dan produk
tindakan di tiap tahap pembelajaran. Proses setiap tahap pembelajaran dikaji dari kerjasama kelompok
dan tanggung jawab siswa dalam kelompok serta partisipasi siswa dalam kelompok, sedangkan
produk tindakan pada setiap tahap pembelajaran melalui perkembangan kemampuan siswa dalam
menulis narasi dengan melalui pemanfaatan media formulir dalam menulis narasi. Adapun sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Dadaprejo 02 dan guru kelas II di sekolah
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa kelas
VI SD Negeri Dadaprejo 02 dalam menulis narasidengan media formulir. Masing- masing siklus
dilakukan dalam dua kali pertemuan.
masih Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan
menganalisa hasil belajar siswa dalam menulis narasi pada pembelajaran bahasa Indonesia materi
menulis formulir dan merubahnya menjadi narasi.diketahui bahwa dari 25 siswa hanya 4 siswa atau
16% siswa yang tuntas atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan,
sehingga ada 21siswa atau 84 % siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Hasil siklus I pertemuan I
Hasil penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis naras5i
dilakukan dengan menganalisis hasil karya narasi siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dan
hasilnya nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak10 siswa atau
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
890
40 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa dalam membuat karya narasi pada pembelajaran
siklus I pertemuan I ini adalah sebanyak 5 siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil,
sebanyak 5 siswa atau 20% dalam kategori trampil, sebanyak 9 siswa atau 36% siswa masuk dalam
kategori cukup trampil, sedangkan sebanyak 2 siswa atau 8% siswa termasuk dalam kategori kurang
trampil, dan siswa yang masuk kategori sangat kurang trampil adalah sebanyak 4 siswa atau 16%.
Secara keseluruhan persentase aktivitas siswa adalah 46%.Pada kegiatan inti Guru tidak
mengingatkan siswa untuk mengidentifikasi dulu bagian bagian formulir yang merupakan informasi
dalam menulis narasi , sehingga siswa kebinggungan dalam mengisi formulir dan merubahnya dalam
membuat kalimat naratif yang sesuai dengan tema. Saat pembentukan kelompok suasana gaduh dan
sebagian besar sibuk pilih -pilih teman kelompok, demikian juga saat pembagian LKS siswa
cenderung ramai, masih banyak siswa yang tidak mau ikut terlibat dalam pengisian formulir dan
menulis kalimat naratif dari informasi yang ada di dalam formulir, mereka hanya diam dan melihat
temannya.
Hasil siklus I pertemuan II
Setelah kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus I nilai siswa yang telah mencapai kriteria
ketuntasan minimum adalah sebanyak 12 siswa atau 48 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa
dalam membuat karya puisi bebas pada pembelajaran siklus I pertemuan II ini adalah sebanyak 5
siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 5 siswa atau 20% dalam kategori
trampil, sebanyak 12 siswa atau 48% siswa masuk dalam kategori cukup trampil, sedangkan sebanyak
1 siswa atau 4% siswa termasuk dalam kategori kurang trampil, dan siswa yang masuk kategori
sangat kurang trampil adalah sebanyak 2 siswa atau 8 % juga.Secara keseluruhan persentase aktivitas
siswa adalah 50%.
Refleksi dari hasil observsi dan analisis data pada siklus I pertemuan I dan II, diperoleh data
bahwa pembelajaran belum mencapai kriteria ketuntasan. Sehingga perlu adanya perbaikan pada
pertemuaan berikutnya. Berdasarkan hasil observasi dan analisis pada pertemuan ini, didapatkan
beberapa hal sebagai berikut: (1) siswa sudah mulai tertarik pada kegiatan pembelajaran
menggunakan media formulir, (2) siswa sudah mulai mengerti dan mengembangkan informasi yang
ada di dalam formulir, (3) guru masih belum menerapkan dengan baik rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun, (4)banyak siswa yang tidak ikut terlibat aktivitas saat kegiatan
memilih kartu, akhirnya mereka ramai dan membuat gaduh. Oleh karena itu anggota kelompok perlu
diperkecil. (5) hasil karya narasi masih banyak yang belum memenuhi unsur rnarasi sehingga rata-rata
siswa yang telah mencapai KKM dari pertemuan I dan II adalah 40% masih jauh dari persentase
ketuntasan klasikal , oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru akan berupaya untuk dapat
menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik sesuai yang direncanakan, meningkatkan
pembimbingan secara menyeluruh pada tiap kelompok dan siswa pada setiap tahap penggunaan media
formulir, (6) meningkatkan keterampilan dalam mengelola kelas serta memotivasi siswa agar lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil siklus II pertemuan I
Pada siklus II kali ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I yang kurang
berhasil. Tindakan yang dilakukan tetap menggunakan media formulir dengan tema yang lain.Jika
pada siklus I kegiatan diskusi kelompok terdiri dari 5 siswa maka pada siklus 2 tiap kelompok hanya
terdiri dari 3-4 siswa. Jumlah formulir juga ditambah mengingat jumlah kelompok bertambah banyak.
Dalam pembentukan kelompok, guru memperhatikan aspek kemampuan siswa sehingga tiap
kelompok terdapat tingkat kemampuan yang beragam. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan LKS
yang kemudian guru membagikan LKS kepada tiap kelompok. Siswa melaksanakan tugas yang
diberikan guru sesuai LKS
Penilaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II pertemuan I menunjukkan
presentase sebesar 80% dan termasuk pada kategori baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media formulir secara umum sudah dilakukan dengan baik
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
891
Hasil penilaian keterampilan siswa dalam menulis narasi dilakukan dengan menganalisis hasil
karya narasi siswa setelah kegiatan pembelajaran pertemuan I siklus II dan hasilnya nilai siswa yang
telah mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah sebanyak 17 siswa atau 68 % dan dilihat dari
kategori keterampilan siswa dalam membuat karya narasi pada pembelajaran siklus II pertemuan I ini
adalah sebanyak 5 siswa atau 20% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 12 siswa atau 48%
dalam kategori trampil, sebanyak 8 siswa atau 32% siswa masuk dalam kategori cukup trampil,
sedangkan untuk kategori kurang trampil 0 siswa atau 0%, demikian juga dengan yang masuk
kategori sangat kurang trampil adalah 0 % .
Hasil siklus II pertemuan II
Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II disusun berdasarkan hasil refleksi
pembelajaran pada pertemuan I yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti tetap menggunakan
media formulir untuk mengatasi permasalahan yang muncul saat pertemuan I. Jumlah anggota
kelompok juga tetap 3-4 orang. Persiapan yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan ini adalah:(1)
membuat RPP yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan media formulir, (2)
menyusun instrumen yang akan digunakan pada siklus II pertemuan II.
Penilaian aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II pertemuan II menunjukkan
presentase sebesar 93% dan termasuk pada kategori sangat baik. Pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media formulir secara umum sudah dilakukan dengan baik.Hasil penilaian
keterampilan siswa dalam menulis narasi dilakukan dengan menganalisis hasil karya puisi siswa
setelah kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus II. Nilai siswa yang telah mencapai kriteria
ketuntasan minimum adalah sebanyak 20 siswa atau 78 % dan dilihat dari kategori keterampilan siswa
dalam membuat karya puisi bebas pada pembelajaran siklus II pertemuan II ini adalah sebanyak 6
siswa atau 24% siswa dalam kategori sangat trampil, sebanyak 16 siswa atau 64% dalam kategori
trampil, sebanyak 3 siswa atau 12% siswa masuk dalam kategori cukup trampil,sedangkan untuk
kategori kurang trampil 0%, demikian juga dengan kategori sangat kurang trampil adalah 0 % .
Dengan demikian persentase Ketuntasan Belajar Minimal yang direncanakan untuk dicapai telah
tercapai pada siklus II Pertemuan II ini.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, dan siswa serta catatan lapangan baik pada siklus I
maupun siklus II Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh : (1) guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan (2) jumlah anggota
kelompok yang sedikit sehingga siswa berkesempatan untuk aktif berpartisipasi dalam kerja
kelompok, (3)penggunaan media formulir yang menfasilitasi siswa untuk mencipta kalimat-kalimat
naratif yang terangkai menjadi paragraf yang padu dan padan. Dari data hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan media formulir dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran pada
materi menulis formulir dan merubahnya dalam bentuk narasi.
Perbandingan peningkatan ketrampilan menulis siswa dalam menulis narasi dengan media formulir
ASPEK PRA
TINDAKAN
SIKLUS I SIKLUS II TOTAL
PENING-
KATAN P.I P.II
RATA-
RATA P.I P.II
RATA-
RATA
KENTUTASAN 16 % 40% 48 % 44 % 68 % 80 % 78 % 62 %
SISWA 4 10 12 11 17 22 20
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI,
Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
892
Gambar 1. Grafik Ketuntasan Menulis
Gambar 2. Grafik Ketuntasan Siswa
PENUTUP
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan pemanfaatkan media
formulir memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas
VI SDNegeri Dadaprjo 02 kecamatan Junrejo Kota Batu. Hal ini ditandai dengan peningkatan ketun-
tasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (48%) dengan jumlah 12 siswa dan siklus II
(80%) dengan jumlah 20 siswa. Setelah melakukan penelitian dan pembahasanya dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode formulir di SDN
Dadaprejo 02 berjalan dengan baik dan penggunaan media formulir dapat meningkatan ketrampilan
menulis narasi, peningkatan tersebut ditunjukan adanya kemampuan peningkatan aspek kesesuaian isi
dengan tema, ketatabasaan, keruntutan, dan kerapian tulisan. Sebagai saran untuk guru yang lain
media formulir dapat digunakan sebagai media alternatif untuk pembelajaran menulis narasi
permulaan.
DAFTAR RUJUKAN
Badudu,1998.Buku panduan penulisan tatabahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Briggs,1977.Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampekan materi
Suyatno,2002.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta bumi aksara
Tarigan, H.G. 1983. Berbicara suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Penerbit Angkasa.
ISBN: 978 – 602 – 1150 – 17 – 7
893
National Education Associaton (1969 )
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Berbahasa Pengembangan Keterampilan dan Saatra di SD,
Bandung
Sutedjo dan Kasnadi, 2008. Menulis Kreatif: Kiat Cepat Menulis Puisi. Yogyakarta: Waluyo, H.J.
1991, Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Nadi PustakaTarigan, H.G. 1986. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Sudikin Mundir, 2005. Metode Penelitian: Membimbing Dan Mengantar
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
894
MAKE AND CHALLENGE USING PARTIAL DICTATION TO IMPROVE
IXA GRADE STUDENTS’ LISTENING ABILITY AT SMPN 1 SANGGAU
Ernawati
SMP Negeri 1 Sanggau, West Kalimantan.
umierna_rwa@yahoo.com
Abstract: “Make and Challenge using Partial Dictation” is an activity modified
from dictation technique. It is created by the researcher as a strategy to improve
students’ ability in listening and also to motivate and attract the students’ interests in
listening. The partial/cloze tests for this activity are created by students in groups.
They make 10 missing words for English short text, and rewrite the text with 10
words missing words inside. Then, they challenge other group to fill the missing
words they made. One of the students in the group comes in front of the classroom
to read out (dictate) the text to the group they challenge. This research used
Classroom Action Research (CAR), consisting of planning, acting, observing and
reflecting in two cycles. The mean scores of the students were 58.33 in the first
cycle and 76.66 in the second cycle. The finding shows that this strategy can
improve the students’ listening ability.
Keywords: make and challenge, partial dictation, listening ability
Listening takes a very important thing in communication. The skill of listening plays
widely important in accepting information. Listening requires an active participation of the
listeners in order to achieve the message that the speaker means. Listening is the process of
receiving, constructing meaning from and responding to spoken and/or nonverbal message
(Emmert cited in Flowerdew and Miller, 2005). When listening someone in delivering
information, it is needed to listen the information clearly to get right messages of the
communication itself. Miscomprehension could be happened when people are not able to
receive the information clearly. But not all the people including students in a classroom can get
the messages or information well when the communication takes place.
Based on the researcher’s experien-ces in teaching English of Junior High School, most
of the students found difficulties in listening. It can be seen by the results of their listening test
where most of the students got low scores in listening, even they were not able to reach the
minimum grade (KKM). It also happened to IX A grade students of SMPN 1 Sanggau in the
academic year 2015/2016. Most of them get difficulties in identifying main idea, predicting and
guessing words, whereas, IX A grade students could reach the minimum grade (KKM), even
stand over the KKM for other skills of English, because the students who sit in this class are
grouped from the first until the thirtieth rank of all nine grade students of SMP N 1 Sanggau.
But, this condition do not make listening become easier for most of them, they still find that
listening is difficult for them.
Since the researcher found the problems of the students’ listening skill, the researcher
needs to find an appropriate method as a strategy to solve the problems. Joubert (2001:21)
claimed that some strategies may help to promote creative thinking, but teachers need to
develop a full repertoire of skills which they can adapt to different situations. Thus, the
researcher prepared a strategy based on the situation of the students and the material which are
going to be taught, that is “Make and Challenge Using Partial Dictation”. This strategy is
purposed to improve the students’ ability in listening. Harmer (2002: 228) states that improving
ISBN: 978-602-1150-17-7
895
students listening skills is important since it helps students to gain many valuable language
inputs.
Partial dictation is a teaching technique where the students are given a written version of
the text where the written text has some missing words. The students must listen to the spoken
material and fill in the blanks in the written version. A partial test (also cloze deletion test) is an
exercise, test, or assessment consisting of a portion of text with certain words removed, where
the participant is asked to replace the missing words. Flowerdew and Miller (2005: 200) defines
dictation as a simple technique that the listener listens to an oral text and write down what they
hear, the passage may be presented more than once and it needs to be presented in segments or
information units. According to Oller (as cited in Marzban & Abdollahi, 2013),) result showed
that dictation test results were powerful predictors of language ability as measured as other kind
of language tests.
The effectiveness of Partial dictation has been proved by Marzban & Abdollahi (2013)
The result of their study showed that dictation had a significant effect on the listening
comprehension ability of the participants in their experimental group. The mean gain scores of
the experimental group were significantly higher than those of the control group. On the other
hand Humairo( 2016) claimed from the result of her study at at the 11th Grade Students of
SMAN 1 Labuapi in Academic Year 2015/2016 indicated that Partial was more effective than
Standard dictation in teaching listening comprehension at the 11th grade of SMAN 1 Labuapi in
Academic year 2015/2016. Moreover, from the questionnaires it showed that Partial Dictation
was more effective than Standard Dictation because Partial in listening comprehension since it
was less boring, helps them improve their listening ability, increases their focus, helps students
understand faster, and helps them understand the text easier. These previous research make the
researcher convince to applied a strategy using Partial Dictation in purpose to improve students’
ability in Listening which is called “Make and Challenge Using Partial Dictation”.
Make and Challenge Using Partial Dictation is a kind of dictation technique which is
modified by the researcher. Ferrance (2000:10) suggested a teacher may be using the latest
fashionable teaching strategy, yet not really knowing or understanding what or how kids are
learning. Make and Challenge using Partial Dictation. This strategy is hoped can improve
students’ ability in listening.
In doing communication especially the oral one, people need to have listening skill to
get the message from what they hear. Harmer (2001) expressed that listening is a “receptive
skill” where people obtain the main idea according to what they hear. Besides, Helgsen (cited
by Gonzales Moncada, 2003) supports that listening helps learner to be “flexible listeners”, to
know how to listen in order to get the general idea or the specific information needed to
understand videos. Similarly, Richard & Rubin (cited by Van Duzer, 1997) argue that “although
listening is a passive skill it is very much anactive process of selecting and interpreting
information from auditory and visual clues”.
Meanwhile, Rost (2002:279) states that listening is mental process of constructing
meaning from spoken input. She also adds that listening is vital in the language classroom
because it provides input for the learner. Without understanding input at the right level, any
learning simply cannot begin. Listening is thus fundamental to speaking. To understand the
message from spoken language, it is not enough to just understand the words themselves;
instead the incoming sound needs to be processed involving any available cues like background
noises, the speakers, the setting, etc. Listening as a basic input material is very important for the
students in learning English. It is highly complex process that draw on knowledge of the
linguistic code (language form) and cognitive processing skill (the skill process in the mind).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
896
Dictation is described as a technique used in both language teaching and language
testing in which a passage is read aloud to students, with pauses during which they must try to
write down what they heard as accurately as possible (Richards, Platt, and Platt, cited by
Marzban and Abdollahi 2013). Dictation is used as a technique where the learners receive some
spoken input, hold this in their memory for a short time, and then write what they heard. This
writing is affected by their skill at listening, their command of the language, and their ability to
hold what they have heard in their memory. As a teaching technique, dictation helps language
learning by making learners focus on phrase- and clause- level constructions. This focusing is
accuracy- based, ( Marzban and Abdollahi, 2013)
In partial dictation a passage with some deletions is given to the tests, but read in
complete form. The tests are required to fill in the deleted parts as they hear the passage. Partial
dictation is, in fact, an activity between cloze and dictation tasks. It is similar to dictation in that
the passage is read to the tests. However, it is different from dictation in that the tests are
provided with an incomplete form of the passage. Furthermore, it is similar to cloze in that the
tests should fill in the blanks. It is, however, different from close in that the deleted parts are
given to the tests through reading the passage (Farhadi, Jafarpur and Birjandi, as cited by
Marzban and Abdollahi, 2013).
Martinez Lopez (as cited in Gonzalez, 2008) mentioned many advantages of partial
dictation for the teachers and the students. For the students: practice in note taking, associating
sound and spelling, discovering things which are not heard, learning from errors on a feedback
session, reinforcing learning and the possibility of self-correction. The advantages for the
teachers: it can be used in a large class, it is quick to prepare and administer and easy to score,
many things can be asked for in short time, it constitutes a source of information for problem
areas a good reference of the general progress of students.
Other benefit of using partial dictation is students do not only pay attention to the sound
of the words read by the teacher but also understand about the meaning and be able to transfer
the dictated passages to their graphical representations. The students are expected to
comprehend the contents of the passage and recognized all the words and sentences being read.
During and after the dictation, all the students are active (Montalvan, 2006).
Make and Challenge using Partial Dictation
Make and Challenge using Partial Dictation is an activity modified from a dictation
technique. It is created by the researcher as a strategy to improve students’ ability in listening
and also to motivate and attract students’ interests in teaching learning process of listening.
(Puspita as cited by Hasyuni 2006:4) states that a suitable material can make the students want
to learn. The material which is suitable with the students has to be interesting, in the right level
of students’ difficulty, and presented in various activities. In concluding, the teacher is better to
know the students’ interest in learning listening with some kind of activities. If not, the students
will get bored and uninterested in learning anymore.
According to Fisher and Terry (1980: 138), teaching listening is not a simple thing,
whether it is for elementary school, junior high school, or even senior high school students.
Teacher should have an appropriate technique and strategies in order to make an enjoyable
situation for students in teaching learning listening.
Brown (2007) states that there are many possible techniques are available for teaching
listening skills, and it will be helpful for us to think in terms of several kinds of listening
performance. The cloze tests used for this activity are created by students in group by using
texts in their English books, and also the texts prepared by the teacher. They make 10 missing
words for each text, and rewrite the text with 10 words missing words inside. Then, they
ISBN: 978-602-1150-17-7
897
challenge other group to fill the missing words they made. One of the students in the group
comes in front of the classroom to read out (dictate) the text to the group they challenge.
METHOD
The researcher found that the listening ability of IX A grade students is needed to be
improved, thus, she do an action research where the problems found hopefully could be solved
by applying a method of teaching learning activity for the students. As Mettetal (2001) said that
Classroom Action Research is a method of finding out what works best in your own classroom
so that you can improve student learning. He added that the goal of CAR is to improve your
own teaching in your own classroom (or your department or school). While there is no
requirement that the CAR findings be generalized too their situations, as in traditional research,
the results of classroom action research can add to the knowledge base.
Ferrance (2000:1) action research is a process in which participants examine their own
educational practice systematically and carefully, using the techniques of research. From the
definition above it can be conclude that action research can be defined as a systematic study to
overcome education problems or to change things related to educational problems for better
done by teachers or practitioners, or in collaboration of teacher and researcher by means of their
own practical action and by means of their own reflection toward the effect of those action.
The purpose of this research is to improve IXA grade students’ ability in listening. In
doing this research, the researcher will helped by a collaborator. She is also an English teacher
at SMPN 1 Sanggau where the researcher teach. The research will conduct in some cycles,
where each cycle consists of planning, acting, observing and reflecting stage.
In planning stage, the researchers identify the problems and make lesson plan based on
the problem finding. The researcher also prepares the instruments to collect the data, for
instance: note books, camera, including students’ observation list and the researcher ask the
students to bring some English texts from their English book, depends of what the text which is
going to be learnt.
In acting phase, the researcher is accompanied by a collaborator as an observer to
observe the activity of the teaching learning process and especially the students’ activity while
the process runs. The steps of this activity are described as follow:
1. Students are divided into group of four students
2. Students find out a short text. The texts are taken from any kind of English book they bring.
3. Students in group discuss about the text they found to make 10 missing words of the text.
4. Students in the group rewrite the text with 10 missing words inside.
5. Start from group 1, the students in a group challenge other group they want to fill the missing
word in a text they have.
6. One of the students in a group, read out (dictate) the text to the group they challenge loudly.
In observation phase, the researcher and the observer observe the teaching and learning
process. The assessment was focused on the activities done by the students. The observer
observes the students’ activities by filling out the observation list prepared by the researcher.
The observer also writes anything occurred during the teaching learning process. The obstacles
could be found in this phase, thus, the researcher and the observer make different notes in
finding the obstacles in order to find good solutions to overcome the obstacles.
Reflecting phase consists of measuring the data collected and the results of the
observation to get some important feedback. The feedback is very important to be the
researcher’s guidance to find any other treatments to overcome the problems and obstacles
occurred during the research. So that the researcher could find the best way for the next cycle
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
898
FINDING AND DISCUSSION
Finding
This research was done in Grade IXA of SMPN 1 Sanggau at the first semester in the
academic year 2015/2016. The researcher was helped by an observer to observe the students’
activities while the strategy was applied in the teaching learning process, to notice whether the
students improve their ability in listening.
First cycle was started with the preparation of the researcher for the research. The
researcher prepared any kinds of equipment needed in this research. Making lesson plan and
observation lists based on what the objective of the teaching learning process are the first thing
to do. When the researcher got into the classroom, the process of teaching and learning was
started by opening activities and delivering the objective of the teaching learning process. When
the researcher gave some explanation about the instructions of what the students have to do,
they listened very carefully. The researcher also played as model of how the activity would be
done. The students looked interested to what the researcher did. Cremin (2007) said that creative
teachers model creativity and take part as learners in the classrooms; they experiment with
resources, engage in problem-solving, take up different roles, and generate and critique their
ideas.
There were 30 students in the class, the researcher divided the students into group of
five randomly, and there were six groups. As Kelly and Stafford (1993:18) concluded that small
groups can be an effective learning situation in which students learn both through instruction
from their teachers and from interaction with each other. The group also provides opportunities
for individuals to speak in front of others and to receive feedback from teachers and peers.
Then, the researcher asked the students to find a procedure text (the materials that
should be taught to the students in this meeting was listening procedure text) in their English
book and discussed the text in their group to make 10 missing words, and rewrite the text they
have made with 10 missing words inside. All the students in the group wrote a copy of the text,
because one group got one text. 15 minutes were given to do this part. After finishing rewrite
the text, started from group 1, they challenged other group they wanted to fill the missing words
of their text. Then, they gave the text they wrote to the group. One student from group 1 came in
front of the classroom to read aloud their text to other group they challenged. Before reading the
text, the students asked the teacher about how to pronounce some difficult words, especially the
missing words. The same group may not meet for the second time. The reading was done in
three times. The scores of the partial dictations of each group could directly be seen, because,
after filling the missing words the scores were counted. The results of getting scores for each
group for this cycle are described in the table bellow
Table 1: The results of cycle 1
Group Scores
1 40
2 60
3 50
4 70
5 70
6 60
Means scores 58.33
ISBN: 978-602-1150-17-7
899
The table shows that there only two groups are able to reach the minimum grade (KKM) in
which the school minimum grade for English is 70. There were some discussions between the
researcher and the observer about the results.
Based on the observation of the observer during the activity, the students were very
enthusiastic doing this activity. Most of the students took part in making the missing words for
their group. The students also paid attention when their friends were reading out the text in front
of the classroom. Not only the group challenged but also other groups listened the reading
carefully and tried to fill the missing words. But, the mean score for this cycle was still
unsatisfied, 58.33. The mean score is still under the minimum grade.
The researcher also did some informal interview with the students after the class over.
Ferrance (2000:19) said that, as a team, we interviewed our students and asked for their views
on which of our strategies helped them to become stronger readers. It is powerful to listen to
students. Even as seasoned teachers, we can make wrong assumptions about how a child is
learning.
There were some students complained about the way how their friends read the text.
They said that they were very difficult to listen about what their friends said. The pronunciation
is difficult to understand, sometimes they read the text too fast and they didn’t read the text
loudly. Their voice could not be heard clearly especially from the back side, so that the students
who sat in back side could not hear the voice clearly. Moreover, most of the missing words
given were unfamiliar and difficult to be guest. They also said that they were confused in
choosing short text for their groups, It took much time to decide it.
The discussion above became the researcher’s notes to set a plan for the next cycle.
Hopefully the next cycle would be better for the results and also for the running process of the
activity. Mettetal (2001) said that there are many ways to improve knowledge about teaching.
Many teachers practice personal reflection on teaching; that is, they look back at what has
worked and has not worked in the classroom and think about how they can change their
teaching strategies to enhance learning.
The reflections of the cycle 1 guided the researcher to take some actions for the second
cycle. As Ferrance (2000: 11) stated that, the collection of data is an important step in deciding
what action needs to be taken. The second cycle was started by making a new lesson plan and
setting up some strategies for the students in doing the activity. The researcher made some rules
as treatments to reinforce the students in order to overcome the problems appeared in the first
cycle. Firstly, the researcher prepared some reading texts that will be used in the classroom.
Hence, the students do not need to find out the text by themselves, because it took much time
for the students to decide the text they want to use. The rules of the activity are; the missing
words they made should be familiar enough, the students who read the text in front of the
classroom, should read the text loudly, with clear pronunciation, they can re check the
pronunciation in the dictionary or asked the teacher about how to pronounce the words before
reading them. They should also read the text slowly.
When the activity took place, the students got ready to do that, because they had
already knew the steps of the activity. The researchers gave some rules to do this activity, the
students listened carefully. The researcher gave the students some texts prepared by the
researcher, (the materials for the meeting was listening report text). Then, the researcher asked
the students to discuss the text in their group to make 10 missing words, and rewrite the text
they have made with 10 missing words inside. 15 minutes were given to do this part. After
finishing rewrite the text, started from group 1, they challenged other group they wanted to fill
the missing words of their text. One student from group 1 came in front of the classroom to read
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
900
aloud their text to other group they challenged. The same group can’t meet for the second time.
The results for this cycle can be seen in the table below:
Table 2: The results of cycle 2
Group Scores
1 70
2 80
3 70
4 80
5 80
6 80
Means scores 76,66
The table above shows an improvement from the previous cycle. The treatments and
reinforcements given worked well. The students did the activity as well as the researcher hoped.
They stayed on the rules given, they looked happy and enthusiastic doing this activity. All the
group could reach the KKM, even stood over the KKM. This activity could guide and motivate
the students in improving their ability especially in listening. The improvements of each group
can be seen in Figure 1. The results showed and convinced the writer that this activity was
helpful to improve the students’ ability in listening.
Figure 1: The improvements of each group from cycle 1 to cycle
Discussion
After the researcher implemented the activity of Make and Challenge Using Partial
Dictation in teaching listening, it showed there were several improvements from the students’
results. Students were being enthusiastic in learning English listening. Most of students paid
attention to the teacher explanation and could accomplish the task well. It was analyzed of each
cycle, the mean score from cycle I and cycle II briefly can be seen in the diagram below.
Figure 2: The mean score for each cycle
The mean scores of the students were 58.33 in the first cycle and 76.66 in the second cycle.
There were many factors that influenced the result of study. One of the factors was an
40
60 50
70 70 60
70 80
70 80 80 80
0
20
40
60
80
100
CYCLEI
58.33
76.66
0
20
40
60
80
100
CYCLE 1 CYCLE 2
ISBN: 978-602-1150-17-7
901
appropriate strategy in applying a teaching learning method. The activity of Make and
Challenge Using Partial Dictation could stimulate students’ interests in learning English
happier. Most of the students enjoyed the activity because it was fun for them and fun learning
can stimulate students’ spirit to be active. In addition, the role of teacher in guiding the
classroom management especially in using “Make and Challenge Using Partial Dictation” is
considered important and beneficial. The researcher also put students in comfortable situation,
for instance, the researcher guides and monitors students’ activities in doing the activity. The
researcher encouraged them to ask if they have difficulties. So that, their participation could
increase in the form of their attitudes such as their cooperation, initiative, and attention work
well. Based on what the researcher found in implementing “Make and Challenge Using Partial
Dictation” that it effectively could help teacher to make better learning process and students’
better achievement.
CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS
Conclusions
Improving students’ listening skills through Make and challenge Using Partial Dictation
is suitable to be implemented in teaching English especially in teaching listening. This activity
can arouse students’ interests and motivate them to learn English more enjoyable, because the
students involve in making task and read out the task directly to other students. This strategy
can make the environment of the classroom become more interesting and fun for the students.
The research finding showed that there were some improvements from before the strategy
applied, where most of the students could not reach KKM. The way how applied Partial
Dictation can be modified based on the students’ need. Using new strategy or method which are
more interesting and effective is needed to create good atmosphere and results for teaching
learning process. It can be conclude that this activity could motivate students to be more
interesting in learning English and help them to overcome the difficulties they face in listening.
Suggestions
The activity of “Make and Challenge Using Partial Dictation” is recommended as an
alternative strategy or way to be used in teaching English, not only in teaching listening but also
other skills of English. This activity can improve both listening ability and students’ interests in
teaching learning process. But, before applying this activity, it will be better for a teacher to
prepare and give clear instructions and rules for students, so that they will not confused how to
do this activity.
REFFERENCES
Brown, H.D. 2001. Teaching by Princi-ples: An Interactive Approach to Language Pedagogy.
New York: Pearson Education
Cremin, T, Burnard, P and Craft, A. 2006. Pedagogies of Possibility Thinking. International
Journal of Thinking Skills and Creativity, 1(2), 108–19. 10.54 am. 01.04.2015
Davis, P. and Rinvolucri, M. 1995. Dictation: New Methods, New Possibilities. Cambridge:
Cambridge University Press.
Ferrance, E. 2000. Action Research. Northeast and Islands Regional Educational Laboratory:
Brown University
Fisher, Carol. J and C. Ann Terry. 1980. Children’s Language and the Language Arts. New
York: McGraw-Hill
Flowerdew, J and Miller, L. 2005. Second Language Listening: Theory and Practice. New
York: Cambridge University Press
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
902
Gwynn, Mettetal. 2001. The What, Why and How of Classroom Action Re-search. Journal of
Scholarship of Teaching and Learning. Board of Trustees of Indiana University.
Accessed, http//www.iupui.edu/ josotl/archive-vol.2/no1/ v2n1mettetal.pdf, 09.44 am. 01.
04. 2015
Fachrurrazy. 2011. Teaching English as a Foreign Language for Teachers in Indonesia.
Malang: UM Press
Harmer, J. 2001. The Practice of English Language Teaching. Harlow: Pear-son Education
Limited
Hasyuni. 2006. The Students’ Preferred Activities for English Listening Classes (A Survey
Conducted to the Second and Fourth Semester Students of English Department of FKI,
Universitas Bengkulu Academic Year 2005/2006). Unpublished Thesis of Teacher
Training and Education Faculty of Universitas Bengkulu
Joubert, M.M. 2001. The art of creative teaching: NACCCE and beyond, In Craft, A, Jeffrey, B
and Liebling, M (eds.) Creativity in Education. London: Continuum
Marzban, A. & Abdollahi, M. 2013. The Effect of Partial Dictation on the Listening
Comprehension Ability of Iranian Intermediate EFL. Learners International Research
Journal of Applied and Basic Sciences ISSN 2251- 838X / Vol, 5 (2): 238-244 Science
Explorer Publications. 10.55 am. 01.02.2016
Montalvan, R. 2006. Dictation Updated: Guidelines for Teacher-Training Workshops,
http://exchanges.state. gov/education/engteaching/dictationhtml. 10.44 am. 01.02.2016
Rost, M. 2002. Teaching and Researching Listening. London: Longman.
ISBN: 978-602-1150-17-7
903
MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA SISWA KELAS 7 A
DENGAN MENGGUNAKAN KOSAKATA YANG DIPAKAI DALAM TEKS
DESKRIPTIVE UNTUK SISWA SMP NEGERI 02 BATU
Zulmeyta Rahma
SMP Negeri 02 Batu
rahmazulmeyta@gmail.com
Abstrak : Pembelajaran di SMP Negeri 02 Batu khususnya kelas 7 A pada mata
pelajaran Bahasa Inggris tentang teks descriptive dalam penguasaan materi masih sangat
rendah atau belum berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan penguasaan kosakata siswa
yang masih rendah. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
penguasaan kosakata siswa kelas 7 A dengan menggunakan kosakata yang dipakai
dalam teks deskriptive untuk siswa SMP Negeri 02 Batu. Pelaksanaan perbaikan
menggunakan Classroom Action Research (PTK). Tindakan yang dilakukan terdiri dari
2 tindakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: planning, acting,
observing dan reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah kelas 7 A SMP Negeri 02
Batu dengan jumlah siswa 33 orang. Berdasarkan hasil perbaikan yang telah
dilaksanakan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat.
Pada siklus 1 nilai rata-rata 65 dan pada siklus 2 nilai rata-rata 80.
Kata Kunci :Kosakata, PTK
Pada saat ini berbagai masalah terjadi di dalam pendidikan Bahasa Inggris. Salah satu
masalah itu adalah lemahnya penguasaan kosakata siswa di SMP Negeri 02 Batu terutama kelas
7, khususnya kelas 7 A. Oleh karena itu peneliti mencoba meneliti tentang penggunaan
vocabulary yang dipakai dalam teks descriptive untuk siswa SMP. Dalam hal ini peneliti
menggunakan kelas 7 A sebagai percobaannya. Peneliti di kelas ini sudah hampir 1 tahun. Dan
dirasa ada suatu permasalahan yang terjadi di kelas tersebut yaitu bagaimana cara meningkatkan
perbendaharaan kosa kata siswa kelas 7 A dengan menggunakan vocabulary yang dipakai dalam
teks descriptive untuk anak SMP Negeri 02 Batu. Penyebab permasalahan itu muncul karena
kurangnya kemampuan siswa untuk menghafal kosa kata yang telah diajarkan sebelumnya.
Sehingga peneliti mencoba mencari solusinya, dengan cara member gambar dan siswa
mendeskripsikan gambar tersebut dengan menggunakan kosakata yang disediakan oleh guru.
Setelah itu siswa diminta menyusun noun phrase dari teks descriptive. Kemudian, hasil yang
telah disusun ditempelkan di papan tulis. Guru mengucapkan kosakata yang baru dan siswa
menirukannya. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan
penguasaan kosakatanya.
Penelitian yang pernah dilaksanakan dengan menggunakan teks bacaan untuk
meningkatkan kosakata siswa belum pernah dilaksanakan. Peneliti mencoba menggunakan
kosakata yang dipakai dalam teks descriptive untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa
kelas 7 A di SMP Negeri 02 Batu. Dengan demikian masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:“ Bagaimana Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas 7 A Dengan
Menggunakan Kosakata Yang Dipakai Dalam Teks Deskriptive Untuk Siswa SMP Negeri 02
Batu?”
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru kelas yang bersangkutan untuk
memecahkan masalah yang terjadi di kelas tersebut. Bagi guru Bahasa Inggris yang lain,
diharapkan temuan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengatasi problem yang
sama.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
904
METODE PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7 A di SMP Negeri 02 yang berjumlah 33
orang. Waktu penelitian tindakan kelas ini pada bulan Maret 2016. Tempat penelitian tindakan
kelas 7A dilaksanakan di SMP Negeri 02 Batu. Pembelajaran Bahasa Inggris materi teks
descriptive hasilnya belum mencapai ketuntasan sehingga diadakan perbaikan pada siklus
selanjutnya.
Metode Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
yang mencakup empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencanaan, sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pembelajaran.
2. Menyiapkan materi pembelajaran tentang teks descriptive dengan menggunakan
gambar yang sudah disediakan oleh guru.
3. Menyusun tes akhir.
b. Pelaksanaan tindakan
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
4. Guru menyuruh masing –masing kelompok untuk mengambil satu gambar dan
dideskripsikan dengan menggunakan noun phrase yang sudah disediakan oleh guru.
5. Siswa menyusun noun phrase tersebut di papan tulis.
6. Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata yang baru didengar oleh siswa.
7. Guru member latihan tentang kosakata baru tersebut, untuk mengukur seberapa jauh
peningkatan penguasan kosakata mereka.
c. Observasi
Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti dibantu oleh teman sejawat yang bertindak
sebagai observer untuk mengetahui masalah yang ada di kelas dengan cepat dan tepat
melalui teknik pengumpulan data berupa tes tulis..
d. Refleksi
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran
siswa ini dengan penulis berusaha melakukan refleksi untuk merumuskan masalah yang
telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.Hasil
penelitian dideskripsikan dengan cara memilah –milah data yang akan digunakan dalam proses
pembuatan penelitian, Data hasil penelitian dianalisis dengan descriptive kualitatif. Sedangkan
hasil nilai rata –rata siswa menggunakan analisis data kuantitatif.
TEMUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus,siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.
Pertemuan 1 pada tgl 15 Maret 2016 dan pertemuan 2 pada tgl 17 Maret 2016. Pada pertemuan
1 kegiatan awal adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa menjawabnya,guru
menjelaskan tentang materi descriptive, saat itu guru menjelaskan teks descriptive secara umum,
sesuai dengan RPP yang dibuat oleh guru.Maka dipilihlah untuk mendeskripsikan tentang
bermacam –macam binatang. Anak –anak diberi contoh tentang binatang beserta deskripsinya.
Misalnya :
Do you ever go to the zoo?
ISBN: 978-602-1150-17-7
905
If you go to the zoo,what you can find it?
Please mention and describe it.
Guru membagi siswa berdasarkan absen. Akhirnya terbentuklah 4 kelompok. Guru
memanggil masing –masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar dan menerima
selembar kertas. Kemudian siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing –masing. Setelah
siap dengan hasil kerjanya, mereka menempelkan hasil kerja mereka di papan tulis. Ketika hasil
kerja kelompok sudah tertempel di papan tulis guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata
yang ada. Bila dalam pengucapan ada yang kurang tepat guru langsung membetulkannya.
Pada pertemuan 2 kegiatan awalnya adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa
menjawabnya, guru mengulang kembali kosa kata pada pertemuan yang lalu dan anak anak
disuruh untuk mengingatnya. Guru membagi siswa menjadi kelompok yang lebih kecil lagi.
Akhirnya terbentuklah 6 kelompok.Guru memanggil masing-masing perwakilan kelompok
untuk mengambil gambar serta menyuruh siswa mengambil ciri- ciri binatang yang sesuai
dengan gambar dalam bentuk noun phrase. Dan siswa mengerjakan bersama kelompoknya
masing-masing. Sebelum siswa maju untuk menempel hasil kerja kelompok di papan tulis,
siswa menyusunnya di meja terlebih dahulu. Setelah selesai semua kemudian guru melihat hasil
kerja siswa.Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosa kata yang ada di papan tulis.Bila ada
pengucapan yang salah guru akan langsung membetulkan. Kelihatannya siswa lebih senang
dengan cara ini, karena mereka tidak merasa menghafalkan tetapi sudah melaksanakannya
Sebagai akhir dari siklus 1 ini peneliti menggunakan tes akhir untuk mengukur seberapa jauh
peningkatan penguasaan kosakata siswa.
Dari pelaksanaan siklus 1 dirumuskan siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa
(30 %) . Rendahnya pencapaian siswa disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam
menyusun kalimat dengan kosakata yang sudah disediakan. Untuk mengatasinya, maka peneliti
melakukan pemantapan kembali pada penggunaan gambar yang dilaksanakan pada siklus 2.
Sedangkan siklus 2 juga terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan 1 pada tgl 5 April 2016 dan
pertemuan 2 pada tgl 7 April 2016.
Pada pertemuan 1 kegiatan awal adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa
menjawabnya,guru menjelaskan tentang materi descriptive, saat itu guru menjelaskan teks
descriptive secara umum, sesuai dengan RPP yang dibuat oleh guru.Maka dipilihlah untuk
mendeskripsikan tentang bermacam –macam binatang. Anak –anak diberi contoh tentang
binatang beserta deskripsinya.Misalnya :
Do you ever go to the zoo?
If you go to the zoo,what you can find it?
Please mention and describe it.
Guru membagi siswa berdasarkan absen. Akhirnya terbentuklah 4 kelompok. Guru
memanggil masing –masing perwakilan kelompok untuk mengambil gambar dan menerima
selembar kertas. Kemudian siswa mengerjakan bersama kelompoknya masing –masing. Setelah
siap dengan hasil kerjanya, mereka menempelkan hasil kerja mereka di papan tulis. Ketika hasil
kerja kelompok sudah tertempel di papan tulis guru menyuruh siswa untuk menirukan kosakata
yang ada. Bila dalam pengucapan ada yang kurang tepat guru langsung membetulkannya.
Pada pertemuan 2 kegiatan awalnya adalah: guru menanyakan keadaan siswa dan siswa
menjawabnya, guru mengulang kembali kosa kata pada pertemuan yang lalu dan anak anak
disuruh untuk mengingatnya.Guru membagi siswa menjadi kelompok yang lebih kecil lagi.
Akhirnya terbentuklah 6 kelompok.Guru memanggil masing –masing perwakilan kelompok
untuk mengambil gambar serta menyuruh siswa mengambil cirri –ciri binatang yang sesuai
dengan gambar dalam bentuk noun phrase. Dan siswa mengerjakan bersama kelompoknya
masing –masing. Sebelum siswa maju untuk menempel hasil kerja kelompok di papan tulis,
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
906
siswa menyusunnya di meja terlebih dahulu. Setelah selesai semua kemudian guru melihat hasil
kerja siswa.Guru menyuruh siswa untuk menirukan kosa kata yang ada di papan tulis.Bila ada
pengucapan yang salah guru akan langsung membetulkan.Kelihatannya siswa lebih senang
dengan cara ini, karena mereka tidak merasa menghafalkan tetapi sudah melaksanakannya
Sebagai akhir dari siklus 2 ini peneliti menggunakan tes akhir untuk mengukur seberapa jauh
peningkatan penguasaan kosakata siswa. Hasil tes pada siklus 2 menunjukkan 23 siswa (70 %)
mencapai KKM.
Tabel 1 hasil nilai siswa pada siklus 1
No Nama Siswa Nilai
1 Alisha 80
2 Feva 80
3 Maulidia 79
4 Randi 79
5 Mardiyansyah 78
6 Yordan 78
7 Riki 78
8 Rizki 75
9 Fikri 75
10 Binar 75
11 Melani 74
12 Shofy 74
13 Belqis 74
14 Salma 73
15 Diva 73
16 Evan 73
17 Jenny 70
18 Titania 70
19 Candra 70
20 Armandito 70
21 Reyhan 70
22 Sofi 69
23 Vira 69
24 Dayu 67
25 Nuraidin 67
26 Rido 65
27 Tegar 65
28 Anugrah 65
29 Rendi 65
30 Risma 64
31 Nayelie 64
32 Agista 60
33 Julio 60
Dari tabel diatas ditemukan 10 siswa (30%) mencapai nilai KKM,sedangkan 23
siswa(70%) belum mencapai KKM. Berikut ini tabel hasil nilai siswa pada siklus yang ke 2.
Tabel 2 hasil nilai siswa pada siklus 2
No Nama Siswa Skor 1 Melani 95
2 Shofy wahyu 95 3 Belqis 90
4 Salma 90
ISBN: 978-602-1150-17-7
907
Pada tabel di atas ditemukan 23 siswa(70%) mencapai nilai KKM, sedangkan 10
siswa(30%) belum mencapai KKM. Berdasarkan tabel dari siklus 1 ke siklus 2 ada kenaikan
nilai yang dicapai oleh siswa. Pada siklus 1 siswa yang mencapai nilai KKM hanya 10 siswa
(30%) dari jumlah siswa sebanyak 33, sedangkan siklus 2 siswa yang mencapai nilai KKM
sudah meningkat menjadi 23 siswa(70 %) dari jumlah siswa secara keseluruhan. Nilai KKM di
SMP Negeri 02 Batu: 75 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan kenaikan jumlah siswa
yang mencapai KKM, maka penelitian ini dianggap sudah berhasil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan kosakata dalam teks descriptive dapat meningkatkan penguasaan kosakata
siswa kelas 7A SMP Negeri 02 Batu. Kepada guru Bahasa Inggris yang memiliki masalah yang
sama dianjurkan untuk menggunakan teknik meningkatkan kosakata dalam konteks bacaan yang
sama atau yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Kusnandar,2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.Rajawali Press.
Idris & Marno. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta. Arruzmedia Serangkai Pustaka
Mamdiri
5 Diva 90
6 Evan 90 7 Jenny 85
8 Titania 85 9 Candra 85
10 Amandito 85
11 Reyhan 80 12 Sofi 80
13 Vira 80 14 Dayu 80
15 Nuraidin 80 16 Rido 80
17 Tegar 80
18 Anugrah 80 19 Rendi 80
20 Risma 75 21 Nayelie 75
22 Agista 75
23 Julio 75 24 Alisha 74
25 Feva 74 26 Maulidia 74
27 Randi 73 28 Mardiyansyah 73
29 Yordan 70
30 Riki 70 31 Rizki 69
32 Fikri 65 33 Binar 65
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
908
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIF
DENGAN OBJEK NYATA DI KELAS VII SMPN 2 BATU
Yayuk Siti Muawanah
SMPN 2 Batu
yayuksitimuawanah@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis
teks deskriptif pada siswa kelas 7 I SMPN 2 Batu.dengan menggunakan model
pembelajaran pengamatan objek secara langsung, siswa memperoleh
pengalaman belajar lebih banyak dan bervariasi baik dalam memahami
konsep,menuliskan struktur teks dan menulis teks secara efektif, melalui
pengamatan objek secara langsung. Penelitian ini menggunakan PTK. Hasil
penelitian menunjukkan kenaikan pada siswa yang mencapai KKM (75) dari
66,6% pada siklus 1 menjadi 93,3% pada siklus 2.
Kata kunci: menulis, deskriptif, objek langsung
Pada saat ini berbagai masalah terjadi di dalam pembelajaran bahasa Inggris. Banyak
siswa yang kurang minat dalam pelajaran membaca maupun menulis.Hal ini karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya kemajuan tehnologi yang semakin canggih dan bergesernya
nilai-nilai budaya sehingga mendorong siswa, lebih suka bermain game. Ini menyebabkan siswa
malas berfikir atau menulis. Mereka lebih suka segala sesuatu yang instan. Untuk itulah peneliti
ingin meneliti pembelajaran menulis di kelas 7 I, karena di kelas tersebut sering dijumpai siswa
menggunaka HP untuk mentranslate tulisan mereka.Dan untuk itu peneliti ingin memberikan
ketrampilan menulis teks deskriptif dengan model pembelajaran yang berbeda. Untuk itu model
pembelajaran pengamatan objek secara langsung akan membuat siswa memperoleh informasi
lebih banyak dan detail di banding kalau siswa hanya memperoleh informasi dari buku teks
/buku siswa.
Dalam metode pembelajaran ini siswa dibentuk per kelompok dan tiap kelompok
mempunyai tugas untuk mengamati dan menggali informasi tentang aktivitas/kegiatan yang
dilakakukan sesuai profesinya. Kemudian siswa diminta mendeskripsikan hasil pengamatan dan
informasi yang diperoleh dalam bentuk teks tulis deskriptif.
Jika dihubungkan antara masalah dan solusi melalui tehnik pembelajaran yang
direncanakan maka sangatlah tepat jika kegiatan pembelajaran teks deskriptif pada kemampuan
menulis ini menggunakan teknik pengamatan objek nyata karena dengan demikian siswa
memperoleh informasi yang lebih lengkap,disamping itu siswa mendapatkan pengalaman
belajar yang berbeda sehingga akan mendorong mereka untuk menulis teks deskriptif dengan
benar.
Penelitian tentang menggunakan objek nyata sebenarnya sudah pernah dilalukan oleh
beberapa peneliti diantaranya, Sari (2011) Magelang Jateng, Sandy (2013) Kudus dan Nadira
(2013) Malang. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana
meningkatkan kemampuan dalam menulis teks deskriptif tentang seseorang yang melakukan
kegiatan secara langsung di kelas 7 I SMPN 2 Batu. Sedangkan manfaat hasil penelitian ini bagi
guru kelas adalah untuk memecahkan masalah kelas tersebut. Bagi guru Bahasa Inggris yang
lain bermanfaat sebagai pembanding untuk masalah yang sama.
ISBN: 978-602-1150-17-7
909
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Langkah-langkah yang dilewati dalam setiap siklus adalah permasalahan
(problem), perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (observing atau
monitoring), dan penilaian (reflecting atau evaluating). Dalam penelitian ini, siklus Penelitian
Tindakan Kelas yang dilakukan dihentikan setelah siklus kedua selesai dilaksanakan karena
hasil yang diharapkan telah tercapai, Suyati (2013).
Pada siklus satu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
pada tanggal 15 maret 2016. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batu yang beralamat di
Jalan Bromo 34 Kota Batu, pada kelas 7 I semester genap tahun pelajaran 2016. Penelitian
dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/ 2016. KelasVII I tersebut terdiri dari 32
peserta didik kdengan rincian 20 peserta didik perempuandan 12 peserta didik laki-laki. Guru
bertindak sebagai pengajar, pengamat, penganalisis data, dan sekaligus melaporkan hasil
penelitian. Bertindak sebagai kolaborator adalah ibu Didien Ika, S.Pd, guru Bahasa Inggris
SMP Negeri 2 Batu. Sumber data dalam penelitian iniadalah 32 orang peserta didik kelas VII I
SMP Negeri 2 Batu Tahun Pelajaran2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
menjaring data dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan. Lembar observasi
digunakan untuk menilai aktivitas peserta didik selama penelitian ini dilakukan.Dan untuk
penilaian hasil kerja siswa guru menggunakan rubrik penilaian teks tulis.
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SIKLUS I
Pada siklus satu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan petama dilaksanakan
pada tanggal 15 maret th 2016, pada pertemuan pertama menggunakan tehnik scientific
approach.
Pertemuan pertama
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan
siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang
telah diajarkan dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari
Kegiatan inti
- Peserta didik diminta mengamati gambar-gambar yang di tunjukkan oleh guru dan
menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru sbb:
“ what is the picture?”
“ what do you think about it ?”
- Peserta didik diminta mencocokkan antara profesi orang dengan kegitan/aktivitas
yang ada dalam tabel.
- Peserta didik menjawab pertanyaan secara lisan tenteng profesi orang dengan
kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara bergantian.
- Peserta didik mengidentifikasi dan menemukan social function dan language feature
dan kemudian guru memberikan penguatan tentang simple present tense generic
struture dari teks deskriptif.
- Secara berkelompok ( 4 siswa ) diminta mengamati dan mencari informasi tentang
kegiatan/aktifitas seseorang sesuai profesinya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
910
- Dengan bimbingan guru siswa diminta mendeskripsikan hasil pengamatan dan
informasi yang didapat dari lapangan.
- Kemudian secara berkelompok siswa di minta mempresentasikan hasilnya didepan
kelas dan guru memberikan feedback.
Kegiatan akhir
- Guru dan peserta didik bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpukan materi
yang yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi terhadap
kegiatan belajar yang telah mereka lakukan.
- Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mrngamati aktivitas seseorang yang
terdekat dengan kehidupan sekitar siswa sebagai pembelajaran berikutnya.
Pertemuan ke dua
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan
siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang
telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari
Kegiatan inti
Peserta didik diminta untuk membaca teks deskriptif pendek tentang aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan profesinya.
Guru memberikan arahan lagi bagaimana cara mambuat/menulis teks deskriptif dengan
benar.
Peserta didik diminta mendeskripsikan aktivitas/kegiatan seseorang yang ada
dilingkungan terdekatnya.
Peserta didik diminta mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.
Kegiatan akhir
- Guru dan peserta didik bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpulkan
materi yang yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi
terhadap kegiatan belajar yang telah mereka lakukan.
Untuk memberikan penilaian pada produk siswa menulis teks deskriptif di skor
dengan menggunakan rubrik penilaian sebagai berikut:
Rubrik Penulisan Writing
No Nama Aspek yang dinilai Skor
content Kosa kata grammar
ISBN: 978-602-1150-17-7
911
kontent 4 : jika isi sangat sesuai dengan judul
3: jika isi sesuai dengan judul
2 : jika isi cukup sesuai dengan judul
1 : jika isi tidak sesuai dengan judul
Kosa kata 4: kosa kata sangat tepat tdk terdapat kesalahan
3 : kosa kata tepat terdapat 1- 3 kesalahan
2 : kosa kata cukut tepat terdapat 4-7 kesalahan
1 : kosa kata kurang tepat terdapat lebih dari 7 kesalahan
Grammer 4 : tata bahasa sangat tepat tidak terdapat kesalahan
3 : tata bahasa tepat terdapat 1-3 kesalahan
2 : tata bahasa kurang tepat terdapat 4-7 kesalahan
1 : tata bahasa kurang tepat terdapat lebih dari 7 kesalahan
Nilai perolehan x 100 = skor
Nilai maksimal
Dan hasil penilaian penulisan teks deskriptif dengan objek nyata
Writing
No Nama Aspek yang dinilai Skor
content Kosa kata grammar
1 Aulia 4 4 3 91
2 Ongki 4 4 3 91
3 Rizal 4 3 4 91
4 Safira 4 4 3 91
5 Galuh 4 2 4 83
6 Norma 4 3 3 83
7 Oktavia 4 3 3 83
8 Adinda 3 3 3 75
9 Andri 3 3 3 75
10 Brilian 4 2 3 75
11 Candra 4 3 2 75
12 Dinda 3 3 3 75
13 Elma 3 3 3 75
14 Faisal 3 3 3 75
15 Hamima 3 3 3 75
16 Naja 3 3 3 75
17 Rahma 3 3 3 75
18 Tika 3 3 3 75
19 Anjali 3 3 3 75
20 Bagas 3 3 3 75
21 djordi 3 2 3 66
22 Marcel 3 3 2 66
23 Sukma 3 3 2 66
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
912
24 Fadli 2 3 2 58
25 Kalina 3 2 2 58
26 Nadira 3 2 2 58
27 Putri 3 2 2 58
28 Rizki 3 2 2 58
29 Happy 2 2 2 50
30 Munir 2 2 2 50
Refleksi
Pada siklus 1 peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran 2 kali pertemuan dan pada
siklus II peneliti melaksanakan kegiatan 3 kali pertemuan hal ini di karenakan pada saat
penelitian pada siklus 1. Peneliti merasa waktu yang digunakan kurang mencukupi,karena
pengamatan objek secara langsung yang dilakukan diluar kelas membutuhkan waktu lebih
banyak. Sehingga pada saat penelitian untuk siklus 1 pada pertemuan 1 terkesan terburu-buru.
Dilihat dari proses pembelajaran menulis teks deskriptif di kelas 7 I dan hasil skor yang
di peroleh siswa dalam menulis teks deskriptif tersebut dapat di lihat bahwa siswa yang berhasil
mendapatkan skor diatas KKM terdiri dari 20 siswa 66,6% dari jumlah siswa. Siswa yang
mendapatkan skor sesuai KKM terdiri dari 10 siswa 33.3% dari jumlah siswa,dan siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 10 siswa 33,3% dari jumlah siswa. Dari pencapaian
nilai tersebut diatas maka penulis beranggapan bahwa pembelajaran teks deskriptif tentang
seseorang yang melakukan kegiatan secara langsung dianggap berhasil,namun demikian masih
perlu pembenahan lagi karna masih ada 33% dari siswa yang belum bisa menulis teks deskriptif
sesuai harapan, dikarenakan penguasaan tata bahasa,kosa kata yang masih rendah.
Untuk meningkatkan penguasaan tata bahasa dan kosakata pada siswa maka di siklus ke
dua peniliti akan melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan cara menanbah waktu dan
pembekalan tentang struktur teks dan unsur kebahasaan yang digunakan untuk menulis teks
deskriptif, serta contoh –contoh teks deskriptif,baik berupa jumble sentece ataupun dalam
bentuk yang lain.
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SIKLUS II
Pada siklus dua dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.Pertemuan pertama dilaknanakan
pada tanggal 2 April 2016,pertemuan ke dua dilaksanakan pada tanggal 4 April 2016 dan
pertemuan ke tiga dilaksanakan pada 6 April 2016 pertemuan ini menggunakan tehnik
scientific approach.
Pertemuan pertama
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan
siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang
telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari.
Kegiatan inti
- Siswa diminta mengamati sebuah pohon dalam pot yang di tunjukkan oleh guru dan
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sbb:
“ Mention the part of this plant?”
- Siswa diminta membaca teks deskriptif tentang pohon jambu air dan dengan arahan
guru siswa diminta menganalisa tentang struktur teks dan unsur kebahasaan dari
teks.
ISBN: 978-602-1150-17-7
913
- Siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks.
Kegiatan akhir
- Guru menegaskan kembali tentang apa yang telah dipelajari.
- Guru meminta siswa untuk mempelajari teks deskriptif tentang tanaman dengan
membaca buku-buku d perpustakaan.
Pertemuan ke dua
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan
siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang
telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari
Kegiatan inti
- Siswa diminta menjadi beberapa kelompok (4 siswa) dan masing-masing kelompok
diminta mengamati sebuah pohon yang berbeda dilingkungan sekolah.
- Secara berkelompok siswa diminta mendeskripsikan tentang pohon yang telah
diamati.
- Secara berkelompok siswa diminta memaparkan hasil dikusinya di depan kelas.
Kegiatan akhir
- Guru dan siswa bersama-sama membuat tingkasan dan menyimpukan materi yang
yang sudah dipelajari pada pertemuan ini dan melakukan refleksi terhadap kegiatan
belajar yang telah mereka lakukan.
- Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati sebuah pohon yang ada di
lingkungan rumahnya sebagai bahan pembelajaran berikutnya.
Pertemuan ke tiga
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa serta mengecek kesiapan
siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk mengawali pembelajaran guru memberikan arahan tentang pembelajaran yang
telah pelajari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
914
Kegiatan inti
- Siswa diminta melengkapi teks deskriptif tentang tanaman dengan pilih kata
yang tersedia.
- Guru memperingatkan lagi ke siswa bagaimana cara menulis teks deskriptif dengan
benar.
- Secara individu siswa diminta mendeskripsikan tanaman yang ada disekitar
rumahnya dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
Kegiatan akhir
Guru dan siswa bersama-sama membuat ringkasan dan menyimpulkan materi yang
sudah dipelajari pada pertemuan ini dan refleksi rethadap kegiatan belajar yang telah
mereka lakukan.
Dan hasil penilaian penulisan teks deskriptif dengan objek nyata
Writing
No Nama Aspek yang dinilai Skor
content Kosa kata grammar
1 Anjali 4 4 4 100
2 Djourdi 4 4 4 100
3 Elma 4 4 4 100
4 Galuh 4 4 4 100
5 Munir 4 4 4 100
6 Nova 4 4 4 100
7 Rizal 4 4 4 100
8 Risqi 4 4 4 100
9 Aulia 4 3 4 91
10 Bagas 4 3 4 91
11 Chandra 4 3 4 91
12 Dinda 4 3 4 91
13 Faizal 4 3 4 91
14 Hamimah 4 3 4 91
15 Nadira 4 3 4 91
16 Norma 4 4 3 91
17 Oktavia 4 4 3 91
18 Ongky 4 3 4 91
19 Safira 4 3 4 91
20 Andrianto 4 3 3 83
21 Brilian 4 3 3 83
22 Fadli 3 3 3 75
23 Kalina 3 3 3 75
24 Naja 3 3 3 75
25 Rahma 3 3 3 75
26 Sukma 3 3 3 75
27 Tika 3 3 3 75
28 Happy 3 3 3 75
29 Adinda 3 2 3 66
ISBN: 978-602-1150-17-7
915
30 Putri 3 2 3 66
Refleksi
Pada siklus 2 peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran tiga kali pertemuan.
Dengan harapan dengan waktu lebih banyak maka siswa dapat memperoleh pembekalan
struktur teks dan ciri kebahasaan untuk menulis teks deskriptif lebih banyak dan akan lebih
dipahami. Pada pertemuan 1 guru memberikan pembekalan berupa kosa kata yang berhubungan
dengan tanaman. Siswa mengamati parts of plant dan menyebutkan nama-nama bagian dari
tanaman tersebut dan kosakata lainnya yang terkait. Tahap berikutnya guru menjelaskan tentang
struktur teks dan unsur kebahasaan yang digunakan dalan menulis teks deskriptif. Kemudian
siswa di beri teks deskriptif tentang pohon jambu air, dari teks tersebut siswa diminta
menganalisa struktur teks dan unsur kebahasaan (simple presen tense). Kemudian guru besama-
sama dengan siswa membahas hasil temuan-temuan siswa. Pada pertemuan 2 guru
mengingatkan lagi kepada siswa tentang kosa kata yang terkait dengan tanaman. Siswa secara
berkelompok diminta mengamati salah satu pohon yang ada di lingkungan sekolahnya dan
mendeskripsikan hasil pengamatan kelompoknya. Dan secara berkelompok siswa
mempresentasikan hasilnya didepan kelas. Pada pertemuan ketiga siswa secara individu
diminta melengkapi teks deskriptif tentang tanaman dengan pilihan kata yang tersedia.
Selanjutnya siswa secara individu diminta mendeskrisikan salah satu tanaman yang ada
disekitar rumahnya. Dan mempresentasikan hasilnya.
Keunggulan dalam model pembelajaran pengamatan objek secara langsung, siswa
memperoleh pengetahuan lebih banyak dengan kondisi yang sebenarnya, disamping itu siswa
akan lebih bertanggung jawab denga pengalaman belajarnya. Sedangkan kekurangan yang
terjadi pada pembelajaran melalui pengamatan objek secara langsung ini membutuhkan waktu
lebih lama karena jarak antara benda yang diamati dan letak kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilkaukan, peneliti menyimpulkan bahwa
menulis teks deskriptif dengan pengamatan objek secara langsung dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis teks deskriptif.
Saran
Penelitian ini dilakukan agar dapat menjadi pedoman maupun sumber rujukan bagi
penelitian lain. Bagi guru, diharapkan menggunakan penelitian ini sebagai cara untuk
meningkatkan kemampuan dalam menulis teks deskriptif.
DAFTAR RUJUKAN
Afrida. 2014. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menulis ParagrDeskriftif
Pada Siswa Kelas IV Di SDN 001 Ranai Kabupaten.
Nadirah, Khafidhatun. 2013. Teaching Descriptive Writing Using Realia as Media in Learning
Activity. Malang.
Sandy, Intan Ifadella. 2013. The Writing Ability Descriptive Text of The VIII Grade Student of
SMP 4 Bae Kudus in the Academic Year 2012/2013 Tought by Using Real Object. Skripsi
Sarjana Thesis. Universitas Muria Kudus.
Sari, Dita Anggunia P. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Deskriptif dengan Metode
Pembelajaran di Luar Ruang Kelas Pada Peserta Didik Kelas X-H SMA Negeri 1 Kota
Mungkit Magelang Jawa Tengah. Jawa Tengah.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
916
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI INFORMASI RINCI PADA
BACAAN TEKS BERBENTUK NARATIVE SISWA KELAS VIII-I SMP
NEGERI 1 BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQ3R”
Saifullah
SMPN 1 Batu
kangipulmg@gmail.com
Abstrak: Membaca merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
pembelajaran bahasa Inggris. Namun bagi siswa, membaca sering kali masih
merupakan kegiatan pembelajaran yang sering dianggap sulit dan kurang
menyenangkan. Dengan metode SQ3R diharapkan proses pembelajaran akan lebih
menyenaangkan karena siswa terlibat langsung dalam proses belajar secara aktif.
Metode SQ3R terdiri dari lima langkah. Pembelajaran ditekankan pada kemampuan
membaca. Pada penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 1 Batu Negeri
menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode SQ3R menunjukkan peningkatan
kemampuan siswa dalam memahami informasi rinci yang sangat signifikan,
berdasarkan hasil tes ketuntasan nilai siswa mencapai peningkatan 29,9 %. Dengan
demikian pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan
pemahaman membaca siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu.
Kata kunci: metode SQ3R, membaca, teks naratif
Reading (membaca) merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
pembelajaran bahasa Inggris. Dengan membaca dan memahami makna bacaan, siswa dapat
memperoleh berbagai informasi dan memperkaya pengetahuannya. Oleh karena itu, guru perlu
merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga siswa dapat mengumpulkan informasi
dengan tepat melalui kegiatan membaca. Di tingkat SMP kegiatan membaca telah dimasukkan
sebagai Skill yang harus dibiasakan. Hal ini memiliki peran penting dalam perkembangan
kognitif.
Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan
dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran,
buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan
belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam
membaca. Oleh karena itu proses kegiatan belajar dan mengajar harus menggunakan metode
yang sesuai dan menyenangkan bagi siswa.
Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni terjadinya
perubahan tingkah laku sebagai dam-pak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa
situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya.
Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai
pembelajar biasa disebut proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru. Istilah
belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri individu yang biasanya
terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa buku,
lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut Sudjana (1985:5), belajar adalah sesuatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sese-orang. Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pe-
mahaman, sikap, dan tingkah laku, kete-rampilan, kecakapan, kebiasaan serta peru-bahan aspek-
aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
ISBN: 978-602-1150-17-7
917
Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa
untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi penge-tahuan dari guru kepada
siswa. Rooyakkers (1984:13) menyatakan bahwa proses mengajar adalah menyampaikan bahan
pe-lajaran yang berarti melaksanakan bebe-rapa kegiatan. Kegiatan tersebut tidak ada gunanya
jika tidak mengarah pada tujuan tertentu. Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk
pendidikan yang multi variabel sudah tentu dalam proses penye-lenggaraannya akan turut
dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain. Faktor tersebut menurut Syah (1995:132) secara
umum terbagi atas tiga macam. (1) Faktor inter-nal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
siswa seperti halnya minat, bakat dan kemampuan. (2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang
berasal dari lingkungan di sekitar siswa seperti keadaan keluarga, la-tar belakang ekonomi dan
kemampuan gu-ru dalam mengajar. (3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang diguna-kan dalam melakukan kegiatan pembe-lajaran.
Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu
formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh, dalam arti proses
pembelajaran melibatkan aktivitas siswa
Peneliti mengajar di SMP Negeri 1 Batu kelas VIII-I. Di kelas yg diajar oleh peneliti
ditemukan permasalahan-persalahan pada siswa seperti minimnya kosa kata yang dimiliki
siswa, rendahnya minat siswa pada kemampuan mendengar, dan rendahnya minat siswa
terhadap kebiasaan membaca. Menurut peneliti masalah-masalah tersebut disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah kurangnya minat siswa dalam membaca teks bacaan karena
dipengaruhi oleh terbatasnya kosa kata dan juga teknik pembelajaran ketrampilan membaca
yang kurang sesuai dengan tema dan kondisi di kelas.
Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mendalami masalahan pada
peningkatan siswa dalam memahami teks bacaan dengan menggunakan metode SQ3R.
Metode SQ3R adalah satu langkah yang sangat bagus yang bisa digunakan untuk
pembelajaran reading. SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik dan bersifat
praktik. Metode SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan
membaca secara intensif dan rasional. Robinson (dalam Hanafiah, 2010: 59) menyatakan
tentang Effective Study, melalui kegiatan membaca dengan metode SQ3R, yaitu: a) Survey,
yaitu menyelidiki terlebih dahulu untuk mendapat gambaran selintas mengenai isi/pokok yang
akan dipelajari, b) Question, yaitu mengajukan pertanyaan dari ide pokok atau isi buku yang
dibaca secara selintas, c) Read, yaitu membaca secara aktif untuk memberikan jawaban
terhadap pertanyaan yang dibuat, d) Recite, yaitu mengucapkan kembali atas jawaban yang
diberikan terhadap pertanyaan dengan tidak melihat buku/menengok terhadap catatan kecil yang
menjadi garis besar, dan e) Review, yaitu mengulang apa yang dibacanya dengan memeriksa
kertas catatannya.
Menurut Fransis Robinson (2009:2), metode SQ3R adalah lima langkah pembelajaran
yang di tekankan pada kegiaatan membaca siswa supaya dapat menemukan informasi dan siswa
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi sehingga tidak mudah melupakan
apa yang telah dibacanya.
One of the most popular methods was invented more than fifty years ago by a
psychology instructor named Francis Robinson. The method is called SQ3R, and it
reflects everything Robinson knew about the workings of the human mind.
Robinson knew, for instance, that we tend to forget new information right after
learning it. For this reason, SQ3R has a step built in to decrease forgetting right
after reading. Robinson also knew that good reading comprehension relies heavily
on the mind’s ability to make and confirm predictions about how an author’s
thoughts will unfold. For that reason, his five-step system starts by giving readers a
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
918
basis for making predictions, which can then be confirmed or contradicted through
the actual reading of the text.
Menurut penelitian terdahulu yang menggunakan metode SQ3R menyimpulkan bahwa
terdapat peningkatan minat membaca pada siswa, penelitian di lakukan di SMA Negeri 1
Sumberlawang siswa kelas X.3, melalui penerapan metode SQ3R muncul beberapa hal baru
yang positif dari siswa yang ditandai dengan: (a) usaha siswa dalam membaca artikel yang
diberikan, (b) daya tahan siswa dalam melakukan aktivitas membaca, (c) sikap senang yang
ditunjukkan siswa saat melakukan aktivitas membaca, (d) kesadaran siswa akan manfaat
membaca, dan (e) peningkatan nilai rata-rata hasil angket minat membaca siswa. Siti
Khuzaimah, (2009: 28).
Oleh Karena itu peneliti juga menggunakan SQ3R untuk penelitian ini sebagai bentuk
upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca khususnya meningkatkan kemampuan
memahami informasi rinci pada bacaan teks berbentuk Narative,
Jika dihubungkan antara masalah dan solusi melalui teknik pembelajaran yang
direncanakan maka sangatlah tepat jika kegiatan pembelajaran naratif pada kemampuan
membaca ini menggunakan metode SQ3R yang sangat praktis melalui lima langkah yang runtun
dan berkesinambungan.
Adapun rumusan masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana penggunaan metode SQ3R dapat meningkatkan pemahami informasi rinci pada
bacaan teks berbentuk Narative siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu?
Manfaat dari penelitian ini adalah: a) Bagi guru yang mengajar dikelas tersebut sebagai
tindakan penelitian dan sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi siswa, b) Bagi guru
bahasa Inggris yang lain hasil penelitiaan ini dapat digunakan jika mempunyai kondisi kelas
yamg sama.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas (clasroom action research).
Karenanya, penelitian tersebut didasarkan pada kondisi dan karakteristik sebagai berikut.
Pertama, terdapat permasalahan yang ditemui peneliti mata pelajaran Bahasa Inggris , yaitu
rendahnya kemampuan siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Batu dalam memahami teks bacaan.
Kedua, dilakukan perencanaan pembelajaran melalui dua siklus, setiap satu siklus dilakukan dua
kali pertemuan.
Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seperti
disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18). Adapun tahap-tahap atau yang biasa disebut siklus
(putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi: (a) perencanaan (planning), (b) aksi atau
tin-dakan (acting), (c) observasi (observing), (d) refleksi (reflecting). Prosedur pene-litian
tindakan kelas ini secara garis besar dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I Perencanaan · Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan
· Menentukan pokok bahasan
· Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
· Menyiapkan sumber belajar seperti buku
· Mengembangkan format evaluasi
Tindakan · Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan
· Melakukan evaluasi dalam bentuk tes kemampuan pemahaman
konsep yang dipelajari (narrative text)
ISBN: 978-602-1150-17-7
919
Pengamatan Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi
Refleksi · Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi
efektifitas waktu yang telah dilaksanakan
· Membahas hasil tindakan
· Memperbaiki pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan yang
belum mencapai sasaran
· Evaluasi tindakan
Indikator
Keberhasilan
Siklus I
· Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I dapat
dilaksanakan semua
· Telaksananya pembelajaran dengan baik dan peserta didik merasa
senang dengan metode pembelajaran SQ3R tersebut .
· Peserta didik mampu menemukan informasi dari teks naratif yang
telah dibaca.
Siklus II Perencanaan · Identifikasi masalah dan penetapan alternatife pemecahan masalah
yang ditemukan pada kegiatan siklus I
· Pengembangan program tindakan II
Tidakan Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
Refleksi Evaluasi tindakan II
Indikator
keberhasilan
siklus II
· Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat
terlaksanakan semua
· Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat
· Motivasi siswa dalam pembelajaran meningkat
· Pencapaian hasil belajar menunjukan peningkatan
TEMUAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-I pada Peserta didik SMP
Negeri I Batu dengan jumlah siswa 28 orang, Penelitian Tindakan kelas dilaksanakan dalam
dua siklus.
Siklus I dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa, 15
Maret 2016 pada jam pelajaran ke 4-5 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada Jumat, 18 maret
2016 pada jam pelajaran ke 3-4.
Siklus II dilaksanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada selasa, 29
Maret 2016 pada jam pelajaran ke 4-5 dan pertemuan kedua pada Jumat,1 April 2016 pada jam
pelajaran ke 3-4.
Temuan penelitian siklus 1 pertemuan pertama.
Pelaksanaan siklus I dan II penetiti melaksanakan metode SQ3R secara optimal
menggunakan teknik pembelajaran SQ3R (survey, question, read, recite, dan review). Adapun
rincian kegiatan dan temuan diuraikan sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dan dilanjutkan memberi motivasi belajar kepada siswa dengan tujuan supaya
siswa benar-benar siap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Inti Siklus 1 pertemuan pertama, sesuai dengan metode SQ3R langkah
pertama yaitu Survey. Pada kegiatan awal ini peserta didik diajak mereviu materi sebelumnya.
Kegiatan diawali dengan melakukan dialog sederhana:
Guru : What have we learnt last meeting?
Siswa : a. We have performed the dialog
b. We have learnt about Recount text.
c. We have learnt how to tell the pas experience.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
920
Siswa mempunyai jawaban yang bervariasi tentang materi yang telah dipelajari pada
pertemuan berikutnya namun dari beberapa jawaban yang disampaikan oleh siswa dapat diambil
kesimpulan bahwa mereka telah mempelajari sebuah teks recount.
Selanjutnya guru bertanya kepada siswa untuk memberi stimulasi untuk memulai
memperkenalkan teks naratif yang akan dipelajari dengan dialog sebagai berikut:
Guru : Do you ever read a narrative text?
Siswa : a. Yes. I have ever read it.
b. Yes. I ever listen the story of narrative text
c. No. I don’t read narrative text.
Guru : What are the topic have you ever red or listened?
Siswa : Malin Kundang, Cinderela, Pinokio, Si kancil nyolong Timun, Timun Emas, Rusa dan Buaya,
dll.
Dari jumlah 28 siswa terdapat beberapa pengalaman yang berbeda-beda mengenai teks
naratif, ada yang sudah pernah, bahkan sudah sering membaca teks naratif (berbahasa
Indonesia), sebagian lagi ada peserta didik yang hanya mendengarkan dan melihat cerita
berbentuk naratif melalui Televisi, ada lagi sebagian peserta didik yang belum pernah membaca
teks naratif karena alasan kurang menyukai isi cerita.
Berdasarkan hasil respon siswa diatas menunjukkan bahwa siswa mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda mengenai teks naratif. Oleh karena itu guru memberikan motivasi
dan menyampaikan tujuan pembelajaran teks naratif. Pada proses kegiatan pengenalan materi
baru dan tujuan pembelajaran ini peneliti menggunakan langkah tahapan awal pada metode
SQ3R yaitu Survey atau mengamati melalui kegiatan mendengar.
Guru menawarkan sebuah cerita Forktale: The Mouse Deer and the Elephant, The Ant
and the Dove,The Deer and the Crocodile. Sebagian besar siswa tertarik dan antusias untuk
mendengarkan cerita The Deer and the Crocodile. Guru memberikan cerita singkat kemudian
diakhir cerita tentang The Deer and the Crocodile menayakan nilai moral dari teks naratif yang
telah didengar.
Pada tahap metode SQ3R yang kedua yaitu Question/menanya. siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok kemudian secara berkelompok mereka diminta untuk mempersiapkan
beberapa pertanyaan berhubungan dengan cerita yang akan didengarkan untuk kali keduanya.
Tahapan metode SQ3R ketiga adalah read/membaca, tahapan ini siswa diberi teks
naratif dengan judul Rabbit and Bear. Peserta didik diharapkan bisa membaca secara intensif
supaya dapat menemukan informasi secara detail sehingga bisa menjawab pertanyaan yang
telah dibuat bersama kelompok pada saat kegiatan question/menanya. Setelah kegiatan
membaca selasai siswa mendiskusikan isi bacaan dan menjawab pertanyaan.
Tahapan metode SQ3R keempat adalah Recite/menceritakan. Pada tahapan ini hanya
dua kelompok yang mendapat kesempatan untuk menceritakan dan mempresentasikan hasil
jawaban yang telah didiskusikan bersama kelompok, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu
pembelajaran dikelas pada pertemuan pertama.
Tahapan metode SQ3R yang terakhir adalah review/memeriksa. Pada kegiatan ini siswa
memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan bersama kelompok masing-masing
kemudian menyempurnakan jawaban setelah mendengarkan presentasi dari kelompok lain.
Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan pertama diakhiri dengan bersama-sama
menyimpulkan isi bacaan teks naratif kemudian guru memberikan balikan/feedback terhadapan
kesimpulan yang telah dipelajari bersama. Untuk persiapan kegiatan berikutnya siswa dibentuk
kelompok baru dan diberi tugas mencari satu contoh teks naratif untuk materi penunjang
pembelajaran.
ISBN: 978-602-1150-17-7
921
Temuan penelitian siklus I pertemuan kedua.
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada jumat, 18 Maret 2016 dimulai dengan
kegiatan awal mengecek kesiapan siswa dan tugas kelompok yang telah diberikan pada
pertemuan sebelumnya kemudian guru meminta peserta didik bergabung dengan anggota
kelompok masing-masing.
Pertemuan kedua siklus I juga menggunakan metode SQ3R sebagaimana yang telah
dilaksanakan pada pertemuan pertama, namun pelaksanaanya lebih ditekankan pada kegiatan
Survey dengan alasan pada saat ketiaatan survey siswa diberikan penyajian pemahaman konsep
tentang teks naratif.
Kegiatan awal 5 menit untuk mempersiapkan siswa menit, kegiatan inti dilaksanakan selama
55 menit dan 30 menit untuk mengerjakan test.
Kegiatan pertama dimulai dengan survey, peserta didik diberikan setimulasi berupa
beberapa pertanyaan:
Guru : What is the topic of your narrative text?
(Guru bertanya kepada setiap kelompok)
Siswa : Students answer based on their narrative text!
Guru : Guru menanyakan beberapa pertanyaan berhubungan dengan tokoh, permasalahan yang
dihadapi oleh tokoh, seting waktu, dan seting tempat.
Siswa : Siswa ada yang sudah mampu menjawab dengan benar, namun terdapa pula siswa yang belum
mampu menjawab pertanyaan dari guru cecara benar.
Selanjutnya guru menjelaskan struktur paragraf/generic structure, ciri
kebahasaan/language feature ; tata bahasa, kosa kata, kata penghubung yang digunakan pada
teks naratif.
Setelah kegiatan Survey/peninjauan adalah Question/ bertanya. Pada kegiatan ini siswa
diberikan setimulasi untuk bertanya tentang struktur paragraf/generic structure, ciri
kebahasaan/language feature; tata bahasa, kosa kata, kata penghubung yang digunakan pada
teks naratif. Peserta didik diminta menuliskan daftar pertanyaan secara berkelompok sebanyak
mungkin sekaligus mencoba menjawabnya setelah mereka diberi kesempatan membaca teks
bacaan yang telah mereka persiapkan masing-masing.
Untuk dapat mengingat dan mengemukakan jawaban dan isi bacaan teks yang telah
dibaca setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya maju kedepan kelas secara bergantian, kelompok yang yang tidak maju kedepan
bisa memeriksa jawaban yang jenis pertanyaanya sama atau mungkin mendekati.
Lima tahap SQ3R telah dilaksanakan secara utuh kemudian kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan membuat ringkasan pemahaman dasar tentang teks naratif berupa
paragraf/generic structure, ciri kebahasaan/language feature ; tata bahasa, kosa kata, kata
penghubung yang digunakan pada teks naratif. Salah satu siswa diminta maju kedepan untuk
membacakan/menyampaikan apa yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini.
Sebelum pembelajaran berakhir, siswa mengerjakan tes selama 30 menit, Soal tes
berbentuk ganda dengan jumlah 5 soal.
Hasil tes pada siklus pertama didapatkan nilai siswa sebagai berikut:
NAMA SISWA NILAI TES
Abdul Gahfur 40
Annisa Agniasari P. 80
Anugrah Bahtera P.W 80
Arke Lu‟lu il A.A.W 40
Asvin Alfalah E. 80
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
922
Dian ari Agus K.C. 80
Eyvianisya Verika V. 80
Fajar Fauzian K.P. 80
Fillius Dei FiFi 100
Fitria Karina sari 80
Fransisca Lidya W.A. 80
Heppi Ayu Retno 60
I Kadek Aprilian W.A. 60
Irvan Ide Cahyani -
Kadek Krisna S.P. 80
Kukuh Dwi P. 60
Laras Nur Sekarlangit 40
Maharena Enggar P. 80
Muhammad Dafa A.A. 60
Nurrohman David P. 80
Pramadita Dafa S. 80
Presila Dwiky A. 40
Putra Ofito P. 60
Rama Andika a.F. 80
Sadewa Aimar 60
Seravina A.S. 80
Wahyudwi A.S. 80
Dana Dyahsah 80
Rata-Rata 71
Hasil tes siswa dapat diketahui bahwa nilai tertinggi 100 hanya 1 siswa, nilai 80
sebanyak 16 siswa, nilai 60 sebanyak 7 siswa, dan nilai 40 sebanyak 3 siswa, dan 1 siswa tidak
masuk kelas. Adapun nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 71.
Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 78. Berdasarkan
pencapaian hasil tes dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah tuntas dalam mencapai KKM
adalah sejumlah 17 siswa (62.9%), dan yang belum mencapai KKM adalah sejumlah 10 siswa
(37,0 %), sedangkan 1 siswa tidak mengikuti proses pembelajaran.
Pada kegiatan pembelajaran pertemuan pertama siklus I (satu) secara umum proses
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik, namun masih ditemukan beberapa kendala :
1. siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan
2. siswa kurang terbiasa membaca teks secara komprehensif
3. siswa kurang teliti dalam membaca teks bacaan
4. siswa lebih suka memilih kelompok diskusi sendiri
5. siswa tidak berusaha untuk menemukan kata sulit dengan bantuan kamus
Sebagai alternatif pemecahan permasalahan untuk tindakan berikutnya adalah:
1. siswa diberi bimbingan dan contoh bagaimana cara membuat pertanyaan yang erat
kaitanya dengan materi pembelajaran.
2. Pada tahapan menanya siswa diberikan media pembelajaran berupa Scaffolding
untuk panduan menemukan informasi dalam bacaan dan menyusun daftar
pertanyaan.
3. Proses pembelajaran pada tahap read/membaca harus mendapat perhatian dan
pendampingan dari guru, bila perlu harus mendapat prioritas tambahan waktu yang
cukup untuk kegiatan membaca.
ISBN: 978-602-1150-17-7
923
4. Siswa diberi kesempatan untuk memilih anggota kelompok masing-masing.
5. Siswa diberikan fasilitas meminjam kamus di Perpustakaan untuk dipergunakan
untuk menemukan makna kata yang belum diketahui.
6. Pada siklus II pertemuan pertama kegiatan pembelajaran difokuskan pada teknik
SQ3R langkah pengamatan, bertanya, dan membaca. Sedangkan pada pertemuan
kedua ditekannkan pada menceritakan dan memeriksa.
Temuan penelitian siklus II pertemuan pertama dan kedua.
Kegiatan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan
pertama dan kedua masing-masing 2 x 40 menit. Pada pertemuan pertama kegiatan
pembelajaran meliputi 3 langkah dari SQ3R yaitu Survey, Question, dan Read. Adapun
pertemuan kedua adalah Recite dan Review. Pembagian teknik ini dilakukan karena pada
pertemuan kedua dilaksanakan tes tulis siswa.
Sebagaimana biasanya kegiatan pembelajaran diawali dengan guru meminta ketua kelas
untuk memimpin doa sebelum mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan guru memberi
motivasi belajar kepada siswa dengan tujuan supaya siswa benar-benar siap untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Inti Siklus II pertemuan pertama, sesuai dengan metode SQ3R langkah
pertama yaitu Survey. Pada kegiatan awal ini peserta didik diajak mereviu materi sebelumnya.
Kegiatan diawali dengan melakukan dialog sederhana :
Guru : How many narrative texts have you read at home for a week?
Siswa : ( Jawaban siswa bervariasi, ada yang menyawab 1-2 teks, 3 teks, dan bahkan ada yang
menjawab tidak membaca sama sekali).
Guru : What kinds of narrative did you read?
( Guru bertanya kepada siswa yang telah membaca teks narative lebih dari dua judul)
Siswa : Ciderella, Sura and Baya, Mouse deer and Crocodile, etc.
Guru : What the main Character of Mouse deer And Crocodile.
(Setelah siswa menjawab pertanyaan guru, guru menunjukkan sebuah gambar cerita
(The Hungry Lion and the Foolish Stag)
Guru : Guru mengajak siswa memahami gambar dan menemukan karakter pada cerita.
Tahap SQ3R yang kedua adalah Question/menanya. Pada tahapan ini siswa sudah
mulai mencoba untuk menemukan beberapa pertanyaan melalui gambar. Contoh pertanyaan
yang rata-rata dimunculkan oleh siswa adalah: 1) What is the main character?
2) When it was happened?
3) What are the problems?
4) What is the endding of story?
Dari beberapa pertanyaan yang telah dimunculkan oleh siswa maka hal ini akan
memudahkan siswa dalam menemukan informasi rinci melalui tahap berikutnya yaitu
read/membaca.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
924
Pada tahapan teknik observasi dan bertanya ini telah ditemukan hal-hal yang luar biasa dari
siswa diantaranya:
1. Siswa sangat tertarik dengan gambar singa yang diberikan oleh guru walaupun
gambarnya sangat kurang jelas.
2. Setelah siswa masing-masing mendapat gambar singa mereka menempelkan Gambar
tersebut di dada meraka dengan mengucapkan Bravo Arema, I love Arema, Ongis nade,
dll.
3. Guru membuat kesimpulan awal bahwa mereka sangat semangat belajar karena topik
bacaannya adalah tentang Singa, dimana Singa adalah lambang dari salah satu Club
sepak bola kebanggaan mereka yaitu Arema.
4. Dengan modal senang mereka bersemangat untuk mengetahui cerita lebih jauh tengan
Singa yang menjadi lambang Club sepak bola kebanggaanya.
5. Banyak sekali pertanyaan yang telah mereka susun walaupun ada sebagian kecil yang
menggunakan bahasa indonesia. Namun dengan bantuan kamus dan guru mereka
akhirnya dapat menerjamahkan ke dalam bahasa Inggris.
Setelah siswa mempunyai dartar pertanyaan mereka sangat antusias untuk dapat
menemukan jawaban melalui tahapan read/membaca. Sebelum siswa diberi teks bacaan guru
memberikan Scaffolding untuk menuliskan seluruh informasi dari teks bacaan dengan tujuan
siswa dapat menuliskan informasi rinci dari teks yang telah dibaca.
Dari tahapan read/membaca dengan cara intensif dan menyenangkan ternyata dapat
mendukung tahap SQ3R selanjutnya yaitu recite/menceritakan dan review/memeriksa. Tahapan
recite/menceritakan dan review/memeriksa dilaksanakan pada Siklus II pertemuan kedua, Siswa
dengan sangat percaya diri berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita
pendek dari The Hungry Lion and the Foolish Stag dengan bantuan Scaffolding. Pada saat
siswa perwakilan maju ke depan kelas, siswa yang lain memeriksa dan memberi komentar
terhadap presentasi temannya.
Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan kedua diakhiri dengan bersama-sama
menyimpulkan isi bacaan teks naratif kemudian guru memberikan balikan/feedback terhadapan
kesimpulan yang telah dipelajari bersama. Di kegiatan akhir siklus II pertemuan kedua ini
dilaksanakan tes tulis selama 30 menit.
Secara umun temuan pada kegiatan siklus II pertemuan pertama dan kedua dapat di
simpulkan bahwa 1) Siswa sudah mulai bisa menemukan pertanyaan atau bertanya walaupun
masih dalam bentuk tulisan, 2) Kegiatan tahap membaca telah dilakukan oleh siswa dengan
penuh semangat untuk menemukan informasi secara detail, 3) Siswa mempunyai keberanian
untuk menceritakan isi bacaan walaupun masih dengan cara membaca catatan pendek dalam
bentuk Scaffolding, 4). Dengan topik bacaan yang menyenangkan akan memacu semangat siswa
dalam belajar.
Diakhir pembelajaran siklus II pertemuan kedua siswa mengerjakan tes selama 40
menit, Soal tes berbentuk ganda dengan jumlah 5 soal dan Esay pendek 5 soal.
Adapun hasil tes pada siklus II didapatkan nilai siswa sebagai berikut:
NAMA SISWA NILAI TES
Abdul Gahfur 75
Annisa Agniasari P. 95
Anugrah Bahtera P.W 90
Arke Lu‟lu il A.A.W 78
Asvin Alfalah E. 85
Dian ari Agus K.C. 95
ISBN: 978-602-1150-17-7
925
Eyvianisya Verika V. 90
Fajar Fauzian K.P. 90
Fillius Dei FiFi 95
Fitria Karina sari 85
Fransisca Lidya W.A. 90
Heppi Ayu Retno 78
I Kadek Aprilian W.A. 80
Irvan Ide Cahyani 78
Kadek Krisna S.P. 90
Kukuh Dwi P. 78
Laras Nur Sekarlangit 78
Maharena Enggar P. 90
Muhammad Dafa A.A. 80
Nurrohman David P. 85
Pramadita Dafa S. 90
Presila Dwiky A. 78
Putra Ofito P. 78
Rama Andika a.F. 90
Sadewa Aimar 88
Seravina A.S. 90
Wahyudwi A.S. 90
Dana Dyahsah 88
Raya-rata 85,5
Hasil tes siswa pada siklus II rara-rata meningkat dengan urutan sebagai berikut: nilai
tertinggi 95 sebanyak 3 siswa, nilai 90 sebanyak 10 siswa, nilai 88 sebanyak 2 siswa, nilai 85
sebanyak 3 siswa, nilai 80 sebanyak 2 siawa, nilai 78 sebanyak 6 siswa, dan nilai 75 sebanyak 2
siswa. Jadi dari hasil tes hanya terdapat 2 siswa yang tidak .
Jika dibandingkan dengan nilai tes pada siklus pertama dan kedua maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat kenaikan nilai tas adalah meningkat yaitu dari rata-rata 71 menjadi
85,5 dan tingkat ketuntasan dari 17 siswa menjadi 26 siswa.
Temuan dari kegiatan siklus I dan II dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dalam proses kegiatan pembelajaran diperlukan media dan teknik yang tepat.
2. Kelima metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan siswa manakala langkah-
langkahnya dapat dilaksanakan dengan benar.
3. Pada kegiatan survey siswa perlu diberi stimulasi supaya merasa senang dan
penasaran terhadap informasi baru yang perlu diketahui.
4. Tahap Question: Pada siklus I siswa belum terbiasa mengutarakan pertanyaan,
sehingga pada siklus ke II guru mencoba memberikan bimbingan dengan cara
memberi siswa panduan bertanya melalui Scaffolding.
5. Melalui Scaffolder ternyata siswa lebih mudah membuat pertanyaan dan sekaligus
menemukan jawaban.
6. Tahapan membaca harus benar-benar ditekankan kepada siswa supaya bisa
menjadi kebutuhan dan kebiasaanuntuk dapat menemukan informasi.
7. Tema atau judul materi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa akan sangat
membantu siswa dalam menggali informasi melalui tahap membaca.
8. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah dilakukan sedikit penyempurnaan
dari siklus I, sehingga siswa telah mengetahui tahapan-tahapan proses
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
926
pembelajaran, sebagai hasilnya adalah siswa telah belajar lebih optimal dalam
memahani sebuah teks bacaan melalui metode SQ3R.
9. Kesulitan siswa dalam memahami kosa kata dapat dipecahkan oleh siswa sendiri
dengan cara sharing dan membuka kamus.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan yang diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan: 1) Motivasi
belajar siswa, 2) pemahaman siswa terhadap teks narrative
Sehingga didapatkan hasil bahwa tingkat ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 17
siswa atau sebesar 62,9%, dan pada siklus II meningkat sebanyak 26 siswa atau 92,8%.
Disarankan guru mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode
pembelajaran SQ3R, agar siswa lebih termotivasi minat belajarnya sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar yang baik.
RUJUKAN /REFERENSI
Ahmadi, A. 1984. Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera
Flemming, L. E. 2009. Reading for Thinking. Houghton Mifflin Harcourt Publishing
Company: Boston New York.
Harsiati, T. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hanafiah, 2010. Pengertian Dan Manfaat Metode SQ3R. Tersedia pada
http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-dan- manfaat-metode-
sq3r.html. Diakses 14 Maret 2016
Khuzaimah, Siti. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
metode SQ3R Pada Siswa SMU Negeri 1 Sombarlawang. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Rooyakkers, A. 1984. Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia.
Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar
Baru.
Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Tarigan, H. G. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
ISBN: 978-602-1150-17-7
927
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN
METODE CHAIN WRITING SISWA KELAS VII I SEMESTER II MTs
HASYM ASY’ARI BATU
Ahmad Mudhofar
Mts Hasyim Asy‟ari Batu
ahmad mudhofar 68 @gmail.com.
Abstrak :Adanya kenyataan bahwa siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah mengalami
kesulitan didalam mempelajari Bahasa Inggris terutama pada standar kompetensi
menulis, menjadi fokus dari tulisan ini. Indikasinya bisa dilihat dari hasil ujian
semester dimana sebagian besar dari mereka gagal mendapatkan nilai yang bagus.
Salah satu penyebab dari kegagalan ini adalah adanya budaya pengajaran yang tidak
kondusif . Di dalam kelas siswa-siswi diharapkan untuk duduk manis, mendengarkan
keterangan Bapak/Ibu Guru dengan seksama, penuh perhatian dan penuh hormat.
Guru adalah dianggap sebagai satu-satunya orang yang mengetahui segala sesuatu dan
selalu mendominasi kegiatan di kelas (teknik tradisional). Hal ini bertentangan
dengan prinsip kurikulum baru yaitu proses belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student centered). Peran guru adalah membekali siswa-siswinya dengan
pengalaman tertentu guna mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam
standar isi (Depdiknas, 2006,2013). Jika budaya ini tidak dirubah, maka niscaya usaha
apapun yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran akan sia-sia.
Penggunaan strategy Chain Writing ini adalah salah satu alternative pembelajaran
yang diterapkan di MTs Hasym Asyari Batu Kelas VII Semester II guna mewujudkan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif menyenangkan dan Inovative. Hal ini sangat
dimungkinkan karena pembelajaran bisa dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.
Penelitian tindakan kelas di MTs Hasym Asy‟ari ini mencoba mencari sejauh mana
penggunaan strategi Chain Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.
Kemampuan menulis dimaksud adalah menulis karangan Deskriptif dengan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang merupakan Kompetensi
Dasar menulis untuk kelas VII Semester II.
Kata Kunci : Pembelajaran, Chain Writing, Menulis Teks Deskriptif
Secara umum Pembelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pemerintah pusat telah menentukan standar kompetensi (SK) yang harus dimiliki oleh
siswa. Ada macam 4 SK yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kompetensi mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. SK yang cakupan materinya masih bersifat umum ini
kemudian dijabarkan dalam sejumlah kompetensi minimum atau yang lebih dikenal dengan
istilah kompetensi dasar (KD). Salah satu KD yang merupakan jabaran dari SK, kemampuan
menulis yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menulis Teks Deskriptif (Depdiknas,
2006).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
928
Banyak yang mengatakan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris tidak berhasil. Salah
satu sebab kegagalan ini adalah budaya pengajaran di kelas yang kita miliki tidak kondusif
untuk menunjang proses pembelajaran. Di dalam kelas murid dituntut untuk duduk manis,
mendengarkan guru secara seksama dan mematuhi semua keterangannya. Guru adalah
merupakan satu-satunya orang yang dianggap mengetahui segala sesuatu dan oleh karena itu,
dia mendominasi kegiatan di kelas. Ditambah lagi keadaan kualitas guru yang masih kurang
bagus kualitas kerjanya, dimana semua itu tidak dapat dilepaskan dari manajemen pendidikan.
Oleh karena itu, program peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan PBM (proses belajar
mengajar), harus menjadi sesuatu yang utama disekolah disamping tiga aspek yang lain, yaitu
kemampuan, semangat kerja dan dedikasi dan aspek kesejahteraan (Zamroni, 2000:120). Jika
budaya semacam ini masih dipertahankan, niscaya usaha apapun yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan kwalitas pendidikan akan sia-sia.
Sejauh ini sudah cukup banyak tulisan-tulisan di media massa yang secara terbuka
mempertanyakan mengapa pelajaran menulis dianaktirikan di negeri ini (Marahimin, 2001: 16).
Pelajaran menulis rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolah-sekolah kita, mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pelajaran menulis hanya diberikan teori-teorinya saja,
itupun ada yang tidak sejalan dengan metode pengajaran menulis. Selain itu, buku-buku
pegangan dan buku teks pelajaran menulis bagi siswa memang masih langka, untuk tidak
mengatakan belum ada sama sekali.
Kurikulum terbaru yang sedang dikembangkan saat ini yaitu kurikulum 2006/KTSP
lebih menuntut seorang guru untuk berbuat maksimal mengadakan reformasi dalam
pembelajarannya.
Selanjutnya timbul pertanyaan strategi pembelajaran apa yang relevan dengan KTSP?
Maka paling tidak seorang guru harus paham tentang strategi pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL), Quantum Teaching-Learning dan juga
Pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dimana
Chain Writing adalah salah satu pilihan.
Diberlakukannya kurikulum KTSP merupakan hal yang sangat mengembirakan bagi
pelajaran menulis, karena menulis mendapatkan porsi seimbang dengan empat kemampuan
berbahasa yang lainnya tak terkecuali pelajaran menulis Teks Deskriptif.
Akan tetapi pembelajaran menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII di MTs Hasym
Asy‟ary masih menemui banyak kendala. Kendala tersebut tampak karena: (1) pembelajaran
menulis oleh sebagian besar guru kelas masih dianggap tidak terlalu penting, (2) keterbasan
sebagian guru dalam pengetahuan menulis. Kendala itu bertambah lagi ketika mengetahui
pembelajaran menulis Teks Deskriptif dalam kurikulum KTSP merupakan salah satu KD di
kelas VII.
Ditemukan di beberapa sekolah, pembelajaran menulis dengan model pemberian tugas
tanpa arah yang jelas. Setelah menerangkan unsur-unsur menulis (bahkan sebagian guru tidak
menerangkan sebelumnya), guru lalu menugasi siswa untuk menulis. Ketika siswanya bertanya,
”Bagaimana caranya, Bu?” Guru itu menjawab ”Terserah anak-anak.” Ada juga guru
menjawab, ”Tulislah berdasarkan kemampuan penguasaan kosa kata yang kamu miliki.”
Namun ketika siswa berkomentar ”Saya tidak bisa , Bu...”, guru pun seperti kehabisan akal.
Dalam keadaan seperti itu, guru pun ganti menekan siswanya untuk menulis apa saja tanpa
banyak berkomentar. Akhirnya siswa belajar menulis Teks Deskriptif dengan perasaan
‟tersiksa‟ dan ‟terbebani‟. Perasaan semacam itu akan terus berulang setiap kali guru masuk
dan menagih hasil tulisan siswanya.
Berangkat dari kondisi tersebut, penelitian ini berusaha untuk mencari bentuk
pembelajaran menulis Teks Deskriptif yang tidak ‟menyiksa, tidak ‟membebani‟, tetapi yang
ISBN: 978-602-1150-17-7
929
‟menyenangkan‟, yang dapat dinikmati siswa maupun guru, yang bisa meningkatkan
kerjasama/gotong royong, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, yaitu
pembelajaran menulis Teks Deskriptif dengan menggunakan strategi Chain Writing.
Kembali pada variasi metode mengajar dan keluwesan dalam penerapan pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi murid terutama dalam pembelajaran Chain Writing merupakan
salah satu pilihan. Chain Writing adalah sebuah game yang menciptakan kolaborasi pertukaran
pikiran, perasaan, dan ide antara beberapa orang yang menyebabkan efek yang sepadan pada
masing-masing individu (Brown, 1994)
Sebuah laporan penelitian efek dari Chain Writing diantara murid-murid sekolah
menengah (Lampe, 1996) mengindikasikan bahwa game ini meningkatkan pencapaian nilai
siswa, menimbulkan rasa percaya diri, dan memperbaiki hubungan sesama teman. Penulis
yakin, teknik ini akan sesuai untuk setting/keadaan siswa di Indonesia karena perasaan orang
Indonesia pada umumnya suka gotong royong dan bekerjasama dari pada sifat individual dan
suka berkompetisi/persaingan.
Berdasarkan uraian di atas dan agar supaya penelitian ini menjadi terarah, maka fokus
tulisan ini dikhususkan pada penerapan Chain Writing dalam pengembangan kemampuan
menulis Teks Deskriptif berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan
penggunaan ejaan.
Pada Zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi contoh
lukisan yang sudah jadi dan baik, yang mana lukisan tersebut dibuat oleh seorang master, yaitu
seorang ahli melukis yang sudah terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru lukisan master
tadi sampai sebisa-bisanya, semirip mungkin. Sesudah sepuluh-dua puluh kali mencoba, sang
murid akan mendapatkan sebuah master baru untuk ditiru. Begitulah seterusnya sampai sang
calon pelukis itu bisa melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas yang sesuai
dengan kepribadiannya. Metode ini dinamakan Copy the Master, yang artinya menirukan
tulisan seorang ahli (Marahimin, 2001:21).
Lain di Cina, lain pula di Barat. Kata orang kalau kita belajar melukis cara Barat, kita
belajar mulai dari garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna, dan sebagainya
menurut urutan-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar.
Pembelajaran menulis karangan pun mengenal kedua metode itu, yaitu melalui kaidah-
kaidah yang disuruh hafalkan, dan copy the master. Belajar menulis karangan melalui kaidah-
kaidah menurut hemat penulis adalah ibarat belajar berenang di darat, dan juga cara copy the
master yang justru mematikan kreativitas siswa.
Tujuan orang menulis adalah untuk menjelaskan dan melaporkan responnya atas suatu
pengalaman yang menarik, menyenangkan atau menyedihkan dalam hidup ini (Barnet, 1979:
27). Sesuatu pengalaman yang menarik, menyenangkan ataupun menyedihkan itu bisa
berbentuk sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun dalam bentuk yang lain.
Berangkat dari pemikiran inilah, memperdengarkan karangan atau menayangkan cerita
pengalaman adalah merupakan sumber pembelajaran menulis yang sangat efektif.
Sebuah penelitian yang diadakan oleh Cohen (1994) dari Stanford University, dengan
judul: Restructuring the Classroom, telah sampai pada kesimpulan bahwa kelompok kerja
semacam Chain Writing bisa diterima sebagai metode dalam mencapai peningkatan tujuan
pembelajaran. Cara seperti ini menghasilkan pemerolehan belajar, pengembangan daya pikir
yang lebih tinggi, perkembangan perilaku sosial, cara mengadakan interaksi dan merupakan
sebuah cara untuk memanage keheterogenan akademis dalam kelas.
Secara teori, Chain Writing adalah dikerjakan dalam kelompok-kelompok yang akan
memberikan kesempatan istimewa pada siswa siswi untuk aktif menulis (Nystrand, 1986),
adalah merupakan teknik yang direkomendasikan dalam rekonstruksi sekolah (Newmann,
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
930
1986). Teknik kelompok ini juga secara luas direkomendasikan sebagai cara memperoleh
derajat rasa persamaan dalam kelas (Oakes and Lipton, 1990). Manfaat dari Chain Writing
yang dilaksanakan secara berkelompok ini adalah tersedianya peningkatan kesempatan
komunikasi yang besar sesama siswa (Kerr, 1985)
Barness dan Todd (1977) menyimpulkan bahwa belajar secara berkelompok lebih
efektif dari cara atau teknik yang lain. Dibanding dengan metode yang lain, kompetisi dan
individual, teknik bekerja secara berkelompok mempunyai nilai lebih (Johnson, 1984). Dalam
teknik kompetisi, murid bekerja berlawanan dengan yang lain dengan tujuan mencapai sesuatu
yang hanya bisa diperoleh oleh seorang siswa, yaitu juara 1. Tentu saja tujuan ini tercapai kalau
saja dan jika saja siswa yang lain gagal. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang aktif karena
mereka mengira hanya merekalah yang bisa mencapai tujuan itu, sementara sebagian besar
siswa yang lain hanya ogah-ogahan karena mereka yakin tidak memperoleh kesempatan sebagai
juara 1.
Secara singkat perbedaan antara metode Chain Writing dengan teknik tradisional
adalah:
Chain Writing Tradisional
o kerja sama
o persamaan individu
o heterogen
o pembagian kepemimpinan
o pembagian tanggung jawab pada masing-
masing individu
o ditekankan pada tugas dan
penyelesaiannya
o ketrampilan bersosialisasi diperoleh
langsung
o guru sebagai fasilitator
o grup memproses keaktifannya
o tanpa kerjasama
o tanpa persamaan individu
o homogen
o tanpa pembagian kepemimpinan
o tanggung jawab hanya ada pada diri
pribadi
o ditekankan pada tugas individu saja
o ketrampilan bersosialisasi diabaikan
o guru sebagai pusat pembelajaran (teacher
centered)
o tanpa proses gruping
Adapun strategi pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan Chain Writing
ini adalah sebagai berikut:
(1) Menyediakan kertas plano, marker (spidol), selotip, dan gunting.
(2) Menyiapkan naskah/teks yang berisi Teks Deskriptif .
(3) Memperdengarkan/mempertunjukkan kepada siswa Teks Deskriptif .
(4) Meminta siswa untuk memusatkan pikiran dan memperhatikan Deskriptif Teks dengan
baik-baik.
(5) Mengamati dan merumuskan secara bersama penulisan Teks Deskriptif .
(6) Memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan kata-
kata yang tepat , penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan
sesudahnya yang harus nyambung, dan adanya kalimat penutup yang bagus.
(7) Membagi kelas menjadi lima kelompok, yang masing-masing kelompok
beranggotakan 7 siswa. Dan ada satu kelompok yang beranggotakan 6 orang (Karena
jumlah siswa adalah 34 orang).
(8) Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa pembuka, di dinding.
(9) Mempersilahkan kelima kelompok untuk mengambil jarak sekitar 5 meter, dengan cara
berbaris berbanjar pada masing masing kelompok yang telah ditentukan.
(10) Memulai Chain Writing.
(11) Menilai bersama sama hasil menulis Teks Deskriptif .
ISBN: 978-602-1150-17-7
931
(12) Mengadakan refleksi secara bersama-sama.
Pembelajaran ini disebut Chain Writing karena fokusnya adalah menulis secara berantai.
Ada beberapa jenis teks yang harus dicapai dalam Kompetensi Dasar khususnya aspek
menulis (writing) oleh siswa kelas VII .Salah satu jenis teks tersebut adalah Teks Deskriptif.
Teks Deskriptif adalah wacana/ bacaan yang mendiskripsikan sesuatu, orang atau tempat (
Larson,1984 : 366 ) .
Dengan menguasai Teks Deskriptif siswa diharapkan dapat menjabarkan karakteristik
dari suatu benda, orang atau tempat. Kompetensi siswa dalam hal menulis akan semakin
berkembang dengan menggunakan kemampuan kosa kata yang mereka miliki. Untuk mencapai
kompetensi ini salah satu strategi yang dipakai adalah strategi Chain Writing, di mana siswa
dituntut kreatif di dalam kelompok untuk menghasilkan teks deskriptif.
Sehubungan dengan latar belakang masalah, ada satu masalah yang ingin ditetapkan
oleh penulis sebagai masalah utama dalam karya tulis ini yaitu:
Bagaimana Peningkatan Kemampuan Siswa dalam menulis Teks Deskriptif dengan Metode
Chain Writing siswa kelas VII I Semester II di MTs Hasym Asy‟ary Batu Tahun Pelajaran
2015-2016 ?
Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi teori pembelajaran
Bahasa Inggris, khususnya pembelajaran menulis Teks Deskriptif.
(2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Inggris di
Madrasah Tsanawiyah sebagai alternatif memecahkan masalah pembelajaran menulis
Teks Deskriptif. Dan oleh siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai
petunjuk praktis, konkret, dan operasional dalam menulis Teks Deskriptif.
B. METODE PENELITIAN
B.1 Obyek dan Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hasyim Asy‟ari Batu, Jln. Semeru. Penelitian
dilakukan pada siswa kelas VII semester II. Penelitian ini akan dilakukan dalam jangka waktu
satu minggu pada waktu pembelajaran bahasa Inggris terhitung dari 10 s.d. 17 Maret 2016.
B.2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengandung tindakan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis
karangan menggunakan Chain Writing. Oleh karena penelitian ini termasuk jenis penelitian
tindakan, maka penelitian ini menggunakan jenis Deskriptif Kualitatif.
B.3 Prosedur Penelitian
Proses penelitian ini merupakan siklus-siklus sebagaimana dinyatakan Kemmis dan Mc
Taggart (1992) yang diawali dengan mengembangkan perencanaan, melakukan tindakan sesuai
rencana, melakukan observasi terhadap tindakan, dan melakukan refleksi. Refleksi merupakan
tahap perenungan terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan yang diperoleh.
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan , setiap tindakan dan siklusnya selalu bersifat
partisipatoris dan kolaboratif.
Berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan (action research), prosedur penelitian
ini melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan dimulai dari perumusan rancangan tindakan strategi
pembelajaran menulis teks deskriptif:
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
932
1) Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
meliputi tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi pembelajaran,
menetapkan kegiatan belajar-mengajar, memilih dan menetapkan sumber/bahan/alat
pembelajaran yaitu berupa naskah yang berisi tentang karangan deskriptif, dan
menyusun evaluasi.
2) Menyusun indikator, deskriptor, dan kriteria keberhasilan pembelajaran menulis teks
deskriptif menggunakan Chain Writing.
3) Menyusun observasi sebagai alat perekam data, pedoman wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi.
4) Melakukan pengecekan terhadap RPP, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran menulis
karangan yang dilakukan oleh guru.
(2) Pelaksanaan Tindakan (Siklus I)
Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus-siklus: siklus I, siklus II, dst.
Setiap siklus dimulai dengan memperdengarkan teks deskriptif. Fokus tindakan berupa pada
setiap siklus untuk menulis Teks Deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pelaksanaan Kegiatan Guru Pada Tahap Pembelajaran
Tahap
Pembelajaran
Fokus Pembelajaran Prosedur Pembelajaran Tindakan
Pra Menulis 1. Memperdengarkan
deskriptif teks “Mr Danu”
1. Memberi contoh teks
deskriftif
2. Mendiskusikan teks
deskriptif
1. Menyiapkan
karangan/cerita deskriptif
2. Memperdengarkan
karangan /menayangkan
cerita tersebut
Proses Menulis 2. Meningkatkan
kemampuan menulis
karangan berdasarkan
pengamatan
3. Mengembangkan
kemampuan menulis
karangan berdasarkan
pengamatan dengan
memperhatikan pilihan
kata dan penggunaan
ejaan yang baik dan benar
3. Memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengembangkan
kemampuan menulis
karangan berdasarkan
pengamatan siswa terhadap
sesuatu, seseorang atau
tempat menggunakan
strategi Chain Writing.
3. Memulai Chain
Writing
Pasca Menulis 4. Membaca karangan
yang telah ditulis
5. Mengadakan
penilaian/koreksi bersama
6. Refleksi
4. Pembacaan karangan
yang telah selesai
5. Koreksi bersama
4. Meminta wakil dari
kelompok untuk
membacakan hasil
karangan
5. Mengadakan koreksi
dan evaluasi bersama
(3) Observasi dan Evaluasi
Pada saat tindakan dilaksanakan, observasi dan evaluasi dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan dapat mengidentifikasi masalah dan hambatan
yang dihadapi dalam pelaksanaan Chain Writing. Berdasarkan refleksi hasil tindakan pada siklus
I, peneliti membuat kesimpulan sebagai dasar untuk pelaksanaan tindakan siklus II, lalu
dilaksanakan refleksi pelaksanaan tindakan siklus II dan seterusnya sehingga dapat mencapai
ISBN: 978-602-1150-17-7
933
hasil sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan. Hasil kegiatan refleksi setiap tindakan
digunakan untuk menyusun simpulan terhadap hasil tindakan I, dan II.
(4) Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini peneliti mengadakan
perenungan terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang direnungkan meliputi (1)
pelaksanaan kegiatan pada tahap pembelajaran, (2) keberhasilan mengajar, (3) pencapaian
keberhasilan siswa. Semua kegiatan ini tergambar melalui kegiatan telaah analisis, sintesis,
pemahaman, dan solusi.
(5) Tindakan siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini berfokus pada hasil refleksi siklus I. Kegiatan analisis dan
observasi II dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan siklus I ini akan
menjadi bahan refleksi siklus II.
B.4 Data Penelitian/Hasil penelitian
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi yang berupa karangan hasil pembelajaran. Rincian data berkaitan dengan
kegiatannya adalah sebagai berikut ini:
(1) perencanaan, yaitu berupa RPP, pemilihan media, dan perencanaan evaluasi;
(2) pelaksanaan, berkaitan dengan perilaku guru dan siswa yang meliputi interaksi belajar
mengajar antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru dalam pembelajaran menulis
karangan berdasarkan pengalaman mulai dari pra menulis, proses menulis, dan pasca
menulis;
(3) evaluasi, baik yang berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil;
(4) hasil produk berupa karangan teks deskriptif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, siswa kelas VII MTs Hasym
Asy.ari Batu dan guru Bahasa Inggris MTs Hasym Asy.ari batu. Siswa kelas VII MTs Hasym
Asy‟ari Batu dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa berdasarkan standar isi kurikulum KTSP, siswa kelas VII harus memiliki kemampuan
menulis karangan teks deskriptif dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.
Data penelitian dikumpulkan dengan mengunakan catatan lapangan, wawancara, dan
penugasan yang menghasilkan produk berupa karangan. Masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut.
(1) Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang paling praktis dan
mudah dilaksanakan kapan saja dan dimana saja. Pencatatan ini dilakukan untuk
mencatat tindakan praktis sewaktu pembelajaran. Hal-hal yang dicatat mengacu pada
guru dan siswa yang diteliti. Disamping itu, catatan lapangan dapat berupa catatan
reflektif yang diperkaya.
(2) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati tempat berlangsungnya pembelajaran
menulis karangan. Dengan berpedoman pada lembar observasi, peneliti mengamati apa
yang terjadi dalam proses pembelajaran. Butir-butir yang menjadi sasaran pengamatan
diberi tanda cawang bila muncul.
(3) Wawancara
Wawancara dipergunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi
dikelas dari unsur guru dan siswa.
(4) Data Produk
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
934
Data produk yaitu berupa karya tulisan berbentuk karangan hasil pembelajaran yang
dibuat oleh siswa. Berdasarkan data ini dapat diketahui apakah pembelajaran menulis karangan
deskriptif tergolong efektif ataukah sebaliknya.
Analisis data penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur analisis data yang
dikembangkan oleh Miles dan Hubberman (1992: 15-20). Kegiatan analisis dimulai dengan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
(1) Reduksi Data
Kegiatan pada tahap ini adalah mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan melakukan
pengkodean terhadap data. Kegiatan mereduksi ini dipusatkan pada karangan itu
sendiri, apakah sudah menggunakan pemilihan kata-kata dan ejaan yang sesuai dan
baik.
Reduksi data juga difokuskan pada kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan
tindakan, dan data selama kegiatan evaluasi
(2) Penyajian Data
Hasil dari kegiatan reduksi data disajikan dalam klasifikasi-klasifikasi berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu sehingga memberikan gambaran yang mengarah pada
pemerolehan jawaban atas masalah penelitian.
(3) Penyimpulan Hasil
Pada tahap penyimpulan, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasi data untuk
menghasilkan temuan. Kegiatan penyimpulan kemudian diikuti oleh peninjauan
kembali catatan lapangan, bertukar pikiran dengan para ahli, teman sejawat, dan guru
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini disajikan hasil analisis data yang menggambarkan proses dan hasil
tindakan yang dilakukan di lapangan. Proses dan hasil tindakan itu tergambar dalam dua siklus
penelitian, yaitu siklus I, dan siklus II. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.
1 Hasil Penelitian Siklus I
Tindakan 1 pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan metode Chain Writing
dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2016 pada siswa kelas VII MTs Hasyim Asy‟ari Jln
Semeru. Tindakan 1 ini diikuti oleh 35 siswa yang dilaksanakan di dalam sekolah.
Pelaksanaan siklus I penelitian ini diawali dengan melakukan persiapan-persiapan untuk
melaksanakan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan Chain Writing. Persiapan-
persiapan itu antara lain adalah sebagai berikut.
(a) Menulis RPP menulis teks deskriptif selama 2 x 40 menit yang berisi langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh guru dan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam rangka
mengimplementasikan tindakan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan strategi
Chain Writing.
(b) Memeriksa dan mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan, seperti
kertas plano/ manila, selotip, gunting, dan marker (spidol) dan tak kalah pentingnya field
note.
Tahap berikutnya pelaksanaan. Secara garis besar tahapannya dilaporkan sebagai
berikut:
(a) Memperdengarkan teks deskriptif dengan cara guru membacakan karangan dengan keras
dan jelas dalam tempo yang tidak terlalu cepat. Deskriptif yang dijelaskan adalah sebagai
berikut :
My Father
This is Mr. Danu. He is tall. He has black hair.
He wears glasses. He wears shirt
ISBN: 978-602-1150-17-7
935
(b) Selesai menjelaskan teks deskriptif, guru dan siswa mendiskusikan teks deskriptif
(c) Guru memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu menggunakan pemilihan kata-
kata yang tepat, penggunaan ejaan yang benar, keterkaitan antara kalimat sebelum dan
sesudahnya yang harus koheren.
(d) Menempelkan kertas plano/ manila pada jarak sekitar 2 meter dari barisan murid yang
disiapkan secara berbanjar masing-masing kelompok.
(e) Chain Writing dilakukan.
(f) Setelah kelima kelompok menuliskan kalimat-kalimat masing-masing, dilaksanakan koreksi
dan penilaian bersama.
(g) Fokus penilaian adalah tentang ketepatan pemilihan kata (diction) dan penggunaan ejaan
yang tepat (spelling), keterkaitan antar kalimat (coheren) dan struktur kalimat (grammar).
(h) Pengumuman kelompok pemenang dan pemberian hadiah/ reward.
Setelah pelaksanaan Metode Chain Writing, diadakan test terhadap siswa. Siswa harus
mengarang Teks Deskriptif sesuai dengan tema yang telah ditentukan minimal 50 kata atau 5
baris kalimat. Dari hasil test dapat dilaporkan tentang, keterkaitan antar kalimat (coheren), dan
struktur kalimat (grammar), penggunaan ejaan (spelling), pemilihan kata (diction) sebagai
berikut:
1. Koherensi Kalimat:
Contoh 1. Mrs. Susi is beautiful. He is wears a tie.
Kata He tidak koheren dengan Mrs. Susi.
Contoh 2. My mother tall. He is a father. He has a glasses.
Kata mother tidak koheren dengan He dan father
2. Struktur Kalimat
Contoh 1. My father handsome
Contoh 2. My classroom it has cupboard
Contoh 3. This desk my
Pada contoh kalimat 1, tidak lengkap karena tidak ada is. Contoh ke-2 juga tidak benar karena
menggunakan 2 subyek yaitu: it sebagai pengganti My classroom. Pada contoh ke-3 juga
tidak tepat karena tidak membentuk kalimat, hanya berupa frase-frase.
3. Ejaan
Contoh 1. Icha is my bres friend (seharusnya best)
Contoh 2. It has white bord (seharusnya board)
Contoh 3. She is beutiful (seharusnya beautiful)
4. Pilihan Kata (Diksi)
Contoh 1. My friend very good nice ( seharusnya My friend is very nice)
Contoh 2. In deep clas to cupboard (in deep maksudnya adalah Di dalam seharusnya In class,
there is a cupboard)
Contoh 3. She is has tall hair (tall yang dimaksud adalah panjang. Seharusnya She has long
hair)
Penilaian kepada siswa dalam memahami penggunaan koherensi, struktur,ejaan , dan diksi
dapat dilihat pada tabel berikut :
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
936
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Test Siklus I
NO NAMA SISWA
NIL
AI
KO
HE
RE
NS
I
ST
RU
KT
UR
EJ
AA
N
DIK
SI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Achmad Iqbal Robbany 25 v v v v
2 Akbar Bagus Cahyo Putro 69 v V v v
3 Aldino Firmansyah Pratama 56 v V v v
4 Alexander Junetto Indhi
Pradana
88 v v v v
5 Alfiana Sindy Firanata 0
6 Annisa Rahma Harum
Melati
31 v v v v
7 Arafah Alif Ramadhiansyah 88 v v v v
8 Ayub Fardana 25 v v v v
9 Choirur Rozikin 100 v v v v
10 Cindy Renamaya Afdilah 94 v v v v
11 Della Anggraeni 25 v v v v
12 Dirham Wiranata Wahyudi 56 v v v v
13 Dita Wahyu Indah Sari 81 v v v v
14 Faisal Risqianto 25 v v v v
15 Ferdiansyah Gilang Saputra 25 v v v v
16 Fito Setyo Utomo 25 v v v v
17 Habibatun Najibah 44 v v v v
18 Krisna Bayu Setyawan 88 v v v v
19 Kristina Maharani 81 v v v v
20 Mega Nur Alita 88 v v v v
21 Muhammad Alief Rahman
Hakim
56 v v v v
22 Nadya Anggi Pratiwi 75 v v v v
23 Nia Dinata 38 v v v v
24 Putra Rizki Taufik 50 v v v v
25 Revina Indah Pratiwi 75 v v v v
26 Setiya Dwi Wulandari 69 v v v v
27 Sevira Ayu Kartika Sari 56 v v v v
28 Shellina Farra Anggraeni 44 v v v v
29 Sony Candra Firmansyah 69 v v v v
30 Syinta Rahayu Lailatul Nada 88 v v v v
31 Uka Abdi Negara 44 v v v v
32 Zulfatul Hasanah 75 v v v v
33 Firda Ainun Ma'ulkhaya 75 v v v v
34 Dimas Yoga Darma Pratama 50 v v v v
35 Siska Ningtyas Ramadhani 94 v v v v
JUMLAH 207
2
16 4 5 9 7 15 6 6 7 8 9 10 7 8 9 10
ISBN: 978-602-1150-17-7
937
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui prosentase kemampuan siswa dalam memahami
koheren struktur, ejaan dan diksi dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Koheren
Contoh: perhitungan koherensi kategori 1
Prosentase skor koheren =
x 100%
=
x100%
= 47,05%
b. Struktur
Contoh: perhitungan struktur kategori 1
Prosentase skor struktur =
x 100%
=
x100%
= 20,58%
c. Ejaan
Contoh: perhitungan Ejaan kategori 1
Prosentase skor Ejaan =
x 100%
=
x100%
= 20,58%
d. Diksi
Contoh: perhitungan Diksi kategori 1
Prosentase skor Diksi =
x 100%
=
x100%
= 20,58%
Dari perhitungan diatas diperoleh Prosentase Hasil Penilaian Siswa dalam memahami
koheren struktur, ejaan dan diksi seperti tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Prosentase Hasil Penilaian Siswa Siklus I
NO KOHEREN STRUKTUR EJAAN DIKSI
Siklus I Siklus I Siklus I Siklus I
(%) (%) (%) (%)
1 47.1 20.58 20.58 20.58
2 11,76 44.11 23.52 23.52
3 14.7 17.64 26.47 26.47
4 26.47 17.64 29.41 29.41
Setelah menganalisa hasil test di atas, maka prosentase yang diperoleh sebagai berikut
1. Koherensi Kalimat
Prosentase karangan yang tidak koheren (kategori 1) sebanyak 47,1 %.
2. Struktur Kalimat
Prosentase karangan yang tidak menggunakan struktur dengan benar (kategori 1) sebanyak
20,58%.
3. Ejaan
Adapun prosentanse penggunaan ejaan yang tidak benar (kategori 1) di dalam karangan
sebanyak 20,58%.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
938
4. Pilihan Kata
Adapun prosentanse pemilihan kata yang tidak benar (kategori 1) di dalam karangan
sebanyak 20,58%.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa belum menguasai bagaimana
membuat karangan yang koheren dan penggunaan struktur yang tepat. Sebaliknya siswa telah
menguasai penggunaan ejaan dan pilihan kata yang tepat. Maka dalam siklus ke II direncanakan
perlu penekanan dalam menjelaskan kalimat yang koheren dan penggunaan struktur kalimat
yang benar.
Hasil Penilaian Kinerja Guru
Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang terdapat pada lampiran tabel.
Pengamatan Kinerja Guru terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki, antara lain :
a. Pada awal pembelajaran guru tidak melakukan presensi terhadap siswa.
b. Apersepsi yang diberikan kepada siswa masih bersifat umum, tidak fokus pada topik yang
akan disampaikan pada siswa.
c. Guru tidak menjelaskan metode yang digunakan di dalam pembelajaran.
d. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sebaiknya ditulis di papan.
e. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru tidak membagi kelompok di dalam kelas,
sehingga terjadi ketidaktertiban siswa di luar kelas.
f. Instruksi test tidak ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa.
g. Tidak ada petunjuk skor penilaian, sehingga mempersulit guru dan tidak adil dalam
memberikan penilain.
Refleksi Hasil Penilaian Guru
Dari hasil observasi di atas, maka:
a. Pada awal pembelajaran guru seharusnya melakukan presensi terhadap siswa.
b. Guru perlu memfokuskan apersepsi tentang topik yang akan disampaikan kepada siswa.
c. Guru harus menjelaskan metode apa yang akan digunakan dalam pembelajaran.
d. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sebaiknya ditulis di papan.
e. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru seharusnya membagi kelompok di dalam
kelas untuk menghindari adanya kericuhan.
f. Instruksi test sebaiknya ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa.
g. Guru harus membuat petunjuk/ panduan penilaian, agar penilaian obyektif.
Beberapa kekurangan yang terjadi, akan ditindak lanjuti dengan beberapa perbaikan
yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II.
2 Hasil Penelitian Siklus II
Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan hasil refleksi dan evaluasi tindakan
pada siklus I. Tindakan ke-2 dilaksanakan pada 17 Maret 2016, pada kelas yang sama, kelas
VII selama 2 x 40 menit atau dua jam pelajaran. Tindakan 2 ini diberikan contoh model siswa
untuk membuat Teks Deskriptif.
Siklus II ini diawali dengan melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan
pembelajaran menulis karangan Teks Deskriptif menggunakan metode Chain Writing.
Persiapan-persiapan itu antara lain:
(a) Membuat RPP menulis karangan Teks Deskriptif berdasarkan pengalaman selama 2 x 40
menit yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dalam rangka mengimplementasikan tindakan pembelajaran menulis
karangan Teks Deskriptif dengan menggunakan metode Chain Writing.
ISBN: 978-602-1150-17-7
939
(b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan, seperti kertas plano,
selotip, gunting, dan marker (spidol) dan tak kalah pentingnya field note.
Tahap berikutnya pelaksanaan. Secara garis besar tahapannya dilaporkan sebagai berikut:
(a) Menampilkan model di depan kelas untuk merangsang siswa menyampaikan pendapatnya
dengan mendeskripsikan model yang ditampilkan .
Karangan Deskriptif Teks berdasarkan model yang ditampilkan ringkasannya adalah
sebagai berikut.
My Friend
I have a friend. His name is Hidayatullah.
He is Tall. He has straight hair. He likes apples.
He also likes meatball. He is patient.
Every student like hin very much.
(b) Guru memberi penjelasan tentang karangan yang baik yaitu keterkaitan antara kalimat
sebelum dan yang sesudahnya harus padu, menggunakan struktur kalimat yang tepat,
penggunaan ejaan yang benar, menggunakan pemilihan kata-kata yang tepat, dan adanya
kalimat penutup yang bagus.
(c) Menempelkan kertas plano pada jarak sekitar 5 meter dari barisan murid yang
disiapkan secara berbanjar masing-masing kelompok.
(d) Chain Writing dilakukan.
(e) Setelah kelima kelompok menuliskan kalimat-kalimat masing-masing, dilaksanakan koreksi
dan penilaian bersama.
(f) Fokus penilaian adalah tentang keterkaitan antar kalimat, struktur kalimat, penggunaan ejaan
yang tepat serta ketepatan pemilihan kata.
(g) Pengumuman kelompok pemenang dan pemberian hadiah/reward.
Setelah dilakukan evaluasi dan refleksi, tindakan pada siklus II ini memperoleh hasil
yang meningkat, dalam hal ini kesalahan yang dibuat dalam karangan hasil Chain Writing
menurun dengan signifikan jika dibanding tindakan pada siklus I.
Hal ini dibuktikan dengan prosentase berikut ini:
1. Koherensi Kalimat
Prosentase karangan yang tidak koheren (kategori 1) turun dari 47% dari 18%.
2. Struktur Kalimat
Prosentase karangan yang tidak menggunakan struktur dengan benar ( kategori 1) turun
dari 21% menjadi 18%.
3. Ejaan
Adapun prosentanse penggunaan ejaan yang tidak benar (kategori 1) turun dari 21% menjadi
15%.
4. Pilihan Kata
Adapun prosentanse pemilihan kata yang tidak benar (kategori 1) naik dari 21% menjadi
29%.
Dari hasil analisa ini, dapat disimpulkan bahwa pada siklus ke II ada peningkatan pada
koherensi kalimat, struktur kalimat, dan ejaan kata. Tetapi pada poin pilihan kata terdapat
penurunan. (Lihat tabel 4.4 dan 4.5)
Berdasarkan hasil test siklus I dan II juga dapat diketahui bahwa ada peningkatan rata-rata nilai
siswa dalam membuat karangan deskriptif. (Lihat tabel 4.6)
Hasil Penilaian Kinerja Guru
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
940
Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah mengalami peningkatan dan
sesuai dengan prosedur proses pembelajaran yang diharapkan. Guru sudah melakukan perbaikan
sebagai berikut:
a. Pada awal pembelajaran guru sudah melakukan presensi terhadap siswa.
b. Apersepsi yang diberikan kepada siswa sudah fokus pada topik yang akan dibahas.
c. Guru menggunakan contoh model sebagai bahan apersepsi.
d. Guru memberikan contoh kosakata yang umum digunakan dalam menulis teks deskripsi.
e. Guru sudah menjelaskan metode yang digunakan di dalam pembelajaran.
f. Kompetensi Dasar yang akan dibahas sudah ditulis di papan.
g. Pada pelaksanaan metode Chain Writing, guru sudah membagi kelompok di dalam kelas,
sehingga siswa keluar kelas dengan tertib.
h. Instruksi test ditulis dalam lembaran tes yang diberikan pada siswa.
i. Ada petunjuk skor penilaian, sehingga mempermudah guru dalam memberikan penilaian.
Penilaian kepada siswa dalam memahami penggunaan koherensi, struktur,ejaan , dan
diksi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Test Siklus II
NO NAMA SISWA
NIL
AI
KO
HE
R
EN
SI
ST
RU
KT
UR
EJA
AN
DIK
SI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Achmad Iqbal
Robbany
31 v v V v
2 Akbar Bagus Cahyo
Putro
50 v v v v
3 Aldino Firmansyah
Pratama
63 v v v v
4 Alexander Junetto
Indhi Pradana
94 v v v v
5 Alfiana Sindy
Firanata
- - - - - - - - - - - - - - - - -
6 Annisa Rahma
Harum Melati
31 v v v v
7 Arafah Alif
Ramadhiansyah
94 v v v v
8 Ayub Fardana 31 v v v v
9 Choirur Rozikin 94 v v v v
10 Cindy Renamaya
Afdilah
75 v v v v
11 Della Anggraeni 25 v v v v
12 Dirham Wiranata
Wahyudi
88 v v v v
13 Dita Wahyu Indah
Sari
69 v v v v
14 Faisal Risqianto 69 v v v v
ISBN: 978-602-1150-17-7
941
15 Ferdiansyah Gilang
Saputra
38 v v v v
16 Fito Setyo Utomo 38 v v v v
17 Habibatun Najibah 94 v v v v
18 Krisna Bayu
Setyawan
69 v v v v
19 Kristina Maharani 94 v v v v
20 Mega Nur Alita 31 v v v v
21 Muhammad Alief
Rahman Hakim
50 v v V v
22 Nadya Anggi Pratiwi 63 v v v v
23 Nia Dinata 75 v v v v
24 Putra Rizki Taufik 69 v v v v
25 Revina Indah Pratiwi 94 v v v v
26 Setiya Dwi
Wulandari
88 v v v v
27 Sevira Ayu Kartika
Sari
88 v v v v
28 Shellina Farra
Anggraeni
38 v v V v
29 Sony Candra
Firmansyah
44 v v V v
30 Syinta Rahayu
Lailatul Nada
88 v v v v
31 Uka Abdi Negara 50 v v V v
32 Zulfatul Hasanah 75 v v v v
33 Firda Ainun
Ma'ulkhaya
75 v v v v
34 Dimas Yoga Darma
Pratama
50 v v V v
35 Siska Ningtyas
Ramadhani
94 v v v v
JUMLAH 6 6 11 11 6 12 10 6 5 6 13 10 10 9 11 4
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui prosentase kemampuan siswa dalam memahami
koheren struktur, ejaan dan diksi pada siklus II dengan perhitungan sebagai berikut:
e. Koheren
Contoh: perhitungan koherensi kategori 1
Prosentase skor koheren =
x 100%
=
x100%
= 17,64%
f. Struktur
Contoh: perhitungan struktur kategori 1
Prosentase skor struktur =
x 100%
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
942
=
x100%
= 17,64%
g. Ejaan
Contoh: perhitungan Ejaan kategori 1
Prosentase skor Ejaan =
x 100%
=
x100%
= 14,70%
h. Diksi
Contoh: perhitungan Diksi kategori 1
Prosentase skor Diksi =
x 100%
=
x100%
= 29,41%
Dari perhitungan diatas diperoleh Prosentase Hasil Penilaian Siswa dalam memahami koheren
struktur, ejaan dan diksi seperti tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Prosentase Hasil Penilaian Siswa Siklus II
Berikut adalah tabel yang menampilkan perbandingan Prosentasi Hasil Penilaian pada siklus I
dan II.
Tabel 4.5 Perbandingan Prosentase Hasil Penilaian Siswa pada Siklus I dan II
NO
KOHEREN STRUKTUR EJAAN DIKSI
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
1 47.1 17.64 20.58 17.64 20.58 14.7 20.58 29.41
2 11,76 17.64 44.11 32.29 23.52 17.64 23.52 26.47
3 14.7 32.35 17.64 29.41 26.47 38.24 26.47 32.35
4 26.47 32.35 17.64 17.64 29.41 29.41 29.41 11.76
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Penilaian Test Pada Siklus I Dan II
NO KOHEREN STRUKTUR EJAAN DIKSI
Siklus II Siklus II Siklus II Siklus II
(%) (%) (%) (%)
1 17.64 17.64 14.7 29.41
2 17.64 32.29 17.64 26.47
3 32.35 29.41 38.24 32.35
4 32.35 17.64 29.41 11.76
NO. NAMA SISWA NILAI NILAI
Siklus I Siklus II
1 Achmad Iqbal Robbany 25 31
2 Akbar Bagus Cahyo Putro 69 50
3 Aldino Firmansyah Pratama 56 63
ISBN: 978-602-1150-17-7
943
4.3 Efektifitas Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Menggunakan Metode Chain
Writing
Indikasi efektifitas pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan metode Chain
Writing dapat dilihat dari tiga aspek perkembangan. Pertama, adanya peningkatan yang
signifikan pada kemampuan menulis karangan siswa pada aspek koherensi kalimat, penggunaan
struktur kalimat, dan penggunaan ejaan.
Kedua, maka secara umum siswa setuju dengan penggunaan strategi Chain Writing
untuk meningkatkan kompetensi menulis karangan berdasarkan pengalaman diterapkan dalam
pembelajaran. Berdasar kuisener, hampir semua siswa menyatakan setuju dengan alasan: (a) ide
bisa muncul, (b) pikiran rileks, (c) mempermudah mengarang, (d) tidak membosankan, (e) lebih
4 Alexander Junetto Indhi Pradana 88 94
5 Alfiana Sindy Firanata - -
6 Annisa Rahma Harum Melati 31 31
7 Arafah Alif Ramadhiansyah 88 94
8 Ayub Fardana 25 31
9 Choirur Rozikin 100 94
10 Cindy Renamaya Afdilah 94 75
11 Della Anggraeni 25 25
12 Dirham Wiranata Wahyudi 56 88
13 Dita Wahyu Indah Sari 81 69
14 Faisal Risqianto 25 69
15 Ferdiansyah Gilang Saputra 25 38
16 Fito Setyo Utomo 25 38
17 Habibatun Najibah 44 94
18 Krisna Bayu Setyawan 88 69
19 Kristina Maharani 81 94
20 Mega Nur Alita 88 31
21 Muhammad Alief Rahman Hakim 56 50
22 Nadya Anggi Pratiwi 75 63
23 Nia Dinata 38 75
24 Putra Rizki Taufik 50 69
25 Revina Indah Pratiwi 75 94
26 Setiya Dwi Wulandari 69 88
27 Sevira Ayu Kartika Sari 56 88
28 Shellina Farra Anggraeni 44 38
29 Sony Candra Firmansyah 69 44
30 Syinta Rahayu Lailatul Nada 88 88
31 Uka Abdi Negara 44 50
32 Zulfatul Hasanah 75 75
33 Firda Ainun Ma'ulkhaya 75 75
34 Dimas Yoga Darma Pratama 50 50
35 Siska Ningtyas Ramadhani 94 94
JUMLAH 2072 2207
RATA – RATA 62,78 66,87
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
944
praktis, (f) membuat lebih konsentrasi, (g) lebih produktif, dan (h) film yang ditayangkan bisa
menghilangkan beban pikiran.
Proses pembelajaran di MTs Hasyim Asy‟ari pada pelajaran bahasa Inggris, cenderung
menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari 82,35 % siswa menginformasikan bahwa
Bapak/ Ibu Gurunya sering menggunakan metode ceramah di dalam proses belajar mengajar,
sementara yang lain 17,65 memberi jawaban tidak.
Namun demikian siswa merasa senang dengan metode ceramah yang dilakukan guru
dan mendapat kemudahan dalam belajar menulis teks deskriptif dengan metode tersebut. Hal
ini nampak dalam jawaban mereka ketika ditanya apakah metode ceramah menyenangkan,
94,12% menjawab ya dan 5,88% menjawab tidak. Sebanyak 85,29% siswa menganggap
metode ceramah mempermudah mereka belajar menulis, 14,71% menjawab tidak.
Bapak/Ibu guru MTs Hasym Asy‟ari juga mengaplikasikan metode-metode lain selain
ceramah, 94,12% menjawab ya ketika diberikan pertanyaan apakah Bapak/Ibu gurunya
menggunakan metode lain selain ceramah dan sisanya 5,88% menjawab tidak. Siswa juga
mendapat kemudahan dalam belajar menulis teks deskriptif dengan prosentase 85,29%
menjawab ya dan 14,71% menjawab tidak.
Metode Chain Writing ternyata menjadi salah satu metode lain selain ceramah, yang
juga dipakai dalam proses belajar mengajar. 94,12% menjawab ya dan 5,88% menjawab tidak.
Siswa juga merasa senang ketika diaplikasikan metode chain writing dengan prosentase
jawaban ya sebesar 94,12% sementara 5,88% menjawab tidak. Dan sebagian kecil mereka
merasa kesulitan dalam memainkan chain writing dengan prosentase 29,41% menjawab ya dan
70,59 menjawab tidak.
Sebagian besar siswa, 88,24% merasa bermain chain writing dalam kegiatan belajar
dapat mendorong untuk menulis kalimat atau karangan, sedangkan sisanya 11,76% tidak.
Dengan kondisi siswa yang merasa terdorong untuk menulis karangan dengan metode chain
writing, maka tingkat pemahaman mereka akan karangan deskriptif juga meningkat. Hal ini
tampak jelas dari 88,24% siswa dapat memahami karangan deskriptif dengan metode chain
writing, sementara 11,76% yang lain tidak.
KESIMPULAN
Penerapan metode Chain Writing pada kegiatan Belajar Mengajar Menulis Teks
Deskriptif Siswa Kelas VIIA Semester II MTs Hasyim Asy‟ari Tahun Pelajaran 2015-2016
dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Terjadi peningkatan pada pemahaman menulis teks deskriptif khususnya terhadap
koherensi, struktur dan ejaan dari siklus I dan siklus II, sedangkan pada diksi menglami
penurunan.
2. Terjadi peningkatan kinerja guru dalam menyampaikan materi khususnya pada
penyampaian kosa kata.
3. Siswa merasa senang diaplikasikannya metode lain selain ceramah, khususnya chain
writing. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan siswa membuat Teks Deskriptif.
SARAN
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan, baik secara teoritis maupun praktis.
Sacara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan berupa konsep teoritis tentang
penggunaan metode Chain Writing dalam pembelajaran menulis teks deskriptif. Namun
demikian, untuk memantapkan metode Chain Writing diperlukan penelitian lanjutan.
Kepada peneliti yang tertarik terhadap permasalahan ini disarankan untuk mengadakan
pengembangan penelitian ini dari sudut pandang yang lebih luas, misalnya memberikan teks
ISBN: 978-602-1150-17-7
945
deskriptif yang lebih bervariasi. Pun juga, penerapan metode Chain Writing dapat diperluas
kepada subjek siswa yang levelnya lebih tinggi, bahkan kepada mahasiswa.
Kepada para guru/praktisi pengembang pelajaran Bahasa Inggris, disarankan untuk
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk
Kompetensi Dasar menulis teks deskriptif khususnya dan teks bentuk yang lain pada
umumnya..
DAFTAR RUJUKAN
Barnes, D., and Todd, F. 1997. Communication and Learning in Small Groups. London:
Routledge & Kegan Paul.
Barnet, Sylvan. 1979. A Short Guige to Writing about Literature. (fourth edition). Boston
Toronto: Litle, Brown and Company.
Bogdan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen. 1992. Qualitative Research for Education: an
Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Brown, H. D. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice
Hall Regents Englewood Cliffs. San Francisco State University.
Cohen, E. G. 1994. “Restructuring the Classroom: Conditions for Productive Small Groups,
” Review of Educational Research Vol 64, No.1, p.1 Washington, DC: A Quarterly
Publication.
Departemen Pendidikan Nasional, (2006). “ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar Dan Menengah”. Jakarta
Djamarah, Syaiful B dan Azwan Zain, (2002), “Strategi Belajar Mengajar”, Jakarta, Rineka
Cipta
D. Sudjana S.,(2005) ,“Metode & Teknik Pembelajaran Pertisipatif” Bandung ,Falah
Production.
Howat, A. and Dakin, J. 1974. “Language Laboratory Materials.” Journal ed. J. P. B.
Allen, S. P. B. Allen and S. P. Corder.
Johnson, D. W. Et. Al. 1984. Circles of Learning. Minnesota: The association for
Supervision and Curriculum Development.
Johnson, Keith (1990). “Communicative Syllabus Design and Methodology.” Pergamon
Institute of English.
Krahnke, Karl (1987). “Approaches to Syllabus Design for Foreign Language Teaching.”
Prentice Hall regents, Englewood Cliffs. NJ07632
Lampe, J. R. “Effects of Small group Chain Writing among Hispanic Students in Elementary
Social Studies.” The Journal of Education Research. Vol 89(3) Jan/Feb 1996.
Larson, Mildred L.” Meaning Based Translation; a guide to cross- language equivalence,
Lanham, MD : University Press of America,” 1984.
Mile, H.M dan A.M. Reninger. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rokidi. Jakarta: UI Press.
Newmann, F. 1991. “Linking Restructuring to Authentic Students Achievement,” Phi Delta
Kappan, 72. 458-63.
Soeparno, (1987), Media Pengajaran Bahasa, Jakarta, Logos.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
946
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT SIMPLE PAST TENSE
PADA SISWA KELAS VIII-I SMPN 3 BATU DENGAN MENGGUNAKAN PGR
(PRACTICE, GENERALIZATION, REVISION)
Hariyati
SMP Negeri 3 Batu
smpn3batu@gmail.com
Abstrak : Kemampuan siswa dalam menulis kalimat Simple Past Tense masih rendah,
siswa masih sulit membedakan penggunanan to be dan kata kerja, nilai siswa pada
materi Simple Past Tense masih belum maksimal. Oleh sebab itu perlu dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran agar menjadi
lebih berkualitas sehingga penguasaan kompetensi siswa meningkat dengan menggunakan
metode PGR (practice, generalization, revision). Penelitian dilakukan di kelas VIII-I
dengan jumlah siswa 31 dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan:
perencanaan, pelaksanaan, pengambilan data, dan refleksi. Observer mengambil data
aktivitas siswa pada tiap siklus, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis di
akhir siklus.Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa mencapai 51,61%. Siklus 2 ketuntasan
belajar siswa mencapai 77,41%. Berdasarkan hasil tersebut, kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris khususnya Simple Past Tense di kelas VIII-I SMPN 3 Batu mengalami peningkatan
setelah diterapkan Metode PGR. Metode ini disarankan untuk diterapkan pada materi lain
sesuai dengan karakteristik materi tersebut.
Kata Kunci: Simple Past Tense, PGR
Bahasa Inggris adalah Bahasa utama yang dipakai untuk berkomunikasi antar bangsa
baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Untuk tercapainya tujuan berkomunikasi inilah
pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMP ada 4 ketrampilan yang harus dimiliki oleh siswa
yaitu mendengarkan ,berbicara ,membaca dan menulis.
Salah satu KD (Kompetensi Dasar) yang harus dimiliki oleh siswa kelas 8 adalah
menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan kegiatan yang dilakukan diwaktu lampau.
Dalam pembelajaran untuk mencapai KD tersebut, penulis telah melakukan proses
pembelajaran di kelas 8I dan menemukan bahwa kemampuan siswa dalam menulis kalimat
Simple Past Tense masih rendah, siswa masih sulit membedakan penggunanan to be dan kata
kerja, nilai siswa pada materi Simple Past Tense masih belum maksimal .
Berdasarkan masalah diatas, penulis memiliki alternative solusi menggunakan teknik PGR
(Practice, Generalization, Revision). Metode PGR sangat efektif diterapkan pada pembelajaran
materi Simple Past Tense. Adapun tahapan penerapan metode ini adalah sebagai berikut :
Tahap Practice:
Guru memberikan latihan kepada siswa
Guru meminta siswa bekerja secara berkelompok
Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya
Guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk menuliskan jawabannya di papan tuli
Guru meminta peserta kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan
Guru melakukan penguatan berupa penegasan kembali tentang jawaban-jawaban yang tepat
Tahap Generalization
Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok
Guru memberikan tugas kepada kelompok yang berisi pertanyaan Konsep, Generalisasi Fungsi,
Bentuk, dan Unsur lainnya tentang materi bahasan
Guru mendiskusikan jawaban bersama siswa secara kelasikal
ISBN: 978-602-1150-17-7
947
Guru memberikan resume untuk mengingatkan kembali tentang : Fungsi, Bentuk, dan
Penerapan unsur bahasa yang berkaitan dengan pokok bahasan
Tahap Revision
Memberikan tugas kepada siswa secara individu
Guru meminta siswa mengerjakan tugas secara perorangan
Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya di kelas
Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian tugas pekerjaan rumah
Dalam materi pembelajaran saat ini sering muncul beberapa pokok bahasan yang
berulang-ulang, artinya pokok bahasan grammar yang pernah diajarkan pada level sebelumnya
diulang kembali pada level berikutnya. Dari dasar pemikiran ini kita mungkin menganggap
bahwa pokok bahasan tersebut merupakan materi essensial yang sering dijadikan bahan untuk
Ujian Nasional. Jika pernah mencoba melakukan bedah SKL, kita bisa membuat suatu
pemetaan bahan/materi mana saja mulai dari SMP hingga SMA yang termasuk materi essensial.
Untuk mengajarkan materi yang pernah diajarkan sebelumnya khususnya materi kajian bidang
structure/grammar, alangkah baiknya kita pergunakan metode PGR. Metode PGR ini lebih
cocok di pergunakan untuk mengajarkan materi bahasan yang sebelumnya pernah diajarkan
kepada para siswa.
Dengan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana meningkatkan kemampuan membuat kalimat simple past tense dengan
menggunakan metode PGR ?” Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru yang
bersangkutan untuk mengatasi permasalahan pengajaran simple past tense dikelas 8I serta bagi
guru Bahasa Inggris yang lain untuk memecahkan masalah yang sama
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian terdiri dari 13 siswa laki laki dan 18 siswi perempuan kelas VIII-I
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 3 Batu. Objek penelitian yaitu
kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan hasil belajar/penguasaan kompetensi
siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-I, SMPN 3 Batu, Kota Batu,
propinsi Jawa Timur. Identifikasi masalah dan perencanaan tindakan dilaksanakan Maret 2016.
Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dalam 1 siklus dengan catatan apabila dalam siklus
pertama gagal yakni tidak mencapai kriteria sukses dengan ketuntasan klasikal sebanyak 75%
makan akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dalam 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan
pengumpulan data dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan. Karena siklus pertama belum
mencapai kriteria kesuksesan maka, peneliti melanjutkannya ke siklus 2.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Prosedur atau langkah-
langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada model
yang diadopsi dari Arikunto, dkk (2007), dimana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok
adalah kegiatan: perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat kegiatan
pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan
Masalah-masalah menulis yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah
perencanaan tindakan yaitu menyusun instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), soal pre-test, soal post-test, lembar observasi, dan quesioner.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan pre-test, program pembelajaran,
pengisian lembar observasi oleh observer, pelaksanaan post-test, dan pengisian quesioner
oleh siswa. Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan siklus adalah Simple Past Tense. Pada
langkah ini peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan metode
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
948
PGR sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya dan
dengan memperhatikan tahapan yang dijalankan dalam metode tersebut yaitu tahapan
practice, generalization dan revision. Pada tahapan practice, siswa diberikan latihan secara
berkelompok tentang penggunaan simple past tense dan diminta untuk mendiskusikannya.
Pada tahapan generalization, siswa diberikan tugas kelompok yang berisi pertanyaan
Konsep, Generalisasi Fungsi, Bentuk, dan Unsur lainnya tentang materi bahasan dan
diminta untuk membuat resumenya.
Pada tahapan revision, siswa diberikan tugas secara individu dan diminta untuk
mendiskusikannya di depan kelas.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Peneliti bese rta 2 observer
lainnya mencatat semua langkah – langkah pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan tes tulis. Pengamatan keberhasilan penggunaan metode PGR terhadap
siswa dilakukan dengan memberikan tes tulis berupa soal tentang materi Simple Past Tense
sebanyak 20 butir. Jika siswa mendapatkan nilai ≥75, maka dianggap tuntas.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi tentang mutu hasil tindakan, membahas hasil evaluasi
tentang skenario pembelajaran, memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi
untuk digunakan pada siklus berikutnya. Bagaimana aktifitas siswa selama pembelajaran,
aktifitas guru, kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru dikaji kembali. Semua data yang
didapat dianalisis dan dievaluasi untuk menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya
atau perlu tidaknya perlakuan yang diberikan kepada siswa dilanjutkan.
Bagan 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Penjelasan alur diatas adalah :
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan
masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalamnya instrument
penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode pembelajaran.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan
yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasrakan hasil refleksi dari pengamat membuat
rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya
Refleksi
Tindakan / Obeservasi
Refleksi
Tindakan / Observasi
Rencana awal /
rancangan
Rencana yang direvisi
Siklus 2
Siklus 1
ISBN: 978-602-1150-17-7
949
HASIL
Pada setiap kegiatan pembelajaran diadakan observasi terhadap aktivitas siswa sebagai
alat untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
Siklus 1
Practise
Langkah – langkah pembelajaran :
1. Guru memberikan latihan membuat kalimat dalam simple past yang dikerjakan dalam
kelompok
2. Guru meminta siswa mengerjakan sesuai dengan contoh yang diberikan secara
berkelompok.
3. Guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya dipapan tulis.
4. Guru meminta anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
Generalization
1. Guru meminta siswa untuk mencermati kalimat hasil pekerjaan siswa.
2. Guru meminta siswa untuk membuat generalisasi fungsi, bentuk dan unsur lainnya.
3. Guru meminta siswa untuk menuliskan resume berkaitan dengan materi Simple Past
Tense
Revision
1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas materi simple past tense secara
perorangan.
2. Guru meminta siswa mendiskusikan jawabannya dikelas.
3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas pekerjaan rumah.
Guru melakukan penilaian penguasaan menyusun kalimat materi Simple Past Tense dengan cara
memberikan tes tertulis dan hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai tes siklus 1
NO Rentang Nilai Jumlah siswa Persentase
1. 50 – 60 7 22,58%
2. 65 – 70 8 25,80%
3. 75 – 80 13 41,93%
4. 85 – 90 3 9,67
Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai tuntas sebesar 51,60%.
Sehingga hasil yang diharapkan masih belum tercapai. Kendala yang ditemukan pada siklus 1
adalah siswa masih sulit membedakan penggunaan to be dan verb
Siklus 2
Pada siklus 2 langkah pembelajaran sama dengan siklus 1 yang diperbaiki berdasarkan
hasil refleksi. Langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Practice
1. Guru memberikan latihan merubah materi simple past dari bentuk positive menjadi bentuk
negative (-) dan interrogative (?) dikerjakan secara berkelompok.
2. Guru meminta siswa secara berkelompok mengerjakan latihan sesuai dengan contoh yang
diberikan.
3. Guru meminta siswa menuliskan hasil pekerjaannya dipapan tulis.
4. Guru meminta anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
Generalization
1. Guru meminta siswa untuk mencermati kalimat-kalimat hasil pekerjaan siswa.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
950
2. Guru meminta siswa untuk membuat generalisasi fungsi,bentuk dan unsur lainnya.
3. Guru menuliskan resume berkaitan dengan materi kalimat simple past tense dalam
bentuk negative(-) maupun interrogative (?).
Revision
1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas merubah kalimat positive menjadi
kalimat negative dan interrogative dari materi simple Past Tense secara perorangan.
2. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil kerjanya di kelas.
3. Guru memberikan tindak lanjut berupa tes tulis tentang merubah kalimat positive
menjadi kalimat negative dan interrogative dari materi simple Past Tense.Hasil tes tulis
yang diperoleh siswa digunakan sebagai penilaian untuk siklus 2 dan hasilnya tertulis
pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai Hasil Tes Tulis Siklus 2
NO Rentang Nilai Jumlah siswa Persentase
1. 60 – 70 7 22,58%
2. 75 – 85 18 58,06%
3. 90 – 100 6 19,35%
Dari siklus 2 terlihat jumlah siswa yang tuntas sebesar 77,41%. Dari hasil tes tulis ini
bisa disimpulkan bahwa siswa yang memcapai KKM sudah sesuai dengan target yang
diharapkan. Dengan demikian penelitian dihentikan.
PEMBAHASAN
Pada setiap akhir siklus diadakan tes sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. Pelaksanaan tes individual ini dilakukan setiap akhir
pembelajaran. Ketuntasan belajar individual ditetapkan jika siswa mendapat nilai ≥ 75 dan
ketuntasan belajar klasikal ditetapkan ≥ 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 75. Data hasil tes setiap
akhir siklus dan sebelum pelaksanaan tindakan disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Tes Tertulis Siswa pada Tiap Siklus
Keterangan Siklus 1 Siklus 2
Nilai Tertinggi 90 100,00
Nilai Terendah 50 60
Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa 51,83% 77,41%
Grafik 1. Pencapaian Ketuntasan Belajar
51.83
77.41
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
siklus 1 siklus 2
Pencapaian Ketuntasan Belajar
ISBN: 978-602-1150-17-7
951
Hasil belajar individual maupun klasikal mengalami kenaikan yang signifikan.
Meningkatnya jumlah nilai siswa yang tuntas belajar secara klasikal tersebut menunjukan
peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Melalui pendekatan metode
PGR, materi yang dibahas menjadi lebih mudah dipahami, lebih menarik, sehingga pemahaman
siswa lebih mendalam.
Pada siklus 2, siswa diminta untuk mengerjakan latihan membuat kalimat positif dan
merubahnya menjadi kalimat negative . Kegiatan tersebut membuat siswa lebih mampu untuk
mempelajari dan memahami materi pelajaran yang disampaikan. Siswa belajar dengan baik
karena mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan berkesempatan untuk
menemukan sendiri. Hasil belajar tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan
dunia fisik dan lingkungannya melaui sumber belajar yang dirancang oleh guru.
Peningkatan pemahaman siswa juga sangat dipengaruhi keaktifan dan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya nilai rata-rata siswa yang sejalan dengan meningkatnya ketuntasan siswa pada
tiap siklus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan peneliti dapat menyimpulkan
bahwa metode PGR berperan dalam meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran maupun
penguasaan kompetensi pada materi Simple Past Tense dikelas VIII-I SMPN 3 Batu
Metode PGR (Practice, Generalization, Revision) perlu diterapkan pada materi lain sesuai
dengan karakteristik materi tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. dkk., 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
https://edgarismar.wordpress.com/teknik-pengajaran-structure-grammar/
http://mys.yoursearch.me/web?q=teknik+pembelajaran+PGR
http://oramaido.blogspot.co.id/2014/09/contoh-ptk-bhs-inggris-smp-upaya.html
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
952
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN TEKS NARATIF
MENGGUNAKAN STRATEGI MEMBACA BEFORE, DURING, AFTER (BDA)
Rosariningsih
SMPK Widyatama Batu
b0niku@yahoo.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan memahami teks naratif pada
siswa kelas VIIIC di SMPK Widyatama Batu. Berdasarkan pengamatan penulis,
kemampuan siswa dalam memahami bacaan belum maksimal karena masih banyak siswa
yang mendapatkan nilai bahasa Inggris dibawah KKM (KKM=75) yang ditetapkan
sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mencoba menerapkan strategi membaca
BDA (Before, During, After) dalam pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian memerlukan waktu selama 2 bulan (Maret-April 2016),
melibatkan 23 siswa SMPK Widyatama. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-
masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu
perencanaan, penerapan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah observasi dan test. Hasil akhir menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode
BDA mampu meningkatkan kemampuan memahami teks naratif pada siswa kelas VIIIC
di SMPK Widyatama Batu.
Kata kunci: reading comprehension, narrative text, BDA reading strategy.
Pendidikan merupakan aspek yang berperanan penting untuk memajukan sebuah bangsa
karena pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas hidup manusia dalam segala aspek
kehidupan. Didalam pendidikan dimana siswa sebagai konsumen pendidikan dan guru sebagai
pelaku dalam pendidikan sangat berkaitan erat. Kompetensi guru dalam memajukan pendidikan
memegang peranan penting karena guru yang berkualitas membantu mempersiapkan para siswa
sebagai generasi penerus bangsa secara optimal.
Salah satu mata pelajaran yaitu Bahasa Inggris yang dituangkan dalam Permendikbud
No. 58 Tahun 2014 merumuskan kompetensi berbahasa Inggris sebagai “kompetensi
melaksanakan fungsi sosial dengan menggunakan teks berbahasa Inggris yang runtut dan runut
dan unsur kebahasaan yang tepat dan berterima, secara terampil dengan didasari pemahaman
yang baik pada setiap unsur kompetensi.”
Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris terdapat 4 keterampilan berbahasa yaitu
mendengar, berbicara, membaca dan berbicara. Diantara 4 keterampilan tersebut, keterampilan
membaca memiliki bagian yang cukup besar dalam Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa
Inggris. Pada ujian nasional siswa diharapkan mampu untuk menjawab pertanyaan tentang teks
berbahasa Inggris sehingga dalam hal ini kemampuan siswa untuk memahami teks sangat
dibutuhkan.
Pentingnya kemampuan membaca siswa untuk memahami teks bahasa Inggris membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa kelas VIIIC SMPK Widyatama karena
kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris terutama memahami teks naratif masih
kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai bahasa Inggris siswa yang kurang dari KKM
sebanyak 65%. KKM Bahasa Inggris saat ini adalah 75. Dari masalah yang ada, peneliti tertarik
untuk mendalaminya.
Informasi yang didapat dari angket siswa, hasilnya mengatakan sebagian besar siswa
menuliskan bahwa mereka kesulitan memahami teks yang ada. Kesulitan memahami teks
ISBN: 978-602-1150-17-7
953
bahasa Inggris tersebut disebabkan keterbatasan kemampuan siswa untuk menghubungkan
informasi yang ada didalam teks, keterbatasan kosakata yang dimiliki serta minat siswa untuk
membaca masih kurang. Dengan penyebab masalah tersebut, penulis mencoba mencarikan
solusi dengan mencobakan model pembelajaran menggunakan strategi membaca BDA (Before
– During – After).
Strategi BDA merupakan strategi yang digunakan untuk membuat siswa mengaktifkan
pengetahuan yang telah mereka ketahui dengan teks yang ada sehingga dapat menghubungkan
informasi yang telah dimiliki dengan informasi yang terdapat pada teks yang baru. Strategi ini
terdiri dari 3 bagian yaitu Before (sebelum), During (selama), After (sesudah) membaca. Before
merupakan bagian dimana pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang topik yang ada digali.
Bagian kedua During merupakan interaksi siswa dengan teks pada saat membaca tentang apa
yang ingin mereka ketahui tentang topik tersebut. Bagian yang ketiga After (sesudah) membaca,
siswa menghubungkan apa yang telah mereka baca ke dalam pengetahuan yang mereka miliki
sehingga mereka mendapatkan sebuah informasi baru yang lebih lengkap. KELEBIHAN
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan agar siswa dapat
meningkatkan kemampuan membaca teks naratif sehingga nilai mata pelajaran Bahasa Inggris
diharapkan mengalami peningkatan.
Penelitian terdahulu yang pernah menggunakan metode BDA belum ditentukan.
Penelitian sejenis yaitu KWL (Know, What to Know, Learning) dilaksanakan oleh Jafrizal
(2003) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Melalui
Teknik KWL dan Permainan Bahasa”. Dari hasil penelitian terdahulu terbukti KWL dapat
meningkatkan partisipasi siswa didalam pembelajaran sehingga hasil ulangan harian siswa yang
diajarkan lebih baik dan persentase ketuntasan belajar siswa lebih tinggi.
Peneliti Maarif (2014) membuat penelitian dalam Tesis, Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang berjudul “Improving 9th Graders‟
Reading Comprehension Ability Through KWL (Know, Want to know and Learned) Strategy in
SMP Sunan Ampel. Peneliti mendapatkan hasil bahwa penggunaan strategi membaca KWL
pada subjek penelitian menunjukan peningkatan pemahaman membaca report teks. Hasil rata-
rata skor dari test memahami bacaan kelompok atas adalah 86. Sementara itu standar skor
lulusnya 85. Skor kelompok tengah adalah 71. Sementara itu skor standar lulusnya 70. Dan skor
kelompok bawah adalah 62. Sementara itu skor standar lulusannya 60. Semua kategori telah
mencapai standar kelulusan yang telah ditentukan. Ini berarti dengan menggunakan strategi
membaca KWL dalam mengajar pemahaman membaca siswa di dalam teks report dapat
meningkat dari waktu ke waktu.
Hasil penelitian lainnya adalah Tesis dengan judul “The Implementation of K-W-L
Technique and Analytical Exposition Graphic Organizer to Improve the Reading
Comprehension of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 8 Malang” dilakukan oleh
Gultom, Arwijati_Wahyudi, Suharmanto (2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
strategi K-W-L dan AEGO dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Hasilnya adalah sebanyak 100% nilai
siswa lulus KKM dan rata-rata kelas meningkat dari 77.6 menjadi 94.6. Disamping itu, K-W-L
dan AEGO juga meingkatkan keikutsertaan siswa dalam proses belajar mengajar dari 50 %
menjadi 85.3 %.
Dari hasil penelitian terdahulu terbukti strategi KWL yang prosesnya serupa dengan
BDA terbukti dapat meningkatkan kemampuan reading siswa dalam membaca. Nilai siswa yang
mendapatkan minimal KKM dan nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan. Disamping itu
siswa lebih aktif dalam keikutsertaan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti
menggunakan BDA untuk penelitian. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
954
“Bagaimana penggunaan strategi BDA dapat meningkatkan kemampuan membaca untuk
memahami teks naratif di kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu.”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2
siklus. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu dengan jumlah
siswa 23 orang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas
ini karena memiliki minat membaca yang rendah serta nilai rata-rata kelas yang rendah dalam
mata pelajaran Bahasa Inggris.
Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart, yaitu model
spiral (dalam Wiraatmaja, 2006: 66). Dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan
dari setiap siklus terdiri dari (1) perencanaan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi serta (4)
refleksi.
Gambar 1. Alur PTK menurut Kemmis dan McTaggart
Di dalam penelitian ini peneliti mempunyai target 80% siswa yang mencapai minimal 75 (sesuai
KKM) 80% atau lebih, jika tercapai maka pembelajaran menggunakan BDA dapat dianggap
berhasil.
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan survey kepada siswa yang akan dijadikan
subyek pengajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa
sehubungan dengan memahami teks bahasa Inggris. Selain itu dikarenakan peneliti bukan
merupakan guru pengajar di kelas tersebut. Berikutnya peneliti mengidentifikasi faktor-faktor
hambatan pembelajaran. Setelah itu peneliti merumuskan alternatif tindakan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Inggris terutama untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami teks naratif. Di dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti
adalah melaksanakan pembelajaran membaca teks naratif dengan menggunakan strategi BDA.
Selanjutnya tahap pengamatan, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat mengobservasi
proses KBM. Tahap selanjutnya refleksi, peneliti menganalisis pelaksanaan pembelajaran dan
hasil belajar siswa).
Penelitian ini dilaksanakan di SMPK Widyatama Batu dengan alamat Jl. Panglima
Sudirman No. 59. Subyek penelitian adalah siswa di kelas VIIIC dengan jumlah siswa 23 orang
ISBN: 978-602-1150-17-7
955
terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Karakter siswa pada dasarnya hampir
sama (homogen). Penelitian dilakukan pada bulan Maret dan April 2016.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian siklus I terdiri dari 2 pertemuan dilaksanakan tanggal 15 Maret 2016 dan 17
Maret 2015. Sedangkan siklus II juga terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 1
April 2016 dan 4 April 2016.
Temuan pada Siklus I
Siklus I – Pertemuan I
Pada siklus I pertemuan I, materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel berjudul
“Mousedeer and Crocodiles”. Siklus ini dilakukan dalam 2 pertemuan, 1 pertemuan terdiri dari
2 jam pelajaran (2x40 menit).
Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya
tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan
materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru yang tampil
sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA
(Before, During, After) di papan tulis.
Pada kegiatan inti ada 3 bagian yaitu Before, During dan After.
BEFORE
Guru meminta siswa mengamati gambar yang ada di halaman 214.
Kemudian guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan tentang topik atau gambar yang dia
amati atau hal yang ingin diketahui tentang topik yang akan dibahas dan menuliskan di kertas
biru muda (Before) dan menempelkannya di depan kelas pada kolom Before.
DURING
Setelah itu guru membacakan cerita Mousedeer and Crocodiles tersebut, murid
mendengarkan dengan seksama. Sambil mendengarkan cerita siswa diminta membuat sebuah
pertanyaan tentang cerita yang didengarkannya dan menuliskan pertanyaan di kertas berwarna
merah muda lalu menempelkan pada kolom (During).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
956
AFTER
Sesudah guru selesai membacakan cerita Mousedeer and Crocodiles, guru memberi
waktu siswa untuk membuat sekali lagi 1 pertanyaan seputar cerita yang telah didengar atau hal
yang ingin mereka ketahui setelah proses mendengarkan secara keseluruhan. Mereka
menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas merah muda lalu menempelkan pada karton di
kolom AFTER.
ISBN: 978-602-1150-17-7
957
Siswa membuat pertanyaan Siswa menempelkan sesuai kolom
Setelah semua pertanyaan itu tertempel sesuai dengan kolom masing-masing guru
memfasilitasi dengan membacakan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari kolom Before. Pada saat
guru membacakan pertanyaan tersebut siswa yang mengetahui jawaban diminta menjawab
secara lisan dan guru menuliskan di bawah kolom masing-masing. Guru memberi tanda
pertanyaan apakah pertanyaan tersebut mendukung cerita, atau tidak adanya informasi yang ada
pada cerita itu, atau pertanyaan yang tidak ada hubungannnya sama sekali dengan cerita itu
sehingga tidak menunjang pemahaman cerita.
Hasil pekerjaan siswa
Semua jawaban siswa tersebut setelah tertulis sesuai dengan kolom masing-masing
merupakan hasil dan kesimpulan dari proses pembelajaran saat itu. Pada akhir kegiatan ada 2
tugas yang dikerjakan siswa. Siswa diminta bekerja secara berkelompok. Masing-masing
kelompok diberi jumbled paragraf yang berisi tentang cerita yang Mousedeer and Crocodile
yang lengkap. Kelompok tersebut diminta menyusun dan paragraf acak itu menjadi cerita yang
baik sesuai yang mereka dengarkan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
958
Siswa menyusun dan menempel paragraf acak menjadi cerita yang baik dan runut.
Hasil pekerjaan kelompok lalu ditempelkan di depan kelas, kelompok yang lain
memeriksa apakah cerita tersebut sudah tersusun dengan runut dan baik. Kelompok lain
diperbolehkan memberi komentar atau saran terhadap hasil pekerjaan temannya.
Kelompok lain memeriksa dan memberi komentar hasil pekerjaan teman dari kelompok lain
Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Guru bersama
dengan siswa menarik kesimpulan apa yang telah mereka pelajari pada pelajaran saat itu.
Siklus I – Pertemuan II
Pada siklus I pertemuan II materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel berjudul
“A Wolf in Sheep Clothing.”
Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya
tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan
materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru meminta
perwakilan siswa untuk membacakan dengan keras secara bergantian teks Mousedeer and
Crocodiles yang telah disusun pada pertemuan lalu. Guru bertanya strukture teks tentang tokoh,
setting tempat, waktu, permasalahan yang muncul, akhir dari cerita secara lisan. Guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua ini.
Pada kegiatan inti, guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis
topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA (Before, During, After) di papan tulis.
BEFORE
Guru meminta siswa mengamati judul cerita yang ada di halaman 217. Guru meminta
siswa membuat pertanyaan tentang apa yang mereka ketahui tentang judul atau topik cerita.
ISBN: 978-602-1150-17-7
959
DURING
Setelah itu guru meminta siswa membaca secara mandiri dalam hati cerita tentang “A
Wolf in Sheep Clothing” tersebut. Sambil membaca cerita siswa diminta membuat sebuah
pertanyaan tentang cerita yang dibacanya jika ada yang tidak dimengerti dan menuliskan
pertanyaan di kertas berwarna merah muda.
AFTER
Sesudah siswa selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali
lagi 1 pertanyaan seputar cerita yang telah dibaca atau hal yang ingin mereka ketahui setelah
proses membaca secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas
merah muda.
Setelah selesai ketiga proses BDA tersebut, siswa diminta untuk menempelkan
pertanyaannya sesuai dengan kolom yang telah disediakan Before, During, After. Beberapa
siswa diminta membaca pertanyaan temannya sedangkan siswa yang lain jika mengetahui
jawabannya bisa menjawab pertanyaan tersebut dan menuliskannya di papan tulis. Peran guru
sebatas fasilitator jika dibutuhkan. Setelah selesai seluruh jawaban siswa merupakan rangkuman
sederhana dari cerita yang mereka baca. Jika informasi kurang lengkap guru berperan untuk
memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab sehingga mereka dapat
memahami cerita lebih jelas.
Kegiatan selanjutnya untuk lebih memahami cerita siswa diminta melengkapi lembar
kerja tentang A Wolf in Sheep Clothing yang telah mereka baca. Siswa bekerja secara
berkelompok.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
960
Siswa melengkapi lembar kerja secara berkelompok
Setelah selesai melengkapi lembar kerja secara berkelompok, tugas ditukar antar kelompok dan
siswa saling memeriksa hasil pekerjaan dari kelompok lain.
Di akhir kegiatan, guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan
yang dialami selama proses pembelajaran.
Hasil dari tes tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 9 orang (39%).
Sedangkan yang belum tuntas 14 orang (61%).
Data Siklus I
No. Keterangan Hasil
1 Nilai rata-rata kelas 65.5
2 Jumlah siswa yang tuntas 9
ISBN: 978-602-1150-17-7
961
3 Jumlah siswa yang belum tuntas 14
4 Prosentase siswa yang tuntas 39%
5 Prosentase siswa yang belum tuntas 61%
Dari siklus I ditemukan beberapa kendala untuk diperbaiki pada siklus II. Kendala tersebut
antara lain adalah ada siswa jika bekerja berkelompok tidak maksimal karena kurang cocok
dengan teman sekelompok, petunjuk dari guru kurang jelas, waktu pengerjaan masih kurang.
Perencanaan untuk perbaikan untuk siklus 2 adalah guru lebih mengarahkan dalam
pemilihan kelompok disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa serta diberikan
tugas dalam bentuk individual. Dalam pemberian instruksi guru memberikan lebih detail serta
contoh pertanyaan untuk membantu siswa, untuk siswa yang masih kurang mendapatkan
perhatian lebih intensif.
Temuan pada Siklus II
Siklus II – Pertemuan I
Pada siklus II pertemuan I, materi yang digunakan adalah teks naratif berupa fabel
berjudul “The Goose and the Golden Egg.”. Siklus ini dilakukan dalam 2 pertemuan,
Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya
tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan
materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru yang tampil
sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis topik pelajaran dan menyiapkan tabel BDA
(Before, During, After) di papan tulis.
Kegiatan inti dilakukan menggunakan 3 tahapan Before, During dan After.
BEFORE
Guru meminta siswa mengamati gambar yang disediakan. Kemudian guru meminta
siswa membuat sebuah pertanyaan tentang topik atau gambar yang dia amati atau hal yang ingin
diketahui tentang topik yang akan dibahas dan menuliskan di kertas biru muda (Before).
DURING
Setelah itu guru meminta membaca dengan keras cerita tersebut kalimat demi kalimat
bergantian. Siswa yang tidak membaca secara lisan diminta mengikuti membaca dalam hati
sambil mendengarkan temannya dengan seksama. Sambil mendengarkan cerita, siswa diminta
membuat sebuah pertanyaan tentang cerita yang didengarkannya dan menuliskan pertanyaan di
kertas berwarna merah muda.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
962
AFTER
Sesudah selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali lagi 1
pertanyaan seputar cerita yang telah didengar atau hal yang ingin mereka ketahui setelah proses
mendengarkan secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada selembar kertas
merah muda.
Setelah selesai 3 tahapan tersebut, kertas ditempelkan di tabel yang sudah disiapkan.
Siswa diminta menempelkan pada kolom yang sesuai. Guru meminta 3 orang siswa sukarela
untuk membacakan masing-masing kolom.
Setelah dibacakan pertanyaannya, siswa menjawab pertanyaan yang ada dimasing-
masing kolom. Dari jawaban tersebut dapat dirangkai menjadi ringkasan sederhana. Selanjutnya
guru mengulang beberapa kosakata yang masih menjadi kendala pada waktu membaca lisan.
Kosakata baru yang ditemukan dibahas bersama secara klasikal.
Kegiatan berikutnya siswa diminta melengkapi tabel berdasarkan cerita yang ada
secara individu.
Place Time
Characters
Complication
(Problem arise)
Resolution (ending of
the story)
Setelah selesai pembahasan tabel secara klasikal, siswa saling menukar pekerjaan dengan teman
yang lain untuk diperiksa.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Guru bersama
dengan siswa menarik kesimpulan apa yang telah mereka pelajari pada pelajaran saat itu
Siklus II – Pertemuan II
Pada siklus II pertemuan II materi yang dibahas adalah teks naratif berupa fabel
berjudul “A Bear and A Rabbit.”
ISBN: 978-602-1150-17-7
963
Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu dilanjutkan dengan bertanya
tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Saat itu guru mengkaitkan
materi pertemuan terakhir dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Guru bertanya
struktur teks tentang tokoh, setting tempat, waktu, permasalahan yang muncul, akhir dari cerita
“The Goose and the Golden Egg.” secara lisan. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
pada pertemuan kedua ini.
Pada kegiatan inti, guru yang tampil sebagai pelaksana tindakan penelitian menulis
topik pelajaran dan membagikan siswa tabel BDA. Kali ini mereka membuat pertanyaan secara
mandiri pada tabel yang disediakan.
BEFORE DURING AFTER
BEFORE
Guru meminta siswa membuat sebuah pertanyaan tentang apa yang akan ada di cerita
“A Bear and A Rabbit.” pada tabel.
DURING
Setelah itu guru meminta siswa membaca secara mandiri dalam hati cerita tentang “A
Bear and A Rabbit.” tersebut. Sambil membaca cerita siswa diminta membuat sebuah
pertanyaan tentang cerita yang dibacanya jika ada yang tidak dimengerti dan menuliskan
pertanyaan pada tabel.
A bear and a rabbit
Once upon a time there lived as neighbours, a bear and a rabbit. Unlike the bear, the
rabbit was a good hunter. Therefore, the bear always asked the rabbit to hunt for him. The rabbit
could not refuse the bear‟s demand because he is afraid of the bear.
Every week, the rabbit went to the woods to shoot buffaloes. He shot and killed so many
buffaloes. However, the bear was very gluttonous. He did not allow the rabbit to get any meats.
Poor rabbit would have to go home hungry all the time.
The bear was the father of five children. The mother bear always gave her youngest boy
an extra large piece of meat. But the baby bear never ate the extra meat. Secretly, he would take
the meat outside and pretend to play ball with it. Then, the baby bear would kick down the meat
towards the rabbit‟s house. When he got close to the door, he would give the meat such a great
kick that it would fly into the rabbit‟s house. In this way, poor rabbit would get his meal
unknown to the papa bear.
AFTER
Sesudah siswa selesai membaca cerita, guru memberi waktu siswa untuk membuat sekali
lagi pertanyaan seputar cerita yang telah dibaca atau hal yang ingin mereka ketahui setelah
proses membaca secara keseluruhan. Mereka menuliskan pertanyaan itu pada tabel.
Setelah selesai ketiga proses BDA tersebut, siswa diminta untuk saling menukar tabel
mereka. Teman yang dapat menjawab pertanyaan dapat menambahkan jawaban pada tabel yang
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
964
ada. Beberapa siswa diminta membaca pertanyaan pada tabel dan jawaban yang ada. Sedangkan
siswa yang lain mendengarkan dan mengoreksi jawaban yang ada.
Peran guru sebatas fasilitator jika dibutuhkan. Setelah selesai seluruh jawaban siswa
merupakan rangkuman sederhana dari cerita yang mereka baca. Jika informasi kurang lengkap
guru berperan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab sehingga
mereka dapat memahami cerita lebih jelas.
Di akhir kegiatan, guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa.
Hasil dari tes tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 18 orang
(79%). Sedangkan yang belum tuntas 5 orang (21%).
Data Siklus II
No. Keterangan Hasil
1 Nilai rata-rata kelas 76.6
2 Jumlah siswa yang tuntas 18
3 Jumlah siswa yang belum tuntas 5
4 Prosentase siswa yang tuntas 79%
5 Prosentase siswa yang belum tuntas 21%
Pembahasan
Penerapan strategi BDA untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa
terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa. Ini terlihat dari tabel berikut:
Hasil Penelitian
No. Keterangan Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata kelas 65.5 76.6
2 Jumlah siswa yang tuntas 9 18
3 Jumlah siswa yang belum tuntas 14 5
4 Prosentase siswa yang tuntas 39% 79%
5 Prosentase siswa yang belum tuntas 61% 21%
Dari tabel diatas terlihat ada peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata kelas 65.5
menjadi 76.6. Prosentase siswa yang tuntas dari 39% menjadi 79%. Hasil sebanyak 79%
memang belum mencapai target yaitu 80%. Namun disini terlihat ada peningkatan yang
significan. Peningkatan disebabkan penerapan strategi BDA pada siklus I yang direvisi pada
siklus II dengan solusi guru lebih mengarahkan dalam pemilihan kelompok disesuaikan dengan
karakteristik dan kemampuan siswa serta diberikan variasi tugas dalam bentuk individual.
Dalam pemberian instruksi guru memberikan lebih detail serta contoh pertanyaan untuk
membantu siswa. Siswa yang lambat belajar diberi perhatian ekstra. Penenitian ini dihentikan
karena dianggap sudah bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan strategi BDA pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada
siswa kelas VIIIC SMPK Widyatama Batu dapat meningkatkan membaca pemahaman pada
siswa tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil rata-rata kelas siklus I yaitu 65.5 dibandingkan
ISBN: 978-602-1150-17-7
965
dengan hasil rata-rata kelas pada siklus II sebesar 76.6 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas
sebesar 11. 1
Saran
Strategi BDA dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alternatif untuk
meningkatkan kemampuan memahami teks lebih efektif dan menarik. Guru mata pelajaran
bahasa Inggris harus lebih kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pembelajaran agar hasil
pembelajaran lebih meningkat.
DAFTAR RUJUKAN
Gultom, M.R, Arwijati_Wahyudi, Suharmanto. 2013. The Implementation of K-W-L Technique
and Analytical Exposition Graphic Organizer to Improve the Reading Comprehension
of the Eleventh Grade Students of SMA Negeri 8 Malang. Thesis, Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Maarif, S. 2014. Improving 9th Graders’ Reading Comprehension Ability Through KWL (Know,
Want to know and Learned) Strategy in SMP Sunan Ampel. Thesis, Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
966
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RECOUNT TEXT DENGAN
MENGGUNAKAN GRAPHIC ORGANIZER PADA SISWA KELAS VIII A
SMP NEGERI 2 BATU
Didien Ika Herayani
SMP Negeri 2 Batu, East Java.
dibasaputra@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks
recount pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 2 Batu dengan menggunakan graphic
organizer. Menurut pengamatan penulis masih banyak siswa di kelas VIII A ini yang
kesulitan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya untuk menulis teks
recount yang baik, ini dapat di lihat dari nilai ketrampilan menulis teks recount
siswa yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu < 75. Untuk
mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba menerapkan penggunaan Graphic
Organizer untuk membantu siswa dalam menulis teks recount. Penggunaan media ini
mempermudah siswa menuangkan ide atau gagasan mereka sebelum menulis teks
recount. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subject penelitian adalah
siswa kelas VIII A pada tahun pelajaran 2015/2016 semester genap. Penelitian ini
terdiri dari 2 siklus, dengan setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan,tindakan, observasi dan refleksi. Instrument penilaian yang digunakan
adalah observasi dan tes. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan
graphic organizer terjadi peningkatan ketrampilan menulis siswa dalan teks recount
dengan prosentase 78,12 % (siklus 1) dan 87,5 % pada siklus 2.
Kata Kunci: menulis, recount text, graphic organizer
Pendidikan sangat penting untuk kemajuan setiap bangsa. Oleh karena itu kemajuan
pendidikan setiap bangsa tergantung dari kompetensi seorang guru dalam mendidik anak bangsa
sebagai penerus dalam membangun bangsanya. Begitu juga dengan bangsa Indonesia, kemajuan
bangsa kita ditentukan oleh kerja keras para pendidik, yaitu guru-guru yang profesional dalam
mengajar di jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Pembelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting
untuk kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia, karena Bahasa Inggris merupakan Bahasa
Internasional sebagai alat komunikasi di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Begitu juga di
jenjang SMP, pembelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran essential yang
harus dikuasai peserta didik, khususnya di SMPN 2 Batu. Pada saat ini SMP Negeri 2 Batu
menerapkan kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang berbasis kompetensi. Seperti yang tertuang
dalam Permendikbud No, 58 tahun 2014, pada kurikulum 2013 terdapat empat Kompetensi Inti
(KI) yang harus di kuasai pada setiap mata pelajaran . Keempat kompetensi Inti tersebut adalah
KI 1 (Spritual), KI 2 (sikap), KI 3 (pengetahuan) dan KI 4 (ketrampilan). Keempat Kompetensi
Inti tersebut harus terintegrasi di setiap mata pelajaran. Begitu juga untuk pelaajaran Bahasa
Inggris di SMP Negeri 2 Batu.
Dari keempat Ketrampilan Inti tersebut KI 4 yaitu tentang ketrampilan merupakan
salah satu Kompetensi Inti yang harus di kuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris di
SMP. “Menyusun teks recount lisan dan tulis, pendek dan sederhana, tentang kegiatan,
kejadian, peristiwa, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
yang benar dan sesuai konteks “ adalah salah satu Kompetensi Inti Ketrampilan yang yang
harus di kuasai oleh peserta didik yang ada di SMPN 2 batu. (Pemendikbud No. 58, 2014)
ISBN: 978-602-1150-17-7
967
Pembelajaran tentang Menyusun teks recount lisan dan tulis, pendek dan sederhana
tersebut telah dilakukan guru di kelas. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa ditunjukkan
contoh teks recount tentang “experience”, kemudian guru meminta siswa untuk membaca cotoh
teks tersebut dan bertanya-jawab hal-hal terkait yang tidak dipahami dalam teks tersebut.
Selanjutnya guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi social function,
structure of the text, language feature dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Setelah
kegiatan tersebut guru menerangkan grammar tetang simple past tense untuk pembekalan
membuat teks recount, dan meminta siswa secara individu membuat teks recount tentang
pengalamanya sendiri. Ternyata hasil kegiatan pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan yang
diharapkan penulis, hal ini dilihat dari selama proses menulis teks recount siswa kesulitan
menuangkan ide-idenya dalam menulis teks recount sehingga hasil kerja mereka berupa tulisan
teks recount tentang pengalaman yang pernah mereka alami nilainya banyak yang di masih
bawah nilai KKM. Dari total jumlah siswa kelas VIII A sebanyak 32 siswa, hanya terdapat 15
siswa yang mendapatkan nilai KKM yaitu >75. Dan terdapat 17 siswa yang belum tuntas. Jadi
secara prosentasi ketuntasan secara klasikal hanya 46,87 % yang tercapai. Fenomena ini jauh
sekali dari yang di harapkan guru yaitu 85%.
Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil belajar
siswa dan hal tersebut merupakan masalah dalam pembelajaran yang harus segera diatasi.
Sebagai upaya untuk memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari sebuah media
pembelajaran sebagai solusi selanjutnya. Peneliti sadar di era Kurikulum 2013 ini yang
menggunakan Scientific approach dengan model pembelajaran Cooperative learning, Dicovery
Learning dan Problem Based Learning, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif.
Pembelajaran di kelas tidak berpusat pada guru (teacher centre) tetapi berpusat pada siswa
(student centre), jadi peran guru disini adalah sebagai fasilitator yang mampu memfasilitasi
siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.
Dalam hal ini penulis memilih media graphic organizer untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis teks recount tentang pengalaman yang pernah mereka alami,
sehingga dengan Media ini dapat membatu siswa untuk memahami struktur teks recount dan
menata ide-ide atau gagasan-gagasan mereka untuk menulis teks recount. “Grapich organizer ”
adalah alat pedagogik yang penting dan efektif untuk mengorganisasi isi atau ide-ide dan
memfasilitasi pemahaman siswa dalam memperoleh informasi-informasi yang baru (McKnight,
2010:1) . Penggunaan graphic organizer ini diharapkan mampu membantu siswa untuk menulis
teks recount yang baik tentang experience.
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah penggunaan graphic organizer dapat
meningkatkan kemampuan menulis teks recount pada siswa kelas VIII A semester genap di
SMPN 2 Batu?”
Pada penelitian ini diharapkan 85% siswa mendapatkan nilai diatas KKM (75) secara
klasikal. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
guru kelas yang bersangkutan untuk mengatasi masalah kelas yang dihadapinya, khususnya
dapat memotivasi siswa agar lebih mudah untuk menuangkan ide-idenya untuk menulis teks
recount dengan bantuan graphic organizer sesuai dengan generic structure, sehingga pada
akhirnya siswa mampu menulis teks recount tentang experience dengan baik. Selain itu peneliti
juga berharap agar pembelajaran menggunakan graphic organizer membuat pembelajaran
bahasa inggris lebih menyenangkan dan nilai siswa dalam kemampuan menulis meningkat. Dan
bagi guru Bahasa Inggris yang lain, penelitian ini bisa menjadi bahan masukan untuk
pembelajaran ketrampilan menulis dalam bentuk teks recount. Serta diharapkan agar dapat
berfungsi sebagai kajian untuk penelitian yang mempunyai masalah yang sama.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
968
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini
adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam
penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sesuai dengan jenis
penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan McTaggart (dalam Hariyati, 2009), yaitu berbentuk spiral
dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum
masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
gambar berikut.
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 1. Alur PTK (dimodifikasi dari Hariyati, 2009)
Tindakan
Perencanaan
Observasi
Refleksi
Refleksi
Tindakan
Observasi
Perencanaan
berhasil Belum berhasil
ISBN: 978-602-1150-17-7
969
Siklus 1
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran dengan media graphic organizer untuk 2
kali pertemuan
2. Menyiapkan tes tulis untuk ketrampilan menulis dan instrumen (lembar observasi,
kriteria /rubrik penialain ketrampilan menulis teks recount).
3. Menyiapkan media pembelajaran dan student worksheet.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran (RPP).
b. Menggunakan media graphic organizer pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks
recount.
c. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang
experience.
Tahap Mengamati (Observation), mencakup:
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan media graphic organizer pada
kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media graphic
organizer pada kegiatan pemebelajaran menulis teks recount.
3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk
pengumpulan data
Tahap refleksi (Reflection), mencakup:
a. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi.
b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media graphich
organizer dalam pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan
menentukan langkah selanjutnya.
c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media graphic organizer pada pembelajaran
menulis teks recount.
d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahanatau
kekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk pembelajaran
berikutnya pada siklus 2.
Penelitian ini telah dilaksanakan dengan 2 siklus oleh peneliti dan dilakukan di kelas
VIII A semester ganjil di SMPN 2 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 32 siswa.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer (teman sejawat) dan pada langkah observasi
menggunakan instrument pengamatan terhadap pelakasanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan
di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan solusinya. Kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas tetap dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti.
Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan
tanggal 11-12 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan tanggal 2-3 April 2016 , berikut adalah
temuan dan hasil penelitian
Temuan pada penelitian siklus 1
Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali
pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu
kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
970
Siklus 1 pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh
memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian
guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan
mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan
beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan
dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik, tujuan
pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa
masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu
kepada peserta didik terkait dengan experience mereka ketika liburan, contoh peranyaan guru:
1). What did you do to spend your holiday?
2). Where did you spend your holiday?
3). How did you feel after you spend your holiday?
4). Was there any problems you had?and how to solve that problem?
Setelah diberikan pertanyaan seperti yang telah disebutkan di atas. Guru mengaitkan jawaban-
jawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang
pengalaman atau experience mereka.
Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama kali adalah
meminta siswa mengamati sebuah gambar salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu, yaitu
gambar tempat wisata malam Batu Night Spectacular (BNS), seperti yang di tunjukan pada
gambar di bawah ini;
Gambar 2. Media gambar tempat wisata BNS
Setelah mengamati gambar tersebut, guru meminta siswa untuk merumuskan berbagai
pertanyaan terkait informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Pada kegiatan selanjutnya,
guru memberikan contoh teks recount tentang experience dan meminta siswa untuk membaca
secara individu, seperti yang ditunjukan pada teks berikut ini;
Gambar 3. Contoh teks recount yang diberikan guru untuk pemodelan
TRAVELING TO BATU NIGHT SPECTACULER (BNS)
ORIENTATION... Last holiday my friends and I visited BNS. BNS is one of the night recreation places in
Batu city. We went there by private car.
EVENT I ... There, we saw many wonderful attactions. Then, we enjoyed the lampion garden. The garden
was full of many shapes of lampions. After taking a picture in lampion garden area, we walked around the night
market to buy some souvenirs.
EVEVT2 ... Next, I could not continue to enjoy my holiday there because I got dizzy by sudden. I called
my friend to bring me to the nearest clinic. There, the doctor examined me and gave me some
medicines. After that, I asked my friend to accompany me staying in the car.
RE-ORIENTATION … Finally, I was very tired, because I got sick spending my holiday there.
ISBN: 978-602-1150-17-7
971
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang
berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi
dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi
dan menemukan social function dan language feature dari contoh teks recount tersebut dan
mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount
mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru
memberikan penjelasan tentang pola Simple Past Tense dan meminta siswa secara individu
untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau peristiwa yang pernah mereka alami dengan
pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis kalimat dengan pola Simple Past Tense
tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk
menulis teks recount, sehingga perlu penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature .
Siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang generic stucture tentang teks recount.
Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang
generic structure dari teks recount dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari
kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount memiliki generic structure: Orientation, event
dan re-orientation. Untuk mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta
siswa untuk mengklasifikasikan kalimat –kalimat yang terdapat dalam teks recount tentang
experience “TRAVELING TO BNS” berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab
beberapa pertanyaan yang ada pada graphic organizer seperti yang terlihat pada graphic
organier di bawah ini:
Gambar 4. Graphic Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat pada recount teks
“Traveling to BNS”
Recount text
What is the title ? .... 1. ORIENTATION
Who went there?
...........................
Where did S/He
go?
...........................
When did S/he go
there?
......................
How did you go
there?
.....................
..............
2.EVENT 1
What did you do
there?
.......
What did you do
after that?
..........
3. EVENT 2
What did you do
there?
.......
What did you do
after that?
..........
4. RE-ORIENTATION
Were you happy
going there?
......................
What made you
happy there?
.........................
Why were you
happy/sad?
.....................
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
972
Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswa sebagai
berikut:
Gambar 5. Kegiatan kelompok siswa Gambar 6. Hasil kerja kelompok siswa
Setelah masing-masing kelompok meyelesaikan pekerjaanya, guru meminta perwakilan
dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian guru dan
siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang generic structure dari
teks recount terdiri dari orientation, event dan re-orentation. Untuk kegiatan kelompok
selanjutnya, guru meminta siswa untuk menyusun paragraph acak recount menjadi teks yang
padu dengan bantuan graphic organizer berdasarkan generic structure-nya. Grapich organizer,
paragraph acak recount dan hasil kerja siswa dapat dilihat pada gambar berikut;
Gambar 7. Grapich organizer untuk menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu.
Gambar 5. Paragraph acak teks recount
Gambar 8. Paragraph acak recount
Recount text
What is the title ? .... 2. ORIENTATION
2.EVENT 1
3. EVENT 2
4.RE-ORIENTATION
My Holiday
In the morning, my friend and I saw Mount Bromo. The scenery was very
beautiful. We rode on horseback. It was scary, but it was fun. Then, we went to get a closer look
at the mountain. We took pictures of the beautiful scenery there.
Last week I went to Mount Bromo. I stayed at my friend's house in Probolinggo, East
Java. The house has a big garden with colorful flowers and a small pool.
We were very tired. However, I think it was really fun to have a holiday like this. I
hope my next holiday will be more interesting.
After that, we took a rest and had lunch under a big tree. Before we got home, we went
to the zoo at Wonokromo. We went home in the afternoon.
ISBN: 978-602-1150-17-7
973
Gambar 9. Kegiatan kerja kelompok siswa dan hasil kerja siswa.
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas kelompoknya, guru meminta masing-masing
kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar terhadap hasi kerja
kelompok lain. Selanjutnya, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan
hasilnya di depan kelas dan guru memberikan feedback.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan
pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi
social function, language feature (Simple Past Tense) dan generic stucture. Untuk kegiatan
pembelajaran pertemuan ke-2, guru memberikan tugas pada masing-masing siswa untuk
membawa gambar tempat-tempat wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya yang pernah
mereka kunjungi. Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran saat itu.
Dari kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 1 ini didapat hasil kegiatan siswa
yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang
ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount
menjadi teks recount yang padu dengan bantuan graphic organizer.
Siklus 1 pertemuan 2
Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal
yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak
siswa me-review tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan
pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan
generic stucture. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah
mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.
Pada kegiatan inti siswa di minta untuk menulis teks recount tentang experience
berdasarkan gambar tempat wisata di kota Batu atau Malang Raya yang pernah mereka
kunjungi dengan bantuan Graphic organizer. Pertama-tama siswa diminta untuk menuliskan
ide-ide nya dengan menjawab beberapa pertanyaan pada graphic organizer seperti yang terlihat
pada gambar berikut ini;
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
974
Gambar 10. Graphic organizer untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam menulis
teks recount
Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa kerangka karangan teks
recount yang berupa ide-ide siswa tentang kegiatan atau peristiwa yang di alami siswa ketika
mengunjungi tempat wisata tersebut. Hasil kerja siswa berupa gagasan atau ide-ide siswa dalam
graphic organizer dapat dilihat pada gambar serikut:
Gambar 11. Kegiatan kerja individu siswa dan hasil kerja siswa.
Setelah kegiatan ini, siswa mengembangkan ide- ide atau gagasan yang telah mereka tuliskan di
graphic organizer menjadi paragraph teks recount. Dalam kegiatan menulis teks recount ini
dapat dilihat pada gambar berikut;
Recount text
What is the title ? .... 1. ORIENTATION
Who went there?
...........................
Where did you
go?
...........................
When did you go
there?
......................
How did you go
there?
.....................
2.EVENT 1
What did you do
there?
.......
What did you do
after that?
..........
3. RE-ORIENTATION
Were you happy
going there?
......................
What made you
happy there?
.........................
Why were you
happy/sad?
.....................
ISBN: 978-602-1150-17-7
975
Gambar 12. Kegiatan siswa menulis teks recount tentang experience mengunjungi salah tempat
wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya
Gambar 13. Hasil kerja siswa berupa tulisan teks recount visting a recreation place in Batu city
or Malang
Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang pegalaman siswa
mengunjungi tempat wisata tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis.
Nilai ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah
ini;
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
4
5
Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Jumlah total siswa
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
Persentase siswa yang tuntas belajar
Persentase siswa yang belum tuntas belajar
75
32 siswa
25 siswa
7 siswa
78,12 %
21,88 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan graphic
organizer pada pembelajaran menulis teks recount diperoleh nilai rata-rata ketrampilan menulis
siswa adalah 78,49 dan ketuntasan belajar mencapai 78,12% atau ada 25 siswa dari 32 siswa
sudah tuntas belajar dengan nilai KKM:75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75
hanya sebesar 78,12 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar
85%.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
976
Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih
ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM.
Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai
kosa -kata yang berhubungan dengan teks recount tentang experience sehingga mereka sering
bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitan tentang grammar khususnya pola
kalimat simple past tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja
tertentu, baik regular maupun irregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk
kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key words dan
latihan soal tentang grammar (simple past tense), selain itu mereka perlu membawa kamus.
Temuan pada penelitian siklus 2
Seperti pada siklus 1, siklus 2 ini terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali
tatap muka, satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan
tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Siklus 2 pertemuan 1
Pada kegiatan awal di siklus 1 pertemuaan 1, guru mengecek kehadiran siswa dan
memberi salam. Selanjutnya guru mengajak siswa untk mereview materi yang telah di pelajari
pada pembelajaran di siklus 1 dan mengkaitkanya dengan pembelajaran yang akan di pelajari.
Guru memberikan brainstorming untuk menggiring opini siswa masuk pada materi dengan
memberikan beberapa pertanyaan tentang unforgettable experience sebagai berikut:
Do you have any interesting experience/ unforgettable experience?
Can you recall it?
Will you tell your experience to your friend?
Pada kegiatan inti, guru mengawali kegiatan dengan meminta siswa untuk megamati
sebuah gambar tentang logo Danone Cup seperti yang di tunjukan dengan gambar berikut:
Gambar 14. Danone club
Setelah mengamati gambar tersebut diatas, guru meminta siswa untuk
memformulasikan pertanyaan terkait dengan gambar tesebut dengan bimbingan guru, contoh
pertanyaan yang dibuat siswa:
1. Where did the tournament take place?
2. When did the tournamnent take place?
3. Who joined the tournamnent?
Setelah siswa membuat pertanyaan dan bertanya jawab dengan guru dan siswa, Guru
memberikan contoh teks recount tentang unforgatable experience seperti contoh berikut ini:
ISBN: 978-602-1150-17-7
977
Gambar 15. Contoh Teks recount unforgetable experience
Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi bacaan teks tersebut. Kemudian
diminta untuk menggaris bawahi kata-kata yang sulit dan membahasnya bersama-sama dengan
guru. Setelah itu siswa menjawab beberapa pertanyaan terkait isi dari bacaan tersebut secara
lisan. Selanjutnya guru dan siswa mereview kembali tentang social function, language feature
dan generic structure dari teks recount. Terkait dengan language feature, Guru memberikan
pemantapan dan penguatan tentang simple past tense, karena hasil dari siklus 1 siswa masih
mengalami kesulitan dalam grammar ketika menulis paragraph recount, oleh karena itu
pemantaan tentang grammar dilakukan pada kegitan pembelajaran di siklus 2 ini. Selain teori
tentang simple past tense pada kegiatan inti ini siswa banyak diberi latihan- latihan soal yang
berhubungan sengan pola simpla past tense. Pertama siswa di minta untuk mengkalsifikasikan
regullar dan iregular verbs yang ada di dalam contoh teks recount dan mencari artinya secara
berkelompok, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Klasifikasi regular dan irregular verb
N
o
Regullar verb N
o
Irregullar verb
Verb 2 (past) Verb 1 (present) Meaning Verb 2 (past) Verb 1
(present)
meaning
1
2
3
Setelah dibahas, ternyata siswa mampu mengklasifikasikan regular dan irregular verb
dengan bantuan dictionary dan bimbingan guru. Untuk lantihan grammar selanjutnya siswa
diminta untuk menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar dengan pola simple past tense.
Berikut ini adalah contoh jumbled sentence yang di kerjakan siswa secara berkelompok.
Arrange the jumbled sentences in a good order using simple past tense
1) I - some - extracurricular - at school - joined – exercises.
Unforgettable Experience
Last year, I attended a soccer tournament Danone Cup in Malang City. I went there with my football
club. Many football clubs in East Java are registered, but only 32 teams could join the tournament,
including my team. I was very pleased to be able to follow the tournament. If we could be the champion,
We would represent the East Java Province to the National level.
The game had started. In the first game, we won by score “1-0” and the second game we won ”2-0”.
The next day, we faced the third game, I scored the third game in the second half. I was very happy,
because my goal brought my team to the top 16 level.
The next, we competed in a huge stadium. The competition was viewed by hundreds of spectators.
My team faced Persema Junior team. We lost by a score “2-0”. We were all very disappointed.
Finally, my disappointment was lost when Arema players came to Persema Stadium. We greeted and
took pictures with them. It was like a dream to meet directly with Robert Albert, Roman Camelo, Kurnia
Meiga and many more. We were very pleased to meet them.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
978
2). were - so - having - the - experience – glad.
3). Bought - book- in gramedia - They - some - two days ago
4). supermarket - went - to - some - snacks - yesterday - She - buy
Ketika siswa langsung di suruh mengerjakan soal ini terlihat beberapa siswa mengalami
kesulitan untuk menyusun menjadi kalimat yang benar, kata mana yang menjadi urutan yang
pertama dan seterusnya, dengan demikian guru membimbing siswa untuk menyusun kalimat
tersebut mulai dari Subject-Verb2-Object-Adverb atau Subject-tobe (was/were)-Adjective-
complement. Dengan dibimbing seperti ini sangat membantu siswa. Selanjutnya siswa diminta
membuat 5 kalimat dengan pola simple past tense tentang peristiwa/kegiatan yang pernah
mereka alami secara individu.
Setelah semua siswa selesai menulis kalimat, guru meminta beberapa siswa menuliskan
hasil tulisanya di papan tulis. Guru mengambil sampel siswa yang menulis dengan benar dan
siswa yang menulis belum benar. Ternyata dari kegiatan ini ada beberapa siswa yang kurang
teliti dalam membuat kalimat, ada yang tidak memakai tobe was /were dan masih ada yang
tidak memakai verb 2, disini siswa dan guru bersama2 mengoreksi hasil kerja mereka dan
melakukan pembetulan bagaimana menulis kalimat dengan pola simple past tense yang benar .
Guru meminta siswa tersebut untuk mengoreksi kalimat hasil tulisaanya dan meminta mereka
untuk membenarkanya. Sehingga dari kegiatan ini siswa lain dapat membentulkan kalimat yang
mereka buat jika ada kesalahan seperti yang di cotohkan beberapa siswa di papan tulis tersebut.
Untuk kegiatan selnjutnya, siswa secara berkelompok diminta untuk menyusun
paragraph acak menjadi teks recount yang padu dengan bantuan grapahic organizer dengan
memperhatiaka generic stucture yang telah dibahas pada pertemuan di siklus 1 seperti yang
terlihat dari gambar berikut ini:
Gambar 16. Paragraph acak recount teks
Falling from tree
Because no one dared to climb the tree, I braced myself to climb it. I knew that I could not
climb the tall tree. However, I want to show them that I was great. Then I climbed the tree. Having
reached the top, I started looking for fruit which I would take. I saw my friends from the bottom
praised me. “Great, you are awesome!” said one of my friends. “Fetch the fruit!” begged my friend.
Then I tried to reach the fruit. However, when I was about to pick it up, the trunk where I stand
broken. I felt from the tree. “Gubraaakk” My body crushed the ground. I cried in pain. I see blood
was coming out of my head.
When I was kid, I felt out of my friend‟s mango tree. At that time, my friends and I wanted
to eat mango in front of my friend‟s house. The tree was very high. We could not climb it because at
that time we were little.
At that moment, I was ushered by my friend to my home. They told my mother that I fell
out of a mango tree. Then my mother treated my wounds. Until now the wound is still seen in my
arm. Every time I see it, I remember my childhood that careless and love to be praised.
ISBN: 978-602-1150-17-7
979
Pada pertemuan 1 ini waktu yang digunakan untuk membahas hasil kerja kelompok
siswa dalam menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu tidak mencukupi, oleh
karena itu dilanjutkan pembahasanya pada pertemuan ke 2.
Siklus 2 pertemuan 2
Kegiatan pembelajaran di siklus 2 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal yaitu
guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak siswa
mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan
pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan
generic structure. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah
mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.
Pada kegiatan inti siswa diajak mendiskusikan hasil kerja kelompok pada pertemuan
pertama yaitu menyusun paragraph acak menjadi teks recount yang padu sesuai dengan generic
structure-nya. Pada kegiatan ini guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk
membacakan hasilnya di depan kelas dan membahasnya bersama-sama, ternyata siswa paham
tentang bagaimana menyusun paragraph acak recount. Selanjutnya guru meminta siswa
membahas kata-kata yang sulit dari paragraph acak yang telah disusunnya agar siswa
mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sebelum mereka menulis teks recount tentang
unforgettable experience berdasarkan pengalamanya sendiri. Untuk memahami isi dari bacaan
teks recount tentang Falling from the tree, siswa menjawab berbagai pertanyaan secara lisan
yang diberikan oleh guru.
Pada kegiatan selanjutnya agar siswa bisa menulis teks recount dengan lancar, guru
memberikan pembekalan kosa-kata yang bisa membantu siswa dalam menulis teks recount
seperti yang di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.Regullar and Irregular Verbs
No Regullar verb No Irregullar verb
Verb 2
(past)
Verb 1
(present)
Meaning Verb 2
(past)
Verb 1
(present)
meaning
1 faced face menghadapi 1 fell fall terjatuh
2 played play bermain 2 felt feel merasakan
3 enjoyed enjoy menikmati 3 went go Pergi
4 reached reach mencapai 4 brougt bring membawa
5 arrived arrive sampai 5 bought buy membeli
6 climbed climb memanjat 6 write wrote menulis
7 wanted want ingin 7 came come datang
8 looked look menatap 8 Got out
of
Get out of Keluar dari
9 tried try mencoba 9 ate eat makan
10 begged beg memohon 10 took take mengambil
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
980
11 show showed menunjukan 11 put put meletakan
12 Picked
up
Pick up menjempit 12 read read membaca
13 Lifted
up
Lift up mengangkat 13 saw see melihat
14 loved Love menyayangi 14 have had mempunyai
15 praised praise memuji 15 dream dream bermimpi
16 treated treat merawat 16 knew know mengetahui
Selain diberi key words tentang regular and irregullar verb siswa diminta menggunakan
kamus untuk mempermudah mereka menemukan kata-kata sulit yang tidak mereka ketahui
ketika menulis teks recount tentang unforgettable experience yang pernah mereka alami.
Seperti pada langkah menulis teks recount di siklus 1, siswa sebelum menulis diminta
menulis gagasan-gagasan atau ide-ide mereka dengan bantuan grapic organizer seperti di bawah
Gambar 17. Graphic organizer untuk menuliskan ide-ide sebelum menulis teks recount
RECOUNT TEXT
What is the title?
TITLE :
1. ORIENTAT
ION
Who got the
experience?
...................................
......
Where did it happen?
...................................
.......
When did it happen?
...................................
......
How did it happen?
...................................
.....
2.EVENT
What did you do there?
.....................................
What did you do after that?
.............................................
Did you find some problem
there?
..........................................
What problem did you find there?
.........................................
What did you do to solve the
problem?
3. RE-ORIENTATION
Were you happy
getting the
experience?
................................
What made you
happy/sad?
................................
Why were you
happy/sad?
.................................
...
ISBN: 978-602-1150-17-7
981
Setelah itu siswa menulis ide-idenya yang telah mereka tulis di grapic organizer menjadi
paragraph recount text, seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 18. Kegiatan siswa menulis paragrah recount
Selesai menulis teks recount tersebut, beberapa siswa diminta untuk membacakan hasil
tulisannya di depan kelas. Dan guru memberikan feedback. Kemudian semua siswa memasanag
hasil karyanya berupa tulisan teks recount tentang unforgettable experience berdasarkan
pengalamanya sendiri di papan pajang..
Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang unforgettable
experience yang telah mereka alami tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan
menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam bentuk essay teks recount di siklus 2 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini;
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus 1
No Uraian Hasil Siklus 1
1
2
3
4
5
7
Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Jumlah total siswa
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
Persentase siswa yang tuntas belajar
Persentase siswa yang belum tuntas belajar
75
32 siswa
28 siswa
4 siswa
87,5 %
12,5 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan graphic
organizer pada pembelajaran menulis teks recount di siklus 2 ini, diperoleh prosentase nilai
ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5% atau ada 28 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar
dengan nilai KKM ≥ 75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus ke-2 secara klasikal
siswa tuntas belajar, seperti yang di kehendaki peneliti yaitu persentase ketuntasan sebesar 85%.
Hasil pada siklus 2 ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus 2 ini dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menerapkan graphic
organizer sehingga siswa menjadi lebih mudah menuangkan ide-idenya dalam menulis teks
recount. Pada siklus 2 ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya
sampai pada siklus 2.
PEMBAHASAN
Graphic organizer adalah alat pedagogik yang penting dan efektif untuk
mengorganisasi isi atau ide-ide dan memfasilitasi pemahaman siswa dalam memperoleh
informasi-informasi yang baru (McKnight, 2010:1). Graphic organizer ini dapat mempermudah
siswa menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasanya sebelum menulis teks recount, sehingga
mempermudah mereka menulis essay teks recount. Dan melalui hasil peneilitian ini
menunjukan bahwa penggunaan graphic organizer memiliki dampak positif dalam
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
982
meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris siswa dalam teks recount dengan tema
visiting recreation place dan unforgetable experience. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru sehingga hasil tes writing
dalam bentuk recount text mengalami peningkatan dari siklus I dan 2 yaitu masing-masing
78,12 % dan 87,5%. Dengan kata lain telah terjadi peningkatan ketrampilan menulis siswa
dalam bentuk teks recount dengan menggunakan graphic organizer. Dalam penelitian ini terjadi
peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan standar ketuntasan yang diharapkan yaitu
ketuntasan belajar secara klasikal adalah 85% berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar
mengajar kurikulum 1994 (dalam Hariyati, 2009). Ini berarti pada siklus II ini ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai yaitu mencapai 87,5 % bahkan melampaui standart
ketuntasan. Sehingga peneliti merasa cukup jika penelitian ini hanya dilakukan sampai pada
siklus 2.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menulis (writinga0 dalam bentuk teks recount dengan menggunakan graphic
organizer memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan menulis siwa ditandai
dengan peningkatan hasil tes ketrampilan menulis (writing) siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I (78,12 %) dan siklus II (87,5%).
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar bahasa Inggris lebih efektif dan menyenangkan sehingga lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk menerapkan penggunaan graphic organizer diperlukan persiapan yang cukup
matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih materi dan tema yang
benar-benar bisa diterapkan dengan penggunaan graphic organizer dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya untuk meningkatan
ketrampilan menulis Bahasa Inggris siswa dalam teks recount , guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai media yang menarik walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya. Selain itu guru dalam mengajar Bahasa Inggris tidak hanya
berorientasi pada model ceramah saja dan menggunakan LKS sehingga proses belajar
mengajar dikelas terkesan membosankan bagi siswa.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di
SMPN 2 Batu tahun pelajaran 2015/2016.
DAFTAR RUJUKAN
Haryati, 2009. Pendekatan Reading Activity Dengan Menggunakan Cerita Rakyat Pada Mata
Pelajaran Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII/C
SMPN 03 Batu. Karya Tulis Ilmiah. SMP Negeri 2 Batu.
McKnight, K.S. 2010. The Teacher’s Big Book of Graphic Organizer. San Fransisco: John
Wiley.
Pemendikbud No. 58, 2014. http://www. Gussmart.com.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARRATIVE DENGAN
ISBN: 978-602-1150-17-7
983
MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA
KELAS VIII B MTs HASYIM ASYA’ARI BATU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Siti Sudaryani
MTs Hasyim Asy‟ari Batu
Abstrak : Menulis (Writing) merupakan salah satu dari empat bagian ketrampilan
berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab dengan menulis seseorang dapat
menyampaikan pesan, saran, pendapat, menceritakan suatu peristiwa, benda dan lain
sebagainya. Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan bagaimana model
Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan menulis narrative pada
siswa kelas VIII B MTs. Hasyim Asy‟ari Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata Kunci: Menulis (Writing), Narrative , Model Pembelajaran Make a Match.
Dalam lampiran standar isi SK KD PERMENDIKNAS Nomor 22 Tahun 2006 untuk
mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat SMP/MTS menyatakan bahwa Bahasa Inggris merupakan
alat berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian
yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan
teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
Kemampuan atau keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat
keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Hal ini menunjukan bahwa untuk mampu
menulis diperlukan juga berbagai keterampilan ataupun pengetahuan. Menulis tidak cukup
hanya mempunyai kemampuan menuangkan ide (gagasan). Akan tetapi menyangkut juga
masalah-masalah bagaimana menuangkan ide-de kedalam tulisan dengan tepat, bagaimana
menyusun kepaduan antara kalimat dan antara alenia, menemukan pilihan kata yang tepat, dan
masalah-masalah ketatabahasaan. Oleh karena itu pengajaran menulis seyogyanya diberikan dan
dilaksanakan secara positif.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab,
dengan menulis seseorang dapat menyampaikan pesan, saran, pendapat, menggambarkan
peristiwa, benda, dan lain sebagainya. Sayangnya menulis sering menjadi aktivitas berbahasa
yang tidak disukai banyak orang sehingga selama ini keterampilan menulis tidak banyak
tersentuh (Akhadiyah, 1997: v). Menulis bukan aktivitas yang mudah tetapi bisa dipelajari.
Aktivitas menulis bisa dilakukan oleh siapapun dibangku sekolah. Kemampuan menulis akan
menambah wawasan pengetahuan bagi anak. Dalam mengembangkan keterampilan menulis
dibutuhkan kemauan atau keinginan yang kuat.
Untuk mengetahui masalah-masalah pokok yang dihadapi dalam pembelajaran menulis
sekaligus menanggulanginya, perlu diadakan penelitian. Mengingat tujuan penelitian yang
dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis,
maka penelitian dilakukan di kelas yang dianggap bermasalah.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di lapangan, masalah yang muncul pada
siswa kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU yang berhubungan dengan keterampilan
menulis teks narrative. Hasil observasi pra siklus menunjukkan hasil belajar siswa tergolong
rendah. Hal ini dibuktikan dengan prosentase ketuntasan 72% dari 35 jumlah siswa kelas VIII
B. Kategori nilai siswa yang sudah tuntas 26 siswa sedangkan nilai siswa dibawah KKM ada 9.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
984
Nilai KKM dari pelajaran Bahasa Inggris 75. Selain itu, terdapat masalah-masalah yang
dihadapi siswa dalam menulis, antara lain:
1. Siswa belum bisa menentukan topik yang digunakan sebagai bahan tulisan.
2. Fokus atau topik yang disediakan terkadang jauh sekali dari kehidupan siswa sehari-hari
sehingga siswa kesulitan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan.
3. Siswa tidak terbiasa membuat kerangka tulisan pada saat memulai menulis..
4. Siswa belum bisa mengembangkan tulisan dengan bentuk teks narrative..
Padahal berdasarkan SK KD pada mata pelajaran Bahasa Inggris, pembelajaran Bahasa
Inggris di tingkat SMP/MTS itu sendiri ditargetkan agar peserta didik memiliki kemampuan
functional yaitu kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Keadaan ini disebabkan
umumnya karena pembelajaran Bahasa Inggris dilakukan hanya mengacu pada soal – soal Ujian
Nasional yang mencakup kemampuan membaca (Reading Comprehension), menulis (Writing)
menjadi terabaikan. Padahal Writing (menulis) merupakan kompetensi penting bagi siswa
Sekolah Menengah Pertama karena merupakan salah satu SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
Ujian Nasional bagi Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah. Belajar menulis itu
penting karena bisa membuat siswa cerdas, menambah wawasan, dan menumbuhkan semangat
untuk menggali ilmu (http://menulisbuku.com). Dengan keadaan ini kompetensi writing
menjadi hal yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa perlu didorong
untuk menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dengan jelas, hidup, menarik dan
jujur. Mereka tidak perlu atau harus ditakuti dan jangan dibunuh semangatnya dengan cara-cara
yang salah dalam koreksi dan pertanyaan-pertanyaan asal.
Sebaliknya siswa yang belum berpengalaman hendaknya mendapat kesempatan khusus
untuk menulis dengan bantuan dan bimbingan yang positif pada waktu aktualisasi proses
menulis, didalam menyampaikan dan menjelaskan gagasan-gagasan, didalam memilih jenis kata
dan kadang kadang didalam menghadapi masalah mekanik tulisan..
Model pembelajaran make a match yang dipakai merupakan konsep belajar yang
membantu siswa mengaitkan antara kalimat yang satu dengan yang lain sesuai materi yang
diajarkan sambil belajar mengenai konsep teks narrative dalam suasana yang menyenangkan.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada
hasil.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilaksanakan peningkatan kemampuan menulis
narrative anak dengan PTK melalui perbaikan pembelajaran terutama dengan menggunakan
model pembelajaran make a match. Model pembelajaran ini diharapkan bisa menjadi solusi
yang tepat karena dapat membantu siswa dalam merangkai suatu kalimat dan memotivasi
siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian kekurangmampuan anak dalam mengekspresikan pikiran dan
perasaan dimasa mendatang dapat diatasi sejak dini. Penulis berkeinginan memperbaiki
pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu melibatkan
semua siswa. Hal ini dilaksanakan agar peserta didik mampu menerima pesan-pesan yang ada di
dalam kehidupan nyata atau lingkungan sekitar kemudian dengan mudah dapat
mengekspresikan ke dalam bentuk tulisan narrative.
Berdasarkan latar belakang tesebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match
dalam meningkatkan kemampuan menulis teks narrative siswa kelas VIII B MTs Hasyim
Asy‟ari Batu?” Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, aktif
ISBN: 978-602-1150-17-7
985
dan menyenangkan dan kondusif sehingga meningkatkan kemampuan menulis teks narrative
pada siswa kelas VIII B di MTs Hasyim Asy‟ari Batu tahun pelajaran 2015/2016. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru
1. Meningkatkan kreativitas guru dengan menerapkan berbagai pendekatan-pendekatan
pengajaran.
2. Meningkatkan professionalisme.
2. Siswa
1. Meningkatkan kemampuan menulis teks narrative.
2. Meningkatkan pemahaman teori, karakteristik, struktur dan tujuan umum teks
narrative.
3. Meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis teks narrative.
3. Sekolah
Hasil karya ilmiah ini digunakan sebagai sarana atau bahan pembelajaran bagi guru –
guru di sekolah agar lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Siswa Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU
Tahun Pelajaran 2015/2016. Kelas yang akan dipilih dalam penelitian tindakan ini adalah kelas
VIII. Ditinjau dari kuantitas dan kualitas, MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU memiliki 24 kelas
dengan jumlah keseluruhan siswa 779 siswa. Karakter Kelas VIII B MTs HASYIM
ASYA‟ARI BATU tidak jauh berbeda dengan kelas lain. Hasil belajar siswa yang belum
menggembirakan (belum menunjukkan peningkatan) khususnya pada pembelajaran bahasa
Inggris melalui aspek menulis dan sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang
mendalam tentang masalah tersebut.
Penelitian tindakan ini berlangsung dua bulan dimulai bulan Februari sampai Maret
2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI
BATU sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 perempuan. Penelitian ini
menggunakan strategi penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu
planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi).
Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data dalam penelitian adalah
dokumen, peristiwa, dan hasil tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan test. Untuk menjamin kevaliditasan data,
penelitian menggunakan triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
` Pada kondisi awal pada pembelajaran bahasa inggris Kelas VIII B MTs HASYIM
ASYA‟ARI BATU dengan menggunakan metode ceramah. Kegiatan awal ini sebagai kegiatan
prasiklus bertujuan untuk mengukur keterampilan menulis narrative siswa sebelum dilakukan
tindakan penelitian. Prasiklus ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 Februari 2016.
Proses pembelajaran bahasa Inggris, mulai dibuka guru dengan memberikan apresiasi kepada
siswa tentang teks narrative kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran , tujuan
pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kondisi awal guru
belum menggunakan model pembelajaran make a match akan tetapi menggunakan metode
ceramah.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
986
Adapun beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, antara lain: (a) Rendahnya
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran bahasa Inggris khususnya menulis teks narrative,
(b) kurangnya konsentrasi siswa ketika pembelajaran bahasa Inggris berlangsung, (c) siswa
kurang aktif, (d) siswa kurang berminat dan kurang tertarik dalam pembelajaran menulis
narrative dan (e) rendahnya keberanian siswa untuk bertanya.
Dalam pembelajaran menulis narrative pada kondisi awal, guru menggunakan metode
ceramah diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 60,03 dan tingkat ketuntasan belajar
mencapai 72% atau ada 26 siswa yang sudah tuntas belajar dari 35 siswa. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang memperoleh
nilai diatas ketercapaian penguasaan materi sebanyak 72% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 99,9%. Hal ini memerlukan tindakan belajar untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis khususnya teks narrative. Tindakan tersebut
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran dengan
dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Setelah adanya proses prasiklus, fakta yang muncul pada siswa Kelas VIII B MTs
HASYIM ASYA‟ARI BATU yang berhubungan dengan keterampilan menulis yaitu bahwa
hasil belajar siswa tergolong rendah . Hal ini dibuktikan dengan rata-rata 60 dan prosentase
ketuntasan hanya 26 siswa atau 72% dari 35 jumlah siswa kelas VIII B. Hal ini menunjukkan
bahwa: (1) Guru menggunakan metode ceramah di dalam pembelajaran sehingga masih banyak
siswa yang kurang aktif karena monoton. Selain itu, guru memberikan penugasan dan sedikit
tanya jawab. (2) Siswa belum mampu memahami materi menulis (writing) dengan benar
sehingga pada saat diberi tugas menulis narrative siswa belum mampu menentukan topik yang
digunakan sebagai bahan tulisan. (3) Nilai rata-rata dan ketercapaian ketuntasan belajar masih
rendah. Ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini sebesar 60-100%.
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Februari 2016
pembelajaran dilaksanakan selama 2x40 menit (80 menit) proses belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran make a match. Observasi dilakukan teman sejawat,
diperoleh hasil bahwa (1) Rencana pelaksanaan pembelajaran sudah dijalankan dengan baik, (2)
kegiatan guru sudah sesuai dengan RPP, (3) kegiatan siswa tampak aktif dan tidak monoton.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil observasi siklus I sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan dengan baik sedangkan kegiatan guru dalam
pembelajaran sudah cukup baik, sementara itu kegiatan siswa masih dalam kategori cukup.
Pada tindakan siklus II ini, peneliti mengawali pembelajaran mendengarkan dan berbicara
dengan memberikan salam dan mempresensi siswa serta mengkondisikan siswa agar tidak
ramai. Peneliti menyampaikan apersepsi pembelajaran mendengarkan dan berbicara sama
seperti pada siklus I. Kemudian, peneliti bertanya pada siswa mengenai materi pertemuan
kemarin. Peneliti bersama siswa mengulas kembali sedikit materi pertemuan yang lalu. Dengan
tujuan untuk memancing ingatan siswa mengenai materi teks narrative yang telah diajarkan
oleh peneliti. Pada siklus II ini, dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 Maret 2016.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan dibekali pedoman dan observas yaitu
mencatat semua kegiatan guru dari pendahuluan, pengembangan, penerapan, penutup serta
menuliskan keterangan tambahan yang belum terjaring, seperti inisiatif dan reaksi baik dari guru
maupun siswa, situasi kelas dan kendala proses tindakan, serta memberikan kesimpulan dan
saran secara umum dari tindakan yang dilakukan. Hasil observasi menunjukkan bahwa (1)
rencana perbaikan pembelajaran sudah dilakukan dengan sempurna, (2) kegiatan guru sudah
baik, dan (3) kegiatan siswa sudah baik.
Penggunaan model pembelajaran make a match pada pembelajaran membaca dan
menulis diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 87,5 dan tingkat ketuntasan belajar
ISBN: 978-602-1150-17-7
987
mencapai 99,9% atau ada 32 siswa yang sudah tuntas belajar dari 35 siswa. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah tuntas belajar karena siswa yang memperoleh
nilai ≥ 62,5 sebesar 99,9% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%.
Adapun kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran make a match
dalam menulis adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Siswa memperoleh pemahaman teks narrative melalui pengalaman mengerjakan.
b. Siswa merasa nyaman dalam mengerjakan tugas menulis.
2. Kelemahan
a. Situasi kelas ramai.
b. Guru harus mampu mengendalikan kelas dan bisa berperan maksimal menjadi
fasilitator bagi siswa
c. Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru
d. Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-sendiri.
Secara utuh hasil pembelajaran siswa Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI Batu dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel Hasil Belajar Menulis narrative Siswa
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
Nilai Rata-rata 60 75 87,5
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada pra siklus nilai ratarata siswa adalah 60,
pada siklus I meningkat menjadi 75, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,5. Dilihat dari
ketercapaian penguasaan materi 60 bahwa pada prasiklus ada 60 (18,75%), pada siklus I
menjadi (71,88%), dan pada siklus II menjadi 30 (93,75%). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan yang signifikan dari pra siklus, siklus I, dan siklu II.
Grafik Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Dalam penelitian ini, upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks
narrative dengan menggunakan model pembelajaran make a match dapat terwujud.
Keberhasilan pembelajaran ini tentunya ditentukan banyak faktor seperti guru yang
menggunakan model pembelajaran make a match, faktor proses pembelajaran yang aktif, faktor
Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata
0 , 00
00 10 ,
20 , 00
30 00 ,
40 , 00
50 , 00
60 , 00
70 , 00
80 , 00
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
988
bahan ajar atau materi yang melibatkan siswa yang mau memperhatikan penjelasakan guru, dan
faktor sarana prasarana (media) belajar. Dengan model pembelajaran make a match siswa diajak
secara langsung untuk mempelajari kemudian menuangkan dalam tulisan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Akhmad Sudrajat bahwa ada kecendrungan dewasa ini
untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang.
Dalam pembelajaran menulis menggunakan model pembelajarn make a match siswa
dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan menarik.
Selain itu, siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti di kelompoknya serta belajar yang
diatur sendiri, dimana siswa dalam pembelajaran aktif, mandiri, melibatkan kegiatan
menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi
siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan
gaya belajarnya sendiri.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa (1)
Model Pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan menulis narrativei Kelas
VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari
hasil nilai rata-rata pra siklus siswa adalah 60 meningkat menjadi 75 pada siklus I, dan menjadi
87,5 pada siklus II. Dilihat dari ketercapaian penguasaan materi 63 bahwa pada prasiklus ada 6
(18,75%), pada siklus I menjadi 23 (71,88%), dan pada siklus II menjadi 30 (93,75%). (2)
Peningkatan yang dicapai oleh Kelas VIIIB MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun Pelajaran
2015/2016 dalam belajar menulis narrative dengan menggunakan model pembelajaran make a
match sebesar 15,07 point. (3) Langkah-langkah mengajar
Bahasa Inggris khususnya menulis narrative dengan menggunakan model make a
match (a) Kegiatan Awal, guru mengucapkan, siswa menjawab ucapan salam, guru
mempersilahkan siswa berdoa, menanyakan menanyakan siswa yang tidak masuk dan
menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) Kegiatan Inti, Guru menjelaskan materi tentang
menulis terutama tentang narrative teks dengan menggunakan metode ceramah dan siswa
mendengarkan penjelasan guru, guru memberikan pertanyaan, guru membuat contoh satu
paragraf teks narrative, dan menjelaskan langkah-langkah menulis narrative dengan baik, siswa
diberi contoh teks narrative , siswa menulis teks narrative pendek di lembar karangan yang
telah disediakan dan dibiarkan mencari tempat yang nyaman untukmenulis, dan siswa diberikan
kesempatan oleh guru untuk menanyakan materi pembelajaran bahasa Inggris
khususnyamenulis teks narrative. (c) Kegiatan Akhir, siswa diberikan penguatan materi dari
guru dengan menyampaikan kesimpulan, dan guru menutup pelajaran dengan bacaan hamdalan
dan mengucapkan salam perpisahan, dan (4) Kelebihan dan kekurangan penggunaan model
pembelajaran make a match pada Kelas VIII B MTs HASYIM ASYA‟ARI BATU Tahun
Pelajaran 2015/2016 bahwa kelebihannya (a) Siswa memperoleh pemahaman teks narrative
melalui pengalaman mengerjakan dan (b) Siswa merasa nyaman dalam mengerjakan tugas
menulis. Sedangkan kekurangannya yaitu (a) kelas ramai sehingga mengganggu kelas yang lain,
(b) Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru, karena terkadang mengobrol
ISBN: 978-602-1150-17-7
989
sama teman-temannya, dan (c) Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-
sendiri.
DAFTAR RUJUKAN
Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa inggris. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Atmawidjaya, Timbul Sudwijo. 2000. Peningkatan kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
Melaui Metode Wisata pada Siswa Kelas VII MTS Negeri 1 Wanasari Tahun
Pelajaran 1999/2000..
Darcy Haag, Granello. Juni 2000. Contextual Teaching and Learning in Counselor Education.
Counselor Education & Supervision, Vol. 39 Issue 4, p270, 14p.
Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Kurniawan, Khaerudin. 2008 Model Pengajaran menulis Bahasa Inggris. Yogyakarta: UNY.
Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nasution, 2000. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi
Aksara.
NN, 2005. http://www.clearinghouse.dikmenum.go.id
Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
Sudrajat, Akhmad. 2007. Model Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/model-pembelajaran-01/ diakses
pada tanggal 04-11-2007
Sudrajat, Akhmad. 2007. Pembelajaran Kontekstual, Pengembangan Pembelajaran
Kontekstual.Jakarta:Depdiknas
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/pembelajaran-kontekstual/ diakses pada
tanggal 04-11-2007.
Supriatijah. 2000. Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Deskripsi dengan Teknik
Menghadirkan Model di kelas pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Semarang..
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
http://pintarberbahasa.wordpress.com/mengarang-2/
http://bahterasia.blogspot.com/2009/10/jenis-karangan-dan-langkah-langkah.html
http://seseor.blogspot.com/2012/06/kemampuan-mengarang-deskripsi-siswa.html
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
990
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUNRECOUNT TEXT SISWA
KELAS VIII MENGGUNAKAN PICTURES SERIES PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INGGRIS SMP NEGERI 01 BATU
Trise Rosida Prihantini
SMP Negeri 1 Batu, East Java.
trise.rosida@ymail.com
Abstrak : Penelitian ini adalah untuk menemukan pemecahan masalah dalam
kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris di dalam kelas. Tujuanya adalah untuk
meningkatkan nilai hasil belajar bahasa Inggris dalam menyusun
teksrecount.Penelitian ini merupakan tindakan guru untuk memperbaiki dan
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas delapan SMP N 1 Batu
dari bulan Februari sampai bulan April 2016. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
dalam 2 siklus. Dalam penelitian ini teknik dan alat pengumpul data yang digunakan
adalah melalui tes tulis dengan uraian dan pemahaman gambar.Hasil penelitian dari
penerapan teknik picture series menunjukkanadanya peningkatan hasil belajar
siswa.Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi tes dan hasil observasi yang selalu
mengalami peningkatan selama penerapan teknik ini. Pada siklus I yang mencapai
ketuntasan nilai sebanyak82,35%, dengan dilaksanakanya kegiatan pada siklus IItelah
ada peningkatan menjadi 91,18% dengan kategori baik dari 85% target ketuntasan
yang ingin dicapai pada penelitian ini.
Kata Kunci :media gambar berseri, menulis teks recount
Peneliti sudah mengajar di sekolah ini selama kurang lebih delapan tahun. Sekarang
Peneliti mengajar di kelas 8 E sudah hampir satu tahun, mulai semester 1 tahun 2015 sampai
sekarang.Ketika mengajar pada kelas tersebut peneliti menemukan beberapa masalah,
diantaranya adalah: 1. kurangnya motivasi siswa dalam menulis dikarenakan menulis dianggap
oleh sebagian besar siswa sebagai keterampilan sulit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya
diri dalam menulis sebuah teks recount karena perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam
bahasa Inggris; (3) masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah batas terendah dari
ketentuan sekolah (KKM), yaitu nilai 78, karena sebagian besar siswa belum memahami
sepenuhnya bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus
ditulis, dan bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks
terpadu; dan (4) siswa diberikan tugas untuk menulis sebuah teks recount dengan kondisi siswa
belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran,. Peneliti akhirnnya memilih untuk
mendalami masalah pada pengajaran menulis dimana keterampilan siswa dalam menulis
sebuah teks masih rendah . Diperkirakan penyebab masalah tersebut adalah siswa belum
sepenuhnya menguasai materi pembelajaran, teknik penyampaian pelajaran yang kurang hidup,
kurang menarik, juga kurang menyenangkan, dan kurangnya bimbingan yang diberikan oleh
guru.Peneliti memberikan solusi yaitu dengan menggunakan media berupa gambar berseri guna
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun atau menulis sebuah teks berbentuk recount.
Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum
dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.
Menurut Sadiman (2003:21), media gambar adalah “suatu gambar yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini
dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah
ISBN: 978-602-1150-17-7
991
sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih
jelas”. Menurut Purwanto dan Alim (1997 : 63), kelebihan media gambar adalah:
1. Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan
media verbal semata
2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan
4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja
5. Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan
Yang dimaksud dengan gambar berseri adalah rangkaian gambar yang digunakan dalam
memberikan stimulus berupa gambar kepada siswa untuk memudahkan siswa memunculkan
ide-ide yang ada serta siswa dapat menulis karangan secara terurut dan teratur.Menggunakan
media gambar berseri sebagai media pembelajaran juga dapat mempermudah daya tangkap
siswa pada materi yang diberikan. Beberapa peneliti terdahulu tentang gambar berseri yang
digunakan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut;
Pertama, rujukan kajian pustaka penelitian ini adalah artikel pada jurnal yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan dengan
Media Gambar pada Siswa Kelas IX SMPN 01 Ombe Baru Tahun Pelajaran 2008/2009” yang
dilakukan oleh Jauhariyah (2009). Dalam penelitiannya, media gambar digunakan sebagai
media yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa dan dibuktikan
berdasarkan hasil penelitiannya.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemerolehan nilai
siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang dilakukan, yaitu siklus I tanpa
menggunakan media gambar dan siklus II dengan menggunakan gambar.Kelemahannya, tidak
dijelaskan secara spesifik kriteria dalam penulisannya, baik prosedur skematis dalam penulisan
laporan perjalanan yang dimaksud maupun ketentuan tense yang digunakan, sedangkan pada
penelitian ini digunakan picture series, planning organizer, and composing
organizer.Relevansinya adalah baik penelitian yang dilakukan oleh Jauhariyah maupun
penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Namun penelitian ini mengetengahkan
recount text dengan menggunakan teknik picture series sebagai media pembelajaran yang
efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa.
Kedua, rujukan kajian pustaka yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh
Testiana (2009) dengan judul tesis “A Comparative Study on Student’s Recount Writings Using
Role Play and Pictures as Media”.Dalam penelitian yang dilakukakan, peneliti membandingkan
penggunaan teknik role play dan gambar dalam menulis sebuah recoun text pada siswa kelas 8 I
SMPN 2 Purworejo.Peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok.Perlakuan kelompok
pertama adalah bermain peran, sedangkan kelompok kedua adalah dengan gambar.Metode yang
penelitian yang dipakai adalah penelitian eksperimental khususnya intact group comparison
design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik peran dibuktikan lebih efektif
daripada menggunakan gambar sebagai media yang mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis recount text. Kelemahannya, perlakuan dengan membagi siswa secara
berkelompok dan hanya menerapkan satu teknik dalam satu kelompok diragukan dapat
mewakili kemampuan siswa dalam satu kelas tersebut karena kemampuan yang dimiliki oleh
setiap siswa berbeda.Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan
penelitian tindakan kelas. Namun yang difokuskan dalam penelitian ini hanya menggunakan
satu teknik untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text dengan menggunakan media
gambar tanpa membandingkan dengan teknik lainnya demi keakuratan hasil analisis penelitian
ini.
Kajian pustaka ketiga yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan
oleh Hidayati (2011) dengan judul tesis”Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
992
Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Visual Gambar Berseri pada Mahasiswa
FKIP-KMM”. Dalam analisis penelitian tindakan kelas yang dilakukan, media visual gambar
berseri digunakan sebagai media yang efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi
pada mahasiswa FKIP-UMM.Analisis wacana yang dilakukan berdasarkan format kriteria
penelitian menulis wacana narasi dengan menggunakan media visual gambar berseri, yaitu
kesesuaian judul, tingkat kerincian wacana narasi yang sesuai dengan urutan kronologi,
kesesuaian kalimat, pilihan kata, serta kohesi dan koherensi.Kelemahannya, teknik gambar
berseri yang diterapkan kurang tepat karena objek penelitiannya adalah mahasiswa. Dilihat dari
faktor usia, mahasiswa sudah dapat berpikir secara kritis, memiliki daya imajinasi dan fokus
pikiran yang tinggi serta mampu berpikir mandiri. Relevansinya adalah picture series
merupakan teknik yang sama yang juga diterapkan dalam penelitian ini, tetapi teks yang
diberikan dan cara penyajian gambar yang dilakukan berbeda. Perbedaan lainnya adalah
pengguanan teknik picture series pada keterampilan menulis recount text yang dianalisis adalah
(1) organisasi, (2) pengembangan ide, (3) tata bahasa, dan (4) mekanik.
Selanjutnya, kajian pustaka yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh
Maryani (2009) berupa artikel dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis
Karangan Menggunakan Media Gambar Seri di Kelas V SD Cibulan”.Keunggulan tulisan ini
adalah membahas secara terperinci pemanfaatan media gambar sebagai sarana pembelajaran
yang efektif kepada siswa khusunya dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis sebuah
karangan.Kelemahanya, tidak dipaparkannya rubrik penilaian sebagai pedoman penilaian
dengan jelas dalam penelitian yang dilakukan yang mampu menunjukkan keberhasilan
penerapan teknik yang digunakan. Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan ini adalah
menggunakan teknik yang sama dan melakukan penelitian tindakan kelas. Namun penelitian
yang dilakukan ini lebih mengacu kepada karangan yang memiliki struktur skematis yang
relevan dengan penerapan teknik picture series, yaitu recount text. Perbedaanya terletak pada
sumber data, dimana pada penelitian sebelumnya adalah siswa kelas IV SD sedangkan
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP.
Dari kelima penelitian di atas tentang penelitian tindakan kelas dalam upaya
meningkatkan kemampuan menulis berbahasa Inggris belum ada yang melakukan
pengombinasian teknik picture series dengan instrumen baru yaitu penggunaan planning
organizer dalam proses belajar di kelas. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan media gambar dengan teknik picture series yang dikombinasikan dengan
penggunaan instrumen tambahan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
recount text. Picture series yang ditayangkan menggunakan slide untuk menarik perhatian siswa
serta memfokuskan pikiran mereka terhadap kejadian-kejadian ataupun peristiwa yang terjadi
pada gambar yang berurutan. Dengan menggunakan slide yang diperlihatkan di hadapan mereka
maka sangat memudahkan pengajar dalam membangun daya nalar siswa untuk berpikir lebih
kritis dan terarah tentang ide-ide yang ditulis dan dikembangkan dalam recount text.
Dengan kata lain, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti juga
mencoba menggunakan gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis teks
recount. Oleh karena itu rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana
meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris dalam kemampuan menulis teks recount melalui
penggunaan pictures series untuk kelas VIII E di SMP N 1 Batu tahun pelajaran 2015-2016”.
Manfaat penelitian adalah: 1) Guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri, dalam arti ia sendiri perancang dan
pelaku perbaikan tersebut. 2) Melalui penelitian ini peneliti berharap setelah dimanfaatkanya
gambar-gambar berseri sebagai sarana pembelajaran untuk memperjelas dan mempermudah
memahami dari konsep yang abstrak akan menjadi lebih jelas dan pada akhirnya nanti siswa
ISBN: 978-602-1150-17-7
993
mendapat hasil belajar yang meningkat. Peneliti juga berharap melalui gambar berseri dapat
meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris. 3) Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi guru di kelas tersebut untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount.
Untuk guru-guru Bahasa Inggris yang lain yang memiliki masalah yang sama
diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memecahkan masalah di kelas
mereka.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang menggunakan PTK(Classroom Action Research).Dalam
penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,
yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan.Model
penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (PTK) yang diaplikasikan dalam mengkaji
aspek linguistik dan linguistik terapannya dalam hal ini pembelajaran dan pengajaran
bahasa.PTK ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif di mana penyajian datanya
berupa tabel dan presentase yang disajikan secara deskriptif dalam mengukur tingkat
pemahaman tata bahasa Inggris siswa.Metode deskriptif kualitatif disajikan melalui deskriftif
interpretatif yang mengukur tingkat pemahaman menulis siswa dengan pengaplikasian picture
series.Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
di kelas dimana guru secara penuh terlibat.Alasannya adalah karena peneliti ingin meneliti
sekaligus memeberikan solusi yang dialami oleh guru.
Dalam penelitian ini, siklus digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan
kemampuan siswa sebelum dan setelah menggunakan teknik picture series dalam upaya
meningkatkan kemampuan menulis recount text pada kelas VIII SMP Negeri 1 Batu. Menurut
Arikunto (2012: 16), ada empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu; (1) Tahap Perencanaan (plan),
(2) Pelaksanaan/tindakan (act), (3) Observasi/pengamatan (observe) ,dan (4)
Refleksi/perenungan (reflect). Adapun model tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
994
Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas
Sumber: Arikunto dkk (2012:16)
Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan dua siklus pertama walaupun sudah
tampak perubahan namun masih belum sesuai harapan peneliti karena diteruskan ke siklus
kedua.Pada siklus kedua telah tampak tejadinya peningkatan yang siknifikan sehingga
penelitian dianggap telah berhasil.Adapun proses dalam tiap-tiap siklus dibagi sebagai berikut.
Proses Siklus 1
perencanaa
refleksi pelaksanaan
pengamatan
perencanaa
pengamatan
refleksi pelaksanaan
?
Siklus II
Siklus II
ISBN: 978-602-1150-17-7
995
Proses siklus I dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.Keempat tahap tersebut dijabarkan seperti berikut ini.
1. Tahap Perencanaan (Planning),mencakup:
a. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan media gambar berseri
untuk 2 kali pertemuan
b. Rencana evaluasi dalam bentuktes tulis untuk mengukur dan mengetahui kemampuan
siswa dalam menulis recount text (kriteria/rubrik penialain ketrampilan menulis teks
recount).
c. Menyiapkan kelengkapan instrument dan saran penelitian lainya (media pembelajaran
dan student worksheet).
2. Tahap Melakukan Tindakan (Action),mencakup:
a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran
(pemberian materimenulis teks recount).
b. Memberikan contoh teks recount yang telah dikombinasikan dengan teknik picture
series.
c. Meminta siswa untuk membuat karangan recount text berupa teks imajinatif yang
dibangun dengan teknik picture series.
d. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang
experience.
3. Tahap Mengamati (Observation), mencakup:
a. Melakukan pengamatan selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
b. Melakukan pengamatan dengan observasi langsung (mencatat setiap kegiatan dan
perubahan yang terjadi saat penerapan media pisture seriespada kegiatan pemebelajaran
menulis teks recount) sehingga dapat mengamati seluruh perilaku siswa.
c. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk
pengumpulan data
4. Tahap refleksi (Reflection)
a. Observasi (menganalisis dan mengintrepetasi data temuan)
b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media picture series
dalam pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan menentukan
langkah selanjutnya.
c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media picture series pada pembelajaran menulis
teks recount.
d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang
kelemahanataukekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk
pembelajaranberikutnya pada siklus 2.
Penelitian ini telah dilaksanakan dengan 2 siklus oleh peneliti dan dilakukan di kelas
VIIIE semester genap di SMPNegeri1 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 34
siswa.Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer (teman sejawat) dan pada langkah
observasi menggunakan instrument pengamatan terhadap pelakasanaan pembelajaran. Untuk
refleksi akan di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan
solusinya.Kehadiran peneliti sebagai guru di kelas tetap dilakukan seperti biasa, sehingga siswa
tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin
demi kevalidan data yang diperlukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
996
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan tanggal 17-18 Maret 2016 dan siklus
2 dilaksanakan tanggal 1 dan 8 April 2016 , berikut adalah temuan dan hasil penelitian
Temuan penelitian siklus 1
Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali
pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu
kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Siklus 1 pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh
memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian
guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan
mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan
beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan
dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik,tujuan
pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa
masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu
kepada peserta didik terkait dengan experience mereka ketika liburan, contoh pertanyaan guru:
1). Did you go somewhere on your holiday?
2) Where did you go on your holiday?
3). Whatdid you do to spend you holiday?
4). How didyou feel after you did your activity?
Setelah diberikan pertanyaan seperti yang telah disebutkan diatas. Guru mengaitkan jawaban-
jawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang
pengalaman atau experience mereka.
Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama kali adalah
meminta siswa mengamati gambar berseri tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan
(eprerience), seperti contoh gambar di bawah ini;
Gambar 2. Media gambar tentang melakukan suatu kegiatan
(When English Rings The Bell)
Setelah mengamati gambar tersebut, Guru meminta siswa untuk merumuskan berbagai
pertanyaan terkait informasi yang terdapat pada gambar tersebut. Pada kegiatan selanjutnya,
guru memberikan contoh teks recounttentang experience dan meminta siswa untuk membaca
secara individu, seperti yang ditunjukan pada teks berikut ini;
ISBN: 978-602-1150-17-7
997
Contoh teks recount yang diberikan guru untuk pemodelan
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang
berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi
dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi
dan menemukan social function dan language feature dari contoh teksrecount tersebut dan
mendiskusikan hasilnya bersama-sama.
Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount mempunyai ciri kebahasaan yaitu
menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple
Past Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau
peristiwa yang pernah mereka alami dengan pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis
kalimat dengan pola Simple Past Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial
sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk menulis teks recount, sehingga perlu penguatan
kepada siswa.
Selain tentang language feature, siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang
generic stucture tentang teks recount. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta
siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks recount dan mediskusikan
hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount
memiliki generic structure: Orientation,event dan re-orientation. Untuk mendalami tentang
generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat
yang terdapat dalam teks recount tentang experience “MAKING GARDEN BENCHES”
berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada
planning organizier. Planning Organizer adalah perencanaan sebuah recount text yang
berisikan struktur organisasi dan ketentuan-ketentuan yang mendukung teks itu sendiri.
Penambahan instrument ini bertujuan untuk menidentifikasikan tentang fungsi recount text,
seperti yang terlihat pada planning organizierdi bawah ini:
MAKING GARDEN BENCHES
ORIENTATION... Three weeks ago Udin and his brother stayed at home to spend their holiday. They wanted to
make something, but they didn‟t know yet what would they make.
EVENT I ... Their father cut down an old mango tree behind their house . Then, they saw a big piece of
wood. Than they had an idea.They told their fsther that they wanted to make garden benches from
the wood. He agreed and he promised to help them. He sewed the wood into threepieces, 25 cm in
lenght.
EVEVT II ... After that they rubbed the wood with sandpaper to make them smooth. Then they dried them in
the sun for one week. They painted the woods, one red, one green, and one blue. Then they dried
them again in the sun for three days.
RE-ORIENTATION… Finally, theywere very tired but they felt happy, because the benches were so perfect and
colouful.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
998
Gambar 3:Planning Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat
pada recount teks “Making garden benches”
ORIENTATION
Who….? What….? Where….? When….? How….?
SEQUENCE OF EVENTS
EVENT 1 EVENT 2 EVENT 3
RE-ORIENTATION
(conclusion and commentary)
PLANNING ORGANIZER
- Use of past tense
- Lingking words to with
time; first, second, then,
next, finally
- Participants; I, she, he,
Agung, Rina, Dayu
What is recount ?
Recount is the text to
retell the past events
TITTLE
ISBN: 978-602-1150-17-7
999
Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok
siswasebagai berikut: Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru
meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas
kemudian guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang
generic structure dari teks recount terdiri dari orientation,event dan reorentation.Untuk kegiatan
kelompok selanjutnya, guru meminta siswa untuk menyusun paragraph acak recount text
menjadi teks recount yang padu dengan bantuan series pictures berdasarkan generic structurnya.
Gambar berseri, paragraph acak recount text dan hasil kerja siswa dalam kelompok dapat dilihat
pada gambar berikut;
Gambar 4: Media gambar berseri tentang suatu kegiatan Sumber: Let’s Talk Grade VIII
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1000
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas kelompoknya, guru meminta masing-
masing kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar terhadap hasi
kerja kelompok lain, di sini guru memberikan feedback. Selanjutnya, guru meminta perwakilan
dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian siswa dan guru
memberikan feedback.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan
pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi
social function, language feature (Simple Past Tense)dan generic stucture. Untuk kegiatan
pembelajaran pertemuan ke-2, Guru memberikan tugas pada masing-masing siswa untuk
membawa gambar tempat-tempat wisata yang ada di kota Batu atau Malang Raya yang pernah
mereka kunjungi. Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran saat itu.
Dari kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 1 ini di dapat hasil kegiatan siswa
yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang
ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount
menjadi teks recount yang padu dengan bantuan picture series.
Siklus 1 pertemuan 2
Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2 , diawali dengan kegiatan awal
yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengajak
siswa mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan sebelumya dengan memberikan
pertanyaan pada siswa, yaitu tentang recount text meliputi social function, language feature dan
generic stucture. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi yang telah
mereka pelajari sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.
Pada kegiatan inti siswa di minta untuk menulis teks recount tentang experience
berdasarkan gambar tentang suatu kegiatan pribadiyang sering mereka lakukan dengan bantuan
Picture series. Pertama-tama siswa diminta untuk menuliskan ide-ide nya dengan
bantuanpicture series seperti yang terlihat pada gambar berikut ini;
Gambar 5: Picture series untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam menulisteks recount
(When English Rings The Bell)
ISBN: 978-602-1150-17-7
1001
Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa karangan teks
recount yang berupa ide-ide siswa tentang apa kegiatan atau peristiwa yang telah/pernah di
lakukan siswa. Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang
melakukan suatu kegiatan tertentu tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan
menulis. Nilai ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 78 siswa
2. Jumlah total siswa 34 siswa
3. Jumlah siswa yang tuntas belajar 28 siswa
4. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 6 siswa
5. Persentase siswa yang tuntas belajar 82,35 %
6. Persentase siswa yang belum tuntas belajar 17,65 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan picture
series pada pembelajaran menulis teks recount diperolehjumlah siswa yang telah mencapai
ketuntas nilai KKM sebanyak 28 siswa ( 82,35%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama siswayang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (17,65%).
Padahal target penelitian ini agar 85% siswa dapat mencapai ketuntasan.
Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih
ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM.
Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai
kosakata yang berhubungan dengan teks recount tentang experience sehingga mereka sering
bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitan tentang grammar khususnya pola
kalimat simple past tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja
tertentu, baik regullar maupun iregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk
kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key word dan
latihan soal tentang grammar (simple past tense), selain itu mereka perlu membawa
kamus.Alternatif solusi ini dilaksanakan pada kegiatan siklus II.
Temuan Penelitian Siklus II
Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka,satu kali
pertemuan untuk kegiatan pemantapan materi, dimana padamasing-masing pertemuan
menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Pertemuan kedua untuk evaluasi
Siklus II pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh
memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian
guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan
memberikan latihan-latihan serta mendiskusikannya, yaitu dengan memberikan beberapa
latihan yang menggunakan gambar berseri untuk menulis teks recount yang dikerjakan baik
secara berkelompok dan dilanjutkan dengan kerja individu. Setelah itu guru bersama siswa-
siswa mendiskusikanya. Dimana hal tersebut akan memantapkan pemahaman siswa pada materi
yang dibahas dan dibicarakan. Untuk lebih memantapkan pemahaman siswa tentang materi
yang dibicarakan, maka guru memberikan lagiplanning organizer.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1002
Setelah diberikan latihan-latihan dengan menggunakan gambar berseri dan planning
organizer seperti yang telah disebutkan diatas, guru membahas hasil kerja dari siswa dan
mengaitkanya pada materi yang akan dipelajari yaitu menulis teks recount tentang pengalaman
atau experience mereka. Pada tahap pembelajaran dikegiatan inti, yang guru lakukan pertama
kali adalah meminta siswa mengamati gambar berseri tentang suatu kegiatan yang telah
dilakukan (eprerience), seperti contoh gambar di bawah ini.
Gambar 6. Media gambar tentang melakukan suatu kegiatan
Setelah mengamati gambar tersebut, Guru meminta siswa untuk menuliskan paragraph
berdasarkan gambar-gambar yang telah mereka amati. Pada kegiatan selanjutnya, guru dan
siswa membahas dan mendiskusinya dengan jalan memberikan penilaian atau tanggapan pada
hasil kerja kelompok (masing-masing kelompok memberikan penilain dan tanggapan pada hasil
kerja kelompok lain). Meminta siswa untuk membaca secara individu dari tulisan yang telah
mereka buat.
ISBN: 978-602-1150-17-7
1003
Gambar 7:Contoh teks recount yang diberikan guru untuk pemodelan
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang
berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi
dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi
dan menemukan social function dan language feature dari contoh teksrecount tersebut dan
mendiskusikan hasilnya bersama-sama.
Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks recount mempunyai ciri kebahasaan yaitu
menggunakan Simple Past Tense. Selanjutnya Guru memberikan penjelasan tentang pola Simple
Past Tense dan meminta siswa secara individu untuk membuat 5 kalimat tentang kejadian atau
peristiwa yang pernah mereka alami dengan pola Simple Past Tense. Dalam kegiatan menulis
kalimat dengan pola Simple Past Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat esensial
sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk menulis teks recount, sehingga perlu penguatan
kepada siswa.
Selain tentang language feature, siswa juga perlu pembekalan dan pemahaman tentang
generic stucture tentang teks recount. Untuk kegiatan ini secara berkelompok guru meminta
siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks recount dan mediskusikan
hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa teks recount
memiliki generic structure: Orientation,event dan re-orientation. Untuk mendalami tentang
generic structure secara detail guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat
yang terdapat dalam teks recount tentang experience “Camping” dan “My terrible holiday”
berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada
planning organizier. Planning Organizer adalah perencanaan sebuah recount text yang
berisikan struktur organisasi dan ketentuan-ketentuan yang mendukung teks itu sendiri.
Penambahan instrument ini bertujuan untuk menidentifikasikan tentang fungsi recount text,
seperti yang terlihat pada planning organizierdi bawah ini:
Camping
Last weekend, my friends and I went camping. We reached the camping ground after we
walked for about one and a half hour from the parking lot. We built the camp next to a small
river. It was getting darker and colder, so we built a fire camp.
The next day, we spent our time observing plantation and insects
while the girls were preparing meals. In the afternoon we went to the river and caught some
fish for supper. At night, we held a fire camp night. We sang, danced, read poetry, played
magic tricks, and even some of us performed a standing comedy.
On Monday, we packed our bags and got ready to go home.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1004
Gambar 8:Planning Organizer untuk mengklasifikasikan kalimat-kalimat
pada recount teks “My Terible holiday”
Dari kegiatan ini didapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok
siswasebagai berikut: Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru
meminta perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas
kemudian masing-masing kelompok menanggapi hasil kerja kelompok tadi yaitu tentang
generic structure dari teks recount terdiri dari orientation,event dan reorentation.Untuk kegiatan
selanjutnya adalah kerja individu, guru meminta siswa untuk menyusun recount text
berdasarkan gamber berseri yang diberikan oleh guru agar menjadi teks recount yang padu
dengan bantuan series pictures berdasarkan generic structurnya. Gambar berseri, text recount
dari hasil kerja siswa secara kelompok dan atau individu dapat dilihat pada gambar berikut;
ORIENTATION
Who….? What….? Where….? When….? How….?
SEQUENCE OF EVENTS
EVENT 1 EVENT 2 EVENT 3
RE-ORIENTATION
(conclusion and commentary)
PLANNING ORGANIZER
- Use of past tense
- Lingking words to with
time; first, second, then,
next, finally
- Participants; I, she, he,
Agung, Rina, Dayu
What is recount ?
Recount is the text to
retell the past events
TITTLE
ISBN: 978-602-1150-17-7
1005
Gambar 9: Media gambar berseri tentang suatu kegiatan
Setelah semua siswa menyelesaikan tugasnya dalam menyusun teks, guru meminta
masing-masing kelompok untuk menukar hasil kerjanya dan saling memberikan komentar
terhadap hasi kerja kelompok lain, di sini guru memberikan feedback. Selanjutnya, guru
meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian
siswa dan guru memberikan feedback.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil dari kegiatan
pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu yaitu tentang teks recount yang meliputi
social function, language feature (Simple Past Tense)dan generic stucture. Untuk kegiatan
pembelajaran pertemuan ke-2, Guru menginformasikan kepada siswa tentang test pada
pertemuan berikutnya.Setelah itu diakhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi
terhadap kegiatan pembelajaran saat itu.
Dari kegiatan pembelajaran di siklus II pertemuan 1 ini di dapat hasil kegiatan siswa
yaitu menulis kalimat dengan pola simple past tense, mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang
ada dalam teks recount berdasarkan generic stucture dan menyusun paragraph acak teks recount
menjadi teks recount yang padu dengan bantuan picture series.
Siklus II pertemuan 2
Pada kegiatan pembelajaran di siklus II pertemuan 2 , diawali dengan kegiatan awal
yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru mengecek
kesiapan siswa untuk mengikuti tes, meminta siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti tes.
Guru memberika soal berupa Picture seriesdan meminta siswa menulis sebuah teks berdasarkan
gambar-gambar yang disediakan sebgai berikut;
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1006
Gambar 10: Picture series untuk membatu siswa menuangkan ide-idenya dalam mengerjakan tes
tulis (menulisteks recount)
Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa karangan teks
recount yang berupa ide-ide siswa tentang apa kegiatan atau peristiwa yang terjadi berdasarkan
gambar-gambar yang diberikan guru.
Dari hasil kegiatan individul siswa berupa tulisan teks recount tentang suatu kegiatan
yang telah dilakukan tersebut dijadiakan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis. Nilai
ketrampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Ketrampilan Menulis (writing) Siswa Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 78 siswa
2. Jumlah total siswa 34 siswa
3. Jumlah siswa yang tuntas belajar 31 siswa
4. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 3 siswa
5. Persentase siswa yang tuntas belajar 91,18 %
6. Persentase siswa yang belum tuntas belajar 8,82 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan picture
series pada pembelajaran menulis teks recount diperolehjumlah siswa yang telah mencapai
ketuntas nilai KKM sebanyak 31 siswa ( 91,18%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama siswayang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa (8,82%).
Padahal target penelitian ini agar 85% siswa dapat mencapai ketuntasan.
Refleksi terhadap tindakan yang dikemukakan bahwa memang selama pembelajaran
penulis belum menggunakan media gambar berseri, sehingga berakibat rata-rata hasil nilai
ulangan harian kurang baik atau masih di bawah KKM. Berdasarkan analisis dan refleksi
tersebut diatas disusun rencana pembelajaran yang memungkinkan daya tangkap melalui
gambar-gambar berseri akan lebih mudah dipahami dengan harapan hasil belajar bahasa Inggris
dalam keterampilan menulis teks recount yang diperoleh siswa bisa meningkat.
KESIMPULAN
ISBN: 978-602-1150-17-7
1007
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, simpulan hasil
penelitian yang terkait dengan kamampuan siswa dalam menulis recount text adalah sebagai
berikut.
1) Sebelum menggunakan teknik picture series dari 34 orang siswa hanya lima belas orang yang
memenuhi nilai KKM 78. Artinya, terlampauinya nilai KKM yang ditentukan, yaitu 78
masih jauh dari ketuntasan.Hasil tes awal (pratindakan) menunjukkan bahwa pada hasil
karangan siswa masih banyak ditemukan kesalahan, yaitu terdapat pada struktur organisasi,
pengembangan ide, tata bahasa, dan mekanik yang menjadi perhatian lebih ke depannya.Hal
paling utama yang sering menjadi perhatian adalah kesalahan tata bahasa yang dilakukan
oleh siswa.Contohnya, mereka masih kesulitan memahami perubahan verb dari present
menjadi past.
2) Kemampuan siswa dalam menulis recount text setelah menggunakan teknik picture series
dapat dibagi menjadi dua siklus, yaitu seperti di bawah ini.
a. Pada siklus I, teknik picture series diterapkan, hasilnya menunjukkan sebanyak 82,35%
siswa mampu memeroleh nilai baik, dan 17,65% mendapat nilai di bawah KKM.
Peningkatan ini dapat dilihat dari aspek tata bahasa dimana kalimat-kalimat yang
dihasilkan siswa pada setiap paragrafnya sudah menunjukkan peningkatan karena siswa
sudah memerhatikan pola perubahan verb dan keterangan waktu yang dapat
mengindikasikan bahwa kalimat yang dibuat adalah past. Akan tetapi, masih ditemukan
kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan ide-ide dalam paragraf, yang ada
menjadi sebuah paragraf yang dibuat serta kalimat utama belum didukung oleh anak-
anak kalimat sebagai keutuhan sebuah paragraf. Dikarenakan hal tersebut maka pada
siklus satu ditambahkan satu instrument, yaitu Planning organizer yang berguna dalam
perencanaan penyusunan recount text yang akan membantu megembangkan ide-ide
mereka. Peningkatan yang terjadi pada siklus I belum dapat memenuhi standar nilai
KKM 78 karena beberapa diantara siswa masih belum mampu memeroleh nilai KKM
yang ditentukan sehingga perlu dilaksanakan siklus II.
b. Pada siklus II, untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa guna memenuhi target
penelitian yaitu ketuntasan nilai yang dicapai siswa sejumlah 85%, makan ditambahkan
lagiinstrumenplanning organizer yang berguna dalam perencanaan recount text yang
membantu mengembangkan ide mereka secara terorganisir. Hasil karangan siswa pada
siklus II memenuhi KKM. Presentase kesalahan organisasi pada kegiatan pratindakan,
siklus I dan siklus II adalah pada kesalahan organisasi berkurang dari 45% menjadi 25%
dan 9%, kesalahan pengembangan ide berkurang dari 58% menjadi 32% dan 16%,
kesalahan tata bahasa berkurang dari 80% menjadi 48% dan 25%, dan kesalahan
mekanik berkurang dari 25% menjadi 16% dan 6%,.
3) Faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi pada penerapan teknik picture series dalam
menulis recount text yang ditampilkan dengan menggunakan slide dapat memberikan
stimulus kepada siswa tentang pembelajaran baru khususnya dalam menulis recount text.
Dengan demikian, memudahkan siswa untuk memunculkan ide-ide yang ada dalam pikiran
mereka yang akan dituangkan menjadi sebuah tulisan. Penambahan instrumen-instrumen
baru dapat memudahkan siswa untuk menulis sebuah recount text dengan teknik picture
series yang diterapkan. Di samping itu, dengan adanya pengulangan materi yang diberikan
dan penguatan (reinforcement) yang memberikan respons baik terhadap hasil menulis siswa
serta motivasi yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung menyebabkan siswa
bersemangat dalam menulis.
SARAN
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1008
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
menulis recount text dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Guru bahasa Inggris
Dalam proses pembelajaran bahasa inggris hendaknya disusun beberapa model pembelajaran
yang dikombinasikan dengan teknik baru yang mampu memberikan warna baru dalam proses
pembelajaran dikelas sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam
menulis.
2. Siswa
Penerapan teknik picture series harus tetap dilaksanakan semaksimal mungkin agar
hasil yang diperoleh lebih meningkat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian yang menggunakan teknik picture series sangat memungkinkan apabila
dilakukannyapenelitian lanjutan guna menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asthika, I Made Dharma. 2012. Improving The Ability To Use Verbs In
Paragraph Writing Through Grammar Transformational Teaching Method. Denpasar:
Universitas Udayana.
Hidayati. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi Melalui Pengguanaan Media
Gambar Berbasis Visual Gambar Berseri pada Mahasiswa FKIP UMM. Denpasar:
Universitas Udayana.
Maryani . (2009) berupa artikel dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam
Menulis Karangan Menggunakan Media Gambar Seri di Kelas V SD Cibulan”.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. “When English Rings The Bell Grade VIII”.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mustriana, Bachtiar Bima dan Cicik Kurniawati. 2005. Let’s Talk Grade VIII. Jakarta: Pakar
Raya.
Baehaqi, Imam. 2009. A Handbook of English Grammar, Panduan Lengkap dan Praktis Belajar
Tata Bahasa Inggris. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Brown, J.D & Bailey, M. 1984. A Categorical Instrument for Scoring Second Language Writing
Skills.Language Learning Reasearch Club.University of Michigan.
Brown, J.D . 1978. Prinsiple of Language and Teaching. Englewood Clift,
N.J.: Prentice-Hall.
Disney Enterprises. 2013. Lost. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Dykes, Barbara. 2007. Grammar for Everyone: Victoria: Acer Press
Emilia, Hermawan & Tati, 2008. Pendekatan Genre Based dalam Kurikulum Bahasa Inggris
Tahun 2006: Penelitian Sebuah Tindakan Kelas di Sebuah SMP Negeri di Badung.
Bandung : Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS UPI.
Fadlun, Bahasa. 2011. Rangkuman Intisari Bahasa Inggris. Surabaya : Pustaka Agung Harapan.
Ghazali, H.A Syukur 2010.Pembelajaran keterampilan Berbahasa.Malang :
Aditama.
Leech, Geoffery. 2006. Glossary of Englsih Grammar: Edinburgh United Kingdom: Edinburgh
University Press.
ISBN: 978-602-1150-17-7
1009
Iskandarwassid dan Dadang Suendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Jauhariyah (2009). “Upaya Meningkatkan Kemampuan dalam Pembelajaran Menulis Laporan
Perjalanan dengan Media Gambar pada Siswa Kelas IX SMPN 01 Ombe Baru Tahun
Pelajaran 2008/2009” .
Milati, Ni Made. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Passive Simple Presnt
Tense Siswa SMPN 1 Tegalallang dengan Pendekatan Chain Card Game‖. Denpasar :
Universitas Udayana.
Munadi, Yudi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001 Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Paizaluddin dan Ermalinda. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
Permana, Maryani T. 2009. “Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan
Melalui Penggunaan Media gambar Seri Di Kelas V SD Cibulan II Desa Cibulan”
Semedang: Universitas Pendidikan Indonesia.
Purwanto. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Skinner. 1957. Verbal Behavior. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2000. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Yule, George. 2010. The Study Of Language Fourth Edition. New York. Cambridge University
Press. 133
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1010
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS SISWA, MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DI KELAS 7.2
SMP MUHAMMADIYAH 8 BATU
Supriyati
SMP Muhammadiyah 8 Batu
Agungiqbal1970@gmail.com
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca teks siswa, melalui Model Jigsaw di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah
8 Batu yang berjumlah 30 siswa. Data diperoleh dengan wawancara, observasi
dan tes. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan
PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan menggunakan model pembelajarana Jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan membaca siswa, meningkatkan aktifitas dan kerja
sama dalam menyelasaikan tugas kelompok/individu. Pembelajaran menjadi
menyenangkan sehingga siswa tak mudah jenuh dan termotivasi untuk belajar
Bahasa inggris.
Kata-kata kunci : Model Jigsaw, Membaca, teks Descriptive
Di SMP Muhammadiyah 8 Batu banyak siswa khususnya kelas VII yang merasa
kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris khususnya pada aspek reading. Sebagai
contoh, pada waktu diberi tugas membaca teks berbentuk descriptive yang sudah ditentukan
tema atau judulnya, kebanyakan siswa tidak segera melaksanakan, bahkan malah ditinggal
ngobrol dengan temannya.
Ada kemungkinan kesulitan itu dikarenakan bahwa selama ini, kebanyakan siswa
menganggap mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai momok atau mata pelajaran yang sulit dan
tidak menarik. Karena sulit dan tidak menarik, siswa cenderung tidak suka, malas dan ingin
menghindarinya. Akibatnya, siswa malas mengikuti pelajaran itu atau kurang serius dan malas
mengerjakan tugas yang dibebankan oleh gurunya. Kamus, sebagai sarana pendukung yang
penting dalam belajar bahasa asing, juga jarang yang memilikinya. Ada yang memiliki, tapi
malas membawanya karena berat. Itu semua terjadi karena kurangnya motivasi dan kurang
minatnya terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris. Terutama pada aspek membaca bacaan,
banyak siswa yang kurang percaya diri dengan cara membaca. Mereka takut kalau salah baca
ataupun salah mengucapkan bacaannya. Nampaknya masalah yang dihadapi kebanyakan siswa
kelas VII SMP Muhammadiyah 8 Batu pada pembelajaran aspek reading ini cukup kompleks.
Mulai dari kurangnya minat, kurangnya sarana, kurangnya motivasi sehingga kurang serius
dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris sehingga berdampak pada lemahnya
penguasaan kosa kata dan tata bahasa yang sangat diperlukan dalam pembelajaran aspek
membaca. Kalau melihat pengelompokan pemaham pada isi bacaan, langkah retorika dan
informasi yang terdapat pada bacaan secara tersirat maupun tersurat.Benar-benar
memprihatinkan. Terlebih lagi, Bahasa Inggris termasuk mata pelajaran yang diUNASkan.
Kalau tidak ada hal yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris,
entah itu metode, strategi, ataupun approach, nampaknya mereka akan semakin jauh atau benci
dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Yang pada gilirannya akan menurunkan kompetensi dan
ISBN: 978-602-1150-17-7
1011
prestasi Bahasa Inggris mereka. Seperti itulah gambaran betapa beratnya tugas guru Bahasa
Inggris menghadapi tantangan UNAS dan siswa yang seperti itu kondisinya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, peneliti mencoba
menggunakan model Jigsaw untuk mengatasi sebagian dari permasalahan-permasalahan itu. .
Dengan digunakannya metode ini diharapkan para siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti
mata pelajaran Bahasa Inggris. Bagi siswa yang suka menggambar, dapat mengekspresikan
gagasannya melalui gambar yang beraneka ragam dan warna dalam mind mappingnya. Kalau
siswa sudah merasa tertarik, guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Yang akibatnya diharapkan siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa
Inggris khususnya pada kompetensi atau aspek writing.
Metode Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas
Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya.melalui metode Jigsaw kelas
dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik
yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota
dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan
tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group). Selanjutnya,
para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams)
untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams , para siswa dievaluasi secara
individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Berdasarkanuraian tersebut diatas
penulismencobamenerapkan salah satu Model pembelajaran Jigsaw. Dengan model
pembelajaran tersebut diharapkan siswa – siswi dapat menyelasaikan masalah dalam teks.
Dalam rangka mengumpulkan dan menganalisis data, penelitian tindakan kelas ini
menggunakan dua jenis instrument, yakni (1) instrument utama dan (2) instrument
pendamping. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bodgan dan Biklen (2007:158) bahwa peneliti
sebagai intrumen utama atau instrument kunci merupakan perencana tindakan , pengumpulan
data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian, maka dalam penelitian ini instrument utamanya
adalah peneliti dan guru karena keduanya berkolaborasi dalam merencanakan tindakan,
mengumpulkan data, menafsir data, dan melaporkan hasil penelitian. Di samping itu, penelitian
ini juga menggunakan instrument pendamping, yaitu (1) lembar observasi yang digunakan
untuk mengamati seluruh kegiatan guru dan siswa ketika pembelajaran dilaksanakan, (2) alat
perekam (visual) untuk penunjang pengamatan, dan (3) lembar wawancara untuk memperjelas
dan mendalami hasil observasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan pengguasahaan isi bacaan siswa kelas 7.2 SMP
Muhammadiyah 8 kota Batu, dalam merespon makna teks esei pendek .
2. Untuk mengembangkan Metode Jigsaw yang efektif dan menyenangkan dalam
meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 7. 2 SMP Muhammadiyah 8 kota Batu.
Merujuk pada uraian dan latar belakang tersebut di atas, dapat dikaji ada permasalahan
yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penggunaan Model pembelajaran
Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan Membaca pada siswa kelas 7.2 semester genap di SMP
Muhammadiyah 8 Batu?”
Pada penelitian ini diharapkan kurang lebih ada peningkatan 85% siswa mendapatkan
nilai diatas KKM (75) secara klasikal. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat dan kontribusi pada guru kelas yang bersangkutan untuk dapat mengatasi
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1012
masalah kelas yang dihadapi khususnya pada pembelajaran Bahasa inggris, khususnya pada
aspek reading dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Peneliti berharap pula Modeln
pembelajaran Jigsaw dapat menginspirasi sesame guru bahasa inggris dalam memberikan warna
lain untuk mencapai keberhasilan yang jauh dari yang diharapkan sebelumnya. Serta dapat
diharapkan agar dapat berfungsi sebagai kajian untuk penelitian yang sama pada materi bahasa
Inggris khususnya pada aspek membaca.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian tindakan Kelas ( Classroom Action Research).
Dalam penelitian ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara langsung terlibat
penuh dalam penelitian ini . Dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Penelitian ini dibagi menjadi dua siklus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Masing-
masing siklus terdiri dari empat langkah ( Kemmis dan McTaggart, dalam : 1988 ) yaitu : a)
Perencanaan, yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta
membuat rencana tindakan, b) Tindakan, yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang
dilakukan, c) Observasi, dilakukan secara sistematis untuk mengamati hasil atau dampak
tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan d) Refleksi, yaitu mengkaji dan
mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Keempat langkah tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut :
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu, pada semester
Genap tahun Pelajaran 2015 – 2016. Siklus1 dilakukan pada hari Selasa – Rabu,tanggal 15 – 16
Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada hari Jum”at – sabtu, tanggal 01 – 02 April 2016.
Jumlah siswa dari kelas 7.2 adalah 30 siswa, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 19 perempuan.
Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi untuk guru sebagai
observer dan tes tulis untuk menilai hasil akhir siswa yang dinilai berdasarkan rubric penilaian.
Siklus 1
Tahap Perencanaan ( planning ), mencangkup:
1. Menyusundan membuat Rencana Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Jigsaw untuk 2 kali pertemuan.
2. Menyiapkan Teks bacaan untuk ketrampilan membaca dan menggunakan instrument (
lembar observasi, dan rubric penilaian ketrampilan membaca teks berbentuk Descriptive).
3. Menyiapkan media pembel;ajaran dan students worksheet.
Tahap Melakukan Tindakan ( action ), mencangkup :
Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
ISBN: 978-602-1150-17-7
1013
1. Melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai Perencanaan Pembelajaran ( RPP).
2. Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw pada pelaksanaanPembelajaran membaca teks
berbentuk descriptive.
3. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan memahami isi suatu bacaan berbentuk
descriptive teks.
Tahap Mengamati ( Observation ), mencangkup :
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw pada
kegiatan pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan Model Pembelajaran
Jigsaw pada kegiatan pembelajaran membaca teks berbentuk Descriptive.
3. Mendokumentasikan data semua jeniskegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1
untuk mengumpulkan data.
Tahap Refleksi ( reflection ), mencangkup:
1. Menganalisis dan menintrepetasi data temuan saat melakukan observasi.
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan Model Pembelajaran
jigsaw dalam pembelajaran mambaca teks berbentuk Descriptive untuk
mempertimbangkan dan menentukan langkah selanjutnya.
3. Melakukan relfeksi terhadap penerapan Model pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran
membaca teks berbentuk Descriptive.
4. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan
yang dilakukan guru sebagai saran danperbaikan untuk pembelajaran berikutnya pada
pelaksanaan siklus 2.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer ( teman sejawad MGMPS ),
menggunakan instrument pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk refleksi
akan di bahas hasil-hasil penelitian, kendala-kendala yang dialami dan solusinya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan
pada tanggal 15 – 16 Maret 2016 dan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 01 – 02 April 2016,
berikut adalah temuan dan hasil penelitian.
Temuan pada penelitian Siklus 1 :
Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali tatap muka, satu kali
pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu:
kegiatan Awal, kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir.
Siklus 1 pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini seteleh
memasuki ruangan kelas guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian
guru mengajak siswa mendiskusikan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan
mengkaitkanya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, yaitu dengan memberikan
beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran sebelumnya kepada siswa dan mengkaitkan
dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Setelah itu guru menyampaikan topik,tujuan
pembelajaran dan hasil yang diharapkan pada pembelajaran ini. Untuk menggiring opini siswa
masuk pada materi, guru memberikan prompt questions dan menunjukan fenomena tertentu
kepada peserta didik terkait dengan cara memaparkan/ mendiskripsikan seseorang, benda, atau
tempat contoh peranyaan guru:
1). What is your parents look like ?
2). What is your hobbies ?
3). Where you done your hobbies ?
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1014
4). What is your favourite person ? why?
Setelah diberikan beberapa pertanyaan pada siswa yang telah disebutkan diatas, guru
mengaitkan jawaban-jawaban dari siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu membaca teks
berbrentuk Descriptive teks.
1. Kegiatan Inti ( 25‟ )
a. Pre Reading
Siswa menyimak penjelasan tentang teks deskriptif oleh guru.
b. Whilst Reading
c. Siswa dibagi dalam kelompok Home Group dengan anggota 4 orang.
Setiap siswa anggota Home Group diberi materi/pertanyaan yang berbeda.
d. Setiap siswa membentuk Expert team berdasarkan nomor/alphabet untuk membahas materi
materi yang berbeda.
Siswa diminta kembali ke masing masing Home Group untuk menjelaskan materi kepada
anggota Home Group yang lain.
Anggota Home Group menggabungkan materi/informasi yang mereka perolah di Expert
Group dengan anggota Home Group yang lain. Kegiatan selanjutnya, guru memberikan
contoh teks berbentuk Descriptive dan meminta siswa untuk membaca dan membahasnya
secara berkelompok sesuai yang telah ditentukan.
Lionel Messi, his full name is Lionel Andres Messi. He was born in Rosario,
Argentina, on 24 June 1987. His father's name is Jorge Horacio Messi, and his mother is
Celia Maria Cuccittini. He has 2 brothers and 1 sister. His brothers‟ names are Rodrigo
and Matias. His sister's name is Maria Sol.
Luis Lionel Andres Messi is a professional footballer. He started playing
football for the Newell's Old Boys at the age of 8. The doctors diagnosed him as suffering
from a hormone deficiency that disturbed his growth, but it is not the reason for Messi to
be a professional football player. He is a very talented footballer. He can run very fast
although his body is too short for a footballer. He can pass the ball well and help his team
winning a game. Lionel Messi is also an excellent goal getter. He often goals in every
game he plays.
Lionel Messi has several achievements. He has ever won the best footballer in
the world 3 times. In Spain he has several achievements such as the best goal scorer and
top goal scorer. He brings Barcelona to win trophy of La Liga and Champions League
many times. Unfortunately, his achievement in La Liga doesn't bring anything to his
career in Argentina's team. Since he has joined the national team, they never win a
trophy. Messi is well-known as a very kindhearted person. He is very polite in and
outside the pitch. He founds an institution of charity to help children in health and
education.
Adapted from http://www.sekolahoke.com/ 2012/ 11/ descriptive- text-lionel-
messi. html
ISBN: 978-602-1150-17-7
1015
Setelah siswa membaca teks tersebut guru memberikan pertanyaan secara lisan tentang
berbagai informasi terkait teks recount tersebut untuk menggali pemahaman siswa tentang isi
dari teks tersebut. Kemudian guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi
dan menemukan social function dan language feature dari contoh text descriptive tersebut dan
mendiskusikan hasilnya bersama-sama. Dari kegiatan ini ditemukan bahwa teks descriptivet
mempunyai ciri kebahasaan yaitu menggunakan Simple Present Tense. Selanjutnya Guru
memberikan penjelasan tentang pola Simple Present Tense dan meminta siswa secara individu
untuk membuat 5 kalimat berbentuk Simple Present Tense dan membacanya. Dalam kegiatan
membaca kalimat dengan pola Simple Present Tense tersebut merupakan kegiatan yang sangat
esensial sebagai dasar pembekalan siswa dalam untuk membaca teks descriptive, sehingga perlu
penguatan kepada siswa. Selain tentang language feature . Siswa juga perlu pembekalan dan
pemahaman tentang generic stucture tentang teks descriptive. Untuk kegiatan ini secara
berkelompok guru meminta siswa untuk mengidentifikasi tentang generic structure dari teks
descriptive dan mediskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Dari kegiatan ini diperoleh
hasil bahwa teks decsriptive memiliki generic structure: Identification dan description. Untuk
mendalami tentang generic structure secara detail guru meminta siswa untuk
mengklasifikasikan kalimat –kalimat yang terdapat dalam teks descriptive tentang my favourite
footballer berdasarkan generic structure-nya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada
pada graphic organizer seperti yang terlihat pada graphic organier di bawah ini:
Dari kegiatan ini didapatkan dokumentasi proses kegiatan dan hasil kerja kelompok
siswa sebagai berikut :
Descriptive Texts
What is the title ? ....
2. Description
Where he was born?
………………………….
Where he was come
from?
………………………….
3. Identification
Who is he ?
...........................
Where is he life?
...........................
Gambar 1 Kegiatan Kelompok Diskusi Siswa Gambar 2 Hasil Diskusi Kelompok Siswa
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1016
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan pekerjaannya, guru meminta
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas, kemudian guru dan
siswa menarik kesimpulan dari hasil kerja kelompok. Untuk menemukan ide pokok paragraph
dan generic structure pada bacaan tersebut.
Siklus 1 pertemuan 2
Kemudian guru mengajak siswa mereview tentang pembelajaran yang telah diajarkan
sebelumya dengan memberikan pertanyaan pada siswa, yaitu tentang descriptive text meliputi :
Identification dan Description. Dan kemudian guru memberikan penjelasan keterkaitan materi
yang telah mere Pada kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2 , diawali dengan
kegiatan awal yaitu guru memberikan greeting dan mengecek kehadiran siswa. ka pelajari
sebelumya dengan materi yang akan mereka pelajari saat ini.
Pada kegiatan ini siswa diberikan teks descriptive dan masing-masing mengerjakan
untuk menemukanide poko pada setiap paragraph dan generic structure pada bacaan tersebut.
Serta menemukan beberapa kata sulit yang belum dimengeti artinya.
Dari hasil kegiatan kelompok /individu untuk menemukan ide pokok maupun generic
structure/ langkah retorika dalam memahami teks berbentuk descriptive dapat disimpulkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil tes ketrampilan memahami isi bacaan/ide pokok paragraph serta
generic structure siswa pada siklus 1
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
4
5
6
Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Jumlah total siswa
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
Persentase siswa yang tuntas belajar
Persentase siswa yang belum tuntas belajar
75
30 siswa
12 siswa
18 siswa
37,5 %
62,5 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penggunaan model
jigsaw pada pembelajaran membaca teks descriptive diperoleh nilai rata-rata ketrampilan
membaca dan dapat nengerjakan beberapa pertanyaan pada bacaan siswa adalah 62,5 % dan
ketuntasan belajar mencapai 37,5 % atau ada 12 siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar dengan
nilai KKM:75. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa
belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 37,5 % lebih kecil
dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 1 ini masih
ditemukan beberapa kendala diantaranya masih ada nilai beberapa siswa yang dibawah KKM.
Hal ini disebabkan ternyata pada proses pembelajaran siswa banyak yang kurang menguasai
kosa -kata yang berhubungan dengan teks descriptive tentang animal sehingga mereka sering
bertanya pada guru. Selain itu siswa juga masih kesulitantentang grammarkhususnya pola
kalimat simple presentt tense, mereka masih belum paham tentang bentuk past dari kata kerja
tertentu, baik regullar maupuniregular verb, oleh karena itu perlu dicarikan solusi untuk
kendala di siklus 1 ini. Alternatif solusi tersebut yaitu penambahan pemberian key word dan
latihan soal tentang grammar (simple present tense),selain itu mereka perlu membawa kamus.
Temuan pada penelitian siklus 2
Seperti pada siklus 1, siklus 2ini terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari dua kali
tatap muka,satu kali pertemuan untuk kegiatan masing-masing pertemuan untuk kegiatan
ISBN: 978-602-1150-17-7
1017
masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir.
Siklus 2 pertemuan 1
Pada kegiatan awal di siklus 1 pertemuaan satu, guru mengecek kehadiran siswa dan
memberi salam. Selanjutnya guru mengajak siswa untk mereview materi yang telah di pelajari
pada pembelajaran di siklus 1dan mengkaitkanya dengan pembelajaran yang akan di pelajari.
Untuk menggiring opini siswa pada materi yang akan di pelajari guru memberikan
brainstorming dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang My Mom sebagai berikut:
1. Do you have parents? What is your mother‟s names ?
2. Do you love much to your mother‟s ? why ?
Setelah siswa membuat pertanyaan dan bertanya jawab dengan guru dan siswa, guru
:memberikan contoh teks descriptive tentang My Mom seperti contoh berikut ini :
Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi bacaan teks tersebut. Kemudian
diminta untuk menggaris bawahi kata kata yang sulit dan membahasnya bersama-sama dengan
guru. Setelah itu siswa memjawab beberapa pertanyaan terkait isi dari bacaan tersebut secara
lisan. Selanjutnya guru dan siswa mereview kembali tentang social function, language feature
dan generic structure dari teks recount. Terkait dengan language feature, Guru memberikan
pemantapan dan penguatan tentang simple present tense, karena hasil dari siklua pertama siswa
banyak melakukan kaesalahan dalam grammar section ketika menulis paragraph recount, oleh
karena itu pemantauan tentang grammar dilakukan pada kegiatan pembelajaran di siklus 2 ini.
selain teori tentang simple present tense pada kegiatan inti ini siswa banyak di beri latihan
latihan soal yang berhubungan dengan pola simpla present tense. Yang pertama siswa di minta
untuk menemukan pada bacaan tersebut yang ternasuk dalam pola kalimat yang menggunakan
simple present tense/ verb 1.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1018
Example‟s :
1. My mother is a beautiful person.
2. She is not tall but not short.
3. She has a beautiful smile.
4. She is a very kind person, etc…...
Tabel 4. Hasil Kegiatan diskusi pada pelaksanaan siklus 2 di SMP Muhammadiyah 8 Batu
No Kelompok Kreteria
1 2 3
1 Kelompok 1 V
2 Kelompok 2 V
3 Kelompok 3 V
4 Kelompok 4 V
5 Kelompok 5 V
6 Kelompok 6 V
7 Kelompok 7 V
8 Kelompok 8 V
Jumlah 7 1 0
Keterangan :
1. Menjawab Pertanyaan benar semua : 7 Kelompok
2. Menjawab Pertanyaan sebagian benar : 1 Kelompok
3. Menjawab Pertanyaan salah semua : 0
Klasikal : Tuntas
Tabel 5. Hasil Tugas Diskusi Siswa pada Siklus 2
No Uraian Hasil Siklus 2
1
2
3
Menjawab Pertanyaan benar semua
Menjawab Pertanyaan sebagian benar
Menjawab Pertanyaan salah semua
87,5 %
12,5 %
0 %
ISBN: 978-602-1150-17-7
1019
Tingkat keberhasilan pada siklus 2 adalah 95 %. Siswa yang bisa menjawab
pertanyanan dengan benar. Dan terdapat 1 kelompok yang masih belum bisa menjawab benar
pada semua pertanyaan yang tersaji. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus 2 ini ketuntasan
belajar secara klasikal telah tercapai. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus 2 ini
dipengaruhi juga oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model jigsaw
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telag=h diberikan, khususnya pada
aspek membaca.
a. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar denganpemaham belajar menggunakan model
jigsaw. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut ;
1. Selama prosesbelajar mengajar guru telah melaksanakan semuapembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus 1 sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi
lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus 2 telah mencapai ketuntasan.
b. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus 2 guru telah menerapkan model jigsaw dengan baik dan dapat dilihat dari
aktifitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu bantyak,tetapiyang perlu diperhatikan untuk
tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya pemahaman model jigsaw
dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai,
KESIMPULAN
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara belajar/diskusi dengan
menggunakan model jigsaw , pengajaran yang terarah memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru ( ketuntasan belajar
meningkat dari siklus 1 dan 2 ) yakni masing-masing dari 37,5% menjadi 87,5 %. Pada
siklus 2 ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalamMengelolah Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswadalamproses belajar diskusi dengan
menggunakan model jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus.
Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ) pada dasarnya merupakan
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khusus dalam proses pembelajaran. Jenis
penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan
dampak langingkatan diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa dalam bentuk perbaikan
dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelolah pembelajaran di kelas, dengan
mengkaji berbagai indicator keberhasilan dan kesulitan dalam proses pembelajar pada guru dan
hasil belajar yang terjadi pada siswa di kelas.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1020
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelasdalam peningkatan partisipasi belajar
khususnya Bahasa Inggris : Meningkatkan Kemampuan Membaca Teks Siswa, Melalui Model
Pembelajaran Jigsaw di kelas 7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu, dapat diambil kesimpulan
bahwa ;
1. Setelah dilakukan pengamatan terhadap kegiatan aktivitas siswa memperhatikan
bahwa terjadi peningkatan yang diperoleh rata-rata kadar partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran Bahasa Inggris pada siklus 1 presentase keaktifan siswa adalah 37,5 % ,
meningkat menjadi 87,5 % pada siklus 2.
2. Karena dalam penelitian ini, skor rata-rata pada setiap siklus telah mencapai diatas 20 %,
maka peneliti berkesimpulan bahwa, meningkatkan kemampuan membaca teks siswa,
melalui model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas
7.2 SMP Muhammadiyah 8 Batu.
SARAN
Agar proses pembelajaran ini dapatterus berlangsung dengan peningkatan partisipasi
pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka pihak sekolah dan guru perlu
melakukan ;
1. Mengatur ruang kelas, dan denah tempat duduk siswa sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan siswa.
2. Guru selalu mensupport/membantu dan memotivasi siswa untuk terbiasa berdiskusi,
membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan agar siswa mempunyai percaya diri
dalam berinteraksi dengan sesama siswa.
3. Para Guru harus memiliki sikap keterbukaan, kesediaan menerima kritik dan saran
terhadap kelemahan-kelemahan dalam proses belajar.
4. Mendukung guru-guru untuk mengembangkan macam-macam model pembelajaran
dalam proses pembelajaran agar selalu ada peningkatan kualitas pembelajaran baik dari
proses maupun hasil belajar siswa.
5. Guru hendaknya menyesuaikan metode dan strategi pembelajaran juga memahami
karakteristik dan kemampuan siswa, karena masing-masing siswa pada dasarnya
mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.
6. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan
kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambingan dalam pembelajaran Bahasa
Inggris maupun mata pelajaran lainnya.
7. Memotivasi guru untuk menulis Karya Ilmiah dengan salah satu cara melaksanakan
penelitian tindakan kelas.
ISBN: 978-602-1150-17-7
1021
PENGGUNAAN METODE GUIDING QUESTIONS UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS TEKS RECOUNT PADA SISWA KELAS 8 SMPN 06
BATU TAHUN PELAJARAN 2015-2016
Sri Ekowati
SMP Negeri 06 Batu
sriekowati98@gmail.com
Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis teks
recount pada siswa kelas 8 D SMP Negeri 06 Batu, yang selama ini jumlah siswa yang
mencapai KKM kurang dari 50%. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba
menerapkan “Aktivitas Menulis Terbimbing” (AMT). Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan setiap siklusnya ada 4 tahap,
yaitu: perencanaan, penerapan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah observasi dan hasil lembar kerja siswa. Dari hasil penelitian ini siklus 1
dengan ketuntasan belajar klasikal 48,5%, siklus 2 dengan ketuntasan belajar 68,8 %, jadi
meningkat (20,3%). Dengan metode AMT dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas
8D SMP Negeri 06 Batu di dalam menulis teks recount.
Kata kunci: Writing, Guiding Questions, Recount Text.
Peneliti mengajar di kelas 8 D sudah hampir satu tahun, mulai semester 1 tahun 2015
sampai sekarang. Permasalahan yang muncul dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah
keterampilan menulis siswa yang masih rendah. Peneliti mendapatkan fakta-fakta sebagai
berikut: (1) motivasi siswa dalam menulis masih rendah dikarenakan kesan (menulis) sebagai
keterampilan rumit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya diri dalam menulis teks recount
karena perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam bahasa Inggris; (3) nilai siswa masih di
bawah batas terendah dari ketentuan sekolah, yaitu nilai 70, karena siswa tidak mengetahui
bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus ditulis, dan
bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks terpadu; dan
(4) guru menugaskan siswa untuk menulis tanpa memberikan bimbingan di dalam proses
menghasilkan sebuah teks. Oleh sebab itu, peneliti sangat terdorong untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut (terutama masalah-masalah nomor 3 dan 4) dengan penerapan
strategi “Aktifitas Menulis Terbimbing”(AMT).
Yang dimaksud dengan AMT adalah membimbing siswa dalam menulis menggunakan
beberapa pertanyaan guna memberikan inspirasi dalam menulis sehingga siswa lebih fokus
terhadap menulis sebuah teks sesuai dengan jenis teks dan tema yang diinginkan, modifikasi
menurut Jeffrey Wilhem, dan Langkah-langkah utama dari AMT adalah (1) Guru memberikan
beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks recount tentang travelling. (2) Siswa
menuliskan kalimat berdasarkan pertanyaan yang diberikan. Kelebihan dari AMT adalah (1)
Siswa lebih aktif di dalam menulis teks recount. (2) Siswa lebih runtut dalam menuliskan idenya
menjadi teks recount.dst.
Penelitian terdahulu yang menggunakan AMT dilaksanakan oleh Septianingsih (2013)
dengan temuan pada post test hasilnya lebih tinggi (72,9) dari pre test sebelumnya (61,5),
ternyata Wardani (2014) juga meneliti tentang AMT, yang hasilnya adalah meningkat secara
signifikant yaitu t-count (11,97) lebih tinggi dari t-table (1,729).
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1022
Melalui strategi AMT, peneliti ini juga berharap mampu meningkatkan keterampilan
siswa di dalam menulis teks recount. Strategi ini dipilih karena dianggap dapat mendorong
siswa untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan menulis sehingga keterampilan menulis mereka
menjadi meningkat. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitihan ini adalah “Bagaimana
strategi Aktifitas Menulis Terbimbing dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
teks recount bagi siswa kelas 8 D SMP Negeri 06 Batu?”
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru di kelas tersebut dalam mengatasi
kesulitan menulis teks recount, dan tentunya bagi guru Bahasa Inggris yang lainnya, yang
mempunyai masalah yang sama, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk
memecahkan masalah di kelas mereka.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini diadakan di SMP Negeri 06 Batu, kelas 8D semester genap dengan jumlah
33 siswa, siswa laki-laki berjumlah 17 dan siswa perempuan berjumlah16, penelitian dilakukan
selama 1 bulan. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh
terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan McTaggart, yaitu berbentuk spiral
dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum
masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1 Alur PTK
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Rencana
awal/rancangan
Rencana yang
direvisi
Rencana yang
direvisi
Putaran 1
Putaran 2
Putaran 3
ISBN: 978-602-1150-17-7
1023
Peneliti merencanakan kegiatan penelitian ini dengan 2 siklus dan dilakukan di
kelas VIII D semester genap di SMPN 06 Batu tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 33
siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan observer. Pada langkah observasi ini
menggunakan instrument pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk refleksi akan
di bahas hasil –hasil penelitian, kendala- kendala yang dialami dan solusinya. Kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa
tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin
demi kevalidan data yang diperlukan.
Proses Pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus
dengan kegiatan sebagai berikut:
Siklus 1
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
a. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran dengan metode AMT untuk 2 kali
pertemuan
b. Menyiapkan instrumen ( lembar observasi, kriteria /rubrik penilaian ketrampilan
menulis teks).
c. Menyiapkan 2 contoh teks recount dan beberapa pertanyaan bimbingan.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
a. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan pembelajaran (RPP).
b. Menggunakan metode AMT pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks recount.
c. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa ketrampilan menulis teks recount tentang
travelling.
Tahap Mengamati (Observation), mencakup:
a. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan metode AMT pada kegiatan
pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.
b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode AMT pada
kegiatan pemebelajaran menulis teks recount.
c. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk
pengumpulan data
Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:
a. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi.
b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode AMT dalam
pembelajaran menulis teks recount untuk mempertimbangkan dan menentukan
langkah selanjutnya.
c. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode AMT pada pembelajaran menulis teks
recount.
d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan – kelemahan
atau kekurangan yang dilakukan guru sebagai saran dan perbaikan untuk pembelajaran
berikutnya pada siklus 2.
Kriteria keberhasilan ditentukan 70% siswa mencapai skor 70. Selama ini jumlah siswa
yang mencapai KKM kurang dari 50%.
TEMUAN PENELITIAN
Siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan yang terdiri atas 1 kali pertemuan tatap muka
untuk pembelajaran, satu kali pertemuan untuk tes. Masing-masing pertemuan menggunakan
tahapan pembelajaran: Observasi teks yang diberikan, menuliskan (kata kerja /V2, jawaban
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1024
berdasarkan guiding questions) yang terdapat di dalam teks recount yang diberikan,
mempresentasikan /menyajikan.
Siklus 1 pertemuan ke 1
Pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan
memberikan motivasi siswa dengan cara guru menunjukkan gambar tempat wisata yang ada
dikota Batu (Selekta).
Guru : Anak-anak pada pertemuan minggu yang lalu kita sudah belajar tentang reading yang jenis
teksnya apa?
Siswa : Jenis teksnya recount.
Guru : Apa tujuan komunikatif dari teks recount?
Siswa : Menceritakan kejadian yang sudah terjadi/berlalu.
Guru : Masih ingat apa saja generic structure dari teks recount?
Siswa : Ya bu ada 3 yaitu orientation, events dan reorientation.
Guru : Gambar apakah ini?
Siswa : Gambar Selekta.
Guru : Sudah pernah ke Selekta?
Siswa : Sudah.
Guru : Dengan siapa, bagaimana, apa yang kamu lakukan di sana?
Siswa : Bersama keluarga, naik mobil, melakukan sederetan aktivitas yang runtut yang sudah dilakukan
di Selekta.
Guru membagi kelompok dengan cara Numbered Head Together,dengan mempertim-bangkan
gender.
Guru : Sekarang saya memberikan contoh teks recount yang lain, amatilah teks kemudian tuliskan kata
kerja yang temukan di dalam teks recount yang saya berikan, kerjakan dengan anggota
kelompokmu
Siswa : (Mengobservasi teks recount yang diberikan dan menuliskan V2 yang ditemukan
kemudian mencari V1/kata kerja dasarnya serta artinya ke dalam bahasa Indonesia).
Guru : (Berkeliling serta membimbing siswa dengan cara memberikan pertanyaan-
pertanyaan bimbingan agar siswa bisa menemukan kata kerja yang dimaksud).
Siswa: (Siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi untuk menemukan V2 dan mencari Verb1 nya
beserta artinya, dan kemudian menuliskannya).
Guru : Untuk pertemuan berikutnya kita masih belajar tentang teks recount, dan saya harap kalian
mencari dan membaca teks recount yang lain, karena tujuan dari
pembelajarannya kalian diharapkan bisa menulis teks recount dengan tema
“Travelling”.
Dari dialog di atas ditemukan masalah siswa masih banyak melakukan kesalahan
menuliskan kata kerja irregular verbs bentuk ke 2 (ate, bought, rode, saw).Setelah aktivitas
semuanya sudah dilaksanakan sampai mempresentasikan hasilnya dilanjutkan dengan kegiatan
menuliskan kalimat bentuk Past Tense boleh menggunakan kata kerja yang sudah ditemukan
atau kata kerja 2 yang lainnya.
Guru : Sekarang diskusikan dengan kelompok, tuliskan minimal 5 kalimat bentuk Past
Tense.
Siswa: (Menuliskan kalimat bentuk Past Tense bersama dengan kelompoknya).
Dari hasil kerja siswa ditemukan ini:
1. I and my friends went to coffe last Sunday.
2. I and my friends fisited to grandmotherhouse last week.
3. I and my team football loste played football last Monday.
4. I and my friend saw videos in my house,We watched this video‟s of Bayuskak is
youtubers. Everyweek his upload new videos at 03.00 pm on Saturday. Everyweek I
waited the new videos and today we will watched. We watched on last holiday.
ISBN: 978-602-1150-17-7
1025
Dari hasil kerja siswa menulis ditemukan masalah siswa masih sangat minim kosa kata.
Siswa belum paham tentang pemakaian V2 di dalam kalimat, jadi masih bingung membedakan
Present Tense dan Past Tense.
Siklus 1 pertemuan ke 2
Pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa di dalam kelas dengan
memberikan motivasi siswa dengan cara bertanya jawab tentang pelajaran yang lalu tentang
perjalanan ke Selekta.
Guru : Masih ingat pelajaran pada pertemuan yang lalu?
Siswa : Masih bu tentang pergi ke Selekta.
Guru : Hari ini kita masih belajar tentang teks recount dan diakhir pembelajaran kalian harus
mengumpulkan hasil tulisan teks recount yang kalian tuliskan.
Siswa : Ya bu
Guru : Sekarang saya berikan 3 contoh teks recount untuk memberikan inspirasi di dalam menulis nanti
dan saya berikan juga beberapa pertanyaan panduan biar generic structure dari teks recountnya
jelas jadi alurnya juga jelas.
Siswa : (Siswa mulai menulis teks recount).
Guru : (Guru berkeliling dan memberikan bimbingan siswa dalam menulis teks recount).
Temuan:
Last week my family went to beach. We went there together by car at 08.00 a.m. Along
trip, we enjoyed beautiful scenery . and I saw very much bird.
In trip I and my family feel hungry, because we don‟t breakfast. So, we stop in cottage.
After that, we continue trip to beach. Finally I and my family arrived in beach.
In beach I took pictures,playing water, and playing sand. After that I and family climb
banana bout. It is fun and very sharp.
After that satisfied playing we return to lunch in prep coconut tree. After satisfied we go
to home.
- Masih sering lupa menggunakan kata kerja 2 di dalam teks recount.
- Masih minim kosakata yang dimiliki
PEMBAHASAN
Siklus 1
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan dan dilaksanakan tanggal 10-12 Maret 2016 dan siklus
2 dilaksanakan tanggal 2 – 4 April 2016, berikut adalah temuan dan hasil penelitian.
Siklus 1 pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, pada kegiatan ini guru
memberikan pertanyaan pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran sebelumnya dan
mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dipelajari. Guru memberikan gambar tempat wisata
Selecta dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan gambar dan kegiatan yang sudah
terjadi/ in the past time.
Contoh : 1. What picture is it?
2. Have you ever gone to Selekta?
3. When did you go there
4. How do you go there?
Setelah menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dilanjutkan memberikan teks recount
dengan tema travelling.
Pada tahap pembelajaran di kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengamati teks
recount yang diberikan, dan menuliskan V2 yang ditemukan pada bacaan yang diberikan dan
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1026
mencari V1 dan arti dalam Bahasa Indonesia. Dilanjutkan dengan tugas berikutnya yaitu
menuliskan kalimat Simple Past Tense.
Dari kegiatan ini di dapatkan dokumen proses kegiatan dan hasil kerja kelompok siswa sebagai
berikut:
.
Gambar 1 Gambar 2
Siswa secara kelompok menganalisis V2 Siswa menempelkan hasil kerja kelompok
yang terdapat pada teks recount. (V2 yang ditemukan pada teks recount).
Kegiatan pembelajaran di siklus 1 pertemuan 2, diawali dengan kegiatan awal yaitu
pendahuluan, guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru bertanya sekilas
tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan
dipelajarinya.
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk menuliskan teks recount dengan
menjawab pertanyaan panduan yang diberikan oleh guru.
Pada kegiatan ini didapatkan hasil kerja siswa secara individu berupa tulisan teks recount
tentang travelling. Hasil tulis tersebut dijadikan guru sebagai hasil tes ketrampilan menulis.
Nilai keterampilan menulis siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Table1: Hasil nilai keterampilan siswa dalam menulis teks recount
No Nama Nilai Siswa keterangan
1 A.S 75 Tuntas
2 B.R 50 Tidak Tuntas
3 D.P 75 Tuntas
4 D.A 83 Tuntas
5 F.F 67 Tidak tuntas
6 R. I 75 Tuntas
7 V.I 58 Tidak tuntas
8 Z. M 75 Tuntas
9 A.R 58 Tidak tuntas
10 A.K 58 Tidak Tuntas
11 B.P 83 Tuntas
ISBN: 978-602-1150-17-7
1027
12 G.D 67 Tidak Tuntas
13 I.F 75 Tuntas
14 L.N 67 Tidak tuntas
15 R.B 67 Tidak tuntas
16 S.L 67 Tidak Tuntas
17 Y.G 67 Tidak Tuntas
18 F.R 75 Tuntas
19 I.I 67 Tidak tuntas
20 S.F 67 Tidak Tuntas
21 W.P 58 Tidak Tuntas
22 Y.S 67 Tidak tuntas
23 Y.A 75 Tuntas
24 Y.B 83 Tuntas
25 A.A 58 Tidak Tuntas
26 A.I 83 Tuntas
27 F.S 75 Tuntas
28 M.F 50 Tidak tuntas
29 D.V 75 Tuntas
30 D.A 58 Tidak tuntas
31 I.A 75 Tuntas
32 L.N 83 Tuntas
33 M.Y 75 Tuntas
Keterangan = * Jumlah siswa Tuntas =16 = 48,5%
* Jumlah siswa Tidak Tuntas =17 =51,5%
* Prosentasi = 48,5%
Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode AMT diperoleh
jumlah siswa yang mencapai KKM baru 48,5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
1 secara klasikal siswa belum tuntas belajar sesuai dengan KKM yang yang ditentukan dalam
penelitian ini, yaitu 70% siswa mencapai KKM.
Dari hasil pekerjaan siswa dan langkah-langkah pembelajaran siklus 1 ini masih
ditemukan beberapa kendala antara lain masih ada nilai siswa yang di bawah KKM. Hal ini
disebabkan siswa masih sangat minim kosakata. Siswa belum paham tentang pemakaian V2 di
dalam kalimat, jadi masih bingung membedakan Present Tense dan Past Tense. Siswa masih
sering lupa menggunakan V 2 di dalam teks recount. Oleh karena itu perlu dicarikan solusi
untuk mengatasi kendala-kendala di siklus 1 tersebut. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah
sering berlatih menemukan V2 yang terdapat pada teks recount, latihan soal tentang menuliskan
kalimat bentuk Past Tense, diberikan pertanyaan bimbingan untuk membimbing siswa pada
saat pembelajaran menulis teks recount, dan dipinjami kamus Bahasa Inggris disetiap
kelompok. Alternatif solusi ini dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 2.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1028
Siklus 2
Tahap Perencanaan (Planing), mencakup:
1. Mengevaluasi hasil refleksi dari siklus 1 dan mencari solusi untuk diterapkan pada
siklus 2 .
2. Mendata masalah dan kendala yang ditemukan pada saat pembelajaran di siklus 1.
3. Merancang perbaikan dan penyempurnaan di dalam menyusun RPP untuk selanjutnya
diterapkan pada pembelajaran di siklus 2.
4. Menyiapkan 2 contoh teks recount dengan tema Holiday dan beberapa pertanyaan
bimbingan.
Tahap Melaksanakan Tindakan (Action), mencakup:
1. Membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa.
2. Melaksanakan langkah – langkah pembelajaran sesuai dengan RPP siklus 2.
3. Menggunakan metode AMT pada saat siswa menulis teks recount.
4. Menilai hasil unjuk kerja siswa berupa keterampilan menulis teks recount tentang
Holiday.
Tahap Mengamati (Observation), mencakup:
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan penggunaan metode AMT pada kegiatan
pembelajaran dengan observer menggunakan lembar observasi.
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode AMT pada
kegiatan pembelajaran menulis teks recount.
3. Mendokumentasikan semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 2
untuk pengumpulan data
Tahap refleksi (Reflection), mencakup:
1. Merefleksi proses pembelajaran dengan metode AMT pada siklus ke 2..
2. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode AMT pada pembelajaran menulis teks
recount.
3. Menganalisis dan mengintrepetasi data temuan saat melakukan observasi pada siklus 2.
Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, diharapkan agar siswa memiliki kemampuan
menulis teks recount yang baik dan terjadi peningkatan prestasi di dalam menulis teks recount
dan lebih termotivasi di dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan RPP yang sudah diperbaiki
dan disempurnakan dengan mempertimbangkan kendala dan kekurangan- kekurangan pada
siklus 1. Siklus 2 pelaksanaannya diadakan pada tanggal 29 Maret sampai tanggal 4 April 2016.
Pembelajaran pada siklus 2 dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.
Siklus 2 Pertemuan 1 (hari Selasa, tgl 29 Maret 2016)
Pertemuan pertama untuk siklus 2 diawali dengan pertanyaan guru tentang materi
pembelajaran sebelumnya.
Guru : Anak-anak masih ingat materi pelajaran yang lalu, tentang apa?
Siswa: Masih bu, tentang menulis teks recount.
Guru : Betul, anak-anak. Hari ini kita akan membahas temuan kesalahan kesalahan yang
ditemukan pada hasil tulisan kalian minggu lalu
Siswa: Baik bu....
Guru : (Menuliskan kesalahan kesalahan siswa di dalam menulis dan membetulkan
bersama-sama dengan siswanya).
Guru : Tugas selanjutnya, analisis teks recount tema holiday yang saya berikan, tuliskan
ISBN: 978-602-1150-17-7
1029
V2 yang kalian temukan dan cari V1nya dan artinya ke dalam Bahasa Indonesia
secara berkelompok.
Siswa: (Siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi untuk menemukan V2 dan mencari Verb1nya
beserta artinya, dan kemudian menuliskannya).
Siklus 2 Pertemuan 2 (hari Senin, tgl 4 April 2016
Pertemuan pertama untuk siklus 2 diawali dengan pertanyaan guru tentang materi
pembelajaran sebelumnya.
Guru : Masih ingat apa saja generic structure dari teks recount?
Siswa : Ya bu ada 3 yaitu orientation, events dan reorientation.
Guru : Sekarang saya berikan 2 contoh teks recount dengan tema Holiday, beserta
beberapa pertanyaan panduan untuk menuliskan teks recount.
Siswa : Ya bu.
Guru : (Guru berkeliling dan memberikan bimbingan siswa dalam menulis teks recount).
Dari kegiatan ini di dapatkan dokumen proses kegiatan:
Gambar 3 dan gambar 4 guru sedang mendampingi dan membimbing siswa di dalam menuliskan
teks recount.
Nilai keterampilan menulis siswa dalam menulis teks recount pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Table2 hasil nilai ketrampilan siswa dalam menulis teks recount pada siklus 1 dan 2.
No Nama Siswa Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2
1 A.S 75 75
2 B.R 50 67
3 D.P 75 75
4 D.A 83 83
5 F.F 67 83
6 R. I 75 75
7 V.I 58 75
8 Z. M 75 83
9 A.R 58 75
10 A.K 58 58
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1030
11 B.P 83 83
12 G.D 67 75
13 I.F 75 67
14 L.N 67 67
15 R.B 67 67
16 S.L 67 -
17 Y.G 67 67
18 F.R 75 75
19 I.I 67 75
20 S.F 67 75
21 W.P 58 67
22 Y.S 67 67
23 Y.A 75 75
24 Y.B 83 83
25 A.A 58 67
26 A.I 83 83
27 F.S 75 83
28 M.F 50 75
29 D.V 75 75
30 D.A 58 67
31 I.A 75 75
32 L.N 83 83
33 M.Y 75 75
Jml anak tuntas 16 22
Prosentase tuntas 48,5% 68,8%
Tabel 2.1. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis (writing) siswa siklus 2
No Uraian Hasil siklus 2
1 Jumlah siswa yang tuntas belajar 22
2 Persentase ketuntasan belajar 68,8%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode AMT
pada pembelajaran menulis teks recount dapat meningkatkan motivasi dan prestasi keterampilan
menulis siswa, karena dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus 1 diperoleh
ketuntasan belajar mencapai 48,5% atau ada 16 siswa dari 33 siswa, sedangkan pada siklus 2
ketuntasan belajar mencapai 68,8% atau ada 22 siswa dari 32 siswa.
Jadi penelitian ini dihentikan sampai siklus 2 karena sudah ada peningkatan secara
signifikant dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,3%. Secara keseluruhan siswa sudah memahami
generic stucture dari teks recount, dan sudah memahami penggunaan V2 di dalam kalimat Past
Tense, karena pada siklus 2 ini siswa diberikan tambahan menganalisis V2 yang terdapat pada
contoh teks recount dengan tema lain (Holiday), serta menuliskan kalimat Past Tense. Guru juga
memberikan bimbingan kepada siswa pada saat pembelajaran di dalam menulis teks recount
dengan menggunakan beberapa pertanyaan panduan, agar tulisan siswa alurnya runtut sesuai
dengan struktur teks recount.
ISBN: 978-602-1150-17-7
1031
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran menulis yang sudah dilaksanakan selama 2 siklus di
kelas 8D SMP 06 Batu, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode AMT dapat memberikan
dampak positif bagi siswa dan hasil belajar siswa menjadi meningkat dari siklus 1 sebesar
48,5% siswa secara klasikal mencapai KKM ke siklus 2 sebesar 68,8% siswa secara klasikal
mencapai KKM.
SARAN
Dari kesimpulan di atas, disarankan agar guru hendaknya lebih melakukan persiapan
yang cukup matang untuk melaksanakan model AMT, karena harus mempersiapkan contoh–
contoh teks recount yang lebih bervariatif yang di dalam teks tersebut menggunakan V2 baik
regular maupun irregular verbs serta daftar pertanyaan yang berhubungan dengan teks recount
yang diberikan sehingga dapat mengembangkan wawasan siswa tentang V2 sehingga dapat
menambah kosa siswa. Guru diharapkan dengan sabar juga memberikan bimbingan kepada
siswa pada saat pembelajaran di dalam menulis teks recount dengan menggunakan beberapa
pertanyaan panduan, agar tulisan siswa alurnya runtut sesuai dengan struktur teks recount.
Untuk guru Bahasa Inggris lain yang memiliki masalah yang sama disarankan
melakukan penelitian lebih lanjut, karena penelitian ini hanya dilakukan di SMPN 06 Batu
2015/2016 saja.
DAFTAR RUJUKAN
Kemmis, S. dan McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University.
Septianingsih, R. 2014. The Ability of Writing Recount Text of the Eighth Grade
Students of SMP 1 Mejobo, Kudus, in the Academic Year 2013/2014
Taught by Using Guiding Questions Technique. eprints.umk.ac.id (online).
Wardani, I. 2014. Improving the Ability in Writing Descriptive Text Through Guided-Questions
Technique. Jurnal.untad.ac.id, Vol.12 No. 1
Wilhelm, J.2007. Engaging Readers and Writers With Inquiry. New York: Scholastic.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1032
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ESEI PENDEK SEDERHANA
DALAM TEKS BERBENTUK PROCEDURE PADA PESERTA DIDIK KELAS
VII DI SMPN SATU ATAP GUNUNGSARI 04 BATU SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DENGAN PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN VIDEO
Henu Lismiyati
SMP Negeri Satu Atap Gunungsari 04 Batu
henu_lies@yahoo.co.id
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks
procedure tentang pembuatan makanan dan minuman pada kelas VII SMPN Satu Atap
Gunungsari 4 Batu pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil
tes awal diperoleh hasil bahwa tulisan peserta didik belum memuaskan karena ada
beberapa kesalahan tata bahasa, pemilihan kosakata yang tidak tepat dan kesalahan
ejaan serta kemampuan dalam mengembangkan ide belum maksimal karena sebagian
besar peserta didik hanya menyalin karya teman maupun teks yang ada di buku paket.
Untuk mengatasi permasalahan ini penulis mencoba menggunakan media tayang
video dalam pembelajaran menulis teks procedure. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas dengan subyek peserta didik kelas VII yang berjumlah 26 orang yang
terdiri dari 9 perempuan dan 17 laki-laki. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana
setiap siklus memiliki 4 tahapan yaitu perencanaan, penerapan, bservasi dan refleksi.
Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media tayang vide dapat meningkatkan keterampilan menulis teks
procedure peserta didik kelas VII di SMPN Satu Atap Gunungsari 4 Batu.
Kata kunci: Writing, Procedure Text, MediaTayangan Video
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII karena peneliti mengajar mata pelajaran Bahasa
Inggris di kelas ini sudah hampir satu tahun, yaitu mulai semester 1 tahun pelajaran 2015/2016
sampai dengan sekarang. Permasalahan yang muncul dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah
rendahnya keterampilan menulis. Peneliti mendapatkan fakta-fakta sebagai berikut: (1)
motivasi siswa dalam menulis masih rendah dikarenakan kesan (menulis) sebagai keterampilan
rumit untuk dipelajari; (2) siswa kurang percaya diri dalam menulis teks procedure karena
perasaan tidak nyaman untuk menulis dalam bahasa Inggris; (3) nilai siswa masih di bawah
batas terendah dari ketentuan sekolah (KKM), yaitu nilai 71, karena siswa tidak mengetahui
bagaimana harus mulai menulis, bagaimana mendapatkan gagasan yang harus ditulis, dan
bagaimana mengorganisasikan gagasan tersebut untuk ditulis dalam sebuah teks terpadu; dan
(4) guru menugaskan siswa untuk menulis tanpa memberikan bekal pengetahuan tentang
kosakata yang memadai dalam proses menghasilkan sebuah teks. Oleh sebab itu, peneliti sangat
terdorong untuk memecahkan masalah-masalah tersebut (terutama masalah-masalah nomor 3
dan 4) dengan penerapan penggunaan media tayangan video.
Yang dimaksud dengan penggunaan media tayangan video adalah dalam proses
pembelajaran guru menggunakan tayangan video tentang cara membuat makanan untuk
membimbing dan membantu siswa dalam memahami text procedure dan memberikan inspirasi
dalam menulis sehingga siswa lebih focus terhadap menulis sebuah text sesuai dengan jenis text
dan tema yang diinginkan.
Penelitian terdahulu yang menggunakan media tayangan video dilaksanakan oleh
Bambang Yudi Cahyono (tahun2013?) dengan temuan pada post test hasilnya lebih tinggi (0)
ISBN: 978-602-1150-17-7
1033
dari pre test sebelumnya (0),ternyata Sukirno (tahun2010?) juga meneliti tentang penngunaan
media tayangan video, yang hasilnya adalah meningkat secara significant bahwa nilai post test
(0) lebih tinggi dari pre test (0).
Melalui penggunaan media tayangan video, peneliti ini juga berharap mampu
meningkatkan keterampilan peserta didik di dalam menulis teks procedure. Strategi ini dipilih
karena dianggap dapat mendorong peserta didik untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan
menulis sehingga keterampilan menulis mereka menjadi meningkat. Oleh sebab itu, rumusan
masalah penelitihan ini adalah “Bagaimana penggunaan media tayangan video dapat
meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis teks procedure bagi peserta didik kelas
VII SMP Negeri Satu Atap Gunungsari 04 Batu?”
Penelitian ini dianggap berhasil jika jumlah siswa yang memperoleh nilai sama dengan
atau lebih tinggi dari 71 (KKM) mencapi 80 % . Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi guru di kelas tersebut dalam mengatasi kesulitan menulis teks procedure, dan tentunya bagi
guru Bahasa Inggris yang lainnya,yang mempunyai masalah yang sama, diharapkan dapat
menggunakan hasil penelitian ini untuk memecahkan masalah di kelas mereka.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan beberapa aspek dalam kegiatan belajar-
mengajar , yaitu keaktifan peserta didik secara individu dan kelompok dalam menulis esei
pendek berbentuk teks procedure.
Penelitian ini dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Masing-
masing siklus terdiri dari empat langkah (Kemmis dan McTaggart, dalam ….. ? 1988) yaitu :a)
perencanaan, yaitu merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta
membuat rencana tindakan, b) tindakan,yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang
silakukan, c) observasi, dilakukan secara sitematis untuk mengamati hasil atau dampak
tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan d) refleksi, yaitu mengkaji dan
mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Keempat langkah tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMPN Satu Atap Gunungsari 04 Batu pada
semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik sebanyak 26 orang.
Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu – Kamis, tanggal 16 – 17 Maret 2016 dan siklus 2
dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2016 dan Jumat, 1 April 2016.
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1034
Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi untuk guru/observer
dan tes tulis untuk menilai hasil kerja siswa yang dinilai berdasarkan rubric penilaian.
Proses pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus
kegiatan sebagai berikut:
Siklus 1
Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan:
1. Menyusun dan membuat rencana pembelajaran menggunakan media tayang video
untuk dua kali pertemuan
2. Menyiapkan instrument berupa lembar bservasi dan rubric penilaian keterampilan
menulis
3. Menyiapkan media tayang video
Tahap Pelaksanaan, meliputi kegiatan:
1. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP)
2. Menggunakan media tayang video pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks
procedure
3. Menilai hasil tes tulis berupa unjuk kerja keterampilan menulis teks procedure
tentang pembuatan makanan atau minuman
Tahap Mengamati, meliputi kegiatan:
1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan
media tayang video
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media tayang
video pada pembelajaran menulis teks procedure
3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 1 untuk
pengumpulan data
Tahap Refleksi, meliputi kegiatan:
1. Menganalisis dan menginterpretasi data temuan saat melakukan pengamatan
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan penggunaan media
tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure
3. Melakukan refleksi terhadap penggunaan media tayang video dalam pembelajaran
menulis teks procedure
4. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kelemahan atau
kekurangan yang dilakukan guru sebagai bahan masukan untuk perbaikan pada
proses pembelajaran berikutnya pada siklus 2
TEMUAN PENELITIAN
Siklus 1 Pertemuan 1, Rabu, 16 Maret 2016
Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian
guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan
dibahas. Untuk menarik perhatian peserta didik, guru menunjukkan gambar yang terdapat pada
layar LCD yaitu gambar pancake dan scrambled eggs dan bertanya jawab tentang berbagai hal
terkait gambar tersebut, misalnnya What is in the picture? What do you know about pancake
and scrambled eggs? Do you know how to make pancake and scrambled eggs? Do you know
the materials and tools used to make pancake and scrambled eggs? Kemudian guru meminta
peserta didik untuk mendiskusikan alat, bahan dan cara membuat pancake dan scrambled eggs
dengan teman sebangku.
Pada tahap berikutnya, guru meminta peserta didik untuk menyaksikan tayangan video
tentang cara pembuatan pancake dan scrambled eggs yang ditayangkan sebanyak dua kali.
ISBN: 978-602-1150-17-7
1035
Kemudian guru menanyakan kepada peserta didik apakah alat dan bahan membuat pancake dan
scrambled eggs yang didiskusikan dengan teman sebangku terdapat dalam tayangan video.
Kemudian guru meminta peserta didik berkelompok tiga sampai empat orang untuk
menulis teks procedure tentang cara membuat pancake dan scrambled eggs berdasarkan
tayangan video yang telah dilihat. Untuk menghemat waktu, kelompok dibentuk berdasarkan
kedekatan tempat duduk peserta didik. Dari jumlah dua puluh enam peserta didik terbagi
menjadi tujuh kelompok. Setelah selesai, peserta didik diminta untuk memajang hasil karya
kelompok di dinding. Kemudian peserta didik diminta untuk melihat dan memberi komentar
terhadap hasil karya kelompok lain. Kelompok satu melihat dan memberi komentar terhadap
hasil karya kelompok dua, kelompok dua melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya
kelompok tiga, dan seterusnya. Peserta didik hanya mengamati dan mengomentari apakah hasil
karya kelompok lain sudah sesuai dengan langkah retorika teks procedure yaitu memuat tujuan,
bahan dan langkah-langkah cara pembuatan. Pada kegiatan ini ditemukan tiga dari tujuh
kelompok menulis teks procedure menggunakan Bahasa Indonesia karena belum sempat
menerjemahkannya dalam Bahasa Inggris.
Diakhir pelajaran, guru memberi kesempatan peserta didik untuk menanyakan kesulitan
mereka dan memberi tugas peserta didik untuk mengamati atau mewawancarai ibu dirumah
masing-masing terkait cara memasak makanan atau membuat minuman.
Siklus 1 Pertemuan 2, Kamis, 17 Maret 2016
Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian
guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan
dibahas. Pada kegiatan inti peserta didik secara idividu menulis teks procedure tentang cara
pembuatan makanan atau minuman berdasarkan hasil observasi atau wawancara dengan ibu
dirumah masing-masing. Karena keterbatasan waktu, hasil karya peserta didik belum sempat
dipajang tetapi langsung dikumpulkan. Kemudian guru melakukan penilaian dengan
menggunakan rubric penilaian menulis yang meliputi aspek tata bahasa dengan skor 1-4, aspek
diksi dengan skor 1-4, aspek isi dengan skor 2-8, dan aspek ejaan dengan skor 1-4, dengan total
skor 20.
Dari hasil penilaian diperoleh data yaitu 73% peserta didik (19 orang) memperoleh nilai
sama dengan atau lebih tinggi dari 71 (KKM) dan 27% (7 orang) peserta didik belum mencapai
nilai KKM. Sedangkan nilai rata-rata tes menulis pada siklus 1 adalah 74.
Refleksi Siklus-1
Dari hasil pengamatan dan penilaian pada siklus-1 diperoleh data bahwa penggunaan
media tayang video dapat menarik perhatian dan membantu peserta didik dalam meningkatkan
keterampilan menulis teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman. Seluruh
peserta didik telah menulis cara pembuatan makanan atau minuman sesuai dengan langkah
retorika teks procedure yang terdiri dari tujuan, bahan dan langkah-langkah. Namun hasil test
menullis pada siklus-1 tersebut menunjukkan bahwa pengusaan tata bahasa khususnya dalam
menulis kalimat perintah atau „imperative sentence’ masih kurang dan pemilihan kosakata
(vocabulary) belum tepat. Selain itu dalam siklus-1 juga terdapat kesalahan ejaan, tanda baca
dan penulisan huruf besar atau kecil, namun guru hanya memberi penekanan pada penguasaan
tata bahasa dan kosakata
Pada penulisan kalimat perintah atau „imperative sentence’, beberapa peserta didik
masih menggunakan bentuk kata kerja yang tidak tepat. Mereka menggunakan kata kerja bentuk
lampau (verb-2 dan verb-3), kata kerja bentuk verb-ing dan kata sifat atau adjective serta kata
benda (noun) diawal kalimat. Seharusnya mereka menggunakan kata kerja bentuk dasar (verb-1)
untuk menulis kalimat perintah. Berikut ini contoh kesalahan dalam menulis kalimat perintah
yang ditemukan pada siklus-1.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1036
NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA
1. Broken egg interior bowl. Break the egg into a bowl.
2. Washing garlic, onion, carrot, etc. Wash garlic, onion, carrot, etc.
3. Input the noodle instant in the pan. Put the instant noodle into a pan
Lemahnya penguasaan kosakata (vocabulary) peserta didik dapat dilihat dari pemilihan
kata (diksi) yang tidak tepat seperti yang terlihat pada table dibawah ini:
NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA
1. After that stir to smooth. After that stir thoroughly.
2. After noodle ripe, leak through
noodle.
After the noodle is done, drain it.
3. Finally, coll fried rice depth plate. Finally, put/serve fried rice on a plate.
Dari hasil tes siklus-1 juga ditemukan bahwa ada enam orang peserta didik yang
memiliki tulisan yang sama atau menyontek, sehingga mereka mendapatkan nilai rendah atau
tidak tuntas. Oleh karena itu guru merencanakan untuk memberi penjelasan dan latihan
tambahan untuk menulis kalimat perintah dan latihan kosakata pada siklus-2 serta meminta
peserta didik untuk lebih kreatif dalam menulis teks procedure dengan cara mengembangkan
ide sendiri dan tidak menyntek hasil karya temannya.
Siklus 2
Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan:
1. Mengevaluasi hasil refleksi dari siklus 1 dan mencari solusi untuk diterapkan pada
siklus 2
2. Mendata masalah dan kendala yang ditemukan pada proses pembelajaran di siklus 1
3. Merancang perbaikan dan penyempurnaan dalam menyusun dan membuat rencana
pembelajaran menggunakan media tayang video untuk diterapkan pada proses
pembelajaran di siklus 2
4. Menyiapkan instrument berupa lembar observasi dan rubric penilaian keterampilan
menulis
5. Menyiapkan media tayang video yang berbeda dari siklus 1
Tahap Pelaksanaan, meliputi kegiatan:
1. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP)
2. Menggunakan media tayang video pada pelaksanaan pembelajaran menulis teks
procedure
3. Menilai hasil tes tulis berupa unjuk kerja keterampilan menulis teks procedure
tentang pembuatan makanan atau minuman
Tahap Mengamati, meliputi kegiatan:
ISBN: 978-602-1150-17-7
1037
1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan
media tayang video
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan media tayang
video pada pembelajaran menulis teks procedure
3. Merekam data semua jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan pada siklus 2 untuk
pengumpulan data
Tahap Refleksi, meliputi kegiatan:
1. Menganalisis dan menginterpretasi data temuan saat melakukan pengamatan
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan penggunaan media
tayang video dalam pembelajaran menulis teks procedure
3. Melakukan refleksi terhadap penggunaan media tayang video dalam pembelajaran
menulis teks procedure
Siklus 2 Pertemuan 1, Selasa, 29 Maret 2016
Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian guru
mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dibahas.
Pada kegiatan ini guru mengulas langkah retorika dan ciri kebahasaan dari teks procedure. Pada
kegiatan inti, guru menunjukkan kesalahan diksi dan tata bahasa yang ditemukan pada tulisan
peserta didik di siklus 1 dan menayangkan video tentang kosakata yang sering digunakan
dalam teks procedure pembuatan makanan atau minuman.
Untuk meningkatkan penguasaan kosakata dan „imperative sentence’ atau kalimat
perintah, guru meminta peserta didik secara berpasangan untuk mendiskusikan penggunaan
kosakata yang tepat dalam kalimat pada teks procedure dan kemudian membahas latihan
tersebut secara bersama-sama.
Pada tahap berikutnya, guru menunjukkan gambar „chicken nuggets’ dan bertanya
jawab tentang berbagai hal terkait „chicken nuggets’. Kemudian guru menayangkan video
tentang “how to make chicken nugget” sebanyak dua kali. Tayangan video ini digunakan untuk
menarik perhatian peserta didik dan memberikan latihan menulis teks procedure yang berbeda
dari siklus-1. Selanjutnya guru meminta peserta didik berkelompok tiga sampai empat orang
untuk menulis teks procedure tentang pembuatan chicken nuggets berdasarkan video yang telah
ditayangkan. Dari jumlah dua puluh enam peserta didik terbagi menjadi tujuh kelompok.
Setelah selesai, peserta didik diminta untuk memajang hasil karya kelompok di dinding.
Kemudian peserta didik diminta untuk melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya
kelompok lain. Kelompok satu melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok
dua, kelompok dua melihat dan memberi komentar terhadap hasil karya kelompok tiga, dan
seterusnya. Peserta didik hanya mengamati dan mengomentari apakah hasil karya kelompok lain
sudah sesuai dengan langkah retorika teks procedure yaitu memuat tujuan, bahan dan langkah-
langkah cara pembuatan. Pada kegiatan ini ditemukan bahwa seluruh kelompok telah menulis
teks procedure dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Diakhir pelajaran, guru memberi kesempatan peserta didik untuk menanyakan kesulitan
mereka dan memberi tugas peserta didik untuk mempraktekkan cara memasak makanan atau
membuat minuman. Guru juga mengingatkan peserta didik untuk mengerjakan tugas sendiri dan
tidak menyontek hasil karya temannya.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1038
Siklus 2 Pertemuan 2, Jumat, 1 April 2016
Pertemuan diawali dengan tegur sapa peneliti, observer dan peserta didik. Kemudian
guru mereview pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan
dibahas.
Pada kegiatan inti peserta didik secara idividu menulis teks procedure tentang cara
pembuatan makanan atau minuman berdasarkan hasil praktek membuat makanan atau minuman
yang dilakukan dirumah dan melengkapinya dengan gambar. Karena keterbatasan waktu, hasil
karya peserta didik belum sempat dipajang tetapi langsung dikumpulkan. Kemudian guru
melakukan penilaian dengan menggunakan rubric penilaian menulis yang meliputi aspek tata
bahasa dengan skor 1-4, aspek diksi dengan skor 1-4, aspek isi dengan skor 2-8, dan aspek
ejaan dengan skor 1-4, dengan total skor 20.
Dari hasil penilaian diperoleh data yaitu 85% peserta didik (22 orang) memperoleh nilai
sama dengan atau lebih tinggi dari 71 (KKM) dan 15% (4 orang) peserta didik belum mencapai
nilai KKM. Sedangkan nilai rata-rata tes menulis pada siklus 2 adalah 81.
Refleksi Siklus-2
Tidak jauh berbeda dari siklus-1, hasil pengamatan dan penilaian pada siklus-2 juga
meenunjukkan data bahwa penggunaan media tayang video dapat menarik perhatian dan
membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan menulis teks procedure tentang
pembuatan makanan dan minuman. Seluruh peserta didik telah menulis cara pembuatan
makanan atau minuman sesuai dengan langkah retorika teks procedure yang terdiri dari tujuan,
bahan dan langkah-langkah. Namun hasil test menullis pada siklus-2 tersebut menunjukkan
bahwa pengusaan tata bahasa khususnya dalam menulis kalimat perintah atau „imperative
sentence’ masih kurang dan pemilihan kosakata (vocabulary) belum tepat. Selain itu dalam
siklus-2 juga terdapat kesalahan ejaan, tanda baca dan penulisan huruf besar atau kecil, namun
guru hanya memberi penekanan pada penguasaan tata bahasa dan kosakata.
Pada penulisan kalimat perintah atau „imperative sentence’, beberapa peserta didik
masih menggunakan bentuk kata kerja yang tidak tepat. Mereka menggunakan kata kerja bentuk
lampau (verb-2 dan verb-3), kata kerja bentuk verb-ing dan kata sifat atau adjective serta kata
benda (noun) diawal kalimat. Seharusnya mereka menggunakan kata kerja bentuk dasar (verb-1)
untuk menulis kalimat perintah. Berikut ini contoh kesalahan dalam menulis kalimat perintah
yang ditemukan pada siklus-2.
NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA
1. Mixed milk and yogurt. Mix milk and yogurt.
2. Cooking until ripe. Cook until it is done.
3. Blender strawberry and water. Blend strawberry and water.
Lemahnya penguasaan kosakata (vocabulary) peserta didik dapat dilihat dari pemilihan
kata (diksi) yang tidak tepat seperti yang terlihat pada table dibawah ini:
NO CONTOH TULISAN PESERTA DIDIK SEHARUSNYA
1. 4 canine tooth garlic. 4 cloves garlic.
2. 4 spoon eat maple syrup. 4 table spoons maple syrup.
3. Ready glass and pour coffee to glass. Prepare a glass and pour the coffee into it.
Dari hasil tes siklus-2 juga ditemukan bahwa ada lima orang peserta didik yang
memiliki tulisan yang sama atau menyontek, sehingga mereka mendapatkan nilai rendah atau
tidak tuntas. Dari hasil nilai pre-test, siklus-1 dan siklus-2 ada peningkatan kemampuan siswa
dalam menulis teks procedure dapat dilihat pada table dibawah ini:
ISBN: 978-602-1150-17-7
1039
Table 3: Rekap nilai pretest, siklus 1 dan siklus 2 menulis teks procedure
NO NAMA JK NILAI
Pretest Siklus 1 Siklus 2
1 ABZ L 55 75 75
2 ARU L 65 60 70
3 AFR L 65 65 80
4 AU P 80 65 85
5 BAP L 65 75 85
6 BP L 65 85 75
7 DR P 80 65 80
8 DIDR L 55 85 75
9 EARD P 85 85 90
10 FDI L 80 65 95
11 FP L 65 75 95
12 IGP L 75 75 80
13 IDP P 65 85 75
14 KAH L 65 75 60
15 MDEDS L 65 65 65
16 MJGH L 65 75 70
17 M. TNF L 65 75 75
18 NEP P 80 75 90
19 PR L 65 75 75
20 PHSB P 85 80 95
21 SFSH L 65 75 75
22 SRS L 85 50 75
23 S FU P 85 75 90
24 SKW P 85 75 90
25 SVP P 85 85 90
26 TM P 85 85 95
Rata-rata 72 74 81
Table 4: Rekap ketuntasan belajar menulis teks prcedure
NO
HASIL
TEST TUNTAS
TIDAK
TUNTAS
JUMLAH
SISWA
PROSENTASE
KETUNTASAN
1 Pre Test 14 12 26 54%
2 Siklus 1 19 7 26 73%
3 Siklus 2 22 4 26 85%
Dilihat dari table diatas tampak ada peningkatan dari nilai pre-test, siklus-1 dan siklus-
2. Hasil dari siklus-2 menunjukkan bahwa target penelitian telah terlampaui. Target ini
terlampaui karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus-2 memberi kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari kosakata yang berhubungan dengan kegiatan memasak
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1040
melalui tayangan video, kemudian berlatih menulis kalimat perintah dengan menggunakan
kosakata tersebut serta menyaksikan contoh teks procedure melalui tayangan video.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembelajaran menulis yang dilaksanakan dalam dua siklus ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media tayang video dapat meningkatkan keterampilan menulis
teks procedure tentang pembuatan makanan dan minuman pada siswa kelas VII SMPN Satu
Atap Gunungsari 4 Batu pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yaitu sebesar 12 poin
dari siklus-1 sebesar 73% peserta didik mendapat nilai diatas KKM menjadi 85% peserta
didik tuntas pada siklus-2.
Dengan demikian disarankan kepada guru bahasa Inggris lainnya yang memiliki
masalah yang sama agar dapat menggunakan media tayang video pada proses pembelajaran
menulis teks procedure.
DAFTAR RUJUKAN
- Bambang Yudi Cahyono
- Sukirno
ISBN: 978-602-1150-17-7
1041
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS TEKS
SEDERHANA TENTANG بيتي DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU
MUFRODAT PADA SISWA KELAS VII F SEMESTER GENAP MTsN BATU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Nur Yayuk Faridah
MTs Negeri Batu
nuryayukfaridah75@gmail.com
Abstrak : Pada pembelajaran bahasa Arab di kelas 7 F MTs Negeri Batu pada
umumnya siswa masih kurang menyukai, hal tersebut disebabkan kurangnya siswa
dalam memahami mufrodat bahasa Arab, ini karena siswa MTsN latar belakang
pendidikannya kebanyakan dari SD. Mereka masih kurang dalam pemahaman dan
juga cara membaca bahasa Arab dengan benar, apalagi dalam penulisan kalimat
ataupun paragraf sederhana.
Kata Kunci : MTsN Batu menulis kalimat bahasa Arab
Berbagai masalah masih terjadi dalam pendidikan Bahasa Arab.Masih banyak siswa
yang menganggap Bahasa Arab sebagai pelajaran yang sulit, menganggap Bahasa Arab sebagai
mata pelajaran yang hanya bisa dijangkau oleh siswa yang notabennya dari MI atau yang
berdomisili di pesantren saja.Dan belajar Bahasa Arab itu membosankan.Oleh sebab itu perlu
adanya peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks sederhana dengan menggunakan media
kartu,agar siswa dapat lebih mudah memahami dan menulis teks bahasa arab.
Keterampilan menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai
siswa,pembelajaran menulis merupakan cara menyampaikan informasi dan pesan. Lewat media
kartu kata diharapkan siswa dapat menulis teks sederhana yang benar,dan menggunakan struktur
kalimat yang benar.Dengan menggunakan potensi-potensi tersebutdiperlukan ketrampilan guru
dalam mengolah kelas dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran
benar-benar menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi siswa.
Permasalahan yang berkaitan dengan siswa, misalnya adalah kurangnya minat baca dan
motivasi belajar, ketidakberanian bertanya, kekurangterampilan dalam berbicara dan kurangnya
keterampilan dalam mengarang atau menulis teks sederhan. Hal ini disebabkan sedikitnya
mufrodat yang dikuasai,banyaknya kesalahan dalam menyusun teks sederhana dan siswa
banyak yang termenung,ngobrol dengan temannya atau hanya mondar mandir saja di kelas.
Berbagai kesulitan siswa kelas 7F dalam mengonstruksi konsep bahasa arab seringkali
menjadi sumber lemahnya siswa dalam menguasai materi bahasa Arab. Hal ini bisa dilihat dari
hasil kerja siswa kelas 7F selama ini,60 persen dari jumlah siwa rata-rata nilainya masih kurang
dari KKM yang sudah ditentukan (70). Oleh karena itu perlu adanya motivasi belajar siswa
agar mereka berani bertanya dan berbicara dengan bahasa arab walaupun sedikit. Dengan
menggunakan media kartu (kartu mufrodat dan kartu kalimat acak) diharapkan siswa dapat
termotivasi dan lebih antusias dalam mempelajari bahasa Arab.
Selain itu, penulis sering mendapati siswanya mengalami kesulitan dalam mencapai
suatu kompetensi dasar. Hal ini dikarenakan penguasaan kosakata bahasa Arab siswa kurang
memadai, sehingga sangat mengganggu pencapaian kompetensi seperti yang tertera dalam
kurikulum. Sehingga proses pencapaian suatu kompetensi dasar akan berjalan lebih lama.
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi dan memecahkan
permasalahan tersebut. Dengan bertitik pada uraian di atas, penulis mengambil judul “
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1042
Peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks sederhana tentang تيتي menggunakan media
kartu”.
Scram mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Tawatuan, 2015). Sementara itu, Brigs
berpendapat bahwa media pembelajaran adalah saran fisik untuk menyampaikan materi atau isi
pembelajaran seperti : buku,film, vidio, kartu dan lain sebagainya (Tawatuan, 2015).Sedangkan
menurut National Education Associaton (1996) dalam Tawatuan (2015) mengungkapkan bahwa
media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang
dengar.Termasuk teknologi perangkat kelas.Dari ketiga pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
fikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar pada diri peserta didik.
Media kartu dengan strategi kooperatif merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk
digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks sederhana siswa kelas 7F MTsN Batu.
Kartu merupakan media berbasis visual. Media kartu adalah kata jamak dari medium yamg
berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha,istilah
media digunakan juga dalam media pengajaran atau pendidikan yang istilahnya menjadi media
pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya,2006:161).
Didalam pembelajaran ini, kartu yang digunakan berupa kertas berbentuk persegi
panjang yang berisi kartu gambar, konsep atau pernyataan berdasarkan informasi pesan tertulis
atau gambar. Jadi kartu merupakan media berbasis visual (Arsyad,1996:106). Di sini media
kartu yang dimaksud adalah kartu kecil.
Menurut Arsyad (1996:120), kelebihan dari penggunaan kartu ini antara lain bahannya
murah dan mudah diperoleh, siswa dapat langsung menggunakannya, dapat menarik perhatian
siswa,metode mengajar akan lebih berfariasi. Sedangkan kekurangan dari penggunaan kartu,
yaitu tidak dapat menampilkan benda atau objek yang terlalu besar, ukurannya terlalu kecil
untuk ditampilkan secara klasikal, membutuhkan waktu yang cukup lama.
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Mufidah (2011) dengan judul “Permainan Media
Kartu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi
permainan dapat mendukung antusiasme siswa dalam belajar. Khaerur (2013) juga melakukan
penelitian sejenis dengan judul “Penggunaan kartu Gambar dalam Peningkatan Kemampuan
Pelafalan Mufrodat Bahasa Arab pada Siswa Tuna Rungu di SDLB Negeri Ungaran Tahun
2012/2013”. Melalui penelitian tersebut, ia menyatakan media kartu mufrodat sangat efektif
digunakan, terutama bagi siswa dengan keterbatasan pendengaran. Media kartu tersebut dapat
membantu siswa dalam melafalkan mufrodat dengan baik dan benar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri dari dua siklus,yang setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Subjek
penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTsN Batu tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran
bahasa Arab, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Waktu
penelitian dimulai pada 1 Maret sampai1 April 2016. Materi yang digunakan adalah “تيتي”
Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan penting, yaitu (1) perencanaan
(planning); (b) pelaksanaan tindakan (action); (c) pengamatan (observation); dan (d) refleksi
(reflection). Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah
semula (Arikunto, 2006).
ISBN: 978-602-1150-17-7
1043
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Pada kegiatan ini ada tiga tahap kegiatan yang dilaporkan, yakni perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Perencanaan Pembelajaran
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran menjelaskan
petunjuk penggunaan alat. Pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan KI dan KD dari kurikulum,
(b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi
pokok, (d) memilih metode dan model pembelajaran yang tepat, (e) mengembangkan media
pembelajaran, serta (f) mengembangkan alat penilaian. Kedua mengembangkan lembar
observasi terhadap pelaksanaan. Ketiga, merancang dan mengembangkan media pembelajaran.
Adapun media yang digunakan dalam pembelajaran menjelaskan petunjuk penggunaan alat
berupa kartu mufrodat.
Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini menggunakan metode unjuk kerja. Kegiatan
awal dilakukan dengan salam, doa bersama yang dipimpin salah satu siswa , dan memeriksa
kehadiran dan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran.
Guru menanyakan keadaan siswa dengan mengucapkan “ كيف حالكن “ kemudian siswa
menjawab “ اًي تخيس والحود هلل “. Beberapa siswa nampak antusias menjawab pertanyaan dari
guru, tetapi ada beberapa siswa yang masih cuek dan kurang menghiraukan pertanyaan guru (
disertai bukti fisik berupa foto)kemudian guru mengulang pertanyaannya “ كيف حالكن ؟ “, siswa
menjawab dengan antusias dengan mengangkat tangan mereka ( disertai foto ).
Guru menanyakan topik sebelumnya dengan maksud untuk tidak melupakan materi
yang telah dipelajari dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar
yang akan dicapai. Guru bertanya kepada anak2.
Guru : “anak – anak....... apa nama tempat tinggal kita ?”
Siswa : rumah bu ........
Guru : betul anak-anak.... sekarang siapa yang tahu apa bahasa arabnya rumah ?
Siswa : saya bu ( sambil angkat tangan ) هدزسح bu.....
Guru : bukan anak – anak....... coba, siapa yang bisa ayo angkat tangan.....
Siswa : saya bu.... تيتي bu....
Guru : ya... betul anak-anak.... lebih tepatnya تيت
Guru juga memberikan stimulus terkait materi yang akan dipelajari dengan bertanya kepada
siswa sambil menunjukkan gambar,
Guru : menunjukkan gambar “ها هرٍ الصىزج ؟ “,
siswa : “ gambar rumah bu “.
Guru : bagus anak-anak هرٍ صىزج تيتي , coba sebutkan ruangan yg ada didalam rumah
Siswa : ruang tamu, ruang tidur, dapur, ruang belajar, dan ruang makan bu
Guru : . . . . . طية
Seluruh siswa merasa tertantang dan termotivasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Selanjutnya guru menampilkan beberapa gambar ruangan dalam rumah.
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1044
Kegiatan inti
Selanjutnya dalam kegiatan inti terdiri dari mengamati, menanyakan, menalar atau
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pada kegiatan mengamati, guru
menanpilkan beberapa gambar ruangan dalam rumah kemudian siswa menanyakan arti
mufrodat beberapa benda yang ada di dalam ruangan – ruangan tersebut.
Siswa : apa bahasa arabnya meja tamu bu?
Guru : هٌضدج
Siswa : apa bahasa arabnya tempat tidur bu ?
Guru : bahasa Arabnya tempat tidur adalah سسيس
Siswa : bu..... apa bahasa arabnya ruang tamu ?
Guru : ruang tamu bahasa Arabnya adalah, غسفح الجلىس atau غسفح الضيىف
Siswa : kalau bahasa Arabnya kamar mandi apa bu ?
Guru : kamar mandi artinya الحوام
Guru membentuk kelompok, masing-masing kelompok mulain mengidentifikasi
mufrodat-mufrodat dari ruangan-ruangan yang ada didalam rumah. setiap kelompok menempel
hasil identifikasi mereka di kertas asturo dan diberi gambar dari masing-masing mufrodat
tersebut.
Kegiatan Akhir
Pada kegiata akhir ini, guru dan siswa mengadakan refleksi kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan dengan memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.
Guru : “Anak-anak...... apakah kalian sudah mengetahui mufrodat bahasa Arab dari benda-benda yang
ada didalam rumah “ ?
Siswa I : “ Alhamdulillah bu......sudah, sekarang saya sudah mulai mengerti”
Guru : “ Syukurlah kalau begitu, bagaimana dengan yang lain” ?
Siswa II : “ Saya masih kurang faham bu” ?
Guru : “ baiklah anak-anak, agar kalian bisa lebih memahami materi yang akan kita pelajari, tolong nanti
di rumah dibaca kembali mufrodat yang sudah kita pelajari, pada pertemuan berikutnya, kita lanjutkan
dengan membuat kalimat sempurna dari mufrodat yang sudah diidentifikasi, هلل زب , ًٌتهى هرا الدزس تقىل الحود
العالويي.
Observasi
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh
informasi tentang pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, obserfasi ini dilakukan untuk
mengetahui minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan motifasi yang diberikan oleh
guru, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam bertanya dan memahami mufrodat tentang
Pencapaian materi pembelajaran masih belum maksimal, pemahaman siswa . الغسف في الثيت
terhadap materi yang disampaikan oleh guru tentang mufrodat dari الثيت yang meliputi الغسف في
ISBN: 978-602-1150-17-7
1045
masih mencapai 50% . Hal tersebut bisa diketahui dari hasil tes tulis maupun tes lisan yang الثيت
dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung.
SIKLUS II
Perencanaan
Kegiatan ini meliputi pembuatan rencana pengajaran, mempersiapkan alat peraga dan
mendesain alat evaluasi.
Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan ini, Guru melaksanakan kegiata pembelajaran yang sudah
direncanakan, meliputi kegiatan membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup.
Kegiatan awal
Pada kegiatan awal ini, Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
kemudian mengawali pembelajaran dengan berdoa dan apersepsi terhadap pembelajaran
kemaren dengan mengingatkan sisawa tentang mufrodat عي الثيت dan mufrodat tentang nama-
nama benda yang ada didalam rumah.Selanjutnya Guru bertanya kepada siswa.
Guru : “ كيف حالكن ؟ "
Siswa : “ اًي تخيس والحود هلل “
Guru : “anak-anak ... apakah kalian masih ingat mufrodat yang kita pejari kemaren ?”
Siswa : “ masih ingat bu....”
Guru : “ apa artinya kamar tidur ?”
Siswa : “ غسفح الٌىم يا استاذج “
Guru : “ طية . . . األى ها هعٌى kamar mandi ?”
Siswa : “ الحوام تا استاذج “
Guru : “ طية . . . األى . . ها هعٌى الوٌضدج ؟ “
Siswa : “ meja tamu bu.....”
Guru : “ bagus ! anak-anak ... sekarang apa bahasa Arabnya sendok ?”
Sambil mengacungkan tangannya, salah satu siswa menjawab dengan lantang “ هلعقح bu “
Guru : “ ya... bagus. Selanjutnya guru menunjukkan beberapa gambar ruangan dalam rumah.
Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam rangka untuk mengetahui minat belajar
dan pengetahuan siswa tentang mufrodat yang sudah dipelajari kemaren. Selanjutnya guru
menjelaskan pada siswa tentang KD dan tujuan pembelajaran pada materi menulis kalimat
sederhana dengan menggunakan kartu mufrodat.
Gambar 1. guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti
Kegiatan inti pada materi Menulis kalimat Sederhana dengan Menggunakan kartu
Mufrodat dilaksanakan selama 50 menit.Sebelumnya guru menjelaskan cara merangkai
mufrodat menjadi kalimat sempurna. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
1046
berikut : Siswa dibentuk kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 siswa, kemudian masing-
masing kelompok di beri gambar ruangan dan kartu mufrodat yang berbeda-beda.
Gambar 2. Siswa melakukan kerja kelompok
Guru menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok.
Siswa mengamati gambar ruangan dalam rumah yang dibagikan oleh guru, selanjutnya siswa
mulai bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk membuat kalimat sederhana dengan
menggunakan struktur kalimat yang sudah dijelaskan oleh guru, yaitu dengan menggunakan
struktur kalimat mubtada‟ khobar atau khobar muqoddam mubtada‟ muakhor.
Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka yang
diwakili oleh salah satu anggota kelompok, untuk membacakan kalimat yang telah ditulisnya.
Gambar 1. masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup yang dilakukan selama 15 menit guru dan siswa
menyimpulkan hasil belajar yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi pejaran. Adapun untuk mengetahui keberhasilan proses
belajar siswa, dilakukan evaluasi ter tulis secara individu. Selanjutnya guru memberi semangat
kepada siswa untuk lebih semangat lagi dalam belajar.
Refleksi
Pada tahap refleksi observer menyampaikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan
selama mengamati pembelajaran yang telah disajikan Guru model dalam pembelajaran
penggunaan kartu mufrodat dalam membuat kalimat sederhana pada pelajaran bahasa Arab.
Selanjutnya Guru model menyampaikan perasaannya ketika melaksanakan pembelajaran, siswa
semangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab, ketika mengajar
Guru semakin percaya diri karena dengan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan
motivasi peserta didik dalam belajar.
Pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas 7 F MTsN Batu, pada waktu
refleksi setelah kegiatan pembelajaran, observer menyampaikan hasil pengamatan.
ISBN: 978-602-1150-17-7
1047
Diawal pembelajaran siswa terlihat siap dan sangat antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran, karena siswa aktif dan antusias, siswa merespon dengan baik ketika guru
menyampaikan materi, siswapun aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang siajukan oleh
Guru dengan konsep awal yang dimiliki. Antara siswa terjadi interaksi dalam kelompok sejak
media pembelajaran dibagikan, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam
beberapa kelompok. Antara guru dan siswa terjadi interaksi sejak di awal pembelajara.
Semangat siswa sudah terlihat sejak guru mulai menanyakan arti kata mufrodat pada
siswa diawal mpembelajaran. Sedangkan untuk mengatasi siswa yang kurang aktif pada saat
diskusi kelompok, Guru berusaha menegur dan membimbing siswa tersebut agar senantiasa ikut
aktif dalam kegiatan kerja kelompok.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari model pembelajara penggunaan kartu mufrodat
dalam membuat kalimat sederhana membuat siswa lebih aktif dan mudah memahami kosa kata
bahasa Arab, sehingga mereka lebih percaya diri dan pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan dan bermakna. Siswa bisa lebih mudah memahami bahasa Arab. Pembelajaran
lebih menarik dan menanamkan pemahaman materi yang kongkrit sehingga daya ingat siswa
dapat bertahan lama.
DAFTAR RUJUKAN
Tawatuan,Melvin.(2015). Penggunaan media gambar seri Dalam Pembelajaran Menulis
Petunjuk siswa Kelas VIII SMP NEGERI 2 ESSANG Kecamatan Gemeh Kabupaten
Talaud
Yesiiiiii.blogspot.com 2012. Yesikarsila : Media Pembelajaran Menggunakan Kartu
Mufidah, Azizah. (2011). Permainan Media Kartu Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab.www.bahasaarabsdit.com/2009/07/permainan-dan-media-kartu-dalam-html
Khaerur. (2013). Penggunaan Kartu Gambar Dalam Peningkatan Pelafalan Mufrodat Bahasa
Arab Pada Siswa Tuna Rungu di SDLB Negeri Ungaran Tahun 2012/2013.
Recommended