View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PERAN KH. ALI MAKSUM
DALAM PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
DI MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN
KRAPYAK YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MA’RIFATUN
NIM 11412014
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya” (QS. An Najm, 53:39)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Almamaterku Tercinta Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
viii
KATA PENGANTAR
اا لهدمل . اال ا ل د هلل ال ا هلل هلل ال ا ق ال د هلللليهلل ال هللم ا ا اا هلل الهلل ل ا فهلل ك اليليهلل صالق عا اى سالق هللاا مد ا ل خا تامهلل ألاال هلللا ءهلل كا ا درلسا هلللي كاعا اى آاهللههلل اطللق هلللهللي
هلـل ا ق ليهلل لا رهلل أا ل ا هلللي كامايل تا هلل اهدمل هلل هلل ل ا ف هللااى ػا ل كاأاصل ا هللههلل ألاخلAlhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhnahu wa Ta‟ala yang telah
melimpahkan rahmat dan „inayahNya kepada hamba-hambanya yang
dikehendakiNya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Rasul pilihan, Nabi Muhammad shallallahu „alayh wasallam, keluarga, serta para
pengikutnya, amin.
Skripsi yang berjudul “Peran KH. Ali Maksum dalam Pembaharuan
Pendidikan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta” (Studi di
MA. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta) merupakan upaya peneliti untuk
mengetahui profil serta peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan
di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Selama penulisan skripsi ini tentunya kesulitan dan hambatan telah
dihadapi penulis. Dalam mengatasinya tidak mungkin dapat melakukannya sendiri
tanpa bantuan dari orang lain dan dorongan semangat dari berbagai pihak, oleh
karena itu, jika skripsi ini akhirnya (dapat dikatakan) selesai, maka hal tersebut
bukan semata-mata karena usaha penulis, melainkan atas bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
ix
3. Bapak Mufiq, S. Ag., M. Phil. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
4. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Program Studi PAI.
5. Bapak Wahidin, M. Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini sejak awal hingga akhir ini dapat
terselesaikan
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen penguji dalam munaqosyah skripsi ini,
yaitu Bapak Dr. Budiono Saputro, M. Pd., Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.,
Bapak Dr. Winarno, S.Si., M. Pd.
7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga, khususnya Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah mentransformasikan ilmunya
pada penulis
8. Segenap staf dan karyawan serta keluarga besar IAIN Salatiga yang
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini
9. KH. Jirjis Ali, Ny. Hj. Durroh Nafisah Ali, Dr. H. A. Zuhdi Muhdlor,
SH, M. Hum., Dr. H. Hilmy Muhammad, MA. dan keluarga besar KH.
Ali Maksum, yang telah mentransformasikan ilmunya pada penulis,
sekaligus menjadi nara sumber dalam penulisan skripsi ini
10. Segenap Dewan Guru beserta stafnya, pembimbing, siswa-siswi, dan
keluarga besar Madrasah Aliyah Ali Maksum yang telah memberikan
informasinya dalam penulisan skripsi ini
11. Eyang Mahfuzh, Simbah Hj. Qomariyah, Abi Mahfuzh Ilyasin Al
Hafizh, Aisy Maziyah Najibah, Labib Maulana Zidny, terima kasih
x
atas hangatnya kasih sayang, pengertian, doa, dan motivasi serta
semangat yang tidak pernah padam dalam mendukung penulis,
sehingga berhasil menyelasaikan skripsi ini
12. Sahabat-sahabat Alumnus Krapyak Yogyakarta yang selalu
memberikan motivasi untuk selalu “fastabiqul khoirot” serta
memotivasi semangat selalu dalam menyelesaikan skripsi ini
13. Teman-teman program studi PAI IAIN Salatiga yang telah
memberikan dukungan dalam menyusun skripsi ini
14. Semua pihak yang membantu sampai pada tuntasnya skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih.
Kepada mereka, dihaturkan terima kasih, jazakumullohu khoirol jaza‟.
Semoga Allah SWT. membalaskan kebaikan mereka. Amin ya Mujibas Sailin.
Salatiga, 16 Maret 2016
Ma‟rifatun
xi
ABSTRAK
Ma‟rifatun. NIM : (114 12 014). Peran KH. Ali Maksum dalam Pembaharuan
Pendidikan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
(Studi di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta). Skripsi. Jurusan
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2016. Pembimbing: Wahidin, M.
Pd.
Kata kunci: KH. Ali Maksum dan Pembaharuan Pendidikan
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengambil ibroh (pelajaran) dari
KH. Ali Maksum dan peran beliau dalam pembaharuan pendidikan Islam dari
yang tradisional (ortodok) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang dihadapi.
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)
bagaimana profil KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta?, dan (2) bagaimana
peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan
datanya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis Huberman, yang meliputi
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa 1. Profil KH. Ali Maksum
yang meliputi (a) nasab, (b) sifat kepribadian, (c) pendidikan dan guru-gurunya,
(d) murid-murid KH. Ali Maksum, (e) karir dan perjuangan KH. Ali Maksum,
dan (f) karya-karyanya, 2. Peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan
pendidikan di Madrasah Aliyah yang dikembangkan senada dengan
perkembangan zaman, yaitu mengkompromikan pengetahuan agama dan
pengetahuan umum, dengan model pembaharuan pendidikan integralistik,
pembaharuan tersebut dengan jalan mendirikan sekolah dan madrasah yang
meniru sistem pendidikan dan pengajaran barat dengan memasukkan ilmu
pengetahuan modern ke dalam madrasah.
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Latin Huruf Arab ء `b بt تts ثj جh حkh خd دdz ذr رz زs سsy شsh صdh ضth طzh ظع ‘gh غf ؼ
xiii
q ؽk ؾl ؿm ـn فw كh قy ل
Contoh;
Kholaf (modern) : خ ف
Salaf (klasik) : س ف
Hafizh (penghafal) : فظ
xiv
DAFTAR ISI
Sampul ........................................................................................ i
Lembar Berlogo .......................................................................... ii
Judul ............................................................................................ iii
Persetujuan Pembimbing ............................................................. iv
Pengesahan Kelulusan ................................................................. v
Pernyataan Keaslian Tulisan ....................................................... vi
Motto ........................................................................................... vii
Persembahan ............................................................................... viii
Kata Pengantar ............................................................................ ix
Abstrak ........................................................................................ xii
Pedoman Transliterasi ................................................................. xiii
Daftar Isi...................................................................................... xv
Daftar Lampiran .......................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Fokus Penelitian .............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ........................................................ 6
E. Penegasan Istilah ............................................................. 7
F. Kajian Pustaka ................................................................. 9
G. Informan .......................................................................... 11
H. Metode Penelitian ............................................................ 12
xv
I. Sistematika Penulisan ...................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam .................... 19
B. Prinsip-prinsip Pembaharuan .................................... 21
C. Orientasi Pembaharuan di Madrasah ............................... 25
D. Pola Pembaharuan Pendidikan di Madrasah ................... 26
E. Pembaharuan Pendidikan Pesantren ................................ 31
F. Model-model Pembaharuan Pendidikan Madrasah
atau sekolah dalam Pondok Pesantren ............................. 32
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Profil Pendiri Madrasah Aliyah Ali Maksum
1. Nasab KH. Ali Maksum ............................................. 40
2. Sifat Kepribadian KH. Ali Maksum ........................... 40
3. Pendidikan dan Guru-guru KH. Ali Maksum ............. 44
4. Murid-murid KH. Ali Maksum ................................... 45
5. Karir dan Perjuangan KH. Ali Maksum ..................... 46
6. Karya-karyanya ........................................................... 49
B. Gambaran umum Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
1. Tinjauan Historis ........................................................ 50
2. Visi, Misi, dan Tujuan ................................................ 53
3. Letak Geografis .......................................................... 55
4. Struktur Organisasi ..................................................... 57
xvi
5. Ciri Khas dan Keunggulan .......................................... 58
6. Kurikulum ................................................................... 59
a. Program Kurikulum Ilmu Keagamaan ................... 60
b. Program Kurikulum IPA ........................................ 60
c. Program Kurikulum IPS......................................... 60
d. Ekstra Kurikuler ..................................................... 61
e. Kepesantrenan ........................................................ 61
f. Kegiatan Pendampingan ........................................ 64
7. Data Siswa .................................................................. 65
8. Fasilitas Pesantren dan Pengembangannya ................ 65
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
A. Pengumpulan data ........................................................... 74
B. Reduksi Data ................................................................... 74
C. Penyajian data .................................................................. 74
D. Penarikan Kesimpulan ..................................................... 83
E. Triangulasi (Pengecekan Keabsahan Data) ..................... 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 87
B. Saran-saran ...................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 90
LAMPIRAN ................................................................................ 92
xvii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing
2. Surat Izin Penelitian
3. Surat-surat Keterangan Penelitian
4. Daftar Nara Sumber
5. Pedoman Wawancara
6. Hasil Wawancara
7. Daftar Inisial
8. Keterangan-keterangan
9. Dokumentasi
10. Lembar Konsultasi
11. Jadwal Kegiatan Santri
12. Daftar dan Alamat Guru dan Karyawan Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
13. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren sebagai model lembaga pendidikan Islam pertama yang
mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional, selama ini tidak diragukan
lagi kontribusinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus
mencetak kader-kader intelektual yang siap untuk mengapresiasikan potensi
keilmuannya di masyarakat.
Dalam perjalanan misi kependidikannya, pesantren mengalami banyak sekali
hambatan yang sering kali membuat laju perjalanan ilmiah pesantren menjadi pasang
surut. Hal ini tidak terlepas dari peran dan ketokohan seorang kyai sebagai pemegang
otoritas utama dalam pengambilan setiap kebijakan pesantren.
Di zaman sekarang yang serba semakin canggih ini, mayoritas orang ingin
serba instan, termasuk dalam mempelajari ilmupun ingin juga instan. Proses
menuntut ilmu sebagaimana diterangkan Az-Zarnujiy dalam kitab ta‟lim muta‟allim,
salah satunya adalah thuli zamanin ya‟ni sanggup sepanjang waktu (Aly As‟ad,
1978:20).
Pengertian dari thuli zamanin adalah waktu yang lama bahkan tidak ada batas
dalam mencari ilmu sehingga tercapai keberhasilan pendidikan baik yang bersifat
duniawi dan ukhrowi sebagaimana kalam hikmah yang berbunyi uthlubu al „ilma
minal mahdi ilal lahdi (tuntutlah ilmu sejak dini hingga mati).
2
Perkembangan arus informasi dan teknologi yang demikian mengagumkan
telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan pendidikan dan peradaban
manusia, akan tetapi disisi lain menimbulkan problem moralitas. Kemudahan
pengguna mengakses hal-hal pornografi yang sangat berdampak pada perkembangan
psikologis seorang anak maupun remaja, jika tidak hati-hati maka masa depan orang
yang bersangkutan akan terkorbankan.
Pada prakteknya dalam dunia pendidikan, anak-anak usia pendidikan
mayoritas harus mengakses materi pelajaran dari internet sebagai jalan pintas untuk
memudahkan mereka dalam penguasaan materi dan tuntutan akademik, termasuk
juga materi yang berkaitan dengan kitab-kitab „ulama baik yang salaf (klasik)
maupun yang kholaf (moderen).
Kitab-kitab „ulama salaf di zaman sekarang lengkap dengan terjemahnya,
yang gunanya untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahaminya isinya,
tapi alangkah baiknya cara pembelajarannya tanpa meninggalkan seperti metode
yang diajarkan mayoritas „ulama yaitu guru menghadapi sebuah kitab berbahasa
arab, sama judul dengan kitab yang mereka simak pula dan dimaknai (diabsahi)
dalam bahasa pondoknya, sehingga terjemah hanya sebagai pendukung saja.
Madrasah Aliyah Krayak Yogyakarta peserta didiknya dituntut mampu dalam
penguasaan materi pembelajaran baik bidang agama maupun umum, termasuk
pembelajaran kitab-kitab „ulama salaf (kitab kuning), dan kitab-kitab yang
berbahasa arab, seperti kitab yang diterbitkan Beirut. Tentu mewujudkannya harus
3
dibutuhkan alat yaitu ilmu nahwu dan ilmu shorof serta guru yang profesional dalam
pembelajaran, sebagaimana yang diterapkan oleh al-maghfurlah KH. Ali Maksum.
Dengan metode tersebut, selain peserta didik memahami maksudnya, peserta
didik juga lebih mampu mengusai bahasa arab sebagaimana bahasa kitab-kitab
„ulama besar. Metode tersebut, sebagaimana metode yang diterapkan oleh al-
Maghfurlah KH. Ali Maksum di madrasah Krapyak Yogyakarta yang
mengkombinasikan antara yang model salaf dengan model kholaf .
Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta adalah
madrasah yang dalam mengembangkan keilmuan keislaman dan kemoderenan
berbasis Pesantren, yang peserta didiknya ber-muqim atau bertempat tinggal di
asrama atau pondok (boarding school). Santri yang muqim harus bersekolah agar
terpenuhi keseimbangan pendidikan antara dunia dan akhirat.
Santri Krapyak (mayoritas orang menyebutnya) tidak pernah pulang
kekampung halamannya kecuali hari libur yaitu setiap hari jum‟at, liburan
semesteran, libur dua hari raya atau ada dhorurat yang mana santri harus pulang
sementara waktu. Mayoritas santri yang menimba ilmu di Krapyak Yogyakarta
adalah anak-anak dari berbagai daerah di Nusantara, bahkan dari luar negeri seperti
dari Malaysia, Singapura, dan lain sebagainya.
Pendidikan yang mempunyai mutu tinggi dapat dinilai dari bagaimana
kontribusinya untuk mengembangkan peserta didik menjadi warga negara yang
bernilai dan dipersiapkan agar menjadi lebih baik menghadapi tantangan akademik
dan bisnis dimasa depan. Sekolah bermutu membangun lingkungan yang
4
memungkinkan setiap orang membawa ukuran perbaikan mutu terhadap proses
kerjanya sendiri (Alfred, 2014:66).
Pada skripsi ini, memfokuskan penelitian di Madrasah Aliyah Yayasan Ali
Maksum Pondak Pesantren Krapyak Yogyakarta, yang mana di Madrasah tersebut
menganut pola campuran yaitu sistem formal maupun nonformal. Pendidikan pola
madrasah formal diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan juga
untuk mengembangkan metode-metode belajar mengajar moderen secara klasikal
dan terukur dengan tetap memasukkan muatan-muatan kepesantrenan disamping
materi Madrasah Aliyah merupakan lembaga pendidikan formal setingkat SLTA
dengan akreditasi A.
MA Ali Maksum menyelenggarakan pendidikan dengan 3 jurusan : 1. Jurusan
Agama 2. Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam 3. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak merupakan lembaga pendidikan dan sosial
keagamaan dibawah naungan Yayasan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, didirikan
pada tahun 1990, Yayasan Ali Maksum adalah badan hukum pelanjut amal usaha
almarhum KH. Ali Maksum dalam kiprah perjuangan selama hidup beliau.
Mayoritas santri Krapyak mengemban amanat baik dari keluarga maupun
masyarakat dari daerah asalnya masing-masing. Sebagaimana firman Allah SWT.
dalam QS. At-Taubah (9:122);
5
Artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Kementerian
Agama R.I., 1421 H.:301).
Pengalaman menimba ilmu di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta,
tepatnya di Madrasah Aliyah Ali Maksum dengan para pendidiknya yang terus
semangat dalam belajar dan mengajar serta memberikan ilmu dengan penuh
keikhlasan dan penuh pengabdian pada agama, nusa, dan bangsa.
Berdasarkan latar belakang diatas adalah proses lebih berharga dan utama
dalam penguasaan ilmu, serta lebih bagus pengamalannya, yang didukung dengan
prestasi yang diraih sebagai bukti bahwa seseorang menempuh pendidikan baik
formal maupun nonformal yang memungkinkan seseorang tersebut membawa ukuran
perbaikan mutu terhadap proses kerjanya.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka fokus
penelitian skripsi ini adalah:
1. Bagaimana profil KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta?
2. Bagaimana peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan di Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta?
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui profil KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
2. Untuk mengetahui peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan di
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Teoritis
a. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang pesantren pada
umumnya dan kepemimpinan kyai dalam sebuah pesantren pada khususnya.
b. Menambah khasanah sejarah Islam di tanah air Indonesia dan sebagai suri
teladan bagi manusia dengan mencontoh sifat-sifat baik yang dimiliki oleh
ulama.
2. Praktis
a. Memberikan kontribusi positif yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus
mencetak kader-kader intelektual yang siap untuk mengapresiasikan potensi
keilmuannya di masyarakat.
b. Bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam, sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan madrasah ke arah lebih
baik.
7
E. Penegasan Istilah
Sebelum melangkah ke kajian teoritik, perlu memandang adanya batasan
istilah:
1. Peran
Peran berarti pemain sandiwara (film). Peran juga bisa berarti watak (peran
yang terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang sifatnya khas dan
istimewa). Kata peran mempunyai arti fungsi, kedudukan, bagian kedudukan
(Ahmad Maulana, dkk, 2003:392).
Jadi, kata peran dalam judul skripsi ini mempunyai arti yang memegang
pimpinan utama, yang mempunyai ciri-ciri individual yang sifatnya khas dan
istimewa.
2. KH. Ali Maksum (Kyai Haji Ali Maksum)
Kata kyai berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai makna yang agung,
keramat, dan dituahkan. Selain gelar kyai diberikan kepada seorang laki-laki yang
lanjut usia, arif, dan dihormati di Jawa. Gelar kyai juga diberikan untuk benda-
benda yang keramat dan dituahkan, seperti keris dan tombak.
Namun pengertian yang paling luas di Indonesia, sebutan kyai
dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim
terhormat telah membaktikan hidupnya untuk Allah SWT serta menyebarluaskan
dan memperdalam ajaran-ajaran serta pandangan Islam melalui pendidikan
(Pesantren, Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensikopedi Bebas).
8
Jadi kata kyai dalam judul skripsi ini mempunyai arti seorang muslim
terhormat yang telah mengabdikan serta mencurahkan hidupnya untuk Allah SWT
serta memperdalam dan menyebarluaskan ajaran-ajaran serta pandangan Islam
melalui pendidikan. Sedangkan haji disini adalah gelar orang yang telah
menunaikan ibadah haji sesuai dengan syarat dan rukunnya haji.
KH. Ali Maksum (1915-1989) merupakan ulama yang namanya sudah
tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia yang hidup di perempat terakhir abad ke-
20, khususnya bagi warga nahdhiyyin. Tokoh ini pernah memegang jabatan
puncak pada pengurus besar NU (Nahdhatul „Ulama), sebagai rais am pengurus
besar syuriyah, yang merupakan pengendali organisasi Islam terbesar di
Indonesia.
Pengaruh kyai Ali Maksum bukan saja dikarenakan beliau secara formal
pernah menduduki jabatan strategis dalam jam‟iyyah Nahdhatul „Ulama, tetapi
juga karena kedalaman ilmunya dan peran yang diambilnya, baik dalam dunia
keilmuan, spiritual maupun kemasyarakatan. Dari sinilah lahir kharisma
sebagaimana layaknya yang dimiliki oleh „ulama besar lainnya.
3. Pembaharuan Pendidikan
Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif,
berbeda dari hal yang ada sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan, guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Dari
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan pembaharuan di
9
bidang pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk
memperoleh hal yang lebih baik.
Jadi pembaharuan pendidikan dalam judul skripsi ini maksudnya adalah
sebagai suatu upaya melakukan proses perunahan kurikulum, cara, metodologi,
situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodok) kearah yang lebih
rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang dihadapi.
F. Kajian Pustaka
Dari pengamatan peneliti, terdapat buku dan hasil penelitian-penelitian yang
relevan dan berkaitan dengan pembahasan tentang peran tokoh atau pemimpin dalam
pengembangan pendidikan Islam, baik pendidikan yang bersifat formal maupun
pendidikan yang bersifat nonformal adalah;
Skripsi Siti Fatimah (2011) yang berjudul Peran KH. Muhammad Kholil
Dalam Mengembangkan Islam Di Bangkalan-Madura. Hasil dari penelitian ini
adalah KH. Muhammad Kholil merupakan „ulama yang memberikan kontribusi yang
sangat pesat bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia dan beliau adalah
seorang pemimpin yang mempunyai karismatik yang sukses mengajarkan ilmu
agama serta mencetak santri-santrinya menjadi kyai-kyai besar di Indonesia.
Berlanjut ke penelitian skripsi Oktariana Dini Winarsih (2015) yang berjudul
Peran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di MTs. Negeri
Windusari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2014/2015.
Hasil dari penelitian ini yaitu Kompetensi guru di MTs. Negeri Windusari baik,
10
terbukti hampir semua guru lulus ujian sertifikasi, mempunyai jiwa sosial tinggi,
aktif dalam kegiatan keagamaan. Adapun yang menghambat dalam meningkatkan
kompetensi guru adalah sarana prasarana yang rusak dan anggaran biaya. Peran
kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru yaitu dengan mengadakan
workshop, memberi tugas pada guru dengan mengikuti diklat, seminar, murottilil
Qur‟an, dan bakti sosial.
Buku yang berjudul Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta
Sejarah dan Perkembangannya, disusun oleh Djunaidi, A. Syakur, Dkk. Diterbitkan
oleh El Muna Q, Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (1998). Di
dalam buku ini terdapat pembahasan tentang sejarah dan perkembangan Pondok
Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta yang meliputi sejarah awal Pondok
Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta , gambaran umum Pondok Pesantren
Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, profil pendiri Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta, serta perkembangan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta mulai dari periode KH. M. Munawwir, kemudian setelah KH. Munawwir
wafat (1942), kepemimpinan pesantren dipegang tiga orang yaitu periode KH.
Abdullah Affandi, KH. Abdul Qadir (keduanya putra KH. Munawir) dan KH. Ali
Ma‟shum (menantu KH. Munawwir, putera KH. Ma‟shum Lasem), dan periode
selanjutnya dipegang oleh KH. Zainal Abidin Munawwir.
Buku yang berjudul K.H. Ali Maksum Perjuangan dan Pemikiran-
pemikirannya, karangan A. Zuhdi Muhdlor. Diterbitkan oleh Multi Karya Grafika
(1989). Pembahasannya tentang perjuangan dan pemikiran KH. Ali Maksum, yang
11
meliputi perjuangannya dalam megembangkan pesantren dan kiprahnya di jam‟iyah
Nahdhatul Ulama. Adapun pemikiran-pemikirannya yang tulis dalam buku ini adalah
pemikiran tentang Bahasa Arab, Sunni dan bukan Sunni, Ukhuwah Islamiyah, serta
kehidupan NU dan ulama. Tetapi pembahasan dalam buku ini fokus pada perjuangan
KH. Ali Maksum di Nahdhatul Ulama.
Buku-buku diatas pembahasannya berbeda dengan studi ini. Dalam kajian-
kajian diatas belum dijelaskan gambaran bagaimana upaya memadukan pola
pendidikan di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta yang menganut
pola campuran yaitu sistem formal maupun nonformal. Kurikulum kepesantrenan
atau nonformal dicampur dengan kurikulum pendidikan formal yang dimasukkan
kedalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta.
G. Informan
Informan pada penelitian ini adalah:
1. Keturunan atau dzurriyah syaikhona KH. Ali Maksum di Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta, guna memperoleh data tentang profil KH. Ali Maksum.
2. Santri atau masyarakat sekitar Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, untuk
memperoleh data tentang beliau (KH. Ali Maksum) sebagai tokoh masyarakat,
pendidik, „ulama, juga sebagai motivator dibidang pendidikan dan sosial,
khususnya di Krapyak Yogyakarta dan sekitarnya, dan umumnya di berbagai
penjuru Nusantara.
12
3. Kepala Sekolah MA. Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, guna
memperoleh data tentang peran KH. Ali Maksum dalam Pembaharuan Pendidikan
baik dari segi formal maupun nonformal.
4. Guru MA. Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, untuk
memperoleh data tentang metode dalam proses pembelajaran yang
mengkombinasikan antara model salaf (klasik) dengan model kholaf (moderen).
5. Pembimbing MA. Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, guna
memperoleh data tentang bimbingan belajar (BIMBEL).
H. Metode Penelitian
Ahmad Maulana (2003:306) “metode berasal dari bahasa yunani yang berarti
methodos yang artinya jalan atau cara”. Maksudnya adalah cara yang teratur dan
sistematis untuk pelaksanaan sesuatu; cara kerja. Jadi metode penelitian yaitu : suatu
teratur dan terpikir dengan baik guna memahami obyek yang menjadi sasaran
penelitian.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Disebut penelitian
kualitatif karena sumber data penelitian ini adalah berupa kata-kata dan tindakan dari
orang-orang yang diamati atau diwawancarai (Moleong, 2008:11).
Sedangkan alasan penelitian ini dikatakan bersifat deskriptif adalah karena
penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta atau keadaan yang terjadi saat
sekarang (ketika penelitian) dan menyajikan apa adanya.
13
2. Kehadiran Peneliti
Dalam usaha mendapatkan data dan metode ini, peneliti melakukan kunjungan ke
MA. Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta melakukan wawancara
dengan tokoh-tokoh yang bersangkutan, peneliti juga melakukan observasi yang
mendalam serta terlibat langsung dan aktif dalam penelitian pada tanggal 17
sampai 23 Desember 2015.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan alasan terbukti output (mutakhorij
atau alumnus) MA. pondok pesantren Krapyak Yogyakarta bisa masuk ke
berbagai Perguruan Tinggi dan Universitas-universitas yang ada berbagai penjuru
nusantara, bahkan di Universitas-Universitas terkemuka yang ada di dunia, seperti
Universitas-Universitas yang ada di Timur Tengah, Eropa, Australia, Amerika dan
lain sebagainya.
4. Sumber Data
a. Interview (Wawancara)
Sebagai salah satu sumber dalam penulisan skripsi ini, yaitu wawancara
dengan tokoh-tokoh yang mengetahui tentang profil dan peran KH. Ali
Maksum dalam pembaharuan pendidikan di MA Krapyak Yogyakarta.
Adapun pedoman wawancara adalah sebagai berikut:
1). Bagaimana peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan di MA
Krapyak Yogyakarta senada dengan perkembangan zaman?
14
2). Apa saja usaha yang dilakukan KH. Ali Maksum untuk melestarikan
tradisidalam memelihara hafalan Al Quran yang sudah dihafal, yang mana
tradisi tersebut turun temurun saat ini terus berjalan?
3). Proses pembelajaran yang bagaimana yang dipraktekkan KH. Ali Maksum
yang sampai sekarang terus berjalan dan dilestarikan?
4). Bagaimana upaya memadukan sistem pendidikan formal dan Pendidikan
nonformal di Madrasah Aliyah?
b. Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari informasi
tentang kurikulum yang digunakan di MA. Ali Maksum, data tentang letak
geografis, keadaan madrasah, sarana dan prasarana.
c. Dokumentasi
Untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang ada di
MA. Ali Maksum, foto-foto yang berkaitan dengan lokasi dan subyek
penelitian, video dan rekaman wawancara dengan informan.
d. Metode Analisis Data
Metode analisa data adalah usaha yang konkret untuk membuat data tersebut
berbicara, sebab betapapun jumlah data dan tingginya nilai data yang
terkumpul sebagai hasil dari pengumpulan data apabila tidak disusun dan
diolah secara sistematis niscaya data-data itu merupakan bahan-bahan yang
membisu (Winarno Surakhmad, 1982:184).
15
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1). Pengumpulan Data. Pada tahap ini dapat dimulai setelah peneliti
memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah
mengumpulkan data yang dapat dianalisis. Pengumpulan data dari
lapangan dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2). Reduksi Data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul
dari catatan di lapangan. Dalam proses reduksi data, peneliti melakukan
pemilihan terhadap data yang hendak di kode, mana yang dibuang, mana
yang merupakan ringkasan dan cerita-cerita apa yang sedang
berkembang. Reduksi data merupakan bagian dari analisa yang
didalamnya nanti akan lebih difokuskan pada penganalisaan data itu
sendiri.
3). Penyajian Data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Oleh karena itu data yang ada dilapangan
dianalisis terlebih dahulu.
4). Penarikan Kesimpulan (Verivikasi), adalah penarikan kesimpulan
berdasarkan pada semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian.
Dengan kata lain penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan
atas angan-angan atau keinginan peneliti (Suharsimi Arikunto,
2006:342).
16
5). Pengecekan Keabsahan Data (Triangulasi), yaitu untuk mengecek
kebenaran data dan penafsirannya. Triangulasi adalah tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu
(Moleong, 2008:330).
Adapun tehnik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber,
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan yang
diperoleh melalui waktu dan nilai yang berbeda dalam metode kualitatif.
Triangulasi sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi,
c. Membandingkan keadaan dan pandangan seseorang dengan berbagai
pendapat orang lain,
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, 2008:331).
e. Tahap-tahap Penelitian. Tahap-tahap Penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
a. Mengajukan judul penelitian,
b. Menyusun proposal penelitian,
c. Konsultasi kepada pembimbing.
17
2. Tahap pekerjaan lapangan
a. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian,
b. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian,
c. Pencatatan data yang telah dikumpulkan.
3. Tahap analisis data
a. Penemuan hal-hal penting dari data penelitian,
b. Pengecekan keabsahan data.
4. Tahap penulisan laporan
a. Penulisan hasil penelitian,
b. Konsultasi dengan dosen pembimbing,
c. Perbaikan hasil konsultasi.
I. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini diuraikan dalam bentuk bab-bab yang berdiri sendiri-
sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan bab yang lainnya, karena
keseluruhan bab merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dari
masing-masing bab tersebut terbagi menjadi beberapa sub bab yang saling
berhubungan. Dengan demikian diharapkan terbentuk sistem penulisan dan
pembahasan yang sistematis.
18
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian pustaka, informan, metode
penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KAJIAN TEORI
Membahas tentang pengertian pembaharuan pendidikan Islam, prinsip-
prinsip pembaharuan, orientasi pembaharuan, pola pembaharuan
pendidikan, Pembaharuan Pendidikan, model-model pembaharuan
pendidikan madrasah atau sekolah dalam Pondok Pesantren.
BAB III : HASIL PENELITIAN
Tentang profil pendiri Madrasah Aliyah Ali Maksum beserta paparan
gambaran umum Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta.
BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
Berisi pembahasan yang merupakan bagian yang menjelaskan temuan
penelitian tentang peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan
di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
BAB V : PENUTUP
Menjelaskan tentang jawaban dari perumusan masalah disertai saran-saran
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam
Secara bahasa, kata tajdid berarti pembaharuan. Dalam bahasa Arab, sesuatu
dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas.
Maka upaya tajdid seharusnya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan
kemurnian Islam kembali. Dalam hal ini tajdid adalah koreksi ulang atau
konseptualisasi ulang pada hakikatnya selalu berorientasi pada pemurnian yang
sifatnya kembali pada ajaran asal dan bukan adopsi pemikiran asing.
Dalam pelaksanaannya diperlukan pemahaman yang mendalam dan
pandangan hidup Islam yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah, serta pendapat
para ulama terdahulu yang secara ijma‟ dianggap shahih. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. Al Ahzab:23:
Artinya: “di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang
gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan
mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya)” (Kementerian Agama R.I.,
1421 H.:670).
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memuji orang-orang yang komitmen
dengan perjanjian dan tidak melakukan perubahan terhadap hukum syari‟at.
20
Implikasinya, Allah mengutuk mereka yang melanggar perjanjian dan merubah
syari‟at-Nya dengan dalih pembaharuan.
Maulana Maududi menyebut pembaruan pemikiran Islam dengan istilah
tajaddud-tajdid, istilah tersebut diartikan sebagai suatu gerakan pemurnian yang
merupakan reaksi atas melemah dan membekunya karena ancaman dari luar,
menurut Maulana Maududi, suatu gerakan bisa disebut sebagai pembaharuan jika:
a. Merupakan usaha perbaikan kondisi masyarakat dengan membersihkan penyakit
yang meracuninya
b. Mencari letak permasalahan untuk menyelesaikannya
c. Identifikasi kemampuan dirinya untuk melakukan pembaharuan
d. Upaya menciptakan perombakan pandangan dan pola berfikir ke arah yang lebih
baik.
e. Upaya perbaikan secara praktis
f. Active dan responsive mengembangkan aplikasi Islam
g. Merombak secara Internasional.
Pembaharuan pendidikan Islam bersumber dari upaya pembaharuan
pemikiran Islam, maka pembaruan pendidikan Islam diartikan sebagai pembaharuan
pemikiran yang dilakukan dalam bidang pemikiran maupun praktek pendidikan
Islam. Gerakan pembaharuan pada dasarnya mengusung nilai-nilai seperti: nilai
pembaharuan, nilai perjuangan, nilai kemerdekaan, pikiran agama dan nilai persatuan
dan solidaritas.
21
Bahwasanya kemashlahatan itu terus menerus muncul yang baru bersama
terjadinya pembaharuan pada situasi dan kondisi manusia yang mendatangkan
kemanfaatan dan menghilangkan keberatan, maka pembaharuan tersebut mutlaq
untuk dilaksanakan (Abdul Wahab Khallaf, 1994:116).
Pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih diharapkan
menjadi penopang berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia. Keaslian dan
kekhasan pesantren di samping sebagai khazanah tradisi budaya bangsa, juga
merupakan kekuatan penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin
bangsa yang bermoral. Oleh sebab itu, arus globalisasi mengandaikan tuntutan
profesionalisme dalam mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu.
Realitas inilah yang menuntut adanya manajemen pengelolaan lembaga pendidikan
sesuai tuntatan zaman.
Pembaharuan pendidikan Islam memiliki pengertian bahwa suatu upaya,
pikiran, dan gerakan melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi,
situasi, dan pendidikan Islam dari yang tradisional kearah yang lebih rasional,
professional, yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat itu. Sehingga suatu upaya ini dapat menyesuaikan faham-faham keagamaan
Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi moderen.
22
B. Prinsip-prinsip Pembaharuan
Proses globalisasi adalah suatu proses menuju keadaan budaya global yang
pasti setuju atau tidak setuju memasuki budaya Indonesia yang pada akhirnya akan
mengubah hal-hal yang mendasar dalam pandangan hidup dan mencakup seluruh
aspek kehidupan.
Namun demikian pesantren akan tetap eksis sebagai lembaga pendidikan
Islam yang mempunyai visi mencetak manusia unggul. Prinsip pesantren adalah al
muhafazhah „ala al qadim al shalih wa al akhdzu bi al jadid al ashlah yaitu tetap
memegang tradisi yang positif, dan mengimbangi dengan mengambil hal-hal baru
yang positif.
Berangkat dari hal tersebut, KH. Ali Maksum menyatakan delapan prinsip-
prinsip yang terlihat dan harus diterapkan dalam pembaharuan pendidikan pesantren,
yaitu:
a. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran Islam. Para santri dibantu agar mampu
memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta tanggung jawabnya dalam
kehidupan di masyarakat.
b. Memiliki kebebasan yang terpimpin. Setiap manusia memiliki kebebasan, tetapi
kebebasan itu harus dibatasi karena kebebasan memiliki potensi anarkisme.
Keterbatasan (ketidakbebasan) mengandung kecenderungan mematikan
kreativitas, berangkat dari hal tersebut, maka pembatasan harus dibatasi. Inilah
yang dimaksud kebebasan yang terpimpin, dan kebebasan inilah yang dibentuk
oleh KH. Ali Maksum dalam mengasuh santrinya
23
c. Berkemampuan mengatur diri sendiri. Pada umumnya santri harus dapat
mengatur diri sendiri dan kehidupannya menuruti batasan yang telah diajarkan
agama.
d. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Dalam hal kewajiban santri harus
menunaikan kewajiban terlebih dahulu, sedangkan dalam hak-hak, para santri
harus mendahulukan kepentingan orang lain sebelum kepentingan sendiri
e. Menghormati orang tua dan guru. Ini memang ajaran Islam, tujuan ini dicapai
antara lain melalui penegakan berbagai pranata di pesantren seperti mencium
tangan guru, tidak membantah guru. Demikian juga terhadap orang tua, karena
nilai-nilai ini sudah banyak terkikis di sekolah-sekolah.
f. Cinta kepada ilmu. Menurut Al Quran ilmu (pengetahuan) datang dari Allah,
banyak hadits yang yang mengajarkan pentingnya menuntut ilmu dan
menjaganya, maka dari itu para santri harus memandang ilmu sebagai sesuatu
yang suci dan tinggi.
g. Mandiri. Apabila mengatur diri sendiri kita sebut otonomi, maka mandiri yang
dimaksud adalah berdiri atas kekuasaan sendiri, sejak awal santri telah dilatih
untuk mandiri, seperti kebanyakan masak sendiri, mengatur uang belanja sendiri,
mencuci pakaian sendiri dan sebagainya.
h. Kesederhanaan. Dilihat secara lahiriah sederhana memang mirip dengan
kemiskinan, padahal yang dimaksud sederhana contohnya di Pesantrern Krapyak
adalah sikap hidup, yaitu sikap memandang sesuatu, terutama materi secara wajar,
proporsional dan fungsional. Sebenarnya banyak para santri yang berlatar
24
belakang orang kaya, mereka dilatih hidup sederhana. Ternyata orang kaya tidak
sulit menjalani kehidupan sederhana bila dilatih seperti di kehidupan pesantren,
apa yang melatih mereka? kondisi pesantren itulah yang melatih mereka. Di sini
kita melihat bahwa pesantren adalah suatu sistem, yang kondisi itu merupakan
salah satu elemennya. kesederhanaan itu sesungguhnya realisasi keimanan dari
ajaran Islam yang pada umunya telah diajarkan para sufi. Hidup secara sufi
memang merupakan suatu yang khas pada umumnya (Zuhdi Muhdlor, 1989).
Muhammad Ali Pasya dalam rangka memperkuat kedudukannya dan
sekaligus melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir mengadakan
pembaharuan dengan jalan mendirikan sekolah yang meniru sistem pendidikan dan
pengajaran barat dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern ke dalam Al-Azhar
dan dengan memperkuat didikan agama di sekolah-sekolah pemerintah, jarang yang
memisah golongan ulama dari golongan ahli ilmu modern akan dapat diperkecil.
Usaha-usaha pembaruan pendidikan tersebut dilakukan untuk membangun
sistem pendidikan Islam yang benar-benar mampu memberdayakan umat, dimulai
dari pemberdayaan para pendidik, siswa, lulusan (alumni), kemudian berpengaruh
kepada pemberdayaan masyarakat dan negara. Pemberdayaan yang komprehensif dan
berkesinambungan inilah yang menjadi bekal utama dalam meraih kejayaan
peradaban Islam. Melalui pemberdayaan itu, masing-masing individu memiliki
kemandirian yang kuat, kemampuan yang bisa diandalkan, kemauan keras untuk
maju dan kepedulian sosial yang tinggi. Akumulasi dari semua unsur ini menjadi
25
kekuatan besar yang mampu mengubah tatanan menjadi tatanan baru sama sekali,
yaitu suatu tatanan yang merupakan prasyarat lahirnya peradaban Islam yang unggul.
C. Orientasi Pembaharuan di Madrasah
Pembaharuan Madrasah sebagaimana yang di ungkapkan A. Malik Fadjar
(1999) meliputi Pertama, kejelasan orientasi madrasah. Orientasi madrasah yang
selama ini begitu sempit harus dirubah menjadi orientasi yang lebih luas cakupannya,
dalam artian orientasi madrasah harus selalu mengacu dan berorientasi pada masa
depan dan berjangka panjang. Orientasi ini menuntut madrasah harus membentuk
wadah akomodatif terhadap aspirasi masyarakat pendidikan yang berorientasi ke
masa depan.
Kedua, pembenahan kurikulum madrasah. Kurikulum madrasah perlu
dikembangkan dengan menjadikan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai petunjuk dan
sumber konsultasi bagi pengembangan mata pelajaran umum, yang operasionalnya
dapat dikembangkan dengan cara memasukkan sebagian topik atau pokok-pokok
bahasan mata pelajaran Al Quran dan Al Hadits, Aqidah-Akhlak, dan sub mata
pelajaran pendidikan agama Islam lainnya ke dalam IPS, IPA dan sebagainya,
sehingga kesan dikotomis tidak terjadi.
Ketiga, metode pengajaran. Pengajaran pendidikan agama merupakan suatu
mata pelajaran yang bersifat khas, maka diperlukan adanya metode khusus. Sehingga
metode khusus ini menurut Malik Fadjar dapat dibangun melalui perpaduan dari
beragai unit metode pengajaran yang ada, yang paling ideal adalah “metode
26
integrative” yakni memasukkan metode suatu mata pelajaran ke dalam mata pelajaran
yang lain.
Selain itu A. Malik Fadjar, juga menginginkan agar metodologi harus selalu
disesuaikan dengan tingkat kelas dan jenis mata pelajaran yang disajikan, dan seorang
guru harus mengerti bahwa setiap metodologi ada kelebihan dan kelemahannya.
Karena itu kepandaian dan kecermatan dalam memilih metodologi akan sangat
dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan kreatifitas seorang guru. Keempat,
Manajemen Madrasah, menurut A. Malik Fadjar agar madrasah menerapkan
professional manajemennya dengan adannya perencanaan secara menyeluruh.
D. Pola Pembaharuan Pendidikan di Madrasah
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran
umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumya dan dengan memperhatikan
sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Eropa, maka ada tiga
pemikiran pembaharuan dalam pendidikan Islam, diantaranya:
1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola
pendidikan modern di Eropa.
Pola pendidikan moderen di Barat pada dasarnya berpandangan bahwa
sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai
hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen. Dimana semua itu
merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang di
dunia Islam. Atas dasar kemudian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan
27
kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai
kembali.
Dan penguasaan ini harus dicapai melalui proses pendidikan yang meniru pola
pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat, sebagaimana dulu dunia Barat
pernah meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Dalam sekolah-
sekolah dengan sekolah Barat baik sistem maupun isi pendidikannya.
Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat ini, mulanya timbul di Turki
Utsmani pada akhir abad ke-11 H/17 setelah mengalami kalah perang dengan
berbagai negara Eropa Timur, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha
sekularisasi Turki membentuk Turki modern. Tokoh pelopor pembaharuan
pendidikan di Turki ini adalah Sultan Mahmud II (yang memerintah di Turki Ustmani
1807-1809 M). Pola pembaharuan Pendidikan yang berorientasi di Barat ini, juga
nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasha di Mesir yang berkuasa tahun 1805-
1848 M.
2. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada sumber
ajaran Islam yang murni.
Pola ini perpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan
sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradapan dan ilmu pengetahuan moderen.
Dimana Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada hakikatnya
mengandung potensi untuk membawa kemajuan serta kesejahteraan serta kekuatan
umat Islam.
28
Menurut pola ini kelemahan umat Islam adalah karena mereka tidak lagi
melaksanakan ajaran Islam secara semestinya. Ajaran-ajaran Islam yang menjadi
sumber kemajuan dan kekuatan ditinggalkan dan menerima ajaran-ajaran Islam yang
tidak murni lagi. Pola pembaharuan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahab,
kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh
(akhir abad 19 M).
3. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada nasionalisme.
Rasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan
moderen dan mulai dari barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa
nasionalisme yang kemudian keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa-
bangsa Timur untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing.
Umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa
yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka pun
hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang
mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.
Ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini bersesuaian dengan
ajaran Islam karena adanya keyakinan di kalangan pemikir-pemikir pembaharuan
dikalangan umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan
sesuai dengan segala zaman.
Golongan nasionalis ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam
dengan memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang bersangkutan.
Juga ide nasionalisme inilah yang pada perkembangan berikutnya mendorong
29
timbulnya usaha-usaha untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan
sendiri di kalangan bangsa-bangsa umat Islam.
Usaha pembaharuan pendidikan Islam secara mendasar, yaitu 1) perlu
pemikiran kembali konsep pendidikan Islam yang betul-betul didasarkan pada asumsi
dasar tentang manusia, terutama pada fitrah atau potensi, 2) pendidikan Islam harus
menuju pada integritas antara ilmu agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan
jurang pemisah antara ilmu agama dan ilmu bukan agama, karena dalam pandangan
Islam bahwa Ilmu pengetahuan adalah satu yaitu berasal dari Allah SWT, 3)
pendidikan di desain menuju tercapainya sikap dan perilaku toleransi, lapang dada
dalam berbagai hal dan bidang, terutama toleran dalam perbedaan pendapat dan
penafsiran ajaran Islam tanpa melepaskan pendapat atau prinsipnya yang diyakini, 4)
pendidikan yang mampu menumbuhkan kemampuan untuk berswadaya dan mandiri
dalam kehidupan, 5) pendidikan yang menumbuhkan etos kerja, mempunyai aspirasi
pada kerja, disiplin dan jujur, 6) pendidikan Islam perlu di desain untuk mampu
menjawab tantangan masyarakat untuk menuju masyarakat madani serta lentur
terhadap perubahan zaman dan masyarakat.
Pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih diharapkan
menjadi penopang berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia. keaslian dan
kekhasan pesantren di samping sebagai khazanah tradisi budaya bangsa, juga
merupakan kekautan penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin
bangsa yang bermoral. Oleh sebab itu, arus globalisasi mengandaikan tuntutan
profesionalisme dalam mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu.
30
Realitas inilah yang menuntut adanya manajemen pengelolaan lembaga pendidikan
sesuai tuntatan zaman.
Pesantren lebih banyak melahirkan cendikiawan-cendikiawan yang berbekal
ilmu agama serta ilmu soial yang akan bermanfaat, karena pendidikan pesantren
merupakan pendidikan yang unik dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya dari
pendidikan lain, adapun kelebihannya antara lain:
a. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tempat memperdalam ilmu agama Islam,
agar dapat melestraikan ilmu-ilmu tersebut dengan tujuan menjadi kader ulama,
pemimpin umat dan pemimpin Bangsa.
b. Pesantren menggunakan sorogan dan halaqoh (ceramah) dengan metode tersebut
menyimpulkan bahwa kemampuan akan menghafal sekian banyak ayat, hadits,
dan pelajaran-pelajaran lainnya di luar kepala.
c. Dapat melestarikan kitab-kitab klasik tersebut, juga setidak-tidaknya mampu
memahami bahasa aslinya (bahasa Arab).
d. Dapat menerima (ikhlas) dengan kekurangan sarana dan prasarana yang dimiliki
pesantren serta semangat juang yang menggebu-gebu untuk menutupi kekurangan
dan berusaha untuk mengatasinya, dan keberadaanya yang dibutuhkan masyarakat.
e. Lebih memudahkan pengorganisasian dan dalam menata administrasinya.
f. Pesantren juga sangat dibutuhkan oleh sebagian besar bangsa Indonesia sebagai
alternatif pendidikan yang diminatinya.
31
g. Tradisi keagamaan pada pesantren terlihat sangat kuat dan tidak mudah untuk
dimasuki oleh paham-paham dari luar yang akan merusak sendi-sendi tradisi
kegamaan tersebut.
E. Pembaharuan Pendidikan Pesantren
1. Pembaharuan Metode Pembelajaran
Model pembelajaran pesantren pada mulanya populer menggunakan metodik-
didaktif dalam bentuk sorogan, bandongan, halaqah dah hafalan. Dari pola sorogan
berubah menjadi sistem klasikal, tidak hanya itu, beberapa pendidikan keterampilan
juga mulai masuk ke dunia pesantren, seperti bertani, berternak, kerajinan tangan
mulai akrab dikehidupan santri sehari-hari. ini dimaksudkan untuk mengembangkan
wawasan atau orientasi santri dari pandangan hidup yang selalu berpandangan
ukhrowi, supaya seimbang dengan kehidupan duniawi.
2. Pembaharuan Kurikulum
Pada umunya pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, materi
pembelajarannya lebih mengutamakan pelajaran agama Islam yang bersumber dari
kitab-kitab klasik, seperti tauhid, hadis, tafsir, fiqih dan sejenisnya. Kurikulum
didasarkan pada tingkat kemudahan dan kompleksitas kitab-kitab yang dipelajari,
mulai dari tingkat awal, menengah dan lanjutan. Dalam perkembangannya, hampir
setiap pesantren telah melakukan pembaharuan kurikulum dengan memasukkan
pendidikan umum dalam kurikulum pesantren.
32
3. Pembaharuan Evaluasi
Kemampuan santri biasanya dievaluasi dengan keberhasilannya mengajarkan
kitab kepada orang lain. Apabila audiensi merasa puas, maka santri yang
bersangkutan dinilai telah lulus. Legalisasi kelulusannya adalah restu kyai bahwa
santri tersebut diizinkan pindah untuk mempelajari kitab lain yang lebih tinggi
tingkatannya dan boleh mengajarkan kitab yang dikuasainya kepada yang lain.
Pesantren yang telah mengadopsi pembaruan kurikulum, baik yang mengacu
pada Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional jelas telah
meninggalkan model evaluasi tersebut. Model madrasi evaluasinya sebagaimana
madrasah pada umunya, yaitu menggunakan ujian resmi dengan memberikan angka-
angka kelulusan serta tanda kelulusan seperti ijazah.
4. Pembaharuan Organisasi atau Manajemen
Dalam konteks pembaharuan manajemen, meskipun peran kyai tetap
dipandang penting, tetapi kiai tidak ditempatkan pada posisi penentu kebijakan secara
tunggal. Dari sini kerja dimulai dengan pembagian unit-unit kerja sesuai urutan yang
ditetapkan pimpinan pesantren. Ini berarti kekuasan kiai telah terdistrubusi kepada
yang lain yang dipercaya untuk mengemban tugas, mekanisme kerja juga mulai
diarahkan sesuai dengan visi dan misi pesantren.
33
F. Model-model pembaharuan Pendidikan Madrasah atau sekolah dalam
Pondok Pesantren
Menurut A. Malik Fadjar dalam bukunya yang berjudul Reorientasi
Pendidikan Islam, bahwa model-model pembaharuan pendidikan di Madrasah atau
sekolah adalah sebagai berikut:
Pertama, pendidikan integralistik, merupakan model pendidikan yang
diorientasikan pada komponen-komponen kehidupan yang meliputi pendidikan yang
berorientasi pada Rabbaniyah (Ketuhanan), insaniyah (kemanusiaan) dan alamiyah
(alam pada umumnya), sebagai suatu yang integralistik bagi perwujudan kehidupan
yang baik dan untuk mewujudkan rahmatan lil „alamin, serta pendidikan yang
menggap manusia sebagai sebuah pribadi jasmani-rohani, intelektual, perasaan dan
individual-sosial.
Dalam pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama yang
intelek dan profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya,
sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik
adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di
dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran
mengikuti sistem madrasah atau sekolah, jelasnya madrasah atau sekolah dalam
pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam
yang terbaik. Pendidikan Islam yang mampu menangkap pesan Al Quran dan
mengkontekstualisasikannya dengan perkembangan zaman (mengkompromikan
pengetahuan agama dan pengetahuan umum)
34
Pendidikan integralistik diharapkan dapat menghasilkan manusia (peserta
didik) yang memiliki integritas tinggi, yang dapat bersyukur dan menyatu dengan
kehendak Tuhannya, menyatu dengan dirinya sendiri sehingga tidak memiliki
kepribadian belah atau kepribadian mendua, menyatu dengan masyarakat sehingga
dapat menghilangkan disintegrasi sosial, dan dapat menyatu dengan alam sehingga
tidak membuat kerusakan, tetapi menjaga, memlihara dan memberdayakan serta
mengoptimalkan potensi alam sesuai kebutuhan manusia.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah
pendidikan yang bersumber dari konsep Ketuhanan (Teosentris), artinya pendidikan
Islam harus berkembang dan dikembangkan berdasarkan teologi tersebut. Konsep
kemanusiaan, artinya dengan konsep ini dapat dikembangnya antropologi dan
sosiologi pendidikan Islam, dan konsep alam dapat dikembangkannya konsep
pendidikan kosmologi dan ketiga konsep ini harus dikembangkan seimbang dan
integratif.
Kedua, pendidikan yang humanistik, merupakan model pendidikan yang
berorientasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi), yakni makhluk
ciptaan Tuhan dengan fitrahnya. Maka manusia sebagai makhluk hidup, ia harus
mampu melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Maka
posisi pendidikan dapat membangun proses humanisasi, artinya menghargai hak-hak
asasi manusia, seperti hak untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak untuk
menyuarakan kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang, dan lain sebagainya.
35
Pendidikan humanistik, diharapkan dapat mengembalikan peran dan fungsi
manusia yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik
makhluk (khairu al ummah). Maka, manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh
pendidikan yang humanistik diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk
manusia berpikir, berasa dan berkemauan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai
luhur kemanusiaan yang dapat mengganti sifat individualistik, egoistik, egosentrik
dengan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, sifat menghormati dan dihormati,
sifat ingin memberi dan menerima, sifat saling menolong, sifat ingin mencari
kesamaan, sifat menghargai hak-hak asasi manusia, sifat menghargai perbedaan dan
sebagainya.
Ketiga, pendidikan pragmatik adalah pendidikan yang memandang manusia
sebagai makhluk hidup yang selalu membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan,
mempertahankan dan mengembangkan hidupnya baik bersifat jasmani maupun
rohani, seperti berpikir, merasa, aktualisasi diri, keadilan, dan kebutuhan spritual
ilahiyah.
Dengan demikian, model pendidikan dengan pendekatan pragmatik
diharapkan dapat mencetak manusia pragmatik yang sadar akan kebutuhan-
kebutuhan hidupnya, peka terhadap masalah-masalah sosial kemanausiaan dan dapat
membedakan manusia dari kondisi dan siatuasi yang tidak manusiawi.
Keempat, pendidikan yang berakar pada budaya, yaitu pendidikan yang tidak
meninggalkan akar-akar sejarah, baik sejarah kemanusiaan pada umumnya maupun
sejarah kebudayaan suatu bangsa, kelompok etnis, atau suatu masyarakat tertentu.
36
Maka dengan model pendidikan yang berakar pada budaya, diharapkan dapat
membentuk manusia yang mempunyai kepribadian, harga diri, percaya pada diri
sendiri, dan membangun peradaban berdasarkan budaya sendiri yang akan menjadi
warisan monumental dari nenek moyangnya dan bukan budaya bangsa lain. Tetapi
dalam hal ini bukan berarti menjadi orang yang anti kemoderenan, perubahan,
reformasi dan menolak begitu saja arus transformasi budaya dari luar tanpa
melakukan seleksi dan alasan yang kuat.
Selanjutnya, dari keempat model yang dikemukakan di atas, dapat ditarik lagi
pada disain model pendidikan Islam yang lebih operasional, yaitu: Pertama,
mendisain model pendidikan umum Islami yang handal dan mampu bersaing dengan
lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Dengan demikian, visi, misi dan tujuan
pendidikan, kurikulum dan materi pembelajaran, metode pembelajaran, manajemen
pendidikan, organisasi dan sumber daya pendidikan (guru dan tenaga administrasi)
harus disesuikan dengan kebutuhan serta sesuai misi, visi dan tujuan pendidikan
tersebut.
Model pendidikan umum Islami, kurikulumnya bersifat integratif antara
materi-materi pendidikan umum dan agama, sehingga mampu mempersiapkan
intelektual Islam yang berfikir secara komprehensif. Atau meminjam istilah Fazlur
Rahman, yaitu model pendidikan sekuler moderen dan mengisinya dengan konsep-
konsep Islam, untuk melahirkan intelektualisme muslim yang tangguh, walaupun
Ahmad Syafii Maarif, menolak hal ini yaitu tidak perlu berteriak untuk
mengislamkan ilmu moderen.
37
Kedua, model pendidikan Islam yang tetap mengkhususkan pada disain
“pendidikan keagamaan” seperti sekarang ini. Artinya, harus mendisain ulang model
“pendidikan Islam” yang berkualitas dan bermutu, yaitu : (1) dengan merumuskan
visi dan misi serta tujuan yang jelas, (2) kurikulum dan materi pembelajaran
diorientasikan pada kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat untuk dapat
menjawab tantangan perubahan, (3) metode pembelajaran diorientasikan pada upaya
pemecahan kasus (problem solving) dan bukan dominasi ceramah, (4) manajemen
pendidikan diorientasi pada manajemen berbasis sekolah, (5) organisasi dan sumber
daya guru yang memiliki kompetensi dan profesional dalam bidangnya masing-
masing.
Maka pendidikan Islam akan mampu bersaing dengan mampu
mempersiapkan dan melahirkan mujtahid-mujtahid yang tangguh, berkualitas dan
berkaliber dunia dalam bidangnya sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan
aktual atau kontemporer sesuai dengan kebutuhan perubahan zaman.
Disain model pendidikan seperti ini, harus secara “selektif menerima”
pendidikan produk barat, berarti harus mendisain model pendidikan yang betul-betul
sesuai dengan konsep dasar Islam dan sesuai dengan lingkungan sosial-budaya
Indonesia. Kata Fazlur Rahman, apabila ingin membangun pendidikan Islam yang
berkualitas, harus kembali kepada Al Quran dan Hadits harus ditempatkan sebagai
pusat intelektualisme Islam
Ketiga, model pendidikan agama Islam tidak dilaksanakan di sekolah-sekolah
formal tetapi dilaksanakan di luar sekolah. Artinya pendidikan agama dilaksanakan
38
di rumah atau lingkungan keluarga, mesjid dan lingkungan masyarakat (tempat-
tempat pengajian dan Masjid) dalam bentuk kursur-kursus, kajian-kajian keagamaan,
keterampilan beribadah dan sebagainya.
Pendidikan agama akan menjadi tanggungjawab orang tua dan masyarakat
atau meminjam konsep Yahya Muhaimin yang dikemukakan terdahulu bahwa
pendidikan berbasis keluarga (family-based education) dan pendidikan berbasis pada
masyarakat (community-based education).
Pendidikan Islam, dapat ditanamkan dan disosialisasikan secara intensif
melalui basis-basis tersebut, sehingga pendidikan agama sudah menjadi kebutuhan
(need) dan based dalam pribadi peserta didik. Maka dalam proses belajar mengajar di
sekolah pendidikan agama telah menjadi kebutuhan dan prilaku (afektif dan
psikomotorik) yang aktual, bukan lagi berupa pengetahuan (knwoledge) yang dihafal
(kognitif) dan diujikan secara kognitif pula.
Keempat, disain model pendidikan diarahkan pada dua dimensi, yakni: (1)
dimensi dialektika (horisontal), pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam atau
lingkungan sosialnya. Manusia harus mampu mengatasi tantangan dan kendala dunia
sekitarnya melalui pengembangan Iptek, dan (2) dimensi ketunduhan vertikal,
pendidikan selain menjadi alat untuk memantapkan, memelihara sumber daya alami,
juga menjembatani dalam memahamai fenomena dan misteri kehidupan yang abadi
dengan Maha Pencipta. Berati pendidikan harus disertai dengan pendekatan hati,
39
artinya pendidikan harus membangun hubungan manusia dengan Tuhannya, sesama
manusia, dan lingkungan.
Keempat model pendidikan Islam yang dikemukakan di atas merupakan
tawaran desain dan model pendidikan Islam yang perlu diupayakan untuk
membangun paradigma pendidikan Islam dalam menghadapi perkembangan
perubahan zaman moderen dan memasuki masyarakat madani Indonesia.
Kecenderungan perkembangan semacam, dalam upaya mengantisipasi perubahan
zaman dan merupakan hal yang wajar-wajar saja.
Sebab kondisi masyarakat sekarang ini lebih bersifat praktis-pragmatis dalam
hal aspirasi dan harapan terhadap pendidikan, sehingga pendidikan tidak statis atau
hanya berjalan di tempat dalam menatap persoalan-persoalan yang dihadapi pada era
masyarakat modern, post masyarakat moderen dan masyarakat global.
Dengan demikian, apapun model pendidikan Islam yang ditawarkan dalam
masyarakat Indonesia, pada dasarnya harus berfungsi untuk memberikan kaitan
antara peserta didik dengan nilai-nilai Ilahiyah, pengetahuan dan keterampilan, nilai-
nilai demokrasi, masyarakat dan lingkungan sosiokulturalnya yang terus berubah
dengan cepat, sebab pada saat yang sama pendidikan secara sadar juga digunakan
sebagai instrumen untuk perubahan dalam sistem politik, ekonomi secara
keseluruhan.
Berdasarkan paparan diatas adalah pendidikan integralistik ini mampu
memproduksi ulama yang intelek dan profesional yang memiliki keteguhan iman dan
ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
40
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Profil Pendiri Madrasah Aliyah Ali Maksum
1. Nasab (Latar Belakang Keluarga) KH. Ali Maksum
Muhammad Ali bin Maksum bin Ahmad lahir pada tanggal 02 Maret 1915 di
desa Soditan, Lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dari keluarga keturunan
Sultan Minangkabau Malaka. Putra pasangan KH. Maksum Ahmad dan nyai hajjah
Nuriyati Zainuddin. Dari jalur kedua orang tua beliau juga merupakan keturunan
sayyid Abdurrahman Sambu alias Pangeran Kusumo bin Pangeran Ngalogo alias
Pangeran Muhammad Syihabudin Sambu Digdadiningrat alias mbah Sambu. Garis
keturunan ini banyak melahirkan keluarga pesantren yang tersebar di daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur (Zm, S, 19 Desember 2015 pukul 10.30 WIB di ndalemnya
Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul Yogyakarta).
Zm melanjutkan, bahwa KH. Ali Maksum wafat pada tanggal 07 Desember
tahun 1989 dengan meninggalkan seorang isteri, nyai Hj. Rr. Hasyimah Munawwir
dan 8 orang putra-putri : 1) Adib (wafat masih kecil), 2) KH. Atabik Ali, 3) KH.
Jirjis Ali, 4) nyai Hj. Siti Hanifah Ali, 5) nyai Hj. Durroh Nafisah Ali, 6) Nafi‟ah
(wafat masih kecil), 7) KH. Rifqi Ali (Gus Kelik), dan 8) nyai Hj. Ida Rufaidah Ali.
2. Sifat Kepribadian KH. Ali Maksum
Pembawaan KH. Ali Maksum yang tenang, santun dan mengesankan,
wataknya yang arif dan bijaksana, serta sifatnya yang lemah lembut, grapyak (mudah
41
menyapa, mudah bergaul) dengan siapa saja yang ditemui, tutur katanya yang manis,
serta raut wajahnya yang selalu ceria dan semringah dengan hiasan senyuman yang
khas, menyebabkan beliau disukai oleh siapa saja. Demikian pula sikap beliau yang
tawadhu‟, tidak suka dihormati secara berlebihan apalagi dikultuskan, suka
memaafkan kesalahan orang, serta jauh dari sifat pendendam dan dengki,
menyebabkan beliau selalu dihormati dan disegani (Dn, 18 Desember 2015 pukul
13.00 WIB di ndalemnya Dn Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
Senada dengan Hm, bahwa beliau (KH. Ali Maksum) sangat dekat
hubungannya dengan para santri, dan begitu pula sebaliknya. Beliau hampir hafal
semua nama santri, tempat tinggalnya di lokasi pesantren, nama orang tuanya dan
asal usul daerahnya. Di hadapan para santri, beliau bukanlah sosok yang menakutkan.
Pada umumnya, para santri merasa takut dan lari atau bersembunyi ketika bertemu
dengan kyai, akan tetapi tidak demikian terhadap beliau. Hubungan kyai Ali dengan
santri seperti layaknya hubungan bapak dengan anak (Hm, 19 Desember 2015 pukul
07.00 WIB, di ndalemnya Hm Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
Kedekatan hubungan ini ditunjukkan oleh kesukaannya bercanda dan
bergurau dengan para santrinya, baik secara individu maupun secara jamaah di
pengajian. Kalaupun ada santri yang lari atau takut ketika berhadapan beliau, mereka
justru akan dipanggil, baik secara langsung maupun lewat mikrophone untuk sekedar
diajak ngobrol sambil mendengarkan lagu-lagu kesayangannya atau menonton
televisi, diajak jalan-jalan keliling pondok sambil mengambili sampah-sampah
kering (kertas, plastik dan dedaunan), disuruh memijatnya, disuruh menyapu atau
42
membersihkan kamar pribadinya atau halaman rumahnya, dan lain-lain, sehingga
mereka tidak lagi merasa takut dan terasa begitu dekat dengan beliau (Zm, S, 19
Desember 2015 pukul 10.50 WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul,
Yogyakarta).
Zm menambahkan, beliau sangat rajin mendatangi kamar-kamar santri dan
membangunkan mereka untuk diajak shalat subuh berjamaah. Terhadap santri yang
dipandang malas dan bandel berjamaah tarawih setiap datangnya bulan Ramadhan,
beliau mengadakan tarawih Panggilan di kediamannya dan diimami sendiri. Ini
bukan berarti memberi kesempatan atau peluang untuk bandel, akan tetapi mendidik
mereka bahwa dengan sering dipanggilnya mereka, maka lama kelamaan mereka
akan sadar dan malu dengan sendirinya
Zm melanjutkan, beliau sangat peduli terhadap kebersihan lingkungan
pondok. Beliau sering berjalan-jalan sambil mengelilingi pondok. Begitu melihat
lingkungan yang kotor dengan berbagai jenis sampah, langsung saja memanggil
santri yang ada di situ, terutama para santri yang tidak ikut sorogan untuk diperintah
mengambili sampah-sampah tersebut dengan tangannya, karena beliau memang
sangat titen (ingat, dan teliti) pada santri yang ikut dan yang tidak ikut sorogan.
Bahkan terkadang beliau sendiri yang mengambilinya. Selain itu, beliau juga sangat
peduli dengan kondisi suatu bangunan yang rusak, kumuh, atau yang tidak layak
huni, langsung saja beliau mengerahkan, memimpin dan mengawasi para santri
untuk kerja bakti.
43
Banyak sifat-sifat kepribadian beliau yang dapat dijadikan sebagai suri teladan
terutama bagi para santri, dan sekaligus mempengaruhi tipologi kepemimpinannya di
Pondok Pesantren Al Munawwir, diantaranya adalah istiqomah mengajarkan kitab
kuning (Hm, 19 Desember 2015 pukul 07.00 WIB di ndalemnya Hm Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta).
Sekalipun kesibukan beliau bertumpuk-tumpuk, seperti sebagai seorang
muballigh, dosen di IAIN dan pengurus NU (rois „am) yang sering keluar
kota, beliau jarang sekali meninggalkan pengajian dan sorogan yang menjadi
rutinitasnya sehari-hari, kecuali dalam kondisi yang sangat mendesak, terutama di
akhir hayatnya yang sering sakit-sakitan (Zm, 19 Desember 2015 pukul 10.30 WIB
di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul Yogyakarta).
Selanjutnya menurut Zm, keseriusan usaha beliau dalam pengembangan
pesantren seperti pembiayaan pembelian tanah untuk perluasan lokasi pesantren,
pengadaan bangunan, fasilitas pesantren dan kegiatan-kegiatan keagamaan (konsumsi
majlis ta‟lim, dan lain-lain), baik dengan dana pribadi maupun dana sumbangan dari
berbagai pihak, semua itu menunjukkan sikap kezuhudannya.
Bahkan, jauh sebelum wafatnya beliau sudah mempersiapkan untuk
membagi-bagikan seluruh harta kekayaannya tanpa diketahui oleh siapapun dengan
cara membuat catatan beberapa lembar kertas yang kemudian disimpan di lemari
diantara tumpukan pakaiannya. Isinya : 1) jumlah total berbagai jenis harta benda
yang dimiliki (tanah, rumah, pakaian, kendaraan, uang, dan lain-lain) beserta tempat
penyimpanannya, dua sepertiga harta benda tak bergerak dihibahkan untuk pesantren
44
dan sisanya dihibahkan untuk anak-anaknya; 2) daftar nama orang satu persatu dari
kalangan masyarakat tetangga pesantren, para sahabat dan kenalan, sanak kerabat
dan putra-putrinya, lengkap dengan angka nominal dan jenis harta yang akan
diterimanya, sehingga pada saat wafat, beliau sedikit pun tidak meninggalkan harta
warisan (Zm, 19 Desember 2015 pukul 10.30 WIB di ndalemnya Zm Krapyak
Wetan, Sewon, Bantul Yogyakarta).
3. Pendidikan dan Guru-guru KH. Ali Maksum
Semasa kecil Ali Maksum dibimbing langsung oleh ayahnya. Sejak usia dini,
ia sudah akrab dengan dunia pesantren dan kitab kuning. Pertama kali, Ali Makasum
diajari mengaji Al Quran oleh ayahnya. Setelah lancar, Ali Maksum dikirim ayahnya
untuk belajar di Pondok Pesantren Termas Pacitan dibawah asuhan KH. Dimyati.
Sejak di Termas inilah, Ali Maksum terlihat menonjol dan akhirnya ikut membantu
gurunya mengajar dan mengurus pesantren dan membuat karangan tulisan (Dn, 18
Desember 2015 pukul 13.15 WIB di ndalemnya Dn, Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta).
Ali Maksum dikenal cerdas dan tekun. Ia akhirnya ditunjuk menjadi kepala
madrasah di Pondok Pesantren Termas Pacitan. Selama delapan tahun di Termas, Ali
Maksum mempelajari dan menguasai berbagai cabang ilmu agama. Setelah dewasa,
Ali Maksum menikah dengan Hasyimah, putri KH. M. Munawwir Krapyak
Yogyakarta. Tidak lama setelah menikah, dengan dibantu oleh seorang saudagar
Kauman Yogyakarta Ali Maksum berhaji ke Mekah. Kesempatan ini beliau gunakan
45
pula untuk belajar ilmu agama kepada para „ulama Mekah (Zm, 19 Desember 2015
pukul 11.00 WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul Yogyakarta).
Demikian pula menurut Zm, beliau berangkat naik haji ke tanah suci (1938)
dan menetap di sana selama dua tahun, untuk memperdalam ilmu-ilmu keislaman
yang telah didapatkannya selama ini. Di Mekkah, Ali Maksum belajar agama kepada
sayyid Alwi al Maliki al Hasani, syaikh masyayikh Hammid Mannan, syaikh Umar
Hamdan, dan lain-lain. Ketekunan dan kecerdasannya, akhirnya mengantarkan
dirinya menjadi ‟ulama yang fasih berbahasa arab.
Zm melanjutkan, bahwa sepulang dari tanah suci KH. Ali MAksum yang telah
menjadi „ulama muda itu, semakin tampak kehebatannya, sebagai „ulama intelektual
yang brilian. Beliau memang terkenal sebagai „ulama fikih, tetapi ahli juga dalam
bidang tasawuf. Seorang hafizh yang memang benar-benar menguasai „ulum Al quran
termasuk qira‟ah sab‟ah serta ilmu-ilmu lain yang berkaitan.
4. Murid-murid KH. Ali Maksum
Kehidupan, keilmuan KH. Ali yang dinamis, berwawasan yang sangat luas,
dalam dan moderat, dengan dukungan referensi yang multidisipliner, serta memiliki
semangat otodidak (mandiri) yang tinggi tersebut, sedikit banyak tentu
mempengaruhi pendidikan dan pengajaran yang diberikannya kepada para santri.
Tidak mengherankan jika para alumni yang pernah mendapatkan didikan dari beliau
tidak sedikit yang menjadi tokoh masyarakat, intelektual, dan kyai- kyai pengasuh
46
atau pendiri pesantren yang berwawasan luas, mendalam dan moderat disebabkan
referensinya yang sangat luas, serta memiliki semangat otodidak yang tinggi.
Ja, Dn, dan Zm menerangkan, bahwa murid-murid beliau antara lain Prof.
DR. KH. A. Mukti Ali (Guru besar Fak Usuluddin IAIN Yogyakarta, mantan
Menteri Agama R.I. 1971-1978), KH A. Mustofa Bisri (Rembang), KH. M. Cholil
Bisri (Rembang), KH. Maksum Ahmad (tanggulangin Sidoarjo : Pengasuh pesantren
dan muballigh), KH. A. Masduqi Mahfudh (Malang, mantan rois syuriyah PWNU
Jatim) KH. Abdul Aziz Masyhuri (Jombang: Pengasuh pesantren), KH A. Asrori
Usman Al-Ishaqi (PP Al-Fithroh Sby, Mursyid Thoriqat Qadiriyah-
Naqsyabandiyah), KH. Abdurrahman Ar-Roisi (Jakarta: penulis dan muballigh), KH
Masdar Farid Mas‟udi, Drs. H. Slamet Efendi Yusuf, Prof. DR. KH. Said Agiel
Siroj, MA, KH. Drs. Muhd. Hasbullah SH, KH. Drs. Masyhuri AU, Prof. DR.
Yudian Wahyudi, KH. Zainal Abdin Muanwwir (Pengasuh pesantren), KH. Ahmad
Warson Munawwir (Pengasuh pesantren, penulis Kamus Al-Munawwir), KH. Drs,
Asyhari Abta, M.Pd.I, KH. Munawwir AF, KH. Drs. Henry Sutopo, KH. Drs.
Asyhari Marzuki, Lc., KH DR. Malik Madani, MA., Drs. H. As'ad Said Ali (mantan
Waka BIN, Waketum PBNU), Dr. H. A. Zuhdi Muhdlor, SH, M. Hum. (santri KH.
Ali Maksum dan Penulis buku “KH. Ali Maksum, Perjuangan dan Pemikirannya”),
Drs. KH. Nasa-f1, M.Pd.I. (dosen IAIN Salatiga) dan lain-lain.
5. Karir dan Perjuangan KH. Ali Maksum
Madrasah dan lembaga pendidikan yang seperti yang telah dipaparkan diatas
termasuk usaha perjuangan KH. Ali Maksum yang seiring dengan perkembangan
47
zaman berkembang pesat, dan sekarang dikelola oleh dhurriyah (keturunan) beliau.
Kiprah KH. Ali Maksum tidak hanya di pesantren. Beliau juga aktif mengabdi dalam
kehidupan bangsa dan negara. Tercatat antara lain, beliau pernah dipilih dan diangkat
sebagai pemimpin tertinggi atau rais ‟am Pengurus Besar Nahdhatul ‟Ulama (Zm, 19
Desember 2015 pukul 10.30 WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul
Yogyakarta)
Zm melanjutkan bahwa nama KH. Ali Maksum di kalangan masyarakat
sudah tidak asing lagi, karena peran yang diambilnya di berbagai sektor, sebagai
„ulama intelek, sebagai ilmuwan, sebagai tokoh organisasi Islam maupun sebagai
pemimpin pada umumnya. Di kalangan intelektual dan dunia kampus, KH. Ali
Maksum dikenal sebagai dosen dan guru besar ilmu tafsir di IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang benar-benar ahli di bidangnya dan berpandangan luas.
Sebagai „ulama ahli tafsir beliau termasuk salah seorang tim Lembaga
Penyelenggara Penterjemah atau Pentafsir kitab suci Al Quran yang di bentuk
Menteri Agama tahun 1962, bersama-sama KH. Anwar Musaddad, Prof Hasbi
Assiddiqy dan lain sebagainya, yang diketuai Prof. R.H.A Sunarjo, SH., Rektor IAIN
Sunan Kalijaga saat itu. Sebagai hasil kerja tim ini adalah Terjemah Kitab suci Al
Quran 30 juz yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia
(Kementerian Agama R.I.:1421 H.).
Di lingkungan pesantren, beliau dikenal sebagai „ulama yang luas sekali
ilmunya. Beliau adalah seorang ahli tafsir dan ilmu-ilmu Al Quran, seorang ahli
fikih, sebagai ahli bahasa Arab beserta ilmu alatnya, sebagai „ulama yang menguasai
48
berbagai macam kitab, baik yang menjadi rujukan „ulama-„ulama tradisional maupun
„ulama-„ulama modernis, termasuk menguasai kamus Munjid, sehingga dijuluki
Munjid berjalan (Zm, 19 Desember 2015 pukul 10.40 WIB di ndalemnya Zm
Krapyak Wetan, Sewon, Bantul, Yogyakarta)
Menurut Zm, beliau pula yang memimpin penyusunan kamus Bahasa Arab
terkenal bernama kamus al-Munawir, dan dilaksanakan langsung oleh KH. Warson
Munawir. Beliau sangat menguasai kitab-kitab rujukan ulama-ulama modernis,
melebihi penguasaan dari ulama-ulama kelompok modernis itu sendiri, seperti kitab-
kitab karangan ibn Taimiyah, ibn Qasim, Sayid kutub dan lain sebagainya.
Zm melanjutkan bahwa dikalangan jam‟iyyah Nahdlatul Ulama, beliau juga
terkenal sebagai „ulama yang berpengetahuan dan berwawasan luas dalam
pengetahuan keislaman maupun kemasyarakatan. Beliau pernah menjadi anggota
konstituante mewakili partai Nahdlatul „Ulama setelah pemilu untuk lembaga itu, 15
Desember 1955 sampai lembaga pembuat konstitusi itu dibubarkan sesuai dekrit
Presiden 05 juli 1959.
Senada dengan Zm, Hm menjelaskan bahwa KH. Maksum menduduki jabatan
rais syuriyah pengurus Wilayah Nahdlatul „Ulama Yogyakarta selama bertahun-
tahun sejak Indonesia merdeka hingga tahun 1981, ketika beliau diangkat sebagai
pengganti antar waktu KH. Bisri Syansuri, Rais Am pengurus besar Nahdlatul „Ulama
itu wafat 25 April 1980, sehingga KH. Anwar Musaddad yang adalah wakil Rais Am
saat itu kemudian menggantikan kedudukan kyai Bisri Syansuri sebagai pejabat
sementara.
49
Berdasarkan Musyawarah Nasional Syuriyah NU di Kaliurang tahun 1981,
KH. Ali Maksum diangkat sebagai Rais Am sampai dengan Muktamar berikutnya.
Pengangkatan ini disebabkan KH. Maksum, disamping telah memenuhi persyaratan
khusus untuk jabatan Rais Am yakni sebagai penyatu pondok pesantren (Zm, 19
Desember 2015 pukul 10.35 WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul
Yogyakarta).
6. Karya-karyanya
Karya tulis beliau yang meliputi : a. Mizanul „Uqul fi Ilmil Mantiq, yang
berisi prinsip-prinsip dasar ilmu mantiq b. Ash-Shorful Wadhih, yang berisi kaidah-
kaidah dan amtsilatut tashrif (latihan praktis tashriful kalimah) dengan metode baru
temuan KH. Ali Maksum. c. Hujjatu Ahlissunnah Wal Jama‟ah, berisi kajian dalil-
dalil atau argumentasi syar‟iyyah yang dijadikan sebagai dasar berpijak kaum
nahdhiyyin dalam melaksanakan amaliah atau tradisi ke-NU-an. d. Jawami‟ul Kalim
Manqulah min ahadits al-Jami‟ ash-shoghir murattabah „ala hurufl hijaiyyah ka
ashliha, berisi koleksi hadis-hadis pendek yang mengandung pemahaman yang luas
dan dalam, yang dicuplik dari kitab al-Jami‟us Shoghir. e. Ajakan Suci: Pokok-pokok
Pikiran tentang NU, Pesantren dan ‟Ulama, merupakan kumpulan makalah tulisan
KH. Ali Maksum yang tersebar di Majalah Bangkit, surat kabar, forum seminar, dan
media cetak lainnya. f. Eling-eling Siro Manungso, yang berisi kumpulan syi‟iran
sholawatan berbahasa Jawa gubahan KH. Ali Maksum (Zm, 19 Desember 2015
pukul 10.30 WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul Yogyakarta).
50
B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta
1. Tinjauan Historis
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta didirikan oleh almarhum al-
maghfurlah KH. M. Munawwir pada tahun 1911. Pesantren ini sejak awal
pendiriannya dimaksudkan sebagai pesantren yang mengkhususkan diri dalam
bidang pengajian dan pengajaran Al Quran (Hm, 19 Desember 2015 pukul
07.30 WIB, di ndalemnya Hm Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
Di Kauman KH. M. Munawwir menghadapi problem sempitnya tempat
pengajian, hingga suatu saat datang KH. Sa‟id, seorang „ulama dari Gedongan,
Cirebon memberi saran kepada KH. M. Munawwir untuk mencari tempat di
luar beteng Kraton, di samping menurut KH. Sa‟id, lingkungan Kauman
kurang cocok untuk berdirinya Pesantren (Djunaidi A. Syakur, Dkk, 1998:14).
Djunaidi A. Syakur, Dkk. melanjutkan, bahwa saran tersebut diterima
oleh KH. M. Munawwir hingga akhirnya dipilih dusun Krapyak, kawasan yang
ditumbuhi pepohonan lebat, satu setengah kilo meter di selatan Plengkung
Gading (pintu gerbang masuk Kraton). Tanah Krapyak itu, konon dibeli
dengan uang amal Haji Ali dari Graksan, Cirebon atas saran KH. Sa‟id. Dalam
khidmahnya, KH. M. Munawwir berhasil membentuk kader bagi ahli-ahli Al
Quran di berbagai penjuru Nusantara.
KH. M. Munawwir wafat, pada hari jum‟at, 11 Jumadil Akhirah 1361
H. (1942 M.) sementara putera puteri almarhum masih terlalu muda untuk
51
diberi tanggung jawab mengelola pesantren. Akhirnya pihak keluarga
memutuskan untuk memboyong kyai Ali (menantu KH. M. Munawwir yang
dinikahkan dengan nyai Hasyimah) dari pesantren Al Hidayat Lasem yang
sedang dibenahi karena juga menghadapi problem akibat politik Jepang (Zm,
S, 19 Desember 2015 pukul 10.35 WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan,
Sewon, Bantul Yogyakarta).
Sepeninggal KH. M. Munawwir, pesantren ini dilanjutkan oleh putra-
putri dan menantu beliau. Salah seorang diantaranya adalah KH. Ali Maksum,
menantu yang mempersunting putri beliau, ny. Hj. Hasyimah Munawwir. Pada
era kepemimpinan beliau, Krapyak berkembang pesat tidak hanya
mengkhususkan diri sebagai pesantren Al Quran, tapi juga membuka
pengajian-pengajian kitab dan madrasah-madrasah (Dn, 18 Desember 2015
pukul 07.00 WIB, di ndalemnya Dn Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
Madrasah Aliyah Ali Maksum salah satu rintisan KH. Ali Maksum
sebagai bentuk pengembangan dari Pondok Pesantren yang sudah ada.
Madrasah Aliyah berdiri pada tahun 1962 dengan nama MTs 6 tahun. Seiring
dengan perkembangan model Madrasah, maka Mts 6 tahun tersebut membelah
menjadi MTs 3 tahun dan MA 3 tahun. Tahun 1990, ketika Pesantren
mengalami estafet kepemimpinan, Madrasah Aliyah mengalami perubahan
nama menjadi Madrasah Aliyah Ali Maksum (Hm, 19 Desember 2015 pukul
08.20 WIB, di ndalemnya Hm Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
52
Kiprah KH. Ali Maksum tidak hanya di pesantren. Beliau juga aktif
mengabdi dalam kehidupan bangsa dan negara, tercatat antara lain, beliau
pernah dipilih dan diangkat sebagai pemimpin tertinggi atau Rais „Am
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, yang mengantarkan NU kembali ke khittah
perjuangan 1926 (Panitia PSB YASALMA Krapyak Yogyakarta, 2015-
2016:1).
Dan menerangkan bahwa;
“Di Krapyak, KH. Ali Maksum langsung mengambil langkah strategis,
yaitu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
sebagai upaya mencetak kader. Para putera dan cucu serta menantu
Almarhum KH. M. Munawir, mereka adalah Abdul Qadir, Mufid
Mas‟ud, Nawawi Abdul Aziz, Dalhar, Zainal Abidin, Abdullah Affandi,
Ahmad dan Warson. Beberapa orang tetangga yang diikutkan adalah
Wardan Joned (Kauman), Zuhdi Dahlan dan Abdul Hamid. Selama dua
tahun (1943-1944), kyai Ali menggembleng mereka secara marathon
hingga akhirnya mereka menjadi para kyai yang secara bersama-sama
membesarkan pesantren Krapyak.”
Beriringan dengan itu, pesantren Krapyak dikenal dengan sebutan
Pondok Pesantren Al Munawwir, diambilkan dari nama almarhum KH. M.
Munawwir. Sejak kyai Ali memimpin, terjadi keseimbangan antara pengajian
Al Qur‟an dengan pengajian kitab-kitab (kuning), hal ini menyebabkan
dominasi pengajian Al Qur‟an mendapat partner. Kyai Ali sendiri lebih senang
memberikan pengajian kitab-kitab kuning baik secara „bandongan‟ maupun
„sorogan‟. Hal yang sama juga dilakukan oleh putra beliau KH. Atabik Ali
serta menantu beliau KH. M. Hasbullah, dan turun-temurun terus berlanjut ke
53
anak cucu beliau (Hm, 19 Desember 2015 pukul 08.00 WIB, di ndalemnya Hm
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta)
Demikian juga putra-putra almarhum KH. M. Munawwir yang lain juga
mengajar kitab-kitab kuning seperti KH. Zainal Abidin, KH. A. Warson dan
KH. Dalhar. Sementara pengajian Al Qur‟an ditangani oleh KH. Ahmad, KH.
Zaini, KH. Najib Abdul Qodir, KH. Hafid Abdul Qadir serta putri-putri kyai
Ali yakni nyai Hj. Nafisah dan nyai Hj. Ida Rufaida juga menantu nyai Hj.
Lutfiyah Jirjis.
Aset pesantren yang merupakan pengembangan oleh KH. Ali Maksum
dikelola dalam Yayasan Ali Maksum dengan sesepuhnya KH. Atabik Ali,
dibantu para putera yang lain dan cucu dari KH. Ali Maksum. Saat ini telah
menjadi kompleks perguruan Islam yang bisa dikatakan komplit sejak Taman
Kanak-kanak, Madrasah Diniyah Awaliyah, Wustha dan „Ulya, Madrasah
Tsnawiyah dan Aliyah, SMP, SMA, Universitas Kedokteran, program
takhassus dan tahfidhul Qur‟an, Ma‟had Ali, Lembaga Kajian Islam
Mahasiswa (LKIM), pengajian masyarakat tiap jum‟at legi dan sabtu pon serta
pengajian (mujahadah) padang jagat (Zm, S, 19 Desember 2015 pukul 10.40
WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul Yogyakarta).
2. Visi, Misi, dan Tujuan MA. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta adalah salah satu unit di
bidang pendidikan formal dalam lingkungan Yayasan Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta dan bertanggung jawab kepada kepala kantor
54
Wilayah Departemen Agama Kepala Bidang Perguruan Agama Islam. Sebagaimana
lazimnya penyelenggaraan pendidikan. Maka Madrasah Aliyah Yayasan Ali
Maksum mempunyai visi dan misi adalah sebagai berikut:
1. Visi
Sebagai lembaga formal, Madrasah Aliyah Ali Maksum mempunyai visi yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan jati diri manusia
seutuhnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan
mandiri, serta memiliki rasa tanggungjawab keagamaan, kemasyarakatan dan
kebangsaan (Dokumen MA. Ali Maksum 2015/2016).
2. Misi
Misi Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta sebagai suatu lembaga pendidikan formal adalah sebagai berikut:
1) Mampu mengaplikasikan diri menjadi Madrasah Aliyah unggulan
2) Mempersiapkan para siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan Tinggi,
baik dalam negeri maupun luar negeri
3) Menyiapkan siswa agar mampu mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni yang dijiwai dengan nilai-
nilai Islam
4) Menyiapkan siswa agar mendapatkan bekal ilmu pengetahuan agama Islam
yang memadai sesuai dengan tradisi ilmu kepesantrenan
55
5) Mampu mempersiapkan alumninya berkiprah di masyarakat sebagai panutan
yang mempunyai jiwa pengabdian dan mampu menjawab tantangan zaman
6) Meningkatkan sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas internal
maupun eksternal
7) Peningkatan pelayanan masyarakat baik mental spiritual maupun kehidupan
sosial
8) Menyiapkan dan melatih siswa agar trampil berbahasa asing (bahasa arab dan
inggris) (Dokumen MA. Ali Maksum tahun 2015/2016).
3. Tujuan Madrasah Ali Maksum
Dalam penyelenggaraannya Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta memiliki maksud dan tujuan:
1) Menjadi pusat pengembaangan ilmu dan masyarakat dan menjadi pilihan
masyarakat dalam pemberdayaan pesarta didik dan generasi muda
2) Mencerdaskan masyarakat melalui pembinaan dan pengembangan Pondok
Pesantren
3) Menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing di masyarakat dan
mewujudkan cita-cita atau mengaktualisasikan dirinya sendiri
4) Mendidik dan membina masyarakat untuk menjadi manusia yang bertaqwa
dan berkepribadian, trampil dan mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga mampu dan menunaikan tugas dan kewajibannya dalam beragama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara „ala ahlussunah wal jama‟ah
(Dokumen MA. Ali Maksum tahun 2015/2016).
56
3. Letak Geografis MA Krapyak Yogyakarta
Madrasah Aliyah Ali Maksum terletak di dusun Krapyak, Desa
Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Krapyak ini letak geografisnya sangat mendukung untuk meraih
kemajuan diberbagai bidang, karena faktor yang mendukung, ya‟ni dekat dengan
perkotaan dan banyaknya lembaga pendidikan yang ada. Dengan demikian dapat
mempengaruhi pola piker masyarakat, sosial Budaya, dan status ekonomi, serta
mayoritas penduduknya beragama Islam.
Adapun letak geografis Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah sebagai berikut:
a. Alamat : Jalan KH. Ali Maksum Po. Box 1192
Yogyakarta 55011
b. Desa atau Kelurahan : Panggungharjo
c. Kecamatan : Sewon
d. Kabupaten : Bantul
e. Propinsi : Yogyakarta
Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Barat : Jalan Raya Ky Hj Ali Maksum
b. Sebelah Timur : Komplek Pondok Pesantren Ali Maksum
c. Sebelah Selatan : Komplek Desa Krapyak
d. Sebelah Utara : Jalan Jogokaryan. (Observasi 17 Desember 2015
pukul 13.00 WIB)
57
Karena Dusun Krapyak yang letaknya strategis, masyarakat Dusun Krapyak
banyak memanfaatkan lingkungan sekitar yang selalu didatangi pendatang-pendatang
dari luar daerah yang sebagian meraka adalah orang-orang yang menimba ilmu di
lembaga-pendidikan, baik setingkat SLTA maupun Perguruan Tinggi. Oleh karena
itu penduduk asli atau warga asli banyak yang membuka usaha, seperti usaha buka
pertokoan, warung makan, perbengkelan, penginapan (asrama atau kost).
4. Struktur Organisasi Madrasah
Susunan Pengurus Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta Tahun
Ajaran 2015-2016/1436-1437 H.
Kepala Sekolah : Dr. H. Hilmy Muhammad, MA.
Waka Kurikulum : H. Zaky Muhammad, Lc.
Waka Pengajaran : Ridwanul Musthofs, S.Pd.I
Waka Kesiswaan : Alfian Faridy, S.Pd.
Waka Sarana Prasarana
dan Humas : H. Fadloli Yasin, S.Ag.
Kepala Bagian Tata Usaha : Edy Machrus
Bagian-bagian :
Adm. Kepala/ Surat menyurat : Ahsin Dalhar
Adm. Keuangan : Abdul Ghani
Adm. Kesiswaan : Nuryanto
M. Aminuddin
Sarana Prasarana : Ridwanuddin, S.Pd.I
58
Perpustakaan : Sugito, S. Si
Purwanto
Bmbingan dan Penyuluhan : Dra. Sri Sumiyati
Nandar Yulianto, S.Pd. (Panitia PSB
YASALMA Krapyak Yogyakarta,
2015-2016: 36).
5. Ciri Khas dan Keunggulan
Ciri khas Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah sebagai lembaga pendidikan
Al Quran (Pondok Quran), juga sebagai lembaga formal yang berbasis pesantren.
Berkembangnya sistem pendidikan yang tidak lagi dipusatkan pada pengajaran Al-
Qur‟an, akan tetapi juga pada kajian kitab kuning, yang keduanya dapat berjalan
secara seimbang, sehingga menjadi aktifitas utama sekaligus menjadi ciri khas
pesantren.
Adapun keunggulan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta adalah mampu mencetak generasi yang hafizh Al Quran. Dari
Krapyak lah, banyak muncul penghafal Al Quran yang tersebar di seluruh Tanah Air.
Pesantren yang mempunyai tipe perkotaan, dalam arti pesantren yang
berusaha untuk mensantrikan calon sarjana atau mengulamakan calon intelektual
muslim, maksudnya Madrasah Aliyah Krapyak ini menyiapkan alumninya yang siap
mengembangkan diri, yang mampu manatap zaman dengan optimis. Menjadikan
„ulama yang berilmu tinggi dan berakhlaq mulia serta membekali dan mengantarkan
59
generasi menjadi generasi yang intelektual (Hm, 19 Desember 2015 pukul 08.00
WIB, di ndalemnya Hm Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
Karena Dusun Krapyak yang letaknya strategis, dekat dengan perkotaan,
akses jalan yang mudah dijangkau, khususnya letak lembaga pendidikan Madrasah
Aliyah Ali Maksum yang selalu didatangi pendatang-pendatang dari luar daerah,
yang sebagian mereka adalah orang-orang yang menimba ilmu di lembaga
pendidikan, baik setingkat SLTA maupun Perguruan Tinggi (Zm, S, 19 Desember
2015 pukul 10.45 WIB di ndalemnya Zm Krapyak Wetan, Sewon, Bantul
Yogyakarta dan observasi 21 Desember 2015 pukul 08.00 WIB).
6. Kurikulum
Pendidikan di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak menganut pola
campuran yang terintegrasi baik ke dalam sistem formal maupun nonformal.
Pengajian kepesantrenan sebagai bentuk pendidikan nonformal di samping dalam
rangka mempertahankan pola konvensional, juga sebagai wahana pengintensifan
pendidikan dan bimbingan kepribadian antar personal dalam bentuk metode sorogan
dan bandongan (Hm, 19 Desember 2015 pukul 08.00 WIB, di ndalemnya Hm
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
KM menerangkan; bahwa:
“Madrasah Aliyah Ali Maksum dengan status Terakreditasi A, berusaha
memadukan dan mengembangkan Kurikulum Pesantren dan Kurikulum
Nasional (Kelas X menggunakan Kurikulum 2013 dan Kelas XI-XII
menggunakan Kurikulum 2006). Dengan semboyan “berilmu, beradab,
berprestasi”, siswa-siswi MA diharapkan dapat menjadi santri yang unggul
di bidang akademik, trampil, dan siap melanjutkan ke jenjang pendidikan
Perguruan Tinggi dengan landasan keimanan dan akhlaqul karimah”.
60
Dari keterangan KM diatas bahwa pendidikan pola madrasah-formal
diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan juga untuk
mengembangkan metode-metode belajar mengajar moderen secara klasikal dan
terukur dengan tetap memasukkan muatan-muatan kepesantrenan di samping materi
non-ilmu keagamaan.
Kurikulum yang dikembangakan di Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah
integrasi dan interkoneksi antara kurikulum Kementerian Agama, Kementerian
Pendidikan dan Local Genuin Pondok Pesantren, dengan komposisi masing-masing
100%. Artinya kurikulum Kementerian Agama seluruhnya dilaksanakan dengan
tanpa pengurangan atau terpenuhi, Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional
juga demikian ditambah lagi dengan kurikulum Pondok Pesantren, secara penuh,
sehingga target kearah pemenuhan penguasaan IMTAQ (iman dan taqwa) dan IPTEK
(ilmu pengetahuan dan teknologi) terpenuhi secara seimbang (Hm, 19 Desember
2015 pukul 08.20 WIB, di ndalemnya Hm Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta).
a. Program Kurikulum Ilmu Keagamaan
Al-Qur`an, al-Al-Hadis, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh
Tasyrik, Qow. Fiqh, A qidah Akhlak, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah,
Alfiyah Ibn Malik, PKn, SKI, Sejarah, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni
Budaya, Matematika, Sosiologi, Antropologi, Penjasorkes, Teknologi Informatika
dan Ketrampilan Agama.
61
b. Program Kurikulum IPA
Al-Qur`an dan al-Hadis, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, Fiqh, Ushul Fiqh, Qow.
Fiqh, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, PKn, SKI, Sejarah, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,
Penjasorkes, Teknologi Informatika dan Ketrampilan Agama.
c. Program Kurikulum IPS
Al-Qur`an dan al-Hadis, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, Fiqh, Ushul Fiqh, Qow.
Fiqh, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, PKn, SKI, Sejarah, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi, Seni Budaya, Matematika,
Sosiologi, Antropologi, Penjasorkes, Teknologi Informatika dan Ketrampilan
Agama.
d. Ekstra Kurikuler
Sebagai penunjang proses pembelajaran MA Ali Maksum mengadakan
pelajaran tambahan sebagai pendamping :
1. Seni Baca Al Qur`an
2. Seni Hadrah/Qasidah
3. Pelatihan Da‟i
4. Seni Bela Diri
5. Seni Karawitan Islam
6. KIR (Karya Ilmiah Remaja)
7. Pelatihan Jurnalistik
8. Pelatihan Kepemimpinan
62
e. Kepesantrenan
Program kepesantrenan yang selain kurikulum reguler MA antara lain :
1. Pengajian Sorogan
Hm menerangkan bahwa;
“Sorogan adalah murid membacakan meteri kepada guru (dihadapan guru
secara langsung). Kalau sorogan itu ngajinya berdasarkan kemampuan anak”.
Sistem sorogan tersebut dapatlah diketahui beberapa kelebihan, diantaranya :
(a) Dalam sistem sorogan, kiai dan santri sama-sama aktif dalam proses
pembelajaran,
(b) Kyai dan santri dapat saling mengenal,
(c) Kyai dapat mengenali, mengetahui, dan mengevaluasi tingkat perkembangan
intelektual atau kemampuan belajar santri,
(d) Santri lebih cepat, trampil dan matang dalam membaca teks kitab dan
memahami isi kandungan kitab kuning,
(e) Mendorong santri untuk belajar secara otodidak (mandiri),
(f) Santri lebih mudah berdialog atau bertanya jawab secara langsung dengan
kyai,
(g) Sistem sorogan merupakan wadah kaderisasi yang tepat untuk
mempersiapkan calon-calon kiai dan ustadz yang ahli membaca dan
memahami isi kandungan kitab kuning, yang untuk selanjutnya
dikembangkannya dalam pengajaran sistem weton,
63
(h) Keaktifan, kerajinan, ketekunan, kedisiplinan dan kesabaran dari individu
santri sangat menentukan keberhasilannya dalam menguasai kitab kuning
(Hm, 19 Desember 2015 pukul 07.45 WIB di ndalemnya Hm, Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta).
2. Pengajian Bandongan
Hm menerangkan, bahwa;
“Bandongan adalah guru membacakan materi kepada murid, semua anak tau
materinya. Faedah bandongan adalah menyamaratakan kemampuan anak,
contoh diajari batalnya wudlu, bab tentang birul walidain, bab tentang shalat
lima waktu dan lain sebagainya”.
Dari keterangan Hm, bisa disimpulkan bahwa sistem bandongan yaitu guru
membacakan materi kepada murid, semua anak tau materinya tapi
kelemahannya tidak cermat (karena tidak ada evaluasinya) ketika bandongan
dilaksanakan diluar kelas.
b. Takhasus Al Quran;
Madrasah tahfizh bertujuan membimbing santri menghafal Al Quran
serta mendalami ilmu-ilmunya, memiliki moralitas dan akhlaq Qurani dan
sekaligus diharapkan dapat mengamalkan ajaran-ajaran Al Quran dalam
kehidupannya. Seorang santri dengan kecerdasan yang cukup, rata-rata dapat
menghafal Al Quran antara 2 s/d 4 tahun, namun untuk menghafal Al Quran
dan memahami tafsirnya serta mendalami ilmu-ilmunya memang diperlukan
waktu lebih lama lagi.
64
Santri tahfizh ini adalah adalah santri yang sudah selesai mengaji Al
Quran binnadri (dapat membaca Al Quran dengan fasih) dan memiliki niatan
kuat untuk menghafalkan dan mendalami Al Quran.
Berdasarkan wawancara dengan pengasuh madrasah tahfizhil Quran
Yayasan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta (Dn) menerangkan, bahwa;
“Yen ngaji tahfidh, iku kudu lanyah lancar 30 juz, podo lanyahe leh moco
fatihah, insyaAllah seumur hidup ora bakal ilang apalane” (Kalau mengaji
tahfidh harus lanyah lancar 30 juz, sebagaimana surat Al Fatihah, insyaAllah
seumur hidup tidak akan dilupakan hafalan Al Qurannya).
Selanjutnya Dn menjelaskan;
“bocah tahfzh iku kudu selalu husnudhan”(anak tahfizh harus selalu
berprasangka baik)
Dari keterangan Dn diatas, bahwa anak tahfizh harus menjaga hatinya,
jangan sampai terkena penyakit hati (termasuk suuddhan atau berperasangka
buruk terhadap Allah maupun hamba-Nya), sebagaimana firman Allah dalam
hadits Qudsy;
.وانا معه حين يذكـرني ,انا عند ظن عبـدي بي
Dalam hadist Qudsy Allah berfirman: “Aku, menurut persangkaan hambaKu
dan Aku besertanya di mana saja dia menyebut (mengingat) Daku.” (M. Hasbi
Ash Shiddieqy, 1991:42).
f. Kegiatan Pendampingan
Untuk mendukung sukses belajar maka diadakan kegiatan pendampingan :
1. Bimbingan Belajar (BIMBEL) khusus kelas XII
65
Prakteknya BIMBEL itu dilaksanakan kalau sudah menjelang ujian Nasional,
dan BIMBEL ini hanya bagi anak-anak yang kelas XII dalam persiapan
mengadapi ujian. Fungsi BIMBEL itu sendiri adalah kiat sukses, materinya
yaitu mata pelajaran yang akan di UAS kan dan tiap jurusan berbeda-beda.
Waktunya BIMBEL adalah ba‟da Ashar. Sedangkan Mentornya adalah guru
MA Ali Maksum, pemandu les atau program.
2. Klinik belajar bagi yang tertinggal dalam penguasaan pelajaran
3. Akselerasi, bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih diatas rata-rata
4. Matrikulasi, pensetaraan penguasaan ilmu membaca kitab kuning
5. Pengajian asrama diadakan oleh pendamping asrama terhadap anak asuhnya.
7. Data Siswa
Bahwa data siswa dan siswi MA. Ali Maksum adalah I‟dad putra
berjumlah 48, siswa I‟dad putri berjumlah 67. Sedangkan siswa MA putra
berjumlah 261, siswa MA putri berjumlah 336, jadi jumlah keseluruhan siswa ada
712 (untuk kelas persiapan masuk ke kelas X atau I‟dad dan kelas MA) (Observasi
di Kantor MA. Ali Maksum tanggal 19 bulan Desember tahun 2015, jam 09.30
WIB.).
8. Fasilitas Pesantren dan Pengembangannya
Secara keseluruhan pondok pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum
menempati tanah seluas ± 25.000 m², berlokasi di sebelah selatan Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat. Fasilitas pendukung bagi proses pendidikan dan
pengajarannya, antara lain:
66
1) Kantor Sekretariat Yayasan
2) Kantor LKIM (Lembaga Kajian Islam Mahasiswa)
3) Kantor Madrasah Aliyah
4) Kantor Madrasah Tsanawiyah
5) Kantor Madrasah Diniyah dan TPQ
6) Musholla Putra dan Musholla Putri
7) Gedung Pertemuan
8) Gedung Madrasah Aliyah
9) Gedung Madrasah Tsanawiyah
10) Gedung Madrasah Diniyah
11) Gedung Perpustakaan
12) Ruang Penginapan Tamu Putra dan Putri
13) Ruang Laboratorium Komputer
14) Ruang Laboratorium Bahasa
15) Ruang Laboratorium Multimedia
16) Ruang Laboratorium IPA, IPS, dan Agama
17) Kamar-kamar Pemondokan santri putra-putri terpisah
18) Kelas-kelas madrasah putra-putri terpisah
19) Mobil Operasional (Panitia PSB YASALMA Krapyak Yogyakarta, 2015-
2016:7).
67
C. Peran KH. Ali Maksum dalam Pembaharuan Pendidikan di Madrasah
Aliyah Krapyak Yogyakarta
Berdasarkan hasil wawancara dengan Hm tanggal 19 Desember 2015 pukul
07.00 WIB. di rumahnya Hm Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah bahwa
KH. Ali Maksum mulai mencurahkan segala tenaga dan pikirannya menetapkan
beberapa langkah strategis, diantaranya: 1. Kaderisasi „ulama atau tenaga pengajar
inti dari dalam pesantren, 2. Pengembangan sistem pendidikan pengajaran dan
kurikulum pesantren.
1. Kaderisasi „ulama atau tenaga pengajar inti dari dalam pesantren
Selama dua tahun pertama (antara 1943-1944), aktifitas intensif difokuskan pada
usaha kaderisasi „ulama, tenaga pengajar dan pengelola dari lingkungan keluarga,
dengan melibatkan seluruh putra, menantu KH. M. Munawwir, serta tetangga.
Para putera dan cucu serta menantu Almarhum KH. M. Munawir, mereka adalah:
KH. R. Abdul Qodir Munawwir (pengasuh), KH. Zaini Munawwir, KH. Zainal
Abidin Munawwir, KH. Ahmad Munawwir, KH. Dalhar Munawwir, KH. A.
Warson Munawwir, KH. Nawawi Abdul Aziz (menantu), KH. Mufid Mas‟ud
(menantu), KH. Habib Dimyati (Tremas), H. Wardan Junaid (Kauman
Yogyakarta), Abdul Hamid (tetangga, Krapyak), dan KH. Zuhdi Dahlan
(tetangga, Jogokaryan).
2. Pengembangan sistem pendidikan pengajaran dan kurikulum pesantren.
Untuk mewujudkan hal ini, K.H. Ali Maksum memandang perlu adanya
pengembangan sistem pendidikan-pengajaran dan pembenahan kurikulumnya
68
secara bertahap. Menurut beliau, pesantren harus memberikan bekal keilmuan
kepada para santrinya melalui proses pendidikan dan pengajaran. Kelompok
bidang keilmuan yang perlu dimasukkan dalam kurikulum pesantren meliputi :
a. „Ulumus Syar‟iyyah dan „ulumul Qur‟an : Tafsir, Hadits, Fiqh, Tauhid, dan
ilmu-ilmu lain yang bersangkutan dengannya, termasuk „ulumul lughah (bahasa
Arab : Nahwu, Shorof, Balaghah)
b. Ilmu-ilmu yang bersifat empiris, termasuk di sini ialah Tarikh Islam, Sejarah
Umum, Sejarah Pembinaan Hukum Islam, Ilmu Kemasyarakatan (sosiologi-
antropologi) dan Ilmu Kewarganegaraan (civic)
c. Ilmu-ilmu yang membuat kemampuan berfikir kritis dan berwawasan luas,
seperti Ilmu Mantiq (Logika), Ushul Fiqh, Qawa‟idul Fiqh, dan sejenisnya.
d. Ilmu-ilmu pembinaan budi pekerti dan karakter keislaman, diantaranya Ilmu
Akhlaq (etika), Ilmu Tasawwuf dan Thoriqot.
e. Latihan kemasyarakatan, termasuk didalamnya latihan berbicara di depan
umum (pidato, protokoler/presenter), latihan menyelesaikan masalah (problem
solving), pendekatan kepribadian (personal approach, psikologi), latihan
diskusi, latihan berorganisasi dan kepemimpinan
Hm melanjutkan bahwa Pendidikan di MA Krapyak Yogyakarta
dikembangkan senada dengan perkembangan zaman adalah yang menjadi aspek
antara aspek yang mengapa beliau mengembangkannya menggunakan sistem
madrasah, karena beliau juga mengajar di Institut Agama Islam Negeri Sunan
Kalijaga (IAIN SUKA), beliau jadi dosen di lembaga tersebut, sehingga beliau
69
melihat bedanya antara pesantren yang murni yang model bandongan dengan
pesantren yang menggunakan sistem kelas.
Beliau yang membawa sistem klasikal ini di Krapyak dan membuatnya
dalam bentuk sekolah-sekolah, sekolah SMP, sekolah Tsanawiyah, Aliyah. Dan
beliau tidak anti dengan pelajaran umum, pelajaran istilahnya kurikulum nasional.
Beliau selalu terbuka dengan kurikulum nasional ketika mendirikan madrasah.
Sejak SMP sudah mengakomodir kurikulum Nasional, beliau ingin santri itu
terus bisa berkiprah di tengah masyarakat, kalau itu pelajaran yang bersifat diniyah
saja, santri akan banyak menemukan kesulitan ketika waktu mengimplementasikan
di masyarakat. Jadi ketika tahun 80 an, madrasah ini diberi pilihan yg sulit oleh
pemerintah, kalau ikut EBTANAS (ujian Nasional), maka akan mendapat ijazah
persamaan yaitu bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri, itu kalau mengikuti
ujian nasional, maka kalau tidak, tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri.
Hm menjelaskan
“Bahwa di Krapyak sudah mengakomodir kurikulum nasional yang mana
disatupadukan dengan kurikulum pesantren, dengan tujuan (1) supaya
mendapatkan Ijazah, (2) supaya bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri
(3) supaya bisa lebih berkiprah, lebih banyak berkiprah ditengah masyarakat
kehidupan bangsa Indonesia”.
Dari keterangan diatas adalah MA Krapyak senafas dengan perubahan, tanpa
kita melupakan misi dan komitmen perjuangan dalam pendidikan kepesantrenan.
Madrasah Aliyah kelas X sudah menggunakan kurikulum 2013, artinya mampu
mengadopsi perubahan yang ada di pemerintahan. Di Yogyakarta, sekolah swasta
70
yang sudah mengadopsi kurikulum 2013 itu MA Ali Maksum dan MA yang ada di
Kulon Progo, yang lainnya yang swasta belum.
Proses pembelajaran yang dipraktekkan KH. Ali Maksum yang sampai
sekarang terus berjalan dan dilestarikan, proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
dalam kelas maupun diluar kelas adalah termasuk proses transfer, uswah hasanah
(tarbiyah), maknanya ada proses transfer sebagai mana Pondok Pesantren harus ada
unsur kyai sebagai panutan, teladan, tokoh sentral, dinut, digugu, ditiru, oleh seluruh
santri (Hm, 19 Desember 2015 pukul 07.00 WIB. di rumahnya Hm Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta)
KH. Ali Maksum menerapkan sistem bandongan yaitu guru membacakan
materi kepada murid, semua anak tau materinya , tapi kelemahannya tidak cermat
(karena tidak ada evaluasinya) ketika bandongan dilaksanakan diluar kelas. Faedah
bandongan adalah menyamaratakan kemampuan anak, contoh diajari batalnya
wudlu, bab tentang birul walidain, bab tentang shalat lima waktu dan lain
sebagainya (Hm, 19 Desember 2015 pukul 07.00 WIB. di rumahnya Hm Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta)
Hasil wawancara dengan pengasuh tahfizh Al Quran (Dn) hari jumat 17
Desember 2015 pukul 11.30 WIB. di rumahnya Dn Krapyak Yogyakarta adalah
sebagai berikut: usaha yang dilakukan KH. Ali Maksum untuk melestarikan tradisi
dalam memelihara hafalan Al Quran yang sudah dihafal, yang mana tradisi tersebut
turun temurun saat ini terus berjalan adalah santri yang sudah selesai mengaji Al
71
Qur‟an binnadri (dapat membaca al Qur‟an dengan fasih) dan memiliki niatan kuat
untuk menghafalkan dan mendalami al-Qur‟an.
Bahwa kalau anak berkeinginan menghafal Al Quran maka syarat-syarat yang
ada dan harus dimiliki oleh seorang calon penghafal Al Quran adalah syarat-syarat
yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata, yaitu adalah sebagai berikut:
1) Niat yang ikhlas dari calon penghafal
Niat yang ikhlas dan matang dari calon penghafal sangat diperlukan, sebab
apabila sudah ada niat yang matang dari calon penghafal berarti sudah ada hasrat
dan kalau kemauan sudah tertanam dilubuk hati tentu kesulitan apapun yang
menghalanginya akan ditanggulanginya.
Penghafal Al Quran yang terpaksa atau dipaksa oleh seseorang, atau
karena tujuan sesuatu fasilitas dan materi semata, banyak yang tidak berhasil,
karena tidak ada kesadaran dan rasa tanggungjawab. Apabila yang memaksa atau
yang menyuruh sudah jenuh maka dia jenuh pula menghafalnya. Dalam kitab Al
Hikam disebutkan bahwa “Amal perbuatan seseorang adalah merupakan tubuh,
sedangkan roh atau jiwa tubuh itu adalah keikhlasan hati”
2) Menjauhi sifat madzmumah
Sifat madzmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi oleh setiap
orang muslim, terutama dalam menghafal Al Quran. Sifat madzmumah ini sangat
besar pengaruhnya terhadap orang-orang yang mengahafal Al Quran, karena Al
Quran adalah kitab suci bagi umat Islam yang tidak boleh dinodai oleh siapapun
dan dengan bentuk apapun.
72
Diantara sifat madzmumah itu adalah ujub, ria, hasud dan lain sebagainya.
Ujub adalah suatu sifat rasa ingin dikagumi orang lain. Ria adalah suatu perbuatan
melakukan amalan baik hanya semata-mata mengharap pujian dari orang lain.
Apabila calon penghafal Al Quran dihinggapi dua sifat tersebut maka dia akan
malas menghafalnya manakala tidak ada orang yang melihat dan mengaguminya.
Sedangkan hasud adalah suatu perbuatan dengki atau iri hati. Yaitu tidak
senang apabila orang lain mendapat kenikmatan, dia selalu berusaha agar
kenikmatan yang ada pada orang lain itu berpindah kepada dirinya, walaupun
jalan yang ditempuhnya itu mencelakakan dirinya ataupun orang lain. Dia bangga
bila orang lain yang mendapat nikmat itu celaka, atau dia lebih rela bila suatu
kenikmatan itu lenyap dari dirinya sendiri atau dan dari orang lain yang dia iri
(sama-sama tidak merasakan nya suatu kenikmatan itu).
3) Kontinuitas dari calon penghafal
Kontinuitas dalam arti disiplin segala-galanya, termasuk disiplin waktu,
tempat, dan disiplin terhadap materi-materi yang dihafalnya sangat diperlukan.
Dengan disiplin waktu ini diajar menjadi orang yang jujur, konsekwen, dan
bertanggung jawab segala-galanya.
4) Sanggup mengorbankan waktu tertentu
Apabila penghafal sudah menetapkan waktu tertentu untuk menghafal
materi baru, maka waktu tersebut tidak boleh diganggu kepentingan lain.
Misalnya untuk berolah raga, bepergian, dan lain sebagainya. Waktu yang baik
73
untuk menghafal adalah di pagi hari jam 03.30 sebagaimana firman Allah dalam
QS. Adz Dzariyaat,18:
Artinya “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)”
(Kementerian Agama R.I., 1421 H.:859).
5) Sanggup mengulang-ulang materi yang sudah dihafal
Menghafal Al Quran adalah lebih mudah dari pada menghafal kitab-kitab
lain, karena Al Quran mempunyai keistimewaan, tidak menjemukan, dan enak
didengarkan. Menghafal materi baru lebih senang dan mudah daripada
memelihara materi yang sudah dihafal. Al Quran mudah dihafal tetapi hafalan itu
mudah pula hilang. Pagi hari dihafal dengan lancar lalu ditinggalkan sesaat karena
kesibukan lain, disiang harinya hilang lagi hafalannya tanpa membekas. Hampir
semua penghafal Al Quran demikian problemnya.
Dari keterangan pada bab tiga ini bisa disimpulkan bahwa MA. Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah lembaga pendidikan formal yang
berbasis pesantren, yang bertipe perkotaan, dan bercirikhas sebagai pesantren Al
Quran yang selalu berusaha dikembangkan senada dengan perkembangan zaman.
74
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini, akan disajikan uraian bahasa, sesuai dengan temuan peneliti,
sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan temuan yang ada sekaligus teori
yang ada. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisis kualitatif deskriptif
(pemaparan) dari data yang diperoleh melalui interview, observasi, dan dokumentasi
diidentifikasi agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari hasil tersebut akan
dikaitkan dengan teori yang ada.
Dalam penelitian ini, menggunakan analisis Huberman. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dari lapangan dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data yang ditemukan telah disajikan pada BAB III pada hasil
wawancara dan observasi.
2. Reduksi Data
Dari data yang telah ditemukan, terdapat data yang menurut peneliti tidak ada
hubungannya dengan pertanyaan, yaitu Pengurus pondok masih muda-muda,
masih ada yang kuliah, dan ada juga nyambi yang lain. Ada tugas kampus anak
bimbingannya ditinggal.
75
3. Penyajian data
a. Peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan adalah sebagai
berikut:
Kiprah KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan, bahwa KH.
Ali Maksum mulai mencurahkan segala tenaga dan pikirannya menetapkan
beberapa langkah strategis adalah:
(1) kaderisasi „ulama atau tenaga pengajar inti dari dalam pesantren
Murid-murid yang pertama di kader oleh beliau KH. Ali Maksum
tidak mengecewakan dan tidak satupun diantara mereka yang kendur
semangatnya, padahal mereka harus mengikuti berbagai macam pengajian
kitab kuning dengan sistem bandongan dan sorogan, sejak sehabis sholat
subuh sampai pukul 22.00 WIB. secara nonstop, kecuali sekedar waktu
untuk shalat dan makan, dan disiplin yang benar-benar sangat ketat,
terutama yang diterapkan kepada kader yang dari ahlul bait (keluarga).
Selama dua tahun pertama (antara 1943-1944), aktifitas intensif
difokuskan pada usaha kaderisasi „ulama, tenaga pengajar dan pengelola
dari lingkungan keluarga, dengan melibatkan seluruh putra, menantu KH.
M. Munawwir, serta tetangga.
(2) pengembangan sistem pendidikan pengajaran dan kurikulum pesantren.
K.H. Ali Maksum memandang perlu adanya pengembangan sistem
pendidikan-pengajaran dan pembenahan kurikulumnya secara bertahap.
Menurut beliau, pesantren harus memberikan bekal keilmuan kepada para
76
santrinya melalui proses pendidikan dan pengajaran. Kurikulum madrasah
dikembangkan dengan terus mengakomodir kurikulum nasional yang
sewaktu-waktu ada perubahan dari pemerintah pusat.
Kurikulum dari pemerintah pusat di satu padukan dengan kurikulum
pesantren, selain itu juga siswa-siswinya di gembleng mental dan karakternya,
sehingga alumninya diharapkan selalu siap mengembangkan diri dan semangat
otodidak yang tinggi.
Bahwa kiprah KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan bukan
hanya kaitannya dengan ngaji pengajian umum, tetapi beliau sejak awal di
Termas menjadi guru di Termas sudah mengusung sistem klasikal, sistem
madrasah maksudnya anak itu sudah di klasisifikasi berdasarkan kemampuan,
tingkatan pengetahuan, istilahnya kalau sekarang itu sistem kelas, kelas satu,
kelas dua, dan seterusnya.
Tercatat di Krapyak didirikan SMP, madrasah Tsanawiyah, madrasah
Aliyah. Ini mengapa menggunakan sistem madrasi? Sebab sistem madrasi ini
yang waktu itu dipakai oleh penjajah, dipakai oleh Belanda, tetapi karena
beliau melihat sistem itu lebih berhasil, sistem itu lebih mampu untuk
mengkondisikan anak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya karena
beliau menggunakan sistem madrasi, itu yang kenapa beliau menggunakan
sistem tersebut.
Yang menjadi aspek antara aspek yang mengapa beliau menggunakan
itu sistem madrasah, karena beliau juga mengajar di Institut Agama Islam
77
Negeri Sunan Kalijaga (IAIN SUKA), beliau jadi dosen di lembaga tersebut,
sehingga beliau melihat bedanya antara pesantren yang murni yang model
bandongan dengan pesantren yang menggunakan sistem kelas. Beliau yang
membawa sistem klasikal ini di Krapyak dan membuatnya dalam bentuk
sekolah-sekolah, sekolah SMP, sekolah Tsanawiyah, Aliyah. Dan beliau tidak
anti dengan pelajaran umum, pelajaran istilahnya kurikulum nasional. Beliau
selalu terbuka dengan kurikulum nasional ketika mendirikan madrasah.
Sistem tersebut bisa dikatakan berhasil karena kualitas mayoritas
alumninya siap mengembangkan diri termasuk santri-santri yang menjadi
dosen diberbagai perguruan tinggi di Nusantara, para pendiri Pesantren di
nusantara, santri yang menjadi pejabat pemerintahan pusat, santri yang menjadi
dokter mendirikan Universitas kedokteran, santri yang menjadi bisnismen
ekspor impor kerajinan daerah dan lain sebagainya.
b. Proses pembelajaran yang dipraktekkan KH. Ali Maksum yang sampai
sekarang terus berjalan dan dilestarikan
Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas maupun
diluar kelas adalah termasuk proses transfer, uswah hasanah (tarbiyah),
maknanya ada proses transfer sebagai mana Pondok Pesantren harus ada unsur
kyai sebagai panutan, teladan, tokoh sentral, dinut, digugu, ditiru, oleh seluruh
santri. Dan itu yang membedakan MA Krapyak dengan MA yang lain, karena
kalau madrasah lain hanya mempunyai kepala sekolah saja, beda dengan MA.
Krapyak.
78
Sorogan (murid membacakan materi kepada guru). Bandongan yaitu
guru membacakan materi kepada murid, semua anak tau materinya,
kelemahannya tidak cermat (karena tidak ada evaluasinya) ketika bandongan
dilaksanakan diluar kelas. Faedah bandongan adalah menyamaratakan
kemampuan anak, contoh diajari batalnya wudlu, bab tentang birul walidain,
bab tentang shalat lima waktu dan lain sebagainya.
c. Usaha yang dilakukan KH. Ali Maksum untuk melestarikan tradisi dalam
memelihara hafalan Al Quran yang sudah dihafal, yang mana tradisi tersebut
turun temurun saat ini terus berjalan
Bahwa santri tahfizh ini adalah adalah santri yang sudah selesai mengaji
Al Qur‟an binnadri (dapat membaca al Qur‟an dengan fasih) dan memiliki
niatan kuat untuk menghafalkan dan mendalami al-Qur‟an. Bahwa kalau anak
berkeinginan menghafal Al Quran maka syarat-syarat yang ada dan harus
dimiliki oleh seorang calon penghafal Al Quran adalah syarat-syarat yang
berhubungan dengan naluri insaniyah semata, yaitu adalah sebagai berikut:
1. Niat yang ikhlas dari calon penghafal
Niat yang ikhlas dan matang dari calon penghafal sangat diperlukan,
sebab apabila sudah ada niat yang matang dari calon penghafal berarti sudah
ada hasrat dan kalau kemauan sudah tertanam dilubuk hati tentu kesulitan
apapun yang menghalanginya akan ditanggulanginya.
Penghafal Al Quran yang terpaksa atau dipaksa oleh seseorang, atau
karena tujuan sesuatu fasilitas dan materi semata, banyak yang tidak
79
berhasil, karena tidak ada kesadaran dan rasa tanggungjawab. Apabila yang
memaksa atau yang menyuruh sudah jenuh maka dia jenuh pula
menghafalnya. Dalam kitab Al Hikam disebutkan bahwa “Amal perbuatan
seseorang adalah merupakan tubuh, sedangkan roh atau jiwa tubuh itu
adalah keikhlasan hati”
2). Menjauhi sifat madzmumah
Sifat madzmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi oleh
setiap orang muslim, terutama dalam menghafal Al Quran. Sifat
madzmumah ini sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang yang
mengahafal Al Quran, karena Al Quran adalah kitab suci bagi umat Islam
yang tidak boleh dinodai oleh siapapun dan dengan bentuk apapun.
Diantara sifat madzmumah itu adalah ujub, ria, hasud dan lain
sebagainya. Ujub adalah suatu sifat rasa ingin dikagumi orang lain. Ria
adalah suatu perbuatan melakukan amalan baik hanya semata-mata
mengharap pujian dari orang lain. Apabila calon penghafal Al Quran
dihinggapi dua sifat tersebut maka dia akan malas menghafalnya manakala
tidak ada orang yang melihat dan mengaguminya.
Sedangkan hasud adalah suatu perbuatan dengki atau iri hati. Yaitu
tidak senang apabila orang lain mendapat kenikmatan, dia selalu berusaha
agar kenikmatan yang ada pada orang lain itu berpindah kepada dirinya,
walaupun jalan yang ditempuhnya itu mencelakakan dirinya ataupun orang
lain. Dia bangga bila orang lain yang mendapat nikmat itu celaka, atau dia
80
lebih rela bila suatu kenikmatan itu lenyap dari dirinya sendiri atau dan
dari orang lain yang dia iri (sama-sama tidak merasakan nya suatu
kenikmatan itu).
3). Kontinuitas dari calon penghafal
Kontinuitas dalam arti disiplin segala-galanya, termasuk disiplin
waktu, tempat, dan disiplin terhadap materi-materi yang dihafalnya sangat
diperlukan. Dengan disiplin waktu ini diajar menjadi orang yang jujur,
konsekwen, dan bertanggung jawab segala-galanya.
4). Sanggup mengorbankan waktu tertentu
Apabila penghafal sudah menetapkan waktu tertentu untuk
menghafal materi baru, maka waktu tersebut tidak boleh diganggu
kepentingan lain. Misalnya untuk berolah raga, bepergian, dan lain
sebagainya. Waktu yang baik untuk menghafal adalah di pagi hari jam
03.30 sebagaimana firman Allah dalam QS. Adz Dzariyaat,18:
Artinya “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada
Allah)” (Kementerian Agama R.I., 1421 H.:859).
Dan Waktu baik untuk menghafal pagi hari sebelum jam 08.00
atau di sore hari antara jam 16.00 sampai dengan jam 18.00, karena pada
waktu-waktu tersebut udara sejuk dan tenang . Pagi hari setelah tidur baik
sekali dipergunakan untuk menghafal, karena otak pada waktu itu belum
terpengaruh oleh problem lain. Sedangkan sore setelah istirahat siang, juga
81
baik, karena otak baru istirahat dari memikirkan segala problematika hidup
di siang hari. Jadi kegiatan menghafal mendapat udara baru sehingga
tenang dan cepat membekas.
5). Sanggup mengulang-ulang materi yang sudah dihafal
Menghafal Al Quran adalah lebih mudah dari pada menghafal
kitab-kitab lain, karena Al Quran mempunyai keistimewaan, tidak
menjemukan, dan enak didengarkan. Menghafal materi baru lebih senang
dan mudah daripada memelihara materi yang sudah dihafal. Al Quran
mudah dihafal tetapi hafalan itu mudah pula hilang. Pagi hari dihafal
dengan lancar lalu ditinggalkan sesaat karena kesibukan lain, disiang
harinya hilang lagi hafalannya tanpa membekas. Hampir semua penghafal
Al Quran demikian problemnya. Oleh karenanya perlu diadakan
pemeliharaan hafalan yang sangat ketat, sebab kalau tidak dipelihara maka
sia-sialah menghafal Al Quran.
Pemeliharaan hafalan Al Quran ini ibarat seorang berburu binatang
di hutan rimba yang banyak buruannya. Pemburu lebih senang menembak
binatang yang ada didepannya daripada menjaga binatang hasil buruannya.
Hasil buruan yang sudah ditaruh di belakang itu akan lepas apabila tidak
diikat kuat-kuat. Begitu pula halnya orang yang menghafal Al Quran,
mereka lebih senang menghafal materi baru daripada mengulang-ulang
materi yang sudah dihafal.
82
Kunci keberhasilan menghafal Al Quran adalah mengulang-
ulang hafalan yang telah dihafalnya yang disebut “takrir”, bahwa Al
Qur‟an yang sudah dihafal harus bisa bunyi atau lanyah sebagaimana Al
Fatikhah, yang insyaAllah tidak ada akan dilupakan seumur hidupnya.
KH. Munawir yang sejak dari awal mendirikan pondok Krapyak adalah
pondok Quran. Maka anak harus punya kemampuan atau ketrampilan membaca
Al Quran dengan baik dan benar, kalau anak mempunyai hafalan Quran juga
hafalan Qurannya bagus, anak harus mampu mengetahui isinya Al Quran yang
kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang menjadi misi
utama dan tujuan pesantren Krapyak Yogyakarta yang dirumuskan anak mampu
membaca kitab dengan baik, yang dalam pembelajarannya tekanan di nahwu,
shorof dan juga bahasa arab, sebagai alat untuk memahami isi kitab. Ini
merupakan warisan dari KH. Ali Maksum.
d. Tugas pembimbing MA Ali Maksum
Bahwa tugas pembimbing antara lain adalah (1) mengkoordinir, (2)
distributor informasi, (3) memberikan motivasi semangat pada bimbingannya.
Pembimbing dapat memantau anak-anak bimbingannya antara lain dengan
menggunakan absen, dan setiap pembimbing ada absen anak-anak bimbingannya
masing-masing. Dan pembimbing itu ada jadwal piketnya masing-masing.
Pembimbing memantau anak-anak bimbingannya pada waktu
musyawarah atau diskusi atau belajar kelompok dilaksanakan setiap hari pukul
20.30-21.30 WIB. Dalam musyawarah yang dibahas adalah materi yang akan
83
dipelajari esok harinya (persiapan untuk pembelajaran). Musyawarah atau
belajar itu dilaksanakan tidak disatu ruangan, tapi di banyak ruang yang mana
ada pembimbingnya masing-masing yaitu untuk 7 anak satu pembimbing.
e. Praktek BIMBEL (Bimbingan Belajar) dan musyawarah atau diskusi
Prakteknya BIMBEL itu dilaksanakan kalau sudah menjelang ujian
Nasional, dan BIMBEL ini hanya bagi anak-anak yang kelas XII dalam
persiapan mengadapi ujian. Fungsi BIMBEL itu sendiri adalah kiat sukses,
materinya yaitu mata pelajaran yang akan di UAS kan dan tiap jurusan berbeda-
beda. Waktunya BIMBEL adalah ba‟da Ashar. Sedangkan Mentornya adalah
guru MA Ali Maksum, pemandu les atau program.
4. Penarikan Kesimpulan
a. Kiprah KH. Ali Maksum dalam Pembaharuan Pendidikan;
Kiprah KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan, bahwa KH.
Ali Maksum mulai mencurahkan segala tenaga dan pikirannya menetapkan
beberapa langkah strategis, diantaranya: (1) kaderisasi „ulama atau tenaga
pengajar inti dari dalam pesantren, (2) pengembangan sistem pendidikan
pengajaran dan kurikulum pesantren.
b. Pembaharuan Pendidikan di MA Krapyak Yogyakarta senada dengan
perkembangan zaman;
Bahwa kiprah KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan bukan
hanya kaitannya dengan ngaji pengajian umum, tetapi beliau sejak awal di
Termas menjadi guru di Termas sudah mengusung sistem klasikal, sistem
84
madrasah maksudnya anak itu sudah di klasisifikasi berdasarkan kemampuan,
tingkatan pengetahuan, istilahnya kalau sekarang itu sistem kelas, kelas satu,
kelas dua, dan seterusnya.
Di Krapyak sudah mengakomodir kurikulum nasional yang mana
disatupadukan dengan kurikulum pesantren, dengan tujuan (1) supaya
mendapatkan Ijazah, (2) supaya bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri
(3) supaya bisa lebih berkiprah, lebih banyak berkiprah ditengah masyarakat
kehidupan bangsa Indonesia.
c. Proses pembelajaran yang dipraktekkan KH. Ali Maksum yang sampai
sekarang terus berjalan dan dilestarikan
Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas maupun diluar
kelas adalah termasuk proses transfer, uswah hasanah (tarbiyah), maknanya
ada proses transfer sebagai mana Pondok Pesantren harus ada unsur kyai
sebagai panutan, teladan, tokoh sentral, dinut, digugu, ditiru, oleh seluruh
santri. KH. Ali Maksum menerapkan sistem bandongan dan dengan sistem
sorogan.
d. Usaha yang dilakukan KH. Ali Maksum untuk melestarikan tradisi dalam
memelihara hafalan Al Quran yang sudah dihafal, yang mana tradisi tersebut
turun temurun saat ini terus berjalan;
Bahwa kalau anak berkeinginan menghafal Al Quran maka syarat-
syarat yang ada dan harus dimiliki oleh seorang calon penghafal Al Quran
85
adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata, yaitu
adalah sebagai berikut:
1) Niat yang ikhlas dari calon penghafal
2) Menjauhi sifat madzmumah
3) Kontinuitas dari calon penghafal
4) Sanggup mengorbankan waktu tertentu
5) Sanggup mengulang-ulang materi yang sudah dihafal.
5. Pengecekan Keabsahan Data (Triangulasi)
Triangulasi atau pengecekan keabsahan data dalam skripsi ini yaitu berupa
pendukung yang membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti pada
penelitian ini sebagai pendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti
yaitu:
a. Menggunakan bahan referensi data hasil wawancara didukung dengan adanya
rekaman wawancara dan video pada saat wawancara. Data tentang gambaran
umum MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta yang didukung oleh foto-foto. Alat-
alat bantu perekam data dalam penelitian ini (kamera, video, alat rekam suara)
b. Peneliti melakukan pengecekan data ke informan langsung dan juga observasi lagi
pada kunjungan kembali di MA Ali Maksum pada tanggal 17 sampai 19 pebruari
2016 yang mana tanggal tersebut bertepatan dengan haul al magfurlah KH. Ali
Maksum.
Berdasarkan analisis tersebut diatas adalah bahwa pembaharuan pendidikan
oleh KH.Ali Maksum terus berlanjut sampai saat ini yang dilanjutkan terus turun
86
temurun oleh keturunan beliau yang sesuai dengan kajian teori adalah sejalan dengan
pembaharuan yang dilakukan oleh Ali Pasya yaitu pembaharuan dengan jalan
mendirikan sekolah yang meniru sistem pendidikan dan pengajaran barat dengan
memasukkan ilmu pengetahuan modern ke dalam madrasah.
Lembaga pendidikan Ali Maksum tersebut yang terus dikembangkan itu
adalah Madrasah (MTs dan MA Ali Maksum) dan dengan memperkuat didikan
agama di sekolah (SMP dan SMA Ali Maksum) juga di Universitas Kedokteran Ali
Maksum dengan menggunakan model pendidikan integralistik.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian, pembahasan dan analisis, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Profil KH. Ali Maksum;
KH. Ali Maksum lahir pada tanggal 02 Maret 1915 di desa Soditan, Lasem,
kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dari keluarga keturunan Sultan Minangkabau
Malaka. KH. Ali Maksum wafat pada tanggal 07 Desember tahun 1989.
Karya-karya tulis beliau antara lain: a. Mizanul „Uqul fi Ilmil Mantiq, yang
berisi prinsip-prinsip dasar ilmu mantiq, b. Ash-Shorful Wadhih, yang berisi
kaidah-kaidah dan amtsilatut tashrif (latihan praktis tashriful kalimah) dengan
metode baru temuan KH. Ali Maksum, c. Jawami‟ul Kalim Manqulah min ahadits
al-Jami‟ ash-shoghir murattabah „ala hurufl hijaiyyah ka ashliha, berisi koleksi
hadis-hadis pendek yang mengandung pemahaman yang luas dan dalam, yang
dicuplik dari kitab al-Jami‟us Shoghir, d. Pesantren dan ‟Ulama, merupakan
kumpulan makalah tulisan KH. Ali Maksum yang tersebar di Majalah Bangkit,
surat kabar, forum seminar, dan media cetak lainnya, e. Eling-eling Siro
Manungso, yang berisi kumpulan syi‟iran sholawatan berbahasa Jawa gubahan
KH. Ali Maksum.
88
2. Peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan di Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
Bahwa kiprah KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan, adalah
bahwa KH. Ali Maksum mulai mencurahkan segala tenaga dan pikirannya
menetapkan beberapa langkah strategis, diantaranya: (1) kaderisasi „ulama atau
tenaga pengajar inti dari dalam pesantren, (2) pengembangan sistem pendidikan
pengajaran dan kurikulum pesantren.
Pembaharuan pendidikan di Madrasah Aliyah Krapyak Yogyakarta yang
dikembangkan senada dengan perkembangan zaman, yaitu dengan selalu
mengakomodir kurikulum nasional yang disatupadukan dengan kurikulum
pesantren, dengan tujuan (1) supaya mendapatkan ijazah, (2) bisa melanjutkan ke
Perguruan Tinggi Negeri (3) supaya bisa lebih berkiprah, baik berkiprah ditengah
masyarakat maupun kehidupan bangsa dan negara.
Tradisi menghafal Al Quran dan memelihara hafalan Al Quran yang
sudah dihafal, yang mana tradisi tersebut turun temurun yang di laksanakan oleh
keturunan beliau (KH. Ali Maksum) dan juga santri-santri yang ada di pesantren
Krapyak Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian adalah pendidikan integralistik ini mampu
memproduksi ulama yang intelek dan profesional yang memiliki keteguhan iman
dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani, sebagaimana model pembaharuan
pendidikan di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta yang terapkan oleh KH. Ali Maksum.
89
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka berikut akan diajukan beberapa
masukan yang diharapkan akan bermanfaat bagi Madrasah Aliyah Ali Maksum:
1. Kepada guru-guru dan pembimbing Madrasah Aliyah Ali Maksum
a. Menjaga kedisiplinan dalam mengemban tugas mengajar dan tangggungjawab
pada anak bimbingannya.
b. Menggunakan metode yang variatif agar tidak membosankan dalam KBM
maupun BIMBEL.
2. Kepada Siswa-siswi Madrasah Aliyah Ali Maksum
a. Hendaknya disiplin dan pandai membagi waktu seoptimal mungkin demi
tercapainya kesuksesan dalam belajar.
b. Hendaknya menggunakan fasilitas madrasah maupun pesantren yang ada
dengan sebaik mungkin.
90
DAFTAR PUSTAKA
Al Sa‟ud, „Abd al „Aziz (1421H). Al Quran dan Terjemahnya, Madinah: Kompleks
Percetakan Al Quran Raja Fadh
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta.
As‟ad, Aly (1978). Terjemah Ta‟limul Muta‟allim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan, Surabaya: Menara Kudus.
Ash Shiddieqy, M. Hasbi (1991). Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: PT
Bulan Bintang.
Fadjar, A. Malik (1999) 1. Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam 2. Reorientasi
Pendidikan Islam. pdf, diakses hari jumat 15 Januari 2016 jam 13.00 WIB.
Fatimah, Siti (2011). Peran KH. Muhammad Kholil dalam Mengembangkan Islam di
Bangkalan-Madura. Skripsi. Tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. pdf, diakses hari kamis 19
November 2015 jam 13.00 WIB.
Hanna, Rahmat. Pendidikan Islam Alternatif Upaya Mengembangkan Madrasah. Pdf,
diakses hari jumat 15 Januari 2016 jam 13.10 WIB.
Khallaf, Abdul Wahab (1994). Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama
L, Alfred (2014). Teknologi Pembelajaran PAI, Salatiga.
Maulana, Ahmad dkk (2003). Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut.
Moleong, Lexy J (2008). Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remadja
Rosdakarya.
Muhdlor, A. Zuhdi (1989). K.H. Ali Ma‟shum Perjuangan dan Pemikiran-
pemikirannya, Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Pesantren, Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensikopedi Bebas. id. wikipedia. org/ wiki/
Pesantren, diakses hari rabu, 18 November 2015, jam 13.00 WIB.
Surakhmad, Winarno (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah Metode dan Tehnik.
Bandung: Tarsito.
91
Syakur, Djunaidi A., Dkk, (1998). Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta Sejarah dan Perkembangannya, Yogyakarta: El Muna “Q”
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak.
Wahidah, Yelis Nur. Pembaharuan Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi
Tantangan Dan Hambatan Di Masa Modern. Pdf, diakses jumat 15
Januari 2016 jam 13.20 WIB.
Winarsih, Oktariana Dini (2015). Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Kompetensi Guru di MTs. Negeri Windusari Kacamatan Windusari
Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2014/ 2015. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Salatiga: Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga.
Zen, A. Muhaimin (1985). Tata Cara/Problematika Menghafal Al Quran dan
Petunjuk-petunjuknya. Jakarta: Pustaka Al Husna.
92
93
94
95
96
JADWAL KEGIATAN SANTRI
Jadwal Kegiatan Harian
03.30-04.30 Bangun Tidur, Mandi
04.30-05.00 Sholat Shubuh Berjamaah
05.00-06.00 Pengajian Al Quran/Bandongan/Sorogan
06.00-07.00 Makan Pagi, Persiapan Sekolah
07.00-13.00 Kegiatan Belajar Mengajar di Madrasah
13.00-15.45 Makan Siang, Istirahat
15.45-17.00 Pengajian/Kegiatan Ekstra Kurikuler
17.00-18.00 Makan Sore, Sholat Maghrib Berjamaah
18.00-20.00 Pengajian Al Quran/Bandongan/Sorogan
20.00-21.30 Musyawarah/Bimbingan Belajar
21.30-22.15 Kegiatan Asrama
22.15-03.30 Istirahat, Tidur
Jadwal Kegiatan Mingguan (malam jumat dan jumat pagi)
Setelah Shalat Maghrib
(18.00-20.30)
Sambung Rasa
Membaca Shalawat
Tahlil/Mujahadah
Latihan Ceramah/Pidato
Setelah Shalat Subuh
(05.00-07.00)
Muqoddaman
Ziarah Qubur
Kerja Bakti
Olahraga
Jadwal Kegiatan Bulanan (Selapanan)
Malam Sabtu Wage Semaan Al Quran
Setiap Tanggal 17/18 Upacara Bendera
Pekan Akhir Bulan Muhadlarah (Arab/Inggris)
97
Jadwal Kegiatan Tahunan
1 Muharram Tahun Baru Hijriyah
12 Rabiul Awwal Maulid Nabi Muhammmad
9 Jumadil Awwal Haul Alm. KH. Ali Maksum
10 Jumadil Akhir Haul Alm. KH. M. Munawwir
27 Rajab Isra Mi‟raj
17 Agustus HUT Kemerdekaan RI
98
WAWANCARA
Wawancara dengan Dr. H. Hilmy Muhammad, MA. (Salah satu cucu KH. Ali
Maksum, sebagai Kepala Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta)
Pedoman Wawancara:
Pertanyaan!
1. Bagaimana peran KH. Ali Maksum dalam pembaharuan pendidikan di MA
Krapyak Yogyakarta senada dengan perkembangan zaman?
2. Proses pembelajaran yang bagaimana yang dipraktekkan KH. Ali Maksum yang
sampai sekarang terus berjalan dan dilestarikan?
3. Bagaimana gambaran dalam upaya memadukan sistem pendidikan formal dan
Pendidikan nonformal di Madrasah Aliyah?
4. Pengertian pengajian sorogan dan bandongan serta faedahnya!
5. Bagaimana praktek pengajian sorogan dan bandongan tersebut yang tetap
berkembang secara turun temurun?
Jawaban dari pertanyaan diatas!
Simbah itu bukan hanya kaitannya dengan ngaji pengajian umum, tapi Mbah
Ali sejak awal di Termas itu jadi guru di Termas sudah mengusung system klasikal,
system madrasah maksudnya anak itu sudah di klasisifikasi berdasarkan kemampuan,
tingkatan pengetahuan, istilahnya kalau sekarang itu system kelas, kelas satu, kelas
dua, tidak di sistem pokok e ngaji pokok e bandongan itu tidak. Bandongan ya kalau
Bandongan, Bandongan ya kelas berapa dengan kelas berapa. System madrasah itu
sudah beliau jalankan sekitar tahun 1930 an.
99
Ketika beliau berada di Krapyak beliau juga melanjutkan system kelas,
system madrasi, tercatat di Krapyak ini beliau pernah mendirikan SMP, pernah
mendirikan Madrasah Tsanawiyah, madrasah Aliyah, beliau pendirinya. Ini ngapain
kok menggunakan system madrasi? Sebab system madrasi ini yang waktu itu
dipakai oleh penjajah, dipakai oleh Belanda, tetapi karena beliau melihat system itu
lebih berhasil, system itu lebih mampu untuk mengkondisikan anak sesuai dengan
kemampuan dan kapasitasnya karena beliau menggunakan system madrasi, itu yang
kenapa beliau , saya kira itu yang juga menjadi apa eeeee,
menjadi aspek antara aspek yang kenapa beliau menggunakan itu system
madrasah, karena beliau juga mengajar di Institut Agama Islam (IAIN SUKA),
beliau jadi dosen di situ , sehingga beliau melihat bedanya yang pesantren murni
yang model bandongan dengan system kelas, melihat antara system pesantren murni
yang model bandongan dan system kelas. Beliau yang membawa system klasikal ini
di Krapyak dan membuatnya dalam bentuk sekolah-sekolah, Sekolah SMP, sekolah
Tsanawiyah, Aliyah. Yang kedua mbah Ali itu eee.., tidak anti dengan pelajaran
umum, pelajaran istilahnya kurikulum nasional. Beliau selalu terbuka dengan
kurikulum nasional, dan ini sejak tahun 55,sejak tahun 50 an saya tepatnya ini kurang
jelas, Ketika mendirikan madrasah tdk pernah mligi hanya mengajarkan pelajaran
yang sifatanya diniyah tok, ini kenapa?
Mbah Ali itu tidak anti dengan pelajaran umum, pelajaran istilahnya
kurikulum nasional, beliau selalu terbuka dengan kurikulum nasional, ketika
mendirikan madrasah. Sejak SMP sudah mengakomodir kurikulum Nasional, beliau
100
ingin santri itu terus bisa berkiprah di tengah masyarakat, kalau itu pelajaran yang
bersifat diniyah saja, santri akan banyak menemukan kesulitan ketika waktu
mengimplementaasikan di masyarakat. Jadi ketika tahun 80 an, madrasah ini diberi
pilihan yg sulit oleh pemerintah, kalau anda mau ikut ujian Nasional (EBTANAS) ,
maka anda akan mendapat ijazah persamaan yaitu bisa melanjutkan ke Perguruan
Tinggi Negeri, itu kalau mengikuti ujian nasional, maka kalau tidak, anda nggak bisa
melanjutkan ke Perguruan Tinggi negeri. Karena dari pemerintah punya kualifikasi
yang mana siswa harus berpengetahuan yang cukup tentang kewarganegaraan (kalau
dulu PMP sekarang PPKN)
Tahun 80 itu geger, pemerintah ingin standarisasi pemerintah punya
kwalifikasi begini2 secara PMP, ada kemampuan bahasa indonesia yg cukup untuk
masuk Perguruan Tinggi. Bagi yang madrasah pingin malanjutkan ke Perguruan
Tinggi, dia harus EBTANAS maksudnya ujian persamaan
Jaman itu luar biasa, jaman itu menjadi jaman itu menjadi penentuan yg luar
biasa, krn banyak kyai yang nggak mau perubahan. Sampai Kemudian di pondok kita
ini, juga ada seperti kyai Zaenal,Kyai Warson, kalau begini saya nggak mau ngajar.
Mereka caranya gimana? Dia nggak mau tau itu.
Di Kajen, di Gontor,di Salfiah lirboyo nggak mau dia. Jadi seandainya kalau
anak lulus dari gontor maka dia hrs cari persamaan, dan itu tidak terjadi di Krapyak
ini.
Tidak terjadi di Krapyak ini, karena di Krapyak ini sudah
mengakomodir kurikulum nasional yang mana disatupadukan dengan
101
kurikulum pesantren, tujuane opo? 1. supoyo bisa entuk Ijazah, 2. sopoyo iso
melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri 3. supoyo bisa lebih berkiprah, lebih
banyak berkiprah ditengah masyarakat kehidupan bangsa Indonesia
Korbannya apa? Mbah Zaenal nggak mau ngajar. Tetapi karena ini
kepentingannya lebih luas, maka Mbah Ali tetap memutuskan anak MTs, Aliyah
karena untuk mengikuti ujian Nasional maka dikelas ada pelajaran matematika,
bahasa inggris, dll.
Pelajaran Matematika, bahasa Indonesia, bahasa inggris. Na ini kyai2 nggak
mau karena jam nya dikurangi seperti di Lirboyo, di Kajen, dia nggak mau tau.
Tetapi karena itu kepentingannya lebih luas, anak-anak harus mengikuti ujian
Nasional. Para kyai nggak mau, karena jam pelajarannya dikurangi, kalau mbah Ali
nggak. Bagi madrasah yang ikut (mengadopsi kurikulum nasional), mereka ada
2 model:
1. Mereka membedakan, pokoknya Sekolah pagi itu kurikulum nasional,
sekolah sore diniyah, jadi sekolah pagi ikut kurikulum persis koyo kurikulum
MAN utowo SMA ini pola yg pertama.
IPS 6 jam yo di kak i 6 jam tenan, PPKN 5 jam yo 5 jam, Matematika 5 jam yo
di kak i 5 jam itu dalam satu minggu, dan sekolah sore itu sekolah diniyah
(kurikulum pesantren). Jadi seandainya kelas 2 aliyah sekolah pagi naik, sekolah
sore tidak naik, maka karena sekolah pagi naik maka sekolah sorepun di
naikkan, maka yang pelajaran sore itu yang kurikulum kepesantrenan itu di
kepret
102
2. Pola yang kita jalani di Krapyak ini, pola Integral ,disatukan antara
kurikulum nasional dengan kurikulum pesantren, maknanya apa? Kita
tidak ada sekolah sore, jadi Matematika, IPA ,IPS , Bahasa Inggris, Bahasa
Indonesia, dijadikan satu konten dalam sekup apa yg dinamakan system
madrasah, yang mana Bahasa Arab, Nahwu, Shorof, yaitu pelajaran-
pelajaran kurikulum Nasional dan kurikulum Pesantren dijadiakan satu
dalam pelajaran madrasah, disitu kita bisa menyelesaikan masalah yang
mana di pondok2 lain itu sulit, kurikulum pesantren dan kurikulum
nasional, nahwu shorof, ini dlm sekup sistem madrasah, kita itu tdk lagi
membedakan anak mondok atau sekolah tapi ya mondok ya sekolah, ya
sekolkah ya mondok. Kalau anak nilainya kurang dari 6 itu tidak naik.
Karena kurikulum kita itu sudah kita integralkan, sama, kita punya pelajaran
setara, kita punya kurikulum kita juga punya apa ini namanya muatan yg kita tekan,
sama dgn kurikulum nasional, tekanan di bahasa indonesia, matematika,dll, dan juga
tekanan di nahwu shorof dan juga bahasa arab.
Almarhum bpk saya KEPSEK, itu kalau Mbah bilang apa ya manut, dan
mbah menetapkan bahwa pondok kita Ini Pondok Yg Mengakomodir kurikulum
nasional. Setiap kali ada perubahan kurikulum, kita hrs siap, tanggap, tapi kita tdk
mengurangi misi pesantren. Tetapi kita todak boleh mengurangi muatan kita, tidak
meninggalkan kurikulum pesantren. Kita prihatin dengan pesantren yang lain yang
mana dia mengakomodir kurikulum nasional tapi pelajaran diniyah nya( kurikulum
pesantrennya) itu di kepret, karena waktunya sore leh pelajaran diniyah yo sudah
103
capek , kalau itu pelajaran kita tdk mau begitu. Okey kita nuruti apa yg menjadi
standar Nasional, tapi kita tdk boleh meninggalkan misi kita, kita juga punya muatan
itu yang nggak boleh kalah, kita punya standar yang sama, kita tidak boleh
kehilangan jati diri, yang mana kita Nguru-uri agomo Islam, kita harus punya misi.
Dan jadinya Alhamdulilah lulusan kita lulusan yg yang Mewarnai lah dunia,
katakanlah NU juga. Kata Mbah makanane Sarjana itu ngerti donyo, tau
perubahan, ikut perubahan tapi tidak terseret, tidak hanyut, tidak keli tapi ngeli
(menyelami/berenang tapi tidak tenggelam), kita ikut tapi kita sadar, tidak keli,
waton manut, ini jiwa yg selalu saya tanamkan pada guru2 ini warisan dari bpk dan
mbah. Kita tidak sekedar yg beda, podo2 MTs, Aliyah kita punya kok beda dengan
yang lain.
Misi Terpenting ada 2 , Kemampuan kita/ isi kurikulum
1. Karena kita ini mbah mewarisi mbah Munawir, yg mbah munawir itu
dari awal pondok kita ini pondok quran. Anak itu hrs punya
kemampuan/ketrampilan membaca Al Quran dengan baik dan benar,
kalau dia punya hafalan Quran juga hafalannya Quran baik.
2. Anak itu harus bisa Ngerti isine Quran, ngerti apa yang dadi karepe
Quran, iso isinya Quran. Misi utama/gool/tujuan pesantren kita, kita
rumuskan anak punya kemampuan membaca kitab.
Kita tidak ingin Pondok kita ini yang santrinya sekedar ngudari ibarat, apa
maksudnya? satu kata di uplek2, sing jenenge nahwu itu ya kita fahami aja untuk
104
bisa baca kitab, nak wis iso moco yo wis, kalau mau detail nahwu ya mestinya jadi
ahli nahwu aja.
Kita itu tidak seperti pondok Sarang, pondok Lirboyo, sing nik karo nahwu
itu nganti kelas2 se di buat kelas jurmiyah, kelas Alfiyah lha kita tidak begitu. Sing
jenenge Nahwu itu kita fahami sebagai alat untuk kita bisa baca, nek wis iso moco
yowis itu minimalis yow is, kalau mau detail ya jadi ahli nahwu. Dan nahwu itu
menjadi pelajaran pokok itu namanya keterlaluan ya kebangeten lah, ya begitu itu.
Yg kedua kita juga tidak ingin menjadi pondok bahasa, spt pondok gontor,
spt pondok yang darul2, biasanya pondok bahasa. Sebab Santri kita/alumni kita akan
berkiprah di Indonesia, yang Indonesia itu pake bahasa jawa, bahasa Indonesia.
Meskipun b arab b inggris ditekankan itu ngapain? toh berkiprahnya di Indonesia
yang mana bahasanya pakai bahasa jawa dan Indonesia. Meskipun di kurikulum kita
ada keharusan bahasa Arab, Inggris dan di porsinya juga besar ini b. arab dan b.
inggris. Anak-anak kita setiap th bisa mengisi di luar negeri, ke Sudan bisa ke
Yaman, di Universitas-universitas terkemuka di dunia. Maknanya apa? Apa yang
kita ajarkan itu di ya standar Internasional.
Fasih berbahasa Inggris itu bukan kemampuan tapi sekedar ketrampilan.
Mbah Ali Ambil yg tengah-tengah, kita bukan pondok bahasa, yg penting itu nahwu
shorof, ketrampilan berbahasa arab dan berbahasa Inggris itu bisa di kembangkan
sendiri. Kalau anak sudah bisa nahwu shorof, maka baca kitab apapun dia mampu
kalau sudah tau uslubnya, anak kembangkan sendiri ketrampilan berbahasa ( baik
bahasa inggris dan bahasa Arab)
105
Alumni yang siap mengembangkan diri, itu yg hrs di jadikan catatan
besar, kalau mau pendalaman yg jauh ya Perguruan Tinggi, mau di arab ya
monggo, mau di IND ya monggo,
itu yg menjadi visi dan misi mbah Ali Maksum, system madras yg beliau
kembangkan di Krapyak
Kalau melihat yg Bliau sudah asaskan, beliau sudah buat untuk kami
landaskan kami yakin basis , kita mampu menatap mampu manatap zaman dengan
Optimis, kalau hari ini ada kur 13 Alhamdulilah
MA kls 1 sdh menggunakan kurikulum 2013, artinya kita mampu
mengadopsi perobahan yang ada di pemerintahan sana. Di JogJa ini hanya yang
swasta kita dan yang di Kulon Progo. Yang lainnya yang swasta belum. Kita bisa
senafas dengan perubahan. Senafas ,tanpa kita itu lupa misi dan komitmen
perjuangan kita. Sebab banyak yang mung katut tok. Kita ikuti perubahan tapi kita
punya misi. Proses KBM di dalam kelas maupun diluar kelas adalah termasuk proses
transfer, Uswah Hasanah ( Tarbiyah ), maknanya ada proses transfer sebagai mana
PONPEST hrs ada unsure kyai sebagai panutan, teladan ,tokoh sentral, dinut, digugu,
ditiru, oleh seluruh santri. Dan itu yg membedakan kita dgn yg lain, kalau madrasah
lain Cuma punya kepala sekolah tok.
Kalau pak kyai urusannya bukan hanya ngaji, jauh dari sekedar KEPSEK.
Pak Kyai mulai gugah tangi, nangekke, nurokke, nek loro bocahe di tiliki. Dan itu
tidak hanya waktu anak di pesantren tapi juga setelah lulus. Kyai itu yo ngurusi opo
anane bocah, seko nangekke, golekke bojo , golekke sekolahan, Nak ora duwe duwit
106
yo nyarikan beasiswanya, yo wis koyo bapakne dewe, yo bapakne dewe dan itu
penuh pembelajaran dan itu diluar kelas
Itu kalaau bicara tentang kyai. Engko nak bocahe santri sdh dii rumah di
totoki masy maka kyai ikut turun tangan . dan itu penuh pembelajaran , ini mbah Ali
ya spt itu kalau ada mantenan ya suruh ngakatkan, ngsih modal kadang, ni sampe
kmdn ya tipe kyai. Mbah Ali dekat sama santri, karena beliau itu ker dengan santri
Anakku Masyhuri iki haul teko, pake tulisan tangan sendiri, untuk
membangkitka n emosi, membangkitka pengalaman / interaksi yg sdh terjadi. Mbah
umpamanya punya santri mahasiswa , beliau ngatakan tawadhuknya mahasiswa,
mahasiswa itu suruh nggledek sampah nak gelem yo iku tawadhuk, mahasiswa nak
di omongi malah bantah barang, ngajari wong awam bab tauhid , ngajari wong awam
yo cukup, mestine cukup mbah iki Lombok maune ijo kokk iso dadi abang iku sing
ngecet sopo? La mereka Mikir dengan cara yg sederhana, adapun pembelajaran
didlm kls
Terus adapun yang system bandongan itu system yang di ajarkan didepan
banyak orang, ya banyak orang itu anak aliyah ,anak kuliah ya itu untuk campur, ada
bandongan untuk anak yang besar-besar, ada bandongan untuk ank yang kecil.
PERBEDAANNYA PONDOK YANG LAIN DARI SEGI :
I. BANDONGAN:
Pertama Faedahnya: Menyamaratakan kemampuan anak , contoh
diajari batale wudlu vr pak kyai itu begini, dan mrk punya standar yang sama.
Hanya yang membedakan bandongan di pondok sini di kita ini sedikit-sedikit.
107
Sebab apa yg ditekankan dlm bandongan bukan banyaknya materi , bukan
kuantitas materi, tapi pemahaman yang dia. Anak itu harus tau apa yang dia
ngaji, dia hrs mengetahui apa yang dia ngaji. Kitab2 tdk ada yg khatam, sebab
ada acara. Tafsir jalaain di katamkan mbah Ali 12 tahun
KEDUA KITAB YANG DIBANDONGKAN ( bandongan/ pengajian
umum) yang sifatnya umum, seperti bab tentang Birul Walidain, Bab sesuci, bab
Ahlaq, tafsir jalaain , bulughul marom mbah, Irsyadul ibad mbah, dan tidak khatam .
anak sdh tau uslubnya anak bisa neruskan sendiri, diteruskan oleh putu2 spt pak
zakky, sekali ngaji hrs bisa paham dan mengajarkan pd yg lain.
II. SOROGAN
Kalau sorogan itu ngajinya berdasarkan kemampuan anak, koyo anake
sampenyan wis tekan sulam, kls 2 MTs, hebat. Ada yg Aliyah masih ngaji sulam krn
males. Semakin anak itu rajin semakin cepat, semakin anak itu cerdas semakin cepat.
Kalau dekat semakin sayang ,semakin prihatin , kalau lk itu kudu di demok , di ciwil,
Sorogan (berdasarkan kemampuan anak), aank baca di depan guru, satu lawan
Satu kita manyadari kurikulum kita ini kur yg terbatas, kita ketinggalann dgn
pesantren salaf, la kita lebih punya keberanian membaca ktb kuning, kitab kuning
banyak sekali, kita punya metode dengan ini yang membedakan pondok kita dengan
pondok lain. Supaya dia membiasakan di forum besar , berani ,tidak nggremeng,
insyaAlloh dia bisa baca kitab yg lain. Faedah sorogan
1, membenarkan lafad
2.Tulisan , mengajarkan anak menulis baik ,tulisane hiiiii,
108
3. Benar dari segi maknanya , Menerjemahkan kitab dengan terjemahan yang baik
Mendidik anak belajar mandiri ( cbsa) maknanya mengharuskan anak hrs disiplin,
kalau nggak siap njaluk diseneni diamuk po piyeee, iyo saiki mrengutttt, engko
penak‟e yo nak lulus leh ngrasakke.
Faedah sorogan punya keberanian membaca kitab, dekat dengan guru
tambah artinya tambah sayang itu tambah prihatin, dekat dengan orang alim,
membenarkan lafadh, mengajarkan anak menulis dengan baik. Anak mampu
Menerjemahkan kitab dengan baik, mendidik anak belajar mandiri (siswa
aktif), mengharuskan anak punya persiapan ( disiplin) itulah system yang di
kelas.
Donyo iku yo ngono di kiro aku yo ora ngono. Males itu penyakit
Bandongan itu tidak cermat karena kamampuan anak berbeda beda.
Kelemahan sorogan sabar , di kasih tugas sabar la itu kadang2 anak itu tdk
sabar yang menjadikan fasal/gagal
Ada namanya musyawarah melatih kemamppuan anak dalam basis kelas
bentuk persisapan anak untuk menghadapi pelajaran di besok harinya. Ya itu yang
kita wariskan, yang kita uri uri dan kita kembangkan dari mbah Ali Maksum.
Yang berbeda dgn zaman nya Mbah, jamannya mbah, saya selaku KEPSEK
melanjutkan program yang baik dizaman sblmnya. Santri itu selain punya
kemampuan punya besic agama, saya juga membuat program EXKUL/ program
unggulan dasarnya santri itu disamping punya kemampuan juga di bekali dgn
ketrampilan , untuk berkiprah lebih luas, 1. Kebahasaan : inggris dan arab
109
kemampuan berbahasa , bermenulis . kaalu dulu mumarosah / maharoh, 2. desain
grafis ada teater, drum band, 3. keolhragaaan : tenis meja, bat menton , pencak silat,
jet kondo, dulu memang ada tapi yg ngurusi OSIS
Anak punya kemampuan yg sifat nya di luar kls (urusan non akademik)
kami semua urusi dan th ini kita juara umum dan kita baru sekali. Sekarang nyanyi,
badminton yang sekarang, Mungkin memikirkan secara khusus tentang ketrampilan,
dulu itu hanya pidato 4 bhs, yang sekarang namanya POSPEDA (Pekan Olah raga
dan Seni Daerah), sebelum POSPEDA di bentuk, juara umum pidato 4 bahasa selalu
diraih oleh kontingen dari MA Krapyak, sampai yang piala bergilir berturut jadi
menetap di MA Krapyak, mungkin ini yang menjadikan panitia membentuk adanya
POSPEDA, supaya ada juara umum dari kontingen lain, ternyata Krapyak juga yang
juara umumnya, itulah santri ora gur iso ngaji tok, tapi olah raga juga okey. Ora
mung dadi cah pondok, tapi juga juara Program Unggulan, dari Mbah Ali:
1. Berilmu ( kalangan pesantren harus berilmu)
2. Beradab (orang yang berilmu harus beradab/ berakalq sing apik)
3. Berprestasi (santri harus lebih punya ketrampilan dan
kemampuan untuk berkiprah di masyarakat, bangsa dan negara)
Kendala ya banyak:
Eksternal
1. Fasilitas, mbangun ya tunul-tunul, padahal secepatnya fasilitas itu harus
juga ada. Ono tukange yo ono duwite , tapi mboh, KEPSEK ora iso
110
mbangun kolah, pager, ngomongo sing gawe peger dudu kepala
madrasah, karena system kita yayasan, kudu bagian pembangunan
Internal
2. Punya guru-guru sak karepe dewe, wis PNS yo isih sak karepe dewe
3. Anggota keluarga yang sak karepe dewe leh mulang, ada guru yang
senior
4. Pengurus pondok masih muda-muda, masih ada yang sekolah, kuliah,
dan ada juga nyambi yang lain. Ada tugas kampus anak bimbingannya
ditinggal.
Proses pembelajaran: SEKALI NGAJI HARUS FAHAM DAN TIDAK
NGULANG2 DAN HARUS BISA MENGAJARKAN
Pentingnya Madrasah harus terpenuhi 3 unsur
1. Ada guru, sebab ada guru ora ono murite yo kucluk
2. Ada murinya nggak ada gurunya yo bubar
3. Ada kapurnya, pelengkap pembelajaran
Ya itulah termasuk kendala, kita punya guru yg sdh PNS yang karepe dewe
syukur gelem ngaji itu di anggap maklum. Pembimbing itu masih muda2, krn ya
msh pada sekolah , kuliyah, ada tgs bimbingannya ditinggal. Itu yang selalu menjadi
PR saya sebagai kepala sekolah
MOTTO MA.
1. Berilmu ,krn kita pesantren (orientasi semuanya harus ilmu)
111
2. Beradab ( ora ono gunane wong duwe ilmu ora duwe adab/yo kudu
duwe ahlaq sing apik)
3. Berprestasi( yo cah pondok yo kudu iso menulis, iso jetkundo, iso
nyanyi, dll), Maksudnya:
1. Berilmu ( kita santri orientasinya harus ilmu) ngerti opo karepe
Quran
2. Beradab (sebab kita punya ilmu, ora guno wong berilmu ora adab)
ngerti opo sing dadi karepe ilmu
3. Berprestasi (anak kita punya kemampuan lebih/ berketrampilan)
artinya ini yg membedakan lulusan yg lain dengan pondok lain.
Kendalanya: Bangun tunul2, njaluk pager, njaluk kolah suwi iii
Nak bab kolah itu urusan pembangunan
Kyai yo duwit ono kono kabeh
Sing gawe pager dudu kepala madrasah, kalau sekolah negeri sak jet sak nyet, iso lek
dadi.
112
113
114
115
116
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Ma‟rifatun
Tempat/tgl. Lahir : Kendal, 24 April 1981
Nama Ayah : H. Mahfud
Nama Ibu : Umdah (almarhum)
Asal Sekolah : IAIN Salatiga
Alamat Rumah : Banjari, RT. 24/08, Cukil, Tengaran, Kab. Semarang
E-mail : ifa.arifat@yahoo.co.id
No. Hp : 081902806669
B. Riwayat Pendidikan
TK : TK Dharma Wanita Botomulya/1987
SD : SDN. 03 Botomulya Cepiring/1993
Madrasah Diniyah : Asy Syafi‟iyyah Botomulya Cepiring/1994
SMP : SMPN. 01 Cepiring, Kendal/1996
SMA/MA : MAK Ali Maksum Krapyak Yogyakarta/1999
Madrasah Hufazh : Tahfizh Al Quran PONPEST Ali Maksum
Krapyak Yogyakarta/2002
Tahfizh Al Quran PONPEST Miftahul Ulum
Ngilir Terboyo Wetan Genuk Semarang/2006
C. Prestasi
Terbaik I MTQ cabang Tahfizh Quran 20 Juz se DIY tahun 2002
Terbaik III MTQ cabang tahfizh 30 Juz dan Tafsir Bahasa Arab se Jawa Tengah
tahun 2009
Terbaik II MTQ cabang tahfizh 30 Juz dan Tafsir Bahasa Arab se Jawa Tengah
tahun 2012
Terbaik I MTQ dan STQ cabang Tahfizh 30 Juz dan Tafsir Bahasa Arab Kabupaten
Semarang tahun 2014
117
Recommended