View
114
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PROSES PEMBUATAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN DALAM SISTEM POLITIK DI INDONESIA
Oleh :
…………………………………………………………..
JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
STISIP - SUKABUMI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berjalannya suatu Negara pasti tak lepas dari sebuah system politik. Karena pasti
system politik-lah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang maju
dapat dipastikan bahwa system politik didalamnya tertata dengan baik. System politik sendiri
dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi
melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan
kebijakan yang mengikat masyarakat. Dalam suatu system politik terdapat berbagai unsur, dan
salah satu unsur tersebut adalah partai politik.
Partai politik dalam hubungannya dengan system social politik ini memainkan
berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi sarana
sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi
kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam
proses pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia, apabila melihat keadaan sekarang
dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa bahwa partai
politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya dianggap
sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai jabatan-
jabatan publik di Indonesia?
Hal itulah yang membuat penulis merasa perlu untuk menjelaskan apa peran partai
politik dalam hubungannya dalam proses pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan fungsi partai politik itu?
2. Bagaimana Peran partai politik dalam proses pembuatan dan penerapan kebijakan di
Indonesia?
3. Bagaimana dinamika proses pembuatan dan penerapan kebijakan di indonesia dan
pergeseran fungsi partai politik di indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Partai politik sesungguhnya merupakan sebuah kendaraan, yang fungsinya untuk
menyatukan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama dalam penyelenggaraan
negara. Berdasarkan visi dan misi tersebut, partai politik memiliki program-program politik
yang dilakukan dengan bersama-sama dari setiap masing-masing anggotanya, serta memiliki
tujuan untuk menduduki jabatan politik di pemerintahan
Menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu Politik”
pengertian partai politik adalah Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kekuasaan politik dengan cara konstutisional
untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanan mereka. (Budiardjo,2004:160)
Definisi di atas senada dengan pendapat R.H Soltau yang tertulis dalam buku Miriam
Budiardjo dengan judul buku “Dasar-dasar Ilmu Politik“ sebagai berikut:
“A group of citizens more or les organized, who act as a political unit and who, by the
use of their voting power, aim to control the goverment and carry out their general
policies”
(“sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai
suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,
bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka”)
(Soltau dalam Budiardjo,2004:160)
Definisi di atas didukung oleh Raymond Garfield Gettell yang mengungkapkan
pendapatnya tentang partai politik seperti yang dikutip oleh H.B Widagdo dalam
bukunya “Manajemen Pemasaran Partai Poltik Era Reformasi” yaitu:
“ A political party consists of a group of citizens, more or less organized, who act as
a political unit and who and, by the use of their voting power, aim to control the
geverment and carry out the general politices”.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PARTAI POLITIK: PENGERTIAN DAN FUNGSI
Sebelum menginjak pada pembahasan tentang peran partai politik dalam proses
pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia, alangkah lebih baiknya jika kita menilik
kembali sebenarnya apa arti dan fungsi dasar partai politik tersebut. Partai politik sendiri telah
menjadi ciri penting dalam sebuah politik modern. Hampir dapat dipastikan bahwa partai-
partai politik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah system politik, baik itu
sebuah system politik yang demokratis maupun system politik yang otoriter sekalipun.
Sigmund Neumann mengartikan partai politik sebagai organisasi artikulatif yang terdiri dari
pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan
perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan
yang berbeda-beda. Dengan demikian, partai politik merupakan perantara yang besar yang
menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology-ideologi social dengan lembaga-lembaga
pemerintahan yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat
politik yang lebih luas.
Dalam Negara demokratis, partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi; salah
satu fungsi ialah sebagai sarana komunikasi politik. Arus informasi dalam suatu Negara
bersifat dua arah., artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan
partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara “mereka yang memerintah” dan “mereka
yang diperintah”. Namun secara garis besar, fungsi-fungsi partai politik adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi artikulasi kepentingan
Artikulasi kepentingan adalah suatu proses peng-input-an sebagai kebutuhan, tuntutan
dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar
kepentingan, tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam
pembuatan kebijakan public. Pemerintah dalam mengeluarkan keputusan dapat bersifat
menolong masyarakat dan bisa pula dinilai sebagai kebijakan yang justru menyulitkan
masyarakat.
2. Fungsi agregasi kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarkan
oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi alternative-alternatif
pembuatan kebijakan public. Agregasi kepentingan dijalankan dalam “system politik yang
tidak memperbolehkan persaingan partai secara terbuka, fungsi organisasi itu terjadi di tingkat
atas, mampu dalam birokrasi dan berbagai jabatan militer sesuai kebutuhan dari rakyat dan
konsumen”.
3. Fungsi sosialisasi politik
Sosialisasi politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik,
sikap-sikap dan etika politik yang berlaku atau yang dianut oleh suatu Negara. Pembentukan
sikap-sikap politik atau dengan kata lain untuk membentuk suatu sikap dan keyakinan politik
dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung tanpa henti.
4. Fungsi rekrutmen politik
Tujuan partai politik dimanapun mereka berada adalah dalam rangka meraih
kekuasaan. Untuk itu, mereka perlu melakukan rekruitmen terhadap pemimpin-pemimpin
politik yang mampu menopang kekuasaan yang mereka raih. Partai politik pastinya akan
menempatkan anggotanya untuk menduduki jabatan-jabatan strategis di pemerintahan.
5. Sebagai sarana control pemerintah
Terdapat dua mekanisme partai politik dalam menyalurkan sikap kritis terhadap
pemerintah. Pertama, sikap kritis disalurkan dan dicerminkan oleh wakil-wakil partai politik
yang terdapat dalam lembaga legislative. Lembaga legislative ini mempunyai beberapa fungsi,
bisa sebagai partner pemerintah, dan sekaligus mengusulkan rancangan undang-undang yang
akan diimplemantasikan pemerintah. Ketika partai politik melihat ketidakberesan dalam
situasi dan kondisi sosial masyarakat, mereka dapat mengusulkan rancangan undang-undang
yang dapat mengubahnya. Pada kenyataannya, hal ini tidak mudah dan otomatis dapat
dilakukan, mengingat pola pengambilan keputusan yang sangat kompleks dan kerap terjadi
negosiasi politik antarfraksi. Kedua, partai politik dapat menyuarakan analisis dan sikap
kritisnya melalui jalur non parlementer, misalnya dengan jalan diskusi dan debat public
tentang kebijakan pemerintah. Bisa juga dilakukan dialog dengan media massa untuk
pembentukan opini public sehingga mendapatkan dukungan politis publik.
B. PERAN PARTAI POLITIK DALAM PROSES PEMBUATAN DAN
PENERAPAN KEBIJAKAN DI INDONESIA
Seperti kita ketahui bahwa dalam teori system menurut David Easton, terdapat tiga
proses yang menjadi saluran bagi terselenggaranya sebuah system, yaitu input, process dan
output. Input terdiri dari tuntutan dan dukungan yang datang dari masyarakat, process yang
tidak lain adalah proses pembuatan kebijakan, dan output yang berhubungan dengan proses
pelaksanaan kebijakan.
Seperti kita ketahui, Gabriel Almond dalam teori sistemnya menjelaskan bahwa ada
unsur-unsur yang melingkupinya, yaitu adanya kelompok kepentingan (interest group), partai
politik, badan legislative, badan eksekutif, brokrasi dan badan yudikatif. Unsur-unsur tersebut
melekat pada fungsi input dan output. Fungsi input dalam system ini meliputi berbagai hal,
seperti artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, sosialisasi politik, komunikasi politik,
dan rekruitmen politik. Sedangkan pada fungsi output, terdapat unsur-unsur seperti pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, dan ajudikasi kebijakan.
Jika kita mencermati lebih lanjut, hal-hal yang terdapat pada fungsi input, seperti
artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, sosialisasi politik, komunikasi politik, dan
rekruitmen politik, hal-hal demikian juga melekat pada fungsi utama partai politik.
Hal itulah yang membuat partai politik merupakan elemen yang begitu penting dalam
berjalannya suatu system politik di suatu Negara, tak terkecuali Indonesia. Lebih lanjut lagi,
Gabriel Almond juga mengemukakan bahwa ada dua elemen penting dalam proses pembuatan
dan penerapan kebijakan, yaitu kelompok kepentingan dan partai politik. Hal itu semakin
mempertegas akan besarnya peranan partai politik dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan di Indonesia yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Dalam proses pembuatan kebijakan
Dalam proses pembuatan kebijakan, partai politik tentu memegang peranan yang
sangat besar. Seperti kita ketahui, presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara di
Indonesia pada saat ini dipilih secara langsung oleh rakyat dan pastinya diusung oleh suatu
partai politik. Oleh sebab itu pastilah presiden dalam menjalankan perintahnya sedikit atau
banyak dipengaruhi oleh kebijakan partai politik yang mengusungnya, karena dalam hal ini
eksekutif adalah implementasi dari partai politik yang mengusungnya. Di Indonesia sendiri
seperti yang tertuang pada Undang-undang Dasar tahun 1945 pasal 5 ayat 1, diatur bahwa
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
dan dalam pasal 20 ayat 4 disebutkan Presiden mengesah rancangan undang-undang yang
telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang. Hal itulah yang secara tidak langsung
membuat partai politik dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan melalui badan
eksekutif.
Melalui badan legislatif, partai politik juga dapat mempengaruhi proses pembuatan
kebijakan. Hampir sama seperti penjelasan sebelumnya, orang-orang yang duduk dalam
parlemen pastilah juga diusung oleh partai politik pada saat pemilihan umum berlangsung.
Seperti halnya presiden, legislatif yang ada di Indonesia yaitu DPR juga mempunyai pengaruh
dalam proses pembuatan kebijakan, hal ini diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
amandemen pertama dalam pasal 20 ayat 1 yang menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat
memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Undang-undang tersebut menegaskan
bahwa proses pembuatan kebijakan yang dilakukan DPR kaitannya dengan pembentukan
undang-undang dikuasai penuh oleh DPR yang didalamnya adalah partai politik.
Selain melalui badan eksekutif dan legislatif seperti pada dua penjelasan sebelumnya,
partai politik juga dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan dengan melalui
mekanisme yang ada pada tubuh partai politik itu sendiri, yaitu menyampaikan aspirasi-
aspirasinya kepada pihak yang berwenang dengan cara “lobby”.
b. Dalam proses penerapan kebijakan
Partai politik pada dasarnya merupakan sarana penghubung (intermediary) antara
masyarakat dan Negara. Sehingga, apabila ada hal yang menjadi pertentangan atau
kesalahpahaman antara masyarakat dan negara seharusnya dapat dijembatani oleh partai
politik.
Di negara-negara demokrasi, terdapat kebebasan untuk mengemukakan peendapat bagi
warga negaranya, termasuk dalam hal ini boleh menyampaikan kritik kepada rezim yang
berkuasa. Kebijakan yang diambil oleh Negara mungkin saja tidak sesuai dengan kehendak
dari rakyat. Oleh karena itu, partai politik dalam hal ini mulai memainkan salah satu perannya,
yaitu fungsi kontrol terhadap pemerintah, baik melalui orang-orangnya yang duduk di
parlemen atau yang berada di luar parlemen. Anggota partai politik yang berada di dalam
parlemen sangat berperan dalam pembuatan kebijakan, seperti yang dibicarakan di bagian
sebelumnya. Kebijakan yang dihasilkan pemerintah harus diluruskan atau diperbaiki jika tidak
berpihak pada rakyat.
Fungsi partai politik sebagai sarana untuk mengkritik rezim yang berkuasa sebenarnya
mempunyai kaitan yang erat dengan fungsi partai politik sebagai sarana pembuatan kebijakan.
Apabila suatu ketika partai politik memegang tampuk pemerintahan dan menduduki badan
perwakilan rakyat secara mayoritas, maka dapat dinyatakan bahwa partai politik tersebut
dapat melaksanakan fungsi sebagai sarana pembuatan kebijakan.
C. DINAMIKA PROSES PEMBUATAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN DI
INDONESIA
a. Orde Lama
Pada periode ini, seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya system politik berjalan
cukup baik, namun tidak semua berjalan dengan baik, karena ada hal politis dibalik proses
pembuatan dan penerapan kebijakannya. Pada masa ini, Soekarno mendominasi dalam
pemerintahan. Sebenarnya fungsi input (sosialisasi dan rekruitmen politik) pada masa ini
berjalan dengan baik, karena adanya system multipartai yang pada masa ini partai-partai yang
ada sedang sibuk dengan penonjolan identitas berupa ideology masing-masing. Pada masa ini
ada pula badan legislative berupa KNIP (Komite nasional Indonesia Pusat) yang berfungsi
sebagai pengolah tuntutan dari masyarakat.
b. Orde Baru
Tidak jauh berbeda dengan masa orde lama, pada masa ini ada tiga actor yang
menonjol, yaitu:
1. Presiden : Presiden Suharto berkuasa atas segalanya, DPR tidak berarti apa-apa.
2. Wakil Presiden : bertindak sebagai cadangan presiden.
3. Kabinet : terdiri dari para menteri, berfungsi sebagai pembentuk agenda karena
mempunyai departemen sendiri, ikut kemana presiden pergi.
c. Masa Reformasi
Pada masa ini terjadi perubahan sistemik dalam demokrasi, yaitu penghapusan
kepemimpinan yang otoriter. Pada masa ini dimungkinkan terjadinya checks and balances jika
output tidak sama dengan input.
E. PERGESERAN FUNGSI PARTAI POLITIK DI INDONESIA
Partai politik yang diharapkan bisa bertindak optimal dalam menjalankan perannya
sebagai intermediary atau bisa disebut sebagai jembatan antara pemerintah dengan rakyatnya
nampaknya mulai menampakkan tanda-tanda pergeseran fungsinya. Di Indonesia sendiri,
partai yang seharusnya bisa membawa suara rakyat kepada pemerintah berkuasa malahan
bergeser fungsi menjadi suatu kendaraan politik yang bertujuan semata-mata untuk bisa
memperkaya orang-orang didalamnya saja atau dimanfaatkan sebagian oknum agar bisa
menduduki jabatan-jabatan public semata. Padahal masyarakat (modern) lebih melihat politik
sebagai proses aktualisasi diri dan kepentingan mereka yang akan diwujudkan dalam bentuk
kebijakan publik. Hal ini tentu berdampak besar pada system politik di Negara tersebut, fungsi
input yang melekat pada partai politik hanya dianggap sebagai wacana yang tidak wajib untuk
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab tersebut. Akibatnya rakyat harus
menanggung dengan mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya
sangat tidak sesuai dengan kepentingan dan harapan mereka sebagai rakyat. Hingga pada
akhirnya rakyatnya tidak sejahtera, semakin terpuruk, namun malah politisi-politisi kita yang
berada di pemerintah, yang diusung oleh partai politik itu menjadi semakin sejahtera
bermandikan harta akibat membuat keputusan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas, dapat diketahui bahwa partai politik merupakan salah satu
elemen penting dalam system politik di suatu Negara. Terlebih pada proses pembuatan dan
penerapan kebijakan. Dalam proses pembuatan kebijakan, partai politik berperan sangat besar,
mengingat adanya keterlibatan partai politik di dalam eksekutif, legislative, dan dalam
mekanismenya sendiri, yaitu melalui lobby-lobby politik. Dalam proses penerapan kebijakan,
partai politik juga mempunyai andil berupa control atas kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Tapi peran partai politik di Indonesia pada saat ini telah bergeser menjadi
kendaraan politik yang dikemudikan oknum-oknum tertentu yang hanya mementingkan
kepentingan pribadi atau partainya semata, bukan kepentingan rakyat, sehingga tak pelak,
system politik di dalam Negara tersebut juga mengalami suatu pergeseran sehingga system
tersebut tidak berjalan secara optimal.
B. Saran
Sistem pemerintahan mengakibatkan berbeda pula bagian dari pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan. Semoga melalui makalah yang singkat ini dapat membantu kita dalam melihat
proses pembuatan dan penerapan kebijakan dalam sistem sosial politik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Winarno. 2008. Sistem Politik Indonesia era Reformasi. Jakarta: Medpress
Firmanzah. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Haryanto, Drs. 1984. Partai Politik: Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Liberty
Koirudin. 2004. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Michael Howlett. 1998. Policy Subsystem Configurations and Policy Change: Operationalizing the Post-positivist Analysis of the Politics of the Policy Process . Policy Studies Journal. Vol 26
Miriam Budiardjo. 1982. Partisipasi dan Partai Politik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia
Sigmund Neumann. 1963. “Modern Political Parties”, Comparative Politics: A Reader, diedit oleh Harry E. Eckstein dan David E. Apter. London: the Free Press of Glencoe
Budi Winarno. 2008. Sistem Politik Indonesia era Reformasi. Jakarta: Medpress, hlm. 98
Sigmund Neumann “Modern Political Parties”, Comparative Politics: A Reader, diedit oleh Harry E. Eckstein dan David E. Apter,(London: the Free Press of Glencoe,1963), hal 352.
Miriam Budiardjo. 1982. Partisipasi dan Partai Politik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Hal 14
Koirudin. 2004. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 86
Ibid,. hal 92
Ibid., hal 94
Budi Winarno. Op. Cit., hlm. 98
Firmanzah. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal 73
Drs. Haryanto. 1984. Partai Politik: Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Liberty. Hlm. 41
Michael Howlett. 1998. Policy Subsystem Configurations and Policy Change: Operationalizing the Post-positivist Analysis of the Politics of the Policy Process . Policy Studies Journal. Vol 26 No. 3
Recommended