View
17
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBINAAN
USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI KECAMATAN
TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU
MEGA AULIA
105961117616
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBINAAN
USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI KECAMATAN
TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU
MEGA AULIA
105961117616
PROPOSAL
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peran Penyuluh
Pertanian dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru” adalah benar merupakan hasil karya yang belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun semua sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, 05 September 2020
Yang menyatakan
MEGA AULIA
105961117616
iv
ABSTRACT
MEGA AULIA. 105961117616.The Role of Agricultural Extension in the
Development of Bali Cattle Fattening Business in Tanete Riaja District, Barru
Regency. Supervised by NURDIN and ARDI RUMALLANG
This study aims to determine the role of agricultural extension agents in
developing bali cattle fattening business in Tanete Riaja District, Barru Regency.
The population in this study were breeders in the Tanete Riaja District, Barru
Regency. The population was 125 people, the determination of the sample was
done deliberately (Purposive) by taking 20% of the total population, so that the
number of samples obtained was 25
The results of this study indicate the role of agricultural extension agents in
fostering bali cattle fattening business in Tanete Riaja District, Barru Regency, is
in the high category. This can be seen in the average implementation of
agricultural extension functions reaching 76% in the fattening of Bali cattle in
Tanete Riaja Subdistrict, Barru Regency, which is in the high category, especially
in the application of maintenance, disease control, cage making systems, feeding
and Balinese cattle fattening methods.
Keywords: instructor, coaching, bali cattle
v
ABSTRAK
MEGA AULIA. 105961117616. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan
Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
Dibimbing oleh NURDIN dan ARDI RUMALLANG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penyuluh pertanian dalam
pembinaan usaha penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru.
Populasi dalam penelitian adalah peternak di Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru., Populasi 125 orang, penentuan sampel dilakukan dengan
sengaja (Purposive) dengan mengambil 20% dari total populasi, sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 25.
Hasil penelitian ini menyatakan peran penyuluh pertanian dalam
pembinaan usaha penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru, termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat pada rata-rata pelaksanaan
fungsi penyuluh pertanian mencapai 76% dalam penggemukan sapi bali di
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru telah dalam kategori tinggi khususnya
penerapan pemeliharaan, pengedalian penyakit, sistem pembuatan kandang,
pemberian pakan dan cara penggemukan sapi bali.
Kata Kunci: Penyuluh, Pembinaan, Sapi bali
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa pula
penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena
beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
penuh berkah.
Judul skripsi yang akan dibahas adalah “ Peran Penyuluh Pertanian Dalam
Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru”. skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulis sangat berharap semoga dengan adanya skirpsi ini penulis dapat
memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis
miliki.
Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat;
1. Dr. Ir Nurdin, M.M., selaku pembimbing utama dan Ardi Rumallang, S.P.,
M.M., Selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing saya dalam
penulisan Proposal ini.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orangtua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan,
baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
6. Semua teman-teman yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal
hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, April 2020
Mega Aulia
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1 Pengertian Penyuluh ............................................................................... 6
2.2 Peran Penyuluh dalam Usaha Pembinaan Peternak ............................... 9
2.3 Fungsi Penyuluh ..................................................................................... 12
2.4 Metode Penyuluhan ................................................................................ 12
2.5 Tinjauan Umum Sapi Bali ...................................................................... 14
2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................................ 16
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 22
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 22
3.2 Teknik Penentuan Sampel ...................................................................... 22
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 23
3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 24
3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 25
ix
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .................................. 27
4.1 Letak Geografis ...................................................................................... 27
4.2 Kondisi Demografis................................................................................ 28
4.3 Dukungan Kelembagaan ........................................................................ 30
4.4 Kondisi Pertanian ................................................................................... 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 32
5.1 Identitas Responden................................................................................ 32
5.2 Peranan Penyuluh Pertanian dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi
Bali .......................................................................................................... 36
5.3 Pertambahan Bobot Badan……………………………………………..45
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 47
6.1 Kesimpulan............................................................................................ 47
6.2 Saran ...................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian………………………………………………………….49
Peta Lokasi Penelitiann……………………………………………………….53
Identitas Responden…………………………………………………………..54
Identitas Penyuluhn…………………………………………………………...55
Rekapitulasi Datan……………………………………………………………56
Dokumentasi Penelitiann……………………………..………………………61
Surat Izin penelitiann…………………………………………………………67
Riwayat Hidupn………………………………………………………………70
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................... 16
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun. ..... 29
Tabel 3. Distribusi Persentase Penduduk, kepadatan Penduduk. .................. 29
Tabel 4. Lembaga pendukung yang ada di Kecamatan Tanete Riaja ............ 31
Tabel 5 Komposisi Umur Responden Pengusaha Ternak Di Kecamatan
Tanete Riaja Kab. Barru. 2020 ....................................................... 33
Tabel 6 Komposisi Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Ternak
Di Kecamatan Tanete Riaja Barru 2020 .......................................... 34
Tabel 7 Pengalaman Responden Dalam Usaha Penggemukan Sapi Bali
Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru 2020. ................................ 35
Tabel 8 Komposisi Tanggungan Keluarga Responden Dalam Usaha
Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru
2020 ................................................................................................. 36
Tabel 9 Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan Usaha Penggemukan
Sapi Bali Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru .................... 37
Tabel 10 Pembinaan Dalam Pemeliharaan Dan Pengendalian Penyakit Sapi
Bali................................................................................................... 39
Tabel 11 Pembinaan Sistem Pembuatan Kandang ......................................... 41
Tabel 12 Pemilihan Pakan Dan Cara Pemberiannya ...................................... 43
Tabel 13 Pembinaan cara penggemukan sapi bali .......................................... 45
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari
pembangunan sektor pertanian dalam pengembangan dan peningkatan ekonomi
bangsa dan negara. Pembangunan sub sector peternakan sebagai salah satu upaya
dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Upaya ini juga
bertujuan untuk mensejahterakan para petani peternak dan kemampuannya dalam
mendorong pertumbuhan sektor pembangunan. Salah satu usaha peternakan yang
dapat dikembangkan di Indonesia adalah usaha penggemukan sapi. Penggemukan
sapi di Indonesia umumnya berskala kecil sebagai usaha sampingan dan masih
bersifat tradisional.Tetapi, tingkat produktivitas ternak sapi potong masih rendah
yang diikuti dengan permintaan daging yang makin meningkat berdampak
terhadap peningkatan volume impor sapi bakalan maupun daging (Yusran, 2004).
Pertumbuhan populasi sapi ditentukan keseimbangan antara jumlah kelahiran
dengan kematian, pemotongan serta penjualan ternak sapi ke luar daerah. Jika hal
ini tidak diperhatikan, akan terjadi pengurasan sumber daya ternak. Pemotongan
dan pengiriman ternak sapi bibit atau sapi potong yang tidak terkendali hanya
untuk memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan konsumsi daging semata dengan
mengabaikan perkembangan populasinya. Dampaknya adalah menurunnya mutu
ternak, karena ternak berkualitas baik tidak tersisakan untuk pembibitan. Selain
itu, terjadinya pemotongan sapi betina produktif sehingga mengakibatkan tingkat
kelahiran ternak menurun yang berakibat pada jumlah populasi ternak sapi.
2
Pengembangan populasi ternak sapi sangat dibutuhkan data dasar yang
akurat sebagai pijakan dalam perencanaan program. Data yang tidak akurat akan
menyebabkan kegagalan suatu program. Data struktur populasi sapi sangat
penting artinya bagi pengembangan sapi potong karena terkait jumlah sapi
pejantan dan betina dewasa, jumlah calon pejantan, dan calon induk dari suatu
wilayah. Selain itu perlu pula diketahui data potensi wilayah seperti kepadatan
ternak, usaha tani, potensi sumberdaya pakan. Ini erat kaitannya dengan
perencanaan program jika akan dilaksanakan seperti pengadaan ternak sapi yang
akan disebarkan ke seluruh wilayah penyebaran. Mudah-mudahan program
Gerakan Optimalisasi Sapi (GOS) Sulawesi Selatan (2006-2009) berangkat dari
data yang akurat sehingga dapat diestimasi kebutuhan dari program pendukung
pengembangan ternak sapi pada wilayah kabupaten penerima.
Sulawesi Selatan pernah meraih predikat sebagai lumbung ternak sapi dengan
kemampuan mensuplay kebutuhan pengadaan ternak sapi bibit atau sapi potong
untuk daerah/propinsi lain. Akan tetapi, dewasa ini Sulawesi Selatan kurang
mampu lagi memenuhi permintaan tersebut. Data statistik menunjukkan hingga
akhir tahun 1990-an, populasi sapi di Sulawesi Selatan mencapai 1,2 juta ekor,
dan merupakan wilayah dengan populasi tertinggi ketiga di Indonesia setelah
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tetapi lima tahun terakhir, populasi sapi hanya
mencapai 700-an ribu ekor saja atau turunan sekitar 40%. Disinyalir sebagai
penyebab kondisi itu terjadi antara lain terjadinya in breeding yang berlangsung
cukup lama sehingga produksi ternak bibit rendah baik, produktivitas ternak
3
menurun (berat badan) serta terbatasnya ketersediaan pakan yang ditandai dengan
semakin berkurangnya lahan penggembalaan.
Usaha peternakan sapi bali di daerah ini adalah merupakan usaha
peternakan rakyat di mana pengelolaannya masih sederhana dan dalam skala
usaha kecil. Umumnya peternak memelihara sapi dengan jumlah 1-3 ekor
perpetai, dengan cara mengembalakan pada lahan ditumbuhi rerumputan,
beberapa dari peternak telah melakukan pengandangan namun belum dilakukan
secara baik, petani belum melaksanakan sebagaimana anjuran pelaksanaan
beternak dengan pengandangan secara baik dari sebagaimana anjuran penyuluh
pertanian.
Dalam beberapa tahun akhir ini, terdapat indikasi yang menunjukkan
bahwa petani peternak dan tingkat populasi ternak semakin bertambah. Dengan
melihat kenyataan yang ada bahwa peningkatan tersebut memungkinkan karena
daerah tersebut memiiki potensi lahan yang mendukung, adanya kebijakan
pemerintah, dan nilai ekonomis ternak sapi bali yang mendorong keinginan petani
peternak untuk mengabil keputusan dalam memelihara sapi bali. Pertimbangan
tersebut akan menjadi kajian penulis untuk mengetahui peranan penyuluh
pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali.
Pembinaan kelompok peternak sapi bali melalui penyuluhan merupakan
solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan kekurangan pemenuhan
permintaan kebutuhan daging. Penyuluhan merupakan sebuah intervensi sosial
yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu
masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan
4
dengan baik. Pembinaan kelompok peternak sapi potong dapat diusahakan dengan
cara yang lebih baik dapat memberikan manfaat lebih berarti bagi petani yang
mengusahakannya.
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, adalah salah satu desa yang
mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani-ternak. Pemeliharaan ternak sapi
di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru adalah dengan system paronisasi,
system ini dikenal dengan mengikat ternak disuatu tempat dengan menyediakan
makanan berupa hijauan dan ransum. Selama ini petani-peternak di Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru telah mendapatkan pengetahuan dan informasi dari
penyuluh lapangan guna meningkatkan produktifitas hasil ternaknya, akan tetapi
sejauh mana peran penyuluh dalam penggemukan sapi bali belum diketahui
dengan pasti oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti peran penyuluh dalam
penggemukan sapi bali di
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Peran Penyuluh Pertanian dalam Pembinaan
usaha penggemukan sapi bali di kecamatan tanete riaja kabupaten barru”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran penyuluh pertanian dalam
pembinaan usaha penggemukan sapi di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru.
5
1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui peran penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha
penggemukan sapi di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah di
dalam mengambil suatu kebijakan pola pengembangan usaha peternak di
pedesaan.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian
dibidang pengembangan usaha penggemukan sapi bali.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyuluh
Menurut Van Den Ban (1999) penyuluhan diartikan sebagai keterlibatan
seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan
membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan
yang benar. Pendidikan penyuluhan adalah ilmu yang berorientasi keputusan
tetapi juga berlaku pada ilmu sosial berorientasi pada kesimpulan. Ilmu ini
mendukung keputusan strategi yang harus diambil dalam organisasi penyuluhan.
Penyuluhan juga dapat menjadi sarana kebijaksanaan yang efektif untuk
mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu
mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai
sarana kebijakan, hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau
organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani.
Menurut Suhardiyono (1992) penyuluhan merupakan pendidikan non
formal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam ahli pengetahuan
dan ketrampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya
berlangsung melalui proses belajar mengajar. Beberapa ahli penyuluhan
menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah penyebaran informasi
yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani di pedesaaan dan kehidupan
pertaniannya, melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan percobaan dilapang yang
7
diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis kegiatan serta
pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Menurut Mardikanto, (1993) dalam Asfar Irham (2016), para petani
didorong untuk menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dengan
mempraktekkan apa yang disebut Panca Usaha Tani sehingga kesejahteraan
mereka diharapkan dapat meningkat Peran penyuluh terletak pada kemampuan
mendorong dan melatih petani/peternak sasaran.
Selain itu, berusaha untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang
memuaskan sasaran dari pelayanan yang diberikannya. Untuk itu, seorang
penyuluh perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan
serta motivasi yang tinggi. Keperilakuan seorang penyuluh dalam upaya
meningkatkan pembangunan pertanian adalah pelaksanaan kewajiban yang lurus,
daya juang (achievement motivation) harus tinggi, dan keterampilan harus tinggi.
Selanjutnya dikatakan bahwa kompetensi standar penyuluh pertanian di masa
sekarang dan yang akan datang seyogyanya meliputi empat ranah sebagai berikut:
1. Kemampuan kognisi yakni kemampuan mengetahui, menjelaskan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep
pemberdayaan masyarakat dan pendekatan partisipatif sesuai dengan
content dan conteks pembangunan pertanian;
2. Kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai,
mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai dan
8
berkarakter dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh
pertanian yang partisipatif;
3. Kemampuan psikomotorik, yakni kemampuan/keterampilan untuk
menerapkan teknik-teknik kepemanduan partisipasif secara terampil dan
taat azas Kemampuan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki
semangat, etos kerja, keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakkalan
dan pengabdian yang tulus terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya (Alim,
2010).
Menurut Roger (1995) dalam Asfar Irham (2016), mengatakan bahwa
pelayanan kegiatan penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
kemampuan peternak dan menunjang perbaikan usaha ternak melalui upayanya
untuk mengubah perilaku peternak ke arah usaha beternak yang lebih baik (better
farming), berusaha ternak lebih baik (better business), kesejahteraan hidup yang
lebih baik (better living), dapat menjaga lingkungan hidup dengan lebih baik
(better environtment), mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik (better
community). Kondisi tersebut dapat dicapai apabila penyuluh peternakan
difasilitasi oleh pengurus koperasi untuk mengidentifikasi kebutuhan peternak,
melakukan percontohan, mendorong kerja sama diantara peternak, mendorong
minat peternak untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
(tenaga kerja) secara optimal.
Kepemimpinan penyuluh peternakan terletak pada kemampuannya untuk
mempengaruhi peternak agar dapat mengadopsi berbagai inovasi sapi potong.
Kepercayaan petani terhadap penyuluh merupakan syarat penting bagi
9
penyuluhan. Untuk memperoleh kepercayaan ini petani harus diyakinkan bahwa
agen penyuluhan mencoba untuk melayani dan bersimpati pada kepentingan
petani dan ahli pada bidangnya.
2.2 Peran Penyuluh dalam Usaha Pembinaan Peternak
Penyuluh adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi dalam
memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk
mengatasi berbagai masalah, seperti pertanian dan kesehatan, sehingga dapat
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penyuluh juga dikenal dengan sebutan
juru penerang. Biasanya penyuluh atau juru penerang menjalankan perannya
dengan cara mengadakan ceramah, wawancara, dan diskusi bersama khalayak
khusus. Pemegang peran serupa ini, dalam bahasa Inggris disebut counsellor,
yang artinya penasihat.Pemegang peran seperti ini dalam beberapa bidang
kegiatan di Indonesia mempunai sebutan yang berbeda-beda. Umpamanya, juru
penerang masalah pertanian disebut Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), dengan
tugas mengusahakan perubahan dalam pola pikir dan perilaku petani agar dapat
mencapai produksi pertanian yang lebih tinggi. Para petani didorong untuk
menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dengan mempraktekkan apa yang
disebut Panca Usaha Tani sehingga kesejahteraan mereka diharapkan dapat
meningkat (Mardikanto, 1993).
Peran penyuluh terletak pada kemampuan mendorong dan melatih
petani/peternak sasaran. Selain itu, berusaha untuk mengetahui apa yang
dibutuhkan dan apa yang memuaskan sasaran dari pelayanan yang diberikannya.
10
Untuk itu,seorang penyuluh perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
dapat diandalkan serta motivasi yang tinggi. Keperilakuan seorang penyuluh
dalam upayameningkatkan pembangunan pertanian adalah pelaksanaan kewajiban
yang lurus, daya juang (achievement motivation) harus tinggi, dan keterampilan
harus tinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa kompetensi standar penyuluh pertanian
di masa sekarang dan yang akan datang seyogyanya meliputi empat ranah sebagai
berikut:
1. Kemampuan kognisi yakni kemampuan mengetahui, menjelaskan,
menerapkan,
2. menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep pemberdayaan
masyarakat dan
3. pendekatan partisipatif sesuai dengan content dan conteks pembangunan
pertanian;
4. Kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai,
5. mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai dan
berkarakter
6. dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian yang
partisipatif;
7. Kemampuan psikomotorik, yakni kemampuan/keterampilan untuk
menerapkan
8. teknik-teknik kepemanduan partisipasif secara terampil dan taat azas
11
9. Kemampuan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki semangat, etos
kerja, keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakkalan dan pengabdian
yang tulus terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya (Alim, 2010).
Menurut Roger (1995), mengatakan bahwa pelayanan kegiatan
penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan
peternak dan menunjang perbaikan usaha ternak melalui upayanya untuk
mengubah perilaku peternak ke arah usaha beternak yang lebih baik (better
farming), berusaha ternak lebih baik (better business), kesejahteraan hidup yang
lebih baik (better living), dapat menjaga lingkungan hidup dengan lebih baik
(better environtment), mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik (better
community). Kondisi tersebut dapat dicapai apabila penyuluh peternakan
difasilitasi oleh pengurus koperasi untuk mengidentifikasi kebutuhan peternak,
melakukan percontohan, mendorong kerja sama diantara peternak, mendorong
minat peternak untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia(tenaga kerja) secara optimal.
Kepemimpinan penyuluh peternakan terletak pada kemampuannya untuk
mempengaruhi peternak agar dapat mengadopsi berbagai inovasi sapi potong.
Kepercayaan petani terhadap penyuluh merupakan syarat penting bagi
penyuluhan. Untuk memperoleh kepercayaan ini petani harus diyakinkan bahwa
agen penyuluhan mencoba untuk melayani dan bersimpati pada kepentingan
petani dan ahli pada bidangnya. Agen penyuluhan lebih mungkin untuk
memperoleh kepercayaan jika mengunjungi petani di lapangan atau mengunjungi
rumahnya, dan tidak mengharapkan petani yang harus datang ke kantornya.
12
Dengan bekerjasama dalam lingkungan mereka, penyuluh dapat menunjukkan
kesungguhannya dalam menangani masalah petani dan sanggup membantu petani
memecahkan masalahnya. Pendekatan ini menjadikan penyuluh lebih mahal
(Kartasapoetra, 1994).
2.3 Fungsi Penyuluh
Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar
upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah, untuk menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan (Mardikanto, 1987). Didalam pengertian
“menumbuhkembangkan”, terkandung upaya-upaya untuk menyadarkan
masyarakat agar mau berpartisipasi secara sukarela, bukan karena paksaan atau
ancaman- ancaman meningkatkan kemampuan masyarakasi. Sat agar mampu
(fisik, mental, intelegensia, ekonomis dan non-ekonomis) Menunjukkan adanya
kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipedang yang
dimaksud dengan “partisipasi” tidak hanya terbatas pada kesediaan untuk
berkorban, tetapi berpartisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan, sejak
pengambilan keputusan tentang pentingnya pembangunan, perencanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi, dan pemanfaatan hasil- hasil
pembangunan.
2.4 Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan peternakan merupakan cara penyampaian materi
penyuluhan peternakan kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau
dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
13
informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi
lingkungan hidup.Metode penyuluhan peternakan erat kaitannya dengan metode
belajar orang dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya
sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran
penyuluhan yang biasanya adalah para peternak, peternak, dan nelayan dewasa.
Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan
penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan
oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses
belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang
penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena
dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah
ditentukannya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen
penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung
kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena
beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan
penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut
jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin
dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan
pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.
14
Metode penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :
1. Metode-metode yang langsung (direct Communication/face to face
Communication) dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan
sasaran Umpannya: obrolan ditempat peternakan, dirumah, dibalai desa, di
kantor, dalam kursus ternak, dalam penyelenggaraan suatu demonstrasi dan
lain-lain.
2. Metode-metode yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini
penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi
dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media).
2.5 Tinjauan Umum Sapi Bali
Sapi Bali adalah salah satu jenis sapi lokal Indonesia yang berasal dari
Bali yang sekarang telah menyebar hampir ke seluruh penjuru Indonesia bahkan
sampai luar negeri seperti Malaysia, Filipina, dan Australia (Oka, 2010). Sapi Bali
memiliki keunggulan dibandingkan dengan sapi lainnya antara lain mempunyai
angka pertumbuhan cepat, adaptasi dengan lingkungan yang baik, dan penampilan
reproduksi yang baik. Sapi bali merupakan sapi yang palig banyak dipelihara pada
peternakan kecil karena fertilitasnya baik dan angka kematiannya yang rendah
(Purwantara et al., 2012)
Sapi Bali merupakan keturunan banteng Bos bibos banteng yang telah
mengalami proses domestikasi selama berabad-abad. Banteng tersebut
menurunkan hampir seluruh jenis sapi di Indonesia setelah mengalami persilangan
dengan sapi lain, yang dimasukkan ke Indonesia antara lain sapi Hissar, Ongole,
15
dan lain-lain ketika para penyebar agama Hindu datang ke Indonesia. Di Bali sapi
tersebut diternakkan secara murni, karena ada larangan memasukkan sapi ke Bali
(Payne, 1978)
Karakteristik yang harus dipenuhi dari sapi Bali murni adalah warna putih
pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada kaki bawah mulai
tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, rambut pada ujung ekor hitam,
rambut pada bagian tengah telinga putih, terdapat garis belut pada punggung,
bentuk tanduk jantan silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-
mula keluar dari dasar sedikit lalu membengkok ke atas dan pada ujung tanduk
tersebut membengkok keluar, dan tanduk berwarna hitam (Hardjosubroto, 1994).
Sapi Bali memiliki keunggulan dibandingkan dengan sapi lainnya antara
lain mempunyai angka pertumbuhan yang cepat, adaptasi dengan lingkungan yang
baik, dan penampilan reproduksi yang baik. Sapi Bali merupakan sapi yang paling
banyak dipelihara pada peternakan kecil karena fertilitasnya baik dan angka
kematian yang rendah (Purwantara et al., 2012).
Penampilan produktivitas dan reproduktivitas sapi Bali sangat tinggi.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki sapi Bali antara lain adalah birahi kembali
setelah melahirkan Post Partum Estrus (PPE) panjang, interval beranak panjang,
dan rentan terhadap beberapa jenis penyakit. Jangka waktu birahi kembali sapi
Bali setelah melahirkan dapat mencapai 182 hari. Interval beranak sapi Eropa
rata-rata 314 hari, sedangkan Bali daerah Sulawesi Selatan rata-rata 338 hari,
bahkan di daerah Bali ada yang mencapai 355 hari (Guntoro, 2002).
16
Sapi Bali memegang peranan penting sebagai sumber daging dalam negeri.
Tingginya permintaan sapi Bali belum diimbanngi dengan usaha-usaha
pembibitan atau hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan mutu genetik ternak.
Dampak dari eksplorasi ternak seperti di atas akan berakibat pada penurunan mutu
genetik (Samariyanto, 2004). Disamping itu, penururan kualitas genetik juga
akibat adanya seleksi negatif (Hartati et al., 2009).
2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Hasil
Penelitian
1 Eko Harianto,
Surahmanto dan Putu
Arimbawa (2014)
“Kinerja Penyuluh
Pertanian sebagai
Penyebar Informasi
Fasilitator dan
Pendamping dalam
Pengembangan Sapi Bali
(Bos Sondaicus) di
Kabupaten Muna Provinsi
Sulawesi Tenggara”
Berdasarkan hasil
penelitiannya
dapat disimpulkan
bahwa kinerja
penyuluh
pertanian di
Kabupaten Muna
termasuk kategori
tinggi. Kinerja
penyuluh
pertanian
dipengaruhi secara
positif oleh tingkat
pendidikan non
formal penyuluh.
Selanjutnya
terdapat korelasi
yang positif
17
dengan kategori
sedang antara
kinerja penyuluh
pertanian dengan
pencapaian
program
pengembangan
sapi Bali.
2 Agustina Abdullah
dan Helda Ibrahim
(2014)
“Persepsi Peternak
terhadap Kinerja Penyuluh
dalam Pengembangan
Teknologi Pengolahan
Jerami Padi dan Limbah
Ternak Sapi Potong“
Persepsi peternak
terhadap materi,
metode dan media
penyuluhan yang
digunakan oleh
penyuluh dalam
rangka
pengembangan
teknologi
pengolahan jerami
padi sebagai
pakan dan limbah
ternak sapi
sebagai biogas dan
pupuk telah sesuai
dengan kebutuhan
peternak, dimana
materi penyuluhan
yang disampaikan
adalah materi
yang aktual dan
18
mudah dipahami
oleh peternak,
dengan media dan
metode
penyuluhan yang
dilakukan telah
sesuai dengan
materi penyuluhan
yang diberikan
oleh penyuluh.
Sebagian besar
penyuluh
memberikan
materi berkaitan
dengan pakan sapi
potong (73,4%),
diikuti oleh materi
pengelolaan
limbah ternak
(60,9%), penyakit
dan perkandangan,
reproduksi, dan
lainnya.
3 U. M. Ni’am, A.
Purnomoadi dan S.
Dartosukarno (2012)
“Hubungan antara
Ukuran-Ukuran Tubuh
dengan Bobot Badan Sapi
Bali Betina pada Berbagai
Kelompok Umur”
Ukuran-ukuran
tubuh dapat
digunakan untuk
menentukan
pendugaan bobot
badan. Keeratan
19
hubungan
berdasarkan hasil
analisis korelasi
tertinggi antara
ukuran tubuh
dengan bobot
badan ditunjukkan
pada poel 1
sebesar 0,91antara
lingkar dada
dengan bobot
badan. Tinggi
pundak dengan
bobot badan
memiliki keeratan
hubungan yang
semakin
meningkat seiring
dengan
bertambahnya
umur. Keeratan
hubungan antara
panjang badan
dengan bobot
badan paling
tinggi pada poel 1
dan poel 3 sebesar
0,78. Hubungan
keeratan terendah
adalah hubungan
antara lebar dada
20
dengan bobot
badan, dengan
nilai korelasi
tertinggi pada poel
2 sebesar 0,42.
2.7 Kerangka Pemikiran
Dalam usaha penggemukan sapi bali peran penyuluh pertanian di perlukan
berbagai cara yang harus dilakukan untuk mencapainya. Setiap variabel memiliki
keterkaitan dengan variabel yang lainnya. Penyuluh memiliki peran penting dalam
penggemukian sapi bali serta pembinaan bagi peternak sapi bali. Dalam
mengembangkan ternak sapi bali tentunya tidak terlepas dari peran penyuluh
dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali yang meliputi pemeliharaan dan
pengendalian penyakit, system pembuatan kandang, pemberian pakan ternak dan
cara penggemukan sapi bali.
21
Berdasarkan uraian diatas, maka model kerangka pikir dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Peran Penyuluh
Peternak Sapi Bali
Pembinaan Usaha
Penggemukan
Pemeliharaan
dan
Pengendalian
Penyakit
Sistem Pembuatan
Kandang
Pemberian Pakan
Ternak
Cara
Penggemukan
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
dengan pertimbangan bahwa di tempat tersebut banyak petani yang melakukan
penggemukan sapi, baik sebagai usaha pokok maupun sebagai sambilan dan telah
berjalan proses pembinaan oleh penyuluh pertanian. Penelitian ini berlangsung
selama dua bulan , yaitu dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2020.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah peternak di Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru., Pupulasi 125 orang, penentuan sampel dilakukan dengan
sengaja (Porposive) dengan mengambil 20% dari total populasi, sehingga jumlah
sampel yang diperoleh adalah 25, Arikunto (2020)
3.3 jenis dan sumber data
Adapun Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam
penelitian, peneliti dalam mendapatkan data bisa bersumber dari data primer dan
data sekunder:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh lewat pengamatan atau
wawancara langsung dengan narasumber. Dalam hal ini adalah peternak
di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru untuk mendapatkan info
guna penyusunan karya ilmiah ini.
23
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang
diperoleh lewat dokumentasi dan catatan-catatan yang berkaitan dengan
objek penelitian, misalnya buku-buku, artikel, dan karya ilmiah. Data adalah
hasil peneliti baik berupa fakta atau angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi. Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam
penelitian deskriptif kuantitatif adalah subjek dari mana data tersebut dapat
di peroleh. Adapun data dokumen dalam penelitian ini berupa ponsel dan
arsip-arsip yang dimiliki oleh peneliti
3.4 Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Observasi yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan pengamatan
secara langsung pada lokasi penelitian.
2. Wawancara yaitu merupakan pengumpulan data melalui tanya jawab secara
langsung pada petani untuk mendapatkan informasi yang peneliti butuhkan.
3. Dokumentasi yaitu dalam penelitian ini dilakukan bahan-bahan tertulis atau
dokumen-dokumen dari instansi terkait, yaitu profil potensi,peta lokasi,
serta mengambil foto-foto objek dan kegiatan yang berhubungan dengan
topik penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengukur peranan penyuluh pertanian
dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali adalah deskriptif kuantitatif.
24
Peran penyuluh yang akan di analisis dalam pembinaan penggemukan sapi
bali adalah:
1. Pemeliharaan dan pengendalian penyakit sapi
2. Sistem pembuatan kandang
3. Makanan dan pemberiannya
4. Cara penggemukan
Tiap variabel yang diukur, terdiri dari beberapa bagian pertanyaan dimana
tiap bagian pertanyaan terdiri dari 3 pilihan jawaban yang masing-masing benilai
(skor) 5,3,dan 1. Data yang terkumpul ditabulasi dengan menggunakan rumus :
Rata- rata Skor = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Peran penyuluh pertanian = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100%
Sedangkan kriteria dengan menggunakan rumus :
Kriteria = 100−1
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Kriteria yang digunakan dalam mengukur tingkat peranan penyuluh.
Deskriptif ini dilakukan dengan memberi skoring terhadap setiap pertanyaan
yang diajukan kedalam 3 kategori (Padmiwiharjo, 2004).
- Nilai 1-33% perannya rendah
- Nilai 34-66% perannya sedang
- Nilai 67-100% perannya tinggi
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini mencakup
pengertian-pengertian yang digunakan agar memudahkan pengambilan data dan
informasi serta menyamakan persepsi. Adapun definisi operasional tersebut
sebagai berikut:
25
1. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan penyuluh pertanian untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam usaha
menggemukkan sapi di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
2. Usaha penggemukan sapi adalah peternak yang memelihara dan melakukan
perlakuan pada ternak agar dapat tumbuh cepat dan berat sehingga nilai
ekonominya lebih tinggi atau menguntungkan di Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru
3. Penyuluh pertanian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas melakukan
pembinaan kepada petani dan peternak sapi diwilayah kerjannya.
4. Peranan penyuluh adalah keterlibatan penyuluh secara langsung dalam
membina petani agar mampu mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara
hidup yang lebih sesuai dengan perkembangan, baik pengetahuan budidaya
maupun teknologi. Penyuluh pertanian berperan dalam :
a. Pemeliharaan dan pengendalian penyakit sapi
b. Sistem pembuatan kandang
c. Sistem pembuatan makanan dan pemberiannya
d. Cara pengemukan
5. Peternak adalah pihak yang menjadi sasaran pembinaan penggemukan sapi
yang diselenggarakan oleh penyuluh pertanian di kecamatan tanete riaja.
6. Sapi bali adalah sapi ternak yang digemukkan di Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru merupakan keturunan banteng liar yang berhasil dijinakkan
dan dipelihara oleh masyarakat mempunyai ciri-ciri garis hitam yang jelas
26
pada punggung yang disebut garis belut dan adanya bulu warna putih pada
bagian bawah ke empat kakinya, baik jantan dan betina bertanduk.
27
IV. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis
Daerah Wilayah Kabupaten Barru yang mempunyai luas ± 1. 174, 72 Km2
yang terbagi dalam 5 wilayah kecamatan yakni; 1) TaneteRiaja, 2) Tanete Rilau,
3) Barru, 4) Soppeng Riaja, dan 5) Mallusetasi.Dengan demekian jumlah wilayah
kecamatan dan perwakilan 5 buah merupakan prospek yang cukup cerah bagi
perkembangan dan kemajuan wilayah-wilayah Kecamatan Barru. Dengan luas
daerah menurut kecamatan dan desa di Kabupaten Barru.
1. Kecamatan Tanete Riaja : Gattareng : 86,68 km²
Pattappa : 196,50 km²
Harapan : 84,10 km²
Lompo Riaja : 67,72 km²
Lompo Tengah : 53,55 km²
4.2 Keadaan Demografis
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah territorial
Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari 6
bulan tetapi bertujuan menetap. Laju pertumbuhan adalah angka yang
menunjukan persentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Kepadatan penduduk adalah rasio banyaknya penduduk perkilometer persegi
(BPS,2020).
28
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun.
Kecamatan Penduduk (Ribu) Laju Pertumbuhan Penduduk
Tahun 2020
(1) (2) (3)
Tanete Riaja 22.926 0,4
Pujananting 13.157 0,2
Tanete Rilau 33.980 0,3
Barru 41.973 0,8
Soppeng Riaja 17.940 0,1
Balusu 18.893 0,7
Malusettasi 25.634 0,1
Kabupaten Barru 174.323 0,4
Sumber : BPS,2020.
Tabel 3. Distribusi Persentase Penduduk, kepadatan Penduduk.
Kecamatan Presentase Penduduk Kepadatan penduduk per/km
(1) (2) (3)
Tanete Riaja 13,15 132
Pujananting 7,35 42
Tanete Rilau 19,49 429
Barru 23,97 210
Soppeng Riaja 10,29 227
Balusu 10,84 168
Malusettasi 14,70 118
Kabupaten Barru 100,00 148
Sumber : BPS, 2020
Penduduk Kabupaten Barru berdasarkan Proyeksi penduduk tahun 2020
sebanyak 174.323 jiwa yang terdiri atas 83.878 jiwa penduduk laki-laki dan
90.445 jiwa penduduk perempuan., penduduk Kabupaten Barru mengalami
29
pertumbuhan sebesar 0,40% dengan maisng-masing presentase pertumbuhan
produk laki-laki sebesart 0,47% dan penduduk perempuan sebesar 0,35%.
Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2020 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 93 (BPS, 2020).
Kepadatan penduduk di Kabupaten Barru tahun 2020 mencapai 148
jiwa/𝑘𝑚2 dengan rat-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan
penduduk di 7 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatam penduduk tertinggi
terletak di Kecamatan Tanete Rilau dengan kepadatan sebesar 429 jiwa/𝑘𝑚2 dan
terendah di Kecamatan Pujananting sebesar 42 jiwa/𝑘𝑚2 (BPS, 2020).
4.3 Dukungan Kelembagaan
Keberadaan lembaga dalam suatu wilayah pemerintahan, memberikan
cerminan dinamisasi suatu wilayah. Lembaga yang sangat menunjang kehidupan
suatu wilayah pemerintahan, lembaga yang ada terdiri dari lembaga keuangan,
lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga pemerintahan dan lembaga ekonomi.
Tabel 4. Lembaga pendukung yang ada di Kecamatan Tanete Riaja
No Sarana Jumlah
1. Koperasi Unit Desa 2
30
2. Koperasi Tani 1
3. Bank Mandiri 1
4. Pos Kesehatan 1
5. Kios Sarana Produksi Pertanian 8
6. Kelompok Pencapir 1
Sumber : Kantor KecamatanTanete Riaja, 2020
Kelembagaan yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas. Balai Penyuluh
Pertanian (BPP) Jalanru seperti tercantum pada tabel 6, khususnya pada wilayah
kerja penyuluh pertanian Kecamatah Tanete Riaja.
4.4 Kondisi Pertanian
Di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru luas tanah mencapai 174,29
km², sehingga potensi dalam usaha yang dilakukan pertanian dan peternakan.
Untuk usaha pertanian biasanya ditanami padi, ubi, jagung dan lainnya.
Sedangkan untuk peternakan yaitu seperti sapi, ayam petelur, ayam potong,
kambing. Dari sekian usaha pertanian dan peternakan yang paling diutamakan
adalah tanaman padi sedangkan ternak sapi, ayam petelur, ayam potong dan
kambing adalah usaha sampigan di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
31
Identitas petani responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut
menggambarkan berbagai aspek keadaan petani peternak yang diduga memiliki
hubungan peranan penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi
bali. Berbagai aspek yang dimaksud selanjutnya, meliputi :
a) Umur
b) Pendidikan
c) Pengalaman berusahatani
d) Jumlah ternak dimiliki petani responden
Identitas petani responden lebih lanjut diuraikan sebagai berikut.
5.1.1 Umur Petani Responden
Salah satu karakteristik yang dimiliki seseorang yang dianggap penting
adalah faktor umur. Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang karena
dikaitkan langsng dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan erat
dengan pengambilan keputusan. Petani yang berumur muda relatif cenderung
mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan petani yang
berumur tua. Komposisi umur responden dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5 Komposisi Umur Responden Pengusaha Ternak Di Kecamatan
Tanete Riaja Kab. Barru. 2020
Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
32
29 – 38 1 4.00
39 – 48 14 56.00
49 – 60 10 40.00
Total 25 100.00
Sumber; Data Primer Setelah Diolah 2020
Tabel menunjukkan bahwa semua responden masih berusia produktif
dapat kita lihat dari umur responden yang berkisar antara 29 - 60 tahun. Dari usia
responden, yang paling banyak berusia antara 39 - 48 tahun sebanyak 14 orang
atau 56%, responden berumur antara 49 - 60 tahun 10 0rang, sedangkan yang
berumur antara 29 - 38 tahun ada 1 orang atau 4%, penyebaran umur petani masih
berada pada usia produktif dengan jumlah penduduk berumur produktif yang
cukup tiinggi maka penerimaan materi penyuluhan akan lebih muda dan usia yang
masih relatif muda semangat untuk berkembang lebih baik dibandingkan dengan
masyarakat berusia tua. Sehingga pembinaan dapat dioptimalkan karna umumnya
petani masih memiliki kekuatan fisik yang baik dibandingkan dengan petani yang
berumur tua 60 keatas.
5.1.2 Tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan responden juga ikut mempengaruhi pola pengelolaan
usaha penggemukan sapi pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir
petani dalam pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengadopsi
si teknologi usahatani baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang
optimal. semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh
responden semakin tinggi pula tingkat pengetahuan responden terhadap teknologi.
33
Hasil penelitian yang telah di diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan
responden disajikan pada tabel 6.
Tabel 6 Komposisi Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Ternak Di
Kecamatan Tanete Riaja Barru 2020
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Jiwa) Persentasi (%)
SD
SMP
SMA
SARJANA
12
8
4
1
48
32
16
4
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan tabel terlihat bahwa pada umumnya petani
memiliki pendidikan minimal sekolah dasar. tingkat pendidikan yang relatif
rendah tersebut mengidentifikasikan akan kemampuan dan pola pikir petani
responden yang masih rendah sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat
adopsi teknologi dan produksi yang diperoleh dalam setiap kegiatan usaha
5.1.3 Pengalaman responden dalam usaha penggemukan sapi
Pengalaman berusaha tani merupakan faktor yang berperan
dalam kegiatan usaha tani. pengalaman mempunyai pengaruh dalam kegiatan
usaha. responden yang berpengalaman akan lebih cepat menerapkan teknologi
penggemukan sapi dan lebih responsif terhadap inovasi karena itu kegiatan
pengalaman selalu memberikan manfaat. pengalaman usahatani
responden disajikan pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Pengalaman Responden Dalam Usaha Penggemukan Sapi Bali Di
Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru 2020.
Pengalaman berusaha Tani (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
34
2-3
4-5
6
7
17
1
28.00
68.00
4.00
Total 25 100.00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
Tabel menunjukkan bahwa terdapat 17 orang(68%) responden memiliki
pengalaman berusaha Tani ini antara 4-5 tahun, sedangkan 7 orang yang
(28) petani responden pengalamannya 2-3 2 tahun dan ada 1 oran g yang
(3.3%) yang pengalaman 6 tahun.
5.1.5 Tanggungan keluarga peternak sapi Bali
Besarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan usaha yang akan dijalankan. komposisi tanggungan keluarga
responden dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Komposisi Tanggungan Keluarga Responden Dalam Usaha
Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru
2020
Tanggungan keluarga ( orang) Jumlah ( orang) Persentase (%)
1-2
3-4
5-6
10
12
3
40.00
48.00
12.00
Total 25 100.00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
Tabel menunjukkan bahwa 12 orang yang (48%) responden mempunyai
tanggungan keluarga 3-4 3 orang. 10 orang (40%) responden mempunyai
tanggungan keluarga 1-2 orang terdapat 3 orang (12%) responden. Jumlah
35
tanggungan petani responden, dan dapat merupakan potensi bagi sumber daya
bagi petani ,dapat digunakan dalam berusaha Tani dan kegiatan produktif lainnya.
5.2 Peran Penyuluh Pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi
Bali
Penyuluh Pertanian bagi masyarakat pedesaan merupakan konsultan atau
tempat mendapatkan informasi dan jawaban bagi semua masalah yang
berhubungan dengan kegiatan usahatani nya ataupun penggemukan sapinya.
Aktivitas penyuluh sangat mempengaruhi dinamisasi kegiatan usaha peternak di
Kecamatan Tanete riaja terdapat indikasi bahwa semakin aktif Penyuluh Pertanian
dalam memberikan penyuluhan maka masyarakat akan lebih proaktif dalam
pengembangan usahanya.
Peranan penyuluh sangat dibutuhkan untuk membina para peternak dalam
pengembangan sapi, banyak informasi yang diterima petani merupakan hal-hal
baru bagi mereka. namun sangat memberi manfaat dalam pengembangan usaha
penggemukan sapinya. Peranan dari penyuluh pertanian sebagai fasilitator,
motivator dan sebagai pendukung gerak usaha petani merupakan titik sentral
dalam memberikan penyuluhan kepada petani akan pentingnya berusaha tani
dengan memperhatikan kelestarian dari sumber daya alam. Proses
penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan benar
apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional, kelembagaan
penyuluh yang handal, materi penyuluhan yang terus-menerus mengalir, sistem
penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan
manajemen penyuluhan yang polivalen. Dengan demikian penyuluhan pertanian
sangat penting artinya dalam memberikan modal bagi petani dan keluargannya,
36
sehingga memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan
dalam memperbaiki kesejahteraan hidup petani dan keluarganya, tanpa harus
merusak lingkungan di sekitarnya
Tabel 9 Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan Usaha Penggemukan
Sapi Bali Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru
No Pembinaan
penyuluh
Skor penilaian
Rata-rata skor
yang dicapai
Pelaksanaan
fungsi (%)
Kategori
Min Max
1 Pemeliharaan dan
pengendalian
penyakit
4 20 16,96 84,80 Tinggi
2 Sistem pembuatan
kandang
3 15 13,08 87,20 Tinggi
3 Makanan dan
pemberiannya
3 15 10,20 68,00 Tinggi
4 Cara penggemukan 4 20 12,64 63.20 Sedang
Jumlah 52,88 303,20 Tinggi
Rata-rata 13,22 76
Sumber ; Data primer setelah diolah 2020
Keterangan : kategori 0-33%= Rendah; 34-66%= Sedang; 67-100= Tinggi
Tabel menunjukan pembinaan bahwa peran penyuluh pertanian dalam usaha
penggemukan sapi bali sangat berhasil. Rata-rata nilai 13,22 (76%) atau kategori
tinggi. Dari beberapa pembinaan yang telah berhasil dalam pembinaan adalah
pembinaan yang telah berhasil dalam pembinaan adalah pemeliharaan dan
pengendalian penyakit, peternak sangat memperhatikan kesehatan sapi, utamanya
sapi yang akan dibeli untuk digemukkan, maupun kesehatan sapi yang akan dibeli
37
untuk digemukkan, maupun kesehatan sapi yang dalam pemeliharaan rata-rata
mencapai 16.96 (84,80%), sedangkan yang masih perlu mendapat pembinaan
adalah pada cara penggemukan sesuai teknis yang dianjurkan oleh penyuluh
pertanian nilai yang diperoleh 12,64 (63,20%), sistem pembinaan yang perlu
ditingkatkan dalam proses penggemukan adalah pemberian makanan tambahan
dan pengkandangan yang baik
5.2.1 Pembinaan Dalam Pemeliharaan Dan Pengendalian Hama Dan
Penyakit Sapi Bali
Keberadaan penyuluh pertanian balai penyuluhan pertanian di daerah-
daerah sangat penting, penyuluh pertanian merupakan perpanjangan tangan dari
pemerintah, lembaga-lembaga penelitian dalam menyampaikan informasi kepada
petani. Keberadaan penyuluh pertanian akan dapat meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan peternak. Pembinaan peternak dalam pemeliharaan dapat dilihat
pada tabel 10 berikut ini :
Tabel 10 Pembinaan Dalam Pemeliharaan Dan Pengendalian Penyakit Sapi
Bali
No Pemeliharaan dan
pengendalian
Skor
penilaian
Rata-rata
skor yang
Pelaksana
fungsi (%)
Kategori
38
penyakit Min Max dicapai
1 Sanitasi ternak 1 5 4.8 96 Tinggi
2 Sanitasi kandang 1 5 3.9 78 Tinggi
3 Pemberian obat-
obatan dan vitamin
1 5 4.1 82 Tinggi
4 Identifikasi
penyakit atau
gangguan ternak
lainnya
1 5 4.3 86 Tinggi
Jumlah 4 20 17.1 342 Tinggi
Rata-rata 1 4 4.27 85
Sumber ; Data Primer Setelah Diolah 2020
Keterangan ; kategori 0-33= Rendah; 34-66= Sedang; 67-100=
Tinggi
Tabel menunjukkan bahwa pembinaan pemeliharaan dan pengendalian penyakit,
rata-rata nilai 4,8 (96%) dengan kategori yang diperoleh tinggi. Dari semua item
yang diukur nilainnya memperlihatkan hasil kategori tinggi, artinya petermak
telah melaksanakan kegiatan tersebut, petani sangat mengerti dan paham perlunya
sanitasi ternak, dengan ternak yang bersih akan mendapatkan pertumbuhan ternak
yang bersih akan mendapatkan pertumbuhan yang lebih baik. Sanitasi ternak yang
dilakukan peternak adalah memandikan sapi minimal 1 kali sehari hal ini sangat
membantu dalam pencegahan penyakit kutu ternak, nilai yang diperoleh 96%,
sedangakan sanitasi kandang, khususnya peternak yang menggunakan sistem
kandang mereka melakukan pembersihan tiap pagi hari kotoran dari ternak
dikumpulkan umtuk keperluan usahataninya dengan membuat kompos. Untuk
mengidentifikasi penyakit ternak responden diberi pelatihan dengan memberikan
39
contoh-contoh ternak yang terserang dengan menggunakan alat peraga berupa
gambar-gambar maupun brosur.
Sejauh ini tim petugas kesehatan hewan Dinas Pertanian telah diturunkan
untuk melakukan vaksinasi dan pemberian obat-obatan terhadap hewan ternak
sapi yang ada di desa-desa di seluruh kecamatan. Vaksinasi merupakan salah satu
cara mencegah kejadian penyakit namun yang tidak kalah penting adalah
Program Komunikasi Informasi dan Edukasi terhadap petani ternak yang berada
di daerah terancam terutama yang berbatasan dengan daerah tertular, terutama
mengenai cara-cara pencegahan terhadap kemungkinan penyebaran wabah
penyakit. Untuk itu keterlibatan penyuluhan pertanian dalam penyebaran
informasi tentang ancaman dan kejadian penyakit sangat diperlukan sehingga
pencegahan dan penanganan kejadian penyakitnya lebih efektif. Penyuluh adalah
ujung tombak pembangunan pertanian, sukses tidaknya program pemerintah
terkait petani dan pertanian, sedikit banyak bergantung pada kemampuan
penyuluh dalam menerjemahkan program tersebut. Semakin tinggi kemampuan
penyuluh dalam menerjemahkan, mengeksekusi dan berimprovisasi dilapangan
maka semakin tinggi pula kemungkinan program tersebut berhasil.
5.2.2 Pembinaan Sistem Pembuatan Kandang
40
Sistem pembuatan kadang dalam sistem penggemukan merupakan
persyaratan utama untuk berhasil khususnya pada daerah-daerah yang areal atau
lahan semakin sempit. Sistem perkandangan adalah alternatif yang perlu
dipertimbangkan. Pembinaan sistem pembuatan kandang dapat dilihat pada tabel
11 berikut ini :
Tabel 11 Pembinaan Sistem Pembuatan Kandang
No Sistem pembuatan
kandang untuk di
gemukkan
Skor
penilaian
Rata-rata
skor yang
dicapai
Pelaksanaan
fungsi (%)
kategori
Min Max
1 Fungsi kandang 1 5 4.6 92 Tinggi
2 Persyaratan
kandang
1 5 2.8 56 Sedang
3 Konstruksi
kandang
1 5 4.8 96 Tinggi
Jumlah 3 15 12 244 Tinggi
Rata-rata 1 5 4 81.33
Sumber; Data Primer Setelah Di Olah 2020
Keterangan; kategori 0-33%= Rendah 34-66%= Sedang 67-100%= tinggi
Tabel menunjukkan sistem pembinaan yang dilakukan penyuluh pertanian sangat
baik atau kategori tinggi dengan nilai persentase 81.33%, hasil wawancara dengan
responden tentang kandang umumnya peternak sangat tahu fungsi kandang ternak
dan manfaat yang diberikan dengan sistem ini, sedangkan yang masih perlu
41
dipertimbangkan dalam pembinaan adalah persyaratan kandang responden
menerapkan persyaratan kandang antara lain. Letak, bentuk dan konstruksi yang
baik, penilaiann item ini nilai rata-rata yang diperoleh adalah 2,8(56)%.
Sedangkan pembinaan mengenai konstruksi kandang sudah tinggi nilai yang
diperoleh nilai rata-rata 4,8 (96)%.
Penyuluh memberikan pembinaan pembuatan kandang yang ideal yang
harus diperhatikan. Kandang merupakan faktor terpenting untuk diperhatikan
demi kenyamanan sapi yang sedang dirawat atau dikembangkan. Berikut
persyaratan dalam pembuatan kandang. Kandang terbuat dari bahan yang tentunya
berkualitas dan kokoh, luas kandang harus memperhatikan tingkat kemudahan
dalam proses pembersihannya misal lantai dibuat dengan tingkat kemiringan 5-10
derajat, mengarah keselokan dan tentunya tidak licin. Luas kandang harus
disesuaikan dengan jumlah sapi yang ada dikandang. Kandang dibuat sedemikian
rupa sehingga sinar matahari dapat masuk baik pada pagi dan sore hari, sistem
ventilasi diatur dengan bagus, atap kandang dibuat dari bahan yang ringan, tempat
pakan yang lebar.
5.2.3 Pemilihan Pakan Dan Cara Pemberiannya
Pemilihan pakan ternak untuk makanan sapi, peternak penggemukan
dikecanatan tanete riaja umunya sudah baik, mereka telah mengerti perlunya
pakan yang baik bagi ternak yang digemukkan, hal ini dapat meningkatkan
kesehatan dari ternak dan berat badan dari ternak. Pembinaan pemilihan pakan
dan cara pemberiannya dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :
Tabel 12 Pemilihan Pakan Dan Cara Pemberiannya
42
No
Pemilihan pakan
dan cara
pemberiannya
Skor
penilaian
Rata-rata
skor yang
dicapai
Pelaksanaan
fungsi (%)
kategori
Min Max
1 Syarat makanan 1 5 4.1 82 Tinggi
2 Kebutuhan bahan
makanan
1 5 4.2 84 Tinggi
3 Penyusunan ransum 1 5 1.7 34 Rendah
Jumlah 3 15 10 200 Sedang
Rata-rata 1 5 3.33 66.66
Sumber; Data Primer Setelah Di Olah 2020
Keterangan : kategori 0-33= Rendah 34-66= Sedang 67-100=Tinggi
Tabel dari beberapa bagian pertanyaan rata-rata nilai yang diperoleh adalah 3,33
(66,66%) masuk kategori sedang, yang masih rendah adalah pada pembuatan
pakan tersebut nilai rata-rata yang diperoleh 1,7 atau 34%. penyusunan ransum ini
masih perlu diajarkan dengan lebih intensif. Rendahya nilai yang diperoleh dari
penyusunan ransum karena umunya petani masih menganggap lahan masih sangat
luas sebagai daerah pengebalaan.
Pakan sapi bali berupa rerumputan hijau dan protein yang bisa didapat
dari bahan daun turi, lamtoro, tepung ikan, tepung daging dan lain sebagainya.
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral esensial, maka perlu
ditambah vitamin sapi yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh ternak. Ransum sapi
yang memenuhi syarat ialah ransum yang mengandung : protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup. Kesemuanya dapat
43
disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Kebutuhan ternak terhadap
jumlah pakan tiap hari tergantung dari jenis atau spesies, umur, dan fase
pertumbuhan ternak (dewasa, bunting, dan menyusui). Walaupun telah diberi
pakan berupa hijauan atau kosentrat yang telah mengandung zat makanan yang
memenuhi kebutuhannya, sapi bali masih sering menderita kekurangan vitamin,
mineral dan bahkan protein, Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan atau
kesehatan sapi bali sehingga untuk mengatasinya sapi dapat diberikan pakan
tambahan
5.2.4 Membina Peternak Cara Pengemukan Sapi
Suatu dilema saat ini di pedesaan adalah lahan semakin berkurang akibat
bertambahnya penduduk yang membutuhkan perumahan dan lainnya. Kondisi ini
menjadikan para peternak harus mencari alternatif pemeriharaan ternak yang lebih
efektif dan berhasil, guna salah satu pilihan adalah dengan metode penggemukan
sapi, sistem pengandangan ternak. Pembinaan cara penggemukan sapi dapat
dilihat pada tabel 13 dibawah ini :
44
Tabel 13 Pembinaan cara penggemukan sapi bali
No Cara penggemukan
sapi
Skor
penilaian
Rata-rata
skor yang
dicapai
Pelaksanaan
fungsi (%)
kategori
Min Max
1 Penggemukan
padang rumput
1 5 4.2 84 Tinggi
2 Kombinasi kandang
dan padang rumput
1 5 3.2 64 Sedang
3 Penggemukan
sistem kandang
1 5 2.2 44 Rendah
4 Paronisasi 1 5 3.0 60 sedang
Jumlah 4 20 12.6 252 Sedang
Rata-rata 1 5 3.15 63
Sumber : Data primer setelah di olah 2020
Keterangan; kategori 0-33%= Rendah 34-66= Sedang 67-100=
Tinggi
Tabel menunjukkan pembinaan cara penggemukan sapi berada dalam kategori
sedang nilai yang diperoleh adalah 3.15 (63%). Bagian pembinaan yang
memperoleh nilai tinggi adalah sistem penggemukan padang rumput sistem ini
telah lama dikenal oleh masyarakat pedesaan. Kondisi ini tidak tepat mengingat
luas lahan pengembalaan semakin berkurang, sehingga perlu adanya alternatif
lain. Sistem yang masih perlu dikembangkan adalah sistem perkandangan nilai
rata-rata yang diperoleh 2.2 (44%) sistem ini oleh masyarakat dipedesaan
khusunya daerah-daerah masih luas pada padang rumputnya masih kurang
diterapkan. Sistem perkandangan telah banyak dilakukan oleh peternak.
45
Sistem penggemukan sapi yang telah dilakukan peternak adalah sistem
paronisasi, sistem ini dikenal dengan mengikat ternak disuatu tempat, selama
masa penggemukan dengan menyediakan makanan berupa hijauan dan ransum
tambahan setiap harinya, sehingga pertumbuhan sapi sangat cepat dan ternak lebih
sehat karena memudahkan pemantauan ransum yang dikomsumsinya.
Penyuluh membantu terjadinya proses perubahan
perilaku peternak sapi bali sehingga peternak sapi meningkat pengetahuan sikap
dan keterampilannya dalam beternak. Pastikan sapi tidak mengalami gangguan
kesehatan seperti menderita cacing, mencret, diare, dan lain sebagainya. Jika sapi
mengalami gangguan kesehatan, segera ditangani agar penyakit tidak menular ke
sapi yang lain.
Pemberian pakan jenis pakan yang baik untuk dikonsumsi sapi adalah
rumput benggala, rumput gajah, rumput raja, tanaman lamtoro, gamal,
kaliandra, dan centro. Pergerakan sapi juga membuat dagingnya lebih
padat, siapkan lahan kosong atau kandang yang cukup untuk sapi berlari. Daging
sapi akan padat dan mudah berkembang apabila sistem peredaran darah sapi
mengalir lancar dan otot pada bagian tubuh sapi berkembang. Jika sapi dibiarkan
diam dan bermalas-malasan, tentunya akan menjadi sumber datangnya penyakit
akibat peredaran darah sapi kurang lancar
5.3 Pertambahan Bobot Badan
Daerah Jumlah ternak Sapi Bali Jantan Sapi Bali Betina
Pantai 11
14
0,2576 0,2163
Berbukit 14
15
0,3024 0,3336
Pegunungan 13
14
0,3021 0,2626
46
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.3 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menyatakan peran penyuluh pertanian dalam
pembinaan usaha penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru, termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat pada rata-rata pelaksanaan
fungsi penyuluh pertanian mencapai 76% dalam penggemukan sapi bali di
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru telah dalam kategori tinggi khususnya
penerapan pemeliharaan, pengedalian penyakit, sistem pembuatan kandang,
pemberian pakan dan cara penggemukan sapi bali.
6.4 Saran
1. Pembinaan masih perlu dilanjutkan, khususnya sistem penggemukan cara
perkandangan mengingat areal semakin sempit
2. Peternak masih dapat mengembangkan usahanya di Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru karena agroklimat dan sistem budaya sangat
mendukung peternakan sapi bali.
47
DAFTAR PUSTAKA
Agustina Abdullah dan Helda Ibrahim. 2012“Persepsi Peternak terhadap Kinerja
Penyuluh dalam Pengembangan Teknologi Pengolahan Jerami Padi dan
Limbah Ternak Sapi Potong“ Skripsi. Kendari:Universitas Terbuka
Kendari Sulawesi Tenggara.
Alim, Syahirul. 2010. Bahan Ajar Penyuluhan Pertanian (Peternakan).
Laboratorium Sosiologi dan Penyuluhan. Fakultas Peternakan.
Universitas Padjajaran, Bandung
Alim, Syahirul. 2010. Bahan Ajar Penyuluhan Pertanian (Peternakan).
Asfar Irham. 2016. Peranan Penyuluh Peternakan Dalam Peningkatan
Pendapatan Anggotakelompok Peternak Sapi Potong Di Kabupaten
Sinjai. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Eko Harianto, Surahmanto dan Putu Arimbawa. 2014“Kinerja Penyuluh
Pertanian sebagai Penyebar Informasi Fasilitator dan Pendamping
dalam Pengembangan Sapi Bali (Bos Sondaicus) di Kabupaten Muna
Provinsi Sulawesi Tenggara” Skripsi. Makassar:Universitas Hasanuddin.
Universitas Islam Makassar.
Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Penerbit
PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Hartati D, Wijono B, Siswanto M. 2007. Performans Sapi Bali induk sebagai
penyedian bibit/bakalan di wilayah breeding stock BPTU Bali. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. 258 – 263.
Kartasapoetra, A.G.1994. Penyuluhan Pertanian.Bumi
aksara.JakartaLaboratorium Sosiologi dan Penyuluhan. Fakultas
Peternakan
Mardikanto, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press UNS: Surakarta.
Nugrohadi, 2009. Peternakan Dan Cara Membudidayakan Hasil
Peternakan.Http://Jpi.Faterna.Unand.Ac.Id/Index.Php/Jpi.
Oka, IGL. 2010. Conservation and genetic improvement of Bali Cattle.Proc.
Conservation and Improvement of World Indigenous Cattle. 110-
117.
48
Pane, I. 1991. Produktivitas dan breeding sapi Bali. Proc.Seminar Nasional Sapi
Bali 2–3 September. hlm: 50.
Payne, W.J.A. and J. Hodges. 1997. Tropical Cattle: Origin, Breeds and Breeding
Policies. Blackwell Science.
Padmiwiharjo.2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Pembangunan
Agribisnis. Jakarta (ID) Departemen Pertanian
Purwantara B, Noor RR, Andersson G, and Rodriguez-Martinez H. 2012. Banteng
andnBali Cattle in Indonesia: Status and Forecasts. Reprod Dom Anim
47 (Suppl. 1),2–6.
Roger, E.M. 1995. Diffusuion of Innovations. Free Press, New York.
Samariyanto. 2004. Alternatif kebijakan perbibitan sapi potong dalam era
otonomi daerah.Lokakarya Sapi Potong
Suhardiyono, L. 1992. Penyuluh : Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga
Jakarta.
Sukirno, S. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
U. M. Ni’am, A. Purnomoadi dan S. Dartosukarno. 2012“Hubungan antara
Ukuran-Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina pada
Berbagai Kelompok Umur” Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro.Universitas Padjajaran, Bandung.
Van Den Ban dan Hawkins. 1999 . Penyuluh Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Yusran, M. A. 2004. Struktur Usaha Penggemukan Sapi Potong. Prosiding
Seminar: Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. P:
174201. Jawa Timur.
49
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
“Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali Di
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”
I. Petunjuk Pengisian
a. Mohon kuesioner ini di isi oleh Bapak/Ibu/Sdr/I untuk
menjawab seluruh pertanyaan yang ada
b. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya
c. Ada tiga (3) alternative jawaban setiap variabelnya yaitu :
5 = Sangat Setuju (SS)
3 = Setuju (S)
1 = Ragu-ragu (RR)
II. Karakteristik Responden
Nama : …………………………………………………….
Jenis Kelamin : …………………………………………………….
Alamat : …………………………………………………….
Umur : …………………………………………………….
Pendidikan Terakhir : ………………………………………………….
Jumlah Anggota Keluarga : …………………………………………….
Pengalaman Berusahatani : …………………………………………….
Tanggungan Keluarga : ………………………………………………
50
PERAN PENYULUH
PEMBINAAN
A. Pembinaan Dalam Pemeliharaan dan Pengendalian Hama Penyakit
Sapi Bali
No PERNYATAAN SS S RR SKOR
1. Pemeliharaan dan pengendalian
penyakit
2. Sistem pembuatan kandang
3. Makanan dan pemberiannya
4 Cara penggemukan
No Pemeliharaan dan Pengendalian Hama
Penyakit
SS S RR SKOR
1. Penyuluh Memberikan Pembinaan
dalam Sanitasi atau Program
Kebersihan Ternak
2. Penyuluh Memberikan Pembinaan
dalam Sanitasi atau Program
Kebersihan Kandang
3. Penyuluh Memberikan Pembinaan
dalam Pemberian Obat-obatan dan
Vitamin
4. Penyuluh Memberikan Pembinaan
dalam Identifikasi Penyakit atau
gangguan ternak lainnya
51
B. Pembinaan Sistem Pembuatan Kandang
No Sistem Pembuatan Kandang Untuk di
Gemukkan
SS S RR SKOR
1. Penyuluh Memberikan Pembinaan
Mengenai Fungsi Kandang
2. Penyuluh Memberikan Pembinaan
Mengenai Persyaratan Pembuatan
Kandang
3. Penyuluh Memberikan Pembinaan
Konstruksi atau Pembuatan Kandang
C. Pemilihan Pakan dan Cara Pemberiannya
No Pemilihan Pakan dan Cara
Pemberiannya
SS S RR SKOR
1. Penyuluh Memberikan Pembinaan
Mengenai Syarat Makanan
2. Penyuluh Memberikan Pembinaan
Mengenai Kebutuhan Bahan Makanan
3. Penyuluh Memberikan Pembinaan
dalam Penyusunan Ransum / Pakan
yang Siap Diberikan pada Ternak
52
D. Pembinaan Cara Penggemukan Sapi Bali
No Pembinaan Cara Penggemukan Sapi
Bali
SS S RR SKOR
1. Pembinaan Cara Penggemukan Padang
Rumput
2. Pembinaan Mengenai Kombinasi
Kandang dan Padang Rumput
3. Pembinaan Mengenai Penggemukan
Sistem Kandang
4. Pembinaan Paronisasi
53
PETA LOKASI PENELITIAN
54
IDENTITAS RESPONDEN
Keterangan :
SD = 12 ORANG
SMP = 8
SMA = 4
SARJANA =1
No Nama Umur Pendidikan Pengalaman
Beternak
Jumlah
ternak
Tanggungan
keluarga
1 Mursalim 42 SMA 5 6 2
2 Ibrahim 47 SMP 6 4 2
3 Abrar 43 SD 4 3 3
4 Harun 52 SMP 5 4 5
5 Hasanuddin 45 SMP 4 3 4
6 Ismail 29 SD 2 2 4
7 Samsuala 47 SMA 5 6 2
8 Lukman 52 SMP 4 2 1
9 Nurhaeda 50 SMP 4 4 4
10 Lamuha 43 SD 4 5 3
11 Jufri 40 SD 2 2 3
12 Akmal 48 SD 2 2 2
13 Sandi 42 SD 3 4 4
14 Saharuddin 45 SD 4 2 4
15 Rahman 45 SD 2 1 5
16 Maskur 56 SARJANA 5 4 2
17 Askar 58 SMP 3 2 3
18 Ashar 55 SMP 2 3 4
19 Rustan 60 SD 4 2 2
20 Fahrul 50 SMA 5 4 2
21 Bahtiar 59 SMP 5 4 2
22 Bahri 45 SD 4 3 6
23 Amin 45 SD 4 2 3
24 Jafar 60 SD 4 4 4
25 Anto 56 SMA 4 3 1
JUMLAH 1214 96 81 77
RATA-RATA 48,56 3.84 3.24 7,08
55
IDENTITAS PENYULUH
1. Nama : Said Hamu, S.P
Umur : 59
Alamat : Dusun Ele, Desa Lompo Tengngah, Kec. Tanete Riaja
Pendidikan : S1
Pengalaman Kerja : 35 thn
(Berapa lama menjadi penyuluh)
Jumlah tanggungan : 3 anak
2. Nama : Abdul Hayat, S.P
Umur : 56
Alamat : Dusun Leppe’e, Desa Libureng, Kec. Tanete Riaja
Pendidikan : S1
Pengalaman Kerja : 32 thn
(Berapa lama menjadi penyuluh)
Jumlah tanggungan : 4 anak
3. Nama : H. Ansar, S.P
Umur : 51
Alamat : Dusun Aroppoe, Desa Tellumpanua, Kec. Tanete Riaja
Pendidikan : S1
Pengalaman Kerja : 32 thn
(Berapa lama menjadi penyuluh)
Jumlah tanggungan : 7 anak
56
No Nama Responden
A B C D
1 2 3 4 ∑ 1 2 3 ∑ 1 2 3 ∑ 1 2 3 4 ∑
1 Mursalim 5 5 5 5 20 5 5 5 15 5 5 1 11 3 5 5 5 18
2 Ibrahim 5 5 3 5 18 5 5 5 15 5 5 3 13 5 5 5 1 16
3 Abrar 5 5 5 5 20 3 3 5 11 5 5 3 13 3 1 5 3 12
4 Harun 5 5 5 5 20 3 3 5 11 5 5 3 13 5 5 3 5 18 5 Hasanuddin 5 5 5 5 20 3 3 5 11 5 5 3 13 5 5 3 5 18
6 Ismail 5 5 5 5 20 3 3 1 11 5 5 1 9 5 5 3 5 18
7 Samsuala 5 5 5 5 20 5 3 5 13 5 5 1 9 5 5 3 5 18
8 Lukman 5 3 5 5 18 5 5 5 15 5 5 1 9 5 5 3 5 18 9 Nurhaeda 5 3 5 5 18 5 3 5 13 5 5 1 9 3 1 1 5 10
10 Lamuha 5 3 5 5 16 5 3 5 13 5 5 1 9 3 1 1 5 10
11 Jufri 5 3 5 3 14 5 3 5 13 5 3 1 9 3 1 1 5 10
12 Akmal 5 3 5 1 14 5 3 5 9 5 3 1 9 3 1 1 5 10 13 Sandi 5 3 5 1 14 5 5 5 15 5 3 1 9 3 1 1 1 10
14 Saharuddin 5 3 1 5 18 5 1 5 11 5 3 1 9 5 3 1 1 10
15 Rahman 5 3 5 5 18 5 1 5 11 5 3 1 9 5 3 1 1 10
16 Maskur 5 3 5 5 18 5 5 5 15 3 3 3 11 5 3 1 1 10
17 Askar 3 3 1 1 8 5 3 5 13 3 3 3 11 5 3 1 1 10
18 Ashar 5 3 5 5 18 5 3 5 13 3 3 3 11 3 3 1 1 8
19 Rustan 5 3 5 5 18 5 3 5 13 3 3 3 11 5 3 1 1 10
20 Fahrul 5 5 1 3 14 5 3 5 13 3 3 3 11 5 3 5 5 20 21 Bahtiar 3 3 5 3 14 5 3 5 13 3 5 1 9 5 5 1 1 10
22 Bahri 3 3 5 5 16 5 5 5 15 5 5 1 11 5 3 1 1 10
23 Amin 5 5 3 5 18 5 5 5 15 3 5 1 9 5 3 1 1 10
24 Jafar 5 5 3 5 18 5 5 5 15 3 5 1 9 3 3 1 1 8
Lampiran Rekapitulasi jawaban responden Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali Kec. Tanete Riaja Kabupaten Barru
57
KETERANGAN :
A = Pemeliharaan dan pengendalian penyakit (1. Sanitasi ternak 2.Sanitasi kandang 3.Pemberian obat-obatan 4.Identitas penyakit
dan gangguan ternak
B = Sistem pembuatan kandang (1. Syarat pembuatan kandang 2. Persyaratan kandang 3. Konstruksi kandang
C = Makanan dan pemberiannya (1. Syarat makanan 2.Kebutuhan bahan makanan 3.Penyusunan ransum
D = Cara penggemukan (1. Penggemukan padang rumput 2.kombinasi kandang dan rumput 3.sistem kandang 4.Paronisasi
25 Anto 5 5 3 5 18 5 5 5 15 3 5 1 9 3 5 5 1 14
Jumlah 119 97 102 107 424 115 71 121 327 103 105 43 255 105 81 55 75 316
Rata-rata 4.8 3.9 4.1 4.3 16.96 4.6 2.8 4.8 13.08 4.1 4.2 1.7 10.20 4.3 3.2 2.2 3 12,64
58
1. Pemeliharaan dan pengendalian penyakit No Pemeliharaan dan
pengendalian
penyakit
Rata-rata skor
yang dicapai
Pelaksanaan
Persentasi
Pelaksanaan Fungsi
1 Sanitasi ternak 4.8 100 96
2 Sanitasi kandang 3.9 100 78
3 Pemberian obat-
obatan dan vitamin
4.1 100 82
4 Identifikasi
penyakit atau
gangguan ternak
lainnya
4.3 100 86
No Pembinaan
penyuluh
Rata-rata skor
yang dicapai
Pelaksanaan
Persentasi
Pelaksanaan Fungsi
1 Pemeliharaan dan
pengendalian
penyakit
16,96 100 84,80
2 Sistem pembuatan
kandang
13,08 100 87,20
3 Makanan dan
pemberiannya
10,20 100 68,00
4 Cara
penggemukan
12,64 100 63,20
Lampiran Pelaksanaan fungsi
59
2. Sistem pembuatan kandang No Sistem pembuatan
kandang untuk di
gemukkan
Rata-rata skor
yang dicapai
Pelaksanaan
persentasi
Pelaksanaan Fungsi
1 Fungsi kandang 4.6 100 92
2 Persyaratan
kandang
2.8 100 56
3 Konstruksi kandang 4.8 100 96
3. Makanan dan pemberiannya No Pemilihan pakan
dan cara
pemberiannya
Rata-rata skor
yang dicapai
Pelaksanaan
Persentasi
Pelaksanaan Fungsi
1 Syarat makanan 4.1 100 82
2 Kebutuhan bahan
makanan
4.2 100 84
3 Penyususnan
ransum
1.7 100 34
60
4. Cara penggemukan No Cara penggemukan
sapi
Rata-rata skor
yang dicapai
Pelaksanaan
Persentasi
Pelaksanaan Fungsi
1 Penggemukan
padang rumput
4.2 100 84
2 Kombinasi kandang
dan padang rumput
3.2 100 64
3 Penggemukan
sistem kandang
2.2 100 44
4 Paronisasi 3.0 100 60
61
DOKUMENTASI PENELITIAN
62
PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI KOMPOS
63
PAKAN TERNAK
64
Wancara dengan Bapak Ansar
Wawancara dengan Bapak Harun
65
Wawancara dengan Bapak Hasanuddin
Wawancara dengan Bapak Ismail
66
Wawancara dengan Bapak Rustan l
Wawancara dengan Bapak Bahri
67
68
69
70
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Barru tanggal 11 November 1998 dari
pasangan Bapak H. Ansar dan Ibu Wahida. Penulis
merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Pendidikan
formal yang dilalui penulis adalah SD INPRES 29
AROPPOE dan lulus tahun 2009, SMPN 01 TANETE
RILAU RILAU dan lulus tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMAN 3
BARRU dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi
masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di UPTD Balai
Benih Tanaman Pangan Maros, Sulawesi Selatan. Tugas akhir dalam perkuliahan
diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “ Peran Penyuluh Pertanian
Dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru”.
(Studi Kasus PT PP Lonsum Balombessie)”.
Recommended